PENGKAYAAN Artemia salina DENGAN OMEGA-3 TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN MAS KOKI (Carassius auratus L) Rika Ferdila1, Lisa Deswati2, Yuneidi Basri2 E-mail :
[email protected] 1 Mahasiswa Jurusan Budidaya FPIK Univ. Bung Hatta 2 Dosen Jurusan Budidaya FPIK Univ. Bung Hatta Abstract This study aims to determine the effect of Artemia salina enrichment with Omega - 3 on the survival , growth and determine the appropriate dose for larval goldfish ( Carassius auratus L ) . Research conducted experiments with a completely randomized design ( CRD ) . Hatched Artemia nauplii that had been enriched with Omega3 for 2 hours of treatment A ( 0.6 mL / L ) , treatment B ( 0.9 ml / L ) , treatment C ( 0.12 ml / L ) , treatment D ( 0.15 ml / L ) . The results showed that Artemia enrichment with omega - 3 were not significantly different ( P > 0.05 ) on the survival and growth of larval goldfish . Where the best results obtained at a dose of 0.12 ml treatment C / L with survival ( 92 % ) and absolute growth in length ( 9.74 mm ) . So it can be concluded that the best treatment for the survival and growth is on Artemia enrichment with Omega-3 dose of 0.12 ml/L. Keywords : Carassius auratus L , Artemia nauplii , Omega - 3 , Survival , Growth.
PENDAHULUAN
pemerintahan dinasti Ming tahun 1368-
Ikan mas koki (Carassius auratus.
1644 karena bentuk tubuhnya yang unik
L) merupakan salah satu ikan hias air
dan banyak dijual ke negara-negara lain.
tawar
(Liviawaty & Afrianto 1990).
yang
banyak
diminati
oleh
Penelitian
masyarakat. Dikalangan pembudidaya ikan
ini
bertujuan
untuk
hias di dunia, ikan mas koki (Carassius
mengetahui pengaruh pengkayaan Artemia
auratus. L) termasuk salah satu ikan
salina
pajangan yang sangat populer dan banyak
kelangsungan hidup, pertumbuhan panjang
penggemarnya. Tubuhnya yang aneh itu
mutlak
sulit digambarkan bentuknya oleh para
mengetahui dosis yang tepat untuk larva
peternak
ikan mas koki (Carassius auratus L).
disebut “ Fantastik ”. Lingga
dan Susanto (2001)
kali oleh masyarakat Cina tahun 960-1279, menjadi
populer
pada
larva
Omega-3
ikan
mas
terhadap
koki
dan
BAHAN DAN METODE Ikan Uji
Ikan mas koki diternakkan pertama
dan
dengan
Ikan yang digunakan adalah larva
masa
ikan mas koki (Carassius auratus L) yang 1
berumur 5 hari dengan jumlah 300 ekor
eksperimen yakni 4 perlakuan dan 3
yang berasal dari penetasan larva di
ulangan. Adapun perlakuan yang di uji
Laboratorium Terpadu Fakultas Perikanan
adalah:
dan Ilmu Kelautan, Universitas Bung Hatta
Perlakuan
A = Pengkayaan Artemia
Padang, Sumatra barat.
dengan
Pakan Uji
dosis 0,6 ml/L.
Pakan yang diberikan adalah Naupli
Perlakuan
B
=
Omega-3
Pengkayaan Artemia
Artemia yang diperkaya selama 2 jam
dengan
dengan masing-masing dosisnya yaitu:
dosis 0,9 ml/L.
Perlakuan A (0,6 ml/L), B (0,9 ml/L), C
Perlakuan
C
=
Omega-3
Pengkayaan Artemia
(0,12 ml/L) D (0,15 ml/L). Kepadatan
dengan
Naupli Artemia yang diberikan pada larva
dosis 0,12 ml/L.
ikan
mas
koki
kurang
lebih
900
Perlakuan D = Pengkayaan Artemia
individu/akuarium. Penelitian
dengan ini
dilakukan
Omega-3
di
Omega-3
dosis 0,15 ml/L.
