PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PADA MATERI POKOK SEGITIGA DAN SEGI EMPAT KELAS VII H SMP NEGERI 21 SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2013/20141 oleh: HM. Suyadi2 email:
[email protected]
Abstract
Abstrak Kriteria Ketuntasan Minimal merupakan batas minimal yang harus dicapai siswa dalam proses belajar mengajar, guru memilih model pembelajaran agar siswa mudah memahami materi yang diajarkan. Model pembelajarn JIGSAW merupakan salah satu model yang cocok untuk materi segitiga dan segi empat. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah dengan penerapan model pembelajaran Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII H SMP Negeri 21 Semarang tahun pelajaran 2013/2014 pada materi pokok segitiga dan segi empat? Apakah dengan penerapan model pembelajaran jigsaw dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas VII H SMP Negeri 21 Semarang tahun pelajaran 2013/2014 pada materi pokok segi tiga dan segi empat? Penelitian tindakan kelas terdiri dua siklus. Setiap siklus meliputi tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Subyek penelitian adalah siswa kelas VII H SMP Negeri 21 Semarang tahun pelajara 2013/2014 yang berjumla 30 siswa Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa. ketuntasan belajar siswa secara klasikal mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I nilai ketuntasan belajar secara klasikal siswa kelas VII H SMP N 21 Semarang sebesar 73,33% belum memenuhi kriteria ketuntasan klasikal >85%. Namun setelah dilakukan tindakan pada siklus II terjadi peningkatan ketuntasan belajar secara klasikal menjadi 93,33% dan sudah memenuhi ketuntasan secara klasikal sebesar >85%. Penerapan model pembelajaran Jigsaw dapat meningkatkan aktivitas peserta didik kelas VII H SMP Negeri 21 Semarang tahun pelajaran 2013/2014, hal ini dapat dilihat dari antusiasme siswa selama mengikuti prose belajar mengajar. Kata Kunci : Segitiga dan segi empat, Hasil Belajar, Jigsaw
1 2
Hasil Penelitian Tahun 2013 Guru SMP Negeri 21 Semarang 1
merasa kesulitan dalam belajar, selain itu
PENDAHULUAN Masalah
pendidikan
menjadi
belajar siswa belum bermakna, sehingga
tanggung jawab pemerintah, masyarakat
pengertian siswa tentang konsep salah.
dan orang tua,
Sekolah mempunyai
Akibatnya prestasi siswa pada mata
tanggung jawab mengelola proses belajar
pelajaran matematika cenderung lebih
khususnya proses yang terjadi di kelas.
rendah
Untuk itu pada saat mengikuti pelajaran di
lainnya, hai ini dapat mengakibatkan
kelas, semua siswa diharapkan aktif dalam
siswa minder, merasa bodoh dan tidak
proses pembelajaran. Dengan demikian
mampu untuk bersaing dengan teman-
siswa akan lebih mudah untuk memahami
temannya.
materi yang disampaikan oleh guru dan
dibandingkan
Kurangnya
mata
pelajaran
pemahaman
tentang
siswa akan berhasil dalam mengikuti
matematika dan
pelajaran, sehingga mendapatkan hasil
diantaranya disebabkan oleh faktor siswa
sesuai yang diharaapkan.
yaitu
Kondisi
saat
berkembang
ini
sesuai
zaman.
Tuntutan
manusia
untuk
matematika
dengan zaman
mengalami
komprehensip
masalah
secara
secara
parsial.
atau
tuntutan
Sedangkan guru yang bertugas sebagai
mendorong
pengelola pembelajaran seringkali belum
dalam
mampu menyampaikan materi pelajaran
menerapkan
kepada siswa secara bermakna, serta
matematika sebagai ilmu dasar. Diantara
penyampaiannya juga terkesan monoton
pengembangan yang dimaksud adalah
tanpa
masalah
matematika.
kreativitas siswa sehingga siswa merasa
menyatakan
bosan karena siswa dianggap belum tahu
pengembangan pembelajaran matematika
atau bahkan dianggap tidak tahu dengan
sangat dibutuhkan karena keterkaiatan
materi pelajaran matematika tersebut. Hal
penanaman konsep pada siswa, yang
ini
nantinya para siswa tersebut juga akan
pembelajaran
ikut
menggunakan metode pembelajaran yang
mengembangkan
Sugeng,
lebih
rendahnya prestasi
kreatif
atau
pembelajaran M.
