PENINGKATAN EKONOMI RUMAH TANGGA NELAYAN MELALUI PEMBERDAYAAN WANITA NELAYAN Oleh : Alfian Zein Dosen Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta Jl. Sumatera, Ulak Karang Padang
Abstrak Sejak adanya krisis ekonomi di Indonesia sejak tahun 1997/1998 sampai sekarang, telah membuat semakin memperparah kehidupan masyarakat di kawasan pesisir, yang mengarah kepada kemiskinan. Dalam kesulitan ekonomi, biasanya istri nelayan (fisher-women) tampil mengambil peranan dalam membantu ekonomi keluarga (Yater, 1983; Norr, et al. 1991). Terutama pada kelompok nelayan tradisional, peranan istri nelayan dituntut semakin lebih besar dalam mencari alternatif pendapatan lain guna mencukupi kebutuhan ekonomi rumah tangga. Studi ini bertujuan menganalisis peranan wanita nelayan terhadap ketahanan ekonomi rumah tangga, serta alternatif kegiatan ekonomi wanita nelayan guna membantu ekonomi rumah tangga. Hasil studi menunjukkan bahwa wanita nelayan di pesisir pantai mempunyai peranan yang cukup besar dalam menunjang ekonomi rumah tangga nelayan, yaitu terdapat kurang lebih 27% wanita nelayan yang mempunyai ekonomi produktif untuk membantu ekonomi rumah tangga, dari jumlah tersebut mampu menyumbangkan pendapatan sebesar 7, 23% dari total pendapatan rumah tangga. Dalam rangka pemberdayaan ekonomi rumah tangga, terdapat beberapa peluang kegiatan ekonomi produktif, antara lain; dalam bidang perikanan, kegiatan penunjang perikanan dan kegiatan non perikanan. Guna meningkatkan peranan wanita nelayan untuk meningkatkan ekonomi rumah tangga nelayan, sangat diperlukan tindakan nyata pemerintah maupun berbagai pihak terkait, antara lain dalam rangka; peningkatan pendidikan/keterampilan, pembukaan akses modal, peningkatan akses pasar, networking, dsb Key words : Wanita Nelayan, Ekonomi Rumah Tangga, Pemberdayaan
LATAR BELAKANG Masyarakat nelayan dikawasan pesisir merupakan kelompok masyarakat yang paling tertinggal dalam berbagai sentuhan pembangunan selama ini. Khususnya pada kelompok nelayan tradisional yang dicirikan oleh teknologi produksi yang rendah, sehingga kemampuan akses terhadap produksi (fishing ground) relatif rendah, akibatnya hasil produksi yang diperoleh juga rendah pula. Implikasi dari itu semua, tingkat pendapatan kelompok nelayan ini sangat rendah. Dengan adanya krisis ekonomi di Indonesia sejak tahun 1997/1998, semakin memperparah kehidupan masyarakat di kawasan pesisir, yang mengarah kepada kemiskinan.
Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 1/2006
Dalam kesulitan ekonomi, biasanya istri nelayan (fisher-women) tampil mengambil peranan dalam membantu ekonomi keluarga (Yater, 1983; Norr, et al. 1991), yaitu dengan berbagai kegiatan sehingga dalam keadaan tertentu dapat menanggulangi kesulitan ekonomi rumah tangga (Jordan et al, 1982, Zein, 2000). Sesuai dengan kodratnya seorang wanita di pedesaan mempunyai peranan ganda, yaitu sebagai ibu rumah tangga sebagai peran utamanya (mengurus suami, anak dan rumah tangga) serta peran kedua yaitu mencari nafkah untuk membantu ekonomi rumah tangga, (Aminah, 1982 ; Yater, 1983).
11
Pada kelompok nelayan tradisional, peranan istri nelayan dituntut semakin lebih besar dalam mencari alternatif pendapatan lain untuk mencukupi kebutuhan ekonomi rumah tangga. Semakin kecil pendapatan rumah tangga yang dihasilkan oleh suami, menuntut semakin besarnya peranan (porsi) istri dalam menyumbangkan pendapatan guna mencukupi kebutuhan rumah tangga (Zein, 2000).
