STRATEGI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO (TNGGP) DALAM PENGEMBANGAN PROMOSI KEGIATAN EKOWISATA
ERNAWATI EKO HARTONO
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Strategi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) dalam Pengembangan Promosi Kegiatan Ekowisata adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Agustus 2008 Ernawati Eko Hartono NRP. E051060441
ABSTRACT ERNAWATI EKO HARTONO. The Strategy of Mount Gede Pangrango National Park in Developing Ecotourism Promotion Under direction of RINEKSO SOEKMADI dan E.K.S. HARINI MUNTASIB. Mount Gede Pangrango National Park has a high potential ecotourism site to be promoted. In this case, promotion of ecotourism in Mount Gede Pangrango aims to attract both tourists and partners to devote in ecotourism activities. The purposes of this research are to evaluate recent strategies of ecotourism promotion and to map new strategies of Mount Gede Pangrango National Park in promoting ecotourism. The mapping of these promotion strategies is based on SWOT analysis. Ecotourism promotion in Mount Gede Pangrango National Park has acquired four components of promotion mix which are advertising, personal selling, public relation, and promotion selling, but has not used all promotion media and has not done promotions gradually. Promotion has not been effectively accepted by public. Data shows 71% visitors get information word of mouth, 14% from printed media, 11% from school/work place, and 4% from internet. The result of this SWOT analysis puts promotion in second quadrant, namely stability strategy. Stability strategy is consolidation strategy for reducing weaknesses and maintaining recent market. Stability aims to maintain such condition by using opportunities and restore weaknesses. This strategy leads to a project opening opportunities for private sectors to work on ecotourism, doing cooperation with airports and airlines services, tourism bureaus, mass media, hotels, and also uses an appropriate promotion media for introducing Mount Gede Pangrango National Park. Based on the exposed analysis, strategic ecotourism promotions can be conducted are : using the website of TNGGP by preparing interesting information, cooperation with tourism bureaus by setting or planning tourism packages, cooperation with airport, cooperation with mass media, doing direct mailing promotions, maintaining infrastructures which provides information on ecotourism, raising ticket’s prize, giving courses to human resources, developing new potential tourism sites.
Keywords: Mount Gede Pangrango National Park, promotion strategy, ecotourism, object and natural tourism potential attraction
RINGKASAN ERNAWATI EKO HARTONO. Strategi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dalam Pengembangan Promosi Kegiatan Ekowisata. Dibimbing oleh RINEKSO SOEKMADI dan E.K.S. HARINI MUNTASIB. TNGGP mempunyai potensi ekowisata yang cukup tinggi yaitu keindahan alam (gunung, panorama alam); gejala alam (kawah, air panas, air terjun); keutuhan (udara sejuk, kenyamanan); keanekaragaman hayati (tumbuhan dan satwa); keunikan alam (danau, rawa pegunungan, padang rumput edelweis), dan situs budaya. Potensi ekowisata yang dimiliki TNGGP harus dikenalkan kepada publik melalui kegiatan promosi. Promosi kegiatan ekowisata di TNGGP dilakukan selain untuk menarik pengunjung yang akan menikmati keindahan alam TNGGP juga menarik mitra berinvestasi dalam kegiatan ekowisata Penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi terhadap kegiatan promosi yang telah dilakukan dan menyusun strategi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) untuk pengembangan promosi kegiatan ekowisata. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari-Mei 2008 bertempat di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat, dengan menggunakan metode non experimental yaitu deskriptif eksploratif, observasi dan studi pustaka. Pengambilan sampel pengunjung dan mitra menggunakan teknik purposive sampling. Jumlah pengunjung aktual 100 orang (diasumsikan sebagai ekoturis), yang diambil dari Pintu masuk Cibodas 60 orang, Gunung Puteri 15 orang dan Bodogol 25 orang. Selain pengunjung aktual dilakukan juga wawancara terhadap pengunjung potensial sebanyak 30 orang. Analisis dilakukan dengan analisis deskriptif dan analisis SWOT (Strengths, Weaknesesses, Opportunities, Threats). Promosi kegiatan ekowisata di TNGGP secara keseluruhan sudah mencakup keempat komponen bauran promosi, yaitu periklanan, penjualan secara pribadi, hubungan masyarakat dan promosi penjualan, tetapi belum semua media promosi digunakan dan belum secara rutin promosi dilakukan. Sebanyak 75% keatas pengunjung tidak pernah melihat/mendengar media promosi yang digunakan TNGGP untuk mempromosikan wisata. Promosi yang belum dilakukan adalah melalui email, siaran pers, presentasi penjualan, pemasangan billboard dan promosi mengenai program-program wisata. Promosi masih dirasakan kurang oleh masyarakat umum, karena sebesar 71% pengunjung memperoleh informasi ekowisata TNGGP dari cerita teman/saudara, 14% memperoleh informasi melaui media cetak, 11% dari sekolah/tempat kerja dan 4% dari media elektronik Berdasarkan Metode SWOT yang digunakan, diketahui bahwa posisi strategi TNGGP dalam promosi ekowisata berada pada sel/quadran ke-2 (-0.19 ; 0.58) dalam Matriks Grand Strategy. Hal ini berarti strategi yang dapat dikembangkan adalah strategi stabilitas (stability strategy). Strategi stabilitas adalah strategi konsolidasi untuk mengurangi kelemahan yang ada, dan mempertahankan pangsa pasar yang sudah dicapai. Bentuk strategi yang diterapkan dalam konteks promosi adalah meningkatkan kerjasama dengan mitra-mitra TNGGP (bandara dan maskapai penerbangan, biro perjalanan wisata, media massa, hotel, dll) dan memilih
media promosi yang tepat untuk mempromosikan ekowisata di TNGGP baik kepada pengunjung maupun mitra-mitra. Berdasarkan hasil analisis yang telah dipaparkan maka rencana strategis kegiatan promosi ekowisata yang dapat dilakukan adalah : 1. Menggunakan website TNGGP dengan menyiapkan informasi yang menarik 2. Kerjasama dengan Biro Perjalanan Wisata dengan membuat paket-paket wisata 3. Kerjasama dengan bandara, kerjasama dengan media massa 4. Melakukan promosi secara direct mailing yang intensif 5. Peningkatan pemeliharaan sarana dan prasarana 6. Mengadakan pelatihan kepada SDM terkait promosi 7. Mengembangkan potensi wisata yang belum dikembangkan Kata kunci: Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, strategi promosi, ekowisata, obyek dan daya tarik wisata alam.
© Hak cipta milik IPB, tahun 2008 Hak cipta dilindungi 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut sumber. a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah. b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.
STRATEGI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO (TNGGP) DALAM PENGEMBANGAN PROMOSI KEGIATAN EKOWISATA
ERNAWATI EKO HARTONO
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Prof. Dr. Ir. Hardjanto, MS
Judul Tesis
: Strategi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) dalam Pengembangan Promosi Kegiatan Ekowisata.
Nama
: Ernawati Eko Hartono
NRP
: E051060441
Program Studi
: Ilmu Pengetahuan Kehutanan
Disetujui, Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Rinekso Soekmadi, MSc.F Ketua
Prof. Dr. E.K.S. Harini Muntasib, MS Anggota
Diketahui,
Ketua Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof. Dr. Ir. Imam Wahyudi, MS
Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S.
Tanggal Ujian : 19 Agustus 2008
Tanggal Lulus :
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas ridho dan anugerah Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Judul penelitian ini adalah Strategi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dalam Pengembangan Promosi Kegiatan Ekowisata. Ungkapan terima kasih dan penghargaan yang paling tulus penulis sampaikan kepada: 1. Departemen Kehutanan, yang telah memberikan izin dan kesempatan melanjutkan pendidikan S2 di Institut Pertanian Bogor 2. Kepala Pusat Informasi Kehutanan beserta staff yang mendukung penulis sehingga dapat menyelesaikan pendidikan dengan lancar 3. Dr. Ir. Rinekso Soekmadi, MSc.F (ketua komisi pembimbing) dan Prof. Dr. E.K.S. Harini Muntasib, MS (anggota komisi) atas curahan pemikiran, waktu, kesabaran dalam memberikan arahan, bimbingan hingga selesainya penulisan tesis ini 4. Prof. Dr. Ir. Hardjanto, MS selaku penguji luar komisi pada ujian sidang tesis yang telah menyediakan waktunya, memberikan koreksi, masukan dan saran untuk penyempurnaan tesis ini 5. Prof. Dr. Imam wahyudi, MS selaku Ketua Program Studi IPK 6. Kepala Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango beserta staff atas dukungan selama melaksanakan penelitian 7. Ayahanda dan Ibunda, Om Nano, Tante Nova, Dik Radith, Dian, Dik Desy dan Enna atas segala doa dan pengorbanannya, secara khusus buat suami tercinta Yudi Ariyanto, SH, MT. yang dengan sabar dan penuh pengertian mendampingi dan mendukung penuh dalam penyelesaian studi ini, serta putraku tersayang Irham Erdiyanto Ramadhan yang memberikan semangat dan inspirasi pada setiap kejenuhan yang datang menghampiri. 8. Teman-teman IPK angkatan 2006 : Eka, Susi, Arida, Apri, Henti, Ratih, Anti, Zaida, Ida, Tekad, Agus Kholik, Yano, Ceng, Ika, Darwis, Ari, Meis, Buyan, Hans, Santi, Dadan, Nunung, Kushartati, Edwin, Andi, Pak Budi, Pak Saptadi
terima kasih atas, kebersamaan, kekompakan dan kerjasama dalam suka dan duka selama studi dan semoga ini terus berlanjut kedepannya 9. Laboratorium Rekreasi Alam dan Ekowisata IPB, Mba Eva, Mba Resti, Mba Yun, Mba Tri. Akhir kata mudah-mudahan tesis ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang memerlukan.
Bogor, Agustus 2008 Ernawati Eko Hartono
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di kota Sragen, Jawa Tengah pada tanggal 7 Januari 1980 sebagai putri pertama dari tiga bersaudara dari ayah Edy Suhartono dan ibu Sulasmi. Menamatkan pendidikan sekolah dasar di SDN Bendungan I Sragen tahun 1992, kemudian menyelesaikan pendidikan di SMP Negeri 1 Sragen tahun 1995 dan lulus dari SMA Negeri 1 Sragen tahun 1998, hingga pada tahun yang sama penulis diterima di IPB melalui undangan PMDK dan akhirnya lulus sebagai Sarjana Kehutanan pada tahun 2002. Pada tahun 2002 penulis diterima sebagai Pegawai Negeri Sipil Departemen Kehutanan sebagai Staf Penyaji dan Pengolah Data Pusat Informasi Kehutanan, Sekretariat Departemen Kehutanan, Jakarta sampai sekarang. Penulis menempuh studi S2 pada Sekolah Pascasarjana IPB program studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan melalui sponsor dari Departemen Kehutanan. Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister pada Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan (IPK) pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB), penulis melakukan penelitian tentang “Strategi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) dalam Pengembangan Promosi Kegiatan Ekowisata“ dibawah bimbingan Dr. Ir. Rinekso Soekmadi, MSc.F sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Prof. Dr. E.K.S. Harini Muntasib, MS sebagai Anggota Komisi Pembimbing.
DAFTAR ISI DAFTAR ISI ................................................................................................ xi DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiii DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xv I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1 1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1 1.2. Perumusan Masalah .......................................................................... 3 1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................. 4 1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................ 4 1.5. Kerangka Pemikiran ......................................................................... 4 II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 7 2.1. Ekowisata ......................................................................................... 7 2.2. Taman Nasional ............................................................................... 9 2.3. Strategi ............................................................................................. 10 2.4. Promosi ............................................................................................ 11 2.5. Segmentasi Pasar .............................................................................. 18 2.6. Produk Wisata .................................................................................. 19 2.7. Wisatawan........................................................................................ 20 III. METODE PENELITIAN ........................................................................ 22 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................ 22 3.2. Batasan Penelitian ............................................................................ 22 3.3. Metode Pengumpulan Data............................................................... 22 3.4. Tahapan Penelitian ........................................................................... 24 3.5. Analisis Data .................................................................................... 26 IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN ............................................ 32 4.1. Sejarah dan Status Kawasan ............................................................. 32 4.2. Kondisi Fisik Kawasan ..................................................................... 32 4.3. Kondisi Biologis............................................................................... 35 4.4. Potensi Wisata .................................................................................. 37 4.5. Kondisi Masyarakat Sekitar .............................................................. 38 4.6. Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol (PPKAB) .................... 38 4.7. Sarana dan Prasarana Wisata ............................................................ 39 4.8. Struktur Organisasi ........................................................................... 39 4.9. Pengunjung TNGGP ......................................................................... 40 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 46 5.1. Promosi yang Telah Dilaksanakan .................................................... 46 5.2. Evaluasi Terhadap Promosi Yang Sudah Dilaksanakan .................... 59 5.3. Segmentasi Pasar .............................................................................. 62 5.5. Peran Mitra-mitra TNGGP dalam Promosi..........................................65 5.6. Kebijakan Pengembangan Ekowisata ............................................... 66 5.7. Potensi Wisata yang perlu Dipromosikan.......................................... 68 5.6. Strategi TNGGP dalam Promosi Ekowisata ...................................... 77
VI. SIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 87 6.1. Simpulan............................................................................................ 87 6.2. Saran................................................................................................... 87 VII. DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 88
DAFTAR TABEL
1. Bentuk media dari setiap komponen bauran promosi ............................... 15 2. Jenis data primer yang digunakan dalam penelitian ................................. 22 3. Jenis data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ............................. 23 4. Matriks SWOT ........................................................................................ 27 5. Rangkuman matriks internal .................................................................... 29 6. Rangkuman matriks eksternal.................................................................. 29 7. Informasi pintu masuk wisata ke kawasan TNGGP ................................. 34 8. Jumlah pengunjung dan jenis kunjungan (tahun 2000-Juni 2008) ............ 41 9. Bahan promosi cetakan mengenai TNGGP .............................................. 45 10. Potongan harga di wisma tamu, asrama dan tiket rombongan ke air terjun ............................................................................................. 49 11. Beberapa situs di internet mengenai TNGGP ........................................... 51 12. Jumlah wisatawan dan retribusi tempat rekreasi di tiga kabupaten ........... 54 13. Penilaian pengunjung terhadap komponen bauran promosi...................... 57 14. Penilaian pengunjung terhadap sarana dan prasarana TNGGP ................. 58 15. Segmentasi pasar TNGGP berdasarkan aspek demografis ....................... 63 16. Segmentasi pasar TNGGP berdasarkan aspek geografis .......................... 64 17. Segmentasi pasar TNGGP berdasarkan aspek psikografi ......................... 64 18. Formulasi strategi promosi ekowisata di TNGGP .................................... 80 19. Faktor strategis internal terhadap promosi ekowisata di TNGGP ............. 82 20. Faktor strategis eksternal terhadap promosi ekowisata di TNGGP ........... 83 21. Urutan prioritas strategi ........................................................................... 84
DAFTAR GAMBAR
1. Konseptual pengembangan ekowisata ..................................................... 5 2. Kerangka pemikiran ............................................................................... 6 3. Bauran pemasaran ................................................................................... 11 4. Kedudukan promosi terhadap permintaan ................................................ 12 5. Pengaruh promosi terhadap permintaan ................................................... 13 6. Efektivitas dari setiap komponen bauran promosi .................................... 16 7. Model matriks Grand Strategy ................................................................ 29 8. Peta lokasi penelitian............................................................................... 33 9. Persentase jumlah pengunjung TNGGP berdasarkan pintu masuk ........... 42 10. Komposisi pengunjung TNGGP berdasarkan tujuan kedatangannya ........ 43 11. Struktur organisasi balai TNGGP ............................................................ 44 12. Beberapa sampul buku mengenai kegiatan ekowisata di TNGGP ............ 47 13. Beberapa leaflet tentang TNGGP ............................................................ 47 14. Persentase komposisi topik tulisan mengenai TNGGP ............................. 50 15. Website TNGGP ..................................................................................... 52 16. Bahan promosi Kab. Cianjur, Bogor, Sukabumi ...................................... 53 17. Beberapa biro perjalanan wisata .............................................................. 55 18. Persentase sumber informasi obyek wisata di TNGGP ............................ 57 19. Posisi strategis untuk promosi ekowisata di TNGGP dalam matriks Grand Strategy ........................................................................... 85
DAFTAR LAMPIRAN
1. Panduan wawancara pengunjung aktual .................................................... 92 2. Panduan wawancara pengunjung potensial ................................................ 93 3. Panduan wawancara dengan pengelola TNGGP ........................................ 94 4. Daftar judul pemberitaan TNGGP di media massa .................................... 95 5. Guntingan beberapa media cetak mengenai TNGGP ................................. 96 6. Beberapa printout mengenai TNGGP di internet ....................................... 106
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) merupakan salah satu dari lima Taman Nasional yang pertama kali diumumkan di Indonesia pada tahun 1980 oleh Menteri Pertanian dan ditetapkan dengan SK Menteri Pertanian No. 736/Mentan/X/1982 meliputi luas 15.196 ha. Pada tahun 2003 melalui SK Menteri Kehutanan No. 174/KPTS-II/2003 dilakukan perluasan dari 15.196 ha menjadi 21.975 ha. Perluasan dilakukan mengingat kawasan disekitar TNGGP merupakan habitat dan daerah jelajah beberapa jenis satwa langka dan dilindungi seperti Surili, Owajawa, Macan Tutul dan beberapa jenis burung yang perlu dilindungi dan dilestarikan. Departemen Kehutanan telah menunjuk 21 Taman Nasional sebagai Taman Nasional Model, dan salah satunya adalah Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP). Sebagai Taman Nasional Model, diharapkan suatu saat TNGGP menjadi taman nasional yang mandiri, yang mampu mengelola secara langsung Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan pemasukan yang sah, sehingga dapat dikelola secara lestari, efektif dan efisien. Berbagai kegiatan telah dilakukan oleh Balai TNGGP dalam upaya menuju kemandiriannya. Terdapat tiga hal penting yang merupakan fokus perencanaan berkaitan dengan keberadaan TNGGP sebagai taman nasional model yaitu ekowisata, pendidikan konservasi dan penelitian. Ekowisata telah berkembang sebagai salah satu pariwisata yang potensial untuk kepentingan pembangunan pariwisata yang berkelanjutan, terutama pada dasawarsa terakhir ini. Sebagai bentuk wisata yang sedang trend, ekowisata mempunyai kekhususan tersendiri yaitu mengedepankan konservasi lingkungan, pendidikan lingkungan, kesejahteraan penduduk lokal dan menghargai budaya lokal. Taman nasional sebagai kawasan pelestarian alam yang memiliki potensi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya yang melimpah menjadi salah satu bagian pengembangan ekowisata. Taman nasional yang menawarkan wisata ekologis banyak diminati wisatawan, hal ini karena adanya pergeseran paradigma kepariwisataan internasional dari bentuk pariwisata massal (mass tourism) ke
wisata minat khusus (alternative tourism). Pada wisatawan minat khusus, wisatawan menginginkan perjalanan yang lebih bermakna, berkualitas dan menambah pengalaman hidupnya serta memperoleh pengetahuan baru. TNGGP mempunyai potensi ekowisata yang tinggi antara lain keindahan alam (gunung, panorama alam, dll); gejala alam (kawah, air panas, air terjun, dll); keutuhan (udara sejuk, kenyamanan, dll); keanekaragaman hayati (tumbuhan dan satwa); keunikan alam (danau, rawa pegunungan, padang rumput edelweis, dll), situs budaya. Potensi ekowisata yang dimiliki TNGGP harus dikenalkan kepada publik melalui kegiatan promosi. Promosi merupakan bagian dari bauran pemasaran (Marketing Mix). Menurut Kotler (1997) promosi merupakan usaha pengkomunikasian informasi dari produsen kepada konsumen sedemikian rupa agar menarik minat konsumen untuk membeli barang/jasa yang ditawarkan produsen.
Promosi kegiatan ekowisata di TNGGP dilakukan selain untuk
menarik pengunjung yang akan menikmati keindahan alam TNGGP juga menarik mitra berinvestasi dalam kegiatan ekowisata. Pertumbuhan ekowisata yang diduga lebih pesat dari wisata lainnya, terutama selama beberapa tahun terakhir ini membuat promosi ekowisata menjadi penting, karena negara yang tidak mempromosikan atraksi alamnya kemungkinan besar akan kehilangan kesempatan dalam pasar ekowisata yang terus tumbuh (Durst&Ingram 1998 diacu dalam Fennel 1999). Berdasarkan laporan World Travel Tourism Council (WTTC) tahun 2004, pertumbuhan rata-rata ekowisata sebesar 10% per tahun. Angka tersebut lebih tinggi dibanding pertumbuhan ratarata per tahun untuk pariwisata pada umumnya yaitu sebesar 4,6% per tahun. Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) yang dimiliki TNGGP menjadi modal untuk promosi. Saat ini kegiatan wisata yang sudah berjalan di TNGGP dapat dikategorikan menjadi dua yaitu wisata massal dan wisata minat khusus.
Walaupun terdapat
wisata
massal
tetapi pengelolaannya tetap
memperhatikan kelestarian dan keberlanjutan kawasan. Kegiatan wisata yang sudah berjalan saat ini yaitu wisata pendakian, birdwatching, outbond, rekreasi ke air terjun, penelitian, berkemah, dll. ODTWA yang dimiliki TNGGP mempunyai segmen pasar yang berbeda sehingga diperlukan strategi promosi yang spesifik.
2
1.2. Perumusan Masalah Taman Nasional Gunung Gede Pangrango merupakan kawasan pelestarian alam yang kaya dengan obyek wisata baik itu flora, fauna, ekosistem, budaya, dan sudah lama dikunjungi wisatawan. TNGGP memiliki berbagai fungsi yaitu fungsi perlindungan dan pelestarian, fungsi pendidikan, pengetahuan dan kebudayaan, serta fungsi rekreasi dan pariwisata, dengan demikian jenis wisata yang paling sesuai untuk dikembangkan di taman nasional adalah ekowisata. Ekowisata merupakan bentuk pariwisata yang dilakukan di daerah/kawasan alami yang menitikberatkan pada lingkungan, pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal dan adanya penghargaan terhadap budaya masyarakat lokal. Kawasan TNGGP yang memiliki potensi sumberdaya alam yang menjanjikan diharapkan dapat diusahakan kegiatan ekowisata sehingga mengatasi berbagai permasalahan kawasan yang dihadapi pengelola. Pengembangan ekowisata di TNGGP bukan merupakan hal yang baru tetapi sampai saat ini masih mengalami banyak masalah, dari aspek pengelolaan, SDM, sarana dan prasarana, keterlibatan masyarakat lokal, maupun pengunjung. Berbagai kegiatan telah dilakukan oleh TNGGP untuk mengembangkan kegiatan ekowisata, salah satunya adalah melalui kegiatan promosi. Keberhasilan pengembangan ekowisata pada kawasan taman nasional sangat bergantung pada upaya promosi yang dilakukan oleh pengelola, karena dengan promosi orang akan tahu dan akhirnya akan datang untuk mengujungi. Menurut Charty (1981) konsumen tidak akan membeli suatu produk/jasa apabila mereka tidak pernah mendengar atau mengalami produk/jasa tersebut. Sehingga informasi mengenai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dengan segala potensinya harus sampai kepada orang-orang yang memang berminat dengan wisata yang bersifat khusus ini. Kegiatan promosi yang telah dilakukan oleh pengelola Taman Nasional Gunung Gede Pangrango selama ini adalah dengan penyebaran bahan-bahan cetakan seperti brosur, leaflet, majalah, mengikuti pameran-pameran pariwisata serta secara berkala mengadakan kegiatan seminar/lokakarya. Melalui cara ini usaha untuk memperkenalkan kegiatan ekowisata di TNGGP hanya sampai pada
3
sebagian kecil masyarakat dan belum mencapai kelompok dalam masyarakat yang diharapkan menjadi konsumen dari kegiatan ekowisata di TNGGP. Selain itu pelaksanaan promosi yang telah dilakukan selama ini belum didukung
oleh
mitra-mitra
yang
diharapkan
dapat
berinvestasi
dalam
pengembangan kegiatan ekowisata. Selama ini kegiatan promosi yang dilaksanakan masih sangat kurang dan belum mempertimbangkan strategi bauran promosi sehingga masih kurang mengenai sasaran, maka diperlukan strategi promosi yang tepat.
1.3. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah 1. Melakukan evaluasi terhadap kegiatan promosi yang telah dilakukan 2. Menyusun strategi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) dalam pengembangan promosi kegiatan ekowisata.
