ISSN 1693-7945
Vol. VI, No. 12, Nov 2014
PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP IPA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS INQUIRY Oleh: Yani Kusuma Astuti STKIP NU Indramayu, Jawa Barat ABSTRAK Rendahnya penguasaan konsep siswa serta lemahnya aspek keterampilan proses siswa yang menjadi tuntutan kurikulum saat ini yang menekankan pada partisipasi aktif siswa dalam belajar. Dengan demikian perlu adanya model pembelajaran yang memfasilitasi agar siswa bisa aktif dalam belajar salah satunya model pembelajaran berbasis inquiry. Karena model inquiry mengembangkan aspek kognitif juga aspek keterampilan proses siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mngetahui adanya peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan proses siswa melalui pembelajaran inquiry dapat meningkatkan kelas VIII siswa SMP. Desain penelitian yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group Desain. Pengumpulan data dilakukan dengan tes tertulis (pretes dan posttes) dan angket respon siswa terhadap pembelajaran inquiry. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran inquiry dapat mempengaruhi secara signifikan terhadap penguasaan konsep dan keterampilan proses siswa. Kata Kunci: Inquiry Terbimbing, Keterampilan Proses Sains dan Penguasaan Konsep
PENDAHULUAN Pembelajaran IPA di sekolah hendaknya menekankan pada pemberianpengalaman belajarsecara langsung melalui penggunaan dan pengembanganketerampilan proses serta sikap ilmiah, untuk mengembangkan kompetensi (Kemendikbud, 2014). Keterampilan proses sains merupakan keterampilan yang dikembangkan untuk menyelidikidunia di sekitar mereka dan membangun konsep ilmu pengetahuan. Sedangkan sikap ilmiah adalah bagaimana para ilmuwan bersikap ketikamelakukan proses dalam mendapatkan ilmu pengetahuan tersebut. Menurut Trianto (2007) dalam Zubaidah (2010) mengungkapkan bahwa mengajar dengan keterampilan proses merupakan hal yang penting karena dapat memberi kesempatan kepada siswa mengembangkan ilmu pengetahuan. Belajar akan lebih bermakna apabila siswa mengalami sendiri apa yang dipelajari bukan hanya sekadar mengetahuinya. Pembelajaran IPA saat ini umumnya lebih terorientasi pada aspek produk sains dan kurang mengembangkan proses sains. Guru sebagian besar masih menggunakan metode konvensional sebagai metode andalan, karena masih menganggap bahwa materi tidak akan tuntas jika banyak menggunakan metode/model lainnya. Hal ini tampak pada perkembangan siswa dalam aspek afektif maupun psikomotor, misalnya kebanyakan siswa lebih bersifat pasif, enggan, takut atau malu untuk mengemukakan pendapatnya. Keadaan semacam ini sedikit banyak akan mengganggu kelancaran pembelajaran dan juga kreativitas siswa dalam kegiatanpembelajaran. Menurut Hartanto (2012), guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan pemikiran mereka dalam menemukan konsep pembelajaran IPA secara mandiri juga tidak berkembangnya proses interaksi antar siswa maupun interaksi siswa dengan lingkungan bahkan interaksi antara siswa dengan guru Strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang melibatkan siswa dalam pembelajaran, sehingga siswa kurang memiliki kemandirian dan tanggung jawab individu ataupun kelompok yang menyebabkan kurang optimal proses pembelajaran (Hartanto,2012). 14
ISSN 1693-7945
Vol. VI, No. 12, Nov 2014
Dengan demikian perlu upaya untuk dapat meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan proses siswa salah satunya pembelajaran berbasis inquiry. Pembelajaran ini dipilih karena inquiry terbimbing siswa secara langsung dalam pembelajaran, sehingga diharapkan tercapainya baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotor sesuai dengan karakteristik IPA. Hasil penelitian Tangkas (2012) dan Ambarsari (2012) menyatakan bahwa siswa yang diajarkan dengan pembelajaran inquiry memiliki kemampuan keterampilan proses sains yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode ceramah. Selain itu hasil penelitian yang dilakukan Brickman, et. al (2009) pembelajaran inquiry menunjukan perbaikan yang lebih besar dalam keterampilan proses sains, literasi sains, memperoleh kepercayaan diri dan kemampuan ilmiah. Selain itu hasil penelitian lain yang dilakukan Rahayu (2012), terungkap bahwa penerapan model pembelajaran inquiry siswa memiliki keterampilan yang lebih cekatan dan siswa lebih aktif dan bersemangat karena menemukan konsep sendiri dan menyelesaikan masalah tersebut.