Data primer, diperoleh dari istri (wanita nelayan), melalui wawancara langsung. Wawancara dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan serta wawancara yang mendalam terhadap informan kunci (key informan). Dan Data Sekunder, dari berbagai bahan publikasi seperti; Susenas, Dinas / instansi terkait serta hasil penelitian lainnya.
Studi ini bertujuan menganalisis peranan wanita nelayan terhadap ketahanan ekonomi rumah tangga, serta alternatif kegiatan ekonomi wanita nelayan guna membantu ekonomi rumah tangga.
Data Analisis Analisis data dilakukan dengan 2 macam analisis, antara lain; (1) share wanita nelayan dalam pendapatan rumah tangga, analisis secara deskriptif, (2) Deskriptif analisis tentang peluang berusaha di Pesisir.
METODOLOGI
HASIL PENELITIAN
Waktu dan Tempat penelitian Penelitian ini dilakukan pada akhir tahun 2004 sampai awal 2005 dan dilakukan pada beberapa wilayah pesisir terpilih di Sumatera Barat, dimana terkonsentrasi pemukiman nelayan tradisional, antara lain; Padang, Pariaman, dan Pesisir Selatan.
Profil Sosial Ekonomi Rumah Tangga Wanita Nelayan Tradisional Sebagian besar keluarga nelayan tradisional mempunyai anggota keluarga yang besar, yaitu sebesar 52% punya anak 3-5 orang dan antara 6-8 orang (44%) (Gambar 01). Dan sebesar 49% keluarga nelayan responden mempunyai anak balita. Dilihat dari tingkat pendidikan wanita nelayan tradisional di Sumatera Barat rata-rata hanya menamatkan sekolah dasar (62%), walaupun ada juga yang tamat SLTP (20%), (Gambar 02).
Jenis dan Sumber Data Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder.
Gambar 01
Gambar 02
Jumlah Anggota Keluarga
Tingkat Pendidikan Nelayan
> 11 Orang 0% 9 -11 Orang
< 3 Orang
3%
1%
SLTA/SMK
Perguruan Tinggi
7%
0% Tid ak Sekola h 11%
SLTP/Madrasah 6 - 8 Orang 44%
20% 3 - 5 Orang 52%
SD 62%
Keluarga nelayan pada umumnya sudah tinggal pada rumah milik sendiri (90%) dan hanya sebagian kecil yang menyewa rumah. Kebanyakan dari jenis bangunan
Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 1/2006
mereka telah termasuk bangunan standar permanent, antara lain rumah yang menggunakan dinding permanent (42%), semi permanen (33%) dan sebesar
11
menggunakan papan (25%), (Gambar 03). Lebih lanjut pemakaian atap rumah sebagian besar menggunakan seng (89%) Gambar 03
Gambar 04
Jenis Atap Rumah Nelayan
Kualitas Dinding Rumah
Lain -lain Rumbia 12%
dan sebagian kecil saja yang menggunakan semacam rumbia (11 %). (Gambar 04).
0%
Genteng 0%
Papan
Lain -lain
26%
0% Permanen 41%
Semi Permanen Seng
33%
88%
Hal yang menarik dalam pola pemukiman masyarakat nelayan ini adalah masalah keberadaan tempat buang air atau WC. Sebagian besar para nelayan tradisional menggunakan WC umum yang tersedia seperti WC yang ada di Masjid dan Musalla di tempat tinggal mereka. Kebiasaan buang air besar di sepanjang pantai, telah menjadi kebiasaan bagi sebagian besar keluarga nelayan yang tinggal di pantai. Pola Kegiatan Istri Nelayan Secara umum, kehidupan istri nelayan tradisional di daerah Sumatera Barat, seperti layaknya kehidupan wanita pedesaan lainnya, mereka melakukan aktifitas yang biasa dilakukan oleh wanita lainnya seperti mengurus rumah tangga Gambar 05 Jenis Pekerjaan Istri Nelayan Tradisional Bertani/ Menjahit Lain-lain Buruh Beternak 12% 2% 0% 15% Pengolahan Ikan 7% Berdagang Perbaikan Ikan Berdagang 0% Jaring 64% 0%
