PENYELESAIAN KREDIT BERMASALAH PADA PT. BANK BTPN MUR Tbk. CABANG SOLO
NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Program Studi Magister Manajemen Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister dalam Ilmu Manajemen
Disusun Oleh: ANDRIYANTO TANZIL P 100 110 004
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015
NASKAH PUBLIKASI
PENYELESAIAN KREDIT BERMASALAH PADA PT. BANK BTPN MUR Tbk. CABANG SOLO
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015
PENYELESAIAN KREDIT BERMASALAH PADA PT. BANK BTPN MUR Tbk. CABANG SOLO
ANDRIYANTO TANZIL Program Pasca Sarjana Magister Manajemen Universitas Muhammadiyah Surakarta E_mail :
[email protected]
ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan membahas tiga permasalahan yaitu bagaimana proses penyelesaian kredit bermasalah melalui jalur litigasi dan non litigasi, Faktor-faktor apa yang digunakan untuk penyelesaian kredit bermasalah, kendala yang dihadapi dalam penyelesaian kredit bermasalah di Bank BTPN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan studi kasus pada PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Cabang Solo. Standar penyelesaian kredit bermasalah dan pengawasan intern kredit, tanpa melibatkan angka-angka.Dari hasil penelitian didapat bahwa proses penyelesaian kredit bermasalah pada Bank BTPN Cabang Solo dapat dilakukan melalui jalur litigasi adalah dengan mengajukan gugatan pada pengadilan negeri maupun pengadilan niaga, penyelesaian dengan non litigasi adalah dengan cara menurunkan suka bunga kredit, pengurangan tunggakan bunga kredit, perpanjangan jangka waktu kredit dan menyelesaikan/menutup kredit. Faktor-faktor yang menyebabkan Bank BTPN MUR Cabang Solo memilih memilih jalur non litigasi dalam menyelesaikan kredit bermasalah adalah waktu, biaya, hasil yang dicapai, Itikad baik dari pihak debitur dan kemampuan membayar. Sedangkan kendala penyelesaian melalui non litigasi adalah itikad tidak baik dari debitur, kurang kesadaran dari debitur dalam menyelesaikan fasilitas pinjamannya, ketepatan waktu karena dengan tidak tepatnya debitur dalam membayar kembali hutangnya mengakibatkan penyelesaian menjadi berlarut-larut, sehingga beban yang di tanggung debitur semakin besar.
Kata kunci : Kredit bermasalah, Litigasi, Non Litigasi
ABSTRACT This study aims to discuss three issues, namely how the process of resolving problem loans through litigation and non-litigation, what factors are used for the settlement of nonperforming loans, the obstacles encountered in the completion of the Bank's non-performing loans in the Bank BTPN Branch Solo. This study used a qualitative descriptive method using a case study approach to PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Branch Solo. Standard completion of nonperforming loans and credit of internal control, without involving figures. The result is that the process of settlement of non-performing loans in the Bank BTPN Branch Solo can be done through litigation is to file a lawsuit in state court or commercial court, with the non-litigation settlement is by lowering like mortgage interest, mortgage interest arrears reduction, extension of time credit and settle / close the existing credit at the bank. Factors that cause Bank BTPN Branch Solo choose choose the path of non-litigation in resolving the problem loans is time, as if through litigation takes a long time, the cost settlement process through litigation requires a lot of funds. Results achieved when through crediting nonlitigation dispute resolution can obtain maximum results, good faith reasons for choosing non-litigation pathway is still no willingness on the part of the debtor to settle his credit. Ability to pay a re-analysis conducted turns debtor's business is still running and allow the facility will be repaid. While the non-litigation settlement through the obstacle is bad faith of the debtor, the debtor's lack of awareness of completing the loan facility, timeliness due to inaccurate debtor to repay the loan resulted in the settlement becomes protracted, so that the burden on debtors greater responsibility.
Keywords: Nonperforming loans, Litigation, Non Litigation
PENDAHULUAN
lain menetapkan bahwa status bank hanya
Bank Tabungan Pensiunan Nasional
ada dua yaitu: Bank Umum dan Bank
(BTPN) dari pemikiran 7 (tujuh) orang
Perkreditan Rakyat, maka pada tahun 1993
dalam
pegawai
status Bank Tabungan Pensiunan Nasioanal
pensiunan militer pada tahun 1958 di
diubah dari Bank Tabungan menjadi Bank
Bandung.
Umum melalui Surat Keputusan Menteri
suatu
perkumpulan
Ketujuh
serangkai
tersebut
kemudian mendirikan Perkumpulan Bank
Keuangan
Pegawai Pensiunan Militer (selanjutnya
055/KM.17/1993 tanggal 22 Maret 1993.
disebut BAPEMIL) dengan status usaha
Perubahan status tersebut telah mendapat
sebagai
persetujuan
perkumpulan
simpanan kepada
dan para
memiliki
yang
menerima
Republik
dari
Indonesia
Bank
No.
Indonesia
memberikan
pinjaman
sebagaimana ditetapkan dalam surat Bank
anggotanya.
BAPEMIL
Indonesia No.26/5/UPBD/PBD2/Bd tanggal
tujuan
yang
mulia
yakni
membantu meringankan beban ekonomi
22 April 1993 yang menyatakan status Perseroan sebagai Bank Umum.
para pensiunan, baik Angkatan Bersenjata
Bank
BTPN
Melalui
salah
satu
Republik Indonesia maupun sipil, yang
cabangnya yang berdiri pada bulan Juli
ketika itu pada umumnya sangat kesulitan
2009. Bank BTPN UMK Cabang Solo
bahkan banyak yang terjerat rentenir.
tergabung dalam regional wilayah Jawa
Berkat
dari
Tengah Region Solo yang memiliki fokus
masyarakat maupun mitra usaha, pada
produk pinjaman kredit kecil. Selama
tahun 1986 para anggota perkumpulan
empat tahun berdiri BTPN UMK Cabang
BAPEMIL membentuk PT Bank Tabungan
Solo
Pensiunan Nasional dengan ijin usaha
masyarakat
sebagai Bank Tabungan dalam rangka
kebutuhan pembiayaan yang cepat dan
memenuhi
Undang-undang
aman. Bank BTPN adalah salah satu bank
Nomor 14 Tahun 1967 tentang Pokok-
yang beberapa debiturnya mengalami
Pokok
kredit bermasalah. Bank dalam hal ini
kepercayaan
yang
ketentuan
Perbankan
untuk
tinggi
melanjutkan
kegiatan usaha BAPEMIL.
1992
(selanjutnya
tentang
dirubah
dengan
kepercayaan
dalam
dari
menyediakan
untuk menyelesaikan kredit bermasalah
Berlakunya Undang-undang Nomor 7 Tahun
mendapatkan
Perbankan Undang-
undang Nomor 10 Tahun 1998) yang antara
akan melihat terlebih dahulu kondisi kredit bermasalah umumnya
debitur
tersebut.
penyelesaian
kredit
Pada yang
mengalami masalah yang dilakukan oleh
bank itu sendiri terdiri dari dua jalur
tambahan
dengan
penyelesaian yaitu:
menghasilkan
1. Penyelesaian melalui jalur litigasi
dapat
harapan
keuntungan
digunkan
untuk
dapat
sehingga membayar
Penyelesaian yang dilakukan dengan
kewajibannya. Sehingga dengan adanya
menempuh jalur hukum, dimana jalur
kesepakatan
ini dilakukan terhadap debitur yang
menjadi lancar.
usahanya masih berjalan tetapi tidak
baru
kreditnya
akan
Berdasarkan pemaparan diatas dapat
mau melunasi kewajiban kreditnya baik
dirumusan permasalahan sebagai berikut :
angsuran pokok maupun bunganya.
