PENILAIAN RISIKO KESELAMATAN KERJA PADA PROSES PENERIMAAN DAN PENIMBUNAN DI PT PERTAMINA (PERSERO) TERMINAL BBM JAKARTA GROUP TAHUN 2012 Hamidum Universitas Indonesia, Depok
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini membahas tentang nilai risiko yang didapat pada proses penerimaan dan penimbunan di PT Pertamina (Persero) Terminal BBM Jakarta Group Tahun 2012. Penilaian risiko dilakukan dengan menganalisis nilai kemungkinan, pemajanan dan konsekuensi dari setiap tahapan pekerjaan yang kemudian dibandingkan dengan standar level risiko semikuantitatif W.T. Fine J untuk mengetahui level risiko yang ada pada setiap kegiatan. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan metode semi kuantitatif. Hasil penelitian menyatakan bahwa level risiko yang dimiliki pada setiap langkah kegiatan penerimaan dan penimbunan meliputi level : acceptable, priority 3, substancial, priority 1, dan very high. Kata kunci: Penilaian risiko, kemungkinan, pemajanan, konsekuensi dan level risiko. ABSTRACT This study discusses the risk values obtained in the process of receiving and stockpiling of PT Pertamina (Persero) Fuel Terminal Jakarta Group in 2012. Risk assessment is done by analyzing the possible value, exposure and consequences of each stage of the work which is then compared to the standard level of risk semiquantitatively WT Fine J to determine the level of risk involved in any activity. This study is a descriptive analytic study using semi-quantitative methods. The results stated that the level of risk that you have on every step of the admission and retention activities include level: acceptable, priority 3, substancial, priority 1, and very high. Keywords: Risk assessment, probability, Exposure, consequences and risk levels 1. PENDAHULUAN Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah kepentingan pengusaha, pekerja dan pemerintah di seluruh dunia. Menurut perkiraan ILO, setiap tahun di seluruh dunia 2 juta orang meninggal karena masalah-masalah akibat kerja. Dari jumlah ini, 354.000 orang mengalami kecelakaan fatal. Disamping itu, setiap tahun ada 270 juta pekerja yang mengalami kecelakaan akibat kerja dan 160 juta yang terkena penyakit akibat kerja. Biaya yang harus dikeluarkan untuk bahaya-bahaya akibat kerja ini amat besar. ILO memperkirakan kerugian yang dialami sebagai akibat kecelakaan-kecelakaan dan penyakitpenyakit akibat kerja setiap tahun lebih dari US$1.25 triliun (Markkanen, 2004). Sedangkan di Indonesia, menurut PT Jamsostek, angka kecelakaan kerja dari tahun 2007 sampai tahun 2011 cenderung naik. Pada tahun 2007 terdapat 83.714 kasus, tahun 2008 terdapat 94.736 kasus, tahun 2009 terdapat 96.314 kasus. tahun 2010 terdapat 98.711 kasus, sedangkan pada tahun 2011 terdapat 99.491 kasus atau rata-rata 414 kasus kecelakaan kerja per hari (Tri & Sir, 2012). Di Indonesia juga data kecelakaan kerja di industri migas menurut Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral dari tahun 2007 sampai 2009 adalah sebagai berikut:
Penilaian risiko keselamatan..., Hamidum, FKM UI, 2013
pada tahun 2007 terjadi 103 kecelakaan di hulu migas dan 27 kecelakaan di hilir migas. Pada tahun ini, juga terjadi 9 kecelakaan fatal. pada tahun 2008, di hulu migas terjadi 100 kecelakaan dan 23 kecelakaan di hilir migas. Dari jumlah tersebut, 9 diantaranya merupakan kecelakaan fatal; sedangkan pada tahun 2009 kecelakaan operasi di hulu migas terdiri dari 11 kecelakaan ringan, 14 kecelakaan sedang, 6 kecelakaan berat dan 3 kecelakaan fatal. Sedangkan di hilir migas, tercatat terjadi 23 kecelakaan ringan, 6 kecelakaan sedang, 1 kecelakaan berat dan 4 kecelakaan fatal. Atau pada tahun 2009 ini terjadi Kecelakaan kerja operasi hulu migas mencapai 34 kasus, sedangkan di hilir migas sebanyak 35 kasus (Migas.ESDM, 2009). Upaya untuk mencegah dan mengurangi kecelakaan serta kebakaran menurut Undang-Undang no. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja adalah setiap tempat kerja haruslah memenuhi syarat-syarat keselamatan kerja yang berlaku baginya, agar setiap orang termasuk tenaga kerja yang memasukinya dan atau untuk mengerjakan sesuatu disana, walaupun untuk jangka waktu pendek, terjamin keselamatannya Selain itu upaya untuk pengendalian risiko atau bahaya kecelakaan dan kebakaran menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 tentang penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja salah satunya adalah dengan melakukan penilaian risiko. Tujuan penilaian risiko adalah untuk menetapkan besar kecilnya suatu risiko yang telah diidentifikasi sehingga digunakan untuk menentukan prioritas pengendalian terhadap tingkat risiko kecelakaan atau kebakaran. Terminal BBM Jakarta Group merupakan unit usaha dari PT.Pertamina (Persero) yang berlokasi di Jakarta Utara. Terminal BBM Jakarta Group bergerak di bidang usaha perminyakan, yang mana kegiatan usaha tersebut mempunyai risiko terjadinya kebakaran, selain itu mempunyai risiko terjadinya kecelakaan kerja. Pada tahun 2009, Terminal BBM Jakarta Group mengalami kebakaran. Kebakaran terjadi pada tanki 24 yang berisi minyak premium (Wiyono, 2009). Kebakaran tersebut terjadi pada proses penerimaan dan penimbunan. Melihat dari fakta tersebut perlu dilakukannya penilaian risiko (risk assesment) pada proses penerimaan dan penimbunan. 2. METODOLOGI Jenis desain penelitian yang digunakan bersifat semi-kuantitatif dengan pendekatan observasional. Metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode deskriptif untuk mendapatkan tingkat risiko pada proses penerimaan dan penimbunan di PT Pertamina Terminal BBM Jakarta Group. Penelitian ini dilakukan dibagian proses penerimaan dan penimbunan di PT Pertamina Terminal BBM Jakarta Group. Waktu penelitian dilakukan pada bulan desember 2012. Objek penelitian pada tulisan ilmiah ini adalah seluruh risiko keselamatan kerja yang ada pada proses penerimaan dan penimbunan di PT Pertamina Terminal BBM Jakarta Group Data dikumpulkan dalam bentuk data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil observasi langsung ke lapangan serta mengadakan wawancara langsung kepada para pekerja pada proses penerimaan dan penimbunan bahan bakar minyak. Sedangkan data sekunder diperoleh dari semua dokumen perusahaan yang
Penilaian risiko keselamatan..., Hamidum, FKM UI, 2013
