104
PENGARUH PADAT TEBAR TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU PERTUMBUHAN IKAN MASKOKI (Carassius auratus) YANG DIPELIHARA DENGAN SISTEM RESIRKULASI Effect of Stocking Density on Survival and Growth Rate of Goldfish (Carassius Auratus) Raised by Recirculation System Andrius Ginting 1), Syammaun Usman 2), Maragunung Dalimunthe 2) Mahasiswa Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Univeritas Sumatera Utara, (Email :
[email protected]) 2) Staf Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara 1)
ABSTRACT Goldfish is the most desirable ornamental. The market demand required intensive cultivation. Intensive cultivation can be done by optimizing stocking density. This study aims to determine the effect of stocking density on survival and growth rate of goldfish (Carassius auratus) as well as to determine the maximum stocking density goldfish with an average length 4,16 cm and average weight 1,84 grams. The experimental design used was Completely Randomized Design (CRD) with three treatments is stocking density 1 fish / liter (P1), 2 fish / liter (P2), and 3 fish / liter (P3) and repeated 3 times. Treatment P1 shows the growth rate of weight daily and length growth rate that equal to the best daily is 2,75% and 0,87%. Stocking density significantly affect the growth rate of the long and weight growth rate daily but did not significantly affect survival. DMRT furthertest results indicate treatments P3 is significantly different from P1. Keywords: Carassius auratus, Goldfish, Growth Rate, Stocking Density, Survival Rate.
PENDAHULUAN Ikan hias merupakan satu diantara komoditas perikanan yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan juga merupakan satu diantara komoditas ekspor di Indonesia. Hampir diseluruh toko-toko yang menjual ikan hias ada ikan maskoki. Dari beberapa jenis ikan maskoki, yang lebih dominan dijual di toko ikan hias di kota Medan dan sekitarnya adalah jenis Oranda. Berdasarkan permintaan pasar tersebut, maka budidaya dengan teknologi dan manajemen yang baik
diperlukan agar memperoleh hasil yang memuaskan. Satu diantaranya adalah dengan melakukan budidaya ikan yang mengoptimalkan padat tebar dan memperhatikan kualitas air pada wadah pemeliharaan. Satu diantara cara yang dapat digunakan untuk menjaga kualitas air budidaya adalah sistem resirkulasi air media pemeliharaan dengan filterasi. Sistem resirkulasi adalah pemeliharaan ikan dengan sistem perputaran air yang dialirkan dari wadah pemeliharaan ikan ke wadah filter untuk disaring, lalu dialirkan
105
kembali ke wadah pemeliharaan. Sistem resirkulasi akan membawa air dari Outlet filter dengan kualitas air yang lebih baik. Sistem ini juga akan menghemat penggunaan air. Untuk mengetahui padat tebar ikan maskoki yang optimal dengan sistem resirkulasi maka perlu diketahui pengaruh padat tebar terhadap kelangsungan hidup dan laju pertumbuhan ikan maskoki. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April - Mei 2014, di Unit Pelaksana Teknis Budidaya pada Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Medan, Jalan Bunga Ganyong, Kelurahan Baru Ladang Bambu, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan. Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah akuarium dengan ukuran 40 cm x 20 cm x 20 cm sebanyak 9 buah, pompa air, bak fiber berbentuk tabung dengan diameter 40 cm dan tinggi 40 cm, serokan, pipa outlet (keluaran air), pipa inlet (masukan air), pH meter, DO meter, thermometer, amoniak test kit, kertas milimeter, timbangan digital 0,01 gram, rak kayu. Bahan yang digunakan adalah ikan maskoki jenis oranda dengan ukuran panjang rata-rata 4,16 cm dan bobot rata-rata 1,84 gram sebanyak 216 ekor, pakan ikan hias buatan, zeolit, kerikil, busa. Rancangan Percobaan Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan dan masingmasing perlakuan diulang sebanyak
3 kali, yaitu ; P1 dengan padat tebar 1 ekor/liter, P2 dengan padat tebar 2 ekor/liter dan P3 dengan padat tebar 3 ekor/liter Rancangan ini digunakan karena kondisi lingkungan, alat, bahan dan media yang digunakan adalah homogen atau letak/posisi masing - masing unit tidak berpengaruh terhadap hasil-hasil percobaan, dan percobaan ini dilakukan pada kondisi terkendali atau setiap unit percobaan secara keseluruhan memiliki peluang yang sama besar untuk menempati pot-pot percobaan (Hanafiah, 2012). Prosedur Penelitian a. Persiapan Bahan dan Alat Bahan yang digunakan seperti zeolit, kerikil, dan busa dicuci menggunakan air bersih. Sedangkakn ikan maskoki yang akan digunakan diadaptasi terlebih dahulu selama tiga hari di dalam bak pemeliharaan seperti pada Gambar 1. Hal ini dimaksudkan agar ikan tidak stres dan dapat menyesuaikan diri terhadap kondisi lingkungan serta mencegah masuknya bibit penyakit kedalam wadah pemeliharaan.
