EDISI KHUSUS, Vol : XXII, No : 2, JULI 2015
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA TERPADU BERBASIS INQUIRY MELALUI LESSON STUDY Diah Nugraheni Fakultas Ilmu Pendidikan, IKIP Veteran Semarang Email:
[email protected]
Abstract The research aims is to develop an integrated science learning instruments based inquiry by lesson study that can improve students interest and creativity, knowing effectivity and practically of integrated science learning instruments based inquiry by lesson study. This development of learning instruments is done by lesson study using research and development model by Plomp in 5 phase, namely (1) preliminary investigation, (2) design, (3) realization/construction, (4) test, evaluation, and revision, and (5) implementation. Implement of the research in SMP N 6 Semarang class VII semester 2. Instruments and technique of collect data is used by checklist, observation, questionnaire, and test method. Analysis data to know the instruments of this research is valid, effective, and practical with count of valid instruments of the data, carried out learning, students interest, students creativity, students response, data of result study, gain of students interest and creativity, and significance test. Result validation of syllabus, lesson plan, and learning material based inquiry wich develop by lesson study indicate: (1) learning instruments are valid, practical, and effective, (2) students interest and creativity increase, (3) more than 80% students have given good responses, (3) classical completeness learning is more than 75%. Thus, we can conclude that development of integrated science learning instruments based inquiry by lesson study are effective and practical to improve students interest and creativity, so the result study can optimal. This research needs to be continuous to solve the problems on learning and get a quality of learning. Key words : integrated science learning instruments, inquiry, and lesson study
I.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perangkat pembelajaran IPA di sekolah menitikberatkan pada informasi secara umum sehingga cenderung berorientasi pada aspek teoritis dan tidak terkait sama sekali dengan lingkungan dimana siswa berada, akibatnya siswa kesulitan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Siswa banyak menerima informasi dari guru (teacher centered). Siswa mempelajari IPA hanya sebagai produk, menghafal konsep, teori, dan hukum. Siswa tidak dibiasakan mengembangkan potensi berpikirnya. Dengan adanya perubahan kurikulum dari kurikulum berbasis kompetensi (KBK) menjadi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), bahkan ada sebagian sekolah yang menerapkan kurikulum 2013, pembelajaran IPA diupayakan untuk mengintegrasikan konsep-konsep IPA dalam konteks kehidupan nyata agar siswa terlibat dalam aktivitas penting yang membantu mengaitkan pelajaran akademis dengan kehidupan nyata yang mereka hadapi. Siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari IPA karena banyak konsep-konsep yang dipelajari, yaitu biologi, fisika, dan kimia. Pembelajaran IPA yang disampaikan terpisah menyebabkan hasil belajar
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
98
EDISI KHUSUS, Vol : XXII, No : 2, JULI 2015
tidak optimal dan tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Hasil belajar yang rendah berpengaruh pada rendahnya minat dan kreativitas siswa. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu diupayakan pelaksanaan pembelajaran IPA melalui keterpaduan antara biologi, fisika, dan kimia. Namun, kesulitannya adalah sebagian besar guru berasal dari bidang ilmu yang berbeda, padahal guru dituntut untuk menyampaikan materi dalam satu kesatuan. Upaya untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi guru adalah melalui lesson study yang efektif dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
B. Permasalahan Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana bentuk pengembangan perangkat pembelajaran IPA terpadu berbasis inquiry melalui lesson study yang dapat meningkatkan minat dan kreativitas siswa? 2. Apakah perangkat pembelajaran IPA terpadu berbasis inquiry melalui lesson study yang dikembangkan valid? 3. Apakah perangkat pembelajaran IPA terpadu berbasis inquiry melalui lesson study efektif dalam meningkatkan minat dan kreativitas siswa? 4. Apakah perangkat pembelajaran IPA terpadu berbasis inquiry melalui lesson study yang dikembangkan telah memenuhi kriteria kepraktisan?
C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengembangkan perangkat pembelajaran IPA terpadu berbasis inquiry melalui lesson study, (2) Mengetahui kevalidan perangkat pembelajaran IPA terpadu berbasis inquiry melalui lesson study, (3) Mengetahui keefektifan perangkat pembelajaran IPA terpadu berbasis inquiry melalui lesson study dalam meningkatkan minat dan kreativitas siswa, dan (4) Mengetahui kepraktisan perangkat pembelajaran IPA terpadu berbasis inquiry melalui lesson study. II.
