Agus Sadullah – Pembelajaran Kontekstuall PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA ANAK TUNARUNGU KELAS D2 WANTUWIRAWAN SALATIGA
Oleh: Agus Sa’dullah, Gunarhadi, Sugini Pendidikan Luar Biasa FKIP UNS ABSTRACT The purpose of this research was to improve deaf-students’ achievement in science of second semester of class D2 SLB-B Wantuwirawan Salatiga students by applying contextual teaching. Classroom action research methodology was used in doing this research. The research was done in two cycles, for each cycle consisted of designing, implementation, action, observation and reflection. The subjects of this research were five deaf-students of class D2 SLB-B wantuwirawan salatiga. Documentation, test and observation were the methods of data collection. Content validity was used to validity the data. In analyzing the data, this research used descriptive comparative. The research procedure was spiral model which related to each others. The result of this research showed that the implementation of contextual learning could improve students’ science achievement from pre-cycle to cycle I and from cycle I to cycle II. In precycle, the process of learning was monotonic (speech-based learning) which brought about low science achievement. The improvement took place in cycle I, students’ achievement increased even not yet optimal. In cycle II, the students’ evaluation and their learning independency were improved highly with the result of supporting a qualified learning.seen from the completeness percentage of the minimal criteria in competence 6,0, there were 60 % in pre-cycle, 80 % in cycle I and 100 % in cycle II. In conclusion, the implementation of contextual learning could improve science achievement of deaf-children of class D2 SLB-B wantuwirawan Salatiga. Keywords: learning achievement, contextual learning, deaf children.
Dalam upaya
PENDAHULUAN
mendukung penuntasan
Pendidikan mempunyai peran yang sangat
wajib belajar. Diknas 9 tahun dan menyediakan
penting tidak hanya bagi perkembangan dan
layanan pendidikan yang merata dan berkualitas
perwujudan diri individu tetapi juga bagi
sesuai
pembangunan bangsa dan negara. Kemajuan
masyarakat, pemerintah telah melaksanakan
suatu
beberapa langkah strategis
kebudayaan
tergantung
bagaimana
dengan
harapan
dan
kebutuhan
untuk memberi
kebudayaan tersebut mengenai dan menghargai
layanan pendidikan khusus (PK) dan pendidikan
serta memanfaatkan sumber daya manusia.
layanan khusus (PLK) yang terbaik bagi anak
Masyarakat,
yang
kebutuhan khusus termasuk anak tunarungu di
memiliki kebutuhan khusus memiliki serta
dalamnya. Hal ini sesuai dengan amandemen
memperoleh pendidikan yang berkualitas berlaku
UUD 1945 Pasal 31 Ayat (1) setiap warga
untuk semua ( Educational For All ) tanpa ada
Negara berhak mendapat pendidikan. Ayat (2)
diskrimniasi.
setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan
termasuk
orang-orang
80
JRR, Tahun 23, No. 2, Desember 2014 80-88 dasar dan pemerintahnya wajib membiayainya.
dididik seoptimal mungkin yang disesuaikan
Dalam UU no 20 tahun 2003 tentang sistem
dengan segala kekurangan atau kelainan yang
pendidikan nasional pasal 3 pendidikan nasional
dideritanya. Sehingga anak tersebut menerima
berfungsi
keadaan
mengembangkan kemampuan dan
dirinya
dan
menyadari
bahwa
membentuk watak serta peradaban bangsa yang
kekurangan tersebut tidak menjadi hambatan
bermartabat
dalam
untuk belajar dan bekerja, memiliki sifat yang
kehidupan
bangsa,
rangka
mencerdaskan
bertujuan
untuk
baik
sebagai
warga
Negara,
ketrampilan
dan
memiliki
mengembangkan potensi peserta didik agar
pengetahuan,
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
diperlukan untuk melanjutkan pelajaran, bekerja
kepada Tuhan yang Maha Esa berahlak mulia,
di masyarakat serta dapat menolong diri sendiri
sehat, berilmu cakap, kreatif, mandiri, dan
dan mengembangkan diri sesuai dengan asas
menjadi warga negara yang demokratis serta
pendidikan seumur hidup. Adapun tujuan khusus
tanggung jawab.
