REMATURASI IKAN MAS KOKI Carassius auratus DENGAN PENAMBAHAN MINYAK BUAH MERAH Pandanus conoideus MELALUI PAKAN
DEKI BUNAY
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Rematurasi Ikan Mas Koki Carassius auratus dengan Penambahan Minyak Buah Merah Pandanus conoideus melalui Pakan” merupakan karya dan hasil penelitian saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi maupun media massa manapun. Sumber informasi untuk mendukung penelitian saya, dikutip dari berbagai informasi dan hasil karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain dan telah disebutkan dalam teks serta dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Maret 2015 Deki Bunay NIM C14090077
ABSTRAK DEKI BUNAY. Rematurasi Ikan Mas Koki Carassius auratus dengan Penambahan Minyak Buah Merah Pandanus Conoideus melalui Pakan. Dibimbing oleh HARTON ARFAH dan DINAR TRI SOELISTYOWATI. Buah merah Pandanus Conoideus merupakan salah satu tanaman endemik Papua yang mengandung makro dan mikro nutrien, salah satu diantaranya adalah Vitamin E (tokoferol ) sebesar 11.000 mg/l dalam 100 g. Vitamin E merupakan mikro nutrien yang dibutuhkan dalam masa reproduksi ikan yaitu berperan dalam pembelahan sel. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh penambahan minyak buah merah melalui pakan terhadap rematurasi ikan mas koki. Penelitian ini dilakukan selama 28 hari dengan perlakuan pemberian dosis minyak buah merah (MBM) dan Kontrol (A) yaitu pakan tanpa MBM. Perlakuan MBM terdiri dari dosis MBM 175 mg/kg pakan (B), MBM 375 mg/kg pakan (C), MBM 500 mg/kg pakan (D). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian MBM melalui pakan menghasilkan nilai kebuntingan pada hari ke- 15, dengan hasil terbaik yaitu perlakuan MBM 500 mg/kg dengan presentase 66,67%, pergerakan inti telur (GVBD) 80% mulai hari ke-21, tingkat ovulasi 37%. Kata kunci: Ikan mas koki, kebuntingan, minyak buah merah, rematurasi
ABSTRACT DEKI BUNAY. Rematuration of Goldfish Carassius auratus with the addition of Red Fruit Oil Pandanus conoideus through Feed. Guided by HARTON ARFAH and DINAR TRI SOELISTYOWATI. Red fruit Pandanus conoideus is endemic plant of Papua that contain macro and micro nutrients, one of each is Vitamin E ( tocopherol ) 11.000 mg/l in 100 g. Vitamin E is a micronutrient that is needed in fish reproduction supporting in cell cleavage. The purpose of this research was to evaluate the effect of addition red fruit oil doses through the feed for rematuration of goldfish. This research was carried out until 28 days with three doses of red fruit oil consisted of 175 mg / kg of feed, 375 mg / kg of feed, 500 mg / kg of feed, compared to control without red fruit oil. The results showed that addition of red fruit oil through the feed accelerated pregnancy rate at day 15, with the best result namely treatment MBM 500mg/kg feed namely 66,67% the GVBD 80%, the ovulation is 37%. Keywords: Goldfish, oil red fruit, pregnancy rate, rematuration.
REMATURASI IKAN MAS KOKI Carassius auratus DENGAN PENAMBAHAN MINYAK BUAH MERAH Pandanus conoideus MELALUI PAKAN
DEKI BUNAY
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Budidaya Perairan
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
Judul Skripsi : Rematurasi Ikan Mas Koki Carassius auratus dengan Penambahan Minyak Buah Merah Pandanus conoideus melalui Pakan. Nama : Deki Bunay NIM : C14090077
Disetujui oleh
Ir Harton Arfah, M.Si Pembimbing I
Dr Ir Dinar Tri Soelistyowati, DEA Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir Sukenda, M.Sc Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, karunia dan hikmat-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Januari-Februari 2014 ini ialah “Rematurasi Ikan Mas Koki Carassius auratus dengan Penambahan Minyak Buah Merah Pandanus conoideus melalui Pakan” yang dilakukan di Laboratorium Kolam Percobaan Babakan, Laboratorium Lingkungan, dan Laboratorium Kesehatan Ikan Departmen Budidaya Peraiaran, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada: 1. Bapak Ir Harton Arfah, M.Si dan Ibu Dr Ir Dinar Tri Soelistyowati, DEA atas bimbingan dan arahan dalam penelitian dan penulisan skripsi. 2. Ibu Dr Ir Widanarni, M.Si atas bimbingan selama penulis mengikuti perkuliaan. 3. Bapak Rahman, S.Pi. M.Si selaku dosen penguji. 4. Bapak Ir Dadang Shafrudin, M.Si selaku komisi pendidikan departemen budidaya perairan. 5. Masyarakat dan PEMDA Kab. Paniai Selaku sponsor studi selama pendidikan di IPB. 6. Keluarga besar Ikatan Mahasiswa Papua (IMAPA) Bogor, Keluarga besar IPMANAPANDODE, Bogor. 7. Teman-teman seperjuangan, Babakan Lover’s (Jonedhi, Hidayat, Hilmi Fauji, Ali ibrahin dan Cahyadin), teman-teman BDP 46 dan tidak lupa Teman-teman dan Keluarga yang telah membantu dan memberikan semangat. Penulis mempersembahkan karya tulis ini untuk masyarakat Paniai, orang tua tercinta Alm. Bapak Isak Bunay, Ibu Ozina Yalimanike Pagawak dan Keluarga (adik, kakak dan keponakan). Semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan masyarakat Papua.
