ESENSI, Vol.9 No.3/2006 ANALISIS KINERJA PT DANKOS LABORATORIES Tbk DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) F. Agung Himawan STIE Nusantara ABSTRAK Penelitian ini menganalisis kinerja PT Dankos Laboratories Tbk dengan menggunakan metode EVA, untuk tahun 2002 sampai dengan tahun 2004. Dari laporan keuangan perusahaan, maka EVA yang dicapai untuk tahun 2002 adalah sebesar Rp 76.169.000.000, untuk tahun 2003 sebesar Rp -337.574.000.000 dan untuk tahun 2004 sebesar Rp 141.755.000.000. Dengan adanya pencapaian EVA yang positif tahun 2002 dan 2004, berarti bahwa pendapatan yang mampu dihasilkan oleh kinerja perusahaan melebihi biaya modal yang pada dasarnya adalah tuntutan para investor atas modal yang diinvestasikan kepada perusahaan. Sedangkan EVA yang negatif tahun 2003 berarti perusahaan tersebut tidak menciptakan nilai tetapi mengalami penurunan nilai kekayaan (destroy value). Pendapatan yang dihasilkan oleh kinerja perusahaan lebih kecil dari biaya modalnya. Walaupun EVA tahun 2003 negatif, namun perusahaan bisa meningkatkan EVA kembali di tahun 2004. Hal ini mungkin disebabkan investasi yang dilakukan perusahaan sudah memperoleh hasilnya dan dari laporan keuangan juga terlihat perusahaan sudah melunasi beberapa hutang jangka panjang yang menanggung bunga. 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Economic Value Added (EVA) adalah suatu sistem manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan, yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta jika perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi (operating costs) dan biaya modal (cost of capital). Metode EVA memperhitungkan biaya modal, dihitung dari bunga pinjaman dan cost of equity. Kondisi EVA positif mencerminkan kompensasi yang lebih tinggi ketimbang biaya modal. Ini berarti, manajemen mampu menciptakan peningkatan kekayaan (create value) bagi perusahaan/pemilik modal. Sebaliknya, EVA negatif menyiratkan adanya penurunan nilai kekayaan (destroy value). EVA merupakan alat ukut ideal bagi perusahaan untuk mengoptimalkan dana yang telah diinvestasikan. Dengan pendekatan EVA, kemampuan perusahaan dalam memberdayaan kapitalnya menjadi transparan, karena semua biaya modal, termasuk premi risikonya, dihitung. 1.2 Batasan Masalah Pembahasan pada penulisan ini dititikberatkan pada pengukuran kinerja PT Dankos Laboratories Tbk untuk tahun 2002, 2003 dan 2004 dengan menggunakan metode Economic Value Added (EVA). 1.3 Rumusan Masalah 1. Bagaimana kinerja PT Dankos Laboratories Tbk untuk tahun 2002, 2003 dan 2004 dengan menggunakan metode Economic Value Added (EVA) ? 2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya perubahan nilai Economic Value Added (EVA) setiap tahunnya ? 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitan F.Agung Himawan “Analisis Kinerja....................... 38
ESENSI, Vol.9 No.3/2006 a.
Tujuan 1. Untuk mengetahui bagaimana kinerja PT Dankos Laboratories Tbk untuk tahun 2002, 2003 dan 2004 dengan menggunakan metode Economic Value Added (EVA). 2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya perubahan nilai Economic Value Added (EVA) setiap tahunnya. 2. LANDASAN TEORI
Pengertian dan Tujuan Manajemen Keuangan Definisi manajemen keuangan menurut Agus Sartono adalah “sebagai manajemen dana baik yang berkaitan dengan pengalokasian dana dalam berbagai bentuk investasi secara efektif maupun usaha pengumpulan dana untuk pembiayaan investasi atau pembelanjaan secara efisien”, Agus Sartono, halaman 6 [1]. Max Value of The Firm Definisi nilai perusahaan menurut David Young dan Stephen F. O’Byrne adalah “jumlah nilai pasar dari semua tuntutan modal terhadap perusahaan oleh pasar modal pada tanggal tertentu”, David Young, hal 26 [2]. Perusahaan dapat menciptakan nilai bagi pemegang saham ketika mereka berinvestasi dalam proyek, produk, teknologi, atau strategi yang mereka harapkan mendapatkan pengembalian lebih besar dibandingkan biaya modalnya. Tujuan yang harus dicapai dalam investasi jangka panjang adalah memaksimumkan kemakmuran pemegang saham atau memaksimumkan nilai perusahaan melalui maksimisasi harga saham. Jika perusahaan melakukan investasi yang memberikan nilai sekarang yang lebih besar dari investasi, maka nilai perusahaan akan meningkat. Peningkatan nilai perusahaan dari investasi ini akan tercermin pada meningkatnya harga saham. Investasi Pengertian dan Tujuan Investasi Definisi investasi menurut Abdul Halim adalah “merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang”, Abdul Halim, hal 4 [3]. Definisi investasi menurut Farid Harianto dan Siswanto Sudomo adalah “suatu kegiatan menempatkan dana pada satu atau lebih dari satu aset (assets) selama periode tertentu dengan harapan dapat memperoleh penghasilan dan/atau peningkatan nilai investasi”, Farid Harianto dan Siswanto Sudomo, hal 2 [4]. Jenis-jenis Investasi (1) Investasi pada asset-aset finansial (Financial Assets) Investasi pasa aset-aset finansial dilakukan di pasar uang, misalnya berupa sertifikat deposito, commercial paper, surat berharga pasar uang, dan lainnya. Investasi dapat juga dilakukan di pasar modal, misalnya berupa saham dan obligasi. (2) Investasi pada aset-aset riil (real assets) Investasi pada aset-aset riil dapat berbentuk pembelian aset produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, dan pembukaan perkebunan. F.Agung Himawan “Analisis Kinerja....................... 39
ESENSI, Vol.9 No.3/2006 Risk and Return Berikut ini terdapat beberapa pendapat mengenai risiko sebagai berikut: “Risk refers to the chance that some unfavorable event will occur”, Eugene F. Brigham, hal 145 [5]. “Risiko adalah kans (chance) atau kemungkinan (probability) peristiwa yang merugikan akan terjadi”, Eugene F. Brigham, hal 31 [6]. “Risiko adalah peluang bahwa beberapa kejadian yang tidak menguntungkan akan terjadi”, Eugene F. Brigham, hal 178 [7]. Dari definisi-definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa risiko merupakan kemungkinan peristiwa yang merugikan akan terjadi. Dalam melakukan investasi, pemodal akan memperkirakan berapa tingkat penghasilan yang diharapkan (expected return) atas investasinya untuk suatu periode tertentu di masa datang. Namun, setelah periode investasi berlalu, belum tentu tingkat penghasilan yang terrealisasi (realized return) adalah sama dengan tingkat penghasilan yang diharapkan; tingkat penghasilan yang direalisasikan dapat lebih tinggi atau lebih rendah. Ketidakpastian akan tingkat penghasilan merupakan inti dari investasi, yaitu bahwa pemodal selalu harus mempertimbangkan unsur ketidakpastian yang merupakan risiko investasi. Berikut ini terdapat beberapa pendapat mengenai pengembalian yang diharapkan atas portofolio (expected return on a portfolio) sebagai berikut: “The expected return on a portfolio is simply the weighted average of the expected returns on the individual assets in the portfolio, with the weights being the fraction of the total portfolio invested in each asset”, Eugene F. Brigham, hal 157 [5]. “Hasil yang diharapkan atas suatu portofolio merupakan rata-rata tertimbang dari hasil yang diharapkan atas semua aktiva finansial dalam portofolio”, Eugene F. Brigham, hal 37 [6]. “Pengembalian yang diharapkan atas portofolio adalah rata-rata tertimbang dari pengembalian yang diharapkan atas aktiva yang disimpan dalam portofolio”, Eugene F. Brigham, hal 192 [7]. “Tingkat keuntungan yang diharapkan atas suatu portofolio adalah merupakan rata-rata tertimbang tingkat keuntungan dari berbagai asset keuangan dalam portofolio tersebut”, Agus Sartono, hal 143 [1]. Dari definisi-definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pengembalian yang diharapkan atas portofolio (expected return on a portfolio) merupakan rata-rata tertimbang dari pengembalian yang diharapkan atas aktiva yang disimpan dalam portofolio.. Investor seharusnya melakukan investasi pada portofolio dan bukan pada satu sekuritas saja. Dengan demikian sangat penting untuk memperhatikan tingkat risiko sekuritas secara individu dan pengaruhnya terhadap tingkat risiko portofolio. Capital Asset Pricing Model (CAPM) menjelaskan keseimbangan antara tingkat risiko yang sistematis dan tingkat keuntungan yang disyaratkan sekuritas portofolio. Capital Asset Pricing Model (CAPM) Konsep CAPM mendasarkan pada asumsi bahwa pasar modal adalah efisien. Dalam pasar modal yang efisien semua aset dapat dibagi-bagi secara sempurna atau perfectly divisible dan likuid dapat diperjualbelikan F.Agung Himawan “Analisis Kinerja....................... 40
