perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI SIFAT-SIFAT CAHAYA DALAM PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL QUANTUM LEARNING PADA PESERTA DIDIK KELAS V SD NEGERI 1 KARANGPELEM TAHUN AJARAN 2010/ 2011
SKRIPSI Oleh SUJIATI X7107080
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id ii
PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI SIFAT-SIFAT CAHAYA DALAM PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL QUANTUM LEARNING PADA PESERTA DIDIK KELAS V SD NEGERI 1 KARANGPELEM TAHUN AJARAN 2010/ 2011
Oleh SUJIATI X 7107080
SKRIPSI Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id iii
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id iv
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id v
ABSTRAK Sujiati. X7107080. PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI SIFATSIFAT CAHAYA DALAM PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL QUANTUM LEARNING PADA PESERTA DIDIK KELAS V SD NEGERI 1 KARANGPELEM TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli 2011. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan memahami sifat-sifat cahaya dalam pembelajaran IPA pada peserta didik kelas V SD Negeri 1 Karangpelem tahun ajaran 2010/2011. Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas sebanyak dua siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas V SD Negeri 1 Karangpelem yang berjumlah 34 peserta didik. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik statistik deskriptif komparatif dan teknik analisis. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, wawancara, observasi, dan tes. Uji validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber data dan triangulasi metode. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan kemampuan memahami sifat-sifat cahaya setelah diadakan tindakan kelas dengan model quantum learning. Hal itu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai kemampuan memahami sifat-sifat cahaya peserta didik sebelum dan sesudah tindakan. Pada siklus I ada peningkatan kemampuan memahami sifat-sifat cahaya dari rata-rata 57,02 menjadi 66,61 dengan ketuntasan klasikal 74% dan pada siklus II ada peningkatan kemampuan memahami sifat-sifat cahaya dari rata-rata 66,61 menjadi 74,63 dengan ketuntasan klasikal 85%. Dengan demikian, model quantum learning dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan memahami sifat-sifat cahaya pada peserta didik kelas V SD Negeri 1 Karangpelem Tahun Ajaran 2010/2011.
Kata Kunci: Kemampuan memahami sifat-sifat cahaya, model quantum learning
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id vi
ABSTRACK Sujiati. X7107080. INCREASING ABILITY TO COMPREHENSION CHARACTERISTIC OF LIGHT ON SCIENCE LEARNING BY QUANTUM LEARNING MODEL TOWARD THE FIFTH GRADE STUDENT OF SD NEGERI I KARANGPELEM ON ACADEMIC YEAR 2010/ 2011. Minithesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University, July 2011. The purpose of this research is to improve the comprehension ability caharacteristic of light in science learning toward the fifth grade students of State Elementary School 1 Karangpelem based on quantum learning model. The type of this study is a classroom action research conducted in two cycles. Each cycle consists of planning, action, observation and reflection. The subject of this study is The Fifth Students Of State Elementary School 1 Karangpelem, total 34 students. The data analysis technique used is technique statistic deskriptive compare ative and analisys critis. The data collection techniques used are documentation, interview, observation and test. The data validity assesment used in this study are data resources triangulation and methodological triangulation. Based on the research result, it can be concluded there is an increasing ability to comprehension characteristic of light after the classroom action research done with quantum learning model. It can be seen through the improvement of studen understand comprehension in characteristic of light increased about 57,02 up to 66,29 on the average with the classical completeness 74%, and in the second characteristic of light in science learning which ranged from 66,29 to 74,05 on the average with the classical completeness 85%. Thereby, it can be recommended that quantum learning model can be used to improve comprehension ability characteristic of light toward the fifth grade students of SD Negeri 1 Karangpelem on Academic Year 2010/2011.
Keyword: ability to comprehension characteristic of light, quantum learning model
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id vii
MOTTO
sesungguhnya engkau tidak akan dapat menembus bumi dan tidak akan mampu
(QS, Al-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id viii
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk:
Ayah ibuku tercinta (Bapak Sastro dan Ibu Sumiyem) yang telah mencurahkan kasih sayangnya kepadaku, memberikan bimbingan, dan motivasi serta dengan tulus ikhlas mendoakanku setiap waktu. Suamiku tercinta (Riyas Prihanto) yang setia menemani, memotivasi dan mendoakanku. Keluarga Besar FKIP Universitas Sebelas Maret
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur peneliti ucapkan ke hadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan
taufik
dan
hidayah-Nya,
sehingga
peneliti
dapat
menyelesaikan skripsi Penelitian Tindakan Kelas ini di SD Negeri 1 ahami Sifat-Sifat Cahaya Dalam Pembelajaran IPA Melalui Model Quantum Learning Pada Peserta
Peneliti menyadari, terselesaikannya penyusunan Skripsi Penelitian Tindakan Kelas ini tidak lepas dari bimbingan, petunjuk, bantuan dan saran-saran dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1.
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Dekan FKIP.
2.
Drs. R. Indianto M. Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan.
3.
Drs. Hadi Mulyono, M.Pd, selaku Ketua Program PGSD.
4.
Prof. Dr. St. Y. Slamet, M.Pd, selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan saran kepada peneliti.
5.
Drs. Sutijan, M.Pd. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada peneliti.
6.
Tukidhi, A.Ma.Pd, selaku Kepala Sekolah SD Negeri 1 Karangpelem yang telah memberikan izin peneliti untuk melakukan penelitian tindakan kelas.
7.
Wariyati, S. Pd, selaku guru kelas V SD Negeri 1 Karangpelem yang telah merelakan waktunya untuk membantu penelitian ini.
8.
Sahabat-sahabatku Tia, Sari, Dika, Suzi yang selalu memberikan semangat dan bantuannya.
9.
Berbagai pihak yang telah membantu peneliti, yang tidak mungkin peneliti sebutkan satu persatu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id x
Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan. Untuk itu peneliti berharap kepada pembaca guna memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun, sehingga hasil Penelitian Tindakan Kelas ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca terutama mahasiswa PGSD UNS. Akhirnya tidak lupa peneliti meminta maaf apabila masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan.
Surakarta,
Juli 2011
Penulis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
i
HALAMAN PENGAJUAN
ii
HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN
iv
HALAMAN ABSTRAK ................................................................................
v
HALAMAN MOTTO
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN
viii
KATA PENGANTAR
ix
DAFTAR ISI .................................................................................................
xi
DAFTAR TABEL .........................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1
B. Rumusan Masalah
4
C. Tujuan Penelitian
5
D. Manfaat Penelitian
5
BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka
7
1. Kemampuan Memahami Sifat-sifat Cahaya Dalam Pembelajaran IPA 2. Model Quantum Learning
7 20
B. Penelitian yang Relevan
31
C. Kerangka Berfikir
33
D. Hipotesis
35
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id xii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian
37
B. Subjek Penelitin
39
C. Bentuk dan Strategi Penelitian
39
D. E. Teknik Pengumpulan F. G. H. I. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian
53
1. Des 2. Deskripsi Data
54
a. b. c. B. BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan
92
B. Implikasi
93
C. DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
95
LAMPIRAN ...................................................................................................
98
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Contoh Kata Kerja Operasional Ranah Kognitif ...........................
14
Tabel 2. Contoh Kata Kerja Operasional Ranah Afektif ............................
14
Tabel 3. Contoh Kata Kerja Operasional Ranah Psikomotor ......................
15
Tabel 4. Jadwal Pelaksanaan Penelitian .......................................................
38
Tabel 5. Daftar Nilai Kemampuan Awal (Pra Siklus) Kemampuan Memahami Sifat-Sifat Cahaya Peserta Didik Kelas V ..................
54
Tabel 6. Daftar Nilai Kemampuan Memahami Sifat-Sifat Cahaya Siklus I.
67
Tabel 7. Daftar Nilai Kemampuan Memahami Sifat-Sifat Cahaya Siklus II. 81 Tabel 8. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Hasil Kemampuan Memahami Sifat-Sifat Cahaya Peserta Didik Kelas V SD Negeri I Karangpelem pada Kondisi Awal
83
Tabel 9. Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Peserta didik Kelas V SD Negeri I Karangpelem pada Kondisi Awal, Siklus I, dan S
85
Tabel 10. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Hasil Observasi Kinerja Guru pada Siklus I
88
Tabel 11. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Hasil Observasi Aktivitas Peserta didik Kelas V SD Negeri 1 Karangpelem pada Siklus I dan Siklus II. ..................................................................................
commit to user
89
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Cahaya mengalami pembiasan apabila melalui dua 11
Gambar 2.
Alur Kerangka Berpikir........................................................
Gambar 3.
Model siklus Penelitian Tindakan Kelas Menurut Suharsimi Arikunto. .............................................................
Gambar 4.
69
Histogram Nilai Kemampuan Memahami Sifat-sifat Cahaya Siklus II ..................................................................
Gambar 7.
55
Histogram Nilai Kemampuan Memahami Sifat-sifat Cahaya Siklus I ....................................................................
Gambar 6.
47
Histogram Kemampuan Memahami Sifat-Sifat Cahaya Peserta Didik Kelas V Kondisi Awal...................................
Gambar 5.
34
83
Histogam Peningkatan Nilai Rata-rata Hasil Kemampuan Memahami Sifat-Sifat Cahaya Peserta didik Kelas V SD Negeri 1 Karangpelem pada Kondisi Awal, Siklus I, 86
Gambar 8.
Histogram Peningkatan Rata-rata Hasil Observasi Kinerja Guru KelasV SD Negeri 1 Karangpelem pada Siklus I dan Sikus II..............................................................
Gambar 9.
89
Histogram Peningkatan Rata-rata Hasil Observasi Aktivitas Peserta Didik pada Siklus I dan Siklus II .............................
commit to user
91
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Lembar Wawancara dengan Guru Sebelum Tindakan ............... 98
Lampiran 2.
Lembar Observasi Aktivitas Peserta Didik Sebelum Tindakan . 99
Lampiran 3.
Lembar Observasi Kinerja Guru Sebelum Tindakan ................. 101
Lampiran 4.
Daftar Nama Peserta Didik Kelas III SD N 1 Karangpelem ...... 108
Lampiran 5.
Kisi-kisi Soal Tes Kemampuan Awal ........................................ 109
Lampiran 6.
Soal Tes Kemampuan Awal ....................................................... 110
Lampiran 7.
Daftar Nilai Tes Kemampuan Awal ........................................... 115
Lampiran 8.
Silabus IPA Kelas V ................................................................... 116
Lampiran 9.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan 1 ........ 120
Lampiran 10
Kisi-kisi Soal Tes Kemampuan Memahami Sifat-sifat . 133
Lampiran 11. Lembar Observasi Aktivitas Peserta Didik Siklus I Pertemuan 1................................................................................. 138 Lampiran 12. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 1 .............. 141 Lampiran 13. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan 2 ........ 148 Lampiran 14. Kisi-kisi Soal Tes Kemampuan Memahami Sifat-sifat Cahaya Siklus I Pertemuan 2 ..................................................... 161 Lampiran 15. Lembar Observasi Aktivitas Peserta Didik Siklus I Pertemuan 2................................................................................. 167 .. 170 Lampiran 17. Daftar Nilai Kemampuan Memahami Sifat-sifat Cahaya Siklus I ....................................................................................... 172 Lampiran 18. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Pertemuan 1 ....... 174 Lampiran 19. Kisi-kisi Soal Tes Kemampuan Memahami Sifat-sifat Cahaya Siklus
186
Lampiran 20. Lembar Observasi Aktivitas Peserta Didik Siklus II Pertemuan 1................................................................................. 193 Lampiran 21. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 1 ............. 196
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id xvi
Lampiran 22. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Pertemuan 2 ...... 198
Lampiran 23. Kisi-kisi Soal Tes Kemampuan Memahami Sifat-sifat Cahaya Siklus II Pertemuan 2 ..................................................... 211 Lampiran 24. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 2 ............. 216 Lampiran 25. Lembar Observasi Aktivitas Peserta Didik Siklus II Pertemuan 2................................................................................. 219 Lampiran 26. Daftar Nilai Kemampuan Memahami Sifat-sifat Cahaya Siklus II ...................................................................................... 221 Lampiran 27. Lembar Wawancara dengan Guru Setelah Tindakan ................. 223 Lampiran 28. Foto-foto Kegiatan Pembelajaran IPA Menerapkan Model Quantum Learning pada Peserta Didik Kelas V .............. 225
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi penting. IPA merupakan mata pelajaran yang diajarkan dari tingkat SD, SMP sampai SMA. Ilmu Pengetahuan Alam adalah penyelidikan yang terorganisir untuk mencari pola atau keteraturan dalam alam. Ilmu Pengetahuan Alam sebagai produk tidak dapat dipisahkan dari hakikatnya sebagai proses. Produk IPA adalah fakta-fakta, konsep-konsep dan prinsip-prinsip, serta teori-teori. Proses IPA mencakup observasi, klasifikasi dan pengukuran. Ilmu Pengetahuan Alam untuk anak-anak didefinisikan oleh Paolo dan Marten (Carin 1993: 5, dalam Srini M.Iskandar, 2001: 16) sebagai berikut: (1) mengamati apa yang terjadi, (2) mencoba memahami apa yang terjadi, (3) mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang akan terjadi, (4) menguji ramalan-ramalan dibawah kondisi-kondisi untuk melihat apakah ramalan tersebut benar. Alasan yang menyebabkan mata pelajaran IPA dimasukkan ke dalam kurikulum suatu sekolah adalah: (1) mata pelajaran IPA berfaedah bagi suatu bangsa, (2) IPA merupakan mata pelajaran yang memberikan kesempatan latihan berpikir kritis, (3) mata pelajaran IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi (kemampuan) dapat membentuk pribadi anak secara keseluruhan (Srini M Iskandar, 2001: 17) Tujuan utama pembelajaran IPA adalah agar peserta didik memahami konsep-konsep IPA secara sederhana dan mampu menggunakan metode ilmiah, bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dengan lebih menyadari kebesaran dan kekuasaan pencipta alam (Depdikbud, 1997: 2). Agar tujuan tersebut dapat tercapai, maka IPA perlu diajarkan dengan cara yang tepat dan dapat melibatkan peserta didik secara aktif yaitu melalui proses dan sikap ilmiah. IPA khususnya tentang sifat-sifat cahaya tidak bisa diajarkan hanya
commit to user 1
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
dengan pemberian teori-teori yang harus dihafal oleh peserta didik. Untuk anakanak yang taraf berpikirnya masih berada pada tingkat konkret, maka semua yang diamati, diraba, dicium, dilihat, didengar dan dikecap akan kurang berkesan kalau sesuatu itu hanya diceritakan, karena mereka belum dapat menyerap hal yang bersifat abstrak. Akan tetapi kenyataan di lapangan membuktikan guru dalam proses belajar mengajar penyampaian pengetahuan baru yang diberikan kepada peserta didik sering menekankan pada belajar menghafal sehingga pengetahuan yang telah didapat akan cepat hilang dari ingatan, peserta didik hanya diberikan secara langsung pemahaman IPA tanpa melibatkan media atau alat peraga untuk memperjelas pemahaman materi yang diajarkan dan juga peserta didik tidak pernah dilibatkan dalam pembelajaran untuk menemukan sendiri pengetahuan yang peserta didik dapat. Oleh karena itu peserta didik merasa kesulitan untuk memahami materi yang diajarkan. Dari hasil tes kemampuan awal tentang sifat-sifat cahaya yang dilakukan peneliti sebelum tindakan, diperoleh data sebagai berikut sebanyak 44% atau 15 peserta didik mendapat nilai diatas KKM dan terdapat 56% atau 19 peserta didik mendapat nilai dibawah KKM, data terdapat pada lampiran 7 hal 115. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa masih banyak peserta didik yang mendapatkan nilai dibawah KKM di SD Negeri 1 Karangpelem dan ini berarti kemampuan memahami peserta didik kelas V masih tergolong rendah. Beberapa faktor yang menyebabkan kemampuan memahami peserta didik rendah karena pembelajaran yang dilakukan cenderung di dominasi oleh guru (guru lebih aktif daripada peserta didik) guru banyak menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi tanpa melibatkan peran aktif peserta didik dalam pembelajaran. Banyak guru yang beranggapan bahwa metode ceramah merupakan metode pembelajaran yang paling mudah, praktis dan efisien. Guru hanya menstranfer ilmu yang dimilikinya dan menganggap peserta didik sudah menguasai materi sama halnya dengan apa yang telah guru kuasai, padahal banyak peserta didik merasa kesulitan dalam memahami materi. Selain itu guru tidak membuat pembelajaran yang bervariasi yang mengajak peserta didiknya aktif dalam pembelajaran. Peserta didik hanya pasif mendengarkan, mencatat, dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
mengerjakan tugas dari guru, ada juga peserta didik yang asyik bermain sendiri. Hal ini menyebabkan daya kreatifitas menjadi terbatas dan pola pikir kritis sulit dibangun, perhatian dan keaktifan peserta didik berkurang sehingga hasil belajar tidak sesuai dengan yang diharapkan khususnya pada mata pelajaran IPA Berpijak dari ulasan diatas, maka perlu segera dilakukan tindakan perbaikan untuk meningkatkan kemampuan memahami sifat-sifat cahaya pada peserta didik kelas V. Guru harus pandai menentukan model pembelajaran yang dapat menunjang tujuan yang diharapkan. Melalui model pembelajaran yang menyenangkan yang digagas oleh Potter, yaitu model Quantum Learning dengan kerangka pembelajaran Tandur (tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi, dan rayakan) peserta didik akan diajak belajar dalam suasana yang kondusif dan menyenangkan, sehingga peserta didik akan lebih bebas dalam menemukan berbagai pengalaman baru dalam belajarnya. Pembelajaran kuantum mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran. Aktivitas total antara tubuh dan pikiran membuat pembelajaran bisa berlangsung lebih nyaman dan hasilnya lebih optimal. Quantum learning mempunyai beberapa keunggulan dan ciri khas sendiri yang sangat unik dan jarang dimiliki oleh model pembelajaran yang lain. Empat ciri yang cukup menonjol dalam quantum learning 41-43) adalah sebagai berikut: (1) adanya unsur demokrasi dalam pengajaran, yaitu memberikan kesempatan yang luas kepada seluruh peserta didik untuk terlibat aktif dan berpartisipasi dalam pembelajaran, (2) adanya kepuasan pada diri si anak, terlihat dari adanya pengakuan terhadap temuan dan kemampuan yang ditunjukkan oleh peserta didik, (3) adanya unsur pemantapan dalam menguasai materi atau suatu keterampilan yang diajarkan, terlihat dari adanya pengulangan terhadap sesuatu yang sudah dikuasai peserta didik, (4) adanya unsur kemampuan pada seorang guru dalam merumuskan temuan yang dihasilkan peserta didik dalam bentuk konsep, teori, model, dan sebagainya sehingga terjalin ikatan emosional yang kuat antara keduanya dan menjadikan belajar semakin menyenangkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
Dalam proses pembelajaran, ada empat komponen penting yang berpengaruh bagi keberhasilan belajar peserta didik, yaitu: bahan ajar, suasana belajar, media dan sumber belajar, serta guru sebagai subjek pembelajaran. Jika salah satu komponen tidak mendukung maka proses pembelajaran tidak akan memberikan hasil yang optimal. Suasana belajar haruslah di desain sedemikian mungkin agar anak dapat menikmati suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan, media dan sumber yang digunakan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah di tetapkan dan dapat merangsang anak untuk lebih memperhatikan
berpartisipasi
aktif
dalam
pembelajaran
dan
berupaya
mengembangkan apa yang telah di terimanya. Berdasarkan ulasan diatas dengan menerapkan model quantum learning, maka dalam menciptakan proses pembelajaran yang aktif, menyenangkan bagi peserta didik dan meningkatkan kemampuan memahami sifat-sifat cahaya dalam pembelajaran IPA di SDN 1 Karangpelem dapat tercapai. Hal ini mendorong penulis untuk melakukan penelitian tindakan k kemampuan memahami sifat-sifat cahaya dalam pembelajaran IPA melalui model quantum learning pada peserta didik kelas V SD Negeri 1 Karangpelem tahun
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka rumusan quantum learning dapat meningkatkan kemampuan memahami sifat-sifat cahaya dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan memahami sifat-sifat cahaya dalam pembelajaran IPA pada peserta didik kelas V SD Negeri 1 Karangpelem melalui model quantum learning.
D. Manfaat Penelitian 1.
Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi atau masukan kepada pengajar (guru) dalam memberikan pelajaran yang dinilai sulit dipahami oleh peserta didik dalam menerima pembelajaran. Model quantum learning memberikan cara belajar dalam suasana yang lebih nyaman dan menyenangkan, sehingga peserta didik akan lebih bebas dalam menemukan berbagai pengalaman baru dalam belajarnya.
2.
Manfaat Praktis
a. Bagi peserta didik 1) Peserta didik menjadi lebih aktif dan merasa senang untuk belajar IPA dengan model quantum learning. 2) Kemampuan memahami peserta didik meningkat pada mata pelajaran IPA khususnya pada materi sifat-sifat cahaya. b. Bagi guru 1) Menambah pengetahuan tentang pemanfaatan quantum learning sebagai model pembelajaran. 2) Guru lebih termotivasi untuk menerapkan model-model pembelajaran yang lebih bervariasi dan inovatif sehingga pembelajaran akan lebih menarik dan hasil belajarnya optimal. 3) Guru dapat meningkatkan kemampuannya dalam merancang pembelajaran, melaksanakan pembelajaran serta melaksanakan penilaian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
c. Bagi sekolah Memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka perbaikan proses pembelajaran, untuk menciptakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan kualitas peserta didik dan sekolah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka 1.
