PERBANDINGAN INDUK JANTAN DAN BETINA TERHADAP KEBERHASILAN DERAJAT PENETASAN DAN KELULUSAN HIDUP LARVA IKAN MAS KOKI (Carrasius auratus)
Fretty Justina Melisa Simbolon1), Budi Utomo2), Indra Lesmana2) 1) Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara (
[email protected]) 2) Staf Pengajar Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT The germination of freshwater fish has good future prospect in local and export. One of freshwater that has a higher selling price and market demand is much enough in local or export is goldfish (Carracius auratus). This research aims to get the comparison quantity of good parents for maximal spawning and determine the ratio of male parent and female parent of goldfish which different on hatching and survival rate of larvae. This research method was used a completely randomized design with 3 treatments and 3 replications. The first treatment was the comparison between male parent and female parent 2 : 1, the second treatment was the comparison between male parent and female parent 3 : 1 and the last treatment was the comparison between male parent and female parent 4 : 1. This research was conducted in 2015 on July until August. The result of this research showed that the comparison of parents quantity has significant effect on the degree of fertilization and showed the highest hatching rates got from the last treatment (82. 87 %) in comparison of male parent and female parent 4 : 1 which the chances of sperm to fertilize an egg was greater so that the number of eggs that hatch will also be greater and the highest survival rate of larvae and also obtained from the last treatment (81. 82%). Keyword: Hatching Rate, Survival Rate, Goldfish. PENDAHULUAN Budidaya ikan hias selama ini dianggap sebagai usaha sampingan, akan tetapi jika dilihat dari kebutuhan saat ini maka usaha budidaya ikan hias sangat bagus untuk dikembangkan sebagai penghasilan utama karena usaha ikan hias dapat memanfaatkan pekarangan rumah atau lahan sempit. Pembenihan ikan hias mempunyai prospek pasar ekspor
dan lokal. Salah satu ikan yang memiliki harga jual tinggi dan permintaan pasar cukup banyak baik lokal maupun ekspor adalah ikan mas koki (Carrasius auratus). Ikan mas koki merupakan jenis ikan mas yang mempunyai tubuh bulat dengan kepala kecil ekor lebar. Ikan mas koki merupakan ikan hias yang berasal dari Cina. Ikan ini disenangi oleh penggemar ikan hias baik dalam negeri maupun luar negeri. Oleh sebab itulah ikan
hias mas koki menjadi peluang usaha yang sangat bagus dan potensial untuk dibudidayakan di Indonesia, sebab peminat dalan negeri cukup besar dan tidak kalah dengan peminat luar negeri, selain itu kondisi lingkungan sangat mendukung untuk usaha budidaya maupun pembenihan. Melihat dari tingginya permintaan ikan mas koki dan penanganan kualitas air yang kurang maksimal serta masih terbatasnya pembudidayanya khususnya pembenihan yang menghasilkan bibit berkualitas. Keterbatasan ini disebabkan oleh rendahnya ilmu pengetahuan dalam pemijahan ikan mas koki sehingga pemijahan yang dilakukan tidak maksimal. Usaha pembenihan sangat ditentukan oleh jenis induk yang dikawinkan, untuk mendapatkan anak yang berkualitas diperlukan induk yang bagus serta cara penanganan baik induk maupun bibit dan tidak kalah penting adalah manajemen pakan dan kualitas air. Keberhasilan pemijahan ikan sangat di pengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya penanganan induk, teknologi pemijahan khususnya dalam merangsang induk, pengeraman telur maupun penanganan larva. Cara yang dapat dilakukan untuk merangsang induk ikan adalah dengan pengadaan substrat meletakkan telur. Ikan mas koki untuk memijah membutuhkan substrat berbentuk benang halus tempat menempelkan telur, dalam persiapan pemijahan dilakukan pencucian eceng gondok sebagai substrat yang akan digunakan sebagai tempat penempelan telur ikan mas koki dan pencucian akuarium untuk membersihkan kuman penyakit dan
sisa kotoran pada akuarim dan eceng gondok (Andriadi, 2011). METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2015 Sampai Bulan Agustus 2015. Penelitian ini dilakukan di Unit Pelaksanaan Teknis Daerah Balai Benih Ikan Dinas Pertanian dan Kelautan Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan. Alat dan Bahan Penelitian Penelitian ini menggunakan alat dan bahan yang akan digunakan. Bahan yang digunakan adalah indukan mas koki, cacing sutra, pelet, dan eceng gondok sebagai substrat penempel telur. Alat yang digunakan untuk melihat kualitas air adalah : akuarium, aerator termometer pH heater, pipet, serta alat-alat tulis. Metode Pengambilan Data Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dan observasi. Metode eksperimen yaitu induk jantan dan betina yang sudah matang gonad ditempatkan dalam satu media pengamatan, sedangkan observasi mengamati secara langsung dari seluruh kegiatan pemijahan dan pendederan. Prosedur Penelitian Prosedur yang akan dilakukan dalam penelitian ini mengikuti tahap - tahap pembenihan mulai dari pembersihan media, seleksi induk sampai pada pendederan. Adapun kegiatan yang akan dilakukan dalam pembenihan ikan mas koki adalah :
1.