ESENSI, Vol.9 No.3/2006 setiap saat. Artinya investor dapat melakukan diversifikasi hingga satuan terkecil dan dapat melakukan jual beli sekuritas setiap saat. Tujuan utama penggunaan CAPM adalah untuk menentukan tingkat keuntungan minimum yang disyaratkan atau minimum required rates of return (RRR) dari investasi asset yang berisiko. Berikut ini terdapat beberapa pendapat mengenai Capital Asset Pricing Model (CAPM) sebagai berikut: “CAPM is an important tool used to analyze the relationship between risk and rates of return”, Eugene F. Brigham, hal 164 [5]. “CAPM adalah suatu alat penting yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara risiko dan tingkat pengembalian”, Eugene F. Brigham, hal 200 [7]. Kesimpulan utama dari CAPM ini adalah: risiko yang relevan dari saham individu adalah kontribusinya terhadap risiko portofolio yang didiversifikasi dengan baik. “Koefisien beta, b, mengukur tingkat pergerakan pengembalian saham yang telah ada terhadap saham pasar”, Eugene F. Brigham, hal 201 [7]. “Beta merupakan ukuran atas derajat volatilitas (valatility) suatu saham relatif terhadap saham rata-rata”, Eugene F. Brigham, hal 40 [6]. Hubungan antara risiko yang diukur dengan beta dengan RRR ditunjukkan oleh garis pasar sekuritas (security market line – SML). Dalam hal ini jika beta suatu saham dapat diukur dengan tepat, maka dalam keadaan ekuilibrium RRR juga dapat diperkirakan. Penaksirannya didasarkan pada hasil investasi bebas risiko ditambah dengan premi risiko pasar dikalikan dengan beta. Dengan demikian SML dapat dirumuskan sebagai berikut: SML = Rf + { E(Rm) – (Rf) } ßi dimana : Rf = tingkat pengembalian atas investasi bebas risiko E(Rm) = tingkat pengembalian pasar yang diharapkan ß = kepekaan atas tingkat pengembalian saham i terhadap ER pasar E(Ri) – Rf = premi risiko saham i E(Rm) – Rf = premi risiko pasar Untuk menghitung beta digunakan rumus sebagai berikut: ß = N (ΣXY) – (ΣX) (ΣY) N (ΣX2) – (ΣX)2 dimana: N = Jumlah data X = IHSG-BEJ Y = IHSI Rumus rate of return saham (Ri): Ri = (IHSIt – IHSIt-1) / IHSIt-1 dimana: IHSIt IHSIt-1
= =
indeks harga saham individu pada periode t indeks harga saham individu pada periode t –
1 Rumus rate of return pasar (Rm) : Rm = (IHSGt – IHSGt-1) / IHSGt-1 F.Agung Himawan “Analisis Kinerja....................... 41
ESENSI, Vol.9 No.3/2006 dimana: IHSGt IHSGt-1
= =
indeks harga saham gabungan pada periode t indeks harga saham gabungan pada periode t
–1 Beberapa ukuran beta sebagai berikut: b = 0.5 berarti saham tersebut setengah volatil, atau setengah berisiko dari saham rata-rata (naik atau turun setengahnya) b = 1.0 berarti saham naik atau turun sama dengan rata-rata pasar pada umumnya (pasar naik/turun 10%, saham tersebut juga naik/turun 10%) b = 2.0 berarti saham dua kali volatil saham rata-rata, atau dua kali risiko pasar Karena koefisien beta saham menentukan bagaimana saham mempengaruhi risiko portofolio yang didiversifikasi, maka beta adalah ukuran yang paling relevan dari setiap risiko saham. Pengukuran Kinerja Perusahaan Kinerja perusahaan sangat berpengaruh bagi para investor dalam mengambil keputusan untuk investasi di perusahaan tersebut. Perusahaan yang kinerjanya bagus, akan lebih mudah mendapatkan dana, karena investor percaya perusahaan tersebut mampu mendatangkan keuntungan baginya. Sedangkan perusahaan yang kinerjanya tidak bagus, mungkin akan mengalami kesulitan dalam mendapatkan dana dari investor. Dengan data-data dari laporan keuangan perusahaan maka dapat diukur kinerja perusahaan tersebut, dengan menggunakan analisis rasio keuangan dan Economic Value Added (EVA). Analisis Rasio Keuangan Penggunaan analisis rasio keuangan ini sangat bervariasi dan tergantung oleh pihak yang memerlukan. Di samping itu juga perlu disadari bahwa analisis rasio keuangan ini hanya memberikan gambaran satu sisi saja, oleh sebab itu masih diperlukan lagi tambahan data agar dapat lebih baik. Akhirnya analisis rasio keuangan ini hanya bermanfaat apabila dibandingkan dengan standar yang jelas, seperti standar industri, kecenderungan atau standar tertentu sebagai tujuan manajemen. Selain itu perlu diperhatikan apabila membandingkan rasio satu perusahaan dengan perusahaan yang lain adalah menyangkut sistem akuntansi yang dipergunakan. Rasio keuangan terdiri dari: (1) rasio likuiditas, memperlihatkan hubungan aktiva lancar perusahaan terhadap kewajiban lancarnya, dan sekaligus menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi utangnya pada saat jatuh tempo; (2) Rasio pengelolaan aktiva, mengukur seberapa efektif suatu perusahaan mengelola aktivanya; (3) Rasio pengelolaan utang, mengungkapkan (a) sampai sejauh mana perusahaan dibiayai dengan utang dan (b) kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban utangnya; (4) Rasio profitabilitas, memperlihatkan pengaruh gabungan dari likuiditas, pengelolaan aktiva, dan pengelolaan utang terhadap hasil operasi; (5) Rasio nilai pasar, mengkaitkan harga saham perusahaan terhadap labanya dan nilai buku per lembar saham. 2.5.1 Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan laporan terpenting yang disampaikan oleh perusahaan kepada para pemegang sahamnya. Laporan keuangan melaporkan posisi keuangan perusahaan pada saat tertentu maupun hasil operasinya selama periode lalu. Walaupun demikian, nilai riel dari laporan keuangan terletak pada kenyataan bahwa laporan F.Agung Himawan “Analisis Kinerja....................... 42
ESENSI, Vol.9 No.3/2006 tersebut dapat digunakan untuk membantu meramalkan laba dan dividen perusahaan di masa mendatang. 2.5.1.1 Neraca (Balance Sheet) Definisi neraca menurut Eugene F. Brigham dan Joel F. Houston adalah “laporan posisi keuangan perusahaan pada suatu waktu tertentu”, Eugene F. Brigham, ha 39 [7]. Definisi neraca menurut Horngren, Harrison, Robinson & Secokusumo adalah “daftar seluruh aktiva, kewajiban dan ekuitas pemilik dari suatu entitas pada suatu tanggal tertentu, biasanya pada akhir bulan atau akhir tahun”, Horngren, hal 22 [9]. 2.5.1.2 Laporan Laba Rugi (Income Statement) Laporan laba rugi mengandung informasi mengenai hasil usaha perusahaan, yaitu laba bersih, yang merupakan hasil dari pendapatan dikurangi beban. Jika beban melebihi pendapatan, maka hasilnya adalah kerugian bersih untuk periode tersebut. 2.5.1.3
Laporan Perubahan Ekuitas Pemilik (The Statement of Owner’s Equity) Laporan perubahan ekuitas pemilik menyajikan ikhtisar perubahan yang terjadi dalam ekuitas pemilik pada suatu entitas untuk suatu jangka waktu tertentu, misalnya satu bulan atau satu tahun. Penambahan dalam ekuitas pemilik berasal dari laba bersih yang dihasilkan selama periode berjalan. Pengurangan ekuitas pemilik dari pembagian dividen dan kerugian bersih selama periode berjalan. 2.5.1.4 Laporan Arus Kas (Cash Flows Statement) Definisi laporan arus kas menurut Eugene F. Brigham dan Joel F. Houston adalah “laporan yang menjelaskan dampak aktivitas operasi, investasi, dan pembiayaan perusahaan terhadap arus kas selama satu periode akuntansi”, Eugene F. Brigham, hal 48 [7]. Laporan arus kas menggambarkan jumlah kas masuk (penerimaan kas) dan jumlah kas keluar (pembayaran dan pengeluaran kas) dalam suatu periode tertentu. Economic Value Added (EVA) Konsep Economic Value Added (EVA) pertama kali diperkenalkan oleh G. Bennet Steward, III, Managing Partner dari Stern Steward & Co dalam bukunya “The Quest For Value” (Harper Business, 1991). Konsep EVA menjadi sistem manajemen keuangan yang hangat dewasa ini. Berikut ini terdapat beberapa pendapat mengenai EVA sebagai berikut: “EVA is an estimate of a business’s true economic profit for the year, and it differs substantially from accounting profit. EVA represents the residual income that remains after the opportunity cost of all capital has been deducted, whereas accounting profit is figured without imposing a charge for equity capital”, Eugene F. Brigham, hal 63 [5]. “EVA adalah suatu sistem manajemen keuangan untuk mengukur laba ekonomi dalam suatu perusahaan, yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercipta jika perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi (operating costs) dan biaya modal (cost of capital)”, Amin Widjaja Tunggal, hal 1 [10]. F.Agung Himawan “Analisis Kinerja....................... 43
ESENSI, Vol.9 No.3/2006 Dari definisi-definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa EVA merupakan suatu pendekatan dalam menilai kinerja keuangan perusahaan yang memperhitungkan biaya modal atas tingkat pengembalian dalam penciptaan nilai tambah, berbeda dengan laba akuntansi yang dihitung tanpa memperhitungkan biaya modal. EVA merupaka tujuan korporat untuk meningkatkan nilai (value) dari modal (capital) yang investor dan pemegang saham telah tanamkan dalam operasi usaha. EVA merupakan selisih dari laba operasi bersih setelah pajak (Net Operating Profit After Tax / NOPAT) dikurangi dengan biaya modal (Cost of Capital). 2.6.1
