PENINGKATAN KREATIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI MODEL KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN IPA KELAS V SDN TEPISARI 02 KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2009/2010
SKRIPSI
Oleh: RIKA PURWANTI K7106037
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 i
PENINGKATAN KREATIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI MODEL KONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN IPA KELAS V SDN TEPISARI 02 KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Oleh : Rika Purwanti NIM K7106037
Skripsi Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Ilmu Pendidikan Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 ii
HALAMAN PERSETUJUAN Skripsi dengan judul ”Peningkatan Kreativitas Belajar Siswa Melalui Model Kontekstual Dalam Pembelajaran IPA Kelas V SDN Tepisari 02 Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2009/2010” , oleh:
NAMA
: RIKA PURWANTI
NIM
: K 7106037
Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Riyadi, M. Si.
Dra. Yulianti, M Pd.
NIP 196701161994021001
NIP. 195411161982032002
iii
HALAMAN PENGESAHAN Skripsi dengan judul ”Peningkatan Kreativitas Belajar Siswa Melalui Model Kontekstual Dalam Pembelajaran IPA Kelas V SDN Tepisari 02 Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2009/2010” , oleh: NAMA
: RIKA PURWANTI
NIM
: K 7106037
Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Prodi PGSD Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Pada Hari : Rabu Tanggal : 28 Juli 2010 Tim Penguji Skripsi Nama Terang Ketua
: Drs. Kartono, M.Pd.Si
Sekretaris
: Drs. Hasan Mahfud, M.Pd.i
Anggota I
: Dr. Riyadi, M. Si
Anggota II
: Dra. Yulianti, M Pd.
Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP. 19600727 198702 1 001 iv
........................ ....................... ........................ .......................
ABSTRAK Rika Purwanti. NIM K7106037. Peningkatan Kreativitas Belajar Siswa Melalui Model Kontekstual Dalam Pembelajaran IPA Kelas V SDN Tepisari 02 Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2009/2010 (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas V SDN Tepisari 02, Polokarto, Sukoharjo). Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli 2010. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kreativitas belajar siswa melalui model kontekstual dalam pembelajaran IPA kelas V Semester 2 SDN Tepisari 02. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian dilaksanakan dalam tiga siklus, dengan tiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subyek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri Tepisari 02 Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2009/ 2010. Sumber data berasal dari informasi guru dan siswa, hasil observasi dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data adalah dengan observasi, tes dan dokumentasi. Validitas data menggunakan teknik trianggulasi data dan trianggulasi metode. Analisis data adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan teknik analisis model interaktif. Prosedur penelitian adalah model spiral yang saling berkaitan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kreativitas belajar siswa dalam pembelajaran IPA di kelas V SD Negeri Tepisari 02 Kabupaten Sukoharjo mengalami peningkatan setelah dilaksanakan model pembelajaran kontekstual yang ditunjukkan dari hasil tes kreativitas yaitu bahwa ketuntasan klasikal sebelum dilaksanakannya model pembelajaran kontekstual hanya mencapai 53% siswa saja. Kemudian setelah dilaksanakannya pembelajaran IPA dengan model pembelajaran kontektual pada siklus I meningkat menjadi 67%, siklus II meningkat lagi menjadi 87%, dan siklus III mencapai 93%. Dengan demikian, maka dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa pembelajaran IPA dengan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kreativitas belajar siswa kelas V SD Negeri Tepisari 02 Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010.
v
ABSTRACT Rika Purwanti. NIM K7106037. INCREASING STUDENT LEARNING CREATIVITY THROUGH IN LEARNING SCIENCE USING CONTEXTUAL MODEL IN THE FIFTH YEAR OF SDN TEPISARI 02 SUKOHARJO IN THE ACADEMIC YEAR OF 2009/2010 (The Classroom Action Research Was Conducted In The Fifth Year Of SDN Tepisari 02, Polokarto, Sukoharjo). Research Paper. Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas MaretUniversity of Surakarta. July 2010. The purpose of this research was to increase student learning creativity through contextual model of learning science in the fifth year of Semester 2 of SDN Tepisari 02. This research was a classroom action research. The experiment was conducted in three cycles, with each cycle consisting of planning, action, observation, and reflection. The subjects were students of fifth year SDN Tepisari 02, Sukoharjo academic year of 2009/2010. Source of data derived from teacher and student information, the results of observation and documentation. Data collection technique was observervation, tests, and documentation. The validity of the data used triangulation techniques and methods of data triangulation. Descriptive data analysis was qualitative by using an interactive model analysis techniques. Research procedure was a spiral model of inter-related. Based on results of the research, it could be concluded that student's creativity in science learning in fifth year of SDN Tepisari 02 Sukoharjo increased after implemented contextual learning model of the test results indicated that the creativity of classical completeness prior to implementation of contextual learning models only reach 53% of students. Then after the implementation of learning science with learning contextual model in the first cycle increased to 67%, the second cycle increased to 87%, and the third cycle reached 93%. Finally, it should be a recommendation in learning science by using contextual model could increasing student learning creativity in the fifth year of SDN Tepisari 02 Sukoharjo in the academic year of 2009/2010.
vi
MOTTO
Sebaik-baiknya mauusia adalah yang patuh pada Tuhan dan yang mampu memberikan kebahagiaan bagi orang lain (Mario Teguh: Golden Ways)
Kepuasan terletak pada usaha, bukan pada hasil. Berusaha dengan keras adalah kemenangan yang hakiki. (Gandhi)
vii
PERSEMBAHAN
Teriring syukurku pada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk : Ibu, Bapak, Adik-adikku tersayang, Kakakku, yang telah banyak mengajarkanku arti hidup ini Bapak dan Ibu Dosen Pembimbing yang senantiasa membimbingku dalam penyusunan skripsi ini Teman-teman seperjuanganku Sahabat-sahabatku untuk persahabatan indah ini, maaf ku sering mengecewakan Teman-teman angkatan 2006, aku akan merindukan kalian Almamater UNS tercinta viii
KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang memberi ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan BELAJAR
skripsi
SISWA
dengan MELALUI
judul
”PENINGKATAN
MODEL
KREATIVITAS
KONTEKSTUAL
DALAM
PEMBELAJARAN IPA KELAS V SDN TEPISARI 02 KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2009/2010”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan dalam mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Pendidikan dan Keguruan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa terwujudnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Drs. Rusdiana Indianto, M. Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Drs. Kartono, M.Pd., selaku Ketua Program Studi PGSD Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Dr. Riyadi, M. Si, selaku pembimbing I, yang selalu memberikan motivasi dan bimbingan dalam menyelesaikan penelitian. 5. Dra. Yulianti, M Pd, selaku pembimbing II, yang selalu memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penelitian. 6. Kepala SD Negeri Tepisari 02, yang telah memberi kesempatan dan tempat guna pengambilan data dalam penelitian. 7. Guru mata pelajaran IPA/ Sains SD Negeri Tepisari 02, yang telah memberi bimbingan dan bantuan dalam mengadakan penelitian. 8. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini ix
Penulis menyadari bahwa tiada yang sempurna selain Allah SWT, maka skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan penulis. Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Surakarta, Juli 2010 Penulis
x
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i HALAMAN PENGAJUAN................................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN ..............................................................................iii HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iv HALAMAN ABSTRAK ....................................................................................... v HALAMAN MOTTO .......................................................................................... vii HALAMAN PERSEMBAHAN .........................................................................viii KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii DAFTAR GRAFIK ............................................................................................. xiv DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvi BAB I.
PENDAHULUAN ............................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah................................................................. 1 B. Perumusan Masalah ....................................................................... 5 C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 5 D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 5
BAB II.
LANDASAN TEORI ........................................................................... 7 A. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 7 B. Penelitian yang Relevan ............................................................... 27 C. Kerangka Berpikir ........................................................................ 28 D. Hipotesis ...................................................................................... 29
BAB III. METODE PENELITIAN................................................................... 30 A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 30 B. Bentuk dan Strategi Penelitian ..................................................... 30 C. Subjek dan Objek Penelitian ........................................................ 32 D. Sumber Data ................................................................................. 32 E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 32 xi
F. Validitas Data ............................................................................... 33 G. Analisis Data ................................................................................ 34 H. Indikator Ketercapaian ................................................................. 34 I. Prosedur Penelitian ...................................................................... 35 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 39 A. Diskripsi Latar .......................................................................... 39 B. Diskripsi Pelaksanaan Penelitian ................................................. 40 C. Diskripsi Hasil Penelitian ............................................................ 83 D. Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................... 88 BAB V.
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ........................................ 98 A. Simpulan ...................................................................................... 98 B. Implikasi ...................................................................................... 98 C. Saran ............................................................................................ 99
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 100 LAMPIRAN ....................................................................................................... 101
xii
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.
Tabel Pra Siklus tes kreativitas siswa kelas V SDN Tepisari 02 ......... 3
Tabel 2.
Daftar Jadwal Kegiatan Penelitian ..................................................... 30
Tabel 3.
Indikator tes kreativitas ...................................................................... 40
Tabel 4.
Prosentase Tes Kreativitas Siswa Sebelum Tindakan........................ 40
Tabel 5.
Prosentase Tes Kreativitas Siswa Siklus I ........................................ 53
Tabel 6.
Prosentase Tes Kreativitas Siswa Siklus II ........................................ 67
Tabel 7.
Prosentase Tes Kreativitas Siswa Siklus III....................................... 81
Tabel 8.
Data peningkatan/ perbaikan kegiatan guru ....................................... 83
Tabel 9.
Data prosentase aktivitas siswa siklus I, siklus II, dan siklus III ....... 84
Tabel 10. Nilai rata-rata pada setiap siklus ....................................................... 85 Tabel 11. Prosentase kreativitas siswa sebelum tindakan dan setelah tindakan pada siklus I......................................................................... 86 Tabel 12. Prosentase kreativitas siswa sebelum tindakan dan setelah tindakan pada siklus II ....................................................................... 87 Tabel 13. Prosentase kreativitas siswa sebelum tindakan dan setelah tindakan pada siklus III ...................................................................... 88
xiii
DAFTAR GRAFIK Halaman Grafik 1. Grafik Kreativitas Siswa Kelas V Sebelum Tindakan ....................... 41 Grafik 2. Grafik Kreativitas Siswa Kelas V SDN Tepisari 02 Pra Siklus dan Siklus I ............................................................................................... 54 Grafik 3. Grafik Kreativitas Siswa Kelas V SDN Tepisari 02 Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II ......................................................................... 68 Grafik 4. Grafik Kreativitas Siswa Kelas V SDN Tepisari 02 Pra Siklus, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III ........................................................ 82 Grafik 5. Grafik Peningkatan Aktivitas Siswa Kelas V SDN Tepisari 02 ........ 85 Grafik 6. Grafik Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN Tepisari 02 .. 86
xiv
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.
Pemantulan Teratur ......................................................................... 18
Gambar 2.
Pemantulan Difus ............................................................................ 24
Gambar 3.
Peristiwa Pembiasan Cahaya .......................................................... 24
Gambar 4.
Diagram tahapan pembelajaran kontekstual ................................... 25
Gambar 5.
Bagan Model Kontekstual............................................................... 26
Gambar 6.
Bagan Kerangka Berfikir ................................................................ 29
Gambar 7.
Bagan Model Penelitian Tindakan dari Kurt Lewin ....................... 31
Gambar 8.
Bagan Analisis Data Secara Interaktif Model Milles dan Huberman ......................................................................................................... 34
Gambar 9.
Bagan Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ................................... 35
xv
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Perijinan.................................................................................... 101 Lampiran 1a. Surat Keterangan Research dari SD ........................................... 102 Lampiran 1b. Surat Permohonan Ijin Research/ Try Out kepada Rektor ......... 103 Lampiran 1c. Surat Permohonan Ijin Research/ Try Out ke SD ...................... 104 Lampiran 1d. Surat Keputusan Dekan FKIP Tentang Ijin Penyusunan Skripsi105 Lampiran 1e. Surat Permohonan Ijin Penyusunan Skripsi ............................... 106 Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ..................................... 107 Lampiran 2a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran siklus I.............................. 108 Lampiran 2b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran siklus II ............................ 117 Lampiran 2c. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran siklus III ........................... 125 Lampiran 3. Instrument Penelitian .............................................................. 134 Lampiran 3a. Lembar Observasi Kegiatan Guru ............................................. 135 Lampiran 3b. Lembar Observasi Kegiatan Siswa ............................................ 137 Lampiran 3c. Kisi-Kisi Tes Kreativitas Siswa ................................................. 139 Lampiran 3d. Tes Kreativitas Siswa ................................................................. 140 Lampiran 3e. Lembar Kerja Siswa ................................................................... 146 Lampiran 4. Data Hasil Observasi Guru Mengajar ................................... 156 Lampiran 4a. Hasil Observasi Guru Mengajar Siklus I Pertemuan 1 .............. 157 Lampiran 4b. Hasil Observasi Guru Mengajar Siklus I Pertemuan 2 .............. 159 Lampiran 4c. Hasil Observasi Guru Mengajar Siklus II Pertemuan 1 ............ 161 Lampiran 4d. Hasil Observasi Guru Mengajar Siklus II Pertemuan 2 ............ 163 Lampiran 4e. Hasil Observasi Guru Mengajar Siklus III Pertemuan 1........... 165 Lampiran 4f. Hasil Observasi Guru Mengajar Siklus III Pertemuan 2............ 167 Lampiran 5. Data Hasil Observasi Kegiatan Siswa .................................... 170 Lampiran 5a. Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus I Pertemuan 1 .............. 171 Lampiran 5b. Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus I Pertemuan 2 .............. 172 Lampiran 5c. Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus II Pertemuan 1 ........... 173 Lampiran 5d. Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus II Pertemuan 2 ........... 174 Lampiran 5e. Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus III Pertemuan 1 .......... 175 xvi
Lampiran 5f. Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus III Pertemuan 2 ........... 176 Lampiran 6. Data Hasil Belajar Siswa ......................................................... 178 Lampiran 6a. Tabel Data Hasil Belajar Siswa Siklus I .................................... 179 Lampiran 6b. Tabel Data Hasil Belajar Siswa Siklus II ................................... 180 Lampiran 6c. Tabel Data Hasil Belajar Siswa Siklus III ................................. 181 Lampiran 6d. Tabel Data Rata-rata Hasil Belajar Siswa Setiap Siklus ............ 182 Lampiran 7. Data Hasil Tes Kreativitas ...................................................... 183 Lampiran 7a. Tabel Data Hasil Tes Kreativitas Prasiklus, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III .............................................................................. 184 Lampiran 7b. Tabel Prosentase Tes Kreativitas Siswa Pra Siklus dan Grafik Kreativitas Siswa Kelas V SDN Tepisari 02 pra siklus ............. 185 Lampiran 7c. Tabel Prosentase Tes Kreativitas Siswa Siklus I dan Grafik Kreativitas Siswa Kelas V SDN Tepisari 02 pra siklus dan siklus I ....................................................................................... 186 Lampiran 7d. Tabel Prosentase Tes Kreativitas Siswa Siklus II dan Grafik Kreativitas Siswa Kelas V SDN Tepisari 02 pra siklus, siklus I, dan siklus II .................................................................. 187 Lampiran 7e. Tabel Prosentase Tes Kreativitas Siswa Siklus III dan Grafik Kreativitas Siswa Kelas V SDN Tepisari 02 pra siklus, siklus I, siklus II, dan Siklus III ...................................... 188 Lampiran 7f. Tabel Data Prosentase Hasil Tes Kreativitas Siswa Siklus I, Siklus II, dan Siklus III .............................................................. 189 Lampiran 8. Dokumentasi dan Contoh Hasil Pekerjaan Siswa................. 190 Lampiran 8a. Dokumentasi Siklus I ................................................................. 191 Lampiran 8b. Dokumentasi Siklus II................................................................ 192 Lampiran 8c. Dokumentasi Siklus III .............................................................. 194 Lampiran 8d. Contoh Hasil Pekerjaan Siswa ................................................... 197
xvii
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Saat ini kreativitas menjadi sorotan oleh berbagai pihak, khususnya di dunia pendidikan. Berdasarkan hasil penulisan yang dilakukan oleh Hans Jellen (dalam Andang Ismail, 2006: 285) dari Universitas Utah AS dan Klaus Urban dari Universitas Hannover pada bulan Agustus 1987 terhadap siswa usia 10 tahun dengan sampel 50 siswa di Jakarta, menunjukkan hasil yang sangat mengejutkan. Ternyata kreativitas belajar siswa di Indonesia sangat rendah dibandingkan dengan negara-negara yang lainnya. Padahal, kreativitas belajar sangat penting bagi perkembangan siswa karena berpengaruh besar terhadap totalitas kepribadian seseorang. Menurut Andang Ismail (2003: 133) menjelaskan bahwa kreativitas dapat menjadi kekuatan (power) yang menggerakkan manusia dari yang tidak tahu menjadi tahu, tidak bisa menjadi bisa, bodoh menjadi cerdas, pasif menjadi aktif, dan sebagainya. Walaupun saat ini masalah kreativitas belajar siswa sudah mendapat perhatian begitu besar oleh pemerintah, seperti dengan adanya perbaikan kurikulum pendidikan yang lebih memfokuskan pada keaktifan siswa dalam pembelajaran sehingga dapat mengembangkan kreativitas belajar siswa. Namun, dalam pelaksanaannya di sekolah-sekolah masih sangat memprihatinkan. Pembelajaran masih cenderung menghambat pertumbuhan dan perkembangan kreativitas belajar siswa, seperti sistem evaluasi yang terlalu menekankan pada jawaban benar dan tidak benar tanpa memperhatikan prosesnya dan adanya mata pelajaran yang disiswatirikan, padahal mata pelajaran tersebut sangat menunjang terhadap perkembangan kreativitas belajar siswa. Menurut Fadelis E. Waruwu yang diterjemahkan oleh Monti P Satiadarma (2003: 109), "kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada". Menurut Utami Munandar (1997: 49-50), "....secara operasional, pengertian kreativitas dapat dirumuskan sebagai kemampuan yang mencerminkan 1
2 kelancaran, keluwesan (flesibilitas), orisinilitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan." Apabila guru berupaya meningkatkan kreativitas, selain guru harus mampu mengaktifkan siswa dalam pembelajaran, juga harus menciptakan suasana pembelajaran yang menarik bagi siswa. Sesuai dengan suasana seperti ini, siswa selain dapat mengasah kemampuan kognitifnya, juga mendapatkan pengalaman langsung, sehingga pembelajaran menjadi
lebih bermakna bagi siswa.
Pembelajaran bermakna membuat siswa dapat menemukan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkembangkan nilai-nilai yang dituntut. Upaya mewujudkan pembelajaran yang bermakna dapat menggunakan model pembelajaran kontekstual yang sering disebut dengan istilah Contekstual Teaching and Learning (CTL). CTL merupakan model pembelajaran yang mengaitkan antara materi pelajaran dengan kehidupan nyata. Pengetahuan dan keterampilan akan diperoleh siswa dengan membangun sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya tersebut ketika ia belajar. Sedangkan proses pembelajaran kontekstual berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan yang dilakukan siswa untuk bekerja dan mengalaminya sendiri, bukan transfer pengetahuan secara instan oleh guru kepada siswa. Jadi, peran guru hanya sebatas pembimbing dan fasilitator, sehingga pembelajaran yang mengaktifkan siswa dan bermakna bagi siswa dapat dilaksakan. Oleh karena itu, usaha untuk meningkatkan kreativitas belajar siswa dapat diperoleh melalui model kontekstual. Menurut kurikulum 1994, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar yang diperoleh melalui pengalaman dengan serangkaian proses ilmiah, antara lain penyelidikan, penyusunan, dan pengujian gagasangagasan. Jadi tujuan pembelajaran IPA lebih mengarah pada keterampilan proses yang berpengaruh terhadap munculnya suatu kreativitas dalam pengembangannya di kehidupan nyata. Pembelajaran IPA sangat terkait erat dengan hal-hal seperti 1) pengembangan keterampilan proses, 2) pemahaman konsep-konsep IPA, 3) 2
3 pengembangan kemampuan untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan 4) pengembangan dasar kesadaran tentang adanya hubungan keterkaiatan yang saling mempengaruhi antara kemajuan IPA dan teknologi dengan keadaan lingkungan dan manfaatnya bagi kehidupan sehari-hari. Berdasar hasil pengamatan dan wawancara kepada guru bidang studi IPA kelas V SDN Tepisari 02, diperoleh gambaran bahwa kreativitas belajar siswa di kelas V sangat rendah dengan ditandai dengan (1) siswa cenderung monoton, pengetahuan siswa hanya terbatas pada apa yang diperoleh dari guru, (2) siswa kesulitan dalam mengembangkan pengetahuan yang diperoleh dari pembelajaran, (3)siswa kurang berani mengungkapkan ide, gagasan, ataupun pendapat. Selain dari hasil pengamatan serta wawancara terhadap guru, penulis juga melakukan tes kreativitas terhadap siswa sehingga diperoleh data yang diperlihatkan pada tabel1. Tabel 1. Tabel Pra Siklus tes kreativitas siswa kelas V SDN Tepisari 02 No 1 2 3 4
Nilai 21 – 40 41 – 60 61 – 80 81 - 100 Jumlah
Frekuensi Prosentase 1 7% 6 40% 7 47% 1 7% 15 100% Ketuntasan Klasikal = 54% Rata-rata Kelas = 58,13
Kategori tidak kreatif kurang kreatif kreatif sangat kreatif
Berdasar data tersebut tampak bahwa hanya ada 54% siswa yang menunjukkan kreativitasnya dan yang lainnya menunjukkan kategori kreativitas kurang dan tidak kreatif. Hal tersebut membuktikan bahwa kreativitas siswa kelas V di SDN Tepisari 02 masih rendah sehingga perlu adanya upaya untuk meningkatkannya dengan perbaikan dalam proses pembelajaran. Menurut pengamatan penulis, rendahnya kreativitas pada siswa kelas V SDN Tepisari 02 disebabkan karena dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, penggunaan model pembelajaran yang bervariatif masih sangat rendah dan guru cenderung menggunakan model konvesional pada setiap pembelajaran yang dilakukannya. Hal ini disebabkan kurangnya penguasaan guru terhadap modelmodel pembelajaran yang ada. Padahal penguasaan terhadap model-model pembelajaran sangat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan profesional 3
4 guru, dan sangat sesuai dengan kurikulum KTSP. Selain itu, guru masih cenderung hanya melatih siswa untuk berpikir konvergen, yang hanya berpikir satu arah, yang benar atau satu jawaban paling tepat, atau satu pemecahan dari suatu permasalahan. Sedangkan sikap kreatif siswa kurang mendapat perhatian. Padahal, sikap kreatif menuntut siswa untuk berpikir divergen, yaitu berpikir dalam arah yang berbeda-beda sehingga diperoleh banyak macam jawaban yang unik tetapi benar. Perlu kita ketahui bahwa apabila kreativitas siswa tidak ditingkatkan maka akan berakibat pada kekurangmampuan siswa dalam penyelesaian masalah yang mungkin akan ia hadapi karena siswa terbiasa mendapatkan segala sesuatu secara instan. Kreativitas anak sangat penting untuk ditingkatkan karena dapat menambah kepekaan anak terhadap lingkungan sekitar sehingga mampu memberikan kontribusi perubahan ke arah yang lebih baik. Menurut Peraturan Pemerintah no 22 tahun 2006 yang diunduh dari Sarwanto (2009) menjelaskan bahwa “Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah”. Ini berarti bahwa pelaksanaan pembelajaran IPA hendaknya lebih mengaktifkan siswa dengan cara siswa mengalaminya sendiri dari menemukan permasalahan, mencari solusi
permaslahan,
hingga
penyelesaian
masalahnya.
Sehingga
model
pembelajaran kontekstual sangat cocok digunakan dalam pembelajaran IPA. Berdasarkan hal tersebut, penerapan model pembelajaran kontekstual menjadi alternatif untuk dapat meningkatkan kreativitas belajar siswa dalam mata pelajaran IPA. Salah satu kebaikan dari model pembelajaran kontekstual ini adalah bahwa siswa belajar mengajukan pertanyaan, mencoba merumuskan pertanyaan, dan mencoba menemukan jawaban terhadap pertanyaannya sendiri dengan melakukan kegiatan observasi (penyelidikan). Berdasarkan cara seperti itu, siswa akan menjadi kritis dan kreatif. Berdasar penjelasan di atas, maka permasalahan yang diajukan penulis terlalu luas sehingga kurang terarah. Oleh karena itu, penulis membatasinya pada SDN Tepisari 02 kelas V semester dua pada pokok bahasan tentang siklus air. Dengan pembatasan masalah sebagai berikut: 4
5 1. Kreativitas belajar siswa dalam pembelajaran IPA yang dimaksudkan pada penulisan ini adalah kreativitas dalam melakukan percobaan tentang sifat-sifat cahaya dan kreatifitas siswa dalam membuat hasil karya berupa benda sederhana dengan menerapkan pengetahuan tentang sifat cahaya. 2. Kontekstual dalam penulisan ini adalah suatu model pembelajaran yang mengkaitkan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari dan melibatkan pengalaman langsung siswa. Berdasar uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penulisan tindakan kelas dengan judul "Peningkatkan Kreativitas Belajar Siswa Melalui Model Kontekstual dalam Pembelajaran IPA Kelas V Semester 2 SDN Tepisari 02 Kabupaten SukoharjoTahun Pelajaran 2009/2010". B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan penelitian dapat dirumuskan yaitu : “Apakah penerapan model kontekstual dapat meningkatkan kreativitas belajar siswa dalam pembelajaran IPA kelas V Semester 2 SDN Tepisari 02?”. C. Tujuan Penulisan Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan kreativitas belajar siswa melalui model kontekstual dalam pembelajaran IPA kelas V Semester 2 SDN Tepisari 02. D. Manfaat Penulisan Secara teoritis, hasil penulisan ini dapat memberikan masukan dan referensi bagi penulisan berikutnya yang sejenis. Hasil penulisan ini diharapkan memberi manfaat dalam rangka menunjang keputusan Mendikbud No.060/4/1993 tentang pendidikan dasar. Secara praktis penulisan/ pengenalan metode kontekstual ini mempunyai manfaat sebagai berikut: 1. Bagi guru a. Tercapainya tugas sebagai pengajar dan pendidik yang profesional,
5
6 b. Pembelajaran kontekstual menjadi alternatif bagi guru dalam pembelajaran IPA, c. Tumbuhnya kesadaran guru untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran yang disesuaikan dengan tujuan, materi, karakteristik siswa, dan kondisi pembelajaran, d. Berkembangnya kemampuan diri secara kreatif dan fungsional. 2. Bagi siswa a. Bertambahnya pengalaman baru yang mampu memberikan kontribusi terhadap peningkatan kreativitas belajarnya, b. Terlatihnya kemampuan siswa untuk dapat memecahkan masalah dengan pendekatan ilmiah sehingga terdorong untuk aktif secara fisik, mental, dan emosi dalam pembelajaran, c. Bertambahnya pengetahuan dan wawasan siswa. 3. Bagi Sekolah a. Masukkan kebijakan sekolah dalam upaya meningkatkan proses belajar mengajar untuk meningkatkan kreativitas belajar siswa. b. Meningkatnya mutu dan kualitas sekolah.
6
7 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Tentang Kreativitas Belajar Siswa a. Pengertian Kreativitas Kreativitas merupakan suatu bidang kajian yang kompleks yang menimbulkan berbagai pandangan yang berbeda. Perbedaan pandangan tersebut bergantung pada bagaimana seseorang mendefinisikan arti kreativitas itu sendiri. Sebagian orang berpendapat bahwa kreativitas merupakan sikap hidup dan perilaku sebagai suatu cara untuk berpikir. Namun, ada yang mengkaitkan kreativitas dengan gagasan-gagasan baru atau temuan-temuan baru yang terkait dengan ilmu, teknologi, dan pemecahan atas suatu masalah. Kreativitas dapat menjadikan sesorang tampak berbeda dari yang lain. Perbedaan yang ada pada diri seseorang tersebut akan memberikan peluang kesuksesan. Hal ini sesuai dengan pendapat yang diunduh dari Rumah Cerdas Kreatif (2009) yang menyatakan bahwa “….kreativitas menghasilkan perbedaan dan orang yang kreatif bisa stand out of the crowd, tampil diantara kerumunan orang. Perbedaan membuat peluang baru terbuka”. Manusia kreatif adalah orang yang mampu berpikir kreatif. Orang dikatakan mampu berpikir kreatif jika ia mampu menemukan ide dan gagasan baru atas pengetahuan yang lama, dan juga mampu mengembangkan pengetahuan yang sudah ada. Menurut Brown & Keeley (1990: 219) berpikir kreatif adalah sebuah kebiasaan dari pikiran yang dilatih dengan memperhatikan intuisi menghidupkan imajinasi, mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan baru, membuka sudut pandang yang menajubkan, dan membangkitkan ide-ide yang tidak terduga. Menurut Fidelis E Waruwu yang di terjemahkan oleh Monti P Satiadarma (2003: 109), "kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada". 7 7
8 Selain itu, ada juga yang mengkaitkannya dengan tekanan sikap artistik, artinya yang kreatif itu adalah berseni. Don Fanbus dalam Julius Candra (1994: 12) mengartikan kreativitas dalam arti yang luas yaitu: "semua cetusan daya kerohanian, dan seluruh kepribadian, yang merupakan pernyataan (aktualisasi) kehidupan, baik yang berasal dari seseorang maupun dari sekelompok orang". Berikut ini merupakan beberapa pendapat ahli tentang pengertian kreativitas yang diunduh dari Chietra (2008), antara lain: 1) Menurut Clark Moustakis (1967), ahli psikologi humanistic menyatakan bahwa kreativitas adalah pengalaman mengekspresikan dan mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu dalam hubungan dengan diri sendiri, dengan alam, dan dengan orang lain. 2) Menurut Rhodes, umumnya kreativitas didefinisikan sebagai Person, Process, Press, Product. Keempat P ini saling berkaitan, yaitu Pribadi (Person) kreatif yang melibatkan diri dalam proses (Process) kreatif, dan dengan dorongan dan dukungan (Press) dari lingkungan, menghasilkan produk (Product) kreatif. 3) Menurut Hulbeck (1945), “ Creative action is an imposing of one’s own whole personality on the environment in an unique and characteristic way”. Dimana tindakan kreatif muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya. 4) Menurut Sternberg (1988), kreativitas merupakan titik pertemuan yang khas antara tiga atribut psikologis, yaitu intelegensi, gaya kognitif, dan kepribadian/motivasi. 5) Menurut Baron (1969) yang menyatakan kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang baru. 6) Menurut Haefele (1962), kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru yang mempunyai makna sosial. 7) Menurut Torrance (1988), kreativitas adalah proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan tentang kekurangan (masalah) ini, menilai dan menguji dugaan atau hipotesis, kemudian mengubah dan mengujinya lagi, dan akhirnya menyampaikan hasilhasilnya. Jadi kreativitas dapat diartikan dengan suatu kemampuan yang dimiliki individu untuk menghasilkan sesuatu yang baru ataupun suatu kombinasi dari sesuatu yang sudah ada sebelumnya baik berupa ide atau gagasan maupun suatu benda atau hasil karya tertentu melalui suatu proses kreatif yang peka terhadap berbagai kondisi sekitar sehingga memunculkan keunikan pada dirinya yang tampak berbeda dengan yang lainnya. Keunikan tersebut memungkinkan peluang kesuksesan pada diri seseorang. 8
9 Pengembangan kreativitas dalam pembelajaran, menurut Gordon dalam Joice & Weill (dalam E. Mulyana 2005: 163) mengemukakan empat prinsip dasar tentang kreativitas, antara lain: “…. Pertama, kreativitas merupakan sesuatu yang penting dalam kegiatan sehari-hari. Hampir semua manusia berhubungan dengan proses kreativitas, yang dikembangkan melalui seni atau penemuan-penemuan baru. Lebih jauh Gordon menekankan bahwa kreativitas merupakan bagian dari kehidupan kita sehari-hari dan berlangsung sepanjang hayat. Kedua, proses kreatif bukanlah sesuatu yang misterius. Hal tersebut dapat diekspresikan dan mungkin membantu orang secara langsung untuk meningkatkan kreativitasnya. Secara tradisional, kreativitas didorong oleh kesadaran yang memberi petunjuk untuk mendeskripsikan dan menciptakan prosedur latihan yang dapat diterapkan di sekolah atau lingkungan lain. Ketiga, penemuan kreatif sama dalam semua bidang, baik dalam bidang seni, ilmu, maupun dalam rekayasa. Selain itu, penemuan kreatif ditandai oleh beberapa proses intelektual. Keempat, berpikir kreatif baik secara individu maupun kelompok adalah sama. Individu dan kelompok menurunkan ide-ide dan produk dalam berbagai hal." Berdasarkan prinsip-prinsip kreativitas tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kreativitas merupakan bagian dari kehidupan manusia yang dapat berkembang sepanjang hidup dan untuk meningkatkannya perlu adanya suatu kesadaran terhadap lingkungan. Pada umumnya penemuan kreatif pada semua bidang adalah sama yang ditandai dengan proses intelektual dan berfikir kreatif individu dan kelompok adalah sama yaitu sama-sama menurunkan suatu ide maupun produk tertentu. Pengukuran kreativitas seseorang dapat dilakukan dengan berbagai macam tes, seperti yang dikemukaan secara ringkas oleh Utami Munandar (1999: 65-67), sebagai berikut: 1) Tes Guilford; untuk mengukur kemampuan berpikir divergen. 2) Tes Torrance; untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif dengan memicu ungkapan secara simultan operasi mental, khususnya kelancaran, kelenturan, orisinalitas, dan elaborasi. Tes ini ada dua bentuk, yaitu verbal dan vigural. 3) Test for Creative Thinking- Drawing production (TCT-DP) oleh Jellen and Urban; tes dengan menyuruh responden untuk melengkapi gambar. 4) Tes berpikir kreatif dengan bunyi dan kata (oleh Torrance, Kathena, dan Cunnington); dengan menampilkan rangsangan dalam bentuk suara bunyi dari yang sederhana hingga yang rumit. 5) Tes persepsi kreatif dan inventory (oleh Torrance- Khatena); dengan cara pengamatan diri sendiri dalam bentuk daftar periksa, kuesioner, dan inventory. 9
10 Menurut pendapat yang diunduh dari Basti (2008), seseorang yang memiliki kreativitas yang tinggi menunjukkan beberapa ciri, diantaranya adalah: 1) Selalu ingin tahu atau memiliki dorongan ingin tahu yang kuat (Munandar, 1985 & 1995), mencakup keinginan untuk mendapatkan pengalaman baru, keinginan bertanya dan mencoba, tertarik pada sesuatu yang belum jelas (misteri), avonturisme, sifat penuh semangat, optimis, ambisius, minat yang luas, toleransi terhadap kemajemukan, serta setuju dalam perbedaan, tekun, dan pantang menyerah/ energik dan aktif, kritis dan berani berpendapat. 2) Memiliki harga diri dan percaya diri yang tinggi, akan menyebabkan individu lebih mantap dalam melakukan pemerkayaan informasi dan lebih berinovasi, serta dapat menghargai dan memanfaatkan kesempatan. 3) Memiliki sifat mandiri atau independen. Sifat mandiri berkaitan dengan keberanian dalam mengambil resiko dan berani mencoba, tetapi salah satu sifat orang kreatif adalah kurang suka pada konformitas. 4) Memiliki sifat asretif (berani berpendapat), dapat dilihat dari sikap/ cara kerja individu melakukan aktivitas yang cenderung lebih berpegang pada tugas dan permasalahannya (task oriented) dan tidak berorientasi pada erson (self oriented). Dalam penampakannya, sifat asertif sering berupa berani berpendapat, kedisiplinan, dan ketegasan. 5) Keberanian dalam mengambil resiko atau berani mencoba. Bentuk perwujudan sifat berani mengambil resiko, diantaranya suka berinisiatif, berani mempertahankan pendapat dan berani mengakui kesalahan, tidak teralu takut, ragu, atau malu dikritik, bahkan tidak terlalu takut berbuat salah. Utami Munandar (1992: 34) mengungkapkan beberapa matra dari ciri-ciri kreativitas, sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7)
