PENILAIAN RISIKO KESELAMATAN KERJA PADA PEKERJAAN DI KETINGGIAN DI PROYEK BOGOR VALLEY RESIDENCE & HOTEL PT. X TAHUN 2014 Intan Pardyani, Robiana Modjo
1. 2.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia Email:
[email protected]
Abstrak
Penelitian ini membahas tentang penilaian risiko keselamatan kerja pada pekerjaan konstruksi di ketinggian di Proyek Bogor Valley Residence & Hotel PT. X Tahun 2014. Penilaian risiko ini dititikberatkan kepada risiko yang akan dialami pekerja pada pekerjaan ketinggian khususnya di bagian finishing, yaitu: pengecatan dengan menggunakan gondola, pemasangan railing di tepi gedung sampai dengan ketinggian 20 lantai, pemasangan billboard dengan menggunakan scaffholding, dan Passenger hoist. Penilaian risiko dilakukan dengan menganalisis nilai kemungkinan, pemajanan dan konsekuensi dari setiap tahapan pekerjaan yang kemudian dibandingkan dengan standar level risiko semi kuantitatif W.T. Fine J untuk mengetahui level risiko yang ada pada setiap tahapan proses produksi. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan metode semi kuantitatif AS/NZS 4360:2004. Desain penelitian yang dilakukan adalah observasional dengan pendekatan cross sectional. Pengumpulan data didapatkan dari hasil observasi dan wawancara. Hasil penelitian pekerjaan di ketinggian di dapatkan hasil level very high, priority 3, substantial, priority 1 dan acceptable.
RISK ASSESSMENT SAFETY AT WORK AT HEIGHT IN BOGOR VALLEY PROJECT RESIDENCE & HOTEL PT. X 2014 This study discusses the safety risk assessment in construction work at height in Project Bogor Valley Residence & Hotel PT. X 2014. Risk assessment is focused to the risk that will be experienced by workers on the job, especially at the height of finishing, namely: painting by using the gondola, the installation of railing at the edge of the building up to a height of 20 floors, billboards using scaffholding, and Passenger hoist. Risk assessment is done by analyzing the probable value, exposure and consequences of each phase of the work which is then compared to the standard semi-quantitative risk level W.T Fine. J to determine the level of risk involved in each stage of the production process. The study was a descriptive analytic study using semi-quantitative method AS/NZS 4360:2004. Design research is an observational cross-sectional approach. The collection of data obtained from observations and interviews. The study states that the level of risk in work at height includes very high level, priority 1 level, substantial level, priority 3 level andacceptable level. Keywords: AS/NZS 4360:2004, risk assessment, construction, work at height
Penilaian Risiko..., Intan Pardyani, FKM UI, 2014
Pendahuluan Di seluruh dunia, ILO memperkirakan sejumlah 60.000 kecelakaan fatal di konstruksi terjadi setiap tahunnya dan mereka yang bekerja di industri konstruksi kecil seringkali tidak memiliki akses untuk mengupayakan pelatihan untuk perbaikan maupun langkah-langkah K3. Kecelakaan yang umumnya terjadi di industri konstruksi adalah jatuh dari ketinggian, tertimpa benda yang jatuh, mesin, listrik, dan penggalian (ILO, 2006). Masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) secara umum di Indonesia masih sering terabaikan. Hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya angka kecelakaan kerja. Di Indonesia, penerapan keselamatan dan kesehatan kerja bidang konstruksi belum optimal, masih banyak kecelakaan terjadi di bidang konstruksi. Berbagai penyebab utama kecelakaan kerja pada proyek konstruksi adalah hal-hal yang berhubungan dengan karakteristik proyek konstruksi yang bersifat unik, lokasi kerja yang berbeda-beda, terbuka dan dipengaruhi cuaca, waktu pelaksanaan yang terbatas, dinamis, dan menuntut ketahanan fisik yang tinggi, serta banyak menggunakan tenaga kerja yang tidak terlatih. Ditambah dengan manajemen keselamatan kerja yang sangat lemah, akibatnya para pekerja bekerja dengan metoda pelaksanaan konstruksi yang berisiko tinggi. Untuk memperkecil risiko kecelakaan kerja, sejak awal tahun 1980an pemerintah telah mengeluarkan suatu peraturan tentang keselamatan kerja khusus untuk sektor konstruksi, yaitu Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Per-01/Men/1980. Peraturan
ini
mencakup
ketentuan-ketentuan
mengenai keselamatan dan kesehatan kerja secara umum maupun pada tiap bagian konstruksi bangunan. (Per-01/Men/1980). Menurut
Keputusan
Direktur
Jenderal