Gambar 1. Adaptasi Ikan Maskoki yang Digunakan pada Penelitian
106
Pada alat yang digunakan seperti akuarium, serokan dan pipa termasuk bak pemeliharaan yang akan digunakan untuk adaptasi juga dicuci bersih terlebih dahulu kemudian dibilas dengan menggunakan air bersih. Setelah dicuci bersih alat-alat tersebut dijemur selama 1 hari dibawah sinar matahari. Hal ini dimaksud untuk menghilangkan atau memutus mata rantai bibit penyakit pada alat-alat yang digunakan. b. Persiapan Air Media Persiapan air media dimaksudkan agar ikan tetap dalam kondisi yang sehat. Adapun tahapan yang dilakukan untuk persiapan media air pemeliharaan selama penelitian ialah pertama air bersih yang berasal dari sumur gali di lokasi penelitian dipompa dan ditampung dalam bak tandon besar. Kemudian air yang berada dalam bak tandon dialirkan, ke dalam ember yang digunakan sebagai penampung dan berfungsi untuk mengendapkan kotoran-kotoran serta zat-zat berbahaya dalam air. Proses selanjutnya air yang berada didalam ember penampung sementara diaerasi kuat selama 24 jam. Tahapan ini bertujuan untuk menguapkan senyawa organik yang berkaitan dengan rasa dan bau, serta mengurangi kandungan konsentrasi zat terlarut yang dapat membahayakan kelangsungan hidup ikan. Dan hal terakhir setelah diaerasi selama 24 jam kemudian air diendapkan selama 4 jam. Selanjutnya, air dapat digunakan untuk pemeliharaan ikan di dalam akuarium. Hal tersebut juga dilakukan untuk menggantikan air media pemeliharaan berikutnya seperti pada Gambar 2.
Gambar 2. Persiapan Air Media c. Sistem Resirkulasi Akuarium, bak penampungan dan bak filter diletakkan pada posisi masing-masing dan dihubungkan menggunakan pipa paralon serta kran air menjadi satu sistem resirkulasi seperti pada Gambar 3. Untuk mengalirkan air dari bak penampungan ke akuarium digunakan pompa air. Sedangkan untuk mengalirkan air dari akuarium ke bak penampungan dengan memanfaatkan gravitasi, dimana bak penampungan dan bak filter diletakkan sejajar tetapi berada diposisi yang lebih rendah dari posisi akuarium. Sebelum ikan ditebar, sistem sirkulasi yang telah dipersiapkan terlebih dahulu dioperasikan selama dua hari sehingga debit dari air inlet dan outlet sama. Selama 40 hari penelitian dilakukan pergantian air pemeliharaan sebanyak 20% dari volume air di akuarium setiap empat hari sekali. Hal tersebut dimaksudkan untuk membersihkan bak filter dan bak penampungan sehingga mengurangi jumlah kotoran yang dapat mengakibatkan tersumbatnya media filter. Pergantian media air dilakukan dengan mengendapkan air di bak filter dan bak penampungan terlebih dahulu kemudian dibuang dan diganti
107
dengan air yang baru sesuai dengan jumlah air yang dibuang.
