PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI UNSUR INTRINSIK CERPEN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS V SDN 2 PENGLUMBARAN SUSUT BANGLI TAHUN PELAJARAN 2013/2014
OLEH; KOMANG ARMONI NPM. 10.8.03.51.31.1.5.2988
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR TAHUN 2014
i
ii
iii
KATA PERSEMBAHAN SKRIPSI INI PENULIS PERSEMBAHKAN KEPADA; SELURUH KELUARGA PENULIS, YANG SELALU MEMBERIKAN INSPIRASI, MOTIVASI, DAN BIMBINGAN DALAM PENYUSUNAN SKRIPSI INI. KEPADA MASYARAKAT PENDIDIKAN, SEMOGA TETAP SEMANGAT UNTUK MENSUKSESKAN PENDIDIKAN DI MASA DEPAN.
iv
MOTTO; Disiplin dalam melaksanakan tugas, bijak dalam bertindak, dan dinamis dalam kegiatan
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang sudah melimpahkan segala karunia dan memberikan kekuatan lahir dan bathin, sehingga penulisan skripsi yang berjudul ”Peningkatan Kemampuan Memahami Unsur Intrinsik Cerpen Melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Siswa Kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli” ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Penulis menyadari sepenuhnya dalam penyusunan skripsi ini, baik secara teknis, materi, maupun penyajiannya masih belum begitu sempurna. Walaupun demikian, penulis mengharapkan semoga tulisan yang sederhana ini dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat kepada para pembaca. Skripsi ini dapat terwujud berkat adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan yang baik ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung skripsi ini, yaitu: 1. Bapak Dr. Drs. I
Made Sukamerta, M.Pd
Rektor Universitas
Mahasaraswati Denpasar, atas fasilitas yang diberikan selama penulis menjadi mahasiswa. 2. Bapak Prof. Dr. Wayan Maba Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas
Mahasaraswati
Denpasar,
yang
banyak
memberikan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
vi
3. Ibu Dra. Ni Luh Sukanadi, M.Hum., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, yang telah memberikan motivasi selama penulis melaksanakan penyusunan skripsi ini. 4. Ibu Dra. A.A Rai Laksmi, M.Hum., selaku Pembimbing I, yang tekun memberikan petunjuk, arahan, bimbingan serta nasehat selama penulis menyelesaikan skripsi ini. 5. Ibu Dra. Ni Luh Sukanadi, M.Hum., selaku Pembimbing II, yang telah memberikan petunjuk dan bimbimngan dengan penuh kesabaran dalam penyusunan skripsi ini. 6. Bapak dan Ibu dosen yang mengajar di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mahasaraswati Denpasar, atas ilmu yang telah diberikan selama penulis menjadi Mahasiswa. 7. Kepala SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli, yang telah memberikan ijin mengadakan penelitian. Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kepada pembaca yang budiman agar memberi kritik, saran, pendapat, dan penyempurnaan segala kekurangan skripsi ini.
Denpasar,
Penulis,
vii
Agustus 2014
DAFTAR ISI
Isi
Halaman
JUDUL PERSETUJUAN PEMBIMBING ..............................................................
i
TIM PENGUJI………………………………………………………………
ii
LEMBAR PENGESAHAN .........................................................................
iii
KATA PERSEMBAHAN ...........................................................................
iv
MOTTO ......................................................................................................
v
KATA PENGANTAR .................................................................................
vi
DAFTAR ISI ...............................................................................................
viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………… .
xii
DAFTAR GRAFIK.........................................................................................
xiii
ABSTRAK...................................................................................................
xiv
BAB. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ....................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................
5
1.3
Tujuan Penelitian…………………………………………… ................
6
1.4
Manfaat Penelitian …………………………………………… .............
7
1.5
Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................
7
1.6 Asumsi .................................................................................................
8
BAB. II LANDASAN TEORI 2.1
Pengertian Cerpen ................................................................................
9
2.2
Pembagian Cerpen ...............................................................................
10
2.3
Ciri-ciri Cerpen ....................................................................................
12
2.4
Unsur-unsur Intrinsik Cerpen…………………. ...................................
14
2.5
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ...................................................
21
viii
Isi
2.6
Halaman
Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw.....................................................................................................
26
2.6.1 Keunggulan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw............................ .
26
2.6.2 Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw............................. .
27
BAB. III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian.....................................................................................
29
3.2 Subjek, Objek, Tempat Penelitian.........................................................
29
3.3 Rancangan Penelitian ...........................................................................
30
3.4 Prosedur Penelitian...............................................................................
31
3.5
Metode Pengumpulan Data ..................................................................
36
3.6 Analisis Data…………………………………………………………….
41
BAB. IV PENYAJIAN HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian ....................................................................................
43
4.2
Refleksi Awal ......................................................................................
43
4.3
Siklus I .................................................................................................
47
4.4
Siklus II ...............................................................................................
52
4.5
Siklus III ..............................................................................................
58
4.6
Rekapitulasi Nilai Siklus I, II, dan Siklus III.........................................
65
4.7
Pembahasan .........................................................................................
66
BAB. V PENUTUP 5.1
Simpulan ..............................................................................................
70
5.2
Saran-saran ..........................................................................................
73
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN – LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL Tabel
Halaman
01. Skenario Pembelajaran Memahami Unsur Intrinsik Cerpen Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw......................
34
02. Klasifikasi Peningkatan Kemampuan Menganalisis Cerpen pada Siswa Kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli......
41
03. Data Hasil Tes Awal Kemampuan Memahami Unsur Intrinsik Cerpen pada Siswa Kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014…………………..
44
04. Analisis Data Tes Awal Peningkatan Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014...............................................................................
46
05. Data Hasil Tes siklus I kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014…………………………….......
49
06. Analisis Data Siklus I Peningkatan Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014...............................................................................
51
07. Skenario pembelajaran yang digunakan pada siklus II.........
53
08. Data Hasil Tes siklus II kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014………………………………..
55
x
Tabel
Halaman
09. Analisis Data Siklus II Peningkatan Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014…………………………………………………..
57
10. Skenario pembelajaran yang akan diguanakan pada siklus III……………………………………………………………
59
11. Data Hasil Tes siklus III kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik cerpen Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014...................................................
61
12. Analisis Data Siklus III Peningkatan Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014........................................
63
13. Rekapitulasi Peningkatan Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa Kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014 Dari Tes Awal, Siklus I, II dan Siklus III................................................................................
65
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 01.
Halaman Penelitian Tindakan Model Kurt Lewin…………………
xii
31
DAFTAR GRAFIK
Grafik 01.
Halaman Hasil Belajar Menganalisis Cerpen Melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Siswa Kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014Dari Tes Awal, Siklus I, Siklus II Sampai Tes Siklus III.............................................................................
xiii
69
ABSTRAK PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI UNSUR INTRINSIK CERPEN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JISAW PADA SISWA KELAS V SDN 2 PENGLUMBARAN SUSUT BANGLI TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Oleh NPM Tebal Tahun
: : : :
Komang Armoni 10.8.03.51.31.1.5.2988 LXXIII, 73 halaman 2014
Berdasarkan hasil observasi awal yang telah peneliti lakukan pada siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli, ternyata pembelajaran sastra khususnya memahami unsur intrinsik cerpen belum mendapatkan perhatian khusus di hati siswa. Ini terlihat jelas pada buku daftar nilai siswa, nilai rata-rata siswa dalam memahami unsur intrinsik cerpen masih di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu 4,0, sedangkan nilai rata-rata siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli yang diharapkan adalah 7,0. Di samping itu pula, aktifitas belajar siswa ketika guru membahas tentang materi cerpen masih pasif, dan tidak menggairahkan. Banyak siswa mengeluh merasa bosan, malas, tidak semangat, karena dalam proses pembelajaran guru cenderung menggunakan metode ceramah sehingga dirasakan monutun dan kurang variatif. Berdasarkan fenomena yang ada di kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli, maka pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sebagai salah satu solusi pemecahan masalah yang sedang dihadapi siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli. Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat diangkat dalam penelitian ini adalah: (1) Apakah dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan kemampuan memahami unsur intrinsik cerpen pada siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014?. (2) Bagaimanakah langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw agar dapat meningkatkan kemampuan memahami unsur intrinsik cerpen pada siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014?. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memupuk dan mengembangkan kecakapan berbahasa Indonesia secara lisan dan tulisan serta memupuk dan mengembangkan kecakapan berpikir dinamis rasional dan praktis. Ruang lingkup dalam penelitian ini terbatas pada: (1) peningkatan kemampuan memahami unsur intrinsi cerpen siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014; (2) penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw agar dapat meningkatkan kemampuan memahami unsur intrinsik cerpen pada siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/ 2014. Adapun teori-teori yang dipakai sebagai acuan dalam penelitian ini adalah: (1) pengertian cerpen, (2) pembagian cerpen, (3) ciri-ciri cerpen, (4) unsur-unsur
xiv
intrinsik cerpen, dan (5) pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Subjek Penelitian Tindakan (PTK) ini adalah siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014, yang berjumlah 22 orang terdiri atas 7 orang laki-laki dan 15 orang perempuan. Prosedur pelaksanaan tindakan setiap siklus mencakup empat tahapan yang meliputi : perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes dan observasi. Teknik yang digunakan untuk menganalisis data adalah teknik diskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Berdasarkan deskripsi hasil analisis data, dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan kemampuan memahami unsur intrinsik cerpen serta dapat meningkatkan aktivitas dan motivasi belajar pada siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014. Hal tersebut dapat dirinci sebagai berikut; (1) pelaksanaan siklus I terjadi peningkatan nilai rata-rata tes awal 4,0 menjadi 5,05 pada siklus I, (2) pelaksanaan siklus II telah mengalami peningkatan nilai rata-rata kelas dari 5,05 pada siklus I menjadi 6,06 pada siklus II, dan (3) pelaksanaan siklus III menunjukan adanya peningkatan yang cukup signifikan, yaitu dari nilai rata-rata 6,06 pada siklus II menjadi 7,64 pada siklus III. Dari 22 orang siswa sebagai subjek penelitian semuanya (100%) dinyatakan telah mencapai target/ ketuntasan minimal pada pelaksanaan siklus III. Oleh karena itu, maka dapat disampaikan saran agar guru bahasa Indonesia senantiasa berupaya menggunakan metode pembelajaran yang mampu meningkatkan hasil belajar siswa dan aktivitas serta motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran, salah satu diantaranya menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. . Kata Kunci : Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw, memahami unsur intrinsik cerpen.
xv
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu sistem bunyi bebas yang dipergunakan oleh anggota masyarakat sebagai alat komunikasi. Komunikasi dengan mempergunakan bahasa itu adalah hal umum yang dilakukan semua manusia. (Keraf dalam Dwi Arini, 2008: 1). Pengajaran sastra merupakan salah satu aspek dari pengajaran bahasa Indonesia di sekolah yang memberikan sumbangan atau andil sangat besar untuk membentuk kepribadian siswa. Manusia yang memiliki intelegensi tinggi tanpa diimbangi dengan sikap dan kepribadian yang mantap, ibarat pohon tanpa buah. Pengajaran sastra merupakan salah satu aspek dari pengajaran bahasa Indonesia di sekolah yang memberikan sumbangan atau andil sangat besar untuk membentuk kepribadian siswa. Manusia yang memiliki intelegensi tinggi tanpa diimbangi dengan sikap dan kepribadian yang mantap, ibarat pohon tanpa buah. Dengan demikian sudah seyogyanya pengajaran bahasa Indonesia terutama menyangkut apresiasi sastra perlu mendapat perhatian yang khusus dan serius. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pengajaran sastra merupakan bagian dari pengajaran bahasa Indonesia. Jadi antara pengajaran sastra dengan pengajaran bahasa Indonesia mempunyai hubungan yang erat. Keeratan hubungan tersebut merupakan kelanjutan dari eratnya hubungan antara bahasa dan sastra. Karena sastra pada hakikatnya merupakan kegiatan berbahasa dengan unsur estetika sebagai faktor utamanya, sehingga sastra bisa disebut dengan seni bahasa.
2
Begitu pula halnya dengan seorang sastrawan, yang diolah adalah bahasa. Melalui keterampilan dan penguasaan bahasanya, sastrawan mampu mengolah dan meggarap bahasa menjadi cipta sastra yang indah misalnya, certita rekaan yaitu cerpen. Dengan demikian melalui pengajaran sastra, kita bisa memperoleh pengetahuan, mengetahui, menghayati, dan menggunakan bahasa dari segi estetika, di samping unsur-unsur lain yang berhubungan dengan cipta sastra itu sendiri. Pembelajaran sastra khususnya kemampuan memahami unsur intrinsik cerpen mengandung arti adanya konsep pengenalan dan pemahaman terhadap cerpen. Pemahaman siswa pada cerpen dapat ditumbuhkan dengan jalan pengenalan cerpen lewat keterlibatan siswa secara terus-menerus efektif dan kreatif terhadap suatu kegiatan sastra. Kegiatan memahami sastra (khususnya cerpen) berkaitan erat dengan latihan mempertajam perasaan, penalaran dan daya imajinasi serta kepekaan terhadap fenomena masyarakat, budaya dan lingkungan hidup. Pembelajaran bahasa tentang kemampuan memahami cerpen di sekolah sangat perlu diketahui karena, daya penafsiran, pemahaman dan penghayatan dapat mempengaruhi tingkat komunikasi dengan orang. Cerpen dengan kandungan konsep kebahasaan yang singkat, dan memiliki makna yang jelas maka dengan pengenalan dan pemahaman terhadap cerpen dapat meningkatkan daya apresiasi siswa sehingga dapat mengungkapkan makna yang tersirat dalam cerpen tersebut. Untuk itu perlu diadakan atau ditemukan cara pembelajaran dan menafsirkan cerpen serta membaca yang tepat. Dengan model pembelajaran cerpen yang efektif terhadap tingkat perkembangan dan kemampuan siswa
3
nantinya akan tumbuh pengembangan perasaan yaitu keterampilan menjiwai karakter dan substansi dari ungkapan orang lain yang sesungguhnya. Demikian sesungguhnya bahwa, kehadiran karya sastra khususnya cerpen sebagai salah satu karya seni, bukan hanya untuk dipahami atau dihafalkan tetapi sebaiknya kehadiran karya sastra ini betul-betul dapat dihayati, dan dapat dinikmati sepuaspuasnya. "Ia memberikan kesantaian pada ketegangan psikis dan emosi, membangkitkan daya kreasi dan memberikan keindahan estetis". Cerpen merupakan salah satu bagian dari sastra yang memberikan gambaran tentang visi kehidupan manusia sekaligus merupakan bahan untuk mengetahui keadaan suatu masyarakat. Di samping itu cerpen menjadi pusat perhatian pada bagian tertentu dari kehidupan manusia yang dianggap penting oleh pengarangnya, atau dengan kata lain bahwa cerpen mengungkapkan tabir kehidupan. Pada kenyataannya ada asumsi bahwa pengajaran sastra khususnya memahami unsur intrinsik cerpen tidak atau belum pernah mengantarkan siswa kepada penghayatan yang sewajarnya terhadap sastra itu sendiri. Tidak dapat disangkal bahwa pemahaman tentang sastra khususnya unsur intrinsik cerpen di kalangan para siswa, masih merupakan masalah yang cukup rumit. Dikatakan demikian, karena dalam kenyataannya pembelajaran sastra khususnya memahami unsur intrinsik cerpen belum dapat sepenuhnya dilakukan di sekolah-sekolah. Dengan demikian, betapa pentingnya suatu strategi pembelajaran yang perlu diterapkan oleh seorang guru agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Berdasarkan hasil observasi awal yang telah peneliti lakukan pada siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli, ternyata pembelajaran sastra
4
khususnya memahami unsur intrinsik cerpen belum mendapatkan perhatian khusus di hati siswa. Ini terlihat jelas pada buku daftar nilai siswa, nilai rata-rata siswa dalam memahami unsur intrinsik cerpen masih di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu 4,0, sedangkan nilai rata-rata siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli yang diharapkan adalah 7,0. Di samping itu pula, aktifitas belajar siswa ketika guru membahas tentang materi cerpen masih pasif, dan tidak menggairahkan. Banyak siswa mengeluh merasa bosan, malas, tidak semangat, karena dalam proses pembelajaran guru cenderung menggunakan metode ceramah sehingga dirasakan monotun dan kurang variatif. Siswa masih kebingungan mana yang dimaksud dengan plot, setting, alur, dan lain sebagainya. Bahkan siswa banyak tidak dapat menceritakan kembali isi cerpen yang telah dibacanya. Dari kenyataan itu, guru hendaknya dapat memotivasi siswa untuk lebih sering membaca dan memilih strategi yang tepat agar pemahaman siswa tentang unsur itrinsik cerpen dapat ditingkatkan. Berdasarkan fenomena yang ada di kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli, peneliti mengusulkan kepada guru kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli agar menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sebagai salah satu solusi pemecahan masalah yang sedang dihadapi siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli. Pembelajaran kooperatif tipe/teknik Jigsaw adalah teknik pembelajaran yang berupa permainan antar kelompok, serupa dengan pertukaran kelompok dengan kelompok, di mana setiap siswa ditugasi mengajarkan pengetahuan baru yang diperoleh dari hasil diskusi kelompok untuk diajarkan kepada siswa lain pada kelompok lain. Ini merupakaan alternatif menarik bila ada materi belajar yang bisa disegmentasikan atau dibagi-bagi dan
5
bila bagian-bagiannya harus diajarkan secara berurutan. Tiap siswa mempelajari sesuatu yang berbeda dengan lainnya yang bila digabungkan dengan materi yang dipelajari oleh siswa lain, membentuk kumpulan pengetahuan atau keterampilan yang padu. Jadi, hal yang menarik dari pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah adanya harapan selain memiliki dampak pembelajaran, yaitu berupa peningkatan prestasi belajar peserta didik (student achievement) juga mempunyai dampak pengiring seperti realisasi sosial, penerimaan terhadap peserta didik yang dianggap lemah, harga diri, norma akademik, penghargaan terhadap waktu, dan suka memberi pertolongan pada yang lain. Berdasarkan pandangan di atas, ternyata guru kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli setuju untuk menerapakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami unsur intrinsik cerpen. Hal ini juga disambut baik oleh Kepala Sekolah SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli, sehingga peneliti mengangkat permasalahan ini menjadi suatu penelitian tindakan kelas dengan judul ”Peningkatan Kemampuan Memahami Unsur Intrinsik Cerpen melalui Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw pada Siswa Kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/ 2014”.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat diangkat dalam penelitian ini adalah:
6
1) Apakah dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan kemampuan memahami unsur intrinsik cerpen pada siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014? 2) Bagaimanakah langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw untuk meningkatkan kemampuan memahami unsur intrinsik cerpen pada siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014?
1.3 Tujuan Penelitian Dalam penelitian ini ada dua tujuan yang ingin dicapai yaitu; (1) tujuan umum dan (2) tujuan khusus. 1) Tujuan Umum Secara
umum
penelitian
ini
bertujuan
untuk
memupuk
dan
mengembangkan kecakapan berbahasa Indonesia secara lisan dan tulisan serta memupuk dan mengembangkan kecakapan berpikir dinamis rasional dan praktis. 2) Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah: a) Untuk
mendapatkan
data
yang
objektif
tentang
peningkatan
kemampuan memahami unsur intrinsik cerpen melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014. b) Untuk
menemukan
langkah-langkah
kooperatif tipe Jigsaw
penerapan pembelajaran
agar dapat meningkatkan kemampuan
memahami unsur intrinsik cerpen pada siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014.
7
1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribusi dalam pengembangan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, khususnya pembelajaran apresiasi cerpen. 2) Manfaat Praktis a. Manfaat bagi guru khusunya guru bahasa dan Sastra Indonesia, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan serta wawasan guru bahasa dan Sastra Indonesia dalam mengelola pembelajaran, khususnya dalam memilih metode pembelajaran yang variatif. b. Manfaat bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan memahami isi cerpen khususnya unsur intrinsik cerpen sehingga mereka menjadi lebih aktif, kreatif, senang dan bergairah dalam belajar. c. Manfaat bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman dan bekal bagi peneliti, selaku mahasiswa calon guru bahasa dan Sastra Indonesia ketika terjun secara riil di lapangan. d. Manfaat bagi peneliti lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan bandingan bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian sejenis.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini terbatas pada: (1) peningkatan kemampuan memahami unsur intrinsi cerpen melalui strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli
8
Tahun Pelajaran 2013/2014; (2) langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
agar dapat meningkatkan kemampuan memahami
unsur intrinsik cerpen pada siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014.
1.6 Asumsi Asumsi atau anggapan dasar dalam sebuah penelitian, lebih-lebih penelitian ilmiah, akan mampu memberikan rambu-rambu kepada penulis dalam pelaksanaan atau kelangsungan penelitiannya. Seorang ahli mengatakan bahwa, ”Anggapan dasar adalah sesuatu yang diyakini kebenarannya oleh peneliti yang harus dirumuskan secara jelas dan akan berfungsi sebagai hal-hal yang dipakai untuk tempat berpijak bagi peneliti dalam melaksanakan penelitiannya serta dipakai untuk memperkuat permasalahnya” (Arikunto, 1985 : 59). Berdasarkan pendapat di atas maka asumsi yang dipegang dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Guru yang mengajarkan bahasa Indonesia memiliki kualitas dan wewenang untuk mengajar bahasa Indonesia. 2) Materi pelajaran bahasa Indonesia yang diajarkan di kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli telah sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). 3) Semua siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli mempunyai kemampuan yang sama dalam menerima pelajaran.
9
BAB II LANDASAN TEORI
Penelitian yang diangap baik tentunya berdasarkan teori-teori yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Teori juga berfungsi sebagai penguat dan pembatas dalam sebuah penelitian sehingga alur pembahasan akan tetap mengacu pada suatu pengertian yang jelas, bulat, dan utuh. Jadi, dengan demikian pada bab ini secara berturut-turut akan dipaparkan teori-teori yang merupakan patokan atau kriteria yang melandasi keseluruhan penelitian ini. Teori-teori itu meliputi: (1) pengertian cerpen, (2) pembagian cerpen, (3) ciri-ciri cerpen, (4) unsur-unsur intrinsik cerpen, (5) pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan (6) keunggulan dan kelemahan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
2.1 Pengertian Cerpen Cerpen adalah suatu cerita yang pendek dan hanya melukiskan sebagian dari kejadian dalam kehidupan yang luas. Pengertian cerpen adalah bentuk prosa yang pendek yang paling sederhana merupakan kerja fiksi, dengan efek satusatunya kesan impression jadi mengungkap satu sari kehidupan saja, Bukan berarti
terdiri dari satu halaman saja,tetapi bisa sampai beberapa halaman.
(Tarigan, 1984:170) Kata pendek dalam batasan ini tidak jelas ukurannya. sehubungan dengan hal ini maka di bawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai pengertian cerpen. Cerita pendek adalah cerita yang pendek dan merupakan satu kebulatan ide (Ajip Rosidi: 1985: 176). Menurut Muh. Darisman (1998:59) menyatakan bahwa
10
cerpen adalah cerita singkat yang dibuat pengarang tentang sesuatu hal yang pernah dialaminya atau hanya khyalan si pengarang saja. Cerita pada cerpen lebih memusatkan pada satu tokoh cerita dalam satu situasi, dan menurut Erlly Segwiek (dalam Tarigan, 1985 : 177) cerita pendek adalah penyajian suatu keadaan tersendiri atau kelompok keadaan yang memberikan kesan tunggal pada jiwa pembaca. Cerita pendek tidak boleh dipenuhi oleh hal-hal yang tidak perlu atau "a shorty-story must not be cluttered up with irrelevance" (Notosusanto dalam Tarigan, 1984:176). Sifat-sifat pokok cerita pendek memakai bahasa yang singkat dan lengkap. Selain itu Nugroho Notosusanto mengatakan bahwa "Cerita pendek adalah cerita yang panjangnya sekitar 5000 kata atau kira-kira 17 halaman kwarto spasi rangkap yang terpusat dan lengkap" (Strong dalam Tarigan, 1984:176). Dengan memberikan uraian dari beberapa pendapat mengenai pengertian cerpen, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian cerpen adalah cerita yang merupakan kebulatan ide yang dibuat oleh pengarang tentang suatu hal yang dialaminya atau hanya bersifat khayalan yang memberikan kesan tunggal pada jiwa pembaca.
2.2 Pembagian cerpen Berdasarkan sudut pandang yang umum cerpen dapat di klasifikasikan menjadi 3 yaitu, (1) berdasarkan jumlah kata, (2) berdasarkan nilai sastra dan (3) berdasarkan tekhnik mengarangnya.
11
2.2.1 Berdasarkan Jumlah Kata 1) Cerita yang pendek adalah cerita pendek yang jumlah kata-katanya dibawah 5.000 kata atau maksimal 5.000 kata, kira-kira 16 halaman kwarto dengan spasi rangkap. Apabila dibaca memerllukan waktu kirakira 15 menit atau seperempat jam. 2) Cerpen yang panjang adalah cerita pendek yang jumlah kata-katanya antara 5.000 kata sampai 10.000 kata atu kira-kira 33 halaman kwarto dengan spasi rangkap, yang dibaca kira-kira 30 menit atau setengah jam. (Tarigan,1985:178). 2.2.2 Berdasarkan Nilai Sastra 1) Cerpen hiburan adalah cerpen yang dibuat untuk bisa menghibur pembaca. 2) Cerpen sastra yaitu sebuah cerpen yang dibuat untuk mereka yang senang dengan karya-karya sastra dan cerpen tersebut dapat di ananlisis oleh pembacanya. 2.2.3 Berdasarkan Tekhnik Mengarangnya 1) Cerpen sempurna (well made short-story) yaitu cerpen yang terfokus pada satu tema dengan plot yang sangat jelas, dan ending yang mudah di pahami. Cerpen ini pada umumnya bersifat konvensional dan berdasar pada realitas (fakta). Cerpen jenis ini biasanya enak dibaca dan mudah dipahami isinya. Pembaca awam bisa membacanya dalam tempo kurang dari satu jam. 2) Cerpen tak utuh (slice of life short-story), yaitu cerpen yang tidak terfokus pada satu tema, alurnya (plot) tidak terstruktur, dan kadang-
12
kadang dibuat mengambang oleh cerpenisnya. Cerpen jenis ini pada umumnya bersifat kontemporer, dan ditulis berdasarkan ide-ide atau gagasan-gagasan yang orisinal sehingga lajim disebut sebagai cerpen ide (cerpen gagasan). Cerpen jenis ini sulit sekali dipahami oleh para pembaca awam sastra, harus dibaca berulang kali baru dapat dipahami sebagaimana mestinya. Para pembaca awam sastra menyebut cerpen kental atau cerpen berat. http://kokosadewo11bhs08.blogspot.com/2012/11/makalah-cerpen.html
2.3 Ciri-ciri Cerpen Ketika membicarakan pengertian cerita pendek, sebenarnya sudah terkandung pembicaraan tentang ciri-ciri cerpen. Pembicaraan dalam cerpen dilakukan secara hemat dan ekonomis sehingga pada umumnya dalam sebuah cerpen hanya ada dua atau tuga tokoh, hanya ada satu peristiwa dan hanya ada satu efek bagi pembacanya. Menurut
Tarigan
(1985:177)
dalam
Prinsip-Prinsip
Dasar
Sastra
mengemukakan beberapa ciri khas cerpen, adalah sebagai berikut: 1) Ciri utama cerpen adalah singkat, padat dan intensif. 2) Bahasa dalam cerpen harus tajam, sugesti, dan menarik perhatian. 3) Unsur-unsur cerpen adalah: adegan, tokoh dan gerak. 4) Cerpen harus mempunyai seorang tokoh utama. 5) Dalam cerpen sebuah kejadian atau peristiwa harus dapat menjadikan pusat perhatian yang menarik sehingga dapat memancing perhatian para
13
pembacanya dan kemudian kejadian atau peristiwa harus dapat menguasai jalan ceritanya. 6) Cerpen hanya tergantung pada satu situasi. 7) Cerpen harus menimbulkan perasaan beda pembaca yaitu berawal dari jalan cerita yang menarik. 8) Cerpen harus mempunyai satu efek atau kesan atau kesan yang menarik. 9) Cerpen harus menimbulkan efek dalam pikiran pembaca. 10) Cerpen harus mengandung interpretasi pengarang tentang konsep kehidupan baik langsung maupun tak langsung. 11) Cerpen menyajikan satu emosi. 12) Cerpen harus menimbulkan perasaan pada pembaca bahwa jalan ceritalah yang pertama-tama menarik perasaan dan baru menarik pikiran 13) Dalam cerpen ceritanya hanya terdiri dari inti suatu kejadian yang merupakan cerpen. 14) Panjang cerita kurang lebih 10.000 kata. Pendapat lain mengenai ciri-ciri cerita pendek di kemukakan pula oleh Lubis dalam Tarigan sebagai berikut. 1) Cerita
Pendek
harus
mengandung
interprestasi pengarang
tentang
konsepsinya mengenai kehidupan, baik secara langsung maupun tidak langsung. 2) Dalam sebuah cerita pendek sebuah insiden yang terutama menguasai jalan cerita. 3) Cerita pendek harus mempunyai seorang yang menjadi pelaku atau tokoh utama.
14
4) Cerita pendek harus satu efek atau kesan yang menarik. Menurut Morris dalam Tarigan ciri-ciri cerita pendek adalah sebagai berikut. 1) Ciri-ciri utama cerita pendek adalah singkat, padu, dan intensif (brevity, unity, and intensity). 2) Unsur-unsur cerita pendek adalah adegan, toko, dan gerak (scena, character, and action). 3) Bahasa cerita pendek harus tajam, sugestif, dan menarik perhatian (incicive, suggestive, and alert). http://kokosadewo11bhs08.blogspot.com/2012/11/makalah-cerpen.html
2.4 Unsur-unsur Intrinsik Cerpen Cerita pendek merupakan salah satu bentuk prosa (fiksi) telah mampu menduduki posisi tertentu dalam kasanah sastra Indonesia. Dalam posisinya yang cukup strategis dalam cerita pendek dihidangkan secara bebas dan terbuka sehingga mudah dikenal dan dimengerti oleh masyarakat. Setiap karya sastra selalu didukung oleh unsur-unsur tertentu, unsur-unsur pendukung itu antara lain: unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah aspek-aspek yang membangun sastra itu dari dalam, sedangkan unsur ekstrinsik adalah aspek-aspek yang mempengaruhi cipta sastra yang bersumber dari luar cipta sastra itu sendiri (Badrun, 1983:13). Dalam penelitian ini difokuskan pada unsur intrinsik dari cerpen. Unsur-unsur intrinsik yang membangun karya sastra dari dalam adalah sebagai berikut: (1) tema, (2) alur, (3) penokohan (perwatakan), (4) latar (setting), (5) Sudut pandang, dan (6) Amanat.
15
Untuk lebih jelas, unsur-unsur intrinsik cerpen tersebut di atas akan diuraikan secara terperinci seperti tertera berikut ini. 2.4.1 Tema Tema adalah gagasan utama yang menjadi pokok permasalahan dalam sebuah cerita. Tema dalam suatu karya sastra letaknya tersembunyi dan harus dicari sendiri oleh pembacanya. Oleh karena itu,pengarang tidak mengatakan secara jelas tema karangannya, tetapi merasuk, menyatu dalam semua unsure cerpen dan dengan demikian akan menghasilkan suatu cerpen yang baik. pengarang dalam menulis ceritanya bukan sekedar mau bercerita, tetapi mau mengatakan sesuatu kepada pembacanya. Sesuatu yang mau dikatakan itu bisa berupa pandangan hidupnya atau komentar tentang kehidupannya. Kejadian dan perbuatan tokoh cerita, semua didasari oleh ide atau gagasan pokok pengarang. Sebuah cerpen harus selalu mengatakan sesuatu pendapat yaitu pendapat pengarang tentang hidup ini sehingga orang lain dapat mengerti hidup ini lebih baik. (Sumardjo dan Saini, 1988:57). Di samping itu Muh. Darsiman (2007:19) berpendapat bahwa tema sangat berpengaruh terhadap unsur lain dalam cerita, seperti alur, penokohan dan penokohan. Sedangkan Atar Semi berpendapat bahwa tema adalah gagasan yang menjadi dasar penyusunan karangan. Dalam penyusunan sebuah cerita pendek sangat tergantung dari jenis tema yang akan dikembangkan (Atar, 1984:34). Menurut Adiwardoyo, tema adalah gagasan sentral pengarang yang mendasari penyusunan suatu cerita dan sekaligus menjadi sasaran dari cerita itu. Tema merupakan perpaduan antara pokok persoalan dan tujuan yang ingin dicapai pengarang lewat cerita itu (1990:13).
