perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ISI BACAAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI PEMBELAJARAN MEMBACA CERDAS PADA SISWA TUNAGRAHITA KELAS III SLB ABCD TUNAS PEMBANGUNAN I NOGOSARI BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh: GIMER SUYATNO X.5211004
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit user JULI, to 2012
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Gimer Suyatno. ”UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ISI BACAAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI PEMBELAJARAN MEMBACA CERDAS PADA SISWA TUNAGRAHITA KELAS III SLB ABCD TUNAS PEMBANGUNAN I NOGOSARI BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2011/2012”. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Juli 2012. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia melalui pembelajaran membaca cerdas pada siswa tunagrahita kelas III SLB ABCD Tunas Pembangunan I Nogosari Boyolali tahun pelajaran 2011/2012. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa tunagrahita kelas III semester II SLB Tunas Pembangunan I Nogosari Boyolali tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 4 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi untuk mengamati aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran kemampuan memahami isi bacaan melalui pembelajaran membaca cerdas, dokumentasi untuk memperoleh data kemampuan memahami isi bacaan awal, sedangkan tes digunakan untuk memperoleh data kemampuan memahami isi bacaan siklus I dan II. Teknik analisis data digunakan analisis deskriptif komparatif, yakni dengan membandingkan kemampuan memahami isi bacaan antarsiklus, yang dianalisis adalah kemampuan memahami isi bacaan siswa sebelum melalui pembelajaran membaca cerdas dan kemampuan memahami isi bacaan siswa setelah melalui pembelajaran membaca cerdas sebanyak dua siklus. Hasil penelitian data awal nilai kemampuan memahami isi bacaan, diketahui nilai rerata sebesar 50,00. Seluruh siswa mendapat nilai kurang dari 60,00 dan belum ada yang tuntas. Hasil tes pada siklus I, diketahui rerata nilai kemampuan memahami isi bacaan sebesar 60,00, ketuntasan secara klasikal telah mencapai 75,00%. Hasil tes pada siklus II, diketahui rerata nilai kemampuan memahami isi bacaan sebesar 67,50, seluruh siswa siswa mendapat nilai 60,00 atau lebih (tuntas belajarnya). Ketuntasan secara klasikal telah mencapai 100,00%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran membaca cerdas dapat meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa tunagrahita kelas III SLB ABCD Tunas Pembangunan I Nogosari Boyolali tahun pelajaran 2011/2012. Kata kunci: kemampuan memahami isi bacaan, pembelajaran membaca cerdas, siswa tunagrahita. commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Gimer Suyatno. ”AN EFFORT TO INCREASE THE ABILITY TO COMPREHEND THE CONTENT OF READING TEXT IN TEACHING INDONESIAN THROUGH SMART READING TEACHING ON THE MENTALLY RETARDED CLASS III SLB ABCD TUNAS PEMBANGUNAN I NOGOSARI BOYOLALI IN THE SCHOOL YEAR 2011/2012”. Skripsi, Surakarta: The Faculty of Teacher Training and Science Education, Sebelas Maret University, Jule, 2012. The aim of this study is to increase the ability to comprehend the content of reading text in teaching Indonesian through smart reading teaching on the mentally retarded class III SLB ABCD Tunas Pembangunan I Nogosari Boyolali in the school year 2011/2012. The approach used in this study is Class Action Research (CAR). It is a study done by teacher in the class where he teaches by stressing on perfectness or increasing practice and process in teaching Indonesian. The subject of this study is all of elementary class III students semester II in SLB Tunas Pembangunan I Nogosari Boyolali in the school year 2011/2012 that consisting of 4 students. This study uses observation as the technique to collect the data. It observes the teacher’s activity and the students’ activity in studying the ability to comprehend the content of reading text through smart reading teaching. Documentation is used to get the data of the early ability to comprehend the content of reading text, while the test is used to get the data of the ability to comprehend the content of reading text in the cycles I and II. To analyze the data this sudy uses descriptive comparative analysis, that is by comparing the ability to comprehend the content of reading text inter-cycles. The data being analyzed are the ability to comprehend the content of reading text before applying smart reading teaching and the ability to comprehend the content of reading text after applying smart reading teaching, two cycles . From the early data about the value of ability to comprehend the content of reading text, the result of this study shows that the average value is 50.00. All of the students get value less than 60.00, so no one passes. The result of the test in the cycle I shows that the average value to comprehend the content of reading text is 60.00, so the classical exhaustiveness has reached 75.00%. The result of the test in the cycle II shows that the average value to comprehend the content of reading text is 67.50, all of the students get value 60.00 or more. (It’s better than before.) So the classical exhaustiveness has reached 100.00%. Based on the result of this study, it can be concluded that smart reading teaching can increase the ability to comprehend the content of reading text in teaching Indonesian on the mentally retarded class III SLB ABCD Tunas Pembangunan I Nogosari Boyolali in the school year 2011/2012. Key words: the ability to comprehend the content of reading text, smart reading commit to user teaching, mentally retarded. v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyeru kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah ... “ (Q.S. Ali Imron: 110).
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Skripsi
ini
kupersembahkan
kepada: - Istri tercinta. - Anak-anak tersayang. - Rekan-rekan PLB FKIP UNS. - Murid-murid yang kusayangi. - Almamater. commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT., atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Luar Biasa, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian penulisan penelitian tindakan kelas ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan-kesulitan yang timbul dapat diatasi. Untuk itu, atas segala bentuk bantuan yang telah diberikan, penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si., atas nama Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian. 2. Drs. R. Indianto, M.Pd., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas. 3. Drs. Hermawan, M.Si, Ketua Program Studi Pendidikan Luar Biasa yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi. 4. Drs. Maryadi, M.Ag., selaku pembimbing I yang telah memberikan petunjuk kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. 5. Dewi Sri Rejeki, S.Pd.,M.Pd., selaku pembimbing II yang dengan sabar telah memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 6. Sugimin, S.Pd., Kepala SLB Tunas Pembangunan I Nogosari Boyolali yang telah memberikan ijin tempat penelitian dan informasi yang dibutuhkan penulis. 7. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian commit to user tindakan kelas ini. viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih ada kekurangan, karena keterbatasan pengetahuan yang ada dan tentu hasilnya juga masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu segala saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga kebaikan Bapak, Ibu, mendapat pahala dari Allah SWT., dan menjadi amal kebaikan yang tiada putus-putusnya dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Surakarta,
Juli 2012
Penulis
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL .......................................................................................
i
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................
ii
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................
iii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................
v
HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................
v
HALAMAN ABSTRAK .................................................................................
vi
HALAMAN ABSTRACT ...............................................................................
vii
HALAMAN MOTTO .....................................................................................
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................
ix
KATA PENGANTAR .....................................................................................
x
DAFTAR ISI ...................................................................................................
ii
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
xv
DAFTAR GRAFIK .........................................................................................
xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvii BAB I.
PENDAHULUAN ..........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ...........................................................
1
B. Rumusan Masalah .....................................................................
4
C. Tujuan Penelitian ......................................................................
4
D. Manfaat Penelitian ....................................................................
4
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ......................................................................
6
A. Kajian Pustaka ...........................................................................
6
1. Tinjauan tentang Anak Tunagrahita ...................................
6
2. Tinjauan tentang Kemampuan Memahami Isi Bacaan .......
12
3. Tinjauan tentang Membaca Cerdas ....................................
15
B. Kerangka Berpikir......................................................................
24
C. Hipotesis Tindakan .................................................................... commit to user
25
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Halaman BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................
26
A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................
26
B. Subyek Penelitian ......................................................................
27
C. Data dan Sumber Data ..............................................................
27
D. Pengumpulan Data ....................................................................
27
E. Uji Validitas Data .....................................................................
31
F. Analisis Data .............................................................................
33
G. Indikator Kinerja Penelitian.......................................................
33
H. Prosedur Penelitian ...................................................................
33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...............................
37
A. Deskripsi Pratindakan ................................................................
37
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus .....................................
38
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus ...............................
49
D. Pembahaan ................................................................................
52
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN......................................
54
A. Simpulan ....................................................................................
54
B. Implikasi......................................................................................
54
C. Saran ...........................................................................................
55
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
56
LAMPIRAN-LAMPIRAN...............................................................................
58
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.
Jadwal Kegiatan Penelitian .............................................................
26
Tabel 2. Daftar Siswa Tunagrahita Kelas III SLB Tunas Pembangunan I Nogosari Boyolali sebagai Subyek Penelitian.................................
27
Tabel 3. Kemampuan Memahami Isi Bacaan Siswa Tunagrahita Kelas III SLB ABCD Tunas Pembangunan I Nogosari Boyolali pada Kondisi Awal ..................................................................................
37
Tabel 4. Kemampuan Memahami Isi Bacaan Siswa Tunagrahita Kelas III SLB ABCD Tunas Pembangunan I Nogosari Boyolali pada Siklus I ............................................................................................
42
Tabel 5. Kemampuan Memahami Isi bacaan Siswa Tunagrahita Kelas III SLB ABCD Tunas Pembangunan I Nogosari Boyolali pada Siklus II ...........................................................................................
47
Tabel 6. Kemampuan Memahami Isi Bacaan Setiap Siklus Melalui Pembelajaran Membaca Cerdas .......................................................
50
Tabel 7. Peningkatan Kemampuan Memahami Isi Bacaan Setiap Siklus ....
51
Tabel 8.
51
Peningkatan Kemampuan memahami isi bacaan Setiap Siklus .....
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR BAGAN Halaman Bagan 1. Kerangka Berpikir ...........................................................................
24
Bagan 2. Alur Penelitian Tindakan Kelas ......................................................
36
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GRAFIK Halaman Grafik 1.
Kemampuan Mehamai Isi Bacaan pada Kondisi Awal ................
38
Grafik 2.
Kemampuan Mehamai Isi Bacaan pada Siklus I ..........................
42
Grafik 3.
Kemampuan Mehamai Isi Bacaan pada Siklus II .........................
48
Grafik 4. Peningkatan Kemampuan Memahami Isi Bacaan Melalui Pembelajaran Membaca Cerdas ....................................................
51
Grafik 5. Peningkatan Kemampuan Memahami Isi Bacaan Setiap Siklus ...
51
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1.
Jadwal Kegiatan Penelitian.......................................................
Lampiran 2.
Silabus ......................................................................................
59
Lampiran 3.
Kisi-kisi Soal Tes Bahasa Indonesia Kelas D III/C SLB ABCD TP 1 Nogosari Boyolali ................................................
60
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) .............................
61
Lampiran 5. Lembar Pengamatan Proses, Psikomotor, Perilaku Berkarakter, Keterampilan Sosial ...........................................................
68
Lampiran 6. Kemampuan Memahami Isi Bacaan Siswa Tunagrahita Kelas III SLB Tunas Pembangunan I Nogosari (Nilai Awal) ............
72
Lampiran 7. Kemampuan Memahami Isi Bacaan Siswa Tunagrahita Kelas III SLB Tunas Pembangunan I Nogosari (Siklus I) .................
73
Lampiran 8. Kemampuan Memahami Isi Bacaan Siswa Tunagrahita Kelas III SLB Tunas Pembangunan I Nogosari (Siklus II) ................
74
Lampiran 9.
Lembar Pengamatan Aktivitas Guru (Siklus I) ........................
75
Lampiran 10. Lembar Pengamatan Aktivitas Guru (Siklus II) ......................
76
Lampiran 11. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa (Siklus I) ......................
77
Lampiran 12. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa (Siklus II) .....................
78
Lampiran 13. Foto-foto Kegiatan Penelitian .................................................
79
Lampiran 14. Perijinan Penelitian...................................................................
81
Lampiran 4.
commit to user
xv
58
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Menurut pandangan umum sekolah merupakan lembaga pendidikan yang dapat mengubah tingkah laku siswa menjadi lebih baik dan lebih terarah, baik di lingkungan sekolah dan luar sekolah. Menurut Wahjosumidjo (2003:vii) “sekolah sebagai sistem terbuka, sebagai sistem sosial, dan sekolah sebagai agen perubahan, bukan hanya harus peka penyesuaian diri, melainkan seharusnya pula dapat mengantisipasikan perkembangan-perkembangan yang akan terjadi dalam kurun waktu tertentu.” Setiap satuan pendidikan jalur pendidikan di sekolah harus menyediakan sarana belajar yang sesuai kurikulum sekolah. Kurikulum sekolah disusun untuk mewujudkan
tujuan
pendidikan
nasional
dengan
memperhatikan
tahap
pengembangan siswa dan kesesuaian dengan lingkungan, kebutuhan pendidikan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan. Isi kurikulum merupakan susunan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan penyelenggaraan satuan pendidikan yang bersangkutan dalam rangka upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional. Isi kurikulum pendidikan dasar memuat sekurang-kurangnya bahan kajian dan pelajaran tentang: pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa Indonesia, membaca dan menulis, matematika (termasuk menghitung), pengantar sains dan teknologi, ilmu bumi, sejarah nasional dan sejarah umum, kerajinan tangan dan kesenian, pendidikan jasmani dan kesehatan, menggambar, serta bahasa Inggris. Mata pelajaran bahasa Indonesia dan sastra adalah program untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa Indonesia. Bahasa berfungsi sebagai salah satu alat komunikasi, melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan (berkomunikasi), saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain, dan meningkatkan kemampuan commit to user intelektual. 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2
Ruang lingkup pengajaran bahasa Indonesia kelas III SLB tunagrahita meliputi penguasaan kebahasaan, kemampuan memahami, mengapresiasikan karya sastra, kemampuan menggunakan bahasa Indonesia. Penguasaan mata pelajaran bahasa Indonesia bagi siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor, yakni faktor dari dalam diri siswa maupun faktor dari luar diri siswa. Pengaruh diri luar diri siswa salah satunya adalah metode pendekatan yang digunakan guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah khususnya di Sekolah Luar Biasa dimungkinkan dapat berhasil dengan baik dan maksimal bila didukung oleh pembelajaran membaca cerdas. Dalam berkomunikasi anak tunagrahita banyak mengalami kesulitan untuk mendapatkan kosakata yang sesuai untuk mengungkapkan apa yang diinginkan. Hal ini dapat dimaklumi karena mereka mengalami kekurangan dalam hal perbendaharaan kata yang disebabkan oleh IQ anak tunagrahita 70 ke bawah. Menurut Japan League for Mentally Retarded adalah ”lambannya fungsi intelektual, yaitu IQ 70 ke bawah berdasarkan tes inteligensi baku dan terjadi pada masa perkembangannya, yaitu antara masa konsepsi hingga usia 18 tahun” (Geniofam, 2010: 10). Agar tercipta kegiatan belajar mengajar yang ramah dan menyenangkan, dan dapat meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan pada mata pelajaran bahasa Indonesia anak tunagrahita, maka guru dalam menyampaikan materi dapat melalui pembelajaran membaca cerdas. “Mengingat karakteristik dan hambatan yang dimiliki anak berkebutuhan khusus (ABK), maka ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus. Yakni pola pembelajaran yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka” (Satmoko Budi Santoso, 2010: 128).