Kemampuan Memahami Sifat-Sifat Cahaya Dalam Pembelajaran IPA a. Pengertian Kemampuan Kemampuan dalam kamus besar bahasa indonesia di definisikan
kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan suatu
Sejalan
dengan
pendapat tersebut,
Akhmat
Sudrajat
dalam
http://akhmadsudrajat.wordpress.com menganalogikan kemampuan dengan kata uan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau
Berpijak dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan (ability) adalah kecakapan atau kesanggupan untuk bisa melaksanakan suatu perbuatan yang merupakan bawaan sejak lahir maupun hasil latihan atau praktek. Dalam pembelajaran IPA diharapkan dengan memiliki kemampuan maka peserta didik akan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan atau yang ingin dicapai yang akan berpengaruh pada hasil belajarnya. Menurut Guilford (dalam Suryabrata, 2004: 163) membagi kemampuan menjadi tiga jenis yaitu: 1). Kemampuan perseptual Kemampuan perseptual adalah melalui kemampuan dalam mengadakan persepsi atau pengamatan antara lain mencakup faktor-faktor kepekaan indera, perhatian, kecepatan persepsi dan sebagainya.
7
commit to user 7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
2). Kemampuan Psikomotor Kemampuan psikomotor adalah mencakup beberapa faktor antara lain: kekuatan, kecepatan gerak, ketelitian, keluwesan dan lain-lain. 3). Kemampuan Intelektual Kemampuan Intelektual adalah kecenderungan yang menekankan pada kemampuan
akal
dimana
mencakup
beberapa
faktor
antara
lain:ingatan, pengenalan, evaluasi, berfikir dan lain-lain.
b. Kemampuan Memahami Menurut David Jacobsen, Paul Eggen & Donal Kauchak (2009: 94)
mengharuskan siswa untuk menunjukkan pemahamannya dengan mengubah atau
Pemahaman lebih dari sekedar mengingat tetapi menstransformasikan informasi ke dalam suatu bentuk lain menggunakan kata-katanya sendiri sesuai pemahaman yang di dapat. (Jcobsen, Eggen & Kauchak, 2009: 94) Lebih lanjut dalam kamus besar bahasa Indonesia (1990: 636) memahami berarti mengerti benar (akan); memaklumi, mengerti. Pemahaman berdasarkan ranah kognitif Bloom dalam (Winkel, 2005: 246) berarti kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam menguraikan isi pokok dari suatu bacaan, mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk lain, membuat perkiraan tentang kecenderungan yang Nampak dalam data tertentu. Pemahaman atau comprehension dapat diartikan menguasai sesuatu dengan fikiran. Belajar berarti harus mengerti secara mental makna dan filosofisnya, maksud dan implikasi serta aplikasi-aplikasinya, sehingga siswa dapat memahami suatu situasi ( Sardiman, 2001: 42)
memiliki arti yang sangat mendasar yang meletakkan bagian-bagain belajar pada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
Berdasarkan
pendapat
diatas,
maka
dapat
disimpulkan
bahwa
kemampuan memahami adalah suatu kemampuan atau kecakapan yang dimiliki peserta didik untuk menunjukkan pemahaman, menangkap makna dan arti dari bahan
yang
di
pelajari
dengan
tidak
sekedar
mengingat
tetapi
menstransformasikan informasi ke dalam suatu bentuk lain menggunakan katakatanya sendiri sesuai pemahaman yang di dapat, tanpa pemahaman skill pengetahuan dan sikap tidak akan bermakna. Kemampuan memahami peserta didik terhadap suatu materi, dapat dilihat dari nilai hasil belajar peserta didik pada materi tersebut.
c. Materi Sifat-Sifat Cahaya 1) Pengertian cahaya Cristian Huygens (1629-1695) dalam Tom Jackson (2005: 4)
Isaac Newton (1642-1727) dalam Tom Jackson (2005: 4) menyatakan bahwa
maka dapat disimpulkan bahwa cahaya adalah gelombanag atau suatu bentuk energi yang dapat bergerak melalui ruang udara dan memiliki pinggir bayangan sangat tajam. 2) Sumber-sumber cahaya Cahaya memberikan kehidupan kepada dunia. Semua benda yang mengeluarkan cahaya dan dapat dilihat disebut sumber cahaya. Sumber cahaya di bumi ada dua, yaitu sumber cahaya alami dan buatan. Yang termasuk sumber cahaya alami adalah matahari, bulan, bintang, kilat, hewan kunang-kunang, hewan ubur-ubur, aurora (di kutub utara dan selatan). Sumber cahaya buatan diantaranya: lampu listrik, lampu minyak, senter, lilin, api dan lain-lain. 3) Sifat-sifat cahaya Cahaya memiliki berberapa sifat antara lain :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
1) Cahaya merambat lurus Jika kita memperhatikan cahaya matahari, maka tampak bahwa berkas cahayanya merambat dengan lurus. Cahaya matahari yang masuk ke dalam ruangan atau celah-celah rumah yang gelap akan tampak seperti garis-garis putih yang lurus. Berkas cahaya yang merambat lurus dapat pula terlihat pada lampu mobil atau senter di malam hari, cahaya matahari di taman. Sewaktu menonton film di gedung bioskop atau tanah lapang, kamu dapat juga melihat berkas cahaya yang merambat lurus . Berkas cahaya itu berasal dari proyektor film yang dipancarkan ke layar. 2) Cahaya menembus benda bening Benda-benda yang dapat ditembus oleh cahaya di sebut benda bening. Benda-benda yang tidak dapat ditembus cahaya disebut benda gelap. Contoh benda yang dapat ditembus cahaya adalah kaca, gelas bening, plastik bening, air jernih dan lain-lain. Air keruh tidak termasuk benda bening karena cahaya tidak dapat menembusnya. 3) Cahaya dapat dipantulkan Cahaya dapat dipantulkan terlihat pada cermin. Cermin adalah benda yang mempunyai permukaan licin atau mengkilap. Cermin dapat membentuk bayangan benda. Berdasarkan bentuk permukaannya, cermin digolongkan menjadi tiga, yaitu : (1) Cermin datar adalah cermin yang memiliki bagian pemantul cahaya yang datar. Contoh: cermin yang digunakan untuk berkaca. Bayangan bersifat: semu, tegak, dan sama (2) Cermin cekung adalah cermin yang memiliki bagian pemantul cahaya berupa cekungan. Cekungan ini seperti bagian dalam suatu bola. Contoh: bagian dalam lampu mobil dan lampu senter. Bayangan bersifat : jika letak benda dekat dari cermin cekung, maka bayangan yang terbentuk semu, lebih besar, dan tegak. Jika letak benda jauh dari cermin cekung, maka bayangan yang terbentuk nyata (sejati) dan terbalik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
(3) Cermin cembung adalah cermin yang memiliki bagian pemantul cahaya berupa cembungan. Cembungan ini seperti bagian luar suatu bola. Contoh kaca spion pada mobil dan motor. Bayangan bersifat: selalu semu, lebih kecil, dan tegak seperti bendanya. 4) Cahaya dapat dibiaskan Jika cahaya merambat melalui dua medium yang berbeda, misalnya udara ke air, maka cahaya tersebut mengalami pembiasan atau pembelokan. Medium adalah zat perantara yang dilalui. Kerapatan zat berbeda-beda. Kerapatan gelas bening lebih besar daripada kerapatan air jernih. Kerapatan air jernih lebih besar daripada kerapatan udara. Garis normal (a)
garis normal
Udara
(b)
Air
kaca
udara
Gambar 01. Cahaya mengalami pembiasan apabila melalui dua medium yang berbeda a) Jika cahaya merambat dari zat yang kurang rapat ke zat yang lebih rapat, maka cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal. Misalnya, cahaya yang merambat dari udara ke air. b) Jika cahaya merambat dari zat yang lebih rapat ke zat yang kurang rapat, maka cahaya akan dibiaskan menjauhi garis normal. Misalnya, cahaya merambat dari kaca ke udara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
Peristiwa pembiasan cahaya yang dapat kita jumpai dalam peristiwa sehari-hari antara lain sebagai berikut: (1) Pensil yang dimasukkan kedalam air tampak patah atau lebih pendek dari yang sebenarnya. (2) Dasar kolam yang airnya jernih tampak lebih dangkal dari yang sebenarnya. (3) Ikan dalam akuarium yang berbentuk bulat tampak seolah-olah berubah ukuran. (4) Ikan di dalam kolam yang bening tampak lebih dekat ke permukaan air. (5) Peristiwa pelangi 5) Cahaya putih terurai atas berbagai warna Pelangi akan tampak jika kita membelakangi matahari, sedangkan pada tempat yang jauh di depan kita terjadi hujan. Pelangi memiliki warna yang bermacam-macam, seperti merah, jingga, kuning, hijau, nila, dan ungu. Warna-warna itu timbul karena sinar matahari dibiaskan, diuraikan, dan dipantulkan oleh tetes-tetes air hujan. Warna-warna itu membentuk semacam pita setengah lingkaran. Kalau kita perhatikan, cahaya matahari yang memancar seolah-olah hanya mempunyai satu warna, yaitu putih. Peruraian cahaya putih menjadi berbagai warna disebut dispersi warna. Deretan warna yang dihasilkan oleh dispersi warna disebut spektrum warna.
d. Kemampuan Memahami Sifat-Sifat Cahaya Bila kita ingin mengajarkan suatu topik/ materi pelajaran kepada peserta didik, maka perlu ditempuh langkah-langkah tertentu yang harus dijalankan, salah satunya adalah merumuskan tujuan-tujuan pengajaran (instruksional) yang ingin dicapai. Menurut Roestiyah (1991: 99) tujuan-tujuan instruksional dimaksudkan adalah perumusan tentang tingkah laku atau kemampuan-kemampuan yang kita harapkan dapat dimiliki oleh murid-murid setelah ia mengikuti pengajaran yang kita berikan. Kemampuan
specific
atau khusus dan operasional sehingga nantinya dapat kita ukur (nilai).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
B.S Bloom, dkk menyumbangkan klasifikasi tujuan instruksional (educational objectives) yang sering disebut taksonomi. Berikut taksonomi/ klasifikasi tujuan instruksional Bloom, dkk dalam Winkel (2005: 244) 1) Ranah Kognitif (Cognitive Domain) Ranah kognitif merupakan tujuan yang lebih banyak berkenaan dengan perilaku dalam aspek berpikir intelektual. Komponen ranah kognitif meliputi beberapa aspek diantaranya pengetahuan/ ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi 2) Ranah Afektif (Affective Domain) Ranah afektif berhubungan dengan tujuan yang banyak berkenaan dengan aspek perasaan, nilai, sikap dan minat perilaku peserta didik/ siswa. Menurut taksonomi Kratwol, Bloom dan kawan-kawan ranah ini meliputi penerimaan, partisipasi, penilaian/penentuan sikap, organisasi, pembentukan pola hidup. 3) Ranah Psikomotor (Psycomotor Domain) Ranah psikomotor tujuan-tujuan yang banyak berkenaan dengan aspek ketrampilan motorik atau gerak dari peserta didik. Ranah ini meliputi gerakan reflek, aspek ketrampilan gerakan dasar, aspek kemampuan perseptual, aspek keharmonisan atau ketepatan, serta aspek gerakan ekspresif dan interpretatif. Ketiga ranah tersebut setiap kategori-kategori di dalamnya tersusun secara hierarkis dari awalnya yang sederhana akan menjadi lebih kompleks lagi dan hasil yang diperoleh peserta didik akan lebih rumit dan terpadu. Untuk mengetahui peserta didik sudah mencapai tujuan yang diinginkan atau belum dalam setiap ranah ada Kata Kerja Operasional (KKO). KKO ini untuk memudahkan merumuskan tujuan/ kemampuan internal tertentu yang ingin hendak dicapai dari setiap kategori dalam tiga ranah pembelajaran. Berikut KKO untuk setiap ranah menurut Bloom dkk. Dalam Winkel (2005: 280-284) pada tabel 1. 2, dan 3:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
1) Contoh Kata Kerja Operasional Ranah Kognitif
Pengetahuan
Pemahaman
Penerapan
Analisis
Sintesis
Evaluasi
(Knowledge)
(Comprehension)
(Aplication)
(Analysis)
(Synthesis)
(Evaluation)
Memilih
Memperkirakan
Mengurutkan
Menyeleksi
Merancang
Menilai
Menjodohkan
Mencirikan
Memperkira
Menghubung
Merencanakan
Memperjelas
Memberi
Mengkategorikan
kan
kan
Mengumpul
Membuktikan
nama
Membandingkan
Mengelompok
Membanding
kan
Merinci
Mencatat
Mendiskusikan
kan
kan
Mendikte
Menyimpulkan
Memberi label
Mengemukakan
Menggambar-
Mendiagram
Mengkategori
Membanding
Mendidentifi
Membedakan, dll
kan, dll
kan, dll
kan, dll
kan, dll
kasikan, dll
Tabel 1: Contoh Kata Kerja Operasional Ranah Kognitif
2) Contoh Kata Kerja Operasional Ranah Afektif
Penerimaan
Partisipasi
Penilaian
Organisasi
Pembentukan
(Receiving)
(Responding)
(Valuing)
(Organization)
Pola Hidup
Mengikuti
Membantu
Mengusulkan
Mengatur
Bertindak
Menanyakan
Melaksanakan
Menunjukkan
Mempertahankan
Mempengaruhi
Menjawab
Mendiskusikan
Menyatakan
Menghubungkan
Membuktikan
Menyatakan
Menawarkan diri
Membenarkan
Melengkapi, dll
Mempraktekkan
Mematuhi,dll
Melaporkan, dll
pendapat, dll
Tabel 2: Contoh Kata Kerja Operasional Ranah Afektif
commit to user
Memecahkan, dll
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
3) Contoh Kata Kerja Operasional Ranah Psikomotor Gerakan
Persepsi
Kesiapan
Terbimbin g
Gerakan
Gerakan
Penyesuaian
Terbiasa
Kompleks
Pola Gerakan
Kreativitas
Mengaktifkan
Memulai
Memprakt
Membentuk
Mengerjakan
Mengubah
Merancang
Menyesuaikan
Menanggapi
ekkan
Menjeniska
Menggunaka
Mengadaptasi
Menyusun
Menunjukkan
Bereaksi
Membuat
n
n
Mengatur
Menciptakan
Membedakan
Menunjuk
Memperli-
Menempel
Memperbaiki
Membuat
Merencanaka
Menyiapkan
kan, dll
hatkan, dll
Mengoperas
Mendemonstr
variasi, dll
n
ikan,dll
asikan, dll
Mengatur,dll
Tabel 3: Contoh Kata Kerja Operasional Ranah Psikomotor
Dalam penelitian ini, peneliti menekankan pada kemampuan memahami sifat-sifat cahaya pada peserta didik kelas V SD Negeri 1 Karangpelem. Dimana pemahaman termasuk dalam kemampuan internal tingkatan kedua ranah kognitif. Berikut penjelasan masing-masing tingkatan ranah kognitif Bloom dalam Endang Poerwanti, dkk (2008: 1-27) 1) Pengetahuan Arti: pengetahuan terhadap fakta, konsep, definisi, nama, peristiwa, tahun, daftar, rumus, teori, dan kesimpulan. Contoh kegiatan belajar: mengemukakan arti, menamakan, membuat daftar, menentukan lokasi, mendiskripsikan sesuatu, menceritakan apa yang terjadi, menguraiakan apa yang terjadi. 2) Pemahaman Arti: kemampuan siswa memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan, memanfaatkan isinya tanpa harus menghubungkannya dengan hal-hal lain. Contoh kegiatan belajar: mengungkapkan gagasan/ pendapat dengan kata-kata sendiri,
membedakan,
membandingkan,
commit to user
mengintepretasikan
data,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
mendeskripsikan dengan kata-kata sendiri, menjelaskan gagasan pokok, menceritakan kembali dengan kata-kata sendiri 3) Penerapan/ aplikasi Arti:
menggunakan
pengetahuan
untuk
memecahkan
masalah
atau
menerapkan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Contoh kegiatan belajar: menghitung kebutuhan, melakukan percobaan, membuat peta, membuat model, merancang strategi 4) Analisis Arti: menentukan bagian-bagian dari suatu masalah, penyelesaian atau gagasan dan menunjukkan antar bagian tersebut. Contoh kegiatan belajar: mengidentifikasi faktor penyebab, merumuskan masalah, mengajukan pertanyaan untuk memperoleh informasi, membuat gafik, mengkaji ulang. 5) Sintesis Arti: menggabungkan berbagai informasi menjadi satu kesimpulan atau konsep atau meramu/ merangkai berbagai gagasan menjadi suatu hal yang baru. Contoh kegiatan belajar: membuat desain, mengarang komposisi lagu, memprediksi, menciptakan produk baru. 6) Evaluasi Arti: mempertimbangkan dan menilai benar-salah, baik-buruk, bermanfaat-tak bemanfaat. Contoh kegiatan belajar: mempertahankan pendapat, beradu argumentasi, memilih solusi yang baik, menyusun kriteria penilaian, menyarankan perubahan, menulis laporan, membahas suatu kasus.
e. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran
dalam
UUSPN
No.20
tahun
2003
menyatakan
antara subjek dengan objek pembelajaran. Pendidik dan peserta merupakan subjek
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
pembelajaran. Sedangkan sumber belajar dalam lingkungan merupakan objek yang akan dipelajari. Pembelajaran menurut Gagne dalam St. Y. Slamet dan Suwarto (2007: 17) adalah suatu usaha untuk membuat siswa belajar sehingga situasi tersebut merupakan peristiwa belajar (event of learning), yaitu usaha untuk terjadinya perubahan tingkah laku dari siswa. Perubahan tingkah laku yang terjadi pada siswa merupakan dampak dari adanya interaksi antara siswa dengan lingkungan. Perubahan ini sebagai hasil proses pembelajaran yang ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, daya reaksi, daya penerimaan dan sebagainya. Dalam proses pembelajaran, ada empat komponen penting yang berpengaruh bagi keberhasilan belajar peserta didik, yaitu : bahan ajar, suasana belajar, media dan sumber belajar, serta guru sebagai subjek pembelajaran. Jika salah satu komponen tidak mendukung maka proses pembelajaran tidak akan memberikan hasil yang optimal. Suasana belajar haruslah di desain sedemikian mungkin agar anak dapat menikmati suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan, media dan sumber yang digunakan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah di tetapkan dan dapat merangsang anak untuk lebih memperhatikan
berpartisipasi
aktif
dalam
pembelajaran
dan
berupaya
mengembangkan apa yang telah di terimanya. Oleh karena itu guru, sebagai subjek dalam pembelajaran harus dapat memilih dan menyajikan media dan sumber belajar yang tepat dan aktif sehingga bahan pelajaran yang disampaikan
2010: 17) Berdasar pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik, pendidik, media dan sumber belajar serta lingkungan yang sangat berpengaruh pada keberhasilan peserta didik hal tersebut dapat ditunjukkan pada perubahan tingkah laku peserta didik berupa perubahan pengetahuan, pemahaman, daya reaksi, daya penerimaan dan sebagainya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
f. Pengertian IPA Menurut Fisher (1975) yang dikutip oleh Muh.Yamin (1987:3) dalam Srini M.Iskandar (2001: 2) adalah salah satu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik yang didalamnya secara umum terbatas pada gejalaWebster (1983) dalam Srini M.Iskandar (2001:2) menyatakan , yang artinya Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan tentang alam dan gejalagejalanya. dalam Srini M. Iskandar (2001:2) Science is the broad field of human knowledge, acquired by systematic observation and experiment, and explained by means of rules, laws, , artinya Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan manusia yang luas yang didapatkan dengan cara observasi dan eksperimen yang sistimatik, serta dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori-teori, dan hipotesis-hipotesis. Menurut Izzatin Kamala (2008:3) b pengetahuan dari hasil kegiatan manusia yang diperoleh dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah yang berupa metode ilmiah dan didapatkan dari hasil eksperimen atau observasi yang bersifat umum sehingga akan terus di sempurn Jurnal internasional oleh Jack Holbrook & Miia Rannikmae dalam (http://www.ijese.com) yang membicarakan tentang penelitian pengajaran ilmiah (international journal of environmental & science education) mengemukakan pengertan ilmu pengetahuan sebagai berikut: Science is scientific concept, which are needed to understand certain phenomena of the natural word and the changes made to it through human activity (Holbrook & Rannikmae, 2007), artinya Ilmu pengetahuan merupakan konsep-konsep ilmiah yang diperlukan untuk memahami fenomena tertentu dari alam dan perubahannya melalui aktivitas manusia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
Berdasar pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa IPA adalah salah satu kumpulan pengetahuan manusia tentang gejala-gejala alam yang diperoleh melalui observasi dan eksperimen yang sistematis, serta dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori-teori, hipotesishipotesis yang akan terus disempurnakan untuk menguasai pengetahuan, faktafakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah.
g. Tujuan Pembelajaran IPA Menurut Kurikulum Pendidikan Dasar dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) Sekolah Dasar menyatakan bahwa tujuan pembelajaran IPA adalah sebagai berikut: 1) Menanamkan rasa ingin tahu dan suatu sikap positif terhadap teknologi dan masyarakat. 2) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. 3) Menanamkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep sains yang akan bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 4) Mengembangkan kesadaran tentang
peran dan pentingnya sains
kehidupan sehari-hari. 5) Mengalihgunakan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman ke bidang pengajaran lainnya. 6) Ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. 7) Menghargai ciptaan Tuhan akan lingkungan alam.
h. Fungsi Mata Pelajaran IPA Menurut Kurikulum Pendidikan Dasar (Depdikbud 1993/1994: 97-98) mata pelajaran IPA berfungsi untuk: 1) Memberikan pengetahuan tentang berbagai jenis dan perangai lingkungan alam dan lingkungan buatan yang berkaitan dengan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
2) Mengembangkan keterampilan proses. 3) Mengembangkan wawasan, sikap, dan nilai yang berguna bagi siswa untuk meningkatkan kualitas kehidupan sehari-hari. 4) Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan keterkaitan yang saling mempengaruhi antara kemajuan IPA dan teknologi dengan keadaan lingkungan di sekitarnya dan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari. 5) Mengembangkan kemajuan untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), serta keterampilan yang berguna dalam kehidupan sehari-hari
maupun
untuk
melanjutkan
pendidikannya
ketingkat
pendidikan yang lebih tinggi.
i.