Penciptaan Nilai Tambah Ekonomis dengan Menggunakan EVA Penggunaan metode EVA juga mendorong manajemen perusahaan hati-hati dalam melakukan transaksi dan investasi. Soalnya, investasi membutuhkan dana yang tidak murah. Jadi, harus benar-benar dikalkulasi secara masak. Jika investasi tidak memberikan hasil optimal, laba yang diperoleh kecil. Sementara itu, disisi lain, biaya modal makin tinggi. Dan hal ini akan membuat EVA negatif. Apabila perusahaan memiliki nilai EVA yang positif, maka dapat dikatakan bahwa manajemen dalam perusahaan tersebut telah menciptakan nilai (creating value). Sebaliknya, apabila nilai EVA negatif, dinamakan distructing atau destroying value. Berdasarkan rumus yang ada, kita dapat melihat bahwa EVA meningkat, dan nilai diciptakan, ketika sebuah perusahaan dapat mencapai yang berikut ini: 1.Meningkatnya pengembalian atas modal yang ada. Jika RONA meningkat sedangkan WACC dan modal yang diinvestasikan tetap, EVA meningkat. Perusahaan meningkatkan pengembalian atas modal dengan memotong biaya, menciptakan ekuitas merek, dan meningkatkan efisiensi aktiva. 2.Pertumbuhan yang menguntungkan. Ketika sebuah investasi diharapkan mendapatkan pengembalian lebih besar dari WACC, nilai diciptakan. Bahkan jika sebuah strategi pertumbuhan diharapkan mengurangi RONA, nilai diciptakan selama pertambahan RONA melebihi WACC. 3.Pelepasan dari aktivitas yang memusnahkan nilai. Modal yang diinvestasikan menurun ketika sebuah bisnis atau divisi dijual atau ditutup. Jika pengurangan modal lebih mengganti kerugian dengan peningkatan perbedaan RONA dan WACC, EVA meningkat. 4. Periode yang lebih panjang di mana diharapkan mendapatkan RONA lebih besar daripada WACC. Semakin lama perusahaan dapat mempertahankan keunggulan kompetitif, semakin lama pula perusahaan mampu memperoleh pengembalian lebih besar dari biaya modal. 5.Pengurangan biaya modal. Jika biaya modal berkurang dan hal lainnya tetap (modal yang diinvestasikan, RONA, CAP, dan tingkat pudar) maka nilai perusahaan akan meningkat dengan meningkatnya RONA. Dengan perkataan lain, berkurangnya WACC telah memiliki efek yang sama dengan penciptaan nilai, untuk suatu perubahan persentase tertentu, demikian pula RONA meningkat. Setiap tindakan atau strategi yang menyebabkan meningkatnya selisih akan menghantarkan nilai bagi pemegang saham. F.Agung Himawan “Analisis Kinerja....................... 44
ESENSI, Vol.9 No.3/2006 2.6.2 Fungsi dan Kelebihan EVA Fungsi dan kelebihan EVA adalah pengukuran kinerja yang: 1. Dapat dihitung pada tingkat divisi, sehingga menyediakan garis pandang bagi manajer divisi. Eva dapat dihitung untuk setiap kesatuan, termasuk divisi, departemen, lini produk, dan segmen bisnis secara geografis. 2. Merupakan aliran, bukan saham, karenanya dapat dipertanggungjawabkan terhadap penilaian kinerja selama periode waktu tertentu. Eva merupakan suatu aliran sebab ia mengukur laba. 3. Meningkatkan penciptaan kekayaan pemegang saham. EVA memberikan tolak ukur yang baik tentang apakah perusahaan telah memberikan nilai tambah kepada pemegang saham. Oleh karena itu, jika manajer memfokuskan pada EVA, maka hal ini akan membantu memastikan bahwa mereka beroperasi dengan cara yang konsisten untuk memaksimalkan nilai pemegang saham. 2.6.3
Perhitungan EVA Untuk menghitung EVA digunakan rumus sebagai berikut: EVA = NOPAT – Biaya Modal EVA = NOPAT – (IC x WACC) dimana : EVA = Nilai tambah ekonomis (Economic Value Added) NOPAT = Laba operasi bersih setelah pajak (Net Operating Profit After Tax) IC = Modal yang diinvestasikan (Invested Capital) WACC = Biaya modal rata-rata tertimbang (Weighted Average Cost of Capital) 2.6.4
NOPAT (Net Operating Profit After Tax) Definisi NOPAT atau laba bersih setelah pajak menurut David Young & Stephen F. O’Byrne adalah “merupakan laba operasi perusahaan, setelah pajak dan mengukur laba yang diperoleh perusahaan dari operasi berjalan”, David Young, hal 39 [2]. Penggunaan NOPAT menjadi penting sebab pendapatan bersih (net income) tidak selalu menunjukkan kinerja operasi perusahaan yang sebenarnya atau keefektifan manajer operasi dan karyawan perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang dimiliki. Untuk menghitung NOPAT digunakan rumus sebagai berikut: NOPAT = Pendapatan operasi + pendapatan bunga + pendapatan ekuitas (- kerugian ekuitas) + pendapatan investasi lainnya – pajak penghasilan – pembebasan pajak terhadap biaya bunga 2.6.5
Modal Yang Diinvestasikan (Invested Capital/IC) Definisi Invested Capital menurut David Young & Stephen F. O’Byrne adalah “jumlah seluruh keuangan perusahaan, terlepas dari kewajiban jangka pendek, pasiva yg tidak menanggung bunga (non-interest-bearing liabilities), seperti utang, upah yang akan jatuh tempo (accrued wages), dan pajak yang akan jatuh tempo (accrued taxes)”, David Young, hal 39 [2]. Untuk menghitung modal yang diinvestasikan digunakan rumus: IC = At – NIBL F.Agung Himawan “Analisis Kinerja....................... 45
ESENSI, Vol.9 No.3/2006 dimana : IC At NIBL
= = =
Modal yang diinvestasikan (Invested Capital) Aktiva total (Total Asset) Kewajiban yang tidak menanggung bunga Interest-Bearing Liabilities)
(Non-
2.6.6
Biaya Modal (cost of capital) Definisi Biaya modal menurut David Young & Stephen F. O’Byrne adalah “untuk investasi manapun, apakah dalam suatu proyek, sebuah divisi bisnis, atau suatu perusahaan keseluruhan, adalah tingkat dari pengembalian yang diharapkan oleh penyedia dana, jika modal itu diinvestasikan di tempat lainnya, dalam suatu proyek, aktiva, atau perusahaan dengan risiko yang sebanding. Dengan perkataan lain, biaya modal adalah suatu biaya kesempatan”, David Young, hal 148 [2]. “Komponen modal adalah salah satu jenis modal yang digunakan perusahaan untuk mendapatkan uang”, Eugene F. Brigham, hal 406 [7]. Empat komponen struktur modal yang utama adalah utang, saham preferen, laba ditahan, dan penerbitan saham biasa baru. Biaya setiap jenis modal tersebut ditunjukkan dengan symbol-simbol berikut: kd = suku bunga utang baru perusahaan = biaya komponen utang sebelum pajak kd (1 – T) = biaya komponen utang setelah pajak, dimana T merupakan tariff pajak marjinal perusahaan. kd (1 – T) merupakan biaya utang yang digunakan untuk menghitung biaya modal rata-rata tertimbang. kps = biaya komponen saham preferen ks = biaya komponen laba ditahan (atau ekuitas internal). ks didefinisikan sebagai tingkat pengembalian yang diperlukan atas saham biasa. ke = biaya komponen ekuitas eksternal, atau ekuitas yang diperoleh dengan menerbitkan saham biasa baru sebagai pengganti laba ditahan. WACC = biaya modal rata-rata tertimbang. 2.6.6.1 Biaya Hutang, kd (1 – T) “Biaya utang adalah suku bunga atas utang baru, bukan atas utang yang masih beredar”, Eugene F. Brigham, hal 408 [7]. “Biaya hutang setelah pajak, kd (1 – T) adalah biaya yang relevan dari hutang baru, mengingat kemampuan bunga mengurangi pajak; digunakan untuk menghitung WACC”, Eugene F. Brigham, hal 407 [7]. Biaya hutang setelah pajak (after-tax cost of debt), kd (1 – T), digunakan untuk menghitung biaya modal rata-rata tertimbang, dan hal ini merupakan suku bunga utang, kd, dikurangi penghematan pajak yang dihasilkan karena bunga sudah dikurangi. Perhitungan ini sama dengan kd dikalikan dengan (1 – T), dimana T merupakan tarif pajak marjinal perusahaan: Biaya komponen utang setelah pajak = suku bunga – penghematan pajak = kd kd T = kd (1 – T)
F.Agung Himawan “Analisis Kinerja....................... 46
ESENSI, Vol.9 No.3/2006 2.6.6.2 Biaya Saham Preferen, kps “Biaya saham preferen, kps adalah tingkat pengembalian yang diperlukan investor atas saham preferen perusahaan, kps, yang dihitung sebagai dividen saham preferen, Dps, dibagi dengan harga penerbitan bersih, Pn”, Eugene F. Brigham, hal 409 [7]. Komponen biaya saham preferen (cost of preferred stock) yang digunakan untuk menghitung biaya modal rata-rata tertimbang, kps, adalah dividen saham preferen, Dps, dibagi dengan harga penerbitan bersih, Pn, yang merupakan harga yang diterima perusahaan setelah dikurangi biaya flotasi: Komponen biaya saham preferen = kps = Dps / Pn 2.6.6.3 Biaya Laba Ditahan, ks “Biaya laba ditahan, ks adalah tingkat pengembalian yang diperlukan pemegang saham atas saham biasa perusahaan”, Eugene F. Brigham, hal 410 [7]. Biaya laba ditahan (cost of retained earnings), ks, merupakan tingkat pengembalian yang diperlukan pemegang saham atas modal ekuitas perusahaan yang diperoleh dari laba ditahan. Salah satu pendekatan untuk mengestimasi biaya laba ditahan adalah menggunakan Model Penetapan Harga Aktiva Modal (Capital Asset Pricing Model/CAPM), dengan menggunakan rumus sebagai berikut: ks = kRF + (kM – kRF) bi dimana: ks = biaya laba ditahan kRF = suku bunga bebas risiko kM = tingkat pengembalian yang diharapkan atas pasar, atau atas rata-rata saham bi = koefisien beta saham perusahaan ke-i 2.6.6.4 Biaya Penerbitan Baru Saham Biasa (Ekuitas Eksternal),ke “Biaya ekuitas saham biasa baru, ke adalah biaya ekuitas eksternal; berdasarkan biaya laba ditahan, tetapi meningkat karena biaya flotasi”, Eugene F. Brigham, hal 415 [7]. Biaya ekuitas saham biasa baru (cost of new common equity), ke, atau ekuitas eksternal, lebih tinggi daripada biaya laba ditahan, ks, karena biaya flotasi terlibat dalam penerbitan saham biasa baru. Untuk saham dengan pertumbuhan konstan, dicari dengan menerapkan rumus sebagai berikut: ke = [ D1 / { P0 (1 – F)}] + g dimana: F = persentase biaya flotasi (flotation cost) yang terjadi dalam penjualan saham baru P0 (1 – F) = harga bersih per saham yang diterima perusahaan g = growth 2.6.6.5 WACC (Weighted Average Cost of Capital) “WACC sama dengan jumlah biaya dari setiap komponen modal— utang jangka pendek, utang jangka panjang, dan ekuitas pemegang saham—ditimbang berdasarkan proporsi relatifnya dalam struktur modal perusahaan pada nilai pasar”, David Young, hal 39 [2]. F.Agung Himawan “Analisis Kinerja....................... 47
