Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi V Program Studi MMT-ITS, Surabaya 3 Pebruari 2007
PENJADWALAN PRODUKSI CETAK LETTER PRESS DAN OFFSET DI PT ART 1
Bagus Setyo Widodo1, I Nyoman Pujawan2 Mahasiswa Pasca Sarjana Magister Manajemen Teknologi ITS 2 Dosen Magister Manajemen Teknologi
[email protected]
ABSTRAK PT ART adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang industri percetakan.Inti bisnis perusahaan ini adalah percetakan label printing (Letter Press dan Offset) dengan tipe job order.Berdasarkan data review kinerja tahun 2005 disimpulkan secara perspektif pelanggan adalah masalah delivery on time yang rendah 55,52% dan secara perspektif internal waktu penyelesaian produksi tidak terkendali secara menyeluruh.Untuk itu maka dilakukan penelitian agar mendapatkan suatu model penjadwalan yang bisa meningkatkan kinerja perusahaan sesuai dengan kemampuan proses percetakan PT ART. Model penjadwalan produksi yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah penjadwalan produksi job shop dengan 3 aturan sequencing alternative.Untuk penelitian ini dibutuhkan tahap identifikasi job, item master, menentukan routing master, resource, menentukan waktu standart dari tiap-tiap operasi jobs. Langkah selanjutnya menentukan shop days, logika dan algorithma. Dan langkah terakhir mengaplikasikan scheduling dengan bantuan software Excel. Dari hasil aplikasi akan muncul nilai yang paling optimal untuk dijadikan kesimpulan dalam pencapaian tujuan penjadwalan dalam suatu periode tertentu. Hasil aplikasi penjadwalan dengan 3 alternatif aturan First Come First Served(FCFS), Earliest Due Date(EDD), Shortest Processing Time(SPT) menegaskan adanya selisih yang cukup besar jika dibandingkan dengan kondisi actual dengan kisaran antara 30,11% s/d 39,06%. Hal ini membuktikan proses penyelesaian operasional produksi tidak terkendali. Kata kunci : delivery on time, job shop, scheduling
PENDAHULUAN PT ART adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang industri percetakan. Pertama kali berdiri pada tahun 1980 adalah sebuah home industri dengan 1 buah mesin cetak dan dalam kurun waktu ± 25 tahun secara bertahap pabrik percetakan ini berkembang menjadi perusahaan nasional. Inti bisnis perusahaan ini adalah percetakan label printing (LETTER PRESS dan OFFSET) yang tipe jobnya adalah job order. Sejalan dengan perkembangan industri dan teknologi percetakan yang pesat, serta mulai bermunculan kompetitor baru, maka pemilik perusahaan menyadari untuk segera melakukan pembenahan secara bertahap agar dapat bertahan dan meningkatkan daya saing. Secara garis besar konsep pembenahan mengacu ke 4 perspektif (balanced score card) sebagai tolok ukur meliputi : Perspektif Financial, Perspektif Pelanggan, Perspektif Internal, Perspektif Pembelajaran & Pertumbuhan.
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi V Program Studi MMT-ITS, Surabaya 3 Pebruari 2007
Berdasarkan data review kinerja tahun 2005 disimpulkan bahwa ditinjau secara perspektif pelanggan keluhan teratas adalah masalah delivery on time yang rendah 55,52% dan ditinjau secara perspektif internal waktu penyelesaian produksi tidak terkendali secara menyeluruh. Kedua hal di atas jika tidak segera diperbaiki akan menjadi faktor penyebab penurunan order, karena pelanggan akan mencari percetakan lain maka cepat atau lambat berpengaruh terhadap keuntungan perusahaan. METODE PENJADWALAN Membahas masalah delivery on time tidak akan terlepas dari kegiatan perencanaan dan penjadwalan, karena delivery on time adalah tahapan akhir dari seluruh proses operasional manufaktur. Salah satu faktor penting agar tercapainya target delivery on time adalah penjadwalan. Penjadwalan merupakan perencanaan jangka pendek(short term) dimana dalam pelaksanaannya adalah menentukan pembebanan kerja untuk masing-masing work center berdasarkan kapasitas yang ada. Penjadwalan produksi didefinisikan sebagai proses mengalokasikan sumber-sumber daya atau mesinmesin yang ada untuk mengerjakan sekumpulan tugas dalam jangka waktu tertentu, Baker (1974). Sesuai dengan namanya, Gantt chart ditemukan oleh Henry Gantt pada tahun 1911. Tujuan dari tampilan ini adalah untuk menggambarkan secara grafis keadaan dari tiap-tiap mesin pada keseluruhan waktu seperti ditunjukkan pada gambar 2.2. Sumbu absis (x) menunjukkan waktu dan sumbu ordinat (y) menunjukkan jenis mesin. Ketika sebuah job akan diproses pada sebuah mesin, sebuah persegi panjang diletakkan pada posisi mendatar dan menunjukkan waktu mulai sampai dengan waktu selesai dari sebuah job. M1 M2 M3
2 2
4
1
4
3
3 1
3 4 2 1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Gambar 1. Contoh Gantt Chart
Menurut Field (1996) pada industri percetakan umumnya ada 3 faktor utama yang perlu mendapat perhatian agar effisiensi waktu dapat terwujud yaitu Prepress,Press dan Finishing Secara garis besar untuk di PT ART alur proses order cetak terdiri dari 9 tahap utama yaitu proses order, proses estimasi, proses desain, proses approval customer, proses pre press, proses penjadwalan, proses cetak, proses finishing, proses pengiriman. Gambaran umum alur proses order cetak ditunjukkan pada Gambar 2.
