1
PERTUMBUHAN IKAN PATIN (Pangasius sp.) YANG DIPELIHARA DALAM SISTEM RESIRKULASI Growth of Catfish (Pangasius sp.) That are Kept in Recirculation System Agung Maulana Putra1, Eriyusni2, Indra Lesmana2 1
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, (Email :
[email protected]) 2 Staff Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara ABSTRACT Water quality is one of medium for fish farming system. This study aims to determine for growth of catfish (Pangasius sp.) with using water circulation. The component of circulation using filter of sand, fibers, zeolites, activated chalcoal, and water hyacinth (Eicchornia crassipies). The result was showed highter body weight of 6,48 g during at 56 day with water circulation. Compared of body weight non circulation system the result was lowest body weight of 4,95 g. Key Word : Pangasius, Growth, recirculation system, water quality.
PENDAHULUAN Pengembangan kegiatan budidaya untuk meningkatkan produksi dibatasi oleh beberapa faktor diantaranya adalah keterbatasan air, lahan dan polusi terhadap lingkungan. Air sebagai media pemeliharaan ikan harus selalu diperhatikan kualitasnya. Usaha yang dapat dilakukan untuk menanggulangi permasalahan diatas adalah mengaplikasikan sistem resirkulasi akuakultur. Sistem resirkulasi pada prinsipnya adalah penggunaan kembali air yang dikeluarkan dari kegiatan budidaya (Putra, 2011). Sistem resirkulasi merupakan aplikasi lanjutan dari sistem budidaya air mengalir, yaitu sistem pemeliharaan ikan dimana air yang sudah dipakai tidak dibuang melainkan diolah kembali sehingga bisa dimanfaatkan lagi. Penggunaan sistem resirkulasi diharapkan bisa
meningkatkan daya dukung media budidaya, karena air yang digunakan dapat dikontrol dengan baik, efektif dalam pemanfaatan air dan lebih ramah lingkungan untuk kehidupan maupun pertumbuhan ikan (Zonneveld, dkk., 1991). Ikan Patin adalah salah satu ikan air tawar yang paling banyak dibudidayakan, karena merupakan salah satu ikan unggul. Ikan Patin merupakan ikan penting di dunia karena daging patin tergolong enak, lezat, dan gurih. Di samping itu, patin mengandung protein yang tinggi dan kolesterol yang rendah. Penggemar daging patin bahkan terdapat di berbagai negara melintasi benua (Minggawati dan Saptono, 2011). Walaupun pertumbuhan ikan patin cepat dan pasarnya cukup bagus namun kebutuhan akan kualitas air masih kurang
2
diperhatikan untuk kegiatan budidaya. Salah satu cara menjaga kualitas air adalah dengan menggunakan sistem resirkulasi. Berdasarkan hal tersebut penulis . METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dan pengamatan parameter fisika dan kimia perairan ini dilaksanakan selama 56 hari yaitu bulan Agustus 2014 sampai bulan Oktober 2014 di Balai Benih Ikan Binjai (BBI) Kota Binjai, Provinsi Sumatera Utara. Alat dan Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih ikan patin dengan ukuran panjang rata-rata 6 cm dan bobot rata-rata 4 g. Selama penelitian ikan diberikan pakan pelet dengan kadar protein 34% pemberian pakan tiga kali sehari (Pagi, Siang dan Sore). Bahan yang digunkan untuk sistem resirkulasi berupa filter : zeolit, arang aktif, kerikil, pasir, ijuk dan tumbuhan eceng gondok. Masing masing bahan filter dikombinasikan dengan pembagian yang proposional sehingga dapat menjawab tujuan penelitian. Prosedur Penelitian Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen dan observasi, dengan membuat alat sistem resirkulasi pada bak pemeliharaan sedangkan observasi mengamati pertumbuhanhidup ikan selama masa pemeliharaan. Perlakuan terdiri atas : a. Dengan perlakuan resirkulasi yang menggunakan filter sederhana (ijuk, arang aktif, zeolit, pasir,
melakukan penelitian dengan judul pertumbuhan ikan patin (pangasius sp.) yang dipelihara dalam sistem resirkulasi.