KAJIAN PUSTAKA A. Minat Minat adalah sesuatu yang mengidentifikasi keberadaan pribadi seseorang (Hurlock, 2002). Indikator-indikator minat dalam belajar menurut Nurhidayati (2006) adalah (1) perasaan senang, (2) perhatian dalam belajar, dan (3) bahan pelajaran dan sikap guru yang menarik.
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
99
EDISI KHUSUS, Vol : XXII, No : 2, JULI 2015
B. Kreativitas Kreativitas merupakan bakat yang dimiliki oleh setiap orang, dapat dikenali dan dipupuk melalui pendidikan yang tepat (Munandar, 2002). Basti (2008), menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas, yaitu (1) aspek kognitif, (2) aspek kepribadian, dan (3) lingkungan. Beberapa indikator kreativitas menurut Depdiknas (2004), antara lain (1) memiliki rasa ingin tahu, (2) sering mengajukan pertanyaan, (3) memberi gagasan/usul terhadap suatu masalah, (4) mempunyai/menghargai rasa keindahan, (5) mempunyai pendapat sendiri, (6) rasa humor tinggi, (7) daya imajinasi kuat, (8) mengajukan pemikiran/gagasan yang orisinil, (9) mencoba hal-hal baru, dan (10) mengembangkan/merinci gagasan (elaborasi). Untuk mengetahui kreativitas seseorang dikembangkan alat evaluasi berupa tes kreativitas, yaitu (1) kelancaran (fluency) dalam mengemukakan gagasan, (2) keluwesan (flexibilitas), (3) keaslian (originalitas) dalam berpikir, dan (4) elaborasi (elaboration). C. Pembelajaran IPA Terpadu Berbasis Inquiry Pembelajaran IPA terpadu merupakan pendekatan yang menggabungkan berbagai bidang kajian IPA menjadi satu kesatuan, memudahkan siswa menemukan dan memahami konsep-konsep IPA. Pembelajaran IPA terpadu yang dikembangkan di Indonesia, yaitu model (1) keterhubungan (connected), (2) jaring laba-laba (webbed), dan (3) keterpaduan (integrated). Pembelajaran IPA diarahkan untuk inquiry agar siswa memperoleh pemahaman tentang fenomena alam sekitar. Siswa dilibatkan untuk aktif berpikir dalam menemukan konsep (Wenning, 2007), Inquiry adalah proses dimana manusia mencari informasi atau pengertian (a way of thought). Beberapa faktor yang mempengaruhi kegiatan inquiry (Suparno, 2006), yaitu (1) persoalan real/nyata, (2) informasi seperlunya, (3) menyediakan material/alat-alat yang diperlukan, (4) pertanyaan pengarah, (5) hipotesis siswa, (6) pengambilan data, (7) pengambilan kesimpulan, dan (8) mempersiapkan lembar kerja siswa. D. Lesson Study Pelaksanaan pembelajaran IPA terpadu hampir selalu diorientasikan kepada siswa sebagai pusat belajar (student centered oriented learning), namun tidak mengesampingkan peran guru dalam pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran melalui strategi/model pembelajaran apapun hanya mungkin terjadi apabila dilakukan guru secara profesional. Salah satu upaya pengembangan profesi guru adalah menyediakan fasilitas yang dapat memberi peluang kepada guru untuk learning how MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
100
EDISI KHUSUS, Vol : XXII, No : 2, JULI 2015
to learn dan to learn about teaching, yaitu dengan lesson study (Santyasa, 2009). Lesson study yaitu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar (Mustikasari, 2008). Seorang guru ditugasi untuk melaksanakan pembelajaran, dan guru lain mengamati belajar siswa selama pembelajaran berlangsung. Pada akhir kegiatan, guru-guru berkumpul, melakukan tanya jawab, merevisi,
dan menyusun pembelajaran berikutnya
berdasarkan hasil diskusi. Di samping guru sebagai kolaborator, lesson study juga melibatkan dosen/pihak lain yang relevan dalam mengembangkan pembelajaran efektif. Kegiatan lesson study dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu (1) Plan, (2) Do, dan (3) See. E. Kerangka Berpikir Kerangka berpikir dalam penelitian yang ditunjukkan pada Gambar 1.
