Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Siswa Kelas VI SDN Babadan 2 Kabupaten Ngawi Oleh : Haryati E-Mail:
[email protected] ABSTRAK Mendasar hasil pengamatan sebelumnya diketahui bahwa hasil belajar IPA pada siswa Kelas VI SDN Babadan 2 Kabupaten Ngawi masih rendah. Nilai rata-rata siswa baru mencapai 62,86, sedangkan ketuntasan belajar siswa baru mencapai 50%. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas ini adalah dengan penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk mengetahui: 1) peningkatan proses pembelajaran IPA pada siswa Kelas VI SDN Babadan 2 tahun pelajaran 2014/2015; 2) peningkatan hasil belajar IPA pada siswa Kelas VI SDN Babadan 2 tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sedangkan tahapannya terdiri dari: (1) menyusun perencanaan (plan), (2) melaksanakan tindakan (act), (3) pengamatan (observe), dan (4) refleksi (reflect). Hasil Penelitian Tindakan Kelas ini antara lain: Hasil pada pratindak nilai rata-rata siswa baru mencapai 62,86, sedangkan ketuntasan hasil belajar siswa baru tercapai 50%, setelah diadakan perbaikan pembelajaran pada siklus I, nilai rata-rata mengalami peningkatan menjadi 69,29 dan ketuntasan belajarnya meningkat menjadi 71%, pada akhir perbaikan pembelajaran siklus II nilai rata-rata mengalami peningkatan menjadi 78,57 dan ketuntasan belajarnya naik secara siknifikan menjadi 86%. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut. Penggunaan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dapat: 1) meningkatkan proses pembelajaran IPA pada siswa Kelas VI SDN Babadan 2 Kabupaten Ngawi tahun pelajaran 2014/2015; 2) meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa Kelas VI SDN Babadan 2 Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 2014/2015. Hal ini terbukti telah terjadi peningkatan nilai rata-rata siswa dan ketuntasan belajar secara signifikan. Dengan demikian pembelajaran IPA materi mendeskripsikan peristiwa rotasi bumi, revolusi bumi dan revolusi bulan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa kelas VI SDN Babadan 2 telah tercapai dengan baik. Kata Kunci: Proses pembelajaran; hasil belajar IPA; model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. A. PENDAHULUAN Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa
fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharap kan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan
JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550
60
alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalahmasalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD/ MI diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyara kat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana. Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuh kan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasi kannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekan kan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui
penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi paradigma pembelajaran di sekolah banyak mengalami perubahan, terutama dalam pelaksanaan proses pembelajaran dari yang bersifat behavioristik menjadi konstruktivistik, dari berpusat pada guru (teaching centered) menuju berpusat pada siswa (student centered). Konstruktivisme mengajarkan bahwa belajar adalah membangun pemahaman atau pengetahuan (constructing understanding or knowledge), yang dilakukan dengan cara mencocokkan fenomena, ide atau aktivitas yang baru dengan pengetahuan yang telah ada dan sudah pernah dipelajari. Konsekuensi dari konsep belajar seperti itu adalah siswa dengan sungguh-sungguh membangun konsep pribadi (mind concept) dalam sudut pandang belajar bermakna dan bukan sekedar hafalan atau tiruan. Oleh karena itu, peranan guru tidak semata-mata hanya memberikan ceramah yang sifatnya teks book (book oriented) kepada siswa, melainkan guru harus mampu merangsang/ memotivasi siswa agar mampu membangun pengetahuan dalam pikirannya. Cara yang dapat dilakukan oleh guru adalah dengan membangun jaring-jaring komunikasi dan interaksi belajar yang bermakna melalui pemberian informasi yang sangat bermakna dan relevan dengan kebutuhan siswa. Upaya guru tersebut dilakukan dengan cara memberi kesempatan
JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550
61
kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan mengajak siswa untuk belajar menggunakan strategi-strategi mereka sendiri. Implementasinya adalah setiap manusia memiliki gaya belajar yang unik, dan setiap manusia memiliki kekuatan sendiri dalam belajar. Dengan demikian peranan guru hanya terbatas pada pemberian rangsangan kepada siswa agar ia dapat mencapai tingkat tertinggi, namun harus diupayakan siswa sendiri yang mencapai tingkatan tertinggi itu dengan cara dan gayanya. Gambaran tersebut menujukkan adanya kesenjangan antara kondisi aktual yang dihadapi di kelas dengan kondisi optimal yang diharapkan. Kesenjangan tersebut terjadi disebab kan oleh beberapa faktor, antara lain, dari sudut pandang siswa: rendahnya kemampuan siswa dalam memahami materi IPA yang bersifat teoritis, kurangnya kemampuan siswa merumus kan contoh-contoh implementasi konsep IPA dalam kehidupan, kurang nya persiapan/ motivasi belajar siswa sehingga hasil belajar rendah. Sedangkan dari sudut pandang guru, belum optimalnya usaha yang dilakukan guru untuk membantu kesulitan belajar siswa, kurang kondusifnya metode mengajar yang digunakan guru untuk memotivasi belajar siswa di kelas. Jika permasalahan tersebut di atas tidak segera dipecahkan akan memberikan dampak negatif terhadap kelancaran proses pembelajaran di kelas, antara lain: kesulitan dalam
menghidupkan suasana kelas, karena kurangnya keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran, kurangnya motivasi siswa dalam belajar IPA, dan prestasi belajar siswa mata pelajaran IPA kurang memuaskan. Berdasarkan hasil pengamatan sebelumnya diketahui bahwa, proses pembelajaran dan hasil belajar mata pelajaran IPA pada siswa Kelas VI SDN Babadan 2 Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi masih rendah. Hal tersebut yang terjadi pada siswa Kelas VI SDN Babadan 2 dimana nilai rata-rata siswa baru mencapai 62,86, sedangkan ketuntasan hasil belajar siswa hanya mencapai 50% atau sekitar 50% yang masih belum tuntas. Oleh karena itu, perlu dicari strategi baru untuk meningkatkan proses pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif. Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw merupakan salah satu alternatif yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembagian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyataan itu, belajar berkelompok secara kooperatif siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, dan tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih berinteraksi komunikasi - sosialisasi karena
JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550
62
kooperatif adalah miniatur dari hidup bermasyarakat, belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masingmasing (Suyatno, 2009:51). Model pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa tipe dengan langkah yang berbeda-beda. Salah satunya adalah tipe Jigsaw, dengan sintak sebagai berikut: pengarahan, informasi bahan ajar, buat kelompok heterogen, berikan bahan ajar (LKS) yang terdiri dari beberapa bagian sesuai dengan banyak siswa dalam kelompok. Jigsaw dikembangkan dan diuji oleh Elliot Aronson dan rekan-rekan sejawatnya (Arends, 2008 : 13). Model belajar Kooperatif Tipe Jigsaw merupakan model belajar kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari tiga sampai enam orang secara hiterogen dan bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri. Setiap anggota kelompok adalah bertangggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikannya kepada anggota kelompok yang lainnya. Selain itu, siswa bekerja dengan sesama anggota kelompok dalam suasana kooperatif dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan mening katkan keterampilan komunikasi. Model Jigsaw dapat digunakan secara efektif di tiap level dimana siswa telah mendapatkan keterampilan akademis dari pemahaman, membaca, maupun keterampilan kelompok untuk belajar bersama.
Usia siswa Kelas VI pada umumnya berkisar 10-12 tahun. Menurut Piaget anak dalam rentang umur tersebut masuk dalam tahap operasional konkrit. Salah satu ciri dari anak yang masuk pada tahap tersebut adalah anak mulai menyukai hal-hal yang bersifat konkrit dan sifat egosentrisnya yang sudah mulai berkurang, sehingga anak lebih mudah dalam bekerja sama. Kelas VI termasuk dalam kelas tinggi, dimana anak pada kelas ini umumnya menyukai membentuk kelompokkelompok untuk bermain dengan teman sebayanya. Berkaitan dengan permasalahan di atas, maka peneliti mengambil judul “Peningkatan Hasil Belajar IPA melalui Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw Pada Siswa Kelas VI SDN Babadan 2 Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 2014/2015”. Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka masalah dalam peneliti an ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah peningkatan proses pembelajaran IPA dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa Kelas VI SDN Babadan 2 Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi tahun pelajaran 2014/2015? 2. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar IPA dengan model pembel ajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa Kelas VI SDN Babadan 2 Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi tahun pelajaran 2014/2015?
JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550
63
Mendasar pada rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui peningkatan proses pembelajaran IPA dengan model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada siswa Kelas VI SDN Babadan 2 Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi tahun pelajaran 2014/2015. 2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA pada siswa Kelas VI SDN Babadan 2 tahun pelajaran 2014/2015 dengan model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. B. KAJIAN PUSTAKA Proses Belajar Pengertian proses belajar menurut Sunarya (1989), adalah suatu kegiatan agar proses belajar seseorang atau kelompok orang dapat terjadi. Untuk keperluan tersebut seorang guru seharusnya membuat suatu sistem lingkungan sedemikian rupa sehingga proses belajar dapat tercapai secara efektif dan efisien. Sementara menurut Sutomo (1993) Proses belajar adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar untuk melakukan atau mepertunjukkan tingkah laku tertentu, dalam kondisi khusus, atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu. Proses belajar juga diartikan suatu proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar. (UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Bab I Pasal 1 Ayat 20). Hasil Belajar Hasil belajar merupakan prestasi belajar siswa secara keseluruhan yang menjadi indikator kompetensi dan derajat perubahan prilaku yang bersangkutan. Kompetensi yang harus dikuasai siswa perlu dinyatakan sedemikian rupa agar dapat dinilai sebagai wujud hasil belajar siswa yang mengacu pada pengalaman langsung. Sedangkan Prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan atau dikerjakan. Menurut Winkel dalam Max Darsono (2000: 55) prestasi adalah bukti keberhasilan usaha yang telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya. Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi adalah suatu keberhasilan yang dapat dicapai oleh seseorang atas usaha yang telah dikerjakan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang setelah ia melakukan perubahan belajar, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Hakekat Mata Pelajaran IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat
JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550
64
menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalahmasalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan
pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Tujuan Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. 1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya 2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari 3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat 4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan 5) Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam 6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan 7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. Ruang Lingkup
JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550
65
Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut. 1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan 2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas 3) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana 4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan bendabenda langit lainnya. (KTSP, Depdikbud. 2006: 484-485).
Model pembelajaran kooperatif adalah sebagai pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama siswa sebagai latihan hidup dalam masyarakat nyata (Nurhadi dan Senduk, 2003: 60). Pembelajaran kooperatif merupa kan model pembelajaran yang diupayakan untuk dapat meningkatkan peran serta siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpin an dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempat an kepada para siswa untuk berinteraksi dan belajar
Model Pembelajaran Kooperatif Pengertian Pembelajaran Metode JIGSAW Kooperatif (Cooperatif Learning). a. Karakteristik Metode JIGSAW “Pembelajaran Kooperatif merupakan 1. Metode Jigsaw dikembangkan model pembelajaran dengan mengguna dan diuji oleh Elliot Aronson dan kan sistem pengelompokan /tim kecil, rekan-rekan sejawatnya (Arends, yaitu antara empat sampai enam orang 2008: 13). yang mempunyai latar belakang 2. Dalam metode Jigsaw para siswa kemampuan akademik, jenis kelamin, dari suatu kelas dikelompokkan ras atau suku yang berbeda (heterogin). menjadi beberapa tim belajar Sistim penilaian dilakukan terhadap yang beranggotakan 5 atau 6 kelompok dan memperoleh pengharga orang secara heterogen. an (reward), jika kelompok mampu 3. Guru memberikan bahan ajar menunjukkan prestasi yang dipersyarat dalam bentuk teks kepada setiap kan. Dengan demikian, setiap anggota kelompok dan setiap siswa dalam kelompok akan mempunyai ketergan satu kelompok bertanggung tungan positif. Ketergantungan jawab untuk mempelajari satu semacam, itulah yang selanjutnya akan porsi materinya. memunculkan tanggungjawab individu 4. Para anggota dari tim-tim yang terhadap kelompok dan keterampilan berbeda tetapi membahas topik interpersonal dari setiap anggota yang sama bertemu untuk belajar kelompok” (Wina Sanjaya, 2006 : 240). dan saling membantu dalam mempelajari topic tersebut.
JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550
66
Kelompok semacam ini dalam metode Jigsaw disebut kelompok ahli (expert group). b. Sintaks Metode JIGSAW 1) Fase ke-1: Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok belajar. Setiap kelompok beranggotakan 5 – 6 orang siswa. 2) Fase ke-2: Guru memberikan materi ajar dalam bentuk teks yang telah terbagi menjadi beberapa sub materi untuk dipelajari secara khusus oleh setiap anggota kelompok.
3) Fase ke-3: Semua kelompok mempelajari materi ajar yang telah diberikan oleh guru. 4) Fase ke-4: Kelompok ahli bertemu dan membahas topik materi yang menjadi tanggung jawabnya. 5) Fase ke-5 : Anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal masing-masing (home teams) untuk membantu kelompoknya. 6) Fase ke-6: Guru mengevaluasi hasil belajar siswa secara individual.
