TlNJAUAN PUSTAKA Proyek Peningkatan Pendapatan Petani-Nelayan Kecil (P4K) Proyek Peningkatan Pendapatan Petan-Nelayan Kecil (P4K) adalah pendidikan yang akan membimbing dan mengarahkan petani-nelayan kecil agar Icbih mandin, berdaya, turnbuh motivasinya, dan mau serta mampu menjangkau fasilitas dan kemudahan pernbangunan yang tersedia untuk meningkatkan pendapatan dan kesejateraan keluarganya. Proyek P4K diikuti dengan pembentukan Kelornpok Petani Kecil (KPK), merupakan kumpulan PNK (Petani-Nelayan Kecil) peserta proyek P4K, yang atas kemauan dan kemampuan sendiri sepakat untuk membentuk kelompok.
Petani
kecil tersebut berkelompok berdasarkan kesamaan
kepentingan dan tujuan. Jumlah anggota berkisar antara 8-16 KK untuk Jawa, Bali, NTB, dan antara 5-16 kk untuk propinsi lainnya. Data yang diperoleh dari proyek P4K pusat menunjukkan bahwa lokasi pengembangan proyek sampai fase 111 (s/d bulan oktober 2001) telah menyentuh 12 propinsi di Indonesia, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTB, Riau,Sumsel, Bengkulu, lampung, Kalsel, Sulsel, yang meliputi 123 kabupaten, 1.173 kecamatan, dan 8.717 desa dengan melibatkan 4.44 1 petugas lapangan. Menurut Laporan Eksekutif Perkembangan P4K fase 111 penumbuhan KPK di Propinsi Jawa Barat mencapai 11.98 1 kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan Program P4K sudah termasuk berhasil, apalagi sudah terbentuk beberapa KPK di beberapa Kabupaten di Propinsi Jawa Barat. Sampai saat ini di Jawa Barat P4K sudah ada di 23 Kabupaten, yaitu Bandung, Banjar, Bekasi, Bogor, Ciamis, Cianjur, Cibadak, Cimahi, Cirebon, Garut,
Indramayu, Karawang, Kuningan, Majalengka, Pandeglang, Punvakarta, Rangkasbitung, Serang, Subang, Sukabumi, Sumedang, Tangerang, dan Tasikmalaya. Dengan KPK yang terbentuk sekitar 14,565 kelompok. Keberhasilan program P4K di propinsi Jawa Barat dapat dikatakan cukup baik dan dapat menyentuh langsung masyarakat miskin di Jawa Barat. Menurut laporan dari Riro Pusat Statistik tahun 1993 jumlah penduduk miskin di Jawa Barat mencapai 4.612.352 juta jiwa (12,20%). Walaupun keberhasilannya masih jauh dibandingkan dengan keberhasilan di Jawa Tengah dan Jawa Timur, namun setidaknya dengan terbentuknya beberapa KPK di beberapa desa dapat memandirikan, memberdayakan, dan menurnbuhkan motivasi petani kecil dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan keluarganya. Proyek Peningkatan Pendapatan Petani Nelayan kecil (P4K) dalarn pelaksanaan kegiatannya menerapkan 3 strategi arah pengembangan, yaitu sumberdaya manusia, permodalan, dan kelembagaan petani-nelayan kecil . Sumberdaya atau masyarakat yang berkualitas berarti masyarakat yang mampu berperan aktif dalam pembangunan, mandiri, maju, dan mampu meningkatkan efisiensi dan produktivitas bagi peningkatan kesejahteraan hidupnya (Supriatna, 1997) . Petani-Nelayan Kecil terdiri dari keluarga Petani kecil dengan tingkat pendapatan di bawah garis kemiskinan, bila dihitung berada di bawah atau sama dengan 320 kg setara beras perorang ~ertahun.Petani kecil ini adalah para petani pemilik dan pengelola lahan sempit, penggarap, buruh tani, sebagai peserta proyek P4K