pendidikan
Anak tunarungu adalah suatu keadaan
anak
melaksanakan
tunarungu
sikap
yang
adalah
pemerataan
dan
turut
perluasan
kehilangan pendengaran yang mengakibatkan
kesempatan memperoleh pendidikan bagi anak
seseorang
tidak
rangsangan,
dapat
terutama
menangkap
sebagi
usia
sekolah,
melalui
indera
efektifitas
peningkatan
pendidikan
efesiensi
anak
dan
tunarungu,
pendengaranya. Batasan mengenai pengertian
penyelenggaraan fasilitas pendidikan yang luwes
anak tunarungu telah banyak dikemukakan oleh
dan relevan, memiliki pengetahuan, pengalaman
para ahli yang semua itu pada dasarnya
dan ketrampilan tentang isi bidang studi yang
mengandung pengertian yang sama. Di bawah ini
tercantum
dikemukakan beberapa definisi anak tunarungu.
mengarahkan
Dwidjosumarto (1990: 1) mengemukakan bahwa
menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitar
seseorang
dan membantu anak tunarungu agar memiliki
yang tidak atau kurang mampu
mendengar
suara
dikatakan
dalam
kurikulum
yang
resmi,
membina
agar
dapat
dan
tunarungu.
ketrampilan, keahlian, kejujuran ataupun sumber
Ketunarunguan dibedakan menjadi dua katagori,
penghasilan yang sesuai dengan jenis dan tingkat
yaitu: Tuli (deaf) dan kurang dengar (hard of
ketunaan yang disandangnya. (kutipan).
hearing).
Salah satu pelajaran itu adalah IPA
Pendidikan merupakan kebutuhan primer
menurut Sumaji (1998: 35) adalah agar siswa
bagi semua anak yang harus didukung dari
mampu memahami dan menguasai konsep-
semua lapisan masyarakat sehingga berjalan
konsep IPA serta berkaitan dengan kehidupan
sinergi
nyata. Siswa juga mampu untuk memecahkan
guna
mencapai
tujuan
pendidikan
nasional. Tujuan pendidikan bagi anak tunarungu
masalah
terdiri dari tujuan umum dan kusus. Tujuan
menyadari
umum
kekuasaan penciptanya.
adalah
agar
dapat
mewujudkan
penyelenggaraan pendidikan bagi anak yang berkebutuhan khusus (Anak Tunarungu) dengan
yang
Guru monoton
dihadapinya, sehingga lebih
dan
mencintai
dalam tidak
kebesaran
menyampaikan menggunakan
serta
materi strategi 81
Agus Sadullah – Pembelajaran Kontekstuall pembelajaran yang bervariatif dengan keadaan
one group design dalam buku Prosedur Penelitian
anak tunarungu, seolah-olah guru tidak mau tahu
oleh Suharsimi Arikunto (2008).
keberhasilan proses belajar yang disajikan anak sehingga guru tidak mengevaluasi hasil kegiatan
Pre test
Treatment
Post test
belajar IPA yang dicapai anak didiknya. Anak tunarungu mengalami hambatan dalam
kemampuan
keterbatasan
tunarungu kelas D2 SLB-B Wantuwirawan
informasi dan daya abstrak yang bersifat verbal
Salatiga yang berjumlah 5 orang. Penelitian ini
misalnya
tidak menggunakan sampel dan teknik sampling
merumuskan
menghubungkan meramalkan
berbahasa,
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi
menarik
kejadian,
pengertian kesimpulan
untuk
itu
dan
melayani
karena jumlah populasi yang kecil. Variabel dalam
penelitian
ini
adalah
pembelajaran
pendidikan anak tunarungu memerlukan strategi
kontekstual sebagai variabel bebas. Pembelajaran
pembelajaran
adanya
kontekstual digunakan proses pembelajaran IPA.
gangguan pendengaran yang mengakibatkan
Sedangkan variabel terikat prestasi belajar.
berbagai masalah tersebut di atas penulis
Teknik pengumpulan data menggunakan alat
menggunakan strategi pembelajaran kontekstual
pengumpulan data yaitu dokumentasi, test dan
(Constextual Teaching and Learning-CTL).
observasi.
yang
tepat.
