UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SDN 017 TANAH GROGOT MELALUI MODEL INKUIRI TERBIMBING
Nur Farida SD No 017 Tanah Paser Kalimantan Timur Abstrak: Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan untuk mengatasi rendahnya hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN. 017 Tanah Grogot, pada materi fungsi organ manusia dan hewan. PTK dilakukan dalam 3 siklus dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Hasil PTK menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar dari siklus I dibandingkan dengan pra penelitian sebesar 8,85%, dari siklus I ke siklus II sebesar 6,35%, dan dari siklus II ke siklus III sebesar 10,95%. Kriteria ketuntasan klasikal tercapai pada siklus III.Dapat disimpulkan bahwa model inkuiri terbimbingdapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa. Kata Kunci: model inkuiri terbimbing, hasil belajar, IPA
Pembelajaran IPA harus menggambarkan, dijiwai, serta diarahkan untuk mencapai hasil yang baik. Perangkat pembelajaran, perencanaan pembelajaran, dan kegiatan pembelajaran IPA SD harus mengacu pada tujuan pembelajaran IPA dan memperhatikan karakteristik siswa SD sebagai pelajar. Demikian pula keterampilan-keterampilan yang harus dikuasai untuk mencapai tujuan di atas harus benar-benar dilatihkan di kelas melalui kegiatan pembelajan. Pada teori belajar Gagne dinyatakan bahwa dalam belajar ada dua obyek yang dapat diperoleh siswa, obyek langsung dan obyek tak langsung. Obyek tak langsung antara lain kemampuan menyelidiki dan memecahkan masalah, mandiri (belajar, bekerja dan lain-lain), bersikap positif terhadap pelajaran dan mengerti bagaimana seharusnya belajar. Obyek langsung adalah sebagai berikut: (1) fakta: adalah kenyataan yang ada dalam pelajaran yang dapat berupa objek pelajaran; (2) keterampilan: adalah kemampuan memberikan jawaban yang
benar dan cepat; (3) konsep: ide abstrak yang memungkinkan kita mengelompokkan objek belajar; (4) aturan: digunakan untuk membatasi pola piker agar tidak menyimpang dari tujuan belajar. Menurut teori perkembangan kognitif Piaget, siswa kelas IV SD pada taraf berfikir operasional formal, pola berfikir yang ditunjukkan adalah sistematis dan meliputi proses-proses yang komplek. Operasionalnya tidak lagi terbatas sematamata pada penggunaan objek atau bendabenda yang kongkrit tetapi dapat pula digunakan pada operasional lainnya. Anak telah dapat memecahkan semua macam problem yang hanya dapat dipecahkan melalui penggunaan operasional logika yang lebih tinggi tingakatannya. Dari teori perkembangan kognitif Piaget di atas jika guru telah melaksanakan proses pembelajaran menggunakan metode yang proporsional, tujuan pembelajaran IPA yang dirinci menjadi tujuan pembelajaran umum dan lebih rinci lagi serta lebih operasional menjadi tujuan pem-
9
10, J-TEQIP, Tahun V, Nomor 1, Mei 2014
belajaran khusus lebih mudah dicapai, namun kenyataannya dalam setiap kali pelaksanaan pembelajaran pencapaian tujuan tersebut masih sangat rendah. Hal itu dapat dilihat dari hasil belajar siswa sangat rendah atau belum mencapai target ketuntasan. Berdasarkan observasi, rata-rata siswa dalam proses belajar IPA belum mempunyai nilai ketuntasan minimal yang ditentukan dan KKM klasikal. Ketuntasan belajar secara klasikal yaitu jika 85% dari sejumlah siswa dalam satu kelas telah memperoleh nilai 6,5 atau lebih.Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sebagian besar siswa mengalami kesulitan untuk memahami konsep pelajaran. Hal ini diduga karena pendekatan, model, metode pembelajaran, maupun strategi pembelajaran yang digunakan kurang tepat juga kemampuan guru serta sarana pembelajaran yang meliputi media, alat peraga, dan buku pegangan siswa yang terbatas sehingga mengakibatkan rendahnya pemahaman siswa terhadap konsep-konsep pada mata pelajaran IPA yang dapat dilihat dari belum tercapai ketuntasan belajar siswa secara klasikal. Tujuan penelitian ini adalah untuk menerapkan model inkuiri terbimbing pada siswa kelas IV SDN 017 Tanah Grogot. Model inkuiri terbimbing adalah model pembelajaran inkuiri, di mana masalah dan proses masalah masih ditentukan oleh guru. Siswa SD masih perlu dituntun untuk melakukan penyelidikan dalam menemukan sesuatu, dan hasilnya sudah dapat diperkirakan oleh guru (Zubaidah dkk, 2013). Inkuiri adalah pembelajaran yang melatih siswa untuk belajar menemukan masalah, mengumpulkan, mengorganisasi, dan mengolah data serta memecahkan masalah. Joyce dan Weil (2000, dalam Zubaidah dkk,
2013) mengemukakan bahwa inti dari pembelajaran inkuiri adalah melibatkan siswa dalam masalah penyelidikan nyata dengan menghadapkan mereka dengan cara penyelidikan (investigasi), membantu mereka mengidentifikasi masalah konseptual atau metodologis dalam wilayah investigasi, dan meminta mereka merancang cara mengatasi masalah. Melalui inkuiri siswa belajar menjadi seorang ilmuwan dalam menyusun pengetahuan. Selain itu, siswa belajar menghargai ilmu dan mengetahui keterbatasan pengetahuan dan ketergantungan satu dengan yang lainnya. Melalui penelitian tindakan kelas ini diharapkan adanya peningkatan pemahaman siswa kelas IV SD terhadap mata pelajaran IPA yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan hasil belajar atau meningkatnya ketuntasan belajar siswa secara klasikal. Adapun target peningkatan yang hendak dicapai sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa dalam satu kelas dapat mencapai nilai sekurang-kurangnya 6,5. METODE PENELITIAN Penelitian tindakan kelas pada hakikatnya adalah merupakan sarana untuk memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme pendidik dalam pembelajaran kelas. Penelitan tindakan kelas dilakukan secara bertahap yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan tindakan dan refleksi. Hasil refleksi terhadap tindakan yang dilakukan akan digunakan kembali untuk revisi rencana jika ternyata tindakan yang dilakukan belum berhasil memperbaiki praktek atau belum memecahkan masalah. Metode penelitian ini digambarkan berikut ini (Gambar 1).
Farida, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa melalui Model Inkuiri Terbimbing, 11
PRA PENELITIAN MenentukanPermasalahan Mengumpulkan data awal tentang hasil belajar kognitif dan psikomotorik siswa sebagai study awal
Refleksi
Pelaksanaan
Rencana Tindakan Siklus I
Tindakan
Observasi Refleksi
Pelaksanaan
Rencana Tindakan Siklus IISiklus II
Observasi
Tindakan
Refleksi
Pelaksanaan
Rencana Tindakan Siklus IIISiklus II
Tindakan
Observasi
Indikator Tercapai Selesai Gambar 1. Siklus PTK (Kasbollah, 1998) Secara teknis tahap-tahap kegiatan penelitian dalam setiap siklus dapat dijelaskan berikut ini.
Siklus I a. Rencana Tindakan Dalam tahap perencanaan tindakan pada siklus ini, kegiatan yang dilakukan adalah berikut ini.