Ketika keluarga sedang dalam keadaan kesulitan ekonomi, dimana suami tidak pergi ke laut/musim paceklik, kebanyakan dari mereka tidak melakukan kegiatan
Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 1/2006
dan suami, mengasuh anak dan juga ada yang melakukan peran gandanya, yaitu bekerja menghasilkan uang untuk membantu ekonomi rumah tangga. Dari rumah tangga wanita nelayan responden terdapat sebesar 27% yang mempunyai aktivitas/pekerjaan untuk membantu ekonomi rumah tangga (kegiatan produktif), sedangkan 73% lainnya tidak bekerja. Bentuk pekerjaan wanita nelayan (kegiatan produkstif tersebut), antara lain; berdagang, pengolahan ikan, bertani, menjahit sulaman dan lain sebagainya (Gambar 05). Alasan bekerja tersebut karena ingin membantu ekonomi keluarga mereka/ untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga (Gambar 06). Gambar 06 Alasan Mencari Nafkah Telah Bekerja Tidak Bekerja
Sebelum Kawin
65%
12% Ingin Membantu Ekonomi RT
Bekerja Untuk
21%
Bisnis
Disuruh Suami
2%
0%
ekonomi apa-apa. Dalan kondisi seperti ini, yang ambil peranan lebih besar dalam hal pemenuhan pangan rumah tangga adalah istri. Istri yang mencari alternatif
11
supaya anggota keluarga tetap survival, seperti meminjam kepada saudara atau tetangga, berhutang ke warung terdekat, melakukan penghematan dan lain sebagainya. Disamping istri, ditemui juga keterlibatan anak-anak mereka dalam membantu ekonomi keluarga, yaitu sebesar 18,6%. Dari anak yang ikut bekerja tersebut sebagian besar bergerak dalam penangkapan ikan dengan ikut ke laut dan juga sebagai anak ula atau sebagai pemasok kebutuhan nelayan/persiapan
kelaut dan memperbaiki jaring. Pembagian mereka sama dengan pembagian nelayan yang ikut ke laut. 3.3 Pendapatan Rumah Tangga Nelayan Pendapatan rumah tangga nelayan hasil penemuan berkisar dari Rp. 500.000.sampai Rp. 4.337.400.- perbulan, dengan rata-rata Rp. 1.163.000,- rumah tangga perbulan dan Rp. 248.500,- perkapita perbulan angka ini sedikit lebih rendah dari rata-rata pendapatan penduduk Sumbar yaitu Rp. 285.230,- /Kapita/Bulan (2004).
50
Income / capita (US $)
45 40
WHO Standard
35 30 25 20 15 10 5 0 NM
C re w
M
NM & C
A ll
T y p e o f f is h e r m e n a c t if it y
Gambar 07 : Distribusi Pendapatan percapita kelompok nelayan
Kalau dilihat dari distribusi pendapatan maka golongan pendapatan terbesar dari rumah tangga nelayan yaitu sebesar 85%, tergolong kepada golongan pendapatan
40% terendah. Sementara rumah tangga yang menguasai 20% pendapatan tertinggi dikuasai oleh 5,0% rumah tangga nelayan (Tabel 1).
Tabel 1: Distribusi pendapatan nelayan berdasarkan kelompok pendapatan No 1 2 3
Distribusi Pendapatan 40 % Terendah 40 % Menengah 20 % Tertinggi Total
N
%
149 19 8 176
85 10 5 100
Source : Data Primer, 2004-2005
Dari Table 9 terlihat bahwa rumah tangga nelayan terpusat pada golongan pengeluran terendah yang berarti rumah
Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 1/2006
tangga tersebut terdapat kemiskinan relatif tinggi, dan distribusi pendapatan antar kelompok pendapatan tersebut
11
ketimpangannya relatif tinggi. Ketimpangan tersebut terdapat antara ABK, nelayan tradisional dengan nelayan Pemilik Kapal Bermotor.
peningkatan pendapatan, jawabnya tentu dimiliki oleh rumah tangga nelayan yang sudah memanfaatkan teknologi dan kegiatannya sudah berskala ekonomis, yaitu kapal bermotor (Gambar 08).
