PENILAIAN RISIKO ERGONOMI DAN KELUHAN MUSKULOSKLETAL DISORDERS (MSDs) PADA PEKERJA FINISHING DI PROYEK BOGOR VALEY RESIDENCE & HOTEL PT XYZ TAHUN 2014 Futry Dwi Fermana, Sjahrul M Nasri 1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Univrsitas Indonesia 2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Univrsitas Indonesia E-mail:
[email protected]
Abstrak PT XYZ merupakan perusahaan swasta nasional yang bergerak dalam bidang jasa konstruksi. Dimana dalam pelaksanaan konstruksi banyak terdapat berbagai jenis hazard yang mengancam pekerja, salah satu hazard tersebut adalah ergonomi.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana tingkat risiko ergonomi dan keluhan subjektif Muskuloskletal Disorders (MSDs) pada pekerjaan finishing di proyek Bogor Valley Residence & Hotel PT XYZ. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional dengan analisa univariat. Penilain risiko ergonomi menggunakan metode Rapid Entire Body Assessment (REBA). Hasil penelitian mengungkapkan dari 5 jenis pekerjaan finishing tingkat risiko ergonomi yang paling tinggi ialah pada pekerjaan plester dan pengacian dengan kategori tingkat risiko very high. Dan adanya postur janggal pada leher, punggung, tangan, dan kaki menambah tingkat risiko terjadinya keluhan MSDs. Keluhan MSDs paling banyak dirasakan oleh pekerja finishing yaitu betis kiri, betis kanan,bahu kanan, pinggang dan bokong.Berdasarkan hasil analisa perlu adanya perbaikan secara administratif yaitu menyediakan adjustable scafoldng untuk pekerjaan di ketinggian, mesin spray untuk pengecatan yang cukup, dan kneeling creeper untuk pekerjaan yang berada dilantai. Secara admisnistratif, seperti pelatihan ergonomi, sosialisasi ergonomi melalui briefing sebelum bekerja. Kemudian terakhir dari segi APD adalah pengawasan dalam penggunaan APD.
Assessment Risk Ergonomics and Complaints Muskuloskletal Disorders (MSDs) On Finishing Workers In The Bogor Valley Residence & Hotel Project PT XYZ in 2014 Abstract PT XYZ is a national private company engaged in construction services. Where in construction there are many kinds of hazards that threaten workers, one of them is ergonomics hazard. The purpose of this research was to determine how the level of ergonomic risk and subjective complaints Muskuloskletal Disorders (MSDs) in the finishing work on the Bogor Valley Residence & Hotel Project PT XYZ. This research used a cross-sectional study design with univariate analysis. Ergonomic risk assessment using the Rapid Entire Body Assessment (REBA). The results of the research revealed 5 types of finishing work, ergonomic risk level is the highest in the plaster work and pengacian with very high risk category. And the presence of awkward postures of the neck, back, arms, and legs increase the level of risk of MSDs complaints. MSDs grievances felt by most workers are finishing the left calf, calf right, the right hand shoulder, waist and buttocks. Based on analysis, that needs improvement administratively to provide adjustable scafoldng to work at height, spray machine to paint enough, and kneeling creeper for a job that is on the floor. In admisnistratif, such as ergonomics training, ergonomics socialization through briefings before work. And the last in terms rom PPE is supervision in the use of PPE.
Keywords: MSDs, Ergonomics, REBA, construction, awkward postures
Penilaian risisko..., Futry Dwi Fermana, FKM UI, 2014
Pendahuluan Pada pelaksanaan suatu proyek konstruksi sering terhambat oleh hal – hal yang tidak diinginkan seperti kecelakaan kerja. Kecelakaan adalah suatu kejadiaan peristiwa yang tidak diharapkan yang merintangi atau mengganggu jalannya kegiatan. Untuk itu setiap karyawan diwajibkan memelihara keselamatan dan kesehatan kerja secara maksimal melalui perilaku yang aman agar dapat menekan terjadinya kecelakaan kerja. (Srijayanthi dkk,2012)