METODE JIGSAW 1,1,1,1,1
1,2,3,4,5
1,2,3,4,5
1,2,3,4,5
1,2,3,4,5
2,2,2,2,2
3,3,3,3,3 4,4,4,4,4
5,5,5,5,5
1,2,3,4,5
1,2,3,4,5
1,2,3,4,5
1,2,3,4,5
Hipotesis Setting dan Subjek Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini 1. Setting Penelitian adalah: Penelitian ini dilaksanakan di “Jika pembelajaran IPA materi SDN Babadan 2 yang beralamat di mendeskripsikan peristiwa rotasi Desa Babadan Kecamatan Ngrambe bumi, revolusi bumi dan revolusi Kabupaten Ngawi. Penelitian ini bulan pada siswa kelas VI SDN dilaksanakan pada semester genap Babadan 2 dilaksanakan dengan selama kurang lebih 4 bulan, mulai model pembelajaran Kooperatif bulan Maret sampai dengan Juni Tipe Jigsaw maka hasil belajar 2015. siswa akan meningkat”. 2. Subjek Penelitian Yang dijadikan subjek penelitian adalah siswa Kelas VI C. METODE PENELITIAN
JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550
67
SDN Babadan 2 Kecamatan Kabupaten Ngawi Semester II Langkah-langkah Penelitian tahun pelajaran 2014/2015 dengan Tindakan Kelas jumlah 14 siswa. a. Perencanaan Tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, Instrumen Penelitian Berdasarkan dari teknik oleh siapa, dan bagaimana tindakan pengumpulan data yang digunakan tersebut dilakukan. Penelitian tindakan dalam penelitian ini, maka yang yang ideal sebetulnya dilakukan secara bertindak sebagai instrumen berpasangan antara pihak yang penelitian adalah peneliti sendiri. melakukan tindakan dan pihak yang Dalam mengumpulkan dan mengamati proses jalannya tindakan menganalisis data penelitian, peneliti (apabaila dilaksanakan secara menggunakan alat bantu yang kolaboratif). Dalam pelaksanaan berupa, pedoman observasi, pembelajaran ren cana tindakan dalam penugasan, dan catatan data rangka penelitian dituangkan dalam lapangan. Sedangkan instrumen bentuk Rencana Pelaksanaan pendamping untuk memperlancar Pembelajaran (RPP). penelitian adalah (1) Silabus, (2) b. Pelaksanaan Tindakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Pelaksanaan, yaitu implementasi 3 Lembar Observasi dan (3) Lembar atau penerapan isi rencana tindakan Evaluasi. Hasil selanjutnya di kelas yang diteliti. Hal yang perlu ditranskripkan dalam bentuk paparan diingat adalah bahwa dalam tahap 2 bahasa. ini pelaksana guru harus ingat dan berusaha mentaati apa yang sudah Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan dirumuskan dalam rencana tindakan, rancangan Penelitian Tindakan Kelas tetapi harus pula berlaku wajar, tidak (PTK). Menurut Kemmis dan Taggrart kaku dan tidak dibuat-buat. Dalam (dalam Wiriaatmadja, 2005:66-67) refleksi, keterkaitan antara yang menjelaskan tahap-tahap peneliti pelaksanaan dengan perencanaan an tindakan yang dimulai dari (1) perlu diperhatikan. menyusun perencanaan (plan), (2) c. Pengamatan melaksana kan tindakan (act), (3) Kegiatan pengamatan dilaksana pengamatan (observe), dan (4) refleksi kan secara kolaboratif antara (reflect). Dengan demikian penelitian peneliti dengan melibatkan rekan tindak an merupakan suatu proses yang kerja/guru kelas lain untuk memiliki siklus yang bersifat spiral, mengamati aktivitas guru dan mulai dari perencanaan, melakukan siswa ketika pelaksanaan tindakan, dan penemuan fakta-fakta pembelajaran IPA menggunakan untuk melakukan refleksi.
JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550
68
model pembelajaran tipe Jigsaw.
Kooperatif tabel. Ketuntasan individual klasikal dihitung dengan rumus:
d. Refleksi Pada akhir tindakan setiap tahap pembelajaran, dilakukan kegiatan refleksi dengan mengkaji hasil belajar IPA dan hasil pengamatan aktivitas guru, serta dengan memperhatikan indikator kinerja maka peneliti melakukan perbaikan pada siklus kedua agar pelaksanaan pembelajaran lebih efektif dan hasil pembelajaran menjadi lebih baik. Teknik Pengumpulan Data Data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dari observasi yang dilakukan peneliti bersama pengamat dan hasil evaluasi yang dilakukan siswa setiap siklus. Evaluasi yang digunakan dalam penelitian adalah tes akhir yang dilakukan pada tiap siklus. Teknik Analisis Data Untuk mengetahui keefektifan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisis data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis data kuantitatif dan data kualitatif. Data kualitatif berupa observasi tentang aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran. Data Kuantitatif berupa nilai evaluasi pada akhir pertemuan dianalisis dengan teknik persentase, kemudian didistribusikan dalam bentuk