1.4. Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pengelola Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dalam melaksanakan promosi kegiatan ekowisata.
1.5. Kerangka Pemikiran Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sebagai Taman Nasional Model yang diharapkan menjadi TN Mandiri, dituntut untuk dapat mengembangkan sumber-sumber penyelenggaraan
ekonomi
yang
pengelolaan
dapat secara
memberikan mandiri.
masukan dana
Pengembangan
bagi
ekowisata
dipandang sebagai langkah tepat untuk mencapai tujuan tersebut. Kerangka pemikiran yang mendasari penelitian ini adalah upaya untuk mengoptimalkan kegiatan ekowisata di TNGGP melalui penyusunan strategi promosi yang tepat. Strategi promosi yang sekarang sudah dilakukan perlu dievaluasi dengan mempertimbangkan fungsi TNGGP sebagai suatu kawasan konservasi, prinsip-prinsip dasar ekowisata, visi ekowisata di TNGGP serta dengan menggunakan strategi bauran promosi yang tepat.
4
Potensi ekowisata di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango berupa keindahan alam, gejala alam, keanekaragaman hayati, keunikan alam dan situs budaya merupakan daya tarik yang dapat ditawarkan kepada masyarakat. Upaya untuk mengenalkan ekowisata harus didukung dengan ketersediaan informasi yang akurat, komunikatif dan mudah didapat. Berbagai informasi dan atraksi ekowisata perlu ditampilkan dengan visualisasi yang menarik dalam kemasan yang sederhana dan mudah dimengerti. Promosi merupakan jalan keluar untuk masalah diatas, karena dengan promosi dapat menyampaikan informasi tentang kegiatan wisata yang ditawarkan. Untuk mengetahui strategi promosi yang tepat digunakan analisis pendekatan SWOT. Secara detail kerangka pemikiran penelitian disajikan pada Gambar 2.
SUPRA&INFRA STRUKTUR
PENGEMBANGAN EKOWISATA
SUPPLY
DEMAND
Gambar 1 Konseptual pengembangan ekowisata.
5
TN MODEL-TN MANDIRI “Supply”
“Demand”
POTENSI EKOWISATA di TNGGP
Pengunjung
Aktual
Mitra-mitra Taman Nasional
Potensial
“Supra&Infra Struktur”
Promosi Sarpras
Kebijakan evaluasi
Analisis SWOT
Strategi Promosi Ekowisata Gambar 2 Kerangka pemikiran.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ekowisata Kegiatan wisata alam mencakup banyak kegiatan, dari kegiatan menikmati pemandangan dan kehidupan liar yang relatif pasif hingga kegiatan fisik yang menguras tenaga seperti wisata petualangan yang mengandung resiko. Kegiatan wisata alam ini dapat bersifat konsumtif atau non-konsumtif serta dapat bersifat berkelanjutan maupun tidak berkelanjutan. Hanya sedikit jenis kegiatan wisata yang memberikan sumbangan posistif terhadap upaya pelestarian alam. Jenis wisata yang sedikit inilah yang kemudian membentuk ekowisata (Goodwin, 1996). Ekowisata diperkenalkan pertama kali oleh Ceballos-Lascurain (1983) yang mendefinisikan bahwa ekowisata sebagai kunjungan ke daerah-daerah yang masih bersifat alami yang relatif masih belum terganggu dan terpolusi dengan tujuan spesifik untuk belajar, mengagumi dan menikmati pemandangan alam dengan tumbuhan satwa liarnya serta budaya (baik masa lalu maupun sekarang) yang ada ditempat tersebut. Sepuluh tahun kemudian Ceballos-Lascurain (1993) meninjau ulang batasan yang dirumuskan dengan menambahkan ”untuk mempromosikan konservasi, dampak negatif yang diakibatkan oleh pengunjung rendah dan masyarakat terlibat secara ekonomi dalam penyelenggaraannya”. Hingga tahun 1999, Fennel (2001) mengkaji bahwa terdapat 85 batasan pengertian ekowisata yang menghasilkan definisi ekowisata dengan 6 unsur, yaitu : konservasi, edukasi, etika, pembangunan berkelanjutan, dampak dan local benefit. Pengertian baru ekowisata hasil olahan yang dikaji dari 45 pakar, terdiri dari 31 pakar mancanegara dan 14 pakar nasional, mengindikasikan bahwa ada tiga kelompok konsep ekowisata, yaitu : 1. Tahun 1987-1990 menitikberatkan pada : mengurangi dampak negatif lingkungan, destinasi dan motivasi wisatawan.
2. Tahun 1991-2000 menekankan pada : mengurangi dampak negatif lingkungan, penghasilan masyarakat lokal, perjalanan kerja yang bertanggung jawab dan budaya. 3. Tahun 2001-2005 menitikberatkan pada : mengurangi dampak negatif lingkungan, sustainable development, dan penghasilan masyarakat lokal. (Hengky, 2006) Menurut Linberg (1993) definisi ekowisata adalah perjalanan bertanggungjawab ke wilayah-wilayah alami yang melindungi lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan penduduk setempat. Boo (1990) mendefinisikan ekowisata sebagai perjalanan wisata alam yang mendorong usaha pelestarian dan pembangunan berkelanjutan,
memadukan pelestarian dengan pembangunan ekonomi
dan
memberikan dana yang lebih banyak untuk taman-taman, membuka lapangan kerja baru bagi penduduk setempat dan pendidikan lingkungan bagi para pengunjung. Ekowisata dapat dipandang sebagai suatu strategi baru untuk menjaga keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan yang mendorong pemeliharaan dan pemanfaatan sumberdaya alam yang sekaligus bermanfaat bagi masyarakat setempat. Dengan demikian ekowisata adalah bentuk wisata yang gejalanya terlihat dalam bentuk perjalanan yang tidak mengganggu lingkungan alam sebagai sumber apresiasi dan kekaguman (Mardjuka, 1995). Perhatian terhadap ekowisata yang semakin berkembang disebabkan karena adanya perubahan permintaan dan pilihan wisatawan dalam berwisata. Menurut Kusler (1991) fenomena ini timbul karena beberapa hal sebagai berikut : Peningkatan ketertarikan terhadap lingkungan, spesies-spesies flora dan fauna yang unik dan langka serta ciri-ciri alam lainnya Ketidakpuasan terhadap keramaian yang terjadi di pusat-pusat wisata tradisional Keinginan untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman baru Adanya kepercayaan bahwa beberapa lingkungan alami yang unik di dunia akan segera
mengalami kepunahan dan mereka
ingin mengunjunginya
bila
memungkinkan
8
Obyek ekowisata yang diinginkan oleh ekowisatawan sangat bervariasi, dari keadaan alam yang masih sangat asli sampai yang sudah mendapat sedikit campurtangan manusia dalam bentuk pembangunan yang sederhana selaras dengan alam. Saat ini, tempat seperti ini di Indonesia hanya dapat ditemui di kawasan yang dilindungi milik negara/pemerintah. Di luar negeri kawasan seperti ini ada yang merupakan milik perorangan/swasta. Kusler (1991) menyatakan bahwa untuk pengembangan ekowisata perlu didukung oleh peningkatan sarana dan prasarana seperti jalan, penginapan, transportasi kerjasama pemerintah dengan pihak swasta serta promosi dan publikasi oleh berbagai instansi terkait.
2.2. Taman Nasional Undang-undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya mendefinisikan Taman Nasional sebagai kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi. Ditjen PHPA (1986) mengemukakan bahwa prinsip-prinsip pokok pengertian taman nasional menurut IUCN adalah : 1. Kawasan taman nasional harus relatif cukup luas 2. Taman nasional harus memiliki sumberdaya alam yang khas dan unik baik berupa jenis tumbuhan atau binatang, ekosistem maupun gejala alam yang masih utuh dan alami 3. Satu atau beberapa ekosistem yang terdapat didalamnya secara materi/fisik tidak diubah oleh eksploitasi dan pendudukan manusia 4. Kebijaksanaan dan pengelolaan taman nasional berada pada badan pemerintah yang mempunyai kompetensi sepenuhnya dan bertanggungjawab atas keutuhan dan keaslian baik ekologis, geomorfologis, dan kondisi-kondisi yang bernilai estetis lainnya secara alami merupakan modal utama pembentukan taman nasional
9
5. Adanya kemungkinan pengembangan pariwisata sehingga dapat terbuka untuk umum dengan persyaratan khusus untuk tujuan inspirasi, edukasi, kultural dan rekreasi. MacKinnon et al. (1983) mendefinisikan taman nasional sebagai kawasan yang diperuntukkan bagi perlindungan kawasan alami dan pemandangan indah serta memiliki nilai bagi pemanfaatan ilmiah, pendidikan dan rekreasi. Fungsi utama taman nasional adalah : 1. Menjaga keseimbangan ekosistem dan melindungi sistem penyangga kehidupan 2. Melindungi keanekaragaman jenis dan mengupayakan manfaat sebagai sumber plasma nutfah 3. Menyediakan sarana penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan dan latihan 4. Memenuhi kebutuhan sarana wisata alam dan melestarikan budaya setempat 5. Merupakan bagian dari pengembangan daerah setempat Pengembangan pariwisata di taman nasional saat ini lebih dimaksudkan sebagai upaya mendukung misi konservasi hutan berikut keanekaragaman hayatinya. Pengembangan pariwisata hutan juga bertujuan untuk meningkatkan kemampuan ekonomi masyarakat lokal yang berdiam di dalam dan sekitar kawasan. Dalam Pedoman Pengembangan Pariwisata Alam di Taman Nasional (Departemen Kehutanan, 2001) disebutkan bahwa pengembangan wisata alam di taman nasional terkait
dengan sektor
lainnya
sehingga untuk
menjamin
kesinambungan pemanfaatan taman nasional untuk pariwisata para pengelola taman nasional diharapkan dapat membangun jejaring kerja maupun mempromosikan obyek daerah tujuan wisata alam. Pihak-pihak terkait tersebut adalah biro perjalanan wisata, tour operator, perhotelan dan sebagainya. Selain itu perlu juga mengidentifikasi peran dari pihak terkait dalam pelaksanaan pemanfaatan obyek wisata alam.
2.3. Strategi Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Definisi strategi pertama kali dikemukakan oleh Chandler pada tahun 1996, menyebutkan bahwa strategi
10
merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumberdaya. Learned et al. (1965) dalam Rangkuti (2006) mendefinisikan strategi merupakan alat untuk menciptakan keunggulan bersaing. Dengan demikian salah satu fokus strategi adalah memutuskan apakah bisnis tersebut harus ada atau tidak ada. Argyris (1985), Mintzberg (1979), Steiner dan Miner (1997) dalam Rangkuti (2006) menyatakan bahwa strategi adalah respon secara terus menerus maupun adaptif terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat mempengaruhi organisasi.
2.4. Promosi Promosi merupakan bagian dari bauran pemasaran (Marketing Mix). Menurut Kotler (1997) bauran pemasaran merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mencapai sasaran pemasaran. Alat-alat pemasaran dalam bauran pemasaran dikenal sebagai 4P, yaitu promosi (promotion), produk (product), harga (price) dan tempat (place). Pada Gambar 3 dapat dilihat struktur bauran pemasaran menurut Cooper et al. (1990).
Produk
Harga
Promosi
Tempat
Bauran Pemasaran Gambar 3 Bauran pemasaran. Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapat perhatian, dimiliki atau digunakan yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Reime & Hawkins (1997) dalam Heath et al. (1992) menyatakan bahwa dalam bidang wisata yang dimaksud produk adalah total spektrum dari berbagai
11
pengalaman, akomodasi, sumberdaya alam dan sumber daya lainnya, pertunjukkan, transportasi, makanan dan minuman, rekreasi serta daya tarik lainnya. Baud-Bovy (1982) dalam Heath (1992) menyatakan bahwa produk wisata adalah keseluruhan dari berbagai fasilitas dan pelayanan wisata disuatu daerah tertentu yang dimanfaatkan oleh wisatawan. Komponennya adalah sumberdaya daerah tujuan, fasilitas dan transport dari rumah ke tempat tujuan. Komponen lain dari bauran pemasaran adalah harga. Tapi dalam bidang wisata tidak selalu harga yang lebih tinggi akan mengurangi jumlah permintaan karena ada wisatawan yang lebih mempertimbangkan aspek lain dari bauran pemasaran selain harga. Banyak wisatawan yang mau membayar lebih untuk wisata yang berkualitas. Unsur tempat dalam promosi bahwa tempat yang disediaan oleh penjual akan dipandang sebagai kemudahan memperoleh produk yang dibutuhkan pembeli. Komponen lain dalam bauran pemasaran adalah promosi. Kotler (1997) menjelaskan bahwa promosi merupakan usaha pengkomunikasian informasi dari produsen kepada konsumen sedemukian rupa agar menarik minat konsumen untuk membeli barang atau jasa yang ditawarkan produsen atau penjual. Konsumen tidak akan membeli suatu produk/jasa apabila mereka tidak pernah mendengar atau mengalami tertang produk/jasa tersebut (Carthy, 1981). Adapun kedudukan promosi dalam sistem pemasaran dapat dilihat pada Gambar 4. Riset Pemasaran Konsumen Konsumen
Tanggapan (waktu/usaha) Tanggapan
Produsen Produk Bauran pemasaran yang ditawarkan
Komunikasi Promosi
Harga Distribusi
Gambar 4 Kedudukan promosi dalam sistem pemasaran.
12
Fungsi promosi dalam strategi pemasaran terutama untuk mendorong transaksi. Menurut Luck dan Ferrel (1985) dalam Heath (1992) promosi mendorong pembeli dalam hal ini wisatawan pada suatu keputusan dengan memberikan aliran informasi yang dapat mempengaruhi pembeli. Dalam bidang pariwisata promosi juga berfungsi untuk membina hubungan yang efektif dengan para konsumen agar mereka memiliki kesadaran dan pengetahuan tentang keberadaan suatu produk wisata. Promosi dapat mengembangkan nilai positif dari suatu produk wisata sehingga harga menjadi inelastis yang berarti produk lebih dapat bertahan terhadap kenaikan harga dan tidak perlu khawatir untuk menaikkan harga. Cooper et al. (1999) menggambarkan pengaruh promosi terhadap permintaan seperti tampak pada Gambar 5.
harga
harga
P1
P1
Q1
Q2
Q2
kuantitas
Permintaan meningkat dengan semakin banyaknya perhatian
Q3
kuantitas
Permintaan menjadi semakin inelastis karena perbaikan imej
Gambar 5 Pengaruh promosi terhadap permintaan
Menurut Heath (1992) tujuan promosi wisata adalah : 1. Menarik turis ke kawasan wisata 2. Menjaga nilai kawasan sebagai daerah tujuan wisata 3. Menyampaikan informasi tentang kegiatan wisata yang ditawarkan 4. Membangun unit bisnis wisata yang saling mendukung 5. Memperbaiki informasi tidak tepat/tidak lengkap tentang kegiatan wisata yang ditawarkan
13
Istilah strategi bauran yang dikenal dalam promosi merupakan metode kegiatan komunikasi yang digunakan perusahaan agar seseorang mau melakukan kegiatan pembelian atau pertukaran dalam pemasaran. Cooper et al. (1999) menyatakan terdapat empat komponen dalam bauran promosi yaitu : a. Periklanan Periklanan merupakan suatu cara yang tepat untuk memberitakan hasil produk kepada konsumen yang sama sekali belum mereka kenal, dengan tujuan menginformasikan, membujuk atau mengingatkan. Menurut Yoeti (1996), periklanan adalah setiap bentuk penyajian yang sifatnya tidak pribadi dan promosi daripada barang-barang dan jasa yang dipungut bayaran oleh sponsor. Tujuan periklanan dalam pemasaran jasa adalah untuk membangun kesadaran terhadap keberadaan jasa yang ditawarkan, untuk menambah pengetahuan konsumen tentang jasa yang ditawarkan, untuk membujuk calon customer untuk membeli atau menggunakan jasa tersebut, dan untuk membedakan diri perusahaan satu dengan perusahaan lain yang mendukung posisi jasa (Kotler, 1997). b. Promosi Penjualan Menurut Kotler (1997), promosi penjualan terdiri dari kumpulan kiat intensif yang beragam, kebanyakan berjangka pendek, yang dirancang untuk mendorong pembelian suatu produk/jasa tertentu yang lebih cepat dan lebih besar oleh konsumen. Promosi penjualan merupakan semua kegiatan yang dimaksudkan untuk meningkatkan arus barang atau jasa dari produsen sampai pada penjualan akhirnya. Kiat promosi penjualan bagi konsumen dimaksudkan untuk mendorong pembelian yang lebih besar, sedang bagi tenaga penjualan untuk mendorong dukungan terhadap produk/jasa yang baru, dan mendorong lebih banyak lagi calon pelanggan. c. Penjualan Pribadi Penjualan pribadi adalah interaksi antar individu, saling bertemu muka yang ditujukan untuk menciptakan, memperbaiki, menguasai atau mempertahankan hubungan pertukaran yang saling menguntungkan dengan pihak lain (Swastha, 1981). Sifat penjualan pribadi dapat dikatakan lebih luwes karena tenaga penjual
14
dapat secara langsung menyesuaikan penawaran penjualan dengan kebutuhan dan perilaku masing-masing calon pembeli. Selain itu, tenaga penjual juga dapat segera mengetahui reaksi calon pembeli terhadap penawaran penjualan, sehingga dapat mengadakan penyesuaian-penyesuaian di tempat pada saat itu juga. Penjualan pribadi mengharapkan terciptanya suatu kedekatan antara perusahaan dengan pembeli sehingga perusahaan akan lebih mudah untuk menawarkan produk/jasa. d. Hubungan masyarakat Perusahaan tidak hanya harus berhubungan secara konstruktif dengan pelanggan, pemasok dan penyalur, tetapi juga harus berhubungan dengan kumpulan kepentingan masyarakat yang besar. Hubungan masyarakat adalah berbagai program yang dirancang untuk mempromosikan dan atau melindungi citra perusahaan atau produk individualnya, berhubungan dengan komunikasi massa, tanpa dipungut biaya atau diidentifikasikan sebagai bagian dari sponsor tertentu (Ray, 1982). Tabel 1 menyajikan bentuk media dari setiap komponen bauran promosi. Tabel 1 Bentuk media dari setiap komponen bauran promosi Periklanan 1. Iklan cetak dan penyiaran 2. Brosur dan buku kecil 3. Poster dan selebaran 4. Billboard 5. Materi Audio Visual
Promosi Penjualan 1. Pameran 2. Potongan harga 3. Hiburan
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Hubungan
Penjualan Secara
Masyarakat
Pribadi
Seminar Ceramah Siaran Pers Laporan Tahunan Publikasi Media Indonesia
1. Presentasi Penjualan 2. Katalog 3. Pemasaran lewat telepon 4. E-mail 5. Internet
Sumber : Cooper et al., 1999
Masing-masing komponen memiliki kelebihan dan kekurangan, sehingga untuk keberhasilan pemasaran produk harus dicari kombinasi yang tepat dari keempat komponen tersebut. Hal tersebut digambarkan oleh Cooper et al. (1999) pada Gambar 6.
15
Penjualan secara pribadi
iklan Efektivitas
Promosi penjualan Hubungan masyarakat
tahu
faham
yakin
tindakan
Gambar 6 Efektivitas dari setiap komponen bauran promosi
Penyusunan strategi promosi atau bentuk bauran promosi yang tepat harus memperhatikan faktor-faktor yang dapat berpengaruh dalam pemilihan strategi atau bentuk bauran tersebut. Menurut Stanton (1993) dan Kotler (1997) beberapa faktor yang mempengaruhi strategi bauran promosi adalah sebagai berikut : 1. Jumlah dana yang tersedia Perusahaan yang memiliki dana besar kegiatan promosinya dapat lebih efektif dibanding perusahaan yang sumber dananya terbatas 2. Karakteristik produk Produk wisata adalah segala sesuatu yang diperlukan oleh wisatawan sejak meninggalkan tempat tinggalnya untuk berwisata sampai kembali ke tempat tinggalnya. Unsur-unsur produk wisata dapat berupa barang maupun jasa. 3. Karakteristik pasar Karakteristik pasar sangat berpengaruh dalam penyusunan bauran promosi melalui empat hal, yaitu luas geografi pasar, konsentrasi pasar, jumlah jenis pembeli potensial dan jenis pelanggan. 4. Pelanggan Terdapat dua hal yang harus diperhatikan, yaitu :
16
a. Strategi yang ingin digunakan merupakan strategi mendorong atau menarik. Strategi mendorong menggunakan wiraniaga dan promosi penjualan untuk melewati saluran-saluran, sedang strategi menarik menggunakan banyak dana untuk periklanan dan promosi kepada konsumen. b. Tahap kesiapan membeli. Strategi promosi bervariasi dalam efektivitas biaya pada tahap-tahap kesiapan pembelian yang berbeda. Pada tahap kesadaran atau tahap awal proses keputusan, periklanan dan publisitas memegang peranan penting. Pada tahap pemesanan/pembelian, penjualan pribadi dan promosi penjualan lebih penting daripada periklanan dan publisitas. 5. Pesaing Strategi promosi ditentukan dengan mempertimbangkan kegiatan promosi yang dilakukan pesaing juga menyesuaikan dengan tingkat persaingan yang ada dalam industri tersebut. 6. Tahap daur hidup produk Pada tahap perkenalan, iklan dan publisitas memiliki efektivitas biaya yang tinggi, diikuti promosi perkenalan dan promosi langsung. Pada tahap pertumbuhan, semua komponen bauran promosi dapat diperlambat karena promosi akan berjalan dari mulut ke mulut. Pada tahap dewasa, promosi pengenalan, periklanan dan promosi langsung menjadi semakin bertambah penting secara berturut-turut. Sedang pada tahap kemunduran, promosi pengenalan harus diperkuat sedang iklan dan publisitas dikurangi. 7. Bauran pemasaran Produk/jasa dengan harga yang tinggi pada umumnya dapat diidentikkan dengan pelayanan yang baik, dengan demikian promosi yang tepat adalah melalui periklanan. Dalam sistem pendistribusian langsung maka penggunaan promosi langsung merupakan hal yang tepat. Apabila saluran distribusinya panjang maka dalam berpromosi diperlukan iklan. Heath (1992) mengemukakan bahwa dalam mengembangkan strategi promosi wisata langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : 1. Mengenali sasaran yang menjadi target
17
2. Mengenali tujuan promosi 3. Memperkirakan dana yang diperlukan untuk promosi 4. Memperkirakan bauran promosi dengan mempertimbangkan beberapa faktor yaitu faktor produk, faktor pasar, faktor wisatawan, faktor biaya, faktor bauran pemasaran.
2.5. Segmentasi Pasar Pemasaran produk wisata sangat didasarkan pada pemahaman bahwa secara keseluruhan pangsa pasar adalah tersegmentasi. Segmentasi pasar merupakan konsep pokok yang mendasari strategi pemasaran suatu produk dan alokasi sumberdaya yang harus dilakukan dalam rangka mengimplementasikan program dan strategi pemasaran (Chandra, 2000). Sebuah produk wisata akan memiliki keunggulan kompetitif jika produk wisata tersebut menawarkan atribut-atribut determinan (yang penting dan dinilai unik oleh pasar/pengunjung). Untuk itu langkah pertama yang harus dilakukan adalah melakukan analisis segmentasi pasar. Menurut Irawan (1996), segmentasi pasar adalah tindakan membagi pasar menjadi lebih homogen hingga relatif mempunyai kebutuhan dan keinginan yang sama, dan mengelompokkan menjadi beberapa bagian yaitu : 1. Segmentasi pasar berdasarkan aspek demografis yaitu membagi pasar ke dalam kelompok-kelompok yang didasarkan pada variabel-variabel demografis seperti umur, jenis kelamin, pendidikan, penghasilan, pekerjaan dan agama. 2. Segmentasi pasar berdasarkan aspek geografis yaitu membagi pasar menjadi unit-unit geografis, misalnya negara, propinsi, kabupaten, kota, dsb. 3. Segmentasi pasar berdasarkan aspek psikografis yaitu membagi pasar menurut gaya hidup, ciri kepribadian yang meliputi motivasi, frekuensi kunjungan dan bentuk kunjungan wisatawan.