ESTIMASI
DESAIN
PRE PRESS
APPROVAL CUSTOMER
PLANNING & SCHEDULING
PRINTING
BA R
U/ R
EV ISI
Alur Proses Order
ORDER ULANG
FINISHING
EKSPEDISI
.
Gambar 2. Alur proses order cetak
ISBN : 979-99735-2-X A-48-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi V Program Studi MMT-ITS, Surabaya 3 Pebruari 2007
Dalam penelitian ini akan dilakukan penjadwalan pada proses produksi cetak sampai finishing dan job yang akan dijadwalkan adalah repeat order. Kemudian di dalam produksi cetak terbagi menjadi 4 jenis proses yaitu offset,letter press UV,Letter press non UV dan Letter pres Solvent. Dan di dalam masing-masing proses tersebut masih terdiri dari beberapa mesin lagi.Di bagian cetak/produksi dan finishing terdapat alur tahapan proses yang melalui beberapa mesin dan manusia. Dalam teori dikenal ada 2 alur proses yaitu flow shop dan job shop.Jika semua job diproses dengan urutan yang sama pada banyak mesin, hal ini dikenal sebagai Flow Shop. Sedangkan Job shop adalah sistem yang hampir sama dengan flow shop tetapi masing-masing job mempunyai lintasan yang unik (lintasan yang berbeda-beda). Di dalam teori jika terdapat sejumlah m mesin yang tersusun secara pararel dimana setiap job membutuhkan satu tahapan proses dan setiap job bisa diproses oleh setiap satu dari m mesin tersebut atau setiap job dapat diproses menurut aturan tertentu oleh setiap satu dari m mesin tersebut dan setiap m mesin tersebut mempunyai kecepatan proses yang sama, maka disebut Mesin Pararel identik. Apabila tidak semua job dapat dikerjakan oleh setiap m mesin yang tersedia dan kecepatan proses dari m mesin tersebut tidak sama, maka disebut Mesin Pararel proporsional. Masalah job shop umumnya membutuhkan matriks waktu proses (menyatakan waktu pemrosesan tiap operasi dari suatu job) dan matriks routing yang menunjukkan urutan mesin untuk mengerjakan beberapa operasi dari suatu job. Seperti diketahui bersama bahwa penelitian ini difokuskan untuk order ulang(repetitive production), disamping itu terdapat lebih dari satu work center. Dimana setiap work center mempunyai karakteristik yang berbeda. Misalkan satu work center memerlukan waktu set up yang lebih kecil tapi laju produksi yang dihasilkan juga rendah. Pada work center lain yang lebih modern memerlukan waktu set up yang lama tetapi laju produksinya tinggi. Produksi berulang dalam kegiatan produksinya bergantung pada waktu set up. Artinya dalam setiap pergantian produk yang dikerjakan, work center membutuhkan waktu untuk men-set up agar sesuai dengan produk yang akan dikerjakan. Kegiatan set up adalah penyetelan tooling(peralatan) mesin yang disesuaikan dengan produk yang akan dikerjakan sebelum work center beroperasi. Dalam perhitungan waktu pengerjaan produk, waktu set up adalah konstan. Perbedaan jenis mesin yang digunakan oleh work center akan mempengaruhi laju produksi work center. Untuk itu perlu didefinisikan laju produksi work center dalam setiap pengerjaan produk. Rumusan perhitungan waktu penyelesaian job adalah : MLT = ST + Q/PR (Diadopsi dari : Raharjo,2002) dimana : MLT = Manufacturing Lead Time, yaitu waktu penyelesaian job ST = Setup Time, yaitu waktu setup untuk work center. Q = Quantity, yaitu kuantitas produk dari job PR = Production Rate, yaitu laju produksi pada work center Kegiatan operasional produksi sehari-hari diatur oleh jam kerja yang dirumuskan oleh pihak manajemen perusahaan. Pengaturan jam kerja sangat penting karena proses produksi yang berjalan juga mempertimbangkan kebutuhan personal bagi pekerja yang terlibat dalam sistem produksi. Dengan adanya aturan jam kerja tersebut maka kegiatan produksi dapat terorganisir dan terencana dengan baik. Karena pertimbangan tersebut maka dirumuskan jam kerja harian atau shop days pada lantai produksi. Perumusan shop days antara lain menetapkan waktu mulainya operasi, waktu