andil
(2001;2)
dalam
pengembangan
memperhatikan
menunjukkan
potensi
bahwa
matematika
harus
bervariasi
mengaplikasikan
dalam
perkembangan dan kondisi siswa sehingga
Dalam
siswa
kehidupan
sehari-hari.
pembelajaran matematika seringkali siswa
disesuaikan
dalam
matematika lebih lanjut ataupun dalam matematika
dan
guru
dan
lebih memahami
dengan
materi yang
disampaikan dan siswa lebih berkesan
2
dengan
pembelajaran
telah
kepadanya kemudian mengajarkan materi
disampaikan serta siswa akan lebih mudah
tersebut kepada teman sekelompoknya
mengingat dan tidak mudah melupakan
yang lain. Dengan adanya penerapan
hal- hal yang dipelajari baik melalui
metode pembelajaran Jigsaw diharapkan
pengalaman yang diperoleh dari temannya
siswa terlibat lebih jauh dalam proses
maupun dari guru.
belajar mengajar secara efektif sehingga
Mengapa
yang
metode
Jigsaw
dipilih
siswa terdorong untuk memahami setiap
dalam penelitian ini? Karena metode ini
materi yang diajarkan guru. Dengan
memiliki
demikian
beberapa
kelebihan
metode Jigsaw diharapkan
dibandingkan dengan metode lainnya.
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
Kelebihan metode ini antara lain siswa
dan semangat serta antusiesme siswa
akan
dalam mengikuti pelajaran.
lebih
pelajaran
aktif karena
dalam
mengikuti
setiap
kelompok
Pembelajaran
merupakan
memiliki permasalahan yang berbeda dan
sistem
siswa lebih mudah memahami materi
pengertian sebagai seperangkat komponen
pelajaran. Melalui metode ini siswa
yang saling bergantung satu sama lain
dituntut
menyampaikan
untuk mencapai tujuan (Djamarah, 2000:
pendapatnya masing-masing terkait materi
10). Agar tujuan dapat tercapai semua
pelajaran yang akan dipelajari. Dengan
komponen yang ada harus diorganisasikan
demikian
dalam
sehingga antar semua komponen terjadi
mengikuti pelajaran dapat meningkat,
kerjasama. Dalam pembelajaran guru
diantaranya
tidak boleh hanya memperhatikan salah
untuk
keaktifan
siswa
terjadinya
interaksi
antar
siswa.
instruksional
mengacu
suatu pada
satu komponen tertentu misalnya tujuan, Metode
pembelajaran
kooperatif
peserta didik, situasi, metode, bahan, atau
jigsaw akan membantu siswa untuk
evaluasi
mmemahai
memperhatikan dan mempertimbangkan
pembelajaran
matematika,
saja,
Pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw,
komponen
kelas
prosrs belajar mengajar/
dikondisikan
kelompok-kelompok dimana
setiap
bertanggungjawab
dalam atau
dibuat
anggota untuk
materi pembelajaran yang
bentuk tim,
Proses
tim
secara
tetapi
guru
keseluruhan
pembelajaran
harus
dalam
merupakan
kegiatan yang dilakukan secara sadar dan
menentukan
di
ditugaskan
sengaja
serta
mempunyai
tujuan
membantu siswa agar dapat memperoleh
3
berbagai pengalaman, sehingga dengan
konsep-konsep
pengalaman tersebut, tingkah laku siswa
pengembang
berupa pengetahuan, keterampilan dan
menunjukkan
norma atau nilai yang berfungsi sebagai
penghargaan
pengendali sikap dan tingkah laku siswa
meningkatkan
dapat
belajar akademik perubahan norma yang
berubah
kearah
lebih
baik
yang
sulit.
Para
metode
ini
telah
bahwa
model
struktur
kooperatif
dibandingkan dengan kondisi sebelum
berhubungan
adanya proses pembelajaran.