kerikil dan tumbuhan eceng gondok). b. Tanpa (non) proses resirkulasi. Wadah Pemeliharaan Wadah yang digunakan untuk pemeliharaan benih ikan patin adalah 4 buah bak pemeliharaan dengan dua bak dengan sirkulasi dan dua bak tanpa sistem sirkulasi dengan ukuran 3m x 1,5m x 1m dan satu buah tong plastik sebagai unit pengelolaan air dan satu buah ember tempat eceng gondok. Air yang digunakan adalah air yang telah terpakai untuk kegiatan budidaya. Manajemen Pemeliharaan Dalam melaksanakan penelitian, ikan uji terlebih dahulu diaklimatisasikan selama 1 minggu dengan padat penebaran masing masing 50 ekor/bak. Selama diaklimatisasikan ikan uji diberikan pakan yang sama pada setiap perlakuan. Sistem pemeliharaan dengan menggunakan sistem resirkulasi dan pemeliharaan tanpa resirkulasi. Pada sistem resirkulasi, air dari bak pemeliharaan dialirkan menuju filter fisik melalui pipa saluran pengumpul. Air akan disaring dalam filter fisik dengan volume 60 l yang berisi arang aktif, ijuk, zeolit, pasir, dan kerikil, setelah melewati tangki plastik sebagai filter fisika dan kimia, kemudian dialirkan ke wadah yang berisi eceng gondok dan air dialirkan kembali ke bak pemeliharaan benih ikan patin.
3
Secara ringkas manajemen pemeliharaan ikan patin pada sistem resirkulasi dapat dilihat pada Gambar 2. Zeolit Arang Pasir Kerikil Ijuk
Eceng Gondok
Pompa
Gambar 2. Pemeliharaan Ikan Patin Dengan Sistem Resirkulasi Pemberian Pakan Jenis pakan berupa pelet dengan kandungan protein 34% dan jumlah pakan yang diberikan pada setiap perlakuan yaitu 5% dari berat ikan. Pakan diberikan 3 kali sehari yaitu pada pagi pukul 08.00 WIB, siang pada pukul 12.00 WIB, dan sore pada pukul 16.00 WIB.
Pengukuran Kualitas Air Kualitas air yang diukur mencakup suhu, pH, DO (Dissolved Oxygen), kandungan nitrat, kandungan fosfat, dan kandungan amoniak. Penentuan analisis kualitas air mengacu kepada standar baku mutu kualitas air untuk kegiatan budidaya ikan air tawar PP No.82 Tahun 2001
Pengamatan Kualitas Air Suhu air diamati setiap hari (pagi, siang, sore). Kualitas air mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup biota air yang dipelihara. Karena itu, kualitas air di
Parameter Penelitian Pertumbuhan Panjang Pertumbuhan panjang dihitung menggunakan rumus (Effendi, 2002). X= X1 + X2 +… Xn
Xn dalam sebuah wadah budidaya, baik itu di kolam atau di dalam sebuah bak, harus berada pada kondisi yang optimum.
Keterangan : X = Rata-rata pertumbuhan panjang (cm) X1 = Nilai pertumbuhan ikan (g) Xn = Jumlah total ikan (g)
4
Pertumbuhan Berat Ikan Pertumbuhan berat ikan dapat dihitung menggunakan rumus Effendi (2002). X= X1 + X2 +… Xn
Xn Keterangan : W = Pertumbuhan berat ikan (g) W2 = Berat rata-rata waktu akhir (g) W1 = Berat rata-rata waktu awal (g) Laju Pertumbuhan Spesifik (SGR) Pertumbuhan Spesifik Castell dan Tiews (1980) diacu oleh Robisalmi dkk., (2010). SGR = Ln W2 – Ln W1 (g) x 100% T 2 – T1 Keterangan: SGR = Laju pertumbuhan spesifik W2 = Berat ikan akhir penelitian (g) W1 = Berat ikan awal penelitian (g) T2 = Waktu akhir penelitian (Hari) T1 = Waktu awal penelitian (Hari)
Pertumbuhan Harian (DWG) Pertumbuhan harian ikan dapat dihitung menggunakan rumus menurut Huismann (1976) diacu oleh Eriyusni (2006) sebagai berikut :
DWG =
W2 (g) – W1 (g) T2 – T1
Keterangan : W2 = Berat Minggu Ke 2 W1 = Berat Awal T2 = Waktu Ke 2 T1 = Waktu Awal Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil pengamatan selama penelitian akan dianalisis menggunakan SPSS versi 22. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Berdasarkan hasil pengamatan pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan patin (Pangasius sp.) yang dipelihara dalam sistem resirkulasi selama 56 hari masa pemeliharaan diperoleh data meliputi : data pertumbuhan panjang, pertumbuhan berat, laju pertumbuhan spesifik, laju pertumbuhan harian, ratio konversi pakan dan kualitas air yang meliputi suhu air, derajat keasaman (pH), oksigen terlarut (DO), nitrat (NO3), fosfat (PO4), dan amoniak (NH3).
