4. PENINGKATAN PENDAPATAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN EKONOMI RUMAH TANGGA NELAYAN SKALA KECIL Sasaran Rekomendasi : Kebijakan perikanan tangkap LATAR BELAKANG Tingkat kesejahteraan pelaku usaha kelautan dan perikanan khususnya nelayan sangat dipengaruhioleh produksi kegiatan penangkapan ikan. Besarnya produksi usaha dapat mencerminkan besarnya pendapatan dari pelaku usaha yang digunakan untuk pengeluaran usaha dan konsumsi rumah tangga. . Selain faktor volume produksi, faktor sosial ekonomi juga dapat mempengaruhi tingkat pendapatan nelayan. Beberapa faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi pendapatan pelaku usaha tersebut meliputi modal asset usaha, pengalaman usaha, jumlah tenaga kerja dan jarak tempuh melaut (untuk nelayan). Perbedaan tingkat pendapatan disebabkan oleh perbedaan modal, asset, bakat, kepribadian, pendidikan, latihan dan pengalaman nelayan. Pemerintah dapat memberikan bantuan pendidikan seperti beasiswa,pemberian bantuan kesehatan dan subsidi sarana produksi baik untuk kegiatan perikanan maupun non perikanan. Tindakan-tindakan pemerintah ini cenderung menyamakan pendapatan riil yaitupendapatan berupa uang yang merupakan upah bentuk rupiah.. Pendapatan riil juga berupaupah yang diterima dalam bentuk barang/jasa, yaitu dalam bentuk apa dan berapa banyak yang dapat dibeli dengan pendapatan uang itu. Menurut Sofyan (1986), pendapatan riil adalah keuntungan-keuntungan tertentu seperti jaminan pekerjaan, harapan untuk memperoleh pendapatan tambahan, bantuan pengangkutan, makan siang, harga diri yang dikaitkan dengan pekerjaan, perumahan, pengobatan dan fasilitas lainnya (Sofyan, 1986). Sementara itu, Kaslan (1962) menyatakan, besarnya pendapatan perseorangan akan tergantung pada besarnya bantuan produktif dari orang atau faktor yang bersangkutan dalam proses produksi (Kaslan, 1962). Pemerintah Indonesia telah mengembangkan program-program pemberdayaan masyarakat pesisir dalam skala nasional seperti pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir (PEMP), dan PNPM Mandiri KP dalam rangka meningkatkan ekonomi masyarakat pesisir dan mengurangi angka kemiskinan. Program yang sama juga dimasukkan ke dalam proyek-proyek pemerintah yang telah diimplementasikan seperti Marine Resources Evaluation and Planning (MREP), Segara Anakan Conservation and Development Project (SACDP), Integrated Coraal Reef Rehabilitation and Management Project (INTERCOREEF), Coastal Resource Management Project (CRMP), dan Coral Reef Rehabiitation and Management Project (MCMRP) . Pada intinya, programprogram tersebut mempunyai tujuan yang hampir sama seperti keberlanjutan mata pencaharian, meningkatan pengelolaan lingkungan dan konservasi dan pengenalan mata
pencaharian alternatif. Pengembangan mata pencaharian alternatif tersebut merupakan salah satu program yang mendukung program pemerintah untuk pencapaian pro-poor, pro-job, progrowth, and pro-sustainability. Strategi pengembangan mata pencaharian yang ditetapkan oleh pemerintah dalam masyarakat pesisir tersebut seharusnya dapat mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat pesisir dalam kegiatan diversifikasi mata pencaharian perikanan. Program-program yang telah dilaksanakan oleh pemerintah tersebut perlu dikembangkan secara terus menerus dengan mengembangkan strategi-strategi yang berbeda dari setiap periode. Hal ini tentunya dengan mempertimbangkan perkembangan yang sangat dinamis terutama yang terjadi di wilayah pesisir serta mempertimbangkan evaluasi dari program-program sebelumnya. Berdasarkan hal tersebut, nelayan sangat membutuhkan sumber pendapatan lainnya untuk mendukung sumber pendapatan utama nelayan dalam mencukupi kebutuhan rumah tangganya. Pendapatan rumah tangga dapat berasal dua sumber yaitu kepala rumah tangga, anggota rumah tangga. Jenis sumber pendapatan dapat dikelompokkan kedalam tiga sumber yaitu usaha perikanan, buruh perikanan (anggota rumah tangga) atau sumber diluar itu seperti seperti pertanian, usaha dagang atau usaha sampingan lainnya.