2.6. Produk Wisata Pengertian produk adalah mencakup segala sesuatu yang dapat diberikan kepada seseorang guna memuaskan suatu kebutuhan atau keinginan. Biasanya, kata
18
produk menunjukkan suatu pengertian yang berkaitan dengan obyek fisik yang nyata dan biasanya kita menggunakan istilah produk dan jasa untuk membedakan antara benda nyata dengan obyek yang tidak berwujud. Obyek fisik merupakan alat untuk memberikan jasa (Kotler, 1997). Menurut Kotler (1997), produk wisata adalah sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar agar orang tertarik perhatiannya, ingin memiliki, memanfaatkan dan mengkonsumsi untuk memenuhi keinginan dan mendapatkan kepuasan. Produk juga merupakan suatu rangkaian jasa yang juga mempunyai segi-segi yang bersifat sosial psikologis dan alam (Suwantoro, 1997). Produk wisata bukanlah suatu produk yang nyata. Pada dasarnya produk wisata meliputi 3 (tiga) unsur yaitu alam, budaya, serta buatan. Produk wisata juga merupakan gabungan dari berbagai komponen seperti (Suwantoro, 1997) : 1) Atraksi suatu daerah tujuan wisata 2) Fasilitas yang tersedia 3) Aksesibilitas ke dan dari tujuan wisata Menurut Suwantoro (1997) dan Suyitno (1999), ciri-ciri dari suatu produk wisata yang khas yang membedakan dengan produk pada umumnya adalah : 1) Hasil atau produk wisata tidak dapat dipindahkan. 2) Melibatkan konsumen (wisatawan) dalam proses produksinya. 3) Proses produksi dan konsumsi terjadi pada waktu dan tempat yang sama. 4) Produk wisata tidak menggunakan standar ukuran fisik atau tidak memiliki ukuran kuantitatif 5) Tidak berwujud atau intangible 6) Tidak tahan lama dan mudah kadaluwarsa (perishable) 7) Tidak dapat disimpan (unstorable) 8) Hasil atau produk wisata banyak tergantung pada tenaga manusia dan hanya sedikit yang menggunakan mesin. 9) Produk wisata merupakan usaha yang mengandung resiko besar Seringkali orang dibuat bingung untuk membedakan antara atraksi, kegiatan, pelayanan dan produk. Padahal menurut Kohl (2003), pada prinsipnya produk wisata
19
mengandung elemen dasar berupa atraksi, akses, kegiatan, pelayanan, SDM yang telah terlatih dan promosi. Atraksi yang dimaksud dapat berupa : 1. Estetika-geofisik, seperti : pegunungan, pemandangan, air terjun, formasi awan yang unik, kegiatan vulkano, formasi batu-batuan atau geologi, dsb. 2. Ekological-biological, seperti berbagai jenis makhluk hidup, bagian-bagiannya, behaviour-nya, dsb. 3. Sejarah-budaya, seperti konstruksi masyarakatnya, kehidupan budayanya, ceritacerita rakyat atau mitos, dsb. 4. Rekreasional. Hal ini mencakup berbagai atraksi yang dibangun oleh manusia untuk tujuan entertaiment, seperti museum, teater, kebun binatang, shopping mall, dsb. Namun sumberdaya ini lebih disarankan untuk lokasi di luar kawasan konservasi bukan diareal kawasan konservasi. Sedangkan menurut Medlik dalam Spillane (2000), produk wisata terdiri dari atraksi wisata di daerah tujuan, fasilitas yang tersedia dan kemudahan-kemudahan pencapaian daerah tujuan wisata dari pasar-pasar sumber wisatawan.
2.7. Wisatawan Menurut Lindberg (1991) dalam Fennel 1999, ekowisatawan dikelompokkan menjadi 4 atas dasar klasifikasi yang lebih menekankan pada dedikasi, waktu, apa yang diinginkan ekowisatawan dari perjalanan ekowisata, kemana dan dengan cara apa mereka melakukan perjalanan. Keempat tipe dasar ekowisata tersebut adalah : 1) Hard-core nature tourists (ekowisatawan kelas berat) : yaitu ilmuwan, peneliti, atau peserta program perjalanan yang dirancang untuk pendidikan, pembersihan sampah, atau tujuan lain yang hampir sama. 2) Dedicated nature tourists (ekowisatawan berdedikasi) : orang-orang yang melakukan perjalanan khusus untuk melihat kawasan perlindungan dan yang ingin memahami alam dan budaya lokal. 3) Mainstream nature tourists (ekowisatawan utama) : orang-orang yang mengunjungi tempat tertentu seperti Amazon, atau tujuan lain dengan maksud untuk mengalami perjalanan yang tidak umum.
20
4) Casual nature tourists (ekowisatawan biasa) : orang yang mendapatkan pengalaman dengan alam hanya karena menjadi bagian dari perjalanannya yang lebih luas.
21
III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat. Waktu yang diperlukan untuk penelitian ini adalah 3 bulan, yaitu bulan Februari-April 2008.
3.2. Batasan Penelitian Wisata yang dikembangkan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango merupakan jenis wisata yang sesuai dengan Peratuan Pemerintah No.18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam dan pengelolaannya diarahkan kepada wisata berkelanjutan (sustainable tourism). Jenis wisata yang ada di TNGGP terdiri dari dua yaitu wisata alam massal dan wisata minat khusus (ekowisata). Wisata yang dimaksud dalam penelitian ini adalah wisata minat khusus yaitu ekowisata.
3.3. Metode Pengumpulan Data Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode non experimental yaitu deskriptif eksploratif, pengamatan lapangan (observasi) dan studi pustaka guna mengumpulkan data yang diperlukan. Data yang dihimpun meliputi data primer dan data sekunder. Jenis data primer dan sekunder secara terperinci dapat dilihat pada Tabel 2 & Tabel 3.
Tabel 2 Jenis data primer yang digunakan dalam penelitian Data
Keterangan
Metode
- Parameter
(Sumber Informasi)
Pengumpulan
1
Program-program kegiatan promosi ekowisata yang sudah dan akan dilaksanakan oleh pengelola TNGGP
Pengelola dan lapangan
TNGGP observasi
Panduan wawancara
2
Permasalahan promosi yang dihadapi dan solusi yang telah diupayakan
Pengelola dan lapangan
TNGGP observasi
Panduan wawancara
3
Persepsi pengunjung terhadap : - Upaya promosi ekowisata - Sarana dan prasarana ekowisata
Observasi dan kuisioner
lapangan pengisian
Panduan Wawancara
terhadap
Pengjng aktual : 100 Pengunjung potensial : 30
4
Persepsi mitra-mitra taman nasional upaya promosi
Observasi lapangan
5
Potensi ekowisata yang dimiliki TNGGP sebagai modal dalam kegiatan pengembangan kegiatan promosi
Pengelola dan lapangan
6
Kebijakan pengelolaan ekowisata di TNGGP
7
Keberadaan promosi dan kendala-kendala yang dihadapi
Pengelola TNGGP dan instansi terkait Pengelola TNGGP
Panduan wawancara Studi pustaka
8
Identifikasi exiting mitra TNGGP
Pengelola TNGGP
Studi Pustaka
TNGGP observasi
Wawancara langsung pada kegiatan wisata Panduan wawancara
Tabel 3 Jenis data sekunder yang digunakan dalam penelitian Data Sekunder
Keterangan
Metode
(Sumber Informasi)
Pengumpulan
1. Keadaan umum kawasan TNGGP, yang terdiri dari letak, luas wilayah, status kawasan, kondisi iklim, curah hujan, suhu, topografi dan tanah.
Pengelola TNGGP
Studi pustaka
2. Kondisi biologis, terdiri : data flora dan fauna
Pengelola hasil terdahulu
Studi pustaka
3. Pengelolaan ekowisata di TNGGP terdiri : pelayanan yang diberikan, kebijakan yang berlaku, jumlah pegawai, kualitas SDM, fasilitas, sarana dan prasarana, bagan organisasi, dll.
Pengelola TNGGP
Studi pustaka
4. Aksesibilitas meliputi : jarak tempuh, penggunaan alternatif kendaraan, kondisi jalan
Pengelola TNGGP
Studi pustaka
5. Jumlah pengunjung dan fluktuasi pengunjung 6 (lima) tahun terakhir
Pengelola TNGGP
Studi pustaka
6. Rencana pengembangan ekowisata yang akan dilakukan
Pengelola TNGGP
Studi pustaka
TNGGP, penelitian
23
3.4. Tahapan Penelitian Ada beberapa tahap penelitian yang dilakukan yaitu : 3.4.1. Tahap pemilihan responden dan nara sumber 3.4.1.1. Pemilihan responden Pengambilan sampel responden pengunjung dilakukan dengan purposive sampling. Pengambilan secara purposive ini diartikan sebagai pengambilan responden sesuai dengan keadaan yang dikehendaki (Nazir, 1983). Jumlah responden terdiri dari pengunjung aktual sebanyak 100 (seratus) orang dan pengunjung potensial sebanyak 30 (tiga puluh) orang. Pengunjung aktual adalah pengunjung yang saat penelitian dilaksanakan sedang berada atau berwisata di TNGGP dan diasumsikan sebagai ekoturis. Pengambilan data dari pengunjung aktual dilakukan di tiga pintu masuk Cibodas sebagai pintu utama 60 (enam puluh) responden, pintu masuk Bodogol 25 (dua puluh lima), pintu masuk Gunung Puteri 15 (lima belas) responden. Pengambilan data ini didasarkan pada jumlah pengunjung yang masuk di masing-masing pintu dimana sebagian besar masuk dari pintu utama Cibodas sehingga proporsi sampel terbesar diambil pada pengunjung yang masuk dan atau turun lewat pintu Cibodas. Pengunjung potensial adalah pengunjung yang saat penelitian dilaksanakan tidak berada atau tidak berwisata di TNGGP akan tetapi berpotensi untuk melakukan perjalanan wisata ke TNGGP. Pengambilan data pengunjung potensial ini dilakukan pada kelompok-kelompok yang berpotensi atau yang menjadi segmen pasar ekowisata seperti peneliti, anak sekolah, mahasiswa, PNS, pegawai swasta, pecinta alam.
3.4.1.2. Narasumber. Nara sumber dalam penelitian ini adalah pihak-pihak yang berkompeten mengetahui lebih banyak terhadap promosi kegiatan ekowisata. Adapun narasumber dalam penelitian ini adalah
pengelola kawasan (Balai Besar
TNGGP), Biro Perjalanan Wisata, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat, Pemda Bogor, Pemda Cianjur dan Pemda Sukabumi
24
3.4.1.3. Mitra-mitra TNGGP Pengumpulan data dari mitra-mitra TNGGP dilakukan pada kegiatankegiatan wisata dengan melakukan wawancara. Mitra-mitra yang dimaksud antara lain Departemen Perhubungan, Pengelola Bandara, Pengelola Maskapai Penerbangan, Biro Perjalanan Wisata, Pengusaha Hotel dan Wartawan.
3.4.2. Tahap pengumpulan data Pengumpulan data primer dilakukan dengan melalui pengamatan langsung dilapangan dan wawancara mendalam. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi pustaka, publikasi ilmiah, perundang-undangan dan bentuk publikasi lainnya yang terkait dengan penelitian. Pada tahap ini diharapkan diperoleh data yang terkait dengan kegiatan-kegiatan promosi ekowisata yang telah dilakukan. Sedangkan untuk tahapan pengumpulan data dari narasumber maupun pengunjung dilakukan melalui proses wawancara mendalam. Pengambilan data melalui wawancara ini didasarkan pada alasan bahwa peneliti dapat menggali informasi selengkap mungkin, baik yang tampak maupun tersembunyi. Wawancara merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara penanya dengan si penjawab, dengan menggunakan alat yang dinamakan panduan wawancara. Panduan wawancara akan merujuk pada obyek penelitian. Metode yang dipilih merupakan wawancara terstruktur dengan menetapkan panduan mengenai aspekaspek yang diperlukan dengan membatasi skope dan memperluas pertanyaan. Data yang diambil dari pengunjung meliputi : data sosiodemografi (asal kota, umur, pendidikan, pekerjaan, frekuensi kunjungan dan sumber informasi wisata) serta data psikografi pengunjung (persepsi pengunjung terhadap kondisi fasilitas wisata dan kegiatan pengelolaan, saran-saran pengunjung terhadap pengembangan obyek wisata serta bentuk pengembangan kegiatan promosi ekowisata yang diinginkan).
3.4.3. Pengolahan data Data yang telah dikumpulkan diolah dengan menggunakan metode analisa deskriptif yaitu mentrasformasikan data mentah ke dalam bentuk data yang mudah
25
dimengerti dan ditafsirkan, serta menyusun, memanipulasi dan menyajikan supaya menjadi suatu informasi (Kusmayadi & Sugiarto 2000 : 179). Selain metode analisis deskriptif juga digunakan metode pendekatan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat) untuk menentukan strategi promosi.
3.5. Analisis Data Data yang diperoleh diolah dengan cara tabulasi data dan kemudian dianalisis sesuai dengan jenis data dan tujuan penelitian. Analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut : 3.5.1. Analisis potensi ekowisata yang perlu untuk dipromosikan Analisis dilakukan dengan mengidentifikasi dan mendeskripsikan obyekobyek wisata pada tiap pintu, kemudian mengelompokkan jenis wisata menjadi dua yaitu wisata massal dan wisata minat khusus. Langkah selanjutnya adalah membuat suatu pengembangan obyek-obyek wisata yang belum dikembangkan oleh TNGGP untuk dijadikan wisata minat khusus. 3.5.2. Analisis Pengunjung Analisis dilakukan terhadap karakteristik pengunjung serta saran-saran mereka kegiatan promosi ekowisata di TNGGP. Data yang diperoleh dari pengunjung ini kemudian dibuat dalam bentuk tabulasi dan diuraikan secara deskriptif, sehingga diperoleh hasil akhir berupa bahan pemikiran untuk pengembangan kegiatan promosi ekowisata di TNGGP. 3.5.3. Analisis mitra-mitra TNGGP Analisis terhadap mitra-mitra TNGGP adalah analisis terhadap keberadaan dan peranserta mitra terhadap promosi ekowisata. 3.5.4. Sintesis Menurut Eriyatno (2007) sintesis pada intinya merupakan suatu cara berpikir suatu sikap, suatu pendekatan, cara untuk melakukan yang diikuti dengan tindakan untuk mencapai sasaran akhir, untuk menghasilkan materi/substansi. Pendekatan yang dilakukan adalah dengan pendekatan sistem yang mempunyai karakteristik integrasi, interdisiplin, saling terkait, imajinatif dan menyeluruh. Tahap ini merupakan tahap penggabungan antara potensi sumber daya yang tersedia (supply), kebutuhan/keinginan (demand) pengunjung serta kebijakan
26
pemerintah baik kebijakan di tingkat regional maupun nasional (supra dan infra struktur). 3.5.5. Analisis strategi pengembangan Untuk merumuskan arahan strategi pengembangan promosi ekowisata digunakan pendekatan SWOT. Menurut Rangkuti (2000), analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strenghts) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang dan ancaman dengan faktor internal kekuatan dan kelemahan sehingga dari analisis tersebut dapat diambil suatu keputusan strategi. Adapun matriks SWOT disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Matriks SWOT Faktor Internal Faktor Eksternal Kekuatan (strenghts)
Kelemahan (weaknesses)
Peluang (opportunities)
SO
WO
Ancaman (threaths)
ST
WT
Dalam analisis SWOT, Rangkuti (2000) menggunakan matriks yang akan menghasilkan 4 (empat) set kemungkinan alternatif dari suatu strategi, yaitu ;
Strategi SO :
Menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mendapatkan peluang yang sebesar-besarnya
Strategi ST :
Menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman yang mungkin timbul.
Strategi WO : Berusaha mendapatkan keuntungan dan kesempatan yang ada dengan meminimalkan kelemahan yang ada Strategi WT :
Berusaha meminimalkan kelemahan yang ada dan menghindari ancaman
27
Faktor internal yang mempunyai kekuatan terhadap promosi ekowisata di TNGGP dan kelemahannya akan dikaji di lapangan, begitu pula dengan faktor eksternal (peluang dan ancaman) yang mempengaruhi kegiatan promosi. Selanjutnya dari analisis ini diperoleh suatu strategi pengembangan promosi yang sesuai dengan harapan untuk mendukung konservasi kawasan dan mendukung kesejahteraan masyarakat lokal secara berkelanjutan. Formulasi strategi ini disusun berdasarkan analisis yang diperoleh dari penerapan model SWOT dengan tahapan sebagai berikut : a. Penentuan faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) didalam kegiatan promosi ekowisata b. Penentuan faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman) didalam kegiatan promosi ekowisata c. Perumusan alternatif strategi pengembangan promosi ekowisata
Untuk pengisian tabel, baik tabel internal maupun tabel eksternal (Tabel 5 dan Tabel 6) dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : a. Melakukan pengisian didalam kolom 1 (berbagai peluang dan ancaman atau kekuatan dan kelemahan) b. Melakukan pembobotan pada kolom 2, dengan skala mulai dari 1.0 (paling penting) sampai 0.0 (tidak penting). Semua bobot jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1.00. c. Melakukan penetapan skor (scooring) pada kolom 3, dimulai dari nilai 0-4 d. Pada kolom 4 akan diperoleh nilai tertimbang yang merupakan hasil perkalian nilai dengan bobot. e. Memberikan komentar atau catatan pada kolom 5 mengenai alasan dipilihnya faktor tersebut. f. Melakukan penjumlahan nilai tertimbang yang ada didalam kolom 4, sehingga akan diperoleh total nilai tertimbang. Nilai tertimbang akan menunjukkan seberapa besarnya nilai eksternal dan internal dan nantinya nilai tersebut akan digunakan didalam Matriks Grand Strategy (Gambar 7). Matriks Grand Strategy digunakan untuk menentukan apakah pihak
28
yang berkepentingan (pengelola) akan memanfaatkan posisi yang kuat atau mengatasi kendala yang ada.
Tabel 5 Rangkuman matriks internal Faktor Internal
Bobot
Skor
Nilai
Keterangan
Tertimbang 1
2
3
4
5
Skor
Nilai
Keterangan
1. Kekuatan
2. Kelemahan
Jumlah
Tabel 6 Rangkuman matriks eksternal Faktor Eksternal
Bobot
Tertimbang 1
2
3
4
5
1. Peluang
2. Ancaman
Jumlah
Berbagai Peluang
Sel 2
Sel 1
Kelemahan Internal
Kekuatan Internal
Sel 3
Sel 4
Berbagai Ancaman Gambar 7 Model matriks Grand Strategy.
29
Makna masing-masing sel dalam konteks pengembangan ekowisata adalah sebagai berikut : a. Sel I : Growth (pertumbuhan) Strategi pertumbuhan didesain untuk mencapai pertumbuhan, baik dalam penjualan, asset, profit atau kombinasi ketiganya (Freddy Rangkuti, 2001:43). Pertumbuhan dalam ekowisata adalah pertumbuhan jumlah kunjungan wisatawan (frekuensi kunjungan dan asal daerah wisatawan), asset (objek dan daya tarik wisata, prasarana dan sarana pendukung), pendapatan (retribusi masuk dan jumlah yang dibelanjakan). Pertumbuhan dalam ekowisata terbagi dua, yaitu : Rapid Growth Strategy (strategi pertumbuhan cepat), adalah strategi meningkatkan laju pertumbuhan kunjungan wisatawan dengan waktu lebih cepat (tahun ke 2 lebih besar dari tahun ke 1 dan selanjutnya), peningkatan kualitas yang menjadi faktor kekuatan untuk memaksimalkan pemanfaatkan semua peluang. Stable Growth Strategy (strategi pertumbuhan stabil), adalah strategi mempertahankan pertumbuhan yang ada (kenaikan yang stabil, jangan sampai turun). b. Sel II : Stability (Stabilitas) Strategi stabilitas adalah strategi konsolidasi untuk mengurangi kelemahan yang ada, dan mempertahankan pangsa pasar yang sudah dicapai (oka A. Yoeti, 1996:144). Stabilitas diarahkan untuk mempertahankan suatu keadaan dengan berupaya memanfaatkan peluang dan memperbaiki kelemahan. Strategi stabilitas terbagi dua, yaitu : Agressive Maintenance strategy (strategi perbaikan agresif), adalah strategi konsolidasi internal dengan mengadakan perbaikan-perbaikan berbagai bidang.
Perbaikan
faktor-faktor
kelemahan
untuk
memaksimalkan
pemanfaatan peluang Selective Maintenance strategy (strategi perbaikan pilihan), adalah strategi konsolidasi internal dengan melakukan perbaikan pada sesuatu yang menjadi kelemahan.
Memaksimalkan perbaikan faktor-faktor kelemahan untuk
memanfaatkan peluang.
30
c. Sel III : Survival (Bertahan) Turn around strategy (strategi memutar balik), adalah strategi yang membalikkan kecenderungan-kecenderungan negatif sekarang, yang paling umum tertuju pada pengelolaan. Guirelle strategy (strategi merubah fungsi), adalah strategi merubah fungsi yang dimiliki dengan fungsi lain yang bener-benar berbeda. d. Sel IV : Diversifikasi Strategi penganekaragaman adalah strategi yang membuat keanekaragaman terhadap objek dan daya tarik wisata dan mendapatkan dana investasi dari pihak luar. Strategi penganekaragaman dibagi dua, yaitu : Diversifikasi concentric strategy (strategi diversifikasi konsentrik), adalah diversifikasi objek dan daya tarik wisata sehingga dapat meminimalisir ancaman. Diversifikasi conglomerate strategy (strategi diversifikasi konglomerat), adalah
memasukkan
investor
untuk
mendanai
diversikasi
yang
mempertimbangkan laba.
31
IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Sejarah dan Status Kawasan Pemeritah Hindia Belanda pada tahun 1889 menetapkan Kebun Raya Cibodas dan areal hutan diatasnya seluas 240 ha sebagai contoh flora pegunungan pulau jawa sekaligus sebagai cagar alam. Kemudian dengan SK Gubernur Jenderal Hindia Belanda Nomor 33 tanggal 11 Juni 1919 kawasan tersebut diperluas hingga areal hutan di sekitar air terjun Cibeureum. Kemudian berdasarkan SK Gubernur Jenderal 11 Juli 1919 kawasan ini bertambah luas dengan penambahan hutan lindung di lereng Gunung Gede Pangrango di sekitar desa Cimungkat seluas 56 ha. Berikutnya melalui SK Gubernur Jenderal Hindia Belanda No.7 tanggal 5 Januari 1925 kawasan puncak Gunung Gede Pangrango, Gunung Gemuruh, Gunung Pangrango, daerah sungai Cibodas, dan sungai Ciwalen yang keseluruhannya meliputi 1040 ha ditetapkan sebagai cagar alam. Pada akhirnya pada tanggal 6 Maret 1980 Menteri Pertanian melaui SK Menteri Pertanian No. 736/Mentan/X/1982 menetapkan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dengan luas 15.196 ha meliputi cagar alam Cibodas, cagar alam Cimungkat, cagar alam Gunung Gede Pangrango dan areal hutan alam dilerengnya serta Taman Hutan Wisata Situ Gunung. Untuk meningkatkan luas kawasan konservasi, pada tahun 2003 melalui SK Menteri Kehutanan No. 174/KPTS-II/2003 dilakukan perluasan dari 15.196 ha menjadi 21.975 ha. Perluasan dilakukan mengingat kawasan disekitar TNGGP merupakan habitat dan daerah jelajah beberapa jenis satwa langka dan dilindungi seperti Surili, Owa jawa, Macan Tutul dan beberapa jenis burung yang perlu dilindungi dan dilestarikan.
4.2. Kondisi Fisik Kawasan 4.2.1. Lokasi, Batas Kawasan dan Aksesibilitas Secara geografis Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) terletak antara 106051’ - 107002’ BT dan 6041’ – 6051’ LS. Secara administratif taman nasional ini termasuk dalam wilayah tiga kabupaten, yaitu Kabupaten Sukabumi,
Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur. TNGGP mempunyai luas 21.975 Ha dengan batas-batasnya adalah sebagai berikut : Sebelah Utara
: Wilayah Kabupaten Cianjur dan Bogor;
Sebelah Barat
: Wilayah Kabupaten Sukabumi dan Bogor;
Sebelah Selatan
: Wilayah Kabupaten Sukabumi;
Sebelah Timur
: Wilayah Kabupaten Cianjur.
Sumber : Balai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, tahun 2004
Gambar 8 Peta lokasi penelitian.
Aksesibilitas TNGGP relatif lebih bagus dibandingkan taman nasional lain, dikelilingi jalan raya propinsi yang menghubungkan beberapa kota besar di Jawa Barat seperti Bogor, Jakarta, Bandung dan sekitarnya. Dengan kondisi seperti ini, TNGGP mudah untuk dikunjungi dari daerah manapun di sekitar Jakarta, Bogor dan Bandung. TNGGP sebagai kawasan wisata memiliki beberapa pintu masuk. Berikut keterangan beberapa pintu masuk dapat dilihat pada Tabel 7.