1. Bagaimana proses penyelesaian kredit
Sedangkan debitur yang usahanya tidak
bermasalah pada PT. Bank BTPN MUR
lagi berjalan adalah debitur yang tidak
melalui jalur litigasi dan non litigasi.
mau berkerjasama dan tidak mau memenuhi kewajiban kreditnya.
penyelesaian kredit bermasalah di PT.
2. Penyelesaian melalui jalur non litigasi Penyelesaian yang dilakukan dengan bernegosiasi
dengan
debitur
2. Faktor-faktor yang digunakan untuk
untuk
mendapatkan penyelesaian kredit yang
Bank BTPN MUR. 3. Kendala
yang
dihadapi
dalam
penyelesaian kredit bermasalah di PT. Bank BTPN MUR.
terbaik, dimana usaha yang diberi modal kredit
masih
berjalan
meskipun
angsurannya
tersendat-sendat
kemampuan
usahanya
TINJUAN PUSTAKA
atau
Haneef, Riaz, Ramzan, Ali Rana,
mengalami
Ishaq, Karim (2012) dalam penelitiannya
penurunan usaha atau debitur yang
yang berjudul “Impact of Risk Management
usahanya sudah tidak berjalan sehingga
on Non-Performing Loans and Profitability
tidak bisa memenuhi kewajibannya
of Banking Sector of Pakistan” Tujuan dari
dalam
kredit.
penelitian ini adalah untuk menyelidiki
Dalam hal ini penyelesaian kredit dapat
dampak dari manajemen resiko kredit
dilakukan melalui upanya negosiasi
bermasalah
dengan
dengan
perbankan Pakistan. Hasil penelitian ini
keluarga debitur agar dapat memenuhi
menunjukkan bahwa tidak ada mekanisme
kewajibannya atau debitur mempunyai
yang tepat untuk manajemen resiko di
usaha lain yang dianggap layak untuk
sektor perbankan Pakistan. Hasil studi juga
memungkinkan diberi suntikan dana
menyimpulkan bahwa kredit bermasalah
membayar
debitur
angsuran
maupun
dan
profitabilitas
sektor
meningkat karena kurangnya manajemen
debitur untuk membayar utang kepada
resiko yang mengancam profitabilitas bank.
bank telah terbukti. Sebaliknya, telah
Sektor
perbankan
diperkirakan bahwa sistem perbankan di
kredit
bermasalah
dapat
menghindari dengan
negara-negara Uni Eropa dengan negara-
mengadopsi metode yang disarankan oleh
negara maju tidak terlalu sensitif terhadap
bank negara Pakistan.
fluktuasi siklus bisnis. Jadi, bank Lithuania,
Mileris
mereka
(2014)
“Macroeconomic
berjudul
Factors
Of
Non-
Performing Loans In Commercial Banks “
ketika
makro
berdampak
pada
resiko
kredit,
pertimbangan kondisi ekonomi sangat penting.
Dari hasil penelitiannya bahwa faktor ekonomi
mengelola
Hasil penelitian Singh (2013) yang berjudul “Credit Risk Management In
persentase kredit bermasalah (NPL) di
Indian Commercial Banks”
bank-bank komersial negara-negara Uni
penelitiannya bahwa Resiko adalah bagian
Eropa. Masalah ini relevan karena dalam
dari bisnis bank. Manajemen resiko yang
beberapa tahun terakhir banyak negara
efektif
Uni Eropa memiliki kemerosotan ekonomi
manapun
yang
keuangan.
dapat
terlihat
dalam
indikator
sangat
penting
untuk
untuk
mencapai
Dalam
Dari
hasil
bank
kesehatan
pandangan
ini,
makroekonomi utama. Selain itu, bank-
menyelaraskan manajemen resiko untuk
bank telah memenuhi pertumbuhan kredit
bank struktur organisasi dan strategi bisnis
non-performing ketika debitur tidak dapat
telah menjadi bagian integral dalam bisnis
memenuhi kewajiban keuangan mereka.
perbankan. Resiko kredit adalah resiko
Kesepakatan Basel III mencatat perlunya
bank dari kerugian yang timbul dari
mempertimbangkan kondisi ekonomi suatu
peminjam
negara
pembayaran sebagai dijanjikan. Istilah lain
ketika
menilai
resiko
kredit
yang
untuk
dapat bermanfaat bagi bank, karena
kegagalan. Itu resiko kehilangan pokok
hubungan utama antara makroekonomi
atau kehilangan imbalan keuangan yang
dan
telah
berasal dari kegagalan peminjam untuk
terungkap. Sejak 2009, Lithuania memiliki
membayar pinjaman atau untuk memenuhi
salah satu persentase NPL tertinggi di Uni
kewajiban kontraktual disebut sebagai
Eropa, dan dampak yang berarti dari
resiko kredit. Resiko kredit muncul setiap
kemerosotan ekonomi pada kemampuan
kali
non-performing
peminjam
kredit
melakukan
pemohon pinjaman. Hasil penelitian ini
kredit
resiko
tidak
adalah
mengharapkan
resiko
untuk
menggunakan arus kas masa depan untuk
informasi
membayar utang saat ini.
bermasalah memang terkait. Informasi
Jimenez,
Saurina
(2006)
kredit
dan
tingkat
kredit
yang
Kredit Sharing, meningkatkan transparansi
berjudul “Credit Cycles, Credit Risk, and
keuangan antara lembaga, membantu bank
Prudential Regulation” Menyatakan bahwa
meminjamkan
Meningkatnya
menurunkan
persaingan
perbankan
dengan tingkat
risiko
ke
bertindak
yang kuat, dan beberapa karakteristik lain
terhadap kegagalan dan juga mengurangi
dari pasar perbankan (seperti kebutuhan
minat biaya pinjaman yaitu biaya pinjaman.
modal terkait risiko, ketidaksempurnaan di
Biro referensi kredit atau dikenal dengan
pasar ekuitas, dan ketidaksesuaian jatuh
istilah CRB (Credit Reference Bureaus) telah
tempo) dapat membawa sekitar standar
datang dan telah membantu bank untuk
kredit
yang
meminjamkan dengan hati-hati. Efeknya
diterjemahkan ke dalam kredit terlalu
telah menyebabkan berkurangnya kredit
ekspansif kebijakan dan, akhirnya, kerugian
macet. Penelitian ini menyimpulkan bahwa
pinjaman yang lebih tinggi. Oleh karena itu,
tren
regulator bank yang bersangkutan tentang
persentase dari total kredit dalam KCB
dampak negatif dari pertumbuhan kredit
telah membaik dalam enam tahun terakhir.
yang terlalu cepat pada solvabilitas bank
Peningkatan
itu
individu dan pada stabilitas seluruh sistem
pengenalan
informasi
perbankan
mekanisme
melalui
lebih
mungkin
rendah
menggunakan
pinjaman
beberapa alat kehati-hatian dalam rangka
menyimpulkan
untuk
ekonomi
mengurangi
pinjaman
yang
peminjam
bank,
ditambah dengan masalah agen, neraca
yang
sebagai
bijaksana,
disiplin
bermasalah
sebagai
tumbuh,
akibat
kredit CRB.
bahwa
sebagai
berbagi
Studi
sebagai
tingkat
dari
ini
sektor
pinjaman
berlebihan selama periode booming dan,
meningkat dan kembali tingkat kredit
dengan cara yang sama (meskipun dalam
bermasalah
arah yang berlawanan), kebijakan kredit
Kenaikan
yang terlalu konservatif selama resesi.