Kelompok Petani-Nelayan Kecil (KPK) adalah kumpulan PNK peserta Proyek P4K yang atas kemauan d m kemampua~yasendiri sepakat untuk membentuk kelompok. Petani-neiayan kecil ini merupakan masyaraka: miskin yang umumnya lemah dalam kemampuan berusaha dan terbatas aksesnya terhadap peluang ekonomi sehingga kesejahteraannya tertinggal jauh dari masyarakat lainnya. Proyek Peningkatan Pendapatan Petani-Nelayan kecil (P4K) merupakan suatu proyek penyuluhan perlanian yang diajukan untuk menumbuhkan kemandirian dan memberdayakan petani-nelayan kecil (PNK) agar mau dan mampu menjangkau fasilitas yang tersedia untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan keluarganya. Pendekatan atau prinsip yang diterapkan dalam P4K sebagai suatu proyek pendidikan yang membimbing, memberdayakan dan mengarahkan petani kecil, yang dilakukan melalui: 1). Pendekatan kelompok, 2). Prinsip keserasian, 3). Kepemimpinan dari PNK, 4). Pendekatan kemitraan, 5). Prinsip Swadaya, 6). Belajar sambil bekerja, dan 7). Pendekatan keluarga. Pendekatan atau prinsip dasar ini dimaksudkan untuk dapat mempennudah pelaksanaan pembinaan, penumbuhan dan pemberdayaan PNK. (Badan Pengembangan SDM Departemen Pertanian, 2001). Tujuan dari proyek P4K ini adalah : 1). Meningkatkan pendapatan petani-nelayan kecil yang melampaui garis kemiskinan untuk mencapai taraf hidup yang lebih layak dan sejahtera, 2). Meningkatkan pengetahuan, kecakapan, keterampilan petani-nelayan kecil dalam melaksanakan berbagai
usaha tani, dan 3). Merangsang timbulnya kesempatan di daerah pedesaan untuk mengurangi pengangguran, baik yang kentara maupun yang terselubung.
Pembentukan dan pengertian kelompok Pembentukan kelompok Manusia sebagai makhluk sosial, dalam proses kehidupannya membutuhkan manusia lain yang ada di sekitarnya. Naluri manusia untuk hidup bersama dengan manusia lain membuat manusia saling ketergantungan dengan manusia lain dalarn suatu lingkungan tertentu. Alasan inilah yang membuat manusia membentuk kelompok sosial (social group) dalam kehidupannya.
Gibsorz, et.al(1993) menjelaskan bahwa pembentukan suatu kelompok didasari oleh beberapa alasan, di antaranya :
1) Pemuasan kebutuhan. Keinginan memuaskan kebutuhan dapat menjadi motivasi kuat yang menjurus pada pembentukan kelompok, seperti kebutuhan akan rasa arnm, sosial dan penghargaan. 2) Kedekatan dan Daya Tarik. Interaksi antar pribadi dapat menimbulkm
pembentukan kelompok. Kedekatan secara fisik serta daya tarik antara orang yang satu dengan lainnya karena mempunyai persamaan persepsi, sikap, dan motivasi.
3) Tujuan kelompok. Tujuan kelompok yang dapat dipahami dengan jelas dapat membuat orang tertarik untuk berkelompok.
4) Alasan ekonomi. Seseorang dengan berkelompok akan memperoleh kemanfaatan ekonomi yang lebih besar dari pekerjaan mereka ;
Kelompok juga terbentuk karena individu tertarilc untuk berkom~nika~i pada individu yang lain berdasarkan kesamaan sikap dalam menanggapi tujuan yang relevan satu sama lain. Soedijanto (1980) mengemukakan bahwa kelompok dapat terbentuk melalui tiga cara, yaitu: 1) Adanya kesamaan tujuan. Seperti kelompok bekerja, kelompok pemecahan
masalah, kelompok kerja sosial (misi keagamaan), dan sebagainya.
2) Terbentuk secara spontan atau terbentuk dengan sendirinya. Seperti kelompok kesenian, teman sepennainan.
