PENGUKURAN KESADARAN MEREK (BRAND AWARENESS) PADA SIMCARD GSM PASCABAYAR MATRIX (Studi pada Mahasiswa Diploma III Manajemen Pemasaran Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta)
TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Sebutan Ahli Madya Manajemen Pemasaran
Oleh : ADITYA PURWANINGRUM F3206098
PROGRAM STUDI D III MANAJEMEN PEMASARAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009
1
HALAMAN PERSETUJUAN
Tugas Akhir dengan Judul :
PENGUKURAN KESADARAN MEREK (BRAND AWARENESS) PADA SIMCARD GSM PASCABAYAR MATRIX (Studi pada Mahasiswa Diploma III Manajemen Pemasaran Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta)
Surakarta,
Juli 2009
Telah disetujui oleh: Dosen Pembimbing
Dra. Sri Suwarsi, MM NIP. 194602131975022001
2
HALAMAN PENGESAHAN
Tugas Akhir dengan Judul : PENGUKURAN KESADARAN MEREK (BRAND AWARENESS) PADA SIMCARD GSM PASCABAYAR MATRIX (Studi Pada Mahasiswa Diploma III Manajemen Pemasaran Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta)
Telah disahkan oleh Tim Penguji Tugas Akhir Program Studi Diploma iii Manajemen Pemasaran Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Surakarta,
Juli 2009
Tim Penguji Tugas Akhir
Reza Rahardian, SE, MSi NIP. 197406092000121001
Penguji
Dra. Sri Suwarsi, MM NIP. 194602131975022001
Pembimbing 3
MOTTO
1. Hidup adalah perjuangan, dan jangan pernah pantang menyerah. (penulis) 2. Maka apabila kamu telah selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain (Q.S Al Insyiroh : 7) 3. Allah meninggikan beberapa derajat orang-orang yang beriman dan memiliki ilmu (Q.S Al Mujadilah : 11)
4
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan kepada: 1. Kedua
orang
tua
dan
adikku tersayang. 2. Seluruh
teman
seperjuangan. 3. Almamaterku
5
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan
judul
‘PENGUKURAN
KESADARAN
MEREK
(BRAND
AWARENESS) PADA SIMCARD GSM PASCABAYAR MATRIX (Studi pada
Mahasiswa
Manajemen
Pemasaran
Fakultas
Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta)’. Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi
syarat
memperoleh
sebutan
Ahli
Madya
Manajemen
Pemasaran Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret surakarta. Berbagai kesulitan penulis hadapi dalam menyusun Tugas Akhir ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak, baik moral maupun spiritual, lahir maupun batin, dan langsung maupun tidak langsung penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Dalam kesempatan ini, dengan kerendahan dan ketulusan hati, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M. Com, Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Drs. Harmadi, MM selaku Ketua Program Studi Manajemen Pemasaran
Fakultas
Ekonomi
Universitas
Sebelas
Maret
Surakarta. 3. Dra. Sri Suwarsi, MM selaku Pembimbing dalam penulisan Tugas Akhir ini. 4. Segenap Dosen dan Karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 5. Bp. M. Tri Prasetya selaku Head of Solo Branch PT. INDOSAT Tbk yang telah memberi kesempatan untuk melakukan magang kerja.
6
6. Mbak Ninid, Mas Dody, Mas Bram, Mbak Rani, Pak Bowie dan seluruh
staf PT. INDOSAT cabang Solo yang selalu memberi
dukungan serta masukan selama magang kerja. 7. Kedua orang tua dan adikku tersayang yang selalu membimbing, mendoakan dan mendukungku dengan sepenuh hati. 8. Sahabat dan teman-temanku, 9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. Penulis menyadari Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak dengan hati terbuka. Penulis berharap tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
7
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………
i
ABSTRAK…………………………………………………………………...
ii
HALAMAN PERSETUJUAN………………………………………………
iii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………….
iv
MOTTO……………………………………………………………………..
v
PERSEMBAHAN…………………………………………………………..
vi
KATA PENGANTAR………………………………………………………
vii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………
ix
DAFTAR TABEL……………………………………………………………
xii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………….........
xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang …………………………………………………...
1
B. Rumusan Masalah………………………………………………..
4
C. Tujuan Penelitian…………………………………………………
5
D. Manfaat Penelitian………………………………………………..
5
E. Metode Penelitian………………………………………………..
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi dan Perspektif Merek…………………………………… 11 B. Peranan Merek……………………………………………………
14
C. Brand Equity………………………………………………………
18
D. Pengertian Brand Awareness…………………………………..
20
E. Peranan Kesadaran Merek …………………………………….
22
8
F. Mencapai Kesadaran Merek ……………………………………
25
G. Pengukuran Kesadaran Merek …………………………………
22
H. Kerangka Pemikiran………………………………………………
30
BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan…………………………………
31
1. Sejarah Berdirinya Perusahaan…………………………….
31
2. Lokasi
Perusahaan…………………………………………..
33 3. Visi dan Misi Perusahaan…………………………………… 4. Struktur
33
Organisasi…………………………………………..
34 B. Laporan
Magang…………………………………………………
39 C. Analisis Data dan Pembahasan Masalah …………………….
41
1. Analisis Deskriptif dan Gambaran Umum Responden ………………………………………………….
41
a. Distribusi responden Berdasarkan Jenis Kelamin …..
41
b. Distribusi responden Berdasarkan Usia ……………...
43
c. Distribusi responden Berdasarkan Tempat Tinggal….
45
d. Distribusi responden Berdasarkan Per Angkatan ……
47
e. Distribusi responden berdasarkan Rata-rata Biaya Komunikasi yang Dikeluarkan Per Bulan…………………………….. …………………. ….
49
9
2. Analisis Deskriptif Kesadaran Merek (Brand Awareness)…………………………………………….…..
51
a. Analisis Top of Mind …………………………………..
51
b. Analisis Brand Recall………………………………….
53
c. Analisis Brand Recognition…………………………..
56
d. Analisis Unaware of Brand …………………………..
58
e. Sumber Media atau Informasi ……………………….
59
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan……………………………………………………. 62 B. Saran…………………………………………………….…….
63
1. Bagi Perusahaan …………………………………………
63
2. Bagi Peneliti yang Akan Datang ……………………….
64
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
10
DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin …….. 42 Tabel 3.2 Distribusi Responden Berdasarkan Usia ………………..
43
Tabel 3.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tempat Tinggal …… 45 Tabel 3.4 Distribusi Responden Berdasarkan Per Angkatan ……... 47 Tabel 3.5 Distribusi Responden Berdasarkan Rata-rata Biaya Komunikasi yang Dikeluarka Per Bulan…………………
49
Tabel 3.6 Analisis Top of Mind ………………………………………
52
Tabel 3.7 Analisis Brand Recall …………………………………….
54
Tabel 3.8 Analisis Brand Recognition ……………………………….
57
Tabel 3.9 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Media atau Informasi ……………………………………………
59
11
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Piramida Brand Awareness …………………………
22
Gambar 2.2 Nilai-Nilai Kesadaran Merek ………………………..
24
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran …………………………………
30
Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT. Indosat Cabang Solo….
35
Gambar 3.2 Diagram Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ……………………………………………… Gambar 3.3 Diagram Distribusi Responden Berdasarka Usia ….
42 44
Gambar 3.4 Diagram Distribusi Responden Berdasarkan Tempat Tinggal …………………………………………………
46
Gambar 3.5 Diagram Distribusi Responden Berdasarkan Per Angkatan ……………………………………………
48
Gambar 3.6 Diagram Distribusi Responden Berdasarkan Rata-rata Biaya Komunikasi yang Dikeluarkan Per Bulan……
50
Gambar 3.7 Diagram Analisis Top of Mind ……………………….
52
Gambar 3.8 Diagram Analisis Brand Recall ………………………
55
Gambar 3.9 Diagram Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Media atau Informasi…………………………………
60
12
ABSTRACT MEASUREMENT AWARENESS ON MEREK SIMCARD GSM POSTPAID MATRIX ADITYA PURWANINGRUM F3206098
Brand awareness is one of the elements of the rand equity is very important. With the brand awareness of the brand will be better known by consumers. In writing to the end of this task the author take the title 'the measurement of brand awareness (brand awareness) in the post-pay simcard GSM Matrix. The purpose of conducting this research is to know whether the post-pay simcard GSM Matrix has become top of mind and to learn how the measurement of brand awareness (brand awareness) based on the top levels of the mind, the brand recall, brand recognition, and unaware of the brand. Techniques used in this research is deskriptive, which give a picture or description systematically examined the object, and then do processing data from the questionnaire results, and the frequency are presented in the form of a percentage for to get can deduce whether the post-pay simcard GSM Matrix to be top of mind . Data used are secondary data, which is supporting the data obtained from company archives. Research results indicate that post-pay simcard GSM Matrix has become top of mind. It is shown with as many as 51 people said the postpay simcard GSM Matrix GSM simcard as the post-pay the note. GSM post-pay simcard Matrix occupy second position in the analysis of brand recall, that means most of the respondents mentioned the post-pay simcard GSM Matrix as top of mind. Brand recognition in the analysis of 7 people need to be reminded the existence of post-pay simcard GSM Matrix. Although the top position of the mind but there are 6 people of respondents did not know at all (unaware of the brand) for GSM post-pay simcard Matrix. Conclusions from this research is the analysis of the calculation the brand awareness it was found that post-pay brand GSM simcard Matrix positioned top of mind (51%), post-pay brand GSM simcard Hello occupying the first position in the analysis of brand recall (45%), the analysis of brand recognition that 7% of respondents will need to reminded of the existence of post-pay simcard GSM Matrix, and the analysis unaware of the brand there are 6% of the respondents not considering the presence of post-pay simcard GSM Matrix. And 56% of respondents know of the existence of the post-pay simcard GSM Matrix of ads on TV. Suggestions for the company that the company will need to make the campaign more incentive to be post-pay simcard GSM Matrix is well known by consumers. Keyword : Brand Awareness
13
BAB I PENDAHULUAN A.