Bogor, Maret 2015 Deki Bunay .
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
METODE
2
Materi Uji
2
Rancangan Percobaan
2
Persiapan Wadah
3
Pemberian Pakan
3
Prosedur Analisis Data
3
HASIL DAN PEMBAHASAN
5
Hasil
5
Pembahasan
6
SIMPULAN DAN SARAN
9
Simpulan
9
Saran
9
DAFTAR PUSTAKA
9
LAMPIRAN
11
RIWAYAT HIDUP
13
DAFTAR TABEL 1 Kualitas air pemeliharaan ikan air tawar
3
2 Pergerakan inti telur pada hari ke-15, 21, dan 28 pada perlakuan dosis minyak buah merah melalui pakan 6 3 Tingkat ovulasi ikan mas koki hari ke-15, 21, dan 28 pada perlakuan dosis minyak buah merah melalui pakan 6
DAFTAR GAMBAR 1 Tingkat kebuntingan induk betina ikan mas koki yang diberi perlakuan Minyak buah merah melalui pakan pada hari ke-15. 5 2 Histologi gonad ikan mas koki dengan perbesaran 100 X
8
DAFTAR LAMPIRAN 1 Kandungan nutrien minyak buah merah
11
2 Bobot induk betina ikan mas koki
11
3 Komposisi pakan
11
4 Kualitas air
11
5 Tingkat kebuntingan hari ke-15
12
6 GVBD
12
7 Tingkat ovulasi
12
PENDAHULUAN Latar Belakang Buah merah Pandanus conoideus merupakan salah satu tanaman endemik Papua. Tanaman buah merah tumbuh pada dataran rendah hingga ke pegunungan (Nainggolan 2001). Populasi tanaman buah merah yang berkualitas tinggi paling banyak terdapat di daerah pegunungan pada ketinggian 2500 m dpl. Tanaman buah merah termasuk dalam keluarga pandan-pandanan. Tanaman ini tumbuh di lingkungan dengan kondisi tanah lembab pada pH 4,30-5,30, suhu 20,200C, serta kelembaban udara antara 84-70% (Limbong dan Malik 2009). Buah merah mengandung makronutrien (protein, lemak dan karbohidrat) serta mikronutrien berupa vitamin dan mineral. Salah satu vitamin yang terkandung di dalam minyak buah merah adalah vitamin E (tokoferol). Di dalam 100 gr minyak buah merah terkandung vitamin E sebesar 11.000 ppm (Budi 2001) Vitamin E merupakan salah satu komponen nutrien pakan yang penting dan dibutuhkan untuk proses reproduksi (Halver 1989) selain itu, vitamin E juga berperan dalam kemampuan tubuh untuk memproses glukosa, mengurangi peradangan, regulasi sel darah, pertumbuhan jaringan ikat, dan kontrol genetik dari pembelahan sel (Alava et al. 1993). Pakan yang mengandung vitamin dan protein sangat dibutuhkan dalam proses kelangsungan hidup organisme termasuk ikan untuk melakukan perkawinan dan memperbanyak dirinya melalui keturunannya. Penelitian yang telah dilakukan mengenai penggunaan vitamin E pada pakan ikan, menunjukan bahwa vitamin E berperan dalam mempercepat waktu pematangan gonad pasca ovulasi. Menurut Watanabe et al. (1985) ikan red sea bream membutuhkan vitamin E 402 mg/kg pakan untuk mempercepat masa pemijahan kembali, sedangkan pada ikan patin membutuhkan vitamin E 190 mg/kg pakan (Mokoginta et al. 2000) Sedangkan menurut Melati (2012) perlakuan suplemen vitamin E 78% d-alpha tochoperol sebanyak 375 mg/kg pakan mampu meningkatkan produktivitas induk betina ikan komet. Kadar vitamin E dalam pakan yang diberikan kepada induk ikan mempengaruhi vitamin E yang tersimpan dalam telur. Hubungan Vitamin E (tokoferol) dalam perkembangan oosit ternyata melalui prostaglandin, karena vitamin E berguna sebagai mediator untuk mempercepat biosintesis vitelogenin dari hati ke gonad (Syahrizal, 1998), sedangkan Vitelogenin itu sendiri berupa glycoposphoprotein yang mengandung kira-kira 20 % lemak, terutama phospholipid, triglyserida dan kolesterol (Murtejo 2008). menurut Syahrizal (1998) kadar vitamin E didalam pakan yang di berikan pada induk ikan lele ternyata mempengaruhi komposisi kimia telur, lemak total, asam lemak-ω6 dan ω3 setelah telur di pijahkan. Sedangkan jika terjadi kekurangan vitamin E dapat mempengaruhi penampilan reproduksi, penyebab tidak matang gonad, rendahnya daya tetas telur dan kelangsung hidup benih (Fernandez et al. 1994). Data menurut KKP (2012) ikan mas koki termasuk 11 komoditas ikan potensial Indonesia untuk di budidayakan, namun kendala yang dihadapi oleh petani adalah ikan mas koki memiliki siklus pemijahan sampai dua bulan dan dapat memijah sebayak 5 kali dalam satu tahun (Fajrin et al. 2012). Tanaman buah merah yang kaya akan makronutrien dan mikronutrien berupa vitamin E dari
