Paulus Hendro P, Pengolahan Data Kaum Muda Katolik pada....
ISSN 2356 - 4393
Pengolahan Data Kaum Muda Katolik pada Komisi Kepemudaan Keuskupan Purwokerto Berbasis Data Tersebar Paulus Hendro Priatmoko Sistem Informasi, Sekolah Tinggi Ilmu Komputer Yos Sudarso Purwokerto Jalan SMP 5 Karang Klesem, Purwokerto, Kab.Banyumas, Jawa Tengah 53144 Email:
[email protected] Abstract: Until now, the handling of data-based youth pastoral ministry in the Diocese of Purwokerto still can not be used optimally. So far the data collection is done only sporadically and has not been consistent. Many of the constraints faced by the data associated with these young people. Besides still using excel program, a very limited capacity, charging routines consistent data is still very difficult, though diocesan area range is quite wide. Through this research, youth aligned to the data can be processed in such a way so that data can be used to the maximum. The exact steps to make this happen is to build data-driven database of young people scattered. The method used is the data collection, design and manufacture of data-based systems spread. With a database system spread, the expected end result is all the data the youth in the diocese of Purwokerto can be accessed and processed with ease and can be used to determine the pastoral step for these young people. Keywords: scattered data, youth, youth commission, parish, diocese Abstrak: Sampai saat ini, penanganan pastoral kaum muda berbasis data di Keuskupan Purwokerto masih belum dapat digunakan secara maksimal. Sejauh ini pendataan hanya dilakukan sporadis dan belum seragam. Banyak kendala yang dihadapi terkait dengan data kaum muda ini. Selain masih menggunakan program excel, yang sangat terbatas kemampuannya, rutinitas pengisian data yang konsisten masih sangat sulit dilakukan, padahal rentang wilayah Keuskupan Purwokerto cukup luas. Melalui penelitian ini, diupayakan agar data kaum muda dapat diolah sedemikian rupa sehingga data tersebut dapat digunakan dengan maksimal. Langkah yang tepat untuk mewujudkan hal ini adalah membangun database kaum muda berbasis data tersebar. Metode penelitian yang digunakan adalah pengumpulan data, perancangan dan pembuatan sistem berbasis data tersebar. Dengan sistem basis data tersebar, hasil akhir yang diharapkan adalah seluruh data kaum muda di wilayah Keuskupan Purwokerto dapat diakses dan diolah dengan mudah dan dapat digunakan untuk menentukan langkah pastoral untuk kaum muda tersebut Kata kunci: data tersebar, kaum muda, komisi kepemudaan, paroki, keuskupan
I. PENDAHULUAN Tidak dapat dielakkan, kaum muda adalah generasi penerus bangsa. Di tangan kaum muda masa depan bangsa diletakkan. Realita semacam itu menuntut pendampingan dan pengarahan yang tepat bagi kaum muda. Tujuannya agar orientasi dan pengarahan bagi mereka menjadi jelas. Pendampingan akan menjadi tepat kalau pendampingan tersebut mengacu atas fakta yang dilandaskan pada data. Hal ini terjadi karena fakta berdasarkan data memuat seluruh informasi yang dibutuhkan terkait dengan obyek kaum muda sebagai fokus pengolahan data. Sarana pendukung untuk memberikan informasi yang tepat dan akurat
itu adalah komputer. Melalui media komputer segala hal yang terkait dengan informasi dapat diolah dan diorganisir secara tepat, sehingga pada saat membutuhkan data tersebut semuanya dapat tersedia. Komisi Kepemudaan sebagai salah satu badan dalam gereja katolik yang mengelola kaum muda, membutuhkan sarana dan prasarana yang cepat dalam pengolahan data kaum muda. Jumlah kaum muda yang harus ditangani semakin hari semakin besar. Apalagi sebaran kaum muda cukup luas dan mencakup seluruh wilayah Keuskupan. Maka keberadaan sistem informasi berbasis komputer sudah tidak bisa ditawar lagi harus disediakan dan diupayakan sehingga data kaum muda yang diperoleh
81
Kalbiscentia,Volume 3 No. 2, Agustus 2016