LATAR BELAKANG MASALAH Di jaman sekarang kegiatan bisnis merupakan kegiatan yang menjanjikan profit yang sangat menggiurkan. Dengan keadaan yang seperti ini maka banyak orang yang mendirikan perusahaan bisnis. Namun dengan keadaan yang seperti ini mengakibatkan persaingan yang ketat
antar
perusahaan. Para pengusaha berupaya untuk
menguasai pasar dengan berbagai macam produk yang mereka tawarkan. Dalam persaingan yang ketat untuk menguasai pasar, peran sebuah merek akan sangat penting karena atribut-atribut kompetisi lainnya relative mudah ditiru oleh pesaing. Untuk itu sebuah perusahaan perlu mengelola brand equity (ekuitas merek) sebagai salah satu aset yang penting. Merek yang prestigious adalah merek yang memiliki brand equity yang kuat sehingga memiliki daya tarik yang besar di mata konsumen. Semakin kuat ekuitas merek suatu produk, semakin kuat daya tariknya untuk menggiring konsumen mengkonsumsi produk tersebut,
yang
selanjutnya
mengantar
perusahaan
memanen
keuntungan dari waktu ke waktu. Karena itu, aset merek ini dapat menjadi masukan yang sangat berharga bagi penyusunan langkah strategis perusahaan. Merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, rancangan, atau kombinasi hal-hal tersebut untuk mengidentifikasi barang atau
14
sekelompok
penjual
untuk
membedakannya
dengan
pesaing
(Durianto dkk, 2004;2). Merek mengandung janji perusahaan untuk secara konsisten memberikan ciri, manfaat, dan jasa tertentu kepada pembeli. Ekuitas merek merupakan seperangkat asset dan liabilitas. Menurut Aaker dalam Durianto (2004:3) ada lima elemen utama yang merupakan pendukung dari ekuitas merek, yaitu kesadaran merek (brand awareness), asosiasi merek (brand association), persepsi kualitas (perceived quality), loyalitas merek (brand loyalty), dan propriety brand assets lainnya. Elemen-elemen tersebuat akan membentuk ekuitas merek suatu produk yang selanjutnya dapat dijadikan salah satu modal untuk menentukan keunggulan kompetitif dan komparatif perusahaan. Dari
kelima
elemen
tersebut
elemen
brand
awareness
(kesadaran merek) adalah salah satu elemen yang terpenting.bagi perusahaan. Konsumen cenderung menggunakan merek yang sudah dia kenal. Karena dengan menggunakan merek yang dia kenal maka konsumen akan berasumsi bahwa
merek tersebut aman untuk
dikonsumsi. Maka di sini kesadaran akan merek sangatlah penting. Tingkat kesadaran konsumen terhadap jasa telekomunikasi sangatlah
penting
bagi
perusahaan
yang
menyediakan
jasa
telekomunikasi tersebut. Dengan tingkat kesadaran merek tersebut perusahaan dapat mengetahui apakah merek produknya dikenal oleh masyarakat luas apa tidak. Apalagi jasa telekomunikasi saat ini
15
mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Seiring dengan kesadaran masyarakat akan pentingnya berkomunikasi dengan mudah dan cepat. Melihat fenomena ini maka banyak perusahaan operator seluler yang bermunculan dan melakukan perang tarif. Perusahaan operator seluler mengeluarkan produk. Beberapa produk mereka untuk memenuhi kebutuhan konsumennya, seperti Indosat dengan produk Mentari dan IM3. Telkomsel dengan produk Simpati, dan As. Excellcomindo dengan produk Bebas dan Jempol, serta dari perusahaan asing mengeluarkan Three dan Axis. Ada pula produk lain dengan basic layanan pascabayar dan CDMA. Produk-produk dengan layanan pascabayar seperti Indosat dengan produk Matrix, Telkomsel dengan produk kartu Halo, dan Excellcomindo dengan produk Xplor. Sedangkan produk-produk dengan basic layanan CDMA (Code Division Multiple Acces) seperti Smart, Bakrie Telecom dengan produk Esia, PT Sampoerna Telecommunication dengan produk Ceria, Indosat dengan produk Star One, sedangkan PT Telkom dengan produk Flexi. Maka untuk dapat menguasai pasar dan bersaing dengan perusahaan operator seluler lainnya, Indosat mengeluarkan produk Matrix pascabayar yang selalu memberikan pelayanan yang prima dan
fasilitas
yang
sangat
memanjakan
konsumennya,
agar
konsumen mengingat dan mengenal produk tersebut. Oleh karena itu untuk mengetahui, kesadaran dan keberadaan suatu merek perlu adanya
pengukuran
kesadaran
merek
(brand
awareness).
16
Pengukuran kesadaran merek didasarkan pada tingkat kesadaran merek (brand awareness), menurut Aaker dalam Rangkuti (2002:57) yaitu Top of Mind (puncak pikiran), Brand Recall (pengingatan kembali terhadap merek). Brand Recognition (pengenalan merek) dan Unaware of Brand (tidak menyadari merek). Dari pemaparan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk
mengukur
kesadaran
merek
(brand
awareness)
yang
didasarkan pada tingkatan Top of Mind, Brand Recall, Brand Recognition, dan Unaware of brand pada merek simcard Matrix pascabayar melalui suatu penelitian yang berjudul PENGUKURAN KESADARAN MEREK (BRAND AWARENESS) PADA SIMCARD GSM PASCABAYAR MATRIX (Studi pada Mahasiswa Diploma III Manajemen Pemasaran Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta)
B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang diatas maka, perumusan masalah yang akan diambil dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana tingkat kesadaran masyarakat mengenai simcard GSM pascabayar Matrix dilihat dari Top of Mind, Brand Recall, Brand Recognition, dan Unaware of Brand?
C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
17
1. Untuk
mengetahui
tingkat
kesadaran
masyarakat
mengenai
simcard GSM pascabayar Matrix dilihat dari Top of Mind, Brand Recall, Brand Recognition, dan Unaware of Brand.
D. MANFAAT PENELITIAN 1. Bagi perusahaan Penelitian ini diharapkan bisa menjadi informasi untuk mengetahui pengukuran kesadaran merek (brand awareness). 2. Bagi akademisi Penelitian ini dapat menjadi referensi bagi peneliti lain agar peneliti lain dapat memperbaiki dan menyempurnakan kekurangan yang ada dalam penelitian ini. 3. Bagi penulis Dapat menambah pengetahuan dan wawasan khususnya dalam kaitannya dengan kesadaran merek (brand awareness).
E. METODE PENELITIAN 1. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian survei. Desain survei
dilakukan
apabila
pengukuran
sampelnya
dengan
menggunakan instrumen untuk membuat kesimpulan umum terhadap populasinya.
18
2. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian
ini
dilakukan
terhadap
Mahasiswa
Diploma
III
Manajemen Pemasaran Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta, untuk kemudian mengukur kesadaran merek pada simcard GSM pascabayar Matrix. Pemilihan tempat penelitian didasarkan atas banyaknya mahasiswa yang menggunakan jasa telekomunikasi.
3. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling a. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek yang mempunyai karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk di pelajari dan ditarik kesimpulan (Tjiptono, 1997). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Diploma
III
Manajemen
Pemasaran
Fakultas
Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta. b. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi (Sugiyono, 2006:73). Teknik pengambilan sampel menggunakan convenience sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan saja di mana anggota populasi yang ditemui peneliti dan bersedia dijadikan responden dijadikan sampel, namun tetap memperhatikan kriteria-kriteria
19
yang ditentukan pada sampel. Sampel yang diambil adalah 100 responden. 4. Sumber Data Dalam penelitian ini, terdapat dua sumber data yang digunakan, yaitu: a. Data primer, yaitu data yang didapat dari sumber pertama, baik hasil dari wawancara maupun pengisian kuesioner. Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari jawaban responden yang disebar melalui kuesioner. b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui pihak lain, misalnya studi pustaka dan sumber-sumber lain yang relevan dengan penelitian. Data sekunder dalam penelitian ini adalah data tentang struktur organisasi perusahaan dan sejarah perusahaan. 5. Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner, yaitu pengumpulan data dengan memberi seperangkat pertanyaan kepada responden untuk dijawab. Teknik kuesioner ini dilakukan dengan memberikan daftar pertanyaan yang harus langsung diisi oleh responden. Dalam penelitian ini, kuesioner dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama terdiri dari pertanyaan yang digunakan untuk mengetahui identitas diri responden. Bagian kedua dari kuesioner terdiri dari pertanyaan yang berkaitan dengan tingkatan kesadaran
20
merek. Di bagian kedua ini terdiri dari empat pertanyaan, yaitu pertanyaan yang pertama digunakan untuk mengukur Top of Mind, pertanyaan kedua untuk mengukur Brand Recall, pertanyaan ketiga untuk mengukur Brand Recognition dan Unaware of Brand dan pertanyaan yang keempat untuk mengetahui dari mana responden mengenal merek. 6. Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini, menggunakan metode analisis data diskriptif, yaitu statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang terkumpul.
