PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul POLA DISTRIBUSI PERDAGANGAN CENGKEH PADA DESA PADARINCANG KABUPATEN SERANG BANTEN telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 2 Desember 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam). Jakarta, 2 Desember 2008 Mengesahkan, Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. NIP. 150 210 422 PANITIA UJIAN 1. Ketua
: Dr. Euis Amalia, M.Ag NIP. 150 289 264
2. Sekretaris
: Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH (………………………) NIP. 150 318 308
3. Pembimbing I
: Dr. Euis Amalia, M.Ag NIP. 150 289 264
(………………………)
4. Pembimbing II
: Fahmi Ahmadi, S.Ag, M. Si NIP. 150 326 914
(………………………)
5. Penguji I
: Drs. Djawahir Hejazziey, SH, MA (………………………) NIP. 130 789 745
6. Penguji II
: Indo Yama Nasarudin, SE, MAB NIP. 150 319 593
(………………………)
(………………………)
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul POLA DISTRIBUSI PERDAGANGAN CENGKEH PADA DESA PADARINCANG KABUPATEN SERANG BANTEN telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 2 Desember 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam). Jakarta, 2 Desember 2008 Mengesahkan, Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. NIP. 150 210 422 PANITIA UJIAN 7. Ketua
: Dr. Euis Amalia, M.Ag NIP. 150 289 264
(………………………)
8. Sekretaris
: Dr. Muhammad Taufiqi, M.Ag NIP. 150 290 159
(………………………)
9. Pembimbing I
: Dr. Euis Amalia, M.Ag NIP. 150 289 264
(………………………)
10. Pembimbing II
: Fahmi Ahmadi, S.Ag, M. Si NIP. 150 326 914
(………………………)
11. Penguji I
: Drs. Djawahir Hejazziey, SH, MA (………………………) NIP. 130 789 745
12. Penguji II
: Indo Yama Nasarudin, SE, MAB NIP. 150 319 593
(………………………)
ا ا ا KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan cahaya ilmu-Nya, shalawat dan salam semoga selalu tercurah ke hadirat Rasul pembawa cahaya, Muhammad SAW. Penulis menyadari selesainya penulisan skripsi ini tak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, sudah sepantasnya penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam proses penyelesaian skripsi ini, terutama kepada : 1.
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM., selaku dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag dan Bapak Ah. Azharuddin Lathif M.Ag., MH., selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Muamalat.
3.
Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag dan Bapak Fahmi Muhammad Ahmadi, S.Ag M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan waktu dan pemikirannya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4.
Pimpinan dan staff Perpustakaan Utama UIN dan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum yang telah membantu penulis mendapatkan literatur selama proses penyelesaian skripsi.
5.
Kepala Desa dan Aparat Desa Padarincang yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama penelitian, Ibu Hj Eti Nurhayati, Ibu Hj. Mumu, Ibu
Junah, Ibu Maryam, Bapak H. Muslim, dan Bapak H. Samitra yang telah memberikan banyak informasi mengenai masalah yang penulis teliti. 6.
Bapak, Ibu, dan ke empat kakakku Itoh, Mumuh, Nurul, dan Mamay serta ketiga adikku Ifeh, Diah, dan Dini yang tak henti memberi doa, cinta dan dukungan sepenuh hati serta memberikan bantuan selama proses penelitian.
7.
Sahabat-sahabatku Maya, Fidah, Heny, Puji, Romai, Aziz, Indra, Faiz, dan Iqbal, yang telah memberikan banyak doa dan dukungan untuk penulis serta teman-temanku seangkatan, senasib seperjuangan PS B 2004. Sebuah kebahagian bisa menjadi bagian dari kalian dan melewati satu fase kehidupan bersama kalian.
8.
Semua pihak yang telah memberikan kontribusi terhadap penyelesaian skripsi ini dan tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga bantuan dari semua pihak bernilai amal sholeh di sisi Allah SWT.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi bagi pengembangan ilmu ekonomi Islam.
Jakarta, 19 November 2008 M 20 Dzulqo’dah 1429 H.
Penulis
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB I
BAB II
BAB III
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
7
D. Review Kajian Terdahulu
8
E. Metode Penelitian
11
F. Teknik Penulisan
14
G. Sistematika Penulisan
14
TINJAUAN TEORI A. Pengertian Distribusi dalam Islam
16
B. Fungsi Distribusi
22
C. Tujuan Distribusi
25
D. Mekanisme Distribusi
28
E. Norma dan Etika di Bidang Distribusi
32
GAMBARAN UMUM DESA PADARINCANG A. Profile Desa Padarincang
35
1. Struktur Organisasi Desa Padarincang
36
2. Kondisi Geografis dan Sosiologis Desa Padarincang
37
B. Gambaran Umum Perdagangan di Desa Padarincang
ii
44
BAB IV
PERDAGANGAN CENGKEH DI DESA PADARINCANG A. Pengkategorian Pedagang Cengkeh dan Pola
46
Distribusi Perdagangan cengkeh di Desa Padarincang
BAB V
B. Kegiatan dalam Distribusi Cengkeh di Desa Padarincang
62
C. Anaisis SWOT Pedagang Cengkeh di Desa Padrincang
67
D. Analisis Hasil Penelitian
71
PENUTUP A. Kesimpulan
70
B. Saran
71
DAFTAR PUSTAKA
72
LAMPIRAN
74
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Sumber Daya Alam
37
Tabel 3.2
Lembaga Ekonomi
38
Tabel 3.3
Jumlah Penduduk Berdasarkan Sumber Daya Manusia
39
Tabel 3.4
Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Penduduk
39
Tabel 3.5
Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
41
Tabel 3.6
Lembaga Pemerintahan
41
Tabel 3.7
Lembaga Pendidikan
41
Tabel 3.8
Sarana dan Prasarana Transportasi
42
Tabel 3.9
Prasarana Peribadatan
42
Tabel 3.10
Prasarana Olah raga
43
Tabel 3.11
Sarana dan Prasarana Kesehatan
44
Tabel 4.2
Daftar Harga Beli dan Harga Jual Cengkeh Kering
49
di Tingkat Pedagang Besar dan Menengah antara Bulan Juni-September 2008 Tabel 4.2
Daftar Harga jual dan Harga Beli Cengkeh Basah di Tingkat
50
Pedagang Besar dan Menengah antara bulan Juni-Agustus 2008 Tabel 4.4
Daftar Harga Cengkeh Basah dan Cengkeh Kering
57
di Tingkat Pedagang Kecil pada Bulan Juni 2008. Tabel 4.5
Daftar Selisih Harga Cengkeh Basah di Tingkat Pedagang
60
Kecil, Pedagang Menengah, dan Pedagang Besar pada Bulan Juni 2008 Tabel 4.6
Daftar Selisih Harga Cengkeh Kering di Tingkat Pedagang
61
Kecil, Pedagang Menengah, dan Pedagang Besar pada Bulan Juni 2008 Tabel 4.7
Karakteristik Pedagang Cengkeh di Desa Padarincang
71
Tabel 4.5 Daftar Selisih Harga Cengkeh Basah di Tingkat Pedagang Kecil, Pedagang Menengah, dan Pedagang Besar pada Bulan Juni 2008
DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1
Struktur Organisasi Pemerintahan Desa
36
Padarincang Gambar 4.1
Pola Distribusi Cengkeh di Tingkat Pedagang Besar
47
Gambar 4.3
Pola Distribusi Cengkeh di Tingkat Pedagang Menengah
54
Gambar 4.5
Pola Distribusi Cengkeh di Tingkat Pedagang Kecil Model I
58
Gambar 4.6
Pola Distribusi Cengkeh di Tingkat Pedagang Kecil Model II
59
Gambar 4.8
Pola Distribusi Perdagangan Model I
73
Gambar 4.9
Pola Distribusi Perdagang Cengkeh Model II
73
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kegiatan perdagangan sudah terjadi sejak zaman kuno silent trade atau perdagangan yang membisu karena komunikasi dengan bahasa dilakukan terutama di daerah Mediteranian. Inti berdagang adalah mencari keuntungan dengan membeli lebih murah dan menjual dengan harga yang lebih mahal. Agama Islam menegaskan, menghalalkan berdagang dan mengharamkan riba. Mencari untung dalam kegiatan perdagangan di dalam konsep Islam tidak terbatas pada keuntungan materi saja tetapi juga keuntungan yang bersifat nonmateri serta keuntungan dalam kehidupan dunia dan akhirat.1 Terkait dengan kegiatan perdagangan, Banten merupakan salah satu propinsi yang potensi perdagangannya cukup bagus. Banten adalah sebuah propinsi di pulau ujung barat pulau Jawa, Indonesia. Propinsi ini dulunya merupakan bagian dari Propinsi Jawa Barat, namun dipisahkan sejak tahun 2000, dengan keputusan Undang-Undang No.23 tahun 2000. Wilayahnya mencakup sisi Barat dari Utara Propinsi Jawa Barat, yaitu Serang. Lebak, Pandeglang, Tanggerang, Kota
1
H Dochak latief, “Perdagangan yang Islami”, artikel diakses pada tanggal 3 Maret 2008 dari http://suara merdeka-nasional.htm
Cilegon, Kota Serang. Ibukota dari Banten ini adalah Serang. 2 Kondisi perekonomian di Banten setiap tahunnya selalu mengalami kemajuan, karena kondisi perekonomian suatu wilayah dapat tercermin dari total produksi barang dan jasa yang dihasilkan dari aktivitas ekonomi yang tergambar dalam besaran nilai PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) yang dimiliki wilayah tersebut. Nilai PDRB Propinsi Banten pada tahun 2005 sebesar Rp 84,62 triliun, atau mengalami peningkatan sebesar 14,80% dari tahun sebelumnya. Bila dilihat berdasarkan nilai konstan tahun 2000, nilai PDRB Propinsi Banten mencapai Rp 58,11 triliun atau meningkat 5,88& dari tahun sebelumnya Rp 54,88 triliun. Dilihat berdasarkan nilai pembentukan PDRB Propinsi Banten tahun 2005, sektor industri memberi kontribusi mencapai 49,75% atau senilai Rp 42,1 triliun, diikuti sektor perdagangan, hotel dan restoran 17,11% (Rp 14,5 triliun), sektor pertanian 8,33% (Rp 7,21 triliun), bangunan 2,73% (Rp 2,31 triliun) serta terkecil sektor
pertambangan
0,10%
(Rp
0,88
triliun).
Berdasarkan
wilayah
kabupaten/kota maka sumbangan terbesar nilai PDRB dihasilkan Kota Tangerang(34,17% atau RP 30,02 triliun), diikuti Kabupaten Tangerang (27,31 triliun atau Rp 23,99 triliun), Kota Cilegon (14,69% atau Rp 12,9 triliun), dan terkecil dari Kabupaten Lebak(5,54% atau RP 4,87 triliun). Struktur perekonomian pada masing-masing kabupaten di Propinsi Banten memiliki karakteristik tersendiri, dimana pada wilayah Banten bagian selatan
2
Propinsi Banten, dalam Wikipedia Indonesia: Ensiklpedia Bebas berbahasa Indonesia, artikel diakses pada tanggal 10 Juni 2008 dari http://id.wikipedia.org/wiki/propinsi banten.