Bila dilihat dari analisis diatas, siapa sebenarnya yang memperoleh 12
Distribution of Income by Income Group
Gambar 07 Kegunaan Penghasilan Kebutuhan
(%)
P e r ce n tag e
10 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
8
Kebutuhan
Rumah tangga
6
sendiri
29%
4
1%
Sekolah Anak 4%
2
Tabungan
0 40 % Lowest
40 % Middle
NM
20 % Highest
Crew
Fisherwomen
Income Group
M
NM & C
All
Types of fisherm en activity
Children
Gambar 08 : Distribusi Pendapatan
Gambar 09 : Kontribusi Pendapatan Wanita Nelayan
Yang menarik, dari wanita yang bekerja tersebut terlihat bahwa kontribusi istri nelayan terhadap ekonomi rumah tangga nelayan menyumbangkan sebesar 7,23%, dari anak-anakl sebesar 2,80% (Gambar 09). Sedangkan penggunaan penghasilan sebagian besar adalah untuk kebutuhan rumah tangga (Gambar 10).
P r os ent a se Wa ni t a Be ke r j a
Tidak Punya
Penambahan
Penhasilan
modal
63%
0%
2% Lain-lain 1%
Gambar 10 : Pengggunaan Hasil Pendapatan Wanita
3.4
Curahan / Alokasi Waktu Kerja Wanita Nelayan Berdasarkan hasil studi menunjukkan, bahwa rata-rata wanita yang bekerja adalah sebesar 37,5% (Lihat Gambar 12), angka ini tidak berbeda jauh dari hasil studi pada tahun 1996 (Zein, 2000). Namun jika dilihat dari jenis pekerjaan suami, maka pada nelayan tradisional (menggunakan layar/dayung, angka ini menunjukkan lebih besar). A l ok a si Wa k t u K e r j a Wa ni t a N e l a y a n ( J a m) Kegi atan Repr oduktif , 5
Wani t a B ek er j a, 37. 50% W ani t a T i dak B eker j a, 62. 50%
Apabila diperhatikan berdasarkan alokasi waktu kerja yang dicurahkan bagi kelompok wanita nelayan yang bekerja tersebut diatas, maka selama 5 jam per hari (20%) dari waktunya dicurahkan untuk kegiatan Reproduktif (yaitu kegiatan memasak, membersihkan rumah, mencici pakaian dan mengasuh anak) dan 6 jam
Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 1/2006
Lai nnya, 13
Kegi atan Pr odukti f , 6
(25%) untuk kegiatan Produktif atau mencari nafkah. Sedangkan 13 jam (55%) dalam sehari digunakan untuk kegiatan lainnya, seperti istirahat dan keperluan sendiri (Lihat Gambar 13). Kemudian jika dibandingkan alokasi waktu kerja untuk kegiatan Reproduktif antara
11
wanita nelayan yang bekerja dengan yang tidak bekerja, maka curahan waktu kerja untuk kegiatan reproduktif ini lebih banyak pada wanita nelayan yang tidak mempunyai kegiatan ekonomi lainnya. Dimana alokasi waktu kerja untuk kegiatan
reproduktif wanita nelayan yang tidak bekerja adalah 7,11 jam sedangkan wanita bekerja hanya 5,74 jam per hari, yaitu terutama terkonsentrasi untuk kegiatan mengasuh anak, seperti disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 : Alokasi Waktu untuk kegiatan Reproduktif (Jam) Kegiatan 1. Memasak 2. Membereskan Rumah 3. Mencuci Pakaian 4. Mengasuh Anak Jumlah
Wanita Bekerja 1.75
Wanita Tidak Bekerja 1.74
0.90 1.39 1.70 5.74
1.05 1.51 2.81 7.11