berkaitan dengan penelitian diantaranya data kecelakaan, kebakaran, dan Standard Operating Prosedure (SOP) penerimaan dan penimbunan bahan bakar minyak. Data yang diperoleh kemudian diolah dengan membuat tabel dengan bantuan program Ms Word/Ms Excel. Data tersebut berupa tahapan kegiatan, deskripsi risiko/bahaya, konsekuensi, probabilitas, paparan dan akhirnya di analisis untuk mengetahui level of risk dan pengendaliannya. Analisa data dengan menggunakan metode analisis risiko secara semi-kuantitatif berdasarkan AS/NZS 4360:1999 yaitu dengan memperoleh tingkat risiko berdasarkan indikator konsekuensi, probabilitas dan paparan. Penentuan level berdasarkan kriteria risiko fine dan fine matrix, dengan rumus Risiko = Consequence x Exposure x Probability Tabel 1. Analisa Risiko Semi-Kuantitatif rating menurut William T. Fine’s Risk Score Faktor
Tingkatan
Deskripsi
Rating
Consequences
Catastrophe
100
Akibat yang ditimbulkan dari suatu peristiwa/kejadian
Banyak korban jiwa; kerusakan yang luas (lebih dari $ 1.000.000); aktifitas dihentikan; kerusakan permanen pada lingkungan luas;
Multiple fatalities
Kerugian $ 500.000 sampai $ 1.000.000; Kematian pada satu hingga beberapa orang; kerusakan permanen pada lingkungan lokal
50
Fatality
Kerugian $ 100.000 sampai $ 500.000; Kematian pada satu orang
25
Extremely serious injury
Kerugian $ 1000 sampai $ 100.000; Amputasi, cacat permanen
15
Disabling Injuries
Kerugian sampai $ 1000; dibutuhkan perawatan medis
5
Minor cuts, bruises, bumps
Kerusakan atau kerugian ringan; Luka ringan; terhentinya kegiatan sementara
1
Exposure
Continously
dilakukan berkali-kali dalam sehari
10
Frekuensi pemajanan
Frequently
dilakukan kira-kira sekali dalam sehari
6
terhadap bahaya
Occasionally
1x seminggu – 1x sebulan
3
Unusually
1x sebulan – 1x setahun
2
Rarely
jarang dilakukan
1
Very Rarely
tidak diketahui kapan akan dilakukan
0.5
Probability
Most Likely
Kejadian kecelakaan yang paling sering, pasti terjadi
10
Kemungkinan yang
Quite Possible
Kemungkinan terjadi kecelakaan 50% : 50%
6
menyertai suatu akibat
Unusual
Tidak biasa namun mungkin terjadi
3
Remotely Possible
Kejadian yang sangat kecil kemungkinan untuk terjadi
1
Penilaian risiko keselamatan..., Hamidum, FKM UI, 2013
Faktor
Tingkatan
Deskripsi
Rating
Extremely remote
Tidak pernah terjadi kecelakaan dalam bertahun-tahun pemajanan tetapi mungkin terjadi
0.5
Practically Imposible
Sangat tidak mungkin terjadi
0.1
Tabel 2. Level/Prioritas Risiko (Fine dalam Cross, 1998) Tingkat Risiko
Comment
Action
> 350
Very High
Penghentian aktivitas sampai risiko dikurangi
181-350
Priority 1
Penanganan secepatnya
71-180
Substancial
20-70
Priority 3
Memerlukan perhatian
< 20
Acceptable
Lakukan kegiatan selayaknya/risiko dapat diterima
Mengharuskan ada perbaikan
3. HASIL Dari hasil observasi dan wawancara penulis, berikut kegiatan yang dilakukan pada proses penerimaan bahan bakar minyak (BBM) sebagai berikut : Kegiatan Penyandaran Kapal Tanker ke Dermaga atau PMB Mengukur kapasitas dan mengambil sampel minyak di cargo compartment (tanki cargo tanker) Persiapan Pembongkaran BBM dari tanker Melakukan pembongkaran BBM dari tanker. Kegiatan setelah pembongkaran Adapun kegiatan yang dilakukan pada proses penimbunan bahan bakar minyak (BBM) adalah sebagai berikut : Pengukuran kapasitas tanki timbun Pemindahan BBM antar tanki (Intertank transfer) Melakukan drain (mengeluarkan air dari tanki timbun). 3.1 Analisa Risiko Pada Kegiatan Penerimaan Bahan Bakar Minyak (BBM) 3.1.1 Kegiatan Penyandaran Kapal Tanker ke Dermaga atau PMB 3.1.1.1. Mengatur posisi manifold tanker Hirarki pengendalian yang belum dilakukan pada kegiatan mengatur posisi manifold tanker ini adalah : - Tidak semua pinggir dermaga dipasang barier (pagar pengaman) - SOP (Standard Opperational Procedure) Mengatur posisi manifold tanker tidak detail - Petugas mooring gang tidak menggunakan pelampung pada saat kerja Berikut penjelasan pada masing-masing analisa risiko yang diperoleh : a. Tanker menabrak dermaga
Penilaian risiko keselamatan..., Hamidum, FKM UI, 2013
Probability Quite Possible (6), Kemungkinan terjadi kecelakaan 50%, berdasarkan data kecelakaan yang ada di Terminal BBM Jakarta Group pernah terjadi tanker menabrak dermaga. - Exposure frequently (6), kegiatan sandar kapal dilakukan sekali setiap hari - Consequences Disabling Injuries (5), Kerugian sampai $ 1000, dari data kejadian yang ada kapal tanker menabrak dermaga, pada sisi dermaga tersebut sudah dipasang rubber vender (Karet penahan benturan), sehingga pada saat kejadian yang mengalami kerusakan hanya rubber vender. Dari hasil Probability, exposure, dan consequences diperoleh tingkat risiko tanker menabrak dermaga adalah Substancial (180), tindakannya adalah mengharuskan ada perbaikan. b. Tabrakan antar tug boat atau perahu nelayan - Probability Extremely Remote (0.5), Tidak pernah terjadi tabrakan dalam bertahun-tahun kegiatan, tetapi mungkin terjadi. Berdasarkan wawancara dengan pekerja-pekerja tempat tersebtu menyatakan belum pernah terjadi kecelakaan atau tabrakan antara kapal tug boat dengan kapal nelayan atau antar tug boat. - Exposure frequently (6), kegiatan tug boat menyandarkan kapal dilakukan sekali setiap hari. - Consequences Fatality (25), Kerugian $ 100.000 sampai $ 500.000, kematian pada satu orang. jika terjadi tabrakan akan berpotensi terjadi kerusakan pada kapal nelayan atau tug boat. Dari hasil analisah risiko tersebut diatas diperoleh tingkat risiko tabrakan antar tugboat atau perahu nelayan adalah Substancial (75), tindakannya adalah mengharuskan ada perbaikan c. Petugas mooring gang tertimpa tali tanker - Probability Quite Possible (6). Kemungkinan kecelakaan 50% dari keegiatan yang ada. Karena pada saat mengulur tali, petugas tanker melempar anak tali ke petugas mooring gang.. - Exposure frequently (6), kegiatan pemasangan tali pada sarana tambat dilakukan sekali setiap hari - Consequences Minor cuts, bruises and bumps (1), luka ringan. Karena anak tali yang digunakan hanya berukuran kecil. Dari hasil analisah tersebut diperoleh tingkat risiko petugas mooring boat tertimpa tali tanker adalah Priority 3 (36), tindakannya adalah memerlukan perhatian. d. Petugas mooring gang terjatuh/tercebur ke laut - Probability Quite Possible (6). Kemungkinan kecelakaan 50% dari keegiatan yang ada. Karena area kerja tidak menggunakan pagar pengaman, kapal tugboat yang digunakan untuk menjemput tali tidak dikasih pengaman atau tempat pegangan. Serta petugas tidak menggunakan pelampung. - Exposure frequently (6), karena kapal sandar sekali sehari, sehingga kegiatan penambatan tali tanker dilakukkan sekali sehari juga. - Consequences fatality (25), kematian pada satu orang. Berdasarkan wawancara dengan petugas dan pekerja lain, pernah ada pekerja yang meninggal karena jatuh/tercebur ke laut, karena didasar laut tesebut terdapat lumpur, sehingga apabila terjatuh berpotensi tertanam didalam lumpur. Dari hasil analisah diatas diperoleh tingkat risiko terjatuhnya petugas moring gang ke laut adalah Very high (900), tindakannya adalah penghentian aktivitas sampai risiko dikurangi -
