Peningkatan Prestasi Belajar PAI melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa Kelas X SMAN 90 Jakarta
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh: Dewi Puspasari NIM: 1110011000146
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015
ABSTRAK “Peningkatan Prestasi Belajar PAI melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa Kelas X SMAN 90 Jakarta “ Kata kunci: Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, Prestasi Belajar PAI Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa SMAN 90 Jakarta kelas X pada mata pelajaran pendidikan agama Islam dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 90 Jakarta. Dengan subyek penelitian siswa kelas X MIA-3 sebanyak 33 orang. Tujuan dari penelitian ini adalah: Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa SMAN 90 Jakarta kelas X pada mata pelajaran pendidikan agama Islam dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK). PTK ini dilaksanakan sebagai upaya mengatasi permasalahan yang muncul dalam kelas yakni rendahnya prestasi belajar siswa, kurang aktifnya siswa, kurang keterkaitan antara materi pelajaran dan khidupan sehari-hari. Penelitian dilaksanakan dalam empat tahap, yakni perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Keempat tahap tersebut merupakan siklus yang berlangsung secara berulang. Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini sebanyak empat kali pertemuan yang terbagi kedalam dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran PAI dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, dengan nilai rata-rata pada siklus I = 77,58 dengan rata-rata ketuntasan mencapai 66,67% dan setelah post test siklus II nilai ratarata prestasi belajar PAI siswa mencapai 81,82 dengan 90, 91% siswa yang mencapai KKM.
KATA PENGANTAR Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan inayah-Nya kepada Penulis, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Shalawat serta salam tak lupa penulis panjatkan kepada pemimpin umat kita Nabi besar Muhammad SAW dan keluarganya, sahabat-sahabatnya serta para pengikutnya sampai akhir zaman.tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang penulis alami dalam menyusun skripsi ini, namun berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Dan karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun skripsi ini, baik bantuan moril ataupun materil. Semoga bantuan dan kebaikan yang telah diberikan mendapatkan pahala dan keridhoan Allah SWT, khususnya kepada: 1. Prof. Dr. H. Ahmad Thib Raya, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. Abdul Majid Khon, M.Ag dan Marhamah Saleh, Lc. MA Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Dra. Manerah pembimbing skripsi yang disela-sela kesibukannya bersedia meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis. 4. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama dibangku perkuliahan, semoga ilmu yang Bapak dan Ibu berikan mendapat keberkahan dari Allah SWT. 5. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
ii
membantu penulis dalam menyediakan serta memberikan pinjaman literature yang dibutuhkan. 6. Kepala SMAN 90 Jakarta H. Ahmad Safari, S.Pd., M.Si. dan Dra. Ipah Nurlatifah guru pengajar PAI kelas X yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian. 7. Staf TU serta siswa-siswi kelas X MIA-3 SMAN 90 Jakarta yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian. 8. Untuk Ayahanda dan Ibu tercinta: Bapak Patihin dan Ibu Aay yang telah memberikan kasih sayang, nasehat, semangat dan do’a, dan terus mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi. 9. Teristimewa untuk suami dan ananda tercinta: Ujang Fakih dan Muhammad Azka al-Mu’taz yang selalu memberikan do’a, semangat dan kasih sayang yang tiada henti. Semoga menjadi suami dan anak yang sholeh. 10. Saudariku Sri Mulyani yang selalu memberikan do’a, kasih sayang, motivasi serta keceriaan yang melimpah kepada penulis. 11. Teman-teman PAI angkatan 2010 yang telah memberikan semangat dan dukungan selama kuliah dalam penyusunan skripsi ini, terkhusus temanteman kelas D PAI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan kenangan yang tiada pernah terhapus selama mengikuti perkuliahan. Terima kasih kepada pihak yang memberikan semangat, do’a, bahan-bahan pemikiran dan dukungan yang tidak dapat disebutkan satu per satu, penulis mohon maaf. Dengan penuh kesadaran penulis akui skripsi ini banyak kekurangan, untuk itu penulis harapkan adanya teguran dan kritikan dari semua pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Amin. Jakarta, Maret 2015
Dewi Puspasari iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI ABSTRAK ......................................................................................................... KATA PENGANTAR ....................................................................................... DAFTAR ISI ...................................................................................................... BAB I
BAB II
BAB III
PENDAHULUAN A. Latar Belakang .......................................................................... B. Identifikasi Masalah .................................................................. C. Pembatasan Masalah ................................................................. D. Perumusan Masalah Penelitian ................................................. E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian ..................................... KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN A. Kajian Teori dan Fokus yang diteliti ......................................... 1. Prestasi Belajar .................................................................... 2. Pendidikan Agama Islam di SMA ...................................... 3. Pembelajaran Kooperatife Tipe Jigsaw .............................. B. Hasil Penelitian yang Relevan .................................................. C. Kerangka Berfikir...................................................................... D. Hipotesis Tindakan.................................................................... METEDOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian…………. .................................. B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian ................ C. Subjek Penelitian....................................................................... D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian .............................. E. Tahapan Intervensi Tindakan .................................................... F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ............................. G. Data dan Sumber Data .............................................................. H. Instrumen Pengumpulan Data ................................................... I. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ J. Teknik Pemeriksaan Keterpecayaan ........................................ K. Analisis Data dan Interpretasi Data........................................
iv
i ii iv
1 4 5 5 6
7 7 11 21 30 32 33 34 34 38 38 38 40 40 41 44 44 45
BAB IV
BAB V
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan .....................................
45
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ........................................................................... 1. Profil dan Sejarah Singkat SMAN 90 Jakarta ..................... 2. Visi, Misi dan Tujuan.......................................................... 3. Guru dan Tenaga Kependidikan.......................................... 4. Keadaan Siswa .................................................................... 5. Struktur Organisasi SMAN 90 Jakarta ................................ 6. Sarana dan Prasarana........................................................... B. Hasil Penelitian ......................................................................... 1. Pra Siklus ............................................................................ 2. Hasil Penelitian Siklus I ...................................................... 3. Hasil Penelitian Siklus II..................................................... C. Analisis Data ............................................................................. D. Pembahasan ...............................................................................
46 46 46 47 47 48 48 49 49 52 58 60 67
PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................... B. Saran ..........................................................................................
69 69
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan suatu proses yang komplek, karena dalam kegiatan pembelajaran senantiasa menyatukan berbagai komponen pembelajaran secara terintegrasi, seperti tujuan pembelajaran yang harus dicapai, metode, media dan sumber pembelajaran, evaluasi, siswa, guru, dan lingkungan pembelajaran lainnya. Setiap unsur pembelajaran tersebut antara satu komponen dengan komponen lainnya saling terkait dan mempengaruhi dalam suatu preoses pembelajaran secara terpadu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Ketika seorang guru berdiri di depan kelas melaksanakan kegiatan pembelajaran, ia tidak hanya cukup dengan telah menguasai materi pembelajaran yang harus disampaikan kepada siswa. Lebih luas dari sekedar menguasai materi pelajaran, setiap guru harus mampu mengelola seluruh unsur pembelajaran agar dapat berinteraksi dengan siswa, sehingga memudahkan siswa mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Oleh karena itu disinilah letaknya pembelajaran merupakan suatu proses yang komplek.1 Seperti dijelaskan dalam Q.S An-Nahl ayat 125:
1
Dadang Sukirman dan Mamad Kasmad, Pembelajaran Mikro, (Bandung: UPI PRESS, 2006), Cet. I, h. 1.
1
2
“serulah (manusia) menuju kepada jalan Tuhan-Mu dengan hikmah dan mau’idlah dan mujadalah dengan mereka secara baik. Sesungguhnya Tuhannu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” Ayat tersebut secara tersirat memberikan isyarat adanya proses kegiatan pendidikan. Kata ud’u, yang berarti serulah atau ajaklah, merupakan sebuah kata kunci definisi pendidikan, artinya di dalam kegiatan pendidikan pada hakikatnya adalah berupaya mengajak, menyeru dan memerintah orang (peserta didik) untuk melakukan sesuatu atau mempelajari sesuatu.2 Dalam proses pembelajaran, setiap guru mempunyai keinginan agar semua siswanya dapat memperoleh prestasi belajar yang baik dan memuaskan. Harapan tersebut sering kali kandas dan tidak bisa terwujud, sering mengalami berbagai macam kesulitan dalam belajar.3 Masalah utama dalam pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini tampak dari rerata hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat memprihatinkan. Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu. Dalam arti yang lebih substansial, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dalam proses berpikirnya.4 Bedasarkan hasil observasi di SMAN 90 Jakarta masih ditemukan berbagai masalah yang dihadapi dalam proses kegiatan belajar mengajar khususnya dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) diantaranya adalah mengenai kualitas guru dalam mengajar terutama dalam penggunaan metode. Metode yang digunakan para guru umumnya masih bersifat konvensional. Pada pembelajaran 2
Fatah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam, (Yogyakarta: UIN Malang Press, 2008), C.1,
h.44. 3
Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2011), C. 4, h. 66. Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatife-Progresif, (Jakarta: Prenada Media Group, 2013), Cet. 6, h. 5. 4
3
konvensional suasana kelas cenderung teacher-centerd sehingga siswa menjadi pasif. Siswa hanya mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru, itu sebabnya peserta didik merasa bosan karena penyampaian materi yang bersifat monoton sehingga siswa seringkali meminta izin untuk ke kamar mandi dan mengantuk di kelas. Pembelajaran yang disampaikan hanya berkisar pada pengetahuan yang ada di buku LKS. Ada kalanya guru hanya datang ke kelas selama 5 menit kemudian menyuruh siswa untuk mengerjakan soal yang ada di LKS. Hal ini berdampak pada rendahnya minat siswa pada mata pelajaran PAI dan menjadi salah satu penyebab banyaknya nilai siswa yang masih di bawah nilai KKM. Mengajar bukan semata persoalan menceritakan, belajar bukanlah konsekuensi otomatis dari penuangan informasi ke dalam benak siswa. Belajar memerlukan keterlibatan mental, yang memungkinkan siswa melakukan berbagai aktifitas. Mereka harus menggunakan otak, mengkaji gagasan, memecahkan masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari.5 Upaya belajar adalah segala aktivitas siswa untuk meningkatkan kemampuannya yang telah dimiliki maupun meningkatkan kemampuan baru, baik kemampuan dalam aspek pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Aktivitas pemebelajaran tersebut dilakukan dalam kegiatan kelompok, sehingga antar peserta dapat saling membelajarkan melalui tukar pikiran, pengalaman, maupun gagasan-gagasan. Dalam proses pembelajaran guru/dosen memiliki kewajiban untuk mendesain pembelajaran sedemikian rupa sehingga target atau tujuan yang hendak dicapai dalam suatu pembelajaran tersebut dapat terwujud. Dengan kata lain bahwa guru/dosen memegang peran kunci (keynote) dalam berhasil tidaknya suatu proses pembelajaran. Dalam konteks demikian guru/dosen haruslah memiliki kompetensi dalam pembelajaran yaitu kompetensi pedagogik (mendidik) dan kompetensi professional (mengajar) maupun kompetensi
5
Melvin L. Silberman, Active Learning, (Jakarta: Nuansa, 2012), Cet. 7, h. 9.
4
personal yang merujuk pada loyalitas, integritas dan dedikasi dalam keseluruhan proses pendidikan dan pengajaran6 Dalam hal ini penulis menerapkan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam menyampaikan materi pelajaran agama Islam “Memahami kedudukan Alquran, Hadits, dan Ijtihad sebagai sumber hukum Islam”, dengan menerapakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini diharapkan siswa memiliki pengalaman baru dalam belajar, serta dapat mencapai tujuan yang diharapkan, karena tujuan dari pembelajaran itu pada intinya adalah mencapai kompetensi yang telah ditetapkan, oleh karena metode dan strategi perlu digunakan agar siswa tidak merasa jenuh dengan pembelajaran tersebut. Dalam metode ini, siswa benarbenar terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa tidak memiliki kesempatan mengantuk bahkan tidur di dalam kelas. Berdasarkan permasalahan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas yang berkaitan dengan upaya peningkatan prestasi belajar PAI melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Sehingga judul penelitian tersebut adalah “Peningkatan Prestasi Belajar PAI melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa Kelas X SMAN 90 Jakarta”
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti mengidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Kurangnya keinginan guru untuk membuat peserta didik aktif dan menyenangkan dalam proses pembelajaran.
6
Trianto dan Titik Triwulan Tutik, Tinjauan Yuridis Hak serta Kewajiban Pendidik Menurut UU Guru dan Dosen, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2006), Cet. 1, h. 84.
5
2. Pembelajaran masih menitikberatkan pada gaya teacher centred sehingga menyebabkan prestasi belajar peserta didik belum mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). 3. Kegagalan dalam dunia pendidikan sering terjadi dikarenakan peserta didik lebih banyak menggunakan indera pendengarannya dibandingkan visual, sehingga apa yang terjadi di ruang kelas cenderung untuk dilupakan.
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, maka pembatasan hanya dibatasi pada: 1. Upaya peningkatan prestasi belajar pada mata pelajaran agama Islam pada materi “Memahami kedudukan Alquran, Hadits, dan Ijtihad sebagai sumber hukum Islam”, melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. 2. Prestasi belajar khususnya pada ranah kognitif. 3. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw (menyusun potongan gambar) yang dimaksud yaitu suatu teknik pembelajaran yang serupa dengan pertukaran kelompok dengan kelompok, namun ada satu perbedaan penting yakni tiap siswa mengajarkan sesuatu. Setiap siswa mempelajari sesuatu yang bila digabungkan dengan materi yang dipelajari oleh siswa lain membentuk kumpulan pengetahuan atau keterampilan yang padu.
D. Perumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan fokus masalah yang di kemukakan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Apakah terdapat peningkatan prestasi belajar PAI pada siswa kelas X di SMAN 90 Jakarta setelah diterapkan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw?
6
2. Bagaimana penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran agama Islam pada materi memahami kedudukan Alquran, Hadits, dan Ijtihad sebagai sumber hukum Islam?
E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian Berdasarkan dengan perumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan dan kegunaan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: 1.
Tujuan Penelitian Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa SMAN 90 Jakarta kelas X pada mata pelajaran pendidikan agama Islam dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
2.
Kegunaan Hasil Penelitian a.
Bagi Siswa Dengan diterapkan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw diharapkan terjalinnya hubungan baik antar siswa yang berasal dari latar belakang yang berbeda, menggunakan kemampuan berfikir kritis dan dapat bekerjasama dalam kelompok.
b.
Bagi guru Metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini menjadi alternatif bagi guru dalam upaya meningkatkan prestasi belajar PAI siswa.
c.
Bagi sekolah Diharapkan dapat memberi sumbangan yang bermanfaat, terutama dalam rangka perbaikan hasil belajar dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN A. Kajian Teori dan Fokus yang Diteliti 1. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan keterampilan terhadap mata pelajaran yang dibuktikan melalui hasil tes.1 Prestasi adalah hasil pelajaran yang diperoleh dari kegiatan persekolahan yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian. Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru2 Belajar adalah proses perubahan prilaku berkat pengalaman dan pelatihan. Artinya tujuan kegiatan belajar ialah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap, bahkan meliputi segenap aspek pribadi. Kegiatan belajar mengajar seperti mengorganisasi pengalaman belajar, menilai proses dan hasil belajar, termasuk dalam cakupan tanggung jawab guru.3 Menurut pendapat Surya yang dikutip oleh Tohirin, bahwa “belajar ialah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
1
Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English Press, 2002), h. 1190. 2 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), h. 700. 3 Abu Ahmadi dan Joko Tri Presetya, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), Cet. 1, h. 17-18.