Melihat alokasi waktu kerja wanita nelayan yang sebagian besar dicurakan untuk kegiatan reproduktif dan kegiatan lainnya yang tidak mempunyai nilai ekonomis, maka sebenarnya dalam rangka peningkatan ekonomi rumah tangga nelayan, wanita nelayan mempunyai potensi yang cukup besar guna peningkatan ekonomi rumah tangga. Namun masalahnya adalah; lapangan pekerjaan yang sangat terbatas bagi kaum wanita ini di pedesaan pantai yang sangat terbatas, serta tingkat keahlian atau keterampilan wanita nelayan yang sangat terbatas. Apabila wanita nelayan ini akan diberdayakan dalam rangka menunjngan ekonomi rumah tangga, maka diperlukan beberapa prasyarat. Adapun prasyarat tersebut adalah : 1. Tersedianya lapangan pekerjaan yang sesuai dengan wanita nelayan 2. Perlu adanya peningkatan keterampilan wanita nelayan 3. Jaringan pasar yang terjamin. ANALISIS PERMASALAHAN DAN PEMBERDAYAAN WANITA NELAYAN Analisis Permasalahan Berdasarkan kondisi diatas, maka dapat di terima beberapa permasalahan wanita nelayan di Sumatra Barat, antara lain:
Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 1/2006
a. Masalah Pradigma Gender yang Keliru Selama ini orang memandang bahwa wanita adalah makluk yang lemah, Sehingga hanya di berikan posisi– posisi perkerjaan yang tidak terlalu membutuhkan fisik. Dengan demikian kenyataannya wanita nelayan sebagian besar alokasi waktu kerjanya hanya untuk porsi Reproduktif. Padahal dari sisi ekonomi wanita nelayan juga mempunyai peluang yang sama untuk mencari nafkah. b. Rendahnya Kualitas SDM Pada umumnya kualitas SDM memang relatif rendah di pedesaan pantai, yaitu rata-rata th, dengan demikian porsi perkerjaan yang sesuai mencari porsi perkerjaan kasar. c. Kepedulian Stakeholders Stakeholders masih rendah kepeduliannya terhadap wanita nelayan, Sehingga kesempatan perkerjaan sangat rendah. d. Kurangnya Akses Modal Di perdesaan pantai akses terhadap modal sangat rendah, Sehingga upaya pengembangan usaha yang relatif lambat, hal ini terutama kegiatan kenelayanan yang mempunyai resiko tinggi dan tidak mempunyai jaminan (Colateral) jika menjamin uang ke lembaga keuangan.
11
e. Kurangnya Kebersamaan Hal utama yang menjadi kendala pengembangan usaha wanita nelayan adalah kurangnya kebersaman dan mereka cendrung berkerja sehari-hari pengembangan usaha dalam mengembangkan salah satu upaya dalam peningkatan partisipasi ekonomi wanita nelayan di perdesaan pantai. f. Kertergantungan Pada Pihak Luar Kegiatan usaha wanita nelayan sangat tergantung dengan pihak luar, seperti kertersediaan bahan baku, Organiasasi pemasaran, sumber keuangan, tenaga dan lain-lain Pengembangan kekuatan waktu sesuai dengan kekayaan SDA setempat perlu dilakukan. g. Kurangnya Pemasaran Produk-produk hasil karya wanita nelayan di pedesaan pantai sangat sulit untuk dipasarkan, hal ini terutama disebabkan karena: Jaringan pemasaran rendah kualitas, dan citarasa rendah, seni pengemaan/handing yang rendah dll. Sehingga sulit untuk berkompetitif dengan produk yang diolah secara profisional. h. Tergantung Kepada Hasil Tangkapan Ikan (Suami) Biasanya produk yang dihasilkan oleh wanita nelayan sangat tergantung kepada hasil kegiatan suami yang adalah nelayan. Langkah - langkah Pemberdayaan Wanita Nelayan Berdasarkan Permasahan dimuka, guna meningkatkan peranan wanita nelayan dalam perekonomian rumah tangga nelayan, maka perlu dilakukan langkahlangkah pemberdayaan sebagai berikut:; a. Penyadaran Masyarakat akan Gender. Perlu adanya langkah penyadaran masyarakat akan peran gender, dan bahkan dimasa depan peran perempuan/wanita juga perlu ditingkatkan dalam segala aspek kehidupan masyarakat, bahkan dalam
Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 1/2006
b.
c.
d.
e.