Laboratorium Terpadu Fakultas perikanan
Persiapan Ikan Uji
dan Ilmu Kelautan, Universitas Bung
Ikan uji yang digunakan dalam
Hatta, Padang, Sumatra Barat, dari bulan
penelitian adalah larva ikan mas koki yang
Desember 2013 sampai Januari 2014.
berumur 5 hari, panjangnya ± 5 mm
Wadah yang digunakan dalam penelitian
dengan jumlah 300 ekor, padat tebar larva
adalah akuarium sebanyak 12 buah dengan
ikan disamakan tiap perlakuan yaitu 25
ukuran 40x20x20 cm yang diisi air
ekor per akuarium. Ikan dipelihara selama
setinggi 10 cm berfungsi sebagai tempat
15 hari hingga umur 20 hari.
pemeliharaan larva ikan mas koki yang
Data
yang
diperoleh
dianalisis
dilengkapi dengan aerator dan filter. Botol
dengan menggunakan analisis statistik
akua sebanyak 4 buah volume 1500 ml
yaitu
yang diisi air setinggi 15 cm berfungsi
keragaman (F), dilakukan berdasarkan
sebagai
pola RAL. Bila hasil analisa didapatkan
tempat
pengkayaan
Naupli
Artemia.
keragaman.
Analisis
nilai F hitung lebih kecil dari F tabel (5% dan 1% ) maka tidak dilanjutkan dengan
Perlakuan dan Rancangan Percobaan
uji lanjutan, namun bila F hitung lebih
Metode yang akan di gunakan pada
besar dari F table (5% dan 1%),
penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap
analisis
(RAL)
dengan
maka
dilanjutkan uji lanjutan Beda Nyata Jujur
metode
(BNJ). Data kualitas air (Suhu, pH dan 2
DO) dapat
diuraikan secara deskriptif
berbeda tidak terdapat perbedaan yang
(Effendie, 1997).
nyata terhadap kelangsungan hidup larva ikan mas koki (P > 0,05) artinya tidak ada
HASIL DAN PEMBAHASAN
pengaruh Artemia yang diperkaya Omega3
4.1. Tingkat Kelangsungan Hidup
dengan dosis yang berbeda terhadap
Data hasil pengamatan kelangsungan
kelangsungan hidup larva ikan mas koki
hidup larva ikan mas koki pada masing-
Nilai
masing perlakuan dan ulangan dapat
disajikan dalam bentuk diagram batang
rata-rata tingkat kelangsungan hidup larva
dapat dilihat pada gambar 8.
ikan mas koki dapat dilihat pada tabel 2.
Kelangsungan Hidup (%)
Tabel 2. Rata-rata kelangsungan hidup (%) larva ikan mas koki selama 20 hari
A B C D
tingkat
kelangsungan hidup larva ikan mas koki
dilihat pada lampiran 1. Sedangkan hasil
Perlakuan
rata-rata
Kelangsungan Hidup (%)
58,66 a 81,33 a 92 a 68 a
100
81,33
92 68
58,66
A
50
B C
0 A 1
Gambar
B
C
D
D
Pengamatan
20
8. Diagram rata-rata kelangsungan hidup larva ikan mas koki selama 20 hari penelitian.
Ket : Angka superscrip yang sama antar perlakuan menunjukan tidak berbeda nyata (P > 0,05).
Keterangan : Dari tabel diatas terlihat bahwa rata-
A : Pengkayaan Artemia dengan Omega-3 dosis 0,6 ml/L B: Pengkayaan Artemia dengan Omega-3 dosis 0,9 ml/L C: Pengkayaan Artemia dengan Omega-3 dosis 0,12 ml/L D: Pengkayaan Artemia dengan Omega-3 dosis 0,15 ml/L
rata persentase kelangsungan hidup larva ikan mas koki tertinggi pada perlakuan C dosis 0,12 ml/L yaitu sebesar 92%, diikuti dengan perlakuan B dosis 0,9 ml/L sebesar 81,33%, perlakuan D dosis 0,15 ml/L
Pada
sebesar 68% dan terendah pada perlakuan
penelitian
ini
tingkat
kelangsungan hidup larva ikan mas koki
A dosis 0,6 ml/L sebesar 58,66%.
