PENINGKATAN KEMAMPUAN BACA-TULIS PERMULAAN MELALUI PENGGUNAAN MEDIA WAYANG ABJAD KONTEKSTUAL
NI GUSTI AYU MADE YENI LESTARI PAUD PPs Universitas Negeri Jakarta. Jl. Rawamangun Muka, Jakarta Timur. E-mail:
[email protected]
Abstract: This research is aimed at analyzing and explaining the implementation of the activities play with contextualalphabetmediapuppets to improve literacy beginning child. This research was carried out at TK Dwi jaya Marga, Tabanan-Bali for student in group B. Literacy is necessary so that children can give an idea that was on his mind. The method usedin this research was action research who developed by Kemmis and Tanggart. Actions taken in this research consisted oft wocycles; each cycle consists of six treatments. For each cyclesc on sisting of planning, action, monitoring and reflection. The subjects of this research were the kindergartners B2 DwiJaya Marga, Tabanan-Bali, totaled 29 children. Analysis of the data used in this research is done with quantitative and qualitative approaches. Analysis of quantitative data obtained based on increasing children literacy from pre-intervention to the second cycles, amounting to 23,69%. This exceeds the agreement between researchers and collaborators by 20%. Based on the percentage improvement obtained the action hypothesisis accepted. Qualitative data analysis isused based on the model analysis by Miles and Huberman by the steps: (1) data reduction, (2) display the data, and (3) verification by observation, interview, and documentation throughout the study. The results showed that the use of contextual alphabet media puppets can developliteracy beginning child. The child in mastering all aspects of early literacy using contextual alphabet media puppet will lead to the acquisition of early literacy. Keywords: beginning literacy, contextual alphabet media puppet, early literation acquisition
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menjelaskan pelaksanaan kegiatan bermain dengan media wayang abjad kontekstual untuk meningkatkan kemampuan baca-tulis permulaan . Penelitian dilakukan di TK Dwi jaya Marga, Tabanan-Bali siswa kelompok B. Literasi diperlukan agar anak dapat memberikan gambaran yang ada dalam pikirannya . Metode usedin penelitian ini adalah penelitian tindakan yang dikembangkan oleh Kemmis dan Tanggart. Tindakan yang diambil dalam penelitian ini terdiri dari beberapa siklus, setiap siklus terdiri dari enam perlakuan. Untuk setiap siklus pada tahap perencanaan, tindakan, monitoring dan refleksi. Subyek penelitian adalah anak TK B2 Dwijaya Marga, Tabanan-Bali, mencapai 29 anak. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dan kualitatif . Analisis data kuantitatif yang diperoleh berdasarkan pada peningkatan kemampuan baca-tulis anak dari pra-intervensi dengan siklus kedua, sebesar 23,69 %. Hsil ini melebihi kesepakatan antara peneliti dan kolaborator sebesar 20%. Berdasarkan peningkatan persentase memperoleh hypothesisis aksi diterima. Analisis data kualitatif didasarkan pada model analisis Miles dan Huberman dengan langkah-langkah: (1) reduksi data, (2) menampilkan data, dan (3) verifikasi oleh observasi, wawancara, dan dokumentasi selama penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media wayang abjad kontekstual dapat meningkatkan kemampuan baca-tulis permulaan anak. Anak dalam menguasai semua aspek literasi dini menggunakan media wayang abjad kontekstual akan mengarah pada akuisisi keaksaraan awal.
201
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 7 Edisi 2, November 2013
Kata kunci: baca-tulis permulaan, media wayang abjad konstekstual, literasi akuisisi
Bentuk
kegiatan
untuk
meniru
membaca
dan
pengembangan untuk anak usia dini
menuliskan kembali (CW. 2 p. 5 b.
adalah mengembangkan kemampuan
1). Namun saat anak diberikan tugas
bahasa yakni kemampuan baca-tulis
untuk membaca abjad secara acak,
permulaan.
anak
Kegiatan
baca-tulis
menjadi
bingung.
Jika
permulaan masih menjadi sebuah
pembelajaran baca-tulis permulaan
perdebatan dalam dunia pendidikan,
hanya didasarkan pada hafalan, maka
khususnya di TK. Merujuk pada
kemampuan
pendapat Bruner bahwa sebagian
mengembangkan
pembelajaran
dalam
menjadi kurang maksimal.
masa
Kemampuan
kehidupan
terpenting
diperoleh
dari
anak
dalam
kemampuannya
baca-tulis
kanak-kanak yang paling awal dan
permulaan
seharusnya
pembelajaran itu sebagian besar
diarahkan
pada
diperoleh melalui bermain (Suyadi,
akademik, melainkan diarahkan pada
2010: 198). Kritik yang ditujukan
kegiatan bermain yang tentunya juga
kepada sejumlah TK bukan karena
ditunjang
mengajarkan membaca, menulis dan
bermain yang memadai. Berdasarkan
berhitung,
melainkan
gambaran tersebut, peranan guru
digunakan
salah,
cara
yang
seakan-akan
sebagai
oleh
tidak
kemampuan
berbagai
fasilitator
media
benar-benar
menjadikan TK sebagai miniatur SD.
dituntut untuk lebih kreatif dalam
Salah satu contohnya adalah
menyiapkan media bermain yang
pada proses pembelajaran di TK Dwi
dapat memfasilitasi anak belajar.
