Pengaruh Konsentrasi Tepung Wortel (Daucus carota) Pada Pakan Terhadap Peningkatan Warna Ikan Maskoki (Carassius auratus) Riki MS Karo-Karo1),Syammaun Usman2)dan Irwanmay2) 1) Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara (E-mail :
[email protected]) 2) Staff Pengajar/Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan, ABSTRACT Maskoki fish (Carassius auratus) is a type of fish that have other names which have a gold fish body shape ranging from red, yellow, green, black and silvery. As fish are included in the category of ornamental fish, then to produce the best maskoki fish, needed a good environment and foods high in nutrients. Good food nutrition will support color, good health. Color is one of the reasons ornamental fish demand by the public, so farmers need to retain the color of ornamental fish in particular by giving feed containing pigment. The work done to obtain a uniform bright colors in fish is added to the pigment in the feed source. Source of natural pigments can be obtained from flour carrot (Daucus carota). The purpose of this study was to determine the dose of carrot flour that can enhance the color of maskoki fish. This study used a completely randomized design (CRD) with three replications, with doses of 0%, 1%, 3%, and 5% for 30 days. The addition of carrot powder through the feed can improve the color of maskoki fish. Giving carrot flour with a dose of 5% produces a brighter color than the other doses. Carrots Flour Addition on the feed had no effect on the weight and length maskoki goldfish. Keywords: Carassius auratus, maskoki fish, Daucus carota, color Pendahuluan Sejalan dengan pola pergeseran pola konsumsi ikan, dari pemenuhan kebutuhan pangan ke arah pemuasan rohani, dunia perdagangan ikan hias pun mulai mendapat perhatian serius dari masyarakat. Kondisi ini tidak disiasiakan oleh pemilik modal maupun petani di Indonesia untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya melalui kesempatan yang ada. Hal ini menyebabkan para pedagang menjadikan bisnis ikan hias sebagai mata pencaharian utama dan bukan lagi sebagai sumber penghasilan tambahan (Lesmana dan Satyani, 2002). Ikan maskoki (Carassius auratus) adalah jenis ikan hias yang memiliki nama lain gold fish yang memiliki bentuk tubuh bervariasi mulai
dari merah, kuning, hijau, hitam dan keperak-perakan. Sejak pertama kali ditemukan hingga dipelihara orang terdapat kurang lebih 15 macam ikan maskoki yang telah dikenali dan digemari oleh masyarakat. Sebagai Ikan yang termasuk dalam kategori ikan hias, maka untuk menghasilkan ikan maskoki yang terbaik, diperlukan lingkungan yang baik dan makanan yang mengandung nutrisi tinggi. Nutrisi makanan yang baik akan mendukung warna, kesehatan dan kualitas anakan yang baik (Ningrum, 2012). Warna merupakan salah satu alasan ikan hias diminati oleh masyarakat, sehingga pembudidaya perlu mempertahankan warna ikan hias yaitu dengan cara memberikan pakan yang mengandung pigmen warna.