Pembinaan
Pengawasan
Ketenagakerjaan
No.Kep.45/DJPPK/IX/2008 bekerja pada ketinggian (working at height) adalah pekerjaan yang membutuhkan pergerakan tenaga kerja untuk bergerak secara vertikal naik, maupun turun dari suatu platform. Bekerja pada ketinggian atau working at height mempunyai potensi bahaya yang besar. Ada berbagai macam metode kerja di ketinggian seperti menggunakan perancah, tangga, gondola, dan sistem akses tali. Risk management atau manajemen risiko menurut OHSAS (Occupational Health and Safety Assessment Series) 18001 dalam Ramli (2010) adalah keseluruhan proses yang terdiri dari beberapa tahap prosedur mengenai identifikasi bahaya, penilaian risiko, dan menentukan
Penilaian Risiko..., Intan Pardyani, FKM UI, 2014
pengendalian yang disebut sebagai HIRARC (Hazard Identification, Risk Assessment, dan Risk Control). Proses manajemen risiko didefinisikan sebagai aplikasi yang sistematis atas kebijakan manajemen, prosedur, dan praktik untuk melaksanakan penetapan konteks, pengidentifikasian, penganalisisan, pengevaluasian, perlakuan, pemantauan, dan pengkomunikasian risiko (AS/NZS 4360:2004). Proyek pembangunan Bogor Valley Residence and Hotel didirikan di kawasan Bogor yang terdiri dari 20 lantai. Pembangunan Bogor Valley Residence and Hotel merupakan proyek bangunan bertingkat tinggi yang sangat berisiko dalam hal kecelakaan kerja. Penggunaan teknologi tinggi dan metode pelaksanaan yang tidak akurat serta kurang teliti dapat mengakibatkan kecelakaan kerja. Oleh karena itu, perlu diadakan program pencegahan kecelakaan kerja yaitu dengan melaksanakan manajemen risiko untuk mengetahui bahaya serta potensi risiko pekerja yang bekerja di ketinggian sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan dan pengendalian terhadap bahaya tersebut. Tinjauan Pustaka 1. Bahaya Bahaya adalah segala sesuatu termasuk situasi atau tindakan yang berpotensi menimbulkan kecelakaan atau cidera pada manusia, kerusakan atau gangguan lainnya. (OHSAS:18001) Bahaya adalah sifat dari suatu bahan, cara kerja suatu alat, cara melakukan suatu pekerjaan, tempat, dan posisi atau kondisi lingkungan kerja yang dapat menimbulkan kerusakan harta benda, penyakit akibat kerja, cidera, cacat sementara dan permanen, maupun kematian. (Stellman, 1998). Menurut International Labour Office di dalam Encyclopaedia of Occupational Health and Safety, 1998, jenis-jenis bahaya terbagi dalam: 1. Bahaya Benda Fisik (physical hazards) a. Cahaya (terang, gelap, dll) b. Bising c. Suhu (ruang, benda) d. Tekanan (tinggi, rendah)
Penilaian Risiko..., Intan Pardyani, FKM UI, 2014
e. Radiasi elektromagnetis (ultraviolet, infrared, dll) f. Radiasi ionisasi (rontgen, radioactive/nuklir, dll) g. Getaran 2. Bahaya Listrik (electrical hazards) a. Tersentuh b. Kegagalan alat pengaman (fuse, grounding, breaker, dll) c. Kelebihan beban d. Loncatan bunga api e. Isolasi tidak sempurna, dll 3. Bahaya Kimiawi (chemical hazards) a. Kebakaran/ ledakan b. Bahaya keracunan gas/ uap/ kabut/ debu/ asap c. Bahaya korosif (zat asam, basa alkali,dll) d. Pestisida 4. Bahaya biologis (biological hazards) a. Kuman, bakteri, virus, jamur b. Cacing c. Tumbuh-tumbuhan d. Hewan, serangga, dll 5. Bahaya Ergonomi (Ergonomics hazards) a. Posisi bekerja b. Posisi mengangkat barang c. Ukuran ruang bebas, dll 6. Bahaya Psikologis (Psikological hazards) a. Stres b. Hubungan tidak harmonis c. Problem Keluarga, dll 2. Risiko Risiko adalah perpaduan antara probabilitas dan tingkat keparahan kerusakan atau kerugian atau kelukaan (Ridley, 2008).
Penilaian Risiko..., Intan Pardyani, FKM UI, 2014
Risiko adalah peluang terjadinya sesuatu yang akan mempunyai dampak pada pencapaian tujuan (AS/NZS 4360:2004). 3. Proses Manajemen Risiko Proses manajemen risiko didefinisikan sebagai aplikasi yang sistematis atas kebijakan manajemen, prosedur, dan praktik untuk melaksanakan penetapan konteks, pengidentifikasian,
penganalisisan,
pengevaluasian,
perlakuan,
pemantauan,
dan
pengkomunikasian risiko (AS/NZS 4360:2004). Elemen utama dari proses manajemen risiko berdasarkan AS/NZS 4360:2004 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 2.1 Proses Manajemen Risiko Sumber : AS/NZS 4360:2004
•
Penilaian Risiko Penilaian risiko adalah cara-cara yang digunakan untuk dapat mengelola dengan baik risiko yang dihadapi oleh pekerjaannya dan memastikan bahwa kesehatan dan keselamatan pekerja tidak terkena risiko saat bekerja (Ridley, 2008).