12, J-TEQIP, Tahun V, Nomor 1, Mei 2014
1. Peneliti menyusun silabus dan RPP yang berkaitan dengan materi organ tubuh manusia dan hewan. 2. Peneliti merancang skenario pembelajaran yang dapat mengaktivitaskan siswa dalam kelas. 3. Merancang alat pengumpul data yang berupa tes dan digunakan untuk mengetahui pemahaman kemampuan siswa. b. Pelaksanaan Tindakan 1. Kegiatan dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi: (a) memberikan penjelasan secara umum tentang pokok bahasan, (b) mendorong siswa yang belum aktif untuk aktif dalam mengikuti pembelajaran, (c) mengamati dan mencatat siswa yang berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, (d) mengumpulkan hasil pengujian yang diperoleh siswa dalam mengerjakan soal evaluasi, dan (e) menganalisa hasil tes hasil belajar siswa diajar. 2. Peneliti mengajar sesuai dengan skenario pembelajaran klasikal yang telah dirancang dan mencatat kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing siswa. 3. Peneliti memberikan evaluasi pada siswa untuk mengetahui pemahaman siswa berkaitan dengan materi. c. Observasi Peneliti mengamati dan mencatat semua kejadian yang terjadi pada saat siswa mengikuti pengajaran dan menanyakan pada siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran tentang kesulitan-kesulitan yang dihadapinya. d. Refleksi Peneliti menganalisa hasil pekerjaan siswa dan hasil observasi yang dilakukan pada siswa guna menentukan langkah berikutnya. Peneliti membuat penilaian siswa berdasarkan pada hasil yang didapatkan
siswa pada evaluasi yang dilakukan. Jika pada refleksi ternyata nilai ketuntasan klasikal siswa belum memenuhi syarat maka dilanjutkan ke siklus II. Siklus II a. Rencana Tindakan Dalam tahap perencanaan tindakan pada siklus ini, kegiatan yang dilakukan adalah berikut ini. 1. Peneliti menyiapkan alat dan sumber belajar yang diperlukan yang sesuai dengan materi organ tubuh manusia dan hewan. 2. Peneliti merancang skenario pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam kelas. 3. Merancang alat pengumpul data yang berupa tes dan digunakan untuk mengetahui pemahaman kemampuan siswa. b. Pelaksanaan Tindakan 1. Kegiatan dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi: (a) memberikan penjelasan secara umum tentang pokok bahasan, (b) mendorong siswa yang belum aktif untuk aktif dalam mengikuti pembelajaran, (c) mengamati dan mencatat siswa yang belum berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, (d) mengumpulkan hasil pengujian yang diperoleh siswa dalam mengerjakan soal evaluasi, (e) menganalisa hasil tes hasil belajar siswa diajar. 2. Peneliti mengajar sesuai dengan skenario pembelajaran klasikal yang telah dirancang dan mencatat kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing siswa. 3. Peneliti memberikan evaluasi pada siswa untuk mengetahui pemahaman siswa berkaitan dengan materi. c. Obervasi Peneliti mengamati dan mencatat semua kejadian yang terjadi pada saat
Farida, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa melalui Model Inkuiri Terbimbing, 13
siswa mengikuti pengajaran dan menanyakan pada siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran tentang kesulitan-kesulitan yang dihadapinya. d. Refleksi Peneliti menganalisa hasil pekerjaan siswa dan hasil observasi yang dilakukan pada siswa guna menentukan langkah berikutnya. Peneliti membuat penilaian siswa berdasarkan pada hasil yang didapatkan siswa pada evaluasi yang dilakukan. Jika pada refleksi ternyata nilai ketuntasan klasikal siswa belum memenuhi syarat maka dilanjutkan ke siklus III. Siklus III a. Rencana Tindakan Dalam tahap perencanaan tindakan pada siklus ini, kegiatan yang dilakukan adalah berikut ini. 1. Peneliti menyiapkan alat dan sumber belajar yang diperlukan yang sesuai dengan materi organ tubuh manusia dan hewan. 2. Peneliti merancang skenario pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam kelas 3. Merancang alat pengumpul data yang berupa tes dan digunakan untuk mengetahui pemahaman kemampuan siswa. b. Pelaksaanaan Tindakan 1. Kegiatan dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi: (a) memberikan penjelasan secara umum tentang pokok bahasan, (b) mendorong siswa yang belum aktif untuk aktif dalam mengikuti pembelajaran, (c) mengamati dan mencatat siswa yang berpartisipasi aktif dalam pembela-
jaran, (d) mengumpulkan hasil pengujian yang diperoleh siswa dalam mengerjakan soal evaluasi, (e) menganalisa hasil tes hasil belajar siswa diajar. 2. Peneliti mengajar sesuai dengan skenario pembelajaran klasikal yang telah dirancang dan mencatat kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing siswa. 3. Peneliti memberikan evaluasi pada siswa untuk mengetahui pemahaman siswa berkaitan dengan materi. c. Observasi Peneliti mengamati dan mencatat semua kejadian yang terjadi pada saat siswa mengikuti pengajaran dan menanyakan pada siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran tentang kesulitankesulitan yang dihadapinya. d. Refleksi Peneliti menganalisa hasil pekerjaan siswa dan hasil observasi yang dilakukan pada siswa guna menentukan langkah berikutnya. Peneliti membuat penilaian siswa berdasarkan pada hasil yang didapatkan siswa pada evaluasi yang dilakukan. Siklus dihentikan karena nilai siswa sudah memenuhi syarat ketuntasan klasikal. HASILDAN PEMBAHASAN Penelitian ini diadakan di SDN017 Tanah Grogot. Kegiatan observasi dan tes awal terhadap siswa kelas IV ini dilaksanakan disekolah tersebut dengan siswa yang berjumlah 26 siswa. Hasil dari kondisi awal pembelajaran dapat dilihat padaTabel 1.