Minat dan kreativitas siswa rendah, pemahaman konsep IPA rendah Inovasi pembelajaran Pembelajaran kolaboratif, mengintegrasikan konsep IPA dalam konteks kehidupan nyata Pembelajaran IPA Berbasis Inquiry melalui Lesson Study Pembelajaran inovatif, bersifat student centered Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Terpadu Berbasis Inquiry Melalui Lesson Study Minat dan kreativitas meningkat, pemahaman konsep IPA tercapai secara optimal
Gambar 1. Kerangka Berpikir
III. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 6 Semarang. Subyek penelitian adalah siswa kelas VII B, VII E, dan VII F. Penelitian pengembangan (R&D) ini mengembangkan dan menguji kevalidan, keefektifan, dan kepraktisan produk dalam mencapai tujuan. Pengembangan perangkat ini menggunakan pengembangan model Plomp (Hobri, 2009), terdiri dari 5 tahap, yaitu (1) Investigasi Awal, (2) Desain, (3) Realisasi/Konstruksi, (4) Tes, Evaluasi, dan Revisi, dan (5) Implementasi. Produk yang dikembangkan adalah perangkat MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
101
EDISI KHUSUS, Vol : XXII, No : 2, JULI 2015
pembelajaran IPA terpadu berbasis inquiry melalui lesson study. Kegiatan lesson study yang dilakukan yaitu merancang dan menyusun perangkat pembelajaran IPA terpadu berbasis inquiry. Apabila hasil validasi dan uji coba perangkat pembelajaran belum valid, maka dilakukan revisi dan seterusnya sampai diperoleh perangkat pembelajaran yang valid, efektif, dan praktis. Gambaran tahap-tahap kegiatan pengembangan perangkat pembelajaran IPA terpadu berbasis inquiry melalui lesson study, dilihat pada Gambar 2. (1) karakteristik siswa, (2) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada mata pelajaran IPA (3) pembelajaran IPA terpadu berbasis inquiry, (4) kompetensi yang harus dicapai.
Merancang rencana, program, atau persiapan perangkat pembelajaran IPA terpadu.
Tahap 2. Perancangan
Tahap 3. Realisasi/Konstruksi
Draf Perangkat Pembelajaran & Instrumen yang siap divalidasi dan diujicoba
LS Plan
Tahap 1. Investigasi Awal
LS Plan Validasi Analisis N Valid
Revis Y
LS Do
Uji Coba
Tahap 4. Pengkajian, Evaluasi, Revisi
Revis
Analisis LS Plan Perangkat praktis,
LS See
N
Y Perangkat pembelajaran yang valid, praktis, dan
LS (Plan, Do, See)
Implementasi
Tahap 5. Implementasi
Gambar 2. Skema Alur Pengembangan Perangkat Pembelajaran melalui Lesson Study (Hobri, 2009) MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
102
EDISI KHUSUS, Vol : XXII, No : 2, JULI 2015
Keterangan: Kegiatan
Urutan
Hasil
Siklus (jika diperlukan)
Proses A. Data dan Sumber Data Data dan sumber data yang diperlukan, yaitu data penilaian (1) ahli dan (2) hasil pelaksanaan pembelajaran. B. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data Instrumen dan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah 1. Metode check list, instrumen terdiri dari lembar validasi silabus, RPP, bahan ajar, minat, dan kreativitas,
2.