33
Tabel 7 Informasi pintu masuk wisata ke kawasan TNGGP Pintu Masuk/ Resort
Jarak (km)
Waktu (Jam)
Jakarta-Ciawi/Bogor-Puncak-Cibodas
103
2,5
Bandung-Cianjur-Cipanas-Cibodas
90
3
Jakarta-Ciawi/Bogor-Puncak-CipanasGn.Putri
115
2,5
Bandung-Cianjur-Cipanas-Gn.Putri
93
3,5
Jakarta-Ciawi/Bogor-Sukabumi-Selabintana
156
3,5
Bandung-Cianjur-Sukabumi-Selabintana
92
3,5
- Bumi Perkemahan Pondok Halimun - Air terjun Cibeureum
Situgunung
Jakarta-Ciawi/Bogor-Cisaat-Situgunung Bandung-Cianjur-Sukabumi-CisaatSitugunung
135 161
3,5 4
- Telaga Situgunung - Air terjun Sawer
Bodogol
Jakarta-Ciawi/Bogor-Cicurug-Bodogol
61
2
Bandung-Cianjur-Puncak-Ciawi/BogorCicurug-Bodogol
125
4,5
Jakarta-Ciawi/Bogor-Cisarua
57
2
Bandung-Cianjur-Puncak-Cisarua
91
3,5
Cibodas
Gunung Putri
Selabintana
Cisarua
Jalur
Obyek Wisata
- Telaga Biru - Air terjun Cibeureum - Pendakian ke Puncak Gn.Gede dan Gn.Pangrango - Bumi Perkemahan Bobojong - Pendakian ke Puncak Gn.Gede dan Gn.Pangrango
- Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol - Air terjun Cipadaranten dan Air terjun Cisuren - Bumi Perkemahan Barubolang - Air terjun Beret
Sumber : Balai TNGGP
4.2.2. Topografi dan Geologi Kawasan TNGGP merupakan rangkaian gunung berapi, terutama Gunung Gede (2958 m dpl) dan Gunung Pangrango (3019 m dpl). Topografi bervariasi mulai dari landai hingga bergunung dengan kisaran ketinggian antara 700 m dan 3000 m dpl. Jurang dengan kedalaman sekitar 70 m banyak dijumpai didalam kedua kawasan tersebut. Sebagian besar kawasan TNGGP merupakan dataran tinggi tanah kering dan sebagian kecil merupakan daerah rawa, terutama di daerah sekitar Cibeureum yaitu Rawa Gayonggong. Pada bagian selatan kawasan yaitu daerah Situgunung, memiliki kondisi lapangan yang berat karena terdapatnya bukit-bukit (seperti bukit masigit) yang memiliki kemiringan lereng sekitar 20-80 %. Kawasan Gunung Gede yang terletak di bagian timur dihubungkan Gunung Pangrango oleh punggung bukit yang berbentuk
34
tapal kuda, sepanjang ± 2500 meter dengan sisi-sisinya yang membentuk lerenglereng curam berlembah menuju dataran Sukabumi, Bogor dan Cianjur. 4.2.3. Tanah Menurut Peta Tanah Tinjau Propinsi Jawa Barat skala 1:250.000, jenis tanah di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango terdiri dari a. Jenis tanah regosol dan litosol, terdapat pada lereng-lereng pegunungan yang lebih tinggi, berasal dari lava dan batuan hasil kegiatan gunung berapi. b. Jenis tanah asosiasi andosol dan regosol, pada lereng-lereng pegunungan yang lebih rendah c. Jenis tanah latosol coklat, pada lereng-lereng yang lebih bawah lagi
4.3.4. Iklim Menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson, iklim di kawasan ini termasuk tipe A dengan nilai Q antara 5-9. Kawasan TNGGP terletak didaerah terbasah di Pulau Jawa dengan curah hujan rata-rata tahunan berkisar antara 3000 – 4200 mm. Musim hujan terjadi pada bulan Oktober-Mei dengan curah hujan lebih dari 400mm. JuniSeptember merupakan bulan kering rata-rata curah hujan 100mm.
4.3.5. Hidrologi Kawasan TNGGP merupakan daerah tangkapan dan pemasok air yang sangat penting bagi daerah sekitarnya. Debit air yang dihasilkannya yaitu sekitar 8 milyar liter per tahun atau setara dengan 12 trilyun rupiah. Tidak kurang dari 1.075 sungai dan anak sungai yang mendistribusikan air di tiga Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu DAS Ciliwung, DAS Citarum dan DAS Cimandiri terdapat di dalam kawasan ini.
4.3. Kondisi Biologis Terdapat lima tipe ekosistem di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, yaitu : 1. Ekosistem Sub Montana terdapat pada ketinggian 1000-1500 mdpl 2. Ekosistem Montana terdapat pada ketinggian 1500-2400 mdpl 3. Ekosistem Sub Alpin terdapat pada ketinggian 2400-3019 mdpl
35
4. Ekosistem Kawah 5. Ekosistem Alun-alun 4.3.1. Flora Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mencatat tidak kurang dari 1500 jenis lumut hidup di kawasan pelestarian ini. Pada tahun 1859 Meijr seorang ahli biologi dari Belanda menemukan sekitar 900 jenis tumbuhan berbunga. Kato biologiawan dari Jepang menaksir kekayaan tumbuhan paku di kawasan ini sekitar 400 jenis.
Liem peneliti dari Phillipina mengungkapkan bahwa kawasan ini
ditumbuhi tidak kurang dari 120 jenis lumut kerak. Tidak kalah menariknya adalah komposisi dan struktur tumbuhan. Bila kita masuk di kawasan ini bisa menikmati perubahan paling tidak tiga tipe hutan, yaitu tipe Sub Montana (1000 s/d 1400 m dpl), Montana (1500 s/d 2400 m dpl.) dan Sub Alpin (2400 s/d 3019 m dpl.). Bunga abadi atau edelweis (Anaphalis javanica), banyak digemari sebagai lambang
keberhasilan pendakian dan lambang keabadian.
Raflesia (Rafflesia
rochussenii), banyak mengundang rasa penasaran orang karena langka dan unik serta endemik. Misteri keunikan bunga sembilan tahun (Strobilanthus cernua) sampai sekarang belum terungkap, bunga ini hanya hidup dan berbunga sembilan tahun sekali. Kantong semar (Nephentes gymnamphora) yang dikenal sebagai “Pembunuh Berdarah Dingin” unik dengan kantung penjebak serangga menggelantung diujung daun. Perut (Balanophora spp.), Kiaksara (Macodes petola), Pinang Jawa (Pinanga javana), Paku Sutra (Diksonia blumei) dan beberapa jenis lain sudah langka, unik dan menarik. 4.3.2. Fauna Menurut data yang ada, 260 dari 450 jenis burung di jawa bisa ditemukan di TNGGP.
Sebayak 21 dari 25 jenis endemik Jawa juga hidup di kawasan ini,
termasuk
Elang Jawa (Spizaetus bartelsi) yang telah diresmikan sebagai satwa
dirgantara. Macan tutul (Panthera pardus) merupakan predator terbesar di kawasan ini. Selain itu terdapat sekitar 110 jenis mamalia lain seperti Anjing Hutan (Cuon
36
alpinus), Kijang (Muntiacus muntjak), Owa (Hylobates moloch) dan Surili (Presbytis comata). Tercatat sekitar 75 jenis binatang melata berkembang di taman nasional ini, antara lain Bunglon (Pseudocalotes tymanistriga dan P. chamaeleontinus), Bengkarung (Mabuya multifasciata), Ular Sanca (Python reticulatus), Ular Hijau (Ahaetulla prasina). Tercatat sekitar 20 jenis amfibi, diantaranya Katak Bintik Merah (Leptophyre cruentata) yang endemik Jawa Barat, Katak Serasah (Megophrys montana), Katak Pohon (Rhacophorus reindwardti) dan Katak Bibir Putih (Rana chalconate). Tidak kalah menariknya berbagai jenis serangga. Seorang Zoologiawan asal Australia berhasil mengidentifikasi sebanyak 300 jenis serangga di kawasan ini. Beberapa diantaranya Tawon (Vespa velutina), Kumbang Kayu (Episcapha glabra), Bangbara (Bombus rufipes), Kupu-kupu Paris (Papillio paris), Kupu-kupu Ekor Panjang (Actias maenas).
4.4. Potensi Wisata Potensi wisata yang terdapat di dalam kawasan TNGGP ini beranekaragam, antara lain: a. Hidrologi Kawasan TNGGP merupakan daerah tangkapan dan pemasok air yang sangat penting bagi daerah sekitarnya. Debit air yang dihasilkan sekitar 8 milyar liter pertahun atau setara dengan 12 trilyun rupiah (Hasan, 2006). Tidak kurang dari 1075 sungai dan anak sungai yang mendistribusikan air di tiga (3) DAS Cimandiri terdapat di kawasan ini. Dalam rangka mendukung ekowisata, beberapa sungai telah dikembangkan untuk kegiatan wisata alam dan pendidikan lingkungan. b. Fenomena alam Puncak Gunung Gede (2.958 mdpl) dan Pangrango (3.019 mdpl), kawah, alunalun suryakencana merupakan fenomena alam yang sangat menarik dan merupakan tujuan wisata yang sangat digemari bagi wisatawan yang datang dikawasan ini. Tercatat 17 (tujuh belas) air terjun yang terdapat di kawasan ini, namun baru 8 yang
37
sudah dikenal dan dikunjungi seperti Cibeureum-Cibodas, Cibeureum-Selabintana, Curug Sawer, Curug Beret dan Cipadaranten. Selain air terjun fenomena alam seperti danau dan rawa juga merupakan potensi wisata yang cocok untuk dikembangkan seperti danau Situgunung dan rawa Gayonggong. c. Topografi yang Menantang Topografi ini bisa dilihat di KPA Gunung Puteri yang merupakan sebagian lereng Gunung Gede dengan topografi curam, bergunung-gunung dengan ketinggian 1.700 m sampai 2958 m. Keadaan topografi dan ketinggian yang bervariasi tersebut disertai pemandangan yang sangat indah, keanekaragaman hayati yang kaya dengan udara yang sejuk segar. d. Panorama Panorama merupakan rekreasi yang memikat, terutama bagi yang ingin melepaskan diri dari suasana sehari-hari. Pemandangan yang indah dan udara yang sejuk terdapat di sekitar KPA Cibodas terutama yang berbatasan dengan Kebun Raya Cibodas.
4.5. Kondisi Masyarakat Sekitar Sebagian besar masyarakat (kurang lebih 75%) di sekitar kawasan TNGGP bermata pencaharian di bidang pertanian (land based activities), sehingga memerlukan lahan dalam pelaksanaan kegiatannya sehari-hari. Namun, sekitar 40 % diantaranya adalah buruh tani yang tidak mempunyai lahan garapan dan tergantung pada lahan orang lain. Disamping itu, tingkat pemilikan lahan rata-rata perkeluarga relatif kecil, yaitu <0,25 ha sehingga intensitas garapan sangat tinggi.
Tingkat
pendidikan sebagian besar masyarakat tersebut (70 %) hanya sampai tingkat Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Kondisi sosial ekonomi masyarakat yang demikian menimbulkan berbagai permasalahan yang merupakan tekanan terhadap kawasan dan sumberdaya alam TNGGP
38
4.6. Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol berdiri pada akhir 1998, merupakan hasil kerjasama antara 3 lembaga : Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP), Conservation International Indonesia (CII), dan Yayasan Alam Mitra Indonesia (ALAMI). Ketiga lembaga ini bersepakat untuk membentuk Konsorsium Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol. Peran PPKA Bodogol menekankan pada usaha-usaha memperkenalkan hutan hujan tropis kepada masyarakat luas, khususnya kepada masyarakat yang berada di sekitar kawasan TNGGP. PPKA Bodogol berusaha memberikan penyadaran kepada khalayak bahwa menjaga kelestarian alam itu sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol termasuk ke dalam kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, dengan ketinggian sekitar 800 mdpl. Letak dan curah hujannya yang tinggi, menyebabkan wilayah ini mampu menopang keanekaragaman hayati yang tinggi. Berbagai jenis pohon, tumbuhan perambat dan epifit menyediakan tempat tinggal berbagai jenis satwa. Beberapa jenis satwa yang dilindungi yang ada di sekitar PPKA Bodogol antara lain : Elang Jawa (Spizaetus bartelsi), Surili (Presbytis comata ), Owa Jawa (Hylobates moloch), Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis), Lutung (Trachypithecus auratus), Kukang (Nyticebus koukang), Macan Tutul (Panthera pardus), dll.
4.7. Sarana dan Prasarana wisata Sarana dan prasarana wisata merupakan salah satu faktor pendukung dalam pengembangan ekowisata di TNGGP. Beberapa fasilitas ekowisata yang ada di TNGGP adalah loket karcis, ruang perijinan, papan informasi, MCK, Gazebo, Shelter, jalan trail dan sebagainya kondisinya tidak semua dalam keadaan baik, banyak juga yang mengalami kerusakan dimakan usia dan terbatasnya anggaran pemeliharaan seperti MCK, Shelter, Gazebo dan papan informasi/penunjuk/ larangan.
39
4.8. Struktur Organisasi Pengelolaan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dilaksanakan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor P.03/Menhut-II/2007 tanggal 1 Februari 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional. Berdasarkan tipologinya Balai Besar TNGGP termasuk kedalam Tipe A setingkat eselon II, dibantu oleh 5 pejabat eselon III meliputi Kepala Bagian Tata Usaha dan Kepala Bidang Teknis Konservasi yang berkedudukan di Kantor Balai Besar, Kepala Bidang Pengelolaan TN Wilayah I Cianjur, Kepala Bidang Pengelolaan TN Wilayah II Sukabumi dan Kepala Bidang Pengelolaan TN Wilayah III Bogor, 3 (tiga) Pejabat eselon IV berkedudukan di Kantor Balai (Kepala Sub Bagian Umum, Kepala Sub Bagian Perencanaan dan Program, serta Kepala Sub Bagian Data, Evaluasi, Pelaporan dan Hubungan Masyarakat), 2 (dua) Pejabat eselon IV sebagai Kepala Seksi di bawah Bidang Teknis berkedudukan di Kantor Balai, 3 (tiga) Pejabat eselon III sebagai Kepala Bidang Wilayah berkedudukan di Bidang Wilayah (Cianjur, Sukabumi dan Bogor), dan 2 Pejabat eselon IV untuk masingmasing bidang wilayah. Jumlah pegawai tahun 2007 sebanyak 121 orang terdiri atas 116 orang PNS dan 5 orang tenaga upah. Dari jumlah tersebut, 5 orang tenaga struktural, 44 orang tenaga non struktural dan tenaga fungsional berjumlah 67 orang yang terdiri atas 37 orang polhut dan 30 orang PEH.
4.9. Pengujung Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. 4.9.1 Kondisi Umum Pengunjung 7 Tahun Terakhir (tahun 2002-2008) Jumlah pengunjung TNGGP mengalami peningkatan tiap tahunnya, rata-rata jumlah pengunjung sebesar 70.850 orang/tahun, paling tinggi kunjungan yaitu tahun 2006 mencapai 83.360 orang (Tabel 8). Tetapi pada tahun 2007 jumlah pengunjung mengalami penurunan cukup pesat yaitu sebesar 67.980 orang (19%).
Menurut
informasi dari Balai TNGGP diperkirakan jumlah tersebut akan semakin menurun. Ada beberapa hal yang menyebabkan penurunan jumlah pengunjung salah satunya yaitu pembukaan tol cipularang yang menghubungkan antara jakarta dan bandung.
40
Selain itu pada tahun 2007 Kebun Raya Cibodas juga melakukan penutupan terhadap pengunjung karena memberikan kesempatan kepada kawasan untuk melakukan recovery dan hal ini juga berdampak pada berkurangnya jumlah pengunjung yang datang ke TNGGP.
Tabel 8 Jumlah pengunjung dan jenis kunjungan tahun 2002-Juni 2008
Thn
Rekreasi
Pendakian
Jenis Kunjungan Widyawisata/ Penelitian pendidikan
Berkemah
Lain-lain
Jumlah
DN
LN
DN
LN
DN
LN
DN
LN
DN
LN
DN
LN
DN
LN
2002
15,814
378
31,627
756
442
7
2,126
0
356
0
473
195
50,838
1,336
DN+ LN 52,174
2003
26,395
1,761
37,031
29
693
18
1,959
150
2,348
0
91
16
65,517
1,974
70,491
2004
60,169
1,129
6,453
0
213
0
1,481
18
4,754
0
3,666
0
76,736
1,147
77,883
2005
25,928
455
28,779
15
128
0
624
0
4,320
124
12,839
0
72,618
594
73,212
2006
33,515
363
45,518
70
229
3
510
0
2,435
3
2,714
0
82,921
439
83,360
2007
33,692
383
27,511
310
747
0
1,925
0
2,822
0
585
5
67,282
698
67,980
11,638
207
11,349
100
273
0
2,023
0
1,131
0
187
0
26,598
307
26,905
Juni 2008
Sumber : Kantor Balai TNGGP Keterangan : DN : Wisatawan Dalam Negeri LN : Wisatawan Luar Negeri
Menurut keterangan dari Balai TNGGP, jumlah pengunjung yang datang masih dibawah kapasitas daya dukung lingkungan TNGGP, walaupun besarnya kapasitas daya dukung tersebut belum diketahui secara pasti karena belum pernah dilakukan penelitian mengenai hal tersebut. Tetapi perhitungan daya dukung yang didasarkan pada perhitungan Douglas (1982), menyatakan bahwa daya dukung TNGGP sebesar 600 orang/hari. Hasil perhitungan tersebut digunakan oleh Balai TNGGP untuk penentuan quota jumlah pengunjung khusus pendakian, masing-masing untuk Cibodas sebanyak 300 orang, Gunung Putri 200 orang dan Selabintana 100 orang. Sedangkan jumlah quota untuk rekreasi sampai saat ini belum diberlakukan, kecuali untuk pengunjung yang melalui pintu masuk Bodogol memang sudah ada ketentuan pembatasan pengunjung. Fennel (1999) mengemukakan bahwa sulit untuk menyebut kapasitas daya dukung lingkungan dengan angka yang pasti karena setiap komunitas alam dan
41
budaya memiliki kapasitas daya dukung yang berbeda. Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan dalam penentuan daya dukung suatu kawasan adalah jenis pengunjung, kegiatan yang dilakukan pengunjung, tingkat harapan pengunjung, tingkat kepuasan serta besar kecilnya kemungkinan bertemu dengan rombongan lain. SITUGUNUNG, 10.4% SELABINTANA, 8.4% CISARUA, 0.9% BODOGOL, 3.2% CIBODAS, 55.3% GUNUNG PUTRI, 21.8%
Gambar 9 Persentase jumlah pengunjung TNGGP berdasarkan pintu masuk. Penyebaran jumlah pengunjung ke beberapa pintu masuk TNGGP tidak merata, hal ini bisa dilihat pada Gambar 9. Sebesar 55,3% pengunjung masuk melalui pintu Cibodas, sedangkan 21,8% pengunjung masuk melalui pintu masuk Gunung Puteri dan Pintu masuk Cisarua jumlah pengunjungnya paling sedikit yaitu 0,9%. Perbedaan jumlah pengunjung yang cukup besar di beberapa pintu masuk ini disebabkan karena pintu Cibodas memiliki beberapa keunggulan dalam hal aksesibilitas, kesediaan fasilitas serta obyek yang dapat dikunjungi Selain penyebaran pengunjung yang tidak merata, perilaku pengunjung saat berekowisata juga merupakan indikator keberhasilan promosi. Perilaku pengunjung yang bersifat positif sehingga mendukung pelestarian TNGGP sebagai kawasan konservasi merupakan hasil yang diharapkan dari promosi. Penelitian Arif (2004) menunjukkan bahwa jumlah pengunjung TNGGP yang mempunyai kualitas kesadaran konservasi yang tinggi hanya 23%, sedangkan pengunjung yang mepunyai tingkat kepedulian yang tinggi terhadap TNGGP hanya 37%. Hal ini juga ditunjukkan oleh penelitian Pranoto (2001) bahwa masih ada
42
pengunjung TNGGP yang melakukan kegiatan negatif seperti memetik daun/bunga, mematahkan ranting/dahan, mengganggu satwa, melakukan corat-coret (vandalisme) dan membuang sampah dalam kawasan. Jumlah sampah rata-rata dalam satu bulan yang berada di luar tempat sampah sebanyak 3,525 kg.
4.9.2. Pengunjung Berdasarkan Tujuan Kedatangan LA IN-LA IN 5.26% B ERKEM A H 4.38% WIDYA SWA RA /P EN DIDIKA N 2.25% P ENELITIA N 0.63%
REKREA SI 42.49%
P ENDA KIA N 44.99%
Gambar 10 Persentase pengunjung TNGGP berdasarkan tujuan kedatangannya.
Gambar 10 menunjukkan sebanyak 425.100 orang pengunjung dari tahun 2002 s/d 2007, pengunjung yang datang untuk pendakian menempati urutan tertinggi yaitu sebesar 44,99%, rekreasi sebesar 42,49%, lain-lain 5,36%, berkemah 4,38%, widyawisata/pendidikan sebesar 2,25% dan penelitian sebesar 0,63%.
43
STRUKTUR ORGANISASI BALAI BESAR TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO BALAI BESAR TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO
BAGIAN TATA USAHA TNGGP
SUB BAGIAN UMUM
BIDANG TEKNIS KONSERVASI TNGGP
SEKSI PERLINDUNGAN, PENGAWETAN & PERPETAAN
SP TNGGP WILAYAH I CIBODAS
Resort Resort Resort Mandalawangi Pasir Sumbul Gunung Putri
SP TNGGP WILAYAH II GEDEH
Resort Maleber
Resort Cijoho
SUB BAGIAN DATA, MONEV & HUMAS
BIDANG PENGELOLAAN TNGGP WILAYAH II SUKABUMI
BIDANG PENGELOLAAN TNGGP WILAYAH I CIANJUR
SEKSI PEMANFAATAN DAN PELAYANAN
SUB BAGIAN PERENCANAAN & KERJASAMA
Resort Resort Resort Sarongge Sukamulya Tegallega
SP TNGGP WILAYAH IV SITUGUNUNG
SP TNGGP WILAYAH III SELABINTANA
Resort Selabintana
Resort Cipetir
Resort Goalpara
BIDANG PENGELOLAAN TNGGP WILAYAH III BOGOR
Resort Nagrak
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
Gambar 11 Struktur Organisasi Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
Resort Resort Situgunung Cimungkad
Resort Genteng
SP TNGGP WILAYAH V BODOGOL
Resort Cireudeu
Resort PPKAB
Resort Bodogol
Resort Cimande
SP TNGGP WILAYAH VI TAPOS
Resort Resort Cisarua Cimisblung
Resort Tapos
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Promosi yang Telah Dilaksanakan Berbagai upaya telah dilaksanakan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP)
guna
mengembangkan
kegiatan
ekowisata,
diantaranya
dengan
meningkatkan kegiatan promosi. Menurut Cooper (1999) terdapat 4 komponen bauran promosi, yaitu periklanan, promosi penjualan, hubungan masyarakat dan penjualan secara pribadi oleh TNGGP.