2 bahan alami (Lampiran 1) merupakan alternatif pakan tambahan yang diharapkan dapat mempercepat masa rematurasi guna memperpendek siklus pemijahan. Apabila penggunaan minyak buah merah dapat membantu memperpendek masa rematurasi maka ketersediaan benih ikan akan meningkat dan menjamin pemenuhan kebutuhan akan permintaan masyarakat Tujuan Penelitian Mengevaluasi pengaruh penambahan minyak buah merah melalui pakan terhadap rematurasi ikan mas koki dan ovulasi
METODE Materi Uji Ikan mas koki yang digunakan adalah induk betina matang gonad yang berasal dari petani di daerah setu Cilala, Parung Bogor. Bobot rata-rata induk yang digunakan yaitu 23,40±4 g (perlakuan A), 24,32±3 g (perlakuan B), 25,12±2 g (perlakuan C), dan 22,14±1 g (perlakuan D). Sebelum ikan digunakan untuk perlakuan rematurasi, gonadnya dikosongkan terlebih dahulu dengan cara pengurutan. Bobot awal dan akhir ikan uji disajikan dalam Lampiran 2. Bahan yang digunakan untuk perlakuan rematurasi adalah buah merah Pandanus conoideus dari daerah pegunungan tengah Provinsi Papua. Metode ekstraksi minyak buah merah yang dilakukan adalah kultifar buah merah dicuci, selanjutnya direbus, setelah matang buah merah ditiriskan selanjutnya di peras sarinya dengan tangan dan tambahan air secukupnya, hasil perasan yang diperoleh dimasak hingga minyak buah merah akan terpisah dari airnya lalu minyak tersebut diambil dan disimpan pada wadah tertutup. Pakan yang digunakan adalah pakan komersial dengan kandungan protein 39-41%, lemak 5%, serat kasar 6%, abu 16% dan kadar air 10% (Lampiran 3). Pencampuran minyak buah merah ke pakan dilakukan dengan cara mencampurkan dosis minyak buah merah yang telah ditentukan dengan putih telur satu butir dan di semprot menggunakan penyemprot ke pakan 1 kg. Selanjutnya pakan dikeringkan pada suhu ruang. Fungsi putih telur adalah sebagai perekat antara pakan dan minyak buah merah. Rancangan Percobaan Percobaan dirancang dengan perlakuan empat dosis minyak buah merah yang diberikan melalui pakan, masing-masing perlakuan menggunakan 9 ulangan individu. Perlakuan dosis minyak buah merah yang diberikan melalui pakan yaitu: Perlakuan A = Pakan tanpa minyak buah merah (Kontrol) Perlakuan B = Pakan dengan minyak buah merah 175 mg/kg pakan Perlakuan C = Pakan dengan minyak buah merah 375 mg/kg pakan Perlakuan D = Pakan dengan minyak buah merah 500 mg/kg pakan
3 Persiapan Wadah Perlakuan Wadah pemeliharaan indukan ikan mas koki adalah akuarium berukuran 80x40x40 cm sebanyak 12 buah. Wadah pemeliharaan sebelumnya dibersihkan dengan sabun dan direndam PK (kalium permanganat) dengan dosis 15 mg/l selama satu hari lalu di keringkan. Kemudian akuarium pemeliharaan disusun secara berjajar dan dilengkapi dengan instalasi aerasi berupa selang dan batu aerasi yang dihubungkan dengan pipa ¾ inchi pada blower utama. Selanjutnya, akuarium pemeliharaan diisi air dengan volume 96 liter dan ditebar ikan uji yaitu induk betina sebanyak 3 ekor untuk setiap akuarium perlakuan per ulangan. Sebelum dilakukan penebaran, ikan mas koki terlebih dahulu diaklimatisasi selama 15 menit. Pemberian Pakan Perlakuan Induk ikan mas koki diberi pakan dengan frekuensi 2 kali sehari yaitu jam 08.00 - 09.30, dan 18.00 -19.30 WIB. Pemberian pakan dilakukan dengan metode at-satiation (sekenyangnya) Kualitas Air Kualitas air pada wadah pemeliharaan ikan mas koki selama masa pemeliharaan dikontrol menurut Gusrina (2008) seperti pada tabel 1 Tabel 1 Kualitas air wadah pemeliharaan ikan air tawar. Parameter
Satuan
Suhu pH DO TAN
◦C mg/L mg/L
Kisaran terendah 25 6,0 >5 mg/L -
Kisaran Tertinggi 32◦C 9,0 <1 mg/L