Beberapa hal yang termasuk dalam bagian ini adalah
mengumpulkan data, mengolah data, menganalisisnya, serta menyajikannya (Djarwanto, 2001:2). Kesadaran merek (brand awareness) adalah kesanggupan calon pembeli untuk mengenali, mengingat kembali suatu merek sebagai bagian dari suatu kategori produk tertentu. Kesadaran merek dapat diukur dalam beberapa tingkatan, yaitu Top of Mind (puncak pikiran), Brand Recall (pengingatan kembali terhadap merek). Brand Recognition (pengenalan merek) dan Unaware of Brand (tidak menyadari merek), (Durianto dkk, 2004: 6-7). a. Top of Mind (puncak pikiran) Menggambarkan merek yang pertama kali diingat responden atau pertama kali disebut ketika yang bersangkutan ditanya tentang suatu katagori produk. Top of Mind adalah Single
21
respons question, artinya satu responden hanya boleh memberikan satu jawaban untuk pertanyaan ini. b. Brand Recall (pengingatan kembali terhadap merek) Pengingatan kembali merek mencerminkan merek-merek apa yang diingat responden setelah menyebutkan merek yang pertama kali disebut. Brand Recall merupakan multi response questions yang menghasilkan jawaban tanpa bantuan (unaided question). c. Brand Recognition (pengenalan merek) Tingkat minimal kesadaran merek, dimana pengenalan suatu merek muncul lagi setelah melakukan pengingatan kembali lewat bantuan. Pertanyaan yang diajukan untuk mengetahui seberapa banyak responden yang perlu diingatkan akan keberadaan merek tersebut. d. Unaware of Brand (tidak menyadari merek) Tingkatan dimana konsumen tidak menyadari adanya suatu merek. Untuk pengukuran Unaware of Brand dilakukan observasi
terhadap
pertanyaan
pengenalan
Brand
Awareness sebelumnya dengan melihat responden yang menjawab alternatif jawaban tidak mengenal merek sama sekali. Data dari hasil kuesioner akan disajikan dalam bentuk tabel dan penghitungan hasil pengisian kuesioner, serta frekuensinya disajikan dalam bentuk prosentase.
22
BAB II LANDASAN TEORI A. DEFINISI DAN PERSPEKTIF MEREK Beberapa perusahaan yang peka terhadap nilai suatu merek, akan sepenuhnya menyadari bahwa merek menjadi identitas diri perusahaan. pemberian
merek
adalah
Para pemasar menyadari bahwa seni dan
bagian
penting
dalam
pemasaran (Retnawati, 2003). Kata merek berasal dari kata Old Norse yaitu Brandr, yang berarti “membakar “. Menurut Aaker dalam Durianto (2004:2), merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, rancangan, atau kombinasi hal-hal tersebut untuk medefinisikan barang atau jasa seseorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing. Menurut American Marketing Association dalam Rangkuti (2002:1), definisi merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan atau kombinasi hal-hal tersebut. Tujuan pemberian merek adalah untuk mengidentifikasi produk atau jasa yang dihasilkan sehingga berbeda dari produk atau jasa yang dihasilkan oleh pesaing. Menurut McDaniel (2001:421), merek adalah suatu nama, istilah,
simbol,
desain,
atau
gabungan
keempatnya
yang
mengidentifikasikan produk para penjual dan membedakannya dengan produk pesaing. Sedangkan menurut Wiliam J. Staton dalam Rangkuti (2002:36), merek adalah nama, istilah, simbol, atau
23
desain khusus atau beberapa kombinasi unsur-unsur ini yang dirancang untuk mengidentifikasikan barang atau jasa yang ditawarkan oleh penjual. Dari dua pengertian tersebut, merek dapat disimpulkan bahwa merek mempunyai dua unsur, yaitu brand name yang terdiri dari huruf-huruf atau kata-kata yang dapat dibaca, serta brand mark yang berbentuk simbol, desain, atau warna tertentu yang spesifik. Kedua unsur tersebut, selain berguna untuk membedakan satu produk dari produk pesaingnya juga berguna untuk
mempermudah
konsumen
untuk
mengenali
dan
mengidentifikasi barang atau jasa yang hendak di beli. Merek juga dibagi dalam pengertian lainnya (Rangkuti, 2002:2), seperti: a. Brand name (nama merek) yang merupakan bagian yang dapat di
ucapkan
misalnya,
Pepsoden,
BMW,
Toyota,
dan
sebagainya. b. Brand mark (tanda merek) yang merupakan bagian dari merek yang dapat dikenali namun tidak dapat di ucapkan, seperti lambang, desain huruf atau warna khusus. c. Trade mark (tanda merek dagang) yang merupakan merek atau sebagian merek yang dilindungi hukum karena kemampuannya untuk menghasilkan sesuatu yang istimewa. Tanda dagang ini melindungi penjual untuk menggunakan nama merek (tanda merek).
24
d. Copyright (hak cipta) yang merupakan hak istimewa yang dilindungi
oleh
undang-undang
untuk
memproduksi,
menerbitkan dan menjual karya tulis, karya musik, ataupun karya seni. Menurut Aaker dalam Durianto (2004:1) menyatakan bahwa merek
memberikan
“nilai”
sehingga
total
produk
yang
“bermerek” baik menjadi lebih tinggi dibandingkan produk yang dinilai semata-mata secara obyektif. Merek mengandung janji
perusahaan untuk secara
konsisten memberikan ciri, manfaat, dan jasa tertentu kepada pembeli. Merek lebih dari sekedar jaminan kualitas karena didalamnya tercakup enam pengertian berikut ini. a. Atribut produk, seperti halnya kualitas, gengsi, nilai jual kembali, desain, dan lain-lain. Mercedes menyatakan sesuatu yang mahal, produk yang dibuat dengan baik, terancang
baik,
tahan
lama,
bergengsi
tinggi,
dan
sebagainya. b. Manfaat, meskipun suatu merek membawa sejumlah atribut, konsumen
sebenarnya
membeli
manfaat
dari
produk
tersebut. Dalam hal ini atribut merek diperlukan untuk diterjemahkan menjadi manfaat fungsional atau manfaat emosional. Sebagai gambaran, atribut “mahal” cenderung diterjemahkan sebagai manfaat emosional, sehingga orang
25
yang mengendarai Mercedes akan merasa dirinya dianggap penting dan dihargai. c. Nilai,
merek
juga
menyatakan
sesuatu
tentang
nilai
produsen. Mercedes menyatakan produk yang berkinerja tinggi, aman, bergengsi, dan sebagainya. Dengan demikian produsen Mercedes juga mendapat nilai tinggi di mata masyarakat. d. Budaya,
merek
juga
mencerminkan
budaya
tertentu.
Mercedes mencerminkan budaya Jerman yang terorganisir, konsisten,
tingkat
keseriusannya
tinggi,
efisien,
dan
berkualitas tinggi. e. Kepribadian, merek juga mencerminkan kepribadian tertentu. Seringkali produk tertentu menggunakan kepribadian orang yang terkenal untuk mendongkrak atau menopang merek produknya. f. Pemakai, merek menunjukan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan produk tersebut. Pemakai Mercedes pada umumnya diasosiasikan dengan orang kaya, kalangan manajer puncak, dan sebagainya. Pemakai Dimension Kiddies tentunya adalah anak-anak.