Ruang Lingkup IPA
Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut: 1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan 2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, gas 3) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana 4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit.
2. Model Quantum Learning a.
Lahirnya Istilah Quatum Learning
Quantum learning dimulai di SuperCamp, sebuah program pemercepatan belajar yang ditawarkan Learning Forum, yaitu sebuah perusahaan pendidikan internasional yang menekankan perkembangan keterampilan akademis dan keterampilan pribadi (De,Porter, 1992). Siswa-siswa di SuperCamp memperoleh kiat-kiat yang membantu mereka dalam mencatat, menghafal, membaca cepat, menulis, berkreativitas, berkomunikasi, dan membina hubungan kiat-kiat menguasai segala hal dalam kehidupan. Hasilnya menunjukkan bahwa murid-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
murid yang mengikuti SuperCamp mendapatkan nilai yang lebih baik, lebih banyak berpartisipasi, dan merasa lebih bangga akan diri mereka sendiri (VosGroenendal, 1991 dalam DePorter, 2005: 4) Quantum learning menawarkan suatu sintesis, cara-cara baru untuk memaksimalkan
usaha
pengajaran
melalui
perkembangan
hubungan,
penggubahan belajar, dan penyampaian kurikulum. Metodologi ini dibangun berdasarkan pengalaman selama delapan belas tahun dan penelitian terhadap 25.000 siswa, dan sinergi pendapat dari ratusan guru (DePorter, Reardon, &Nourie,2005: 4). Quantum learning mencakup petunjuk spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, merancang kurikulum, menyampaikan isi, dan memudahkan proses belajar.
b.
Pengertian Quantum Learning
Quantum Learning didefinisikan sebagai: energi. Rumus yang terkenal dalam fisika kuantum adalah Massa kali kecepatan cahaya kuadrat sama dengan Energi. Rumus ini biasa dikenal dengan E= mc². Tubuh kita secara fisik adalah materi, sebagai pelajar tujuan kita adalah meraih sebanyak mungkin cahaya, interaksi, hubungan, inspirasi agar menghasilkan energi cahaya ( Porter dan Hernacki 2006: 16). Quantum adalah banyaknya (jumlah) sesuatu (KBBI,1995). Dalam pembelajaran IPA, bermakna banyaknya faktor yang terlibat dalam pembelajaran IPA. Menurut Charlotte Shelton (1998: 1)
dalam http://sunartombs.
Wordpress. Com/2009/03/09/pengertian-quantum-learning/ menjelaskan tentang pengertian quantum. Dalam buku tersebut dituliskan sebagai berikut: mechanics of sub atomic particles in motion. It is however, erroneous to think of these not material things, rather, they are probability tendencies-energy with potentiality. The energy, as the term mechanics implies, is never static. It is always in continous motion, uncceasingly changing from wave to particle
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
and particle to wave, forming the atoms and molecules that subsequently create a material world. It is really quite amazing that those seemingly stable and stationary things we observe in the material world ore composed
quantum dalam literatur berarti banyaknya sesuatu, secara mekanik mempelajari tentang partikel-partikel sub atom yang bergerak. Namun demikian kekeliruan berpikir tentang partikel sub atom ini merupakan banyaknya benda. Partikel sub atom bukan merupakan kecenderungan energi dengan potensial. Energi sebagai implikasi dalam istilah mekanika tidak pernah statis. Energi selalu bergerak secara terus menerus, tidak pernah berhenti berubah dari gelombang menjadi partikel dan dari partikel menjadi gelombang, membentuk atom-atom dan molekul yang seterusnya membentuk dunia materi. Ini benar-benar hal yang menakjubkan yang terlihat stabil dan statis, apabila kita cermati ternyata dunia materi ini Lebih lanjut Bobbi DePorter dalam artikelnya yang berjudul The Impact
of
Quantum
Learning
(http://www.newhorizons.org)
(http://learningforum.com)
atau dalam
(http://sunartombs.wordpress.com/2009/03/09/pengertian -quantum-learning/ menjelaskan pengertian Quantum Learning (QL), sebagai berikut : Quantum Learning is a Comprehensive model that covers both educational theory and immediate classroom implementation. Into integrates researchbased best practices in education into a unified whole, making content more
Quantum Learning is about bringing joy to teaching and learning with evercontent a way that engages and energizes students. This model also integrates learning and life skills, resulting in students who become effective lifelong learners-
pendidikan dan pelaksanaan di kelas dengan cepat. Ini menggambarkan praktek dasar penelitian terpadu yang terbaik dalam pendidikan ke dalam keseluruhan, yang membuat isi lebih bermakna dan relevan bagi kehidupan siswa. Quantum Learning menjadikan mengajar dan belajar menjadi senang menampilkan isi mereka yang merupakan sebuah jalan yang dapat menyertakan dan memberdayakan siswa. Model ini juga memadukan belajar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
dan kecakapan hidup, menghasilkan siswa-siswa sebagai pebelajar yang efektif selamanyaDari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Quantum Learning adalah keseluruhan model yang mencakup kedua teori pendidikan dan pelaksanaan di kelas dengan cepat dimana terjadi interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya, sebagai pelajar tujuan kita adalah meraih sebanyak mungkin cahaya , interaksi, inspirasi agar menghasilkan energi cahaya yang diperoleh dari banyaknya faktor yang terlibat dalam pembelajaran, sehingga menjadikan mengajar dan belajar menjadi bermakna dan relevan bagi kehidupan peserta didik. Quantum Learning berakar dari upaya Dr. Georgi Lozanov, seorang pendidik berkebangsaan Bulgaria yang bereksperimen dengan apa yang disebutnya sebagai
suggestopedia
bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detail apa pun memberikan sugesti positif adalah mendudukkan murid secara nyaman, memasang musik latar di dalam kelas, meningkatkan partisipasi individu, menggunakan poster-poster untuk memberi kesan besar sambil menonjolkan informasi, dan menyediakan guru-guru yang terlatih baik dalam seni pengajaran sugestif (Porter dan Hernacki 2006: 14). Quantum Learning menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar, dan Neuro-Linguistic Programming (NLP) dengan teori, keyakinan, dan metode kami sendiri. Termasuk diantaranya konsep-konsep kunci dari berbagai teori dan strategi belajar yang lain, seperti: teori otak kanan / kiri, teori otak triune (3 in 1), pilihan modalitas (visual,auditorial, dan kinestetik), teori kecerdasan ganda, pendidikan holistic (menyeluruh), belajar berdasarkan pengalaman, belajar dengan symbol (Metaphoric Learning) dan simulasi/ permainan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
c. Quantum
Karakteristik Umum Quantum Learning learning
memiliki
karakteristik
umum
yang
dapat
memantapkan dan menguatkan sosoknya. Beberapa karakteristik yang tampak membentuk sosok pembelajaran kuantum menurut Sugiyanto (2009: 73-78) meliputi 12 karakteristik, yaitu: 1) Berpangkal pada psikologi kognitif, bukan fisika kuantum meskipun serba sedikit istilah konsep kuantum dipakai. 2) Lebih bersifat humanistis, bukan positivistis-
-
nativistis 3) Lebih bersifat konstruktivistis, bukan positivistis-empiris, behavioristis. 4) Memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna, bukan sekedar transaksi makna. 5) Sangat menekankan
pada pemercepatan
pembelajaran
dengan
taraf
keberhasilan tinggi. 6) Menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran, bukan keartifisialan atau keadaan yang dibuat-buat. 7) Menekankan kebermaknaan dan kebermutuan proses pembelajaran. 8) Memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran. 9) Memusatkan
perhatian
pada
pembentukan
keterampilan
akademis,
keterampilan dalam hidup, dan prestasi fisikal atau material. 10) Menempatkan
nilai dan
keyakinan
sebagai
bagian penting
proses
pembelajaran. 11) Mengutamakan keberagaman dan kebebasan, bukan keseragaman dan ketertiban. 12) Mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran.
d.
Asas Utama Quantum Learning
Bobbi DePorter, Mark Reardon, & Sarah Singer-Nourie (2005) mengemukakan asas utama, alasan dasar dibalik segala stategi, model, dan keyakinan Quantum Learning Dalam artian apa yang ada dalam diri
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
harus mampu membawa peserta didik untuk memahami dan mencoba menerapkannya dalam kehidupan. Untuk mendapatkan hak mengajar, pertamatama guru harus membangun jembatan autentik memasuki kehidupan murid. Agar
memudahkan perjalanan mereka menuju kesadaran dan ilmu
pengetahuan yang lebih luas, guru harus mengajarkannya dengan sebuah peristiwa, pikiran, atau perasaan yang diperoleh dari kehidupan rumah, sosial, atletik, musik, seni, rekreasi, atau akademis mereka. Setelah kaitan itu terbentuk, Anda dapat membawa mereka kedalam dunia guru, dan memberi mereka pemahaman Anda mengenai isi dunia itu, maka kosakata baru, model, mental, rumus, dan lain-lain dibeberkan. Akhirnya dengan pengertian yang lebih luas dan penguasaan lebih mendalam, peserta didik dapat membawa apa yang mereka pelajari ke dalam dunia mereka dan menerapkannya pada situasi baru.
e.
Prinsip-Prinsip Quantum Learning
Lima prinsip atau kebenaran tetap dari Quantum Learning, yaitu: segalanya berbicara, segalanya bertujuan, pengalaman sebelum pemberian nama, akui setiap usaha dan jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan. Pembelajaran harus berdampak bagi terbentuknya keunggulan. Delapan kunci keunggulan quantum learning, sebagai berikut: terapkanlah hidup dalam integritas, akuilah kegagalan dapat membawa kesuksesan, berbicaralah dengan niat baik, hidup di saat ini, tegaskanlah komitmen, jadilah pemilik, tetaplah lentur, dan pertahankanlah keseimbangan.
f.
Model Quantum Learning dalam Pembelajaran
Dalam kegiatan pembelajaran di kelas model Quantum Learning menggunakan berbagai macam metode, yaitu ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi, inquiri, kerja kelompok, eksperimen, dan metode pemberian tugas. Metode tersebut tidak ada yang sempurna jika berdiri sendiri, sehingga harus digunakan secara bergantian untuk saling melengkapi kekurangan-kekurangan yang ada. Penggunaan metode penyajian pelajaran secara bergantian akan membuat peserta didik menikmati kegiatan belajarnya dan tidak merasakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
belajar yang monoton, serta perbedaan karakteristik pada peserta didik dapat terlayani dengan baik. Menurut Eggen dan Kaucak dalam Sunaryo (2001: 1) siswa belajar secara efektif bila siswa aktif terlibat dalam pengorganisasian penemuan pertalianpertalian data informasi yang dihadapi. Siswa dikatakan aktif jika ikut serta mempersiapkan pelajaran, gembira dalam belajar, mempunyai kemauan dan kreativitas dalam belajar, keberanian menyampaikan gagasan dan minat, sikap kritis
dan
ingin
tahu,
kesungguhan
bekerja
sesuai
dengan
prosedur,
pengembangan penalaran induktif dan pengembangan penalaran deduktif. Untuk mempermudahkan mengingat dan untuk keperluan operasional pembelajaran kuantum dikenalkan dengan konsep Tandur yang merupakan akronim dari: tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi, dan rayakan. Unsur-unsur ini membentuk basis struktur yang melandasi model quantum learning. Dalam pelaksanaannya model quantum learning melakukan langkahlangkah pengajaran dengan enam langkah yang tercermin dalam istilah Tandur yaitu sebagai berikut : 1) Tumbuhkan minat dengan memuaskan, yakni apakah manfaat yang akan diperoleh dari pelajaran tersebut bagi guru dan muridnya. Cobalah untuk menumbuhkan suasana yang sangat menyenangkan dan menggembirakan di hati setiap peserta didik, tumbuhkan interaksi dengan peserta didik, yakinkan peserta didik mengapa harus mempelajari ini dan itu, belajar adalah kebutuhan peserta didik, bukan suatu keharusan. Jika sudah demikian, maka peserta didik akan merasakan enjoy dan menikmati belajarnya. 2) Alami, yakni ciptakan dan datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua pelajar. Jangan sampai menggunakan istilah yang asing dan sulit dimengerti, karena ini akan membuat peserta didik merasa bosan dalam belajar. Unsur alami akan mendorong hasrat alami otak untuk menjelajah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
3) Namai, dalam pemberian nama harus disediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi, yang kemudian menjadi sebuah masukan bagi peserta didik. Setelah peserta didik melalui pengalaman belajar pada kompetensi dasar tertentu, mereka kita ajak untuk menulis di kertas, memberikan nama apa saja yang telah mereka peroleh, apakah itu informasi atau rumus, pemikiran, tempat dan sebagainya. Setelah itu ajak peserta didik untuk menempelkan nama-nama tersebut di dinding kelas dan dinding kamar tidurnya. 4) Demonstrasikan,
yakni
sediakan
kesempatan
bagi
pelajar
untuk
menunjukkan bahwa mereka tahu. Setelah peserta didik mengalami belajar akan sesuatu, beri kesempatan kepada mereka untuk mendemonstrasikan kemampuannya karena peserta didik akan mampu mengingat 90% jika peserta didik itu mendengar, melihat dan melakukan. Peserta didik membutuhkan kesempatan yang sama untuk membuat kaitan, latihan dan menunjukkan apa yang mereka ketahui. Doronglah terus agar peserta didik mampu melakukan itu semua dengan tetap dipantau dan diarahkan. 5) Ulangi, yakni tunjukkan kepada para pelajar tentang cara-cara mengulang materi. Pengulangan memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa ilakukan dengan menggunakan konsep multi kecerdasan yang dimiliki oleh peserta didik. Dengan sering melakukan pengulangan peserta didik akan benar-benar memahami dan menyerapnya dengan baik. 6) Rayakan, yakni untuk penyelesaian, partisipasi, dan perolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan. Perayaan adalah ekspresi dari kelompok seseorang yang telah berhasil mengerjakan sesuatu tugas atau kewajiban dengan baik. Maka sudah selayaknya jika peserta didik sudah mengerjakan tugas dan kewajibannya dengan baik untuk dirayakan lewat bertepuk tangan atau bernyanyi bersama-sama.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
Pedoman untuk menerapkan kerangka pembelajaran Tandur dalam pengajaran dan perancangan pelajaran sebagai berikut: TUMBUHKAN Mengapa
: Penyertaan menciptakan jalinan dan kepemilikan bersama atau kemampuan saling memahami. Penyertaan akan
memanfaatkan
pengalaman
mereka,
mencari
. Pertanyaan Tuntunan : Hal apa yang mereka pahami? Apa yang mereka setuju ? Apakah manfaatnya bagi mereka (AMBAK) ? Pada apa mereka berkomitmen? Strategi
: Sertakan pertanyaan, pantomime, lakon pendek dan lucu, drama, video, cerita.
ALAMI Mengapa
: Unsur ini memberi pengalaman kepada peserta didik dan memanfaatkan hasrat alami otak untuk menjelajah.
keingintahuan mereka. Pertanyaan Tuntunan : Cara apa yang terbaik agar peserta didik memahami informasi?
Permainan
atau
kegiatan
apa
yang
memanfaatkan pengetahuan yang sudah mereka miliki? Permainan
Strategi
dan
kegiatan
apa
yang
memfasilitasi
: Gunakan jembatan keledai, permainan dan simulasi. Perankan unsur-unsur pelajaran baru dalam bentuk sandiwara. Beri mereka tugas kelompok dan kegiatan yang mengaktifkan pengetahuan yang sudah mereka miliki.
NAMAI Mengapa
: Penamaan memuaskan hasrat alami otak untuk memberikan identitas, mengurutkan, dan mendefinisikan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
Penamaan dibangun diatas pengetahuan dan keingintahuan peserta didik saat ini. Penamaan adalah saatnya untuk mengajarkan konsep, keterampilan berpikir, dan strategi belajar. Pertanyaan Tuntunan : yang harus Anda tambahkan pada pengertian mereka? Strategi, kiat jitu, alat berpikir apa yang berguna untuk mereka ketahui atau gunakan? Strategi
: Gunakan susunan gambar, warna, alat jembatan keledai atau metafora, rujuklah disini.
DEMONSTRASIKAN Mengapa
: Memberi peserta didik peluang untuk menerjemahkan dan
menerapkan
pengetahuan
mereka
ke
dalam
pembelajaran yang lain, dan kedalam kehidupan mereka. Pertanyaan Tuntunan : Dengan cara apa peserta didik dapat memperagakan tingkat kecakapan mereka dengan pengetahuan yang baru ini?
Kriteria apa
yang dapat Anda dan
mereka
kembangkan bersama untuk menuntun kualitas peragaan mereka? Strategi
: Sandiwara, video, permainan, rap, lagu, penjabaran dalam grafik, eksperimen.
ULANGI Mengapa
:
Pengulangan
memperkuat
koneksi
saraf
dan
pengulangan harus dilakukan secara multimodalitas dan multikecerdasan, lebih baik dalam konteks yang berbeda dengan asalnya (permainan, pertunjukan, drama, dan sebagainya) Pertanyaan Tuntunan : Cara apa yang terbaik bagi peserta didik untuk mengulang pelajaran ini? Dengan cara apa setiap peserta didik akan mendapat kesempatan untuk mengulang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
Strategi
: Membuat isian aku tahu bahwa aku tahu, kesempatan bagi peserta didik untuk mengajarkan kepada orang lain (kelompok lain menirukan orang-orang terkenal seperti guru, tokoh, ahli); menggemakan (Anda menyebutkan
peserta didik mengulangnya serentak); pengulangan trio (dalam kelompok terdiri tiga orang, mereka berjalan mengelilingi ruangan sambil mengulang halaman-halaman poster untuk mengulang apa yang telah mereka pelajari bersama); tepuk Yes! (ulurkan satu tangan, letakkan pelajaran pada tangan tersebut, lalu tepuk sambil berkata,
RAYAKAN Mengapa
: Perayaan memberi rasa rampung dengan menghormati usaha, ketekunan, dan kesuksesan. Sekali lagi, jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan!
Pertanyaan Tuntunan : Untuk pelajaran ini, cara apa yang paling sesuai untuk merayakan? Bagaimana Anda dapat mengakui setiap orang atas prestasi mereka? Strategi
: Pujian, bernyanyi bersama, pamer pada pengunjung, pesta kelas.
g. Kelebihan dan Kelemahan Quantum Learning 1) Kelebihan Quantum Learning a) Pembelajaran
kuantum
menekankan perkembangan
akademis dan
keterampilan. b) Penyajian materi pelajarannya yang secara alami merupakan proses belajar yang paling baik yaitu terjadi ketika peserta didik telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk apa mereka pelajari sehingga peserta didik berada pada zona nyaman untuk kemudian sedikit
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
demi sedikit keluar dari zona nyaman untuk melakukan penjelajahan yang sesungguhnya yaitu kegiatan belajar itu sendiri. c) Pada pembelajaran kuantum, objek yang menjadi tujuan utama adalah peserta didik. Maka dari itu guru mengupayakan berbagai interaksi dan menyingkirkan hambatan belajar dengan cara yang tepat agar peserta didik dapat belajar secara mudah dan alami. Semua itu adalah bertujuan untuk melejitkan prestasi siswa. d) Adanya unsur demokrasi dalam pengajaran yaitu memberi kesempatan yang luas kepada seluruh peserta didik untuk terlibat aktif dan partisipasi dalam tahapan-tahapan kajian terhadap suatu mata pelajaran tidak ada rasa diskriminatif dan membeda-bedakan antara yang satu dengan yang lainnya. e) Adanya unsur pemantapan dalam menguasai materi atau suatu keterampilan yang diajarkan. Hal ini terlihat adanya pengulangan terhadap sesuatu yang sudah dipelajari dan dikuasai peserta didik. f) Quantum learning dapat memadukan antara berbagai sugesti positif dan interaksinya dengan lingkungan yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar seseorang. 2) Kelemahan Quantum Learning a) Memerlukan dan menuntut keahlian dan keterampilan guru lebih khusus. b) Memerlukan proses perancangan dan persiapan pembelajaran yang cukup matang dan terencana dengan cara yang lebih baik. c) Adanya keterbatasan sumber belajar, alat belajar, dan menuntut situasi dan kondisi serta waktu yang lebih banyak.