METODE PENELITIAN Desain penelitian Desain penelitian yang digunakan yaitu desain Nonequivalent Control Group Desain. Pada desain penelitian ini baik kelas kontrol dan kelas eksperimen menggunakan sampel kelas penelitian yang sama. Sebelum ada perlakuan dengan menggunakan metode belajar konvensional dan sesudah perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran inquiry terbimbing. Pretest diberikan untuk mengetahui kemampuan awal siswa yang menggunakan metode konvensionaldan posttest diberikan untuk mengetahui peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan proses siswa dengan inquiry terbimbing. Instrumen Penelitian Adapun instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut tes penguasaan konsep (pretes dan postest), tes keterampilan proses (pretes dan postes) dalam bentuk essay, lembar observasi keterlaksanaan model,angket respon siswa terhadap pembelajaran inquiry. Analisis Data Pengumpulan data dalam penelitianini dilakukan dengan pretes dan postes.Data dianalisis dengan Uji Mc. Nemar Tes, dilakukan pada tarafsignifikansi 0,05(p<0,05). Sebelumdilakukan uji hipotesis, terlebih dahuludilakukan uji prasyarat normalitas danhomogenitas data.Uji normalitasmenggunakan uji One-SampleKolmogorov, sedangkan ujihomogenitas menggunakan Levene’s Test. Penghitungan dan analisis data ujidilakukan dengan program SPSS 17 forWindows. Analisis deskriptif rata-rata skordigunakan untuk mendeskripsikan profilketrampilan proses sains. HASIL PENELITIAN Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa skor rata-rata yang diperoleh siswa sebelum dilakukan pembelajaran pretest yaitu 60,26; sementara setelah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inquiry skor rata-rata posttest-nya meningkat menjadi 78,88. Jika dilihat dari skor gain yang normalisasinya, maka terdapat peningkatan penguasaan konsep siswa setelah pembelajaran dengan model pembelajaran inquiry yang termasuk pada kategori sedang dengan rata-rata skor gain yang dinormalisasi 0,46 yang berarti kriteria gain sedang. 15
ISSN 1693-7945
Vol. VI, No. 12, Nov 2014
Tabel 4.1 Rekapitulasi Skor Tes Penguasaan KonsepBelajar Siswa Rata-rata skor pretest
Rata-rata skor posttest
Rata-rata gain yang dinormalisasi
60,26
78,88
0,46
Tingkat keterampilan proses siswa selama pembelajaran melalui pendekatan inkuiri menunjukan banyak variasi pada setiap aspek. Berdasarkan rata-rata pretes sebesar 58,7 meningkat menjadi 74,7 dari hasil rata-rata postes. Artinya terjadi peningkatan setelah dilakukan pembelajaran dengan inquiry terbimbing. Adapun hasil aktivitas tiap indikator tersaji pada tabel 4.2 Berikut ini adalah tabel data perhitungan persentase pencapaian aspek keterampilan proses menggunakan pembelajaran inquiry. Tabel. 4.2 Rekapitulasi Persentase pencapaian keterampilan proses siswa No Aspek Ketrampilan proses Sebelum Setelah 1 Mengamati 66 % 81 % 2 Memprediksi 55 % 62 % 3 Mengkomunikasikan 61 % 84 % 4 Mengklasifikasikan 57 % 78 % 5 Menyimpulkan 54 % 71 %
PEMBAHASAN Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa rata-rata skor posttestpenguasaan konsep sebesar 78,88 mengalami peningkatan dari hasil pretes sebesar 60,26. Berdasarkan hal tersebut rata-rata nilai IPA ini menunjukkan bahwa kriteria ketuntasan minimal (KKM) tercapai bahkan terlampaui. Hal itu menunjukkan bahwa model pembelajaran inquiy dapat membantu siswa dalam proses belajar siswa, sehingga kemampuan siswa dapat terlatih. Aktivitas inkuiri memberikan peluang untuk membangun pengetahuan melalui penyelidikan. Pembelajaran dengan Inkuiri terbimbing melalui kegiatan mengobservasi, mengklasifikasi, menduga sementara (hipotesis), menganalisa, menyimpulan serta mengkomunikasikan akan membuat aktivitas siswa dalam prosespembelajaran bertambah aktif. Belajar aktif menurut Zaini, dkk (2008) dalam Ambarsari (2012) dapat mengajak pesertadidik untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental tetapi juga melibatkan fisik. Siswa pun terlatihuntuk bertanya dan berusaha menjawabpertanyaan melalui proses diskusi. Dengan menerapkan model pembelajaran inquiry siswa akan memperoleh pengetahuan melekat lebih lama karena perolehan pengetahuan berdasarkan pada penemuannya sendiri melalui kegiatan eksplorasi (eksperimen), sehingga siswa lebih faham akan konsep tersebut. Zaini dkk (2008) dalam Ambarsari (2012), berpendapatbahwa seorang siswa akan mudah mengingat pengetahuan yangdiperoleh secara mandiri lebih lama, dibandingkan dengan informasi yangdia peroleh dari mendengarkan oranglain. Berdasarkan hasil penelitan yang dilakukan oleh Costenson & Lawson (1986) dalam Labanca (2006), bahwa siswa yang terlibat dalam pembelajaran inquiry secara signifikan lebih baik dan lebih tinggi daripada metode tradisional. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yani, et.al (2013) bahwa penerapan model pembelajaran inquiry dalam pembelajaran dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa.