Warna pada ikan disebabkan adanya sel kromatofora yang terdapat pada bagian kulit dermis. Usaha yang dilakukan untuk mendapatkan warna cerah yang merata pada ikan adalah menambahkan sumber pigmen ke dalam pakan. Saat ini, sudah banyak dibuat zat warna sintetik yang dapat ditambahkan dalam pakan tetapi hasilnya tidak sebaik menggunakan sumber pigmen alami. Pembudidaya lebih memilih menggunakan sumber pigmen alami untuk meningkatkan warna ikan hias. Sumber pigmen alami dapat diperoleh dari tepung wortel (Lesmana dan Satyani, 2002 ). Warna pada ikan disebabkan oleh adanya sel pigmen atau kromatofor yang terdapat dalam dermis pada sisik, di luar maupun di bawah sisik (Wayan dkk., 2010). Sel ini diklasifikasikan menjadi lima kategori warna dasar, yaitu eritriofora yang menghasilkan warna merah dan orange, xanthofora yang menghasilkan warna kuning, melanofora yang menghasilkan warna hitam, leukofora yang menghasilkan warna putih, dan iridofora yang dapat memantulkan refleksi cahaya. Ikan hanya dapat mensintesis pigmen warna hitam dan putih. Warna merah, oranye dan kuning tidak dapat disintesis oleh tubuh ikan, sehingga pembentukan warna pada ikan hias sangat tergantung pada jumlah karotenoid yang ada pada pakan (Lesmana dan Sugito, 1997 diacu oleh Wayan dkk., 2010). Pigmentasi pada ikan dikendalikan oleh sistem saraf dan dua zat kimia yang dihasilkan oleh saraf, yaitu (1) epinefrin (adrenalin) merupakan neurohormon yang dikeluarkan oleh organisme ketika terkejut atau takut sehingga menyebabkan butiran pigmen berkumpul di tengah sel dan menyebabkan hewan tersebut
kehilangan warna, (2) asetilkolin adalah zat kimia yang dikeluarkan sel saraf menuju otot, sehingga menyebabkan melanin menyebar dan mengakibatkan warna tubuh organisme menjadi gelap. Penyerapan karotenoid dalam sel-sel jaringan mempengaruhi kromatofor dalam lapisan epidermis ikan. Kromatofor yang terdapat di kulit memungkinkan ikan untuk mengubah warna. Kandungan astaxanthin dalam karotenoid akan meningkatkan pigmen warna merah pada eritrofor sehingga warna merah yang dihasilkan akan tampak lebih jelas (Evan, 1993). Jenis pakan mempengaruhi penampilan warna ikan. Penambahan sumber peningkat warna dalam pakan akan mendorong peningkatan pigmen warna pada tubuh ikan, atau minimal mampu mempertahankan pigmen warna pada tubuhnya selama masa pemeliharaan (Said dkk., 2005 diacu oleh Wayan dkk., 2010). Wortel merupakan salah satu yang menghasilkan karoten yang dapat mempercantik warna ikan hias yang tidak memerlukan biaya yang besar. Wortel kaya beta karoten sehingga bisa menaikkan warna merah seperti spirulina (Sunarno, 2012). Kata karoten berasal dari bahasa Latin yang berarti wortel, yaitu pigmen warna kuning dan oranye pada buah sayuran. Karatenoid adalah suatu kelompok pigmen yang berwarna kuning, oranye, atau merah oranye, mempunyai sifat larut dalam lemak atau pelarut organik tetapi tidak larut dalam air (Kumalaningsih, 2006 diacu oleh Hastuti, 2011). Dengan kandungan karatenoid yang tinggi, wortel dapat dimanfaatkan sebagai bahan pewarna pakan alami ikan. Selain itu karoten pada wortel juga berperan sebagai prekursor vitamin A sehingga dapat memberi nilai tambah tersendiri pada penggunaan wortel