B. Penelitian yang Relevan Penelitian Tindakan Kelas ini juga merujuk pada Penelitian Tindakan Kelas yang pernah dilakukan oleh peneliti-peneliti lain. Adapun peneliti yang dimaksud adalah penelitian yang sudah dilakukan oleh Hermawan Widyastantyo tahun 2007 dalam skripsi dengan judul Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA(Sains) Bagi Siswa Kelas V SD Negeri
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode Quantum Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA (SAINS). Peningkatan ini ditunjukkan oleh perbandingan rata-rata hasil belajar yang dicapai antara siklus I (53,97), siklus II (65,74) peningkatan prosentase 11,77% dan siklus III (73,24) peningkatan prosentase 7,5%. Penelitian lain yang relevan adalah penelitian yang telah dilakukan oleh Isna Noor Izzati tahun 2009 dalam skripsi
Peningkatan Hasil
Belajar IPA melalui Pembelajaran Quantum Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Banyu Putih 04 Kecamatan Kalinyamatan Kabupaten Jepa
. Hasil penelitian
tersebut adalah penggunaan pembelajaran kuantum dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA tentang konsep bunyi, yaitu ditandai dengan : siswa kelas IV sebanyak 30 anak mengalami peningkatan hasil belajar yaitu sebelum tindakan hanya 43,33% siswa belajar tuntas. Setelah tindakan menjadi 100%. Perbedaan dari penelitian Hermawan Widyastantyo dan Isna Noor Izzati dengan penelitian ini adalah variabel yang diteliti adalah kemampuan memahami dan kualitas proses pembelajaran IPA, subjek penelitiannya pada peserta didik kelas V SD Negeri 1 Karangpelem tahun ajaran 2010/2011, penelitiannya berlangsung 2 siklus dan simpulan dari penelitiannya adalah model quantum learning dapat meningkatkan kemampuan memahami sifat-sifat cahaya dan meningkatkan kualitas proses pembelajaran IPA. Sementara itu persamaan dari penelitian ini adalah salah satu variabelnya mengunakan pendekatan yang sama yaitu quantum learning dan hasil penelitiannya menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan dari apa yang diteliti. Berpijak dari penelitian-penelitian yang terdahulu maka peneliti merasa perlu untuk mengadakan penelitian dengan judul peningkatan kemampuan memahami sifat-sifat cahaya dalam pembelajaran IPA melalui model quantum learning pada peserta didik kelas V SD Negeri 1 Karangpelem.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
C. Kerangka Berpikir Kerangka berpikir merupakan alur penalaran yang sesuai dengan tema dan masalah penelitian, serta didasarkan pada kajian teoritis. Pada kondisi awal kemampuan memahami sifat-sifat cahaya dalam pembelajaran IPA pada peserta didik kelas V tergolong rendah terbukti sebanyak 56% peserta didik mendapat nilai dibawah KKM. Hal ini disebabkan karena pembelajaran masih berpusat pada guru, guru lebih banyak menggunakan metode ceramah dalam penyampaian materi, belum menggunakan model-model pembelajaran yang menyenangkan dan mengaktifkan peserta didik. Peserta didik hanya mendengar, mencatat, dan menghafal, akibatnya motivasi peserta didik untuk mengikuti pelajaran berkurang, peserta didik merasa bosan karena guru jarang melibatkan peserta didik secara aktif dalam pembelajaran, sehingga kemampuan memahami peserta didik tidak bisa optimal. Berdasarkan permasalahan tersebut maka perlu perbaikan proses pembelajaran dan peningkatan kemampuan memahami peserta didik pada materi sifat-sifat cahaya. Oleh karena itu, diperlukan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan memahami peserta didik dalam pembelajaran IPA. diantara berbagai model pembelajaran, model quantum learning dengan kerangka pembelajaran Tandur, diharapkan dapat membantu meningkatkan kemampuan memahami peserta didik. Melalui kolaborasi antara peneliti dan guru kelas model quantum learning akan diterapkan dalam 2 siklus dengan indikator ketercapaian pada siklus 1 sebanyak 70% peserta didik mendapatkan nilai diatas KKM, pada siklus 2 ditingkatkan sebanyak 80% peserta didik mendapatkan nilai diatas KKM. Pada kondisi akhir diduga melalui model quantum learning dapat meningkatkan kemampuan memahami sifat-sifat cahaya dalam pembelajaran IPA pada peserta didik kelas V. Secara skematis kerangka berpikir dapat digambarkan pada gambar berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
Kondisi Awal
Tindakan
Kondisi Akhir
Guru dalam pembelajaran lebih banyak ceramah, belum menggunakan model-model pembelajaran yang menyenangkan dan mengaktifkan peserta didik
Melalui PTK guru menerapkan model quantum learning dengan kerangka pembelajaran Tandur
Diduga melalui model quantum learning dapat meningkatkan kemampuan memahami sifat-sifat cahaya dalam pembelajaran IPA
Gambar 02. Alur Kerangka Berpikir
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
D. HIPOTESIS TINDAKAN Hipotesis merupakan suatu dugaan awal yang bakal terjadi jika suatu tindakan dilakukan (Sukidin dkk, 2002: 70). Sedangkan menurut Sarwiji Suwandi merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah http://id.wikipedia.org terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya Lebih lanjut pengertian hipotesis menurut St. Y. Slamet dan Suwarto
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah suatu dugaan awal untuk memberikan jawaban sementara dari masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya. Terdapat dua macam hipotesis penelitian menurut Sukidin dkk( 2002: 70) yaitu hipotesis tindakan dan hipotesis penelitian konvensional. Hipotesis tindakan merupakan tindakan yang diduga akan dapat memecahkan masalah yang diteliti.
maka ti Hipotesis konvensional menyatakan adanya hubungan antara dua variable atau lebih akan menyatakan adanya perbedaan mean antara dua kelompok atau lebih. Sebelum merumuskan hipotesis hal-hal yang dapat dilakukan oleh peneliti agar dapat menyusun hipotesis tindakan dengan tepat menurut Sarwiji Suwandi (2009: 35) diantaranya : (1) pengkajian teoritik di bidang pembelajaran/ pendidikan.
(2) pengkajian
hasil-hasil penelitian
yang
relevan
dengan
permasalahan, (3) diskusi dengan rekan sejawat, pakar pendidikan, peneliti lain, dan sebagainya, (4) pengkajian pendapat dan saran pakar pendidikan khususnya yang dituangkan dalam bentuk program, (5) perefleksian pengalaman sebagai guru.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir diatas, maka dalam penelitian ini dapat di kemukakan hipotesis tindakan sebagai berikut: meningkatkan kemampuan memahami sifat-sifat cahaya dalam pembelajaran IPA melalui model quantum learning pada peserta didik kelas V SD Negeri 1 Karangpelem tahun ajaran 2010/2011.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di SD negeri Karangpelem 1 Kecamatan Kedawung
Kabupaten
Sragen.
Pemilihan
tempat
ini
didasarkan
pada
pertimbangan sekolah tersebut belum pernah digunakan untuk penelitian sejenis sehingga mengurangi kemungkinan terjadi penelitian ulang dan juga letaknya dekat dengan tempat tinggal peneliti 2. Waktu Penelitian Penelitian ini berlangsung selama 7 bulan dari bulan Januari hingga bulan Juli 2011. Rincian penelitian tersebut sebagai berikut : penyusunan dan pengajuan proposal, mengurus ijin penelitian, persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, analisis data, penyusunan skripsi dan sidang skripsi, revisi, penggandaan dan penjilidan. Adapun rencana waktu penelitian selengkapnya pada tabel 04 berikut:
commit to user 37
37
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
Tabel 04. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Bulan N o
Kegiatan
1 Penyusunan dan pengajuan proposal
2 Mengurus izin penelitian
Jan Feb Maret April Mei Juni Juli 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 X X X X X X
X
4 Pelaksanaan A Pelaksanaan pra siklus B Penyusunan instrumen C Pelaksanaan siklus I D Pelaksanaan siklus II
X
X
X
X
6 Analisis data
X X
7 Penyusunan skripsi
X X X X X X X X X X
8 Sidang skripsi
X
8 Revisi
X
9 Penggandaan dan penjilidan
X X
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
B. Subjek Penelitian Subjek penelitian tindakan ini adalah peserta didik dan guru kelas V SD Negeri 1 Karangpelem Tahun Ajaran 2010/2011 peserta didik yang dijadikan subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas V dengan jumlah peserta didik 34 anak yang terdiri dari 13 peserta didik perempuan dan 21 peserta didik laki-laki. Sementara guru kelas yang dijadikan subjek penelitian adalah ibu Wariyati, S.Pd.
C. Bentuk dan Strategi Penelitian 1. Bentuk Penelitian Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) pada mata pelajaran IPA di SD Negeri 1 Karangpelem Kecamatan Kedawung Kabupaten Sragen dengan menerapkan model quantum learning. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan (Hopkins, 1993 dalam Rochiati Wiriattmadja, 2008: 11). Penelitian tindakan kelas adalah kegiatan penelitian yang dilakukan di dalam kelas. Penelitian tindakan kelas termasuk penelitian yang reflektif. Kegiatan penelitian dimulai dari permasalahan yang riil yang dihadapi oleh guru dalam kegiatan pembelajaran, kemudian direfleksikan untuk mencari kekurangan yang terjadi dalam pembelajaran dan pemecahan masalahnya. Setelah itu, masalah ditindaklanjuti
dengan
tindakan-tindakan
perbaikan
yang terencana
dan
terstruktur. Oleh karena itu, penelitian tindakan kelas membutuhkan kerjasama antara peneliti, guru, peserta didik, dan anggota sekolah yang lain untuk menciptakan suatu kinerja yang optimal. Prinsip utama dalam PTK adalah pemberian tindakan dalam siklus yang bertahap dan berkelanjutan sampai memperoleh hasil yang ditetapkan/ ditargetkan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Suhardjono dalam Suharsimi Arikunto (2008: 73), bahwa PTK dilaksanakan dalam bentuk siklus berulang yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
didalamnya terdapat empat tahapan utama kegiatan, yaitu (a) perencanaan, (b) tindakan, (c) pengamatan, (d) refleksi.
2. Strategi Penelitian Dalam penelitian tindakan kelas ini, strategi yang digunakan adalah tindakan siklus. Tindakan ini menggunakan cara putaran atau putaran berkali-kali, artinya dalam PTK bisa menggunakan beberapa siklus tindakan. Didalam setiap siklus tindakan terdapat beberapa kegiatan sebagai berikut: a. Tahap perencanaan Tahap perencanaan tindakan meliputi langkah-langkah sebagai berikut : 1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) IPA materi sifat-sifat cahaya dengan kerangka pembelajaran Tandur. 2) Membuat dan menyiapkan instrument penelitian berupa lembar observasi/ pengamatan aktivitas peserta didik dan kinerja guru selama melakukan kegiatan pembelajaran di kelas. 3) Mempersiapkan dan merancang tindakan yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. 4) Mempersiapkan media yang akan digunakan. b. Tahap pelaksanaan Tahap
pelaksanakan
tindakan
dilakukan
dengan
melaksanakan
pembelajaran sesuai rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Pelaksanaan pembelajaran diamati dan direfleksikan. c. Tahap observasi Observasi berupa pengamatan hasil atau dampak dari tindakan-tindakan yang dilakukan peserta didik dalam proses pembelajaran. Pada tahap ini dilakukan dengan mengamati penerapan tindakan yang sudah direncanakan pada pembelajaran yang sesungguhnya. Pada tahap ini observer berpedoman pada pedoman observasi, mengamati pelaksanaan pembelajaran sehingga memperoleh data tentang aktivitas peserta didik dan kinerja guru, kekurangan pelaksanaan tindakan dapat dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
d. Tahap refleksi Refleksi adalah mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan pada tahap refleksi diawali dengan menganalisis hasil pengamatan sehingga diperoleh simpulan tentang bagian yang telah mencapai tujuan penelitian dan bagian yang masih perlu diperbaiki. Dari hasil penarikan kesimpulan tersebut dapat diketahui apakah penelitian ini mencapai keberhasilan dengan adanya peningkatan kemampuan memahami atau tidak. Supardi dalam Suharsimi Arikunto (2008: 133) menjelaskan bahwa refleksi (reflection) adalah kegiatan mengulas secara kritis ( reflective) tentang perubahan yang terjadi (a) pada peserta didik; (b) suasana kelas; dan (c) guru. Pada tahap ini peneliti dan guru menjawab pertanyyan mengapa (why), bagaimana (how), dan seberapa jauh (to what extent) tindakan telah menghasilkan perubahan secara signifikan.
D. Jenis Data dan Sumber Data 1. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1) Data kualitatif yang berupa daftar nama peserta didik kelas V, hasil pengamatan aktivitas peserta didik maupun guru, hasil dokumentasi, serta dokumen yang berisi kurikulum yaitu silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). 2) Data Kuantitatif yang berupa daftar nilai peserta didik sebelum dan sesudah dilaksanakan penelitian. 2. Sumber Data Data penelitian diperoleh dari berbagai sumber. Sumber data atau informasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini sebagian besar berupa data kualitatif. Sumber data atau informasi tersebut meliputi: 1) Sumber data primer yaitu peserta didik kelas V SD Negeri 1 Karangpelem Kecamatan Kedawung Kabupaten Sragen. 2) Sumber data sekunder diantaranya: dokumentasi, hasil observasi, hasil wawancara, dan hasil tes.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data Sesuai dengan bentuk penelitian tindakan kelas dan juga jenis sumber data yang dimanfaatkan, maka teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Dokumentasi Menurut Elliot (1991, dalam Rochiati Wiriattmadja, 2008: 121) ada bermacam-macam dokumen yang dapat membantu dalam pengumpulan data, diantaranya: silabi dan rencana pembelajaran, laporan diskusi-diskusi tentang kurikulum, berbagai macam ujian dan tes, laporan rapat, laporan tugas siswa, bagian-bagian dari buku teks yang digunakan dalam pembelajaran, contoh essay yang ditulis siswa. Dalam penelitian ini juga menggunakan dokumen yang berupa dokumen foto dan rekaman video. Dokumentasi foto dan rekaman kegiatan pembelajaran, merupakan instrument yang penting, yaitu sebagai bukti kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian. Melalui dokumen foto dan rekaman yang diambil adalah pada saat guru melaksanakan pembelajaran tiap siklus. 2. Observasi Menurut Sarwiji Suwandi (2009: 38) Observasi adalah segala upaya merekam segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama tindakan dan kegiatan yang terjadi selama tindakan perbaikan itu berlangsung dengan atau tanpa alat bantu. Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, aktivitas, perilaku, tempat atau lokasi, dan benda, serta rekaman gambar. Dalam teknik observasi ini dapat dibagi menjadi: (1) observasi tak berperan sama sekali ( non-participant observation), (b) observasi berperan (participant observation) yang terdiri dari (a) berperan pasif, (b) berperan aktif, dan (c) berperan penuh (Spradley dalam H.B. Sutopo, 2006:75). Observasi yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah observasi langsung dan partisipatif. Observasi langsung (direct observation) adalah suatu pengamatan pada kegiatan yang dilakukan tanpa perantara (secara langsung) terhadap objek yang diteliti. Observasi dilakukan di SDN 1 karangpelem untuk mengetahui persiapan, perhatian, keaktifan, dan kemampuan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
memahami peserta didik dalam mata pelajaran IPA khususnya sifat-sifat cahaya selama proses pembelajaran berlangsung dengan menerapkan model quantum learning. Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai observer. Observasi difokuskan pada aktivitas peserta didik dalam mengikuti pembelajaran serta observasi terhadap kinerja guru dalam pembelajaran. Observasi yang dilakukan berpedoman pada lembar observasi aktivitas belajar peserta didik maupun lembar observasi untuk guru. Observasi terhadap aktivitas peserta didik dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui aktivitas belajar peserta didik kelas V SD negeri 1 Karangpelem setelah penerapan model quantum learning dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Lembar observasi guru bertujuan untuk mengetahui optimalisasi penggunaan model quantum learning. 3. Wawancara Menurut Denzin dalam Goetz dan LeCompte (1984, dalam Rochiati wiriattmadja, 2008: 117) wawancara merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan hal-hal yang dipandang perlu. Menurutnya ada tiga macam wawancara, yakni wawancara baku dan terjadwal, wawancara baku dan tidak terjadwal, serta wawancara tidak baku. Pendapat lain menurut Hopkins (1993, dalam Rochiati Wiriaatmadja, 2008:117) wawancara adalah suatu cara untuk mengetahui situasi tertentu di dalam kelas dilihat dari sudut pandang yang lain. Orang-orang yang diwawancarai dapat termasuk beberapa orang peserta didik, kepala sekolah, beberapa teman sejawat, pegawai tata usaha sekolah, orang tua siswa, dan lain-lain. Wawancara dilakukan dengan guru kelas SD Negeri 1 Karangpelem, sesuai dengan pedoman wawancara yang bertujuan untuk menggali informasi guna memperoleh data yang berkaitan dengan perubahan peserta didik dan kegiatan pembelajaran sebelum dan sesudah penerapan model quantum learning pada peserta didik kelas V SD Negeri 1 Karangpelem.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
4. Tes Pengertian tes menurut Arikunto (1984, dalam Iskandarwassid& Dadang ur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan
Lebih lanjut menurut Nurkancana (1986, dalam Iskandarwassid & Dadang Sunendar, 2008: 179): tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut, yang dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau dengan standar yang ditetapkan, untuk mendapatkan data tentang nilai dan prestasi siswa tersebut yang dapat dibandingkan dengan yang dicapai kawan-kawan atau nilai standar yang Pengertian tes menurut definisi tersebut apabila dikaitkan dengan pelaksanan pembelajaran di kelas maka tes adalah suatu alat yang digunakan oleh guru untuk memperoleh informasi tentang keberhasilan peserta didik dalam kemampuan memahami suatu materi yang telah diberikan oleh guru. Dilihat dari bentuk tes menurut Sarwiji Suwandi (2009: 48) dapat dibedakan menjadi tes subjektif (essay) dan tes objektif (short answer test), yang terdiri dari tes jawaban benar salah (true-false), pilihan ganda (multiple choice), isian singkat (completion), dan penjodohan (matching). Dalam penelitian ini tes akan dilaksanakan setiap akhir pembelajaran atau setiap akhir pertemuan sebagai evaluasi. Pemberian tes dimaksudkan untuk mengukur kemampuan memahami peserta didik kelas V SD Negeri 1 Karangpelem pada materi sifat-sifat cahaya setelah tindakan pembelajaran menggunakan model quantum learning sesuai dengan siklus yang ada, dimana sebelum tindakan juga dilaksanakan tes kemampuan awal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
F. Validitas Data Untuk menjamin kepercayaan data yang diperoleh melalui penelitian maka perlu dilakukan validitas data agar dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument (Suharsimi Arikunto, 2006: 168). Dalam penelitian ini untuk menguji validitas data dengan menggunakan trianggulasi. Trianggulasi adalah teknik pemeriksaaan validitas data dengan memanfaatkan sarana diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembandingan data (Lexy J. Moeleong, 1995:178 dalam Sarwiji Suwandi, 2009: 60). Teknik trianggulasi yang digunakan yaitu trianggulasi sumber data dan trianggulasi metode. Adapun yang dimaksud kedua hal tersebut adalah: 1. Trianggulasi sumber data Trianggulasi
sumber
data
adalah
mengarahkan
peneliti
untuk
mengumpulkan data melalui berbagai sumber data yang berbeda. Dalam hal ini data yang sama atau sejenis akan lebih akurat jika digali dari beberapa sumber data yang berbeda. Pada penelitian ini mendapat data perbandingan nilai mata pelajaran IPA dari guru kelas V SD Negeri 1 Karangpelem. Peneliti juga mendapatkan nilai dari data nilai kemampuan awal kelas V SD Negeri 1 Karangpelem. Dari sumber data yang berbeda-beda ini, data sejenis dapat teruji kemantapan dan kebenarannya. 2. Trianggulasi metode Trianggulasi metode, yaitu peneliti mengumpulkan data sejenis dengan menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda. Peneliti menggunakan metode pengumpulan data berupa observasi terhadap kegiatan pembelajaran guru dan aktivitas peserta didik kelas V SD Negeri 1 Karangpelem, kemudian diuji dengan pengumpulan data sejenis dengan menggunakan teknik dokumentasi (foto dan video) pada pelaku kegiatan pembelajaran IPA tentang sifat-sifat cahaya di kelas V SD Negeri 1 Karangpelem. Dari beberapa data yang diperoleh lewat teknik pengumpulan data yang berbeda tersebut hasilnya dibandingkan dan dapat ditarik kesimpulan agar diperoleh data yang lebih kuat validitasnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
G. Teknik Analisis Data Teknik analis data yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan teknik analisis data oleh Sarwiji Suwandi (2009: 61), untuk menganalisis datadata yang telah berhasil dikumpulkan antara lain dengan teknik deskriptif komparatif ( statistik deskriptif komparatif) dan teknik analisis kritis. Teknik deskriptif komparatif digunakan untuk data kuantitatif, sedangkan teknik analisis kritis digunakan untuk data kualitatif. Adapun penjelasan dari kedua teknik tersebut sebagai berikut : 1. Teknik statistik deskriptif komparatif Dalam penelitian ini peneliti membandingkan data kuantitatif antar siklus. Data kuantitatif yang dimaksud adalah nilai tes kemampuan memahami sifat-sifat cahaya pada kondisi sebelum tindakan, setelah siklus I dan setelah siklus II, kemudian diambil kesimpulan dari hasil nilai tes kedua siklus tersebut. 2. Teknik analisis kritis Pada penelitian ini, teknik analisis kritis yang dimaksud adalah mencakup kegiatan pengamatan untuk mengungkap kelemahan dan kelebihan kinerja guru dan aktivitas peserta didik dalam pembelajaran menggunakan model quantum learning. Hasil analisis tersebut dijadikan dasar dalam penyusunan perencanaan tindakan untuk tahap berikutnya sesuai dengan siklus yang ada. Analisis data dilakukan bersamaan dan/atau setelah pengumpulan data.
H. Indikator Kinerja Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan atau tolak ukur dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian (Sarwiji Suwandi, 2008:70). Indikator kinerja yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah meningkatnya kemampuan sifat-sifat cahaya dalam pembelajaran IPA pada peserta didik
kelas V SD Negeri 1 Karangpelem
Kecamatan Kedawung Kabupaten Sragen dengan menerapkan model quantum learning. Indikator penelitian ini berdasarkan silabus KTSP IPA kelas V dan batas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), yaitu 60.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
Pada siklus I pembelajaran dikatakan berhasil dan kemampuan memahami sifat-sifat cahaya meningkat/ berhasil jika secara klasikal peserta didik Pada siklus II, kemampuan memahami sifat-sifat cahaya meningkat/ berhasil jika peserta didik secara klasikal
I. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian adalah sebuah serangkaian tahap penelitian dari awal hingga akhir. Penelitian ini merupakan proses pengkajian sistem siklus/ berdaur. Dalam penelitian ini dilaksanakan 2 siklus. Prosedur penelitian mencakup tahapan-tahapan sebagai berikut: (1) perencanaan (planning), 2)
tindakan
(action), 3) mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan (observation and evaluation), 4) melakukan refleksi ( reflecting). Menurut Suharsimi Arikunto dkk (2008: 16), tahapan-tahapan dalam prosedur penelitian tersebut dapat digambarkan secara jelas sebagai berikut: Perencanaan
Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaan
Pengamatan
Gambar 3 : Model siklus Penelitian Tindakan Kelas Menurut Suharsimi Arikunto
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
Penerapan prosedur penelitian tersebut dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas yang akan dilaksanakan peneliti yaitu: 1. Siklus I Pada siklus I, pembelajaran dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan. Masing-masing pertemuan 3 jam pelajaran (3X35 menit). Masing-masing pertemuan dilaksanakan dengan tahapan yang sama. Pada siklus I pelaksanaan tindakan menerapkan model quantum learning dalam pembelajaran. Berikut tahapan pelaksanaan siklus I: a. Perencanaan 1)
Peneliti berkolaborasi dengan guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan kerangka pembelajaran Tandur untuk Pertemuan 1 dan 2 siklus I yang sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang sudah ditentukan..