Dorongan rasa ingin tahu Sering mengajukan pertanyaan yang baik Memberikan banyak gagasan dan usulan terhadap suatu masalah Bebas dalam menyatakan pendapat Mempunyai rasa keindahan Menonjol dalam salah satu bidang seni Mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya, tidak mudah terpengaruh orang lain 8) Rasa humor tinggi 9) Daya imajinasi kuat 10) Keaslian (orisinalitas) tinggi (tampak dalam ungkapan gagasan, karangan, dan sebagainya; dalam pemecahan masalah menggunakan cara-cara orisinal, yang jarang diperlihatkan kepada anak-anak yang lain) 11) Dapat bekerja sendiri 12) Senang mencoba hal-hal baru 13) Kemampuan mengembangkan atau memerinci suatu gagasan (kemampuan elaborasi) 10
11 Setiap individu mempunyai kreativitas, tetapi ada kecenderungan kreativitas seseorang lebih tinggi dari pada orang yang lain. Hal ini disebabkan adanya penghalang (aral) kreativitas tersebut. Jadi, perkembangan kreativitas seseorang sangat dipengaruhi oleh kemampuan seseorang tersebut dalam menghadapi penghalang tersebut. Menurut pendapat yangm diunduh dari Hendry Risjawan (2008) “...aral kreatifitas (creativity block) adalah kondisi internal maupun eksternal (lingkungan) yang menghalangi proses kreatif”. Aral internal berasal dari dalam diri individu sendiri dan bisa berbentuk pola pikir, paradigma, keyakinan, ketakutan, motivasi, dan kebiasaan. Sedangkan aral eksternal berasal dari lingkungan sekitar yang berupa aral sosial, aral organisasi, dan aral kepemimpinan. Berdasarkan definisi dan ciri kreativitas yang dikemukakan Basti dan Utami Munandar tersebut, maka kreativitas belajar siswa dapat diketahui dari 1) rasa keingintahuan tinggi yang ditunjukkan dengan tertarik terhadap banyak hal, senang mencari tahu/ informasi, dan banyak mengajukan pertanyaan yang berhungan dengan hal yang ingin diketahuinya tersebut. 2) Mampu memecahkan masalah yang dihadapi, dengan ditunjukkan mampu menentukan tujuan dan objek dari permasalahan tersebut, mampu mencari dan merinci penyebab dari permasalahan tersebut, mampu mengusulkan solusi, dan mampu mengantisipasi tantangan baru dari kegiatan yang telah dilakukannya. 3) Mampu memunculkan gagasan asli, dengan menunjukkan kemampuan dalam berpendapat, berimajinasi, dan berani mencoba sesuatu yang baru. Menurut Horng yang diunduh dari Ridwan Saptoto (2008) menyatakan ada lima strategi pengajaran yang dapat dilaksanakan oleh guru untuk meningkatkan kreativitas siswa, yaitu:1) pembelajaran yang berpusat pada siswa, 2) penggunaan berbagai peralatan bantu dalam pengajaran, 3) strategi manajemen kelas, 4) menghubungkan isi pengajaran dengan konteks kehidupan nyata, 5) menggunakan pertanyaan terbuka dan mendorong para siswa untuk berfikir kreatif. Pembelajaran yang berpusat pada guru (student-centered learning), pada pembelajaran ini fungsi guru hanya sebagai fasilitator bagi siswa untuk belajar. Tugas guru adalah menciptakan suasana pembelajaran yang menarik bagi siswa 11
12 untuk mengeksplorasi berbagai ide yang dimilikinya sehingga timbul pemikiranpemikran yang kreatif dari siswa. Guru hendaknya memberikan ruang gerak bagi siswa dalam belajar sehingga pembelajaran tidak tampak monoton. Penggunaan berbagai peralatan bantu dalam pengajaran (multi-teaching aids assisstance), guru hendaknya memanfaatkan berbagai alat yang ada di sekitar yang memungkinkan pembelajaran menjadi menarik bagi siswa. Penggunaan alat bantu pengajaran tidaklah harus mahal, tetapi bisa memanfaatkan benda-benda sekitar yang ada misalnya bisa memanfaatkan sendok sebagai pengganti cermin cembung-cekung, hasil karya siswa, kotak pensil, atau yang lainnya yang memungkinkan siswa bergairah dalam berfikir, memperluas sudut pandangnya, dan memicu diskusi yang lebih mendalam. Strategi manajemen kelas (class management strategies), strategi ini mencakup dalam penciptaan interaksi kelas yang bersahabat. Guru hendaknya mempercayai siswa bahwa siswa mempunyai kreativitas yang tinggi yang mampu memunculkan gagasan-gagasan di luar dugaan sehingga dalam pembelajaran tidak perlu adanya pembatasan-pembatasan yang memungkinkan siswa tidak kreatif. Menghubungkan isi pengajaran dengan konteks kehidupan nyata (contextual), pada umumnya siswa menyukai segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan nyata. Guru yang melaksanakan pembelajaran kontekstual berarti telah membagikan pengalamannya untuk siswa. Hal tersebut dapat memicu siswa untuk berfikir tingkat tinggi. Proses pembelajaran kontekstual ini dapat memicu
siswa
dalam
mengembangkan
keterampilannya
yang
mampu
mengekspresikan dan merealisasikan dalam kehidupan sehari-harinya sehingga siswa menjadi peka terhadap segala sesuatu yang ada di sekitar. Sesuatu yang ia temukan atau ia peroleh dari guru akan menimbulkan rasa ingin tahu pada siswa untuk membuktikannya atau menghubungkannya dengan berbagai pengalaman yang telah ia peroleh sebelumnya. Dengan demikian, maka pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang membebaskan kreativitas siswa. Menggunakan pertanyaan terbuka dan mendorong para siswa untuk berfikir kreatif (open questions and encouragement of creative thinking), pertanyaan terbuka akan mendorong siswa untuk berfikir kreatif. Pertanyaan 12
13 terbuka memiliki jawaban yang bebas dan bersifat konvergen sehingga sangat kecil kemungkinan bagi siswa yang memiliki jawaban sama. Dengan kebebasan dalam
menjawab
akan
menuntun
siswa
untuk
berfikir
kreatif
dalam
menyelesaikan masalah yang ditimbulkan dalam pertanyaan tersebut. Siswa yang berfikir kreatif berarti telah mengasah kreativitasnya. b. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu usaha perubahan tingkah laku siswa ke arah yang lebih baik melalui latihan dan pengalaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Aunurahman (2009: 35) yang menyatakan "belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungan”. Beberapa ciri umum kegiatan belajar menurut Wragg (dalam Aunurahman, 2009: 35-37) antara lain, 1) belajar menunjukkan suatu aktivitas pada diri seseorang yang disadari atau disengaja, 2)belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungan, 3) hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku. Menurut Slameto (dalam Kartono, 2004: 5) mengatakan bahwa “belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sehingga hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Jadi, belajar merupakan suatu proses perubahan baik tingkah laku maupun pengetahuan individu secara keseluruhan yang diperoleh melalui proses interaksi dengan lingkungan sekitar baik mental maupun fisik. Ada banyak faktor pendukung yang mempengaruhi belajar anak antara lain faktor keluarga, sekolah, masyarakat, dan faktor pribadi anak. Berdasar ke empat faktor tersebut dapat diperinci menjadi faktor eksternal dan faktor internal. Menurut pendapat yang diunduh dari Radix Hidayat (2008) menjelaskan pengertian dari faktor internal dan faktor eksternal sebagai berikut: 1) Faktor internal merupakan motivasi idealis yang membantu seseoarang dalam belajar. Seseorang yang memiliki motif internal akan lebih kuat dalam proses belajarnya dan tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan 13
14 di sekitarnya. Motif internal lahir dari perenungan tentang konsep diri (filosofis) yang mempertanyakan manfaat belajar itu sendiri. 2) Faktor eksternal adalah seluruh faktor yang mendukung proses belajar di luar motif idealis yang dibahas di atas. Faktor eksternal meliputi peran dari orang tua, pengajar, dan lingkungan sekitar. Faktor ini sering terabaikan yang diakibatkan oleh sifatnya hanya tekanan atau paksaan yang diterima oleh murid. Kondisi yang dapat mengurangi motivasi belajar murid adalah ketika guru mendominasi proses belajar maka murid dijadikan sebagai objek pasif yang hanya mendengarkan dan mentaati semua perintah guru. Berdasar penjelasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan anak dalam belajar sangat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. 1) Faktor internal adalah faktor yang berasal dari diri anak yang terdiri dari psikologi anak dan jasmani anak. Psikologi lebih mengarah pada motivasi, intelegensi, kesiapan, bakat, dan kreativitas. Sedangkan jasmani anak lebih mengarah pada kesehatan dan kondisi fisiknya. 2) Faktor Eksternal adalah faktor yang mempengaruhi berasal dari luar anak yang terdiri dari faktor keluarga, faktor pergaulan/ masyarakat, dan faktor pola pendidikan dari sekolah. c. Pengertian Kreativitas Belajar Siswa Kreativitas belajar siswa merupakan faktor yang sangat penting dalam pembelajaran. Devinisi Renzulli tentang keberbakatan (dalam Utami Munandar, 1999: 6) mengatakan "Sekarang makin disadari bahwa yang menentukan keberbakatan bukan hanya intelegen (kecerdasan) melainkan juga kreativitas dan motivasi untuk berprestasi". Saat ini, kreativitas menjadi sorotan oleh berbagai pihak karena mereka sudah mulai menyadari betapa pentingnya kreativitas. Untuk itulah, kreativitas mulai dikembangkan di lembaga-lembaga pendidikan. Hal tersebut dilakukan dengan membuat inovasi-inovasi model pembelajaran baru yang lebih mengaktifkan siswa sehingga dapat meningkatkan kreativitasnya. Tugas utama pendidik adalah menciptakan manusia kreatif, dan melalui kreativitasnya tersebut diharapkan manusia dapat memperbaiki kehidupan. Hal ini dinyatakan oleh Piaget (dalam Mulyasa, 2006: 126) sebagai berikut "the principal goal of education is to create men who are capabe of doing new things, not simply of repeating what other generations have done-men who are create, inventive, and discoverers”. 14
15 Berdasarkan penjelasan tentang kreativitas dan belajar di atas, maka dapat diketahui bahwa kreativitas belajar siswa adalah suatu proses perubahan pada diri individu melalui interaksi dengan lingkungan sekitar sehingga mampu memahami segala sesuatu di sekitar dan menghasilkan sesuatu yang baru dan mampu memberikan konstribusi terhadap perubahan yang lebih baik. Upaya menumbuhkan dan meningkatkan kreativitas belajar siswa dapat dilakukan dengan mendorong siswa untuk mengekspresikan dirinya melalui berbagai cara seperti dengan memberikan kesempatan siswa untuk menyampaikan perasaan, keinginan, dan gagasannya, memberikan pengakuan terhadap proses kreatifnya dengan memberi pujian ataupun menempel/ membingkai hasil karyanya, menciptakan lingkungan kelas sebagai sumber belajar yang menyenangkan, dan menanyakan penilaian atas hasil karyanya sebelum orang lain memberikan penilaian. 2. Model Pembelajaran Kontekstual dalam Pembelajaran IPA di SD a. Model Pembelajaran Kontekstual Menurut Winataputra dalam Sugiyanto (2008: 7), model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembeajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Ada banyak model pembelajaran yang dikembangkan oleh pakar, tetapi tidak setiap model dapat pakai untuk semua mata pelajaran. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan yang matang dalam merencanakan pembelajaran dan pemilihan model pembelajaran yang tepat dengan berbagai pertimbangan, seperti tujuan utama pembelajaran, materi ajar, kondisi dan kemampuan siswa, kondisi lingkungan atau kelas, dan waktu pelaksanaan. Menurut Sugiyanto (2008: 9), kontekstual adalah model pembelajaran yang mendorong guru untuk menghubungkan dengan situasi dunia nyata siswa, selain itu juga mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sendiri-sendiri. 15
16 Model pembelajaran kontekstual merupakan suatu model pembelajaran yang memayungi model-model pembelajaran yang lainnya. Sedangkan menurut Diah Nugraheni (2007: 12), CTL adalah konsep belajar yang membantu guru dalam mengaitkan antara pokok bahasan yang diajarkan dengan situasi nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Menurut pendapat yang diunduh dari Ifraj Shamsid-Deen (2006) menyatakan “Although these practices have been identified in the literature as characterizing contextual teaching and learning, they are not exclusive to the concept; these practices are also present in other instructional processes”. Ini berarti bahwa dalam pelaksanaan kontekstual tidak hanya berfokus pada konsep tetapi juga prakteknya. Praktek dalam hal ini mengacu pada kegiatan siswa dalam proses pembelajaran untuk memperoleh konsep tertentu sehingga siswa mampu mencari, menemukan, dan mengalaminya sendiri bukan semata-mata memperoleh suatu konsep secara instan. Indrawati dan Wawan Setiawan (2009: 14) menyatakan bahwa “pembelajaran kreatif adalah pembelajaran yang menstimulasi siswa untuk mengembangkan gagasannya dengan memanfaatkan sumber belajar yang ada”. Ini berarti bahwa pembelajaran kreatif akan tercipta apabila dalam pelaksanaan pembelajaran, guru memberikan kebebasan yang penuh terhadap siswa untuk mengembangkan gagasannya atau pengetahuannya. Bersikap respek atau menghargai ide atau gagasan siswa merupakan motivasi yang mampu membangun dan mengembangkan kreativitas siswa. Jadi, pembelajaran yang kreatif tidak menekankan pada penilaian akhir hasil karya siswa tetapi pada prosesnya. Hal ini sesuai dengan pembelajaran model kontekstual yang memfokuskan pada pengalaman siswa dalam proses memperoleh pengetahuan yang baru tersebut. Menurut Sanjaya (2008: 118-122) secara ringkas terdapat tujuh asas-asas yang melandasi pelaksanaan pembelajaran kontekstual yaitu (1) Konstruksivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman; (2) Inkuiri artinya proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis; (3) Bertanya dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan siswa, sedangkan menjawab pertanyaan 16
17 mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir; (4) Masyarakat belajar merupakan perwujudan bahwa kerja sama sangat dibutuhkan dalam memecahkan suatu masalah; (5) Asas modeling adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru siswa; (6) Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilalui; (7) Penilaian nyata adalah proses pengumpulan informasi tentang perkembangan belajar siswa. 1) Konstruksivisme (Construktivism) Berdasarkan asas ini, model pembelajaran kontekstual dapat mendorong siswa
mengkonstruksi
pengetahuannya
melalui
proses
pengamatan
dan
pengalaman sehingga terjadi penggabungan antara pengetahuan dasar yang dimiliki siswa dengan pengalaman nyata hingga diperoleh pengetahuan baru yang komplek. 2) Inkuiri (Inquiry) Penerapan asas ini dalam model pembelajaran kontekstual, dimulai dari kesadaran siswa terhadap masalah, mengajukan hipotesis berdasarkan rumusan masalah, melakukan observasi dalam pengumpulan data, kemudian siswa dituntun untuk mengujikan hipotesis sebagai dasar merumuskan kesimpulan. Melalui proses berpikir sistematis tersebut, siswa akan memiliki sikap ilmiah, rasional, dan logis, yang kesemuanya diperlukan sebagai dasar pembentukan kreativitas belajar siswa. 3) Bertanya (Quationing) Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan.. Dalam model pembelajaran kontekstual, guru tidak menyampaikan informasi begitu saja, tetapi memancing agar siswa mencari sendiri. Kegiatan bertanya dalam pembelajaran sangat berguna dalam menggali informasi tentang kemampuan penguasaan materi siswa, membangkitkan motivasi belajar, merangsang rasa ingin tahu, memfokuskan keinginan siswa, dan membimbing siswa untuk menemukan dan menyimpulkan sesuatu. 4) Masyarakat Belajar (Learning Community)
17
18 Konsep masyarakat belajar dalam model
pembelajaran kontekstual
mengarahkan agar hasil belajar diperoleh melalui kerja sama dengan orang lain dalam kelompok belajar baik secara formal maupun alamiah. 5) Pemodelan (Modelling) Dalam model pembelajaran kontekstual, modeling sangat penting karena dapat
menghindarkan
siswa
dari
pembelajaran
teoretis-abstrak
yang
memungkinkan terjadinya verbalisme. 6) Refleksi (Reflektion) Dalam model pembelajaran kontekstual, setiap akhir pembelajaran, guru memberikan kesempatan siswa untuk mengingat kembali apa yang telah dipelajari, dan membiarkan siswa bebas dalam menafsirkan pengalamannya sendiri, sehingga ia dapat menyimpulkan sendiri pengalaman belajarnya. 7) Penilaian Nyata (Authentic Assesment) Dalam model pembelajaran kontekstual, penilaian nyata dilakukan secara terintegrasi dengan proses pembelajaran, sehingga penekanannya bukan terhadap hasil melainkan proses. Tujuh asas dasar model pembelajaran kontekstual tersebut dapat diperinci lagi ke dalam empat tahapan pelaksanaan pembelajaran yang harus dilaksanakan siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Udin Saefudin Saud (2008: 173) yang mengatakan bahwa tahapan model pembelajaran kontekstual meliputi empat tahapan, yaitu: invitasi, eksplorasi, penjelasan dan solusi, dan pengambilan tindakan. Dari keempat tahapan tersebut belum tampak asas penilaian nyata karena penilaian nyata termasuk dalam kegiatan yang dilakukan guru untuk menilai perkembangan belajar siswa dari awal pembelajaran hingga akhir pembelajaran. Tahapan tersebut dapat digambarkan dalam diagram berikut: Invitasi Eksplorasi Penjelasan dan solusi Pengambilan tindakan Gambar 1. diagram tahapan pembelajaran kontekstual 18
19 Berdasarkan pendapat Sanjaya dan Udin Saefudin Sa’ud tersebut, maka penulis memperinci kegiatan model pembelajaran kontekstual sebagai berikut: Tahap invitasi, mendorong siswa mengemukakan pengetahuan awalnya tentang konsep yang dibahas dengan memberikan persoalan yang terkait dengan kehidupan nyata siswa (Construktivism dan Quationing ). Tahab Eksplorasi, guru menjelaskan garis besar kegiatan dan memberi kesempatan siswa untuk menyelidiki dan menemukan konsep melalui pengumpulan, pengorganisasian, menginterpretasi data dalam kegiatan yang telah dirancang atau dijelaskan guru tersebut. Dalam pelaksanaannya dilakukan dengan berdiskusi atau kerja kelompok (Modelling, Inquiry,dan Learning Community). Tahap penjelasan dan solusi, siswa memberikan penjelasan tentang persoalan yang dibahas berdasarkan observasi dan praktek ditambah penguatan dari guru sehingga siswa dapat menyampaikan gagasan, membuat model, dan merangkum (Inquiry). Tahap
pengambilan
tindakan,
siswa
dapat
membuat
keputusan,
menggunakan pengetahuan dan keterampilan, berbagai informasi dan gagasan, mengajukan pertanyaan lanjutan, serta memberi saran atas persoalan yang dibahas (Reflektion). Pembelajaran kontekstual akan sangat efektif untuk mengembangkan kreativitas dan kompetensi siswa karena model pembelajaran kontekstual ini menganggap bahwa proses pembelajaran akan menjadi peristiwa yang aktual jika siswa dapat menemukan sendiri hubungan kebermaknaan antara pemikiran abstrak dalam hal ini adalah konsep pada materi pelajaran dengan penerapannya di dunia nyata. Hal ini sesuai dengan pendapat Kokom Kumalasari (2009) yang menyatakan “Contextual Teaching and Learning approach is effective because it assumes that learning process would be actually occurring if the students could find meaningful correlation between abstract thinking and practical application in the real world context”. Oleh karena itu, pelaksanaan model
pembelajaran kontekstual cukup
mudah dan dapat diterapkan dalam berbagai kurikulum, berbagai bidang studi, dan berbagai model kelas. Pelaksanaan model kontekstual dalam pembelajaran 19
20 dapat dilakukan dengan cara 1) mengembangkan pemikiran siswa, 2) membimbing siswa untuk mencari dan menemukan pemecahan atas suatu masalah secara mandiri, 3) menciptakan masyarakat belajar dengan diskusi dan kerja kelompok, 4) menghadirkan model pembelajaran, 5) merefleksi dari kegiatan yang telah dilakukan, dan 6) penilaian proses dan hasil. b. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar (SD) Menurut Aunurahman (2009: 123), mengajar pada hakikatnya adalah membentuk suatu kebiasaan sehingga melalui pengulangan-penguangan siswa akan terbiasa melakukan sesuatu dengan baik sesuai periaku yang diharapkan. Pembiasaan akan menjadi efektif, apabila seseorang tersebut sudah memiliki pengetahuan
yang
berkenaan
sesuatu
yang
dilkukan.
Dengan
prinsip
konstruksifistis yang mengkonstruksi antara kehidupan nyata dalam hal ini adalah pengalaman nyata, yang dihubungkan dengan materi pembelajaran, maka proses mengajar akan lebih berhasil diterima siswa. Menurut Rochman Natawidjaya (1992: 73) membelajarkan adalah pekerjaan yang dilakukan seorang guru atau oleh suatu tim dalam rangka pencapaian setinggi-tingginya terkait kematangan dan tujuan belajar anak didik. Dalam hal ini, tugas utama seorang guru bukanlah mengajar melainkan membelajarkan. Mengajar lebih memfokuskan pada kegiatan transfer ilmu, sedangkan membelajarkan merupakan kegiatan untuk membuat siswa belajar. Jadi fungsi guru adalah sebagai motivator dan fasilitator. Berdasarkan UU sistem pendidikan Nasional no 20 tahun 2003, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Oleh karena itu, pembelajaran akan lebih efektif, jika semua unsur dalam pembelajaran dapat diaktifkan oleh guru. Di dalam proses pembelajaran, terjadi interaksi antara keterampilan dan konsep yang sekaligus di dalam interaksi tersebut berkembang sikap dan nilai dari siswa. Menurut Kasmanto (2007:3), Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakana metodemetode yang didasarkan pada observasi dan tersusun secara sistematik yang dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. 20
21 Pembelajaran
Ilmu
Pengetahuan
Alam
di
Sekolah
Dasar
lebih
menitikberatkan pada kegiatan observasi dan mendeskripsikan kejadian, memanipulasi objek dan sistem, serta melakukan identifikasi terhadap pola yang ada di alam yang berhubungan dengan cakupan bidang studi IPA. Selain itu, menurut pendapat yang diunduh dari Andy (2008) guru-guru SD juga harus melibatkan siswa dalam memanipulasi kegiatan yang mengarahkan pada pengembangan konsep melalui kegiatan investigasi dan analisis terhadap pengalaman. IPA di Sekolah Dasar adalah program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan keterampilan, sikap dan nilai ilmiah pada siswa serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Tujuan IPA secara umum membantu agar siswa memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari, memiliki keterampilan untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar maupun menerapkan berbagai konsep IPA untuk menjelaskan gejala-gejala alam yang harus dibuktikan kebenarannya di laboratorium, dengan demikian IPA tidak saja sebagai produk tetapi juga sebagai proses. Hal tersebut sesuai dengan kurikulum 2006 yang mengamanatkan bahwa IPA di SD/ MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan antara lain: 1) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat
dan
dapat
diterapkan
dalam
kehidupan
sehari-hari,
2)
mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat, 3) mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, 4) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar berfungsi untuk menguasai konsep dan manfaat sains dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran sains perlu memadukan antara prinsip IPA dan metode pembelajarannya. Hal ini sesuai pendapat yang diunduh dari Hindun (2008) menyatakan “….guru perlu memiliki 21
22 penguasaan "Content specific paedagogy" yang memadukan prinsip belajar mengajar dengan subject matter”. Menurut Hendro Darmodjo & Jenny R. E. Kligis (1992/1993: 3-5), hakikat IPA dapat dipandang sebagai suatu proses, produk,dan fungsi. IPA sebagai proses, maksudnya untuk mendapatkan ilmu atau memahami gejala alam maka perlu melakukan tahapan-tahapan metode ilmiah yang berkesinambungan dari observasi, klasifikasi, interpretasi, prediksi, hipotesis, mengendalikan variabel, merencanakan dan melaksanakan penulisan, inferesi, aplikasi, serta komunikasi. IPA sebagai produk, maksudnya IPA yang berupa prinsip, teori, hukum, konsep, dan fakta yang mampu menjelaskan kegiatan alam merupakan hasil/ produk dari kegiatan metode ilmiah yang telah dilakukan. Sedangkan IPA sebagai fungsi, maksudnya IPA berfungsi sebagai faktor yang mampu mengubah sikap dan pandangan manusia terhadap alam semesta, dari sudut pandang mitoogi menjadi pandangan ilmiah. Menurut Leo Sutrisno, Hery Kresnadi, dan Kartono (2007: 5-3 s/d 5-5) menyebutkan beberapa prinsip-prinsip pembelajaran IPA sebagai berikut: a. Pemahaman tentang dunia sekitar melalui pengamatan baik secara indrawi maupun non-indrawi, b. Pengetahuan diperoleh tidak terlihat secara langsung sehingga perlu diungkap selama proses pembelajaran, c. Pengetahuan pengalaman siswa pada umumnya kurang konsisten dengan pengetahuan para ilmuan, d. Dalam setiap pengetahuan mengandung fakta, data, konsep, lambang, dan relasi dengan konsep yang lainnya, e. IPA terdiri atas produk, proses, dan prosedur. Berdasarkan hal di atas, ada tiga hal yang berkaitan dengan sasaran IPA di Sekolah Dasar adalah IPA tidak semata berorientasi kepada hasil tetapi juga proses, sasaran pembelajaran IPA harus utuh menyeluruh, dan pembelajaran IPA akan lebih berarti apabila dilakukan secara berkesinambungan dan melibatkan siswa secara aktif. Jadi, pembelajaran IPA sangat terkait dengan pengalaman langsung oleh siswa. Selama ini, pembelajaran IPA lebih menekankan pada penguasaan hasil belajar dengan mengenyampingkan pengalaman dan proses. Maka akibatnya pengetahuan yang diperoleh siswa tidak akan bertahan lama, karena pada 22
23 dasarnya siswa belum paham benar dengan materi tersebut. Menurut Kartono (2004: 15) mengatakan bahwa pembelajaran IPA harus menyediakan pengalaman belajar bagi siswa yang mencakup materi dan proses sehingga ada keseimbangan kemampuan konseptual dan procedural. Jadi, mempelajari IPA berarti belajar cara untuk mencari tahu dan cara melakukan sesuatu sehingga dapat lebih paham terhadap lingkungan alam sekitar. Dengan demikian, maka pembelajaran IPA akan
lebih
bermakna
jika
menggunakan
model
pembelajaran
yang
mengkaitkannya dengan kehidupan dan pengalaman nyata yaitu salah satunya menggunakan model kontekstual. c. Tinjauan Pokok Bahasan “Cahaya” Cahaya sangat penting dalam kehidupan kita. Dengan cahaya, kita dapat melihat benda sekitar kita dan menikmati keindahan alam semesta ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Sebuah benda dapat terlihat karena adanya cahaya yang mengenai benda dan memantulkannya hingga akhirnya mengenai mata. Berdasarkan dapat atau tidaknya suatu benda memancarkan cahaya sendiri dikelompokkan menjadi benda tidak tembus cahaya, benda tembus cahaya. Benda sumber cahaya dapat memancarkan cahaya sendiri, contohnya: matahari, senter, nyala api. Sedangkan, benda gelap tidak dapat memancarkan cahaya sendiri, misalnya batu kayu dan kertas. Berdasarkan dapat tidaknya meneruskan cahaya, benda dibedakan menjadi benda tidak tembus cahaya dan benda tembus cahaya. Benda tidak tembus cahaya tidak dapat meneruskan cahaya yang mengenainya. Apabila dikenai cahaya, benda ini akan membentuk bayangan. Contoh benda tidak tembus cahaya yaitu kertas, karton, tripleks, kayu, dan tembok. Sedangkan, benda tembus cahaya dapat meneruskan cahaya yang mengenainya. Contoh benda tembus cahaya yaitu kaca. Cahaya mempunyai sifat-sifat tertentu. Seperti yang diutarakan oleh Munawar Kholil & Dini Prowida (2009: 145) mengatakan bahwa cahaya yang dipancarkan oleh sumber cahaya mempunyai sifat merambat lurus, menembus benda bening, dapat dipantulkan, dan dapat dibiaskan. Sifat-sifat cahaya tersebut banyak dimanfaatkan bagi kehidupan sehari-hari, di antaranya adalah: 1) Cahaya Merambat Lurus 23
24 Cahaya matahari yang masuk ke rumah melalui celah-celah atau jendela rumah, maka cahaya yang masuk tampak merambat lurus. 2) Cahaya Dapat Menembus Benda Bening Cahaya matahari dapat masuk ke rumah melalui jendela kaca bening. Kaca merupakan benda bening sehingga dapat ditembus cahaya. Jika jendela ditutup dengan tirai maka cahaya tidak dapat masuk ke rumah karena tirai merupakan benda tidak tembus cahaya. 3) Cahaya dapat dipantulkan Semua benda disekitar kita bersifat memantulkan cahaya. Itulah sebabnya kita dapat melihatnya. Menurut Wiwik Winarti, Joko Winarto, dan Widha Sunarno (2009: 82) bahwa pemantulan cahaya ada dua jenis yaitu pemantulan baur (pemantulan difus) dan pemantulan teratur. Pemantulan baur terjadi apabila cahaya mengenai permukaan yang kasar atau tidak rata sehingga sinar pantul arahnya tidak beraturan. Sedangkan, pemantulan teratur terjadi jika cahaya mengenai permukaan yang rata, licin, dan mengilap. Permukaan yang mempunyai sifat seperti ini misalnya cermin. Pada pemantulan ini sinar pantul memiliki arah yang teratur dan bayangan anak terjadi karena pemantulan teratur.
Gambar 2. Pemantulan Teratur
Gambar 3. Pemantulan Difus
Cermin merupakan salah satu benda yang memantulkan cahaya. Menurut pendapat Wiwik Winarti, Joko Winarto, dan Widha Sunarno (2009: 83), berdasarkan tipe permukaannya cermin digolongkan menjadi tiga, yaitu cermin datar, cermin cembung, dan cermin cekung. 1) Cermin datar memiliki permukaan datar, rata dan tidak melengkung. Sifat bayangan yang tampak antara lain ukuran bayangan sama dengan ukuran benda, jarak bayangan ke cermin sama dengan jarak benda ke cermin, posisinya tegak, arah kana dan kiri tertukar, dan maya (benda seolah dari dalam cermin dan tidak dapat ditangkap layar).
24
25 2) Cermin cembung memiliki permukaan bidang pantul melengkung ke arah luar. Sifat bayangannya antara lain maya, tegak, dan ukuran bayangan lebih kecil dibandingkan ukuran benda/ diperkecil. 3) Cermin cekung memiliki permukaan bidang pantul melengkung ke arah dalam. Sifat bayangan yang dibentuk pada cermin cekung bergantung pada letak benda ke cermin. Jika jarak benda dekat dengan cermin, sifat bayangan yang terbentuk adaah tegak, lebih besar, dan maya. Sedangkan jika jarak benda jauh ke cermin cekung, maka sifat bayangannya nyata dan terbalik. d. Cahaya Dapat Dibiaskan Apabila cahaya merambat melalui dua zat yang memiliki kerapatan yang berbeda, maka cahaya akan dibelokkan. Peristiwa pembelokan arah rambatan cahaya setelah melewati medium rambatan berbeda di sebut pembiasan. Contoh peristiwa ini tampak ketika kita masukkan sendok ke dalam gelas bening berisi air. Apabila kita amati, maka sendok tampak seperti patah. (n) Udara
i
Kaca r i' r' (n) Gambar 4. Peristiwa Pembiasan Cahaya Keterangan:
n = garis normal i/i' = sinar datang r/r' = sinar bias Apabila cahaya merambat dari medium kurang rapat ke medium lebih rapat, maka cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal. Apabila cahaya merambat dari medium lebih rapat ke medium kurang rapat, maka cahaya akan dibiaskan menjauhi garis normal. e. Cahaya Dapat Diuraikan (Dispersi) Pelangi terjadi karena peristiwa penguraian cahaya (dispersi). Dispersi merupakan penguraian cahaya putih menjadi berbagai cahaya berwarna. Cahaya putih dapat diuraikan menjadi beberapa warna. Hal ini sesuai dengan pendapat 25
26 Sulistyowati dan Sukarno (2009: 99) yang menyatakan bahwa cahaya putih dapat terurai menjadi cahaya merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Susunan warna-warna seperti ini disebut spektrum cahaya. Cahaya matahari yang kita lihat tampak berwarna putih. Namun, sebenarnya cahaya matahari tersusun atas banyak cahaya berwarna. Cahaya matahari diuraikan oleh titik-titik air di awan setelah terjadi hujan dari arah yang berlawanan dengan arah datangnya cahaya akan membentuk warna-warna pelangi. d. Langkah-langkah Pembelajaran Kontekstual pada Materi Cahaya Berdasarkan penjelasan di atas, maka pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual pada materi cahaya dapat dirumuskan dalam bentuk skema yang diperlihatkan pada gambar 5. Guru menggali pengetahuan awal siswa dan mengkaitkannya dengan materi “Cahaya”
Konstruksivisme
Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 5 siswa setiap kelompok dan siswa melakukannya
Masyarakat belajar
Guru menjelaskan petunjuk pelaksanaan kegiatan yang harus dilakukan siswa yang berkenaan tentang percobaan cahaya atau pembuatan model sederhana
Pemodelan
Guru memberikan masalah dalam bentuk lembar kerja berkenaan “Cahaya” yang harus diselesaikan siswa dan siswa e. mencari dan menemukan penyelesaiannya, kemudian menyimpulkan
Menemukan
Siswa mempresentasikan hasil kegiatan kelompok berkenaan praktek cahaya dan pembuatan model sederhana, dilanjutkan diskusi klasikal dan penyimpulan secara bersama f.
Bertanya
Guru melakukan penilaian yang sudah dimulai dari awal pembelajaran hingga akhir
Refleksi atas kegiatan yang telak dilakukan
Gambar 5. Bagan Model Kontekstual
26
Penilaian Autentik
Refleksi
27 B. Penelitian yang Relevan 1. Atit
Suryati.
2007.
Implementasi
Pendekatan
Kontekstual
Untuk
Meningkatkan Kemampuan Kreativitas Siswa kelas V SD Negeri Cangkuang kecamatan Dayeuhkolot kabupaten Bandung tahun pelajaran 2006-2007. Berdasarkan penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa implementasi pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kemampuan kreativitas siswa dalam menulis dan mempresentasikan puisi. Penelitian yang dilakukan penulis relevan dengan penelitian yang Atit Suryati lakukan karena adanya persamaan variabel yaitu
dengan pendekatan kontekstual mampu meningkatkan
kreativitas siswa. Perbedaan antara penelitian yang dilakukan oleh Atit Suryati dengan penulis adalah pada mata pelajaran dan pokok bahasan yang diajarkan. Atit Suryati melakukan penelitian pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V di SDN Cangkuang pokok bahasan “puisi”. Sedangkan dalam penelitian yang akan dilakukan penulis adalah dalam mata pelajaran IPA kelas V di SDN Tepisari II pokok bahasan “cahaya”. 2. Rahma Fibriyanti. 2006. Implementasi Modul Model Siklus Belajar untuk Meningkatkan Kreativitas dan Prestasi Belajar Fisika Siswa Kelas VII SMP Laboratorium UM tahun pelajaran 2006-2007. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa implementasi modul model siklus belajar memiliki keterlaksanaan 100% dan ketercapaian 95,97%. Kreativitas siswa mengemukakan gagasan semakin meningkat. Peningkatan kreativitas siswa ini dapat dilihat dari kelancaran, keluwesan, keaslian dan keterperincian siswa mengemukakan gagasan dalam pemecahan masalah. Prestasi belajar siswa juga meningkat, yaitu ditinjau dari ulangan harian/ gain score yang disimbolkan dengan g. Hasil ulangan harian sebelum siklus menunjukan g = 0,24 masih dalam kategori rendah. Sedangkan hasil pre-tes, post-test pada siklus I adalah g = 0,25 dan pada siklus II g= 0,28 masih
dalam
kategori
rendah.
Kerelevanan
antara
penelitian
yang
dilaksanakan penulis dengan penelitian dari Rahma Febrianti adalah pada variable Y yaitu untuk meningkatkan kreativitas siswa dalam pembelajaran IPA fisika. Sedangkan perbedaannya terletak pada variable x yaitu Rahma 27
28 Febrianti menggunakan modul model siklus belajar. Namun, dalam pembelajaran modul model siklus belajar sebenarnya hampir mirip dengan pembelajaran kontekstual yang terdiri atas beberapa komponen kontekstual yang lebih memfokuskan pada fase/ tahapan-tahapannya. C. Kerangka Berpikir Pada saat ini, kebanyakan pembelajaran IPA SD dilaksanakan secara konvensional dengan metode ceramah yang berkesan membosankan dan membuat siswa tidak aktif sehingga hal tersebut dapat menghambat kreativitas belajar siswa. Padahal, yang seharusnya pembelajaran IPA harus mampu menyediakan pengalaman belajar bagi siswa yang mencakup teori/ materi maupun proses IPA sehingga terjadi keseimbangan kemampuan konseptual maupun prosedural. Dengan penggunaan model kontekstual diharapkan
pembelajaran IPA di SD
menjadi lebih menarik, bermakna karena melibatkan pengalaman langsung siswa yang dapat mengaktifkan siswa sehingga mampu meningkatkan kreativitas belajar siswa. Pembelajaran IPA kelas V di SDN Tepisari 02 masih menerapkan model pembelajaran
konvensional
yang
didominasi
oleh
guru
dengan
hanya
menggunakan metode ceramah dan guru masih cenderung hanya melatih siswa untuk berpikir konvergen, yang hanya berpikir satu arah, yang benar atau satu jawaban paling tepat, atau satu pemecahan dari suatu permasalahan. Sedangkan sikap kreatif siswa kurang mendapat perhatian. Padahal, sikap kreatif menuntut siswa untuk berpikir divergen, yaitu berpikir dalam arah yang berbeda-beda sehingga diperoleh banyak macam jawaban yang unik tetapi benar. Hal inilah yang menyebabkan kreativitas siswa kelas V rendah. Berdasar paparan di atas maka untuk meningkatkan kreativitas siswa dapat dilakukan dengan melaksanakan perbaikan proses pembelajaran IPA dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual yang lebih mengaktifkan siswa. Penerapan model pembelajaran kontekstual ini dilakukan dengan cara siswa belajar mengajukan pertanyaan, mencoba merumuskan pertanyaan, dan mencoba menemukan jawaban terhadap pertanyaannya sendiri dengan melakukan kegiatan observasi (penyelidikan). Berdasarkan cara seperti itu, siswa akan menjadi kritis 28
29 dan kreatif sehingga kreativitas siswa akan meningkan dengan menerapkan model kontekstual pada pembelajaran IPA. Untuk memperjelas kerangka berpikir di atas, berikut ini digambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut: Guru menggunakan model konvensional
Kondisi awal
kreativitas belajar siswa rendah Siklus I Mendemonstrasikan sifat-sifat cahaya, Mengidentifikasi sifat bayangan pada cermin datar dan lengkung dengan berkelompok, Membuat model sederhana
Tindakan
Siklus II Membuktikan sifat-sifat cahaya dan mengidentifikasi sifat bayangan pada cermin datar dan lengkung dengan berkelompok, Membuat model sederhana Presentasi
Dalam pembelajaran guru menggunakan model kontekstual
Siklus III
Mengidentifikasi
sifat-sifat cahaya dan sifat bayangan pada cermin datar dan lengkung dengan berkelompok, kemudian membuat main mapping. Membuat model sederhana Presentasi Kondisi akhir
kreativitas belajar siswa dapat meningkat
Gambar 6. Bagan Kerangka Berfikir D. Hipotesis Berdasarkan hasil kajian teori dan kerangka berpikir tersebut di atas dapat ditarik suatu hipotesis, yaitu: “Penggunaan model pembelajaran kontekstual diduga dapat meningkatkan kreativitas belajar siswa pada pembelajaran IPA kelas V SDN Tepisari 02”.