Persiapan Media Akuarium yang sudah bersih dan di isi air diberi aerator dengan satu titik disetiap akuarium. Aerator akan mengaduk air dalam akuarium selama 48 jam. Setelah diaduk selama 48 jam masukkan eceng gondok kedalam akuarium.
5.
Pengamatan Telur Telur yang sudah menempel maupun yang berada didasar akuarium akan diamati perkembangannya. Jika telur ada yang terserang oleh jamur maka telur akan diambil dan dibuang. 6.
2.
Seleksi Induk Induk yang digunakan berasal dari Unit Pelaksanaan Teknis Balai Benih Ikan Dinas Pertanian dan Kelautan Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan. Ukuran induk yang akan dipijahkan diusahakan berukuran sama, maksudnya adalah supaya jumlah telur dan jumlah telur seimbang dan diharapkan dengan ukuran yang sama tidak terjadi perkelahian sebelum memijah. 3.
Pemberian ransangan Selama pemijahan tidak ada pemberian hormon kepada induk betina maupun induk jantan baik melalui pakan maupun suntikan yang dapat merangsang ikan melakukan ovulasi. Hanya Pemberian substrat untuk merangsang induk memijah. Tidak adanya pemberian hormon pada induk selama pemijahan dikarenakan pemijahan yang dilakukan adalah pemijahan alami. 4.
Pemijahan Induk yang telah dimasukkan dalam media secara berpasangan diharapkan akan memijah pada malam hari. Jika terjadi pemijahan maka pada pagi hari induk akan diambil dan dipindahkan pada akuarium pemeliharaan induk, sedangkan telur akan dibiarkan didalam akuarium sesuai dengan perlakuan dan ulangan, hingga menetas tanpa adanya pergantian air
Penetasan Telur yang sudah terbuahi akan menetas dalam waktu 42 jam setelah terjadi pemijahan. Telur yang sudah menetas dibiarkan menempel pada akar eceng gondok. Akar eceng gondok akan diangkat dari media jika larva sudah tidak lengket di akar atau menyebar di dasar akuarium. 7.
Pemeliharaan Larva Pada saat pemeliharaan larva yang harus dikontrol adalah kualitas air, baik oksigen maupun perbedaan suhu antara siang dan malam dan derajat keasaman air. 8.
Pakan Pemberian pakan pada larva dilakukan pada saat larva berumur tiga hari. pakan yang diberikan adalah artemia. Frekuensi pemberian pakan artemia adalah dua kali sehari yaitu pagi jam 08.00 WIB dan sore jam 16.30 WIB. Frekuensi pemberian pakan artemia dilakukan dengan cara memberi sekenyang mungkin (edlibithum) dengan harapan larva akan makan sekenyang-kenyangnya, dimana larva yang baru masih memiliki usus yang baru terbentuk dan pendek, sehingga butuh waktu yang relatif lama untuk mencerna makanan yang diberikan. 9.
Pendederan Ikan yang sudah dapat memakan makanan dari luar tubuh
disebut dengan post larva. Pada masa ini dikenal dengan masa pendederan.