Gambar 3. Sistem Resirkulasi d. Penebaran Ikan Uji Ikan yang digunakan adalah ikan maskoki jenis Oranda yang diperoleh dari toko ikan hias di kota Medan. Sebelum ikan maskoki dimasukkan kedalam akuarium dilakukan beberapa tahapan perlakuan/treatmen. Adapun tahapan yang dilakukan adalah pertama ikan dari bak pemeliharaan sementara diambil kemudian direndam dalam larutan desinfektan bagi perikanan selama 10 menit dan diberi aerasi. Hal tersebut bertujuan agar membunuh bibit penyakit, parasit dan bakteri yang terdapat pada ikan serta mencegah ikan terserang penyakit. Ikan yang telah direndam dipindahkan ke media air yang baru dan dibiarkan beberapa saat, hal ini dimaksudkan agar ikan tidak stres. Kemudian dilakukan pengukuran kualitas air media pemeliharaan di aukarium sebagai data awal. Pada tahapan akhir dilakukan pengukuran panjang dan berat ikan kemudian dimasukkan kedalam 9 akuarium, dengan kepadatan masing-masing 1, 2 dan 3 ekor/liter dan diulang sebanyak 3 kali.
e. Pemberian Pakan Pakan yang digunakan adalah pakan buatan (pelet ikan hias), dengan frekuensi pemberian pakan 3 kali dalam satu hari yaitu pukul 09.00, 13.00 dan 17.00 WIB dengan jumlah pemberian pakan 5% dari bobot ikan per hari. Pengumpulan Data a. Tingkat Kelangsungan Hidup Tingkat kelangsungan hidup atau Survival Rate (SR) diukur dengan menggunakan rumus menurut Effendie (1979) diacu oleh Armansyah (2010) sebagai berikut :
Keterangan : SR= Kelangsungan hidup benih (%) Nt = Jumlah ikan pada akhir penelitian (ekor) N0= Jumlah ikan pada awal penelitian (ekor) b. Laju Pertumbuhan Bobot Harian Pengukuran pertumbuhan bobot dilakukan setiap 10 hari dan dengan pengambilan ikan sampel sebanyak 30 % dari jumlah ikan maskoki yang ada pada setiap wadah percobaan. Laju pertumbuhan bobot harian atau laju pertumbuhan spesifik (α) dihitung dengan rumus menurut Huisman (1987) diacu oleh Armansyah (2010) sebagai berikut :
108
keterangan: α = Laju pertumbuhan bobot harian (%) Wt = Bobot rata-rata ikan pada saat akhir pemeliharaan (gram) W0 = Bobot rata-rata ikan pada saat awal pemeliharaan (gram) t = Lama pemeliharaan (hari) c. Laju Pertumbuhan Panjang Harian Pengukuran panjang dilakukan setiap 10 hari. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan kertas milimeter. Dengan pengambilan ikan sampel sebanyak 30 % dari jumlah ikan maskoki yang ada pada setiap wadah percobaan. Pertumbuhan panjang harian dihitung dengan menggunakan rumus menurut Busacker et al. (1990) diacu oleh Widyiantara (2009) sebagai berikut : Ph = [(ln Lt – ln L0)/t] x 100% Keterangan: Ph = Pertumbuhan panjang harian (%) Lt = Panjang rata-rata akhir (cm) L0 = Panjang rata-rata awal (cm) t = Lama pemeliharaan (hari) d. Kualitas Air Parameter kualitas air yang diukur selama penelitian terdiri dari yaitu pH, amoniak, DO (Disolved Oksigen), suhu. Pengukuran suhu dan DO dilakukan setiap hari menggunakan thermometer dan DO meter sedangkan pengukuran kandungan Amoniak dan pH dilakukan setiap empat hari sekali dengan menggunakan Amoniak test kit seperti pada Gambar 4 dan pH meter. Pengukuran kualitas air dilakukan dengan mengambil sampel dari setiap perlakuan.
Gambar 4.