dapat diorganisir sedemikian rupa sehingga data yang ada dapat digunakan dengan baik. Keuskupan Purwokerto sebagai salah satu lembaga yang bernaung di bawah Gereja Katolik yang membawahi beberapa Gereja di beberapa Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah, memiliki sebuah perencanaan untuk membangun sistem informasi kaum muda berbasis komputer demi kemudahan pelayanan dalam hal administrasi dan struktural, serta mampu menganalisa kebutuhan pastoral untuk kaum muda tersebut. Saat ini yang terjadi di lapangan, Komisi Kepemudaan yang menangani urusan kaum muda belum dapat menangani data kaum muda ini dengan baik. Semua pengurusan dalam hal administrasi dan struktural masih dilakukan secara manual dan hanya sebatas dicatat sebagai data (dengan menggunakan program microsoft excel) tanpa ada pengolahan lebih lanjut. Dengan kondisi yang demikian, maka pelayanan yang diberikan kepada kaum muda masih dirasakan sangat lambat dan persoalan pembinaan kaum muda menjadi dipertanyakan. Akibatnya, kondisi semacam ini akan menyulitkan Gereja (dalam hal ini Komisi Kepemudaan) untuk mengelola secara efektif dan efisien kaum muda yang ada dengan pembinaan dan pendampingan yang tepat. Komisi Kepemudaan adalah salah satu lembaga dalam Gereja Katolik yang memiliki basis di seluruh Keuskupan (termasuk Keuskupan Purwokerto) secara khusus ditunjuk untuk menangani dengan baik dinamika dan perkembangan kaum muda yang ada di dalamnya. Mengingat jumlah data yang akan diinput dan diolah cukup besar dan memiliki banyak aspek yang harus ditangani, Komisi Kepemudaan merencanakan akan membangun sistem informasi dengan sistem basis data tersebar. Dipilihnya sistem basis data tersebar karena dengan menggunakan sistem basis data ini, di satu pihak data yang ada dapat diolah dengan kapasitas maksimal namun dengan kinerja yang cepat dan akurat. Dengan kondisi semacam ini, maka data dalam jumlah yang besar dapat dikelola dengan efektif dan maksimal. Masalahnya bagaimana membangun aplikasi sistem informasi data kaum muda Katolik Keuskupan Purwokerto dengan menggunakan sistem basis data tersebar dengan disertai pengamanan data agar efektif dan efisien dalam pengelolaan data di lapangan?
II. METODE PENELITIAN Secara garis besar metode penelitian dilakukan dengan dua cara: pertama pengumpulan data, dilanjutkan dengan perancangan dan pembuatan sistem.
82
A. Pengumpulan Data Dalam penelitian ini data peneltitian diperoleh menggunakan beberapa cara: (1) Studi Pustaka. Tahap ini dilakukan dengan cara mempelajari referensi berupa dokumen/berkas. Mengumpulkan data, melakukan browsing di internet serta membaca buku yang terkait tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan penelitian yang dimaksud; (2) Observasi. Melakukan pengamatan langsung ke lokasi obyek tentang seluruh aktivitas yang berhubungan dengan maksud penelitian ini, sehingga lebih mengacu pada tujuan yang diinginkan yaitu pembuatan sistem untuk pendataan kaum muda di Keuskupan Purwokerto; dan (3) Wawancara. Mengadakan pendekatan wawancara dengan pihakpihak yang bertanggungjawab, khususnya anggota Komisi Kepemudaan dalam pelaksanaan pencatatan data kaum muda Katolik di Keuskupan Purwokerto. B. Perancangan dan Pembuatan Sistem Adapun langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut: (1) Perencanaan Sistem. Proses yang dilaksanakan pada tahapan perencanaan ini meliputi kegiatan mengenali masalah, menentukan masalah, menentukan tujuan, mengenali kendala dan studi kelayakan; (2) Analisis Sistem. Menganalisis sistem yang sudah ada, menentukan kebutuhan sistem dan kriteria kinerja sistem; (3) Desain/Perancangan Sistem. Pada tahapan ini dilakukan pembuatan desain sistem, arsitektur yang diinginkan, mudah dimengerti dan mudah diimplementasikan, serta mudah digunakan oleh pemakai (user). Desain terdiri dari desain input-output, model database, proses-proses serta model objek; dan (4) Implementasi Sistem. Pada tahapan ini dilakukan pembuatan sistem, mencakup pembuatan database, pembuatan program, petunjuk proses dan petunjuk operasional.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN Basis data tersebar/basis data terdistribusi adalah kumpulan data yang digunakan bersama yang saling terhubung secara logik tetapi tersebar secara fisik pada suatu jaringan komputer [1]. Yuniansyah [2] juga menulis soal yang hampir serupa dengan Judul Sistem Akademik Berbasis Three-Tier pada Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK) SIGMA Palembang. Batasan penelitian yang diambil juga berbicara soal pendistribusian data akademik utnuk program-program studi yang ada di STIMIK SIGMA Palembang dengan input data
Paulus Hendro P, Pengolahan Data Kaum Muda Katolik pada....