Penilaian risiko keselamatan..., Hamidum, FKM UI, 2013
e. Petugas Mooring gang terpleset dan tersandung di dermaga - Probability quite possible (6), Kemungkinan terjadinya 50% dari kegiatan yang dilakukan, karena ditempat kerja teresebut banyak terdapat pipa-pipa atau kondisi tempat kerja tidak rata. - Exposure frequently (6), karena kapal sandar sekali sehari, sehingga kegiatan penambatan tali tanker dilakukkan sekali sehari juga - Consequences minor cuts, bruises, bumps (1), luka ringan Dari hasil analisa diatas diperoleh tingkat risiko mooring gang terpleset dan tersandung di dermaga adalah priorty 3 (36), tindakannya adalah memerlukan perhatian. 3.1.1.2. Memasang kabel grounding a. Petugas terpleset dan tersandung saat memasang kabel grounding - Probability quite possible (6), Kemungkinan terjadinya 50% dari kegiatan yang dilakukan, karena ditempat kerja teresebut banyak terdapat pipa-pipa atau kondisi tempat kerja tidak rata. Selain itu dasar lantai yang licin. - Exposure frequently (6), karena kapal sandar sekali sehari, sehingga kegiatan memasang kabel grounding pada tanker dilakukkan sekali sehari juga - Consequences minor cuts, bruises, bumps (1), luka ringan Dari hasil analisa diatas diperoleh tingkat risiko mooring gang terpleset dan tersandung di dermaga adalah priorty 3 (memerlukan perhatian). b. Petugas tertimpa tali penarik kabel grounding. - Probability Unusual (3), tidak biasa namun mungkin terjadi. Karena tali dilempar dari atas tanker dermaga yang disana sudah ada petugas yang menunggu lemparan tali tersebut. - Exposure frequently (6), karena kapal sandar sekali sehari, sehingga kegiatan memasang kabel grounding pada tanker dilakukkan sekali sehari juga - Consequences Minor cut, bruises and bumps (1), Luka ringan. Karena kondisi tali yang dilempar hanya berukuran kecil. Dan juga petugas menggunakan APD (Safety helm dan safety shoes). Dari hasil analisa tersebut diperoleh tingkat risiko Petugas tertimpa tali penarik kabel grounding adalah acceptable (18). Tindakannya lakukan kegiatan selayaknya. 3.1.2 Mengukur Kapasitas Minyak dan Mengambil Sampel Minyak di Cargo Compartment (Tanki Cargo Tanker). Hirarki pengendalian yang belum dilakukan adalah konsistensi pekerja menggunakan masker. Pada kegiatan ini, pekerja sering tidak menggunakan masker. Berikut penjelasan pada masing-masing analisa risiko yang diperoleh : a. Pita ukur terjatuh ke cargo compartment - Probability Unusual (3), tidak biasa namun mungkin terjadi, - Exposure frequently (6), karena kapal sandar sekali sehari, sehingga kegiatan Mengukur kapasitas dan mengambil sampel minyak di cargo compartment (tanki cargo tanker) dilakukkan sekali sehari juga - Consequences minor cuts, bruises, bumps (1), kerugian ringan. Karena apabila pita ukur terjatuh hanya menyebabkan kehilangan alat ukur atau tercebur kedalam kompartemen minyak. Dari hasil analisa tersebut dapat hasil tingkat risiko pita ukur terjatuh ke cargo compartement adalah accebtable (18) yaitu dapat diterima.
Penilaian risiko keselamatan..., Hamidum, FKM UI, 2013
b. Kebakaran pada cargo compartment (tanki cargo tanker) - Probability extremely remote (0.5), tidak pernah terjadi kebakaran dalam bertahun-tahun pemajanan tetapi mungkin terjadi. - Exposure frequently (6), karena kapal sandar sekali sehari, sehingga kegiatan Mengukur kapasitas dan mengambil sampel minyak di cargo compartment (tanki cargo tanker) dilakukkan sekali sehari juga - Consequences Multiple fatalities (50), kerugian $ 500.000 sampai $ 1.000.000 karena rata kapasitas cargo compartment (tanki cargo tanker) minimal 10.000 kiloliter, selain itu juga menyebabkan kematian pada satu hingga beberapa orang yaitu pekerja yang berada di kapal. Dari analisa tersebut diketahui tingkat risiko kebakaran pada saat mengukur dan mengambil sampel minyak di cargo compartment (tanki cargo tanker) adalah subtancial (mengharuskan ada perbaikan), artinya mengharuskan ada perbaikan atau perubahan pada alat yang digunakan untuk mengukur dan mengambil sampel minyak, jangan menggunakan alat yang bisa menimbulkan listrik statis dan bunga api atau percikan api. c. Keracunan Uap berbahaya - Probability remotely possible (1), kejadian yang sangat kecil kemungkinan untuk terjadi. Karena berada dipinggir laut memungkinkan kosentrasi uap yang keluar dari lubang tempat mengukur dan mengambil sampel cepat terpecah atau terbawa angin, sehingga potensi terpapar uap bahaya hanya sedikit. Berdasarkan observasi petugas tersebut tidak menggunakan masker. - Exposure frequently (6), karena kapal sandar sekali sehari, sehingga kegiatan Mengukur kapasitas dan mengambil sampel minyak di cargo compartment (tanki cargo tanker) dilakukkan sekali sehari juga. - Consequences Disabling injuries (5), dibutuhkan perawatan medis. Karena jika terhirup atau keracunan uap BBM akan menyebabkan pusing atau pingsan. Dari hasil analisa tersebut tingkat risiko keracunan uap berbahaya pada petugas mengukur dan mengambil sampel minyak di cargo compartment (tanki cargo tanker) adalah Priority 3 (30), yaitu memerlukan perhatian. 3.1.3 Persiapan Pembongkaran BBM dari tanker 3.1.3.1 Memasang MLA (Marine Loading Arm) Hirarki pengendalian yang belum dilakukan pada kegiatan ini adalah : - Tidak semua dipasang pagar (barrier) di tempat operator MLA - Tidak Memasang rambu-rambu area manuver MLA Berikut penjelasan pada masing-masing analisa risiko yang diperoleh : a. Petugas mengalami Terjepit atau Terjatuh - Probability unusual (3), tidak biasa namun mungkin terjadi. Pada tempat opertor MLA tidak dipasang pagar pengaman, sehingga berpotensi untuk terjatuh ke dermaga. - Exposure frequently (6), karena kapal sandar sekali sehari, sehingga kegiatan memasang MLA dilakukkan sekali sehari juga. - Consequences disabling injuries (5), dibutuhkan perawatan medis. Karena terjepit oleh benda yang berat dan besar. Sedangkan petugas MLA jika terjatuh tidak terlalu tinggi, hanya ketinggian 30 centimeter.