7
8
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari penglaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.4 Menurut pendapat Burton 1 yang dikutip Anisah Basleman dan Syamsu Mappa, Learning is a change in the individual, due to interaction of the individual and his environment, which fills a need and makes him more capable of dealing adequately with his environment, belajar adalah suatu perubahan dalam diri individu sebagai hasil interaksinya dengan lingkungannya untuk memenuhi kebutuhan dan menjadikannya lebih mampu melestarikan lingkungannya secara memadai.5 Ringkasnya belajar adalah suatu kegiatan seseorang yang bisa dilakukan secara sengaja atau secara acak. Belajar bisa melibatkan pemerolehan informasi atau keterampilan, sikap baru, pengertian, atau nilai. Belajar biasanya disertai perubahan tingkah laku dan berlangsung sepanjang hayat.6 Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai dari sesuatu yang telah dilakukan atau dikerjakan oleh anak didik atau dapat digambarkan pada suatu tingkatan keberhasilan yang dicapai oleh anak didik dalam pengauasaan ilmu pengetahuan atau keterampilan yang dilandasi dengan perubahan tingkah laku yang pada umumnya diketahui dari hasil belajar yaitu raport. b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: 1) Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek, yakni: Pertama, aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah), yaitu Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti 4
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005), h. 8. Anisah Basleman dan Syamsu Mappa, Teori Belajar Orang Dewasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. 1, h. 7. 6 Ibid., h. 15. 5
9
tingkat kesehatan indera pendengar dan indera penglihat, juga sangat mempengaruhi kemempuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan di kelas. Kedua, aspek psikologis
(yang
bersifat
rohaniah),
yaitu
tingkat
kecerdasan/inteligensi siswa; sikap siswa; bakat siswa; minat siswa dan motivasi siswa.7 2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yaitu kondisi lingkungan di sekitar siswa. Faktor eksternal siswa juga terdiri atas dua macam, yakni: faktor lingkungan sosial seperti para guru, para stap administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Selanjutnya, yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga serta teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa tersebut. dan faktor lingkungan nonsosial seperti gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alatalat belajar keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. 3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah oprasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu.8 Faktor-faktor di atas dalam banyak hal sering sekali berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. Seorang siswa yang bersikap conserving 7 8
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), Cet. 2, h. 131-137. Ibid., h. 138-140.
10
terhadap ilmu pengetahuan atau bermotif ekstrinsik (faktor eksternal) umpamanya, biasanya cenderung mengambil pendekatan belajar yang sederhana dan tidak mendalam. Sebaliknya, seorang siswa yang berintelegensi tinggi (faktor internal) dan mendapat dorongan positif dari orang tuanya (faktor eksternal), mungkin akan memilih pendekatan belajar yang lebih mementingkan kualitas hasil pembelajaran. Jadi, karena pengaruh faktor-faktor tersebut di ataslah, muncul siswa-siswi yang high-achievers
(berprestasi
tinggi) dan
under- achievers
(berprestasi rendah) atau gagal sama sekali.9 c.
Indikator Prestasi Belajar Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Namun demikian, pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah itu, khususnya ranah rasa murid, sangat sulit. Hal ini disebabkan perubahan hasil belajar itu ada yang bersifat intangible (tak dapat diraba). Oleh karena itu, yang dapat dilakukan guru dalam hal ini adalah hanya mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap penting dan diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta dan rasa maupun yang berdimensi karsa. Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa sebagaimana yang terurai di atas adalah mengetahui garis-garis besar indikator (petunjuk adanya prestasi tertentu) dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur.10 Indikator prestasi belajar ada tiga yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Jika dikaitkan dengan indikator prestasi belajar PAI
9
Ibid., h. 130. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda karya, 1995), Cet. 2, h. 150.
10
11
maka: Pertama, ranah kognitif yaitu berkenaan dengan intelektual (pengetahuan, pemahaman, ingatan, analisis, aplikasi sintesis dan evaluasi) siswa terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam. Kedua, ranah afektif yaitu berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek (penerimaan, jawaban, atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi) siswa terhadap pendidikan agama Islam. Ketiga, ranah psikomororik, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak siswa terhadap pendidikan agama Islam.
2. Pendidikan Agama Islam di SMA a.
Pengertian Pendidikan Agama Islam di SMA Menurut pendapat Al-Ghazali yang dikutip oleh Abuddin Nata, mengemukakan bahwa pendidikan Islam itu secara umum mempunyai corak yang spesifik, yaitu adanya cap (stempel) agama dan etika yang kelihatan nyata pada sasaran-sasaran dan sarananya, dengan tidak mengabaikan masalah-masalah keduniaan.11 Di dalam kurikulum PAI di sekolah umum, dijelaskan bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antarumat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.12 Menurut pendapat Ahmad D. Marimba yang dikutip oleh AlRasyidin dan Samsul Nizar, mengemukakan bahwa Pendidikan Islam adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani peserta didik dan rohani peserta
11
Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Raja Gravindo Persada, 2001), Cet. 1, h. 86. 12 Muhaimin, Pradigma Pendidikan Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. 3, h. 75.
12
didik menuju terbentuknya kepribadiannya yang utama (insan kamil).13 Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama Islam adalah suatu sistem yang memungkinkan seseorang (peserta didik) dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan ideologi Islam.14 b. Tugas dan Fungsi Pendidikan Agama Islam Secara umum tugas pendidikan (agama) Islam adalah membimbing dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dari tahap ke tahap hidupnya sampai mencapai titik kemampuan optimal. Sementara fungsinya adalah menyediakan fasilitas yang dapat memungkinkan tugas pendidikan berjalan dengan lancar. Maka dapat dipahami bahwa, tugas pendidikan (agama) Islam setidaknya dapat dilihat dari tiga pendekatan. Ketiga pendekatan tersebut adalah; pendidikan Islam sebagai pengembangan potensi, proses pewariasan budaya,
serta
interaksi
antara
potensi
dan
budaya.
Sebagai
pengembangan potensi, tugas pendidikan (agama) Islam adalah menemukan dan mengembangkan kemampuan dasar yang dimiliki peserta didik, sehingga dapat diaktualisasikan dalam kehidupan seharihari. Sementara sebagai pewarisan budaya, tugas pendidikan (agama) Islam adalah alat transmisi unsur-unsur pokok budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya, sehingga identitas umat tetap terpelihara dan terjamin dalam tantangan zaman. Adapun sebagai interaksi antara potensi dan budaya, tugas pendidikan (agama) Islam adalah sebagai proses transaksi (memberi dan mengadopsi) antara manusia dan lingkungannya.15 13
Al-Rasyidin dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Ciputat Press, 2005), Cet. 2, h. 32. 14 Ibid. 15 Muhaimin, op. cit., h. 78.
13
Pendidikan Agama Islam mempunyai fungsi sebagai media untuk meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT, serta sebagai wahana pengembangan sikap keagamaan dengan mengamalkan apa yang telah didapat
dari
proses
pembelajaran
Pendidikan
Agama
Islam.
Zakiah Daradjat berpendapat dalam bukunya Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam bahwa : Sebagai sebuah bidang studi di sekolah, pengajaran agama Islam mempunyai tiga fungsi, yaitu: pertama,
menumbuhkan
rasa
keimanan
yang
kuat,
kedua,
mengembangkan kebiasaan (habit vorming) dalam melakukan amal ibado0ah, amal saleh dan akhlak yang mulia, dan ketiga, menumbuh kembangkan semangat untuk mengolah alam sekitar sebagai anugerah Allah SWT kepada manusia.16 Dari pendapat diatas dapat diambil beberapa hal tentang tugas dan fungsi dari Pendidikan Agama Islam yang dapat dirumuskan sebagai berikut: 1) Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa kepada Allah SWT yang ditanamkan dalam lingkup pendidikan keluarga. 2) Pengajaran,
yaitu
untuk
menyampaikan
pengetahuan
keagamaan yang fungsional. 3) Penyesuaian, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat ber sosialisasi dengan lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam. 4) Pembiasaan, yaitu melatih siswa untuk selalu mengamalkan ajaran Islam, menjalankan ibadah dan berbuat baik.
16
http://mudztova.blogspot.com/2011/04/makalah-pengertian-dasar-fungsi-ruang.html
14
c.
Tujuan Pendidikan Agama Islam Secara
umum,
pendidikan
agama
Islam
bertujuan
untuk
“meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara”. Dari tujuan tersebut dapat ditarik beberapa dimensi yang hendak ditingkatkan dan dituju oleh kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam, yaitu: (1) dimensi keimanan peserta didik terhadap ajaran agama Islam; (2) dimensi pemahaman atau penalaran (intelektual) serta keilmuan peserta didik terhadap ajaran agama Islam; (3) dimensi penghayatan atau pengalaman batin yang dirasakan peserta didik dalam menjalankan ajaran Islam; dan (4) dimensi pengmalannya, dalam arti bagaimana ajaran Islam yang telah diimani, dipahami dan dihayati atau diinternalisasi oleh peserta didik itu mampu menumbuhkan motivasi dalam dirinya untuk menggerakkan, mengamalkan, dan mentaati ajaran agama
dan
nilai-nilainya
mengaktualisasikan
dan
dalam
kehidupan
merealisasikannya
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
pribadi,
dalam
serta
kehidupan
17
Menurut pendapat Al-Qabisi yang dikutip oleh Abuddin Nata, mengemukakan bahwa menghendaki agar pendidikan dan pengajaran agama Islam dapat menumbuh-kembangkan pribadi anak sesuai dengan nilai-nilai Islam yang benar.18 Tujuan pendidikan agama Islam di SMA adalah sebagai berikut: 1) Siswa diharapkan mampu membaca al-Qur‟an, menulis dan memahami ayat al-Qur‟an serta mampu mengimplementasikannya didalam kehidupan sehari-hari.
17
Ibid. Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Raja Gravindo Persada, 2001), Cet. 1, h. 27. 18
15
2) Beriman kepada Allah swt, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitabNya, rasul-rasul-Nya, kepada hari kiamat dan qadha dan qadar-Nya. Dengan mengetahui fungsi dan hikmahnya serta terefleksi dalam sikap, prilaku dan akhlak peserta didik pada dimensi kehidupan sehari-hari. 3) Siswa diharapkan terbiasa berperilaku dengan sifat terpuji dan menghindari sifat-sifat tercela, dan bertata kerama dalam kehidupan sehari-hari. 4) Siswa diharapkan mampu memahami sumber hukum dan ketentuan hukum Islam tentang ibadah, muamalah, mawaris, munakahat, jenazah dan mampu mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. 5) Siswa diharapkan mampu memahami, mengambil manfaat dan hikmah perkembangan Islam di Indonesia dan dunia serta mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.19 Menurut pendapat Ibnu Sina yang dikutip oleh Abuddin Nata, mengemukakan bahwa tujuan pendidikan Islam itu harus diarahkan pada pengembangan seluruh potensi yang dimiliki seseorang ke arah perkembangan yang sempurna, yaitu perkembangan, fisik, intelektual, dan budi pekerti. Ibnu Sina juga ingin agar tujuan pendidikan universal itu diarahkan kepada terbentuknya manusia yang sempurna (insan kamil). Di dalam Peraturan Menteri (PERMEN) Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi/Kompetensi Dasar di jelaskan bahwa Pendidikan Agama
Islam
di
SMA/MA
bertujuan
untuk:
pertama,
menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang Agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT; kedua, mewujudkan manuasia Indonesia yang taat 19
http://dumpuena.blogspot.com/2012/01/tujuan-pendidikan-agama-islam-di-sma.html
16
beragama dan berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), menjaga keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah.20 Menurut pendapat Mohammad Athiyah al-Abrosyi yang dikutip oleh Ahmad Syar‟i bahwa tujuan pendidikan Islam adalah: membantu pembentukan akhlak yang mulia, mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat, menumbuhkan ruh ilmiah (scientific spirit) pada pelajaran dan memuaskan keinginan hati untuk mengetahui (curiosity) dan memungkinkan ia mengkaji ilmu sekadar sebagai ilmu, menyiapkan pelajaran agar dapat menguasai profesi tertentu, teknis tertentu dan perusahaan tertentu agar dapat mencari rezeki, hidup mulia dengan tetap memelihara kerohanian dan keagamaan, serta mempersiapkan kemampuan mencari dan mendayagunakan rezeki.21 Adapun tujuan pendidikan Islam yang sejalan dengan tujuan missi Islam itu sendiri, yaitu mempertinggi nilai-nilai akhlak, hingga mencapai akhlak al karimah. Dari tujuan tersebut sama dan sebangun dengan target yang tergantung dalam tugas kenabian yang diemban oleh Rasul Allah SAW. Yang terungkap dalam pernyataan beliau: “Sesungguhnya aku diutus adalah untuk membimbing manusia mencapai akhlak yang mulia”. Faktor kemuliaan akhlak dalam pendidikan Islam dinilai sebagai faktor kunci dalam menentukan keberhasilan pendidikan , yang menurut pandangan Islam berfungsi menyiapkan manusia-manusia yang mampu menata kehidupan yang sejahtera di dunia dan kehidupan akhirat.22Firman Allah surat AlBaqarah ayat 247:
20
http://kuliahgratis.net/tujuan-pendidikan-agama-islam-pai/ Ahmad Syar‟i, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2011), Cet. 2, h. 28. 22 Jalaluddin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1996), Cet. 2, h. 38. 21
17
"Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang Luas dan tubuh yang perkasa." Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha mengetahui.” Tujuan akhir pendidikan agama Islam itu dapat dipahami dalam firman Allah swt Q.S Al-Imran ayat 102:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam.” Mati dalam keadaan bersaerah diri kepada Allah sebagai muslim yang merupakan ujung dari takwa sebagai akhir dari proses hidup jelas berisikan kegiatan pendidikan.23 d. Ruang Lingkup PAI di SMA Kelas X Berdasarkan KI (Kompetensi Inti) dan KD (Kompetensi Dasar) Kompetensi Inti
Kompetensi Dasar
1. Menghayati dan 1.1 Menghayati nilai-nilai keimanan kepada Malaikat-malaikat Allah Mengamalkan ajaran SWT agama yang dianutnya 23
18
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsifdan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
1.2 Berpegang teguh kepada AlQuran, Hadits dan Ijtihad sebagai pedoman hidup 1.3 Meyakini kebenaran hukum Islam 1.4 Berpakaian sesuai dengan ketentuan syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari 2.1 Menunjukkan perilaku jujur dalam kehidupan sehari-hari sebagai implementasi dari pemahaman Q.S. Al-Maidah (5): 8, dan Q.S. At-Taubah (9): 119 dan hadits terkait 2.2 Menunjukkan perilaku hormat dan patuh kepada orangtua dan guru sebagai implementasi dari pemahaman Q.S. Al-Isra (17): 23 dan hadits terkait 2.3 Menunjukkan perilaku kontrol diri (mujahadah an-nafs), prasangka baik (husnuzzhan), dan persaudaraan (ukhuwah) sebagai implementasi dari pemahaman Q.S. Al-Anfal (8): 72; Q.S. AlHujurat (49): 12 dan 10 serta hadits yang terkait 2.4 Menunjukkan perilaku menghindarkan diri dari pergaulan bebas dan perbuatan zina sebagai implementasi dari pemahaman Q.S. Al-Isra‟ (17): 32, dan Q.S. An-Nur (24): 2, serta hadits yang terkait 2.5 Menunjukkan sikap semangat menuntut ilmu dan menyampaikannya kepada sesama sebagai implementasi dari pemahaman Q.S. At-Taubah (9): 122 dan hadits terkait 2.6 Menunjukkan sikap keluhuran budi, kokoh pendirian, pemberi rasa aman, tawakkal dan perilaku
19
2.7
2.8
3. Memahami,menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
3.7
adil sebagai implementasi dari pemahaman Asmaul Husna alKariim, al-Mu‟min, al-Wakiil, alMatiin, al-Jaami‟, al-„Adl, dan alAkhiir Menunjukkan sikap tangguh dan semangat menegakkan kebenaran sebagai implementasi dari pemahaman strategi dakwah Nabi di Mekah Menunjukkan sikap semangat ukhuwah sebagai implementasi dari pemahaman strategi dakwah Nabi di Madinah. Menganalisis Q.S. Al-Anfal (8) : 72); Q.S. Al-Hujurat (49) : 12; dan QS Al-Hujurat (49) : 10; serta hadits tentang kontrol diri (mujahadah an-nafs), prasangka baik (husnuzzhan), dan persaudaraan (ukhuwah) Memahami manfaat dan hikmah kontrol diri (mujahadah an-nafs), prasangka baik (husnuzzhan) dan persaudaraan (ukhuwah), dan menerapkannya dalam kehidupan Menganalisis Q.S. Al-Isra‟ (17) : 32, dan Q.S. An-Nur (24) : 2, serta hadits tentang larangan pergaulan bebas dan perbuatan zina Memahami manfaat dan hikmah larangan pergaulan bebas dan perbuatan zina. Memahami makna Asmaul Husna: al-Kariim, al-Mu‟min, alWakiil, al-Matiin, al-Jaami‟, al„Adl, dan al-Akhiir; Memahami makna beriman kepada malaikat-malaikat Allah SWT Memahami Q.S. At-Taubah (9):
20
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
122 dan hadits terkait tentang semangat menuntut ilmu, menerapkan dan menyampaikannya kepada sesama; 3.8 Memahami kedudukan Alquran, Hadits, dan Ijtihad sebagai sumber hukum Islam 3.9 Memahami pengelolaan wakaf 3.10.1 Memahami substansi dan strategi dakwah Rasullullah saw. di Mekah 3.10.2 Memahami substansi dan strategi dakwah Rasulullah saw. di Madinah 4.1.1 Membaca Q.S. Al-Anfal (8): 72); Q.S. Al-Hujurat (49): 12; dan Q.S. Al-Hujurat (49) : 10, sesuai dengan kaidah tajwid dan makhrajul huruf. 4.1.2 Mendemonstrasikan hafalan Q.S. Al-Anfal (8) : 72); Q.S. Al-Hujurat (49) : 12; QS AlHujurat (49) : 10 dengan lancar. 4.2.1 Membaca Q.S. Al-Isra‟ (17): 32, dan Q.S. An-Nur (24): 2 sesuai dengan kaidah tajwid dan makhrajul huruf 4.2.2 Mendemonstrasikan hafalan Q.S. Al-Isra‟ (17) : 32, dan Q.S. An-Nur (24): 2 dengan lancar. 4.3 Berperilaku yang mencontohkan keluhuran budi, kokoh pendirian, pemberi rasa aman, tawakal dan perilaku adil sebagai implementasi dari pemahaman makna Asmaul Husna al-Kariim, al-Mu‟min, al-Wakiil, al-Matiin, alJaami‟, al-„Adl, dan al-Akhiir
21
4.4
Berperilaku yang mencerminkan kesadaran beriman kepada malaikatmalaikat Allah SWT 4.5 4.5 Menceritakan tokoh-tokoh teladan dalam semangat mencari ilmu 4.6 Menyajikan macam-macam sumber hukum Islam 4.7.1 Menyajikan dalil tentang ketentuan wakaf 4.7.2 Menyajikan pengelolaan wakaf 4.8.1 Mendeskripsikan substansi dan strategi dakwah Rasullullah SAW di Mekah 4.8.2 Mendeskripsikan substansi dan strategi dakwah Rasulullah SAW di Madinah
3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah proses belajar mengajar yang melibatkan penggunaan kelompok-kelompok kecil yang memungkinkan siswa untuk bekerja secara bersama-sama di dalamnya guna memaksimalkan pembelajaran mereka sendiri dan pembelajaran satu sama lain.24 Model pembelajaran cooperative learning merupakan salah satu model pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual.25 pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai sistem kerja atau belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok, yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses 24
David W. Johnson, dkk. Colaborative Learning, (Bandung: Nusamedia, 2010), Cet. 1, h. 4. Sofan Amri dan Lif Khoiru Ahmadi, Kontruksi Pengembangan Pembelajaran, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2010), Cet. 1, h. 90. 25
22
kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa diarahkan untuk bisa juga bekerja, mengembangkan diri, dan bertanggung jawab secara individu. Strategi pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang di dalamnya mengkondisikan para siswa untuk bekerja bersama-sama di dalam kelompok-kelompok kecil untuk membantu satu sama lain dalam belajar.26 Menurut pendapat Kagan yang dikutip oleh Masitoh dan Laksmi Dewi mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai suatu strategi intruksional yang melibatkan interaksi siswa secara kooperatif dalam mempelajari
suatu
topik
sebagai
bagian
integral
dari
proses
pembelajaran.27 Menurut pendapat Jacob yang dikutip oleh Masitoh dan Laksmi Dewi menyatakan bahwa “Pembelajaran kooperatif adalah suatu metode intruksional dimana siswa dalam kelompok kecil bekerja sama dan saling membantu dalam menyelesaikan tugas akademik”.28 Menurut pendapat Artzt & Newman yang dikutip oleh Trianto menyatakan bahwa dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelasaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Jadi setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab yang sama untuk keberhasilan kelompoknya.29 Pembelajaran kooperatif ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam
26
Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Depag RI, 2009), Cet. 1, h. 232. 27 Ibid. 28 Ibid. 29 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Prenada Media Group, 2009), Cet. 1, h. 56.