3) Terbentuk karena adanya ciri khas atau dibentuk berdasarkan ciri tertentu .Misalnya : kelompok kulit hitam, kelompok orang tinggi, kelompok kulit putih. Berkaitan dengan penumbuhan kelompok petani-nelayan kecil, Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian, Departemen Pertanian (2001) mengemukakan bahwa penumbuhan dan pemberdayaan KPK meliputi mang lingkup:
1)
Pengembangan
sumberdaya
manusia
yang
berkualitas,
2) pengembangan sumber permodalan, 3) penumbuhan dan pengembangan kelembagaan PNK, dan 4) pengembangan pasar dan teknologi tepat guna. Penumbuhan dan pemberdayaan kelompok Petani-nelayan kecil (KPK), pokok-pokok kegiatannya dilakukan melalui langkah-langkah yang bertahap, yaitu:
1) Identifikasi lokasi binaan dan potensi pertumbuhan ekonomi 2) Identifikasi usaha-usaha Ekonomi Skala Kecil
3) Identifikasi PNK
4) Mendorong dan membimbing PNK membentuk Kelompok
5) Survai Rumah Tangga Pnggota KPK Pokok-pokok Kegiatan Pemberdayaan KPK 1)
Pelayanan Menabung
2)
Pelayanan Penyusunan Rencana Usaha Bersama (RUB)
3)
Pelayanan Mendapatkan dan Mengembalikan &edit
4)
Pelayanan Melaksanakan Usaha Bersama (UB)
5)
Pelayanan Pencatatan dan Pembukuan Keuangan Kelompok
6)
Pelayanan Pemasaran dan Teknologi Tepat Guna
7)
Pelayanan Pemupukan Modal dan Penggunaannya
8)
Pelayanan Penggunaan waktu dan uang secara tepat
9)
Pelayanan Kerjasama antar Kelompok dan Perkoperasian
10) Pelayanan untuk Mendapatkan Pembinaan dari Lembagafinstansi Lain yang terkait
Pengertian dan Ciri-ciri Kelompok Soedijanto (1981) mengemukakan bahwa keefektifan kelompok adalah merupakan
suatu produk dari kelompok yang dipengaruhi oleh ciri-ciri
kelompok sebagai faktor-faktor yang ada dalam diri kelompok itu sendiri. Jelas bahwa keefektifan itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik dan ciri-ciri kelompoknya itu sendiri Menurut Rusidi dalam Syamsu, et.al (1997) kelompok adalah kumpulan dua orang atau lebih yang melakukan interaksi dalam rangka mencapai tujuan yang sama atau bersama. Slamet (2000) secara lebih rinci
menegaskan bahwa ada empat syarat yang meEdasar yang harus ada dalam suatu kelompok, yaitu 1) terdiri dari dua orang atau lebih, 2) struktur tertentu (noma, pembagian keja dan sesagainya), 3) adanya interaksi dalam waktu yang relatif lama lmantap, daii 4) adanya kepentingan yang sama dan kepentingan bersama. Selanjutnya
Sherif
dan
Sherif,
1956
(Sutarmanto,1986:14)
mengemukakan empat ciri kelompok, yaitu:
1) Anggota kelompok hendaknya memiliki kesamaan motif yang berfungsi sebagai pengikat di dalam kelompok, yang nantinya akan menimbulkan interaksi sesama mereka sehingga akan menentukan materi dan tujuan kelompok.
2) Hendaknya mempunyai interaksi yang kontinu, karena mempunyai pengaruh terhadap perkembangan kepribadian anggota atas dasar perbedaan reaksi dan kecakapannya. 3) Seandainya interaksi yang berlangsung di dalam kelompok berjalan mapan
dan relatif lama, maka dengan sendirinya akan terbentuk struktur kelompok dan sekaligus terjadi pula batasan yang tegas antara interaksi di dalam kelompok (in-group) dan di luar kelompok (out-group). 4) Akhimya terjadi penegasan dan penguatan terhadap norma yang dijadikan
sebagai pedoman bertingkah laku semua anggota kelompok dala~n mencapai tujuan bersama. Selain ciri yang dikemukakan di atas, Cartwrigltt dun Zander (1960) mengembangkan ciri-cri kelompok menjadi sepuluh, yaitu:
1) Kelompok harus ditandai oleh adanya interaksi
2) Adanya pembatasan tertentu sebagai anggota 3) Menyadari bahwa mereka adalah krpunyaan kelompok 4) Berpartisipasi sesuai dengan kedudukannya terhadap obyek model ideal
yang sesuai dengan super egonya
5) Adanya ganjaran dari kelompok terhadap anggota yang melanggar norma dan ketentuan keloinpok lainnya 6) Adanya norma yang sesuai dengan kepentingan m u m 7) Harus adanya identifikasi terhadap objek modelnya
8) Mempunyai sifat saling ketergantungan antara sesama anggota kelompok dalam mencapai tujuan bersama. Departemen pertanian (2001) mengemukakan kelompok petani kecil umumnya dapat dikenali melalui ciri-ciri sebagai berikut:
1) Rumah dan barang-barang yang dimiliki terbatas dan sederhana dibandingkan dengan rata-rata pemilikan penduduk di sekitamya; atau meskipun terlihat relatif baik namun diperoleh secara pewarisan
2) Tingkat kesehatan dan pendidikan rendah 3) produktivitas kerja rendah 4) Keterampilan, manajemen usaha dan pemasaran masih lemah
5) Usaha pada umumnya bersifat subsisten, belum berorientasi pasar, dan teknologi yang diterapkan masih tradisional. 6) Kurang tanggap terhadap pembaharuan dan kurang mampu melihat dan memanfaatkan peluanglpotensi yang ada di sekitamya. Sementara itu kelompok tani yang dibentuk oleh para Petani-Nelayan Kecil di bawah pimpinan ketua KPK dari kelompoknya sendiri memiliki ciri-
ciri tertentu dan berdiri, hidup sena berkembang dalam lingkungan sistem tertentu. Adapun ciri-ciri kelompok yang mempengaruhi keefektifan kelompok adalah berbagei faktor yang terdapat pada diri kelompok sebagai suatu sistem, yaitu meliputi: I ) kepemimpinan, 2) kekotnpakan, 3) homogenitas, 4) stmktur, 5) urnur kelompok, dan 6 ) waktu penemuan.