Secara umum industri konstruksi adalah industri yang menduduki tempat tertinggi ditinjau dari tingkat terjadinya kecelakaan kerja. H. W. Heinrich dalam bukunya The accident Prevention mengungkapkan bahwa 80% kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak aman (unsafe act) seperti kekurangan pengetahuan, keterampilan, sikap, keletihan dan kebosanan, cara kerja manusia tidak sepadan secara ergonomik, gangguan psikologis, dan pengaruh sosial psikologis. Dan hanya 20% kecelakaan kerja disebabkan oleh kondisi yang tidak aman (unsafe). (Srijayanthi dkk,2012) Dalam jurnal Choobineh, et al, tahun 2007, dijelaskan bahwa salah satu penyebab utama terjadinya kecelakaan kerja dan kecacatan pekerja di negara-negara maju dan berkembang adalah gangguan MSDs. Pada tahun 2010 sampai dengan 2011, untuk gangguan musculoskletal telah terjadi 508.000 kasus dari total 1.152.000 kasus penyakit terkait kerja di inggris (health and safety executive, 2011). Konstruksi adalah salah satu industri yang paling berbahaya diAmerika Serikat. Pada tahun 1999 jumlah cedera punggung pada industri konstruksi AS adalah 50% lebih tinggi dari rata-rata untuk semua industri di AS lainnya (CPWR,2002 dalam NIOSH 2007). Gejala yang sering dilaporkan oleh pekerja konstruksi di AS adalah sakit punggung dan nyeri pada bahu, leher, lengan dan tangan yang merupakan bagian dari Musculoskletal disorders (Cook et al, 1996 dalam NIOSH,2007) Pada bulan Desember tahun 2013 terjadi sebuah kecelakaan kerja pada pekerja konstruksi PT XYZ. Dimana pada saat itu pekerja sedang melakukan pekerjaan pengangkatan (manual handling) dan terjatuh kebelakang mengenai tulang belakang pekerja. hal ini diakarenakan oleh posisi pengangkatan yang tidak ergonomi. Aktivitas pekerjaan finishing seperti pemasangan bata, pemasangan keramik, pengacian, pengecatan serta pemasangan instalasi listrik di proyek Bogor Valley Residence memiliki
Penilaian risisko..., Futry Dwi Fermana, FKM UI, 2014
bahaya ergonomi yang dapat berisiko terjadinya musculoskletal disorders (MSDs) terkait dengan durasi pekerjaan dilakukan berulang-ulang dan rutin setiap hari dengan postur janggal, baik dalam keadaan statis maupun dinamis pada saat melakukan kerjanya. Berdasarkan hal tersebut penulis ingin menegtahui besarnya tingkat risiko ergonomi dan keluhan musculoskletal disorders pada pekerja pekerjaan finishing di Proyek Bogor Valley Residence & Hotel PT XYZ Tahun 2014 Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana tingkat risiko ergonomi dan keluhan Musculoskletal Disorders (MSDs) pada pekerjaan finishing pada proyek Bogor Valley Residence & Hotel di PT XYZ Tahun 2014. Tinjauan Teoritis Ergonomi merupakan ilmu yang memiliki perhatian pada desain dari sistem dimana manusia melakukan sebuah aktifitas pekerjaan. Kata ergonomi brasal dari Yunani, yaitu ergon yang berarti bekerja dan nomos yang berarti hukum. Ergonomi bertujuan untuk memastikana kebutuhan manusia akan keselamatan dan efisiensi pekerjaan selama mereka berarda didalam lingkungan kerjanya (Bridger, 1995). Ergonomi adalah konsep untuk menemukan kesesuaian antara pekerja dan kondisi kerja. Ergonomi mencoba membuat solusi untuk memastikan pekerja tetap aman, nyaman dan produktif. Ini biasanya melibatkan perubahan peralatan, perlengkapan, bahan, metode kerja atau tempat kerja itu sendiri (NIOSH, 2007). Ergonomi ( human factors ) adalah disiplin ilmu yang bersangkutan dengan pemahaman interaksi antara manusia dan elemen lain dari sistem , dan profesi dengan mempertimbangkan teori , prinsip , data dan metode untuk merancang dengan tujuan mengoptimalkan kesejahteraan manusia dan sistem kerja secara keseluruhan (IEA,2014)
Jadi berdasarkan beberapa definisidiatas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa ergonomi adalah suatu konsep dengan pendekatan multidisiplin ilmu untuk mencapai penyesuaian antara pekerja, peralatan dan lingkungan kerja agar tercipta suatu kenyamanan bagi pekerja dengan tujuan menciptakan produktivitas yang setinggi-tingginya dengan tidak mengabaikan keselamatan dan kesehatan pekerja. Prinsip ergonomi adalah pedoman dalam menerapkan ergonomi di tempat kerja. Menurut Macleod (1999),terdapat 12 prinsip ergonomi, yaitu sebagai berikut:
Penilaian risisko..., Futry Dwi Fermana, FKM UI, 2014
a. Bekerja dalam posisi atau postur normal. b. Mengurangi beban berlebihan. c. Menempatkan peralatan agar selalu berada dalam jangkauan. d. Bekerja sesuai dengan ketinggian dimensi tubuh. e. Mengurangi gerakan berulang dan berlebihan. f. Minimalisasi gerakan statis. g. Minimalisasikan titik beban. h. Mencakup jarak ruang. i. Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman. j. Melakukan gerakan, olah raga, dan peregangan saat bekerja. k. Membuat agar display dan contoh mudah dimengerti. l. Mengurangi stres. Definisi Musculoskletal Disorders (MSDs) Musculoskletal disorders (MSDs) adlaah cidera atau penyakit pada sisitem syaraf atau jaringan seperti otot, tendon, ligamen, tulang sendi, tulng rawan ataupun pembuluh darah. Rasa sakit akibat MSDs dapat digambarkan seperti kaku, tidak fleksibel, panas atau terbakar, kesemutan, mati rasa, dingin dan rasa tidak nyaman. Keluhan muskuloskletal adalah keluhan pada bagian otot skletal yang dirasakan oelh seseorang dari mulai keluhan ringan hingga keluhan yang terasa sangat sakit. Apabila otot statis menerima beban statis secara berulang dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen, dan tendon. Hal ini yang menyebabkan rasa sakit, keluhan ini disebut keluhan Musculoskletal disorders (MSDs) atau cidera pada sistem musculoskletal (Humantech,2003). Menurur Tarwaka (2004), kleuhan musculoskletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Keluhan otot skletal pada umumnya terjadi karena kontraksi otot yang terlalu berlebihan akibat pembebanan yang panjang. Sebaliknya, keluhan otot kemungkinan tidak terjadi apabila kontraksi otot berkisar 15-20% dari kekuatan otot maksimum. Namun apabila kontraksi otot melebihi 20% maka peredaran darah ke otot berkurang. Suplai oksigen ke otot yang menururn, membuat proses metabolisme karbohidrat terhambat dan sebagai akibatnya terjadi penimbunan asam laktat yang menyebabkan timbulnya rasa nyeri otot (Suma’mur, 1996)
Penilaian risisko..., Futry Dwi Fermana, FKM UI, 2014
Faktor Risiko MSDs 1. Faktor Risiko Pekerjaan Menurut Bridger (2009) penyebab timbulnya masalah MSDs ditempat kerja adalah postur, durasi, repetisi dan beban. Berikut dijelaskan faktor-faktor tersebut berdasarkan Kurniawidjaja(2011): a. Postur Janggal Sikap atau posisi bagian tubuh yang menyimpang dari posisi netral, deviasi yang signifikan terhadap posisi normal akan meningkatkan beban kerja otot sehingga jumlah tenaga yang dibutuhkan lebih besar, yang diakibatkan oleh peristiwa transfer tenaga dari otot ke sistem tulang rangka yang tidak efisien disebut dengan postur janggal. Sikap kerja tidak alamiah merupakan sikap kerja yang menyebabkan bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiahnya. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi, semakin tinggi pula terjadi keluhan otot skletal. Sikap kerja tidak alamiah pada umumnya karena ketidaksesuaian pekrjaan dengan kemampuan pekerja (Grandjen,1993). b. Beban beban merupakan salah satu faktor risiko terjadinya MSDs karena dapat menimbulkan iritasi, inflamasi, kelelahan otot serta kerusakan otot, tendon dan jaringan sekitarnya. Kekuatan berasal dari peningkatan ketegangan otot, ligamen dan tendon.pengerahan tenaga paling berat terjadi saat mengangkat benda berat. c. Frekuensi Frekuensi yang tinggi atau gerakan yang berulang dan kurang variasi, dapat menimbulkan kelelahan dan ketegangan otot dan tendon karena kurang istirahat untuk pemulihan penggunaan otot yang berlebihan pada otot, tendon dan sendi, akibat terjadinya inflamasi atau radang sendi dan tendon yang meningkatkan tekanan pada saraf.
Penilaian risisko..., Futry Dwi Fermana, FKM UI, 2014
d. Durasi Durasi kerja adalah lama waktu bekerja yang digunakan pekerja dnega postur janggal, membawa atau mendorong beban, atau melakukan pekerjaan repetitif tanpa istirahat. Durasi terjadinya postur janggal yang berisiko bila postur tersebut dipertahankan lebih dari 10 detik (Humantech,2003). 2. Faktor Risiko Individu Faktor risisko individu yang berkaitan dengan terjadinya kasus Musculoskletal Disorders (MSDs) (Bernard et al., 1997) adalah sebagai berikut: a. Umur Pada umur 35 tahun orang mulai merasakan sakit pada punggung. Gangguan muskuloskletal merupakan masalah kesehatan paling sering terjadi pada usia menengah dan usia tua. Bertambahnya usia menurunkan kekuatan otot sehingga berisiko menimbulkan MSDs (Bernard,1997). Pada usia 55 tahun, rata-rata orang kehilangan 15% kekuatan ototnya saat berusia 25 tahun (Rijanto,2011). b. Masa Kerja Masa hitung kerja adalah panjangnya waktu yang teritung mulai pertama kali pekerja masuk kerja hingga saat penelitian berlangsung. Menurut Cohen,et al (1997), menjelaskan bahwa masa kerja memiliki hubungan yang kuat dengan keluhan otot dan meningkatkan risiko MSDs. c. jenis kelamin Menurut Rijanto (2011), rata-rata kekuatan mengangkat pada perempuan adalah 65% dari kekuatan mengangkat pada perempuan adalah 65% dari kekuatan pria. d. Perilaku Merokok Perilaku merokok memiliki hubungan yang signifikan dengan keluhan sakit pinggang karena penurunan kemampuan paru-paru dalam mengkonsumsi oksigen mengakibatkan pembakaran karbohidrat terhambat karena kekurangan oksigen dan terjadi tumpukan asam laktat dan akhirnya menyebabkan nyeri otot (Boshuizen et al.,1993, dalam Tarwaka,2004).