Jaya Marga, Tabanan-Bali, anak
Media
mampu menghafalkan huruf vokal
adalah media yang digunakan untuk
serta
membangkitkan minat bermain anak
membaca abjad a-z. Anak
bermain
sentra
yang
bahasa,
dimaksud
diberi contoh beberapa abjad di
dalam
khususnya
papan tulis, dan anak diperintahkan
kegiatan baca tulis, yang mana 202
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 7 Edisi 2, November 2013
melalui kegiatan bermain tersebut
dini meliputi seluruh upaya dan
anak juga belajar untuk membaca
tindakan
dan menulis. Media bermain yang
pendidik dan orang tua dalam proses
digunakan terbuat dari bahan yang
perawatan,
sederhana, mudah didapat, mudah
pendidikan
dibuat oleh guru, mudah digunakan
menciptakan aura dan lingkungan
untuk
dimana anak dapat mengeksplorasi
pembelajaran,
perhatian
anak,
menarik
dilakukan
pada
anak
pengalaman
yang
lingkungan anak dan inovatif. Media
kesempatan
kepadanya
bermain yang kontekstual juga dapat
mengetahui
menjembatani
pengalaman
kemampuan
anak
lingkungan
yang
oleh
pengasuhan,
dengan
diperoleh
dekat
yang
dan dengan
memberikan
dan
untuk
memahami
belajar dari
yang
TK
dengan
diperolehnya
sekitarnya.
Dengan
melalui cara mengamati, meniru dan
demikian kegiatan belajar melalui
bereksperimen
bermain
secara
akan
lebih
aplikatif,
lingkungan,
yang
berlangsung
berulang-ulang seluruh
dan
kontekstual dan lebih menyenangkan
melibatkan
potensi
dan
bagi anak.
kecerdasan anak (Sujiono, 2011: 7). National Asociation for the Education
Pendidikan Anak Usia Dini PAUD merupakan landasan
of
Young
Children
(NAEYC) percaya bahwa program
pendidikan
yang
menentukan
anak usia dini yang bermutu tinggi
kepribadian
anak
di
masa
memberikan lingkungan yang aman
mendatang, sehingga anak usia dini
dan penuh kasih yang meningkatkan
dikatakan usia emas (Santoso, 2011:
perkembangan
166). Oleh karena itu pada usia dini
emosional dan kognitif anak-anak
wajib
usia dini sambil memberikan respon
diberikan
pendidikan,
fisik,
sosial,
bimbingan dan pengalaman yang
terhadap
berbagai
kebutuhan
positif, karena pengalaman yang
keluarga
(Bredekamp,
didapat akan disimpan di otaknya
Pendidikan anak usia dini adalah
sampai dewasa. Pendidikan anak usia
suatu upaya pemberian rangsangan
1992:
2).
203
Peningkatan Kemampuan… Ni Gusti Ayu Made Yeni Lestari
dalam
pendidikan,
perawatan,
Perkembangan
motorik
pengasuhan yang ditujukan pada
berarti perkembangan pengendalian
anak usia dini untuk mngembangkan
gerakan jasmaniah melalui kegiatan
seluruh potensi yang dimilikinya.
pusat syaraf, urat syaraf, dan otot
PAUD
yang terkoordinasi (Hurlock, 2008:
memberikan
anak
pengalaman-pengalaman
belajar
150).
Dalam
kaitannya
dengan
dalam rangka mencapai tahapan-
kematangan motorik, Johnson &
tahapan
Warner
perkembangan
hidupnya
dengan cara yang menyenangkan.
mengatakan
skuensi
kematangan dari gross motor skills ke fine motor skill harus menjadi
Karakteristik Anak TK Usia 5-6
pertimbangan bijak dalam mendesain
Tahun
aktivitas yang akan diprogramkan Semua
aspek
berkembang
(Rasyid,
dkk,
2009:
110).
secara bersamaan dan terkait satu
Perkembangan motorik halus, anak-
sama lain dalam diri anak. Aspek
anak
tersebut antara lain kognitif, motorik,
gunting, dapat membentuk tanah liat,
sosial, dan bahasa. Perkembangan
bermain membuat kue dan menjahit,
kognitif anak usia TK 5-6 tahun
mewarnai,
tahun penurut Piaget masuk pada
pensil atau krayon. Perkembangan
tahap pra-operasional. Ciri utama
sosial berarti perolehan kemampuan
dari fase ini adalah berpikir simbolik
berperilaku
dan berpikir intuitif, egosentris, dan
tuntutan sosial. Usia taman kanak-
animisme serta suka mendengarkan
kanak, anak sudah dapat beinteraksi
dongeng.
dengan
Ginsburg
dan
Opper
sudah
dapat
menggunakan
menggambar
yang
anak
dengan
sesuai
lainnya
dalam
mengatakan bahwa pada tahap ini
kelompok
anak mulai menggunakan simbol-
orang lain di sekitarnya, seperti
simbol ketika menggunakan sebuah
mengeksplorasi lingkungan, mundur
objek
dari situasi yang dapat mengancam,
atau
mempresentasikan
tindakan sesuatu
hadir (Crain, 2007: 182).
untuk yang
dan
bermain,
dengan
membuat
dan
ikatan
dengan
kelompok
sebaya (Berk, 2006: 416). 204
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 7 Edisi 2, November 2013
Perkembangan bahasa anak meliputi empat kemampuan, yaitu:
Kemampuan Permulaan
kemampuan mendengar, berbicara, membaca,
dan
Semua komponen tersebut
Tujuan
harus diberikan dengan bermakna
pengembangan bahasa untuk anak
dan berguna agar anak mampu
usia dini adalah agar anak mampu
membaca dan menulis (Kostelnik, et.
mengkomunikasikan
dan
al., 2007: 296). Papalia mendukung
mampu
keterkaitan dalam bahasa tersebut
mengintepretasikan komunikasi yang
dalam mengembangkan kemampuan
diterimanya (Kostelnik, et.al, 2007:
baca-tulis permulaan. “Ayah yang
307).
sering
perasaan
menulis.