Dengan
Metode pembelajaran kontekstual (CTL) adalah konsep pembelajaran yang mendorong
HASIL DAN PEMBAHASAN
guru untuk menghubungkan antara materi yang
Sebagaimana uraian pada latar belakang,
diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Dengan
bahwa kondisi awal penelitian tindakan kelas ini
menggunakan metode pembelajaran (CTL) anak
nilai rata-rata kelas D2 SLB-B Wantuwirawan
memperoleh
Salatiga
pengalaman
yang
nyata
dan
gembira yang tidak membosankan.
masih
rendah,
melihat
kenyataan
tersebut kami pihak sekolah melakukan berbagai upaya untuk menyiapkan siswanya agar dapat mencapai target kelulusan minimal. Deskripsi
METODE Penelitian ini mengambil lokasi di SLB-B
data dari objek penelitian sejumlah 5 siswa
Wantuwirawan Salatiga. Adapun kelas yang akan
adalah sebagai berikut.
digunakan sebagai objek penelitian yaitu siswa-
Tabel 4.1. Nilai Kondisi Awal Kelas D2
siswa kelas D2 SB-B Wantuwirawan Salatiga Tahun ajaran 2012/2013. Waktu penelitian perlu ditetapkan
untuk
memudahkan
dalam
pelaksanaan penelitian. Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari-Juni. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan penelitian eksperimen. Desain yang digunakan dalam
SDLB-B Wantuwirawan Salatiga No 1 2 3 4 5 Jumlah
Identitas Siswa RO
Nilai
Keterangan
5
Tidak tuntas
BRN PPT ADL RBK
4 6 5 7 27
Tidak tuntas Tuntas Tidak tuntas Tuntas
penelitian ini adalah pola pre-test dan post-test 82
JRR, Tahun 23, No. 2, Desember 2014 80-88 Diskripsi Siklus I Pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual bagi siswa kelas
Tabel 4.2. Daftar Nilai Prestasi Belajar IPA Siklus I pada Pertemuan I dan II No
Identitas Siswa
1 2 3 4 5
RO BRN PPT ADL RBK Jumlah
D2 SLB-B Wantuwirawan Salatiga pada siklus I masih ditujukan pada materi sumber energi. Pelaksanaan siklus I di rancang sebagai berikut: a. Perencanaan Perencanaan penelitian tindakan kelas pada
Nilai Perte Perte muan I muan II 6 6 5 5 7 7 6 6 7 8
Jumlah Rata2 6 5 7 6 7.5 31.5
siklus I meliputi kegiatan- kegiatan sebagai Dari tabel di atas dapat dilihat gambar
berikut :
grafik di bawah berikut ini:
- Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) - Mempersiapkan Fasilitaas dan Sarana Pendukung - Menyiapkan Lembar Observasi
10 8 6 4 2 0
b. Pelaksanaan Tindakan Pada
kesempatan
memberikan
Pretest Siklus I Siklus II RO BRN PPT ADL RBK
tersebut,
kesempatan
guru-guru
seluas
luasnya
Gambar 4.2. Nilai Siklus I Mata Pelajaran IPA Kelas D2 SLB-B Wantuwirawan Salatiga.