sebagai pewarna alami pada ikan maskoki (Cahyono, 2000 diacu oleh Ikawati, 2005). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tepung wortel dalam meningkatkan perubahan warna pada ikan maskoki dan mengetahui dosis tepung wortel yang tepat pada pakan ikan maskoki untuk memperoleh warna yang baik. Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November - Desember 2014, di Pusat Informasi Dan Pengembangan Ikan Hias Dinas Pertanian Dan Kelautan Kota Medan, Jl Karya Wisata Kecamatan Medan Johor.. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah 12 unit akuarium ukuran 40 x 20 x 20 cm3 sebagai wadah pemeliharaan, aerator untuk mensuplai kandungan oksigen dalam media pemeliharaan, pH meter untuk mengukur kadar asam dan basa media uji, DO meter untuk mengetahui kandungan oksigen, termometer untuk mengukur suhu, timbangan digital untuk mengukur bobot ikan, selang sifon untuk membuang sisa metabolisma (menjaga kualitas air), serok untuk menangkap ikan, alat tulis, kamera digital untuk dokumentasi dan lain-lain. untuk mengetahui perubahan warna menggunakan alat yang dimodifikasi, . Alat ini dibuat dengan menggunakan pencampuran warna. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan, masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali ulangan, yang menjadi perlakuan dalam penelitian ini adalah : - Perlakuan W0 : Tanpa pemberian tepung wortel - Perlakuan W1 : Pemberian tepung wortel 1%
-
Perlakuan W2 : Pemberian tepung wortel 3% Perlakuan W3 : Pemberian tepung wortel 5%
Prosedur Penelitian Sebelum ikan dimasukan ke dalam wadah uji, terlebih dahulu ikan diadaptasi selama dua hari dan ikan dipuasakan selama 24 jam dengan tujuan untuk menghilangkan pengaruh sisa pakan dalam tubuh ikan. Sesudah ikan dipuasakan ikan uji diberi perlakukan sama seperti pemberian pakan pelet. Setelah diadaptasi ikan ditebar sebanyak 5 ekor per akuarium/media uji. Pengamatan perubahan warna hanya selama sebulan atau 30 hari. . Air sebagai media hidup ikan sebelum digunakan, sebaiknya dilakukan perlakuan terlebih dahulu. Adapun tahapan yang dilakukan selama penelitian dalam melakukan persiapan air media ialah, air dari sumur gali yang dinaikkan melalui pompa, ditampung dalam bak tandon. Selanjutnya, air tersebut dialirkan ke dalam ember penampung yang berfungsi untuk mengendapkan kotoran-kotoran dalam air. Air yang ada di ember penampung, diberi aerator yang berfungsi untuk mengurangi jumlah karbon dioksida, dan mengurangi kandungan konsentrasi gas terlarut. Air diendapkan kurang lebih selama 1 hari. Selanjutnya, air dapat digunakan dalam pemeliharaan ikan dalam akuarium. Ketika pengambilan air, aerator dimatikan sehinggga sisa-sisa metabolisme dalam air mengendap. Air yang digunakan yaitu 75 % dari tinggi air dalam ember. Tepung wortel yang digunakan berupa tepung dalam bentuk kering. Kemudian masing-masing dosis ditambahkan pada pakan buatan ikan hias. Adapun tahapan pencampuran tepung wortel dalam pakan ialah, mencampur tepung wortel sesuai dosis dengan progol (2 – 3 g/kg
pakan) dalam satu wadah dan diaduk sampai merata, menambahkan air dengan dosis 150 ml/kg pada tepung wortel yang telah diaduk merata dengan progol dan dibiarkan sampai 10 menit,tuangkan pakan takari ke dalam wadah tepung wortel bersama progol yang telah dilarutkan dalam air, aduk campuran pakan takari dengan progol, sampai seluruh tepung wortel sudah lengket merata pada pakan, apabila seluruh tepung wortel sudah lengket kemudian dikering anginkan campuran tersebut sampai kering selama 30 – 60 menit, jika selama pengeringan terjadi perubahan warna dan bau maka pakan tersebut dibuang dan harus dibuat kembali. Pemeliharaan ikan dilakukan selama 30 hari dengan pemberian pakan sebanyak dua kali sehari yakni pada jam 10.00 dan 15.00 WIB pada masingmasing perlakuan. Jumlah pakan yang diberikan per perlakuan sama yaitu 5% dari berat ikan, yang membedakan hanyalah perlakuannya. Sistem kontrol air dilakukan dengan melakukan penyifonan setiap hari. Jumlah volume air yang disipon sebanyak 10 % pada wadah pemeliharaan.