14, J-TEQIP, Tahun V, Nomor 1, Mei 2014
Tabel 1. Nilai Dasar Hasil Belajar Siswa No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Nama Siswa Aprianti Sapitri Astri Nova Riyana Aulia Noviyani Ahmad Zulkifli Alam Akbar Desy Ratnasari Didin Saputra Dewi Anggraini Defind Arhisa Khairi Mustaqbal M. Ramadani Muhammad Heru
Nilai No 40 14. 40 15. 40 16. 60 17. 65 18. 60 19. 60 20. 65 21. 70 22. 40 23. 50 24. 50 25. 40 26. Jumlah = 1395 Rata-rata = 53, 65
Nama Siswa Marwah Ndi Maqulidah Putri Santika Ruli Asbah Asih Siti Norhasanah Siti Saumia Vianda Syiham Wardana Zainul Muttaqin Akbar Ramadhan Nordiansyah Sabila Sari Utami Andi Kurniawan Jimmy Catingga
Nilai 50 45 50 60 70 70 55 45 60 50 50 50 60
Sumber: Hasil Observasi, Tanah Grogot 2013 Hasil belajar sebelum penerapan model inkuiri terbimbing pada siswa menunjukkan KKM yang tidak terpenuhi, jumlah siswa yang mencapai nilai KKM hanya sebanyak 5 siswa, sedangkan siswa yang mempunyai nilai tidak memenuhi syarat KKM sebesar 21 siswa. Tabel 1 menunjukkan bahwa tingkat KKM pada
siswa sebelum dilakukan penerapan model inkuiri terbimbing sangat rendah, sehingga perlu dilakukan perbaikan-perbaikan yang akan digunakan pada Siklus I. Setelah dilakukan pembelajaran pada siklus I sesuai perencanaan, hasilnya ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Belajar Siswa Siklus I No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Nama Siswa Aprianti Sapitri Astri Nova Riyana Aulia Noviyani Ahmad Zulkifli Alam Akbar Desy Ratnasari Didin Saputra Dewi Anggraini Defind Arhisa Khairi Mustaqbal M. Ramadani Muhammad Heru
Nilai No 60 14. 60 15. 60 16. 70 17. 75 18. 50 19. 70 20. 75 21. 70 22. 60 23. 60 24. 60 25. 60 26. Jumlah = 1625 Rata-rata = 62,5
Nama Siswa Marwah Ndi Maqulidah Putri Santika Ruli Asbah Asih Siti Norhasanah Siti Saumia Vianda Syiham Wardana Zainul Muttaqin Akbar Ramadhan Nordiansyah Sabila Sari Utami Andi Kurniawan Jimmy Catingga
Nilai 70 55 60 60 70 70 55 55 60 60 60 60 60
Sumber : Hasil Observasi, Tanah Grogot 2013 Daftar nilai hasil belajar pada siklus I dapat dilihat bahwa siswa yang mempunyai nilai >65 sebesar 8 siswa atau
30,8% sedangkan siswa yang tidak mendapat nilai <65 sebesar 18 siswa atau sebesar 69,2% (Tabel 3).