23
kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi hakikat sosial dan pengguanaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif.30 Slavin mengemukakan dua alasan, pertama, beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan
hubungan
sosial,
menumbuhkan
sikap
menerima
kekurangan diri dan orang lai, serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua, pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berfikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan.31 Slavin, Abrani, dan Chambers berpendapat bahwa belajar melalui kooperatif dapat dijelaskan dari beberapa persepektif, yaitu persepektif motivasi, persepektif sosial, persepektif perkembangan kognitif dan persepektif elaborasi kognitif. Persepektif motivasi artinya bahwa penghargaan yang diberikan kepada kelompok memungkinkan setiap anggota
kelompok
akan
saling
membantu.
Dengan
demikian,
keberhasilan setiap individu pada dasarnya adalah keberhasilan kelompok. Hal semacam ini akan mendorong setiap anggota kelompok untuk memperjuangkan keberhasilan kelompoknya. Persepektif sosial artinya bahwa melalui kooperatif setiap siswa akan saling membantu dalan belajar karena mereka menginginkan semua anggota kelompok memperoleh keberhasilan. Persepektif perkembangan kognitif artinya bahwa dengan adanya interaksi antara anggota kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuk berfikir mengolah berbagai informasi. Persepektif elaborasi kognitif artinya
30 31
Ibid. Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Prenada Media Group, 2006), Cet. 7, h. 242.
24
bahwa setiap siswa akan berusaha untuk memahami dan menimba informasi untuk menambah pengetahuan kognitifnya.32 b. Tipe-tipe Pembelajaran Kooperatif 1) Student Teams Achievement Division (STAD) Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan mengguanakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 45 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok. Slavin menyatakan bahwa STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja dalam tim, mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim telah mengusai pelajaran tersebut. Kemudian, seluruh siswa diberikan tes tentang materi tersebut, pada saat tes ini mereka tidak diperbolehkan saling membantu.33 2) Investigasi Kelompok (Group Investigation) Investigasi
kelompok
merupakan
model
pembelajaran
kooperatif yang paling kompleks dan paling sulit untuk diterapkan. Model ini dikembangkan pertama kali oleh Thelan. Dalam perkembangannya model ini diperluas dan dipertajam oleh Sharan dari Universitas Tel Aviv. Berbeda dengan STAD dan Jigsaw, siswa terlibat dalam perencanaan baik topik yang dipelajari dan bagaimana
jalannya
penyelidikan
mereka.
Pendekatan
ini
memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit daripada 32 33
Ibid., h. 244. Trianto, op. cit., h. 69.
25
pendekatan yang lebih berpusat pada guru. Pendekatan ini juga memerlukan mengajar siswa keterampilan komunikasi dan proses kelompok yang baik. Dalam implementasi tipe investigasi kelompok, guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5-6 siswa yang heterogen.
Kelompok
di
sini
dapat
dibentuk
dengan
mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama dalam topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, dan melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih. Selanjutnya ia menyiapkan dan mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas.34 3) Think Pair Share (TPS) Strategi Think Pair Share (TPS) atau berfikir berpasangan berbagi adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi pola. Strategi Think Pair Share (TPS) ini berkembang dari penelitian belajar kooperatif dan waktu tunggu. Pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan koleganya di Universitas Maryland. Menurut Arends yang dikutip oleh Trianto, menyatakan bahwa Think Pair Share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam Think Pair Share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berfikir, untuk merespons dan saling membantu. Guru memperkirakan hanya melengkapi penyajian singkat atau siswa membaca tugas, atau situasi yang menjadi tanda Tanya. Sekarang guru menginginkan siswa mempertimbangkan lebih banyak apa yang telah dijelaskan dan dialami. Guru lebih memilih menggunakan Think Pair Share untuk membandingkan Tanya jawab kelompok keseluruhan.35 34 35
Ibid., h. 78. Ibid., h. 81.
26
4) Numbered Head Together (NHT) Numbered Head Together (NHT) atau penomoran berfikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternative terhadap struktur kelas tradisional. Numbered Head Together (NHT) pertama kali dikembangkan oleh Spenser Kagen untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. 5) Teams Games Tournament (TGT) Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT), atau pertandingan permainan tim dikembangkan secara asli oleh David De Vries dan Keath Edward (1995). Pada model ini siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin untuk skor tim mereka. TGT dapat digunakan dalam berbagai macam pelajaran, dari ilmu-ilmu eksak, ilmu-ilmu sosial maupun bahasa dari jenjang pendidika dasar (SD, SMP) hingga perguruan tinggi. TGT sangat cocok untuk mengajar tujuan pembelajaran yang dirumuskan dengan tujuan satu jawaban benar. Meski demikian, TGT juga dapat diadaptasi untuk digunakan dengan tujuan yang dirumuskan dengan kurang tajam dengan menggunakan penilaian yang bersifat terbuka, misalnya esai atau kinerja.36 c. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw 1) Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Model pembelajaran cooperative learning teknik jigsaw ini pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson
36
Ibid., h. 83.
27
dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins. Teknik ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan ataupun berbicara. Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.37 Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan. Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim/ kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli. Pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal
37
Sofan Amri dan Lif Khoiru Ahmadi, op. cit., h. 94.
28
merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.38 2) Kelebihan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw a) Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar, karena sudah ada kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekanya. b) Siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampauan berfikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain c) Dapat membantu anak untuk respek kepada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan. d) Dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar. e) Merupakan
suatu strategi
yang cukup
ampuh untuk
meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk
mengembangkan
rasa
harga
diri,
hubungan
interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan me-manage waktu, dan sikap positif terhadap sekolah.
38
Ibid. h. 95.
29
f) Interaksi
selama
pembelajaran
berlangsung
dapat
meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berfikir.39 3) Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw a) Untuk siswa yang dianggap memiliki kelebihan, mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan.
Akibatnya,
keadaan
semacam
ini
dapat
mengganggu iklim kerja sama dalam kelompok. b) Siswa yang memiliki kemampuan mebaca dan berfikir rendah akan mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai tenaga ahli. c) Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses pembelajaran. d) Keberhasilan
dalam
upaya
mengembangkan
kesadaran
berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang, dan hal ini tidak mungkin tercapai hanya dengan satu kali atau sekali-sekali penerapan strategi ini.40 4) Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw a) Pilihlah materi belajar yang bisa dipecah menjadi beberapa bagian. Sebuah bagian bisa sependek kalimat atau sepanjang beberapa paragraf. (jika materinya panjang, perintahkan siswa untuk membaca tugas mereka sebelum pelajaran). b) Hitunglah jumlah bagian yang hendak dipelajari dan jumlah siswa. Bagikan secara adil berbagai tugas kepada berbagai kelompok siswa. Sebagai contoh, bayangkan sebuah kelas yang terdiri dari 12 siswa. Dimisalkan bahwa anda bisa membagi materi pelajaran menjadi tiga segmen atau bagian. 39 40
Sanjaya, op. cit., h. 250. Ibid., h. 251.
30
Anda
mungkin
selanjutnya
dapat
membentuk
kuartet
(kelompok empat anggota), dengan memberikan segmen 1, 2, atau 3 kepada tiga kelompok. Kemudian, perintahkan tiap kuartet
atau
“kelompok
belajar”
untuk
membaca,
mendiskusikan, dan mempelajari materi yang mereka terima. (jika anda menghendaki, anda dapat membentuk dua pasang “rekan belajar” terlebih dahulu kemudian menggabungkan pasangan-pasangan itu menjadi kuartet untuk berkonsultasi dan saling berbagi pendapat). c) Setelah waktu belajar selesai, bentuklah kelompok-kelompok “belajar ala jigsaw,” kelompok tersebut terdiri dari perwakilan tiap “kelompok belajar” di kelas. Dalam contoh yang baru saja diberikan, anggota dari tiap kuartet dapat berhitung mulai dari 1, 2, 3, dan 4. Kemudian bentuklah kelompok belajar jigsaw dengan jumlah yang sama. Hasilnya adalah empat kelompok trio. Dalam masing-masing trio akan ada satu siswa yang telah mempelajari segmen 1, segmen 2, dan segmen 3. d) Perhatikan anggota kelompok “jigsaw” untuk mengajarkan satu sama lain apa yang telah mereka pelajari. e) Perintahkan siswa untuk kembali ke posisi semula dalam rangka membahas pertanyaan yang masih tersisa guna memastiakan pemahaman yang akurat.41
B. Hasil Penelitian yang Relevan Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian penerapan metode pembelajaran aktif (active learning) tipe jigsaw.
41
Melvin L. Silberman, Active Learning, (Jakarta: Nuansa, 2012), Cet. 7, h. 180-182.
31
1. Penelitian yang dilakukan oleh Jamaluddin (2013) dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif learning tipe jigsaw di MI Negri 1 Kamal
Jakarta
Barat
pada
pembelajaran
PKN
pada
materi
“Pemerintahan Tingkat Pusat” mengalami peningkatan. 2. Penelitian yang dilakukan Yana Herdiana (2009) dengan menerapkan menerapkan metode pembelajaran aktif tipe jigsaw dalam mata pelajaran matematika mendapatkan nilai rata-rata kelas pada siklus I baru mencapai 5, 80 (di bawah KKM), pada siklus II meningkat menjadi 7.08 atau meningkat sebesar 1,6, dan pada siklus III meningkat menjadi 7,83 atau naik sebesar 0,75 dari siklus II. Maka dapat dikatakan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran aktif tipe jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Persamaan dari penelitian pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini adalah: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Jamaluddin (2013), Yana Herdiana (2009), penelitian yang dilakukan Penulis (2014) sama-sama menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. 2. Hasil penelitian menggunakan penghitngan siklus II dikurangi siklus II, dengan menggunakan metode penelitian tidankan kelas, Perbedaan dari penelitian pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini adalah: 1. Penelitian pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang dilakukan oleh Jamaluddin (2013) dilakukan di kelas IV MI Negeri 1 Kamal Jakarta Barat. penelitian yang dilakukan Yana Herdiana (2009) dilakukan di kelas VII MTs. Al-Fajar Jakarta Selatan. Sedangkan penelitian yang dilakukan Penulis dilakukan di kelas X SMAN 90 Jakarta, Jakarta selatan. 2. Penelitian pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang dilakukan oleh Jamaluddin (2013) diterapkan pada mata pelajaran PKN, penelitian yang dilakukan Yana Herdiana (2009) diterapkan pada mata
32
pelajaran Matematika. Sedangkan penelitian yang dilakukan Penulis diterapkan pada mata pelajaran PAI. 3. Penelitian pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang dilakukan oleh Jamaluddin (2013) subyeknya berjumlah 35 orang siswa, penelitian yang dilakukan Yana Herdiana (2009) subyeknya berjumlah 30 orang siswa. Sedangkan penelitian yang dilakukan Penulis subyeknya berjumlah 33 orang siswa. 4. Penelitian
yang
dilakukan
Jamaluddin
(2013)
pada
proses
pembelajaran diadakan pretest terlebih dahulu, penelitian yang diadakan Yana Herdiana (2009) tidak dilakukan pretest terlebih dahulu. Penelitian yang dilakukan Penulis diadakan pretest terlebih dahulu. 5. Penelitian Jamaluddin dilakukan dalam 2 siklus (dari siklus I- siklus II meningkat sebesar 64,8%), Penelitian Yana Herdiana dilakukan dalam 3 siklus (dari siklus I- siklus II meningkat sebesar 1,6% dan meningkat 0,75 ke siklus III). Penulis melakukan penelitian dalam 2 siklus (dari siklus I- siklus II meningkat sebesar 24,24%)
C. Kerangka Berfikir Proses belajar mengajar merupakan sebuah proses interaksi yang menghimpun sejumlah nilai yang merupakan substansi sebagai medium antara guru dan siswa dalam rangka mencapai tujuan. Dalam proses edukatif guru harus harus berusaha agar siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Betapa pentingnya mengetahui prestasi belajar peserta didik, baik secara perorangan maupun secara kelompok. Sebab prestasi belajar tidak hanya sebagai indikator keberhasilan dalam bidang studi tertentu, tetapi juga sebagai indikator kualitas institusi penididikan. Disamping itu, prestasi belajar juga bermanfaat sebagai umpan balik bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran,
33
sehingga dapat menentukan apakah perlu melakukan diagnosis penempatan atau bimbingan terhadap peserta didik. Keaktifan siswa di kelas merupakan salah satu tujuan yang diharapkan oleh guru kepada siswanya. Aktifnya siswa ketika proses belajar mengajar membuktikan bahwa mereka memahami materi yang dipelajari. Dalam hal ini, guru berusaha semaksimal mungkin untuk mengemas materi sedemikian rupa sehingga siswanya dapat memahami materi yang akan disampaikan secara mendalam. Di kelas, kebanyakan guru dalam mengajar pelajaran pendidikan agama Islam (PAI) tidak memperhatikan kemampuan berfikir siswa, metode yang digunakan kurang bervariasi, dan akibatnya prestasi belajar siswa menjadi rendah. Karena itu untuk meningkatkan prestasi belajar siswa di kelas itu, dibutuhkan metode belajar yang aktif, kreatif, dan inovatif. Salah satu metode yang akan digunakan penulis adalah metode jigsaw. Dengan metode jigsaw semua siswa diperankan sebagai orang ahli dalam membahas materi pelajara. Dengan metode ini, siswa dapat mengkomunikasikan kesulitan diantara mereka, menemukan solusi bersama, meningkatkan semangat belajar, dan menjalin persaingan yang sehat diantara mereka. Dengan diterapkan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini diharapakan prestasi belajar PAI siswa kelas X SMAN 90 Jakarta akan meningkat.