29
30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini bertempat di SDN II Tepisari, Polokarto, Sukoharjo. Tempat tersebut dipilih dengan beberapa pertimbangan. Diantaranya waktu, biaya dan keberadaan sampel yang memudahkan peneliti memperoleh data. Disamping itu tempat lokasinya mudah terjangkau oleh peneliti. 2. Waktu Penelitian Rencananya tahap persiapan hingga pelaporan hasil pengembangan akan dilakukan selama 6 bulan, yakni mulai bulan Februari sampai dengan Juli 2010. Tahap perencanaan akan dilaksanakan pada bulan Februari, tahap pelaksanaan dimulai bulan Februari. Tabel 2. Daftar Jadwal Kegiatan Penelitian Bulan Jenis kegiatan
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pembuatan proposal Persiapan penelitian Pelaksanaan siklus I Pelaksanaan Siklus II Pelaksanaan Siklus III Menyusun laporan Revisi
B. Bentuk dan Strategi Penelitian 1. Bentuk Penelitian Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Menurut I G.A.K. Wardhani dkk (2008:1.4) “Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa 30 30
31 menjadi meningkat”. Sedangkan bentuk pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif kualitatif karena data yang akan diperoleh/ dikumpulkan berupa data yang langsung tercatat dari kegiatan di lapangan. Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dalam serangkaian langkah berbentuk spiral yang terdiri atas empat tahapan yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), refleksi (reflecting). Secara visual, empat tahapan tersebut menurut Slamet dan Suwarto (2007: 65) dapat disajikan dalam bentuk gambar 7. Planning Reflecting
Acting Observing
Gambar 7. Bagan Model Penelitian Tindakan dari Kurt Lewin 2. Strategi Penelitian Pada strategi penelitian ini, langkah-langkah yang diambil adalah strategi penelitian tindakan kelas model siklus karena objek penelitian yang diteliti hanya satu kelas dalam satu sekolah. Pelaksanaan penelitian ini terdiri atas 4 tahapan yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). a. Perencanaan: peneliti (guru) menyusun rencana skenario pembelajaran dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang berkenaan tentang kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan dan perilaku yang diharapkan dari subjek penelitian. b. Tindakan: peneliti (guru) melaksanakan pembelajaran sesuai dengan skenario yang telah dirancang. c. Pengamatan: peneliti (guru) melakukan pengamatan terhadap perilaku/ aktivitas siswa dalam pembelajaran d. Refleksi: peneliti (guru) melakukan renungan atau evaluasi terhadap hasil tindakan, ketercapaian tujuan penelitian, kelemahannya, dan solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Jika setelah pelaksanaan tindakan ternyata belum mencapai hasil optimal, maka perlu adanya revisi dan perencanaan
31
32 ulang untuk memperbaiki tindakan pada siklus sebelumnya untuk diterapkan pada siklus berikutnya. C. Subjek dan Objek Penelitian Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas 5 SDN Tepisari 02. Jumlah subjek penelitiannya ada 15 siswa yang terdiri atas 6 siswa perempuan dan 9 siswa laki-laki. Sedangkan objek yang akan diteliti penulis adalah kreativitas anak khusunya dalam pembelajaran IPA di semester 2 pokok bahasan Cahaya. D. Sumber Data Data atau informasi yang paling penting untuk dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian ini diperoleh dari data kualitatif. Informasi data ini akan digali dari berbagai macam sumber data. Adapun sumber data yang akan dimanfaatkan dalam penelitian ini antara lain: 1. Informasi data dari nara sumber yang terdiri siswa kelas V dan guru SDN II Tepisari khususnya guru mata pelajaran IPA kelas V. 2. Hasil pengamatan proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa yang telah disediakan peneliti. 3. Hasil tes yang digunakan berdasar tes hasil belajar dan tes kreativitas yang disediakan peneliti. 4. Hasil dokumentasi yang digunakan berupa foto kegiatan siswa dalam proses pembelajaran ketika tindakan penelitian dilaksanakan. E. Teknik Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data penelitian ini peneliti menggunakan metode pengamatan (observasi), Tes, dan dokumentasi, yaitu dengan cara: 1. Observasi Observasi adalah semua kegiatan yang ditujukan untuk mengenali, merekam, dan mendokumentasikan setiap indikator dari proses hasil yang dicapai/ perubahan yang terjadi baik yang ditimbulkan oleh tindakan terencana akibat sampingnya. Pada penelitian ini observasi ditujukan untuk mengetahui
32
33 peningkatan kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa ketika pembelajaran berlangsung. 2. Tes Tes merupakan soal-soal yang harus dijawab dan dikerjakan oleh orang atau anak yang ingin diselidiki, yang disebut responden. Pada tes ini, peneliti menggunakan tes kreativitas yang mengacu pada Tesis Kartono yang berjudul “Pembelajaran Penemuan IPA Terbimbing Ditinjau dari Kreativitas dan Kemandirian Belajar Siswa SD (Studi Eksperimentasi Pembelajaran Penemuan IPA kelas IV SD di Kecamatan Laweyan Surakarta 2004)”. Tes yang dilaksanakan dalam penelitian ini ditujukan untuk siswa yang meliputi tes evaluasi belajar untuk mengetahui perkembangan pemahaman siswa mengenai materi “cahaya”, dan tes kreativitas untuk mengetahui perkembangan kreativitas siswa. Pelaksanaan tes evaluasi belajar dilasaksanakan setiap pembelajaran berlangsung. Sedangkan tes kreativitas dilaksanakan setelah pembelajran setiap siklus dilaksanakan. 3. Dokumentasi Teknik Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data
yang
bersumber dari arsip atau dokumen berupa foto atau yang lainnya. Dokumentasi yang digunakan berupa foto kegiatan siswa ketika pembelajaran berlangsung. Dokumen dimanfaatkan untuk mengadakan verivikasi data yang terkumpul. F. Validitas Data Di dalam penelitian diperlukan adanya validitas data, maksudnya adalah semua data yang dikumpulkan hendaknya mencerminkan apa yang sebenarnya diukur atau diteliti. Validitas data yang dipilih peneliti dalam penelitian ini adalah dengan triangulasi. Lexy J Moleong dalam Sarwiji Suwandi (2008: 69) mengatakan bahwa triangulasi adalah teknik pemeriksaan validitas data dengan memanfaatkan sarana di luar data itu untuk kepentingan pengecekkan atau perbandingan data tersebut. Triangulasi yang digunakan yakni: 1. Triangulasi data yaitu dengan cara mengumpulkan data sejenis dari sumber berbeda. Dengan teknik ini diharapkan dapat memberi informasi yang lebih 33
34 tepat sesuai keadaan siswa. Sumber data yang dimaksudkan dalam penelitian ini bersumber dari guru yang berupa penjelasan berkenaan tentang siswa dan juga informasi dari siswa sendiri yang dapat diketahui kegiatan siswa selama pembelajaran berlangsung. 2. Triangulasi metode dilakukan dengan mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda. Misalnya observasi, tes, dan dokumentasi. Penggunaan metode pengumpulan data yang berbeda ini diusahakan mengarah pada sumber data yang sama untuk menguji kemantapan informasinya. G. Analisis Data Dalam penelitian ini menggunakan analisis data interaktif reduksi dengan teknik diskriptif kualitatif sesuai model Milles dan Hubermen dalam Iskandar (2008: 222-223) yang meliputi tahap penyediaan data, reduksi data, data display/ sajian data, dan data collection/ penarikan kesimpulan. a. Penyediaan data dengan pelaksanaan penggunaan model kontekstual untuk meningkatkan kreativitas belajar siswa dalam pembelajaran IPA kelas V SDN II Tepisari. b. Reduksi data/ pengumpulan data meliputi penyeleksian, penyerdeharnaan, dan meringkas data yang terkumpul. c. Penyajian data yang dilaksanakan ke dalam bentuk narasi, tabel dan grafik. d. Penarikan kesimpulan baik sementara maupun penarikan simpulan dalam bentuk diskriptif sebagai laporan penelitian. Untuk memperjelas proses analisis interaktif diperlihatkan pada gambar 8. Display Data
Penyediaan Data
Reduksi Data Data Collection
Gambar 8. Bagan Analisis Data Secara Interaktif Model Milles dan Huberman H. Indikator Ketercapaian Rumusan ketercapaian kinerja dalam penelitian tindakan kelas ini adalah peningkatan kreativitas belajar siswa sehingga siklus dalam penelitian ini akan 34
35 berakhir apabila sudah memenuhi target yaitu 75% atau lebih dari lima belas siswa di kelas V SDN 2 Tepisari atau sekitar sebelas siswa, kreativitasnya minimal dalam kategori kreatif. Pada setiap siklus, peneliti mentargetkan siklus pertama 65% dari lima belas siswa atau sekitar sembilan siswa, kreativitasnya minimal dalam kategori kreatif, siklus kedua 70% siswa atau sekitar sepuluh siswa, kreativitasnya minimal dalam kategori kreatif, dan siklus ketiga 75% dari lima belas siswa atau sekitar sebelas siswa, kreativitasnya minimal dalam kategori kreatif. I. Prosedur Penelitian Dalam pelaksanaan PTK ini, mekanisme kerjanya diwujudkan dalam bentuk siklus yang tercakup empat kegiatan, yaitu rencana, tindakan, observasi, evaluasi, dan refleksi. Siklus yang akan dilaksanakan lebih dari dua siklus, bergantung dengan tingkat keberhasian target yang akan dicapai. Untuk setiap siklus bisa terdiri dari dua atau lebih pertemuan. Model penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini dapar diperlihatkan pada gambar 9. Perencanaan Refleksi
Siklus I
Pelaksanaan
Pengamatan Perencanaan Refleksi
Siklus II
Pelaksanaan
Pengamatan Perencanaan Refleksi
Siklus III
Pelaksanaan
Pengamatan ? Gambar 9. Bagan Prosedur Penelitian Tindakan Kelas 35
36 Berdasarkan bagan prosedur penelitian tindakan kelas di atas maka dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Rancangan Siklus I a. Tahap Perencanaan Tindakan Adapun langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah: 1) Merencanakan pembelajaran kontekstual yang akan diterapkan dalam pembelajaran 2) Menentukan pokok bahasan yaitu tentang “Cahaya” 3) Mengembangkan skenario pembelajaran 4) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) 5) Menyiapkan sumber belajar 6) Mengembangkan format evaluasi pembelajaran b. Tahap Pelaksanaan Tindakan 1) Guru menerapkan pembelajaran dengan model kontekstual. Guru membelajarkan siswa dengan memandang siswa sebagai subjek belajar, yaitu dengan cara memulai pembelajaran dengan mengkaitkan dengan dunia nyata, seperti bercerita maupun tanya jawab lisan tentang kondisi aktual dalam kehidupan siswa (daily life), kemudian mengarahkannya melalui modeling
agar
siswa
termotivasi,
quationing
agar
siswa
berpikir,
construktivism agar siswa membangun pengertian, inquiry agar siswa bisa menemukan konse dengan bimbingan guru, learning community agar siswa bisa berbagi pengetahuan dan pengalaman serta terbiasa berkolaborasi, reflection agar siswa dapat merevieu kembali pengalaman belajarnya, dan authentic assesment agar penilaian yang diberikan guru lebih objektif. 2) Siswa belajar dalam situasi pembelajaran dengan model kontekstual 3) Memantau perkembangan kreativitas belajar IPA siswa kelas V c. Tahap Observasi Pada tahap ini terdiri dari pengumpulan data serta mencatat setiap aktivitas siswa dan kinerja guru saat pelaksanaan tindakan. Observer bertugas mengamati aktivitas siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung dengan mengacu pada lembar observasi yang disediakan. Observasi ini dilakukan peneliti 36
37 pada saat pembelajaran IPA khususnya pada materi "Cahaya" dari awal hingga akhir pembelajaran. d. Tahap Refleksi Refleksi merupakan pengkajian hasil data yang telah diperoleh saat observasi oleh peneliti, praktikan, dan pembimbing. Refleksi berguna untuk memberikan makna terhadap proses dan hasil (perubahan) yang telah dilakukan. Hasil refleksi yang diperoleh dijadikan bahan pertimbangan untuk membuat perencanaan tindakan dalam siklus selanjutnya yang berkelanjutan sampai pembelajaran dinyatakan berhasil. 2. Rancangan Siklus II a. Tahap Perencanaan Tindakan 1) Identifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternatif pemecahan masalah 2) Merencanakan kegiatan pembelajaran berikutnya 3) Mengembangkan skenario pembelajaran b. Tahap Pelaksanaan Tindakan 1) Memperbaiki tindakan sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah disempurnakan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. 2) Guru menerapkan pembelajaran dengan model kontekstual 3) Siswa belajar dalam situasi pembelajaran dengan model kontekstual 4) Memantau perkembangan kreativitas belajar IPA siswa kelas V c. Tahap Observasi Pada tahap ini terdiri dari pengumpulan data serta mencatat setiap aktivitas siswa dan kinerja guru saat pelaksanaan tindakan. Observer bertugas mengamati aktivitas siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung dengan mengacu pada lembar observasi yang disediakan. Observasi ini dilakukan peneliti pada saat pembelajaran IPA khususnya pada materi "Cahaya" dari awal hingga akhir pembelajaran. d. Tahap Refleksi Merefleksi dan mengevaluasi hasil temuan yang telah di dapat. Hasil refleksi digunakan sebagai acuan untuk membuat perencanaan tindakan di siklus yang ke III. 37
38 3. Rancangan Siklus III a. Tahap Perencanaan Tindakan 1) Identifikasi masalah pada siklus II dan penetapan alternatif pemecahan masalah 2) Merencanakan kegiatan pembelajaran berikutnya 3) Mengembangkan skenario pembelajaran b. Tahap Pelaksanaan Tindakan 1) memperbaiki tindakan sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah disempurnakan berdasarkan hasil refleksi pada siklus II 2) Guru menerapkan pembelajaran dengan model kontekstual 3) Siswa belajar dalam situasi pembelajaran dengan model kontekstual 4) Memantau perkembangan kreativitas belajar IPA siswa kelas V c. Tahap Observasi Pada tahap ini terdiri dari pengumpulan data serta mencatat setiap aktivitas siswa dan kinerja guru saat pelaksanaan tindakan. Observer bertugas mengamati aktivitas siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung dengan mengacu pada lembar observasi yang disediakan. Observasi ini dilakukan peneliti pada saat pembelajaran IPA khususnya pada materi "Cahaya" dari awal hingga akhir pembelajaran. d. Tahap Refleksi Hasil analisis data dari siklus III ini digunakan sebagai bahan acuan untuk menentukan tingkat ketercapaian tujuan yang dilakukan guru dalam meningkatkan kreativitas belajar IPA siswa kelas V dengan model kontekstual. Apabila hasil pada siklus tiga belum mencapai target, maka penelitian akan dilanjutkan pada siklus IV.
38
39 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Latar Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Tepisari 02 Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo. SDN Tepisari 02 ini terletak di dukuh Karang Winangun RT 02 RW 06, Desa Tepisari, Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo. Jumlah kelas yang dimiliki sebanyak 6 kelas yang terdiri dari kelas I hingga kelas VI. Jumlah siswa dari kelas I-VI sebanyak 98 siswa. Data personil ketenaga pendidikan terdiri dari 1 Kepala Sekolah, 3 guru kelas (kelas IIII), 7 guru mata pelajaran (mata pelajaran khusus dan guru kelas IV-VI), 1 penjaga sekolah. Pembelajaran yang dilaksanakan di SDN Tepisari 02 masih bersifat konvensional. Guru belum mengaktifkan siswa dalam pembelajaran. Pada umumnya, guru masih menggunakan metode ceramah sehingga siswa terkesan pasif atau DDCH (Duduk, Diam, Catat, Hafal). Selain itu, guru masih cenderung hanya melatih siswa untuk berpikir konvergen, yang hanya berpikir satu arah, yang benar atau satu jawaban paling tepat, atau satu pemecahan dari suatu permasalahan. Sedangkan sikap kreatif siswa kurang mendapat perhatian. Padahal, sikap kreatif menuntut siswa untuk berpikir divergen, yaitu berpikir dalam arah yang berbeda-beda sehingga diperoleh banyak macam jawaban yang unik tetapi benar. Hal tersebut menyebabkan kreativitas siswa cenderung rendah khususnya pada mata pelajaran IPA kelas V pada pokok bahasan “Cahaya” yang sangat memerlukan kejelasan secara kongkrit dengan cara siswa mengalaminya sendiri bukan gambaran abstraknya. Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka peneliti mangadakan penelitian di kelas V dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan kreativitas siswa. Model pembelajaran kontekstual sangat cocok untuk mengatasi permasalahan ini karena model ini lebih memfokuskan pada aktivitas siswa dalam pembelajaran. Jadi siswa tahu karena mengalaminya sehingga kreativitas siswa dapat tergali dan pembelajaran menjadi lebih bermakna.
39 39
40 B. Diskripsi Pelaksanaan Penelitian 1. Tindakan Siklus I Tindakan siklus I dilaksanakan sebanyak 3 kali petemuan (6 × 35 menit) selama 1 minggu yaitu pada tanggal 13, 15, dan 16 april 2010. Setiap pertemuan dilaksanakan selama 2 x 35 menit. Tahapan yang di lakukan pada siklus I adalah sebagai berikut : a. Perencanaan Pada tahapan ini dilakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran IPA di kelas V, tetapi belum menerapkan model pembelajaran kontekstual. Setelah itu, peneliti melakukan kegiatan tes awal untuk mengetahui kreativitas siswa. Berdasarkan pendapat Kartono (2004) mengenai ciri kreativitas, maka diperoleh beberapa indikator kreativitas siswa yang disajikan dalam tabel 3. Tabel 3. Indikator tes kreativitas 1.
Aspek yang Diamati Kemauan Rasa Ingin Tahu
2.
Pemecahan Masalah
3.
Memunculkan gagasan Asli
Indikator a. b. c. a. b. c. d.
Tertarik terhadap banyak hal Senang mencari informasi Mengajukan banyak pertanyaan Menentukan tujuan dan objek Mencari dan merinci penyebab Mengusulkan solusi Mengantisipasi tantangan baru dari kegiatan yang telah dilakukan
a. b. c.
Berpendapat Imajinasi Mencoba sesuatu yang baru
Berdasarkan hasil tes awal untuk mengetahui kreativitas siswa sebelum menggunakan model kontekstual, maka diperoleh hasil yang diperlihatkan pada tabel 4. Tabel 4. Persentase Tes Kreativitas Siswa Sebelum Tindakan No 1 2 3 4
Nilai
Frekuensi
21 – 40 41 – 60 61 – 80 81 - 100 Jumlah
1 6 7 1 15
Nilai Tengah (xi) 31.5 51.5 71.5 91.5
fixi
Persentase
Kategori
Keterangan
31.50 7% tidak kreatif tidak tuntas 309.00 40% kurang kreatif tidak tuntas 500.50 47% kreatif tuntas 91.50 7% sangat kreatif tuntas 932.50 100% Nilai rata-rata= 932.5 : 15 = 62.17 Ketuntasan Klasikal = 8: 15 x 100% = 53% 7% tidak kreatif, 40% kurang kreatif, 47% kreatif, dan 7% sangat kreatif
40
41 Berdasarkan hasil tes kreativitas tersebut maka diperoleh data bahwa siswa kelas V SDN Tepisari 02 terdiri dari 7% siswa tidak kreatif, 40% kurang kreatif, 47% kreatif, dan 7% sangat kreatif dengan hasil rata-rata nilai tes kreativitas adalah 58,13. Ini berarti kreativitas siswa masih dalam kategori rendah sehingga perlu ditingkatkan. Untuk memperjelas tabel di atas, maka dapat dilihat dalam grafik berikut ini.
Hasil Tes Kreativitas 50% Tidak Kreatif
frekuensi
40%
Kurang Kreatif
30%
Kreatif
20%
Sangat Kreatif
10%
0% pra siklus Kreativitas siswa
Grafik 1. Grafik Kreativitas Siswa Kelas V Sebelum Tindakan Berdasar data tersebut, maka peneliti mengadakan konsultasi dengan kepala sekolah dan guru bidang studi IPA kelas V untuk mengadakan penelitian di SD
tersebut
dengan
melaksanakan
pembelajaran
IPA
dengan
model
kontekstual.Pelaksanaan penelitian ini, peneliti berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) kelas V dengan Standar Kompetensi “Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/ model”. Adapun perencanaan penelitian tindakan kelas pada siklus I meliputi kegiatankegiatan sebagai berikut: 1) Menentukan pokok bahasan atau memilih Kompetensi Dasar atau indikator yang sesuai yaitu materi tentang “cahaya”. Alasan memilih Kompetensi Dasar atau indikator tersebut adalah: a) Peneliti ingin meningkatkan kreativitas siswa dalam pembelajaran IPA mengenai konsep sifat cahaya. b) Kompetensi Dasar atau indikator pada materi sifat cahaya dianggap siswa paling sulit pada mata pelajaran IPA di kelas V. 41
42 c) Pemilihan Kompetensi Dasar atau indikator pada materi sifat cahaya merupakan konsep yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana Pelaksanaan pembelajaran disusun 3 × petemuan. Masingmasing pertemuan 70 menit. Pada siklus pertama dilaksanakan selama 1 minggu. Perencanaan RPP mencakup penentuan: Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, indikator, langkah-langkah pembelajaran, media, metode dan sumber pembelajaran serta sistem penilaian. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran terlampir pada lampiran 1b. 3) Mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam pembelajaran. b. Pelaksanaan Tindakan Pada tahapan ini, guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah disusun. Siklus I dilaksanakan selama 3 kali pertemuan. 1) Pertemuan I Pada pertemuan I materi yang diajarkan adalah sifat-sifat cahaya dan sifat bayangan hasil pencerminan pada cermin datar dan cermin lengkung. Siklus I dilaksanakan 2x35 menit dalam satu kali pertemuan. Pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan model kontekstual. Indikator ketercapaian pada pertemuan pertama ini adalah mendemonstrasikan sifat-sifat cahaya dan mengidentifikasi sifat bayangan hasil pencerminan pada cermin datar dan cermin lengkung. Kegiatan ini diawali dengan berdoa bersama, mengabsen siswa, dan apersepsi dengan menyuruh siswa memejamkan mata dan membukanya kembali. Dari kegiatan ini, siswa telah sedikit mendapat gambaran tentang alasan kita dapat melihat benda di sekitar kita (construktivism).
Guru melakukan tanya jawab
dengan siswa sambil siswa melaksanakan perintah guru tersebut. “Apa yang kalian rasakan ketika kalian memejamkan mata?” dan “Apa pula yang kalian rasakan ketika membuka mata?. Dari pertanyaan tersebut, diperoleh berbagai jawaban bervariasi dari anak seperti ketika memejamkan mata: semuanya tampak hitam, gelap, tidak dapat melihat apa-apa, dan ketika membuka mata: anak-anak menjawab bisa melihat sekitar dengan jelas. Selanjutnya, guru bertanya “Mengapa 42
43 kita bisa melihat benda di sekitar kita ketika membuka mata?”. Berdasar pertanyaan tersebut diperoleh pula jawaban yang beraneka ragam seperti karena tidak buta, karena tidak gelap, dan karena ada cahaya (questioning). Kegiatan inti, guru menjelaskan pentingnya mempelajari sifat-sifat cahaya. Cahaya sangat penting dalam kehidupan. Coba kalian bayangkan jika di dunia ini tidak ada cahaya, apa yang akan terjadi? Siswa menjawab bahwa bumi akan gelap dan kita tidak akan dapat melihat segala sesuatu yang ada di sekitar. Kegiatan ini dilanjutkan dengan pembagian kelas menjadi 3 kelompok dengan tiap kelompok terdiri dari lima siswa (learning community). Setiap kelompok mewakilkan seorang siswa secara bergiliran untuk mendemonstrasikan berbagai sifat cahaya dengan berbagai alat percobaan yang disediakan sesuai dengan petunjuk guru (modelling). Setiap perwakilan kelompok yang maju setelah selesai mendemonstrasikan satu sifat cahaya, selanjutnya menjelaskan hasil pengamatan yang diperoleh di depan kelas. Siswa yang tidak maju mendengarkan dan mencatat yang dirasa penting. Setelah demonstrasi selesai, guru bersama siswa menyimpulkan secara singkat tentang sifat-sifat cahaya antara lain merambat lurus, dapat dipantulkan, dapat dibiaskan, dan menembus benda bening. Kegiatan berikutnya adalah percobaan secara kelompok untuk menyelidiki sifat bayangan hasil pencerminan pada cermin datar dan lengkung. Sebelum kegiatan, setiap kelompok diberi lembar kerja yang berisi tentang langkah kegiatan yang harus siswa kerjakan dan beberapa pertanyaan berkenaan tentang hasil percobaan tersebut. Perwakilan kelompok maju mengambil cermin datar dan sendok mengkilat yang sudah disediakan guru. Siswa bersama kelompok melakukan percobaan dengan cara mengamati bayangan yang dihasilkan dari pencerminan gambar orang pada cermin datar yang mencakup bagaimanakah sifat bayangan yang tampak dalam cermin dibandingkan dengan gambar yang sesungguhnya. Kemudian siswa mengamati bayangan hasil pencerminan pada cermin lengkung yaitu untuk cermin cembung menggunakan sendok yang arah lengkungnya ke luar. Sedangkan untuk cermin cekung menggunakan sendok yang arah lengkungnya ke dalam (inqury). Setelah melakukan percobaan dan
43
44 pengamatan, siswa bersama kelompok berdiskusi untuk menjawab pertanyaan yang terdapat pada lembar kerja (learning community). Selama pembelajaran berlangsung, guru tidak tinggal diam membiarkan siswa melakukan kegiatan sendiri, tetapi guru berkeliling mengamati siswa dan membantu siswa yang mengalami kesulitan saat proses pembelajaran berlangsung. Selain itu, sambil membantu siswa yang mengalami kesulitan, guru juga melakukan pengamatan dan penilaian proses terhadap aktivitas siswa tersebut (authentic assesment). Kegiatan akhir, siswa mengumpulkan lembar kerja yang telah dibagikan guru. Kemudian guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan halhal yang belum dipahami. Berdasarkan kegiatan ini, guru memberikan bimbingan kepada siswa untuk menyimpulkan seluruh materi yang telah dibahas melalui kegiatan yang telah dilakukannya sendiri (reflection). 2) Pertemuan II Pada pertemuan II materi yang diajarkan adalah membuat model sederhana dengan memanfaatkan sifat-sifat cahaya (periskop, kamera lubang jarum, dan kaleidoskop). Pertemuan II dilaksanakan 2 x 35 menit dalam satu kali pertemuan. Pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan model kontekstual. Kegiatan awal, guru membuka pembelajaran dengan berdoa bersama, presensi, dan apersepsi. Apersepsi yang dilakukan guru adalah guru menunjukkan sebuah kaca spion. Saat menunjukkan kaca spion, perhatian siswa tertuju pada guru. Guru menggali pengetahuan siswa tentang kaca spion dengan mengajukan pertanyaan kepada siswa “Benda apakah yang Ibu bawa?” “Dimana saja kalian temukan benda ini” “Apa fungsi dari benda ini?” dan “kaca jenis apa yang terdapat pada kaca spion? (questioning). Siswa secara serempak menjawab bahwa nama benda yang ditunjukkan tersebut adalah kaca spion dan mereka memberikan jawaban yang beraneka ragam tentang kaca spion, ada yang mengatakan kaca spion di temukan pada sepeda motor, mobil, truk. Siswa juga menjawab bahwa kaca spion berfungsi untuk melihat kendaraan yang ada dibelakang sehingga terjadi kecelakaan. Sedangkan kaca yang dipakai, ada yang mengatakan kaca dari cermin, cermin cekung, cermin datar, dan cermin cembung. Guru meminta salah 44
45 seorang murid untuk mencoba meraba dan merasakan bentuk permukaan cermin/ kaca spion (modelling). Salah seorang siswa meraba permukaan kaca spion dan mengatakan bahwa bentuknya agak melengkung ke depan sehingga kaca spion menggunakan cermin cembung. Guru selanjutnya menyuruhnya untuk bercermin dan mengamati bayangan yang tampak. Siswa menjelaskan bahwa ukurannya diperkecil (constructisivism). Berdasar kegiatan tersebut guru menjelaskan bahwa dengan mengenali sifat cahaya khususnya pemantulan bayangan pada cermin, kita dapat memanfaatkannya dalam kehidupan sehari-hari seperti pada kaca spion yang menggunakan cermin cembung. Sesuai percobaan pertemuan sebelumnya bahwa hasil pencerminan pada cermin cembung diperoleh sifat bayangan diperkecil, tegak, dan maya, maka sifat tersebut sangat berguna dalam pembuatan kaca spion yang dapat membantu pengendara sepeda motor untuk mengetahui kondisi di belakang tanpa harus melihat ke belakang. Penggunaan cermin cembung pada kaca spion selain diperoleh sifat bayangan yang jelas juga mampu menangkap bayangan dari benda yang jarak atau jangkauannya luas dibandingkan jenis cermin yang lainnya. Setelah penjelasan secara singkat tentang pemanfaatan sifat cahaya pada kaca spion, guru juga menjelaskan bahwa selain pada kaca spion masih banyak benda lain yang memanfaatkan sifat cahaya seperti pada periskop, kamera, dan teleskop. Namun, dalam pembelajaran, guru hanya akan memperkenalkan tentang cara pembuatan sederhana model periskop, kamera lubang jarum, dan kaleidoskop. Kegiatan inti, siswa berkumpul dengan kelompok yang telah ditentukan pada pertemuan pertama. Guru meminta perwakilan kelompok maju untuk mengambil tugas yang terdapat dalam amplop. Siswa bersama kelompok membaca tugas kelompok untuk membuat model yang telah ditentukan. Perwakilan kelompok kembali maju dan mengambil alat atau bahan yang belum disediakan dalam kelompoknya masing-masing. Siswa mendiskusikan cara pembuatan model sederhan sesuai tugas kelompok yang telah diterimanya. Siswa bekerjasama dengan kelompoknya masing-masing (learning community). 45
46 Kelompok I mendapat tugas membuat kamera lubang jarum. Alat dan bahan yang digunakan antara lain kotak pasta gigi, kertas minyak warna putih, kertas emas sebagai pembungkus, lem, dan lakban sebagai perekat, dan gunting atau cutter sebagai pemotong. Langkah yang dikerjakan siswa antara lain: (1) menghilangkan salah satu tutup kotak pasta gigi, (2) membuat lubang pada tutup yang lain pada kotak pasta gigi, (3) memotong kotak pasta gigi menjadi dua bagian sama panjang, (4) memberi sekat berupa kertas minyak pada bagian tengah kotak pasta gigi sebagai layar, (5) menyambung kembali kedua bagian tersebut dengan menggunakan lakban, (6) menutupi bagian permukaan luar kotak dengan kertas minyak sehingga tidak ada celah yang memungkinkan cahaya masuk ke dalam kotak pasta gigi selain dari ke dua bagian ujung kotak pasta gigi. Setelah selesai membuat siswa bersama kelompok mengujikan alat yang telah dibuat dengan mengamati bayangan yang tampak pada layar yang terdapat di tengah kamera lubang jarum. Kelompok II, mendapat tugas membuat periskop sederhana. Alat dan bahan yang digunakan antara lain Karton dengan ukuran 28 cm x 50 cm, 2 cermin datar ukuran 6,5 cm x 6,5 cm, lem, penggaris, pensil, dan pisau atau cutter. Langkah yang dikerjakan siswa antara lain (1) membagi karton menjadi empat bagian yang sama, (2) membuat dua buah lubang kecil pada bagian seperti gambar di bawah ini
(3) membuat celah untuk penempatan cermin membentuk sudut
pada sisi
yang lain, (4) melipat karton membentuk bangun balok dan merekatkan dengan lakban, (5) memasukkan cermin pada celah bersudut menghadap ke atas dan ke bawah, kemudian merekatkannya dengan lakban. Setelah selesai membuat siswa bersama kelompok mengujikan alat yang telah dibuat dengan mengamati benda di sekeliling. Kelompok III mendapat tugas membuat kaleidoskop. Alat dan bahan yang digunakan antara lain cutter/ gunting, kotak pasta gigi, kertas mengkilap warna 46
47 putih, kertas HVS, potongan kertas emas warna-warni, plastik bening/ mika bening, dan lem. Langkah yang dikerjakan siswa antara lain (1) membuka kotak pasta gigi menjadi lembaran dengan 4 tekukan, dan salah satu lembaran tekukan dan bagian tutup dihilangkan, (2) melekatkan kertas mengkilap putih pada lembaran kotak pasta gigi, (3) membentuk lembaran tadi menjadi bentuk prisma segitiga, (4) menutup salah satu ujung prisma dengan kertas HVS, (5) memasukkan potongan kertas warna-warni ke dalam prisma, (6) menutup lubang pada ujung yang lain dengan plastik bening/ mika bening. Setelah selesai membuat siswa bersama kelompok mengujikan alat yang telah dibuat dengan mengamati melalui lubang yang ditutupi plastik bening sambil mengetok-ketok prisma (inqury). Kegiatan selanjutnya adalah siswa berdiskusi dengan kelompok untuk menjawab pertanyaan yang telah tersedia di bawah lembar kerja cara membuat model sederhana yang terdapat pada tugas kelompoknya masing-masing. Selama pembelajaran berlangsung, guru tidak tinggal diam membiarkan siswa melakukan kegiatan sendiri, tetapi guru berkeliling mengamati siswa dan membantu siswa yang mengalami kesulitan saat proses pembelajaran berlangsung. Selain itu, sambil membantu siswa yang mengalami kesulitan, guru juga melakukan pengamatan dan penilaian proses terhadap aktivitas siswa tersebut (authentic assesment). Kegiatan akhir, siswa mengumpulkan lembar kerja yang telah dibagikan guru. Kemudian guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan halhal yang belum dipahami. Berdasarkan kegiatan ini, guru memberikan bimbingan kepada siswa untuk menyimpulkan seluruh materi yang telah dibahas melalui kegiatan yang telah dilakukannya sendiri (reflection). 3) Pertemuan III Pada pertemuan ke III ini tidak dilakukan kegiatan pembelajaran hanya mengulas materi yang teah dipelajari sebelumnya. Selain kegiatan tersebut juga diadakan evaluasi kegiatan dengan cara menanyakan kepada siswa tentang pembelajaran yang telah dilakukan. Kemudian diadakan tes evaluasi tentang materi dan tes kreativitas yang telah disediakan peneliti sebelumnya. 47
48 c. Observasi Dalam tahap ini dilaksanakan pemantauan terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model kontekstual, yang dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu berupa lembar observasi dan perekaman dengan kamera foto. Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai kesesuaian pelaksanaan pembelajaran model kontekstual dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun serta untuk mengetahui seberapa besar pembelajaran dengan model kontekstual yang dilaksanakan menghasilkan perubahan pada kreativitas siswa kelas V SDN Tepisari 02 pada mata pelajaran IPA tentang “cahaya”. Oleh karena itu, pengamatan tidak hanya ditujukan pada aktivitas atau partisipasi dalam proses pembelajaran, tetapi juga pada aspek tindakan guru dalam melaksanakan pembelajaran termasuk suasana kelas pada setiap pertemuan. Uraian observasi tiap pertemuan pada Siklus I sebagai berikut : Pertemuan : I (satu) Indikator
: mendemonstrasikan sifat-sifat cahaya dan mengidentifikasi sifat bayangan hasil pencerminan pada cermin datar dan cermin lengkung
Hasil Observasi Kegiatan Guru Berdasarkan Lampiran 4a: a) Kegiatan pra pembelajaran yang dilakukan guru dalam kategori cukup b) Guru membuka pembelajaran dengan baik c) Strategi pembelajaran yang digunakan guru dalam kategori baik d) Kesesuaian media yang digunakan guru dengan materi dalam kategori sangat baik e) Guru mampu mengendalikan kelas dengan baik sehingga aktivitas dan ketertiban siswa tetap terkontrol f) Guru menilai siswa tidak hanya hasil tetapi juga prosesnya dengan baik, g) Penggunaan bahasa oleh guru dalam pembelajaran sudah baik sehingga siswa paham dengan penjelasan guru, meskipun bahsa yang digunakan masih campuran antara Bahasa Indonesia dengan Bahasa Daerah.
48
49 h) Guru menutup pembelajaran dengan baik yaitu dengan mengajak siswa untuk terlibat dalam merefleksi kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan dan memberikan tindak lanjut atas pembelajaran tersebut dengan pengarahan materi berikutnya. i) Berdasarkan hasil pengamatan terhadap guru selama pembelajaran dengan menggunakan model kontekstual dapat dilihat pada lampiran 4a menunjukkan bahwa rata-rata penilaian total dari hasil pengamatan terhadap guru pada siklus I pertemuan I adalah 3,08 dalam kategori baik. Hasil Observasi Kegiatan Siswa Berdasarkan Lampiran 5a: a) Perhatian siswa dalam pembelajaran sangat baik dengan ditunjukkan sikap menyimak penjelasan guru maupun teman yang maju dalam kriteria sangat baik, antusiasme dalam pembelajaran sangat baik, dan menunjukkan rasa senang mengikuti kegiatan pembelajaran dalam kriteria sangat baik. b) Kerjasama dalam kelompok ketika pembelajaran dalam kriteria cukup dengan ditunjukkan sikap siswa memberi bantuan kepada teman masih cukup, menghargai pendapat orang lain/ teman dalam kriteria cukup, dan menunjukkan kekompakkan dalam tim/ kelompok masih dalam kriteria cukup. c) Ketekunan siswa dalam pembelajaran menunjukkan sikap mengerjakan tugas dengan teliti dalam kriteria cukup, tidak mengobrol dengan teman dalam kriteria kurang, tidak mengganggu kelompok lain dalam kriteria sangat baik. d) Keaktifan siswa dalam pembelajaran menunjukkan sikap menyatakan pendapat dalam kriteria baik, mengajukan pertanyaan dalam kriteria kurang, dan mengerjakan tugas dengan baik dalam kriteria cukup. e) Berdasarkan hasil pengamatan terhadap siswa selama pembelajaran dengan menggunakan model kontekstual yang dapat dilihat pada lampiran 5a menunjukkan bahwa rata-rata persentase penilaian total dari hasil pengamatan terhadap siswa pada siklus I pertemuan I adalah 58% dalam kategori cukup. Pertemuan : II (dua) Indikator
: Membuat model sederhana dengan memanfaatkan sifat-sifat cahaya
Hasil Observasi Kegiatan Guru Berdasarkan Lampiran 4b: a) Kegiatan pra pembelajaran yang dilakukan guru dalam kategori baik 49
50 b) Guru membuka pembelajaran dengan baik c) Guru melaksanakan strategi pembelajaran dalam kategori baik d) Kesesuaian media yang digunakan guru dengan materi dalam kategori baik e) Guru
mampu mengendalikan kelas dengan baik sehingga aktivitas dan
ketertiban siswa tetap terkontrol f) Guru menilai siswa tidak hanya hasil tetapi juga prosesnya dengan baik g) Penggunaan bahasa dalam pembelajaran sudah baik sehingga siswa menjadi paham dengan penjelasan guru, meskipun bahasa yang digunakan masih campuran antara Bahasa Indonesia dengan Bahasa Daerah. h) Guru menutup pembelajaran dengan baik yaitu dengan mengajak siswa untuk terlibat dalam merefleksi kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan dan memberikan tindak lanjut atas pembelajaran tersebut dengan pengarahan materi berikutnya. i) Berdasarkan hasil pengamatan terhadap guru selama pembelajaran dengan menggunakan model kontekstual yang dapat dilihat pada lampiran 4b menunjukkan bahwa rata-rata penilaian total dari hasil pengamatan terhadap guru pada siklus I pertemuan II adalah 3,30 dalam kategori baik. Hasil Observasi Kegiatan Siswa Berdasarkan Lampiran 5b: 1)
Perhatian siswa dalam pembelajaran sangat baik dengan ditunjukkan sikap menyimak penjelasan guru maupun teman yang maju dalam kriteria sangat baik, antusiasme dalam pembelajaran sangat baik, dan menunjukkan rasa senang mengikuti kegiatan pembelajaran dalam kriteria sangat baik.
2)
Kerjasama dalam kelompok ketika pembelajaran dalam kriteria baik dengan ditunjukkan sikap siswa memberi bantuan kepada teman masih cukup, menghargai pendapat orang lain/ teman dalam kriteria baik, dan menunjukkan kekompakkan dalam tim/ kelompok masih dalam kriteria sangat baik.
3)
Ketekunan siswa dalam pembelajaran menunjukkan sikap mengerjakan tugas dengan teliti dalam kriteria cukup, tidak mengobrol dengan teman dalam kriteria cukup, tidak mengganggu kelompok lain dalam kriteria sangat baik.
50
51 4)
Keaktifan siswa dalam pembelajaran menunjukkan sikap menyatakan pendapat dalam kriteria sangat baik, mengajukan pertanyaan dalam kriteria kurang, dan mengerjakan tugas dengan baik dalam kriteria cukup.
5)
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap siswa selama pembelajaran dengan menggunakan model kontekstual yang dapat dilihat pada lampiran 5b menunjukkan bahwa rata-rata persentase penilaian total dari hasil pengamatan terhadap siswa pada siklus I pertemuan II adalah 66% dalam kategori cukup.
Pertemuan : III (tiga) Pada pertemuan III ini tidak ada kegiatan pembelajaran hanya berupa evaluasi dan tes kreativitas. Jadi pada pertemuan III tidak ada observasi terhadap kegiatan siswa maupun kegiatan guru. d. Analisis dan Refleksi Data-data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan untuk dianalisis. Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan selama proses pelaksanaan tindakan baru pada indikator mendemonstrasikan sifat-sifat cahaya dan mengidentifikasi sifat bayangan hasil pencerminan pada cermin datar dan cermin lengkung telah menunjukkan perubahan, baik pada aktivitas siswa maupun pada pencapaian hasil belajar. Sedangkan untuk indikator membuat model sederhana dengan memanfaatkan sifat-sifat cahaya, belum menunjukkan perubahan yang berarti. Hasil refleksi selengkapnya dapat duiraikan sebagai berikut : Pertemuan : I (satu) Indikator
: Mendemonstrasikan sifat-sifat cahaya dan mengidentifikasi sifat bayangan hasil pencerminan pada cermin datar dan cermin lengkung
Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung, siswa cukup aktif memperhatikan panjelasan guru dan menjawab pertanyaan guru, siswa melakukan diskusi dengan kelompoknya dengan baik, siswa secara berkelompok telah mengerjakan pertanyaan yang terdapat dalam lembar kerja dengan baik. Siswa telah menunjukkan nilai kelompok yang baik dengan nilai 51
52 rata-rata 81,67. 100% siswa dalam kelompok mendapatkan nilai lebih dari sama dengan 75. Data nilai siswa pada pertemauan ke 1 siklus I selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6a. Pertemuan : II (dua) Indikator
: Membuat model sederhana dengan memanfaatkan sifat-sifat cahaya
Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung, siswa cukup aktif memperhatikan panjelasan guru dan melaksanakan tugas guru untuk membuat model dengan memanfaatkan sifat-sifat cahaya dengan baik. Pada umumnya mereka masih mengalami kebingungan dalam memahami petunjuk yang terdapat dalam lembar kerja. Guru secara bergiliran menemui setiap kelompok untuk menerangkan kembali petunjuk yang ada. Saat menerangkan ternyata ketidak pahaman siswa disebabkan karena siswa kurang begitu paham dengan maksud dalam penggunaan Bahasa Indonesia. Oleh karena itu, saat menerangkan kepada siswa, guru menggunakan bahasa campuran antara Bahasa Indonesia dengan Bahasa Jawa. Akhirnya siswa paham dengan petunjuk yang ada dan
kembali
mendiskusikan
dengan
kelompoknya
masing-masing
dan
bekerjasama membuat model dengan baik. Pembelajaran berlangsung sangat baik walaupun ada saja siswa yang tidak mau bekerjasama dengan kelompoknya karena mereka baru pertama kalinya merasakan pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok sehingga memerlukan penyesusian dengan hal yang baru tersebut. Setelah membuat model, siswa kembali berdiskusi untuk menjawab pertanyaan yang terdapat dalam lembar kerja. Nilai yang diperoleh siswa secara berkelompok ini mengalami peningkatan dengan rata-rata kelas 82.67. Berdasarkan hal tersebut maka pembelajaran dengan model kontekstual sangat cocok untuk pembelajaran IPA. Data nilai siswa pada pertemuan II siklus I selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6a. Pertemuan : III (tiga) Indikator
: evaluasi pertemuan I dan II dengan tes hasil belajar dan tes kreativitas. 52
53 Berdasarkan hasil tes hasil belajar diperoleh data bahwa sebagian besar menunjukkan nilai kelompok lebih bagus dari pada nilai individu. Walaupun terjadi penurunan rata-rata kelas dibandingkan pertemuan I dan II, tetapi nilai siswa termasuk dalam kategori cukup karena nilai rata-rata kelas telah mencapai 70,00 dan siswa yang memperoleh nilai lebih dari sama dengan70 sebanyak 10 siswa atau 67% dari 15 siswa. Data nilai hasil belajar siswa pada pertemuan III selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6a. Pada pertemuan ketiga ini, selain diadakan tes evaluasi hasil belajar juga diadakan tes kreativitas dan data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Persentase Tes Kreativitas Siswa Siklus I No 1 2 3 4
Nilai
Frekuensi
21 – 40 41 – 60 61 – 80 81 - 100 Jumlah
0 5 8 2 15
Nilai Tengah (xi) 31.50 51.50 71.50 91.50
fixi
Persentase
Kategori
Keterangan
0.00 0% tidak kreatif tidak tuntas 257.50 33% kurang kreatif tidak tuntas 572.00 53% kreatif Tuntas 183.00 13% sangat kreatif Tuntas 1012.50 100% Nilai rata-rata= 1012.50 : 15 = 67.50 Ketuntasan Klasikal = 10: 15 x 100% = 67% 0% tidak kreatif, 33% kurang kreatif, 53% kreatif, dan13% sangat kreatif
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa hasil tes kreativitas siswa menunjukkan terjadi peningkatan jika dibandingkan dengan hasil tes kreativitas sebelum tindakan. Nilai rata-rata tes kreativitas sebelum tindakan adalah 58,13 dengan siswa yang mendapat nilai 21-40 ada 7% dalam kategori tidak kreatif, 41-60 ada 40% dalam kategori kurang kreatif, 61-80 ada 47% dalam kategori kreatif, dan nilai 80-100 adalah 7 % dari 15 siswa. Sedangkan hasil tes kreativitas siklus I menunjukkan nilai rata-rata hasil tes meningkat menjadi 67,73 dengan ketuntasan 67%. Data siswa yang mendapat nilai 21-40 tidak ada, nilai 4160 ada 33% dalam kategori kurang kreatif, nilai 61-80 ada 53% dalam kategori kreatif, dan nilai 81-100 ada 13% dalam kategori sangat kreatif. Untuk memperjelas adanya peningkatan kreativitas siswa pada siklus I ini dibandingkan pada prasiklus dapat dilihat pada grafik 2.