kepada siswa untuk menanyakan segala sesuatunya yang belum jelas. Alokasi waktu
c. Pengamatan Hasil observasi terhadap pelaksanaan
untuk penjelasan ini selama 10 menit. Kegiatan
berikutnya,
siswa
diberi
tindakan
dapat
dideskripsikan
bahwa
kesempatan untuk mengenal sumber energi
hubungan antara siswa dan guru berjalan
serta media
dipakai dalam
dengan baik, siswa memperhatikan penjelasan
menyampaikan sumber energi yang ada
guru, siswa sudah dapat memanfaatkan waktu
dilingkungan sekitar dengan gambar. Setelah
dengan baik, serta siswa dapat mengerjakan
memperhatikan
soal-soal yang diberikan guru. Hal ini terlihat
yang akan
penggunaan
alat
peraga
gambar sumber energi yang ada di lingkungan
pada
sekitar, siswa mencermati materi sumber
dengan menggunakan alat peraga gambar dan
energi
mempelajarinya
benda aslinya, semua siswa memperhatikan
sesuai dengan bimbingan yang diberikan
pembelajaran dari guru, siswa tertarik dan
guru. Guru memberikan bantuan apabila ada
serius terhadap materi penjumlahan mendatar.
siswa yang memerlukan bantuan penjelasan
Pada saat memperhatikan penjelasan dari
atau bimbingan dengan mengulas kembali
guru semua siswa melakukan dengan segera
materi pembelajaran tersebut. Waktu yang
mengerjakan pertanyaan-pertanyaan, sehingga
digunakan untuk kegiatan ini 10 menit.
waktu yang digunakan secara efektif. Siswa
dengan
cara-cara
saat
guru
memberikan
penjelasan
juga aktif dalam pertanyaan baik terhadap 83
Agus Sadullah – Pembelajaran Kontekstuall materi yang dibahas. Hal ini disebabkan
siswa mengenai cara-cara dalam penyelesaian
karena siswa sudah terbiasa melakukan tanya
penjumlahan mendatar mata pelajaran IPA.
jawab dalam diskusi kelas, siswa telah berani
Pada kesempatan tersebut, guru memberikan
mengeluarkan pendapat baik verbal atau
kesempatan seluas-luasnya pada siswa untuk
nonverbal dihadapan teman-temannya.
menanyakan segala sesuatunya yang belum
d. Refleksi
jelas. Setiap siswa di beri kesempatan untuk
Berdasarkan pelaksanaan tindakan dan
mencermati materi sumber energi yang ada di
hasil pengamatan di atas, dapat diketahui
lingkungan sekitar. Berdasarkan pengalaman
bahwa pemahaman sumber energi dalam mata
yang telah di lakukan, siswa berusaha
pelajaran IPA dengan menggunakan alat
mengingat
peraga gambar dan benda aslinya masih sulit
diberikan yaitu sumber energi dengan media
untuk dimengerti serta pemanfaatan waktu
atau alat peraga benda-benda sumber energi
kurang maksimal. Untuk menindak lanjutinya
di lingkungan sekolah dengan bimbingan
pada pembelajaran siklus II perlu ditekankan
guru.
pada siswa pentingnya penggunaan alat
Tabel 4.3. Daftar nilai Prestasi Belajar IPA Siklus II pada Pertemuan 1 dan 2 Kelas D2 SLB-B Wantuwirawan Salatiga
peraga dan benda aslinya yang lebih efektif
kembali
materi
yang
telah
dan efisien serta pemanfaatan waktu yang sebaik-baiknya.
No
Identitas Siswa
1 2 3 4 5
RO BRN PPT ADL RBK
1. Diskripsi Siklus II Pembelajaran IPA dengan menggunakan modul pembelajaran kontekstual bagi siswa kelas D2 SLB-B Wantuwiraman Salatiga pada siklus II masih ditunjukkan pada materi sumber energi yang ada di lingkungan sekitar. Pelaksanaan
Nilai Pertemu Pertemu an 1 an 2 7 7 6 6 8 8 7 8 8 9 Jumlah
Jumlah Ratarata 7 6 8 7.5 8.5 37
Dari tabel di atas dapat dilihat gambar grafik di bawah berikut ini.
