Jurnal Agrotek, 2 (6) : 23-29. Oktober 2011. ISSN 1907-039
MORFOLOGI BUAH SELAMA TAHAP PERKEMBANGAN BUAH MERAH (Pandanus conoideus) Morphological fruit during development stages of red fruit (Pandanus conoideus) Budi Santoso 1), Murtiningrum 1), dan Zita L. Sarungallo 1) 1) Staf Pengajar Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian dan Teknologi Pertanian Universitas Negeri Papua Jl. Gunung Salju Amban Manokwari, Kode Pos 98314
Abstract This research was aimed to describe the morphological characteristics of red fruit in each period of fruit development in order to obtain information appropriate harvest time. Three cultivars of Pandanus conoideus was used namely cultivar Monsor, Memeri, and Edewewits that grown in the Garden Experiments UNIPA Manokwari, West Papua. The result of this research showed that the development of red fruit divided in four stages i.e. young fruit, unripe, ripe and over-ripe. Development of young fruit until ripe for Monsor and Memeri achieved within 4,5 months, while for Edewewits about 8,5 months. The position of fruit in trees was change depending on the fruit development stage. The grain formation was started at young fruit stage and the initiation of fruit was occurred at unripe stage and reached maximum at ripe stage. Grains size on the ripe fruit stage has a maximum and if pressed will remove the oil. The color of the fruit surface of each cultivars vary from pink (young fruits) became dark red (ripe fruits). At the young fruit and medium-ripe, grains fruit are difficult regardless of the pith, and in contrast to easily removed at the ripe fruit. Harvesting should be on a ripe level, to obtain maximum quality. [Keywords : Pandanus conoideus, fruit development, morphological characteristics]
PENDAHULUAN Genus Pandanus memiliki arti penting dalam kehidupan masyarakat di daerah dataran tinggi Papua yaitu Pandanus conoideu. Masyarakat Papua secara umum mengenal P. conoideus dengan nama buah merah, sedangkan di daerah lain di Indonesia mengenal dengan nama pandan seran (Maluku), saun (Seram) dan sihu (Halmahera). Tanaman ini merupakan jenis pandan berperawakan rumpun yang berbentuk bercabang dan perbungaan tidak mengenal perbungaan jantan, sedangkan perbungaan betina berupa bonggol berbentuk lonjong silinder, seluruhnya terbungkus oleh braktea yang kekuning-kuningan, kepala putik pipih, berwarna kehitamam-hitaman agak lebar (Stone, 1997). Pemanfaatan minyak dari buah merah telah terbukti sebagai penyedia antioksidan alami, menyembuhkan penyakit kanker secara in vivo, kanker paru-paru dan antihiperkolestrolemia (Mun‘im dkk., 2006; Warsono dkk., 2007; Nishigaki dan Waspodo, 2007; Rohman dkk..2010). Agar minyak buah merah tetap mempunyai khasiat tersebut maka hanya diperoleh dari buah merah dengan kualitas baik dengan tingkat kematangan optimum. Pada beberapa tanaman, komposisi kimia dan kandungan komponen aktif dalam minyaknya
dipengaruhi oleh kultivar, kondisi lingkungan tumbuhnya dan juga oleh waktu panen yang tepat. Shibasaki (2005) melaporkan bahwa tingkat kematangan buah meningkatkan kadar minyak zaitun namun menurunkan kandungan fenol dan kestabilannya. Bagaimana perkembangan morfologi buah dari buah merah selama pertumbuhannya hingga buah matang belum pernah dilaporkan. Pemahaman mengenai perkembangan morfologi buah merah selama proses pertumbuhan dan pematangan sangat diperlukan sebagai landasan ilmiah untuk menentukan waktu panen yang tepat agar diperoleh hasil yang berkualitas tinggi. Menurut Al-Maaitah et al. (2009), pengetahuan tentang morfologi serta proses biokimia dan fisiologi yang terjadi selama tahap perkembangan buah akan sangat membantu untuk memperbaiki kualitatif dan kuantitatif buah. Hingga saat ini pemanenan buah merah di tingkat petani umumnya hanya berdasarkan perubahan warna kulit buah sehingga sulit ditentukan waktunya dengan tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari morfologi buah