53
54
60%
Hasil tes kreativitas siswa
frekuensi
50%
Tidak kreatif
40%
Kurang kreatif
30% Kreatif
20%
Sangat Kreatif
10% 0% Pra siklus
kreativitas
Siklus I
Grafik 2. Grafik kreativitas siswa kelas V SDN Tepisari 02 pra siklus dan siklus I Setelah dianalisis dapat disimpulkan bahwa pada saat proses pembelajaran siklus I terjadi hambatan antara lain: 1) Kemampuan guru mengelola waktu masih kurang, disebabkan karena guru harus menyiapkan segala peralatan untuk praktek dan pembagian kelompok. 2) Ada beberapa siswa yang nilainya rendah, tertinggal dengan temannya, disebabkan karena kurang memahami materi pada saat guru menerangkan materi yang telah dipelajari di kelas, seperti siswa yang bergurau sendiri. 3) Pada saat diskusi terlihat ada siswa yang pasif dan diam, disebabkan karena belum terbiasa diajak untuk belajar berkelompok. Selain itu adanya ketidakcocokan dengan anggota kelompok yang diperoleh. 4) Suasana kelas sedikit ramai saat kerja kelompok berlangsung, karena siswa lebih banyak bergurau daripada mengerjakan tugas kelompoknya. Hal ini disebabkan karena kurangnya pembagian tugas dalam kelompok. 5) Adanya pemprotesan siswa terhadap pembuatan model kaleidoskop yang dirasa kurang menarik tidak seperti pada model periskop dan kamera lubang jarum. Beradasar analisis, tampak munculnya hambatan pada saat penelitian, maka perlu adanya perbaikan yang dilanjutkan pada penelitian dalam siklus II. 2. Tindakan Siklus II Tindakan siklus II dilaksanakan selama 3 kali pertemuan dengan 2 pertemuan untuk pelaksanaan pembelajaran model kontekstual yaitu pada tanggal 54
55 19 dan 21 April 2010 dan 1 pertemuan untuk pelaksanaan evaluasi materi dan tes kreativitas pada tanggal 22 April 2010. Tiap-tiap pertemuan terdiri dari dua jam pelajaran (2 X 35 menit) yang dilaksanakan selama 1 minggu. Pada siklus II ini peneliti mengkaji hasil refleksi dari siklus I. Adapun tahapan-tahapan yang dilaksanakan dalam siklus II adalah sebagai berikut: a. Tahap Perencanaan Berdasarkan hasil refleksi pelaksanaan pada siklus I telah diketahui bahwa ada peningkatan kreativitas siswa dalam pembelajaran IPA pada materi “cahaya” tetapi belum maksimal. Hal tersebut ditunjukkan pada persentase nilai tes kreativitas siswa yang menunjukkan ada 33% siswa masih tergolong dalam kategori kreativitas kurang. Perencanaan pada siklus yang kedua ini adalah dengan melakukan identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah sebagai berikut: 1) Guru menyampaikan materi dan informasi pembelajaran dengan jelas dan memberikan arahan kembali kepada siswa tentang pelaksanaan kerja kelompok yang baik seperti dengan adanya pembagian tugas dalam anggota, setiap kelompok terdapat seorang siswa yang menjadi ketua yang harus bertanggung jawab terhadap anggotanya dan mengerjakan secara bekerjasama. 2) Memberikan
motivasi
kepada
siswa
misalnya
dengan
memberikan
penghargaan baik verbal maupun non verbal. Penghargaan verbal yang diberikan berupa pujian dan tepuk tangan oleh guru terhadap siswa yang aktif atau mampu menjawab atau memberikan pertanyaan. Sedangkan penghargaan non verbal dengan memberikan bintang atau smell. 3) Guru memperbaiki pengelolaan kelas dengan membuat pembelajaran yang menarik siswa seperti pada awal pelajaran siswa diajak bernyanyi dan bertepuk atau mengadakan permainan. 4) Guru mengganti salah satu model yang harus dibuat siswa yaitu kaleidoskop diganti dengan cakram warna. Dengan berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tahun 2008 kelas V SD, peneliti melakukan langkah-langkah perencanaan pembelajaran IPA dengan model kontekstual sebagai berikut: 55
56 1) Mempelajari KTSP dan silabus SD kelas III Standar Kompetensi Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya atau model. Kompetensi Dasar 6.1. Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya. 6.2. Membuat karya/ model dengan bahan sederhana dengan memanfaatkan sifat-sifat cahaya. 2) Merencanakan pembelajaran dengan model kontekstual untuk 2 kali pertemuan dengan indikator: menyebutkan sifat-sifat cahaya (merambat lurus, menembus benda bening, dapat dipantulkan, dibiaskan, dan diuraikan), mengidentifikasi sifat-sifat cahaya yang mengenai berbagai jenis cermin (cermin datar, cermin cekung, dan cermin cembung), menyebutkan berbagai alat/ benda dalam kehidupan sehari-hari yang memanfaatkan sifat-sifat cahaya. membuat karya/ model sederhana dengan memanfaatkan sifat-sifat cahaya(periskop, kamera lubang jarum, dan cakram warna). 3) Menentukan pokok bahasan dan memberikan informasi kepada siswa mengenai materi pelajaran yang akan dibahas dengan tujuan agar siswa lebih mempersiapkan diri lagi dalam melakukan kegiatan pembelajaran . 4) Menyiapkan alat praktek dan media yang sesuai. b. Pelaksanaan Tindakan Pada tahap ini peneliti mengulang materi pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran IPA. Pembelajaran yang telah disusun pada siklus II dilaksanakan tiga kali pertemuan dengan dua pertemuan pembelajaran kontekstual dan satu pertemuan pelaksanaan tes evaluasi belajar dan tes kreativitas. 1) Pertemuan I Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 19
April 2010. Pada
pertemuan ini materi yang diajarkan adalah sifat-sifat cahaya dan sifat bayangan pada cermin datar dan lengkung.
56
57 Kegiatan awal, guru dan siswa berdoa bersama, presensi siswa. Agar siswa bersemangat, guru mengajari siswa bertepuk dan dilanjutkan apersepsi dengan mengajak siswa menyanyikan lagu “Ambilkan Bulan Bu”. Berdasarkan lagu tersebut, maka siswa akan mendapatkan gambaran tentang kondisi di malam hari. Kemudian guru melakukan tanya jawab dengan siswa berdasarkan lagu tersebut seperti “bagaimanakah kondisi pada malam hari ketika langit mendung dan terjadi pemadaman listrik?”, “apakah kalian bisa melihat dan belajar dengan kondisi tersebut?”, “apa yang kalian perlukan dalam kondisi tersebut agar tetap belajar”. Bedasarkan lagu yang telah dinyanyikan dan hasil tanya jawab tentang pengalaman siswa di malam hari tersebut, siswa telah sedikit mendapat gambaran tentang pentingnya cahaya bagi kehidupan(constructivism dan questioning). Kegiatan inti, guru memberikan sedikit pengarahan kepada siswa cara bekerjasama dalam kelompok yang baik. Guru menjelaskan gambaran pelaksanaan pembelajaran yang akan dilaksanakan bahwa materi yang akan dibahas masih sama dengan materi yang sebelumnya hanya saja kegiatannya sedikit berubah yaitu kegiatan praktek dilakukan dengan cara tiap kelompok mendatangi tempat praktek yang telah disediakan berbagai alat praktek. Pada setiap tempat ada 2-3 kegiatan praktek yang harus dilakukan siswa dan lembar kerja yang harus dikerjakan setiap kelompok. Kelompok secara bergiliran mendatangi tempat tersebut(modelling). Siswa berkumpul dengan kelompoknya masing-masing. Mereka membagi tugas pada setiap anggota kelompok. Siswa bersama kelompok mendatangi tempat praktek yang ingin dikerjakan terlebih dahulu. Siswa bekerjasama melakukan praktek kemudian berdiskusi mengerjakan lembar kerja yang telah disediakan. Setelah selesai mengerjakan tugas pada tempat tersebut, siswa bersama kelompoknya berpindah ke tempat yang kelompok lainnya juga telah selesai mengerjakan. Apabila semua kelompok lain belum selesai, kelompok tersebut harus menunggu hingga keompok lain tersebut selesai (inquiri dan learning community). Selama pembelajaran berlangsung, guru tidak tinggal diam membiarkan siswa melakukan kegiatan sendiri, tetapi guru berkeliling mengamati siswa dan 57
58 membantu siswa yang mengalami kesulitan saat proses pembelajaran berlangsung. Selain itu, sambil membantu siswa yang mengalami kesulitan, guru juga melakukan pengamatan dan penilaian proses terhadap aktivitas siswa tersebut (authentic assesment). Setelah selesai mengerjakan praktek untuk membuktikan sifat-sifat cahaya dan mengidentifikasi sifat bayangan yang mengenai cermin lengkung dan datar, siswa berdiskusi bersama kelompoknya untuk mempresentasikan hasil yang ia peroleh bersama kelompoknya di hadapan guru dan kelompok lainnya. Sebelum kegiatan presentasi dimulai, seluruh kelompok mengumpulkan lembar kerja yang telah dikerjakan. Guru mengundi nomor kelompok yang harus mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Siswa bersama kelompoknya yang terpilih
maju
mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas. Kelompok yang tidak mendapat giliran memberikan tanggapan kepada kelompok yang presentasi. Kemudian, guru memberikan penguatan tentang materi yang telah dibahas. Kegiatan akhir, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami. Berdasarkan kegiatan ini, guru memberikan bimbingan kepada siswa untuk menyimpulkan seluruh materi yang telah dibahas melalui kegiatan yang telah dilakukannya sendiri (reflection). 2) Pertemuan II Pada pertemuan II materi yang diajarkan adalah membuat model sederhana dengan memanfaatkan sifat-sifat cahaya (periskop, kamera lubang jarum, dan cakram warna). Pertemuan II dilaksanakan 2 x 35 menit pada tanggal 21 April 2010. Pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan model kontekstual. Kegiatan awal, guru membuka pembelajaran dengan berdoa bersama, presensi, dan apersepsi. Apersepsi yang dilakukan guru adalah dengan menyuruh seorang siswa untuk bercermin dengan cermin yang terpasang didinding kelas kemudian merabanya (modeling). Selanjutnya menanyakan “jenis cermin apa yang kamu gunakan bercermin itu?. Siswa menjawab bahwa cermin yang ia gunakan bercermin itu adalah cermin datar karena permukaannya rata. Siswa kembali ke tempat duduk. “Anak-anak, jika di rumah kalian ada tiga jenis cermin 58
59 yaitu cermin cembung, cermin datar, dan cermin lengkung, cermin mana yang akan kalian gunakan untuk bercermin?”. Secara serentak, siswa menjawab “cermin datar”. Guru kemudian menanyakan alasan memilih menggunakan cermin datar untuk bercermin. Ada banyak jawaban dari siswa yang berbeda diantaranya adalah “karena biar jelas”, “ karena sifat bayangan pada cermin datar sama persis dengan aslinya hanya posisi kanan-kirinya saja yang beda”, “kalau pake cermin cekung nanti kebingungan karena kayak di sendok kemarin jadi terbalik”. Berdasarkan kegiatan tersebut tampak bahwa siswa telah memahami tentang pemanfaatan cermin sesuai dengan jenisnya (construcsivism). Kegiatan inti, guru menjelaskan secara singkat bahwa pada umumnya ada jenis cermin yang serring ditemui di sekitar kita yaitu cermin cembung, cekung dan datar. Seperti percobaan sebelumnya bahwa dari ketiga jenis cermin tersebut memiliki sifat bayangan yang berbeda-beda sehingga pemanfaatannya pun berbeda-beda seperti cermin datar sangat cocok untuk kita bercermin ketikan berdandan, cermin cembung cocok untuk kaca spion kendaraan atau kaca yang terdapat di tikungan jalan yang terjal karena sifat bayangannya yang diperkecil, tegak, dan maya tersebut sehingga walaupun ada benda atau kendaraan lain yang jauh tetap terlihat jelas, sedangkan cermin cekung cocok untuk cermin yang terdapat pada senter karena dapat menyebarkan cahaya pada senter. Setelah penjelasan secara singkat tentang pemanfaatan penggunaan berbagai jenis cermin di kehidupan sehari-hari, guru menjelaskan bahwa dalam pembelajaran kali ini siswa kembali akan membuat model sederhana periskop, kamera lubang jarum, dan cakram warna. Pembagian kelompoknya, kelompok I yang sebelumnya membuat kamera lubang jarum mendapat tugas membuat periskop. Kelompok II yang sebelumnya membuat periskop mendapat tugas membuat cakram warna. Sedangkan kelompok III yang sebelumnya mendapat tugas membuat kaleidoskop mendapat tugas membuat kamera lubang jarum. Kelompok I mendapat tugas membuat periskop sederhana. Alat dan bahan yang digunakan antara lain Karton dengan ukuran 28 cm x 50 cm, 2 cermin datar ukuran 6,5 cm x 6,5 cm, lem, penggaris, pensil, dan pisau atau cutter. Langkah yang dikerjakan siswa antara lain (1) membagi karton menjadi empat bagian yang 59
60 sama, (2) membuat dua buah lubang kecil pada bagian seperti gambar di bawah ini
(3) membuat celah untuk penempatan cermin membentuk sudut
pada sisi
yang lain, (4) melipat karton membentuk bangun balok dan merekatkan dengan lakban, (5) memasukkan cermin pada celah bersudut menghadap ke atas dan ke bawah, kemudian merekatkannya dengan lakban. Setelah selesai membuat siswa bersama kelompok mengujikan alat yang telah dibuat dengan mengamati benda di sekeliling. Kelompok II mendapat tugas membuat cakram warna. Alat dan bahan yang digunakan antara lain kardus, kertas emas dengan berbagai warna, benang kenur, lem atau perekat yang lain, penggaris, pensil, dan pisau/cutter. Langkah yang dikerjakan siswa antara lain: (1) membuat potongan melingkar pada kardus, (2) membagi lingkaran kardus menjadi 6 bagian sama besar, (3) menempelkan berbagai kertas warna pada setiap bagian sehingga tampak berwarna-warni, (4) membuat 2 lubang kecil pada bagian tengah lingkaran, (5) memasukkan benang kenur pada ke dua lubang, kemudian sambung kenur menjadi 1 lingkaran, sehingga cakram warna seperti gansing, (7) memainkan cakram warna seperti gangsing, (8) mengamati warna cakram warna saat berputar dan membandingkan dengan warna sebelum berputar. Kelompok III mendapat tugas membuat kamera lubang jarum. Alat dan bahan yang digunakan antara lain kotak pasta gigi, kertas minyak warna putih, kertas emas sebagai pembungkus, lem dan lakban sebagai perekat, dan gunting atau cutter sebagai pemotong. Langkah yang dikerjakan siswa antara lain: (1) menghilangkan salah satu tutup kotak pasta gigi, (2) membuat lubang pada tutup yang lain pada kotak pasta gigi, (3) memotong kotak pasta gigi menjadi dua bagian sama panjang, (4) memberi sekat berupa kertas minyak pada bagian tengah kotak pasta gigi sebagai layar, (5) menyambung kembali kedua bagian tersebut dengan menggunakan lakban, (6) menutupi bagian permukaan luar kotak dengan 60
61 kertas minyak sehingga tidak ada celah yang memungkinkan cahaya masuk ke dalam kotak pasta gigi selain dari ke dua bagian ujung kotak pasta gigi. Setelah selesai membuat siswa bersama kelompok mengujikan alat yang telah dibuat dengan mengamati bayangan yang tampak pada layar yang terdapat di tengah kamera lubang jarum (inqury). Kegiatan selanjutnya adalah siswa berdiskusi dengan kelompok untuk menjawab pertanyaan yang telah tersedia di bawah lembar kerja cara membuat model sederhana yang terdapat pada tugas kelompoknya masing-masing. Selesai mengerjakan lembar kerja, siswa kembali berdiskusi untuk menampilkan hasil karyanya di depan kelas secara bergiliran dengan kelompok lain. Presentasi siswa yang terbaik akan mendapat rewort berupa bintang. Secara bergiliran siswa bersama kelompoknya
masing-masing mempresentasikan hasil karyanya.
Kelompok yang lainnya memberikan pertanyaan dan menanggapi hasil presentasi dan hasil karya kelompok yang maju. Kelompok yang presentasi berdiskusi untuk menjawab semua pertanyaan yang diajukan kelompok lain termasuk pertanyaan dari guru. Pertanyaan yang tidak mampu dijawab dapat dilemparkan ke siswa lain yang bisa menjawabnya atau dijelaskan oleh guru (questioning). Selama pembelajaran berlangsung, guru tidak tinggal diam membiarkan siswa melakukan kegiatan sendiri, tetapi guru berkeliling mengamati siswa dan membantu siswa yang mengalami kesulitan saat proses pembelajaran berlangsung. Selain itu, sambil membantu siswa yang mengalami kesulitan, guru juga melakukan pengamatan dan penilaian proses terhadap aktivitas siswa tersebut (authentic assesment). Kegiatan akhir, siswa mengumpulkan lembar kerja yang telah dibagikan guru. Kemudian guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan halhal yang belum dipahami. Berdasarkan kegiatan ini, guru memberikan bimbingan kepada siswa untuk menyimpulkan seluruh materi yang telah dibahas melalui kegiatan yang telah dilakukannya sendiri (refction). 3) Pertemuan III Pada pertemuan ke III ini tidak dilakukan kegiatan pembelajaran hanya mengulas materi yang telah dipelajari. Selain kegiatan tersebut juga diadakan 61
62 evaluasi kegiatan dengan cara menanyakan kepada siswa tentang pembelajaran yang telah dilakukan. Kemudian diadakan tes evaluasi hasil belajar tentang materi dan tes kreativitas yang disediakan peneliti sebelumnya untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan pembelajaran model kontekstual yang dilaksanakan. c. Observasi Dalam tahap ini dilaksanakan pemantauan terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model kontekstual, yang dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu berupa lembar observasi dan perekaman dengan kamera foto. Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai kesesuaian pelaksanaan model kontekstual dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun serta untuk mengetahui seberapa besar pembelajaran dengan model kontekstual yang dilaksanakan menghasilkan perubahan pada kreativitas siswa kelas V. Oleh karena itu, pengamatan tidak hanya ditujukan pada aktivitas atau partisipasi dalam proses pembelajaran, namun juga pada aspek tindakan guru dalam melaksanakan pembelajaran termasuk suasana kelas pada setiap pertemuan. Uraian observasi setiap pertemuan pada Siklus II sebagai berikut : Pertemuan : I (satu) Indikator
: mendemonstrasikan sifat-sifat cahaya dan mengidentifikasi sifat bayangan hasil pencerminan pada cermin datar dan cermin lengkung
Hasil Observasi Kegiatan Guru Berdasarkan Lampiran 4c: a) Kegiatan pra pembelajaran yang dilakukan guru dalam kategori baik b) Guru membuka pembelajaran dengan sangat baik c) Strategi pembelajaran yang dilaksanakan guru dalam kategori baik, d) Kesesuaian media dengan materi dalam kategori sangat baik e) Guru mampu mengendalikan kelas dengan baik sehingga aktivitas dan ketertiban siswa tetap terkontrol f) Guru menilai siswa tidak hanya hasil tetapi juga prosesnya dengan baik g) penggunaan bahasa dalam pembelajaran sudah baik sehingga siswa paham dengan penjelasan guru.
62
63 h) Guru menutup pembelajaran dengan sangat baik yaitu dengan mengajak siswa untuk terlibat dalam merefleksi kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan dan memberikan tindak lanjut atas pembelajaran tersebut dengan pengarahan materi berikutnya. i) Berdasarkan hasil pengamatan terhadap guru selama pembelajaran dengan menggunakan model kontekstual yang dapat dilihat pada lampiran 4c menunjukkan bahwa rata-rata penilaian total dari hasil pengamatan terhadap guru pada siklus II pertemuan I adalah 3,47 dalam kategori baik. Hasil Observasi Kegiatan Siswa Berdasarkan Lampiran 5c: a) Perhatian siswa dalam pembelajaran sangat baik dengan ditunjukkan sikap menyimak penjelasan guru maupun teman yang maju dalam kriteria sangat baik, antusiasme dalam pembelajaran sangat baik, dan menunjukkan rasa senang mengikuti kegiatan pembelajaran dalam kriteria sangat baik. b) Kerjasama dalam kelompok ketika pembelajaran dalam kriteria cukup dengan ditunjukkan sikap siswa memberi bantuan kepada teman masih cukup, menghargai pendapat orang lain/ teman dalam kriteria baik, dan menunjukkan kekompakkan dalam tim/ kelompok masih dalam kriteria sangat baik. c) Ketekunan siswa dalam pembelajaran menunjukkan sikap mengerjakan tugas dengan teliti dalam kriteria cukup, tidak mengobrol dengan teman dalam kriteria cukup, tidak mengganggu kelompok lain dalam kriteria sangat baik. d) Keaktifan siswa dalam pembelajaran menunjukkan sikap menyatakan pendapat dalam kriteria sangat baik, mengajukan pertanyaan dalam kriteria cukup, dan mengerjakan tugas dengan baik dalam kriteria cukup. e) Berdasarkan hasil pengamatan terhadap siswa selama pembelajaran dengan menggunakan model kontekstual yang dapat dilihat pada lampiran 5c menunjukkan bahwa rata-rata persentase penilaian total dari hasil pengamatan terhadap siswa pada siklus II pertemuan I adalah 73% dalam kategori baik. Pertemuan : II (dua) Indikator
: Membuat model sederhana dengan memanfaatkan sifat-sifat cahaya
Hasil Observasi Kegiatan Guru Berdasarkan Lampiran 4d: 63
64 a) Kegiatan pra pembelajaran yang dilakukan guru dalam kategori baik b) Guru membuka pembelajaran dengan sangat baik c) Strategi pembelajaran yang dilaksanakan guru dalam kategori baik d) Kesesuaian media dengan materi dalam kategori sangat baik e) Guru mampu mengendalikan kelas dengan sangat baik sehingga aktivitas dan ketertiban siswa tetap terkontrol f) Guru menilai siswa tidak hanya hasil tetapi juga prosesnya dengan baik g) Penggunaan bahasa dalam pembelajaran sudah baik sehingga siswa paham dengan penjelasan guru. h) Guru menutup pembelajaran dengan sangat baik yaitu dengan mengajak siswa untuk terlibat dalam merefleksi kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan dan memberikan tindak lanjut atas pembelajaran tersebut dengan pengarahan materi berikutnya. i) Berdasarkan hasil pengamatan terhadap guru selama pembelajaran dengan menggunakan model kontekstual yang dapat dilihat pada lampiran 4d menunjukkan bahwa rata-rata penilaian total dari hasil pengamatan terhadap guru pada siklus II pertemuan II adalah 3,56 dalam kategori baik. Hasil Observasi Kegiatan Siswa Berdasarkan Lampiran 5d: 1) Perhatian siswa dalam pembelajaran sangat baik dengan ditunjukkan sikap menyimak penjelasan guru maupun teman yang maju dalam kriteria sangat baik, antusiasme dalam pembelajaran sangat baik, dan menunjukkan rasa senang mengikuti kegiatan pembelajaran dalam kriteria sangat baik. 2) Kerjasama dalam kelompok ketika pembelajaran dalam kriteria baik dengan ditunjukkan sikap siswa memberi bantuan kepada teman masih cukup, menghargai pendapat orang lain/ teman dalam kriteria sangat baik, dan menunjukkan kekompakkan dalam tim/ kelompok masih dalam kriteria sangat baik. 3) Ketekunan siswa dalam pembelajaran menunjukkan sikap mengerjakan tugas dengan teliti dalam kriteria cukup, tidak mengobrol dengan teman dalam kriteria cukup, tidak mengganggu kelompok lain dalam kriteria sangat baik.
64
65 4) Keaktifan siswa dalam pembelajaran menunjukkan sikap menyatakan pendapat dalam kriteria sangat baik, mengajukan pertanyaan dalam kriteria cukup, dan mengerjakan tugas dengan baik dalam kriteria baik. 5) Berdasarkan hasil pengamatan terhadap siswa selama pembelajaran dengan menggunakan model kontekstual yang dapat dilihat pada lampiran 5d menunjukkan bahwa rata-rata persentase penilaian total dari hasil pengamatan terhadap siswa pada siklus II pertemuan II adalah 82% dalam kategori baik. d. Analisis dan Refleksi Data-data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan untuk dianalisis. Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan selama proses pelaksanaan tindakan baru pada indikator mendemonstrasikan sifat-sifat cahaya dan mengidentifikasi sifat bayangan hasil pencerminan pada cermin datar dan cermin lengkung telah menunjukkan perubahan, baik pada aktivitas siswa maupun pada pencapaian hasil belajar. Sedangkan untuk indikator membuat model sederhana dengan memanfaatkan sifat-sifat cahaya, belum menunjukkan perubahan yang berarti. Hasil refleksi selengkapnya dapat duiraikan sebagai berikut : Pertemuan : I (satu) Indikator
: Mendemonstrasikan sifat-sifat cahaya dan mengidentifikasi sifat bayangan hasil pencerminan pada cermin datar dan cermin lengkung
Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung, siswa cukup aktif memperhatikan panjelasan guru dan menjawab pertanyaan guru, siswa melakukan diskusi dengan kelompoknya dengan baik, siswa secara berkelompok telah mengerjakan pertanyaan yang terdapat dalam lembar kerja dengan baik. Siswa telah menunjukkan nilai kelompok yang baik dengan nilai rata-rata 84,67. Data nilai siswa pada siklus II pertemauan ke 1 selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6b. Pertemuan : II (dua) Indikator
: Membuat model sederhana dengan memanfaatkan sifat-sifat cahaya 65
66 Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung, siswa cukup aktif memperhatikan panjelasan guru dan melaksanakan tugas guru untuk membuat model dengan memanfaatkan sifat-sifat cahaya dengan baik. Pada umumnya siswa sudah mengalami sedikit kemajuan dengan ditandai siswa sudah mampu memahami petunjuk yang terdapat dalam lembar kerja. Walaupun demikian, guru tetap menemui setiap kelompok untuk memantau kegiatan siswa dan mengarahkannya kembali jika terdapat kesalahan dalam pemahaman siswa. Selama kegiatan pembelajaran, siswa bersama kelompoknya telah banyak kemajuan terutama dalam bekerjasama. Pembagian tugas dalam kelompok sudah mulai tampak. Walaupun, terkadang ada siswa yang sulit diatur oleh ketua kelompoknya. Hal tersebut disebabkan karena siswa merasa tidak diperlakukan adil dalam kelompoknya. Dengan kejadian tersebut, guru tampil sebagai penengah sehingga kerja dan diskusi kelompok kembali berjalan. Setelah membuat model sederhana seperti periskop, kamera lubang jarum, dan cakram warna, siswa kembali berdiskusi untuk menjawab pertanyaan yang terdapat pada lembar kerja yang telah disediakan guru dan juga siswa berdiskusi untuk
mempersiapkan
kelompok
dalam
mempresentasikan
hasil
karya
kelompoknya di depan kelas yang akan dilaksanakan. Pada saat presentasi hasil karya kelompok, siswa sangat bersemangat dalam menanggapi presentasi kelompok yang tampil dengan memberi pertanyaan-pertanyaan yang tidak terduga berkenaan dengan presentasi. Kelompok presentasi juga menunjukkan antusiasme. Walaupun, ada pertanyaan yang belum diterangkan guru, kelompok presentasi berusaha untuk menjawabnya dan yang mengagumkan jawaban yang diberikan hampir mendekati benar. Nilai yang diperoleh siswa secara berkelompok ini mengalami peningkatan dengan rata-rata kelas 86,67 jika dibandingkan pada pertemuan ke 2 siklus I yang hanya mencapai 82,67. Data nilai siswa pada siklus II pertemuan II selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6b. Pertemuan : III (tiga) Indikator
: evaluasi pertemuan I dan II dengan tes hasil belajar dan tes kreativitas. 66
67 Berdasarkan hasil tes evaluasi hasil belajar diperoleh data bahwa sebagian besar menunjukkan nilai kelompok lebih bagus dari pada nilai individu. Walaupun terjadi penurunan rata-rata kelas dibandingkan pertemuan I dan II, tetapi nilai siswa termasuk dalam kategori cukup dan terdapat peningkatan dibandingkan dengan nilai rata-rata kelas hasil tes evaluai belajar pada siklus I pertemuan ke tiga karena nilai rata-rata kelas pada siklus II pertemuan ketiga ini telah mencapai 78,33 dan siswa yang memperoleh nilai lebih dari sama dengan70 sebanyak 11 siswa atau 77% dari 15 siswa. Data nilai hasil belajar siswa pada siklus II pertemuan III selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6b. Pada siklus II pertemuan kedua ini selain dilaksanakan tes evaluasi hasil belajar juga dilaksanakan tes kreativitas dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Persentase Tes Kreativitas Siswa Siklus II No
Nilai
Frekuensi
1
21 – 40
0
Nilai Tengah (xi) 31.50
2
41 – 60
2
3
61 – 80
4
81 - 100 Jumlah
fixi
Persentase
Kategori
Keterangan
0.00
0%
tidak tuntas
51.50
103.00
13%
9
71.50
643.50
60%
tidak kreatif kurang kreatif kreatif
4
91.50
tidak tuntas Tuntas
366.00 27% sangat kreatif Tuntas 1112.50 100% Nilai rata-rata= 1112.50 : 15 = 74.17 Ketuntasan Klasikal = 13: 15 x 100% = 87% 0% tidak kreatif, 13% kurang kreatif, 60% kreatif, dan 27% sangat kreatif 15
Berdasar tabel di atas maka dapat diketahui bahwa hasil tes kreativitas siswa pada siklus II ini menunjukkan terjadi peningkatan jika dibandingkan dengan hasil tes kreativitas pada siklus I. Hasil tes kreativitas siklus I menunjukkan nilai rata-rata hasil tes sebesar 67,73 dengan ketuntasan 67%. Data siswa yang mendapat nilai 21-40 tidak ada, nilai 41-60 ada 33% dalam kategori kurang kreatif, nilai 61-80 ada 53% dalam kategori kreatif, dan nilai 81-100 ada 13% dalam kategori sangat kreatif. Setelah dilaksanakan siklus II, maka diperoleh hasil tes kreativitas yang menunjukkan nilai rata-rata hasil tes meningkat menjadi 73,33 dengan ketuntasan 87%. Data siswa yang mendapat nilai 21-40 tidak ada, nilai 41-60 ada 13% dalam kategori kurang kreatif, nilai 61-80 ada 60% dalam kategori kreatif, dan nilai 81-100 ada 27% dalam kategori sangat kreatif. Data 67
68 selengkapnya mengenai adanya peningkatan nilai tes kreativitas dapat dilihat pada grafik 3.
Hasil Tes Kreativitas
frekuensi
80%
60%
Tidak Kreatif Kurang Kreatif
40%
Kreatif Sangat Kreatif
20%
0% pra siklus
siklus I siklus II Kreativitas siswa Grafik 3. Grafik kreativitas siswa kelas V SDN Tepisari 02 pra siklus, siklus I,
dan siklus II Setelah dianalisis dapat disimpulkan bahwa pada saat proses pembelajaran siklus II terjadi hambatan antara lain: 1)
Kemampuan guru mengelola waktu masih kurang saat presentasi, disebabkan karena siswa masih belum mengenal kegiatan presentasi sehingga guru harus menerangkannya terlebih dahulu.
2)
Masih terdapat siswa yang nilainya rendah, tertinggal dengan temannya, disebabkan karena kurang memahami materi pada saat guru menerangkan materi yang telah dipelajari di kelas, seperti siswa yang bergurau sendiri.
3)
Pada saat presentasi kelompok, kelas tampak ramai karena siswa yang berebut untuk bertanya atau menanggapi hasil presentasi kelompok yang lain.
4) Adanya pemprotesan siswa terhadap pembagian tugas dalam kelompok sehingga menimbulkan pertengkaran kecil dalam kelompok. Beradasar analisis, tampak munculnya hambatan pada saat penelitian, maka perlu adanya perbaikan yang dilanjutkan pada penelitian dalam siklus III. 3. Tindakan Siklus III Tindakan siklus III dilaksanakan selama 3 kali pertemuan dengan 2 pertemuan untuk pelaksanaan pembelajaran model kontekstual yaitu pada tanggal 26 dan 28 April 2010 dan 1 pertemuan untuk pelaksanaan evaluasi materi dan tes kreativitas pada tanggal 29 April 2010. Tiap-tiap pertemuan terdiri dari dua jam 68
69 pelajaran (2 X 35 menit) yang dilaksanakan selama 1 minggu. Pada siklus III ini peneliti mengkaji hasil refleksi dari siklus II. Adapun tahapan-tahapan yang dilaksanakan dalam siklus II adalah sebagai berikut: a. Tahap Perencanaan Berdasarkan hasil refleksi pelaksanaan pada siklus I telah diketahui bahwa ada peningkatan kreativitas siswa dalam pembelajaran IPA pada materi “cahaya” tetapi belum maksimal. Hal tersebut ditunjukkan pada persentase nilai tes kreativitas siswa yang menunjukkan ada 13% siswa masih tergolong dalam kategori kreativitas kurang. Perencanaan pada siklus yang ketiga ini adalah dengan melakukan identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah sebagai berikut: 1) Guru menyampaikan materi dan informasi pembelajaran dengan jelas dan memberikan arahan kembali kepada siswa tentang pelaksanaan kerja kelompok dan presentasi hasil kelompok yang baik. 2) Guru memberikan motivasi kepada siswa bahwa yang akan mendapatkan smell dan bintang bukan hanya individu tetapi juga kelompok yang paling kompak dan aktif. Dengan berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tahun 2008 kelas V SD, peneliti melakukan langkah-langkah perencanaan pembelajaran IPA dengan model kontekstual sebagai berikut: 1) Mempelajari KTSP dan silabus SD kelas III Standar Kompetensi Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya atau model. Kompetensi Dasar 6.1. Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya. 6.2. Membuat karya/ model dengan bahan sederhana dengan memanfaatkan sifat-sifat cahaya. 2) Merencanakan pembelajaran dengan model kontekstual untuk 2 kali pertemuan dengan indikator: menyebutkan sifat-sifat cahaya (merambat lurus, menembus benda bening, dapat dipantulkan, dibiaskan, dan diuraikan), 69
70 mengidentifikasi sifat-sifat cahaya yang mengenai berbagai jenis cermin (cermin datar, cermin cekung, dan cermin cembung), menyebutkan berbagai alat/ benda dalam kehidupan sehari-hari yang memanfaatkan sifat-sifat cahaya. membuat karya/ model sederhana dengan memanfaatkan sifat-sifat cahaya(periskop, kamera lubang jarum, dan cakram warna). 3) Menentukan pokok bahasan dan memberikan informasi kepada siswa mengenai materi pelajaran yang akan dibahas dengan tujuan agar siswa lebih mempersiapkan diri lagi dalam melakukan kegiatan pembelajaran . 4) Menyiapkan alat praktek dan media yang sesuai. b. Pelaksanaan Tindakan Pada tahap ini peneliti mengulang materi pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual. Pembelajaran yang telah disusun pada siklus III dilaksanakan tiga kali pertemuan yaitu pertemuan pertama dan kedua adalah pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran kontekstual dan pertemuan ketiga adalah pelasanaan evaluasi pembelajaran dan tes kreativitas siswa. 1) Pertemuan I Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 26
April 2010. Pada
pertemuan ini materi yang diajarkan adalah sifat-sifat cahaya dan sifat bayangan pada cermin datar dan lengkung, dan siswa mencoba membuatnya dalam bentuk mind mapping. Kegiatan awal, guru dan siswa berdoa bersama, presensi siswa. Agar siswa bersemangat, guru mengajari siswa gerakan senam otak seperti gerakan menggeserkan tangan ke kiri-kanan dengan posisi ibu jari dan kelingking berbeda. Kegiatan dilanjutkan apersepsi dengan menyuruh tiga siswa yang masing-masing diminta untuk mencoba berdiri di halaman yang terkena cahaya langsung matahari, berdiri di teras, dan
di dalam kelas. Kemudian perwakilan siswa
tersebut diminta untuk menceritakan dari kegiatan yang telah dilakukan dan hasilnya antara lain “di halaman tampak silau dan panas”, “di teras melihatnya tampak jelas dan terang”, “di dalam kelas melihatnya jelas tetapi lebih terang di teras. Guru selanjutnya melakukan dengan tanya jawab seperti “Mengapa kalian 70
71 bisa melihat sekitar walaupun kita berada di dalam ruangan yang tidak terkena cahaya matahari secara langsung seperti di dalam kelas ini?. Bardasarkan pertanyaan tersebut muncul banyak jawaban dari siswa, seperti “karena cahaya matahari bisa menembus genting sebab di genting ada celah-celahnya kecil-kecil terus terkumpul dan jadi terang”, “karena cahaya matahari merambat lurus sehingga masuk ke dalam ruangan”, “karena cahayanya dipantul-pantulkan” (constructivism dan questioning). Guru menjelaskan atas pertanyaan tersebut bahwa kita dapat melihat di tempat atau ruangan yang tidak terkena cahaya secara langsung disebabkan karena sifat cahaya dapat di pantulkan. Pemantulan yang dimanfaatkan adalah pemantulan baur. Cahaya matahari yang menyinari bumi mengenai halaman, tembok, pohon, batu, dan sebagainya yang ada di sekitar kemudian memantul secara berulang ke teras sehingga tampak terang kemudian memantul lagi masuk ke dalam kelas dan memantul mengenai meja tembok dan benda-benda yang ada di dalam ruangan sehingga ketika kita melihatnya hasil pemantullan tersebut masuk ke dalam mata kita sehingga kita dapat melihatnya. Kegiatan inti, guru menjelaskan gambaran pelaksanaan pembelajaran yang akan dilaksanakan bahwa materi yang akan dibahas masih sama dengan materi yang sebelumnya hanya saja kegiatannya sedikit berubah yaitu kegiatan praktek tidak seluruhnya harus dikerjakan dalam kelompok, tetapi terdapat pembagian kerja kelompok yang akan diundi. Minimal setiap kelompok mendapatkan 2 jenis praktek cahaya. Hasil kegiatan praktek kemudian disimpulkan dan dibuat ke dalam bentuk mind mapping. Sebelum kegiatan dimulai siswa menyimak penjelasan guru tentang cara membuat mind mapping, antara lain 1) menyimpulan hasil kegiatan praktek, 2) menyusun hasil kesimpulan ke dalam bentuk bagan sederhana, 3) membuat bentuk-bentuk benda atau yang lainnya dengan menggunakan kertas warna, 4) menuliskan isi pada bagan yang telah dibuatnya ke dalam bentuk-bentuk benda pada kertas warna yang telah dibuat, 5) menempelkan kertas warna dengan berbagai bentuk tersebut pada kertas asturo atau karton yang telah disediakan guru, 6) menghubungkan dengan panah pada setiap tempelan sehingga jelas maksud dari mind mapping yang telah dibuat(modelling). 71
72 Siswa
berkumpul
dengan
kelompoknya
masing-masing.
Siswa
mengerjakan praktek secara bersama-sama dan berdiskusi membuat kesimpulan dan bagan yang akan dibuat mind mapping berdasarkan praktek yang telah dilakukan. Siswa membagi tugas pada setiap anggota kelompok. Siswa bekerjasama melakukan praktek kemudian berdiskusi mengerjakan lembar kerja yang telah disediakan. Selesai praktek dan mengerjakan lembar kerja. Siswa berdiskusi dan bekerjasama kembali untuk membuat mind mapping. (inquiri dan learning community). Selama pembelajaran berlangsung, guru tidak tinggal diam membiarkan siswa melakukan kegiatan sendiri, tetapi guru berkeliling mengamati siswa dan membantu siswa yang mengalami kesulitan saat proses pembelajaran berlangsung. Selain itu, sambil membantu siswa yang mengalami kesulitan, guru juga melakukan pengamatan dan penilaian proses terhadap aktivitas siswa tersebut (authentic assesment). Setelah selesai membuat mind mapping, siswa bersama kelompoknya bergiliran untuk mempresentasikan mind mapping hasil kerja kelompoknya di hadapan guru dan kelompok lainnya. Sebelum kegiatan presentasi dimulai, seluruh kelompok mengumpulkan lembar kerja yang telah dikerjakan. Kelompok yang telah atah belum presentasi memberikan tanggapan atau pertanyaan kepada kelompok yang presentasi. Kemudian, guru memberikan penguatan tentang materi yang telah dibahas. Kegiatan akhir, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami. Berdasarkan kegiatan ini, guru memberikan bimbingan kepada siswa untuk menyimpulkan seluruh materi yang telah dibahas melalui kegiatan yang telah dilakukannya sendiri (reflection). 2) Pertemuan II Pada pertemuan II materi yang diajarkan adalah membuat model sederhana dengan memanfaatkan sifat-sifat cahaya (periskop, kamera lubang jarum, dan cakram warna). Pertemuan II dilaksanakan 2 x 35 menit pada tanggal 28 April 2010. Pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan model kontekstual. 72
73 Kegiatan awal, guru membuka pembelajaran dengan berdoa bersama, presensi, dan apersepsi. Apersepsi yang dilakukan guru adalah dengan permainan tebak kata. Guru menyediakan 3 kertas yang masing-masing berisi 10 kata. Perwakilan kelompok maju memilih kertas tebakan. Secara bergiliran kelompok menebak kata. Perwakilan kelompok harus memberikan pertanyaan kepada anggotanya yang jawaban dari pertanyaan tersebut harus sesuai dengan kata yang dimaksud dalam waktu satu menit. Kelompok yang belum mendapat giliran mengamati waktu dengan menggunakan stopwatch. Selesai kegiatan, guru mengumumkan kelompok yang menebak paling banyak kata yang telah disediakan guru. Kemudian guru memberikan rewort berupa bintang. Kegiatan inti, guru menunjukkan sebuah lup. Guru meminta salah satu siswa maju untuk menggunakan lup melihat tulisan pada kertas kemudian meraba permukaan lup (modeling). Siswa maju melaksanakan perintah guru, kemudian menjelaskan tentang sifat bayangan yang ditampilakan dan lup menggunakan lensa cembung karena permukaannya menonjol ke luar (construcsivism). Siswa kembali ke tempat duduk. Guru menjelaskan bahwa untuk pemanfaatan sifat-sifat pada cahaya dapat dimanfaatkan dalam pembuatan alat optik. Alat optik merupakan berbagai benda yang menggunakan prinsip sifat-sifat cahaya, misalnya cermin, lensa, kacamata, kamera, teleskop, dan yang lainnya, termasuk mata yang kita miliki. Setelah penjelasan secara singkat tentang pemanfaatan sifat cahaya yaitu pada benda optik, guru menjelaskan bahwa dalam pembelajaran kali ini siswa kembali akan membuat model sederhana periskop, kamera lubang jarum, dan cakram warna. Pembagian kelompoknya, kelompok I yang sebelumnya membuat kamera lubang jarum mendapat tugas membuat periskop. Kelompok II yang sebelumnya membuat periskop mendapat tugas membuat cakram warna. Sedangkan kelompok III yang sebelumnya mendapat tugas membuat kaleidoskop mendapat tugas membuat kamera lubang jarum. Kelompok I mendapat tugas membuat cakram warna. Alat dan bahan yang digunakan antara lain kardus, kertas emas dengan berbagai warna, benang kenur, lem atau perekat yang lain, penggaris, pensil, dan pisau/cutter. Langkah yang 73
74 dikerjakan siswa antara lain: (1) membuat potongan melingkar pada kardus, (2) membagi lingkaran kardus menjadi 6 bagian sama besar, (3) menempelkan berbagai kertas warna pada setiap bagian sehingga tampak berwarna-warni, (4) membuat 2 lubang kecil pada bagian tengah lingkaran, (5) memasukkan benang kenur pada ke dua lubang, kemudian sambung kenur menjadi 1 lingkaran, sehingga cakram warna seperti gansing, (7) memainkan cakram warna seperti gangsing, (8) mengamati warna cakram warna saat berputar dan membandingkan dengan warna sebelum berputar. Kelompok II mendapat tugas membuat kamera lubang jarum. Alat dan bahan yang digunakan antara lain kotak pasta gigi, kertas minyak warna putih, kertas emas sebagai pembungkus, lem dan lakban sebagai perekat, dan gunting atau cutter sebagai pemotong. Langkah yang dikerjakan siswa antara lain: (1) menghilangkan salah satu tutup kotak pasta gigi, (2) membuat lubang pada tutup yang lain pada kotak pasta gigi, (3) memotong kotak pasta gigi menjadi dua bagian sama panjang, (4) memberi sekat berupa kertas minyak pada bagian tengah kotak pasta gigi sebagai layar, (5) menyambung kembali kedua bagian tersebut dengan menggunakan lakban, (6) menutupi bagian permukaan luar kotak dengan kertas minyak sehingga tidak ada celah yang memungkinkan cahaya masuk ke dalam kotak pasta gigi selain dari ke dua bagian ujung kotak pasta gigi. Setelah selesai membuat siswa bersama kelompok mengujikan alat yang telah dibuat dengan mengamati bayangan yang tampak pada layar yang terdapat di tengah kamera lubang jarum. Kelompok III mendapat tugas membuat periskop sederhana. Alat dan bahan yang digunakan antara lain Karton dengan ukuran 28 cm x 50 cm, 2 cermin datar ukuran 6,5 cm x 6,5 cm, lem, penggaris, pensil, dan pisau atau cutter. Langkah yang dikerjakan siswa antara lain (1) membagi karton menjadi empat bagian yang sama, (2) membuat dua buah lubang kecil pada bagian seperti gambar di bawah ini.