Kualitas air pada saat pemeliharaan hewan uji dijaga dengan cara Penyiponan, pergantian air dan pemberian airasi. Penyiponan dilakukan pada pagi dan sore hari sebelum ikan diberi pakan, sedangkan pergantian air dilakukan setelah tujuh hari pemeliharaan dengan menggantikan volume air 50% sedangkan airasi diberikan terus menerus. Prosedur Analisis Data Selama masa pemeliharaan dilakukan pengamatan pada hari ke-15 untuk tingkat kebuntingan sedangkan Pengamatan tingkat kematangan telur (GVBD) dan tingkat ovulasi dilakukan pada hari ke-15, 21 dan 28. Tingkat Kebuntingan (TK) Tingkat kebuntingan adalah perbandingan antara jumlah induk yang memiliki telur dengan jumlah induk yang dipelihara. Tingkat kebuntingan diamati terhadap
4 seluruh indukan dari tiap ulangan pada hari ke-15 sebelum induk diberi pakan pada pagi hari. Secara matematis rumus tingkat kebuntingan dapat di tulis sebagai berikut:
Pergerakan Inti Telur (GVBD) Tingkat kematangan gonad pada ikan dapat dilihat dengan cara melakukan kanulasi. Kanulasi yaitu mengambil sampel telur dengan menggunakan kateter dan dimasukan kedalam larutan sierra (campuran larutan alkohol absolute, formalin 40% dan asetat glasial dengan perbandingan 6:3:1). Setelah 15 menit telur diamati menggunakan mikroskop. Larutan sierra berfungsi untuk mengetahui posisi inti telur. Pengamatan GVBD dilakukan pada hari ke-15, 21 dan 28 dengan cara mengambil tiga ekor induk secara acak dari setiap perlakuan. Persentase GVBD telur dihitung menggunakan rumus:
Tingkat Ovulasi Tingkat ovulasi merupakan perbandingan jumlah telur yang diovulasikan dengan jumlah telur sisa di dalam gonad ditambah jumlah telur yang diovulasikan. Pengamatan tingkat ovulasi dilakukan selama 6 jam setelah di ketahui induk betina siap memijah, untuk merangsang induk betina berovulasi maka dua induk jantan matang gonad disatukan dengan satu induk betina di dalam satu akuarium (40x30x30 cm) dengan volume air 27 liter dan dilengkapi substrat tali rafia, agar tejadi pemijahan secara alami, setelah induk berovulasi selanjutnya induk betina dibedah dan di hitung jumlah sisa telur di dalam gonad. Penghitungan tingkat ovulasi dapat dilakukan dengan metode konversi terhadap bobot tubuh, secara matematis dapat di tulis sebagai berikut:
Keterangan : TO = Telur yang diovulasikan TG = Telur sisa dalam gonad
Parameter Kualitas Air Parameter kualitas air yang diukur adalah suhu, DO, pH, dan TAN (Total Amonia Nitrogen). Parameter suhu diukur menggunakan termometer setiap hari (pagi, siang, malam). Pengukuran pH, DO, dan TAN dilakukan tujuh hari satu kali. Parameter DO diukur menggunakan DO meter, parameter pH diukur menggunakan pH meter, parameter TAN diukur mengunakan spektrometer dengan panjang gelombang 630 Hz.
5 Kualitas air wadah pemeliharaan induk ikan mas koki selama 28 hari berada pada kisaran normal (batas toleransi), yaitu: suhu 25-28oC, pH 7,6-7,7, DO 6,27,1 mg/l dan TAN 0,19-0,24 mg/L (Lampiran 4) Hasil yang di peroleh, diolah menggunakan program MS excel 2010 dan Data dianalisis secara deskriptif kemudian disajikan dalam bentuk grafik dan tabel.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Tingkat Kebuntingan Ikan mas koki yang diberi pakan dengan penambahan minyak buah merah (MBM) menunjukkan kebuntingan mulai hari ke-15 (Gambar 1 dan Lampiran 5)
Gambar 1 Tingkat kebuntingan induk betina ikan mas koki yang diberi perlakuan Minyak buah merah melalui pakan pada hari ke-15. Persentase tingkat kebuntingan terendah di peroleh pada perlakuan A (Kontrol) yaitu 0%, sedangkan persentase tertinggi pada perlakuan D (MBM 500 mg/kg), yaitu 66,67%. Pergerakan Inti Telur (GVBD) Persentase pergerakan inti telur ikan mas koki selama 28 hari pemeliharaan menunjukan pada hari ke-15 pada perlakuan A, B, C, dan D belum teramati, pada hari ke-21 terjadi GVBD Pada perlakuan D (MBM 500 mg/kg pakan) 80%, sedangkan pada perlakuan A, B, dan C belum teramati, sedangkan pada pengamatan hari ke-28 terjadi GVBD 100% untuk perlakuan B, C dan D sedangkan perlakuan A tidak teramati, jumlah telur yang diamati berjumlah 20 butir dari setiap induk (Tabel 2 dan Lampiran 6).