Penilaian risiko keselamatan..., Hamidum, FKM UI, 2013
Dari hasil analisa tersebut tinkat risiko terjepit atau terjatuh pada petugas adalah substancial (90) yaitu mengharuskan ada perbaikan. Artinya tempat posisi operator MLA harus dipasang pagar pengaman untuk menghindari jatuh. b. Terbentur - Probability Unusual (3), tidak biasa namun mungkin terjadi. - Exposure frequently (6), karena kapal sandar sekali sehari, sehingga kegiatan memasang MLA dilakukkan sekali sehari juga. - Consequences disabling injuries (5), dibutuhkan perawatan medis karea terbentur oleh MLA. Dari hasil analisa risiko tersebut tingkat risiko terbentur pada saat memasang MLA adalah adalah substancial (90) yaitu mengharuskan ada perbaikan. 3.1.3.2 Membuka Gate Valve pada Jalur Pipa Yang Akan Dipakai. Hirarki pengendalian yang belum dilakukan pada kegiatan ini adalah : - Tidak semua didekat gatevalve dipasang jembatan untuk memudahkan mengoperasikan gate valve - Tidak konsisten Petugas menggunakan Sarung tangan Berikut penjelasan pada masing-masing analisa risiko yang diperoleh : a. Tergores - Probability unusual (3), tidak biasa namun mungkin terjadi. Karena petugas tidak menggunakan sarung tangan saat membuka gate valve. - Exposure frequently (6), karena kapal sandar sekali sehari, sehingga kegiatan membuka gate valve pada jalur pipa yang akan dipakai juga tiap hari. - Consequences minor cuts, bruises, bumps (1). Luka ringan Dari hasil analisa tersebut diperoleh tingkat risiko tergores pada saat Membuka gate valve pada jalur pipa yang akan dipakai adalah acceptable (18), yaitu lakukan kegiatan selayaknya. b. Tersandung atau terpleset - Probability quite possible (6), Kemungkinan terjadi kecelakaan 50%. Karena kondisi area yang banyak rumput, becek, licin dan banyak pipa. Serta juga petugas tidak menggunakan sarung tangan saat mengoperasikan gatevalve tersebut. - Exposure frequently (6), karena kapal sandar sekali sehari, sehingga membuka gate valve pada jalur pipa yang akan dipakai juga tiap hari. - Consequences minor cuts, bruises, bumps (1). Luka ringan. Dari hasil analisa tersebut diperoleh tingkat risiko terpleset dan tergores pada Membuka gate valve pada jalur pipa yang akan dipakai adalah priority 3 (memerlukan perhatian). Artinya menggunakan sarung tangan. dan membuat pijakan yang tidak licin di dekat gate valve. 3.1.4 Melakukan Pembongkaran Bbm Dari Tanker. Hirarki pengendalian yang belum dilakukan pada kegiatan ini adalah : Pipa yang rusak belum diganti Berikut penjelasan pada masing-masing analisa risiko yang diperoleh : a. Peledakan pada pipa atau pompa atau tanker - Probability unusual (3), tidak biasa namun mungkin terjadi. Karena berdasarkan data media masa, pernah terjadi peledakan pada kapal pertamina di samarinda pada saat melakukan pembongkaran minyak di dermaga.
Penilaian risiko keselamatan..., Hamidum, FKM UI, 2013
Exposure frequently (6), karena kapal sandar sekali sehari, sehingga kegiatan pembongkaran BBM dari tanker dilakukan setiap hari - Consequences multiple fatalaities (50), Kerugian $ 500.000 sampai $ 1.000.000, kematian pada satu hingga beberapa orang yang berada di kapal. Kapal dan pompa mengalami kerusakan, tumpahan minyak akibat pipa meledak karena flowrate (arus minyak) terlalu besar. Pipa yang digunakan banyak sudah karatan. Dari hasil analisa tersebut diperoleh tingkat risiko peledakan pada proses pembongkaran minyak adalah 900 (very high) dengan tindakan penghentian aktivitas sampai risiko dikurangi. b. Kebakaran - Probability unusual (3), tidak biasa namun mungkin terjadi. Karena berdasarkan data media masa, pernah terjadi kebakaran pada kapal pertamina di samarinda pada saat melakukan pembongkaran minyak di dermaga. - Exposure frequently (6), karena kapal sandar sekali sehari, sehingga kegiatan pembongkaran BBM dari tanker dilakukan setiap hari - Consequences multiple fatalaities (50), Kerugian $ 500.000 sampai $ 1.000.000, kematian pada satu hingga beberapa orang yang berada di kapal. Karena jika kebakaran terjadi jika tidak di tanggulangi secara cepat berpotensi akan merambat kompartemen yang berisi minyak. Sehingga menyebabkan kebakaran besar. Dari hasil analisa tersebut diperoleh tingkat risiko kebakaran pada proses pembongkaran minyak adalah sembilan ratus (very high) dengan tindakan penghentian aktivitas sampai risiko dikurangi. -
3.1.5 Kegiatan setelah pembongkaran 3.1.5.1 Melepaskan MLA dari tanker dan menempatkan pada posisi Hirarki pengendalian yang belum dilakukan pada kegiatan ini adalah : - Tidak semua dipasang pagar (barrier) di tempat operator MLA - Tidak Memasang rambu-rambu area manuver MLA Berikut penjelasan pada masing-masing analisa risiko yang diperoleh : a. Petugas mengalami Terjepit atau Terjatuh - Probability unusual (3), tidak biasa namun mungkin terjadi. Pada tempat opertor MLA tidak dipasang pagar pengaman, sehingga berpotensi untuk terjatuh ke dermaga. - Exposure frequently (6), karena kapal sandar sekali sehari, sehingga kegiatan melepas MLA dilakukkan sekali sehari juga. - Consequences disabling injuries (5), dibutuhkan perawatan medis. Karena terjepit oleh benda yang berat dan besar. Sedangkan petugas MLA jika terjatuh tidak terlalu tinggi, hanya ketinggian 30 centimeter. Dari hasil analisa tersebut tinkat risiko terjepit atau terjatuh pada petugas adalah substancial (mengharuskan ada perbaikan). Artinya tempat posisi operator MLA harus dipasang pagar pengaman untuk menghindari jatuh. c. Terbentur - Probability Unusual (3), tidak biasa namun mungkin terjadi. Karena kondisi MLA tidak terlihat oleh operator MLA. Operator hanya mengikuti aba-aba dari pekerja lainnya yang berada dekat koneksi pipa.