16
Untuk mengetahui tema kita bisa menyusun pertanyaan-pertanyaan seperti pertanyaan berikut ini. 1) Persoalan apakah yang peling menonjol dalam cerita itu? 2) Pesan apakah yang disampaikan pengarang kepada pembaca? 3) Persoalan-persoalan apa saja yang diungkapkan pengarang dalam cerita itu? Dengan demikian,tema dapat dipandang sebagai dasar cerita, gagasan dasar umum sebuah karya fiksi. Gagasan ini, yang tentunya telah ditentukan sebelumnya oleh pengarang yang dipergunakan untuk mengembangkan ide ceritanya. 2.4.2 Alur/Plot Alur/plot adalah: Rangkaian peristiwa demi peristiwa dalam membangun cerita,biasanya sering disebut juga jalan cerita. Munculnya sebuah peristiwa dalam sebuah cerita harus mempunyai hubungan dengan peristiwa lainnya, artinya terjadinya suatu peristiwa alasan mengapa pelaku itu melakukan suatu perbuatan. Urutan peristiwa itu dimulai dengan memberikan suatu keadaan, kemudian keadaan itu mengalami perkembangan yang pada akhirnya ditutup dengan penuh penyelesaian. Jalan suatu cerita selalu dengan pola perkenalan, keadaan, perkembangan dan penutup. Alur merupakan urutan-urutan cerita yang memiliki hubungan sebab akibat. Alur adalah jalan cerita yang merangkai peristiwa-peristiwa dalam cerita menjadi sebuah cerita yang utuh (Wendy Widya, 2006: 27). Alur atau plot, yaitu rangkaian peristiwa yang memiliki hubungan sebab akibat sehingga menjadi suatu satu kesatuan yang padu, bulat dan utuh. Alur atau plot dapat dikategorikan ke dalam beberapa jenis berdasarkan sudut tinjauan atau
17
criteria. Alur atau plot tersebut dapat dibedakan menjadi tiga bagian,yaitu: “alur maju, alur mundur, dan alur gabungan”. Alur maju bermula dari titik awal peristiwa dan berjalan secara teratur sampai titik akhir cerita. Disebut alur mundur apabila peristiwa-peristiwa yang disusun berdasarkan sebab akibat mencerikan masa lampau dari titik akhir menuju titik permulaan. Sedangkan alur gabungan adalah apabila perirtiwa-peristiwa yang ada disusun secara campuran antara sebab akibat, waktu kini ke waktu lampau dan waktu lampau ke waktu kini (Wendy Widya, dkk, 2006: 28). Berdasarkan uraian di atas mengenai pengertian alur, maka dapat ditarik kesimpulan alur adalah rangkaian peristiwa demi peristiwa dalam cerita yang mempunyai hubungan sebab akibat sehingga membentuk cerita yang utuh. 2.4.3 Penokohan (Perwatakan) Penokohan (Perwatakan) yaitu: cara melukiskan sikap dan watak para pelakunya atau kepribadian tokoh-tokohnya, meliputi sifat lahir dan sifat bahtinnya. Para tokoh yang terdapat dalam suatu cerita memiliki peranan yang paling penting dalam suatu cerita disebut tokoh inti atau tokoh utama (tokoh protagonis). Tokoh cerita merupakan seorang yang berperan dalam cerita. Tokoh cerita mempunyai watak atau sifat (Wendy Widya, dkk. 2006:27). Tokoh dibagi menjadi dua yaitu: tokoh baik (protagonis) dan tokoh jahat (antagonis). Selain itu tokoh dapat juga dibedakan menjadi tokoh utama dan tokoh pendukung. Ada dua cara memperkenalkan pelaku dalam cerita yaitu: secara analitik dan secara dramatik (Antara, 1988:23):
18
1) Secara Analitik, yaitu pengarang langsung memaparkan watak atau karakter tokohnya, pengarang menyebutkan tokoh tersebut keras hati. 2) Secara Dramatik, yaitu pengarang tidak menjelaskan watak pelaku ceritanya secara langsung, watak-watak pelaku ceritanya digambarkan melalui hal-hal lain, seperti pilihan nama tokohnya, cara berpakaiannya, tingkah laku terhadap tokoh lain melalui dialog. Dalam sebuah cerita menggambarkan tokoh dipergunakan oleh pengarang untuk memandang, menguraikan persoalan, dan menyelesaikan sehingga dapat menghidupkan tokoh dan peristiwa. Pengarang menempatkan tikohnya dengan karakter yang cocok dengan cerita yang ditulisnya. Berdasarkan uraian di atas mengenai pengertian penokohan (perwatakan) dapat disimpulkan bahwa penokohan (perwatakan) adalah individu yang mengalami suatu peristiwa atau lukisan watak seseorang/pelaku baik sifat lahir maupun sifat batinnya. 2.4.4 Latar atau Setting Latar merupakan segala keterangan mengenai waktu, tempat atau ruang dan suasana dalam cerita. Latar tempat merupakan penjelasan tentang tempat terjadinya peristiwa. Latar waktu merupakan penjelasan tentang waktu terjadinya peristiwa. Latar suasana merupakan penjelasan tentang suasana saat suatu peristiwa terjadi (Wendy Wydia, dkk. 2006: 27). Latar disebut juga sebagai landas tumpu yang menyangkut pada pengertian tempat
(Geografis),
hubungan waktu (historis),
dan lingkungan sosial
(kemasyarakatan) tempat terjadinya peristiwa atau terjadinya cerita. Meskipun
19
ketiga unsur latar ini berbeda namun kenyataannya saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain (Wendy Widya, dkk.2006: 35). Menurut Nurgiantoro (1995:216) Latar/setting merupakan waktu/keadaan alam atau cuaca terjadinya suatu peristiwa, karena setiap perbuatan atau aktivitas manusia akan terjadi pada tempat, waktu dan keadaan tertentu sehingga cerita itu tampak lebih hidup dan logis untuk menggerakkan emosi pembaca. Hal ini penting untuk memberikan kesan realisitis kepada pembaca, meciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi, sehingga pembaca dapat merasakan dan menilai kebenaran, ketepatan dan aktualisasi latar yang diceritakan sehingga merasa lebih akrab. Dari beberapa pendapat di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa, latar/setting adalah peristiwa yang diungkapakan oleh pengarang dalam karyanya mengenai waktu, tempat, serta suasana terjadinya suatu peristiwa ke dalam suatu cerita. Sebagai penuntun untuk memahami latar/setting adalah: 1) Kapan peristiwa itu terjadi? 2) Di mana peristiwa itu terjadi? 3) Bagaimana situasi alam di daerah itu? 2.4.5 Sudut Pandang Sudut pandang yaitu dari sudut mana pengarang memandang yang menjadi pusat pengisah atau yang menjadi landasan tumpu cerita atau dengan kata lain sudut pandang adalah cara pengarang memandang cerita atau landasan tumpu. Adapun macam-macam sudut pandang adalah: 1) Author- participant (pengarang turut ambil bagian dalam cerita). Dalam hali ini ada dua kemungkinan yaitu pengarang menjadi pribadi pelaku utama
20
sehingga ia menggunakan kata ”aku” atau pengarang hanya mengambil bagian kecil saja, maksudnya pengarang menggunakan kata “aku” dalam cerita tetapi bukan sebagai pelaku utama. 2) Author – ominiscient (orang ketiga). Pengarang menceritakan ceritanya dengan memperguanakan kata “dia” untuk pelaku utamanya tetapi ia turut hidup dalam pribadi pelakunya. 3) Author- observer. Ini hampir sama dengan author- omaniscient, bedanya pengarang hanya sebagai peninjau seolah-olah ia tidak dapat mengetahui jalan pikiran pelakunya. 4) Multiple. sudut pangang secara campur baur. 2.4.6 Amanat Amanat ialah pemecahan yang diberikan oleh pengarang bagi persoalan di dalam karya sastra. Amanat biasa disebut makna. Makna dibedakan menjadi makna niatan dan makna muatan. Makna niatan ialah makna yang diniatkan oleh pengarang bagi karya sastra yang ditulisnya. Makna muatan ialah makana yang termuat dalam karya sastra tersebut. Amanat (pesan) ialah sesuatu yang disampaikan oleh seseorang kepada orang lain. Penyampaian amanat (pesan) dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara lisan dan cara tulisan. Cara pertama, penyampai amanat langsung berhadapan dengan penerima sebagai lawan bicara atau pendengar, sedangkan cara kedua, penyampai amanat tidak berhadapan langsung dengan penerima, tetapi menggunkan perantara/alat bantu ; dapat berupa cerita, buku (fiksi dan nonfiksi). Untuk menemukan amanat pada sebuah karya sastra, misal cerpen, kita harus lebih dulu memahami : tema, rasa, dan nada cerpen itu. Tema berbeda dengan
21
amanat. Tema berhubungan dengan arti karya sastra, sedangkan amanat berhubungan dengan makna karya sastra (meaning dan significance) yang berifat kias, subjektif, dan umum. Makna karya sastra selalu berhubungan dengan orang per orang, konsep seseorang, dan situasi penyair mengimajinasikan karyanya. Amanat (pesan) sebuah karya sastra, selain yang dibicarakan di atas, dapat pula ditentukan melalui perndekatan teori sastra (sejarah sastra, angkatan, atau zaman) terciptanya karya sastra itu. Jadi, menemukan amanat pada sebuah karya sastra (cerpen) selain memahami tema, rasa, dan nada, juga dapat ditemukan melalui pendekatan teori sastra. . 2.5 Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw 2.5.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pembelajaran Kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang didasarkan pada paham konstruktivisme. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/ tim kecil, yaitu terdiri dari empat sampai enam orang siswa yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogen) ( Sanjaya, 2009 :240 ). Tipe Jigsaw adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif di mana pembelajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa yang bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran dan mendapatkan pengalaman belajar yang maksimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok. Pada pembelajaran tipe Jigsaw ini setiap siswa menjadi anggota dari 2 kelompok, yaitu anggota kelompok asal dan anggota
22
kelompok ahli. Anggota kelompok asal terdiri dari 3-5 siswa yang setiap anggotanya diberi nomor kepala 1-5. Nomor kepala yang sama pada kelompok asal berkumpul pada suatu kelompok yang disebut kelompok ahli. http://ainamulyana.blogspot.com/2012/02/model-pembelajaran-kooperatiftipe.html. Teknik Jigsaw dapat juga diartikan teknik pembelajaran yang berupa permainan antar kelompok, serupa dengan pertukaran kelompok dengan kelompok, di mana setiap siswa ditugasi mengajarkan pengetahuan baru yang diperoleh dari hasil diskusi kelompok untuk diajarkan kepada siswa lain pada kelompok lain. Ini merupakaan alternatif menarik bila ada materi belajar yang bisa disegmentasikan atau dibagi-bagi dan bila bagian-bagiannya harus diajarkan secara berurutan. Tiap siswa mempelajari sesuatu yang berbeda dengan lainnya yang bila digabungkan dengan materi yang dipelajari oleh siswa lain, membentuk kumpulan pengetahuan atau keterampilan yang padu. https://hafismuaddab.wordpress.com/tag/pembelajaran-metode-kooperatif-tipejigsaw/. Jadi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ialah kegiatan belajar secara kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama sampai kepada pengalaman belajar yang maksimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terdapat 3 karakteristik yaitu: (1) kelompok kecil, (2) belajar bersama, dan (3) pengalaman belajar. Esensi kooperatif learning adalah tanggung jawab individu sekaligus tanggung jawab kelompok, sehingga dalam diri siswa terbentuk sikap ketergantungan positif yang menjadikan kerja kelompok optimal. Keadaan ini mendukung siswa dalam
23
kelompoknya belajar bekerja sama dan tanggung jawab dengan sungguh-sungguh sampai suksesnya tugas-tugas dalam kelompok. Pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw siswa dibagi menjadi dua anggota kelompok yaitu kelompok asal dan kelompok ahli, yang dapat diuraikan sebagai berikut: (1) kelompok kooperatif awal (kelompok asal), Siswa dibagi atas beberapa kelompok yang terdiri dari 3-5 anggota. Setiap anggota diberi nomor kepala, kelompok harus heterogen terutama di kemampuan akademik dan (2) Kelompok Ahli, kelompok ahli anggotanya adalah nomor kepala yang sama pada kelompok asal. 2.5.2 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Adapun prosedur dari teknik Jigsaw ini adalah: 1) Guru memilih materi belajar yang bisa dipecah menjadi beberapa bagian. Sebuah bagian bisa sependek kalimat atau sepanjang beberapa paragraf, jika materinya panjang, perintahkan siswa untuk membaca tugas mereka sebelum pelajaran. Contohnya antara lain : (1) modul berisi beberapa point penting, (2) bagian-bagian eksperimen ilmu pengetahuan, (3) sebuah naskah yang memiliki bagian atau sub judul yang berbeda, (4) Sebuah daftar definisi, dan (5) Sebuah artikel setebal majalah atau jenis materi bacaan pendek yang lain. 2) Menghitung jumlah bagian yang hendak dipelajari dan jumlah siswa. Bagikan secara adil berbagai tugas kepada berbagai kelompok siswa. Sebuah contoh, misalnya jumlah siswa ada 24, sedangkan bagian yang hendak dipelajari ada 4 bagian, maka jumlah kelompok ada 4 kelompok, dan setiap kelompok beranggotakan 6 anak (disebut kelompok 6), yang masing-masing kelompok
24
mendapat tugas yang berbeda dengan cara membaca, mendiskusikan, dan menguasai materi yang mereka terima. 3) Setelah waktu belajar selesai, bentuklah kelompok belajar sistem Jigsaw. Kelompok belajar tersebut terdiri dari perwakilan tiap ”kelompok belajar“ di kelas. Dalam contoh yang baru saja diberikan, anggota dari tiap kelompok 6, dapat berhitung mulai dari 1, 2, 3, 4 , 5, dan 6, kemudian bentuklah sistem ” kelompok belajar Jigsaw “ dengan jumlah yang sama. Hasilnya adalah 6 kelompok yang masing-masing beranggotakan 4 anak (kelompok empat). Dalam masing-masing kelompok 4 ada 1 siswa yang telah mempelajari bagian 1, bagian 2, bagian 3, bagian 4. berikut ini menunjukkan urutannya : Kelompok Belajar Kelompok A : A1, A2, A3, A4, A5, A6 Kelompok B : B1, B2, B3, B4, B5, B6 Kelompok C : C1, C2, C3, C4, C5, C6 Kelompok D : D1, D2, D3, D4, D5, D6 Kelompok Belajar Jigsaw Kelompok I, anggota terdiri dari A1, B1, C1, D1 Kelompok II, anggota terdiri dari A2, B2, C2, D2 Kelompok III, anggota terdiri dari A3, B3, C3, D3 Kelompok IV, anggota terdiri dari A4, B4, C4, D4 Kelompok V, anggota terdiri dari A5, B5, C5, D5 Kelompok VI, anggota terdiri dari A6, B6, C6, D6 a) Perintahkan anggota kelompok Jigsaw untuk mengajarkan satu sama lain apa yang telah mereka pelajari.
25
b) Perintahkan siswa untuk kembali ke posisi semula dalam rangka membahas pertanyaan yang masih tersisa guna memastikan pemahaman yang akurat. c) Ajukan serangkaian pertanyaan yang menjajaki pemikiran siswa dan pengetahuan siswa yang mereka miliki. Gunakan pertanyaan yang memiliki beberapa kemungkinan jawaban, misalnya “bagaimana kamu menjelaskan seberapa kecerdasan seseorang ?”. d) Berikan waktu yang cukup kepada siswa dalam berpasangan atau berkelompok untuk membahas jawaban mereka. e) Perintahkan siswa untuk kembali ke tempat masing-masing dan catatlah pendapat mereka. Jika memungkinkan adakan seleksi jawaban mereka menjadi beberapa katagori terpisah yang terkait dengan katagori atau konsep yang berbeda, misalnya “kemampuan membuat mesin“ pada kecerdasan kinestetika tubuh. f) Sajikan poin-poin pembelajaran utama yang ingin anda ajarkan. Perintahkan siswa untuk menjelaskan kesesuaian jawaban mereka dengan poin-poin ini. Catatlah gagasan yang memberi informasi tambahan bagi poin pembelajaran anda.
2.6 Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw 2.6.1 Keunggulan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Keunggulan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sebagai suatu strategi pembelajaran di antaranya:
26
1) Melalui
pembelajaran
kooperatif
tipe
Jigsaw
siswa
tidak
terlalu
menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain. 2) Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain. 3) Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan. 4) Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar. 5) Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan me-manage waktu, dan sikap positif terhadap sekolah. 6) Melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat
mengembangkan
kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat berpraktik memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang di buat adalah tanggung jawab kelompoknya. 7) Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil).
27
8) Interaksi selama kooperatif tipe Jigsaw berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berfikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang. 2.6.2 Kelemahan Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw Di samping keunggulan, pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw juga memiliki kelemahan/ keterbatasan, di antarnya: 1) Untuk memahami dan mengerti filosofis pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memang butuh waktu. Sangat tidak rasional kalau kita mengharapkan secara otomatis siswa dapat mengerti dan memahami filsafat cooperative learning. Untuk siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan. Akibatnya, keadaan semacam ini dapat menganggu iklim kerja sama dalam kelompok. 2) Ciri utama dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah bahwa siswa saling membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa peer teaching yang efektif, maka dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar yang demikian apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah dicapai oleh siswa. 3) Penilaian yang diberikan dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari, bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa. 4) Keberhasilan
pembelajaran
kooperatif
tipe
Jigsaw
dalam
upaya
mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang, dan, hal ini tidak mungkin dapat tercapai hanya dengan satu kali atau sekali-sekali penerapan strategi ini.
28
5) Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan secara individual. Oleh karena itu idealnya melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw selain siswa belajar bekerja sama, siswa juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri. Untuk mencapai kedua hal itu dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memang bukan pekerjaan yang mudah.
29
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian Dalam penelitian ini peneliti mengambil jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) partisipan. Suatu penelitian dikatakan sebagai partisipan ialah apabila orang yang akan melaksanakan penilaian harus terlibat langsung dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian berupa laporan. Dengan demikian, sejak perencanaan penelitian peneliti senantiasa terlibat, selanjutnya peneliti memantau, mencatat, dan mengumpulkan data, lalu menganalisa data serta berakhir dengan melaporkan hasil penelitiannya (Iskandar, 2010: 27). Dalam penelitian ini, peneliti terlibat langsung terus-menerus sejak awal sampai akhir penelitian, disamping peneliti juga melibatkan siswa, guru bahasa Indonesia yang mengajar di kelas tersebut, agar penelitian ini memberikan hasil yang optimal. Dalam penelitian ini yang diterapkan adalah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam memahami unsur intrinsik cerpen. Model penelitian tindakan kelas (PTK) yang digunakan adalah model Kurt Lewin (dalam Iskandar, 2010: 28) yaitu bahwa dalam satu siklus terdiri dari empat langkah yaitu (1) perencanan (planning), (2) tindakan (acting), (3) observasi (observing), dan (4) refleksi (reflecting).
3.2 Subjek, Objek, Tempat Penelitian 1) Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah seluruh siswa-siswi kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014, yang berjumlah 22 orang terdiri atas 7 orang laki-laki dan 15 orang perempuan.
30
2) Objek penelitian ini adalah peningkatan kemampuan memahami unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014. 3) Tempat penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli. Waktu penelitian tindakan kelas dilaksanakan pada semester 2 Tahun Pelajaran 2013/2014. Jadwal penelitian disesuaikan dengan kalender pendidikan dan jadwal mata pelajaran di kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli.
3.3 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian adalah kerangka penelitian yang merupakan alur pelaksanaan kegiatan penelitian dalam rangka memeroleh, mengumpulkan, menyusun, mengklasifikasikan dan menganalisis data. Penelitian ini dirancang sampai pada siklus ke-N. Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Penelitian Tindakan Kelas
(Classroom Action Research) adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan praktek-praktek pengajaran di kelas secara professional (Iskandar, 2010: 23). Desain penelitian tindakan kelas yang digunakan adalah model Kurt Lewin yang terdiri atas empat tahap, yakni; perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Pelaksanaan penelitian tindakan adalah proses yang terjadi dalam satu lingkaran yang terus menerus (Sanjaya, 2010: 49). Apabila digambarkan proses penelitian tindakan digambarkan seperti berikut ini.
31
Perencanaan
Refleksi
Tindakan
Observasi
Observasi Penelitian Tindakan Model Kurt Lewin dalam Sanjaya (2010: 50). 1) Perencanaan adalah proses menentukan program perbaikan yang berangkat dari satu ide gagasan peneliti. 2) Tindakan adalah perlakuan yang dilaksanakan oleh peneliti sesuai dengan perencanaan yang telah disusun oleh peneliti. 3) Observasi adalah pengamatan yang dilakukan untuk mengetahui efektivitas tindakan atau mengumpulkan informasi tentang berbagai kelemahan (kekurangan) tindakan yang telah dilakukan. 4) Refleksi adalah kegiatan analisis tentang hasil observasi hingga memunculkan program atau perencanaan baru.
3.4 Prosedur Penelitian Adapun prosedur penelitian yang akan dilaksanakan adalah: 1) Refleksi Awal Sebelum melakukan tindakan dilakukan refleksi awal yang bertujuan
32
mengumpulkan data awal mengenai permasalahan serta kendala-kendala yang dialami oleh siswa pada saat proses belajar. Mengetahui kelemahan metode yang diterapkan guru dalam proses pembelajaran. Masalah yang terungkap dari hasil wawancara adalah siswa ternyata menganggap bahwa memahami unsur intrinsik cerpen sangat sulit dilakukan karena unsur-unsur intrinsik cerpen merupakan karya sastra yang mempunyai makna utuh. Siswa sulit menangkap makna dibalik kata-kata sastra yang digunakan oleh pengarang. Selain itu hal-hal dari luar lingkungan siswa yang tidak mendukung kemampuan siswa dalam memahami unsur intrinsik cerpen. Oleh sebab itulah guru sebagai komentator, kritikus, dan pembimbing hendaknya mengusahakan agar siswa tertarik, terlibat serta terinspirasi saat proses pembelajaran berlangsung. Sesuai dengan refleksi awal, maka penulis akan mencoba menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam memahami unsur intrinsik cerpen pada siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw diharapkan mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami unsur intrinsik cerpen. 2) Perencanaan Tindakan Untuk melaksanakan tindakan penelitian ini diperlukan beberapa perencanaan. Hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam perencanaan penelitian ini adalah sebagai berikut: a) Tes diagnotik/tes awal yang dipersiapkan berupa tes tertulis yang berbentuk esai. Tes ini digunakan untuk mengetahui kemampuan awal pemahaman siswa tentang unsur intrinsik cerpen.
33
b) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang merupakan rencana program yang ditempuh melalui proses belajar mengajar. c) Format observasi siswa. Format observasi adalah pedoman digunakan pada saat melakukan pengamatan terhadap proses belajar mengajar.
Format
observasi berisi beberapa pertanyaan/pernyataan yang membutuhkan jawaban melalui pengamatan langsung terhadap proses pembelajaran memahami unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. d) Tes adalah suatu cara untuk mengadakan penelitian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang prestasi anak. Tes ini digunakan untuk mengevaluasi pemahaman materi tentang kemampuan dalam memahami unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Tes yang digunakan berupa tes tulis yang berbentuk esai. Tes ini dilaksanakan setelah proses belajar mengajar selesai/ berakhir. 3) Implementasi Tindakan Adapun langkah-langkah konkrit pelaksanaan dari rencana tindakan penelitian kelas tersebut adalah seperti pada skenario pembelajaran berikut.
34
Tabel 01. Skenario Pembelajaran Memahami Unsur Intrinsik Cerpen melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Kegiatan Awal No.
Peneliti/Guru
(1) 01.
(2) Membuka pelajaran dengan mengucapkan salam. Menginformasikan rencana pelajaran hari tersebut, yaitu pembelajaran memahami unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
02.
03.
01.
02.
03.
04.
05.
06. 07.
Siswa
(3) Siswa bersama-sama memberi salam. Medengarkan dan mempersiapkan diri untuk mengikuti pembelajaran memahami unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Mengapersepsi kelas dan Menyimak tujuan menyampaikan tujuan pembelajaran. pembelajaran yang disampaikan guru. Kegiatan Inti Eksplorasi: Memberikan penjelasan tentang unsurunsur yang terkandung dalam sebuah cerpen. Memberi peluang agar siswa bertanya apabila ada materi yang belum dipahami. Elaborasi: Menjelaskan unsur intrinsik cerpen dengan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
Siswa mendengarkan penjelasan tentang unsurunsur yang terkandung dalam sebuah cerpen. Siswa bertanya mengenai materi yang belum dipahami.
Memberikan tugas secara berkelompok untuk menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen. Memberi bimbingan dan memantau kerja kelompok siswa dalam memahami isi unsur intrik cerpen. Menugaskan untuk mepresentasikan hasil kerja kelompoknya. Konfirmasi: Guru bersama siswa menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran dan mengadakan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran memahami unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran
Bekerja secara berkelompok membahas unsur-unsur intrinsik cerpen. Bekerja secara berkelompok membahas unsur-unsur intrinsik cerpen. Mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.
Siswa menyimak penjelasan guru tentang . unsur intrinsik cerpen dengan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
Siswa menyimpulkan dan merefleksi pembelajaran memahami unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang
35
(1)
(2) (3) kooperatif tipe Jigsaw yang telah telah dilaksanakan. dilaksanakan. Kegiatan Akhir (1) (2) (3) No. Peneliti/Guru Siswa 01.
Memantau dan mengevaluasi. Dalam tahap ini guru mengetes dan memberikan nilai terhadap pemahaman materi pelajaran memahami unsur intrinsik cerpen melalui strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
02.
Memberikan tugas untuk berlatih di Mencatat PR. rumah, agar siswa membaca cerpen yang lain. Menutup pembelajaran dengan salam. Mengucapkan salam.
03.
Mengerjakan tes pemahaman materi pelajaran memahami unsur intrinsik cerpen melalui strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
4) Observasi dan Evaluasi Pada
tahap
ini,
peneliti
menempuh
beberapa
langkah
untuk
mengumpulkan data dalam bentuk : a) Observasi/ pengamatan langsung adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian dengan jalan mengadakan pengamatan langsung dan sistematis (Nurkancana, 1992 : 51). Observasi sebagai data penunjang perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat keaktifan dan respon siswa terhadap penerapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam pembelajaran memahami unsur intrinsik cerpen. Pengamatan aktivitas siswa dalam hal ini dispesifikkan pada beberapa aktivitas belajar esensial di kelas, yaitu : - aktivitas bertanya, - aktivitas menjawab pertanyaan guru, - aktivitas diskusi,
36
- aktivitas mengerjakan soal, - aktivitas mencatat dan merangkum pelajaran. b) Tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak ataupun kelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkan laku atau prestasi anak tersebut (Nurkancana,1992:34). Tes sebagai data utama dalam penelitian ini adalah untuk mengevaluasi atau memperoleh gambaran tentang peningkatan kemampuan siswa dalam memahami unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada akhir siklus. 5) Refleksi Berdasarkan data obsevasi dan hasil tes siswa dalam memahami unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw peneliti melakukan refleksi. Refleksi ini dapat menghasilkan berbagai kemungkinan. Pertama, tindakan yang hasilnya positif atau sudah baik, dipertahankan dan yang tidak direvisi lagi. Kedua, tindakan yang masih dirasakan menghambat atau masih memiliki kekurangan perlu ada revisi dalam pembuatan rencana siklus berikutnya.
3.5 Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penilaian Data yang diharapkan dalam penelitian ini adalah data tentang hasil belajar dalam memahami unsur intrinsik cerpen, maka dipergunakan metode tes. Untuk mengetahui sikap aktivitas dan antusias anak dalam memahami unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw digunakan metode observasi.
37
Jadi, dalam hal ini tes merupakan data utama yang dipergunakan dalam penelitian ini yang bertujuan untuk mengetahui atau memperoleh gambaran tentang kemampuan siswa dalam memahami unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Melalui tes tersebut, peneliti ingin mengetahui apakah proses belajar mengajar yang telah dilakukan berhasil atau mengalami kegagalan. Adapun kriteria penilaian keberhasilan siswa dalam memahami unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, yaitu apabila siswa mampu memahami unsur intrinsik cerpen yang dibacanya. Metode tes ini digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam mengalisis unsur intrinsik cerpen dengan menjawab soal-soal
yang telah
disediakan oleh peneliti, kemudian hasil analisis tersebut dinilai ketepatan menentukan tema, menemukan alur, menyebutkan tokoh-tokoh dalam cerita, menentukan sudut pandang, menyebutkan latar tempat dan waktu. 1) Metode Observasi Observasi dilakukan pada saat pelaksanaan tindakan di kelas dari awal pembelajaran
sampai
akhir
pembelajaran.
Observasi
dilakukan
dengan
berkolaborasi bersama guru pamong bersangkutan. Hasil observasi dicatat pada catatan lapangan dan format observasi aktivitas guru dan siswa. Format observasi aktivitas guru desesuaikan dengan aktivitas guru sebagai pihak yang membantu membelajarkan siswa dan format observasi aktivitas siswa disesuaikan dengan aktivitas siswa sebagai pihak yang dibelajarkan. 2) Metode Tes Tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas yang harus dikerjakan oleh setiap anak / siswa sehingga
38
memberikan hasil sesuai nilai tentang hasil atau prestasi anak /siswa tersebut yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau nilai standar yang telah ditetapkan (Nurkencana, 1983: 25). Jadi tes ini adalah untuk mengetahui atau memperoleh gambaran prestasi siswa. Melalui tes tersebut peneliti ingin mengetahui apakah proses belajar mengajar yang telah dilakukan mengalami keberhasilan atau kegagalan. Bentuk tes yang digunakan adalah berupa tes essay dengan jumlah soal sebanyak 6 butir atau sesuai dengan jumlah insur intrinsik yang akan diteliti. 3) Penetapan Skor Pada langkah ini setelah hasil tes dikumpulkan selanjutnya melakukan penentuan skor tes essay yang telah diberikan dengan skor tiap butir soal diberi rentang antara 1-10 yang terdiri dari 6 butir soal, hasil tes tersebut nantinya penulis akan evaluasi dengan menggunakan rumus norma absolut skala sebelas, sehingga memperoleh data mengenai kemampuan siswa menganalisis unsur intrinsik cerpen melalui metode inkuiri. Adapun hal-hal yang dievaluasi adalah: a. Tema skor 1-10 b. Alur/plot skor 1-10 c. Tokoh skor 1-10 d. Susut Pandang skor 1-10 e. Latar/setting skor 1-10 f. Gaya bahasa skor 1-10 Jadi nilai maksimal idealnya adalah
6 x 10= 60
39
4) Mengubah Skor Mentah menjadi Skor Standar Prosedur yang akan ditempuh dalam mengubah skor mentah menjadi skor standar, adalah: a. Mencari Skor Maksimal Ideal (SMI) daripada tes yang diberikan. Skor Maksimal Ideal adalah skor yang mungkin dicapai apabila setiap item atau butir soal dapat dijawab dengan benar. Skor maksimal ideal dicari dengan jalan menghitung juamlah item atau butir soal yang diberikan serta bobot daripada masing-masing item atau butir soal. b. Mencari angka rata-rata ideal (Mi) untuk tes tersebut dengan rumus: Mi =1/2 x SMI c. Mencari Standar Deviasi ideal (SDi) untuk tes tersebut dengan rumus: SDi =1/3 x Mi Membuat pedoman konversi dengan ketentuan sebagai berikut: M + 2,25 SD
10
M + 1,75 SD
9
M + 1,25 SD
8
M + 0,75 SD
7
M + 0,25 SD
6
M – 0,25 SD
5
M – 0,75 SD
4
M – 1,25 SD
3
M – 1,75 SD
2
M – 2,25 SD
1 (Nurkencana, 1983:84-85).
40
Berdasarkan rumus di atas, maka penyelesaian adalah hasil tes yang berupa skor mentah dikonversikan menjadi skor standar dengan menggunakan norma absolut skala 11. SMI = 60 Mi
= 1/2 x 60 =30
Sdi = 1/3 x 30 = 10 Keterangan Smi
= Skor Maksimal Ideal
Mi
= Angka Rata-rata ideal
Sdi
= Standar Deviasi
Dari rumusan tersebut di atas maka hasil yang diperoleh sebagai berikut: Mi + 2,25 Sdi = 30 + (2,25 x 10) = 52
10
Mi + 1,75 Sdi = 30 + (1,75 x 10) = 47
9
Mi + 1,25 Sdi = 30 + (1,25 x 10) = 42
8
Mi + 0,75 Sdi = 30 + (0,75 x 10) = 37
7
Mi + 0,25 Sdi = 30 + (0,25 x 10) = 32
6
Mi - 0,25 Sdi = 30 – (0,25 x 10) = 27
5
Mi – 0,75 Sdi = 30 – (0,75 x 10) =22
4
Mi – 1,25 Sdi = 30 – (1,25 x 10) = 17
3
Mi – 1,75 Sdi = 30 – (1,75 x 10) = 12
2
Mi – 2,25 Sdi = 30 –( 2,25 x 10) = 7
1
Berpedoman pada ketentuan di atas, maka dapatlah ditentukan dalam skor standar yang dipakai oleh masing-masing siswa dengan ketentuan sebagai berikut: jika siswa yang mendapat skor mencapai 52 ke atas maka anak teserbut mendapat
41
skor standar 10, jika siswa mendapat skor mentah antara 47 sampai 51 maka siswa tersebut mendapat skor standar 9. Demikian selanjutnya dengan tabel peningkatan kemampuan siswa dalam menganalisis cerpen, seperti yang terdapat pada tabel di bawah ini. Tabel 02. Klasifikasi Peningkatan Kemampuan Menganalisis Cerpen Pada Siswa Kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014 No.
Skor Mentah
Skor Standar
Kategori
(1)
(2)
(3)
(4)
01.
52 – 60
10
Istimewah
02.
47 – 51
9
Baik Sekali
03.
42 – 46
8
Baik
04.
37 – 41
7
Lebih dari cukup
05.
32 – 36
6
Cukup
06.
27 – 31
5
Hampir cukup
07.
22 – 26
4
Kurang
08.
17 – 21
3
Kurang sekali
09.
12 – 16
2
Buruk
10.
