PENILAIAN RISIKO KESELAMATAN KERJA DARI BAHAYA FISIK PADA OPERATOR PIGGING PADA STASIUN PENERIMAAN PIG DI PT X TAHUN 2013 Renny Risviana, Chandra Satrya 1. Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Gd. C Lt. 1 FKM UI, Kampus Baru UI Depok 16424 2. Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Gd. C Lt. 1 FKM UI, Kampus Baru UI Depok 16424 E-mail:
[email protected]
Abstrak Penelitian ini membahas Penilaian Risiko Keselamatan Kerja dari Bahaya Fisik pada Operator Pigging pada Stasiun Penerimaan Pig di PT. X Tahun 2013, penelitian ini bersifat deskriptif analaitik. Desain studi yang digunakan merupakan desai studi berdasarkan standar AS/NZS 4360:2004 dengan metode semi kuantitatif menggunakan Joh Hazard Analysis (JHA). Analisis Risiko dilakukan dengan menganalisis nilai konsekuensi, peluang, dan frekuensi, yang dianalisis dengan menggunakan Metode Fine yang ada pada AS/NZS 4360:2004. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan level risiko substansial dan priority 3.
Oleh karena itu,
diberikan rekomendasi yang bersifat engineering dan administratif. Kata kunci : AS/NZS 4360:2004, penilaian risiko, kemungkinan, pemajanan, konsekuensi, level risiko.
Risk Assesment of Occupational Safety of Physical Hazard for Pigging Operator at Pig Receiver Station at PT. X in 2013
Abstract This risk assesment of safety research that was held at Pig Receiver Station at PT. X in 2013, is a descriptif analytic study. This design used a study design basedon standard AS/NZS 4360:2004 with semiquantitative method using the Joh Hazard Analysis (JHA). Risk analyzes wereconducted to analyze the velue of the consequences, opportunities and frequency and analyzed using the methods of Fine existing AS/NZS 4360:2004.
The result showed that level of risk is substantial and priority 3. Therefore, given the
recommendation that is engineering and administrative. Keywords : AS/NZS 4360:2004, risk assessment, probability, exposure, consequences, level of risk.
Pendahuluan Proses pengolahan yang melibatkan fluida dalam industri kimia banyak melibatkan sistem perpipaan. Dalam industri perminyakan, pipa yang disalurkan berjarak panjang,
Penilaian Risiko..., Renny Risviana, FKM UI, 2013
bahkan sampai ratusan meter. Berbagai jenis pipa dengan berbagai ukuran dipakai untuk menyalurkan minyak mentah dan hasil olahannya dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Pada saat sistem perpipaan bertugas menyalurkan fluida proses, maka keandalan dari sistem pengaliran fluida ini harus terjamin. Hambatan ataupun kemacetan yang terjadi dalam pipa penyalur harus dihindari, agar fluida dapat mengalir dengan lancar. Untuk mencapai tujuan ini, maka pembersihan bagian dalam pipa harus secara rutin dilakukan. Benda padat yang dimasukkan ke dalam pipa untuk tujuan pembersihan di kemudian hari terkenal dengan nama pig. Agar pengertian alat pembersih ini secara ilmiah tidak ditafsirkan dengan pengertian lain, maka istilah “pig” tidak diterjemahkan dan diadopsi apa adanya baik ejaan maupun lafalnya. Selanjutnya dari kata benda pig timbullah turunan kata pigging untuk menyatakan tindakan yang dilakukan dengan benda bernama pig. (Nurcahyo N, 2011) Penelitian tentang pigging telah dilakukan oleh berbagai ahli. Dalam bentuk simulasi, Xiao-Xuan Xu dan Jing Gong (2005), serta Nguyen, et al (2001) telah melakukannya dalam rangkaian sistem perpipaan gas. Selanjutnya Kazuioshi Minami bersama Ovadia Shoham (1993), Hoi, Che Yeung (2002), serta Saeidbakhsh, M. Rafeeyan dan S. Ziaei-Rad, M. (2009) telah melakukan pemodelan untuk dinamika pig dalam bidang tiga dimensiBerdasarkan laporan PT. Jamsostek Angka kecelakaan kerja lima tahun terakhir cenderung naik. Proses pigging merupakan tahapan untuk melakukan pembersihan dan pemeriksaan pipa penyalur yang dipergunakan untuk mengalirkan produk. Proses ini merupakan bagian dari siklus proses produksi industri minyak dan gas. Pembersihan jalur pipa ini diperlukan untuk memastikan bahwa pipa penyalur tersebut tetap dalam kondisi yang layak pakai, tidak mengandung bahan pengotor yang dapat mempengaruhi produk maupun mempengaruhi kondisi pipa itu sendiri. Proses pigging menggunakan udara bertekanan tinggi yang berfungsi untuk menggerakkan pig sehingga dapat terdorong hingga pada outlet pipa yang telah ditentukan.
