PENILAIAN KINERJA BANK SYARIAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC VALUE ADDED (EVA)
Oleh: HILMAN FATONI NIM: 104046101618
K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R IA H PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1432 H/ 2011
ABSTRAK
Fatoni, Hilman, 2011, Skripsi. Judul: “Analisa Penilaian Kinerja Bank Syariah Dengan Menggunakan Metode Economic Value Added (EVA)”. Pembimbing: DR. H. Zainul Arifin Yusuf, M.Pd dan Dwi Nur’aini Ichsan, SE, MM Kata kunci: Penilaian Kinerja Bank Syariah Dengan Metode EVA Economic Value Added (EVA) adalah suatu sistem manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan, yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta jika perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi (operating costs) dan biaya modal (cost of capital). sistem manajemen untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta jika perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi (operating cost) dan biaya modal (cost of capital). Bank Syariah Mega Indonesia adalah salah satu bank syariah yang pertama kali berdiri di Indonesia yang juga memiliki kewajiban untuk mengembangkan perbankan syariah yang pada masa sekarang ini masih banyak yang menganut sistem konvensional. Oleh karena itu, perlu strategi-strategi khusus untuk menarik minat para investor diantaranya dengan meningkatkan kinerjanya. Fokus utama pada studi ini adalah bagaimana suatu perusahaan meningkatkan kinerjanya dengan menggunakan metode EVA dan strategi-strategi apa yang akan diterapkan untuk meningkatkan kinerja berdasarkan keuangan dari tahun-tahun sebelumnya. Hasilnya kinerja Bank Syariah Mega Indonesia dapat dikatakan semakin baik tiap tahunnya, karena terjadi peningkatan nilai EVA secara terus menerus dari tahun 2006-2010.
v
KATA PENGANTAR بسم اهلل الرحمن الرحيم Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Tuhan pemelihara dan pengatur semesta alam, Allah Yang Maha Kuasa. Berkat kehendak dan kuasa-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam sepatutnya tiada henti kita panjatkan kepada uswah kita, Nabi Muhammad SAW, suri tauladan kita dalam setiap aktivitas kehidupan. Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis banyak menemui hambatan dan cobaan yang harus penulis hadapi dengan ikhtiar dan tawakal. Alhamdulillah atas berkat do’a orang tua, keluarga, sahabat dan teman-teman yang selalu silih berganti memberi motivasi dan inspirasi. Karena itupula, dari lubuk hati yang dalam penulis mengucapkan rasa terima kasih yang tulus kepada segenap pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Diantaranya adalah: 1.
Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM, selaku dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan seluruh dosen yang telah membimbing penulis selama menempuh perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Ketua Program studi Muamalat, Dr. Euis Amalia, M. Ag., dan Sekretaris Program studi Muamalat, Bapak Mu’min Rauf, S.Ag, MA.
3.
Segenap Staff Akademik dan Staff Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4.
Pembimbing I Bapak Dr. H. Zainul Arifin Yusuf, M.Pd dan Pembimbing II Ibu Dwi Nur’aini Ihsan, SE, MM., yang telah menyediakan waktu luang untuk memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis selama penyusunan skripsi. vi
5.
Dosen Penguji I Bapak Nur Rianto Al Arif, SE, M.Si., dan penguji II Ibu Ir. Ela Patriana, MM, AAIJ., yang telah memberikan masukan kepada penulis.
6.
Kedua orang tua, Ayahanda Bakri serta Ibunda Nurhidayati, dan adik-adikku Aini Fadila dan Rifni Arifa yang selalu memberi motivasi kepada penulis dalam setiap aktivitas lewat dukungan moril maupun materil.
7.
Rekan-rekan seperjuangan di BMT Cita Sejahtera, Bapak Aries Koentjoro, Bapak Ismail, Abdurrahman, Sumarni dan teman-teman jurusan Perbankan Syariah Angkatan 2004, Wira, Fauzan, Shesaar, Irfan, Zaenal, Ajeng, Nurul, Evi, Icha, Rica, Luthfi, Fatah, Udin, Hidayat, dan teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu.
8.
Serta Suryani Taher yang selalu setia menemani dan memberikan dorongan yang sangat berarti bagi penulis.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih sekali lagi yang tak terhingga kepada seluruh pihak yang tak dapat disebutkan satu persatu atas semua bantuan dan masukan-masukannya kepada penulis. Lebih dari ucapan terima kasih, kepada Yang Maha Bijaksana, Semoga Allah SWT senantiasa memberikan sinar terang serta kekuatan kepada para pemikir dan aktivis yang senantiasa berjuang merubah dunia ke arah yang lebih baik dan semoga kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.
Jakarta, 18 Agustus 2011
HILMAN FATONI vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................
i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI.........................................
ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQASAH..........................................
iii
LEMBAR PERNYATAAN..............................................................................
iv
KATA PENGANTAR .....................................................................................
v
DAFTAR ISI .................................................................................................
vii
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
x
BAB I : PENDAHULUAN .............................................................................
1
A. Latar Belakang.....................................................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................................... 6 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................................
8
D. Review kajian Terdahulu.......................................................................
9
E.
Kerangka Konsep ...............................................................................
12
F.
Metode Penelitian ...............................................................................
13
G. Sistematika Penulisan ..........................................................................
14
BAB II : LANDASAN TEORI......................................................................... A. Definisi Economic Value Added (EVA) ............................................... viii
16 16
B. Keunggulan Economic Value Added (EVA)...........................................
18
C. Kelemahan Economic Value Added (EVA) ...........................................
20
D. Tahap Dalam Penerapan Konsep Economic Value Added (EVA) ............
23
E.
Permasalahan Dalam Penerapan Konsep Economic Value Added (EVA) ............................................................
24
Perhitungan Economic Value Added (EVA) ..........................................
25
G. Struktur Permodalan ...........................................................................
26
H. Biaya Rata-Rata Modal Tertimbang (WACC) ........................................
37
F.
BAB III : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN...........................................
39
A. Sejarah Singkat Perusahaan.......................................................................39 B. Struktur organisasi .....................................................................................40 C. Visi dan Misi Perusahaan ........................................................................... 41 D. Produk-Produk PT. Bank Syariah Mega Indonesia, Tbk ........................... 42 BAB IV : PENILAIAN KINERJA BANK SYARIAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) .......................47 A. Kinerja Keuangan Bank Syariah Mega Indonesia Dengan Metode EVA (Economic Value Added).................................................
47
1. Perhitungan NOPAT ............................................................................ 47 2. Perhitungan Modal .............................................................................52 3. Perhitungan Weighted Average Cost of Capital (WACC) .................. 57 ix
4. Perhitungan Nilai Economic Value Added (EVA) .............................
59
B. Strategi Manajemen Dalam Menciptakan Nilai Tambah Perusahaan......... 66 BAB V : PENUTUP .......................................................................................
69
A. Kesimpulan ................................................................................................. 69 B. Saran ...........................................................................................................70 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 72 LAMPIRAN..........................................................................................................74
x
DAFTAR TABEL 1. Tabel 4.1 Perhitungan NOPAT financing approach ............................ .......
48
2. Tabel 4.2 Perhitungan NOPAT operating approach .....................................50 3. Tabel 4.3 Perbandingan NOPAT financing approach dengan NOPAT operating approach .......................................................
52
4. Tabel 4.4 Capital Financing Approach .......................................................
53
5. Tabel 4.5 Capital Operating Approach .......................................................
54
6. Tabel 4.6 Perbandingan Capital financing approach dengan Capital operating approach ............................................................. 56 7. Tabel 4.7 Perhitungan biaya modal atas rata-rata tertimbang ......................... 57 8. Tabel 4.8 Perhitungan Capital Charge ........................................................
58
9. Tabel 4.9 Perhitungan Nilai EVA ...............................................................
60
10. Tabel 4.10 Perbandingan nilai EVA Spread Method dan EVA Residual Income Method .............................................................
60
DAFTAR GAMBAR 1. Gambar 2.1 Penerapan Konsep EVA menurut Stern and Stewart ................... 24
xi
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Bank sebagai lembaga bisnis dalam bidang keuangan menempati posisi sangat strategis dalam mendukung pertumbuhan ekonomi, khususnya dalam menghadapi industri perbankan yang semakin kompleks dan global. Tantangan baru muncul dengan semakin banyaknya teknik operasi perusahaan dan perdagangan serta sistem pembayaran yang telah mendorong makin meningkatnya transaksi lintas antar negara dan jumlah bank yang beroperasi di luar batasan wilayahnya. Untuk
dapat
memperoleh
gambaran
yang
tepat
tentang
perkembangan perusahaan, kita perlu mengetahui kondisi bisnis yang dijalankan perusahaan dalam beradaptasi terhadap lingkungan usaha yang selalu berubah. Laporan keuangan yang merupakan ringkasan dari kegiatan ekonomi yang dijalankan suatu perusahaan dapat mencerminkan kondisi perusahaan itu. Maka perlu dilakukan penilaian kinerja keuangan terhadap kondisi perusahaan. Perkembangan perbankan syariah di Indonesia pada saat ini menurut Karnaen A Perwataatmadja dan Henri Tandjung menjelaskan bahwa
1
2
perkembangan bank syariah di Indonesia mengikuti tiga tahapan; yaitu Tahap perkenalan (introduction), tahap pengakuan (recognition), dan terakhir tahap pemurnian (purification).1 Dimana dalam tiap-tiap tahap tersebut ada ciri yang menandakan masing-masing tahapan. Kini memasuki umur aqil baligh rasanya cukup banyak terobosanterobosan yang sudah dilakukan para pelaku perbankan syariah di Indonesia dalam mencari nasabah, baik itu nasabah emosional maupun nasabah rasional. Mulai dari dikembangkannya skema-skema pembiayaan yang sesuai dengan kebutuhan nasabah di lapangan, hingga berbagai kemudahan dalam bertransaksi. Dapat dilihat pula pada masa sekarang ini para nasabah pun sudah mulai jeli melihat bank syariah mana yang memiliki prospek yang baik melalui kinerjanya. Penilaian kinerja merupakan hal yang esensial bagi sebuah perusahaan untuk memenangkan persaingan global yang semakin ketat ini, kinerja sebuah organisasi haruslah mencerminkan peningkatan dari satu periode ke periode berikutnya. Menurut P. F. Drucker kinerja perusahaan adalah tingkat prestasi (karya) atau hasil yang dicapai kadang-kadang digunakan untuk dicapainya suatu hasil yang positif.2 Kinerja sebuah
1
Karnaen A Perwataatmadja dan Henri Tandjung, "Bank Syariah; Teori, Praktik dan Peranannya" (Celestial Publishing:Jakarta, 2007) hal. 86 2 Drucker, P. F. “Pengantar Manajemen”, Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo, hal. 134. 1982
3
perusahaan lebih banyak diukur berdasarkan rasio-rasio keuangan selama satu periode tertentu. Pengukuran berdasarkan rasio keuangan ini sangatlah bergantung pada metode atau perlakuan akuntansi yang digunakan dalam menyusun laporan keuangan perusahaan sehingga seringkali kinerja perusahaan terlihat baik dan meningkat, yang mana sebenarnya kinerja tidak mengalami peningkatan bahkan menurun. Perusahan yang baik adalah perusahaan yang memiliki kemampuan mengelola kesempatan untuk investasi dengan kemampuan memberikan tingkat pengembalian diatas tingkat pengembalian minimum yang diharapkan. Sementara pemberian nilai tambah merupakan opportunity cost (biaya kesempatan) yang hilang dari investor atas dananya. Biaya kesempatan itu timbul karena ketika investor memilih melakukan investasi atas dananya disuatu perusahaan maka investor akan kehilangan kesempatan untuk menggunakan dananya tersebut untuk keperluan konsumsinya saat ini atau kehilangan kesempatan menananmkan dananya di perusahaan lain yang mungkin perusahaan lain tersebut dapat memberikan hasil lebih dibandingkan dengan perusahaan tempat investor menanamkan modalnya saat ini. Dalam manajemen keuangan terdapat banyak metode yang bisa digunakan untuk mengevaluasi dan menilai investasi. Pada dasarnya, metode penilaian investasi bisa didasarkan atas dua hal yaitu laba akuntansi dan arus
4
kas. Untuk mengukur return dari investasi, dapat digunakan accounting earnings dan arus kas. Informasi arus kas juga berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas. Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah dari operasi perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi
peminjaman,
memelihara
kemampuan
operasi
perusahaan,
membayar deviden, dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar. Selain itu pengukuran kinerja juga dapat dilakukan dengan metode yang telah umum digunakan seperti analisa rasio, tetapi sayangnya pengukuran kinerja dengan menggunakan analisa rasio tidak memperhitungkan adanya biaya modal, padahal biaya modal adalah salah satu komponen yang terpenting dari diperolehnya sumber pendanaan dan juga sebagai cerminan atas opportunity cost sumber pendanaan tersebut. Terdapat berbagai cara mengukur kinerja perusahaan yang sudah dikenal seperti Return on Equity (ROE) dan Return on Asset (ROA). ROE merupakan alat yang telah lama digunakan. Penggunaan ROE dan ROA sebagai pengukur kinerja memang sangat mudah dan sering digunakan namun memiliki distorsi sehingga sebaiknya tidak digunakan. Adapun kelemahan dari metode ROE dan ROA: 1)
Distorsi akuntansi
5
Rasio ROE dan ROA dibuat berdasarkan pendapatan akuntansi, bahwa pendapatan yang dilaporkan secara akuntansi mengalami distorsi pada pemilihan pembiayaan persediaan (LIFO, FIFO, dan average cost), akuisisi, pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan, penggunaan
successful effort atau full cost untuk investasi yang beresiko serta pembukuan secara akrual.