2)
Menyiapkan lembar observasi aktivitas peserta didik, lembar observasi kinerja guru dalam pembelajaran
3)
Mempersiapkan media pembelajaran atau alat peraga yang akan digunakan dan sumber belajar yang diperlukan.
b. Tindakan 1) Pada awal pembelajaran guru melaksanakan kegiatan rutin kelas yaitu absensi dan berdoa, melakukan apersepsi untuk menggali kemampuan peserta didik dan menumbuhkan minat peserta didik untuk belajar. 2) Menyampaikan
tujuan
pembelajaran
yang
akan
dicapai
dan
menginformasikan alat-alat peraga yang akan digunakan. 3) Melaksanakan pembelajaran IPA dengan materi sifat-sifat cahaya dengan melaksanakan berbagai percobaan yaitu melakukan percobaan cahaya merambat lurus, sifat cahaya yang mengenai berbagai benda(bening, berwarna, gelap), percobaan pembiasan cahaya. 4) Kelas dibagi menjadi 7 kelompok yang anggotanya 4-5 peserta didik, kemudian masing-masing kelompok berdiskusi melakukan percobaan dan mengerjakan lembar kerja peserta didik (LKPD) yang diberikan guru.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
5) Peserta didik melaporkan hasil diskusinya dan kelompok lain sebagai pengamata dan korektor. selanjutnya guru memberikan umpan balik dan penguatan terhadap materi yang dipelajari. 6) Setelah kegiatan pembelajaran selesai, peserta didik mengerjakan soal secara individu. Pelaksanaan tindakan pada siklus 1 adalah 2 x pertemuan, yakni pertemuan pertama melakukan percobaan diatas, sedangkan pertemuan kedua melakukan percobaan pemnatulan cahaya, percobaan pembentukan bayangan pada cermin (datar, cekung, cembung), percobaan cahaya putih teruri menjadi beberapa warna. c. Observasi Observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas peserta didik dan kinerja guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai observer. Sasaran yang diamati adalah aktivitas peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran menggunakan model quantum learning, mencatat hambatan-hambatan yang dijumpai dalam pembelajaran dan sebagainya yang akan bermanfaat untuk perbaikan. d. Refleksi Refleksi dilakukan di akhir siklus pertama. Refleksi dilaksanakan untuk mengetahui bagian yang sudah sesuai dengan tujuan penelitian, masalah-masalah yang muncul saat kegiatan pembelajaran, dan bagian yang masih perlu diperbaiki, berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh pengamat/ observer. Hasil pengamatan tersebut kemudian dianalisis dan didiskusikan dengan guru kelas. Selain itu, hasil evaluasi/ tes tertulis peserta didik juga dianalisis untuk mengetahui sejauh mana peserta didik menguasai materi yang disampaikan dengan menerapkan model quantum learning. Analisis terhadap hasil pengamatan dan hasil tes tertulis peserta didik, dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui hasil atau dampak pelaksanaan tindakan. Hasil refleksi menunjukkan aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran belum sepenuhnya tampak. Sebagian peserta didik masih belum memahami materi yang dipelajari, karena mereka belum terbiasa dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
pembelajaran yang melibatkan peserta didik aktif dalam pembelajaran. Peserta didik masih belum berani dan terkesan ragu-ragu saat menyampaikan pendapat. Peserta didik belum menjawab dengan benar pertanyaan yang diajukan guru. Pada saat mengerjakan lembar kerja kelompok masih banyak peserta didik yang egois mengerjakan sendiri, ada juga yang sibuk bermain sendiri. Namun demikian kemampuan memahami peserta didik lebih meningkat dibanding dengan kemampuan awal dengan rata-rata 57.02 meningkat menjadi 66.61 pada siklus I dan memenuhi indikator ketercapaian kinerja siklus I yaitu persentase ketuntasan klasikal
mencapai 70%. Dari hasil refleksi tersebut dapat disusun rencana
perbaikan untuk siklus II. Masalah-masalah yang muncul pada siklus I, dicari pemecahannya dan menentukan tindakan untuk memperbaikinya sedangkan kelebihan-kelebihannya dipertahankan dan ditingkatkan.
2. Siklus II Pelaksanaan siklus II merupakan hasil refleksi/ perbaikan dari siklus I. pelaksanaan siklus II dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan, masing-masing pertemuan 3 jam pelajaran (3X35 menit). Pada siklus II peneliti mengoptimalkan tercapainya
indikator
kemampuan
memahami
sifat-sifat
cahaya
dengan
menerapkan model quantum learning secara kelompok besar serta meningkatkan aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran . Berikut tahapan pelaksanaan pada siklus II: a. Perencanaan 1)
Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang sudah ditentukan. Indikator RPP siklus II merupakan pendalaman indikator RPP siklus I.
2)
Menyiapkan lembar observasi aktivitas peserta didik dan lembar observasi kinerja guru dalam pembelajaran.
3)
Mempersiapkan media pembelajaran atau alat peraga yang akan digunakan dan sumber belajar yang diperlukan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
b. Tindakan Tindakan pada siklus II sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun. Tindakan pada siklus II merupakan penyempurnaan tindakan pada siklus I. Pada tahap ini guru mengoptimalkan penerapan model quantum learning untuk memperbaiki kekurangan dan masalah yang muncul pada siklus I. skenario model pembelajaran tersebut harus lebih melibatkan dan mengaktifkan peserta didik, sehingga aktivitas / sikap peserta didik dalam pembelajaran dapat diperbaiki, pembelajaran lebih menyenangkan dan dapat meningkatkan kemampuan memahami peserta didik pada materi tersebut. Berikut tahapan pelaksanaan pada siklus II: 1) Pada awal pembelajaran guru melaksanakan kegiatan rutin kelas yaitu absensi dan berdoa, melakukan apersepsi untuk menggali kemampuan peserta didik dan menumbuhkan minat peserta didik untuk belajar. 2) Menyampaikan
tujuan
pembelajaran
yang
akan
dicapai
dan
menginformasikan alat-alat peraga yang akan digunakan. 3) Melaksanakan pembelajaran IPA dengan materi sifat-sifat cahaya dengan melaksanakan berbagai percobaan yaitu melakukan percobaan cahaya merambat lurus, sifat cahaya yang mengenai berbagai benda(bening, berwarna, gelap), percobaan pembiasan cahaya. 4) Kelas dibagi menjadi 11 kelompok yang anggotanya 3-4 peserta didik, kemudian masing-masing kelompok berdiskusi melakukan percobaan dan mengerjakan lembar kerja peserta didik (LKPD) yang diberikan guru. 5) Peserta didik melaporkan hasil diskusinya dan kelompok lain sebagai pengamata dan korektor. selanjutnya guru memberikan umpan balik dan penguatan terhadap materi yang dipelajari. 6) Setelah kegiatan pembelajaran selesai, peserta didik mengerjakan soal secara individu. c. Observasi Observasi yang dilakukan pada siklus II ini masih sama dengan observasi pada siklus I, yaitu mengobservasi aktivitas peserta didik dan kinerja guru dalam pembelajaran menerapkan model quantum learning.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
d. Refleksi Refleksi dilakukan untuk mengetahui keefektifan penggunaan model quantum learning untuk meningkatkan kemampuan memahami peserta didik pada materi sifat-sifat cahaya dan meningkatkan proses pembelajaran IPA. Untuk melihat peningkatan kemampuan memahami peserta didik pada materi tersebut, dapat dilihat dari hasil evaluasi peserta didik pada materi tersebut. Untuk melihat peningkatan proses pembelajaran IPA dapat dilihat dari hasil observasi aktivitas peserta didik dan aktivitas kinerja guru pada saat pembelajaran berlangsung Dari hasil observasi dan nilai hasil evaluasi kemampuan memahami sifatsifat cahaya siklus II ternyata ada peningkatan. Nilai hasil aktivitas peserta didik dan kinerja guru dalam pembelajaran juga mengalami peningkatan. Dari analisis hasil evaluasi kemampuan memahami sifat-sifat cahaya pada peserta didik kelas V SD Negeri 1 Karangpelem maka diperoleh peningkatan nilai rata-rata kelas pada kondisi awal 57.02 meningkat pada siklus I menjadi 66.61 dan pada siklus II meningkat 74.63 dan prosentase ketuntasan klasikal pada kondisi awal 44% pada siklus I prosentase ketuntasan klasikal74% dan pada siklus II meningkat menjadi 84% Dari pengolahan nilai akhir kemampuan memahami sifat-sifat cahaya siklus II maka indikator kinerja siklus II yaitu persentase ketuntasan klasikal mencapai 80% sudah tercapai. Selain prosentase ketuntasan klasikal meningkat, nilai rata-rata hasil evaluasi kemampuan memahami sifat-sifat cahaya juga meningkat. Dari hasil tindakan pada siklus I dan II maka peneliti mencukupkan penelitian pada siklus II, karena indikator kinerja yang telah ditargetkan sudah tercapai.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Karangpelem. Secara geografis SD Negeri 1 Karangpelem terletak di Kecamatan Kedawung, yang beralamatkan di Sawit Rt.05/Rw II, Karangpelem, Kedawung, Sragen. Sekolah ini juga sangat strategis karena berada di pinggir jalan raya Solo-Batujamus dan dekat dengan pemukiman penduduk. SD Negeri 1 Karangpelem merupakan sekolah dasar
yang
berstatus
negeri
dengan
Nomor
Statistik
Sekolah
(NSS)
101031404008 dan Nomor Induk Sekolah (NIS) yaitu 20313301 yang dikepalai oleh bapak Tukidhi, Ama.Pd. SD Negeri 1 Karangpelem, didukung oleh 14 personil tenaga pengajar yang terdiri dari satu kepala sekolah, lima guru kelas, satu guru Agama Islam, satu guru Agama Kristen, satu guru Penjaskes, empat guru wiyata bakti dan satu penjaga. Semua personil telah melaksanakan tugasnya masing-masing dengan baik sesuai dengan tanggungjawabnya. Jumlah peserta didik SD Negeri 1 Karangpelem pada tahun ajaran 2010/2011 adalah 186 peserta didik. Dengan perincian sebagai berikut: kelas I sebanyak 28 peserta didik, kelas II sebanyak 24 peserta didik, kelas III sebanyak 38 peserta didik, kelas IV sebanyak 32 peserta didik, kelas V sebanyak 34 peserta didik, dan kelas VI sebanyak 30 peserta didik. Peserta didik SD Negeri 01 Karangpelem berasal dari berbagai latar belakang sosial yang berbeda-beda. SD Negeri 1 Karangpelem memiliki ruang kelas yang menunjang untuk terlaksananya proses pembelajaran. Di dalam SD ini terdapat beberapa gedung yang terdiri dari 6 ruang kelas, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 perpustakaan, 1 UKS,1 mushola, 1 gudang, 4 kamar mandi, dan 1 tempat parkir.
commit to user 53
53
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
2.
Deskripsi Data
a. Deskripsi Kondisi Awal (Pra-Siklus) Kegiatan awal yang dilakukan peneliti yaitu melakukan kegiatan observasi dan wawancara dengan guru kelas dengan tujuan untuk mengetahui keadaan nyata yang ada di lapangan dan permasalahan yang dihadapi (hasil wawancara dan observasi pra-siklus dapat dilihat pada lampiran 1, 2, dan 3). Dari hasil pengamatan pembelajaran IPA di kelas, ternyata guru kurang dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Pembelajaran yang dilakukan masih berpusat pada guru (teacher centered) yaitu dengan ceramah kemudian mencatat. Peserta didik hanya pasif mendengarkan penjelasan guru, kemudian mencatat dan mengerjakan soal, sehingga pembelajaran yang diberikan kurang bermakna dan peserta didik lebih cenderung untuk menghafal dan tidak memahaminya. Selain itu ketika guru sedang menjelaskan materi banyak peserta didik yang tidak memperhatikan, mereka banyak bercanda dengan temannya. Melihat hal itu peneliti membuat kesimpulan awal bahwa proses pembelajaran IPA tergolong rendah atau kurang baik. Berdasarkan hasil tes kemampuan awal yang diberikan oleh peneliti untuk mengetahui tingkat kemampuan memahami peserta didik tentang sifat-sifat cahaya. Dari hasil tes kemampuan awal tersebut juga masih rendah, dimana 19 atau 56% peserta didik dari jumlah keseluruhan peserta didik kelas V SD Negeri 1 Karangpelem yang berjumlah 34 masih mendapat nilai dibawah KKM yang ditetapkan. Daftar nilai kemampuan memahami peserta didik kelas V pada kondisi awal (pra siklus) dapat dilihat pada lampiran 7. Adapun tabel hasil tes kemampuan memahami sifat-sifat cahaya peserta didik kelas V SD Negeri 1 Karangpelem pada pra siklus dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
Tabel 05. Daftar Nilai Kemampuan Awal (Pra Siklus) Kemampuan Memahami Sifat-Sifat Cahaya Peserta Didik Kelas V
No 1 2 3 4 5 6 7
Nilai Tengah (xi) 34 43 52 61 70 79 88
Frekuensi (fi)
Interval 30 38 39 47 48 56 57 65 66 74 75 83 84 92 Jumlah
fi.xi
Prosentase %
3 102 4 172 12 624 5 305 7 490 2 158 1 88 34 1939 Nilai Rata - Rata Kelas: 57,02 Ketuntasan klasikal : 15 : 34 x 100%= 44%
9 12 35 15 21 6 3 100
Dari tabel di atas dapat disajikan dengan histogram pada gambar 04 sebagai berikut:
14 12
F 12 r 10 e k 8 u e 6 n 4 s 2 i
7 5
4
3
2
1
0
29.5 92.5
38.5
47.5
56.5
65.5
74.5
83.5
Interval Nilai
Gambar 04. Histogram Kemampuan Memahami Sifat-Sifat Cahaya Peserta Didik Kelas V Kondisi Awal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
Berdasarkan tabel dan histogram di atas, kemampuan memahami sifatsifat cahaya peserta didik kelas V sebelum diterapkan model quantum learning diperoleh rata-rata kelas sebesar 57.02. Peserta didik yang memperoleh nilai 30 38 sebanyak 3 peserta didik atau 2%. Peserta didik yang memperoleh nilai 39
47
sebanyak 4 peserta didik atau 7%. Peserta didik yang memperoleh nilai 48
56
sebanyak 12 peserta didik atau 7%. Peserta didik yang memperoleh nilai 57
65
sebanyak 5 peserta didik atau 15%. Peserta didik yang memperoleh nilai 66
74
sebanyak 7 peserta didik atau 21%. Peserta didik yang memperoleh nilai 75
83
sebanyak 2 peserta didik atau 6%. Peserta didik yang memperoleh nilai 84
92
sebanyak 1 peserta didik atau 3%. Berdasarkan tabel 6 peserta didik yang mendapat nilai di bawah 60 (KKM) yaitu sebanyak 19 peserta didik atau 56%, dan peserta didik yang mendapat nilai sama atau di atas KKM yaitu 15 peserta didik atau 44%. Hal ini dapat diartikan bahwa ketuntasan klasikal sebesar 44% masih berada di bawah ketuntasan belajar yang ditetapkan yaitu sebesar 80% (KKM), dengan kata lain kemampuan memahami sifat-sifat cahaya peserta didik kelas V masih rendah. Dari nilai tersebut, maka perlu dilakukan tindakan perbaikan dalam pembelajaran yaitu dengan menerapkan model quantum learning. Penerapan model quantum learning
dalam pembelajaran IPA, diharapkan dapat
memperbaiki proses pembelajaran IPA dan meningkatkan kemampuan memahami sifat-sifat cahaya peserta didik kelas V SD Negeri 1 Karangpelem Tahun Ajaran 2010/2011
b. Deskripsi Siklus I Tindakan pada siklus I dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan. Adapun tahapan yang dilaksanakan sebagai berikut: a. Tahap Perencanaan 1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) IPA materi sifatsifat cahaya yang dilakukan oleh peneliti yang berkolaborasi dengan guru kelas V. Susunan RPP pertemuan 1 dapat dilihat pada lampiran 9 dan RPP pertemuan 2 pada lampiran 13.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
2) Mempersiapkan lembar observasi aktivitas peserta didik dan kinerja guru dalam pembelajaran (lembar observasi aktivitas peserta didik pada lampiran 11 dan15, lembar observasi kinerja guru pada lampiran 12 dan 16). 3) Mempersiapkan fasilitas dan media pendukung yang akan digunakan. Ruang belajar yang digunakan diatur tempat duduknya yang berbeda dengan biasanya dengan membentuk lingkaran-lingkaran kecil membentuk kelompok. Meyiapkan media yang akan digunakan dalam percobaan seperti, karton tebal, lilin, senter, benda-benda bening dan benda gelap, cermin datar dan lengkung, kaca dan lain sebagainya. b.