Rata-rata Pertumbuhan Bobot Ikan Patin Tabel 6. Rata-rata Pertumbuhan Berat Ikan Patin Selama Masa Pemeliharaan Waktu Perlakuan (Hari) Sirkulasi Non Sirkulasi 0 4,67 Pertambahan 4,47 Pertambahan 14 5,06 0,39 4,71 0,24 28 5,82 0,76 5,02 0,31 42 7,04 1,22 5,14 0,12 56 9,75 2,71 5,44 0,3
5
Rata-rata Pertumbuhan Panjang Ikan Patin Tabel 8. Rata-rata Pertumbuhan Panjang Ikan Patin Selama Masa Pemeliharaan Waktu Perlakuan (Hari) Sirkulasi Non Sirkulasi 0 6,35 Pertambahan 6,32 Pertambahan 14 7,40 1,05 6,60 0,28 28 7,73 0,33 6,84 0,24 42 9,56 1,83 7,04 0,2 56 10,57 1,01 7,23 0,19 Pertumbuhan Spesifik Ikan Patin Tabel 10. Rata-rata Pertumbuhan Ikan Patin (Pangasius sp.) Selama Masa Pemeliharaan Waktu Perlakuan (Hari) Sirkulasi Non Sirkulasi 14 0,91 Pertambahan 0,49 Pertambahan 28 2,01 1,1 0,60 0,11 52 2,64 0,63 0,85 0,25 66 3,61 0,97 0,89 0,04 Rata-rata Pertumbuhan Harian Ikan Patin Tabel 12. Rata-rata Pertumbuhan Harian (DWG) Ikan Patin Selama Masa Pemeliharaan Waktu Perlakuan (Hari) Sirkulasi Non Sirkulasi 14 0,04 Pertambahan 0,04 Pertambahan 28 0,09 0,05 0,05 0,01 52 0,19 0,1 0,07 0,02 66 0,40 0,21 0,09 0,02
Kualitas Air Pengukuran terhadap parameter kualitas air yang diukur dalam media penelitian antara lain suhu, oksigen terlarut (DO), derajat keasaman (pH), nitrat, fosfat dan amoniak, hasil pengukuran kualitas air selama masa pemeliharan antara perlakuan 1 (sistem resirkulasi) dan perlakuan 2 (non sirkulasi) dapat dilihat pada Tabel 10.