2) Distorsi pembiayaan Rasio ROE terpengaruh oleh perubahan dari struktur pembiayaan hutang dan modal, dimana perubahan menanggung tingkat bagi hasil yang harus dibayar. Hal ini membuat sulit untuk mengetahui sumber keberhasilan atau kegagalan perusahaan yang berasal dari operasional atau keuangan.
Berdasarkan beberapa hal diatas, perlu dicermati kembali apakah terdapat suatu alat ukur yang memadai untuk membuktikan pengukuran kinerja yang dilakukan sesuai dengan kondisi riil perusahaan yang diukur, dimana dalam hal ini Economic Value Added (EVA) sebagai salah satu alat ukur menilai kinerja perusahaan memperkenalkan konsepnya untuk turut memperhitungkan adanya biaya modal dan juga melakukan penyesuaian-
6
penyesuaian atas laporan keuangan untuk meminimalisir distorsi atas sistem akuntansi dengan accrual basis.3 Dalam penelitian ini diambil sampel perusahaan yaitu, PT. Bank Syariah Mega Indonesia. Jika dikaitkan dengan pencapaian asset, maka manajemen perusahaan memerlukan suatu penilaian kinerja yang lebih akurat yang dapat meningkatkan kekayaan pemegang sahamnya bila tingkat pengembaliannya lebih besar daripada biaya kapitalnya. Sekilas mengenai visi Bank Syariah Mega Indonesia, dikutip dari sumber annual report PT. Bank Syariah Mega Indonesia adalah menjadi bank syariah kebanggan bangsa. Serta misinya adalah memberikan layanan jasa keuangan syariah terbaik bagi semua kalangan, melalui kinerja organisasi yang unggul, untuk meningkatkan nilai tambah bagi stakeholder dalam mewujudkan kesejahteraan bangsa. Dengan melakukan penelitian dengan konsep EVA maka akan dilakukan simulasi penerapan konsep EVA untuk melihat seberapa besar nilai tambah yang telah diciptakan manajemen bagi perusahaan dan seberapa besar kemampuannya dalam meningkatkan nilai tambah bagi perusahaan tersebut. Dengan kata lain bahwa penelitian ini bertujuan untuk menilai kinerja manajemen PT. Bank Syariah Mega Indonesia dan melihat seberapa 3
Accrual basis adalah basis akuntansi yang mengakui pendapatan pada periode diperolehnya pendapatan tersebut dan mengakui beban pada periode terjadinya beban dalam rangka memperoleh pendaptan (Warren, Reeve, Fess: accounting, 20th ed, South Western, 2001).
7
besar kemampuannya dalam meningkatkan nilai tambah perusahaan dikaitkan dengan visi dan misi perusahaan. B.
Pembatasan dan Perumusan Masalah 1.
Pembatasan masalah Berawal dari uraian yang telah dipaparkan di atas, untuk mengukur kinerja terdapat beberapa cara seperti Return On Equity (ROE) dan Return On Asset (ROA), namun dalam hal ini penulis memfokuskan penelitian hanya pada penilaian kinerja keuangan Bank Syariah Mega Indonesia dengan menggunakan metode economic value added (EVA) saja.
2.
Perumusan masalah Perumusan masalah merupakan langkah yang sangat penting karena langkah ini akan menentukan kemana suatu penelitian diarahkan. Perumusan masalah pada hakikatnya merupakan perumusan pertanyaan yang jawabannya akan dicari melalui penelitian. Jawaban yang benar tidak mungkin diperoleh apabila pertanyaannya salah, walaupun
8
jawaban yang salah masih mungkin dihasilkan untuk suatu pertanyaan yang benar.4 G. Bennett Steward III dalam wawancaranya dengan Ellen M. Heffes dari
Financial
Executives
International
edisi
Juli/Agustus
2003
(Accounting’s Cure: Shifting Focus-From Lender to Shareholders) menjelaskan bahwa EVA lahir dikarenakan kelemahan sistem akuntansi yang lama. Beliau mengatakan bahwa akuntansi tidak memiliki nilai obyektif. Laba bersih dalam suatu laporan keuangan adalah hasil dari sejumlah bisnis transaksi dengan berbagai situasi berbeda menyertainya. Pengukuran laba bersih tersebut kurang tepat digunakan sebagai alat ukur untuk pemegang saham. Akibatnya, manajemen perusahaan bahkan CEO dapat mengambil keputusan yang kurang tepat. Berdasarkan pembatasan masalah yang ada, pembahasan yang akan dilakukan dirumuskan dalam beberapa pertanyan sebagai berikut: 1.
Bagaimana kinerja keuangan Bank Syariah Mega Indonesia berdasarkan metode EVA?
2.
Bagaimana strategi manajemen agar dapat menciptakan nilai tambah perusahaan?
C.
Tujuan dan Manfaat Penelitian 4
Dr. Irawan Soehartono. “Metode Penelitian Sosial” (PT: Remaja Rosdakarya : Bandung, 2002) hal. 23
9
1.
Tujuan penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: a. Menganalisa kinerja bank syariah dengan menggunakan metode Economic Value Added (EVA). b. Menjelaskan strategi yang digunakan Bank Syariah Mega Indonesia dalam meningkatkan kinerja.
2.
Manfaat penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagi penulis Untuk mengetahui lebih jauh tentang kinerja bank syariah melalui metode Economic Value Added (EVA) serta untuk menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama masa perkuliahan ke dalam praktek yang sebenarnya. b. Bagi perusahaan Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan informasi mengenai kinerja perusahaan, sehingga dapat dijadikan alat ukur dan dapat digunakan untuk melakukan perbaikan penyusunan rencana atau kebijakan masa yang akan datang agar hasil yang
10
akan didapatkan pada masa mendatang bisa lebih baik dari tahun sebelumnya.5 c. Bagi investor Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan informasi kepada para investor agar dapat melakukan pertimbanganpertimbangan untuk melakukan investasi. d. Bagi akademisi Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sebuah gambaran pengetahuan dan dapat dijadikan informasi tentang kinerja suatu perusahaan. D.
Review Kajian Terdahulu Tinjauan pustaka merupakan inspirasi penulis melakukan penelitian pada bidang ini atau dengan kata lain penelitian ini berawal dari penelitian sebelumnya. Adapun tinjauan pustaka yang penulis telah kaji adalah:
No 1
Penulis/Judul Skripsi/Tahun
Isi Referensi
Perbedaan
Evi Wafiroh/”Analisis Pengaruh Penelitian tentang Dalam penelitian Pajak
5
Penghasilan
terhadap pengaruh
pajak ini
langsung
Kenneth Lehn dan Anil K. Makhija, “Manfaat EVA Bagi Perusahaan”, Majalah Usahawan, April 1997, h.14
11
Economic Value Added (EVA). penghasilan (PPh) memfokuskan (Studi kasus pada perusahaan terhadap kelompok
yang
terdaftar
BEJ)/2007
pada
penilaian
di Economic
Value kinerja dilihat dari
Added
(EVA) laporan keuangan
dalam
mengukur dan
dilakukan
kinerja keuangan analisa perusahaan dengan
dengan
metode EVA
melihat
saham perusahaan tersebut
yang
terdaftar di BEJ 2
Istiqomah/”Pengaruh
Economic Penelitian tentang Return yang dapat
Value Added, Residual Income, return
yang diterima
para
Earnings, Operating Cash Flow, diterima
oleh pemegang saham
dan Ukuran Perusahaan terhadap pemegang saham tidak berdasarkan return
yang
pemegang
diterima saham
infrasturktur,
oleh yang
sahamnya sahamnya
(sektor terdaftar di BEJ terdaftar di BEJ utilitas, berdasarkan
transportasi, sektor properti, dan sektor yang diteliti real estate di BEJ)”/2007
yang
dengan memasukkan
12
pengaruh EVA,
dari Residual
Income, Earnings, dan
Operating
Cash Flow 3
Rifqiyati
Samhari/”Analisa Penelitian
ini Penelitian
Economic Value Added Sebagai membahas
ini
memfokuskan
Indikator Keberhasilan Kinerja tentang hasil uji pada kemampuan Perusahaan Dalam Menciptakan hipotesis
yang perusahaan dalam
Nilai Perusahaan (Studi kasus dilakukan
dalam meningkatkan
pada PT. Indofood Tbk. Tahun mencari hubungan kinerjanya melalui 1999-2003)”/2004
antara
tingkat metode Economic
Return On Equity Value Added (EVA) (ROE)
dengan
penciptaan
nilai
perusahaan Economic
Value
Added (EVA) 4
Lukman Hakim Giawa/”Analisa Penelitian
ini Dalam penelitian
Economic Value Added (EVA) dan membahas
ini
Market
Value
menjelaskan
Sebagai
Alat
Added Ukur
(MVA) tentang
Penilaian bagaimana
apakah
tidak
terdapat
13
Kinerja Emiten Syariah/2009
mengukur kinerja pengaruh
dari
emiten
EVA
yang perhitungan
termasuk
dalam terhadap
faktor
Jakarta
Islamic lainnya yang dapat
Index (JII) dengan meningkatkan metode EVA dan kinerja MVA, juga apakah perusahaan terdapat pengaruh dari
pergerakan
EVA
terhadap
MVA dari masingmasing perusahaan
E.
Kerangka Konsep Menurut Stewart & Company, Earnings dan Earnings Per Share adalah pengukuran yang keliru untuk menilai kinerja perusahaan. Pengukuran kinerja yang terbaik adalah dengan menggunakan metode Economic Value Added (EVA), (Stewart 1991). Sebab perbedaan utama antara EVA dengan Profit Measures konvensional adalah EVA tidak hanya menghitung Economic Profit dimana pendapatan harus mencakup beban operasi tetapi juga
14
mencakup beban modal. Selain itu, EVA dapat menghilangkan distorsi dalam pengukuran laba berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Dibandingkan dengan pengukuran kinerja lain, EVA lebih baik karena menghubungkan semua pengambilan keputusan dengan fokus yang sama yaitu bagaimana meningkatkan EVA. EVA memungkinkan semua keputusan manajemen dibuat, dimonitor, dikomunikasikan, dan dikompensasikan dalam cara yang konsisten yaitu memberikan nilai tambah atas investasi pemegang saham. Dengan menggunakan EVA, manager akan termotivasi untuk menciptakan shareholders value yang semakin besar. Sebab manajer akan memperoleh bonus jika dapat menciptakan shareholders value. Sehingga dapat mengurangi benturan kepentingan antara manajer dan pemegang saham. F.
Metode Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dalam bentuk desain deskriptif dan metode pengumpulan data. Dalam pengertian ini penelitian deskriptif menggunakan data-data dan angka-angka yang telah diperoleh lalu dijelaskan maksud dari hasil pengolahan angka-angka tersebut. Penelitian merupakan upaya untuk menambah dan memperluas pengetahuan, yang selain untuk menghasilkan pengetahuan yang baru sama
15
sekali yaitu yang sebelumnya belum ada atau belum dikenal, juga termasuk pengumpulan keterangan baru yang bersifat memperkuat teori-teori yang sudah ada, atau bahkan juga menyangkal teori-teori yang sudah ada.6 1. Jenis Penelitian a. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Penelitian ini langsung melihat pada laporan keuangan PT. Bank Syariah Mega Indonesia, buku-buku, jurnal, artikel, majalah, maupun hasil laporan penelitian terdahulu yang terkait dengan metode EVA. 2. Jenis Data
Jenis data merupakan data kualitatif yang bersumber dari: a. Data Sekunder 1.
Laporan keuangan konsolidasi PT. Bank Syariah Mega Indonesia.
2.
Buku, artikel, majalah dan karya ilmiah yang berkaitan dengan penelitian.
3. Teknik Penulisan Penulisan skripsi ini mengacu pada Buku Pedoman Penulisan Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007. G.
Sistematika Penulisan 6
2002
Dr. Irawan Soehartono. “Metode Penelitian Sosial” . PT. Remaja Rosdakarya: Bandung.
16
Sistematika penulisan yanng digunakan dalam menyusun skripsi ini adalah sebagai berikut: BAB I :
PENDAHULUAN Bab ini meliputi Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Kerangka Konsep, Penelitian Terdahulu, Metode Penelitian, serta Sistematika Penulisan.
BAB II :
LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan secara umum mengenai definisi Economic Value Added (EVA), kelebihan dan kekurangan Economic Value Added (EVA), tahapan dalam penerapan Economic Value Added (EVA), kendala dari penerapan konsep Economic Value Added (EVA), perhitungan Economic Value Added (EVA), dan struktur permodalan.
BAB III :
GAMBARAN UMUM BANK SYARIAH MEGA INDONESIA Dalam bab ini dibahas mengenai kondisi internal Bank Syariah Mega Indonesia yang meliputi sejarah pendirian, struktur organisasi,visi dan misi, produk-produk dan kegiatan-kegiatan di Bank Syariah Mega Indonesia.
BAB IV : ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
17
Dalam bab ini membahas tentang perhitungan-perhitungan yang berkaitan untuk mencari nilai Economic Value Added (EVA) yang meliputi perhitungan modal, perhitungan NOPAT, perhitungan Weigted Average Cost of Capital (WACC), dan nilai Economic Value Added (EVA) itu sendiri. BAB V :
PENUTUP Bab ini merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan serta saran-saran dari penulis untuk perusahaan tersebut.
BAB II LANDASAN TEORI
A.