akademik yang disebar dalam beberapa komputer client di sekitar gedung perkuliahan. Wardana [3] pernah menuliskan tesis dengan judul Penerapan Basisdata Terdistribusi pada Sistem Informasi Perpustakaan menggunakan model Threetier. Pada intinya, tesis ini mengungkapkan dan meneliti transaksi pencarian informasi mengenai buku buku yang ada melalui sembarangan client pada dua perpustakaan yang ada, dimana peminjaman dan pengembalian buku-buku hanya dapat dilakukan melalui komputer client pada perpustakaan yang bersangkutan. Bagi Burch dan Grudnitski [4] data yang diolah melalui suatu model pada akhirnya akan menjadi informasi. Penerima kemudian menerima informasi tersebut lalu membuat suatu keputusan dan melakukan tindakan. Tindakan yang dilakukan ini akan menghasilkan suatu tindakan lain yang akan menghasilkan sejumlah data kembali. Data tersebut akan ditangkap sebagai input, selanjutnya data tersebut diproses kembali lewat suatu model dan seterusnya sehingga membentuk suatu siklus. John Burch menamakan siklus ini sebagai siklus informasi atau siklus pengolahan data. Ramakrishnan dan Gehrke [5] mengatakan bahwa area sistem manajemen database adalah mikrokosmis ilmu komputer secara umum. Persoalan yang ditekankan dan teknik yang digunakan menggunakan rentang spektrum yang luas, meliputi bahasa, pradigma, pemrogrman berorientasi obyek dan paradigma pemrograman lainnya, kompilasi, sistem operasi, pemrograman konkuren, struktur data, algoritma, teori, sistem paralel dan terdistribusi, user interface, expert sistem dan kecerdasan buatan, teknik statistik dan pemrograman dinamik. Bagi McLeod [6], data yang telah diolah dan memiliki arti merupakan informasi. Sebab menurutnya, data dari dirinya sendiri merupakan sejumlah data, fakta dan angka-angka yang relatif tidak berarti bagi pemakainya. Oleh karena itu agar data bisa punya arti bagi orang/pihak tertentu, data tersebut harus diolah hingga menjadi sebuah informasi yang berarti bagi yang bersangkutan. Untuk menghasilkan informasi yang cepat dan akurat, maka dibutuhkan suatu sistem informasi. Melalui sistem informasi, data yang dikumpulkan akan diolah dengan suatu prosedur sehingga dapat diperoleh suatu informasi yang akan didistribusikan kepada penerima informasi yang membutuhkannya. Data yang telah diolah tersebut merupakan hasil dari pengolahan data sehingga menjadi bentuk yang penting bagi diri sendiri dan penerima informasi guna
pengambilan keputusan, sehingga dipandang perlu untuk memanajemen datanya. Menurut Jogiyanto [7], kualitas dari suatu informasi tergantung dari 3 hal, yaitu informasi harus akurat, tepat pada waktunya dan relevan. Akurat berarti informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak bias atau menyesatkan. Tepat waktunya berarti informasi yang datang pada penerima tidak boleh terlambat. Informasi yang sudah usang tidak akan mempunyai nilai lagi. Sedangkan relevan berarti informasi tersebut mempunyai manfaat untuk pemakainya. Relevansi informasi untuk tiap tiap orang satu dengan yang lainnya berbeda. Menurut William Stalling [13], pengamanan komputer adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk menjaga dan mencegah komputer dari kerusakan atas pencurian/penggunaan data oleh orang-orang yang tidak berkepentingan. Dengan manajemen keamanan data yang terstruktur disertai dengan pembatasan hak akses sesuai dengan kepentingan user, maka dapat dihindari pemanfaatan data dan informasi yang tidak bertanggungjawab. Maka perlu dipikirkan sistem keamanan data yang mampu mengamankan data yang ada dari kemungkinan yang paling buruh, sehingga data yang ada senantiasa aman dari kerusakan atau penggunaan oleh user yang tidak berkepentingan. Mengacu pada ungkapan Gruvger [8], sistem terdistribusi terdiri dari dua kata, yaitu “Sistem” dan “Terdistribusi”. Sistem merupakan sekumpulan elemen yang saling berhubungan satu dengan lainnya dan membentuk satu kesatuan untuk menyelesaikan satu tujuan yang spesifik atau menjalankan seperangkat fungsi. Adapun terdistribusi berasal dari kata “distribusi” yang merupakan lawan dari “Sentralisasi”, yang artinya penyebaran, sirkulasi, penyerahan, pembagian menjadi bagian kecil-kecil. Berawal dari pengertian kata-kata pembentukkannya, Sistem