Pada saat pig bergerak di dalam jalur pipa, maka proses pemeriksaan pipa
penyalur dilakukan dan terjadi pula proses pengeluaran zat-zat pengotor yang ada di dalam pipa penyalur. (Wikipedia, 2008) Ketika memasukkan dan meluncurkan pig, operator akan menurunkan tekanan peluncur, membuka end closure untuk memasukkan pig dan memasang pig ke dalam peluncur sebelum mengunci dan mengamankan end closure tersebut. Ketika operator siap untuk melepaskan pig, mereka akan menurunkan tekanan dalam system sampai 0 psig dan selanjutnya membuka bagian penangkap di ujung pipa. Pengeluaran pig ini dilakukan secara manual menggunakan tongkat penarik. (Girard Industries, 2010)
Penilaian Risiko..., Renny Risviana, FKM UI, 2013
Adapun bahaya dan risiko yang mungkin timbul saat penerimaan pig adalah; end closure tidak berfungsi dapat mengakibatkan gas release, end closure rusak atau macet dapat membahayakan operator (terhantam, terjepit, dll), pig stuck, pig tertunda, receiver bocor, valve bocor, dan pig rusak. (PMAOPS335A Conduct Pipeline Pigging, Australian Government, Department of Education, Employment and Workplace Relations). Dalam Seminar PPSA tanggal 17 November 2010 dikemukakan bahwa 70% kecelakaan kerja yang terjadi pada industry minyak dan gas disebabkan oleh human error, untuk mengatasi masalah ini pada aktivitas pigging digunakan
system mechanical key
interlocks. Kecelakaan pigging pada stasiun penerimaan pig pernah terjadi pada bulan Juni 2012, hal ini diakibatkan kelalaian operator saat membuka end closure (Netherlock, 2012). Kecelakaan yang hampir sama juga terjadi di Hampshire Gas Storage Field pada tanggal 24 Maret 2009 (Failure Investigation Report – Pig Trap Gas Release, 2009) dan di Canada pada 23 November 2006, dimana terjadi kegagalan pada end closure yang mengakibatkan operator terhantam pintunya (Pipeline Pigging Operations: Open to Injury, 2006). Sedangkan di Chevron pada Agustus 2006 kecelakaan pigging mengakibatkan seorang operator tehantam pig saat membuka end closure (Pipeline Pigging Incident, 2006). Berdasarkan data dan fenomena di atas maka aktivitas pigging pada stasiun penerimaan memiliki resiko keselamatan dari bahaya fisik pada operator terutama dari tekanan gas di dalam pipa baik pada saat persiapan penerimaan pig, penerimaan pig, maupun pig retrieving. Stasiun Penerimaan Pig PT. X merupakan stasiun penerimaan gas dari jalur pipa onshore yang menyuplai gas untuk kebutuhan PLTGU setempat. Pada stasiun ini terdapat jalur pipa penerimaan gas dan tangki kondensat. Tujuan dari penelitian ini adalah Diketahuinya tingkat risiko keselamatan kerja yang ada pada proses penerimaan pig di PT. X tahun 2013.
