ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN/PENUTUPAN LAHAN DI AREA CAGAR BIOSFER CIBODAS DALAM MENDUKUNG KEBERADAAN TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO
SUHUT HESAKI
SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN/PENUTUPAN LAHAN DI AREA CAGAR BIOSFER CIBODAS DALAM MENDUKUNG KEBERADAAN TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO
SUHUT HESAKI
TESIS sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar MAGISTER SAINS pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Boedi Tjahjono, M.Sc
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Analisis Perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan di Area Cagar Biosfer Cibodas dalam Mendukung Keberadaan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Maret 2012 Suhut Hesaki NRP A156100294
ABSTRACT SUHUT HESAKI. Analysis of Land Use/Land Cover Change in Cibodas Biosphere Reserve Area in supporting the Existence of Mount Gede Pangrango National Park. Under direction of KHURSATUL MUNIBAH and OMO RUSDIANA An increasing number of population caused land use/land cover change in Cibodas Biosphere Reserve. One of the approach to rapidly assess land use conversion is by using remote sensing technology. Therefore, the purposes of this study are : (1) to analyze land use/land cover change in 1999 and 2011 and the factor that affecting land use/land cover changes; (2) to identify people preference about land use/land cover change that can be tolerated; (3) predicting land use/land cover allocation approach with Cellular Automata (CA) and (4) to conduct controlling scenario land use/land cover changes in the Cibodas Biosphere Reserve that can support the sustainability of Mount Gede Pangrango National Park. The result showed the form of land use in 1999 was dominated by dry field and mixed farms, amounting to 44.25% and in 2011 the dominance of dry field and mixed farms was reduced to 38.16% accompanied with an increase in settlements from 16.19% to 20.41%. Based on AHP result, land use/land cover change is caused by population growth, source of income, slope, elevation and soil type. Land use/land cover change that can be tolerated by society is changing forests into dry field and mixed farms which have a value of 0.249 or 24.9%, and from dry field and mixed farms to residential with a value of 0.206 or 20.6%. Landuse prediction in 2023 show that dry field and mixed farm is 34,34 %, forest 30.97%, settlements 23.39%, fields 11.14%, edelweis 0.08%, grass / shrub 0.05% and 0.03% of water bodies. There is three scenarios to control land use/land cover change in Cibodas Biosphere Reserve. Keyword : Land use/land cover change, cibodas biosphere reserve, gunung gede pangrango national park
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.
Judul Tesis
:
Nama NRP Program Studi
: : :
Analisis Perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan Di Area Cagar Biosfer Cibodas Dalam Mendukung Keberadaan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Suhut Hesaki A156100294 Ilmu Perencanaan Wilayah
Disetujui Komisi Pembimbing
Dr. Khursatul Munibah, M.Sc Ketua
Dr. Ir. Omo Rusdiana, M.Sc Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah
Dekan Sekolah Pascasarjana IPB
Prof. Dr. Ir. Santun R.P. Sitorus
Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc. Agr.
Tanggal Ujian : 5 Maret 2012
Tanggal Lulus :
Kupersembahkan Karya ini Kepada: Kedua orang tua tercinta; Ayahanda P. Tampubolon dan Ibunda L. Nainggolan, Istriku tercinta Lisbet M Samosir dan Anakku tersayang Jedidja Joyberhan J Tampubolon dan Jecelista Jane J Tampubolon serta keluarga besarku yang telah memberikan dukungan selama ini
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmatNya sehingga karya ilmiah dengan judul Analisis Perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan Di Area Cagar Biosfer Cibodas Dalam Mendukung Keberadaan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dapat diselesaikan. Dalam penyusunan karya ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada: 1. Dr. Khursatul Munibah, M.Sc dan Dr. Ir Omo Rusdiana, M.Sc. selaku ketua dan anggota komisi pembimbing atas segala motivasi, arahan, dan bimbingan yang diberikan mulai dari tahap awal hinga penyelesaian tesis ini 2. Dr. Boedi Tjahjono, M.Sc. selaku penguji luar komisi yang telah memberikan koreksi dan masukan bagi penyempurnaan tesis ini 3. Segenap dosen pengajar, asisten dan staf manajemen Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah IPB 4. Kepala Pusbindiklatren Bappenas beserta jajarannya atas kesempatan beasiswa yang diberikan kepada penulis 5. Kementerian Kehutanan cq Balai Besar KSDA Sumatera Utara yang telah memberikan izin kepada penulis untuk mengikuti program tugas belajar ini 6. Rekan-rekan PWL kelas Bappenas maupun Reguler angkatan 2010 dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Tesis ini Terima kasih yang istimewa khusus disampaikan kepada istriku Lisbet Samosir dan anakku Jedidja Joyberhan J Tampubolon dan Jecelista Jane J Tampubolon beserta seluruh keluarga, atas segala do’a, dukungan, kasih sayang, dan pengorbanan yang telah diberikan selama ini. Penulis menyadari adanya keterbatasan ilmu dan kemampuan, sehingga dalam penelitian ini mungkin masih terdapat banyak kekurangan. Akhirnya, semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Terimaksih.
Bogor, Maret 2012
Suhut Hesaki
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Provinsi Sumatera Selatan pada tanggal 4 Januari 1982 dari pasangan orang tua Bapak P. Tampubolon dan Ibu L. br Nainggolan. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Pendidikan dasar hingga menengah penulis tempuh di Kabupaten OKU Timur dan Kota Bandung. Tahun 1999 penulis lulus dari SMA Negeri 10 Bandung dan kemudian melanjutkan ke Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN). Penulis diterima di jurusan Konservasi Sumber Daya Hutan, Fakultas Kehutanan dan menyelesaikan studi pada jenjang sarjana pada Tahun 2004. Pada Tahun 2005, penulis diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Kementerian Kehutanan pada Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Utara hingga saat ini. Penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke sekolah pascasarjana pada tahun 2010 dan diterima pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah (PWL) IPB dengan bantuan pembiayaan dari Pusat Pembinaan, Pendidikan, dan Pelatihan Perencana Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Pusbindiklatren Bappenas).
RINGKASAN SUHUT HESAKI Analisis Perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan Di Area Cagar Biosfer Cibodas Dalam Mendukung Keberadaan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Dibimbing oleh KHURSATUL MUNIBAH dan OMO RUSDIANA. Perubahan penutupan lahan yang terdapat di Cagar Biosfer Cibodas mengindikasikan adanya perubahan ekosistem yang berada di dalam wilayah tersebut. Perubahan bentuk ekosistem pada akhirnya akan mempengaruhi ekosistem yang berada di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Hal ini dikarenakan ekosistem Taman Nasional Gunung Gede Pangrango memiliki kesatuan ekosistem dengan wilayah sekitarnya sehingga apabila wilayah sekitar yang berbatasan langsung mengalami perubahan yang cepat, akhirnya akan mempengaruhi terhadap ekosistem yang terdapat di taman nasional tersebut. Hasil analisa citra landsat dapat dimanfaatkan untuk melihat perubahan lahan yang terjadi pada suatu wilayah. Pemanfaatan penginderaan jauh menurut merupakan salah satu cara untuk mengetahui secara cepat alih fungsi lahan. Untuk mengetahui perubahan penggunaan/penutupan lahan di Area Cagar Biosfer Cibodas, maka tujuan penelitian ini adalah (1) menganalisis perubahan penggunaan/penutupan lahan pada dua titik tahun (1999 dan 2011) dan faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan/penutupan lahan (2) mengidentifikasi bobot perubahan penggunaan/penutupan lahan yang dapat ditoleransi berdasarkan persepsi masyarakat (3) memprediksi pengalokasian penggunaan/penutupan lahan dengan pendekatan Cellular Automata (CA) dan (4) menyusun skenario dan arahan kebijakan pengendalian perubahan penggunaan/penutupan lahan di Cagar Biosfer Cibodas terkait keberlanjutan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Bentuk penggunaan/penutupan lahan tahun 1999 didominasi oleh kebun campuran sebesar 44,25% dari luas wilayah Cagar Biosfer Cibodas, kemudian berturut-turut hutan 31,48%, Permukiman 16,19%, sawah 7,68 %, rumput/semak belukar 0,29%, edelweis 0,08% dan tubuh air sebesar 0,03%. Bentuk penggunaan/ penutupan lahan pada tahun 2011, kebun campuran 38,16%, hutan 31,22%, permukiman 20,41%, sawah 9,98%, rumput/semak belukar 0,12%, edelweiss 0,08% dan tubuh air sebesar 0,03%. Jenis-jenis penggunaan/penutupan lahan yang mengalami pengurangan luasan dari tahun 1999 sampai tahun 2011 adalah tegalan dan kebun campuran 6,09%, hutan 0,26%, dan rumput/semak belukar 0,17%. Sementara itu, penggunaan/penutupan lahan yang luasannya bertambah adalah permukiman 26,07% dan sawah 29,94%. Berdasarkan struktur penggunaan/penutupan lahan di Cagar Biosfer Cibodas, terlihat bahwa perubahan penggunaan/penutupan lahan terbesar dialami oleh tegalan dan kebun campuran. Tegalan dan kebun campuran mengalami pengurangan luasan sebesar 4.627 ha atau berkurang sebesar 13,76%. Hutan juga merupakan penggunaan/penutupan lahan yang mengalami pengurangan. Luas hutan yang berkurang adalah sebesar 195,9 Ha. Penggunaan/penutupan lahan yang mengalami pertambahan adalah permukiman dan sawah dengan pertambahan terbesar yaitu pada permukiman dengan luas
3.207 Ha disusul oleh sawah dengan luas 1.746 Ha. Peningkatan luas permukiman di wilayah Cagar Biosfer Cibodas sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk yang terjadi di wilayah tersebut dimana laju pertambahan penduduk sebesar 1,77%/tahun Faktor penyebab utama terjadinya perubahan penggunaan/penutupan lahan adalah disebabkan oleh jumlah penduduk, selanjutnya yaitu sumber pendapatan masyarakat, ketinggian tempat, kemiringan lereng dan jenis tanah. Perubahan penggunaan/penutupan lahan yang masih dapat ditoleransi menurut masyarakat yaitu perubahan hutan menjadi tegalan dan kebun campuran dengan nilai 0,249 disusul perubahan menjadi sawah 0,151, permukiman 0,109 dan rumput/semak belukar 0,089. Perubahan dari penggunaan/penutupan lahan tegalan dan kebun campuran yang dapat ditoleran yaitu menjadi permukiman dengan nilai 0,206, sawah 0,151, rumput/semak belukar 0,112 dan menjadi hutan 0,090. Perubahan yang dapat ditoleransi dari rumput/semak belukar menjadi hutan 0,188, tegalan dan kebun campuran 0,168, sawah 0,149 dan permukiman 0,120. Toleransi perubahan penggunaan/penutupan lahan sawah yaitu menjadi tegalan dan kebun campuran 0,177, permukiman 0,143, hutan 0,127, semak belukar 0,125. Persepsi masyarakat terkait perubahan penggunaan/penutupan lahan yang dapat ditoleransi sejalan dengan perubahan penggunaan/penutupan lahan tahun 1999 ke tahun 2011. Hasil prediksi penggunaan/penutupan lahan pada tahun 2023 diperoleh penggunaan lahan tegalan dan kebun campuran sebesar 34,34% dari luas wilayah cagar biosfer cibodas. Selanjutnya hutan 30,97%, permukiman 23,39%, sawah 11,14%, Edelweis 0,08%, rumput/semak belukar 0,05% dan tubuh air 0,03%. Skenario pengendalian perubahan penggunaan/penutupan lahan terdapat 3 skenario. Skenario 1 diasumsikan bahwa dalam pengendalian perubahan penggunaan/ penutupan lahan terdapat intervensi pemerintah, Skenario 2 diasumsikan bahwa dalam pengendalian perubahan penggunaan/ penutupan lahan terdapat intervensi pemerintah dan adanya peran serta masyarakat dan Skenario 3 diasumsikan bahwa dalam pengendalian perubahan penggunaan/penutupan lahan pemerintah mengalokasikan seluruh kemampuan yang dimiliki yaitu anggaran, personel dan penerapan penegakan hukum secara konsisten. Hasil dari skenario 1 terlihat jumlah penggunaan/penutupan lahan pada zona inti meningkat sedangkan pada zona penyangga dan transisi terjadi perubahan pada penggunaan/penutupan lahan hutan. Skenario 2 memberikan hasil keberadaan permukiman dan sawah pada zona inti tetap dipertahankan dan jumlah tidak bertambah. Skenario 3 memberikan hasil penggunaan/penutupan lahan hutan meningkat dan keberadaannya pada zona penyangga dan transisi dapat dipertahankan. Dalam pengendalian perubahan penggunaan/penutupan lahan dilakukan melalui beberapa kebijakan yang dapat diterapkan yaitu penyusunan rencana program Cagar Biosfer Cibodas yang selaras dengan RTRW, Sosialisasi Cagar Biosfer Cibodas dan Pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasan Cagar Biosfer Cibodas. Kata kunci : Penggunaan/penutupan lahan, Cagar Biosfer Cibodas, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
i
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ..........................................................................................
iii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
v
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
vii
I.
PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ................................................................................. 1.2.Perumusan Masalah ......................................................................... 1.3.Tujuan Penelitan ............................................................................... 1.4.Manfaat Penelitian ............................................................................
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Taman Nasional ............................................................................... 2.2. Cagar Biosfer Cibodas ..................................................................... 2.3. Penggunaan dan Penutupan Lahan .................................................. 2.4. Perubahan Penggunaan dan Penutupan Lahan................................. 2.5. Faktor Penyebab Perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan ........... 2.6. Prediksi Perubahan Penggunaan dan Penutupan Lahan .................. 2.7. Penginderaan Jauh............................................................................ 2.8. Sistem Informasi Geografis ............................................................. 2.9. Analytical Hierarchy Process (AHP) ............................................... III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran......................................................................... 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 3.3. Bahan dan Alat ................................................................................. 3.4. Metode Pengumpulan Data .............................................................. 3.5. Analisis Data .................................................................................... 3.5.1. Analisis Spasial Perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan. 3.5.2. Analisis Faktor-faktor Penyebab Perubahan Penggunaan/ Penutupan Lahan .................................................................. 3.5.3 Prediksi Perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan ............. 3.5.4. Analisis Perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan Yang Dapat Ditoleransi dengan pendekatan Analytical Hierarchy Prosess (AHP) .................................................... 3.5.5 Analisis Deskriptif Penyusunan Skenario dan Arahan Kebijakan Pengendalian Perubahan Penggunaan/ Penutupan Lahan .................................................................. IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Karakteristik Wilayah ...................................................................... 4.1.1. Topografi................................................................................ 4.1.2. Tanah...................................................................................... 4.2. Rencana Tata Ruang Wilayah / RTRW ........................................... 4.3. Administrasi .....................................................................................
1 3 5 5
6 7 8 8 9 10 11 12 13
16 19 19 20 20 20 23 23
24
27
28 28 29 30 30
ii
4.4. Kependudukan ................................................................................. 4.5. Perekonomian .................................................................................. V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Penggunaan/Penutupan Lahan Di Cagar Biosfer Cibodas Tahun 1999 dan 2011 ................................................................................. 5.2. Perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan Periode Tahun 1999 dan 2011 .......................................................................................... 5.2.1. Persepsi Masyarakat tentang Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan ............................. 5.2.2. Persepsi Masyarakat Tentang Perubahan Penggunaan/ Penutupan Lahan Yang Dapat Ditoleransi............................. 5.3. Prediksi Penggunaan/Penutupan Lahan Cagar Biosfer Cibodas ..... 5.4. Pengendalian Perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan ................ 5.4.1. Ketidakcocokan Penggunaan/Penutupan Lahan Tahun 2023 dengan RTRWP Jawa Barat di Cagar Biosfer Cibodas ......... 5.4.2. Skenario dan Arahan Kebijakan Pengendalian Perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan ...............................................
37 38
40 52 62 63 66 70 70 74
V. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ...................................................................................... 6.2. Saran ................................................................................................
89 90
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
91
LAMPIRAN ..................................................................................................
94
iii
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Tujuan, Jenis Data dan Metode Analisis ............................................
21
Tabel 2. Contoh Matriks Transformasi Perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan ..................................................................................................
22
Tabel 3. Skala pengisian matriks perbandingan berpasangan ..........................
25
Tabel 4. Kemiringan Lereng di Wilayah Cagar Biosfer Cibodas .....................
28
Tabel 5. Kelas Elevasi di Wilayah Cagar Biosfer Cibodas ..............................
29
Tabel 6. Luas Jenis Tanah di Wilayah Cagar Biosfer Cibodas ........................
29
Tabel 7. Sebaran Arahan Penggunaan Lahan Cagar Biosfer Cibodas..............
31
Tabel 8. Penduduk per Kecamatan Cagar Biosfer Cibodas Tahun 1999 – 2011 ....................................................................................................
37
Tabel 9. Sumber Pendapatan Masyarakat Desa-Desa di Cagar Biosfer Cibodas Tahun 1999. ..........................................................................
39
Tabel 10. Kegiatan Perekonomian Masyarakat Desa-Desa di Cagar Biosfer Cibodas Tahun 2011 ...........................................................................
39
Tabel 11. Struktur Penggunaan/Penutupan Lahan di Cagar Biosfer Cibodas ....
40
Tabel 12. Struktur Penggunaan/Penutupan Lahan pada setiap Zona Cagar Biosfer Cibodas ..................................................................................
42
Tabel 13. Matriks Perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan Cagar Biosfer Cibodas Tahun 1999 – 2011. ..............................................................
54
Tabel 14. Matriks Perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan Periode Tahun 1999 – 2011 pada Setiap Zona Cagar Biosfer Cibodas ......................
59
Tabel 15. Laju Perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan Cagar Biosfer Cibodas Periode Tahun 1999 dan 2011 ..............................................
61
Tabel 16. Bobot Faktor Penyebab Perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan berdasarkan Persepsi Masyarakat .......................................................
62
Tabel 17. Bobot Perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan Yang Dapat Ditoleransi ..........................................................................................
64
Tabel 18. Prediksi Luas dan komposisi penggunaan lahan di Cagar Biosfer Cibodas ...............................................................................................
68
Tabel 19. Tabulasi Silang Penggunaan/Penutupan Lahan Tahun 2023 dan RTRWP 2009-2029 ............................................................................
72
Tabel 20. Prediksi Luas dan Komposisi Penggunaan Lahan di Cagar Biosfer Cibodas Skenario 1 .............................................................................
74
Tabel 21. Prediksi Luas dan Komposisi Penggunaan Lahan di Cagar Biosfer Cibodas Skenario 2 .............................................................................
75
iv
Tabel 22. Prediksi Luas dan Komposisi Penggunaan Lahan di Cagar Biosfer Cibodas Skenario 3 ............................................................................
75
Tabel 23. Penggunaan/Penutupan Lahan pada Cagar Biosfer Cibodas berdasarkan Skenario 1,2 dan 3 .........................................................
76
v
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.
Bagan Alir Kerangka Pemikiran .................................................
17
Gambar 2.
Bagan Alir Penelitian ..................................................................
18
Gambar 3.
Peta Lokasi Penelitian. ................................................................
19
Gambar 4.
Hirarki Penentuan Faktor Penyebab Perubahan Penggunaan/ Penutupan Lahan.........................................................................
24
Skema Hirarki Penentuan Bobot Perubahan Penggunaan/ Penutupan Lahan di Cagar Biosfer Cibodas yang Dapat Ditoleransi ...................................................................................
27
Peta Lokasi Penelitian Cagar Biosfer Cibodas Provinsi Jawa Barat ............................................................................................
33
Gambar 7.
Peta Kemiringan Lereng pada Wilayah Cagar Biosfer Cibodas.
34
Gambar 8.
Peta Elevasi pada Wilayah Cagar Biosfer Cibodas ....................
35
Gambar 9.
Peta Jenis Tanah pada Wilayah Cagar Biosfer Cibodas .............
36
Gambar 10. Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat di Cagar Biosfer Cibodas ................................................................
37
Gambar 11. Perkembangan Penduduk Kabupaten/Kota yang Termasuk dalam Cagar Biosfer Cibodas .....................................................
38
Gambar 12. Persentase Luas Penggunaan/Penutupan Lahan di Cagar Biosfer Cibodas Tahun 1999 dan 2011.......................................
41
Gambar 13. Peta Penggunaan/Penutupan Lahan Cagar Biosfer Cibodas Tahun 1999 .................................................................................
44
Gambar 14. Peta Penggunaan/Penutupan Lahan Cagar Biosfer Cibodas Tahun 2011 .................................................................................
45
Gambar 15. Peta Penggunaan/Penutupan Lahan Zona Inti Cagar Biosfer Cibodas Tahun 1999 ...................................................................
46
Gambar 16. Peta Penggunaan/Penutupan Lahan Zona Inti Cagar Biosfer Cibodas Tahun 2011 ...................................................................
47
Gambar 17. Peta Penggunaan/Penutupan Lahan Zona Penyangga Cagar Biosfer Cibodas Tahun 1999 ......................................................
49
Gambar 18. Peta Penggunaan/Penutupan Lahan Zona Penyangga Cagar Biosfer Cibodas Tahun 2011 ......................................................
49
Gambar 19. Peta Penggunaan/Penutupan Lahan Zona Transisi Cagar Biosfer Cibodas Tahun 1999 ......................................................
50
Gambar 20. Peta Penggunaan/Penutupan Lahan Zona Transisi Cagar Biosfer Cibodas Tahun 2011 ......................................................
51
Gambar 5.
Gambar 6.
vi
Gambar 21. Persentase Perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan di Cagar Biosfer Cibodas Periode pada Zona Inti, Penyangga dan Transisi Tahun 1999 dan 2011 ....................................................
53
Gambar 22. Hasil Validasi Model Prediksi Penggunaan Lahan Pada Berbagai Iterasi ...........................................................................
66
Gambar 23. Kesesuaian Penggunaan/Penutupan Lahan Berdasarkan Persepsi Masyarakat dengan pendekatan AHP yaitu (a) Edelweis, (b) Hutan, (c) Tegalan dan Kebun Campuran, (d) Permukiman, (e) Rumput/Semak Belukar, (f) Sawah, (h) Tubuh Air ....................................................................................
67
Gambar 24. Peta Prediksi Penggunaan/Penutupan Lahan Cagar Biosfer Cibodas Tahun 2023....................................................................
69
Gambar 25. Kecenderungan Perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan Tahun 1999, 2011 dan 2023 ........................................................
70
Gambar 26. Peta Kesesuaian Prediksi Penggunaan/Penutupan Lahan tahun 2023 dan RTRW..........................................................................
73
Gambar 27. Peta Prediksi Penggunaan/Penutupan Lahan Cagar Biosfer Cibodas Tahun 2023 Skenario 1 .................................................
77
Gambar 28. Peta Prediksi Penggunaan/Penutupan Lahan Cagar Biosfer Cibodas Tahun 2023 Skenario 2. ................................................
78
Gambar 29. Peta Prediksi Penggunaan/Penutupan Lahan Cagar Biosfer Cibodas Tahun 2023 Skenario 3 .................................................
79
vii
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Citra Landsat Cagar Biosfer Cibodas Tahun 1999 .....................
94
Lampiran 2. Citra Landsat Cagar Biosfer Cibodas Tahun 2011 .....................
95
Lampiran 3. Peta Cek Penggunaan Lahan.......................................................
96
Lampiran 4. Titik Hasil Referensi Cek Lapangan dan Google Earth .............
97
Lampiran 5. Akurasi dan Nilai Kappa Klasifikasi Citra Landsat Cagar Biosfer Cibodas...........................................................................
104
Lampiran 6. Nilai Validasi Penggunaan/Penutupan Lahan Tahun 2011 dengan Idrisi ...............................................................................
105
Lampiran 7. Kuisioner AHP ............................................................................