tertinggi pada perlakuan C dosis 0,12 ml/L
Dari hasil analisa varian (Lampiran
sebesar
5) terlihat bahwa pemberian Artemia yang diperkaya Omega3 dengan dosis yang 3
92%,
sedangkan
tingkat
kelangsungan hidup terendah adalah pada
mempertinggi tingkat kelangsungan hidup
perlakuan A dosis 0,6 ml/L yaitu 58,66%.
larva yang dipelihara (Isnansetyo, 1992).
Perlakuan kelangsungan
yang
menghasilkan adalah
lemak Omega3 , maka sumber energi
perlakuan C dosis 0,12 ml/L (92%)
didalam tubuh larva ikan mas koki yang
dibandingkan tiga perlakuan lainnya yaitu
dipelihara
perlakuan, B dosis 0,9 ml/L (81,33%), D
pertumbuhan
dosis 0,15 ml/L (68%) dan perlakuan A
maksimal,
dosis
menyatakan
0,6
hidup
ml/L
terbaik
Dengan tercukupinya kebutuhan asam
(58,66%).
Hal
ini
berjalan panjang Furuita
disebabkan karena pada perlakuan C yaitu
lemak
pengkayaan
terganggunya
Naupli
Artemia
dengan
Omega3 dengan dosis 0,12 ml/L mampu memberikan
sumbangan
asam
baik
bahwa
esensial
sehingga berlangsung
et.
al.,
kekurangan
akan
(1996) asam
mengakibatkan
pertumbuhan
dan
kelangsungan hidup larva.
lemak
Sedangkan
perlakuan
D
Omega3 dalam jumlah yang besar pada
menggunakan Omega3 dengan dosis yang
Naupli Artemia yang diperkaya yaitu
lebih tinggi dari pada perlakuan C justru
(92%) dimana dengan kandungan Omega3
memberikan hasil kelangsungan hidup
tersebut kelangsungan hidup larva ikan
yang lebih rendah, hal ini disebabkan oleh
mas koki dapat maksimal. Hal ini sesuai
keterbatasan
dengan penelitian Santoso (2006) tentang
menyerap Omega3 yang tersuspensi dalam
pengaruh pemberian nauplii Artemia yang
media kultur, selain itu karena Omega3
diperkaya squalene dengan dosis berbeda
yang
terhadap kelulusan hidup dan pertumbuhan
menyebabkan penggemukan pada Naupli
anak kuda laut (Hippocampus kuda)
Artemia sehingga tidak bisa termakan oleh
menghasilkan nilai tertinggi dalam tingkat
larva, ukuran Naupli Artemia yang telah
kelulusan
dan
diperkaya pada perlakuan D yaitu 425.516
pertumbuhan panjang (2,67 cm) dengan
µm lebih besar dari pada C 403.299 µm,
dosis 0,9 g/l
perlakuan B 384.096 µm dan A 376.033
hidup
(69,97%)
Naupli
diberikan
Artemia
terlalu
untuk
banyak
µm, untuk lebih jelasnya dapat dilihat Watanabe (1980) dalam Isnansetyo
pada lampiran 7. Sunyoto et. al., ( 1992)
(1992) menyatakan bahwa asam lemak
menyatakan
Omega3 terutama EPA dan DHA sangat
menyebabkan
pertumbuhan larva ikan. Kandungan asam Omega3
yang
tinggi
pemberian
dosis
emulsi minyak ikan yang berlebihan akan
dibutuhkan untuk kelangsungan hidup dan
lemak
bahwa
terjadinya
penurunan
kualitas air media kultur sehingga aktifitas
dapat
metabolisme Artemia terganggu bahkan 4
dapat menyebabkan kematian. Perlakuan
larva kepiting bakau menghasilkan nilai
yang menghasilkan kelangsungan hidup
tertinggi
terbaik adalah perlakuan C dosis 0,12 ml/L
hidup (27,13%) dengan dosis 0,6 g/l.
