27
MODEL PEMBERDAYAAN EKONOMI RUMAH TANGGA NELAYAN SKALA KECIL DENGAN PENGEMBANGAN OFF-FISHING DI KOTA PADANG Eyviet Nazmar Staf Ahli Walikota Padang Bidang Ekonomi dan Keuangan Abstract This dissertation research aimed to create economic empowerment modeling of small-scale fishermen households with off-fishing development at Padang City, targeting on small-scale fishing households which owned or operated fishing fleet with capacity under 10 gross tons (GT). This study used survey method (case study) to small-scale fishing households which doing off-fishing in the study site. The type of off-fishing business conducted by small-scale fishermen households chosen as the sample are, the boiling salted fish, drying insipidity fish, different processing of fish, fish traders and sliced fish business.
The model of economics empowerment of small-scale fishermen households by developing the created off-fishing consists of two stages, namely: (a) Model of Empowerment of offfishing households scale; and (b) The economics empowerment modeling of small scale fishermen households with off-fishing development, consists of two stages, namely : (i) Model of development of off-fishing households scale (The Development Approach); and (b) Model of building integrated business center of off-fishing households scale (The Village Approach). The advantages of the created model are made Padang City Government is committed to building the integrated business center of off-fishing households scale by creating a Local Regulation (Perda) which is followed by Mayor Regulation (Perwako) Padang. Key words : Empowerment, Small scale households fishermen, Off-fishing, Supporting unit and Integrated planning.
PENDAHULUAN Program pembangunan perikanan dengan menitik beratkan pada pertumbuhan ekonomi dengan program industrialisasi perikanan tangkap tidak selalu memberikan dampak posisitf terhadap pertumbuhan ekonomi nelayan skala kecil. Program tersebut pada umumnya hanya dinikmati oleh perusahaan perikanan tangkap skala besar saja, sedangkan nelayan skala kecil sedikit sekali dapat menikmatinya, padahal keberadaan nelayan skala kecil atau yang dikenal dengan nelayan tradisional mendominasi nelayan di Indonesia pada umumnya, demikian juga dengan kondisi
di Sumatera Barat, termasuk Kota Padang. Wilayah penangkapan ikan nelayan skala kecil sudah terlalu padat (crowded) yang disebabkan karena tidak seimbangnya antara potensi perairan dan jumlah armada penangkapan ikan yang beroperasi di wilayah tangkap tersebut. Hal ini menyebabkan jumlah hasil tangkapan ikan nelayan tidak mengalami peningkatan dan pada gilirannya tingkat pendapatan nelayan skala kecil juga tidak bertambah. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Zein (1998) menyatakan bahwa secara umum dalam masyarakat nelayan di kawasan pesisir, wanita memegang peranan yang amat penting untuk ikut serta menjaga
28
Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi I Vol. 18 No. 1 Juni 2012
kelangsungan hidup rumah tangganya, di samping mempunyai tanggung jawab urusan rumah tangga, mereka juga harus ikut membantu dan terlibat aktif mencari nafkah untuk menopang pemenuhan kebutuhan ekonomi rumah tangga. Hal ini juga senada dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Saidan (1998) yang menyatakan bahwa peranan wanita nelayan cukup besar terhadap tambahan pendapatan rumah tangga nelayan di Kota Padang dan jenis pekerjaan yang dilakukan oleh wanita nelayan bervariasi tergantung dari kesempatan dan peluang usaha yang ada. Hasil penelitian Aryani (1994) menyatakan bahwa ada kecendrungan peran wanita sebagai pencari nafkah semakin tinggi, peran ini bukan untuk meningkatkan karir tetapi semata-mata untuk kelangsungan hidup keluarga, hal ini terbukti jika pendapatan suami meningkat, maka curahan kerja istri untuk mencari nafkah menurun. Walaupun hasil penelitian terdahulu menyatakan bahwa usaha off-fishing mempunyai peran penting sebagai sumber pendapatan tambahan bagi rumah tangga nelayan skala kecil, namun belum lagi mengungkapkan upaya pengembangannya, pada hal usaha tersebut mempunyai potensi untuk dikembangkan. Penelitian disertasi ini mencoba menemukan model pemberdayaan off-fishing dengan melibatkan stakeholders terkait, sehingga tercipta sebuah sistim yang masing-masing mempunyai peran dalam pengembangan off-fishing. KERANGKA PEMIKIRAN Definisi off-fishing dikembangkan dari definisi off-farm pada sektor pertanian, orang yang bekerja pada sektor pertanian tetapi bukan sebagai petani, misalnya pengolahan hasil pertanian, perdagangan dan jasa disebut dengan