•
Identifikasi Risiko Identifikasi risiko merupakan suatu langkah untuk mengenali atau untuk menjawab pertanyaan apa risiko yang dapat terjadi, bagaimana, dan mengapa hal tersebut dapat terjadi (Ramli, 2010).
Penilaian Risiko..., Intan Pardyani, FKM UI, 2014
•
Analisis Risiko Analisis risiko adalah menentukan besarnya suatu risiko yang merupakan kombinasi antara kemungkinan terjadinya (probability) dan keparahan bila risiko tersebut terjadi (consequence) (Ramli, 2010). Pada penelitian ini metode yang digunakan dalam analisis risiko menurut AS/ZNS 4360:2004 adalah analisis semi kuantitatif. Salah satu metode analisis semi kuantitatif yang sering digunakan yaitu metode Fine (Dickson, 2001). Menurut Fine metode tersebut terdiri dari tiga faktor utama yaitu tingkat kemungkinan atau probabilitas (likelihood), konsekuensi (consequence), dan frekuensi paparan/eksposur (exposure), yang telah ditentukan rating atau nilainya. Nilai dari ketiga faktor tersebut dikalikan untuk mengetahui tingkat risikonya. Tabel 2.4 Kriteria dan nilai dari faktor probabilitas Faktor
Tingkatan Almost Certain Likely
Probabilitas
Unusual but
(Kemungkinan
Posibble
Deskripsi
Rating
Kejadian yang paling sering terjadi
10
Kemungkinan terjadi kecelakaan 50%
6
Tidak biasa namun memiliki kemungkinan terjadi
3
terjadinya bahaya yang
Remotely Possible
menyertai suatu kejadian atau peristiwa)
Conceiveable
Practically impossible
Suatu kejadian yang sangat kecil kemungkinan terjadinya Tidak pernah terjadi kecelakaan dalam tahuntahun pemaparan tetapi mungkin terjadi
Sangat tidak mungkin terjadi
Penilaian Risiko..., Intan Pardyani, FKM UI, 2014
1
0,5
0,1
Tabel 2.5 Kriteria dan Nilai dari Faktor consequences Faktor
Tingkatan Catastrophe
Disaster
Consequence (akibat yang mungkin ditimbulkan dari suatu kejadian atau peristiwa)
Very serious Serious
Important
Noticeable
Deskripsi
Rating
Kerusakan fatal/parah beragam fasilitas lebih dari $1 juta, aktivitas dihentikan, terjadi kerusakan lingkungan yang sangat luas
100
Kematian, kerusakan permanen yang bersifat local terhadap lingkungan, kerugian $500.000 – 2.000.000
50
Terjadi cacat permanen/penyakit parah, kerusakan lingkungan yang tidak permanen, dengan kerugian $5.000 – 50.000
25
Terjadi dampak yang serius tapi bukan cidera dan penyakit parah yang permanen, sedikit berakibat buruk pada lingkungan, dengan kerugian $500 – 5.000
15
Membutuhkan penanganan medis, terjadi emisi buangan di lokasi tetapi tidak mengakibatkan kerugian $500 - 5.000
5
Terjadi cidera atau penyakit ringan, memar bagian tubuh, kerusakan kecil kurang dari $500, kerusakan ringan atau terhentinya proses kerja sementara waktu, tetapi tidak mengakibatkan pencemaran di luar lokasi
1
Tabel 2.6 Kriteria dan Nilai dari Faktor Exposure Faktor
Tingkatan Continuously
Exposure (Paparan) Frekuensi pemaparan terhadap bahaya atau sumber risiko
Frequently Occasionally Infrequent Rare Very rare
Deskripsi
Rating
Sering terjadi didalam satu hari
10
Terjadi kira-kira satu kali dalam sehari
6
Terjadi satu kali seminggu sampai satu kali sebulan
3
Satu kali dalam sebulan sampai satu kali dalam setahun
2
Diketahui kapan terjadinya
1
Tidak diketahui kapan terjadinya
Penilaian Risiko..., Intan Pardyani, FKM UI, 2014
0,5
Penentuan tingkat risiko dilakukan setelah ketiga faktor tersebut telah ditentukan besarannya. Untuk menentukan tingkat risiko, maka dilakukan pengalian terhadap ketiga komponen risiko tersebut berdasarkan rumus berikut: Tingkat risiko = probabilitas x eksposure x konsekuensi Dari hasil perhitungan tingkat risiko di atas kemudian dikelompokkan sesuai dengan kriteria tingkat risiko Fine, seperti berikut ini: Tabel 2.7 Level/Prioritas Risiko (study notes Prof. Jean Cross, 1998)
•
Tingkat Risiko
Comment
Action
>350
Very high
Penghentian aktivitas, risiko dikurangi hingga mencapai batas yang dapat diterima
180 – 350
Priority 1
Perlu dilakukan penanganan secepatnya
70 – 180
Substantial
Mengharuskan ada perbaikan secara teknis
20 – 70
Priority 3
Perlu diawasi dan diperhatikan secara berkesinambungan
< 20
Acceptable
Intensitas kegiatan yang menimbulkan risiko dikurangi seminimal mungkin
Evaluasi Risiko Evaluasi risiko memiliki tujuan untuk melihat apakah risiko yang telah dianalisa dapat diterima atau tidak dengan membandingkan tingkat risiko yang telah dihitung pada tahapan analisis risiko dengan kriteria standar yang digunakan (AS/NZS 4360:2004).