Tinjauan Teoritis Menurut Kepmenakertrans No. 609 tahun 2012, kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubung dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui. Bahwa suatu kasus dinyatakan kasus kecelakaan kerja apabila terdapat unsur ruda paksa yaitu
Penilaian Risiko..., Renny Risviana, FKM UI, 2013
cedera pada tubuh manusia akibat suatu peristiwa atau kejadian (seperti terjatuh, terpukul, tertabrak dan lain-lain). Terdapat banyak teori yang menjelaskan bagaimana kecelakaan dapat terjadi, pada intinya kecelakaan adalah hal yang terjadi diluar dugaan dan tidak terencana, kecelakaan menimbulkan korban, baik korban materil ataupun non-materil. (Ramdhani, D.A, 2012). Hazard atau bahaya merupakan sumber potensi kerusakan atau situasi yang berpotensi untuk menimbulkan kerugian. Sesuatu disebut sebagai sumber bahaya hanya jika memiliki risiko menimbulkan hasil yang negatif (Cross, 1998). Bahaya diartikan sebagai potensi dari rangkaian sebuah kejadian untuk muncul dan menimbulkan kerusakan atau kerugian. Jika salah satu bagian dari rantai kejadian hilang, maka suatu kejadian tidak akan terjadi. Bahaya terdapat dimana-mana baik di tempat kerja atau lingkungan, namun bahaya hanya akan menimbulkan efek jika terjadi sebuah kontak atau eksposur (Popovic, V and Vasic, B,2008). Menurut Frank R.. Spellman dan Revonna M. Bieber, 2011, bahaya fisik adalah bahaya yang dihasilkan oleh energi dan benda serta hubungan diantara keduanya yang dapat menimbulkan cidera, gangguan kesehatan dan kematian pada tenaga kerja yang terpapar. Keselamatan kerja adalah keselamatan berkaitan dengan perkakas kerja, bahaya dan proses pengolahannya, tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja memiliki sasaran segala tempat kerja, baik di darat, di dalam rumah, permukaan air, di dalam air maupun udara.
(Achmadi, Upaya Kesehatan Kerja Sektor
Informal di Indonesia, 1993). Risiko adalah kombinasi dari kemungkinan dan keparahan dari suatu kejadian (Ramli, S, 2010). Dalam IEC/TC56 (AS/NZS 3931) Analisis Risiko Sistem Teknologi mengartikan risiko sebagai “kombinasi dari frekuensi, atau probabilitas munculnya, dan konsekuensi dari suatu kejadian berbahaya yang spesifik” (Cross, 1998). Manajemen risiko menurut AS/NZS 4360:2004 merupakan aplikasi sistematik kebijakan manajemen, prosedur dan praktik terhadap komunikasi tugas, penetapan konteks, identifikasi, analisis, evaluasi, pengendalian, monitoring dan peninjauan ulang risiko. Tujuan utama dilakukannya manajemen risiko adalah untuk mencegah dampak yang serius pada suatu perusahaan dari kerugian yang tidak terkontrol. Adapun kegiatan manajemen risiko terdiri dari identifikasi dan analisis penyebab kerugian, evaluasi hasil pengukuran manajemen risiko dan implementasi langkah-langkah pengendalian yang dipilih (Cross, 1998). Identifikasi risiko merupakan langkah dalam proses manajemen risiko untuk mengidentifikasi apa yang memungkinkan terjadinya penyebab kegagalan (kegagalan proses, produk, benda, bahan dan lingkungan) dan bagaimana sekenario kegagalan tersebut terjadi.