off-farm employment. Istilah off-farm employment sudah begitu populer pada sektor pertanian, tetapi istilah off-fishing employment belum banyak dikenal pada sektor perikanan. Rumah tangga nelayan yang bekerja di luar penangkapan ikan, tetapi masih mempunyai kaitan dengan perikanan disebut off-fishing employment, sedangkan jenis usaha yang dilakukan disebut dengan off-fishing seperti pengolahan hasil perikanan, pedagang ikan dan jasa yang bergerak sebagai pendukung operasional penangkapan ikan (Elfindri, 2002). Istilah off-fishing perlu dipopulerkan dalam disertasi ini guna untuk membedakan dengan kegiatan operasi penangkapan ikan (fishing) dan pekerjaan lainnya di luar sektor perikanan (non fishing). Istilah off-fishing pertama kali diperkenalkan oleh Elfindri (2002) yang melakukan penelitian terhadap rumah tangga nelayan di Kota Padang dan Kabupaten Pesisir Selatan. Usaha off-fishing mempunyai peluang cukup besar untuk dikembangkan dalam rangka meningkatkan usaha ekonomi rumah tangga nelayan skala kecil di Kota Padang. Selain itu usaha off-fishing merupakan upaya untuk menciptakan diversifikasi produk perikanan dalam rangka meningkatkan animo masyarakat untuk mengkonsumsi produk perikanan sehingga dapat menambah pangsa pasar, di mana sebagian hasil perikanan tidak dijual dalam bentuk segar tetapi dilakukan pengolahan terlebih dahulu. Manfaat lain dari pengembangan off-fishing adalah menciptakan nilai tambah (value added) produk perikanan, di samping juga dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi rumah tangga nelayan skala kecil dengan memanfaatkan waktu luang yang masih tersisa. Pola pembinaan dan pemberdayaan ekonomi nelayan skala kecil yang telah
Model Pemberdayaan Ekonomi Rumah Tangga Nelayan... (Eyviet Nazmar)
dilaksanakan oleh pemerintah disajikan pada Gambar 1. Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa untuk mewujudkan percepatan pembangunan ekonomi m a s y a r a k a t d i k a w a s a n p e s i s i r, pemerintah telah melakukan pembinaan dan bimbingan baik kepada nelayan skala kecil sebagai pelaku utama maupun anggota rumah tangganya. Pembinaan kepada nelayan ditujukan untuk terjadinya alih teknologi dalam bidang penangkapan ikan sedangkan pembinaan terhadap anggota rumah tangga nelayan diarahkan untuk menciptakan nilai tambah (value added) produk perikanan. Usaha offfishing diharapkan sebagai mata pencarian tambahan bagi rumah tangga nelayan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga, sehingga pendapatan rumah tangga bisa ditingkatkan dan pada gilirannya kesejahteraan nelayan skala kecil bisa ditingkatkan.
29
Atas dasar alur pemikiran tersebut, dapat diasumsikan bahwa desakan kebutuhan ekonomi keluarga menyebabkan anggota keluarga harus ikut berperan dalam menopang ekonomi rumah tangga. Oleh sebab itu penelitian ini menfokuskan kepada penemuan model pemberdayaan ekonomi rumah tangga nelayan skala kecil dengan pengembangan off-fishing di Kota Padang. Berdasarkan hal tersebut maka ruang lingkup dan sekaligus merupakan batasan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Sasaran dari penelitian ini adalah rumah tangga nelayan skala kecil yang memiliki atau mengoperasikan armada penangkapan ikan kapasitas 10 Gross Ton (GT) ke bawah, sesuai dengan kewenangan izin yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Padang menurut Undang-undang nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan.
Gambar 1. Pola Pembinaan dan Pemberdayaan ekonomi Rumah Tangga Nelayan
30
Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi I Vol. 18 No. 1 Juni 2012
2. Penekanan penelitian adalah kepada usaha off-fishing yang dilakukan oleh rumah tangga nelayan skala kecil, maka objek penelitian hanya difokuskan kepada rumah tangga neleyan skala kecil yang melakukan usaha off-fishing. Namun demikian juga dilihat peranan usaha lainnya (non-fishing) terhadap pendapatan total rumah tangga nelayan skala kecil yang diteliti. 3. Menciptakan model pemberdayaan ekonomi rumah tangga nelayan skala kecil dengan pengembangan off-fishing secara terpadu.
METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kota Padang selama 2 (dua) bulan pada Mei s/d Juni 2011. Sasaran penelitian ini adalah Rumah Tangga Perikanan (RTP) nelayan skala kecil yang melakukan usaha off-fishing. Lokasi penelitian difokuskan kepada 6 (enam) kecamatan di Kota Padang yang memiliki kawasan pesisir sebagai basis dari kegiatan rumah tangga nelayan. Sumber Data Data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari dua macam, yaitu : data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dengan cara pengambilan langsung dari responden melalui wawancara yang berpedoman kepada daftar kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu, sedangkan data sekunder dikumpulkan dari bacaan atau literatur dan laporan instansi atau lembaga yang berkaitan dengan penelitian dan digunakan sebagai bahan pendukung dalam penelitian ini.
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode survei dengan melakukan studi kasus (case study) terhadap rumah tangga nelayan skala kecil yang melakukan usaha off-fishing pada lokasi penelitian. Nelayan yang melakukan operasional penangkapan ikan dapat dikelompokan menjadi dua kelompok, yaitu berstatus sebagai nelayan pemilik dan buruh nelayan/Anak Buah Kapal (ABK), di samping itu pengelompokan rumah tangga nelayan juga dilakukan berdasarkan jenis alat tangkap yang digunakan karena alat tangkap menyatu dengan armada penangkapan ikan yang digunakan. Berdasarkan kepada hal tersebut di atas, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini mengikuti kriteria sebagai disajikan pada Gambar 2.