•
Pengendalian Risiko Pengendalian risiko merupakan langkah penting dan menentukan dalam keseluruhan manajemen risiko. Risiko yang telah diketahui besar dan potensi akibatnya harus dikelola dengan tepat, efektif, dan sesuai dengan kemampuan dan kondisi bidang. Menurut AS/NZS 4360:2004 tindakan pengendalian terhadap bahaya yang ada harus dilakukan sesuai dengan hirarki pengendalian. Hirarki pengendalian bahaya yaitu: 1. Eliminasi 2. Subtitusi 3. Pengendalian engineering 4. Pengendalian administrative
Penilaian Risiko..., Intan Pardyani, FKM UI, 2014
5. Training 6. APD (Alat Pelindung Diri.) 4. Konstruksi Pekerjaan konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya, untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain (UU No.18 Tahun 1999). Menurut Asiyanto (2008) pekerjaan konstruksi diantaranya: a. Pekerjaan Persiapan b. Pekerjaan Dewatering c. Pekerjaan Struktur d. Pekerjaan arsitektur dan finishing e. Pekerjaan landscaping 5. Bekerja Di Ketinggian Bekerja di ketinggian berarti bekerja di suatu tempat dimana jika peringatan (precaution)
tidak
diambil
seseorang
dapat
terjatuh
dan
mengakibatkan
cidera
(www.hse.gov.uk). Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional dengan metode deskriptif analitik, berdasarkan standar AS/NZS 4360:2004, dengan metode semi kuantitatif yang diawali dengan proses identifikasi risiko menggunakan metode JHA (Job Hazard Analysis), kemudian melakukan
analisis
risiko
dengan
menentukan
nilai
probabilitas,
konsekuensi,
dan
paparan/eksposur dari setiap risiko keselamatan. Nilai-nilai tersebut kemudian dihitung menggunakan rumus (probabilitas x eksposur x konsekuensi). Hasil perhitungan tersebut dibandingkan dengan kriteria level risiko untuk mendapatkan tingkatan risiko keselamatan yang terdapat pada pekerjaan di ketinggian dan dilanjutkan pengendalian risiko keselamatan dan tindakan yang harus dilakukan pada pekerjaan di ketinggian pada proyek pembangunan Bogor Valley Residence and Hotel oleh PT. X. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah pekerjaan finishing di ketinggian diantaranya kegiatan pengecatan dengan menggunakan gondola, pemasangan railing di tepi bangunan gedung
Penilaian Risiko..., Intan Pardyani, FKM UI, 2014
dengan ketinggian hingga 20 lantai, pemasangan Billboard dengan menggunakan alat bantu berupa scaffholding, dan passenger hoist pada proyek pembangunan Bogor Valley Residence and Hotel oleh PT. X. Pengumpulan data diperoleh dengan cara melakukan observasi dan wawancara. Serta untuk melengkapi hasil penelitian ini diperoleh dari data bidang, diantaranya adalah data tentang profil bidang, SOP, instruksi kerja, dokumen kegiatan K3, dan data pendukung lainnya. Semua bahaya dan risiko keselamatan yang telah didapat dari proses pekerjaan kemudian dianalisis dengan menentukan nilai probabilitas, konsekuensi, paparan/eksposur. Nilai ketiga komponen tersebut dihitung secara manual agar mendapatkan nilai risiko. Perhitungan berdasarkan rumus: Risiko = Probabilitas x Eksposur x Konsekuensi Nilai risiko yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan kriteria tingkat risiko untuk mengetahui tingkatan risiko. Setelah itu, tingkat risiko dibandingkan dengan kriteria yang telah ditentukan untuk menentukan pengendalian risiko pada pekerjaan di ketinggian pada proyek pembangunan Bogor Valley Residence and Hotel oleh PT. X. Penilaian risiko yang digunakan menggunakan semi kuantitatif berdasarkan AS/NZS 4360:2004. Hasil Penelitian Identifikasi risiko dilakukan dengan melakukan observasi pada pekerjaan yang dilakukan dalam setiap tahapan proses kerja dan melakukan wawancara terbuka terhadap pekerja yang melakukan pekerjaan, pengawas tiap area kerja, penanggung jawab area, staf HSE serta melihat dokumen bidang berupa SOP, instruksi kerja, dan catatan kecelakaan. Dalam melakukan identifikasi risiko, penulis mengamati empat jenis pekerjaan finishing di ketinggian yang dilakukan di area konstruksi yaitu: a. Pengecatan di luar gedung dengan menggunakan gondola b. Pemasangan trailing di tepi bangunan gedung dengan ketinggian hingga 20 lantai c. Pemasangan billboard dengan menggunakan scaffholding d. Passenger hoist
Penilaian Risiko..., Intan Pardyani, FKM UI, 2014
6.4
Hasil Penilaian Risiko Pada Tiap Pekerjaan di Ketinggian
6.5.1 Hasil Perbandingan Jumlah Risiko Pada Tiap Pekerjaan di Ketinggian
Perbandingan Jumlah Level Risiko Pada Se7ap Pekerjaan di Ke7nggian 19%
21%
Pengecatan dengan gondola Pemasangan railing pagar
31%
21%
Pemasangan billboard dengan sca7olding Passenger hoist