merah selama pertumbuhan dan pematangan buah, sehingga diharapkan dari informasi ini akan diketahui waktu panen buah merah yang tepat. BAHAN DAN METODE Bahan utama dalam penelitian ini adalah tiga kultivar tanaman P. conoideus. Nama lokal kultivar yang diamati yaitu Monsor, Memeri, dan Edewewits yang berasal dari Kabupaten Manokwari. Ketiga kultivar tersebut saat ini dibudidaya di Kebun Amban Pantai, UNIPA Manokwari. Dipilihnya ketiga kultivar tersebut karena umum dibudidaya oleh masyarakat. Pengamatan dilakukan pada tanaman buah merah yang telah berumur 8 tahun. Pemilihan tanaman contoh dilakukan secara acak pada populasi masing-masing kultivar. Pengamatan morfologi buah dilakukan pada empat tingkatan, yaitu buah muda, buah agak matang, buah matang, dan buah lewat matang. Pengamatan pada setiap kultivar tanaman buah merah dilakukan masing-masing sebanyak 2 buah pada pohon yang berbeda. Data yang diperoleh selanjutnya dibahas secara deskriptif untuk menjelaskan setiap fase perkembangan buah. HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan buah merah sama seperti perkembangan buah lainnya yaitu diawali dengan pembentukan bunga dan selanjutnya melalui proses penyerbukan akan membentuk buah. Secara umum tanaman buah merah telah mulai berbuah pada umur 2,5–3 tahun setelah tanam tergantung pada kondisi lingkungan setempat. Buah muda yang terbentuk selanjutnya akan berkembang terus hingga menjadi buah matang. Pembentukan buah pada tanaman P. conoideus hanya terjadi pada pucuk batang dan hanya berjumlah satu buah. Oleh karena itu jumlah buah di setiap pohon sangat tergantung pada jumlah batang yang terbentuk. Setelah buah dipanen, umumnya pada pucuk batang tersebut akan tumbuh tunas baru sebanyak 2-3 tunas, yang akan membentuk batang/cabang baru. Dari setiap batang/cabang baru tersebut akan tumbuh satu buah merah muda lagi dan seterusnya. Buah Muda Pembentukan buah terjadi setelah tanaman memasuki fase generatif. Periode pembentukan buah setiap kultivar berbeda-beda, untuk kultivar Monsor dan Memeri umumnya terjadi pada bulan April dan Oktober, sedangkan untuk kultivar Edewewits terjadi pada bulan Juli. Perkembangan buah dari buah muda hingga buah matang untuk kultivar Monsor dan Memeri selama kurang lebih 4,5 bulan, sedangkan kultivar Edewewits sekitar 8,5 bulan. Adanya perbedaan ini diduga dipengaruhi oleh faktor genetiknya. Walaupun pembentukan buah untuk ketiga kultivar hanya terjadi setahun sekali, namun karena
pembentukan buah tidak terjadi secara serentak pada seluruh populasi sehingga umumnya buah merah memiliki dua kali waktu panen dalam setahun. Secara umum perkembangan buah muda pada buah merah terdiri dari 3 sub-fase. Pembagian sub-fase ini didasarkan pada kedudukan/posisi buah, warna buah, penutupan seludang daun pada buah, dan jumlah bulir. Secara ringkas, morfologi buah muda pada masing-masing sub-fase ditampilkan pada Tabel 1. Tabel 1. Deskripsi setiap Sub Fase Buah Muda dari Buah Merah Fase Buah Muda Sub Fase 1 Sub Fase 2 Sub Fase 3 1. Buah berwarna hijau 1. Buah berwarna merah 1. Buah berwarna merah tua 2. Belum terbentuk bulir muda kusam buah 2. Telah terbentuk bulir 2. Bulir buah telah terbentuk 3. Posisi buah tegak buah namun belum seluruhnya lurus lengkap 3. Bulir buah belum berisi 4. Terbungkus rapat 3. Posisi buah tegak lurus 4. Posisi buah agak merunduk seludang daun 4. Seludang daun agak 5. Seludang daun agak terbuka terbuka Tabel 1, menunjukkan bahwa pada fase buah muda merupakan tahap pembentukan bulir buah yang disebut buah batu. Di akhir fase buah muda (sub-fase 3), walaupun bulir buah sudah terbentuk namun proses inisiasi bulir belum terjadi. Posisi buah muda di pohon pada awal perkembangannya adalah tegak lurus (vertikal) kemudian merunduk sekitar 90 di akhir fase buah muda (Gambar 1a). Selain itu buah muda pada ketiga kultivar buah merah yang diamati seluruhnya masih terbungkus daun seludang yang berwarna hijau (Gambar 2a).