Penilaian Risiko..., Renny Risviana, FKM UI, 2013
Analisis risiko adalah sistematika penggunaan dari informasi yang tersedia untuk mengidentifikasi hazard dan untuk memperkirakan suatu risiko terhadap individu, populasi, bangunan atau lingkungan (Kolluru, 1996). Inti dari analisis risiko adalah mengenai pengembangan pemahaman tentang risiko. Dalam analisis risiko terdapat data pendukung yang digunakan sebagai pertimbangan pengambilan keputusan tentang cara pengendalian yang paling tepat dan paling cost-effective (AS/NZS 4360:2004). Metode analisis yang digunakan bisa bersifat kualitatif, semikuantitatif, atau kuantitatif bahkan kombinasi dari ketiganya tergantung dari situasi dan kondisi. Analisis semi-kuantitatif merupakan metode yang mengkombinasikan antara angka yang bersifat subjektif pada kecenderungan dan dampak dengan rumus yang menghasilkan tingkat risiko yang dapat dibandingkan dengan kriteria yang ditetapkan. Metode semi kuantitatif ini berguna untuk mengidentifikasi dan memberi peringkat dari suatu kejadian yang berpotensi untuk menimbulkan konsekuensi yang parah, seperti kerusakan peralatan, gangguan terhadap bisnis, cidera pada manusia dan lain-lain (Kolluru, 1966). Analisis ini mempertimbangkan kemungkinan untuk menggabungkan dua elemen yaitu likelihood (kemungkinan) dan exposure (pemaparan) sebagai frekuensi. Menurut William T. Fine (1971) dalam Mathematical Evaluations For Controling Hazards ada tiga unsur yang menjadi sumber penilaian dalam analisis semi-kuantitatif yaitu konsekuensi, exposure, dan likelihood. Setelah risiko diidentifikasi kemudian ditentukan tingkatan risikonya. Penelitian tingkat risiko ini merupakan tahap akhir dalam proses analisis risiko, perkiraan tingkat risiko akan membantu dalam pengambilan keputusan untuk menanggulangi risiko yang ada. Pada tahun 1971 seorang ilmuwan bernama W.T. Fine menemukan suatu normogram yang lebih dikenal dengan fine chart yang digunakan untuk menentukan level risiko secara semi-kuantitatif, selain itu juga W.T. Fine merumuskan metode analisis risiko secara semi-kuantitatif dengan menggunakan skor (Cross, 1998). Tingkat risiko pada analisis semi-kuantitatif merupakan hasil perkalian dan konsekuensi, pemaparan dan probabilitas (William T. Fine, 1971) Risk = Consequence(C) x Exposure (E) x Probability (P)
Penilaian Risiko..., Renny Risviana, FKM UI, 2013
Metode Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif analitik, dimana peneliti menggunakan metode analisis risiko semi-kuantitatif yang mengacu pada standar AS/NZS 4360:2004 tentang Risk Management. Dengan menggunakan desain penelitian ini, peneliti ingin mengetahui seberapa besar tingkat risiko pada operator pigging di stasiun penerimaan pig. Untuk identifikasi hazard dan risiko keselamatan kerja dilakukan dengan menggunakan metode Job Hazard Analysis (JHA) dan data diperoleh melalui wawancara dan observasi, sehingga dapat diketahui gambaran aktivitas dan proses pekerjaan.