Tahap Pelaksanaan / Tindakan Pada tahap pelaksanaan, peneliti bertindak sebagai observer, dan guru
kelas sebagai pengajar/ melaksanakan tindakan . Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah disusun dan jadwal pelajaran IPA di SD Negeri 1 Karangpelem, yaitu satu siklus dilaksanakan 2 kali pertemuan. Masing-masing pertemuan 3 jam pelajaran (3X35 menit). Berikut pelaksanaan pembelajaran pada siklus I: 1) Pertemuan 1 Pertemuan 1 siklus I dilaksanakan pada hari Jumat , 11 Maret 2011. Pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan RPP yang telah dibuat pada tahap perencanaan (RPP pada lampiran 9). Pelaksanaan tindakan pada pertemuan 1 siklus I, yaitu dengan menerapkan model quantum learning secara kelompok serta menggunakan media pembelajaran berupa alat-alat percobaan untuk membuktikan sifat-sifat cahaya . Dalam pelaksanaan tindakan, peneliti bertindak sebagai observer. Pada pertemuan pertama pada siklus I ini, indikator yang ingin dicapai adalah sebagai berikut: (1) Kognitif Produk 6.1.1 Mengidentifikasi sumber-sumber cahaya. 6.1.2 Membedakan sumber cahaya alami dan buatan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
6.1.3 Mengidentifikasi sifat-sifat cahaya. 6.1.4 Membuktikan sifat cahaya merambat lurus. 6.1.5 Mendemonstrasikan sifat-sifat cahaya yang mengenai berbagai benda (bening, berwarna, dan gelap). 6.1.6 Mendiskripsikan sifat cahaya dapat dibiaskan. 6.1.7 Memberikan contoh peristiwa pembiasan cahaya dalam kehidupan seharihari. Proses 6.1.8 Mengumpulkan data-data tentang sumber-sumber cahaya dan sifat-sifat cahaya. 6.1.9 Melakukan percobaan sifat-sifat cahaya bersama-sama dengan kelompok. (2) Afektif (a) Perilaku
berkarakter
:
kedisipilinan,
kejujuran,
keaktifan
dalam
pembelajaran dan tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. (b)Keterampilan sosial : bertanya, menjawab pertanyaan, mendengarkan dan memperhatikan. (3) Psikomotor a. Menunjukkan cara melakukan percobaan untuk membuktikan sifat-sifat cahaya. Untuk mencapai indikator diatas peneliti menerapkan model quantum learning dengan menggunakan metode ceramah bervariasi, tanya jawab, demonstrasi/
percobaan,
diskusi,
pengamatan,
dan
penugasan
dalam
pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dimulai dengan mengkondisikan peserta didik baik fisik maupun psikis untuk memulai pembelajaran serta memberikan motivasi dan menumbuhkan minat peserta didik untuk belajar dengan melakukan apersepsi, guru menayakan kepada peserta didik, misal bagaimana ya kalo di bumi kita tidak ada matahari, bagaimana suasananya? ketika dirumah kalian mati lampu bagaimana keadaannya? dan sebagainya. Setelah peserta didik menjawab pertanyaan-guru kemudian guru menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada pertemuan tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
Guru memulai kegiatan inti dengan mengadakan eksplorasi, dimana hal tersebut untuk mengetahui sejauh mana peserta didik memahami materi IPA tentang sifat-sifat cahaya yang akan dipelajari. Sebelum masuk ke materi sifatsifat cahaya guru menanyakan tentang sumber-sumber cahaya terlebih dahulu untuk menggali pengetahuan awal peserta didik Guru mengemukakan permasalahan kontekstual berkaitan dengan sifatsifat cahaya yang harus diselesaikan peserta didik secara berkelompok (7 kelompok kecil), kemudian guru mengajak peserta didik untuk menyelesaikan lembar kerja peserta didik melalui percobaan seperti berikut: membuktikan cahaya merambat lurus dengan memanfaatkan berkas cahaya lilin yang melewati 3 karton tebal yang disusun sejajar, sifat cahaya yang mengenai berbagai benda (bening, berwarna,
gelap),
membuktikan
peristiwa
pembiasan
cahaya
dengan
menngunakan pensil yang dimasukkan kedalam gelas berisi air. Ketika peserta didik melakukan percobaan tersebut, guru membimbing peserta didik dengan mendatangi setiap kelompok dan menanyakan ada hal yang ingin ditanyakan atau tidak. Guru mengajak setiap anggota kelompok aktif dalam pembelajaran. Setelah peserta didik selesai mengerjakan tugasnya, masing-masing kelompok melaporkan hasil kerjanya dan kelompok yang tidak membacakan sebagai pengamat dan korektor. Guru memberikan umpan balik dan penguatan atas hasil kerja peserta didik dengan memberikan penghargaan berupa tepukan tangan, bernyanyi bersama, bercerita di akhir pembelajaran. Setelah
pelaporan
hasil
selesai,
guru
bersama
peserta
didik
menyimpulkan hasil percobaan tentang cahaya dan sifat-sifatnya. Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan seputar sifat-sifat cahaya untuk mengingatkan peserta didik agar lebih memahami materi yang dipelajari dengan sering mengadakan pengulangan, karena dalam pembelajaran quantum unsur (ulangi) salah satu aspek yang ditekankan Pada akhir pembelajaran guru memberikan refleksi dan penguatan dengan menanyakan kembali materi yang sudah diajarkan. Peserta didik mengerjakan soal evaluasi kemampuan memahami sifat-sifat cahaya. Guru
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
memberikan pekerjaan rumah untuk membaca kembali materi yang telah dipelajari hari ini dan sifat-sifat cahaya yang belum dipelejari. 2) Pertemuan 2 Pertemuan 2 siklus 1 dilaksanakan pada hari Selasa, 15 Maret 2011. Pelaksanaan pertemuan 2 siklus I sesuai dengan RPP yang telah disusun pada tahap perencanaan (RPP pada lampiran 13). Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan 2, masih sama dengan pertemuan 1 siklus I yaitu menerapkan model quantum learning, akan tetapi indikator yang akan dicapai berbeda dari pertemuan 1 siklus I. Pada pertemuan kedua ini peneliti masih bertindak sebagai observer. Adapun indikator yang ingin dicapai adalah sebagai berikut: (1) Kognitif Produk 6.1.1 Mengidentifikasi sifat bayangan yang dihasilkan cermin datar. 6.1.2 Mengidentifikasi sifat bayangan yang dihasilkan cermin cekung. 6.1.3 Mengidentifikasi sifat bayangan yang dihasilkan cermin cembung 6.1.4 Membuktikan cahaya putih terurai menjadi beberapa warna 6.1.5 Mendiskripsikan proses terjadinya pelangi 6.1.6 Mendemonstrasikan pemantulan cahaya 6.1.7 Memberikan contoh peristiwa penguraian cahaya dalam kehidupan seharihari Proses 6.1.8 Mengumpulkan data-data tentang bayangan yang dihasilkan oleh cermin datar dan lengkung akibat pemantulan cahaya dan warna-warna yang dihasilkan akibat penguraian cahaya. 6.1.9 Melakukan percobaan pemantulan cahaya dan bayangan yang dihasilkan serta percobaan penguraian cahaya bersama-sama dengan kelompok. (2) Afektif 1) Perilaku berkarakter: kejujuran, keaktifan dalam pembelajaran dan tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. 2) Keterampilan sosial: bertanya, menjawab pertanyaan, mendengarkan dan memperhatikan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
(3) Psikomotor 1) Menunjukkan cara melakukan percobaan untuk membuktikan sifatsifat cahaya. Kegiatan pembelajaran pada pertemuan kedua ini dimulai dengan mengkondisikan peserta didik baik fisik maupun psikis untuk memulai pembelajaran serta memberikan motivasi dan menumbuhkan minat peserta didik untuk belajar dengan melakukan apersepsi, guru menayakan kepada peserta didik tentang materi lalu. Setelah itu guru menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Untuk mengulas materi sebelumnya guru memberikan pertanyaan awal tentang sifat-sifat cahaya yang sudah dibuktikan dan sumber-sumber cahaya. Guru mengadakan eksplorasi dengan menggali pengetahuan peserta didik tentang pelangi, warna-warna dari pelangi. Kemudian guru menggali kembali tentang macam-macam cermin (datar, cekung, cembung) dan meminta peserta didik menceritakan pengalamannya saat bercermin. Guru mengemukakan permasalahan kontekstual berkaitan dengan sifatsifat cahaya harus diselesaikan peserta didik secara berkelompok (7 kelompok kecil), kemudian guru mengajak peserta didik untuk menyelesaikan lembar kerja peserta didik melalui percobaan seperti berikut: melakukan percobaan pemantulan cahaya dengan menggunakan cermin datar; mencari sifat bayangan yang dihasilkan oleh cermin datar, cermin cekung dan cermin cembung; membuktikan cahaya putih terurai menjadi beberapa warna. Ketika peserta didik melakukan percobaan tersebut, guru membimbing peserta didik dengan mendatangi setiap kelompok dan menanyakan ada hal yang ingin ditanyakan atau tidak. Guru mengajak setiap anggota kelompok aktif dalam pembelajaran. Setelah peserta didik selesai mengerjakan tugasnya, masing-masing kelompok melaporkan hasil kerjanya dan kelompok yang tidak membacakan sebagai pengamat dan korektor. Guru memberikan umpan balik dan penguatan atas hasil kerja peserta didik dengan memberikan penghargaan berupa tepukan tangan, bernyanyi bersama.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
Setelah
pelaporan
hasil
selesai,
guru
bersama
peserta
didik
menyimpulkan hasil percobaan tentang cahaya dan sifat-sifatnya. Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan seputar sifat-sifat cahaya untuk mengingatkan peserta didik agar lebih memahami materi yang dipelajari dengan sering mengadakan pengulangan, karena dalam pembelajaran quantum unsur (ulangi) salah satu aspek yang ditekankan Pada akhir pembelajaran guru memberikan refleksi dan penguatan dengan menanyakan kembali materi yang sudah diajarkan. Peserta didik mengerjakan soal evaluasi kemampuan memahami sifat-sifat cahaya. c. Tahap Observasi Pada tahap observasi peneliti bertindak sebagai observer/ pengamat. Observer mengamati aktivitas peserta didik dan kinerja guru selama pembelajaran menggunakan model quantum learning. Aktivitas yang diamati berdasarkan lembar observasi yang telah dipersiapkan oleh peneliti. Hasil observasi aktivitas peserta didik dan kinerja guru dalam pembelajaran, kemudian dibandingkan dan disesuaikan dengan perolehan nilai kemampuan memahami peserta didik. Selain menggunakan lembar observasi, peneliti juga menggunakan foto dan rekaman camera digital untuk melihat kembali pembelajaran yang telah dilaksanakan. Berikut uraian hasil observasi pada Siklus I: 1) Pertemuan 1 Siklus I a) Hasil Observasi Aktivitas Peserta Didik (hasil observasi pada lampiran 11) Aktivitas peserta didik dalam pembelajaran menerapkan model quantum learning yang sudah baik meliputi: (a) peserta didik mendengarkan penjelasan guru saat menyampaikan materi pelajaran; (b) keantusiasan peserta didik untuk mengikuti pelajaran; (c) keterlibatan peserta didik dalam penggunaan media pembelajaran; (d) peserta didik mematuhi perintah dari guru, (e) keberanian untuk bertanya jika kurang jelas; (f) Kejujuran peserta didik saat mengerjakan tes yang diberikan oleh guru. Aktivitas peserta didik yang masih cukup baik dan perlu diperbaiki meliputi:
(a)
perhatian
peserta
didik
saat
commit to user
guru
memberi
penjelasan/
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
menyampaikan materi pelajaran, (b)respon peserta didik terhadap pertanyaan/ tugas yang diberikan oleh guru, (c) keterlibatan/ keaktifan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran, (d) peserta didik mampu menjawab pertanyaan yang diberikan guru dengan benar, (e) peserta didik mau mengemukakan pendapat/ jawaban dengan bahasa yang benar, (f) ketrampilan peserta didik dalam memcahkan masalah yang berhubungan dengan konsep matematika yang dipelajari, (g)adanya interaksi positif antara peserta didik -guru, peserta didik media yang digunakan, (h) kemampuan peserta didik untuk mengumpulkan data melalui percobaan yang dilakukan Aktivitas peserta didik yang masih kurang dan harus diperbaiki meliputi: (a) konsentrasi dan keseriusan peserta didik saat kegiatan pembelajaran, (b) Keberanian peserta didik untuk bertanya jika dirinya merasa kurang jelas, (c) tanggung jawab peserta didik terhadap tugas/ tes yang diberikan oleh guru. Dari hasil observasi aktivitas peserta didik dalam pembelajaran, penerapan model quantum learning dapat menarik perhatian, keantusiasan dan keaktifan peserta didik dalam mengikuti pelajaran Semua peserta didik memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru. Dari melakukan percobaan/ kegiatan yang mereka lakukan dapat mengumpulkan data tentang materi yang disampaikan. Namun, peserta didik kurang tanggap terhadap pertanyaan dari guru. Peserta didik yang antusias dan dapat menjawab pertanyaan dari guru hanya peserta didik itu-itu saja. Interaksi yang terjalin antara peneliti dengan peserta didik sudah cukup baik. Peserta didik juga mematuhi perintah yang diberikan oleh guru, misalnya: guru meminta peserta didik untuk menjawab pertanyaan yang diberikan guru, peserta didik mematuhi guru ketika menegur peserta didik yang ramai sendiri agar konsentrasi, dsb. Interaksi antara media dengan peserta didik juga sudah cukup baik, hal itu ditunjukkan dengan adanya kemauan peserta didik untuk melakukan berbagai percobaan. Selain itu, antara peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lain juga terdapat interaksi yang positif meskipun masih kurang, misalnya: ada peserta didik yang tidak mau berdiskusi dengan teman satu bangkunya karena merasa tidak cocok atau ada peserta didik yang egois mau mengerjakan sendiri.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
Peserta didik masih sangat sulit untuk mengemukakan pendapatnya, mereka banyak ragu-ragu dan merasa takut kalau salah. Tanggung jawab peserta didik untuk mengerjakan evaluasi masih kurang. terkadang peserta didik masih mengeluh dalam mengerjakannya. Namun secara keseluruhan aktivitas peserta didik dalam pembelajaran pada pertemuan pertama siklus I ini sudah baik. Hal ini bisa dilihar dari hasil observasi aktivitas peserta didik menunjukkan rata-rata 2,4. b) Observasi Kinerja Guru (hasil observasi pada lampiran 12) Kinerja guru dalam pembelajaran
menggunakan model quantum
learning sudah baik. Sebelum memulai pembelajaran guru selalu melakukan persiapan baik dalam mempersiapan RPP, ruang kelas, materi, media, dan kesiapan model quantum learning dalam mengikuti pelajaran. Guru sudah baik dalam menerapkan model quantum learning dalam pembelajaran IPA tentang sifat-sifat cahaya. Hanya saja guru masih kurang mampu mengajak peserta didik untuk terlibat aktif dalam pembelajaran, peserta yang aktif yang tertentu saja dan rata-rata peserta didik yang pandai. Guru sudah baik dalam mengajak peserta didik untuk menarik kesimpulan apa yang sedang mereka pelajari. namun, hanya beberapa peserta didik saja yang merespon pertanyaan dari guru, sedangkan yang lainnya diam seperti acuh tak acuh, purapura tidak mendengar. Guru sudah bersikap terbuka, perhatian, dan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya jika kurang jelas. Guru juga memberikan motivasi baik kepada peserta didik yang aktif maupun tidak aktif. Dalam pembelajaran guru juga sudah mengajarkan dari hal-hal yang mudah terlebih dahulu kemudian ke yang lebih sukar. Petunjuk dan penjelasan guru masih kurang jelas/ terlalu cepat sehingga peserta didik masih agak bingung. Adapun kinerja guru/ peneliti yang perlu diperbaiki yaitu: (a) menguasai kondisi kelas; (b) memantau kemajuan belajar/ kemampuan memahami peserta didik selama proses; (c) melibatkan peserta didik dalam mengambil kesimpulan; (d) memotivasi untuk berani menyampaikan pendapat. Secara keseluruhan kinerja guru dalam pembelajaran sudah baik, hal ini ditunjukkan dalam lembar observasi kinerja guru menunjukka rata-rata 2,8.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
2) Pertemuan 2 Siklus 1 a) Hasil Observasi Aktivitas Peserta didik (hasil observasi pada lampiran 15) Aktivitas peserta didik dalam pembelajaran menerapkan model quantum learning pertemuan 2 siklus I lebih baik dan meningkat dari pertemuan 1 siklus I. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya peserta didik yang merespon pertanyaan dari guru, dan lebih banyak yang menyampaikan pendapatnya. Peserta didik lebih semangat dalam melakukan percobaaan, walaupun ada sebagian peserta didik yang kurang menunjukkan keantusiasan. Ada
3
kelompok yang kurang serius dalam melakukan percobaan , mereka malah bermain dengan media yang digunakan. Meskipun dari hasil observasi terlihat banyak anak yang kurang bisa dikendalikan pada saat mengerjakan tugas kelompok yang mengakibatkan lamban dalam mengerjakannya, tetapi ketika guru mulai untuk menjelaskan dan menyimpulkan bersama perhatian peserta didik sudah mulai fokus kepada guru.. Hal itu dapat dilihat dari meningkatnya jumlah peserta didik yang berani mengemukakan pendapatnya dan jumlah peserta didik yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar, meskipun masih terdengar sahut-sahutan dalam menjawab pertanyaan. Interaksi yang positif antar peserta didik masih belum mengalami perkembangan karena masih ada peserta didik yang tidak mau diajak bekerja sama, mereka lebih memilih mengerjakan sendiri, mau bekerjasama jika dengan teman yang cocok, bahkan ada juga yang tidak mau mengerjakan dan sibuk dengan mainannya sendiri atau sibuk bermain dengan media yang ada. Tanggung jawab peserta didik untuk mengerjakan evaluasi sudah baik, mereka tidak mengeluh untuk mengerjakannya. Perhataian saat guru memberi penjelasan dan kejujuran peserta didik dalam mengerjakan evaluasi sudah sangat baik. Aktivitas peserta didik yang masih perlu diperbaiki yaitu: (a) interaksi yang positif antar peserta didik; (b) kemampuan menjawab pertanyaan dengan benar; (c) keseriusan mengerjakan tugas secara kelompok. Pada pertemuan kedua siklus I ini aktivitas peserta didik bisa dikatakan meningkat bila dibandingkan dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
pertemuan pertama. Hal ini ditunjukkan pada lembar aktivitas peserta didik dalam pembelajaran memperoleh rata-rata 2,6 dan masih masuk dalam kategori aktivitas peserta didik dalam pembelajaran baik. b)
Hasil Observasi Kinerja Guru (hasil observasi pada lampiran 16)
Kinerja guru dalam pembelajaran menerapkan model quantum learning lebih meningkat dari pertemuan sebelumnya. Guru sudah lebih matang dalam persiapan dan pelaksanaan tindakan. Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru sudah lebih banyak melibatkan/ mengaktifkan peserta didik. Peserta didik yang aktif dalam pembelajaran tidak hanya itu-itu saja, melainkan sudah hampir menyeluruh. Guru lebih bersahabat dan perhatian terhadap peserta didik, banyak memberikan motivasi kepada peserta didik, mendorong peserta didik yang pasif untuk berpartisipasi. Dalam pengambilan kesimpulan sudah lebih banyak melibatkan peserta didik. Setiap akhir pembelajaran guru melaksanakan evaluasi yang sudah disesuaikan dengan tujuan, materi, dan indikator yang telah ditetapkan. Namun demikian peneliti masih harus belajar mengkondisikan kelas pada saat adanya kerja kelompok. Serta perlu memberikan petunjuk dan perintah kepada peserta didik yang lebih mudah dipahami dan dimengerti peserta didik, sehingga ketika peserta didik mengerjakan tugasnya tidak banyak yang bertanya. Guru juga harus lebih banyak memberikan penghargaan berupa pujian ataupun tepukan tangan agar peserta didik lebih semangat dan antusias lagi dalam pembelajaran. Secara keseluruhan kinerja guru pada pertemuan kedua siklus I ini sudah meningkat dibandingkan dengan pertemuan pertama. Hal ini ditunjukkan pada lembar observasi kinerja guru rata-ratanya meningkat menjadi 3,1 dan masuk dalam kategori kinerja guru dalam pembelajaran sangat baik. d. Refleksi Data hasil observasi dari guru kelas dan peneliti dikumpulkan untuk dianalisis dan direfleksikan bersama-sama. Pembahasan hasil observasi, dilakukan untuk mengetahui kekurangan dalam pembelajaran untuk diperbaiki, sedangkan yang sudah baik dipertahankan bahkan ditingkatkan. Berdasarkan hasil observasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
yang dilaksanakan selama pelaksanaan pembelajaran menerapkan model quantum learning menunjukkan adanya peningkatan aktivitas peserta didik maupun kinerja guru dalam pembelajaran. Berikut ini adalah uraian hasil refleksi pada siklus I: Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran menunjukkan sikap peserta didik dalam mengikuti pembelajaran dengan menerapkan model quantum learning belum sepenuhnya tampak. Meskipun sudah dijelaskan, tetapi masih ada peserta didik yang belum mengerti dan memahami materi yang telah diajarkan. Hal ini disebabkan karena ada sebagian peserta didik yang sulit memahami materi meskipun materi telah diulang-ulang baik di awal, tengah maupun di belakang. Mereka belum terbiasa dengan pembelajaran yang melibatkan peserta diik aktif dalam penggunaan media dalam pembelajaran. Masih banyak peserta didik yang belum bisa menjawab dengan benar pertanyaan yang diajukan oleh guru. Peserta didik juga masih takut/ ragu-ragu dalam menyampaikan pendapat, sehingga peserta didik belum begitu aktif dalam mengambil kesimpulan dalam proses pembelajaran. Selain itu interaksi antar peserta didik juga belum baik, masih banyak peserta didik yang egois mau mengerjakan sendiri sedangkan yang lainnya sibuk bermain sendiri. Guru juga belum bisa mengusai sepenuhnya keadaan kelas ketika peserta didik mengerjakan tugas secara kelompok dan menguasai peserta didik ketika diskusi secara klasikal dalam dialog untuk menarik kesimpulan. Dalam memperbaiki aktivitas peserta didik mapun kinerja guru, observer dan guru mengadakan diskusi. Hasil diskusi untuk memperbaiki aktivitas peserta didik tersebut yaitu dengan membagi peserta didik ke dalam kelompok yang lebih kecil lagi agar guru lebih mudah dalam menerapkan model quantum learning dan peserta didik lebih mudah memahami materi yang diajarkan. Pembagian kelompok ini secara heterogen, agar peserta didik yang tadinya kurang berpartisipasi dalam melakukan percobaan atau tidak bisa melakukan percobaan secara optimal dapat memahami materi dengan bantuan temannya yang lebih pintar dengan demikian mereka bisa memahami materi dengan optimal. Guru juga harus tetap memantau dan membimbing. Peserta didik yang lebih pandai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
lebih bisa mendalami materi yang telah dikuasai, dan belajar bekerjasama dengan teman-temannya. Selain itu dalam pembelajaran selanjutnya guru harus menggunakan media yang lebih banyak lagi agar peserta didik lebih tertarik dan antusias dalam pembelajaran. Namun demikian kemampuan memahami peserta didik tentang sifat-sifat cahaya lebih meningkat dibandingkan dengan kemampuan awal serta memenuhi indikator ketercapaian kinerja dalam penelitian ini yaitu peserta didik yang
Berikut ini data nilai kemampuan memahami sifat-sifat cahaya peserta didik kelas V pada siklus I dapat dilihat pada tabel 6 berikut:
No 1 2 3 4 5 6 7
Nilai Prosentase Tengah fi.xi % (xi) 40 47 1 43.5 43.5 3 48 55 5 51.5 257.5 15 56 63 6 59.5 357 18 64 71 11 67.5 742.5 32 72 79 5 75.5 377.5 15 80 87 5 83.5 417.5 15 88 - 95 1 91.5 91.5 3 Jumlah 34 472.5 2287 100 Nilai Rata - Rata Kelas: 66,61 Ketuntasan klasikal : 25 : 34 x 100%= 74% Interval
Frekuensi (fi)
Tabel 06. Daftar Nilai Kemampuan Memahami Sifat-Sifat Cahaya Siklus I
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
12 F r e k u e n s i
11
10 8 6
6
5
5
5
4 2
1
1
ata0tabel 6. dapat disajikan dalam bentuk histogram pada gambar 5: 39.5
47.5
55.5
63.5
71.5
79.5
87.5
95.5
Interval Nilai Gambar 05. Histogram Nilai Kemampuan Memahami Sifat-sifat Cahaya Siklus I
Dari tabel 6 dan gambar 3 di atas dapat dilihat bahwa setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I. Peserta didik yang memperoleh nilai 40-47 sebanyak 1 peserta didik atau 3%. Peserta didik yang memperoleh nilai 48 -55 sebanyak 5 peserta didik atau 15%. Peserta didik yang memperoleh nilai 56-63 sebanyak 6 peserta didik atau 18%. Peserta didik yang memperoleh nilai 64-71 sebanyak 11 peserta didik atau 32%. Peserta didik yang memperoleh nilai 72-79 sebanyak 5 peserta didik atau 15%. Peserta didik yang memperoleh nilai 80-87 sebanyak 5 peserta didik atau 15%. Peserta didik yang memperoleh nilai 88-95 sebanyak 1 peserta didik atau 3%. Pada siklus I terdapat peningkatan nilai, hal ini ditunjukkan dengan peserta didik yang belum tuntas/ di bawah KKM pada saat kemampuan awal terdapat 19 peserta didik atau 56%, pada siklus I menurun menjadi 9 peserta didik atau 26% yang di bawah nilai KKM. Dengan kata lain ketuntasan belajar peserta didik mencapai 74%. Dari hasil evaluasi kemampuan memahami siklus I, maka dapat dikatakan bahwa indikator kinerja siklus I (persentase ketuntasan klasikal mencapai 70%) sudah tercapai. Dari tindakan dan nilai kemampuan memahami sifat-sifat cahaya pada siklus I, maka dapat diambil kesimpulan bahwa:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
quantum learning dapat meningkatkan kemampuan memahami sifat-sifat cahaya dan dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran IPA pada
Meskipun indikator kinerja siklus 1 sudah tercapai dan terdapat peningkatan kemampuan memahami sifat-sifat cahaya pada peserta didik kelas V SD Negeri 1 Karangpelem, tetapi masih ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan lagi yaitu: (a) aktivitas peserta didik dalam pembelajaran menerapkan model quantum learning, (b) indikator produk yang belum tercapai secara optimal, (c) persentase ketuntasan klasikal. Oleh karena itu, penelitian perlu dilanjutkan pada siklus II untuk mencapai persentase ketuntasan klasikal sebesar 80%.