Metode
observasi,
instrumen
terdiri
dari
lembar
observasi
keterlaksanaan pembelajaran, 3. Metode angket, instrumen terdiri dari lembar angket minat dan respons siswa. C. Kevalidan, Kepraktisan, dan Keefektifan Perangkat Pembelajaran Hobri (2009), menyatakan bahwa perangkat pembelajaran dikatakan: 1. Valid, apabila memenuhi kriteria valid, 2. Praktis, jika pengamatan keterlaksanaan pembelajaran termasuk kriteria cukup baik, 3. Efektif, apabila: (a) ada peningkatan minat dan kreativitas siswa, (b) 80 % siswa atau lebih memberi respons sangat baik terhadap perangkat pembelajaran (Hobri, 2009), (c) minimal terdapat 75 % siswa tuntas belajar secara klasikal. D. Analisis Data Data yang dianalisis adalah: (1) Kevalidan perangkat pembelajaran, (2) Keterlaksanaan pembelajaran, (3) Minat siswa, (4) Kreativitas siswa, (5) Respon siswa, (6) Hasil belajar, dikatakan tuntas klasikal apabila dalam kelas minimal terdapat 75 % siswa tuntas belajar secara klasikal, (7) Peningkatan minat dan kreativitas siswa, 8 Uji Signifikansi. E. Kriteria Keberhasilan Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kriteria keberhasilan pengembangan perangkat pembelajaran adalah: (1) memenuhi indikator kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan, (2) ada peningkatan minat dan kreativitas siswa, (3) 80 % siswa atau lebih memberi respons sangat baik terhadap perangkat pembelajaran (Hobri, 2009), (4) terdapat 75 % siswa tuntas belajar secara klasikal. MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
103
EDISI KHUSUS, Vol : XXII, No : 2, JULI 2015
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Pengembangan perangkat pembelajaran Hasil penelitian menggunakan penelitian pengembangan model Plomp (Hobri, 2009) adalah sebagai berikut. a. Hasil tahap investigasi awal Tahap ini dilakukan identifikasi dan kajian terhadap (1) karakter siswa, (2) Kurikulum KTSP mata pelajaran IPA (3) pembelajaran IPA terpadu berbasis inquiry, (4) kompetensi yang dicapai. b. Hasil tahap desain Hasil berupa peta standar kompetensi dan kompetensi dasar IPA terpadu yang menjadi acuan pembuatan silabus, RPP, dan bahan ajar. c. Hasil tahap realisasi Penelitian
ini
mengembangkan
dan
memperoleh
perangkat
pembelajaran IPA terpadu berbasis inquiry melalui lesson study. d. Hasil tahap tes, evaluasi, dan revisi 1) Hasil validasi perangkat pembelajaran IPA terpadu Tabel 1. Rata-Rata Hasil Validasi Silabus Validator No.
Aspek yang dinilai
Rata-Rata 1
2
1.
Identitas
4
4
4
2.
Standar Kompetensi (SK)
4
4
4
3.
Kompetensi Dasar (KD)
4
4
4
4.
Indikator Pencapaian Kompetensi
4
4
4
5.
Kegiatan Pembelajaran
4
4
4
6.
Penilaian
4
4
4
7.
Sumber belajar
4
4
4
8.
Alokasi waktu
4
4
4
9.
Bahasa yang digunakan
4
4
4
Skor Total
36
36
36
Rata-Rata Total
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
4
104
EDISI KHUSUS, Vol : XXII, No : 2, JULI 2015
Kriteria
Valid
Tabel 2. Rata-Rata Hasil Validasi RPP No.
Aspek yang dinilai
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Kejelasan perumusan tujuan pembelajaran Pemilihan materi ajar Pengorganisasian materi ajar Pemilihan sumber/media pembelajaran Kejelasan skenario pembelajaran Kerincian skenario pembelajaran Kesesuaian strategi dengan tujuan pembelajaran Kelengkapan instrumen Rata-Rata Total Kriteria
Validator 1 2 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5
RataRata 5 5 4,5 5 5 5 5 4,5 4,875 Valid
Tabel 3. Hasil Validasi Bahan Ajar Validator No.
Aspek yang dinilai 1
2
Rata-Rata Tiap Komponen
KELAYAKAN ISI
4,92
1.
Kesesuaian dengan SK dan KD
5
5
5
2.
Kesesuaian dengan kebutuhan siswa
5
5
5
3.
Kesesuaian dengan bahan ajar
5
5
5
4.
Kebenaran substansi materi
5
4
4,5
5.
Manfaat untuk penambahan wawasan pengetahuan
5
5
5
6.
Kesesuaian dengan nilai-nilai, moralitas, dan sosial
5
5
5
KEBAHASAAN
4
7.
Keterbacaan
4
3
3,5
8.
Kejelasan informasi
4
4
4
9.
Kesesuaian dengan kaidah Bahasa
5
3
4
10.
Penggunaan bahasa
5
4
4,5
SAJIAN 11.
Kejelasan tujuan
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
Rata-Rata Tiap Aspek
4,2 5
4
4,5
105
EDISI KHUSUS, Vol : XXII, No : 2, JULI 2015
12.
Urutan penyajian
5
4
4,5
13.
Pemberian motivasi
4
5
4,5
14.
Interaktivitas (stimulus dan respon)
4
3
3,5
15.