(3) membuat celah untuk penempatan cermin membentuk sudut
pada sisi
yang lain, (4) melipat karton membentuk bangun balok dan merekatkan dengan 74
75 lakban, (5) memasukkan cermin pada celah bersudut menghadap ke atas dan ke bawah, kemudian merekatkannya dengan lakban. Setelah selesai membuat siswa bersama kelompok mengujikan alat yang telah dibuat dengan mengamati benda di sekeliling (inqury). Kegiatan selanjutnya adalah siswa berdiskusi dengan kelompok untuk menjawab pertanyaan yang telah tersedia di bawah lembar kerja cara membuat model sederhana yang terdapat pada tugas kelompoknya masing-masing. Selesai mengerjakan lembar kerja, siswa kembali berdiskusi untuk menampilkan hasil karyanya di depan kelas secara bergiliran dengan kelompok lain. Presentasi siswa yang terbaik akan mendapat rewort berupa bintang. Secara bergiliran siswa bersama kelompoknya
masing-masing mempresentasikan hasil karyanya.
Kelompok yang lainnya memberikan pertanyaan dan menanggapi hasil presentasi dan hasil karya kelompok yang maju. Kelompok yang presentasi berdiskusi untuk menjawab semua pertanyaan yang diajukan kelompok lain termasuk pertanyaan dari guru. Pertanyaan yang tidak mampu dijawab dapat dilemparkan ke siswa lain yang bisa menjawabnya atau dijelaskan oleh guru (questioning). Selama pembelajaran berlangsung, guru tidak tinggal diam membiarkan siswa melakukan kegiatan sendiri, tetapi guru berkeliling mengamati siswa dan membantu siswa yang mengalami kesulitan saat proses pembelajaran berlangsung. Selain itu, sambil membantu siswa yang mengalami kesulitan, guru juga melakukan pengamatan dan penilaian proses terhadap aktivitas siswa tersebut (authentic assesment). Kegiatan akhir, siswa mengumpulkan lembar kerja yang telah dibagikan guru. Kemudian guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan halhal yang belum dipahami. Berdasarkan kegiatan ini, guru memberikan bimbingan kepada siswa untuk menyimpulkan seluruh materi yang telah dibahas melalui kegiatan yang telah dilakukannya sendiri (refction). 3) Pertemuan III Pada pertemuan ke III ini tidak dilakukan kegiatan pembelajaran hanya mengulas materi yang teah dipelajari sebelumnya. Selain kegiatan tersebut juga diadakan evaluasi kegiatan dengan cara menanyakan kepada siswa tentang 75
76 pembelajaran yang telah dilakukan. Kemudian diadakan tes evaluasi tentang materi dan tes kreativitas yang telah disediakan peneliti sebelumnya. c. Observasi Dalam tahap ini dilaksanakan pemantauan terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model kontekstual, yang dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu berupa lembar observasi dan perekaman dengan kamera foto. Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai kesesuaian pelaksanaan model kontekstual dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun serta untuk mengetahui seberapa besar pembelajaran dengan model kontekstual yang dilaksanakan menghasilkan perubahan pada kreativitas siswa kelas V. Oleh karena itu pengamatan tidak hanya ditujukan pada aktivitas atau partisipasi dalam proses pembelajaran, namun juga pada aspek tindakan guru dalam melaksanakan pembelajaran termasuk suasana kelas pada setiap pertemuan. Uraian observasi tiap pertemuan pada Siklus III sebagai berikut : Pertemuan : I (satu) Indikator
: mendemonstrasikan sifat-sifat cahaya dan mengidentifikasi sifat bayangan hasil pencerminan pada cermin datar dan cermin lengkung
Hasil Observasi Kegiatan Guru Berdasarkan Lampiran 4e: a) Kegiatan pra pembelajaran yang dilakukan guru dalam kategori baik b) Guru membuka pembelajaran dengan sangat baik c) Strategi pembelajaran yang dilaksanakan guru dalam kategori baik d) Kesesuaian media dengan materi dalam kategori sangat baik e) Guru mampu mengendalikan kelas dengan sangat baik sehingga aktivitas dan ketertiban siswa tetap terkontrol f) Guru menilai siswa tidak hanya hasil tetapi juga prosesnya dengan baik, g) Penggunaan bahasa dalam pembelajaran sudah baik sehingga siswa paham dengan penjelasan guru. h) Guru menutup pembelajaran dengan sangat baik yaitu dengan mengajak siswa untuk terlibat dalam merefleksi kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan
76
77 dan memberikan tindak lanjut atas pembelajaran tersebut dengan pengarahan materi berikutnya. i) Berdasarkan hasil pengamatan terhadap guru selama pembelajaran dengan menggunakan model kontekstual dapat dilihat pada lampiran 4e menunjukkan bahwa rata-rata penilaian total dari hasil pengamatan terhadap guru pada siklus III pertemuan I adalah 3,64 dalam kategori baik. Hasil Observasi Kegiatan Siswa Berdasarkan Lampiran 5e : 1) Perhatian siswa dalam pembelajaran sangat baik dengan ditunjukkan sikap menyimak penjelasan guru maupun teman yang maju dalam kriteria sangat baik, antusiasme dalam pembelajaran sangat baik, dan menunjukkan rasa senang mengikuti kegiatan pembelajaran dalam kriteria sangat baik. 2) Kerjasama dalam kelompok ketika pembelajaran dalam kriteria cukup dengan ditunjukkan sikap siswa memberi bantuan kepada teman masih cukup, menghargai pendapat orang lain/ teman dalam kriteria sangat baik, dan menunjukkan kekompakkan dalam tim/ kelompok masih dalam kriteria sangat baik. 3) Ketekunan siswa dalam pembelajaran menunjukkan sikap mengerjakan tugas dengan teliti dalam kriteria baik, tidak mengobrol dengan teman dalam kriteria baik, tidak mengganggu kelompok lain dalam kriteria sangat baik. 4) Keaktifan siswa dalam pembelajaran menunjukkan sikap menyatakan pendapat dalam kriteria sangat baik, mengajukan pertanyaan dalam kriteria cukup, dan mengerjakan tugas dengan baik dalam kriteria sangat baik. 5) Berdasarkan hasil pengamatan terhadap siswa selama pembelajaran dengan menggunakan model kontekstual yang dapat dilihat pada lampiran 5e menunjukkan bahwa rata-rata persentase penilaian total dari hasil pengamatan terhadap siswa pada siklus III pertemuan I adalah 88% dalam kategori sangat baik. Pertemuan : II (dua) Indikator
: Membuat model sederhana dengan memanfaatkan sifat-sifat cahaya
Hasil Observasi Kegiatan Guru Berdasarkan Lampiran 4f: a) Kegiatan pra pembelajaran yang dilakukan guru dalam kategori baik 77
78 b) Guru membuka pembelajaran dengan sangat baik c) Strategi pembelajaran yang dilaksanakan guru dalam kategori baik d) Kesesuaian media dengan materi dalam kategori sangat baik e) Guru mampu mengendalikan kelas dengan sangat baik sehingga aktivitas dan ketertiban siswa tetap terkontrol f) Guru menilai siswa tidak hanya hasil tetapi juga prosesnya dengan baik g) Penggunaan bahasa dalam pembelajaran sangat baik sehingga siswa paham dengan penjelasan guru. h) Guru menutup pembelajaran dengan sangat baik yaitu dengan mengajak siswa untuk terlibat dalam merefleksi kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan dan memberikan tindak lanjut atas pembelajaran tersebut dengan pengarahan materi berikutnya. i) Berdasarkan hasil pengamatan terhadap guru selama pembelajaran dengan menggunakan model kontekstual yang dapat dilihat pada lampiran 4f menunjukkan bahwa rata-rata penilaian total dari hasil pengamatan terhadap guru pada siklus III pertemuan II adalah 3,77 dalam kategori sangat baik. Hasil Observasi Kegiatan Siswa Berdasarkan Lampiran 5f: 1) Perhatian siswa dalam pembelajaran sangat baik dengan ditunjukkan sikap menyimak penjelasan guru maupun teman yang maju dalam kriteria sangat baik, antusiasme dalam pembelajaran sangat baik, dan menunjukkan rasa senang mengikuti kegiatan pembelajaran dalam kriteria sangat baik. 2) Kerjasama dalam kelompok ketika pembelajaran dalam kriteria baik dengan ditunjukkan sikap siswa memberi bantuan kepada teman masih baik, menghargai pendapat orang lain/ teman dalam kriteria sangat baik, dan menunjukkan kekompakkan dalam tim/ kelompok masih dalam kriteria baik. 3) Ketekunan siswa dalam pembelajaran menunjukkan sikap mengerjakan tugas dengan teliti dalam kriteria sangat baik, tidak mengobrol dengan teman dalam kriteria baik, tidak mengganggu kelompok lain dalam kriteria sangat baik. 4) Keaktifan siswa dalam pembelajaran menunjukkan sikap menyatakan pendapat dalam kriteria sangat baik, mengajukan pertanyaan dalam kriteria baik, dan mengerjakan tugas dengan baik dalam kriteria sangat baik. 78
79 5) Berdasarkan hasil pengamatan terhadap siswa selama pembelajaran dengan menggunakan model kontekstual yang dapat dilihat pada lampiran 5f menunjukkan menunjukkan bahwa rata-rata persentase penilaian total dari hasil pengamatan terhadap siswa pada siklus III pertemuan II adalah 89% dalam kategori sangat baik. d. Analisis dan Refleksi Data-data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan untuk dianalisis. Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan selama proses pelaksanaan tindakan baru pada indikator mendemonstrasikan sifat-sifat cahaya dan mengidentifikasi sifat bayangan hasil pencerminan pada cermin datar dan cermin lengkung telah menunjukkan perubahan, baik pada aktivitas siswa maupun pada pencapaian hasil belajar. Sedangkan untuk indikator membuat model sederhana dengan memanfaatkan sifat-sifat cahaya, belum menunjukkan perubahan yang berarti. Hasil refleksi selengkapnya dapat duiraikan sebagai berikut : Pertemuan : I (satu) Indikator
: Mendemonstrasikan sifat-sifat cahaya dan mengidentifikasi sifat bayangan hasil pencerminan pada cermin datar dan cermin lengkung
Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung, siswa cukup aktif memperhatikan panjelasan guru dan menjawab pertanyaan guru, siswa melakukan diskusi dengan kelompoknya dengan baik, siswa secara berkelompok telah mengerjakan pertanyaan yang terdapat dalam lembar kerja dengan baik. Siswa telah menunjukkan nilai kelompok yang baik dengan nilai rata-rata 86,67. Data nilai siswa pada siklus III pertemauan ke 1 selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6c. Pertemuan : II (dua) Indikator
: Membuat model sederhana dengan memanfaatkan sifat-sifat cahaya
Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung, siswa cukup aktif memperhatikan panjelasan guru dan melaksanakan tugas guru untuk membuat model dengan memanfaatkan sifat-sifat cahaya dengan baik. Pada 79
80 umumnya siswa sudah mengalami sedikit kemajuan dengan ditandai siswa sudah mampu memahami petunjuk yang terdapat dalam lembar kerja. Walaupun demikian, guru tetap menemui setiap kelompok untuk memantau kegiatan siswa dan mengarahkannya kembali jika terdapat kesalahan dalam pemahaman siswa. Selama kegiatan pembelajaran, siswa bersama kelompoknya telah banyak kemajuan terutama dalam bekerjasama. Pembagian tugas dalam kelompok sudah mulai tampak. Walaupun, terkadang ada siswa yang sulit diatur oleh ketua kelompoknya. Hal tersebut disebabkan karena siswa merasa tidak diperlakukan adil dalam kelompoknya. Dengan kejadian tersebut, guru tampil sebagai penengah sehingga kerja dan diskusi kelompok kembali berjalan. Setelah membuat model, siswa kembali berdiskusi untuk menjawab pertanyaan yang terdapat dalam lembar kerja dan mempersiapkan diri untuk presentasi hasil karyanya di depan kelas. Pada saat presentasi hasil karya kelompok, siswa sangat bersemangat dalam menanggapi presentasi kelompok yang tampil dengan memberi pertanyaan-pertanyaan yang tidak terduga berkenaan dengan presentasi. Kelompok presentasi juga menunjukkan antusiasme. Walaupun, ada pertanyaan yang belum diterangkan guru, kelompok presentasi berusaha untuk menjawabnya dan yang mengagumkan jawaban yang diberikan hampir mendekati benar. Nilai yang diperoleh siswa secara berkelompok ini telah mengalami penurunan pada pertemuan ke 2 siklus II dengan rata-rata kelas 82,67 dibandingkan pada pertemuan ke 2 siklus I yang mencapai 86,67. Pada pertemuan ke 2 siklus III ini kembali naik dengan rata-rata mencapai 88,33. Data nilai siswa pada pertemuan II siklus III selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6c. Pertemuan : III (tiga) Indikator
: evaluasi pertemuan I dan II dengan tes hasil belajar dan tes kreativitas.
Berdasarkan hasil tes hasil belajar diperoleh data bahwa sebagian besar menunjukkan nilai kelompok lebih bagus dari pada nilai individu. Walaupun terjadi penurunan rata-rata kelas dibandingkan pertemuan I dan II, tetapi nilai siswa termasuk dalam kategori cukup karena nilai rata-rata kelas telah mencapai 80
81 78,33 dan siswa yang memperoleh nilai lebih dari sama dengan70 sebanyak 11 siswa atau 77% dari 15 siswa. Data nilai hasil belajar siswa pada pertemuan III selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6c. Pada siklus III pertemuan III ini diadakan tes kreativitas siswa yang terakhir dan hasilnya cukup memuaskan karena menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan hasil tes sebelumnya. Data tersebut diperlihatkan pada tabel 7. Tabel 7. Persentase Tes Kreativitas Siswa Siklus III No
1 2 3 4
Nilai
Frekuensi
21 – 40 41 – 60 61 – 80 81 - 100 Jumlah
Nilai Tengah (xi) 31.50 51.50 71.50 91.50
fixi
Persentase
Kategori
Keterangan
tidak kreatif tidak tuntas 0.00 0% 51.50 7% kurang kreatif tidak tuntas 500.50 47% kreatif Tuntas 640.50 47% sangat kreatif Tuntas 1192.50 100% Nilai rata-rata= 1192.50 : 15 = 79.50 Ketuntasan Klasikal = 14: 15 x 100% = 93% 0% tidak kreatif, 7% kurang kreatif, 47% kreatif, dan 47% sangat kreatif 0 1 7 7 15
Berdasarkan tabel di atas maka dapat diketahui bahwa hasil tes kreativitas siswa pada siklus III ini menunjukkan terjadi peningkatan jika dibandingkan dengan hasil tes kreativitas pada siklus II. Hasil tes kreativitas siklus II menunjukkan nilai rata-rata hasil tes meningkat menjadi 73,33 dengan ketuntasan 87%. Data siswa yang mendapat nilai 21-40 tidak ada, nilai 41-60 ada 13% dalam kategori kurang kreatif, nilai 61-80 ada 60% dalam kategori kreatif, dan nilai 81100 ada 27% dalam kategori sangat kreatif. Sedangkan hasil tes kreativitas siklus III menunjukkan nilai rata-rata hasil tes meningkat menjadi 78,40 dengan ketuntasan 93%. Data siswa yang mendapat nilai 21-40 tidak ada, nilai 41-60 ada 7% dalam kategori kurang kreatif, nilai 61-80 ada 47% dalam kategori kreatif, dan nilai 81-100 ada 47% dalam kategori sangat kreatif. Untuk memperjelas adanya peningkatan hasil tes kreativitas pada setiap siklus dari pra siklus hingga siklus III, maka dapat dilihat pada grafik 4.
81
82
Hasil Tes Kreativitas
70%
frekuensi
60%
Tidak Kreatif
50%
Kurang Kreatif
40%
Kreatif
30%
Sangat Kreatif
20% 10% 0% pra siklus
siklus I siklus II Kreativitas siswa
siklus III
Grafik 4. Grafik kreativitas siswa kelas V SDN Tepisari 02 pra siklus, siklus I, siklus II, dan siklus III Data selengkapnya mengenai nilai tes kreativitas pra siklus, siklus I, siklus II, dan siklus III yang menunjukkan adanya peningkatan dapat dilihat dalam lampiran 7a. Setelah dianalisis dapat disimpulkan bahwa pada saat proses pembelajaran siklus III secara umum telah menunjukkan perubahan yang baik. Namun, guru masih kurang mampu dalam kontrol waktu. Persentase aktivitas atau partisipasi siswa dalam pembelajaran meningkat. Partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran semakin meningkat, suasana kelas menjadi lebih hidup dan menyenangkan. Prestasi belajar siswa pada pokok bahasan cahaya mengalami peningkatan. Kreativitas siswa juga menunjukkan peningkatan terutama dalam mengungkapkan ide atau gagasan-gagasan yang tampak pada saat pembelajaran dengan munculnya pertanyaan-pertanyaan yang kritis dan jawaban yang kritis pula. Berdasarkan peningkatan kreativitas yang telah dicapai siswa, maka pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) dianggap cukup dan diakhiri pada Siklus III. Berdasarkan keseluruhan tindakan pada setiap siklus yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model keterampilan proses pada pembelajaran IPA pokok bahasan cahaya dapat meningkatkan kreativitas belajar siswa kelas V SDN Tepisari 02 Kabupaten Sukoharjo. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan kemampuan dalam mencetuskan idea tau
82
83 gagasan baik berupa pertanyaan, jawaban, atau tanggapan atas suatu masalah tertentu. C. Diskripsi Hasil Penelitian Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data dari pelaksanaan siklus I, II, dan III, dapat dilihat adanya peningkatan kegiatan guru, peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran, peningkatan hasil belajar dan peningkatan kreativitas siswa pada pembelajaran IPA kelas V SDN Tepisari 02 Kabupaten Sukoharjo. Kegiatan guru menunjukkan adanya perbaikan dengan ditunjukkan adanya peningkatan skor pada setiap pertemuan. Untuk memperjelas adanya perbaikan kegiatan guru dalam pembelajaran dapat diperlihatkan dalam tabel 8. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Aspek yang diamati
I
Pra Pembelajaran Membuka Pembelajaran Penguasaan Materi Pelajaran Pendekatan/ Strategi Pembelajaran Pemanfaatan Sumber Belajar/ Media Pembeajaran Pembelajaran yang Memicu Keterlibatan Siswa Penilaian Proses dan Hasil Pengguanaan Bahasa Penutup Skor Rata-rata
1 2.50 3.00 3.50 3.00 3.75 3.00 3.00 3.00 3.00 3.08
2 3.00 3.50 3.50 3.17 3.50 3.50 3.00 3.50 3.50 3.35
Skor Tiap siklus II 1 2 3.00 3.50 4.00 4.00 3.50 3.50 3.00 3.30 4.00 4.00 3.25 3.75 3.50 3.00 3.00 3.00 4.00 4.00 3.47 3.56
III 1 3.50 4.00 3.75 3.30 4.00 3.75 3.00 3.50 4.00 3.64
2 3.50 4.00 3.75 3.67 4.00 4.00 3.00 4.00 4.00 3.77
Tabel 8. Data peningkatan / perbaikan kegiatan guru Berdasarkan tabel 8 di atas dapat diketahui bahwa dengan pelaksanaan model pembelajaran kontekstual, guru mengalami peningkatan dan perbaikan pada setiap pertemuannya dalam pembelajaran dengan ditunjukan adanya peningkatan skor yang diperoleh guru dari siklus I pertemuan pertama hingga siklus III pertemuan kedua yaitu siklus I pertemuan pertama sebesar 3,08 meningkat pada pertemuan kedua sebesar 3,35. Pada siklus II pertemuan pertama meningkat menjadi 3,47 dan pertemuan kedua sebesar 3,56. Pada siklus III juga terjadi peningkatan yaitu pertemuan pertama sebesar 3,64 dan pertemuan ketiga menjadi 3,77. Peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran antara lain: a. Perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran semakin meningkat dengan menunjukkan sikap menyimak setiap penjelasan guru, antusiasme dalam 83
84 pembelajaran,
dan
menunjukkan
rasa
senang
ketika
pembelajaran
berlangsung. b. Siswa belajar bekerjasama dalam tim yang menunjukkan adanya peningkatan dalam hal memberi bantuan kepada teman yang belum bisa, menghargai pendapat teman, dan menunjukkan kekompakan tim. Walaupun demikian, sikap individual siswa masih tampak terutama dalam hal memberi bantuan kepada teman yang belum bisa masih rendah. c. Ketekunan siswa dalam mengerjakan tugas semakin meningkat yang ditunjukkan dengan sikap teliti dalam pengerjaan tugas, tidak mengobrol ketika dijelaskan guru, dan tidak mengganggu kelompok lain ketika diskusi dan kerja kelompok. d. Keaktifan dalam mengikuti pembelajaran semakin meningkat dengan menunjukan sikap menyatakan pendapat, mengajukan pertanyaan, dan sungguh-sungguh mengerjakan tugas. Untuk memperjelas terjadinya peningkatan aktivitas siswa dari siklus I, II, hingga siklus III dapat diperlihatkan pada tabel 9. Tabel 9. Data prosentase aktivitas/kegiatan siswa siklus I, siklus II, dan siklus III No 1
2
Perhatian
a. Menyimak penjelasan guru b. Antusias dalam pembelajaran c. Menunjukkan rasa senang
1 100% 100% 93%
Persentase tiap siklus II III 2 1 2 1 2 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Kerja sama
a. Memberi bantuan kepada teman
33%
33%
40%
47%
53%
67%
b. Menghargai pendapat teman c. Memnunjukkan kekompakkan a. Mengerjakan tugas dengan teliti b. Tidak mengobrol dengan teman c. Tidak mengganggu kelompok lain a. Menyatakan pendapat b. Mengajukan pertanyaan c. Mengerjakan tugas dengan baik
53% 53% 53% 20% 80% 60% 0% 47% 58%
67% 80% 47% 40% 80% 87% 0% 53% 66%
73% 80% 47% 53% 93% 100% 40% 53% 73%
100% 93% 60% 60% 93% 100% 53% 80% 82%
100% 93% 73% 80% 100% 100% 60% 93% 88%
100% 80% 87% 73% 100% 100% 73% 93% 89%
Aspek yang diamati
3
Ketekunan
4
keaktifan
Indikator
Jumlah rata-rata
I
Berdasarkan tabel 9 di atas dapat diketahui bahwa dengan pelaksanaan model pembelajaran kontekstual mampu meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran dari siklus I pertemuan pertama hingga siklus III pertemuan kedua yaitu siklus I pertemuan pertama sebesar 58% meningkat pada pertemuan kedua 84
85 sebesar 66%. Pada siklus II pertemuan pertama meningkat menjadi 73% dan pertemuan kedua sebesar 82%. Pada siklus III juga terjadi peningkatan yaitu pertemuan pertama sebesar 88% dan pertemuan ketiga menjadi 89%. Dengan peningkatan aktivitas siswa akan
memicu kreativitas siswa terutama pada
gagasan atau idenya. Untuk memperjelas adanya peningkatan aktivitas setiap pertemuan maka dapat ditunjukkan dalam grafik 5.
Aktivitas Siswa 100%
frekuensi
80%
Pertemuan I
60% Pertemuan II
40% 20% 0% siklus I
siklus II siklus III Aktivitas siswa
Grafik 5. grafik peningkatan aktivitas siswa kelas V SDN Tepisari 02 Selain berpengaruh terhadap aktivitas siswa, pelaksanaan model pembelajaran kontekstual juga berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa yang dapat ditunjukkan pada tabel 10. Tabel 10. Nilai rata-rata pada setiap siklus Siklus I II III
Nilai rata-rata kelas 77,78 81,89 87,39
Berdasarkan tabel 10 di atas maka dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa ditunjukkan dengan peningkatan perolehan ratarata nilai dari siklus I, siklus II, dan siklus III. Rata-rata nilai pada siklus I mencapai 77,78. Rata-rata nilai pada siklus II mencapai 81,89. Sedangkan pada siklus III, rata-rata meningkat mencapai 87,39. Untuk memperjelas adanya peningkatan hasil belajar pada setiap siklusnya maka dapata dilihat pada grafik 6.
85
86
Nilai Hasil Belajar 100.00
Nilai
80.00
Siklus I Siklus II Siklus III
60.00
40.00 20.00 0.00
Pelaksanaan Siklus Grafik 6. grafik peningkatan hasil belajar siswa kelas V SDN Tepisari 02
Pada siklus I pertemuan pertama, pembelajaran kontekstual dilaksanakan dengan kegiatan mendemonstrasikan pembuktian sifat-sifat cahaya oleh perwakilan setiap ppertemuan yang dilanjutkan dengan mengidentifikasi sifat bayangan pada cermin datar dan lengkung secara berkelompok. Pertemuan kedua, siswa secara berkelompok berdiskusi dan bekerjasama untuk membuat model sederhana yang menerapkan sifat-sifat cahaya seperti periskop, cakram warna, dan kamera lubang jarum yang dilanjutkan dengan mengerjakan lembar kerja yang teah disediakan guru secara berkelompok. Untuk memperjelas adanya peningkatan maka dapat dilihat pada tabel 11. Tabel 11. Persentase kreativitas siswa sebelum tindakan dan setelah tindakan pada siklus I No 1 2 3 4
Nilai 21 – 40 41 – 60 61 – 80 81 - 100
Sebelum Tindakan Setelah Tindakan 7% 0% 40% 33% 47% 53% 7% 13%
Berdasarkan tabel 11 di atas diketahui adanya peningkatan kreativitas siswa ditunjukkan dengan hasil tes kreativitas siswa yang mengalami peningkatan. Sebelum tindakan dilaksanakan tes awal yang diperoleh hasil bahwa ada 1 (7%) siswa kategori tidak kreatif, 6 (40%) siswa kategori kurang kreatif, 7 (47%) siswa kategori kreatif, dan 1 (7%) siswa kategori sangat kreatif. Pada siklus I, 86
87 pembelajaran kontekstual dilaksanakan dengan kegiatan demonstrasi sifat-sifat cahaya oleh perwakilan siswa tiap kelompok dihadapan siswa-siswa yang lainnya, mengidentifikasi sifat bayangan pada cermin datar dan lengkung secara berkelompok, dan membuat model sederhana yang menerapkan sifat-sifat cahaya seperti periskop, kaleidoskop, dan kamera lubang jarum. Setelah dilaksanakan tindakan siklus I diperoleh hasil bahwa tidak ada siswa (0%) kategori tidak kreatif, 5 siswa (33%) kategori kurang kreatif, 8 siswa (53%) kategori kreatif, dan 2 (13%) siswa kategori sangat kreatif. Pada siklus II pertemuan pertama, pembelajaran kontekstual dilaksanakan dengan kegiatan membuktikan sifat-sifat cahaya dan mengidentifikasi sifat bayangan pada cermin datar dan lengkung secara berkelompok kemudian dilanjutkan presentasi kerja kelompok oleh salah satu kelompok dihadapan kelompok yang lain. Pada pertemuan kedua membuat model sederhana yang menerapkan sifat-sifat cahaya seperti periskop, cakram warna, dan kamera lubang jarum yang dilanjutkan dengan presentasi oleh setiap kelompok secara bergilir. Untuk memperjelas adanya peningkatan maka dapat dilihat pada tabel 12. Tabel 12. Persentase kreativitas siswa sebelum tindakan dan setelah tindakan pada siklus II No 1 2 3 4
Nilai 21 – 40 41 – 60 61 – 80 81 - 100
Sebelum Tindakan 0% 33% 53% 13%
Setelah Tindakan 0% 13% 60% 27%
Berdasarkan tabel 12 di atas maka dapat diketahui bahwa setelah dilaksanakan tindakan siklus II diperoleh hasil bahwa tidak ada siswa (0%) kategori tidak kreatif, 2 siswa (13%) kategori kurang kreatif, 9 siswa (60%) kategori kreatif, dan 4 siswa (27%) kategori sangat kreatif. Pada siklus III pertemuan pertama, pembelajaran kontekstual pada pertemuan pertama dilaksanakan dengan kegiatan membuktikan sifat-sifat cahaya dan mengidentifikasi sifat bayangan pada cermin datar dan lengkung secara berkelompok dengan pembagian tugas tiap kelompok berbeda. Kemudian hasil kerja kelompok dibuat mind mapping dan ditampilkan dalam presentasi tiap 87
88 kelompok dihadapan kelompok lain yang siap untuk menanggapi dan mengajukan pertanyaan berdasarkan presentasi tersebut. Pertemuan kedua membuat model sederhana yang menerapkan sifat-sifat cahaya seperti periskop, cakram warna, dan kamera lubang jarum yang dilanjutkan dengan presentasi oleh setiap kelompok secara bergilir. Untuk memperjelas adanya peningkatan maka dapat dilihat pada tabel 13. Tabel 13. Persentase kreativitas siswa sebelum tindakan dan setelah tindakan pada siklus III No 1 2 3 4
Nilai 21 – 40 41 – 60 61 – 80 81 - 100
Sebelum Tindakan 0% 13% 60% 27%
Setelah Tindakan 0% 7% 47% 47%
Berdasarkan tabel 13 di atas dapat diketahui bahwa setelah dilaksanakan tindakan siklus III diperoleh hasil bahwa tidak ada siswa (0%) kategori tidak kreatif, 1 siswa (7%) kategori kurang kreatif, 7 siswa (47%) kategori kreatif, dan 7 siswa (47%) kategori sangat kreatif. Berdasarkan keseluruhan tidakan pada setiap siklus yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model kontekstual pada pembelajaran IPA khususya materi “cahaya” dapat meningkatkan kreativitas siswa kelas V SDN Tepisari 02 Kabupaten Sukoharjo. D. Pembahasan Hasil Penelitian Sebelum pelaksanaan tindakan pembelajaran dengan model kontekstual, penulis sekaligus pelaksana tindakan melakukan observasi dan wawancara terbuka dengan guru bidang studi IPA kelas V SDN Tepisari 02, yang diperoleh gambaran bahwa kreativitas belajar siswa di kelas V sangat rendah dengan ditandai dengan 1) siswa cenderung monoton, pengetahuan siswa hanya terbatas pada apa yang diperoleh dari guru, 2) siswa kesulitan dalam mengembangkan pengetahuan yang diperoleh dari pembelajaran, 3) siswa kurang berani mengungkapkan ide, gagasan, ataupun pendapat. Selain dari hasil pengamatan serta wawancara terhadap guru, penulis juga melakukan tes kreativitas terhadap siswa yang diperoleh hasil 7% siswa dalam kategori tidak kreatif, 40% siswa 88
89 kurang kreatif, 47% siswa kreatif, dan 7% siswa dalam kategori sangat kreatif. Sehingga hanya ada 54% siswa yang menunjukkan kreativitasnya dan yang lainnya menunjukkan kategori kreativitas kurang dan tidak kreatif. Hal tersebut membuktikan bahwa kreativitas siswa kelas V di SDN Tepisari 02 masih rendah sehingga perlu adanya upaya untuk meningkatkannya dengan perbaikan dalam proses pembelajaran. Menurut pengamatan penulis, rendahnya kreativitas pada siswa kelas V SDN Tepisari 02 disebabkan karena dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, penggunaan model pembelajaran yang bervariatif masih sangat rendah dan guru cenderung menggunakan model konvesional pada setiap pembelajaran yang dilakukannya. Interaksi antara guru dengan siswa belum optimal, hal tersebut dikarenakan dalam kegiatan pembelajaran pola komunikasi yang diterapkan oleh guru masih cenderung pola komunikasi dari guru ke siswa belum ada balikan dari siswa secara optimal. Siswa belum sepenuhnya dilibatkan dalam pembelajaran, metode yang diterapkan oleh guru antara lain ceramah, penugasan, dan tanya jawab. Selain itu, guru masih cenderung hanya melatih siswa untuk berpikir konvergen, yang hanya berpikir satu arah, yang benar atau satu jawaban paling tepat, atau satu pemecahan dari suatu permasalahan. Sedangkan sikap kreatif siswa kurang mendapat perhatian. Padahal, sikap kreatif menuntut siswa untuk berpikir divergen, yaitu berpikir dalam arah yang berbeda-beda sehingga diperoleh banyak macam jawaban yang unik tetapi benar. Pada siklus 1 setelah dilaksanakan pembelajaran dengan model kontekstual, komponen-komponen model kontekstual yang tampak selama proses pembelajaran berlangsung antara lain: a. Konstruktivisme muncul ketika siswa memperoleh ilmu dan pengalaman awal dari mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, memberi makna melalui pengalaman
nyata
maupun
keterlibatan
aktif
siswa
selama
proses
pembelajaran dan mengkaitkan pengetahuan awal dengan materi yang akan dibahas.
89
90 b. Bertanya muncul ketika siswa mengamati benda-benda yang dapat digunakan untuk membuktikan sifat-sifat cahaya dan ketika siswa sedang melakukan presentasi maupun diskusi secara klasikal. c. Inkuiri muncul ketika siswa diberi suatu permasalahan untuk dapat mengidentifikasi sifat bayangan yang mengenai cermin datar dan lengkung. d. Masyarakat belajar muncul ketika siswa bekerjasama dalam kelompok dan berdiskusi dengan teman kelompoknya maupun berdiskusi secara klasikal. e. Pemodelan muncul ketika guru mengarahkan perwakilan siswa ke depan untuk mendemonstrasikan sifat-sifat cahaya, misalnya cara memperagakan bahwa cahaya menembus benda bening tapi tidak dapat menembus benda gelap dengan baik dan benar. f. Refleksi muncul ketika siswa bersama guru menyimpulkan secara singkat pembelajaran yang telah dilakukan di akhir pembelajaran. g. Penilaian yang sebenarnya dari kegiatan itu adalah interaksi siswa selama pembelajaran berlangsung dan nilai dari lembar kerja siswa yang telah diberikan. Berdasarkan hasil penelitian pada siklus 1, dapat dijelaskan bahwa: d. Aktivitas siswa cukup baik dengan menunjukkan perhatian dan ketekunan siswa sangat baik dalam mengikuti pembelajaran. Akan tetapi kerjasama dalam kelompok dan keaktifan siswa dalam hal berpendapat masih dalam kategori cukup. Hal ini terjadi karena siswa baru pertama kali merasakan pembelajaran dengan berdiskusi sehingga perlu adanya adaptasi. e. Dari lampiran 6d (hasil belajar siswa siklus 1) dapat dilihat bahwa setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model kontekstual pada siklus 1 nilai rata-rata hasil belajar siswa cukup baik, yaitu 77,78. f. Dari lampiran 7c (hasil tes kreativitas siswa siklus 1) dapat dilihat bahwa setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model kontekstual pada siklus 1 nilai rata-rata hasil tes kreativitas siswa mengalami peningkatan dari 58,13 menjadi 67,73 dan ketuntasan klasikal juga meningkat dari 53% menjadi 67%.