Anak berkelainan mental atau tunagrahita, yaitu “anak yang diidentifikasi memiliki tingkat kecerdasan yang sedemikian rendah atau di bawah rata-rata, sehingga untuk mengerjakan tugas perkembangannya memerlukan bantuan atau layanan secara khusus, termasuk kebutuhan program pendidikan dan bimbingan“ (Mohammad Efendi, 2006: 9). Perkembangan anak tunagrahita salah satunya adalah perkembangan kemampuan memahami isi bacaan dalam mengikuti pelajaran bahasa Indonesia diharapkan anak tunagrahita dapat mengikuti sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan di SDLB. Layanan khusus yang diperlukan bagi anak-anak yang mengalami commit to userpembelajarannya. Pendekatan itu hambatan mental adalah pendekatan di dalam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3
perlu didasari oleh berbagai teori belajar yang sesuai dengan karakteristik belajar mereka. Kesesuaian dengan karakteristik belajar bagi anak tunagrahita juga menentukan di dalam pengembangan kurikulum bagi anak tunagrahita sampai ke tingkat operasional dalam pembelajaran; tahapan materi, penentuan strategi pada masing-masing tingkat pembelajaran masih perlu modifikasi dalam penerapannya di setiap bidang studi. Pendekatan pembelajaran bagi anak hambatan mental yang mendasarkan teori pembelajaran dimaksudkan untuk dasar filosifi dalam pengembangan pembelajaran
bagi
anak
tunagrahita.
Untuk
itu,
ketepatan
pendekatan
keterampilan pembelajaran sangat diperlukan oleh guru dalam melakukan inovasi pembelajaran. Demikian juga pada mata pelajaran bahasa Indonesia materi memahami isi bacaan siswa kelas III tunagrahita, guru berusaha untuk meningkatkan kemampuan siswa yang selama ini dirasakan masih rendah, karena dari empat siswa hanya satu siswa yang mendapat nilai 60, sedangkan tiga siswa mendapat nilai kurang dari 60 atau masih di bawah KKM. Pembelajaran membaca cerdas sangat dimungkinkan bisa digunakan sebagai upaya meningkatkan isi bacaan karena tidak hanya menekankan hafalan dan pengetahuan siap. Pembelajaran membaca cerdas menekankan keaktifan siswa dalam menemukan konsep, proses membaca cerdas dikembangkan melalui konsep yang mudah dikuasai dan siswa dapat menemukan konsep baru berdasarkan konsep yang telah dimiliki. Proses memahami isi bacaan merupakan hal yang tidak mudah. Proses memahami isi bacaan dalam praktiknya melibatkan proses kognitif yang meliputi kemampuan mengingat, berpikir dan bernalar. Kemampuan kognitif dimaksudkan adalah kemampuan menemukan dan memahami informasi yang tertuang dalam bacaan secara tepat dan kritis. Seseorang dikatakan memahami isi bacaan jika ia dapat menjawab dengan tepat pertanyaan yang berkaitan dengan bacaan yang bersifat tersurat maupun tersirat. Rendahnya kemampuan memahami isi bacaan user mengakibatkan rendahnya prestasicommit belajartosiswa.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4
Berdasarkan uraian di atas maka penulis mengadakan penelitian dengan judul: Upaya Meningkatkan Kemampuan Memahami Isi Bacaan Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Melalui Pembelajaran Membaca Cerdas Pada Siswa Tunagrahita Kelas III SLB ABCD Tunas Pembangunan I Nogosari Boyolali Tahun Pelajaran 2011/2012.
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah seperti telah diuraikan di depan, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: “Apakah melalui pembelajaran membaca cerdas dapat meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa tunagrahita kelas III SLB ABCD Tunas Pembangunan I Nogosari Boyolali tahun pelajaran 2011/2012 ?.
Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan memahami
isi
bacaan
dalam
pembelajaran
Bahasa
Indonesia
melalui
pembelajaran membaca cerdas pada siswa tunagrahita kelas III SLB ABCD Tunas Pembangunan I Nogosari Boyolali tahun pelajaran 2011/2012.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat secara teoritis dan praktis sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis
Menambah khasanah ilmu tentang pembelajaran membaca cerdas dalam memahami isi bacaan pembelajaran Bahasa Indonesia. 2. Manfaat Praktis a. Menemukan alternatif untuk meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan pada siswa tunagrahita kelas III SLB ABCD Tunas Pembangunan I Nogosari Boyolali.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5
b. Mencari solusi permasalahan yang dialami siswa tunagrahita kelas III SLB ABCD Tunas Pembangunan I Nogosari Boyolali dalam meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan pembelajaran Bahasa Indonesia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka 1. Tinjauan Tentang Anak Tunagrahita a. Pengertian Anak Tunagrahita Ada beberapa istilah mengenai anak tunagrahita, yaitu terbelakang mental, tuna mental, lemah otak, lemah fikiran, dan mentaly retarded. Smith, et.all., (2002: 43) mengemukakan bahwa: People who are mentally retarded overtime have been rejerred to as dumb, stupid, immature defective, deficientg, subnormal, incompetent, and dull. Terms such as idiot, imbelice, moron and feebleminded were commonly used historically to label this population. Although the word faal referred to those who lwere mentally ill, and the word idiot was directed toward individuals who were severely retarded, these terms were frequently used interchangeably. Terjemahannya sebagai berikut: (Di waktu yang lalu orang-orang menyebut retardasi mental dengan istilah dungu (dumb), bodoh (stupid), tidak masuk (immature), cacat (defective), kurang sempurna (deficient), di bawah normal (subnormal), tidak mampu (incompetent), dan dan tumpul (dull). Istilah lainnya idiot, imbecile, moron, dan feebleminded digunakan untuk melabel kelompok menyandang tersebut. Walaupun kata tolol (fool) menunjuk ke orang sakit mental, dan kata idiot, mengarah individu yang cacat berat, keduanya sering digunakan secara bergantian. Menurut Munzayanah (2000: 13), “Anak tunagrahita adalah anak yang mengalami hambatan dalam bidang intelektual serta seluruh kepribadiannya, sehingga mereka tidak mampu hidup dengan kekuatan sendiri di dalam masyarakat”. “Anak tunagrahita adalah individu yang memiliki tingkat kecerdasan di bawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku yang muncul dalam masa perkembangan” (Satmoko Budi Santoso, 2010: 130). Menurut Bratanata yang dikutipcommit Mohammad to userEfendi (2006: 88) bahwa:
6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
Seseorang dikategorikan berkelainan mental subnormal atau tunagrahita, jika ia memiliki tingkat kecerdasan yang sedemikian rendahnya (di bawah normal), sehingga untuk meniti tugas perkembangannya memerlukan bantuan atau layanan secara spesifik, termasuk dalam program pendidikannya. Berdasarkan pengertian-pengertian seperti yang dikemukakan di atas, maka dapatlah disimpulkan bahwa yang dimaksud anak tunagrahita adalah mereka yang jelas-jelas mengalami keterlambatan dalam perkembangan kecerdasan, sehingga untuk mengembangkan potensinya secara optimal diperlukan pelayanan pendidikan secara khusus. Karena kelainannya itu maka mereka mengalami kesulitan dalam belajarnya dimana mereka terlihat sering ketinggalan dari teman-temannya yang normal. b. Klasifikasi Anak Tunagrahita Klasifikasi diperlukan untuk memudahkan pemberian bantuan atau pelayanan kepada anak tunagrahita. Dalam pengklasifikasian ini terdapat berbagai cara sesuai dengan sudut pandang disiplin ilmu dan ahli yang mengemukakannya. Yusak S. (2003: 61) mengklasifikasikan anak tunagrahita berdasarkan IQ (tingkat kecerdasan) sebagai berikut: “Idiot yaitu kapasitas kecerdasannya maksimal sama dengan anak normal berusia 2 tahun. IQ nya antara 0–19. Imbisil kapasitas kecerdasannya maksimal sama dengan anak normal yang berusia 7 tahun, minimal sama dengan anak normal usia 3 tahun, IQ nya 20–49. Debil yaitu kapasitas kecerdasannya maksimal sama dengan anak normal berusia 10 tahun, minimal 7 tahun, IQ nya 50 – 69. Slow learners yaitu kapasitas kecerdasannya maksimal sama dengan anak normal. IQ nya 78 – 89.” Pendapat lain dikemukakan oleh Satmoko Budi Santoso (2010: 130) yang mengklasifikasikan anak tunagrahita yaitu: “Klasifikasi tunagrahita berdasarkan pada tingkatan IQ (intelligen quotient). Tunagrahita ringan (IQ = 51-70), tunagrahita sedang (IQ = 36-50), tunagrahita berat (IQ = 20-35), dan tunagrhaita sangat berat (IQ di bawah 20).” Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa klasifikasi anak commit user tunagrahita adalah IQ nya antara 0-19,tokecerdasannya maksimal sama dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
anak normal yang berusia 2-3 tahun, IQ antara 20-49. Debil yaitu kapasitas kecerdasannya maksimal sama dengan anak normal berusia 7-10 tahun, IQ antara 50-69. Slow learners yaitu kapasitas kecerdasannya maksimal sama dengan anak normal. IQ antara 78-89 tak lebih dari kecerdasan anak normal usia 16 tahun. Tarap perbatasan atau lambat belajar mempunyai IQ = 51-70 untuk tunagrahita ringan, IQ = 36-50 untuk tunagrahita sedang, IQ = 20-35 untuk tunagrahita berat, dan IQ di bawah 20 untuk tunagrahita sangat berat. Berdasarkan
klasifikasi
tersebut
penulis
akan
meneliti
siswa
penyandang tunagrahita, yang tergolong mampu didik yang mempunyai IQ antara 36-70, anak yang tidak mampu mengikuti pada program sekolah biasa, tetapi ia masih memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan melalui pendidikan walaupun hasilnya tidak maksimal. Kemampuan yang dapat dikembangkan pada anak tunagrahita mampu didik antara lain: 1) membaca, menulis, mengeja, dan berhitung; 2) menyesuaikan diri dan tidak menggantungkan diri pada orang lain; 3) keterampilan yang sederhana untuk kepentingan kerja di kemudian hari. Kesimpulan anak tunagrahita mampu didik adalah anak tunagrahita yang dapat dididik secara minimal dalam bidang-bidang akademis, sosial, dan pekerjaan. c. Faktor Penyebab Tunagrahita Tunagrahita dapat disebabkan oleh beberapa faktor, baik faktor dari dalam maupun faktor dari luar diri anak. Adapun faktor penyebab tunagrahita menurut beberapa pendapat sebagai berikut: Menurut Mohammad Efendi (2006: 91), bahwa "sebab terjadinya ketunagrahitaan pada seseorang menurut kurun waktu terjadinya, yaitu dibawa sejak lahir (faktor endogen) dan faktor dari luar seperti penyakit atau keadaan lainnya (faktor eksogen)." Faktor endogen yaitu faktor ketidaksempuraan psikobiologis dalam memindahkan gen, sedangkan faktor eksogen yaitu faktor yang terjdi akibat perubahan patologis dari perkembangan normal. Dari sisi commit to user pertumbuhan dan perkembangan, penyebab ketunagrahitaan menurut
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
Devenport yang dikutip Mohammad Efendi (2006: 91) dapat dirinci melalui jenjang sebagai berikut: 1) kelainan atau keturunan yang timbul pada benih plasma; 2) kelainan atau keturunan yang dihasilkan selama penyuburan telur; 3) kelainan atau keturunan yang diakibatkan dengan implantasi; 4) kelainan atau keturunan yang timbul dalam embrio; 5) kelainan atau keturunan yang timbul dari luka saat kelaihiran; 6) kelainan atau keturunan yang timbul dalam janin; 7) kelainan atau keturunan yang timbul pada masa bayi dan masa kanak-kanak. Anak tunagrahita dapat disebabkan antara lain: Ketunagrahitaan can be caused by heredity and not hereditary. Genetic damage in off spring, such as damage to cell chromosomes, genes, and one or both parents suffer from disorder or simply as a bearer of properties. Factors outside the cell lineage, because of factors including malnutrition, accidents (head trauma), and metabolic disorders. (http://pustakaut.ac.id/puslataionline.php?menu=bmpshort). (Ketunagrahitaan dapat disebabkan oleh keturunan dan bukan keturunan. Genetik kerusakan pada keturunannya, seprti kerusakan kromosom sel, gen, dan salah satu atau kedua orangtua menderita kelainan atau hanya sebagai pembawa sifat. Faktor-faktor di luar keturunan, karena faktor termasuk kekurangan gizi, kecelakaan (trauma kepala), dan gangguan metabolisme. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sebab-sebab anak tunagrahita adalah: pada masa prenatal kekurangan vitamin, gangguan psikologis sang ibu, gangguan kelainan janin; pada masa natal proses kelahiran tidak sempurna, masa pos natal, anak tunagrahita dapat disebabkan pada waktu kecil pernah sakit secara terus menerus; faktor keturunan, gangguan metabolisme dan gizi, infeksi dan keracunan. Di samping itu juga disebabkan oleh predisposisi genetik terhadap gens atau faktor ekologis atau lingkungan, dan waktu terjadinya pemaparan, misalnya janin terpapar virus rubella sewaktu berusia trimester pertama maka kecacatan dapat berat. d. Karakteristik Anak Tunagrahita. Anak tunagrahita memiliki beberapa karakteristik. Menurut Geniofam (2010: 25-26), anak tunagrahitacommit bisa diketahui to user jelas secara fisik, antara lain:
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
1) Penampilan fisik tidak seimbang, mislanya kepala terlalu kecil/besar; 2) Tidak dapat mengurus diri sndiri sesuai usia; 3) Perkembangan bicara/bahasa terlambat; 4) Tidak ada atau kurang perhatiannya terhadap lingkungan (pandangan kosong); 5) Koordinasi gerakan kurang (gerakan sering tidak terkendali); 6) Sering keluar ludah (cairan) dari mulut (ngiler). Smith, et.all. yang dikutip Mumpuniarti (2007: 10-11) menguraikan ciri-ciri anak tunagrahita sebagai berikut: 1) Kondisi kecerdasan fungsional a) Asesmen fungsi kecerdasan harus diperoleh dari berbagai sumber informasi, dan kesepakatan sebagai cacat mental merupakan tanggungjawab bersama secara tim multidisipliner. b) Skala skor IQ kurang dari 75. 2) Adaptasi tingkah laku a) Harus diukur secara langsung seperti ukuran pada evaluasi performance individu dibandingkan dengan kelompok usia sebaya yang sama (same-age peers) dari latar belakang budaya yang sama. b) Teridentifikasi deficit dalam dua atau lebih bidang keterampilan adaptif. 3) Periode perkembangan a) Sampai usia 21 atau di bawahnya. b) Ketidaksesuaian secara terus menerus sampai lebih dari satu tahun. 4) Performance dalam bidang pendidikan a) Evaluasi tampilan pada bidang pendidikan dalam konteks arus lingkungan. b) Teridentifikasi deficit dalam seluruh bidang akademik inti (matematika, bahasa, membaca, seni, dan science). c) Deficit secara signifikan pada skor individual berkurang satu standart penyimpangan di bawah rata-rata dari sampel standardisasi nasional. d) Pengukuran yang distandarisasi harus divalidasi lebih lanjut oleh data di sekolah pada dokumen yang berbeda antara individu performance dan performance kelompok usia sebaya dari latar belakang budaya yang sama. e) Asesmen dari akademik performance harus juga inklud terdokumenasi daya tahan intervensi pendidikan umum. Dalam jurnal internasional, Oliver & Williams (2005: 6) menjelaskan commit to user bahwa:
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
Generally tunagrahita child characreristics in term of academic, social/emotional, physical/health. In addition it is also necessary to review ketunagrahitaan heavy and light, so it needs to be discussed karakteristik tunagrahita lightweight, tunagrahita medium, and heavy and very heavy tunagrahita. (Secara umum karakteristik anak tunagrahita ditinjau dari segi akademik, sisial/emosional, fisik/kesehatan. Di samping perlu pula ditinjau berat dan ringannya ketunagrahitaan, sehingga perlu dibahas karakteristik tunagrahita ringan, tunagrahita sedand, tunagrahita berat dan sangat berat). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri anak tunagrahita adalah: kapasitas belajarnya amat terbatas dalam pergaulan mereka tidak dapat mengurus, mengalami kesukaran dalam memusatkan perhatian, mengalami kesukaran berfikir abstrak, merekaa berbicara lancar, mereka masih dapat mengikuti pelajaran akademik di sekolah biasa ataupun khusus, mengalami gangguan dalam sosialisasi, iri hati kodrati yang merupakan dasar rasa keadilan, bergaul mencampurkan diri dengan orang lain, sikap yang ingin memisahkan diri atau menarik diri, penyesuaian diri yang kaku dan labil, pada umur 16 tahun baru mencapai umur kecerdasan yang sama dengan anak umur 12 tahun. e. Dampak Tunagrahita bagi Siswa Ketidakmampuan anak tunagrahita meraih prestasi yang lebih baik dan sejajar dengan anak normal, karena ingatan anak tunagrahita sangat lemah dibanding dengan anak normal. Maka tidak heran, jika instruksi yang diberikan kepada anak tunagrahita cenderung tidak melalui proses analisis kognitif. Perkembangan kognitif anak tunagrahita sering mengalami kegagalan dalam melampaui periode atau tahapan perkembangan. Bahkan dalam taraf perkembangan yang paling sederhana pun, anak tuna grhaita seringkali tidak mampu menyelesaikan dengan baik. Keterlambatan perkembangan kognitif pada anak tunagrahita menjadi masalah besar bagi anak tunagrahita ketika meniti tugas perkembangannya. Beberapa hambatan yang tampak pada anak tunagrahita dari segi kognitif dan sekaligus menjadi karakteristiknya menurut Mohammad Efendi (2006: 98), sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
1) Cenderung memiliki kemampuan berpikir konkret dan sukar berpikir. 2) Mengalami kesulitan dalam konsentrasi. 3) Kemampuan sosialisasinya terbatas. 4) Tidak mampu menyimpan instruksi yang sulit. 5) Kurang mampu menganalisis dan menilai kejadian yang dihadapi. 6) Pada tunagrahita mampu didik, prestasi tertnggi bidang baca, tulis, hitung tidak lebih dari anak normal setingkat kelas III-IV SD. Keterbatasan daya pikir yang dialami anak tunagrahita menyebabkan mereka sulit mengontrol, apakah perilaku yang ditampakkan dalam aktivitas sehari-hari wajar atau tidak, baik perilaku yang berlebihan maupun perilaku yang kurang serasi. Atas dasar itulah maka untuk anak tunagrahita perlu dilakukan modifikasi perilaku melalui terapi perilaku. Dalam memberikan terapi perilaku pada anak tunagrahita, seorang terapis harus memiliki sikap sebagaimana yang dipersyaratkan dalam pendidikan humanistik, yaitu penerimaan secara hangat, antusias tinggi, ketulusan dan kesungguhan, serta menaruh empati yang tinggi terhadap kondisi anak. Tanpa dilengkapi persyaratan tersebut, penerapan teknik motifikasi perilaku pada anak tunagrahita tidak banyak memberikan hasil yang berarti.
2. Tinjauan Tentang Kemampuan Memahami Isi Bacaan a. Pengertian Kemampuan Memahami Bacaan Kemampuan memahami bacaan memiliki beberapa pengertian menurut pandangan beberapa pendapat. Untuk lebih jelasnya berikut ini dikemukakan beberapa pendapat yang berkaitan dengan kemampuan membaca permulaan. Menurut Bormouth yang dikutip Darmiyati Zuchdi (2007: 22), “kemampuan adalah seperangkat keterampilan yang digeneralisasi, yang memungkinan orang memperoleh dan mewujudkan informasi yang diperoleh dari kegiatan”. Pendapat lain dikemukakan oleh Jhonson yang dikutip Cece Wijaya dan Rusyan A. Tabrahi (2002: 8) menjelaskan bahwa “kemampuan merupakan perilaku rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan”. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
Menurut Gordon (2006:42) “memahami isi bacaan adalah proses kompleks yang melibatkan pemanfaatan berbagai kemampuan yang berhasil maupun yang gagal.” Setelah membaca, seharusnya siswa mampu mengingat informasi dalam bacaan tersebut. Apa dan seberapa banyak yang siswa ingat tergantung pada banyak faktor. Menurut Robin yang dikutip Samsu Somadayo (2011: 3) memahami bacaan adalah “proses intelektual yang kompleks yang mencakup dua kemampuan utama, yaitu: penguasaan makna kata dan kemampuan berpikir tentang konsep verbal”. Pendapat ini memandang bahwa memahami bacaan, secara simultan terjadi konsentrasi dua arah dalam pikiran pembaca dalam melakukan aktivitas membaca, pembaca secara aktif merespon dengan mengungkapkan bunyi tulisan dan bahasa yang dibaca. Untuk itu pembaca dituntut untuk dapat mengungkapkan makna yang terkandung di dalam tulisan.. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, penulis simpulkan bahwa kemampuan memahami isi bacaan adalah perilaku rasional yang dimiliki oleh seseorang untuk menemukan dan menguasai makna melalui kerjasama kemampuan mengingat, memikirkan, menafsirkan, memahami informasi tertulis yang berupa teks, wacana, dan bacaan. b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Memahami Isi Bacaan Faktor-faktor terpenting yang mempengaruhi proses pemahaman bacaan baik kuantitas maupun kualitas pemahaman terhadap materi bacaan menurut Gordon (2006:43-44) meliputi “kecepatan membaca, tujuan membaca, sifat materi bacaan, tata letak materi bacaan, dan lingkungan tempat membaca.” Kecepatan membaca, jika melampaui batas-batas tertentu, bisa memberikan efek merugikan terhadap pemahaman. Batas-batas tersebut sangat bervariasi, tergantung orang dan waktunya. Jika seseorang berniat membaca dengan kecepatan dua kali lipat kecepatan terbaik, mungkin mengira sebagai pemahaman akan berkurang. Perkiraan itu ada benarnya, jika mencoba meningkatkan kecepatan membaca commitsecara to userbertahap, pemahaman tidak akan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
berkurang. Kalaupun berkurang, hal ini bersifat semantara dan tidak akan terjadi lagi jika sudah terbiasa membaca lebih cepat. Tujuan membaca, tentu saja berkaitan erat dengan motivasi dalam membaca dan minat terhadap materi bacaan. Jika motivasi dan minat sangat rendah atau bahkan sama sekali tidak ada, menetapkan tujuan yang jelas sering kali tidak menciptakan motivasi dan meningaktkan minat baca, walaupun sedikit, kehadirannya sangat berarti. Burne (dalam Darmiyati Zuchdi, 2007:24) mengklasifikasikan faktorfaktor yang mempengaruhi memahami bacaan yakni “(1) faktor yang berkaitan dengan pembaca (reader-related factor); (2) faktor-faktor yang berkaitan dengan penulis atau pengarang (authur-related factor); (3) faktor-faktor yang berkaitan dengan teks bacaan (text-related factor).” Ketepatan guru dalam mendiagnosis hal-hal yang diduga sebagai faktor yang mempengaruhi kemampuan siswa seperti yang penulis uraikan tersebut di atas dapat menjadi petunjuk bagi guru bahasa Indonesia menangani permasalahan
dalam
pengajaran
membaca.
Pembaca
yang
efektif
menggunakan berbagai strategi membaca yang sesuai dengan teks dan konteks dalam rangka mengkonstruk makna ketika membaca. c. Strategi Memahami Isi Bacaan Dalam usaha memperoleh pemahaman terhadap bahan bacaan, pembaca menggunakan strategi tertentu. Pemilihan strategi berkaitan erat dengan faktorfaktor yang terlibat dalam pemahaman, yaitu teks dan konteks. Pada dasarnya, strategi membaca menggambarkan bagaimana pembaca memproses bacaan sehingga dia memperoleh pemahaman terhadap bacaan tersebut. Klein (dalam Farida Rahim, 2007: 36) mengategorikan model-model strategi membaca ke dalam tiga jenis, yaitu bawah-atas (bottom-up), atasbawah (top-down), dan model membaca campuran (eclectic). Dari ketiga jenis strategi membaca tersebut menurut Farida Rahim (2007: 36) dapat dijelaskan sebagai berikut commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
1) Strategi Bawah-Atas (Bottom-Up) Dalam strategi batas-atas pembaca memulai proses pemahaman teks dari tataran kebahasaan yang paling rendah menuju ke yang tinggi. Pembaca model ini mulai dari mengidentifikasi huruf-huruf, kata, frasa, kalimat dan terus bergerak ke tataran yang lebih tinggi, sampai akhirnya dia memahami isi teks. Pemahaman ini dibangun berdasarkan data visual yang berasal dari teks melalui tahapan yang lebih rendah ke tahapan yang lebih tinggi. 2) Strategi Atas-Bawah (Up-Buttom) Dalam strategi atas-bawah merupakan kebalikan dari strategi bawah-atas. Pada strategi atas-bawah, pembaca memulai proses pemahaman teks dari tataran yang lebih tinggi. Dalam hal ini, pembaca mulai dengan prediksi, kemudian mencari input untuk mendapatkan informasi yang cocok dalam teks. 3) Campuran (Electic) Dalam strategi pemahaman bacaan tidak harus memakai salah satu strategi saja, siswa dapat mengambil dan memilih yang terbaik dari semua strategi yang ada, termasuk pandangan-pandangan teori dan model pengajaran membaca. Begitu juga model bawah-atas dan atas-bawah bisa digunakan dalam waktu bersamaan jika diperlukan. Berdasarlam kajian teori tentang kemampuan memahami bacaan di atas, dalam penelitian ini indikator aspek kemampuan memahami bacaan yang dijadikan alat ukur meliputi: kemampuan siswa memahami makna kata dalam wacana, makna frase dalam wacana, kalimat dalam wacana, ide pokok/topik wacana, jenis paragraf, pola paragraf, letak kalimat utama pada wacana, dan memahami tema, latar, pesan/amanat wacana.