Berkaitan dengan kepernirnpinan, ciri-ciri dan karakteristik kelompok juga
akan menentukan
munculnya seorang pemin~pin dan perilaku
kepemitnpinannya (Hare dalam Unang Yunasaf, 1997). Hal ini berarti keharmonisan dan potensi yang ada dalam kelompok akan menentukan keberhasilan kepemimpinan seseorang. Dengan mengabungkan teori di atas dan kenyataan di lapangan, maka peubah ciri-ciri kelompok yang dipilih berhubungan dan mempengaruhi keefektifan kelompok d m kepemimpinan seorang pemimpin adalah meliputi: 1) Lama berdiri (umur kelompok), 2) jumlah anggota, 3) kehomogenan
anggota, 4) kekosmopolitan, dan 5) nilai tujuan kelompok.
Keefektifan Kelompok Efektifitas kelompok berkaitan dengan keberhasilan kelompok. Keduanya mempunyai
pengaruh timbal
balik.
Keefektifan
kelompok
menunjukkan taraf pencapaian tujuan (Shadily, 1977). Slamet (1 978) mengemukakan bahwa efektivitas kelompok dapat dilihat dari tiga segi, yaitu : 1) Hasil yang dicapai kelompok dipakai untuk mengukur produktivitas kelompok, 2) semangat dan sikap para anggota dipakai untuk
mengukur moral kelompok, 3) keberhasilan anggota dalam mencapai kebutuhan pribadinya dipakai untuk mengukur tingkat kepuasan anggota. Susanto (1987) menyatakan bahwa suatu kelompok dapat dikatakan dinamis jika terdapat kegiatan-kegiatan tertentu yang efektif dalam mencapai tujuannya serta ada interaksi positif antar anggota-anggotanya.. Cartwight dan Zander (1960) mengemukakan bahwa keefektifan kelompok adalah ukuran tercapainya tujuan kelompok dihubungkan dengan besarnya kepuasan anggota dalam mencapai tujuan dan setelah tercapainya Lujuan. Selanjutnya
Soedijanto
(1981)
menjelaskan
enam
komponen
keefektifan kelompok petani, yaitu: 1. Perubahan perilaku petani anggota kelompok
2. Perubahan produktivitas petani anggota kelompok 3. Wawasan keanggotaan
4. Tingkat keberhasilan kegiatan kelompok 5. Moral kelompok
6. Imbas kelompok
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keefektifan Kelompok Slamet dan Soedijanto (1 981) menjelaskan bahwa keefektifan kelompok adalah akibat (consequence) dari penyebab sebelumnya (anteceden). Adanya keefektifan kelompok petani adalah akibat dari adanya kekuatan-kekuatan dari dalam kelompok dan dari luar kelompok. Faktor intern yang m e m p e n g d i keefektifan kelompok yaitu: 1) Kepemimpinan kelompok, 2) Kekompakan
kelompok,
3)
Struktur kelompok, 4)
Waktu pertemuar,
kelompok,
5) Homogenitas kelompok,dan 6) Umur kelompok. Faktor ekstem meliputi :
1) Kualifikasi dan dan tingkat karya PPL, 2) Struktur kekuasm formal, 3) Struktur kekuasaan informa!, 4) Lingkungan fisik kelompok, 5) Lingkungan sosial kelompok, dan 6) Kebijaksanaan pemerintah
, terutxna dalam
penyediaan fasilitas usaha tani. Faktor kepemimpinan merupakan salah faktor internal kelompok tani yang akan mempengaruhi keefektifan kelompok. Hal ini diperjelas dengan pendapat Adjid (1985) yang mengemukakan bahwa efektivitas tingkat kemampuan
kerjasama
para
anggota
kelompok
dalam
mewujudkan
keserempakan dan keseragaman pengelolaan usaha tani berkelompok sehamparan
