Hamzah dan Susilo, Peningkatan Prestasi Belajar Penjumlahan Pecahan, 81
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENJUMLAHAN PECAHAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI PADA SISWA KELAS V SDN INPRES CENGGU Hamzah, S.Pd Giri Susilo, S.Pd Abstrak: Di lapangan masih banyak ditemui pembelajaran Matematika yang berpusat pada guru dan hasil belajarnya belum optimal. Termasuk pembelajaran penjumlahan pecahan dan hasil belajarnya di SDN INPRES Cenggu. Pembelajaran Kooperatif TAI adalah salah satu model pembelajaran yang berpusat pada siswa, dan model lingkaran adalah salah satu alat peraga yang dapat digunakan untuk membelajarkan penjumlahan pecahan. Langkah langkah pembelajaran TAI yang dapat meningkatkan hasil belajar penjumlahan pecahan adalah pemberian tugas individu yang didahului dengan penjelasan guru tentang penjumlahan pecahan dengan media lingkaran, kemudian dilanjutkan dengan tugas kelompok, dimana setiap anggota kelompok mencermati hasil tugas individu teman dalam satu kelompok. Dilanjutkan dengan presentasi setiap kelompok dengan model lingkaran, dan diakhiri dengan penegasan dari guru. Penghargaan kelompok yang dapat memotivasi belajar siswa adalah hadiah, tidak cukup hanya dengan pujian. Kata kunci: penjumlahan, pecahan, pembelajaran kooperatif, tipe TAI.
Salah satu tujuan pembelajaran matematika disekolah adalah untuk membekali siswa kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan bekerja sama. Agar tujuan tersebut tercapai, seyogjanya guru mampu mengaktifkan siswa dan mengu-rangi dominasinya dalam pembelajaran. Ini berarti belajar harus berpusat pada siswa dan tidak berpusat pada guru. Menurut Hudojo, sampai saat ini pembelajaran matematika masih banyak kelemahannya, diantaranya adalah matematika merupakan pelajaran “kering” dan membosankan, diberikan terlalu abstrak, siswa harus mengingat dalil dan rumus, siswa tidak aktif. Hal ini mengakibatkan prestasi belajar matematika siswa umumnya relatif rendah (Anggraeni: 2007). Hal tersebut juga terjadi pada proses pembelajaran operasi penjumlahan pecahan di kelas V SDN Inpres Cenggu. Proses pembelajaran yang belum bermakna diduga menjadi penyebab kesalahan siswa dalam menjumlahkan pecahan, seperti kasus
Slavin menyatakan bahwa 45 penelitian tentang pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar diberbagai tingkatan dan bidang studi menunjukkan kelas kooperatif memperlihatkan hasil belajar akademik yang signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar dibandingkan dengan pengalamanpengalaman belajar individual atau kompetitif (Ibrahim, 2000). Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mendorong siswa untuk bekerja sama menyelesaikan tugas bersama secara berkelompok. Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar meningkat, antar siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial.
Hamzah dan Giri Susilo adalah guru SD di Bima.
81
82, J-TEQIP, Tahun 1, Nomor 1, November 2010.
Model pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assited Individualization) mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individual. Model ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual. Ciri khas pada model ini adalah setiap siswa secara individual belajar materi yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban (Suyitno, 2002). Pembelajaran bermakna dapat diupayakan dengan menggunakan media atau alat peraga agar materi matematika yang abstrak dapat dibelajarkan melalui sesuatu yang lebih kongkrit atau sesuatu yang sudah dipunyai siswa. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Subanji (2010) bahwa pembelajaran bermakna terjadi apabila struktur masalah yang akan dipelajari terkait dengan struktur berpikir yang telah dipunyai siswa. Dengan mempertimbangkan model pembelajaran kooperatif TAI, dan media yang dapat membantu siswa belajar penjumlahan pecahan, penulis mengadakan penelitian tindakan kelas untuk mengatasi permasalahan pembelajaran dan hasil belajar terkait penjumlahan pecahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui langkah langkah pembelajaran kooperatif TAI yang dapat meningkatkan prestasi belajar penjumlahan pecahan siswa kelas V SDN INPRES Cenggu. METODE Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan refleksi. Pelaksanaan tahapan pada setiap siklus dilakukan oleh penulis bersama sama teman sejawat lainnya di SDN Inpres Cenggu. Materi pada siklus 1 adalah penjumlahan pecahan berpenyebut sama dan materi pada siklus 2 adalah
penjumlahan pecahan berpenyebut tidak sama. Setelah pelaksanaan siklus 1 dilakukan refleksi untuk merencanakan tahapan pada siklus yang ke 2. Refleksi dilakukan dari aspek kegiatan guru maupun aspek kegiatan siswa. Termasuk mencermati tahapan pembelajaran kooperatif model TAI mulai dari pendahuluan, kegiatan inti, maupun dalam kegiatan penutup. Garis besar tahapan pembelajaran kooperatif TAI adalah diawali penjelasan penjumlahan pecahan dengan menggunakan model lingkaran, dilanjutkan tugas individual. Selanjutnya diadakan kuis individual sebagai penentuan nilai awal. Untuk kemudian dilakukan kerja kelompok, presentasi kelompok dan diakhiri dengan kuis individu untuk melihat peningkatan hasil belajar. Tahap terakhir adalah dengan memberikan penghargaan kelompok berdasarkan hasil evaluasi. Penghargaan ini berupa lembar pengakuan atau publikasi lainnya. Untuk pembentukan kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4–5 siswa dengan kemampuan yang berbeda (tinggi, sedang, dan rendah). Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. Saat kerja individu maupun kelompok guru selalu berusaha untuk membantu siswa belajar, mengarahkan untuk membuat rangkuman, dan memberikan penegasan diakhir pertemuan. Adapun cara pemberian penghargaan kepada kelompok mengikuti langkahlangkah berikut ini. Menentukan nilai awal masing-masing siswa, menentukan nilai terkini setiap siswa, misal nilai kuis I, nilai kuis II, atau rata-rata nilai kuis I dan kuis II, menentukan nilai peningkatan yang ditentukan berdasarkan selisih nilai kuis terkini dan nilai awal masingmasing siswa dengan menggunakan criteria pada tabel 1.