7 – 11
1
Buruk sekali
3.6 Analisis Data Setelah data yang diinginkan terkumpul, diadakan pengolahan data. Data yang diperoleh dalam penelitian ini masih merupakan data atau bahan mentah. Oleh karena itu, data perlu diolah lagi agar dapat ditarik suatu simpulan. Dalam pengolahan data ini, digunakan metode analisis deskriptif. Metode analisis deskreptif adalah metode pengolahan data dengan jalan menyusun secara sistematis data yang diperoleh, sehingga didapat suatu simpulan umum.
42
Analisis pertama, dilakukan terhadap pelaksanaan tindakan yang diambil, apakah pelaksanaannya sesuai dengan yang telah direncanakan. Kedua, analisis terhadap kemampuan memahami unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang didapatkan dari hasil tes. Hasil tes diolah dengan menggunakan keberhasilan belajar secara individu dan klasikal. Penskoran hasil tes masing-masing siswa dianalisis dengan norma absolut skala seratus. Skala seratus adalah skala yang bergerak antara nol sampai seratus. Skala seratus disebut juga skala persentil. Setelah mengetahui nilai masing-masing siswa, selanjutnya secara klasikal dapat dicari nilai rata-ratanya dengan menggunakan rumusan berikut : ∑ Fx Mean =
----------------N
Keterangan : Mean
= Nilai rata-rata
F
= Frekuensi
x
= Nilai
N
= Jumlah sampel (Nurkencana, 1992 : 99).
43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini telah disesuaikan dengan tahap-tahap dan prosedur yang telah direncakan sebelumnya. Data yang diperlukan untuk dievaluasi. Data yang diperoleh adalah berupa hasil observasi terhadap siswa selama pelaksanaan penelitian tindakan kelas tersebut. Data yang diambil berupa data hasil tes peningkatan kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli.
4.2 Refleksi Awal Refleksi awal bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan siswa menganalisis unsur intrinsik cerpen. Sebelum proses belajar mengajar dilakukan, peneliti melaksanakan pre tes dan mendapat nilai untuk menentukan kualifikasi. 4.2.1 Hasil Observasi awal Observasi dilakukan peneliti bersama guru mata pelajaran Bahasa Indonesia. Dari obsevasi inilah dapat ketahui permasalahan siswa dalam mengikuti pelajaran bahasa indonesia terutama menganilis cerpen. Adapun hasil obsevasi yang telah dilakukan adalah: (1) pembelajaran yang diterapkan oleh guru bersifat konvensional, (2) siswa hanya mengandalkan catatan dari guru dan berpedoman pada LKS, (3) siswa kurang motivasi, anak yang memiliki motivasi tinggi dalam mengerjakan tugas akan lebih cepat tugasnya selesai sebaliknya, anak yang
44
kurang motivasi, maka penyelesaian tugas lebih dan lama juga akan rendah kualitasnya, (4) siswa takut bertanya kepada guru mengenai hal-hal yang kurang dan jelas, (5) siswa kurang mengerti bagaimana cara menemukan atau menganalisis unsur intrinsik cerpen. 4.2.2 Hasil Tes Awal Pada tahap tes awal peneliti memberikan tes menganalisis unsur intrinsik cerpen. Hasil pre tes kemampuan siswa dalam menganalisis cerpen dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 03. Data Hasil Tes Awal kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik cerpen Siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014 Skor No
Nama siswa
A
B
C
D
E
Skor
F
Kategori Mentah Standar
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
01.
I Kadek Juni Lestari
2
1
6
2
1
1
13
3
Buruk
02.
I Made Tantra
2
2
3
2
1
4
14
3
Buruk
03.
Ni Nengah Diantari
4
7
2
4
4
4
25
4
Kurang
04.
I Wayan Wiryanata
8
2
6
8
1
2
27
5
Hampir cukup
05.
Ni Made Sridaning Aminarti
2
3
4
4
2
2
17
3
Kurang sekali
06.
Ni Kadek Sri Wijayanti
8
2
6
8
1
2
27
5
Hampir cukup
07.
Ni Kadek Widianti
8
2
6
8
1
2
27
5
Hampir cukup
08.
I Kadek Adi Wirawan
2
4
5
6
2
3
22
4
Kurang
09.
Ni Wayan Eka Sri Cahyani
8
3
5
3
1
2
22
4
Kurang
10.
Ni Kadek Sukreni
8
3
5
6
1
2
25
4
Kurang
11.
I Made Suryadana
2
4
5
6
2
3
22
4
Kurang
12.
Ni Made Ayu Suari Dewi
2
4
5
6
2
3
22
4
Kurang
13.
Ni Luh Sri Opina Wati
8
2
5
4
1
2
22
4
Kurang
14.
Ni Wayan Seppi Puspita Dewi
2
3
5
4
4
4
22
4
Kurang
15.
Ni Kadek Sri Widarini
8
2
4
6
2
1
23
4
Kurang
16.
Ni Made Apriliana Sari
2
3
5
4
4
4
22
4
Kurang
45
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
17.
Ni Nyoman Apriliani Sari
2
2
6
4
8
1
23
4
Kurang
18.
I Ketut Arya Adikara
1
1
6
6
2
2
18
3
Kurang sekali
19.
Ni Kadek Ariani
8
1
5
6
1
1
22
4
Kurang
20.
I Wayan Wiryatama
1
2
5
4
8
3
23
4
Kurang
21.
Ni Wayan Suriasih
8
2
6
8
1
2
27
5
Hamper cukup
22.
I Nengah Sila
2
3
5
4
4
4
22
4
Kurang
Jumlah
98
58
110
113
54
54
487
88
Nilai rata-rata
4,45
2,64
5,00
5,14
4,45
4,45
22,14
4,00
Kurang
Keterangan: A. Tema B. Alur C. Tokoh / karakter D. Latar/setting E. Sudut pandang F. Amanat 4.2.3 Analisis Hasil Tes Awal Tahap ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan siswa memahami unsur intrinsik cerpen. Saat proses belajar mengajar berlangsung sebelum dilakukannya tindakan, peneliti melaksanakan pretes dan mendapat nilai untuk menentukan kualifikasi. Rata-rata skor diperoleh dengan menggunakan rumus :
fx M N
Keterangan :Skor M : Rata-rata skor
46
∑ : Jumlah F : Frekwensi X : Nilai N : Jumlah Individu Berdasarkan rumus di atas maka nilai rata-rata pada tes awal dapat dilihat pada pada tabel berikut ini. Tabel 04.
No.
Analisis Data Tes Awal Peningkatan Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014
Nilai (x) Frekwensi (F)
Fx
Persentase
Kategori
Nilai Rata-rata (7)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
01.
10
-
-
-
-
02.
9
-
-
-
-
03.
8
-
-
-
-
04.
7
-
-
-
-
05.
6
-
-
-
-
06.
5
4
20
18,2%
Hampir Cukup
07.
4
14
56
63,6%
Kurang
08.
3
4
12
18,2%
Kurang Sekali
09.
2
-
-
-
-
10.
1
-
-
-
-
22
88
100%
-
88 = 4,00 22 (kurang)
Berdasarkan tabel di atas telah menunjukan kemampuan siswa dalam menganalisis unsur intrinsik cerpen pada tes awal, siswa mencapai nilai rata-rata 4,00 dengan nilai 5 kategori hampir cukup sebanyak 4 orang (18,2%), nilai 4
47
kategori kurang sebanyak 14 orang (63,6%), nilai 3 kategori kurang sekali sebanyak 4 orang (18,2%), dari hasil yang diperoleh oleh siswa dapat disimpulkan bahwa kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen pada tes awal dapat dikategorikan kurang, karena itu penelitian tindakan kelas ini dapat dilaksanakan di SDN 2 penglumbaran Susut Bangli.
4.3 Siklus I Pelaksanaan tindakan siklus I di kelas adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Siklus I ini dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 15 April 2014. Adapun hasil pelaksanaan siklus I adalah sebagai berikut.
4.3.1 Hasil Observasi/Evaluasi Siklus I Hasil pelaksanaan tindakan siklus I diperoleh dengan melakukan pengamatan/observasi yang dilakukan oleh observer (guru pamong). Dalam hal itu, guru pamong melakukan observasi terhadap pelaksanaan tindakan yang dilakukan peneliti dalam penerapan model pembelajaran terhadap subjek penelitian, yaitu siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli. Adapun hasil observasi yang telah dilakukan yaitu: 1.
Pembelajaran berjalan sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
2.
Siswa kurang aktif berdiskusi yang dipimpin oleh seorang ketua kelompok.
3.
Guru terus memantau jalannya diskusi sambil memberi bimbingan.
4.
Guru memberi penghargaan kepada kelompok yang pekerjaannya paling baik.
48
5.
Respons siswa terhadap pembelajaran memahami isi bacaan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw cukup positif.
6.
Siswa kurang bersosialisasi dalam berbagi pengetahuan dengan teman-teman dalam kelompoknya.
7.
Siswa kurang aktif mengemukakan pendapat, dan ada juga enggan membaca bacaan.
8.
Guru memberi perhatian lebih terhadap siswa yang masih lamban memahami unsur intrinsik cerpen.
9.
Guru menjelaskan lebih intensif materi yang kurang dipahami oleh siswa.
4.3.2 Hasil tes siklus I Setelah pelaksanaan tindakan atau kegiatan pembelajaran, maka dilakukan evaluasi. Kegiatan evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui lebih lanjut kemampuan memahami isi bacaana siswa. Dalam pelaksanaan evaluasi peneliti memberikan tes. Tes ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami isi bacaan dalam paragraf dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Hasil tes dapat dilihat dalam tabel berikut.
49
Tabel 05. Data Hasil Tes siklus I kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014 Skor No
Nama siswa
A
B
C
D
E
Skor
F
Kategori Mentah Standar
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
01.
I Kadek Juni Lestari
8
3
6
3
4
5
31
5
Hampir Cukup
02.
I Made Tantra
5
4
3
4
3
5
24
4
Kurang
03.
Ni Nengah Diantari
4
7
2
4
4
4
25
4
Kurang
04.
I Wayan Wiryanata
6
7
5
6
4
4
32
6
Cukup
05.
Ni Made Sridaning Aminarti
6
5
5
4
3
4
27
5
Hampir Cukup
06.
Ni Kadek Sri Wijayanti
9
2
5
3
2
2
23
4
Kurang
07.
Ni Kadek Widianti
9
6
5
3
3
4
30
5
Hampir Cukup
08.
I Kadek Adi Wirawan
6
7
5
6
4
4
32
6
Cukup
09.
Ni Wayan Eka Sri Cahyani
8
4
5
5
4
4
30
5
Hampir Cukup
10.
Ni Kadek Sukreni
8
4
5
6
4
5
32
6
Cukup
11.
I Made Suryadana
8
4
5
6
4
5
32
6
Cukup
12.
Ni Made Ayu Suari Dewi
6
4
5
5
4
4
28
5
Hampir Cukup
13.
Ni Luh Sri Opina Wati
8
4
5
5
4
4
30
5
Hampir Cukup
14.
Ni Wayan Seppi Puspita Dewi
6
7
5
6
4
4
32
6
Cukup
15.
Ni Kadek Sri Widarini
8
2
4
6
2
1
23
4
Kurang
16.
Ni Made Apriliana Sari
6
5
5
4
3
4
27
5
Hampir Cukup
17.
Ni Nyoman Apriliani Sari
6
5
6
4
8
4
32
6
Cukup
18.
I Ketut Arya Adikara
6
4
6
6
3
3
26
4
Kurang
19.
Ni Kadek Ariani
8
3
5
6
3
3
28
5
Hampir Cukup
20.
I Wayan Wiryatama
4
3
5
4
8
4
28
5
Hampir Cukup
21.
Ni Wayan Suriasih
6
5
6
4
8
4
32
6
Cukup
22.
I Nengah Sila
6
3
5
4
4
4
26
4
Kurang
Jumlah
147
98
108
104
90
85
630
111
Nilai rata-rata
6,69
4,45
5,00
4,72
4,10
3,86
28,64
5,05
Hampir Cukup
50
Keterangan: A. Tema B. Alur C. Tokoh / karakter D. Latar/setting E. Sudut pandang F. Amanat
4.3.3 Analisis Data Siklus I
fx M N
Keterangan : M : Rata-rata skor ∑ : Jumlah F : Frekwensi X : Nilai N : Jumlah Individu Berdasarkan rumus di atas maka nilai rata-rata pada tes awal dapat dilihat pada pada tabel berikut ini.
51
Tabel 06.
Analisis Data Siklus I Siswa Peningkatan Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014
No.
Nilai (x)
frekwensi (f)
Fx
Persentase
Kategori
Nilai Rata-rata
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
01.
10
-
-
-
-
02.
9
-
-
-
-
03.
8
-
-
-
-
04.
7
-
-
-
-
05.
6
7
42
31,8%
Cukup
06.
5
9
45
40,9%
Hampir Cukup
07.
4
6
24
27,3%
kurang
08.
3
-
-
-
-
09.
2
-
-
-
-
10.
1
-
-
-
-
22
111
100%
-
111 = 5,05 22 (hampir cukup)
Berdasarkan tabel di atas, maka nilai rata-rata yang di capai siswa 5,05 dari 22 siswa dengan rincian nilai 6 kategori cukup sebanyak 7 orang (31,8%), nilai 5 kategori hampir cukup sebanyak 9 orang (40,9%), nilai 4 kategori kurang sebanyak 6 orang (27,3%), sehingga kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran inkuiri pada siklus I dapat dikategorikan kedalam kelompok hampir cukup.
52
4.3.4 Refleksi Siklus I Pada proses belajar
mengajar
berlangsung,
kegiatan pembelajaran
berlangsung dengan baik, kegiatan pembelajaran berlangsung dalam kondisi yang aktif dan menyenangkan. Dilihat pada tabel 06, diketahui bahwa siswa sudah mengalami peningkatan. Hal tersebut dilihat dari pemerolehan nilai dalam evaluasi proses pembelajaran yang peneliti lakukan pada setiap akhir pertemuan, sehingga kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw semakin ditingkatkan. Peningkatan kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siklus I masih ada beberapa masalah yang ditemukan peneliti pada proses pembelajaran, yang perlu dijadikan bahan refleksi untuk perbaikan pada pelaksanaan siklus selanjutnya. Masalah yang muncul pada siklus I adalah siswa masih ragu-ragu untuk mengajukan pertanyaanpertanyaan kepada peneliti yang walaupun peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Hal ini terjadi karena siswa belum cermat dan tepat dalam menganalisis unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, maka peneliti perlu melanjutkan pembelajaran ke siklus II.
4.4 Siklus II 4.4.1 Perencanaan Penelitian Pelaksanaan pembelajaran siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan yaitu pertemuan pertama pada hari Selasa, tanggal 15 April 2014 dan pertemuan kedua pada hari selasa tanggal 22 April 2014. Dalam perencanaan, peneliti menyiapkan beberapa hal yang diperlukan, antara lain:
53
1. Menyiapkan buku paket Bahasa Indonesia untuk SD kelas V. 2. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). 3. Menyiapkan bahan pelajaran bahasa Indonesia. 4. Menyiapkan cerpen yang akan dianalisis oleh siswa. 5. Menyusun tes hasil belajar untuk siklus II. 6. Memotivasi siswa untuk mengajukan pertanyaan mengenai hal-hal yang belum mengerti. 4.4.2 Pelaksanaan Penelitian Tabel 07. Skenario pembelajaran yang akan diguanakan pada siklus II Kegiatan Awal No.
Peneliti/Guru
Siswa
(1)
(2)
(3)
01. 02.
03.
01.
(1) 02.
03.
Membuka pelajaran dengan mengucapkan salam. Menginformasikan rencana pelajaran hari tersebut, yaitu pembelajaran memahami unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
Siswa bersama-sama memberi salam. Medengarkan dan mempersiapkan diri untuk mengikuti pembelajaran memahami unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Mengapersepsi kelas dan Menyimak tujuan menyampaikan tujuan pembelajaran. pembelajaran yang disampaikan guru. Kegiatan Inti Eksplorasi: Memberikan penjelasan tentang unsurunsur yang terkandung dalam sebuah cerpen. (2) Memberi peluang agar siswa bertanya apabila ada materi yang belum dipahami.
Siswa mendengarkan penjelasan tentang unsurunsur yang terkandung dalam sebuah cerpen. (3) Siswa bertanya mengenai materi yang belum dipahami.
Elaborasi: Siswa menyimak penjelasan Menjelaskan unsur intrinsik cerpen dengan guru tentang . unsur intrinsik pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. cerpen dengan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
54
(1)
(2)
(3)
04.
Memberikan tugas secara berkelompok untuk menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen. Memberi bimbingan dan memantau kerja kelompok siswa dalam memahami isi unsur intrik cerpen.
Bekerja secara berkelompok membahas unsur-unsur intrinsik cerpen. Bekerja secara berkelompok membahas unsur-unsur intrinsik cerpen.
05.
06.
Menugaskan untuk mepresentasikan hasil Mempresentasikan kerja kelompoknya. kerja kelompoknya.
07.
Konfirmasi: Guru bersama siswa menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran dan mengadakan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran memahami unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang telah dilaksanakan.
No.
Kegiatan Akhir Peneliti/Guru
hasil
Siswa menyimpulkan dan merefleksi pembelajaran memahami unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang telah dilaksanakan.
Siswa
01.
Memantau dan mengevaluasi. Dalam tahap ini guru mengetes dan memberikan nilai terhadap pemahaman materi pelajaran memahami unsur intrinsik cerpen melalui strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
Mengerjakan tes pemahaman materi pelajaran memahami unsur intrinsik cerpen melalui strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
02.
Memberikan tugas untuk berlatih di rumah, Mencatat PR. agar siswa membaca cerpen yang lain.
03.
Menutup pembelajaran dengan salam.
Mengucapkan salam.
4.4.3 Observasi/Evaluasi Kegiatan evaluasi dilakukan pada akhir pertemuan kedua dengan tujuan untuk mengetajui kemampuan siswa terhadap materi yang telah diberikan. Kegiatan evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan mengananalisis cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Siswa
55
mengerjakan soal-soal yang telah disiapkan peneliti sebanyak 6 butir soal essay, dengan rentangan nilai setiap soal 1-10 dan diselesaikan dalam waktu 2 x 40 menit. 4.4.4
Hasil Tes Siklus II
Hasil tes siklus II dapat dilihata pada tabel berikut ini. Tabel 08. Data Hasil Tes siklus II kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014 Skor
Skor
No
Nama siswa
A
B
C
D
E
F
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
Mentah Standar
Kategori
01.
I Kadek Juni Lestari
7
4
6
5
4
6
32
6
Cukup
02.
I Made Tantra
7
5
3
3
5
4
27
5
Hampir Cukup
03.
Ni Nengah Diantari
4
7
5
4
5
4
29
5
Hampir Cukup
04.
I Wayan Wiryanata
8
2
6
8
3
2
29
5
Hampir Cukup
05.
Ni Made Sridaning Aminarti
7
5
5
4
3
4
28
5
Hampir Cukup
06.
Ni Kadek Sri Wijayanti
9
4
5
4
3
3
28
5
Hampir Cukup
07.
Ni Kadek Widianti
9
4
5
5
7
5
37
7
Hampir Baik
08.
I Kadek Adi Wirawan
6
4
5
6
6
5
32
6
Cukup
09.
Ni Wayan Eka Sri Cahyani
8
5
5
7
6
6
37
7
Hampir Baik
10.
Ni Kadek Sukreni
8
7
5
6
5
6
37
7
Hampir Baik
11.
I Made Suryadana
6
4
5
4
3
5
27
5
Hampir Cukup
12.
Ni Made Ayu Suari Dewi
5
3
5
4
5
5
27
5
Hampir Cukup
13.
Ni Luh Sri Opina Wati
8
4
5
4
6
5
32
6
Cukup
14.
Ni Wayan Seppi Puspita Dewi
8
7
7
6
6
8
42
8
Baik
15.
Ni Kadek Sri Widarini
8
6
4
6
5
4
33
6
Cukup
16.
Ni Made Apriliana Sari
8
5
5
5
6
5
34
6
Cukup
17.
Ni Nyoman Apriliani Sari
5
4
7
5
8
5
35
6
Cukup
18.
I Ketut Arya Adikara
5
4
6
6
6
6
33
6
Cukup
19.
Ni Kadek Ariani
8
7
6
6
7
8
42
8
Baik
20.
I Wayan Wiryatama
6
4
5
5
8
4
32
6
Cukup
21.
Ni Wayan Suriasih
8
5
5
7
6
6
37
7
Hampir Baik
56
(1)
(2)
22.
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
7
5
5
6
5
4
32
6
Cukup
Jumlah
155
105
115
116
118
110
722
133
Nilai rata-rata
7,05
4,77
5,23
5,27
5,36
5
32,82
6,05
I Nengah Sila
Cukup
Keterangan: A. Tema B. Alur C. Tokoh / karakter D. Latar/setting E. Sudut Pandang F. Amanat
4.4.5
Analisis Data Siklus II
M
fx N
Keterangan : M
: Rata-rata skor
∑
: Jumlah
F
: Frekwensi
X
: Nilai
N
: Jumlah Individu
Berdasarkan rumus di atas maka nilai rata-rata pada siklus II dapat dilihat pada pada tabel berikut ini.
57
Tabel 09. Analisis Data Siklus II Peningkatan Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014 No.
Nilai (x)
Frekwensi (f)
Fx
Persentase
Kategori
Nilai Rata-rata
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
01.
10
-
-
-
-
02.
9
-
-
-
-
03.
8
2
16
9,10%
Baik
04.
7
4
28
18,18%
Lebih Dari Cukup
05.
6
9
54
40,91%
Cukup
06.
5
7
35
31,81%
Hampir Cukup
07.
4
-
-
-
-
08.
3
-
-
-
-
09.
2
-
-
-
-
10.
1
-
-
-
-
22
133
100%
-
133 = 6,05 22 (cukup)
Berdasarkan tabel di atas maka nilai rata-rata yang dicapai siswa adalah 6,05 dari 22 siswa dengan rincian, nilai 8 kategori baik sebanyak 2 orang (9,10%), nilai 7 kategori lebih dari cukup sebanyak 4 orang (18,18%), nilai 6 kategori cukup sebanyak 9 orang (40,91%), nilai 5 kategori hampir cukup sebanyak 7 orang (31,81%), sehingga kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat kelompokan dalam kategori hampir cukup, ketentuan belum mencapai target maka perlu dilanjutkan kesiklus III.
58
4.4.6 Refleksi siklus II Dari tabel di atas hasil tes dan observasi yang diperoleh dari siklus II dapat diketahui bahwa melalui metode kooperatif, sebagai pendekatan pembelajaran kemampuan menganalisis cerpen dapat ditingkatkan meskipun belum mencapai target. Hal ini bisa tercapai apabila guru memperhatikan cara penyajian materi pembelajaran dalam pembelajaran kooperatif. Peningkatan kemampuan menganalisis cerpen melalui pembelajaran kooperatif pada siklus II masih ada beberapa masalah yang ditemukan peneliti pada saat proses pembelajaran siklus II, yaitu: 1. Dilihat dari individu masih ada siswa yang mendapat nilai kurang. 2. Masih ada beberapa siswa kurang aktif dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif. 3. Masih ada beberapa siswa kurang serius dalam menganalisis sebuah cerpen. Berdasarkan hasil refleksi di atas maka perlu dijadikan refisi untuk perbaikan siklus selanjutnya. Peneliti menganggap perlu melanjutkan pelaksanaan pembelajaran pada siklus berikutnya.
4.5 Siklus III 4.5.1 Perencanaan Penelitian Pelaksanaan pembelajaran siklus III dilaksanakan dalam dua kali pertemuan yaitu pertemuan pertama pada hari Selasa, tanggal 29 April 2014 dan pertemuan kedua pada hari Selasa, tanggal 05 Mei 2014. Dalam perencanaan, peneliti menyiapkan beberapa hal yang diperlukan, antara lain: 1. Menyiapkan buku paket Bahasa Indonesia untuk SD kelas V.
59
2. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP). 3. Menyiapkan bahan pelajaran bahasa Indonesia. 4. Menyiapkan cerpen yang akan dianalisis oleh siswa. 5. Menyusun tes hasil belajar untuk siklus III. 6. Memotivasi individu yang mendapat nilai kurang. 7. Memberi perhatian khusus bagi siswa yang kuarng aktif dalam pembelajaran. 8. Memberi teguran kepada siswa yang kurang serius dalam menganalis unsur intrinsik cerpen. 4.5.2 Pelaksanaan Penelitian Tabel 10. Skenario pembelajaran yang akan diguanakan pada siklus III Kegiatan Awal No.
Peneliti/Guru
Siswa
(1)
(2)
(3)
01. 02.
03.
01.
Membuka pelajaran dengan mengucapkan salam. Menginformasikan rencana pelajaran hari tersebut, yaitu pembelajaran memahami unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
Siswa bersama-sama memberi salam. Medengarkan dan mempersiapkan diri untuk mengikuti pembelajaran memahami unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Mengapersepsi kelas dan Menyimak tujuan menyampaikan tujuan pembelajaran. pembelajaran yang disampaikan guru. Kegiatan Inti Eksplorasi: Siswa mendengarkan Memberikan penjelasan tentang unsur- penjelasan tentang unsurunsur yang terkandung dalam sebuah unsur yang terkandung cerpen. dalam sebuah cerpen.
60
(1) 02.
(2) (3) Memberi peluang agar siswa bertanya Siswa bertanya mengenai apabila ada materi yang belum dipahami. materi yang belum dipahami.
03.
Elaborasi: Siswa menyimak penjelasan Menjelaskan unsur intrinsik cerpen dengan guru tentang . unsur intrinsik pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. cerpen dengan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. (2) (3) Memberikan tugas secara berkelompok Bekerja secara berkelompok untuk menganalisis unsur-unsur intrinsik membahas unsur-unsur cerpen. intrinsik cerpen. Memberi bimbingan dan memantau kerja Bekerja secara berkelompok kelompok siswa dalam memahami isi membahas unsur-unsur unsur intrik cerpen. intrinsik cerpen.
(1) 04.
05.
06.
Menugaskan untuk mepresentasikan hasil Mempresentasikan kerja kelompoknya. kerja kelompoknya.
07.
Konfirmasi: Guru bersama siswa menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran dan mengadakan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran memahami unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang telah dilaksanakan.
No.
Kegiatan Akhir Peneliti/Guru
hasil
Siswa menyimpulkan dan merefleksi pembelajaran memahami unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang telah dilaksanakan.
Siswa
01.
Memantau dan mengevaluasi. Dalam tahap ini guru mengetes dan memberikan nilai terhadap pemahaman materi pelajaran memahami unsur intrinsik cerpen melalui strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
Mengerjakan tes pemahaman materi pelajaran memahami unsur intrinsik cerpen melalui strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
02.
Memberikan tugas untuk berlatih di rumah, Mencatat PR. agar siswa membaca cerpen yang lain.
03.
Menutup pembelajaran dengan salam.
Mengucapkan salam.
61
4.5.3 Observasi/Evaluasi Kegiatan evaluasi dilakukan pada akhir pertemuan ketiga dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan siswa terhadap materi yang telah diberikan. Kegiatan evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan mengananalisis cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Siswa mengerjakan soal-soal yang telah disiapkan peneliti sebanyak 6 butir soal essay, dengan rentangan nilai setiap soal 1-10 dan diselesaikan dalam waktu 2 x 40 menit. 4.5.4 Hasil Tes Siklus III Hasil tes siklus III dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 11. Data Hasil Tes siklus III kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik cerpen Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014 Skor No
Nama siswa
A
B
C
D
E
Skor
F
Kategori Mentah Standar
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
01. I Kadek Juni Lestari
7
8
6
7
6
7
41
7
Lebih dari cukup
02. I Made Tantra
8
6
6
7
7
6
40
7
Lebih dari cukup
03. Ni Nengah Diantari
8
7
6
6
8
8
43
8
Baik
04. I Wayan Wiryanata
8
7
6
8
7
8
44
8
Baik
05. Ni Made Sridaning Aminarti
8
6
6
8
7
8
43
8
Baik
06. Ni Kadek Sri Wijayanti
8
7
6
6
7
8
42
8
Baik
07. Ni Kadek Widianti
9
7
6
7
8
7
44
8
Baik
08. I Kadek Adi Wirawan
8
7
7
6
7
8
43
8
Baik
09. Ni Wayan Eka Sri Cahyani
8
7
8
7
8
7
45
8
Baik
10. Ni Kadek Sukreni
8
7
7
8
7
8
45
8
Baik
11. I Made Suryadana
8
6
8
8
6
8
44
8
Baik
12. Ni Made Ayu Suari Dewi
7
6
6
6
7
8
40
7
Lebih dari cukup
62
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
13. Ni Luh Sri Opina Wati
8
6
5
6
8
7
40
7
Lebih dari cukup
14. Ni Wayan Seppi Puspita Dewi
8
7
7
6
8
7
43
8
Baik
15. Ni Kadek Sri Widarini
8
7
6
6
5
7
39
7
Lebih dari cukup
16. Ni Made Apriliana Sari
7
6
5
8
7
7
40
7
Lebih dari cukup
17. Ni Nyoman Apriliani Sari
8
7
6
6
8
7
42
8
Baik
18. I Ketut Arya Adikara
7
7
6
6
7
8
41
7
Lebih dari cukup
19. Ni Kadek Ariani
8
7
7
7
7
7
43
8
Baik
20. I Wayan Wiryatama
7
6
5
6
8
7
39
7
Lebih dari cukup
21. Ni Wayan Suriasih
8
7
8
6
7
9
45
8
Baik
22. I Nengah Sila
7
7
7
7
7
8
43
8
Baik
Jumlah
171
148
140
148
157
165
929
168
Nilai rata-rata
7,77
6,73
6,36
6,73
7,14
7,5
42,23
7,64
Keterangan: A. Tema B. Alur C. Tokoh / karakter D. Latar/setting E. Sudut pandang F. Amanat
4.5.5 Analisis Data Siklus III
M
fx N
Keterangan :Skor M
: Rata-rata skor
∑
: Jumlah
Lebih dari cukup
63
F
: Frekwensi
X
: Nilai
N
: Jumlah Individu Berdasarkan rumus di atas maka nilai rata-rata pada siklus III dapat dilihat
pada pada tabel berikut ini. Tabel 12: Analisis Data Siklus III Peningkatan Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014 No.
Nilai (x)
Frekwensi (f)
Fx
Persentase
Kategori
Nilai Rata-rata
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
01
10
-
-
-
-
02
9
-
-
-
-
03
8
14
112
63,6%
Baik
04
7
8
56
36,4%
05
6
-
-
-
06
5
-
-
-
-
07
4
-
-
-
-
08
3
-
-
-
-
09
2
-
-
-
-
10
1
-
-
-
-
22
168
100%
-
168 = 7,64 Lebih dari Cukup 22 (lebih dari cukup)
Berdasarkan tabel di atas, maka nilai rata-rata yang dicapai siswa adalah 7,64 dari 22 siswa dengan perincian, nilai 8 kategori baik sebanyak 14 orang (63,6%), nilai 7 kategri lebih dari cukup sebanyak 8 orang (36,4), sehingga
64
kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siklus III dapat dikategorikan lebih dari cukup. 4.5.6 Refleksi Siklus III Peningkatan yang diperoleh siswa dapat dilihat dari hasil perbaikan. Tindakan yang dilakukan peneliti selama peneliti memberikan bimbingan sesuai dengan jadwal pelajaran Bahasa Indonesia oleh peneliti kepada siswa. Dilihat dari hasil tes siklus III dari tabel di atas, diketahui bahwa kemampuan menganalisis cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw sudah mengalami
peningkatan. Nilai rata-rata siswa dari tindakan siklus I, siklus II dan siklus III mengalami peningkatan yang baik dan juga dilihat secara individu banyak siswa yang memperoleh nilai baik serta dalam menganalisis cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terjadi perubahan dan mengalami peningkatan. Secara umum tindakan yang dilakukan oleh peneliti pada pelaksanaan tindakan siklus III ini dapat katakan berhasil dengan baik itu dilihat dari adanya peningkatan nilai-nilai serta menunjukan peningkatan-peningkatan lain seperti: 1. Semua siswa mengikuti proses belajar mengajar dengan aktif. 2. Siswa tidak enggan lagi mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada peneliti. 3. Keaktifan siswa dalam menganalisis cerpen sangat baik. Berdasarkan hasil yang dicapai, maka peneliti merasa tidak perlu lagi melanjutkan pelaksanaan pembelajaran menganalisis cerpen melaui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, sebab hasil yang yang diperoleh siswa sudah mencapai kriteria nilai baik yang ditentukan peneliti.
65
4.6 Rekapitulasi Nilai Tabel 13. Rekapitulasi Peningkatan Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa Kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014 Dari Tes Awal, Siklus I, II dan Siklus III No.
Nama siswa
Tes awal
Siklus I
Siklus II
Siklus III
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
01.
I Kadek Juni Lestari
3
5
6
7
02.
I Made Tantra
3
4
5
7
03.
Ni Nengah Diantari
4
4
5
8
04.
I Wayan Wiryanata
5
6
5
8
05.
Ni Made Sridaning Aminarti
3
5
5
8
06.
Ni Kadek Sri Wijayanti
5
4
5
8
07.
Ni Kadek Widianti
5
5
7
8
08.
I Kadek Adi Wirawan
4
6
6
8
09.
Ni Wayan Eka Sri Cahyani
4
5
7
8
10.
Ni Kadek Sukreni
4
6
7
8
11.
I Made Suryadana
4
6
5
8
12.
Ni Made Ayu Suari Dewi
4
5
5
7
13.
Ni Luh Sri Opina Wati
4
5
6
7
14.
Ni Wayan Seppi Puspita Dewi
4
6
8
8
15.