Model Pemberdayaan Ekonomi Rumah Tangga Nelayan... (Eyviet Nazmar)
31
Gambar 2. Penentuan rumah tangga pelaku usaha off-fishing sebagai sampel Keterangan : RTP = Rumah Tangga Nelayan KM = Kapal Motor MT = Motor Tempel PTM = Perahu Tanpa Motor ABK = Anak Buah Kapal
Analisis Data D a t a ya n g t e l a h d i k u m p u l k a n dibuatkan tabulasinya dan selanjutnya dilakukan analisis secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif berkaitan dengan kemampuan sumberdaya manusia pengelola usaha off-fishing dan faktor pendukungnya, sedangkan analisis kuantitatif berdasarkan hasil pengujian fungsi produksi secara statistik dengan menggunakan model ekonometrika. Sebelum menciptakan model pemberdayaannya, maka terlebih dahulu dilakukan analisa eksisting terhadap hasil analisis yang telah dilakukan, kemudian dilanjutkan dengan proses perancangan model dengan mengelompokan dalam tiga tahapan, yaitu : input, proses dan output yang dituangkan dalam sebuah diagram sesuai dengan model yang diciptakan. M o d e l p e m b e rd aya a n e ko n o m i rumah tangga nelayan skala kecil dengan pengembangan off-fishing dilakukan dengan dua tahapan, yaitu : (a) Model pemberdayaan usaha off-fishing skala rumah tangga; dan (b) Model pemberdayaan ekonomi nelayan skala kecil dengan pengembangan off-fishing yang terdiri dari dua tahapan, yaitu : (i) Model pengembangan usaha off-fishing skala rumah tangga (The development approach) dan (ii) Model pembangunan kawasan sentra usaha off-fishing skala rumah tangga secara terpadu (The village approach). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sebelum menciptakan model pemberdayaan ekonomi rumah tangga
nelayan skala kecil, terlebih dahulu dilihat model ekonometrik pendapatan rumah tangga nelayan skala kecil pelaku usaha off-fishing (Intriligator, 1978). Pendapatan rumah tangga nelayan skala kecil bersumber dari operasional melaut dan usaha off-fishing, faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap hasil tangkapan nelayan dan pendapatan pelaku usaha off-fishing dapat dilihat pada persamaan matematis sebagai berikut : PM = 3284381,570 X2 0,723 X3 0,069 X4 0,197 X5 0,031 di mana : PM = Jumlah hasil tangkapan X2 = Harga alat tangkap X3 = Jarak operasi dari pantai X4 = Jumlah ABK X5 = Potensi kewirausahaan POF = 1603,685 X1 0,143 X20,375 X3 0,608 X4 0,349 X50,309 di mana : POF = Pendapatan pelaku usaha off-fishing X1 = Pendidikan formal X2 = Pengalaman kerja X3 = Bahan Baku X4 = Modal usaha X5 = Potensi kewirausahaan
PRT = PM + POF di mana : PRT = Pendapatan rumah tangga nelayan skala kecil Untuk meningkatkan kapasitas produksi pelaku usaha off-fishing yang dilakukan oleh rumah tangga nelayan skala kecil dalam rangka pemberdayaan ekonomi rumah tangga, perlu dilakukan proses
32
Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi I Vol. 18 No. 1 Juni 2012
pemberdayaan dengan mengoptimalkan faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap produksi penangkapan ikan dan pendapatan pelaku usaha off-fishing. Selain itu juga diperlukan dukungan dari supporting system yang berkaitan dengan masing-masing kegiatan produksi. Untuk lebih jelasnya tentang proses pemberdayaan ekonomi rumah tangga nelayan skala kecil disajikan pada Tabel 1.
(kapal) dan pengembangan alat tangkap, dengan menambah jenis alat tangkap yang digunakan, yaitu dengan diversifikasi alat tangkap. Untuk tercapainya peningkatan kapasitas produksi off-fishing sebagaimana yang diharapkan perlu adanya sentuhan dari supporting unit, hal ini karena terbatasnya kemampuan dari pelaku usaha baik sumberdaya manusianya maupun permodalan serta jaminan pasar
Dari Tabel 1 terlihatlah bahwa berfluktuasinya hasil tangkapan ikan teri oleh nelayan armada bagan tradisional dapat diatasi dengan meningkatkan kapasitas kemampuan armada penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan dengan memperhatikan faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap hasil tangkapan. Peningkatan kapasitas armada penangkapan ikan dapat berupa memperbesar kekuatan armada
produk yang dihasilkan. Pelaku usaha offfishing dapat melakukan kerjasama dengan supporting unit melalui kelembagaan yang berbadan hukum dan difasilitasi serta diawasi oleh pemerintah daerah. Model pemberdayaan ekonomi rumah tangga nelayan skala kecil yang diciptakan diawali dengan pemberdayaan usaha offfishing skala rumah tangga, kemudian akan dikembangkan menjadi model pembangunan kawasan sentra usaha
Tabel 1 Proses pemberdayaan ekonomi rumah tangga nelayan skala kecil
Model Pemberdayaan Ekonomi Rumah Tangga Nelayan... (Eyviet Nazmar)
off-fishing skala rumah tangga secara terpadu. Sehubungan dengan itu, model pemberdayaan yang diciptakan terdiri dari dua tahapan, yaitu (a) Model pemberdayaan usaha off-fishing skala rumah tangga; dan (b) Model pemberdayaan ekonomi rumah tangga nelayan skala kecil dengan pengembangan off-fishing yang terdiri dari dua tahapan, yaitu : (i) Model pengembangan usaha off-fishing skala rumah tangga (the development approach) dan (ii) Model pembangunan kawasan sentra usaha off-fishing skala rumah tangga secara terpadu (the village approach).