Gambar 6.1 Diagram Presentase Perbandingan Jumlah Risiko K3 Pada Pekerjaan di Ketinggian
Jumlah risiko pada pekerjaan di ketinggian didapatkan sebanyak 56 risiko K3. Jumlah terbesar pada pemasangan billboard dengan menggunakan scaffholding masing-masing sebesar 26% atau sebanyak 15 risiko K3. Pada pekerjaan pengecatan dengan menggunakan gondola dan pemasangan railing didapatkan masing-masing sebesar 21% atau sebanyak 12 risiko K3. Pada passenger hoist didapatkan sebesar 16% atau sebanyak 9 risiko K3. 6.5.2 Hasil Penilaian Risiko Pengecatan di Luar Gedung Dengan Menggunakan Gondola
Level Risiko Pengecatan di Luar Gedung Dengan Menggunakan Gondola 41,5%
17% 41,5%
Very High Priority 1 Substan4al Priority 3 Acceptable
Gambar 6.2 Diagram Presentase Level Existing Risk Dampak K3 Pada Proses Pengecatan di Luar Gedung Dengan Menggunakan Gondola
Penilaian Risiko..., Intan Pardyani, FKM UI, 2014
Pada proses pekerjaan pengecatan di luar gedung dengan menggunakan gondola terdapat 12 risiko K3. Dari diagram presentase level risiko (existing risk) tertinggi yang didapatkan dari proses pekerjaan pengecatan di luar gedung dengan menggunakan gondola pada level very high adalah sebesar 17% atau 2 risiko K3, yaitu risiko K3 berupa terjatuh dan ambruk dan level terbanyak terdapat pada level priority 3. 6.5.3 Hasil Penilaian Risiko Pemasangan Railing di Tepi Bangunan Gedung Sampai Dengan Ketinggian 20 Lantai Level Risiko Pemasangan Railing di Tepi Bangunan Gedung Sampai Dengan Ke7nggian 20 Lantai 17% 50%
Very High 25%
8%
Priority 1 Substan4al Priority 3 Acceptable
Gambar 6.3 Diagram Presentase Level Existing Risk Dampak K3 Pada Proses Pemasangan Railing di Tepi Bangunan Gedung Sampai Dengan Ketinggian 20 Lantai
Pada proses pekerjaan pemasangan railing di tepi bangunan gedung sampai dengan ketinggian 20 lantai terdapat 12 risiko K3. Dari diagram presentase level risiko (existing risk) tertinggi yang didapatkan dari proses pekerjaan pemasangan railing di tepi bangunan gedung sampai dengan ketinggian 20 lantai pada level very high adalah sebesar 17 % atau sebanyak 2 risiko K3, yaitu risiko K3 berupa terjatuh dan kebakaran dan level terbanyak terdapat pada level priority 3.
Penilaian Risiko..., Intan Pardyani, FKM UI, 2014
6.5.4 Hasil Penilaian Risiko Pemasangan Billboard Dengan Menggunakan Scaffholding
Level Risiko Pemasangan Billboard Dengan Menggunakan Sca.olding Very High
20% 47%
20% 13%
Priority 1 Substan4al Priority 3 Acceptable
Gambar 6.4 Diagram Presentase Level Existing Risk Dampak K3 Pada Proses Pemasangan Billboard Dengan Menggunakan Scaffholding
Pada proses pekerjaan pemasangan billboard dengan menggunakan scaffholding terdapat 15 risiko K3. Dari diagram presentase level risiko (existing risk) tertinggi yang didapatkan dari proses pekerjaan pemasangan billboard dengan menggunakan scaffholding pada level very high adalah sebesar 20 % atau sebanyak 3 risiko K3, yaitu risiko K3 berupa terjatuh, ambruk, dan kebakaran dan level terbanyak terdapat pada level priority 3. 6.5.5 Hasil Penilaian Risiko Passenger hoist
Level Risiko Passenger Hoist 33%
45%
11%
11%
Very High Priority 1 Substan4al Priority 3 Acceptable
Gambar 6.5 Diagram Presentase Level Existing Risk Dampak K3 Pada Passenger hoist
Penilaian Risiko..., Intan Pardyani, FKM UI, 2014
Pada passenger hoist terdapat 9 risiko K3. Dari diagram presentase level risiko (existing risk) tertinggi yang didapatkan passenger hoist pada level very high adalah sebesar 33% atau sebanyak 3 risiko K3, yaitu risiko berupa terjatuh, ambruk, dan kebakaran dan level terbanyak terdapat pada level priority 3. 6.5.6 Perbandingan Level Risiko Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Perbandingan Level Risiko Berdasarkan Jenis Pekerjaan 7 6 5
Very High
4
Priority 1
3
SubstanHal
2
Priority 3
1
Acceptable
0 Gondola
Railing
Billboard
Passenger hoist
Gambar 6.6 Grafik Presentase Perbandingan Level Existing Risk Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Dari perbandingan level risiko berdasarkan jenis pekerjaan didapatkan tingkat risiko tertinggi terdapat pada pekerjaan passenger hoist yaitu level risiko very high sebanyak 3 risiko yaitu terjatuh, ambruk, dan kebakaran, sedangkan tingkat level yang terbanyak terdapat pada pekerjaan pemasangan billboard dengan menggunakan scaffholding yaitu level priority 3 sebanyak 7 risiko. Pembahasan •
Pekerjaan Pengecatan di Luar Gedung Dengan Menggunakan Gondola Peneliti melakukan identifikasi risiko bahaya dengan melakukan wawancara, observasi, dan tinjauan dokumen terhadap proses pekerjaan pengecatan di luar gedung dengan menggunakan gondola. Peneliti mendapatkan 12 jenis risiko dari pekerjaan