Pengukuran Kandungan Amoniak
Analisis Data Untuk mengetahui apakah pengaruh perlakuan terhadap parameter yang diamati berpengaruh nyata atau tidak kemudian dilakukan uji analisis ragam (ANOVA) dan uji F. Pada parameter pengamatan yang meunjukkan perlakuan berpengaruh nyata, dilakukan uji lanjutan dengan menggunakan uji lanjut DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada selang kepercayaan 95%. Selanjutnya data disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil a. Kelangsungan Hidup Tingkat kelangsungan hidup ikan maskoki yang dipelihara selama 40 hari berkisar 94,44 % - 96,30 %. Nilai tertinggi dicapai pada perlakuan P3 sebesar 96,30 % dan nilai terendah pada perlakuan P1 dan P2 sebesar 94,44 %. Dari hasil analisa data (ANOVA), diperoleh hasil bahwa pada perlakuan P1, P2, dan P3 tidak menunjukkan pengaruh nyata terhadap tingkat kelangsungan hidup maskoki.
109
b. Laju Pertumbuhan Bobot Harian Laju pertumbuhan bobot harian atau laju pertumbuhan spesifik yang dipelihara pada setiap tingkat kepadatan P1, P2, dan P3 berturutturut adalah 2,75 %, 2,09 %, dan 1,60 %. Bobot ikan diukur dengan menggunakan timbangan digital seperti pada Gambar 5. Dari hasil analisa data (ANOVA) menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap laju pertumbuhan bobot harian atau pertumbuhan spesifik ikan maskoki dan berdasarkan uji lanjut DMRT dengan selang kepercayaan 95% perlakuan P1 berbeda nyata terhadap perlakuan P3, tetapi perlakuan P3 berbeda tidak nyata dengan perlakuan P2. Berdasarkan pengamatan peningkatan padat penebaran yang diberikan terhadap ikan maskoki mengakibatkan penurunan laju pertumbuhan bobot harian ikan maskoki selama masa pemeliharaan 40 hari seperti pada Gambar 7.
Gambar 5. Pengukuran Bobot Ikan Maskoki c. Laju Pertumbuhan Panjang Harian Laju pertumbuhan panjang harian ikan maskoki yang dipelihara selama 40 hari pada setiap perlakuan P1, P2, dan P3 berturut-turut adalah 0,87 %, 0,54 % dan 0,44 %. Panjang
ikan diukur dengan menggunakan kertas milimeter atau seperti pada Gambar 6.
Gambar 6.
Pengukuran Panjang Ikan Maskoki
Dari hasil analisa data (ANOVA) menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap laju pertumbuhan panjang harian. Hasil dari uji lanjut DMRT pada selang kepercayaan 95% juga menunjukkan bahwa perlakuan P1 berbeda nyata dengan perlakuan P3 dan P2, tetapi perlakuan P3 tidak berbeda nyata terhadap perlakuan P2. Berdasarkan pengamatan dan sampling yang dilakukan setiap sepuluh hari, peningkatan padat penebaran yang diberikan terhadap ikan maskoki juga mengakibatkan penurunan laju pertumbuhan panjang harian ikan maskoki selama masa pemeliharaan 40 hari seperti pada Gambar 8. d. Kualitas Air Terjadi penurunan beberapa parameter kualitas air seperti kandungan pH, amoniak, dan oksigen terlarut (Disolved Oksigen) karena meningkatnya padat penebaran ikan maskoki dalam wadah pemeliharaan perlakuan seperti pada Tabel 1. Namun pada parameter kualitas air pH, suhu dan kadar amoniak adalah sama pada setiap perlakuan. Hal tersebut dikarenakan wadah
110
pemeliharaan ikan maskoki yang terhubung antara satu akuarium dengan akuarium lain dalam satu sistem resirkulasi.