Definisi Economic Value Added (EVA) Economic Value Added (EVA) adalah suatu sistem manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan, yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta jika perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi (operating costs) dan biaya modal (cost of capital). suatu sistem manajemen untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta jika perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi (operating cost) dan biaya modal (cost of capital).7 Sementara menurut Stern and Stewart, EVA adalah ukuran kinerja keuangan yang menunjukkan economic profit yang sebenarnya. EVA juga merupakan ukuran kinerja yang mempunyai hubungan menciptakan kekayaan bagi pemegang saham. Pada dasarnya EVA merupakan pengembangan dari pengukuran kinerja dengan menggunakan Net Present Value (NPV) yang
7
Tunggal, Amin Widjaja. “Memahami Konsep EVA dan Value-Based Management”. Harvarindo, Jakarta, 2000.
18
19
melihat nilai intrinsik perusahaan saat ini dalam memprediksi nilai expected arus kas dimasa datang. Hansen and Mowen mendefinisikan EVA yaitu EVA adalah suatu ukuran akuntansi manajemen internal dan pengeluaran-pengeluaran ini dapat dianggap sebagai investasi.8 EVA mentransformasikan income yang diperoleh dari perhitungan akuntansi (pendapatan - beban) ke dalam income yang diperoleh dari perhitungan ekonomis (arus kas – biaya modal dan biaya hutang). Perhitungan ini sejenis dengan residual income, tetapi dibedakan dengan: 1.
Penyesuaian-penyesuaian untuk mengeliminasi adanya distorsi akibat penggunaan sistem akrual.
2.
Memperhitungkan biaya dari sumber pendanaan yang berasal dari ekuitas dan hutang. EVA mengukur nilai sebenarnya yang sedang diciptakan maka
menjadikannya suatu ukuran kinerja yang lebih baik daripada pertumbuhan penjualan, return on investment, earning per share, atau ukuran tradisional lainnya. EVA juga menyediakan kerangka untuk pembuatan keputusan.
8
Hansen, Dor R. dan Maryanne M. Mowen. "Management Accounting”. Buku 2, Edisi 7, Salemba Empat, Jakarta, 1997.
20
Oleh karena itu, diperlukan suatu rumusan mengenai bagaimana seharusnya mengukur laba operasi, bagaimana mengukur modal, dan bagaimana menentukan biaya penggunaan modal.
B.
Keunggulan Economic Value Added (EVA) Dari penjelasan tentang EVA diatas, terdapat beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan ukuran kinerja konvensional lainnya. Beberapa keunggulan yang dimiliki EVA antara lain: 1. EVA dapat menyelaraskan tujuan manajemen dan kepentingan pemegang saham dimana EVA digunakan sebagai ukuran operasional dari manajemen yang mencerminkan keberhasilan perusahaan didalam menciptakan nilai tambah bagi pemegang saham atau investor. 2. EVA memberikan pedoman bagi manajemen untuk meningkatkan laba operasi tanpa tambahan dana/modal, mengeksposur pemberian pinjaman (piutang), dan menginvestasikan dana yang memberikan imbalan tinggi. 3. EVA merupakan sistem manajemen keuangan yang dapat memecahkan semua masalah bisnis, mulai dari strategi dan pergerakannya sampai keputusan operasional sehari-hari. 4. Penggunaan EVA akan menghasilkan persepsi yang sama dalam membuat keputusan, khususnya keputusan jangka panjang dalam mengukur potensi nilai yang dapat diciptakan pada setiap pilihan strategi. EVA akan
21
menghilangkan kesulitan yang ditimbulkan akibat penggunaan suatu ukuran keuangan dengan menghubungkan semua keputusan yang diambil pada satu tujuan yang sama yaitu bagaimana meningkatkan nilai EVA. Sehingga EVA tidak memerlukan pembanding.
Isnani dan Iswati menyebutkan keunggulan EVA adalah sebagai berikut: 1. Bermanfaat sebagai penilai kinerja yang berfokus pada penciptaan nilai
creation(value). 2. Membuat perusahaan lebih memperhatikan struktur modal. 3. Dapat digunakan untuk mengidentifikasikan kegiatan atau proyek yang memberikan pengembalian lebih tinggi dari biaya modal.9
Menurut Journal of Retail Banking Services yang berjudul “Centura Banks Promote Sales Culture, measure performance by Economic Value Added (EVA)” musim dingin tahun 1997 dimana pengarangnya, Michael R. Hilton, mengisahkan bagaimana sebuah bank, Centura Banks, menggunakan EVA sebagai alat ukur penilaian kinerjanya dan pendukung penentuan keputusan managerial sejak tahun 1993 dan hasilnya adalah peningkatan kinerja keuangannya yang berimbas pada kenaikan jumlah nasabahnya serta peningkatan pada harga-harga sahamnya dua kali lipat dari sebelum menggunakan EVA. Dengan demikian, untuk kasus Centura Bank, telah 9
Isnani N. dan Iswati S. “Pengaruh Merger Terhadap Kinerja Keuangan: Analisis EVA”. Majalah Ekonomi, XI, 3, Desember, 2001
22
dibuktikan bahwa EVA memiliki kelebihan dalam menilai kinerja suatu entitas bisnis dalam hal ini perbankan. Sehingga EVA dipandang lebih mudah diterapkan terutama pada perbankan dikarenakan kesulitan-kesulitan yang akan timbul ketika perbankan harus menerapkan VAR dan RAROC, selain itu EVA juga dapat digunakan untuk menghitung sistem pemberian bonus seperti yang dilakukan VAR dan RAROC dengan lebih mudah. Selain itu keunggulan pengukuran kinerja dengan metode EVA adalah dengan diperhitungkannya beban biaya modal yang timbul sebagai akibat dari investasi yang dilakukan perusahaan, baik biaya modal atas hutang maupun biaya modal atas ekuitas, sehingga EVA lebih akurat dalam menghitung nilai tambah (value added) yang diciptakan perusahaan. EVA bukan hanya sebagai pengukur tingkat kinerja, tetapi EVA dapat digunakan untuk menyusun perencanaan strategi perusahaan, menentukan alokasi perencanaan, struktur modal perusahaan, dan menentukan anggaran operasionalnya. Selain itu EVA juga dapat digunakan dalam kompensasi manajemen serta EVA dapat dijadikan sebagai alat komunikasi internal perusahaan dan alat komunikasi eksternal dengan pasar modal.10 C.
Kelemahan Economic Value Added (EVA) 10
Young, S David, Stphen F, O’Byrne. 2001.”EVA and Value Based Management: A Practical Guide to Implementation. Mcgraw-Hill. New York. Hal.18.
23
Disamping memiliki keunggulan seperti terlihat diatas, EVA juga memiliki beberapa kelemahan yang belum dapat ditutupi, antara lain sebagai berikut: 1. Sulitnya menentukan biaya modal yang benar-benar akurat, khususnya biaya modal sendiri,. Terutama dalam perusahaan go public biasanya mengalami kesulitan dalam perhitungan sahamnya. 2. Analisis EVA hanya mengukur kuantitatif saja. Sedangkan untuk mengukur kinerja perusahaan harus diukur berdasarkan faktor-faktor kuantitatif dan kualitatif. 3. EVA menggambarkan penciptaan nilai pada tahun tertentu. Artinya untuk perusahaan yang melakukan kegiatan investasi yang tinggi, biaya modal lebih tinggi dari return maka nilai EVA akan negatif selama beberapa tahun tetapi belum tentu kinerja perusahaan tersebut buruk. Dengan demikian nilai EVA yang negatif dapat menyebabkan perusahaan tersebut menghindar untuk melakukan investasi.
Isnani dan Iswati juga menyebutkan kelemahan EVA adalah sebagai berikut: 1. Hanya menggambarkan penciptaan nilai pada suatu periode tertentu. 2. Proses perhitungannya memerlukan estimasi atas biaya modal, estimasi tersebut cukup sulit dilakukan dengan tepat terutama pada perusahaan yang belum go public.
24
3. EVA terlalu menekan pada keyakinan bahwa investor sangat mengandalkan pendekatan fundamental dalam mengkaji dan mengambil keputusan untuk menjual atau membeli saham tertentu, padahal faktor-faktor lain kadangkadang justru dominan. 4. Konsep EVA sangat tergantung pada transparansi internal untuk menghasilkan perhitungan yang akurat. Di dalam kenyataan perusahaan jarang mengemukakan kondisi internalnya.11
Disamping itu konsep EVA hanya mengukur hasil akhir tetapi tidak mengukur aktifitas-aktifitas penentu lainnya. Sehingga hal ini menyebabkan kelemahan di dalam konsep EVA karena hanya mengukur kinerja keuangan perusahaan saja. Oleh karena itu EVA tidak dapat meningkatkan kinerja perusahaan, karena EVA merupakan sebuah indikator bukan sebuah sistem. Indikator sejumlah nilai tambah murni dari sejumlah dana yang ditanamkan dalam perusahaan, sedangkan kinerja ditentukan oleh sistem dan praktek perusahaan. EVA hanya menggambarkan penciptaan nilai pada suatu tahun tertentu, artinya bahwa nilai perusahaan adalah merupakan akumulasi EVA selama umur perusahaan. Dengan demikian mungkin saja perusahaan mempunyai EVA positif pada tahun yang berlaku, tetapi nilai perusahaan
11
Isnani N. dan Iswati S. “Pengaruh Merger Terhadap Kinerja Keuangan: Analisis EVA”. Majalah Ekonomi, XI, 3, Desember, 2001.
25
tersebut rendah. Hal ini disebabkan nilai EVA perusahaan dimasa datang negatif, keadaan ini mungkin saja terjadi jika perusahaan memiliki prospek masa depan yang suram.12 Sebaliknya untuk perusahaan yang melakukan kegiatan investasi yang tinggi dimana biaya modal yang dikeluarkan jauh lebih tinggi dari tingkat pengembalian yang diterima akan menghasilkan nilai EVA yang negatif selama beberapa tahun, padahal belum tentu perusahaan tersebut mempunyai kinerja yang buruk. EVA pada tahun awal adalah negatif sedangkan EVA pada masa akhir proyek akan positif. Hal ini merupakan kelemahan dari konsep EVA, dimana akibatnya perusahaan ingin menghasilkan EVA yang tinggi sehingga perusahaan menghindari investasi dengan biaya tinggi. Untuk idealnya penggunaan EVA harus dilihat nilai masa kini dan nilai masa depan untuk menilai kinerja perusahaan. D.
Tahapan Dalam Menerapkan Konsep Economic Value Added (EVA) Menurut Stern and Stewart, penerapan konsep EVA memiliki lima tahap yang saling terkait, yaitu sebagai berikut: 1.
Memperkenalkannya kepada karyawan dan manajemen.
2.
Membangun center dan pelatihan.
3.
Membuat sistem pelaporan kinerja.
12
hal 14-15.
Umar, Husein. ”Evaluasi Kinerja Perusahaan. PT. Gramedia PustakaUtama. Jakarta.2002.
26
4.
Memperkuat sistem insentif.
5.
Melatih manajer-manajer lini
Gambar 2.1
Penerapan Konsep EVA (menurut Stern dan Stewart)
Memperkenalkannya kepada karyawan dan manajemen
Membangun center dan pelatihan
Membuat sistem pelaporan kinerja
Memperkuat sistem insentif
Melatih manajer-manajer lini
27
E.
Permasalahan Dalam Penerapan Konsep Economic Value Added (EVA) Wood menjelaskan permasalahan dalam penerapan konsep EVA antara lain: 1.
Tidak ada harapan yang nyata bahwa EVA dengan sendirinya dapat memperbaiki keadaan perusahaan.
2.
Timbulnya demotivasi pada saat perusahaan tidak mampu menaikkan EVA karena faktor-faktor eksternal perusahaan yang tidak dapat dikontrol.
3.
Kesulitan dalam menghitung biaya modal dan penyusunan alokasi modal.
4.
Kesulitan
komunikasi
dan
perbedaan
konsep,
terutama
jika
EVA
diimplementasikan ke seluruh bagian perusahaan. 5.
Administrasi dari EVA membutuhkan pengawasan yang sangat hati-hati untuk menghindari terjadinya birokrasi yang berbelit-belit.
6.
Pengukuran dengan EVA saja, sama dengan alat pengukur keuangan lainnya, adalah tidak cukup jika berdiri sendiri.13
F.
Perhitungan Economic Value Added (EVA)
13
Turagan, Joyce. A. “Economic Value Added EVA dan Market Value Added MVA: model peramalan kesejahteraan pemegang saham”. Jurnal akuntansi/Th.VII/02 Desember. Universitas Tarumanegara, Jakarta, 2003. hal. 152.
28
Angka EVA berarti mencerminkan keuntungan yang sebenar-benarnya dari investasi perusahaan (true economic profit). Bagi pemegang saham atau pemodal, hal ini memudahkan menilai seberapa besar nilai tambah yang dihasilkan (manajemen) perusahaan dari kegiatan bisnis atau investasinya. Jadi bila EVA-nya tinggi, pemegang saham bisa menilai secara lebih pasti bahwa perusahaan tersebut mampu membudayakan kapitalnya dengan baik. Terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan manajemen dalam mengukur kinerja perusahaan dengan menggunakan EVA, yaitu sebagai berikut: 1. Menghitung biaya modal (cost of capital)
Biaya modal ini antara lain meliputi biaya hutang (cost of debt), biaya modal saham preferen (cost of preferred stock), biaya modal saham biasa (cost of common stock), dan biaya laba ditahan (cost of retained earning). 2. Menghitung besarnya struktur permodalan/pendanaan (capital structure)
Modal suatu perusahaan dapat dibangun dengan berbagai alternatif komposisi modal. 3. Menghitung biaya rata-rata modal tertimbang (Weighted Average Cost of Capital = WACC). 4. Menghitung nilai EVA. G.
Struktur Permodalan 1.