Penilaian Risiko..., Intan Pardyani, FKM UI, 2014
pengecatan di luar gedung dengan menggunakan gondola. Jenis risiko yang paling tinggi level risikonya yang berada pada level very high adalah terjatuh dari ketinggian pada saat melakukan pengecatan dan sling gondola yang terputus serta ambruknya gondola disebabkan oleh merosotnya gondola pada saat menaikan dan menurunkan gondola sehingga pekerja berisiko mengalami cidera ringan hingga dapat mengalami kematian. Pengendalian yang harus pekerja lakukan adalah memakai fullbody harness dan alat pelindung diri lainnya seperti safety helm dan safety shoes pada saat bekerja di ketinggian, dan melakukan perawatan dan pemeliharaan terhadap gondola, serta pihak manajemen K3 perlu melakukan pengawasan kepada pekerja untuk menggunakan APD, menegakkan peraturan bidang untuk memberikan sanksi kepada pekerja yang tidak menggunakan APD, dan mengawasi setiap metode pekerjaan yang dilakukan pekerja. •
Pekerjaan Pemasangan Railing di Tepi Bangunan Gedung Sampai Dengan Ketinggian 20 Lantai Peneliti melakukan identifikasi risiko bahaya dengan melakukan wawancara, observasi, dan tinjauan dokumen terhadap proses pekerjaan pemasangan railing di tepi bangunan gedung sampai dengan ketinggian 20 lantai. Peneliti mendapatkan 12 jenis risiko dari pekerjaan pemasangan railing di tepi bangunan gedung sampai dengan ketinggian 20 lantai. Jenis risiko yang paling tinggi level risikonya yang berada pada level very high adalah terjatuh dari ketinggian pada saat melakukan pemasangan railing dan kebakaran
yang
disebabkan oleh percikan api las yang mengenai bahan material yang mudah terbakar, sehingga pekerja berisiko mengalami cidera ringan sampai dapat mengalami kematian. Pengendalian yang harus pekerja lakukan adalah memakai fullbody harness dan alat pelindung diri lainnya seperti safety helm dan safety shoes pada saat bekerja di ketinggian serta penyediaan APAR, peningkatan pengetahuan pekerja mengenai K3, dan pengendalian yang dapat perlu dilakukan oleh pihak manajemen antara lain penyediaan APD, melakukan inspeksi rutin ke lapangan, serta mengaplikasikan program untuk memberikan sanksi kepada pekerja yang tidak menggunakan APD. •
Pekerjaan Pemasangan Billboard Dengan Menggunakan Scaffholding Peneliti melakukan identifikasi risiko bahaya dengan melakukan wawancara, observasi, dan tinjauan dokumen terhadap proses pekerjaan pemasangan billboard dengan menggunakan scaffholding. Peneliti mendapatkan 15 jenis risiko dari pekerjaan pemasangan
Penilaian Risiko..., Intan Pardyani, FKM UI, 2014
billboard dengan menggunakan scaffholding. Jenis risiko yang paling tinggi level risikonya yang berada pada level very high adalah terjatuh dari ketinggian pada saat melakukan pemasangan billboard dan kebakaran yang disebabkan oleh percikan api las yang mengenai bahan material yang mudah terbakar serta ambruknya scaffholding disebabkan oleh terlepasnya pengait scaffholding, sehingga pekerja berisiko mengalami cidera ringan sampai dapat mengalami kematian. •
Passenger hoist Peneliti melakukan identifikasi risiko bahaya dengan melakukan wawancara, observasi, dan tinjauan dokumen terhadap proses pekerjaan di passenger hoist. Peneliti mendapatkan 9 jenis risiko dari passenger hoist. Jenis risiko yang paling tinggi level risikonya yang berada pada level very high adalah ambruk karena kelebihan beban muatan, terjatuh dari ketinggian pada saat pekerja masuk dan keluar dari passenger hoist dan kebakaran yang diakibatkan oleh arus pendek dari listrik passenger hoist sehingga pekerja berisiko mengalami cidera ringan sampai bisa mengalami kematian. Pengendalian yang harus pekerja lakukan adalah memakai alat pelindung diri seperti safety helm dan safety shoes, pembatasan kapasitas muatan passenger hoist, penyediaan APAR, serta peningkatan pengetahuan pekerja mengenai K3 dan pengendalian yang dapat perlu dilakukan oleh pihak manajemen antara lain penyediaan APD, melakukan inspeksi rutin ke lapangan, serta mengaplikasikan program untuk memberikan sanksi kepada pekerja yang tidak menggunakan APD.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada pekerjaan di ketinggian bagian finishing di proyek Bogor Valley Residence & Hotel oleh PT. X dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Pekerjaan di ketinggian bagian finishing di area konstruksi diantaranya yaitu: pengecatan di luar gedung dengan menggunakan gondola, pemasangan railing di tepi bangunan gedung dengan ketinggian hingga 20 lantai, pemasangan billboard dengan menggunakan scaffholding, dan Passenger hoist.