siklus II dirancang sebagai berikut: a. Perencanaan Perencanaan
penelitian
tindakan-tindakan
kelas pada siklus II meliputi kegiatankegiatan sebagai berikut : - Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) - Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung
10 8 6 4 2 0 RO
BRN
PPT
ADL
RBK
Gambar 4.3. Nilai Siklus II Mata pelajaran IPA Kelas D2 SLB-B Wantuwirawan Salatiga
- Menyiapkan Lembar Observasi b. Pelaksanaan Tindakan
c. Pengamatan
Pelaksanaan tindakan pada siklus II, diawali dengan informasi atau pengarahan kepada 84
JRR, Tahun 23, No. 2, Desember 2014 80-88 Hasil observasi terhadap pelaksanaan tindakan
dapat
dideskripsikan
ada keberanian tanggung jawab dilakukan
bahwa
antara siswa dengan siswa dan bertanya guru.
hubungan antara siswa dan guru berjalan
Oleh sebab itu pada pembelajaran siklus II ini
dengan baik, siswa memperhatikan penjelasan
siswa sudah lebih baik untuk mempersiapkan
guru. Siswa sudah dapat memanfaatkan waktu
diri dan memperhatikan betul tentang sumber
dengan baik serta siswa dapat mengerjakan
energi di lingkungan sekitar dengan cara
soal-soal yang diberikan guru.
memperhatikan dan merasakan alat peraga
Dari hasil diskusi antara kepala sekolah
berupa gambar dan benda aslinya yang
dengan para guru, ternyata peran guru untuk
penyampaiannya
membangkitkan semangat siswa sudah baik.
pembelajaran kontekstual.
Guru dapat mengarahkan bagaimana siswa
dengan
strategi
Perbandingan Hasil Tindakan Antar Siklus
dapat memanfaatkan waktu dengan baik.
Hasil belajar IPA tentang sumber energi
Selama mendampingi siswa belajar, guru
pada siklus satu menunjukan bahwa ada satu
menggunakan alat peraga gambar dan benda
siswa mendapat nilai kurang dari 6 yang
aslinya di lingkungan sekolah sesuai dengan
dinyatakan belum tuntas belajar IPA. Sedang ada
skenario pembelajaran IPA tentang sumber
4 siswa mendapat nilai lebih dari 6 yang
energi, karena guru kelas sudah mulai terbiasa
dinyatakan telah tuntas belajar IPA tentang
bahwa segala sesuatunya melibatkan siswa
sumber energi, nilai rata-rata 6,30.
dalam interaksi pembelajaran IPA dengan media pembelajaran kontekstual.
Berdasarkan hasil tersebut, dapat diketahui bahwa proses pembelajaran IPA tentang sumber
d. Refleksi
energi dan menggunakan strategi pembelajaran
Berdasarkan pelaksanaan tindakan dan
kontekstual dengan alat peraga gambar dan
hasil pengamatan di atas dapat diketahui
benda asli. Pada siklus I belum berjalan dan perlu
bahwa pemahaman sumber energi dalam mata
perbaikan
pembelajaran
mendapat nilai di bawah kriteria ketuntasan
IPA
dengan
model
pembelajaran kontekstual anak lebih mudah
karena
masih
ada
siswa
yang
minimal (KKM) yaitu 6.
memahami materi serta pemanfaatan waktu
Dari hasil tindakan kelas siklus I yang
sudah baik. Pada pembelajaran siklus I ini
belum tuntas baik secara individual maupun
sudah ditekankan pada siswa pentingnya
secara klasikal maka perlu diadakan perbaikan
penggunaan alat peraga gambar dan benda
pembelajaran IPA tentang sumber energi. Penulis
aslinya dari sumber energi yang lebih efektif
berusaha meningkatkan aktifitas pengajar dengan
dan efisien serta pemanfaatan waktu yang
melakukan perbaikan terhadap indikator yang
sebaik-baiknya walaupun masih diingatkan
masih kurang sehingga diharapkan pada siklus II
guru.
dalam
Siswa
sudah
bersemangat
dalam
pembelajaran
dapat
berjalan
dengan baik.
melakukan kegiatan pembelajaran dalam meningkatkan prestasi belajar IPA dan sudah
proses
Hasil pengamatan pada siklus II diperoleh dari
lembar
pengamatan
aktifitas
dalam 85
Agus Sadullah – Pembelajaran Kontekstuall pembelajaran IPA tentang sumber energi dan
Dari tabel di atas dapat dilihat gambar grafik di
menggunakan model pembelajaran kontekstual,
bawah berikut ini.