Sementara untuk penilaian risiko
ditentukan dengan mengalikan faktor konsekuensi, pajanan, dan kemungkinan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2013. Lokasi dilakukannya penelitian ini adalah di stasiun penerimaan pig PT. X di Sumatera Utara. Dalam penelitian ini karena terfokus pada risiko yang terdapat pada aktivitas pigging di stasiun penerimaan pig, maka tidak diperlukan batasan sampel dan populasi. Yang menjadi objek pada penelitian ini adalah seluruh aktivitas pekerjaan pada proses penerimaan pig. Data primer diperoleh berdasarkan observasi langsung di lapangan dan wawancara dengan operator di stasiun penerimaan pig untuk mendapatkan gambaran identifikasi hazard dan risiko K3 serta pengendalian yang sudah dilakukan oleh perusahaan. Data sekunder ini diperoleh dari data-data berupa dokumen perusahaan seperti gambaran umum perusahaan, SOP mesin dan proses, lembar informasi Material Safety Data Sheet (MSDS) dari bahan yang ada pada aktivitas pigging, proses penerimaan pig, dan datadata kecelakaan di pig receiver area. Dalam membantu penelitian ini, instrumen atau alat yang digunakan disesuaikan atau berdasarkan tahapan penelitian atau kerangka konsep dari sumber-sumber data. Instrumen atau alat yang digunakan antara lain tabel Job Hazard Analysis (JHA), kamera untuk pendokumentasian, form wawancara, matriks risiko metode W.T Fine, dan kalkulator. Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan mengidentifikasi hazard dan risiko keselamatan kerja menggunakan analisis risiko AS/NZS 4360:2004. Tahap awal yang dilakukan adalah dengan mengetahui tahapan proses pigging pada stasiun penerimaan pig, selanjutnya dilakukan proses identifikasi hazard dan risiko keselamatan kerja berdasarkan tahapan pekerjaan dengan menggunakan Job Hazard Analysis (JHA) yang berguna untuk mengetahui hazard dan risiko keselamatan kerja, penyebab serta uapaya pengendalian yang telah dilakukan di PT. X. Kemudian dilakukan proses analisis risiko dengan menggunakan metode analisis semi kuantitatif yang mengacu pada table penilaian W. T. Fine untuk
Penilaian Risiko..., Renny Risviana, FKM UI, 2013
menentukan consequence, exposure, dan probability.
Berikut ini adalah rumus
perhitungannya : “Risk Score= Consequence x Exposure x Probability” Setelah memperoleh risk score dari masing-masing tahapan kegiatan yang dilakukan oleh operator pigging di stasiun penerimaan pig, maka langkah selanjutnya yaitu melakukan pembandingan tahap penilaian tingkat risiko dalam bentuk skor. Skor yang telah diperoleh dibandingkan dengan standar yang ada untuk melihat apakah nilai tersebut masih bisa diterima atau tidak.
Hasil Penelitian Stasiun Penerimaan Pig PT. X merupakan stasiun penerimaan gas dari jalur pipa onshore yang menyuplai gas untuk kebutuhan PLTGU setempat. Pada stasiun ini terdapat jalur pipa penerimaan gas dan tangki kondensat yang dapat dilihat seperti gambar isometrik di bawah ini : Gambar 5.1 Gambar Isometrik Kondisi Operasi Normal Gambar Isometrik MR/ Sicanang Belawan Pe
Tangki Kondensat
4"
4" 25
mb
ua
2"
ng
Ko
nd
2"
en
sa
Flare
an
26
t Ta
2"
ng
ki
Ko
2"
2 4
23
nd
en
sa
tL
Re
4"
am
a 21
du
ce
4"
r4
"x 2
e
alv
kV
ec
Ch
" 22
16
" Re
du
ce
r4
"x
2"
A B
Ke
MR
/S
12
4 "
2"
II
4"
14 18
Re
ce
Slu
16
19
du
dg
2"
r1
6" x1
eC
12
2"
Re
13
du
15
11
ce
r4
"x
Pig
Re
eM
K
ce
r 30
6"
ce
I R/S
ath
Valve Venting
6" ive
r
"
4"
PIGSIG
16
7
"
3
Re
17
du
ce
r1
"
2
16
"
6" x6