dalam
tingkat
kelangsungan
(92%). Khasanah (2012) menyatakan 4.2. Pertumbuhan Panjang Mutlak
bahwa pengaruh pengkayaan Artemia spp. dengan kombinasi minyak kedelai dan
Pertumbuhan panjang larva ikan mas
minyak ikan salmon terhadap pertumbuhan
koki diperoleh dari pengurangan panjang
dan tingkat kelangsungan hidup larva
akhir dengan panjang awal larva yang
kepiting bakau (Scylla paramamosain)
digunakan dalam penelitian. Data lengkap
dengan pemberian Artemia yang diperkaya
pengukuran panjang mutlak larva ikan mas
dengan 75% minyak ikan dan 25% minyak
koki hingga hari ke 20 atau akhir
kedelai
penelitian disajikan dalam tabel 3.
menghasilkan
pertumbuhan
panjang tertinggi yaitu 3,053 mm dan Tabel 3. Rata-rata pertumbuhan panjang mutlak (mm) larva ikan mas koki selama penelitian
kelangsungan hidup tertinggi terdapat pada pengkayaan dengan 100% minyak ikan dan menghasilkan 42,66% kelangsungan
Perlakuan
Pertumbuhan Panjang Mutlak (mm)
A B C D
9,02 a 8,34 a 9,74 a 6,93 a
hidup. Artemia akan memakan apa saja yang ukurannya lebih kecil (≤ 50 µm) Sorgeloos (1996) pada dasarnya Artemia sp.
tidak
memilih
jenis
dikonsumsinya selama
pakan yang
bahan tersebut
tersedia di air dengan ukuran yang sesuai
Ket :
dengan bukaan mulutnya. Selanjutnya
perlakuan menunjukan tidak berbeda nyata (P >
Mudjiman (1988) menyatakan bahwa di
0,05).
alam yang menjadi makanan Artemia adalah
detritus
bahan
organik
Angka superscrip yang sama antar
Dari hasil rata-rata pertumbuhan
dan
panjang mutlak larva ikan mas koki selama
ganggang renik (ganggang hijau, ganggang
penelitian, menunjukkan bahwa perlakuan
biru, dan cendawan).
C memperlihatkan pertumbuhan panjang
Karim (1998)
menyatakan bahwa penelitian pemberian
mutlak
pakan alami berupa Branchionus plicatilis
perlakuan A dengan rata–rata panjang
dan nauplus Artemia yang telah diperkaya
mutlak (9,02 mm), perlakuan B (8,43 mm)
dengan asam lemak Omega3 terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan 5
tertinggi
(9,74
mm),
diikuti
dan nilai rata–rata terendah terdapat pada
Pertumbuhan
perlakuan D yaitu (6,93 mm).
yaitu
artinya
pemberian
tidak
Artemia
ada
pengaruh
yang
diperkaya
asam
lemak
koki pada dosis 0,12 ml/L optimal untuk
pertumbuhan
mendukung
panjang mutlak larva ikan mas koki (p > 0,05)
kandungan
Omega3 yang dikonsumsi larva ikan mas
yang diperkaya Omega3 dengan dosis terhadap
9,74 mm, tingginya pertumbuhan
disebabkan
6) menunjukkan bahwa pemberian Artemia
berbeda
tertinggi
terdapat pada perlakuan C dosis 0,12 ml/L
Pada hasil analisa varian (lampiran
yang
panjang
pertumbuhannya.
Dengan
demikian, tersedianya energi yang cukup bagi larva ikan mas koki untuk memenuhi kebutuhan dasar dan proses metabolisme
Omega3 dengan dosis yang berbeda
berjalan lancar sehingga larva ikan mas
terhadap pertumbuhan panjang mutlak
koki dapat mempertahankan kelangsungan
larva ikan mas koki.
hidup dan dapat memanfaatkan enegi Untuk
mendapatkan
gambaran
untuk tumbuh.
pertumbuhan panjang larva ikan mas koki
Omega3 merupakan asam lemak
pada akhir penelitian lebih jelasnya dapat
essensial yang secara fisiologis berperan
dilihat pada diagram berikut ini.
penting dalam menunjang kelangsungan
Rata-rata Panjang Larva (mm)
hidup dan pertumbuhan. Asam lemak esensial berperan penting yaitu sebagai
10 8 6 4
sumber energi dalam mempertahankan 9,02 8,34 9,74
A
2
C
0
D A
Gambar
B
C
pertumbuhan
B
6,93
pembentukan
Pengamatan
9.