5.1.1. Periklanan Media periklanan ada beberapa macam, yaitu iklan cetak dan penyiaran, brosur, leaflet, buku kecil, billboard dan materi audio visual. Untuk kegiatan ekowisata, TNGGP saat ini sudah membuat beberapa bahan cetakan baik yang berbentuk buku, leaflet, booklet maupun peta. Bahan-bahan tersebut ada yang dibuat oleh pihak TNGGP sendiri maupun bekerjasama dengan pihak lain. Adapun judul bahan promosi ekowisata TNGGP yang berbentuk cetakan dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9 Bahan promosi cetakan mengenai TNGGP No
Judul
Penerbit/tahun
Keterangan
1
Buku Informasi Wisata Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
Balai TNGGP tahun 2006
Buku berisi informasi potensi wisata TNGGP, tata tertib kunjungan dan prosedur ijin memasuki kawasan
2
Valuation of Mt Gede Pangrango National Park
Balai TNGGP tahun 2004
Buku berbahasa inggris berisi tentang nilai ekonomi gunung gede pangrango
3
Mengenal Bryophyta (lumut) di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Vol I
Balai TNGGP tahun 2004
Buku berisi tentang informasi umum mengenai lumut, kunci pengenalan jenis lumut, deskripsi jenis lumut di TNGGP serta istilah-istilah dalam pengenalan jenis lumut
4
Mengenal Jalur Interpretasi Obyek Wisata Alam Taman Nasional Gunung Gede Pangrango ECOMAP-Pengembangan Wisata di Wilayah Cagar
Balai TNGGP tahun 2006
Buku berisi jalur interpretasi Pondok Halimun-Cibeureum, Bodogol-Cipadarateun dan Cibodas-Ciwalen
Balai TNGGP tahun 2006
Buku berisi tentang potensi wisata sekitar TNGGP berupa aneka ragam budaya, seni,
5
Balai TNGGP tahun 2004
dapt istiadat dan kebiasaan lainnya. Modul Pendidikan Lingkungan Hidup Balai TNGGP
Buku Informasi FLORA Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Wisata Pendakian
Balai TNGGP tahun 2006
Buku berisi tentang jenis-jenis flora di TNGGP dan manfaatnya
Balai TNGGP tahun 2007
Leaflet berisi tentang ketentuan, persyaratan simaksi, dan penutupan pendakian serta rute menuju puncak Gunung Gede Pangrango
9
Pendakian Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
Balai TNGGP tahun 2006
Leaflet berisi tentang informasi obyek wisata di pintu masuk Cibodas dan ketentuan umum pendakian
10
Katak di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
Fak Kehut IPB, BP Conservation & Balai TNGGP
Leaflet berbahasa Indonesia dan inggris tentang keanekaragaman jenis katak di TNGGP
11
Obyek Wisata Bumi Perkemahan Baru Bolang Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol
Balai TNGGP tahun 2005
Leaflet berisi informasi program kegiatan di bumi perkemahan barubolang, aksesibilitas, fasilitas, dan tata tertib kunjungan
Balai TNGGP tahun 2007
Leaflet berisi tentang pengenalan PPKA Bodogol, lokasi, fasilitas dan penawaran paket program pendidikan
13
Bird Checklist Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
Leaflet berisi tentang daftar pertanyaan jenisjenis burung di TNGGP yang dijumpai oleh pengungjung
14
Camping Ground
Ginapala Ind, Garuda Wana Scan, PBB-LIPI, Balai TNGGP Balai TNGGP tanun 2007
15
Pencegahan Hutan
Kebakaran
Balai TNGGP tahun 2005
Leaflet berisi tentang upaya pencegahan kebakaran hutan
16
Hiking To Cibeureum Triple Waterfalls
Balai TNGGP dan JICA tahun 2007
Leaflet berbahasa jepang berisi informasi tentang obyek wisata air terjun
Obyek Wisata Bumi Perkemahan Pondok Halimun Selabintana Sumber : Balai TNGGP
Balai TNGGP tahun 2006
Leaflet berisi informasi mengenai informasi umum, program kegiatan dan tata tertib kunjungan
6
7
8
12
17
Biosfer. Seri Cianjur Perkemahan Konservasi dan School Visit Paket Dasar
Leaflet berisi tentang informasi bumi perkemahan Cipelang Pondok Halimun, bumi perkemahan Borubolang dan bumi perkemahan Bobojong
Sebagian besar bahan cetakan (80%) dibuat sendiri oleh Balai TNGGP, hanya beberapa saja yang dibuat bekerjasama dengan pihak lain. Gambar 12 menyajikan
46
beberapa sampul buku yang berkaitan dengan kegiatan ekowisata di TNGGP dan Gambar 13 menyajikan beberapa bahan promosi berbentuk leaflet. Bahan-bahan promosi cetakan tersebut penyebarannya selain diberikan kepada pengunjung TNGGP juga disebarkan pada saat mengikuti pameran. Sampai saat ini penyebaran dengan mengirimkan langsung (direct mailing) ke beberpa pihak baik perseorangan maupun lembaga yang menjadi sasaran kegiatan ekowisata belum rutin dilakukan.
Gambar 12 Beberapa sampul buku mengenai kegiatan ekowisata di TNGGP.
Gambar 13 Beberapa leaflet tentang TNGGP. Pemasangan iklan di media baik media cetak maupun elektronik masih jarang dilakukan karena biaya pemasangannya yang cukup mahal. Iklan di media televisi sudah pernah tayang di beberapa stasiun televisi yang merupakan hasil kerjasama antara Balai TNGGP dengan stasiun televisi tersebut. Dalam hal ini, Balai TNGGP menyediakan tempat untuk berlangsungnya suatu program televisi terutama yang berkaitan dengan konservasi dan wisata alam. Sebenarnya banyak acara di televisi yang berkaitan dengan wisata alam yang bisa dimanfaatkan untuk mempromosikan ekowisata di TNGGP antara lain Jejak Petualang (TV 7), Horizon (Indosiar), Potret (SCTV), Jelajah (Trans TV) dan Expedition (Metro TV).
47
Pemasangan billboard mengenai TNGGP di tempat-tempat strategis sepanjang jalan menuju kawasan TNGGP belum dilakukan. Saat ini hanya ada satu billboard yang dipasang dijalan menuju TNGGP. Keberadaan billboard ini sebenarnya cukup penting mengingat keberadaan TNGGP sendiri yang sampai saat ini masih belum dikenal secara luas oleh masyarakat umum. Materi audio visual mengenai TNGGP sudah dibuat berupa video yang berisi berbagai potensi yang ada di TNGGP termasuk berbagai obyek yang berpotensi untuk kegiatan ekowisata. 5.1.2. Promosi Penjualan Terdapat beberapa media promosi penjualan, yaitu pameran, potongan harga dan hiburan. Dari ketiga bentuk promosi tersebut, penyelenggaraan hiburan dirasa kurang sesuai untuk mempromosikan kegiatan ekowisata. Hal ini karena adanya hiburan akan mengundang keramaian yang tidak sesuai dengan prinsip dasar kegiatan ekowisata. Pameran merupakan kegiatan yang rutin diikuti oleh TNGGP, baik pameran di tingkat kabupaten, yaitu Cianjur, Bogor dan Sukabumi maupun tingkat propinsi seperti Expo Jawa Barat tahun 2001, Jawa Barat Travel Exchange (JT’X 2002) dan Pameran Bursa Pariwisata pada Mei 2002 di Bandung. Sedangkan pameran tingkat nasional yang pernah diikuti adalah Pasar Wisata Internasional di Jakarta sebagai bagian anjungan Jawa Barat. Pameran tingkat internasional, keikutsertaan TNGGP adalah melalui Departemen Kebudayaan dan Pariwisata serta melalui LSM seperti Indecon yang membawa berbagai produk ekowisata indonesia ke beberapa pameran internasional. Promosi penjualan melalui potongan harga dilakukan oleh Balai TNGGP dalam bentuk potongan harga untuk wisma tamu, asrama dan rombongan yang akan rekreasi ke air terjun. Potongan harga wisma tamu dan asrama diberlakukan kepada mereka yang khusus bekerja di Departemen kehutanan, sedangkan untuk potongan harga tiket dikenakan bagi rombongan yang jumlahnya minimal 25 orang. Adapun rincian pemotongan harga tersebut disajikan dalam Tabel 10.
48
Tabel 10 Potongan harga di wisma tamu, asrama dan tiket rombongan ke air terjun No 1 2 3
Kriteria Wisma Tamu Asrama Tiket rombongan air terjun cibeureum
Pelayanan 5 kamar Kapasitas 25 orang Minimal 25 orang
Harga (Rp) Dengan Normal Potongan 850.000/malam 500.000/malam 600.000/malam 400.000/malam 3.000/orang 1.500/orang
Sumber : Balai TNGGP
Kebijakan potongan harga ini dilakukan selain sebagai suatu strategi promosi khususnya untuk wisata massal. Untuk potongan harga di wisma tamu, sebaiknya jangan dikhususkan untuk pegawai Departemen Kehutanan saja tetapi juga berlaku untuk umum, dengan memberlakukan harga yang berbeda antara peak season dan low season.
5.1.3. Promosi Melalui Hubungan Masyarakat Kegiatan promosi lain adalah melalui hubungan masyarakat (humas). Beberapa media dari humas adalah seminar dan ceramah, siaran pers, laporan tahunan, publikasi dan media identitas. Kegiatan humas yang sudah pernah dilakukan oleh Balai TNGGP antara lain adalah dengan mengadakan seminar secara rutin setiap tahunnya untuk memaparkan berbagai kegiatan yang telah dilaksanakan di TNGGP termasuk kegiatan ekowisatanya. Seminar ini dilaksanakan dengan mengundang berbagai pihak yang terkait dengan kegiatan ekowisata di TNGGP. Penerbitan media identitas juga dilaksanakan oleh Balai TNGGP melalui pembuatan buletin yang bernama “Edelweis”. Buletin ini berisi berita-berita terbaru mengenai TNGGP dan masalah-masalah konservasi secara umum. Buletin ini terbit 2 bulan sekali, tetapi dalam pelaksanaannya waktu terbitnya tidak teratur karena masalah dana yang cair tidak tepat pada awal tahun anggaran. Tetapi Balai TNGGP tetap mengusahakan agar buletin dapat terbit 6 kali dalam setahun. Kegiatan mengundang wartawan media cetak dan elektronik belum dilakukan secara intensif oleh balai TNGGP, sehingga tidak heran apabila tulisan mengenai TNGGP dari tahun 2000-2007 yang terdaftar di Pusat Dokumentasi dan Informasi Departemen Kehutanan hanya sebanyak 32 judul. Komposisi topik tulisan di media
49
massa mengenai TNGGP dapat dilihat pada Gambar 14. Keduapuluh media massa tersebut adalah Agroindonesia, Bisnis Indonesia, Bussiness News, Investor Daily, Jakarta Post, Kompas, Koran Tempo, Media Indonesia, Neraca, Pelita, Pikiran Rakyat, Rakyat Merdeka, Republik, Sinar Harapan, Suara Karya, Suara Pembaruan, Terbit, Majalah Gatra, Majalah Tempo dan Majalah Trust. Beberapa guntingan media cetak tersebut dapat dilihat pada Lampiran 3.
Komposisi Topik Tulisan Mengenai TNGGP di 20 Media Cetak tahun 2000-2007
PENGELOLAAN 43,80%
EKOWISATA 46,90%
FLORA DAN FAUNA 9,30%
Gambar 14 Persentase komposisi topik tulisan mengenai TNGGP. Topik tulisan mengenai ekowisata/wisata alam merupakan topik yang paling banyak ditulis di media massa yaitu sebesar 46,9%, sedangkan untuk topik mengenai pengelolaan sebesar 43,8% dan topik mengenai flora dan fauna sebesar 9,3%.
5.1.4. Penjualan Secara Pribadi Penjualan secara pribadi mencakup presentasi penjualan, katalog, pemasaran lewat telepon, pengiriman bahan cetakan, email dan internet. Kegiatan yang sudah dilakukan TNGGP adalah melalui internet khususnya melalui situs TNGGP (www.gedepangrango.org) yang baru tahun ini dibuat. Situs tersebut berisi informasi umum dan berita-berita terbaru mengenai TNGGP. Tetapi ternyata di internet sudah cukup banyak situs yang berisi informasi dan publikasi mengenai ekowisata di TNGGP. Tabel 11 menyajikan beberapa situs di internet mengenai TNGGP.
50
Situs-situs tersebut dibuat oleh lembaga resmi seperti Departemen Kehutanan, Conservation International Indonesia (CII), LSM, dan beberapa Tour Operator maupun beberapa penulis yang menceritakan pengalamannya dalam melakukan ekowisata di TNGGP. Bahkan terdapat situs mengenai TNGGP yang dapat diakses dalam beberapa bahasa yang dilengkapi dengan contact person yang pernah berkunjung ke TNGGP yang bisa dihubungi untuk mendapatkan informasi lebih lengkap mengenai TNGGP. Beberapa contoh printout situs tersebut dapat dilihat pada Lampiran 4.
Tabel 11 Beberapa situs di internet mengenai TNGGP No
Judul
URL(http://...)
Keterangan
1.
Gunung Gede Pangrango National Park
http://www.geocities.com/rainforest/4466/i ndex.html
Informasi umum mengenai TNGGP
2.
Bodogol, Taman Nasional Gede Pangrango
htt/://www.conservation.or.id/home.php? bnnhcatid=25&page=gpeluang.detail&tcati d=36
Informasi mengenai PPKAB
3
Mount Gede and Pangrango Trekking
http://www.indonesiatrekking.com/index.php/volcanotrekking/mount-gede-and-pangrangotrekking.html
4
Mountain Trek : GEDE MOUNTAIN TREK AND WHITE WATER RAFTING
http://www.adventureindonesia.com/trekgede-itinerary.htm
Penawaran paket pendakian selama 3 hari, yang masuk melalui Cibodas dan turun lewat Gunung Puteri Informasi peket ekowisata ke TNGGP
5
Gunung Gede Pangrango National Park
http://www.indecon.or.id/ecosites/pangran go.html
Informasi umum mengenai TNGGP
6
Bodogol Conservation Education Center
http://www.eco-adventureindonesia.com/
7
Gunung Gede Pangrango National Park
http://nationalpark.na.funpic.org/index.php ?option=com_content&task=view&id=7&I temid=34
Informasi yang cukup lengkap mengenai TNGGP
8
Gunung Gede Pangrango National Park
http://www.surfbirds.com/mb/Trip%20Rep orts/Java.html
Informasi menegani obyek-obyek wisata di TNGGP
Sumber : Internet
51
Keberadaan situs-situs tersebut sangat membantu promosi ekowisata TNGGP terutama dalam menjangkau konsumen yang ada di luar negeri serta kalangan menengah keatas karena mereka memiliki kemudahan dalam mengakses internet. Menurut Perkiraan resmi Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) jumlah pemakai internet sampai akhir tahun 2007 berjumlah 25 juta pemakai. Diharapkan dengan pembuatan situs baru TNGGP bisa menjadi media promosi yang efektif.
Gambar 15 Website TNGGP. Presentasi mengenai kegiatan ekowisata di TNGGP belum pernah dilaksanakan sendiri oleh Balai TNGGP, tetapi sudah pernah dilakukan oleh Conservation Internatinoal Indonesia (CII) di sekolah dan lembaga pendidikan yang ada di Bogor dan Jakarta. Presentasi penjualan ini khusus ekowisata yang ada di Bodogol. Presentasi ini dimaksudkan untuk memperkenalkan TNGGP langsung ke orang-orang yang potensial untuk menjadi ekowisatawan. Penjualan pribadi melalui katalog, pemasaran lewat telepon, pengiriman bahan cetakan dan email belum dilaksanakan dalam mempromosikan kegiatan ekowisata di TNGGP.
5.1.5. Promosi oleh Pihak Pemerintah Daerah (Pemda) TNGGP yang wilayahnya berada di 3 kabupaten yaitu, Cianjur, Bogor dan Sukabumi tentu memerlukan peran serta dari ketiga Pemerintah Daerah tersebut dalam pengembangan kegiatan wisatanya. Ketiga Kabupaten tersebut telah sepakat membangun pariwisata berkelanjutan di TNGGP, kesepakatan tersebut tertuang dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) Kementrian Lingkungan Hidup RI No:B-
52
06/Dep.VII/Lh/07/2004 tentang ”Penyelenggaraan Program Penerapan Teknologi Ramah Lingkungan dalam Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan di TNGGP”. Tujuan kerjasama tersebut adalah untuk meningkatkan dan melestarikan fungsi lingkungan dan daya guna TNGGP menjadi suatu kawasan yang menarik bagi wisatawan sehingga dapat mendorong peningkatan perekonomian daerah dan kesejahteraan masyarakat. Dari hasil pengumpulan data dan wawancara diketahui bahwa masing-masing Pemda memiliki kebijakan yang tidak sama berkaitan dengan keberadaan TNGGP di wilayahnya yang tentunya berpengaruh juga pada kegiatan promosi yang dilaksanakan. Pemda Kabupaten Cianjur memiliki perhatian yang sangat besar terhadap TNGGP, karena hampir 90% retribusi obyek wisata yang diperoleh berasal dari TNGGP dan sekitarnya yaitu Kebun Raya Cibodas yang berada dibawah pengelolaan LIPI dan THW Mandalawangi milik Perum Perhutani. Perhatian yang besar juga ditunjukkan oleh keseriusannya untuk menerapkan karcis terusan karena selama ini ketiga pengelola obyek wisata tersebut masih melakukan penarikan tiket sendirisendiri. Perhatian lain yaitu tampak diikutsertakannya TNGGP dalam berbagai kegiatan promosi pariwisata yang dilaksanakan Pemda Cianjur, seperti pameran maupun dalam bahan-bahan cetakan berupa leaflet dan buku wisata yang mempromosikan obyek-obyek wisata di TNGGP.
Gambar 16 Bahan-bahan promosi pemda Cianjur, Bogor dan Sukabumi.
53
Pemda Kabupaten Bogor sangat mendukung keberadaan TNGGP sebagai aset wisata unggulan di Jawa Barat, hal ini ditunjukkan oleh adanya pencantuman obyekobyek wisata yang ada di TNGGP kedalam buku ”Profile Pariwisata Kabupaten Bogor”.
Tabel 12 Jumlah wisatawan dan retribusi tempat rekreasi tiga kabupaten tahun 2007 No
Kriteria
Kabupaten Cianjur
Bogor
Sukabumi
1
Jumlah wisatawan (orang)
1.409.602
2.120.019
1.802.278
2
Retribusi Tempat Rekreasi (Rp)
930.775.000
326.158.000
256.883.000
Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur, Bogor dan Sukabumi
Pemda Kabupaten Sukabumi dalam pengembangan pariwisatanya lebih mengutamakan pada kawasan-kawasan wisata yang pengelolaanya ditangani secara langsung oleh Pemda sehingga perhatian terhadap TNGGP masih sangat terbatas, tetapi pada intinya juga mendukung keberadaan TNGGP sebagai kawasan konservasi dan mencantumkan informasi obyek wisata kedalam bahan-bahan promosi yaitu leaflet maupun VCD mengenai tujuan wisata di Kabupaten Sukabumi.
5.1.6. Promosi oleh LSM Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang berkiprah di TNGGP cukup banyak, tetapi sampai saat ini yang masih aktif hanya beberapa LSM saja, diantaranya Conservation International Indonesia (CII), Yayasan Alam Mitra Indonesia, Green Ranger, CIBA, Montana, Eagle, Yayasan Survival Indonesia (YSI), Panthera, Suling. CII mempunyai peranan besar dalam mempromosikan ekowisata di TNGGP
dengan
membuat
berbagai
tulisan
di
dalam
websitenya
(www.conservation.or.id), terutama semenjak kerjasama dalam bentuk konsorsium PPKAB baru terjalin. CII melakukan promosi secara intensif, tetapi semenjak tahun 2003 CII tidak melakukan upaya promosi lagi. Saat ini promosi dilakukan sendiri
54
oleh balai TNGGP, peran CII hanya memberi masukan terhadap program-program yang sudah dan akan dilaksanakan, khususnya di Bodogol. Belum ada LSM yang secara khusus berperan dalam pemasaran/promosi ekowisata di TNGGP, kebanyakan dari mereka hanya menginformasikan potensi wisata yang ada di TNGGP, baik melalui internet maupun melalui mulut ke mulut.
5.1.7. Promosi oleh Biro Perjalanan Wisata Terdapat sekitar sembilan Biro Perjalanan Wisata (BPW) yang menawarkan paket-paket ekowisata seperti Adventure Indonesia, Indonesia Trekking, Ecoadventure Indonesia, adventurindo, Nature Trekker Indonesia, Sunburstadventure, Liburan.info, Trips Indonesia dan Indonesia Travelindo ikut mempromosikan ekowisata di TNGGP melalui situsnya di internet. BPW ini membuat paket-paket perjalanan ke TNGGP secara khusus maupun menjadi bagian dari perjalanan ke berbagai obyek ekowisata di Indonesia. Sampai saat ini belum ada kerjasama antara BPW tersebut dengan Balai TNGGP. Beberapa BPW yang menawarkan paket ekowisata ke TNGGP di internet dapat dilihat pada Gambar 17.
Gambar 17 Beberapa biro perjalanan wisata
5.1.8. Permasalahan dalam Pelaksanaan Promosi Kegiatan promosi ekowisata di TNGGP masih mengalami banyak permasalahan dalam pelaksanaannya, antara lain : 5.1.8.1 Terbatasnya dana yang tersedia Dana merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan suatu promosi, semakin banyak dana yang tersedia biasanya semakin berhasil promosi yang
55
dilakukan, begitu pula sebaliknya. TNGGP sendiri belum mempunyai dana khusus untuk promosi, saat ini dana yang dianggarkan hanyalah dana untuk membuat bahanbahan cetakan yang jumlahnya sangat kecil yaitu 60 juta/tahun, dan dana itupun turunnya dari pusat tidak pada awal tahun anggaran tetapi pada pertengahan bahkan mendekati akhir tahun anggaran sehingga berbagai rencana promosi yang telah dibuat untuk satu tahun anggaran tidak dapat dilaksanakan dengan semestinya karena adanya keterbatasan waktu. 5.1.8.2. Karakteristik TNGGP sebagai Kawasan Konservasi Hal ini juga menjadi salah satu penghambat bagi pihak pengelola dalam melakukan kegiatan promosi. Karena statusnya sebagai kawasan konservasi maka pihak pengelola harus selalu memperhatikan keseimbangan antara pengunjung dan kawasan. Promosi yang dilakukan tidak hanya untuk menarik pengunjung sebanyakbanyaknya guna memperoleh keuntungan yang besar, tetapi disini pengelola sematamata hanya memfasilitasi pengunjung dan tujuan akhirnya adalah menumbuhkan kesadaran pengunjung akan pentingnya konservasi kawasan. 5.1.8.3. Penyebaran bahan-bahan cetakan yang tidak tepat kepada sasaran Masalah ini dialami oleh pihak TNGGP karena tidak ada dana yang digunakan untuk melakukan penyebaran bahan-bahan cetakan. Penyebaran bahan cetakan diberikan kepada pengunjung dan pada saat mengadakan pameran sehingga bahan-bahan tersebut hanya sampai ke sebagian masyarakat, tidak sampai kepada pengunjung potensial.
5.2. Persepsi Pengunjung Terhadap Upaya Promosi 5.2.1. Sumber Informasi Pengunjung Sebagian besar pengunjung (71%) menyatakan memperoleh informasi tentang TNGGP hanya dari mulut ke mulut, yaitu dari saudara atau teman (Gambar 18). Sebanyak 14% memperolehnya dari media cetak dan hanya sedikit yang memperoleh informasi dari sekolah/tempat kerja (11%), sedangkan dari media elektronik hanya 4%.
56
Sekolah/tempat kerja, 11%
Media cetak, 14.00% Media elektronik (internet), 4.00%
Cerita dari orang (saudara, teman), 71%
Gambar 18 Persentase sumber informasi obyek wisata di TNGGP Untuk mengetahui sejauh mana media promosi diketahui oleh pengunjung, maka dilakukan juga penilaian terhadap pengetahuan pengunjung khususnya mengenai media yang digunakan untuk mempromosikan wisata di TNGGP.
Tabel 13 Penilaian pengunjung terhadap komponen bauran promosi Media
A. Periklanan 1. Koran 2. Majalah 3. Leaflet dan brosur 4. Radio 5. TV 6. Billboard B. Promosi Penjualan 1. Pameran 2. Potongan harga 3. Hiburan C. Hubungan Masyarakat 1. Seminar 2. Ceramah 3. Siaran Pers D. Penjualan secara pribadi 1. Presentasi penjualan 2. Telepon 3. Email 4. Internet Sumber : Hasil wawancara
Kriteria >5 kali (orang)
2-3 kali (orang)
Tidak pernah (orang)
3 5 12 2 3 0
18 12 15 11 22 12
79 83 73 87 75 78
7 1 0
15 7 0
78 92 100
1 1 3
16 5 13
83 94 84
1 1 5 6
5 7 8 25
94 92 89 69
57
Tabel 13 menunjukkan bahwa untuk media periklanan, sebanyak 22% pengunjung mendapatkan informasi dari TV, koran (18%) dan leaflet&brosur (15%). Media untuk promosi penjualan yang cukup efektif adalah dengan mengadakan pameran, sebayak 15% orang mendapat informasi dari pameran. Media hubungan masyarakat, sebanyak 16% pengunjung mendapat informasi dari seminar, dan sebanyak 15% dari siaran pers. Sedangkan untuk penjualan pribadi, internet merupakan media yang cukup efektif untuk mempromosikan wisata di TNGGP karena sebanyak 25% pengunjung memperoleh informasi dari internet. Dapat disimpulkan
bahwa
75%
keatas
media
promosi
yang
digunakan
untuk
mempromosikan wisata TNGGP baik itu periklanan, promosi penjualan, hubungan masyarakat dan penjualan secara pribadi belum pernah dilihat/didengar oleh sebagian besar pengunjung. 5.2.2. Penilaian Pengunjung Terhadap Sarana dan Prasarana TNGGP dalam Konteks Promosi Sarana dan prasarana dapat berfungsi sebagai faktor pendukung dalam menyampaikan suatu informasi. Ketersediaan sarana dan prasarana yang cukup memadai sangat diperlukan dalam rangka memberikan pelayanan, kemudahan dan kenyamanan bagi pengunjung.