6 Tabel 2 Pergerakan inti telur ikan mas koki pada hari ke-15, 21, dan 28 pada perlakuan dosis minyak buah merah melalui pakan. Perlakuan A B C D
15 0 0 0 0
Hari ke21 0 0 0 80%
28 0 100% 100% 100%
Keterangan: A =Pakan tanpa minyak buah merah (kontrol) B= Minyak buah merah 175 mg/kg pakan C= Minyak buah merah 375 mg/kg pakan D= Minyak buah merah 500 mg/kg pakan
Tingkat Ovulasi Ikan mas koki yang diberi pakan dengan penambahan minyak buah merah melalui pakan selama 28 hari pemeliharaan menunjukkan bahwa pengamatan hari ke-15 tidak terjadi ovulasi untuk semua perlakuan, pengamata hari ke-21 terjadi ovulasi pada perlakuan D sebesar 34% sedangkan pada perlakuan A, B, dan C tidak terjadi ovulasi, sedangkan pengamatan hari hari ke-28 pada perlakuan A tidak terjadi ovulasi, Perlakuan B, C, dan D terjadi ovulasi yang berkisar antara 28-37% (Tabel 3 dan Lampiran 7) Tabel 3 Tingkat ovulasi ikan mas koki betina hari ke-15, 21, dan 28 pada perlakuan dosis minyak buah merah melalui pakan. Perlakuan A B C D
15 0 0 0 0
Hari ke21 0 0 0 34%
28 0 28% 37% 37%
Keterangan: A= Pakan tanpa minyak buah merah (kontrol) B= Minyak buah merah 175 mg/kg pakan C= Minyak buah merah 375 mg/kg pakan D= Minyak buah merah 500 mg/kg pakan
Pembahasan Tingkat kebuntingan ikan mas koki yang dipelihara selama 28 hari dengan pemberian campuran pakan dan minyak buah merah menunjukan bahwa, pada hari ke 15 telah terjadi kebuntingan, hal ini diduga bahwa pakan yang di berikan berhasil di cerna dengan baik oleh ikan. Menurut Fujaya (2004), hati merupakan organ penting yang mensekresikan bahan untuk proses pencernaan, karena pada organ hati terdapat asam empedu yakni asam kholik, asam khenodesoksikholik dan asam desoksiholik yang apabila bergabung dengan Na+ , K+, dan Mg++ akan membentuk garam empedu. Fungsi asam empedu adalah sebagai emulsi yang merubah lemak menjadi asam lemak sehingga lebih muda di serap oleh ensim lipase sebelum diabsorbsi pada dinding usus (Djojosoebagio dan Piliang 1996 dalam Yulfiperius 2001). Dari hasil kebuntingan yang di peroleh menunjukan bahwa semakin tinggi dosis minyak buah merah yang diberikan semaki tinggi
7 pula persentase kebuntingan yang diperoleh Persentase kebuntingan yang diperoleh berturut-turut sebagai berikut dari yang terendah hingga tertinggi Perlakuan A (Kontrol) 0%, Perlakuan B (MBM 175 mg/kg pakan) 22,22%, perlakuan C (MBM 375 mg/kg pakan) 55,56% dan Perlakuan D (MBM 500 mg/kg pakan) 66,67% dari hasil ini diduga makro dan mikro nutrien terutama tokoferol (Vitamin E) yang terkandung di dalam minyak buah merah telah diserap oleh organ hati. Hal ini sejalan dengan laporan Syahrizal (1998) Vitamin E berfungsi sebagai antioksidan, yang dapat melindungi lemak supaya tidak teroksidasi, dan sebagai bahan pembentuk kuning telur pada ikan lele. Sedangkan Menurut Basuki (2007) pada tahap vitelogenesis atau tahap perkembangan oosit terjadi peningkatan produksi hormon estradiol 17β yang dimediasi oleh enzim aromatase di dalam sel granulosa. Selanjutnya estradiol 17β akan masuk ke dalam sistem vaskuler dan merangsang hati untuk mensintesis dan mensekresikan bahan vitalogenin (VTG) ke dalam peredaran darah, kemudian membran oosit mengikat VTG masuk ke dalam oosit sehingga oosit tumbuh dan berkembang. sebagaimana dilaporkan oleh Rovera et al (2008) bahwa pada proses reproduksi, sebelum terjadi pemijahan sebagian besar hasil metabolisme tertuju untuk perkembangan gonad. Gonad akan semakin bertambah berat diimbangi dengan bertambah besar ukurannya (Effendie 2002). Pergerakan inti telur (GVBD) merupakan salah satu fase dimana telur telah matang dan siap untuk di pijahkan. Fenomena yang pertama kali terlihat dan berkenaan dengan pematangan oosit akhir adalah perpindahan gelembung geminal dari tengah ke arah tepi sehingga menjadi mudah terlihat dengan menggunakan mikroskop (Affandi dan Tang 2002). Posisi inti yang melakukan peleburan dan berada dibawah mikrofil menyebabkan sperma mudah melakukan proses pembuahan. Dari hasil yang di