Terdistribusi dapat didefinisikan sebagai suatu kesatuan dari elemen-elemen yang saling berinteraksi secara sistematis dan teratur untuk mendistribusikan data, informasi, proses, obyek dan layanan dari dan kepada pengguna yang terkait di dalamnya. Sedangkan menurut Hall [9], data yang dibutuhkan untuk mendukung operasi-operasi yang disimpan pada lebih dari satu lokasi secara phisik atau logika disebut dengan data terdistribusi dan perangkat lunak yang digunakan untuk menyediakan akses pada data terdistribusi disebut dengan basis data terdistribusi. Dalam basis data terdistribusi, data dibagi menjadi lebih dari satu basis data tapi bisa diperlakukan sebagai sebuah basis dat atunggal secara logika oleh aplikasi. Pemrosesan terdistribusi
83
Kalbiscentia,Volume 3 No. 2, Agustus 2016
menyebarkan pemrosesan dari aplikasi bisnis pada beberapa lokasi. Basis data terdistribusi menyediakan kemampuan untuk mengakses data dari berbagai lokasi, tidak peduli di mana pun data tersebut sebenarnya disimpan. Menurut Kroenke [10], pemrosesan basis data terdistribusi adalah pemrosesan basis data di mana pelaksanaan transaksi, pengambilan dan pembaharuan data yang terjadi melewati dua atau lebih komputer yang biasanya terpisah secara geografis dan tidak salit terkait. Tentunya hal ini mengandaikan bahwa dibutuhkan lebih dari satu basis data yang menampung dan mengolah, serta unit server yang jumlahnya lebih dari satu untuk mengolah data yang sudah ditampung tersebut sehingga akan menjadi satu kesatuan data yang utuh. A. Perancangan Sistem Perancangan sistem yang dibuat adalah perancangan sistem Komisi Kepemudaan Keuskupan Purwokerto yang memiliki wilayah meliputi meliputi Cilacap, Gombong, Karanganyar, Kebumen, Kroya, Sidareja, Banjarnegara, Banyumas, Purbalingga, Purwokerto, Kutoarjo, Purworejo, Purwosari, Wonosobo, Batang, Brebes, Pekalongan, Pemalang, Slawi dan Tegal. Selama ini pencatatan hanya dilakukan di masing-masing tempat tanpa adanya koordinasi antar wilayah atau tempat. Hasilnya data yang dikumpulkan tidak bisa mempresentasikan situasi secara menyeluruh kaum muda katolik di wilayah Keuskupan Purwokerto. Pengolahannya hanya bersifat lokal. Oleh karena itu melalui aritektur basisdata tersebar ini diharapkan Komisi Kepemudaan akan menjadi mudah dalam mengolah dan mengakses data saat dibutuhkan di manapun data itu bersumber. Jika menggunakan sistem basis data tersebar maka keuntungannya adalah sebagai berikut: (1) Data dapat mudah diakses dan diproses dengan cepat sebab seluruh data sudah ditangani dengan satu sistem pendistribusian data; (2) Beberapa pihak yang berkepentingan dapat mengakses data secara langsung melalui komputer tanpa harus beranjak dari tempat kerjanya; (3) Pihak yang membutuhkan data akan mudah dilayani dengan cepat dan mudah; dan (4) Sistem dengan mudah akan memberikan informasi secara cepat dan kaurat terkait dengan data yang dibutuhkan dan diolah lebih lanjut. Komponen sistem adalah hal yang paling pokok saat kita hendak membangun sebuah sistem informasi komputer. Dari komponen sistem ini dapat kita ketahui dengan jelas kinerja sistem yang akan
84
kita bangun dan akan kita jalankan. Sistem yang akan dibangun ini adalah sistem informasi berbasis data terdistribusi dengan menggunakan client-server. Pada rancangan yang akan dibuat, client sedikitnya memiliki dua peran yaitu: client berfungsi sebagai penyaji interface sekaligus juga berfungsi untuk mengoperasikan aplikasi. Sementara itu server hanya bertugas untuk mengelola data saja. Tujuannya adalah agar beban server akan menjadi lebih ringan. Dengan demikian kinerja dari sistem dapat cepat dan akurat sesuai dengan harapan. Jenis server yang digunakan adalah server basis data yang memberi layanan berupa pengolahan dan penyajian data berdasarkan perintah terstruktur (query) yang diberikan client. Pada jaringan ini server menyimpan berbagai macam data yang dapat diakses oleh pengguna melalui terminal-terminal client. Dalam rancangannya, sistem informasi ini ditempatkan di dua lokasi terpisah dengan menggunakan dua server. Server Komkep Satu untuk melayani data kaum muda di wilayah utara dan timur. Sedangkan Server Komkep Dua untuk melayani data kaum muda di wilayah selatan dan barat.