90
91 Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus 2 setelah dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model kontekstual, yang tampak selama proses pembelajaran berlangsung antara lain: a. Konstruktivisme muncul ketika siswa memperoleh ilmu dan pengalaman dari mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dan memberi makna melalui pengalaman
nyata
maupun
keterlibatan
aktif
siswa
selama
proses
pembelajaran. b. Bertanya muncul ketika apersepsi dan presentasi kelompok berlangsung. c. Inkuiri muncul ketika siswa dapat membuktikan sifat cahaya, mengidentifikasi sifat bayangan benda yang mengenai cermin datar dan lengkung. d. Masyarakat belajar muncul ketika siswa bekerjasama dalam kelompok ketika praktek maupun membuat model dan berdiskusi dengan teman kelompoknya saat mengerjakan lembar kerja maupun saat presentasi. e. Pemodelan muncul ketika guru mengarahkan kegiatan yang harus dilakukan siswa. f. Refleksi
muncul
diakhir
pembelajaran
ketika
guru
bersama
siswa
menyimpulkan kegiatan yang telah dilaksanakan. g. Penilaian yang sebenarnya dari kegiatan itu adalah interaksi siswa selama pembelajaran berlangsung dan nilai dari tes yang telah diberikan. Berdasarkan hasil penelitian pada siklus 2, dapat dijelaskan bahwa: a. Aktivitas siswa dalam kategori baik dengan menunjukkan perhatian dan ketekunan siswa sangat baik dalam mengikuti pembelajaran. Akan tetapi kerjasama dalam kelompok dan keaktifan siswa dalam hal berpendapat masih dalam kategori baik. Hal ini terjadi karena siswa sudah mulai terbiasa dengan situasi belajar kontekstual. Siswa mulai berani untuk mengemukakan pendapatnya ketika diberi permasalahan tertentu, tetapi untuk mengajukan pertanyaan siswa masih kurang. b. Dari lampiran 6d (hasil belajar siswa siklus 2) dapat dilihat bahwa setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model kontekstual pada siklus 1 dan siklus 2, nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan, yaitu dari 77,78 menjadi 83,22. 91
92 c. Dari lampiran 7d (hasil tes kreativitas siswa siklus 2) dapat dilihat bahwa setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model kontekstual pada siklus 1 dan siklus 2, nilai rata-rata hasil tes kreativitas siswa mengalami peningkatan dari 67,73 menjadi 73,33 dan ketuntasan klasikal juga meningkat dari 67% menjadi 87%. Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus 3 setelah dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model kontekstual, yang tampak selama proses pembelajaran berlangsung antara lain: a. Konstruktivisme muncul ketika siswa memperoleh ilmu dan pengalaman dari mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dan memberi makna melalui pengalaman
nyata
maupun
keterlibatan
aktif
siswa
selama
proses
pembelajaran. b. Bertanya muncul ketika siswa mulai mencoba membuat mind mapping, dan presentasi berlangsung. c. Inkuiri muncul ketika siswa dapat membuktikan sifat cahaya, mengidentifikasi sifat bayangan benda yang mengenai cermin datar dan lengkung. d. Masyarakat belajar muncul ketika siswa bekerjasama dalam kelompok ketika praktek maupun membuat model dan berdiskusi dengan teman kelompoknya saat mengerjakan lembar kerja maupun saat presentasi. e. Pemodelan muncul ketika guru menjelaskan cara pembuatan mind mapping dan mengarahkan kegiatan yang harus dilakukan siswa. f. Refleksi
muncul
diakhir
pembelajaran
ketika
guru
bersama
siswa
menyimpulkan kegiatan yang telah dilaksanakan. g. Penilaian yang sebenarnya dari kegiatan itu adalah interaksi siswa selama pembelajaran berlangsung dan nilai dari tes yang telah diberikan. Berdasarkan hasil penelitian pada siklus 3, dapat dijelaskan bahwa: a. Aktivitas siswa dalam kategori sangat baik dengan menunjukkan perhatian dan ketekunan siswa sangat baik dalam mengikuti pembelajaran. Siswa sudah bisa bekerjasama dengan teman dalam kelompok dengan baik dan keaktifan siswa dalam hal berpendapat dalam kategori sangat baik. Siswa yang mengajukan pertanyaan semakin banyak. 92
93 b. Dari lampiran 6d (hasil belajar siswa siklus 3) dapat dilihat bahwa setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model kontekstual pada siklus 2 dan siklus 3, nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan, yaitu dari 83,22 menjadi 87,39. c. Dari lampiran 7e (hasil tes kreativitas siswa siklus 3) dapat dilihat bahwa setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model kontekstual pada siklus 2 dan siklus 3, nilai rata-rata hasil tes kreativitas siswa mengalami peningkatan dari 73,33 menjadi 78,40 dan ketuntasan klasikal juga meningkat dari 87% menjadi 93%. Berdasarkan
penjelasan-penjelasan
di
atas,
sebelum
dilaksanakan
pembelajaran IPA kelas V dengan menggunakan model kontekstual, terdapat siswa yang termasuk kategori tidak kreatif dan kurang kreatif sekitar 47%. Jadi hampir 50% siswa memiliki kreativitas rendah. Hal ini disebabkan guru masih melakukan pembelajaran dengan model konvensional yang kurang mengajak siswa untuk ikut aktif dalam pembelajaran. guru lebih cenderung berceramah, sedangkan siswa hanya duduk, diam, mencatat, dan menghafal materi yang diberikan guru. Siswa dituntut untuk memahami materi secara instan dan abstrak, sehingga siswa merasa malas ataupun bosan setiap kali pelajaran berlangsung dan pemahaman konsep siswa sangat kurang. Selain itu, guru masih menuntut siswa pada satu jawaban yang pasti yaitu benar atau salah. Pembelajaran yang demikian mampu menghambat kreativitas siswa. Oleh karena itu, perlu adanya perbaikan dalam pelaksanaan pembelajaran yaitu pembelajaran yang berpusat pada siswa sehingga siswalah yang aktif dalam pembelajaran baik tahu konsep maupun prosesnya, penggunaan alat bantu dalam pengajaran sehingga siswa mendapatkan gambaran secara kongrit dan mudah untuk dipahami, strategi manajemen kelas yang
memungkinkan
pengoptimalan
pembelajaran,
menghubungkan
isi
pengajaran dengan konteks kehidupan nyata sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna, dan menggunakan pertanyaan terbuka dan mendorong para siswa untuk berfikir kreatif. Pembelajaran yang demikian sesuai dengan pendapat yang diunduh dari Ridwan Saptoto (2008) yang menyatakan ada lima strategi pengajaran yang dapat dilaksanakan oleh guru untuk meningkatkan kreativitas 93
94 siswa, yaitu:1) pembelajaran yang berpusat pada siswa, 2) penggunaan berbagai peralatan
bantu
dalam
pengajaran,
3)
strategi
manajemen
kelas,
4)
menghubungkan isi pengajaran dengan konteks kehidupan nyata, 5) menggunakan pertanyaan terbuka dan mendorong para siswa untuk berfikir kreatif. Sehingga dalam penelitian ini digunakanlah pembelajaran dengan model kontekstual untuk mengatasi permasalahan tersebut yang berkenaan dengan upaya meningkatkan kreativitas siswa. Setelah
dilaksanakan
pembelajaran
dengan
menggunakan
model
kontekstual pada siklus 1, siklus 2, dan siklus 3, siswa mengalami peningkatan kreativitas pada saat pembelajaran Sains (IPA) kelas V. Hal ini ditunjukkan pada siklus 1, yang tidak adanya siswa dalam kategori tidak kreatif dan 5 siswa dalam kategori kurang kreatif dari 1 siswa dalam kategori tidak kreatif dan 6 siswa yang kurang kreatif sebelum dilaksanakan tindakan dengan menggunakan model kontekstual. Pada siklus 2, masih ada 2 siswa yang kurang kreatif. Sedangkan pada siklus 3, hanya ada 1 siswa yang masih kurang kreatif. Hal ini sangat dipengaruhi oleh komponen-komponen yang ada dalam model kontekstual yaitu konsruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), inkuiri (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modelling), refleksi (reflection), dan penilaian yang sebenarnya (authentic assessment) sehingga memungkinkan siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, siswa belajar dari teman melalui kerja kelompok, maupun diskusi yang sesuai dengan pendapat Sanjaya (2008: 118-122) yang menyatakan bahwa ada tujuh komponen yang terdapat pada model pembelajaran kontekstual. Selain itu, siswa juga dapat melakukan praktikum dengan alat dan bahan yang sederhana yang dapat dijumpai di kehidupan sehari-hari. Pembelajaran yang demikian mampu memicu siswa untuk dapat mengembangkan gagasan-gagasannya dalam memanfaatkan berbagai sumber belajar yang ada di sekitar, sehingga pembelajaran kreatif dapat tercipta. Hal ini sesuai pendapat Indrawati dan Wawan Setiawan (2009: 14) yang menyatakan “pembelajaran kreatif adalah pembelajaran yang menstimulasi siswa untuk mengembangkan gagasannya dengan memanfaatkan sumber belajar yang
94
95 ada”. Pembelajaran kreatif dapat meningkatkan kreativitas siswa. Model kontekstual merupakan salah satu contoh dari pembelajaran kreatif. Selama
pelaksanaan
pembelajaran
dengan
menggunakan
model
kontekstual (CTL), masih terdapat banyak kekurangan yang perlu diperbaiki pada siklus 1, siklus 2, dan siklus 3. Kesulitan yang dihadapi guru pada siklus 1 yaitu disebabkan karena siswa baru mengalami pembelajaran dengan berkelompok, dan siswa kurang bisa menerima pembagian kelompok secara heterogen sehingga menyebabkan siswa kurang dapat bekerjasama dan kurang bisa menyesuaikan diri dengan baik dalam pelaksanaan pembelajaran, guru masih kurang mampu dalam mengontrol waktu disebabkan karena guru harus menyiapkan segala peralatan untuk praktek dan pembagian kelompok, pada saat diskusi terlihat ada siswa yang pasif dan diam, disebabkan karena belum terbiasa diajak untuk belajar berkelompok, suasana kelas sedikit ramai saat kerja kelompok berlangsung, karena siswa lebih banyak bergurau daripada mengerjakan tugas kelompoknya yang disebabkan karena kurangnya pembagian tugas dalam kelompok, adanya pemprotesan siswa terhadap pembuatan model kaleidoskop yang dirasa kurang menarik tidak seperti pada model periskop dan kamera lubang jarum. Berdasarkan kekurangan-kekurangan yang dilakaukan guru dalam proses pembelajaran di siklus 1 tersebut, maka guru melakukan perbaikan di siklus ke 2, diantaranya adalah guru menyampaikan materi dan informasi pembelajaran dengan jelas dan memberikan arahan kembali kepada siswa tentang pelaksanaan kerja kelompok yang baik seperti dengan adanya pembagian tugas dalam anggota, setiap kelompok terdapat seorang siswa yang menjadi ketua yang harus bertanggung jawab terhadap anggotanya dan mengerjakan secara bekerjasama, memotivasi siswa misalnya dengan memberikan penghargaan baik verbal maupun non verbal, memperbaiki pengelolaan kelas dengan membuat pembelajaran yang menarik siswa seperti pada awal pelajaran siswa diajak bernyanyi dan bertepuk atau mengadakan permainan, dan guru mengganti salah satu model yang harus dibuat siswa yaitu kaleidoskop diganti dengan cakram warna. Pada saat pelaksanaan siklus 2, pada umumnya kesulitan atau kekurangan yang terdapat pada siklus 1 dapat teratasi. Namun, di siklus 2 ini, guru juga masih 95
96 menemui beberapa kendala, diantaranya adalah guru masih kesulitan dalam pengelolaan waktu yang
disebabkan karena siswa masih belum mengenal
kegiatan presentasi sehingga guru harus menerangkannya terlebih dahulu, pada saat presentasi kelompok, kelas tampak ramai karena siswa yang berebut untuk bertanya atau menanggapi hasil presentasi kelompok yang lain, dan adanya pemprotesan siswa terhadap pembagian tugas dalam kelompok sehingga menimbulkan pertengkaran kecil dalam kelompok. Pada siklus ke 3 yang sekaligus merupakan siklus terakhir pada penelitian ini, guru berusaha untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus ke 2 sebelumnya, antara lain dengan cara guru menyampaikan materi dan informasi pembelajaran dengan jelas dan memberikan arahan kembali kepada siswa tentang pelaksanaan kerja kelompok dan presentasi hasil kelompok yang baik, guru memberikan motivasi kepada siswa bahwa yang akan mendapatkan smell dan bintang bukan hanya individu tetapi juga kelompok yang paling kompak dan aktif. Berdasarkan penjelasan
tersebut,
tampak bahwa pada umumnya
permasalahan yang dihadapi guru adalah ketidakmampuan guru dalam mengelola waktu. Sehingga terkadang proses pembelajaran terkesan lama. Selain itu, guru masih perlu mengenalkan pembelajaran berdiskusi dengan anggota kelompok terlebih dahulu. Jadi, selama pelaksanaan siklus 2 permasalahan-permasalahan yang ada di siklus 1 sudah tidak ada lagi. Hal ini membuat hasil belajar siswa setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL meningkat menuju ke arah yang lebih baik. Pada prinsipnya, seluruh rangkaian proses penelitian dengan menggunakan model kontekstual (CTL) ini adalah membantu siswa untuk melihat makna dari suatu teori atau bahan pelajaran dengan cara mengkaitkan antara pokok bahasan yang diajarkannya yaitu cahaya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Sehingga kreativitas siswa secara otomatis dapat terasah dan meningkat.
96
97 Berdasarkan hasil pelaksanaan pada siklus I, II, dan III dapat dinyatakan bahwa pembelajaran IPA dengan menggunakan model kontekstual dapat meningkatkan kreativitas siswa kelas V SDN Tepisari02 Kabupaten Sukoharjo tahun ajaran 2009/2010. Peningkatan kreativitas siswa berdasarkan hasil tes kreativitas diperoleh data bahwa nilai rata-rata tes kreativitas sebelum tindakan adalah 58,13 dengan siswa yang mendapat nilai 21-40 ada 7% dalam kategori tidak kreatif, 41-60 ada 40% dalam kategori kurang kreatif, 61-80 ada 47% dalam kategori kreatif, dan nilai 80-100 adalah 7 % dari 15 siswa. Hasil tes kreativitas siklus I menunjukkan nilai rata-rata hasil tes meningkat menjadi 67,73 dengan ketuntasan 67%. Data siswa yang mendapat nilai 21-40 tidak ada, nilai 41-60 ada 33% dalam kategori kurang kreatif, nilai 61-80 ada 53% dalam kategori kreatif, dan nilai 81-100 ada 13% dalam kategori sangat kreatif. Hasil tes kreativitas siklus II menunjukkan nilai rata-rata hasil tes meningkat menjadi 73,33 dengan ketuntasan 87%. Data siswa yang mendapat nilai 21-40 tidak ada, nilai 41-60 ada 13% dalam kategori kurang kreatif, nilai 61-80 ada 60% dalam kategori kreatif, dan nilai 81-100 ada 27% dalam kategori sangat kreatif. Sedangkan hasil tes kreativitas siklus III menunjukkan nilai rata-rata hasil tes meningkat menjadi 78,40 dengan ketuntasan 93%. Data siswa yang mendapat nilai 21-40 tidak ada, nilai 41-60 ada 7% dalam kategori kurang kreatif, nilai 61-80 ada 47% dalam kategori kreatif, dan nilai 81-100 ada 47% dalam kategori sangat kreatif. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 7f. Berdasarkan data tersebut tampak adanya peningkatan ketuntasan klasikal yang berhubungan dengan kreativitas siswa. Ketuntasan klasikal sebelum dilaksanakannya pembelajaran kontekstual hanya mencapai 53%. Kemudian setelah dilaksanakannya pembelajaran IPA dengan kontektual pada siklus I meningkat menjadi 67%, siklus II meningkat lagi menjadi 87%, dan siklus III mencapai 93%. Dengan demikian, penggunaan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kreaktifitas siswa pada pembelajaran IPA kelas V SDN Tepisari 02 Kabupaten Sukoharjo.
97
98 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan sebanyak tiga siklus dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual pada pembelajaran IPA siswa kelas V SD Negeri Tepisari 02, Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo, dapat diketahui bahwa terjadi adanya peningkatan kreativitas belajar siswa. Hal ini tampak dari kegiatan siswa dalam pembelajaran yang menunjukkan bahwa perhatian siswa meningkat, kerjasama antar siswa meningkat sehingga keterbukaan siswa dalam hal memperoleh pengetahuanpun meningkat, ketekunan dalam memperoleh pembelajaran semakin meningkat, dan keaktifan siswa meningkat dalam hal bertanya dan mengeluarkan pendapatnya. Hal tersebut berpengaruh terhadap kreativitas siswa yang ditunjukkan dalam tes kreativitas
yang
menunjukkan
bahwa
ketuntasan
klasikal
sebelum
dilaksanakannya pembelajaran kontekstual hanya mencapai 53% siswa. Kemudian setelah dilaksanakannya pembelajaran IPA dengan kontektual pada siklus I meningkat menjadi 67%, siklus II meningkat lagi menjadi 87%, dan siklus III mencapai 93%. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa dengan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kreativitas belajar siswa dalam pembelajaran IPA Kelas V Semester 2 SDN Tepisari 02 Kabupaten Sukoharjo Tahun Pembelajaran 2009/2010. B. Implikasi Berdasarkan simpulan dari penelitian ini, dapat dikemukakan implikasi teoritis dan praktis sebagai berikut: 1.
Implikasi Teoritis
Hasil penelitian dapat memperluas pengetahuan bagi pembaca tentang inovasi pembelajaran serta dapat dijadikan referensi dalam penelitian lebih lanjut sebagai upaya meningkatan kreativitas belajar siswa melalui model kontekstual dalam pembelajaran IPA di kelas V Sekolah Dasar. 98 98
99 2.
Implikasi Praktis
Hasil penelitian dengan implementasi model kontekstual dapat digunakan sebagai alternatif guru sebagai upaya meningkatkan kreativitas belajar siswa melalui model kontekstual dalam pembelajaran IPA. C. Saran Berdasarkan simpulan dan implikasi, dapat dikemukakan saran yang berkaitan dengan penelitian, yaitu: 1.
Kepada Guru
a. Guru hendaknya mempersiapkan diri sebaik-baiknya sebelum menerapkan pembelajaran model kontekstual, sehingga pembelajaran ini dapat berjalan lancar. b. Guru
hendaknya
lebih
memaksimalkan
kemampuannya
dalam
mengoptimalkan kemampuan maupun kreativitas siswa dalam pembelajaran dengan cara siswalah yang harus aktif untuk mencari dan menemukan sendiri dari pemecahan masalah yang dihadapinya. c. Guru diharapkan untuk selalu mengadakan evaluasi pembelajaran, tidak hanya evaluasi untuk siswa namun juga evaluasi terhadap kinerjanya sehingga upaya untuk meningkatkan kreativitas siswa dapat tercapai. 2.
Kepada Siswa
a. Siswa hendaknya merespon pertanyaan yang disampaikan baik oleh guru maupun siswa yang yang lain sehingga iklim kelas dapat lebih kondusif. b. Siswa hendaknya dapat lebih berpartisipasi serta bekerja sama dalam pembelajaran terutama ketika kegiatan diskusi berlangsung. c. Siswa hendaknya lebih mandiri dalam kegiatan pembelajaran dengan tidak saling mengandalkan siswa yang lain. 3.
Kepada Peneliti Lain
Perlu diadakan penelitian serupa dengan meninjau aspek lain dari kualitas pembelajaran sehingga dapat diketahui sejauh mana efektivitas implementasi model kontekstual dalam upaya meningkatan kreativitas siswa.
99
100 DAFTAR PUSTAKA Andang Ismail.2006. Educations Games; Menjadi Cerdas dan Ceria dengan Permaian Edukatif. Yogyakarta: Pilar Media-Anggota IKPJ. Aunurahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Browne, M.N, & Keeley, S.M. 1990. Asking the Right Quations:A guide to Critical Thinking. Englewoof Cliffs: Prentice Hall. Diah Nugraheni. 2007. Meningkatkan Minat Belajar Sains (IPA) dengan Menggunakan Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching And Learning) pada Pokok Bahasan Cahaya Siswa Kelas V Semester II Sekolah Dasar Negeri Kedungmundu 01 Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007. Skripsi. Semarang: UNNES. E Mulyana. 2005. Menjadi Guru Profesional : Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Remaja Rosdakarya: Bandung. E. Mulyasa. 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Iskandar. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif). Jakarta: Gaung Persada Press. Indrawati dan Wawan Setiawan. 2009. Pembelajaran Afektif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan untuk Guru SD. Jakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tempat Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam untuk Program Bermutu. IGAK Wardhani dan Kuswaya Wihardit. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka. Julius Chandra. 1994. Kreativitas; Bagaimana Menanam, Membangun, dan Mengembangkannya. Yogyakarta: Kanisius. Kartono. 2004. Pembelajaran Penemuan IPA Terbimbing Ditinjau dari Kreativitas dan Kemandirian Belajar Siswa SD (Studi Eksperimentasi Pembelajaran Penemuan IPA kelas IV SD di Kecamatan Laweyan Surakarta 2004). Tesis. Surakarta: UNS. Kasmanto. 2007. Peningkatan Kreativitas melalui Pendekatan Proses pada Pokok Bahasan Kinematika Gerak SMU Tahun Ajaran 2006/2007. Skripsi. Surakarta: UNS. Leo Sutrisno, Heri Kresnadi, dan Kartono. 2007. Pengembangan Pembelajaran IPA SD. Jakarta: DEPDIKNAS. 100 100
101 Munawar Kholil dan Dini Prowida. 2009. Ilmu pengetahuan alam Untuk SD/ MI kelas V. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Nurasih. 2008. Penerapan CTL dalam Meningkatkan Peran Serta dan Prestasi Belajar Ekonomi Siswa Kelas XI SMAN 8 Surakarta Tahun Pelajaran 2007/2008. Skripsi. Surakarta: UNS. Rochman Natawidjaya dan Moein Moesa. 1992. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud. Sugiyanto. 2008. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: UNS press. Udin Saefudin Sa’ud. 2008. Inovasi Pendidikan. Bandung: AlFABETA. Utami Munandar. 1992. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah: Petunjuk Bagi Para Guru dan Orang tua. Jakarta: PT Gramedia Widiasaran. . 1999. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: PT Rineka Cipta. Wina Sanjaya. 2008. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana Perdana Media. Wiwik Winarti, Joko Winarto, Widha Sunarno. 2009. Ilmu Pengetahuan Alam 5 SD/ MI. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Andy. 2008. Pembelajaran Model Inquiry. http://www.Fromlearningtoteaching. blogspot.com,2008/05/lesson-model-inquiry.html. Diunduh pada tanggal 2 Mei 2010. Atit Suryati. 2007. Implementasi Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Kemampuan Kreativitas Siswa kelas V SD Negeri Cangkuang kecamatan Dayeuhkolot kabupaten Bandung tahun pelajaran 2006-2007. http://educare.e-kipunla.net/index.php?option=comcontent&task=view &id=61&Itemid=7. Diunduh pada tanggal 8 April 2010. Basti. 2008. Mengenali dan Mengembakan Kreativitas Peserta Didik. http://elearn.bpplsp-reg5.go.id/index.php?pilih=news&aksi=lihat&id=20. Diunduh pada tanggal 5 Januari 2010. Chietra. 2008. Teori-Teori Kreativitas. http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/ skripsi/index/assoc/HASH01d4.dir/doc.pdf. Diunduh pada tanggal 27 Mei 2010. Generated: 16 Desember 2009. Perbedaan antara pintar, cerdas, kreatif dan inovatif. http://www.rumahcerdaskreatif.com. Diunduh pada tanggal 15 Januari 2010. 101
102 Hendry Risjawan. 2008. Materi Training Kreativitas: Mengenal Aral Kreativitas. http:// www. mail-archive.com/buni. Diunduh pada tanggal 12 Mei 2010. Hindun. 2008. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. http://localhost/?pilih=news& aksi= lihat&id=22. Diunduh pada tanggal 15 Januari 2010. Ifraj Shamsid, Deen. 2006. Contextual Teaching And Learning Practices In The Family And Consumer Sciences Curriculum. Journal of Family and Consumer Sciences Education, Vol. 24, No. 1, Spring/Summer. http://www.natefacs.org/JFCSEv24/no1v24/no1/Shamsid-Deen.pdf. Diunduh pada tanggal 2 Mei 2010 Kokom Kumalasari. 2009. The Effect Of Contextual Learning in Civic Education On Students' Civic Competence. Journal of Social Sciences 5(4): 261-270, 2009-ISSN 1549-3652. http://www.scipud.org/fulltext/jss/jss54261-270. Diunduh pada tanggal 17 Juli 2010. Rahma Fibriyanti. 2006. Implementasi Modul Model Siklus Belajar untuk Meningkatkan Kreativitas dan Prestasi Belajar Fisika. http://www.infoskripsi.com/Artikel-Penelitian/Implementasi-ModulModel-Siklus-Belajar-Untuk-Meningkatkan-kreativitas-Dan-PrestasiBelajar-Fisika .html. Diunduh pada tanggal 8 Januari 2010. Radix Hidayat, 2008. Faktor-faktor Pendukung Kegiatan Belajar. http://www. rumahbelajaritb.wordpress.com/2008/07/17/faktor-faktor-pendukungkegiatan-belajar/. Diunduh pada tanggal 27 Mei 2010. Ridwan Saptoto. 2008. Bagaimana Cara Mengajari Siswa agar Kreatif. http://
[email protected]. Diunduh pada tanggal 14 Mei 2010. Sarwanto. 2009. Tinjauan Konten Buku Sains Syariah. http://www.sdmbirrulsrg.com/web/?pilih=news&aksi=pesan&id=22. Diunduh pada tanggal 23 Mei 2010. Wang
Muba. 2009. Konsep Dasar Kreativitas. http://www. wangmuba.com/2009/05/01/konsep-dasar-kreativitas/. Diunduh pada tanggal 9 Januari. 2010.
102
103
103
104
Lampiran 1a DINAS PENDIDIKAN UPTD PENDIDIKAN KECAMATAN POLOKARTO SD NEGERI TEPISARI 02 Dukuh Melikan, Desa Tepisari, Polokarto, Sukoharjo
SURAT KETERANGAN NOMOR : Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala Sekolah Dasar Negeri Tepisari 02 Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo, menerangkan bahwa: Nama
: Rika Purwanti
NIM
: K 7106037
Tempat, tanggal lahir : Sukoharjo, 10 September 1987 Jurusan/Program
: IP / PGSD
Semester
: VIII
Alamat
: Karang Winangun Rt 02 Rw 06, Tepisari, Polokarto, Sukoharjo Telah mengadakan penelitian / try out di SD Negeri Tepisari 02
Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo pada bulan April s.d Mei 2010 dalam rangka menyusun skripsi dengan judul: “Peningkatan Kreativitas Belajar Siswa Melalui Model Kontekstual Dalam Pembelajaran IPA Kelas V SDN Tepisari 02 Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2009/2010”. Demikian surat keterangan ini dibuat dan kepada yang berkentingan harap menjadikan periksa.
Surakarta, Juli 2010 Kepala Sekolah SD Negeri Tepisari 02
Ladiyo, S.Pd NIP : 19581009197802 1 003
104
105
Lampiran1b
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Jl. Ir. Sutami 36 A,Kotak Pos 56 Surakarta 57126 Telp./Fax. (0271) 648939-669124 Website: //www.fkip.uns.ac.id E-mail:
[email protected]
Nomor Lampiran Hal
: /H27.1.2/PP/2010 : 1 berkas proposal : Permohonan ijin Research/Try Out
Yth. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta Dengan hormat, Untuk menyelesaikan penyusunan skripsi, dengan ini kami melaporkan bahwa Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta di bawah ini akan mengadakan penelitian : Nama / NIM : RIKA PURWANTI/ K 7106037 Tempat, Tanggal Lahir : Sukoharjo, 10 September 1987 Pogram / Jurusan : PGSD / IP Tingkat / Semester : VIII Alamat : Karang Winangun Rt.02 / IV, Tepisari, Polokarto, Sukoharjo Akan mengadakan Research di : SD Negeri II Tepisari Judul Skripsi / Penelitian / Objek : Peningkatan Kreativitas Belajar Siswa Melalui Model Kontekstual Dalam Pembelajaran IPA Kelas V SDN II Tepisari Kabupaten Sukoharjo Tahun 2009-2010 Mohon mendapatkan ijin ke Gubernur / C.Q. BAPPEDA Jawa Tengah di Semarang dan kami lampirkan fotocopy kerangka penelitian. Demikian harap menjadikan maklum dan terima kasih.
Surakarta, .......................... a.n. Dekan Pembantu Dekan III
Drs. H. Amir Fuady, M.Hum NIP. 195207291980101001 105
106
Lampiran 1c
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Jl. Ir. Sutami 36 A,Kotak Pos 56 Surakarta 57126 Telp./Fax. (0271) 648939-669124 Website: //www.fkip.uns.ac.id E-mail:
[email protected]
Nomor Lampiran Hal
: /H27.1.2/PP/2010 : 1 berkas proposal : Permohonan ijin Research/Try Out
Yth. Kepala SD Negeri II Tepisari Polokarto, Sukoharjo Dengan hormat, Kami beritahukan bahwa Mahasiswa di bawah ini : Nama NIM Tempat, Tanggal Lahir Semester / Pogram / Jurusan Alamat
: RIKA PURWANTI : K 7106037 : Sukoharjo, 10 September 1987 : VIII / IP / PGSD : Karang Winangun Rt.02 / IV, Tepisari, Polokarto, Sukoharjo Telah kami ijinkan untuk menyusun Skripsi / Makalah guna melengkapi tugastugas studi tingkat Sarjana. Dengan judul : Peningkatan Kreativitas Belajar Siswa Melalui Model Kontekstual Dalam Pembelajaran IPA Kelas V SDN II Tepisari Kabupaten Sukoharjo Tahun 2009-2010. Sehubungan dengan hal tersebut kami mengharap kiranya saudara berkenan mengijinkan mahasiswa kami mengadakan Research/Try Out pada sekolah / instansi yang berada di bawah pimpinan saudara. Atas perkenan dan perhatian Saudara kami sampaikan terima kasih. Surakarta, .......................... a.n. Dekan Pembantu Dekan III
Drs. H. Amir Fuady, M.Hum NIP. 195207291980101001
106
Lampiran 1d
107 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Jl. Ir. Sutami 36 A,Kotak Pos 56 Surakarta 57126 Telp./Fax. (0271) 648939-669124 Website: //www.fkip.uns.ac.id E-mail:
[email protected]
Lampiran : 1 berkas proposal Surakarta, ..................... Hal : Permohonan Ijin Menyusun Skripsi Yth. Dekan c.q. Pembantu Dekan I FKIP – Universitas Sebelas Maret di Surakarta Dengan hormat, Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : RIKA PURWANTI Nomor Induk Mahasiswa : K 7106037 Tempat, Tanggal Lahir : Sukoharjo, 10 September 1987 Pogram / Jurusan : PGSD / IP Tingkat / Semester : VIII Alamat : Karang Winangun Rt.02 / IV, Tepisari, Polokarto, Sukoharjo Dengan ini kami mengajukan permohonan kepada Dekan Fakutas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, untuk menyusun Skripsi / Makalah dengan judul sebagai berikut : Peningkatan Kreativitas Belajar Siswa Melalui Model Kontekstual Dalam Pembelajaran IPA Kelas V SDN II Tepisari Kabupaten Sukoharjo Tahun 2009-2010. Kami lampirkan pula kerangka minimal Skripsi / Makalah. Adapun konsultan / pembimbing kami mohonkan : 1. Dr. Riyadi, M. Si 2. Dra. Yulianti, M.Pd Atas terkabulnya permohonan ini, kami sampaikan terima kasih. Persetujuan Konsultan, 1. 2.
_________________ _________________
Hormat kami,
Rika Purwanti
Mengetahui : Ketua Program : PGSD
Ketua Jurusan : IP
Drs. Kartono, M.Pd NIP. 195401021977031001
Drs. R. Indianto, M.Pd NIP.195101151980031001 107
108 Lampiran 1e DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Jl. Ir. Sutami 36 A,Kotak Pos 56 Surakarta 57126 Telp./Fax. (0271) 648939-669124 Website: //www.fkip.uns.ac.id E-mail:
[email protected]
SURAT KEPUTUSAN DEKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PEDIDIKAN Nomor : /H27.1.2/PP/2010 TENTANG IJIN PENYUSUNAN SKRIPSI / MAKALAH
Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta setelah menimbang pedoman menyusun Skripsi / Makalah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, Nomor: 02/PT40.FKIP/C/1991 Tanggal 25 Februari 1991. Dengan persetujuan konsultan / pembimbing tanggal :_____________________ MEMUTUSKAN Menetapkan kepada mahasiswa tersebut di bawah ini : Nama Nomor Induk Mahasiswa Tempat, Tanggal Lahir Pogram / Jurusan Tingkat / Semester Alamat
: RIKA PURWANTI : K 7106037 : Sukoharjo, 10 September 1987 : PGSD / IP : VIII : Karang Winangun Rt.02 / IV, Tepisari, Polokarto, Sukoharjo diijinkan untuk menyusun Skripsi / Makalah dengan judul yang telah dirumuskan sebagai berikut : Peningkatan Kreativitas Belajar Siswa Melalui Model Kontekstual Dalam Pembelajaran IPA Kelas V SDN II Tepisari Kabupaten Sukoharjo Tahun 2009-2010. Dengan konsultan / pembimbing: 1. Dr. Riyadi, M. Si (Pembimbing Pertama) 2. Dra. Yulianti, M.Pd (Pembimbing Kedua) Surat keputusan ini mulai berlaku sejak ditetapkan dan akan ditinjau kembali jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan. Ditetapkan di : Surakarta Pada Tanggal : ______________ a.n. dekan Tim Skripsi
Pembantu Dekan I
Drs. R. Indianto, M.Pd NIP.195101151980031001
Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si NIP. 196604151991031002
Tembusan : Yth. Bp/Ibu Pembimbing Mohon dilaksanakan sebagaimana mestinya
108
109
109 109
110
Lampiran 2a Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I SD
: SDN Tepisari II
Mata Pelajaran : IPA Kelas/Semester : V/2 Alokasi Waktu : 3 pertemuan I. STANDAR KOMPETENSI 6.
Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya atau model.
II. KOMPETENSI DASAR 6.1.
Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya.
6.2.
Membuat
karya/
model
dengan
bahan
sederhana
dengan
memanfaatkan sifat-sifat cahaya. III. INDIKATOR 6.1.1 Menyebutkan sifat-sifat cahaya (merambat lurus, menembus benda bening, dapat dipantulkan, dibiaskan, dan diuraikan). 6.1.2 Menjelaskan sifat-sifat cahaya yang mengenai berbagai jenis cermin (cermin datar, cermin cekung, dan cermin cembung). 6.2.1. Menyebutkan berbagai alat/ benda dalam kehidupan sehari-hari yang memanfaatkan sifat-sifat cahaya. 6.2.2. Membuat karya/ model sederhana dengan memanfaatkan sifat-sifat cahaya(periskop, kamera lubang jarum, dan kaleidoskop). IV. TUJUAN PEMBELAJARAN 1.
Melalui demonstrasi siswa dapat menyebutkan sifat-sifat cahaya (merambat lurus, menembus benda bening, dapat dipantulkan, dan dibiaskan) dengan benar.
2.
Melalui pengamatan siswa dapat menjelaskan sifat-sifat cahaya yang mengenai berbagai jenis cermin (cermin datar, cermin cekung, dan cermin cembung) dengan benar. 110
111 3.
Melalui tanya jawab siswa dapat menyebutkan berbagai alat/ benda dalam kehidupan sehari-hari yang memanfaatkan sifat-sifat cahaya dengan benar..
4.
Melalui praktek siswa dapat membuat karya/ model sederhana dengan memanfaatkan sifat-sifat cahaya(periskop, kamera lubang jarum, dan kaleidoskop) dengan benar.
V. MATERI Cahaya sangat penting dalam kehidupan kita. Dengan cahaya, kita dapat melihat benda sekitar kita dan menikmati keindahan alam semesta ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Sebuah benda dapat terlihat karena adanya cahaya yang mengenai benda dan memantulkannya hingga akhirnya mengenai mata. Berdasarkan dapat atau tidaknya suatu benda memancarkan cahaya sendiri dikelompokkan menjadi benda tidak tembus cahaya, benda tembus cahaya. Benda sumber cahaya dapat memancarkan cahaya sendiri, contohnya: matahari, senter, nyala api. Sedangkan, benda gelap tidak dapat memancarkan cahaya sendir, misalnya batu kayu dan kertas. Berdasarkan dapat tidaknya meneruskan cahaya, benda dibedakan menjadi benda tidak tembus cahaya dan benda tembus cahaya. Benda tidak tembus cahaya tidak dapat meneruskan cahaya yang mengenainya. Apabila dikenai cahaya, benda ini akan membentuk bayangan. Contoh benda tidak tembus cahaya yaitu kertas, karton, tripleks, kayu, dan tembok. Sedangkan, benda tembus cahaya dapat meneruskan cahaya yang mengenainya. Contoh benda tembus cahaya yaitu kaca. Cahaya mempunyai sifat-sifat tertentu. Sifat-sifat cahaya banyak manfaatnya bagi kehidupan, di antaranya adalah: 1) Cahaya merambat lurus Cahaya matahari yang masuk ke rumah melalui celah-celah atau jendela rumah, maka cahaya yang masuk tampak merambat lurus. 2) Cahaya dapat menembus benda bening Cahaya matahari dapat masuk ke rumah melalui jendela kaca bening. Kaca merupakan benda bening sehingga dapat ditembus cahaya. Jika jendela ditutup 111
112 dengan tirai maka cahaya tidak dapat masuk ke rumah karena tirai merupakan benda tidak tembus cahaya. 3) Cahaya dapat dipantulkan Semua benda disekitar kita bersifat memantulkan cahaya. Itulah sebabnya kita dapat melihatnya. Pemantulan cahaya ada dua jenis yaitu pemantulan baur (pemantulan difus) dan pemantulan teratur. Pemantulan baur terjadi apabila cahaya mengenai permukaan yang kasar atau tidak rata sehingga sinar pantul arahnya tidak beraturan. Sedangkan, pemantulan teratur terjadi jika cahaya mengenai permukaan yang rata, licin, dan mengilap. Permukaan yang mempunyai sifat seperti ini misalnya cermin. Pada pemantulan ini sinar pantul memiliki arah yang teratur dan bayangan anak terjadi karena pemantulan teratur.
Gambar pemantulan teratur
Gambar Pemantulan difus
Cermin merupakan salah satu benda yang memantulkan cahaya. Berdasarkan bentuk permukaannya, cermin dibagi menjadi tiga jenis yaitu cermin datar dan cermin lengkung (cermin cekung dan aembung). 1) Cermin datar memiliki permukaan datar, rata dan tidak melengkung. Sifat bayangan yang tampak antara lain ukuran bayangan sama dengan ukuran benda, jarak bayangan ke cermin sama dengan jarak benda ke cermin, posisinya tegak, arah kana dan kiri tertukar, dan maya (benda seolah dari dalam cermin dan tidak dapat ditangkap layar). 2) Cermin cembung memiliki permukaan bidang pantul melengkung ke arah luar. Sifat bayangannya antara lain maya, tegak, dan ukuran bayangan lebih kecil dibandingkan ukuran benda/ diperkecil. 3) Cermin cekung memiliki permukaan bidang pantul melengkung ke arah dalam. Sifat bayangan yang dibentuk pada cermin cekung bergantung pada letak benda ke cermin. Jika jarak benda dekat dengan cermin, sifat bayangan yang terbentuk adaah tegak, lebih besar, dan maya. Sedangkan jika jarak benda jauh ke cermin cekung, maka sifat bayangannya nyata dan terbalik. 112
113 4) Cahaya dapat dibiaskan Apabila cahaya merambat melalui dua zat yang memiliki kerapatan yang berbeda, maka cahaya akan dibelokkan. Peristiwa pembelokan arah rambatan cahaya setelah melewati medium rambatan berbeda di sebut pembiasan. Contoh peristiwa ini tampak ketika kita masukkan sendok ke dalam gelas bening berisi air. Apabila kita amati, maka sendok tampak seperti patah. (n) Udara
i
Kaca r i' r' (n) Gambar peristiwa pembiasan cahaya Keterangan:
n = garis normal i/i' = sinar datang r/r' = sinar bias
Apabila cahaya merambat dari medium kurang rapat ke medium lebih rapat, maka cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal. Apabila cahaya merambat dari medium lebih rapat ke medium kurang rapat, maka cahaya akan dibiaskan menjauhi garis normal. 5) Cahaya dapat diuraikan (dispersi) Pelangi terjadi karena peristiwa penguraian cahaya (dispersi). Dispersi merupakan penguraian cahaya putih menjadi berbagai cahaya berwarna. Cahaya matahari yang kita lihat tampak berwarna putih. Namun, sebenarnya cahaya matahari tersusun atas banyak cahaya berwarna. Cahaya matahari diuraikan oleh titik-titik air di awan setelah terjadi hujan dari arah yang berlawanan dengan arah datangnya cahaya akan membentuk warna-warna pelangi.
113
114 VI. MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN A. MODEL: Kontekstual B. METODE: 1. Ceramah 2. Tanya Jawab/ Quetioning 3. Kelompok/ Learning Community 4. Demonstrasi/ Modeling 5. Construksivism 6. Inquiry 7. Reflection 8. Authentic assessment VII. KEGIATAN PEMBELAJARAN Pertemuan I A. Kegiatan Awal (10’) 1. Mengkondisikan siswa pada saat situasi belajar yang kondusif 2. Berdoa 3. Absensi 4. Apersepsi, dengan cara menyuruh siswa untuk memejamkan mata dan menanyakan pada siswa “Dapatkah kalian melihat dengan mata terpejam?” “Mengapa kalian tidak bisa melihat dengan mata terpejam?” 5. Guru menginformasikan materi yang akan dibahas yaitu mengenai cahaya. B. Kegiatan Inti (50’) 1. Guru membagi siswa dalam 3 kelompok. 2. Siswa berkumpul dengan kelompoknya masing-masing. 3. Guru
meminta
3
siswa
dari
perwakilan
kelompok
untuk
mendemonstrasikan sifat-sifat cahaya (merambat lurus, menembus benda bening, dipantulkan, dan dibiaskan) di depan kelas secara 114
115 bergilir. Sedangkan siswa yang tidak maju memperhatikan dan mencatat hal yang penting. 4. Perwakilan kelompok kembali ke kelompoknya untuk tugas berikutnya. 5. Guru membagikan sendok, cermin datar, dan gambar, serta lembar kerja ke masing-masing kelompo, dan menjelaskan petunjuk tentang kegiatan yang harus dilakukan siswa. 6. Siswa menyimak dengan baik penjelasan guru. 7. Siswabersama kelompok bekerja sama melaksanakan tugas guru untuk mengamati sifat-sifat bayangan yang mengenai berbagai cermin seperti cermin datar, cekung, dan cembung. 8. Guru mengamati kegiatan siswa dan memberikan bimbingan terhadap siswa atau kelompok yang mengalami kesulitan. 9. Siswaberdiskusi dengan kelompok mencatat hasil pengamatan dalam lembar kerja yang telah di sediakan guru. 10. Siswa diminta melaporkan hasil kerja kelompoknya ke depan kelas. 11. Guru memberikan rewort berupa bintang bagi siswa yang maju. C. Kegiatan Akhir (10’) 1. Siswa dan guru membuat kesimpulan mengenai kegiatan yang telah dilakukan. 2. Guru memberi tugas rumah untuk membawa peralatan praktek untuk pertemuan berikutnya (lem, gunting/ cutter, pensil, penghapus, penggaris, 2 kotak pasta gigi, dan plastic bening) dan mencari contoh pemanfaatan dari sifat-sifat cahaya dalam kehidupan sehari-hari. 3. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam Pertemuan II A. Kegiatan Awal (10’) 1. Mengkondisikan siswa pada saat situasi belajar yang kondusif 2. Berdoa 3. Absensi 115
116 4. Apersepsi, dengan cara menunjukkan kaca spion kendaraan dan menanyakan pada siswa “Benda apa yang ibu bawa ini?” “Apa fungsinya?” “Cermin jenis apa yang dipake dalam spion? Mengapa harus menggunakan cermin jenis itu?” 5. Guru menginformasikan materi yang akan dibahas yaitu mengenai pembuatan model/ karya berkenaan dengan pemanfaatan sifat-sifat cahaya. B. Kegiatan Inti (50’) 1. Guru membagi siswa dalam 3 kelompok. 2. Siswa berkumpul dengan kelompoknya masing-masing. 3. Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan. 4. Siswa menyimak penjelasan guru 5. Perwakilan kelompok maju mengambil tugas yang terdapat dalam amplop. 6. Perwakilan kelompok maju untuk mengambil peralatan yang belum disediakan kelompok yang telah tersedia di depan kelas. 7. Siswa bersama kelompoknya berdiskusi dan bekerjasama membuat model/ karya yang menjadi tugasnya. 8. Guru mengamati kegiatan siswa dan memberikan bimbingan terhadap siswa atau kelompok yang mengalami kesulitan. 9. Siswaberdiskusi dengan kelompok tentang pemanfaatan sifat cahaya yang terdapat pada karya yang dibuat/ cara kerjanya dan mencatatnya. 10. Siswa diminta melaporkan hasil kerja kelompoknya ke depan kelas. 11. Guru memberikan rewort berupa bintang bagi siswa yang maju. C. Kegiatan Akhir (10’) 1. Siswa mengumpulkan hasil kaya kelompoknya kepada guru 2. Siswa dan guru membuat kesimpulan mengenai kegiatan yang telah dilakukan. 116
117 3. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam Pertemuan III “Evaluasi siswa dan pelaksanaan tes kreativitas” VIII. MEDIA DAN SUMBER A. Media 1. Berbagai macam jenis cermin 2. Senter 3. Lingkungan (benda- benda sekitar) B. Sumber 1. Silabus KTSP kelas V 2. Buku BSE IPA Saling Temas untuk SD kelas V karangan Choiril Azmiyawati, Wigati Hadi Omegawati, dan Rohana Kusumawati. 3. Buku BSE IPA untuk SD/ MI kelas V karangan Heri Sulistyanto dan Edy Wiyono. 4. Buku BSE Senang Belajar IPA 5 untuk SD/ MI kelas V karangan S. Rositawaty dan Aris Muharam. IX. PENILAIAN A. Prosedur
: tes proses dan tes hasil
B. Jenis
: lisan dan tertulis
C. Bentuk
: Uraian
D. Instrumen
: soal kriteria penilaian
Soal 1. Sebutkan 4 macam sifat–sifat cahaya? 2. Bagaimakah sifat–sifat bayangan yang terbentuk yang mengenai cermin datar, cekung, dan cembung? 3. Sebutkan 2 contoh peristiwa pembiasan cahaya dalam kehidupan sehari-hari?