Hamzah, Peningkatan Prestasi Belajar Penjumlahan Pecahan 83
Tabel 1 Kriteria nilai kuis terkini siswa Kriteria Nilai terkini turun lebih dari 10 poin di bawah nilai awal Nilai terkini turun 1 sampai dengan 10 poin di bawah nilai awal Nilai terkini sama nilai awal sampai dengan 10 di atas nilai awal Nilai terkini lebih dari 10 poin di atas nilai awal
Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan rata-rata nilai peningkatan yang diperoleh masing-masing kelompok dengan memberikan predikat cukup, baik, sangat baik, dan sempurna. Kriteria untuk predikat kelompok sebagai berikut. - Cukup, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok kurang dari 15 - Baik, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara 15 dan 20. - Sangat baik, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara 20 dan 25 - Sempurna, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok lebih atau sama dengan 25.
Nilai 5 10 20 30
Tahapan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran untuk siklus 1 (penjumlahan pecahan berpenyebut sama). Tahap Pertama Guru mengingatkan siswa materi pecahan senilai = Kemudian permasalahan
guru +
tentang = .
memberikan =....Selanjutnya
siswa bersama guru menyelesaikan permasalahan di atas dengan menggunakan peragaan model lingkaran pada gambar 1.
digabung dengan
= +
=
Gambar 1. Peragaan model lingkaran pada penjumlahan Kemudian guru mengembangkan dengan soal yang lain, yaitu + = …. Tahap Kedua Memberikan tes awal kepada siswa secara individual untuk memperoleh nilai awal. Kemudian membentuk 5 kelompok yang setiap kelompok beranggotakan 4 siswa Guru membagikan LKS kepada siswa untuk dikerjakan secara individual. Guru mengamati kerja setiap siswa dan memberikan bantuan seperlunya. Menginformasikan kepada siswa untuk menuju ke kelompoknya sambil membawa tugas yang telah
dikerjakan secara individual. Siswa bekerja secara kelompok sementara guru berkeliling untuk mengawasi kerja siswa serta memberi bantuan bila ditemukan kelompok yang mengalami kesulitan. Selanjutnya guru meminta siswa untuk mempresentasikan tugas yang telah dibahas dalam kelompok. Kemudian guru meminta siswa untuk merangkum sebelum guru memberikan penegasan. Penghargaan kelompok diberikan untuk memotivasi siswa. Tahap Ketiga
84, J-TEQIP, Tahun 1, Nomor 1, November 2010.
Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan kemudian guru memberikan penghargaan terhadap kelompok. Rencana pelaksanaan pembelajaran untuk siklus 2 (penjumlahan pecahan berpenyebut tidak sama) secara garis besar sama dengan siklus 1. Hanya berbeda pada tahap awalnya saja yaitu:
Tahap Pertama Guru mengingatkan kembali tentang penjumlahan pecahan berpenyebut sama. Kemudian guru memberikan permasalahan + =.... Selanjutnya siswa bersama guru menyelesaikan permasalahan di atas menggunakan peragaan dengan model lingkaran.