Baca-Tulis
ide
serta
Dari
pendapat
tersebut
menceritakan
kisah
dan
disimpulkan bahwa fungsi bahasa
kemudian anak berbicara tentang
yang utama adalah sebagai alat
berbagai
komunikasi.
disekelilingnya,
memberikan
karakteristik aspek perkembangan
kontribusi
kemunculan
yang
tersebut,
literasinya” (Papalia, 2008: 346).
masing-masing aspek tidak dapat
Anak mampu membaca dan menulis
berdiri sendiri. Kognitif anak sangat
diawali dengan kemampuan untuk
berperan
dalam
mendengarkan dan berbicara dengan
bahasa,
motorik,
telah
Keterlibatan aspek
Berdasarkan
dijabarkan
pada
pengembangan dan
sosial.
bahwa
yang
terhadap
dilihat
baik dan dilakukan terus-menerus.
masing-masing
mencetuskan
hal
Tiga aspek penting yang harus diketahui tentang baca-tulis,
pendidikan untuk anak usia dini tidak
yaitu:
(1)
dapat dilakukan secara terpisah-pisah
perkembangan
namun harus menjadi satu-kesatuan.
membaca
dan
baca-tulis dari
adalah
keterampilan
menulis
maupun
tindakan-tindakan kreatif dan analitis dalam memproduksi dan memahami teks; (2) perkembangan baca-tulis telah dimulai sejak lama sebelum anak-anak memulai instruksi formal 205
Peningkatan Kemampuan… Ni Gusti Ayu Made Yeni Lestari
dalam membaca; (3) belajar baca dan
dengan berbagai cara, yang terkait
tulis penting bagi keberhasilan anak-
erat dengan harapan lingkungannya
anak di sekolah (Seefeldt & Barbara,
atau
2008:
dipersiapkan untuknya.
321-323).
Baca-tulis
merespon
permulaan dapat dikatakan sebagai
lingkungan
Menurut
Brewer
dan
unsur yang menjadi dasar, landasan,
Bronson,
atau bekal bagi anak untuk mencapai
membaca dan menulis, anak usia 5
kemampuan membaca dan menulis
tahun telah dapat mengidentifikasi
yang baik. Baca-tulis permulaan
huruf-huruf dan membuat sendiri
meliputi koordinasi mata dan tangan,
huruf-huruf
kemampuan
halus,
2008: 79). Selain itu, anak juga dapat
kemampuan mengidentifikasi simbol
menikmati kegiatan membaca dan
(huruf), kemampuan menata simbol,
mengeja. Anak umur 4-5 tahun
kemampuan membuat coretan atau
memperlihatkan minat tinggi pada
menuliskan
simbol-simbol,
aspek-aspek
memahami
arti
motorik
dari
dan
symbol
(Musfiroh, 2009: 65).
dalam
yang
perkembangan
tersebut
(Musfiroh,
fungsional
bahasa
tulisan, misalnya mengenali katakata bermakna dan berupaya menulis
Kemampuan
baca-tulis
nama sendiri (Bredekamp, 1992: 9).
berarti kemampuan untuk membaca,
Membaca
menulis,
berjalinan satu sama lain, biasanya
berbicara,
mendengarkan
(Morrison,
dan 2012:
menulis
dan
menulis
mendahului
saling
aktivitas
260). Hal tersebut sejalan dengan
membaca aktual (Montessori, 2010:
pendapat Ferreiro dan Teberosky
166). Keseimbangan antara membaca
“kemampuan baca-tulis permulaan
dan menulis akan sangat membantu
berhubungan
anak-anak
erat
dengan
menuangkan
ide
dan
perkembangan berbahasa seseorang,
gagasannya dalam bentuk tulisan,
yaitu
seperti surat, puisi, pantun, dan lain-
menerima
membaca)
dan
(mendengar, mengungkapkan
lain.
Sehingga,
anak-anak
tidak
(berbicara, menulis)” (Sudono, 2007:
hanya pandai bercerita saja, tetapi
12). Anak mengeskpresikan diri
juga pandai menulis. Membaca dan 206
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 7 Edisi 2, November 2013
menulis
sangat
dihasilkan
berkaitan
yaitu
dengan
Media
dapat
dikatakan
sebagai
proses
berbagai jenis komponen yang ada di
pengalaman yang sama, sama-sama
lingkungan baik berbentuk visual
menggunakan
maupun audio visual yang dapat
simbol
verbal
(Morrow, 1993: 232).
digunakan
Berdasarkan pendapat di atas disimpulkan
bahwa
baca-tulis
permulaan
kemampuan
yang
dalam
berbahasa
hal
kemampuan adalah
dimiliki
anak
khususnya
untuk
menyampaikan
informasi pembelajaran kepada anak didik. Media sebagai segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan
serta
dapat
merangsang
pikiran, perasaan, perhatian, dan
dalam pengucapan tentang apa yang
kemauan
dilihat
mendorong terjadinya proses belajar
secara
menerapkannya tulisan.
dalam
Kemampuan
permulaan, yang
visual
dan sebuah
baca-tulis
yang
anak
disengaja,
dapat
bertujuan,
dan
terkendali (Miarso, 2004: 458).
meliputi
kemampuan
Gagne menyatakan media
menunjukkan
ketertarikan
adalah berbagai jenis komponen
terhadap
bacaan
dan
tulisan,
dalam lingkungan siswa yang dapat
kemampuan gerakan motorik halus,
merangsangnya
kemampuan mengidentifikasi simbol
Pendapat
(huruf),
disampaikan
antara
sehingga
kemampuan nama
dan
pemahaman gambar
dan
untuk
yang oleh
belajar.
serupa
juga
Briggs
yang
menyatakan bahwa media adalah
kemampuan memahami konsep serta
“segala
alat
tata bahasa cetakan.
