PENINGKATAN PRESTASI HASIL BELAJAR IPA MATERI ORGAN TUBUH MANUSIA DAN HEWAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW KELAS V SDN 002 TANAH GROGOT
Misnawati SDN 002 Tanah Grogot Abstrak: Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan, diperoleh informasi bahwa tingkat penguasaan dan pemahaman mata pelajaran IPA menunjukkan prestasi belajar masih sangat rendah. Hal ini ditandai oleh (1) Siswa kesulitan menjawab soal-soal latihan pada tes akhir, (2) Rendahnya respon siswa terhadap penjelasan guru. Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui peningkatan prestasi hasil belajar IPA materi organ tubuh manusia dan hewan setelah digunakan pembelajaran kooperatif jigsaw pada kelas V SDN 002 Tanah Grogot. Pelaksanaaan perbaikan menggunakan Classroom Action Research (Penelitian Tindakan Kelas). Tindakan yang dilakukan terdiri dari dua tindakan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu planning, acting, observing, dan reflecting. Adapun kelas yang diteliti adalah siswa kelas V SDN 002 Tanah Grogot dengan jumlah siswa 30 orang. Hasil penelitian pada siklus I adalah jumlah nilai 1965 dengan nilai rata-rata 65,5 dan ketuntasan belajar 60%. Pada siklus II jumlah nilai meningkat menjadi 2475 dengan nilai rata-rata 81,2 dan ketuntasan belajar 96,7%. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran kooperatif jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran IPA materi organ tubuh manusia dan hewan siswa kelas V SDN 002 Tanah Grogot. Kata Kunci : Pembelajaran Kooperatif Jigsaw, Prestasi Hasil Belajar, IPA
Pendidikan nasional yang berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi seorang anak, untuk menentukan masa depan mereka. Namun kualitas pendidikan Indonesia saat ini masih tergolong rendah, padahal untuk membangun bangsa diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas disegala bidang. Misalnya, seorang peserta didik tidak hanya menguasai satu pelajaran namun mereka dituntut untuk menguasai
semua mata pelajaran yang diajarkan salah satunya adalah pelajaran IPA. Pembelajaran IPA yang berhasil, ditunjukkan dengan tingkat pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang diajarkan, biasanya dinyatakan dengan nilai. Peran guru sangat penting dalam pencapaian keberhasilan proses pembelajaran, karena para guru yang lebih mengetahui kondisi perkembangan siswa di kelas. Proses pembelajaran yang dilakukan guru dalam mata pelajaran IPA masih berpusat pada guru. Padahal seharusnya proses pembelajaran yang sedang berlangsung harus banyak mengaktifkan siswa untuk belajar agar mampu berubah dari belum mampu menjadi mampu.
265
266, J-TEQIP, Tahun V, Nomor 2, November 2014
Sedangkan guru hanya sebagai fasilitator saja. Menurut Gagne (1984) belajar adalah suatu proses dimana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan, diperoleh informasi bahwa tingkat penguasaan dan pemahaman mata pelajaran IPA menunjukkan prestasi belajar masih sangat rendah. Hasil nilai mata pelajaran IPA di kelas V SDN 002 Tanah Grogot materi organ tubuh manusia dan hewan dinyatakan belum tuntas karena belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). KKM mata pelajaran IPA kelas V SDN 002 Tanah Grogot adalah 65. Dari 30 siswa hanya 10 orang yang mendapat nilai 65 ke atas atau hanya 30 % siswa yang mendapat nilai sesuai dengan KKM. Sementara 70 % siswa dinyatakan belum tuntas dalam pembelajaran. Keadaan ini diduga disebabkan oleh ketidakefektifan pengelolaan pembelajaran yang dilakukan guru. Dalam mengelola pembelajaran guru belum menggunakan metode dan strategi pembelajaran yang tepat bagipeserta didik.Menurut