Pengumpulan Data 1. Perhitungan Telur (Fekunditas) Setelah terjadi pemijahan, telur akan menempel pada substrat eceng gondok dan di dasar akuarium, kemudian indukan akan dipindahkan ke akuarium yang baru untuk melanjutkan pemijahan supaya telur-telur yang menempel di dasar tidak dimakan oleh induk. Untuk memperoleh fekunditas dari masing-masing induk koki dengan menggunakan rumus: Fekunditas (Butir) =
2. Penghitungan Derajat Pembuahan (Fertilization Rate/FR) Diamati telur yang dibuahi (Bening) dan tidak dibuahi (Putih) dan hari kedua diamati telur yang menetas untuk menghitung nilai FR, dengan rumus seperti yang telah ditulis oleh Mukti dkk., (2001) : FR =
x 100%
2.
Perhitungan Derajat Penetasan (Hatching Rate/HR) Pada hari kedua diamati telur yang menetas, untuk menghitung nilai HR dengan rumus seperti yang telah ditulis oleh Mukti dkk., (2001) sebagai berikut : ∑ HR = ∑ X 100%
3.
Perhitungan Kelangsungan Hidup (SR) Kelangsungan hidup adalah persentase ikan yang hidup pada akhir pemeliharaan dari jumlah seluruh ikan awal yang dipelihara dalam suatu wadah. Menurut Zonneveld dkk., (1991) kelangsungan hidup dapat dihitung menggunakan rumus : SR =
X 100%
Keterangan : SR = Kelangsungan hidup benih Nt = Jumlah populasi ikan akhir No = Jumlah populasi ikan awal Analisis data Hasil pengamatan dari masing-masing perlakuan ditabulasi kedalam bentuk tabel secara menyeluruh, sehingga dapat mengetahui perbandingan induk yang baik dalam pemijahan ikan mas koki. Data yang dikumpul kemudian dianalisi dengan uji ANOVA. Uji ini untuk mengetahui perbedaan dari masing-masing perlakuan. Untuk membahas perlakuan ini maka hasil analisi ini akan di diskripsikan dengan data lain. Tujuannya adalah guna melihat hubungan dari beberapa indikator yang diamati dengan perlakuan penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Jumlah Telur (Fekunditas)
Keterangan : HR = keberhasilan penetasan Σ TM = jumlah telur menetas Σ TT = jumlah telur terbuahi
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap daya tetas dan kelulushidupan larva ikan mas koki dengan jumlah induk 1 : 2, 1 : 3,
1 : 4 maka diketahui bahwa jumlah telur dari masing-masing perlakuan tidak sama. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Jumlah dan Rata-rata Telur Ikan Mas Koki di Setiap Perlakuan PERLAKUAN
JUMLAH
RATA-RATA
1:2
6391.48
2130.49
1:3
6314.81
2104.93
1:4
7025.58
2341.86
Derajat Pembuahan (Fertilization rate), Derajat Penetasan (Hatching rate), Kelulushidupan (Survival rate) Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap daya tetas dan kelulushidupan larva ikan mas koki (Carrasius auratus) dengan perbandingan jumlah induk 1 : 2, 1 : 3, 1 : 4 maka diketahui bahwa derajat pembuahan, derajat penetasan dan kelulushidupan larva yang dipelihara selama 20 hari tidak sama di setiap perlakuan. untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6. Data Dasar Penelitian dapat dilihat pada Lampiran 2. Tabel 6. Persentase Pembuahan, Penetasan dan Kelulushidupan Larva Ikan Mas Koki (Carrasius auratus) Perlaku an Betina : Jantan 1:2
Derajat Pembuah an
Derajat Penetas an
Kelulushidu pan Larva
76,32
a
74.72
73.68
1:3
82,37
a b
79.13
78.15
1:4
91,72
b
82.87
81.28
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata. Tabel 6. Di atas menunjukkan bahwa perlakuan 3 memiliki tingkat