Pembelajaran
penilaian
dengan
telah
siswa
hasil
kooperatif
pada
belajar. dapat
memberikan keuntungan baik pada siswa Pembelajaran Kooperatif
kelompok bawah atau kelompok atas yang
Ibrahim (2001) menyatakan bahwa model
pembelajaran
dikembangkan
untuk
bekerjasama menyelesaikan tugas-tugas
kooperatif mencapai
tiga
macam tujuan pembelajaran, yaitu hasil
kooperatif
suatu
bahasa
metode
berbeda.
saling
bekerjasama
kooperatif
dan
akademik
dan
diharapkan,
harus
diterapkan,
hubungan saling
membutuhkan ini yang disebut dengan saling ketergantungan positif. Tanggung jawab perseorangan, setiap siswa yang
dan Kagen (dalam Nur dan Retno, 2008)
tergabung dalam kelompok belajar tidak
berpendapat bahwa metode ini unggul siswa
yang
saling membutuhkan,
untuk
Beberapa ahli diantaranya Robert Slavin
membantu
yang
bersama-sama sehingga siswa merasa
mengembangkan ketrampilan sosial siswa.
dalam
tujuan
untuk mengerjakan tugas-tugasnya secara
model
efektif
memiliki
Pembelajaran kooperatif menuntut siswa
kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil
serta
meliputi: Saling ketergantungan positif.
pembelajaran yang diberikan oleh guru. dengan
sama
terdapat lima unsur model pembelajaran
membantu untuk memahami suatu materi
Pembelajaran
yang
mencapai
Dalam
menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota
siswa
Lie (2002: 31) menyatakan bahwa untuk
kelompok-kelompok kecil yang memiliki kemampuan
bagi
komunikasi yang sama karena sebaya.
pengajaran dimana siswa belajar dalam
tingkat
kelompok
tutor
sebaya, yang memiliki orientasi dan
Pembelajaran
merupakan
menjadi
memperoleh bantuan khusus dari teman
keragaman, dan pengembangan terhadap sosial.
atas akan
bawah, jadi siswa kelompok bawah akan
belajar akademik, penerimaan terhadap
ketrampilan
akademik. Siswa kelompok
boleh hanya bergantung pada salah satu
memahami 4
anggota kelompok yang dianggap paling
siswa untuk mengembangkan kemampuan
pandai atau paling berpengaruh saja dalam
memecahkan masalah. Mengembangkan
melaksanakan tugas, tetapi setiap siswa
sikap sosial dan semangat gotong-royong
harus
berperan aktif dan menguasai
dalam kegiatan belajar. Mendinamiskan
pokok bahasan yang sudah dibagi dalam
kegiatan belajar, sehingga tiap anggota
kelompok. Tatap muka, interaksi tatap
kelompok merasa menjadi bagian dari
muka
kelompok dan bertanggung jawab atas
wajib
dilakuklan
dalam
pembelajaran kooperatif agar antar siswa
keberhasilan
bisa
Mengembangkan
melakukan dialog,
tidak
hanya
kelompoknya. kemampuan
dalam
dengan guru tetapi dengan sesama siswa.
memimpin bagi setiap anggota kelompok
Komunikasi antar anggota, pembelajaran
dalam memecahkan masalah kelompok.
kooperatif memiliki tujuan salah satunya
Metode pembelajaran kooperatif yang
adalah keterampilan sosial, jadi siswa
biasa
tidak hanya dituntut menguasai materi
mengajar ada 4 (Nurhadi, 2003:63):
saja tetapi juga harus mampu berinteraksi
Student Teams Achievement Divisions
dengan sesama, memeliki rasa hormat,
(STAD), Jigsaw, Group Investigation (GI)
tenggang rasa, tidak mendominasi orang
dan Structural.
lain dan sifat lain yang bermanfaat dalam
kooperatif yang mendorong siswa aktif
mengetahui sejauh mana siswa mampu
dan saling membantu dalam menguasai
menguasai materi yang telah dipelajari
penilaian
secara
individual
materi pelajaran untuk mencapai prestasi
hasil
yang maksimal. Dalam model belajar ini
tersebut
terdapat
disampaikan oleh guru pada kelompok
Dimyati dan
Marsha
Mudjiono,
2002:
proses
tahap dalam pembelajaran menggunakan
Tujuan pembelajaran kooperatif dan
dalam
Menurut Slavin (2008: 246) tahap-
mendapatkan bantuan dari kelompknya.