gradasi warna dari orange muda hingga merah pekat. Pertumbuhan panjang (1) dan berat (2) ikan dihitung menggunakan rumus Effendie (1979), yaitu:
Pengamatan Hasil Pengamatan hasil terhadap ikan dilakukan setiap 10 hari sekali. Pengamatan terhadap intensitas warna maskoki menggunakan alat pengukur warna yang dimodifikasi sendiri dan diamati oleh 5 orang panelis yang tidak memiliki gangguan pengelihatan (buta warna dan rabun. Pengamatan dilakukan secara visual dengan cara membandingkan warna asli ikan pada kertas pengukur warna yang telah diberi pembobotan. Pengamatan terhadap intensitas warna maskoki dilakukan dengan pemberian nilai atau pembobotan pada kertas pengukur warna. Penilaian dimulai dari terkecil 1,2,3 hingga skor terbesar 30 dengan
Tabel
Pm = Pt – P0
(1)
Keterangan : Pm, Pertumbuhan panjang mutlak ikan (cm); Pt, Panjang ikan pada waktu ke-t (cm); P0Panjang ikan pada waktu ke-0 (cm) Wm = Wt – W0
(2)
Keterangan : Wm, Pertambahan berat mutlak ikan (g); Wt, Berat ikan pada waktu ke-t (g); W0, Berat ikan pada waktu ke-0 (g) Hasil Dan Pembahasan Perubahan Warna Hasil penelitian menunjukkan terjadi perubahan warna ikan maskoki pada masing-masing perlakuan. Nilai perubahan warna ikan koi dapat dilihat pada Tabel 1.
W0
1.
Perubahan Warna Ikan Maskoki dari MasingMasing Perlakuan 1 2 3
21,66 21,33 21,33 64,32 21,44
22 21,33 21,33 64,66 21,55
22,33 22 21,66 65,99 22,00
22,66 22,33 22 66,99 22,33
1
24 22,11 21,77 67,88 22,63
24,22 23,44 22,22 69,88 23,29
24,55 24,33 23,44 72,32 24,11
25,11 25,44 25,33 75,88 25,29
21,7 22,33 21,88 65,91 21,97
22,7 23 23 68,7 22,9
24,22 24,22 24,22 72,66 24,22
25,33 24,67 25,56 75,56 25,19
20,88 20,76 22,5 64,14 21,38
22,66 22,55 24,55 69,76 23,25
24,77 23,88 26,44 75,09 25,03
26,88 25,77 27,68 80,33 26,78
Jumlah Rata-rata
W1
2 3
Jumlah Rata-rata 1
W2
2 3
Jumlah Rata-rata 1
W3 Jumlah Rata-rata
2 3
Perubahan warna ikan maskoki tertinggi terdapat pada perlakuan W3 dari 21,38 menjadi 26,77 (warna jingga tua menjadi warna merah muda) dengan kenaikan perubahan warna sebesar 5,39, berikutnya pada perlakuan W2 dari 21,97 menjadi 25,19 (warna jingga tua menjadi warna jingga merah) dengan kenaikan perubahan warna sebesar 3,22, berikutnya pada perlakuan W1 dari 22,63 menjadi 25,29 (warna jingga tua menjadi warna jingga merah) dengan kenaikan perubahan warna sebesar 2,66 dan peningkatan perubahan warna terendah terjadi pada perlakuan W0 dari 21,44 menjadi 22,33 (warna jingga tua) dengan kenaikan perubahan warna sebesar 0,89. Pada perlakuan kontrol (W0) ikan maskoki juga mengalami perubahan warna, namun tidak sebaik dengan pemberian tepung wortel pada pakan pelet takari. Perubahan warna ikan maskoki dapat dilihat pada Gambar 1. 28 27 26 25 24 23 22 21
W0 W1 W2 W3
0
10
20
30
Gambar 1. Perubahan Warna Ikan Maskoki Hasil penelitian menunjukkan terjadi perubahan warna ikan maskoki pada masing-masing perlakuan. Perubahan warna ikan maskoki yang tertinggi terjadi pada perlakuan W3 dengan dosis 5%. Kemudian diikuti dengan perlakuan W2 dengan dosis 3%, selanjutnya diikuti dengan perlakuan W1 dengan dosis 1% dan yang terendah W0 tanpa penambahan dosis tepung