Tabel 14 Penilaian pengunjung terhadap sarana dan prasarana TNGGP No 1 2 3 4 5 8
Aspek Penilaian
Canopy Trail Wisma Cinta Alam Jembatan Kayu Pusat Informasi Shelter Kondisi Entrance Gate s/d Resort Cibodas 6 Kantin 7 MCK Sumber : Hasil wawancara
Baik Jumlah 8 23 10 11 5 26 3 2
(%) 8 23 10 11 5 26 3 2
Cukup Jumlah 40 57 59 52 32 68 28 27
(%) 40 57 59 52 32 68 28 27
Kurang Jumlah (%) 52 52 20 20 31 31 37 37 63 63 26 26 69 71
69 71
Sebesar 52% pengunjung menilai canopy trail dalam kondisi kurang, padahal canopy trail ini merupakan salah satu sarana wisata yang bisa dijadikan unggulan.
58
Sarana lain yang dinilai kurang oleh pengunjung adalah shelter (63%), MCK (71%), dan kantin (68%). Sarana wisata lain yang dinilai pengunjung dalam keadaan cukup yaitu Pusat informasi (52%), jembatan kayu (59%), wisma cinta alam (57%) dan kondisi entrance gate menuju resort Cibodas (68%) dalam kondisi cukup baik. Kriteria yang digunakan untuk menilai kondisi sarana dan prasarana dalam keadaan baik, cukup, dan kurang antara lain dari sisi fungsinya masih sama seperti waktu dibangun, dari aspek kenyamanan, aspek pendidikan, aspek pemeliharaan, dll. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa sarana dan prasarana cukup mendukung kegiatan ekowisata tetapi pemeliharaannya sangat kurang. Sebagai informasi bahwa untuk MCK dan kantin ini dibutuhkan oleh wisatawan massal, karena untuk ekowisatawan hal tersebut tidak menjadi keharusan.
5.3. Evaluasi Terhadap Promosi Yang Telah Dilaksanakan Evaluasi terhadap promosi yang telah dilakukan oleh TNGGP salah satunya dilakukakan dengan menggunakan Standar Operasional Prosedur (SOP) Promosi yang dikeluarkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Barat. Standar promosi untuk produk wisata yaitu ; 1. Standar 1, promosi produk wisata Melalui periklanan dalam iklan cetak dan siaran Melalui periklanan packaging outer Melalui packaging insert Melalui film, poster dan selebaran Melalui directory Melalui display signs Melalui audio visual 2. Standar 2, promosi penjualan produk wisata Konteks, permainan dan hadiah Pasar malam, pameran Demonstrasi
59
3. Standar 3, publisitas produk wisata Seminar Melalui majalah Publikasi Hubungan masyarakat
Promosi kegiatan wisata di TNGGP secara keseluruhan sudah memenuhi SOP yang dikeluarkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat. Tetapi SOP yang dikeluarkan sebagian besar merupakan SOP promosi untuk wisata massal, sampai saat ini belum ada SOP promosi untuk ekowisata. Sehingga untuk melakukan evaluasi terhadap promosi ekowisata, digunakan juga komponen bauran promosi, yaitu :
(1). Periklanan Promosi secara iklan seperti yang telah dilaksanakan selama ini dengan pembuatan bahan-bahan cetakan harus terus dilakukan tetapi yang harus diperhatikan adalah penyebarannya. Harus diupayakan agar bahan cetakan tersebut dapat sampai pada konsumen yang menjadi sasaran kegiatan promosi ekowisata. Penyebaran bahan cetakan seharusnya dilakukan dengan bekerjasama dengan berbagai pihak yang terkait seprti Dinas Pariwisata, biro perjalanan, agen wisata, dll, dan juga penyebaran dengan cara pengiriman langsung ke sasaran baik perseorangan maupun lembaga yang dianggap potensial untuk menjadi ekowisatawan. Bentuk iklan lain yang belum dilaksanakan adalah pemasangan billboard di tempat-tempat strategis. Billboard ini merupakan media luar ruang yang berisi informasi yang singkat dan padat mengenai TNGGP dengan segala daya tariknya dengan dilatarbelakangi gambar mengenai keindahan alam TNGGP dan sesuatu yang menjadi ciri khasnya seperti owa jawa. Billboard ini dipasang disepanjang jalan menuju TNGGP dari Bogor atau Bandung. Pemasangan billboard ini dirasa perlu mengingat keberadaan TNGGP saat ini belum secara luas diketahui masyarakat
60
bahkan yang bertempat tinggal di kota-kota sekitarnya seperti Bandung, Jakarta, Sukabumi. (2). Promosi Penjualan Keikutsertaan dalam pameran sangat perlu, karena melalui pameran pengunjung dapat memperoleh informasi lebih dalam mengenai TNGGP. Kegiatan pameran di tingkat propinsi dan kabupaten tetap dilaksanakan. Pameran berskala nasional seperti pasar wisata indonesia harus terus diikuti meskipun bagian dari anjungan Jawa Barat. Balai TNGGP dapat memberi masukan berupa bahan cetakan dan bila memungkinkan mengirim seorang staf untuk memberi penjelasan mengenai TNGGP kepada pengunjung pameran. Karena bukan tidak mungkin ada biro perjalanan yang tertarik untuk membuat paket wisata di TNGGP. (3). Hubungan masyarakat Kegiatan promosi secara hubungan masyarakat (humas) tetap perlu dilaksanakan. Kegiatan humas yang perlu dilaksanakan selain tetap melakukan seminar dan atau lokakarya juga perlu mengundang semua pihak yang terkait untuk menyampaikan perkembangan berbagai hal yang terjadi di TNGGP termasuk kegiatan ekowisatanya. Selain itu kegiatan mengundang wartawan dari media cetak atau elektronik perlu juga dilakukan, demikian juga dengan mengundang biro perjalanan wisata yang biasa menangani kegiatan ekowisata. Kegiatan lain yang termasuk humas adalah tea walk dengan mengundang para bupati termasuk instansi-instansi terkait. Kegiatan ini dapat menjadi agenda rutin untuk meningkatkan pengetahuan mengenai berbagai potensi yang dimiliki TNGGP termasuk potensi ekowisatanya serta perlu pelestarian TNGGP sebagai kawasan konservasi. Promosi untuk merubah kesadaran pengunjung yang masih berperilaku negatif yaitu dengan memberikan penyuluhan kepada pengunjung sebelum memasuki kawasan TNGGP juga dengan mengadakan kegiatan seperti kemah konservasi dan pendidikan kader konservasi.
61
(2). Penjualan Secara Pribadi oleh TNGGP Promosi secara iklan dilaksanakan secara berimbang dengan penjualan secara pribadi kepada konsumen yang menjadi sasaran pemasaran. Kegiatan ekowisata di TNGGP sasarannya antara lain kalangan menengah keatas, mahasiswa serta warga asing yang tinggal di jakarta dan sekitarnya. Golongan ini pada umumnya memiliki kemudahan dalam mengakses internet. Hal ini membuka peluang untuk melakukan penawaran secara langsung melalui internet juga dengan mengirimkan email ke perusahaan atau perseorangan yang berisi penawaran paket ekowisata yang disertai dengan informasi yang lengkap mengenai TNGGP. Selain itu, dengan ditetapkannya wisatawan asing sebagai salah satu sasaran pemasaran ekowisata di TNGGP maka penggunaan promosi melalui internet menjadi sangat penting untuk dilaksanakan. Hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Badan Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata tahun 2001 menunjukkan bahwa internet merupakan media informasi terbanyak yang digunakan oleh wisatawan asing untuk mendapatkan informasi mengenai daerah tujuan wisata di indonesia, yaitu sebanyak 24,78%, sedang media lain seperti televisi sebesar 22,81%, radio 1,33%, buku 17,26%, majalah 16,62%, katalog 2,14%, brosur 6,66%, billboard 9,19% dan lainnya sebanya 8,74%. Promosi dengan penjualan secara pribadi yang belum dilaksanakan adalah pengiriman bahan cetakan ke sasaran (direct mailing). Golongan menengah keatas yang menjadi salah satu sasaran kegiatan ekowisata di TNGGP pada umumnya merasa senang apabila mendapat kiriman secara langsung bahan promosi. Pengiriman bahan cetakan ini selain ke perseorangan juga dapat ke instansi baik yang berupa perusahaan maupun lembaga penelitian.
5.4. Segmentasi Pasar Berdasarkan hasil riset dan data yang dimiliki oleh Balai TNGGP, dapat diketahui bahwa profil wisatawan yang berkunjung ke TNGGP dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu aspek demografis, geografis dan psikografis.
62
5.4.1. Segmentasi Pasar Berdasarkan Aspek Demografis Tabel l5 menunjukkan bahwa segmentasi pasar TNGGP berdasarkan aspek demografis terdiri dari jenis kelamin, usia, pendidikan dan jenis pekerjaan. Dilihat dari usia, sebanyak 71% pengunjung berumur 17-35 tahun, latar belakang pendidikan 46% memiliki pendidikan terakhir SMA dan perguruan tinggi (35%), mereka umumnya memiliki status pekerjaan sebagai pelajar dan mahasiswa (42%). Maka bentuk promosi yang tepat adalah melalui internet, karena pada usia 17-35th merupakan usia yang masih produktif dan mengenal internet apalagi status mereka yang sebagian besar adalah pelajar dan mahasiswa.
Tabel 15 Segmentasi pasar TNGGP berdasarkan aspek demografis No. 1.
Parameter Jenis Kelamin
a. b. 2. Usia a. b. c. d. 3. Pendidikan a. b. c. d. 4. Pekerjaan a. b. c. d. Sumber : Hasil wawancara
Kriteria Laki-laki Perempuan < 17 th. 17-35 th. 35-55 th. > 55 th. SD SMP SMA Perguruan Tinggi Pelajar/Mhs PNS Swasta Lainnya
Pengunjung Total 68 32 16 71 9 4 5 14 46 35 42 11 39 8
(%) 68 32 16 71 9 4 5 14 46 35 42 11 39 8
5.4.2. Segmentasi Pasar Berdasarkan Aspek Geografis Apabila ditinjau lebih lanjut dari segmentasi pasar berdasarkan aspek geografis, wisatawan yang datang terbesar berasal dari Jakarta (59%) dan Bogor (20%). Faktor yang menyebabkan tingginya jumlah kunjungan wisatawan dari Jakarta dan Bogor adalah karena jarak dan aksesibilitas menuju ke TNGGP sangat bagus selain itu juga tingginya minat masyarakat yang tinggal di Jakarta dan Bogor yang ingin menikmati wisata bernuansa alam yaitu berekowisata
63
Tabel 16 Segmentasi pasar TNGGP berdasarkan aspek geografis No
Pengunjung
Asal
Total 59 20 12 3 4 2
1 Jakarta 2 Bogor 3 Bandung 4 Cianjur 5 Amerika 6 Kanada Sumber : Hasil wawancara
(%) 59 20 12 3 4 2
Dapat disimpulkan bahwa promosi hanya berhasil pada tingkat lokal, hal ini juga didukung oleh penelitian Yunaz (2007) bahwa permintaan ekowisata TNGGP sebagian besar merupakan pengunjung lokal, hal ini disebabkan karena terbatasnya informasi kepada pengunjung potensial. Sehingga strategi promosi yang diperlukan adalah menggunakan media dengan daya jangkau yang luas. Media yang cocok adalah internet terutama untuk menarik wisatawan mancanegara.
5.4.3. Segmentasi Pasar Berdasarkan Aspek Psikografi Tabel 17 Segmentasi pasar TNGGP berdasarkan aspek psikografi No. 1.
Parameter Frekuensi Kunjungan
a. b. c. d. 2. Hari yang a. digunakan b. c. 3. Bersama siapa a. b. c. 4. Jumlah a. b. c. Sumber : Hasil wawancara
Kriteria 1 kali 2-5 kali > 5 kali Belum pernah Libur Kerja Tidak tentu Teman Keluarga Sendiri 1-2 orang 2-5 orang > 5 orang
Pengunjung Total 28 52 20 0 66 22 12 82 11 7 19 48 33
(%) 28 52 20 0 66 22 12 82 11 7 19 48 33
Tabel 17 menunjukkan bahwa sebanyak 52% wisatawan pada umumnya sudah 2-5 kali berkunjung ke TNGGP, dan hampir 50% untuk tujuan rekreasi (dilihat dari cara kedatangannya yaitu 2-5 orang). Maka promosi yang sebaiknya dilakukan
64
adalah promosi mengenai wisata minat khusus, jadi benar-benar hanya orang yang tertarik saja yang datang dan jenis wisata inilah yang disebut ekowisata.
5.5. Peran mitra-mitra TNGGP dalam upaya promosi Berdasarkan hasil wawancara dan studi pustaka kepada mitra-mitra TNGGP pada kegiatan-kegiatan wisata, maka ada beberapa mitra-mitra TNGGP yang mempunyai pengaruh terhadap upaya promosi di TNGGP yaitu Departemen Perhubungan, PT Angkasa Pura I, PT Angkasa Pura II, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Biro Perjalanan Wisata, Pengusaha hotel.
5.5.1. Departemen Perhubungan Departemen perhubungan khususnya perhubungan udara mempunyai peranan yang besar dalam promosi ekowisata di TNGGP. Peranannya dalam meningkatkan wisatawan khususnya dari mancanegara antara lain memberikan kesempatan kepada airline asing untuk meningkatkan frekuensi dari sumber wisatawan mancanegara, memberikan kemudahan akses bagi airline asing untuk masuk ke daerah tujuan wisata, mengusahakan dukungan discount pada bandara dengan demand rendah. Diperlukan kerjasama antara balai TNGGP dengan Departemen Perhubungan dalam upaya promosi ekowisata di TNGGP.
5.5.2. PT Angkasa Pura PT Angkasa Pura I (yang mengelola bandara-bandara tertentu di wilayah Indonesia Tengah dan Timur) dan Perum Angkasa Pura II (yang mengelola bandarabandara tertentu di Wilayah Indonesia Barat), mempunyai peran yang cukup penting juga dalam kegiatan promosi, karena bandar udara yang merupakan pintu gerbang utama wilayah, baik kota maupun propinsi, bahkan negara, merupakan cerminan kondisi wilayah dimana bandar udara tersebut berada. TNGGP perlu melakukan kerjasama dengan pengelola bandara sebagai salah satu ujung tombak pemasaran, setidak-tidaknya untuk peningkatan kesadaran publik mengenai obyek-obyek wisata yang ditawarkan.
65
5.5.3. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Dengan pencanangan “visit indonesia 2008” oleh Depertemen Kebudayaan dan Pariwisata merupakan peluang yang bagus untuk mempromosikan obyek-obyek wisata yang ada di TNGGP untuk dikenal luas oleh masyarakat, baik dalam negeri maupun luar negeri.
5.6. Kebijakan Pengembangan Ekowisata 5.6.1. Kebijakan Balai TNGGP Pengembangan wisata di TNGGP diarahkan pada peningkatan promosi dan pengembangan obyek-obyek pariwisata yang sudah dikembangkan dengan mengacu pada ”Sapta Kebijakan Pariwisata” . Untuk itu kegiatan pembangunan kepariwisataan diarahkan terutama pada: a. Kegiatan promosi dalam negeri dan pasar utama wisatawan mancanegara. b. Pembangunan sarana dan prasarana transportasi menuju obyek-obyek wisata. c. Mutu produk dan mutu pelayanan usa. d. Kawasan pariwisata dan wisata remaja nusantara. e. Sumber Daya Manusia terutama pada kemampuan pengusahaan pramuwisata serta lembaga yang mendukung pariwisata. f. Wisata alam. g. Bimbingan masyarakat sadar wisata. (Rencana Pengelolaan TNGGP 1995-2010) 5.6.2. Kebijakan Regional Kebijakan regional yang berkaitan dengan pembangunan TNGGP tertuang dalam kebijakan pemerintah daerah bidang pelestarian lingkungan hidup dan keanekaragaman hayati: a. Penanganan masalah TNGGP pada dasarnya tidak hanya ditujukan pada penanganan dan pelestarian fungsi kawasan, namun juga merupakan bagian dari kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari upaya menaikkan kesejahteraan masyarakat dan pengembangan kawasan sekitarnya. penanganan
masalah TNGGP
Dengan demikian,
sebenarnya tidak terlepas dari toleransi
66
pembangunan daerah secara keseluruhan dimana implementasinya tertuang dalam kegiatan sektoral dan regional. b. Penanganan masalah TNGGP tidak hanya didasarkan pada pendekatan keamanan kawasan, namun juga pendekatan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan. c. Penanganan masalah TNGGP akan terus ditingkatkan melalui koordinasi terpadu dari segala kegiatan yang menjadi penunjang TNGGP itu sendiri. d. Untuk koordinasi penanganan masalah TNGGP diperlukan mobilitas yang tinggi, cepat tanggap terhadap permasalahan konsultasi hutan dan pengelolaan SDM terutama tenaga pengamanan hutan Kebijakan pengembangan wilayah Kab Bogor, Sukabumi, Cianjur yang berkaitan dengan kawasan TNGGP dan sekitarnya secara garis besar mempunyai kesamaan, yaitu : a. Kawasan TNGGP diperuntukkan sebagai kawasan khusus dengan fungsi utama sebagai penyangga kelestarian lingkungan hidup, dalam hal ini yang paling menonjol adalah sebagai daerah tangkapan atau resapan air sungai-sungai yang mengalir ke masing-masing kota tersebut b. Karena keadaan topografinya yang bergunung dan keadaan curah hujan yang meningkat, semua kabupaten tersebut menjadikan pertanian lahan kering, kehutanan, dan perkebunan sebagai aktivitas prioritas dalam pengembangan daerah sekitar TNGGP. c. Kawasan TNGGP dan sekitarnya dikenal sebagai daerah yang mempunyai daya tarik bagi rekreasi, maka semua kabupaten tersebut juga menetapkan kawasan TNGGP dan sekitarnya sebagai pusat pengembangan kepariwisataan dan industri kecil/kerajinan dan industri pertanian (agro industri). d. Ketiga kabupaten juga menyadari bahwa wilayahnya mempunyai peranan khusus berupa daerah penyangga urbanisasi ke ibukota Jakarta.
5.6.3. Kebijakan Nasional Kebijakan pemerintah pusat yang mendukung pengembangan wisata alam di taman nasional antara lain termuat dalam peraturan perundangan sebagai berikut :
67
a. UUD 1945 pasal 33 ayat 3 b. PP No.18 tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam c. UU No.5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam hayati dan Ekosistemnya, pasal 3, pasal 5 bagian (c), pasal 26, pasal 27, pasal 28, pasal 34 (1) UU, 34 (3). d. UU No.23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup pasal 8 (1), pasal 8 (2) e. UU No.41 tahun 1999 tentang Kehutanan pasal 23 f. UU No.9 tahun 1990 tentang Kepariwisataan penjelasan alenis 5 g. PP No.68 tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam pasal 3, penjelasan alenia 1.
5.7. Potensi Wisata yang perlu dipromosikan 5.7.1. Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) 5.7.1.1. Pintu masuk Cibodas ODTWA melalui pintu masuk Cibodas dapat dikategorikan menjadi dua yaitu ODTWA untuk wisata massal dan wisata minat khusus. Berikut adalah obyek-obyek yang bisa dijumpai melalui pintu masuk cibodas. a. Air terjun Ciwalen Air terjun ini cocok untuk dikembangkan wisata alam masal, karena selain jarak tempuh yang cukup dekat yaitu 800 m dari pintu masuk cibodas (30 menit) dan jumlah pengunjung tidak dibatasi, lokasi ini juga mudah untuk ditempuh. Di sini pengunjung bisa menikmati pemandangan hutan hujan tropis pegunungan sekitar air terjun. Daya tarik lain yang bisa dinikmati adalah suasana alam dengan keragaman flora dan fauna, bentang alam yang unik, batuan tebing dengan arsitektur yang menarik. b. Telaga Biru Telaga ini memiliki luas kurang lebih 500 m2 dengan kedalaman 2 m. Warna biru air telaga disebabkan oleh dasar telaga yang banyak ditumbuhi ganggang biru.
68
Fasilitas yang disediakan adalah plaza dan gazebo untuk tempat istirahat pengunjung. Telaga biru ini cocok untuk dikembangkan wisata massal karena selain terdapat banyak fasilitasnya dan jarak tempuh yang relatif mudah dan cepat (1.5 jam dari pintu Cibodas), daerah ini juga sangat ramai karena terletak di jalur pendakian dan jalur menuju air terjun Cibeureum. c. Rawa Gayonggong dan Rawa Denok Rawa Gayonggong terbentuk dari bekas kawah mati yang kemudian menampung aliran air dari tempat yang lebih tinggi. Erosi tanah telah meyebabkan sedimentasi lumpur untuk tumbuhnya berbagai jenis rumput-rumputan, terutama rumput gayonggong yang mendominasi rawa ini. Karena daerah ini merupakan daerah jelajah macan tutul (Panthera pardus) dan terdapat tempat untuk pengamatan burung (birdwatching) maka cocok untuk dikembangkan wisata minat khusus. Rawa Denok merupakan ekosistem rawa pegunungan yang unik dengan ukuran 5x5 m2. Disekitar rawa ini terdapat sumber air panas yang masih alami dengan suhu sekitar 60 0C. Wisata minat khusus bisa dikembangkan di rawa ini karena belum banyak juga informasi tentang ekosistem unik ini, selain itu jarak tempuh menuju lokasi ini cukup lama sekitar 2 jam dari pintu masuk Cibodas. d. Air terjun Cibeureum Tiga buah air terjun dapat dinikmati disini yaitu air terjun Cibeureum, Cidendeng dan Cikuntul. Karakteristik dari lokasi ini adalah pada dinding air terjun ditumbuhi lumut merah (Sphagnum gedeanum) yang menyebabkan warna air terjun berwarna kemerah-merahan. Air terjun Cibeureum ini juga cocok untuk dikembangkan jenis wisata alam masal, karena jumlah pengunjung yang datang terutama pada hari libur sangat banyak. e. Kandang Batu dan Kandang Badak Kandang Batu merupakan tempat transit bagi pendaki sebelum menuju Kandang Badak, yang biasanya menjadi alternatif bagi pendaki untuk bermalam. Disini tersedia sumber air bersih dan fasilitas lain yaitu pos jaga dan MCK. Kandang badak merupakan peralihan tipe hutan dari Montana ke Sub Alpine. Dengan hamparan yang agak datar, lokasi ini juga merupakan tempat alternatif untuk
69
beristirahat dan bermalam serta pengunjung diijinkan membuka tenda pada areal seluas 2 ha. Lokasi ini merupakan persimpangan antara puncak Gunung Pangrango dan puncak Gunung Gede. Jalur pendakian mulai terpisah, kearah kanan merupakan jalur menuju puncak Gunung Pangrango, sedangkan kearah kiri menuju Gunung Gede. f. Puncak Gunung Gede dan Puncak Gunung Pangrango Di puncak Gunung Gede ini terdapat 3 (tiga) kawah yang masih aktif dalam satu kompleks yaitu kawah lanang, kawah wadon dan kawah ratu. Keadaan kawah yang khas merupakan sebuah atraksi geologi yang menarik bagi wisatawan. Selain daya tarik kawah pengunjung juga dapat menikmati panorama alam Gunung Gede yang indah dan bila pagi tiba dapat menikmati sunrise dan panorama Gunung Pangrango dan Gunung Salak. Puncak Gunung pangrango ini digunakan sebagai alternatif pendakian selain ke puncak Gunung Gede karena pemandangan yang indah disertai perjalanan yang menantang.