Dra. Roestiyah. N.K. (1989:1), Guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Adapun hasil analisis masalah penelitian sebagai berikut; Siswa kesulitan menjawab soal-soal latihan pada tes akhir, Rendahnya respon siswa terhadap penjelasan guru, Siswa pasif dalam mengikuti pembelajaran, proses pembelajaran yang monoton dan kurang variasi serta cenderung mengarah pada dominasi guru. Untuk meningkatkan penguasaan materi pembelajaran Pendidikan IPA materi organ tubuh manusia dan hewan, maka dilaksanakan perbaikan dengan membimbing siswa yang kesulitan dalam mengerjakan soal, memotivasi keaktifan siswa dengan menggunakan alat peraga yang sesuai dengan kebutuhan
siswa, menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi yaitu menggunakan pembelajaran kooperatif jigsaw. Pembelajaran kooperatif Jigsaw adalah suatu metode pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok yang terdiri dari 5 atau 6 secara heterogen. Metode ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan kawan-kawan dari universitas Texas dan kemudian diadaptasi oleh Staving dan kawan-kawannya. Melalui metode jigsaw kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri dari 5 atau 6 dan karakteristik yang heterogen. Bahan akademik yang disajikan siswa dalam bentuk tes dan tiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut. Pada anggota dari berbagai tim yang berbeda memiliki tanggung jawab mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu untuk mengkaji bahan tersebut. Kumpulan siswa semacam itu disebut “kelompok pakar”(ekspert group). Selanjutnya siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali ke kelompok semula (home teams) untuk mengajar anggota lain mengenai materi yang telah dipelajari dalam kelompok pakar setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam “home teams” para siswa dievaluasi secara individual mengenai bahan yang telah dipelajari. Dalam metode jigsaw versi Slavin, penskoran dilakukan seperti metode STAD. Individu atau tim yang memperoleh skor tinggi diberi penghargaan oleh guru. METODE PENELITIAN Penelitian ini tergolong penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yaitu suatu proses yang dinamis dimana keempat aspek yaitu: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi harus dipahami bukan sebagi langkah-langkah yang statis, terselesaikan dengan sendi-
Misnawati, Peningkatan Prestasi Hasil Belajar IPA melalui Pembelajaran Kooperatif Jigsaw, 267
rinya, tetapi lebih merupakan momenmomen dalam bentuk spiral yang menyangkut perencanaan, tindakan, pengamatan,dan refleksi (Kemmis & Mc Taggart, 1993). Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Siklus 1 membahas tentang materi organ tubuh manusia dan pada siklus 2 membahas materi organ tubuh hewan. Siklus I 1. Perencanaan Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan meliputi: a. Menyusun rencana pembelajaran pembelajaran (RPP) materi organ tubuh manusia. b. Membuat alat peraga yang dibutuhkan dalam pembelajaran c. Menyiapkan instrument penelitian berupa pedoman pengamatan bagi guru dan siswa. d. Menyiapkan lembar kerja siswa (LKS) e. membuat soal tes evaluasi belajar. 2. Pelaksanaan Tindakan a. Guru membagi siswa dalam kelompok heterogen masing-masing terdiri dari 5 atau 6 anggota, usahakan kelompok tersebut imbang menurut prestasi akademik, jenis kelamin dan bila perlu asal suku. b. Guru mengambil satu dari masingmasing kelompok yang dibentuk asli untuk dijadikan kelompok ahli (pakar). c. Guru menugaskan kepada kelompok pakar untuk memahami alat pernapasan pada manusia dalam kehidupan sehari-hari dibimbing oleh guru. d. Kelompok pakar kembali pada kelompok semula dan menjelaskan kepada teman-teman sekolompoknya.