3. Tinjauan Tentang Membaca Cerdas a. Pengertian Membaca Cerdas Membaca memiliki beberapa pengertian yang bervariasi dipandang dari sudut pandag yang berbeda. Menurut Gilet dan Temple yang dikutip Syafi’ie commit to user (1999: 6), ”membaca adalah kegiatan fisual, berupa serangkaian gerakan mata
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
dalam mengikuti baris-baris tulisan, pemusatan penglihatan pada kata dan kelompok kata, melihat ulang kata-kata dan kelompok kata untuk memperoleh pemahaan terhadap bacaan.” Menurut Samsu Somadayo (2011: 4), ”membaca adalah suatu kegiatan interaktif untuk memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung di dalam bahan tulis.” Menurut Farida Rahim (2007: 3), bahwa ”definisi membaca mencakup (1) membaca merupakan suatu proses, (2) membaca adalah strategtis, dan (3) membaca merupakan interaktif.” Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa membaca adalah kegiatan interaktif, serangkaian proses dan strategis gerakan mata untuk memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung di dalam bahan tulis untuk memperoleh pemahaan terhadap bacaan. Sedangkan membaca cerdas yang dimaksudkan dalam penelitin ini adalah ”membaca yang berpartisipasif aktif dalam proses membaca, mempunyai tujuan yang jelas serta memonitor tujuan membaca dari teks yang dibaca” (Samsu Somadayo, 2011: 3). c. Manfaat Membaca Membaca
memberikan
banyak
manfaat.
Beberapa
pendapat
memberikan pandangan yang bervariasi tentang manfaat membaca. Berikut dikemukakan manfaat membaca: Menurut Farida Rahim (2007:1), “masyarakat yang gemar membaca memperoleh pengetahuan dan wawasan baru yang akan semakin meningaktkan kecerdasannya sehingga mereka lebih mampu menjawab tantangan hidup pada masa-masa mendatang.” Adapun manfaat membaca adalah: 1) dapat menemukan sejumlah informasi dan pengetahuan yang sangat berguna dalam kehidupan; 2) dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir di dunia; 3) dapat mengayakan batin, meluaskan cakrawala kehidupan; 4) isi yang terkandung dalam teks yang dibacanya dapat segera dikethaui; 5) membaca intensif dapat menghemat energi, karena tidak terpancang pada suatu situasi, tempat dan waktu karena tidak menggangu orang di sekelilingnya. (Farida Rahim, 2007:2) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
Kemampuan membaca merupakan tuntutan realitas kehidupan seharihari baik bagi guru maupun siswa. Beribu judul buku dan berjuta koran diterbitkan setiap hari. Ledakan informasi ini menimbulkan tekanan pada guru untuk menyiapkan bacaan yang memuat informasi yang relevan untuk siswasiswanya. Walupun tidak semua informasi perlu dibaca, tetapi jenis-jenis bacaan tertentu yang sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan guru dan siswa tentu perlu dibaca. Keberhasilan siswa dalam belajar ditentukan oleh kemampuan dan kesempatannya dalam membaca, karena membaca merupakan kunci seseorang meraih berbagai ilmu pengetahuan, teknologi dan wawasan kebudayaan yang ada di dunia. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa membaca memiliki banyak manfaat, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain. Dengan membaca kita akan memiliki banyak pengetahuan dan dapat menularkan ilmu yang telah kita peroleh kepada orang lain. d. Tujuan Membaca Membaca hendaknya mempunyai tujuan, karena siswa yang membaca dengan suatu tujuan, cenderung lebih memahami dibandingkan dengan siswa yang tidak mempunyai tujuan. Kegiatan membaca yang dilakukan seseorang, memiliki beberapa tujuan. Tujuan utama membaca adalah untuk memperoleh informasi dan memahami makna bacaan. Menurut Suwaryono Wiryodijoyo (1999:1) tujuan membaca sebagai berikut: (1) Membaca untuk kesenangan, materi bacaan berupa roman, novel, komik; (2) Membaca untuk penerapan praktis, materi bacaan berupa buku petunjuk praktis, buku resep makanan, modul ketrampilan; (3) Membaca untuk mencari informasi khusus, materi bacaan berupa ensiklopedia, kamus, buku petunjuk telepon; (4) Membaca untuk mendapatkan gambaran umum, materi bacaan berupa buku teori, buku teks, esay; (5) Membaca untuk mengevaluasi secara umum, materi bacannya berupa roman, novel, maupun puisi. Dalam hubungannya dengan tujuan membaca, Djago Tarigan (2005:37) mengemukakan bahwa:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
Tujuan utama membaca adalah memperoleh kesuksesan, pemahaman penuh terhadap argumen-argumen yang logis, urutan-urutan retoris atau polapola teks, pola-pola simbolisme, nada-nada tambahan yang bersifat emosional dan sosial, pola-pola sikap dan tujuan sang pengarang juga sarana-sarana linguistik yang digunakan untuk mencapai tujuan. Sedangkan menurut Burn yang dikutip Farida Rahim (2007:11), tujuan membaca mencakup: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9)
kesenangan; menyempurnakan membaca nyaring; menggunakan strategi tertentu; memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik; mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya; memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis; mengkonfirmasikan atau menolak prediksi; menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang struktur teks; menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik.
Membaca semakin penting bagi siswa tunagrahita. Setiap aspek kehidupan baik di sekolah maupun di rumah. Tujuan membaca pada siswa tunagrahita agar anak tidak ketinggalan terhadap mata pelajaran yang diterima di sekolah, sehingga setiap kelas dapat diikuti anak tunagrahita sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dalam KTSP SLB. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan membaca adalah memahami maksud keseluruhan yang terkandung dalam teks bacaan sampai hal yang paling mendetail, tujuan tersebut belum dapat sepenuhnya dicapai anak-anak tunagrahita, terutama pada saat awal pembelajaran membaca sehingga diperlukan inovasi pembelajaran dari guru yang tepat. e. Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca. Tujuan membaca, tentu saja berkaitan erat dengan motivasi dalam membaca dan minat terhadap materi bacaan. Jika motivasi dan minat sangat rendah atau bahkan sama sekali tidak ada, menetapkan tujuan yang jelas sering kali tidak menciptakan motivasi dan meningkatkan minat baca, walaupun commit to user sedikit, kehadirannya sangat berarti.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
Kemampuan membaca dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang ada dalam diri pembaca meliputi kemampuan linguistik (kebahasaan), minat, motivasi, dan kumpulan membaca (seberapa baik pembaca dapat membaca), sedangkan faktor dari luar diri pembaca salah satunya adalah faktor kesiapan guru dalam pembelajaran (Johnson dan Pearson dalam Darmiyati Zuhdi, 2007:23-24).” Ketepatan guru dalam mendiagnosis hal-hal yang diduga sebagai faktor yang mempengaruhi kemampuan siswa seperti yang penulis uraikan tersebut di atas dapat menjadi petunjuk bagi guru bahasa Indonesia menangani permasalahan
dalam
pengajaran
membaca.
Pembaca
yang
efektif
menggunakan berbagai strategi membaca yang sesuai dengan teks dan konteks dalam rangka mengkonstruk makna ketika membaca. Mengenai berbagai faktor penentuan kemampuan membaca, menurut Yap yang dikutip Darmiyati Zuchdi (2007:25), diutarakan sebagai berikut: Kemampuan membaca seseorang sangat ditentukan oleh faktor kuantitas membacanya, maksudnya adalah kemampuan membaca seseorang itu sangat dipengaruhi oleh jumlah waktu yang digunakan untuk melakukan aktivitas membaca. Semakin bayak waktu membaca setiap hari, besar kemungkinan semakin tinggi tingkat komprehensinya atau semakin mudah memahami bacaan. Suyatmi (1997: 11) menjelaskan beberapa faktor penunjang kegiatan membaca, antara lain: 1) Faktor intern meliputi: kompetensi bahasa, minat, motivasi, konsentrasi, ketekunan, kesehatan jasmani dan rohani, kemampuan menetralkan titik kelemahan, memiliki latar belakang pengetahuan yang sesuai dan penguasaan kosa kata yang memadai serta kemampuan memahami maksud bacaan secara cepat dan cermat. 2) Faktor ekstern/dari luar meliputi: (a) Pengadaan buku-buku bacaan yang baik sesuai dengan kebutuhan, menarik, dan menimbulkan keasyikan dan harga yang terjangkau masyarakat luas, (b) Unsurunsur dalam bacaan dan sifat-sifat lingkungan baca atau faktor keterbacaan, (c) Kondisi dan situasi lingkungan yang merangsang kegemaran membaca, termasuk didalamnya pengadaan tempat belajar, sussana keluarga, sekolah, masyarakat sekitar, teman guru, dan tokoh masyarakat. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa banyak faktor commit to user yang mempengaruhi perkembangan kemampuan membaca baik itu faktor
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
instrinsik maupun faktor ekstrinsik. Bagi anak tunagrahita faktor instrinsik berupa kemampuan psikologis antara lain tingkat intelegensi yang rendah, kemampuan koordinasi motorik lambat, bicara lambat dan daya ingat yang rendah perlu diperhatikan dengan merangsang kemampuannya berupa stimulus dari luar. f. Strategi Membaca Cerdas Dalam usaha memperoleh pemahaman terhadap bahan bacaan, pembaca menggunakan stretegi tertentu. Pemilihan strategi berkaitan erat dengan faktorfaktor yang terlibat dalam pemahaman, yaitu teks dan konteks. Menurut Darmiyati Zuchdi (2007: 61-62), bahwa ada beberapa strategi membaca yang dapat digunakan antara lain: 1) metode abjad, 2) metode bunyi, 3) metode kupas rangkai suku kata, 4) metode kata lembaga, 5) metode global, dan 6) metode Struktural Analitik Sistetik (SAS). Berikut akan dijelaskan beberapa metode dalam pembelajaran membaca permulaan: 1) Metode Abjad dan Metode Bunyi Dalam penerapannya, kedua metode tersebut sering menggunakan kata lepas. Misalnya : a) Metode abjad (dalam mengucapkan huruf-hurufnya sesuai dengan abjad “a”, “be”, “ce”, “de”, dan seterusnya). Contoh: bo – bo bobo b) Metode bunyi (dalam mengucapkan huruf-huufnya sesuai dengan bunyinyaa, beh, ceh, deh, dan seterusnya). Contoh: bo – bo beh – o – bo
beh – o – bo
bobo Perbedaan antara metode abjad dan metode bunyi terletak pada pengucapan huruf. 2) Metode Kupas Rangkai Suku Kata dan Metode Kata Lembaga commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
Kedua metode ini dalam penerapannya menggunakan cara mengurai dan merangkaikan. a) Metode Kupas Rangkai Suku Kata Penerapannya guru menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: (1) Guru mengenalkan huruf kepada siswa (2) Merangkaikan suku kata menjadi huruf (3) Menggabungkan huruf menjadi suku kata. Misalnya : ma – ta m–a–t–a ma – ta b) Metode Kata Lembaga Penerapannya menggunakan langkah-langkah sebagai berikut : (1) Membaca kata yang sudah dikenal siswa (2) Menguraikan kata menjadi suku kata (3) Menguraikan suku kata menjadi huruf (4) Menggabungkan huruf menjadi suku kata (5) Menggabungkan suku kata menjadi kata Misalnya: bola bo –
la
b – o – l – a bo –
la
bola 3) Metode Global Dalam
penerapannya
menggunakan
berikut: a) Mengkaji salah satu kata b) Menguraikan huruf menjadi suku kata c) Menguraikan suku kata menjadi huruf d) Menggabungkan huruf menjadi suku kata commit to user e) Merangkai suku kata menjadi kata
langkah-langkah
sebagai
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
f) Merangkai kata menjadi kalimat
Misalnya :
andi bermain catur bermain ber – ma – in b–e–r–m–a–i–n ber – ma – in bermain andi bermain catur
4) Metode SAS (Struktural Analitik Sintetik) Menurut Momo dalam Darmiyati Zuchdi dan Budiasih (2001: 63-66) dalam pelaksanaannya, metode ini dibagi dalam dua tahap yakni: a) tanpa buku, dan b) menggunakan buku. Pada tahap tanpa buku, pembelajarannya dilaksanakan dengan cara sebagai berikut: a) Merekam bahasa siswa Bahasa yang digunakan oleh siswa dalam percakapan, direkam untuk digunakan sebagai bahan bacaan. b) Menampilkan gambar sambil bercerita Guru memperlihatkan gambar kepada siswa, sambil bercerita sesuai dengan gambar tersebut. Misalnya :
ini budi budi duduk di kursi budi sedang belajar menulis
Kalimat tersebut ditulis di papan tulis dan digunakan sebagai bahan cerita. c) Membaca Gambar Misalnya: guru memperlihatkan gambar seorang ibu yang sedang memegang sapu, sambil mengucapkan kalimat, “ini ibu ani”. d) Membaca gambar dengan kartu kalimat Setelah siswa dapat membaca tulisan di bawah gambar, guru menempatkan kartu kalimat di bawah gambar. Untuk memudahkan commit to user pelaksanaan dapat digunakan media berupa papan flannel, kartu kalimat,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
kartu kata, kartu huruf dan kartu gambar. Dengan menggunakan media tersebut untuk menguraikan dan menggabungkan akan lebih mudah. e) Membaca kalimat secara Struktural (S) Setelah siswa dapat membaca tulisan di bawah gambar, gambar dikurangi sehingga siswa dapat membaca tanpa dibantu dengan gambar. Dengan dihilangkannya gambar maka yang dibaca siswa adalah kalimat (tulisan). Misalnya :
ini bola ini bola budi ini bola amir
f) Proses Analitik (A) Sesudah siswa dapat membaca kalimat, mulailah menganalisis kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf. Misalnya :
ini bola ini – bola i – ni – bo – la
i–n–i–b–o–l–a g) Proses Sintetik (S) Setelah siswa mengenal huruf-huruf dalam kalimat, huruf itu dirangkai lagi menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, kata menjadi kalimat seperti semula. Misalnya :
i–n–i–b–o–l–a i – ni – bo – la ini – bola ini bola
Secara utuh proses SAS tersebut sebagai berikut : ini bola ini – bola i – ni – bo – la i–n–i–b–o–l–a commit to user i – ni – bo – la
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