16 20
" 16
"
6 9
16
C Ke
/S MR
I
" 10
5
8
1 16"
Ga
s IN
16
"
Penilaian Risiko..., Renny Risviana, FKM UI, 2013
Tabel 1 Aktifitas Kerja dan Bahaya Fisik Aktivitas Kerja Persiapan Penerimaan Pig
Hazard Fisik Gas bertekanan
Penerimaan Pig
Gas bertekanan
Retrieving Pig
Terdorong Pig Kejatuhan Pig Kejatuhan alat Terjepit end clousure
Tabel Analisis dan Evaluasi Risiko Aktivitas
Bahaya & Risiko
Basic Risk
Pengenda lian yg Ada
Persiapan Penerimaan Pig
Existing Risk
Rekomenda si
Gas bertekanan tinggi – Ledakan, bau gas
Priority 1
Penerimaan Pig
Gas bertekanan tinggi – Ledakan, bau gas
Retrieving Pig
Terhantam Pig Kejatuhan Pig Terhantam end closure Terjepit end closure Kejatuhan peralatan
Predictive Risk
SOP
Substansial
Pelatihan berkala Komunikasi hazard Pengawasan Mekanisme Key Interlock
Prority 3
Priority 1
SOP
Substansial
Pelatihan berkala Komunikasi hazard Pengawasan Mekanisme Key Interlock
Priority 3
Substansial Substansial Priority 3 Priority 3 Priority 3
SOP
Priority 3 Priority 3 Acceptable Risk Acceptable Risk Acceptable Risk
Pelatihan berkala Komunikasi hazard Pengawasan Mekanisme Key Interlock
Acceptable Risk Acceptable Risk Acceptable Risk Acceptable Risk
Pembahasan Dari hasil penilaian risiko didapatkan total 5 hazard dengan existing risk dengan memperhitungkan pengendalian yang telah ada pada PT. X, lalu dikelompokkan menurut table risiko Fine. Penulis memberikan tanda pada tiap level risiko Fine dengan warna yang mewakili tiap level risiko, yaitu risiko dengan level risiko merah yang berarti pada level very
Penilaian Risiko..., Renny Risviana, FKM UI, 2013
high sebanyak 0 dampak (0%), risiko dengan level risiko orange yang berarti level priority 1 sebanyak 0 dampak (0%), risiko dengan level risiko kuning yang berarti level substansial sebanyak 1 dampak (20%), risiko dengan level risiko hijau muda berarti level priotity 3 sebanyak 2 dampak (40%), dan risiko dengan level hijau tua berarti acceptable risk sebanyak 2 dampak (40%). Hanya 20% existing risk yang berada pada level risiko kuning dengan level priority yang artinya masih membutuhkan pengawasan terutama dalam hal pemeriksaan pressure, valve, dan kebocoran baik pada jalur pipa maupun pada end closure. Pengendalian lainnya yang dapat dilakukan adalah penggunaan mekanisme key interlock. Diagram Evaluasi Risiko
700
500
Terjepit/ Terhantam end closure
400
Kejatuhan Alat
600
300 Kejatuhan Pig
200 100 0 BR
ER
PR
Terhantam Pig
Kesimpulan 1. Tahapan proses penerimaan pig pada aktivitas pigging adalah persiapan penerimaan pig, penerimaan pig, dan retrieving pig 2. Secara umum proses pekerjaan penerimaan pig beresiko tinggi namun PT. X telah melakukan pengendalian dengan baik 3. Terdapat 5 hazard dalam proses penerimaan pig yaitu : a. Level very high = 0 dampak (0%) b. Level priority 1 = 0 dampak (0%) c. Level substansial = 1 dampak (20%)
Penilaian Risiko..., Renny Risviana, FKM UI, 2013
d. Level priority 3 = 1 dampak (40%). e. Level acceptable risk = 1 dampak (40%) 4. Risiko terbesar pada proses penerimaan pig adalah saat persiapan dan penerimaan pig dengan nilai risiko sebesar 300 (priority 1) dan sudah dilakukan pengendalian dengan baik. 5. Pengendalian yang perlu dilaksanakan selain pengendalian yang sudah ada adalah; meningkatkan pengawasan dan koordinasi, penggunaan mekanisme key interlock sehingga dapat meminimalisasi kecelakaan yang berhubungan dengan tekanan gas dari dalam pipa.