Keuangan dan transportasi dan sektor
cenderung kredit
bermasalah
meningkat. di
Aset
Hasil penelitian Kwambai (2013) yang
komunikasi sejalan dengan infrastruktur
berjudul “Effects Of Credit Information
ditingkatkan saat ini di negara itu yang
Sharing On Nonperforming Loans: The Case
menarik investor untuk sektor pembiayaan
Of Kenya Commercial Bank Kenya” bahwa
aset, transportasi dan komunikasi. Tinggi
Studi ini menyimpulkan bahwa berbagi
kredit macet bisa sebagai akibat dari
banyak kecelakaan di sektor transportasi di
debitur
Kenya kami jalan dan lambat pengembalian
Sedangkan kendala penyelesaian melalui
dana oleh perusahaan asuransi untuk
non litigasi adalah itikad tidak baik dari
kendaraan aset dibiayai terlibat dalam
debitur, kurang kesadaran dari debitur
kecelakaan.
dalam
Penelitian
ini
juga
untuk
menyelesaikan
menyelesaikan
kredit.
fasilitas
menyimpulkan bahwa ada sedikit dilakukan
pinjamannya, ketepatan waktu karena
untuk mengurangi pinjaman ke sektor
dengan tidak tepatnya debitur dalam
berisiko tinggi. Manajemen bank Bank dan
membayar
tengah Kenya tampaknya tidak khawatir
mengakibatkan
dengan tinggi kredit macet di sub sektor.
berlarut-larut, sehingga beban yang di
Menurut penelitian Tobing (2009) yang
berjudul
“Penyelesaian
kembali
hutangnya
penyelesaian
menjadi
tanggung debitur semakin besar.
Kredit
Saptono (2008) melakukan penelitian
Bermasalah Pada PT. Bank Danamon Tbk.
berjudul ”Standar Operasional Prosedur
Cabang Semarang” Dari hasil penelitiannya
Pengajuan Kredit Dan Sistem Pengawasan
bahwa proses penyelesaian dengan litigasi
Intern Untuk Mencegah Kredit Macet Pada
adalah dengan mengajukan gugatan pada
PT
pengadilan negeri maupun pengadilan
Malang”. “Berdasarkan hasil penelitian
niaga, penyelesaian dengan non litigasi
diperoleh bahwa pelaksanaan Standar
adalah Reschulding, Restrukturing dan
Operasional Prosedur Kredit di PT Bank
Reconditioning, faktor yang menyebabkan
Tabungan Negara (Persero) Cabang Malang
PT. Bank Danamon Tbk. Cabang Semarang
dapat memberikan kemudahan kepada
memilih menyelesaikan kedit bermasalah
masyarakat
melalui jalur non litigasi adalah waktu,
permohonan kredit serta memberikan
karena apabila melalui jalur litigasi waktu
kemudahan pihak bank untuk mengontrol
yang
dibutuhkan
penyelesaian
lama,
melalui
Bank
Tabungan
Negara
untuk
Cabang
mengajukan
biaya
proses
atau mengawasi kredit yang tersalurkan
jalur
litigasi
kepada
nasabah.
Adapun
kredit
penerapan
memerlukan dana yang banyak. Hasil yang
pengawasan
dicapai apabila melalui jalur non litigasi
pemeriksaan data dokumen calon nasabah
penyelesaian sengketa pengkreditan bisa
dengan teliti dan cermat serta pengawasan
memperoleh hasil yang maksimal. Itikad
secara
baik alasan dipilihnya jalur non litigasi ini
bekerja. Sedangkan untuk pencegahan
adalah masih ada kemauan dari pihak
kredit macet PT. Bank Tabungan Negara
langsung
dengan
ketempat
cara
nasabah
(Persero) Cabang Malang menerapkan
sumber
kebijakan yaitu penetapan kebijakan dan
langsung dari subyek penelitian, data
prosedur
kredit,
diperoleh dari manajemen perusahaan,
penentuan limit-limit resiko kredit yang
wawancara yang dilakukan kepada 5
bisa ditolerir oleh bank, identifikasi resiko
debitur bank BTPN Cabang Solo. Sedangkan
kredit, pengukuran resiko kredit sehingga
data sekunder adalah sumber yang berasal
diperoleh
dan
manajemen
resiko
kebutuhan
modal
untuk
data
yang
diperoleh
diperoleh
secara
tidak
secara
langsung
menyerap resiko yang ada, pemantauan
melalui media perantara, data diperoleh
dan pengendalian resiko kredit.
dari
dokumen,
laporan,
perusahaan, dan METODE PENELITIAN
pustaka
yang
berkaitan dengan masalah yang diteliti.
Penelitian ini memfokuskan pada Penyelesaian kredit bermasalah melalui jalur litigasi dan non litigasi, yang meliputi cara
studi
dokumen
penyelesaian
kredit,
prosedur
Data-data ini digunakan sebagai landasan pemikiran yang bersifat teoritis. Analisa
data
dilakukan
dengan
memberikan predikat kepada variabel yang
penyelesaian dan pengawasan kredit di PT
diteliti
Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN)
sebenarnya, teknik ini menggambarkan
Cabang Solo.
keobyek dan tidak berupa angka-angka
Obyek penelitian adalah perusahaan atau
lembaga
menggunakan Prosedur
keuangan Standar
pengajuan
yang
Operasional kredit
sesuai
dengan
kondisi
yang
tetapi berupa informasi yang bersifat analisis. Data yang diperoleh dianalisa dan dibandingkan
dengan
teori-teori
yang
dan
dievaluasi. Hasil evaluasi tersebut ditarik
pengawasan intern, dan pada hal ini obyek
sebagai hasil kesimpulan untuk menjawab
tersebut adalah PT Bank BTPN MUR
permasalahan yang muncul.
Cabang Solo. Populasi dalam penelitian ini
Dengan analisis Kualitatif, Peneliti
adalah debitur bank yang sudah memasuki
menganalisis dengan mengumpulkan data
kriteria kurang lancar sampai dengan
yang diperoleh dari penelitian. Setelah itu
macet atau dengan tunggakan lebih dari 91
diklasifikasikan data-data yang relevan
hari
dengan Data
yang
digunakan
tujuan
penelitian,
melakukan
dalam
pemilihan data dengan cermat sehingga
penelitian ini adalah data primer dan data
dapat mengetahui bagaimana penerapan
sekunder. Dimana data primer merupakan
Standar Operasional Prosedur dan sistem
pengawasan dan penanganan intern untuk
Pada tabel 1 dapat diketahui bahwa
mencegah kredit macet di PT Bank
dari 163 debitur terdapat 146 debitur yang
Tabungan
membayar
Pensiunan
Nasional
(BTPN)
angsurannya
tepat
waktu
Cabang Solo. Melakukan penafsiran data
(debitur lancar) sebanyak 89,6 %, debitur
yaitu tentang prosedur penanganan kredit
yang mengalami tunggakan 1-90 hari
bermasalah, merelevansikan dengan teori-
sebanyak 12 orang (Kurang Lancar) atau
teori yang terkait dan terakhir peneliti
7,4 %, debitur yang mengalami tunggakan
menarik
lebih dari 91-120 hari sebayak satu (1)
suatu
kesimpulan
dan
memberikan saran-saran.
orang (kredit Kurang lancar) atau 0,6 % dari Jumlah
debitur
dan
debitur
yang
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
mengalami tunggakan lebih dari 121-180
a. Faktor-faktor Yang Menyebabkan
hari sebayak empat (4) orang (kredit
Kredit Bermasalah PT. Bank BTPN UMK
Diragukan) 2,4 % dari jumlah debitur,
MUR Cabang Solo
debitur dengan tunggakan lebih dari 181
Penelitian ini mengambil sampel 5 orang debitur dari 163 keseluruhan debitur
hari sebayak nol (0) orang dan debitur yang tidak menunggak sebanyak 146 orang.
pada bulan juni 2013 pada bank BTPN UMK
Dari data-data tabel 1 jumlah kredit
cabang Solo, dengan kritereria debitur
bermasalah (non performing loan) yang
yang sudah menunggak lebih dari 91 hari.
terjadi di Bank BTPN Cabang Solo antara
Berikut
lain disebabkan :
adalah
data
debitur
yang
mengalami keterlambatan kreditnya pada bulan juni 2013.