6
Tabel 10. Hasil Pengukuran Kualitas Air Perlakuan 1 (Sistem Resirkulasi) Selama Penelitian Parameter Perlakuan 1 RataHari ke 0 14 28 52 66 rata 0 Suhu ( C) 28 27 26 27 27 27 DO (ppm) 5,5 5,1 5,0 5,0 5,2 5.16 pH (mg/l) 8,5 7,5 6,6 7,2 7,2 7.4 Nitrat (mg/l) 0,01 0,00 0,00 0,00 0,01 0.004 Fosfat (mg/l) 0,00 0,01 0,00 0,00 0,01 0.004 Amoniak (mg/l) 0,01 0,00 0,00 0,00 0,03 0.008
Rata-rata Berat Ikan (g)
Tabel 11. Hasil Pengukuran Penelitian Parameter Hari ke 0 0 Suhu ( C) 28 DO (ppm) 5,3 pH (mg/l) 7,8 Nitrat (mg/l) 0,01 Fosfat (mg/l) 0,00 Amoniak (mg/l) 0,02
30
Kualitas Air Perlakuan 2 (Non Resirkulasi) Selama
28
14 28 5,2 8,0 0,01 0,01 0,10
Perlakuan 2 28 52 27 28 5,0 3,7 8,2 8,7 0,01 0,02 0,00 0,00 0,11 0,14
28 27
25
66 28 3,0 9,2 0,03 0,03 0,17
28 27
27 26
28 27
20
Ratarata 27.8 4.44 8.38 0.016 0.008 0.108
Perlakuan 1 Perlakuan 2
15
Suhu 1
10
10
5
6 5
5
5 4
7 5
5
Suhu 2
0
Hari ke
0
14
28
42
56
Gambar 8. Hubungan Pertumbuhan Berat Ikan dengan Suhu Selama Penelitian
Rata-rata Berat Ikan (g)
7
12 10
10
8 6 4
Perlakuan 2
7 5.5 5.3 54
6 5
5.2 5.1 55
Perlakuan 1
5 5.2
5 3.7
DO 1
3
2
DO 2
0
Hari ke 0
14
28
42
56
Gambar 9. Hubungan Pertumbuhan Berat Ikan dengan Oksigen Terlarut (DO) Selama Penelitian Rata-rata Berat Ikan (g)
12 10
10
8
4
Perlakuan 2
7
6
6 5
55
45
5
5
Nitrat 1 Nitrat 2
2 0
Perlakuan 1
0.01
Hari ke 0
0.01 14
0.03
0.02
0.01 28
42
56
Rata-rata Berat Ikan (g)
Gambar 10. Hubungan Pertumbuhan Berat Ikan Patin dengan Nitrat (NO3) Selama Penelitian 12 10
10
Perlakuan 1
8
7
6 4
6 5
55
54
Perlakuan 2
5
5
Fosfat 2
2 0
Hari ke 0
Fosfat 1
0.01
0 14
0 28
0.03
0 42
56
Gambar 11. Hubungan Pertumbuhan Berat Ikan dengan Fosfat (PO 4) Selama Penelitian
8
Rata-rata Berat Ikan (g)
12 10
10
8 6 4
6 5
55
45
7 5
5
Perlakuan 1 Perlakuan 2 Amoniak 1 Amoniak 2
2 0
Hari ke
14
28
0.17
0.14
0.11
0.1
0.02 0
42
56
Gambar 12. Hubungan Pertumbuhan Berat Ikan dengan Amoniak (NH3) Selama Penelitian Pembahasan Pertumbuhan Ikan Patin (Pangasius sp.) Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran volume dan berat suatu organisme, yang dapat dilihat dari perubahan ukuran panjang dan berat dalam kurun waktu tertentu. Dalam waktu 56 hari pemeliharaan terjadi pertumbuhan yakni perubahan berat ikan. Peningkatan berat ikan yang paling tinggi terjadi pada perlakuan 1 dengan menggunakan sistem resirkulasi dari 4,67 g menjadi 9,75 g. Sedangkan pada perlakuan 2 peningkatan berat dan panjang ikan patin dari 4,47 g menjadi 5,44 g. Dengan demikian menjunjukkan bahwa dengan menggunakan sistem resirkulasi dapat mempengaruhi pertumbuhan berat dan panjang ikan patin selama 66 hari. sedangkan pada hari ke 14 menunjukkan tidak berbeda nyata diasumsikan pada hari ke 14 ikan masih melakukan adaptasi dengan lingkungan barunya. Berbeda pada pemeliharaan hari ke 28, 42 dan 56 bahwa dengan menggunakan sistem resirkulasi mempunyai pengaruh yang sangat signifikan dan sangat berbeda nyata.