wortel (kontrol). Jenis pakan mempengaruhi penampilan warna ikan. Penambahan sumber peningkat warna dalam pakan akan mendorong peningkatan pigmen warna pada tubuh ikan, atau minimal mampu mempertahankan pigmen warna pada tubuhnya selama masa pemeliharaan (Said dkk., 2005 diacu oleh Wayan dkk., 2010). Proses terbentuknya warna secara kimia dalam tubuh ikan menurut Mara (2010), ialah karatenoid yang larut dalam lemak akan dicerna pada bagian usus oleh enzim lipase pankreatik dan garam empedu. Enzim lipase pankreatik akan menghidrolisis trigliserid menjadi monogliserid dan asam lemak. Garam empedu berfungsi sebagai pengemulsi lemak sehingga terbentuk partikel lemak berukuran kecil yang disebut micelle yang mengandung asam lemak, monogliserid dan koleterol. Karatenoid dalam sitoplasma sel mukosa usus halus dipecah menjadi retinol kemudian diserap oleh dinding usus bersamaan dengan diserapnya asam lemak secara difusi pasif dan digabungkan dengan micelle kemudian berkumpul membentuk gelembung lalu diserap melalui saluran limfatik. Selanjutnya micelle bersama dengan retinol masuk kesaluran darah dan ditransportasikan menuju ke hati, di hati retinol bergabung dengan asam palmitat dan disimpan dalam bentuk retinil-palmitat. Bila diperlukan oleh sel-sel tubuh, retinil palmitat akan diikat oleh protein pengikat retinol (PPR) yang disintesis di hati. Selanjutnya ditransfer ke protein lain, untuk diangkut ke sel-sel jaringan. Dengan demikian karatenoid dapat terserap dalam tubuh. Hasil analisis ANNOVA menunjukkan bahwa pemberian pakan dengan penambahan tepung wortel yang berbeda memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap peningkatan
warna ikan maskoki (p > 0,01). Hasil uji lanjut menunjukkan perlakuan W3 (dosis 5%) tepung wortel memberikan respon lebih baik terhadap perubahan warna tubuh pada ikan maskoki dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Tepung wortel sebagai pakan tambahan bertujuan untuk menghasilkan ikan maskoki sebagai ikan hias agar mempunyai penampilan fisik terutama warna menjadi lebih menarik. Sedangkan pengukuran bobot dan panjang tubuh ikan dilakukan untuk melihat pengaruh pemberian tepung wortel yang berbeda terhadap pertumbuhan. Dari hasil analisis ragam, pertumbuhan panjang dan berat ikan maskoki tidak berbeda nyata untuk setiap perlakuan (p > 0,05). Pertumbuhan Panjang dan Berat Ikan Penambahan karatenoid pada pakan tidak memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan ikan maskoki Perubahan pertumbuhan kedua parameter tersebut berbanding lurus, semakin besar panjang tubuh semakin bertambah pula berat tubuh. Nilai pertumbuhan panjang dan berat ikan maskoki dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Nilai Pertumbuhan Panjang dan Berat Ikan Maskoki Perlakuan Ulangan W0
1 2 3
Jumlah Rata-rata W1
1 2 3
Jumlah Rata-rata W2
1 2 3
Jumlah Rata-rata W3 Jumlah Rata-rata
1 2 3