Persentase =
Jml siswa tuntas Jml seluruh siswa
dan
x100%
(Rosadi, 2009: 50). Untuk menganalisis tingkat keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap akhir siklus dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis. D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pelaksanaan pembelajaran IPA di pra siklus kondisinya cukup memprihatinkan, terutama pada materi mendeskripsikan peristiwa rotasi bumi, revolusi bumi dan revolusi bulan Terdapat beberapa indikator yang sulit untuk dikuasai siswa. Indikatorindikator itu dikatakan sangat sulit, sebab siswa harus menguasai beberapa indikator sekaligus dalam waktu 3x35 menit. Sementara guru termasuk peneliti masih mengajar secara konvensional yang hanya menstranfer ilmu pada siswa. Guru atau peneliti tidak menyadari bahwa penggunaan metode pembelajaran yang menarik sangat menentukan keberhasilan proses pembelajaran maupun hasil belajar siswa. Tanpa didukung oleh metode atau model pembelajaran yang tepat, siswa akan pasif, kurang kreatif, dan mengalami kebosanan dalam belajar. Berdasarkan hasil observasi awal tentang pembelajaran IPA pada Kelas VI SDN Babadan 2 Kecamatan
JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550
69
Ngrambe Kabupaten Ngawi menunjukkan bahwa: (1) rendahnya kemampuan siswa dalam memahami materi IPA yang bersifat teoritis, (2) Kurangnya kemampuan siswa merumuskan contoh-contoh penerapan konsep IPA dalam kehidupan, (3) Kurangnya motivasi belajar siswa sehingga hasil belajar rendah, (4) Perhatian siswa kurang terfokus pada pembelajaran, (5) Kurang kondusifnya metode mengajar yang digunakan guru untuk memotivasi belajar siswa di kelas. Proses pembelajaran yang monoton dan masih terpusat pada guru adalah masalah yang mendasar yang dialami siswa Kelas VI SDN Babadan 2 Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi pada pelajaran IPA. Sehingga
para siswa kurang bersemangat dalam belajar dan pada akhirnya menyebab kan nilai hasil belajar mereka juga menjadi rendah. Berdasarkan refleksi awal dengan KKM mata pelajaran IPA 70, diketahui dimana nilai rata-rata siswa baru mencapai 62,86, sedangkan ketuntasan hasil belajar siswa hanya mencapai 50%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran pada prasiklus ini secara klasikal siswa dikatakan belum tuntas dalam belajar. karena siswa yang mencapai nilai di atas 70 hanya sebesar 50% lebih kecil dari ketuntasan belajar siswa yang diharapkan yaitu 85%. Hasil Penelitian Siklus I 1. Hasil Test Formatif
Table 1 : Nilai Tes Formatif Siklus I No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Keterangan:
Nama Siswa Widodo Novita R. Briansah S. Riski Erwanto Mardaniyati Laela M. Nur Jaelani Priyo Sri W. Danang G.P Jeni Eka A. Erlangga S.Hp. Nisa Shafira Firdha P.N. Ariska A.S. Jumlah
Skor 50 70 60 80 70 50 80 60 70 80 70 70 90 70 970
Ket. T
TT V
V V V V V V V V V V V V V 10
4
T : Tuntas TT : Tidak Tuntas
JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550
70
Tabel 2 : Hasil Tes Formatif Siklus I No 1 2 3 4 5
2.
Indikator
Ket. 970 69,29 10 4 71%
Jumlah Nilai Nilai Rata-rata Siswa tuntas belajar Siswa tidak tuntas belajar Prosentase ketuntasan belajar
Hasil Pengamatan Tabel 3 : Hasil Pengamatan Proses Pembelajaran Pada Siklus I
1.
II
Pendahuluan 1. Menjelaskan Kompetensi dan Tujuan Pembelajaran yang akan dicapai 2. Menjelaskan prosedur Model Pembelajaran Kooperatif Tipe JIGSAW. 3. Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok belajar. Setiap kelompok beranggotakan 5 atau 4 orang siswa. Kegiatan Inti 1. Mendiskusikan langkah-langkah kegiatan siswa 2. Guru memberikan materi ajar dalam bentuk teks yang telah terbagi menjadi beberapa sub materi untuk dipelajari secara khusus oleh setiap anggota kelompok. 3. Membimbing siswa dalam kegiatan pembelajaran Kooperatif Tipe JIGSAW 4. Membimbing kelompok ahli dalam bertemu dan membahas topik materi yang menjadi tanggung jawabnya. 5. Mengkondisikan anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal masing-masing (home teams) untuk membantu kelompoknya. 6. Memberi kesempatan pada siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi
JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550
SB (5)
B(4)
KB(2 ) CB(3)
NO
SKB (1)
Penelitian Aspek yang Dinilai
4
3 4
3
4
3
3
3 3 3
71
7. Memberikan kesempatan pada siswa untuk tanya jawab. Penutup 1.Membimbing siswa membuat kesimpulan hasil diskusi 2.Guru mengevaluasi hasil belajar siswa secara individual. Pengelolaan waktu Suasana Kelas 1. Keaktifan siswa dalam pembelajaran 2. Keaktifan Guru
III
IV V
2
4
3
2
24 52 75 72%
Nilai Pembelajaran Skor maksimal Presentase Proses Pembelajaran
4 4 28
Keterangan: SB : Sangat Baik B : Baik
86 – 100% 66% - 85%
CB : Cukup Baik
46% - 65%
KB : Kurang Baik SKB: Sangat Kurang Baik
26% - 45% 0% - 25%
Hasil Penelitian Siklus II 1. Hasil Test Formatif Table 4 : Nilai Tes Formatif Siklus II No
Nama Siswa 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Widodo Novita R. Briansah S. Riski Erwanto Mardaniyati Laela M. Nur Jaelani Priyo Sri W. Danang G.P Jeni Eka A. Erlangga S.Hp. Nisa Shafira Firdha P.N. Ariska A.S. Jumlah
Keterangan:
T TT
Skor 60 80 70 90 80 60 90 70 90 90 70 70 100 80 1100
Ket. T
TT V
V V V V V V V V V V V V V 12
2
: Tuntas : Tidak Tuntas
JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550
72
Tabel 5 : Hasil Tes Formatif Siklus II No 1 2 3 4 5
Indikator
Ket 1100 78,57 12 2 86%
Jumlah Nilai Nilai Rata-rata Siswa tuntas belajar Siswa tidak tuntas belajar Prosentase ketuntasan belajar
Tabel 6 : Hasil Pengamatan Proses Pembelajaran Pada Siklus II
Pendahuluan 1. Menjelaskan Kompetensi dan Tujuan Pembelajaran yang akan dicapai 2. Menjelaskan prosedur Model Pembelajaran Kooperatif Tipe JIGSAW. 3. Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok belajar. Setiap kelompok beranggotakan 5 atau 4 orang siswa.
II
Kegiatan Inti 1. Mendiskusikan langkahlangkah kegiatan siswa 2. Guru memberikan materi ajar dalam bentuk teks yang telah terbagi menjadi beberapa sub materi untuk dipelajari secara khusus oleh setiap anggota kelompok. 3. Membimbing siswa dalam kegiatan pembelajaran Kooperatif Tipe JIGSAW 4. Membimbing kelompok ahli dalam bertemu dan membahas topik materi yang menjadi tanggung jawabnya. 5. Mengkondisikan anggota kelompok ahli kembali ke
JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550
SB (5)
1.
B(4 )
Aspek yang Dinilai
CB( 3)
NO
SK B (1) KB( 2)
Penelitian
5
4
5
4
4
4
4
4
73
III
IV V
kelompok asal masingmasing (home teams) untuk membantu kelompoknya. 6. Memberi kesempatan pada siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi 7. Memberikan kesempatan pada siswa untuk tanya jawab. Penutup 1.Membimbing siswa membuat kesimpulan hasil diskusi 2.Guru mengevaluasi hasil belajar siswa secara individual. Pengelolaan waktu
3
3 4
5
4
Suasana Kelas 1. Keaktifan siswa dalam pembelajaran 2. Keaktifan Guru Total Nilai
5 4
6
36
20
Keterangan: SB : Sangat Baik
86 – 100%
B
66% - 85%
: Baik
CB : Cukup Baik
46% - 65%
KB : Kurang Baik
26% - 45%
SKB: Sangat Kurang Baik
0% - 25%
PEMBAHASAN Berdasarkan Hasil penelitian Tindakan Kelas ini antara lain: Hasil pada pratindak Nilai rata-rata siswa baru mencapai 62,86, sedangkan ketuntasan hasil belajar siswa baru tercapai 50%, setelah diadakan perbaikan pembelajaran pada siklus I, nilai rata-rata mengalami peningkatan menjadi 69,29 dan ketuntasan
belajarnya meningkat menjadi 71%, atau ada 10 siswa dari 14 siswa yang sudah tuntas belajar. Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I ini berarti dinyatakan belum berhasil karena berdasarkan indikator keberhasilan pada penelitian ini, dinyatakan berhasil apabila telah mencapai presentase sama atau lebih besar dari 85%.
JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550
74
Sedangkan berdasarkan hasil pada perbaikan pembelajaran siklus II nilai rata-rata mengalami peningkatan menjadi 78,57 dan ketuntasan belajarnya naik secara siknifikan menjadi 86% atau ada 12 siswa dari 14 siswa yang telah tuntas belajar.
Berikut akan dipaparkan peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas VI SDN Babadan 2 Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 2014/2015.