Penilaian risisko..., Futry Dwi Fermana, FKM UI, 2014
e. Antropometri Antropometri berasal dari kalimat Yunani yaitu terdiri dari anthropos yang berarti manusia dan metron yang berarti pengukuran, sehingga arti dari kata antropometri adalah pengukuran terhadap tubuh manusia. Data anropometri dapat digunakan untuk mendesain suatu poduk setelah desainer telah memiliki ide yang jelas mengenai apa yang dimaksud dengan kesesuaian antara pengguna dengan dimensi produk. f. Indeks Massa Tubuh Obesitas memiliki peran dalam menimbulkan Carpal Tunnel Syndrom (CTS). Pasien obesitas memiliki kemugkinan 2.5 kali lebih besar dari pasien kurus untuk mengalami CTS. Hal ini dapat disebabkan oleh ukuran carpal tunnel dan pergelangan tangan. (Bernard,1997). 3. Faktor Risiko Lingkungan a. Vibrasi atau Getaran Vibrasi merupakan energi mekanik osilasi yang ditransfer ketubuh. Efek yang timbul tergantung pada lokasi kontak seebagian atau seluruh tubuh, lingkat vibrasi dan lam kontak. Pajanan vibrasi dapat mengakibatkan terhambatnya aliran darah, mati rasa dan peningkatan sensitifitas terhadap rasa dingin (Kurniawidjaja,2011). b. Temperatur (Mikrolimat) Temperatur yang ekstrim dingin dapat menghambat aliran darah dari ekstremitas dalam upaya menjaga suhu tubuh, kondisi ini dapat menambah berat risiko MSDs, juga dapat menurunkan ketangkasan dan sesnsitivitas dari tangan (Kurniawidjaja,2011). Menurut NIOSH (2007) di dalam bukunya Simple Solutions Ergonomics for Construction Workers menyebutkan yang termasuk dalam tipe penyakit Musculoskletal disorders adalah low back pain, carpal turnal syndrome, tendinitis, rotator cuff syndrome, sprains dan strains.
Penilaian risisko..., Futry Dwi Fermana, FKM UI, 2014
Rapid Entire Body Assessment (REBA) Metode REBA, diperkenalkan oleh Sue Hignett dan McAtammney yang bertujuan untuk memberikan penilaian atas risiko postur tubuh yang dapat menimbulkan gangguan terkait muskoloskeleteal. Penggunaan metode REBA dapat juga dilakukan didalam kondisi : (McAtemny & Hignett, 2000) a. Seluruh tubuh digunakan untuk bekerja b. Pada postur tubuh yang statis, dinamis, mudah berubah, maupun tidak stabil c. Beban atau tekanan secara rutin maupun tidak juga didapatkan oleh pekerja d. Modifikasi kepada tempat kerja, peralatan, pelatihan, perilaku mengambil risiko pada pekerja sedang di awasi, sesudah dan sebelum adanya perubahan. Didalam melakukan penilaian risiko ergonomi menggunakan REBA, telah disediakan sebuah lembar kerja yang berisi gambar dan penjelasan mengenai tahapan penilaian atau pemberian skor terhadap setiap jenis postur tubuh, yaitu : Analisis pada bagian leher, pundak dan kaki yang di kelompokkan menjadi satu pada kelompok A, dan analisis pada lengan bagian atas, bawah dan pergelangan tangan yang dikelompokkan pada kelompok B. Setelah didapatkan nilai A dan nilai B, kedua nilai tadi digabungkan pada tabel C, untuk didapatkan nilai C. Nilai dari tabel C, kemudian di tambahkan dengan nilai aktifitas untuk mendapatkan hasil akhir nilai REBA.
Setelah didapatkan nilai REBA, nilai tersebut memiliki interpretasinya masing-masing, yaitu: a. skor 1, berarti risiko pekerjaan dapat dikesampingkan atau tidak berarti b. skor 2 atau 3, berarti risiko rendah dan dibutuhkan perubahan postur kerja c. skor 4 sampai 7, risiko menengah, dibutuhkan investigasi yang lebih jauh dan perubahan secepatnya. d. Skor 8 sampai 10, risiko tinggi, harus segera dilakukan investigasi dan adanya implementasi barupa perubahan postur kerja atau lingkungan kerja. e. Skor 11 sampai 12, risiko sangat tinggi. Harus segera diganti didalam aplikasi pekerjaannya.
Penilaian risisko..., Futry Dwi Fermana, FKM UI, 2014
Nordic Body Map pertama kali dikembangkan dan merupakan project yang dibiayai oleh Nordic Council Ministers. Nordic Body Map (NBM) digunakan untuk melihat bagian spesifik dari tubuh yang mengalami keluhan ketidaknyamanan yang berupa nyeri, pegal, kekakuan, kesemutan, panas, kejang dan bengkak. NBM merupakan gambar tubuh manusia yang terdiri dari 27 segmen bagian tubuh yaitu leher, bahu, lengan bagian atas, lengan bagian bawah, siku, pergelangan kaki dan kaki. Tujuan utama dalam kuisioner ini adalah untuk screening MSDs dalam konteks ergonomi. Keluhan-keluhan yang terjadi dapat diakibatkan aktifitas sehari-hari, pekerjaan dan desain lingkungan kerja.(Stanton,2005).