Model Pemberdayaan Usaha Off-fishing Skala Rumah Tangga Usaha off-fishing secara garis besarnya termasuk ke dalam kategori agribisnis seperti pada sektor pertanian secara umum, perbedaannya terletak pada sumberdaya alam yang digunakan untuk pengembangan usaha. Pada sektor pertanian sumberdaya alam yang digunakan adalah lahan pertanian sedangkan pada usaha offfishing sumberdayanya berupa ikan hasil tangkapan nelayan di laut. Selain itu dalam hal pengembangan usahanya juga ada perbedaan, yaitu pada sektor pertanian pengembangan usaha dapat dilakukan dengan cara memperluas lahan untuk berusaha (ekstensifikasi) atau dengan cara peningkatan teknologi pengelolaannya (intensifikasi), sedangkan pada usaha off-fishing pengembangan usaha dapat dilakukan dengan perbaikan teknologi dan diversifikasi jenis produksi dan sekaligus merupakan upaya menciptakan nilai tambah (value added) hasil perikanan. Pemberdayaan usaha off-fishing juga mengikuti prosedur pengembangan sistim agribisnis sebagaimana dijelaskan oleh Yasin (2003) yang terdiri dari empat subsistem dan masing-masing subsistem saling mendukung satu dengan yang
33
lainnya. Subsistem tersebut adalah : Pertama, subsistem hulu (up-stream agribusiness) yaitu penyediaan bahan baku yang diperlukan untuk usaha off-fishing atau disebut dengan pra produksi; Kedua, subsistem usaha off-fishing (off-fishing agribusiness), yaitu usaha off-fishing yang dilakukan oleh rumah tangga nelayan skala kecil; Ketiga, subsistem agribusiness hilir (down-stream agribusiness), yaitu pemasaran hasil produk usaha off-fishing; dan Keempat, subsistem jasa layanan pendukung, yaitu dukungan dari supporting system untuk percepatan pengembangan usaha off-fishing. Kemudian Yasin (2002) menambahkan satu subsistim lagi yaitu terciptanya keterpaduan antar seluruh subsistim yang membentuk kerangka agribisnis. Untuk meningkatkan teknologi produksi pada usaha off-fishing skala rumah tangga perlu dilakukan peningkatan sumberdaya manusianya, guna membuka cakrawala mereka untuk mengembangkan usahanya, selain itu peningkatan ketrampilan sumberdaya manusia diperlukan untuk menimbulkan kepercayaan diri bagi pelaku usaha dalam mengembangkan kreatifitasnya untuk pengembangan produk yang dihasilkan. Selain menyiapkan materi pelatihan dan pelaku usaha, yang perlu dipersiapkan lagi adalah tenaga pendamping yang akan memberikan penyuluhan dan pembinaan lanjutan pasca pelatihan. Tenaga pendamping yang bertugas di lapangan terdiri dari : (a) Penyuluh Perikanan; (b) Tenaga teknis; dan (c) Penyuluh swadaya. Tenaga pendamping diberi pembekalan berupa Training of Trainer (TOT) terutama tentang ilmu teknis dan manajemen. Training of Trainer (TOT) sangat diperlukan oleh seorang penyuluh atau tenaga pendamping karena melalui Training of Trainer (TOT) mereka dilengkapi dengan pengetahuan dan
34
Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi I Vol. 18 No. 1 Juni 2012
ketrampilan tentang teknik memberikan penyuluhan kepada masyarakat. Selain itu untuk sebagai jaminan bagi konsumen tentang produk off-fishing yang dihasilkan oleh masing-masing rumah tangga dan juga supaya layak untuk dipasarkan maka setiap jenis produk yang dihasilkan harus mempunyai label produksi yang dikeluarkan oleh instansi berwenang. Sesuai dengan aturan yang berlaku label produksi yang dibutuhkan untuk produk skala rumah tangga minimal adalah sertifikat mutu dari Dinas Kesehatan dan sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Label sertifikat mutu dari masing-masing produk off-fishing yang dihasilkan merupakan persyaratan bagi produk tersebut mampu bersaing di pasaran. Bertitik tolak dari kondisi eksisting usaha off-fishing yang dilakukan oleh rumah tangga nelayan skala kecil di Kota Padang, setelah dilakukan proses pemberdayaannya dengan bantuan dari supporting system, diharapkan tercapai tujuan pemberdayaan tersebut, antara lain adalah : a. Adanya diversifikasi alat tangkap bagi nelayan pemasok bahan baku untuk usaha off-fishing, sehingga nelayan tidak hanya mengharapkan hasil tangkapan dari satu jenis alat tangkap saja. b. Terbentuknya kelembagaan nelayan yang berbadan hukum agar bisa melakukan kerja sama dengan kelompok usaha off-fishing dan sekaligus sebagai jaminan untuk penyediaan bahan baku pokok. c. Meningkatnya efisiensi pengelolaan usaha off-fishing yang dilakukan oleh rumah tangga nelayan skala kecil. d. Adanya diversifikasi jenis produk usaha off-fishing pada pengolah ikan teri, mengingat bahan baku ikan teri sering berfluktuasi.