Gambar 1 Arsitektur Sistem Basis Data Tersebar
Tujuan dipecah menjadi dua server adalah agar kinerja server dapat efektif dan juga jika terjadi pengembangan sistem informasi, maka server yang ada akan dapat secara langsung difungsikan sesuai dengan kebutuhan pengembangan sistem tadi. Kalaupun terpaksa, karena banyaknya data yang diolah, sistempun akan mudah menerima penambahan server baru tanpa harus mengubah secara keseluruhan sistem yang sudah terbentuk. Pihak administrator mengganti atau menambahkan server yang dimaksud. B. Aristektur Sistem Terdistribusi Menurut Gruver [8] arsitektur didefinisikan sebagai suatu rancangan untuk penyusunan dan operasi komponen-komponen suatu sistem, di mana rancangan tesebut mengidentifikasikan komponen beserta fungsi masing-masing komponen, konektivitas antar komponen dan mendeskripsikan pemetaan fungsionalitas ke dalam komponen. Dengan
Paulus Hendro P, Pengolahan Data Kaum Muda Katolik pada....
demikian, arsitektur sistem terdistribusi diharapkan mampu menyediakan gambaran fisik dan logikal dari sistem, serta mampu menyediakan spesifikasi dari komponen-komponen sistem beserta hubungan antar komponen dalam sistem. Hal-hal yang dijabarkan dalam arsitektur sistem terdistribusi amat penting, artinya dalam usah pengembangan, implementasi dan pemeliharaan sistem terdistribusi. Adapun beberapa jenis arsitektur sistem terdistribusi ialah sebagai berikut: (1) Client Server. Client menghubungi server untuk mendapatkan data, yang kemudian memformat dan menampilkan pada pengguna. Arsitektur ini terdiri dari tiga jenis yaitu arsitektur 2-tier, 3-tier dan n-tier; (2) Tightly Coupled (Clustered). Mesin-mesin terintegrasi yang menjalankan proses yang sama secara bersamaan dengan membagi tugas ke dalam beberapa bagian yang dijalankan masing masing mesin. Apabila proses telah selesai, hasil pengerjaan masing-masing mesin digabungkan menjadi satu; dan (3) Peerto-peer. Aristektur di mana tidak ada mesin yang menyediakan layanan atau mengelola sumber daya jaringan sehingga segala tanggung jawab dibagikan di antara seluruh mesin. Arsitektur yang rencananya akan diaplikasikan untuk mengolah data kaum muda Keuskupan Purwokerto adalah client server. Pertimbangan utamanya adalah agar jika terjadi pemekaran teritorial, server yang ada bisa dipindahkan atau ditambahkan dengan jenis server yang baru. Pengalokasian dua atau lebih server memudahkan bagi pihak admin untuk mengelola dan mengatur basis data di masingmasing teritorial. C. Penyimpanan Basis Data Terdistribusi Dalam sebuah sistem basis data terdistribusi, basis data disimpan pada beberapa komputer. Sebuah sistem basis data terdistribusi terdiri dari sekumpulan lokasi yang masing-masiong bisa ikut serta dalam pelaksanaan transaksi yang mengakses data pada satu atau beberapa lokasi. Pendistribusian data memiliki beberapa keuntungan dan kerugian [11]: (1) Distribusi: data tidak disimpan pada tempat yang sama, sehingga basis data terdistribusi dapat dibedakan dari basis data tunggal dan bais data tersentral; dan (2) Korelasi Logika: data memiliki properti yang berhubungan sehingga basis data terdistribusi dapat dibedakan dari sekumpulan basis data lokal atau file yang disimpan pada tempat yang berbeda pada jaringan komputer. Terdapat 3 metode untuk penyimpanan data di dalam basis data terdistribusi [11]: (1) Replikasi data. Sitem mengelola beberapa duplikat data dari relasi