(Lebak dan Pandeglang) didominasi oleh sektor pertanian, sedangkan di wilayah Bagian Utara (Kabupaten Tangerang, Kabupaten Serang, Kota Tangerang, Kota Cilegon) lebih didominasi sektor industri dan perdagangan. Kegiatan usaha perdagangan di Banten ini menempati urutan kedua terbesar dalam sumbangannya terhadap pembentukan PDRB. Aktivitas perdagangan yang dilakukan meliputi kegiatan perdagangan dalam negeri dan kegiatan ekspor dan impor. Pada tahun 2005 di Propinsi Banten terdapat sebanyak 246 pusat kegiatan perdagangan yang tersebar di seluruh kabupaten/kota. Jumlah pusat pedagangan terbanyak berada di Kabupaten Tangerang (110 unit) dan di Kota Tangerang (75 unit). Kegiatan ekspor-impor umumnya dilakukan melalui dua pelabuhan yaitu di daerah ini yaitu Pelabuhan Merak dan Pelabuhan Cigading. 3 Jenis kegiatan perdagangan yang mempunyai potensi yang sangat bagus, salah satunya adalah perdagangan hasil bumi atau hasil perkebunan seperti karet, kopi, kopi, kelapa sawit, cengkeh, melinjo, cokelat, dan aren. Dukungan daerahdaerah yang ada di Banten yang
mempunyai potensi sangat bagus dalam
perdagangan hasil bumi atau perkebunan khususnya cengkeh adalah Cibaliung, Taman Sari, Pandeglang, Ciomas, Pasar Padarincang dan daerah sekitar pantai seperti Anyer, Labuan, dan Sirih. Desa Padarincang yang terletak di Kecamatan Padarincang adalah salah satu wilayah yang ada di Kabupaten Serang dan merupakan salah satu bagian daerah 3
Sistem Informasi Baseline Economic Survey “ Ringkasan Eksekutif KPUJ Proponsi Banten: Kondisi Perekonomian Wilayah” , artikel diakses pada tanggl 10 Juni 2008 dari http://sipuk-bank sentral republik indonesia-mht.
yang ada di Propinsi Banten yang mempunyai potensi yang cukup bagus khususnya dalam bidang hasil bumi atau hasil perkebunan seperti karet, kopi, melinjo, cokelat, kopra, dan cengkeh. Kabupaten Serang sendiri merupakan salah satu daerah yang mempunyai tingkat PDRB yang baik, karena setiap tahun nilai PDRB Kabupaten Serang selalu mengalami kenaikan. Di bawah ini adalah tabel PDRB Kabupaten Serang atas dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha tahun 2005-2006 (jutaan rupiah). Tabel 1.1 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Serang atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005-2006 (Jutaan Rupiah ) No
2005 r)
Lapangan Usaha
1.
Pertanian
2.
Pertambangan
3.
Industri pengolahan
4.
2006 *)
1.144.135,54
1.177.990,71
676.161,94
587.521,46
4.716,59
4.999,29
Listrik, gas, dan air bersih
327.433,58
324.897,68
5.
Bangunan
529.745,59
563.027,93
6.
Perdagangan, hotel dan restoran
882.279,56
940.335,99
7.
Pengangkutan dan komunikasi
257.767,55
282.443,49
8.
Keuangan,
293.571,59
316.203,61
584.581,52
638.263,66
7.973.370,70
8.357.679,63
persewaan,
dan
jasa
perusahaan 9.
Jasa-jasa
Produk Domestik Regional Bruto
Catatan: *) Angka Sementara r) Angka Perbaikan Dari tabel di atas bisa terlihat kenaikan nilai PDRB Kabupaten Serang tahun 2005-2006. Pada tahum 2006 Nilai PDRB Kabupaten Serang mencapai jumlah Rp 8.357.679,3 atas dasar harga konstan tahun 2000 dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu tahun 2005 yang hanya sebesar Rp 7.973.370,70.4 Cengkeh di Desa Padarincang ini merupakan salah satu komoditas andalan dalam kegiatan perdagangan hasil perkebunan. Pada musim cengkeh hampir sebagian pedagang memfokuskan komoditas barang dagangannya pada jual-beli cengkeh. Karena selain harga cengkeh yang tinggi pada musimnya juga keuntungan dari perdagangan cengkeh ini lebih menjanjikan memberikan keuntungan bagi para pedagangan hasil perkebunan yang ada di Desa Padarincang. Pada bulan Juni-Agustus di Desa Padarincang merupakan bulan musim cengkeh, pada saat itu para pedagang di desa tersebut sedang giat mengumpulkan modal untuk persiapan selama musim cengkeh. Harga cengkeh dibedakan berdasarkan jenisnya yaitu cengkeh basah dan cengkeh kering. Harga cengkeh yang berlaku pada bulan Juni 2008 untuk jenis cengkeh basah yaitu Rp. 15.000/kg dan untuk jenis cengkeh kering yaitu Rp. 48.000/kg. Ketika musim cengkeh telah
4
Badan Pusat Statistik Kabupaten Serang,”Serang dalam Angka Tahun 2006”
tiba, tingkat pendapatan yang diperoleh masyarakat secara tidak langsung mengalami kenaikan. Hal ini disebabkan karena harga cengkeh yang tinggi sehingga masyarakat di desa ini pun mendapatkan keuntungan dari kegiatan berdagang cengkeh. Desa Padarincang dijadikan sebagai tempat untuk melakukan penelitian skripsi dikarenakan desa ini merupakan desa yang mempunyai kegiatan perekonomian yang lebih baik jika dibandingkan dengan desa-desa lainnya yang ada di daerah Kecamatan Padarincang. Desa ini juga sudah dikenal oleh desa-desa lain sebagai tempat yang mempunyai potensi yang bagus untuk perdagangan hasil perkebunan, karena banyak warga masyarakat yang berasal dari desa lain yang menjual hasil perkebunannya ke desa ini. Selain itu, di desa ini terdapat sebuah pasar tradisional yang bernama Pasar Padarincang yang setiap hari selalu ramai dengan kegiatan perdagangan sehingga mendukung masyarakat yang ada di desa ini untuk melakukan kegiatan berdagang. Dalam berdagang cengkeh, terdapat banyak cara untuk cengkeh bisa sampai ke pedagang besar yang ada di desa ini. Karena cengkeh yang diperoleh para pedagang tidak hanya berasal dari masyarakat Desa Padarincang akan tetapi juga berasal dari pedagang-pedagang dari daerah lain. Oleh karena itu penulis merasa tertarik ingin mengetahui lebih jauh tentang bagaimana distribusi cengkeh yang ada di desa ini.
Dari uraian di atas, maka penulis bermaksud untuk membuat skripsi dengan tema “POLA DISTRIBUSI PERDAGANGAN CENGKEH pada DESA PADARINCANG KABUPATEN SERANG BANTEN”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Untuk menghindari melebarnya topik permasalahan yang akan dibahas, maka dalam skripsi ini penulis membatasi masalah yang akan dibahas yaitu hanya seputar pola distribusi perdagangan cengkeh apakah telah sesuai dengan etika bisnis dalam Islam atau tidak. 2. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah yang ada, maka masalah dirumuskan sebagai berikut: a. Bagaimanakah pola distribusi perdagangan cengkeh di Pasar Padarincang? b. Apakah pola distribusi perdagangan cengkeh yang dilakukan oleh para pedagang cengkeh telah sesuai dengan konsep keadilan distributif dalam Islam?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian a. Untuk mengetahui pola distribusi perdagangan cengkeh yang ada di Desa Padarincang.
b. Untuk menganalisis distribusi yang dilakukan oleh para pedagang cengkeh di Desa Padaricang dari perspektif ekonomi syariah. 2. Manfaat penelitian a. Untuk menambah pengetahuan mengenai distribusi, khususnya mengenai pola distribusi perdagangan cengkeh. b. Untuk kalangan akademis dan mahasiswa, sebagai bahan tambahan dan sumber referensi untuk mendalami pengetahuan mengenai distribusi.
D. Review Kajian Terdahulu 1. Distribusi Kekayaan dalam Islam – Mutianti Hamidi, Perbankan Syariah, 2003. Distribusi kekayaan merupakan pembagian kekayaan atau pendapatan dari seseorang atau masyarakat kepada masyarakat lain. Distribusi kekayaan dalam Islam sangat penting bahkan dianjurkan, dengan tujuan agar kekayaan tersebar luas kepada semua golongan masyarakat dan tidak hanya terfokus pada golongan tertentu saja. Al-Quran menyerukan adanya pembagian kekayaan yang merata dan adil di dalam sebuah masyarakat. Distribusi kekayaan dalam Islam diatur sedemikian rupa yang seadil-adilnya yaitu dengan membentuk institusi-institusi distribusi kekayaan. Sehingga dengan adanya distribusi yang adil dan merata dapat menghapus kemiskinan bahkan akan melahirkan kesejahteraan. Adapun
institusi distribusi kekayaan diantaranya institusi-
institusi resmi distribusi kekayaan seperti zakat, warisan (hukum waris),
khumus, kaffarat, dan institusi yang lainnya yaitu institusi sukarela seperti infaq, shadaqah, Qardh Hasan, dan nadzar wasiat. 2. Konsep Pendistribusian Zakat dan Aplikasinya pada Lembaga Amil Zakat (Studi Kasus Baitul Maal Muamalat) – Nur Samsiah, Perbankan Syariah, 2005. Baitulmaal
Muamalat sebagai salah satu Lembaga Amil Zakat (LAZ),
melakukan penghimpunan dan pendistribusian zakat. Pendistribusian zakat di Baitul Maal Muamalat ini melalui empat program bina/usaha pemberdayaan yaitu: (1)Bina ekonomi adalah program yang dilakukan untuk mengembangkan jiwa wirausaha mustahiq sehingga dapat mandiri, (2) Bina sosial adalah program yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya insani dalam bidang pendidikan/pelatihan dan dakwah, (3) Bina pendidikan yaitu program yang dilakukan untuk meningkatkan kesehatan khususnya bagi kalangan masyarakat tidak mampu (4) Bina kesehatan adalah program yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup pokok (sandang pangan) bagi masyarakat yang tidak mampu atau tertimpa musibah. Keempat program ini merupakan pengelolaan dari dana-dana sosial umat. Baitul Maal Muamalat melakukan usaha unutk mengoptimalkan pendistibusian zakat, misalnya melalui usaha pemberdayaan seperti pemberian modal agat tercipta usaha kemandirian ekonomi mustahik, membuat skala prioritas permasalahan, serta berhati-hati dalam pendistribusian zakat dengan melakukan survei agar zakat benar-benar terdistribusikan kepada mustahik. Pola pendistibusian zakat lain yang dilakukan Baitul Maal muamalat yang lainnya yaitu dengan program layanan kesehatan keliling yang dilakukan di
daerah dekat wilayah muzaki dan B-Health dalam bentuk klinik Baitul Maal Muamalat bersubsidi 3. Pendistribusian Kekayaan Negara dalam Perspektif Ekonomi Islam – Fahrurroji, Perbankan Syariah, 2006. Konsep kepemilikan harta kekayaan pada diri manusia menurut perspektif Islam adalah tidak mutlak adanya, karena keberadaan manusia yang terbatas oleh dimensi ruang dan waktu. Keabadian serta pemilik hakiki adalah Allah SWT semata. Namun begitu, kepemilikan dalam Islam dapat diakui melalui berbagai cara yang telah ditentukan dalam Islam. Perolehan kekayaan negara yang berlimpah ruah dan dari penarikan pajak masyarakat dan pendapatan lainnya yang bersifat temporal seperti zakat, merupakan modal bagi pemerintah untuk membiayai dan mendanai aktifitas pemerintah dan pemerintah berkewajiban pula untuk dapat melayani fasilitas bagi kepentingan masyarakat (primer dan sekunder) semacam fasilitas infrastruktur yang dapat mendukung kelancaran aktifitas dan pertumbuhan ekonomi masyarakat serta menjaga kesejahteraan dan kemaslahatan hidup bersama. Ketiga skripsi ini pada dasarnya sama-sama membahas tema yang sama yaitu tentang distribusi hanya saja ketiga skripsi tersebut mempunyai fokus yang berbeda. Skripsi yang pertama membahas tentang pendistribusian kekayaan dalam Islam melalui institusi-institusi baik institusi yang bersifat resmi dan institusi yang bersifat sukarela. Pada skripsi yang kedua berisi tentang bagaimana konsep pendistribusian zakat yang dilakukan oleh Baitul Maal Muamalat yaitu dengan
melalui program empat bina serta memberikan bantuan berupa zakat produktif kepada para mustahik supaya mereka bisa mempunyai usaha dan bisa hidup mandiri. Sedangkan skripsi yang ketiga membahas tentang pendistribusian kekayaan yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dimana pemerintah menyediakan fasilitas bagi kepentingan masyarakat (primer dan sekunder), seperti fasilitas infrastruktur yang bisa mendukung kelancaran aktivitas dan pertumbuhan ekonomi masyarakat serta menjaga kesejahteraan dan kemaslahatan hidup bersama. Pada skripsi ini dibahas tentang distribusi pada perdagangan cengkeh dan juga membahas bagaimana pola distribusi yang ada di Desa Padarincang. Jadi yang membedakan skripsi ini dengan skripsi yang sudah ada yaitu bahwasannya skrispsi ini bukan tentang distribusi harta akan tetapi skripsi ini mengenai distribusi barang yang fokusnya yaitu pada pola distribusi dalam perdagangan cengkeh.
E. Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
yaitu prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. 5
5
3.
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandng: PT Remaja Rosdakarya, 2004), h.
2. Sumber Data a. Data primer yaitu data yang berasal dari hasil wawancara yang dilakukan kepada informan di Desa Padarincang. Dalam penelitian ini, enam orang informan yang berprofesi sebagai pedagang yaitu Hj. Eti Nurhayati, H. Muslim, H. Samitra, Hj. Mumu, Ibu Maryam, dan Ibu Junah. Keenam informan tersebut dibagi menjadi tiga kategori yaitu pedagang besar, pedagang menengah, dab pedagang kecil. Pengakategorian tersebut berdasarkan jumlah modal, pengalaman berdagang, jumlah cengkeh yang didagangkan, jumlah karyawan, dan jumlah pelanggan. b. Data skunder yaitu data yang berasal baik dari buku, jurnal, artikel dan literatur dan hasil penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini. 3. Teknik Pengumpulan data Untuk mengkaji masalah ini, peneliti melakukan penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data-data primer secara lengkap. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu: a. Observasi, yaitu penulis melakukan peninjauan langsung ke tempat yang akan diteliti, yaitu Desa Padarincang, Cinangka, Ramea, dan daerah Cibawang untuk mengamati secara langsung setiap kejadian, gejala sosial ekonomi, dan yang lainnya secara jelas. Dalam kegiatan observasi ini penulis mengalami beberapa kendala diantaranya: ada beberapa tempat yang diobservasi sulit untuk di jangkau oleh kendaraan umum sehingga
untuk sampai ke tempat yang akan diobservasi harus berjalan kaki, selain itu jumlah kendaraan yang menuju ke tempat observasi sangat sedikit sehingga waktu yang dibutuhkan untuk observasi relaif lebih lama, kemudian beberapa tempat yang penulis observasi ternyata daerahnya sangat jauh dari keramaian dan masuk ke daerah pedalaman. b. Indepth interview, kegiatan ini peneliti lakukan untuk mendapatkan data dan informasi secara mendalam, yakni kepada para informan yang berprofesi sebagai pedagang. Adapun jumlah informan yang penulis wawancara berjumlah enam orang, mereka adalah Hj. Eti Nurhayati, H. Muslim, Hj. Mumu, H. Samitra, Ibu Maryam, dan Ibu Junah. Keenam informan tersebut penulis membaginya dalam beberapa ketegori diantaranya: berdasarkan jenis pedagang, usia, tingkat pendidikan, dan jumlah penghasilan dalam sebulan. 4. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis komponensial. Teknik analisis ini digunakan dalam analisis kualitatif untuk menganalisis unsur-unsur yang memiliki hubungan-hubungan yang kontras satu sama lain dalam domain-domain yang telah ditentukan untuk dianalisis secara lebih terperinci.
6
Dalam penelitian ini peneliti akan
melakukan observasi dan wawancara secara berulang-ulang terhadap para
6
Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2007), h. 95-96.
pedagang cengkeh dan akan menganalisis data tentang hal-hal yang mempunyai kaitan dengan pola distribusi cengkeh yang terdiri dari tiga hal yaitu pedagang, mekanisme distribusi serta permodalan dan hal-hal yang mempunyai kaitan dengan ketiga hal tersebut.
F. Teknik Penulisan Skripsi Penulisan skripsi ini mengacu pada Buku Pedoman Penulisan Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007.
G. Sistematika Penulisan BAB I: Pendahuluan meliputi: Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Review Kajian Terdahulu,
Metodologi
Penelitian,
Teknik
Penulisan,
dan
Sistematika Penulisan. BAB II: Tinjuaan Teori yang meliputi: Pengertian Distribusii dalam Islam, Fungsi Distribusi, Tujuan Distribusi , Mekanisme Distribusi, Norma dan Etika di Bidang Distribusi BAB
III:Gambaran
Umum
Desa
Padarincang
yang
meliputi:
Desa
Padarincang, Struktur Organisasi Desa Padarincang, Kondisi Geografis dan Sosiologis Desa Padarincang, dan Gambaran Umum
Perdagangan
di
Desa
Padarincang
Kecamatan
Padarincang
Kabupaten Serang. BAB IV:Perdagangan Cengkeh di Desa Padarincang
yang
meliputi:
Pengkategorian Pedagang dan Pola Distribusi Perdagangan Cengkeh di Desa Padarincang, Kegiatan dalam Distribusi Perdagangan Cengkeh di Desa Padarincang, Analisis SWOT Pedagang cengkeh di Desa Padarincang, Analisis Hasil Penelitian. BAB V : Penutup yang berisi Kesimpulan dan Saran .
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Distribusi dalam Islam Distribusi merupakan salah satu bagian dari bauran pemasaran, sebagaimana kita ketahui bahwa dalam bauran pemasaran terdapat empat prinsip dasar yang terdiri dari; produk, harga, tempat, dan promosi. Tempat disini bisa diartikan sebagai pendistribusian barang.7 Distribusi menurut Kamus Bahasa Inggris artinya adalah penyaluran, pembagian.
8
Distribusi dapat juga diartikan sebagai
cara menentukan metode dan jalur yang akan dipakai dalam menyalurkan produk ke pasar. 9 Adapun dalam ekonomi Islam distribusi dapat diartikan sebagai usaha melancarkan penyebaran sumber daya sehingga kesejahteraan dapat dengan merata dirasakan. Artinya distribusi terjadi karena aktivitas ekonomi seperti kegiatan jual-beli. Adapun makna distribusi dalam ekonomi Islam lebih luas, yaitu mencakup pengaturan kepemilikan unsur-unsur produksi dan sumber-sumber kekayaan. Islam menyadari bahwa kepemilikan adalah hal yang sangat penting, setiap hasil
7
Ensilkopedia Bebas Berbahasa Indonesia, ”Distribusi” artikel diakses pada tanggal 10 Juni 2008 dari http://id.wikipedia.org/wiki/distribusi 8
John M. Echois dan Hassan Stiadly, An English-Indonesian Dictionary, (Jakarta: PT Gramedia, 1996), h. 190. 9
Kasmir, Kewirausahaan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2006), h. 180.
usaha ekonomi seorang muslim dapat menjadi hak miliknya, karena hal inilah yang menjadi motivasi dasar atas setiap aktivitas produksi dan pembangunan. 10 Islam memperbolehkan kepemilikan umum dan kepemilikan khusus, dan meletakkan
bagi masing-masing kaidah-kaidah untuk mendapatkannya dan
mempergunakannya.11 Konsep hak milik dalam dalam Islam didasarkan atas sumber utama, yaitu Al - Qur’an dan Hadits. Adapun prinsip-prinsip dasar hak milik dalam pandangan Islam secara garis besar yaitu: 1. Dalam Islam, Allah adalah pemilik yang sesungguhnya dan mutlak atas alam semesta.
12
Karenanya, pemanfaatan dan pengelolaan alam semesta tentu saja
harus (secara mutlak) tunduk dengan ketentuan yang digariskan oleh Allah Swt. Sebagaimana firman Allah dalam surat Ali Imran (3) ayat 189 yang berbunyi:
وَا ُ "ََ آُ َْ ءٍ َِ ٌْ ال " ا
ِوَِِ ُُْ ا َوَا تِ وَاَرْض
Artinya: Dan milik Allah-lah kerajaan langit dan bumi; dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. 2. Manusia diberikan hak milik yang terbatas oleh Allah SWt atas sumber daya ekonomi, di mana batasan kepemilikan dan cara pemanfaatannya telah ditentukannNya. Jadi manusia hanyalah mewarisi hak milik yang dibrikan
10
Mustafa Edwin Nasution, dkk, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, cetakan kedua, (Jakarta: Prenada Media Group, 2007), h. 120. 11
Ali Sakti, Analisis Teoritis Ekonomi Islam Jawaban atas Kekacauan Ekonomi modern, (Jakarta: Paradigma dan Aqsa Publishing, 2007), h. 145. 12
Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi, (Jakarta: Pustaka Asatruss, 2005), h. 176.
Allah. Sebagaimana firman Allah Swt dalam surat Al-Ahzab (33) ayat 27 yang berbunyi:
ُْهَ وَآَنَ ا ُ "َ آُ َْءٍ َِ ًَْا%َ&َ' ْ( ً*َْ(ْ وَاَر+ََا,َُْ(ْ وَدَِرَهُ(ْ وَا+َ*ُْ(ْ اَر.َ/َوَاَوْر اب23 4ا Artinya: Dan Dia mewariskan kepadamu tanah-tanah, rumah-rumah dan harta benda mereka, dan (begitu pula) tanah yang belum kamu injak. Dan Allah Mahakuasa terhadap segala sesuatu. 3. Pada dasarnya Allah menciptakan alam semesta bukan untuk diri-Nya sendiri, melainkan untuk kepentingan sarana hidup bagi mahluk (alam semesta dan isinya) agar tercapai kemakmuran dan kesejahteraan. Sebagiamana firman Allah dalam surat Al-Baqarah (2) ayat 29 yang berbunyi:
ٍْ@َ ﺱَ َوِاتAَ ﺱBُ ّه,َ;َ َِواى اََِ ا َء6ُْ( اﺱ/ ً8ْ9ِ َ: ُِ(ْ ;ِ اَْرْض.َ َ<ََ= َْ ا ?ِي,ُه ةGAْ(ٌ ع ا9َِ" ٍُ َْء.َِ ﺏ,ُوَه
Artinya: Dialah (Allah) yang menciptakan segala apa yang ada di bumi untukmu kemudian Dia menuju ke langit, lalu Dia menyempurnakannya menjadi tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.13
Keadilan adalah kata jadian dari kata “adil” yang terambil dari bahasa arab “adl”. Kamus- kamus bahasa arab menginformasikan bahwa kata ini pada mulanya berarti “sama”. Persamaan tersebut sering dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat imaterial. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “adil” diartikan; (1) tidak berat sebelah/tidak memihak, (2) berpihak kepada kebenaran,
13
96.