Dengan adanya sistem resirkulasi dapat menjaga kualitas air pada kolam pemeliharaan ikan patin secara optimal dan terjada sehingga membantu proses pertumbuhan ikan patin. Menurut Diansari.,dkk (2013) Sistem resirkulasi dapat membuat daya dukung suatu wadah budidaya akan meningkat dan dapat meningkatkan pertumbuhan ikan budidaya. Peningkatan pertumbuhan dapat diketahui melalui peningkatan pertumbuhan harian dan pertumbuhan spesifik. Pada pertumbuhan harian benih ikan patin dimana nilai tertinggi pada perlakuan dengan menggunakan sistem resirkulasi dengan pertumbuhan harian sebesar 0.40 g, dan terendah pada perlakuan 2 tanpa sistem resirkulasi sebesar 0.09 g. Pada uji lanjut antara perlakuan 1 dengan perlakuan 2 pada hari 14 memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap pertumbuhan harian ikan patin. Sementara pada hari ke 28, 42 dan 56 memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap pertumbuhan harian ikan patin. Pertumbuhan spesifik tertinggi yaitu pada perlakuan 1
9
dengan mengunakan sistem resirkulasi sebesar 3,61% dan pada perlakuan 2 tanpa sistem resirkulasi sebesar 0,89%. Perlakuan dengan menggunakan sistem resirkulasi memberikan pengaruh yang sangat signifikan dan sangat berbeda nyata untuk pertumbuhan ikan patin selama 56 hari. Kualitas Air Air sebagai media hidup ikan harus memiliki sifat yang cocok bagi kehidupan ikan, karena kualitas air dapat memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan mahluk hidup di air menurut Djatmika (1986), Diacu oleh Monalisa, (2010). Kualitas air merupakan faktor pembatas terhadap jenis biota yang dibudidayakan di suatu perairan (Kordi dan Tancung, 2007). Suhu Suhu mempunyai peranan penting dalam menentukan pertumbuhan ikan yang dibudidaya, menurut Kordi dan Tancung (2010), bahwa kisaran suhu yang optimal bagi kehidupan ikan patin adalah 25oC – 32oC. Hal ini menunjukkan bahwa keadaan suhu air selama masa pemeliharaan ikan patin (Pangasius sp.). Berdasarkan hasil pengukuran parameter suhu air selama pemeliharaan pengamatan menunjukan bahwa tidak terjadi perbedaan yang besar atau relatif stabil yang berkisar antara 26 – 280C. Mengacu pada PP.No. 82 Tahun 2001 (Kelas II) yaitu deviasi 3 dari keadaan alamiah, maka kondisi kualitas ditinjau dari parameter suhu masih dalam batas baku mutu air sesuai peruntukannya. Hubungan parameter suhu dengan pertumbuhan ikan selama masa pemeliharaan peningkatan suhu
akan mengakibatkan pertumbuhan ikan menjadi terhambat antara perlakuan 1 dengan menggunakan sistem resirkulasi rata-rata suhu air sbesar 270C dan pada perlakuan 2 tanpa sistem resirkulasi rata-rata suhu air sebesar 27,80C, walaupun tidak terlalu berbeda jauh dengan perlakuan 1 pertumbuhan ikan patin pada perlakuan 2 menjadi terhambat karena tidak adanya pergolakan air di dalam kolam pemeliharaan ikan patin. Hal ini sesuai menurut Efendi (2002) suhu sangat berperan penting dalam mengendalikan kondisi ekosistem perairan. Peningkatan suhu juga menyebabkan terjadinya peningkatan dekomposisi bahan organic oleh mikroba. DO (Oksigen Terlarut) Parameter oksigen terlarut dapat digunakan sebagai indikator tingkat kesegaran air (Sutriati, 2011). Oksigen memegang peranan penting sebagai indikator kualitas perairan, karena oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik. Karena proses oksidasi dan reduksi inilah maka peranan oksigen terlarut sangat penting untuk membantu mengurangi beban pencemaran pada perairan secara alami (Salmin, 2005). Hasil pemantauan parameter DO pada perlakuan 1 masih berada pada batas baku mutu kualitas air budidaya dari hari ke 14 sampai dengan hari ke 56, nilai DO yang didapat berkisar antara 5,0 – 5,5 ppm. Hubungan antara DO dengan pertumbuhan ikan pada penelitian ini cukup baik untuk membantu pertumbuhan ikan patin Hal ini ada kaitannya dengan oksigen terlarut yang terkandung di kolam ikan patin tersebut semakin nilai DO berkurang, hasil pengukuran DO berkisar antara 3,0 –
10