Gambar 1. Posisi Buah di Pohon pada Berbagai Fase Perkembangan Buah
Gambar 2. Tampilan Buah Merah pada Kultivar Monsor, Memeri dan Edewewits di Setiap Fase Perkembangan Buah
Buah Agak Matang Setelah fase buah muda selanjutnya buah merah akan memasuki fase buah agak matang. Ciri-ciri buah agak matang dari setiap kultivar umumnya sama, yaitu warna buah sedikit lebih pekat dan kusam, daun seludang seluruhnya masih berwarna hijau dan agak terbuka, seludang daun bagian dalam cenderung mengecil serta bulir buah masih menempel erat pada empulur. Inisiasi bulir buah telah terjadi namun belum maksimal yang terlihat dari rapatnya bulir yang saling menempel, dan teksturnya masih sangat keras dan berserat. Menurut Muchtadi (1992) pada buah yang masih muda kandungan zat pektik (tidak larut air) yang terdapat dalam middle lamella masih tinggi mempengaruhi kekerasan buah, sedangkan asam organiknya yang tinggi menyebabkan rasa sepat dan getir. Posisi buah pada pohon telah lebih merunduk dengan kemiringan ± 160. Posisi buah agak matang dapat dilihat pada Gambar 1b, sedangkan tampilan buah merah agak matang ketiga kultivar disajikan pada Gambar 2b. Buah Matang Buah matang dapat diketahui dari beberapa ciri morfologi buahnya. Warna buah kultivar Monsor dan Memeri adalah merah tua mengkilap, sementara kultivar Edewewits adalah merah kehitaman mengkilap. Hal yang sama juga dikatakan oleh Wiriadinata (1995) dan Stone (1997), bahwa buah merah yang masak ditandai dengan memanjangnya buah serta warnanya berubah menjadi merah. Selama proses pematangan buah akan terjadi degradasi klorofil dan akan terbentuk warna dari pigmen lainnya, sehingga buah berubah warna menjadi kuning, oranye, hitam atau merah (Muchtadi, 1992), sebagai contoh pada buah zaitun muda
berwarna hijau yang akan berubah menjadi merah dan akhirnya berwarna hitam saat buah matang (Desouky et al., 2010). Ciri-ciri lainnya pada buah merah matang yaitu bulir buah telah berisi penuh (bernas) dan lebih lunak, jika buah ditekan akan mengeluarkan minyak, bulir buah mudah dilepas dari empulurnya, daun seludang terbuka dan sekitar 50% telah mengering. Menurut Biles et al. ( 1993), pelunakan buah pada buah matang sangat berhubungan dengan modifikasi dinding sel oleh kerja beberapa enzim. Selanjutnya Muchtadi (1992) mengatakan bahwa melunaknya daging buah pada fase buah matang karena menurunnya kandungan total zat pektit yang tidak larut air dan meningkatnya komponen zat pektit yang larut air. Selain itu posisi buah di pohon telah mengantung dengan kemiringan ±180 (Gambar 1c), dan