Metode Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan metode ergonomic risk assesment REBA ( Rapid Entire Body Assesment ) untuk mengidentifikasi beberapa jenis pekerjaan finishing yang berisiko terhadap bahaya ergonomi. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional yaitu dimana pengumpulan data dan variabel dependen maupun independen dilihat atau diukur dalam waktu bersamaan. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2014 di proyek Bogor Valley Residence & Hotel PT XYZ. Jumlah sampel atau responden pada penelitian ini adalah sebesar 80 orang pekerja finishing di proyek Valley Residence and Hotel Bogor yang diperoleh dari rumus slovin. Objek yang diamati dari penelitian ini adalah seluruh aktiitas pekerjaan finishing di bangunan proyek Bogor Valley Residence & Hotel di PT XYZ. Aktifitas dari pekerjaan finishing tersebut adalah pemasangan bata, plester (pengacian), pemasangan keramik, pengecatan dan pemasangan instalasi listrik. Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan untuk melakukan penilaian risiko ergonomi merupakan data primer yang didapatkan dengan cara mengamati tahapan proses kerja kemudian hasil pengematan dianalisis dengan REBA worksheet. Untuk keluhan MSDs, data dapat diperoleh dengan menggunakan kuisioner dengan pertanyaan tertutup sesuai dengan kuesioner Nordic Body Map Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini diantaranya: a. Kamera digital untuk pengambilan gambar postur pekerja finishing
Penilaian risisko..., Futry Dwi Fermana, FKM UI, 2014
b. Lembar penilaian REBA untuk mengukur tingkat risiko ergonomi pada postur tubuh pekerja pada beberapa aktivitas pekerjaan. c. Lembar kuesioner Nordic Body Map untuk melihat gambaran keluhan MSDs yang dialami oleh pekerja d. Penggaris busur derajat untuk mengukur sudut pada gambar postur kerja di setiap aktivitas yang dilakukan oleh pekerja. Penilaian risiko ergonomi dilakukan dengan cara mengamati pekerja yang sedang bekerja kemudian mengambil gambar posisi berisiko yang dilakukan pekerja. Selanjutnya dilakukan penilaian dengan ergonomic tools yaitu Rapid Entire Body Assessment (REBA). Untuk gambaran keluhan musculoskletal disorders dilakukan dengan menyebarkan kuesioner Nordic Body Map kepada pekerja. Penelitian ini menggunakan Analisa Univariat yang mendeskripsikan atau menjelaskan seberapa besar risiko ergonomi pada pekerja finishing bangunan pada proyek Valley Residence and Hotel Bogor di PT XYZ yang disesuaikan dengan analisa risiko ergonomi yang menggunakana REBA Worksheet dan bagaimana gambaran keluhan Musculoskletal Disorders yang dirasakan oleh pekerja dengan menggunakan Nordic Bady Map dalam bentuk persentase. Hasil Penelitian Tabel Penilaian Risiko Ergonomi Pekerjaan Finishing
Penilaian risisko..., Futry Dwi Fermana, FKM UI, 2014
Gambar 1 Distribusi keluhan MSDs pada bagian Tubuh Seluruh Pekerja Finishing di Proyek Bogor Valley Residence & Hotel Tabel Keluhan MSDs Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Penilaian risisko..., Futry Dwi Fermana, FKM UI, 2014
Pembahasan a. Pembahasan Pekerjaan Pemasangan Bata Berdasarkan penilaain risiko yang telah dilakukan pada pekerjaan pemasangan bata, dimana hasil tingkat risiko ergonomi termasuk dalam kategori risiko tinggi terhadap kejadian MSDs. Pada tingkat risiko ini diperlukan perubahan segera untuk mengurangi risiko MSDs. Proses kerja ini melibatkan postur janggal pada bagian leher dan tangan. Postur janggal ini dikarenakan bagian tersebut bekerja dengan lengan berada diatas yang menyebabkan siku aliran darah bekerja berlawanan dnegan arah gravitasi (Nurmianto,2004). Proses pekerjaan pemasangan bata di tempat tinggi mendapatkan hasil dengan kategori tingkat risiko tinggi (high). Pada tingkat risiko tinggi ini perlu segera dilakukan investigasi dan adanya implementasi berupa perubahan postur kerja dan lingkungan kerja. Pada pekerjaan ini terdapat postur janggal, terutama pada leher, punggung dan kaki. Hal ini dikarenakan pemasangan bata terletak pada daerah yang tinggi dan pekerja menggunakan scafolding, dimana tinggi pekerja ketika beridiri diatas scafolding yang tidak sesuai dengan tinggi bangunan, sehingga mengakibatkan postur janggal pada leher, kaki dan punggung serta dikarenakan bagian tubh tersebut dalam keadaan statis. Hasil analisis tersebut sesuai dengan keluhan yang diperoleh dari hasil kuesioner Nordic Body Map , yakni keluhan gangguan otot pada beberapa bagian tubuh yang dikarenakan postur jangal atau sikap kerja yang tidak alamiah. Beberapa bagian tersebut yang mengalami keluhan MSDs yaitu betis kiri, betis kanan, pinggang, hal ini dikarenakan adanya sudut yang terbentuk pada bagian paha dan betis, serta sudut punggung yang terbentuk menambah risiko terjadinya keluhan MSDs.
