BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Data Pengamatan Pasang Surut Untuk menerapkan perhitungan dan mendapatkan tujuan tugas akhir ini, pada Tabel 4.1 dan Gambar 4.1 dapat dilihat lokasi dan panjang data serta sumber data yang akan digunakan dalam tugas akhir ini. Tabel 4.1 Data yang Digunakan
Lokasi
Koordinat
Panjang Data
Tanggal
Sumber
Padang
00° 57' 00'' LS dan
30 Hari
1-30 Juni 1995
Ali, Oseanografi
(A)
100° 22' 00'' BT
Bangka
02° 04'00'' LS dan
(B)
105° 10' 00'' BT
Pari
05°24'00'' LS dan
(C)
106°25'00'' BT
Benoa
08° 45' 00'' LS dan
(D)
115° 09' 00'' BT
Kupang
07° 34' 00'' LS dan
(E)
108° 59' 00'' BT
ITB 30 Hari
30 Hari
19 Januari-17
Ali, Oseanografi
Februari 1996
ITB
1-30 November 1988
Ali, Oseanografi ITB
30 Hari
6 Maret-4 April 1996
Ali, Oseanografi ITB
30 Hari
1-30 Juli 1997
Ali, Oseanografi ITB
Gambar 4.1 Lokasi Kajian
18
4.2 Pengolahan Data Pengolahan data akan dilakukan dengan program World Tides, program TAN dan metode Admiralty. Berikut ini adalah uraian secara lengkap mengenai langkah-langkah pengerjaannya. 4.2.1 World Tides 4.2.1.1 Input Data Input dari program World Tides ini berupa datang pasang surut dengan format : dalam xls. Terdiri dari 3 kolom. Dimana : - Kolom pertama : time_record - Kolom kedua : bulan/tanggal/tahun,jam - Kolom ketiga : tinggi permukaan air (m) Dari pengolahan data pasut ini, akan dihasilkan analisis pasut dan beda phasa serta amplitudo dari komponen yang digunakan.
4.2.1.2 Analisis Data Dari input data tersebut kita masukkan ke dalam program World Tides untuk mendapatkan hasil analisis data pasang surut. Selanjutnya kita memilih panjang hari dan komponen-komponen yang akan digunakan. Berikut ini adalah tampilan World Tides yang digunakan untuk analisis data pasang surut (Gambar 4.2).
Gambar 4.2 Tampilan Program World Tides untuk Menganalisis Data Pasang Surut
19
Dalam penelitian ini, pengolahan data untuk analisis pasang surut pada tiap lokasi dibagi dalam dua kasus yaitu kasus dengan data 15 hari dan kasus dengan data 29 hari. Dimana pada masing-masing kasus tersebut dibagi lagi dalam empat tahap, yaitu : • 7 Komponen : O1, K1, N2, M2, S2, M4, dan MS4 • 9 Komponen : O1, K1, N2, M2, S2, M4, MS4, P1, dan K2. • Komponen berdasarkan periode sinodik (bergantung dengan lokasinya). Untuk komponen berdasarkan periode sinodik, berikut ini adalah komponenkomponen untuk tiap lokasi : Tabel 4.2 Komponen Berdasarkan Periode Sinodik untuk Lokasi Padang
Stasiun Padang
15 hari
≥ 29 hari
Periode Panjang
Msf
Mm
Diurnal
O1
Q1
≥ 30 hari
≥ 90 hari
≥ 185 hari Ssa
P1* S1* K1 Semidiurnal
MEU2
2N2*
MSN2
MKS2
OQ2
M2
N2
3M(SK)2
2SK2
OP2
T2*
NEU2*
S2
LAMDA2*
K2*
L2
Quaterdiurnal
SNK2
M4
(Sumber : Hadi, 2000) Tabel 4.3 Komponen Berdasarkan Periode Sinodik untuk Lokasi Bangka
Stasiun Bangka
15 hari
≥ 29 hari
≥ 30 hari
≥ 90 hari
Periode Panjang
Mf
Diurnal
O1
Q1
SIGMA1
P1*
M1
PHI1
S1*
J1
≥ 185 hari Ssa
K1 OO1 Semidiurnal
MEU2
MNS2
LAMDA2*
20
MKS2
OP2
M2
2N2*
T2*
N2
S2
NEU2*
K2*
2SM2
Tetradiurnal
L2
MO3
SO3
MK3 Quaterdiurnal
M4
MN4
MS4 (Sumber : Hadi, 2000) Tabel 4.4 Komponen Berdasarkan Periode Sinodik untuk Lokasi Pari
Stasiun Pari
15 hari
Periode Panjang
Msf
Diurnal
O1
≥ 29 hari
≥ 30 hari
≥ 90 hari
≥ 185 hari Ssa
J1
OO1
P1* S1* K1 Semidiurnal
MEU2
2N2*
M2
N2
T2*
NEU2*
S2 K2* (Sumber : Hadi, 2000) Tabel 4.5 Komponen Berdasarkan Periode Sinodik untuk Lokasi Benoa
Stasiun Benoa Periode Panjang
15 hari Msf
≥ 29 hari
≥ 30 hari
≥ 90 hari
Mm
≥ 185 hari Ssa
Mf Diurnal
O1
SIGMA 1
P1*
Q1
S1*
M1
K1
J1
PHI1
OO1 Semidiurnal
MEU2
MNS2
MSN2
MKS2
OQ2
M2
2N2*
3M(SK)2
KJ2
OP2
21
T2*
N2
2SK2
S2
NEU2*
K2*
LAMDA2*
2MN2S2
L2
MNK2S2 SNK2
2SM2 Tetradiurnal
M3
MO3
SO3
MK3 Quarterdiurnal
M4
MN4
MK4
MS4
SK4 2MSK4
S4 Pentadiurnal