tampilan buah matang masing-masing kultivar disajikan pada Gambar 2c. Secara fisiologi, buah pada fase matang telah mengandung berbagai senyawa yang lengkap dan dalam jumlah yang maksimal. Fase matang buah merupakan fase terbaik untuk dipanen karena diduga kandungan minyak di bulir buah telah maksimal yang dapat dilihat secara visual yakni jika bulir buah ditekan akan mengeluarkan minyak. Hasil penelitian Desouky et al. (2010) menunjukkan bahwa kandungan minyak tertinggi diperoleh pada buah zaitun matang yang ditandai dengan berubahnya warna seluruh kulitnya menjadi hitam dibandingkan pada fase buah muda (kulit hijau) dan fase buah agak matang (kulit merah). Buah Lewat Matang Ciri-ciri buah lewat matang untuk ketiga kultivar umumnya sama, yaitu posisi buah di pohon sama dengan posisi buah matang (Gambar 1d), namun bulir buah tidak melekat erat pada tongkolnya sehingga sangat mudah terlepas (gugur) dan daun seludang paling dalam telah kering seluruhnya. Selain itu pada fase ini telah terjadi penurunan kualitas tampilan fisik buah seperti warna buah menjadi kusam dan adanya bercak hitam pada buah (Gambar 2d). Fase buah merah lewat matang terbagi menjadi 4 sub-fase dengan ciri-ciri seperti disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Ciri-ciri Setiap Sub Fase pada Buah Lewat Matang dari Buah Merah Sub Fase Buah Lewat Matang Ciri-ciri Sub Fase 1 Jumlah bulir buah gugur pada ujung empulur sepanjang ± 3 – 5 cm Sub Fase 2 Jumlah bulir buah gugur pada ujung empulur sepanjang ± 5 –15 cm Sub Fase 3 Jumlah bulir buah gugur pada ujung empulur lebih dari setengah Sub Fase 4 Bulir buah gugur semua (100%) Tabel 2, memperlihatkan bahwa apabila buah telah memasuki fase matang, sebaiknya segera dipanen sebab jika dibiarkan maka bulir-bulir buah akan gugur. Sub fase 1 terjadi sekitar 2 minggu setelah buah memasuki fase buah matang, dan bulir buah akan gugur seluruhnya (sub fase 4) sekitar 1,5 bulan sejak fase buah matang. Dari hasil pengamatan, pada sub fase 3 umumnya bulir buah telah sangat lunak dan terkadang telah ditumbuhi jamur sehingga jika diolah akan berpeluang meningkatkan kandungan asam lemak bebas pada minyak buah merah. Yousef dan Hassaneine (2010) melaporkan bahwa penundaan waktu panen buah alpukat setiap bulan akan menyebabkan terjadinya penurunan kandungan minyak sebesar 7,57% dan meningkatkan bilangan asam dan bilangan peroksida masing-masing sebesar 46,27% dan 28,62%. Oleh karena itu keterlambatan waktu panen buah merah yang masih menguntungkan adalah sekitar minggu ke 3 sejak buah memasuki fase buah masak.