Kelengkapan informasi
4
4
4
KEGRAFISAN
4,63
16.
Penggunaan font (jenis dan ukuran)
5
5
5
17.
Lay out dan tata letak
5
3
4
18.
Ilustrasi, grafis, gambar, foto
5
4
4,5
19.
Desain tampilan
5
5
5
Rata-Rata Total
4,44
Kriteria
Valid
2) Hasil uji coba perangkat pembelajaran IPA terpadu a. Keterlaksanaan pembelajaran IPA terpadu Hasil pengamatan keterlaksanaan pembelajaran yang diperoleh dari uji coba dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Hasil Keterlaksanaan Pembelajaran
b. Minat siswa terhadap pembelajaran IPA terpadu Hasil analisis angket siswa ditunjukkan pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil Analisis Angket Minat siswa No. 1. 2. 3. 4.
Hasil Analisis Skor tertinggi Skor terendah Skor rata-rata Kategori
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
Sebelum 132 82 118 berminat
Sesudah 146 91 128 sangat berminat
106
EDISI KHUSUS, Vol : XXII, No : 2, JULI 2015
c. Kreativitas siswa terhadap pembelajaran IPA terpadu Hasil analisis tes kreativitas siswa dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil Analisis Tes Kreativitas siswa No. 1. 2. 3.
Hasil Analisis Skor tertinggi Skor terendah Skor rata-rata Kriteria
Kreativitas Awal 85 56 71 tinggi
Kreativitas Akhir 90 66 75 tinggi
d. Angket respons siswa Hasil angket respons siswa berdasarkan perasaan senang, kebaruan terhadap komponen pembelajaran, minat siswa untuk mengikuti pembelajaran IPA terpadu, kejelasan bahasa, ketertarikan terhadap penampilan tulisan, ilustrasi/gambar, dan letak gambar menunjukkan kriteria sangat baik. e. Ketuntasan hasil belajar Hasil belajar siswa ditunjukkan pada Gambar 4.
Persentase hasil belajar = 81,25%
Gambar 4. Tes Hasil Belajar Siswa
f. Peningkatan minat dan kreativitas siswa Peningkatan minat dan kreativitas siswa dihitung dengan rumus n gain, yaitu 1. Minat, diperoleh nilai g = 0,32 (sedang), dan 2. Kreativitas, diperoleh nilai g = 0,14 (rendah). g. Uji signifikansi Uji signifikansi dilakukan menggunakan uji t, yaitu 1. Minat siswa, diperoleh thitung = 9,797 dan ttabel = 2,042, dan 2. Kreativitas siswa, diperoleh thitung = 6,645. dan ttabel = 2,042 (thitung > ttabel), maka korelasi perbedaan hasil minat dan kreativitas awal dan akhir siswa signifikan. MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
107
EDISI KHUSUS, Vol : XXII, No : 2, JULI 2015
2. Pelaksanaan lesson study (LS) Pelaksanaan LS disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Kegiatan Lesson Study (LS) Lesson Study ke
Tahap
Kegiatan
1
Plan
Mengidentifikasi masalah di kelas yang akan digunakan untuk kegiatan LS dan perencanaan alternatif pemecahannya. Mempersiapkan perangkat pembelajaran IPA terpadu yang terdiri dari silabus, RPP, dan bahan ajar pada pertemuan I. Petunjuk pelaksanaan kegiatan diperjelas. Dalam pelaksanaan kegiatan, dua kelompok digabung dalam satu meja untuk memudahkan pengamatan. Ditemukan siswa yang pasif dan ramai dalam percobaan. Masih ada siswa yang kurang tepat dalam melakukan percobaan Siswa perlu diberikan contoh oleh guru tentang cara memegang mikroskop dengan baik dan benar. Minat siswa dalam melakukan percobaan masih kurang. Mempersiapkan perangkat pembelajaran IPA terpadu yang terdiri dari silabus, RPP, dan bahan ajar (materi ajar, LKS, dan soal tes evaluasi) pada pertemuan II. Siswa diminta untuk membawa sumber belajar. Diskusi dan presentasi LKS tentang besaran dan satuan. Dilakukan pengamatan dan percobaan pada LKS massa jenis. Pembagian tugas kelompok agar siswa tidak pasif. Pengaturan waktu kurang baik. Siswa masih ada yang bermain alat dan bahan yang tersedia. Mempersiapkan perangkat pembelajaran IPA terpadu yang terdiri dari silabus, RPP, dan bahan ajar pada pertemuan III. Alokasi waktu diperjelas. Pengelolaan kelas perlu ditingkatkan. Pengamatan terhadap peristiwa pemuaian berjalan baik. Siswa tidak malu bertanya ketika melakukan percobaan. Minat dan kreativitas siswa perlu ditingkatkan dengan lebih banyak membaca dan mengerjakan soal.