Heksadiurnal
3MO5
M5
MSK5
MSO5
2MS6
MSN6
2MN6
2SM6 Oktadiurnal
3MS8 2MS8
(Sumber : Hadi, 2000) Tabel 4.6 Komponen Berdasarkan Periode Sinodik untuk Lokasi Kupang
Stasiun Kupang Periode Panjang
15 hari Msf
≥ 29 hari
≥ 30 hari
≥ 90 hari
Mm
≥ 185 hari Ssa
Mf Diurnal
O1
SIGMA 1
P1*
Q1
S1*
M1
K1
J1
PHI1
OO1 Semidiurnal
MEU2
MNS2
M2
3M(SK)2
MKS2
OQ2
2N2*
MSN2
OP2
T2*
N2
KJ2
SNK2
S2
NEU2*
2SK2
K2*
LAMDA2*
2MN2S2
L2 2SM2
Tetradiurnal
M3
MO3
2MQ3
22
SP3
SK3
MK3
SO3
2MP3
2MSN4
SK4
MK4
3MK4
MQ3 Quarterdiurnal
M4
MN4
MS4
SN4
3MS4
S4
2MSK4
2MNS4 Pentadiurnal
3MK5
M5
3MO5
MSO5
MSK5 Heksadiurnal
M6
MSN6
2MS6
2MN6
3MNS6
MKL6
2MK6 4MK6
2SM6 4MS6 Oktadiurnal
2MN8
M8
3MS8
3MK8
MSNK8
2MS8
2MSK8
2MSN8
Dekasemidiurnal
5MS12
(Sumber : Hadi, 2000)
Keterangan : tanda * menunjukkan komponen tersebut relatif terhadap komponen lain.
Setelah dijalankan program World Tides analisis tersebut, akan diperoleh hasil analisis berupa: •
Grafik analisis.
•
Nilai amplitudo dan beda phasa dari komponen-komponen yang dipilih.
Grafik akan memiliki nilai keakuratan yang baik jika nilai RMS kecil dan %R_var besar. Tetapi selain memerhatikan nilai tersebut, agar hasil analisis lebih akurat, harus juga diperhatikan nilai amplitudo komponen. Apakah realistis atau tidak. Dari ketiga kasus tersebut kita dapat mengetahui komponen mana yang tepat untuk digunakan pada panjang data untuk tiap kasus.
23
4.2.2 Program TIFA 4.2.2.1 Input Data Input data untuk program TIFA tersebut berupa : • File data pasut disusun urut kebawah dengan satuan meter. • File Tif yang merupakan salah-satu file masukan untuk mengeksekusi program Tan. Contoh input file Tif seta outputnya dapat kita lihat pada Lampiran D. 4.2.2.2 Analisis Data Langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisis data dengan program TIFA : •
Siapkan file data elevasi pasut (satuan meter) dengan susunan urut kebawah di excel, dan simpan sebagai file input dengan ekstension .prn
•
Siapkan File Tif yang telah dimodifikasi sesuai dengan komponen yang akan dihitung
•
Eksekusi program TAN .exe atau TANS .exe sesuai dengan input yang diberikan
•
Akan terdapat output berupa nilai prediksi, residu serta komponen pasang surut.
•
Bandingkan hasil analisis program TIFA dengan hasil analisis program World Tides. Gambar 4.3 merupakan flowchart analisis harmonik data pasut metode least square
dengan menggunakan program TIFA.
Gambar 4.3 Flowchart Analisis Harmonik dengan Program TIFA
24
4.2.3 Metode Admiralty Perhitungan metode Admiralty yang telah dikembangkan oleh Doodson ditentukan berdasarkan panjang data pengamatan, ada empat perhitungan yang umum digunakan yaitu perhitungan panjang data 29 hari, 15 hari, 7 hari dan 1 hari. Dalam penelitian ini, perhitungan yang digunakan untuk panjang data 29 dan 15 hari. Dalam perhitungan panjang data 29 hari dan 15 hari akan dihasilkan 9 komponen pasang surut, yang mempresentasikan jenis pasang surut yang terjadi di tempat tersebut. Diurnal K1, P1 dan O1, Semi-diurnal M2, K2, S2 dan N2, Kuarter-diurnal M4 dan MS4. Langkah perhitungan 29 hari dan 15 hari adalah sama, baik tahap perhitungan dan hasil akhir yang diperoleh. Dimulai dengan perhitungan proses harian, bulanan dan perhitungan matrik polinomial dibantu dengan tabel pengali proses harian dan bulanan serta tabel matrik polinomial untuk panjang data 29 dan 15 hari. (Gambar 4.4) Gambar 4.4 Langkah Perhitungan 15 dan 29 Hari dengan Metode Admiralty (Sjachulie, 1999)
Data Pasang Surut 15 Hari atau 29 Hari Tanggal, Bulan dan Tahun Pengamatan Perhitungan Proses Harian
Perhitungan T Perhitungan Proses Bulanan Perhitungan s, h, p, p’, N Tabel Matriks p dan P Perhitungan f, u dan V
Perhitungan w dan W+1
Hasil Komponen Pasang Surut (9 Komponen)
25
26