M. B. Hendrie Anto, Pengantar Ekonomi Mikro Islami, (Yogyakarta: Ekonosia, 2003), h.
dan (3) sepatutnya/tidak sewenang-wenang.
14
Ada empat makna mengenai
keadilan yang dikemukakan oleh beberapa pakar agama yaitu: 1. Adil dalam arti sama. Pengertian sama yang dimaksud di sini adalah persamaan dalam hak. 2. Adil
dalam
arti
seimbang.
Keadilan
di
sini
artinya
kesesuaian
(Keproporsional), bukan lawan dari “kezaliman”. 3. Adil adalah perhatian terhadap hak-hak individu dan memberikan hak-hak itu kepada setiap pemiliknya. 4. Adil yang yang dinisbatkan kepada Ilahi. Adil di sini berasrti memelihara kewajaran atas berlanjutnya eksistensi, tidak mencegah kelanjutan eksistensi dan perolehan rahmat sewaktu terdapat banyak kemungkinan untuk itu. Adapun pengertian dari keadilan distribusi adalah 15 Adapun pengertian keadilan distribusi di sini adalah kegiatan distribusi cengkeh yang melibatkan petani, pedagang kcil, pedagang menengah, dan pedagang besar dimana masing-masing pihak mendapatkan hak yang sama dalam kegiatan perdagangan cengkeh baik dari segi mendapatkan informasi tentang harga cengkeh, kebebasan untuk mendapatkan cengkeh, serta penjualan kembali dari cengkeh yang dimiliki oleh setiap pedagang.
14
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cetakan kedua, ( Jakarta: balai Pustaka, 1989), h. 6. 15
M. Quraisy Shihab, Wawasan Al-Qur’an Tafsir Maudu’i atas Pelbagai Persoalan Umat, (Jakarta: Mizan,1994), h. 111-116.
Muhammad Anas Zarqa dalam bukunya Munawwar Iqbal yang berjudul Distributive
Justice
and
Need
Fullfilment
in
an
Islamic
Economy
mengungkapkan bahwasannya ada beberapa faktor yang menjadi dasar distribusi yaitu: tukar menukar, kebutuhan, kekuasaan, sistem sosial dan nilai Etika.16 Anas Zarqa melihat begitu pentingnya memelihara kelancaran distribusi ini agar tercipta sebuah perekonomian yang dinamis, adil, dan produktif. Ada beberapa prinsip distribusi dalam ekonomi Islam yaitu: 1. Pemenuhan atas kebutuhan semua mahluk 2. Terbentuknya pengaruh positif dalam diri dan penymbang 3. Terciptanya kebaikan diantara sesama 4. Mengantisapiasi perbedaan penyaluran pendapatan dan kekayaan 5. Memaksimalkan potensi kekayaan alam 6. Memberikan harapan pada orang lain melalui pemberian.17 Adapun hal-hal yang berkaitan dengan distribusi diantaranya: 1. Jenis Institusi dalam Distribusi Institusi yang melakukan pemasaran dapat dibedakan kepada tiga kelompok, yaitu: a) Pedagang besar, yaitu dapat didefinisikan sebagai perusahaan perantara yang menghubungkan produsen dengan pedagang eceran.
16
Munawar Iqbal, Distributive Justice and Need Fulfilment in an Islamic Economy, (London: International Institute of Islamic Economis, 1986), h. 164-165. 17
Ibid, h. 196-197.
b) Pedagang eceran. Perusahaan ini tergolong dalam kategori yang menjual barang yang diproduksikan pihak lain dan berhubungan langsung dengan konsumen. c) Agen pemasaran biasanya bertindak sebagai promotor dan menerima pesanan dari pelanggan barang yang diageninya. Untuk jasanya ini agen penjualan akan mendapatkan komisi berdasarkan jumlah unit yang dijualnya atau transaksi penjualan.18 2. Saluran-saluran Distribusi Saluran distribusi adalah sebagai perantara antar perusahaan yang dilalui oleh produk dari produsen kepada pengguna akhir. 19 Dalam hal ini ada dua macam saluran distribusi yaitu: a) Saluran Distribusi untuk Barang Konsumsi 1) Produsen Konsumen akhir 2) Produsen-Pengecer-Konsumen akhir 3) Produsen-Pedagang Besar-Pengecer-Konsumen akhir 4) Produsen-Agen-Pengecer-Konsumen akhir 5) Produsen-Agen-Pedagang Besar-Pengecer-Konsumen akhir. b) Saluran Distribusi untuk Barang Industri 1) Produsen-Pemakai Industri 18
Sadono Sukirno dkk, Pengantar Bisnis, (Jakarta: Prenada Media Group, 2006), Edisi Pertama, h. 229-231. 19
h. 336.
Ricky W. Griffin dan Ronald J. Ebert, Bisnis, (Jakarta: Erlangga, 2006), Edisi Kedelapan,
2) Produsen-Distributor Indistri-Pemakai 3) Produsen-agen- pemakai 4) Produsen-Agen-Distributor Industri-Pemakai20 3. Penyediaan Tempat dalam Distribusi Gudang yang akan digunakan untuk menyimpan barang perusahaan dibedakan dua jenis yaitu: a. Jenis yang pertama adalah gudang untuk menyimpan barang yang keluar dari pabrik dan gudang ini merupakan jenis gudang yang biasanya dimiliki dan dikelola langsung oleh perusahaan. Semakin besar ukuran barang yang diproduksikan, semakin besar pula luas gudang yang diperlukan. Di samping itu luas gudang ditentukan oleh volume produksi, yaitu semakin besar produksi, semakin besar pula gudang yang perlu disediakan. b. Jenis yang kedua adalah tempat yang akan didistribusikan. Untuk barang yang akan diditribusikan sendiri oleh produsennya, gudang yang digunakan tersebut dimiliki sendiri atau disewa.
B. Fungsi Distribusi dalam Islam Fungsi distribusi dalam aktivitas ekonomi pada hakikatnya mempertemukan kepentingan konsumen dan produsen dengan tujuan kemaslahatan umat. Ketika konsumen dan produsen memiliki motif utama dalah memenuhi kebutuhan maka
20
Basu Swastha, Konsep dan Strategi Analisis Kuantitatif Saluran Pemasaran, (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 1988), h. 89-93.
distribusi sepatutnya melayani kepentingan ini dan memperlancar segala usaha menuju kearah motif dan tujuan ini. Aktivitas usaha distribusi ini kemudian dituntut untuk memenuhi hak dan kewajiban yang diinginkan oleh syariat bagi konsumen dan produsen. Dengan kata lain, aktivitas distribusi sebaiknya dengan motif dan tujuan utama dari aktivitas produksi dan konsumsi, yaitu pemenuhan kebutuhan masyarakat luas. Kebutuhan utama adalah kebutuhan dasar atau pokok yang harus menjadi prioritas utama untuk dipenuhi dari perekonomian yang dijalankan produsen, konsumen, dan distributor.21 Adapun kegiatan yang termasuk fungsi distribusi secara garis besar terbagi dua yaitu: fungsi distribusi pokok dan fungsi distribusi tambahan. 1. Fungsi pokok distribusi a. Pengangkutan Pada umumnya kegiatan produksi berbeda dengan tempat tinggal konsumen perbedaaan tempat ini harus diatasi dengan kegiatan pengangkutan. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan semakin majunya teknologi, kebutuhan manusia semakin banyak. Hal ini mengakibatkan barang yang disalurkan semakin besar, sehingga membutuhkan alat transportasi.
21
Ali Sakti, “Analisis Teoritis dalam Ekonomi Islam Jawaban atas Kekacauan Ekonomi Modern”, h. 145.
b. Penjualan Dalam pemasaran barang, selalu ada kegiatan menjual yang dilakukan oleh produsen. Pengalihan hak dari tangan produsen sampai ke tangan konsumen dapat dilakukan dengan penjualan. Dengan adanya kegiatan ini, maka konsumen dapat menggunakan barang tersebut. c. Pembelian Setiap ada penjualan berarti ada pula pembelian. Jika penjualan barang dilakukan oleh produsen, maka pembelian dilakukan oleh orang yang membutuhkan barang tersebut. d. Penyimpanan Sebelum barang-barang disalurkan pada konsumen biasanya disimpan terlebih dahulu. Dalam menjamin kesinambungan, keselamatan, dan keutuhan barang-barang, perlu adanya penyimpanan (pergudangan). e. Pembakuan standar barang Dalam setiap transaksi jual-beli, maka penjual maupun pembeli selalu menghendaki adanya ketentuan mutu, jenis, dan ukuran barang yang akan diperjualbelikan. Oleh karena itu perlu adanya pembakuan standar naik jenis, ukuran, maupun kualitas barang yang akan diperjualbelikan tersebut, standarisasi barang ini dimaksudkan agar barang yang akan dipasarkan atau disalurkan sesuai dengan harapan.
f. Penanggung resiko Dalam pendistribusian barang yang akan dilakukan oleh para distributor hampir selalu ada resiko yang harus ditanggung oleh para distributor. Maka untuk menanggulangi resiko tersebut maka para distributor melakukan kerjasama dengan lembaga/perusahaan asuransi. 2. Fungsi tambahan distribusi a. Menyeleksi b. Mengepak/mengemas c. Memberi informasi22 C. Tujuan Distribusi dalam Islam Ekonomi Islam datang dengan sistem distribusi yang merealisasikan beberapa tujuan yang mencakup berbagai bidang kehidupan., dan mengikuti politik terbaik dalam merealisasikan tujuan-tujuan tersebut. Tujuan distribusi dalam ekonomi Islam dapat dikelompokkan kepada tujuan dakwah, pendidikan, sosial, dan ekonomi. Berikut penjelasan hal-hal yang terpenting dari beberapa tujuan tersebut:23 1. Tujuan Dakwah Dakwah yang dimaksud di sini adalah dakwah kepada Islam dan menyatukan hati kepadanya. Diantara contoh paling jelas dalam hal tersebut 22
Kios Banii Salim, “Distribusi”, artikel diakses pada tanggal 25 Juni 2008 dari http://bamboomediaonnet.htm 23
Jaribah bin Ahmad al-Haritsi, Fiqh Ekonomi Umar bin Khattab, (Jakarta: Pustaka AlKautsar Group, 2003), h. 215.
adalah bagian muallaf dalam zakat. Di mana muallaf itu adakalanya orang kafir yang diharapkan keislamannya atau dicegah keburukannya, atau orang Islam yang diharapkan kuat imannya, atau keislaman orang sepertinya, atau sebagusnya dalam jihad atau membela kaum Muslimin. Pada sisi lain, bahwa pemberian zakat kepada muallaf juga memiliki dampak dakwah terhadap orang yang menunaikan zakat itu sendiri. Sebagaimana firman Allah Swt dalam surat Al – Baqarah (2) ayat 265:
َ+ََﺏMََةٍ ا,ٍْ ﺏِِﺏN Lَ: ِ َIَ َِ(ْ آ+ُِKْْ اَﻥB ً6ْ9ِAْIَ'ََءَ َْ*َتِ اِ وJِ6ُْ(ْ اﺏ+ََ,َْْنَ ا,ُGِKْLُ َBِْ? َ ُ اIََو ٌْ9ِRَْنَ ﺏ,َُ ْ8َ' َ ِ وَا ُ ﺏQ َ&َ; ٌ َِ وَاﺏ+ْAِRُ ْ( ِْ ;َِنBْ9َKْ8ِ* َ+َُْ اُآPَ'ََ; ٌ ِوَاﺏ ةGAا Artinya: Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya Karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran Tinggi yang disiram oleh hujan lebat, Maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. jika hujan lebat tidak menyiraminya, Maka hujan gerimis (pun memadai). dan Allah Maha melihat apa yang kamu perbuat. 2. Tujuan Pendidikan Diantara tujuan pendididkan dalam distribusi adalah seperti yang disebutkan dalam firman Allah Swt dalam surat At – Taubah (9) ayat103 yang berbunyi:
ُ(ْ وَا+ ٌBَ.َ 'ََ ﺱ,ََM ِ(ْ اِن+ْ9ََ" َMََ و+ِِ(ْ ﺏ+َآ2ُ'َْهُ(ْ و+َ&َ' ًNَََـM ْ(ِ+َِ,َْْ اBِ ُْ= Nﺏ,ّ6ْ(ٌ ا9َ" ٌ@ْ9ِ َُ ﺱ
Artinya: Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.