menyajikan peran serta merangsang
fisik
yang
dapat
siswa untuk belajar” (Sadiman, 2009: Media Pendidikan Untuk Anak
6). Media pendidikan merupakan alat
Usia Dini
atau perantara yang berguna untuk
Kata media berasal dari
memudahkan
proses dalam
belajar
bahasa Latin medius yang secara
mengajar,
rangka
harfiah berarti “tengah”, “perantara”
mengefektifkan komunikasi antara
atau “pengantar” (Arsyad, 2009: 3).
guru dan murid (Syukur, 2008: 117). 207
Peningkatan Kemampuan… Ni Gusti Ayu Made Yeni Lestari
Hal ini sangat membantu guru dalam
(anak). Pesan yang disampaikan
mengajar dan memudahkan anak
adalah isi kegiatan belajar dalam
menerima dan memahami pelajaran.
bentuk kegiatan yang disesuaikan
Anak
usia
belajar
dengan tema atau topik kegiatan.
melalui bermain, sehingga setiap
Tujuan yang ingin dicapai adalah
kegiatan
terjadinya proses belajar pada diri
yang
memerlukan
dini
dilakukan media
juga
bermain.
anak.
Kegiatan bermain dengan media bertujuan untuk menunjang anak
Media Wayang Kontekstual
agar lebih mudah memainkan dan merangsangnya
menjadi
lebih
Wayang merupakan boneka tiruan
orang
yang
kayu
dan
pahatan
menurut psikolog Elizabeth (Hoorn,
sebagainya yang dimanfaatkan untuk
1999:
(1)
memerankan tokoh dipertunjukkan
supaya anak menjadi jelas menerima
drama tradisional (Bali, Jawa, Sunda,
pesan yang terkandung dalam esensi
dan sebagainya) biasanya dimainkan
mainan
oleh seseorang yang disebut dalang.
diantaranya:
tersebut;
(2)
mengatasi
atau
dari
semangat. Kegunaan media bermain
43-56),
kulit
terbuat
keterbatasan ruang, waktu, dan daya
Selanjutnya
indera anak untuk menggunakan
Wayang adalah seni pertunjukkan
mainan tersebut; (3) sebagai faktor
asli Indonesia yang berkembang
pendorong atau motivasi agar anak
pesat di Pulau Jawa dan Bali, selain
lebih tertantang lagi; (4) sebagai alat
itu beberapa daerah seperti Sumatera
ukur sejauh mana mainan tersebut
dan
dapat digunakan.
memiliki beberapa budaya wayang
Berdasarkan pendapat disimpulkan
para media
ahli,
menurut
Semenanjung
Wikipedia,
Malaya
juga
pendapat-
yang terpengaruh oleh kebudayaan
dapat
Jawa dan Hindu (http://id.wikipedia.
pendidikan
org/wiki/Wayang).
merupakan wahana dari pesan yang
Wayang bisa mengajar serta
oleh sumber pesan (guru) ingin
menghibur anak-anak dan orang
diteruskan kepada penerima pesan
dewasa. Secara historis, wayang 208
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 7 Edisi 2, November 2013
telah
digambarkan
sebagai
seni
ditempelkan pada layar datar semi
rakyat, yang diproduksi oleh dan
transparansi dengan menggunakan
untuk rakyat. Raines and Isbell
cahaya dari belakang (Fraser, 1980:
menyatakan bahwa:
9).
Storytelling and puppetry are ancient forms of oral expression that developed historically in similar ways. The story told was passed from generation to generation and became a binding link for families and cultures. The puppeteer often augmented the storytelling by providing visualization and surprise elements to the story's presentation (Jackman, 2009: 326). Wayang menyenangkan
Wayang yang dimaksud oleh
Fraser pada saat ini disajikan dalam bentuk pertunjukan wayang kulit tradisional.
Selanjutnya,
Cheryl
Henson menjelaskan, boneka atau wayang adalah sebuah objek yang tampaknya
hidup
ketika
itu
dimanipulasi oleh tangan manusia (Jackman, 2009: 328). Pendidikan anak
usia
sebagai
dini,
dalang
penemuan bisa
diri
menjadi
penemuan yang indah dari diri
anak-anak dan menyentuh hati orang
mereka
dewasa. Wayang adalah cara yang
antusiasme, dan imajinasi dalam
unik dan inovatif untuk menjangkau
menciptakan dan berbagi wayang
orang-orang
dari
usia.
akan menjadi menular kepada orang
Wayang
bisa
menghibur,
lain, orang dewasa maupun anak-
segala
menginformasikan, membujuk dan
sendiri.
Kegembiraan,
anak.
menarik. Hal tersebut adalah bagian
Permainan wayang memiliki
dari sejarah kuno dan pada saat yang
empat
alasan
yang
akan
sama juga merupakan bagian dari
dikembangkan yaitu: (a) puppets
imajinasi modern di dunia.
improve communication skills, (b)
Boneka gagang (wayang)
puppets speak a universal language,
adalah boneka yang digunakan untuk
(c) puppets encourage cooperation,
tontonan di ruangan gelap, terdapat
(d)
pegangan atau gagang dari bawah
curriculum (Jalongo, 2007: 122).
boneka,
Sesuai dengan alasan yang telah
dimainkan
dengan
puppets
help
to
integrate
209
Peningkatan Kemampuan… Ni Gusti Ayu Made Yeni Lestari
dikemukakan di atas tentang manfaat
paparan
wayang dalam kelas, ternyata tepat
kontekstual adalah salah satu media
bahwa
dapat
sederhana yang mengandung huruf
mengembangkan keterampilan anak
atau abjad (a-z) yang dapat dibuat
dalam berbahasa. Melalui wayang
dengan bahan-bahan yang mudah
anak dapat mengungkapkan apa yang
didapatkan dan bersifat kontekstual
dirasakannya ketika anak tidak dapat
karena
mengungkapkannya kepada orang
dihubungan
lain. Keterampilan bahasa ekspresif
sekitar anak. Media wayang dapat
anak
media
akan
wayang
diatas,
wayang
dalam
abjad
penggunaannya
dengan
lingkungan
dirangsang
dengan
menginformasikan sesuatu kepada
dengan
boneka
anak
berinteraksi
terkait
dengan
(wayang). Selain itu, kegiatan baca-
permulaan
dengan
tulis permulaan sebagai subjek area
menyenangkan.
baca-tulis cara
yang
dalam kurikulum dapat dieksplorasi dengan wayang (Herr & Yvonne,
METODE PENELITIAN
2004: 517).