e. Terciptanya kontrak kerja sama antara kelembagaan nelayan penangkap ikan dan kelembagaan usaha off-fishing tentang pemasokan bahan baku ikan, agar ada jaminan penyediaan bahan baku untuk pengembangan usaha offfishing. f. P ro d u k u s a h a o f f - f i s h i n g ya n g dipasarkan memiliki sertifikasi mutu P-IRT dari Dinas Kesehatan dan Label Halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), agar mempunyai daya saing yang tinggi di pasar bebas, sehingga mampu menembus pangsa pasar yang lebih luas. g. Tercapainya efektifitas pembinaan dan pendampingan secara terpadu dalam sebuah kelompok kerja (team work), sehingga tercipta sinergisitas dalam pembinaan dan pendampingan terhadap pelaku usaha off-fishing skala rumah tangga. h. Terbentuknya kelembagaan usaha off-fishing yang berbadan hukum dan dikelola secara profesional, sehingga mampu pemberikan solusi pemecahan masalah yang dihadapi oleh anggota. i. Tersedianya wadah pemasaran khusus bagi penjualan produk usaha off-fishing yang dapat diakses sepanjang waktu. j. Terciptanya kontrak kerja sama antara kelembagaan usaha off-fishing dan supporting unit, baik dalam proses produksi maupun pemasaran hasil di bawah pembinaan dan pengawasan pemerintah Kota Padang. Model pemberdayaan usaha off-fishing skala rumah tangga yang diciptakan merupakan pengembangan dari model yang telah diluncurkan oleh jajaran Kementerian Kelautan dan Perikanan. Pendekatan model yang diciptakan berpedoman kepada kriteria yang dijelaskan oleh Yasin (2003), kemudian
Model Pemberdayaan Ekonomi Rumah Tangga Nelayan... (Eyviet Nazmar)
diperkuat dengan potensi yang dimiliki oleh pelaku usaha off-fishing dan dukungan dari supporting system. Untuk lebih jelasnya tentang model pemberdayaan usaha off-fishing skala rumah tangga di Kota Padang dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3 menjelaskan bahwa model yang diciptakan mengikuti alur agribisnis sebagaimana dijelaskan oleh Yasin (2003). Untuk tercapainya sasaran pengembangan usaha off-fishing skala rumah tangga diperlukan terjalinnya hubungan yang
35
erat antara input, proses produksi dan pemasaran hasil. Ketiga unsur tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak bisa terputus, jika salah satu unsur tidak berfungsi dengan baik maka juga akan mempengaruhi kelangsungan unsur lainnya. Berkaitan dengan hal tersebut harus ada jalinan kerja sama yang baik antara pelaku usaha off-fishing dengan penyedia bahan baku (sektor hulu) dan pemasaran hasil (sektor hilir).
Gambar 3 Model pemberdayaan usaha off-fishing skala rumah tangga
36
Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi I Vol. 18 No. 1 Juni 2012
Instansi terkait yang perlu memberikan dukungan dan pembinaan terhadap kegiatan usaha off-fishing mulai dari pra produksi, proses produksi dan pasca produksi adalah Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Badan Pemberdayaan Masyarakat , Badan Pemberdayaan Perempuan dan Dinas Pekerjaan Umum. Dinas Kelautan dan Perikanan sebagai leading sector (penanggung jawab program) berfungsi dalam penyusunan perencanaan pengembangan usaha offfishing dengan melibatkan stakeholders terkait. Untuk lebih jelasnya tentang kolaborasi
pembinaan oleh instansi terkait terhadap pengembangan usaha off-fishing di Kota Padang dapat dilihat pada Gambar 4. Dari Gambar 4 terlihatlah bahwa team work membuat perencanaan berdasarkan Master Plan yang sudah tertuang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kota Padang dan diperkuat dengan Surat Keputusan Walikota Padang tentang Pembentukan Kelompok Kerja (Team Work). Dalam pelaksanaan pembinaan terhadap pelaku usaha, baik pra produksi, proses produksi maupun pasca produksi, masing-masing instansi mempunyai peranan sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Gambar 4. Pola Pembinaan usaha off-fishing secara terpadu oleh instansi terkati
Keterangan : = alur pembinaan/Keterkaitan = alur koordinasi
Model Pemberdayaan Ekonomi Rumah Tangga Nelayan... (Eyviet Nazmar)
Model Pemberdayaan Ekonomi Rumah Tangga Nelayan Skala Kecil dengan Pengembangan Off-fishing Tahap selanjutnya dari pemberdayaan usaha off-fishing skala rumah tangga adalah pembentukan kawasan sentra usaha offfishing skala rumah tangga secara terpadu. Tujuan pembentukan kawasan sentra usaha off-fishing adalah untuk menyatakan komitmen pemerintah daerah dalam mensukseskan program pemberdayaan ekonomi kerakyatan yang menjadi prioritas dalam program pembangunan nasional bidang ekonomi. Berdasarkan kepada rencana pembangunan kawasan sentra usaha off-fishing skala rumah tangga secara terpadu sebagaimana disebutkan di atas, maka model pemberdayaan ekonomi rumah tangga nelayan skala kecil yang diciptakan terdiri dari dua tahapan, yaitu: Pertama, model pengembangan usaha off-fishing skala rumah tangga (The development approach); Kedua, model pembangunan kawasan sentra usaha offfishing skala rumah tangga secara terpadu yang dipusatkan pada suatu kawasan pengembangan dengan membangun sebuah kawasan sentra usaha off-fishing skala rumah tangga secara terpadu berdasarkan pendekatan wilayah (The village approach). Model pengembangan usaha offfishing skala rumah tangga dan model pembangunan kawasan sentra usaha offfishing skala rumah tangga secara terpadu, sebagaimana dijelaskan pada Gambar 5. Pada Gambar 5 dijelaskan bahwa proses pemberdayaan ekonomi rumah tangga nelayan skala kecil dimulai dari pendekatan pengembangan terhadap usaha off-fishing yang sudah dilakukan oleh rumah tangga nelayan skala kecil. Pendekatan pengembangan (The Development Approach) dimaksudkan adalah bahwa perencanaan pemberdayaan
37
ekonomi rumah tangga nelayan skala kecil bukan dimulai dari penciptaan lapangan kerja baru bagi rumah tangga nelayan skala kecil, tetapi merupakan lanjutan dari usaha yang telah dilakukan sebelumnya.
