PENILAIAN RISIKO ERGONOMI DAN KELUHAN SUBJEKTIF MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) PADA PERAJIN KERUPUK SEKTOR INFORMAL, JAKARTA SELATAN TAHUN 2013 Silvina Murniati dan Hendra Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia Abstrak Penelitian aktivitas pembuatan kerupuk bertujuan mengetahui tingkat risiko ergonomi terhadap keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) yang dirasakan oleh perajin kerupuk di Pabrik Mekar Jaya Sektor Informal di Jakarta Selatan menggunakan Rapid Entire Body Assessment (REBA) dan penyebaran kuesioner dengan total responden 16 orang. Tahapan pembuatan kerupuk terdiri dari enam proses yang terdiri dari 32 task dengan tingkat risiko tertinggi terdapat pada kegiatan mengeluarkan adonan dari mesin penggilingan tahap satu, memindahkan adonan ke mesin penggilingan tahap dua, dan memisahkan trimming dari sarang plastik yang berarti harus segera diperbaiki karena potensi MSDs semakin besar. Keluhan subjektif paling banyak dirasakan adalah pinggang. Abstract This research purposes to detect risk level and musculoskeletal disorders (MSDs) complaint in cracker workers in Factory Mekar Jaya informal sector in South Jakarta using REBA and questionaires with 16 total respondent. Stages of making crackers consist of six process which consist of 32 task with the highest level of risk is in the activity of the issuing dough of the milling machine stage one, move the dough to the milling machine stage two, and separate trimming of plastic nest which means three of these activities must be repaired immediately because the greater potential MSDs. The most subjective complaint is in the waist. Key Words: Ergonomic; musculoskeletal disorders; risk level 1. Pendahuluan Keselamatan dan kesehatan kerja yang telah populer dengan sebutan K3, dewasa
ini
implementasinya
telah
seringkali tidak diperhatikan oleh pemilik usaha (Tarwaka, 2008). Menurut
M.
Mikhew
(ICHOIS,
menyebar secara luas di hampir sektor
1997), industri sektor informal memiliki
industri. Namun, penerapan keselamatan
risiko bahaya pekerjaan yang tinggi,
dan
keterbatasan
kesehatan
kerja
sektor
informal
sumber
daya
dalam
mengubah lingkungan kerja, keterbatasan
Penilaian Risiko..., Silvina Murniati, FKM UI, 2013
MSDs merupakan gangguan kronik
menentukan pelayanan kesehatan kerja yang
adekuat,
rendahnya
kesadaran
pada
otot,
tendon,
dan
saraf
yang
terhadap faktor-faktor risiko kesehatan
disebabkan oleh penggunaan tenaga secara
kerja,
tidak
repetitif,
berat,
penggunaan tenaga yang besar, kontak
kondisi
ergonomis,
pekerjaan
kerja
fisik
yang yang
pergerakan
dengan
ragam, rendahnya pengawasan manajemen
ekstrim, getaran, dan temperatur yang
serta
rendah (ACGIH, 2010). Masalah penyakit
bahaya-bahaya
postur
cepat,
pembagian kerja di struktur yang beraneka pencegahan
tekanan,
yang janggal
atau
pekerjaan, kurangnya jaminan keamanan
MSDs
sosial (asuransi kesehatan), dan lain-lain
para
(Effendi, 2001).
manajemen perusahaan ataupun pihak
Industri informal salah satunya home
ini memberikan dampak kepada pekerja
dan
juga
pada
pihak
pemilik usaha. Dampak tersebut adalah
belum
menurunnya produktivitas dan kualitas
memperhatikan mengenai potensi bahaya
kerja, tingginya angka absenteisme dan
yang ditimbulkan dari aspek ergonomi
turnover pada pekerja. Seringkali pekerja
yang tersimpan pada setiap bagian yang
yang memiliki gangguan musculoskeletal
dioperasikan
tersebut.
harus kehilangan waktu dari pekerjaan
Padahal potensi bahaya ergonomi dapat
untuk pulih kembali dan sulit untuk pulih
meningkatkan
total (OSHA, 2000).
industry
di
Indonesia
pada
masih
industri
terjadinya
keluhan
dan
komplain pada pekerja. Sikap kerja, man
Masalah ergonomi penting dihadapi
machine system, tata letak (lay out),
di tempat kerja dan perlu mendapatkan
manual
perhatian yang serius dari pihak pengelola
handling,
dan
metode
kerja
merupakan beberapa aspek ergonomi yang
industri
untuk
mengurangi
perlu
keluhan
MSDs
pada
diperhatikan
di
tempat
kerja
terjadinya
pekerja.