Metode
Wayang bermacam-macam
adalah
digunakan adalah penelitian tindakan
bentuk
alfabet
yang
bersifat
kolaboratif.
karton berbentuk segi empat dan
menjelaskan
diberi
dilakukan
memegang (Oberlander, Selanjutnya,
yang
abjad
dari a sampai z yang ditulis pada
tangkai
penelitian
agar
anak
seperti
wayang
2005: disebut
bisa
279).
partisipatif
Pendekatan
dan
kualitatif
peristiwa dalam
yang
penelitian
ini
sehingga mendapatkan gambaran dan penjelasan
yang
lengkap
dalam
kontekstual
pelaksanaan
penelitian
tindakan.
karena wayang abjad ini disesuaikan
Pendekatan
kuantitatif
digunakan
dengan
untuk menganalisis data hasil proses
pembelajaran
kontekstual
yaitu pembelajaran mengutamakan
belajar
keaktifan anak untuk turut serta dan
membandingkan nilai peserta didik
menghubungkannya
sebelum
lingkungan
sekitar.
dengan Berdasarkan
mengajar
dan
sesudah
atau
penelitian
tindakan dilakukan. 210
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 7 Edisi 2, November 2013
Penelitian ini menggunakan
program kegiatan bermain dan lesson
desain Kemmis dan Taggart. Desain
plan, dan data hasil observasi tahap
dan
pelaksanaan. Sumber data dalam
prosedur
tindakan
pada
ini
penelitian
meliputi:
tahap
penelitian ini adalah anak TK B Dwi
perencanaan, pelaksanaan, observasi,
Jaya Marga, Tabanan-Bali Kelas B2
dan
refleksi.
Sebelum
membuat
yang merupakan sumber data primer,
program
kegiatan,
orang tua anak dan kolaborator yang
dilakukan tes awal terlebih dahulu.
terlibat dalam penelitian yaitu guru
Tes
kelas dan kepala sekolah sebagai
perencanaan
awal
dilakukan
untuk
mengetahui kemampuan baca-tulis
pendamping.
permulaan yang dimiliki anak. Hasil tes
tersebut
data
dalam
untuk
penilitian
ini
membandingkan hasil tes pada akhir
instrumen
pengamatan.
tindakan
untuk
melihat
apakah
instrumen yang digunakan adalah
tindakan
yang
dilakukan
sudah
instrumen yang mengacu pada baca-
peningkatan
atau
menunjukkan
digunakan
Pengumpulan
tulis
permulaan.
menggunakan
Untuk
Jenis
melihat
belum. Dalam proses perencanaan,
kemampuan
baca-tulis
permulaan
dirancang kegiatan yang memadukan
dilakukan
observasi
dengan
kegiatan pengembangan kemampuan
menggunakan instrumen berbentuk
baca-tulis
lembar
permulaan
dengan
penilaian.
Instrumen
menggunakan media wayang abjad
dikembangkan dalam bentuk ceklis
kontekstual.
dengan pola jawaban berskala Likert
Data yang diperoleh dalam
yang dimodifikasi. Rentang skor
penelitian ini adalah data kuantitatif
yang digunakan dari satu sampai
dan kualitatif. Data kuantitatif berupa
tiga. Selain itu, Instrumen penunjang
skor pra-intervensi dan skor siklus
pengumpulan data adalah catatan
sedangkan
lapangan dan catatan wawancara.
data
kualitatif
dari
perkembangan anak saat kegiatan
Sebelum
belajar
berlangsung,
instrumen tersebut dikonsultasikan
rencana pembelajaran dalam bentuk
terlebih dahulu kepada dosen ahli
mengajar
instrumen
digunakan,
211
Peningkatan Kemampuan… Ni Gusti Ayu Made Yeni Lestari
untuk
melihat
keterhandalan
datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam
instrumen lalu diujicobakan. Untuk
analisis data yaitu, data reduction,
meyakinkan bahwa instrumen yang
data display, dan conclusion drawing
dibuat tepat guna maka dilakukan uji
atau
validitas instrumen. Uji validitas
Hubermen, 1989: 21).
verification
(Miles
dan
menggunakan product moment dari Pearson dan uji reliabilitas dengan menggunakan
Alpha
(Riduwan,
2010: 111 & 125). Validasi
HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah diberikan tindakan berupa kegiatan bermain baca-tulis
data
dilakukan
permulaan
melalui
penggunaan
dengan kriteria teknik pemeriksaan
media wayang abjad kontekstual,
kepercayaan
terdapat
peningkatan
kemampuan
baca-tulis
Kriteria
(trustworthiness). teknik
pemeriksaan
skor permulaan
kepercayaan (trustworthiness) yang
dari pra-intervensi sampai pada akhir
terdiri
credibility,
siklus II. Peningkatan kemampuan
transferability, dependeability, dan
baca-tulis permulaan anak dapat
confirmability (Mills, 2003: 78).
dilihat pada tabel di bawah ini.