Pengertian Struktur Modal
29
Menentukan besarnya presentase masing-masing sumber modal yang
tersedia
untuk
memaksimalkan
nilai
perusahaan
dengan
menciptakan struktur modal merupakan salah satu kegiatan yang penting bagi suatu perusahaan. Struktur modal adalah merupakan pertimbangan jumlah hutang jangka pendek yang bersifat permanen, hutang jangka panjang, saham preferen, dan saham biasa. Penggunaan masing-masing jenis modal mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap laba yang diperoleh perusahaan. Penggunaan modal asing akan memperkecil keuntungan yang diperoleh sebab harus membayar bunga yang bisa dimanfaatkan sebagai pengurang pajak yang ditanggung perusahaan. Sedangkan modal sendiri yang kompensasinya berupa pembayaran deviden diambilkan dari keuntungan setelah pajak, karena itu perusahaan harus berhati-hati dalam mengambil keputusan yang menyangkut penentuan struktur modal optimal sehingga mampu memaksimalkan perusahaan. 2.
Konsep Biaya Modal (Cost of Capital) Tidak seperti analisis rasio keuangan tradisional, EVA selalu memperhatikan biaya modal dan perhitungannya yaitu biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk memperoleh modal yang diinvestasikan pada perusahaan. Besarnya kompensasi tergantung pada tingkat risiko
30
perusahaan, makin tinggi risiko makin tinggi pula tingkat pengembalian yang dituntut investor, makin rendah tingkat risiko makin rendah pula ekspektasi pengembalian yang dituntut. Konsep cost of capital merupakan konsep yang krusial dalam pengambilan keputusan finansial. Jika diteliti lagi maka konsep cost of capital ini berangkat dari konsep opportunity cost, sehingga untuk memahami kerangka dasar cost of capital dapat dipahami logika berpikir opportunity cost dengan asumsi bahwa investor selalu bertindak rasional dan investor mempunyai pilihan atau alternatif berinvestasi, maka sudah sewajarnya cost of capital suatu perusahaan sama dengan minimum rate of return investor.
Faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya Cost of Capital adalah: 1. Keadaan perekonomian secara umum Salah satu indikator perekonomian adalah tingkat inflasi, apabila terjadi inflasi yang menyebabkan lemahnya daya beli, maka perusahaan akan menetapkan tingkat pengembalian yang tinggi sebagai antisipasi terhadap kerugian. 2. Kondisi pasar sekuritas
31
Inti dari faktor ini adalah jika risiko investasinya cukup tinggi maka investor menginginkan tingkat pengembalian yang tinggi sebagai antisipasi terhadap kerugian. 3. Kondisi operasi dan pembiayaan Dinyatakan bahwa jika perusahaan menggunakan debt atau prefferen stock dalam jumlah banyak, maka risiko perusahaan akan meningkat dan investor akan meminta tingkat pengembalian yang tinggi pula. Sehingga akan membuat cost of capital perusahaan tinggi. 4. Jumlah perusahaan Jika jumlah permintaan terhadap dana meningkat, maka cost of capital akan meningkat, begitu pula sebaliknya. Dalam melakukan perhitungan terhadap biaya modal, cost of capital dari masing-masing komponen harus ditentukan terlebih dahulu. Untuk itu ada 3 (tiga) langkah dasar yang perlu dilakukan: a. Menghitung biaya modal masing-masing sumber dana secara terpisah, yang terdiri dari hutang, saham preferen, saham biasa, dan laba ditahan. b. Menentukan presentase hutang, saham preferen, dan saham biasa yang akan digunakan untuk membiayai investasi selanjutnya.
32
c. Menghitung biaya modal secara keseluruhan atau bobot dari berbagai jumlah pembiayaan yang dibutuhkan. 3.
Biaya Hutang (Cost of Debt) Biaya hutang didefinisikan sebagai rate yang harus dibayar oleh perusahaan untuk mendapatkan hutang jangka panjang yang baru. Biaya ini sebenarnya harus dikoreksi dengan faktor pajak. Sebagai contoh, jika suatu perusahaan harus membayar bagi hasil dan hutangnya setiap tahun sebesar Rp. 50.000.000,- tersebut bukanlah biaya hutang yang sebenarnya. Bagi hasil adalah biaya yang dapat mengurangi Penghasilan Kena Pajak (PKP) perusahaan (Tax Deductable Expenses). Sehingga besarnya biaya hutang yang sebenarnya tergantung dari besarnya biaya hutang tingkat marjinal pajak (Marginal Tax Rate). Seandainya perusahaan mempunyai Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp. 50.000.000,dan Tax Rate sebesar 40% berarti perusahaan kena pajak sebesar Rp. 20.000.000,-. Jika besarnya bagi hasil yang harus dibayarkan perusahaan setiap tahun sebesar Rp. 50.000.000,- itu mengurangi Penghasilan Kena Pajak (PKP) maka beban bagi hasil tersebut menghemat pajak sebesar Rp. 20.000.000,- [Rp. 20.000.000,- (Rp. 50.000.000 – Rp. 50.000.000) x 0,4]. Dapat disimpulkan bahwa hutang biaya efektif sebenarnya adalah Rp.
33
30.000.000 (Rp. 50.000.000 - Rp. 20.000.000). Perusahaan membayar bagi hasil kepada kreditor sebesar Rp. 20.000.000,- dari penghemat pajak. Dengan kata lain pemerintah yang mensubsidi Rp. 20.000.000,biaya
hutang
perusahaan.
Ilustrasi
perhitungan
diatas
dapat
disederhanakan sebagai berikut: Kd = Rd (1-T) Dimana: Kd = Biaya hutang efektif Rd = Biaya hutang sebelum mengurangi penghasilan kena pajak T = Tingkat marjinal pajak 4.
Biaya Saham Preferen Saham preferen adalah surat berharga yang mempunyai konsep perpetual (tidak pernah mature atau jatuh tempo). Saham preferen mempunyai deviden yang tetap dan biasanya dalam bentuk presentase dari nilai perusahaan. Nilai saham preferen merupakan present value dari semua deviden yang diterima investor dimasa yang akan datang. KPs = D/P Dimana: KPs = Biaya prefferen stock atau tingkat return D
= Deviden
34
P 5.
= Harga atau nilai prefferen stock
Biaya Saham Biasa Biaya saham biasa dapat terjadi melalui 2 (dua) komponen. Yang pertama adalah melalui internal, yaitu dari laba ditahan perusahaan, dan yang kedua adalah melalui eksternal dengan mengeluarkan saham biasa yang baru. Capital yang diperoleh melalui internal dapat terjadi setelah perusahaan membagikan labanya kepada kreditor dan pemegang saham preferen. Sisa laba dimiliki oleh common shareholders. Manajemen perusahaan dapat membagikan sisa laba ini dalam bentuk cash devidend atau dapat menahannya untuk diinvestasikan kembali. Jika ternyata laba digunakan untuk investasi maka para common shareholders tentu saja secara rasional akan meminta tingkat pengembalian yang mereka harapkan jika mereka mengelolanya sendiri setelah menerima dalam bentuk deviden. Biaya internal ini adalah opportunity cost dari pemegang saham. Opportunity cost adalah apa yang shareholders dapatkan dari penggunaan dana ini pada tingkatan risiko yang sama. Perbedaan yang ada antara biaya internal dengan eksternal hanyalah pada biaya dalam mengeluarkan saham biasa (cost of issuing common stock). Kalau biaya internal merupakan opportunity cost dari
35
pengguna dana (laba), maka biaya eksternal (modal yang didapat dari penjualan saham baru) merupakan penjumlahan dari opportunity cost dan biaya mengeluarkan common stock. Biaya untuk mengeluarkan common stock sulit untuk diestimasi karena sifat dasarnya itu sendiri berupa ketidakpastian arus kas (cash flow) kepada para pemegang saham. Para pemegang saham common stock menerima return investasinya dari deviden dan perubahan nilai saham yang mereka miliki. Besarnya deviden juga tidak tetap seperti pada saham preferen. Belum lagi sering terjadi pihak manajemen perusahaan dengan otoritasnya menentukan sendiri besarnya deviden yang dibayarkan kepada shareholders. Perubahan nilai atau harga saham juga sulit diestimasi karena dipengaruhi oleh ekspektasi investor terhadap arus kas perusahaan dimasa yang akan datang. Didalam teori keuangan ada bermacam-macam pendekatan yang dipakai untuk menghitung besarnya biaya common stock, akan tetapi Dividend Valuation Model (DVM) dan CAPM merupakan model yang sudah umum dan sangat populer. Setiap model atau metode mempunyai asumsi yang berbeda-beda dalam membangun fondasi rumusan metode tersebut sehingga akan menghasilkan perhitungan yang berbeda-beda pula.
36
a. Dividend Valuation Model (DVM) Metode ini berangkat dari asumsi bahwa harga saham bukanlah sesuatu yang penting dibandingkan dengan present value dari cash deviden dimasa yang akan datang. Perhitungan cost common stock dengan metode ini sebenarnya mempunyai dasar yang sama dengan perhitungan cost preffered stock. Bedanya hanya pada diikutsertakannya komponen tingkat pertumbuhan deviden. Perhitungannya adalah sebagai berikut: P = D1 / (Ks – 9); D1 = D0 + (1 – 9) Maka cost common stock adalah: Ks = (D1 / P) = G Dimana: P
= Nilai atau harga saham
D0
= Deviden pada periode sekarang
D1
= Deviden pada periode berikut
Ks
= Cost Common Stock atau tingkat return
G
= Tingkat pertumbuhan deviden
Model ini mempunyai beberapa kelemahan yang patut dinyatakan, yaitu:
37
1.
Bagaimana jika pertumbuhan deviden tidak tetap? Model ini mengakomodasi perhitungan untuk saham yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang tidak tetap.
2.
Bagaimana jika deviden ditunda pembayarannya? dalam kasus ini D1 akan menjadi 0, berarti nilai atau harga saham akan menjadi 0 juga. Hal ini tentu saja tidak masuk akal. Begitu pula kasusnya pada current deviden, bagaimana dengan expected deviden?
3.
Bagaimana jika ternyata tingkat pertumbuhan deviden lebih besar dari tingkat pengembalian yang diharapkan (required rate of return)? Bagaimana harga saham akan negatif, dan tidak mungkin bukan?
b. Capital Asset Pricing Models (CAPM) CAPM pada awalnya diperkenalkan pada awal tahun 1960 oleh Sharpe, Litner, dan Mossin. CAPM menjelaskan keseimbangan antara tingkat rasio yang sistematis dan tingkat keuntungan yang disyaratkan sekuritas portofolio. Konsep CAPM digunakan untuk mengkuantifikasikan hubungan antara risk dan return. Titik awal asumsinya adalah investor memegang portofolio yang telah didiversifikasi itu dapat dioptimalkan atau diminimalkan, logikanya resiko yang secara keseluruhan yang ada dalam portofolio itu berhubungan dengan pergerakan pasar secara
38
keseluruhan yang berarti resiko pasarlah yang menentukan nilai investasi. CAPM terdiri atas asumsi dibawah ini: 1). Tidak adanya biaya transaksi. 2). Investasi sepenuhnya bisa dipecah-pecah (fully disible). 3). Tidak ada pajak penghasilan bagi pemodal. 4). Para pemodal tidak bisa mempengaruhi harga saham dengan tindakan buy and selling saham (analog dengan teori pasar persaingan sempurna. 5). Semua aktivitas bisa diperjualbelikan. 6). Pemodal mempunyai penghasilan yang homogen. 7). Pemodal diasumsikan akan bertindak semata-mata atas pertimbangan expected value dan deviasi standar tingkat keuntungan portofolio. Pada prakteknya asumsi diatas tidak realistis. Ilustrasi dari metode CAPM, yaitu:
Ke Rf ( Rm Rf ) Dimana: Ke
= Tingkat hasil minimum para pemegang saham
Rf
= Tingkat bebas risiko Risk free rate of return
= Beta coefficient for the merket portofolio
39
Berdasarkan rumus untuk menghitung tingkat pengembalian saham biasa tersebut, maka variabel yang diamati adalah
n xy x y n x x 2
2
Dimana: n
= Banyaknya periode pengamatan
x
= Tingkat keuntungan portofolio pasar (Rm)
y
= Tingkat keuntungan suatu saham (Ri)
Tingkat keuntungan portofolio atau return pasar (Rm) Return pasar diperoleh dari besarnya keuntungan seluruh saham yang beredar di bursa efek. Perhitungan return pasar didasarkan atas Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di pasar modal, dan perhitungan return pasar ini dapat dilakukan dengan rumus:
Rm
IHSGt IHSGt 1 IHSGt 1
Dimana: Rm = Tingkat pengambilan pasar bulan ke t. IHSG t
= IHSG bulan ke t
IHSG t-1
= IHSG bulan ke t-1
40
Tingkat keuntungan suatu saham atau return individual (Ri) Return individual dihitung berdasarkan data perkembangan harga saham individual dan jumlah deviden yang dibagikan. Perhitungan return individual dapat dilakukan dengan rumus:
Ri
PT PT 1 PT 1
Dimana: PT
= Harga saham atau lembar pada periode t
PT-1 = Harga saham atau lembar pada periode t-1
Kelemahan dalam metode ini adalah: a. menghitung besarnya cost common stock model ini sangat bergantung pada nilai historis. Tingkat pengembalian saham dan tingkat pasar merupakan perhitungan model CAPM menggunakan nilai historis, sedangkan nilai historis tidak merefleksikan future. b. Sensitivitas stock return dapat berubah-ubah dari waktu ke waktu. Misalnya jika perusahaan merubah struktur modalnya.
41
c.
Jika saham perusahaan tidak diperdagangkan secara umum maka tidak ada sumber informasi untuk menhitung biaya modalnya (sekalipun itu nilai historis).
H.