Penilaian risisko..., Futry Dwi Fermana, FKM UI, 2014
b. Pembahasan Pekerjaan Plester/Pengacian Berdasarkan penilaian risiko ergonomi yang telah dilakukan dengan metode REBA, pekerjaan plester / pengacian termasuk kedalam ketegori risiko sangat tinggi (very high) terhadap kejadian MSDs, dimana harus segera diganti dalam aplikasi pekerjaannya. Dalam melakukan pekerjaan ini tedapat postur janggal pada pekerja, yaitu posisi punggung membungkuk dalam waktu yang lama, selain itu posisi kepala dalam keadaan extension dan tangan kanan melakukan pekerjaan yang berulang dan posisi kaki berdiri dalam keadaan statis. Menurut Nurmianto (2004), otot dalam keadaan sttais akan akan mempengaruhi aliran darah yang mengandung oksigen. Karena lairan darah yang tidak cukup mensuplai oksigen dan glikogen, maka glikogen yang terdapat dalam otot akan terpecah menjadi energi dan membentuk asam laktat. Asam laktat tersebut akan memberikan indikasi adanya kelelahan otot secara lokal. Dari hasil penilaian skor REBA yang telah dilakukan, pekerjaan plester / pengacian di plafon diketahui bahwa tingkat risiko terhadap kejadian MSDs untuk bagian kanan termasuk kedalam risiko tinggi (high risk), dimana dibutuhkan investigasi segera dan perubahan implementasi. Sedangkan untuk tubuh bagian kiri risiko ergonomi termasuk kedalam risiko sedang (medium risk). Pada pekerjaan plester / pengacian di plafon terdapat postur janggal pada tubuh pekerja , yaitu postur leher dalam keadaan extension, lengan sebelah kanan berada diatas menyebabkan bahu terangkat serta melakukan aktivitas berulang dan beberapa bagian tubuh dalam keadaan statis seperti leher, punggung dan kaki. Dikarena tempat pengacian berada diatas kepala, juga menyebabkan posisi punggung dalam keadaan extension dan punggung mengalami perputaran (twisted) untuk melihat hasil kerja pengacian. Kaki pekerja berdiri dengan dua kaki dalam keadaan statis dan lengan berada diatas yang menyebabkan aliran darah bekerja dengan arah gravitasi (Nurmianto,2004). Postur janggal yang terdapat pada pekerjaan ini meningkatkan rsisko keluhan gangguan otot. Berdasarkan data keluhan yang diperoleh dari kuesioner Nordic body map dapat diketahui bahwa keluhan gangguan otot yang dirasakan oleh pekerja plester atau pengacian adalah Betis kiri, betis kanan, pada bagian bahu kanan, bahu kiri, pinggang dan bokong. Hal ini dikarenakan adanya postur janggal saat bekerja, aktivitas yang berulang (repetisi) dan postur tubuh yang statis dalam waktu yang lama.
Penilaian risisko..., Futry Dwi Fermana, FKM UI, 2014
c. Pembahasan Pekerjaan Pemasangan keramik/nat keramik proses kerja pemasangan keramik memiliki tingkat risiko sedang (medium) terhadap kejadian MSDs. Pada tingkat risiko ini diperlukan perubahan untuk mengurangi risiko MSDs. Dalam proses kaerja ini terdapat postur janggal yakni pada posisi kaki dalam posisi jongkok dalam waktu yang cukup lama. Selain itu posisi punggung dan leher yang condong ke depan juga menambah risiko MSDs dalam proses kerja ini. Postur janggal ini dikarenakan pemasangan keramik pada lantai dan tidak adanya alas duduk seperti bangku kecil yang membuat pekerja harus bekerja dalam posisi jongkok. Posisi jongkok dalam proses kerja pemasangan keramik membuat postur punggung, lutut dan kaki berada dalam keadaan statis, sedangkan bagian pinggang mengalami gerakan memutar untuk mengambil adukan semen yang berada dibelakangnya. Postur tubuh yang statis menyebabkan kerja otot menjadi kaku sehingga kontraksi otot pun terjadi secara terus menerus, aliran darah ke otot berkurang serta menyebabkan glikogen otot berubah menjadi asam laktat yang memicu terjadinya kelelahan. Posisi jongkok membuat lutut mengalami flexion yang memicu otot-otot lutut mengalami penekanan yang meneybabkan rasa pegal dan nyeri. Selain itu, posisi jongkok membuat tulang paha, batang tubuh atau punggung mengalami flexion. Back pain merupakan salah satu bentuk keluhan yang dialami oleh pekerja yang melakukan pekerjaan dengan posisi jongkok dalam waktu yang lama (Pheasant,1991). Data keluhan yang diperoleh dari kuesioner Nordic body map, yakni keluhan gangguan otot yang dirasakan paling banyak dari pekerjaan ini adalah bagian betis kanan dan betis kiri ,keluhan bagian pinggang, dan keluhan pada bahu kanan dan bokong. Menurut NIOSH (1997), bekerja dengan posisi jongkok memberi tekanan pada tendon, ligamen dan tulang rawan sendi lutut. bekerja dalam waktu yang sering atau untuk jangka waktu yang lama dapat menyebabkan masalah lutut, termasuk osteoarthritis lutut. Jika bekerja dalam posisi membungkuk, ada tekanan pada punggung bawah serta lutut, mungkin menyebabkan nyeri punggung dan bahkan cedera punggung yang serius. d. Pembahasan pekerjaan Pengecatan Berdasarkan hasil pengkajian dengan metode REBA, pekerjaan pengecatan dengan menggunakan roll memiliki tingkat risiko tinggi (high risk) terhadap keluhan MSDs, dimana membutuhkan investigasi dan perubahan implementasi dalam proses pekerjaan. Sedangkan pada tubuh bagian kiri (left) termasuk kategori tingkat risiko sedang (medium risk), dimana