relasi yang ada. Setiap replika disimpan pada lokasi yang berbeda. Replikasi data bisa dilakukan dengan cara semua data (relasi) disimpan pada setiap lokasi atau sebagian data yang mempunyai frekuensi sering digunakan pada sebuah lokasi saja yang direplikasi. Performansi basis data dengan replikasi dapat ditingkatkan dengan membuat semua aksi terhadap basis data bersifat pengambilan data saja; (2) Fragmentasi Data. Basis data dibagi menjadi bberapa bagian atau fragmen di aman setiap lokasi mempunyai bagian basis data yang saling disjoin. Sebagian data dapat disimpan pada lokasi yang paling sering digunakan atau paling banyak pemakainya. Dengan demikian sebagian besar operasi diperlakukan secara lokal sehingga akan mengurangi kepadatan jaringan dan meningkatkan waktu respon. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa proses fragmentasi terjadi karena olahan data di dalam sistem begitu besar sehingga perlu pemecahan sehingga sistem dapat bekerja secara maksimal. Tujuan dari distribusi dengan cara fragmentasi adalah lebih memudahkan pengaksesan, dapat meningkatkan unjuk kerja sistem, menyeimbangkan kapasistas penyimpanan dan biaya serta dapat menekan biaya komunikasi antar tempat. Ada tiga jenis pendistribusi data dengan cara fragmentasi yaitu Fragmentasi Horisontal, Fragmentasi Vertikal dan Fragmentasi Gabungan; dan (3) Gabungan. Dalam replikasi gabungan, replika yang dihasilkan dari proses replikasi dilanjutkan dengan membentuk frgamen-fragmen yang disimpan pada lokasi yang berbeda. Pada sistem informasi Komisi Kepemudaan Keuskupan Purwokerto ini, penyimpanan data dilakukan dnegan menggunakan Fragmentasi Data Horisontal, di mana data kaum muda seluruh Keuskupan Purwokerto difragmentasi secara horisontal menjadi dua yaitu database komkep satu (menggunakan server komkep satu untuk wilayah utara dan timur) dan database komkep dua (menggunakan server komkep dua untuk wilayah selatan dan barat). Dengan rancangan penyimpanan seperti ini, maka jika pada suatu saat dibutuhkan pemisaan dua server ini, maka data yang ada tidak akan mengalami kerusakan dan sistem akan tetap dapat berjalan. Fragmentasi data seperti ini mengkondisikan relasi tabel-tabel di kedua server sama tetapi berbeda isi datanya. Dengan rancangan penyimpanan seperti ini, maka jika pada suatu saat dibutuhkan pemisahan dua server ini, maka data yang ada tidak akan mengalami kerusakan dan sistem tetap dapat berjalan. Dalam rancangan yang dibangun, proses defragmentasi
85
Kalbiscentia,Volume 3 No. 2, Agustus 2016
terjadi di sisi client. Proses defragmentasi horisontal terjadi dalam dua situasi. Jika client membutuhkan untuk menampilkan data secara keseluruhan, maka sistem di dalam client akan membentuk tabel virtual yang digunakan untuk menampung seluruh data para server wilayah utara dan selatan. Dalam kondisi yang lain, jika user hendak mencari data, sistem juga membuat tabel virtual yang digunakan untuk menampung hasil pencarian dari server wilayah utara dan server wilayah selatan. Hasil pencarian yang sudah ditampung pada tabel virtual inilah yang kemudian ditampilkan kepada user. Dengan kinerja semacam ini, sebenarnya fungsi dari server semata-mata hanyalah untuk menyimpan data hasil proses fragmentasi horisontal dari sistem. Gambaran Aliran Data sistem yang dibuat dapat dilihat pada gambar diagram alir data yang memberikan gambaran suatu data yang masuk dan keluar pada suatu entity/representasi dari sumber dan tujuan aliran data tersebut, aturan dari pemrosesan data, penyimpanan data dan entitas eksternal.