D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan penejelasan-penejelasan di atas maka dapat ditarik hipotesis tindakan bahwa dengan diterapkannya metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar PAI Siswa kelas X SMAN 90 Jakarta.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas X SMAN 90 Jakarta yang terletak di Jl. Sabar Petukangan Selatan Pasanggrahan Jakarta Selatan. Waktu penelitian di laksanakan pada bulan November-Desember 2014.
B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian 1. Metode Penelitian Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) disebut dengan classroom action research. Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara (1) merencanakan, (2) melaksanakan, dan (3) merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.1 Dari namanya sudah menunjukkan isi yang terkandung di dalamnya, yaitu sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas. Dikarenakan ada tiga kata yang membentuk pengertian tersebut, maka ada tiga pengertian yang dapat diterangkan. a) Penelitian: menunjukkan pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data dan informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti. 1
Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT Indeks, 2012), Cet. 5, h. 9.
34
35
b) Tindakan: menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa. c) Kelas: dalam hal ini tidak terkait pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sana dari guru yang sama pula.2 2. Rancangan Siklus Penelitian Empat kegiatan utama yang ada pada setiap siklus, yaitu (a) perencanaan, (b) tindakan, (c) pengamatan, dan (d) refleksi. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Perencanaan (Planning) Tahapan perencanaan merupakan tahapan awal yang berupa kegiatan untuk menentukan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh peneliti untuk memecahkan masalah yang akan dihadapi. Dalam penelitian ini yang dikategorikan sebagai tahapan perencanaan sebagai berikut: a) Menelaah materi pembelajaran dan menelaah indikator bersama tim kolaborator (guru kelas). b) Menyusun
RPP
sesuai
indikator
dengan
menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. c) Menyiapkan sumber dan media yang dibutuhkan dalam pembelajaran. d) Menyiapkan instrumen, tes soal akhir siklus. 2
2-3.
Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), Cet. 9, h.
36
e) Menyiapkan lembar observasi untuk kinerja guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran. 2. Pelaksanaan Tindakan (Acting) Tahapan pelaksanaan ini adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan yang di buat, yaitu melaksanakan tindakan kelas. Peneliti berlaku sebagai pelaku tindakan sedangkan guru sebagai pengamat (observer). 3. Pengamatan (Observing) Dalam tahapan ini peneliti melakukan pengamatan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan untuk memperoleh data yang akurat untuk perbaikan pada siklus berikutnya. Observasi dimaksud sebagai kegiatan mengamati, menggali, dan mendokumentasi semua gejala indikator yang terjadi selama proses penelitian. Peneliti melakukan pengamatan dengan dibantu oleh guru kelas yang bertugas sebagai observer dan kolaborator. 4. Refleksi (Reflecting) Tahap ini merupakan kegiatan mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Hasil yang diperoleh dari pengamatan dikumpulkan dan dianalisis peneliti dan observer, sehingga dapat diketahui apakah kegiatan yang telah dilaksanakan mencapai tujuan yang diharapkan atau masih perlu ada perbaikan. Tahapan ini dilaksanakan dengan maksud perbaikan kegiatan sebelumnya yang akan diterapkan pada penelitian berikutnya.3 Adapun siklusnya dapat digambarkan dengan gambar sebagai berikut:
3
Ibid., h. 19.
37
Perencanaan (Planning)
Refleksi (Reflecting)
Tindakan Siklus I
(Acting)
Pengamatan (Observing) Perencanaan (Planning) PERUBAHAN
Siklus II
Refleksi
Tindakan
(Reflecting)
(Acting)
Pengamatan (Observing)
Gambar 6.5 Contoh PTK dengan dua siklus4
4
Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, op. cit., h. 44.
38
C. Subjek Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas X MIA-3 SMAN 90 Jakarta dengan jumlah siswa 33 orang, terdiri dari 13 orang siswa laki-laki dan 20 orang siswa perempuan pada tahun pelajaran 2014/1015.
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian Peran dan posisi peneliti dalam penelitian ini adalah bertindak sebagai pelaku penelitian. Peneliti bekerjasama dengan guru agama Islam kelas X sebagai kolaborator dan observer. Sebagai kolaborator yaitu bekerjasama dengan peneliti dalam hal membuat rancangan pembelajaran, melakukan refleksi dan menentukan tindakan-tindakan pada siklus selanjutnya. Sebagai observer berperan mengamati proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru tentang materi memahami kedudukan Al-Qur’an, Hadis, dan Ijtihad sebagai sumber hukum Islam.
E. Tahapan Intervensi Tindakan Perencanaan tindakan ini diawali dengan identifikasi persoalan di kelas dan direncanakan alternatif penyelesaiannya. Alternatif penyelesaian dilaksanakan dalam siklus penelitian yang terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan/observasi, evaluasi serta analisis dan refleksi. Setelah dilakukan evaluasi dan refleksi pada siklus I maka peneliti akan melanjutkan pada perencanaan dan tindakan siklus II jika data yang diperoleh pada siklus I memerlukan penyempurnaan dan begitu selanjutnya, sampai hasil analisis diakhir tindakan menunjukkan bahwa kriteria target atau tujuan penelitian yang telah ditetapkan tercapai. Pada setiap siklus dilakukan beberapa tindakan, yang digambarkan sebagai berikut: 1. Pra tindakan
39
Peneliti melakukan pengamatan kegiatan belajar mengajar terlebiih dahulu terhadap kegiatan
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
kelas X MIA-3 SMAN 90 Jakarta. 2. Tindakan rill di Kelas a) Tahap perencanaan Peneliti membuat acuan program pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, membuat instrumen berupa test, pembagian kelompok, menyiapkan sumber belajar, menyiapkan alat peraga. b) Tahap pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan dalam penelitian ini yaitu menerapkan tindakan
yang
mengacu
pada
skenario
pembelajaran
atau
pelaksanaan pembelajaran. Tindakan pertama yaitu pembukaan yang dilanjutkan dengan kegiatan inti yaitu pembagian kelompok, membagikan materi atau tugas, membentuk kelompok ahli, mendiskusikan materi/tugas pada kelompok ahli, menjelaskan materi/tugas pada kelompok asal, mempersentasikan hasil kelompok, memberikan pertanyaan atau tanggapan dan evaluasi lalu dikegiatan penutup menyimpulkan pelajaran dan diakhir siklus diadakan berupa posttest dan refleksi. Pada saat bersamaan kegiatan ini juga disertai dengan kegiatan observasi. c) Tahap Pengamatan Pada tahap ini melakukan pengamatan terhadap pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Pengamatan menggunakan wawancara, lembar observasi siswa, lembar observasi guru, untuk mengamati tindakan selama proses belajar mengajar dengan pembelajaran kooperatif
tipe
jigsaw.
Lembar
observasi
digunakan
untuk
mengamati semua yang terjadi ketika pembelajaran berlangsung. Pengamatan dapat dilakukan foto sebagai bukti otentik.
40
d) Tahap Refleksi Refleksi pada proses pembelajaran dilakukan apabila hasil yang didapat kurang maksimal. Tahap refleksi pada penelitian ini meliputi: 1) Melakukan analisis data mengenai proses, masalah dan hambatan yang terjadi ketika pembelajaran berlangsung. 2) Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil analisis atau evaluasi untuk diguanakan pada siklus berikutnya.
F. Hasil Intervensi Tindakan yang diharapkan Hasil penelitian yang diharapkan dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam siswa kelas X SMAN 90 Jakarta mencapai nilai diatas KKM 70 sebanyak 85% siswa.
G. Data dan Sumber Data Data dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu: data kualitatif dan data kuantitatif. 1. Data kualitatif Data kualitatif adalah data yang berupa kalimat atau pernyataan atau bukan berupa angka. Dalam penelitian ini data kulaitatif yang digunakan berupa hasil observasi guru dam aktivitas belajar PAI melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, hasil wawancara dengan guru dan siswa, dan hasil dokumentasi selama proses pembelajaran. 2. Data kuantitatif Data kuantitaif adalah data yang berupa angka-angka. Dalam penelitian ini data kuantitatif berupa hasil belajar siswa dalam pembelajaran PAI dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
41
Sumber data: sumber data dalam penelitian ini adalah siswa dan guru sebagai kolaborator.
H. Instrumen Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa instrumen antara lain: 1. Instrumen Test Tes adalah cara yang dapat dipergunakan atau prosedur yang perlu ditempuh dalam rangka pengukuran dan penilaian dibidang pendidikan, untuk mengukur kemampuan kognitif siswa. Jenis tes yang digunakan dalam penelitian ini yang berbentuk tes objektif bentuk pilihan ganda (Multiple-Choice), dengan kisi-kisi sebagai berikut:
KISI-KISI SOAL Pilihan Ganda (PG) Nama Sekolah
: SMAN 90 Jakarta
Mata Pelajaran
: PAI (Pendidikan Agama Islam)
Kelas
: X (Sepuluh)
Tahun Ajaran
: 2014/2015
Kurikulum Acuan
: Kurikulum 2013
Alokasi Waktu
: 30 menit
Jumlah Soal
: 30 butir
Kompetensi Inti
: KI-3 Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual,prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan
42
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. Kompetensi Dasar
: KD-3.8 Memahami kedudukan Alquran, Hadits, dan Ijtihad sebagai sumber hukum Islam.
No.
1.
Kompetensi Dasar
Materi
Indikator
Bentuk
No.
Soal
Soal
PG
1, 2,
3.8 Memahami
Sumber
1. Menyebutkan
Kedudukan Alquran,
Hukum
pengertian
3, 4,
Hadits, dan Ijtihad
Islam: Al-
Al-Qur’an,
5, 6,
sebagai sumber
Qur’an,
hadis dan
7, 8,
hukum Islam
Hadis dan
ijtihad
9, 10
Ijtihad
2. Menjelaskan
PG
11,
fungsi Al-
12,
Qur’an,
13,
Hadis dan
14,
Ijtihad
15,
sebagai
16,
sumber
17,
hukum Islam
18, 19, 20
43
3. Menjelaskan
PG
21,
kedudukan
22,
Al-Qur’an,
23,
HAdis dan
24,
Ijtihad
25,
sebagai
26,
sumber
27,
hukum Islam
28, 29, 30
2. Instrumen non Tes Dalam instrumen non tes yang digunakan adalah sebagai berikut: a) Lembar Observasi Lembar observasi ini terdiri dari dua yaitu lembar observasi guru dalam belajar mengajar dan lembar observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran. Lembar observasi guru dalam belajar mengajar digunakan untuk mengetahui proses pembelajaran PAI dengan menggunakan pembelajaran koopertaif tipe jigsaw, apakah terlaksana dengan baik atau tidak. Lembar observasi aktifitas siswa dalam
kegiatan
pembelajaran
digunakan
untuk
mengatasi
pembelajaran di kelas. (Terlampir) b) Pedoman Wawancara Peneliti mewawancarai guru dan siswa. Hal ini dilakukan untuk mengetahui secara langsung kondisi siswa serta untuk mengetahui gambaran umum mengenai pelaksanaan pembelajaran dan masalahmasalah yang dihadapi di kelas. (Terlampir)
44
I.
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: 1. Observasi guru dan aktivitas siswa terhadap mata pelajaran PAI dengan mengguanakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw data diperoleh dari lembar observasi yang diisi oleh observer dalam setiap pertemuan. 2. Tes: tes hasil belajar siswa dalam pembelajaran PAI data yang diperoleh dari tes pada mata pelajaran PAI yang dilakukan pada setiap akhir siklus. 3. Wawancara: peneliti melakukan wawancara terhadap guru kelas dan siswa pada pada tahap akhir siklus. 4. Dokumentasi: dokumentasi yang dimaksud adalah berupa foto-foto yang diambil pada saat proses pembelajaran berlangsung yang diperoleh dari setiap siklus. Setelah data terkumpul, peneliti bekerja sama dengan guru kelas melakukan analisis dan evaluasi data untuk mengambil suatu kesimpulan tentang pemahaman pembelajaran tentang kekurangan dan kelebihan penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan.
J.
Teknik Pemeriksaan Keterpecayaan Sebelum instrumen-instrumen tersebut digunakan untuk mengumpulkan data, instrumen atau alat untuk mengevaluasi harus valid agar hasil yang diperoleh dari kegiatan evaluasi valid. Instrumen berupa pedoman observasi, lembar observasi guru dan siswa, hasil wawancara, dan lembar catatan langsung. Untuk memperoleh data yang objektif, sahih dan handal dalam penelitian ini digunakan teknik triangulasi. 1. Menggali data dari sumber yang sama dengan menggunakan cara yang berbeda. Dalam penelitian ini, untuk memperoleh informasi tentang aktifitas siswa dilakukan dengan mengobservasi siswa, dan memeriksa catatan siswa, wawancara serta memeriksa hasil kerja siswa dalam mengerjakan soal.
45
2. Menggali data dan sumber data yang berbeda untuk memperoleh informasi tentang hal yang sama. Untuk memperoleh informasi tentang pemahaman siswa dilakukan dengan memeriksa hasil tes siswa dan mengadakan wawancara dengan guru. 3. Menganalisis kembali data-data yang telah terkumpul, baik tentang kejanggalan-kejanggalan, keaslian maupun kelengkapannya. 4. Mengulang pengolahan dan analisis data yang terkumpul.
K. Analisis Data dan Interpretasi Data Setelah data terkumpul maka dilakukan teknik analisis data, yaitu memberi uraian mengenai hasil penelitian, menganalisis data merupakan suatu cara yang digunakan peneliti untuk menguraikan data yang diperoleh agar dapat dipahami bukan hanya oleh peneliti tapi juga orang lain yang ingin mengetahui hasil penelitian. Data yang didapat berupa prestasi belajar siswa pada ranah kognitif, lembar observasi kegiatan siswa pada proses pembelajaran, dan lembar wawancara. Dalam menganalisis data hasil belajar pada aspek kognitif atau penguasaan konsep menggunakan analisis deskriptif dari setiap siklus dengan menggunakan nilai posttest dibandingkan dengan nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) dan selisih nilai pertemuan pertama dan pertemuan kedua untuk melihat peningkatan prestasi belajar yang memperhitungkan ketuntasan.