e. Guru menjelaskan kepada siswa tentang tugas-tugas mereka pada saat belajar kelompok, dan membuat langkah-langkah pengerjaan di papan tulis. f. Guru membagikan lembar kerja siswa kepada masing-masing kelompok dan membimbing mereka mengerjakan soal. g. Guru memperhatikan setiap kelompok pada saat mengerjakan soal. h. Diadakan tes secara individual setelah satu atau dua kali pertemuan. i. Guru membuat nilai tes dan nilai rata-rata kelas. j. Guru memberikan kepada penghargaan kepada kelompok berdasarkan skor yang diperoleh. 3. Observasi Observasi atau pengamatan dilakukan untuk mengamati proses pembelajaran. Adapun yang diamati adalah kegiatan guru dan siswa pada proses pembelajaran. Melalui kegiatan observasi ini, peneliti dibantu oleh observer (pengamat). Observasi dilakukan sejak pelaksanaan tindakan siklus I sampai siklus berikutnya. 4. Refleksi Pada tahap ini, peneliti bersama observer mendiskusikan kembali hasil tindakan pada siklus I dengan melihat langkah-langkah yang sudah dicapai dan melihat kekuarangankekurangan dari langkah-langkah/ tindakan yang sudah dilakukan, yang nantinya akan diperbaiki pada siklus atau tindakan berikutnya. Siklus II 1. Perencanaan Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan meliputi:
268, J-TEQIP, Tahun V, Nomor 2, November 2014
a. Menyusun rencana pembelajaran pembelajaran (RPP) materi organ tubuh manusia dan hewan. b. Membuat alat peraga yang dibutuhkan dalam pembelajaran c. Menyiapkan instrument penelitian berupa pedoman pengamatan bagi guru dan siswa. d. Menyiapkan lembar kerja siswa (LKS) e. membuat soal tes evaluasi belajar. 2. Pelaksanaan Tindakan a. Guru membagi siswa dalam kelompok heterogen masing-masing terdiri dari 5 atau 6 anggota, usahakan kelompok tersebut imbang menurut prestasi akademik, jenis kelamin dan bila perlu asal suku. b. Guru mengambil satu dari masingmasing kelompok yang dibentuk asli untuk dijadikan kelompok ahli (pakar). c. Guru menugaskan kepada kelompok pakar untuk memahami materi alat pernapasan hewan dibimbing oleh guru. d. Kelompok pakar kembali pada kelompok semula dan menjelaskan kepada teman-teman sekelompoknya. e. Guru menjelaskan kepada siswa tentang tugas-tugas mereka pada saat belajar kelompok, dan membuat langkah-langkah pengerjaan di papan tulis. f. Guru membagikan lembar kerja siswa kepada masing-masing kelompok dan membimbing mereka mengerjakan soal. g. Guru memperhatikan setiap kelompok pada saat mengerjakan soal. h. Diadakan tes secara individual setelah satu atau dua kali pertemuan. i. Guru membuat nilai tes dan nilai rata-rata kelas.
j.
Guru memberikan kepada penghargaan kepada kelompok berdasarkan skor yang diperoleh. 3. Observasi Observasi atau pengamatan dilakukan untuk mengamati proses pembelajaran. Adapun yang diamati adalah kegiatan guru dan siswa pada proses pembelajaran. Melalui kegiatan observasi ini, peneliti dibantu oleh observer (pengamat). 4. Refleksi Pada tahap ini, peneliti bersama observer mendiskusikan kembali hasil tindakan pada siklus I dengan melihat langkah-langkah yang sudah dicapai dan melihat kekuarangankekurangan dari langkah-langkah/ tindakan yang sudah dilakukan, yang nantinya akan diperbaiki pada siklus atau tindakan berikutnya. HASIL PENELITIAN 1. Sebelum Perbaikan (Pra Siklus) Kondisi sebelum perbaikan, dapat peneliti sajikan melalui tabel daftar nilai sebelum perbaikan mata pelajaran IPA (tabel 1). Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa kondisi sebelum perbaikan hasil belajar siswa sangat rendah pada mata pelajaran IPA kelas V materi organ tubuh manusia dan hewan di SDN 002 Tanah Grogot. Dan dari 30 siswa hanya 10 siswa yang tuntas dalam pembelajaran (30%). Siklus 1 Perencanaan Pada kegiatan perencanaan peneliti membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) materi alat pernapasan pada manusia. Membuat/menyediakan alat peraga alat peraga pernapasan manusia. Menyiapkan instrument penelitian pedoman pengamatan bagi guru dan siswa.
Misnawati, Peningkatan Prestasi Hasil Belajar IPA melalui Pembelajaran Kooperatif Jigsaw, 269
Menyiapkan lembar kerja siswa (LKS) dan membuat soal tes evaluasi belajar.
alat pernapasan pada manusia kepada masing-masing kelompok dan membimbing mereka mengerjakan soal.