Bruce
tahap-tahap
pembelajaran.
agar siswa yang memerlukan bantuan
menurut
dalam
tipe Jigsaw merupakan tipe pembelajaran
dalam belajar mempunyai maksud untuk
selanjutnya
guru
Model pembelajaran kooperatif
proses kelompok, evaluasi atau penilaian
individual,
oleh
Model Pembelajaran Jigsaw
menjalin hubungan antar pribadi. Evaluasi
secara
digunakan
metode jigsaw adalah sebagai berikut :
(dalam
Tahap 1 : Bahan Ajar
166)
Guru memilih satu bab dalam buku
adalah: Memberikan kesempatan kepada
ajar kemudian membagi bab tersebut
5
menjadi bagian-bagian sesuai dengan
anggota kelompok kecil mengajarkan
jumlah
topik
anggota
kelompok.
Jadi,
masing-masing
anggota
apabila jumlah anggota kelompok 5
lainya
orang siswa maka bab tersebut dibagi
mendorong
menjadi lima bagian. Setiap anggota
menggunakan metode mengajar yang
kelompok ditugasi untuk membaca
bervariasi. Guru mendorong anggota
dan mempelajari bagiannya pada bab
kelompok
untuk
tersebut.
pertanyaan
ke
Pada
masing-masing bertemu
tahap
selanjutnya
anggota
kelompok
dengan
ahli-ahli
dari
kelompok lain dalam kelas.
ahli
harus
kelompok.
para
siswa
penyaji lembar
kelompok
Setelah
kecil.
Guru untuk
mengajukan
mendiskusikan
kelompok
Tahap 2 : Diskusi Kelompok Ahli Kelompok
dalam
ke
kerja
kecil
menyelenggarakan
dan
diskusi guru
tes
yang
melakukan
mencakup materi satu bab penuh
pertemuan sekitar satu kali pertemuan
dalam waktu yang telah ditentukan.
untuk
yang
Seringlah menggunakan kuis-kuis dan
ditugaskan. Setiap anggota kelompok
jangan menggunakan skor tim, skor
ahli menerima satu lembar kerja ahli.
kemajuan, atau lembar berita. Cukup
Lembar
berikan nilai individual kepada siswa.
mendiskusikan topik
kerja
ahl
memuat
pertanyaan-pertanyaaan dan kegiatan untuk
mengarahkan
Tahap 4 : Tahap Penghargaan
diskusi
Tahap ini merupakan tahap yang
kelompok. Guru mendorong para
mampu mendorong para siswa untuk
siswa
lebih kompak. Pada tahap ini rata-rata
untuk
belajar
yang
menggunakan bervariasi.
cara
Tujuan
peningkatan
kelompok
dilaporkan
kelompok ini adalah mempelajari sub
pada carta penghargaan mingguan.
bab
Guru dapat menggunakan kata-kata
tersebut
ringkasan
dan
menyiapkan
presentasi
untuk
khusus untuk memberikan kinerja
mengajarkan sub bab tersebut kepada
kelompok
semacam
,
Kelompok
kelompok kecil masing-masing.
Rembulan, Kelompok Matahari, atau
Tahap 3 : Pelaporan dan Pengetesan
sebutan lainnya. Penghargaan kerja
Masing-masing anggota kelompok
masing-masing
ahli kembali ke kelompok kecil
disajikan pada papan pengumuman
masing-masing.
Masing-masing
6
kelompok
dapat
yang melaporkan peringkat masing-
HASIL
masing kelompok dalam kelas.
PEMBAHASAN.
PENELITIAN
DAN
Hasil Penelitian Siklus I METODE PENELITIAN
Perencanaan
Penelitian ini merupakan penelitian
Pada tahap perencanaan siklus I guru
tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus
menyusun rencana pembelajarann dengan
dan
dua
materi segi tiga dan segi empat, lembar
pertemuan, tiap siklus meliputi tahapan
kegiatan siswa dengan materi segi tiga dan
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan
segi empat, lembar pengamatan aktivitas
dan refleksi. Penelitian tindakan kelas ini
siswa yang akan menunjang pelaksanaan
dilaksanakan
pembelajaran
setiap
siklus
terdiri
dengan
dari
kolaborasi
dengan
menggunakan
partisipasi antara peneliti dan guru mata
model pembelajaran jigsaw.