B. PERANAN MEREK Merek memegang peranan sangat penting, salah satunya adalah
menjembatani
harapan
konsumen
pada
saat
kita
26
menjanjikan sesuatu kepada konsumen. Dengan demikian dapat diketahui adanya ikatan emosional yang tercipta antara konsumen dengan perusahaan penghasil produk melalui merek. Pesaing bisa saja menawarkan produk yang mirip, tapi mereka tidak mungkin menawarkan janji emosional yang sama. Merek menjadi sangat penting bagi perusahaan, karena beberapa faktor seperti: a. Emosi konsumen kadang turun naik. Merek mampu membuat janji emosi menjadi konsisten dan stabil. b. Merek mampu menembus setiap pagar budaya dan pasar. Bisa dilihat bahwa suatu merek yang kuat mampu di terima diseluruh dunia dan budaya. c. Merek mampu menciptakan komunikasi interaksi dengan konsumen. Semakin kuat suatu merek, makin kuat pula interaksi dengan konsumen dan makin banyak brand association (asosiasi merek) yang terbentuk dalam merek tersebut. d. Merek
sangat
berpengaruh
dalam
membentuk
perilaku
konsumen. Merek yang kuat akan sanggup merubah perilaku konsumen. e. Merek memudahkan proses pengambilan keputusan pembelian oleh konsumen. Dengan adanya merek, konsumen dapat dengan mudah membedakan produk yang akan dibelinya dengan produk lain sehubungan dengan kualitas, kepuasan,
27
kebanggaan, ataupun atribut lain yang melekat pada merek tersebut. f. Merek berkembang menjadi sumber aset terbesar bagi perusahaan. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa merek mempunyai
peranan
yang
penting
dan
merupakan
“asset
prestigious” bagi perusahaan. Dalam kondisi pasar yang kompetitif, preferensi, dan loyalitas pelanggan adalah kunci kesuksesan. Terlebih lagi pada kondisi sekarang, nilai suatu merek yang mapan sebanding dengan realitas makin sulitnya penciptaan suatu merek. Pemasaran
dewasa
ini
merupakan
pertempuran
persepsi
konsumen, tidak sekedar pertempuran produk. Beberapa produk dengan kualitas, model, features (karakteristik tambahan dari produk), serta kualitas yang berbeda-beda di pasar karena perbedaan persepsi dari produk tersebut di benak konsumen. Dalam pelaksanaannya, merek bermanfaat bagi pembeli, perantara, produsen, dan publik. Bagi pembeli, merek bermanfaat untuk menceritakan mutu, dan membatu memberikan perhatian terhadap produk baru yang mungkin bermanfaat. Bagi produsen, merek bermanfaat sebagai alat penunjang promosi. Produk yang telah merebut hati pembeli mampu mempromosikan dirinya sendiri sehingga biaya promosi dapat dikurangi. Ketenaran nama merek produk tertentu juga akan menimbulkan kesetiaan pembeli kepada produk tersebut selama mutunya terpelihara (Ambadar dkk,
28
2007:58). Sedangkan bagi produsen, merek dapat membantu penjual untuk melakukan segmentasi pasar. Penentuan strategi merek akan sangat berpengaruh pada penempatan pasar. Seperti yang di kemukakan oleh Rangkuti dalam bukunya The Power of Brand (2004:10), bahwa ada lima pilihan penentuan strategi merek, yaitu: 1. Perluasan lini (line extension) Perluasan lini terjadi bila perusahaan memperkenalkan unit produk tambahan dalam kategori produk yang sama dengan merek yang sama, biasannya dengan tampilan baru, seperti bentuk, warna, rasa, kandungan, ukuran kemasan, dan sebagainya. 2. Perluasan merek (brand extension) Perluasan merek terjadi apabila perusahaan memutuskan untuk menggunakan merek yang sudah ada pada produknya dalam satu kategori baru. 3. Multi brand Multi brand
terjadi apabila perusahaan
memperkenalkan
beberapa merek tambahan dalam satu kategori produk yang sama. 4. Merek baru Merek baru dapat dilakukan apabila perusahaan tidak memiliki satupun merek yang sesuai dengan produk yang akan
29
dihasilkan atau apabila citra merek tersebut tidak membatu untuk produk baru. 5. Merek bersama (co-brand) Co-branding terjadi apabila dua merek terkenal atau lebih bergabung dalam satu penawaran. Tujuan co-branding adalah agar
merek yang satu dapat memperkuat merek yang lain
sehingga dapat menarik minat para konsumen.
C. BRAND EQUITY Aaker dalam Simamora (2002:47) mendefinisikan ekuitas merek sebagai perangkat asset atau kewajiban yang dimiliki nama, merek, atau simbol, yang dapat menambah atau mengurangi nilai produk atau layanan berupa jasa, baik bagi pemasar atau perusahaan maupun pada pelangan. Agar asset dan liabilitas mendasari brand equity, maka asset dan liabilitas merek harus berhubungan dengan nama atau simbol sehingga jika dilakukan perubahan terhadap nama dan simbol merek, beberapa atau semua aset dan liabilitas yang menjadi dasar brand equity akan berubah pula. Menurut Aaker dalam Durianto dkk (2001:4) menyatakan bahwa brand equity dapat dikelompokkan kedalam lima kategori, yaitu:
a. Brand awareness (kesadaran merek)
30
Menunjukan
kesanggupan
seorang
calon
pembeli
untuk
mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu. b. Brand association (asosiasi merek) Mencerminkan pencitraan suatu merek terhadap suatu kesan tertentu dalam kaitannya dengan kebiasaan, gaya hidup, manfaat, atribut produk, geografis, harga, pesaing, selebritis, dan lain-lain. c. Perceived quality (persepsi kualitas) Mencerminkan
persepsi
pelanggan
terhadap
keseluruhan
kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkenaan dengan maksud yang diharapkan. d. Brand loyalty (loyalitas merek) Mencerminkan tingkat keterkaitan konsumen dengan suatu merek produk. e. Other proprietary brand assets (aset-aset merek lainnya) Empat elemen brand equity di luar aset-aset merek lainnya dikenal dengan elemen-elemen utama brand equity. Elemen brand equity yang kelima secara langsung akan dipengaruhi oleh kualitas dari empat elemen tersebut. Bagi pelanggan ekuitas merek dapat memberikan nilai dalam memperkuat interpretasi proses informasi, memupuk rasa percaya diri dalam pembelian, serta meningkatkan pencapaian kepuasan. Nilai ekuitas merek bagi pemasar atau perusahaan dapat
31
mempertinggi keberhasilan program pemasaran dalam memikat konsumen
baru,
atau
merangkul konsumen
memungkinkan karena dengan
lama.
Hal ini
merek yang telah dikenal maka
promosi yang dilakukan akan lebih efektif.
D. PENGERTIAN BRAND AWARENESS Kesadaran (awareness) menggambarkan keberadaan merek di dalam pikiran konsumen, yang dapat menjadi penentu dalam beberapa kategori dan biasanya mempunyai peranan kunci dalam brand equity. Meningkatkan kesadaran adalah suatu mekanisme untuk memperluas pasar merek. Kesadaran juga mempengaruhi persepsi dan tingkah laku. Kesadaran merupakan key of brand asset atau kunci pembuka untuk masuk ke elemen lainnya. Jadi jika kesadaran itu sangat rendah maka hampir dipastikan bahwa ekuitas mereknya juga rendah. Menurut Durianto dkk (2001:54), brand awareness adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali, mengingat kembali suatu merek sebagai bagian dari suatu kategori produk tertentu. Bagian dari suatu kategori produk perlu ditekankan karena terdapat suatu hubungan yang kuat antara kategori produk dengan merek yang dilibatkan. Sedangkan
menurut
Ambadar
dkk
(2007:67),
brand
awareness adalah ukuran kekuatan eksistensi suatu merek di benak
pelanggan.
Brand
awareness
ini
mencakup:
brand
32
recognition (merek yang pernah di ketahui pelanggan), brand recall (merek apa saja yang pernah diingat oleh pelanggan
untuk
kategori tertentu), top of mind (merek pertama apa yang di sebut pelanggan untuk satu produk tertentu), dan dominant brand (satusatunya merek yang diingat pelanggan). Secara umum, kesadaran merek menggambarkan persepsi seseorang dan reaksi kognitif pada sebuah kondisi atau peristiwa. Kesadaran tidak memerlukan pemahaman penuh karena ia adalah sebuah konsep yang abstrak. Kesadaran bisa di fokuskan pada keadaan internal, seperti insting atau pada even-even eksternal seperti persepsi panca indra. Kesadaran merek adalah kapasitas konsumen untuk mengenal atau mengingat sebuah merek dan terdapat hubungan antara merek dan kelas produk, tetapi hubungan tersebut tidak harus kuat. Kesadaran merek adalah proses dari mana merek tersebut dikenal pada sebuah level ketika konsumen telah menempatkan merek tersebut pada tingkat yang lebih tinggi, maka merek tersebut menjadi “Top of Mind” (Borndmark dkk, 2005:31).
E. PERANAN KESADARAN MEREK Peran brand awareness adalah brand equity tergantung pada tingkatan akan pencapaian kesadaran di benak konsumen. Menurut Rangkuti (2002:40) tingkatan kesadaran merek secara
33
berurutan dapat digambarkan sebagai suatu piramida seperti dibawah ini:
Gambar 2.1 Piramida Brand Awareness Sumber Durianto dkk (2004:7), Brand Equity Ten
Penjelasan mengenai piramida kesadaran merek dari tingkat terendah sampai tingkat tertinggi adalah sebagai berikut: a. Unaware of Brand (tidak menyadari merek) Tingkatan paling rendah dalam piramida kesadaran merek, di mana konsumen tidak menyadari adanya suatu merek. b. Brand Recognition (pengenalan merek) Tingkat minimal kesadaran merek, di mana pengenalan suatu merek muncul lagi setelah dilakukan pengingatan kembali lewat bantuan (aided recall).