ini – bola ini bola Berdasarkan metode di atas, tidak ada satu metode yang paling baik. Semua metode mempunyai kelebihan dan kekurangan. Di dalam pembelajaran, guru harus mampu memilih dan menggunakan metode sesuai dengan bahan atau materi pembelajaran yang akan disampaikan kepada siswa. B. Kerangka Berpikir Siswa yang memiliki kemampuan memahami isi bacaan baik secara kuantitas maupun kualitas akan cepat mengetahui ide, gagasan, maksud yang terkandung dalam bacaan. Maka diduga kemampuan memahami isi bacaan memiliki hubungan positif dengan prestasi belajar bahasa Indonesia. Semakin baik kemampuan memahami isi bacaan, dimungkinkan semakin tinggi pula prestasi belajar bahasa Indonesia. Dalam memahami isi bacaan, pembelajaran membaca cerdas siswa sangat diperlukan, karena dengan membaca cerdas siswa akan lebih memahami isi bacaan tersebut sehingga kemampian memahami isi bacaan meningkat. Jadi penerapan pembelajaran membaca cerdas sangat tepat karena pembelajaran membaca cerdas merupakan upaya dari guru dengan cara memberi stimulus, pengarahan, dan mengaktifkan indera siswa agar siswa mau belajar sehingga dapat mengaktualisasikan dirinya sesuai dengan potensi-potensi yang ada. Adapun alur kerangka pemikiran yang ditujukan untuk mengarah jalannya penelitian tindakan kelas ini agar tidak menyimpang dari pokok permasalahan adalah sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
Guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia belum menggunakan pembelajaran membaca cerdas
Kondisi awal
Kemampuan memahami isi bacaan rendah
Guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia menggunakan pembelajaran membaca cerdas
Tindakan
Kemampuan memahami isi bacaan meningkat
Kondisi Akhir
Bagan 1. Kerangka Berfikir
C. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka pemikrian di atas, hipotesis tindakan penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah: “Pembelajaran membaca cerdas dapat meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa tunagrahita kelas III SLB ABCD Tunas Pembangunan I Nogosari Boyolali tahun pelajaran 2011/2012.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Pendekatan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam bahasa Inggris diartikan Classroom Action Research (CAR) yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran (Susilo, 2007: 16). Penelitian dilaksanakan di kelas III Tunagrahita SLB ABCD Tunas Pembangunan I Nogosari Boyolali pada pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia pada semester II tahun pelajaran 2011/2012, dengan alasan bahwa hasil belajar memahami isi bacaan siswa kelas III masih rendah. 2. Jadwal Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dirancang selama empat bulan dengan rincian kegiatan sebagai berikut: Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian
Kegiatan
1
1. Persiapan a. Studi eksploratif b. Perumusan masalah c. Konsultasi proposal PTK d. Penyusunan instrumen 2. Tahap Pelaksanaan a. Perencanaan tindakan b. Implementasi tindakan 3. Analisis a. Klasifikasi data b. Analisis data c. Interpretrasi data d. Perumusan hasil penelitian 4. Tahap Penyusunan Laporan a. Penyusunan laporan PTK commit to user b. Ujian 26
Bulan ke ..... 2 3
4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27
B. Subjek Penelitian Penelitian tindakan kelas ini subyek penelitian adalah siswa tunagrahita kelas III SLB ABCD Tunas Pembangunan I Nogosari Kabupaten Boyolali berjumlah 4 siswa terdiri dari 3 siswa laki-laki dan 1 perempuan. Tabel 2. Daftar Siswa Tunagrahita Kelas III SLB ABCD Tunas Pembangunan I Nogosari sebagai Subyek Penelitian. No.
Kode Siswa
Jenis Kelamin
1
AS
L
2
MK
L
3
AD
L
4
NF
P
C. Data dan Sumber Data Data diperoleh dari dokumentasi, tes, dan observasi. Sumber data penelitian tindakan kelas ini berasal dari siswa tunagrahita kelas III SLB ABCD Tunas Pembangunan I Nogosari Boyolali sebagai subjek penelitian. Data yang berupa nilai kemampuan memahami isi membaca dalam bentuk angka diperoleh dengan menggunakan tes setelah dalam proses pembelajaran menerapkan pembelajaran membaca cerdas.
D. Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian, karena hal ini merupakan sesuatu yang paling mendasar guna keberhasilan suatu penelitian dapat tercapai. Penelitian, di samping perlu menggunakan metode yang tepat, juga perlu memilih teknik dan alat pengumpulan data yang relevan. Penggunaan teknik dan alat pengumpul data yang tepat memungkinkan diperolehnya data yang objektif. Di bawah ini akan diuraikan teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian sebagai cara yang ditempuh untuk mengumpulkan data yang dilakukan commit to user secara terencana dan sistematis untuk pemecahan masalah.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
Berorientasi pada judul penelitian maka metode yang akan digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini dengan metode dokumentasi, tes, dan observasi. 1. Dokumentasi a. Pengertian Dokumentasi Dokumentasi memiliki beberapa pengertian yang berbeda antara satu dengan yang lain, yang pada dasarnya memiliki prinsip yang sama. Dari beberapa literatur diperoleh penjelasan sebagai berikut: Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 200) “dokumentasi yaitu data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, notulen, legger, agenda, dsb”. Menurut Margono (2009: 161), “dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis seperti arsip-arsip dan termasuk juga bukubuku pentang pendapat, teori, dalil, atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.” Berdasarkan kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa dokumentasi adalah cara pengumpulan data mengenai hal-hal atau variabel melalui peninggalan tertulis seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil, catatan, notuler, legger, agenda, atau hukumhukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian b. Dokumentasi yang digunakan Dalam
penelitian
ini,
metode
dokumentasi
digunakan
untuk
memperoleh data tentang kemampuan awal memahami isi bacaan yang diambil dari nilai ulangan siswa tunagrahita kelas III SLB ABCD Tunas Pembangunan I Nogosari yang berupa nilai. 2. Tes a) Pengertian Tes Data kemampuan memahami isi bacaan diperlukan tes, agar peneliti dapat pengetahui kemampuan memahami bacaan yang diperoleh siswa pada siklus I dan siklus II setelah dalam pembelajaran melalui pembelajaran membaca cerdas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
“Tes adalah sekumpulan pertanyaan yang harus dijawab dan/atau tugas yang harus dikerjakan” (Saifuddin Azwar, 2001: 2). Menurut Suharsimi Arikunto (2006:138) tes adalah “Serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok”. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tes adalah suatu alat yang dipergunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat, berujud pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa baik secara individu atau kelompok. b) Macam-macam Tes Tes terdiri dari bermacam-macam. Macam-macam tes antara lain sebagai berikut: 1) Tes benar salah, 2) Tes pilihan ganda, 3) Tes menjodohkan, 4) Tes isian atau melengkapi, 5) Tes jawaban singkat (Suharsimi Arikunto, 2006:139). c) Tes yang Digunakan Materi tes kemampuan memahami isi bacaan meliputi: kemampuan siswa dalam menyebutkan beberapa kata sesuai dengan soal tes yang diberikan guru yang diperoleh dari bahan bacaan dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Kemampuan memahami isi bacaan membaca siswa diukur melalui tes. Setelah dilaksanakan tindakan, siswa dites dengan menggunakan soal isian yang menitikberatkan pada segi penerapan pada akhir pembelajaran setiap siklus. 3. Observasi a. Pengertian Observasi Observasi memiliki beberapa pengertian yang berbeda antara satu dengan yang lain, yang pada dasarnya memiliki prinsip yang sama. Dari beberapa literatur diperoleh penjelasan sebagai berikut: “Metode observasi adalah metode pengumpulan data dengan pengamatan secara langsung mengenal fenomena-fenomena dan gejala psikis maupun psikologi dengan pencatatan. commit toFormat user yang disusun berisi item-item
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30
tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi” (Suharsimi Arikunto, 2006: 229). Menurut Supardi (2008: 127), “observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran.” Kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) secara langsung mengenal fenomenafenomena dan gejala psikis maupun psikologi dengan pencatatan untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. b. Macam-macam Observasi Observasi ini dilakukan untuk mengamati secara langsung proses dan dampak pembelajaran yang diperlukan untuk menata langkah-langkah perbaikan agar lebih efektif dan efisien. Dalam melakukan observasi proses, menurut Retno Winarni (2009: 84-85) ada 4 metode observasi yaitu: a) observasi terbuka, b) observasi terfokus, c) observasi terstruktur, dan d) observasi sistematik. 1) Observasi Terbuka Pengamat tidak menggunakan lembar observasi, melainkan hanya menggunakan kertas kosong merekam pelajaran yang diamati. 2) Observasi Terfokus Ditujukan untuk mengamati aspek-aspek tertentu dari pembelajaran. Misalnya: yang diamati kesempatan bagi siswa untuk berpartisipasi. 3) Observasi Terstruktur Observasi menggunakan instrumen yang terstruktur dan siap pakai, sehingga pengamat hanya tinggal membubuhkan tanda (√) pada tempat yang disediakan. 4) Observasi Sistematik Observasi sistematik lebih rinci dalam kategori yang diamati. Misalnya dalam pemberian penguatan, data dikategorikan menjadi penguatan verbal dan nonverbal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
c. Observasi yang Digunakan Dalam penelitian in digunakan observasi terstruktur, dimana observasi menggunakan instrumen yang terstruktur dan siap pakai, sehingga pengamat hanya tinggal membubuhkan tanda () pada tempat yang disediakan pada lembar pengamatan aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran memahami isi bacaan melalui pembelajaran membaca cerdas. Alasan digunakan observasi terstruktur adalah untuk mempermudah observer melakukan pengamatan dan observasi tertruktur sesuai dengan masalah yang diteliti. E. Uji Validitas Data Teknik yang digunakan untuk memeriksa validitas data antara lain adalah triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan validitas data dengan memanfaatkan sarana di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembandingan data itu (Moelong dalam Sarwiji Suwandi, 2008: 69). Validitas data yang digunakan antara lain dengan triangulasi sumber data dan triangulasi metode pengumpulan data. Dalam penelitian ini teknik triangulasi untuk mengetahui kemampuan memahami isi membaca dan faktor penyebabnya. Untuk itu peneliti membandingkan data dari hasil penelitian. Triangulasi data dilakukan dengan cara : 1. Cross checking, peneliti melakukan pengecekan (checking) antara hasil metode pengumpulan data yang diperoleh melalui tes, observasi dan dokumentasi dengan memadukan hasil ketiganya. Dalam hal ini bertujuan memperoleh informasi yang benar dan meyakinkan. 2. Cek ricek, yaitu pengulangan kembali data yang diperoleh melalui berbagai sumber data, waktu, maupun metode dan informasi serta tempat memperoleh data (setting). Berdasarkan dengan hal tersebut di atas maka dapat dirumuskan langkahlangkah yang dilakukan peneliti untuk memperoleh data yang terpercaya melalui: 1. Pengamatan secara terus menerus. Kegiatan ini dimaksudkan bahwa peneliti commitmelalui to user pembelajaran membaca cerdas berusaha untuk selalu mengamati
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32
dalam meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan siswa tunagrahita sedang kelas III semester II di SLB ABCD Tunas Pembangunan I Nogosari tahun pelajaran 2011/2012. Dengan demikian, peneliti dapat memperhatikan segala kegiatan yang terjadi dengan lebih cermat, aktual, terinci dan mendalam. Di samping itu, peneliti mengumpulkan hal-hal yang bermakna untuk lebih memahami gejala yang terjadi. Pengamatan secara terus-menerus ini dilakukan selain untuk menemukan hal-hal yang konsisten, juga dilakukan sebagai upaya untuk memenuhi kriteria reliabilitas data yang diperoleh. 2. Trianggulasi data. Teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data yang diperoleh melalui pengamatan, untuk mencari atau memperoleh standar kepercayaan data yang diperoleh dengan jalan melakukan pengecekan data, cek ulang dan cek silang pada dua atau lebih informasi. Setelah mengadakan pengamatan, peneliti mengadakan penelitian kembali, mencocokkan data yang diberikan oleh informan satu dengan informan yang lainnya. Peneliti meminta kembali penjelasan, atau informasi baru dari informan yang sama dan pertanyaan yang sama tetapi dengan waktu dan situasi yang berbeda. Adapun validitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan content validity yaitu validitas isi. Validitas isi menunjukkan sejauh mana item-item dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi yang hendak diukur oleh tes itu. Pengertian mencakup keseluruhan kawasan isi tidak saja berarti tes itu harus komprehensif akan tetapi isinya harus pula tetap relevan dan tidak keluar dari batasan tujuan pengukuran (Saifuddin Azwar, 2001: 175). Pengujian
validitasi
isi
tidak
melalui
analisis
statistik
tetapi
menggunakan analisis rasional. Salah satu cara yang praktis untuk melihat apakah validitas isi telah terpenuhi adalah dengan melihat apakah item-item dalam tes telah ditulis sesuai dengan blue-printnya yaitu telah sesuai dengan batasan domain commit to user ukur yang telah ditetapkan semula dan memeriksa apakah masing-masing item
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33
telah sesuai dengan indikator perilaku yang hendak diungkapnya. Uji validitas dalam penelitian disusun kisi-kisi soal.
