Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 8 ISSN 2354-614X MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DI KELAS IV SD INPRES 2 MENSUNG Abd. Manap Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK Penelitian yang berjudul Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD di Kelas IV SD 2 Mensung. Bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Subjek penelitian ini berjumlah 23 siswa yang terdiri dari 13 siswa perempuan dan 10 siswa laki-laki. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, yang terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Data yang diambil adalah data kualitatif yaitu data yang diperoleh dari hasil observasi guru dan siswa, Serta data kuantitatif yaitu data hasil belajar siswa. Hasil penelitian pada siklus I diperoleh Ketuntasan Belajar Klasikal sebesar 48,% dan daya serap klasikal 64,13%, Aktivitas guru berada pada kategori cukup yaitu dengan rata-rata persentase aktivitas guru 57,69% dan aktivitas siswa berada pada kategori cukup dengan ratarata persentase 53,84%. Hasil belajar siswa pada siklus II diperoleh ketuntasan belajar klasikal meningkat menjadi 91,3% dan daya serap klasikal meningkat menjadi 84,86%, aktivitas guru berada pada kategori sangat baik yaitu 98,1% dan aktivitas siswa berada pada kategori sangat baik dengan rata-rata persentase 94,23%. Maka dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada mata pelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Inpres 2 Mensung Kata Kunci: Hasil Belajar, Mata Pelajaran IPA, Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
1
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 8 ISSN 2354-614X 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga perkembangan Teknologi. Pembelajaran IPA diharapkan bisa menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta pengembangan lebih lanjut dalam penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Siswa sebagai subjek pendidikan, di tuntut supaya aktif dalam belajar menciri informasi dan mengeksplorasi sendiri atau secara berkelompok. Guru hanya berperan sebagai fasilitator dan pembimbing kearah pengoptimalan pencapaian ilmu pengetahuan yang dipelajari. Diharapkan dalam proses pembelajaran siswa mau dan mampu mengemukakan pendapat sesuai dengan apa yang telah dipahami, berinteraksi secara positif antara siswa dengan siswa maupun antara siswa dan guru apabila ada kesulitan. Namun kenyataannya, aktivitas yang ditunjukkan siswa pada pembelajaran masih rendah seperti rendahnya minat siswa belajar kelompok dimana pelaksanaan pembelajaran di lapangan melalui belajar kelompok masih jarang, jika ada dilaksanakan hasil yang di capai masih rendah. Pada umumnya siswa cenderung pasif, hanya menerima apa yang di sampaikan guru tanpa bisa mengeluarkan pendapat, bertanya, serta menjawab pertanyaan. Jika guru mengajukan pertanyaan, siswa tidak berani menjawab, jika ada baru berkisar 4 sampai 5 orang siswa saja, rata-rata siswa tidak berani bertanya. Nilai yang di peroleh siswa masih di bawah standar ketuntasan belajar, dimana standar yang di gunakan adalah 65. Data siswa terdapat 60 % dari siswa dalam pembelajaran IPA mendapat nilai di bawah standar yaitu (25-60 ). Berdasarkan masalah di atas maka calon peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran koopratif tipe STAD. Model pembelajaran kooperatif yaitu belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen, terdiri dari sukn atau ras yang berbeda jenis kelamin yang berbeda yaitu laki-laki dan perempuan, kemampuan tinggi, rendah dan sedang. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang, keberhasilan dalam kelompok sangat penting dalam pembelajaran ini sehingga anak yang lemah akan mendapat bantuan dari yang lebih pandai dan sebaliknya, anak
2
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 8 ISSN 2354-614X yang pandai akan dapat mengembangkan kemampuannya dengan mengajarkan materi pada temannya yang kemampuannya rendah. Dalam hal ini, model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan tipe yang lebih sederhana dibandingkan tipe-tipe yang lain. Dari pernyataan di atas guru hendaknya memilih dan menggunakan pendekatan yang banyak melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara fisik, mental rnaupun sosial, sehingga proses pembelajaran matematika menjadi lebih bermakna. Berdasarkan uaraian masalah di atas, maka calon peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul "meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ipa melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas IV SD Inpres 2 Mensung”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana penerapan model pembelajaran koperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil IPA siswa kelas IV SD Inpres 2 Mensung. C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan latar belakang yang dikemukakan di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran koperatif tipe STAD yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Inpres 2 Mensung. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai behkut: a. Bagi