kegiatan ekonomi peran perempuan adalah sama dengan laki-laki. Pengembangan Kapasitas Guna menyehatkan kualitas SDM, maka perlu dilakukan langkah pengembangan kapasitas wanita nelayan, antara lain; Peningkatan keterampilan melalui pelatihanpelatihan serta meningkatkan pendidikan anak-anak nelayan termasuk wanita mulai dari SD, SLTP dan SLTA/Kejuruan, dengan pendidikan yang baik dan keterampilan yang tinggi wanita nelayan akan dapat melakukan perkerjaan yang lebih baik dan hasil kerja yang optimal. Pengembangan Jaringan Guna meningkatkan akses keluar, perlu ditingkatkannya/pengembangan jaringan keluar. Sehingga wanita nelayan tidak hanya berkisar di pedesaan pantai saja, tetapi punya akses yang luas keluar. Peranan lembaga-lembaga yang mengayomi kegiatan wanita nelayan disini sangat penting. Adanya Dana (Bantuan Langsung Masyarakat) BLM Dengan latar belakang sedikitnya akses terhadap sumber modal, maka dengan terbukanya kesempatan kepada wanita nelayan untuk memperoleh dana BLM akan sangat membantu wanita nelayan dalam masyarakat modal. Modal dari dana ini dapat di manfaatkan untuk pengutan modal usaha, Peningkatan ketrampilan maupun pendidikan. Pengembangan Kelompok Karena masyarakat masih berkerja sendiri-sendiri dan tidak terorganisasi dengan baik, maka perlu adanya kegiatan pengembangan kelompok, yang dimulai dengan pembentukan kelompok, Penguatan kelompok, Pembekalan kelompok dengan materimateri kemandirian dan pengembangan usaha.
11
f.
Penguatan Kelembagaan Masyarakat Guna mengurangi kertergantungan wanita nelayan dan kelompok dari pihak luar, perlu ada penguatan kelembagaan yang ada di perdesaan pantai, terutama yang berhubungan langsung dengan usaha wanita nelayan. Kelembagaan tersebut antara lain, Koperasi, Kelompok, PKK, dan lain-lain. g. Pembangunan Jaringan Pemasaran Guna memasarkan hasil produk wanita nelayan, maka pengembangan jaringan pemasaran perlu dilakukan, antara lain dengan membantu jaringan dengan pasar, supermarket serta agen-agen diluar. h. Pemanfaatan Produk Perikanan Kegiatan ekonomi wanita nelayan berkaitan erat dengan hasil kegiatan suaminya, atau kegiatan nelayan. Untuk itu kegiatan tersebut harus juga mempunyai orientasi kepada peningkatan nilai tambah produk nelayan. Peta Permasalahan dan Alternatif Pemberdayaan Wanita Nelayan, disajikan Pada Bagan 1. Proses Pemberdayaan Wanita Nelayan Sesuai dengan prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat, maka dalam rangka pengembangan wanita nelayan/pemberdayaan, perlu ditempuh hal-hal sebagai berikut;
Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 1/2006
1.
2.
3.
Pembentukan Kelompok Guna meningkatkan usaha wanita nelayan dipedesaan pantai perlu adanya kelompok yang kokoh, melalui pembinan dan penguatan kelompok. Perencanaan Program Kelompok yang kokoh, diarahkan menyusun program yang sesuai dengan kemampuan SDM dan keberadaan Sumberdaya Alam lokal. Program haruslah yang rasional dan dapat dilaksanakan oleh seluruh anggota kelompok. Pelaksanaan Program Dengan program yang baik, maka seluruh anggota kelompok pun harus mampu melaksanakan seluruh program dengan konsisten. Pelaksanaan program harus berorientasi pada; Jenis kegiatan, proses produksi, kontrol mutu, dan akses terhadap pasar.
Agar usaha masyarakat/wanita nelayan dapat berjalan dengan sukses, Maka peranan tenaga pendamping adalah sangat penting artinya. Untuk itu rekruitmen tenaga pendamping yang menggunakan ketrampilan teknis yang tinggi, dengan bantuan pemerintah sangatlah mendukung. Pelaksanaan disajikan
pemberdayaan seperti pada bagan 2.