dari
Analisis
data
dilakukan
dengan
Berdasarkan
data
hasil
pendekatan kuantitatif dan kualitatif.
peningkatan kemampuan baca-tulis
Data kuantitatif dianalisis dengan
permulaan anak TK B2 Dwi Jaya
menggunakan
deskriptif
Marga, Tabanan-Bali yang berjumlah
disajikan dalam bentuk tabel atau
29 orang dapat dilihat dari pra-
grafik. Untuk melihat hasil tindakan
intervensi
yang dilakukan, digunakan studi
kemampuan
proporsi nilai rata-rata anak sebelum
sebesar
mendapat
dan setelah
peningkatan kemampuan pada siklus
mendapat perlakuan. Analisis data
I sebesar 9,45% menjadi 61,45%.
kualitatif dilakukan secara interaktik
Selanjutnya, dari siklus I ke siklus II
dan
peningkatan kemampuan baca-tulis
statistik
perlakuan
berlangsung
secara
terus
menerus sampai tuntas, sehingga
permulaan
dengan rata-rata hasil baca-tulis 52,00%
anak
permulaan mengalami
mengalami 212
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 7 Edisi 2, November 2013
peningkatan sebesar 14,24% dari 61,45% menjadi 75,69%. Data kemampuan
peningkatan baca-tulis
Peningkatan
kemampuan
baca-tulis
permulaan
kemampuan
yang
aspek
menunjukkan
permulaan
ketertarikan terhadap Bacaan dan
anak pada masing-masing aspek
Tulisan pada Pra-Intervensi, Siklus I
dapat digambarkan pada grafik di
dan Siklus II. Pada grafik terlihat
bawah ini. Gambar 1 Grafik
pada siklus II semua anak telah
Tabel. 1 Peningkatan Kemampuan Baca-Tulis Permulaan dari Pra- Intervensi, Siklus I sampai Siklus II Responden YP WA TG SP SD NB RV RD DP NY NW KD MP LM KG GD ES DG DA DK DPa DI CP BA AP AD AR APa LD Rata-Rata Kelas
Pra-intervensi Skor % 31 51,67 31,5 50,42 38 63,33 32,5 54,17 27 45,00 29 48,33 30,5 50,83 34,5 57,50 31,5 52,50 29 48,33 30,5 50,83 26,5 44,17 28,5 47,50 29 48,33 28 46,67 29,5 49,17 25 41,67 28,5 47,50 37.5 62.50 32 53,33 34.5 57.50 28,5 47,5 37,5 62,5 27 45,00 31 51,67 31 51,67 37,5 62,50 34,5 57,50 34,5 57,50
Siklus I Skor % 36 60,00 35,5 58,75 44 72,50 37.5 62,50 33,5 55,83 34 56,67 37 61,67 37.5 62,50 38 63,33 35 58,33 39 65.00 32,5 54,17 33,5 55,83 32 53,33 36,5 60,83 36 60,00 33.5 55,83 34 56,67 44 73,33 36 60,00 41.5 69,17 35 58,33 42 70,00 33,5 55,83 38 63,33 33,5 55,83 46 76,67 36,5 60,83 37 61,67
Siklus II Skor % 46,5 77,50 42,5 75,83 51 84,17 45 75,00 43 71,67 42 70,00 43,5 72,50 46,5 77,50 45 75,00 44 73,33 43,5 72,50 43,5 72,50 43,5 72,50 46,5 77,50 44,5 74,17 42 70,00 39 64,17 45 75,00 50 83,33 45 75,00 51,5 85,83 44 73,33 49,5 82,50 42,5 70,83 47 78,33 44 73,33 50,5 84,17 47 78,33 47,5 79,17
31,22
36,90
45,34
52,00
61,45
75,69
Peningkatan (%) 25,83 25,41 20,84 20,83 26,67 21,67 21,67 20,00 22,50 25,00 21,67 28,33 25,00 29,17 27,50 20,83 22,50 27,50 20,83 21,67 28,33 25,80 20,00 25,83 26,66 21,66 21,67 20,83 21,67 23,69
213
Peningkatan Kemampuan… Ni Gusti Ayu Made Yeni Lestari
mengalami peningkatan kemampuan
gerakan motorik halus anak sudah
yang
ketertarikan
sangat baik, meskipun terdapat tiga
terhadap bacaan dan tulisan. Anak
orang anak yang masih memerlukan
telah memahami dasar-dasar baca-
bimbingan untuk memaksimalkan
tulis
kemampuan
menunjukkan
permulaan
memiliki membaca
sehingga
ketertarikan buku
dan
anak untuk
memahami
bagiannya serta menulis sederhana.
yang
menunjukkan
gerakan motorik halusnya dalam menulis
permulaan,
khususnya
mencontoh bentuk atau huruf.
Gambar 1 Grafik Peningkatan Kemampuan Baca-Tulis Permulaan Aspek Kemampuan yang Menunjukkan Gerakan Motorik Halus pada Pra-Intervensi, Siklus I dan Siklus II
Pada grafik 1 terlihat bahwa kemampuan
yang
menunjukkan
Pada kemampuan
grafik anak
2
terlihat dalam
Gambar 2. Grafik Peningkatan Kemampuan Baca-Tulis Permulaan Aspek Kemampuan Mengidentifikasi Simbol (huruf) pada Pra-Intervensi Siklus 1 dan Siklus 2
214
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 7 Edisi 2, November 2013
mengidentifikasi mengalami signifikan
simbol
sudah
peningkatan
yang
dibandingkan
kemampuan intervensi.