16
ISSN 1693-7945
Vol. VI, No. 12, Nov 2014
Keterampilan Proses Sains Berdasarkan hasil penelitian yang diperolehmemperlihatkan bahwa nilairata-rata keterampilan proses sains siswa yang mengikuti model inquiriterbimbing lebih besar dibandingkan dengan nilai rata-rata keterampilan prosessains siswa sebelum pembelajaran dengan inquiry. Hal ini berdasarkan nilai rata-rata skor pretes sebesar 58,7 meningkat menjadi 74,7 dengan gain 0,39 (kategori sedang). Hasil analisis data keterampilan proses siswa dapat diketahui adanya peningkatan nilai antara nilai pretes dan nilai postes. Peningkatan aspek keterampilan proses ini masing tergolong sedang hal ini disebabkan karena siswa belum terbiasa dalam pembelajaran yang melibatkan langsung dalam kegiatan ilmiah. Keterampilan proses sains dapat terbentuk dengan kebiasaan yang dilakukan dan latihan secara terus menerus. Peran guru dalam memberi pengarahan kepada siswa dan penerapan pembelajaran inquiry sangat besar bagi peningkatan penguasaan KPS. Hal ini sesuai dengan pendapat Budiningsih (2005) dalam Zakiyah (2011) bahwa strategi mengajar yang menunutut keaktifan dan partisipasi siswa secara optimal akan mampu mengubah tingkah laku siswa secara lebih efektif dan efisien sehingga mencapai hasil belajar yang optimal. Selain itu menurut Suryobroto (2002) dalam Ambarsari (2012), menyatakan bahwa inquiry memiliki kelebihan antara lain:1) membangkitkan gairah pada siswa misalkan siswamerasakan jerih payah penyelidikannya; 2) menemukan keberhasilan dan kadangkadangkegagalan; 3) memberi kesempatanpada siswa untuk bergerak maju sesuaidengan kemampuan; 4). Membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses penemuan; 5) siswa terlibat langsung dalam belajar sehingga termotivasi untuk belajar. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran inquiry pada dapat lebih meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan proses siswa. Dengan menerapkan model pembelajaran inquiry siswa akan memperoleh pengetahuan melekat lebih lama karena perolehan pengetahuan berdasarkan pada penemuannya sendiri melalui kegiatan eksplorasi (eksperimen), sehingga siswa lebih faham akan konsep tersebu Peningkatan keterampilan proses maupun penguasaan konsep materi IPA dapat dilihat dari peningkatan nilai hasil postest.
DAFTAR PUSTAKA Ambarsari. 2012. Penerapan Pembelajaran Inkuiri TerbimbingTerhadapKeterampilan Proses Sains Dasar PadaPelajaran Biologi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 7 Surakarta. Jurnal biologi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Ango.2002.Mastery of Science ProcessSkills and Their Effective Use in theTeaching of Science: Jurnal international: Nigerian. Brickman, et. al .2009.Effects of Inquiry-based Learningon Students’ Science Literacy Skills and Confidence. International Journal for the Scholarship of Teaching and Learning; Jurnal International Georgia Southern University.
17
ISSN 1693-7945
Vol. VI, No. 12, Nov 2014
Hartanto. 2012.Penerapan Strategi Inkuiri melalui Implementasi Kaji Pembelajaran (Lesson Study) untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Kepanjen Malang. Tesis. Program Studi Pendidikan Biologi, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Malang. Joyce, et al .1992. Models of Teaching. Fourt Edition. Boston: Allyn and Bacon Kemendikbud. 2014. Ilmu Pengetahuan Alam SMP kelas VIII. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia LaBanca, 2006.A Short Research-Based Discussion onthe Importance on Inquiry Learning The Science Classroom https://www.wcsu.edu/biology/wistr/.../INQUIRY.(akses 9 april 2014) Muhfahroyin. 2012. Pengaruh Strategi STAD Pada Pembelajaran Biologi Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Di Kota Metro. Muhfahroyin. Diakses Blogspot.Com/2012_01_01_Archive.Html. Juli 2014 Rustaman. 2005. Stategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: Universits Negeri Malang Press Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran.Jakarta: Kencana Prenada Media Tangkas. 2012. Pengaruh Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Kemampuan pemahaman konsep dan Keterampilan proses sains siswa kelas X SMAN 3 Amlapura. Tesis. Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha. Yani, et al. 2013. Penerapan Strategi Pembelajaran Inkuiri Dalam Lesson Study Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Dan Konsep Biologi Siswa Kelas VII SMP Negeri 8 Malang. Malang:Jurnal Pendidikan Biologi, (Online), 5 (1) : 81-95.(akses 30 juli 2014)
18