11
Kurang Akses Modal Kepedualian Stakeholders
Pengembnaan Kelompok
Pengembangan Jaringan
Rendahnya Kualitas SDM
Pengembangan Kapasitas
Kurangnya Kebersamaan
Pemberian BLM u Belajar
Pemberdayaan Wanita Nelayan
Ketergantungan pada pihak Luar
Pengembangan Jar Pemasaran
Penyadaran
Paradigma Gender Yang Keliru
Penguatan Kelemb. Masy
Pemanfaatan Produk Perik
Kurangnya Pemasaran
Tergantung kepada Hasil Tangkapan Ikan
Bagan 1: Peta Permasalahan dan Pemberdayaan Wanita Nelayan
Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 1/2006
11
Pembentukan Kelompok
Perencanaan Program Bantuan BLM
Pendampingan
Akses Sumber Modal Pelaksanaan Program • Jenis Kegiatan Ekonomi • Proses Produksi • Kontrol Mutu • Akses Pasar
Pembinaan Lembaga Terkait
Bagan 2 : Proses Pemberdayaan Wanita Nelayan Alternatif Pemberdayaan Ekonomi Produktif Wanita Nelayan Guna meningkatkan peran serta ekonomi wanita nelayan di pedesaan pantai dalam rangka meningkatkan pendapatan rumah tangga nelayan dan kesejahteraan nelayan, dapat ditempuh berbagai cara, antara lain; a. Bidang Perikanan, antara lain; Penangkapan Ikan, Budidaya Perikanan, Pengolahan Hasil Perikanan dan Pemasaran hasil Perikanan b. Bidang Pendukung Perikanan, antara lain; Penyediaan sarana produksi Perikanan, Penyediaan Kebutuhan masyarakat nelayan c. Bidang Non Perikanan, antara lain; Pertanian, Industri, Perdagangan umum, Pemerintahan, dll KESIMPULAN a. Wanita nelayan di pesisir pantai mempunyai peranan yang cukup besar dalam menunjang ekonomi rumah
Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 1/2006
tangga nelayan, yaitu mampu menyumbangkan pendapatan sebesar 7,23% dari total pendapatan rumah tangga. b. Dewasa ini baru terdapat kurang lebih 27% wanita nelayan yang mempunyai ekonomi produktif untuk membantu ekonomi rumah tangga, untuk itu pemberdayaan wanita nelayan sangatlah penting. c. Dalam rangka pemberdayaan ekonomi rumah tangga, terdapat beberapa peluang kegiatan ekonomi produktif, antara lain; dalam bidang perikanan, kegiatan penunjang perikanan dan kegiatan non perikanan. Guna meningkatkan peran serta wanita nelayan untuk meningkatkan ekonomi rumah tangga nelayan, maka peran pemerintah maupun berbagai pihak terkait sangatlah penting, antara lain dalam rangka; peningkatan pendidikan/ keterampilan, pembukaan akses modal, peningkatan akses pasar, networking, dan sebagainya.
11
DAFTAR PUSTAKA Aminah, 1982. Peranan Wanita Nelayan dalam Meningkatkan Pendapatan Keluarga Nelayan Muncar, Banyuwangi – Jawa Timur. Dalam Prosiding Workshop Sosial Ekonomi Perikanan Indonesia. Cisarua, 2-4 November 1982. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Departemen Pertanian. Jakarta. Indonesia (p:151-157) Jordan, R.E dan Niehof A. 1982. Patondu Revisted : A case of Modernization in Fishery. Review of Indonesian an Malayan Affairs (RIMA). Vol 16 (2), 1982 (p:83-108) Norr, J.L dan K.F Norr, 1991. Womens Satutus in Peasant-level Fishing. Society and Natural Resources, Vo. 5, p:149-163.
Mangrove dan Pesisir Vol. VI No. 1/2006
Yater, L.R, 1983. The Fishermen’s Family : Economic Roles of Women and Children. Dalam Small Scale Fisheries of San Miguel Bay, Philippines : Social aspects of production and marketing (ed. Bailey). ICLARM Technical reports No. 9 Manila Philippines. Zein,
A. 2000. The Influence of tecnological Change on Income and Social Structure in Artisanal Fisheries in Padang, Indonesia. Universitas Bung Hatta Press. Padang. Indonesia.
Zein, A. 2005. The Role of Fisher-women on Food Security at the Traditional Fishermen Household of West Sumatra, Indonesia. Makalah pada International Seminar tentang Food Security di Hanoi – Vietnam, 1-7 Mei 2005.
11