Tabel 1. Nilai Sebelum Perbaikan Mata Pelajaran IPA No
Nilai
Frekuensi
Jumlah
1
40
1
40
2
45
0
0
3
50
7
350
4
55
1
55
5
60
11
660
6
65
3
195
7
70
6
420
8
80
1
80
Jumlah
30
1800
Rata-rata Ketuntasan
Tabel 2. Hasil Nilai Siklus I No Nilai Frekuensi Jumlah 40 0 0 1 45 0 0 2 50 3 150 3 55 1 55 4 60 8 480 5 65 9 585 6 70 5 350 7 75 1 75 8 80 1 80 9 85 0 0 10 90 1 90 11 95 0 0 12 100 1 100 13 30 1965 Jumlah
60.0
Rata-rata Ketuntasan
30%
Pelaksanaan Tindakan Guru membagi siswa dalam kelompok heterogen masing-masing terdiri dari 5 anggota, kelompok tersebut imbang menurut prestasi akademik, jenis kelamin dan asal suku. Guru mengambil satu dari masing-masing kelompok yang dibentuk asli untuk dijadikan kelompok ahli (pakar) berdasarkan prestasi akademik. Guru melakukan apersepsi dengan menggunakan alat peraga berupa alat pernapasan pada manusia dan menanyakan kepada siswa tentang gambar tersebut. Guru menugaskan kepada kelompok pakar untuk memahami pernapasan pada manusia dalam kehidupan sehari-hari. Kelompok pakar kembali pada kelompok semula dan menjelaskan kepada teman-teman sekelompoknya. Guru menjelaskan kepada siswa tentang tugas-tugas mereka pada saat belajar kelompok, dan membuat langkahlangkah pengerjaan di papan tulis. Guru membagikan lembar kerja siswa tentang
65.5 60%
Hasil penelitian pada siklus I menunjukkan bahwa terdapat peningkatan nilai dari pada sebelum diadakan perbaikan pembelajaran. Jumlah nilai pada sebelum perbaikan yaitu 1800, pada siklus I terdapat peningkatan yaitu 1965 dengan nilai rata-rata kelas 65,5 dan ketuntasan belajar 60%. 35 30 25 20 15
Frekuensi
10 5 0
Gambar 1. Perolehan Nilai Siklus I
270, J-TEQIP, Tahun V, Nomor 2, November 2014
Berdasarkan grafik pada gambar 1, perolehan nilai siswa pada siklus I yaitu, yang memperoleh nilai 50 adalah 3 siswa, nilai 55 adalah 1 siswa, nilai 60 adalah 8 siswa, nilai 65 adalah 9 siswa, nilai 70 adalah 5 siswa, nilai 75 adalah 1 siswa, nilai 80 adalah 1 siswa, nilai 90 adalah 1 siswa, dan nilai 100 adalah 1 siswa.
baik, bimbingan pada siswa yang kurang mampu dalam kategori cukup, dan memberikan latihan sebagai evaluasi dalam kategori baik. Tabel 4. Hasil Observasi (Siswa) Siklus I
No 1
Observasi
2
Tabel 3. Hasil Observasi (Guru) Siklus I
No
Aspek yang diobservasi
3
Kua litas
1
Melakukan Apersepsi
B
2
Memotivasi siswa
C
3
Menyampaikan tujuan pembelajaran
B
4
Menggunakan metode pembelajaran jigsaw
C
5
Melibatkan siswa secara aktif
C
6
Mengadakan tanya jawab
B
7
Bimbingan pada siswa yang kurang mampu
C
8
Memberikan latihan sebagai evaluasi
B
Hasil observasi guru pada proses perbaikan pembelajaran siklus I adalah sebagai berikut, guru dalam memulai pembelajaran menggunakan appersepsi untuk menarik perhatian siswa dan mempersiapkan siswa dalam memahami materi yang akan disampaikan. Kualitas appersepsi guru pada pembelajaran termasuk dalam kategori baik. Guru dalam memotivasi siswa dalam kategori cukup, kualiatas menyampaikan tujuan pembelajaran dalam kategori baik, kualitas menggunakan metode pembelajaran jigsaw dalam kategoricukup, melibatkan siswa secara aktif dalam kategori cukup, mengadakan tanya jawab dalam kategori
Aspek yang diobservasi Keaktifan siswa Kerjasama siswa dalam kelompok Pemahaman siswa
Kuali tas C B C
Hasil observasi siswa yang dilakukan pengamat pada siklus I adalah sebagai berikut, kualitas keaktifan siswa termasuk dalam kategori baik, kerjasama siswa dalam kelompok dalam kategori baik, dan pemahaman siswa dalam kategori cukup. Refleksi Berdasarkan hasil nilai dan pengamatan pada siklus I, peneliti dan pengamat merefleksikan hasil nilai dan pengamatan yang telah dilakukan sebagai berikut: 1. Hasil nilai pada siklus I adalah 1965 dengan nilai rata-rata 65,5. Ketuntasan belajar 60%. Rata-rata kelas yang seharusnya dicapai minimal 70 dan ketuntasan kelas minimal 75%. 2. Hasil pengamatan guru dapat dinyatakan hanya 50% dalam kategori baik sehingga masih banyak kekurangan-kerkurangan pada proses pembelajaran yang harus diperbaiki. Hasil pengamatan siswa siswa juga masih dalam kategori cukup. Berdasarkan hasil tersebut, maka peneliti dan pengamat memutuskan utuk melanjutkan perbaikan ke siklus berikutnya yaitu melaksanakan perbaikan penelitian pada siklus II.