Artinya bahwa zakat yang merupakan cara pengembalian distribusi dapat memberikan para pemberinya dari dosa dan akhlak tercela, menambahkan akhlak baik dan amal shaleh, mengembangkan harta dan menambahkan pahala di dunia dan di akhirat.24 Secara umum, bahwa distribusi dalam perspektif ekonomi Islam dapat mewujudkan beberapa tujuan pendidikan, di mana yang terpenting diantaranya adalah sebagai berikut: a. Pendidikan terhadap akhlak terpuji, seperti suka memberi, berderma, dan mengutamakan orang lain. b. Mensucikan dari akhlak tercela seperti pelit, tamak, dan mementingkan diri sendiri (egois). 3. Ketiga: Tujuan Sosial Tujuan sosial terpenting bagi distribusi adalah sebagai beikut: a. Memenuhi kebutuhan kelompok yang membutuhkan, dan menghidupkan prinsip solidaritas di dalam masyarakat muslim. b. Menguatkan ikatan cinta dan kasih sayang di antara individu dan kelompok di dalam masyarakat. c. Mengikis sebab-sebab kebencian dalam masyarakat, yang akan berdampak pada terealisasinya keamanan dan ketentraman masyarakat. Sebagai contoh, bahwa distribusi yang tidak adil dalam pemasukan dan kekayaan akan berdampak adanya kelompok dan daerah yang miskin, dan bertambahnya 24
Ibid, h 216.
tingkat kriminalitas yang berdampak pada ketentraman. Akan tetapi keadilan distribusi akan menghindarkan terjadinya hal tersebut, yang karenanya orang-orang kaya dan orang-orang miskin secara bersama mendapatkan manfaat dari keadilan distribusi. 4. Tujuan Ekonomi Distribusi dalam ekonomi Islam memiliki tujuan-tujuan ekonomis yang penting, di mana yang terpenting di antaranya seperti berikut ini: a. Pengembangan harta dan pembersihannya, karena pemilik harta ketika menginfakkan sebagian hartanya kepada orang lain, baik infak wajib maupun
sunnah,
maka
demikian
itu
akan
mendorongnya
untuk
menginvestasikan hartanya sehingga tidak akan habis karena zakat. b. Memberdayakan sumber daya manusia yang menganggur dengan terpenuhi kebutuhannya tentang harta atau persiapan yang lazim untuk melakukan kegiatan ekonomi. c. Ikut andil dalam merealisasikan kesejahtreaan ekonomi, di mana tingkat kesejahteraan ekonomi berkaitan dengan tingkat konsumsi. D. Mekanisme Distribusi dalam Islam Mekanisme distibusi yang ada dalam sistem ekonomi Islam secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok mekanisme, yaitu (1) mekanisme ekonomi, dan (2) mekanisme non-ekonomi.25
25
205.
M. Sholahudin, Asas-asas Ekonomi Islam , (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007), h. 204-
1. Mekanisme ekonomi Mekanisme ekonomi adalah mekanisme dengan mengandalkan kegiatan ekonomi agar tercapai distribusi kekayaan. Dalam mewujudkan distribusi kekayaan, maka mekanisme pada sistem ekonomi Islam diantara manusia yang seadil-adilnya dengan cara sebagai berikut: a. Membuka kesempatan seluas-luasnya bagi berlangsungnya sebab-sebab hak milik dalam hak milik pribadi. Membuka kesempatan kerja seluasluasnya bagi seluruh anggota masyarakat adalah salah satu bentuk distribusi kekayaan melalui mekanisme ekonomi. Salah satu upaya yang lazim dilakukan manusia untuk memperoleh harta kekayaan adalah dengan bekerja. b. Memberikan
kesempatan
seluas-luasnya
bagi
berlangsungnya
pengembangan hak milik melalui investasi. Pengembangan hak milik adalah mekanisme yang digunakan seeorang untuk mendapatkan tambahan hak milik tersebut. rangka meningkatkan produktivitasnya. c. Larangan menimbun harta benda walaupun telah dikeluarkan zakatnya. Harta yang ditimbun tidak akan berfungsi ekonomi. Pada gilirannya akan menghambat distribusi karena tidak terjadi perputaran harta. Islam mengharamkan menimbun harta benda walaupun telah dikeluarkan zakatnya, dan mewajibkan pembelanjaan terhadap harta tersebut, agar ia beredar di tengah-tengah masyarakat sehingga dapat diambil manfaatnya. Penggunaan harta benda dapat dilakukan dengan mengerjakan sendiri
ataupun bekerja sama dengan orang lain dalam suatu pekerjaan yang tidak diharamkan. d. Membuat kebijakan agar harta beredar secara luas serta menggalakan berbagai kegiatan syirkah dan mendorong pusat-pusat pertumbuhan. Islam menganjurkan agar harta benda beredar di seluruh anggota masyarakat, dan tidak beredar di kalangan tertentu, sementara kelompok lainnya tidak mendapatkan kesempatan. e. Larangan kegiatan monopoli, serta berbagai penipuan yang dapat mendistorsi pasar. Islam melarang terjadinya monopoli terhadap produkproduk yang merupakan jenis milik pribadi. 26 Sebab dengan adanya monopoli, maka seseorang akan dapat menentukan harga jual produk tidak sesuai dengan pasarannya, sehingga dapat merugikan kebanyakan orang di muka umum. Harga yang berlaku di pasar tidak serendah yang mereka peroleh dari pedagang perantara. f. Larangan kegiatan judi, riba, korupsi, pemberian suap, dan hadiah kepada penguasa. Judi dan riba merupakan penyebab utama uang hanya akan bertemu dengan uang (bukan dengan barang dan jasa), dan beredar di antar orang-orang kaya saja. Karena Islam melarang serta mengharamkan aktivitas tersebut.
26
Ibid, h. 217-219.
g. Pemanfaatan secara optimal hasil dari barang-barang (SDA) milik umum yang dikelola negara seperti hasil hutan, barang tambang, minyak, listrik, air dan sebagainya demi kesejahetraan rakyat.
2. Mekanisme Nonekonomi Pendistribusian harta dengan mekanisme non-ekonomi antara lain:27 a. Pemberian negara kepada rakyat yang membutuhkan Negara memberikan harta kepada orang-orang yang memerlukan untuk memenuhi kebutuhannya. Pemberian harta tersebut dengan maksud agar dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup rakyat atau agar rakyat dapat memanfaatkan pemilikan secara merata. Pemenuhan kebutuhan tersebut dapat diberikan secara langsung ataupun tidak langsung dengan jalan memberikan sarana dan fasiliatas pribadi sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka. b. Zakat Pemberian harta zakat yang dibayarkan oleh muzakki kepada mustahik adalah bentuk lain dari mekanisme nonekonomi dalam hal distribusi harta. Zakat adalah ibadah yang wajib dilaksanakan oleh para muzakki. Jadi zakat merupakan ibadah yang berperan dan berdampak ekonomi , yakni berperan sebagai instrumen distribusi kekayaan diantara manusia.
27
Ibid, 220-222.
E. Norma dan Etika di Bidang Distribusi Distribusi dalam Islam terdiri dari dua sendi yaitu sendi kebebasan dan nilai keadilan.28 1. Sendi Kebebasan Teori distribusi dalam ekonomi kapitalis yaitu dengan cara memberikan kebebasan memiliki dan kebebasan berusaha bagi semua individu msyarakat, sehingga setiap individu masyarakat bebas memeproleh kekayaan sejumlah yang ia mampu dan sesuai dengan faktor produksi yang dimilikinya dengan tidak memperhatikan aspek pendistribusian tersebut merata dirasakan oleh semua individu masyarakat atau hanya bagi sebagian saja. Teori yang diterapkan oleh sistem kapitalis ini adalah salah dan dalam pandangan ekonomi Islam adalah dzalim sebab bila teori tersebut diterapkan maka berimplikasi pada penumpukkan kekayaan pada sebagian pihak dan ketidakmampuan di pihak lain. Kebebasan di sini adalah kebebasan dalam bertindak yang dibingkai oleh nilai-nilai agama dan keadilan tidak seperti pemahaman kaum kapitalis yang menyatakannya sebagai tindakan membebaskan manusia untuk berbuat dan bertindak tanpa campur tangan pihak manapun, tetapi sebagai keseimbangan antara individu dengan unsur materi dan spiritual yang
28
203.
Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), h.
dimilikinya, keseimbangan antara individu dan masyarakat serta antara masyarakat dengan masyarakat lainnya. 29 2. Nilai Keadilan Sistem manajemen kepemilikan memiliki dampak yang sangat nyata terhadap proses distribusi, bahkan merupakan asas yang menjadi landasan bagi yang lainnya, maksudnya dalam keadilan distribusi tidak mungkin terealisasi jika terdapat kerancuan dalam sistem kepemilikan. Manajemen kepemilikan mancakup dua hal yaitu: a. Berkaitan dengan sistem penentuan jumlah yang mungkin dimiliki seseorang dari sumber-sumber bumi. b. Berkaitan
dengan
penentuan
kaidah-kaidah
dalam
menggunakan
kepemilikian khusus, dan tujuan dari penetapan kaidah-kaidah tersebut, yaitu kebenaran penggunaan setiap individu terhadap harta yang mereka miliki. Di mana penggunaan harta tersebut harus merealisasikan kemaslahatan mereka dan kemaslahatan orang lain yang memiliki hak dalam harta tersebut. Sebagaimana kaidah-kaidah tersebut bertujuan mencegah setiap bentuk perbuatan yang membahayakan pemilik harta atau membahayakan orang lain, dan berdampak negatif dalam proses distribusi, baik secara langsung maupun tidak langsung, seperti menimbun, 29
menipu,
curang,
berlebih-lebihan,
dan
pelit.
Secara
Muhammad Sofyan KS, Distribusi dalam Ekonomi Islam (Sebuah Kritik Terhadap Ekonomi Kapitalis), artikel diakses pada tanggal 25 Juni 2008 dari http://magisterstudiislamuniversitasislamindonesiayogyakrta.htm
ringkasnya, bahwa kaidah-kaidah tersebut bertujuan agar cara-cara mendapatkan
kepemilikan
harus
benar
menurut
syariah,
dan
penggunaanya juga harus syariah.30 Adapun prinsip keadilan distributif dalam Islam mencakup hal-hal sebagai berikut: 1)
Setiap orang berhak untuk menguasai hak milik secara individual atau dalam kelompok bersama orang lain. Kepemilikan sumber daya yang penting oleh negara hanya diperbolehkan jika demi kepentingan umun
2) Orang-orang miskin memiliki sebagian kekayaan yang dikumpulkan oleh orang-orang kaya sampai pada batas bahwa kebutuhan dasar setiap orang dalam masyarakat bisa terpenuhi. 3) Eksploitasi manusia pada semua tingkatan, dalam bentuk dan kondisi apapun adalah anti-Islam dan harus diakhiri. 31
30
31
Jaribah bin Muhammad Al-Haritsi, “Fiqh Ekonomi Umar bin Khatab, h. 220-S221.