pembuahan tertinggi yaitu 91.72%, kemudian di urutan kedua perlakuan 2 sebesar 82.37% dan terakhir perlakuan 1 dengan tingkat pembuahan 76.32%. Dari hasil analisis data (ANOVA) menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh sangat nyata terhadap derajat pembuahan ikan mas koki. Hasil dari uji lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ) atau uji Tuckey pada selang kepercayaan 95% juga menunjukkan bahwa tingkat pembuahan pada perlakuan P3 berbeda tidak nyata dengan perlakuan P2 dan berbeda nyata dengan perlakuan P1. Kemudian perlakuan P2 berbeda tidak nyata dengan perlakuan P1 untuk lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 3. Tabel 6. Di atas menunjukkan bahwa perlakuan 3 memiliki tingkat penetasan tertinggi yaitu 82.87%, kemudian di urutan kedua perlakuan 2 sebesar 79.13% dan terakhir perlakuan 1 dengan tingkat penetasanan 74.72%. Kualitas Air Kualitas air yang diamati selama penelitian adalah derajat keasaman (pH), dan suhu. Terjadi peningkatan parameter kualitas air seperti pH yang sedikit basa karena tidak adanya pergantian air pada saat pemeliharaan larva. Pada parameter suhu fluktuasi berubah-ubah sesuai dengan kondisi lingkungan dan cuaca. Kualitas air diambil pada saat sebelum pemijahan, saat pemijahan, penetasan sampai berukuran larva. Pengamatan kualitas air dilakukan pada pagi dan sore hari. Data kualitas air dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Kisaran Nilai pH dan Suhu Air Penelitian Parameter Kualitas Air Perlakuan
1
2
3
pH
Suhu
Pagi
Sore
Pagi
Sore
7.6 – 8.0
7.5 - 7.8
26.1 - 27.7
28.2 - 29.6
7.1 - 7.8
7.0 - 7.7
26.3 - 27.1
27.4 - 28.6
7.3 - 7.6
7.4 - 7.6
26.2 - 27.4
27.9 - 29.5
7.5 - 7.9
7.4 - 7.7
26.1 - 27.4
28.5 - 29.3
7.3 - 7.8
7.4 - 7.8
26.2 - 26.8
27.4- 29
7.5 - 7.9
7.5 - 7.8
26.0 - 28.1
28.4 - 29.6
7.0 - 7.3
7.0 - 7.7
26.1 - 28.2
27.7 - 28.7
7.3 - 7.7
7.4 - 7.7
26.1 - 27.3
28.7 - 29.5
7.3 - 7.8
7.4 - 7.7
25.9 - 27.9
27.4 - 28.5
Pembahasan Jumlah Telur (Fekunditas) Jika dilihat dari hasil pengamatan, jumlah telur ikan mas koki terbanyak diperoleh pada perlakuan ke 3 dengan jumlah 7025.58 ekor, kemudian pada perlakuan 1 dengan jumlah 6391.48 ekor dan diikuti oleh perlakuan ke 2 dengan jumlah 6314.81 ekor. Rendahnya fekunditas pada perlakuan disebabkan oleh kondisi perairan di perlakuan kurang baik yang mengakibatkan penurunan kualitas air sehingga menurunkan stamina ikan. Pendapat ini didukung oleh Febianto (2007) yang menyatakan Fekunditas sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan perairan. Suhu air mempengaruhi fekunditas secara tidak langsung. Begitu juga kedalaman air dan oksigen terlarut merupakan faktor penghambat terhadap fekunditas. Dalam kondisi lingkungan yang menguntungkan telur dikeluarkan lebih banyak daripada dalam kondisi yang kurang baik. Selain itu fekunditas juga sangat dipengaruhi oleh ketersediaan makanan. Untuk spesies tertentu, pada umur yang
berbeda-beda memperlihatkan fekunditas yang bervariasi sehubungan dengan persediaan makanan tahunan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa telur yang dihasilkan dipengaruhi oleh kondisi perairan dan ketersediaan makanan. Hasil analisis variansi (ANOVA) menunjukkan bahwa Fhitung < Ftabel (0.117 < 5.14) Ho diterima, yang berarti rata-rata ketiga perlakuan tidak memberikan efek signifikansi terhadap jumlah telur ikan mas koki. Hasil analisi ANOVA dapat dilihat pada Lampiran 3. Derajat Pembuahan (Fertilization rate) Hasil pengamatan dari derajat pembuahan terlihat bahwa persentase pembuahan tertinggi terdapat pada perlakuan ke-3 kemudian perlakuan ke-2 dan terakhir perlakuan 1. Hal ini disebabkan oleh semakin banyaknya jumlah induk jantan maka semakin banyak pula sperma yang dikeluarkan dan semakin banyak pula telur yang terbuahi. Hasil analisis ANOVA dapat dilihat pada Lampiran 4. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa jumlah terlur yang terbuahi dipengaruhi oleh perbandingan induk jantan betina. Hal ini sesuai dengan analisi varian (ANOVA) terhadap tingkat pembuahan telur ikan mas koki menunjukkan hasil F hitung > F tabel (11.04 > 5.14) dengan demikian H0 ditolak, artinya perbandingan induk jantan yang berbeda berpengaruh nyata terhadap tingkat pembuahan telur ikan mas koki. Hasil uji lanjutan BNJ menunjukkan Tingkat pembuahan pada perlakuan P3 berbeda nyata