Biaya Rata-Rata Modal Tertimbang (WACC) Investor dan kreditur yang melakukan investasi dalam sebuah perusahaan menginginkan opportunity cost yang minimal sama dengan pengembalian yang mereka terima dari investasi lain. Opportunity cost ini adalah biaya modal perusahaan yaitu tingkat pengembalian minimum yang dapat dihasilkan oleh perusahaan dengan aset yang ada dan tetap memenuhi harapan dari para pemberi modal. Weighted Average Cost of Capital adalah gabungan dari masingmasing biaya modal dari perusahaan dan presentase dari masing-masing capital structure, yaitu hutang jangka panjang dan saham biasa dimana tujuan WACC adalah menghitung cost of capital perusahaan secara keseluruhan. Adapun rumus menghitung WACC sebagai berikut: WACC = (Kd x Wd) + (Ke x We) Dimana: Kd = Cost of debt setelah pajak (%)
42
Wd = Presentase total hutang jangka panjang terhadap struktur modal Ke = Cost of Equity (%) We = Presentase saham biasa dalam struktur modal
BAB III GAMBARAN UMUM
1.
Sejarah Berdirinya PT. Bank Syariah Mega Indonesia Perjalanan PT. Bank Syariah Mega Indonesia diawali dari sebuah bank umum bernama PT. Bank Umum Tugu yang berkedudukan di Jakarta. Pada tahun 2001, Para Group (PT. Para Global Investindo dan PT. Para Rekan Investama), kelompok usaha yang juga menaungi PT Bank Mega, Tbk., Trans TV, dan beberapa Perusahaan lainnya, mengakuisisi PT Bank Umum Tugu untuk dikembangkan menjadi bank syariah. Hasil konversi tersebut, pada 25 Agustus 2004 PT. Bank Umum Tugu resmi beroperasi syariah dengan nama PT. Bank Syariah Mega Indonesia. Komitmen penuh PT Para Global Investindo sebagai pemilik saham mayoritas untuk menjadikan PT Bank Syariah Mega Indonesia sebagai bank syariah terbaik, diwujudkan dengan mengembangkan bank ini melalui pemberian modal yang kuat demi kemajuan perbankan syariah dan perkembangan ekonomi Indonesia pada umumnya. Penambahan modal dari Pemegang Saham merupakan landasan utama untuk memenuhi tuntutan pasar perbankan yang semakin meningkat dan kompetitif. Dengan upaya tersebut, PT. Bank Syariah Mega Indonesia yang memiliki semboyan "untuk kita semua" tumbuh pesat dan
43
44
terkendali serta menjadi lembaga keuangan syariah ternama yang berhasil memperoleh berbagai penghargaan dan prestasi. Dalam upaya mewujudkan kinerja sesuai dengan nama yang disandangnya, PT. Bank Syariah Mega Indonesia selalu berpegang pada azas profesionalisme, keterbukaan dan kehati-hatian. Didukung oleh beragam produk dan fasilitas perbankan terkini, PT. Bank Syariah Mega Indonesia terus berkembang, hingga saat ini memiliki 15 jaringan kerja yang terdiri dari kantor cabang, cabang pembantu dan kantor kas yang tersebar di hampir seluruh kota besar di Pulau Jawa dan di luar Jawa. Guna memudahkan nasabah dalam memenuhi kebutuhannya di bidang keuangan, PT Bank Syariah Mega Indonesia juga bekerjasama dengan PT Arthajasa Pembayaran Elektronis sebagai penyelenggara ATM Bersama serta PT. Rintis Sejahtera sebagai penyelenggara ATM Prima dan Prima Debit. Ini dilakukan agar nasabah dapat melakukan berbagai transaksi perbankan dengan lebih efisien, praktis, dan nyaman. 2.
Struktur Organisasi PT. Bank Syariah Mega Indonesia Dewan Pengawas Syariah a.
K.H. Ma’ruf Amin
Ketua DPS
b.
Dr. H. A. Satori Ismail
Anggota DPS
c.
Kanny Hidaya Y.
Anggota DPS Dewan Komisaris
45
a.
Mar’ie Muhammad
Komisaris Utama
b.
Dudi Hendrakusuma Syahlani
Komisaris
c.
Ari Prabowo
Komisaris Dewan Direksi
3.
a.
Beny Witjaksono
Direktur Utama
b.
Ani Murdiati
Direktur Bisnis
c.
Haryanto Budi Purnomo
Direktur Compliance & HCM
Visi Dan Misi PT. Bank Syariah Mega Indonesia VISI Bank Syariah Kebanggaan Bangsa. MISI Memberikan jasa layanan keuangan syariah terbaik bagi semua kalangan, melalui kinerja organisasi yang unggul, untuk meningkatkan nilai tambah bagi stakeholder dalam mewujudkan kesejahteraan bangsa. NILAI - NILAI Visioner, Amanah, Profesional, Konsisten, Interpreneurship, Teamwork dan Berbagi. PENGHARGAAN a. Bank Syariah Terbaik 2007 Versi Majalah Investor. b. Bank non devisa terefisien 2007 Versi Bisnis Indonesia. c. The Most Growing Earning Asset Market Share Sharia Bank 2006 Versi Karim Businss Consulting.
46
d. The Most Growing Third Party Fund Market Share Sharia Bank 2006 Versi Karim Business Consulting. e. Bank Umum Syariah terbaik Peringkat 2 tahun 2006 versi karim Business Consulting. f.
Bank Mega Syariah meraih predikat " sangat bagus " untuk kinerja tahun 2004 versi Majalah Infobank.
4.
Produk Produk PT. Bank Syariah Mega Indonesia a. Produk Pendanaan 1) Mega Syariah Tama (Leluasa dan Sesuai Syariah) Mega Syariah Tama, leluasa dan sesuai syariah adalah simpanan wadiah
yang
memungkinkan
investasi
sesuai
syariah
sekaligus
memperoleh kemudahan mengelola dana selayaknya tabungan. 2) Mega Syariah Fleksi (Simpanan Fleksibel Sesuai Syariah) Mega Syariah Fleksi, simpanan fleksibel sesuai syariah adalah simpanan dengan konsep syariah titipan (wadiah) yang dapat Anda manfaatkan untuk berinvestasi dalam waktu yang lebih leluasa. 3) Mega Syariah Pendidikan (Perencanaan Dana Pendidikan Sesuai Syariah) Mega Syariah Pendidikan, perencanaan dana pendidikan sesuai syariah. Anda ingin merencanakan dan mewujudkan masa depan yang indah bagi buah hati anda tercinta sejak dini? Bank Mega Syariah mewujudkannya melalui Mega Syariah Pendidikan.
47
4) Mega Syariah Umrah (Memudahkan Langkah Ke Tanah Suci) Mega Syariah Umrah, untuk memudahkan anda mempersiapkan biaya perjalanan umrah dengan simpanan terencana sesuai syariah, Bank Mega Syariah menawarkan Mega Syariah Umrah. Dengan fasilitas ini persiapan biaya umrah akan lebih pasti karena dapat diangsur setiap bulannya. 5) Mega Syariah Giro (Rekening Koran Wadiah) Mega Syariah Giro, adalah rekening koran wadiah yang kemungkinan anda mengelola dana dengan nyaman sesuai kebutuhan. Menyimpan dana sesuai syariah dan mendapatkan kemudahan bertransaksi melalui cek dan bilyet giro? mengapa tidak? Mega Syariah Giro dari Bank Mega Syariah bisa menjawab kebutuhan anda. 6) Mega Syariah Depo (Deposito Sesuai Syariah) Mega Syariah Depo, simpanan berjangka mudharabah yang bukan hanya memberikan nisbah bagi hasil yang relatif tinggi, tetapi juga dapat dijadikan fasilitas jaminan untuk kebutuhan pembiayaan anda. Bagi anda yang ingin menginvestasikan dana sesuai syariah
48
sekaligus mendapatkan keuntungan optimal, Mega Syariah Depo dari Bank Mega Syariah adalah pilihan yang tepat.
b. Produk Pembiayaan 1) Syariah Mega Oto (Pembiayaan Kepemilikan Mobil Sesuai Syariah)
Mega Syariah Oto adalah fasilitas pembiayaan kepemilikan kendaraan dengan konsep secara syariah jual beli (murabahah) yang dapat diangsur dengan jumlah yang tetap setiap bulannya, dalam jangka waktu yang disepakati. 2) Syariah Mega Griya (Pembiayaan Kepemilikan Rumah Sesuai Syariah) Mega Syariah Griya adalah fasilitas pembiayaan pemilikan rumah, apartemen ataupun renovasi dan pembangunan rumah dengan konsep syariah jual beli (murabahah) dengan angsuran tetap selama jangka waktu yang disepakati. 3) Syariah Mega Multi Mega Syariah Multi adalah fasilitas pembiyaan untuk keperluan barang konsumtif yang merupakan barang halal dengan konsep syairah jual beli (murabahah) dengan angsuran tetap selama jangka waktu yang disepakati.
49
4) Syariah Mega Invest Mega Syariah Invest adalah fasilitas pembiayaan kepada pengusaha atau perusahaan untuk keperluan pengadaan barang investasi dengan konsep syariah jual beli atau bagi hasil dengan kemudahan proses dan persyaratannya.
5) Syariah Mega Capital Mega Syariah Capital adalah fasilitas pembiayaan kepada pengusaha atau perusahaan untuk tujuan modal kerja usaha, di mana pemberian modal biaya tersebut dapat secara penuh atau sharing dana berdasarkan sistem bagi hasil. 6) Syariah Mega Garansi Mega Syariah Garansi adalah fasilitas penjaminan tertulis yang diberikan Bank Mega Syariah kepada penerima jaminan untuk keperluan nasabah dalam melaksanakan proyek tertentu. 7) Syariah Mega Emas (Fasilitas Gadai Sesuai Syariah) Mega Syariah Emas adalah fasilitas pinjaman dana yang sesuai prinsip syariah dengan menggandakan barang berharga berupa perhiasan emas, emas batangan dan koin emas, tanpa dikenakan bunga atau margin. c. Jasa Dan Layanan 1) Syariah Mega Card
50
Mega Syariah Card merupakan fasilitas kartu ATM serbaguna bagi nasabah rekening tabungan Bank Mega Syariah yang dapat digunakan untuk penarikan tunai pada seluruh ATM berlogo ATM Bersama.
2) Syariah Mega Safe Deposit Box Mega Syariah Safe Deposit Box adalah fasilitas penyimpanan barang berharga (safe deposit box) dengan berbagai ukuran dan harga hemat14.
14
“Profil Bank Syariah Mega www.megasyariah.co.id//profil
Indonesia”,
diakses
pada
22
Januari
2011
dari
BAB IV PENILAIAN KINERJA BANK SYARIAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC VALUE ADDED (EVA)
Langkah awal untuk mendapatkan nilai EVA adalah pertama dengan mengitung laba bersih setelah pajak (NOPAT), laba bersih setelah pajak (NOPAT) dibagi menjadi dua yaitu NOPAT Financing Approach dan NOPAT Operating Approach. Langkah kedua dengan menghitung modal (capital). Modal adalah seluruh modal yang diinvestasikan (invested capital) dan diambil rata-ratanya dan modal awal (modal pada akhir tahun lalu) dan modal akhir (modal pada akhir tahun berjalan) dengan asumsi bahwa manajemen mengunakan modal tersebut untuk mengelola perusahaan selama kurun waktu satu tahun berjalan. Setelah NOPAT dan modal didapat selanjutnya adalah menghitung tingkat r
biaya modal rata-rata tertimbang ( WACC) untuk kemudian dikalikan terhadap modal agar didapat capital charge. Dan terakhir adalah menghitung nilai EVA itu sendiri. A.
KINERJA KEUANGAN BANK SYARIAH MEGA INDONESIA DENGAN METODE EVA 1.
PERHITUNGAN NOPAT NOPAT dihitung melalui pendekatan finansial dan penyesuaian yang diperlukan pada pendapatan (laba bersih) adalah dengan menambahkan beban bagi hasil setelah pajak, hak minoritas atas perusahaan anak serta penyesuaian terhadap ekuivalen ekuitas yaitu pajak yang ditangguhkan
51
52
(deffered income tax) serta perubahan penyisihan terhadap aktiva produktif serta hak minoritas atas laba bersih anak perusahaan. Hasil analisis yang dilakukan terhadap laporan keuangan PT. Bank Syariah Mega Indonesia menunjukkan adanya penyesuaian terhadap ekuitas ekuivalen. Penyesuaian terhadap ekuitas ekuivalen yang harus ditambahkan ke pendapatan sebagai penyesuaian yaitu: kenaikan pajak tangguhan, kenaikan penyisihan aktiva produktif, penambahan terhadap hak minoritas atas laba bersih anak perusahaan, kemudian dilakukan penyesuaian terhadap beban bagi hasil agar tidak double counting pada perhitungan NOPAT
operating approach, karena beban bagi hasil sudah termasuk pada biaya dana (cost of fund) yang dikeluarkan pada kegiatan operasional manajemen.