F. Analisis Data Analisis hasil pembelajaran meliputi hasil penelitian dari tes yang diperoleh pada penelitian tindakan kelas. Data berupa hasil tes kemampuan memahami isi membaca berupa skor tingkat kemampuan siswa dalam memahami isi membaca. Data berupa hasil tes klasifikasikan sebagai data kuantitatif. Data tersebut dianalisis secara diskriptif komparatif, yang dianalisis adalah hasil nilai tes siswa pra siklus dibandingkan dengan siklus I dan II setelah menerapkan pembelajaran membaca cerdas sehingga hasilnya dapat mencapai batas keberhasilan yang ditetapkan.
G. Indikator Kinerja Penelitian Indikator pencapaian dalam penelitian ini adalah apabila kemampuan memahami isi bacaan siswa mendapat nilai 60 atau lebih sebagai batas tuntas pembelajaran memahami isi membaca. Penetapan indikator pencapaian ini disesuaikan dengan kondisi sekolah, seperti batas minimal nilai yang dicapai dan ketuntasan belajar tergantung pada guru kelas yang secara empiris tahu betul keadaan murid-murid di kelasnya (sesuai dengan KTSP ).
H. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai, seperti yang telah didesain dalam variabel yang diteliti. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model yang dilakukan oleh Kemmis dan Mc Taggart yang merupakan pengembangan dari model Kurt Lewin. Suharsimi Arikunto (2007: 16) mengemukakan model yang didasarkan atas konsep pokok bahwa penelitian tindakan terdiri dari empat komponen pokok yang juga menunjukkan langkah, commit to user yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34
1. Perencanaan atau planning Menggambarkan secara rinci hal-hal yang perlu dilakukan sebelum pelaksanaan
tindakan
(penyiapan
perangkat
pembelajaran,
skenario
pembelajaran membaca cerdas, observasi, dan evaluasi) yang dapat dirinci sebagai berikut: a. Merencanakan pembelajaran membaca cerdas b. Menentukan pokok bahasan. c. Mengembangkan skenario pembelajaran. d. Menyiapkan sumber belajar. e. Mengembangkan faktor evaluasi. f. Mengembangkan faktor observasi. 2. Tindakan atau acting Berisi uraian tahapan-tahapn tindakan yang akan dilakukan oleh peneliti maupun siswa dalam pembelajaran. Menerapkan tindakan mengacu pada skenario pembelajaran, meliputi: 1. Kegiatan Awal a. Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa. b. Guru mengajak siswa berdoa sesuai dengan keyakinan masing-masing. c. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran. 2. Kegiatan Inti a. Eksplorasi b. Elaborasi c. Konfirmasi 3. Kegiatan Penutup 3. Pengamatan atau observing Dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran (aktivitas guru dan siswa). Observasi diarahkan pada poin-poin dalam pedoman yang telah disiapkan peneliti, sebagai berikut: a. Pengamatan aktivitas guru, meliputi: 1) Menyiapkan RPP
commit to user 2) Menyediakan materi dan sumber belajar
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35
3) Pengolahan waktu dan penguasaan materi 4) Menanggapi usulan siswa 5) Membuat kesimpulan 6) Melaksanakan evaluasi b. Pengamatan aktivitas siswa, meliputi: 1) Memperhatikan penjelasan guru 2) Membeca suku kata dan kata 3) Bertanya pada guru 4) Membaca dengan lesan 5) Mengerjakan LKS 4. Refleksi atau reflecting Dilakukan dengan cara menganalisis hasil pekerjaan siswa dan hasil observasi. Berdasarkan hasil analisis akan diperoleh kesimpulan bagian fase mana yang perlu diperbaiki atau disempurnakan dan fase mana yang telah memenuhi target. Kualitas proses pembelajaran dinyatakan mengalami perbaikan apabila capaian pada indikator keberhasilan yang telah ditetapkan sesuai target atau bahkan melebihnya. Model Kurt Lewin yang terdiri dari empat komponen tersebut kemudian dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart. Kedua ahli ini memandang komponen sebagai langkah dalam siklus, sehingga mereka menyatukan dua komponen yang kedua dan ketiga, yaitu tindakan dan pengamatan sebagai suatu kesatuan. Hasil dari pengamatan ini kemudian dijadikan dasar sebagai langkah berikutnya,
yaitu
refleksi
kemudian
disusun
sebuah
modifikasi
yang
diaktualisasikan dalam bentuk rangkaian tindakan dan pengamatan lagi, begitu seharusnya. Langkah-langkah tindakan kelas tersebut di atas dapat diilustrasikan dalam bagan 2 berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36
Perencanaan
Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaan
Pengamatan ?
Bagan 2. Alur Penelitian Tindakan Kelas (Suharsimi Arikunto, 2007: 16)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37
BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pratindakan Pembelajaran bahasa Indonesia materi meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan anak tunagrahita sedang kelas III SLB ABCD Tunas Pembangunan I Nogosari pada kondisi awal dikemas oleh guru dengan alokasi waktu 2 x 30 menit. Guru mengawali pembelajaran dengan mengkondisikan kelas, mengabsen terlebih dan melaksanakan apersepsi guna menggali pengetahuan awal siswa. Guru menyampaikan materi pembelajaran dengan metode ceramah yang yang biasa digunakan guru. Pada akhir pembelajaran, guru memberikan tugas kepada siswa untuk membaca materi yang berkaitan dengan kemampuan memahami isi bacaan. Pembelajaran diakhiri tanpa diberikan penguatan atau umpan balik dari proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Berdasarkan pelaksanaan pembelajaran memahami isi bacaan sebelum melalui membaca cerdas pada kondisi awal, berikut ini dapat disajikan kemampuan memahami isi bacaan yang diperoleh siswa. Tabel 3. Kemampuan Memahami Isi Bacaan Siswa Tunagrahita Kelas III SLB ABCD Tunas Pembangunan I Nogosari Boyolali pada Kondisi Awal. No. Urut
Nama Subyek
Nilai
Keterangan*)
1
AS
60
Sudah tuntas
2
MK
50
Belum tuntas
3
AD
40
Belum tuntas
4
NF
50
Belum tuntas
Jumlah
200
Nilai Rata-rata
50,00
Ketuntasan Klasikal
25 %
Belum tuntas
*) Batas tuntas (KKM) = 60 Sumber data: Lampiran 6 halaman 72. Kemampuan memahami isi bacaan siswa tunagrahita kelas III SLB ABCD Tunas Pembangunan I Nogosari Boyolali pada kondisi awal dapat digambarkan commit to user dalam bentuk grafik sebagai berikut: 37
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38
Kemampuan Awal 70 60 50 40 30 20 10 0 AS
MK
AD
NF
Grafik 1. Kemampuan Memahami Isi Bacaan pada Kondisi Awal. Nilai siswa yang disajikan pada tabel di atas menunjukkan sebanyak 3 siswa memperoleh nilai di bawah 60 dan hanya 1 siswa yang mendapat nilai 60, nilai rata-rata 50,00 dan ketuntasan klasikal mencapai 25%. Data ini menunjukkan bahwa pembelajaran memahami isi bacaan bagi anak tunagrahita kelas III SLB ABCD Tunas Pembangunan I Nogosari Boyolali belum memenuhi batas tuntas yang ditetapkan. Dengan demikian, pada kondisi awal ini pembelajaran memahami isi bacaan dapat dikatakan belum mencapai tujuan yang diharapkan. Berdasarkan kemampuan memahami isi bacaan yang masih rendah, maka guru berusaha melakukan inovasi pembelajaran agar kemampuan memahami isi bacaan dapat ditingkatkan. Inisiatif yang diambil guru serta didukung oleh kepala sekolah dan dibantu teman guru kolaborasi, dilakukan inovasi pembelajaran melalui pembelajaran membaca cerdas dengan tujuan meningkatkan aktivitas belajar dan kemampuan memahami isi bacaan bagi siswa tunagrahita sedang, serta aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran bahasa Indonesia.
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus 1. Pelaksanaan Tindakan Siklus I a. Perencanaan Perencanaan penelitian tindakan kelas pada siklus I meliputi kegiatancommit to user kegiatan:
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Dalam rangka implementasi tindakan perbaikan, pembelajaran bahasa Indonesia siklus I ini dirancang dengan dua kali pertemuan. Alokasi waktu pertemuan adalah 2 x 30 menit setiap pertemuan. RPP mencakup ketentuan: standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, kemampuan awal, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, langkah-langkah kegiatan, sumber belajar, dan evaluasi. (Lampiran 4 halaman 61). 2) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung Fasilitas yang perlu dipersiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran adalah: (1) Ruang kelas. Ruang kelas yang digunakan adalah kelas yang biasa digunakan setiap hari. Kelas tidak didesain secara khusus, untuk pelaksanaan pembelajaran, kursi diatur sedemikian rupa (membentuk lingkaran) sehingga guru dapat melaksanakan inovasi pembelajaran melalui pembelajaran membaca cerdas dengan baik; (2) Mempersiapkan bahan bacaan sesuai dengan materi pembelajaran. 3) Menyiapkan Lembar Observasi Lembar observasi digunakan untuk mencatat segala aktivitas selama pelaksanaan pembelajaran berisi daftar isian mencakup kegiatan siswa dan juga kegiatan guru. Lembar pengamatan yang digunakan untuk siswa meliputi bagaimana aktivitas siswa dalam pembelajaran yang meliputi: memperhatikan penjelasan guru, membaca suku kata dan kata, pertanyaan pada guru, untuk kerja di depan kelas, dan mengerjakan LKS. Lembar pengamatan yang digunakan untuk guru meliputi bagaimana guru mengajar, yang meliputi: menyiapkan RPP, pengkondisian kelas, menyediakan
materi
dan
sumber
belajar,
melakukan
informasi
pendahuluan, pengolahan waktu dan penguasaan materi, menanggapi usulan siswa, membuat kesimpulan, dan melaksanakan evaluasi. b. Pelaksanaan Tindakan 1) Kegiatan Awal (10 menit) a. Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa. b. Guru mengajak siswa berdoa sesuai dengan keyakinan masing-masing. to user c. Guru menginformasikancommit tujuan pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40
2) Kegiatan Inti (40 menit) a. Eksplorasi (1) Dengan bantuan guru siswa menyebutkan benda di sekitar kelas. (2) Siswa menyebutkan benda yang ada di sekitar kelas. (3) Dengan bantuan guru, siswa menyebutkan bagian-bagian anggota meja, kursi, gitar. (4) Dengan bantuan guru, siswa menyebutkan kegunaan bagian-bagian anggota meja, kursi, dan gitar. b. Elaborasi (1) Siswa menyebutkan benda di sekitar kelas. (2) Siswa menyebutkan bagian-bagian anggota meja, kursi, gitar. (3) Siswa menyebutkan kegunaan bagian anggota meja, kursi, dan gitar. c. Konfirmasi (1) Guru menanyakan kembali tentang benda yang ada di sekitar kelas. (2) Guru menanyakan kepada siswa tentang bagian-bagian anggota meja, kursi, maupun gitar. (3) Guru menanyakan kepada siswa tentang kegunaan bagian-bagian anggota meja, kursi, maupun gitar. 3) Kegiatan Penutup (10 menit) a. Guru menyarankan siswa supaya belajar dengan rajin. b. Guru mengajak semua siswa berdoa mengakhiri pelajaran. Kemampuan memahami isi bacaan melalui pembelajaran membaca cerdas pada Siklus I disajikan dalam tabel berikut: Tabel 4. Kemampuan Memahami Isi Bacaan Siswa Tunagrahita Kelas III SLB ABCD Tunas Pembangunan I Nogosari Boyolali pada Siklus I. No. Urut
Nama Subyek
Nilai
Keterangan*)
1 2 3 4
AS MK AD NF
70 60 50 60 240 60,00 75 %
Sudah tuntas Sudah tuntas Belum tuntas Sudah tuntas
Jumlah Nilai Rata-rata Ketuntasan Klasikal *) Batas tuntas (KKM) = 60 commit to user Sumber data: Lampiran 7 halaman 73.