106
I. PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Cagar Biosfer adalah situs yang ditunjuk oleh berbagai negara melalui
kerjasama dengan program Man and Biosphere (MAB)-UNESCO untuk mempromosikan
konservasi
keaneragaman
hayati
dan
pembangunan
berkelanjutan, berdasarkan pada upaya masyarakat lokal dan ilmu pengetahuan yang handal. Cagar Biosfer mempunyai tujuan untuk mewujudkan pengelolaan lahan, perairan tawar, laut dan sumber daya hayati secara terpadu, melalui program
perencanaan
bioregional,
yang
mengintegrasikan
konservasi
keanekaragaman hayati ke dalam pembangunan berkelanjutan, dan yang dapat dicapai melalui pengembangan sistem zonasi tepat. Sistem zonasi ini mencakup: zona inti, zona penyangga dan zona transisi. Zona inti adalah kawasan yang dilindungi secara ketat, yang dikelilingi oleh zona penyangga yang menekankan pada aspek konservasi, namun masyarakat diperbolehkan tinggal dan bekerja, dan zona transisi, atau disebut juga wilayah kerjasama, untuk mempromosikan pembangunan berkelanjutan (The Indonesian Man and Biosphere (MAB) Program National Committee Indonesian Institute of Sciences (LIPI), 2010). Cagar Biosfer Cibodas merupakan salah satu cagar biosfer yang terdapat di Indonesia yang ditetapkan pada tahun 1977 dengan zona inti Taman Nasional Gunung Gede Pangrango yang ditetapkan pada tahun 1980. Berdasarkan laporan review Man And Biosphere Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (MAB-LIPI), luas cagar biosfer Cibodas adalah 114.779 ha. Keadaan alamnya yang khas dan unik, menjadikan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sebagai salah satu laboratorium alam yang menarik minat para peneliti sejak lama. Taman Nasional Gunung Gede Pangrango memiliki keanekaragaman ekosistem yang terdiri dari ekosistem sub-montana, montana, sub-alpin, danau, rawa, dan savana. Ekosistem sub-montana dicirikan oleh banyaknya pohon-pohon yang besar dan tinggi seperti jamuju (Dacrycarpus imbricatus), dan puspa (Schima walliichii). Ekosistem subalpin dicirikan oleh adanya dataran yang ditumbuhi rumput Isachne pangerangensis, bunga eidelweis (Anaphalis
javanica),
violet
(Viola
pilosa),
dan
cantigi
(Vaccinium
2
varingiaefolium). Satwa primata yang terancam punah dan terdapat di Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango yaitu owa (Hylobates moloch), surili (Presbytis comata comata), dan lutung budeng (Trachypithecus auratus auratus), dan satwa langka lainnya seperti macan tutul (Panthera pardus melas), landak Jawa (Hystrix brachyura brachyura), kijang (Muntiacus muntjak muntjak), dan musang tenggorokan kuning (Martes flavigula). Taman Nasional Gunung Gede Pangrango terkenal kaya akan berbagai jenis burung yaitu terdapat sebanyak 251 jenis dari 450 jenis yang terdapat di Pulau Jawa. Beberapa jenis diantaranya termasuk burung langka yaitu elang Jawa (Spizaetus bartelsi) dan burung hantu (Otus angelinae). Keanekaragaman hayati yang terdapat di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango merupakan aset sumber daya alam yang penting dan cukup rentan mengalami gangguan yang disebabkan oleh adanya aktivitas manusia. Aktivitas manusia dalam kegiatan yang dilakukan seringkali melupakan keberadaan sumber daya alam hayati yang berada di sekitarnya. Aktivitas tersebut seringkali mengakibatkan kerusakan sehingga pada akhirnya akan menyebabkan terganggunya ekosistem alam. Wilayah zona penyangga dan zona transisi Cagar Biosfer Cibodas saat ini banyak dilakukan pengembangan dan pembangunan terkait dengan terjadinya peningkatan jumlah penduduk. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu hal yang menyebabkan peningkatan aktivitas manusia dalam memanfaatkan lahan. Bentuk-bentuk pemanfaatan lahan yang dilakukan untuk aktivitas manusia dalam pemenuhan kebutuhan hidup yaitu untuk kegiatan pertanian, pemukiman, perkebunan, dan kegiatan lainnya. Pemanfaatan lahan yang berada pada zona transisi dan zona penyangga seharusnya disesuaikan dengan kondisi lingkungan serta dapat dilakukan terkait dengan tujuan dari cagar biosfer yaitu mengintegrasikan konservasi keanekaragaman hayati ke dalam pembangunan berkelanjutan dan keselarasan hubungan antara pembangunan ekonomi, pemberdayaan masyarakat dan perlindungan lingkungan. Keberadaan Cagar Biosfer Cibodas adalah untuk mendukung keberadaan zona inti yaitu Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Perubahan penggunaan/ penutupan lahan yang terjadi di Cagar Biosfer Cibodas secara tidak langsung akan
3
memberikan dampak terhadap zona inti. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis perubahan penggunaan/penutupan lahan yang terjadi pada zona inti, penyangga dan transisi. Analisis perubahan penggunaan/penutupan lahan di Cagar Biosfer Cibodas merupakan salah satu upaya untuk mengetahui kondisi perubahan penggunaan/penutupan lahan terkait dengan keberadaan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Hasil analisis citra Landsat dapat dimanfaatkan untuk melihat perubahan penggunaan/penutupan lahan yang terjadi pada suatu wilayah. Pemanfaatan penginderaan jauh menurut Petit et al (2001) merupakan salah satu cara untuk mengetahui secara cepat alih fungsi lahan. Teknik analisis dapat menggunakan data penginderaan jauh dan sistem informasi geografis (SIG). Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji perubahan penggunaan/penutupan lahan yang terdapat di Cagar Biosfer Cibodas yang dapat ditoleransi dan mendukung fungsi dari Taman Nasional Gunung Gede Pangrango serta faktorfaktor yang mempengaruhinya, dan prediksi perubahan penutupan lahan pada Cagar Biosfer Cibodas. Tujuan lain yang ingin dicapai melalui penelitian ini yaitu untuk mendapatkan skenario dan arahan kebijakan pengendalian perubahan penggunaan/penutupan lahan di Cagar Biosfer Cibodas terkait dengan keberlanjutan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
1.2. Perumusan Masalah Peningkatan jumlah penduduk serta aktivitas dalam pemenuhan kebutuhan hidup manusia dan konversi lahan pertanian menjadi pemukiman merupakan salah satu penyebab berkurangnya luas lahan yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian sehingga memanfaatkan lahan dengan merubah penggunaan /penutupan lahan yang terdapat di zona penyangga dan transisi pada kawasan Cagar Biosfer Cibodas. Hal ini tidak dapat dihindari dan akan berdampak pada keberadaan zona inti dari cagar biosfer yaitu kawasan konservasi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Aksesibilitas yang memberikan kemudahan dalam mengakses dan memanfaatkan lahan yang sebelumnya tidak dapat diakses oleh masyarakat
4
menyebabkan terjadinya perubahan pemanfaatan yang digunakan oleh masyarakat untuk kegiatan memenuhi kebutuhan hidup. Perubahan penggunaan/penutupan lahan yang terdapat di Cagar Biosfer Cibodas mengindikasikan adanya perubahan ekosistem yang berada di dalam wilayah tersebut. Perubahan bentuk ekosistem pada akhirnya akan mempengaruhi ekosistem yang berada di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Hal ini dikarenakan ekosistem Taman Nasional Gunung Gede Pangrango memiliki kesatuan ekosistem dengan wilayah sekitarnya sehingga apabila wilayah sekitar yang berbatasan langsung mengalami perubahan yang cepat, akhirnya akan mempengaruhi terhadap ekosistem yang terdapat di taman nasional tersebut. Fenomena-fenomena tersebut di atas pada akhirnya akan memberikan pengaruh dalam perencanaan pengembangan wilayah dan pembangunan serta keberadaan Cagar Biosfer Cibodas dan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango di masa yang akan datang. Perubahan penggunaan/penutupan lahan yang terdapat pada Cagar Biosfer Cibodas akan memberikan pengaruh pada keberadaannya di masa mendatang sehingga akan mempengaruhi keanekaragaman hayati yang ada dan pada akhirnya akan menimbulkan kerugian bagi keberadaan keanekaragaman hayati dan bagi manusia. Sesuai dengan fenomena dan permasalahan di atas, pertanyaan penelitian pada Cagar Biosfer Cibodas yaitu : 1.
Bagaimana bentuk penggunaan lahan di wilayah di Cagar Biosfer Cibodas ?
2.
Faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya perubahan penutupan lahan di Cagar Biosfer Cibodas ?
3.
Bagaimana Pola Perubahan penutupan lahan di wilayah Cagar Biosfer Cibodas ?
4.
Bagaimana perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan Cagar Biosfer Cibodas yang dapat ditoleransi dan mendukung keberadaan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango ?
5
1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dilaksanakan penelitian ini yaitu: 1.
Menganalisis perubahan penggunaan/penutupan lahan pada dua titik tahun (1999
dan
2011)
dan
faktor
yang
mempengaruhi
perubahan
penggunaan/penutupan lahan. 2.
Mengidentifikasi bobot perubahan penggunaan/penutupan lahan yang dapat ditoleransi berdasarkan persepsi masyarakat.
3.
Memprediksi pengalokasian penggunaan/penutupan lahan dengan pendekatan Cellular Automata (CA).
4.
Menyusun
skenario
dan
kebijakan
pengendalian
perubahan
penggunaan/penutupan lahan di Cagar Biosfer Cibodas terkait keberlanjutan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
1.4. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah memberi masukan kepada pemerintah daerah dan pengelola Cagar Biosfer Cibodas untuk dapat mengendalikan perubahan penggunaan/penutupan lahan di wilayah tersebut dan melakukan pengembangan wilayah di dalam zona penyangga dan zona transisi Cagar Biosfer Cibodas yang berkelanjutan dan mendukung dalam pengelolaan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Taman Nasional Menurut Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, Taman Nasional didefinisikan sebagai kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi, yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi. Taman nasional memiliki peranan yang penting dalam perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. IUCN (1984) mendefinisikan taman nasional adalah wilayah daratan dan lautan yang masih alami, yang ditunjuk untuk (i) melindungi integritas ekologis dari satu atau beberapa ekosistem di dalamnya, untuk kepentingan sekarang dan generasi
mendatang;
(ii)
menghindarkan/mengeluarkan
kegiatan-kegiatan
eksploitasi atau okupasi yang bertentangan dengan tujuan-tujuan pelestarian kawasan; (iii) menyediakan landasan bagi kepentingan-kepentingan spiritual, ilmiah, pendidikan, wisata dan lain-lain, yang semuanya harus selaras secara lingkungan dan budaya. Fungsi utama taman nasional (Balai Taman Nasional Baluran, 2007) adalah : 1.
Fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan.
2.
Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa.
3.
Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati beserta ekosistemnya, yang dapat dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, rekreasi dan pariwisata. Taman nasional memiliki batasan yang jelas dalam hal intensitas
penggunaan kawasan oleh manusia yang dapat ditoleransi oleh kawasan perlindungan tersebut. Menurut Primack et al. (1998) taman nasional dikelola dan dimanfaatkan untuk memberikan perlindungan bagi satu ekosistem atau lebih dan tujuan penggunaan tidak untuk komersil tetapi untuk tujuan ilmiah, pendidikan dan rekreasi.
7
2.2. Cagar Biosfer Cibodas Cagar Biosfer adalah situs yang ditunjuk oleh berbagai negara melalui kerjasama dengan program Man and Biosphere (MAB)-UNESCO untuk mempromosikan
konservasi
keaneragaman
hayati
dan
pembangunan
berkelanjutan, berdasarkan pada upaya masyarakat lokal dan ilmu pengetahuan yang handal (MAB-LIPI, 2010). Dalam pengelolaannya, dilakukan melalui zonasi yang terbagi menjadi 3 zona yaitu area inti, zona penyangga dan zona transisi. Menurut MAB-LIPI (2010) definisi masing-masing zona yaitu : 1.
Area inti merupakan kawasan yang mempunyai perlindungan hukum jangka panjang untuk melestarikan keanekaragaman hayati, memantau ekosistem yang tidak terganggu dan melakukan penelitian yang tidak merusak (tanpa manipulasi) serta kegiatan-kegiatan lain yang bersifat pasif seperti pendidikan. Area inti dapat juga dimiliki secara pribadi, milik organisasi non pemerintah, atau tanah masyarakat adat. Prinsip dasarnya area inti dari Cagar Biosfer harus berupa kawasan konservasi atau kawasan lindung yang secara legal formal dilindungi oleh aturan Pemerintah atau secara tradisional dilestarikan oleh masyarakat atau lembaga adat.
2.
Zona penyangga, merupakan wilayah yang mengelilingi atau bersebelahan dengan area inti dan jelas teridentifikasi untuk melindungi area inti dari dampak kegiatan manusia. Dalam banyak hal, zona penyangga bisa berupa daratan atau perairan, bisa merupakan milik perseorangan, negara, lembaga swasta atau masyarakat tertentu. Pengelolaan pada zona ini dilakukan oleh pemilik lahan, tetapi pengelolaan harus harus sesuai dengan peraturan pemerintah. Pada umumnya, kegiatan yang dapat dilakukan pada zona ini terkait dengan manfaat ekologis yaitu penelitian, pendidikan, pelatihan, ekowisata dan pemanfaatan berkelanjutan keanekaragaman hayati atu sumber daya alam lainnya yang dapat diperbaharui.
3.
Zona transisi, merupakan wilayah terluar dan memiliki luas terbesar yang berfungsi untuk mengembangkan kerjasama dengan komunitas lokal. Zona ini mengelilingi zona penyangga dan dapat dimiliki oleh perseorangan, organisasi, perusahaan swasta maupun lembaga lainnya. Area ini
8
mewujudkan model pembangunan berkelanjutan, bersama dengan pemilik lahan untuk membangun pengelolaan sumber daya alam di wilayah ini.
2.3. Penggunaan dan Penutupan Lahan Pengetahuan mengenai penggunaan dan penutupan lahan merupakan salah satu hal penting terkait dengan kegiatan perencanaan dan pengelolaan suatu kawasan yang berhubungan dengan keadaan permukaan bumi. Penggunaan lahan dan pentupan lahan dapat memiliki pengertian yang sama untuk hal-hal tertentu, tetapi sebenarnya mengandung penekanan yang berbeda. Penggunaan lahan (land use) mengandung aspek menyangkut aktivitas pemanfaatan lahan oleh manusia sedangkan penutupan lahan (land cover) lebih bernuansa fisik (Rustiadi et al, 2009). Hal ini didukung oleh Lillesand dan Kiefer (1990) yang menyatakan bahwa penutupan lahan memiliki keterkaitan dengan keadaan penampakan permukaan bumi atau apa yang ada di atas sebuah lahan sedangkan penggunaan lahan berhubungan dengan suatu aktivitas yang dilakukan oleh manusia pada suatu bidang lahan tertentu. 2.4. Perubahan Penggunaan dan Penutupan Lahan Perubahan penggunaan lahan dapat didefinisikan sebagai perubahan aktivitas pemanfaatan lahan yang dilakukan pada suatu wilayah dari satu bentuk ke bentuk kegiatan lainnya sebagai akibat dari adanya pertumbuhan dan transformasi struktur sosial ekonomi masyarakat yang berkembang. Perubahan penggunaan lahan dapat bersifat sementara ataupun bersifat permanen. Perubahan penggunan lahan terkadang tidak selalu mengakibatkan perubahan penutupan lahan. Adanya perubahan dalam pengelolaan suatu tipe kawasan hutan untuk perlindungan tidak menyebabkan perubahan penutupan lahan secara signifikan. Perubahan penutupan lahan dapat terbagi menjadi 2 bentuk yaitu perubahan penutupan lahan menjadi kategori lain yaitu dari hutan menjadi non hutan dan perubahan penutupan lahan yang mengalami modifikasi yaitu dari hutan rapat menjadi hutan jarang (FAO, 2000 dalam Phong, 2004)
9
2.5. Faktor Penyebab Perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan Yatap (2008) menyatakan bahwa perubahan penutupan lahan yang terjadi di Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) dipengaruhi oleh beberapa peubah sosial ekonomi yang pengaruhnya sangat dominan yaitu kepadatan penduduk, laju pertumbuhan penduduk, luas kepemilikan lahan, perluasan pemukiman, dan perluasan lahan pertanian. Penyebab utama terjadinya perubahan penggunaan dan penutupan lahan di kawasan TNGHS adalah adanya aktivitas masyarakat dalam memanfaatkan suatu sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kontributor yang memberikan pengaruh nyata yaitu kebutuhan lahan pertanian dan perkebunan, pemukiman, pembuatan sarana dan prasarana, serta pemanfaatan sumber daya hutan. Selain itu perubahan tersebut disebabkan juga oleh perubahan rencana pengelolaan yang dilakukan oleh pemerintah. Young et al. (2006) menyatakan bahwa beberapa hal yang menyebabkan terjadinya perubahan penutupan lahan di kawasan lindung hutan campuran di Alberta Canada adalah kegiatan bidang pertanian, urbanisasi, kegiatan penambangan minyak dan gas serta perubahan yang dikarenakan oleh kebakaran, sehingga terjadinya perubahan penutupan lahan pada kawasan lindung akan mempengaruhi keanekaragaman hayati yang terdapat pada kawasan lindung tersebut. Hal ini didukung juga oleh Verburg et al. (2006) yang melakukan penelitian di kawasan lindung di Philipina dan menyatakan bahwa perubahan penutupan dan penggunaan lahan pada kawasan lindung merupakan ancaman utama terhadap keberadaan keanekaragaman hayati yang disebabkan oleh kerusakan vegetasi alam dan terbaginya atau terisolasinya kawasan lindung tersebut. Hal ini disebabkan oleh adanya kegiatan perluasan lahan pertanian di wilayah batas kawasan lindung dan kegiatan penebangan liar yang selalu terjadi dan tidak terkendali pada batas kawasan taman nasional. Munibah (2008) menyatakan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan lahan hutan menjadi lahan pertanian adalah bentuk lahan, kemiringan lereng, jenis tanah, curah hujan, jarak dari jalan raya dan mata pencaharian masyarakat. Faktor faktor yang secara nyata menentukan perubahan penggunaan lahan menurut Saefulhakim et al. (1999) dengan menggunakan alat analisis multinomial
10
logit model adalah tipe penggunaan lahan pada masa sebelumnya, status kawasan dalam kebijakan tata ruang, hak penguasaan dan kepemilikan lahan, karakteristik fisik lahan, karakteristik sosial ekonomi wilayah dan karakteristik interaksi spasial antara aktivitas sosial ekonomi internal dan eksternal suatu wilayah. 2.6. Prediksi Perubahan Penggunaan dan Penutupan Lahan Prediksi perubahan penggunaan dan penutupan lahan dilakukan untuk mengetahui penggunaan lahan yang terjadi di masa mendatang yang dipengaruhi oleh penggunaan lahan saat ini pada suatu wilayah dan penggunaan di wilayah tetangganya. Model Cellular Automata (CA) pertama kali diperkenalkan oleh Ulam dan Von Neumann pada tahun 1940 yaitu untuk membuat kerangka kerja yang formal (formal framework) untuk meneliti perilaku sistem yang kompleks (Munibah, 2008). Selain itu dinyatakan bahwa kondisi di masa yang akan datang suatu sistem yang terdapat di alam dapat menggunakan pemodelan spasial dinamik yaitu dengan pendekatan CA. Hal ini disebabkan karena perubahan penggunaan lahan tidak terjadi dalam satu poligon besar, tetapi terjadi secara bertahap. CA merupakan salah satu pendekatan untuk memodelkan perubahan penggunan/penutupan lahan secara spasial dan bersifat dinamik sehingga memungkinkan untuk memprediksi penyebaran spasial penggunaan/penutupan lahan tersebut. CA adalah model dinamik dari interaksi lokal antar sel pada grid yang teratur (Hand, 2005), dimana sel mempresentasikan penggunaan lahan, adapun perubahan penggunaan lahan tergantung pada aturan (rule) yang mempertimbangkan penggunaan lahan tetangganya (Manson, 2001) Menurut Barredo et al. (2003), sebuah CA dasar terdiri dari beberapa unsur yaitu (1) ruang yang diwakili oleh sebuah susunan sel; (2) sejumlah diskrit dari state; (3) kerangka ketetanggaan; (4) peralihan fungsi yang mendefinisikan keadaan di periode mendatang dipengaruhi keadaan saat ini dan tetangga selnya. Hal ini menunjukkan adanya suatu interaktivitas spasial. Adapun interaksi ketetanggaan merupakan salah satu faktor penentu dalam kelompok model perubahan penggunaan lahan berbasis Cellular Automata (CA) (Verburg et al., 2004) He (2006) telah menggabungkan model CA dan model sistem dinamik
11
untuk dapat memperkirakan skenario ekspansi perkotaan di Beijing dari tahun 2004 sampai 2020, dengan adanya dilema ekspansi perkotaan berhadapan dengan keterbatasan sumber daya air dan kerusakan lingkungan. Hasil prediksi tersebut dapat digunakan oleh pengambil kebijakan untuk dapat mengendalikan ekspansi kota yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. 2.7. Penginderaan Jauh Penginderaan jauh adalah ilmu, teknik dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu obyek, daerah atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu peralatan tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah atau fenomena yang dikaji (Lillesand dan Kiefer, 1990). Citra satelit merupakan salah produk citra non foto yang diperoleh dari kegiatan penginderaan jauh. Irianto (2004) menyatakan bahwa penggunaan citra satelit dengan resolusi dan waktu pengambilan yang proporsional multitemporal sangat diperlukan untuk zonasi, karakterisasi, adaptasi dan mitigasi alih fungsi lahan. Penginderaan jauh banyak diaplikasikan untuk mengamati perubahan penggunaan dan penutupan lahan. Hasil studi Yatap (2008) menyatakan bahwa untuk mengetahui bentuk-bentuk penggunaan dan penutupan lahan di Taman Nasional
Gunung
Halimun
Salak,
dilakukan
analisis
spasial
dengan
membandingkan data citra Landsat multitemporal dari tahun 1989 – 2004. Hal tersebut diperkuat sesuai dengan hasil studi Kumar (2011), penilaian penutupan lahan hutan menggunakan penginderaan jauh telah memberikan manfaat yaitu kecenderungan perubahan penutupan hutan saat ini baik pada skala lokal maupun skala global. Sehingga pemanfaatan aplikasi penginderaan jauh dimanfaatkan untuk
mengetahui
perubahan
penggunaan
dan
penutupan
lahan
dan
memperkirakan kecenderungan perubahan dan penutupan lahan pada masa mendatang. Penelitian yang dilakukan Tucker (2005) di Guatemala dan Honduras melalui analisis citra pengindraan jauh, pengukuran bentang alam dan membuat model ekonometri spasial memberikan hasil bahwa hal-hal yang perlu diperhatikan untuk dapat membangun pendekatan yang efektif dalam melakukan
12
pengelolaan konservasi hutan tropis harus memperhatikan ekologi dan manusia seperti pasar, faktor topografi dan infrastruktur. Penggunaan penginderaan jauh yang dapat digunakan untuk memantau perubahan penggunaan lahan yaitu dengan memanfaatkan citra Land Satellite (Landsat). Lillesand dan Kiefer (1990) menyampaikan bahwa satelit Landsat digunakan untuk merekam data sumber daya alam dengan cara sistematik, berulang dengan resolusi sedang. Lisnawati (2006) melakukan identifikasi jenisjenis penutupan lahan dengan memanfaatkan citra penginderaan jauh yaitu citra landsat ETM+ yang digunakan untuk menginterpretasi jenis-jenis penggunaan lahan. 2.8. Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis merupakan suatu teknologi informasi yang berkaitan dengan pengumpulan dan pengolahan data berkoordinat geografis (Barus dan Wiradisastra, 2000). Menurut Prahasta (2005) serta Barus dan Wiradisastra (2000) SIG mempunyai empat komponen utama dalam menjalankan prosesnya antara lain : 1.
Data input : komponen ini bertugas mengumpulkan dan mempersiapkan data spasial dan atribut dari berbagai sumber serta bertanggung jawab mengkonversi atau mentransformasikan data ke dalam format yang diminta perangkat lunak, baik dari data analog maupun data digital lain atau dari bentuk data yang ada menjadi bentuk yang dapat dipakai dalam SIG.
2.
Data manajemen : Komponen ini mengorganisasikan baik data spasial maupun non spasial (atribut) ke dalam sebuah basis data sedemikian rupa sehingga mudah untuk dilakukan pemanggilan, pemutakhiran (updating) dan penyuntingan (editing).
3.
Data manipulasi dan analisis : Komponen ini melakukan manipulasi dan permodelan data untuk menghasilkan informasi sesuai dengan tujuan. Komponen perangkat lunak yang memiliki kedua fungsi tersebut merupakan kunci utama dalam menentukan keandalan sistem SIG yang digunakan. Kemampuan analisis data spasial melalui algoritma atau pemodelan secara
13
matematis merupakan pembeda suatu SIG dengan sistem informasi yang lain. 4.