peroleh menunjukan bahwa pada hari ke-15 perlakuan A, B, C, dan D tidak terjadi GVBD, pada hari ke-21 perlakuan D (MBM 500 mg/kg) terjadi GVBD dengan persentase 80% sedangkan 20% masih pada tahap awal matang sedangkan perlakuan A, B, dan C tidak terjadi GVBD. pada hari ke-28 terjadi GVBD untuk perlakuan B, C, dan D dengan persentase rata-rata dari setiap perlakuan sebesar 100%. Sedangkan perlakuan A tidak terjadi pemijahan Dari hasil yang diperoleh diduga ada sinyal lingkungan yang diterima oleh kelenjar pituitari setelah gonad matang sehingga kelenjar ini mensekresikan hormon GTH II/LSH. Menurut Yaron (1995) LSH berfungsi merangsang sekresi 17α hidroksi progesteron yang berhubungan dengan meningkatnya konsentrasi 17α, 20 β dihidroksiprogesteron. Menurut Nagahama (1987) dalam Basuki (2007) Meningkatnya plasma progesteron seperti 17α, 20β dihidroksiprogesteron berhubungan dengan meningkatnya plasma di dalam sel, dan apabila plasma di dalam sel sudah terpenuhi selanjutnya 17α, 20β dihidroksiprogesteron bersama hidroksi steroid dehidrogenase membentuk 17α,20β hidroksipregnen yang di ketahui sebagai MIH (maturating inducting factor) (Yaron 1995). MIH bekerja merangsang inti bermigrasi dari tengah ke tepi sel telur dan menyebabkan terjadinya GVBD. Menurut Yaron (1995), kesuksesan ovulasi pada ikan mas diperoleh apabila pergerakan inti menuju tepi lebih dari 66%, sedangkan apabila kurang dari 34% ovulasi tidak sukses. Menurut de Vlaming (1983) dalam I’tishom (2008).Apabila kondisi GVBD telah mencapai 100%, maka tidak lama lagi akan terjadi ovulasi dan dengan bantuan pengurutan perut induk betina, telur akan mudah dikeluarkan.
8 Ovulasi merupakan akhir dari serangkaian proses perkembangan sel telur di dalam ovarium induk betina setelah GVBD. Ovulasi diduga dipengaruhi oleh enzim proteolitik akibat dari sistem kerja hormon prostagladin jika ada rangsangan dari lingkungan (Basuki 2007). Dari hasil ovulasi yang diperoleh menunjukan hasil terbaik hingga terendah sebagai berikut yaitu pada hari ke 21 perlakuan D (MBM 500 mg/kg) bobot telur yang di ovulasikan 34% sedangkan perlakuan A (kontrol), B (MBM 175 mg/kg) dan C (MBM 375 mg/kg) tidak terjadi ovulasi. untuk hari ke-28 perlakuan A (kontrol) tidak terjadi ovulasi perlakuan B (MBM 175 mg/kg) 28%, perlakuan C (MBM 375 mg/kg) 37% dan perlakuan D (MBM 500 mg/kg) 37%. Dari hasil yang diperoleh sejalan dengan laporan Permana (2009) bahwa ikan sumatra memperoleh hasil ovulasi berkisar antara 71,83-33,25% selanjutnya Permana (2009) mengatakan bahwa banyak sedikitnya telur yang diovulasikan tergantung dari seberapa banyak telur yang telah masak sebelum folikel pecah. Merujuk pada histologi gonad ikan mas koki yang dilakukan oleh Basuki (2007) terdapat tiga bentuk yang dapat menjelaskan bahwa ikan mas koki di kategorikan sebagai ikan yang dapat memijah beberapa kali dalam satu musim pemijahan atau multi spawner.
Keterangan: A. Terjadi atresia pada sel telur B. Sel telur dengan folikel sekunder dan nukleusnya C. Sel telur dengan folikel sekunder
Gambar. 2 Histologi gonad ikan mas koki dengan perbesaran 100 X (Sumber: Basuki 2007). Air merupakan media hidup bagi ikan oleh sebab itu keadaan lingkungan perairan yang menjadi habitat ikan harus baik karena kualitas air sangat menentukan bagi kelangsungan hidup ikan dan perkembangbiakannya, dari hasil yang diperoleh menunjukan bahwa kualitas air yang diperoleh masih dalam kisaran normal untuk kehidupan induk ikan mas koki yaitu suhu, 25-28oC, pH 7,6-7,7, Oksigen terlarut 6,2-7,1 mg/L dan TAN 0,19-0,24 mg/L dari hasil ini diduga karena proses penyiponan yang dilakukan dengan pergantian air yang dilakukan menyebabkan kondisi pH dan TAN dalam kisaran normal (tetap terjaga) sedangkan oksigen terlarut tetap terjaga diduga karena proses aerasi yang dilakukan. Menurut Martawiguna (2007) Pada kondisi media seperti ini, induk masih dapat berovulasi karena diketahui bahwa ikan mas koki memiliki ketahanan terhadap faktor lingkungan yang cukup baik.