Model Pengembangan Usaha Off-fishing Skala Rumah Tangga (The Development Approach) Substansi yang merupakan potensi untuk sebagai dasar pengembangan usaha off-fishing skala rumah tangga (the development approach) di Kota Padang adalah : (a) dukungan supporting system secara terpadu dalam sebuah kelompok kerja (team work); (b) keinginan pelaku usaha off-fishing untuk mengembangkan skala usaha dan potensi bertambahnya pelaku usaha off-fishing yang baru; dan (c) waktu luang rumah tangga nelayan skala kecil yang belum dimanfaatkan. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap rumah tangga nelayan skala kecil di Kota Padang, ternyata sebagian besar diantara mereka mempunyai potensi kewirausahaan cukup tinggi, namun belum bisa muncul karena disebabkan keterbatasan sarana dan prasarana yang dimiliki. Apabila benih kewirausahaan ini dirangsang untuk muncul dengan pembinaan dan bimbingan secara terpadu, penyediaan sarana produksi dan pemberian bantuan permodalan sesuai dengan kebutuhan untuk pengembangan usahanya, potensi kewirausahaan yang dimiliki bisa diterapkan dengan baik, sehingga pemberdayaan ekonomi rumah tangga bisa tercapai dan pada gilirannya akan terjadi peningkatan mutu dan pengembangan skala usaha industri rumah tangga yang dikelola.
38
Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi I Vol. 18 No. 1 Juni 2012 Gambar 5 Model pembangunan kawasan sentra usaha off-fishing skala rumah tangga secara terpadu.
Model Pembangunan Kawasan Sentra Usaha Off-fishing Skala Rumah Tangga Secara Terpadu (The Village Approach) Pembangunan kawasan sentra usaha off-fishing skala rumah tangga secara terpadu yang diciptakan berada pada kawasan penunjang/penyangga
dari zona inti program industrialisasi perikanan sebagaimana dimaksudkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan t e r s e b u t . Pe m b a n g u n a n k a wa s a n sentra usaha off-fishing skala rumah tangga secara terpadu yang diciptakan dipusatkan pada kawasan konsentrasi
Model Pemberdayaan Ekonomi Rumah Tangga Nelayan... (Eyviet Nazmar)
kegiatan usaha off-fishing yang dilakukan oleh rumah tangga nelayan skala kecil, hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam perencanaan, pembinaan dan monitoring perkembangannya. Potensi substansi yang dimiliki untuk membangun sebuah kawasan sentra usaha off-fishing skala rumah tangga secara terpadu di Kota Padang, yaitu : (a) Potensi wilayah untuk pembangunan kawasan sentra usaha off-fishing skala rumah tangga secara terpadu; (b) Komitmen Pemerintah Daerah untuk membangun kawasan sentra usaha offfishing skala rumah tangga secara terpadu. Pembangunan kawasan sentra usaha offfishing skala rumah tangga secara terpadu dilakukan dengan pendekatan kawasan (the village approach), artinya kawasan sentra dibangun pada lokus yang usaha off-fishing skala rumah tangga sudah mulai berkembang. Pendekatan kawasan (the village approach) dalam pengembangan industri rumah tangga (home industry) merupakan strategi yang tepat, karena pada umumnya usaha kecil seperti skala rumah tangga dilakukan secara terpencarpencar sesuai dengan pola pemukiman masyarakat di suatu kawasan.