Tabel 7 : Ketercapaian Nilai Rata-rata dan Ketuntasan Belajar pada Pra Tindak, Siklus I, dan Siklus II No 1 2 3
uraian Pra Siklus Siklus I Siklus II
Rata-rata 62,86 69,29 78,57
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Ketuntasan 50% 71% 86%
Rata-rata Ketuntasan
Pra Tindak
Siklus I
Siklus II
Gambar 1 Grafik Penyebaran Hasil Penelitian Pra Tindak, Siklus I, dan Siklus II Berdasarkan hasil pengamatan pada penelitian yang telah dilaksanakan pada siklus I untuk kriteri menjelaskan kompetensi dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok belajar, dan setiap kelompok beranggotakan 4 atau 5 orang siswa, guru memberikan materi ajar dalam bentuk teks yang telah terbagi menjadi beberapa sub materi untuk dipelajari secara khusus oleh
setiap anggota kelompok, Guru mengevaluasi hasil belajar siswa secara individual, keaktifan siswa dalam pembelajaran dan keaktifan guru sudah tercapai dengan kategori baik atau nilai 4 dengan total nilai 24. Untuk kriteria menjelaskan prosedur Model Pembelajaran Kooperatif Tipe JIGSAW, mendisku sikan langkah-langkah kegiatan siswa, membimbing siswa dalam kegiatan pembelajaran Kooperatif Tipe
JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550
75
JIGSAW, membim bing kelompok ahli dalam bertemu dan membahas topik materi yang menjadi tanggung jawabnya, mengkondisikan anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal masing-masing (home teams) untuk membantu kelompok nya, membim bing siswa membuat kesimpulan hasil diskusi, dan pengelolaan waktu baru mencapai kategori cukup atau mendapat nilai 3 dengan total 24. Sedangkan untuk kriteria memberikan kesempatan pada siswa untuk tanya jawab masih mencapai kategori kurang atau mendapat nilai 2 dengan total 2. Total nilai proses pembelajaran mencapai 54 dengan kategori cukup baik. Dengan demikian untuk proses pembelajaran belum bisa berhasil. Dari data pengamatan yang dilakukan oleh pengamat diketahui bahwa Aktivitas siswa pada siklus II ini sudah menunjukkan hasil yang sangat memuaskan. Pada pertemuan kedua aktivitas siswa mengalami peningkatan yang signifikan dari pertemuan sebelumnya. Semua aspek yang dinilai sudah siswa laksanakan dengan baik. Hasilnya pun cukup memuaskan, hal ini dapat dilihat dari persentase keaktifan siswa yang meningkat pada setiap aspeknya. Begitu juga pada pertemuan kedua, aktivitas siswa juga mengalami peningkatan dari pertemuan pertama. Peningkatanpeningkatan ini tidak lepas dari pemberian motivasi dari guru sehingga aspek yang pada siklus I
masih rendah dapat ditingkatkan pada siklus II ini. Selain itu, siswa sudah terbiasa belajar dengan menggunakan modelpembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw ini dan para siswa menyukainya sehingga aktivitasnya pun meningkat. Apalagi dengan adanya pemberian pengharga an membuat para siswa lebih termotivasi dan antusias dalam belajar. Pada siklus I akivitas siswa tampak menurun. Hal itu disebabkan karena konsentrasi siswa yang mulai menurun pada jam siang. Siswa yang semula pasif mulai berani mengeluarkan pendapatnya dan siswa yang semula kurang bisa bekerjasama dengan anggota kelompoknya sudah mau bekerjasama dengan anggota kelompoknya. Cooperative learning adalah mengelompokkan siswa didalam kelas ke dalam kelompokkelompok kecil agar siswa dapat bekerjasama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut. Hal yang perlu digaris bawahi adalah ketika siswa sudah terbiasa dan pada akhirnya siswa merasa senang serta antusias dengan kegiatan pembelajaran yang dilakukan, hal ini dibuktikan dengan peningkatan aktivitas siswa pada siklus II. Karena pembelajaran kooperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembagian tugas dan
JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550
76