ESENSI, Vol.9 No.3/2006 “WACC adalah rata-rata tertimbang komponen biaya hutang, saham preferen, dan ekuitas saham biasa”, Eugene F. Brigham, hal 418, [7]. Biaya modal suatu perusahaan bergantung tidak hanya pada biaya utang dan pembiayaan ekuitas tetapi juga seberapa banyak dari masingmasing itu dimiliki dalam struktur modal. Pembobotan untuk utang dan ekuitas didasarkan pada nilai pasar, bukan nilai buku akuntansi, karena kita ingin mengetahui berapa banyak itu akan membiayai perusahaan untuk menghimpun modal hari ini, dan biaya itu timbul dari nilai pasar, bukan nilai buku. Proporsi target utang, saham preferen dan ekuitas saham biasa, bersama dengan komponen biaya modal, digunakan untuk menghitung biaya modal rata-rata tertimbang (Weighted Average Cost of Capital/WACC). Rumus untuk menghitung WACC adalah sebagai berikut: WACC = wd kd(1 – T) + wps kps + wce ks dimana : WACC = Biaya modal rata-rata tertimbang (Weighted Average Cost of Capital) kd = biaya komponen utang sebelum pajak kd (1 – T) = biaya komponen utang setelah pajak kps = biaya komponen saham preferen ks = biaya komponen laba ditahan (atau ekuitas internal) ke= biaya komponen ekuitas eksternal, atau ekuitas yang diperoleh dengan menerbitkan saham biasa baru sebagai pengganti laba ditahan wd = bobot yang digunakan untuk utang wps = bobot yang digunakan untuk saham preferen wce = bobot yang digunakan untuk ekuitas saham biasa atau WACC = utang/pembiayaan total (biaya utang) (1-T) + ekuitas/pembiayaan total (biaya ekuitas) 3. METODOLOGI PENELITIAN Metode Penelitian Metode penelitian deskriftif analatis dipilih sebagai dasar untuk mengukur kinerja perusahaan berdasarkan teori EVA dengan menggunakan data-data keuangan pada laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan tahun 2002, 2003 dan 2004 yang dibahas dalam analisis pembahasan. 3.2 Obyek Penelitian Obyek penelitian adalah PT Dankos Laboratories Tbk. Perusahaan bergerak dalam bidang manufaktur dan distribusi produk farmasi. Dengan menggunakan data-data keuangan pada laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan tahun 2002, 2003 dan 2004. 3.3 Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Data primer Dalam penelitian ini data primer yang digunakan adalah tingkat suku bunga SBI yang diterbitkan oleh Bank Indonesia, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Indeks Harga Saham Individu (IHSI) yang diperoleh melalui Bursa Efek Jakarta (BEJ). b. Data sekunder. Dalam penelitian ini data sekunder yang digunakan adalah laporan keuangan tahun 2002, 2003 dan 2004 yang diterbitkan oleh PT. Dankos Laboratories Tbk. 3.1
F.Agung Himawan “Analisis Kinerja....................... 48
ESENSI, Vol.9 No.3/2006 Kewajiban PT Dankos Laboratories Tbk Tahun 2002 KEWAJIBAN KEWAJIBAN LANCAR Pinjaman jangka pendek 14.212.989 Hutang Usaha: Pihak ketiga 25.202.050 Pihak yang mempunyai hubungan istimewa 26.249.171 Hutang lain-lain 2.749.902 Biaya yang masih harus dibayar 66.750.506 Hutang pajak 33.420.617 Kewajiban jangka panjang jatuh tempo satu tahun: Pinjaman bank 868.492 Hutang obligasi – bersih Hutang sewa guna usaha Jumlah kewajiban lancar 169.453.727
KEWAJIBAN TIDAK LANCAR Kewajiban jangka panjang: Pinjaman bank Hutang obligasi – bersih Hutang sewa guna usaha Hutang hubungan istimewa Kewajiban pajak tangguhan – bersih Estimasi kewajiban kesejahteraan Karyawan Jumlah kewajiban tidak lancar
196.756.590 3.560.964
Tahun 2003
Tahun 2004
7.238.580
913.707
37.143.311
50.142.704
19.029.896 6.582.444 74.178.482 30.166.648
31.666.596 3.029.963 118.716.336 44.977.207
12.000.000 5.490.000
190.094.183 2.769.816
191.829.361
442.310.512
28.000.000 188.925.387 3.660.030 2.233.978
3.098.726 236.252
-
1.474.556
7.260.165
7.577.198
9.718.554
14.777.170 25.372.313
207.894.752
234.012.505
JUMLAH KEWAJIBAN 377.348.479 425.841.866 467.682.825 Catatan: Angka dalam satuan mata uang Rupiah dinyatakan dalam ribuan rupiah Ekuitas PT Dankos Laboratories Tbk Tahun 2002 Tahun 2003 Tahun 2004 Modal saham 89.302.500 89.302.500 89.302.500 Tambahan modal disetor 2.377.307 2.377.307 2.377.307 Selisih penilaian kembali aktiva tetap 3.887.931 3.887.931 3.887.931 Selisih transaksi perubahan ekuitas Anak Perusahaan 33.082 1.737.486 3.388.783 Laba (Rugi) belum direalisasi atas kenaikan (penurunan) nilai pasar dari investasi (306.275) 7.181.723 12.068.487 Saldo laba telah ditentukan F.Agung Himawan “Analisis Kinerja....................... 49
ESENSI, Vol.9 No.3/2006 penggunaannya Saldo laba belum ditentukan penggunaannya Jumlah ekuitas
1.966.779
2.898.522
4.153.989
180.465.436
287.219.886
461.295.983
277.726.760 394.605.355 576.474.980 Catatan: Angka dalam satuan mata uang Rupiah dinyatakan dalam ribuan rupiah Laba Rugi PT Dankos Laboratories Tbk Tahun 2002 Tahun 2003 Tahun 2004 Penjualan 1.065.422.022 1.191.273.400 1.361.627.096 Harga pokok penjualan (547.509.987) (576.364.247) (609.879.311) Laba kotor 517.912.035 614.909.153 751.747.785 Beban Usaha (321.888.637) (395.361.320) (466.277.915) Laba Usaha 196.023.398 219.547.833 285.469.870 Rupa-rupa bersih (5.820.368) (2.166.390) 4.670.397 Pendapatan operasi 190.203.030 217.381.443 290.140.267 Pendapatan bunga 9.695.361 7.865.752 9.364.709 Pendapatan ekuitas (2.512.438) (891.527) 6.227.559 Pendapatan investasi lain (26.272.729) (9.326.224) Pajak penghasilan (34.252.708) (50.596.224) (78.249.956) Pembebasan pajak terhadap biaya bunga (12.979.527) (11.504.510) (10.137.672) NOPAT 123.880.989 152.928.710 217.344.907 Catatan: Angka dalam satuan mata uang Rupiah dinyatakan dalam ribuan rupiah 3.4 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Penelitian lapangan Penelitian lapangan yaitu melakukan penelitian terhadap obyek penelitian, sehingga data-data dapat diperoleh. Penelitian lapangan dilakukan dengan mendatangi Bursa Efek Jakarta (BEJ) untuk memperoleh data-data, diantaranya laporan keuangan tahun 2002, 2003 dan 2004 yang diterbitkan PT. Dankos Laboratories Tbk, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Indeks Harga Saham Individu (IHSI) dan mendatangi Bank Indonesia untuk memperoleh tingkat suku bunga SBI tahun 2002, 2003 dan 2004. b. Penelitian perpustakaan Penelitian perpustakaan dengan tujuan mencari bahan-bahan yang berhubungan erat dengan masalah yang dibahas dalam penulisan ini. 3.5 Metode Analisis Data a. Menentukan laba operasi bersih sesudah pajak (Net Operating Profit After Tax/NOPAT). Laba operasi bersih sesudah pajak diperoleh dengan cara menambahkan pendapatan operasi dengan pendapatan bunga, pendapatan ekuitas (kerugian ekuitas) dan pendapatan investasi lainnya, kemudian dikurangi pajak penghasilan dan pembebasan pajak terhadap biaya bunga. Rumus : NOPAT = Pendapatan operasi + pendapatan bunga + pendapatan ekuitas (- kerugian ekuitas) + pendapatan investasi lainnya – pajak penghasilan – pembebasan pajak terhadap biaya bunga b. Menentukan modal yang diinvestasikan (Invested Capital). Modal yang diinvestasikan diperoleh dengan cara mengurangkan kewajiban jangka pendek, tanpa menanggung bunga dari total aktiva. Atau dapat juga diperoleh dengan cara menjumlahkan utang jangka pendek, utang jangka panjang, kewajiban jangka panjang lain dan ekuitas pemegang saham. Rumus : IC = At – NIBL (Non-Interest-Bearing Liabilities). F.Agung Himawan “Analisis Kinerja....................... 50
ESENSI, Vol.9 No.3/2006 c.
d.
e.
Menentukan biaya modal rata-rata tertimbang (Weighted Average Cost of Capital). Biaya modal diperoleh dengan cara menjumlahkan semua utang jangka pendek, utang jangka panjang, dan ekuitas pemegang saham dan kemudian ditimbang berdasarkan proporsi relatifnya dalam struktur modal perusahaan pada nilai pasar. Untuk menghitung WACC, maka harus ditentukan biaya utang (cost of debt) dan biaya ekuitas (cost of equity). Rumus WACC = utang/pembiayaan total (biaya utang) (1-T) + ekuitas/pembiayaan total (biaya ekuitas) Setelah semuanya ditentukan, maka EVA dihitung dengan mengurangkan hasil dari perkalian modal yang diinvestasikan dan biaya modal rata-rata tertimbang dengan laba operasi bersih sesudah pajak. Rumus : EVA = NOPAT - (IC x WACC) Interprestasi EVA. Apabila perusahaan memiliki nilai EVA yang positif, maka dapat dikatakan bahwa manajemen dalam perusahaan tersebut telah menciptakan nilai (creating value). Sebaliknya, apabila nilai EVA negatif, dinamakan distructing atau destroying value. 4. ANALISIS DATA, PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
4.1