ISBN : 979-99735-2-X A-48-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi V Program Studi MMT-ITS, Surabaya 3 Pebruari 2007
istirahat dan durasi istirahat, serta waktu akhir beroperasi dari lantai produksi dalam satu hari. Shop days bisa terdiri dari beberapa tipe, misalkan shop days dengan 1 shift kerja, 2 shift kerja atau 3 shift kerja, shop days untuk akhir pekan dan sebagainya. Shop days dijadikan sebagai dasar dalam membuat shop calendar. Shop calendar adalah kalender kerja produksi untuk satu periode perencanaan, misalkan untuk 1 bulan, 6 bulan atau 1 tahun ke depan. Kalender tersebut mengindikasikan tanggal-tanggal di mana lantai produksi beroperasi atau tidak aktif sehingga dapat dibuat schedule pengerjaan job bagi lantai produksi. Pengukuran waktu kerja dengan metode ini diperkenalkan pertama kali oleh Frederick W. Taylor sekitar abad ke-19. Metode ini terutama diaplikasikan untuk pekerjaan-pekerjaan yang berlangsung singkat dan berulang(repetif). Dari hasil pengukuran akan diperoleh waktu baku untuk menyelesaikan suatu siklus pekerjaan, sehingga waktu ini akan digunakan sebagai standar penyelesaian pekerjaan bagi semua pekerja yang akan melaksanakan pekerjaan yang sama. Macam macam aturan penjadwalan Ada banyak aturan sequencing yang muncul melalui berbagai penelitian dan dari pengalaman praktis di dunia industri. Berikut ada 3 aturan sequencing yang umum dipakai dan diaplikasikan pada penelitian ini dengan bantuan software Excel Microsoft Officet sebagai pengolah data. Penjadwalan dengan aturan First-Come, First Served (Raharjo,2002) Aturan First Come First Served (FCFS) sering kali dianggap cukup adil. Aturan ini menentukan urutan pengerjaan sesuai dengan urutan kedatangannya pada work center. Penjadwalan dengan aturan Shortest Processing Time (Bedworth and Bailey,1987) Pada aturan Shortest Processing Time (SPT) pengerjaan diurutkan mulai dari waktu pemrosesan (processing time) terkecil. Aturan SPT berguna untuk meminimasi waktu alir rata-rata dan meminimasi kelambatan rata-rata pada proses tunggal (single machine). Penjadwalan dengan aturan Earliest Due Date (Bedworth and Bailey,1987) Pada aturan Earliest Due Date (EDD) pengerjaan diurutkan berdasarkan batas waktu (due date) tercepat. Pekerjaan dengan waktu jatuh tempo paling awal harus dijadwalkan terlebih dahulu daripada pekerjaan dengan waktu jatuh tempo lebih lama. Aturan ini bertujuan untuk meminimasi kelambatan maksimum (maximum lateness) atau meminimasi ukuran kelambatan maksimum (maximum tardiness) suatu pekerjaan. Kekurangan dari aturan atau metode ini adalah menyebabkan jumlah pekerjaan yang terlambat menjadi banyak dan akan menambah rata-rata (mean tardiness). HASIL DAN DISKUSI Dari hasil penghitungan dengan ke 3 metode penjadwalan diatas secara rata-rata hasil terbaik untuk perencanaan periode 1 minggu tersebut adalah metode Earliest Due Date(EDD) 94,6%, kemudian yang kedua First Come First Served(FCFS) 85,9% dan ketiga Shortest Processing Time(SPT) 85,6%. Sebagai gambaran kasar jika dibandingkan dengan kondisi actual data dalam 1 tahun , selisihnya cukup besar berkisar antara 30,11% s/d 39,06%. Data 1 tahun ini terpaksa dipakai sebagai pembanding untuk mewakili, karena selama ini data komplain keterlambatan tidak direcord dengan baik oleh order taker masing-masing. Rata-rata data direkap paling
ISBN : 979-99735-2-X A-48-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi V Program Studi MMT-ITS, Surabaya 3 Pebruari 2007