5.7.1.2. Pintu Masuk Gunung Puteri Pintu masuk gunung puteri merupakan pintu masuk yang cukup populer bagi pendaki setelah pintu masuk cibodas. Jalur ini sangat diminati sebagai jalur untuk turun karena waktu tempuh yang singkat. Obyek wisata yang bisa dijumpai antara lain : a. Bumi Perkemahan Bobojong Bumi perkemahan ini luasnya 1 ha, dan berkapasitas sekitar 100 orang (25 tenda). Sepanjang perjalanan menuju tempat ini pengunjung dapat melihat kebun sayuran dan menyaksikan petani yang sedang melakukan aktivitas berkebun. Fasilitas yang tersedia antara lain sumber air dan MCK. Jenis wisata yang bisa dikembangkan di sini adalah jenis wisata massal. b. Alun-alun Suryakencana Merupakan padang rumput yang didominasi tumbuhan Edelweis (Anaphalis javanica) dengan luas ± 50 ha, lokasi ini merupakan bekas kawah Gunung Gede dan
70
berada diantara puncak Gunung Gemuruh dan Gunung Gede sehingga memiliki ekosistem yang unik dengan tumbuhan edelweiss, rumput gunung, cantigi dan gandapura. Sebagian masyarakat percaya bahwa lokasi ini mempunyai kekuatan magis yang dijadikan sebagai ritual budaya pada waktu tertentu. Jenis wisata yang ada di lokasi ini dapat digolongkan kedalam wisata minat khusus karena untuk menuju alun-alun membutuhkan waktu 4 jam dari pintu masuk Gunung Puteri (6.9 km) dan harus melalui medan yang sangat berat. Selain itu dalam menuju perjalanan ke lokasi pengunjung juga mendapatkan aspek edukasi dari pemasangan papan interpretasi yang dipasang disepanjang jalur pendakian.
5.7.1.3. Pintu Masuk Selabintana Pintu masuk Selabintana lebih dikenal dengan nama Pondok halimun. Pintu masuk ini berjarak 10 km dari kota Sukabumi dan dapat ditempuh ± 30 menit dengan kendaraan umum. Lokasi ini berada di lembah Cipelang yang dikelilingi hutan lebat, sehingga cocok untuk dikembangkan untuk wisata minat khusus yaitu pengamatan burung (Birdwatching). Obyek wisata yang bisa dijumpai antara lain : a. Bumi Perkemahan Pondok Halimun Terdapat tiga lokasi bumi perkemahan dengan total luas ± 3 ha dan berkapasitas ± 550 orang (100 tenda). Fasilitas yang tersedia yaitu pondok jaga petugas, MCK, Musholla, tempat api unggun dan sumber air. Lokasi ini cocok untuk dikembangkan wisata alam masal karena lokasi yang mudah ditempuh dan kurangnya aspek pembatasan terhadap pengunjung. b. Air Terjun Cibeureum Selabintana Merupakan air terjun tertinggi di seluruh kawasan TNGGP mencapai ketinggian sekitar 60 m. Pengunjung bisa menikmati sejuknya udara, kicauan burung, suara gemercik air sungai dan keindahan hutan pegunungan sepanjang perjalanan menuju air terjun. Pengunjung lebih dapat menikmati suasana hutan pegunungan di sekitar air terjun tanpa gangguan keramaian.
71
5.7.1.4. Pintu Masuk Situgunung Kawasan Wisata Situgunung berada di bagian selatan taman nasional, yang merupakan Taman Wisata Alam (TWA) yang dikelola oleh Perum Perhutani dengan luas 100 ha. Jarak tempuh dari Cisaat (sukabumi) ± 10 km. Obyek wisata yang bisa dijumpai antara lain : a. Danau Situgunung Danau Situgunung merupakan danau buatan yang terletak didalam kawasan TWA dengan luas ± 10 ha dan kedalaman air ± 6 m. Wisata yang cocok untuk dikembangkan disini adalah wisata alam masal karena pengunjung dapat menikmati danau yang memiliki daya tarik yang khas dengan warna air hijau kebiru-biruan yang dikelilingi perbukitan dan hutan alam yang masih utuh. Tersedia juga fasilitas wisata yang cukup lengkap yaitu Guest House (12 bangunan), aula ruang rapat, jalan aspal, kantor pengelola, loket karcis, fasilitas outbond, tempat parkir, musholla dan MCK. b. Air terjun/Curug Sawer Air terjun ini memiliki debit airnya sangat besar dan merupakan air terjun terbesar di kawasan TNGGP. Disini cocok untuk dikembangkan wisata minat khusus karena pada pagi hari pengunjung dapat mendengar sayup-sayup suara Owa Jawa (Hylobathes moloch) karena memang lokasi ini merupakan habitat owa jawa. Selain itu juga dapat dijumpai jenis-jenis burung dan katak sehingga bisa digunakan untuk lokasi birdwatching dan wisata katak.
5.7.1.5. Pintu Masuk Bodogol Obyek wisata yang dapat dinikmati antara lain : a. Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol (PPKAB) Wisata yang ditawarkan di PPKAB adalah jenis wisata minat khusus karena adanya pembatasan jumlah pengunjung dan aksesibilitas menuju PPKAB yang masih berupa jalan tanah berbatu yang memberikan tantangan tersendiri bagi pengunjung. PPKA Bodogol memiliki 2 (dua) macam jalur pendidikan yaitu Short Track dan Long Track. Di sepanjang jalur ini terdapat serangkaian point of interests berupa fenomena – fenomena hutan hujan tropis. Di bantu oleh Interpreter, pengunjung
72
diajak untuk lebih memahami tentang hutan hujan tropis. Di dalam jalur ini pula interpreter PPKA Bodogol akan membawakan permainan-permainan bernuansa alam yang akan menambah khasanah pengetahuan bagi pengunjung. Program-program yang ditawarkan untuk pengunjung antara lain : menyingkap rahasia hutan hujan tropis, flora-flora bermanfaat di hutan hujan tropis, sahabat alam, pengamatan prilaku primata, mamalia hutan hujan tropis, birdwatching, water Tracking, jungle Tracking, outdoor activity. b. Curug Cisuren Air terjun ini memiliki ketinggian sekitar 15 m dan sangat cocok untuk lintas alam karena pemandangan alam yang indah sepanjang jalan. Selain itu lokasi ini merupakan perlintasan macan tutul (Panthera pardus). Pengunjung yang senang mengamati aktivitas satwa malam dengan mudah menjumpai kucing hutan, ular, kukang, musang dan burung hantu. c. Curug Cipadaranten Pada lokasi ini terdapat 3 (tiga) air terjun yaitu air terjun Cipadaranten I, Cipadaranten II, dan Cipadaranten III masing-masing dengan ketinggian 30 m, 25 m, dan 15 m. Lokasi ini sangat cocok bagi pengunjung yang menyukai tracking melewati jalur sepanjang 4.7 km atau 3.5 jam perjalanan naik, turun dan menyusuri pegunungan, barjalan dibawah rimbunnya tutupan kanopi sambil mendengarkan suara burung dan bila beruntung dapat menjumpai owa jawa, lutung dan macan tutul, yang tentunya merupakan pengalaman yang dapat menyegarkan pikiran dari rutinitas pekerjaan sehari-hari.
5.7.1.6. Pintu Masuk Cisarua Aksesibilitas menuju pintu masuk Cisarua cukup mudah, dengan jalan aspal yang baik. Di lokasi ini dapat dijumpai obyek wisata bumi perkemahan dan air terjun. a. Bumi Perkemahan Barubolang Bumi perkemahan Barubolang mempunyai luas ± 2 ha untuk kapasitas 200 orang (50 tenda). Di lokasi ini dapat dikembangkan wisata minat khusus dimana
73
pengunjung dapat melakukan tracking ke air terjun Curug Beret dan water tracking di sungai Cisukabirus sepanjang 2km/jam. b. Curug Beret-Cisarua Air terjun ini memiliki keunikan berupa relief tebing yang khas dan air mengalir mengikuti lekukan reliefnya. Di lokasi ini dapat dikembangkan wisata minat khusus yaitu pengamatan fauna dimana pengunjung dapat menjumpai monyet ekor panjang, lutung, owa jawa dan beberapa jenis burung serta insecta.
5.7.2. Program-program wisata minat khusus yang ditawarkan Program wisata minat khusus dilakukan kerjasama antara balai TNGGP dengan Koperasi edelweis, bentuk kerjasama tersebut tertuang dalam bentuk MoU. 5.7.2.1. Program Wisata Petualangan a. Menuju Pesona Air Terjun Melalui program ini pengunjung dapat melakukan perjalanan ke air terjun sambil belajar tentang keanekaragaman tumbuhan dan satwa didalamnya. Kegiatan yang akan dilakukan adalah : Menyimak informasi melalui slide show dan buku informasi Temu pohon Berkenalan dengan satwa Menikmati keindahan alam Menikmati indahnya air terjun
b. Menjelajah di Ketinggian Berkabut Aktivitas pendakian ini mengajak pengunjung ke Puncak Gunung Gede sambil menambah wawasan pengetahuan tentang alam, dengan kegiatan : Menyimak kehangatan air panas Melihat kawah Gunung Gede Menyaksikan matahari terbit Berdiri di atas permadani bunga abadi Melihat singgasana Eyang Suryakencana Mencoba keberuntungan di Batu Dondang
74
Membedakan tipe-tipe vegetasi hutan pegunungan Berkemah di hutan
c. Patroli Bersama Polisi Hutan Pada program ini pengunjung diajak menelusuri hutan dan terlibat langsung dalam strategi dan metode pengamanan hutan bersama Polhut TNGGP. Adapun kegiatannya adalah : Berkenalan dengan Polhut Ikut berpatroli dengan Polhut, diantaranya penghadangan, penanganan pelanggar, penyuluhan, penanganan barang bukti, pemeliharaan fasilitas, dll Bermalam di hutan Menikmati keindahan dan keunikan potensi hutan pegunungan
d. Eksplorasi Macan Tutul Pengunjung diajak melihat jejak-jejak macan tutul di habitat aslinya. Kegiatan ini memerlukan keberanian dan kesabaran serta dapat memberikan kepuasan bagi pengunjung bila berhasil melihat macan tutul di habitat aslinya. Aktivitas yang dilakukan : Mengamati macan tutul, misalnya dengan mencari dan mengukur jejak di tanah atau bekas cakaran di pohon, membuat cetakan jejak kaki di lantai hutan, mengintip sarang/tempat beristirahat macan, dll Berkemah sambil menikmati keindahan hutan
e. Eksplorasi Elang Jawa Membawa pengunjung lebih mengenal ”satwa dirgantara”. Kegiatannya meliputi : Belajar memperhatikan ciri dan karakter elang jawa untuk membedakan dengan jenis elang yang lain Mengamati langsung perilaku terbang, makan dan reproduksi Mengamati habitat dan mencari sarang Menikmati keindahan dan keunikan hutan hujan tropis pegunungan dan berkemah di hutan
75
f. Eksplorasi Owa Jawa Program ini memberikan kesempatan pengunjung untuk melihat dan mengamati satwa endemik yang langka dan hampir punah, perilaku yang bisa diamati seperti Mendengar nyayian owa di pagi dan senja hari Mencari keberadaan satwa dengan petunjuk suara Mengamati aksi owa jawa di habitat aslinya Bermalam di hutan hujan tropis pegunungan
5.7.2.2. Program Wisata Pendidikan a. School Visit Merupakan kunjungan singkat bagi pelajar untuk meningkatkan apresiasinya terhadap alam. Kegiatan ini dikemas dengan latar belakang pendidikan lingkungan dalam permainan yang mengasyikkan. TNGGP menyediakan program pendidikan lingkungan mulai dari tingkat TK sampai Perguruan Tinggi. b. Kemah Konservasi Diperuntukkan bagi pelajar SLTP dan SLTA dengan memberikan pemahaman pengalaman dan pengetahuannya tentang konservasi alam. Aktivitas yang dilakukan antara lain adalah : Panduan senja Menyibak kehidupan di sungai dan lantai hutan Berjalan pada titian canopy dan turun tebing Pesta kebun Berkemah di hutan Menyongsong fajar
5.7.2.3. Program Wisata Budaya Tema yang ditawarkan ”Mengungkap legenda alam dan budaya” Daya tarik alam TNGGP diselimuti oleh mitos dan legenda yang menarik untuk dikaji. Program ini mengajak pengunjung untuk turut menikmatinya dengan kegiatan yang sangat menarik, diantaranya : Melihat situs-situs budaya dan legenda alam
76
Menelusuri jejak sejarah peninggalan kerajaan di Jabar dan Suryakencana Mengamati dan menikmati ragam budaya kesenian sunda sambil menikmati suasana pedesaan Berkemah dan berbagi cerita di hutan
5.7.2.4. Program Wisata Pengobatan Alternatif Merupakan program wisata yang mengajak wisatawan untuk mengenal keanekaragamn jenis tumbuhan obat, manfaat serta cara penggunaannya sebagai obat alternatif. 5.7.2.5. Program Interpretasi Program interpretasi adalah program rekreasi yang menyuguhkan obyek-obyek yang memiliki daya tarik di sepanjang jalur rekreasi, baik berupa flora, fauna maupun fenomena alam lainnya.
5.8. Strategi TNGGP dalam Promosi Ekowisata Argyris (1985), Mintzberg (1979), Steiner dan Miner (1997) dalam Rangkuti (2006) menyatakan bahwa strategi adalah respon secara terus menerus maupun adaptif terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat mempengaruhi organisasi. 5.8.1. Analisis SWOT Untuk menentukan strategi pengembangan promosi ekowisata dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT (Strenghts, Weaknesses, Opportunities dan Threats). Sebagai unit analisisnya adalah Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP). Dengan demikian kondisi dari taman nasional yang menyangkut aspekaspek yang bersifat positif (kekuatan) dan aspek-aspek yang bersifat negatif (kelemahan) dipandang sebagai faktor internal, sedangkan faktor-faktor diluar taman nasional yang merupakan ancaman (negatif) dan peluang (positif) disebut sebagai faktor eksternal. Kedua faktor tersebut yang memberikan dampak positif yang berasal dari kekuatan dan peluang, dan dampak negatif yang berasal dari kelemahan dan
77
ancaman, dengan menggunakan matrik internal dan eksternal ini maka dapat diberikan bobot dan rating pada parameter yang telah ditentukan sehingga akan diperoleh nilai (skor). Nilai ini yang akan memberikan arahan tentang prospek promosi ekowisata guna memperoleh konsep strategi promosi ekowisata di TNGGP. Dalam SWOT teknik menentukan strategi adalah melalui strategi silang dari keempat faktor tersebut yaitu seperti pada Tabel 18. Identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal sebagai berikut : a. Kekuatan (Strength) 1. Tingginya nilai potensi ekologis dan estetika. Terdapat 103 jenis mamalia, 13 diantaranya termasuk satwa langka seperti kukang, rusa, lutung jawa. Terdapat pula sekitar 260 jenis burung dari 450 jenis yang hidup di pulau jawa serta TNGGP merupakan sumber tumbuhan obat, sekitar 100 jenis telah berhasil diidentifikasi 2. Terjalin kerjasama dalam bentuk konsorsium PPKAB. Kerjasama antara Conservation International Indonesia, Yayasan Alami Indonesia dan TNGGP yang berdiri tahun 1998. Peran PPKA Bodogol menekankan pada usaha-usaha memperkenalkan hutan hujan tropis kepada masyarakat luas, khususnya kepada masyarakat yang berada di sekitar kawasan TNGGP. 3. Terjalin hubungan kerjasama 3 kabupaten (Bogor, Cianjur, Sukabumi) dalam bentuk MoU yang berisi mewujudkan pariwisata berkelanjutan di kawasan TNGGP dan sekitarnya. Tertuang dalam Surat Keputusan Bersama Kemetrian Lingkungan Hidup RI No:B-06/Dep.VII/Lh/07/2004 tentang ”Penyelenggaraan Program Penerapan Teknologi Ramah Lingkungan dalam Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan di TNGGP” 4. Program wisata berorientasi pada pendidikan&konservasi alam, antara lain paket wisata pendidikan (school visit, kemah konservasi), paket wisata khusus birdwatching. 5. Situs TNGGP di internet berada pada layar pertama dengan keyword “gedepangrango”.
78
6. Proses pembuatan simaksi pendakian dibuka setiap hari 7. Promosi masuk kedalam dokumen Rencana Pengelolaan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (RPTNGGP) b. Kelemahan (Weaknessess) 1. Terbatasnya dana untuk promosi. Dana promosi yang dianggarkan TNGGP sebesar 60juta/tahun. 2. Belum terjalinnya kerjasama yang intensif dengan mitra 3. Bahan promosi tidak menyebar secara merata 4. Kurangnya SDM yang menangani masalah promosi 5. Kurangnya pemeliharaan sarana dan prasarana 6. Masih banyak potensi wisata yang belum dikembangkan 7. 80% bahan cetakan dibuat sendiri oleh TNGGP 8. Kurangnya tenaga interpreter 9. Murahnya harga tiket masuk. c. Peluang (Opportunities) 1. Berkembangnya media promosi (cetak,elektronik, internet) yang pesat, yang merupakan peluang besar untuk mempromosikan TNGGP 2. Tigginya minat masyarakat untuk berwisata alam, adanya pergeseran paradigma kepariwisataan internasional dari bentuk wisata massal (mass tourism) ke wisata back to nature. 3. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) 4. MoU Menhut dan Menbudpar dalam promosi pariwisata alam di KK 5. Pertumbuhan rata-rata ekowisata lebih tinggi daripada wisata pada umumnya 6. Peluang investasi bagi mitra 7. Program Debudpar ”Visit Indonesia 2008” 8. Jaringan pemasaran internasional
79
Tabel 18 Formulasi strategi promosi ekowisata di TNGGP Kekuatan (Strength=S) 1. Tingginya nilai potensi ekologis dan estetika 2. Terjalin kerjasama dalam bentuk konsorsium PPKAB 3. Terjalin hubungan kerjasama 3 kabupaten (Bogor, Cianjur, Sukabumi) dalam bentuk MoU 4. Program wisata berorientasi pada pendidikan&konservasi alam 5. Situs TNGGP di internet berada pada layar pertama dengan keyword “gedepangrango” 6. Proses pembuatan simaksi pendakian dibuka setiap hari 7. Promosi masuk kedalam dokumen RPTNGGP
Kelemahan (Weakness=W) 1. Terbatasnya dana untuk promosi 2. Belum terjalinnya kerjasama yang intensif dengan mitra 3. Bahan promosi tidak menyebar secara merata 4. Kurangnya SDM yang menangani masalah promosi 5. Kurangnya pemeliharaan sarana dan prasarana 6. Masih banyak potensi wisata yang belum dikembangkan 7. 80% bahan cetakan dibuat sendiri oleh TNGGP 8. Kurangnya tenaga interpreter 9. Murahnya harga tiket masuk
Peluang (opportunity=O) 1. Berkembangnya media promosi (cetak,elektronik, internet) yang pesat 2. Tigginya minat masyarakat untuk berwisata alam 3. Peningkatan PAD 4. MoU Menhut dan Menbudpar dalam promosi pariwisata alam di KK 5. Pertumbuhan rata-rata ekowisata lebih tinggi daripada wisata pada umumnya 6. Peluang investasi bagi mitra 7. Program Debudpar ”Visit Indonesia 2008” 8. Jaringan pemasaran internasional
Strategi SO : 1. Mempromosikan nilai potensi dan estetika yang dimiliki TNGGP kepada mitra-mitra TNGGP. 2. Meningkatan promosi lewat internet dengan meningkatkan kualitas website TNGGP.
Strategi WO : 1. Meningkatkan kerjasama dengan mitra-mitra TNGGP (bandara dan maskapai penerbangan, biro perjalanan wisata, media massa dan hotel). 2. Memilih media promosi yang tepat untuk mempromosikan TNGGP baik kepada pengunjung maupun mitramitra.
Ancaman (Treat=T) 1. Kondisi sosial, politik dan keamanan yang tidak menentu 2. Perubahan segmentasi pasar yang sulit dikontrol 3. Degradasi kualitas obyek wisata 4. Krisis ekonomi yang mempengaruhi pendapatan masyarakat 5. kenaikan harga BBM 6. Mahalnya biaya untuk promosi
Strategi ST :
Strategi WT : 1. Mengefisienkan biaya promosi dengan tidak mengurangi kualitas dan kuantitas promosi tersebut. 2. Meningkatkan kualitas produk yang telah dikemas dengan menarik sehingga mengurangi kejenuhan pasar
Internal
Eksternal
Melakukan promosi yang bersifat mendidik untuk megurangi laju degradasi kualitas obyek wisata.
80
d. Ancaman (Treats) 1. Kondisi sosial, politik dan keamanan yang tidak menentu 2. Perubahan segmentasi pasar yang sulit dikontrol 3. Degradasi kualitas obyek wisata 4. Krisis ekonomi yang mempengaruhi pendapatan masyarakat 5. Kenaikan harga BBM 6. Mahalnya biaya untuk promosi
Berdasarkan hasil dari analisis SWOT dapat dibuat suatu rekomendasi strategis TNGGP dalam promosi ekowisata sebagai berikut :
a. Strategi SO 1. Mempromosikan nilai potensi dan estetika yang dimiliki TNGGP kepada mitramitra TNGGP. 2. Meningkatan promosi lewat internet dengan meningkatkan kualitas website TNGGP. b. Strategi ST Melakukan promosi yang bersifat mendidik untuk megurangi laju degradasi kualitas obyek wisata. c. Strategi WO 1. Meningkatkan kerjasama dengan mitra-mitra TNGGP (bandara dan maskapai penerbangan, biro perjalanan wisata, media massa dan hotel). 2. Memilih media promosi yang tepat untuk mempromosikan TNGGP baik kepada pengunjung maupun mitra-mitra. d. Strategi WT 1. Mengefisienkan biaya promosi dengan tidak mengurangi kualitas dan kuantitas promosi tersebut. 2. Meningkatkan kualitas produk yang telah dikemas dengan menarik sehingga mengurangi kejenuhan pasar
81
5.8.2. Matriks Internal-Eksternal Analisis SWOT digunakan untuk mengetahui strategi TNGGP dalam promosi ekowisata dengan melihat kombinasi faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut memberikan dampak positif yang berasal dari kekuatan dan peluang, sedangkan dampak negatif berasal dari ancaman dan kelemahan. Pembahasan mengenai formulasi strategi TNGGP dalam promosi ekowisata dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19 Faktor strategis internal terhadap promosi ekowisata di TNGGP Faktor Internal 1. Kekuatan Tingginya nilai potensi ekologis dan estetika Terjalin kerjasama dalam bentuk konsorsium PPKAB Terjalin hubungan kerjasama 3 kabupaten (Bogor, Cianjur, Sukabumi) dalam bentuk MoU Program wisata berorientasi pada pendidikan&konservasi alam Situs TNGGP di internet berada pada layar pertama dengan keyword “gedepangrango” Proses pembuatan simaksi pendakian dibuka setiap hari Promosi masuk kedalam dokumen RPTNGGP
Bobot
Rating
Skor
0.07 0.05 0.03
4 1 1
0.28 0.05 0.03
0.07
3
0.21
0.08
4
0.32
0.05
2
0.10
0.07
3
0.21
1.20 2. Kelemahan Terbatasnya dana untuk promosi Belum terjalinnya kerjasama yang intensif dengan mitra Bahan promosi tidak menyebar secara merata Kurangnya SDM yang menangani masalah promosi Kurangnya pemeliharaan sarana dan prasarana Masih banyak potensi wisata yang belum dikembangkan 80% bahan cetakan dibuat sendiri oleh TNGGP Kurangnya tenaga interpreter Murahnya harga tiket masuk
0.09 0.08
-4 -4
-0.36 -0.32
0.07 0.08 0.07 0.05
-2 -2 -1 -1
-0.14 -0.16 -0.07 -0.05
0.05 0.04 0.05
-3 -1 -2
-0.15 -0.04 -0.10
Jumlah
1.00
-1.39
Faktor strategis internal yang merupakan kekuatan memiliki skor 1.20 (Tabel 19). Jika diamati berbagai faktor yang terdapat didalamnya ternyata tingginya nilai
82
potensi ekologi dan estetika memiliki skor tertinggi (0.28). Potensi ekologi dan estetika dimiliki TNGGP berupa keanekaragaman flora/fauna langka, gejala alam, panorama alam, dll serta program-program wisata minat khusus yang ditawarkan. Potensi dan program wisata ini dijadikan modal untuk promosi ekowisata di TNGGP. Sedangkan faktor strategi internal yang merupakan kelemahan memiliki skor -1.39 (Tabel 19), dengan nilai tertinggi yaitu terbatasnya dana untuk promosi (-0.36). Tabel 20 Faktor strategis eksternal terhadap promosi ekowisata di TNGGP Faktor Eksternal
Bobot
Rating
Skor
0.10
4
0.40
0.08 0.05 0.06
2 1 1
0.16 0.05 0.06
0.07
2
0.14
0.09 0.09 0.09
4 2 2
0.36 0.18 0.18
1. Peluang Berkembangnya media promosi (cetak,elektronik, internet) yang pesat Tigginya minat masyarakat untuk berwisata alam Peningkatan PAD MoU Menhut dan Menbudpar dalam promosi pariwisata alam di KK Pertumbuhan rata-rata ekowisata lebih tinggi daripada wisata pada umumnya Peluang investasi bagi mitra Program Debudpar ”Visit Indonesia 2008” Jaringan pemasaran internasional
Jumlah
1.53
2.Ancaman Kondisi sosial, politik dan keamanan yang tidak menentu Perubahan segmentasi pasar yang sulit dikontrol Degradasi kualitas obyek wisata Krisis ekonomi yang mempengaruhi pendapatan masyarakat kenaikan harga BBM Mahalnya biaya untuk promosi
0.06 0.07 0.08 0.06
-4 -2 -4 -1
-0.12 -0.14 -0.32 -0.06
0.07 0.05
-3 -2
-0.21 -0.10
Jumlah
1.00
-0.95
Faktor strategis eksternal yang merupakan peluang TNGGP dalam promosi ekowisata memiliki skor 1.53 (Tabel 20). Peluang yang bisa diandalkan perkembangan media promosi yang pesat yang membuka peluang untuk TNGGP menggunakan media yang tepat dalam mempromosikan ekowisatanya, serta peluang masuknya investor untuk berinvestasi dalam kegiatan ekowisata.