Analisis Perhitungan EVA Untuk menghitung EVA, data yang digunakan yaitu data laporan keuangan PT Dankos Laboratories Tbk, berupa laporan neraca (balance sheet) dan laporan laba rugi (income statement). Data-data keuangan dalam laporan tahunan tersebut masih harus diolah sedimikian rupa agar tingkat EVA yang dicapai perusahaan dapat diketahui. Berikut ini adalah pengolahan data-data keuangan perusahaan untuk mengetahui tingkat EVA yang dicapai perusahaan dari beberapa tahun. Sistematika perhitungan untuk memperoleh informasi tentang EVA dan halhal yang berhubungan dengannya akan dimulai dengan NOPAT (Net Operating Profit After Tax), kemudian dilanjutkan dengan IC (Invested Capital), WACC (Weighted Average Cost of Capital) dan EVA. 4.1.1 Perhitungan NOPAT (Net Operating Profit After Tax) Langkah pertama didalam penghitungan EVA adalah dengan menghitung NOPAT perusahaan. Berdasarkan data laporan laba rugi (income statement) perusahaan, maka NOPAT yang dicapai perusahaan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: NOPAT = Pendapatan operasi + pendapatan bunga + pendapatan ekuitas (- kerugian ekuitas) + pendapatan investasi lainnya – pajak penghasilan – pembebasan pajak terhadap biaya bunga Dengan menggunakan rumus diatas, maka NOPAT untuk tahun 2002 dapat dihitung sebagai berikut: PERHITUNGAN NOPAT TAHUN 2002 Pendapatan operasi (196.023 – 5.820) 190.203 juta + pendapatan bunga 9.695 juta + pendapatan ekuitas (- kerugian ekuitas) (2.512) juta + pendapatan investasi lainnya (26.273) juta - pajak penghasilan (34.253) juta - pembebasan pajak terhadap biaya bunga (43.265 x 30%) (12.980) juta NOPAT 123.880 juta F.Agung Himawan “Analisis Kinerja....................... 51
ESENSI, Vol.9 No.3/2006 Dengan cara yang sama, maka NOPAT tahun 2003 sebagai berikut: PERHITUNGAN NOPAT TAHUN 2003 Pendapatan operasi (219.548 – 2.166) 217.382 juta + pendapatan bunga 7.866 juta + pendapatan ekuitas (- kerugian ekuitas) (892) juta + pendapatan investasi lainnya (9.326) juta - pajak penghasilan (50.596) juta - pembebasan pajak terhadap biaya bunga (38.348 x 30%) (11.504) juta NOPAT 152.930 juta Selanjutnya dengan cara yang sama, maka NOPAT untuk tahun 2004 dihitung sebagai berikut: PERHITUNGAN NOPAT TAHUN 2004 Pendapatan operasi (285.470 + 4.670) 290.140 juta + pendapatan bunga 9.365 juta + pendapatan ekuitas (- kerugian ekuitas) 6.228 juta + pendapatan investasi lainnya - pajak penghasilan (78.250) juta - pembebasan pajak terhadap biaya bunga (33.792 x 30%) (10.138) juta NOPAT 217.345 juta Hasil perhitungan NOPAT disajikan dalam Tabel 4-1 berikut ini. menunjukkan peningkatan NOPAT terjadi dari tahun ke tahun. Namun demikian NOPAT tersebut belum dapat memberikan informasi yang cukup tentang kinerja perusahaan karena banyak faktor yang mempengaruhi peningkatan EBIT. TABEL 4-1 HASIL PERHITUNGAN NOPAT UNTUK TAHUN 2002 - 2004 Tahun 2002 Tahun 2003 Tahun 2004 Pendapatan operasi 190.203 217.382 290.140 + pendapatan bunga 9.695 7.866 9.365 + pendapatan ekuitas (- kerugian ekuitas) (2.512) (892) 6.228 + pendapatan investasi (26.273) (9.326) lainnya (34.253) (50.596) (78.250) - pajak penghasilan - pembebasan pajak (12.980) (11.504) (10.138) terhadap biaya bunga NOPAT 123.880 152.930 217.345 Catatan: Angka dalam satuan mata uang Rupiah dinyatakan dalam jutaan rupiah 4.1.2 Perhitungan IC (Invested Capital) Langkah kedua didalam penghitungan EVA adalah dengan menghitung modal yang diinvestasikan. Untuk menghitung modal yang diinvestasikan PT. Dankos Laboratories Tbk, data yang digunakan adalah data laporan neraca (balance sheet). Modal yang diinvestasikan perusahaan dapat dihitung dengan menggunakan rumus, yaitu dengan mengurangkan kewajiban yang tidak menanggung bunga (Non-Interes-Bearing Liabilities/NIBL) dari Total Aktiva. F.Agung Himawan “Analisis Kinerja....................... 52
ESENSI, Vol.9 No.3/2006 Laporan keuangan tahunan perusahaan menunjukkan beberapa akun kewajiban lancar dan kewajiban jangka panjang yang tidak menanggung beban bunga. Akun-akun yang termasuk dalam NIBL adalah : hutang usaha, hutang lain-lain, biaya yang masih harus dibayar, hutang pajak, hutang hubungan istimewa, kewajiban pajak tangguhan, dan estimasi kewajiban imbalan kerja karyawan. Dengan dasar tersebut diatas, maka At dan NIBL untuk tahun 2002 adalah sebagai berikut: At(2002) = Rp 660.949 juta NIBL(2002) = Rp 165.511 juta Maka, IC(2002) = At(2002) – NIBL(2002) = Rp 660.949 juta - Rp 165.511 juta = Rp 495.438 juta Dengan cara yang sama, maka At dan NIBL untuk tahun 2003 adalah sebagai berikut: At(2003) = Rp 826.778 juta NIBL(2003) = Rp 180.528 juta Maka, IC(2003) = At(2003) – NIBL(2003) = Rp 826.778 juta - Rp 180.528 juta = Rp 646.250 juta Selanjutnya dengan cara yang sama, maka At dan NIBL untuk tahun 2004 adalah sebagai berikut: At(2004) = Rp 1.050.887 juta NIBL(2004) = Rp 270.806 juta Maka, IC(2004) = At(2004) – NIBL(2004) = Rp 1.050.887 juta - Rp 270.806 juta = Rp 780.081 juta Hasil perhitungan invested capital disajikan dalam Tabel 4-2 pada halaman berikut ini. Tabel 5-2 menunjukkan peningkatan invested capital terjadi dari tahun ke tahun. Peningkatan invested capital ini secara tidak langsung dapat menerangkan terjadinya peningkatan NOPAT perusahaan. TABEL 4-2 HASIL PERHITUNGAN IC (INVESTED CAPITAL) UNTUK TAHUN 2002 - 2004 Tahun 2002 Tahun 2003 Tahun 2004 Total Aset 660.949 826.778 1.050.887 NIBL : - Hutang usaha 51.451 56.173 81.810 - Hutang lain-lain 2.750 6.582 3.030 - Biaya yang masih harus dibayar 66.751 74.178 118.716 - Hutang pajak 33.421 30.167 44.977 - Hutang hubungan istimewa 3.561 2.234 236 - Kewajiban pajak tangguhan 1.475 7.260 - Estimasi kewajiban kesejahteraan karyawan 7.577 9.719 14.777 Total NIBL 165.511 180.528 270.806 IC 495.438 646.250 780.081 Catatan: Angka dalam dinyatakan dalam jutaan rupiah 4.1.3 Perhitungan WACC (Weighted Average Cost of Capital) F.Agung Himawan “Analisis Kinerja....................... 53
ESENSI, Vol.9 No.3/2006 Langkah selanjutnya dalam penghitungan EVA adalah menghitung WACC (Weighted Average Cost of Capital). WACC merupakan rata-rata tertimbang biaya hutang dan modal sendiri yang menggambarkan tingkat pengembalian investasi minimum untuk mendapatkan tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor. Perhitungan WACC dimulai dengan menentukan komponen biaya modal, yaitu biaya hutang (cost of debt) dan biaya ekuitas (cost of equity). 4.1.3.1 Biaya Hutang (cost of debt) Biaya hutang (kd) didapat dengan menggunakan tingkat bunga pinjaman yang dilakukan perusahaan. Tingkat bunga pinjaman yang dilakukan oleh PT. Dankos Laboratories Tbk adalah sebagai berikut: Pinjaman jangka pendek Tahun 2002 bunga pinjaman berkisar antara 18,50% - 19,50% per tahun, tahun 2003 antara 14% - 18,50% per tahun, dan tahun 2004 antara 12,25% - 14,50% per tahun. Tingkat bunga yang digunakan adalah rata-rata, sehingga untuk tahun 2002 adalah sebesar 19%, tahun 2003 sebesar 16,25% dan untuk tahun 2004 sebesar 13,375%. Hutang jangka panjang : a. Bank Tahun 2003 dan 2004 bunga pinjaman berkisar antara 14% 15% per tahun, sehingga rata-ratanya adalah 14,5% pertahun. b. Hutang obligasi Dengan tingkat bunga tetap sebesar 17,5% per tahun. c. Hutang sewa guna usaha Dengan tingkat bunga 14,19 % untuk tahun 2003 dan 13,28% untuk tahun 2004. Dengan adanya variasi tingkat bunga ini maka diperlukan penyesuaian tingkat bunga yang layak diterapkan dalam menghitung tingkat bunga yang diterapkan atas hutang perusahaan secara keseluruhan. Penyesuaian dilakukan dengan menperhitungkan proporsi setiap unsur hutang atas total hutang perusahaan. Pada tahun 2002, komposisi hutang beserta tingkat bunga yang dikenakan adalah sebagai berikut: Pinjaman jangka pendek Total = Rp 14.213 juta Tingkat bunga = 19% p.a. Hutang jangka panjang : Hutang Bank = Rp 868 juta Tingkat bunga = 14,5% p.a. Maka total hutang perusahaan untuk tahun 2002 adalah sebesar Rp 15.081 juta. Sedangkan tingkat bunga yang diterapkan untuk masing-masing hutang yang tersebut diatas, dihitung sebagai berikut: Pinjaman jangka pendek = 14.213 x 19% = 17,91% 15.081 Hutang bank = 868 x 14,5% = 0,83% 15.081 Sehingga didapat tingkat bunga yang diterapkan atas total hutang yang merupakan penjumlahan dari semua tingkat bunga yang diterapkan dari masing-masing hutang tersebut diatas, yaitu: kd(2002) = 17,91% + 0,83% = 18,74% F.Agung Himawan “Analisis Kinerja....................... 54
ESENSI, Vol.9 No.3/2006 Dengan cara yang sama maka dapat dihitung tingkat bunga yang diterapkan untuk tahun 2003. Pada tahun 2003, komposisi hutang beserta tingkat bunga yang dikenakan adalah sebagai berikut: Pinjaman jangka pendek Total = Rp 7.239 juta Tingkat bunga = 16,25% p.a. Hutang jangka panjang : a. Hutang Bank = Rp 40.000 juta Tingkat bunga = 14,5% p.a. b. Hutang obligasi = Rp 188.925 juta Tingkat bunga = 17,5% p.a. c. Hutang sewa guna usaha = Rp 9.150 juta Tingkat bunga = 14,19% p.a. Maka total hutang perusahaan untuk tahun 2003 adalah sebesar Rp 245.314 juta. Sedangkan tingkat bunga yang diterapkan untuk masing-masing hutang yang tersebut diatas, dihitung sebagai berikut: Pinjaman jangka pendek = 7.239 x 16,25% = 0,48% 245.314 Hutang bank = 40.000 x 14,5% = 2,36% 245.314 Hutang obligasi = 188.925 x 17,5% = 13,48% 245.314 Hutang sewa guna usaha = 9.150 x 14,19% = 0,53% 245.314 Maka, kd(2003) = 0,48% + 2,36% + 13,48% + 0,53% = 16,85% Selanjutnya dengan cara yang sama, maka dapat dihitung tingkat bunga yang diterapkan untuk tahun 2004. Pada tahun 2004, komposisi hutang beserta tingkat bunga yang dikenakan adalah sebagai berikut: Pinjaman jangka pendek Total = Rp 914 juta Tingkat bunga = 13,375% p.a. Hutang jangka panjang : a. Hutang obligasi = Rp 190.094 juta Tingkat bunga = 17,5% p.a. b. Hutang sewa guna usaha = Rp 5.869 juta Tingkat bunga = 13,28% p.a. Maka total hutang perusahaan untuk tahun 2004 adalah sebesar Rp 196.877 juta. Sedangkan tingkat bunga yang diterapkan untuk masing-masing hutang yang tersebut diatas, dihitung sebagai berikut: Pinjaman jangka pendek = 914 x 13,375% = 0,06% 196.877 Hutang obligasi = 190.094 x 17,5% = 16,9% 196.877 Hutang sewa guna usaha = 5.869 x 13,28% = 0,4% 196.877 Maka, kd(2004)