pelajaran matematika. Subjek penelitian
Pelaksanaan
ini adalah peserta didik kelas VII H SMP
Pada tahap pelaksanaan siklus I
Negeri 21 Semarang tahun pelajaran
guru terlebih dahulu menyiapkan kondisi
2013/2014 yang berjumlah 30 siswa.
fisik siswa yang meliputi mengabsen
Metode
yang
digunakan
untuk
siswa dan menyiapkan buku pelajaran.
memperoleh data yang dianalisis adalah
Guru kemudian menyampaikan tentang
sebagai berikut : Observasi, Tes dan
cara kerja dan tujuan penerapan model
Dokumentasi.
pembelajaran
Sedangkan
indikator
Jigsaw.
Pada
awalnya
keberhasilan penelitian ini adalah tuntas
kondisi kelas masih cukup ramai, ada
individual dan tuntas klasikal. Ketuntasan
sebagian siswa yang memperhatikan dan
individual, seorang
sebagian
mencapai
dikatakan telah jika
Guru kemudian berusaha menenangkan
peserta didik mendapat nilai evaluasi atau
kelas dengan menegur siswa yang belum
nilai akhir >75, dan Ketuntasan Klasikal
memperhatikan
yaitu suatu kelas dikatakan telah mencapai
disampaikan oleh guru, kemudian guru
ketuntasana klasikal jika banyak peserta
melanjutkan kembali pelajaran.
didik yang telah mencapai ketuntasan
melakukan
individual
ketuntasan
( 75)
individual
masih ada siswa yang ramai.
sekurang-kurangnya
penjelasan
apersepsi,
yaitu
yang
Guru dengan
menyajikan contoh soal yang berkaitan
85%.
dengan segi tiga dan segi empat, guru meminta
7
siswa
untuk
memberikan
tanggapan atas pendapat atau jawaban
yang bervariasi. Guru mendorong anggota
siswa lain,
kelompok untuk mengajukan pertanyaan
Proses pembelajaran dilanjutkan
ke penyaji dan mendiskusikan lembar
dengan menerapkan model pembelajaran
kerja kelompok kecil. Setelah diskusi
Jigsaw dan guru membagi siswa menjadi
kelompok kecil guru menyelenggarakan
enam
tes yang mencakup materi satu bab penuh
kelompok, masing-masing
kelompok terdiri dari lima orang. Setiap
dalam waktu yang telah ditentukan.
anggota kelompok ada satu siswa ahli
Proses
pembelajaran
dengan
yang dipilih oleh guru. Kelompok ahli
menggunakan model pembelajaran Jigsaw
melakukan pertemuan sekitar satu kali
telah selesai, kemudian guru menutup
pertemuan untuk mendiskusikan topik
pembelajaran dengan membimbing siswa
yang
anggota
untuk merangkum materi pelajaran yang
menerima satu lembar
telah dilaksanakan. Guru meminta siswa
kerja ahli . Lembar kerja ahli memuat
untuk belajar di rumah, materi yang akan
pertanyaan-pertanyaaan
dipelajari minggu depan. Guru memberi
ditugaskan.
kelompok ahli
Setiap
dan
kegiatan
untuk mengarahkan diskusi kelompok.
pekerjaan rumah secukupnya.
Guru
Pengamatan
mendorong
menggunakan
para
cara
siswa belajar
untuk yang
Hasil pengamatan siklus I dicatat
bervariasi. Tujuan kelompok ini adalah
dalam lembar pengamatan yang telah
mempelajari
disiapkan.
sub bab tersebut dan
Hasil
pengamatan
selama
menyiapkan ringkasan presentasi untuk
proses pembelajaran berlangsung dapat
mengajarkan sub bab tersebut kepada
dilihat pada tabel 1 lembar observasi
kelompok kecil masing-masing, sehingga
berikut:
semua anggota kelompok mengetahui dan
Tabel 1 Hasil Lembar Observasi
memahaminya. Selanjutnya
anggota
No Hal Yang Diamati 1 Mendengarkan/me mperhatikan penjelasan guru 2 Mengerjakan LKS dalam kelompok belajar 3 Berdiskusi dalam kelompok belajar 4 Mengajukan
kelompok
ahli kembali ke kelompok kecil masingmasing.