Data output : Komponen ini berfungsi menghasilkan keluaran seluruh atau sebagian basis data dalam bentuk (a) cetak lunak (softcopy) berupa produk pada tampilan monitor monokrom atau warna, (b) cetak keras (hardcopy) yang bersifat permanen dan dicetak pada kertas, mylar, film fotografik atau bahan-bahan sejenis, seperti peta, tabel dan grafik dan (c) elektronik berbentuk berkas (file) yang dapat dibaca oleh komputer. Menurut Barus dan Wiradisatra (2000) aplikasi SIG telah banyak
dimanfaatkan dalam berbagai bidang seperti pengelolaan dalam penggunaan lahan di bidang pertanian, perkebunan dan kehutanan. Di bidang bisnis dan perencanaan pelayanan seperti analisis wilayah pasar dan prospek pendirian suatu bisnis baru. Di bidang lingkungan aplikasi SIG digunakan dalam analisis erosi dan dampaknya, analisis daerah rawan banjir, kebakaran atau lahan kritis dan analisis kesenjangan. Seperti juga penginderaan jauh yang telah diaplikasikan oleh berbagai kalangan dan kepentingan, maka aplikasi SIG telah digunakan baik oleh kalangan swasta, perguruan tinggi maupun pemerintah daerah. Aplikasi SIG untuk tugas dan kewenangan pemerintah daerah sebagian besar berkaitan dengan data geografis dengan memanfaatkan keandalan SIG antara lain : kewenangan di bidang pertanahan, pengembangan ekonomi, perencanaan penggunaan lahan, kesehatan, perpajakan, infrastruktur (jaringan jalan, perumahan, transportasi), informasi kependudukan, pengelolaan darurat dan pemantauan lingkungan. 2.9. Analytical Hierarchy Process (AHP) Analytical Hierarchy Process (AHP) atau Analisa Proses berhierarki merupakan salah satu metode untuk membantu menyusun suatu prioritas dari berbagai pilihan dengan menggunakan beberapa kriteria (multi criteria). Karena sifatnya multi kriteria, maka AHP cukup banyak digunakan untuk penyusunan prioritas. Disamping bersifat multi kriteria, AHP juga didasarkan pada suatu proses yang terstruktur dan logis (Susila dan Munadi, 2007). AHP adalah prosedur yang berbasis matematis yang sangat baik dan sesuai untuk evaluasi atribut-atribut kualitatif. Atribut-atribut tersebut secara matematik dikuantitatifkan
14
dalam satu set perbandingan berpasangan. Kelebihan AHP dibandingkan dengan yang lainnya adalah karena adanya struktur yang hirarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih, sampai kepada sub-sub kriteria yang paling mendetail serta memperhitungkan validasi sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan (Saaty, 1993). Metoda ini telah didapati sebagai pendekatan yang praktis dan efektif karena dapat mempertimbangkan keputusan yang tidak tersusun dan rumit (Partovi, 1994). Hasil akhir dari AHP adalah suatu ranking atau pembobotan prioritas dari tiap alternatif keputusan atau disebut elemen. Secara mendasar, ada tiga langkah dalam pengambilan keputusan dengan AHP, yaitu: membangun hirarki, penilaian, dan sintesis prioritas. Pemodelan menggunakan AHP dilakukan dengan membentuk suatu hirarki struktural yang dilakukan dengan memecah masalah yang kompleks. Suatu struktur hirarki sendiri terdiri dari elemen-elemen yang dikelompokkan dalam tingkatan-tingkatan (level). Saaty (1993) menyatakan bahwa suatu struktur hirarki dapat dibentuk dengan menggunakan kombinasi antara ide, pengalaman dan pandangan orang lain. Oleh sebab itu tidak ada suatu kumpulan prosedur baku yang berlaku secara umum dan absolut untuk pembentukan hierarki. Teknik
perbandingan
berpasangan
dari
proses
Analisis
Hierarki
(Analytical Hierarchy Process/AHP) merupakan metode pengambilan keputusan yang sederhana dan fleksibel serta dapat menampung kreativitas dalam rancangannya terhadap suatu masalah. Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Prof. Thomas L. Saaty dari Wharton School of Bussines, University of Pensylvania pada tahun 1970. Menurut Saaty (1993), metode AHP bukanlah suatu formula ajaib atau model yang dapat memberikan jawaban “paling benar” melainkan merupakan suatu proses yang dapat membantu pengambil keputusan untuk menemukan jawaban “terbaik” yakni jawaban (pilihan) yang paling memenuhi tujuan/sasaran dari permasalahan yang dihadapi. Dalam persoalan pengambilan keputusan, penting untuk mengetahui betapa baiknya konsistensi, karena diharapkan keputusan tidak diambil berdasarkan atas pertimbangan dengan konsistensi begitu rendah sehingga terlihat seperti pertimbangan acak. Di lain pihak, konsistensi sempurna sukar dicapai
15
namun konsistensi sampai kadar tertentu dalam menetapkan prioritas untuk elemen-elemen dari beberapa kriteria adalah perlu untuk memperoleh hasil yang sahih dalam dunia nyata. Metode AHP mengukur konsistensi menyeluruh dari berbagai pertimbangan melalui suatu rasio konsistensi yang harus memiliki nilai 10 % atau kurang (Saaty, 1993).
III. METODOLOGI
3.1. Kerangka Pemikiran Perubahan penggunaan/penutupan lahan pada suatu wilayah dapat diketahui dengan mengidentifikasi dan menganalisis perubahan penggunaan/penutupan lahan, perkembangan wilayah, dan faktor-faktor penyebabnya baik berupa pertambahan penduduk, adanya kebijakan dari pemerintah, atau adanya aktivitas ekonomi pada daerah sekitar kawasan konservasi tersebut. Adanya peningkatan pertambahan penduduk mempengaruhi kebutuhan luasan lahan yang diperlukan untuk aktivitas ekonomi dan sosial. Kemudahan aksesibilitas untuk menjangkau suatu wilayah merupakan salah satu aspek yang menyebabkan timbulnya permukiman masyarakat. Banyaknya lahan pertanian yang berubah fungsi menjadi pemanfaatan non pertanian antara lain pemukiman, perkebunan, lokasi pabrik, dan kegiatan ekonomi lainnya menyebabkan berkurangnya luas lahan pertanian. Efek dari berkurangnya lahan pertanian tersebut menyebabkan diperlukannya lahan pertanian baru untuk dapat menopang kehidupan manusia dan salah satu cara untuk membentuk lahan pertanian baru yaitu dengan mengkonversi kawasan hutan menjadi kawasan pertanian. Taman Nasional Gunung Gede Pangrango merupakan salah satu kawasan hutan yang memiliki fungsi menjaga keseimbangan ekosistem dan melindungi sistem
penyangga
kehidupan,
melindungi
keanekaragaman
jenis
dan
mengupayakan manfaat sebagai sumber plasma nutfah, menyediakan sarana penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan dan latihan, memenuhi kebutuhan sarana wisata alam dan melestarikan budaya setempat dan merupakan bagian dari pengembangan daerah setempat Perubahan penggunaan/penutupan lahan pada Cagar Biosfer Cibodas dapat dimanfaatkan
dalam
pengambilan
keputusan
dan
kebijakan
bagaimana
pengelolaan yang dilakukan pada wilayah tersebut. Adanya pemanfaatan penggunaan/penutupan lahan pada zona penyangga dan zona transisi yang tidak mendukung pengelolaan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango perlu
17
dilakukan perbaikan sehingga keberadaan zona penyangga dan zona transisi tidak menghilangkan fungsi dari Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Perubahan penggunaan/penutupan lahan yang terdapat pada Cagar Biosfer Cibodas menyesuaikan dengan kemampuan lahan yang ada. Keberadaan masyarakat di wilayah tersebut tidak memasuki wilayah taman nasional untuk memanfaatkan hutan sebagai lahan pertanian. Adapun kerangka pemikiran dan operasional penelitian secara skematis diilustrasikan dalam bagan alir pada Gambar 1 dan Gambar 2. Cagar Biosfer Cibodas
Peningkatan Jumlah Penduduk Sosial Ekonomi Peningkatan Kebutuhan Lahan
Perubahan Penggunaan Lahan
Ancaman Kerusakan Fungsi dan Ekologi Cagar Biosfer Cibodas
Kajian Perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan
ARAHAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN CAGAR BIOSFER CIBODAS
Gambar 1. Bagan Alir Kerangka Pemikiran
Fisik Wilayah
18
Citra Landsat 1999, 2011
Analytical Hirerachy Processes (AHP)
Peta Penggunaan/Penutupan Lahan 1999, 2011
Fungsi Ketetangga an
Peta Perubahan Penggunaa n/ Penutupan Lahan
Data Fisik Lahan Data Sosial
Perubahan Penggunaan/ Penutupan Lahan Yang dapat Ditoleransi Berdasarkan Persepsi Masyarakat
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Penggunaan/ Penutupan Lahan Berdasarkan Persepsi Masyarakat
tidak Simulasi Cellular Automata
Validasi ya
Peta Prediksi Penggunaan/Penutupan Lahan Tahun 2023
SKENARIO KEBIJAKAN PENGENDALIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN/PENUTUPAN LAHAN
Gambar 2. Bagan Alir Penelitian
Analisa Kecocokan antar Faktor yang mempengaruhi Perubahan Penggunaan/ Penutupan Lahan dengan kondisi Fisik Lahan
19
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Cagar Biosfer Cibodas Provinsi Jawa Barat (Gambar 3). Pelaksanaan penelitian dimulai pada Agustus 2011 sampai dengan Desember 2011.
Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian
3.3. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Citra Landsat tahun 1999 dan 2011, Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) skala 1 : 25.000, Peta Administrasi Skala 1 : 25.000, Peta Tanah, Peta Lereng, Peta Elevasi, Peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Barat Skala 1 : 250.000, dan data Potensi Desa (Podes). Alat yang digunakan adalah GPS, kamera digital dan seperangkat komputer yang dilengkapi dengan software : Idrisi, ArcGIS, Google Earth, dan Microsoft Excel.
20
3.4. Metode Pengumpulan Data Sumber data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Pengambilan data sekunder didapat dari instansi terkait yaitu : Laporan Tahunan Tahun 2010 dan Statistik Tahun 2010 (Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango), Review Cagar Biosfer Cibodas (MAB – LIPI), Peta RBI, Peta Lereng, Peta Jenis Tanah, Peta Ketinggian dan Peta RTRW (Pemerintah Daerah), dan Data Potensi Desa (BPS). Data primer terkait ketepatan hasil analisis citra Landsat dengan kondisi sesungguhnya di lapangan didapat melalui pemeriksaan lapangan. Untuk memperoleh data informasi persepsi masyarakat mengenai perubahan penggunaan/penutupan lahan yang dapat ditoleransi di area Cagar Biosfer Cibodas dilakukan melalui metode wawancara mendalam dan/atau kuesioner. Responden yang dipilih merupakan pihak yang berkepentingan (stakeholder) terkait dengan Cagar Biosfer Cibodas yang terdiri dari akademisi, pemerintah daerah, pengelola taman nasional, dan lembaga swadaya masyarakat yang berkecimpung di Cagar Biosfer Cibodas dengan jumlah responden sebanyak 8 (delapan) orang. Tujuan, Jenis Data dan Metode Analisis yang digunakan ditampilkan pada Tabel 1. 3.5. Analisis Data 3.5.1.
Analisis Spasial Perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan
3.5.1.1.
Interpretasi Penggunaan/Penutupan Lahan
Interpretasi penggunaan/penutupan lahan dilakukan secara visual dengan pendekatan unsur yang meliputi : rona (berkaitan dengan warna/derajat keabuan suatu obyek), tekstur (frekuensi perubahan rona), pola (susunan keruangan (spasial arrangement) obyek), ukuran, bentuk (berkaitan langsung terhadap bentuk umum, konfigurasi atau kerangka dari obyek tunggal), bayangan dan situs (lokasi suatu obyek terhadap obyek-obyek yang lain). Kombinasi citra Landsat yang digunakan adalah 5 4 2 (RGB) karena memiliki informasi terbaik dalam klasifikasi penggunaan/penutupan lahan. Tumpang tindih hasil interpretasi yang dilakukan pada citra Landsat tahun 1999 dan 2011 dihasilkan peta penggunaan/penutupan lahan tahun 1999 dan 2011
21
Tabel 1. Tujuan, Jenis Data dan Metode Analisis. No. Tujuan Jenis Data 1. - Analisa perubahan penggunaan - Citra Landsat Multitemporal lahan pada dua titik tahun (1999 dan 2011). - Faktor yang mempengaruhi - Kuesioner perubahan penutupan lahan berdasarkan persepsi masyarakat. 2.
3.
4.
Mengidentifikasi bobot perubahan penggunaan/ penutupan lahan yang dapat ditoleransi berdasarkan persepsi masyarakat. Memprediksi pengalokasian penggunaan/ penutupan lahan dengan pendekatan Cellular Automata (CA). Menyusun skenario dan arahan kebijakan pengendalian perubahan penggunaan/ penutupan lahan di Cagar Biosfer Cibodas terkait keberlanjutan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
- Kuesioner
- Peta Penutupan Lahan pada t 0 . - Peta Perubahan Penutupan Lahan - Bobot Perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan yang dapat ditoleransi - Bobot Perubahan Penggunaan/ Penutupan Lahan yang dapat ditoleransi - Rencana Tata Ruang Wilayah - Peraturan Perundangan Yang Berlaku
Metode Analisis Output Peta penggunaan lahan 2 - Interpretasi Citra didukung dengan titik tahun pemeriksaan lapang - Overlay yang - Analytical Hierarchy Faktor-faktor menyebabkan terjadinya Proccess (AHP) perubahan penggunaan lahan - Analytical Hierarchy Bobot Perubahan Penggunaan/Penutupan Proccess (AHP) Lahan yang dapat ditoleransi Prediksi Penggunaan - Cellular Automata Lahan (CA)
- Overlay - Analisa Deskriptif Kebijakan
Skenario dan Arahan Kebijakan pengendalian Perubahan penggunaan/ penutupan lahan
22
didukung pengecekan lapang. Analisis perubahan penggunaan/penutupan lahan tahun
1999
dan
2011
menghasilkan
matriks
transformasi
perubahan
penggunaan/penutupan lahan dengan contoh matriks ditampilkan pada tabel 2. Tabel 2. Contoh Matriks Transformasi Perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan
Tahun t o
Tipe Penutupan/ Penggunaan Lahan
Tahun t 1 Hutan
Kebun Campur an
Semak Belukar
Rump ut
Hutan
-
-
-
-
Kebun Campuran
-
-
-
Semak Belukar
-
-
Rumput
-
Sawah
Jumlah
Pemuki man
Tubuh Air
-
-
-
Hutan t 0
-
-
-
-
Kebun Campuran t0
-
-
-
-
-
Semak Belukar t 0
-
-
-
-
-
-
Rumput t 0
-
-
-
-
-
-
-
Sawah t 0
Pemukiman
-
-
-
-
-
-
-
Pemukiman t0
Tubuh Air
-
-
-
-
-
-
-
Tubuh t0
Hutan t1
Kebun Campur an t 1
Semak Belukar t1
Rump ut t 1
Pemuki man t 1
Tubuh Air t 1
Jumlah
Saw ah
Saw ah t1
Air
Keterangan : = tidak berubah 3.5.1.2.
= berubah
Pengujian Hasil Interpretasi
Pengujian kualitas hasil interpretasi penggunaan/penutupan lahan yaitu dengan melakukan pengecekan lapangan (ground truth) untuk mengecek kebenaran, ketepatan atau kenyataan di lapangan. Verifikasi dilakukan dengan memeriksa penggunaan/penutupan lahan pada wilayah yang dijadikan sebagai contoh. Dalam hal ini dilakukan dengan bantuan Google Earth sebagai citra referensi
dengan
menentukan
beberapa
titik
pada
hasil
klasifikasi
penggunaan/penutupan lahan dan dibandingkan dengan citra Google Earth. Validasi yang sering digunakan untuk menguji kualitas hasil interpretasi penggunaan lahan berbasis data penginderaan jauh ini adalah overall accuracy dan kappa accuracy. Overall accuracy hanya mempertimbangkan commission
23
(diagonal) sedangkan kappa accuracy sudah mempertimbangkan commission dan omission. Hal ini menyebabkan nilai overall accuracy memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan kappa accuracy. Adapun rumus kappa accuracy adalah sebagai berikut (Jensen, 1986) :
Dimana : X ii
: Nilai diagonal dari matrik kontingensi baris ke-i dan kolom ke-i
X i+
: jumlah pixel dalam baris ke-i
X +i
: jumlah pixel dalam kolom ke-i
N
: banyaknya pixel dalam contoh
r
: Jumlah tipe penggunaan lahan
Pengujian hasil klasifikasi diharapkan mendapatkan nilai overall accuracy diatas 85 % (Jensen, 1986). 3.5.2.
Analisis Faktor-faktor Penyebab Perubahan Pengunaan/Penutupan Lahan Faktor penyebab perubahan penggunaan/penutupan lahan diperoleh
berdasarkan persepsi masyarakat dengan menggunakan pendekatan AHP. Struktur hirarki dalam penentuan faktor-faktor penyebab perubahan penggunaan/ penutupan lahan ditampilkan pada Gambar 4.
3.5.3.
Prediksi Perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan Prediksi perubahan penggunaan/penutupan lahan dilakukan dengan
menentukan penggunaan/penutupan lahan dengan pendekatan hasil kuesioner AHP yang menghasilkan alokasi penggunaan/penutupan lahan. Dengan alokasi, penggunaan/penutupan lahan tahun 1999 dan tahun 2011, yang diperoleh dari matriks perubahan penggunaan/penutupan lahan yang didapat dari modul Cellular Automata Markov (CA Markov) maka dapat dihasilkan peta prediksi penggunaan/ penutupan lahan tahun 2023. Prediksi perubahan penggunaan lahan pada penelitian ini mengacu pada penelitian Munibah (2008) yang dilakukan
24
menggunakan software IDRISI dengan modul Cellular Automata Markov (CAMarkov). Data yang diperlukan yaitu peta penggunaan lahan tahun 2011, alokasi penggunaan lahan berdasarkan hasil persepsi masyarakat mengenai perubahan perubahan/penutupan lahan yang dapat ditoleransi, matriks transisi perubahan (transitional probability/area matrix, TPM) dan moving filter. Moving filter yang digunakan adalah default dalam software Idrisi 32 dengan ukuran 5 x 5 dimana 1 grid penggunaan lahan akan ditentukan perubahannya oleh 24 grid penggunaan lahan tetangganya. Faktor Penyebab Perubahan Penggunaan/Penutupan
Kemiringan Lereng
Ketinggian
Jenis Tanah
Jumlah Penduduk
Sumber Pendapatan
Faktor Penyebab Perubahan Penggunaan/Penutupan
Gambar 4. Hirarki Penentuan Faktor Penyebab Perubahan Penggunaan/ Penutupan Lahan. 3.5.4.
Analisis Perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan Yang Dapat Ditoleransi dengan pendekatan Analytical Hierarchy Prosess (AHP) Metode AHP merupakan suatu metode yang digunakan dalam pengambilan
keputusan, sekaligus alat bantu untuk memahami kondisi suatu sistem dan melakukan prediksi melalui suatu proses. AHP juga sangat berguna dan penting sekali untuk menentukan prioritas dari beberapa faktor atau alternatif yang ada dan akan diterapkan. Analisis AHP dilakukan melalui beberapa proses yaitu : 1.
Identifikasi system : proses untuk menemukan pokok permasalahan yang akan diselesaikan, menentukan tujuan yang ingin dicapai, kriteria-kriteria
25
yang akan digunakan untuk menentukan pilihan alternatif-alternatif yang akan dipilih. 2.
Penyusunan hirarki dengan melakukan abstraksi antara komponen dan dampak-dampaknya pada sistem. Bentuk abstraksi ini mempunyai bentuk yang saling berkaitan, tersusun dari puncak atau sasaran utama turun ke subsub tujuan, kemudian turun ke pelaku (aktor) yang memberi dorongan, turun ke tujuan-tujuan pelaku, kemudian kebijakan-kebijakan, strategi-strategi dan akhirnya memberikan hasil dari strategi tersebut. Penyusunan atas struktur keputusan dilakukan untuk menggambarkan elemen sistem atas alternatif keputusan yang teridentifikasi.
3.
Penyusunan matriks pendapat individu untuk setiap kriteria dan alternatif dilakukan melalui perbandingan berpasangan, yaitu perbandingan setiap elemen sistem dengan elemen lainnya pada setiap tingkat hirarki secara berpasangan sehingga diperoleh nilai tingkat kepentingan elemen dalam bentuk
pendapat
kuantitatif.
Skala
penilaian
digunakan
untuk
mengkuantifikasikan pendapat kualitatif tersebut sehingga akan diperoleh nilai pendapat dalam bentuk angka (kuantitatif) sebagaimana ditampilkan pada Tabel 3. Nilai-nilai perbandingan relatif kemudian diolah untuk menentukan peringkat relatif dari seluruh alternatif. Baik kriteria kualitatif maupun kriteria kuantitatif dapat dibandingkan sesuai dengan judgement yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot dan prioritas. Tabel 3. Skala pengisian matriks perbandingan berpasangan. Skala
Definisi
1
Sama penting
3
Moderat lebih penting
5
Lebih penting
7
Sangat lebih penting
9
Amat sangat lebih penting
2,4,6,8
Kondisi diantara dua pilihan
Penjelasan Kedua pilihan berkontribusi sama penting terhadap tujuan Salah satu pilihan sedikit lebih diminati dibandingkan pilihan lainnya Salah satu pilihan lebih diminati dibandingkan pilihan lainnya Sangat nyata lebih penting dan terbukti dari beberapa fakta sangat lebih penting dibandingkan pilihan lainnya Jelas dan sangat meyakinkan jauh lebih penting dibandingkan dengan pilihan lainnya Dipilih jika perlu kompromi antara 2 pilihan yang dibandingkan
26
Kebalik an
Jika pilihan i berbobot salah satu dari pilihan di atas dibandingkan pilihan j, maka jika perbandingan dibalik, maka menjadi nilai kebalikannya
Sumber : Saaty 1993
Nilai-nilai perbandingan yang telah dilakukan harus diperoleh tingkat konsistensinya, misalnya bila dalam melakukan perbandingan, hasil yang didapat A>B dan B>C, maka secara logis seharusnya A>C. Untuk menghitung tingkat konsistensi ini analisis AHP menggunakan rumus consistency Ratio yaitu : Dengan CR
4.
dimana
= Consistency Index
CI
= Consistency Index
RI
= Random Index
λ
= Akar Ciri
n
= jumlah ordo matriks
Penyusunan matriks gabungan, pengolahan vertikal menentukan vektor prioritas sistem. Setelah consistency ratio memenuhi, dilakukan penyusunan matriks gabungan responden. Selanjutnya dilakukan pengolahan vertikal dan menentukan vektor prioritas sistem. Metode AHP ini untuk mendapatkan bobot perubahan penggunaan/
penutupan lahan yang dapat ditoleransi berdasarkan persepsi dari setiap stakeholder dengan mempertimbangkan beberapa kriteria perubahan penggunaan/ penutupan lahan yang ada. Metode yang dipakai adalah purposive sampling dengan jumlah responden sebanyak 8 orang yang merupakan stakeholder pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas yang terdiri dari unsur pemerintah pusat, pemerintah daerah, akademisi dan masyarakat. Data yang digunakan dalam perhitungan Perbandingan Berpasangan adalah data hasil rata-rata geometrik dari seluruh responden untuk tiap perubahan penggunaan lahan. Nilai yang diperoleh selanjutnya distandarisasi/normalisasi menjadi interval 0 hingga 1. Para responden akan diukur tingkat konsistensinya yaitu harus kurang dari 10 % atau < 0,1, jika lebih dari itu maka hasil kuesionernya tidak akan digunakan. Pola pikir untuk menggambarkan perubahan penggunaan lahan yang dapat ditoleransi di Cagar Biosfer Cibodas ditampilkan pada Gambar 5.
27
Perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan
Akademisi
Masyarakat
Pemerintah
Perubahan Menjadi Hutan
Perubahan Menjadi Pemukiman
Perubahan Menjadi Kebun Campuran
Perubahan Menjadi Rumput
Perubahan Menjadi Sawah
Bobot Perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan Yang Dapat Ditoleransi Gambar 5. Skema Hirarki Penentuan Bobot Perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan di Cagar Biosfer Cibodas yang Dapat Ditoleransi. 3.5.5.
Analisis Deskriptif Penyusunan Skenario dan Arahan Kebijakan Pengendalian Perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan
Penyusunan skenario pengendalian perubahan penggunaan/penutupan lahan Cagar Biosfer Cibodas dilakukan dengan analisi deskriptif yaitu melihat hasil perubahan penggunaan/penutupan lahan yang terjadi dalam wilayah Cagar Biosfer Cibodas dan menentukan beberapa asumsi dalam pengendalian perubahan penggunaan/ penutupan lahan. Selain itu, arahan kebijakan pengendalian perubahan penggunaan/penutupan lahan dilakukan dengan menelusuri kebijakan-kebijakan yang telah ada untuk mengendalikan perubahan penggunaan/penutupan lahan pada wilayah Cagar Biosfer Cibodas sehingga perubahan penggunaan/penutupan lahan tersebut dapat mendukung keberadaan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Karakteristik Wilayah 4.1.1.
Topografi Kemiringan lereng di wilayah Cagar Biosfer Cibodas cukup bervariasi
antara 0 - > 40%. Zona inti Cagar Biosfer Cibodas yaitu Taman Nasional Gunung Gede Pangrango didominasi oleh kemiringan lereng 26 – 40% (curam) dengan luasan mencapai 60,90% dari luas zona inti, sedangkan zona transisi didominasi kemiringan lereng 0 – 15 % atau datar hingga landai dengan luasan mencapai 92,21% dari luas zona transisi. Pada zona penyangga, kemiringan lereng yang dominan yaitu kemiringan lereng 8 -15% atau landai dengan luasan mencapai 37,04% dari luas wilayah zona penyangga. Secara keseluruhan wilayah Cagar Biosfer Cibodas didominasi oleh kemiringan lereng 0 – 8% dengan luasan mencapai 36,49%, dan sebaliknya kemiringan lereng > 40% hanya mencapai 2,32% dari luas wilayah. Kemiringan lereng pada wilayah Cagar Biosfer Cibodas ditampilkan pada Tabel 4 sedangkan sebaran spasial ditampilkan pada Gambar 7. Tabel 4. Kemiringan Lereng di Wilayah Cagar Biosfer Cibodas. No.