5,3 ppm yang mengakibatkan pertumbuhan ikan semakin terhambat. Hal ini sesuai menurut Kordi dan Tancung (2007), beberapa jenis ikan mampu bertahan hidup pada perairan dengan konsentrasi 3 ppm, namun konsentrasi oksigen terlarut yang baik untuk hidup ikan adalah 5 ppm. pH (Derajat Keasaman) Berdasarkan standart baku mutu air PP. No. 82 Tahun 2001 (Kelas II) pH yang baik untuk kegiatan budidaya ikan air tawar berkisar antara 6 – 9. Hal ini menunjukkan bahwa pH selama masa penelitian masih berada dalam batas alami dan masih layak untuk dilakukan kegiatan budidaya karena masih berada pada kisaran 6,6 – 9,2. Hasil tersebut bila dibandingkan dengan standar baku mutu air PP. No. 82 Tahun 2001 (Kelas II) untuk kegiatan budidaya ikan air tawar , masih sangat jauh dari batas yang ditentukan yaitu 10 mg/l Nitrat (NO3). Nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen diperairan alami dan merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan algae. Nitrat nitrogen sangat mudah larut dalam air dan bersifat stabil. Senyawa ini dihasilkan dari proses oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan (Effendi, 2003). Hasil pengukuran kadar nitrat selama masa pemeliharan ikan patin didapat pada perlakuan 1 (Sirkulasi) adalah sebesar 0,01 pada hari ke 0 dikarenakan pada sistem resirkulasi pada hari tersebut belum digunakan dimana ikan masih proses adaptasi dengan lingkungan barunya kadar nitrat tersebut tidak begitu berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan, sedangkan pada hari ke 14, 28, dan 42 kadar nitrat 0,00 sehingga
pertumbuhan ikan patin tidak terhambat, namun pada hari ke 56 hasil pengukuran nitrat didapatkan sebesar 0,01 mg/l hal tersebut diasumsikan bahwa pada sistem filtrasi tidak beroperasi secara optimal karena telah terjadi penumpukan akumulasi zat polutan. Sedangkan pada perlakuan 2 (Non Sirkulasi) kadar nitrat tertinggi sebesar 0,03 mg/l, kadar nitarat yang terdapat baik pada perlakuan 1 maupun pada perlakuan 2 tidak memberikan efek yang besar terhadap pertumbuhan ikan patin. Fosfat (PO4) Fosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan. Karakteristik fosfor sangat berbeda dengan unsur-unsur utama lain yang merupakan penyusun biosfer karena unsur ini tidak terdapat di atmosfer (Effendi, 2003). Di daerah pertanian phospat berasal dari bahan pupuk yang masuk ke dalam sungai melalui drainase dan aliran air hujan (Winata dkk., 2000). Hasil pengukuran fosfat yang didapat selama masa pemeliharaan pada perlakuan 1 (Sirkualasi) adalah sebesar 0,03, sedangkan pada perlakuan 2 (Non sirkulasi) adalah sebesar 0,01. Nilai fosfat selama masa pemeliharaan masih dalam batas normal. Hal ini sesuai menurut PP No. 82 Tahun 2001 standar baku mutu kualitas air (fosfat) untuk kegiatan budidaya ikan air tawar adalah sebesar 0,2 mg/l. Hubungan pertumbuhan ikan dengan kadar fosfat yang terkandung pada kolam budidaya masih dapat ditolelir oleh ikan dan tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan. Hasil pengukuran fosfat sebesar 0,01 pada perlakuan 1 maupun perlakuan 2 yang didapat pada hari ke 14 diasumsikan
11
masuknya zat yang tidak terkontrol oleh peneliti. Amoniak (NH3) Menurut Kordi dan Tancung (2007), kadar amoniak (NH3) yang terdapat dalam perairan umumya merupakan hasil metabolisme ikan berupa kotoran padat (feces) dan terlarut (amonia), yang dikeluarkan lewat anus, ginjal dan jaringan insang. Kotoran padat dan sisa pakan tidak termakan adalah bahan organik dengan kandungan protein tinggi yang diuraikan menjadi polypeptida, asam-asam amino dan akhirnya amonia sebagai produk akhir dalam kolam. Makin tinggi konsentrasi oksigen, pH dan suhu air makin tingi pula konsentrasi NH3. Hasil pengukuran amoniak pada perlakuan 1 (Sirkulasi) tidak mengalami peningkatan dari awal sampai akhir penelitian sedangkan pada perlakuan 2 (Non Sirkulasi) mengalami peningkatan pada awal penelitian kadar amoniak sebesar 0,02 mg/l dan pada akhir penelitian sebesar 0,17 mg/l. Mengacu pada baku mutu kualitas air PP. No.82 Tahun 2001 (Kelas II) bahwa batas maksimum amoniak untuk kegiatan perikanan bagi ikan yang peka ≤ 0,02 mg/l. Amoniak yang telah melewati batas maksimum sesuai baku mutu kualitas air budidaya berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan patin
sehingga pertumbuhan ikan patin pada perlakuan 2 menjadi terhambat.
DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan 1. Pertumbuhan ikan patin (pangasius sp.) yang terbaik adalah pada perlakuan 1 (Sirkulasi) dengan hasil akhir sebesar 9,75 sedangkan pada perlakuan 2 (Non sirkulasi ) adalah sebesar 5,44. Maka dapat disimpulkan bahwa antara perlakuan 1 (Sirkulasi) dengan perlakuan 2 (Non Sirkulasi) terjadi perbedaan yang sangat signifikan p < 0,05. Maka hipotesis H0 ditolak dikarenakan sistem resirkkulasi memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan ikan patin dan kualitas air kolam budidaya. 2. Selama masa pemeliharaan kualitas air masing-masing perlakuan masih berada di ambang batas baku mutu kualitas air. Maka pertumbuhan ikan patin semata-mata karena adanya pengaruh sistem resirkulasi Saran Walau perlakuan 1 (Sirkulasi) sangat baik untuk usaha budidaya, namun pembuatan media filter resirkulasi dapat lebih diefisienkan lagi dengan melakukan Uji lebih lanjut tentang filter mana yang paling efisien dalam proses resirkulasi.
DAFTAR PUSTAKA Diansari, R.R.V.R., E, Arini., T, Elfitasari, 2013. Pengaruh Kepadatan yang Berbeda Terhadap Kelulusan Hidup Ikan Nila (Orechromis Niloticus) Pada Sistem Resirkulasi Dengan Filter Zeolit. Jurnal of Aquaculture Management and Technology 2(3) : 37 – 45
Effendie, M.I. 2002. Biologi Perikanan Yayasan Pustaka Nusantara. Yokyakarta Effendie, M.I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta, hlm. 92-100 Frits
Tatangindatu, 2013. Studi Parameter Fisika Kimia Air
12
pada Areal Budidaya Ikan di Danau Tondano, Desa Paleloan, Kabupaten Minahasa. Jurnal Budidaya Perairan 1(2): 8-19.
Kordi, M.G.H. dan A.B. Tancung. 2007. Pengelolaan Kualitas Air. PT Rineka Cipta, Jakarta Kordi, K.M.G.H., Tancung A.B. 2010. Pengelolaan Kualitas Air Dalam Budidaya Perairan. Rineka Cipta, Jakarta. Minggawati, I. 2012. Parameter Kualitas Air untuk Budidaya Ikan Patin (Pangasius pangasius) di Karamba Sungai Kahayan, Kota Palangka Raya.Jurnal Ilmu Hewani Tropika 1(1).
Putra,
I., Setiyanto, D. 2011. Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Dalam Sistem Resirkulasi. Jurnal Perikanan dan Kelautan 16(1): 56-63.
Salmin, 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) Sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan. Jurnal Oseana. 30. 21 – 26. Syofyan, I., Usman., Nasution P. 2011. Studi Kualitas Air Untuk Kesehatan Ikan Dalam Budidaya Perikanan Pada Aliran Sungai Kampar Kiri. Jurnal Perikanan dan Kelautan 16(1): 64-70.
Minggawati, I., Saptono. 2011. Analisa Usaha Pembesaran Ikan Patin Jambal (Pangasius djambal) dalam Kolam di desa Sidomulyo Kabupaten Kuala Kapuas.Media Sains 3(1).
Winata, I.N.A., A. Siswoyo, dan T. Mulyono, 2000. Perbandingan Kandungan P dan N Total Dalam Air Sungai di Lingkungan Perkebunan dan Persawahhan : Jurnal Ilmu Dasar. 1. 24 – 28
N, Eriyusni, 2006. Studies on Protein and Calcium Phosphate Requirement and Digestibility in Tilapia Species. [Disertasi]. University of Malaya, Kuala Lumpur
Zonnefeld, N.E., A. Huisman dan J.H. Boon, 1991. Prinsipprinsip Budidaya Ikan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta, 49-213.