Untuk
(Tarwaka, 2010). Faktor risiko kerja postur
mencegah terjadinya keluhan MSDs, salah
janggal, beban, frekuensi dan durasi yang
satu caranya adalah dengan mencapai suatu
bersumber dari pekerjaan, seperti nyeri
kondisi yang aman dan nyaman bagi
tengkuk, nyeri pinggang bawah atau low
pekerja, serta diperlukan suatu interaksi
back pain, rasa baal (suatu gejala umum)
yang harmonis antara manusia, mesin, dan
pada jari telunjuk, jari tengah, dan jari
lingkungan
manis, kekakuan, lemah dan nyeri saat
komponen yang terlibat dalam suatu proses
tangan digunakan dapat menyebabkan
produksi (Bridger, 1995).
kerjanya
yang
merupakan
Selain itu, upaya perbaikan yang
gangguan MSDs (Kurniawidjaja, 2010). dapat
dilakukan
Penilaian Risiko..., Silvina Murniati, FKM UI, 2013
adalah
dengan
dengan
MSDs yang dirasakan oleh para perajin.
kemampuan fisik dan mental pekerja serta
Selain itu, diketahui adanya keluhan-
mengendalikan faktor risiko ergonomi
keluhan MSDs yang dialami perajin karena
yang bersumber dari pekerjaan. Sebagai
pekerjaannya dan juga sampai saat ini
contoh, desain mesin, desain work station,
belum diketahui tingkat risiko ergonomi
posisi duduk, alat bantu tangan, beban
dan keluhan apa saja yang dirasakan oleh
angkat, dan angkut yang diupayakan agar
perajin, serta dampak yang ditimbulkannya
pekerja terhindar dari postur janggal yang
terhadap perajin.
menyesuaikan
dapat
tuntutan
menimbulkan
tugas
Oleh sebab itu, hal ini penting untuk
gangguan
muskuloskeletal (Kurniawidjaja, 2010). Aktivitas pekerjaan perajin kerupuk
diteliti agar dapat diketahui informasi mengenai tingkat risiko ergonomi pada
bagian produksi di Pabrik Kerupuk Mekar
perajin
kerupuk
yang
Jaya sudah menggunakan peralatan mesin
terhadap keluhan MSDs dan perlu adanya
otomatis pada proses pembuatan adonan
upaya pengendalian guna meningkatkan
dan proses pencetakan kerupuk. Namun,
mutu kehidupan kerja (Quality of Working
dalam beberapa proses tahapan masih
Life), meningkatkan produktivitas kerja
dilakukan secara manual. Dari setiap
dan
tahapan tersebut sangat mungkin untuk
akibat
terjadi gerakan yang berulang-ulang dan
ergonomi.
menurunkan kerja
berkontribusi
prevalensi khususnya
penyakit mengenai
postur janggal yang berefek pada keluhan 2. Tinjauan Teoritis Definisi resmi ergonomi dikeluarkan
merupakan profesi yang mengaplikasikan
oleh Inggris tahun 1950, yaitu studi sifat-
teori, prinsip, data dan metode untuk
sifat
perencanaan
mendesain kerja dalam mengoptimalkan
lingkungan hidup dan kerja. Ergonomi
kesejahteraan manusia dan kinerja sistem
melibatkan sejumlah disiplin ilmu, seperi
secara keseluruhan (Kurniawidjaja, 2010).
manusia
matematika, kehidupan,
untuk
rekayasa, dan
pengetahuan
pengetahuan
sosial
Definisi lainnya, ergonomi adalah ilmu, seni, dan penerapan teknologi untuk
(Rijanto, 2011). Menurut International
menyerasikan
Ergonomic Association, ilmu ergonomi
antara segala fasilitas yang digunakan baik
adalah disiplin ilmu yang mempelajari
dalam
beraktivitas
maupun
interaksi antara manusia dan elemen-
dengan
kemampuan
dan
elemen dalam sistem yang terkait dan
manusia
baik
Penilaian Risiko..., Silvina Murniati, FKM UI, 2013
atau
fisik
menyeimbangkan istirahat
keterbatasan
maupun
mental
sehingga kualitas hidup secara keseluruhan
2003). Selain itu, terdapat faktor individu
menjadi lebih baik (Tarwaka, 2004).
yang
berkontribusi
sebagai
faktor
ilmu
pendukung timbulnya keluhan MSDs yaitu
tentang rangka dan otot yang diliputi oleh
umur, jenis kelamin, riwayat MSDs, jam
otot tersebut. Istilah muskuloskeletal terdiri
kerja per hari, masa atau lama kerja, dan
atas dua kata yaitu muskuler dan skeleton.
aktivitas dalam waktu luang.