guru,
penelitian
ini
dapat
menambah
wawasan
dan
pengetahuan tentang cara pelaksanaan model pembelajaran koperatif tipe STAD dalam pembelajaran IPA. b. Bagi siswa, penelitian ini dapat menumbuhkan motivasi siswa mengikuti pembelajaran IPA karena belajar dalam suasana dan bermakna. c. Bagi peneliti, penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dan teori dalammelaksanakan
pembelajaran
3
terutama
yang
menggunakan
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 8 ISSN 2354-614X pembelajaran koperatif tipe STAD. d. Bagi sekolah, memperoleh sumbangan inovasi pembelajaran yang secara operasional cocok dan relevan dengan nuansa pembelajaran yang diinginkan dalam penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) di sekolah. E. Batasan Istilah Agar tidak terjadi kekeliruan dalam penafsiran mengenai istiiah dalam penelitian ini, maka perlu diberikan pembatasan terhadap istiiah sebagai berikut: 1. Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD adalah suatu strategi pembelajaran dimana guru memberikan tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok dengan anggota 4-5 orang.anggota yang tahu menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti. Guru memberikan kuis/pertanyaan kepada seluruh rnurid. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu. 2. Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar yang diperoleh
siswa kelas IV SD Inpres 2
Mensung setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam menyelesaikan soal-soai IPA. 3. Teoritis diperoleh dengan metode khusus untuk mendapatkan suatu konsep berdasarkan hasil observasi dan eksperimen tentang gejala alam dan berusaha mengernbangkan rasa ingin tahu tentang alam serta berperan dalam memecahkan menjaga dan rnelestarikan lingkungan.
II.
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Penelitian yang Relevan Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan pembelajaran dimana
para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing terdiri atas 4 atau 5 anggota kelompok. Tiap kelompok mempunyai anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuannya. Tiap anggota
4
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 8 ISSN 2354-614X kelompok menggunakan lembar kerja akademik, kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota kelompok. Tiap kelompok diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan ajar, dan kepada kelompok yang meraih prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan. Dengan menggunakan model ini akan meningkatkan norma-norma sosial yang di miliki siswa, membantu siswa dalam memecahkan masalah secara bersama dalam mencapai tujuan pembelajaran, melatih siswa menjadi tutor sebaya serta meningkatkan kemampuan siswa dalam menyampaikan pendapat. B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 1. Pengertian Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu metode atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik untuk guru yang baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas, Tipe STAD juga merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif yang efektif. Tipe STAD dikembangkan oleh Robert Siavin dan teman-ternannya di Universitas John Hopkin dan merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Guru yang menggunakan Tipe STAD, juga mengacu kepada belajar kelompok siswa, menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal atau teks. Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, satu sama lain dan atau melakukan diskusi. Secara individual setiap minggu atau setiap dua minggu siswa diberi kuis. Kuis itu diskor, dan tiap individu diberi skor perkembangan. Skor perkembangan ini tidak berdasarkan pada skor mutlak siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata skor yang lalu. Setiap minggu pada suatu lembar
5
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 8 ISSN 2354-614X penilaian singkat atau dengan cara lain, diumumkan tim-tim dengan skor tertinggi, siswa yang mencapai skor perkembangan tinggi, atau siswa yang mencapai skor sempurna pada kuis-kuis itu. 2. Karakteristik Tipe STAD (Arends, dkk. 2001: 119) mengemukakan karakteristik Tipe STAD sebagai berikut: •
Tujuan kognitif: infomasi akademik sederhana.
•
Tujuan sosial: kerja kelompok dan kerja sama.