Ni Kadek Sri Widarini
4
4
6
7
16.
Ni Made Apriliana Sari
4
5
6
7
17.
Ni Nyoman Apriliani Sari
4
6
6
8
18.
I Ketut Arya Adikara
3
4
6
7
19.
Ni Kadek Ariani
4
5
8
8
20.
I Wayan Wiryatama
4
5
6
7
21.
Ni Wayan Suriasih
5
6
7
8
22.
I Nengah Sila
4
4
6
8
66
(1)
(2) Jumlah Nilai rata-rata
(3)
(4)
(5)
(6)
88
111
133
168
4,00
5,05
6,06
7,64
Berdasarkan tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan menganalisis cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014 mengalami peningkatan pada tiap siklus dari tes awal, siklus I, siklus II dan siklus III. Perinciannya sebagai berikut: 1. Pada tes awal peningkatan kemampuan menganalisis cerpen dari 22 siswa memperoleh nilai rata-rata 4,00 yang dikelompokan ke dalam kategori kurang. 2. Pada siklus I peningkatan kemampuan menganalisis cerpen melalui pembelajaran koopratif tipe jigsaw dari 22 siswa memperoleh rata-rata 5,05 yang dikelompokan ke dalam kategori hampir cukup. 3. Pada siklus II peningkatan kemampuan menganalisis cerpen melalui pembelajaran koopratif tipe jigsaw dari 22 siswa memperoleh nilai rata-rata 6,05 yang dikelompokan ke dalam kategori cukup 4. Pada siklus III peningkatan kemampuan menganalisis cerpen melalui pembelajaran koopratif tipe jigsaw dari 22 siswa memperoleh nilai rata-rata 7,64 yang dikelompokan ke dalam kategori lebih dari cukup.
4.6 Pembahasan Hasil dari penelitian ini ditemukan berdasarkan hasil observasi dan evaluasi tes kemampuan siswa dalam menganalisis unsur intrinsik cerpen melalui
67
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Ini dapat dilihat dari hasil yang diperoleh siswa dalam setiap siklus mulai tes awal, siklus I, siklus II dan siklus III. (1) Kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen pada tes awal siswa mencapai nilai rata-rata 4,00. Dari hasil yang diperoleh menunjukan bahwa kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada tes awal dapat dikategorikan kurang, karena itu penelitian tindakan kelas ini diadakan di SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli. (2) Pada siklus I siswa mencapai nilai rata-rata 5,05 dikategorikan hampir cukup. Dari hasil yang diperoleh diketahui bahwa siswa sudah mengalami peningkatan. Pada proses belajar mengajar berlangsung dengan baik tetapi masih ada masalah yang muncul pada siklus I yaitu siswa masih ragu-ragu untuk mengajukan pertanyaan kepada peneliti yang walaupun peneliti memberikan kesempatan kapada siswa untuk bertanya. Hal ini terjadi karena siswa belum cermat dan tepat dalam menganalisis unsur intrinsik cerpen melalui pembelajran kooperatif tipe jigsaw, maka peneliti perlu melanjutkan pembelajaran ke siklus II (3) Pada siklus II siswa mencapai nilai rata-rata 6,05 dikategorikan cukup. Dari hasil yang diperoleh diketahui siswa mengalami peningkatan nilai dalam menganlisis unsur intrinsik cerpen melalui pembelajran kooperatif tipe jigsaw. Peningkatan nilai pada siklus II disebabkan karena siswa tidak ragu-ragu lagi bertanya kepada peneliti mengenai hal-hal yang kuarng dimengerti. Walaupun ada peningkatan nilai pada siklus II tetapi masih ada siswa yang yang mendapat nilai kurang, dan masih ada siswa yang kuarng
68
serius dalam menganalisis unsur intrinsik cerpen melalui pembejaran kooperatif tipe jigsaw. Berdasarkan hal tersebut di atas maka penliti memutuskan untuk melanjutkan penelitian pada siklus III. (4) Pada siklus III siswa mencapai nilai rata-rata 7,64 dikategorikan lebih dari cukup. Dari hasil yang diperoleh siswa diketahui bahwa kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sudah mengalami peningkatan, juga dilihat dari setiap individu banyak siswa yang memperoleh nilai baik karena selama proses belajar mengajar berlangsung semua siswa berperan aktif, siswa tidak enggan lagi untuk bertanya dan keaktifan siswa dalam mengalisis unsur intrinsik cerpen sangat baik. Berdasarkan hasil yang dicapai, maka peneliti merasa tidak perlu lagi melanjutkan pelaksanaan pembelajaran menganlisis unsur intrinsik cerpen melalui pembelajran kooperatif tipe jigsaw, sebab hasil yang diperoleh siswa sudah mencapai kriteria nilai baik yang ditentukan peneliti. Adapun hasil peningkatan pembelajaran menganalisis cerpen melalui metode koopratif tipe jigsaw pada siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014 dari tes awal, siklus I, siklus II dan tes siklus III dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
69
Grafik 01. Hasil Belajar Menganalisis Cerpen Melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Siswa Kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014Dari Tes Awal, Siklus I, Siklus II Sampai Tes Siklus III
8 7 6
5 4 3 2 1 0 TES AWAL
SIKLUS I
SIKLUS II
SIKLUS III
Grafik di atas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dalam menganalisis cerpen melalui metode kooperatif tipe jigsaw mengalami peningkatan. Dari hasil tes awal nilai rata-rata yang diperoleh siswa 4,00. Pada siklus I mengalami peningkatan menjadi 5,05, kemudian mengalami peningkatan pada siklus II dengan nilai rata-rata menjadi 6,05 dan siklus III telah mengalami peningkatan yang lebih baik dengan nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 7,64. Sehingga kemampuan menganalisis cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014 mengalami peningkatan.
70
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis data pada bab IV maka dapat disimpulkan bahwa: a. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen pada siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014. Hal tersebut terbukti dari: (1) Pre tes : Dari 22 siswa yang diteliti, nilai rata-rata 4,00 dengan rincian nilai 5 kategori hampir cukup sebanyak 4 orang (18,2%), nilai 4 kategori kurang sebanyak 14 orang (63,6%), nilai 3 kategori kurang sekali sebanyak 4 orang (18,2%),, dari hasil yang diperoleh oleh siswa dapat disimpulkan bahwa kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen pada tes awal dapat dikategorikan kurang. (2) Siklus I : Dari 22 siswa yang diteliti, nilai rata-rata yang di capai siswa 5,05 dengan rincian nilai 6 kategori cukup sebanyak 7 orang (31,8%), nilai 5 kategori hampir cukup sebanyak 9 orang (40,9%), nilai 4 kategori kurang sebanyak 6 orang (27,3%), dari hasil yang diperoleh oleh siswa dapat disimpulkan bahwa kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen pada tes siklus I dapat dikategorikan hampir cukup (3) Siklus II : Dari 22 siswa yang diteliti, nilai rata-rata yang dicapai siswa adalah 6,05 dengan rincian, nilai 8 kategori baik sebanyak 2 orang (9,10%), nilai 7 kategori lebih dari cukup sebanyak 4 orang (18,18%), nilai 6 kategori
71
cukup sebanyak 9 orang (40,91%), nilai 5 kategori hampir cukup sebanyak 7 orang (31,81%), dari hasil yang diperoleh oleh siswa dapat disimpulkan bahwa kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen pada tes siklus II dapat dikategorikan cukup. (4) Siklus III : Dari 22 siswa yang diteliti, nilai rata-rata yang dicapai siswa adalah 7,64
dengan rincian, nilai 8 kategori baik sebanyak 14 orang
(63,6%), nilai 7 kategri lebih dari cukup sebanyak 8 orang (36,4), dari hasil yang diperoleh oleh siswa dapat disimpulkan bahwa kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen pada tes siklus III dapat dikategorikan lebih dari cukup. b. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dalam Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen adalah sebagai berikut: 1. Orientasi Tahapan ini merupakan sebuah langkah untuk menciptakan suasana pembelajaran
yang
lebih responsif.
Jadi
seorang guru di sini
mengondisikan supaya peserta didik lebih siap dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Adapun yang dilakukan pada tahapan ini adalah : a. Menjelaskan tujuan, topik maupun hasil belajar yang di capai oleh para peserta didik b. Menjelaskan berbagai pokok kegiatan untuk mencapai tujuan pembelajaran. c. Menjelaskan betapa pentingnya sebuah topik dan juga kegiatan belajar.
72
2. Merumuskan masalah Ini adalah langkah yang akan membawa para siswa ke sebuah persoalan yang harus dipecahkan. Jadi persoalan tersebut disajikan dengan menarik agar lebih menantang para siswa untuk memecahkan teka-teki yang ada. Adapun konsep teka-teki tersebut haruslah mengandung konsep jelas sehingga bisa ditemukan atau dicari penyelesaiannya. 3. Merumuskan hipotesis Jadi hipotesis merupakan jawaban yang sifatnya sementara dalam sebuah permasalahan yang tengah dikaji. Adapun hipotesis tersebut memang masih perlu di uji kebenarannya. Sementara itu seorang guru juga harus bisa
mengembangkan
kemampuan
menebak
siswa
dengan
cara
mendorongnya dalam merumuskan jawaban sementara serta merumuskan beberapa perkiraan yang mengarah pada jawaban yang sebenarnya. 4. Mengumpulkan data Adapun tahapan ini dilakukan untuk menjaring informasi yang diperlukan yang nantinya digunakan untuk menguji hipotesis yang telah di ajukan. Jadi di dalam model pembelajaran inkuiri ini pengumpulan data adalah proses mental yang teramat penting untuk mengembangkan intelektual. 5. Menguji hipotesis Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk mendapatkan jawaban yang bisa diterima berdasarkan data yang telah didapatkan dari proses pengumpulan data
sebelumnya.
Pengujian
ini
juga
berarti
untuk
melatih
mengembangkan kemampuan berpikir secara masuk akal atau rasional,
73
maksudnya jawaban yang dipaparkan tidak hanya bersifat argumen tapi harus didukung dengan data yang kuat. 6. Menarik kesimpulan Ini adalah tahapan akhir apabila jawaban sudah ditemukan dan kita bisa menarik beberapa kesimpulan atas permasalahan dan jawaban yang didapatkannya.
5.2 Saran-saran 1. Sastra merupakan bagian dari pelajaran bahasa Indonesia, hendaknya guru lebih meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar khususnya cerpen. 2. Guru dapat menggunakan pembelajarankooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran sastra khusunya dalam menganalisis cerpen. 3. Berdasarkan nilai yang diperoleh siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli, maka kemampuan menganalisis cerpen dapat ditingkatkan lagi.
74
DAFTAR PUSTAKA
Adiwardoyo, Winarno. 1990. Latihan Apresiasi Sastra. Malang: Yayasan Asah Asih Asuh/Y A3. Aminuddin. Hayati. 1991. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung : Sinar Baru. Antara, I.G.P. 1988. Teori Sastra. Singaraja : IKIP UNUD. Badudu, J.S, 1980 Membina Bahasa Indonesia Baku. Bandung: Pustaka Prima. Badrun, Ahmad 1983. Ilmu Sastra. Surabaya :Usaha nasional. Darisman, Muh, dkk. 1998 Ayo Belajar Berbahasa Indonesia. Bogor: Yuddhistira. Depdiknas. 2004. Pedoman Blok Grant Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Direktorat Profesi Pendidikan Dirjen PMPTK Depdiknas. http://ainamulyana.blogspot.com/2012/02/model-pembelajaran-kooperatif tipe.html. https://hafismuaddab.wordpress.com/tag/pembelajaran-metode-kooperatif-tipeJigsaw. http://kokosadewo11bhs08.blogspot.com/2012/11/makalah-cerpen.html Ibrahim, Muslimin dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw. Pusat Sains dan Matematika Sekolah Program Pascasarjana. UNESA: University Press. Iskandar, 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Gaung Persada Press. Netra, 1974. Metodologi Penelitian. Singaraja: IKIP UNUD. Nurgiantoro, Burhan, 1983. Sastra Anak.Yogyakarta: PT Gramedia. Nurkancana, I Wayan & Sunartana. 1992. Evaluasi Pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional. Rosidi, Ajip. 1985. Minat Baca. Jakarta : Balai Pustaka.
75
Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran. Jakarta : Kencana. …………, 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana. Suharianto,S. 1977. Membina Para Calon Pembina Apresiasi Sastra. Yogyakarta: FKSS IKIP Yogyakarta. Sumardjo, 1983. Penuntun Pengajaran Sastra. Bandung : Pelita Masa. Slavin, Robert. 1994. Coperative Learning Teory, Research and Practise. Second Edition Boston. Allyn and Bacon. Sumardjo dan Saini KM. 1988. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: PT. Gramedia. Tarigan, Henry Guntur. 1984. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung : Angkasa. Trianto, M.Pd. 2011. Panduan lengkap Penelitian Tindakan kelas. Jakarta: Prestasi Pustaka. Widya, Wendi, dkk. 2006. Bahasa Indonesia. Klaten: Intan Pariwara. Zainudin, 1991. Materi Pokok Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
LAMPIRAN
BIODATA
Nama
: Komang Armoni
Tempat Lahir
: Sangsit
Tanggal Lahir
: 14 Agustus 1992
Jenis Kelamin
: Laki-laki
N.P.M
: 10.8.03.51.31.1.5.2988
Judul Skripsi
: Peningkatan Kemampuan Memahami Unsur Intrinsik Cerpen Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Siswa Kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014
Jurusan
: Bahasa dan sastra Indonesia
Program Studi
: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas
: Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mahasaraswati Denpasar
Alamat Rumah
: Banjar kawan, Bangli
Nama Orang Tua Nama Ayah
: Wayan Sariawan
Nama Ibu
: Made Natri
Pendidikan
: 1. SD N 4 Sangsit
(Tahun 1998-2004)
2. SMP N 2 Sawan
(Tahun 2004-2007)
3. SMK N 1 Singaraja
(Tahun 2007-2010)
4. UNMAS Denpasar
(Tahun 2010-2014)
PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI UNSUR INTRINSIK CERPEN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS V SDN 2 PENGLUMBARAN SUSUT BANGLI TAHUN PELAJARAN 2013/2014
OLEH; KOMANG ARMONI NPM. 10.8.03.51.31.1.5.2988
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR TAHUN 2014
i
ii
iii
KATA PERSEMBAHAN SKRIPSI INI PENULIS PERSEMBAHKAN KEPADA; SELURUH KELUARGA PENULIS, YANG SELALU MEMBERIKAN INSPIRASI, MOTIVASI, DAN BIMBINGAN DALAM PENYUSUNAN SKRIPSI INI. KEPADA MASYARAKAT PENDIDIKAN, SEMOGA TETAP SEMANGAT UNTUK MENSUKSESKAN PENDIDIKAN DI MASA DEPAN.
iv
MOTTO; Disiplin dalam melaksanakan tugas, bijak dalam bertindak, dan dinamis dalam kegiatan
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang sudah melimpahkan segala karunia dan memberikan kekuatan lahir dan bathin, sehingga penulisan skripsi yang berjudul ”Peningkatan Kemampuan Memahami Unsur Intrinsik Cerpen Melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Siswa Kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli” ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Penulis menyadari sepenuhnya dalam penyusunan skripsi ini, baik secara teknis, materi, maupun penyajiannya masih belum begitu sempurna. Walaupun demikian, penulis mengharapkan semoga tulisan yang sederhana ini dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat kepada para pembaca. Skripsi ini dapat terwujud berkat adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan yang baik ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung skripsi ini, yaitu: 1. Bapak Dr. Drs. I
Made Sukamerta, M.Pd
Rektor Universitas
Mahasaraswati Denpasar, atas fasilitas yang diberikan selama penulis menjadi mahasiswa. 2. Bapak Prof. Dr. Wayan Maba Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas
Mahasaraswati
Denpasar,
yang
banyak
memberikan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
vi
3. Ibu Dra. Ni Luh Sukanadi, M.Hum., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, yang telah memberikan motivasi selama penulis melaksanakan penyusunan skripsi ini. 4. Ibu Dra. A.A Rai Laksmi, M.Hum., selaku Pembimbing I, yang tekun memberikan petunjuk, arahan, bimbingan serta nasehat selama penulis menyelesaikan skripsi ini. 5. Ibu Dra. Ni Luh Sukanadi, M.Hum., selaku Pembimbing II, yang telah memberikan petunjuk dan bimbimngan dengan penuh kesabaran dalam penyusunan skripsi ini. 6. Bapak dan Ibu dosen yang mengajar di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mahasaraswati Denpasar, atas ilmu yang telah diberikan selama penulis menjadi Mahasiswa. 7. Kepala SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli, yang telah memberikan ijin mengadakan penelitian. Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kepada pembaca yang budiman agar memberi kritik, saran, pendapat, dan penyempurnaan segala kekurangan skripsi ini.
Denpasar,
Penulis,
vii
Agustus 2014
DAFTAR ISI
Isi
Halaman
JUDUL PERSETUJUAN PEMBIMBING ..............................................................
i
TIM PENGUJI………………………………………………………………
ii
LEMBAR PENGESAHAN .........................................................................
iii
KATA PERSEMBAHAN ...........................................................................
iv
MOTTO ......................................................................................................
v
KATA PENGANTAR .................................................................................
vi
DAFTAR ISI ...............................................................................................
viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………… .
xii
DAFTAR GRAFIK.........................................................................................
xiii
ABSTRAK...................................................................................................
xiv
BAB. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ....................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................
5
1.3
Tujuan Penelitian…………………………………………… ................
6
1.4
Manfaat Penelitian …………………………………………… .............
7
1.5
Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................
7
1.6 Asumsi .................................................................................................
8
BAB. II LANDASAN TEORI 2.1
Pengertian Cerpen ................................................................................
9
2.2
Pembagian Cerpen ...............................................................................
10
2.3
Ciri-ciri Cerpen ....................................................................................
12
2.4
Unsur-unsur Intrinsik Cerpen…………………. ...................................
14
2.5
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ...................................................
21
viii
Isi
2.6
Halaman
Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw.....................................................................................................
26
2.6.1 Keunggulan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw............................ .
26
2.6.2 Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw............................. .
27
BAB. III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian.....................................................................................
29
3.2 Subjek, Objek, Tempat Penelitian.........................................................
29
3.3 Rancangan Penelitian ...........................................................................
30
3.4 Prosedur Penelitian...............................................................................
31
3.5
Metode Pengumpulan Data ..................................................................
36
3.6 Analisis Data…………………………………………………………….
41
BAB. IV PENYAJIAN HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian ....................................................................................
43
4.2
Refleksi Awal ......................................................................................
43
4.3
Siklus I .................................................................................................
47
4.4
Siklus II ...............................................................................................
52
4.5
Siklus III ..............................................................................................
58
4.6
Rekapitulasi Nilai Siklus I, II, dan Siklus III.........................................
65
4.7
Pembahasan .........................................................................................
66
BAB. V PENUTUP 5.1
Simpulan ..............................................................................................
70
5.2
Saran-saran ..........................................................................................
73
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN – LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL Tabel
Halaman
01. Skenario Pembelajaran Memahami Unsur Intrinsik Cerpen Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw......................
34
02. Klasifikasi Peningkatan Kemampuan Menganalisis Cerpen pada Siswa Kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli......
41
03. Data Hasil Tes Awal Kemampuan Memahami Unsur Intrinsik Cerpen pada Siswa Kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014…………………..
44
04. Analisis Data Tes Awal Peningkatan Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014...............................................................................
46
05. Data Hasil Tes siklus I kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014…………………………….......
49
06. Analisis Data Siklus I Peningkatan Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014...............................................................................
51
07. Skenario pembelajaran yang digunakan pada siklus II.........
53
08. Data Hasil Tes siklus II kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014………………………………..
55
x
Tabel
Halaman
09. Analisis Data Siklus II Peningkatan Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014…………………………………………………..
57
10. Skenario pembelajaran yang akan diguanakan pada siklus III……………………………………………………………
59
11. Data Hasil Tes siklus III kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik cerpen Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014...................................................
61
12. Analisis Data Siklus III Peningkatan Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014........................................
63
13. Rekapitulasi Peningkatan Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa Kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014 Dari Tes Awal, Siklus I, II dan Siklus III................................................................................
65
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 01.
Halaman Penelitian Tindakan Model Kurt Lewin…………………
xii
31
DAFTAR GRAFIK
Grafik 01.
Halaman Hasil Belajar Menganalisis Cerpen Melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Siswa Kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014Dari Tes Awal, Siklus I, Siklus II Sampai Tes Siklus III.............................................................................
xiii
69
ABSTRAK PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI UNSUR INTRINSIK CERPEN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JISAW PADA SISWA KELAS V SDN 2 PENGLUMBARAN SUSUT BANGLI TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Oleh NPM Tebal Tahun
: : : :
Komang Armoni 10.8.03.51.31.1.5.2988 LXXIII, 73 halaman 2014
Berdasarkan hasil observasi awal yang telah peneliti lakukan pada siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli, ternyata pembelajaran sastra khususnya memahami unsur intrinsik cerpen belum mendapatkan perhatian khusus di hati siswa. Ini terlihat jelas pada buku daftar nilai siswa, nilai rata-rata siswa dalam memahami unsur intrinsik cerpen masih di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu 4,0, sedangkan nilai rata-rata siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli yang diharapkan adalah 7,0. Di samping itu pula, aktifitas belajar siswa ketika guru membahas tentang materi cerpen masih pasif, dan tidak menggairahkan. Banyak siswa mengeluh merasa bosan, malas, tidak semangat, karena dalam proses pembelajaran guru cenderung menggunakan metode ceramah sehingga dirasakan monutun dan kurang variatif. Berdasarkan fenomena yang ada di kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli, maka pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sebagai salah satu solusi pemecahan masalah yang sedang dihadapi siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli. Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat diangkat dalam penelitian ini adalah: (1) Apakah dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan kemampuan memahami unsur intrinsik cerpen pada siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014?. (2) Bagaimanakah langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw agar dapat meningkatkan kemampuan memahami unsur intrinsik cerpen pada siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014?. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memupuk dan mengembangkan kecakapan berbahasa Indonesia secara lisan dan tulisan serta memupuk dan mengembangkan kecakapan berpikir dinamis rasional dan praktis. Ruang lingkup dalam penelitian ini terbatas pada: (1) peningkatan kemampuan memahami unsur intrinsi cerpen siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014; (2) penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw agar dapat meningkatkan kemampuan memahami unsur intrinsik cerpen pada siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/ 2014. Adapun teori-teori yang dipakai sebagai acuan dalam penelitian ini adalah: (1) pengertian cerpen, (2) pembagian cerpen, (3) ciri-ciri cerpen, (4) unsur-unsur
xiv
intrinsik cerpen, dan (5) pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Subjek Penelitian Tindakan (PTK) ini adalah siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014, yang berjumlah 22 orang terdiri atas 7 orang laki-laki dan 15 orang perempuan. Prosedur pelaksanaan tindakan setiap siklus mencakup empat tahapan yang meliputi : perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes dan observasi. Teknik yang digunakan untuk menganalisis data adalah teknik diskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Berdasarkan deskripsi hasil analisis data, dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan kemampuan memahami unsur intrinsik cerpen serta dapat meningkatkan aktivitas dan motivasi belajar pada siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014. Hal tersebut dapat dirinci sebagai berikut; (1) pelaksanaan siklus I terjadi peningkatan nilai rata-rata tes awal 4,0 menjadi 5,05 pada siklus I, (2) pelaksanaan siklus II telah mengalami peningkatan nilai rata-rata kelas dari 5,05 pada siklus I menjadi 6,06 pada siklus II, dan (3) pelaksanaan siklus III menunjukan adanya peningkatan yang cukup signifikan, yaitu dari nilai rata-rata 6,06 pada siklus II menjadi 7,64 pada siklus III. Dari 22 orang siswa sebagai subjek penelitian semuanya (100%) dinyatakan telah mencapai target/ ketuntasan minimal pada pelaksanaan siklus III. Oleh karena itu, maka dapat disampaikan saran agar guru bahasa Indonesia senantiasa berupaya menggunakan metode pembelajaran yang mampu meningkatkan hasil belajar siswa dan aktivitas serta motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran, salah satu diantaranya menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. . Kata Kunci : Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw, memahami unsur intrinsik cerpen.
xv
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu sistem bunyi bebas yang dipergunakan oleh anggota masyarakat sebagai alat komunikasi. Komunikasi dengan mempergunakan bahasa itu adalah hal umum yang dilakukan semua manusia. (Keraf dalam Dwi Arini, 2008: 1). Pengajaran sastra merupakan salah satu aspek dari pengajaran bahasa Indonesia di sekolah yang memberikan sumbangan atau andil sangat besar untuk membentuk kepribadian siswa. Manusia yang memiliki intelegensi tinggi tanpa diimbangi dengan sikap dan kepribadian yang mantap, ibarat pohon tanpa buah. Pengajaran sastra merupakan salah satu aspek dari pengajaran bahasa Indonesia di sekolah yang memberikan sumbangan atau andil sangat besar untuk membentuk kepribadian siswa. Manusia yang memiliki intelegensi tinggi tanpa diimbangi dengan sikap dan kepribadian yang mantap, ibarat pohon tanpa buah. Dengan demikian sudah seyogyanya pengajaran bahasa Indonesia terutama menyangkut apresiasi sastra perlu mendapat perhatian yang khusus dan serius. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pengajaran sastra merupakan bagian dari pengajaran bahasa Indonesia. Jadi antara pengajaran sastra dengan pengajaran bahasa Indonesia mempunyai hubungan yang erat. Keeratan hubungan tersebut merupakan kelanjutan dari eratnya hubungan antara bahasa dan sastra. Karena sastra pada hakikatnya merupakan kegiatan berbahasa dengan unsur estetika sebagai faktor utamanya, sehingga sastra bisa disebut dengan seni bahasa.
2
Begitu pula halnya dengan seorang sastrawan, yang diolah adalah bahasa. Melalui keterampilan dan penguasaan bahasanya, sastrawan mampu mengolah dan meggarap bahasa menjadi cipta sastra yang indah misalnya, certita rekaan yaitu cerpen. Dengan demikian melalui pengajaran sastra, kita bisa memperoleh pengetahuan, mengetahui, menghayati, dan menggunakan bahasa dari segi estetika, di samping unsur-unsur lain yang berhubungan dengan cipta sastra itu sendiri. Pembelajaran sastra khususnya kemampuan memahami unsur intrinsik cerpen mengandung arti adanya konsep pengenalan dan pemahaman terhadap cerpen. Pemahaman siswa pada cerpen dapat ditumbuhkan dengan jalan pengenalan cerpen lewat keterlibatan siswa secara terus-menerus efektif dan kreatif terhadap suatu kegiatan sastra. Kegiatan memahami sastra (khususnya cerpen) berkaitan erat dengan latihan mempertajam perasaan, penalaran dan daya imajinasi serta kepekaan terhadap fenomena masyarakat, budaya dan lingkungan hidup. Pembelajaran bahasa tentang kemampuan memahami cerpen di sekolah sangat perlu diketahui karena, daya penafsiran, pemahaman dan penghayatan dapat mempengaruhi tingkat komunikasi dengan orang. Cerpen dengan kandungan konsep kebahasaan yang singkat, dan memiliki makna yang jelas maka dengan pengenalan dan pemahaman terhadap cerpen dapat meningkatkan daya apresiasi siswa sehingga dapat mengungkapkan makna yang tersirat dalam cerpen tersebut. Untuk itu perlu diadakan atau ditemukan cara pembelajaran dan menafsirkan cerpen serta membaca yang tepat. Dengan model pembelajaran cerpen yang efektif terhadap tingkat perkembangan dan kemampuan siswa
3
nantinya akan tumbuh pengembangan perasaan yaitu keterampilan menjiwai karakter dan substansi dari ungkapan orang lain yang sesungguhnya. Demikian sesungguhnya bahwa, kehadiran karya sastra khususnya cerpen sebagai salah satu karya seni, bukan hanya untuk dipahami atau dihafalkan tetapi sebaiknya kehadiran karya sastra ini betul-betul dapat dihayati, dan dapat dinikmati sepuaspuasnya. "Ia memberikan kesantaian pada ketegangan psikis dan emosi, membangkitkan daya kreasi dan memberikan keindahan estetis". Cerpen merupakan salah satu bagian dari sastra yang memberikan gambaran tentang visi kehidupan manusia sekaligus merupakan bahan untuk mengetahui keadaan suatu masyarakat. Di samping itu cerpen menjadi pusat perhatian pada bagian tertentu dari kehidupan manusia yang dianggap penting oleh pengarangnya, atau dengan kata lain bahwa cerpen mengungkapkan tabir kehidupan. Pada kenyataannya ada asumsi bahwa pengajaran sastra khususnya memahami unsur intrinsik cerpen tidak atau belum pernah mengantarkan siswa kepada penghayatan yang sewajarnya terhadap sastra itu sendiri. Tidak dapat disangkal bahwa pemahaman tentang sastra khususnya unsur intrinsik cerpen di kalangan para siswa, masih merupakan masalah yang cukup rumit. Dikatakan demikian, karena dalam kenyataannya pembelajaran sastra khususnya memahami unsur intrinsik cerpen belum dapat sepenuhnya dilakukan di sekolah-sekolah. Dengan demikian, betapa pentingnya suatu strategi pembelajaran yang perlu diterapkan oleh seorang guru agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Berdasarkan hasil observasi awal yang telah peneliti lakukan pada siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli, ternyata pembelajaran sastra
4
khususnya memahami unsur intrinsik cerpen belum mendapatkan perhatian khusus di hati siswa. Ini terlihat jelas pada buku daftar nilai siswa, nilai rata-rata siswa dalam memahami unsur intrinsik cerpen masih di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu 4,0, sedangkan nilai rata-rata siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli yang diharapkan adalah 7,0. Di samping itu pula, aktifitas belajar siswa ketika guru membahas tentang materi cerpen masih pasif, dan tidak menggairahkan. Banyak siswa mengeluh merasa bosan, malas, tidak semangat, karena dalam proses pembelajaran guru cenderung menggunakan metode ceramah sehingga dirasakan monotun dan kurang variatif. Siswa masih kebingungan mana yang dimaksud dengan plot, setting, alur, dan lain sebagainya. Bahkan siswa banyak tidak dapat menceritakan kembali isi cerpen yang telah dibacanya. Dari kenyataan itu, guru hendaknya dapat memotivasi siswa untuk lebih sering membaca dan memilih strategi yang tepat agar pemahaman siswa tentang unsur itrinsik cerpen dapat ditingkatkan. Berdasarkan fenomena yang ada di kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli, peneliti mengusulkan kepada guru kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli agar menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sebagai salah satu solusi pemecahan masalah yang sedang dihadapi siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli. Pembelajaran kooperatif tipe/teknik Jigsaw adalah teknik pembelajaran yang berupa permainan antar kelompok, serupa dengan pertukaran kelompok dengan kelompok, di mana setiap siswa ditugasi mengajarkan pengetahuan baru yang diperoleh dari hasil diskusi kelompok untuk diajarkan kepada siswa lain pada kelompok lain. Ini merupakaan alternatif menarik bila ada materi belajar yang bisa disegmentasikan atau dibagi-bagi dan
5
bila bagian-bagiannya harus diajarkan secara berurutan. Tiap siswa mempelajari sesuatu yang berbeda dengan lainnya yang bila digabungkan dengan materi yang dipelajari oleh siswa lain, membentuk kumpulan pengetahuan atau keterampilan yang padu. Jadi, hal yang menarik dari pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah adanya harapan selain memiliki dampak pembelajaran, yaitu berupa peningkatan prestasi belajar peserta didik (student achievement) juga mempunyai dampak pengiring seperti realisasi sosial, penerimaan terhadap peserta didik yang dianggap lemah, harga diri, norma akademik, penghargaan terhadap waktu, dan suka memberi pertolongan pada yang lain. Berdasarkan pandangan di atas, ternyata guru kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli setuju untuk menerapakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami unsur intrinsik cerpen. Hal ini juga disambut baik oleh Kepala Sekolah SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli, sehingga peneliti mengangkat permasalahan ini menjadi suatu penelitian tindakan kelas dengan judul ”Peningkatan Kemampuan Memahami Unsur Intrinsik Cerpen melalui Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw pada Siswa Kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/ 2014”.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat diangkat dalam penelitian ini adalah:
6
1) Apakah dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan kemampuan memahami unsur intrinsik cerpen pada siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014? 2) Bagaimanakah langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw untuk meningkatkan kemampuan memahami unsur intrinsik cerpen pada siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014?
1.3 Tujuan Penelitian Dalam penelitian ini ada dua tujuan yang ingin dicapai yaitu; (1) tujuan umum dan (2) tujuan khusus. 1) Tujuan Umum Secara
umum
penelitian
ini
bertujuan
untuk
memupuk
dan
mengembangkan kecakapan berbahasa Indonesia secara lisan dan tulisan serta memupuk dan mengembangkan kecakapan berpikir dinamis rasional dan praktis. 2) Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah: a) Untuk
mendapatkan
data
yang
objektif
tentang
peningkatan
kemampuan memahami unsur intrinsik cerpen melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014. b) Untuk
menemukan
langkah-langkah
kooperatif tipe Jigsaw
penerapan pembelajaran
agar dapat meningkatkan kemampuan
memahami unsur intrinsik cerpen pada siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014.