Belum tuntas
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41
Kemampuan memahami isi bacaan pada siklus I dapat digambarkan dalam bentuk grafik sebagai berikut: Nilai Siswa 80 60 40 20 0 AS
MK
AD
NF
Grafik 2. Kemampuan Memahami Isi Bacaan pada Siklus I. c. Pengamatan Hasil observasi terhadap pelaksanaan tindakan dapat dideskripsikan bahwa siswa belum dapat memanfaatkan waktu dengan baik. Hal ini terlihat pada saat guru memberikan penjelasan melalui pembelajaran membaca cerdas, tidak semua siswa memperhatikan, masih terdapat siswa yang kurang memperhatikan pembelajaran dari guru, ada pandangan siswa yang diarahkan ke luar kelas dan memikirkan yang lain, bahkan masih ada siswa yang kurang paham terhadap pembelajaran membaca cerdas yang ditunjukkan guru tentang teknik mempelajari kemampuan memahami isi bacaan. Hal ini terjadi karena siswa tidak memikirkan betapa terbatasnya alokasi waktu yang tersedia sehingga mereka kurang bisa memanfaatkan waktu yang baik. Pada saat melakukan pengamatan, masih terlihat kekurangsiapan pada diri siswa. Masih ada di antara mereka yang hanya sekedar membaca sepintas materi bacaan pada saat guru memberikan pelajaran melalui pembelajaran membaca cerdas, siswa tanpa banyak melakukan aktivitas membaca untuk memahami isi bacaan. Mereka tidak memperhatikan apa yang disampaikan guru dalam pembelajaran kemampuan memahami isi bacaan melalui pembelajaran membaca cerdas. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42
Pada saat mendengarkan penjelasan dari guru, siswa belum melakukannya dengan segera teknik pembelajaran membaca cerdas yang praktis sehingga waktu kurang efektif. Siswa juga masih pasif dalam bertanya, belum banyak memberikan komentar terhadap materi yang dibahas. Hal ini disebabkan karena siswa belum terbiasa melakukan tanya jawab dalam diskusi kelas. Siswa belum biasa mengeluarkan pendapat di hadapan
teman-
temannya. Hasil lembar pengamatan aktivitas guru (lampiran 9 hal. 75) masih rendah, karena aktivitas guru mengajar materi memahami isi bacaan melalui pembelajaran cerdas penguasaan guru baru mencapai 70,00%, sehingga pada siklus berikutnya diharapkan ada peningkatan aktivitas guru, yaitu dengan melakukan perbaikan terhadap aktivitas yang masih kurang, yaitu dengan melakukan pembenahan terhadap aktivitas yang masih rendah. Hasil lembar pengamatan aktivitas siswa (lampiran 11 halaman 77) masih rendah, karena aktivitas belajar dalam memahami isi bacaan melalui pembelajaran membaca cerdas penguasaan siswa baru mencapai 59,00%, sehingga pada siklus berikutnya diharapkan ada peningkatan aktivitas siswa, dengan melakukan perbaikan terhadap aktivitas belajar siswa yang masih kurang melalui pembelajaran membaca cerdas. Tabel 5. Aktivitas Siswa Tunagrahita Kelas III SLB ABCD Tunas Pembangunan I Nogosari pada Siklus I. No. 1 2 3 4 5
Aktivitas Siswa Mendengarkan penjelasan guru Membaca kata dan suku kata Bertanya pada guru Unjuk kerja di depan kelas Mengerjakan LKS Jumlah Skor Total Skor Ketuntasan Kasikal
Sumber data: Lampiran 11 halaman 77. commit to user
SKOR AS MK AD NF 4 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 2 3 4 17 12 14 16 17 + 12 + 14 + 16 = 59 59 : 100 x 100% = 59 %
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43
Aktivitas siswa pada siklus I dapat digambarkan dalam bentuk grafik sebagai berikut: Aktivitas Siswa 19 17 15 13 11 9 7 5 3 1 AS
MK
AD
NF
Grafik 3. Aktivitas Siswa pada Siklus I. Berdasarkan hasil observasi siklus I, diketahui siswa belum dapat memanfatkan waktu dengan baik dalam memahami isi bacaan melalui pembelajaran membaca cerdas. Untuk menindaklanjutinya, pembelajaran pada siklus II perlu ditekankan pada siswa pentingnya strategi membaca cerdas yang efektif. Kurang
bersemangatnya
siswa
dalam
melakukan
kegiatan
pembelajaran meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan dan jarangnya tanya jawab dilakukan antara siswa dengan siswa dan bertanya pada guru disebabkan oleh kekurangpahaman siswa akan pentingnya pembelajaran membaca cerdas, masih terdapat siswa yang menghadapi kesulitan ketika akan mengucapkan suku kata dan kata. Perlu ditingkatkan keaktifan siswa dalam bertanya kepada guru. Siswa perlu dibangkitkan semangatnya sehingga penerapan pembelajaran membaca cerdas yang dilaksanakan guru bermanfaat untuk menyempurnakan pemahaman terhadap peningkatan kemampuan memahami isi bacaan. d. Refleksi Berdasarkan hasil observasi, dapat diketahui bahwa siswa belum dapat memanfatkan waktu dengan baik. Untuk menindaklanjutinya, pembelajaran commit to user pada siklus II perlu ditekankan pada siswa pentingnya pemanfaatan waktu.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44
Kurang semangatnya siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan dan jarangnya tanya jawab dilakukan antara siswa dengan siswa dan bertanya pada guru disebabkan siswa kurang paham akan pentingnya pembelajaran membaca cerdas untuk meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan sehingga masih terdapat siswa yang menghadapi kesulitan ketika akan menyampaikan isi bacaan. Oleh sebab itu, pada pembelajaran pada siklus II perlu ditekankan kepada siswa agar lebih mempersiapkan diri dan memperhatikan pembelajaran membaca cerdas yang ditunjukkan guru. Perlu ditingkatkan keaktifan siswa dalam bertanya kepada guru. Siswa perlu dibangkitkan semangatnya sehingga penerapan pembelajaran membaca cerdas
yang
dilaksanakan
guru
bermanfaat
untuk
menyempurnakan
pemahaman terhadap peningkatan kemampuan memahami isi bacaan. Siswa masih perlu dibimbing dan diarahkan karena aktivitas untuk bertanya masih sangat kurang. 2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pembelajaran bahasa Indonesia materi meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan pada siklus II masih ditujukan pada pemahaman siswa terhadap pemanfaatan pembelajaran membaca cerdas. Pelaksanaannya dirancang sebagai berikut: a. Perencanaan Perencanaan penelitian tindakan kelas pada siklus II meliputi kegiatankegiatan: 1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Dalam rangka implementasi tindakan perbaikan, pembelajaran bahasa Indonesia siklus II ini dirancang dengan dua kali pertemuan. Alokasi waktu pertemuan 2 x 30 menit setiap pertemuan. RPP mencakup ketentuan: standar kometensi, kompetensi dasar, indikator, kemampuan awal, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, langkah-langkah commit to user kegiatan, sumber belajar, dan evaluasi. (Lampiran 4 halaman 61).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45
2) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung Fasilitas yang perlu dipersiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran adalah: (1) Ruang kelas. Ruang kelas yang digunakan adalah kelas yang biasa digunakan setiap hari. Kelas tidak didesain secara khusus, untuk pelaksanaan pembelajaran, kursi diatur sedemikian rupa (membentuk lingkaran) sehingga guru dapat melaksanakan inovasi pembelajaran melalui pembelajaran membaca cerdas dengan baik; (2) Mempersiapkan bahan bacaan sesuai dengan materi pembelajaran. 3) Menyiapkan Lembar Observasi Lembar observasi digunakan untuk mencatat segala aktivitas selama pelaksanaan pembelajaran yang berisi daftar isian yang mencakup kegiatan siswa dan kegiatan guru. Lembar pengamatan yang digunakan untuk siswa meliputi bagaimana aktivitas siswa dalam pembelajaran yang meliputi: memperhatikan penjelasan guru, membaca suku kata dan kata, pertanyaan pada guru, untuk kerja di depan kelas, dan mengerjakan LKS. Lembar pengamatan yang digunakan untuk guru meliputi bagaimana guru mengajar,
yang meliputi: menyiapkan RPP, pengkondisian kelas,
menyediakan
materi
dan
sumber
belajar,
melakukan
informasi
pendahuluan, pengolahan waktu dan penguasaan materi, menanggapi usulan siswa, membuat kesimpulan, dan melaksanakan evaluasi. b. Pelaksanaan Tindakan 1) Kegiatan Awal (10 menit) a) Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa. b) Guru mengajak siswa berdoa sesuai dengan keyakinan masing-masing. c) Guru menginformasikan tujuan pembelajaran. 2) Kegiatan Inti (40 menit) a) Eksplorasi (1) Dengan bantuan guru siswa menyebutkan benda di sekitar kelas. (2) Dengan bantuan guru, siswa menyebutkan bagian-bagian anggota meja, kursi, gitar. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46
(3) Dengan bantuan guru, siswa menyebutkan kegunaan bagian-bagian anggota meja, kursi, dan gitar. b) Elaborasi (1) Siswa menyebutkan benda di sekitar kelas. (2) Siswa menyebutkan bagian-bagian anggota meja, kursi, maupun gitar. (3) Siswa menyebutkan kegunaan bagian-bagian anggota meja, kursi, dan gitar. c) Konfirmasi (1) Guru menanyakan kembali tentang benda yang ada di sekitar kelas. (2) Guru menanyakan kepada siswa tentang bagian-bagian anggota meja, kursi, maupun gitar. (3) Guru menanyakan kepada siswa tentang kegunaan bagian-bagian anggota meja, kursi, maupun gitar. 3) Kegiatan Penutup (10 menit) a. Guru menyarankan siswa supaya belajar dengan rajin. b. Guru mengajak semua siswa berdoa mengakhiri pelajaran. Hasil belajar kemampuan memahami isi bacaan melalui pembelajaran membaca cerdas pada Siklus II disajikan dalam tabel berikut: Tabel 6. Kemampuan Memahami Isi bacaan Siswa Tunagrahita Kelas III SLB ABCD Tunas Pembangunan I Nogosari Boyolali pada Siklus II. No. Urut
Nama Subyek
Nilai
Keterangan*)
1
AS
70
Sudah tuntas
2
MK
70
Sudah tuntas
3
AD
60
Sudah tuntas
4
NF
70
Sudah tuntas
Jumlah
270
Nilai Rata-rata
67,50
Ketuntasan Klasikal
100 %
*) Batas tuntas (KKM) = 60 Sumber data: Lampiran 8 halaman 74. commit to user
Sudah tuntas
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47
Kemampuan memahami isi bacaan siswa tunagrahita kelas III SLB ABCD Tunas Pembangunan I Nogosari Boyolali pada siklus II dapat digambarkan dalam bentuk grafik sebagai berikut: Nilai Siswa 80 60 40 20 0 AS
MK
AD
NF
Grafik 4. Kemampuan Memahami Isi Bacaan pada Siklus I. c. Pengamatan Hasil observasi terhadap pelaksanaan tindakan dapat dideskripsikan bahwa siswa dapat memanfaatkan waktu dengan baik. Pada saat membaca materi melalui pembelajaran membaca cerdas, seluruh siswa telah menyiapkan diri. Mereka membaca suku kata dan kata dengan strategi membaca cerdas yang dianjurkan guru yang terdapat dalam materi bacaan. Seluruh siswa sudah mau bertanya kepada guru untuk menggali beberapa pengalaman yang diingat dari pembelajaran membaca cerdas sehingga informasi yang didapatkan dari pembelajaran membaca cerdas dapat diserap oleh siswa. Pada saat membaca cerdas, siswa telah melakukannya dengan segera sehingga waktu yang tersedia dapat diefektifkan dengan baik. Seluruh siswa sudah aktif dalam bertanya jawab dan banyak memberikan komentar terhadap materi pembelajaran membaca cerdas. Hal ini disebabkan karena siswa sudah mulai terbiasa melakukan tanya jawab saat guru memberikan penjelasan yang terdapat dalam materi bacaan. Siswa sudah mulai terbiasa mengeluarkan pendapat di hadapan teman-temannya dari hasil membaca cerdas. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48
Berdasarkan hasil lembar pengamatan aktivitas guru (lampiran 12 hal. 78) sudah meningkat, aktivitas guru mengajar materi memahami isi bacaan melalui pembelajaran cerdas penguasaan guru telah mencapai 90,00%, guru telah melakukan perbaikan terhadap aktivitas yang masih kurang, yaitu dengan melakukan pembenahan terhadap aktivitas yang masih rendah. Berdasarkan hasil lembar pengamatan aktivitas siswa (lampiran 14 hal. 80) sudah meningkat, aktivitas belajar dalam memahami isi bacaan melalui pembelajaran membaca cerdas penguasaan siswa telah mencapai 82,00%, siswa sangat antusias melaksanakan pembelajaran membaca cerdas, apa yang disarankan guru dalam dilaksanakan sesuai dengan skenario pembelajaran. Tabel 7. Aktivitas Siswa Tunagrahita Kelas III SLB ABCD Tunas Pembangunan I Nogosari pada Siklus II. No. 1 2 3 4 5
SKOR AS MK AD NF 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 5 5 4 4 4 5 4 4 22 18 21 21 22 + 18 + 21 + 21 = 82 82 : 100 x 100% = 82 %
Aktivitas Siswa Mendengarkan penjelasan guru Membaca kata dan suku kata Bertanya pada guru Unjuk kerja di depan kelas Mengerjakan LKS Jumlah Skor Total Skor Ketuntasan Kasikal