34
c. Brand Recall (pengingatan kembali terhadap merek) Pengingatan kembali terhadap merek tanpa bantuan (unaided recall). d. Top of Mind (puncak pikiran) Merek yang disebutkan pertama kali oleh konsumen atau yang pertama kali muncul dalam benak konsumen. Dengan kata lain, merek tersebut merupakan merek utama dari berbagai merek yang ada dalam benak konsumen. Menurut Durianto dkk (2004:7) peranan kesadaran merek dalam membantu merek dapat dipahami dengan mengkaji bagaimana kesadaran merek menciptakan suatu nilai.
Kesadaran merek
Jangkar yang menjadi cantolan asosiasi lain Substansi/komitmen
Familier/rasa suka Mempertimbangkan merek Gambar 2.2 Nilai-Nilai Kesadaran Merek Sumber Durianto dkk (2004:7)
Penjelasan dari keempat nilai tersebut adalah sebagai berikut: a. Jangkar menjadi cantolan asosiasi lain
35
Suatu merek yang kesadarannya tinggi akan membantu asosiasiasosiasi melekat pada merek tersebut karena daya jelajah merek tersebut menjadi sangat tinggi dibenak konsumen. b. Familier (rasa suka) Jika kesadaran merek kita sangat tinggi, konsumen akan sangat akrab dengan merek kita, dan lama-kelamaan akan timbul rasa suka yang tinggi terhadap merek yang kita pasarkan. c. Substansi (komitmen) Kesadaran merek dapat menandakan keberadaan, komitmen, dan inti yang sangat penting bagi suatu perusahaan. Jadi, jika kesadaran atas merek tinggi, kehadiran merek itu akan selalu dapat kita rasakan. d. Mempertimbangkan merek Langkah
pertama
dalam
suatu
proses
pembelian
adalah
menyeleksi merek-merek yang dikenal dalam suatu kelompok untuk dipertimbangkan dan diputuskan merek mana yang akan dibeli. Merek dengan Top of Mind yang tinggi mempunyai nilai pertimbangan yang tinggi. Sebuah merek dengan kesadaran konsumen tinggi disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: a. Diiklankan secara luas b. Eksistensi yang sudah teruji oleh waktu c. Jangkauan distribusi yang luas d. Merek tersebut dikelola dengan baik.
36
F. MENCAPAI KESADARAN MEREK Pengenalan maupun pengingatan merek akan melibatkan upaya mendapatkan identitas nama dan menghubungkannya ke kategori produk. Menurut Durianto dkk (2001:57) agar brand awareness dapat dicapai dan diperbaiki dapat ditempuh beberapa cara berikut: a. Pesan yang disampaikan harus mudah diingat dan tampil beda dibandingkan dengan lainnya serta harus ada hubungan antara merek dengan kategori produknya. b. Memakai slogan atau jingle lagu yang menarik sehingga membantu konsumen untuk mengingat merek. c. Jika produk memiliki simbol, hendaknya simbol yang dipakai dapat dihubungkan dengan mereka. d. Perluasan merek dapat dipakai agar merek semakin banyak diingat pelanggan. e. Brand awareness dapat diperkuat dengan memakai suatu isyarat yang sesuai kategori produk, merek, atau keduanya. f. Melakukan pengulangan untuk meningkatkan pengingatan karena membentuk ingatan lebih sulit dibandingkan membentuk pengenalan.
G. PENGUKURAN KESADARAN MEREK
37
Pengukuran brand awareness didasarkan kepada pengertianpengertian dari brand awareness yang mencakup tingkatan brand awareness menurut Aaker dalam Durianto dkk (2001:57-61), yaitu Top of Mind (puncak pikiran), Brand Recall (pengingatan kembali merek) dan Brand Recognition (Pengenalan merek). Informasi dapat
diperoleh
dengan
menggunakan
kuesioner
(daftar
pertanyaan) yang berisi pertanyaan tunggal atau pertanyaan jamak. a. Top of Mind Top of mind menggambarkan merek yang pertama kali diingat responden atau pertama kali disebut ketika yang bersangkutan ditanya tentang suatu kategori produk. Top of Mind adalah single respons question, artinya satu responden hanya boleh memberikan satu jawaban untuk pertanyaan ini. Jawaban yang disebutkan pertama kali oleh responden termasuk katagori Top of Mind. Misalnya dalam konteks yang sama dapat dinyatakan: Sebutkan merek simcard GSM pascabayar apa saja yang anda ketahui? atau Sebutkan merek simcard GSM pascabayar yang pertama kali muncul di benak anda? b. Brand Recall Brand Recall atau pengingatan kembali merek mencerminkan merek-merek apa yang diingat setelah menyebutkan merek pertama kali tersebut. Brand Recall merupakan multi response
38
question yang menghasilkan jawaban tanpa bantuan (unaided question). Jawaban berikutnya yang disebutkan oleh responden termasuk dalam katagori Brand Recall. Masih dalam konteks yang sama dapat ditanyakan: Merek-merek simcard GSM pascabayar apa saja yang anda ketehui? atau Sebutkan merek simcard GSM pascabayar lain selain yang telah anda sebut di atas? c. Brand Recognition Brand
Recognition
atau
pengenalan
brand
awareness
merupakan pengukuran brand awareness responden di mana kesadaranya diukur dengan memberikan bantuan. Pertanyaan yang diajukan dibantu dengan menyebutkan ciri-ciri dari produk merek tersebut (aided question). Pertanyaan diajukan untuk mengetahui seberapa banyak responden yang perlu diingatkan akan keberadaan merek tersebut. Untuk mengukur pengenalan brand
awareness
selain
mengajukan
pertanyaan
dapat
dilakukan dengan menunjukan foto yang menggambarkan ciriciri merek tersebut (cara ini lebih efektif dilakukan). 1.) Mengajukan pertanyaan Apakah anda mengenal merek simcard GSM pascabayar Matrix? Alternative jawaban terbaik adalah:
39
a) Ya, saya mengenal dan telah menuliskannya dalam pertanyaan sebelumnya. b) Ya, saya mengenal setelah mengisi kuesioner ini. c) Tidak mengenal sama sekali. Yang termasuk kelompok Brand Recognition adalah yang menjawab alternative jawaban No. 2, karena jawaban No. 1 sudah termasuk dalam kelompok Brand Recall dan Top of Mind. Biasanya pertanyaan untuk mengetahui bagaimana cara responden mengenal merek tersebut sebagai informasi pendukung dengan pertanyaan: Di mana anda mengetahui merek simcard GSM pascabayar Matrix? 2.) Menunjukan foto yang menggambarkan atribut atau ciri produk simcard GSM pascabayar Matrix tanpa menunjukan mereknya. Terhadap responden dapat ditanyakan: Apakah anda mengetahui merek produk ini? d. Unaware of Brand Untuk pengukuran Unaware of Brand dilakukan observasi terhadap pertanyaan pengenalan brand awareness sebelumnya dengan melihat responden yang menjawab alternatif no. 1). c), jawaban tidak mengenal sama sekali atau yang menjawab tidak tahu ketika ditunjukan foto produknya.
40
H. ALUR PEMIKIRAN Dari tinjauan pustaka dan beberapa dasar teori, maka berikut ini di bentuk alur pemikiran yang mengukur kesadaran merek (brand awareness): Top of Mind Brand Recall
Brand Awareness
Brand Recognition Unaware of Brand Gambar 2.3 Alur Pemikiran Dari alur pemikiran diatas maka kesadaran merek dapat diukur dengan tingkat kesadaran merek (brand awareness) itu sendiri yaitu Top of Mind (puncak pikiran), Brand Recall (pengenalan merek), Brand Recognition (pengingatan kembali merek), dan Unaware of Brand (tidak menyadari merek).