Tabel 1. Data Kualitas Air Selama Penelitian PARAMETER KUALITAS AIR PERLAKUAN
P1
P2
P3
ULANGAN
SUHU
DO
(0C)
(mg/l)
1
28-30
5,8-6,8
6,7-7,3
0 - 0,006
2
28-30
5,9-7,0
6,7-7,3
0 - 0,006
3
28-30
5,6-6,7
6,7-7,3
0 - 0,006
1
28-30
5,3-6,6
6,7-7,3
0 - 0,006
2
28-30
5,5-6,5
6,7-7,3
0 - 0,006
3
28-30
5,7-6,5
6,7-7,3
0 - 0,006
1
28-30
4,7-6,7
6,7-7,3
0 - 0,006
2
28-30
4,7-6,8
6,7-7,3
0 - 0,006
3
28-30
4,8-6,8
6,7-7,3
0 - 0,006
PH
AMONIAK (mg/l)
Gambar 7. Grafik Pertumbuhan Bobot (gram) Ikan Maskoki yang Dipelihara Pada Setiap Perlakuan Selama 40 Hari
111
Gambar 8. Grafik Pertumbuhan Panjang (cm) Ikan Maskoki yang dipelihara dengan Kepadatan P1, P2 dan P3.
Pembahasan Menurut Effendie (2002) Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran panjang atau berat dalam suatu waktu. Adanya peningkatan padat tebar hingga perlakuan P3 telah menurunkan laju pertumbuhan bobot harian dan laju pertumbuhan panjang harian ikan maskoki. Hal ini terjadi karena perlakuan pada padat tebar tertinggi telah melampaui daya dukung perairan. Laju pertumbuhan bobot dan panjang harian tertinggi terdapat pada perlakuan P1 yaitu berturut-turut sebesar 2,75 % dan 0,87 % Menurut Solehudin (2006) daya dukung (carrying capacity) merupakan kemampuan suatu perairan untuk dapat mendukung kehidupan biota dalam perairan tersebut tanpa menambah atau mengurangi biomassanya. Pertambahan bobot ikan maskoki diiringi dengan pertambahan panjang ikan tersebut atau laju pertumbuhan bobot harian berbanding lurus dengan laju pertumbuhan panjang harian ikan maskoki. Penurunan laju pertumbuhan bobot harian dan pertumbuhan panjang terjadi akibat terganggunya proses fisiologis ikan
akibat ruang gerak yang tidak mendukung terhadap pertumbuhan ikan maskoki. Berdasarkan pengamatan selama pemeliharaan, ikan maskoki adalah ikan yang terus bergerak aktif di dalam wadah pemeliharaan. Diduga ruang gerak yang terbatas mengakibatkan ikan menjadi lebih mudah stres sehingga energi yang dihasilkan dari proses metabolisme yang digunakan untuk pertumbuhan digunakan untuk mempertahankan diri dari stres. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Cholik, dkk (1990) diacu oleh Nurlaela, dkk (2010) yang menyatakan bahwa padat penebaran akan mempengaruhi kompetisi ruang gerak dan kondisi lingkungan yang kemudian akan mempengaruhi pertumbuhan. Pada tingkat kelangsungan hidup, hasil analisis sidik ragam (ANOVA) menunjukkan bahwa perlakuan padat tebar ikan maskoki hingga kepadatan 3 ekor/liter tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup ikan maskoki. Tingkat kelangsungan hidup ikan maskoki selama masa pemeliharaan berkisar antara 94,44%
112
- 96,30%. Hal ini diduga akibat kualitas air media pemeliharaan masih sesuai atau masih dalam kategori yang layak untuk menunjang pemeliharaan ikan maskoki. Selama pemeliharaan juga terjadi kematian pada beberapa ekor ikan pada hampir seluruh perlakuan.. Hal ini lebih banyak terjadi pada hari pertama hingga hari kesepuluh pemeliharaan. Hal tersebut diduga karena adanya stres akibat pemindahan ikan dari wadah pemeliharaan adaptasi (bak semen) kedalam wadah akuarium. Pada parameter DO, pH, terjadi penurunan sedangkan pada parameter amoniak terjadi peningkatan nilai disetiap perlakuan Hasil pengukuran nilai pH, suhu, amoniak pada setiap perlakuan adalah sama. Hal ini disebabkan akuarium yang menjadi wadah pemeliharaan terhubung antara satu dengan yang lain mengakibatkan memungkinkan air sebagai media pemeliharaan dari setiap perlakuan tercampur satu dengan lainnya. Kualitas air media pemeliharaan mengalami penurunan selama penelitian namun masih berada pada kualitas air optimal untuk pemeliharaan ikan maskoki Berdasarkan pengukuran kualitas air media pemeliharaan, nilai DO selama pemeliharaan berkisar antara 4,7-7,0 mg/l, nilai pH berkisar antara 6,7 - 7,3 dan nilai amoniak berkisar 0-0,006 mg/l. Sedangkan hasil pengukuran suhu selama pemeliharaan pada kisaran 28 -30OC. Pada parameter suhu mengalami fluktuasi sesuai dengan kondisi lingkungan dan cuaca. Namun tidak