Penilaian risisko..., Futry Dwi Fermana, FKM UI, 2014
dibutuhkan investigasi yang lebih dalam dan perubahan segera. Pada proses kerja ini terdapat postur janggal yaitu leher dan punggung dalam keadaan extension, punggung dan kaki dalam keadaan statis dan tangan melakukan aktivitas berulang. Dari hasil pengkajian REBA yang telah dilakukan terhadap pekerjaan pengecatan menggunakan spray memiliki tingkat risiko rendah (low), dimana dilakukan perubahan apabila diperlukan. Pada pekerjaan ini terdapat postur janggal pada punggung dimana dalam keadaan extension karena menahan selang spray yang bertekannan yang diarahkan ke tembok dan adanya gerakan memutar saat mengarahkan selang spray ke arah kiri dan kanan. Selain itu postur kaki mengalami statis. Keluhan yang dirsakan oeh pekerja pengectaan Postur pengecatan yang dilakukan adalah dengan potur berdiri dan statis serta adanya aktivitas berulang. Postur tersebut mengakibatkan adanya keluhan MSDs pada pekerja. Menurut hasil kuesioner nordic body map yang diperoleh, bahwa keluhan yang paling banyak dirasakan oleh pekerja pengecatan adalah pada tubuh bagian betis kiri, betis kanan, bagian pinggang dan bokong, pada bahu kiri dan bahu kanan. e. Pembahasan Pekerjaan Pemasangan Instalasi Listrik Setelah dilakukan penilaian risiko ergonomi dengan menggunakan metode REBA, maka pekerjaan pemasangan instalasi listrik memiliki tingkat risiko sedang (medium risk) terhadap keluhan MSDs. Dimana proses pekerjaan ini diperukan investigasi yang lebih dalam dan perubahan segera untuk mengurangi risiko MSDs. Pada pekerjaan ini terdapat postur janggal pada leher, punggung, kaki dan tangan pekerja saat melkaukan pekerjaan. Menurut Nurmianto (2004), hal-hal yang harus diperhatikan untuk mencegah tejadinya kelelahan otot yang dipengaruhi oleh berkurangnya aliran darah ke otot yaitu beban statis, oklusi karena tekanan misalnya lipat lutut dan bekerja dengan lengan berada di atas yang menyebabkan aliran darah bekerja berlawanan dengan arah gravitasi. Hasil penilaian REBA terhadap pekerjaan pemasangan instalasi listrik , juga dapat terlihat dengan hasil data keluhan berdasarkan kuesioner nordic body map, yaitu keluhan yang paling banyak dirasakan oleh tubuh bagian bahu kanan, bokong, bagian lengan atas sebelah kanan, betis kiri dan betis kanan. Keluhan pada bagian tersebut dikarenakan adanya postur janggal pada leher dan punggung dengan postur Extension, lengan bekerja diatas kepala (over head),serta terbentuknya sudut pada lutut. Hal ini menyebabkan keluhan MSDs pada pekerja pemasangan listrik.
Penilaian risisko..., Futry Dwi Fermana, FKM UI, 2014
Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada pekerja finishing di PT XYZ pada proyek bangunan Bogor Valley Residence & Hotel terhadap risiko ergonomi berdasarkan Rapid Entre Body Assessment (REBA) dan keluhan muskuloskletal disorders (MSDs), didapatkan kesimpulan sebagai berikut: 1.
Tingkat Risiko ergonomi pada pekerja finishing dibagi dalam 5 jenis pekerjaan, yaitu:
Pekerjaan pemasangan bata Tingkat risiko ergonomi terhadap pekerja pemasangan bata di tempat rendah dan pemasangan bata ditempat tinggi berdasarkan REBA mendapatkan skor 10, yaitu kategori risiko tinggi (high risk), dimana pada pekerjaan ini dibutuhkan investigasi dan perubahan implementasi.
Pekerjaan plester dan pengacian Tingkat risiko ergonomi pada pekerja plester dan pengacian di tembok termasuk dalam kategori tingkat risiko sangat tinggi (very high), dengan skor 12 (kanan) dan 11 (kiri), dimana dibutuhkan perubahan implementasi segera. Sedangkan tingkat risiko ergonomi pekerjaan plester dan pengacian di plafon termasuk dalam kategori tingkat risiko tinggi (high) dengan skor 9 pada tubuh bagian kanan, dimana dibutuhkan investigasi dan perubahan implementasi dan tingkat risiko sedang (medium) dengan skor 6 pada tubuh bagian kiri, dimana dibutuhkan investigasi yang lebih dalam dan perubahan segera.
Pekerjaan pemasangan keramik Tingkar risiko ergonomi pada pekerjaan pemasangan keramik adalah risiko sedang (medium) dengan skor 7, dimana dibutuhkan investigasi yang lebih dalam dan perubahan segera. Sedangkan pada pekerjaan pemberian nat keramik Tingkat risiko pada pekerjaan pemberian nat keramik adalah tinggi (high) untuk bagian kanan dengan skor 8, dimana dibutuhkan investigasi dan perubahan implementasi dan risiko sedang (medium) untuk bagian kiri dengan skor 7, dimana dibutuhkan investigasi yang lebih dalam dan perubahan segera.