•
Struktur tim : kelompok belajar heterogen dengan 4-5 orang anggota.
•
Pemilihan topik pelajaran : biasanya oleh guru.
•
Tugas utama : siswa dapat menggunakan lembar kegiatan dan saling membantu untuk menuntaskan materi belajarnya.
•
Penilaian : tes mingguan. 3. Fase-Fase Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Ketika dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di
dalam kelas, maka akan ada 6 langkah utama atau fase yang harus di lakukan antara lain sebagai berikut:
1. Fase I (Pertama)
Menyampaikan tujuan dan memotivasi murid
Guru menyampaikan, semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi murid beiajar.
2. Fase II (Kedua)
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada murid dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
3. Fase III (Ketiga)
Mengorganisasikan murid kedalam kelompok-kelompok belajar.
Guru menyajikan kepada murid bagaimana caranya membentuk kelompok
6
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 8 ISSN 2354-614X belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efesien. 4. Fase IV (Keempat)
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengadakan tugas mereka.
5. Fase V (Kelima)
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. 6. Fase VI (Keenam)
Memberikan penghargaan berdasarkan skor kemajuan, misalnya berupa hadiah.
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu atau kelompok. 4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Tipe STAD Suatu strategi pembelajaran mempunyai keunggulan dan kekurangan.
Demikian pula dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. 1) Keunggulan pembelajaran STAD antara lain : a) Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok. b) Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama. c) Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok. d) Interaksi antar siswa seiring dengan pcningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat. e) Meningkatkan kecakapan individu. f) Meningkatkan kecakapan kelompok. g) Tidak bersifat kompetitif. h) Tidak memiliki rasa dendam.
7
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 8 ISSN 2354-614X 2) Kekurangan metode pembelajaran STAD antara lain : a) Konstribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang. b) Siswa tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena peran anggota yang pandai lebih dominan. c) Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sehingga sulit mencapai target kurikulum. d) Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga pada umumnya guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif. e) Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat melakukan pembelajaran kooperatif. f) Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka bekerja sama. C. Pengertian Hasil Belajar Dedy Sugono,(2008:528) mengemukakan bahwa hasil adalah sesuatu yang diadakan (dibuat, dijadikan, dsb) oleh usaha, sedangkan belajar adalah proses perubahan tingkah laku, sehingga hasil belajar dapat diartikan sebagai sesuatu yang diadakan oleh suatu usaha dan merubah tingkah laku. Hasil Belajar menurut Nana Sudjana (2000:7), merupakan suatu kompetensi atau kecakapan yang dapat dicapai oleh siswa setelah melalui kegiatan pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru di suatu sekolah dan kelas tertentu. Menurut Nana Sudjana yang dikutip oleh Rochmad Wahab (2009 : 24) membagi lima kategori hasil belajar yaitu informasi verbal, keterampilan intelektual, kognitif, sikap, dan motorik. D. Pembelajaran IPA 1. Pengertian Pembelajaran IPA IPA merupakan kumpulan pengetahuan yang diperoleh tidak hanya produk saja tetapi juga mencakup pengetahuan seperti keterampilan dalam hal melaksanakan penyelidikan ilmiah. Proses ilmiah yang dimaksud misalnya melalui pengamatan, eksperimen, dan analisis yang bersifat rasional. Sedang sikap ilmiah misalnya objektif dan jujur dalam mengumpulkan data yang diperoleh. Menurut Nash (dalam Usman, 2006:2) IPA adalah "Suatu cara atau metode untuk mengamati alam yang bersifat analisis lengkap cermat serta
8