7
1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribusi dalam pengembangan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, khususnya pembelajaran apresiasi cerpen. 2) Manfaat Praktis a. Manfaat bagi guru khusunya guru bahasa dan Sastra Indonesia, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan serta wawasan guru bahasa dan Sastra Indonesia dalam mengelola pembelajaran, khususnya dalam memilih metode pembelajaran yang variatif. b. Manfaat bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan memahami isi cerpen khususnya unsur intrinsik cerpen sehingga mereka menjadi lebih aktif, kreatif, senang dan bergairah dalam belajar. c. Manfaat bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman dan bekal bagi peneliti, selaku mahasiswa calon guru bahasa dan Sastra Indonesia ketika terjun secara riil di lapangan. d. Manfaat bagi peneliti lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan bandingan bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian sejenis.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini terbatas pada: (1) peningkatan kemampuan memahami unsur intrinsi cerpen melalui strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli
8
Tahun Pelajaran 2013/2014; (2) langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
agar dapat meningkatkan kemampuan memahami
unsur intrinsik cerpen pada siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014.
1.6 Asumsi Asumsi atau anggapan dasar dalam sebuah penelitian, lebih-lebih penelitian ilmiah, akan mampu memberikan rambu-rambu kepada penulis dalam pelaksanaan atau kelangsungan penelitiannya. Seorang ahli mengatakan bahwa, ”Anggapan dasar adalah sesuatu yang diyakini kebenarannya oleh peneliti yang harus dirumuskan secara jelas dan akan berfungsi sebagai hal-hal yang dipakai untuk tempat berpijak bagi peneliti dalam melaksanakan penelitiannya serta dipakai untuk memperkuat permasalahnya” (Arikunto, 1985 : 59). Berdasarkan pendapat di atas maka asumsi yang dipegang dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Guru yang mengajarkan bahasa Indonesia memiliki kualitas dan wewenang untuk mengajar bahasa Indonesia. 2) Materi pelajaran bahasa Indonesia yang diajarkan di kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli telah sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). 3) Semua siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli mempunyai kemampuan yang sama dalam menerima pelajaran.
9
BAB II LANDASAN TEORI
Penelitian yang diangap baik tentunya berdasarkan teori-teori yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Teori juga berfungsi sebagai penguat dan pembatas dalam sebuah penelitian sehingga alur pembahasan akan tetap mengacu pada suatu pengertian yang jelas, bulat, dan utuh. Jadi, dengan demikian pada bab ini secara berturut-turut akan dipaparkan teori-teori yang merupakan patokan atau kriteria yang melandasi keseluruhan penelitian ini. Teori-teori itu meliputi: (1) pengertian cerpen, (2) pembagian cerpen, (3) ciri-ciri cerpen, (4) unsur-unsur intrinsik cerpen, (5) pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan (6) keunggulan dan kelemahan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
2.1 Pengertian Cerpen Cerpen adalah suatu cerita yang pendek dan hanya melukiskan sebagian dari kejadian dalam kehidupan yang luas. Pengertian cerpen adalah bentuk prosa yang pendek yang paling sederhana merupakan kerja fiksi, dengan efek satusatunya kesan impression jadi mengungkap satu sari kehidupan saja, Bukan berarti
terdiri dari satu halaman saja,tetapi bisa sampai beberapa halaman.
(Tarigan, 1984:170) Kata pendek dalam batasan ini tidak jelas ukurannya. sehubungan dengan hal ini maka di bawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai pengertian cerpen. Cerita pendek adalah cerita yang pendek dan merupakan satu kebulatan ide (Ajip Rosidi: 1985: 176). Menurut Muh. Darisman (1998:59) menyatakan bahwa
10
cerpen adalah cerita singkat yang dibuat pengarang tentang sesuatu hal yang pernah dialaminya atau hanya khyalan si pengarang saja. Cerita pada cerpen lebih memusatkan pada satu tokoh cerita dalam satu situasi, dan menurut Erlly Segwiek (dalam Tarigan, 1985 : 177) cerita pendek adalah penyajian suatu keadaan tersendiri atau kelompok keadaan yang memberikan kesan tunggal pada jiwa pembaca. Cerita pendek tidak boleh dipenuhi oleh hal-hal yang tidak perlu atau "a shorty-story must not be cluttered up with irrelevance" (Notosusanto dalam Tarigan, 1984:176). Sifat-sifat pokok cerita pendek memakai bahasa yang singkat dan lengkap. Selain itu Nugroho Notosusanto mengatakan bahwa "Cerita pendek adalah cerita yang panjangnya sekitar 5000 kata atau kira-kira 17 halaman kwarto spasi rangkap yang terpusat dan lengkap" (Strong dalam Tarigan, 1984:176). Dengan memberikan uraian dari beberapa pendapat mengenai pengertian cerpen, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian cerpen adalah cerita yang merupakan kebulatan ide yang dibuat oleh pengarang tentang suatu hal yang dialaminya atau hanya bersifat khayalan yang memberikan kesan tunggal pada jiwa pembaca.
2.2 Pembagian cerpen Berdasarkan sudut pandang yang umum cerpen dapat di klasifikasikan menjadi 3 yaitu, (1) berdasarkan jumlah kata, (2) berdasarkan nilai sastra dan (3) berdasarkan tekhnik mengarangnya.
11
2.2.1 Berdasarkan Jumlah Kata 1) Cerita yang pendek adalah cerita pendek yang jumlah kata-katanya dibawah 5.000 kata atau maksimal 5.000 kata, kira-kira 16 halaman kwarto dengan spasi rangkap. Apabila dibaca memerllukan waktu kirakira 15 menit atau seperempat jam. 2) Cerpen yang panjang adalah cerita pendek yang jumlah kata-katanya antara 5.000 kata sampai 10.000 kata atu kira-kira 33 halaman kwarto dengan spasi rangkap, yang dibaca kira-kira 30 menit atau setengah jam. (Tarigan,1985:178). 2.2.2 Berdasarkan Nilai Sastra 1) Cerpen hiburan adalah cerpen yang dibuat untuk bisa menghibur pembaca. 2) Cerpen sastra yaitu sebuah cerpen yang dibuat untuk mereka yang senang dengan karya-karya sastra dan cerpen tersebut dapat di ananlisis oleh pembacanya. 2.2.3 Berdasarkan Tekhnik Mengarangnya 1) Cerpen sempurna (well made short-story) yaitu cerpen yang terfokus pada satu tema dengan plot yang sangat jelas, dan ending yang mudah di pahami. Cerpen ini pada umumnya bersifat konvensional dan berdasar pada realitas (fakta). Cerpen jenis ini biasanya enak dibaca dan mudah dipahami isinya. Pembaca awam bisa membacanya dalam tempo kurang dari satu jam. 2) Cerpen tak utuh (slice of life short-story), yaitu cerpen yang tidak terfokus pada satu tema, alurnya (plot) tidak terstruktur, dan kadang-
12
kadang dibuat mengambang oleh cerpenisnya. Cerpen jenis ini pada umumnya bersifat kontemporer, dan ditulis berdasarkan ide-ide atau gagasan-gagasan yang orisinal sehingga lajim disebut sebagai cerpen ide (cerpen gagasan). Cerpen jenis ini sulit sekali dipahami oleh para pembaca awam sastra, harus dibaca berulang kali baru dapat dipahami sebagaimana mestinya. Para pembaca awam sastra menyebut cerpen kental atau cerpen berat. http://kokosadewo11bhs08.blogspot.com/2012/11/makalah-cerpen.html
2.3 Ciri-ciri Cerpen Ketika membicarakan pengertian cerita pendek, sebenarnya sudah terkandung pembicaraan tentang ciri-ciri cerpen. Pembicaraan dalam cerpen dilakukan secara hemat dan ekonomis sehingga pada umumnya dalam sebuah cerpen hanya ada dua atau tuga tokoh, hanya ada satu peristiwa dan hanya ada satu efek bagi pembacanya. Menurut
Tarigan
(1985:177)
dalam
Prinsip-Prinsip
Dasar
Sastra
mengemukakan beberapa ciri khas cerpen, adalah sebagai berikut: 1) Ciri utama cerpen adalah singkat, padat dan intensif. 2) Bahasa dalam cerpen harus tajam, sugesti, dan menarik perhatian. 3) Unsur-unsur cerpen adalah: adegan, tokoh dan gerak. 4) Cerpen harus mempunyai seorang tokoh utama. 5) Dalam cerpen sebuah kejadian atau peristiwa harus dapat menjadikan pusat perhatian yang menarik sehingga dapat memancing perhatian para
13
pembacanya dan kemudian kejadian atau peristiwa harus dapat menguasai jalan ceritanya. 6) Cerpen hanya tergantung pada satu situasi. 7) Cerpen harus menimbulkan perasaan beda pembaca yaitu berawal dari jalan cerita yang menarik. 8) Cerpen harus mempunyai satu efek atau kesan atau kesan yang menarik. 9) Cerpen harus menimbulkan efek dalam pikiran pembaca. 10) Cerpen harus mengandung interpretasi pengarang tentang konsep kehidupan baik langsung maupun tak langsung. 11) Cerpen menyajikan satu emosi. 12) Cerpen harus menimbulkan perasaan pada pembaca bahwa jalan ceritalah yang pertama-tama menarik perasaan dan baru menarik pikiran 13) Dalam cerpen ceritanya hanya terdiri dari inti suatu kejadian yang merupakan cerpen. 14) Panjang cerita kurang lebih 10.000 kata. Pendapat lain mengenai ciri-ciri cerita pendek di kemukakan pula oleh Lubis dalam Tarigan sebagai berikut. 1) Cerita
Pendek
harus
mengandung
interprestasi pengarang
tentang
konsepsinya mengenai kehidupan, baik secara langsung maupun tidak langsung. 2) Dalam sebuah cerita pendek sebuah insiden yang terutama menguasai jalan cerita. 3) Cerita pendek harus mempunyai seorang yang menjadi pelaku atau tokoh utama.
14
4) Cerita pendek harus satu efek atau kesan yang menarik. Menurut Morris dalam Tarigan ciri-ciri cerita pendek adalah sebagai berikut. 1) Ciri-ciri utama cerita pendek adalah singkat, padu, dan intensif (brevity, unity, and intensity). 2) Unsur-unsur cerita pendek adalah adegan, toko, dan gerak (scena, character, and action). 3) Bahasa cerita pendek harus tajam, sugestif, dan menarik perhatian (incicive, suggestive, and alert). http://kokosadewo11bhs08.blogspot.com/2012/11/makalah-cerpen.html
2.4 Unsur-unsur Intrinsik Cerpen Cerita pendek merupakan salah satu bentuk prosa (fiksi) telah mampu menduduki posisi tertentu dalam kasanah sastra Indonesia. Dalam posisinya yang cukup strategis dalam cerita pendek dihidangkan secara bebas dan terbuka sehingga mudah dikenal dan dimengerti oleh masyarakat. Setiap karya sastra selalu didukung oleh unsur-unsur tertentu, unsur-unsur pendukung itu antara lain: unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah aspek-aspek yang membangun sastra itu dari dalam, sedangkan unsur ekstrinsik adalah aspek-aspek yang mempengaruhi cipta sastra yang bersumber dari luar cipta sastra itu sendiri (Badrun, 1983:13). Dalam penelitian ini difokuskan pada unsur intrinsik dari cerpen. Unsur-unsur intrinsik yang membangun karya sastra dari dalam adalah sebagai berikut: (1) tema, (2) alur, (3) penokohan (perwatakan), (4) latar (setting), (5) Sudut pandang, dan (6) Amanat.
15
Untuk lebih jelas, unsur-unsur intrinsik cerpen tersebut di atas akan diuraikan secara terperinci seperti tertera berikut ini. 2.4.1 Tema Tema adalah gagasan utama yang menjadi pokok permasalahan dalam sebuah cerita. Tema dalam suatu karya sastra letaknya tersembunyi dan harus dicari sendiri oleh pembacanya. Oleh karena itu,pengarang tidak mengatakan secara jelas tema karangannya, tetapi merasuk, menyatu dalam semua unsure cerpen dan dengan demikian akan menghasilkan suatu cerpen yang baik. pengarang dalam menulis ceritanya bukan sekedar mau bercerita, tetapi mau mengatakan sesuatu kepada pembacanya. Sesuatu yang mau dikatakan itu bisa berupa pandangan hidupnya atau komentar tentang kehidupannya. Kejadian dan perbuatan tokoh cerita, semua didasari oleh ide atau gagasan pokok pengarang. Sebuah cerpen harus selalu mengatakan sesuatu pendapat yaitu pendapat pengarang tentang hidup ini sehingga orang lain dapat mengerti hidup ini lebih baik. (Sumardjo dan Saini, 1988:57). Di samping itu Muh. Darsiman (2007:19) berpendapat bahwa tema sangat berpengaruh terhadap unsur lain dalam cerita, seperti alur, penokohan dan penokohan. Sedangkan Atar Semi berpendapat bahwa tema adalah gagasan yang menjadi dasar penyusunan karangan. Dalam penyusunan sebuah cerita pendek sangat tergantung dari jenis tema yang akan dikembangkan (Atar, 1984:34). Menurut Adiwardoyo, tema adalah gagasan sentral pengarang yang mendasari penyusunan suatu cerita dan sekaligus menjadi sasaran dari cerita itu. Tema merupakan perpaduan antara pokok persoalan dan tujuan yang ingin dicapai pengarang lewat cerita itu (1990:13).
16
Untuk mengetahui tema kita bisa menyusun pertanyaan-pertanyaan seperti pertanyaan berikut ini. 1) Persoalan apakah yang peling menonjol dalam cerita itu? 2) Pesan apakah yang disampaikan pengarang kepada pembaca? 3) Persoalan-persoalan apa saja yang diungkapkan pengarang dalam cerita itu? Dengan demikian,tema dapat dipandang sebagai dasar cerita, gagasan dasar umum sebuah karya fiksi. Gagasan ini, yang tentunya telah ditentukan sebelumnya oleh pengarang yang dipergunakan untuk mengembangkan ide ceritanya. 2.4.2 Alur/Plot Alur/plot adalah: Rangkaian peristiwa demi peristiwa dalam membangun cerita,biasanya sering disebut juga jalan cerita. Munculnya sebuah peristiwa dalam sebuah cerita harus mempunyai hubungan dengan peristiwa lainnya, artinya terjadinya suatu peristiwa alasan mengapa pelaku itu melakukan suatu perbuatan. Urutan peristiwa itu dimulai dengan memberikan suatu keadaan, kemudian keadaan itu mengalami perkembangan yang pada akhirnya ditutup dengan penuh penyelesaian. Jalan suatu cerita selalu dengan pola perkenalan, keadaan, perkembangan dan penutup. Alur merupakan urutan-urutan cerita yang memiliki hubungan sebab akibat. Alur adalah jalan cerita yang merangkai peristiwa-peristiwa dalam cerita menjadi sebuah cerita yang utuh (Wendy Widya, 2006: 27). Alur atau plot, yaitu rangkaian peristiwa yang memiliki hubungan sebab akibat sehingga menjadi suatu satu kesatuan yang padu, bulat dan utuh. Alur atau plot dapat dikategorikan ke dalam beberapa jenis berdasarkan sudut tinjauan atau
17
criteria. Alur atau plot tersebut dapat dibedakan menjadi tiga bagian,yaitu: “alur maju, alur mundur, dan alur gabungan”. Alur maju bermula dari titik awal peristiwa dan berjalan secara teratur sampai titik akhir cerita. Disebut alur mundur apabila peristiwa-peristiwa yang disusun berdasarkan sebab akibat mencerikan masa lampau dari titik akhir menuju titik permulaan. Sedangkan alur gabungan adalah apabila perirtiwa-peristiwa yang ada disusun secara campuran antara sebab akibat, waktu kini ke waktu lampau dan waktu lampau ke waktu kini (Wendy Widya, dkk, 2006: 28). Berdasarkan uraian di atas mengenai pengertian alur, maka dapat ditarik kesimpulan alur adalah rangkaian peristiwa demi peristiwa dalam cerita yang mempunyai hubungan sebab akibat sehingga membentuk cerita yang utuh. 2.4.3 Penokohan (Perwatakan) Penokohan (Perwatakan) yaitu: cara melukiskan sikap dan watak para pelakunya atau kepribadian tokoh-tokohnya, meliputi sifat lahir dan sifat bahtinnya. Para tokoh yang terdapat dalam suatu cerita memiliki peranan yang paling penting dalam suatu cerita disebut tokoh inti atau tokoh utama (tokoh protagonis). Tokoh cerita merupakan seorang yang berperan dalam cerita. Tokoh cerita mempunyai watak atau sifat (Wendy Widya, dkk. 2006:27). Tokoh dibagi menjadi dua yaitu: tokoh baik (protagonis) dan tokoh jahat (antagonis). Selain itu tokoh dapat juga dibedakan menjadi tokoh utama dan tokoh pendukung. Ada dua cara memperkenalkan pelaku dalam cerita yaitu: secara analitik dan secara dramatik (Antara, 1988:23):
18
1) Secara Analitik, yaitu pengarang langsung memaparkan watak atau karakter tokohnya, pengarang menyebutkan tokoh tersebut keras hati. 2) Secara Dramatik, yaitu pengarang tidak menjelaskan watak pelaku ceritanya secara langsung, watak-watak pelaku ceritanya digambarkan melalui hal-hal lain, seperti pilihan nama tokohnya, cara berpakaiannya, tingkah laku terhadap tokoh lain melalui dialog. Dalam sebuah cerita menggambarkan tokoh dipergunakan oleh pengarang untuk memandang, menguraikan persoalan, dan menyelesaikan sehingga dapat menghidupkan tokoh dan peristiwa. Pengarang menempatkan tikohnya dengan karakter yang cocok dengan cerita yang ditulisnya. Berdasarkan uraian di atas mengenai pengertian penokohan (perwatakan) dapat disimpulkan bahwa penokohan (perwatakan) adalah individu yang mengalami suatu peristiwa atau lukisan watak seseorang/pelaku baik sifat lahir maupun sifat batinnya. 2.4.4 Latar atau Setting Latar merupakan segala keterangan mengenai waktu, tempat atau ruang dan suasana dalam cerita. Latar tempat merupakan penjelasan tentang tempat terjadinya peristiwa. Latar waktu merupakan penjelasan tentang waktu terjadinya peristiwa. Latar suasana merupakan penjelasan tentang suasana saat suatu peristiwa terjadi (Wendy Wydia, dkk. 2006: 27). Latar disebut juga sebagai landas tumpu yang menyangkut pada pengertian tempat
(Geografis),
hubungan waktu (historis),
dan lingkungan sosial
(kemasyarakatan) tempat terjadinya peristiwa atau terjadinya cerita. Meskipun
19
ketiga unsur latar ini berbeda namun kenyataannya saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain (Wendy Widya, dkk.2006: 35). Menurut Nurgiantoro (1995:216) Latar/setting merupakan waktu/keadaan alam atau cuaca terjadinya suatu peristiwa, karena setiap perbuatan atau aktivitas manusia akan terjadi pada tempat, waktu dan keadaan tertentu sehingga cerita itu tampak lebih hidup dan logis untuk menggerakkan emosi pembaca. Hal ini penting untuk memberikan kesan realisitis kepada pembaca, meciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi, sehingga pembaca dapat merasakan dan menilai kebenaran, ketepatan dan aktualisasi latar yang diceritakan sehingga merasa lebih akrab. Dari beberapa pendapat di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa, latar/setting adalah peristiwa yang diungkapakan oleh pengarang dalam karyanya mengenai waktu, tempat, serta suasana terjadinya suatu peristiwa ke dalam suatu cerita. Sebagai penuntun untuk memahami latar/setting adalah: 1) Kapan peristiwa itu terjadi? 2) Di mana peristiwa itu terjadi? 3) Bagaimana situasi alam di daerah itu? 2.4.5 Sudut Pandang Sudut pandang yaitu dari sudut mana pengarang memandang yang menjadi pusat pengisah atau yang menjadi landasan tumpu cerita atau dengan kata lain sudut pandang adalah cara pengarang memandang cerita atau landasan tumpu. Adapun macam-macam sudut pandang adalah: 1) Author- participant (pengarang turut ambil bagian dalam cerita). Dalam hali ini ada dua kemungkinan yaitu pengarang menjadi pribadi pelaku utama
20
sehingga ia menggunakan kata ”aku” atau pengarang hanya mengambil bagian kecil saja, maksudnya pengarang menggunakan kata “aku” dalam cerita tetapi bukan sebagai pelaku utama. 2) Author – ominiscient (orang ketiga). Pengarang menceritakan ceritanya dengan memperguanakan kata “dia” untuk pelaku utamanya tetapi ia turut hidup dalam pribadi pelakunya. 3) Author- observer. Ini hampir sama dengan author- omaniscient, bedanya pengarang hanya sebagai peninjau seolah-olah ia tidak dapat mengetahui jalan pikiran pelakunya. 4) Multiple. sudut pangang secara campur baur. 2.4.6 Amanat Amanat ialah pemecahan yang diberikan oleh pengarang bagi persoalan di dalam karya sastra. Amanat biasa disebut makna. Makna dibedakan menjadi makna niatan dan makna muatan. Makna niatan ialah makna yang diniatkan oleh pengarang bagi karya sastra yang ditulisnya. Makna muatan ialah makana yang termuat dalam karya sastra tersebut. Amanat (pesan) ialah sesuatu yang disampaikan oleh seseorang kepada orang lain. Penyampaian amanat (pesan) dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara lisan dan cara tulisan. Cara pertama, penyampai amanat langsung berhadapan dengan penerima sebagai lawan bicara atau pendengar, sedangkan cara kedua, penyampai amanat tidak berhadapan langsung dengan penerima, tetapi menggunkan perantara/alat bantu ; dapat berupa cerita, buku (fiksi dan nonfiksi). Untuk menemukan amanat pada sebuah karya sastra, misal cerpen, kita harus lebih dulu memahami : tema, rasa, dan nada cerpen itu. Tema berbeda dengan
21
amanat. Tema berhubungan dengan arti karya sastra, sedangkan amanat berhubungan dengan makna karya sastra (meaning dan significance) yang berifat kias, subjektif, dan umum. Makna karya sastra selalu berhubungan dengan orang per orang, konsep seseorang, dan situasi penyair mengimajinasikan karyanya. Amanat (pesan) sebuah karya sastra, selain yang dibicarakan di atas, dapat pula ditentukan melalui perndekatan teori sastra (sejarah sastra, angkatan, atau zaman) terciptanya karya sastra itu. Jadi, menemukan amanat pada sebuah karya sastra (cerpen) selain memahami tema, rasa, dan nada, juga dapat ditemukan melalui pendekatan teori sastra. . 2.5 Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw 2.5.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pembelajaran Kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang didasarkan pada paham konstruktivisme. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/ tim kecil, yaitu terdiri dari empat sampai enam orang siswa yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogen) ( Sanjaya, 2009 :240 ). Tipe Jigsaw adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif di mana pembelajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa yang bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran dan mendapatkan pengalaman belajar yang maksimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok. Pada pembelajaran tipe Jigsaw ini setiap siswa menjadi anggota dari 2 kelompok, yaitu anggota kelompok asal dan anggota
22
kelompok ahli. Anggota kelompok asal terdiri dari 3-5 siswa yang setiap anggotanya diberi nomor kepala 1-5. Nomor kepala yang sama pada kelompok asal berkumpul pada suatu kelompok yang disebut kelompok ahli. http://ainamulyana.blogspot.com/2012/02/model-pembelajaran-kooperatiftipe.html. Teknik Jigsaw dapat juga diartikan teknik pembelajaran yang berupa permainan antar kelompok, serupa dengan pertukaran kelompok dengan kelompok, di mana setiap siswa ditugasi mengajarkan pengetahuan baru yang diperoleh dari hasil diskusi kelompok untuk diajarkan kepada siswa lain pada kelompok lain. Ini merupakaan alternatif menarik bila ada materi belajar yang bisa disegmentasikan atau dibagi-bagi dan bila bagian-bagiannya harus diajarkan secara berurutan. Tiap siswa mempelajari sesuatu yang berbeda dengan lainnya yang bila digabungkan dengan materi yang dipelajari oleh siswa lain, membentuk kumpulan pengetahuan atau keterampilan yang padu. https://hafismuaddab.wordpress.com/tag/pembelajaran-metode-kooperatif-tipejigsaw/. Jadi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ialah kegiatan belajar secara kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama sampai kepada pengalaman belajar yang maksimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terdapat 3 karakteristik yaitu: (1) kelompok kecil, (2) belajar bersama, dan (3) pengalaman belajar. Esensi kooperatif learning adalah tanggung jawab individu sekaligus tanggung jawab kelompok, sehingga dalam diri siswa terbentuk sikap ketergantungan positif yang menjadikan kerja kelompok optimal. Keadaan ini mendukung siswa dalam
23
kelompoknya belajar bekerja sama dan tanggung jawab dengan sungguh-sungguh sampai suksesnya tugas-tugas dalam kelompok. Pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw siswa dibagi menjadi dua anggota kelompok yaitu kelompok asal dan kelompok ahli, yang dapat diuraikan sebagai berikut: (1) kelompok kooperatif awal (kelompok asal), Siswa dibagi atas beberapa kelompok yang terdiri dari 3-5 anggota. Setiap anggota diberi nomor kepala, kelompok harus heterogen terutama di kemampuan akademik dan (2) Kelompok Ahli, kelompok ahli anggotanya adalah nomor kepala yang sama pada kelompok asal. 2.5.2 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Adapun prosedur dari teknik Jigsaw ini adalah: 1) Guru memilih materi belajar yang bisa dipecah menjadi beberapa bagian. Sebuah bagian bisa sependek kalimat atau sepanjang beberapa paragraf, jika materinya panjang, perintahkan siswa untuk membaca tugas mereka sebelum pelajaran. Contohnya antara lain : (1) modul berisi beberapa point penting, (2) bagian-bagian eksperimen ilmu pengetahuan, (3) sebuah naskah yang memiliki bagian atau sub judul yang berbeda, (4) Sebuah daftar definisi, dan (5) Sebuah artikel setebal majalah atau jenis materi bacaan pendek yang lain. 2) Menghitung jumlah bagian yang hendak dipelajari dan jumlah siswa. Bagikan secara adil berbagai tugas kepada berbagai kelompok siswa. Sebuah contoh, misalnya jumlah siswa ada 24, sedangkan bagian yang hendak dipelajari ada 4 bagian, maka jumlah kelompok ada 4 kelompok, dan setiap kelompok beranggotakan 6 anak (disebut kelompok 6), yang masing-masing kelompok
24
mendapat tugas yang berbeda dengan cara membaca, mendiskusikan, dan menguasai materi yang mereka terima. 3) Setelah waktu belajar selesai, bentuklah kelompok belajar sistem Jigsaw. Kelompok belajar tersebut terdiri dari perwakilan tiap ”kelompok belajar“ di kelas. Dalam contoh yang baru saja diberikan, anggota dari tiap kelompok 6, dapat berhitung mulai dari 1, 2, 3, 4 , 5, dan 6, kemudian bentuklah sistem ” kelompok belajar Jigsaw “ dengan jumlah yang sama. Hasilnya adalah 6 kelompok yang masing-masing beranggotakan 4 anak (kelompok empat). Dalam masing-masing kelompok 4 ada 1 siswa yang telah mempelajari bagian 1, bagian 2, bagian 3, bagian 4. berikut ini menunjukkan urutannya : Kelompok Belajar Kelompok A : A1, A2, A3, A4, A5, A6 Kelompok B : B1, B2, B3, B4, B5, B6 Kelompok C : C1, C2, C3, C4, C5, C6 Kelompok D : D1, D2, D3, D4, D5, D6 Kelompok Belajar Jigsaw Kelompok I, anggota terdiri dari A1, B1, C1, D1 Kelompok II, anggota terdiri dari A2, B2, C2, D2 Kelompok III, anggota terdiri dari A3, B3, C3, D3 Kelompok IV, anggota terdiri dari A4, B4, C4, D4 Kelompok V, anggota terdiri dari A5, B5, C5, D5 Kelompok VI, anggota terdiri dari A6, B6, C6, D6 a) Perintahkan anggota kelompok Jigsaw untuk mengajarkan satu sama lain apa yang telah mereka pelajari.
25
b) Perintahkan siswa untuk kembali ke posisi semula dalam rangka membahas pertanyaan yang masih tersisa guna memastikan pemahaman yang akurat. c) Ajukan serangkaian pertanyaan yang menjajaki pemikiran siswa dan pengetahuan siswa yang mereka miliki. Gunakan pertanyaan yang memiliki beberapa kemungkinan jawaban, misalnya “bagaimana kamu menjelaskan seberapa kecerdasan seseorang ?”. d) Berikan waktu yang cukup kepada siswa dalam berpasangan atau berkelompok untuk membahas jawaban mereka. e) Perintahkan siswa untuk kembali ke tempat masing-masing dan catatlah pendapat mereka. Jika memungkinkan adakan seleksi jawaban mereka menjadi beberapa katagori terpisah yang terkait dengan katagori atau konsep yang berbeda, misalnya “kemampuan membuat mesin“ pada kecerdasan kinestetika tubuh. f) Sajikan poin-poin pembelajaran utama yang ingin anda ajarkan. Perintahkan siswa untuk menjelaskan kesesuaian jawaban mereka dengan poin-poin ini. Catatlah gagasan yang memberi informasi tambahan bagi poin pembelajaran anda.
2.6 Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw 2.6.1 Keunggulan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Keunggulan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sebagai suatu strategi pembelajaran di antaranya:
26
1) Melalui
pembelajaran
kooperatif
tipe
Jigsaw
siswa
tidak
terlalu
menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain. 2) Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain. 3) Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan. 4) Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar. 5) Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan me-manage waktu, dan sikap positif terhadap sekolah. 6) Melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat
mengembangkan
kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat berpraktik memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang di buat adalah tanggung jawab kelompoknya. 7) Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil).
27
8) Interaksi selama kooperatif tipe Jigsaw berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berfikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang. 2.6.2 Kelemahan Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw Di samping keunggulan, pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw juga memiliki kelemahan/ keterbatasan, di antarnya: 1) Untuk memahami dan mengerti filosofis pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memang butuh waktu. Sangat tidak rasional kalau kita mengharapkan secara otomatis siswa dapat mengerti dan memahami filsafat cooperative learning. Untuk siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan. Akibatnya, keadaan semacam ini dapat menganggu iklim kerja sama dalam kelompok. 2) Ciri utama dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah bahwa siswa saling membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa peer teaching yang efektif, maka dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar yang demikian apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah dicapai oleh siswa. 3) Penilaian yang diberikan dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari, bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa. 4) Keberhasilan
pembelajaran
kooperatif
tipe
Jigsaw
dalam
upaya
mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang, dan, hal ini tidak mungkin dapat tercapai hanya dengan satu kali atau sekali-sekali penerapan strategi ini.
28
5) Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan secara individual. Oleh karena itu idealnya melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw selain siswa belajar bekerja sama, siswa juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri. Untuk mencapai kedua hal itu dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memang bukan pekerjaan yang mudah.
29
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian Dalam penelitian ini peneliti mengambil jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) partisipan. Suatu penelitian dikatakan sebagai partisipan ialah apabila orang yang akan melaksanakan penilaian harus terlibat langsung dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian berupa laporan. Dengan demikian, sejak perencanaan penelitian peneliti senantiasa terlibat, selanjutnya peneliti memantau, mencatat, dan mengumpulkan data, lalu menganalisa data serta berakhir dengan melaporkan hasil penelitiannya (Iskandar, 2010: 27). Dalam penelitian ini, peneliti terlibat langsung terus-menerus sejak awal sampai akhir penelitian, disamping peneliti juga melibatkan siswa, guru bahasa Indonesia yang mengajar di kelas tersebut, agar penelitian ini memberikan hasil yang optimal. Dalam penelitian ini yang diterapkan adalah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam memahami unsur intrinsik cerpen. Model penelitian tindakan kelas (PTK) yang digunakan adalah model Kurt Lewin (dalam Iskandar, 2010: 28) yaitu bahwa dalam satu siklus terdiri dari empat langkah yaitu (1) perencanan (planning), (2) tindakan (acting), (3) observasi (observing), dan (4) refleksi (reflecting).
3.2 Subjek, Objek, Tempat Penelitian 1) Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah seluruh siswa-siswi kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014, yang berjumlah 22 orang terdiri atas 7 orang laki-laki dan 15 orang perempuan.
30
2) Objek penelitian ini adalah peningkatan kemampuan memahami unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014. 3) Tempat penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli. Waktu penelitian tindakan kelas dilaksanakan pada semester 2 Tahun Pelajaran 2013/2014. Jadwal penelitian disesuaikan dengan kalender pendidikan dan jadwal mata pelajaran di kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli.
3.3 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian adalah kerangka penelitian yang merupakan alur pelaksanaan kegiatan penelitian dalam rangka memeroleh, mengumpulkan, menyusun, mengklasifikasikan dan menganalisis data. Penelitian ini dirancang sampai pada siklus ke-N. Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Penelitian Tindakan Kelas
(Classroom Action Research) adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan praktek-praktek pengajaran di kelas secara professional (Iskandar, 2010: 23). Desain penelitian tindakan kelas yang digunakan adalah model Kurt Lewin yang terdiri atas empat tahap, yakni; perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Pelaksanaan penelitian tindakan adalah proses yang terjadi dalam satu lingkaran yang terus menerus (Sanjaya, 2010: 49). Apabila digambarkan proses penelitian tindakan digambarkan seperti berikut ini.