Kelas Lereng
1.
< 8%
2.
Zona Inti (ha)
%
Zona Penyang ga (ha)
%
Zona Transisi (ha)
%
Jumlah (ha)
%
162,6
0,7
2.177,4
15,9
25.391,9
66,76
27.732
36,49
8% - 15%
1.383,8
5,7
5.075,1
37
9.679,9
25,45
16.138,7
21,24
3.
16% - 25%
6.218,1
25,6
4.799,6
35
2.566,5
6,75
13.584,3
17,88
4.
26% - 40%
14.772,2
60,9
1.614,2
11,9
385
1,01
16.771,4
22,07
5.
> 40%
1.720,3
7,1
34,5
0,2
12
0,03
1.766,8
2,32
Jumlah
24.256,9
100
13.700,8
100
38.035,5
100
75.993,2
Sumber : diolah dari peta
Bentuk topografi wilayah Cagar Biosfer Cibodas pada umumnya landai dan berombak pada zona transisi, sedangkan pada zona inti pada umumnya berberbukit-bukit dan bergunung. Pada zona penyangga, topografi wilayah terlihat berombak, bergelombang dan berbukit. Ketinggian wilayah Cagar Biosfer Cibodas sebagian besar berada pada 500 – 1.000 meter di atas permukaan laut dengan luasan mencapai 52,55%. Pada ketinggian < 500 mdpl mencapai 11,29%, pada ketinggian 1.001 – 1.500 mdpl mencapai 22,87%, dan pada ketinggian
29
> 1.500 mdpl mencakup luasan 13,29%. Tabel 11 memperlihatkan ketinggian berdasarkan zonasi cagar biosfer cibodas, dimana pada setiap zona inti didominasi oleh ketinggian > 1.500 mdpl dengan luasan 38,94% sedangkan pada zona penyangga dan transisi didominasi oleh ketinggian 500 – 1.000 mdpl. Sebaran elevasi di wilayah Cagar Biosfer Cibodas ditampilkan pada Tabel 5 sedangkan sebaran secara spasial ditampilkan pada Gambar 8. Tabel 5. Kelas Elevasi di Wilayah Cagar Biosfer Cibodas. Kelas Elevasi (mdpl)
No.
1.
< 500
2.
Zona Inti (ha)
%
Zona Penyang ga (ha)
%
Zona Transisi (ha)
%
Jumlah (ha)
%
21,2
0,09
650,0
4,74
7.909,9
20,8
8.581,1
11,29
500 - 1000
6.701,4
27,6
6.815,1
49,74
26.414,6
69,5
39.931,1
52,55
3.
1001-1500
8.088,4
33,3
5.600,5
40,88
3.690,4
9,7
17.379,3
22,87
4.
> 1500
9.445,9
38,9
635,1
4,64
20,7
0,05
10.101,7
13,29
Jumlah
24.256, 9
38.035,5
100
75.993,2
100
13.700,8
100
Sumber : diolah dari peta.
4.1.2.
Tanah Jenis tanah yang terdapat di daerah penelitian adalah inceptisol dan ultisol.
Jenis tanah inceptisol merupakan jenis tanah yang paling dominan berada di Cagar Biosfer Cibodas yaitu seluas 99,79% dari luas Cagar Biosfer Cibodas, sedangkan jenis tanah ultisol merupakan jenis tanah yang paling sedikit dengan luasan hanya 0,21%. Luas jenis tanah di Cagar Biosfer Cibodas ditampilkan pada Tabel 6, sedangkan sebaran spasialnya ditampilkan pada Gambar 9. Tabel 6. Luas Jenis Tanah di Wilayah Cagar Biosfer Cibodas. Jenis Tanah
Zona Inti (ha)
%
Zona Penyang ga (ha)
%
Zona Transisi (ha)
%
Jumlah (ha)
%
1.
Inceptisol
24.256,9
100
13.700,8
100
37.879,2
99,59
75.836,8
99.79
2.
Ultisol
0
0
0
0
156,3
0,41
156,4
0.21
Jumlah
24.256,9
100
13.700,8
100
38.035,5
75.993,2
100
No.
Sumber : diolah dari peta
100
30
4.2. Rencana Tata Ruang Wilayah / RTRW Wilayah cagar biosfer Cibodas terletak pada 4 (empat) kabupaten/kota yaitu Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bogor dan Kota Sukabumi di Provinsi Jawa Barat. Rencana tata ruang wilayah Cagar Biosfer Cibodas berdasarkan pada RTRW Provinsi Jawa Barat yang telah ditetapkan melalui Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 22 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat. Pola pemanfaatan ruang penggunaan lahan Cagar Biosfer Cibodas berdasarkan RTRW Jawa Barat sebagaimana ditampilkan pada Tabel 7, sedangkan sebaran spasial ditampilkan pada Gambar 10. Sesuai dengan informasi dari Tabel 7, alokasi penutupan penggunaan lahan untuk hutan konservasi seluas 23.777,5 ha atau 31,29%, hutan lindung 1.689 ha (2,22%), hutan produksi 327,3 ha (0,43%), permukiman 9.530,8 ha (12,54%), sawah irigasi 5.623,5 ha (7,40%), sawah tadah hujan 4.690,8 ha (6,17%), dan budidaya lain termasuk enclave 30353,9 ha (39,94%). 4.3. Administrasi Secara administratif pemerintahan, Cagar Biosfer Cibodas terletak pada 3 (tiga) kabupaten dan 1 (satu) kota yaitu Kota Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur. Wilayah kecamatan-kecamatan Kabupaten Sukabumi yang berada di Cagar Biosfer Cibodas yaitu Kecamatan Caringin, Cibadak, Cicantayan, Cicurug, Cisaat, Kadudampit, Nagrak, Parung Kuda, Sukabumi, Sukalarang dan Sukaraja dengan jumlah desa yang termasuk ke dalam Cagar Biosfer Cibodas sebanyak 82 Desa. Wilayah kecamatan pada Kabupaten Bogor yang berada di Cagar Biosfer Cibodas yaitu Kecamatan Caringin, Ciawi, Cijeruk, Cisarua dan Megamendung dengan jumlah desa sebanyak 41 desa. Untuk Kabupaten Cianjur, wilayah kecamatan-kecamatan yang berada di Cagar Biosfer Cibodas yaitu Kecamatan Cianjur, Cugenang, Pacet dan Warung Kondang dengan jumlah desa sebanyak 38 Desa, sedangkan pada wilayah Kota Sukabumi yaitu kecamatan Gunung Puyuh dan Cikole dengan jumlah 7 desa.
31
Tabel 7. Sebaran Arahan Penggunaan Lahan Cagar Biosfer Cibodas. Zonasi No. 1.
Arahan RTRWP
%
Penyangga (ha)
%
Transisi (ha)
%
%
Kawasan Lindung a. Hutan Konservasi
21.323,4
87,91
2.454,1
17,91
0
0
23.777,5
31,22
2.881,5
11,88
852
6,22
352,7
0,93
4.086,2
5,38
a. Hutan Produksi
0
0
65,7
0,48
261,7
0,69
327,4
0,43
b. Permukiman
0
0
829,4
6,05
8.689,6
22,85
9.519
12,53
c. Sawah Irigasi
0
0
3,1
0,02
5.620,5
14,78
5.623,6
7,4
d. Sawah Tadah Hujan
0
0
368,7
2,69
4.311,4
11,34
4.680,1
6,16
e. Budidaya Lain
0
0
9.127,8
66,62
18.799,5
49,43
27.927,3
36,75
52,1
0,21
0
0
0
0,00
52,1
0,1
24.256,9
100
13.700,7
100
38.035,5
100
75.993,2
100
b. Hutan Lindung 2.
Inti (ha)
Luas Keseluruhan (ha)
Kawasan Budidaya
f. Enclave Jumlah Keseluruhan
Sumber : Hasil analisis data dari Peta RTRW Provinsi Jawa Barat 2009 – 2029
32
Gambar 6. Peta Lokasi Penelitian Cagar Biosfer Cibodas Provinsi Jawa Barat.
33
Gambar 7. Peta Kemiringan Lereng pada Wilayah Cagar Biosfer Cibodas.
Gambar 8. Peta Elevasi pada Wilayah Cagar Biosfer Cibodas. 34
35
Gambar 9. Peta Jenis Tanah pada Wilayah Cagar Biosfer Cibodas.
36
Gambar 10. Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat di Cagar Biosfer Cibodas.
37
4.4. Kependudukan Jumlah penduduk yang berada dalam cagar biosfer cibodas yang terdapat pada empat kabupaten/kota pada tahun 1999 adalah sebanyak 1.139.989 jiwa. Pada tahun 2011 jumlah penduduk yang terdapat pada empat kabupaten kota yang berada di Cagar Biosfer Cibodas adalah sebanyak 1.379.591 jiwa.
Jumlah Penduduk (JIwa)
700.000 600.000 500.000 400.000 300.000 200.000 100.000 0 BOGOR
CIANJUR
SUKABUMI
266.448
KOTA SUKABUMI 66.371
1999
288.654
2011
365.621
324.854
75.376
613.915
516.517
Gambar 11. Perkembangan Penduduk Kabupaten/Kota yang Termasuk dalam Cagar Biosfer Cibodas. Tabel 8. Penduduk per Kecamatan Cagar Biosfer Cibodas Tahun 1999 – 2011 Kab/Kota
Kecamatan
Jumlah Penduduk (Jiwa) Tahun 1999
Bogor
Tahun 2011
288.654
365.621
Caringin
81.887
1053.35
Ciawi
65.018
86.432
Cijeruk
10.932
12.997
Cisarua
61.034
75.719
Megamendung
69.783
85.138
Cianjur
266.448
324.854
Cianjur
43.927
57.054
Cugenang
77.666
93.235
Pacet
91.096
107.214
Warungkondang
53.759
67.351
38
Tabel 8. (Lanjutan) Kota Sukabumi
66.371
75.376
Cikole
38.593
42.923
Gunung Puyuh
27.778
32.453 516.517
Sukabumi
613.915
Caringin
34.573
40.564
Cibadak
54.083
64.687
Cicantayan
36.753
37.536
Cicurug
64.767
87.597
Cisaat
36.668
42.481
Kadudampit
41.970
50.922
Nagrak
94.041
104.377
Parung kuda
26.805
41.381
Sukabumi
36.775
35.913
Sukalarang
33.325
39.110
Sukaraja
56.757
69.347
Jumlah
1.137.990
1.379.766
Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat.
Tabel 8 menunjukkan perkembangan penduduk dari tahun 1999 sampai dengan tahun 2011 pada setiap kabupaten/kota yang termasuk dalam Cagar Biosfer Cibodas. Berdasarkan pada Tabel 8 dan Gambar 11, dapat diketahui bahwa laju pertumbuhan penduduk rata-rata per-tahunnya yaitu 2,22% di Kabupaten Bogor, 1,83% di Kabupaten Cianjur, 1,13% di Kota Sukabumi dan 1,57% di Kabupaten Sukabumi dan secara akumulasi untuk wilayah Cagar Biosfer Cibodas, laju pertumbuhan penduduk rata-rata pertahunnya adalah sebesar 1,77%. 4.5. Perekonomian Kegiatan perekonomian masyarakat yang menjadi sumber pendapatan pada desa-desa di Cagar Biosfer Cibodas pada tahun 1999 berdasarkan Tabel 9 yaitu kegiatan industri, pertanian, perdagangan dan kegiatan lainnya, sedangkan pada tahun 2011 kegiatan perekonomian yaitu angkutan, komunikasi dan pergudangan, industri pengolahan, jasa, perdagangan, rumah makan dan akomodasi dan pertanian sebagaimana ditampilkan pada Tabel 10.
39
Tabel 9. Sumber Pendapatan Masyarakat Desa-Desa di Cagar Biosfer Cibodas Tahun 1999. No.
Kegiatan
Jumlah Desa
1.
Industri
2
2.
Lainnya
26
3.
Perdagangan
12
4.
Pertanian
128 Jumlah Desa
168
Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat
Tabel 9 dan Tabel 10 menunjukan telah terjadi perubahan sumber pendapatan masyarakat dari tahun 1999 ke tahun 2011 yaitu terjadi penurunan jumlah desa yang sumber pendapatan masyarakatnya berasal dari pertanian berubah menjadi kegiatan lainnya, selain itu beberapa desa mengalami perubahan sumber pendapatan masyarakat menjadi industri pengolahan, jasa, dan angkutan, komunikasi dan pergudangan.
Tabel 10. Kegiatan Perekonomian Masyarakat Desa-Desa di Cagar Biosfer Cibodas Tahun 2011. No.
Kegiatan
Jumlah Desa
1.
Angkutan, Komunikasi dan Pergudangan
1
2.
Industri Pengolahan
13
3.
Jasa
26
4.
Perdagangan, Rumah Makan dan Akomodasi
11
5.
Pertanian
117 Jumlah Desa
Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat
168
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penggunaan/Penutupan Lahan Di Cagar Biosfer Cibodas Tahun 1999 dan 2011 Hasil interpretasi citra Landsat memberikan hasil Overall accuracy pada tahun 2011 dengan ketelitian yang didapat adalah sebesar 85,5% dan kappa accuracy 0,79. Penggunaan/penutupan lahan pada Cagar Biosfer Cibodas terdiri dari 7 (tujuh) kelas yaitu hutan, edelweis, tegalan dan kebun campuran, permukiman, sawah, rumput/semak belukar dan tubuh air (Tabel 11). Tegalan dan kebun campuran menjadi satu kelas disebabkan keterbatasan penafsir dalam melakukan interpretasi citra Landsat yaitu kemampuan yang terbatas untuk dapat melihat perbedaan penampakan antara tegalan dan kebun campuran pada citra Landsat. Tabel 11. Struktur Penggunaan/Penutupan Lahan di Cagar Biosfer Cibodas. Tahun 1999
Tahun 2011
Perubahan (1999-2011)
Penggunaan Lahan Luas (ha) Edelweis
%
Luas (ha)
%
Luas (ha)
Total
Awal
58,4
0,08
58,4
0,08
0
0
0
Hutan
23.920,6
31,48
23.724,7
31,22
- 195,9
- 0,26
- 0,82
Tegalan dan Kebun Campuran
33.630,5
44,25
29.003
38,16
- 4.627,5
- 6,09
- 13,76
Permukiman
12.304,5
16,19
15.511,9
20,41
3.207,4
4,22
26,07
221,2
0,29
91
0,12
- 130,2
- 0,17
- 58,86
5.836,7
7,68
7.582,8
9,98
1.746,1
2,30
29,92
21,3
0,03
21,3
0,03
0
0
0
75.993,2
100
75.993,2
100
-
-
-
Rumput/Semak Belukar Sawah Tubuh Air Jumlah Sumber : Hasil Analisis
Tabel 11 dan Gambar 12 menunjukan bahwa penggunaan/penutupan lahan terbesar yang terdapat di Cagar Biosfer Cibodas pada tahun 1999 adalah tegalan dan kebun campuran, dengan luasan 23.920 ha atau 44,25% dari luas wilayah. Penggunaan/penutupan lahan terbesar kedua pada tahun 1999 yaitu hutan dengan luasan 31,48%. Adapun penggunaan/penutupan lahan terbesar pada tahun 2011
41
tetap didominasi oleh tegalan dan kebun campuran dengan luas 38,16% dari luas wilayah Cagar Biosfer Cibodas. Dalam hal ini penggunaan/penutupan lahan hutan tetap berada pada urutan kedua dengan luasan 31,48%. Secara keseluruhan penggunaan/penutupan lahan tahun 1999 dan tahun 2011 yang terdapat di Cagar
Luas (ha)
Biosfer Cibodas secara spasial ditampilkan pada Gambar 13 dan Gambar 14.
45,00 40,00 35,00 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 0,00 Edel weis
Hutan
Tegalan dan KC
Pmk
Swh
TA
16,19
Rmpt/ Smk Blkr 0,29
1999
0,08
31,48
44,25
7,68
0,03
2011
0,08
31,22
38,17
20,41
0,12
9,98
0,03
Gambar 12. Persentase Luas Penggunaan/Penutupan Lahan di Cagar Biosfer Cibodas Tahun 1999 dan 2011. Permukiman yang terdapat pada Cagar Biosfer Cibodas terlihat menyebar secara merata pada setiap kabupaten/kota. Permukiman yang terdapat di Kabupaten Cianjur pada bagian utara terlihat lebih mengelompok. Hal ini disebabkan wilayah tersebut merupakan daerah tujuan wisata yang memiliki villa sebagai tempat peristirahatan. Selain itu, adanya Kebun Raya Cibodas juga kantor Taman Nasional Gunung Gede Pangrango yang merupakan tempat untuk mendaki gunung menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat untuk membangun permukiman di wilayah tersebut. Adanya pusat perdagangan pada wilayah tersebut juga menjadikan banyak masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut dan bermukim sehingga memudahkan untuk melakukan kegiatan usaha. Hal tersebut berbeda dengan penggunaan/penutupan lahan sawah dimana terjadi pengelompokan keberadaan sawah secara nyata. Secara spasial, sawah pada tahun 1999 dan 2011 banyak terdapat di wilayah kabupaten Cianjur disusul wilayah kabupaten Sukabumi dan kabupaten Bogor. Banyaknya lahan sawah di kabupaten Cianjur disebabkan karena wilayah tersebut memiliki topografi landai,
42
serta jenis tanah yang mendukung untuk dimanfaatkan sebagai lahan pertanian sawah serta merupakan sentra penghasil beras di Provinsi Jawa Barat. Penggunaan/penutupan lahan tegalan dan kebun campuran terdapat di setiap wilayah kabupaten/kota yang termasuk dalam Cagar Biosfer Cibodas. Selain itu terdapat juga tegalan atau pertanian lahan kering yang dimanfaatkan masyarakat dengan tanaman semusim. Penggunaan/penutupan lahan di zona inti pada tahun 1999 didominasi oleh hutan sebesar 89,41% kemudian secara berturut-turut tegalan dan kebun campuran 7,25%, permukiman 2,82%, edelweis 0,24%, sawah 0,22% dan rumput/semak belukar 0,06%. Pada tahun 2011, penggunaan/penutupan lahan yaitu hutan 88,74%, tegalan dan kebun campuran 7,15%, permukiman 3,53%, sawah 0,29%, edelweis 0,24% dan rumput/semak belukar 0,04% (Tabel 12). Tabel 12. Struktur Penggunaan/Penutupan Lahan pada setiap Zona Cagar Biosfer Cibodas. Tahun 1999 Penggunaan Lahan
Tahun 2011
Perubahan (1999-2011)
Inti (ha)
Penyangga (ha)
Transisi (ha)
Inti (ha)
Penyangga (ha)
Transisi (ha)
58,4
0
0
58,4
0
0
0
0
0
Hutan
21.688
1.872,5
360,1
21.526,4
1.844,7
353,6
161,6
- 27,9
- 6,4
Tegalan dan Kebun Campuran
1.758,7
8.474,4
23.397,4
1.735,2
7.551,7
19.716,2
23,5
- 922,8
- 3.681,2
Permukiman
684
2.882,7
8.737,8
856,4
3.648,2
11.007,3
172,4
765,4
2.269,6
14
91,2
115,9
9,1
32,8
49,1
- 4,9
- 58,4
- 66,8
53,8
379,9
5.403,1
71,4
623,4
6.888
17,6
243,6
1.484,9
0
0
21,3
0
0
21,3
0
0
0
24.256,9
13.700,7
38.035,5
24,256,9
13700.7
38.035,5
-
-
-
Edelweis
Rumput/ Semak Belukar Sawah Tubuh Air Jumlah
Inti (ha)
Penyangga (ha)
Transisi (ha)
Sumber : Hasil Analisis
Tabel 12 menunjukan struktur penggunaan/penutupan lahan tahun 1999 dan tahun 2011 pada berbagai zona di Cagar Biosfer Cibodas, sedangkan secara spasial berbagai zona Cagar Biosfer Cibodas ditampilkan pada Gambar 15, 16, 17 18, 19 dan 20. Beragamnya penggunaan/penutupan lahan pada zona inti menunjukkan bahwa pada zona inti Cagar Biosfer Cibodas terdapat aktivitas perekonomian dan
43
permukiman, sedangkan berdasarkan tujuan pengelolaan, diharapkan dalam zona inti tidak terdapat kegiatan perekonomian dan permukiman karena merupakan wilayah yang dilindungi. Oleh karena itu keberadaan permukiman dan penggunaan/penutupan lahan lainnya pada zona inti menunjukkan adanya kerusakan kawasan hutan. Secara spasial, penggunaan/penutupan lahan yang terdapat di zona inti termasuk pada semua wilayah kabupaten/kota di Cagar Biosfer Cibodas. Penggunaan/penutupan lahan di zona penyangga didominasi oleh tegalan dan kebun campuran dengan luas 8.364,05 ha atau 61,85% dari luasan zona penyangga cagar biosfer cibodas. Struktur penggunaan/penutupan lahan berturutturut selanjutnya adalah permukiman 21,04%, hutan 13,67%, sawah 2,77% dan rumput/semak belukar 0,67%. Dominasi keberadaan tegalan dan kebun campuran pada zona penyangga disebabkan pada zona ini lahan yang dimiliki merupakan lahan milik individu baik masyarakat maupun perusahaan. Penggunaan/penutupan lahan pada zona penyangga tahun 2011 yaitu tegalan dan kebun campuran, 55,12%, permukiman 26,63%, hutan 13,46%, sawah 4,55% dan rumput/semak belukar 0,24%. Penggunaan/penutupan lahan di zona transisi didominasi oleh keberadaan tegalan dan kebun campuran 61,49%, kemudian berturut-turut yaitu permukiman 22,97%, sawah 14,23%, hutan 0,95%, rumput/semak belukar 0,30% dan tubuh air 0,06%. Pada tahun 2011, penggunaan/penutupan lahan pada zona transisi mengalami perubahan dengan komposisi yaitu tegalan dan kebun campuran 51,84%, permukiman 28,94%, sawah 18,11%, hutan 0,93%, rumput/semak belukar 0,13% dan tubuh air 0,06%. Keberadaan tegalan dan kebun campuran, permukiman dan sawah merupakan hal yang sesuai dikarenakan kepemilikan lahan pada zona penyangga dan transisi merupakan kepemilikan oleh masyarakat atau perusahaan. Penggunaan/penutupan lahan pada setiap zonasi cagar biosfer cibodas memperlihatkan adanya dinamika. Hal ini tidak dapat dihindari dikarenakan kebutuhan lahan terus meningkat yang disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk.
44
Gambar 13. Peta Penggunaan/Penutupan Lahan Cagar Biosfer Cibodas Tahun 1999.
45
Gambar 14. Peta Penggunaan/Penutupan Lahan Cagar Biosfer Cibodas Tahun 2011.
46
Gambar 15. Peta Penggunaan/Penutupan Lahan Zona Inti Cagar Biosfer Cibodas Tahun 1999.
47
Gambar 16. Peta Penggunaan/Penutupan Lahan Zona Inti Cagar Biosfer Cibodas Tahun 2011.
48
Gambar 17. Peta Penggunaan/Penutupan Lahan Zona Penyangga Cagar Biosfer Cibodas Tahun 1999.
49
Gambar 18. Peta Penggunaan/Penutupan Lahan Zona Penyangga Cagar Biosfer Cibodas Tahun 2011.
50
Gambar 19. Peta Penggunaan/Penutupan Lahan Zona Transisi Cagar Biosfer Cibodas Tahun 1999.
51
Gambar 20. Peta Penggunaan/Penutupan Lahan Zona Transisi Cagar Biosfer Cibodas Tahun 2011.