41
BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Berdirinya Perusahaan INDOSAT (Indonesian Satelitte) didirikan tanggal 20 November 1967 sebagai perusahaan PMA (Perusahaan Milik Asing) milik International telephone and Telegraph Corporation (ITT) yang ditunjuk oleh pemerintah Indonesia membangun, mengalihkan dan mengoperasikan stasiun bumi Intelsat yang mengakses Samudera Hindia selama jangka waktu 20 tahun. Intelsat merupakan Satelit Internasionalyang memiliki dan mengoperasikan sejumlah satelit komunikasi secara global. PT. INDOSAT adalah andil Indonesia di Intelsat sejak 1985 dan di Inmarsat sejak 1986 yang memegang otoritas atas pengguna jaringan satelit Intelsat dan Inmarsat oleh pelanggan dan penyelenggara jasa telekomunikasi internasional Indonesia. Tahun 1980, ITT menjual INDOSAT kepada pemerintah Indonesia. Sejak itu INDOSAT menjadi persero atau BUMN dan penyelenggara tunggal jasa komunikasi internasional di Indonesia.PT. INDOSAT resmi menjadi BUMN dalam bentuk persero dibawah naungan Departemen Pariwisata Pos dan Telekomunikasi pada tanggal 31 Desember 1980. PT. INDOSAT menjadi salah satu BUMN yang yang memberikan kontribusi terhadap penerimaan Negara yaitu
42
merintis usaha baru, mendorong kegiatan swasta serta sumber talenta manajemen bagi pembangunan bangsa dan negara. Pada perkembangan berikutnya tanggal 19 Oktober 1994 PT. INDOSAT go public dengan melepas sejumlah saham di bursa saham New York (NYSE), London, Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES). Tujuan penanaman saham PT. INDOSAT adalah untuk mendapatkan biaya dalam rangka pembiayaan
pengembangan
fasilitas
perusahaan
jasa
telekomunikasi internasional. Pada tanggal 1 Agustus 2003 diharapkan PT. INDOSAT dan PT. TELKOM bersama-sama berfungsi sebagai penyedia layanan jasa telekomunikasi, baik berskala nasional maupun internasional. Hal tersebut diputuskan pada 1 Agustus 2003 setelah sebelumnya melalui UU No 39/1999 tentang telekomunikasi,hak monopoli PT. INDOSAT dan PT. TELKOM ditiadakan. Walaupun demikian hak eksklusif pelayanan telekomunikasi internasional
masih menjadi
milik PT. INDOSAT hingga tahun 2004. Layanan yang dihasilkan bersama PT. INDOSAT dan PT. TELKOM adalah telepon lokal dan internasional serta nirkabel melalui lisensi seluler DCS-1800. selain itu juga melakukan penyewaan sirkuit, transporder satelit dan MIDI. Memasuki abad 21 dan sejalan dengan tren dunia, pemerintah Indonesia
melakukan
deregulasi
industri
telekomunikasi
internasional dengan membuka peluang terhadap persaingan pasar yang yang lebih bebas
dan secara bertahap mencabut hak
43
eksklusifvitas yang dimiliki INDOSAT dan TELKOM. INDOSAT segera menangkap peluang ini dengan mengembangkan bisnis seluler dan pada tahun 2001 mendirikan perusahaan operator seluler yaitu PT. INDOSAT MULTI MEDIA MOBILE (IM3) yang diikuti dengan akuisisi penuh oleh PT Satelite Palapa Indonesia (Satelindo)
di tahun 2002, menjadikan PT INDOSAT sebagai
penyelenggara seluler terbesar kedua di Indonesia.
1. Lokasi PT. INDOSAT Sub Direksi Carrier Relation – Divisi Carrier Administration terletak di Jl. Medan Merdeka Barat No 21, Jakarta. Sedangkan untuk kantor PT. INDOSAT cabang Solo terletak di Jl. Brigjen Slamet Riyadi 417, Solo.
3. Visi dan Misi Visi PT. INDOSAT dijabarkan dalam tiga untaian keinginan dari pemikiran strategis, yaitu : a. Mempertahankan tingkat pertumbuhan yang berkelanjutan (Sustainable Growth). b. Mengokohkan diri sebagai operator telekomunikasi kelas dunia Menjadi pemain global dalam industri telekomunikasi (Global Player). Misi perusahaan yang terbagi dalam misi jangka pendek dan misi jangka panjang yang dicanangkan oleh PT. INDOSAT, yaitu :
44
Misi Jangka Pendek : a. Memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat. b. Memberikan hasil yang terbaik kepada masyarakat. c. Memperoleh citra perusahaan terbaik. Misi Jangka Panjang : a. Membangun basis pelanggan untuk berkompetisi dengan sehat. b. Membangun infrastruktur jaringan telekomunikasi yang terbaik. c. Menjadi perusahaan telekomunikasi yang terpercaya dan terbaik di Indonesia khususnya dan dunia umumnya.
4. Struktur Organisasi Dengan adanya ketetapan baru dari PT. INDOSAT pusat bahwa PT. INDOSAT cabang Solo akan berdiri sendiri tanpa dibawah naungan Divisi Regional Jawa Tengah, maka PT. INDOSAT cabang Solo memiliki wilayah eksklusif sendiri dan organisasi yang berdiri sendiri diluar naungan perwakilan PT. INDOSAT Regional Jawa Tengah lagi.
45
STRUKTUR ORGANISASI PT. INDOSAT CABANG SOLO Gambar 3.1 Branch Manager
Finance
Customer Service
Technical
Direct Sales
Account Payable
Reference & VIP
BSS Maintenc.
General Affair
Sales
Indirect Sales
Operational Cashier
Account Maintenc.
NSS Maintenc.
Procurement
Customer Service
Sales Admin
Revenue Assurance
Walk in Account
Transmisi
HRD
Cashier
Quality
IT Officer
Technical
Sales
Marketing Communication
Call Collection
Management Service
Reps. Office Klaten
1
Dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya PT. INDOSAT cabang Solo dipimpin oleh kepala cabang yang memberi perintah dan kebijakan kepada seluruh staf dan karyawan PT. INDOSAT cabang Solo. Adapun deskripsi jabatan dan fungsi masing-masing bagian yang dijabarkan sebagai berikut : a. Branch Manager Bertugas memberi wewenang, perintah dan kebijakan kepada seluruh anggota staf dan karyawan sesuai prosedur dari pusat. b. Management Service Bagian ini merupakan perwakilan dari kepala cabang dalam pelaksanaan operasional kantor. Management Service terdiri dari beberapa bagian : 1. General Affair Pengurus rumah tangga perusahaan dan operasional kantor sehari-hari. 2. Procurement Bertugas menindaklanjuti kerjasama dengan pihak luar yang berkaitan dengan operasional perusahaan. 3. HRD Bagian
personalia
perusahaan
yang
bertugas
dan
bertanggung jawab terhadap filling dan rekruitmen pegawai.
4. IT Officer
1
Bertugas memberi informasi dan aplikasi yang menunjang operasional kantor seperti membuat LAN komputer. c. Finance Merupakan bagian yang mengurus administrasi keuangan, baik pemasukan
dari
produk,
gaji
pegawai
maupun
pembiayaan
operasional. Bagian-bagian dalam Finance antara lain: 1. Account Payable Memiliki
tugas
untuk
mengatur
seluruh
pembiayaan
operasional perusahaan. 2. Operational Cashier Bertugas menerima segala jenis pembayaran transaksi yang ada mulai dari pembelian pulsa, pembayaran tagihan kartu pascabayar dan penjualan kartu perdana. 3. Revenue Assurance Bertugas untuk menjaga, memelihara dan mengontrol aset pendapatan perusahaan. 4. Call Collection Memiliki
tugas
untuk
mengingatkan
pelanggan
kartu
pascabayar mengenai tagihan dan jatuh tempo. d. Sales Divisi Sales terdiri dari staf Direct Sales, Indirect Sales dan Sales Admin yang bertugas mengurusi segala transaksi penjualan, baik penjualan secara langsung melalui armada penjualan, penjualan
2
melalui distributor dan melakukan control dari seluruh transaksi penjualan. e. Marketing Communication Bertugas untuk menterjemahkan segala bentuk strategi promosi, pemasaran, publisitas dan melakukan kontrol terhadap penjualan dan promosi produk. f. Customer Service Terdiri dari beberapa staf dan divisi seperti Reference & VIP, Account Maintenance dan Walk in Account yang berfungsi untuk memberikan servis dan referensi kepada pelanggan dan juga maintenance kepada pelanggan yang sudah eksis. g. Technical Bagian Technical dengan semua divisinya berfungsi melakukan control
terhadap
menara
BTS,
pengadaan
pekerjaan
yang
berhubungan dengan jaringan, mengontrol transmisi dan pengadaan barang technical.
h. Reps. Office Klaten Berfungsi sebagai anak cabang atas kantor cabang pembantu dari PT. INDOSAT cabang Solo. Semua bentuk operasional disesuaikan dengan kantor cabang Solo.
3
B. LAPORAN MAGANG Kegiatan magang kerja merupakan kegiatan penunjang perkuliahan yang dilaksanakan oleh mahasiswa di luar kegiatan kampus, dengan langsung terjun langsung kedunia kerja. Tujuan dilakukannya magang kerja adalah agar mahasiswa mengenal dunia kerja secara langsung, serta agar mahasiswa berpikir cerdas, kreatif, dan inovatif dalam beradaptasi dengan lingkungan kerja. Magang kerja pendidikan berlokasi di kantor Indosat cabang Solo atau Galeri Indosat Solo, beralamat di Jl. Brigjen Slamet Riyadi 417, Solo. Pelaksanaan magang kerja tersebut dimulai pada tanggal 2 Februari 2009 sampai 2 Mei 2009 dan hari serta jam kerja magang disesuaikan dengan hari dan jam kerja pegawai, yaitu hari Senin sampai Jumat dimulai pukul 08.00 sampai 17.00 WIB, dan hari Sabtu libur. Kegiatan yang dilakukan selama magang kerja berlangsung: 1. Kegiatan utama yang dilakukan setiap hari selama 3 bulan magang dari tanggal 2 Februari 2009 sampai dengan 2 Mei 2009 adalah melakukan telpon verifikasi kepada calon pelanggan Matrix
pascabayar.