Masing-masing
kelompok
kecil
mengajarkan
anggota topik
masing-masing ke anggota lainya dalam kelompok. Guru mendorong para siswa untuk menggunakan metode mengajar
8
Hasi l 73,3 3%
Kate gori sedang
66,6 7%
sedang
56,6 7% 53,3
cukup Kurang
5 6
pertanyaan/menan ggapi pertanyaan Menghargai/mene rima pendapat Mempresentaseka n hasil kerja
3% 63,3 3% 53,3 3%
nilai antara 86 sampai 100, dua puluh satu peserta didik (70,00 %) yang kriterianya
Cukup
baik kurang
yaitu
peserta
didik
yang
mendapatkan nilai antara 76 sampai 85, enam peserta didik (20,00 %) yang kriterianya sedang yaitu peserta didik
Hasil tes pada siklus I merupakan setelah
yang mendapatkan nilai antara 66 sampai
penerapan model pembelajaran Jigsaw
75. dua peserta didik (6,67 %) yang
berlangsung. Hasil tes evaluasi siklus I
kriterianya cukup yaitu peserta didik yang
secara umum dapat dilihat pada tabel 2
mendapatkan nilai antara 56 sampai 65.
berikut ini :
Peserta didik yang tuntas individual yaitu
data
yang
pertama
diambil
peserta didik yang mendapatkan nilai ≥ 75 Tabel 2 Hasil Tes Evaluasi Siklus I Renta Jml sebanyak 22 peserta didik (73,33%), N Kriter Persentase ng Sis o ia (%) sedangkan peserta didik yang tidak tuntas Nilai Wa 1 86Sanga individual sebanyak 8 peserta didik 100 t (26,67%) yaitu peserta didik yang 2 baik 3 76-85 Baik mendapatkan nilai kurang dari 75. Nilai 4 66-75 Sedan rata-rata kelas adalah 74.50 dengan nilai 5 56-65 g 1 3,33% 55 Cuku 21 70,00% terendah 65 dan tertinggi 90, banyaknya p 6 20,00% peserta didik yang tuntas individual Kuran 2 6,67% g 0 0% sebanyak 22 peserta didik dengan kata Siswa yang tuntas 22 lain ketuntasan klasikal mencapai 73,33%. belajar 73,33% Siswa yang tidak 8 Refleksi tuntas belajar 26,67% 2235 Kelebihan pada siklus I Siswa Nilai rata-rata kelas 74,50 30 mendengarkan dan mencatat informasi 22 Persentase X 100 % 73,33% yang diberikan oleh guru, ketika guru Ketuntasan 32 Klasikal menjelaskan materi. Guru mendorong siswa untuk berdiskusi antar teman dalam Berdasarkan pada tabel 2 di atas,
satu kelompok. guru memantau kerja
dari 30 peserta didik terdapat satu peserta
masing-masing
didik (3,33%) yang kriterianya sangat baik
mengarahkan
yaitu peserta didik yang mendapatkan
kesulitan.
9
kelompok siswa
yang
dan
mengalami
Kelemahan pada siklus I,
kinerja kelompok masih kurang optimal,
kondisi
ada beberapa siswa yang kurang aktif
mengabsen siswa dan menyiapkan buku
dalam
pelajaran. Guru menyampaikan tujuan dan
mengikuti
jalannya
diskusi,
fisik
siswa
keberanian siswa dalam mengeluarkan
menginformasikan
pendapat
akan
belum
tampak
secara
yang
meliputi
pembelajaran
yang
Kemudian
guru
dilakukan.
menyeluruh. Ketika guru menjelaskan
melakukan
materi pelajaran masih ada beberapa siswa
mengingatkan kembali materi yang telah
yang ramai dan tidak memperhatikan
dipelajari. Guru memberikan
penjelasan
kepada siswa.
dari
guru.
Dalam
mengorientasi tanggapan atas penjelasan
apersepsi
Pembelajaran dilanjutkan
dari guru masih didominasi oleh siswa
menyampaikan
yang
segiempat.
pandai.