1 8,06 8,18 8,06 24,30 8,10 8,56 8,42 8,30 25,28 8,43 8,06 7,78 8,52 24,36 8,12 8,24 8,46 9,02 25,72 8,57
Pengukuran Panjang (Hari Ke) 10 20 8,15 8,32 8,25 24,72 8,24
8,25 8,40 8,45 25,10 8,37
8,77 8,55 8,50 25,82 8,61
8,85 8,78 8,80 26,43 8,81
8,20 8,01 8,80 25,01 8,34
8,45 8,30 9,00 25,75 8,58
8,35 8,75 9,25 26,35 8,78
8,55 9,00 9,50 27,05 9,02
30 8,42 8,70 8,66 25,78 8,59 9,06 9,00 9,06 27,12 9,04 8,62 8,60 9,20 26,42 8,81 8,88 9,24 9,84 27,96 9,32
Perlakuan Ulangan W0
1 2 3
Jumlah Rata-rata W1
1 2 3
Jumlah Rata-rata W2
1 2 3
Jumlah Rata-rata W3 Jumlah Rata-rata
1 2 3
1 9,18 8,06 9,02 26,26 8,75 9,29 9,96 9,34 28,59 9,53 7,20 8,10 9,22 24,52 8,17 8,26 9,29 8,84 26,39 8,80
Pengukuran Berat(Hari Ke) 10 20 9,20 9,23 8,14 8,32 9,16 9,36 26,50 26,91 8,83 8,97 9,38 9,52 10,10 10,38 9,46 9,56 28,94 29,46 9,65 9,82 7,42 7,81 8,46 8,57 9,37 9,48 25,25 25,86 8,42 8,62 8,65 9,01 9,37 9,45 9,02 9,24 27,04 27,70 9,01 9,23
30 9,35 8,55 9,55 27,45 9,15 9,86 10,55 9,60 30,01 10,00 8,04 8,73 9,72 26,49 8,83 9,58 9,67 9,48 28,73 9,58
Rata-rata perubahan panjang selama pengamatan setiap perlakuan berkisar antara 0,49 – 0,75 cm, sedangkan rata-rata perubahan berat ikan selama pengamatan didapatkan ahasil berkisar 0,39 – 0,71 g untuk setiap perlakuan. Pertumbuhan ikan maskoki terbaik terdapat pada perlakuan W3 (dosis 5%). Hal ini terlihat dari pertumbuhan panjang dan berat mutlak yang mencapai angka tertinggi yaitu 0,75 cm dan 0,71 g, hasil analisis ANNOVA menunjukkan terjadi perubahan pertumbuhan. Hasil penelitian diperoleh pada perlakuan W0 panjang ikan maskoki panjang ikan maskoki bertambah 0,49 cm yang diikuti dengan pertambahan berat ikan maskoki seberat 0,39 g, pada perlakuan W2 panjang ikan maskoki bertambah 0,61 cm yang diikuti dengan pertambahan berat ikan maskoki seberat 0,57 g, pada perlakuan W3 panjang ikan maskoki bertambah 0,69 cm yang diikuti dengan pertambahan berat ikan maskoki seberat 0,65 g dan pada perlakuan W3 panjang ikan maskoki bertambah 0,75 cm yang diikuti dengan pertambahan berat ikan maskoki seberat 0,71 g. Perubahan panjang dan perubahan berat harian ikan maskoki
dapat dilihat pada Gambar 4 dan Gambar 5. 9.4 9.2 9
W0
8.8
W1
8.6 W2
8.4
W3
8.2 8 0
10
Gambar 4.
20
30
Perubahan Panjang Ikan Maskoki
10.5 10
W0
9.5
W1 W2
9
W3 8.5 8 0
Gambar
10
5.
20
Perubahan Maskoki
30
Berat
Ikan
Kualitas Air Kelangsungan hidup ikan maskoki sangat dipengaruhi oleh kualitas air. Parameter kualitas air yang diukur selama penelitian adalah DO, suhu, pH dalam batas kelayakan pemeliharaan ikan maskoki. Kualitas air perlu diperhatikan agar pertumbuhan, reproduksi dan kesehatan ikan akan berjalan optimal (Iskandar dan Sitanggang, 2003). Paramater fisika – kimia air merupakan salah satu indikator yang diamati dalam penelitian ini. Suhu air pada wadah pemeliharaan setiap perlakuan relatif stabil pada kisaran suhu 27,2 – 28,6 ºC. Menurut Antono, (2010) bahwa suhu air sangat mempengaruhi metabolisme