Misnawati, Peningkatan Prestasi Hasil Belajar IPA melalui Pembelajaran Kooperatif Jigsaw, 271
Siklus 2 Perencanaan Pada kegiatan perencanaan siklus 2 tidak jauh beda dengan siklus 1, yang membedakan adalah penggunaan alat peraga. Pada siklus 1 alat peraga yang digunakan yaitu gambar alat pernapasan manusia, sedangkan pada siklus 2 alat peraga yang digunakan yaitu LCD proyektor. Pelaksanaan Tindakan Guru membagi siswa dalam kelompok heterogen masing-masing terdiri dari 5 anggota, kelompok tersebut imbang menurut prestasi akademik, jenis kelamin dan asal suku. Guru mengambil satu dari masing-masing kelompok yang dibentuk asli untuk dijadikan kelompok ahli (pakar) berdasarkan prestasi akademik. Guru melakukan apersepsi dengan menggunakan LCD proyektor dan menayangkan alat pernapasan pada hewaan. Guru menugaskan kepada kelompok pakar untuk memahami pernapasan pada hewan dalam kehidupan sehari-hari. Kelompok pakar kembali pada kelompok semula dan menjelaskan kepada teman-teman sekelompoknya. Guru menjelaskan kepada siswa tentang tugas-tugas mereka pada saat belajar kelompok, dan membuat langkahlangkah pengerjaan di papan tulis. Guru membagikan lembar kerja siswa tentang alat pernapasan pada hewan kepada masing-masing kelompok dan membimbing mereka mengerjakan soal. Hasil penelitian pada siklus II (tabel 5) menunjukkan bahwa terdapat peningkatan nilai dari pada perbaikan pembelajaran siklus. Jumlah nilai pada siklus I yaitu 1965, pada siklus II terdapat peningkatan yaitu 2475 dengan nilai ratarata kelas 81,2 dan ketuntasan belajar 96,7%.
Tabel 5 Hasil Nilai Siklus II
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Nilai 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100 Jumlah Rata-rata Ketuntasan
Frekuensi 0 0 0 0 1 2 10 1 5 0 3 0 8 30
Jumlah 0 0 0 0 60 170 700 75 400 0 270 0 800 2475 81.2
96.7%
35 30 25 20 15
Frekuensi
10 5 0
Grafik 2 Perolehan Nilai siklus II
Berdasarkan grafik di atas, perolehan nilai siswa pada siklus II yaitu, yang memperoleh nilai 60 adalah 1 siswa, nilai 65 adalah 3 siswa, nilai 70 adalah 10 siswa, nilai 75 adalah 1 siswa, nilai 80 adalah 5 siswa, nilai 90 adalah 4 siswa, dan nilai 100 adalah 9 siswa.
272, J-TEQIP, Tahun V, Nomor 2, November 2014
No
Aspek yang diobservasi
1 Keaktifan siswa Kerjasama siswa dalam 2 kelompok 3 Pemahaman siswa
Kualit as A A B
Observasi Tabel 4.6 Hasil Observasi (Guru) Siklus II
N o 1 2 3 4 5 6 7 8
Aspek yang diobservasi Melakukan Apersepsi Memotivasi siswa Menyampaikan tujuan pembelajaran Menggunakan metode pembelajaran jigsaw Melibatkan siswa secara aktif Mengadakan tanya jawab Bimbingan pada siswa yang kurang mampu Memberikan latihan sebagai evaluasi
Kuali tas A A A A B A B A
Hasil observasi guru pada proses perbaikan pembelajaran siklus II adalah sebagai berikut, guru dalam memulai pembelajaran menggunakan appersepsi untuk menarik perhatian siswa dan mempersiapkan siswa dalam memahami materi yang akan disampaikan. Kualitas apersepsi guru pada pembelajaran termasuk dalam kategori sangat baik. Guru dalam memotivasi siswa dalam kategori sangat baik, kualitas menyampaikan tujuan pembelajaran dalam kategori baik, kualitas menggunakan metode pembelajaran jigsaw dalam kategori sangat baik, melibatkan siswa secara aktif dalam kategori baik, mengadakan tanya jawab dalam kategori baik, bimbingan pada siswa yang kurang mampu dalam kategori baik, dan memberikan latihan sebagai evaluasi dalam kategori baik.