Farida, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa melalui Model Inkuiri Terbimbing, 15
Tabel 3. Hasil Belajar Siswa Siklus II No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Nama Siswa Aprianti Sapitri Astri Nova Riyana Aulia Noviyani Ahmad Zulkifli Alam Akbar Desy Ratnasari Didin Saputra Dewi Anggraini Defind Arhisa Khairi Mustaqbal M. Ramadani Muhammad Heru
Nilai No 80 14. 80 15. 80 16. 80 17. 75 18. 60 19. 80 20. 75 21. 70 22. 60 23. 60 24. 60 25. 60 26. Jumlah = 1790 Rata-rata = 68,85
Nama Siswa Marwah Ndi Maqulidah Putri Santika Ruli Asbah Asih Siti Norhasanah Siti Saumia Vianda Syiham Wardana Zainul Muttaqin Akbar Ramadhan Nordiansyah Sabila Sari Utami Andi Kurniawan Jimmy Catingga
Nilai 70 60 60 60 80 80 55 55 70 70 70 70 60
Sumber: Hasil Observasi, Tanah Grogot 2013 Daftar nilai hasil belajar pada siklus II dapat dilihat bahwa siswa yang mempunyai nilai >65 sebesar 15 siswa
atau 57,7 % sedangkan siswa yang tidak mendapat nilai <65 sebesar 11 siswa atau sebesar 43,3% (Tabel 4).
Tabel 4. Hasil Belajar Siswa Siklus III No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Nama Siswa Aprianti Sapitri Astri Nova Riyana Aulia Noviyani Ahmad Zulkifli Alam Akbar Desy Ratnasari Didin Saputra Dewi Anggraini Defind Arhisa Khairi Mustaqbal M. Ramadani Muhammad Heru
Nilai No 100 14. 90 15. 85 16. 85 17. 75 18. 60 19. 90 20. 75 21. 80 22. 80 23. 80 24. 80 25. 80 26. Jumlah = 2075 Rata-rata = 79,8
Nama Siswa Marwah Ndi Maqulidah Putri Santika Ruli Asbah Asih Siti Norhasanah Siti Saumia Vianda Syiham Wardana Zainul Muttaqin Akbar Ramadhan Nordiansyah Sabila Sari Utami Andi Kurniawan Jimmy Catingga
Nilai 100 80 80 85 90 90 60 60 75 75 80 80 60
Sumber: Hasil Observasi, Tanah Grogot 2013 Daftar nilai hasil belajar pada siklus III dapat dilihat bahwa siswa yang mempunyai nilai>65 sebesar 22 siswa atau 84,6% sedangkan siswa yang tidak
mendapat nilai <65 sebesar 4 siswa atau sebesar 15,4%. Sedangkan rekapitulasi untuk melihat peningkatan nilai hasil belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 5.
16, J-TEQIP, Tahun V, Nomor 1, Mei 2014
Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Belajar IPA Kelas IV Nilai Dasar, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III No. 1. 2. 3. 4.
Siklus Nilai Dasar Siklus I Siklus II Siklus III
Hasil Belajar Jumlah Rata - rata 1395 53,65 1625 62,5 1790 68,85 2075 79,8
Peningkatan 8,85 % 6,35 % 10,95 %
Sumber: Hasil Observasi, Tanah Grogot 2013 Dari Tabel 5. hasil rekapitulasi diatas terlihat bahwa peningkatan hasil belajar melonjak cukup besar pada siklus III yang sebesar 10,95% dan dari rata-rata kelas diperoleh hasil 79,8 sehingga dapat di jelaskan bahwa penggunaan model inkuiri terbimbing diputus pada siklus III atau berhasil dikarenakan nilai rata-rata kelas telah mencapai ketuntasan. Dari nilai siswa diatas dapat dikemukakan bahwa nilai siswa cenderung naik dari setiap siklus yang dijalankan, hal ini berarti bahwa model inkuiri terbimbing dikatakan berhasil. Hal ini karena nilai ketuntasan klasikal siswa telah tercapai pada siklus III.Daftar nilai hasil belajar pada siklus I dapat dilihat bahwa siswa yang mempunyai nilai >65 sebesar 8 siswa atau 30, 8 % sedangkan siswa yang tidak mendapat nilai <65 sebesar 18 siswa atau sebesar 69, 2%. Hasil belajar pada siklus II dapat dilihat bahwa siswa yang mempunyai nilai > 65 sebesar 15 siswa atau 57,7 % sedangkan siswa yang tidak mendapat nilai <65 sebesar 11 siswa atau sebesar 43, 3%. Pada siklus III dapat dilihat bahwa siswa yang mempunyai nilai >65 sebesar 22 siswa atau 84,6% sedangkan siswa yang tidak mendapat nilai <65 sebesar 4 siswa atau sebesar 15,4%. Aktifitas siswa juga meningkat, jadi dengan penerapan model inkuiri terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa pada mata pelajaran IPA di kelas IV SDN 017 Tanah Grogot. Guru yang profesional senantiasa berusaha untuk mencari penyelesaian