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 8 ISSN 2354-614X menghubungkan antara fenomena lain sehingga keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek yang di amati". Dari pendapat diatas dapat di artikan IPA adalah teoritis diperoleh dengan metode khusus untuk mendapatkan suatu konsep berdasarkan hasil observasi dan eksperimen tentang gejala alam dan berusaha naengembangkan rasa ingin tahu tentang alam serta berperan dalam memecahkan menjaga dan melestarikan lingkungan. 2. Tujuan Pembelajaran IPA Menuruit BNSP (2006:484) mata pelajaran IPA bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaban, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya. 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat di terapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, Lingkungan, teknologi dan masyarakat. 4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. 5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. 6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. 7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs 3. Ruang Lingkup IPA Adapun ruang lingkup bahan kajian IPA di SD menurut BSNP (2006:485) meliputi aspek-aspek : 1). Mahkluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia. hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan, 2). Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi : air, padat dan gas, 3). Energi dan perubahannya meliputi : gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana, 4). Bumi dan alam semesta meliputi : tata surya, dan benda-benda
9
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 8 ISSN 2354-614X langit lainnya. 4. Prinsip-Prinsip Pembeiajaran IPA di SD Prinsip-prinsip
pembelajaran
di
SD
menurut
Depdiknas
(dalam
Muslichah, 2006 :44) adalah "Prinsip motivasi, prinsip latar, prinsip rnenemukan, prinsip belajar melakukan (learning to doing), prinsip belajar sambil bermain, prinsip hubungan sosial". E. Kerangka Pemikiran Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan pembelajaran dimana siswa di tempatkan dalam kelompok belajar beranggotakan empat atau lima siswa yang merupakan campuran dari kemampuan akademik yang berbeda, sehingga dalam setiap kelompok terdapat siswa yang berpiestasi tinggi, sedang, dan rendah atau variasi jenis kelamin, kelompok ras dan etnis atau kelompok sosial lainnya. model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini adaiah model yang menekankan pada aktivitas dan interaksi siswa untuk saling memotivasi dan membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai hasil yang maksimal melalui kerja tim atau kelompok. Pembelajaran IPA yang dilaksanakan dikelas IV SD Inpres 2 Mensung diperoleh hasil belajar yang rendah, hal ini disebabkan oleh pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan metode yang berpusat pada guru, menyebabkan siswa tidak aktif dalam pembelajaran, yang menyebabakan hasil belajar siswa dibawah KKM yang ditentukan. F. Hipotesis Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berfikir yang telah penulis uraikan di atas maka dapat di ambil kesimpulan hipotesis tindakan yaitu hasil belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran IPA dapat ditingkatkan melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD SD Inpres 2 Mensung. 111. METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Model PTK yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart adalah merupakan model pengembangan dari model Kurt Lewin. Dikatakan demikian, 10
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 8 ISSN 2354-614X karena di dalam suatu siklus terdiri atas empat komponen, keempat komponen tersebut, meliputi: (1) perencanaan, (2) aksi/tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Adapun skema alur tindakan yang direncanakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar di bawah ini:
0
4
3
a
1
2
Keterangan: a : Siklus I b : Siklus II 1 : Rencana siklus 1 2 : Pelaksanaan Tindakan siklus 1 3 : Observasi siklus 1 4 : Refleksi siklus 1 5 : Rencana siklus 2 6 : Pelaksanaan Tindakan siklus 2 7 : Observasi siklus 2 8 : Refleksi siklus 2
8
7
b
5
6
Gambar 3.1. Bagan Desain Alur Penelitian Model Kemmis dan Mc. Taggart
B. Setting dan Subjek Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di SD Inpres 2 Mensung pada tahun ajaran 2013/2014 semester genap dengan subjek penelitian adalah kelas IV yang terdiri dari 23 siswa dengan jumlah siswa laki-laki 10 orang dan perempuan 13 orang.