cepat 1 sebulan sekali. Dan data rekapan tersebut tidak dapat menjelaskan secara spesifik per minggu dan diproses apa order tersebut dikerjakan. Untuk kondisi pada periode tersebut trend ordernya terbanyak pada proses Letter press Non UV dengan 148 order, kedua Letter press UV dengan 63 order, ketiga offset dengan 24 order dan keempat Letter press solvent dengan 15 order. Pada proses Letter press UV dengan aturan FCFS nilainya sebesar 69,8% merupakan nilai terendah diantara ketiganya. Hal ini terjadi karena pada periode tersebut ada sejumlah order yang jumlah unit banyak,tetapi batas due datenya pendek. Sedangkan pada proses Letter press non UV dengan aturan SPT nilainya sebesar 87,2% merupakan nilai terendah diantara ketiganya. Hal ini terjadi karena pada periode tersebut ada sejumlah order yang jumlah unitnya banyak dan tahapan operasinya panjang,tetapi due datenya pendek. Dan pada proses Letter press solvent dengan ketiga aturan tersebut nilainya 100% semua, karena pada periode tersebut due datenya cukup panjang 8 – 23 hari sedangkan rata-rata order tahapan operasinya pendek. Untuk lebih jelasnya hasil analisa tersebut dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Analisa perbandingan 3 metode dengan kondisi eksisting Lama Proses
Order Late
Total order
FCFS Order Order On Time Late
Total order
EDD Order On Order Time Late
SPT
Total Order On Order order Time Late
Total Order On order Time
Offset
337
698
51,7%
4
24
83,3%
2
24
91,7%
5
24
79,2%
Letter press UV
887
1563
43,3%
19
63
69,8%
5
63
92,1%
15
63
76,2%
Letter press Non UV
1977
3667
46,1%
14
148
90,5%
8
148
94,6%
19
148
87,2%
Letter press Solvent
51
269
81,0%
0
15
100,0%
0
15
100,0%
0
15
100,0%
3252
6197
222%
37
250
344%
15
250
378%
39
250
Total Rata-rata
55,52%
85,9%
94,6%
343% 85,6%
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian ini, disimpulkan bahwa : 1. Hasil terbaik dari perhitungan penjadwalan untuk perencanaan jangka pendek periode 1 minggu adalah aturan Earliest Due Date(EDD) dengan angka ketepatan pencapaian janji kirim sebesar 94,6%. 2. Dibandingkan dengan kondisi actual dari data selama setahun dengan rata-rata nilai delivery on timenya 55,52%, maka selisih angka ketepatan pencapaian janji kirim cukup besar berkisar antara 30,11% s/d 39,06%. Hal ini mempertegas bahwa selama ini proses perencanaan dan pengendalian operasional produksi kurang terkendali. 3. Berdasarkan karakteristik perusahaan dengan tipe job order dan mengacu dari trend rata-rata jumlah unit per order yang masuk serta panjangnya tahapan operasi suatu job order, maka dari ke 3 aturan penjadwalan tersebut yang paling sesuai adalah aturan Earliest Due Date(EDD). Untuk memudahkan pekerjaan perencanaan penjadwalan agar waktu kerja lebih pendek, ketiga aturan di atas beserta softwarenya wajib diaplikasikan. Kemudian pada contoh kasus di PT ART agar proses operasional terkendali, sebaiknya perencanaan penjadwalan periodenya dipendekkan dari 1 mingggu 1 kali menjadi 1 minggu 2 kali. Untuk mengurangi beban kerja di proses Letter press Non UV, sebaiknya memberi wacana customer agar order tersebut di arahkan ke proses Letter press Solvent karena secara fungsional produknya hampir sama.
ISBN : 979-99735-2-X A-48-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi V Program Studi MMT-ITS, Surabaya 3 Pebruari 2007
DAFTAR PUSTAKA Baker, K. R, 1974, Introduction to Sequencing And Scheduling, John Wiley And Sons Inc, New York. Bedworth, David D., and Bailey, James E, 1987, Integrated Production Control Systems Management, Analysis, Design 2 E, John Wiley And Sons., Ne York. Chase, R. B., Aquilano, N. J., and Jacobs, F. R., 2001, Operation Management for Competitive Advantage, Ninth Edition, McGraw –Hill Inc., New York. Dwisetiono, 2004, Penjadwalan Produksi Muffler Exhaust Di PT. Ionuda Sidoarjo Untuk Meminimalkan Makespan, Tesis Pascasarjana, MMT- ITS, Surabaya Field, G. Gary, 1996, Printing Production Management, Livonia, New York Pinedo, Michael, 2002, Scheduling Theory, Algorithms, and Systems,Second Edition, Prentice Hall Inc. , New Jersey. Raharjo, Slamet, 2002. Aplikasi Excel Dalam Penjadwalan Produksi, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta Sipper, D., and Bulfin, R. L., 1997, Production Planning, Control And Integration, McGraw-Hill Companies Inc., New York.
ISBN : 979-99735-2-X A-48-6