9 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Pemberian minyak buah merah melalui pakan menghasilkan kebuntingan paling cepat mulai hari ke-15 masa rematurasi ikan mas koki dengan tingkat kebuntingan terbaik 66,67% pada perlakuan D (MBM 500 mg/kg pakan) pemijahan alami mulai berlangsung pada hari ke-21. Pergerakan inti telur mulai hari ke-21 sebesar 80% dan tingkat ovulasi terbaik pada dosis MBM 500 mg/kg yaitu 37%. . Saran Minyak buah merah dianjurkan digunakan pada ikan yang mempunyai masa pemijahan sekali dalam satu musim sehingga frekuensi pemijahan dapat ditingkatkan dengan memperpendek masa rematurasi untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA Affandi R, Tang MU. 2002. Fisiologi Hewan Air. Pekanbaru (ID): UNRI-Press Alava. VR, Kanazawa A, Thesima S, Koshio S. 1993. Effects of dietary vitamin A, E, and C on the ovarian development of Penaeus japonicus. Nippon Suisan Gakkaishi. 59 (7): 1235-1241 Basuki F. 2007. Optimalisasi pematangan oosit dan ovulasi pada ikan mas koki Carassius auratus melalui Penggunaan Inhibitor Aromatase [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Budi IM. 2001. Kajian kandungan zat gizi dan sifat fisio kimia jenis minyak buah Pandanus conoideus Lamk. hasil ekstraksi secara tradisional di kabupaten Jayawijaya. Propinsi Irian Jaya [Tesis].Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Effendie M I. 2002. Biologi Perikanan, edisi revisiYogyakarta (ID):Yayasan pustaka nusantara Fajrin CN, Buwono ID, Sriati. 2012. Penambahan Ekstrak Tauge dalam Pakan untuk meningkatkan keberhasilan pemijahan ikan mas koki Carassius auratus. Jurnal Perikanan dan Kelautan, 3(3):51-60 Fernandez-Palacios, Izguerdo H, Robaina MS, Valencia L, Salhi A, Vergara JM. 1994. Effect of n-3 HUFA level in broodstock diets on egg quality of gilthead sea bream (Sparus aurata L.).Aquaculture, 132: page 325-337. Fujaya Y. 2004. Fisiologi Ikan, dasar pengembangan teknik perikanan. Jakarta (ID):Rineka Cipta. Gusrina. 2008. Budidaya Ikan Jilid 1 untuk SMK, Jakarta (ID): Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional. Halver JE. 1989. The vitamins,. In: Fish nutrition, (ed). Academic Press, Inc. California. 32-102 pp
10 I’tishom R. 2008. Pengaruh sGnRHa+domperidon dengan dosis pemberian yang berbeda terhadap ovulasi ikan mas Cyprinus carpio L. Jurnal Berkala ilmiah perikanan 3(1):9-19 [KKP] Kementrian kelautan dan perikanan 2012. Sebelas komoditas ikan hias budidaya potensial. http://www.djpb.kkp.go.id/berita. Php?id=591[21 maret 2014]. Limbong J, Malik A. 2009. Peluang pengembangan buah merah Pandanus conoideus Lamk. Di Provinsi Papua, Jurnal Litbang Pertanian, 28(4):134141. Martawiguna T. 2007. Kinerja sistem resirkulasi air terkendali (SRAT) pada pemijahan ikan hias air tawar [Skripsi] Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Melati. 2012. Suplemetasi vitamin E pada pakan terhadap produktifitas induk betina ikan komet Carassius auratus auratus.[Skripsi] Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Mokoginta. I, Jusadi D, Setiawati M, Takeuchi T & Suprayudi M A. 2000. The effect of different levels of dietary n-3 fatty acid on the egg quality of catfish Pangasius hypophthalmus. JSPS-DGHE International Symposium, Sustainable Fisheries in Asia in the New Millenium. pp: 252-256. Murtejo HE. 2008. Efektivitas egg stimulant dalam pakan terhadap pematangan gonad dan produktifitas ikan red fin shark Epalzeorhynchos frenatum. [Skripsi] Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Nainggolan D. 2001. Aspek ekologis kultivar buah merah panjang Pandanus conoideus lamk. di daerah dataran rendah Manokwari [Skripsi]. Manokwari (ID): Universitas Negeri Papua. Permana D. 2009 Efektivitas aromatase inhibitor dalam pematangan gonad dan stimulasi ovulasi pada ikan sumatra Puntius tetrazona [Skripsi] Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Rovara O, Affandi R, Junior MZ, Priyono SA, Toelihere MR. 2008. Pematangan gonad ikan sidat betina Anguilla bicolor bicolor melalui induksi ekstrak hipofisis. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, 15(1): 69-76 Syahrizal. 1998. Kadar optimum vitamin E (α-tokoferol) dalam pakan induk ikan lele, Clarias batracus Linn. [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Watanabe T, Itoh C, Satoh S, Kitajima C, Fujita S. 1985. Effect of dietary protein levels and feeding period before spawning on chemical components of eggs produced by red sea bream broodstock. Nippon Suisan Gakkaishi, 51: 15011509. Yaron Z. 1995. Endocrine control of gametogenesis and spawning induction in the carp. Aquculture,129:49-73. Yulfiperius. 2001. pengaruh kadar vitamin E dalam pakan terhadap kualitas telur ikan patin Pangasius hypopthhalamus [Tesis].Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