dipengaruhi
oleh
penampilan,
wibawa,
dan
integritas
kepemimpinan ketua kelompok tani. Pengertian pemimpin dan Kepemimpinan Pengaruh kepemimpinan sangat penting dalam berbagai organisasi dan lingkungan karena aspek ini selalu terkait dengan organisasi atau kelompok. Organisasi atau kelompok akan menjadi kurang efisien tanpa pemimpin, dan dalam kasus yang sangat ekstrim organisasi tidak akan mampu mencapai tujuan yang ditentukan (Gibson et al., 1993). Menurut Teny (Hersey dan Blanchard, 1986) kepemimpinan adalah aktivitas mempengaruhi orang-orang untuk berusaha mencapai tujuan kelompok secara sukarela Soedijanto (1980) mengemukakan bahwa arti "kepemimpinan" berbeda dengan "pemimpin", walaupun kedua pengertian itu erat hubungannya. Slamet (2000) menyebutkan bahwa kepemimpinan merupakan suatu kemampuan,
proses, ntau fungsi pada gmumnya untuk mempengaruhi orang-orang agar berbuat sesuatu dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Selanjutnya dikemukakan oleh Slamet bahwa kepemimpinan penting dalam kehidupan bersama d m kepemimpinan itu hanya melekat pada orang dan kepemimpinan itu hams mengena kepada orang yang dipimpinnya. Hal ini berarti hams diakui secara timbal balik, misalnya sasaran yang dipimpin hams mengakui bahwa orang tersebut adalah pemimpinnya. Homans dan Fiedler (Soedijanto,l980) mengartikan pemimpin sebagai seorang anggota kelompok yang memiliki program atau rencana kerja dan bersama anggota lainnya bergerak mencapai tujuan kelompok, yaitu dengan mengarahkan dan mengkoordinasikan aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan tugas kelompok serta memprakarsai adanya interaksi. Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain bertingkah laku sesuai dengan yang dikehendaki pemimpin tersebut. Pemimpin adalah individu atau seorang anggota yang mempunyai kemampuan menggerakkan atau mempengaruhi orang-orang lain untuk mencapai tujuan tertentu, yaitu dengan mengarahkan dan mengkoordinasikan aktivitas yang berkaitan dengan tugas kelompok serta memprakarsai adanya interaksi. Kepemimpinan seorang pemimpin dapat mengefektifkan kelompoknya, yang
membuat orang-orang bergerak dan berdaya upaya mencapai tujuan
kelompok. Muhadjir (1983) mengadakan dua pendekatan terhadap studi kepemimpinan, yaitu; pendekatan berdasarkan ciri-ciri individual, di mana orang akan berasumsi bahwa kesuksesan seorang pemimpin berhubungan erat dengan ciri-ciri tertentu yang dimilikinya dan pendekatan berdasarkan
kelompok, dimana seorang pemimpin akan muncul dalam konteks sosial tertentu, artinya karakteristik kelompok serta peranan yang diperlukan akan menentukan munculnya seorang pemimpin (Hare, 1962) Ketua Kelompok Petani Kecil (KPK) selaku pemimpin kelompok adalah petani yang menerima informasi-informasi serta kegiatan-kegiatan yang dilakukan dan ikut menyebarluaskan serta berpartisipasi dalam kegiatan tersebut dan dalam rangka memberdayakan dirinya sendiri dan anggotanya, merupakan tokoh pemimpin dalam lingkungan yang berpengaruh bagi kelompok tani.