Musculoskeletal
merupakan
Rapid
Kerangka atau skeleton adalah rangkaian
Entire
Body
Assessment
tulang yang mendukung dan melindungi
(REBA) adalah cara penilaian tingkat
beberapa organ lunak, terutama dalam
risiko
tengkorak dan panggul dan muskuler atau
melihat pergerakan atau postur yang
otot dalah suatu jaringan yang mempunyai
dilakukan
kemampuan untuk berkontraksi (Irianto,
dilakukan menggunakan task analysis
2004). MSDs adalah cidera atau penyakit
(tahapan kegiatan kerja dari awal hingga
pada sistem syaraf atau jaringan seperti
akhir).
dari
repetitive oleh
motion
pekerja.
dengan
Pengukuran
otot, tendon, ligamen, tulang sendi, tulang
Sistem penilaian REBA digunakan
rawan ataupun pembuluh darah. Rasa sakit
untuk menghitung tingkat risiko yang
akibat MSDs dapat digambarkan seperti
dapat terjadi sehubungan dengan pekerjaan
kaku, tidak fleksibel, panas atau terbakar,
yang dapat menyebabkan MSDs dengan
kesemutan, mati rasa, dingin dan rasa tidak
menampilkan
nyaman. Apabila otot statis menerima
untuk melakukan penilaian berdasarkan
beban statis secara berulang dan dalam
postur-postur yang terjadi beberapa bagian
waktu
dapat
tubuh dan melihat beban atau tenaga yang
menyebabkan keluhan berupa kerusakan
dikeluarkan serta aktivitasnya. Perubahan
pada sendi, ligamen, dan tendon. Hal inilah
nilai-nilai disediakan untuk setiap bagian
yang menyebabkan rasa sakit, keluhan ini
tubuh untuk memodifikasi nilai dasar jika
disebut keluhan Musculoskeletal Disorders
terjadi perubahan atau penambahan faktor
(MSDs)
risiko dari setiap pergerakan postur yang
yang
lama,
atau
cidera
akan
pada
sistem
mengkategorikan kelompok terhadap
Bridger
(2003)
REBA telah diaplikasikan dalam
ke
empat
berbagai jenis pekerjaan dengan kriteria
utama
sebagai berikut: (McAtemny & Hignett,
faktor-faktor terjadinya
dalam risiko
gangguan
2000)
postur,
a. Pekerjaan
frekuensi, dan durasi pekerjaan (Bridger,
digunakan
muskuloskeletal,
tabel-tabel
dilakukan.
musculoskeletal (Humantech, 2003). Menurut
serangkaian
yaitu
beban,
Penilaian Risiko..., Silvina Murniati, FKM UI, 2013
dimana
seluruh
tubuh
b. Postur
kerjanya
statis,
dinamik,
d. Ada perubahan pada tempat kerja, alat,
berubah dengan sangat cepat, atau tidak
metode, atau risiko perilaku yang akan
stabil
dimonitor baik sebelum atau sesudah
c. Beban kerja yang ditangani dengan
diubah.
sering ataupun tidak sering 3. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian
kerja yang membutuhkan aktivitas otot dan
desain
tenaga yang paling besar, postur janggal,
Penelitian
serta postur tidak stabil. Postur tersebut
dilakukan dengan cara mengamati proses
selanjutnya diberi skor dengan cara dibagi
kerja pada setiap tahap kegiatan pembuatan
menjadi dua grup, yaitu grup A (tulang
kerupuk yang terdiri dari proses pembuatan
punggung, leher, dan kaki) dan grup B
adonan kerupuk, proses pencetakan, proses
(lengan
pengukusan, proses penjemuran, proses
pergelangan tangan).
deskriptif
kuantitatif
penelitian
cross
dengan
sectional.