2. Keluhan subjektif MSDs pada seluruh responden yaitu keluhan paling banyak dirasakan pada bagian betis kiri (68,75%), betis kanan (66,25%), bahu kanan (52,5%), pinggang (51,25%) dan bokong (45%).
Penilaian risisko..., Futry Dwi Fermana, FKM UI, 2014
2.
Keluhan Muskuloskletal Disorders berdasarkan Jenis pekerjaan finishing
Pekerjaan pemasangan bata Keluhan MSDs yang paling banyak dirasakan oleh pekerja pemasangan bata adalah pada bagian pinggang, betis kiri dan betis kanan (66,67%), lengan atas sebelah kiri dan sebelah kanan (58,33%), serta bahu kiri dan siku kanan (50%).
Pekerjaan plester dan pengacian Keluhan MSDs yang paling banyak dirasakan oleh pekerja plester dan pengacian adalah pada bagian betis kiri (66,67%), betis kanan (62,5%), bahu kanan (58,33%), bahu kiri (50%) ,serta bagian pinggang dan bokong (41,67%).
Pekerjaan pemasangan keramik Keluhan MSDs yang paling banyak dirasakan oleh pekerja pemasangan keramik dan pemberian nat keramik adalah pada bagian betis kiri dan betis kanan (80,95%), pinggang (71,43%), serta pada bagian bahu kanan dan bokong (52,38%).
Pekerjaan pengecatan Keluhan MSDs yang paling banyak dirasakan oleh pekerja pengecatan adalah pada bagian betis kiri (83,33%), betis kanan (75%), pingang dan bokong (50%), serta bahu kiri dan bahu kanan (41,67%).
Pekerjaan pemasangan instalasi listrik Keluhan MSDs yang paling banyak dirasakan oleh pekerja pemasangan instalasi listrik adalah pada bagian bahu kanan dan bokong (63,64%), serta pada lengan atas sebelah kanan, betis kiri dan betis kanan ( 36,36%).
Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada pekerja finishing di PT XYZ pada proyek bangunan Bogor Valey Residence & Hotel terhadap risiko ergonomi berdasarkan Rapid Entre Body Assessment (REBA) dan keluhan muskuloskletal disorders (MSDs), didapatkan beberapa saran untuk masing-masing jenis pekerjaan finishing. Saran tersebut sebagai berikut: 1. Menyediakan Adjstable Scafolding untuk pekerjaan di ketinggian seperti pemasangan bata, plester/ pengacian maupun pemasangan instalasi listrik 2. Menyediakan Kneeling Creeper untuk pekerjaan yang berada dilantai seperti pemasangan keramik maupun pemberian keramik.
Penilaian risisko..., Futry Dwi Fermana, FKM UI, 2014
3. Menyediakan alat pengecatan Spray yang cukup 4. Menyediaakan Alas duduk (bangku kecil) 5. Memberikan pelatihan mengenai bahaya dn risiko dari postur kerja yang tidak ergonomi, mengurangi postur kerja yang statis, memberikan pengetahuan streching disela waktu kerja dan memberikan informasi pentingnya menggunakan APD
Daftar Pustaka
Bernard, Bruce p. 1997. Musculoskletal Disorders And Workplace Factors. Ohio: NIOSH Bridger, R.S. 2009. Intoduction to ergonomics (3rd ed). Boca Raton: CRC Press Grandjen. 1993. 4th edition. Fitting the task to the man. London: Taylor&Francis, Inc. Humantech. 2003. Applied Ergonomics Training Manual. Humantech. Inc : Berkeley Australia IEA (International Ergonomic Association. 2014. Defenition and Domains of Ergonomic. Tersedia pada http://www.iea.cc/whats/index.html . Diakses pada tanggal 11 Maret 2014 Kurniawidjaja, L. Meily. 2010. Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja. Jakarta: UI Press MacLeod, Dan. 1999. The Office Ergonomics Kit With Training Disc. USA : CRC Press LLC. Mc Atammey, Lynn and Sue Hignet. 2005. Rapid Entire Body Assessment. CRC. Press
NIOSH. 2007. Simple Solutions Ergonomics for Contruction Workers. Cincinnati: CDC Nurmianto, Eko. 2004. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya: Guna Widya Pheasant, Stephen. Ergonomics,Work And Health. Gaithersburg : Aspen Publisher Inc. Rijanto, Boedi. 2011. Pedoman Pencegahan Kecelakaan di Industri. Jakarta : Mitra Wacana Media
Penilaian risisko..., Futry Dwi Fermana, FKM UI, 2014
Srijayanthi dkk. 2012. Kecelakaan Tenaga Kerja Pada Proyek Konstruksi Di Kabupaten Tabanan. Jurnal ilmiah elektronik infrastruktur teknik sipil . Universitas Udayana . Denpasar Stanton, et al. 2005. Handbook of Human Factors and Ergonomics Methods. USA: CRS Press Suma’mur. 1989. Ergonomi Untuk Produktivitas Kerja. Jakarta: Gunung Agung Tarwaka, et al. 2004. Ergonomi untuk keselamatan kerja dan produktifitas. Uniba press. Surakarta. Nurmianto, Eko. 2004. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya: Guna Widya Stanton, et al. 2005. Handbook of Human Factors and Ergonomics Methods. USA: CRS Press
Penilaian risisko..., Futry Dwi Fermana, FKM UI, 2014