Saran Secara umum, untuk mengelola risiko sampai pada level yang dapatditerima (acceptable risk) maka perlu memperhatikan hal-hal di bawah ini: •
• •
• •
Manajemen; a. komitment pemilik tempat kerja terhadap keselamatan dan kesehatan kerja untuk melindungi pekerja dari kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja maupun kerugian lainnya. b. Berkoordinasi dengan instansi pemerintahan terkait maupun masyarakat di lingkungan sekitar untuk mencegah, mengurangi ataupun mitigasi jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan (kecelakaan kerja). Engineering control : pemeliharaan peralatan kerja dan instalasi pipa secara berkala dan penerapan mekanisme key interlock. Administratif control : memperbaharui prosedur kerja aman berdasarkan hasil manajemen risiko yang dilakukan secara continu sehingga selalu ada perbaikan dan penurunan level risiko ketingkat yang lebih rendah. House keeping : menjaga kebersihan lingkungan kerja sehingga memperlancar proses kerja dan menghindari kecelakaan. Komunikasi hazard : meningkatkan safety talk berkala, pengawasan pelaksanaan procedure kerja, safety sign yang sesuai dan lain-lain
Daftar Referensi 1. ASME (2001). Gas Transmission and Distribution Piping Systems. The American Society of Mechanical Engineers, New York, Issue No. B31.8, November 2001 2. ASME (2001). Pipeline Transportation Systems for Liquid Hydrocarbons and OtherLiquids. The American Society of Mechanical Engineers, New York, Issue No. B31.4, September 2001 3. Cordell, Jim & Vanzant, Hershel (1990). All About Pigging. Steam System LT.
Penilaian Risiko..., Renny Risviana, FKM UI, 2013
4. Girard Industries (2010). Pig Launching and Receiving Procedures. Girard Industries,Houston-Texas, www.girard.com (online 20 Mei 2013) 5. Godevil (2008). Why Pig a Pipeline. www.godevil.com (online 20 Mei 2013) 6. Hoi, Che Yeung (2002). Modeling of Pig Assisted Production Methods. J. Energy Resour. Technol., March 2002 , Volume 124, Issue 1, 8 7. Minami, Kazuioshi and Shoham, Ovadia (1993) Pigging Dynamics in two-phase flow pipelines : Experiments and modeling, in 68th Annual Technical Conference and exhibition of the SPE, Houston Texas, 3-6 October 1993 8. Saeidbakhsh, M. Rafeeyan and S. Ziaei-Rad, M. (2009). Dynamic Analysis of Small 9. Pigs in Space Pipelines, Oil & Gas Science and Technology – Rev. IFP, Vol. 64 (2009), No. 2, pp. 155-164 10. Tiratsoo, JRH (1992). Pipeline Pigging Technology. Gulf Professional Publishing, Houston-Texas, 2nd ed. 11. Warriner, Duncan (2008) Considerations in pig trap design. Pipeline & Gas Journal, August, 2008 12. Wikipedia (2008). Pigging. www.wikipedia.com/pigging (online 18 Juni 2013) 13. Xiao-Xuan Xu and Jing Gong (2005). Pigging simulation for horizontal gascondensate pipelines with low-liquid loading. Elsevier B.V., London. 14. Nurcahyo, N. (2011). Pigging. Tesis: Universitas Diponegoro. ( online 19 Juni 2013) 15. PT. Jamsostek. (2011). Laporan Tahunan (online 25 Juni 2013) http://www.jamsostek.co.id/content/i.php?mid=5&id=47 16. Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (2012). Laporan Tahunan (online 25 Juni 2013) http://www.esdm.go.id/publikasi/pertemuan-tahunan.html 17. PMAOPS335A Conduct Pipeline Pigging, Australian Government, Department of Education, Employment and Workplace Relations (online 26 Juni 2013) 18. Process Interlocking. (2012). www.netherlock.com. (online 26 Juni 2013) 19. Failure Investigation Report – Pig Trap Gas Release – Activity ID 127555 (online 26 Juni 2013) 20. Pipeline Pigging Operations: Open to Injury. (2006). Canada. (online 26 Juni 2013) 21. Pipeline Pigging Incident. (2006). Chevron. (online 26 Juni 2013)