OPSI REKOMENDASI Opsi rekomendasi yang dapat ditawarkan dalam peningkatan pendapatan nelayan dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Pengembangan mata pencaharian alternatif yang bersumber dari perikanan maupun non perikanan yang dilakukan oleh kepala keluarga maupun anggota keluarga;; 2. Peningkatan nilai tambah produk perikanan; 3.
Pengelolaan keuangan rumah tangga (investasi, usaha, konsumsi pangan/non pangan, sosial).
DASAR PERTIMBANGAN REKOMENDASI Dalam rangka peningkatan pendapatan atau kesejahteraan rumah tangga perikanan dan kelautan, salah satu upaya yang dilakukan adalah keterlibatan anggota rumah tangga dalam menghasilkan tambahan pendapatan. Beberapa hal yang dapat dijadikan pertimbangan dalam merumuskan rekomendasi kebijkaan adalah sebagai berikut:
1) Kepala keluarga memiliki peran penting dalam peningkatan kesejahteraan rumah tangga, kemudian diikuti oleh istri, anak dan anggota rumah tangga lainnya seperti menantu, saudara, dan orang tua. 2) Peran istri cukup besar dan penting dalam rumah tangga perikanan dan kelautan, khususnya pada tipologi yang ada pada perikanan tangkap laut dan perairan umum daratan. Istri membantu kepala keluarga untuk mengolah dan memasarkan hasil produksi perikanan baik dalam bentuk ikan segar maupun olahan 3) Diketahui bahwa rumah tangga perikanan pada tipologi pelagis besar memiliki nilai pendapatan yang relatif lebih tinggi dibandingkan pada rumah tangga perikanan pada tipologi pelagis kecil dan demersal (Tabel 1). Pendapatan pada masing-masing rumah tangga perikanan pada tipologi pelagis besar serta pelagis kecil dan demersal terdiri dari pendapatan dari sektor perikanan dan non perikanan. Pendapatan dari sektor perikanan bersumber dari mata pencaharian seperti nelayan, buruh perikanan maupun pengolah hasil perikanan. Sementara itu, pendapatan dari sektor non perikanan bersumber dari mata pencaharian seperti pedagang, wiraswasta, buruh industri maupun penyedia jasa transportasi (ojek). Tabel 1. Pendapatan Rumah Tangga Perikananan Pada Tipologi Pelagis Besar serta Pelagis Kecil dan Demersal, Tahun 2012. Pendapatan Lokasi/Tipologi Perikanan Non Perikanan Total (Rp/Thn) (Rp/Thn) (Rp/Thn) Pelagis Besar a. Kota Bitung - Pemilik 45.283.691 12.700.382 57.984.073 -Nahkoda/ABK 5.021.536 2.565.325 7.586.861 Pelagis Kecil dan Demersal a. Kota Sibolga 26.508.379 10.949.858 37.458.237 b. Kabupaten Sambas c. Kabupaten Cirebon 30.583.317 2.574.071 33.157.388 d. Kabupaten Sampang 14.268.474 182.353 14.450.827 Sumber : Data Primer Diolah, 2012. Tabel 1 menunjukkan bahwa kontribusi pendapatan kepala keluarga terhadap total pendapatan rumah tangga mencapai 86% pada rumah tangga pemilik dan 90% pada rumah tangga nahkoda/abk. pendapatan terbesar yaitu berasal dari sektor perikanan. Hal tersebut menunjukkan bahwa sektor perikanan merupakan sektor utama yang memperngaruhi pendapatan rumah tangga perikanan pelagis besar di Kota Bitung. Kesejahteraan rumah tangga sangat tergantung pada kondisi sumber daya perikanan yang ada..