anak Anak
dengan
pada sudah
pradapat
membaca maupun menuliskan huruf yang
sama
dalam
kata
Anak tidak membuat gambar sesuai nama
yang
membuat
ditulis,
melainkan
gambar
sesuai
keinginannya sendiri dan terkadang anak malas karena merasa capek. Grafik 4 terlihat seluruh anak
dan
mengalami peningkatan kemampuan
pengenalannya terhadap huruf juga
dalam hal membaca tulisan yang
sudah baik.
dibuat sendiri maupun yang dibuat
Gambar 3. Grafik Peningkatan Kemampuan Baca-Tulis Permulaan Aspek Kemampuan yang Menunjukan Pemahaman antara Nama dan Gambar P ada Pra-Intervensi siklus 1 dan siklus 2
Pada grafik 3 terlihat hanya
oleh guru. Kemampuan anak dalam
beberapa orang anak saja yang
aspek ini masih dapat ditingkatkan
mengalami peningkatan pada aspek
lagi dengan memberikan rangsangan
ini
yang lebih lama. Data pada siklus II
meskipun
dalam
kemampuan
menunjukkan
bahwa
mengidentifikasi gambar tergolong
kemampuan
baca-tulis
tergolong cukup baik. Anak tidak
anak TK B2 Dwi Jaya Marga,
mengalami
Tabanan-Bali
signifikan
membuat
anak dan
peningkatan dalam
aspek
yang ini
sudah
peningkatan permulaan
mencapai
23,69% dari pra-intervensi. Hal ini
dikarenakan anak kurang mengikuti
membuktikan
istruksi yang diberikan oleh guru.
kemampuan
bahwa baca-tulis
peningkatan permulaan 215
Peningkatan Kemampuan… Ni Gusti Ayu Made Yeni Lestari
Gambar 4 Grafik Peningkatan Kemampuan Baca-Tulis Permulaan Aspek Kemampuan Memahami Konsep Serta Tata Bahasa Cetakan pada Pra-Intervensi, Siklus I dan Siklus II
anak
mengalami
peningkatan
anak usia dini melalui interaksi
persentase melebihi standar yang
dengan lingkungannya. Penyediaan
telah disepakati peneliti bersama
lingkungan yang kaya literasi akan
kolaborator
menimbulkan
Berdasarkan
yaitu
sebesar
hasil
20%. tersebut
bahasa
kepekaan
simbol
anak.
Proses
pada
menunjukkan bahwa penelitian ini
pengalaman tersebut akan menjadi
sudah berhasil dan hipotesis tindakan
modal bagi anak untuk memiliki
diterima.
keterlibatan
Secara konseptual teoritik,
yang
kegiatan
tinggi
baca-tulis
dalam
permulaan.
penelitian ini telah menemukan dan
Konstruksi teoritik ini diperkuat oleh
merumuskan konstruksi teori yaitu
Lerner yang mengungkapkan bahwa
bagaimana anak usia dini belajar
dasar utama perkembangan bahasa
baca-tulis
adalah
permulaan,
bagaimana
melalui
penggunaan media wayang abjad
pengalaman
kontekstual
serta
bagaimana
kaya.
kemampuan
baca-tulis
permulaan
ketertarikan
merupakan
terhadap
masa
imitasi
dan
memiliki rasa keingintahuan
yang
tinggi. Proses imitasi dilakukan oleh
berkomunikasi
Kegiatan
terjadi pada mereka. Anak usia dini
konteksual, melihat,
pengalaman-
yang
media anak
bermain dimiliki wayang
yang
dan anak abjad
akan
mencoba
membaca,
dan 216
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 7 Edisi 2, November 2013
mengkomunikasikan
maupun
simbol atau huruf anak TK B2 Dwi
menirukan kembali tulisan maupun
Jaya Marga, Tabanan-Bali sudah
gambar yang terdapat di dalam
mampu membaca dan menulis abjad
media wayang tersebut. Hal tersebut
dengan cukup baik. Kelima aspek
didukung oleh pendapat psikolog
baca-tulis
Elizabeth yang menyatakan media
masing-masing memiliki tujuan dan
bermain memiliki empat kegunaan,
merupakan suatu rangkaian yang
yaitu: (1) anak akan jelas menerima
menjelaskan
pesan yang terkandung dalam esensi
memperoleh kemampuan baca-tulis
mainan
permulaannya.
tersebut,
(2)
mengatasi
permulaan
tersebut
bagaimana
Rangkaian
dalam
keterbatasan ruang, waktu, dan adaya
aspek
indera untuk menggunakan mainan,
permulaan tersebut pada akhirnya
(3) sebagai faktor pendorong atau
akan bermuara pada pemerolehan
motivasi agar anak lebih tertantang,
literasi awal anak (early literation
dan (4) sebagai alat ukur sejauhmana
acquisition).
media
bermian
tersebut
baca-tulis
dapat
digunakan. Kemampuan
kemampuan
anak
SIMPULAN baca-tulis
Hasil penelitian menunjukkan
permulaan terjadi pada anak dimulai
bahwa
secara
dengan ketertarikan anak terhadap
peningkatan kemampuan baca-tulis
bacaan dan tulisan. Ketertarikan anak
permulaan anak pada setiap siklus
tersebut terlihat dari kemampuan
sebagai
anak dalam memilih buku yang
media wayang abjad kontekstual.
disukai dengan gambar dan warna
Data kuantitatif perubahan pada
yang menarik. Selain kemampuan
masing-masing
yang
akibat
kuantitatif
dari
terjadi
penggunaan
siklus
dilakukan
dengan
menggunakan
prosentase
terhadap bacaan dan tulisan, anak
rata-rata
pencapaian
juga harus memiliki kemampuan
baca-tulis permulaan anak kelompok
yang menunjukkan gerakan motorik
B2 TK Dwi Jaya Marga, Tabanan-
halus. Dalam hal mengidentifikasi
Bali.