Tujuan Penggunaannya
Tabel 1. Data Kolektibilitas debitur Bank
Menurut Branch Manager Bank BTPN
BTPN Cabang Solo No 1. 2.
3. 4. 5.
Kolektibilitas Lancar Dalam Perhatian Khusus Kurang Lancar Diragukan Macet Total
a. Penggunaan Kredit Tidak Sesuai Dengan
Cabang Solo (wawancara dilakukan tanggal
Tunggakan (Hari) 1-90
Jumlah
%
146 12
89,6 % 7,4 %
4 Juni 2013), kredit yang disalurkan tidak digunakan
1
121-180 >181
4 0 163
Sumber : Data primer diolah, 2013
0,6 % 2,4 % 0% 100 %
tujuan
pemberiannya (pemakaian kredit yang menyimpang).
91-120
sebagaimana
Misalkan
kredit
yang
diberikan bertujuan untuk ternak ayam tetapi digunakan untuk disertivikasi usaha yang lain jual beli pupuk atau bahan-bahan pakan ternak atau untuk usaha sampingan
yang lain dan bahkan digunakan untuk
berjalanan waktu ternyata usaha tersebut
keperluan yang konsumtif. Oleh karena
mengalami kebangkrutan karena salah
tidak mempunyai pengalaman di bidang
dalam mengelola manjemen. Memang
yang lain, maka Debitur akhirnya bangkrut
diperlukan adanya manajemen yang baik,
dan
dapat
karena jika tidak bukan tidak mungkin
menghasilkan sehingga debitur tidak dapat
usaha-usaha tersebut akan bangkrut yang
mencukupi angsuran pengembalian pokok
mengakibatkan tidak dapat dikembalikan
dan bunga pinjaman setiap bulannya.
beban kredit (kredit macet).
ternak
Seperti
ayam
yang
belum
dikemukakan
oleh
debitur A (wawancara tanggal 11 Juni 2013),
pengambilan
Kurang
Mampu
Mengelola
Usahanya
tersebut
Hal ini terjadi pada debitur yang
disamping untuk keperluan ternak ayam,
bersifat mencoba atau spekulatif membuka
juga digunakan untuk keperluan yang lain,
usaha baru. Sehingga disamping kurangnya
misal
pengalaman
untuk
kredit
b. Debitur
biaya
tambahan
dalam
usahanya
bisa
mengelola
pencalonannya sebagai Kepala Desa. Hal ini
tersebut,
memang
sesuai
manajemen terutama keuangan. Hal ini
perhitungan hasil panen yang didapat
terjadi oleh debitur B (wawancara tanggal
nantinya cukup untuk mengembalikan
14 Juni 2013) yang mengatakan bahwa
pinjaman kredit kepada bank. Yang penting
usaha yang baru dirintisnya gagal total
baginya
disebabkan karena ketidaktahuan terhadap
dilakukan
dapat
karena
mencukupi
keperluan
pencalonannya.
juga
bidang
tidak
usaha dan hanya percaya kepada orang
Lain lagi debitur C (wawancara
lain untuk mengelola usahanya tersebut.
tanggal 21 Juni 2013) menggunakan kredit
Seperti yang dikatakan Credit Officer
yang diambil dari Bank memang digunakan
(wawancara
sesuai dengan tujuan pengambilan kredit,
kesalahan
tetapi disisi yang lain uang tersebut juga
ketidaktahuan dan ketidakfahaman debitur
dipergunakan DP pembelian kendaraan
akan prospek usaha yang dijalankan,
bermotor. Hal ini dilakukan karena usaha
misalkan
yang semula diajukan memang menjajikan
elektronik dan accesoris komputer padahal
hasil yang besar, dari hasil tersebut
daerah
diharapkan
atau
tradisional sehingga jual beli alat elektronik
menutupi semua utangnya. Tetapi dalam
yang dirintisnya tidak ada yang membeli.
mampu
menunjang
tanggal
Juni
tersebut
membuka
ini
5
adalah
2013),
disebabkan
usaha
daerah
alat-alat
pertanian
Bahkan ada yang membuka usaha warnet
disisi lain pelayanan perusahaan kurang
padahal
dan tidak adanya servis setelah penjualan.
debitur
berpengalaman
sama
sekali
dibidang
belum
itu,
atau
Kadang
perusahaan
banyak
tetap
seperti
membuka usaha pengangkutan padahal
mengadakan
pengalaman yang dimilikinya adalah dalam
gedung, pabrik, tanah, kendaraan dan
bidang pertanian.
sebagainya
Seperti yang dialami oleh debitur D (wawancara tanggal 27 Juni 2013), yang berpengalaman
sehingga
mengakibatkan
terganggunya aktiva yang tidak diperlukan. c. Debitur Memang Beritikad Tidak Baik
bidang
toko
Debitur seperti ini biasanya bertujuan
makanan
dan
meminjam modal dari bank dan digunakan
minuman ringan dan juga sembako) karena
untuk kepentingan pribadi, seperti yang
hanya
dikatakan
klontong
dalam
investasi
terlalu
(distributor
mempercayakan
sepenuhnya
Credit
Officer
(wawancara
manajemen tokonya kepada karyawan dan
tanggal 5 Juni 2013), memang ada usaha-
tidak
mengawasinya
secara
langsung,
usaha yang dilakukan oleh debitur, dimana
barang dagangan yang dijual
ternyata
pada akhir jatuh tempo pelunasan tidak
banyak yang tidak dimasukkan dalam
bertanggung
laporan keuangan sehingga dalam hal ini
menghilang. Memang secara perhitungan
debitur telah ditipu oleh karyawannya
Bank
tersebut
banyak
jaminan yang dijaminkan di Bank, sehingga
kerugian dan hampir bangkrut, sedangkan
jaminan tersebut dapat dijual (dilelang)
debitur sendiri lebih banyak meluangkan
sebagai pengganti kredit yang diambilnya.
waktu dengan usaha sampingannya yaitu
Akan
jual beli tanah.
dilapangan,
hingga
mengalami
tidak
tetapi
jawab
atau
dirugikan
yang
bahkan
karena
menjadi
pengambil
adanya
kendala
alihan
dan
Menurut Branch Manager Bank BTPN
penjualan asset debitur harus melewati
Cabang Solo (wawancara dilakukan tanggal
prosedur yang cukup memakan waktu,
4 Juni 2013), yang sering menanyakan
disamping itu jaminan tersebut tidak
kepada debitur yang mengalami kendala
segera dapat laku dijual. Akibatnya aset-
dalam pembayarannya yang menjadi faktor
aset Bank menjadi terhenti dan tidak dapat
penyebab kredit macet antara lain juga
segera disalurkan kepada debitur yang lain,
disebabkan
dalam
sehingga secara hitungan financial bank
pemasaran barang, baik mengenai mutu,
tetap mengalami kerugian, apalagi jaminan
model dan desain rendah dan tidak disukai,
tersebut tidak segera laku dijual atau
tidak
kejelian
terpaksa dijual di bawah harga. Hal ini
tahun 2000 dengan adanya kebijakan Bank
dikemukakan
oleh
Istri
Indonesia
(wawancara
tanggal
24
debitur Juni
E
2013)
mengenai
kemudahan
penyaluran kredit lunak (credit loan) mau
mengatakan suaminya telah meninggalkan
tak
dirinya setelah mendapatkan modal di
memberikan kemudahan dan fasilitas yang
Bank, dikarenakan suaminya terjerat utang
lebih kepada para debiturnya.