83
Sedangkan faktor strategis eksternal yang berupa ancaman yang ditunjukkan pada Tabel 20 memiliki skor -0.95. Skor tertinggi yaitu degradasi obyek wisata. Hal ini sangat mengancam upaya promosi karena obyek-obyek wisata yang di miliki TNGGP merupakan modal untuk promosi.
Tabel 21 Urutan prioritas strategi No
Unsur SWOT
Jml Bobot
Rangking
1.
Kelemahan dan Peluang (WO)
2.92
1
2.
Kekuatan dan Peluang (SO)
2.73
2
3.
Kelemahan dan Ancaman (WT)
2.34
3
4.
Kekuatan dan Ancaman (ST)
2.15
4
5.8.3. Posisi Strategi pada Matrik Grand Strategy Strategi prioritas dapat diperoleh dengan menggunakan Matriks Grand Strategy. Nilai (skor) yang diperoleh dari matriks internal-eksternal digunakan untuk menentukan strategi TNGGP dalam promosi ekowisata. Nilai penjumlahan faktor internal menunjukkan antara kekuatan (1,20) dan kelemahan (-1,39) adalah -0,19 (negatif), berarti faktor kelemahan lebih dominan dibandingkan faktor kekuatan yang dimiliki. Sedangkan nilai penjumlahan faktor eksternal antara peluang (1,53) dan ancaman (-0,95) adalah 0.58 (positif). Nilai ini berarti antara peluang dan ancaman, faktor yang paling dominan adalah peluang. Jadi posisi ordinat berada pada (-0.19 ; 0.58), sehingga posisi strategi berada pada sel 2. Artinya meskipun memiliki kelemahan pada faktor internal namun masih mempunyai peluang untuk lebih maju dalam pengelolaan dan promosi wisata dimasa yang akan datang. (Gambar 19).
84
Berbagai Peluang Sel 2
Sel 1 0.58
Kelemahan Internal
Kekuatan Internal -0.19
Sel 3
Sel 4 Berbagai Ancaman
Gambar 19 Posisi Strategis untuk promosi ekowisata di TNGGP dalam Matriks Grand Strategy. Gambar 16 menunjukkan bahwa posisi strategi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) dalam promosi ekowisata berada pada sel 2 (stability strategy). Strategi stabilitas adalah strategi konsolidasi untuk mengurangi kelemahan yang ada, dan mempertahankan pangsa pasar yang sudah dicapai. Stabilitas diarahkan untuk mempertahankan suatu keadaan dengan berupaya memanfaatkan peluang dan memperbaiki kelemahan. Bentuk strategi yang diterapkan dalam konteks promosi adalah meningkatkan kerjasama dengan mitra-mitra TNGGP (bandara dan maskapai penerbangan, biro perjalanan wisata, media massa dan hotel) dan memilih media promosi yang tepat untuk mempromosikan TNGGP baik kepada pengunjung maupun mitra-mitra.
Berdasarkan hasil analisis yang telah dipaparkan maka rencana strategis kegiatan promosi ekowisata yang dapat dilakukan adalah : 1. Menggunakan website TNGGP dengan menyiapkan informasi yang menarik untuk mempromosikan ekowisata di TNGGP karena internet mempunyai daya jangkau yang luas.
85
2. Kerjasama dengan Biro Perjalanan Wisata dengan membuat paket-paket wisata karena ekowisata merupakan jenis wisata minat khusus sehingga cenderung merupakan package tour bukan Free Independent Tour (FIT). 3. Kerjasama dengan bandara dilakukan dengan pemasangan iklan-iklan yang dipasang dibandara, pemasangan ruang pameran yang berisi (misalnya) binatangbinatang langka yang merupakan obyek, pemasangan information booth berupa komputer yang mudah dioperasikan oleh pengunjung bandara, penerbitan majalah ekowisata secara rutin untuk disebarkan pada para pihak yang berkepentingan dan juga dapat ditempatkan di lounge/ruang tunggu khusus pada beberapa bandara. 4. Kerjasama dengan media massa dengan mengundang wartawan secara rutin dan media televisi dengan memanfaatkan acara-acara yang terkait dengan wisata. 5. Melakukan promosi secara direct mailing yang intensif, karena golongan menengah keatas lebih menyukai promosi yang bersifat pribadi yang langsung ditujukan kepada mereka. 6. Peningkatan pemeliharaan sarana dan prasarana sebagai faktor pendukung dalam penyampaian suatu informasi 7. Mengadakan pelatihan kepada SDM terkait promosi untuk membangun jaringan pemasaran internasional 8. Mengembangkan potensi wisata yang belum dikembangkan dengan membuka peluang kepada mitra untuk berinvestasi
86
VI. SIMPULAN DAN SARAN
6.1. Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Promosi kegiatan ekowisata di TNGGP secara keseluruhan sudah mencakup keempat komponen bauran promosi, yaitu periklanan, penjualan secara pribadi, hubungan masyarakat dan promosi penjualan, tetapi belum semua media promosi digunakan secara rutin, karena 75% keatas pengunjung tidak pernah melihat/mendengar
media
promosi
yang
digunakan
TNGGP
untuk
mempromosikan wisata. 2. Promosi masih dirasakan kurang oleh masyarakat umum, karena sebesar 71% pengunjung memperoleh informasi ekowisata TNGGP dari cerita teman/saudara, 14% memperoleh informasi melaui media cetak, 11% dari sekolah/tempat kerja dan 4% dari media elektronik. 3. Berdasarkan Metode SWOT yang digunakan, diketahui bahwa posisi strategi TNGGP dalam promosi ekowisata berada pada sel/quadran ke-2 (-0.19 ; 0.58) dalam Matriks Grand Strategy. Hal ini berarti strategi yang dapat dikembangkan adalah stability strategy. Bentuk strategi yang diterapkan dalam konteks promosi adalah meningkatkan kerjasama dengan mitra-mitra TNGGP (bandara dan maskapai penerbangan, biro perjalanan wisata, media massa, hotel, dll) dan memilih media promosi yang tepat untuk mempromosikan ekowisata di TNGGP baik kepada pengunjung maupun mitra-mitra.
Saran 1. Perlu ditetapkan tema kegiatan ekowisata di TNGGP untuk menjadi dasar pelaksanaan kegiatan promosi 2. Perlu disusun Standar Operational Prosedure (SOP) promosi untuk ekowisata di kawasan konservasi. 3. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai promosi khususnya ekowisata pada kawasan konservasi lainnya.
VII. DAFTAR PUSTAKA Arif A. 2004. Pola Komunikasi Pengelola Taman Nasional Dalam Meningkatkan Kesadaran Konservasi Pengunjung (Kasus di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango). [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Boo E. 1990. Ecotourism, Potential and Pitfalls. Vol.I dan II. Washington DC: World Wildlife Fund. Chandra G. 2002. Strategi dan Program Pemasaran. Penerbit ANDI Yogyakarta. Yogyakarta. Carthy J. 1981. Essential of Marketing. Irwin. Boston Chandler. 1962. Strategy and Structure: chaters in the History of American Industrial Enterprice. Chambridge: the MIT Press. Cooper C, Fletcher J, Gilbert D, Wanhill S. 1999. Tourism Principles and Practice. Ed ke-2. London : Longman. Denman R. 2002. Product Development, Marketing and Promotion of Ecotourism: Summary Report. http://www.uneptie.org/pc/tourism/ecotourism/wes_portfolio /statmnts/pdfs/deunie.PDF [13 Maret 2008] [Dephut] Departemen Kehutanan. 1990. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Jakarta : Dephut. [Dephut] Departemen Kehutanan. 1998. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam. Jakarta : Dephut. [Dephut] Departemen Kehutanan. 2007. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P. 03/Menhut-II/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional. Jakarta : Dephut. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Barat, 2005. Rencana Pengembangan Ekowisata Jawa Barat. www.westjava-indonesia.com. [9 Juni 2007]. Dodds R. 2001. Promoting Urban Green Tourism: The Development of the Other Map of Toronto. Journal of Vacation Marketing. 7:3(261-267)
Eriyatno SF. 2007. Riset Kebijakan, Metode Penelitian untuk Pascasarjana. Bogor: IPB Press. Fennel DA. 1999. Ecotourism An Introduction. New York : Routledge. Fennel DA. 2001. A Content Analysis of Ecotourism Definitions. Current Issues in Tourism Vol 4, No. 5, 2001. Departement of Recreation and Leisure Studies, Brock University, St Catharines Ontarlo L2S 3A1. Canada. www.commerce.otago.ac.nz. [Agustus 2007] Fennel D. 2005. Marketing Ecotourism through the Internet: An Evaluation of Selected Ecolodges in Latin America and the Caribbean. Journal of Ecotourism. 4:3(143-160). Fennel D. 2007. A Market Segmentation Analysis of Cruise Ship Tourist Visiting the Panama. Canal Watershed: Opportunities for Ecotourism Development. Journal of Ecotourism. 6:1(1-8). Fennel D. 2008. Internet-based Ecotourism Marketing: Evaluating Canadian Sensitivity to Ecotourism Tenets. Journal of Ecotourism. 7:1(15-43). Goodwin H. 1996. Terestrial Ecotourism. Kent : Univ of Kent. Hasan M. 2006. Rencana Pengelolaan Ekowisata di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dalam Konteks Pengembangan Wilayah. Tidak dipublikasikan. Heath E, Wall G. 1992. Marketing Tourism Destinations : A Strategic Planning Approach. New York : John Wiley and Sons Inc. Hengky. 2006. Penerapan Konsep Ekowisata untuk Meningkatkan Daya Saing Pariwisata Pesisir di Kabupaten Pandeglang, Banten. [Disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Irawan. 1996. Pemasaran Prinsip dan Kasus. PT.BPFE. Yogyakarta. Kotler P. 1997. Manajemen Pemasaran, Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Kontrol. Jilid ke-2. Ed ke-7. Jakarta : Prehalindo. Kohl. 2003. Ecotourism Industry. RARE. USA. Kusler JA. 1991. Ecotourism and Resources Conservation : A Collection of Papers. Volume ke-1. Ecotourism and Resources Conservation Project.
89
Lascurain C, Hector. 1996. Tourism, Ecotourism and Protected Areas, IUCN. Gland, Switzerland. Lee JG. Tanpa tahun. Promoting Ecotourism by utilizing natural Resourses in Seoul. http://www.sdi.re.kr/nfile/zcom_eng_bbs/a2004-R-26.pdf [6April 2008] Linberg K, Hawkin DE. 1993. Ekoturisme : Petunjuk untuk Pelaksana dan Pengelola. Vermont : Ecotourism Society. Mardjuka MY. 1995. Pengembangan Ekoturisme Hutan Untuk Pembangunan yang berkelnjutan. Majalah Ilmiah Ilmu Wisata. Ed ke-10. Des 1995. Jakarta : Univ Sahid, Pusat Penelitian Pariwisata Indonesia. MacKinnon J, MacKinnon K, Child G, Thorsell J. 1990. Pengelolaan Kawasan yang Dilindungi di Daerah Tropika (Terjemahan). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Muntasib H. 2008. Promosi Dalam Tata Kelola Ekowisata. Seminar dan Lokakarya Promosi Pariwisata Alam di Kawasan Konservasi. IPB-PHKA,Departemen Kehutanan. Bogor. [26-29 Juni 2008] Nazir M. 1988. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. Gumilar N. 1996. Persepsi dan Motivasi Pengunjung dalam Kegiatan Ekoturisme di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. [Skripsi]. Bogor: Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan, Fahutan. Institut Pertanian Bogor. Pranoto AH. 2001. Studi Perilaku Pengunjung Terhadap Kerusakan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. [Skrpsi]. Bogor: Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Universitas Nusa Bangsa. Ramono WS. 2000. Pengelolaan Taman Nasional. Lokakarya Pengembangan EcoTourism di Taman Nasional. Bogor, 1-2 Nov 2000. Bogor : Ditjen PKA-JICA. Rangkuti F. 2000. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT.Gramedia Pusataka Utama. Jakarta. Ray M. 1982. Advertising and Communication Management. Prentice Hall. New Jersey. Rinzin C, Vermeulen WJV, Glasbergen P. 2007. Ecotourism as a mechanism for sustainable development: the case of Bhutan. Journal of Environmental Sciences 4(2): 109-125. Singarimbun M dan Effendi S. 1995. Metode Penelitian Survai. Red-Ed. PT.Pustaka Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial. Jakarta.
90
Sugiarto E, Kusmayadi. 2000. Metodologi Penelitian dalam Bidang Kepariwisataan. PT.Gramedia Pusata Utama. Jakarta. Suwantoro G. 1997. Dasar-dasar Pariwisata. ANDI. Yogyakarta. Suyitno. 1999. Perencanaan Wisata. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Spillane JJ. 2000. Perencanaan Pemasaran Pariwisata. Makalah Kerjasama antara Departemen Kehutanan dan Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta. Stanton W. 1993. Prinsip Pemasaran. Erlangga. Jakarta. Swastha B. 1998. Azas-azas Marketing. Liberty. Yogyakarta. Wade DJ, Eagles PFJ. 2003. The Use of Importance-performance Analysis and Market Segmentation for Tourism Management in Park and Protected Areas: an Application to Tanzania’s National Park. Journal of Ecotourism. 2:3. Wall G. 1995. Introduction to Ecotourism. Dalhousie University. Environmental Studies Center Development in Indonesa Project. Jakarta. 121p. [WTTC] World Travel and Tourism Council. 2004. AGENDA 21 for the Travel & Tourism Industry Towards Environmentally Sustainable Development. World Travel and Tourism Council. www.wttc.org. [Juli 2007] Yoeti H. 1996. Pemasaran Pariwisata. Angkasa. Bandung.
91
Lampiran 1. Panduan wawancara pengunjung aktual Tanggal :……… A. Data Pribadi Pengunjung a. Jenis Kelamin
: P/L*
b. Umur
: ……tahun
c. Pekerjaan
: ………………………..
d. Asal (kota)
: ………………………..
e. Pendidikan Terakhir
: SD/ SLTP / SMA / D3 / S1 / S2 / S3 *
B. Waktu Kunjungan 1. Sudah berapa kali anda berkunjung ke TNGP? 2. Apakah anda berkunjung ke TNGP ini secara rutin? 3. Hari apa yang anda gunakan untuk berkunjung ke TNGP ini? 4. Bersama siapa biasanya anda berkunjung ke TNGP ini?berapa orang? C. Sumber Informasi TNGP 1. Darimanakah anda memperoleh informasi tentang ekowisata di TNGP? a. media cetak (majalah, koran, leaflet, brosur) b. media elektronik (radio, TV, internet) web-nya apa? c. cerita dari orang (saudara, teman, dll) d. sekolah/tempat kerja e. lainnya...... 3. Menurut anda dari media promosi dibawah ini, media apa saja yang sering atau tidak sering atau tidak pernah anda lihat atau dengar mengenai ekowisata di TNGP? Media >5 kali (orang) A. Periklanan 1. Koran 2. Majalah 3. Leaflet dan brosur 4. Radio 5. TV 6. Billboard B. Promosi Penjualan 1. Pameran 2. Potongan harga 3. Hiburan C. Hubungan Masyarakat 1. Seminar 2. Ceramah 3. Siaran Pers D. Penjualan secara pribadi 1. Presentasi penjualan 2. Telepon 3. Email 4. Internet
Kriteria 2-3 kal (orang)
Tidak pernah (orang)
D. Motif Kunjungan 1. Apa tujuan anda datang ke TNGP a) menikmati panorama alam yang indah
d) tugas sekolah
b) menikmati kebudayaan masyarakat
e) lainnya...
c) menambah pengetahuan dan pengalaman baru 2. Obyek ekowisata apa yang anda sukai? a) Puncak Gunung Gede
d) alun-alun suryakencana
b) air terjun cibeureum
e) Bumi perkemahan
c) danau situgunung
f) lainnya
3. Kegiatan apa yang anda sukai? a) lintas alam
d) penelitian
b) pendakian
e) rekreasi
c) berkemah
f) lainnya....
4. kontribusi apa yang anda berikan terhadap masyarakat lokal? a) membeli souvenir
c) guide
b)porter
d) lainnya....
5. Apa anda pernah mendengar Pendidikan Lingkungan di TNGP?
E. Persepsi pengunjung terhadap sarana dan prasarana penunjang Menurut anda, bagaimana kondisi sarana dan prasarana penunjang ekowisata di TNGP ini? Aspek Penilaian Baik Pusat Informasi Shelter MCK Jembatan kayu Wisma tamu Kantin Canopy trail Sarana penunjang pengawas, dll)
(pondok
kerja,
Kriteria Cukup
Kurang
menara
Bagaimana kesan Anda terhadap kondisi dari Entry gate sampai dengan resort Cibodas?
G. Harapan pengunjung terhadap upaya promosi ekowisata?
Lampiran 2. Panduan wawancara pengunjung potensial Hari/Tanggal No Responden
: ……. : …….
A. Data Pribadi Pengunjung a. Jenis Kelamin
: P/L*
b. Umur
: ……tahun
c. Pekerjaan
: ………………………..
d. Asal (kota)
: ………………………..
e. Pendidikan Terakhir
: SD/ SLTP / SMA / D3 / S1 / S2 / S3 * *) Coret yang tidak perlu
B. Informasi TNGP 1. Darimana Anda mendapat informasi ekowisata TNGGP ? a. media cetak (majalah, koran, leaflet, brosur) b. media elektronik (radio, TV, internet) c. cerita dari orang (saudara, teman, dll) d. sekolah/tempat kerja e. lainnya...... 2. Apakah anda berminat ke TNGP? a) Ya
b) tidak
Jika berminat lanjutkan ke no 3, jika tidak lanjutkan ke no 6 3. Jika anda berminat untuk berkunjung alasan apa yang menyebabkan anda berminat untuk berkunjung? a) Pemandangan yang menarik
e) Diajak teman/keluarga
b) Mudah dijangkau dengan kendaraan
f) lainnya...
c) Banyak obyek yang dapat dikunjungi
4. Seberapa kuat keinginan anda untuk berkunjung? a) Sangat kuat
b) kuat
c) Biasa saja
5. Berapa jam perjalanan anda menuju TNGGP?Media transportasi? 6. Jika anda tidak berminat datang ke TNGP, alasan apa yang mendasarinya? a) Belum pernah mendengar informasi tentang TNGP b) Tempatnya tidak menarik c) Fasilitas kurang d) lainnya…..
6. Jika hal yang menghalangi kunjungan anda tersebut dapat ditanggulangi, apakah anda akan berminat untuk berkunjung di TNGP? a) Ya
b) Tidak
**) Pendapatan/bln? Dan aktivitas yang akan dilakukan apa?
Lampiran 3. Panduan wawancara dengan pihak pengelola
1. Kegiatan-kegiatan promosi yang telah dan akan dilakukan oleh pihak pengelola? 2. Apa kendala/hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan promosi? 3. Upaya solusi yang telah dilakukan untuk memecahkan kendala/hambatan diatas? 4. Kebijakan-kebijakan tentang promosi ekowisata? 5. Bagaimana kaitan Ekowisata dengan Taman Nasional model: a. Apakah ada rencana khusus b. Langkah-langkah yang sudah direncanakan atau diambil 6. Produk Ekowisata apa saja yang ditawarkan? 7. Bagaimana dengan SDM untuk ekowisata? 8. Sarana prasarana apa saja yang disiapkan untuk Ekowisata? 9. Bagaimana dengan sistem informasi untuk pengunjung? 10. Bagaimana dengan interpretasi yang sudah dijalankan?
Lampiran 6 Beberapa Guntingan Berita Media Cetak Mengenai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango pada tahun 2000-2007.
Lampiran 4 Daftar judul pemberitaan mengenai TNGGP di 20 media massa
No 1 2 3 4 5
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Judul Penebangan di Hutan Lindung Gunung GedePangrango atas Perintah Kades Kelestarian Taman Nasional Gede-Pangrango Terancam Iguana usik ekosistem kawasan Gunung Gede Hikers, campers destroying Gede and Pangrango peaks Kepala Seksi Konservasi TNGP : Banyak yang melakukan perambahan. Kelestarian Gunung GedePangrango terancam Kebun Raya Cibodas Keindahan di Kaki GedePangrango Mulai Merana, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Gunung Gede Pangrango Ditutup Mt. Gede closed to hikers Garbage becoming a major problem for Mount Gede park Antisipasi Kebakaran Hutan. Aktivitas Pendakian Gunung Gede pangrango ditutup Sementara Sampah di Gunung Gede Memprihatinkan Pecinta Alam Bersihkan Gunung Gede Pangrango Dibuka, TN Gunung Gede Pangrango Diperluas, TN Gunung Gede dan Halimun TN Gunung Gede Pangrango TN Gunung Gede & Halimun diperluas Ratusan Pendaki gagal Tahun baruan di Gunung Gede TN Gunung Gede Pangrango Dikelola Secara Kolaboratif KLH Bantu Lingkungan Pariwisata Berkelanjutan di TN Gunung Gede TN Gunung Gede Pangrango Ditutup Saat Libur Tahun Baru Ekowisata di Taman Nasional Gede Pangrango Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Wilayah Konservasi yang Tersisa untuk Jabodetabek Ragam. Memperkenalkan Anak pada Alam Most Conservation areas unprotected Pendakian. Gunung Gede dan Pangrango Ditutup Wisata Alam. Kereta Gantung di Taman Nasional Gede Pangrango Kebakaran Hutan. Gunung Gede Terbakar, Bunga Edelweiss Punah Ford Mendukung Acara Penanaman Pohon di Taman Nasional Gede-Pangrango, Lido Peluncuran Buku. Wisata Alam Wilayah Gunung Gede Pangrango Satwa Langka TN Gunung Gede Pangrango Ditutup
Media Massa
Tanggal
Suara Pembaruan
15 Mar 2000
Suara Pembaruan
22 Mar 2000
Republika The Jakarta Post Pikiran Rakyat
15 Mei 2000 26 Jun 2000 13 Des 2000
Suara Karya
22 Des 2000
Pelita
18 Agst 2001
Suara Pembaruan The Jakarta Post
16 Agst 2001 14 Agst 2001 22 Agst 2001
Koran Tempo
10 Agst 2001
Media Indonesia Berita Buana Kompas Berita Buana Kompas Berita Buana Kompas Pikiran Rakyat
1 Okt 2002 25 Sept 2002 13 Sept 2003 8 Jul 2003 20 Sept 2003 29 Jul 2003 2 Jan 2003 1 Agst 2003
Suara Karya
16 Jul 2004
Kompas
16 Des 2004
Kompas Suara Pembaruan
21 Jul 2005 22 Jul 2005
Koran Tempo The Jakarta Post Kompas Kompas
22 Jan 2005 21 Mar 2005 23 Feb 2006 24 Jan 2006
Suara Karya
20 Sept 2006
Kompas
17 Des 2007
Kompas
12 Mar 2007
Media Indonesia Kompas
23 Jul 2007 2 Agst 2007
Lampiran 7 Beberapa printout mengenai TNGGP di internet