Penilaian Risiko..., Intan Pardyani, FKM UI, 2014
2. Bahaya yang bisa terjadi pada saat melakukan pekerjaan di ketinggian adalah bahaya mekanik, bahaya elektrik, bahaya kebakaran, bahaya fisik, bahaya kimia, bahaya ergonomi, dan bahaya psikologi. 3. Risiko keselamatan kerja yang bisa terjadi pada saat melakukan pekerjaan pengecatan dengan
menggunakan
gondola
adalah
terjatuh,
ambruk,
tertimpa
material,
terpeleset/tegelincir, terpercik cat, terhirup zat kimia, repetitive work, tersetrum, suhu, cuaca buruk, fatigue, stres kerja. Tingkat risiko tertinggi adalah terjatuh dan ambruk dengan level of risk very high dan level terbanyak terdapat pada level priority 3. 4. Risiko keselamatan kerja yang bisa terjadi pada saat melakukan pekerjaan pemasangan railing di tepi gedung sampai dengan ketinggian 20 lantai adalah terjatuh, kebakaran, tertimpa material, terpercik api las, radiasi ultraviolet, bising, terjepit, tersandung, tersetrum, terhirup/metal fume, postur janggal, dan stres kerja. Tingkat risiko tertinggi adalah terjatuh dan kebakaran dengan level of risk very high dan level terbanyak terdapat pada level priority 3. 5. Risiko keselamatan kerja yang bisa terjadi pada saat melakukan pekerjaan pemasangan billboard dengan menggunakan scaffholding adalah terjatuh, kebakaran, ambruk, terpeleset/tergelincir, tertimpa material, radiasi ultraviolet, bising, debu, tergores, terpercik api las, tersetrum, cuaca buruk, terhirup/metal fume, postur janggal, dan stres kerja. Tingkat risiko tertinggi adalah terjatuh, kebakaran dan ambruk dengan level of risk very high. 6. Risiko keselamatan kerja yang bisa terjadi pada passenger hoist adalah ambruk, terjatuh, kebakaran, merosot, whole body vibration, terjepit, tersetrum, postur janggal, dan stres kerja. Tingkat risiko tertinggi adalah terjatuh, kebakaran dan ambruk dengan level of risk very high dan level terbanyak terdapat pada level priority 3. 7. Pengendalian bahaya dan risiko yang dilakukan pada saat bekerja di ketinggian adalah : •
Engineering: pemberian safety sign dan safety poster
•
Administrative: dengan memberikan pelatihan kepada pekerja mengenai cara kerja aman sesuai dengan SOP yang berlaku, pengawasan dari pihak manajemen, pemeliharaan serta perawatan peralatan kerja
•
Personal Protective Equipment: memakai APD sesuai standar diantaranya yaitu yaitu berupa full body harness, safety helmet, safety shoes, safety gloves
Penilaian Risiko..., Intan Pardyani, FKM UI, 2014
Saran 1. Melakukan pengawasan dan monitoring pada pekerja pada setiap tahapan proses pekerjaan terutama untuk penggunaan Alat Pelindung Diri. 2. Melakukan sosilalisasi mengenai bahaya dan risiko pekerjaan kepada pekerja yang melakukan pekerjaan di ketinggian. Sosialisasi dapat dilakukan dalam bentuk safety induction atau safety briefing. 3. Pemberian pelatihan kepada pekerja mengenai potensi bahaya apa saja yang terdapat dilokasi kerja, bagaimana cara pekerja untuk mencegah serta
menanggulangi bahaya
tersebut. 4. Diadakan
pemeriksaan
kesehatan
sebelum
pekerjaan
dimulai
untuk
mengetahui
penyakit/trauma terutama untuk pekerjaan di ketinggian yang ada pada pekerja untuk mengantisipasi kecelakaan kerja. 5. Mengadakan pemeriksaan kesehatan karyawan secara berkala. 6. Penempatan pekerja yang berkompetensi dalam bidang pekerjaan masing-masing dan pekerja dipastikan mampu dan mengetahui pekerjaan yang mereka lakukan. 7. Melakukan pemasangan safety sign dan safety poster di berbagai tempat strategis yang mudah terlihat dan terbaca pada masing-masing area. 8. Untuk menurunkan level risiko bahaya kebakaran dikarenakan adanya kemungkinan adanya percikan api, sebaiknya dari pihak manajemen mengadakan penyediaan APAR pada masingmasing area kerja untuk mengurangi konsekuensi dari kebakaran. 9. Untuk menurunkan level risiko bahaya fisik dikarenakan suhu panas pada saat proses pekerjaan, sebaiknya dari pihak manajemen mengadakan penyediaan air minum dan memberikan himbauan kepada pekerja untuk banyak minum, karena kondisi lingkungan kerja yang panas dan dapat membuat pekerja tidak merasa haus dan mengalami dehidrasi.