atas,
lengan
bawah,
dan
Setelah didapat skor grup A dan skor
penggorengan, dan proses pengemasan dengan Ergonomic Tools yaitu Rapid
grup
Entire Body Assessment (REBA) serta
menentukan skor A (skor grup A ditambah
menyebar kuesioner pada perajin untuk
beban) dan skor B (skor grup B ditambah
mengetahui
Musculoskeletal
coupling). Dari dua skor ini (A dan B)
Disorders dengan menyebarkan kuesioner
akan diperoleh skor C. Tahap akhir adalah
Nordic Body Map kepada para perajin.
penentuan
keluhan
Tahap awal yang dilakukan adalah observasi
lapangan
dilakukan
B,
tahap
nilai
selanjutnya
skor
REBA
adalah
dengan
menjumlahkan skor C ditambah tambahan
untuk
nilai aktivitas seperti posisi statis, gerakan
mengetahui gambaran pekerjaan secara
berulang, dan perubahan postur secara
umum termasuk dampak dari pekerjaan,
cepat.
layout ruangan dan lingkungan kerja,
Sedangkan
metode
pengukuran
penggunaan alat, serta perilaku kerja.
Nordic Body Map, dilakukan dengan cara
Tahap kedua adalah menentukan postur
melihat dan menganalisa peta tubuh maka
yang akan dianalisis dengan pertimbangan
dapat diestimasi tingkat dan jenis keluhan
postur kerja berulang, postur kerja yang
otot skeletal yang dirasakan oleh pekerja.
dilakukan dalam waktu yang lama, postur
Penilaian Risiko..., Silvina Murniati, FKM UI, 2013
4. Hasil Penelitian dan Pembahasan Gambaran tingkat risiko ergonomi pada aktivitas pekerjaan perajin kerupuk di Pabrik Mekar Jaya, yaitu:
Tahapan Proses Kerja
Task
Tingkat Risiko (Skor REBA)
Level Risiko
Proses Pembuatan Adonan Kerupuk
1. Membuat adonan bubur 2. Mengangkat ember berisi adonan bubur 3. Mendorong troli berisi adonan bubur 4. Menggiling adonan tahap satu 5. Mengeluarkan adonan 6. Menarik karung berisi adonan 7. Memotong adonan 8. Memasukkan adonan 9. Mengambil adonan 10. Mengangkat adonan ke mesin pencetakan 1. Menari pegangan tempat meletakkan adonan di mesin 2. Memasukkan adonan ke mesin 3. Meratakan adonan di dalam mesin 4. Mengambil trimming berisi biji kerupuk 5. Menyusun trimming di atas sarang plastik 6. Menarik sarang plastik ke alat pengukusan 1. Membuka dan mengunci pintu alat pengukusan 2. Menarik besi tempat sarang plastik disusun 3. Menyusun sarang plastik di atas besi alat pengukusan 4. Memasukkan sarang plastik ke alat pengukusan 1. Memisahkan trimming dari sarang plastik 2. Menyusun biji kerupuk di tampah 3. Mengangkat tampah ke halaman pabrik 4. Meletakkan tampah di
7 1
Medium Negligible
7
Medium
7 10 10 6 9 7 8
Medium High High Medium High Medium High
8
High
9 6
High Medium
2
Low
4
Medium
7
Medium
8
High
5
Medium
9
High
8
High
10
High
6
Medium
6
Medium
8
High
Proses Pencetakan
Proses Pengukusan
Proses Penjemuran
Penilaian Risiko..., Silvina Murniati, FKM UI, 2013
5. 6. 7. 8. Proses Penggorengan Proses Pengemasan
1. 2. 1. 2.
halaman pabrik Mengangkat tampah ke troli Mendorong troli berisi tampah ke oven Memasukkan tampah ke oven Mendorong troli berisi biji kerupuk ke area penggorengan Menyangrai biji kerupuk Menggoreng biji kerupuk Pengemasan kerupuk ke dalam rombong Pengemasan kerupuk ke dalam plastik
9 2 7 5
High Low Medium Medium
8 6 2
High Medium Low
6
Medium
Secara umum, keluhan subjektif
(56,3%), tangan kanan dan tangan kiri
MSDs yang dirasakan perajin kerupuk
masing-masing sebanyak 7 orang (43,8%),
sangat beragam, hampir tersebar di seluruh
bagian jari telunjuk kanan, jari tengah
bagian tubuh perajin. Keluhan yang paling
kanan, jari manis kanan masing-masing
banyak dirasakan perajin yaitu pada bagian
sebanyak 7 orang (43,8%) dan bagian jari
bagian
jempol kiri sebanyak 5 orang (31,3%).