dengan renternir dan keberadaanya tidak
mau
ada
persaingan
dalam
Sehingga terjadi tidak diterapkannya
diketahui oleh pihak keluarga.
prinsip-prinsip
d. Tidak Diterapkan Sistim Kehati-hatian
penyaluran
kehatian-hatian kredit,
biasanya
dalam yang
Dan Prinsip-prinsip Perbankan Yang
diprioritaskan adalah adanya jaminan yang
Sehat Dalam Pemberian Kredit
nilainya melebihi jumlah kredit yang
Bank dalam hal ini juga dapat
disalurkan. Hal ini dianggapnya bahwa
menjadi penyebab terjadinya kredit macet
Bank mempunyai jaminan yang dapat
antara lain tidak diterapkannya atau tidak
dijual kembali apabila debitur tersebut
dipatuhinya prinsip-prinsip perbankan yang
tidak dapat melunasi hutangnya. Faktor
sehat dalam penyaluran kredit. Hal ini
internal yang lain sebagai penyebab kredit
dikatakan oleh Branch Manager Bank BTPN
macet adanya hubungan baik yang sudah
Cabang Solo (wawancara dilakukan tanggal
terjalin lama antara bank dan debitur
4
bahwa
sehingga pemberian kredit dilakukan atas
kesalahan itu terjadi pada pihak kreditur
dasar kepercayaan, dan bank cenderung
(Bank) dimana Bank melakukan analisa
mengabaikan
atau penilaian yang keliru pada debitur,
persyaratan pemberian kreditnya.
Juni
2013),
tidak ditutupi
antara lain terhadap watak, kemampuan, modal agunan dan prospek usaha debitur.
prisip-prinsip
dan
atau
Dikemukakan oleh Admin Kredit CA (Credit Administration), dalam hubungan
Sebenarnya kesalahan ini bukanlah
ini bank dalam melayani kepentingan
mutlak dilakukan oleh Bank itu sendiri,
debitur cenderung lebih mudah, terkadang
seperti yang dikatakan oleh Credit Officer,
proyek
tetapi
yang
menguntungkan atau tidak mempunyai
mempengaruhinya baik itu bersifat internal
prospek yang bagus tetapi karena adanya
maupun eksternal antara lain adanya
hubungan baik Bank terus membantu
persaingan antar bank dalam penyaluran
apabila ada kesulitan.
ada
beberapa
kondisi
kredit. Hal ini dapat dipahami karena sejak
yang
dibiayai
kurang
begitu
Disisi yang lain karyawan Bank juga
kurang
teliti
penyaluran
didalam
kredit
menganalisa
kepada
demikian dampak kenaikan BBM ini sangat
debitur,
mempengaruhi dan memacu peningkatkan
terutama pada jaminan kebendaan antara
kebutuhan pokok, misalnya naiknya harga
lain tidak mengikatnya secara khusus
pupuk, bahan bangunan terutama besi,
misalnya dengan Hak Tanggungan (HT),
sampai pada ongkos angkut hasil produksi,
gadai atau Fidusia. Akibatnya Bank hanya
sehingga debitur tidak dapat begitu cepat
memegang perjanjian kredit dan dokumen
mengadakan penyesuaian harga produksi
atas jaminan seperti sertifikat atas tanah,
mereka. Apalagi sudah terikat dengan
yang berakibat Bank tidak dapat segera
perjanjian sebelumnya dengan harga yang
mengeksekusi barang jaminan tersebut
lama, sehingga diperlukan waktu yang lama
dan harus melalui gugatan ke Pengadilan
untuk mengkondisikan harga, terutama
Negeri.
yang berkaitan langsung dengan pihak
e. Adanya Kebijakan Pemerintah Dalam
ketiga.
Sektor Riil
f. Adanya / Timbulnya Bencana Alam
Faktor diluar debitur yang dapat
Hal ini sangat membutuhkan dana
menyebabkan kredit macet yaitu adanya
segar untuk merehabilitasi perusahaan dari
kebijakan pemerintah misalnya kenaikan
kerusakan karena bencana alam, misalnya
harga bahan bakar minyak, menurunnya
gunung meletus, banjir, gempa bumi, angin
nilai Rupiah yang mendorong naiknya biaya
topan yang menyebabkan rusaknya lahan
produksi. Sehingga diperlukan waktu bagi
pertanian
perusahaan untuk penyesuaian kondisi
infrastruktur yang lainnya.
dan
perkebunan
atau
yang memakan waktu lama. Tidak jarang perusahaan masih tetap berjalan dengan kondisi lama atau tidak dapat melakukan
b. Penyelesaian Kredit Bermasalah Bank BTPN UMK MUR Cabang Solo
penyesuaian karena pangsa pasar yang
a. Upaya Penyelamatan Kredit Bermasalah
sama. Menurut CO ( Officer Credit) ada
Kredit macet adalah kredit yang di
debitur yang berkeluh kesah tentang
klasifikasikan pembayarannya tidak lancar
kebijakan pemerintah tentang kenaikan
(mengalami keterlambatan pembanyaran
harga BBM, kenaikan harga BBM ini
angsuran) yang dilakukan oleh debitur yang
menyebabkan para debitur menjadi panik,
bersangkutan.
dan berusaha untuk segera menstabilkan
secapatnya diselesaikan agar kerugian yang
harga jual produksi mereka. Meskipun
lebih besar dapat dihindari. Disamping
Kredit
macet
harus
melakukan peringatan secara lisan, BTPN
1. Penurunan
UMK Cabang Solo juga akan memberikan
merupakan
surat teguran (sommasi) kepada debitur
bertujuan
dalam perhatian khusus table 1 yang berisi:
kepada
1. Pemberitahuan mengenai jatuh tempo pembayaran bunga atau pokok kredit.
Suku
memberikan
debitur
sebelumnya.
bagi
keringanan penurunan
dibayar debitur lebih kecil dibanding
jumlah tertentu sesuai permintaan atau
waktu
dengan
yang
bunga kredit, sehingga angsuran yang
pembayaran
3. Batas
Kredit,
restrukturisasi
2. Perintah untuk membayar hutang dengan
pemberitahuan bank.
Bunga
yang
ditetapkan
2. Pengurangan Tunggakan Bunga Kredit, debitur
untuk
melaksanakan pembayaran.
dapat dilakukan dengan memperingan beban debitur dengan cara mengurangi
Penyelamatan kredit menurut Kepala
tunggakan
bunga
kredit
cabang BTPN UMK cabang Solo, suatu
menghapus
sebagian
atau
langkah penyelesaian kredit macet melalui
tunggakan bunga kredit.
atau seluruh
perundingan kembali antara bank dengan
3. Perpanjangan Jangka Waktu Kredit,
debitur dengan memperingan syarat-syarat
merupakan bentuk restrukturisasi kredit
pengembalian kredit, sehingga dengan
yang
memperingan syarat-syarat pengembalian
kemudahan
kredit
mengembalikan
tersebut
memiliki
diharapkan
kemampuan
debitur
kembali
bertujuan bagi
memberikan debitur
untuk
hutang,
misalnya
untuk
hutang debitur harus dikembalikan
kredit.
paling lambat pada bulan Januari 2004
dilakukan
diperpanjang menjadi Januari 2008,
apabila debitur kooperatif dalam mencari
dengan perpanjangan jangka waktu
solusi penyelesaian kredit dan usaha
kredit memberikan kesempatan kepada
debitur masih mempunyai prospek yang
debitur
baik.