Muhammad dan Lukman Fauroni, Visi Al-Qur’an tentang Etika dan Bisnis, (Jakarta: Salemba Diniyah, 2002), h. 51-52.
BAB III GAMBARAN UMUM DESA PADARINCANG
A. Profil Desa Padarincang Kabupaten Serang merupakan salah satu bagian dari Proponsi Banten. Kabupetn ini terdiri dari beberapa kecamatan, diantaranya Kecamatan Serang, Kecamatan Cipocok, Kecamatan Taktakan, Kecamatan Kasemen, Kecamatan Pabuaran, Kecamatan Ciomas, Kecamatan Cinangka, Kecamatan Palueh, dan Kecamatan Padarincang.32 Desa Padarincang merupakan salah satu daerah yang ada di Kabupaten Serang yang terletak di Kecamatan Padarincang.
33
Adapun Luas Desa Padaricang ini
yaitu sekitar 730.798,8 ha. Desa ini mempunyai jumlah Rw/dusun sebanyak 8 dan jumlah Rt sebanyak 22. Desa ini mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara berbatasan dengan
: Kalumpang
Sebelah Timur berbatasan dengan
: Desa Cikumbueun
Sebelah Selatan berbatasan dengan
: Desa Kadubeureum
Sebelah Barat berbatasan dengan
: Desa Citasuk
32
Profile Kabupaten Serang, artikel diakses pada tanggal 10 November 2008 dari http://ciptakarya.pu.go.id/profil/profil/barat/banten/serang.pdf 33
Ensiklopedia Bebas Berbahasa Indonesia , “Kabupaten Serang”, artikel diakses pada tanggal 2 November 2008 dari http://id.wikipedia.org/wiki/kabupatenserang
1. Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Padarincang Gambar 3.1 Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Padarincang
BPD Kepala Desa Sekretaris Desa
Bagian Perencanaan
Sie. Pemerintahan
Sie. Trantib
Sie. Pendapatan
Sie. Pamong tani
Bagian Umum
Sie. Kesra
Bagian Keuangan
Sie. Pembangunan
Sumber: Badan Pemberdayaan Masyarakat Propinsi Banten, “Daftar Isian Potensi Desa 2006” data berasal dari Kantor Kepala Desa Padarincang
2. Kondisi Geografis dan Sosiologis Desa Padarincang a. Pertanian Desa Padarincang salah satu desa yang penduduknya sebagian besar berprofesi sebagai petani. Hal ini diakibatkan karena letak desa ini tidak jauh dengan sungai besar sehingga memudahkan para petani untuk bisa mendapatkan air yang akan dipergunakan untuk pengairan sawah. Desa ini letaknya dengan sungai besar yang bernama Sungai Manggu. Adapun potensi pertanian di Desa Padarincang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.34 Tabel 3.1 Sumber Daya Alam Jenis Tanah Tanah sawah irigasi
2 ha
Tanah ½ sawah irigasi
2 ha
Sawah tadah hujan
1 ha
Ladang Pemukiman Tanah pasang surut
34
Luas tanah
660.798,1 ha 75 ha 6 ha
Tanah perkebunan rakyat
651.708,8 ha
Tanah perkebunan negara
9 ha
Tanah perkebunan swasta
79 ha
Badan Pemberdayaan Masyarakat Propinsi Banten, “Daftar Isian Potensi Desa 2006”, data berasal dari Kantor Kepala Desa Padarincang.
Sumber: Badan Pemberdayaan Masyarakat Propinsi Banten, “Daftar Isian Potensi Desa 2006” data berasal dari Kantor Kepala Desa Padarincang b. Perdagangan Desa Padaricang salah satu Desa yang mempunyai potensi perekonomian yang bagus, hal ini dikarenakan penduduk di Desa Padarincang banyak juga yang berprofesi sebagai pedagang, baik pedagang sembako, pedagang pakaian, dan pedagang hasil perkebunan. Selain itu, di desa ini juga terdapat sebuah pasar tradisional sehingga semakin mendukung kegiatan perdagangan di desa ini. Adapun lembaga ekonomi Desa Padarincang dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 3.2 Lembaga Ekonomi Lembaga ekonomi
Jumlah
Koperasi
2 unit
Industri kerajinan
5 unit
Industri pakaian
3 unit
Industri minuman
1 unit
Industri alat rumah tangga
2 unit
Industri bahan bangunan
2 unit
Industri alat pertanian
3 unit
Warung klontong
10 unit
Angkutan
70 unit
Rentenir
1 orang
Pedagang pengumpul tengkulak
3 unit
Usaha perkebunan
3 unit
Kelompok simpan pinjam
1 unit
Sumber: Badan Pemberdayaan Masyarakat Propinsi Banten, “Daftar Isian Potensi Desa 2006” data berasal dari Kantor Kepala Desa Padarincang
c. Jumlah Penduduk Berdasarkan Sumber Daya Manusia Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Sumber Daya Manusia Jenis kelamin
Jumlah
Laki-laki
3990 orang
Perempuan
3894 orang
Jumlah total penduduk
7884 orang
Sumber: Badan Pemberdayaan Masyarakat Propinsi Banten, “Daftar Isian Potensi Desa 2006” data berasal dari Kantor Kepala Desa Padarincang
d. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Penduduk Tabel 3.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Penduduk Tingkat pendidikan
Jumlah
Belum sekolah
900 orang
Pernah sekolah SD tapi tidak tamat
1100 orang
Tamat SD/sederajat
1900 0rang
Tamat SLTP/sederajat
1650 orang
Tamat SLTA/sederajat
1600 orang
Tamat S!
35 orang
Tamat S2
18 orang
Tamat S3
10 orang
Sumber: Badan Pemberdayaan Masyarakat Propinsi Banten, “Daftar Isian Potensi Desa 2006” data berasal dari Kantor Kepala Desa Padarincang e.
Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Tabel 3.5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Mata pencaharian
Jumlah
Buruh tani
1125 orang
Petani
750 orang
Pedagang/wiraswasta
250 orang
Pengrajin
5 orang
PNS
35 orang
TNI/Polri
5 orang
Penjahit
5 orang
Montir
2 orang
Supir
20 orang
Karyawan swasta
550 orang
Tukang kayu
50 orang
Tukang batu
10 orang
Guru
40 orang
Sumber: Badan Pemberdayaan Masyarakat Propinsi Banten, “Daftar Isian Potensi Desa 2006”
f. Lembaga Pemerintahan Tabel 3.5 Lembaga Pemerintahan Lembaga Pemerintahan
Jumlah
Kantor pemerintahan desa
1 unit
Rt/dusun
7 unit
Rw
6 unit
Badan Perwakilan Daerah
1 unit
Majelis Ta’lim
1 unit
PKK
1 unit
Organisasi karang taruna
1 unit
Organisasi pemuda Jami’atul Fatta
1 unit
Organisasi kelompok tani
1 unit
LKMD
1 unit
Sumber: Badan Pemberdayaan Masyarakat Propinsi Banten, “Daftar Isian Potensi Desa 2006” data berasal dari Kantor Kepala Desa Padarincang
g. Lembaga Pendidikan Tabel 3.6 Lembaga Pendidikan Lembaga pendidikan
Jumlah
TK
2 unit
SD/Sederajat
4 unit
SLTP
2 unit
Sumber: Badan Pemberdayaan Masyarakat Propinsi Banten, “Daftar Isian Potensi Desa 2006”data berasal dari Kantor Kepala Desa Padarincang
h. Sarana dan Prasarana Transportasi Tabel 3.7 Sarana dan Prasarana Transportasi Sarana dan prasarana transportasi
keterangan
Jalan desa
17 km
Jalan anatar desa/kecamatan
2 km
Jembatan desa
9 buah
Jembatan antar desa/kecamatan
3 buah
Sumber: Badan Pemberdayaan Masyarakat Propinsi Banten, “Daftar Isian Potensi Desa 2006”data berasal dari Kantor Kepala Desa Padarincang
i. Prasarana Peribadatan Tabel 3.9 Prasarana Peribadatan Sarana peribadatan
Jumlah
Mesjid
8 unit
Mushola/langgar
30 unit
Sumber: Badan Pemberdayaan Masyarakat Propinsi Banten, “Daftar Isian Potensi Desa 2006”data berasal dari Kantor Kepala Desa Padarincang
j. Prasarana Olah raga Tabel 3.10 Prasarana Olah raga Sarana olah raga
Jumlah
Lapangan bulutangkis
1 buah
Lapangan sepakbola
1 buah
Meja ping-pong
2 buah
Lapangan voli
5 buah
Sumber: Badan Pemberdayaan Masyarakat Propinsi Banten, “Daftar Isian Potensi Desa 2006”data berasal dari Kantor Kepala Desa Padarincang
k. Sarana dan Prasarana Kesehatan Tabel 3.11 Sarana dan Prasarana Kesehatan Sarana dan prasarana kesehatan
Jumlah
Puskesmas
1 unit
Posyandu
5 unit
Tempat praktek dokter
1 unit
Dokter umum
1 unit
Dokter gigi
1 unit
Dokter spesialis
2 unit
Dukun terlatih
10 unit
Bidan desa
1 unit
Ambulan
1 unit
Sumber: Badan Pemberdayaan Masyarakat Propinsi Banten, “Daftar Isian Potensi Desa 2006”data berasal dari Kantor Kepala Desa Padarincang
B. Gambaran Umum Perdagangan di Desa Padarincang Desa padarincang merupakan salah satu desa yang mempunyai tingkat perekonomian yang cukup baik, karena di desa ini terdapat sebuah pasar tradisional yang bernama pasar Padarincang. Sehingga dengan adanya pasar dapat lebih membantu masyarakat di desa ini untuk mendapatkan penghasilan dari kegiatan berdagang. Masyarakat di desa ini banyak yang bermata pencaharian sebagai pedagang baik pedagang pakaian, pedagang bahan kebutuhan pokok sehari-hari, pedagang buah-buahan, dan pedagang hasil bumi atau perkebunaan seperti cengkeh, lada, kopi, kopra, biji melinjo, gagala, kapol, dan hasil perkebunan yang lainnya. Mata pencaharian penduduk di Desa Padarincang yaitu bekerja petani, pedagang, baik pedagang kebutuhaan pokok sehari-hari maupun pedagang hasil perkebunan seperti cengkeh, biji melinjo, biji cokelat, kopra, biji kopi, biji pinang dan gagala, guru, dan karyawan swasta dan karyawan di pabrik-pabrik. Selain itu, Desa Padarincang juga selalu didatangi pedagang dari daerah-daerah lain untuk mengadu nasibnya di desa ini, karena banyak juga masyarakat yang tinggal di Desa Padarincang yang bukan asli penduduk Desa Padarincang. Banyak para pendatang di Desa Padarincang yang juga ikut melakukan kegiatan ekonomi, sehingga desa ini dari waktu ke waktu selalu mengalami peningkatan jumlah
penduduk dan dari tahun ke tahun jumlah pedagang di desa ini juga semakin meningkat. Para pendatang di desa pada umumnya berasal dari daerah yang tdiak jauh dari Desa Padarincang, mereka berasal dari daerah Ciomas, Barugbug, Citasuk, Cisaat, dan daerah jauh seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pasar tradisional yang ada Di Desa Padarincang sangat ramai jika hari Senin dan Kamis, karena pada hari itu para pedagang dari berbagai daerah datang untuk menjual barang dagangannya ke masyarakat yang ada di Desa Padarincang. Selain itu banyak pula pembeli yang bukan hanya berasal dari Desa Padarincang akan tetapi berasal dari daerah lain yang juga membeli kebutuhan primer dan sekunder di pasar ini. Inilah salah satu hal yang membuat daerah Padarincang lebih terkenal jika dibandingkan dengan daerah yang lain, yaitu karena kegiatan perekonomian dari masyarakat Padarincang selalu hidup hampir setiap hari.