dengan perlakuan P2 dan berbeda sangat nyata dengan perlakuan P1. Kemudian perlakuan P2 berbeda nyata dengan perlakuan P1. Dengan demikian tingkat penetasan terbaik adalah perlakuan P3 ( 91.72%) dengan perbandingan induk jantan betina 4 : 1. Hasil ini memberikan gambaran bahwa perbandingan jumlah induk jantan dalam pemijahan ikan mas koki sangat berpengaruh terhadap tingkat pembuahannya. Derajat Penetasan (Hatching rate) Hasil pengamatan dari derajat penetasan terlihat bahwa persentase penetasan tertinggi tedapat pada perlakuan ke-3 kemudian perlakuan ke-2 dan terakhir perlakuan 1. Hal ini disebabkan karena jumlah induk jantan pada perlakuan ke-3 lebih banyak sehingga sperma yang dikeluarkan untuk membuahi telur lebih banyak sehingga persentase penetasan pada perlakuan ke-3 juga lebih besar, Tinggi rendahnya derajat penetasan sangat ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya persentase pembuahan, faktor lingkungan dan hama penyakit. Faktor pembuahan sangat ditentukan oleh seberapa banyak telur yang dapat dibuahi oleh sperma, semakin banyak telur yang dibuahi oleh sperma semakin tinggi daya tetasnya dan sebaliknya. Selain itu faktor lingkungan dan hama penyakit juga mempengaruhi daya tetas. Air yang kurang oksigen dan asam juga akan mempengaruhi daya tetas telur. Air yang kurang baik dapat menghambat pertumbuhan embrio dan akan memudahkan pathogen menyerang telur, hal ini didukung oleh Masrizal dan Efrizal (1997) bahwa daya tetas telur ikan selalu ditentukan oleh
pembuahan sperma, kecuali jika ada factor lingkungan yang mempengaruhinya. Pembuahan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penetasan dimana jika terjadi kegagalan pada pembuahan akan mempengaruhi pada penetasan, kegagalan dari penetasan dipengaruhi oleh kondisi telur atau sperma yang kurang baik dan kondisi lingkungan yang tidak mendukung untuk keberlangsungan sel telur tersebut hal ini didukung oleh Nuzliani (2003) kegagalan pemijahan ikan Mas koki dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya masa birahi akibat kekurangan rangsangan yang tepat, kondisi induk ikan mas koki yang belum cukup matang gonad meskipun didukung oleh factor eksternal yang cukup. Faktor internal yang utama adalah tingkat kematangan gonad ikan itu sendiri. Faktor eksternal berupa lingkungan seperti factor fisika (cahaya, suhu, arus), factor kimia (pH, kelarutan oksigen, hormon) dan factor bilogis (lawan jenis), sedangkan menurut (Tang dan Affandi) diacu oleh Zairin (2005), penetasan telur dipengaruhi oleh faktor internal berupa kerja hormon atau volume kuning telur serta factor eksternal berupa suhu, oksigen terlarut dan intensitas cahaya. Derajat penetasan telur ikan mas koki yang terbaik terdapat pada perlakuan 3 memiliki tingkat penetasan tertinggi yaitu 82.87%, kemudian diurutan kedua perlakuan 2 sebesar 79.13% dan terakhir perlakuan 1 dengan tingkat pembuahan 74.72%. Derajat penetasan pada ketiga perlakuan dikategorikan tinggi sesuai pendapat Priyono diacu oleh Hijriyati (2012)