117
118 4. Sebutkan 3 benda yang memanfaatkan sifat-sifat cahaya dalam kehidupan sehari-hari? 5. Tuliskan secara singkat salah satu cara pembuatan benda sederhana yang memanfaatkan sifat-sifat cahaya yang kamu ketahui? Kriteria penilaian Aspek Penilaian
Skor
1. Jawaban benar dan lengkap
4
2. Jawaban benar dan kurang lengkap
3
3. Jawaban salah tapi mendekati benar
2
4. Jawaban salah
1
NILAI= Jumlah skor semua nomor X 20
Guru Kelas
Praktikan
Margono, S. Pd
Rika Purwanti
NIP 19620415 198405 1 006
NIM K7106037
Mengetahui, Kepala Sekolah SDN II Tepisari
Ladiyo, S. Pd NIP 19581009 197802 1 003
118
119
Lampiran 2b Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II SD
: SDN Tepisari II
Mata Pelajaran : IPA Kelas/Semester : V/2 Alokasi Waktu : 3 pertemuan I.
STANDAR KOMPETENSI 6.
Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya atau model.
II. KOMPETENSI DASAR 6.1.
Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya.
6.2.
Membuat
karya/
model
dengan
bahan
sederhana
dengan
memanfaatkan sifat-sifat cahaya. III. INDIKATOR 6.1.3 Menyebutkan sifat-sifat cahaya (merambat lurus, menembus benda bening, dapat dipantulkan, dibiaskan, dan diuraikan). 6.1.4 Menjelaskan sifat-sifat cahaya yang mengenai berbagai jenis cermin (cermin datar, cermin cekung, dan cermin cembung). 6.2.1. Menyebutkan berbagai alat/ benda dalam kehidupan sehari-hari yang memanfaatkan sifat-sifat cahaya. 6.2.2. Membuat karya/ model sederhana dengan memanfaatkan sifat-sifat cahaya(periskop, kamera lubang jarum, dan kaleidoskop). IV. TUJUAN PEMBELAJARAN 1.
Melalui demonstrasi siswa dapat menyebutkan sifat-sifat cahaya (merambat lurus, menembus benda bening, dapat dipantulkan, dan dibiaskan) dengan benar.
2.
Melalui pengamatan siswa dapat menjelaskan sifat-sifat cahaya yang mengenai berbagai jenis cermin (cermin datar, cermin cekung, dan cermin cembung) dengan benar. 119
120 3.
Melalui tanya jawab siswa dapat menyebutkan berbagai alat/ benda dalam kehidupan sehari-hari yang memanfaatkan sifat-sifat cahaya dengan benar..
4.
Melalui praktek siswa dapat membuat karya/ model sederhana dengan memanfaatkan sifat-sifat cahaya(periskop, kamera lubang jarum, dan kaleidoskop) dengan benar.
V. MATERI Cahaya sangat penting dalam kehidupan kita. Dengan cahaya, kita dapat melihat benda sekitar kita dan menikmati keindahan alam semesta ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Sebuah benda dapat terlihat karena adanya cahaya yang mengenai benda dan memantulkannya hingga akhirnya mengenai mata. Berdasarkan dapat atau tidaknya suatu benda memancarkan cahaya sendiri dikelompokkan menjadi benda tidak tembus cahaya, benda tembus cahaya. Benda sumber cahaya dapat memancarkan cahaya sendiri, contohnya: matahari, senter, nyala api. Sedangkan, benda gelap tidak dapat memancarkan cahaya sendir, misalnya batu kayu dan kertas. Berdasarkan dapat tidaknya meneruskan cahaya, benda dibedakan menjadi benda tidak tembus cahaya dan benda tembus cahaya. Benda tidak tembus cahaya tidak dapat meneruskan cahaya yang mengenainya. Apabila dikenai cahaya, benda ini akan membentuk bayangan. Contoh benda tidak tembus cahaya yaitu kertas, karton, tripleks, kayu, dan tembok. Sedangkan, benda tembus cahaya dapat meneruskan cahaya yang mengenainya. Contoh benda tembus cahaya yaitu kaca. Cahaya mempunyai sifat-sifat tertentu. Sifat-sifat cahaya banyak manfaatnya bagi kehidupan, di antaranya adalah: 1) Cahaya merambat lurus Cahaya matahari yang masuk ke rumah melalui celah-celah atau jendela rumah, maka cahaya yang masuk tampak merambat lurus. 2) Cahaya dapat menembus benda bening Cahaya matahari dapat masuk ke rumah melalui jendela kaca bening. Kaca merupakan benda bening sehingga dapat ditembus cahaya. Jika jendela ditutup
120
121 dengan tirai maka cahaya tidak dapat masuk ke rumah karena tirai merupakan benda tidak tembus cahaya. 3) Cahaya dapat dipantulkan Semua benda disekitar kita bersifat memantulkan cahaya. Itulah sebabnya kita dapat melihatnya. Pemantulan cahaya ada dua jenis yaitu pemantulan baur (pemantulan difus) dan pemantulan teratur. Pemantulan baur terjadi apabila cahaya mengenai permukaan yang kasar atau tidak rata sehingga sinar pantul arahnya tidak beraturan. Sedangkan, pemantulan teratur terjadi jika cahaya mengenai permukaan yang rata, licin, dan mengilap seperti cermin. Pada pemantulan ini sinar pantul memiliki arah yang teratur dan bayangan anak terjadi karena pemantulan teratur
Gambar pemantulan teratur
Gambar Pemantulan difus
Cermin merupakan salah satu benda yang memantulkan cahaya. Berdasarkan bentuk permukaannya, cermin dibagi menjadi tiga jenis yaitu cermin datar dan cermin lengkung (cermin cekung dan cembung). a.
Cermin datar memiliki permukaan datar, rata dan tidak melengkung. Sifat
bayangan yang tampak antara lain ukuran bayangan sama dengan ukuran benda, jarak bayangan ke cermin sama dengan jarak benda ke cermin, posisinya tegak, arah kana dan kiri tertukar, dan maya (benda seolah dari dalam cermin dan tidak dapat ditangkap layar). b.
Cermin cembung memiliki permukaan bidang pantul melengkung ke arah
luar. Sifat bayangannya antara lain maya, tegak, dan ukuran bayangan lebih kecil dibandingkan ukuran benda/ diperkecil. c.
Cermin cekung memiliki permukaan bidang pantul melengkung ke arah
dalam. Sifat bayangan yang dibentuk pada cermin cekung bergantung pada letak benda ke cermin. Jika jarak benda dekat dengan cermin, sifat bayangan yang
121
122 terbentuk adaah tegak, lebih besar, dan maya. Sedangkan jika jarak benda jauh ke cermin cekung, maka sifat bayangannya nyata dan terbalik. 4) Cahaya dapat dibiaskan Apabila cahaya merambat melalui dua zat yang memiliki kerapatan yang berbeda, maka cahaya akan dibelokkan. Peristiwa pembelokan arah rambatan cahaya setelah melewati medium rambatan berbeda di sebut pembiasan. Contoh peristiwa ini tampak ketika kita masukkan sendok ke dalam gelas bening berisi air. Apabila kita amati, maka sendok tampak seperti patah. (n) Udara
i
Kaca r i' r' (n) Gambar peristiwa pembiasan cahaya Keterangan:
n = garis normal i/i' = sinar datang r/r' = sinar bias
Apabila cahaya merambat dari medium kurang rapat ke medium lebih rapat, maka cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal. Apabila cahaya merambat dari medium lebih rapat ke medium kurang rapat, maka cahaya akan dibiaskan menjauhi garis normal. 5) Cahaya dapat diuraikan (dispersi) Pelangi terjadi karena peristiwa penguraian cahaya (dispersi). Dispersi merupakan penguraian cahaya putih menjadi berbagai cahaya berwarna. Cahaya matahari yang kita lihat tampak berwarna putih. Namun, sebenarnya cahaya matahari tersusun atas banyak cahaya berwarna. Cahaya matahari diuraikan oleh
122
123 titik-titik air di awan setelah terjadi hujan dari arah yang berlawanan dengan arah datangnya cahaya akan membentuk warna-warna pelangi. VI. MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN A. MODEL: Kontekstual B. METODE: 1. Ceramah 2. Tanya Jawab/ Quetioning 3. Kelompok/ Learning Community 4. Demonstrasi/ Modeling 5. Construksivism 6. Inquiry 7. Reflection 8. Authentic assessment VII. KEGIATAN PEMBELAJARAN A. Pertemuan I 1. Kegiatan Awal (10’) a. Mengkondisikan siswa pada saat situasi belajar yang kondusif b. Berdoa c. Absensi d. Memotivasi siswa dengan mengajak menyanyikan lagu “Ambilkan Bulan Bu” e. Apersepsi, dengan menanyakan pada siswa tentang lagu yang telah dinyanyikan bersama sebelumnya “Bagaimanakah kondisi malam hari ketika langit mendung dan terjadi pemadaman listrik?” “Apakah kalian bisa melihat atau belajar pada kondisi semacam itu?” “Apa yang kalian perlukan agar bisa melihat dan tetap bisa belajar?”
123
124 2. Kegiatan Inti (50’) a. Guru membagi siswa dalam 3 kelompok. b. Siswa berkumpul dengan kelompoknya masing-masing. c. Guru menyediakan berbagai peralatan percobaan (sifat cahaya dan sifat bayangan hasil pencerminan) dan lembar kerja di berbagai tempat. d. Siswa bersama kelompoknya masing-masing mendatangi tempat percobaan untuk melakukan percobaan, dan mencatat hasil pengamatan dari percobaan tersebut. e. Guru mengamati kegiatan siswa dan memberikan bimbingan terhadap siswa atau kelompok yang mengalami kesulitan. f. Siswa berdiskusi dengan kelompok mencatat hasil pengamatan dalam lembar kerja yang telah di sediakan guru. g. Siswa diminta melaporkan hasil kerja kelompoknya ke depan kelas. h. Guru memberikan rewort berupa bintang bagi siswa yang maju. 3. Kegiatan Akhir (10’) a. Siswa dan guru membuat kesimpulan mengenai kegiatan yang telah dilakukan. b. Guru memberi tugas rumah untuk membawa peralatan praktek untuk pertemuan berikutnya (lem, gunting/ cutter, pensil, penghapus, penggaris, 2 kotak pasta gigi, dan plastic bening) dan mencari contoh pemanfaatan dari sifat-sifat cahaya dalam kehidupan sehari-hari. c. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam. B. Pertemuan II 1. Kegiatan Awal (10’) a. Mengkondisikan siswa pada saat situasi belajar yang kondusif b. Berdoa c. Absensi
124
125 d. Apersepsi, dengan cara guru menyuruh seorang siswa untuk bercermin dengan cermin yang terdapat di dinding kelas. “Cermin jenis apa yang kamu gunakan bercermin itu?” “Apa fungsinya?” “Seandainya kamu bercermin bukan dengan jenis cermin itu bagaimana?” e. Guru menjelaskan tentang kegunaan dari setiap jenis cermin berbeda-beda. 2. Kegiatan Inti (50’) a. Guru membagi siswa dalam 3 kelompok. b. Siswa berkumpul dengan kelompoknya masing-masing. c. Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan. d. Siswa menyimak penjelasan guru e. Perwakilan kelompok maju mengambil tugas yang terdapat dalam amplop. Perwakilan kelompok maju untuk mengambil peralatan yang belum disediakan kelompok yang telah tersedia di depan kelas. f. Siswa bersama kelompoknya berdiskusi dan bekerjasama membuat model/ karya yang menjadi tugasnya (model yang dibuat beda dari yang telah dibuat kelompoknya pada siklus I). g. Guru mengamati kegiatan siswa dan memberikan bimbingan terhadap siswa atau kelompok yang mengalami kesulitan. h. Siswa bersama kelompoknya mempresentasikan hasil karyanya dan siswa dari kelompok yang lain mendengarkan dan bertanya tentang presentasi tersebut. 3. Kegiatan Akhir (10’) 1. Siswa mengumpulkan hasil karya kelompoknya kepada guru. 2. Siswa dan guru membuat kesimpulan mengenai kegiatan yang telah dilakukan. 3. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam
125
126 C. Pertemuan III “Evaluasi siswa dan pelaksanaan tes kreativitas” VIII. MEDIA DAN SUMBER A. Media 1. Berbagai macam jenis cermin 2. Senter 3. Lingkungan (benda- benda sekitar) B. Sumber 1. Silabus KTSP kelas V 2. Buku BSE IPA Saling Temas untuk SD kelas V karangan Choiril Azmiyawati, Wigati Hadi Omegawati, dan Rohana Kusumawati. 3. Buku BSE IPA untuk SD/ MI kelas V karangan Heri Sulistyanto dan Edy Wiyono. 4. Buku BSE Senang Belajar IPA 5 untuk SD/ MI kelas V karangan S. Rositawaty dan Aris Muharam. IX. PENILAIAN A. Prosedur
: tes proses dan tes hasil
B. Jenis
: lisan dan tertulis
C. Bentuk
: Uraian
D. Instrumen : soal kriteria penilaian Soal 1. Sebutkan 4 macam sifat–sifat cahaya? 2. Bagaimakah sifat–sifat bayangan yang terbentuk yang mengenai cermin datar, cekung, dan cembung? 3. Sebutkan 2 contoh peristiwa pembiasan cahaya dalam kehidupan seharihari? 4. Sebutkan 3 benda yang memanfaatkan sifat-sifat cahaya dalam kehidupan sehari-hari? 126
127 5. Tuliskan secara singkat salah satu cara pembuatan benda sederhana yang memanfaatkan sifat-sifat cahaya yang kamu ketahui?
Kriteria penilaian Aspek Penilaian
Skor
1. Jawaban benar dan lengkap
4
2. Jawaban benar dan kurang lengkap
3
3. Jawaban salah tapi mendekati benar
2
4. Jawaban salah
1
NILAI=
Guru Kelas
Praktikan
Margono, S. Pd
Rika Purwanti
NIP 19620415 198405 1 006
NIM K7106037
Mengetahui, Kepala Sekolah SDN II Tepisari
Ladiyo, S. Pd NIP 19581009 197802 1 003
127
128
Lampiran 2c Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III SD
: SDN Tepisari II
Mata Pelajaran : IPA Kelas/Semester : V/2 Alokasi Waktu : 3 pertemuan I.
STANDAR KOMPETENSI 6.
Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya atau model.
II.
KOMPETENSI DASAR 6.1.
Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya.
6.2.
Membuat karya/ model dengan bahan sederhana dengan memanfaatkan sifat-sifat cahaya.
III.
INDIKATOR 6.1.1
Menyebutkan sifat-sifat cahaya (merambat lurus, menembus benda bening, dapat dipantulkan, dibiaskan, dan diuraikan).
6.1.2 Menjelaskan sifat-sifat cahaya yang mengenai berbagai jenis cermin (cermin datar, cermin cekung, dan cermin cembung). 6.2.1. Menyebutkan berbagai alat/ benda dalam kehidupan sehari-hari yang memanfaatkan sifat-sifat cahaya. 6.2.2. Membuat karya/ model sederhana dengan memanfaatkan sifat-sifat cahaya (periskop, kamera lubang jarum, dan kaleidoskop). IV.
TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Melalui demonstrasi siswa dapat menyebutkan sifat-sifat cahaya (merambat lurus, menembus benda bening, dapat dipantulkan, dan dibiaskan) dengan benar. 2. Melalui pengamatan siswa dapat menjelaskan sifat-sifat cahaya yang mengenai berbagai jenis cermin (cermin datar, cermin cekung, dan cermin cembung) dengan benar. 128
129 3. Melalui tanya jawab siswa dapat menyebutkan berbagai alat/ benda dalam kehidupan sehari-hari yang memanfaatkan sifat-sifat cahaya dengan benar.. 4. Melalui praktek siswa dapat membuat karya/ model sederhana dengan memanfaatkan sifat-sifat cahaya(periskop, kamera lubang jarum, dan kaleidoskop) dengan benar. V.
MATERI Cahaya sangat penting dalam kehidupan kita. Dengan cahaya, kita dapat melihat benda sekitar kita dan menikmati keindahan alam semesta ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Sebuah benda dapat terlihat karena adanya cahaya yang mengenai benda dan memantulkannya hingga akhirnya mengenai mata. Berdasarkan dapat atau tidaknya suatu benda memancarkan cahaya sendiri dikelompokkan menjadi benda tidak tembus cahaya, benda tembus cahaya. Benda sumber cahaya dapat memancarkan cahaya sendiri, contohnya: matahari, senter, nyala api. Sedangkan, benda gelap tidak dapat memancarkan cahaya sendir, misalnya batu kayu dan kertas. Berdasarkan dapat tidaknya meneruskan cahaya, benda dibedakan menjadi benda tidak tembus cahaya dan benda tembus cahaya. Benda tidak tembus cahaya tidak dapat meneruskan cahaya yang mengenainya. Apabila dikenai cahaya, benda ini akan membentuk bayangan. Contoh benda tidak tembus cahaya yaitu kertas, karton, tripleks, kayu, dan tembok. Sedangkan, benda tembus cahaya dapat meneruskan cahaya yang mengenainya. Contoh benda tembus cahaya yaitu kaca. Cahaya mempunyai sifat-sifat tertentu. Sifat-sifat cahaya banyak manfaatnya bagi kehidupan, di antaranya adalah: 1)
Cahaya merambat lurus Cahaya matahari yang masuk ke rumah melalui celah-celah atau jendela
rumah, maka cahaya yang masuk tampak merambat lurus. 2)
Cahaya dapat menembus benda bening Cahaya matahari dapat masuk ke rumah melalui jendela kaca bening.
Kaca merupakan benda bening sehingga dapat ditembus cahaya. Jika jendela ditutup dengan tirai maka cahaya tidak dapat masuk ke rumah karena tirai merupakan benda tidak tembus cahaya. 129
130 3)
Cahaya dapat dipantulkan Semua benda disekitar kita bersifat memantulkan cahaya. Itulah sebabnya
kita dapat melihatnya. Pemantulan cahaya ada dua jenis yaitu pemantulan baur (pemantulan difus) dan pemantulan teratur. Pemantulan baur terjadi apabila cahaya mengenai permukaan yang kasar atau tidak rata sehingga sinar pantul arahnya tidak beraturan. Sedangkan, pemantulan teratur terjadi jika cahaya mengenai permukaan yang rata, licin, dan mengilap seperti cermin. Pada pemantulan ini sinar pantul memiliki arah yang teratur dan bayangan anak terjadi karena pemantulan teratur
Gambar pemantulan teratur
Gambar Pemantulan difus
Cermin merupakan salah satu benda yang memantulkan cahaya. Berdasarkan bentuk permukaannya, cermin dibagi menjadi tiga jenis yaitu cermin datar dan cermin lengkung (cermin cekung dan cembung). a.
Cermin datar memiliki permukaan datar, rata dan tidak melengkung. Sifat
bayangan yang tampak antara lain ukuran bayangan sama dengan ukuran benda, jarak bayangan ke cermin sama dengan jarak benda ke cermin, posisinya tegak, arah kana dan kiri tertukar, dan maya (benda seolah dari dalam cermin dan tidak dapat ditangkap layar). b.
Cermin cembung memiliki permukaan bidang pantul melengkung ke arah
luar. Sifat bayangannya antara lain maya, tegak, dan ukuran bayangan lebih kecil dibandingkan ukuran benda/ diperkecil. c.
Cermin cekung memiliki permukaan bidang pantul melengkung ke arah
dalam. Sifat bayangan yang dibentuk pada cermin cekung bergantung pada letak benda ke cermin. Jika jarak benda dekat dengan cermin, sifat bayangan yang
130
131 terbentuk adaah tegak, lebih besar, dan maya. Sedangkan jika jarak benda jauh ke cermin cekung, maka sifat bayangannya nyata dan terbalik. 4) Cahaya dapat dibiaskan Apabila cahaya merambat melalui dua zat yang memiliki kerapatan yang berbeda, maka cahaya akan dibelokkan. Peristiwa pembelokan arah rambatan cahaya setelah melewati medium rambatan berbeda di sebut pembiasan. Contoh peristiwa ini tampak ketika kita masukkan sendok ke dalam gelas bening berisi air. Apabila kita amati, maka sendok tampak seperti patah. (n) Udara i Kaca r i' r'
(n) Gambar peristiwa pembiasan cahaya Keterangan:
n = garis normal i/i' = sinar datang r/r' = sinar bias
Apabila cahaya merambat dari medium kurang rapat ke medium lebih rapat, maka cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal. Apabila cahaya merambat dari medium lebih rapat ke medium kurang rapat, maka cahaya akan dibiaskan menjauhi garis normal. 5) Cahaya dapat diuraikan (dispersi) Pelangi terjadi karena peristiwa penguraian cahaya (dispersi). Dispersi merupakan penguraian cahaya putih menjadi berbagai cahaya berwarna. Cahaya matahari yang kita lihat tampak berwarna putih. Namun, sebenarnya cahaya matahari tersusun atas banyak cahaya berwarna. Cahaya matahari diuraikan oleh 131
132 titik-titik air di awan setelah terjadi hujan dari arah yang berlawanan dengan arah datangnya cahaya akan membentuk warna-warna pelangi. VI.
MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN
A. MODEL: Kontekstual B. METODE: 1. Ceramah 2. Tanya Jawab/ Quetioning 3. Kelompok/ Learning Community 4. Demonstrasi/ Modeling 5. Construksivism 6. Inquiry 7. Reflection 8. Authentic assessment VII.
KEGIATAN PEMBELAJARAN A. Pertemuan I 1. Kegiatan Awal (10’) a. Mengkondisikan siswa pada saat situasi belajar yang kondusif b. Berdoa c. Presensi d. Memotivasi siswa dengan mengajak siswa melakukan gerakan senam otak seperti dengan menggeser tangan ke kiri ke kanan dengan posisi ibu jari dan kelingking kedua tangan berlainan. e. Apersepsi, dengan cara menyuruh perwakilan 2 siswa untuk berdiri di halaman yang terkena cahaya langsung, dan berdiri di teras. Kemudian perwakilan siswa tersebut menceritakan kondisi cahaya yang diamati dan guru memberikan pertanyaan kepada siswa. “Mengapa kalian bisa melihat sekitar walaupun kita berada di tempat atau di dalam ruangan seperti di kelas ini yang tidak terkena cahaya langsung matahari?” 132
133 f. Guru menjelaskan tentang pemanfaatan pemantulan baur sehingga kita bisa melihat walaupun kita berada di tempat atau ruangan yang tidak terkena cahaya langsung. 2. Kegiatan Inti (50’) a. Guru membagi siswa dalam 3 kelompok, dan siswa berkumpul dengan kelompoknya masing-masing. b. Perwakilan kelompok maju untuk mengambil tugas percobaan (sifat cahaya dan sifat bayangan hasil pencerminan) dan membuat mind mapping berdasar percobaan yang tersebut. c. Siswa bersama kelompok bekerja sama melaksanakan tugas guru untuk melakukan percobaan (sifat cahaya dan sifat bayangan hasil pencerminan), dan membuatnya ke dalam bentuk mind mapping. d. Guru mengamati kegiatan siswa dan memberikan bimbingan terhadap siswa atau kelompok yang mengalami kesulitan. e. Siswa
bersama
kelompok
mempresentasikan
hasil
mind
mappingnya di depan kelas. Sedangkan siswa dari kelompok lain memperhatikan sambil menyediakan berbagai pertanyaan untuk kelompok yang maju f. Guru memberikan rewort berupa bintang bagi kelompok yang presentasinya terbaik. 3. Kegiatan Akhir (10’) a. Siswa dan guru membuat kesimpulan mengenai kegiatan yang telah dilakukan. b. Guru memberi
tugas rumah untuk membawa peralatan praktek
untuk pertemuan berikutnya. c. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam B.
Pertemuan II 1. Kegiatan Awal (10’) a. Mengkondisikan siswa pada saat situasi belajar yang kondusif b. Berdoa c. Absensi 133
134 d. Memotivasi siswa dengan mengajak bernyanyi dan bertepuk. e. Apersepsi, dengan permainan tebak kata oleh 3 kelompok yang berhubungan dengan cahaya. Setiap kelompok mendapat sepuluh kata yang harus ditebak oleh anggota kelompok selama 1 menit dengan bantuan pertanyaan oleh siswa perwakilan kelompok. 2. Kegiatan Inti (50’) a. Guru menunjukkan sebuah lup. b. Siswa mendemonstrasikan penggunaan lup untuk melihat tulisan pada kertas dan menjelaskan sifat bayangan yang ditampilkan pada lup dan lensa yang digunakan pada lup. c. Guru menjelaskan tentang pemanfaatan sifat cahaya pada pembuatan alat optik. d. Guru menginformasikan kegiatan yang akan dilakukan siswa untuk membuat model sederhana periskop, kamera lubang jarum, dan cakram warna. e. Perwakilan kelompok maju mengambil tugas yang terdapat dalam amplop. f. Perwakilan kelompok maju untuk mengambil peralatan yang belum disediakan kelompok yang telah tersedia di depan kelas. g. Siswa bersama kelompoknya berdiskusi dan bekerjasama membuat model/ karya yang menjadi tugasnya (model yang dibuat beda dari yang telah dibuat kelompoknya pada siklus I dan II). h. Guru mengamati kegiatan siswa dan memberikan bimbingan terhadap siswa atau kelompok yang mengalami kesulitan. i. Siswa bersama kelompoknya mempresentasikan hasil karyanya dan siswa dari kelompok yang lain mendengarkan dan bertanya tentang presentasi tersebut. 3. Kegiatan Akhir (10’) a. Siswa mengumpulkan hasil karya kelompoknya kepada guru. b. Siswa dan guru membuat kesimpulan mengenai kegiatan yang telah dilakukan. 134
135 c. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam C.
Pertemuan III
“Evaluasi siswa dan pelaksanaan tes kreativitas” VIII.
MEDIA DAN SUMBER A. Media 1. Berbagai macam jenis cermin 2. Senter 3. Lingkungan (benda- benda sekitar) B. Sumber 1. Silabus KTSP kelas V 2. Buku BSE IPA Saling Temas untuk SD kelas V karangan Choiril Azmiyawati, Wigati Hadi Omegawati, dan Rohana Kusumawati. 3. Buku BSE IPA untuk SD/ MI kelas V karangan Heri Sulistyanto dan Edy Wiyono. 4. Buku BSE Senang Belajar IPA 5 untuk SD/ MI kelas V karangan S. Rositawaty dan Aris Muharam.
IX.
PENILAIAN A.
Prosedur
: tes proses dan tes hasil
B.
Jenis
: lisan dan tertulis
C.
Bentuk
: Uraian
D.
Instrumen
: soal, kriteria penilaian
Soal 1. Sebutkan 4 macam sifat–sifat cahaya? 2. Bagaimakah sifat–sifat bayangan yang terbentuk yang mengenai cermin datar, cekung, dan cembung? 3. Sebutkan 2 contoh peristiwa pembiasan cahaya dalam kehidupan seharihari? 4. Sebutkan 3 benda yang memanfaatkan sifat-sifat cahaya dalam kehidupan sehari-hari? 5. Tuliskan secara singkat salah satu cara pembuatan benda sederhana yang memanfaatkan sifat-sifat cahaya yang kamu ketahui? 135
136 Kriteria penilaian Aspek Penilaian
Skor
1. Jawaban benar dan lengkap
4
2. Jawaban benar dan kurang lengkap
3
3. Jawaban salah tapi mendekati benar
2
4. Jawaban salah
1
NILAI=
Guru Kelas
Praktikan
Margono, S. Pd
Rika Purwanti
NIP 19620415 198405 1 006
NIM K7106037
Mengetahui, Kepala Sekolah SDN II Tepisari
Ladiyo, S. Pd NIP 19581009 197802 1 003
136
137
137
138
Lampiran 3a ALAT PENILAIAN KEMAMPUAN GURU II (Lembar Observasi Kegiatan Guru) Petunjuk Berilah skor pada butir-butir perencanaan dengan memberi tanda (√ )! 1= tidak baik 2= cukup baik 3= baik 4= sangat baik No
INDIKATOR/ ASPEK YANG DIAMATI
I 1. 2.
PRA PEMBELAJARAN Mempersiapkan ruang, alat, dan media pembelajaran Memeriksa kesiapan siswa Rata-rata butir I=A MEMBUKA PEMBELAJARAN Melakukan kegiatan absensi Menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan rencana kegiatan Rata-rata butir II = B KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN Penguasaan Materi Pelajaran Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan Menyampaikan materi dengan jelas, sesuai hierarki belajar dan karakteristik siswa Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan Rata-rata butir III A = C Pendekatan/ Strategi Pembelajaran Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan karakteristik siswa Melaksanakan pembelajaran secara runtun Menguasai kelas Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif (dampak pengiring) Melaksanakan pembelajaran Rata-rata butir III B = D Pemanfaatan Sumber Belajar/ Media Pembeajaran Menggunakan media dan sumber yang efektif dan efisien Menghasilakn pesan yang menarik Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media/ sumber Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual Rata-rata butir III C = E Pembelajaran yang Memicu dan Memelihara Keterlibatan Siswa
II 1. 2. III A. 1. 2. 3. 4. B 1. 2. 3. 4. 5. 6. C 1. 2. 3. 4. D
138
SKOR 1 2 3 4
139 1. 2. 3. 4. E 1. 2. F 1. 2. IV 1. 2.
Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa Menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar Rata-rata butir III D = F Penilaian Proses dan Hasil Memantau kemajuan belajar selama proses pembelajaran Melakukan penilaian aktif sesuai kompetensi (tujuan) Rata-rata butir III E = G Pengguanaan Bahasa Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, benar, dan lancer Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai Rata-rata butir III F = H PENUTUP Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau kegiatan, atau tugas sebagai remidi/ pengayaan Rata-rata butir IV = I Nilai APKG II= A+B+C+D+E+F+G+H+I 9
Lampiran 3b LEMBAR OBSERVASI KEGIATAN SISWA No
Nama Siswa
Aspek yang Diamati Jumlah Perhatian Kerjasama Ketekunan Keaktifan ceklis 139
Skor ( X 100)
Keterangan
140 a
b
c
a
b
c
a
b
c
a
b
c
(JC)
Jumlah Rata-rata SKOR 0 – 20 21 – 40 41 – 60 61 – 80 81- 100
KETERANGAN KS = Kurang Sekali K = Kurang C = Cukup B = Baik A = Sangat Baik
DESKRIPTOR PENILAIAN KEGIATAN SISWA 1. Perhatian a. Menyimak penjelasan guru dengan sungguh-sungguh 140
141 b. Menunjukkan antusias dalam pembelajaran c. Menunjukkan rasa senang 2. Kerja sama a. Memberi bantuan pada orang lain b. Menghargai pendapat orang lain c. Menunjukkan kekompakan 3. Ketekunan a. Mengerjakan tugas dengan teliti b. Tidak ngobrol dengan teman c. Tidak mengganggu kelompok lain 4. Keaktifan a. Menyatakan pendapat b. Mengajukan pertanyaan c. Mengerjakan tugas dengan baik Keterangan: Diisi dengan tanda ceklis (√) Baik (B) : Jika semua indikator dilaksanakan Cukup (C) : Jika hanya dua indikator dilaksanakan Kurang (K) : Jika hanya satu indikator dilaksanakan Kurang Sekali (KS) : Jika tidak satupun indikator dilaksanakan
Lampiran 3c KISI-KISI TES KREATIVITAS No 1
Aspek Kreativitas Kemauan Rasa Ingin Tahu
Nomor Soal
141
Jumlah Soal 7
142 a. Tertarik terhadap banyak hal
1, 3, 6
b. Mencari Informasi
2,4,7
c. Mengajukan pertanyaan
5
Pemecahan Masalah a. Menentukan tujuan dan objek b. Mencari dan merinci penyebab 2
c. Mengusulkan solusi
8, 16, 19 9, 14 10, 11, 13
9
d. Mengantisipasi tantangan baru dari kegiatan yang telah dilakukan Memunculkan Gagasan Asli a. Berpendapat 3
12
15
b. Imajinasi
18, 20
c. Mencoba sesuatu yang baru
17
Jumlah
20
Lampiran 3d TES KREATIVITAS SISWA Nama Siswa Waktu Tes
4
: :
142
143 1. Binatang apa saja yang menarik perhatianmu dan hal apa yang membuamu tertarik tersebut? No
Nama Binatang
Hal yang menarik
1 2 3 4 2. Jika kamu mendapat tugas dari gurumu untuk menyelidiki pohon mangga, bagian apa saja yang akan kamu perhatikan? a. ……………………………………………………………………………… b. ……………………………………………………………………………… c. ……………………………………………………………………………… d. ……………………………………………………………………………… 3. Hal apa sajakah yang ingin kamu ketahui jika diajak ke kebun binatang? a. ……………………………………………………………………………… b. ……………………………………………………………………………… c. ……………………………………………………………………………… d. ……………………………………………………………………………… 4. Bagaimanakah caramu mencari informasi yang ingin kamu ketahui jika kamu diajak berkunjung ke kebun binatang? a. ……………………………………………………………………………… b. ……………………………………………………………………………… c. ……………………………………………………………………………… d. ……………………………………………………………………………… 5. Pertanyaan apa sajakah yang mungkin kamu ajukan jika kamu berkunjung ke suatu waduk, misalnya waduk Gajah Mungkur? a. ……………………………………………………………………………… b. ……………………………………………………………………………… c. ……………………………………………………………………………… d. ………………………………………………………………………………
143
144 6. Jenis tanaman apa sajakah yang membuatmu tertarik dan hal apa yang membuatmu tertarik tersebut? No Nama Tanaman Hal yang menarik 1 2 3 4 7. Jika kamu ingin menanam suatu jenis tanaman, tetapi kamu tidak tahu caranya. Bagaimanakah kamu mencari tahu cara menanamnya? a. ……………………………………………………………………………… b. ……………………………………………………………………………… c. ……………………………………………………………………………… d. ……………………………………………………………………………… 8. Jika kamu disuruh ibumu untuk menanam tanaman di pekarangan rumah yang dapat diambil manfaatnya untuk kehidupan sehari-hari, maka kamu akan menanam tanaman apa sajakah? Apa manfaatnya? a. ……………………………………………………………………………… b. ……………………………………………………………………………… c. ……………………………………………………………………………… d. ……………………………………………………………………………… 9. Jika di suatu kamar, kamu mendapati banyak nyamuk, perkirakan apa saja penyebab hal itu dapat terjadi? a. ……………………………………………………………………………… b. ……………………………………………………………………………… c. ……………………………………………………………………………… d. ……………………………………………………………………………… 10. Suatu hari kamu ingin membuatkan teh manis untuk ayahmu. Tetapi ternyata gulanya dikerumuni banyak semut. Apa sajakah yang akan kamu lakukan jika ada pada peristiwa tersebut? a. ……………………………………………………………………………… b. ……………………………………………………………………………… c. ……………………………………………………………………………… 144
145 d. ……………………………………………………………………………… 11. Dari pagi hingga sore hari, hujan turun tiada henti. Usulkan caranya agar pakaian cucian dapat kering? a. ……………………………………………………………………………… b. ……………………………………………………………………………… c. ……………………………………………………………………………… d. ……………………………………………………………………………… 12. Ayah membelikan kamu ikan dan aquarium. Apa yang akan kamu lakukan terhadap ikan dan aquarium pemberian ayahmu tersebut? a. ……………………………………………………………………………… b. ……………………………………………………………………………… c. ……………………………………………………………………………… d. ……………………………………………………………………………… 13. Suatu hari kamu berkunjung ke rumah tetanggamu. Kamu melihat seekor burung yang kurus di dalam sangkar. perkirakan apa penyebab hal tersebut? a. ……………………………………………………………………………… b. ……………………………………………………………………………… c. ……………………………………………………………………………… d. ……………………………………………………………………………… 14. Di samping kelasmu terdapat WC. Bau WC tersebut sangat menyengat sehingga mengganggu proses pembelajaran. Apa yang akan kamu lakukan a atau usulkan untuk mengatasi hal tersebut? a. ……………………………………………………………………………… b. ……………………………………………………………………………… c. ……………………………………………………………………………… d. ……………………………………………………………………………… 15. Bagaimakah pendaatmu jika kamu melihat ada orang yang membuang sampah di sungai? a. ……………………………………………………………………………… b. ……………………………………………………………………………… c. ……………………………………………………………………………… 145
146 d. ……………………………………………………………………………… 16. Sebutkan binatang karnivora yang kamu ketahui bermanfaat bagi manusia? Apa manfaatnya? a. ……………………………………………………………………………… b. ……………………………………………………………………………… c. ……………………………………………………………………………… d. ……………………………………………………………………………… 17. Gambarkan suatu benda atau hewan yang mungkin kamu susun dari bentuk bangun dan garis di bawah ini! Minimal 3 bangun atau garis yang dapat kamu gunakan.
Contoh:
rumah
146
147 18. Hal apa yang akan kamu lakukan jika di pekaranganmu terdapat lahan/ kebun yang luas? a. ……………………………………………………………………………… b. ……………………………………………………………………………… c. ……………………………………………………………………………… d. ……………………………………………………………………………… 19. Sebutkan jenis tanaman yang dapat dibuat suatu bahan makanan! a. ……………………………………………………………………………… b. ……………………………………………………………………………… c. ……………………………………………………………………………… d. ……………………………………………………………………………… 20. Seandainya kamu menjadi seorang ahli/ penemu suatu alat tertentu, alat apa yang akan kamu ciptakan dan apa manfaatnya? a. ……………………………………………………………………………… b. ……………………………………………………………………………… c. ……………………………………………………………………………… d. ………………………………………………………………………………
147
148 Diskriptor Penilaian Tes Kreativitas Penilaian berdasarkan atas keseuaian jawaban/ solusi dengan pertanyaan/ permasalahan yang diajukan. Penyekoran setiap poin pertanyaan dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Keempat jawaban terisi a. Jawaban benar semua
=
5
b. Jawaban benar 3
=
4
c. Jawaban benar 2
=
2
d. Jawaban benar 1
=
1
2. Jawaban tidak terisi penuh diberi skor berdasarkan jumlah jawaban yang benar. 3. Jawaban salah semua diberi skor 0 Kriteria Penilaian
148
Lampiran 3e
149 LEMBAR KERJA SISWA MENYELIDIKI SIFAT BAYANGAN PADA CERMIN
Tujuan
:
Siswa dapat menjelaskan sifat-sifat cahaya yang mengenai berbagai jenis cermin (cermin datar, cermin cekung, dan cermin cembung).
Alat dan Bahan
:
Kertas HVS
Penggaris
Pensil
Gambar orang
Cermin datar dan cermin cekung – cembung (sendok yang masih mengkilap)
Langkah Percobaan : Cermin Datar 1. Buat garis lurus pada kertas HVS dan beri angka sebagai skala dari 0 hingga10. 2. Letakkan cermin datar di atas angka 0 pada garis lurus sehingga tampak tegak lurus terhadap garis. 3. Berdirikan gambar (gambar orang) pada angka tertentu yang terdapat pada garis di depan cermin datar. 4. Amati bayangan gambar yang terdapat dalam cermin! Apa yang terjadi? Yang diamati
Hasil bayangan
Ukuran
Diperbesar/ Diperkecil/ Sama
Posisi kanan-kiri
Tertukar/ Tetap
Posisi
Tegak/ Terbalik
Jarak bayangan ke cermin terhadap jarak benda ke cermin Sifat
Dipersempit/ Sama/ Diperjauh Dapat ditangkap layar(nyata)/ tidak dapat ditangkap layar (maya)
Cermin Cembung (sendok yang arahnya melengkung ke luar) 1.
Bercerminlah dengan sendok yang arahnya melengkung ke luar!
2. Amatilah bayangan yang terbentuk!
149
150 Yang diamati
Hasil bayangan
Ukuran
Diperbesar/ Diperkecil/ Sama
Posisi
Tegak/ Terbalik
Sifat
Dapat ditangkap layar(nyata)/ tidak dapat ditangkap layar (maya)
Cermin Cekung (sendok yang melengkung ke dalam) 1.
Bercerminlah dengan sendok yang arahnya melengkung ke dalam.
2. Amati bayangan yang tampak di dalamnya! Apa yang tampak pada bayangan di dalam cermin? Anggap benda jauh dari cermin cekung Yang diamati
Hasil bayangan
Ukuran
Diperbesar/ Diperkecil/ Sama
Posisi
Tegak/ Terbalik
Sifat
Dapat ditangkap layar(nyata)/ tidak dapat ditangkap layar (maya)
3. Dekatkan ujung pulpen ke depan bagian sendok yang cekung. Amatilah bayangan yang terbentuk! Anggap benda dekat dari cermin cekung Yang diamati
Hasil bayangan
Ukuran
Diperbesar/ Diperkecil/ Sama
Posisi
Tegak/ Terbalik
Sifat
Dapat ditangkap layar(nyata)/ tidak dapat ditangkap layar (maya)
Pertanyaan: 1. Bagaimanakah sifat bayangan yang mengenai cermin datar, cermin cembung, dan cermin cekung? …………………..……………............................................................................ .............................................................................................................................. 2. Sebutkan pemanfaatan berbagai jenis cermin tersebut dalam kehidupan seharihari! (Masing-masing 2) …………………..……………............................................................................ ..............................................................................................................................