C. Jenis dan Tehnik Pengumpulan Data 1. Jenis Data Jenis data pada penelitian ini ada dua yaitu data kualitatif dan data kuantitatif: a. Data kualitatif berupa data aktivitas guru dan siswa, yang diperoleh dari
11
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 8 ISSN 2354-614X hasil observasi selama pelaksanaan tindakan, hasil wawancara dan catatan lapangan. b. Data kuantitatif berupa data hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal berupa tes akhir siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. 2. Tehknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data sebagai berikut: a. Pengamatan (Observasi) Pengamatan Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dalam proses kegiatan belajar mengajar dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan diteliti atau diamati. b. Tes Tes dilakukan untuk rnengumpulkan informasi tentang hasil belajar siswa Tes dilaksanakan setelah diberikan serangkaian tindakan. c. Dokumentasi Dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan data hasil belajar siswa setelah diberikan serangkaian tindakan. d. Pencatatan Lapangan Pencatatan lapangan dipergunakan untuk mencatat data yang belum terekam melalui tes, observasi, dan tes. D. Tehnik Analisis Data 1. Teknik Analisis Data Kualitatif. Pengelolaan data kualitatif yang diambil dari hasil observasi siswa dan guru. Untuk indikator sangat baik diberi skor 4, baik diberi skor 3, sedangkan cukup diberi skor 2 dan kurang diberi skor 1. Selanjutnya dihitung data observasi menggunkan analisis presentase skor yang diperoleh dari masing-masing indikator dengan rumus: Jumlah skor
Presentase Nilai Rata-rata (NR) = Skor maksimal 𝑥 100% Kriteria taraf keberhasilan tindakan ditentukan sebagai berikut: 80% < NR < 100% : kriteria sangat baik
12
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 8 ISSN 2354-614X 60% < NR < 80% : kriteria baik 40% < NR < 60% : kriteria cukup 20% < NR < 40% : kriteria kurang 0% < NR < 20%
: kriteria sangat kurang
2. Teknik Analisis Data Kuantitatif Data kuantitatif digunakan untuk menghitung persentase Daya Serap Individu (DSI) dan Ketuntasan Belajar Klasikal (KBK), dengan rumus sebagai berikut: a. Persentase DSI =
skor yang diperoleh siswa skor maksimal
b. Persentase KBK =
𝑥 100%
banyaknya yang siswa yang tuntas banyaknya siswa peserta tes
𝑥 100%
E. Kriteria Keberhasilan Tindakan Keberhasilan tindakan yang dilakukan dilihat dari hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD dikatakan berhasil apabila memenuhi indikator keberhasilan penelitian pada siklus setiap siklus yaitu siswa mampu menjawab soal-soal dengan persentase DSI minimal 65% dan KBK 70%. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pra Tindakan Sebelum penelitian dilaksanakan peneliti terlebih dahulu melakukan observasi awal melalui wawancara dengan guru pelajaran IPA untuk memperoleh gambaran tentang hasil belajar siswa dalam pelajaran IPA. Adapun hasil observasi ini dapat dijelaskan bahwa rata-rata hasil belajar siswa masih rendah. Ini menjadi acuan bagi peneliti untuk melakukan kegiatan selanjutnya dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD.
13
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 8 ISSN 2354-614X B. Hasil Pelaksanaan Tindakan 1. Perencanaan Tindakan Siklus I Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini menyiapkan seluruh instrument penelitian yaitu : Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran,
lembar kerja
siswa, lembar observasi aktivitas siswa dan observasi aktivitas guru, menyiapkan tes tindakan siklus I. a. Hasil Belajar Siswa Siklus I Setelah selesai pelaksanaan tindakan siklus I, kegiatan selanjutnya memberikan tes formatif dengan bentuk essay yang merupakan akhir dari siklus I. Data hasil analisis dapat dilihat pada lampiran 4. Analisis tes formatif siklus I secara singkat dapat dilihat pada tabel 4.3 Tabel 4.3 Analisis Hasil Tes Formatif siklus 1 No
Aspek Perolehan
Hasil
1. Skor tertinggi 2. Skor terrendah
84 37
3. Jumlah siswa keseluruhan
23
4. Banyak siswa yang tuntas
11
5. Banyak siswa yang tidak tuntas
12
6. Presentase daya serap klasikal
64,13%
7 Presentase ketuntasan kiasikal
48 %
b. Refleksi Siklus I Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa dan guru siklus I, hasil tes tindakan siklus I selanjutnya dilakukan refleksi. Hasil refleksi siklus I digunakan sebagai acuan untuk merencanakan tindakan lebih efektif untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik pada siklus berikutnya. 2. Perencanaan Tindakan Siklus II Berdasarkan hasil refleksi siklus I, maka dilakukan tindakan siklus II dengan
perencanaan
sebagai
berikut
:
Menyiapkan
rencana
pelaksanaan
pembelajaran, lembar kerja siswa, lembar observasi aktivitas siswa dan observasi aktivitas guru, menyiapkan tes tindakan siklus II.