Siswa
belum
yaitu
dapat
dengan
motivasi
dengan
materi segitiga dan Guru
menerangkan.
menjalankan diskusi dengan baik, kinerja
Pembelajaran
dilanjutkan
dengan
kelompok masih kurang optimal, ada
membagi siswa menjadi kelompok seperti
beberapa siswa yang kurang aktif dalam
pada siklus I. Pembagian kelompok
mengikuti jalannya diskusi.
didasarkan pada hasil siklus sebelumnya. Hal ini dilakukan agar siswa yang
Hasil Penelitian Siklus II
mempunyai kemampuan yang kurang
Perencanaan
dapat bekerjasama dengan siswa yang
Pada tahap perencanaan siklus II
mempunyai kemampuan di atas mereka.
disusun berdasarkan hasil refleksi siklus I.
Sedangkan siswa yang pandai membantu
Perubahan
temannya
anggota
kelompok
ahli
yang
mengalami
kesulitan
penyebarannya berdasarkan hasil belajar
sehingga mereka dapat meningkatkan
siklus I. Guru juga membuat tes evaluasi
belajarnya dan siswa antusias dalam
siklus II dengan materi yang telah
mengikuti pelajaran..
dipelajari.
Pengamatan Hasil pengamatan siklus II dicatat
Pelaksanaan Pelaksanaan pembelajaran siklus II dilaksanakan
sesuai
dengan
dalam lembar pengamatan yang telah
rencana
disiapkan.
Hasil
pengamatan
selama
pembelajaran yang telah dibuat. Kegiatan
proses pembelajaran berlangsung dapat
yang dilakukan guru pada awal pelajaran
dilihat pada tabel 3 lembar observasi
adalah
berikut:
menyiapkan
terlebih
dahulu
10
peserta didik (16,67 %) yang kriterianya
Tabel 3 Hasil Lembar Observasi No
Hal Yang Diamati
1
Mendengarkan/me mperhatikan penjelasan guru Mengerjakan LKS dalam kelompok belajar Berdiskusi dalam kelompok belajar Mengajukan pertanyaan/menan ggapi pertanyaan Menghargai/mener ima pendapat Mempresentaseka n hasil kerja
2
3 4
5 6
Hasil 96,67 %
Kate gori Sanga t baik
90,00 %
Sanga t baik
83,33 % 73,33 %
Baik
sangat baik yaitu peserta didik yang mendapatkan nilai ≥ 86, dua puluh tiga peserta didik (76,67%) yang kriterianya baik
didik
yang
dan dua peserta didik (6,67%) yang kriterianya sedang yaitu peserta didik
baik
yang mendapatkan nilai antara 66 sampai 75. Peserta didik yang tuntas individual
86,67 % 76,67 %
Sanga t baik Baik
yaitu peserta didik yang mendapatkan nilai ≥ 75 sebanyak 28 peserta didik (93,33%), sedangkan peserta didik yang tidak tuntas individual sebanyak dua peserta didik (6,67%) yaitu peserta didik
dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini :
yang mendapatkan nilai <75. Nilai rata-
Tabel 4 Hasil Tes Evaluasi Siklus II Ren Jml Persentas N tang Kriteria Sisw e o Nilai a (%) 1 86Sangat 2 100 baik 5 16,67% 3 76-85 Baik 23 76,67% 4 66-75 Sedang 2 6,67% 5 56-65 Cukup 0 0.00% 55 Kurang 0 0.00% Siswa yang tuntas 28 belajar 93,33% Siswa yang tidak tuntas belajar 2 6,67%
Persentase Ketuntasan Klasikal
peserta
mendapatkan nilai antara 76 sampai 85,
Hasil tes evaluasi siklus II secara umum
Nilai rata-rata kelas
yaitu
2540 84,67 30
rata kelas adalah 84,67 dengan nilai terendah 70 dan tertinggi 100, banyaknya peserta didik yang tuntas individual sebanyak 28 peserta didik dengan kata lain ketuntasan klasikal mencapai 93,33%. Pada siklus II, peserta didik yang tuntas belajar mengalami peningkatan yang signifikan dibanding dengan siklus I. Persentase ketuntasan klasikal juga mengalami
28 X 100 % 93,33% dibandingkan 30
ketuntasan
peningkatan dengan klasikal
pada
apabila persentase siklus
I.