c. Deskripsi Siklus II Tindakan siklus II dilaksanakan dua kali pertemuan, yaitu selama tanggal 25 Maret 2011 dan 2 April 2011. Alokasi waktu pada masing-masing pertemuan adalah 3 x 35 menit. Tahapan-tahapan yang dilakukan pada siklus II adalah sebagai berikut: a. Tahap Perencanaan Berdasarkan hasil refleksi dan analisis kemampuan memahami sifat-sifat cahaya siklus I diketahui bahwa indikator yang disusun sudah tercapai, meskipun masih ada beberapa peserta didik yang belum optimal, sehingga hasilnya belum maksimal. Berdasarkan hasil refleksi pelaksanaan tindakan siklus I yang telah diketahui, diadakan diskusi sekaligus konsultasi dengan guru kelas V untuk mencari
alternatif
pemecahan
agar
dapat meningkatkan
hasil
belajar
kemampuan memahami sifat-sifat cahaya yang akan diperbaiki pada siklus II Pada siklus II peneliti memperbaiki kekurangan-kekurangan pelaksanaan pembelajaran pada siklus I dan menyusun RPP dengan SK, KD, materi, dan indikator yang sama. Pada siklus II ini peneliti akan memfokuskan pada indikatorindikator yang belum dikuasai oleh peserta didik. Sedangkan untuk indikator yang sudah tercapai tetap dimunculkan tetapi soal evaluasi ditingkatkan. Soal evaluasi kemampuan memahami siklus II berbeda dengan evaluasi siklus I. Sedangkan untuk media pembelajarannya pada siklus II ini sedikit berbeda dengan siklus I.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
Peneliti pada siklus II menggunakan media uang logam dalam peristiwa pembiasan cahaya dan penambahan pembuatan balon udara pada percobaan penguraian cahaya agar peserta didik lebih tertarik dan lebih antusias dalam mengikuti pelajaran IPA. Berikut perencanaan yang dilakukan peneliti 1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) IPA materi sifat-sifat cahaya yang dilakukan oleh peneliti yang berkolaborasi dengan guru kelas V. Susunan RPP pertemuan 1 dapat dilihat pada lampiran 18 dan RPP pertemuan 2 pada lampiran 22. 2) Mempersiapkan lembar observasi aktivitas peserta didik dan kinerja guru dalam pembelajaran (lembar observasi aktivitas peserta didik pada lampiran 20 dan 24, lembar observasi kinerja guru pada lampiran 21 dan 25). 3) Mempersiapkan fasilitas dan media pendukung yang akan digunakan. Ruang belajar yang digunakan diatur tempat duduknya yang lain dengan biasanya dengan
membentuk
lingkaran-lingkaran
kecil
membentuk
kelompok.
Meyiapkan media yang akan digunakan dalam percobaan seperti, karton tebal, lilin, senter, benda-benda bening dan benda gelap, cermin datar dan lengkung, kaca dan lain sebagainya b. Tahap Pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan siklus II, peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tahap perencanaan dan perbaikan dari siklus I. Pelaksanaan pembelajaran siklus II, dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan, masing-masing pertemuan 3 jam pelajaran (3X35 menit). Pelaksanaan pembelajaran pada siklus 2 mengoptimalkan penerapan model quantum learning secara berkelompok dengan anggota yag lebih kecil lagi. Adapun pelaksanaan pembelajarannya adalah sebagai berikut:
1) Pertemuan 1 Pertemuan 1 siklus II dilaksanakan pada hari Jumat, 25 Maret 2011. Pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan RPP yang telah dibuat pada tahap perencanaan (RPP pada lampiran 18). Pelaksanaan tindakan pada pertemuan 1
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
siklus II, yaitu dengan menerapkan model quantum learning secara kelompok dengan jumlah kelompok yang lebih besar yaitu 11. Dalam pelaksanaan tindakan pertemuan 1 siklus II ini, peneliti masih bertindak sebagai observer. Pada pertemuan pertama pada siklus II ini, indikator yang ingin dicapai adalah sebagai berikut: (1) Kognitif Produk 6.1.1 Mengidentifikasi sumber-sumber cahaya. 6.1.2 Membedakan sumber cahaya alami dan buatan. 6.1.3 Mengidentifikasi sifat-sifat cahaya. 6.1.4 Membuktikan sifat cahaya merambat lurus. 6.1.5 Mendemonstrasikan sifat-sifat cahaya yang mengenai berbagai benda (bening, berwarna, dan gelap). 6.1.6 Mendiskripsikan sifat cahaya dapat dibiaskan. 6.1.7 Memberikan contoh peristiwa pembiasan cahaya dalam kehidupan seharihari. Proses 6.1.8 Mengumpulkan data-data tentang sumber-sumber cahaya dan sifatsifatnya. 6.1.9 Melakukan percobaan sifat-sifat cahaya bersama-sama dengan kelompok. (2) Afektif (a) Perilaku berkarakter : kejujuran, keaktifan dalam pembelajaran dan tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. (b)Keterampilan sosial : bertanya, menjawab pertanyaan, mendengarkan dan memperhatikan. (3) Psikomotor a. Menunjukkan cara melakukan percobaan untuk membuktikan sifat-sifat Untuk mencapai indikator diatas peneliti menggunakan metode ceramah bervariasi, tanya jawab, demonstrasi/percobaan, diskusi, pengamatan, dan penugasan dalam pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dimulai dengan mengkondisikan peserta didik baik fisik maupun psikis untuk memulai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
pembelajaran serta memberikan motivasi dan menumbuhkan minat peserta didik untuk belajar dengan melakukan apersepsi, guru menayakan kepada peserta didik, misal siapa yang pernah mengalami gerhana matahari, bagaimana keadannya?, jika malam hari kamar kalian tiba-tiba mati lampu, bagaimana keadaannya? dan sebagainya. Setelah peserta didik menjawab pertanyaan-pertanyaan guru kemudian guru menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada pertemuan tersebut. Guru memulai kegiatan inti dengan mengadakan eksplorasi, dimana hal tersebut untuk mengetahui sejauh mana peserta didik memahami materi IPA tentang sifat-sifat cahaya yang akan dipelajari. Sebelum masuk ke materi sifatsifat cahaya guru menanyakan tentang sumber-sumber cahaya terlebih dahulu untuk menggali pengetahuan awal peserta didik Guru mengemukakan permasalahan kontekstual berkaitan dengan sifatsifat cahaya harus diselesaikan peserta didik secara berkelompok (11 kelompok kecil), kemudian guru mengajak peserta didik untuk menyelesaikan lembar kerja peserta didik melalui percobaan seperti berikut : membuktikan cahaya merambat lurus dengan memanfaatkan berkas cahaya lilin yang melewati 3 karton tebal yang disusun sejajar, sifat cahaya yang mengenai berbagai benda (bening, berwarna, gelap), membuktikan peristiwa pembiasan cahaya dengan mengunakan logam yang dimasukkan kedalam gelas berisi air. Ketika peserta didik melakukan percobaan tersebut, guru membimbing peserta didik dengan mendatangi setiap kelompok dan menanyakan ada hal yang ingin ditanyakan atau tidak. Guru mengajak setiap anggota kelompok aktif dalam pembelajaran dan memerikan dorongan pada peserta yang pasif bahwa kalian pasti bisa. Setelah peserta didik selesai mengerjakan tugasnya, masing-masing kelompok melaporkan hasil kerjanya dan kelompok yang tidak membacakan sebagai pengamat dan korektor. Guru memberikan umpan balik dan penguatan atas hasil kerja peserta didik dengan memberikan penghargaan berupa tepukan tangan, bernyanyi bersama, bercerita di akhir pembelajaran. Setelah
pelaporan
hasil
selesai,
guru
bersama
peserta
didik
menyimpulkan hasil percobaan tentang cahaya dan sifat-sifatnya. Guru
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
memberikan pertanyaan-pertanyaan seputar sifat-sifat cahaya untuk mengingatkan peserta didik agar lebih memahami materi yang dipelajari dengan sering mengadakan pengulangan, karena dalam pembelajaran quantum unsur (ulangi) salah satu aspek yang ditekankan Pada akhir pembelajaran guru memberikan refleksi dan penguatan dengan menanyakan kembali materi yang sudah diajarkan. Peserta didik mengerjakan soal evaluasi kemampuan memahami sifat-sifat cahaya. Guru memberikan pekerjaan rumah untuk membaca kembali materi yang telah dipelajari hari ini. 2) Pertemuan 2 Pertemuan 2 siklus 1 dilaksanakan pada hari Sabtu, 02 April 2011. Pelaksanaan pertemuan 2 siklus I sesuai dengan RPP yang telah disusun pada tahap perencanaan (RPP pada lampiran 22). Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan 2, masih sama dengan pertemuan 1 siklus I yaitu menerapkan model quantum learning, akan tetapi kompetensi dasar dan indikator yang akan dicapai berbeda dari pertemuan 1 siklus I. Pada pertemuan kedua ini peneliti masih bertindak sebagai observer. Adapun indikator yang ingin dicapai adalah sebagai berikut: (1) Kognitif Produk 6.1.1 Mengidentifikasi sifat bayangan yang dihasilkan cermin datar. 6.1.2 Mengidentifikasi sifat bayangan yang dihasilkan cermin cekung. 6.1.3 Mengidentifikasi sifat bayangan yang dihasilkan cermin cembung 6.1.4 Membuktikan cahaya putih terurai menjadi beberapa warna 6.1.5 Mendiskripsikan proses terjadinya pelangi 6.1.6 Mendemonstrasikan pemantulan cahaya 6.1.7 Memberikan contoh peristiwa penguraian cahaya dalam kehidupan seharihari. Proses
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
6.1.8 Mengumpulkan data-data tentang bayangan yang dihasilkan oleh cermin datar dan lengkung akibat pemantulan cahaya dan warna-warna yang dihasilkan akibat penguraian cahaya. 6.1.9 Melakukan percobaan pemantulan cahaya dan bayangan yang dihasilkan serta percobaan penguraian cahaya bersama-sama dengan kelompok. (2) Afektif a) Perilaku berkarakter : kejujuran, keaktifan dalam pembelajaran dan tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. b) Keterampilan sosial : bertanya, menjawab pertanyaan, mendengarkan dan memperhatikan. (3) Psikomotor a) Menunjukkan cara melakukan percobaan untuk membuktikan sifatsifat cahaya. Kegiatan pembelajaran pada pertemuan kedua ini dimulai dengan mengkondisikan peserta didik baik fisik maupun psikis untuk memulai pembelajaran serta memberikan motivasi dan menumbuhkan minat peserta didik untuk belajar dengan melakukan apersepsi, guru menayakan kepada peserta didik tentang materi lalu. Setelah itu guru menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Untuk mengulas materi sebelumnya guru memberikan pertanyaan awal tentang sifat-sifat cahaya yang sudah dibuktikan dan sumber-sumber cahaya. Guru mengadakan eksplorasi dengan menggali pengetahuan peserta didik tentang pelangi, warna-warna dari pelangi. Kemudian guru menggali kembali tentang macam-macam cermin (datar, cekung, cembung) dan meminta peserta didik menceritakan pengalamannya saat bercermin. Guru mengemukakan permasalahan kontekstual berkaitan dengan sifatsifat cahaya harus diselesaikan peserta didik secara berkelompok (11 kelompok kecil), kemudian guru mengajak peserta didik untuk menyelesaikan lembar kerja peserta didik melalui percobaan seperti berikut : melakukan percobaan pemntulan cahaya dengan menggunakan cermin datar; mencari sifat bayangan yang dihasilkan oleh cermin datar, cermin cekung dan cermin cembung; membuktikan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
cahaya putih terurai menjadi beberapa warna dengan menggunakan cermin datar yang dimasukkan kedalam baskom berisi air dan juga dengan menggunakan balon udara yang dibuat dengan memanfaatkan air sabun. Ketika peserta didik melakukan percobaan tersebut, guru membimbing peserta didik dengan mendatangi setiap kelompok dan menanyakan ada hal yang ingin ditanyakan atau tidak. Guru mengajak setiap anggota kelompok aktif dalam pembelajaran. Setelah peserta didik selesai mengerjakan tugasnya, masing-masing kelompok melaporkan hasil kerjanya dan kelompok yang tidak membacakan sebagai pengamat dan korektor. Guru memberikan umpan balik dan penguatan atas hasil kerja peserta didik dengan memberikan penghargaan berupa tepukan tangan, bernyanyi bersama. Setelah
pelaporan
hasil
selesai,
guru
bersama
peserta
didik
menyimpulkan hasil percobaan tentang cahaya dan sifat-sifatnya. Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan seputar sifat-sifat cahaya untuk mengingatkan peserta didik agar lebih memahami materi yang dipelajari dengan sering mengadakan pengulangan, karena dalam pembelajaran quantum unsur (ulangi) salah satu aspek yang ditekankan Pada akhir pembelajaran guru memberikan refleksi dan penguatan dengan menanyakan kembali materi yang sudah diajarkan. Peserta didik mengerjakan soal evaluasi kemampuan memahami sifat-sifat cahaya. Di akhir pertemuan guru memberikan hadiah bagi kelompok terbaik. c. Tahap Observasi Pada tahap observasi peneliti bertindak sebagai observer/ pengamat yang mengamati aktivitas peserta didik dan kinerja guru dalam pembelajaran menerapkan model quantum learning. Lembar observasi yang digunakan pada siklus II sama dengan lembar observasi siklus I dengan aspek yang diamati juga sama. Observasi dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya perbaikan/ peningkatan aktivitas peserta didik dan kinerja guru dalam pembelajaran. Berikut uraian hasil observasi pelaksanaan pembelajaran siklus II:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
1) Pertemuan I a) Hasil Observasi Aktivitas Peserta Didik (hasil observasi pada lampiran 20) Aktivitas peserta didik dalam pembelajaran menggunakan model quantum learning pada siklus II lebih baik dan meningkat. Peningkatan yang sangat terlihat yaitu: (a) perhatian peserta didik pada saat guru memberi penjelasan, (b) peserta didik yang mampu menjawab pertanyaan guru dengan benar, (c) peserta didik yang mau mengemukakan pendapat, (d) interaksi antar peserta didik serta (e) kemampuan peserta didik mengumpulkan data melalui percobaan yang dilakukan juga meningkat, (f) perhatian, keantusiasan serta konsentrasi peserta didik dalam pembelajaran lebih meningkat. Penerapan model quantum learning dengan pembagian kelompok besar yang anggotanya lebih kecil dirasa lebih berhasil dibandingkan sebelumnya. Hal ini ditunjukkan dengan lebih banyak peserta didik yang menyampaikan pendapat tanpa rasa ragu
ragu atau takut salah, karena mereka dalam komunitas yang
lebih kecil dan teman sekelompoknya juga akan membantu. Interaksi yang terjadi antar peserta didik pun lebih baik lagi, karena mereka mengerjakan soal LKPD secara individu namun apabila ada yang merasa kesulitan bisa ditanyakan pada teman sekelompoknya. Kemampuan memahami peserta didik tentang sifat-sifat cahaya lebih meningkat. Terlihat dari kemampuan peserta didik mengumpulkan data dari percobaan maupun dari keterampilan peserta didik memecahkan masalah yang berhubungan dengan sifat-sifat cahaya lebih meningkat. Tanggung jawab peserta didik terhadap tugas dan evaluasi yang diberikan juga baik. Peserta didik berusaha secara maksimal mengerjakan tugas maupun evaluasi yang diberikan. Walaupun dalam mengerjakannya mereka sedikit lamban karena ketika mengerjakan tugas diselingi dengan becanda dengan teman satu kelompoknya. Guru menyikapinya dengan memberi batasan waktu dalam mengerjakan tugas ataupun evaluasi. Kejujuran peserta didik pada pertemuan ini juga lebih meningkat. Sudah tidak ada lagi peserta didik yang menyontek teman maupun buku saat mengerjakan evaluasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
Pada pertemuan pertama siklus II ini aktivitas peserta didik sudah baik, hanya perlu dipertahankan dan ditingkatkan kembali. Hal ini ditunjukkan pada lembar observasi aktivitas peserta didik dalam pembelajaran yang memperoleh rata
rata 3,0.