150
151 MENYELIDIKI SIFAT-SIFAT CAHAYA Tujuan
: Siswa dapat menyebutkan sifat-sifat cahaya (merambat lurus, menembus benda bening, dapat dipantulkan, dibiaskan, dan diuraikan). Percobaan I: Cahaya merambat lurus
Alat dan Bahan 1. Senter 2. Tiga lembar karton tebal bagian tegah berlubang dengan ukuran sama 3. Satu karton dengan ukuran sama tanpa lubang 4. Benang Cara Kerja a. Tegakkan masing-masing karton dengan posisi lurus dan karton tanpa lubang posisikan paling ujung. b. Masukkan benang ke dalam ke tiga lubang karton untuk mengetahui kelurusannya. Usahakan karton berada pada garis lurus. c. Senterkan cahaya ke dalam lubang dari belakang karton yang ketiga. d. Amati apakah cahaya mengenai karton tanpa lubang? Pertanyaan a. Apakah kamu dapat melihat pantulan cahaya yang mengenai karton terakhir? ………………………………………………………………………………… b.
Jika salah satu karton digeser, apakah kamu masih bisa melihat pantulan cahaya yang mengenai karton terakhir? …………………………………………………………………………………
c. Dari kegiatan ini, apa yang dapat kamu simpulkan? ………………………………………………………………………………… Percobaan II: Cahaya dapat menembus benda bening Alat dan Bahan 1. Lampu senter
4. Plastik mika bening
2. Potongan triplek
5. Gelas warna
3. Gelas bening
6. Kertas karton 151
152 7. Batu
8. Kertas HVS
Cara Kerja a. Letakkan masing benda di atas meja. b. Sorotkan cahaya dari lampu senter mengenai masing-masing benda secara bergantian. c. Amati dan catatlah yang terjadi ke dalam tabel berikut! No
Nama Benda
1
Potongan triplek
2
Gelas bening
3
Plastik mika bening
4
Gelas warna
5
Kertas karton
6
Batu
Tidak diteruskan
Kemungkinan Cahaya Diteruskan Diteruskan sebagian seluruhnya
7 Kertas HVS Pertanyaan a. Benda apa saja yang tidak dapat meneruskan cahaya? ………………………………………………………………………………… b. Benda apa saja yang meneruskan cahaya sebagian? ………………………………………………………………………………… c. Benda apa saja yang dapat meneruskan cahaya seluruhnya? ………………………………………………………………………………… d. Dari kegiatan ini, apa yang dapat kamu simpulkan? ………………………………………………………………………………… Percobaan III: Cahaya dapat dipantulkan Alat dan Bahan: lampu senter dan cermin datar Cara Kerja a. Letakkan senter di depan cermin datar. Amatilah keadaan cahaya yang mengenai cermin! b. Lakukan hal yang sama terhadap benda yang permukaannya kasar, misalnya tembok atau papan. Amatilah keadaan cahaya tersebut! 152
153 Pertanyaan a. Bagaimanakah cahaya pantul pada cermin? ………………………………………………………………………………… b. Bagaimanakah cahaya pantul pada papan/tembok? ………………………………………………………………………………… c. Dari kegiatan tersebut, apa yang dapat kamu simpulkan? ………………………………………………………………………………… Percobaan IV: Cahaya dapat dibiaskan Alat dan Bahan 1. Gelas bening yang berisi air 2. Senter 3. Kertas yang dilubangi Cara Kerja a. Sorotkan senter yang ditutup kertas yang berlubang ke arah gelas yang berisi air dengan posisi tegak lurus! b. Ulangilah menyorot dengan posisi senter tidak tegak lurus dengan permukaan gelas (ukur derajat kemiringannya)! c. Amatilah berkas cahaya yang terjadi sebelum masuk air, ketika di air, dan setelah keluar dari air! No
Derajat kemiringan
Derajat kemiringan
Derajat kemiringan
sebelum masuk air
ketika masuk air
sesudah masuk air
Pertanyaan Dari kegiatan tersebut, apa yang dapat kamu simpulkan? ……………………………………………………………………………………… 153
154 Percobaan V: Cahaya dapat diuraikan (dispersi) Alat dan Bahan 1. Baskom yang berisi air jernih 2. Cermin datar 3. Kertas putih Cara Kerja a. Masukkan cermin datar ke dalam baskom! b. Aturlah posisi cermin sehingga dapat memantulkan cahaya matahari! c. Gunakan selembar kertas putih untuk menangkap pantulan cahaya matahari, amatilah hal yang terjadi! Pertanyaan a. Warna-warna apa saja yang dapat kamu lihat? ………………………………………………………………………………… b. Apa kesimpulanmu? …………………………………………………………………………………
154
155 MEMBUAT PERISKOP Tujuan
:
Siswa dapat mengetahui pemanfaatan sifat cahaya pada periskop secara sederhana
Alat dan Bahan 1. Karton dengan ukuran 28 cm x 50 cm 2. Dua cermin datar ukuran 6,5 cm x 6,5 cm 3. Lakban atau perekat yang lain 4. Penggaris, pensil, pisau/cutter Cara Kerja a. Bagilah karton menjadi empat bagian yang sama! b. Buatlah dua buah lubang kecil pada bagian seperti gambar di bawah ini!
c. Buatlah celah untuk penempatan cermin membentuk sudut 450 pada sisi yang lain! d. Lipat karton membentuk bangun balok dan rekatkan dengan lakban! e. Masukkan cermin pada celah bersudut menghadap ke atas dan ke bawah, kemudian rekatkan dengan lakban! f. Gunakan periskop yang kamu buat untuk melihat benda di sekelilingmu! Pertanyaan a. Berdasarkan hasil kegiatanmu, uraikan perinsip kerja periskop! b. Apa kesimpulanmu?
155
156 MEMBUAT KAMERA LUBANG JARUM Tujuan
:
Siswa dapat mengetahui pemanfaatan sifat cahaya pada kamera lubang jarum.
Alat dan Bahan 1. Kertas (kotak) bekas bungkus pasta gigi 2. Gunting dan selotip 3. Kertas putih tipis Cara Kerja a. Siapkan kotak bekas bungkus pasta gigi! b. Buatlah lubang pada salah satu tutupnya dengan ujung pensil/pulpen! c. Biarkan salah satu tutupnya terbuka.Belahlah bagian tengah kotak, kemudian masukkan kertas putih tipis yang berfungsi sebagai layar! d. Tutuplah bekas belahan dengan selotip sampai rapat kembali, sehingga tidak ada cahaya yang masuk, kecuali dari lubang kecil yang telah dibuat! e. Arahkan lubang kecil ke objek benda yang berada di tempat yang terang, kemudian lihatlah melalui lubang kotak yang terbuka!
Lubang tanpa tutup (tempat untuk melihat) Lubang kecil (tempat cahaya masuk) Sekat sebagai layar (tempat terbentuknya bayangan) Pertanyaan a. Bagaimana bayangan benda yang ditangkap oleh layar? b. Dari kegiatan ini, apa yang dapat kamu simpulkan? 156
157 MEMBUAT KALEIDOSKOP Tujuan
:
Siswa dapat mengetahui pemanfaatan sifat cahaya pada kaleidoskop
Alat dan Bahan 1. Cutter/ gunting 2. Kotak pasta gigi 3. Kertas mengkilap warna putih 4. Kertas HVS 5. Potongan kertas emas warna-warni 6. Plastic bening/ mika bening 7. Lem Cara Kerja a. Buka kotak pasta gigi menjadi lembaran dengan 4 tekukan, dan salah satu lembaran tekukan dan bagian tutup dihilangkan! b. Lekatkan kertas mengkilap putih pada lembaran kotak pasta gigi! c. Bentuk lembaran tadi menjadi bentuk prisma segitiga! d. Tutup salah satu ujung prisma dengan kertas HVS! e. Masukkan potongan kertas warna-warni ke dalam prisma! f. Tutup lubang pada ujung yang lain dengan plastik bening/ mika bening! g. Amati melalui lubang yang ditutupi plastik bening! h. Coba ketok-ketok prisma dan amati apa yang terjadi!
Ditutup kertas HVS Ditutup dengan plastik bening dan tempat untuk melihat. Diisi potongan kertas berwarna Pertanyaan a. Berdasarkan hasil kegiatanmu, uraikan perinsip kerja kaleodoskop! b. Apa kesimpulanmu? 157
158 MEMBUAT CAKRAM WARNA Tujuan
: Siswa dapat membuktikan bahwa cahaya putih terdiri atas pencampuran/ gabungan dari berbagai warna
Alat dan Bahan 1. Kardus 2. Kertas emas 3. Benang kenur 4. Lem atau perekat yang lain 5. Penggaris, pensil, pisau/cutter Cara Kerja a. Buat potongan melingkar pada kardus! b. Bagilah lingkaran kardus menjadi 6 bagian sama besar! c. Tempelkan berbagai kertas warna pada setiap bagian sehingga tampak berwarna-warni! d. Buatlah 2 lubang kecil pada bagian tengah lingkaran! e. Masukkan benang kenur pada ke dua lubang, kemudian sambung kenur menjadi 1 lingkaran, sehingga cakram warna seperti gansing! f. Mainkan cakram warna seperti gangsing! g. Amati warna cakram warna saat berputar dan bandingkan dengan warna sebelum berputar! Pertanyaan a. Bagaimanakah warna cakram warna sebelum dan sesudah cakram warna diputar! ........................................................................................................................ b. Apa kesimpulanmu? ………………………………………………………………………………
158
159
159 159
160 Lampiran 4a HASIL OBSERVASI GURU MENGAJAR SIKLUS I PERTEMUAN 1 No I 1 2 II 1 2 III A. 1 2 3 4 B 1 2 3 4 5 6
INDIKATOR/ ASPEK YANG DIAMATI PRA PEMBELAJARAN Mempersiapkan ruang, alat, dan media pembelajaran Memeriksa kesiapan siswa Rata-rata butir I=A MEMBUKA PEMBELAJARAN Melakukan kegiatan absensi Menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan rencana kegiatan Rata-rata butir II = B KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN Penguasaan Materi Pelajaran Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan Menyampaikan materi dengan jelas, sesuai hierarki belajar dan karakteristik siswa Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan Rata-rata butir III A = C Pendekatan/ Strategi Pembelajaran Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan karakteristik siswa Melaksanakan pembelajaran secara runtun Menguasai kelas Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif (dampak pengiring) Melaksanakan pembelajaran Rata-rata butir III B = D
C
Pemanfaatan Sumber Belajar/ Media Pembeajaran
1 2 3 4
Menggunakan media dan sumber yang efektif dan efisien Menghasilakn pesan yang menarik Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media/ sumber Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual Rata-rata butir III C = E Pembelajaran yang Memicu dan Memelihara Keterlibatan Siswa 160
D
SKOR 1 2 3 4 √ √ 2.5/ C √ √ 3/ B
√ √ √ √ 3.5/ B √ √ √ √ √ √ 3/ B √ √ √ √ 3.75/ A
161 1
Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran
2 3 4
Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa Menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar Rata-rata butir III D = F Penilaian Proses dan Hasil Memantau kemajuan belajar selama proses pembelajaran Melakukan penilaian aktif sesuai kompetensi (tujuan) Rata-rata butir III E = G Pengguanaan Bahasa Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, benar, dan lancar
E 1 2 F 1 2 IV 1 2
Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai Rata-rata butir III F = H PENUTUP Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau kegiatan, atau tugas sebagai remidi/ pengayaan Rata-rata butir IV = I Nilai APKG II= A+B+C+D+E+F+G+H+I 9
√ √ √ 3/ B √ √ 3/ B √ √ 3/ B √ √ 3/ B 3.08/ B
Observer Margono, S. Pd NIP 19620415 198405 1 006
161
Lampiran 4b
162 HASIL OBSERVASI GURU MENGAJAR SIKLUS I PERTEMUAN 2
No I 1 2 II 1 2 III A. 1 2 3 4 B 1 2 3 4 5 6 C 1 2 3 4
INDIKATOR/ ASPEK YANG DIAMATI PRA PEMBELAJARAN Mempersiapkan ruang, alat, dan media pembelajaran Memeriksa kesiapan siswa Rata-rata butir I=A MEMBUKA PEMBELAJARAN Melakukan kegiatan absensi Menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan rencana kegiatan Rata-rata butir II = B KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN Penguasaan Materi Pelajaran Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan Menyampaikan materi dengan jelas, sesuai hierarki belajar dan karakteristik siswa Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan Rata-rata butir III A = C Pendekatan/ Strategi Pembelajaran Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan karakteristik siswa Melaksanakan pembelajaran secara runtun Menguasai kelas Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif (dampak pengiring) Melaksanakan pembelajaran Rata-rata butir III B = D Pemanfaatan Sumber Belajar/ Media Pembeajaran Menggunakan media dan sumber yang efektif dan efisien Menghasilakan pesan yang menarik Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media/ sumber Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual Rata-rata butir III C = E 162
SKOR 1 2 3
4
√ √ 3/ B √ √ 3.5/ B
√ √ √ √ 3.5/ B √ √ √ √ √ √ 3.17/ B √ √ √ √ 3.5/ B
163 D 1 2 3 4 E 1 2 F 1 2 IV 1 2
Pembelajaran yang Memicu dan Memelihara Keterlibatan Siswa Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa Menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar Rata-rata butir III D = F Penilaian Proses dan Hasil Memantau kemajuan belajar selama proses pembelajaran Melakukan penilaian aktif sesuai kompetensi (tujuan) Rata-rata butir III E = G Pengguanaan Bahasa Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, benar, dan lancar Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai Rata-rata butir III F = H PENUTUP Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau kegiatan, atau tugas sebagai remidi/ pengayaan Rata-rata butir IV = I Nilai APKG II= A+B+C+D+E+F+G+H+I 9
√ √ √
3/ B √ √ 3/ B √ √ 3.5/B √ √ 3.5/ B 3.30/ B
Observer Margono, S. Pd NIP 19620415 198405 1 006
163
Lampiran 4c
164 HASIL OBSERVASI GURU MENGAJAR SIKLUS II PERTEMUAN 1
No I 1 2 II 1 2 III A. 1 2 3 4 B 1 2 3 4 5 6 C 1 2 3 4 D
INDIKATOR/ ASPEK YANG DIAMATI PRA PEMBELAJARAN Mempersiapkan ruang, alat, dan media pembelajaran Memeriksa kesiapan siswa Rata-rata butir I=A MEMBUKA PEMBELAJARAN Melakukan kegiatan absensi Menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan rencana kegiatan Rata-rata butir II = B KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN Penguasaan Materi Pelajaran Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan Menyampaikan materi dengan jelas, sesuai hierarki belajar dan karakteristik siswa Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan Rata-rata butir III A = C Pendekatan/ Strategi Pembelajaran Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan karakteristik siswa Melaksanakan pembelajaran secara runtun Menguasai kelas Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif (dampak pengiring) Melaksanakan pembelajaran Rata-rata butir III B = D Pemanfaatan Sumber Belajar/ Media Pembeajaran Menggunakan media dan sumber yang efektif dan efisien Menghasilakn pesan yang menarik Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media/ sumber Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual Rata-rata butir III C = E Pembelajaran yang Memicu dan Memelihara Keterlibatan 164
SKOR 1 2 3
4
√ √ 3/ B √ √ 4/ A
√ √ √ √ 3.5/ B √ √ √ √ √ √ 3/ B √ √ √ 4/ A
165 Siswa 1 2 3 4
Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa Menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar Rata-rata butir III D = F E Penilaian Proses dan Hasil 1 Memantau kemajuan belajar selama proses pembelajaran 2 Melakukan penilaian aktif sesuai kompetensi (tujuan) Rata-rata butir III E = G F Pengguanaan Bahasa Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, benar, 1 dan lancar 2 Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai Rata-rata butir III F = H IV PENUTUP Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan 1 melibatkan siswa Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau 2 kegiatan, atau tugas sebagai remidi/ pengayaan Rata-rata butir IV = I Nilai APKG II= A+B+C+D+E+F+G+H+I 9
√ √ √ √ 3.25/ B √ √ 3.5/ B √ √ 3/ B √ √ 4/ A 3.47/ B
Observer Margono, S. Pd NIP 19620415 198405 1 006
165
Lampiran 4d
166 HASIL OBSERVASI GURU MENGAJAR SIKLUS II PERTEMUAN 2
No I 1 2 II 1 2 III A. 1 2 3 4 B 1 2 3 4 5 6 C 1 2 3 4 D
INDIKATOR/ ASPEK YANG DIAMATI PRA PEMBELAJARAN Mempersiapkan ruang, alat, dan media pembelajaran Memeriksa kesiapan siswa Rata-rata butir I=A MEMBUKA PEMBELAJARAN Melakukan kegiatan absensi Menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan rencana kegiatan Rata-rata butir II = B KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN Penguasaan Materi Pelajaran Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan Menyampaikan materi dengan jelas, sesuai hierarki belajar dan karakteristik siswa Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan Rata-rata butir III A = C Pendekatan/ Strategi Pembelajaran Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan karakteristik siswa Melaksanakan pembelajaran secara runtun Menguasai kelas Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif (dampak pengiring) Melaksanakan pembelajaran Rata-rata butir III B = D Pemanfaatan Sumber Belajar/ Media Pembeajaran Menggunakan media dan sumber yang efektif dan efisien Menghasilakn pesan yang menarik Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media/ sumber Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual Rata-rata butir III C = E Pembelajaran yang Memicu dan Memelihara Keterlibatan 166
SKOR 1 2 3
4 √
√ 3.5/ B √ √ 4/ A
√ √ √ √ 3.5/ B √ √ √ √ √ √ 3.3/ B √ √ √ 4/ A
167 Siswa 1 2 3 4 E 1 2 F 1 2 IV 1 2
Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa Menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar Rata-rata butir III D = F Penilaian Proses dan Hasil Memantau kemajuan belajar selama proses pembelajaran Melakukan penilaian aktif sesuai kompetensi (tujuan) Rata-rata butir III E = G Pengguanaan Bahasa Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, benar, dan lancar Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai Rata-rata butir III F = H PENUTUP Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau kegiatan, atau tugas sebagai remidi/ pengayaan Rata-rata butir IV = I Nilai APKG II= A+B+C+D+E+F+G+H+I 9
√ √ √ √ 3.75/ A √ √ 3/ B √ √ 3/ B √ √ 4/ A 3.56/ B
Observer Margono, S. Pd NIP 19620415 198405 1 006
167
Lampiran 4e
168 HASIL OBSERVASI GURU MENGAJAR SIKLUS III PERTEMUAN 1
No I 1 2 II 1 2 III A. 1 2 3 4 B 1 2 3 4 5 6 C 1 2 3 4
INDIKATOR/ ASPEK YANG DIAMATI PRA PEMBELAJARAN Mempersiapkan ruang, alat, dan media pembelajaran Memeriksa kesiapan siswa Rata-rata butir I=A MEMBUKA PEMBELAJARAN Melakukan kegiatan absensi Menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan rencana kegiatan Rata-rata butir II = B KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN Penguasaan Materi Pelajaran Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan Menyampaikan materi dengan jelas, sesuai hierarki belajar dan karakteristik siswa Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan Rata-rata butir III A = C Pendekatan/ Strategi Pembelajaran Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan karakteristik siswa Melaksanakan pembelajaran secara runtun Menguasai kelas Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif (dampak pengiring) Melaksanakan pembelajaran Rata-rata butir III B = D Pemanfaatan Sumber Belajar/ Media Pembeajaran Menggunakan media dan sumber yang efektif dan efisien Menghasilakn pesan yang menarik Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media/ sumber Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual Rata-rata butir III C = E 168
SKOR 1 2 3
4 √
√ 3.5/ B √ √ 4/ A
√ √ √ √ 3.75/ A √ √ √ √ √ √ 3.3/ B √ √ √ 4/ A
169 Pembelajaran yang Memicu dan Memelihara Keterlibatan Siswa 1 Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran 2 Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa 3 Menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif 4 Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar Rata-rata butir III D = F E Penilaian Proses dan Hasil 1 Memantau kemajuan belajar selama proses pembelajaran 2 Melakukan penilaian aktif sesuai kompetensi (tujuan) Rata-rata butir III E = G F Pengguanaan Bahasa Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, benar, 1 dan lancar 2 Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai Rata-rata butir III F = H IV PENUTUP Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan 1 melibatkan siswa Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau 2 kegiatan, atau tugas sebagai remidi/ pengayaan Rata-rata butir IV = I Nilai APKG II= A+B+C+D+E+F+G+H+I 9 D
√ √ √ √ 3.75/ A √ √ 3/ B √ √ 3.5/ B √ √ 4/ A 3.64/ B
Observer Margono, S. Pd NIP 19620415 198405 1 006
169
Lampiran 4f
170 HASIL OBSERVASI GURU MENGAJAR SIKLUS III PERTEMUAN 2
No I 1 2 II 1 2 III A. 1 2 3 4 B 1 2 3 4 5 6 C 1 2 3 4
INDIKATOR/ ASPEK YANG DIAMATI PRA PEMBELAJARAN Mempersiapkan ruang, alat, dan media pembelajaran Memeriksa kesiapan siswa Rata-rata butir I=A MEMBUKA PEMBELAJARAN Melakukan kegiatan absensi Menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan rencana kegiatan Rata-rata butir II = B KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN Penguasaan Materi Pelajaran Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan Menyampaikan materi dengan jelas, sesuai hierarki belajar dan karakteristik siswa Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan Rata-rata butir III A = C Pendekatan/ Strategi Pembelajaran Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan karakteristik siswa Melaksanakan pembelajaran secara runtun Menguasai kelas Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif (dampak pengiring) Melaksanakan pembelajaran Rata-rata butir III B = D Pemanfaatan Sumber Belajar/ Media Pembeajaran Menggunakan media dan sumber yang efektif dan efisien Menghasilakn pesan yang menarik Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media/ sumber Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual Rata-rata butir III C = E 170
SKOR 1 2 3
4 √
√ 3.5/ B √ √ 4/ A
√ √ √ √ 3.75/ A √ √ √ √ √ √ 3.67/ B √ √ √ 4/ A
171 D 1 2 3 4 E 1 2 F 1 2 IV 1 2
Pembelajaran yang Memicu dan Memelihara Keterlibatan Siswa Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa Menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar Rata-rata butir III D = F Penilaian Proses dan Hasil Memantau kemajuan belajar selama proses pembelajaran Melakukan penilaian aktif sesuai kompetensi (tujuan) Rata-rata butir III E = G Pengguanaan Bahasa Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, benar, dan lancar Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai Rata-rata butir III F = H PENUTUP Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau kegiatan, atau tugas sebagai remidi/ pengayaan Rata-rata butir IV = I Nilai APKG II= A+B+C+D+E+F+G+H+I 9
√ √ √ √ 4/ A √ √ 3/ B √ √ 4/ A √ √ 4/ A 3.77/ A
Observer Margono, S. Pd NIP 19620415 198405 1 006
171
172 KRITERIA PENILAIAN SKOR 1 2 3 4 NILAI RATA-RATA <2 2 – 2,8 2,9 – 3,7 > 3,7
KATEGORI Kurang Cukup Baik Sangat Baik KRITERIA D C B A
172
KATEGORI Kurang Cukup Baik Sangat Baik
173
173
Lampiran 5a
174
Tabel pengamatan terhadap siswa selama mengikuti pembelajaran IPA dengan model kontekstual siklus I pertemuan I No 1
2
3
4
Aspek yang diamati Perhatian
Kerja sama
Ketekunan
keaktifan
Indikator Menyimak penjelasan guru Antusias dalam pembelajaran Menunjukkan rasa senang Memberi bantuan kepada teman Menghargai pendapat teman Memnunjukkan kekompakkan Mengerjakan tugas dengan teliti Tidak mengobrol dengan teman Tidak mengganggu kelompok lain Menyatakan pendapat Mengajukan pertanyaan Mengerjakan tugas dengan baik
Jumlah rata-rata
Jumlah siswa
Prosentase
Skor
Kategori
Kriteria
15
100%
4
A
Sangat Baik
15
100%
4
A
Sangat Baik
14
93%
4
A
Sangat Baik
5
33%
1
D
Kurang
8
53%
2
C
Cukup
8
53%
2
C
Cukup
8
53%
2
C
Cukup
3
20%
0
D
Kurang
12
80%
3
B
Baik
9
60%
2
C
Cukup
0
0%
0
D
Kurang
7
47%
2
C
Cukup
8.67
58%
2.17
C
Cukup
174
Lampiran 5b
175
Tabel pengamatan terhadap siswa selama mengikuti pembelajaran IPA dengan model kontekstual siklus I pertemuan II No
1
2
3
4
Aspek yang diamati Perhatian
Kerja sama
Ketekunan
keaktifan
Indikator Menyimak penjelasan guru Antusias dalam pembelajaran Menunjukkan rasa senang Memberi bantuan kepada teman Menghargai pendapat teman Memnunjukkan kekompakkan Mengerjakan tugas dengan teliti Tidak mengobrol dengan teman Tidak mengganggu kelompok lain Menyatakan pendapat Mengajukan pertanyaan Mengerjakan tugas dengan baik
Jumlah rata-rata
Jumlah siswa
Persentase
Skor
Kategori
Kriteria
15
100%
4
A
Sangat Baik
15
100%
4
A
Sangat Baik
15
100%
4
A
Sangat Baik
5
33%
1
D
Kurang
10
67%
3
B
Baik
12
80%
3
B
Baik
7
47%
2
C
Cukup
6
40%
1
D
Kurang
12
80%
3
B
Baik
13
87%
4
A
Sangat Baik
0
0%
0
D
Kurang
8
53%
2
C
Cukup
9.83
66%
2.58
C
Cukup
175
Lampiran 5c
176
Tabel pengamatan terhadap siswa selama mengikuti pembelajaran IPA dengan model kontekstual siklus II pertemuan I No 1
2
3
4
Aspek yang diamati
Indikator
Menyimak penjelasan guru Antusias dalam pembelajaran Menunjukkan rasa senang Memberi bantuan Kerja sama kepada teman Menghargai pendapat teman Memnunjukkan kekompakkan Mengerjakan tugas Ketekunan dengan teliti Tidak mengobrol dengan teman Tidak mengganggu kelompok lain Menyatakan keaktifan pendapat Mengajukan pertanyaan Mengerjakan tugas dengan baik Jumlah rata-rata Perhatian
Jumlah siswa
Persentase
Skor
Kategori
Kriteria
15
100%
4
A
Sangat Baik
15
100%
4
A
Sangat Baik
15
100%
4
A
Sangat Baik
6
40%
2
C
Cukup
11
73%
3
B
Baik
12
80%
4
A
Sangat Baik
7
47%
2
C
Cukup
8
53%
2
C
Cukup
14
93%
4
A
Sangat Baik
15
100%
4
A
Sangat Baik
6
40%
2
C
Cukup
8
53%
2
C
Cukup
11
73%
3.08
B
Baik
176
177
Lampiran 5d
Tabel pengamatan terhadap siswa selama mengikuti pembelajaran IPA dengan model kontekstual siklus II pertemuan II No 1
2
3
4
Aspek yang diamati Perhatian
Kerja sama
Ketekunan
keaktifan
Jumlah rata-rata
Indikator Menyimak penjelasan guru Antusias dalam pembelajaran Menunjukkan rasa senang Memberi bantuan kepada teman Menghargai pendapat teman Memnunjukkan kekompakkan Mengerjakan tugas dengan teliti Tidak mengobrol dengan teman Tidak mengganggu kelompok lain Menyatakan pendapat Mengajukan pertanyaan Mengerjakan tugas dengan baik
Jumlah siswa
Persentase
Skor
Kategori
Kriteria
15
100%
4
A
Sangat Baik
15
100%
4
A
Sangat Baik
15
100%
4
A
Sangat Baik
7
47%
2
C
Cukup
15
100%
4
A
Sangat Baik
14
93%
4
A
Sangat Baik
9
60%
2
C
Cukup
9
60%
2
C
Cukup
14
93%
4
A
Sangat Baik
15
100%
4
A
Sangat Baik
8
53%
2
C
Cukup
12
80%
3
B
Baik
12.33
82%
3.25
B
Baik
177
178
Lampiran 5e
Tabel pengamatan terhadap siswa selama mengikuti pembelajaran IPA dengan model kontekstual siklus III pertemuan I No 1
2
3
4
Aspek yang diamati Perhatian
Kerja sama
Ketekunan
keaktifan
Indikator Menyimak penjelasan guru Antusias dalam pembelajaran Menunjukkan rasa senang Memberi bantuan kepada teman Menghargai pendapat teman Menunjukkan kekompakkan Mengerjakan tugas dengan teliti Tidak mengobrol dengan teman Tidak mengganggu kelompok lain Menyatakan pendapat Mengajukan pertanyaan Mengerjakan tugas dengan baik
Jumlah rata-rata
Jumlah siswa
Persentase
Skor
Kategori
Kriteria
15
100%
4
A
Sangat Baik
15
100%
4
A
Sangat Baik
15
100%
4
A
Sangat Baik
8
53%
2
C
Cukup
15
100%
4
A
Sangat Baik
14
93%
4
A
Sangat Baik
11
73%
3
B
Baik
12
80%
3
B
Baik
15
100%
4
A
Sangat Baik
15
100%
4
A
Sangat Baik
9
60%
2
C
Cukup
14
93%
4
A
Sangat Baik
13.17
88%
3.50
A
Sangat Baik
178
179
Lampiran 5f
Tabel pengamatan terhadap siswa selama mengikuti pembelajaran IPA dengan model kontekstual siklus III pertemuan II No 1
2
3
4
Aspek yang diamati Perhatian
Kerja sama
Ketekunan
keaktifan
Indikator Menyimak penjelasan guru Antusias dalam pembelajaran Menunjukkan rasa senang Memberi bantuan kepada teman Menghargai pendapat teman Memnunjukkan kekompakkan Mengerjakan tugas dengan teliti Tidak mengobrol dengan teman Tidak mengganggu kelompok lain Menyatakan pendapat Mengajukan pertanyaan Mengerjakan tugas dengan baik
Jumlah rata-rata
Jumlah siswa
Persentase
Skor
Kategori
Kriteria
15
100%
4
A
Sangat Baik
15
100%
4
A
Sangat Baik
15
100%
4
A
Sangat Baik
10
67%
3
B
Baik
15
100%
4
A
Sangat Baik
12
80%
3
B
Baik
13
87%
4
A
Sangat Baik
11
73%
3
B
Baik
15
100%
4
A
Sangat Baik
15
100%
4
A
Sangat Baik
11
73%
3
B
Baik
14
93%
4
A
Sangat Baik
13.42
89%
3.67
A
Sangat Baik
179
180 KRITERIA PENILAIAN SKOR 1 2 3 4 NILAI RATA-RATA <2 2 – 2,8 2,9 – 3,7 > 3,7
KATEGORI Kurang Cukup Baik Sangat Baik KRITERIA D C B A
180
KATEGORI Kurang Cukup Baik Sangat Baik
181
181 181
182
Lampiran 6a Tabel Data Hasil Belajar Siswa Siklus I N o Nama Siswa Nilai 1 1 Arif Febrianto 80 2 Arif Nugraha 90 3 Agus Widodo 90 4 Diah Ayu Wulandari 80 5 Eka Septi Oktaviana 80 6
E. M. Gilang G.
7 8 9 10 11 12 13 14 15
Hesti Wulandari Indah Sri Rahayu Ludhfi Ubaidillah Roni Saputra Muhammad Wisnu P. Nurma Kusuma R. Yudi Mustofa Yosi Hari Mardana Yusuf Andrianto Rata-rata kelas
Nilai 2 80 90 90 75 75
Nilai 3 50 85 90 40 40
Rata-rata 70.00 88.33 90.00 65.00 65.00
75
80
80
78.33
75 75 90 90 80 80 75 90 75 81.67
80 80 90 90 80 80 80 90 80 82.67
90 75 75 70 65 80 75 80 55 70.00
81.67 76.67 85.00 83.33 75.00 80.00 76.67 86.67 70.00 78.11
182
183
Lampiran 6b Tabel Data Hasil Belajar Siswa Siklus II No 1 2 3 4 5
Nama Siswa Arif Febrianto Arif Nugraha Agus Widodo Diah Ayu Wulandari Eka Septi Oktaviana
Nilai 1 80 95 95 80 80
Nilai 2 80 100 100 80 80
Nilai 3 70 100 95 45 45
Rata-rata 76.67 98.33 96.67 68.33 68.33
6
E. M. Gilang G.
80
80
80
80.00
7
Hesti Wulandari
80
80
95
85.00
8 9 10 11 12 13 14 15
Indah Sri Rahayu Ludhfi Ubaidillah Roni Saputra Muhammad Wisnu P. Nurma Kusuma R. Yudi Mustofa Yosi Hari Mardana Yusuf Andrianto Rata-rata kelas
80 95 95 80 80 80 90 80 84.67
80 100 100 80 80 80 100 80 86.67
80 90 80 80 80 80 95 60 78.33
80.00 95.00 91.67 80.00 80.00 80.00 95.00 73.33 83.22
183
184
Lampiran 6c Tabel Data Hasil Belajar Siswa Siklus III No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Nama Siswa Arif Febrianto Arif Nugraha Agus Widodo Diah Ayu Wulandari Eka Septi Oktaviana E. M. Gilang G. Hesti Wulandari Indah Sri Rahayu Ludhfi Ubaidillah Roni Saputra Muhammad Wisnu P. Nurma Kusuma R. Yudi Mustofa Yosi Hari Mardana Yusuf Andrianto
Nilai 1 80 100 100 80 80 80 80 80 100 100 80 80 80 100 80
Nilai 2 80 100 100 80 80 85 85 85 100 100 80 80 85 100 85
Nilai 3 97.5 100 100 50 45 97.5 100 97.5 97.5 80 97.5 90 90 100 65
Rata-rata 85.83 100.00 100.00 70.00 68.33 87.50 88.33 87.50 99.17 93.33 85.83 83.33 85.00 100.00 76.67
Rata-rata kelas
86.67
88.33
87.17
87.39
184
185
Lampiran 6d Tabel Data Rata-rata Hasil Belajar Siswa Setiap Siklus No Nama Siswa SIKLUS 1 SIKLUS 2 1 Arif Febrianto 70.00 76.67 2 Arif Nugraha 88.33 98.33 3 Agus Widodo 90.00 96.67 4 Diah Ayu Wulandari 65.00 68.33 5 Eka Septi Oktaviana 65.00 68.33 6 E. M. Gilang G. 73.33 80.00 7 Hesti Wulandari 81.67 85.00 8 Indah Sri Rahayu 76.67 80.00 9 Ludhfi Ubaidillah 85.00 95.00 10 Roni Saputra 83.33 91.67 11 Muhammad Wisnu P. 75.00 80.00 12 Nurma Kusuma R. 80.00 80.00 13 Yudi Mustofa 76.67 80.00 14 Yosi Hari Mardana 86.67 95.00 15 Yusuf Andrianto 70.00 73.33 77.78 83.22 Rata-rata kelas
185
SIKLUS 3 85.83 100.00 100.00 70.00 68.33 87.50 88.33 87.50 99.17 93.33 85.83 83.33 85.00 100.00 76.67 87.39
Rata-rata 85.83 100.00 100.00 70.00 68.33 87.50 88.33 87.50 99.17 93.33 85.83 83.33 85.00 100.00 76.67
186
186 186
187
Lampiran 7a
Tabel Data Hasil Tes Kreativitas Prasiklus, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III Pra No Nama Siswa Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3 Rata-rata Siklus 1 Arif Febrianto 65 73 82 84 76.00 2 Arif Nugraha
45
66
79
89
69.75
3 Agus Widodo
79
82
84
89
83.50
4 Diah Ayu Wulandari
40
58
62
67
56.75
5 Eka Septi Oktaviana
55
60
60
60
58.75
6 E. M. Gilang G.
62
73
74
76
71.25
7 Hesti Wulandari
82
84
86
88
85.00
8 Indah Sri Rahayu
67
71
76
88
75.50
9 Ludhfi Ubaidillah 10 Roni Saputra
68 41
75 50
80 60
89 64
78.00 53.75
11 Muhammad Wisnu P.
68
79
82
83
78.00
12 Nurma Kusuma R.
61
68
71
78
69.50
13 Yudi Mustofa
42
51
68
76
59.25
14 Yosi Hari Mardana
55
73
73
82
70.75
15 Yusuf Andrianto
42
53
63
63
55.25
58.13
67.73
73.33
78.40
69.40
Rata-rata Per Siklus
187
188 Lampiran 7b Tabel Persentase Tes Kreativitas Siswa Pra Siklus No
Nilai
Frekuensi
Nilai Tengah (xi)
1
21 – 40
1
31.5
31.50
7%
2
41 – 60
6
51.5
309.00
40%
3
61 – 80
7
71.5
500.50
47%
4
81 - 100
1
91.5
91.50
7%
932.50
100%
Jumlah
15
fixi
Persentase
Kategori tidak kreatif kurang kreatif kreatif sangat kreatif
Keterangan tidak tuntas tidak tuntas
Nilai rata-rata= 932.5 : 15 = 62.17 Ketuntasan Klaksikal = 8: 15 x 100% = 53% 7% tidak kreatif, 40% kurang kreatif, 47% kreatif, dan 7% sangat kreatif
Grafik Kreativitas Siswa Kelas V SDN Tepisari 02 pra siklus
Lampiran 7c Tabel Persentase Tes Kreativitas Siswa Siklus I 188
tuntas tuntas
189 No
Nilai
Frekuensi
Nilai Tengah (xi)
1
21 – 40
0
31.50
0.00
0%
2
41 – 60
5
51.50
257.50
33%
3
61 – 80
8
71.50
572.00
53%
kreatif
tuntas
4
81 - 100
2
91.50
183.00
13%
sangat kreatif
tuntas
Jumlah
15
fixi
Persentase
Kategori tidak kreatif kurang kreatif
Keterangan tidak tuntas tidak tuntas
1012.50 100% Nilai rata-rata= 1012.50 : 15 = 67.50 Ketuntasan Klasikal = 10: 15 x 100% = 67%
0% tidak kreatif, 33% kurang kreatif, 53% kreatif, dan13% sangat kreatif
Grafik Kreativitas Siswa Kelas V SDN Tepisari 02 Pra Siklus dan Siklus I
189
190
Lampiran 7d Tabel Persentase Tes Kreativitas Siswa Siklus II No
Nilai
Frekuensi
Nilai Tengah (xi)
1
21 – 40
0
31.50
0.00
0%
2
41 – 60
2
51.50
103.00
13%
3
61 – 80
9
71.50
643.50
60%
4
81 - 100
4
91.50
366.00
27%
Jumlah
15
fixi
Persentase
Kategori tidak kreatif kurang kreatif kreatif sangat kreatif
Keterangan tidak tuntas tidak tuntas tuntas tuntas
1112.50 100% Nilai rata-rata= 1112.50 : 15 = 74.17
Ketuntasan Klasikal = 13: 15 x 100% = 87% 0% tidak kreatif, 13% kurang kreatif, 60% kreatif, dan 27% sangat kreatif
Grafik Kreativitas Siswa Kelas V SDN Tepisari 02 Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II
190
191
Lampiran 7e Tabel Persentase Tes Kreativitas Siswa Siklus III No
Nilai
Frekuensi
Nilai Tengah (xi)
1
21 – 40
0
31.50
0.00
0%
2
41 – 60
1
51.50
51.50
7%
3
61 – 80
7
71.50
500.50
47%
4
81 - 100
7
91.50
640.50
47%
Jumlah
15
fixi
Persentase
Kategori tidak kreatif kurang kreatif kreatif sangat kreatif
Keterangan tidak tuntas tidak tuntas tuntas tuntas
1192.50 100% Nilai rata-rata= 1192.50 : 15 = 79.50
Ketuntasan Klasikal = 14: 15 x 100% = 93% 0% tidak kreatif, 7% kurang kreatif, 47% kreatif, dan 47% sangat kreatif
Grafik Kreativitas Siswa Kelas V SDN Tepisari 02 Pra Siklus, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III
191
192
Lampiran 7f Tabel Data Persentase Hasil Tes Kreativitas Siswa Siklus I, Siklus II, dan Siklus III
No 1 2 3 4
Nilai
Sebelum tindakan
Setelah tindakan Siklus Siklus Siklus I II III
Kategori
tidak kreatif kurang 41 – 60 40% 3% 13% 7% kreatif 61 – 80 47% 53% 60% 47% kreatif sangat 81 - 100 7% 13% 27% 47% kreatif Ketuntasan Klasikal pra siklus = 8 : 15 x 100% = 53% Ketuntasan Klasikal siklus I = 10: 15 x 100% = 67% 21 – 40
7%
0%
0%
0%
Ketuntasan Klasikal siklus II = 13 : 15 x 100% = 87% Ketuntasan Klasikal siklus III = 14: 15 x 100% = 93%
192
Keterangan tidak tuntas tidak tuntas tuntas tuntas
193
193 193
194
Lampiran 8a KEGIATAN SIKLUS I
Siswa berdiskusi dalam kelompok untuk mengerjakan lembar kerja
Siswa bekerjasama dengan kelompok dalam membuat model sederhana yang berkaitan dengan materi cahaya
194
Lampiran 8b
195 KEGIATAN SIKLUS II
Siswa berkerjasama dalam praktek cahaya
Siswa bekerjasama membuat model sederhana yang berkaitan dengan materi cahaya
195
196
Siswa melakukan kegiatan diskusi kelompok dan presentasi atas kegiatan yang telah dilakukan
196
Lampiran 8c
197 KEGIATAN SIKLUS III
Siswa bekerjasama dalam pembuatan mind mapping dan pembacaan hasil kepada anggota kelompok
Presentasi mind mapping hasil praktek cahaya
197
198
Siswa bekerjasama membuat model sederhana yang berkaitan dengan materi cahaya dan pengujian hasil di halaman sekolah
Presentasi dan demonstrasi hasil pembuatan model sederhana yang berkaitan dengan materi cahaya
198
199
Siswa anggota kelompok lain memberikan pertanyaan dan tanggapan atas presentasi kelompok yang lain
Siswa mengerjakan tes belajar dan tes kreativitas
199