Tabel 4.7 Hasil Observasi (Siswa) Siklus II
Hasil observasi siswa yang dilakukan pengamat pada siklus I adalah sebagai berikut, kualitas keaktifan siswa termasuk dalam kategori sangat baik, kerjasama siswa dalam kelompok dalam kategori sangat baik, dan pemahaman siswa dalam kategori baik. Refleksi Berdasarkan hasil nilai dan pengamatan pada siklus II, peneliti dan pengamat merefleksikan hasil nilai dan pengamatan yang telah dilakukan sebagai berikut: 1. Hasil nilai pada siklus II adalah 2475 dengan nilai rata-rata 81,2. Ketuntasan belajar 96,7%. Rata-rata kelas dan ketuntasan belajar telah memenuhi standar indikator keberhasilan yaitu 70 dan 75%. 2. Hasil pengamatan guru dapat dinyatakan dalam kategori sangat baik. Hasil pengamatan siswa juga sudah termasuk kriteria sangat baik. Berdasarkan hasil tersebut, maka peneliti dan pengamat memutuskan untuk tidak melanjutkan perbaikan. PEMBAHASAN Siklus I Berdasarkan hasil nilai dan pengamatan guru dan siswa yang dilakukan oleh peneliti dan pengamat, hasil nilai yang diperoleh pada siklus I adalah 1965 dengan nilai rata-rata 65,5. Walaupun sudah terdapat peningkatan hasil nilai rata-rata kelas, namun nilai tersebut belum mencapai kriteria yang ditetapkan yaitu nilai rata-rata kelas 70. Dari 30 siswa yang tuntas dalam pembelajaran hanya 18 siswa (60%) masih terdapat 12 siswa yang belum tuntas dalam pembelajaran. Oleh sebab itu, peneliti melakukan penelitian perbaikan ke jenjang selanjutnya yaitu pada siklus II.
Misnawati, Peningkatan Prestasi Hasil Belajar IPA melalui Pembelajaran Kooperatif Jigsaw, 273
Hasil observasi bagi guru masih dalam kategori cukup, guru dalam melaksanakan proses perbaikan pembelajaran masih belum terbiasa menggunakan metode pembelajaran jigsaw sehingga guru masih kebingungan menggunakan metode tersebut. Kualitas appersepsi guru pada pembelajaran termasuk dalam kategori baik karena guru melakukan appersepsi dengan menggunakan alat peraga tentang alat pernapasan manusia sehingga siswa fokus terhadap pembelajaran yang akan dilaksanakan. Guru dalam memotivasi siswa dalam kategori cukup guru kurang memotivasi siswa yang tidak aktif dalam kelompok dan cenderung membiarkan siswa tersebut. Kualitas menyampaikan tujuan pembelajaran dalam kategori baik, guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan yaitu siswa dapat mendeskripsikan energi panas. Kualitas menggunakan metode pembelajaran jigsaw dalam kategori cukup, guru kurang menguasai metode pembelajaran jigsaw guru masih kebingungan dalam menerapkan metode pembelajaran. Melibatkan siswa secara aktif dalam kategori cukup, guru kurang melibatkan siswa dalam pembelajaran guru cenderung menguasai kelas. Mengadakan tanya jawab dalam kategori baik, pada kegiatan akhir pembelajaran melakukan tanya jawab tentang materi yang telah di sampaikan. Bimbingan pada siswa yang kurang mampu dalam kategori cukup, ada beberapa siswa yang belum paham tentangmateri pelajaran, namun guru tidak melakukan bimbingan pada siswa tersebut. Guru memberikan latihan sebagai evaluasi dalam kategori baik. Guru memberikan evaluasi secara individu pada akhir pembelajaran. Hasil observasi pada siswa, kualitas keaktifan siswa termasuk dalam kategori baik walaupun masih ada beberapa siswa yang belum aktif, namun