Tabel 4.1 Perhitungan NOPAT financing approach PT. BANK SYARIAH MEGA INDONESIA, Tbk NOPAT financing approach (dinyatakan dalam jutaan rupiah)
LABA BERSIH Kenaikan pajak tangguhan Kenaikan penyisihan aktiva produktif Hak minoritas atas laba bersih perusahaan
Adjusted expenses agar tidak double counting
2006
2007
2008
2009
2010
203,303
114,119
467,255
660,293
546,921
124,855
15,856
25,572
(89,088)
(38,293)
0
93,006
372,192
311,129
(1,561)
14,388
1,721
(1,453)
2,202,119
2,268,054
1,404,287
1,126,790
201,462 (886)
1,976,122
53
NOPAT
FINANCING APPROACH
2,528,715 2,532,423 2,271,027 2,007,671 2,685,326
Sumber: Laporan keuangan Bank Syariah Mega Indonesia yang telah diolah
NOPAT (Net Operating Profit After Tax) Financing Approach diperoleh berdasarkan penyesuaian terhadap ekuitas ekuivalen yang harus ditambahkan ke pendapatan dari semua pembiayaan sesuai dengan akunnya masing-masing pada tiap tahunnya maka diperoleh hasil berturut-turut dari tahun 2006 sebesar Rp 2.528.715, pada tahun 2007 mengalami peningkatan menjadi Rp 2.532.423, pada tahun 2008 mengalami penurunan menjadi sebesar Rp 2.271.027, pada tahun 2009 kembali terjadi penurunan yang cukup signifikan menjadi sebesar Rp 2.007.671, namun pada tahun 2010 mengalami kenaikan yang melebihi tahun-tahun sebelumnya menjadi sebesar Rp 2.685.326. penyebab naik turunnya nilai tersebut terpengaruh akibat dari kondisi pembiayaan (financing) yang tidak bisa diprediksikan. Kondisi pembiayaan yang diberikan pada tahun 2006 sebesar Rp 1.873.060 juta dan Rp 2.147.699 juta pada tahun 2007 mengalami peningkatan sebesar 12,79% atau sebesar Rp 274.639 juta, dikarenakan adanya perubahan strategi pembiayaan dari konsumer ke komersial. Pembiayaan pada tahun 2008 sebesar Rp 3.195.592 juta menurun sebesar Rp 1.101.110 juta atau sebesar 52,57% dari tahun 2009 yang jumlahnya sebesar Rp 2.094.82 juta, hal ini dikarenakan jumlah pembiayaan ke sektor komersial menurun karena tingkat resiko pembiayaan macet yang pada tahun 2008 sebesar 5,2% diprediksi akan
54
bertambah pada tahun 2009 jika pembiayaan ditambah. Namun pada tahun 2010 pembiayaan mengalami kenaikan sebesar Rp 4.460 miliar. Jumlah tersebut sangat signifikan dikarenakan semakin berkurangnya NPF. Pada tahun 2006 NPF sebesar 1,32%, 2007 sebesar 1%, 2008 sebesar 1,50%, 2009 sebesar 3,52%, dan pada 2010 sebesar 2,08%. Posisi NPF tersebut masih tergolong sangat baik karena masih berada dibawah standar maksimal yang diberikan Bank Indonesia yaitu sebesar 5%.
Tabel 4.2 Perhitungan NOPAT operating approach PT. BANK SYARIAH MEGA INDONESIA, Tbk NOPAT operating approach (dinyatakan dalam jutaan rupiah)
Pendapatan bagi hasil Beban bagi hasil (adjusted agar tidak
2006
2007
2008
2009
2010
2,381,391
2,776,935
2,427,704
2,507,839
3,713,324
0
0
0
0
(13,246)
(31,950)
(3,522)
(8,014)
2,368,645
2,744,985
2,424,182
2,499,825
457,031
399,266
410,568
551,580
(601,963)
(760,286)
(721,630)
(980,127)
2,223,712
2,383,965
2,113,120
2,071,278
55,791
54,522
109,838
120,718
2,279,503
2,438,487
2,222,958
2,191,996
124,357
14,696
22,497
(95,237)
0
double counting) Beban provisi dan komisi Pendapatan bagi hasil,
net Pendapatan operasional lainnya Beban operasional lainnya Pendapatan operasional, net Pendapatan non operasional, net EBT (earning before
taxes) Operating taxes
(10,910) 3,702,414 410,835 (1,209,044) 2,904,205 19,708 2,923,913 (200,294)
55
Pos-pos luar biasa Laba setelah pajak (+) Kenaikan pajak penangguhan
NOPAT
OPERATING APPROACH
0
63,384
0
0
2,403,860
2,516,567
2,245,455
2,096,759
124,855
15,856
25,572
(89,088)
0 2,723,619 (38,293)
2,528,715 2,532,423 2,271,027 2,007,671 2,685,326
Sumber: Laporan keuangan Bank Syariah Mega Indonesia yang telah diolah
NOPAT (Net Operating Profit After Tax) Operating Approach diperoleh berdasarkan penyesuaian terhadap ekuitas ekuivalen yang harus ditambahkan ke pendapatan dari semua pembiayaan sesuai dengan akunnya masing-masing pada tiap tahunnya maka diperoleh hasil berturut-turut dari tahun 2006 sebesar Rp 2.528.715, pada tahun 2007 mengalami peningkatan menjadi Rp 2.532.423, pada tahun 2008 mengalami penurunan menjadi sebesar Rp 2.271.027, pada tahun 2009 kembali terjadi penurunan yang cukup signifikan menjadi sebesar Rp 2.007.671, namun pada tahun 2010 mengalami kenaikan yang melebihi tahun-tahun sebelumnya menjadi sebesar Rp 2.685.326. Hampir sama dengan NOPAT Financing Approach yang nilainya naik turun akibat kondisi financing yang tidak bisa diprediksi, pada NOPAT
Operating Approach naik turunnya nilai tersebut dipengaruhi oleh biaya operasional yang tidak bisa diprediksi pula. Pada tahun 2006 biaya operasional sebesar Rp 42.110 juta mengalami kenaikan sebesar 53,05% atau sebesar Rp 22.339 juta menjadi Rp 54.449 juta pada tahun 2007. Pada tahun 2008 sebesar Rp 18.020 juta mengalami kenaikan sebesar 81,06% atau
56
sebesar Rp 14.606 juta menjadi Rp 32.626 juta pada tahun 2009. Terakhir pada tahun 2010 sebesar Rp 285 miliar.
Tabel 4.3
Perbandingan NOPAT financing approach dengan NOPAT operating approach (dinyatakan dalam jutaan rupiah) 2010 2006 2007 2008 2009
Average NOPAT operating approach Average NOPAT financing approach
2,528,715
2,532,423
2,271,027
2,007,671
2,528,715
2,532,423
2,271,027
2,007,671
0
0
0
0
Selisih
2,685,326 2,685,326
0
Sumber: Laporan keuangan Bank Syariah Mega Indonesia yang telah diolah Dengan demikian maka perbandingan nilai NOPAT financing
approach dan NOPAT operating approach dari tahun 2006 sampai 2010 secara berturut-turut memiliki hasil yang identik sebagaimana dilihat melalui tabel. Dapat diartikan tidak ada manipulasi laporan baik yang ditambah maupun dikurangi dari laporan tersebut karena keduanya memiliki selisih nilai 0. Berarti juga nilai tersebut seperti apa adanya ketika dilaporkan. 2.
PERHITUNGAN MODAL Modal
dihitung
berdasarkan
pendekatan
finansial
maupun
pendekatan operating dan dilakukan penyesuaian pada nilai ekuitas dengan menambahkan seluruh kewajiban hutang yang menanggung beban baik jangka
57
panjang maupun jangka pendek, menambahkan hak minoritas atas perusahaan anak,
mengurangi
pajak yang ditangguhkan, mengurangi
penyisihan
penghapusan pada rekening administratif serta menambahkan penyisihan piutang ragu-ragu.
Tabel 4.4 Capital Financing Approach PT. BANK SYARIAH MEGA INDONESIA, Tbk
CAPITAL FINANCING APPROACH (dinyatakan dalam jutaan rupiah)
Nilai Ekuitas (+) Jumlah kewajiban hutang (+) Hak minoritas atas aktiva bersih anak perusahaan (-) Penyisihan penghapusan pada rekening administratif (-) Pajak tangguhan (+) Penyisihan piutang ragu-ragu Jumlah Capital (awal
2010
2006
2007
2008
2009
1,216,782
1,176,127
1,975,226
2,363,001
21,737,905
21,354,699
21,765,864
28,428,557
2,005
6,736
8,239
6,754
3,447
(4,724)
(9,784)
(4,533)
(5,193)
(5,652)
(124,906)
(140,762)
(166,334)
(77,246)
550,559
540,464
604,424
703,735
23,377,621
23,227,480
24,182,886
31,419,608
3,966,113 37,610,301
(38,953)
638,441
42,173,697
58
dan akhir)
Average Capital Financing Approach
23,377,621 23,302,550 23,705,183 27,801,247 36,796,653
Sumber: Laporan keuangan Bank Syariah Mega Indonesia yang telah diolah
Average
Capital
Financing
Approach
dihitung
berdasarkan
pendekatan finansial, pada tahun 2006 diperoleh nilai sebesar Rp 23.377.621, pada tahun 2007 mengalami peningkatan menjadi sebesar Rp 23.302.550, hal tersebut juga bertambah pada tahun 2008 menjadi sebesar Rp 23.705.183, pada tahun 2009 meningkat cukup besar menjadi sebesar Rp 27.801.247, dan terakhir pada tahun 2010 terjadi peningkatan yang sangat signifikan menjadi sebesar Rp 36.796.653. Dari tahun 2006 hingga tahun 2010 terjadi peningkatan dari tahun ke tahun, hal tersebut dikarenakan meningkatnya jumlah kewajiban hutang dari tahun ke tahun. Berdasarkan data yang diperoleh dari laporan keuangan, tahun 2006 sebesar Rp 2.157.554, pada tahun 2007 sebesar Rp 2.169.454, pada tahun 2008 sebesar Rp 2.646.251, pada tahun 2009 sebesar Rp 3.947.372, dan pada tahun 2010 sebesar Rp 4.041 miliar.
Tabel 4.5 Capital Operating Approach PT. BANK SYARIAH MEGA INDONESIA, Tbk
Capital operating approach (dinyatakan dalam jutaan rupiah)
2006
2007
2008
2009
2010
59
AKTIVA Kas Giro pada BI Giro pada bank lain Penempatan pada bank lain dan BI, net Surat-surat berharga, net Surat-surat berharga yang dibeli yang janji dijual kembali,
463,751
256,642
291,504
300,286
370,961
861,214
874,772
941,130
1,546,208
329,997
428,638
380,007
352,425
1,951,418
2,033,003
1,555,991
1,933,932
2,449,628
1,326,824
1,059,269
705,853
4,249,753
4,932,800
53,798
0
0
0
14,036
329
2,697
5,241
8,930,870
11,755,933
14,407,877
21,091,762
163,144
171,950
16,519
8,789,516
11,052,325
13,631,503
20,371,508
0
0
0
0
58,097
111,437
220,849
389,117
8,350,238
5,571,946
4,667,640
0
0
4,557
975
89,151
2,039
2,864
24,999
28,436
287,048
281,590
376,855
389,310
440,499
960,122
821,422
602,260
978,505
1,033,731
2,492,585 268,960
0
net Tagihan derivatif, net Pembiayaan yang diberikan,
10,809 29,309,860
net - pihak yang mempunyai hubungan istimewa - pihak ketiga - penyisihan penghapusan Tagihan akseptasi, net Obligasi pemerintah Penyertaan - penyertaan sementara,
141,355
60,476 28,610,943 0 686,523 0
75,614
net
- penyertaan jangka panjang, net Aktiva tetap, net Aktiva lain-lain yang dibayar
14,589
60
dimuka,net JUMLAH AKTIVA Penyisihan penghapusan atas transaksi pada rek. Administratif JUMLAH CAPITAL (awal dan akhir)
Average Capital Operating Approach
23,382,345
23,237,264
24,187,419
31,424,801
42,179,349
(4,724)
(9,784)
(4,533)
(5,193)
(5,652)
23,377,621
23,227,480
24,182,886
31,419,608
42,173,697
23,377,621 23,302,550 23,705,183 27,801,247 36,796,653
Sumber: Laporan keuangan Bank Syariah Mega Indonesia yang telah diolah
Average Capital Operating Approach dihitung berdasarkan pendekatan finansial, pada tahun 2006 diperoleh nilai sebesar Rp 23.377.621, pada tahun 2007 mengalami peningkatan menjadi sebesar Rp 23.302.550, hal tersebut juga bertambah pada tahun 2008 menjadi sebesar Rp 23.705.183, pada tahun 2009 meningkat cukup besar menjadi sebesar Rp 27.801.247, dan terakhir pada tahun 2010 terjadi peningkatan yang sangat signifikan menjadi sebesar Rp 36.796.653. Dari hasil tersebut nilai rata-rata, modal awal dan modal akhir yang mempengaruhi peningkatan dari tahun 2006 hingga tahun 2010. Berdasarkan data laporan keuangan 2006-2010 pada neraca pasiva jumlah tersebut terus bertambah seiring dengan peningkatan jumlah dana pihak ketiga melalui produk tabungan, dan giro yang termasuk dalam dana-dana murah. Pada tahun 2006 sebesar
61
Rp 2.344.939, pada tahun 2007 sebesar Rp 2.561.804, pada tahun 2008 sebesar Rp 3.096.201, pada tahun 2009 sebesar Rp 4.381.991, dan pada tahun 2010 sebesar Rp 4.637.730.