= 0,06% + 16,9% + 0,4% = 17,36% Hasil perhitungan tingkat bunga yang diterapkan disajikan dalam Tabel 4-3 sampai dengan Tabel 4-5 berikut ini. Dari hasil perhitungan yang terdapat F.Agung Himawan “Analisis Kinerja....................... 55
ESENSI, Vol.9 No.3/2006 pada Tabel 4-3 sampai dengan Tabel 4-5 menunjukkan bahwa dengan peningkatan total hutang yang sangat tinggi, menimbulkan beban bunga yang terlalu besar, bahkan lebih besar apabila dibandingkan dengan rata-rata tingkat suku bunga SBI. TABEL 4-3 PERHITUNGAN TINGKAT BUNGA YANG DITERAPKAN PADA TOTAL HUTANG PERUSAHAAN UNTUK TAHUN 2002 Jumlah Suku Proporsi Suku bunga bunga terhadap total diterapkan hutang (%) (Rp) (%) (%) Pinjaman jangka pendek 14.213 19 94,24 17,91 Hutang jangka panjang: Hutang Bank 868 14,50 5,76 0,83 Total 15.081 100,00 18,74 Catatan: Angka dalam satuan mata uang Rupiah dinyatakan dalam jutaan rupiah TABEL 4-4 PERHITUNGAN TINGKAT BUNGA YANG DITERAPKAN PADA TOTAL HUTANG PERUSAHAAN UNTUK TAHUN 2003 Jumlah Suku Proporsi Suku bunga bunga terhadap total diterapkan hutang (%) (Rp) (%) (%) Pinjaman jangka pendek 7.239 16,25 2,95 0,48 Hutang jangka panjang: Hutang Bank 40.000 14,50 16,31 2,36 Hutang Obligasi 188.925 17,50 77,01 13,48 Hutang sewa guna usaha 9.150 14,19 3,73 0,53 Total 245.314 100,00 16,85 Catatan: Angka dalam satuan mata uang Rupiah dinyatakan dalam jutaan rupiah TABEL 4-5 PERHITUNGAN TINGKAT BUNGA YANG DITERAPKAN PADA TOTAL HUTANG PERUSAHAAN UNTUK TAHUN 2004 Jumlah Suku Proporsi Suku bunga bunga terhadap total diterapkan hutang (%) (Rp) (%) (%) Pinjaman jangka pendek 914 13,375 0,46 0,06 Hutang jangka panjang: Hutang Obligasi 190.094 17,50 96,55 16,90 Hutang sewa guna usaha 5.869 13,28 2,99 0,40 Total 196.877 100.00 17,36 Catatan: Angka dalam satuan mata uang Rupiah dinyatakan dalam jutaan rupiah
F.Agung Himawan “Analisis Kinerja....................... 56
ESENSI, Vol.9 No.3/2006 4.1.3.2 Biaya Ekuitas (cost of equity) Biaya ekuitas dihitung dengan pendekatan CAPM (Capital Asset Pricing Model). Untuk menghitung biaya ekuitas digunakan rumus sebagai berikut: ks = kRF + (kM – kRF) bi Risk free (Rf) atau tingkat bebas risiko diwakili oleh tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) berjangka waktu 1 bulan yang rata-ratanya untuk tahun 2002, 2003 dan 2004 masing-masing adalah sebesar 14,95% , 9,94% dan 7,43% yang ditunjukkan dalam tabel 46 berikut ini: TABEL 4-6 TINGKAT SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA JANGKA WAKTU SATU BULAN UNTUK TAHUN 2002 – 2004 Bulan SBI SBI SBI 2002 2003 2004 Januari 16.93 % 12.69 % 7.86 % Februari 16.86 % 12.24 % 7.48 % Maret 16.76 % 11.40 % 7.42 % April 16.61 % 11.06 % 7.33 % Mei 15.51 % 10.44 % 7.32 % Juni 15.11 % 9.53 % 7.34 % Juli 14.93 % 9.10 % 7.36 % Agustus 14.35 % 8.91 % 7.37 % September 13.22 % 8.66 % 7.39 % Oktober 13.10 % 8.48 % 7.41 % November 13.06 % 8.49 % 7.41 % Desember 12.93 % 8.31 % 7.43 % Rata-rata 14.95 % 9.94 % 7.43 % Sumber : www.bi.go.id
Tahun 2002
Selanjutnya beta yang merupakan ukuran atas derajat volatilitas (valatility) suatu saham relatif terhadap saham rata-rata, dihitung dengan rumus sebagai berikut: ß = N (ΣXY) – (ΣX) (ΣY) N (ΣX2) – (ΣX)2 Tabel 4-7 sampai dengan Tabel 4-9 berikut ini menyajikan data yang terdiri dari IHSG BEJ dan IHSI PT Dankos Laboratories Tbk. TABEL 4-7 DAFTAR IHSG-BEJ DAN IHSI UNTUK TAHUN 2002 Bulan IHSG IHSI (X) (Y) (XY) (X2) Januari 451,636 600 270.981,600 203.975,076 Februari 453,246 625 283.278,750 205.431,937 Maret 481,775 600 289.065,000 232.107,151 April 534,062 625 333.788,750 285.222,220 Mei 530,790 600 318.474,000 281.738,024 Juni 505,009 575 290.380,175 255.034,090 Juli 463,669 525 243.426,225 214.988,942 Agustus 443,674 525 232.928,850 196.846,618 September 419,307 350 146.757,450 175.818,360 F.Agung Himawan “Analisis Kinerja....................... 57
ESENSI, Vol.9 No.3/2006 Oktober November Desember
Σ
Tahun 2003
Tahun 2004
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Σ
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Σ
369,044 390,425 424,945
355 370 400
131.010,620 144.457,250 169.978,000
136.193,474 152.431,681 180.578,253
5.467,582
6.250 2.854.526,670 2.520.365,826 TABEL 4-8 DAFTAR IHSG-BEJ DAN IHSI UNTUK TAHUN 2003 IHSG IHSI (X) (Y) (XY) (X2) 388,443 395 153.434,985 150.887,964 399,220 465 185.637,300 159.376,608 398,004 500 199.002,000 158.407,184 450,861 700 315.602,700 203.275,641 494,776 825 408.190,200 244.803,290 505,499 1.000 505.499,000 255.529,239 507,985 1.025 520.684,625 258.048,760 529,675 1.225 648.851,875 280.555,606 597,652 1.050 627.534,600 357.187,913 625,546 1.025 641.184,650 391.307,798 617,084 1.000 617.084,000 380.792,663 691,895 1.225 847.571,375 478.718,691 6.206,640 10.435 5.670.277,310 3.318.891,35 7 TABEL 4-9 DAFTAR IHSG-BEJ DAN IHSI UNTUK TAHUN 2004 IHSG IHSI (X) (Y) (XY) (X2) 752,932 1.475 1.110.574,700 566.906,597 761,081 725 551.783,725 579.244,289 735,677 700 514.973,900 541.220,648 783,413 775 607.145,075 613.735,929 732,516 675 494.448,300 536.579,690 732,401 525 384.510,525 536.411,225 756,983 625 473.114,375 573.023,262 754,704 575 433.954,800 569.578,128 820,134 600 492.080,400 672.619,778 860,487 650 559.316,550 740.437,877 977,767 775 757.769,425 956.028,306 1.000,230 775 775.178,250 1.000.460,053 9.668,325 8.875 7.154.850.025 7.886.245,782
Dari data diatas, maka dapat dihitung ß untuk tahun 2002 dengan data sebagai berikut: N(2002) = 12 bulan ΣX(2002) = 5.467,582 F.Agung Himawan “Analisis Kinerja....................... 58
ESENSI, Vol.9 No.3/2006 ΣY(2002) ΣXY(2002) ΣX2(2002)
= = =
6.150 2.854.526,670 2.520.365,826
Maka, ß
=
N (ΣXY) – (ΣX) (ΣY) N (ΣX2) – (ΣX)2 = 12 (2.854.526,670) – (5.467,582) (6.150) 12 (2.520.365,826) – (5.467,582)2 = 1,8 Nilai beta untuk tahun 2002 adalah sebesar 1,8. Hal ini berarti risiko saham adalah 1,8 kali risiko rata-rata saham. Artinya jika pasar naik/turun 10%, saham tersebut juga naik/turun 18%. Jadi saham tersebut berisiko hampir dua kali dari rata-rata pasar. Risiko saham tinggi. Dengan cara yang sama, maka data untuk tahun 2003 adalah sebagai berikut: N(2003) = 12 bulan ΣX(2003) = 6.206,640 ΣY(2003) = 10.435 ΣXY(2003) = 5.670.277,310 ΣX2(2003) = 3.318.891,357 Maka, ß = N (ΣXY) – (ΣX) (ΣY) N (ΣX2) – (ΣX)2 = 12 (5.670.277,310) – (6.206,640) (10.435) 12 (3.318.891,357) – (6.206,640)2 = 2,51 Nilai beta untuk tahun 2003 adalah sebesar 2,51. Hal ini berarti risiko saham adalah 2,51 kali risiko rata-rata saham. Artinya jika pasar naik/turun 10%, saham tersebut juga naik/turun 25,1%. Jadi saham tersebut berisiko dua kali setengah lebih tinggi dari rata-rata pasar. Risiko saham sangat tinggi. Selanjutnya dengan cara yang sama, maka data untuk tahun 2004 adalah sebagai berikut: N(2004) = 12 bulan ΣX(2004) = 9.668,325 ΣY(2004) = 8.875 ΣXY(2004) = 7.154.850,025 ΣX2(2004) = 7.886.245,782 Maka, ß = N (ΣXY) – (ΣX) (ΣY) N (ΣX2) – (ΣX)2 = 12 (7.154.850,025) – (9.668,325) (8.875) 12 (7.886.245,782) – (9.668,325)2 = 0,045 Nilai beta untuk tahun 2004 adalah sebesar 0,045. Hal ini berarti risiko saham adalah 0,045 kali risiko rata-rata saham. Artinya jika pasar naik/turun 10%, saham tersebut juga naik/turun 0,45%. Jadi saham tersebut berisiko lebih rendah dengan rata-rata pasar. Risiko saham sangat rendah. Setelah mengetahui beta untuk setiap tahunnya, selanjutnya adalah menentukan tingkat pengembalian yang diharapkan atas pasar (km) yang dihitung berdasarkan data IHSG. F.Agung Himawan “Analisis Kinerja....................... 59
ESENSI, Vol.9 No.3/2006 Tingkat pengembalian yang diharapkan atas pasar dihitung sebagai berikut: km = (IHSGt – IHSGt-1) / IHSGt-1 dimana: IHSGt = indeks harga saham gabungan pada periode t IHSGt-1 = indeks harga saham gabungan pada periode t – 1 Dengan menggunakan rumus diatas, maka km-t pada setiap bulannya dapat dihitung seperti yang terdapat pada Tabel 5-10 sampai dengan Tabel 5-12 berikut ini: TABEL 4-10 PERHITUNGAN RATE OF RETURN PASAR BURSA EFEK JAKARTA UNTUK TAHUN 2002 Tahun Bulan IHSG IHSG km Bulan Lalu Bulan ini 2002 Januari 392,036 451,636 0,15203 Februari 451,636 453,246 0,00356 Maret 453,246 481,775 0,06294 April 481,775 534,062 0,10853 Mei 534,062 530,790 -0,00613 Juni 530,790 505,009 -0,04857 Juli 505,009 463,669 -0,08186 Agustus 463,669 443,674 -0,04312 September 443,674 419,307 -0,05492 Oktober 419,307 369,044 -0,11987 November 369,044 390,425 0,05794 Desember 390,425 424,945 0,08842 Total 0,11894
Tahun 2003