Perilaku Kepemimpinan Alasan manusia membentuk kelompok karena adanya kesamaan tujuan, keinginan dan harapan bahwa kelompoknya akan menolong anggota-anggota dalam mencapai tujuan-tujuan pribadi serta tujuan-tujuan bersamanya. Hal yang demikian menuntut suatu perilaku yang dinamis dari pemirnpinnya, sehingga pemimpin dapat mempengaruhi anggota kelompoknya ke arah pencapaian tujuan yang dihendaki. Berhasil tidaknya suatu kelompok sangat ditentukan oleh perilaku kepemimpinan pemimpinnya, oleh karena itu perilaku kepemimpinan dalam kelompok merupakan karakteristik yang sangat penting. Pemimpin lahir dari proses yang terjadi di dalam kelompok, dengan demikian maka perilaku kepemimpinan akan tergantung kepada kelompok itu sendiri. Parson dan Bales (Ginting, 1990) mengemukakan bahwa perilaku kepemimpinan adalah perbuatan-perbuatan yang berhubungan baik dengan
pencapaian tujuan maupun dengan pemeliharaan dan usaha memperkuat kelompok. Perilaku yang berhubungan dengan pencapaian tujuan mencakup : 1) memberikan saran-saran dalam melakukan tindakan, 2) menilai kemajuan kearah pencapaian tujuan, 3) mencegah tindakan-tindakan yang efektif dalam pencapaian tujuan. Perilaku yang berhubungan dengan pemeliharaan kelompok meliputi: 1) pemberian semangat kepada anggota, 2) menghilangkan ketegangan yang timbul, dan 3) memberikan kesempatan kepada anggota untuk menampilkan diri. Lindgren et oL, (1966510) dan Mun et al., (1969:668) mengartikan perilaku sebagai "segala sesuatu berupa tindakan dan perkataan yang ditampilkan oleh organisme (manusia). Menurut Slamet (1975:4) perilaku adalah segala tindak tanduk, ucapan maupun perbuatan seseorang yang dapat diamati secara langsung ataupun tidak langsung melalui panca indera. Tersirat penampilan
perilaku
dalam
pengertian kepemimpinan
sebenarnya, sebagaimana dikemukakan Hempill (Bass, 1981:1 O),
bahwa
kepemimpinan didefinisikan sebagai perilaku individu di dalam mengarahkan aktivitas-aktivitas kelompok. Gibson, et a1 (1993) mengemukakan bahwa Peranan kepemimpinan merupakan faktor penting dalam kelompok informal. Orang yang menjadi pemimpin kelompok informal pada umumnya dipandang sebagai anggota yang dihormati dan benvibawa, yang : 1) membentuk kelompok dalam mencapai tujuannya;
2)
memungkinkan
para
anggota
memenuhi
kebutuhan;
3) mewujudkan nilai kelompok. Pemimpin pada pokohya merripakan
personifikasi dari nilai, motif, dan aspirasi anggota; d) merup anggota kelompok untuk mewakili pendapat mereka dalarn pemimpin kelompok laimya; e) mempakan seorang fasilit menyelesaikan konflik kelompok, seorang pemrakarsa dari tindakan kelompok, dan mempunyai perhatian untuk mempertahankan kelompok sebagai unit yang dapat berfungsi. Slamet (1978) mengemukakan bahwa perbuatan-perbuatan tindakan-tindakan kelompok
atau
atau fungsi yang seharusnya dilakukan oleh pemimpin
acia1ah:l)
Menganalisis
kelompok
dan
tujuan
kelompok,
2) Menentukan stmktur kelompok, yaitu mengatur pekerjaan dan kegiatan organisasi,
3)
Mengambil
Prakarsa
(Inisiatit),
4)
Mencapai
tujuan,
5) Menyediakan Fasilitas, 6) Menumbuhkan rasa kesatuan, 7) Mengembangkan rasa kebahagiaan, 8) Sintalitas, dan 9) Melaksanakan filosofi yang dianut oleh kelompok. Selanjutnya Slamet (1978) juga mengemukakan situasi kepemimpinan sebagai berikut: 1) pemimpin membuat keputusan dan mengumumkan,
2) menjual dan menawarkan sesuatu, 3) memberikan gagasan dan mengundang pertanyaan. 4) memberikan keputusan sementara 5) memberi persoalan,
6 ) meminta saran-saran, 7) menentukan batas- batas dan meminta kelompok membuat keputusan, 8) Mengijinkan anggota untuk melakukan fungsi dalam batas-batas yang telah dirumuskan oleh pimpinan. Sementara menurut Fiedler (1967) mengatakan bahwa ada dua gaya perilaku pemimpin yang utama, yaitu yang berorientasi pada tugas dan yang beroerientasi pada hubungan. Selanjutnya Fiedler mendefinisikan situasi yang
menguntungkan sebagai kadar d i ~ ~ l a nsituasi a memungkinkan pemimpin berperilaku untuk melakukan penganih terhadap kelompok. Konsep perilaku pemimpin ini akan menentukan keberadaan gaya kepemimpinan yang terbaik bagi kelompok sesuai dengan situasi-situasi yang dihadapi. Selanjutnya Cartwright dan Zander (1960) mengemukakan bahwa karakteristik perilaku pemimpin yang membina kelompok adalah 1) bemsaha membina hubungan antar pribadi yang menyenangkan, 2) menengahi pertikaian, 3) memberikan dorongan, 4) memberi kesempatan pada minoritas untuk
didengar, merangsang swa-arah, d m 5) meningkatkan saling
ketergantungan di antara anggota. Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa perilaku kepemimpinan adalah sebagai perbuatan-perbuatan ataupun tindakan-tindakan dari pemimpin kelompok yang diarahkan kepada usaha mengefektifkan kelompok. Perilaku kepemimpinan yang diidentifikasi dalam penelitian adalah meliputi 1) Perilaku kepemimpinan dalam meningkatkan hubungan antara pemimpin dengan anggota, 2) Perilaku dalam menentukan d m mengarahkan pekerjaan yang telah ditetapkan dengan baik (stmktur kelompok), 3) Perilaku dalam pencapaian tujuan, 4) Perilaku dalam membuat dan mengambil keputusan, 5) Mem~rakarsaiadanya interaksi dalam kelompok
,
dan 6) Memotivasi tindakan nyata anggota. Perilaku ketua kelompok yang demikian itu akan dapat meningkatkan efektivitas kelompok petani kecil yang tinggi sesuai dengan diharapkan dalam penyuluhan.