Tabel 4.6
Perbandingan Capital financing approach dengan Capital operating approach (dinyatakan dalam jutaan rupiah) 2010 2006 2007 2008 2009
Average capital operating approach Average capital financing approach Selisih
36,796,653
23,377,621
23,302,550
23,705,183
27,801,247
23,377,621
23,302,550
23,705,183
27,801,247
36,796,653
0
0
0
0
0
Sumber: Laporan keuangan Bank Syariah Mega Indonesia yang telah diolah
Dari perbandingan tabel diatas nilai modal yang dipakai dalam penelitian ini adalah nilai rata-rata dan modal awal (modal pada akhir tahun lalu) dan modal akhir (modal pada akhir tahun berjalan)15 dengan asumsi bahwa manajemen menggunakan modal tersebut untuk mengelola perusahaan selama kurun waktu satu tahun berjalan. Dan hasil perhitungan sebagaimana dapat dilihat pada tabel 4.4 dan tabel 4.5, hasil perhitungan melalui pendekatan operating maupun financing menghasilkan nilai yang sama dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 yaitu memiliki selisih nilai 0, seperti pada tabel 4.6, yaitu membandingkan penghitungan kedua pendekatan 15
Young, S David, Stphen F, Byrne. 2001.”EVA and Value Based Management: A Practical Guide to Implementation. Mcgraw-Hill. New York. hal: 54
62
tersebut. Dapat diartikan bahwa modal yang digunakan tidak ada manipulasi laporan baik yang ditambah maupun dikurangi dari laporan tersebut karena keduanya memiliki selisih nilai 0. Berarti juga nilai tersebut seperti apa adanya ketika dilaporkan. 3.
PERHITUNGAN WEIGTED AVERAGE COST OF CAPITAL (WACC) Tingkat biaya rata-rata modal tertimbang (rWACC) merupakan gabungan dari tingkat biaya modal atas hutang (rd) dan tingkat biaya modal atas ekuitas (re), sesuai dengan porsinya pada struktur modal. Tabel 4.7 Perhitungan biaya modal atas rata-rata tertimbang PT. BANK SYARIAH MEGA INDONESIA, Tbk
Weighted Average Cost of Capital (WACC) (dinyatakan dalam jutaan rupiah)
2010
2006
2007
2008
2009
20,430,750
19,271,652
20,182,577
25,165,920
94.38%
92.89%
91.09%
91.42%
1,216,782
1,476,127
1,975,226
2,363,001
5.62%
7.11%
8.91%
8.58%
100.00%
100.00%
100.00%
100.00%
100.00%
21,647,531
20,747,779
22,157,803
27,528,921
38,861,043
0,0754
0.0824
0.0487
0.0313
0.0396
0.1824
0.2112
0.1975
0.1474
0.0815
0.0915
0.0620
0.0413
WACC Jumlah hutang Proporsi hutang Jumlah ekuitas Proporsi ekuitas Proporsi hutang +ekuitas Total Modal Biaya Modal Atas Hutang (Rd) Biaya Modal Atas Ekuitas (Re) RWACC
34,894,930 89.79% 3,966,113 10.21%
Sumber: Laporan keuangan Bank Syariah Mega Indonesia yang telah diolah
0.1214
0.0480
63
RWACC diperoleh berdasarkan gabungan dari biaya modal atas hutang dan tingkat biaya modal atas ekuitas yang mana pada tahun 2006 diperoleh hasil sebesar 0.0815, pada tahun 2007 diperoleh hasil 0.0915, tahun 2008 dengan nilai 0.0620, tahun 2009 dengan nilai 0.0413, dan terakhir pada tahun 2010 dengan nilai 0.0480. Hasil tersebut berbeda-beda karena disesuaikan dengan porsinya pada struktur modal.
a.
Perhitungan Capital Charge
Capital Charge merupakan total biaya modal (total costs of capital) yaitu hasil dari tingkat biaya modal rata-rata tertimbang (rWACC) dikalikan dengan modal yang diinvestasikan.
Tabel 4.8 Perhitungan Capital Charge PT. BANK SYARIAH MEGA INDONESIA, Tbk
CAPITAL CHARGE (dinyatakan dalam jutaan rupiah)
WACC
Invested Capital Capital Charge
2006
2007
2008
2009
2010
8.15%
9.15%
6.20%
4.13%
4.80%
23,377,621 23,302,550 23,705,183 27,801,247 36,796,653
1,904,310
2,133,317
1,469,034
1,148,393
1,765,552
Sumber: Laporan keuangan Bank Syariah Mega Indonesia yang telah diolah
64
Hasil perhitungan Capital Charge diperoleh dari hasil perkalian antara WACC dengan modal yang diinvestasikan, pada tahun 2006 diperoleh nilai sebesar Rp 1.904.310, tahun 2007 diperoleh nilai Rp 2.133.317, tahun 2008 diperoleh nilai Rp 1.469.034, pada tahun 2009 diperoleh nilai Rp 1.148.393, dan terakhir pada tahun 2010 diperoleh nilai sebesar Rp 1.765.552. 4.
PERHITUNGAN NILAI EVA Dengan seluruh komponen yang telah dihitung diatas maka kemudian dapat dihitung nilai EVA PT. Bank Syariah Mega Indonesia, Tbk yaitu dengan mengurangi NOPAT dengan capital charges, sebagaimana perhitungan dengan menggunakan spread method maupun residual income method. Penilaian kinerja melalui metode EVA menghasilkan nilai EVA yang bervariasi. Hal ini disebabkan oleh jumlah capital yang dimiliki tiap tahunnya. Nilai EVA yang positif pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 tingkat pengembalian yang dihasilkan lebih besar dari tingkat biaya yang dikeluarkan. Ada beberapa alasan yang menyebabkan hal ini dapat terjadi, antara lain besarnya marjin keuntungan dan rendahnya atau tidak adanya biaya penelitian dan pengembangan. Secara umum nilai negatif pada EVA berarti tingkat pengembalian yang diperoleh tidak mampu menutupi biaya modal yang dikeluarkan.
65
Tabel 4.9 Perhitungan Nilai EVA PT. BANK SYARIAH MEGA INDONESIA, Tbk
Economic Value Added (EVA) (dinyatakan dalam jutaan rupiah)
PERFORMANCE SUMMARY NOPAT Average Capital NOPAT/Average Capital (r) Weighted Average Cost of Capital (c*) EVA SPREAD METHOD Profit Spread (r-c*) Average Capital EVA= (r-c*) x Average Capital EVA RESIDUAL INCOME METHOD NOPAT Weighted Average Cost of Capital (c*) Average Capital Capital Charge EVA= NOPAT – Capital Charge
2010
2006
2007
2008
2009
2,528,715
2,532,423
2,271,027
2,007,671
23,377,621
23,302,550
23,705,183
27,801,247
10.8%
10.9%
9.6%
7.2%
8.1%
9.2%
6.2%
4.1%
2.7%
1.7%
3.4%
3.1%
23,377,621
23,302,550
23,705,183
27,801,247
624,405
399,106
801,993
859,278
2,528,715
2,532,423
2,271,027
2,007,671
8.1%
9.2%
6.2%
4.1%
23,377,621
23,302,550
23,705,183
27,801,247
36,796,653
1,904,310
2,133,317
1,469,034
1,148,393
1,765,552
624,405
399,106
801,993
859,278
2,685,326 36,796,653 7.3% 4.8%
2.5% 36,796,653 919,774
2,685,326 4.8%
919,774
Sumber: Laporan keuangan Bank Syariah Mega Indonesia yang telah diolah
Tabel 4.10 Perbandingan nilai EVA Spread Method dan EVA Residual Income Method
66
(dinyatakan dalam jutaan rupiah)
EVA Spread Method EVA Residual Income Method
Selisih
2006
2007
2008
2009
624,405
399,106
801,993
859,278
624,405
399,106
801,993
859,278
0
0
0
0
2010 919,774 919,774
0
Sumber: Laporan keuangan Bank Syariah Mega Indonesia yang telah diolah
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan konsep EVA terlihat bahwa nilai EVA akan positif apabila nilai NOPAT melebihi capital
charge yang berarti terjadi penciptaan nilai tambah dan nilai EVA akan meningkat apabila peningkatan nilai NOPAT lebih besar dan peningkatan
capital charge yang berarti terjadi peningkatan atau perbaikan nilai tambah walaupun mungkin nilai EVA masih negatif. Pada tahun 2006 manajemen berhasil menciptakan nilai EVA positif sebesar Rp 624,405 (dalam jutaan rupiah), dengan nilai NOPAT Rp 2,528,715 (dalam jutaan rupiah) serta capital charge dengan nilai Rp 1,904,310 (dalam jutaan rupiah) dan perusahaan meraih laba bersih sebesar Rp 203,303 (dalam jutaan rupiah). Capital charge dipengaruhi oleh komponen biaya modal atas ekuitas (cost of equity) dan biaya modal atas hutang (cost of debt). Pada tahun 2006 tingkat pengembalian atas modal (r = NOPAT/Average capital) sebesar 10.8%, sedangkan tingkat biaya modal (rWACC) 8.1%. artinya telah tercipta nilai tambah yang berhasil diciptakan oleh manajemen karena adanya selisih
67
yang positif antara tingkat pengembalian atas modal (r) dengan tingkat biaya modal (rWACC). Penyesuaian pada NOPAT dilakukan atas hal yang menyangkut kenaikan pajak tangguhan, kenaikan penyisihan aktiva produktif, kenaikan hak minoritas atas laba bersih anak perusahaan serta adjusted terhadap beban bagi hasil agar tidak double counting. Pada tahun 2007, terjadi penurunan nilai EVA walaupun nilai yang tercipta tidak negatif, nilai EVA tahun 2006 sebesar Rp 399,106 (dalam jutaan rupiah). Dibandingkan dengan tahun sebelumnya nilai EVA mengalami penurunan sebesar 36.08%. NOPAT mengalami peningkatan sebesar Rp 2,532,423 (dalam jutaan rupiah) artinya meningkat sebesar 0.15%. Capital
charge meningkat menjadi Rp 2,133,317 (dalam jutaan rupiah) dibandingkan tahun sebelumnya, artinya meningkat sebesar 12.03%. Perusahaan meraih laba sebesar Rp 141,119 (dalam jutaan rupiah). Pada tahun 2007 tingkat pengembalian atas modal (r = NOPAT/Average capital) sebesar 10.9%, sedangkan tingkat biaya modal (rWACC) 9.2%. artinya telah tercipta nilai tambah yang berhasil diciptakan oleh manajemen karena adanya selisih yang positif antara tingkat pengembalian atas modal (r) dengan tingkat biaya modal (rWACC). Penyesuaian pada NOPAT dilakukan atas hal yang menyangkut kenaikan pajak tangguhan, kenaikan penyisihan aktiva produktif, kenaikan hak minoritas atas laba bersih anak perusahaan serta adjusted terhadap beban bagi hasil agar tidak double counting.
68
Pada tahun 2008 terjadi penciptaan nilai tambah yang cukup signifikan dimana EVA positif didapat sebesar Rp 801,903 (dalam jutaan rupiah) meningkat 100.95%. Penghitungan NOPAT mengalami penurunan Rp 2,271,027 (dalam jutaan rupiah), yang artinya menurun sebesar 10.32% dibandingkan tahun sebelumnya. Laba bersih perusahaan meningkat 231.11%dari tahun sebelumnya menjadi sebesar Rp 467,255 (dalam jutaan rupiah). Penurunan capital charge sekitar 31.14% dari tahun sebelumnya menjadi Rp 1,469,034 (dalam jutaan rupiah). Pada tahun 2008 tingkat pengembalian atas modal (r = NOPAT/Average capital) sebesar 9.6%, sedangkan tingkat biaya modal (rWACC) 6.2%. artinya telah tercipta nilai tambah yang berhasil diciptakan oleh manajemen karena adanya selisih yang positif antara tingkat pengembalian atas modal (r) dengan tingkat biaya modal (rWACC). Penyesuaian pada NOPAT dilakukan atas hal yang menyangkut kenaikan pajak tangguhan, kenaikan penyisihan aktiva produktif, kenaikan hak minoritas atas laba bersih anak perusahaan serta adjusted terhadap beban bagi hasil agar tidak double counting. Penciptaan nilai tambah juga terjadi pada tahun 2009 dengan nilai EVA positif diraih sebesar Rp 859,278 (dalam jutaan rupiah) atau meningkat sebesar 7.14% dari tahun sebelumnya. Hal ini didapat dan adanya penurunan NOPAT sebesar 11.6% dari tahun sebelumnya menjadi Rp 2,007,671 (dalam jutaan rupiah) dan penurunan capital charge sebesar 21.83% dari tahun sebelumnya menjadi Rp 1,148,393 (dalam jutaan rupiah). Sisi modal walaupun
69
di tahun 2009 ini terjadi peningkatan sebesar 17.28% menjadi Rp 27,801,247 (dalam jutaan rupiah), namun pada capital charge terjadi penurunan karena adanya penurunan WACC yang semula 6.20% menjadi 4.13%. Pada tahun 2009 tingkat pengembalian atas modal (r = NOPAT/Average capital) sebesar 7.2%, sedangkan tingkat biaya modal (rWACC) 4.1%. artinya telah tercipta nilai tambah yang berhasil diciptakan oleh manajemen karena adanya selisih yang positif antara tingkat pengembalian atas modal (r) dengan tingkat biaya modal (rWACC). Penyesuaian pada NOPAT dilakukan atas hal yang menyangkut kenaikan pajak tangguhan, kenaikan penyisihan aktiva produktif, kenaikan hak minoritas atas laba bersih anak perusahaan serta adjusted terhadap beban bagi hasil agar tidak double counting. Pada tahun 2010 penciptaan nilai tambah EVA positif diraih sebesar Rp 919,774 (dalam jutaan rupiah) atau meningkat sebesar 7.04% dari tahun sebelumnya. Hal ini didapat dan adanya peningkatan NOPAT sebesar 33.75% dari tahun sebelumnya menjadi Rp 2,685,326 (dalam jutaan rupiah) dan adanya peningkatan capital charge sebesar 53.74% dari tahun sebelumnya menjadi Rp 1,765,552 (dalam jutaan rupiah). Dari sisi modal walupun di tahun 2009 terjadi peningkatan jumlah modal tetapi di tahun 2010 terjadi peningkatan jumlah modal yang cukup tinggi atau dapat dikatakan pencapaian modal yang tertinggi selama periode penelitian yaitu sekitar 32.36% menjadi Rp 36,796,653 (dalam jutaan rupiah), namun pada capital charge terjadi peningkatan sebesar 53.74% karena adanya peningkatan pada WACC yang
70
semula pada tahun 2009 4.13% (dalam jutaan rupiah) menjadi 4.80% (dalam jutaan rupiah), artinya naik sebesar 16.22%. Artinya telah tercipta nilai tambah yang telah diciptakan manajemen karena adanya selisih yang positif antara tingkat pengembalian atas modal (r) dengan tingkat biaya modal (rWACC). Penyesuaian pada NOPAT dilakukan atas hal yang menyangkut kenaikan pajak tangguhan, kenaikan penyisihan aktiva produktif, kenaikan hak minoritas atas laba bersih anak perusahaan serta adjusted terhadap beban bagi hasil agar tidak double counting. Nilai NOPAT relatif menunjukkan peningkatan pada setiap tahunnya selama periode 2006 sampai dengan periode 2010, tetapi pada tahun 2007 nilai EVA mengalami penurunan dibandingkan nilai EVA tahun sebelumnya. Sementara capital charge menunjukkan peningkatan pada tahun 2006 ke 2007, kemudian pada tahun 2007 ke tahun 2009 mengalami penurunan. Akan tetapi pada tahun 2009 ke 2010 adanya peningkatan nilai capital charge. Banyak manfaat yang dapat diambil dari perhitungan nilai tambah baik bagi pemegang saham maupun bagi manajemen. Dengan menghitung nilai tambah, maka pemegang saham mempunyai acuan yang sederhana untuk menilai kinerja manajemennya pada suatu periode tertentu. Bila manajemen mampu memberikan nilai tambah bagi perusahaan, berarti manajemen telah bekerja sesuai dengan keinginan penegang saham, semakin tinggi nilai tambah yang dihasilkan manajemen bagi perusahaan maka semakin baik kinerja mereka. Tetapi sebaliknya jika manajemen tidak mampu memberikan nilai
71
tambah bagi perusahaan, maka dapat dikatakan manajemen tidak mampu memenuhi keinginan pemegang saham untuk meningkatkan nilai perusahaan. Namun demikian dalam menentukan baik buruknya kinerja manajemen perlu juga
untuk
memperhatikan
faktor-faktor
eksternal
yang
mungkin
mempengaruhi kinerja mereka, sehingga perlu analisis yang akurat apakah faktor eksternal tersebut bisa dikendalikan atau tidak. B.