TABEL 4-11 PERHITUNGAN RATE OF RETURN PASAR BURSA EFEK JAKARTA UNTUK TAHUN 2003 Bulan IHSG IHSG Bulan Lalu Bulan ini Januari 424,945 388,443 Februari 388,443 399,220 Maret 399,220 398,004 April 398,004 450,861 Mei 450,861 494,776 Juni 494,776 505,499 Juli 505,499 507,985 Agustus 507,985 529,675 September 529,675 597,652 Oktober 597,652 625,546 November 625,546 617,084 Desember 617,084 691,895 Total
km -0,08590 0,02774 -0,00305 0,13281 0,09740 0,02167 0,00492 0,04270 0,12834 0,04667 -0,01353 0,12123 0,52101
F.Agung Himawan “Analisis Kinerja....................... 60
ESENSI, Vol.9 No.3/2006
Tahun 2004
TABEL 4-12 PERHITUNGAN RATE OF RETURN PASAR BURSA EFEK JAKARTA UNTUK TAHUN 2004 Bulan IHSG IHSG Bulan Lalu Bulan ini Januari 691,895 752,932 Februari 752,932 761,081 Maret 761,081 735,677 April 735,677 783,413 Mei 783,413 732,516 Juni 732,516 732,401 Juli 732,401 756,983 Agustus 756,983 754,704 September 754,704 820,134 Oktober 820,134 860,487 November 860,487 977,767 Desember 977,767 1.000,230 Total
km 0,08822 0,01082 -0,03338 0,06489 -0,06497 -0,00016 0,03356 -0,00301 0,08670 0,04920 0,13629 0,02298 0,39114
Setelah variabel beta dan km diketahui, maka kcs tahun 2002 dapat dihitung dengan menggunakan data sebagai berikut: krf(2002) = 14,95% km(2002) = 11,89% ß(2002) = 1,8 Maka, kcs(2002) = krf(2002) + ß(2002) (km(2002) - krf(2002)) = 14,95% + 1,8 (11,89% - 14,95%) = 9,44% Dengan cara yang sama, maka kcs tahun 2003 dapat dihitung dengan menggunakan data sebagai berikut: krf(2003) = 9,94% km(2003) = 52,10% ß(2003) = 2,51 Maka, kcs(2003) = krf(2003) + ß(2003) (km(2003) - krf(2003)) = 9,94% + 2,51 (52,10% - 9,94%) = 115,76% Selanjutnya dengan cara yang sama, maka kcs tahun 2004 dapat dihitung dengan menggunakan data sebagai berikut: krf(2004) = 7,43% km(2004) = 39,11% ß(2004) = 0,045 Maka, kcs(2004) = krf(2004) + ß(2004) (km(2004) - krf(2004)) = 7,43% + 0,045 (39,11% - 7,43%) = 8,86% Hasil perhitungan kcs untuk tahun 2002 sampai dengan tahun 2004, disajikan dalam Tabel 4-13 berikut ini: TABEL 4-13 F.Agung Himawan “Analisis Kinerja....................... 61
ESENSI, Vol.9 No.3/2006
Keterangan Beta (ß) km (%) Suku bunga SBI (%) kcs (%)
HASIL PERHITUNGAN kcs UNTUK TAHUN 2002 - 2004 Tahun 2002 Tahun 2003 1,80 2,51 11,89 52,10 14,95 9,94 9,44 115,76
Tahun 2004 0,045 39,11 7,43 8,86
Dari tabel 4-13 dapat terlihat biaya ekuitas untuk tahun 2003 sangat tinggi, yaitu sebesar 115,76% artinya tingkat pengembalian yang diperlukan pemegang saham atas saham perusahaan adalah sebesar 115,76%. Tingginya biaya ekuitas tahun 2003 disebabkan oleh tingginya risiko saham (beta) yang mencapai 2,51 dan tingginya tuntutan tingkat pengembalian oleh pasar modal (km) yang mencapai 52,10%. Setelah biaya hutang dan biaya ekuitas diketahui, maka selanjutnya dapat dihitung biaya modal perusahaan dengan menggunakan metode tingkat biaya modal rata-rata tertimbang (Weighted Average Cost of Capital/WACC). WACC dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: WACC = utang/pembiayaan total (biaya utang) (1T) + ekuitas/pembiayaan total (biaya ekuitas) WACC tahun 2002 dapat dihitung dengan menggunakan data sebagai berikut: Utang(2002) = 15.081 juta Pembiayan total(2002) = 292.808 juta Biaya utang(2002) = 18,74% Ekuitas (2002) = 277.727 juta Biaya ekuitas(2002) = 9,44% Maka, WACC(2002) = 15.081 juta/292.808 juta (18,74%) (1-30%) + 277.727 juta/292.808 juta (9,44%) = 9,63% Dengan cara yang sama, maka WACC tahun 2003 dapat dihitung dengan menggunakan data sebagai berikut: Utang(2003) = 245.314 juta Pembiayan total(2003) = 639.919 juta Biaya utang(2003) = 16,85% Ekuitas (2003) = 394.605 juta Biaya ekuitas(2003) = 115,76% Maka, WACC(2003) = 245.314 juta/639.919 juta (16,85%) (1-30%) + 394.605 juta/639.919 juta (115,76%) = 75,90% Selanjutnya dengan cara yang sama, maka WACC tahun 2004 dapat dihitung dengan menggunakan data sebagai berikut: Utang(2004) = 196.877 juta Pembiayan total(2004) = 773.352 juta Biaya utang(2004) = 17,36% F.Agung Himawan “Analisis Kinerja....................... 62
ESENSI, Vol.9 No.3/2006 Ekuitas (2004) Biaya ekuitas(2004)
= =
576.475 juta 8,86%
Maka, WACC(2004)
196.877 juta/773.352 juta(17,36%) (1-30%) + 576.475 juta/773.352 juta (8,86%) = 9,69% Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 4-14 sampai dengan Tabel 4-16, terjadi kenaikan pada WACC setiap tahunnya. WACC tertinggi dicapai pada tahun 2003 sebesar 75,90%. Tingginya WACC pada tahun ini dapat disebabkan oleh tingginya tingkat risiko saham (beta) yang mencapai 2,51 dan tingginya tuntutan tingkat pengembalian oleh pasar modal (km) yang mencapai 52,10%., sehingga mengakibatkan tingginya tingkat kcs perusahaan menjadi sebesar 115,76%. Faktor lainnya yang menyebabkan tingginya WACC adalah tingkat bunga yang diterapkan pada total hutang perusahaan lebih besar dari tingkat suku bunga SBI, dimana cost of debt untuk 2002 sebesar 18,74%, 2003 sebesar 16,85% dan 2004 sebesar 17,36% sedangkan tingkat suku bunga SBI hanya sebesar 14,95% untuk tahun 2002, 9,94% untuk tahun 2003 dan 7,43% untuk tahun 2004.
Sumber dana Hutang Ekuitas Total
Sumber dana Hutang Ekuitas Total
Sumber dana Hutang Ekuitas Total
=
TABEL 4-14 HASIL PERHITUNGAN WACC UNTUK TAHUN 2002 Dalam jutaan Rp Proporsi Cost (%) 15.081 277.727 292.808
5,15 % 94,85 % 100 %
13,12 9,44
TABEL 4-15 HASIL PERHITUNGAN WACC UNTUK TAHUN 2003 Dalam jutaan Rp Proporsi Cost (%) 245.314 394.605 639.919
38,34 % 61,66 % 100 %
11,80 115,76
TABEL 4-16 HASIL PERHITUNGAN WACC UNTUK TAHUN 2004 Dalam jutaan Rp Proporsi Cost (%) 196.877 576.475 773.352
25,46 % 74,54 % 100 %
12,15 8,86
Weighted (%) 0,68 8,95 9,63
Weighted (%) 4,52 71,38 75,90
Weighted (%) 3,09 6,60 9,69
F.Agung Himawan “Analisis Kinerja....................... 63
ESENSI, Vol.9 No.3/2006 4.1.4 Perhitungan Capital Charges Nilai capital charges menunjukkan besarnya kompensasi atau pengembalian yang dituntut oleh investor atas modal yang diinvestasikan di perusahaan. Nilai capital charges dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Capital charges = WACC x Invested Capital Dengan menggunakan rumus diatas, maka dapat dihitung capital charges tahun 2002, dengan data sebagai berikut: WACC(2002) = 9,63% Invested Capital(2002) = 495.438 juta Maka, Capital charges(2002) = WACC(2002) x Invested Capital(2002) = 9,63% x 495.438 juta = 47.711 juta Dengan cara yang sama, maka capital charges tahun 2003 dapat dihitung dengan menggunakan data sebagai berikut: WACC(2003) = 75,90% Invested Capital(2003) = 646.250 juta Maka, Capital charges(2003) = WACC(2003) x Invested Capital(2003) = 75,90% x 646.250 juta = 490.504 juta Selanjutnya dengan cara yang sama, maka capital charges tahun 2004 dapat dihitung dengan menggunakan data sebagai berikut: WACC(2004) = 9,69% Invested Capital(2004) = 780.081 juta Maka, Capital charges(2004) = WACC(2004) x Invested Capital(2004) = 9,69% x 780.081 juta = 75.590 juta Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 4-17, terjadi kenaikan capital charges setiap tahunnya, hal ini berarti besarnya kompensasi atau pengembalian yang dituntut oleh investor atas modal yang diinvestasikan di perusahaan semakin tinggi, dimana tahun 2003 adalah yang tertinggi yaitu sebesar 490.504 juta.
Keterangan WACC x Invested Capital Capital Charges
TABEL 4-17 HASIL PERHITUNGAN CAPITAL CHARGES UNTUK TAHUN 2002 - 2004 Tahun 2002 Tahun 2003 9,63% 75,90% 495.438 juta 646.250 juta 47.711 juta 490.504 juta
Tahun 2004 9,69% 780.081 juta 75.590 juta
4.1.5 Perhitungan EVA Langkah terakhir adalah menghitung nilai EVA. Nilai EVA dapat diperoleh dengan menggurangkan hasil perhitungan capital charges dari hasil perhitungan NOPAT, atau dapat dirumuskan sebagai berikut: EVA = NOPAT - Capital charges Dengan menggunakan rumus diatas, maka dapat dihitung EVA tahun 2002, dengan data sebagai berikut: F.Agung Himawan “Analisis Kinerja....................... 64
ESENSI, Vol.9 No.3/2006 NOPAT(2002) Capital charges(2002)
= =
123.880 juta 47.711 juta
Maka, EVA(2002)
= NOPAT(2002) - Capital charges(2002) = 123.880 juta - 47.711 juta = 76.169 juta Dengan cara yang sama, maka EVA tahun 2003 dapat dihitung dengan menggunakan data sebagai berikut: NOPAT(2003) = 152.930 juta Capital charges(2003) = 490.504 juta Maka, EVA(2003) = NOPAT(2003) - Capital charges(2003) = 152.930 juta - 490.504 juta = -337.574 juta Selanjutnya dengan cara yang sama, maka EVA tahun 2004 dapat dihitung dengan menggunakan data sebagai berikut: NOPAT(2004) = 217.345 juta Capital charges(2004) = 75.590 juta Maka, EVA(2004) = NOPAT(2004) - Capital charges(2004) = 217.345 juta - 75.590 juta = 141.755 juta Hasil perhitungan EVA yang disajikan pada tabel 4-18 menunjukkan tingkat pencapaian EVA pada tahun 2002, 2003 dan 2004. Pencapaian EVA tertinggi terjadi pada tahun 2004 yaitu sebesar Rp 141.755 juta. Sedangkan EVA negatif terjadi pada tahun 2003 yaitu sebesar -337.574 juta. Hal ini berarti perusahaan mengalami penurunan nilai kekayaan (destroy value). Laporan keuangan menunjukkan bahwa hutang perusahaan yang menanggung bunga meningkat hingga mencapai Rp 245.314 juta. Hal ini mempengaruhi besarnya biaya modal perusahaan tersebut.