14
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 8 ISSN 2354-614X a. Hasil Belajar Siswa Siklus II Setelah selesai pelaksanaan tindakan siklus II, selanjutnyanya memberikan tes formatif yang merupakan akhir dari siklus II. Data hasil analisis dapat dilihat pada lampiran 8. Analisis tes formatif siklus II secara singkat dapat dilihat pada tabel 4.6 Tabel 4.6 Analisis Hasil Tes Formatif siklus II No
Aspek Perolehan
Hasil
1. Skor tertinggi 2. Skor terrendah
100 45
3. Jumlah siswa keseluruhan
23
4. Banyak siswa yang tuntas
21
5. Banyak siswa yang tidak tuntas
2
6. Persentase daya serap klasikal
84,86%
7 Persentase ketuntasan kiasikal
91,3%
b. Refleksi Siklus II Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa dan guru siklus II dalam pelajaran IPA dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD sudah lebih efektif dan memperoleh hasil belajar yang lebih baik dari siklus I. C. Pembahasan Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa dan guru, hasil analisis tes formatif pada siklus I dan siklus II, diperoleh bahwa hasil belajar siswa terjadi peningkatan yang cukup baik. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran kooperati tipe STAD cukup efektif diterapkan dalam proses pembelajaran yang dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar yang optimal. Kegiatan pembelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk menyelesaikan tugas-tugas dalam respon siswa ketika guru menjelaskan materi pelajaran latihan sangat antusias. Respon siswa ketika guru meminta mengulangi menjawab dan menjelaskan isi materi hasilnya siswa dapat melakukannya dan membuat siswa terampil untuk meningkatkan sikap motoriknya. Berdasarkan hasil observasi siswa siklus I diperoleh hasil dalam kategori cukup. Hal ini disebabkan karena motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran
15
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 8 ISSN 2354-614X masih kurang sehingga siswa masih terlihat pasif, terutama dalam menjawab pertanyaan guru dan memberikan pertanyaan dari materi yang belum dipahami pada saat pembelajaran berlangsung, siswa belum berani untuk menyampaikan kesulitankesulitan yang diperoleh dalam pembelajaran. Pada silklus II diperoleh persentase nilai rata-rata aktivitas siswa dalam kategori sangat baik. Peningkatan aktivitas siswa dari siklus I ke siklus II disebabkan karena siswa lebih termotivasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. hal ini terlihat pada saat mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran dan sudah berfikir kritis dan kreatif dalam menjawab pertanyaan yang terdapat pada LKS. Selain itu, siswa menjadi lebih paham bagaimana cara mengambil keputusan dan menyimpulkan pembelajaran sesuai dengan tujuan. Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru pada siklus I diperoleh kategori cukup, ini menunjukkan aktivitas guru dalam pembelajaran pada siklus I masih perlu ditingkatan. Sedangkan pada siklus II diperoleh nilai rata-rata aktivitas guru dengan kategori sangat baik, sehinnga pada siklus ini guru lebih dapat meningkatakn kinerjanya memperbaiki kekurangan pada siklus I Pada hasil analisis tes formatif siklus I, diperoleh persentase daya serap klasikal sebesar 64,13%, sedangkan persentase ketuntasan klasikal sebesar 48% dengan 11 siswa yang tuntas dan 12 siswa yang tidak tuntas dengan jumlah 23 siswa. Rendahnya persentase ketuntasan klasikal pada siklus I ini disebabkan karena motivasi siswa dalam pembelajaran masih kurang sehingga pemahaman siswa terhadap tugas yang diberikan juga belum maksimal. Berdasarkan hasil refleksi siklus I dilakukan perbaikan pada siklus II dengan meningkatkan motivasi dan bimbingan kepada siswa. Perlakuan ini memberikan dampak yang baik, ini terlihat dari peningkatan hasil belajar siswa. Pada hasil analisis tes formatif siklus II, diperoleh persentase daya serap klasikal sebesar 84,86% dan persentase ketuntasan klasikal sebesar 91,3%, dengan 21 siswa yang tuntas dan 2 siswa yang tidak tuntas dengan jumlah 23 siswa. Ini menunjukkan terjadinya peningkatan hasil belajar pada siklus I ke siklus II. Penggunaan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran IPA
16
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 8 ISSN 2354-614X ini dapat mengubah kebiasaan siswa belajar yang hanya mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berfikir serta mengalaminya secara langsung, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Inpres 2 Mensung.