BAB IV PERDAGANGAN CENGKEH DI DESA PADARINCANG
A. Pengkategorian Pedagang dan Pola Distribusi Perdagangan Cengkeh di Desa Padarincang 1. Pedagang Besar Pedagang cengkeh dalam partai besar yang ada di desa ini pada umumnya adalah para pedagang yang menjalani bisnis hasil perkebunan antara kurun waktu 20-50 tahun. Pengetahuan mereka tentang berdagang hasil perkebunan berasal dari masyarakat Desa Padarincang, kerabat, dan ada juga yang merupakan usaha turun-temurun dari keluarganya. Alasan mereka berdagang hasil perkebunan dikarenakan keuntungan yang diperoleh dari berdagang
cukup
besar dan
bisa
membantu
memperbaiki kedaaan
perekonomian mereka. Hasil perkebunan yang mereka dagangkan antara lain: biji melinjo, biji kopi, biji pinang, biji cokleat, kapol, gagala, cengkeh, dan kopra. Hasil perkebunan tersebut merka dapatkan dari para pelanggan mereka yang berasal dari berbagai daerah seperti: Desa Padarincang, Desa Kadubuereum, Ciomas, Barugbug, Cikoneng, Wangun, dan Calung. Jumlah cengkeh yang mereka dapatkan dari pelanggan jika sedang musim cengkeh yaitu antara 1-5 ton dalam satu kali transaksi akan tetapi jika tidak sedang musim cengkeh maka jumlah cengkeh yang bisa mereka peroleh dari pelanggan jumlahnya antara 1-2 ton dalam satu kali transaksi. Cengkeh yang
mereka peroleh bukan hanya berasal dari pelanggan akan tetapi ada juga yang berasal dari kebun cengkeh yang milik pribadi. Luas kebun cengkeh yang mereka miliki luasnya yaitu antara 1-5 ha. Adapun pola distribusi cengkeh yang terjadi pada pedagang besar di Desa Padarincang dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Petani cengkeh
Pedagang kecil
Pedagang besar
Bandar Cengkeh
Pedagang menengah Gambar 4.1 Pola Distribusi Cengkeh di Tingkat Pedagang Besar
Dari gambar 4.1 di atas kita dapat mengetahui tentang alur distribusi cengkeh di tingkat pedagang besar. Adapun alurnya yaitu cengkeh yang berasal dari petani, pedagang kecil, dan pedagang menengah langsung dijual ke pedagang besar, setelah itu oleh pedagang besar cengkeh yang sudah terkumpul dijual kembali ke bandar cengkeh. Ada beberapa alasan mengapa petani, pedagang kecil, dan pedagang menengah menjual cengkehnya ke pedagang besar seperti Hj. Eti Nurhayati dan H. Muslim alasan tersebut diantaranya: pertama, karena kedua pedagang besar tersebut memberikan transparansi harga cengkeh kepada pelanggannya,
kedua karena kedua pedagang tersebut tidak pelit jika ada pelanggannya yang membutuhkan tambahan modal untuk berdagang, ketiga karena kedua pedagang tersebut suka memberikan THR ketika menjelang Hari Raya Idul Fitri kepada para pelanggannya. Selain itu mereka bersikap ramah terhadap setiap pelanggan yang menjual cengkehnya kepada mereka. Harga cengkeh yang berlaku di Desa Padarincang biasanya mengikuti standar harga yang berlaku di Rangkas bitung, Labuan, Pandeglang, Sirih, dan Carita. pedagang besar yang ada di Desa Padarincang tidak ikut serta dalam penetapan harga cengkeh yang akan diberlakukan selama musim cengkeh, sehingga mereka biasanya membuat kesepakatan dengan pedagang besar lainnya yang ada di desa ini untuk menentukkan berapa standar harga cegkeh yang akan diberlakukan di Desa Padarincang. Tabel di bawah ini merupakan daftar harga jual dan harga beli cengkeh basah dan cengkeh kering di tingkat pedagang besar dan menengah antara bulan Juni-September 2008.35
35
Wawancara Pribadi dengan Hj. Eti Nurhayati, H. Muslim, Hj. Mumu dan H. Samitra di Desa Padarincang pada Tanggal 25-26 Agustus 2008.
Tabel 4.1 Daftar Harga Beli dan Harga Jual Cengkeh Kering di Tingkat Pedagang Besar dan Menengah antara Bulan Juni-September 2008 Bulan
Harga jual/kg
Harga beli/kg
Juni
Rp 48.000
Rp 49.000
Juli
Rp 55.500-Rp 56.0000
Rp 57.000
Agustus
Rp 54.500-Rp 55.000
Rp 56.000
September
Rp 52.500-Rp 53.000
Rp 55.000
Sumber: Wawancara Pribadi dengan Ibu Hj. Eti Nurhayati, H. Mumu, H. Samitra dan H. Muslim di Desa Padarincang pada Tanggal 25-28 Agustus 2008.
Dari tabel 4.1 di atas dapat kita ketahui bahwa harga jual dan harga beli cengkeh kering antara bulan Juni-Juli mengalami peningkatan antara Rp 1000-Rp 9.000/kg. Dimana harga beli cengkeh pada bulan Juni yaitu sebesar Rp 48.000/kg dan harga jualnya yaitu Rp. 49.000/kg. Sedangkan pada bulan Juli harga beli cengkeh menjadi naik yaitu antara Rp. 55.500-Rp.56.000/kg dan harga jualnya yaitu Rp. 57.000/kg. Harga cengkeh naik dikarenakan selama bulan Juni-Juli merupakan musim cengkeh sehingga jumlahnya cengkeh pun sangat banyak. Kemudian harga cengkeh kering mengalami penurunan pada bulan Agustus-September, hal ini tejadi karena jumlah cengkeh kering di Desa Padarincang sudah mulai berkurang. Harga beli cengkeh kering pada bulan Agustus-September mengalami penurunan sebesar Rp 1000-Rp 2.000/kg. Harga beli cengkeh kering pada bulan Agustus yaitu
berkisar antara Rp 54.500-Rp 55.000 dan harga jualnya Rp 56.000/kg, sedangkan pada bulan Sepetember harga cengkeh kering yaitu Rp 53.000/kg dan harga julanya Rp 54.000/kg. Adapun untuk daftar harga jual dan harga beli cengkeh basah yang berlaku di tingkat pedagang besar dan menengah dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.3 Daftar Harga jual dan Harga Beli Cengkeh Basah di Tingkat Pedagang Besar dan Menengah antara bulan Juni-Agustus 2008 Bulan
Harga Beli/kg
Harga Jual/kg
Juni
Rp 18.000
Rp 19.000
Juli
Rp 18.500-Rp 19.000
Rp 20.000
Agustus
Rp 16.500-Rp 17.000
Rp 18.000
September
Rp 15.000
Rp 16.000
Sumber: Wawancara Pribadi dengan Ibu Hj. Eti Nurhayati dan H. Muslim, Ibu Hj. Mumu dan H. Samitra di Desa Padarincang pada Tanggal 25-28 Agustus 2008.
Dari tabel 4.3 di atas dapat kita ketahui harga cengke kering yang berlaku di tingkat pedagang besar dan menengah. Harga jual dan harga beli cengkeh basah pada bulan Juni-September mengalami kenaikan sebsear Rp 500-Rp 1000/kg. pada bulan Juni harga beli cengkeh yaitu Rp 18.000/kg dan harga jualnya Rp 19.000/kg sedangkan pada bulan September harga beli cengkeh berada pada kisaran Rp 18.500-Rp 19.000/kg. Pada bulan Agustus-
September harga cengkeh basah mengalami penurunan sebesar Rp 500-Rp 1000/kg, bulan Agustus harga cengkeh basah berada pada kisaran Rp 16.500Rp 17.000/kg dengan harga jual Rp 18.000/kg sedangkan pada bulan September harga jula cengkeh kering turun menjadi Rp 15.000/kg dengan harga jual Rp 16.000/kg. Mengenai permodalan, para pedagang besar mempersiapkan modal untuk berdagang antara Rp. 100.000.000-Rp. 500.000.000. Modal tersebut merupakan modal keseluruhan untuk berdagang hasil perkebunan. Jika mereka kekurangan modal untuk
berdagang, maka mereka meminjam
tambahan modal bukan kepada koperasi atau bank tetapi mereka meminjam tambahan modal kepada pedagang lain yang mempunyai cadangan modal yang lebih besar daripada mereka. Alasan mereka tidak meminjam tambahan modal dari bank karena menurut mereka jika meminjam modal dari bank atau koperasi banyak persyaratannya.36 Cara pengembalian pinjaman modal yang mereka pinjam dari pedagang yang lebih besar dikenakan bunga sebesar 2% perbulan dan menurut pihak yang meminjam bahwa bunga tersebut relatif lebih kecil jka dibandingkan dengan besarnya bunga di bank. Besarnya tambahan modal yang mereka pinjam dari pihal lain yaitu antara Rp. 50.000.000-Rp. 60.000.000. Pedagang dalam partai besar mempunyai karyawan yang berfungsi untuk membantu mereka dalam berdagang. Jumlah karyawan yang dimiliki 36
Pedoman Wawancara No 35
oleh pedagang besar yaitu antara 3-5 orang. Karyawan-karyawan ini sebagian besar berasal dari Desa Padarincang, Desa Curugdahu, dan Kampung Cibojong. Tidak ada syarat khusus untuk menjadi karyawan pedagang besar, yang terpenting jika ingin menjadi karyawan pedagang tersebut harus rajin masuk kerja setia hari dan bersikap jujur ketika menimbang hasil perkebunan dari pelanggan. Para karyawan yang direkrut biasanya mendapatkan bonus dari pedagang besar, dan alasan mereka diberi bonus ada dua alasan. Pertama, yaitu karena pedagang mendapatkan keuntungan yang besar dari hasil penjualan cengkeh dan yang kedua sawah yang dimiliki pedagang besar sudah dipanen. Besarnya bonus yang yang diterima setiap karyawan yaitu antara Rp.25.000-Rp. 50.000/orang. Pedagang besar memberikan bonus dengan tujuan supaya para karyawan lebih giat lagi bekerja. Sebagai bentuk perhatian kepada karyawan, pedagang dalam parta besar seyiap tahun selalu memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) kepada karyawannya. THR tersebut diberikan kepada karyawan seminggu menjelang hari lebaran. Bentuk THR yang diberikan yaitu berupa sarung, baju koko, kaos, dan kebutuhan pokok sehari-hari. 2. Pedagang Menengah Pedagang
cengkeh
kategori
menengah
umunya
pengalaman
berdagangnya masih sedikit jika dibandingkan dengan pedagang dalam partai besar. Banyakanya pengalaman mereka dalam berdagang hasil perkebunan
yaitu antara kurun waktu 10-20 tahun. Pengetahuan mereka tentang berdagang hasil perkebunan kebanyakan berasal dari orang tuanya dan keluarganya. Alasan mereka berdagang hsil perkebunan yaitu karena keuntungan yang didapat dari berdagang hasil perkebunan cukup besar. Jenis-jensi hasil perkebunan yang didagangkan pedagang tingkat menengah yaitu cengkeh, biji melinjo, dan kopra. Pedagang tingkat menengah biasanya tidak hanya berprofesi sebagai pedagang hasil perkebunan, akan tetapi mereka juga mempunyai pekerjaan sampingan sebagai pedagang kebutuhan pokok seharihari di daerahnya. Alasan mereka berdagang sembako yaitu untuk menutupi kekurangan modal ketika berdagang hasil perkebunan. Selain itu, pedagang tingkat menengah pun ada yang berdagang hasil pertanian seperti pete, jengol, dan kelapa dimana hasil pertanian tersebut dijual ke daerah Jakarta. Besarnya modal untuk berdagang yaitu antara Rp 30.000.000 Rp 35.000.000 modal tersebut tidak termasuk modal untuk brdagang hasil pertanian dan berdagang kebutuhan pokok sehari-hari. Apabila pedagang menengah mengalami kekurangan modal, maka diantara mereka ada yang meminjam kepada pedagang yang lebih besar yang menjadi mitra bisnis mereka selama ini, tetapi ada juga yang mengambil kekurangan modalnya dari toko sembako yaang mereka miliki. Untuk pedagang menengah selain mereka mendapatkan cengkehnya dari Desa Padarincang dan Sadatani, mereka juga mendapatkan cengkeh di daerah pegunungan seperti ke Mandalawangi yang ada di daerah Pandeglang.