Keterangan NOPAT - Capital Charges EVA
4.2
TABEL 4-18 HASIL PERHITUNGAN EVA UNTUK TAHUN 2002 - 2004 Tahun 2002 Tahun 2003 123.880 juta 152.930 juta 47.711 juta 490.504 juta 76.169 juta -337.574 juta
Tahun 2004 217.345 juta 75.590 juta 141.755 juta
Analisis Perubahan Nilai EVA Setiap Tahunnya
Keterangan NOPAT IC Total Hutang kd Beta (ß)
TABEL 4-19 RANGKUMAN BERBAGAI HASIL PERHITUNGAN UNTUK TAHUN 2002 - 2004 Tahun 2002 Tahun 2003 123.880 152.930 495.438 646.250 15.081 245.314 18,74% 16,85% 1,80 2,51
Tahun 2004 217.345 70.081 196.877 17,36% 0,045
F.Agung Himawan “Analisis Kinerja....................... 65
ESENSI, Vol.9 No.3/2006 km 11,89% 52,10% 39,11% Suku bunga SBI 14,95% 9,94% 7,43% kcs 9,44% 115,76% 8,86% WACC 9,63% 75,90% 9,69% Capital Charges 47.711 490.504 75.590 EVA 76.169 -337.574 141.755 Catatan: Angka dalam satuan mata uang Rupiah dinyatakan dalam jutaan rupiah Hasil perhitungan yang berkaitan dengan EVA, dirangkum seperti ditunjukkan pada Tabel 4-19. Dari tabel tersebut, maka dapat dilihat EVA tahun 2002 adalah sebesar 76.169 juta, sedangkan untuk tahun 2003 mengalami penurunan sehingga nilai EVA untuk tahun 2003 menjadi negatif sebesar 337.574 juta. Kemudian untuk tahun 2004, nilai EVA kembali meningkat hingga mencapai sebesar 141.755 juta. Nilai EVA diperoleh dengan mengurangkan capital charges dari NOPAT. Meskipun nilai NOPAT meningkat setiap tahunnya, namun nilai capital charges setiap tahunnya meningkat lebih banyak, sehingga nilai EVA menurun. Seperti diketahui nilai capital charges diperoleh dari perkalian WACC dengan invested capital. Nilai invested capital setiap tahunnya meningkat, artinya Perusahaan tesebut semakin besar dalam menginvestasikan modalnya dari tahun ke tahun. Sedangkan nilai WACC yang merupakan gabungan dari komponen biaya hutang dan komponen biaya ekuitas juga meningkat tinggi untuk tahun 2003, yaitu sebesar 75,90%. Tingginya WACC pada tahun ini dapat disebabkan oleh tingginya tingkat risiko saham (beta) sebesar 2,51 dan tingginya tuntutan tingkat pengembalian oleh pasar modal (km) yang mencapai 52,10%, sehingga mengakibatkan tingginya tingkat kcs perusahaan menjadi sebesar 115,76%. Faktor lainnya yang menyebabkan tingginya WACC adalah meningkatnya total hutang perusahaan yang menanggung bunga, dimana untuk tahun 2002 sebesar Rp 15.081 juta, tahun 2003 meningkat menjadi sebesar Rp 245.314 dan tahun 2004 sebesar Rp 196.877 juta. Dan tingkat bunga yang diterapkan pada total hutang perusahaan lebih besar dari tingkat suku bunga SBI, dimana cost of debt untuk 2002 sebesar 18,74%, 2003 sebesar 16,85% dan 2004 sebesar 17,36% sedangkan tingkat suku bunga SBI hanya sebesar 14,95% untuk tahun 2002, 9,94% untuk tahun 2003 dan 7,43% untuk tahun 2004. Hal ini menjelaskan kenaikan WACC setiap tahunnya. Nilai capital charges menunjukkan besarnya kompensasi atau pengembalian yang dituntut oleh investor atas modal yang diinvestasikan di perusahaan. Nilai capital charges perusahaan setiap tahunnya meningkat. Hal ini berarti pengembalian yang dituntut oleh investor atas modal yang diinvestasikan di perusahaan semakin tinggi setiap tahunnya. Walaupun EVA tahun 2003 negatif, namun perusahaan bisa meningkatkan EVA kembali di tahun 2004. Hal ini mungkin disebabkan investasi yang dilakukan perusahaan sudah memperoleh hasilnya dan dari laporan keuangan juga terlihat perusahaan sudah melunasi beberapa hutang jangka panjang yang menanggung bunga. 5. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka beberapa hal yang berhubungan dengan hasil perhitungan-perhitungan tersebut dapat ditarik sebagai kesimpulan, yaitu: F.Agung Himawan “Analisis Kinerja....................... 66
ESENSI, Vol.9 No.3/2006 1.
2.
Hasil pencapaian EVA tersebut diatas menunjukkan bahwa kinerja perusahaan selama periode tahun 2002 dan 2004, masing-masing telah mampu memberikan nilai tambah ekonomis sebesar EVA(2002) Rp 76.169 juta dan EVA(2004) Rp 141.755 juta. Dengan adanya pencapaian EVA tersebut berarti bahwa pendapatan yang mampu dihasilkan oleh kinerja perusahaan melebihi biaya modal yang pada dasarnya adalah tuntutan para investor atas modal yang diinvestasikan kepada perusahaan untuk pembiayaan perusahaan. Jadi kinerja perusahaan dilihat dari sisi metode EVA adalah baik, karena mampu menciptakan nilai bagi pemegang sahamnya. Namun kinerja perusahaan selama periode tahun 2003 mengalami penurunan karena EVA(2003) negatif sebesar Rp -337.574 juta. EVA negatif berarti perusahaan tersebut tidak menciptakan nilai tetapi mengalami penurunan nilai kekayaan (destroy value). Pendapatan yang dihasilkan oleh kinerja perusahaan lebih kecil dari biaya modalnya. Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan nilai EVA setiap tahunnya adalah karena meningkatnya biaya modal setiap tahunnya, yang berarti tuntutan para investor atas modal yang diinvestasikan semakin tinggi setiap tahunnya. Hal ini terlihat dengan meningkatnya WACC setiap tahunnya. WACC tertinggi dicapai pada tahun 2003 sebesar 75,90%. Tingginya WACC pada tahun ini dapat disebabkan oleh tingginya tingkat risiko saham (beta) yang mencapai 2,51 dan tingginya tuntutan tingkat pengembalian oleh pasar modal (km) yang mencapai 52,10%., sehingga mengakibatkan tingginya tingkat kcs perusahaan menjadi sebesar 115,76%. Faktor lainnya yang menyebabkan tingginya WACC adalah tingkat bunga yang diterapkan pada total hutang perusahaan lebih besar dari tingkat suku bunga SBI, dimana cost of debt untuk 2002 sebesar 18,74%, 2003 sebesar 16,85% dan 2004 sebesar 17,36% sedangkan tingkat suku bunga SBI hanya sebesar 14,95% untuk tahun 2002, 9,94% untuk tahun 2003 dan 7,43% untuk tahun 2004.
Saran Dari hasil analisis yang dilakukan, beberapa saran untuk menanggapi penelitian ini dapat disebutkan dalam kesempatan ini, yaitu: 1. PT Dankos Laboratories Tbk perlu untuk mensosialisasikan EVA sebagai alat penilai kinerja Perusahaan, karena pendekatan EVA dapat membantu perusahaan untuk bertindak dan berfikir layaknya seorang pemilik/pemegang saham perusahaan, yaitu memilih investasi yang memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal, sehingga dapat menciptakan nilai bagi investor. 2. Perusahaan harus hati-hati dalam melakukan transaksi hutang, agar diperhatikan skema hutang. Karena dari laporan keuangan perusahaan diketahui bahwa perusahaan banyak melakukan investasi dan ekspansi melalui hutang dengan bunga yang tinggi. Jika investasi tidak memberikan hasil optimal, laba yang diperoleh kecil. Sementara itu, biaya modal semakin tinggi. Dan hal ini akan membuat EVA negatif. 3. Dari laporan laba rugi perusahaan tahun 2002 dan 2003, perusahaan mengalami kerugian penjualan investasi efek hutang., kerugian penurunan nilai secara permanen atas investasi efek hutang, dan kerugian kurs. Pada waktu itu, kurs dollar relatif stabil, maka perusahaan harus hati-hati karena sekarang kurs dollar sedang naik. F.Agung Himawan “Analisis Kinerja....................... 67
ESENSI, Vol.9 No.3/2006 DAFTAR PUSTAKA [1] [2]
[3] [4] [5] [6]
[7]
[8]
[9] [10] [11]
R. Agus Sartono, Manajemen Keuangan : Teori dan Aplikasi, Edisi 4, BPPE Yogyakarta, 2001. S. David Young dan Stephen F. O’Byrne, EVA & Manajemen Berdasarkan Nilai, diindonesiakan oleh Lusi Widjaja, Salemba Empat, 2001. Abdul Halim, Analisis Investasi, Edisi 2, Salemba Empat, 2005. Farid Harianto dan Siswanto Sudomo, Perangkat dan Teknik Analisis Investasi di Pasar Modal Indonesia, PT Bursa Efek Jakarta, 1998. Eugene F. Brigham dan Louis C. Gapenski, Financial Management : Theory and Practice, Eighth Edition, The Dryden Press, Eugene F. Brigham dan Louis C. Gapenski, Manajemen Finansial, diindonesiakan oleh Sentanoe Kertonegoro, Yayasan Tenaga Kerja Indonesia, 2002. Eugene F. Brigham dan Joel F. Houston, Manajemen Keuangan, Buku 1, Edisi Kedelapan, diindonesiakan oleh Dodo Suharto dan Herman Wibowo, Erlangga, 2001. J. Fred Weston dan Eugene F. Brigham, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Jilid 1, Edisi kesembilan, diindonesiakan oleh Alfonsus Sirait, Erlangga, Horngren, Harrison, Robinson & Secokusumo, Akuntansi di Indonesia, Buku satu, Salemba Empat, 1997. Amin Widjaya Tunggal, Memahami Konsep Economic Value Added (EVA) dan Value-Based Management (VAM), Harvarindo, 2001. Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta, 2004.
F.Agung Himawan “Analisis Kinerja....................... 68