52
5.2 Perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan Periode Tahun 1999 dan 2011 Perubahan penggunaan/penutupan lahan di Cagar Biosfer Cibodas yang mengalami pengurangan luasan dari tahun 1999 sampai tahun 2011 adalah tegalan dan kebun campuran 6,09%, hutan 0,26%, dan rumput/semak belukar 0,17%. Sementara itu, penggunaan/penutupan lahan yang luasannya bertambah adalah permukiman 26,07% dan sawah 29,94%. Berdasarkan struktur penggunaan/ penutupan lahan di Cagar Biosfer Cibodas, terlihat bahwa perubahan penggunaan/ penutupan lahan terbesar dialami oleh tegalan dan kebun campuran. Tegalan dan kebun campuran mengalami pengurangan luasan sebesar 4.627 ha atau berkurang sebesar 13,76%. Hutan juga merupakan penggunaan/penutupan lahan yang mengalami pengurangan. Luas hutan yang berkurang adalah sebesar 195,9 ha. Penggunaan/penutupan lahan yang mengalami pertambahan adalah permukiman dan sawah dengan pertambahan terbesar yaitu pada permukiman dengan luas 3.207 ha disusul oleh sawah dengan luas 1.746 ha. Peningkatan luas permukiman di wilayah Cagar Biosfer Cibodas sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk yang terjadi di wilayah tersebut dimana laju pertambahan penduduk sebesar 1,77%/tahun. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Gunadi (2011) yang menyatakan bahwa perubahan pengurangan sawah diiringi dengan peningkatan luasan permukiman di kabupaten Ciamis yang disebabkan karena wilayah tersebut mengalami perkembangan dengan laju penambahan penduduk + 1,45 jiwa/tahun. Pola perubahan penggunaan/penutupan lahan tahun 1999 dan 2011 memiliki kesamaan yaitu terjadinya pengurangan luasan dari hutan, tegalan dan kebun campuran selalu diikuti dengan penambahan luas dari permukiman dan sawah. Hal sama juga terjadi pada penggunaan/penutupan lahan rumput/semak belukar yang mengalami pengurangan luasan pada penggunaan/penutupan lahan tahun 2011. Secara umum perubahan penggunaan/penutupan lahan yang terjadi di Cagar Biosfer Cibodas tidak mengakibatkan perubahan urutan dari penggunaan/ penutupan lahan yang ada, tetapi terjadi perubahan komposisi penggunaan/ penutupan lahan. Penggunaan/penutupan
lahan
rumput/semak
belukar
merupakan
penggunaan/penutupan lahan yang mengalami perubahan cukup besar dari luas awal yaitu rumput/semak belukar 58,86% sedangkan tegalan dan kebun campuran
53
pengurangan dari luas awal adalah sebesar 13,76%. Hal ini disebabkan rumput/ semak belukar pada tahun 1999 hanya memiliki luas 0,29% dari luas total Cagar Biosfer Cibodas dan berkurang menjadi 0,12% dari luas total wilayah Cagar Biosfer Cibodas pada tahun 2011, sedangkan tegalan dan kebun campuran memiliki porsi luasan yang cukup besar dari luas wilayah Cagar Biosfer Cibodas yaitu 44,25% pada tahun 1999 dan 38,12% pada tahun 2011. Penggunaan/penutupan lahan hutan secara umum mengalami pengurangan luas relatif kecil yaitu sebesar 195,9 ha dibandingkan luasan hutan di Cagar Biosfer Cibodas. Pengurangan tersebut harus menjadi perhatian karena terjadinya pengurangan luasan hutan diperkirakan dapat menggangu keanekaragaman hayati yang terdapat di wilayah tersebut serta mengindikasikan terjadinya perubahan fungsi ekologis dari hutan. Selain itu, berkurangnya luasan hutan menunjukan adanya pemanfaatan lahan yang lebih bernilai ekonomis daripada pemanfaatan sebagai hutan. 80
P e r s e n t a s e
60 40 20
Inti
0
Penyangga
-20
Transisi
-40 -60 -80 Edelweis
Hutan
Tegalan dan KC
Pmk
Rmpt/ Smk Blk
Swh
TA
Gambar 21. Persentase Perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan di Cagar Biosfer Cibodas Periode pada Zona Inti, Penyangga dan Transisi Tahun 1999 dan 2011. Gambar 21 memperlihatkan persentase perubahan penggunaan/penutupan lahan dibandingkan luas awal penggunaan/penutupan lahan pada masing-masing zona periode tahun 1999 dan 2011 yang memperlihatkan dinamika perubahan penggunaan/penutupan lahan. Dinamika perubahan penggunaan/penutupan lahan terjadi
yaitu
perubahan
penggunaan/penutupan
lahan
tertentu
menjadi
penggunaan/penutupan lahan lainnya baik ke arah pengurangan ataupun
54
penambahan luasan. Tabel 13 menampilkan perubahan penggunaan/penutupan lahan yang terjadi di Cagar Biosfer Cibodas. Tabel 13. Matriks Perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan Cagar Biosfer Cibodas Tahun 1999 – 2011. Perubahan Penggunaan Lahan 19992011 (ha) Edelweis
Edelweis
Hutan
Tegalan dan Kebun Campuran
Permukim an
Rumput/ Semak Belukar
Sawah
Jumlah Tahun 1999 58,4
58,4
Hutan Tegalan dan Kebun Campuran
23.707,9
114,3
98,4
16,8
28.738,8
2.703,4
Permukiman
23.920,6 22,8
33.630,5
2.148,6
12.304,5
Rumput/Sem ak Belukar
112,8
39,8
37,1
365,8
Sawah
12.304,5 68,2
0,4
221,2
5.433,8
5.836,7
Tubuh Air Jumlah Tahun 2011
Tubuh Air
58,4
23.724,7
29.003
15.511,9
91
7.582,8
21,3
21,3
21,3
75.993,2
Sumber : Hasil Analisis
Luas hutan yang tidak mengalami perubahan adalah sebesar 23.707,9 ha. Pengurangan luasan hutan disebabkan perubahannya ke penggunaan/penutupan lahan tegalan dan kebun campuran seluas 114,3 ha dan permukiman 98,4 ha. Luasan hutan mengalami penambahan yang disebabkan dari perubahan tegalan dan kebun campuran seluas 16,8 ha. Perubahan hutan menjadi tegalan dan kebun campuran terjadi di semua wilayah kabupaten dengan luasan terbesar terjadi di kabupaten Sukabumi yaitu sebesar 76,8 ha yang terletak di kecamatan Nagrak dan kecamatan Cicurug. Secara spasial yang ditampilkan oleh Gambar 13 dan 14 terlihat bahwa perubahan yang terjadi dari hutan menjadi tegalan dan kebun campuran berada dekat dengan permukiman masyarakat sehingga hal ini dimungkinkan terjadi karena peningkatan
lahan
untuk
kegiatan
pemenuhan
perekonomian
dengan
memanfaatkan lahan hutan untuk kegiatan non hutan. Perubahan hutan menjadi permukiman terjadi di semua kabupaten pada wilayah Cagar Biosfer Cibodas. Perubahan terbesar secara spasial terjadi di wilayah kabupaten Cianjur, disusul
55
kabupaten Bogor dan Sukabumi. Perubahan hutan menjadi lahan permukiman merupakan akibat dari peningkatan penduduk yang terjadi di wilayah Cagar Biosfer Cibodas sehingga lahan hutan dimanfaatkan untuk dijadikan sebagai permukiman. Penggunaan/penutupan lahan permukiman mengalami perluasan yang disebabkan oleh perubahan dari hutan 98,4 ha, rumput/semak belukar 39,8 ha, tegalan dan kebun campuran 2.703,4 ha dan sawah 365,8 ha. Permukiman mendapatkan paling banyak perubahan yang berasal dari tegalan dan kebun campuran. Perubahan tersebut mengindikasikan pemanfaatan lahan dengan nilai ekonomi lebih tinggi dan adanya penambahan jumlah penduduk di wilayah Cagar Biosfer Cibodas. Perubahan tegalan dan kebun campuran menjadi permukiman terjadi di semua wilayah kabupaten/kota dengan perubahan terbesar terjadi di kabupaten Sukabumi yang terletak pada beberapa kecamatan yaitu kecamatan Caringin, Nagrak, Sukabumi, Cibadak, Cicantayan, Cicurug, Cisaat, Kadudampit, Parung Kuda, Sukalarang, dan Sukaraja. Perubahan terbesar kedua yaitu di kabupaten Bogor yang tersebar di 5 (lima) kecamatan yaitu Caringin, Ciawi, Cijeruk, Megamendung dan Cisarua. Untuk wilayah kabupaten Cianjur perubahan dari tegalan dan kebun campuran menjadi permukiman terjadi di kecamatan Cianjur, Pacet, Warung Kondang dan Cugenang, sedangkan di kota Sukabumi tersebar pada kecamatan Cikole dan Gunung Puyuh. Sawah merupakan salah satu penggunaan/penutupan lahan yang terdapat di Cagar Biosfer Cibodas. Sawah di beberapa mengalami perubahan menjadi tegalan dan kebun campuran. Perubahan tersebut dikarenakan adanya tegalan di dalam penggunaan tegalan dan kebun campuran, sehingga keberadaan sawah yang berubah menjadi tegalan dapat terjadi. Perubahan tersebut terjadi pada wilayah sawah tadah hujan, dimana apabila pada musim kemarau melanda, sawah akan menjadi tegalan dengan memanfaatkan lahan tersebut untuk tanaman semusim yang tidak membutuhkan banyak air. Rumput/semak belukar mengalami pengurangan luas yang berubah menjadi tegalan dan kebun campuran, permukiman dan sawah. perubahan rumput/semak belukar menjadi tegalan dan kebun campuran yaitu sebesar 112,8 ha. Perubahan
56
tersebut terjadi karena rumput/semak belukar merupakan penggunaan/lahan yang belum dimanfaatkan untuk kegiatan yang menghasilkan yaitu kegiatan perekonomian. Perubahan penggunaan/penutupan lahan terjadi di beberapa wilayah Cagar Biosfer Cibodas dengan beberapa perubahan penggunaan/penutupan lahan. Luas wilayah yang mengalami perubahan periode tahun 1999 sampai tahun 2011 adalah sebesar 9.907.1 ha dengan laju perubahan yang terjadi adalah sebesar 825,6 ha/tahun. Hal ini perlu mendapat perhatian dari setiap pihak yang berkepentingan, karena dengan laju tersebut apabila tidak dikendalikan atau dicegah akan mempengaruhi keberadaan dari Taman Nasional Gunung Gede Pangrango pada khususnya dan Cagar Biosfer Cibodas sendiri pada umumnya. Perubahan luasan suatu penggunaan/penutupan lahan ke penggunaan/ penutupan lahan lain menunjukan adanya perubahan penutupan lahan yang relatif cepat. Perubahan yang terjadi tidak dapat dihindari tetapi perubahan tersebut dapat dibatasi atau dicegah sehingga keberlanjutan dari Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
tetap
terjaga.
Gambar
21
menunjukan
bahwa
perubahan
penggunaan/penutupan lahan terjadi pada setiap zona Cagar Biosfer Cibodas yaitu zona inti, zona penyangga dan zona transisi. Perubahan penggunaan/penutupan lahan yang terjadi pada Cagar Biosfer Cibodas yaitu hutan, tegalan dan kebun campuran mengalami penurunan sedangkan luas penggunaan/penutupan lahan permukiman dan sawah mengalami peningkatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Rustiadi (2001) yang menyatakan proses alih fungsi lahan terjadi dari kegiatan yang memiliki economic land rent yang lebih rendah menjadi kegiatan dengan economic land rent yang lebih tinggi, tetapi pada sisi lain perubahan tersebut berubah dari kegiatan dengan environmental rent yang lebih tinggi ke aktivitas dengan environmental yang lebih rendah. Dinamika perubahan penggunaan/penutupan lahan pada zona inti dialami pada hutan, tegalan dan kebun campuran, permukiman, rumput/semak belukar dan sawah. Perubahan penggunaan/penutupan lahan pada zona inti yang mengalami pengurangan luasan yaitu hutan dengan luas 101,2 ha berubah menjadi tegalan dan kebun campuran seluas 101,2 ha dan perubahan menjadi permukiman sebesar
57
62 Ha. Perubahan terbesar terjadi dari hutan menjadi tegalan dan kebun campuran terjadi di kecamatan Nagrak dan kecamatan Cicurug Kabupaten Sukabumi. Perubahan tersebut terjadi disebabkan pada wilayah tersebut memiliki topografi landai dengan ketinggian terletak pada 500 – 1.500 mdpl. Adanya topografi landai menjadikan wilayah hutan tersebut lebih mudah untuk melakukan pengolahan dan pemanfaatan lahan untuk tegalan dan kebun campuran. Dibandingkan dengan luasan hutan, perubahan tersebut tidak signifikan, akan tetapi perubahan tersebut tetap perlu mendapat perhatian karena sangat dimungkinkan akan mempengaruhi kondisi hutan sekitarnya yang ikut mengalami perubahan penggunaan/penutupan lahan. Hal ini diharapkan dapat dicegah sehingga keberadaan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sebagai zona inti tetap dapat dipertahankan keberadaannya. Pengurangan luasan hutan menjadi permukiman dan tegalan dan kebun campuran pada zona inti cagar biosfer cibodas merupakan perubahan pemanfaatan lahan dengan nilai ekonomi rendah menjadi nilai ekonomi tinggi tetapi dalam hal sebaliknya terjadi penurunan nilai ekologi dari ekologi tinggi ke nilai ekologi rendah. Pada zona inti, selain hutan, perubahan juga terjadi pada tegalan dan kebun campuran. Perubahan yang terjadi pada tegalan dan kebun campuran yaitu berkurangnya luas yang berubah menjadi hutan seluas 1,6 ha, menjadi permukiman 110,4 ha, rumput/semak belukar 5,5 ha dan sawah 17,6 ha. Perubahan yang terjadi pada tegalan dan kebun campuran menjadi hutan terjadi di wilayah kecamatan Cugenang.
Hal ini disebabkan lokasi tersebut memiliki
ketinggian di atas 1.500 m dan topografi agak curam (25-40 %) sehingga pemanfaatan
dengan
pengolahan
lahan
dilakukan
kurang
intensif
dan
membutuhkan biaya yang cukup tinggi. Sehingga pemanfaatan dilakukan dengan penanaman tumbuhan berkayu. Oleh karena adanya tanaman berkayu tersebut menjadikan tegalan dan kebun campuran berubah menjadi hutan. Tegalan dan kebun campuran yang berubah menjadi permukiman paling tinggi bertempat di kecamatan Nagrak kabupaten Sukabumi, sedangkan di lokasi perubahan di tempat lain terjadi di kecamatan Cugenang kabupaten Cianjur dan kecamatan Sukalarang kabupaten Sukabumi. Secara spasial perubahan yang terjadi dari tegalan dan kebun campuran memiliki lokasi yang berdekatan dengan
58
permukiman yang terdapat pada zona penyangga. Oleh karena lokasi berdekatan tersebut dan semakin jumlah penduduk menyebabkan terjadi perubahan pemanfaatan tegalan dan kebun campuran menjadi permukiman sebagai tempat tinggal masyarakat. Dinamika perubahan penggunaan/penutupan lahan pada zona penyangga dialami oleh hutan, tegalan dan kebun campuran, dan rumput/semak belukar. Luasan hutan pada zona ini yang tidak berubah dari yaitu 1.833,6 ha. Perubahan hutan mengalami pengurangan yaitu seluas 13,1 ha berubah menjadi tegalan dan kebun campuran dan 25,8 ha menjadi permukiman. Tegalan dan kebun campuran mengalami pengurangan luas yang berubah menjadi hutan seluas 11,1 ha, permukiman 728,8 ha, rumput/semak belukar 11,9 ha dan sawah 248,4 ha. Sawah mengalami pengurangan luas dengan jumlah relatif kecil yaitu 0,5 ha menjadi tegalan dan kebun campuran dan 4,3 ha menjadi permukiman. Hal ini dikarenakan keberadaan sawah pada zona penyangga merupakan sumber pendapatan bagi masyarakat dan menjadi sumber pangan bagi penduduk. Perubahan-perubahan pada zona penyangga disebabkan masyarakat memanfaatkan lahan mereka dengan penggunaan lahan yang memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi. Perubahan penggunaan/penutupan lahan pada zona penyangga menunjukkan permukiman mengalami penambahan luas dari berbagai struktur penggunaan/penutupan lahan lainnya. Dinamika perubahan penggunaan/penutupan lahan pada zona transisi dialami oleh hutan, tegalan dan kebun campuran, rumput/semak belukar dan sawah.. Tegalan dan kebun campuran paling mendominasi pada zona ini yang memiliki luas 23.937,4 ha pada tahun 1999 dan mengalami pengurangan luasan yang berubah menjadi hutan 4,1 ha, permukiman 1.868,1 ha, rumput/semak belukar 5,4 ha dan sawah 1.878,8 ha pada tahun 2011. Perubahan tegalan dan kebun campuran menjadi permukiman dan sawah mengalami luasan yang hampir sama yaitu sebesar 1.868,1 ha menjadi permukiman dan 1.878,8 ha menjadi sawah. Perubahan yang hampir sama luas menjadi permukiman dan sawah disebabkan karena keberadaan sawah dan permukiman merupakan penggunaan lahan yang terus dibutuhkan keberadaannya. Adanya peningkatan jumlah penduduk pada wilayah zona transisi akan menyebabkan peningkatan kebutuhan
59
akan lahan permukiman dan kebutuhan makan Adanya perubahan dari tegalan dan kebun campuran menjadi permukiman dan sawah memperlihatkan bahwa keberadaan penggunaan lahan sawah masih diperlukan oleh masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan kebutuhan tempat tinggal menjadi kebutuhan pokok yang juga harus dipenuhi. Penggunaan/penutupan lahan pada setiap zonasi cagar biosfer cibodas memperlihatkan adanya dinamika sebagaimana ditampilkan pada Tabel 14. Hal ini tidak dapat dihindari dikarenakan kebutuhan lahan terus meningkat yang disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk dan kebutuhan lainnya. Tabel 14. Matriks Perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan Periode Tahun 1999 – 2011 pada Setiap Zona Cagar Biosfer Cibodas. Zona Inti Perubahan Penggunaan Lahan 19992011 (ha) Edelweis
Edelweis
Tegalan dan Kebun Campuran
Hutan
Permuki man
Rumput/ Semak Belukar
Sawah
58,4
Hutan Tegalan dan Kebun Campuran
58,4 21.524,8
101,2
62
1,6
1.623,6
110,4
Permukiman
21.688 5,5
17,6
684
Rumput/ Semak Belukar
10,4
58,4
21.526,4
3,6
1.735,2
1.758,7 684
Sawah Jumlah Tahun 2011
Jumlah Tahun 1999
856,4
9,1
14 53,8
53,8
71,4
24.256,9
Zona Penyangga Perubahan Penggunaan Lahan 19992011 (ha) Hutan Tegalan dan Kebun Campuran
Tegalan dan Kebun Campuran
Permukim an
1.833,6
13,1
25,8
11,1
7.474,3
728,8
Hutan
Permukiman Rumput/ Semak Belukar
Rumput/ Semak Belukar
6,6
Jumlah Tahun 1999 1.872,5
11,9
2.882,7 63,8
Sawah
248,4
8.474,4 2.882,7
20,9
91,2
60
Tabel 14.( Lanjutan) Sawah Jumlah Tahun 2011
1.844,7
0,5
4,3
7.551,7
3.648,2
32,8
375
379,8
623,4
13.700,7
Zona Transisi Perubahan Penggunaan Lahan 19992011 (ha) Hutan Tegalan dan Kebun Campuran
Hutan
Tegalan dan Kebun Campuran
349,5 4,1
Permuki man
Rumput/ Semak Belukar
Sawah
10,6 19.641
Permukiman
1.868,1
38,6
33,3
Sawah
36,6
357,6
5,4
1.878,8
23.397,4 8.737,8
43,7
0,4
115,9
5.008,9
5.403,1
Tubuh Air 353,6
19.716,3
11.007,3
Jumlah Tahun 1999 360,1
8.737,8
Rumput/ Semak Belukar
Jumlah Tahun 2011
Tubuh Air
49,1
6.888
21,3
21,3
21,3
38.035,5
Sumber : Hasil Analisis
Perubahan pengunaan/penutupan lahan yang terbesar dan terkecil berbeda pada setiap zona Cagar Biosfer Cibodas. Pada zona inti, perubahan yang terbesar terjadi pada hutan yaitu mengalami pengurangan sebesar 161,6 ha sedangkan penggunaan/penutupan lahan yang mengalami penambahan luas terjadi pada permukiman yaitu bertambah 174,4 ha. Pada zona penyangga terjadi peningkatan perubahan luas penggunaan/penutupan lahan yaitu dari tegalan dan kebun campuran yang berkurang sebesar 922,8 ha. Selain itu, permukiman yang terdapat di zona penyangga juga bertambah sebesar 765,45 ha. Hal ini disebabkan karena perubahan tegalan dan kebun campuran menjadi permukiman dan sawah, sedangkan permukiman mendapatkan penambahan luas dari perubahan hutan, tegalan dan kebun campuran, rumput/semak belukar dan sawah. Hal yang sama juga terjadi pada zona transisi, penggunaan/penutupan lahan tegalan dan kebun campuran mengalami pengurangan dengan luas 3.681,2 ha sedangkan penambahan luas yang terbesar di alami oleh permukiman. Pola penambahan dan pengurangan terbesar terjadi kesamaan pada zona penyangga dan transisi
61
sedangkan
pada
zona
inti
berbeda
dikarenakan
perbedaan
keberadaan
penggunaan/penutupan kawasan yang mendominasi zona tersebut. Penggunaan/penutupan lahan yang mengalami perubahan luas terendah pada zona inti dan zona penyangga adalah rumput/semak belukar yaitu mengalami pengurangan luas. Perubahan tersebut terjadi karena luas penggunaan/penutupan lahan rumput/semak belukar berada dalam jumlah sedikit pada wilayah zona inti dan zona penyangga. Pada zona transisi hutan merupakan penggunaan/penutupan lahan yang berkurang paling sedikit dibandingkan dengan penggunaan/penutupan lainnya. Hal ini terjadi karena luas hutan yang terdapat pada zona transisi hanya 0,95% pada tahun 1999 dan berkurang menjadi 0,93% pada tahun 2011 sehingga perubahan yang terjadi merupakan yang terendah pada zona transisi. Tabel 15. Laju Perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan Cagar Biosfer Cibodas Periode Tahun 1999 dan 2011. No.
Zona
1
Inti
2
Luas Perubahan 1999 -2011 (ha)
Laju (ha/tahun)
380,12
31,7
Penyangga
2.018,04
168,2
3
Transisi
7.508,99
625,7
4
Jumlah
9.907,15
825,6
Sumber : Hasil Analisis
Tabel 15 menampilkan laju perubahan penggunaan/penutupan lahan pada setiap zona dan laju perubahan dari tahun 1999 – 2011. Laju perubahan pada zona inti selama 12 tahun adalah sebesar 0,04%/tahun dari luas zona inti dengan luasan perubahan pertahunnya adalah 31,67 ha. Hal ini seharusnya tidak terjadi karena zona inti merupakan kawasan yang dilindungi sehingga perubahan sekecil apapun pada zona ini tidak dapat ditolerir. Pada zona penyangga laju perubahannya adalah 0.22%/tahun dengan luas yang berubah sebesar 168,2 ha/tahun. Laju perubahan yang paling tinggi dari semua zona terjadi pada zona transisi yaitu seluas 625,7 ha/tahun atau persentase perubahannya sebesar 0,82%. Perubahan penggunaan/penutupan lahan pada cagar biosfer Cibodas dari tahun 1999 – 2011 adalah sebesar 9.907,15 ha dengan rata-rata laju perubahan setiap tahun adalah 825,6 ha/tahun. Hal ini menunjukan bahwa pada setiap zona terjadi perubahan penggunaan/penutupan lahan dengan luas terkecil pada zona inti dan terbesar pada
62
zona transisi. Perubahan yang cukup besar pada zona penyangga dan zona transisi karena zona ini berdasarkan tujuan pengelolaannya dapat dimungkinkan keberadaan permukiman dan kegiatan perekonomian masyarakat, dan pada zona transisi merupakan daerah promosi pembangunan berkelanjutan. Hal tersebut tidak dapat dihindari karena kepemilikan lahan yang terdapat di zona penyangga dan zona transisi merupakan hak milik yang peruntukan lahannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan individu masing-masing. Perubahan yang terjadi pada zona penyangga dan transisi saat ini masih mendukung keberadaan dari zona inti. Hasil analisis perubahan penggunaan/penutupan lahan memperlihatkan bahwa pada zona penyangga dan transisi perubahan penggunaan/penutupan lahan lebuh tinggi dari zona inti dan perubahan yang ada masih dapat mendukung keberadaan zona inti.
5.2.1 Persepsi Masyarakat tentang Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan Analisis analytical hierarchy program merupakan salah satu analisis yang digunakan untuk menyusun suatu prioritas dari berbagai pilihan kriteria yang ada. Beberapa faktor penyebab perubahan penggunaan/penutupan lahan di Cagar Biosfer Cibodas terdiri dari beberapa kriteria yaitu kriteria fisik (kemiringan lereng, jenis tanah, dan ketinggian), kriteria sosial (jumlah penduduk) dan kriteria ekonomi yaitu sumber pendapatan masyarakat. Tabel 16. Bobot Faktor Penyebab Perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan berdasarkan Persepsi Masyarakat. No.
Zona Cagar Biosfer Cibodas
Bobot
1.
Kemiringan Lereng
0,19
2.
Ketinggian
0,18
3.
Jenis Tanah
0,15
4.
Jumlah Penduduk
0,28
5.