Penyusunan Master Plan (Rencana Induk) Pembangunan Kawasan Sentra Usaha Off-fishing Skala Rumah Tangga Secara Terpadu Master plan (rencana induk) diperlukan untuk sebagai panduan dan pedoman bagi pengambil kebijakan untuk menyusun rencana pengembangan suatu kawasan di masa mendatang. Melalui penyusunan master plan pengambil kebijakan dapat membuat perencanaan jangka panjang dan jangka menengah suatu kawasan. Pengembangan industri off-fishing skala rumah tangga secara terpadu diarahkan kepada pembentukan sentra produksi
39
pada kawasan yang mempunyai potensi untuk dikembangkan, pemilihan kawasan potensial bertujuan untuk menciptakan pemanfaatan sumberdaya perikanan secara optimal dengan menerapkan prinsip efisien, efektif dan berdaya guna. Sebagai upaya agar pembangunan ekonomi masyarakat di kawasan pesisir, khususnya pembangunan sentra usaha off-fishing secara terpadu dapat menjadi skala prioritas pembangunan daerah, maka perlu menyusun master plan pembangunan kawasan tersebut. Penyusunan master plan (rencana induk) pembangunan kawasan sentra usaha off-fishing skala rumah tangga secara terpadu sebaiknya mempedomani blue print (cetak biru) yang sudah disusun oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan, kemudian dipadukan dengan potensi daerah yang melibatkan seluruh stakeholders terkait, baik dari pihak pemerintah daerah maupun dari pemuka masyarakat dan lembaga yang berkompeten tentang hal tersebut. Penyatuan program pembangunan pemerintah pusat dengan pemerintah daerah mempunyai dampak positif terhadap percepatan realisasi pembangunan di masa mendatang karena keterbatasan anggaran biaya dari pemerintah daerah dapat dibantu dari anggaran pemerintah pusat. Agar seluruh instansi terkait dan stakeholders pendukung lainnya bisa ikut berpartisipasi dalam pembangunan industri usaha offfishing skala rumah tangga secara terpadu yang direncanakan, maka master plan yang sudah dibuat harus dimasukan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan dituangkan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Pemerintah Kota Padang. Dengan demikian diharapkan seluruh instansi yang berkompeten sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing instansi tersebut dapat
40
Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi I Vol. 18 No. 1 Juni 2012
mendukung pembangunan sentra usaha off-fishing skala rumah tangga secara terpadu yang telah dicantumkan dalam RPJM Kota Padang. Pembangunan Kawasan Sentra Usaha Off-fishing Secara Terpadu Untuk lebih kuatnya pelaksanaan p e m b e rd aya a n d a n p e m b a n g u n a n kawasan sentra usaha off-fishing skala rumah tangga secara terpadu tidak hanya sampai pada pembuatan master plan saja, tetapi harus ditindaklanjuti dengan pembuatan Peraturan Daerah (Perda) Kota Padang tentang pemberdayaan dan Pembangunan Kawasan Sentra Usaha Off-fishing Skala Rumah Tangga Secara Terpadu. Untuk terciptanya kesatuan gerak dalam pemberdayaan ekonomi rumah tangga nelayan skala kecil pada kawasan yang sudah dibentuk, perlu menindaklanjuti Peraturan Daerah (Perda) yang sudah dibuat dengan Peraturan Walikota (Perwako) Padang tentang Podoman Teknis Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Sentra Usaha Off-fishing Skala Rumah Tangga Secara Terpadu. Surat Keputusan Walikota Padang tersebut akan menjadi acuan serta landasan untuk menyusun perencanaan pembangunan dan pengembangan kawasan sentra usaha off-fishing secara berkelanjutan dengan melibatkan seluruh instansi/lembaga terkait. Kedua produk hukum pemerintah Kota Padang tersebut dapat merupakan suatu kekuatan bagi pemerintah daerah melalui instansi atau Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang diberi wewenang untuk mengelola kegiatan tersebut. Pembangunan ekonomi masyarakat di kawasan pesisir tidak bisa terlaksana dengan baik tanpa adanya dukungan sektor lainnya antara lain bidang transportasi, kesehatan, pendidikan, koperasi dan perindustrian, di samping perlu adanya
dorongan dari pemuka masyarakat dan pemerhati. Menurut Rahmawaty (2004) keterpaduan secara sektoral di wilayah pesisir berarti diperlukan adanya suatu koordinasi tugas, wewenang dan tanggung jawab antar sektor atau instansi (horizontal integration) dan antar tingkat pemerintahan mulai dari tingkat desa/ kelurahan sampai pemerintahan pusat (vertical integration). Menurut Sjafrizal (2009) perencanaan pembangunan yang banyak dilakukan pada negara berkembang adalah perencanaan indikatif (indicative planning) yaitu sistim perencanaan yang digerakan tidak dengan paksaan, tetapi dengan memberikan intensif tertentu kepada pelaku pembangunan. Selanjutnya ia menyatakan bahwa ada tiga alasan utama mengapa perencanaan pembangunan masih tetap banyak digunakan pada negara berkembang, yaitu : Pertama, mekanisme pasar belum berjalan secara sempurna (market failure) yang disebabkan karena kondisi masyarakat banyak yang masih sangat terbelakang tingkat pendidikannya. Kedua, adanya ketidakpastian masa datang sehingga perlu disusun strategi kebijakan dan perencanaan untuk mengantisipasi kemungkinan buruk yang mungkin timbul di kemudian hari. Ketiga, untuk dapat memberikan arahan dan koordinasi yang lebih baik terhadap para pelaku pembangunan, baik pemerintah, swasta maupun masyarakat secara keseluruhan, sehingga terwujud proses pembangunan yang terpadu, bersinergi dan saling menunjang satu sama lainnya. Pe m b e rd aya a n e ko n o m i r u m a h tangga nelayan skala kecil melalui pembangunan kawasan sentra usaha off-fishing skala rumah tangga secara terpadu diharapkan dapat mewujudkan peningkatan ekonomi rumah tangga mereka. Model pemberdayaan ekonomi rumah tangga nelayan skala kecil
Model Pemberdayaan Ekonomi Rumah Tangga Nelayan... (Eyviet Nazmar)
yang diciptakan diharapkan dapat meningkatkan partisipasi rumah tangga nelayan skala kecil dalam pembangunan dan pada gilirannya peran pemerintah dalam memacu percepatan pembangunan di kawasan pesisir dari waktu ke waktu semakin kecil dan sebaliknya tingkat partisipasi nelayan skala kecil bisa semakin besar, sehingga mereka tidak lagi senantiasa menjadi objek dalam pembangunan yang terus berkelanjutan, tetapi dapat berperan sebagai subjek yang mempunyai peran penting untuk percepatan pembangunan di kawasan pesisir.