ada perubahan suhu secara drastis selama pemeliharaan. Hal tersebut disebabkan pemeliharaan dilakukan dalam ruangan tertutup atau pada lingkungan yang terkontrol. Suhu juga merupakan satu diantara beberapa parameter yang mentukan keberhasilan budidaya ikan maskoki, hal ini disebakan karena ikan merupakan hewan berdarah dingin. Yang dimaksud dengan hewan berdarah dingin adalah hewan yang suhu tubuhnya dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Suhu yang tinggi juga dapat menyebabkan meningkatnya proses metabolisme ikan maskoki yang meningkatkan intensitas pembuangan kotoran sehingga kandungan oksigen menurun.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : 1. Berdasarkan analisis sidik ragam (ANOVA) perlakuan P1, P2 dan P3 memberikan pengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan bobot dan panjang harian, namun tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup ikan maskoki yang dipelihara selama 40 hari. 2. Berdasarkan hasil uji lanjut DMRT (Duncan Multiple Range Test) perlakuan P1 berbeda nyata dengan P3 sehingga diperoleh perlakuan terbaik adalah P1 (padat tebar 1 ekor/liter) karena memiliki nilai laju pertumbuhan panjang dan bobot harian tertinggi, dimana perlakuan P1 (1 ekor/liter) memiliki laju pertumbuhan bobot harian sebesar 2,75 % dan laju pertumbuhan panjang harian sebesar dan 0,87 %. Sedangkan kelangsungan hidup pada perlakuan P1, P2 dan
113
P3 berkisar 94,44% - 96,30%. Sehingga Padat tebar optimum pemeliharaan ikan maskoki adalah 1 ekor/liter. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan pemeliharaan ikan maskoki menggunakan padat penebaran maksimum sebesar 1 ekor/liter. Serta perlu dilakukan penelitian selanjutnya pada ukuran ikan yang sama dengan menggunakan perlakuan dibawah 1 ekor/liter sebagai pembanding dan sebaiknya akuraium tidak saling berhubung dengan perlakuan yang berbeda untuk mengetahui kualitas air pada masing-masing perlakuan .
DAFTAR PUSTAKA Armansyah, R. 2010. Waktu Paparan Listrik dalam Media Bersalinitas 3 PPT dan Kelangsungan Hidup Serta Pertumbuhan Benih Ikan Maskoki Mutiara Carrasius auratus Pada Sistem Resirkulasi. [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Effendie. M.I. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta. Hanafiah, K.A. 2012. Rancangan Percobaan. Raja Grafindo Persada. Jakarta Nurlaela, I., Evi, T., dan Sulatro. 2010. Pertumbuhan Ikan Patin Nasutus (Pangasius nasutus) Pada Padat Tebar Yang
Berberda. [Jurnal]. Loka Riset Pemuliaan dan Pengembangan Budidaya Air Tawar. Subang. Solehudin, M.A. 2006. Produksi Ikan Neon Tetra (Paracheirodon innesi) Ukuran M dengan Padat Tebar 25, 50, 75 dan 100 Ekor/Liter Dalam Sistem Resirkulasi. [Skripsi]. Program Studi Teknologi dan Manajemen Akuakultur. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Widiyantara, G. B. 2009. Kinerja Produksi Pendederan Lele Sangkuriang (Clarias Sp.) Melalui Penerapan Teknologi Pergantian Air 50%, 100%, Dan 150% Per Hari [Skripsi]. Program Studi Teknologi Dan Manajemen Perikanan Budidaya. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.