Telpon
verifikasi
bertujuan
untuk
mencocokkan data calon pelanggan Matrix pascabayar, sekaligus memastikan apakah calon pelanggan
tersebut jadi untuk
berlangganan Matrix pascabayar. 2. Kegiatan lainnya adalah menginput billing Matrix pascabayar yang di kembalikan ke perusahan, biasanya billing Matrix di kembalikan karena pelanggan Matrix pascabayar pindah alamat atau alamat
4
tidak jelas. Setelah selesai di input maka dilakukan pencocokan alamat via telpon kepada pelanggan yang billingnya di kembalikan keperusahaan. 3. Melakukan aktifasi terhadap kartu Matrix pascabayar. 4. Membantu karyawan mendownloud data penjualan dari dealerdealer PT. Indosat. 5. Setiap satu bulan sekali mengikuti training yang dilakukan oleh perusahaan. Training bertujuan untuk memberikan wawasan yang lebih luas tentang Matrix pascabayar dan cara-cara sukses dalam memasarkannya. 6. Melakukan tele surve
kepada pelanggan Indosat, untuk
mengetahui program-program baru apa yang paling di harapkan oleh pelanggan.
C. ANALISIS DAN PEMBAHASAN MASALAH Disini akan dianalisis semua data yang di peroleh dari hasil penelitian yang didilakukan oleh penulis. Analisis data sangat penting karena setelah melakukan analisis data maka akan diperoleh kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan. 1. Analisis Deskriptif dan Gambaran Umum Responden Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa Diploma III Manajemen Pemasaran Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Jumlah
responden
dalam
penelitian
ini
berjumlah 100 responden. Berdasarkan informasi yang diperoleh
5
dari kuesioner yang telah dibagikan, maka responden dapat digolongkan berdasarkan jenis kelamin, usia, tempat tinggal, angkatan responden dalam program studi Diploma III Manajemen Pemasaran
Fakultas
Ekonomi
Universitas
Sebelas
Maret
Surakarta, dan besarnya biaya komunikasi yang dikeluarkan per bulan. a. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin Jenis kelamin di bedakan menjadi dua, yaitu laki-laki dan perempuan. Tabel 3.1 dibawah ini menunjukan distribusi jenis kelamin responden: Tabel 3.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis kelamin Frekuensi prosentase Laki-laki 28 28% Perempuan 72 72% Total
100
100%
Sumber: Data Primer yang diolah, 2009
80% Persentase Responden
72% 60%
40% 28% 20% 0% Laki-laki
Perempuan
Jenis Kelamin Responden Gambar 3.2 6
Diagram Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan tabel 3.1 mengenai distribusi responden berdasarkan jenis kelamin, dapat diketahui bahwa jumlah responden berjenis kelamin perempuan lebih besar dari pada jumlah responden berjenis kelamin laki-laki, yaitu sebanyak 72 orang atau 72% responden.
b. Distribusi responden berdasarkan usia Dalam penelitian ini responden dikelompokkan dalam tiga kelompok usia, yaitu usia kurang dari 19 tahun, usia antara 19 tahun sampai 22 tahun, dan 22 tahun keatas. Berdasarkan data yang di peroleh dari penelitian, maka distribusi usia dapat diketahui dalam tabel 3.2 berikut ini: Tabel 3.2 Distribusi Responden Berdasarkan Usia Usia Frekuensi persentase < 19 tahun 7 7% 19 – 22 tahun 88 88 % > 22 tahun 5 5% Total 100 100 % Sumber: Data Primer yang diolah, 2009 90%
88%
80% 70% 60% Persentase
50% 40% 30% 20% 10%
7%
0%
< 19 tahun
5% 19-22 tahun
Usia responden
> 22 tahun 7
Gambar 3.3 Diagram Distribusi Responden Berdasarkan Usia
Berdasarkan
tabel
3.2
mengenai
distribusi
responden berdasarkan usia, maka dapat diketahui bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini berusia 19 tahun sampai 22 tahun, yaitu sebanyak 88% responden atau 88% responden. c. Distribusi responden berdasarkan tempat tinggal. Bila dilihat dari tempat tinggal responden dalam penelitian ini, maka diperoleh distribusi seperti dalam tabel 3.3 berikut ini: Tabel 3.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tempat Tinggal Tempat tinggal Solo Boyolali Sukoharjo Sragen Karanganyar Wonogiri Ngawi Klaten
Frekuensi 49 2 11 5 21 4 2 6
Persentase 49 % 2% 11 % 5% 21 % 4% 2% 6%
Total 100 100 % Sumber: Data Primer yang diolah, 2009
8
90% Persentase Responden
80% 70% 60% 50% 49% 40% 30% 21%
20% 10%
11% 2%
5%
4%
6% 2%
0% Solo Boyolali Sukoharjo Sragen Karanganyar Wonogiri Ngawi Klaten
Gambar 3.4 Diagram Distribusi Responden Berdasarkan Tempat Tinggal
Berdasarkan tabel 3.3 mengenai distribusi responden berdasarkan tempat tinggal, maka dapat diketahui bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini bertempat tinggal di Solo, sebanyak 49 orang atau 49% responden. d. Distribusi responden berdasarkan per angkatan Berdasarkan 100 responden yang diambil sebagai sampel saat penelitian, maka di peroleh distribusi pada tabel 3.4 berikut ini:
9
Tabel 3.4 Distribusi Responden Berdasarkan Per Angkatan Angkatan Frekuensi Persentase 2005 2 2% 2006 49 49 % 2007 40 40 % 2008 9 9% Total 100 100 % Sumber: Data Primer yang diolah, 2009 90 %
Persentase
80 % 70 %
49% 40%
60 % 50 % 40 %
9%
2% 2005
2006
2007
2008
Gambar 3.5 Diagram Distribusi Responden Berdasarkan Per Angkatan
Berdasarkan tabel 3.4 mengenai distribusi responden berdasarkan per angkatan, maka dapat diketahui bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini angkatan 2006, sebanyak 49 orang atau 49% responden. e. Distribusi
responden
berdasarkan
rata-rata
biaya
komunikasi
yang
komunikasi yang dikeluarkan per bulan. Dilihat
berdasarkan
biaya
dikeluarkan responden dalam penelitian ini, maka hasil
10
yang diperoleh, maka dapat didistribusikan seperti pada tabel 3.5 berikut ini: Tabel 3.5 Diagram Distribusi Responden Berdasarkan Rata-rata Biaya Komunikasi yang Dikeluarkan Per Bulan Biaya komunikasi < Rp 30.000 Rp 30.000 – Rp 50.000 Rp 50.000 – Rp 70.000 > Rp 70.000 Total
Frekuensi 7 59 18 16 100
Persentase 7% 59 % 18 % 16 % 100 %
Sumber: Data Primer yang diolah, 2009 90% 80% 70% 59%
Persentase
60% 50% 40% 30%
18%
20% 10%
16%
7%
0% < Rp 30.000 Rp 30.000-Rp 50.000 Rp 50.000-Rp 70.000 > Rp 70.000
Gambar 3.6 Diagram Distribusi Responden Berdasarkan Rata-rata Biaya Komunikasi yang Dikeluarkan Per Bulan
Berdasarkan tabel 3.5 mengenai distribusi responden berdasarkan rata-rata biaya komunikasi yang dikeluarkan per bulan, maka dari 100 responden dapat diketahui
11
bahwa
sebagian
besar
responden
rata-rata
mengeluarkan biaya komunikasi per bulan antara Rp 30.000 sampai Rp 70.000.
2. Analisis Deskriptif Kesadaran Merek (Brand Awareness) Analisis
kesadaran
merek
(brand
awareness)
dapat
digolongkan menjadi empat, yaitu top of mind, brand recall, brand recognition, dan unaware of brand. Berikut ini hasil pengolahan datanya: a. Analisis Top of Mind Top of mind menggambarkan merek yang pertama kali diingat responden atau pertama kali disebut ketika yang bersangkutan ditanya tentang suatu kategori produk. Top of mind adalah single respons question, artinya satu responden hanya boleh memberikan satu jawaban
untuk
pertanyaan
ini.