Penilaian risiko keselamatan..., Hamidum, FKM UI, 2013
Exposure frequently (6), karena kapal sandar sekali sehari, sehingga kegiatan melepas MLA dilakukkan sekali sehari juga. - Consequences disabling injuries (5), dibutuhkan perawatan medis karea terbentur oleh MLA. Dari hasil analisa risiko tersebut tingkat risiko terbentur pada saat memasang MLA adalah adalah substancial (90) yaitu mengharuskan ada perbaikan. -
3.1.5.2 Melepas kabel grounding Hirarki pengendalian yang belum dilakukan pada kegiatan ini adalah : - Tidak konsisten petugas menggunakan tali tambang untuk mengulur kabel grounding, sering petugas melempar kabel grounding dari atas kapal ke dermaga. Berikut penjelasan pada masing-masing analisa risiko yang diperoleh : a. Tertimpa kabel atau klem grounding - Probability extremely remote (0.5), Tidak pernah terjadi kecelakaan dalam bertahun-tahun pemajanan tetapi mungkin terjadi. Karena pada saat melepaskan tidak ada kegiatan lagi di dermaga. - Exposure frequently (6), karena kapal sandar sekali sehari, sehingga kegiatan melepas kabel grounding dilakukkan sekali sehari juga. - Consequences extremely serious injury (15), mengalami cacat permanen jika menimpa ke anggota tubuh. Tetapi menimpa kepala berpotensi sangat kecil karena pekerja yang bertugas menggunakan safety helm. Dari hasil analisa risiko tersebut diperoleh tingkat risiko tertimpa kabel atau klem grounding adalah 45 (priority 3), dengan tindakan memerlukan perhatian. b. Klem grounding terbentur ke dermaga - Probability quite possible (6), Kemungkinan terjadi 50%. Karena kebiasaan petugas melempar ke dermaga. - Exposure frequently (6), karena kapal sandar sekali sehari, sehingga kegiatan melepas kabel grounding dilakukkan sekali sehari juga. - Consequences minor cuts, bruises, bumps (1). Kerugian ringan yaitu rusaknya klem dan kabel graounding akibat terjatuh dan terbentuk dengan permukaan dermaga yang terbuat dari betton semen. Dari hasil analisis risiko tersebut diperoleh tingkat risiko terbenturnya klem grounding ke dermaga adalah 36 (priority 3) yaitu memerlukan perhatian. 3.1.5.3 Menutup gate valve pada jalur pipa yang sudah dipakai Hirarki pengendalian yang belum dilakukan pada kegiatan ini adalah : - Tidak semua didekat gatevalve dipasang jembatan untuk memudahkan mengoperasikan gate valve Berikut penjelasan pada masing-masing analisa risiko yang diperoleh : a. Tergores - Probability unusual (3), tidak biasa namun mungkin terjadi. Karena petugas tidak menggunakan sarung tangan saat menutup gate valve. - Exposure frequently (6), karena kapal sandar sekali sehari, sehingga kegiatan menutup gate valve juga tiap hari. - Consequences minor cuts, bruises, bumps (1). Luka ringan Dari hasil analisa tersebut diperoleh tingkat risiko tergores pada saat menutup gate valve adalah acceptable (18), yaitu lakukan kegiatan selayaknya.
Penilaian risiko keselamatan..., Hamidum, FKM UI, 2013
b. Tersandung atau terpleset - Probability quite possible (6), Kemungkinan terjadi kecelakaan 50%. Karena kondisi area yang banyak rumput, becek, licin dan banyak pipa. Serta juga petugas tidak menggunakan sarung tangan saat mengoperasikan gatevalve tersebut. - Exposure frequently (6), karena kapal sandar sekali sehari, sehingga kegiatan membuka gate valve pada jalur pipa yang akan dipakai juga tiap hari. - Consequences minor cuts, bruises, bumps (1). Luka ringan. Dari hasil analisa tersebut diperoleh tingkat risiko terpleset dan tersandung pada kegiatan menutup gate valve pada jalur pipa yang telah dipakai adalah priority 3 (memerlukan perhatian). Artinya menggunakan sarung tangan. dan membuat pijakan yang tidak licin di dekat gate valve. 3.2 Analisis Risiko Pada Kegiatan Penimbunan Bahan Bakar Minyak 3.2.1 Pengukuran kapasitas tanki timbun Hirarki pengendalian yang belum dilakukan pada kegiatan ini adalah : - Sebagian Atap Tanki yang merupakan area kerja tidak dipasang pagar pengaman (barrier) - Tidak ada penerangan pada malam hari di area tanki karena lampu penerangan banyak yang rusak - Tidak semua jembatan menggunakan handrail Berikut penjelasan pada masing-masing analisa risiko yang diperoleh : a. Terjatuh - Probability Unusual (3), tidak biasa namun mungkin terjadi. Karena berdasarkan data yang ada pernah terjadi kecelakaan pada pekerja yang hendak melakukan pengukuran atau naik ke atas tanki. - Exposure continuously (10), kegiatan pengukuran tersebut dilakukan berkalikali dalam sehari. - Consequences extremely serious injury (15), yaitu cacat permanen. Berdasarkan hasil diagnosa Rumah Sakit adalah terjadi retak pada tulang rusuk. Dari hasil analisa tersebut diperoleh tingkat risiko terjatuh pada petugas pengukur kapasitas tanki timbun adalah very high (450), yaitu kegiatan dihentikan sampai risiko dikurangi. b. Tersandung atau terpleset - Probability quite possible (6), kemungkinan terjadinya kecelakaan 50%. Karena banyak pipa, tangga dan kondisi area terkadang licin. Licin karena hujan dan banyak lumut. - Exposure continously (10), kegiatan pengukuran tersebut dilakukan berkalikali dalam sehari. - Consequences minor cuts, bruiser, bumps (1), luka ringan. Karena petugas menggunakan safety shoes, sehingga apabila tersandung dilindungi oleh safety shoes. Dari hasil analisa tersebut diperoleh tingkat risiko tersandung atau terpleset pada saat pengukuran kapasitas tangki yaitu priority 3 (60), memerlukan perhatian. c. Kebakaran - Probability extremely remote (0.5), tidak pernah terjadi kecelakaan dalam bertahun-tahun pemajanan tetapi mungkin terjadi. Kebakaran bisa disebabkan oleh listrik statis dari alat yang digunakan.
Penilaian risiko keselamatan..., Hamidum, FKM UI, 2013
Exposure continously (10), kegiatan pengukuran tersebut dilakukan berkalikali dalam sehari. - Consequences multiple fatalities (50), kerugian $ 500.000 sampai $ 1.000.000, kematian pada satu hingga beberapa orang. Dari hasil analisa tersebut diperoleh tingkat risiko kebakaran pada saat pengukuran kapasitas tanki yaitu priority 1 (250), penanganan secepatnya d. Keracunan uap gas - Probability Remotely Possible (1), Kejadian yang sangat kecil kemungkinan untuk terjadi. Karena pada saat mengukur kapasitas tanki harus membuka penutup lubang ukur sehingga ada uap yang keluar. Ini berpotensi pekerja terpapar dengan uap yang berbahaya secara akut karena pekerja tersebut tidak menggunakan masker, namun dari data dan pengalaman yang ada belum ada pekerja yang mengalami keracunan uap gas. - Exposure continously (10), kegiatan pengukuran tersebut dilakukan berkalikali dalam sehari. - Consequences disabling injuries (5), dibutuhkan perawatan medis. . karena pada pemaparan dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kerusakan pada Sistem Saraf Pusat (SSP). Efek narkotik dapat terjadi pada konsentrasi pemaparan diatas TLV. Iritasi pernafasan, pusing, mual, pingsan. Dari hasil analisa tersebut diperoleh tingkat risiko keracunan uap gas berbahaya pada saat melakukan pengukuran kapasitas tanki yaitu Priority 3 (50), memerlukan perhatian. Artinya pekerja harus menggunakan masker yang standar untuk menghindari gas terhirup oleh pekerja. -
3.2.2 Pemindahan Bbm Antar Tanki (Intertank Transfer) Hirarki pengendalian yang belum dilakukan pada kegiatan ini adalah : - Tidak semua dipasang jembatan atau pijakan sehingga petugas mengoperasikan diatas pipa - Petugas sering tidak menggunakan sarung tangan Berikut penjelasan pada masing-masing analisa risiko yang diperoleh : a. Tergores - Probability unusual (3), tidak biasa namun mungkin terjadi. Karena petugas tidak menggunakan sarung tangan saat membuka atau menutup gate valve pada jalur intertank transfer. - Exposure Unusually (2), kegiatan dilakukan berkisar antara sekali sebulan sampai sekali setahun. - Consequences minor cuts, bruises, bumps (1). Luka ringan Dari hasil analisa tersebut diperoleh tingkat risiko tergores pada saat membuka atau menutup gate valve pada jalur intertank transfer adalah acceptable (6), yaitu lakukan kegiatan selayaknya. c. Tersandung atau terpleset - Probability quite possible (6), Kemungkinan terjadi kecelakaan 50%. Karena kondisi area yang banyak rumput, becek, licin dan banyak pipa. Serta juga petugas tidak menggunakan sarung tangan saat mengoperasikan gatevalve tersebut. - Exposure Unusually (2), kegiatan dilakukan berkisar antara sekali sebulan sampai sekali setahun. - Consequences minor cuts, bruises, bumps (1). Luka ringan.