Sumber Pendapatan
0,20
Sumber : Hasil Analisis
Tabel 16 menunjukkan faktor penyebab utama terjadinya perubahan penggunaan/penutupan lahan adalah disebabkan oleh jumlah penduduk. Hal ini
63
sejalan dengan terjadinya peningkatan jumlah penduduk di Cagar Biosfer Cibodas sesuai dengan data BPS memperlihatkan adanya peningkatan dengan rata-rata laju pertumbuhan penduduk/tahun sebesar 1,77%. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Gunadi (2011) yang menyatakan bahwa faktor penyebab perubahan penggunaan/penutupan lahan di Kabupaten Ciamis sebagian besar di pengaruhi oleh laju pertumbuhan penduduk dimana meningkatnya jumlah penduduk disertai peningkatan
fasilitas
sosial
akan
meningkatkan
peluang
perubahan
penggunaan/penutupan lahan dari suatu penggunaan/penutupan lahan ke penggunaan/penutupan lahan lainnya. Penyebab perubahan penggunaan/penutupan lahan selanjutnya yaitu sumber pendapatan masyarakat. Hal ini sesuai dengan adanya perubahan sumber pendapatan masyarakat berdasarkan data potensi desa yang menunjukan pengurangan sumber pendapatan dari lahan pertanian berkurang dari 128 desa tahun 1999 menjadi 117 desa pada tahun 2011. Ketinggian tempat merupakan penyebab perubahan penggunaan/penutupan lahan ketiga. Hal ini selaras dengan perubahan penggunaan/penutupan lahan yang banyak terjadi pada wilayah dengan ketinggian 500 – 1000 mdpl disusul dengan pada ketinggian < 500 mdpl. Penyebab keempat menurut masyarakat adalah kemiringan lereng. Hal tersebut sesuai dengan perubahan penggunaan/penutupan lahan yang banyak terjadi pada wilayah dengan lereng < 8 %. Jenis tanah merupakan faktor terakhir penyebab perubahan penggunaan/penutupan lahan, hal ini disebabkan jenis tanah yang mendominasi pada Cagar Biosfer Cibodas adalah jenis tanah Inceptisol sedangkan jenis tanah Ultisol memiliki luasan relatif sedikit.
5.2.2 Persepsi
Masyarakat Tentang Perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan Yang Dapat Ditoleransi.
Persepsi masyarakat mengenai perubahan penggunaan/penutupan lahan yang dapat ditoleransi adalah merupakan pendapat masyarakat dalam menyikapi perubahan penggunaan/penutupan lahan yang dapat ditoleransi pada wilayah cagar biosfer Cibodas terkait dengan keberlanjutan taman nasional gunung gede pangrango. Responden penentuan perubahan penggunaan/penutupan lahan yang dapat ditoleransi merupakan pihak-pihak yang berkepentingan akan keberadaan Cagar Biosfer Cibodas terkait keberlanjutan Taman Nasional Gunung Gede
64
Pangrango. Hasil analisis persepsi masyarakat tentang perubahan penggunaan/ penutupan lahan yang dapat ditoleransi dengan pendekatan AHP menghasilkan nilai consistency ratio sebesar 0. Hal ini, menurut Saaty (1993) apabila nilai consistency ratio dibawah 0,1, menunjukan hasil analisa AHP dapat dimanfaatkan. Tabel 17. Bobot Perubahan Ditoleransi.
Penggunaan/Penutupan
Lahan
Yang
Dapat
Menjadi Penggunaan/ Penutupan Lahan
Hutan
Permukim an
Tegalan dan Rumput/ Kebun Semak Campuran Belukar
Sawah
Hutan
0,402
0,109
0,249
0,089
0,151
Tegalan dan Kebun Campuran
0,090
0,206
0,441
0,112
0,151
Rumput/Semak Belukar
0,188
0,120
0,168
0,375
0,149
Sawah
0,127
0,143
0,177
0,125
0,428
Sumber : Hasil Analisis
Tabel 17 menunjukan bahwa perubahan penggunaan/ penutupan lahan yang masih dapat ditoleransi menurut masyarakat yaitu perubahan hutan menjadi tegalan dan kebun campuran, sawah, permukiman dan rumput dengan nilai masing-masing 0,249, 0,151, 0,109, dan 0,089. Pada zona inti, perubahan penggunaan lahan hutan tidak dapat ditoleransi untuk berubah. Hal ini disebabkan hutan merupakan penggunaan/penutupan lahan yang harus tetap dipertahankan keberadaannya pada zona inti karena zona inti merupakan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dengan penggunaan/penutupan lahan adalah hutan. Pada zona penyangga dan transisi, berdasarkan fungsinya masih dapat ditoleransi terjadi perubahan penggunaan/penutupan lahan. Sesuai dengan hasil persepsi masyarakat, hutan paling dapat ditoleransi menjadi tegalan dan kebun campuran. Hal ini berbeda dengan perubahan yang terjadi pada zona penyangga dan transisi yaitu perubahan penggunaan/penutupan lahan hutan menjadi permukiman dan disusul menjadi tegalan dan kebun campuran pada zona penyangga.
65
Perubahan dari penggunaan/penutupan lahan tegalan dan kebun campuran yang dapat ditoleran yaitu menjadi permukiman, sawah, rumput/semak belukar, dan hutan dengan nilai masing-masing 0,206, 0,151, 0,112 dan 0,090. Perubahan dari tegalan dan kebun campuran menjadi permukiman merupakan perubahan yang dari nilai ekonomis rendah menjadi nilai ekonomis tinggi. Hal ini merupakan dampak adanya kebutuhan yang meningkat akan tempat tinggal yang disebabkan meningkatnya jumlah penduduk. Perubahan yang dapat ditoleransi dari rumput/semak belukar menjadi hutan, tegalan dan kebun campuran, sawah dan permukiman dengan nilai berturut-turut 0,188, 0,168, 0,149 dan 0,120. Perubahan rumput menjadi hutan dikarenakan, hutan memiliki fungsi ekologis yang lebih baik dibandingkan dengan penggunaan/penutupan lahan lainnya. Toleransi perubahan penggunaan/penutupan lahan sawah sesuai hasil analisis yaitu menjadi tegalan dan kebun campuran, permukiman, hutan dan semak belukar dengan nilai masing-masing 0,177, 0,143, 0,127, dan 0,125. Persepsi masyarakat mengenai perubahan penggunaan/penutupan lahan sawah menjadi tegalan dan kebun campuran memperlihatkan penggunaan/penutupan lahan sawah tetap dipertahankan dibandingkan dengan penggunaan/penutupan lahan tegalan dan kebun campuran. Persepsi masyarakat terkait perubahan penggunaan/penutupan lahan yang dapat ditoleransi sejalan dengan perubahan penggunaan/penutupan lahan pada Cagar Biosfer Cibodas tahun 1999 ke tahun 2011. Menurut persepsi masyarakat perubahan penggunaan/ penutupan lahan hutan yang paling dapat ditoleransi yaitu perubahan ke tegalan dan kebun campuran selanjutnya perubahan ke permukiman. Hal ini sesuai dengan perubahan penggunaan/penutupan lahan yang terjadi di cagar biosfer Cibodas dimana hutan berubah ke tegalan dan kebun campuran seluas 114,3 ha dan ke permukiman 98,4 ha. Perubahan penggunaan/penutupan lahan dari tegalan dan kebun campuran sangat ditoleransi menurut masyarakat berubah menjadi permukiman dan sawah. Toleransi perubahan tersebut juga terjadi pada perubahan penggunaan/penutupan lahan tahun 1999 ke 2011 dengan perubahan tegalan dan kebun campuran yang berubah menjadi permukiman seluas 2.703,4 ha dan menjadi sawah 2.148,6 ha.
66
Dalam
penentuan
bobot
perubahan
penggunaan/penutupan
lahan,
permukiman merupakan penggunaan/penutupan lahan yang tidak mengalami perubahan. Hal diasumsikan permukiman keberadaannya tetap dan tidak berubah.
5.3 Prediksi Penggunaan/Penutupan Lahan Cagar Biosfer Cibodas Prediksi
perubahan
penggunaan/penutupan
lahan
ditujukan
untuk
mengestimasi perubahaan penggunaan/penutupan lahan pada tahun 2023. Penggunaan
lahan
tahun
1999
digunakan
untuk
memprediksi
penggunaan/penutupan lahan tahun 2011 dengan memanfaatkan matriks TPM 1999-2011, alokasi penggunaan lahan, moving filter dan berbagai jumlah iterasi selanjutnya digunakan untuk simulasi perubahan. Hasil peta prediksi penggunaan/ penutupan lahan tahun 2011 kemudian di validasi dengan menggunakan peta penggunaan/penutupan lahan hasil interpretasi citra Landsat. Keluaran dari validasi tersebut adalah berupa nilai kappa, dengan nilai kappa yang semakin tinggi berarti semakin tinggi pula tingkat ketepatan penggunaan lahan hasil simulasi. Hasil validasi peta prediksi penggunaan/penutupan lahan dengan nilai dengan berbagai iterasi dan nilai kappa ditampilkan pada Gambar 22.
85,5% 85,0% 84,5% 84,0% Nilai Kappa
83,5% 83,0% 82,5% 1
3
5
9
15 21 27 33 39 45 51 57 Jumlah Iterasi
Gambar 22. Hasil Validasi Model Prediksi Penggunaan Lahan Pada Berbagai Iterasi.
67
(a)
(e)
(b)
(c)
(f)
(d)
(g)
Gambar 23. Kesesuaian Penggunaan/Penutupan Lahan Berdasarkan Persepsi Masyarakat dengan pendekatan AHP yaitu (a) Edelweis, (b) Hutan, (c) Tegalan dan Kebun Campuran, (d) Permukiman, (e) Rumput/Semak Belukar, (f) Sawah, (h) Tubuh Air.
68
Nilai kappa terbesar diperoleh pada iterasi ke-33 dengan nilai kappa sebesar 85,41% dan merupakan titik terjadinya break of slope. Munibah (2008) menyatakan bahwa break of slope adalah titik dimana terjadi perubahan yang nyata dan paling efektif untuk menjadi pewakil jumlah iterasi yang digunakan untuk simulasi penggunaan lahan tahun berikutnya. Selanjutnya penggunaan lahan tahun 2011, matrik TPM, alokasi penggunaan lahan, moving filter dan iterasi 33 selanjutnya digunakan untuk simulasi perubahan. Hasil prediksi penggunaan/penutupan lahan pada tahun 2023 diperoleh penggunaan lahan tegalan dan kebun campuran sebesar 34,3% dari luas wilayah cagar biosfer cibodas. Selanjutnya hutan 30,97%, permukiman 23,43%, sawah 11,15%, Edelweis 0,08%, rumput/semak belukar 0,05% dan tubuh air 0,03%. Hasil prediksi penggunaan/penutupan lahan pada tahun 2023 secara spasial ditampilkan pada Gambar 24 sedangkan luas prediksi penggunaan lahan pada tahun 2023 dibandingkan dengan tahun 2011 di tampilkan pada Tabel 18. Tabel 18. Prediksi Luas dan Komposisi Penggunaan Lahan di Cagar Biosfer Cibodas. Tahun 2011
Tahun 2023
Perubahan (2011-2023)
Penggunaan Lahan Luas (ha) Edelweis Hutan Tegalan dan Kebun Campuran Permukiman Rumput/Semak Belukar Sawah Tubuh Air Jumlah
%
Luas (ha)
%
Luas (ha)
Total
Awal
58,4
0,08
57,6
0,08
- 0,8
0
0
23.724,7
31,22
23.537,7
30,97
-187,0
- 0,25
- 0,78
29.003
38,17
26.066
34,3
- 2.937,0
- 3,86
-8,73
15.511,9
20,41
17.803
23,43
2.291,1
3,01
18,62
91
0,12
35,8
0,05
- 55,2
- 0,07
- 24,97
7.582,8
9,98
8.471,5
11,15
888,7
1,17
15,23
21,3
0,03
21,6
0,03
0,3
0
0
75.993,2
100
75.993,2
100
-
-
-
Sumber : Hasil Analisis
Penggunaan/penutupan lahan pada cagar biosfer yang mengalami penurunan luasan dari tahun 1999 – 2011 dan sejalan dengan hasil prediksi tahun 2023 adalah hutan, kebun campuran dan semak belukar/rumput.
69
Gambar 24. Peta Prediksi Penggunaan/Penutupan Lahan Cagar Biosfer Cibodas Tahun 2023.
70
Penurunan luasan kebun campuran merupakan penurunan terbesar dibandingkan dengan hutan maupun rumput/semak belukar, akan tetapi persentase penurunan terbesar dialami oleh rumput/semak belukar disusul kebun campuran dan hutan. penggunaan/penutupan
lahan
yang
memiliki
kecenderungan
mengalami
peningkatan luasan yaitu permukiman dan sawah. Peningkatan luasan permukiman di cagar biosfer cibodas selalu diikuti dengan pengurangan luasan hutan dan kebun campuran. Kecenderungan Perubahan penggunaan/penutupan lahan tahun 1999, 2011 dan prediksi tahun 2023 ditampilkan pada Gambar 25. 35.000
Luas (ha)
30.000 25.000 20.000 15.000 10.000 5.000 0 Edel weis
Hutan
Tegalan dan KC
Pmk
Swh
TA
12.304,
Rmpt/ Smk Blkr 221,2
1999
58,4
23.920,
33.630,
5.836,7
21,3
2011
58,4
23.724,
29.003,
15.511,
91,0
7.582,8
21,3
2023
57,6
23.537,
26.066,
17.803,
35,8
8.471,5
21,6
Gambar 25. Kecenderungan Perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan Tahun 1999, 2011 dan 2023. 5.4 Pengendalian Perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan 5.4.1. Ketidakcocokan Penggunaan/Penutupan Lahan Tahun 2023 dengan RTRWP Jawa Barat di Cagar Biosfer Cibodas Kecenderungan ketidakcocokan penggunaan/penutupan lahan tahun 2023 terhadap RTRW dapat diketahui dengan melakukan tumpang susun peta penggunaan/penutupan lahan tahun 2023 dengan peta RTRWP. RTRW Provinsi Jawa Barat pada wilayah cagar biosfer Cibodas yang hasilnya disajikan pada Tabel 26.
71
Penilaian kecocokan penggunaan/penutupan lahan tahun 2023 terhadap arahan RTRW Provinsi Jawa Barat di wilayah Cagar Biosfer Cibodas ditetapkan berdasarkan beberapa kriteria sebagai berikut : 1.
Hutan lindung : kawasan lindung yang bentuk penggunaan/penutupan lahannya adalah hutan.
2.
Hutan konservasi : kawasan lindung yang bentuk penggunaan/penutupan lahannya adalah hutan dan edelweis.
3.
Hutan produksi : kawasan budidaya yang bentuk penggunaan/penutupan lahannya adalah hutan.
4.
Permukiman : kawasan budidaya yang bentuk penggunaan/penutupan lahannya adalah permukiman dan enclave.
5.
Sawah : kawasan budidaya yang bentuk penggunaan/penutupan lahannya adalah sawah irigasi dan sawah tadah hujan
6.
Tegalan
dan
kebun
campuran
:
kawasan
budidaya
yang
bentuk
penggunaan/penutupan lahannya adalah budidaya lain dan enclave. Jenis penggunaan/penutupan lahan tahun 2023 yang tidak sesuai dengan kriteria di atas, dianggap tidak cocok terhadap pola arahan penggunaan/penutupan lahan RTRW Provinsi Jawa Barat di wilayah cagar biosfer Cibodas tahun 2009 – 2029. Dari hasil analisis data, dapat diketahui bahwa terdapat beberapa penggunaan/penutupan lahan yang sesuai dengan arahan RTRWP dan terdapat beberapa penggunaan/penutupan lahan yang tidak sesuai dengan arahan RTRWP. Penggunaan lahan yang sesuai antara lain adalah hutan pada kawasan hutan lindung dengan luas 19.753,9 ha, permukiman yang sesuai dengan arahan RTRWP seluas 5.125,5 ha, kebun campuran dengan luas 16.488,5 ha dan sawah dengan luas 3.952,8 ha. Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan arahan RTRWP yaitu keberadaan permukiman di kawasan konservasi, hutan lindung, hutan produksi. Selain itu terdapat juga peruntukan sebagai hutan tetapi hasil prediksi merupakan wilayah sawah. Arahan RTRWP yaitu budidaya lain ditujukan untuk kegiatan-kegiatan ekonomi. Adanya sawah di budidaya lain dianggap sesuai karena sawah dapat dinyatakan sebagai kegiatan pemanfaatan untuk perekonomian. Hasil tabulasi silang penggunaan/penutupan lahan tahun
72
2023 dan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi di Cagar Biosfer Cibodas di tampilkan pada Tabel 21 sedangkan kesesuaian prediksi penggunaan/penutupan lahan tahun 2023 dan RTRW secara spasial ditampilkan pada Gambar 26. Alokasi penggunaan lahan RTRWP merupakan indikasi perencanaan untuk memanfaatkan
lahan
yang
terdapat
di
Cagar
Biosfer
Cibodas
yang
mempertimbangkan banyak hal yang bertujuan untuk keseimbangan kelestarian sumber daya alam hayati dan kesejahteraan masyarakat. Penggunaan/penutupan lahan yang sesuai dengan arahan RTRWP menunjukan adanya kecocokan pemanfaatan lahan dengan RTRWP, tetapi penggunaan/penutupan lahan yang belum cocok memerlukan penilaian dan pertimbangan lebih lanjut untuk perbaikan pemanfaatan lahan sehingga pemanfaatan lahan yang terdapat di Cagar Biosfer Cibodas dapat memberikan hasil yang seimbang antara kelestarian sumber daya alam, lingkungan dan kesejahteraan masyarakat. Tabel 19. Tabulasi Silang Penggunaan/Penutupan Lahan Tahun 2023 dan RTRWP 2009-2029. Penggunaan/Penutupan Tahun 2023 (ha) Arahan RTRW 20092029
Edel weis
Budidaya Lain
57,6
Hutan Lindung
Rumput/ Semak Belukar
Sawah
Tubuh Air
Permukiman
7.849,3
14,6
3.254,5
19754,9
2.316,8
1.552,1
17,9
78,2
23.777,5
2904,7
767,3
378,4
3,2
32,5
4.086,2
204,4
67,9
55,1
327,4
3.282,8
5.108,6
1.105,6
1.337,6
1.527
2.759
5.623,6
9,7
2.164,1
1.319,7
1.186,6
4.680,1
23.537,7
26.066,1
17.803
Sawah Irigasi
57.6
Sumber : Hasil Analisis
52,1 15.993,1
17,2
Sawah Tadah Hujan
Jumlah
799,1
Hutan Produksi
Jumlah Keseluruhan
Permukim an
52,1
Enclave Hutan Konservasi
Hutan
Tegalan dan Kebun Campuran
35,7
8.471,5
16,8
4,8
21,6
27.927,4
9.519,0
75.993,2
73
Gambar 26. Peta Kesesuaian Prediksi Penggunaan/Penutupan Lahan Tahun 2023 dan RTRW.
74
5.4.2 Skenario dan Arahan Kebijakan Penggunaan/Penutupan Lahan
Pengendalian
Perubahan
Perubahan penggunaan/penutupan lahan yang terjadi di Cagar Biosfer Cibodas saat ini menunjukkan adanya dinamika pada setiap zona. Perubahan yang terjadi saat ini perlu dikendalikan sehingga penggunaan/penutupan lahan di Cagar Biosfer Cibodas pada masa mendatang tidak mempengaruhi keberadaan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sebagai zona inti. Terdapat 3 skenario pengendalian perubahan penggunaan/penutupan lahan pada Cagar Biosfer Cibodas. Skenario 1 diasumsikan bahwa dalam pengendalian perubahan penggunaan/ penutupan lahan terdapat intervensi pemerintah. Beberapa hal yang dimiliki oleh pemerintah melalui skenario ini yaitu terdapat anggaran yang cukup, terdapat jumlah personel yang cukup dan adanya penegakan hukum terhadap pelanggaran yang terjadi. Hasil prediksi penggunaan/penutupan lahan dengan skenario 1 ditampilkan pada Tabel 20 sedangkan sebaran spasial ditampilkan pada Gambar 26. Tabel 20. Prediksi Luas dan Komposisi Penggunaan Lahan di Cagar Biosfer Cibodas Skenario 1. Tahun 2011 Penggunaan Lahan
Edelweis
Penyangga (ha)
Inti (ha)
Tahun 2023 Transisi (ha)
Penyangga (ha)
Inti (ha)
Perubahan (1999-2011) Transisi (ha)
Inti (ha)
Penyangga (ha)
Transisi (ha)
58,4
0
0
51,8
0
0
-6.6
0
0
21.526,4
1.844,7
353,6
24.034,8
2.026,3
332,4
2.508.4
181,6
- 21,2
Tegalan dan Kebun Campuran
1.735,2
7.551,7
19.716,2
115,4
7.128,9
17.281,4
- 1.619.8
- 422,8
- 2.434,8
Permukiman
856,4
3.648,2
11.007,3
48
3.938,7
12.626,9
-`808.4
290,5
1.619,6
9,1
32,8
49,1
1,5
23,7
2,9
- 7.6
- 9,1
- 46,2
71,4
623,4
6.888
5,3
583,1
7.773,9
- 66.1
- 40,3
885,9
0
0
21,3
0
0
18
0
0
- 3,3
13.700,7
38.035,5
24,256,9
13700.7
38.035,5
-
-
-
Hutan
Rumput/ Semak Belukar Sawah Tubuh Air Jumlah
24.256,9
Sumber : Hasil Analisis
Skenario 2 diasumsikan bahwa dalam pengendalian perubahan penggunaan/ penutupan lahan terdapat intervensi pemerintah dan adanya peran serta masyarakat. Pada skenario ini pemerintah memiliki anggaran yang cukup, jumlah
75
personel yang memadai dan penegakan hukum terhadap pelanggaran yang terjadi serta masyarakat yang peduli keberadaan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Hasil prediksi penggunaan/penutupan lahan skenario 2 ditampilkan pada Tabel 21 sedangkan sebaran spasial ditampilkan pada Gambar 27. Tabel 21. Prediksi Luas dan Komposisi Penggunaan Lahan di Cagar Biosfer Cibodas Skenario 2. Tahun 2011 Penggunaan Lahan
Penyangga (ha)
Inti (ha)
Edelweis
Tahun 2023 Transisi (ha)
Inti (ha)
Perubahan (1999-2011)
Penyangga (ha)
Transisi (ha)
Penyangga (ha)
Inti (ha)
Transisi (ha)
58,4
0
0
51,8
0
0
- 6,6
0
0
21.526,4
1.844,7
353,6
23.196,3
1.954,5
335,2
1.669,9
109,8
- 18,4
Tegalan dan Kebun Campuran
1.735,2
7.551,7
19.716,2
116
7.091,6
17.356,6
- 1.619,2
- 460,1
- 2.359,6
Permukiman
856,4
3.648,2
11.007,3
829,1
4.037,7
12.534,8
- 27,3
389,5
1527,5
9,1
32,8
49,1
9,4
27,1
2,9
0,3
-5,7
-46,2
71,4
623,4
6.888
54,4
589,9
7.788
- 17
-33,5
900
0
0
21,3
0
0
18
0
0
- 3,3
13.700,7
38.035,5
24,256,9
13700.7
bahwa
dalam
Hutan
Rumput/ Semak Belukar Sawah Tubuh Air Jumlah
24.256,9
38.035,5
-
-
-
Sumber : Hasil Analisis
Skenario
3
diasumsikan
pengendalian
perubahan
penggunaan/penutupan lahan pemerintah mengalokasikan seluruh kemampuan yang dimiliki yaitu anggaran, personel dan penerapan penegakan hukum secara konsisten. Hasil prediksi penggunaan/penutupan lahan skenario 3 ditampilkan pada Tabel 22 sedangkan sebaran spasial ditampilkan pada Gambar 28. Penggunaan/penutupan lahan yang diinginkan pada setiap zona Cagar Biosfer Cibodas berdasarkan skenario 1, 2 dan 3 ditampilkan pada Tabel 23. Tabel 22. Prediksi Luas dan Komposisi Penggunaan Lahan di Cagar Biosfer Cibodas Skenario 3. Tahun 2011 Penggunaan Lahan
Inti (ha)
Penyangga (ha)
Tahun 2023 Transisi (ha)
Inti (ha)
Perubahan (1999-2011)
Penyangga (ha)
Transisi (ha)
Inti (ha)
Penyangga (ha)
Transisi (ha)
58,4
0
0
51,8
0
0
-`6.6
0
0
21.526,4
1.844,7
353,6
2.4042,4
2.091
350,4
2.516
246,3
- 3,2
Tegalan dan Kebun Campuran
1.735,2
7.551,7
19.716,2
112,2
7.152,3
17.258,2
- 1.623
- 399,4
- 2458
Permukiman
856,4
3.648,2
11.007,3
43,7
3.859,8
12.616,1
- 812,7
211,6
1608,8
Edelweis Hutan
76
Tabel 22. (Lanjutan) Rumput/ Semak Belukar Sawah
9,1
32,8
49,1
1,5
23,7
2,9
- 7,6
- 9,1
- 46,2
71,4
623,4
6.888
5,3
574
7.789,9
- 66,1
- 49,4
901,9
0
0
21,3
0
0
18
0
0
- 3,3
13.700,7
38.035,5
24,256,9
38.035,5
-
-
-
Biosfer
Cibodas
Tubuh Air Jumlah
24.256,9
13700.7
Sumber : Hasil Analisis
Tabel 23. Penggunaan/Penutupan Lahan berdasarkan Skenario 1, 2 dan 3.