pinggang
sebanyak
9
orang
mengeluarkan adonan kerupuk dari mesin penggilingan tahap satu, menarik karung
5. Kesimpulan Penelitian
ini
mengkaji
aspek
ergonomi dari 32 kegiatan yang terdapat
ke mesin penggilingan tahap dua, dan memisahkan trimming dari sarang plastik.
dalam enam tahapan proses pembuatan
Secara umum dapat disimpulkan
kerupuk yang ada di Pabrik Mekar Jaya;
bahwa kondisi kerja yang terdapat pada
proses pembuatan adonan kerupuk, proses
Pabrik Mekar Jaya masih memiliki risiko
pencetakan, proses pengukusan, proses
tinggi yang dapat menyebabkan terjadinya
penjemuran, proses penggorengan, dan
gangguan
proses pengemasan menggunakan tools
perajin pabrik ini. Oleh karena itu, proses
REBA untuk melihat nilai tingkat risiko
kerja di Pabrik Mekar Jaya membutuhkan
dari setiap proses kerja. Hasil penelitian
investigasi mendalam dan perubahan harus
menunjukkan bahwa sebagian besar tiap
dilakukan segera.
muskuloskeletal
kegiatan dalam proses pembuatan kerupuk mengandung nilai tingkat risiko yang tinggi. Bahkan terdapat nilai yang hampir menjadi very high risk yaitu pada kegiatan
Penilaian Risiko..., Silvina Murniati, FKM UI, 2013
pada
para
6. Saran
disediakan
kursi
kecil
agar
Untuk mencegah risiko ergonomi
perajin tidak melakukan posisi
dan keluhan MSDs yang lebih besar pada
kerja dalam keadaan jongkok
setiap
yang berisiko nyeri pada bagian
aktivitas
pekerjaan
pembuatan
kerupuk dan meningkatkan kenyamanan dalam bekerja, maka saran yang diajukan
pinggang dan bokong. •
Pada
kegiatan
memindahkan
peneliti adalah sebagai berikut:
adonan dari mesin penggilingan
1. Pengendalian
tahap
teknis
(engineering
satu
ke
mesin
control)
penggilingan tahap dua, perlu
a. Menyediakan fasilitas pendukung
disediakan meja yang portable
untuk
membantu
proses
kerja
sehingga perajin tidak harus
pembuatan kerupuk yang bertujuan
meletakkan adonan di lantai dan
untuk mengurangi risiko postur
lebih memudahkan perajin untuk
janggal akibat pekerjaan seperti alas
memindahkan
pijakan dan meja yang portable.
harus diseret di atas lantai.
b. Mendesain beberapa area kerja yang
•
Pada
adonan
kegiatan
tanpa
memasukkan
disesuaikan dengan perajin sehingga
adonan ke mesin penggilingan
dapat mengurangi postur janggal:
tahap dua, perlu disediakan alas
•
Pada aktivitas proses pembuatan
pijakan
adonan
kegiatan
perajin tidak melempar adonan
kerupuk,
portable
agar
membuat
adonan
bubur
dan mengurangi risiko keluhan
didekatkan
dengan
kegiatan
pada punggung karena harus
yang
menggunakan
mesin
menahan
penggilingan tahap satu dan penggilingan tahap dua. Hal ini dapat
mengurangi
saat
dimasukkan ke mesin. •
Pada proses pencetakan perlu disediakan rak susun khusus
adonan
tahan panas serta portable untuk
troli
sehingga
meletakkan trimming yang akan
ergonomi
yang
menggunakan risiko
adonan
kegiatan
memindahkan
•
yang
dimasukkan
ke
ditimbulkan dapat berkurang.
pengukusan.