rasa senasib. Dengan memanfaatkan Baik. Dengan demikian pada siklus II kenyataan itu, belajar berkelompok ini proses pembelajaran telah berhasil secara kooperatif siswa dilatih dan dengan baik karena telam melampui dibiasakan untuk saling berbagi indikator keberhasilan yang telah (sharing) pengetahuan, pengalaman, ditetapkan sebelunya yaitu proses tugas, dan tanggung jawab. Saling pembelajaran dikategorikan berhasil membantu dan berlatih berinetraksiapabila telah memperoleh kategori komunikasi-sosialisasi, karena Sangat Baik. kooperatif adalah miniatur dari hidup bermasyarakat, belajar menyadari E. KESIMPULAN DAN SARAN kekurangan dan kelebihan masing- Kesimpulan masing. Metode belajar yang Penggunaan model pembelajaran menekankan belajar dalam kelompok Kooperatif tipe Jigsaw dapat. heterogen saling membantu satu sama 1) Meningkatkan proses pembelajaran lain, bekerjasama menyelesaikan IPA pada siswa Kelas VI SDN masalah, dan menyatukan pendapat Babadan 2 Kecamatan Ngrambe untuk memperoleh keberhasilan yang Kabupaten Ngawi tahun pelajaran optimal baik kelompok maupun 2014/2015. Hal ini dibuktikan individual (Suyatno, 2009: 51). dengan meningkatnya proses Selain itu, model pembelajaran pembelajaran dari pra siklus sampai Kooperatif tipe Jigsaw merupakan dengan siklus II. salah satu tipe pembelajaran 2) Meningkatkan hasil belajar IPA kooperatif yang mendorong siswa pada siswa Kelas VI SDN Babadan aktif dan saling membantu dalam 2 Kecamatan Ngrambe Kabupaten menguasai materi pelajaran untuk Ngawi Tahun Pelajaran 2014/2015. mencapai prestasi yang maksimal. Hal ini terbukti telah terjadi Jadi, keaktifan siswa dapat peningkatan nilai rata-rata siswa ditingkatkan dengan Model dan ketuntasan belajar secara pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw signifikan. Nilai rata-rata pada pra ini, sehingga dengan keaktifan tindak sebesar 62,86, pada siklus I tersebut mendorong siswa untuk menjadi 69,29 dan pada siklus II menguasai materi pelajaran yang menjadi 78,57. Sedangkan ketuntas diberikan. Penguasaan materi an belajar secara klasikal pelajaran inilah yang akan prosentase pada pra tindak sebesar mempengaruhi hasil belajar siswa 50% pada siklus I menjadi 71% nantinya. dan pada siklus II meningkat Pada siklus II nilai proses menjadi 86%. Dengan demikian pembelajaran meningkat secara pembelajaran IPA materi signifikan menjadi 83% atau telah mendeskripsikan peristiwa rotasi mencapai dengan kategori Sangat bumi, revolusi bumi dan revolusi
JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550
77
bulan dengan model pembelajaran Arends, Richard I. 2008. Learning to kooperatif tipe Jigsaw pada siswa Teach Belajar untuk Mengajar. kelas VI SDN Babadan 2 dapat Jakarta: Pustaka Pelajar. berhasil dengan baik. Arikunto, Suharsimi, dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, Jakarta: Bumi Aksara. ada beberapa hal yang disarankan untuk Depdiknas.2006. Kurikulum Tingkat dilakukan oleh guru, antara lain sebagai Satuan Pendidikan Sekolah berikut: Dasar Model Silabus Kelas VI . Guru hendaknya dalam melaksa Jakarta: Depdiknas. nakan pembelajaran selalu berupaya menciptakan suasana kelas yang Nurhadi dan Senduk, Agus Gerrad. kondusif dan menyenangkan. Guru (2003) Pembelajaran harus berusaha meningkatkan kemam Kontekstual dan Penerapannya puannya dalam mengembangkan dan dalam KBK. Malang: Penerbit menyampaikan materi serta mengelola Universitas Negeri Malang. kelas, sehingga prestasi pembelajaran yang dilaksanakan meningkat. Guru Sunaryo. 1989. Strategi Belajar hendaknya menggunakan model-model Mengajar Ilmu Pengetahuan pembelajaran yang sesuai dengan Alam. Malang: IKIP Malang. materi yang akan diajarkan. Penggunaan media yang menarik dan Sunarto. (2009). Pengertian Prestasi mutakhir juga membangkitkan perhati Belajar. (online) an dan rasa ingin tahu siswa. Kegiatan (http://sunartombs. membuat penelitian maupun karya wordpress.com/2015/01/06/penge ilmiah harus ditingkatkan untuk melatih rtian-prestasi-belajar/. Diunduh 19 kemampuan ilmiah guru dalam Maret 2015) meneliti, menganalisis dan mencari solusi dalam menghadapi permasalah Sutomo.1993. Dasar-dasar Interaksi an pembelajaran. Agar proses belajar Belajar Mengajar. Surabaya. mengajar IPA materi mendeskripsikan Usaha Nasional. peristiwa rotasi bumi, revolusi bumi Undang-undang Republik Indonesia dan revolusi bulan dapat dapat berhasil Nomor 20 Tahun 2003 Tentang dengan baik maka sebaiknya Sistem Pendidikan Nasional. dilaksanakan dengan model pembelajar an kooperatif tipe Jigsaw. Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Surabaya: Masmedia Buana DAFTAR PUSTAKA Pustaka.
JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550
78
Whina Sanjaya, 2006. Strategi Pembela Wiriaatmadja, Rochiati.2005. Metode jaran Berorientasi standart Penelitian Tindakan Kelas. Standar Proses Bandung: PT Remaja Pendidikan, Jakarta: Kencana. Rosdakarya
JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550
79