Penilaian risiko keselamatan..., Hamidum, FKM UI, 2013
Dari hasil analisa tersebut diperoleh tingkat risiko terpleset dan tersandung pada kegiatan membuka atau menutup gate valve pada jalur intertank transfer adalah acceptable (6), yaitu lakukan kegiatan selayaknya. 3.2.3 Melakukan drain (Mengeluarkan Air Dari Tanki Timbun) Hirarki pengendalian yang belum dilakukan pada kegiatan ini adalah : - Tidak semua dipasang jembatan atau pijakan sehingga petugas mengoperasikan diatas pipa - Sering Petugas tidak menggunakan sarung tangan dan masker Berikut penjelasan pada masing-masing analisa risiko yang diperoleh : a. Tergores - Probability unusual (3), tidak biasa namun mungkin terjadi. Karena petugas tidak menggunakan sarung tangan saat membuka atau menutup gate valve pada proses drain. - Exposure Occasionally (3), kegiatan dilakukan berkisar antara sekali seminggu sampai sekali sebulan. - Consequences minor cuts, bruises, bumps (1). Luka ringan Dari hasil analisa tersebut diperoleh tingkat risiko tergores pada saat membuka atau menutup gate valve pada proses drain adalah acceptable (9), yaitu lakukan kegiatan selayaknya. b. Tergores atau terpleset - Probability quite possible (6), Kemungkinan terjadi kecelakaan 50%. Karena kondisi area yang banyak rumput, becek, licin dan banyak pipa. Serta juga petugas tidak menggunakan sarung tangan saat mengoperasikan gatevalve tersebut. - Exposure occasionally (3), kegiatan drain dilakukan antara sekali seminggu sampai sekali sebulan. - Consequences minor cuts, bruises, bumps (1). Luka ringan. Dari hasil analisa tersebut diperoleh tingkat risiko terpleset dan tergores pada saat menutup dan membuka gate valve jalur drain pada tanki timbun adalah acceptable (18), lakukan kegiatan selayaknya. c. Keracunan uap gas - Probability Remotely Possible (1). Kejadian yang sangat kecil kemungkinan untuk terjadi. Ada potensi air yang dikeluarkan bercampur dengan uap atau minyak, tetapi memaparkan pekerja hanya sebentar. - Exposure occasionally (3), kegiatan pengedrainan dilakukan antara sekali seminggu sampai sekali sebulan. - Consequences disabling injuries (5), dibutuhkan perawatan medis. . karena pada pemaparan dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kerusakan pada Sistem Saraf Pusat (SSP). Efek narkotik dapat terjadi pada konsentrasi pemaparan diatas TLV. Iritasi pernafasan, pusing, mual, pingsan. Dari hasil analisa tersebut diperoleh tingkat risiko keracunan uap gas berbahaya pada saat melakukan pengedrainan tanki yaitu acceptable (15), lakukan kegiatan selayaknya. 4. Kesimpulan
Penilaian risiko keselamatan..., Hamidum, FKM UI, 2013
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang penilaian risiko pada kegiatan penerimaan dan penimbunan bahan bakar minyak di PT Pertamina (Persero) Terminal BBM Jakarta Group diperoleh kesimpulan sebagai berikut : A. Bahaya-bahaya yang ada pada proses penerimaan dan penimbunan bahan bakar minyak adalah tabrakan, tertimpa, terjatuh, terpleset, tersandung, tercebur, kebakaran, keracunan uap berbahaya, terjepit, terbentur, tergores, dan peledakan. B. Dari hasil analisa risiko diperoleh tingkat risiko pada proses penerimaan sebagai berikut : 15 10 5 0 Very High
3
Substancial
9
Priority 3
12
Acceptable
4
Gambar 8.1. Grafik Hasil Analisa Risiko Pada Proses Penerimaan Bahan Bakar Minyak. 1) Very high yang mempunyai nilai risiko lebih 350 yang terdiri dari risiko atau bahaya sebagai berikut : - Mooring gang terjatuh/tercebur ke laut saat pemasangan tali tanker ke sarana tambat - Kebakaran pada saat melakukan pembongkaran BBM dari tanker - Peledakan pada saat melakukan pembongkaran BBM dari tanker 2) Substancial yang mempunyai nilai risiko 71 sampai 180 yang terdiri dari risiko atau bahaya sebagai berikut : - Kapal tanker menabrak dermaga pada saat sandar - Tabrakan antar tugboat atau dengan kapal nelayan pada saat mengatur posisi tanker ke dermaga - Kebakaran akibat listrik statis atau gesekan dari alat yang digunakan pada saat mengukur kapasitas dan mengambil sampel minyak di cargo compartment (tanki cargo tanker). - Tangan Petugas terjepit pipa pada saat koneksi pipa pada kegiatan memasang MLA (Marine Loading Arm) - Operator MLA (Marine Loading Arm) terjatuh dari tempat mengoperasikan mesin MLA pada kegiatan memasang MLA (Marine Loading Arm) - Petugas terbentur pipa pada saat manuver MLA pada kegiatan memasang MLA (Marine Loading Arm). - Tangan Petugas terjepit pipa pada saat membuka koneksi pipa pada kegiatan melepaskan MLA (Marine Loading Arm) dari tanker dan menempatkan pada posisinya
Penilaian risiko keselamatan..., Hamidum, FKM UI, 2013
-
Operator MLA terjatuh dari tempat mengoperasikan mesin MLA pada kegiatan melepaskan MLA (Marine Loading Arm) dari tanker dan menempatkan pada posisinya - Petugas terbentur pipa pada saat manuver MLA pada kegiatan melepaskan MLA (Marine Loading Arm) dari tanker dan menempatkan pada posisinya 3) Priority 3 yang mempunyai nilai risiko 20 sampai 70 yang terdiri dari risiko atau bahaya sebagai berikut : - Mooring gang tertimpa tali ulur tanker pada saat pemasangan tali tanker ke sarana tambat. - Petugas Terpleset di dermaga pada saat pemasangan tali tanker ke sarana tambat - Petugas tersandung pipa/jembatan di dermaga pada saat pemasangan tali tanker ke sarana tambat - Petugas Terpleset di dermaga pada saat memasang kabel grounding - Petugas tersandung tangga/pipa pada saat memasang kabel grounding - Keracunan uap berbahaya pada saat mengukur kapasitas dan mengambil sampel minyak di cargo compartment (tanki cargo tanker). - Petugas tersandung pipa/jembatan di dermaga pada saat membuka gate valve pada jalur pipa yang akan dipakai. - Petugas terpleset di dermaga pada saat membuka gate valve pada jalur pipa yang akan dipakai. - Petugas tertimpa kabel atau klem grounding pada saat melepas kabel grounding. - Klem grounding terbentur ke dermaga pada saat melepas kabel grounding. - Petugas tersandung pipa/jembatan di dermaga pada saat menutup gate valve pada jalur pipa yang sudah dipakai. - Petugas Terpleset di dermaga pada saat menutup gate valve pada jalur pipa yang sudah dipakai. 4) Acceptable yang mempunyai nilai risiko kurang dari 20 (dua puluh) terdiri dari risiko atau bahaya sebagai berikut : - Tertimpa tali penarik kabel grounding pada saat memasang kabel grounding. - Pita ukur terjatuh ke cargo compartment pada saat mengukur kapasitas dan mengambil sampel minyak di cargo compartment (tanki cargo tanker). - Tangan Petugas tergores pada saat membuka gate valve pada jalur pipa yang akan dipakai. - Tangan petugas tergores pada saat menutup gate valve pada jalur pipa yang sudah dipakai.