dengan penekanan tersebut terdapat peningkatan
10
yang signifikan terhadap aktifitas pembelajaran
8
IPA tentang sumber energi. Aktifitas belajar
6
Pretest
siswa dalam pembelajaran IPA tentang sumber
4
Siklus I
energi pada siklus II sudah sesuai
yang
2
Siklus II
diharapkan, karena rata-rata aktifitas belajar
0 RO BRN PPT ADL RBK
siswa ada peningkatan. Penulis selalu memotifasi belajar siswa dengan menjelaskan keuntungan dan kelebihan pembelajaran IPA tentang sumber energi
di
lingkungan
sekitar
Gambar 4.4. Nilai Pre tes, Siklus I dan Siklus II Kelas D2 SLB-B Wantuwirawan Salatiga
dengan
menggunakan alat peraga gambar dan benda
Pembahasan Anak
aslinya di lingkungan sekitar sekolah dengan penerapan model pembelajaran kontekstual. Hasil belajar IPA tentang sumber energi pada siklus II, menunjukkan seluruh siswa mendapat nilai di atas 6, yang dinyatakan tuntas belajar IPA tentang sumber energi. Nilai rata-rata
mengalami
sumber energi. Berdasarkan hasil tersebut, dapat diketahui bahwa proses pembelajaran IPA tentang sumber energi dengan menggunakan modal pembelajaran kontekstual pada siklus II Tabel 4.4. Nilai Pre-test, Siklus I dan Siklus II Kelas D2 SLB-B Wantuwirawan Salatiga Pre Siklus Test I
kekurangan
anak
atau
yang
kehilangan
kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran sehingga ia mengalami hambatan dalam perkembangan bahasanya. Salah
satu
usaha
untuk
mengatasi
kesulitan dalam menguasai materi sumber energi di lingkungan sekitar adalah dengan dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual dengan didukung alat peraga berupa gambar dan benda aslinya di lingkungan sekitar sekolah yaitu dengan cara siswa diajak diluar kelas guna untuk
telah berjalan secara maksimal.
No Identitas Siswa
adalah
kemampuan mendengar yang disebabkan oleh
7,40. Ketuntasan secara klasikal 100% yang dinyatakan telah tuntas belajar IPA tentang
Tunarungu
Siklus II
Ket
mencari
sunber
energi
dengan
melihat,
merasakan, memahami serta siswa melakukan penggunaan dari sumber energi itu sendiri. Dalam peningkatan prestasi belajar IPA melalui
1
RO
5
6
7
Meningkat
pembelajaran kontekstual pada anak tunarungu
2
BRN
5
5
6
Meningkat
sangat sesuai. Dengan menggunakan strategi
3
PPT
6
7
8
Meningkat
pembelajaran kontekstual siswa anak Tunarungu
4
ADL
5
6
7.5
Meningkat
tidak mengalami kesulitan dalam menyelesaikan
5
RBK
6
7.5
8.5
Meningkat
27
31.5
37
Jumlah
soal-soal IPA dengan pokok bahasan sumber energi
di
pembelajaran
lingkungan kontekstual
sekitar.
Model
sangat
efektif 86
JRR, Tahun 23, No. 2, Desember 2014 80-88 digunakan untuk meningkatkan hasil prestasi
Dengan
pendekatan
pembelajaran
belajar dalam mata pelajaran IPA, dengan
kontekstual terhadap anak tunarungu
penerapan model pembelajaran kontekstual ini
materi sumber energi ada peningkatan yang
harus disesuaikan dengan kemampuan yang
signifikasikan dilihat dari hasil proses belajar
dimiliki siswa, sehingga diharapkan tugas yang
dari siklus I dan siklus II. Dengan pembelajaran
diberikan tidak akan membebani atau bahkan
kontekstual siswa dan siswi akan termotivasi dan
terlalu mudah bagi siswa yang kemampuannya di
rasa
bawah rata-rata. Hal ini sejalan dengan pendapat
refersmen
Ruseffendy (1980 ). Yang memberi klasifikasi
pengetahuan tentang sumber energi akan mudah
tentang strategi, pendekatan, metode dan teknik.