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan Setelah penelitian ini berakhir peneliti menyadari bahwa penelitian ini telah berhasil menguji adanya peningkatan prestasi belajar siswa tentang materi pembelajaran Pendidkan Agama Islam yaitu memahami kedudukan Al-Qur’an, Hadits, dan Ijtihad sebagai sumber hukum Islam yang diajarkan oleh guru. Banyak faktor lain yang ikut mempengaruhi prestasi belajar siswa serta faktor lain yang belum diketahui. Untuk itu perlu diadakan penelitian lebih lanjut.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data 1. Profil dan Sejarah Singkat SMAN 90 Jakarta SMAN Jakarta terletak di Jl. Sabar Petukangan Selatan Pesanggrahan Jakarta Selatan 12270, Telp. (021) 7341866 Fax. (021) 7341889, Website : http://www.sman90-jkt.sch.id, Email : sman_90jakarta@yahoo.co.id SMAN 90 Jakarta berdiri sejak tahun 1986, pada tahun 2002 menjadi SMA PLUS PENDAMPING KODYA, selanjutnya pada tahun 2004 berdasarkan Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi Prop DKI Jakarta no: 206a/2004 SMA N 90 Jakarta ditetapkan sebagai SMA PLUS Tingkat PROVINSI. Pada tahun 2006 berdasarkan Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi Prop DKI Jakarta Nomor : 460/2006 SMAN 90 Jakarta ditetapkan sebagai SMA PLUS Standar Nasional dan tahun 2009 mendapat nilai akreditasi A. 2. Visi, Misi dan Tujuan a. Visi Terciptanya Peserta Didik SMAN 90 Jakarta yang berakhlaq mulia, peduli terhadap lingkungan dan mampu berkompetisi dalam perubahan global. b. Misi Adapun misi dari SMAN 90 Jakarta adalah: 1) Meningkatkan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual 2) Menyelenggarakan program studi dan kegiatan yang menunjang pengembangan dan penerapan iptek yang berahlak mulia. 3) Menyediakan sarana dan menciptakan lingkungan belajar yang bersih, rapi, sehat, sehat dan indah serta kondusif.
46
47
4) Melakukan kerja sama dengan berbagai pihak, baik tingkat nasional maupun internasional yang menjunjung tinggi nilai-nilai, budaya, dan etos kerja c. Tujuan 1) Menciptakan lembaga pendidikan yang unggul dalam prestasi dan berbasis akhlaq mulia. 2) Meningkatkan
kecerdasan
peserta
didik
melalui
pendidikan, pembelajaran dan studi banding 3) Memberikan pelayanan prima kepada stakeholder. 4) Meningkatkan keprofesionalan guru dan karyawan 3. Guru dan Tenaga Kependidikan Jumlah Guru
: 67 orang. Dengan rincian sbb :
a. PNS
: 56 orang
b. Honorer
: 11 orang
Tingkat Pendidikan Guru/pengajar, sbb : a. S-1
: 45 orang
b. S-2
: 20 orang
c. dalam masa pendidikan pasca-sarjana sebanyak : 2 orang Jumlah Karyawan Tata Usaha : 26 orang. Dengan rincian , sbb : a. PNS
: 11 orang
b. Honorer
: 15 orang
4. Keadaan Siswa Jumlah Peserta Didik, sampai dengan september 2014, sbb : a. Kls X
: 323 Orang (tersebar dalam 9 ruang/kelas)
b. Kls XI
: 322 Orang (tersebar dalam 9 ruang/kelas)
c. Kls XII
: 360Orang (tersebar dalam 9 ruang/kelas)
Jumlah Total : 1005 Orang
kualitas
48
5. Struktur Organisasi SMAN 90 Jakarta
Tabel 4.1 Data Struktur Organisasi SMAN 90 Jakarta No.
Nama
Jabatan
1.
H Ahmad Safari, S.Pd., M.si
Kepala Sekolah
2.
Bittatar Rajagukguk,S.Sos
3.
Dra Hj Nur Ismi
4.
Drs H Iwan Supriyadi
5.
Drs H.Marjuki Miad, MPd.
Anggota Tim Pengembang
6.
Drs Taufik
Anggota Tim Pengembang
7.
Endang Rudiana, SPd
Wakil Kurikulum
8.
Hj Maria Ulfah, S.Pd., MM.
Wakil Kesiswaan
9.
Siti Mardiyah, S.Pd.Fis
10.
Drs. Sasmitho
11.
Dra. Hj. Nunung Nuryanah
Staf Wakil Kurikulum
12.
Mawardi Asmarajani, S.Pd
Staf Wakil Kurikulum
13.
Suprapto, S.S
Staf Wakil Kurikulum
14.
Iwan Purwana, S.Pd
Staf Wakil Kurikulum
15
Dra. Suminten
Staf Wakil Kurikulum
16.
Suryono, S Kom
Staf Wakil Kurikulum
17.
Sarino, S.Kom
18.
Drs. Robert Lumban Gaol, Msi
Kepala Tata Usaha Ketua Komite Ketua Tim Pengembang
Wakil Sarana Prasarana Wakil Humas
Staf Wakil Sarana Prasarana Staf Wakil Humas
6. Sarana dan Prasarana a. Terdiri dari 27 Ruang/kelas yang dilengkapi LCD.
49
b. 3 laboratorium IPA (fisika, biologi dan kimia, ), 1 laboratorium Bahasa, 2 laboratorium Komputer, 1 laboratorium IPS dan
1 laboratorium
Agama c. 1 perpustakaan dilengkapi AC dan Komputer, mesjid (Kerohanian Islam) yang dapat menampung + 600 orang. d. Ruang kerohanian Kristen dan Katholik. e. 1 ruang UKS f.
Kantin Sekolah, 1 koperasi
g. Ruang Studio Musik h. 1 Mobil Sekolah i. 1 Ruang OSIS j. Ruang Bimbingan Konseling k. Ruang Rapat l. 8 Toilet Putra 8 Toilet Putri m. 1 ruang Tata Usaha dilengkapi Pendingin udara (AC) n. lapangan olah raga (futsal, basket, volley ball) dan area parkir. o. Guru pengajar dilengkapi lap top dalam melakukan PBM (proses Belajar Mengajar).
B. Hasil Penelitian 1. Pra Siklus Peneliti melakukan pengamatan kegiatan
pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di kelas X MIA-3 SMAN 90 Jakarta. Pengamatan dilaksanakan pada hari senin dan selasa, tanggal 3 dan 4 November 2014 pukul 06.45 s/d 09.45. hasil pengamatan tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut: a. Guru berada di kelas ketika semua siswa sudah berada di kelas. Pada saat pelajaran dimulai masih banyak siswa yang belum siap untuk belajar, masih banyak siswa yang mengobrol dan belum siap
50
mendengarkan guru, tetapi ada juga sebagian siswa yang sudah siap belajar. b. Metode pembelajaran yang digunakan guru adalah ceramah. Guru menjelaskan materi pelajaran dan siswa mendengarkan. c. Waktu pembelajaran lebih banyak dipergunakan untuk mengerjakan soal-soal latihan di LKS. Siswa diminta mengerjakan soal di LKS sementara guru hanya duduk santai atau keluar meninggalkan kelas. d. Masih banyak siswa yang belum mengerti tentang materi tersebut karena siswa malu dan tidak percaya diri yang mengakibatkan siswa tidak semangat untuk belajar. e. Prestasi belajar yang masih rendah. Hal ini terlihat dari nilai ulangan siswa yang belum mencapai KKM 70 kurang dari 85% dari seluruh siswa.
Tabel 4.2 Nilai Ulangan Harian Siswa kelas X MIA-3 No.
Nama Siswa
Nilai Ulangan Harian
1.
Adindya Giovanni Firdhausya
70
2.
Aenaya Delavera
60
3.
Almadiva Raissa Putri Permana
70
4.
Anggita Pinkan Anjani
80
5.
Anissa Wahyu Syafitrie
80
6.
Ariq Rifqi Zaini
60
7.
Audree Amalia Lestari
60
8.
Aura Karenina Zamri
60
9.
Calista Nabila Putri Wibowo
80
51
10.
Chariunisabillah
80
11.
Devi Aliefiyardi Aulia Widowati
80
12.
Dian Maharani Putri
90
13.
El Awwalun Nisa
60
14.
Fani Putri Oktavia
40
15.
Frandame Yudistira Arifin
60
16.
Haydee Layle Safira
60
17.
Ilham Ghazali Munandar
80
18.
Kevin Luvian Herdianto
80
19.
Kinanthi Andini
90
20.
Muhammad Afif Bima Satria
80
21.
Muhammad Bergy
70
22.
Muhammad Diaz Aushil Prasetya
60
23.
Muhammad Rayhan Adyatma
80
24.
Nadhifa Ayunda
60
25.
Nadhira Salsabila
40
26.
Nava Revi Permana
80
27.
Nur Aini
60
28.
Prayoga Dwi Saputro
60
29.
Sabda Yulisio Pratama
70
30.
Sthevani Dhita Sudrazat
70
31.
Thomas Adi Saputra
60
32.
Tanisya Nabila Muthiarifa
80
33.
Yunar Amanullah Fahlurrahman
60
Nilai rata-rata
2270 : 33 = 68, 79
% Pencapaian KKM
18 : 33 x 100 = 54, 55%
52
Dari hasil pengamatan diatas, didapat bahwa prestasi belajar PAI siswa masih rendah dengan rata-rata nilai 68,79 (54, 55% dari seluruh siswa) belum mencapai KKM sekolah. Rendahnya prestasi belajar siswa ini disebabkan karena malu bertanya, kurangnya metode mengajar yang digunakan guru dalam pembelajaran PAI. 2. Hasil Penelitian Siklus I a. Perencanaan (Planning) Tahap perencanaan pada siklus ini dimulai dengan menelaah materi pembelajaran dan menelaah indikator bersama tim kolaborator (guru kelas). Kemudian menyusun RPP sesuai indikator dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, sedangkan KD yang diajarkan pada siklus ini adalah KD 3.8 memahami kedudukan Alquran, Hadits, dan Ijtihad sebagai sumber hukum Islam. Selanjutnya RPP yang yang telah dibuat didiskusikan dengan guru kolaborator serta sehubungan dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Kegiatan selanjutnya adalah menyiapkan sumber dan media yang dibutuhkan dalam pembelajaran, menyiapkan instrumen, tes soal akhir siklus, dan menyiapkan lembar observasi untuk kinerja guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Pada tahap ini, peneliti ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw siswa kelas X SMAN 90 Jakarta. b. Pelaksanaan (Acting) Siklus pertama ini dilaksanakan sesuai dengan rencana, yaitu dua kali pertemuan. Pertemuan pertama sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran diikuti dengan 33 orang siswa. 1) Pertemuan pertama (Selasa, 11 November 2014) Pertemuan pertama belrlangsung selama 3x45 menit (3 jam pelajaran), sesuai sesuai pada KD 3.8 materi yang dibahas adalah memahami kedudukan Alquran, Hadits, dan Ijtihad sebagai sumber
53
hukum Islam. Peneliti bertindak sebagai guru sedangkan wali kelas bertindak sebagai kolaborator yang mengamati aktivitas siswa dan kegiatan guru selama proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan
selanjutnya
yaitu
melaksanakan
skenario
pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sesuai RPP. Guru membagi siswa menjadi 3 kelompok besar yang setiap kelompok terdiri dari 11 orang. Setiap kelompok membahas satu sub materi, yaitu: Kelompok 1: tentang Al-Qur,an Kelompok 2: tentang Hadis Kelompok 3: tentang Ijtihad Setelah guru membagi kelompok dan membagi materi kepada setiap kelompok, maka guru menginstruksikan kepada setiap kelompok untuk membaca sub materi tersebut yang terdapat dalam buku paket dan LKS. Setelah semuanya siswa membaca sub materi sesuai kelompoknya maka guru menginstruksikan siswa untuk mendiskusikan poin-poin penting yang terdapat dari sub materi berdasarkan kelompoknya masing-masing. Setelah mendapatkan poin-poin penting dari sub materi yang mereka yang telah mereka diskusikan maka mereka mencoba untuk memahami poin-poin tersebut sesuai dengan pemahaman individu. Setelah ke tiga kelompok mengerti dengan sub materi berdasarkan kelompoknya masing-masing maka guru membagi 3 kelompok besar tersebut menjadi kelompok baru dengan berhitung 1, 2, dan 3 sehingga nanti akan terbentuk 11 kelompok yang beranggotakan tiga orang. Setiap anggota kelompok trio mengajarkan satu sama lain tentang apa yang mereka telah pelajari di kelompok asal.
54
Guru menginstruksikan kepada seluruh kelompok trio untuk kembali
ke
kelompok
asal.
Kemudian
setiap
kelompok
menyelaraskan pemahaman mereka yang di hasilkan dari kelompok trio tadi, dan menayakan apabila ada materi yang belum dipahami baik kepada guru atau teman kelompoknya. Guru memberikan penjelasan dan kesimpulan berupa umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran. Pada pertemuan pertama ini masih banyak siswa yang belum mengerti alur kegiatan pembelajaran dengan mengguanakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, dan masih banyak siswa yang mengobrol di kelas. 2) Pertemuan kedua (Selasa, 18 November) Pertemuan ini sama dengan pertemuan sebelumnya, yaitu melaksanakan
pembelajaran
dengan
metode
jigsaw.
Pada
pertemuan ke dua ini, siswa terlihat bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Siswa sudah sedikit memahami dengan alur kegiatan pembelajaran. Di akhir pertemuan peneliti memberikan soal latihan siklus pertama kepada seluruh siswa dalam bentuk pilihan ganda sebanyak 5 (lima) soal. Test ini dikerjakan secara individu tidak ada yang mencontek. Guru bertugas untuk berkeliling mengawasi murid. Test ini dimaksudkan untuk mengetahui prestasi belajar siswa setelah menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Berdasarkan analisis terhadap hasil pekerjaan siswa (hasil test akhir siklus I), ditemukan rendahnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan
soal.
menyelesaikan
soal ini
diantaranya:
Rendahnya
kemampuan
dipengaruhi oleh
siswa
dalam
beberapa
faktor,
55
1. Siswa masih belum mengerti dengan alur pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. 2. Waktu yang mengerjakan soal terlalu sedikit. 3. Masih ada beberapa siswa yang mengobrol ketika pembelajaran berlangsung, sehingga mengganggu siswa yang lain. c. Pengamatan (Observing) Pada tahap ini dilakukan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi. Observasi yang dilakukan peneliti pada siklus ini berupa hasil kegiatan yang telah dilakukan. Adapun data yang diperoleh adalah sebagai berikut: 1) Lembar Observasi Guru Dari hasil skor pada lembar observasi guru menunjukkan bahwa jumlah rata-rata kegiatan guru pada siklus I berada pada kategori baik dengan nilai rata-rata 71%. (terlampir) 2) Lembar Observasi Aktivitas Siswa Dari hasil skor pada lembar observasi siswa menunjukkan bahwa jumlah rata-rata aktivitas siswa pada siklus I berada pada kategori cukup baik dengan nilai rata-rata 67,60%. 3) Test siklus I Tabel 4.3 Nilai Postest Siklus I No.
Nama Siswa
Nilai Postest Siklus I
1.
Adindya Giovanni Firdhausya
80
2.
Aenaya Delavera
80
3.
Almadiva Raissa Putri Permana
80
4.
Anggita Pinkan Anjani
60
56
5.
Anissa Wahyu Syafitrie
100
6.
Ariq Rifqi Zaini
60
7.
Audree Amalia Lestari
60
8.
Aura Karenina Zamri
60
9.
Calista Nabila Putri Wibowo
80
10.
Chariunisabillah
80
11.
Devi Aliefiyardi Aulia Widowati
80
12.
Dian Maharani Putri
100
13.
El Awwalun Nisa
100
14.
Fani Putri Oktavia
40
15.
Frandame Yudistira Arifin
60
16.
Haydee Layle Safira
60
17.
Ilham Ghazali Munandar
80
18.
Kevin Luvian Herdianto
80
19.
Kinanthi Andini
100
20.
Muhammad Afif Bima Satria
100
21.
Muhammad Bergy
100
22.
Muhammad Diaz Aushil Prasetya
80
23.
Muhammad Rayhan Adyatma
80
24.
Nadhifa Ayunda
60
25.
Nadhira Salsabila
40
26.
Nava Revi Permana
80
27.
Nur Aini
100
28.
Prayoga Dwi Saputro
100
29.
Sabda Yulisio Pratama
100
30.
Sthevani Dhita Sudrazat
80
31.
Thomas Adi Saputra
60
57
32.
Tanisya Nabila Muthiarifa
80
33.