setiap permasalahan yang di hadapi dikelasnya. Dengan menggunakan model belajar yang kreatif dan menyenangkan bagi siswa sangat membantu sisiwa untuk memahami setiap materi pelajaran yang di pelajarinya. Bruner (dalam Zubaidah dkk, 2013) menjelaskan ada beberapa manfaat dari pengalaman belajar melalaui proses penemuan jawaban pada pembelajaran berbasis inkuiri sebagai berikut. a. Meningkatkan proses intelektual. Menurut Bruner dalam proses penemuan siswa belajar bagaimana memecahkan masalah dan belajar dari tugas (task of learning). Disamping itu, siswa juga belajar untuk menghubungkan informasi yang diperoleh sebelumnya menjadi informasi baru dalam memecahkan masalah sampai mendapat jawaban yang memuaskan. Melalui pembelajaran berbasis inkuiri siswa mendapatkan kesempatan yang lebih luas dalam mengembangkan kemampuan intelektualnya. b. Perubahan penghargaan dari ekstrinsik ke intrinsik. Siswa mendapatkan kepuasan dari melakukan manipulasi lingkungan dan pemecahan masalah. Siswa dapat mengembangkan kemampuannya untuk tidak merasa puas mencari solusi terhadap suatu masalah. c. Belajar penemuan. Melalui pembelajaran berbasis inkuiri sains siswa sering dilatih untuk belajar menemukan masalah sendiri, berusaha untuk mencari pemecahan masalahnya dengan berbagai
Farida, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa melalui Model Inkuiri Terbimbing, 17
aktivitas investigasi yang sangat bermanfaat dalam kehidupan. Bruner menjelaskan bahwa proses inkuiri berkenaan dengan belajar bagaimana mengajukan suatu masalah yang dapat dikerjakan dan dipecahkan. Bruner percaya bahwa hanya melalui praktik dan terlibat dalam proses inkuiri seseorang akan dapat belajar bagaimana cara yang terbaik untuk memecahkan masalah. Semakin banyak siswa belajar dalam proses inkuiri, semakin banyak proses dapat digeneralisasi dari tugas dan masalah yang dapat dipecahkan. d. Alat untuk proses mengingat. Masalah utama mengingat adalah mendapatkan kembali apa yang pernah diingat. Siswa yang memahami bahan yang dipelajari akan lebih cepat diingat. Inkuiri adalah istilah yang digunakan dalam mengajar IPA yang mengacu pada cara mengajukan pertanyaan, mencari pengetahuan atau informasi, atau mencari tahu tentang fenomena. Ahli pendidikan IPA banyak menganjurkan bahwa pengajaran IPA harus menekankan inkuiri.
DAFTAR RUJUKAN Kasbollah, Kasihani. 1998. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah,
Wayne Welch, seorang pendidik IPA di Universitas Minnesota berpendapat bahwa teknik yang dibutuhkan untuk mengajar ilmu pengetahuan alam yang efektif adalah sama dengan yang digunakan untuk penyelidikan ilmiah yang efektif. Dengan demikian metode yang digunakan oleh para ilmuwan harus menjadi bagian integral dari metode yang digunakan di kelas IPA(dalam Zubaidah dkk, 2013). PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelasdengan tiga siklus, dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar siswa kelas IV SDN 017 Tanah Grogot mengalami peningkatan dengan penerapanmodel pembelajaran inkuiri terbimbing. Nilai setiap siklus adalah sebagai berikut 62,5 pada siklus I; 68,85 pada siklus II; dan 79,8 pada siklus III. Saran Guru harus selalu mencari model yang cocok yang sesuai dengan perkembangan siswa dan materi yang diajarkan.
Bagian Proyek Penataan Guru SLTP Setara DIII. Zubaidah, Siti., Mahanal, Susriyati., dan Yuliati, Lia. 2013. Ragam Model Pembelajaran IPA Sekolah Dasar. Malang: Universitas Negeri Malang.