V.
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut; 1. Melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Inpres 2 Mensung. 2. Aktivitas belajar siswa pada siklus I, hanya diperoleh presentase 53,84%, berada pada kategori cukup dan aktivitas guru hanya diperoleh presentase 57,69% sehingga hasilnya berada pada kategori cukup. Pada siklus II, mengalami peningkatan dengan presentase aktivitas belajar siswa 94,23% dan aktivitas guru 98,1%, sehingga hasilnya berada pada kategori sangat baik. Sedangkan untuk hasil belajar siswa, pada siklus I diperoleh presentase daya serap kiasikal 64,13%
sedangkan
presentase ketuntasan belajar diperoleh 48% hal ini sudah mengalami peningkatan, namun masih berada pada kategori
kurang, sehingga
peneliti melanjutkan pada siklus II mengalami peningkatan yang diperoleh presentase daya serap klasikal mencapai 84,86% sedangkan presentase ketuntasan klasikal mencapai 91,3% sehingga hasilnya berada pada kategori sangat baik.
B. Saran 1. Melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat digunakan untuk kegiatan proses pembelajaran di sekolah-sekolah, khususnya di Sekolah Dasar.
17
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 8 ISSN 2354-614X 2. Dalam memilih metode pembelajaran yang akan diterapkan, guru hendaknya menggunakan metode pembelajaran yang dapat merangsang perkembangan berfikir siswa sehingga pembelajaran hafalan yang membosankan tidak akan terjadi.
18
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 8 ISSN 2354-614X DAFTAR PUSTAKA Arends, Richard. 2001. Learning to Teach 6 th Ed. United States of America: Me Graw-Hill. BSNP.2006.Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : Dirjen Pendidikan Tinggi Dedi Sugono, dkk, 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Pusat Bahasa, Departemen Pendidikn Nasional Jakarta. Ibrahim, 2000. Pembelajaran Kooperatif. Pusat Sains Matematika Sekolah Program Pasca Sarjana UNESA. University Press. Muslichah asyari. 2006. Penerapan Sains Teknologi Masyarakat Dalam Pembelajaran Sainis di SD. Depdiknas Dirjen Dikti Direktorat Ketenagaan Nurhadi, 2003. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Surabaya: Universitas Negeri Malang. Rasyid, 2008. Konsep dan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Rochmad Wahab, 2009. Belajar dan Pembelajaran. Surabaya: Unesa University Press. Rusman, 2012. Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer Mengembangkan Profesionalisme Guru Abad 21, Alfabeta, Bandung, Sudjana, Nana. 2000. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru Algasindo, Bandung.
Sularyo, 2004. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana. Suprayekti, 2003. Interaksi Belajar Mengajar, Direktorat Tenaga Kependidikan, Dikdasmen, Depdiknas, Jakarta. Usman samatowo. 2006. Bagaimana Membelajarkan IPA Di SD. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti Direktorat Ketenagaan Winkel,1986. Psikologi Pengajaran, Grasindo, Jakarta.
19