Peningkatan tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran melalui penerapan model
Berdasarkan data pada tabel 4. di
pembelajaran Jigsaw dikatakan berhasil.
atas, dari 30 peserta didik terdapat lima
11
Refleksi
sekarang
Pada siklus dua ini, keberanian siswa
mengemukakan pendapat, berani bertanya
dalam
sudah
lebih
untuk
kepada teman sebaya mengenai materi
mengeluarkan pendapatnya sudah merata.
pelajaran
yang
Siswa
menerima
pendapat
dapat
berpikir
kritis
dalam
mengaitkan
belum
jelas,
orang
lain
dapat dan
menghargai sesama teman. Karena hasil
Materi dengan kehidupan nyata. Guru
penelitian siklus II sudah sesuai dengan
sudah terampil
berani
yang diharapkan, maka tidak dilanjutkan dalam
menerapkan
model
untuk siklus berikutnya.
pembelajaran Jigsaw dalam proses pembelajaran.
Siswa
saling
PENUTUP
berinteraksi satu sama lain, saling
Simpulan
bekerjasama dalam diskusi kelompok.
Model pembelajaran Jigsaw dapat
Guru mengorganisir siswa dengan
meningkatkan hasil belajar peserta didik
baik yaitu dengan membagi siswa
kelas VII H SMP Negeri 21 Semarang
dalam kelompok untuk menyelesaikan
tahun pelajaran 2013/2014 pada materi
tugas. Siswa bertambah terampil dan
pokok segitiga dan segiempat. Hal ini
lancar
menyampaikan
dapat dilihat dari peningkatan hasil nilai
pendapatnya masing-masing. Siswa
rata-rata secara klasikal. Pada siklus I nilai
semakin
dalam
rata-rata siswa kelas VII H SMP N 21
yang
Semarang sebesar 74,50 belum memenuhi
dalam
bersemangat
mengerjakan
setiap
tugas
diberikan guru.
kriteria
ketuntasan
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap
klasikal.
Namun
aktivitas siswa maka dapat disampaikan
tindakan pada siklus II terjadi peningkatan
bahwa hasil yang dicapai aktivitas siswa
nilai rata-rata menjadi 84,67 dan sudah
sampai pada siklus II ini pada umumnya
memenuhi kriteria ketuntasan minimal
sudah meningkat. Siswa aktif dalam
secara klasikal sebsar >75. Penerapan
mengikuti proses belajar mengajar yang
model
disampaikan guru secara baik dan tertib.
meningkatkan aktivitas peserta didik kelas
Peningkatan prestasi nampak dengan
VII H SMP Negeri 21 Semarang tahun
adanya perubahan-perubahan tingkah laku
pelajaran 2013/2014 pada materi pokok
seperti yang tadinya takut atau raga-ragu
segitiga dan segiempat. Hal ini dapat
12
minimal setelah
pembelajaran
secara
dilakukan
jigsaw
dapat
dilihat dari antusiasme siswa selama proses
pembelajaran.
Siswa
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
tidak
canggung lagi untuk bertanya dengan
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta. Ibrahim M, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Pres
teman-temannya yang dianggap sudah memahami materi yang disampaikan oleh guru. Disamping itu menurut beberapa
Lie, Anita. 2004. Cooperatif Learning. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
siswa mereka lebih leluasa dan mudah memahami dengan model penjelasan dari temannya.
Rustaman, dkk. 2003. Metode Pembelajaran kooperatif. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.
Saran Hendaknya guru menggunakan metode
Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana.
pembelajaran yang sesuai untuk setiap pokok bahasan yang akan diajarkan dalam setiap proses pembelajaran. Hendaknya guru
memberikan
dorongn
Slavin, R. E. 2008. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.
akan
pentingnya belajar kepada siswa agar siswa
senantiasa
untuk
belajar.
memiliki Siswa
keinginan
Sudjana, Nana. 2005. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: CV. Sinar Baru.
hendaknya
mempersiapkan diri dalam mengikuti proses belajar mengajar di kelas
Suyitno, A. 2006. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika 1. Semarang: Jurusan Matematika FMIPA UNNES.
untuk
meningkatkan prestasi belajar dengan menggunakan
variasi
metode
pembelajaran yang berbeda untuk materimateri yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
13