Diagram
berperan
komponen
dalam
sel-sel
baru.
Terjadinya pertumbuhan adalah akibat dari
D
1
dan
pembentukan jaringan atau perbanyakan 20
sel dari organisme tersebut (D’Abramo dalam Sheen, 1993).
rata-rata
Sedangkan
pertumbuhan panjang mutlak selama 20
pertumbuhan
panjang
hari
terendah terdapat pada perlakuan D dosis
Keterangan :
0,15 ml/L, rendahnya pertumbuhan ini
A : Pengkayaan Artemia dengan Omega-3 dosis 0,6 ml/L B : Pengkayaan Artemia dengan Omega-3 dosis 0,9 ml/L C:Pengkayaan Artemia dengan Omega-3 dosis 0,12 ml/L D :Pengkayaan Artemia dengan Omega-3 dosis 0,15 ml/L
disebabkan
kelebihan
asam
lemak
Omega3, karena Naupli Artemia tumbuh besar dan tidak sesuai dengan bukaan mulut larva akan memberikan dampak 6
yang sama terhadap larva ikan mas koki
Tabel 4. Parameter kualitas air media
yaitu pertumbuhan larva ikan mas koki
pemeliharaan larva ikan mas koki
menjadi rendah. Selain itu kelebihan asam
Waktu
lemak Omega3 menyebabkan membran sel terhambat terganggu,
sehingga laju
penga
metabolisme
pertumbuhan
Suhu
pH
matan
menjadi
Awal
rendah, dan lemak juga tidak dapat
DO
(unit) 27oC
7
5
28,9o C
7,2
5,5
Penelitian
dikonsumsi dalam jumlah banyak karena
Akhir
dapat merusak hati dan menimbulkan kematian pada
Parameter Kualitas Air
Penelitian
larva (Purwakusuma,
2007) selanjutnya Effendy dkk (2005)
Parameter
kualitas
air
selama
menyatakan kelebihan asam lemak pada
penelitian untuk tiap-tiap perlakuan yang
fase
diukur pada awal dan akhir penelitian
pemeliharaan
larva
dapat
menyebabkan kematian massal.
adalah suhu berkisar antara 27-28,9ºC sesuai dengan pendapat Lesmana (2001)
Ikan air tawar membutuhkan asam
bahwa suhu optimal untuk ikan tropis
lemak dengan konsentrasi berkisar antara
adalah 27oC. Derajat keasaman (pH) hasil
0,5–1,5 % dalam pakan (Craig, 2002).
pengukuran dinyatakan dalam taraf wajar
Kebutuhan asam lemak untuk juvenil
dan masih layak, pertumbuhan ikan yang
berkisar antara 0,5-0,1 % berat kering
baik pada pH 6,5 - 9,0 dan ikan dapat
pakan,sedangkan pada larva lebih tinggi
menyesuaikan diri terhadap pH 4,5 – 10,8
lagi yaitu > 4% (Leger et. al., 1986)
namun diluar batas tersebut ikan akan
4.3. Kualitas Air
mati. Kandungan DO selama penelitian
Pengamatan parameter kualitas air media
adalah 5,5 ppm, hal ini sesuai dengan
pemeliharaan ikan uji dilakukan 2 kali
kondisi oksigen yang ideal (Djatmika,
selama penelitian, yaitu kualitas air awal
1986). pH selama penelitian berada pada
penelitian dan akhir penelitian. Untuk
kisaran 7-7,2. Kandungan pH yang ideal
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4
bagi produktivitas perairan adalah 5,5-6,5,
sebagai berikut :
sedangkan kisaran pH yang baik untuk pemeliharaan ikan adalah 7-8,5 (Effendie, 1997).