Sesuai dengan hasil wawancara debitur
melakukan
penyelesaian
Penyelamatan
kredit
dapat
untuk
melanjutkan
usaha.
Fasilitas dan kebijakan yang dapat
A bahwa debitur tetap melanjutkan
digunakan untuk melakukan restrukturisasi
kreditnya namun mengajukan kepada
kredit macet yang diberikan oleh Bank
pihak bank penangguhan pembayaran
BTPN UMK Cabang Solo sebagaimana
selama beberapa bulan dikarenakan
dikemukakan oleh Branch Manager Bank
terjadi bencana alam dengan asumsi
BTPN Cabang Solo terdiri dari:
bahwa
jangka
waktu
pinjaman
diperpanjang 6 bulan.
diambil Bank BTPN Cabang Solo dalam
4. Penambahan fasilitas kredit, bertujuan agar usaha debitur dapat berjalan
menyelesaikan kredit terhadap debitur melalui jalur non litigasi
kembali dan berkembang yang akan
1-30 Hari
SP 1
Negosiasi
menghasilkan pendapatan yang dapat
31-60 Hari
SP 2
Negosiasi
digunakan
untuk
mengembalikan
Debitur Bermasalah
Restruktur 61-90 Hari
SP 3
hutang,untuk memberikan tambahan
Pelunasan
fasilitas kredit harus dilakukan analisis yang
cermat,
perhitungan
akurat
yang
dan
tepat
dengan
Debitur Lancar
> 91 Hari
Pra Lelang
Lelang
Gambar 1 Penyelesaian debitur bermasalah
mengenai
Menurut Branch Service Manager
prospek usaha debitur karena debitur
(BSM) (wawancara tanggal 4 Juni 2013) ada
menanggung hutang lama dan hutang
beberapa tahapan dalam penyelesaian
baru.
kredit bermasalah pada bank BTPN Cabang
Penyelesaian tersebut merupakan langkah
alternatif
penyelesaian bersifat
sebelum
melalui
yudisial.
dilakukan
lembaga
yang
macet
harus
Kredit
Solo
diantaranya
debitur
dengan
keterlambatan 1-30 hari dilakukan dengan memberikan Surat Peringatan Pertama (SP 1).
Debitur
dengan
yang
sudah
diselesaikan dengan cara menyita agunan
mendapatkan Surat Peringatan Pertama
kredit
membayar
dalam kurun waktu empat belas (14) hari
pinjaman debitur. Jadi penyelesaian kredit
belum dapat menyelesaikan kewajibanya
macet terkait dengan jaminan kredit yang
untuk
diberikan debitur kepada bank, yaitu
ditinjaklanjuti dengan memberikan Surat
apabila debitur tidak dapat melunasi
Peringatan ke dua (SP 2). Debitur dengan
hutang kreditnya sesuai dengan jangka
yang sudah mendapatkan Surat Peringatan
waktu yang telah ditentukan, maka pihak
ke Dua (SP 2) dalam kurun waktu empat
bank dapat menyita dan melelang barang
belas (14) hari belum dapat menyelesaikan
yang
kewajibanya untuk membayar angsuran
bersangkutan
dijaminkan
untuk
oleh
debitur
untuk
membayar
angsuran
maka
melunasi hutang kreditnya.
maka ditinjaklanjuti dengan memberikan
b. Penyelamatan Kredit Bermasalah di
Surat Peringatan ke Tiga (SP 3) kepada
Bank BTPN UMK Cabang Solo 1. Melalui Jalur Non Litigasi Berikut adalah langkah langkah yang
debitur dan melakukan penawaran untuk restruktur (Perubahan jangka waktu kredit, perubahan waktu jatuh tempo angsuran
dan penambahan tambahan kredit dan
2. Melalui jalur Litigasi
juga konversi seluruh atau sebagian dari
Penyelesaian kredit melalui hukum
kredit) atau penawaran terhadap debitur
ditempuh apabila upaya penyelamatan
untuk pelunasan seluruhnya terhadap
melalui restrukturisasi atau penyelesaian
anggunan yang dimiliki, dengan bantuan
secara damai sudah diupayakan secara
dana dari keluarga atau penjualan jaminan
maksimal tetapi belum memberikan hasil
(secara kekeluargaan) yang di jaminkan.
positif atau debitur tidak menunjukkan
Debitur dengan keterlambatan > 91
itikad baik. Apabila penyelamatan kredit
hari dilakukan dengan cara memberikan
melalui restrukturisasi tidak berhasil, maka
surat peringatan kepada debitur bahwa
bank akan melakukan upaya penyelesaian
jaminan yang dijaminkan akan segera
kredit
dilelang, untuk itu sebelum tanggal waktu
langsung terhadap obyek hak tanggungan
yang dikeluarkan oleh Kantor Pelayanan
berdasarkan ketentuan Pasal 6 Undang-
Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL)
Undang No. 4 Tahun 1996. Eksekusi hak
keluar, debitur diberi kesempatan untuk
tanggungan dalam hal debitur cidera janji
terakhir
menyelesaikan
atau wanprestasi diatur dalam Pasal 20
kredit secara kekeluargaan. Namun jika
ayat (1) Undang-undang Hak Tanggungan,
sampai batas waktu ditentukan dan jadwal
yaitu:
lelang sudah di keluarkan oleh KPKNL maka
a. Melaksanakan penjualan obyek hak
kalinya
penyelesaian
untuk
anggunan
hanya
dengan
melakukan
eksekusi
dapat
tanggungan dengan cara pelelangan
diselesaikan dari penjualan jaminan yang
umum, penjualan melalui pelelangan
sudah dilelang tersebut.
umum
Bank BTPN cabang Solo dalam melakukan penyelesaian kredit bermasalah mengutamakan penyelesaian melalui jalur
menurut
b. Melaksanakan titel eksekutorial yang
kredit bermasalah melalui jalur non litigasi
tanggungan.
lebih menguntungkan bagi debitur maupun dalam
menyelesaikan
yang
undangan.
terdapat
Bank
cara
ditentukan dalam peraturan perundang-
non litigasi, dikarenakan penyelesaian
kreditur.
tata
dalam
sertifikat
hak
Dalam melakukan eksekusi terhadap objek
hak
tanggungan
sebagaimana
perkara keperdataan selalu menggunakan
dikemukakan oleh kepala cabang bank
jalur non litigasi sebelum melakukan
BTPN cabang Solo bahwa, pihak bank dapat
penyelesaian melalui jalur litigasi.
mengajukan permohonan kepada Kantor
Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang
somasi
(KPKNL) untuk dilakukan lelang eksekusi
pendaftaran perkara sampai putusan
objek hak tanggungan guna mengambil
hakim, belum lagi debitur mengajukan
pelunasan
hasil
banding yang mengakibatkan berlarut-
penjualan objek hak tangggungan tersebut.
larutnya penyelesaian kredit tersebut.