4) Pendapatan rumah tangga pada tipologi pelagis kecil dan demersal khususnya dari sektor perikanan tidak selalu sama untuk setiap bulannya. Pendapatan rumah tangga dari sektor perikanan dipengaruhi oleh musim penangkapan pada masing-masing lokasi, harga jual ikan, cuaca serta jumlah trip penangkapan. Pada umumnya ketika terjadi musim penangkapan yang disertai peningkatan hasil produksi, umumnya harga jual ikan mengalami penurunan. Sebaliknya, ketika terjadi musim paceklik ikan maka harga jual ikan menjadi lebih tinggi. 5) Rumah tangga perikanan pada tipologi pelagis kecil dan demersal, untuk jenis pekerjaan pada bidang perikanan didominasi oleh nelayan, buruh jasa perikanan dan pedagang perikanan. Hal ini menunjukkan profesi pekerjaan sebagai nelayan merupakan sumber mata pencaharian utama di dalam rumah tangga. Berdasarkan persentase pendapatan dari perikanan dan non perikanan rumah tangga perikanan pada tipologi perlagis kecil dan demersal, kepala keluarga pada unit rumah tangga menjadi tulang punggung keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Pekerjaan yang dilakukan oleh kepala rumah tangga pada umumnya adalah nelayan sedangkan istri yang bekerja lebih banyak pada bidang non perikanan, walau pun ada sebagian istri yang bekerja sebagai pengolah ikan dan pedagang ikan. 6) Ketergantungan rumah tangga perikanan dan kelautan terhadap sumberdaya masih tinggi menyebabkan pendapatan rumah tangga mempunyai kerentanan yang tinggi. Oleh karena itu banyak rumah tangga perikanan dan kelautan melakukan diversifikasi pendapatan berupa penambahan mata pencaharian alternatif serta penambahan modal kerja. Pendapatan tersebut dapat berasal darianggota rumah tangga lainnya seperti anak, menantu maupun anggota lainnya. Pada umumnya anak dalam rumah tangga yang bekerja pada sektor perikanan yaitu bekerja sebagai nelayan (ABK) begitu juga dengan anggota rumah tangga lainnya (menantu).
STRATEGI IMPLEMENTASI 1.
Pengembangan mata pencaharian alternatif
yang bersumber dari perikanan
maupun non perikanan yang dilakukan oleh kepala keluarga maupun anggota keluarga; Mengembangkan usaha alternatif tersebut memerlukan strategi mengingat dari satu sisi sangat tidak mudah untuk memulai sesuatu usaha yang baru bagi masyarakat nelayan yang tingkat ketergantungannya sangat tinggi terhadap sumber daya perikanan, sedangkan disisi lain
suatu usaha yang baru biasanya juga rentan untuk bertahan. Strategi yang dimaksud antara lain: 1) Mengidentifikasi dan memilih usaha yang telah ada dilakukan oleh masyarakat di lokasi studi sehingga usaha tersebut dapat dikenal oleh masyarakat; 2) Memilih usaha disamping layak dikembangkan berdasarkan pertimbangan variabel teknis, juga layak secara finansial, dimana hal ini diperkirakan suatu tolok ukur dari pada keberlangsungan atau kontinuitas komoditi yang dihasilkan dari suatu usaha yang akan dikembangkan yang berbasis potensi lokal; 3) Menentukan strategi pengembangannya berdasarkan pertimbangan faktor internal dan eksternalnya yang merupakan langkah konkrit yang perlu dilakukan disamping untuk mewujudkan usaha-usaha tersebut, juga berkaitan dengan keberlangsungan dan pengembangannya yang dimulai dari produksi sampai pemasaran. 