dianalisa, dipahami anak tunarungu dengan
Strategi mengajar adalah seperangkat kebijakan
ungkapan secara non-verbal (gerakan, tulisan)
yang dipilih yang telah dikaitkan dengan
dan verbal (sedikit ucapan).
senang
belajar
karena
(penguatan)
dengan
dalam
siswa
model terhadap
penilaian materi, penyajian materi, cara materi
Dalam proses belajar mengajar dengan
pelajaran disajikan dan sasaran penerima materi
model pembelajaran kontekstual guru dan siswa
pelajaran.
mempunyai hubungan yang lebih efektif untuk
Penerapan
pembelajaran
memperoleh suatu tujuan tertentu, karena konsep
kontekstual ternyata memberikan kemudahan
belajar kontekstual membantu guru mengaitkan
guru untuk menyampaikan materi, sehingga
antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia
siswa
yang
nyata siswa dan guru mendorong siswa untuk
disampaikan. Pelaksanaan pembelajaran mata
membuat hubungan antara pengetahuan yang
pelajaran IPA pada siklus I siswa Tunarungu
dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan
kelas D2 prestasi belajar ada peningkatan bila
sehari-hari. Hal ini sesuai dengan pendapat
dibandingkan dengan kondisi awal, bahwa
Johnson dalam kutipan Sugiyanto (2002) CTL
kegiatan pembelajaran belum menerapkan model
adalah
pembelajaran
dilanjutkan
menolong para siswa makna dalam materi
pelaksanaan tindakan pada siklus II sudah ada
akademik yang mereka pelajari dalam kehidupan
peningkatan
kesehatan mereka, yaitu dengan kontak keadaan
mudah
strategi
memahami
materi
kontekstual,
yang
signifikan.
Dilihat
dari
proses
yang
pribadi,
pra siklus yaitu 60 %, siklus I 80 %, dan siklus II
akademik yang dipahami siswa yaitu sumber
100 %.
energi di lingkungan sekitar, materi ini dapat
pembelajaran kontekstual
adalah
membantu
siswa dalam mengingat dan memahami materi sumber energi di lingkungan sekitar dengan rasa
diterapkan
dan budaya
bertujuan
prosentase kreteria ketuntasan minimal 6,0 pada
Salah satu kelebihan menggunakan model
sosial
pendidikan
dalam
kehidupan
siswa.
modern
Materi
yang
sekarang masa depan anak tunarungu Simpulan Berdasarkan hasil
hasil
analisis
penelitian,
data maka
dan
senang sehingga siswa mudah mengerjakan
pembahasan
dapat
latihan soal-soal berdasarkan kompensasi dasar.
disimpulkan bahwa dengan melalui pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan prestasi belajar 87
Agus Sadullah – Pembelajaran Kontekstuall IPA pada anak tunarungu kelas D2 semester II
Pelajaran 2012\2013.
di SLB-B Wantuwirawan Salatiga Tahun
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi, Supardi (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara Kartadinata Sunaryo, (1996). Psikologi Anak Luar Biasa, UNS Surakarta Karso dkk.(1994). Dasar-Dasar Pendidikan MIPA PGSA 114/2 sksmodul 1 – 6. Jakarta : Direktorat.Jendral Pendidikan Dasar Dan Menengah BNSP . (2006). Standart Kompetensi Dan Kompetensi Dasar 2006 Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah.Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Sujihati soemantri, (2007). Pendidikan Anak Luar Biasa, Bandung: PT Rafika Aditama Sumaji, (1998). Pendidikan Sains yang Humanistik. Yogyakarta : Kanisius Hermawan Widyastantyo,(1998). Tujuan pembelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA) atau sains http://id.shvoong.com Andres Dwidjosumarto, (1995). Orthopedagogik Anak Tunarungu, Jakarta: Depdikbud Anonim, (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka Nurhadi, (2004). Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: UNM
88