31
Perencanaan
Refleksi
Tindakan
Observasi
Observasi Penelitian Tindakan Model Kurt Lewin dalam Sanjaya (2010: 50). 1) Perencanaan adalah proses menentukan program perbaikan yang berangkat dari satu ide gagasan peneliti. 2) Tindakan adalah perlakuan yang dilaksanakan oleh peneliti sesuai dengan perencanaan yang telah disusun oleh peneliti. 3) Observasi adalah pengamatan yang dilakukan untuk mengetahui efektivitas tindakan atau mengumpulkan informasi tentang berbagai kelemahan (kekurangan) tindakan yang telah dilakukan. 4) Refleksi adalah kegiatan analisis tentang hasil observasi hingga memunculkan program atau perencanaan baru.
3.4 Prosedur Penelitian Adapun prosedur penelitian yang akan dilaksanakan adalah: 1) Refleksi Awal Sebelum melakukan tindakan dilakukan refleksi awal yang bertujuan
32
mengumpulkan data awal mengenai permasalahan serta kendala-kendala yang dialami oleh siswa pada saat proses belajar. Mengetahui kelemahan metode yang diterapkan guru dalam proses pembelajaran. Masalah yang terungkap dari hasil wawancara adalah siswa ternyata menganggap bahwa memahami unsur intrinsik cerpen sangat sulit dilakukan karena unsur-unsur intrinsik cerpen merupakan karya sastra yang mempunyai makna utuh. Siswa sulit menangkap makna dibalik kata-kata sastra yang digunakan oleh pengarang. Selain itu hal-hal dari luar lingkungan siswa yang tidak mendukung kemampuan siswa dalam memahami unsur intrinsik cerpen. Oleh sebab itulah guru sebagai komentator, kritikus, dan pembimbing hendaknya mengusahakan agar siswa tertarik, terlibat serta terinspirasi saat proses pembelajaran berlangsung. Sesuai dengan refleksi awal, maka penulis akan mencoba menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam memahami unsur intrinsik cerpen pada siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw diharapkan mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami unsur intrinsik cerpen. 2) Perencanaan Tindakan Untuk melaksanakan tindakan penelitian ini diperlukan beberapa perencanaan. Hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam perencanaan penelitian ini adalah sebagai berikut: a) Tes diagnotik/tes awal yang dipersiapkan berupa tes tertulis yang berbentuk esai. Tes ini digunakan untuk mengetahui kemampuan awal pemahaman siswa tentang unsur intrinsik cerpen.
33
b) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang merupakan rencana program yang ditempuh melalui proses belajar mengajar. c) Format observasi siswa. Format observasi adalah pedoman digunakan pada saat melakukan pengamatan terhadap proses belajar mengajar.
Format
observasi berisi beberapa pertanyaan/pernyataan yang membutuhkan jawaban melalui pengamatan langsung terhadap proses pembelajaran memahami unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. d) Tes adalah suatu cara untuk mengadakan penelitian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang prestasi anak. Tes ini digunakan untuk mengevaluasi pemahaman materi tentang kemampuan dalam memahami unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Tes yang digunakan berupa tes tulis yang berbentuk esai. Tes ini dilaksanakan setelah proses belajar mengajar selesai/ berakhir. 3) Implementasi Tindakan Adapun langkah-langkah konkrit pelaksanaan dari rencana tindakan penelitian kelas tersebut adalah seperti pada skenario pembelajaran berikut.
34
Tabel 01. Skenario Pembelajaran Memahami Unsur Intrinsik Cerpen melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Kegiatan Awal No.
Peneliti/Guru
(1) 01.
(2) Membuka pelajaran dengan mengucapkan salam. Menginformasikan rencana pelajaran hari tersebut, yaitu pembelajaran memahami unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
02.
03.
01.
02.
03.
04.
05.
06. 07.
Siswa
(3) Siswa bersama-sama memberi salam. Medengarkan dan mempersiapkan diri untuk mengikuti pembelajaran memahami unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Mengapersepsi kelas dan Menyimak tujuan menyampaikan tujuan pembelajaran. pembelajaran yang disampaikan guru. Kegiatan Inti Eksplorasi: Memberikan penjelasan tentang unsurunsur yang terkandung dalam sebuah cerpen. Memberi peluang agar siswa bertanya apabila ada materi yang belum dipahami. Elaborasi: Menjelaskan unsur intrinsik cerpen dengan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
Siswa mendengarkan penjelasan tentang unsurunsur yang terkandung dalam sebuah cerpen. Siswa bertanya mengenai materi yang belum dipahami.
Memberikan tugas secara berkelompok untuk menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen. Memberi bimbingan dan memantau kerja kelompok siswa dalam memahami isi unsur intrik cerpen. Menugaskan untuk mepresentasikan hasil kerja kelompoknya. Konfirmasi: Guru bersama siswa menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran dan mengadakan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran memahami unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran
Bekerja secara berkelompok membahas unsur-unsur intrinsik cerpen. Bekerja secara berkelompok membahas unsur-unsur intrinsik cerpen. Mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.
Siswa menyimak penjelasan guru tentang . unsur intrinsik cerpen dengan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
Siswa menyimpulkan dan merefleksi pembelajaran memahami unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang
35
(1)
(2) (3) kooperatif tipe Jigsaw yang telah telah dilaksanakan. dilaksanakan. Kegiatan Akhir (1) (2) (3) No. Peneliti/Guru Siswa 01.
Memantau dan mengevaluasi. Dalam tahap ini guru mengetes dan memberikan nilai terhadap pemahaman materi pelajaran memahami unsur intrinsik cerpen melalui strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
02.
Memberikan tugas untuk berlatih di Mencatat PR. rumah, agar siswa membaca cerpen yang lain. Menutup pembelajaran dengan salam. Mengucapkan salam.
03.
Mengerjakan tes pemahaman materi pelajaran memahami unsur intrinsik cerpen melalui strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
4) Observasi dan Evaluasi Pada
tahap
ini,
peneliti
menempuh
beberapa
langkah
untuk
mengumpulkan data dalam bentuk : a) Observasi/ pengamatan langsung adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian dengan jalan mengadakan pengamatan langsung dan sistematis (Nurkancana, 1992 : 51). Observasi sebagai data penunjang perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat keaktifan dan respon siswa terhadap penerapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam pembelajaran memahami unsur intrinsik cerpen. Pengamatan aktivitas siswa dalam hal ini dispesifikkan pada beberapa aktivitas belajar esensial di kelas, yaitu : - aktivitas bertanya, - aktivitas menjawab pertanyaan guru, - aktivitas diskusi,
36
- aktivitas mengerjakan soal, - aktivitas mencatat dan merangkum pelajaran. b) Tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak ataupun kelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkan laku atau prestasi anak tersebut (Nurkancana,1992:34). Tes sebagai data utama dalam penelitian ini adalah untuk mengevaluasi atau memperoleh gambaran tentang peningkatan kemampuan siswa dalam memahami unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada akhir siklus. 5) Refleksi Berdasarkan data obsevasi dan hasil tes siswa dalam memahami unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw peneliti melakukan refleksi. Refleksi ini dapat menghasilkan berbagai kemungkinan. Pertama, tindakan yang hasilnya positif atau sudah baik, dipertahankan dan yang tidak direvisi lagi. Kedua, tindakan yang masih dirasakan menghambat atau masih memiliki kekurangan perlu ada revisi dalam pembuatan rencana siklus berikutnya.
3.5 Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penilaian Data yang diharapkan dalam penelitian ini adalah data tentang hasil belajar dalam memahami unsur intrinsik cerpen, maka dipergunakan metode tes. Untuk mengetahui sikap aktivitas dan antusias anak dalam memahami unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw digunakan metode observasi.
37
Jadi, dalam hal ini tes merupakan data utama yang dipergunakan dalam penelitian ini yang bertujuan untuk mengetahui atau memperoleh gambaran tentang kemampuan siswa dalam memahami unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Melalui tes tersebut, peneliti ingin mengetahui apakah proses belajar mengajar yang telah dilakukan berhasil atau mengalami kegagalan. Adapun kriteria penilaian keberhasilan siswa dalam memahami unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, yaitu apabila siswa mampu memahami unsur intrinsik cerpen yang dibacanya. Metode tes ini digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam mengalisis unsur intrinsik cerpen dengan menjawab soal-soal
yang telah
disediakan oleh peneliti, kemudian hasil analisis tersebut dinilai ketepatan menentukan tema, menemukan alur, menyebutkan tokoh-tokoh dalam cerita, menentukan sudut pandang, menyebutkan latar tempat dan waktu. 1) Metode Observasi Observasi dilakukan pada saat pelaksanaan tindakan di kelas dari awal pembelajaran
sampai
akhir
pembelajaran.
Observasi
dilakukan
dengan
berkolaborasi bersama guru pamong bersangkutan. Hasil observasi dicatat pada catatan lapangan dan format observasi aktivitas guru dan siswa. Format observasi aktivitas guru desesuaikan dengan aktivitas guru sebagai pihak yang membantu membelajarkan siswa dan format observasi aktivitas siswa disesuaikan dengan aktivitas siswa sebagai pihak yang dibelajarkan. 2) Metode Tes Tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas yang harus dikerjakan oleh setiap anak / siswa sehingga
38
memberikan hasil sesuai nilai tentang hasil atau prestasi anak /siswa tersebut yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau nilai standar yang telah ditetapkan (Nurkencana, 1983: 25). Jadi tes ini adalah untuk mengetahui atau memperoleh gambaran prestasi siswa. Melalui tes tersebut peneliti ingin mengetahui apakah proses belajar mengajar yang telah dilakukan mengalami keberhasilan atau kegagalan. Bentuk tes yang digunakan adalah berupa tes essay dengan jumlah soal sebanyak 6 butir atau sesuai dengan jumlah insur intrinsik yang akan diteliti. 3) Penetapan Skor Pada langkah ini setelah hasil tes dikumpulkan selanjutnya melakukan penentuan skor tes essay yang telah diberikan dengan skor tiap butir soal diberi rentang antara 1-10 yang terdiri dari 6 butir soal, hasil tes tersebut nantinya penulis akan evaluasi dengan menggunakan rumus norma absolut skala sebelas, sehingga memperoleh data mengenai kemampuan siswa menganalisis unsur intrinsik cerpen melalui metode inkuiri. Adapun hal-hal yang dievaluasi adalah: a. Tema skor 1-10 b. Alur/plot skor 1-10 c. Tokoh skor 1-10 d. Susut Pandang skor 1-10 e. Latar/setting skor 1-10 f. Gaya bahasa skor 1-10 Jadi nilai maksimal idealnya adalah
6 x 10= 60
39
4) Mengubah Skor Mentah menjadi Skor Standar Prosedur yang akan ditempuh dalam mengubah skor mentah menjadi skor standar, adalah: a. Mencari Skor Maksimal Ideal (SMI) daripada tes yang diberikan. Skor Maksimal Ideal adalah skor yang mungkin dicapai apabila setiap item atau butir soal dapat dijawab dengan benar. Skor maksimal ideal dicari dengan jalan menghitung juamlah item atau butir soal yang diberikan serta bobot daripada masing-masing item atau butir soal. b. Mencari angka rata-rata ideal (Mi) untuk tes tersebut dengan rumus: Mi =1/2 x SMI c. Mencari Standar Deviasi ideal (SDi) untuk tes tersebut dengan rumus: SDi =1/3 x Mi Membuat pedoman konversi dengan ketentuan sebagai berikut: M + 2,25 SD
10
M + 1,75 SD
9
M + 1,25 SD
8
M + 0,75 SD
7
M + 0,25 SD
6
M – 0,25 SD
5
M – 0,75 SD
4
M – 1,25 SD
3
M – 1,75 SD
2
M – 2,25 SD
1 (Nurkencana, 1983:84-85).
40
Berdasarkan rumus di atas, maka penyelesaian adalah hasil tes yang berupa skor mentah dikonversikan menjadi skor standar dengan menggunakan norma absolut skala 11. SMI = 60 Mi
= 1/2 x 60 =30
Sdi = 1/3 x 30 = 10 Keterangan Smi
= Skor Maksimal Ideal
Mi
= Angka Rata-rata ideal
Sdi
= Standar Deviasi
Dari rumusan tersebut di atas maka hasil yang diperoleh sebagai berikut: Mi + 2,25 Sdi = 30 + (2,25 x 10) = 52
10
Mi + 1,75 Sdi = 30 + (1,75 x 10) = 47
9
Mi + 1,25 Sdi = 30 + (1,25 x 10) = 42
8
Mi + 0,75 Sdi = 30 + (0,75 x 10) = 37
7
Mi + 0,25 Sdi = 30 + (0,25 x 10) = 32
6
Mi - 0,25 Sdi = 30 – (0,25 x 10) = 27
5
Mi – 0,75 Sdi = 30 – (0,75 x 10) =22
4
Mi – 1,25 Sdi = 30 – (1,25 x 10) = 17
3
Mi – 1,75 Sdi = 30 – (1,75 x 10) = 12
2
Mi – 2,25 Sdi = 30 –( 2,25 x 10) = 7
1
Berpedoman pada ketentuan di atas, maka dapatlah ditentukan dalam skor standar yang dipakai oleh masing-masing siswa dengan ketentuan sebagai berikut: jika siswa yang mendapat skor mencapai 52 ke atas maka anak teserbut mendapat
41
skor standar 10, jika siswa mendapat skor mentah antara 47 sampai 51 maka siswa tersebut mendapat skor standar 9. Demikian selanjutnya dengan tabel peningkatan kemampuan siswa dalam menganalisis cerpen, seperti yang terdapat pada tabel di bawah ini. Tabel 02. Klasifikasi Peningkatan Kemampuan Menganalisis Cerpen Pada Siswa Kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014 No.
Skor Mentah
Skor Standar
Kategori
(1)
(2)
(3)
(4)
01.
52 – 60
10
Istimewah
02.
47 – 51
9
Baik Sekali
03.
42 – 46
8
Baik
04.
37 – 41
7
Lebih dari cukup
05.
32 – 36
6
Cukup
06.
27 – 31
5
Hampir cukup
07.
22 – 26
4
Kurang
08.
17 – 21
3
Kurang sekali
09.
12 – 16
2
Buruk
10.
7 – 11
1
Buruk sekali
3.6 Analisis Data Setelah data yang diinginkan terkumpul, diadakan pengolahan data. Data yang diperoleh dalam penelitian ini masih merupakan data atau bahan mentah. Oleh karena itu, data perlu diolah lagi agar dapat ditarik suatu simpulan. Dalam pengolahan data ini, digunakan metode analisis deskriptif. Metode analisis deskreptif adalah metode pengolahan data dengan jalan menyusun secara sistematis data yang diperoleh, sehingga didapat suatu simpulan umum.
42
Analisis pertama, dilakukan terhadap pelaksanaan tindakan yang diambil, apakah pelaksanaannya sesuai dengan yang telah direncanakan. Kedua, analisis terhadap kemampuan memahami unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang didapatkan dari hasil tes. Hasil tes diolah dengan menggunakan keberhasilan belajar secara individu dan klasikal. Penskoran hasil tes masing-masing siswa dianalisis dengan norma absolut skala seratus. Skala seratus adalah skala yang bergerak antara nol sampai seratus. Skala seratus disebut juga skala persentil. Setelah mengetahui nilai masing-masing siswa, selanjutnya secara klasikal dapat dicari nilai rata-ratanya dengan menggunakan rumusan berikut : ∑ Fx Mean =
----------------N
Keterangan : Mean
= Nilai rata-rata
F
= Frekuensi
x
= Nilai
N
= Jumlah sampel (Nurkencana, 1992 : 99).
43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini telah disesuaikan dengan tahap-tahap dan prosedur yang telah direncakan sebelumnya. Data yang diperlukan untuk dievaluasi. Data yang diperoleh adalah berupa hasil observasi terhadap siswa selama pelaksanaan penelitian tindakan kelas tersebut. Data yang diambil berupa data hasil tes peningkatan kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli.
4.2 Refleksi Awal Refleksi awal bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan siswa menganalisis unsur intrinsik cerpen. Sebelum proses belajar mengajar dilakukan, peneliti melaksanakan pre tes dan mendapat nilai untuk menentukan kualifikasi. 4.2.1 Hasil Observasi awal Observasi dilakukan peneliti bersama guru mata pelajaran Bahasa Indonesia. Dari obsevasi inilah dapat ketahui permasalahan siswa dalam mengikuti pelajaran bahasa indonesia terutama menganilis cerpen. Adapun hasil obsevasi yang telah dilakukan adalah: (1) pembelajaran yang diterapkan oleh guru bersifat konvensional, (2) siswa hanya mengandalkan catatan dari guru dan berpedoman pada LKS, (3) siswa kurang motivasi, anak yang memiliki motivasi tinggi dalam mengerjakan tugas akan lebih cepat tugasnya selesai sebaliknya, anak yang
44
kurang motivasi, maka penyelesaian tugas lebih dan lama juga akan rendah kualitasnya, (4) siswa takut bertanya kepada guru mengenai hal-hal yang kurang dan jelas, (5) siswa kurang mengerti bagaimana cara menemukan atau menganalisis unsur intrinsik cerpen. 4.2.2 Hasil Tes Awal Pada tahap tes awal peneliti memberikan tes menganalisis unsur intrinsik cerpen. Hasil pre tes kemampuan siswa dalam menganalisis cerpen dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 03. Data Hasil Tes Awal kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik cerpen Siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014 Skor No
Nama siswa
A
B
C
D
E
Skor
F
Kategori Mentah Standar
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
01.
I Kadek Juni Lestari
2
1
6
2
1
1
13
3
Buruk
02.
I Made Tantra
2
2
3
2
1
4
14
3
Buruk
03.
Ni Nengah Diantari
4
7
2
4
4
4
25
4
Kurang
04.
I Wayan Wiryanata
8
2
6
8
1
2
27
5
Hampir cukup
05.
Ni Made Sridaning Aminarti
2
3
4
4
2
2
17
3
Kurang sekali
06.
Ni Kadek Sri Wijayanti
8
2
6
8
1
2
27
5
Hampir cukup
07.
Ni Kadek Widianti
8
2
6
8
1
2
27
5
Hampir cukup
08.
I Kadek Adi Wirawan
2
4
5
6
2
3
22
4
Kurang
09.
Ni Wayan Eka Sri Cahyani
8
3
5
3
1
2
22
4
Kurang
10.
Ni Kadek Sukreni
8
3
5
6
1
2
25
4
Kurang
11.
I Made Suryadana
2
4
5
6
2
3
22
4
Kurang
12.
Ni Made Ayu Suari Dewi
2
4
5
6
2
3
22
4
Kurang
13.
Ni Luh Sri Opina Wati
8
2
5
4
1
2
22
4
Kurang
14.
Ni Wayan Seppi Puspita Dewi
2
3
5
4
4
4
22
4
Kurang
15.
Ni Kadek Sri Widarini
8
2
4
6
2
1
23
4
Kurang
16.
Ni Made Apriliana Sari
2
3
5
4
4
4
22
4
Kurang
45
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
17.
Ni Nyoman Apriliani Sari
2
2
6
4
8
1
23
4
Kurang
18.
I Ketut Arya Adikara
1
1
6
6
2
2
18
3
Kurang sekali
19.
Ni Kadek Ariani
8
1
5
6
1
1
22
4
Kurang
20.
I Wayan Wiryatama
1
2
5
4
8
3
23
4
Kurang
21.
Ni Wayan Suriasih
8
2
6
8
1
2
27
5
Hamper cukup
22.
I Nengah Sila
2
3
5
4
4
4
22
4
Kurang
Jumlah
98
58
110
113
54
54
487
88
Nilai rata-rata
4,45
2,64
5,00
5,14
4,45
4,45
22,14
4,00
Kurang
Keterangan: A. Tema B. Alur C. Tokoh / karakter D. Latar/setting E. Sudut pandang F. Amanat 4.2.3 Analisis Hasil Tes Awal Tahap ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan siswa memahami unsur intrinsik cerpen. Saat proses belajar mengajar berlangsung sebelum dilakukannya tindakan, peneliti melaksanakan pretes dan mendapat nilai untuk menentukan kualifikasi. Rata-rata skor diperoleh dengan menggunakan rumus :
fx M N
Keterangan :Skor M : Rata-rata skor
46
∑ : Jumlah F : Frekwensi X : Nilai N : Jumlah Individu Berdasarkan rumus di atas maka nilai rata-rata pada tes awal dapat dilihat pada pada tabel berikut ini. Tabel 04.
No.
Analisis Data Tes Awal Peningkatan Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014
Nilai (x) Frekwensi (F)
Fx
Persentase
Kategori
Nilai Rata-rata (7)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
01.
10
-
-
-
-
02.
9
-
-
-
-
03.
8
-
-
-
-
04.
7
-
-
-
-
05.
6
-
-
-
-
06.
5
4
20
18,2%
Hampir Cukup
07.
4
14
56
63,6%
Kurang
08.
3
4
12
18,2%
Kurang Sekali
09.
2
-
-
-
-
10.
1
-
-
-
-
22
88
100%
-
88 = 4,00 22 (kurang)
Berdasarkan tabel di atas telah menunjukan kemampuan siswa dalam menganalisis unsur intrinsik cerpen pada tes awal, siswa mencapai nilai rata-rata 4,00 dengan nilai 5 kategori hampir cukup sebanyak 4 orang (18,2%), nilai 4
47
kategori kurang sebanyak 14 orang (63,6%), nilai 3 kategori kurang sekali sebanyak 4 orang (18,2%), dari hasil yang diperoleh oleh siswa dapat disimpulkan bahwa kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen pada tes awal dapat dikategorikan kurang, karena itu penelitian tindakan kelas ini dapat dilaksanakan di SDN 2 penglumbaran Susut Bangli.
4.3 Siklus I Pelaksanaan tindakan siklus I di kelas adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Siklus I ini dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 15 April 2014. Adapun hasil pelaksanaan siklus I adalah sebagai berikut.
4.3.1 Hasil Observasi/Evaluasi Siklus I Hasil pelaksanaan tindakan siklus I diperoleh dengan melakukan pengamatan/observasi yang dilakukan oleh observer (guru pamong). Dalam hal itu, guru pamong melakukan observasi terhadap pelaksanaan tindakan yang dilakukan peneliti dalam penerapan model pembelajaran terhadap subjek penelitian, yaitu siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli. Adapun hasil observasi yang telah dilakukan yaitu: 1.
Pembelajaran berjalan sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
2.
Siswa kurang aktif berdiskusi yang dipimpin oleh seorang ketua kelompok.
3.
Guru terus memantau jalannya diskusi sambil memberi bimbingan.
4.
Guru memberi penghargaan kepada kelompok yang pekerjaannya paling baik.
48
5.
Respons siswa terhadap pembelajaran memahami isi bacaan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw cukup positif.
6.
Siswa kurang bersosialisasi dalam berbagi pengetahuan dengan teman-teman dalam kelompoknya.
7.
Siswa kurang aktif mengemukakan pendapat, dan ada juga enggan membaca bacaan.
8.
Guru memberi perhatian lebih terhadap siswa yang masih lamban memahami unsur intrinsik cerpen.
9.
Guru menjelaskan lebih intensif materi yang kurang dipahami oleh siswa.
4.3.2 Hasil tes siklus I Setelah pelaksanaan tindakan atau kegiatan pembelajaran, maka dilakukan evaluasi. Kegiatan evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui lebih lanjut kemampuan memahami isi bacaana siswa. Dalam pelaksanaan evaluasi peneliti memberikan tes. Tes ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami isi bacaan dalam paragraf dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Hasil tes dapat dilihat dalam tabel berikut.
49
Tabel 05. Data Hasil Tes siklus I kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014 Skor No
Nama siswa
A
B
C
D
E
Skor
F
Kategori Mentah Standar
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
01.
I Kadek Juni Lestari
8
3
6
3
4
5
31
5
Hampir Cukup
02.
I Made Tantra
5
4
3
4
3
5
24
4
Kurang
03.
Ni Nengah Diantari
4
7
2
4
4
4
25
4
Kurang
04.
I Wayan Wiryanata
6
7
5
6
4
4
32
6
Cukup
05.
Ni Made Sridaning Aminarti
6
5
5
4
3
4
27
5
Hampir Cukup
06.
Ni Kadek Sri Wijayanti
9
2
5
3
2
2
23
4
Kurang
07.
Ni Kadek Widianti
9
6
5
3
3
4
30
5
Hampir Cukup
08.
I Kadek Adi Wirawan
6
7
5
6
4
4
32
6
Cukup
09.
Ni Wayan Eka Sri Cahyani
8
4
5
5
4
4
30
5
Hampir Cukup
10.
Ni Kadek Sukreni
8
4
5
6
4
5
32
6
Cukup
11.
I Made Suryadana
8
4
5
6
4
5
32
6
Cukup
12.
Ni Made Ayu Suari Dewi
6
4
5
5
4
4
28
5
Hampir Cukup
13.
Ni Luh Sri Opina Wati
8
4
5
5
4
4
30
5
Hampir Cukup
14.
Ni Wayan Seppi Puspita Dewi
6
7
5
6
4
4
32
6
Cukup
15.
Ni Kadek Sri Widarini
8
2
4
6
2
1
23
4
Kurang
16.
Ni Made Apriliana Sari
6
5
5
4
3
4
27
5
Hampir Cukup
17.
Ni Nyoman Apriliani Sari
6
5
6
4
8
4
32
6
Cukup
18.
I Ketut Arya Adikara
6
4
6
6
3
3
26
4
Kurang
19.
Ni Kadek Ariani
8
3
5
6
3
3
28
5
Hampir Cukup
20.
I Wayan Wiryatama
4
3
5
4
8
4
28
5
Hampir Cukup
21.
Ni Wayan Suriasih
6
5
6
4
8
4
32
6
Cukup
22.
I Nengah Sila
6
3
5
4
4
4
26
4
Kurang
Jumlah
147
98
108
104
90
85
630
111
Nilai rata-rata
6,69
4,45
5,00
4,72
4,10
3,86
28,64
5,05
Hampir Cukup
50
Keterangan: A. Tema B. Alur C. Tokoh / karakter D. Latar/setting E. Sudut pandang F. Amanat
4.3.3 Analisis Data Siklus I
fx M N
Keterangan : M : Rata-rata skor ∑ : Jumlah F : Frekwensi X : Nilai N : Jumlah Individu Berdasarkan rumus di atas maka nilai rata-rata pada tes awal dapat dilihat pada pada tabel berikut ini.
51
Tabel 06.
Analisis Data Siklus I Siswa Peningkatan Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014
No.
Nilai (x)
frekwensi (f)
Fx
Persentase
Kategori
Nilai Rata-rata
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
01.
10
-
-
-
-
02.
9
-
-
-
-
03.
8
-
-
-
-
04.
7
-
-
-
-
05.
6
7
42
31,8%
Cukup
06.
5
9
45
40,9%
Hampir Cukup
07.
4
6
24
27,3%
kurang
08.
3
-
-
-
-
09.
2
-
-
-
-
10.
1
-
-
-
-
22
111
100%
-
111 = 5,05 22 (hampir cukup)
Berdasarkan tabel di atas, maka nilai rata-rata yang di capai siswa 5,05 dari 22 siswa dengan rincian nilai 6 kategori cukup sebanyak 7 orang (31,8%), nilai 5 kategori hampir cukup sebanyak 9 orang (40,9%), nilai 4 kategori kurang sebanyak 6 orang (27,3%), sehingga kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran inkuiri pada siklus I dapat dikategorikan kedalam kelompok hampir cukup.
52
4.3.4 Refleksi Siklus I Pada proses belajar
mengajar
berlangsung,
kegiatan pembelajaran
berlangsung dengan baik, kegiatan pembelajaran berlangsung dalam kondisi yang aktif dan menyenangkan. Dilihat pada tabel 06, diketahui bahwa siswa sudah mengalami peningkatan. Hal tersebut dilihat dari pemerolehan nilai dalam evaluasi proses pembelajaran yang peneliti lakukan pada setiap akhir pertemuan, sehingga kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw semakin ditingkatkan. Peningkatan kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siklus I masih ada beberapa masalah yang ditemukan peneliti pada proses pembelajaran, yang perlu dijadikan bahan refleksi untuk perbaikan pada pelaksanaan siklus selanjutnya. Masalah yang muncul pada siklus I adalah siswa masih ragu-ragu untuk mengajukan pertanyaanpertanyaan kepada peneliti yang walaupun peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Hal ini terjadi karena siswa belum cermat dan tepat dalam menganalisis unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, maka peneliti perlu melanjutkan pembelajaran ke siklus II.
4.4 Siklus II 4.4.1 Perencanaan Penelitian Pelaksanaan pembelajaran siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan yaitu pertemuan pertama pada hari Selasa, tanggal 15 April 2014 dan pertemuan kedua pada hari selasa tanggal 22 April 2014. Dalam perencanaan, peneliti menyiapkan beberapa hal yang diperlukan, antara lain:
53
1. Menyiapkan buku paket Bahasa Indonesia untuk SD kelas V. 2. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). 3. Menyiapkan bahan pelajaran bahasa Indonesia. 4. Menyiapkan cerpen yang akan dianalisis oleh siswa. 5. Menyusun tes hasil belajar untuk siklus II. 6. Memotivasi siswa untuk mengajukan pertanyaan mengenai hal-hal yang belum mengerti. 4.4.2 Pelaksanaan Penelitian Tabel 07. Skenario pembelajaran yang akan diguanakan pada siklus II Kegiatan Awal No.
Peneliti/Guru
Siswa
(1)
(2)
(3)
01. 02.
03.
01.
(1) 02.
03.
Membuka pelajaran dengan mengucapkan salam. Menginformasikan rencana pelajaran hari tersebut, yaitu pembelajaran memahami unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
Siswa bersama-sama memberi salam. Medengarkan dan mempersiapkan diri untuk mengikuti pembelajaran memahami unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Mengapersepsi kelas dan Menyimak tujuan menyampaikan tujuan pembelajaran. pembelajaran yang disampaikan guru. Kegiatan Inti Eksplorasi: Memberikan penjelasan tentang unsurunsur yang terkandung dalam sebuah cerpen. (2) Memberi peluang agar siswa bertanya apabila ada materi yang belum dipahami.
Siswa mendengarkan penjelasan tentang unsurunsur yang terkandung dalam sebuah cerpen. (3) Siswa bertanya mengenai materi yang belum dipahami.
Elaborasi: Siswa menyimak penjelasan Menjelaskan unsur intrinsik cerpen dengan guru tentang . unsur intrinsik pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. cerpen dengan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
54
(1)
(2)
(3)
04.
Memberikan tugas secara berkelompok untuk menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen. Memberi bimbingan dan memantau kerja kelompok siswa dalam memahami isi unsur intrik cerpen.
Bekerja secara berkelompok membahas unsur-unsur intrinsik cerpen. Bekerja secara berkelompok membahas unsur-unsur intrinsik cerpen.
05.
06.
Menugaskan untuk mepresentasikan hasil Mempresentasikan kerja kelompoknya. kerja kelompoknya.
07.
Konfirmasi: Guru bersama siswa menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran dan mengadakan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran memahami unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang telah dilaksanakan.
No.
Kegiatan Akhir Peneliti/Guru
hasil
Siswa menyimpulkan dan merefleksi pembelajaran memahami unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang telah dilaksanakan.
Siswa
01.
Memantau dan mengevaluasi. Dalam tahap ini guru mengetes dan memberikan nilai terhadap pemahaman materi pelajaran memahami unsur intrinsik cerpen melalui strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
Mengerjakan tes pemahaman materi pelajaran memahami unsur intrinsik cerpen melalui strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
02.
Memberikan tugas untuk berlatih di rumah, Mencatat PR. agar siswa membaca cerpen yang lain.
03.
Menutup pembelajaran dengan salam.
Mengucapkan salam.
4.4.3 Observasi/Evaluasi Kegiatan evaluasi dilakukan pada akhir pertemuan kedua dengan tujuan untuk mengetajui kemampuan siswa terhadap materi yang telah diberikan. Kegiatan evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan mengananalisis cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Siswa
55
mengerjakan soal-soal yang telah disiapkan peneliti sebanyak 6 butir soal essay, dengan rentangan nilai setiap soal 1-10 dan diselesaikan dalam waktu 2 x 40 menit. 4.4.4
Hasil Tes Siklus II
Hasil tes siklus II dapat dilihata pada tabel berikut ini. Tabel 08. Data Hasil Tes siklus II kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014 Skor
Skor
No
Nama siswa
A
B
C
D
E
F
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
Mentah Standar
Kategori
01.
I Kadek Juni Lestari
7
4
6
5
4
6
32
6
Cukup
02.
I Made Tantra
7
5
3
3
5
4
27
5
Hampir Cukup
03.
Ni Nengah Diantari
4
7
5
4
5
4
29
5
Hampir Cukup
04.
I Wayan Wiryanata
8
2
6
8
3
2
29
5
Hampir Cukup
05.
Ni Made Sridaning Aminarti
7
5
5
4
3
4
28
5
Hampir Cukup
06.
Ni Kadek Sri Wijayanti
9
4
5
4
3
3
28
5
Hampir Cukup
07.
Ni Kadek Widianti
9
4
5
5
7
5
37
7
Hampir Baik
08.
I Kadek Adi Wirawan
6
4
5
6
6
5
32
6
Cukup
09.
Ni Wayan Eka Sri Cahyani
8
5
5
7
6
6
37
7
Hampir Baik
10.
Ni Kadek Sukreni
8
7
5
6
5
6
37
7
Hampir Baik
11.
I Made Suryadana
6
4
5
4
3
5
27
5
Hampir Cukup
12.
Ni Made Ayu Suari Dewi
5
3
5
4
5
5
27
5
Hampir Cukup
13.
Ni Luh Sri Opina Wati
8
4
5
4
6
5
32
6
Cukup
14.
Ni Wayan Seppi Puspita Dewi
8
7
7
6
6
8
42
8
Baik
15.
Ni Kadek Sri Widarini
8
6
4
6
5
4
33
6
Cukup
16.