Hal
Pada
menghilangkan
kegiatan
mengeluarkan
dalam ini
alat dapat
kegiatan
adonan dari mesin penggilingan
menyeret sarang plastik di atas
tahap
lantai ke alat pengukusan dan
selama
satu 20
yang
dilakukan
menit,
perlu
Penilaian Risiko..., Silvina Murniati, FKM UI, 2013
menyusun sarang plastik di atas
•
• Memberikan
pelatihan
berkala
besi alat pengukusan.
mengenai
Pada proses penjemuran, salah
membawa, ataupun penanganan
satunya
manual
adalah
memisahkan
kegiatan
trimming
dari
teknik yang
mengenai
mengangkat, benar,
juga
faktor-faktor
risiko
sarang plastik perlu disediakan
serta bahaya-bahaya yang terjadi
meja yang sesuai dengan rata-
pada kegiatan manual handling.
rata
postur
mengurangi
perajin risiko
agar gerakan
berulang berdiri membungkuk. 2. Pengendalian
administratif
• Mengadakan ergonomi
penempelan
mengingat pentingnya kesehatan perajin
a. Bagi Dinas Tenaga Kerja atau UKM
informal
• Ikut
berupa
tentang
poster, spanduk, dan lain-lain
(administrative control) sekitarnya
promosi
bagi
industri karena
sangat
berpengaruh terlibat
pengendalian terhadap
dalam risiko
pekerja
usaha MSDs
sektor terhadap
produktivitas kerja. • Memasang
poster
mengenai
seperti
teknik mengangkat yang benar
memberikan penyuluhan tentang
dan cara peregangan yang baik
bahaya
yang
ergonomi,
promosi
kesehatan tentang ergonomi dan pemeriksaan
kesehatan
gratis
yang berhubungan dengan MSDs. b. Bagi pihak pemilik pabrik kerupuk • Membuat standar ergonomi untuk tiap proses produksi pembuatan kerupuk yang meliputi SOP yang ergonomis,
menyesuaikan
dapat
dilakukan
bekerja 3. Pengendalian
terhadap
a. Selalu menjaga kebersihan pabrik dengan cara membersihkan pabrik setelah bekerja b. Menggunakan alas kaki khusus yang sesuai untuk pabrik makanan agar kebersihan
antropometri perajin dan membuat
produksi kerupuk terjaga
sehingga
dapat
mengurangi
pekerja
(Personal Control)
peralatan kerja dengan standar work design yang mendukung
selama
lantai
dan
ruangan
c. Menggunakan APD khusus untuk pabrik
kecenderungan terjadinya postur
kepala,
janggal saat bekerja.
tangan terjamin
Penilaian Risiko..., Silvina Murniati, FKM UI, 2013
makanan,
seperti
sarung
baju khusus, dan sarung agar
kebersihan
kerupuk
d. Mengetahui prosedur kerja yang baik dan
benar
sebelum
melakukan
Irianto, Kus. 2004. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia Untuk Paramedis. Bandung: CV. YRAMA WIDYA.
pekerjaan e. Melakukan teknik peregangan otot
Kurniawidjaja, L. Meily. 2010. Teori dan
sebelum dan sesudah bekerja dan
Aplikasi Kesehatan Kerja. Jakarta:
melakukan
Universitas Indonesia (UI-Press).
relaksasi
selama
melakukan aktivitas kerja minimal
OSHA. 2000. Ergonomics: The Study of
satu kali dalam 2 jam selama 5 menit
Work. New York: US Departement
di sela-sela jam kerja.
of Labor.
f. Memperbanyak konsumsi air mineral
Rijanto, Ir. B. Boedi. 2011. Pedoman
sebagai pengganti cairan tubuh yang
Pencegahan Kecelakaan di Industri.
hilang selama melakukan pekerjaan.
Jakarta: Mitra Wacana Media.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
mengetahui
faktor
risiko
Tarwaka, et al. 2004. Ergonomi Untuk Kesehatan,
Keselamatan
&
ergonomi pada pekerjaan pembuatan
Produktivitas. Edisi I, Cetakan I,
kerupuk disertai dengan melihat dan
Surakarta: UNIBA Press.
melibatkan faktor lingkungan kerja (getaran, suhu, pencahayaan) dan faktor individu
(antropometri,
status
kesehatan, dan kemampuan kerja fisik). Kepustakaan Bridger,
R.S.
1995.
Introduction
to
Ergonomics. Singapore: McGraw-Hill, Inc. Bridger,
R.S.
Ergonomic:
2003.
Introduction
Second
to
Edition.
NewYork: Taylor and Francis. Effendi, Fikry. 2007. Ergonomi Bagi Pekerja Sektor Informal. Cermin Dunia Kedokteran, Vol.34 No.1/154; 9 – 12. [15 April 2013].
Penilaian Risiko..., Silvina Murniati, FKM UI, 2013