b) Hasil Observasi Kinerja Guru (hasil observasi pada lampiran 21) Pada pertemuan I siklus II ini guru dalam pembelajaran sangat baik. Dalam hal persiapan, penerapan model quantum learning pembelajaran, guru sudah berusaha semaksimal mungkin untuk memantau pemahaman peserta didik selama proses dan mengaktifkan peserta didik dalam pembelajaran. Guru sudah melibatkan peserta didik dalam mengulas materi yang telah disampaikan, tanya jawab baik secara lisan dan pengambilan kesimpulan, kemudian evaluasi kemampuan memahami. Pada pertemuan 1 siklus II, guru lebih bersikap sebagai fasilitator yang berusaha memfasilitasi peserta didik dan peserta didik sendiri yang menggali informasi, pengetahuan dan melakukan percobaan. Guru sudah membimbing jalannya diskusi dengan baik, memberi penjelasan, dan bimbingan pada peserta didik saat berkelompok. Kekurangan guru hanya pada saat harus memberikan koreksi dari masing-masing kelompok masih sedikit kurang tegas, hal ini disebabkan agar peserta didik tidak patah semangat. Sehingga jika peserta didik tidak konsentrasi terhadap penjelasan yang diberikan guru pada saat membuat kesimpulan dan memberikan penguatan peserta didik akan menganggap apa yang telah dikerjakan sudah benar. Meskipun demikian secara keseluruhan kinerja guru dalam pembelajaran sudah sangat baik. Guru sudah bisa menguasai kelas dan penerapan model quantum learning dalam pembelajaran juga sudah baik. Hal ini ditunjukkan dalam lembar observasi pertemuan petama siklus II ini memperoleh rata
rata 3,4 dan
termasuk dalam kategori kinerja guru dalam pembelajaran sangat baik. 2) Pertemuan 2 a) Hasil Observasi Aktivitas Peserta didik (hasil observasi pada lampiran 24) Aktivitas peserta didik dalam pembelajaran sangat baik dan meningkat dari pertemuan-pertemuan sebelumnya. Keantusiasan peserta didik, keterlibatan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
peserta didik dalam pembelajaran sangat baik, namun konsentrasi peserta didik dan keterlibatan peserta didik dalam menggunakan media masih kurang. Hal ini disebabkan karena pelaksanaan pertemuan kedua siklus II ini, sekolah pulang lebih awal untuk ujian kelas enam. Sehingga konsentrasi peserta didik sudah berkurang. Pada saat awal pelajaran peserta didik kurang bisa dikendalikan, mereka masih asyik becanda dan main sendiri, namun setelah pengkondisian mereka mulai memperhatikan penjelasan guru. Walaupun sedikit kurang konsentrasi, tetapi peserta didik masih bisa menjawab pertanyaan dari guru, dan mengemukakan pendapatnya tanpa ada rasa ragu-ragu dan juga takut. Ketrampilan peserta didik dalam memecahkan masalah yang diajukan guru juga meningkat. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya peserta didik yang menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru dan kemampuan peserta didik mengumpulkan data untuk menyelesaikan permasalahan juga meningkat. Pada pertemuan kedua ini, sudah tidak ada lagi kendala dalam berkelompok. Peserta didik sudah dapat dikondisikan dan diatur dengan baik, mereka belajar dari pertemuan sebelumnya. Walaupun percobaan pernah dilakukan mereka sungguh-sungguh dan tidak mengeluh. Peserta didik bersemangat untuk menyelesaikan permasalahan yang diajukan dan mencoba mencari jawabannya dengan berdiskusi dengan teman satu kelompoknya. Dalam pembelajaran, peserta didik memang tidak bisa diam tanpa suara, sehingga kelas terkesan gaduh, tetapi ramainya karena hal yang positif yaitu berdiskusi mengerjakan lembar kerja peserta didik, sehingga interaksi positif antar peserta didik sudah terjalin. Tanggung jawab peserta didik terhadap tugas kelompok dan evaluasi yang diberikan sudah semakin baik. Peserta didik berusaha secara maksimal mengerjakan tugas maupun evaluasi yang diberikan secara mandiri dan jujur. Dalam mengerjakan evaluasi, sudah tidak ada lagi peserta didik melirik jawaban teman. Secara keseluruhan aktivitas belajar peserta didik meningkat. Hal ini ditunjukkan pada lembar observasi aktivitas peserta didik dalam pembelajaran meningkat dibandingkan dengan pertemuan-pertemuan sebelumnya dan pada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
pertemuan kedua siklus II ini memperoleh rata-rata 3, 4 dan termasuk dalam kategori aktivitas belajar peserta didik sangat baik. b) Hasil Observasi Kinerja Guru (hasil observasi pada lampiran 25) Kinerja guru dalam pembelajaran sangat baik. Persiapan maupun pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan guru sudah maksimal. Dalam pelaksanaan pembelajaran pertemuan 2, guru sudah dapat memicu dan memelihara keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran dengan sangat baik. guru membantu peserta didik mengingat kembali pengalaman atau pengetahuan yang sudah diperolehnya. Mendorong peserta didik yang pasif untuk berpartisipasi. Mengajukan pertanyaan
pertanyaan yang bersifat terbuka yang
mampu menggali reaksi peserta didik, serta merespon/ menanggapi secara positif peserta didik yang berpartisipasi. Sehingga peserta didik tidak lagi takut untuk mengemukakan pendapatnya. Guru
juga sudah sangat baik melibatkan peserta didik dalam tanya
jawab, pembahasan hasil kerja kelompok, dan pengambilan kesimpulan. Pemberian pertanyaan selama proses, berkaitan dengan pemahaman konsep peserta didik yang sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan. Setiap akhir pembelajaran, guru selalu melakukan evaluasi yang disesuaikan dengan materi yang diajarkan dan indikator yang telah ditetapkan. Guru dalam menerapkan model quantum learning juga sudah baik. Guru menumbuhkan minat peserta didik untuk belajar, menyertakan pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari ke dalam pembelajaran, mengajak peserta didik mengalami dan melakukan atau mendemonstrasikan pengetahuan yang diperoleh, saat minat belajar memuncak guru menyertakan pemberian nama dari materi yang telah dipelajari. Agar tidak mudah lupa guru sering mengulangi materi yang sudah dipelajari dan tak lupa guru sering memberikan penghargaan berupa pujian tepuk tangan, bernyanyi dan memberikan sedikit hadiah atas kinerja peserta didik Walaupun
pada
awal-awal
pembelajaran
sempat
tidak
bisa
mengendalikan kelas namun guru dengan cepat bisa mengendalikan keadaan. Guru bisa menarik perhatian peserta didik dan proses pembelajaran menjadi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
efektif. Dan secara keseluruhan kinerja guru sudah sangat baik. Terlihat dari ratarata dalam lembar observasi kinerja guru mencapai 3,7. d. Refleksi Data hasil observasi dikumpulkan untuk dianalisis dan direfleksikan. Pembahasan hasil observasi, dilakukan oleh peneliti dan guru, sehingga dapat ditemukan kekurangan dan kelebihan dari pelaksanaan pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan selama proses pelaksanaan tindakan, telah menunjukkan adanya peningkatan baik pada aktivitas peserta didik, kinerja guru dalam pembelajaran, maupun kemampuan memahami sifat-sifat cahaya pada peserta didik kelas V SD Negeri 1 Karangpelem. Berikut uraian hasil refleksi siklus II: Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran menunjukkan adanya peningkatan yang sangat baik dalam aktivitas peserta didik. Peserta didik sudah bisa mengikuti proses pembelajaran menerapkan model quantum learning. Peserta didik tidak takut lagi mengemukakan pendapatnya,
pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan guru juga bisa dijawab dengan benar. Peserta didik terlihat antusias dan aktif selama proses pembelajaran. Penerapan model quantum learning dengan kelompok kecil lebih efektif dari pada kelompok besar, guru lebih mudah memantau pemahaman yang peserta didik peroleh. Peserta didik juga tidak takut lagi untuk bertanya. Dialog yang terjadi antara guru dan peserta didik lebih lancar sehingga peserta didik bisa menyimpulkan sendiri apa yang sedang mereka pelajari. Interaksi antar peserta didik juga semakin baik. Antara teman yang satu dengan teman yang lainnya dalam satu kelompok saling membantu. Walaupun peserta didik mengerjakan secara individu, tetapi kalau ada yang merasa kesulitan bisa saling membantu dengan diskusi. Walaupun terkadang ada aktivitas peserta didik yang melenceng seperti ketika mengerjakan lembar kerja peserta didik, mereka sering becanda dengan teman satu kelompok, memainkan media yang ada, keluar kelas dengan alasan pergi ke kamar kecil guru bisa mengendalikannya dengan cepat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
Kinerja guru dalam hal ini juga sangat baik pada siklus II ini. Guru dalam persiapan maupun pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan sudah maksimal. Sudah bisa mengendalikan kelas dan penerapan model quantum learning sudah efektif. Dengan mengelompokkan peserta didik dalam pembelajaran menerapkan model quantum learning ternyata lebih memudahkan peserta didik untuk memahami konsep yang diajarkan. Hal ini mengakibatkan ketrampilan peserta didik dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan materi sifat-sifat cahaya juga meningkat. Nilai hasil kemampuan memahami sifat-sifat cahaya pada
siklus II
menunjukkan adanya peningkatan. Nilai rata-rata kemampuan memahami peserta didik secara individu siklus II adalah 74,63 dengan persentase ketuntasan 85%
kemampuan memahami peserta didik kelas V pada siklus II dapat dilihat pada tabel 7 berikut:
No 1 2 3 4 5 6
Interval 50 57 58 65 66 73 74 81 82 89 90 97 Jumlah
Frekuensi (fi)
Nilai Tengah (xi) 53.5 61.5 69.5 77.5 85.5 93.5
fi.xi
5 267.5 7 430.5 2 139 7 542.5 6 513 7 654.5 34 2537 Nilai Rata - Rata Kelas: 74,63 Ketuntasan klasikal : 29 : 34 x 100%= 85%
Prosentase % 15% 20% 6% 20% 18% 20% 100
Tabel 7. Daftar Nilai Kemampuan Memahami Sifat-Sifat Cahaya Siklus II
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
Data tabel 7. dapat disajikan dalam bentuk histogram pada gambar 6: 8 F r e k u e n s i
7
7
7
7 6
6
5
5 4 3
2
2 1 0
49.5
57.5
65.5
73.5
81.5
89.5 97.5
Interval Nilai
Gambar 6. Histogram Nilai Kemampuan Memahami Sifat-sifat Cahaya Siklus II
Dari tabel 7 dan gambar 6 di atas dapat dilihat bahwa setelah dilaksanakan tindakan pada siklus II. Peserta didik yang memperoleh nilai 50-57 sebanyak 5 peserta didik atau 15%. Peserta didik yang memperoleh nilai 58-65 sebanyak 7 peserta didik atau 20%. Peserta didik yang memperoleh nilai 66-73 sebanyak 2 peserta didik atau 6%. Peserta didik yang memperoleh nilai 74-81 sebanyak 7 peserta didik atau 20%. Peserta didik yang memperoleh nilai 82- 89 sebanyak 6 peserta didik atau 18%. Peserta didik yang memperoleh nilai 90-97 sebanyak 7 peserta didik atau 20%. Persentase ketuntasan klasikal siklus II
kinerja yang ditetapkan pada siklus II ini juga sudah tercapai. Dengan ketercapaian indikator yang telah ditetapkan pada setiap siklus, maka peneliti mencukupkan penelitian tindakan kelas ini pada siklus II. Peserta didik yang setiap siklus tidak tuntas ternyata mereka agak lemah dalam memahami suatu materi. Dari hasil observasi dan evaluasi kemampuan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
memahami peserta didik materi sifat-sifat cahaya, dapat disimpulkan bahwa: quantum learning dapat meningkatkan kemampuan memahami sifat-sifat cahaya dan kualitas proses pembelajaran IPA pada peserta didik kelas V SD .
B. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Kemampuan Memahami Sifat-Sifat Cahaya dengan Model Quantum Learning Dengan meningkatnya keaktifan peserta didik pada proses pembelajaran dengan model quantum learning maka kemampuan memahami sifat-sifat cahaya peserta didik kelas V SD Negeri 1 Karangpelem juga meningkat. Peningkatan terlihat dari perhitungan nilai kemampuan memahami sifat-sifat cahaya yang diperoleh peserta didik pada kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan dan setelah dilaksanakan tindakan siklus I dan siklus II, yang masing-masing siklusnya dilaksanakan dua kali pertemuan. Hal ini dapat dilihat pada tabel 8 berikut ini: Tabel 8. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Hasil Kemampuan Memahami Sifat-Sifat Cahaya Peserta didik Kelas V SD Negeri I Karangpelem pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II.
No
Kemampuan Memahami
Kondisi
Sifat-Sifat Cahaya
Awal
1.
Rata
rata
57,02
Setelah Dilaksanakan Tindakan Siklus I
Siklus II
66,61
74,63
Berdasarkan tabel 8, dapat diketahui bahwa jumlah peserta didik yang -rata kemampuan memahami peserta didik pada kondisi awal sebelum tindakan adalah 57,02. Pada siklus I mengalami peningkatan yaitu nilai rata-rata kemampuan memahami peserta didik menjadi 66,61. Dan pada akhir pelaksanaan siklus II nilai rata-rata kemampuan memahami peserta didik adalah 74,63. Peningkatan tersebut membuktikan
bahwa
model
quantum
learning
commit to user
tepat
untuk
membantu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
meningkatkan kemampuan memahami peserta didik khususnya pada materi sifatsifat cahaya. Hal ini dapat direfleksikan bahwa kemampuan memahami peserta didik khususnya pada materi sifat-sifat cahaya yang dilaksanakan oleh guru dapat dinyatakan berhasil. Peningkatan nilai rata-rata hasil kemampuan memahami sifat-sifat cahaya peserta didik kelas V SD Negeri I Karangpelem dengan model quantum learning dapat disajikan pada gambar 5 berikut ini:
R a t a r a t a
Pelaksanaan Tindakan
Gambar 7. Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Hasil Kemampuan Memahami Sifat-Sifat Cahaya Peserta didik Kelas V SD Negeri 1 Karangpelem pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Sikus II Secara garis besar perbandingan antara jumlah peserta didik yang mencapai ketuntasan belajar kemampuan memahami sifat-sifat cahaya peserta didik pada kondisi awal sebelum tindakan, siklus I, dan siklus II ditunjukkan pada tabel 9 sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 9. Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Peserta didik Kelas V SD Negeri I Karangpelem pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II. No
Ketuntasan
Kondisi Awal
Siklus I
Siklus II
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
1.
Tuntas
15
44%
25
74%
29
85%
2.
Tidak Tuntas
19
56%
9
26%
5
15%
Berdasarkan tabel 9 yaitu tabel rekapitulasi ketuntasan belajar peserta didik kelas V SD Negeri 1 Karangpelem, terlihat adanya penigkatan pada ketuntasan belajar peserta didik pada kemampuan memahami sifat-sifat cahaya yaitu pada kondisi awal jumlah peserta didik yang tuntas sebanyak 15 peserta didik atau 44%, kemudian pada siklus I mengalami peningkatan menjadi 25 peserta didik atau 74%, dan pada siklus II menjadi 29 peserta didik atau 85%. Data dari tabel rekapitulasi ketuntasan belajar peserta didik kelas V SD Negeri 1 Karangpelem pada kondisi awal, siklus I, dan siklus II di atas dapat disajikan dalam bentuk gambar 7 yaitu grafik peningkatan ketuntasan kemampuan memahami sifat-sifat cahaya peserta didik kelas V SD Negeri 1 Karangpelem pada kondisi awal, siklus I, dan siklus II adalah sebagai berikut ini:
P e r s e n t a s e
Pelaksanaan Tindakan
Gambar 7 . Histogram Peningkatan Ketuntasan Kemampuan Memahami Peserta didik Kelas V SD Negeri 1 Karangpelem pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Sikus II
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
Dengan demikian dapat diketahui bahwa salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan memahami sifat-sifat cahaya pada peserta didik kelas V SD Negeri 1 Karangpelem yaitu dengan menerapkan model quantum learning. Hal ini terjadi karena pembelajaran dengan model quantum learning adalah kegiatan belajar dimana peserta didik menemukan pengalaman belajarnya yang dianggap menyenangkan, dan dengan cara belajar yang menyenangkan, tetapi tetap berada dalam koridor kegiatan belajar dan mengajar. Peserta didik mencari arti sendiri dari apa yang mereka pelajari. Mereka sendiri yang membuat penalaran
atas
apa
yang
dipelajarinya
dengan
cara
mencari
makna,
membandingkannya dengan apa yang telah ia ketahui dan membuktikannya melalui percobaan, sehingga peserta didik akan lebih mudah memahami materi karena mereka belajar sambil melakukan, peserta didik tidak sekedar mengingat/ menghafal tetapi juga paham tentang sifat-sifat cahaya dan ketrampilan untuk memecahkan soal yang berhubungan dengan sifat-sifat cahaya. Selain itu, pembelajaran lebih menyenangkan, peserta didik menjadi lebih aktif dan terpacu untuk selalu dapat memecahkan masalah yang diberikan oleh guru dalam proses pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya.
2. Hasil Observasi Proses Pembelajaran IPA dengan Model Quantum Learning Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data yang telah diperoleh, dapat ditemukan adanya peningkatan kualitas proses pembelajaran IPA pada materi sifat-sifat cahaya dengan model quantum learning baik pada kinerja guru maupun aktivitas peserta didik. Adapun hasil dari peningkatan kinerja guru dalam proses pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya dengan model quantum learning antara lain: a.
Dalam memulai kegiatan pembelajaran guru sudah menarik perhatian peserta didik, memotivasi peserta didik, mengaitkan materi pembelajaran dengan pengalaman peserta didik, dan memberikan acuan yang dapat dilakukan dengan menggambarkan garis besar materi dan kegiatan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
b.
Kegiatan pembelajaran sesuai dengan tujuan, peserta didik, situasi dan lingkungan.
c.
Kegiatan disajikan dari mudah ke sukar, berkaitan satu dengan yang lain, bermuara pada kesimpulan, dan adanya tindak lanjut yang berupa pertanyaan, tugas-tugas atau PR pada akhir pelajaran.
d.
Melaksanakan kegiatan pembelajaran secara individual, kelompok maupun klasikal sesuai dengan tujuan dan kebutuhan peserta didik.
e.
Kegiatan pembelajaran menjadi lebih bermakna dengan menerapkan model quantum learning karena peserta didik tidak serta merta mendapatkan pengetahuannya melainkan mempraktekkan sendiri materi dengan percobaanpercobaan yang dilakukan sehingga memudahkan peserta didik untuk memahami materi.
f.
Dalam proses pembelajaran guru menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan tujuan, peserta didik, situasi dan lingkungan.
g.
Kemampuan guru memberi petunjuk dan penjelasan yang berkaitan dengan isi pembelajaran semakin meningkat.
h.
Kemampuan
guru
mendemonstrasikan
kemampuan
khusus
dalam
pembelajaran IPA lebih meningkat. i.
Kemampuan guru dalam memicu dan memelihara keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran lebih meningkat
j.
Keefektifan proses pembelajaran juga meningkat. Berdasarkan hasil observasi (lampiran 12, 16, 21, 25), peningkatan
kualitas pembelajaran guru kelas V SD Negeri 1 Karangpelem pada proses pembelajaran IPA tentang sifat-sifat cahaya dengan model quantum learning dapat dilihat dari tabel 10 di bawah ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 10. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Hasil Observasi Kinerja Guru pada Siklus I dan Siklus II. Hasil Observasi Guru
Siklus I
Siklus II
Pertemuan 1
2,8
3,4
Pertemuan 2
3,1
3,7
Rata
2,95
3, 55
Baik
Sangat Baik
rata
Kriteria
Berdasarkan tabel 11, dapat diketahui bahwa hasil observasi kinerja guru mengalami peningkatan yang signifikan. Nilai rata-rata hasil observasi kinerja guru pada siklus I adalah 2,95 dengan kriteria baik dan mengalami peningkatan pada siklus II yaitu 3,55 dengan kriteria sangat baik. Peningkatan tersebut membuktikan bahwa model quantum learning dapat membantu meningkatkan kualitas proses pembelajaran terhadap kinerja guru. Hal ini dapat direfleksikan bahwa pembelajaran dengan model quantum learning dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Peningkatan rata-rata hasil observasi kinerja guru kelas V SD Negeri I Karangpelem pada Siklus I dan Siklus II dengan model quantum learning dapat disajikan pada gambar 8 berikut ini
R a t a r a t a
Pelaksanaan Tindakan
Gambar 8. Grafik Peningkatan Rata-rata Hasil Observasi Kinerja Guru KelasV SD Negeri 1 Karangpelem pada Siklus I dan Sikus II
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
Sementara itu hasil dari peningkatan aktivitas peserta didik kelas V SD Negeri I Karangpelem dalam proses pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya dengan model quantum learning antara lain: a.
Peserta didik berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan.
b.
Peserta didik lebih antusias dalam megikuti pelajaran
c.
Meningkatkan konsentrasi dan keseriusan peserta didik.
d.
Memberikan wahana interaksi antar peserta didik, maupun peserta didik dengan guru, dengan demikian peserta didik juga terlatih untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
e.
Materi yang dipelajari dapat mencapai tingkat kemampuan yang tinggi dan lebih lama membekas karena peserta didik dilibatkan langsung dalam proses pengetahuannya.
f.
Keterampilan memecahkan masalah yang berhubungan dengan materi sifatsifat cahaya yang dipelajari meningkat. Berdasarkan hasil observasi (lampiran 11, 15, 20, 24), peningkatan
kualitas proses pembelajaran peserta didik kelas V SD Negeri 1 Karangpelem pada proses pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya dengan model quantum learning dapat dilihat dari tabel 11 di bawah ini:
Tabel 11. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Hasil Observasi Aktivitas Peserta didik Kelas V SD Negeri 1 Karangpelem pada Siklus I dan Siklus II.
Hasil Observasi Peserta Didik Pertemuan 1 Pertemuan 2 Rata rata Kriteria
Siklus I 2,4 2,6 2,5 Baik
Siklus II 3,0 3,4 3, 2 Sangat Baik
Berdasarkan tabel 11, dapat diketahui bahwa hasil observasi aktivitas peserta didik mengalami peningkatan yang signifikan. Nilai rata-rata hasil observasi aktivitas peserta didik pada siklus I adalah 2,5 dengan kriteria baik dan mengalami peningkatan pada siklus II yaitu 3,2 dengan kriteria sangat baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Peningkatan tersebut membuktikan bahwa model quantum learning dapat membantu meningkatkan proses pembelajaran terhadap peserta didik. Hal ini dapat direfleksikan bahwa pembelajaran dengan model quantum learning dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Peningkatan rata-rata hasil observasi aktivitas peserta didik kelas V SD Negeri 1 Karangpelem pada Siklus I dan Siklus II dengan model quantum learning dapat disajikan pada gambar 8 berikut ini:
R a t a r a t a
Pelaksanaan Tindakan
Gambar 9. Grafik Peningkatan Rata-rata Hasil Observasi Aktivitas Peserta didik Kelas V SD Negeri 1 Karangpelem pada Siklus I dan Sikus II Berdasarkan hasil analisis observasi di atas dapat dilihat bahwa hasil kinerja guru dan aktivitas peserta didik dalam pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya dengan model quantum learning berhasil meningkat, baik dari siklus I sampai ke siklus II. Peningkatan proses pembelajaran ini juga mengakibatkan kemampuan memahami sifat-sifat cahaya peserta didik mengalami peningkatan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus dengan menerapkan model quantum learning pada peserta didik kelas V SD Negeri 01 Karangpelem Tahun Ajaran 2010/2011 dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menerapkan model quantum learning dapat meningkatkan: Kemampuan memahami sifat-sifat cahaya pada peserta didik kelas V SD Negeri 01 Karangpelem. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil tes pra siklus atau kondisi awal sebelum dilaksanakan adalah 57,02 dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar 56%, siklus I menghasilkan nilai rata-rata kelas 66,61 dengan persentase ketuntasan klasikal 74%, dan siklus II menghasilkan nilai rata-rata kelas 74,63 dengan persentase ketuntasan klasikal 85%. Dengan demikian penerapan model quantum learning dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan kemampuan memahami sifat-sifat cahaya peserta didik kelas V SD Negeri 1 Karangpelem. B. Implikasi Berdasarkan simpulan penelitian yaitu: penerapan model quantum learning dapat meningkatkan kemampuan memahami sifat-sifat cahaya serta dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran IPA pada peserta didik kelas V SD Negeri 1 Karangpelem, maka implikasi penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut: 1. Implikasi Teoritis Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model quantum learning dapat meningkatkan kemampuan memahami sifat-sifat cahaya pada peserta didik kelas V SD Negeri 01 Karangpelem Kecamatan Kedawung Kabupaten Sragen Tahun Ajaran 2010/2011. Hal ini menunjukkan bahwa secara teoritis hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk menerapkan model quantum learning sesuai dengan tujuan pembelajaran, materi pelajaran,
commit to user 92
92
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 93
karakteristik peserta didik, dan sarana prasarana yang tersedia. Dari hasil penelitian ini, maka penerapan model quantum learning dapat dioptimalkan untuk meningkatkan kemampuan memahami peserta didik. 2. Implikasi Praktis Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan calon guru dalam upaya meningkatkan nilai kemampuan memahami peserta didik dan kualitas proses pembelajaran dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran yaitu: penggunaan model pembelajaran yang tepat, efektif, dan efisien. C. Saran Berdasarkan
simpulan
dan
implikasi
di
atas, maka
peneliti
memberikan saran-saran sebagai berikut: 1. Bagi Sekolah Sebagai
bahan masukan
bagi
sekolah
dalam melaksanakan
pembelajaran khususnya pembelajaran IPA untuk meningkatkan kemampuan memahami sifat-sifat cahaya dengan menerapkan model quantum learning. 2. Bagi Guru Guru dalam mengajar hendaknya menerapkan model quantum learning dalam pembelajaran IPA. Penggunaan model quantum learning dimaksudkan agar pembelajaran tidak terasa membosankan dan membantu peserta didik dalam meningkatkan kemampuan memahami sifat-sifat cahaya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 94
3. Bagi Peserta Didik a. Hendaknya
lebih
mengembangkan
inisiatif
dan
keberanian
dalam
menyampaikan pendapat dalam proses pembelajaran dengan quantum learning sehingga dapat menambah pengetahuan dan meningkatkan prestasi belajar. b. Hendaknya ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran dengan quantum learning dan rajin belajar sehingga dapat memperoleh hasil belajar yang optimal.
commit to user