Sehubungan pelaksanaan lelang maka bank
Akibatnya
BTPN MUR cabang Solo akan melakukan
menambah kepinjaman pokok sehingga
inventarisasi dan verifikasi awal yang
pinjaman semakin besar, yang akhirnya
berkaitan dengan pelelangan objek hak
akan
tanggungan yang akan dimohonkan lelang
jaminan yang mungkin tidak akan bisa
kepada KPKNL, kemudian permohonan
menutup jumlah pinjaman.
hutang
debitur
dari
lelang akan diteliti oleh KPKNL dalam
c. Hasil
kepada
debitur,
tunggakan
bunga
berpengaruh
akhir
proses
akan
terhadap
yang
dicapai,
nilai
dalam
jangka waktu 14 (empat belas) hari sejak
pelaksanaan
diterimanya permohonan lelang kepada
bermasalah fokus utama yang hendak
KPKNL.
dicapai adalah keberhasilan dengan
c. Kendala-kendala Yang Dihadapi Dalam
tingkat
Penyelesaian Kredit Bermasalah di Bank BTPN UMK MUR Cabang Solo
penyelesaian
pengembalian
kredit
kredit
yang
maksimal dari debitur. d. Iktikad yang tidak baik dari debitur,
Menurut Branch Service Manager
debitur dalam menyelesaikan masalah
(BSM) Bank BTPN Cabang Solo Jika analisis
merupakan keinginan yang biasanya
berdasarkan pengalaman selama ini ada
terwujud
hal - hal yang menghambat penyelesaian
pribadi
kredit bermasalah melalui jalan non litigasi
kesepakatan yang telah dibuat bersama
dan litigasi, yaitu:
antara debitur dengan kreditur, baik
1. Litigasi
dalam hal ketepatan waktu, jumlah
a. Biaya, merupakan dana taktis yang
dana yang harus diserahkan maupun
harus
dikeluarkan
berperkara
di
dalam untuk
kesediaan tidak
selama
proses
tindakan
bersifat
pengadilan
dengan
sehingga
hasil
perkiraan hasil akhir mungkin tidak sesuai dengan harapan. b. Waktu, proses litigasi lebih banyak menyita waktu mulai penyampaian
secara
melaksanakan
tidak akhir
kooperatif tidak
bisa
diselesaikan secara negosasi. e. Kemampuan tergantung
membayar, pada
hal
jaminan
ini yang
dijaminkan di bank, sedangkan untuk
menutup semua beban debitur masih
penyelesaian
kurang maka langkah yang diambil pihak
mengutamakan penyelesaian melalui jalur
bank
non
adalah
dengan
menanggung
kredit
litigasi,
bermasalah
hal
ini
lebih
dikarenakan
kerugian sekecil mungkin dengan cara
penyelesaian kredit bermasalah melalui
menjual jaminan tersebut dengan cepat
jalur non litigasi lebih menguntungkan bagi
walaupun itu dengan harga dibawah
debitur maupun kreditur. Penyelesaian
pasaran.
kredit bermasalah melalui jalur non litigasi
2. Non Litigasi Dalam
adalah penyelesaian
penyelesaian
yang
saling
bermasalah
menguntungkan
(win-win
solution)
melalui jalan non litigasi PT Bank BTPN Tbk
langkah-langkah
untuk
mencapai
selalu
penyelesaian kredit bermasalah dengan
menggunakan
terlebih
dahulu,
berpendapat
jalur
karena
negosiasi
pihak
penyelesaian
bank
cara yang saling menguntungkan demikian
melalui
dapat dicapai melalui cara, konsultasi,
negosiasi adalah cara yang paling baik dan
negoisasi,
aman bagi pihak bank maupun debitur.
penilaian ahli. Langkah ini dapat dilakukan
Berikut kendala yang dihadapi pihak bank
apabila para pihak mendasarkan pada
dalam melakukan negoisasi lewat jalur Non
itikad baik.
Litigasi :
mediasi,
konsiliasi,
atau
Dari hasil pembahasan di atas dapat
1. Iktikad tidak baik debitur dalam hal ini
dilihat
penyelesaian
terhadap
kredit
debitur tidak memberikan informasi
bermasalah yang dilakukan oleh pihak bank
yang benar dan terkadang menutup-
BTPN Cabang Solo adalah bersifat non
nutupi
litigasi
permasalahan
yang
ada
yaitu
penyelesaian
melalui
dikarenakan malu, atau takut akan
organisasi intern bank (restrukturisasi).
kebohongan yang pernah dilakukan
Penyelesaian melalui jalur litigasi jarang
akan terungkap.
bahkan tidak pernah dipergunakan karena
2. Ketidaktepatan Waktu disini merupakan keterlambatan
dalam
bank maupun pihak debitur oleh sebab
berakibat
biaya untuk proses litigasi cukup tinggi,
penyelesaian menjadi berlarut sehingga
membutuhkan waktu cukup lama, dan
beban yang ditanggung oleh debitur
preventif untuk kelengkapan berkas.
semakin besar.
Tabel 2 Penyelesaian Kredit Debitur Bank
membayar
debitur
dinilai tidak menguntungkan baik pihak
hutang,
yang
PT. Bank BTPN cabang Solo dalam
BTPN Cabang Solo
2012 Juli Debitur Bermasalah lebih dari 90 hari Jalur Non Litigasi Jalur Litigasi
2013
Agust
Sept
Okt
Nov
Des
Jan
Feb
Maret
April
12
15
12
10
11
12
9
4
6
4
8
4
3
0
0
0
0
0
0
Mei
Juni
7
7
6
7
5
5
5
4
1
2
3
0
0
0
0
0
0
Sumber : Portal Bank BTPN Cabang Solo
Dari data diatas bahwa selama bulan Juli 2012 sampai dengan Juni 2013 debitur
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
yang bermasalah lebih dari 90 hari dapat
Berdasarkan uraian-uraian dari tesis
terselesaikan dengan menempuh jalur Non
ini, maka penulis mengambil kesimpulan
Litigasi dan tidak ada yang menenempuh
sebagai berikut:
jalur Litigasi, hal ini dikarenakan debitur
1. Faktor-faktor yang menyebabkan kredit
beranggapan bahwa jalur Non Litigasi lebih
bermasalah adalah :
mudah dengan biaya yang tidak terlalu
a. Penggunaan kredit tidak sesuai dengan
banyak dari pada menggunakan jalur
tujuan penggunaannya hal ini sesuai
Litigasi dimana dalam penyelesaian kredit
yang dikemukakan oleh debitur A dan C.
membutuhkan waktu yang lama dan
b. Nasabah kurang mampu mengelola
potongan biaya yang besar, sehingga
usahanya
anggapan debitur dengan jalur Non Litigasi
pernyataan debitur B dan D.
hal
ini
sesuai
dengan
lebih menguntungkan kedua belah pihak
c. Nasabah memang beritikad tidak baik
antara debitur dan bank itu sendiri. Dapat
hal ini sesuai dengan yang dikemukakan
disimpulkan
istri debitur E.
bahwa
dalam
melakukan
penyelesaian kredit di Bank BTPN Solo,
d. Tidak diterapkan sistim kehati-hatian
selama bulan juli 2012 sampai dengan
dan prinsip-prinsip perbankan yang
bulan Juni 2013 debitur menggunakan jalur
sehat dalam pemberian kredit.