Pada
Cagar
Skenario
Zona Inti
Zona Penyangga
Zona Transisi
1
Tidak boleh terdapat`penggunaan/ penutupan lahan selain Hutan
Perubahan penggunaan/ penutupan lahan diperbolehkan untuk terjadi
Perubahan penggunaan/ penutupan lahan diperbolehkan untuk terjadi
2
Penggunaan/ penutupan lahan permukiman dan sawah yang sudah ada diperbolehkan tetapi tidak ada penambahan luas permukiman dan sawah.
Perubahan penggunaan/penutupan lahan diperbolehkan untuk terjadi
Perubahan penggunaan/ penutupan lahan diperbolehkan untuk terjadi
3
Tidak Boleh ada penggunaan/penutupan lahan selain Hutan
Hutan yang ada pada tahun 1999 tetap dipertahankan keberadaannya
Hutan yang ada pada tahun 1999 tetap dipertahankan keberadaannya
77
Gambar 27. Peta Prediksi Penggunaan/Penutupan Lahan Cagar Biosfer Cibodas Tahun 2023 Skenario 1.
78
Gambar 28. Peta Prediksi Penggunaan/Penutupan Lahan Cagar Biosfer Cibodas Tahun 2023 Skenario 2.
79
Gambar 29. Peta Prediksi Penggunaan/Penutupan Lahan Cagar Biosfer Cibodas Tahun 2023 Skenario 3.
80
Kebijakan pengendalian perubahan penggunaan/penutupan lahan pada Cagar Biosfer Cibodas yang dilakukan pada skenario 1 yaitu dengan Penyusunan rencana program Cagar Biosfer Cibodas yang selaras dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Sukabumi. Penyusunan rencana program Cagar Biosfer Cibodas dengan memperhatikan fungsi dari masing-masing zona sehingga dapat selaras dengan rencana tata ruang wilayah. Hal ini dikarenakan wilayah Cagar Biosfer Cibodas terdapat banyak pihak yang berkepentingan dengan keberadaan Cagar Biosfer Cibodas. Hasil yang diharapkan dari skenario 1 yaitu pada zona inti bebas dari penggunaan/penutupan lahan non hutan. Hasil prediksi skenario 1, zona inti didapatkan penggunaan/penutupan lahan hutan yang bertambah dari 21.526,4 ha menjadi 24.034,8 ha dan terdapat penggunaan/ penutupan lahan lain yaitu tegalan dan kebun campuran, sawah, permukiman dengan luas masing-masing 115,4 ha, 48 ha dan 5,3 ha. Program-program yang dilakukan untuk mencapai tujuan skenario 1 yaitu : 1.
Sosialisasi Cagar Biosfer Cibodas. Prediksi penggunaan/penutupan lahan Cagar Biosfer Cibodas pada tahun 2023 memperlihatkan adanya perubahan berbeda dengan trend perubahan periode tahun 1999 – 2011. Prediksi tahun 2023 didasarkan pada hasil persepsi masyarakat mengenai perubahan penggunaan/penutupan lahan yang dapat ditoleransi. Hasil prediksi menunjukkan perubahan penggunaan/ penutupan lahan yang bila tidak diintervensi melalui skenario 1 akan mempengaruhi keberadaan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sebagaimana ditampilkan pada Tabel 18. Sosialisasi Cagar Biosfer Cibodas dilakukan melalui berbagai bentuk kegiatan antara lain melalui pertemuanpertemuan, diskusi, dan iklan pada media cetak maupun elektronik. Sosialisasi mengenai keberadaan dan fungsi dari Cagar Biosfer Cibodas serta Taman Nasional Gunung Gede Pangrango kepada masyarakat, instansi pemerintah dan pihak berkepentingan lainnya.
2.
Relokasi Penggunaan/Penutupan Lahan Selain Hutan dan Rehabilitasi Zona Inti Penggunaan/penutupan lahan yang seharusnya berada pada zona inti adalah hutan, sehingga penggunaan/penutupan lahan selain hutan harus
81
dikembalikan fungsinya menjadi hutan. Kebijakan yang diterapkan yaitu memindahkan keberadaan permukiman, sawah serta penggunaan/penutupan lahan lain yang berada di zona inti dengan konsekuensi adanya penggantian biaya. Luas permukiman dan sawah yang perlu direlokasi oleh pemerintah adalah seluas 2.508,4 ha. Pemindahan permukiman dan sawah dilanjutkan dengan rehabilitasi wilayah yang ditinggalkan melalui penanaman kembali jenis-jenis tumbuhan yang merupakan jenis endemik di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. 3.
Penetapan wilayah yang berbatasan langsung dengan zona inti Penetapan wilayah yang berbatasan langsung dengan zona inti yaitu Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sebagai daerah penyangga dengan ketentuan penetapan di luar kawasan hutan ditetapkan oleh pemerintah daerah yaitu pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten. Ditetapkannya daerah sekitar wilayah zona inti sebagai daerah penyangga untuk menjaga keutuhan dari zona inti yaitu taman nasional gunung gede pangrango. Untuk mencapai tujuan pengendalian perubahan penggunaan/penutupan lahan pada daerah penyangga, dilakukan melalui kegiatan penyusunan rencana pengelolaan daerah penyangga, rehabilitasi, perlindungan, pemanfaatan dan pembinaan fungsi daerah penyangga. Pembinaan
daerah
penyangga
dilakukan
melalui
peningkatan
pemahaman masyakarat terhadap konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya
serta
peningkatan
produktivitas
lahan.
Peningkatan
pengetahuan dan ketrampilan masyarakat dilakukan dengan penyuluhan dan pemberdayaan masyarakat seperti pelatihan pemanfaatan hasil hutan non kayu dan pengelolaan lahan yang dapat meningkatkan produktivitas lahan tersebut.
Hasil prediksi skenario 2 yaitu penggunaan/penutupan lahan hutan pada zona inti mengalami penambahan luas yaitu dari 21.526,4 ha menjadi 23.196,3 ha, sedangkan luasan permukiman dan sawah tidak mengalami penambahan luas. Hal ini menunjukan apabila diakomodir keberadaan permukiman dan sawah serta adanya kebijakan pengendalian dan peran serta masyarakat untuk menjaga Taman
82
Nasional Gunung Gede Pangrango, maka luas permukiman dan sawah tidak bertambah. Kebijakan pengendalian perubahan penggunaan/penutupan lahan pada Cagar Biosfer Cibodas yang dilakukan pada skenario 2 yaitu penyusunan rencana program Cagar Biosfer Cibodas yang selaras dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Sukabumi. Penyusunan rencana program Cagar Biosfer Cibodas dengan memperhatikan fungsi dari masing-masing zona sehingga dapat selaras dengan rencana tata ruang wilayah. Hal ini dikarenakan wilayah Cagar Biosfer Cibodas merupakan wilayah dimana banyak pihak yang berkepentingan dengan keberadaan Cagar Biosfer Cibodas. Keselarasan program Cagar Biosfer Cibodas dengan rencana tata ruang memberikan manfaat dalam pengendalian perubahaan penggunaan/penutupan lahan yang akan terjadi yaitu pemanfaatan penggunaan lahan harus disesuaikan dengan tata ruang yang disusun. Melalui rencana tata ruang wilayah juga diperlukan adanya sanksi yang mengikat sehingga kebijakan yang akan diambil oleh para pemangku kepentingan dapat selaras dengan tata ruang dan memberikan manfaat bagi Cagar Biosfer Cibodas. Program-program yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan skenario 2 yaitu : 1.
Sosialisasi Cagar Biosfer Cibodas. Prediksi penggunaan/penutupan lahan Cagar Biosfer Cibodas pada tahun 2023 memperlihatkan adanya perubahan berbeda dengan trend perubahan periode tahun 1999 – 2011. Prediksi tahun 2023 didasarkan pada hasil persepsi masyarakat mengenai perubahan penggunaan/penutupan lahan yang dapat ditoleransi. Hasil prediksi menunjukkan perubahan penggunaan/ penutupan lahan yang bila tidak diintervensi melalui skenario 2 akan mempengaruhi keberadaan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sebagaimana ditampilkan pada Tabel 18. Sosialisasi Cagar Biosfer Cibodas dilakukan melalui berbagai bentuk kegiatan antara lain melalui pertemuanpertemuan, diskusi, dan iklan pada media cetak maupun elektronik. Sosialisasi mengenai keberadaan dan fungsi dari Cagar Biosfer Cibodas serta Taman Nasional Gunung Gede Pangrango kepada masyarakat, instansi pemerintah dan pihak berkepentingan lainnya.
83
2.
Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas. Peran aktif masyarakat yang tinggal pada wilayah cagar biosfer Cibodas diperlukan dalam pengelolaan cagar biosfer Cibodas. Hal ini dikarenakan masyarakat yang menerima dampak langsung dari keberadaan cagar biosfer Cibodas tersebut dan kebijakan pengelolaan tersebut. Bentuk partisipasi masyarakat yaitu menjaga kawasan hutan yang terdapat di Cagar Biosfer Cibodas sebagai pengamanan hutan swakarsa dan melarang masyarakat untuk menambah luas permukiman dan sawah pada kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
3.
Pemberdayaan masyarakat yang tinggal di wilayah Cagar Biosfer Cibodas. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang tinggal di wilayah cagar biosfer Cibodas dilakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat. Kegiatan pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui peningkatan kapasitas masyarakat dan pemberian akses pemanfaatan zona pemanfaatan pada taman nasional gunung gede pangrango. Peningkatan kapasitas masyarakat dapat dilakukan dengan perubahan orientasi kegiatan ekonomi serta meningkatkan kemampuan dalam melakukan pengelolaan lahan untuk kegiatan pertanian. Perubahan kegiatan ekonomi masyarakat dapat dilakukan sebagai salah satu cara
untuk
mengendalikan
perubahan
penggunaan/penutupan
lahan.
Masyarakat yang sebelumnya bekerja memanfaatkan diharapkan dapat berubah menjadi penyedia jasa dalam pariwisata sehingga lahan yang ada tetap dipertahankan fungsinya karena kebutuhan hidup dapat terpenuhi melalui aktivitas ekonomi pariwisata. Adanya kegiatan wisata di wilayah Cagar Biosfer Cibodas dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai salah usaha untuk meningkatkan kesejahteraannya. Pemanfaatan hasil hutan non kayu merupakan salah satu manfaat yang didapat dari keberadaan taman nasional gunung gede pangrango. Untuk dapat membantu masyarakat dalam pemanfaatan ekowisata yang terdapat di wilayah Cagar Biosfer Cibodas, dapat dilaksanakan pelatihan sebagai pemandu atau juga memanfaatkan pariwisata yang ada sebagai sumber penghasilan. Hasil hutan non kayu dengan pengolahan dan pengelolaan yang baik akan memberikan hasil yang berkelanjutan dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
84
4.
Penetapan wilayah yang berbatasan langsung dengan zona inti. Penetapan wilayah yang berbatasan langsung dengan zona inti yaitu Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sebagai daerah penyangga dengan ketentuan penetapan di luar kawasan hutan ditetapkan oleh pemerintah daerah yaitu pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten. Ditetapkannya daerah sekitar wilayah zona inti sebagai daerah penyangga untuk menjaga keutuhan dari zona inti yaitu Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Untuk mencapai tujuan pengendalian perubahan penggunaan/penutupan lahan pada daerah penyangga, dilakukan melalui kegiatan penyusunan rencana pengelolaan daerah penyangga, rehabilitasi, perlindungan, pemanfaatan dan pembinaan fungsi daerah penyangga. Pembinaan
daerah
penyangga
dilakukan
melalui
peningkatan
pemahaman masyakarat terhadap konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya
serta
peningkatan
produktivitas
lahan.
Peningkatan
pengetahuan dan ketrampilan masyarakat dilakukan dengan penyuluhan dan pemberdayaan masyarakat seperti pelatihan pemanfaatan hasil hutan non kayu dan pengelolaan lahan yang dapat meningkatkan produktivitas lahan tersebut. 5.
Pemberian sanksi perubahan kawasan hutan dan kawasan yang ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan. Kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan hutan sesuai dengan peraturan perundangan tidak dapat dialihfungsikan menjadi peruntukan lainnya apabila belum mendapatkan penetapan dari Menteri Kehutanan. Hal ini juga berlaku bagi kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan lahan pertanian
pangan
berkelanjutan,
tidak
dapat
dilakukan
perubahan
pemanfaatan dari lahan pertanian pangan seperti sawah beririgasi dan sawah tadah hujan menjadi fungsi non pertanian. Perubahan yang dilakukan baik oleh pemilik lahan, masyarakat atau perusahan dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Hasil prediksi skenario 3 yaitu keberadaan hutan pada zona inti mengalami penambahan luas yaitu dari 21.526,4 ha menjadi 24042,4 ha. Selain itu pada zona penyangga luas hutan juga mengalami peningkatan seluas 246,3 ha dan pada zona
85
transisi luas hutan jumlah tidak mengalami perubahan. Kebijakan pengendalian perubahan penggunaan/penutupan lahan pada Cagar Biosfer Cibodas yang dilakukan pada skenario 3 yaitu penyusunan rencana program Cagar Biosfer Cibodas yang selaras dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Sukabumi. Penyusunan rencana program Cagar Biosfer Cibodas dengan memperhatikan fungsi dari masing-masing zona sehingga dapat selaras dengan rencana tata ruang wilayah. Hal ini dikarenakan wilayah Cagar Biosfer Cibodas merupakan wilayah dimana banyak pihak yang berkepentingan dengan keberadaan Cagar Biosfer Cibodas. Keselarasan program Cagar Biosfer Cibodas dengan rencana tata ruang memberikan manfaat dalam pengendalian perubahaan penggunaan/penutupan lahan yang akan terjadi yaitu pemanfaatan penggunaan lahan harus disesuaikan dengan tata ruang yang disusun. Melalui rencana tata ruang wilayah juga diperlukan adanya sanksi yang mengikat sehingga kebijakan yang akan diambil oleh para pemangku kepentingan dapat selaras dengan tata ruang dan memberikan manfaat bagi Cagar Biosfer Cibodas. Program-program yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan skenario 3 yaitu : 1.
Sosialisasi Cagar Biosfer Cibodas. Prediksi penggunaan/penutupan lahan Cagar Biosfer Cibodas pada tahun 2023 memperlihatkan adanya perubahan berbeda dengan trend perubahan periode tahun 1999 – 2011. Prediksi tahun 2023 didasarkan pada hasil persepsi masyarakat mengenai perubahan penggunaan/penutupan lahan yang dapat ditoleransi. Hasil prediksi menunjukkan perubahan penggunaan/ penutupan lahan yang bila tidak diintervensi melalui skenario 2 akan mempengaruhi keberadaan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sebagaimana ditampilkan pada Tabel 18. Sosialisasi Cagar Biosfer Cibodas dilakukan melalui berbagai bentuk kegiatan antara lain melalui pertemuanpertemuan, diskusi, dan iklan pada media cetak maupun elektronik. Sosialisasi mengenai keberadaan dan fungsi dari Cagar Biosfer Cibodas serta Taman Nasional Gunung Gede Pangrango kepada masyarakat, instansi pemerintah dan pihak berkepentingan lainnya.
86
2.
Relokasi Penggunaan/Penutupan Lahan Selain Hutan dan Rehabilitasi Zona Inti. Penggunaan/penutupan lahan yang seharusnya berada pada zona inti adalah hutan, sehingga penggunaan/penutupan lahan selain hutan harus dikembalikan fungsinya menjadi hutan. Kebijakan yang diterapkan yaitu memindahkan keberadaan permukiman, sawah serta penggunaan/penutupan lahan lain yang berada di zona inti dengan konsekuensi adanya penggantian biaya. Luas permukiman dan sawah yang perlu direlokasi oleh pemerintah adalah seluas 2.516 ha. Pemindahan permukiman dan sawah dilanjutkan dengan rehabilitasi wilayah yang ditinggalkan melalui penanaman kembali jenis-jenis tumbuhan yang merupakan jenis endemik di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
3.
Penetapan wilayah yang berbatasan langsung dengan zona inti Penetapan wilayah yang berbatasan langsung dengan zona inti yaitu Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sebagai daerah penyangga dengan ketentuan penetapan di luar kawasan hutan ditetapkan oleh pemerintah daerah yaitu pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten. Ditetapkannya daerah sekitar wilayah zona inti sebagai daerah penyangga untuk menjaga keutuhan dari zona inti yaitu taman nasional gunung gede pangrango. Untuk mencapai tujuan pengendalian perubahan penggunaan/penutupan lahan pada daerah penyangga, dilakukan melalui kegiatan penyusunan rencana pengelolaan daerah penyangga, rehabilitasi, perlindungan, pemanfaatan dan pembinaan fungsi daerah penyangga. Pembinaan
daerah
penyangga
dilakukan
melalui
peningkatan
pemahaman masyakarat terhadap konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya
serta
peningkatan
produktivitas
lahan.
Peningkatan
pengetahuan dan ketrampilan masyarakat dilakukan dengan penyuluhan dan pemberdayaan masyarakat seperti pelatihan pemanfaatan hasil hutan non kayu dan pengelolaan lahan yang dapat meningkatkan produktivitas lahan tersebut. 4.
Pemberdayaan masyarakat yang tinggal di wilayah cagar biosfer Cibodas. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang tinggal di wilayah cagar biosfer Cibodas dilakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat.
87
Kegiatan pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui peningkatan kapasitas masyarakat dan pemberian akses pemanfaatan zona pemanfaatan pada taman nasional gunung gede pangrango. Peningkatan kapasitas masyarakat dapat dilakukan dengan perubahan orientasi kegiatan ekonomi serta meningkatkan kemampuan dalam melakukan pengelolaan lahan untuk kegiatan pertanian. Perubahan kegiatan ekonomi masyarakat dapat dilakukan sebagai salah satu cara untuk mengendalikan perubahan penggunaan/penutupan lahan. Masyarakat yang sebelumnya bekerja memanfaatkan diharapkan dapat berubah menjadi penyedia jasa dalam pariwisata sehingga lahan yang ada tetap dipertahankan fungsinya karena kebutuhan hidup dapat terpenuhi melalui aktivitas ekonomi pariwisata. Pemanfaatan hasil hutan non kayu merupakan salah satu manfaat yang didapat dari keberadaan taman nasional gunung gede pangrango. Untuk dapat membantu masyarakat dalam pemanfaatan ekowisata yang terdapat di wilayah Cagar Biosfer Cibodas, dapat dilaksanakan pelatihan sebagai pemandu atau juga memanfaatkan pariwisata yang ada sebagai sumber penghasilan. Hasil hutan non kayu dengan pengolahan dan pengelolaan yang baik akan memberikan hasil yang berkelanjutan dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 5.
Pembentukan forum koordinasi dan komunikasi pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas. Forum ini bertugas untuk melaksanakan koordinasi dan komunikasi diantara berbagai instansi yang berwenang dengan para pemangku kepentingan (stakeholder) melalui pembagian peran dan tanggungjawab dalam mengimplementasikan konsepsi pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas, yang mencakup kawasan konservasi, lansekap alami dan kawasan budidaya. Forum ini juga berperan untuk menginisiasi, mediasi dan mengadvokasi perbedaan kepentingan dan persepsi antar pemangku kepentingan dalam implementasi konsepsi pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas. Banyaknya kepentingan dalam pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas memberikan banyak persepsi bagaimana pengelolaan Cagar Cibodas Cibodas seharusnya.
88
Perubahan penggunaan/penutupan lahan di Cagar Biosfer Cibodas yang tidak teratur memerlukan upaya yang sungguh-sungguh dari pemangku kepentingan yang ada untuk memberikan sanksi dan tindakan yang tegas melalui kebijakan yang efektif untuk mengawasi, mengatur dan mengendalikan aktivitas perubahan penggunaan/penutupan lahan. Perubahan penggunaan/penutupan lahan yang sering terjadi tidak memiliki mekanisme yang standar, sehingga perubahan penggunaan/penutupan lahan yang terjadi adalah dari penggunaan/penutupan lahan yang memiliki nilai ekonomi rendah tetapi memiliki nilai ekologi tinggi ke penggunaan/penutupan lahan yang memiliki nilai ekonomi tinggi tetapi memiliki nilai ekologi rendah. Ketentuan dalam Undang-undang nomor 26 tahun 2007 tentang penataan ruang menyatakan bahwa setiap orang yang tidak menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan yang mengakibatkan fungsi ruang dapat dipidana penjara 3 tahun dan denda paling banyak Rp. 500.000.000,-, tetapi sanksi tersebut sampai dengan saat ini belum ada yang terlaksana. Oleh karena itu sudah seharusnya peraturan yang telah ditetapkan tidak hanya sekedar menjadi peraturan saja, tetapi juga dapat dilaksanakan dan diterapkan bagi setiap individu baik pemerintah, swasta maupun masyarakat. Terwujudnya pelaksanakan peraturan dengan baik dan benar serta supremasi hukum yang dapat ditegakan sesuai dengan perencanaan tata ruang dan pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas, maka pembangunan wilayah pada Cagar Biosfer Cibodas dapat mewujudkan adanya pertumbuhan, pemerataan dan keseimbangan pembangunan. Hal tersebut akan menciptakan keterpaduan, keserasian dan keharmonisan antar berbagai pihak yang berkepentingan dan tujuan dari Cagar Biosfer Cibodas dapat tercapai. Hal ini menyebabkan masyarakat mendapatkan manfaat yang positif dari Cagar Biosfer Cibodas dan keberadaan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dapat dipertahankan serta memberikan fungsi dan manfaat yang utuh bagi kehidupan masyarakat.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh beberapa kesimpulan sebagai beikut : 1.
Perubahan penggunaan/penutupan lahan periode tahun 1999 - 2011 yaitu pengurangan luasan hutan, tegalan dan kebun campuran diikuti dengan penambahan luas permukiman dan sawah.
2.
Faktor penyebab perubahan penggunaan/penutupan lahan disebabkan oleh pertambahan jumlah penduduk, selanjutnya sumber pendapatan, kemiringan lereng, ketinggian dan jenis tanah.
3.
Perubahan penggunaan/penutupan lahan yang dapat ditoleransi berdasarkan persepsi masyarakat yaitu perubahan hutan menjadi tegalan dan kebun campuran dengan bobot 0,249, dari tegalan dan kebun campuran menjadi permukiman dengan bobot 0,206, perubahan dari rumput/semak belukar menjadi hutan dengan bobot 0,188 dan perubahan sawah menjadi kebun campuran dengan bobot 0,177.
4.
Prediksi pengalokasian penggunaan/penutupan lahan Cagar Biosfer Cibodas pada tahun 2023 yaitu kebun campuran sebesar 34,34%, hutan 30,97%, permukiman 23,39%, sawah 11,14%, Edelweis 0,08%, rumput/semak belukar 0,05% dan tubuh air 0,03%. Hasil prediksi tersebut sudah merambah zona inti karena terdapat penggunaan/penutupan lahan selain hutan yang bertambah luasnya pada zona inti.
5.
Tiga skenario pengendalian perubahan penggunaan/penutupan lahan di Cagar Biosfer Cibodas yaitu : Skenario 1 diasumsikan bahwa dalam pengendalian perubahan penggunaan/ penutupan lahan terdapat intervensi pemerintah, Skenario
2
diasumsikan
bahwa
dalam
pengendalian
perubahan
penggunaan/penutupan lahan terdapat intervensi pemerintah dan adanya peran serta masyarakat dan Skenario 3 diasumsikan bahwa dalam pengendalian
perubahan
penggunaan/penutupan
lahan
pemerintah
mengalokasikan seluruh kemampuan yang dimiliki yaitu anggaran, personel dan penerapan penegakan hukum secara konsisten.
90
6.2. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat diberikan beberapa saran yaitu : 1.
Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan mempertimbangkan faktor fisik secara lebih detil sehingga diketahui perubahan penggunaan/penutupan lahan terkait dengan faktor fisik seperti kelerengan, jenis tanah, ketinggian dan pengaruhnya pada wilayah cagar biosfer cibodas.
2.
Perlu dilakukan penghitungan daya dukung pada zona penyangga dan transisi Cagar Biosfer Cibodas sehingga penentuan kebijakan pemanfaatan lahan dapat sesuai dengan kondisi daya dukung wilayah pada setiap zona.
3.