2. Peningkatan nilai tambah produk perikanan melalui diversifikasi produk; Nelayan-nelayan skala kecil umumnya menjual ikan hasil tangkapannya dalam keadaan segar, bahkan tidak jarang pada musim banyak ikan jika ikan tidak laku terjual maka akan dibuang. Teknologi olahan tersebut akan memberikan nilai tambah terhadap produk yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan. Pengolahan produk hasil tangkapan dapat dilakukan oleh tenaga kerja yang berasal dari rumah tangga nelayan sendiri seperti istri atau anak, dengan demikian anggota rumah tangga dapat menyumbang terhadap pendapatan keluarga. Beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah produk adalah : 1) Mengidentifikasi preferensi konsumen terhadap produk olahan yang diminati; 2) Melakukan inovasi-inovasi baru untuk menciptakan produk-produk olahan perikanan yang efektif, efisien secara teknis, finansial serta dapat dioperasionalkan oleh nelayan; 3) Meningkatan keterampilan pengolahan ikan melalui pelatihan-pelatihan pengolahan ikan; 4) Menciptakan branding produk sesuai dengan potensi lokal. 3. Pengelolaan keuangan rumah tangga (investasi, usaha, konsumsi pangan/non pangan, sosial). Pendapatan keluarga nelayan yang bersumber dari hasil tangkap yang tidak menentu yangberdampak pada pendapatan. pengetahuan dan keterampilan mengelola keuangan rumah tangga yang masih lemah juga menyebabkan pendapatan yang diperoleh pun tidak bisa dikelola dengan baik. Pendapatan yang diperoleh habis sesaat dan tidak dikelola dengan baik, sehingga
pada musim paceklik, keluarga nelayan tidak terlepas dari hutang. Pola hidup yang konsumtifpenghasilan banyak tidak ditabung untuk persiapan paceklik, melainkan dijadikan kesempatan untuk membeli kebutuhan sekunder. Akibatnya,ketika paceklik mereka akhirnya berhutangkepada tengkulak, pengambek, renteneryang justru semakin memperberat kondisi perekonomian nelayan. Hal inilah yang memperburuk kondisi nelayan. Beberapa strategi yang dapat dilakukan meliputi : 1) Peningkatan kesadaran nelayan untuk merubah pola yang konsumtif melalui sosialisasi; 2) Menumbuhkan budaya menabung supaya tidak terjerat rentenir; 3) Meningkatkan peran ibu rumah tangga dalam pengelolaan keuangan melalui kegiatan pelatihan pengelolaan keuangan.
PRAKIRAAN DAMPAK REKOMENDASI Implementasi opsi-opsi rekomendasi diatas diperkirakan akan berdampak pada beberapa hal: 1. Perubahan pola mata pencaharian nelayan yang pada akhirnya akan mempengaruhi pendapatan. Nelayan tidak hanya bergantung kepada sumberdaya kelautan dan perikanan, artinya pada musim-musim tertentu dimana hasil tangkapan sedikit atau faktor cuaca yang tidak memungkinkan nelayan untuk melaut, nelayan memiliki alternatif sumber pendapatan lainnya. Sumbangan pendapatan yang berasal dari anggota ruma tangga lainnya juga dapat meningkatkan pendapatan rumah tanggal nelayan. Peningkatan pendapatan ini tentunya harus diikuti dengan pengelolaan keuangan yang baik, nelayan harus memisahkan pembukuan keuangan usaha dan rumah tangga. Kebiasaan pola konsumtif harus ditinggalkan, nelayan harus mampu menyisihkan sebagian pendapatannya untuk ditabung, agar pada saat-saat penting dimana
kebutuhan
uang
tinggi
nelayan
tidak
harus
meminjam
kepada
rentenis/tengkulang dengan bunga yang tinggi. 2. Peningkatan pendapatan nelayan sulit dilakukan dengan meningkatkan volume produksi hasil tangkapan, karena sumberdaya perikanan yang cenderung menurun. Upaya peningkatan pendapatan yang dapat dilakukan adalah melalui peningkatan nilai tambah produk ikan yang dihasilkan melalui diversifikasi usaha. Nelayan dan anggota keluarganya harus meningkatan keterampilan untuk mengolah ikan serta selalui berinovasi untuk menciptakan produk baru. Dengan dilakukannya pengembangan diversifikasi produk, maka akan meningkatkan nilai tambah produk yang dihasilkan
nelayan serta memberdayakan anggota keluarga untuk menambah pendapatan rumah tangga.
PENYUSUN REKOMENDASI Tenny Apriliani (Hp. 08151862812, email :
[email protected]) Achmad Zamroni (Hp. 081317263743, email :
[email protected]) Cornelia Mirwantini Witomo (HP. 08176603037, email :
[email protected])