digabung dengan
=
+
=
Gambar 2. Peragaan model lingkaran Guru meminta siswa untuk menyelesaikan soal yang lain melalui demonstrasi dengan model lingkaran di depan kelas. Kemudian bersama siswa menyimpulkan bahwa penjumlahan peca-han dengan penyebut berbeda dapat dilakukan dengan menyamakan penyebutnya terlebih dahulu. Adapun tahap kedua dan ketiga sama dengan siklus 1. Hasil pelaksanaan tindakan pada pembelajaran penjumlahan pecahan adalah sebagai berikut. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pembelajaran Penjumlahan Pecahan Berpenyebut Sama (siklus 1) Pada pembelajaran penjumlahan pecahan dengan penyebut sama, terlihat bahwa sejumlah aspek kegiatan yang telah dirancang untuk dilakukan oleh guru maupun siswa belum optimal. Dari segi perencanaan, langkah penyelesaian soal dalam LKS terlalu rinci, sehingga sebagian siswa belum dapat menyelesaikan dalam waktu yang disediakan. Dari segi pelaksanaan tindakan masih terdapat be-
berapa kekurangan seperti guru belum mengkomunikasikan tujuan pembelajaran, penjelasan materi pelajaran yang terlalu lama sehingga menyita waktu, alokasi waktu bimbingan kepada tiap kelompok yang belum merata, dominasi guru dalam merangkum materi pembelajaran, serta pemberian penghargaan kepada kelompok baru sebatas pujian sehingga kurang mendapat respon hangat dari siswa. Sebagian siswa masih enggan untuk membimbing dan dibimbing, siswa yang pintar mendominasi kegiatan diskusi kelompok, pelaporan hasil diskusi kelompok yang hanya mengandalkan kemampuan ketua kelompok, serta presentasi hasil diskusi yang didominasi oleh kelompok yang tampil lebih awal. Hal ini akan mengurangi tingkat partisipasi siswa secara individual maupun kelompok dalam kegiatan diskusi. Dari hasil refleksi siklus 1 perbaikan perbaikan yang dilakukan pada siklus 2 adalah guru menyampaikan tujuan pembelajaran, LKS yang dibuat tidak terlalu
Hamzah, Peningkatan Prestasi Belajar Penjumlahan Pecahan 85
menuntun siswa sehingga siswa lebih leluasa dalam berpikir dan tidak merasa bahwa ada batasan waktu untuk mengerjakan tugas. Penggunaan media lingkaran tetap digunakan karena dapat membantu siswa dalam belajar. Perbaikannya adalah dengan meminta siswa mendemontrasikan jalan berpikirnya melalui media tersebut. Penghargaan yang diberikan tidak cukup dengan pujian tetapi dengan memberikan hadiah. 2. Pembelajaran Penjumlahan Pecahan Berpenyebut Tidak Sama (siklus 2) Pada pembelajaran ini terjadi peningkatan kualitas baik dari aspek kegiatan guru, maupun aspek kegiatan siswa. Seluruh kegiatan guru telah terlaksana dengan baik. Guru lebih proaktif mendatangi kelompok yang mengalami kesulitan untuk memberikan bimbingan. Penghargaan kelompok diwujudkan dalam bentuk hadiah. Perhatian siswa terhadap materi pembelajaran lebih fokus. Siswa juga aktif dalam menye-lesaikan masalah yang terjadi dalam kelompok, meskipun masih dijumpai sebagian kecil siswa yang merasa keberatan bergabung dengan siswa lain dalam satu kelompok. Meskipun masih banyak ditemui kekurangan dalam pelaksanaan model ini, pada siklus 2 ini terjadi peningkatan kualitas pembelajaran, hal ini terlihat dari peningkatan nilai kelompok dan tercapainya kriteria ketuntasan minimal secara klasikal.
Berdasarkan tahapan pembelajaran yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah pembelajaran pembelajaran kooperatif tipe TAI dengan model lingkaran yang dapat meningkatkan prestasi belajar penjumlahan pecahan siswa kelas V SDN INPRES Cenggu adalah sebagai berikut. 1. 2.
3. 4.
5.
6.
7.
8.
9. SIMPULAN
DAFTAR RUJUKAN Anggraeni, Ganung. 2007. Kecakapan Hidup dalam Pembelajaran Matematika. Paket Pembinaan Penataran.Yogyakarta: PPPG Matematika. Ibrahim, 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Pemberian tugas individu kepada siswa. Pemberian pengantar materi pembelajaran dengan menggunakan model lingkaran. Pemberian kuis individual untuk mendapatkan nilai awal. Pembentukkan beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4–5 siswa dengan kemampuan heterogen (tinggi, sedang, dan rendah). Kegiatan diskusi kelompok yang berupa setiap anggota kelompok saling memeriksa jawaban teman satu kelompok. Presentasi dengan pendemontrasian cara berpikir siswa melalui model lingkaran. Pemberian fasilitas untuk membantu siswa dalam membuat rangkuman, dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari. Pemberian kuis individual untuk melihat peningkatan nilai individual dari nilai awal ke nilai kuis terkini. Pemberian penghargaan berupa hadiah pada kelompok.
Subanji, 2010. Model-model Pembelajaran Kreatif dan Inovatif. Malang: PT. Pertamina dan Universitas Negeri Malang Suyitno, Amin, 2002., Mengadopsi Model Pembelajaran TAI (Team Assited Individualization) Dalam Pembelajaran Matematika., Semarang: Seminar Nasional.