Penilaian Risiko..., Renny Risviana, FKM UI, 2013
22. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 609 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyelesaian Kasus Kecelakaan Kerja Dan Penyakit Akibat Kerja. (online 28 Juni 2013) 23. Australian Standard /New Zealand Standard. (2004). Australian Standard /New Zealand Standard Risk Management 4360:2004. Sydney and Wellington: Author. 24. Colling. A. David, (1990), Industrial Safety Management and Technology. 25. Fine, William T. (1971). Mathematical Evaluation for Controlling Hazard. Australia: Central Queensland University. 26. Harms, Lars and Rigdahl. (2001). Safety Analysis Principles and Practice in Occupational Safety 2nd Edition. New York: Taylor and Francis. 27. Kolluru, Rao.V et al,. (1996). Risk Assessment and Management Handbook for Environmental, Health, and Safety Professionals. United States: McGraw-Hill Inc. 28. Kurniawidjaja, L.Meily. (2010). Teori dan Aplikasi kesehatan Kerja. Jakarta: UIPress.103. Universitas Indonesia 29. Merna, Tony & Faisal F. Al-Thani. (2008). Corporate Risk Management 2nd Edition. England: John Wiley & Sons Ltd. 30. Susilo, J.Leo dan Victor, R.Kaho. (2011). Manajemen Risiko Berbasis ISO 31000 Untuk Industri Nonperbankan, Jakarta: PPM 31. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. (online 25 Mei 2013) 32. Ramli, S. (2010). Pedoman Praktis Manajemen Risiko dalam Perspektif K3 OHS Risk Management. Jakarta: Dian Rakyat. 33. Suma’mur P. K, (1981), Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan, PT. Toko Gunung Agung, Jakarta. 34. International Labor Organization. 2012. ‘Safety and Health at Work’. Geneve. Available from: (online 21 Mei 2013) 35. Ericson, CA. 2005. ‘Hazard Analysis Techniques for System Safety’. John Wiley & Sons, Inc., Hoboken. Virginia. Available from: ebook (online 29 Mei 2013) 36. Qureshi, ZH. 2007. ‘A Review of Accident Modelling Approaches for Complex SocioTechnical Systems’. Defence and Systems Institute University of South Australia. South Australia. Available from: ebook (online 30 April 2013) 37. Heinrich, H.W. (1980). Industrial Accident Prevention: A Asfety Management Approach. New York: McGraw-Hill Inc.
Penilaian Risiko..., Renny Risviana, FKM UI, 2013
38. Ramadhani, D. A. (2012). Hubungan Kesadaran Lingkungan, Program Behaviour Based Safety, Faktor Eksternal dengan Perilaku Pekerja. Tesis: Universitas Indonesia 39. Cross, J et al. 2004. ‘OHS Risk Management Handbook’. Standards Australia International Ltd. Australia. Available from: book finder (online 29 Mei 2013) 40. Popovic, V and Vasic, B. (2008). Review of Hazard Analysis Methods and Their Basic Characteristics. Faculty of Mechanical Engineering, Belgrade. All rights reserved FME Transactions (2008) 36, 181-187 (online 30 Mei 2013) 41. Frank R.. Spellman and Revonna M. Bieber. (2011). Physical Hazard. (online 30 Mi 2013)
Penilaian Risiko..., Renny Risviana, FKM UI, 2013