Persepsi masyarakat mengenai perubahan penggunaan/penutupan lahan yang dapat ditoleransi perlu diintervensi sehingga penggunaan/penutupan lahan dapat mendukung fungsi dan keberadaan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2007. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Jakarta: Kementerian Pekerjaan Umum. Barredo JI, Kasanko M, McCormick N, Lavalle C, 2003. Modelling dynamic spatial processes: simulation of urban future scenarios through cellular automata. Landscape and Urban Planning 64: 145–160 Balai Taman Nasional Baluran. 2007. Taman Nasional Baluran “Seru Afrika di Jawa. Banyuwangi : Balai Taman Nasional Baluran Barus B. dan Wiradisastra U.S. 2000. Sistem informasi geografi. Laboratorium Penginderaan Jauh dan Kartografi, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian. Bogor : Institut Pertanian Bogor. Gunadi. 2011. Dinamika Penggunaan Lahan dan Alokasi Pemanfaatan Ruang Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Hand C. 2005. Simple Cellular Automata on Spreadsheet. Computers in Higher Education Economics Review 17 (1) : 9 -13 He C, Okada N, Zhang Q, Shiu P and Zhang J. 2006. Modeling urban expansion scenarios by coupling cellular automata model and system dynamic model in Beijing, China. Applied Geography 26: 323 - 345 Irianto G. 2004. Alih fungsi lahan : dampaknya terhadap produksi air DAS dan banjir. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Badan Litbang Pertanian. International Union for Conservation of Nature and Natural Resources [IUCN]. 1984. IUCN Protected area management categories. Switzerland: IUCN. Jensen J.R. 1986. Introductory digital image processing a remote sensing Prespective. 2nd Edition. USA: Prentice-Hall, Inc. Kementerian Kehutanan. 1990. Undang-Undang No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Jakarta: Kementerian Kehutanan. Kumar, D. 2011. Monitoring forest cover changes using remote sensing and GIS : A global prospective. Research Journal of Environmental Sciences 5 (2): 105-123.
92
Lillesand MT dan Kiefer RW. 1990. Penginderaan jauh dan interpretasi citra. Terjemahan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Lisnawati Y. 2006. Analisis perubahan penggunaan lahan dan pengaruhnya terhadap debit sungai dan daya dukung lahan di kawasan puncak Kabupaten Bogor [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Lo, CP. 1995. Penginderaan jauh terapan. Terjemahan. Jakarta : Universitas Indonesia. Manson, MS. 2001. Integrated Assessment and Projection of Land Use/Land cover Change in the Southern Yucaton Peninsular of Mexico. Report and Review of International Workshop. California, USA 4-7 Oktober 2007. Pp 56-58 Munibah K, 2008. Model spasial perubahan penggunaan lahan dan arahan penggunaan lahan berwawasan lingkungan (studi kasus DAS Cidanau, Provinsi Banten) [Disertasi]. Bogor : Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Partovi, FY. 1994. Determining what to bencmark: an analytical hierarchy process Approach. International Journal of Operations and Production Management 14 (6): 55 – 39 Pemerintah Provinsi Jawa Barat. 2010. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 22 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat. Bandung: Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Petit C., Scudder T., and Lambin E. 2001. Quantifying processes of land-cover change by remote sensing: resettlement and rapid land-cover changes in south-eastern Zambia. International Journal Remote Sensing 22 (17) : 3435 – 3456 Primack RB, Supriatna J, Indrawan M, dan Kramadibrata P. 1998. Biologi konservasi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Phong, LT. 2004. Analysis of forest cover dynamic and their driving force in Bach Ma National Park and its buffer zone using remote sensing and GIS [Thesis]. The Netherland: International Institute for GeoInformation Science and Earth Observation. Rustiadi, E. 2001. Alih Fungsi Lahan dalam Perspektif Perdesaan. Makalah disampaikan pada Lokakarya Penyusunan Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Lingkungan Kawasan Perdesaan pada tanggal 10 – 11 Mei 2011 di Cibogo, Bogor.
93
Rustiadi E, Panuju DR dan Saefulhakim S. 2009. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Jakarta: Crestpent Press dan Yayasan Obor Indonesia. Saaty, LT. 1993. Pengambilan keputusan bagi para pemimpin, proses hirarki analitik untuk pengambilan keputusan dalam situasi yang kompleks. Jakarta : PT. Pustaka Binaman Pressindo. Susila, WR. dan Ernawati, M. 2007. Penggunaan analytical hierarchy process untuk penyusunan prioritas penelitian. Jurnal Informatika Pertanian 16 (2) : 983 - 998 The Indonesian Man and Biosphere Program National Committee Indonesian Institute of Sciences (MAB-LIPI). 2010. Periodic Review On Cibodas Biosphere Reserve Year 2010. Bogor : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Tucker CM, Munroe DK, Nagendra H, and Southworth J, 2005. Comparative spasial analysis of forest conservation and change in Honduras Guatemala. Conservation and Society 3: 174 – 200. Verburg HP, Overmars KP, Huigen MGA, Groot WT, and Veldkamp A. 2006. Analysis of the effect of land use change on protected areas in the Philippines. Applied Geography 26: 153 – 173. Verburg HP., T.C.M de Nijs, J.R van Eck, H. Visser, and K. de Jong. 2004. A method to analyse neighbourhood characteristic of land use patterns. Computers, Environment and Urban Systems 28 : 667-690. Winoto J, Selari M, Saefulhakim S, Santoso DA, Achsani NA dan Panuju DR. 1996. Laporan Akhir Penelitian Alih Guna Tanah Pertanian. Bogor: Lembaga Penelitian IPB bekerjasama dengan Proyek Pengembangan Pengelolaan Sumberdaya Pertanahan BPN. Yatap H. 2008. Pengaruh peubah sosial ekonomi terhadap perubahan penggunaan dan penutupan lahan di Taman Nasional Gunung Halimun Salak [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
94
Lampiran 1. Citra Landsat Cagar Biosfer Cibodas Tahun 1999.
94
95 95
Lampiran 2. Citra Landsat Cagar Biosfer Cibodas Tahun 2011.
96
Lampiran 3. Peta Cek Penggunaan Lahan
96
97
Lampiran 4. Titik Hasil Referensi Cek Lapangan dan Google Earth No.
X
Y
Penggunaan Lahan
1
-6.81813
106.9982
Hutan
2
-6.89483
106.9786
Kebun Campuran
3
-6.84499
106.8622
Sawah
4
-6.82987
107.0771
Hutan
5
-6.80339
107.0219
Permukiman
6
-6.83852
106.8163
Kebun Campuran
7
-6.86625
106.9371
Kebun Campuran
8
-6.76784
106.8207
Kebun Campuran
9
-6.8513
106.946
Kebun Campuran
10
-6.85064
107.1039
Sawah
11
-6.88084
106.815
Kebun Campuran
12
-6.71716
106.915
Kebun Campuran
13
-6.85104
106.7675
Kebun Campuran
14
-6.85348
106.8758
Kebun Campuran
15
-6.83816
106.8383
Permukiman
16
-6.89391
106.871
Sawah
17
-6.77622
107.0334
Kebun Campuran
18
-6.89847
106.9528
Sawah
19
-6.90494
106.8952
Sawah
20
-6.69401
106.8718
Kebun Campuran
21
-6.83635
106.9549
Hutan
22
-6.76177
106.952
Hutan
23
-6.8877
106.9976
Permukiman
24
-6.77351
106.8276
Sawah
25
-6.73564
106.9404
Hutan
26
-6.77761
106.8549
Hutan
27
-6.75977
106.8021
Kebun Campuran
28
-6.74446
106.9748
Hutan
29
-6.78231
106.9038
Hutan
98
Lampiran 4. (Lanjutan) No.
X
Y
Penggunaan Lahan
30
-6.81215
106.7941
Kebun Campuran
31
-6.73019
106.9125
Hutan
32
-6.84052
107.0507
Permukiman
33
-6.86791
106.8497
Permukiman
34
-6.88772
106.7878
Kebun Campuran
35
-6.69421
106.9433
Kebun Campuran
36
-6.8019
106.8508
Hutan
37
-6.81063
106.874
Hutan
38
-6.86787
106.838
Kebun Campuran
39
-6.80855
107.0511
Kebun Campuran
40
-6.74192
106.8974
Hutan
41
-6.65933
106.8972
Kebun Campuran
42
-6.8546
107.0339
Permukiman
43
-6.75092
107.0201
Permukiman
44
-6.84127
106.7954
Permukiman
45
-6.8881
106.8956
Permukiman
46
-6.85823
106.9095
Kebun Campuran
47
-6.7685
106.8625
Hutan
48
-6.83974
106.9342
Hutan
49
-6.86135
106.8767
Sawah
50
-6.72177
106.8456
Kebun Campuran
51
-6.87121
106.8504
Sawah
52
-6.68983
106.9346
Kebun Campuran
53
-6.74965
106.93
Hutan
54
-6.77057
106.9569
Hutan
55
-6.69763
106.9161
Kebun Campuran
56
-6.73482
106.9437
Hutan
57
-6.65576
106.8799
Kebun Campuran
58
-6.85117
106.9116
Hutan
99
Lampiran 4. (Lanjutan) No.
X
Y
Penggunaan Lahan
59
-6.85818
106.8871
Sawah
60
-6.67905
106.9161
Sawah
61
-6.76452
106.8376
Kebun Campuran
62
-6.84262
107.0127
Hutan
63
-6.81618
106.7961
Kebun Campuran
64
-6.74702
106.8425
Kebun Campuran
65
-6.72461
106.9189
Kebun Campuran
66
-6.78028
106.9004
Hutan
67
-6.84999
107.0343
Permukiman
68
-6.81568
107.0342
Kebun Campuran
69
-6.75148
106.9473
Hutan
70
-6.84306
107.004
Kebun Campuran
71
-6.82973
107.0462
Permukiman
72
-6.7464
106.8587
Kebun Campuran
73
-6.80785
106.9249
Hutan
74
-6.77254
106.9714
Hutan
75
-6.80677
106.9906
Hutan
76
-6.69013
106.8912
Sawah
77
-6.81653
107.0882
Kebun Campuran
78
-6.75791
106.9689
Hutan
79
-6.87617
106.9325
Kebun Campuran
80
-6.74402
106.8102
Tubuh Air
81
-6.73575
106.9467
Rumput
82
-6.76575
106.836
Sawah
83
-6.86897
106.806
Kebun Campuran
84
-6.88539
106.7944
Kebun Campuran
85
-6.88869
106.7819
Hutan
86
-6.81374
106.9785
Kebun Campuran
87
-6.79543
106.9885
Edelweis
100
Lampiran 4. (Lanjutan) No.
X
Y
Penggunaan Lahan
88
-6.83784
106.7806
Kebun Campuran
89
-6.78323
106.9104
Hutan
90
-6.82719
106.8203
Kebun Campuran
91
-6.80396
107.0823
Permukiman
92
-6.74677
106.905
Hutan
93
-6.83492
106.9053
Kebun Campuran
94
-6.73627
106.8854
Hutan
95
-6.77515
107.0286
Kebun Campuran
96
-6.86348
106.885
Kebun Campuran
97
-6.87538
106.9265
Sawah
98
-6.83647
106.8906
Sawah
99
-6.85177
106.7914
Hutan
100
-6.77308
106.8685
Hutan
101
-6.77516
106.8587
Hutan
102
-6.85923
107.0604
Sawah
103
-6.67452
106.8591
Permukiman
104
-6.83445
107.0823
Sawah
105
-6.82317
107.1207
Permukiman
106
-6.71642
107.0063
Permukiman
107
-6.7342
106.9614
Hutan
108
-6.73415
106.9751
Hutan
109
-6.84142
106.9737
Hutan
110
-6.8304
106.8825
Hutan
111
-6.8443
106.8299
Sawah
112
-6.87654
106.8397
Permukiman
113
-6.6784
106.9092
Kebun Campuran
114
-6.74567
106.8727
Hutan
115
-6.79657
106.8626
Hutan
116
-6.70064
106.8742
Kebun Campuran
117
-6.91088
106.9013
Kebun Campuran
101
Lampiran 4. (Lanjutan) No.
X
Y
Penggunaan Lahan
118
-6.77695
106.9885
Hutan
119
-6.81694
107.0572
Hutan
120
-6.69458
106.9335
Permukiman
121
-6.73318
106.84
Permukiman
122
-6.81256
107.0649
Kebun Campuran
123
-6.72651
106.9111
Hutan
124
-6.82286
106.7957
Hutan
125
-6.78334
106.9842
Kebun Campuran
126
-6.8382
107.1259
Kebun Campuran
127
-6.80815
106.9535
Hutan
128
-6.80176
107.0213
Hutan
129
-6.84452
106.7709
Kebun Campuran
130
-6.88086
106.8447
Sawah
131
-6.77212
106.8712
Hutan
132
-6.82739
106.922
Hutan
133
-6.86553
106.9147
Permukiman
134
-6.8648
107.0255
Kebun Campuran
135
-6.83451
106.9047
Kebun Campuran
136
-6.70861
106.9213
Kebun Campuran
137
-6.82433
107.1035
Kebun Campuran
138
-6.74011
106.8728
Kebun Campuran
139
-6.81597
107.0613
Kebun Campuran
140
-6.78135
106.9743
Hutan
141
-6.87495
106.9663
Kebun Campuran
142
-6.8389
106.8587
Kebun Campuran
143
-6.87031
106.8018
Permukiman
144
-6.89588
106.8883
Kebun Campuran
145
-6.89029
106.9961
Kebun Campuran
146
-6.70514
106.8692
Kebun Campuran
147
-6.65194
106.8709
Kebun Campuran
102
Lampiran 4. (Lanjutan) No.
X
Y
Penggunaan Lahan
148
-6.71983
107.0286
Permukiman
149
-6.71351
107.0147
Permukiman
150
-6.80992
106.9497
Hutan
151
-6.88746
106.9244
Sawah
152
-6.80384
107.0445
Kebun Campuran
153
-6.80402
107.0977
Kebun Campuran
154
-6.89122
106.9332
Sawah
155
-6.80794
106.9027
Hutan
156
-6.6815
106.8799
Sawah
157
-6.74365
106.8343
Permukiman
158
-6.84618
106.8347
Kebun Campuran
159
-6.73099
106.8508
Permukiman
160
-6.83927
107.0668
Permukiman
161
-6.74273
106.9664
Hutan
162
-6.84495
107.0976
Sawah
163
-6.738
106.8569
Kebun Campuran
164
-6.8103
106.7707
Kebun Campuran
165
-6.72915
106.9378
Hutan
166
-6.88166
106.8137
Kebun Campuran
167
-6.86149
106.9077
Hutan
168
-6.87481
106.8661
Sawah
169
-6.84154
106.9451
Kebun Campuran
170
-6.82133
107.1076
Sawah
171
-6.83091
106.8197
Kebun Campuran
172
-6.77512
107.0375
Kebun Campuran
173
-6.83157
106.9633
Hutan
174
-6.74704
106.9724
Kebun Campuran
175
-6.85584
106.7908
Kebun Campuran
176
-6.87304
106.9821
Permukiman
103
Lampiran 4. (Lanjutan) No.
X
Y
Penggunaan Lahan
177
-6.89018
106.9893
Sawah
178
-6.73944
106.8352
Kebun Campuran
179
-6.81777
106.9872
Hutan
180
-6.77063
107.0083
Hutan
181
-6.88817
106.9167
Sawah
182
-6.8133
107.0194
Hutan
183
-6.86348
107.0171
Kebun Campuran
184
-6.83468
107.1245
Sawah
185
-6.6893
106.8614
Hutan
186
-6.8358
107.0843
Kebun Campuran
187
-6.85888
106.846
Kebun Campuran
188
-6.84563
107.0375
Kebun Campuran
189
-6.75968
107.0331
Kebun Campuran
190
-6.82826
106.8748
Hutan
191
-6.85315
106.9572
Kebun Campuran
192
-6.69635
106.8492
Sawah
193
-6.7564
106.9398
Hutan
194
-6.73955
106.8428
Kebun Campuran
195
-6.68083
106.876
Sawah
196
-6.75892
106.9428
Hutan
197
-6.7618
106.8036
Kebun Campuran
198
-6.78077
106.9146
Hutan
199
-6.72227
107.0277
Kebun Campuran
200
-6.82099
106.8615
Hutan
104
Lampiran 5. Akurasi dan Nilai Kappa Klasifikasi Citra Landsat Cagar Biosfer Cibodas. Class Name
Edelweis
Reference
Classified
Number
Producers Users
Totals
Totals
Correct
Accuracy
Accuracy
1
1
1
100
100
Hutan
61
57
56
91.8
98.24
Tegalan dan Kebun Campuran
82
74
69
84.14
93.24
Permukiman
25
46
24
96
52.17
1
1
1
100
100
29
20
19
65.52
95
1
1
1
100
100
200
200
171
Rumput/Semak Belukar Sawah Tubuh Air Total
Overall Classification Accuracy = 85.5% Overall Kappa Statistics = 0.79
105
Lampiran 6. Nilai Validasi Penggunaan/Penutupan Lahan Tahun 2011 dengan Idrisi. KAPPA INDEX OF AGREEMENT (KIA) ------------------------------
Using 2011_OK as the reference image ... Category KIA ------------ -----------0 1 2 3 4 5 6 7
0.0000 1.0000 0.9880 0.8287 0.7444 0.7090 0.7997 0.9333
2011_ITERASI33 Category KIA ------------ -----------1 2 3 4 5 6 7
1.0000 0.9878 0.7989 0.7644 0.3819 0.8513 1.0000
Overall Kappa =
0.8541
106
Lampiran 7. Kuisioner AHP
ANALISIS PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN CAGAR BIOSFER CIBODAS DALAM MENDUKUNG KEBERADAAN TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO
SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
107
PENDAHULUAN Dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah (PS PWL), Institut Pertanian Bogor (IPB), maka saya : Nama
: Suhut Hesaki
NRP
: A156100294
Program Studi
: Ilmu Perencanaan Wilayah
mengajukan tugas akhir tesis dengan judul : Analisis Perubahan Penutupan Lahan Cagar Biosfer Cibodas Dalam Mendukung Keberadaan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Berkenaan dengan tugas akhir tersebut, saya menyusun kuisioner yang berkaitan dengan upaya perubahan penggunaan dan pebutupan lahan di cagar biosfer cibodas dalam mendukung keberadaan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Untuk itu kami mohon kepada Bapak/Ibu untuk menjawab seluruh pertanyaan yang ada dalam kuisioner ini dengan jawaban yang benar dan akurat agar data tersebut dapat diolah/dianalisa, sehingga menghasilkan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Atas perhatian dan bantuan Bapak/Ibu serta kesediaan dalam meluangkan waktu untuk mengisi kuisioner ini, kami ucapkan terima kasih.
Hormat Saya,
Suhut Hesaki
108
BAGIAN I IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama
: ……………………………………………
2. Tempat/Tgl. Lahir/Umur
: ……………………………………………
3. Alamat
: …………………………………………… ……………………………………………
4. No. Tel/HP
: ……………………………………………
5. Pekerjaan
: ……………………………………………
6. Jabatan
: ……………………………………………
7. Pendidikan Terakhir
: ……………………………………………
8. Apakah Bapak/Ibu/Saudara mengetahui tentang Taman Nasional Gunung Gede Pangrango merupakan kawasan yang dilindungi? a. Ya b. Tidak
9.
Menurut Bapak/Ibu/Saudara apakah fungsi dan Manfaat dari Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (jawaban bisa lebih dari satu). a. Menjaga keseimbangan ekosistem b. Melindungi keragaman jenis tumbuhan dan satwa c. Menyediakan sarana penelitian dan ilmu pengetahuan d. Memenuhi kebutuhan sarana wisata alam dan melestarikan budaya setempat e. Tempat rekreasi/ berlibur (fungsi sosial) f. Tempat menyimpan cadangan air (fungsi ekologi) g. Tempat mencari penghasilan (fungsi ekonomi) h. Mencegah erosi/ banjir (fungsi ekologi) i. Lainnya (sebutkan) …………………………………….. j. Gabungan a,b,c,d,e,f,g,h atau i
109
10. Apakah Bapak/Ibu/Saudara merasakan Manfaat dari Keberadaan Taman Nasional ? a. Ya b. Tidak
11. Jika Ya, Manfaat apa saja yang didapat a. Udara Bersih b. Ketersediaan Air c. Tempat Wisata d. Penghasilan e. (lainnya, sebutkan)……………………………. f. a,b,c,d dan e.
12. Menurut Bapak/Ibu/Saudara apakah keberadaan masih diperlukan? a. Ya b. Tidak
13. Apabila menjawab Tidak, kenapa? a. Tidak memberikan manfaat b. Merugikan masyarakat c. Lainnya, sebutkan ………………………………….
110
BAGIAN II Metode AHP ini untuk mendapatkan kriteria perubahan penggunaan lahan yang berkelanjutan berdasarkan persepsi dari setiap stakeholder. Setelah diketahui kriteria dari masing-masing perubahan penggunaan lahan kemudian ditetapkan multi criteria decision making untuk mengetahui perubahan penutupan lahan yang dapat ditoleransi atau tidak. Pola pikir untuk menggambarkan perubahan penggunaan lahan yang dapat ditoleransi di Cagar Biosfer Cibodas dapat digambarkan sebagai berikut : Perubahan Penutupan Lahan Kriteria
Kemiringan Lereng
Ketinggian
Jenis Tanah
Jumlah Penduduk
Sumber Pendapatan
Perubahan B
Perubahan C
Perubahan D
Perubahan E
Alternatif
Perubahan A
Petunjuk umum : a. Pengisian kuisioner dilakukan secara langsung dan tertulis oleh responden. b.
Jawaban merupakan pendapat pribadi dari masing-masing responden.
c.
Dalam mengisi kuisioner, responden diharapkan melakukannya secara sekaligus (tidak menunda/sebahagian) untuk menghindari inkonsistensi jawaban.
Cara Menjawab Kuisioner : •
Responden hanya menentukan urutan aspek / kriteria dan nilai skor antara 1-9. Ketentuan pembobotan masing-masing nilai seperti pada tabel di bawah ini :
111
Nilai
Penjelasan
1
Kedua elemen sama pentingnya
3
Elemen yang satu sedikit lebih penting dari elemen yang lain
5
Elemen yang satu lebih penting dari elemen yang lain
7
Elemen yang satu jelas lebih penting dari elemen yang lain
9
Elemen yang satu mutlak lebih penting dari elemen yang lain
2,4,6,8
Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan
Contoh : Dalam analisis perubahan penutupan lahan di cagar biosfer cibodas terdapat beberapa perubahan penutupan lahan yang disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kemiringan lereng, ketinggian/elevasi, jenis tanah, jumlah penduduk dan sumber pendapatan. Menurut Bapak/Ibu ditinjau dari tingkat kepentingannya jika diurutkan dan dibandingkan kelima aspek urutannya dengan skala 1-9 berapa perbandingan bobot dari masing-masing kriteria tersebut seharusnya? Urutan
Bobot/Skor (1-9)
Kriteria
1
9
Kemiringan Lereng
2
7
Ketinggian
3
5
Jenis Tanah
4
4
Jumlah Penduduk
5
1
Sumber Pendapatan
112
DAFTAR PERTANYAAN 1. Dalam analisis perubahan penutupan lahan di cagar biosfer cibodas terdapat beberapa perubahan penutupan lahan yang disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kemiringan lereng, ketinggian/elevasi, jenis tanah jumlah penduduk dan sumber pendapatan. Menurut Bapak/Ibu ditinjau dari tingkat kepentingannya jika diurutkan dan dibandingkan kelima aspek urutannya dengan skala 1-9 berapa perbandingan bobot dari masing-masing kriteria tersebut seharusnya? Urutan Bobot/Skor (1-9)
Kriteria Kemiringan Lereng Ketinggian Jenis Tanah Jumlah Penduduk Sumber Pendapatan
113
2. Dalam perubahan penutupan lahan terdapat beberapa perubahan yaitu dari hutan, pemukiman, rumput, kebun campuran, dan sawah. Menurut Bapak/Ibu ditinjau dari tingkat kepentingannya jika diurutkan dan dibandingkan urutannya dengan skala 1-9 berapa perbandingan bobot dari masing-masing kriteria tersebut seharusnya. a. Perubahan dari hutan menjadi pemukiman, rumput, kebun campuran dan sawah. Urutan Bobot/Skor (1-9)
Kriteria Pemukiman Kebun Campuran Rumput Sawah
b. Perubahan dari Kebun Campuran menjadi Hutan, Rumput, Pemukiman dan Sawah Urutan Bobot/Skor (1-9)
Kriteria Hutan Pemukiman Rumput Sawah
114
c. Perubahan Rumput menjadi Hutan, Kebun Campuran, Pemukiman dan Sawah Urutan Bobot/Skor (1-9)
Kriteria Hutan Kebun Campuran Pemukiman Sawah
d. Perubahan Sawah menjadi Hutan, Rumput, Kebun Campuran, dan Pemukiman Urutan Bobot/Skor (1-9)
Kriteria Hutan Kebun Campuran Pemukiman Rumput