Kerangka Berpikir Keberhasilan suatu program dalam pembangunan sangat dipengaruhi oleh pelaku-pelah yang melaksanakan program tersebut Perilaku dari pelaku inilah yang akan merupakan kunci ufama pelaksanaan program pelnbangunan tercapai, maka sangat perlu terlebih dahulu dibangun partisipasi, motivasi, kreativitas, aktivitas, dan sikap pelaku. Salah satu pendekatan untuk membangun perilaku tersebut adalah dengan pembentukan kelompok dalam menampung partisipasi, motivasi, kreativitas, dan sikap tersebut. Salah satu pelaku yang mempengaruhi keberhasilan suatu kelompok dalam melaksanakan program pembangunan adalah seorang pemimpin (ketua kelompok). Faktor pemimpin ini merupakan salah satu faktor internal yang mempengaruhi efektivitas kelompok dalam mencapai tujuan kelompok yang maksimal. keefektifan kelompok berorientasi pada peranan dan perilaku manusia baik sebagai pemimpin mapun anggota. Pengaruh ini menggambarkan hubungan yang positif dengan keefektifan kelompok, artinya seorang pemimpin akan membawa kelompoknya ke arah yang lebih baik dan akan menunjang kedinamisan dan keefektifan kelompok. Salah satu program pemerintah yang mengikutsertakan kelompok dalam rangka memberdayakan dan memandirikan anggota-anggota kelompoknya adalah Program P4K. Tujuan P4K ini tidak hanya mengembangkan sistem pengembangan partisipatif dan berkelanjutan dalam memberdayakan petaninelayan kecil, tapi juga untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani kecil dan keluarganya.
Tujuan ini diharapkan tenvujud bila kelompok PNK sebagai pelaksana program berjalan efektif dan dinamis. Keefektifan ini dipengaruhi oleh ketua kelompok selaku pesimpin. Hal-ha1 yang dianalisis dalam penelitian adalah keeratan hubungan antara perilaku kepemimpinan ketua KPK dengan keefektifan kelompohlya dalam pelaksanaan program Peningkatan pendapatan petani kecil (P4K), antara lain dengan mengungkapkan: 1) Hubungan antara karakteristik kelompok dan ketua kelompok dengan perilaku kepemimpinan ketua kelompok petani-nelayan kecil (KPK) dalam pelaksanaan program P4K,
2) Hubungan antara
karakteristik kelompok dan ketua kelompok dengan
tingkat keefektifan Kelompok Petani Nelayan Kecil, dan 3) Hubungan antara perilaku kepemimpinan dengan keefektifan kelompok Seorang pemimpin
yang
baik
dalam
suatu
kelompok akan
menggerakkan, mengarahkan, dan mendorong tercapainya tujuan kelompok. Perilaku kepemimpinan seperti ini berpotensi mempengaruhi kedinamisan dan keefektifan suatu kelompok, maka perilaku kepemimpinan ketua KPK yang menjadi
perhatian untuk
dianalisis meliputi perilaku
ketua
dalam:
1) Menganalisis kelompok, 2) Menentukan struktur kelompok, 3) Perilaku dalam pencapaian tujuan, 4) Menumbuhkan rasa kesatuan anggota,
5) Mengembangkan rasa kebahagiaan dan kebanggaan anggota, dan
6 ) Menyediakan fasilitas komunikasi Mengingat keefektifan kelompok adalah ukuran tercapainya tujuan kelompok, maka faktor-faktor yang mempengaruhi efektifnya kelompok adalah: 1) terjadinya perubahan perilaku anggota kelompok petani kecil, 2) perubahan produktivitas sasaran, 3) tingkat kepuasan anggota terhadap
hasil-hasil yang dicapai kelompok, 4) memiliki moral 1:elompok (sikap anggota, rasa kecintaan dan kebanggaan anggota terhadap kelompok), dan 5) peran serta anggota dalam menunjang keberhasilan kelompok. Dengan demikian perilaku kepemimpinan