Dalam analisis
ini
responden diminta untuk menyebutkan satu merek simcard GSM pascabayar yang paling diingat. Hasil yang diperoleh maka dapat di distribusikan sebagai berikut: Tabel 3.6 Analisis Top of Mind Merek simcard GSM Frekuensi pascabayar Matrix 51 Halo 44 Xplore 5 Total 100 Sumber: Data Primer yang diolah, 2009
Persentase 51 % 44 % 5% 100 %
12
90% Persentase Responden
80% 70% 60% 50%
51% 44%
40% 30% 20% 10%
5%
0% Matrix
Halo
Xplore
Gambar 3.7 Diagram Analisis Top of Mind
Berdasarkan tabel 3.6 mengenai analisis top of mind, menunjukan bahwa 51 orang atau 51 % responden menyebutkan merek simcard GSM pascabayar Matrix sebagai merek simcard GSM pascabayar yang paling diingat. Berdasarkan hasil dari jawaban yang diberikan oleh responden dalam kuesioner menunjukkan bahwa merek simcard GSM pascabayar Matrix merupakan merek yang paling di ingat oleh responden. Hal ini menunjukkan
bahwa
Matrix
menjadi
merek
yang
menempati posisi top of mind dalam penelitian ini. b. Analisis Brand Recall Brand Recall atau pengingatan kembali merek mencerminkan merek-merek apa yang diingat setelah
13
menyebutkan merek pertama kali tersebut. Brand Recall merupakan multi response question yang menghasilkan jawaban tanpa bantuan (unaided question). Responden
diminta
untuk
menyebutkan
merek
simcard GSM pascabayar selain yang telah di sebutkan di pertanyaan nomer 1. Jadi responden yang telah menyebutkan satu merek di pertanyaan nomer 1, tidak boleh menyebutkan merek yang telah dia sebutkan tersebut di pertanyaan nomer 2. Hasil kuesionernya ditunjukkan pada tabel 3.7 diberikut ini:
Tabel 3.7 Analisis Brand Recall Merek simcard GSM Frekuensi pascabayar Matrix 35 Halo 45 Xplore 20 Total 100 Sumber: Data Primer yang diolah, 2009
Persentase 35 % 45 % 20 % 100 %
90% Persentase Responden
80% 70% 60% 50% 40%
45% 35%
30% 20%
20% 10% 0% Matrix
Halo
Xplore 14
Gambar 3.8 Diagram Analisis Brand Recall
Berdasarkan tabel 3.7 mengenai analisis brand recall, menunjukkan bahwa merek simcard GSM pascabayar Matrix menunjukkan peringkat ke dua brand recall, hal tersebut berarti merek simcard GSM pascabayar Matrix kebanyakan di sebut oleh responden sebagai top of mind. c. Analisis Brand Recognition Brand Recognition atau pengenalan brand awareness merupakan pengukuran brand awareness responden di mana kesadaranya diukur dengan memberikan bantuan. Pertanyaan yang diajukan dibantu dengan menyebutkan merek simcard GSM pascabayar Matrix dalam kuesioner tersebut.
Pertanyaan
diajukan
untuk
mengetahui
seberapa banyak responden yang perlu diingatkan akan keberadaan
merek
tersebut.
Hasil
kuesionernya
ditunjukkan pada tabel berikut ini:
a.
Tabel 3.8 Analisis Brand Recognition Frekuensi Persentase Ya, saya mengenal 87 87 % dan telah menuliskannya dalam pertanyaan sebelumnya.
b. Ya, saya setelah
mengenal 7 mengisi
7%
15
kuesioner ini. Tidak mengenal sama 6 sekali Total 100 Sumber: Data Primer yang diolah, 2009 c.
6% 100 %
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terhadap brand recognition dilakukan analisis berdasarkan banyaknya responden yang menjawab dengan pilihan jawaban butir (b). Dari tabel diatas diketahui bahwa responden yang menjawab pertanyaan dengan pilihan jawaban butir (b) sebanyak 7 orang atau 7 % responden. Dengan demikian sebanyak
7
responden
harus
diingatkan
akan
keberadaan merek simcard GSM pascabayar Matrix. d. Analisis Unaware of Brand Untuk pengukuran Unaware of Brand dilakukan observasi
terhadap
pertanyaan
pengenalan
brand
awareness sebelumnya dengan melihat responden yang menjawab pertanyaan nomer 3 dalam kuesioner dengan pilihan jawaban butir (c), jawaban tidak mengenal sama sekali. Dilihat dari tabel 3.8 dalam brand recognition diatas maka, maka sebanyak 6 orang atau 6 % responden menjawab pertanyaan dengan pilihan jawaban butir (c). Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran akan keberadaan merek simcard GSM pascabayar Matrix masih kurang,
16
karena ada 6 responden yang tidak mengenal merek simcard GSM pascabayar Matrix. Untuk menumbuhkan kesadaran akan keberadaan merek
simcard
GSM
pascabayar
Matrix
maka
perusahaan perlu menenamkan citra merek yang baik dibenak konsumen dengan program periklanan. e. Sumber Media atau Informasi Hasil penelitian dari 100 responden, maka diperoleh distribusi sumber media atau informasi yang digunakan responden untuk mengetahui keberadaan merek simcard GSM pascabayar Matrix, yang ditunjukkan pada tabel berikut ini:
Tabel 3.9 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Media atau Informasi Sumber media/informasi Frekuensi Persentase Iklan di radio 0 0% Iklan di TV 56 56 % Surat kabar 5 5% Majalah 5 5% Teman 21 21 % Sales 3 3% Internet 1 1% Billboard (papan reklame) 3 3% Tidak tahu 6 6% Total 100 100 % Sumber: Data Primer yang diolah, 2009
17
90 %
Persentase Responden
80 % 70 %
56%
60 % 50 %
21%
40 % 30 %
5%
0% Iklan di Radio
Iklan di TV
Surat Kabar
5%
3%
Majalah Teman
Sales
1%
3%
Internet Billboar d
6% Tidak Tahu
Gambar 3.9 Diagram Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Media atau Informasi
Berdasarkan
tabel
3.9
mengenai
distribusi
responden berdasarkan sumber informasi atau media, maka dapat di kethui bahwa paling banyak responden yang mengetahui merek simcard GSM pascabayar Matrix dari media iklan di TV, sebanyak 56 orang atau 56% responden. Diketahui juga bahwa responden tidak ada yang mengetahui keberadaan merek simcard GSM Pascabayar Matrix dari iklan di radio, karena memang Matrix tidak mengiklankan diri di radio. Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden dalam mengetahui dan mengenali merek simcard GSM pascabayar Matrix dari
18
sumber media/informasi iklan di TV. Sebagian responden menjawab tidak tahu karena responden tersebut tidak mengenali keberadaan merek simcard GSM pascabayar Matrix (unaware of brand).
19
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Dari
analisis
diskriptif
tentang
karakteristik
responden
dapat
disimpulkan bahwa kebanyakan responden dalam penelitian ini adalah
responden
yang
berjenis
kelamin
perempuan
(72%
responden), berusia 19 sampai 22 tahun (88% responden), bertempat tinggal di Solo (49% responden), mahasiswa angkatan 2006
(49%
responden),
dan
rata-rata
mengeluarkan
biaya
komunikasi per bulan antara Rp 30.000 sampai Rp 50.000 (59% responden). 2. Pengukuran kesadaran merek dilakukan dengan menggolongkannya menjadi empat elemen, yaitu top of mind, brand recall, brand recognition, dan unaware of brand. Dari perhitungan analisis brand awareness didapat diketahui bahwa: a. Merek simcard GSM pascabayar Matrix menempati posisi top of mind (51%). b. Merek simcard GSM pascabayar Hallo menempati posisi pertama pada analisis brand recall (45%). c. Pada analisis brand recognition didapatkan bahwa sebanyak 7% responden perlu diingatkan akan keberadaan merek simcard GSM pascabayar Matrix.
20
d. Pada analisis unaware of brand terdapat 6 % responden yang tidak mengingat keberadaan merek simcard GSM pascabayar Matrix. Serta 56% responden mengetahui keberadaan merek simcard GSM pascabayar Matrix dari iklan di TV.
B. Saran 1. Bagi perusahaan Dari hasil perhitungan analisis top of mind, diketahui bahwa merek simcard GSM pascabayar Matrix menempati posisi top of mind, akan tetapi ada sebagian responden (6%) yang tidak mengetahui keberadaan merek simcard GSM pascabayar Matrix. Perusahan perlu waspada akan hal tersebut. Perusahaan perlu melakukan promosi yang lebih gencar agar semua orang dapat mengenal dan merek simcard GSM pascabayar Matrix dapat tertanam dibenak konsumen. 2. Bagi peneliti yang akan datang a. Sebaiknya peneliti selanjutnya dalam penentuan sampel yang diambil harus bervariasi tidak hanya mahasiswa saja, tetapi juga masyarakat umum karena semua kalangan sudah banyak yang memakai merek simcard GSM pascabayar Matrix. b. Peneliti selanjutnya menambahkan variable lain dalam penelitian, misalnya untuk pengaruh periklanan terhadap kesadaran merek (brand awareness).
21
Daftar Pustaka Ambadar, Jackie, Miranty Abidin, dan Yanty Isa. 2007. Mengelola Merek. Jakarta: Yayasan Bina Karsa Mandiri. Bornmark, Hanna, Asa Gorason, and Christina Svensson. 2005. A Study To Indicate The Importance Of Brand Awareness In Brand Choice: A Cultural Perspective. Journal Of Retail and Distribution Management. 31:10 498-507, December. Durianto, Darmadi, Sugiarto, dan Tony Sitinjak. 2001. Strategi Menaklukkan Pasar: Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku Merek. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Durianto, Darmadi. 2004. Brand Equity Ten: Strategi Memimpin Pasar. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Lamb, Hair, McDaniel. 2001. Pemasaran Buku I, Alih Bahasa oleh David Octoreva. Jakarta: Salemba Empat. Rangkuti, Freddy. 2002. The Power of Brands: Teknik Mengelola Brand Equity dan Strategi Pengembangan Merek. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. ------------------------- 2004. The Power Of Brand. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Retnawati, Berta Bekti. 2003. Strategi Penguatan dan Revitalisasi Merek Menuju Pengelolaan Merek Jangka Panjang. Usahawan no. 07 th. xxxII, Juli. Simamora, Bilson. 2002. Aura Merek: 7 Langkah Membangun Merek Yang Kuat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Suliyanto. 2006. Metode Riset Bisnis. Yogyakarta: Andi.
22
23
24
25
26
27
28
29
30