Yunar Amanullah Fahlurrahman
60
Nilai rata-rata
2560 : 33 = 77,58
% Pencapaian KKM
22 : 33 x 100 = 66,67%
4) Wawancara Guru Hasil wawancara guru pada siklus I, guru setuju dengan diterapkan
metode
kooperatif
tipe
jigsaw.
karena
dapat
menumbuhkan kerjasama antar siswa dan lebih cepat dalam memahami materi pelajaran. (terlampir) 5) Wawancara Siswa Hasil wawancara pada siklus I, kebanyakan siswa merasa senang dengan diterapkan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw karena sebelumnya keseringan siswa belajar dengan metode ceramah. Namun, pada siklus I ini sebagian siswa belum begitu mengerti dengan langkah-langkah metode jigsaw, sehingga berdampak pada pemahaman mereka terhadap materi pelajaran. (terlampir) d. Refleksi (Reflecting) Pada pelaksanaan siklus I pembelajaran PAI pada materi memahami kedudukan Alquran, Hadits, dan Ijtihad sebagai sumber hukum Islam dengan menggunakan pembelajaran koopertatif tipe jigsaw diperoleh prestasi belajar siswa yang masih kurang. Masih ada beberapa siswa yang belum mencapai nilai KKM, dengan nilai KKM yang ditetapkan di sekolah, yaitu 70. Hal ini menunjukkan belum tercapainya ketuntasan belajar sebesar 85%. Oleh karena itu, hasil belajar harus
58
ditingkatkan lagi melalui perbaikan tindakan yang telah dilaksanakan untuk diterapkan pada siklus II. 2. Hasil Penelitian Siklus II Pada siklus I masih banyak terdapat kekurangan, maka untuk memperbaikinya maka dilaksanakan penelitian ke siklus II. Siklus dilaksanakan sama seperti siklus I yaitu dua kali pertemuan dan dihadiri 33 orang siswa kelas X MIA-3, penelitian pada siklus ini tetap menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Adapun langkah-langkah yang dilaksanakan adalah sebagai berikut: a. Perencanaan (Planning) Tahap perencanaan pada siklus II ini dimulai dengan menelaah materi pembelajaran dan menelaah indikator bersama tim kolaborator (guru kelas). Kemudian menyusun RPP sesuai indikator dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, sedangkan KD yang diajarkan pada siklus ini adalah KD 3.8 memahami kedudukan Alquran, Hadits, dan Ijtihad sebagai sumber hukum Islam. Selanjutnya RPP yang yang telah dibuat didiskusikan dengan guru kolaborator serta sehubungan dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Kegiatan selanjutnya adalah menyiapkan sumber dan media yang dibutuhkan dalam pembelajaran, menyiapkan instrumen, tes soal akhir siklus, dan menyiapkan lembar observasi untuk kinerja guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran. b. Pelaksanaan (Acting) Siklus II dilaksanakan sesuai dengan rencana yaitu dua kali pertemuan. Tindakan yang dilakukan pada siklus kedua ini ditetapkan berdasarkan
hasil
refleksi
pada
siklus
pertama,
menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan tetap dilaksanakan dengan fokus siswa yang belum mencapai KKM. 1) Pertemuan pertama (Selasa, 2 Desember 2014)
59
Pertemuan pertama berlangsung selama 3x45 menit (3 jam pelajaran), sesuai sesuai pada KD 3.8 materi yang dibahas adalah memahami kedudukan Alquran, Hadits, dan Ijtihad sebagai sumber hukum Islam. Peneliti bertindak sebagai guru sedangkan wali kelas bertindak sebagai kolaborator yang mengamati aktivitas siswa dan kegiatan guru selama proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan
selanjutnya
yaitu
melaksanakan
skenario
pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sesuai dengan RPP. Guru membagi siswa menjadi 3 kelompok besar yang setiap kelompok terdiri dari 11 orang. Setiap kelompok membahas satu sub materi, yaitu: Kelompok 1: tentang Al-Qur,an Kelompok 2: tentang Hadis Kelompok 3: tentang Ijtihad Setelah guru membagi kelompok dan membagi materi kepada setiap kelompok, maka guru menginstruksikan kepada setiap kelompok untuk membaca sub materi tersebut yang terdapat dalam buku paket dan LKS. Setelah semuanya siswa membaca sub materi sesuai kelompoknya maka guru menginstruksikan siswa untuk mendiskusikan poin-poin penting yang terdapat dari sub materi berdasarkan kelompoknya masing-masing. Setelah mendapatkan poin-poin penting dari sub materi yang mereka yang telah mereka diskusikan maka mereka mencoba untuk memahami poin-poin tersebut sesuai dengan pemahaman individu. Dan diujicobakan di kelompok masing-masing. Setelah ke tiga kelompok mengerti dengan sub materi berdasarkan kelompoknya masing-masing maka guru membagi 3 kelompok besar tersebut menjadi kelompok baru dengan berhitung 1, 2, dan 3 sehingga nanti akan terbentuk 11
60
kelompok yang beranggotakan tiga orang. Setiap anggota kelompok trio mengajarkan satu sama lain tentang apa yang mereka telah pelajari di kelompok asal. Guru menginstruksikan kepada seluruh kelompok trio untuk kembali
ke
kelompok
asal.
Kemudian
setiap
kelompok
menyelaraskan pemahaman mereka yang di hasilkan dari kelompok trio tadi, dan menayakan apabila ada materi yang belum dipahami baik kepada guru atau teman kelompoknya. Kemudian guru memberikan penjelasan
dan umpan balik terhadap proses
pembelajaran, 2) Pertemuan kedua (Selasa, 9 Desember 2014) Pertemuan ini sama dengan pertemuan sebelumnya. Pada situsi ini siswa sudah cukup rapih dan terlihat antusias dalam mengikuti pembelajaran. Karena seluruh siswa sudah terlatih dengan pembelajaran pada pertemuan sebelumnya, mereka terlihat begitu memahamai dengan materi yang diajarkan yaitu memahami kedudukan Alquran, Hadits, dan Ijtihad sebagai sumber hukum Islam. Seperti biasa pada akhir siklus guru memberikan tes soal latihan berupa pilihan ganda sebanyak 10 soal yang dikerjakan oleh setiap siswa. c. Pengamatan (Observing) Pada tahap ini dilakukan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi. Observasi yang dilakukan peneliti pada siklus ini berupa hasil kegiatan yang telah dilakukan. Adapun data yang diperoleh adalah sebagai berikut: 1) Lembar Observasi Guru Dari hasil skor pada lembar observasi guru menunjukkan bahwa jumlah rata-rata aktivitas guru pada siklus II berada pada kategori sangat baik dengan nilai rata-rata 87,20%. (terlampir)
61
2) Lembar Observasi Aktivitas Siswa Dari hasil skor pada lembar observasi siswa menunjukkan bahwa jumlah rata-rata aktivitas siswa pada siklus II berada pada kategori sangat baik dengan nilai rata-rata 82,60%. (terlampir) 3) Test siklus II Tabel 4.4 Nilai Posttest Siklus II No.
Nama Siswa
Nilai Postest Siklus I
1.
Adindya Giovanni Firdhausya
100
2.
Aenaya Delavera
100
3.
Almadiva Raissa Putri Permana
70
4.
Anggita Pinkan Anjani
80
5.
Anissa Wahyu Syafitrie
70
6.
Ariq Rifqi Zaini
80
7.
Audree Amalia Lestari
80
8.
Aura Karenina Zamri
90
9.
Calista Nabila Putri Wibowo
90
10.
Chariunisabillah
100
11.
Devi Aliefiyardi Aulia Widowati
80
12.
Dian Maharani Putri
100
13.
El Awwalun Nisa
90
14.
Fani Putri Oktavia
60
15.
Frandame Yudistira Arifin
80
16.
Haydee Layle Safira
80
17.
Ilham Ghazali Munandar
70
18.
Kevin Luvian Herdianto
90
19.
Kinanthi Andini
80
62
20.
Muhammad Afif Bima Satria
80
21.
Muhammad Bergy
90
22.
Muhammad Diaz Aushil Prasetya
100
23.
Muhammad Rayhan Adyatma
70
24.
Nadhifa Ayunda
70
25.
Nadhira Salsabila
80
26.
Nava Revi Permana
80
27.
Nur Aini
60
28.
Prayoga Dwi Saputro
60
29.
Sabda Yulisio Pratama
90
30.
Sthevani Dhita Sudrazat
100
31.
Thomas Adi Saputra
80
32.
Tanisya Nabila Muthiarifa
80
33.
Yunar Amanullah Fahlurrahman
80
Nilai rata-rata
2700 : 33 = 81, 82
% Pencapaian KKM
30 : 33 x 100 = 90, 91%
4) Wawancara Guru Hasil wawancara guru pada siklus II sama seperti siklus I, bahwa metode jigsaw cocok diterapkan dalam palajaran PAI. (terlampir) 5) Wawancara Siswa Hasil wawancara siswa pada siklus II mengenai penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw mendapatkan respon yang sangat baik. Selain siswa senang dengan metodenya, siswa juga memahami materi pelajaran yang mereka pelajari karena
63
siswa
sudah
memahami
langkah-langkah
dari
metode
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. d. Refleksi (Reflecting) Data di atas menunjukkan bahwa tingkat prestasi belajar siswa dalam proses pembelajaran siklus I dengan nilai postest kurang memenuhi KKM yaitu 66,67% dan pada siklus II ini secara keseluruhan mangalami peningkatan prestasi belajar hingga 90,91%. Berdasarkan hasil refleksi dari kegiatan siklus II ini, prestasi yang dicapai sudah baik yang ditandai dengan adanya peningkatan pada nilai postest siswa yang melebihi KKM yang sudah ditetapkan oleh sekolah 70 dengan ketuntasan nilai rata-rata 90,91%. Oleh karena itu, penelitian, dianggap cukup sampai siklus II.
C. Analisi Data Data penelitian sebagaimana telah diuraikan di atas merupakan hasil dari analisis data yang telah dilakukan, diantaranya sebagai berikut: 1. Lembar Observasi a. Lembar Observasi Guru
64
87,2%
90 80 70 60 50 40
presentase
30 20 10 0 siklus I
siklus II
Gambar 4.1 Diagram Perbandingan nilai hasil Observasi Guru siklus I dan siklus II
Berdasarkan hasil skor pada lembar observasi guru yang terlihat pada diagram 4.1 menunjukkan bahwa jumlah rata-rata aktivitas siswa pada siklus I berada pada kategori baik dengan nilai rata-rata 71% dengan kategori baik, sedangkan hasil presentase kegiatan guru yang diperoleh pada siklus II sebesar 87,2% dengan kategori sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan kegiatan guru pada siklus I dan siklus II, setelah diterapkan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
b. Lembar Observasi Siswa
65
100.00%
82,60%
80.00% 60.00% Presentase
40.00% 20.00% 0.00% Siklus I
Siklus II
Gambar 4.2 Diagram Perbandingan nilai rata-rata hasil Observasi aktivitas Siswa siklus I dan siklus II
Berdasarkan hasil skor pada lembar observasi siswa yang terlihat pada diagram 4.2 menunjukkan bahwa jumlah rata-rata aktivitas siswa pada siklus I berada pada kategori cukup baik dengan nilai rata-rata 67,60%. Dari hasil observasi tersebut aktivitas siswa terlihat belum terbiasa dengan pembelajaran menggunakan metode jigsaw, mereka harus masih menyesuaikan dengan keadaan dan kondisi kelas yang yang telah di berikan guru. Dan pada aktivitas siklus II, siswa terlihat semakin meningkat menjadi 82,60% dengan kategori sangat baik. Hal ini disebabkan karena siswa telah terbiasa dengan penggunaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan mereka semakin antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran PAI. Hal ini membuktikan bahwa pembelajaran menggunakan metode jigsaw dapat diterima di kelas oleh siswa. c. Hasil Tes Siswa
66
100 90
Presentase %
80 70
66,67%
60 50 40 30 20 10 0 Siklus I
Siklus II
Gambar 4.3 Diagram perbandingan Presentase Prestasi Belajar Siswa pada Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan diagram 4.3 memperlihatkan bahwa prestasi belajar pada siklus I jumlah yang mendapatkan nilai posttest yaitu 66,67%. Masih belum mencapai intervensi tindakan yang diharapkan. Namun setelah dilakukan siklus II jumlah yang mendapatkan nilai posttest dengan KKM meningkat sebanyak 90,91%. Hal ini menunjukkan bahwa intervensi tindakan yang diharapkan telah tercapai. d. Wawancara guru Dari hasil wawancara guru baik siklus I maupun siklus II terlihat bahwa pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sangat cocok diterapkan dalam mata pelajaran PAI, karena belajar dengan metode jigsaw siswa menjadi ikut terlibat dalam pembelajaran bahkan menjadi pusatnya atau student centred. Sehingga siswa akan lebih memahami materi pelajaran yang mereka pelajari, yang akhirnya akan berdampak baik pada prestasi belajar siswa .
67
e. Wawancara siswa Wawancara siswa dilakukan pada setiap siklus yaitu siklus I dan siklus II. Pada siklus I, siswa merasa senang dengan diterapkan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw karena sebelumnya keseringan siswa belajar dengan metode ceramah. Namun, pada siklus I ini sebagian siswa belum begitu mengerti dengan langkah-langkah metode jigsaw, sehingga berdampak pada pemahaman mereka terhadap materi pelajaran. Selanjutnya, pada siklus II respon siswa sangat baik terhadap penerapan metode jigsaw. Menurut hasil wawancara, siswa senang dengan pembelajaran menggunakan metode jigsaw, selain senang siswa juga memahami dengan materi pelajaran yang mereka pelajari yaitu tentang sumber-sumber hukum Islam Al-Qur’an, Hadis, dan Ijtihad.
D. Pembahasan Pada pelaksanaannya penelitian ini dilakukan dalam dua siklus mulai dari Selasa, 11 November - Selasa, 9 Desember 2014. Dari kedua siklus yang telah dilaksanakan terlihat adanya peningkatan prestasi belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, hal tersebut diperkuat dengan peningkatan aktivitas siswa dari seklus ke siklus. Tes diberikan kepada siswa sebanyak dua kali yaitu postest pada siklus pertama dan postest pada siklus kedua, test terdiri dari 10 soal pada siklus I dan 5 soal pada siklus II dalam bentuk pilihan ganda yang masing-masing diberikan pada masingmasing siswa setiap akhir siklus. Pada awal siklus I belum ada peningkatan prestasi belajar karena beberapa faktor. Diantaranya adalah siswa belum terbiasa dengan mengguanakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, suasana masih belum begitu bisa tekendali di saat siswa akan memulai pembelajaran dengan metode jigsaw. Siswa belum begitu mengerti dengan alur pembelajaran dengan menggunakan metode jigsaw.
68
Dengan adanya evaluasi pada siklus I kemudian diperbaiki pada siklus II ternyata ada peningkatan prestasi belajar siswa yang nilai rata-ratanya meningkat yaitu dari 66,67% menjadi 90,91% ini berarti kebanyakan siswa telah mencapai hasil intervensi tindakan yang diharapkan, maka penelitian dianggap berhasil. Hasil penelitian penulis sejalan dengan hasil penelitian yang sudah dikemukakan oleh beberapa peneliti yang memiliki keterkaiatan dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Serta menunjukkan bahwa pembelajaran dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X SMAN 90 Jakarta. Hasil Intervensi Tindakan yang diharapkan adalah apabila prestasi belajar siswa mencapai 70 Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebanyak 85% siswa. Pada penelitian ini prestasi belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, baik pada siklus I maupun siklus II mengalami peningkatan. Namun pada siklus I KKM belum mencapai 85% dari seluruh siswa. Pada siklus I nilai rata-rata postest yaitu 77,58 (66,67% dari jumlah seluruh siswa), sedangkan pada siklus II meningkat dengan nilai rata-rata 81,82 (90,91% dari jumlah seluruh siswa). Meningkatnya prestasi belajar siswa tersebut tidak terlepas dari keterampilan guru dalam menerapkan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Hal ini terlihat dari hasil observasi guru pada siklus I dan II. Pada siklus I dengan nilai rata-rata 71% sedangkan pada siklus II 87, 20%. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran berdampak pada peningkatan mutu, proses dan prestasi belajar siswa. Tingkat keaktifan siswa dalam proses pembelajaran pada siklus I dengan nilai rata-rata 67,60% dengan kategori cukup baik. Sedangkan tingkat keaktifan siswa pada siklus II dengan rata-rata nilai 82,60% dengan kategori sangat baik. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang dilakukan, maka pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada pembelajaran PAI secara berkelanjutan yang dilaksanakan dalam dua siklus terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar PAI siswa. Hal ini terbukti dari rata-rata pencapaian prestasi belajar PAI siswa pada materi sumber-sumber hukum Islam: Al-Qur’an, Hadis dan Ijtihad. Pada siklus I pencapaian nilai rata-rata prestasi belajar siswa yaitu 77,58 dan siklus II meningkat menjadi 81,82 dengan persentase nilai KKM pada siklus I yaitu 66,67% dan pada siklus II meningkat menjadi 90,91%. Peningkatan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran PAI dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah sebesar 24,24%. Jadi, pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar PAI siswa kelas X SMAN 90 Jakarta.