7
KESIMPULAN Dari
hasil
penelitian
Osmolality and Organosomatic indices of the Western King Prawn (Penaeus laticulatus kihinouye, 1896) Readed at Different salinities. Aquaculture, 234 : 601-614. Isnansetyo, A (1992). Teknik kultur phytoplankton dan zooplankton : Pakan alami untuk pembenihan organisme laut. Kanisius, Jakarta. Djatmika. 1986. Usaha Budidaya Ikan Lele. C.V. Simplex. Jakarta. Karim, M. Y. 1998. Aplikasi pengkayaan pakan Alami (Brancionus Plikatilis dan Nauplius Artemia yang Diperkaya dengan Asam Lemak Omega-3 dalam pemeliharaan Larva Kepiting bakau (Scylla serrata). Tesis. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. 95 hal. Khasanah, N. R. 2012. Pengaruh pengkayaan Artemia spp. Dengan kombinasi minyak kedelai dan minyak ikan Salmon terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva kepiting bakau (Scylla paramamosain). Skripsi. Universitas Airlangga. Surabaya. Leger, P. 1986. The Use and Nutritional Value of Artemia as a Food Source. Oceanong. Mar. Biol. Ann. Rev. Lesmana, d.s. 2001. Kualitas Air Untuk Ikan Hias Tawar. Penebar Swadaya. Jakarta. Lingga, P dan H Susanto. 2001. Ikan Hias Air Tawar. Penerbit Penebar swadaya. Jakarta.Hal ; 123 – 129. Liviawaty, E & E. Afrianto. 1990. Mas koki, budidaya dan pemasarannya. Penerbit Kanisius, Jakarta. Mudjiman, A. 1988. Udang Renik Air Asin (Artemia Salina), Jakarta : Penerbit Bhratara Karya Aksara. Purwakusuma, W. 2007. Kebutuhan Nutrisi Ikan http://www.ofish/KebutuhanNutrisiIkan. Sorgeloos, P .1987. Teknik Budidaya Artemia. Direktoral Jendral Perikanan bekerjasama dengan internasional Developmental Research Center.
tentang
pengkayaan Artemia dengan Omega-3 terhadap
kelangsungan
hidup
dan
pertumbuhan larva ikan mas koki dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut, tidak ada pengaruh Artemia yang diperkaya Omega3 dengan dosis yang berbeda terhadap
kelangsungan
hidup
dan
pertumbuhan larva ikan mas koki ( P > 0,05) dan perlakuan pemberian Artemia yang diperkaya dengan Omega3 dengan dosis 0,12 ml/L memberikan pengaruh terbaik
yaitu
kelangsungan
dengan
hasil
hidup
(92%)
tingkat dan
Pertumbuhan panjang mutlak (9,74 mm)
DAFTAR PUSTAKA Afrianto, E dan E Liviawaty. 2005. Pakan Ikan. Penerbit Kanisus D’Abramo, L and S, Sheen, 1993. Polyunssaturated Fatty Acid Nutrion in Juvenille Freswater Prawn Macrobrachium rosenbergii. Aquaculture. Craig, S. 2002. Understanding Fish Nutrions, Feeds and Feeding. Virginia Polytecnic Institute and State Unoversity. Djatmika. 1986. Usaha Budidaya Ikan Lele. C.V. Simplex. Jakarta. Effendie, M. I. 1979. Metoda Biologi Perikanan. Yayasan Pusaka Nusantara. Yogyakarta. Furuita, H, M Takeuci, EPA and DHA requipment in early juvenile red sea bream using HUFA enriched Artemia nauplii. Huynh, M. S. and R. Fotedar. 2004. Growth, Survival, Hemolymph 8
Sunyoto, P. 1996. Nutrisi jasad pakan sebagai salah satu kendala pada pembenihan ikan laut di indonesia. Prosiding Simposium Perikanan Indonesia. Watanabe, T and Kiron, 1994. Prospect in Larval Fish Dietetics. Review, Aquaculture, 124: 223-251.
9