11 LAMPIRAN Lampiran 1 Kandungan nutrien pada minyak buah merah Senyawa Aktif Total Karotenoid Total Tokoferol Betakaroten Alfa-Tokoferol Asam Oleat Asam Linoleat Asam Linolenat Dekanoat
Kandungan
12.000 ppm 11.000 ppm 700 ppm 500 ppm 58% 88% 78% 2,0%
Lampiran 2 Bobot induk betina ikan mas koki Dosis MBM Kontrol Ulangan Awal Akhir 1 23,33 24,99 2 28,16 25,96 3 18,83 19,84 Rerata 23,44 23,59 S.Deviasi 4,665 3,289
Bobot Induk (g) 175 g 375 g Awal Akhir Awal Akhir 20,65 32,77 26,1 34,01 24,06 28,23 27,08 30,26 28,27 33,23 22,2 27,22 24,32 31,41 25,12 30,49 3,816 2,763 2,581 3,401
500 g Akhir 26,69 24,83 27,13 26,21 1,220
Awal 24,26 21,44 20,72 22,14 1,870
Lampiran 3 Komposisi pakan Bahan Pakan
Merek Dagang PF 1000
Komposisi Pakan Komposisi Protein Lemak Serat kasar Abu Kadar Air
Jumlah (%) 35-41 min 5 Max 6 Max 16 Max 10
Lampiran 4 Kualitas air selama pemeliharaan induk ikan mas koki Hari ke1 7 15 21 28
Pagi 25 25 24 25 25
Suhu ◦C Siang Malam 28 26 28 25 27,5 27 28 27 27,5 26
pH
DO (mg/L)
TAN (mg/L)
7,6 7,7 7,7 7,9 7,6
7,1 6,6 6,8 6,4 6,2
0,19 0,24 0,21 0,21 0,21
12 Lampiran 5 Tingkat kebuntingan hari ke-15 ∑ Ulangan 9 9 9 9
Perlakuan A B C D
∑ Induk Bunting 0 2 5 6
Tingkat kebuntingan (%) 0,0 22,22 55,56 66,67
Lampiran 6 GVBD (Pergerakan Inti Telur) Hari Ke-
15
21
28
Ulangan 1 2 3 Rerata S.Dev 1 2 3 Rerata S.Dev 1 2 3 Rerata S.Dev
Kontrol Tenga GVBD 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 100 0 100 0 100 0 100 0 0
Posisi Telur (GVBD) 175 mg 375 mg Tenga GVBD Tenga GVBD 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 100 0 100 0 100 0 100 0 100 0 100 0 100 0 100 0 0 0 0
500 mg Tenga GVBD 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 20 80 20 80 20 80 20 80 0 0 0 100 0 100 0 100 0 100 0 0
Lampiran 7 Tingkat ovulasi Hari Ke-
21
28
Perlakuan Kontrol MBM 175 mg MBM 373 mg MBM 500 mg Kontrol MBM 175 mg MBM 373 mg MBM 500 mg
∑ Telur yang diovulasikan (Butir) 0 0 0 160 0 226 259 237
∑ Telur sisa di dalam gonad (Butir) 0 0 0 298 0 607 430 393
Tingkat Ovulasi (%) 0 0 0 34 0 28 37 37
13
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Wamena Papua pada tanggal 21 Desember 1989, lahir sebagai anak ke-enam dari delapan bersaudara kandung dan lima saudara angkat dari Alm. Bapak Isak Bunay dan Ibu Ozina Yalimanike Pagawak. Penulis lulus dari SMA PGRI Wamena pada tahun 2008 dan masuk IPB dengan jalur BUD (Beasiswa Utusan Daerah) dari Kabupaten Paniai pada tahun 2008. Penulis selama mengikuti pendidikan di IPB penulis pernah melaksanakan Praktek lapang akuakultur di CV.Deejefish Farm, Sukabumi, Jawa Barat, pada tahun 2012, Asisten fisiologi reproduksi pada tahun 2012 dan 2013, asisten industri perbenihan organisme akuatik pada tahun 2013, lolos program kreativitas mahasiswa bidang penelitian (PKM-P) tahun 2012 dengan judul “Pemijahan Alami Phyllidia Varicosa dalam Wadah Terkontrol dengan Rekayasa Lingkungan Menggunakan Sistem RWS”, dan Program kreativitas mahasiswa gagasan tertulis (PKM-GT) tahun 2013 dengan judul “Pemanfaatan Ekstrak Minyak Buah Merah Pandanus conoideus sebagai Salah Satu Alternatif dalam Proses Pematangan Kembali Gonad (Rematurasi) Ikan Patin Pangasius Sp.”. Selama pendidikan penulis tergabung dalam himpunan mahasiswa akuakultur (HIMAKUA), persekutuan mahasiswa kristen (PMK), ikatan mahasiswa papua (IMAPA), dan unit kegiatan mahasiswa (UKM) Sepak bola IPB. Tugas Akhir perguruan tinggi pada jenjang S1 ini diselesaikan dengan menulis skripsi yang berjudul “Rematurasi Ikan Mas Koki Carassius auratus dengan Penambahan Minyak Buah Merah Pandanus conoideus melalui Pakan”