B. Saran Setelah melakukan penelitian ini, peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut: 1. Bagi Guru Bagi para guru bidang studi PAI khusunya, dan guru-guru bidang studi lain pada umumnya dapat menjadi bahan acuan di dalam proses pembelajaran serta dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. 2. Bagi Sekolah
69
70
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam upaya pembinaan dan pengembangan guru secara efektif, sehingga mendukung pencapaian tujuan program pendidikan. 3. Bagi siswa Dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, siswa diharapkan dapat lebih termotivasi dalam memahami materi pelajaran. 4. Bagi peneliti Jika banyak kesalahan dalam penelitian ini, bagi peneliti selanjutnya
yang
ingin
mengembangkan
lebih
lanjut
strategi
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw agar bisa lebih memperbaikinya dari penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi dan Joko Tri Presetya, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 1997. Ahmad Syar’i, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2011. Al-Rasyidin dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Ciputat Press, 2005. Anisah Basleman dan Syamsu Mappa, Teori Belajar Orang Dewasa, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011. Dadang Sukirman dan Mamad Kasmad, Pembelajaran Mikro, Bandung: UPI PRESS, 2006. David W. Johnson, dkk. Colaborative Learning, Bandung: Nusamedia, 2010. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1998. http://dumpuena.blogspot.com/2012/01/tujuan-pendidikan-agama-islam-di-sma.html http://kuliahgratis.net/tujuan-pendidikan-agama-islam-pai/ http://mudztova.blogspot.com/2011/04/makalah-pengertian-dasar-fungsi-ruang.html Jalaluddin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1996. Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Depag RI, 2009. Melvin L. Silberman, Active Learning, Jakarta: Nuansa, 2012.
Muhaimin, Pradigma Pendidikan Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004. Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosda karya, 1995. Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta: Modern English Press, 2002. Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2011. Sofan Amri dan Lif Khoiru Ahmadi, Kontruksi Pengembangan Pembelajaran, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2010. Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009. Tohirin, Psikologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005. Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatife-Progresif, Jakarta: Prenada Media Group, 2013. Trianto dan Titik Triwulan Tutik, Tinjauan Yuridis Hak serta Kewajiban Pendidik Menurut UU Guru dan Dosen, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2006. Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta: Prenada Media Group, 2009. Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama,
Mengenal Penelitian Tindakan Kelas,
Jakarta: PT Indeks, 2012. Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, Jakarta: Prenada Media Group, 2006.
Lampiran 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Nama Sekolah
: SMAN 90 Jakarta
Mata Pelajaran
: Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Kelas/Semester
: X MIA/1
A. Materi Pokok Sumber Hukum Islam: Al-Qur’an, Hadis, dan Ijtihad B. Alokasi Waktu 6x45 Menit (2x pertemuan)
C. Tujuan Pembelajaran Melalui metode jigsaw diharapkan siswa mampu: 1. Menjelaskan pengertian Al-Qur’an, Hadis, dan Ijtihad. 2. Menjelaskan kedudukan Al-Qur’an, Hadis, dan Ijtihad sebagai sumber hukum Islam. 3. Menjelaskan fungsi Al-Qur’an, Hadis, dan Ijtihad sebagai sumber hukum Islam. D. Kompetensi Inti KI-3 : Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual,prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. E. Kompetensi Dasar 3.8 Memahami kedudukan Alquran, Hadits, dan Ijtihad sebagai sumber hukum Islam.
F. Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Menyebutkan pengertian Al-Qur’an, Hadis, dan Ijtihad. 2. Menjelaskan fungsi Al-Qur’an, Hadis, dan Ijtihad. 3. Menjelaskan kedudukan Al-Qur’an, Hadis, dan Ijtihad sebagai sumber hukum Islam. G. Materi Pembelajaran Terlampir H. Metode Pembelajaran Jigsaw I.
Media Pembelajaran Alat tulis, Buku Paket dan LKS
J.
Sumber Belajar Buku paket dan LKS (Lembar Kerja Siawa) siswa kelas X SMA/MA
K. Langkah-langkah Pembelajaran No. Kegiatan 1. Pendahuluan a. Guru mengucapkan salam kepada siswa kemudian siswa menjawab salam tersebut. b. Guru memimpin do’a sebelum belajar. c. Guru memeriksa kehadiran, kerapian berpakaian, dan posisi tempat duduk. d. Guru membangkitkan semangat siswa untuk belajar dengan memberikan cerita motivasi atau dengan memberikan ice breaking. e. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, cakupan materi dan uraian kegiatan yang akan dilakukan. 2. Kegiatan Inti a. Mengamati Guru membagi siswa menjadi 3 kelompok besar yang setiap kelompok terdiri dari 11 orang. Setiap kelompok
Waktu 2x20 menit
2x95 menit
No.
3.
Kegiatan Waktu membahas satu sub materi, yaitu: Kelompok 1: tentang Al-Qur,an Kelompok 2: tentang Hadis Kelompok 3: tentang Ijtihad Setelah guru membagi kelompok dan membagi materi kepada setiap kelompok, maka guru menginstruksikan kepada setiap kelompok untuk membaca sub materi tersebut yang terdapat dalam buku paket dan LKS. b. Menanya Setelah semuanya siswa membaca sub materi sesuai kelompoknya maka guru menginstruksikan siswa untuk mendiskusikan poin-poin penting yang terdapat dari sub materi berdasarkan kelompoknya masing-masing. c. Mencoba Setelah mendapatkan poin-poin penting dari sub materi yang mereka yang telah mereka diskusikan maka mereka mencoba untuk memahami poin-poin tersebut sesuai dengan pemahaman individu. d. Menalar Setelah ke tiga kelompok mengerti dengan sub materi berdasarkan kelompoknya masing-masing maka guru membagi 3 kelompok besar tersebut menjadi kelompok baru dengan berhitung 1, 2, dan 3 sehingga nanti akan terbentuk 11 kelompok yang beranggotakan tiga orang. Setiap anggota kelompok trio mengajarkan satu sama lain tentang apa yang mereka telah pelajari di kelompok asal. e. Menyajikan Guru menginstruksikan kepada seluruh kelompok trio untuk kembali ke kelompok asal. Kemudian setiap kelompok menyelaraskan pemahaman mereka yang di hasilkan dari kelompok trio tadi, dan menayakan apabila ada materi yang belum dipahami baik kepada guru atau teman kelompoknya. Penutup a. Guru memberikan kesimpulan berupa umpan balik 2x20 terhadap proses dan hasil pembelajaran. menit
No.
Kegiatan Waktu b. Guru memberikan soal latihan kepada siswa untuk melihat sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. c. Guru menutup pembelajaran dengan membaca do’a bersama siswa. d. Guru mengucapkan salam dan siswa menjawab salam tersebut.
L. Pengamatan Proses Belajar PAI Siswa No. Aspek yang Diamati
Skor 1
1.
Tempat
duduk
2
masing-masing
Siswa 2.
Kesiapan menerima Pembelajaran
3.
Mendengarkan penjelasan tentang kompetensi yang hendak dicapai
4.
Mengikuti proses pembelajaran
5.
Keterlibatan dalam kegiatan belajar
6.
Interaksi antar guru, siswa dan materi pelajaran
7.
Mengemukakan
pendapat
ketika
diberikan kesempatan 8.
Kerja sama tim
Skor rata-rata (%) (Jumlah nilai keseluruhan : 8) x 20 Keterangan: A = Sangat Baik B = Baik
Skor: A = 80-90 B = 70-80
3
4
5
C = Cukup Baik D = Buruk M. Soal latihan PG (Pilihan Ganda)
C = 60-70 D = 50-60
Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, d atau e pada jawaban yang paling benar! 1. Pengertian al-Qur’an menurut bahasa قرأyang bermakna… a. Baca
d. Tulisan
b. Tulis
e. Membaca
c. Bacalah 2. Al-Qur’an merupakan pembeda antara yang benar dan yang salah, yang baik dan yang buruk. Sehubungan dengan itu Al-Quran dinamkan... a. Al-Furqan
d. Asy-Syifa
b. Az-Zikru
e. An-Nur
c. At-Tanzil
3. Yang menempati posisi pertama dan utama sebagai sumber hukum Islam adalah… a. Hadis
d. Ijma
b. Ijtihad
e. Qiyas
c. Al-Qur’an 4. Salah satu Fungsi Hadits terhadap Al-Qur’an adalah sebagai bayan at-tasyri yang artinya... a. Menghapus suatu hukum yang telah diciptakan Al-Qur’an b. Mempertegas hukum-hukum yang disebut Al-Quran c. Menjelaskan ayat-ayat AlQur’an yang masih umum
d. Mewujudkan suatu hukum atau ajaran yang tidak tercantum dalam AlQur’an e. Memberikan koreksi terhadap ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan hukum 5. Yang termasuk fungsi Ijtihad, adalah… a. Menetapkan hukum sesuatu,yang tidak ditemukan dalil hukumnya secara pasti di dalam Al-Qur’an dan Ijtihad b. Menjelaskan ayat-ayat AlQur’an yang masih umum c. Menetapkan hukum sesuatu,yang tidak ditemukan dalil hukumnya secara pasti di dalam Ijtihad dan Hadis d. Menetapkan hukum sesuatu,yang tidak ditemukan dalil hukumnya secara pasti di dalam Al-Qur’an dan Hadis e. Menjelaskan ayat-ayat AlQur’an yang masih umum
N.
Kunci Jawaban 1. 2. 3. 4. 5.
E A C C D
Jakarta, 9 November 2014 Mengetahui, Kepala Sekolah
Guru Mata Pelajaran Pendidkan Agama Islam
H. Ahmad Safari, S.Pd., M.Si. NIP: 196406131988111002
Dewi Puspasari
Lampiran 2 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Nama Sekolah
: SMAN 90 Jakarta
Mata Pelajaran
: Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Kelas/Semester
: X MIA/1
A. Materi Pokok Sumber Hukum Islam: Al-Qur’an, Hadis, dan Ijtihad B. Alokasi Waktu 6x45 Menit (2x pertemuan)
C. Tujuan Pembelajaran Melalui metode jigsaw diharapkan siswa mampu: 1. Menjelaskan pengertian Al-Qur’an, Hadis, dan Ijtihad. 2. Menjelaskan kedudukan Al-Qur’an, Hadis, dan Ijtihad sebagai sumber hukum Islam. 3. Menjelaskan fungsi Al-Qur’an, Hadis, dan Ijtihad sebagai sumber hukum Islam. D. Kompetensi Inti KI-3 : Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual,prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. E. Kompetensi Dasar 3.8 Memahami kedudukan Alquran, Hadits, dan Ijtihad sebagai sumber hukum Islam.
F. Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Menyebutkan pengertian Al-Qur’an, Hadis, dan Ijtihad. 2. Menjelaskan fungsi Al-Qur’an, Hadis, dan Ijtihad. 3. Menjelaskan kedudukan Al-Qur’an, Hadis, dan Ijtihad sebagai sumber hukum Islam. G. Materi Pembelajaran Terlampir H. Metode Pembelajaran Jigsaw I.
Media Pembelajaran Alat tulis, Buku Paket dan LKS
J.
Sumber Belajar Buku paket dan LKS (Lembar Kerja Siawa) siswa kelas X SMA/MA
K. Langkah-langkah Pembelajaran No. Kegiatan 1. Pendahuluan a. Guru mengucapkan salam kepada siswa kemudian siswa menjawab salam tersebut. b. Guru memimpin do’a sebelum belajar. c. Guru memeriksa kehadiran, kerapian berpakaian, dan posisi tempat duduk. d. Guru membangkitkan semangat siswa untuk belajar dengan memberikan cerita motivasi atau dengan memberikan ice breaking. e. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, cakupan materi dan uraian kegiatan yang akan dilakukan. 2. Kegiatan Inti a. Mengamati Guru membagi siswa menjadi 3 kelompok besar yang setiap kelompok terdiri dari 11 orang. Setiap kelompok membahas satu sub materi, yaitu: Kelompok 1: tentang Al-Qur,an
Waktu 2x20 menit
2x90 menit
No.
3.
Kegiatan Waktu Kelompok 2: tentang Hadis Kelompok 3: tentang Ijtihad Setelah guru membagi kelompok dan membagi materi kepada setiap kelompok, maka guru menginstruksikan kepada setiap kelompok untuk membaca sub materi tersebut yang terdapat dalam buku paket dan LKS. b. Menanya Setelah semuanya siswa membaca sub materi sesuai kelompoknya maka guru menginstruksikan siswa untuk mendiskusikan poin-poin penting yang terdapat dari sub materi berdasarkan kelompoknya masing-masing. c. Mencoba Setelah mendapatkan poin-poin penting dari sub materi yang mereka yang telah mereka diskusikan maka mereka mencoba untuk memahami poin-poin tersebut sesuai dengan pemahaman individu. Dan diujicobakan di kelompok masing-masing. d. Menalar Setelah ke tiga kelompok mengerti dengan sub materi berdasarkan kelompoknya masing-masing maka guru membagi 3 kelompok besar tersebut menjadi kelompok baru dengan berhitung 1, 2, dan 3 sehingga nanti akan terbentuk 11 kelompok yang beranggotakan tiga orang. Setiap anggota kelompok trio mengajarkan satu sama lain tentang apa yang mereka telah pelajari di kelompok asal. e. Menyajikan Guru menginstruksikan kepada seluruh kelompok trio untuk kembali ke kelompok asal. Kemudian setiap kelompok menyelaraskan pemahaman mereka yang di hasilkan dari kelompok trio tadi, dan menayakan apabila ada materi yang belum dipahami baik kepada guru atau teman kelompoknya. Penutup a. Guru memberikan kesimpulan berupa umpan balik 2x25 terhadap proses dan hasil pembelajaran. menit b. Guru memberikan soal latihan kepada siswa untuk
No.
Kegiatan Waktu melihat sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. c. Guru menutup pembelajaran dengan membaca do’a bersama siswa. d. Guru mengucapkan salam dan siswa menjawab salam tersebut.
L. Pengamatan Proses Belajar PAI Siswa No. Aspek yang Diamati
Skor 1
1.
Tempat
duduk
2
masing-masing
Siswa 2.
Kesiapan menerima Pembelajaran
3.
Mendengarkan penjelasan tentang kompetensi yang hendak dicapai
4.
Mengikuti proses pembelajaran
5.
Keterlibatan dalam kegiatan belajar
6.
Interaksi antar guru, siswa dan materi pelajaran
7.
Mengemukakan
pendapat
ketika
diberikan kesempatan 8.