tubuh ikan yang intinya akan berdampak pada nafsu makan ikan. Kisaran pH yang diukur pada wadah pemeliharaan setiap perlakuan berkisar antara 6,7 – 7,4. Menurut Lesmana (2007), bahwa pH yang optimal pada pemeliharaan ikan maskoki berkisar antara 6,5 – 8,0. Sehingga pH pada wadah pemeliharaan tidak akan mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan uji. Oksigen terlarut juga merupakan unsur penting dalam proses metabolisme. Menurut Boyd (1979), nilai oksigen terlarut yang baik untuk kehidupan dan pertumbuhan ikan adalah > 3 mg/L. Nilai oksigen terlarut selama penelitian yang diperoleh ialah 6,8 – 7,4 mg/L. Sehingga oksigen terlarut (DO) pada media pemeliharaan ikan maskoki berada pada kisaran yang optimal. Kualitas air secara keseluruhan dinilai baik dan layak untuk pemeliharaan ikan maskoki sehingga tidak akan memicu stres pada ikan. Menurut Antono (2010), bahwa stres pada ikan maskoki atau ikan hias pada umumnya akan berdampak negatif pada warna. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa yang mempengaruhi warna ikan maskoki pada penelitian ini adalah dari pakan yang diberikan tepung wortel Efisiensi Pakan Efisiensi pakan didapatkan dari perbandingan antara biaya pertumbuhan berat ikan (output) dengan jumlah penghasilan yang diperoleh (input). Nilai rasio konversi pakan dipengaruhi oleh protein pakan yang sesuai dengan kebutuhan nutrisi ikan mengakibatkan pemberian pakan lebih efisien. Harga ikan maskoki dapat dilihat pada Tabel 4. Nilai efisiensi pakan (Tabel 5) tersebut tidak hanya ditentukan oleh jumlah pakan yang diberikan,
melainkan juga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kepadatan, berat setiap individu, umur kelompok hewan, kualitas air dan cara pemberian pakan (Setiawati, dkk., 2013). Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat dijelaskan bahwa ikan dengan berat tubuh terbesar terdapat pada perlakuan W3 sehingga mempengaruhi nilai efisiensi pakan. Tabel 4. Harga Ikan Maskoki Setelah Penelitian No
Nama
Harga Awal (Rp)
Harga Ikan Setiap Perlakuan (Rp)
1.
Wildan
2.000
W0 6.500
W1 7.000
W2 9.000
W3 10.000
2.
Evan
2.000
7.000
7.500
8.500
10.000
3. 4.
Robert Buchori
2.000 2.000
7.500 7.000
8.000 7.500
9.500 9.000
10.000 10.000
28.000
30.000
36.000
40.000
Jumlah
8.000
Rata-rata
2.000
Penghasilan
7.000 105.000
7.500
9.000
10.000
112.500
135.000
150.000
Diketahui dari data di atas, harga awal ikan maskoki per ekor Rp 2.000. Peningkatan harga rata-rata ikan tertinggi menjadi Rp 10.000 per ekor, yaitu ikan perlakuan W3. Harga ikan perlakuan W2 menjadi Rp 9.000 per ekor, ikan perlakuan W1 dihargai Rp 7.500 per ekornya serta ikan perlakuan W0 seharga Rp 7.000 per ekor. Adanya perlakuan penambahan wortel pada pakan ikan maskoki, maka mampu meningkatkan harga ikan. Didapatkan harga keseluruhan ikan maskoki semua perlakuan setelah penelitian, maka didapatkan Rp 502.500 dari 60 ekor ikan uji. Total harga ikan awal seluruhnya sebesar Rp 120.000 dan total biaya output sebesar Rp 34.635. Total harga ikan akhir dikurangkan dengan total harga ikan awal serta total biaya output, didapatkan hasil sebesar Rp 347.865.