Penilaian Risiko..., Intan Pardyani, FKM UI, 2014
Daftar Referensi Asiyanto. 2008. Metode Konstruksi Gedung Bertingkat. UI-Press: Jakarta. Australian Standard/New Zealand Standart. (2004). Australian Standart/New Zealand Standar Risk Management 4360:2004. Sydney and Wellington: Author. Colling, David A. 1990. Industrial Safety Management and Technology. Pentice Hall Inc. Cross, Jean. 1998. Study Notes : Risk Management. University of New South Wales: Sydney Dickson, Tracey J. 2001. Calculating Risk : Fine’s Mathematical Formula 30 Years Later. Australian Journal of Outdoor Education. Fine, William T. 1971. Mathematical Evaluation for Controlling Hazard. Australia: Central Queensland University. Health And Safety Authority, 2007. Hinze, Jimme W. 1997. Construction Safety. Library of Congress Cataloging-in-Publication data, USA International Organization for Standarization (2008). ISO 31000:2009 Risk Management. Principle and Guidelines of Implementation. Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan No. Kep.45/DJPPK/ IX /2008 : Sistem Keselamatan Bekerja di Ketinggian Kolluru, Rao V, et al. 1996. Risk Assesment and Management Hand Book. New York: Mc GrawHill, In. Kurniawidjaja, L. Meily. 2010. Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja. UI-Press: Jakarta New British Standard, 2005. OSHA 3071. 2002. Job Hazard Analysis (OSHA 3071 Revisied). US. Departement of Labour. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per-01/Men/1980 Ramli, Soehatman. 2010. Pedoman Praktis Manajemen Risiko Dalam Perspektif K3 OHS Risk Management. Dian Rakyat: Jakarta Ramli, Soehatman. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001. Dian Rakyat: Jakarta Ridley, John, et al. 1998. Risk Management. The Institution of Occupational Safety and Health, United Kingdom.
Penilaian Risiko..., Intan Pardyani, FKM UI, 2014
Rijanto, B. Boedi. 2011. Pedoman Pencegahan Kecelakaan di Industri. Mitra Wacana Media: Jakarta. Risk Management Guidelines Companion to AS/NZS 4360:2004, Standard Australia International Ltd. Stellman, Jeanne Mager. 1998. Encyclopedia of Occupational Health and Safety. Edisi 4. Volume 3. ILO: Geneva Surat
Keputusan
Bersama
Menteri
Pekerjaan
Umum
dan
Menteri
Tenaga
Kerja
No.Kep.174/MEN/1986-104/KPTS/1986 : Pedoman K3 Konstruksi Undang-undang No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi Wilopo, Djoko. 2009. Metode Konstruksi dan Alat-Alat Berat. UI-Press: Jakarta. Wirahadikusumah, Reini. D. Tantangan Masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Proyek Konstruksi di Indonesia. Institut Teknologi Bandung. http://balikpapanpos.co.id/index.php?mib=berita.detail&id=80608 (diakses tanggal 30 Maret 2014 http://www.kompas.com/read/xml/2008/08/28/17013895/korban jatuh.dari.menara.setinggi.275.meter.(diakses tanggal 30 Maret 2014) http://news.okezone.com/read/2011/10/26/338/520707/kronologis-kecelakaan-kerja-petugasgondola-di-menara-batavia/large ( diakses tanggal 30 Maret 2014) http://www.workplacesafe.tas.gov.an, (diakses tanggal 5 April 2014) http:// www.hse.gov.uk (diakses tanggal 5 April 2014) http://www.tempointeraktif.com (diakses tanggal 5april 2014) http://www.antaranews.com/berita/115352/polisi-belum-tetapkan-tersangka-kasus-gondolajatuh (diakses tanggal 30 Maret 2014)
Penilaian Risiko..., Intan Pardyani, FKM UI, 2014