melaporkan bahwa dengan nilai derajat penetasan dengan nilai 30%50% adalah dianggap rendah, dan >60% dianggap tinggi. Hasil analisis anova dapat dilihat pada Lampiran 5. Hasil analisi variansi (ANOVA) menunjukkan bahwa Fhitung < Ftabel (1.009 < 5.14) Ho diterima, yang berarti bahwa ratarata ketiga perlakuan tidak memberikan efek yang signifikansi terhadap daya tetas telur ikan mas koki (Carrasius auratus). Analisis ini menyimpulkan bahwa dari ketiga perlakuan perbedaan induk menunjukkan bahwa daya tetas telur ikan mas koki di perlakuan 3 lebih baik dari perlakuan 2 dan 1, namun interaksi antar tiga perlakuan tersebut tidak berbeda nyata, karena telur yang terbuahi memiliki peluang menetas yang cukup besar. Kelangsungan Hidup (Survival rate) Larva adalah berupa anak ikan yang baru menetas bentuk dan kondisinya masih belum sempurna sama seperti induknya. Larva maskoki yang telah berumur dua hari akan tampak seperti jarum. Selama lima hari setelah penetasan fase pertama dalam hidupnya larva tersebut tidak diberi makan tambahan, sebab masih memiliki kantung kuning telur sebagai cadangan makanan. Pemberian makanan dilakukan setelah berusia enam hari karena cadangan makanan mulai habis dan larva mulai beradaptasi serta akan mencari makanan disekelilingnya. Kelangsungan hidup larva ikan maskoki hingga berukuran benih atau berumur 20 hari adalah 81.28% pada perlakuan 3, 78.15% pada perlakuan ke 2 dan terendah
pada perlakuan 1 yaitu 73.68%. Hasil analisis ANOVA dapat dilihat pada Lampiran 6. Hasil analisi variansi (ANOVA) menunjukkan bahwa Fhitung < Ftabel (0.898 < 5.14) Ho diterima, yang berarti bahwa ratarata ketiga perlakuan tidak memberikan efek yang signifikansi terhadap kelulushidupan ikan mas koki (Carrasius auratus). Dimana antar tiga perlakuan tersebut tidak berbeda nyata, karena persentase perbedaan kelulushidupan larva di ketiga perlakuan tidak terlalu berbeda jauh. Kualitas Air Hasil pengukuran kualitas air selama penelitian berkisar antara 25.90C-29.50C. Hasil ini masih dikatakan baik dan optimal untuk kelngsungan hidup ikan mas koki, seperti pernyataan Wisantara, dkk (2006) secara umum kriteria air yang baik untuk beternak ikan maskoki adalah yang bersuhu 22-300 C (tropis) atau idealnya 27-300 C. Toleransi suhu siang dan malam yang baik adalah 30C. Hasil pegukuran pH berkisar antara 7-8. Berdasarkan pendapat Lingga, dkk (1990) ikan maskoki menyukai pH air berkisar antara 7.27.5, dengan demikian pH air selama penelitian sedikit dibawah rekomendasi Lingga dkk, namun ikan maskoki pada penelitian ini masih mampu mentolerir pH air yang sedikit asam ataupun basa. Perairan asam akan kurang produktif dan dapat membunuh ikan. Pada pH yang rendah kandungan oksigen terlarut akan berkurang, sebagai akibatnya konsumsi oksigen menurun, aktivitas pernafasan naik, dan selera makan akan berkurang. Usaha budidaya ikan akan berhasil
baik dalam air dengan pH 6,5-9,0 sedangkan selera makan tertinggi pada pH 7,5-8,5 (Masser dkk., 1999). Hasil pengukuran suhu selama pemeliharaan pada kisaran 25.90C-29.50C. Pada parameter suhu mengalami fluktuasi yang berubahubah sesuai dengan kondisi lingkungan dan cuaca. Namun tidak ada perubahan suhu secara drastis selama pemeliharaan. Hal tersebut disebabkan pemeliharaan dilakukan dalam ruangan tertutup atau pada lingkungan yang terkontrol. Hasil pengukuran suhu juga menunjukkan nilai suhu setiap perlakuan adalah sama. Suhu juga merupakan satu diantara parameter yang menentukan keberhasilan budidaya ikan mas koki, hal ini disebabkan karena ikan merupakan hewan berdarah dingin. Yang dimaksud dengan hewan berdarah dingin adalah hewan yang suhu tubuhnya dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Suhu yang tinggi juga dapat menyebabkan meningkatnya proses metabolisme ikan mas koki yang meningkatkan intensitas pembuangan kotoran sehingga kandungan oksigen menurun.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : 1. Daya tetas telur ikan mas koki yang terbaik dihasilkan pada perlakuan ke-3 mencapai 82.87%, kemudian diikuti perlakuan ke-2 sebanyak 79.13% dan yang terakhir pada perlakuan 1 yaitu 74.72%, sebab lebih besar peluang sperma untuk membuahi telur. 2. Kelangsungan hidup ikan mas koki terbaik dihasilkan pada