Non
Litigasi,
mengalami
dimana
masalah
debitur dalam
yang
melunasi
e. Adanya kebijakan pemerintah dalam sektor riil.
anggunannya lebih memilih penyelesaian
f. Adanya / timbulnya bencana alam
kredit secara kekeluargaan (Non Litigasi) di
2. Proses penyelesaian kredit bermasalah
bandingkan dengan jalur secara hukum (Litigasi).
dapat dilakukan melalui:
a. Upaya penyelamatan kredit bermasalah Fasilitas dan kebijakan yang dapat digunakan untuk restrukturisasi kredit
kepentingan
para
pihak
yang
bersengketa. 2) Waktu, proses litigasi lebih banyak
macet terdiri dari :
menyita waktu dari mulai proses
1) Penurunan suku bunga kredit
pendaftaran perkara sampai dengan
2) Pengurangan tunggakan bunga kredit
putusan hakim, belum lagi setelah
3) Perpanjangan jangka waktu kredit
putusan
4) Penambahan fasilitas kredit
pihak debitur mengajukan banding
b. Penyelamatan Kredit Bermasalah
yang
1) Penyelesaian kredit melalui litigasi ditempuh
dengan
gugatan pada
mengajukan
pengadilan
negeri
maupun pengadilan niaga. 2) Penyelesaian kredit jalur non litigasi dapat
ditempuh
hakim
dengan
cara
tingkat
pertama,
mengakibatkan
semakin
berlarut-larutnya penyelesaian kredit bermasalah tersebut. 3) Hasil akhir yang dicapai,Terkadang dengan
jalur
litigasi
agunan
dari
mampu
untuk
nilai
kecukupan
agunan
tidak
mengcover
atau
menutup kredit atau dengan cara
mencukupi seluruh hutang debitur,
menurunkan
kredit,
jalur litigasi kadangkala antara hasil
bunga
yang diperoleh dengan biaya yang
suka
pengurangan
bunga
tunggakan
kredit, perpanjangan jangka waktu
telah
kredit,
bahkan lebih besar.
penambahan
kredit(seperti
yang
fasilitas
dikemukakan
debitur B,C,D dan E). 3. Sedangkan
dikeluarkan
yang
sesuai,
4) Iktikad yang tidak baik dari debitur baik
kendala-kendala
tidak
dari
menyelesaikan
debitur
dalam
masalah
secara
dihadapi dalam penyelesaian kredit
pribadi untuk tidak melaksanakan
bermasalah di Bank BTPN UMK Cabang
kesepakatan
Solo adalah :
bersama
a. Penyelesaian
melalui
jalur
litigasi
yang
antara
telah
dibuat
debitur
dengan
kreditur, baik dalam hal ketepatan
diantaranya :
waktu, jumlah dana yang harus
1) Biaya penyelesaian melalui litigasi
diserahkan maupun tindakan yang
memerlukan mengingat dilaksanakan
dana proses atas
yang
banyak
bersifat tidak kooperatif sehingga
keperdataan
hasil akhir tidak bisa diselesaikan
kemauan
dan
secara negosasi.
5) Kemampuan
membayar
penyelesaian
melalui
kemampuan
bayar
tergantung
pada
untuk
jalur
ini
debitur
jaminan
yang
dijaminkan di bank, bila jaminan bergerak
biasanya
mengalami
penurunan nilai jual. b. Sedangkan kendala yang menghambat penyelesaian melalui jalur non litigasi adalah : Iktikad tidak baik dari debitur dalm hal ini kurang adanya kesadaran debitur dalam penyelesaian fasilitas pinjaman. Dan ketepatan Waktu, dengan tidak tepatnya
debitur
kembali
hutangnya
penyelesaian
dalam
menjadi
membayar
mengakibatkan berlarut-larut
sehingga beban yang akan ditanggung oleh debitur semakin besar.
DAFTAR PUSTAKA Abdullah, M. Faisal. 2003 Manajemen Perbankan: Teknik Analisis Kinerja Keuangan Bank, Edisi Revisi, UMM Press. Malang. Arikunto, Suharsini, 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi, Penerbit PT Rineka Cipta, Jakarta. Haneef, Shahbaz; Riaz, Tabassum; Ramzan, Muhammad; Rana, Mansoor; Ishaq, Haviz; Karim, Yasir 2012. “Impact of Risk Management on Non-Performing Loans and Profitability of Banking Sector of Pakistan”. Ijbssnet, International Journal of Business and
Social Science, Vol. 3, No. 7, April 2012, Hal. 307 – 315. Islamiyah, Azizatul, 2010. Analisis Manajemen Kredit Untuk Menurunkan Terjadinya Kredit Bermasalah (Studi Pada PT.BPR Gunung Ringgit Malang). http://lib.uin-malang.ac.id Diakses jam 22.31 WIB tanggal 10 Februari 2013. Jimenez , Gabriel; Saurina, Jesus, 2006. “Credit Cycles, Credit Risk, and Prudential Regulation”, International Journal of Central Banking, Vol. 2 No. 2, Juni 2006, Hal. 66-98. Kwambai, Daniel, Kipyego; Wandera, Moses, 2013. “Effects Of Credit Information Sharing On Nonperforming Loans: The Case Of Kenya Commercial Bank Kenya”. ISSN: 1857 – 7881 (Print) e-ISSN 1857- 7431, European Scientific Journal, vol.9, No.13, May 2013, Hal. 168-193. Mileris, Ricardas, 2014. “Macroeconomic Factors Of Non-Performing Loans In Commercial Banks”. ISSN 1392-1258, Jurnal Ekonomika, Vol. 93, No. 1, Februari 2014, Hal. 22 – 39. Nandasari, Ikhwana, 2009. Penyelesaian Kredit Macet Dengan Hak tanggungan Pada PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatra Selatan di Palembang. http://eprints.undip.ac.id Diakses jam 17.22 WIB tanggal 01 Januari 2013 Nasir, Moh, 1999. Metode Penelitian, Ghalia Indonesia Jakarta. Nawawi, Hadari, 1993. Metode penelitian Bidang Sosial. Cetakan Ketiga, Gajahmada UGM, Yogyakarta. Rosmilia, Rita, 2009. Pelaksanaan Penyelesaian Kredit Bermasalah (Studi di PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Semarang Patimura. http://eprints.undip.ac.id
Diakses jam 12.15 WIB tanggal 22 Juni 2013. Saptono, Joko, 2008. Standar Operasional Prosedur Pengajuan Kredit Dan Sistem Pengawasan Intern Untuk Mencegah Kredit Macet Pada PT Bank Tabungan Negara Cabang Malang. http://lib.uin-malang.ac.id Diakses jam 22.15 WIB tanggal 10 Februari 2013. Singh, Asha, 2013. “Credit Risk Management In Indian Commercial Banks”. ISSN 2277-3622, International Journal of Marketing, Financial Services & Management Research, Vol. 2, No. 7, Juli 2013, Hal. 47 – 51. Susatyo, 2011. “Aspek Hukum Kredit Bermasalah di PT. Bank International Indonesia cabang Surabaya”. DIH, Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 7, No. 13, Februari 2011, Hal. 11 – 20. Suyatno, Thomas,1995. Dasar-Dasar perkreditan. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. The’aman, MGS, Edy Putra, 1989. Kredit Perbankan Suatu Tinjauan Yuridis, Liberty, Yogyakarta. Tjoekam, Mochamad. 1990. Perkreditan Bisnis Internasional Bank Komersial, PT Gramedia Pustaka Utama.jakarta. Tobing, 2009. Penyelesaian Kredit Bermasalah pada PT. Bank Danamon, tbk. Cabang Semarang. http://eprints.undip.ac.id Diakses jam 21.13 WIB tanggal 23 April 2014. Widyasih, 2005. Penyelesaian Kredit Bermasalah Melalui Jalur Jalur Non Litigasi pada Bank Lippo Tbk. http://eprints.undip.ac.id Diakses jam 09.55 WIB tanggal 29 Mei 2014. www.btpn.co.id