menunjukkan
ketertarikan
Pencapaian
peningkatan
peningkatan 217
Peningkatan Kemampuan… Ni Gusti Ayu Made Yeni Lestari
kemampuan
baca-tulis
permulaan
anak sesuai dengan kesepakatan
menghindari kegiatan yang bersifat akademik.
antara peneliti dan kolaborator, yaitu sebesar 20% dari pra-intervensi telah
SARAN
dicapai pada siklus kedua dengan
Penelitian
rata-rata peningkatan kemampuan
bermanfaat
sebesar 23, 69%.
teoritis
Implikasi penelitian
ini
untuk
dan
teoritis
dari
penelitian
adalah
bagi
mengetahui
ini
dapat
kepentingan
praktis.
secara
Manfaat
teoritis
strategi,
adalah
penerapan
pegembangan keilmuan di program
media bermain yang sesuai dengan
studi pendidikan anak usia dini,
perkembangan
terutama
melakukan proses pembelajaran pada
dalam
keilmuan
pengembangan
mengenai
cara
anak
dalam
Anak Usia Dini. Secara praktis, hasil
meningkatkan kemampua baca-tulis
penelitian
permulaan anak. Implikasi praktis
memberikan manfaat bagi:
dari penelitian ini adalah guru dapat memberikan
beragam
kegiatan
1. Bagi
ini
diharapkan
guru
dan
dapat
Orangtua,
diharapkan dapat bermanfaat
bermain melalui penggunaan media
hasil
wayang abjad kontekstual yang dapat
perbaikan
meningkatkan kemampuan baca-tulis
pembelajaran sehingga guru
permulaan
dapat memberikan keputusan
anak
memperhatikan
dengan
langkah-langkah
penelitian
yang
ini
untuk kegiatan
terbaik
untuk
kegiatan bermain yang sesuai. Selain
memberikan bantuan
itu, bagi lembaga PAUD, penelitian
optimal kepada anak dengan
ini dapat bermanfaat dalam rangka
menggunakan
meningkatkan kemampuan baca-tulis
media bermain yang menarik
permulaan
dan kreatif.
anak
dalam
rangka
merancang kegiatan pembelajaran yang
menyenangkan
dan
strategi
secara
dan
2. Bagi masyarakat, diharapkan masyarakat lebih mengenal dan mengetahui
bagaimana 218
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 7 Edisi 2, November 2013
mengembangkan kemampuan anak usia dini serta pentingnya kerjasama
berbagai
pihak
dalam mendukung programprogram
pendidikan
untuk
anak usia dini. DAFTAR PUSTAKA Arsyad, Azhar. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009. Berk, Laura E. Child Development: Seventh Edition. USA : Pearson, 2006. Bredekamp, Sue. Developmentally Appropriate Practise in Early Childhood Programs Serving Children From Birth Through Age 8. Washington: Ninth Printing, 1992. Crain, William. Teori Perkembangan: Konsep dan Aplikasi, Alih Bahasa oleh Yudi Santoso. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007. Fraser, Peter. Puppets and Puppetry. London: BT Batsford LTD, 1980. Herr, Judy & Yvonne Libby Larson. Creative Resources For The Early Childhood Classroom Fourth Edition. USA: Thomson, 2004. Hoorn, Judith Van et. al. Play at the Center of the Curriculum. Upper Saddle River, New Jersey: Prentice Hall, 1999. Jackman, Hilda L. Early Education Curriculum: A Child Connection To The World Fourth Edition. USA: Delmar, 2009.
Jalongo, Mary Renk. Early Childhood Language Arts Fourth Edition. USA : Pearson Education, 2007. Kostelnik, Marjorie J., Anne K. Soderman, Alice P. Whiren. Developmentally Appropriate Curriculum. USA: Pearson, 2007. Marrow, Lesley Mandel. Literacy Development In Early Years Second Edition. USA: Allyn & Balcon, 1993. Miarso, Yusuf Hadi. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Grup, 2004. Miles, Matthew B. and A. Michael Huberman. Qualitative Data Analysis: A Sourcebook of New Methods. USA: Ninth Printing, 1989. Mills, E. Action Research: A Guide for Teacher Researchers. USA: Pearson Education, 2003. Morrison, George S. Dasar-Dasar Pendidikan Anak usia Dini (PAUD) Alih Bahasa olehSuci Romadhona & April Widiastuti . Jakarta: Indeks, 2012. Musfiroh,Tadjiroatun. Menumbuhkembangkan BacaTulis Anak Usia Dini. Jakarta: Grasindo, 2009 Mutiah, Diana. Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana, 2010. Oberlander, June R. Slow and Steady Get Me Ready. Jakarta: Pustaka, 2005 Papalia, Diane E. et.al. Human Development, Alih Bahasa 219
Peningkatan Kemampuan… Ni Gusti Ayu Made Yeni Lestari
oleh A. K. Anwar. Jakarta: Kencana, 2008 Sadiman, dkk. Media Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009. Santoso, Soegeng. Konsep Pendidikan Anak Usia Dini Menurut Pendirinya 1. Jakarta: Prodi PAUD, 2011 Seefeldt, Carol & Barbara A. Wasik. Pendidikan Anak Usia Dini, Alih Bahasa oleh Pius Nasar. Jakarta: Indeks, 2008
Sudono, Anggani dkk. Permainan Kreatif. Jakarta: PT Penerbitan Sarana Bobo, 2007. Sujiono, Yuliani Nurani. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks, 2011 Suyadi. Psikologi Belajar PAUD. Yogyakarta: Pedagogia, 2010. Syukur, Fatah. Teknologi Pendidikan. Semarang: Rasail Media: 2008. Wikipedia, “Wayang”, http://id.wikipedia.org/wiki/W ayang (diakses 30 September 2012)
220