Ni Made Apriliana Sari
8
5
5
5
6
5
34
6
Cukup
17.
Ni Nyoman Apriliani Sari
5
4
7
5
8
5
35
6
Cukup
18.
I Ketut Arya Adikara
5
4
6
6
6
6
33
6
Cukup
19.
Ni Kadek Ariani
8
7
6
6
7
8
42
8
Baik
20.
I Wayan Wiryatama
6
4
5
5
8
4
32
6
Cukup
21.
Ni Wayan Suriasih
8
5
5
7
6
6
37
7
Hampir Baik
56
(1)
(2)
22.
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
7
5
5
6
5
4
32
6
Cukup
Jumlah
155
105
115
116
118
110
722
133
Nilai rata-rata
7,05
4,77
5,23
5,27
5,36
5
32,82
6,05
I Nengah Sila
Cukup
Keterangan: A. Tema B. Alur C. Tokoh / karakter D. Latar/setting E. Sudut Pandang F. Amanat
4.4.5
Analisis Data Siklus II
M
fx N
Keterangan : M
: Rata-rata skor
∑
: Jumlah
F
: Frekwensi
X
: Nilai
N
: Jumlah Individu
Berdasarkan rumus di atas maka nilai rata-rata pada siklus II dapat dilihat pada pada tabel berikut ini.
57
Tabel 09. Analisis Data Siklus II Peningkatan Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014 No.
Nilai (x)
Frekwensi (f)
Fx
Persentase
Kategori
Nilai Rata-rata
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
01.
10
-
-
-
-
02.
9
-
-
-
-
03.
8
2
16
9,10%
Baik
04.
7
4
28
18,18%
Lebih Dari Cukup
05.
6
9
54
40,91%
Cukup
06.
5
7
35
31,81%
Hampir Cukup
07.
4
-
-
-
-
08.
3
-
-
-
-
09.
2
-
-
-
-
10.
1
-
-
-
-
22
133
100%
-
133 = 6,05 22 (cukup)
Berdasarkan tabel di atas maka nilai rata-rata yang dicapai siswa adalah 6,05 dari 22 siswa dengan rincian, nilai 8 kategori baik sebanyak 2 orang (9,10%), nilai 7 kategori lebih dari cukup sebanyak 4 orang (18,18%), nilai 6 kategori cukup sebanyak 9 orang (40,91%), nilai 5 kategori hampir cukup sebanyak 7 orang (31,81%), sehingga kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat kelompokan dalam kategori hampir cukup, ketentuan belum mencapai target maka perlu dilanjutkan kesiklus III.
58
4.4.6 Refleksi siklus II Dari tabel di atas hasil tes dan observasi yang diperoleh dari siklus II dapat diketahui bahwa melalui metode kooperatif, sebagai pendekatan pembelajaran kemampuan menganalisis cerpen dapat ditingkatkan meskipun belum mencapai target. Hal ini bisa tercapai apabila guru memperhatikan cara penyajian materi pembelajaran dalam pembelajaran kooperatif. Peningkatan kemampuan menganalisis cerpen melalui pembelajaran kooperatif pada siklus II masih ada beberapa masalah yang ditemukan peneliti pada saat proses pembelajaran siklus II, yaitu: 1. Dilihat dari individu masih ada siswa yang mendapat nilai kurang. 2. Masih ada beberapa siswa kurang aktif dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif. 3. Masih ada beberapa siswa kurang serius dalam menganalisis sebuah cerpen. Berdasarkan hasil refleksi di atas maka perlu dijadikan refisi untuk perbaikan siklus selanjutnya. Peneliti menganggap perlu melanjutkan pelaksanaan pembelajaran pada siklus berikutnya.
4.5 Siklus III 4.5.1 Perencanaan Penelitian Pelaksanaan pembelajaran siklus III dilaksanakan dalam dua kali pertemuan yaitu pertemuan pertama pada hari Selasa, tanggal 29 April 2014 dan pertemuan kedua pada hari Selasa, tanggal 05 Mei 2014. Dalam perencanaan, peneliti menyiapkan beberapa hal yang diperlukan, antara lain: 1. Menyiapkan buku paket Bahasa Indonesia untuk SD kelas V.
59
2. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP). 3. Menyiapkan bahan pelajaran bahasa Indonesia. 4. Menyiapkan cerpen yang akan dianalisis oleh siswa. 5. Menyusun tes hasil belajar untuk siklus III. 6. Memotivasi individu yang mendapat nilai kurang. 7. Memberi perhatian khusus bagi siswa yang kuarng aktif dalam pembelajaran. 8. Memberi teguran kepada siswa yang kurang serius dalam menganalis unsur intrinsik cerpen. 4.5.2 Pelaksanaan Penelitian Tabel 10. Skenario pembelajaran yang akan diguanakan pada siklus III Kegiatan Awal No.
Peneliti/Guru
Siswa
(1)
(2)
(3)
01. 02.
03.
01.
Membuka pelajaran dengan mengucapkan salam. Menginformasikan rencana pelajaran hari tersebut, yaitu pembelajaran memahami unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
Siswa bersama-sama memberi salam. Medengarkan dan mempersiapkan diri untuk mengikuti pembelajaran memahami unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Mengapersepsi kelas dan Menyimak tujuan menyampaikan tujuan pembelajaran. pembelajaran yang disampaikan guru. Kegiatan Inti Eksplorasi: Siswa mendengarkan Memberikan penjelasan tentang unsur- penjelasan tentang unsurunsur yang terkandung dalam sebuah unsur yang terkandung cerpen. dalam sebuah cerpen.
60
(1) 02.
(2) (3) Memberi peluang agar siswa bertanya Siswa bertanya mengenai apabila ada materi yang belum dipahami. materi yang belum dipahami.
03.
Elaborasi: Siswa menyimak penjelasan Menjelaskan unsur intrinsik cerpen dengan guru tentang . unsur intrinsik pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. cerpen dengan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. (2) (3) Memberikan tugas secara berkelompok Bekerja secara berkelompok untuk menganalisis unsur-unsur intrinsik membahas unsur-unsur cerpen. intrinsik cerpen. Memberi bimbingan dan memantau kerja Bekerja secara berkelompok kelompok siswa dalam memahami isi membahas unsur-unsur unsur intrik cerpen. intrinsik cerpen.
(1) 04.
05.
06.
Menugaskan untuk mepresentasikan hasil Mempresentasikan kerja kelompoknya. kerja kelompoknya.
07.
Konfirmasi: Guru bersama siswa menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran dan mengadakan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran memahami unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang telah dilaksanakan.
No.
Kegiatan Akhir Peneliti/Guru
hasil
Siswa menyimpulkan dan merefleksi pembelajaran memahami unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang telah dilaksanakan.
Siswa
01.
Memantau dan mengevaluasi. Dalam tahap ini guru mengetes dan memberikan nilai terhadap pemahaman materi pelajaran memahami unsur intrinsik cerpen melalui strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
Mengerjakan tes pemahaman materi pelajaran memahami unsur intrinsik cerpen melalui strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
02.
Memberikan tugas untuk berlatih di rumah, Mencatat PR. agar siswa membaca cerpen yang lain.
03.
Menutup pembelajaran dengan salam.
Mengucapkan salam.
61
4.5.3 Observasi/Evaluasi Kegiatan evaluasi dilakukan pada akhir pertemuan ketiga dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan siswa terhadap materi yang telah diberikan. Kegiatan evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan mengananalisis cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Siswa mengerjakan soal-soal yang telah disiapkan peneliti sebanyak 6 butir soal essay, dengan rentangan nilai setiap soal 1-10 dan diselesaikan dalam waktu 2 x 40 menit. 4.5.4 Hasil Tes Siklus III Hasil tes siklus III dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 11. Data Hasil Tes siklus III kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik cerpen Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014 Skor No
Nama siswa
A
B
C
D
E
Skor
F
Kategori Mentah Standar
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
01. I Kadek Juni Lestari
7
8
6
7
6
7
41
7
Lebih dari cukup
02. I Made Tantra
8
6
6
7
7
6
40
7
Lebih dari cukup
03. Ni Nengah Diantari
8
7
6
6
8
8
43
8
Baik
04. I Wayan Wiryanata
8
7
6
8
7
8
44
8
Baik
05. Ni Made Sridaning Aminarti
8
6
6
8
7
8
43
8
Baik
06. Ni Kadek Sri Wijayanti
8
7
6
6
7
8
42
8
Baik
07. Ni Kadek Widianti
9
7
6
7
8
7
44
8
Baik
08. I Kadek Adi Wirawan
8
7
7
6
7
8
43
8
Baik
09. Ni Wayan Eka Sri Cahyani
8
7
8
7
8
7
45
8
Baik
10. Ni Kadek Sukreni
8
7
7
8
7
8
45
8
Baik
11. I Made Suryadana
8
6
8
8
6
8
44
8
Baik
12. Ni Made Ayu Suari Dewi
7
6
6
6
7
8
40
7
Lebih dari cukup
62
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
13. Ni Luh Sri Opina Wati
8
6
5
6
8
7
40
7
Lebih dari cukup
14. Ni Wayan Seppi Puspita Dewi
8
7
7
6
8
7
43
8
Baik
15. Ni Kadek Sri Widarini
8
7
6
6
5
7
39
7
Lebih dari cukup
16. Ni Made Apriliana Sari
7
6
5
8
7
7
40
7
Lebih dari cukup
17. Ni Nyoman Apriliani Sari
8
7
6
6
8
7
42
8
Baik
18. I Ketut Arya Adikara
7
7
6
6
7
8
41
7
Lebih dari cukup
19. Ni Kadek Ariani
8
7
7
7
7
7
43
8
Baik
20. I Wayan Wiryatama
7
6
5
6
8
7
39
7
Lebih dari cukup
21. Ni Wayan Suriasih
8
7
8
6
7
9
45
8
Baik
22. I Nengah Sila
7
7
7
7
7
8
43
8
Baik
Jumlah
171
148
140
148
157
165
929
168
Nilai rata-rata
7,77
6,73
6,36
6,73
7,14
7,5
42,23
7,64
Keterangan: A. Tema B. Alur C. Tokoh / karakter D. Latar/setting E. Sudut pandang F. Amanat
4.5.5 Analisis Data Siklus III
M
fx N
Keterangan :Skor M
: Rata-rata skor
∑
: Jumlah
Lebih dari cukup
63
F
: Frekwensi
X
: Nilai
N
: Jumlah Individu Berdasarkan rumus di atas maka nilai rata-rata pada siklus III dapat dilihat
pada pada tabel berikut ini. Tabel 12: Analisis Data Siklus III Peningkatan Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014 No.
Nilai (x)
Frekwensi (f)
Fx
Persentase
Kategori
Nilai Rata-rata
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
01
10
-
-
-
-
02
9
-
-
-
-
03
8
14
112
63,6%
Baik
04
7
8
56
36,4%
05
6
-
-
-
06
5
-
-
-
-
07
4
-
-
-
-
08
3
-
-
-
-
09
2
-
-
-
-
10
1
-
-
-
-
22
168
100%
-
168 = 7,64 Lebih dari Cukup 22 (lebih dari cukup)
Berdasarkan tabel di atas, maka nilai rata-rata yang dicapai siswa adalah 7,64 dari 22 siswa dengan perincian, nilai 8 kategori baik sebanyak 14 orang (63,6%), nilai 7 kategri lebih dari cukup sebanyak 8 orang (36,4), sehingga
64
kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siklus III dapat dikategorikan lebih dari cukup. 4.5.6 Refleksi Siklus III Peningkatan yang diperoleh siswa dapat dilihat dari hasil perbaikan. Tindakan yang dilakukan peneliti selama peneliti memberikan bimbingan sesuai dengan jadwal pelajaran Bahasa Indonesia oleh peneliti kepada siswa. Dilihat dari hasil tes siklus III dari tabel di atas, diketahui bahwa kemampuan menganalisis cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw sudah mengalami
peningkatan. Nilai rata-rata siswa dari tindakan siklus I, siklus II dan siklus III mengalami peningkatan yang baik dan juga dilihat secara individu banyak siswa yang memperoleh nilai baik serta dalam menganalisis cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terjadi perubahan dan mengalami peningkatan. Secara umum tindakan yang dilakukan oleh peneliti pada pelaksanaan tindakan siklus III ini dapat katakan berhasil dengan baik itu dilihat dari adanya peningkatan nilai-nilai serta menunjukan peningkatan-peningkatan lain seperti: 1. Semua siswa mengikuti proses belajar mengajar dengan aktif. 2. Siswa tidak enggan lagi mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada peneliti. 3. Keaktifan siswa dalam menganalisis cerpen sangat baik. Berdasarkan hasil yang dicapai, maka peneliti merasa tidak perlu lagi melanjutkan pelaksanaan pembelajaran menganalisis cerpen melaui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, sebab hasil yang yang diperoleh siswa sudah mencapai kriteria nilai baik yang ditentukan peneliti.
65
4.6 Rekapitulasi Nilai Tabel 13. Rekapitulasi Peningkatan Kemampuan Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siswa Kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014 Dari Tes Awal, Siklus I, II dan Siklus III No.
Nama siswa
Tes awal
Siklus I
Siklus II
Siklus III
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
01.
I Kadek Juni Lestari
3
5
6
7
02.
I Made Tantra
3
4
5
7
03.
Ni Nengah Diantari
4
4
5
8
04.
I Wayan Wiryanata
5
6
5
8
05.
Ni Made Sridaning Aminarti
3
5
5
8
06.
Ni Kadek Sri Wijayanti
5
4
5
8
07.
Ni Kadek Widianti
5
5
7
8
08.
I Kadek Adi Wirawan
4
6
6
8
09.
Ni Wayan Eka Sri Cahyani
4
5
7
8
10.
Ni Kadek Sukreni
4
6
7
8
11.
I Made Suryadana
4
6
5
8
12.
Ni Made Ayu Suari Dewi
4
5
5
7
13.
Ni Luh Sri Opina Wati
4
5
6
7
14.
Ni Wayan Seppi Puspita Dewi
4
6
8
8
15.
Ni Kadek Sri Widarini
4
4
6
7
16.
Ni Made Apriliana Sari
4
5
6
7
17.
Ni Nyoman Apriliani Sari
4
6
6
8
18.
I Ketut Arya Adikara
3
4
6
7
19.
Ni Kadek Ariani
4
5
8
8
20.
I Wayan Wiryatama
4
5
6
7
21.
Ni Wayan Suriasih
5
6
7
8
22.
I Nengah Sila
4
4
6
8
66
(1)
(2) Jumlah Nilai rata-rata
(3)
(4)
(5)
(6)
88
111
133
168
4,00
5,05
6,06
7,64
Berdasarkan tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan menganalisis cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014 mengalami peningkatan pada tiap siklus dari tes awal, siklus I, siklus II dan siklus III. Perinciannya sebagai berikut: 1. Pada tes awal peningkatan kemampuan menganalisis cerpen dari 22 siswa memperoleh nilai rata-rata 4,00 yang dikelompokan ke dalam kategori kurang. 2. Pada siklus I peningkatan kemampuan menganalisis cerpen melalui pembelajaran koopratif tipe jigsaw dari 22 siswa memperoleh rata-rata 5,05 yang dikelompokan ke dalam kategori hampir cukup. 3. Pada siklus II peningkatan kemampuan menganalisis cerpen melalui pembelajaran koopratif tipe jigsaw dari 22 siswa memperoleh nilai rata-rata 6,05 yang dikelompokan ke dalam kategori cukup 4. Pada siklus III peningkatan kemampuan menganalisis cerpen melalui pembelajaran koopratif tipe jigsaw dari 22 siswa memperoleh nilai rata-rata 7,64 yang dikelompokan ke dalam kategori lebih dari cukup.
4.6 Pembahasan Hasil dari penelitian ini ditemukan berdasarkan hasil observasi dan evaluasi tes kemampuan siswa dalam menganalisis unsur intrinsik cerpen melalui
67
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Ini dapat dilihat dari hasil yang diperoleh siswa dalam setiap siklus mulai tes awal, siklus I, siklus II dan siklus III. (1) Kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen pada tes awal siswa mencapai nilai rata-rata 4,00. Dari hasil yang diperoleh menunjukan bahwa kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada tes awal dapat dikategorikan kurang, karena itu penelitian tindakan kelas ini diadakan di SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli. (2) Pada siklus I siswa mencapai nilai rata-rata 5,05 dikategorikan hampir cukup. Dari hasil yang diperoleh diketahui bahwa siswa sudah mengalami peningkatan. Pada proses belajar mengajar berlangsung dengan baik tetapi masih ada masalah yang muncul pada siklus I yaitu siswa masih ragu-ragu untuk mengajukan pertanyaan kepada peneliti yang walaupun peneliti memberikan kesempatan kapada siswa untuk bertanya. Hal ini terjadi karena siswa belum cermat dan tepat dalam menganalisis unsur intrinsik cerpen melalui pembelajran kooperatif tipe jigsaw, maka peneliti perlu melanjutkan pembelajaran ke siklus II (3) Pada siklus II siswa mencapai nilai rata-rata 6,05 dikategorikan cukup. Dari hasil yang diperoleh diketahui siswa mengalami peningkatan nilai dalam menganlisis unsur intrinsik cerpen melalui pembelajran kooperatif tipe jigsaw. Peningkatan nilai pada siklus II disebabkan karena siswa tidak ragu-ragu lagi bertanya kepada peneliti mengenai hal-hal yang kuarng dimengerti. Walaupun ada peningkatan nilai pada siklus II tetapi masih ada siswa yang yang mendapat nilai kurang, dan masih ada siswa yang kuarng
68
serius dalam menganalisis unsur intrinsik cerpen melalui pembejaran kooperatif tipe jigsaw. Berdasarkan hal tersebut di atas maka penliti memutuskan untuk melanjutkan penelitian pada siklus III. (4) Pada siklus III siswa mencapai nilai rata-rata 7,64 dikategorikan lebih dari cukup. Dari hasil yang diperoleh siswa diketahui bahwa kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sudah mengalami peningkatan, juga dilihat dari setiap individu banyak siswa yang memperoleh nilai baik karena selama proses belajar mengajar berlangsung semua siswa berperan aktif, siswa tidak enggan lagi untuk bertanya dan keaktifan siswa dalam mengalisis unsur intrinsik cerpen sangat baik. Berdasarkan hasil yang dicapai, maka peneliti merasa tidak perlu lagi melanjutkan pelaksanaan pembelajaran menganlisis unsur intrinsik cerpen melalui pembelajran kooperatif tipe jigsaw, sebab hasil yang diperoleh siswa sudah mencapai kriteria nilai baik yang ditentukan peneliti. Adapun hasil peningkatan pembelajaran menganalisis cerpen melalui metode koopratif tipe jigsaw pada siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014 dari tes awal, siklus I, siklus II dan tes siklus III dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
69
Grafik 01. Hasil Belajar Menganalisis Cerpen Melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Siswa Kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014Dari Tes Awal, Siklus I, Siklus II Sampai Tes Siklus III
8 7 6
5 4 3 2 1 0 TES AWAL
SIKLUS I
SIKLUS II
SIKLUS III
Grafik di atas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dalam menganalisis cerpen melalui metode kooperatif tipe jigsaw mengalami peningkatan. Dari hasil tes awal nilai rata-rata yang diperoleh siswa 4,00. Pada siklus I mengalami peningkatan menjadi 5,05, kemudian mengalami peningkatan pada siklus II dengan nilai rata-rata menjadi 6,05 dan siklus III telah mengalami peningkatan yang lebih baik dengan nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 7,64. Sehingga kemampuan menganalisis cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014 mengalami peningkatan.
70
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis data pada bab IV maka dapat disimpulkan bahwa: a. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen pada siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014. Hal tersebut terbukti dari: (1) Pre tes : Dari 22 siswa yang diteliti, nilai rata-rata 4,00 dengan rincian nilai 5 kategori hampir cukup sebanyak 4 orang (18,2%), nilai 4 kategori kurang sebanyak 14 orang (63,6%), nilai 3 kategori kurang sekali sebanyak 4 orang (18,2%),, dari hasil yang diperoleh oleh siswa dapat disimpulkan bahwa kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen pada tes awal dapat dikategorikan kurang. (2) Siklus I : Dari 22 siswa yang diteliti, nilai rata-rata yang di capai siswa 5,05 dengan rincian nilai 6 kategori cukup sebanyak 7 orang (31,8%), nilai 5 kategori hampir cukup sebanyak 9 orang (40,9%), nilai 4 kategori kurang sebanyak 6 orang (27,3%), dari hasil yang diperoleh oleh siswa dapat disimpulkan bahwa kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen pada tes siklus I dapat dikategorikan hampir cukup (3) Siklus II : Dari 22 siswa yang diteliti, nilai rata-rata yang dicapai siswa adalah 6,05 dengan rincian, nilai 8 kategori baik sebanyak 2 orang (9,10%), nilai 7 kategori lebih dari cukup sebanyak 4 orang (18,18%), nilai 6 kategori
71
cukup sebanyak 9 orang (40,91%), nilai 5 kategori hampir cukup sebanyak 7 orang (31,81%), dari hasil yang diperoleh oleh siswa dapat disimpulkan bahwa kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen pada tes siklus II dapat dikategorikan cukup. (4) Siklus III : Dari 22 siswa yang diteliti, nilai rata-rata yang dicapai siswa adalah 7,64
dengan rincian, nilai 8 kategori baik sebanyak 14 orang
(63,6%), nilai 7 kategri lebih dari cukup sebanyak 8 orang (36,4), dari hasil yang diperoleh oleh siswa dapat disimpulkan bahwa kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen pada tes siklus III dapat dikategorikan lebih dari cukup. b. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dalam Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen adalah sebagai berikut: 1. Orientasi Tahapan ini merupakan sebuah langkah untuk menciptakan suasana pembelajaran
yang
lebih responsif.
Jadi
seorang guru di sini
mengondisikan supaya peserta didik lebih siap dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Adapun yang dilakukan pada tahapan ini adalah : a. Menjelaskan tujuan, topik maupun hasil belajar yang di capai oleh para peserta didik b. Menjelaskan berbagai pokok kegiatan untuk mencapai tujuan pembelajaran. c. Menjelaskan betapa pentingnya sebuah topik dan juga kegiatan belajar.
72
2. Merumuskan masalah Ini adalah langkah yang akan membawa para siswa ke sebuah persoalan yang harus dipecahkan. Jadi persoalan tersebut disajikan dengan menarik agar lebih menantang para siswa untuk memecahkan teka-teki yang ada. Adapun konsep teka-teki tersebut haruslah mengandung konsep jelas sehingga bisa ditemukan atau dicari penyelesaiannya. 3. Merumuskan hipotesis Jadi hipotesis merupakan jawaban yang sifatnya sementara dalam sebuah permasalahan yang tengah dikaji. Adapun hipotesis tersebut memang masih perlu di uji kebenarannya. Sementara itu seorang guru juga harus bisa
mengembangkan
kemampuan
menebak
siswa
dengan
cara
mendorongnya dalam merumuskan jawaban sementara serta merumuskan beberapa perkiraan yang mengarah pada jawaban yang sebenarnya. 4. Mengumpulkan data Adapun tahapan ini dilakukan untuk menjaring informasi yang diperlukan yang nantinya digunakan untuk menguji hipotesis yang telah di ajukan. Jadi di dalam model pembelajaran inkuiri ini pengumpulan data adalah proses mental yang teramat penting untuk mengembangkan intelektual. 5. Menguji hipotesis Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk mendapatkan jawaban yang bisa diterima berdasarkan data yang telah didapatkan dari proses pengumpulan data
sebelumnya.
Pengujian
ini
juga
berarti
untuk
melatih
mengembangkan kemampuan berpikir secara masuk akal atau rasional,
73
maksudnya jawaban yang dipaparkan tidak hanya bersifat argumen tapi harus didukung dengan data yang kuat. 6. Menarik kesimpulan Ini adalah tahapan akhir apabila jawaban sudah ditemukan dan kita bisa menarik beberapa kesimpulan atas permasalahan dan jawaban yang didapatkannya.
5.2 Saran-saran 1. Sastra merupakan bagian dari pelajaran bahasa Indonesia, hendaknya guru lebih meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar khususnya cerpen. 2. Guru dapat menggunakan pembelajarankooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran sastra khusunya dalam menganalisis cerpen. 3. Berdasarkan nilai yang diperoleh siswa kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli, maka kemampuan menganalisis cerpen dapat ditingkatkan lagi.
74
DAFTAR PUSTAKA
Adiwardoyo, Winarno. 1990. Latihan Apresiasi Sastra. Malang: Yayasan Asah Asih Asuh/Y A3. Aminuddin. Hayati. 1991. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung : Sinar Baru. Antara, I.G.P. 1988. Teori Sastra. Singaraja : IKIP UNUD. Badudu, J.S, 1980 Membina Bahasa Indonesia Baku. Bandung: Pustaka Prima. Badrun, Ahmad 1983. Ilmu Sastra. Surabaya :Usaha nasional. Darisman, Muh, dkk. 1998 Ayo Belajar Berbahasa Indonesia. Bogor: Yuddhistira. Depdiknas. 2004. Pedoman Blok Grant Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Direktorat Profesi Pendidikan Dirjen PMPTK Depdiknas. http://ainamulyana.blogspot.com/2012/02/model-pembelajaran-kooperatif tipe.html. https://hafismuaddab.wordpress.com/tag/pembelajaran-metode-kooperatif-tipeJigsaw. http://kokosadewo11bhs08.blogspot.com/2012/11/makalah-cerpen.html Ibrahim, Muslimin dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw. Pusat Sains dan Matematika Sekolah Program Pascasarjana. UNESA: University Press. Iskandar, 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Gaung Persada Press. Netra, 1974. Metodologi Penelitian. Singaraja: IKIP UNUD. Nurgiantoro, Burhan, 1983. Sastra Anak.Yogyakarta: PT Gramedia. Nurkancana, I Wayan & Sunartana. 1992. Evaluasi Pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional. Rosidi, Ajip. 1985. Minat Baca. Jakarta : Balai Pustaka.
75
Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran. Jakarta : Kencana. …………, 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana. Suharianto,S. 1977. Membina Para Calon Pembina Apresiasi Sastra. Yogyakarta: FKSS IKIP Yogyakarta. Sumardjo, 1983. Penuntun Pengajaran Sastra. Bandung : Pelita Masa. Slavin, Robert. 1994. Coperative Learning Teory, Research and Practise. Second Edition Boston. Allyn and Bacon. Sumardjo dan Saini KM. 1988. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: PT. Gramedia. Tarigan, Henry Guntur. 1984. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung : Angkasa. Trianto, M.Pd. 2011. Panduan lengkap Penelitian Tindakan kelas. Jakarta: Prestasi Pustaka. Widya, Wendi, dkk. 2006. Bahasa Indonesia. Klaten: Intan Pariwara. Zainudin, 1991. Materi Pokok Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
LAMPIRAN
BIODATA
Nama
: Komang Armoni
Tempat Lahir
: Sangsit
Tanggal Lahir
: 14 Agustus 1992
Jenis Kelamin
: Laki-laki
N.P.M
: 10.8.03.51.31.1.5.2988
Judul Skripsi
: Peningkatan Kemampuan Memahami Unsur Intrinsik Cerpen Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Siswa Kelas V SDN 2 Penglumbaran Susut Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014
Jurusan
: Bahasa dan sastra Indonesia
Program Studi
: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas
: Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mahasaraswati Denpasar
Alamat Rumah
: Banjar kawan, Bangli
Nama Orang Tua Nama Ayah
: Wayan Sariawan
Nama Ibu
: Made Natri
Pendidikan
: 1. SD N 4 Sangsit
(Tahun 1998-2004)
2. SMP N 2 Sawan
(Tahun 2004-2007)
3. SMK N 1 Singaraja
(Tahun 2007-2010)
4. UNMAS Denpasar
(Tahun 2010-2014)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS I Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Alokasi Waktu
: : : :
SDN 2 Penglumbaran Susut Banngli Bahasa Indonesia 5 (lima)/2 (dua) 2 X 35 menit
A. Standar Kompetensi 5. Mendengarkan Memehami cerita tentang suatu peristiwa dan cerita pendek anak yang disampaikan secara lisan B. Kompetensi Dasar Mengidentifikasi unsur cerita (tokoh, tema, latar, amanat) C. Tujuan Pembelajaran** Siswa dapat menjelaskan memahami dan menceritakan kembali isi cerita pendek dengan bahasa sendiri. Karakter siswa yang diharapkan : Dapat dipercaya ( Trustworthines), Rasa hormat dan perhatian ( respect ), Tekun ( diligence ), Tanggung jawab ( responsibility ) Berani ( courage ) dan Ketulusan ( Honesty ) D. Materi Ajar Cerita pendek anak E. Metode Pembelajaran Ceramah, Tanya jawab, latihan, penugasan, metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw F. Langkah-langkah Pembelajaran Kegiatan Awal No.
Peneliti/Guru
(1) 01.
(2) Membuka pelajaran dengan mengucapkan salam. Menginformasikan rencana pelajaran hari tersebut, yaitu pembelajaran memahami unsur intrinsik cerpen
02.
Siswa (3) Siswa bersama-sama memberi salam. Medengarkan dan mempersiapkan diri untuk mengikuti pembelajaran memahami unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran
(1)
03.
01.
02.
03.
(2) (3) melalui pembelajaran kooperatif tipe kooperatif tipe Jigsaw. Jigsaw. Mengapersepsi kelas dan Menyimak tujuan pembelajaran menyampaikan tujuan pembelajaran. disampaikan guru. Kegiatan Inti Eksplorasi: Memberikan penjelasan tentang unsurunsur yang terkandung dalam sebuah cerpen. Memberi peluang agar siswa bertanya apabila ada materi yang belum dipahami. Elaborasi: Menjelaskan unsur intrinsik cerpen dengan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
yang
Siswa mendengarkan penjelasan tentang unsur-unsur yang terkandung dalam sebuah cerpen. Siswa bertanya mengenai materi yang belum dipahami. Siswa menyimak penjelasan guru tentang . unsur intrinsik cerpen dengan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
04.
Memberikan tugas secara berkelompok Bekerja secara berkelompok membahas untuk menganalisis unsur-unsur unsur-unsur intrinsik cerpen. intrinsik cerpen. 05. Memberi bimbingan dan memantau Bekerja secara berkelompok membahas kerja kelompok siswa dalam unsur-unsur intrinsik cerpen. memahami isi unsur intrik cerpen. 06. Menugaskan untuk mepresentasikan Mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. hasil kerja kelompoknya. 07. Konfirmasi: Siswa menyimpulkan dan Guru bersama siswa menyimpulkan merefleksi pembelajaran memahami unsur hasil kegiatan pembelajaran dan intrinsik cerpen melalui pembelajaran mengadakan refleksi terhadap kegiatan kooperatif tipe Jigsaw yang pembelajaran memahami unsur telah dilaksanakan. intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang telah dilaksanakan. Kegiatan Akhir (1) (2) (3) No. Peneliti/Guru Siswa 01.
Memantau dan mengevaluasi. Dalam tahap ini guru mengetes dan memberikan nilai terhadap pemahaman materi pelajaran memahami unsur intrinsik cerpen melalui strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
Mengerjakan tes pemahaman materi pelajaran memahami unsur intrinsik cerpen melalui strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
(1) 02.
03.
(2) (3) Memberikan tugas untuk berlatih di Mencatat PR. rumah, agar siswa membaca cerpen yang lain. Menutup pembelajaran dengan salam. Mengucapkan salam.
G. Alat/Bahan/Sumber Belajar Buku Bina Bahasa Indonesia Kelas 5 B Penerbit umum dan Standar Isi 2006 H. Penilaian Teknik Penilaian
Indikator Pencapaian Siswa dapat mendengarkan pembaca cerita. Siswa dapat bertanya jawab tentang isi cerita yang di dengar
Tes Lisan dan tertulis
Bentuk Instrumen Lembar penilaian Produk
Contoh Instrumen Jelaskan tokoh-tokoh cerita dan sifat-sifatnya ! Tentukan latar cerita dengan mengutip kalimat atau paragraf yang mendukung ! Tentukan tema ceritanya ! Jelaskan amanat atau pesan yang terkandung dalam cerita ! Ceritakan kembali isi cerita dengan bahasa sendiri !
FORMAT KRITERIA PENILAIAN PRODUK ( HASIL DISKUSI ) No. 1.
Aspek Konsep
Kriteria * semua benar * sebagian besar benar * sebagian kecil benar * semua salah
Skor 4 3 2 1
PERFORMANSI No.
No
Aspek
Kriteria
Skor
1.
Pengetahuan
* Pengetahuan * kadang-kadang Pengetahuan * tidak Pengetahuan
4 2 1
2.
Praktek
* aktif Praktek * kadang-kadang aktif * tidak aktif
4 2 1
3.
Sikap
* Sikap * kadang-kadang Sikap * tidak Sikap
4 2 1
LEMBAR PENILAIAN Nama Siswa
Performan Pengetahuan
Praktek
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. CATATAN : Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.