Penilaian risiko keselamatan..., Hamidum, FKM UI, 2013
C. Dari hasil analisa risiko diperoleh tingkat risiko pada proses penimbunan sebagai berikut : 8 6 4 2 0 Very High
1
Priority 1
1
Priority 3
3
Acceptable
7
Gambar 8.2. Grafik Hasil Analisa Risiko Pada Proses Penimbunan Bahan Bakar Minyak 1) Very high yang mempunyai nilai risiko lebih 350 yang terdiri dari risiko atau bahaya sebagai berikut : Terjatuh dari tangga atau tanki atau jalur menuju tanki pada saat pengukuran kapasitas tanki timbun 2) Priority 1 yang mempunyai nilai risiko 181 sampai 350 yang terdiri dari risiko atau bahaya sebagai berikut : Tanki Kebakaran pada saat pengukuran kapasitas tanki timbun 3) Priority 3 yang mempunyai nilai risiko 20 sampai 70 yang terdiri dari risiko atau bahaya sebagai berikut : - Petugas tersandung pipa atau tangga atau jembatan pada saat pengukuran kapasitas tanki timbun. - Petugas Terpleset pada saat pengukuran kapasitas tanki timbun - Petugas Keracunan uap gas pada saat pengukuran kapasitas tanki timbun 4) Acceptable yang mempunyai nilai risiko kurang dari 20 yang terdiri dari risiko atau bahaya sebagai berikut : - Petugas mengalami tergores oleh pegangan gate valve pada saat pemindahan BBM antar tanki (Intertank transfer). - Petugas tersandung oleh pipa atau jembatan pada saat pemindahan BBM antar tanki (Intertank transfer). - Petugas terpleset di jembatan atau diatas pipa pada saat pemindahan BBM antar tanki (Intertank transfer). - Petugas mengalami tergores oleh pegangan gate valve pada saat melakukan drain (mengeluarkan air dari tanki timbun) - Petugas terpleset di jembatan atau diatas pipa pada saat melakukan drain (mengeluarkan air dari tanki timbun) - Petugas tersandung oleh pipa atau jembatan pada saat melakukan drain (mengeluarkan air dari tanki timbun) - Petugas keracunan uap gas pada saat melakukan drain (mengeluarkan air dari tanki timbun).
Penilaian risiko keselamatan..., Hamidum, FKM UI, 2013
D. Hirarki pengendalian yang telah dilakukan pada proses penerimaan bahan bakar minyak adalah : 1) Pengendalian Teknis/Rekayasa (Engineering Control) - Memasang rubber vender di dermaga - Memberikan penerangan di area tempat kerja - Menukar ukuran tali ulur tanker dengan ukuran yang kecil. - Memasang pagar (barrier) di dermaga - Memasang handrail pada tangga di tempat kerja - Menggunakan tali tambang untuk menarik kabel grounding dari dermaga ke atas kapal tanker - Menggunakan alat yang ergonomis dan alat yang tidak menghasilkan listrik statis pada saat mengambil sampel minyak dan mengukur kapasitas minyak - Memasang Pagar pengaman pada tempat operator MLA (Marine Loading Arm) - Memasang Jembatan diatas pipa untuk dijadikan jalur kerja dan tempat mengoperasikan gate valve. - Memasang proteksi kebakaran dan peledakan kapal, pipa dan pompa tanker. - Selalu mencheck kondisi pompa 2) Pengendalian administratif (administrative control) - Mengatur jadwal kapal sandar - Pelatihan Nakhoda - Adanya SOP (Standard Opperational Procedure) Sandar/lepas Kapal - Menetapkan maksimal flowrate setiap pemompaan bahan bakar minyak 3) Penggunaan Alat Pelindung Diri (Personal Protective Equipment). - Safety Shoes - Safety Helmet - Sarung Tangan - Pelampung E. Hirarki pengendalian yang telah dilakukan pada proses penimbunan bahan bakar minyak adalah : 1) Pengendalian Teknis/Rekayasa (Engineering Control) - Tangga dan jembatan sudah dipasang handrail - Memasang Jembatan diatas pipa untuk dijadikan jalur kerja dan tempat mengoperasikan gate valve. 2) Pengendalian administratif (administrative control) - SOP (Standard Opperational Procedure) - Pengaturan Jadwal kerja 3) Penggunaan Alat Pelindung Diri (Personal Protective Equipment). - Safety Shoes - safety Helmet - Sarung tangan - Masker F. Hirarki pengendalian yang belum dilakukan pada proses penerimaan bahan bakar minyak adalah : 1) Pengendalian Teknis/Rekayasa (Engineering Control) - Tidak semua dipasang pagar (barrier) di dermaga - Tidak semua dipasang pagar (barrier) di tempat operator MLA
Penilaian risiko keselamatan..., Hamidum, FKM UI, 2013
-
Tidak semua didekat gatevalve dipasang jembatan untuk memudahkan mengoperasikan gate valve - Belum mengganti pipa yang rusak atau bocor 2) Pengendalian administratif (administrative control) - SOP (Standard Opperational Procedure) sandar/lepas kapal tidak detail - Tidak Memasang rambu-rambu area manuver MLA 3) Penggunaan Alat Pelindung Diri (Personal Protective Equipment) - Pekerja banyak yang tidak menggunakan pelampung saat bekerja di dermaga - Pekerja sering tidak menggunakan masker pada saat mengukur kapasitas dan mengambil sampel minyak di cargo compartment (tanki cargo tanker). - Tidak Semua Petugas menggunakan Sarung tangan pada saat mengoperasikan gate valve. G. Hirarki pengendalian yang belum dilakukan pada proses penimbunan bahan bakar minyak adalah : 1) Pengendalian Teknis/Rekayasa (Engineering Control) - Sebagian Atap Tanki yang merupakan area kerja tidak dipasang pagar pengaman - Tidak ada penerangan pada malam hari di area tanki karena lampu penerangan banyak yang rusak - Tidak semua tangga dan jembatan menggunakan handrail - Tidak semua dipasang jembatan atau pijakan sehingga petugas mengoperasikan diatas pipa 2) Penggunaan Alat Pelindung Diri (Personal Protective Equipment) - Banyak pekerja tidak menggunakan masker pada saat melakukan pengukuran kapasitas tanki timbun - Banyak pekerja yang tidak menggunakan sarung tangan pada saat kegiatan pemindahan bbm antar tanki (intertank transfer). - Sering petugas tidak menggunakan sarung tangan dan masker pada saat melakukan drain (mengeluarkan air dari tanki timbun) 5. Saran A. Pada setiap kegiatan penerimaan bahan bakar minyak (BBM) disarankan untuk melakukan beberapa hirarki pengendalian yang diantaranya adalah : 1) Pengendalian Teknis/Rekayasa (Engineering Control) - Memasang pagar (barrier) di semua sisi dermaga untuk menghindari pekerja jatuh ke laut. - Melengkapi pagar (barrier) di tempat operator MLA untuk menghindari terjatuh. - Melengkapi pemasangan jembatan didekat gate valve untuk memudahkan mengoperasikan gate valve. - Mengganti pipa yang rusak atau bocor pada jalur pemompaan dari kapal tanker ke tanki. 2) Pengendalian administratif (administrative control) - Melengkapi SOP (Standard Opperational Procedure) sandar atau lepas kapal tanker - Memasang rambu-rambu pada area manuver MLA (Marine Loading Arm) 3) Penggunaan Alat Pelindung Diri (Personal Protective Equipment) - Selalu menggunakan pelampung pada saat bekerja di didermaga
Penilaian risiko keselamatan..., Hamidum, FKM UI, 2013
-
Selalu menggunakan masker pada saat mengukur kapasitas dan mengambil sampel minyak di cargo compartment (tanki cargo tanker). Selalu menggunakan sarung tangan pada saat membuka atau menutup gate valve pada jalur pipa yang dipakai.