Do
See
2
Plan
Do
See
3
Plan
Do See
B. Pembahasan 1. Perangkat pembelajaran IPA terpadu a. Kriteria kevalidan dan kepraktisan Silabus, RPP, dan bahan ajar telah memenuhi kriteria kevalidan. Bidang kajian IPA terpadu dari semester 1 dan 2, namun dilaksanakan di semester
2.
Trianto
(2007),
menyatakan
bahwa
konsep-konsep
pembelajaran IPA terpadu dapat dipadukan pada semester yang berlainan, namun dilaksanakan pada semester yang sama. MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
108
EDISI KHUSUS, Vol : XXII, No : 2, JULI 2015
b. Kriteria keefektifan 1. Peningkatan minat siswa Peningkatan minat siswa dengan g factor diperoleh nilai 0,32 (sedang), artinya korelasi angket mempunyai perbedaan yang signifikan. Nurhidayati (2006), menyatakan bahwa apabila guru ingin berhasil dalam kegiatan belajar mengajar, harus memberikan rangsangan agar berminat mengikuti proses belajar mengajar. 2. Peningkatan kreativitas siswa Peningkatan kreativitas siswa dengan g factor diperoleh nilai 0,14 (rendah), artinya hasil korelasi angket mempunyai perbedaan yang signifikan. Kreativitas siswa meningkat karena interaksi individu dengan lingkungan. Penelitian yang melibatkan siswa di laboratorium sangat memungkinkan (DeHaan, 2009). 3. Respons siswa Siswa tertarik dengan perangkat pembelajaran sehingga respons siswa
sangat
baik
terhadap
perangkat
pembelajaran
dengan
persentase sebesar 85%. 4. Tes hasil belajar dan ketuntasan belajar secara klasikal Persentase ketuntasan klasikal dalam penelitian ini sebesar 81,25% sehingga perangkat pembelajaran efektif dalam pencapaian tujuan pembelajaran. 2. Pembelajaran IPA terpadu Pembelajaran IPA terpadu dilakukan dalam 3 kali pertemuan. Kendala yang dihadapi, yaitu dari aspek (1) guru (wawasan pengetahuan dan percaya diri perlu ditambah), (2) siswa (akademik, minat, dan kreativitas perlu ditingkatkan), (3) kurikulum (pemahaman kurikulum cukup baik dan sebaiknya bukan berorientasi pada target penyampaian materi), dan (4) sarana dan prasarana. 3. Lesson study (LS) Lesson study dalam penelitian ini meliputi kegiatan meneliti, mengidentifikasi
kekurangan,
dan
kelemahan
perangkat
maupun
pelaksanaan pembelajaran, serta mencari solusi permasalahan yang dihadapi. Pelaksanaan lesson study dilakukan sebanyak 3 kali. Tahap MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
109
EDISI KHUSUS, Vol : XXII, No : 2, JULI 2015
plan dalam LS yaitu mengidentifikasi masalah, merencanakan, dan mempersiapkan perangkat pembelajaran secara kolaboratif dengan memperhatikan fasilitas, sarana prasana, menganalisis kekurangan yang ada, dan mencari penyelesaian bersama. Hasil diskusi digunakan sebagai pedoman penyusunan perangkat pembelajaran IPA. Kegiatan utama pada tahap do, yaitu (1) kegiatan mempraktikkan perangkat pembelajaran yang disusun, dan (2) kegiatan pengamatan/observasi dilakukan oleh anggota/tim lesson study. Tahap see dalam LS yaitu merefleksikan hasil diskusi berdasarkan masukan/saran/perbaikan perangkat pembelajaran sampai diperoleh hasil yang valid dan mungkin diterapkan dalam pelaksanaan pembelajaran selanjutnya. Santyasa (2009), menyatakan bahwa implementasi lesson study yang dilakukan secara berkelanjutan akan membantu guru mempercepat peningkatan profesionalismenya dan bermanfaat untuk menambah pengetahuan guru dari bidang fisika, kimia, dan biologi. Lesson study melibatkan dosen dan guru secara kolaboratif mengembangkan program dan
pelaksanaan.