berhubungan dengan tingkat keefektifan
kelompok. Peubah lain yang diduga berhubungan dengan keefektifan kelompok adalah karakteristik ketua kelompok dan karakteristik kelompok. Karakteristik Kelompok Petani Kecil (KPK) meliputi faktor-faktor : 1) Umur kelompok, 2) Jumlah anggota, 3) Kegiatan kelompok, 4) Keterbukaan, 5) Homogenitas
anggota, dan 6) Nilai-nilai dari tujuan anggota Karakteristik Ketua kelompok yang berhubungan dengan perilaku kepemimpinannya dalam mengefektifkan kelompok , di antaranya adalah : 1) Umur, 2) Pendidikan (formal dan non formal), 3) Pengalaman memimpin, 4) Kemampuan berusaha, 5) Keterbukaan, 6) Keterampilan berkomunikasi, dan
7) lama memimpin. Ciri-ciri individual di atas menggambarkan pola-pola hubungan di antara individu-individu dalam kelompok yang akan saling mempengaruhi satu sama lain dan
berhubungan erat dengan keefektifan
kelompok. Karakteristik pemimpin yang demikian akan sangat mempengaruhi pada perilaku pemimpin dalam mengefektifkan kelompoknya. Berkaitan dengan perilaku kepemimpinan dalam mempengaruhi keefektifan kelompok dalam pelaksanaan program , ketua kelompok membantu terwujudnya kelompok yang dinamis dan menjaga kelangsungan posisi ketua kelompok sebagai pemimpin kelompok. Perilaku kepemimpinan ketua KPK yang menjadi perhatian untuk dianalisis meliputi perilaku ketua dalam:
1) Meningkatkan hubungan baik antara pemimpin dengan anggota kelompok,
2) Perilaku dalam menentukan struktur kelompok, 3) Perildcu dalam pencapaian tujuan, 4) perilaku dalam mengambil dan membuat keputusan, dan 5 ) membantu adanya interaksi dalam kelompok, dan 6) kemampuan
memotivasi anggota. Adanya perilaku berupa tindakan atau perbuatan ketua kelompok tersebut menjadikan kelompok petani kecil yang dipimpinnya terbuka peluang untuk lebih efektif. Oleh karena itu perilku ketua kelompok sebagai pemimpin berhubungan erat dan mempengaruhi tingkat efektivitas kelompok. Dalam penelitian ini unsur-unsur keefektifan kelompok yang akan diteliti meliputi: 1) tingkat produktivitas, 2) tingkat kepuasan anggota terhadap hasil-hasil yang dicapai kelompok, 3) kemampuan produktivitas menembus pasar (peluang pasartmarket). Gambaran lebih jelas dari kerangka pemikiran diatas disajikan dalam bentuk paradigma gambar berikut:
I Karakteristik kelompok:
- Lama Berdiri - Jumlah Anggota - Homogenitas anggota - lntesitas kegiatan usaha - Tingkat keterbukaan
- Tingkat upaya peningkatan hubungan baik dengan
- Tingkat keaktifan menentukan struktur kelompok - Tingkat upaya pencapaian
- Tingkat kemampuan mengambil keputusan
- Tingkat keaktifan membantu - Tingkat Pendidikan - Tingkat Pendidikan non
- Tingkat kemampuan memotivasi tindakan nyata
- Pengalaman memimpin - Tingkat keterbukaan
- Tingkat keterampilan
Gambar 1. Kerangka alur pikir penelitian
- Tingkatlperubahan - Tingkat kepuasan anggota terliadap hasil
Hipotesis Penelitian 1) Terdapat hubungan nyata antara perilaku kepemimpinan dengan tingkat
keefektifan kelompok 2) Terdapat hubungan nyata
antara perilaku
kepemimpinan
dengan
karakteristik kelompok dan karakteristik ketua. 3) Terdapat hubungan nyata antara
tingkat keefektifan kelompok dengan
karakteristik kelompok dan karakteristik kelua.