STRATEGI MANAJEMEN DALAM MENCIPTAKAN NILAI TAMBAH PERUSAHAAN Banyak strategi yang dapat diterapkan oleh manajemen perusahaan dalam meningkatkan kinerja atau profit perusahaan khususnya pada lembaga keuangan atau perbankan diantaranya melalui fitur layanan yang beragam yang dapat mempermudah nasabah untuk mengaksesnya, memperluas kantor-kantor cabang, memberikan pembiayaan yang murah, mengutamakan service excellence pada semua nasabah, dan lain sebagainya. Dalam hal ini, manajemen Bank Syariah Mega Indonesia memfokuskan pada pelayanan, pendanaan, dan pembiayaan untuk dapat menambah nilai-nilai tersebut. Upaya meningkatkan pencapaian penghimpunan dana dan memperbesar komposisi dana murah menjadi fokus Bank Syariah Mega Indonesia sejak tahun 2006. Pada akhir 2006 komposisi dana murah masih sekitar 11,53% dari total dana pihak ketiga, sementara pada akhir 2007 meningkat sebesar 24,55% menjadi Rp 2.169,44 miliar. Sementara itu pembiayaan yang disalurkan selama tahun 2007 sebesar Rp 1.842,89 miliar. Pada tahun 2008, Bank Syariah Mega Indonesia berhasil meningkatkan dana pihak ketiga sebesar Rp 2.646.453 miliar atau mengalami pertumbuhan sebesar 21,99%. Pertumbuhan ini merupakan buah dari produk-produk funding
72
yaitu produk giro valas yang menggunakan mata uang asing. Untuk pembiayaan yang disalurkan pada tahun 2008 sebesar Rp 2.094.482 juta atau mengalami pertumbuhan sebesar 11,82% dari tahun 2007. Pada tahun 2008 ini juga telah dibukanya Mega Mitra Syariah yang mampu memberikan kontribusi secara khusus pada pencapaian pembiayaan. Tahun 2009 peningkatan terhadap dana pihak ketiga juga terjadi sebesar Rp 3.951 miliar atau mengalami pertumbuhan sebesar 49% dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2009 ini juga Bank Syariah Mega Indonesia mulai melayani setoran dana haji dan wakaf tunai. Perluasan jaringan ATM, penambahan fitur seperti PC Banking, EDC:Office Channeling, dan Bill Payment ikut menunjang dalam penghimpunan dana pihak ketiga. Dari segi penyaluran pembiayaan, pada tahun 2009 mengalami kenaikan sebesar 53% atau sekitar Rp 3.195.592 juta, tingginya pertumbuhan pembiayaan ini terutama dari pembiayaan mikro dan gadai. Pada tahun 2010 perekonomian Indonesia mulai pulih kembali setelah terjadi krisis global pada akhir 2008. Seiring dengan itu perkembangan bisnis juga mengalami peningkatan. Sampai 31 Desember 2010, total dana pihak ketiga yang berhasil dikumpulkan sebesar Rp 4.052 miliar. Pada tahun 2010 produk tabungan haji merupakan produk simpanan yang tumbuh sangat cepat mencapai sekitar Rp 185 miliar. Pada akhir tahun 2010 Bank Syariah Mega Indonesia telah memiliki 394 jaringan kerja dengan komposisi 8 kantor cabang, 13 kantor cabang pembantu, 49 Gallery Mega Syariah, dan 324 kantor Mega Mitra Syariah. Penyaluran pembiayaan
73
pada tahun 2010 sebesar Rp 4.460 miliar, meningkat tipis dibandingkan penyaluran pembiayaan pada tahun 2009. Semua hal tersebut diatas mempunyai peranan sangat penting dalam menciptakan nilai tambah perusahaan dan mempunyai efek yang sangat baik bukan hanya bagi pihak manajemen tapi juga untuk semua pihak termasuk nasabah, investor, maupun para pemegang saham yang akan terus memberikan kepercayaan kepada perusahaan untuk mengelola dananya.
BAB V PENUTUP A.
Kesimpulan Secara keseluruhan penilaian kinerja perusahaan PT. Bank Syariah Mega Indonesia, Tbk melalui metode EVA dapat dikatakan semakin baik tiap tahunnya, karena terjadi peningkatan nilai EVA yang terus-menerus selama kurun waktu penelitian (2006-2010), kecuali pada tahun 2007. Dari hasil penelitian yang mencakup kurun waktu 2006 sampai dengan tahun 2010, maka diperoleh kesimpulan bahwa: 1. Atas dasar perhitungan EVA maka nilai tambah yang berhasil diciptakan oleh manajemen PT. Bank Syariah Mega Indonesia, Tbk adalah sebagai berikut: a. Pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 manajemen berhasil menciptakan nilai tambah yang cukup signifikan, penciptaan nilai EVA yang
didapat
adalah
positif.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
peningkatan nilai EVA yang cukup signifikan antara lain adanya peningkatan jumlah modal, peningkatan NOPAT, penurunan capital
charge. Sehingga tingkat pengembalian atas modal (r = NOPAT/Average capital) lebih besar dibandingkan dengan tingkat biaya modal (rWACC). Artinya telah tercipta nilai tambah yang berhasil diciptakan oleh manajemen karena adanya selisih antara nilai (r) dengan nilai (rWACC) yang positif.
74
75
b. Pada tahun 2007 penciptaan nilai EVA mengalami penurunan sebesar 36.08% dari tahun sebelumnya. Penurunan tersebut dikarenakan peningkatan biaya ekuitas, sehingga berakibat kepada meningkatnya biaya modal atas ekuitas (cost of equity) dan berdampak kepada tingginya tingkat biaya atas modal (rWACC). 2. Untuk meningkatkan kinerja perusahaan, Bank Syariah Mega Indonesia akan terus mengedepankan prinsip kehati-hatian perbankan (prudential banking), sektor usaha mikro dan gadai syariah akan menjadi sektor utama. Namun untuk mengurangi ketergantungan terhadap sektor tersebut, Bank Syariah Mega Indonesia akan meningkatkan pembiayaan melalui joint financing. Untuk menyalurkan pembiayaan tersebut, Bank Syariah Mega Indonesia akan melakukan kerjasama dengan dengan perusahaan pembiayaan terkemuka nasional. Sektor lain yang hendak dioptimalkan adalah pembiayaan konsumen. Dengan adanya pembayaran gaji (payroll) karyawan perusahaan, Bank Syariah Mega Indonesia memiliki potensi pasar yang cukup menarik untuk memberikan pembiayaan konsumen. B.
Saran Sehubungan dengan kesimpulan diatas, maka penilaian perusahaan berdasarkan metode EVA memiliki nilai yang cukup baik setiap tahunnya bahkan dapat dikatakan mengalami peningkatan selama kurun waktu penelitian, yaitu pada tahun 2006 sampai dengan 2010, kecuali adanya penurunan nilai EVA pada tahun 2007. Pengukuran kinerja perusahaan berdasarkan EVA, artinya juga dapat
76
melihat kinerja keuangan PT. Bank Syariah Mega Indonesia, Tbk yang sangat baik, karena selalu meningkat pada setiap tahunnya. Dari hasil analisis diketahui bahwa nilai EVA yang dihasilkan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal yang diluar kendali manajemen, seperti misalnya kondisi perekonomian. Sehubungan dengan hal itu maka disarankan agar hal-hal yang berada di bawah kendali langsung manajemen khususnya yang dapat meningkatkan NOPAT lebih mendapat perhatian. Hal tersebut dapat diupayakan dengan cara meningkatkan pendapatan-pendapatan lainnya seperti meningkatkan fee based income (charges) yang dibebankan kepada nasabah. Saran lain yang dapat disampaikan adalah proporsi ekuitas perlu diperhatikan untuk menghindari peningkatan nilai cost of equity yang dipengaruhi oleh faktor eksternal, sehingga dapat mendukung penurunan nilai (rWACC) dan capital charge menjadi lebih efektif. Alternatif lain manajemen dapat menggunakan sumber dana lain untuk membiayai modalnya, tetapi tidak begitu mengandung resiko yang dipengaruhi oleh faktor eksternal iklim politik dan perekonomian.
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, Muhammad Syafi’i, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek. Jakarta : Gema insani Press, 2001. Arifin, Zainul, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta: Alvabet, 2003, Cet. Ke2. Damodaran, Aswath. “New York: Applied Corporate Finance: A User’s Manual”. John Wiley and Sons. Inc. 1999. Drucker, P. F. “Pengantar Manajemen”, Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo, hal: 134, 1982. Gitman, Lawrence J. “Principles of Managerial Finance”. USA. Hal: 20. 1997. Hansen, Dor R. dan Maryanne M. Mowen. "Management Accounting”. Buku 2, Edisi 7, Salemba Empat, Jakarta, 1997. Higgins, Robert C. “Analysis For Financial Management”. 7th ed. The McGraw Hill. 2004. Isnani N. dan Iswati S. “Pengaruh Merger Terhadap Kinerja Keuangan: Analisis EVA”. Majalah Ekonomi, XI, 3, Desember, 2001. Karim, Adiwarman A. Bank Islam Analisis Fikih dan Keuangan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006. Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Ed. Ke-6, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002. Kenneth Lehn dan Anil K. Makhija, “Manfaat EVA Bagi Perusahaan”, Majalah Usahawan, April 1997. Pambudi, Teguh S. “EVA Bukan Sekedar Hitungan”. Majalah Swa Sembada 20/XVII/4-17 Oktober, 2001.
77
78
Rudianto. “Akuntansi Manajemen”. PT. Grasindo, anggota Ikapi, Jakarta, 2006. Siamat, Dahlan. "Manajemen Lembaga Keuangan", edisi keempat, Lembaga Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta, 2004. Stewart, G. Bennett. “The Ecocnomic Value Added: The Quest for Value, A Guide for Senior Managers”. Harper Collins. Hal: 118. 1993. Sudarsono, heri, Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta : Ekonisia, 2004. Supramono, Gatot. Perbankan dan Masalah Kredit: Suatu Tinjauan Yuridis, Jakarta, Djambatan, 1996. Tunggal, Amin Widjaja. “Memahami Konsep EVA dan Value-Based Management”. Harvarindo, Jakarta, 2000. Tunggal, Amin Widjaja. “Pengantar Konsep EVA dan Value-Based Management”. Harvarindo, Jakarta, 2008. Turagan, Joyce. A. “Economic Value Added EVA dan Market Value Added MVA: model peramalan kesejahteraan pemegang saham”. Jurnal akuntansi/Th.VII/02 Desember. Universitas Tarumanegara, Jakarta, 2003. Umar, Husein. ”Evaluasi Kinerja Perusahaan”.PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.2002. Usman, Rachmadi., Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003. Widiyanto, Gatot. “EVA/NITAMI: Suatu Terobosan Baru Dalam Pengukuran Kinerja Perusahaan” Manajemen Usahawan. Jakarta: No. 12, Desember, hal: 50. 1993. Widiyanto, Gatot. “Nitami dan Penentuan Bonus Karyawan”. Edisi April/No.5, Manajemen Usahawan, Jakarta, 1994. Young, S David, Stphen F, Byrne. 2001.”EVA and Value Based Management: A Practical Guide to Implementation. Mcgraw-Hill. New York.
LAMPIRAN
79
80
81
82
83