perlakuan ke-3 yaitu 81.28%, dengan perbandingan induk jantan betina 4 : 1 Saran Dari hasil penelitian ini perbandingan induk jantan betina 4 : 1 memiliki pemijahan yang baik karena baik dalam tingkat penetasan dan kelulushidupan larva, namun diharapkan juga penelitian lebih lanjut tentang pemijahan dengan perbandingan induk yang lebih banyak. DAFTAR PUSTAKA Andriadi, R. I. 2011. Optimalisasi Produksi Benih Ikan Hias Air TawarPada Taufan’s Fish Farm, Kabupaten Bogor Jawa Barat. [Skripsi] Fakultas Ekonomi Dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Bogor. Effendi, M.I. 2004. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya. Jakarta. Fajrin
C.N. 2012. Penambahan Ekstrak Tauge dalam Pakan Untuk Meningkatkan Keberhasilan Pemijahan Ikan Mas Koki (Carrasius auratus). Jurnal Perikanan dan Kelautan. 3 (3). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Padjajaran. Semarang.
Febianto. B. 2007. Pertumbuhan, Histopatologi Ovarium dan Fekunditas Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus) Setelah Paparan Pestisida Organofosfat. Jurnal Biologi. Universitas Undayana. Bali.
Hijriyati, K.H. 2012. Kualitas Telur dan Perkembangan Awal Larva Ikan Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis) di Desa Air Saga, Tanjung Pandang, Belitung. [Tesis]. Universitas Indonesia. Fakultas matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Depok. Lingga, P. dan H. Susanto,. 1990. Ikan Hias Air Tawar, Penebar Swadaya. Jakarta. Martini, A. 2005. Pengaruh Dosis Larutan Ringer Terhadap Tingkat Pembuahan dan Daya Tetas Telur Ikan Patin (Pangasius hypopthalmus). [Skripsi] Fakultas Perikanan. Universitas Lampung. Masser MP, Rakocy dan Losordo. 1999. Recirculating Aquaculture Tank Production Systems: Management of Recirculating Systems. SRAC Publication No. 452. Masrizal dan Efrizal. 1997. Pengaruh Ratio Pengenceran Mani Terhadap Fertilisasi Sperma dan Daya Tetas Telur Ikan Mas (Cyprinus carpio L). Fisheries Journal Garing 6. Universitas Bung Hatta. Padang. Mukti, A.T., Rustidja, Sutiman, B.S. dan Djati, M.S. 2001. Poliploidisasi Ikan Mas (Cyprinus carpio L.). Biosain Jurnal Ilmu-ilmu Hayati I. Hal 111 -123
Nuzliani, F., 2003. Pengaruh Tingkat Pengenceran Sperma Ikan Tawes (Putius javanicus Blkr) untuk Memproduksi Gynogenesis Ikan Mas (Cyprinus carpio L). [Skripsi]. Fakultas Perikanan Universitas Lampung. Sinjal, H. 2011. Pengaruh Substrat Ijuk dan Hydrilla sp. Terhadap Derajat Pembuahan dan Penetasan Telur Ikan Mas. Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropi. Vol 7 (1). Program Studi Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Kelautan. Universitas Sam Ratulangi. Manado. Tang dan Affandi. 1999. Fisiologi Hewan Air. Pekan baru. Universitas Riau Press. Wisantara, G.B.M., K. Sumantadimata dan F.R. Zakaria. 2006. Analisa Kelayakan Bisnis Usaha Pembudidayaan Ikan Koki pada Lahan Terbatas di Jakarta. Jurnal MPI 1 (2). Zairin, J.R. 2005. Pemijahan Ikan Tawes dengan Sistem Imbas Menggunakan Ikan Mas Sebagai Pemicu. Jurnal Akuakultur Indonesia. Vol 4 (2). Jurusan Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian bogor. Zonneveld, N.E., E.A. Huisman, dan J.H. Boon. 1991. PrinsipPrinsip Budidaya Ikan. Terjemahan. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.