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI HASIL PENELITIAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sesuai dengan tujuan penelitian sebagai berikut : 1. Faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap hasil tangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan adalah : harga alat tangkap, jarak operasi dari pantai, jumlah anak buah kapal (ABK) dan potensi kewirausahaan. Sedangkan faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap pendapatan usaha off-fishing adalah : pendidikan formal, pengalaman kerja, ketersediaan bahan baku, modal usaha dan potensi kewiraushaan. 2. Model pemberdayaan ekonomi rumah tangga nelayan skala kecil yang diciptakan terdiri dari dua tahapan, yaitu : (1) Model pemberdayaan usaha off-fishing skala rumah tangga; dan (2) Model pemberdayaan ekonomi rumah tangga nelayan skala kecil dengan pengembangan off-fishing, yang terdiri dari dua tahapan, yaitu : (i) Model pengembangan usaha off-fishing skala rumah tangga (the development
41
approach) dan (ii) Model pembangunan kawasan sentra off-fishing skala rumah tangga secara terpadu (the village approach). 3. Keunggulan dari model yang diciptakan adalah adanya komitmen pemerintah daerah untuk membangun kawasan sentra usaha off-fishing skala rumah tangga secara terpadu yang diperkuat dengan payung hukum berupa Peraturan Daerah (Perda) dan Peraturan Walikota (Perwako) Padang.
Implikasi Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan untuk menemukan model pemberdayaan ekonomi rumah tangga nelayan skala kecil dengan pengembangan off-fishing di Kota Padang, maka dapat diberikan implikasi hasil penelitian sebagai berikut : 1. Model yang diciptakan ini akan bisa terwujud dengan adanya komitmen Pemerintah Kota Padang untuk membangun kawasan sentra usaha off-fishing skala rumah tangga secara terpadu. Untuk pelaksanaannya diperlukan Peraturan Daerah (Perda) tentang Pembangunan Kawasan Sentra Usaha Off-fishing Skala Rumah Tangga Secara Terpadu dan ditindaklanjuti dengan Peraturan Walikota (Perwako) Padang tentang Pedoman Teknis Pelaksanaan Pengembangan dan Pembangunan Kawasan Sentra Usaha Off-fishing Skala Rumah Tangga Secara Terpadu. 2. Pemerintah Kota Padang bertindak sebagai fasilitator untuk dapat m e ra n gku l p i h a k B U M N / B U M D, perusahaan swasta dan pemerhati ikut berperan aktif dalam mengsukseskan program pembangunan kawasan sentra pengembangan off-fishing skala rumah tangga secara terpadu dengan
42
Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi I Vol. 18 No. 1 Juni 2012
menciptakan pola kemitraan yang diikat dengan perjanjian kerja sama. 3. Disertasi ini membuka agenda penelitian selanjutnya tentang pengujian model
yang diciptakan sehubungan dengan perkembangan teknologi dan kebijakan pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA Aryani, F. 1994. Analisis Curahan Kerja dan Kontribusi Penerimaan Keluarga Nelayan dalam Kegiatan Ekonomi di Desa Pantai. Tesis Magister Sains. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Elfindri. 2002. Ekonomi Patron-Client. Fenomena Mikro Rumah Tangga Nelayan dan Kebijakan Makro. Padang: Andalas University Press. Intriligator, M.D. 1978. Econometrics Models, Techniques and Applications. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.Englewood Cliffs. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009. Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan, Jakarta. Rahmawaty. 2004. Pengelolaan Kawasan Pesisir dan Kelautan Secara Terpadu dan Berkelanjutan. Medan: e-USU Repository @2004 Universitas Sumatera Utara. Saidan, C. 1998. Peranan Istri Nelayan Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga dan Masyarakat di Kelurahan Miskin Kotamadya Padang (Studi Kasus Kelurahan Sungai Pisang, Kecamatan Bungus Teluk Kabung dan Kelurahan Pasir Ulak Karang, Kecamatan Padang Utara). Padang: Tesis. Program Pascasarjana Universitas Andalas. Sjafrizal. 2009. Teknis Praktis Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah. Baduose Media. Yasin, A.Z.F. 2002. Masa Depan Agribisnis Riau. Pekanbaru: Unri Press. Yasin, A.Z.F. 2003. Agribisnis Riau. Pembangunan Perkebunan Berbasis Kerakyatan. Pekanbaru: Unri Press. Zein, A. 1998. The Influence of Technological Change on Income and Social Structure in Artisanal Fisheries in Padang, Indonesia. Germany: Dissertation. Centre for Tropical Marine Ecology University of Bremen.