Tabel 5. Efisiensi Pakan Perlakuan Perlakuan
-
W0
W1
W2
W3
Total
Ratarata
Pakan Jumlah Pakan Takari (g)
A
198
198
198
198
792
198
Harga Pakan Takari 100g (Rp)
B
3.000
3.000
3.000
3.000
-
-
5.940
5.940
5.940
5.940
23.760
5.940
1,83
0,61
-
-
Biaya untuk c=(axb) Pakan (Rp)
Progol Jumlah Progol (g)
D
-
0,60
0,61
0,62
Harga Progol 100g (Rp)
E
-
10.000
10.000
10.000
Biaya Untuk f=(dxe) Progol (Rp)
-
60
61
62
183
61
17,82
5,94
-
-
Perlakuan Jumlah bahan (g)
G
Harga Bahan 100g H (Rp) Biaya Bahan i=(gxh) Baku OutPut (Biaya)
J
-
1,98
5,94
9,90
-
60.000
60.000
60.000
-
1.188
3.564
5.940
10.692
3.564
5.940
7.188
9.565
11.942 34.635
9.565
Input Harga Jual Ratarata
K
7.000
7.500
Jumlah Ikan (ekor)
L
15
15
9.000
15
10.000
15
33.500
8.375
60
15
Penghasilan m=(kxl) 105.000 112.500 135.000 150.000 502.500 125.625 (Rp) Efisiensi Output/ Input
n=(j:m)
0,057
0,064
0,071
0,080
0,069
0,076
Kesimpulan Hasil penelitian menyimpulkan bahwa : 1. Penambahan tepung wortel pada pakan ikan maskoki dapat mempengaruhi perubahan warna ikan maskoki. 2. Penambahan tepung wortel dosis 5 % menghasilkan tingkat perubahan warna yang lebih baik pada ikasn maskoki (Carassius auratus) dan lebih efektif dibandingkan dengan dosis tepung wortel (Daucus carota) yang lain. Saran 1. Untuk meningkatkan kualitas warna yang optimum pada ikan maskoki sebaiknya pakan dicampur dengan tepung wortel dengan dosis 5%. 2. Untuk mengetahui tingkat kualitas warna yang lebih baik dari dosis 5% sebaiknya dilakukan uji lanjutan dengan dosis di atasnya. Daftar Pustaka Antono, D.R. 2010 Perubahan Warna Ikan Maskoki (Carassius auratus) yang Diberi Pakan Berkaratenoid Dengan Lama Pemberian Berbeda. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Evan, D. H. 1993. The Physiology of Fishes. CCR Press. London. Evi, L dan Eddy, A. 1990. Maskoki Budidaya dan Pemasarannya. Kanisius. Yogyakarta. Fitriyati, N., Odang, C., dan Utomo, N.B.P.2006. Pengaruh Penambahan Spirulina platensis Dengan Kadar Berbeda Pada Pakan Terhadap Tingkat Intensitas Warna Ikan Pada Ikan Koi Kohaku (Cyprinus carpio
L.). Jurnal Akuakultur Indonesia, 5(I) :1-4. Hanafiah, K. A. 2007. Rancangan Percobaan. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Ikawati, R. 2005. Optimasi Kondisi Ekstraksi Karotenoid Wortel (Daucus carota) Menggunakan Response Surface Methodology (RSM). Jurnal Teknologi Pertanian. Vol 1 (1) : 14–22. Lesmana, D. S dan Satyani. 2002. Agar Ikan Hias Cemerlang. Penebar Swadaya. Jakarta. Lesmana, D.S. 2001. Budidaya Ikan Hias Air Tawar Populer. Penebar Swadaya. Jakarta Mara,
K. I. 2010. Pengaruh Penambahan Karotenoid Total dari Bakteri Fotosintetik Anoksigenik pada Pakan untuk Perbaikan Penampilan Ikan Pelangi Merah (Glossolepis insicus) Jantan [Skripsi]. Universitas Padjajaran. Bandung.
Ningrum, E. 2002. Bisnis Hebat Ikan Hias Air Tawar. Cahaya Atma Pustaka. Yogyakarta. Setiawati, J.E., Y.T. Tarsim, Adi Putra dan S. Hudaidah. 2013. Pengaruh Penambahan Probiotik Pada Pakan dengan Dosis Berbeda Terhadap Pertumbuhan, Kelulusan Hidup,efisiensi Pakan dan Retensi Protein Ikan Patin (panasius hipophthalmus).ejurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan. Vol 1 No 2. ISSN: 2302-3600.
Sunarno, N.T.D. 2012. Mutu Berstandar Pakan. Trubus. Jakarta. Wayan, S. 2010. Pemanfaatan Maggot yang Diperkaya Dengan Zat Pemicu Warna Sebagai Pakan untuk Peningkatan Kualitas Warna Ikan Hias Rainbow (Melanotaenia boesemani) Asli Papua. Balai Riset Budidaya Ikan Hias. Depok.
Wayan, S. 2010. Peningkatan Warna Ikan Rainbow Merah (Glossolepis incisus) Melalui Pengkayaan Karatenoid Tepung Kepala Udang dalam Pakan. Jurnal Iktiologi Indonesia. 10 (1) : 1–9.