Masukan,
saran,
dan
revisi
dilakukan
demi
kesempurnaan perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Wang and Iverson (2002), menyatakan bahwa lesson study membantu guru dalam sharing pengetahuan yang diperoleh dari berbagai pengalaman dalam hal pengembangan profesional. V. PENUTUP
A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Bentuk perangkat pembelajaran IPA terpadu berbasis inquiry melalui lesson study yang dikembangkan, yaitu (1) silabus, (2) RPP, dan (3) bahan ajar menggunakan penelitian pengembangan model Plomp. 2. Perangkat pembelajaran IPA terpadu berbasis inquiry melalui lesson study yang dikembangkan memenuhi kriteria kevalidan.
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
110
EDISI KHUSUS, Vol : XXII, No : 2, JULI 2015
3. Perangkat pembelajaran IPA terpadu berbasis inquiry melalui lesson study yang dikembangkan efektif dalam meningkatkan minat dan kreativitas siswa, serta mengetahui respons siswa. 4. Perangkat pembelajaran IPA terpadu berbasis inquiry melalui lesson study yang dikembangkan telah memenuhi kriteria kepraktisan.
B. Saran Saran yang dapat penulis rekomendasikan antara lain: 1. Pelaksanaan pembelajaran selanjutnya perlu dilakukan perbaikan agar masalah yang muncul selama pembelajaran dapat diatasi. 2. Guru mempersiapkan pembelajaran secara kolaborasi agar kesulitan dalam menyusun perangkat pembelajaran dapat diselesaikan. 3. Kegiatan penelitian mengembangkan perangkat pembelajaran melalui lesson study baru diimplementasikan pada satu sekolah karena keterbatasan
penelitian,
sehingga
disarankan
untuk
mengimplementasikan perangkat pembelajaran ini pada ruang lingkup yang lebih luas dan di sekolah yang beragam baik sekolah negeri maupun sekolah swasta.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Basti. 2008. Mengenali & Mengembangkan Kreativitas Peserta Didik. Andragogi: Jurnal Penelitian dan Pengkajian Pendidikan Non Formal, 2(1), 1-5. DeHaan, R.L. 2009. Teaching Creativity & Inventive Problem Solving in Science. CBE-Life Sciences Education, 8, 172-181. Depdiknas. 2004. Pedoman Diagnostik Potensi Peserta Didik. Jakarta: Depdiknas. Hake,
R.R.
1999.
Analyzing
Change/Gain
Scores.
USA:
Indiana
University.
(Developmental
Research).
http://www.physics.indiana.edu/`sdi (14 September 2009) Hobri.
2009.
Metodologi
Penelitian
Pengembangan
http://hobri.blog.unej.ac.id (20 November 2009). Hurlock, B.E. 2002. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga. Munandar, S.C.U. 2002. Kreativitas dan Keberbakatan: Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif dan Bakat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
111
EDISI KHUSUS, Vol : XXII, No : 2, JULI 2015
Mustikasari, A. 2008. Menuju Guru yang Profesional Melalui Lesson Study. http://eduarticles.com/category/lesson-study/ (13 September 2009). Nurhidayati. 2006. Hubungan antara Minat dengan Prestasi Belajar Siswa dalam Bidang Studi Sejarah Kebudayaan Islam. http://fz4005/minat_dan_prestasi_belajar.pdf (15 Februari 2010). Santyasa, W.I. 2009. Implementasi Lesson Study dalam Pembelajaran. Makalah disajikan dalam “Seminar Implementasi Lesson Study dalam Pembelajaran bagi Guru-Guru TK, Sekolah Dasar, dan Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Nusa Penida”. (13 September 2009). Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: PT. Bumi Aksara. Suparno, P. 2006. Metode Pembelajaran Fisika. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. Wang, P, and Iverson. 2002. Why Lesson Study? http://www.rbs.org. (3 Oktober 2009) Wenning, C.J. 2007. Assessing Inquiry Skills as a Component of Scientific Literacy. Journal Physics Teacher Education Online, 4(2), 21-24.
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
112