KESIMPULAN Perkembangan buah merah dibagi dalam empat tahap yaitu buah muda, agak matang, matang dan lewat matang. Perkembangan buah muda sampai buah matang untuk kultivar Monsor dan Memeri dicapai dalam waktu 4,5 bulan, sedangkan untuk kultivar Edewewits sekitar 8,5 bulan. Posisi buah di pohon berubah tergantung pada tahap perkembangan buah. Pembentukan bulir buah dimulai pada tahap buah muda dan inisiasi buah terjadi pada tahap buah agak matang dan mencapai maksimum pada tahap buah matang. Ukuran biji buah pada tahap buah matang telah maksimum dan jika ditekan akan mengeluarkan minyak. Warna dari permukaan buah dari masing-masing kultivar bervariasi dari pink (buah muda) menjadi merah gelap (buah matang). Pada buah muda dan agak matang, bulir buah sulit terlepas dari empulur, dan sebaliknya pada buah matang dengan mudah dilepas. Pemanenan harus dilakukan pada tingkat buah matang, untuk mendapatkan kualitas yang maksimal. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih kepada Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi atas dana yang diberikan melalui Penelitian Hibah Kompetitif Penelitian Sesuai Prioritas Nasional Dengan Kontrak No. 546/SP2H/PP/DP2M/VII/2010 tanggal 24 Juli 2010 DAFTAR PUSTAKA Al-Maaitah, M. I, , K.M Al-Absi, and A. Al-Rawashdeh. 2009. Oil Quality and Quantity of Three Olive Cultivars as Influenced by Harvesting Date in the Middle and Southern Parts of Jordan. International Journal of Agriculture dan Biology. ISSN Print: 1560– 8530; ISSN Online: 1814–9596. 08–340/DRM/2009/11–3–266–272. http://www.fspublishers.org. Biles, C. L, M. M. Wall and K. Blackstone. 1993. Morphological and Physiological Changes during Maturation of New Mexican Type Peppers. J. Amer. Soc. Hort. Sci. 118(4):476-480. Desouky, I. M, F. L. Haggag, M. M. M. A. El-Migeed, E. S. El-Hady. 2010. Changes in Some Physical and Chemical Fruit Properties During Fruit Development Stage of of Some Olive Oil Cultivars. American-Eurasian J. Agric. And Environ Sci. 7 (1) , 1217. Muchtadi, D. 1992. Fisiologi Pasca Panen Sayuran dan Buah-Buahan. Penerbit Gadjah Mada University Press. Yogyakarta Mun‘im, A., Retnosari Andrajati, Heni Susilowati. 2006. Uji Hambatan Tumorigenesis Sari Buah Merah (Pandanus Conoideus L.) terhadap Tikus Putih Betina yang Diinduksi 7,12 Dimetilbenz(A)Antrasen (Dmba). Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. III, No. 3, Desember 2006, 153 - 161 Nishigaki, T. Dan Sugiyono. 1989. Khasiat Buah Merah Sebuah Kajian di Jepang, Rahasia Senyawa Anti Kanker β-Cryptoxanthin. CV. Cindy Printing. Jakarta. Rohman, A., Riyanto, S., Yuniarti, N., Saputra, W. R., Utami, R., & Mulatsih, W. (2010). Antioxidant activity, total phenolic, and total flavaonoid of extracts and fractions of red fruit (Pandanus conoideus Lam). International Food Research Journal, 17, 97106. Shibasaki, H. 2005. Influence of Fruit Ripening on Chemical Properties on “mission” Variety Olive Oil in Japan. Food Sci. Technol. Res,. 11(1):9-12.
Stone, B. C. 1997. Pandanus Parkinso. Dalam: Verheij, E.W.M, and R.E. Corenel (Editor). Proses Sumber Daya Nabati Asia Tenggara: Buah-buahan yang dapat dimakan. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Wiriadinata H. 1995. Domestikasi Tumbuhan Buah Merah (Pandanus conoideus Lam) di Kabupaten Jayawijaya, Irian Jaya. Dalam: Proyek Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Hayati. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Pengembangan Sumber Daya Hayati 1994/1995; Bogor, 11 Januari 1995. Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi, LIPI. Bogor. Warsono, I.U., Murtiningrum dan Z.L. Sarungallo. 2011. The Effect of Red Fruit (Pandanus conoideus Lam) Oil On Blood Plasme of Rex Rabbits with Cholesterol Diets. Prosiding Seminar Nasional Akselerasi Pembangunan Pertanian dan Perdesaan Berbasis Inovasi dan Sumberdaya Lokal. Manokwari, 28 September 2011. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua Barat. Yousef, A.R.M and M.M.M. Hassaneine. 2010. Influence of Different Harvest Dates and Ripening Periods on Fruit Quality and Oil Characteristics of Fuerte Avocados. Agric. Biol. J. N. Am 1(6) : 1223-1230.