Gambar 2 Diagram Konteks Level O SI Data Komisi Kepemudaan Keuskupan Purwokerto
Gambar 3 Diagram Level 1 Sistem Informasi Komisi Kepemudaan Keuskupan Purwokerto
Pertimbangan yang muncul dengan model penyimpanan data secara horisontal adalah sebagai berikut: (1) Perkembangan kaum muda cukup cepat, sehingga mungkin akan terjadi pemecahan menjadi beberapa teritorial dari teritorial sebelumnya, Maka penyimpanan data secara horisontal akan memudahakan pihak Komisi Kepemudaan memindahkan server tersebut; (2) Memudahkan bagi
86
pihak administrator jika suatu saat akan menambah server jika perkembangan kaum muda dirasa cukup cepat, Jika hal itu terjadi, pihak administrator cukup membuat struktur tabel dan hubungan tabel yang sama seperti dua server yang sudah ada dan tinggal menambakan lokasi data pada sistem yang telah dibuat; dan (3) Proses backup data akan menjadi lebih mudah sebab backup data yang terjadi cukup berfokus pada suatu server tanpa melibatkan server yang lain. D. Client Server sebagai Salah Satu Bentuk Sistem Basis Data Terdistribusi Menurut Oetama [12] arsitektur jaringan clientserver merupakan model konektivitas pada jaringan yang membedakan fungsi komputer (sebagai client ataupun sebagai server). Arsitektur ini menempatkan sebuah komputer sebagai server yang bertugas memberikan layanan kepada terminal-terminal lain (client) yang terhubung dalam jaringan itu. Komponen dasar client-server terdiri atas: client, middleware dan server. Client yang merupakan terminal yang digunakan oleh pengguna untuk meminta layanan. Middleware yang merupakan komponen perantara yang memungkinkan client dan server saling terhubung dan berkomunikasi. Sedangkan server adalah pihak yang menyediakan layanan. Adapun ciri client-server yang membedakan dirinya dengan perangkat lunak terdistribusi lainnya adalah: berbasis layanan, sumber daya digunakan bersama-sama, hubungan yang terjadi adalah one-tomany, client tidak perlu mengetahui lokasi fisik server, interoperabilitas perangkat lunak dan perangkat keras, pertukaran berbasis pesan, enkapsulasi layanan, skalabilitas dapat diubah secara fleksibel, dapat dijamin konsistensi datanya. Sistem yang dibangun di Komisi Kepemudaan Keuskupan Purwokerto ini menggunakan basis data tersebar yang mendasarkan komunikasi sistemnya menggunakan client-server. Adapun alasannya adalah sebagai berikut: (1) Kapasitas. Dengan makin berkembangnya teknologi, makin ebsar pula data yang perlu ditampung. Kapasitas satu komputer tidak akan sanggup untuk menangani seluruh data ang digunakan pengguna. Bila sebagian besar data dialihkan ke server untuk digunakan bersama oleh banyak client, maka hal ini akan jauh meringankan beban client; (2) Keamanan. Dengan menampung seluruh data di komputer client, maka pengguna akan memiliki akses langsung ke data tesebut. Hal ini menjadi suatu masalah bila data yang disimpan tersebut merupakan data rahasia yang hanya boleh
Paulus Hendro P, Pengolahan Data Kaum Muda Katolik pada....
diakses oleh segelintir pengguna. Dengan meyimpan data di server dan membatasi pengguna hanya untuk mengakses antar muka di server, keamanan data dapat terjamin; dan (3) Penghemantan. Dalam sistem client-server, sumber daya yang dimiliki server dapat digunakan oleh terminal-terminal client sehingga biaya investasi sumber daya dapat dihemat. E. Sistem Pengamanan Data Perkembangan sistem informasi yang mulai menggunakan jaringan client-server seperti online banking, e-commerce, electronic data exchange dan sebagainya, ikut memacu pertumbuhan kejahatan komputer. Ditambah lagi, saat ini perangkat lunak yang digunakan untuk melakukan hal tersebut sudah tersedia dengan bebas di internet. Selain itu, seiring dengan perkembangan pemrograman yang semakin kompleks, kemungkinan terjadinya kesalahan logika atau kesalahan setting dalam program menjadi semakin besar. Hal ini ter kadang dapat menimbulkan lubang-lubang yang akan membahayakan sistem keamanan komputer. Menurut Garfinkel [14], keamanan komputer meliputi empat aspek yaitu: (1) Privacy adalah usaha penjagaan agar sebuah informasi tidak jatuh ke tangan orang yang tidak berhak untuk mengaksesnya. Perlindungan terhadap serangan ini dapat dilakukan dengan melakukan kriptografi atau pengacakan data; (2) Integrity adalah usaha untuk menjaga integritas data. Usaha yang dilakukan adalah dengan menggunakan enkripsi ataupun digital signature; (3) Authentication. Aspek yang diperhatikan di sini adalah keaslian suatu data atau informasi termasuk di dalamnya apakah orang yang mengirimkannya adalah orang yang benar? Usaha untuk melindungi aspektersebut dengan membuat password untuk memastikan hanya orang yang berhak yang dapat mengaksesnya; (4) Availability. Aspek ini berhubungan dengan ketersediaan informasi ketika diperlukan. Suatu server yang diserang hingga mati (dengan menggunakan mesin) akan membuat pengguna tidak dapat mengakses informasi yang ada di dalamnya. Cara yang dilakukan untuk pengamanan ini adalah memastikan apakah yang mengakses itu benar benar manusia dan bukan mesin. Model penulisan huruf atau angka yang disajikan adalah salah satu bentuk pengamanan agar dapat dipastikan operator yang membutuhkan informasi ini adalah manusia dan bukan mesin. Terkait dengan pengaman data dan hak akses dalam program, sistem yang dibangun pengamanannya mengunakan: (1) Login yang selalu
berganti. Sistem yang dibangun didukung dengan program generate yang tiap hari mengacak password dari operator. Program generate ini didasarkan atas inputan dasar password yang dilakukan oleh user yang kemudian diolah dengan rumus tertentu sehingga menghasilkan password baru yang akan di copy paste oleh user yang sebenarnya. Untuk masuk ke program generate, masing masing user memiliki password; dan (2) Sistem identifikasi user dengan menggunakan captcha. Sistem ini akan mendeteksi bahwa user yang menggunakan program ini adalah manusia dan bukan mesin.