B. Pada setiap kegiatan penimbunan bahan bakar minyak (BBM) disarankan untuk melakukan beberapa hirarki pengendalian yang diantaranya adalah : a. Pengendalian Teknis/Rekayasa (Engineering Control) - Melengkapi pemasangan pagar pengaman diatas tangki untuk mencegah terjatuh pada petugas yang melakukan pengukuran kapasitas tanki - Memperbaiki lampu yang rusak, sehingga penerangan maksimal kembali - Melengkapi pemasangan handrail tangga atau jembatan pada semua area kerja yang memerlukan. - Melengkapi pemasangan pijakan atau jembatan didekat gatevalve untuk mempermudah mengoperasikannya. b. Penggunaan Alat Pelindung Diri (Personal Protective Equipment) - Selalu menggunakan masker pada saat pengukuran kapasitas tanki timbun. - Selalu menggunakan sarung tangan pada saat kegiatan pemindahan bbm antar tanki (intertank transfer). - Selalu menggunakan sarung tangan dan masker pada saat melakukan drain (mengeluarkan air dari tanki timbun). DAFTAR PUSTAKA AS/NZS 4360:1999. Risk Management Guideline Aditama, T.Y, dan Hastuti, T. (2002). Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta: UIPress. Amral, R. (2012). Kapal Pertamina Terbakar, Dua Tewas. http://regional.kompas.com/read/2012/08/03/19015277/Kapal.Pertamina.Terba kar.Dua.Tewas Anizar. (2009). Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri. Yokyakarta: Graha Ilmu. Cross, J. (1998). Study Notes : Risk Management. University of New South Wales : Sydney DEPNAKER, UNDP & ILO INS. (1987). Bahan Training Keselamatan Kerja Penanggulangan Kebakaran. Jakarta. Esdm.Migas. (2009). Angka Kecelakaan Operasi Migas 2009 Turun. http://www.migas.esdm.go.id/wap/artisa.php?op=BeritaArsip&id=1585&keyw ord=kecelakaan%20kerja&start= Fine, W.T. (1971). Mathematical Evaluations for Controlling Hazards. Maryland: Naval Ordnance Laboratory. Harrington, J.M, & Gill, F.S. (2003). Buku Saku Kesehatan Kerja (Sudjoko kuswadji, Penerjemah). Jakarta: EGC Hughes, P., & Ferret, E. (2009). Introduction to Health and Safety at Work (4th ed). Slovenia: Nebosh. International Labour Office. (1989). Pencegahan Kecelakaan Buku Pedoman. Jakarta:Gramedia. ISO 31000. (2009). Risk management Principles and guidelines. Kamus bahasa indonesia, www.kamusbahasaindonesia.org
Penilaian risiko keselamatan..., Hamidum, FKM UI, 2013
Kolluru, R.V. et al,. (1996). Risk Assesment and Management Handbook For Environmental, Health, and Safety Professionals. USA: McGraw-Hill Inc. Konradus, D. (2006). Keselamatan Kesehatan Kerja Membangun SDM Pekerja yang Sehat, Produktif dan Kompetitif. Jakarta: Litbang Danggur & Partners. Kurniawidjaja, L.M. (2010). Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja. Jakarta: UI-Press Markkanen, P.K. (2004). Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Indonesia. Philippines: International Labour Organization. Notoatmodjo, S. (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni. Jakarta: Rineka Cipta. Permenaker No 05/MEN/1996. Tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Permenaker No 03/MEN/98. Tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan. Permenakertrans No. Per-04/MEN/1980. Tentang Syarat-Syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan. PP RI No 50 Tahun 2012, Tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. PT Pertamina (Persero), Direktorat Pemasaran dan Niaga. (2007). Buku Panduan Suplai dan Distribusi BBM Jilid 1-Pedoman. PT. Pertamina (Persero). (2012). Profil Pertamina. www.pertamina.com Ramli, S. (2010). Pedoman Praktis Manajemen Risiko dalam Perspektif K3 OHS Risk Management. Jakarta: Dian Rakyat. Ramli, S. (2010). Petunjuk Praktis Manajemen Kebakaran (Fire Management). Jakarta: Dian Rakyat. Ridley, John. (2004). Kesehatan dan Keselamatan Kerja (3rd ed) (Soni Astranto & Lemeda Simarmata, Penerjemah). Jakarta: Erlangga. Rijanto, B.B. (2010). Kebakaran & Perencanaan Bangunan. Jakart: Mitra Wacana Media. Sahab, S. (1997). Teknik Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Bina Sumber Daya Manusia Suardi, R. (2005). Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Panduan Penerapan Berdasarkan OHSAS 18001 & Permenaker 05/1996. Jakarta: PPM. Suma’mur, P.K. (2009). Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). Jakarta: Sagung Seto. Tri & Sir. (2012). Angka Kecelakaan Kerja Lima Tahun Terakhir Cendrung Naik. http://www.poskotanews.com/2012/06/01/angka-kecelakaan-kerja-lima-tahunterahir-cendrung-naik/ Wibisono, S.G. (2012). Kapal Pengangkut BBM Meledak. http://www.tempo.co/read/news/2012/08/03/058421210/Kapal-PengangkutBBM-Meledak Wiyono, M. (2009). Sebab Masih Misterius Depo Pertamina Plumpang Terbakar. http://www.indosiar.com/fokus/depo-pertamina-plumpang-terbakar_77963.html
Penilaian risiko keselamatan..., Hamidum, FKM UI, 2013