ada beberapa siswa yang mulai aktif dalam pembelajaran, kerjasama siswa dalam kelompok dalam kategori baik siswa yang pintar sudah mulai bisa melakukan kerjasama dalam kelompok, namun ada juga siswa yang belum bisa bekerjasama dalam kelompok. Kerjasama dalam kelompok didominasi oleh siswa yang pandai dan siswa yang akrab dengan kelompoknya, pemahaman siswa dalam kategori cukup, siswa yang belum paham tentang materi pelajaran belum berani untuk bertanya kepada guru sehingga pemahaman tentang materi pembelajaran masih kurang dikuasai. Siklus II Berdasarkan hasil nilai dan pengamatan guru dan siswa yang dilakukan oleh peneliti dan pengamat, hasil nilai yang diperoleh pada siklus II adalah 2475 dengan nilai rata-rata 81,2 terdapat peningkatan hasil nilai rata-rata kelas yang memuaskan. Dari 30 siswa yang tuntas dalam pembelajaran adalah 29 siswa (96,7%) hanya 1 siswa yang belum tuntas dalam pembelajaran. Oleh sebab itu, peneliti memutuskan untuk tidak melanjutkan penelitian. Hasil observasi bagi guru masih dalam kategori sangat baik, berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, guru memperbaiki setiap kekurangan atau kesalahan yang dilakukan sehingga guru dalam melaksanakan proses perbaikan pembelajaran masih sudah terbiasa menggunakan metode pembelajaran jigsaw sehingga guru tidak kebingungan menggunakan metode tersebut. Kualitas appersepsi guru pada pembelajaran termasuk dalam kategori baik karena guru melakukan appersepsi dengan menggunakan alat peraga berupa LCD proyektor untuk menampilkan alat pernapasan pada hewan sehingga siswa lebih fokus terhadap pembelajaran yang akan dilaksanakan. Guru dalam memotivasi siswa dalam kategori sangat baik guru memotivasi siswa yang tidak aktif
274, J-TEQIP, Tahun V, Nomor 2, November 2014
dalam kelompok. Guru melibatkan siswa secara aktifdan memberikan waktu untuk bertanya bagi siswa yang belum menguasai materi pelajaran dan membimbing siswa yang belum paham tentang pelajaran serta memberikan evaluasi secara individu pada akhir pembelajaran. Hasil observasi pada siswa, keaktifan siswa lebih meningkat siswa yang belum aktif dalam pembelajaran mulai aktif karena guru menggunakan feedback/ umpan balik dalam setiap pertanyaanpertanyaan yang diajukan oleh siswa. Kerjasama siswa dalam kelompok dan pemahaman siswa juga meningkat berdasarkan hasil nilai siswa yaitu hanya 1 siswa yang belum tuntas dalam pembelajaran. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran kooperatif jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran IPA materi organ tubuh manusia dan hewan siswa
DAFTAR RUJUKAN 3F/Kelompok Tujuh. (2011). Makalah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. Http://makalahjigsaw_1402.html. Azhar, A. 2007. Media Pembelajaran.Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Riadi, M. (2012). Model Pembelajaran Jigsaw. Http://model-pembelajaran-jigsaw pengertian.html. Sulistyanto, H & Wiyono, E (2008). Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Pusat Perbukuan.
kelas V SDN 002 Tanah Grogot 2011.
tahun
PENUTUP Kesimpulan Penggunaan metode pembelajaran kooperatif jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran IPA materi organ tubuh manusia dan hewan siswa kelas V SDN 002 Tanah Grogot 2011. Hasil penelitian pada siklus I adalah jumlah nilai 1965 dengan nilai rata-rata 65,5 dan ketuntasan belajar 60%. Pada siklus II jumlah nilai meningkat menjadi 2475 dengan nilai rata-rata 81,2 dan ketuntasan belajar 96,7%. Saran Guru diharapkan selalu membimbing dan mengarahkan siswanya agar aktif dan dapat berinteraksi dalam pembelajaran di sekolah. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menggunakan metode jigsaw dalam pembelajaran.
Suryanti dkk, 2008.Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. Tim Penyusun KTSP, 2007. Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan. Wayan, I. 2010. 8 Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Az-Zahra Book’s. Winataputra, S.U.dkk, 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.