Sumber data: Lampiran 12 halaman 78. Aktivitas siswa pada siklus I dapat digambarkan dalam bentuk grafik sebagai berikut: Aktivitas Siswa 24 22 20 18 16 14 12 10 AS
MK
AD
NF
commit to user Grafik 5. Aktivitas Siswa pada Siklus I.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49
Peran guru membangkitkan semangat siswa semakin meningkat. Guru mulai mengarahkan bagaimana siswa dapat memanfaatkan waktu dengan baik untuk meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan secara cermat dan cepat melalui pembelajaran membaca cerdas. Selama mendampingi siswa belajar, guru sudah dapat memberikan bimbingan agar siswa terbiasa dengan pembelajaran dengan memanfaatkan pembelajaran membaca cerdas, yang segala sesuatunya yang kurang jelas dapat ditanyakan langsung kepada guru. Berdasarkan hasil observasi, dapat diketahui bahwa kemampuan memahami isi bacaan melalui pembelajaran membaca cerdas lebih baik daripada siklus I. Guru terus menerus menekankan pada siswa akan pentingnya menghargai waktu dalam meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan. Semangat siswa meningkat dalam kegiatan memahami isi bacaan, siswa paham akan pentingnya bertanya kepada guru yang berkaitan dengan pembelajaran membaca cerdas sehingga kesulitan yang dihadapi ketika akan membaca dapat teratasi. Pada pembelajaran berikutnya guru lebih menekankan kepada siswa untuk lebih mempersiapkan diri sebelum melakukan kegiatan memahami isi bacaan dengan memanfaatkan pembelajaran membaca cerdas. Guru memberikan motivasi kepada siswa akan perlunya peningkatan keaktifan siswa dalam mengajukan pertanyaan terhadap permasalahan yang belum jelas. Siswa perlu memiliki semangatnya sehingga dalam meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan untuk menyempurnakan pemahaman terhadap materi belajar bahasa Indonesia. Siswa terus dibimbing guru dan diarahkan untuk meningkatkan aktivitas belajar, untuk terus bertanya kepada guru terhadap materi yang kurang jelas terhadap pembelajaran membaca cerdas yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan memahami isi bacaan. d. Refleksi Berdasarkan hasil observasi, diketahui bahwa siswa telah memanfatkan waktu dengan lebih baik daripada siklus I. Guru terus menerus menekankan pada siswa akan pentingnya menghargai waktu dalam pembelajaran bahasa Indonesia materi meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan. Semangat siswa meningkat melakukan kegiatan memahami isi bacaan, siswa memberanikan bertanya pada guru dan paham akan pentingnya bertanya commit user kepada guru sehingga kesulitan yangtodihadapi ketika akan membaca dapat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50
teratasi. Pembelajaran berikutnya guru lebih menekankan kepada siswa untuk mempersiapkan diri sebelum melakukan kegiatan memahami isi bacaan melalui pembelajaran membaca cerdas yang telah dipersiapkan guru. Guru memberikan motivasi kepada siswa akan perlunya peningkatan keaktifan siswa dalam mengajukan pertanyaan terhadap permasalahan yang belum jelas. Siswa perlu memiliki semangatnya sehingga dalam meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan untuk menyempurnakan pemahaman terhadap materi belajar bahasa Indonesia. Siswa terus dibimbing guru dan diarahkan untuk meningkatkan aktivitas belajar, untuk terus bertanya kepada guru terhadap materi yang kurang jelas terhadap pembelajaran membaca cerdas yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan memahami isi bacaan. C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus Data awal kemampuan memahami isi bacaan, diketahui nilai rata-rata 50,00 tiga siswa memperoleh nilai di bawah 60 dan hanya satu siswa yang mendapat nilai 60. Berdasarkan data, sebagian besar siswa belum mencapai batas tuntas. Demikian pula, secara klasikal belum mencapai ketuntasan. Hasil tes pada siklus I, diketahui rata-rata kemampuan memahami isi bacaan sebesar 60,00, sebanyak 3 siswa mendapat nilai 60,00 atau lebih (tuntas belajarnya) dan tinggal 1 siswa yang belum tuntas, karena nilainya masih di bawah 60,00. Ketuntasan secara klasikal telah mencapai 75,00%. Berdasarkan data tersebut, secara klasikal belum mencapai ketuntasan belajar. Hasil tes pada siklus II, diketahui rata-rata kemampuan memahami isi bacaan sebesar 67,50, seluruh siswa siswa mendapat nilai 60,00 atau lebih (tuntas belajarnya). Ketuntasan secara klasikal telah mencapai 100,00%. Berdasarkan data tersebut, secara klasikal telah mencapai ketuntasan belajar. Berdasarkan hasil observasi, dengan upaya-upaya perbaikan yang dilakukan pada pembelajaran memahami isi bacaan melalui pembelajaran membaca cerdas, hasil yang dicapai siswa mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari naiknya persentase hasil tes yang diperoleh siswa pada setiap siklusnya. Kemampuan memahami isi bacaan setiap siklus melalui pembelajarn cerdas dapat ditunjukkan pada tabel berikut. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51
Tabel 8. Kemampuan Memahami Isi Bacaan Setiap Siklus Melalui Pembelajaran Membaca Cerdas. No.
Nama Siswa
Nilai Awal
Siklus I
Siklus II
1
AS
60
70
70
2
MK
50
60
70
3
AD
40
50
60
4
NF
50
60
70
JUMLAH
200
240
270
RATA-RATA
50,00
60,00
67,50
KETUNTASAN BELAJAR
25 %
75,00 %
100 %
Dari hasil nilai rata-rata secara individu dari setiap siklus dapat dibuat grafik perbandingan sebagai berikut: Nilai Awal
Siklus I
Siklus II
80 70 60 50 40 30
AS
MK
AD
NF
Grafik 6. Peningkatan Kemampuan Memahami Isi Bacaan Melalui Pembelajaran Membaca Cerdas. Tabel 9. Peningkatan Kemampuan Memahami Isi Bacaan Setiap Siklus Siklus
Nilai Rata-rata
Peningkatan
Tes Awal
50,00
-
Siklus I
60,00
10,00
Siklus II
67,50
07,50
Peningkatan kemampuan memahami isi bacaan melalui penerapan pembelajaran membaca cerdas digambarkan dalam bentuk grafik sebagai berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52
Nilai Awal
Siklus I
Siklus II
70 60 50 40 30 Kemampuan Mehahami Isi Bacaan
Grafik 7. Peningkatan Kemampuan Memahami Isi Bacaan Setiap Siklus. Hasil penilaian melalui tes menunjukkan bahwa rata-rata nilai kemampuan memahami isi bacaan telah mencapai 67,50 dari 4 siswa seluruhnya mendapat nilai 60,00 atau lebih. Ketuntasan secara klasikal sebesar 100% siswa mendapat nilai 60,00 ke atas yang dapat diasumsikan indikator kinerja secara klasikal telah mencapai batas tuntas. D. Pembahasan Data awal nilai memahami isi bacaan, rata-rata kelas belum mencapai batas tuntas. Demikian pula, secara klasikal belum mencapai ketuntasan. Berdasarkan hasil tes pada siklus I, secara klasikal telah mengalami meningkatan tetapi secara klasikal belum mencapai ketuntasan belajar memahami isi bacaan. Berdasarkan hasil tes pada siklus II, secara klasikal telah mengalami meningkatan dibanding siklus I dan telah mencapai ketuntasan belajar memahami isi bacaan. Berdasarkan hasil observasi, dengan upaya-upaya perbaikan yang dilakukan pada pembelajaran memahami isi bacaan melalui pembelajaran membaca cerdas, hasil yang dicapai siswa mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari naiknya persentase hasil tes yang diperoleh siswa. Dari nilai rata-rata kemampuan memahami isi bacaan siswa tunagrahita kelas III SLB ABCD Tunas Pembangunan I Nogosari Boyolali secara klasikal dari setiap siklus. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53
Hasil penelitian ini bila dihubungkan dengan kajian teori masih relevan, karena pembelajaran membaca cerdas memiliki beberapa kelebihan, antara lain sangat dimungkinkan bisa digunakan sebagai upaya meningkatkan isi bacaan karena tidak hanya menekankan hafalan dan pengetahuan siap. Sebagaimana yang dikemukakan Farida Rahim (2007:2), membaca memberikan beberapa manfaat, antara lain:
1) dapat menemukan sejumlah informasi dan pengetahuan yang
sangat berguna dalam kehidupan; 2) dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir di dunia; 3) dapat mengayakan batin, meluaskan cakrawala kehidupan; 4) isi yang terkandung dalam teks yang dibacanya dapat segera dikethaui; 5) membaca intensif dapat menghemat energi, karena tidak terpancang pada suatu situasi, tempat dan waktu karena tidak menggangu orang di sekelilingnya. Keberhasilan siswa dalam memahami isi bacaan ditentukan oleh kemampuan
dan
kesempatannya
dalam
membaca
secara
cerdas
yaitu
menggunakan beberapa strategi membaca yang disesuaikan dengan materi isi bacaan, karena membaca cerdas merupakan kunci siswa untuk mengetahui makna yang terkandung di dalam bacaan. Membaca cerdas memiliki banyak manfaat, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain. Dengan membaca cerdas, siswa akan memiliki banyak pengetahuan yang didapat dari apa yang dibaca. Strategi pembelajaran membaca cerdas yang dapat digunakan antara lain: metode abjad, metode bunyi, metode kupas rangkai suku kata, metode kata lembaga, metode global, dan metode Struktural Analitik Sistetik (SAS). Dari beberapa strategi membaca cerdas tersebut, guru dapat menerapkan salah satu strategi yang sesuai dengan karakteristik anak tunagrahita, dengan tujuan siswa dapat memahami maksud keseluruhan yang terkandung dalam teks bacaan. Kesimpulan hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran membaca cerdas dapat meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa tunagrahita kelas III SLB ABCD Tunas Pembangunan I Nogosari tahun pelajaran 2011/2012. Hasil penelitian tersebut didukung oleh beberapa teori yang menyatakan bahwa pembelajaran membaca cerdas memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kemampuan memahami commit to user isi bacaan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia bagi siswa tunagrahita.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan Hasil penelitian data awal nilai memahami isi bacaan diketahui nilai ratarata sebesar 50,00. Sebanyak 3 siswa mendapat nilai kurang dari 60,00 dan 1 siswa mendapat nilai 60,00, ketuntasan klasikal sebesar 25%. Hasil tes pada siklus I, diketahui rata-rata nilai memahami isi bacaan sebesar 60,00, ketuntasan secara klasikal telah mencapai 75,00%. Hasil tes pada siklus II, diketahui rata-rata nilai memahami isi bacaan sebesar 67,50, seluruh siswa siswa mendapat nilai 60,00 atau lebih (tuntas belajarnya). Ketuntasan secara klasikal telah mencapai 100,00%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran membaca cerdas dapat meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa tunagrahita kelas III SLB ABCD Tunas Pembangunan I Nogosari Boyolali tahun pelajaran 2011/2012.
B. Implikasi Model pembelajaran ini digunakan oleh guru terutama dalam menghadapi masalah atau mengatasi masalah peningkatan kemampuan memahami isi bacaan. Dalam pembelajaran membaca cerdas bagi siswa tunagrahita ada kendala yaitu karena terbatasnya yang ada pada anak tunagrahita dan bagi siswa yang sudah lancar membaca akan mengalami kejenuhan. Oleh sebab itu guru hendaknya kreatif dan aktif sehingga dapat menumbuhkan motivasi dan simpati/rasa senang kepada siswa dalam mengikuti pembelajaran membaca cerdas. Pada akhirnya kemampuan memahami isi bacaan siswa tunagrahita kelas III menjadi optimal sesuai dengan batas ketuntasan belajar baik secara individual maupun secara klasikal. Hasil penelitian ternyata bahwa pembelajaran membaca cerdas dapat meningkatkan kemampuan memahami bacaan dalam pembelajaran Bahasa commit isi to user 54
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55
Indonesia siswa tunagrahita kelas III SLB ABCD Tunas Pembangunan I Nogosari Boyolali tahun pelajaran 2011/ 2011. Dengan demikian implikasi dari penelitian tersebut dapat dirumuskan bahwa untuk meningkatkan siswa memahami isi bacaan seorang guru bisa menggunakan alternatif pembelajaran membaca cerdas.
C. Saran 1. Untuk siswa a. Untuk siswa yang sudah tuntas, tetapi nilainya hanya sebatas KKM perlu ditingkatkan pembelajarannya melalui pembelajaran membaca cerdas, tidak malu untuk bertanya dan meminta petunjuk guru. b. Untuk siswa yang sudah optimal memahami isi bacaan perlu dipertahankan dengan jalan meningkatkan frekuensi membaca cerdas. 2. Peneliti lain. Hendaknya peneliti lain dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai salah satu wacana untuk mengadakan penelitian lanjutan yang berkaitan dengan memahami isi bacaan dan untuk penelitian dengan jumlah sampel yang lebih banyak.
commit to user