Sikap
Produk
Jumlah Skor
Nilai
Kembang Merta, 15 April 2014 Mahasiswa Peneliti
Guru Mata Pelajaran
(Sang Made Mustika, S.Pd., SD) NIP. 19630412b198304 1 009
Mengetahui, Kepala SDN 2 Penglumbaran
(Nyoman Midangsi.S.Pd.M.Pd) NIP. 19640312 199303 2 007
(Komang Armoni) NPM. 10.8.03.51.31.1.5.2976
CERPEN SIKLUS I
Indahnya Persahabatan Betapa enak menjadi orang kaya. Semua serba ada. Segala keinginan terpenuhi. Karena semua tersedia. Seperti Tyas. Ia anak konglomerat. Berangkat dan pulang sekolah selalu diantar mobil mewah dengan supir pribadi. Meskipun demikian ia tidaklah sombong. Juga sikap orang tuanya. Mereka sangat ramah. Mereka tidak pilih-pilih dalam soal bergaul. Seperti pada kawan kawan Tyas yang datang ke rumahnya. Mereka menyambut seolah keluarga. Sehingga kawan-kawan banyak yang betah kalau main di rumah Tyas. Tyas sebenarnya mempunyai sahabat setia. Namanya Dwi. Rumahnya masih satu kelurahan dengan rumah Tyas. Hanya beda RT. Namun, sudah hampir dua minggu Dwi tidak main ke rumah Tyas. “Ke mana, ya,Ma, Dwi. Lama tidak muncul. Biasanya tiap hari ia tidak pernah absen. Selalu datang.” “Mungkin sakit!” jawab Mama. “Ih, iya, siapa tahu, ya, Ma? Kalau begitu nanti sore aku ingin menengoknya!” katanya bersemangat Sudah tiga kali pintu rumah Dwi diketuk Tyas. Tapi lama tak ada yang membuka. Kemudian Tyas menanyakan ke tetangga sebelah rumah Dwi. Ia mendapat keterangan bahwa Dwi sudah dua minggu ikut orang tuanya pulang ke desa. Menurut kabar, bapak Dwi di-PHK dari pekerjaannya. Rencananya mereka akan menjadi petani saja. Meskipun akhirnya mengorbankan kepentingan Dwi. Terpaksa Dwi tidak bisa melanjutkan sekolah lagi. “Oh, kasihan Dwi,” ucapnya dalam hati, Di rumah, Tyas tampak melamun. Ia memikirkan nasib sahabatnya itu. Setiap pulang sekolah ia selalu murung. “Ada apa, Yas? Kamu seperti tampak lesu. Tidak seperti biasa. Kalau pulang sekolah selalu tegar dan ceria!” Papa menegur “Dwi, Pa.” “Memangnya kenapa dengan sahabatmu itu. Sakitkah ia?” Tyas menggeleng. “Lantas!” Papa penasaran ingin tahu.
“Dwi sekarang sudah pindah rumah. Kata tetangganya ia ikut orang tuanya pulang ke desa. Kabarnya bapaknya di-PHK. Mereka katanya ingin menjadi petani saja”. Papa menatap wajah Tyas tampak tertegun seperti kurang percaya dengan omongan Tyas. “Kalau Papa tidak percaya, Tanya, deh, ke Pak RT atau ke tetangga sebelah!” ujarnya. “Lalu apa rencana kamu?” “Aku harap Papa bisa menolong Dwi!” “Maksudmu?” “Saya ingin Dwi bisa berkumpul kembali dengan aku!” Tyas memohon dengan agak mendesak. “Baiklah kalau begitu. Tapi, kamu harus mencari alamat Dwi di desa itu!” kata Papa. Dua hari kemudian Tyas baru berhasil memperoleh alamat rumah Dwi di desa. Ia merasa senang. Ini karena berkat pertolongan pemilik rumah yang pernah dikontrak keluarga Dwi. Kemudian Tyas bersama Papa datang ke rumah Dwi. Namun lokasi rumahnya masih masuk ke dalam. Bisa di tempuh dengan jalan kaki dua kilometer. Kedatangan kami disambut orang tua Dwi dan Dwi sendiri. Betapa gembira hati Dwi ketika bertemu dengan Tyas. Mereka berpelukan cukup lama untuk melepas rasa rindu. Semula Dwi agak kaget dengan kedatangan Tyas secara mendadak. Soalnya ia tidak memberi tahu lebih dulu kalau Tyas ingin berkunjung ke rumah Dwi di desa. “Sorry, ya, Yas. Aku tak sempat memberi tahu kamu!” “Ah, tidak apa-apa. Yang penting aku merasa gembira. Karena kita bisa berjumpa kembali!” Setelah omong-omong cukup lama, Papa menjelaskan tujuan kedatangannya kepada orang tua Dwi. Ternyata orang tua Dwi tidak keberatan, dan menyerahkan segala keputusan kepada Dwi sendiri. “Begini, Wi, kedatangan kami kemari, ingin mengajak kamu agar mau ikut kami ke Surabaya. Kami menganggap kamu itu sudah seperti keluarga kami sendiri. Gimana Wi, apakah kamu mau?” Tanya Papa. “Soal sekolah kamu,” lanjut Papa, “kamu tak usah khawatir. Segala biaya pendidikan kamu saya yang akan menanggung.” “Baiklah kalau memang Bapak dan Tyas menghendaki demikian, saya bersedia. Saya mengucapkan banyak terima kasih atas kebaikan Bapak yang mau membantu saya.” Kemudian Tyas bangkit dari tempat duduk lalu mendekat memeluk Dwi. Tampak mata Tyas berkaca-kaca. Karena merasa bahagia.Akhirnya mereka dapat berkumpul kembali. Ternyata mereka adalah sahabat sejati yang tak terpisahkan. Kini Dwi tinggal di rumah Tyas. Sementara
orang tuanya tetap di desa. Selain mengerjakan sawah, mereka juga merawat nenek Dwi yang sudah tua.
SOAL SIKLUS I 1. Sebutkanlah unsur-unsur intrinsik yang terdapat pada cerpen “Indahnya Persahabatan”!
JAWABAN SIKLUS I
Unsur Instrinsik : • Tema : Persahabatan • Tokoh : Tyas, Dwi, Papa Tyas, Dan Mama Tyas • Watak : Tyas : Suka Menolong Dwi : Tidak Mau Membebani Orang Lain Papa Tyas : Baik Hati Mama Tyas : Peduli • Alur : Maju • Latar : Tempat Rumah Dwi (Lama) Rumah Tyas Rumah Dwi (Di Desa). Waktu Siang Hari Suasana : Mengharukan • Sudut pandang : Orang Pertama • Amanat : Sebagai makluk tuhan kita harus saling tolong menolong Dan Berbagi kepada sesama
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS II Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Alokasi Waktu
: : : :
SDN 2 Penglumbaran Susut Banngli Bahasa Indonesia 5 (lima)/2 (dua) 2 X 35 menit
I. Standar Kompetensi 5. Mendengarkan Memehami cerita tentang suatu peristiwa dan cerita pendek anak yang disampaikan secara lisan J. Kompetensi Dasar Mengidentifikasi unsur cerita (tokoh, tema, latar, amanat) K. Tujuan Pembelajaran** Siswa dapat menjelaskan memahami dan menceritakan kembali isi cerita pendek dengan bahasa sendiri. Karakter siswa yang diharapkan : Dapat dipercaya ( Trustworthines), Rasa hormat dan perhatian ( respect ), Tekun ( diligence ), Tanggung jawab ( responsibility ) Berani ( courage ) dan Ketulusan ( Honesty ) L. Materi Ajar Cerita pendek anak M. Metode Pembelajaran Ceramah, Tanya jawab, latihan, penugasan, metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw N. Langkah-langkah Pembelajaran Kegiatan Awal No.
Peneliti/Guru
(1) 01.
(2) Membuka pelajaran dengan mengucapkan salam. Menginformasikan rencana pelajaran hari tersebut, yaitu pembelajaran memahami unsur intrinsik cerpen
02.
Siswa (3) Siswa bersama-sama memberi salam. Medengarkan dan mempersiapkan diri untuk mengikuti pembelajaran memahami unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran
(1)
03.
01.
02.
03.
(2) (3) melalui pembelajaran kooperatif tipe kooperatif tipe Jigsaw. Jigsaw. Mengapersepsi kelas dan Menyimak tujuan pembelajaran menyampaikan tujuan pembelajaran. disampaikan guru. Kegiatan Inti Eksplorasi: Memberikan penjelasan tentang unsurunsur yang terkandung dalam sebuah cerpen. Memberi peluang agar siswa bertanya apabila ada materi yang belum dipahami. Elaborasi: Menjelaskan unsur intrinsik cerpen dengan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
yang
Siswa mendengarkan penjelasan tentang unsur-unsur yang terkandung dalam sebuah cerpen. Siswa bertanya mengenai materi yang belum dipahami. Siswa menyimak penjelasan guru tentang . unsur intrinsik cerpen dengan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
04.
Memberikan tugas secara berkelompok Bekerja secara berkelompok membahas untuk menganalisis unsur-unsur unsur-unsur intrinsik cerpen. intrinsik cerpen. 05. Memberi bimbingan dan memantau Bekerja secara berkelompok membahas kerja kelompok siswa dalam unsur-unsur intrinsik cerpen. memahami isi unsur intrik cerpen. 06. Menugaskan untuk mepresentasikan Mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. hasil kerja kelompoknya. 07. Konfirmasi: Siswa menyimpulkan dan Guru bersama siswa menyimpulkan merefleksi pembelajaran memahami unsur hasil kegiatan pembelajaran dan intrinsik cerpen melalui pembelajaran mengadakan refleksi terhadap kegiatan kooperatif tipe Jigsaw yang pembelajaran memahami unsur telah dilaksanakan. intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang telah dilaksanakan. Kegiatan Akhir (1) (2) (3) No. Peneliti/Guru Siswa 01.
Memantau dan mengevaluasi. Dalam tahap ini guru mengetes dan memberikan nilai terhadap pemahaman materi pelajaran memahami unsur intrinsik cerpen melalui strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
Mengerjakan tes pemahaman materi pelajaran memahami unsur intrinsik cerpen melalui strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
(1) 02.
03.
(2) (3) Memberikan tugas untuk berlatih di Mencatat PR. rumah, agar siswa membaca cerpen yang lain. Menutup pembelajaran dengan salam. Mengucapkan salam.
O. Alat/Bahan/Sumber Belajar Buku Bina Bahasa Indonesia Kelas 5 B Penerbit umum dan Standar Isi 2006 P. Penilaian Teknik Penilaian
Indikator Pencapaian Siswa dapat mendengarkan pembaca cerita. Siswa dapat bertanya jawab tentang isi cerita yang di dengar
Tes Lisan dan tertulis
Bentuk Instrumen Lembar penilaian Produk
Contoh Instrumen Jelaskan tokoh-tokoh cerita dan sifat-sifatnya ! Tentukan latar cerita dengan mengutip kalimat atau paragraf yang mendukung ! Tentukan tema ceritanya ! Jelaskan amanat atau pesan yang terkandung dalam cerita ! Ceritakan kembali isi cerita dengan bahasa sendiri !
FORMAT KRITERIA PENILAIAN PRODUK ( HASIL DISKUSI ) No. 1.
Aspek Konsep
Kriteria * semua benar * sebagian besar benar * sebagian kecil benar * semua salah
Skor 4 3 2 1
PERFORMANSI No.
No
Aspek
Kriteria
Skor
1.
Pengetahuan
* Pengetahuan * kadang-kadang Pengetahuan * tidak Pengetahuan
4 2 1
2.
Praktek
* aktif Praktek * kadang-kadang aktif * tidak aktif
4 2 1
3.
Sikap
* Sikap * kadang-kadang Sikap * tidak Sikap
4 2 1
LEMBAR PENILAIAN Nama Siswa
Performan Pengetahuan
Praktek
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. CATATAN : Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.
Sikap
Produk
Jumlah Skor
Nilai
Kembang Merta, 22 April 2014 Mahasiswa Peneliti
Guru Mata Pelajaran
(Sang Made Mustika, S.Pd., SD) NIP. 19630412b198304 1 009
Mengetahui, Kepala SDN 2 Penglumbaran
(Nyoman Midangsi.S.Pd.M.Pd) NIP. 19640312 199303 2 007
(Komang Armoni) NPM. 10.8.03.51.31.1.5.2976
CERPEN SIKLUS II LIANG HARIMAU Gus tf Sakai Karena pagi buta, tak ada yang tahu bagaimana peristiwa sebenarnya. Tapi seorang wartawan, yang mengutip keterangan polisi, menulis berita begini: ”… Pembunuhan itu terjadi sekitar pukul 05.00. Sadim baru bangun tidur dan tiba-tiba menusuk Rasikun. Dalam berita acara pemeriksaan oleh polisi disebutkan, Sadim kalap dan menusuk si majikan karena persoalan upah. Masih menurut polisi, Sadim, warga Kampung Cibeo, Desa Kanekes, Kabupaten Lebak, itu marah karena Rasikun menolak memberikan upah yang ia minta.” Dan hari ini, enam bulan kemudian, untuk kesekian kalinya Sadim digiring ke ruang sidang. Seperti sidang-sidang lalu, wajah Sadim masih tampak terheran-heran, celingukan mencari-cari, atau kadang bagai termangu. Dan pakaian putih-putihnya yang lusuh—terlihat nyaris cokelat karena bekas-bekas tanah yang tak mau hilang; cara duduknya yang aneh—membungkuk dalam dengan dua tangan jatuh telentang bagai ditampungkan di pangkuan, melengkapkan kesan lelaki 40-an tahun yang menyebut diri urang Rawayan itu seolah tak berada di dalam ruang sidang.Dan memang, sebenarnyalah, Sadim tidak sedang berada di dalam ruang sidang.Ia berada pada suatu tempat dalam pikirannya: Liang Harimau. Liang Harimau, atau dalam bahasa urang Rawayan disebut Liang Maung, terletak di kaki Gunung Rorongocongok. Merupakan hutan lindung yang tak boleh dirambah, tetapi entah bagaimana Rasikun bisa memiliki sebidang tanah sangat luas lalu membuka ladang di sana. Dan Sadim, yang telah dua tahun ini bekerja serabutan di kampung-kampung sekitar, pun menerima kontrak kerja dari Rasikun. Dengan upah empat liter beras perhari, setiap dinihari, dari rumah si majikan, Sadim berangkat ke Liang Harimau. Sebetulnya, berat bagi Sadim menerima pekerjaan itu. Bukan karena luas atau liarnya hutan yang harus dirambah, tetapi karena Liang Harimau bagi mereka urang-urang Rawayan adalah salah satu hutan yang dipercayai sebagai tempat bersemayamnya ruh nenek moyang. Orang-orang luar tangtu (kampung) seperti Rasikun mungkin hanya mengenal lokasi itu sebagai ”angker”, tetapi bagi urang-urang Rawayan Liang Harimau adalah tempat ruh nenek moyang turun bermain setelah hidup abadi di lemah bodas (surga). Tanpa harus ditegur Puun atau Kepala Adat pun, takkan ada urang Rawayan yang berani sembarangan ke—apalagi ”mengganggu” di—Liang Harimau. Tetapi begitulah, betapa sulitnya memperoleh pekerjaan. Sejak tanah humanya mulai tandus dan hasil panennya tak pernah lagi cukup pengisi leuit atau lumbung padi keluarga, Sadim terpaksa mencari kerja ke tangtu atau kampung-kampung luar untuk mendapat tambahan atau upah apa saja. Kadang, melihat sawah atau tanah kampung-kampung luar yang seperti bisa ditanami selamanya, ia berpikir dan kemudian heran, kenapa adatnya tak membolehkan urang-urang Rawayan memakai apa yang disebut orang-orang kampung luar sebagai pupuk? Dan juga, kenapa para leluhur tak membolehkan mereka bertanam padi dengan cara bersawah? Ah, larangan-larangan itu: tak boleh merokok, mandi menggunakan sabun, memiliki alat rumah tangga yang terbuat dari barang pecah-belah; dilarang memelihara hewan berkaki empat kecuali anjing; dilarang tidur berbantal dan bertikar, memakai pici, naik kendaraan…. Tetapi, larangan dari Rasikun, sungguh di luar perkiraan Sadim.
Tiga hari sebelum pembunuhan itu, Sadim dikunjungi saudaranya dari Cibeo yang khusus datang ke rumah Rasikun mengabarkan bahwa orang-orang kampungnya akan menggelar upacara Ngasep Serang. Inilah upacara adat sangat penting, upacara membakar lahan sebelum musim tanam, yang harus diikuti oleh segenap warga urang Rawayan. Bagi Sadim, larangan-larangan atau pantangan-pantangan lain yang sangat banyak itu—dengan mencuri-curi—masih bisa dirinya langgar. Tetapi upacara Ngasep Serang, bahkan andai tak diwajibkan hadir pun, sungguh Sadim tak berani. ”Ngasep Serang? Upacara apa itu?” tanya Rasikun, dalam bahasa Sunda bercampur Rawayan, ketika Sadim minta izin tak berangkat kerja ke Liang Harimau, nanti, di hari upacara, karena harus pulang ke Cibeo. Sadim pun menerangkan. Entah karena memang kurang peduli, atau entah karena Sadim menerangkan dengan banyak kata dan istilah dalam bahasa Rawayan, Rasikun tak begitu mengerti. Tapi dengan tahu bahwa Ngasep Serang adalah semacam upacara agar tanaman urang Rawayan nantinya berhasil baik dan diberkati Sahiyang Tunggal (Tuhan), Rasikun merasa cukup. Memang Sadim menyebut-nyebut Girang Puun, puun tertua, Jaro Tangtu, jaro pengurus masalah-masalah adat, Tangkesan, pembantu Puun yang mengurus masalah pertanian, dan Dukun dan Penujum yang mengurus masalah keagamaan dan upacara-upacara adat, tetapi bukankah Sadim tidak salah seorang dari mereka? ”Kalau kau tak ada, Sadim, bukankah upacara itu tetap terselenggara?” tanya Rasikun. Sadim bingung. Diam, tak bisa menjawab. ”Kau tak boleh pulang. Ladang di Liang Harimau sudah harus bisa ditanam sebelum musim hujan.” Dan hari itu, Sadim berangkat kerja ke Liang Harimau dengan hati gundah. Di sepanjang jalan, ia terbayang leuit yang kosong. Juga tanah huma yang tandus. Ketakhadirannya di Ngasep Serang tak hanya akan membuat tanah dan tanaman marah, tetapi, seperti pernah dibilang Penujum, ”Seluruh alam dan isinya bakal melawan, jadi musuh urang, mengincar di kala sempat.” Mengincar? Sebelum pulang, senja itu, Sadim merasa ada sepasang mata mengawasinya. Saat ia menoleh ke seberang sungai—sungai kecil yang meliuk mengalir dari pinggang Gunung Rorongocongok sekaligus pembatas tanah Rasikun, Sadim terkejut: seekor harimau! Seekor harimau menatap nanap ke arahnya! Sadim pulang dengan menggigil. Ketakutan. Saat ia ceritakan kepada Rasikun, si majikan tertawa seraya bilang tentu saja wajar di hutan selebat itu hidup bermacam binatang buas termasuk harimau. ”Kau tahu, mereka tak bakal mengganggu, takkan melakukan apa-apa sepanjang kita juga tak mengganggu mereka,” tambah Rasikun. Tetapi, besoknya, senja juga, Sadim kembali mendapati si harimau ada di sana. Menatap, bukan hanya nanap—tetapi kini bagai mengancam, ke arahnya. Sungai itu … sungai kecil itu, tidakkah bisa saja dilompati olehnya? Saat pulang, Sadim merasa harimau itu mengikutinya. Dan lalu, besoknya, pembunuhan itu terjadi, di pagi buta. Dan begitulah hari ini, enam bulan kemudian, untuk kesekian kalinya Sadim berada di ruang sidang. Dan seperti sidang-sidang lalu, majelis hakim kembali tampak seolah kebingungan, kehilangan akal, mendapati jawaban Sadim yang bagai tak nyambung, tak runut, bahkan tak sesuai dengan berita acara pemeriksaan. ”Nu maneh tempo harita teh saha (dulu, yang kau lihat itu siapa),” tanya Kepala Desa Kanekes menerjemahkan pertanyaan Ketua Majelis Hakim tentang siapa yang ditusuk Sadim sekitar pukul 05.00 enam bulan lalu itu.
”Maung (harimau),” jawab Sadim, lirih ….
SOAL SIKLUS II 1. Sebutkanlah unsur-unsur intrinsik yang terdapat pada cerpen “Liang Harimau”!
Jawaban siklus II Unsur intrinsik : 1. Tema : PEMBUNUHAN 2. Sudut Pandang : Orang Ketiga 3. Amanat : perlakukanlah orang sebaik mungkin 4. Alur : campuran klimaks : . Sadim baru bangun tidur dan tiba-tiba menusuk Rasikun. Dalam berita acara pemeriksaan oleh polisi disebutkan, Sadim kalap dan menusuk si majikan karena persoalan upah. Masih menurut polisi, Sadim, warga Kampung Cibeo, Desa Kanekes, Kabupaten Lebak, itu marah karena Rasikun menolak memberikan upah yang ia minta.” 5 : Latar: Hutan , Rumah Rasikin , ruang sidang 6.Penokohan: Rasikin : egois ,sombong Sadim : Jujur
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS III Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Alokasi Waktu
: : : :
SDN 2 Penglumbaran Susut Banngli Bahasa Indonesia 5 (lima)/2 (dua) 2 X 35 menit
Q. Standar Kompetensi 5. Mendengarkan Memehami cerita tentang suatu peristiwa dan cerita pendek anak yang disampaikan secara lisan R. Kompetensi Dasar Mengidentifikasi unsur cerita (tokoh, tema, latar, amanat) S. Tujuan Pembelajaran** Siswa dapat menjelaskan memahami dan menceritakan kembali isi cerita pendek dengan bahasa sendiri. Karakter siswa yang diharapkan : Dapat dipercaya ( Trustworthines), Rasa hormat dan perhatian ( respect ), Tekun ( diligence ), Tanggung jawab ( responsibility ) Berani ( courage ) dan Ketulusan ( Honesty ) T. Materi Ajar Cerita pendek anak U. Metode Pembelajaran Ceramah, Tanya jawab, latihan, penugasan, metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw V. Langkah-langkah Pembelajaran Kegiatan Awal No.
Peneliti/Guru
(1) 01.
(2) Membuka pelajaran dengan mengucapkan salam. Menginformasikan rencana pelajaran hari tersebut, yaitu pembelajaran memahami unsur intrinsik cerpen
02.
Siswa (3) Siswa bersama-sama memberi salam. Medengarkan dan mempersiapkan diri untuk mengikuti pembelajaran memahami unsur intrinsik cerpen melalui pembelajaran
(1)
03.
01.
02.
03.
(2) (3) melalui pembelajaran kooperatif tipe kooperatif tipe Jigsaw. Jigsaw. Mengapersepsi kelas dan Menyimak tujuan pembelajaran menyampaikan tujuan pembelajaran. disampaikan guru. Kegiatan Inti Eksplorasi: Memberikan penjelasan tentang unsurunsur yang terkandung dalam sebuah cerpen. Memberi peluang agar siswa bertanya apabila ada materi yang belum dipahami. Elaborasi: Menjelaskan unsur intrinsik cerpen dengan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
yang
Siswa mendengarkan penjelasan tentang unsur-unsur yang terkandung dalam sebuah cerpen. Siswa bertanya mengenai materi yang belum dipahami. Siswa menyimak penjelasan guru tentang . unsur intrinsik cerpen dengan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
04.
Memberikan tugas secara berkelompok Bekerja secara berkelompok membahas untuk menganalisis unsur-unsur unsur-unsur intrinsik cerpen. intrinsik cerpen. 05. Memberi bimbingan dan memantau Bekerja secara berkelompok membahas kerja kelompok siswa dalam unsur-unsur intrinsik cerpen. memahami isi unsur intrik cerpen. 06. Menugaskan untuk mepresentasikan Mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. hasil kerja kelompoknya. 07. Konfirmasi: Siswa menyimpulkan dan Guru bersama siswa menyimpulkan merefleksi pembelajaran memahami unsur hasil kegiatan pembelajaran dan intrinsik cerpen melalui pembelajaran mengadakan refleksi terhadap kegiatan kooperatif tipe Jigsaw yang pembelajaran memahami unsur telah dilaksanakan. intrinsik cerpen melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang telah dilaksanakan. Kegiatan Akhir (1) (2) (3) No. Peneliti/Guru Siswa 01.
Memantau dan mengevaluasi. Dalam tahap ini guru mengetes dan memberikan nilai terhadap pemahaman materi pelajaran memahami unsur intrinsik cerpen melalui strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
Mengerjakan tes pemahaman materi pelajaran memahami unsur intrinsik cerpen melalui strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
(1) 02.
03.
(2) (3) Memberikan tugas untuk berlatih di Mencatat PR. rumah, agar siswa membaca cerpen yang lain. Menutup pembelajaran dengan salam. Mengucapkan salam.
W. Alat/Bahan/Sumber Belajar Buku Bina Bahasa Indonesia Kelas 5 B Penerbit umum dan Standar Isi 2006 X. Penilaian Teknik Penilaian
Indikator Pencapaian Siswa dapat mendengarkan pembaca cerita. Siswa dapat bertanya jawab tentang isi cerita yang di dengar
Tes Lisan dan tertulis
Bentuk Instrumen Lembar penilaian Produk
Contoh Instrumen Jelaskan tokoh-tokoh cerita dan sifat-sifatnya ! Tentukan latar cerita dengan mengutip kalimat atau paragraf yang mendukung ! Tentukan tema ceritanya ! Jelaskan amanat atau pesan yang terkandung dalam cerita ! Ceritakan kembali isi cerita dengan bahasa sendiri !
FORMAT KRITERIA PENILAIAN PRODUK ( HASIL DISKUSI ) No. 1.
Aspek Konsep
Kriteria * semua benar * sebagian besar benar * sebagian kecil benar * semua salah
Skor 4 3 2 1
PERFORMANSI No.
No
Aspek
Kriteria
Skor
1.
Pengetahuan
* Pengetahuan * kadang-kadang Pengetahuan * tidak Pengetahuan
4 2 1
2.
Praktek
* aktif Praktek * kadang-kadang aktif * tidak aktif
4 2 1
3.
Sikap
* Sikap * kadang-kadang Sikap * tidak Sikap
4 2 1
LEMBAR PENILAIAN Nama Siswa
Performan Pengetahuan
Praktek
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. CATATAN : Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.
Sikap
Produk
Jumlah Skor
Nilai
Guru Mata Pelajaran
Kembang Merta, 29 April 2014 Mahasiswa Peneliti
(Sang Made Mustika, S.Pd., SD) NIP. 19630412b198304 1 009
(I Gst. Ayu Adhi Yustika A.J) NPM. 10.8.03.51.31.1.5.2976
Mengetahui, Kepala SDN 2 Penglumbaran
(Nyoman Midangsi.S.Pd.M.Pd) NIP. 19640312 199303 2 007
Cerpen Siklus III
9 Fiction Saya mempunyai beberapa teman sekelas yaitu, Afif , Cepy , Gery , Rifki , Irfan dan Riki. Pada hari Kamis itu kami mendapat tugas dari seorang guru IPA untuk membuat percobaan tentang Bioteknologi, tetapi kami tidak mengerjakannya pada hari itu! karna kami mempunyai kesibukan masing-masing jadi kami mengerjakannya pada hari rabu pulang sekolah minggu depannya dan itu pun dilaksanakan bersamaan dengan latihan menari. Pada awalnya kami akan latihan menari dulu di Sekolah tetapi karna ada teman kami yang merayakan ulang tahun Rizal(teman satu sekolah kami) jadi kami ikut merayakannya walaupun sebenarnya kami hanya ingin merasakan kue ulang tahunnya, kebanyakan dari kami hanya memakan kue dan lupa member ucapan selamat terhadap Rizal. Karna keasyikan kami lupa untuk latihan menari, jadi kami buru buru pergi ke rumah Gery untuk berlatih tetapi Afif tidak ikut karna ada urusan. Sesampainya dirumah Gery kami beristirahat dulu sejenak sambil menunggu Rifki dan Irfan yang kalah cepat oleh kami, Gery pun datang dan membawakan seikat pisang dan sebotol air dingin, Tidak lama Rifki dan Irfan pun datang kami pun menikmati makanan itu dengan lahap. Pada saat menikamati makanan itu RIfki mendapat Telepon dari Afif yang ternyata ingin dijemput didepan komplek karna akan ikut kerja kelompok , karna jarak dari rumah Gery menuju depan komplek jauh jadi kami memutuskan untuk menjemput Afif dan pergi ke rumah Rifki yang jaraknya agak dekat dari depan komplek. Pada saat diperjalanan saya hampir jatuh dari motor karna jalannya yang berlumpur karna terkena air hujan, tetapi karna keahlian saya mengnedarai motor saya tidak jadi jatuh. Sesampainya di rumah Rifki bersama Afif kami pun beristirahat kembali di kamar Rifki yang ada di atas kami pun bercakap-cakap dan ada seseorang yang bicara kepada RIfki ingin memakan sesuatu, Tidak lama Rifki pun memanggil Ibunya yang ada di bawah dengan logat sundanya yang khas” Mah ieu rerencangan hoyong tuang”, Gery pun berkata “Padahal sakalian jeung fanta-na”, Rifki pun berteriak lagi “Sakalian jeung Fantana cenah”, Kami pun tertawa karna sebenarnya kami hanya bercanda. Kami pun pergi kebawah untuk berlatih ,tidak lama Ibu Rifki dating membawa makanan ,Kami hanya tersenyum malu karna pada walnya kami hanya bercanda. latihan pun berjalan tidak terlalu baik karna kami tidak hafal gerakannya. tiba tiba hujan turun ,kami pun kaget karna kami belum mengerjakan tugas Bioteknologi,terutama Afif karna ia juga harus les, jadi pada saat hujan mereda
kami mengantar Afif untuk les dan lekas pergi ke rumah kenalan Rifki yang mempunyai usaha membuat Roti rumahan untuk meminta bantuan. Pada saat diperjalanan hujan pun turun kembali kami akhirnya berteduh di sebuah saung yang tidak jauh dari tempat pembuat roti. Rifki dan Irfan memutuskan untuk pergi ke rumah pembuat roti itu agar tugas cepat selesai jadi saya , Cepy , Gery dan Riki pun menunggu di saung yang juga adalah tempat ronda,. setelah beberapa menit Rifki dan Irfan pun keluar menghampiri kami pada saat hujan gerimis ,kami menyangka semuanya telah selesai ternyata masih ada proses untuk meng-oven roti,ternyata dirumah itu hanya membuat adonan saja dan nanti akan di oven di toko kecil yang agak jauh dari tempat itu.kami pun pergi walau hujan gerimis,pada saat sampai di took Rifki mengusulkan agar roti dibentuk kata kata 9F kami pun setuju ,tetapi Riki mengusulkan kata kata 9Fiction yang artinya 9 Fiksi saya tidak tau mengapa ia ingin kata kata itu tetapi kami menyetujuinya, karna Rifki takut hujan semakin membesar ia menyuruh kami untuk pulang dan sisanya ia yang mengerjakan,kami pun menyetujuinya karna memang langit semakin gelap. Keesokan harinya kami menyerahkan roti yang berbentuk 9-FICTIONsebagai hasil dari tugas yang diberikan kepada kami. akhirnya kami mendapat nilai tertinggi dari Guru atas hasil karya kami…..
SOAL SIKLUS III 1. Sebutkanlah unsur-unsur intrinsik yang terdapat pada cerpen “9 fiction”!
Jawaban Siklus III Unsur intrinsik : 1.Tema : Usaha , Pertemanan 2. Sudut Pandang : orang pertama 3. Amanat : kebersamaan adalah hal yang paling indah. 4. Alur : maju perkenalan : Saya mempunyai beberapa teman sekelas yaitu, Afif , Cepy , Gery , Rifki , Irfan dan Riki. penampilan masalah : kami tidak mengerjakannya pada hari itu! karna kami mempunyai kesibukan masing-masing Klimaks : lupa untuk latihan menari, jadi kami buru buru pergi… anti klimaks : Sesampainya dirumah Gery kami beristirahat dulu sejenak sambil menunggu Rifki dan Irfan yang kalah cepat oleh kami klimaks: RIfki mendapat Telepon dari Afif yang ternyata ingin dijemput didepan komplek karna akan ikut kerja kelompok anti klimaks: beristirahat kembali di kamar Rifki yang ada di atas kami pun bercakap-cakap penyelsaian : Keesokan harinya kami menyerahkan roti yang berbentuk 9-FICTION sebagai hasil dari tugas yang diberikan kepada kami. akhirnya kami mendapat nilai tertinggi dari Guru atas hasil karya kami….. 5. Latar : sekolah , rumah Rifki , Rumah Gery 6. Penokohan : afif : Baik Aughy : Baik Cepy : Baik Gery : Baik Irfan : Baik Rifki : Baik dan Humoris Riki : Baik
RIWAYAT HIDUP Komang Armoni dilahirkan di Sangsit pada tanggal 14 Agustus 1992 merupakan anak ke 3 dari pasangan Wayan Sariawan dengan Made Natri. Menamatkan Sekolah Dasar di SD Negeri No. 4 Sangsit pada tahun 2004. pada tahun yang sama melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 2 Sawan hingga tamat tahun 2007. Tahun itu pula
melanjutkan
Sekolah
Menengah
Kejuruan di SMK Negeri 1 Singaraja dan tamat tahun 2010. Pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan di Universitas Mahasaraswati (UNMAS) Denpasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Sarjana Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia hingga tamat tahun 2014.
Mahasiswa menjelaskan materi tentang pengertian dan unsur-unsur intrinsik cerpen.
Mahasiswa menjelaskan materi tentang pengertian dan unsur-unsur intrinsik cerpen.
Siswa mengamati serta mencatat materi yang telah dijelaskan oleh mahasiswa.
Siswa mengamati serta mencatat materi yang telah dijelaskan oleh mahasiswa.
Mahasiswa membagi siswa atas beberapa kelompok
Mahasiswa didampingi guru pamong mengamati siswa berdiskusi kelompok