IV. SIMPULAN Dari hasil analisa, perancangan dan implementasi sistem, dapat ditarik kesimpulan bahwa Sistem Informasi Komisi Kepemudaan Keuskupan Purwokerto hendaknya dibangun atas dasar basis data tersebar dengan menggunakan: 1.Arsitektur client-server yang membagi secara horisontal data-data yang ada sehingga kinerja client dan server akan bekerja dengan maksimal dan input data dapat dilakukan dengan cepat dan mudah. 2.Server yang akan digunakan terbagi menjadi dua bagian yaitu Server Komkep Satu dan Server Komkep Dua yang akan menangani seluruh data Komisi Kepemudaan di wilayah Keuskupan Purwokerto; 3.Penyimpanan data dilakukan dengan cara fragmentasi data horisontal yang memecah tabeltabel yang ada ke dalam Server Komkep Satu dan Server Komkep Dua; dan 4,Sistem Keamanan data yang digunakan adalah dengan mengacak password pengguna dengan program generate dan menyediakan tampilan captcha yang digunakan untuk memastikan bahwa yang masuk sistem adalah manusia dan bukan mesin.
V. DAFTAR RUJUKAN [1]
Fathansyah. Sistem Basis Data, Penerbit Informatika, Bandung. 2012, 14-38
[2]
Yuniansyah, Sistem Akademik berbasis Three-tier pada Sekolah Tinggi Managemen Informatika dan Komputer (STIMIK) SIGMA Palembang, Tesis, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 2001, 2-7
[3] H. Wardana. Penerapan Basisdata Terdistribusi pada Sistem Informasi Perpustakaan Menggunakan Model Three-tier, Tesis, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 2002, 4-6
87
Kalbiscentia,Volume 3 No. 2, Agustus 2016 [4] J. Burch & G. Grudnitski. Information Systems Teory and Practice, 4 edition, John Wiley and Sons, New th
York. 2012, 15-30 [5] R. Ramakrsnan & J. Gehrke. Database Management Systems, Thirth Edition, McGraw-Hill Companies, Inc. 2013, 28-70 [6] R. McLeod, Jr. Management Information System, Prentice Hall International Inc, New Jersey. 2011, 1518 [7] Jogiyanto, HM, Analisis dan Desain Sistem Informasi, Pendekatan Terstruktur Teori dan Praktek Aplikasi Bisnis, Edisi III, Penerbit Andi, Yogyakarta. 210, 7-28 [8] W. Gruver. “Introduction to Distributed Systems”, http://www.ensc.sfu.ca:80/idea/cources/files/ ENSC891-1.pdf, 8 Oktober 2016.
88
[9]
C. Hall. Technical Foundation of Client/Server System, A Wiley-QED Publication. 2014, 40-45
[10] K. David M. Database Processing Fundamentals, Design and Implemetation, Prentice Hall International Inc, Fifth Edition. 2012, 32-60 [11] A. Silberschatz & H. F. Korth.. Database System Concepts, Second Edition, McGraw-Hill, Inc. 2011, 35-60 [12] D. Oetomo, et al., Konsep dan Aplikasi Client Server dan Sistem Terdistribusi, Penerbit Andi, Yogyakarta. 2014, 36-48 [13] W. Stalling. Network and Internetwork Security, Prentice Hall, New Jersey. 2013, 28-40 [14] S. Garfinkel. PGP: Pretty Good Privacy, O’Reilly & Associates, Inc. 2011, 23-48