Kerja sama tim
Skor rata-rata (%) (Jumlah nilai keseluruhan : 8) x 20 Keterangan: A = Sangat Baik B = Baik C = Cukup Baik
Skor: A = 80-90 B = 70-80 C = 60-70
3
4
5
D = Buruk
D = 50-60
M. Soal latihan PG (Pilihan Ganda) Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, d atau e pada jawaban yang paling benar! 1. Al-Qur’an diawali dengan surah al-fatihah dan diakhiri dengan surah… a. Al-Baqarah
d. Al-A’laq
b. An-Nas
e. Al-Falaq
c. Al-Maidah 2. Al-Qur’an berfungsi sebagai Hudan yang artinya… a. Hisan
d. Penyempurna
b. Petunjuk
e. Ketetapan
c. Penerang 3. Yang termasuk fungsi ijtihad adalah adalah… a. Menetapkan hukum sesuatu, yang tidak ditemukan dalil hukumnya secara pasti di dalam al-Qur’an dan ijtihad b. Menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an yang masih umum c. Menetapkan hukum sesuatu yang tidak ditemukan dalil hukumnya secara pasti di dalam ijtihad dan hadis d. Menetapkan hukum sesuatu yang tidak ditemukan dalil hukumnya secara pasti di dalam al-Qur’an dan hadis e. Menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an yang masih umum 4. Menetapkan hukum yang tidak terdapat dalam al-Qur’an adalah pengertian dari… a. Bayan Tasyri’
d. Bayan Takbir
b. Bayan Tafsir
e. Bayan Takhir
c. Bayan Taqrir
5. Menetapkan hokum sesuatu kejadian atau peristiwa yang tidak ada dasar nashnya dengan cara membandingkan dengan suatu kejadian yang telah ditetapkan hukumnya berdasarkan nash karena ada persamaan illat/sifat diantara kejadian atau peristiwa itu, merupakan pengertian dari.. a. Ijma’ b. Urf c. Qiyas d. Maslahah Mursalah e. Takamul 6. Berikut ini adalah bentuk-bentuk ijtihad, kecuali… a. Ijma’
d. Qiyas
b. Urf
e. Takamul
c. Maslahah Mursalah 7. Kesepakatan mujtahid tentang hokum syara’dari suatu peristiwa setelah Rasul wafat, adalah pengertian dari… a. Ijma’
d. Qiyas
b. Urf
e. Takamul
c. Maslahah Mursalah 8. Mu’jizat Nabi Muhammad SAW yang terbesar adalah… a. Isra’ Mi’raj
d. Keluar air dari celah-celah jari Nabi
b. Fathu Makkah
e. Membelah bulan
c. Al-Qur’an 9. Hadis yang benar, sehat, tidak cacat, selamat dari aib adalah…
a. Sahih
d. Mu’allaf
b. Hasan
e. Mu’allaq
c. Daif 10. Hadis yang berdasarkan persetujuan Rasulullah adalah… a. Taqririyah
d. Karomah
b. Fi’liyah
e. Naqli
c. Qauliayah
N.
Kunci Jawaban 1. D 2. B 3. D 4. C 5. C 6. E 7. A 8. A 9. A 10. A
Jakarta, 23 November 2014 Mengetahui, Kepala Sekolah
Guru Mata Pelajaran Pendidkan Agama Islam
H. Ahmad Safari, S.Pd., M.Si. NIP: 196406131988111002
Dewi Puspasari
Lampiran 3 Pedoman Wawancara Guru Pewawancara
:
Responden
:
Hari/Tanggal
:
Waktu
:
1. Apakah setiap pembelajaran PAI siswa selalu memperhatikan penjelasan Ibu? Jawab: 2. Apakah siswa aktif bertanya terhadap materi pelajaran yang disampaikan Ibu? Jawab: 3. Metode pembalajaran apa yang sering guru PAI gunakan di kelas? Jawab: 4. Apa saja hambatan-hambatan yang Ibu temui dalam mengajar pelajaran PAI? Jawab: 5. Bagaimana pendapat Ibu dengan pembelajaran dengan menggunakan metode jigsaw pada siklus I ini? Jawab: 6. Menurut pendapat Ibu apakah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw cocok digunakan pada mata pelajaran PAI? Jawab:
Lampiran 4 PedomanWawancara Siswa Pewawancara
:
Responden
:
Hari/Tanggal
:
Waktu
:
1. Bagaimana pendapatmu menegenai pembelajaran yang baru kamu ikuti? Jawab: 2. Apakah cara belajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw cocok untuk pelajaran PAI? Jawab: 3. Apakah kamu menemui kesulitan selama proses pembelajaran berlangsung? Jawab: 4.
Apakah kamu dapat memahami materi pelajaran yang baru kamu ikuti? Jawab:
5. Apakah gurumu sering menggunakan pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan dan kerjasama seperti ini? Jawab:
Lampiran 5 Hasil Wawancara Guru Siklus I Pewawancara
: Dewi Puspasari
Responden
: Dra. Ipah Nurlatifah
Hari/Tanggal
: Selasa, 18 November 2014
Waktu
: 12.30
1. Apakah setiap pembelajaran PAI siswa selalu memperhatikan penjelasan Ibu? Jawab: ya, sebagian ada yang focus memperhatikan dan sebagian lagi ngobrol
2. Apakah siswa aktif bertanya terhadap materi pelajaran yang disampaikan Ibu? Jawab: yang berani mereka bertanya, tapi hanya satu dua orang saja.
3. Metode pembalajaran apa yang sering guru PAI gunakan di kelas? Jawab: ceramah, diskusi kelompok
4. Apa saja hambatan-hambatan yang Ibu temui dalam mengajar pelajaran PAI? Jawab: banyak siswa yang tidak memperhatikan, yang membuat gaduh dikelas. Sehingga berdampak pada pemahaman materi yang telah disampaikan.
5. Bagaimana pendapat Ibu dengan pembelajaran dengan menggunakan metode jigsaw pada siklus I ini? Jawab: cukup baik, tapi kelihatannya siswa masih bingung dengan langkahlangkah metode jigsawnya.
6. Menurut pendapat Ibu apakah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw cocok digunakan pada mata pelajaran PAI? Jawab: cocok, karena bisa membangkitkan semangat siswa dalam belajar.
Lampiran 6 Hasil Wawancara Guru Siklus II Pewawancara
: Dewi Puspasari
Responden
: Dra. Ipah Nurlatifah
Hari/Tanggal
: Selasa, 9 Desember 2014
Waktu
: 12.30
1. Apakah setiap pembelajaran PAI siswa selalu memperhatikan penjelasan Ibu Jawab: ya, sebagian ada yang fokus memperhatikan dan sebagian lagi ngobrol
2. Apakah siswa aktif bertanya terhadap materi pelajaran yang disampaikan Ibu? Yang berani mereka bertanya, tapi hanya satu dua orang saja Jawab: kurang
3. Metode pembalajaran apa yang sering guru PAI gunakan di kelas? Jawab: ceramah, diskusi kelompok
4. Apa saja hambatan-hambatan yang Ibu temui dalam mengajar pelajaran PAI? Jawab: banyak siswa yang tidak memperhatikan, yang membuat gaduh dikelas. Sehingga berdampak pada pemahaman materi yang telah disampaikan.
5. Bagaimana pendapat Ibu dengan pembelajaran dengan menggunakan metode jigsaw pada siklus I ini?
Jawab: lebih baik dibandingkan dengan proses belajar mengajar pada siklus I. 6. Menurut pendapat Ibu apakah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw cocok digunakan pada mata pelajaran PAI? Jawab: cocok, karena bisa membangkitkan semangat siswa dalam belajar.
Lampiran 6 Hasil Wawancara Guru Siklus II Pewawancara
: Dewi Puspasari
Responden
: Dra. Ipah Nurlatifah
Hari/Tanggal
: Selasa, 9 Desember 2014
Waktu
: 12.30
1. Apakah setiap pembelajaran PAI siswa selalu memperhatikan penjelasan Ibu Jawab: ya, sebagian ada yang fokus memperhatikan dan sebagian lagi ngobrol
2. Apakah siswa aktif bertanya terhadap materi pelajaran yang disampaikan Ibu? Yang berani mereka bertanya, tapi hanya satu dua orang saja Jawab: kurang
3. Metode pembalajaran apa yang sering guru PAI gunakan di kelas? Jawab: ceramah, diskusi kelompok
4. Apa saja hambatan-hambatan yang Ibu temui dalam mengajar pelajaran PAI? Jawab: banyak siswa yang tidak memperhatikan, yang membuat gaduh dikelas. Sehingga berdampak pada pemahaman materi yang telah disampaikan.
5. Bagaimana pendapat Ibu dengan pembelajaran dengan menggunakan metode jigsaw pada siklus I ini?
Jawab: lebih baik dibandingkan dengan proses belajar mengajar pada siklus I. 6. Menurut pendapat Ibu apakah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw cocok digunakan pada mata pelajaran PAI? Jawab: cocok, karena bisa membangkitkan semangat siswa dalam belajar.
Lampiran 7 Hasil Wawancara Siswa Siklus I Pewawancara
: Dewi Puspasari
Responden
:1
Hari/Tanggal
: Selasa, 18 November 2014
Waktu
: 09.45
1. Bagaimana pendapatmu menegenai pembelajaran yang baru kamu ikuti? Jawab: cukup senang
2. Apakah cara belajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw cocok untuk pelajaran PAI? Jawab: kurang
3. Apakah kamu menemui kesulitan selama proses pembelajaran berlangsung? Jawab: langkah metode jigsawnya agak ribet, jadi pusing, tapi secara keseluruhan mengerti
4.
Apakah kamu dapat memahami materi pelajaran yang baru kamu ikuti? Jawab: ya sedikit
5. Apakah gurumu sering menggunakan pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan dan kerjasama seperti ini? Jawab: jarang, paling ceramah
Hasil Wawancara Siswa Siklus I Pewawancara
: Dewi Puspasari
Responden
:2
Hari/Tanggal
: Selasa, 18 November 2014
Waktu
: 09. 50
1. Bagaimana pendapatmu menegenai pembelajaran yang baru kamu ikuti? Jawab: cukup senang
2. Apakah cara belajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw cocok untuk pelajaran PAI? Jawab: cocok
3. Apakah kamu menemui kesulitan selama proses pembelajaran berlangsung? Jawab: tidak, tapi tahapan-tahapan pembelajarannya kurang begitu faham
4.
Apakah kamu dapat memahami materi pelajaran yang baru kamu ikuti? Jawab: iya,
5. Apakah gurumu sering menggunakan pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan dan kerjasama seperti ini? Jawab: jarang, paling ceramah, ngisi LKS
Lampiran 8 Hasil Wawancara Siswa Siklus II Pewawancara
: Dewi Puspasari
Responden
:1
Hari/Tanggal
: Selasa, 9 Desember 2014
Waktu
: 09.45
1. Bagaimana pendapatmu menegenai pembelajaran yang baru kamu ikuti? Jawab: senang
2. Apakah cara belajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw cocok untuk pelajaran PAI? Jawab: sangat cocok
3. Apakah kamu menemui kesulitan selama proses pembelajaran berlangsung? Jawab: tidak
4.
Apakah kamu dapat memahami materi pelajaran yang baru kamu ikuti? Jawab: 90% faham
5. Apakah gurumu sering menggunakan pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan dan kerjasama seperti ini? Jawab: paling ceramah, diskusi biasa, ngisi LKS
Hasil Wawancara Siswa Siklus II Pewawancara
: Dewi Puspasari
Responden
:2
Hari/Tanggal
: Selasa, 9 Desember 2014
Waktu
: 09.45
1. Bagaimana pendapatmu menegenai pembelajaran yang baru kamu ikuti? Jawab: senang
2. Apakah cara belajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw cocok untuk pelajaran PAI? Jawab: cocok
3. Apakah kamu menemui kesulitan selama proses pembelajaran berlangsung? Jawab: di siklus I iya, tapi sekarang langkah-langkahnya mengerti jadi gak kaget lagi, sudah terbiasa.
4.
Apakah kamu dapat memahami materi pelajaran yang baru kamu ikuti? Jawab: iya
5. Apakah gurumu sering menggunakan pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan dan kerjasama seperti ini? Jawab: jarang sekali
Lampiran 8 Hasil Wawancara Siswa Siklus II Pewawancara
: Dewi Puspasari
Responden
:1
Hari/Tanggal
: Selasa, 9 Desember 2014
Waktu
: 09.45
1. Bagaimana pendapatmu menegenai pembelajaran yang baru kamu ikuti? Jawab: senang
2. Apakah cara belajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw cocok untuk pelajaran PAI? Jawab: sangat cocok
3. Apakah kamu menemui kesulitan selama proses pembelajaran berlangsung? Jawab: tidak
4.
Apakah kamu dapat memahami materi pelajaran yang baru kamu ikuti? Jawab: 90% faham
5. Apakah gurumu sering menggunakan pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan dan kerjasama seperti ini? Jawab: paling ceramah, diskusi biasa, ngisi LKS
Hasil Wawancara Siswa Siklus II Pewawancara
: Dewi Puspasari
Responden
:2
Hari/Tanggal
: Selasa, 9 Desember 2014
Waktu
: 09.45
1. Bagaimana pendapatmu menegenai pembelajaran yang baru kamu ikuti? Jawab: senang
2. Apakah cara belajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw cocok untuk pelajaran PAI? Jawab: cocok
3. Apakah kamu menemui kesulitan selama proses pembelajaran berlangsung? Jawab: di siklus I iya, tapi sekarang langkah-langkahnya mengerti jadi gak kaget lagi, sudah terbiasa.
4.
Apakah kamu dapat memahami materi pelajaran yang baru kamu ikuti? Jawab: iya
5. Apakah gurumu sering menggunakan pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan dan kerjasama seperti ini? Jawab: jarang sekali
Lampiran 9 Hasil Observasi Guru Siklus I No.
Aspek yang Dinilai
Skor 1
1.
Menyiapkan ruang, alat dan media
2.
Memeriksa kesiapan siswa
3.
Melakukukan kegiatan apersepsi
4.
Menyampaikan
indikator
pencapaian
kompetensi 5.
Melaksanakan pembelajaran secara runtut
6.
Menguasai kelas
7.
Merespon positif partisipasi aktif siswa
8.
Membantu siswa dalam membentuk sikap cermat dan kritis
9.
Melakaukan
penilaian akhir sesuai dengan
kompetensi 10.
Mengguankan bahasa lisan yang sesuai dan benar
11.
Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa Skor rata-rata (%) (Jumlah nilai keseluruhan : 11) x 20
Keterangan: 5 = Sangat baik 4 = Baik
2
3
4
5
3 = Cukup 2 = Kurang 1 = Sangat Kurang
Observer
Dra. Ipah Nurlatifah NIP: 195812021983032004
Lampiran 10 Hasil Observasi Guru Siklus II No.
Aspek yang Dinilai
Skor 1
1.
Menyiapkan ruang, alat dan media
2.
Memeriksa kesiapan siswa
3.
Melakukukan kegiatan apersepsi
4.
Menyampaikan
indikator
pencapaian
kompetensi 5.
Melaksanakan pembelajaran secara runtut
6.
Menguasai kelas
7.
Merespon positif partisipasi aktif siswa
8.
Membantu siswa dalam membentuk sikap cermat dan kritis
9.
Melakaukan
penilaian akhir sesuai dengan
kompetensi 10.
Mengguankan bahasa lisan yang sesuai dan benar
11.
Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa Skor rata-rata (%) (Jumlah nilai keseluruhan : 11) x 20
Keterangan: 5 = Sangat baik 4 = Baik
2
3
4
5
3 = Cukup 2 = Kurang 1 = Sangat Kurang
Observer
Dra. Ipah Nurlatifah NIP: 195812021983032004
Lampiran 11 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I No.
Aspek yang Diamati
Skor 1
1.
Tempat duduk masing-masing Siswa
2.
Kesiapan menerima Pembelajaran
3.
Mendengarkan penjelasan tentang kompetensi
2
3
yang hendak dicapai 4.
Mengikuti proses pembelajaran
5.
Keterlibatan dalam kegiatan belajar
6.
Interaksi antar guru, siswa dan materi pelajaran
7.
Mengemukakan
pendapat
ketika
diberikan
kesempatan 8.
Kerja sama tim
Skor rata-rata (%) (Jumlah nilai keseluruhan : 8) x 20
Keterangan: 5 = Sangat baik
2 = Kurang
4 = Baik
1 = Sangat Kurang
3 = Cukup Observer
Dra. Ipah Nurlatifah
4
5
Lampiran 12 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II No.
Aspek yang Diamati
Skor 1
1.
Tempat duduk masing-masing Siswa
2.
Kesiapan menerima Pembelajaran
3.
Mendengarkan penjelasan tentang kompetensi
2
3
yang hendak dicapai 4.
Mengikuti proses pembelajaran
5.
Keterlibatan dalam kegiatan belajar
6.
Interaksi antar guru, siswa dan materi pelajaran
7.
Mengemukakan
pendapat
ketika
diberikan
kesempatan 8.
Kerja sama tim
Skor rata-rata (%) (Jumlah nilai keseluruhan : 8) x 20
Keterangan: 5 = Sangat baik
2 = Kurang
4 = Baik
1 = Sangat Kurang
3 = Cukup Observer
Dra. Ipah Nurlatifah
4
5
Lampiran 13
Lampiran Dokumentasi Selama Penelitian