Adapun jumlah cengkeh yang biasanya mereka dapatkan ketika musim cengkeh yaitu antara 1-2 ton akan tetapi jika musim cengkeh sudah selesai maka jumlah cengkeh yang mereka dapatkan dari pelanggan pun antara 100500 kwintal.37 Alur distribusi cengkeh yang ada di tingkat pedagang menengah dapat dilihat pada gambar di bawah ini: Masyarakat
Petani cengkeh
Pedagang menengah
Pedagang besar
Bandar cengkeh
Pedagang kecil Gambar 4.2 Pola Distribusi Cengkeh di Tingkat Pedagang Menengah
Dari gambar 4.2 di atas dapat kita ketahui bagaimana pola distribusi cengkeh yang ada di pedagang tingkat menengah. Cengkeh yang berasal dari masyarakat, petani cengkeh, dan pedagang kecil dijual ke pedagang tingkat menengah, setelah itu oleh pedagang tingkat menengah dijual kembali ke pedagang besar dan kemudian oleh pedagang besar dijual kembali ke bandar cengkeh. Alasan dari para pelanggan menjual cengkehnya ke pedagang tingkat menengah seperti H. Samitra dan Hj. Mumu diantaranya yaitu: pertama 37
Wawancara Pribadi dengan H. Mumu dan H. Samitra di Desa Padarincang pada Tanggal 27-28 Agustus 2008
karena kedua pedagang tersebut selalu memberikan harga cengkeh yang sesuai dengan harga di pasaran, kedua uang dari hasil menjual cengkeh bisa langsung dibelanjakan untuk membeli kebutahan pokok sehari-hari ke toko sembako yang dimiliki kedua pedagang ini, selain itu kedua pedagang ini setiap tahun selalu memberikan THR kepada para pelangganya. Pedagang tingkat menengah pun memiliki karyawan yang membantu mereka dalam berdagang, jumlah karyawan yang mereka miliki yaitu 1-2 orang. Karyawan mereka berasal dari Desa Citasuk dan Turalak. Tidak ada persyarartan khusus untuk menjadi karyawan mereka, yang penting orang yang ingin menjadi karyawannya haruslah fisiknya kuat untuk mengangkat benda-benda yang berat dan rajin masuk kerja. Jika penjualan cengkeh mendapatkan keuntungan, maka karyawan pun diberikan bonus uang tunai antara Rp 15.000-Rp 30.000/orang. Hal itu dilakukan supaya karyawan lebih semangat lagi untuk bekerja. Selain memberikan bonus, para pedagang ini pun selalu memberikan Tunjangan hari Raya (THR) kepada karyawannya,. THR tersebut diberikan di tempat mereka berdagang. Adapun bentuk THR yang diberikan kepada para karyawan yaitu berupa uang tunai, sarubg, baju, dan kebutuhan pokok sehari-hari. 3. Pedagang Kecil Untuk pedagang cengkeh kategori kecil, ternyata mereka selain berprofesi
sebagai pedagang cengkeh mereka juga berprofesi sebagai
pedagang sayur-mayur. Secara modal mereka relatif tidak besar yaitu antara
Rp100.000-Rp1.000.000, modal tersebut biasanya sebagian digunakan untuk modal
berdagang sayur-mayur. Apabila mereka membutuhkan tambahan
modal biasanya mereka meminjamnya dari pedagang besar yang menjadi relasi bisnis mereka dan jtambahan modal yang dipinjam pun besarnya antara Rp100.000-Rp 500.000 dan mereka tidak dikenakan bunga atas pinjaman tersebut. Adapun cara mereka membayarnya yaitu dengan mencicilnya setiap hari antara Rp 5.000-Rp 10.000/hari. Banyakanya cengkeh yang pedagang ini dapatkan dari masyarakat pedalaman setiap harinya yaitu jika musim cengkeh antara 10 – 50 kg/hari dan jika bukan musim cengkeh biasanya jumlahnya antara 10 – 20 kg/hari. Jumlah terebut sudah merupakan gabungan antara cengkeh basah dan cengkeh kering. Adapun satuan yang mereka gunakan dalam transaksi jual – beli cengkeh adalah literan dan gelas kecil. Untuk cengkeh kering pedagang kecil membelinya berdasarkan ukuran gelas minum dan untuk cengkeh basah mereka membelinya berdasrkan ukuran liter.38 Adapun harga yang mereka tentukan untuk kategori cengkeh basah dan cengkeh kering adalah berdasarkan ukuran literan dan gelas minum adalah sebagai berikut:
38
Hasil Observasi ke tempat-tempat Berdagang para Pedagang Cengkeh Tempat untuk Mendapatkan Cengkeh pada Tanggal 7-8 September 2008.
ke Berbagai
Tabel 4.4 Daftar Harga Cengkeh Basah dan Cengkeh Kering di Tingkat Pedagang Kecil pada Bulan Juni 2008. No
Jenis Cengkeh
Satuan
1.
Cengkeh Basah
Liter
2.
Cengkeh kering
Gelas
Harga Beli
Harga Jual
Rp 7.000-Rp 10.000/kg Rp 18.000/kg Rp 3000/gelas
Rp 48.000/kg
Sumber: Wawancara Pribadi dengan Ibu Junah dan Ibu Maryam di Desa Padarincang pada Tanggal 3-4 September 2008.
Dari tabel 4.4 di atas dapat kita ketahui besarnya harga cengkeh basah dan cengkeh kering di tingkat pedagang kecil pada bulan Juni. Untuk jenis cengkeh basah pedagang kecil membelinya dari masyarakat dan petani cengkeh dengan menggunakan ukuran liter, dimana harga per liternya yaitu antara Rp 7000-Rp 10.000/kg. Sedangkan untuk jenis cengkeh kering pedagang kecil membelinya dari masyarakat dan petani cengkeh dengan menggunakan ukuran gelas minum, dimana untuk harga cengkeh kering satu gelas dibeli dengan harga Rp 3.000.39 Cara mereka untuk mendapatkan cengkeh yaitu dengan mereka berdagang sayur-mayur ke daerah-daerah pedalaman seperti Sadatani, Cinangka, Cibawang, Cidayun , dan Kadu Tomo. Hampir setiap hari mereka mendatangi daerah tersebut dan menjual sayur-mayur kepada masyarakat di
39
Wawancara Pribadi dengan Ibu Junah dan Ibu Maryam pada Tanggal 3-4 September 2008.
daerah pedalaman. Cara untuk mereka mendapatkan cengkeh dari masyarakat pedalaman ada dua cara yaitu : yang pertama mereka membeli langsung cengkeh dari masyarakat pedalaman baik cengkeh basah maupun cengkeh kering, dan yang kedua mereka menukarkan sayur-mayur dengan cengkeh yang akan mereka beli dari masyarkat pedalaman dan harganya pun sama dengan harga cengkeh yang mereka beli dari masyarakat pedalaman. Adapun pola distribusi cengkeh yang terjadi di tingkat pedagang cengkeh kategori kecil dapat dilihat pada gambar di bawah ini: Masyarakat
Pedagang kecil
Pedagang menengah
Pedagang Besar
Petani cengkeh Gambar 4.3 Pola Distribusi Cengkeh di Tingkat Pedagang Kecil Model I
Dari gambar 4.3 di atas dapat kira ketahui tentang distribusi perdagangan cengkeh yang ada di pedagang cengkeh kategori kecil. Cengkeh yang berasal dari masyarakat dan petani cengkeh langsung dijual ke pedagang kecil, setelah itu oleh pedagang kecil cengkeh dijual kembali ke pedagang tingkat menengah dan setelah itu oleh pedagang tingkat menengah dijual kembali ke pedagang besar.
Memberikan cengkeh Masyarakat dan Petani Cengkeh
Pedagang kecil
Memberikan sayur-mayur Gambar 4.4 Pola Distribusi Cengkeh di Tingkat Pedagang Kecil Model II
Dari gambar 4.4 di atas kita dapat mengetahui bagaimana pedagang kecil mendapatkan cengkeh dari masyarakat dan petani cengkeh. Pada gambar ini dapat diketahui adanya kegiatan saling tukar-menukar barang antara pedagang dengan masyarakat dan petani cengkeh. Warga masyarakat dan petani cengkeh yang memiliki cengkeh baik cengkeh basah maupun cengkeh kering menukarkannya dengan sayur-mayur yang dijual oleh pedagang kecil. Harga antara cengkeh yang dijual ke pedagang kecil dan sayur-mayur yang dijual ke masyarakat dan petani cengkeh harganya sama. Adapun daftar selisih antara harga jual dan harga beli yang berlaki di tingkay pedagang kecil, pedagang menengah, dan pedagang besar dapat dilihat pada table di bawah ini
Tabel 4.5 Daftar Selisih Harga Cengkeh Basah di Tingkat Pedagang Kecil, Pedagang Menengah, dan Pedagang Besar pada Bulan Juni 2008 No
Kategori Pedagang
Harga Beli/kg
Harga Jual/kg
1.
Pedagang Kecil
Rp7.000-Rp 10.000/Liter
Rp. 18.000/kg
2.
Pedagang Menengah
Rp 17.000
Rp. 17.500-Rp 18.000
3.
Pedagang Besar
Rp 18.000- Rp 18.500
Rp. 19.000
Dari tabel di atas kita dapat mengetahui tentang berapa selisih antara harga beli dan harga jual yang cenkeh basah yang terjadi di pedagang kecil, pedagang menengah, dan pedagang besar. Untuk pedagang kecil mendapat keuntungan dari selisih perbedaan harga beli dengan menggunakan liter sedangkan harga jualnya menggunakan satuan kilogram. Adapun keuntungan yang diperoleh setiap pedagang kecil yaitu sebesar Rp 1000-Rp 1500/kg nya. Besarnya selisih harga antara harga jual dan harga beli cengkeh basah di tangkat pedagang menengah dan pedagang besar yaitu sebesar Rp 500-Rp 1000/kg nya. Pada bulan Juni harga beli cengkeh basah di tingkat pedagang menengah yaitu sebesar
Rp 17.000/kg dengan harga jual antara Rp 17.500-Rp 18.000/kg
sedangkan di tingkat pedagang besar harga beli cengkeh basah yaitu berada pada kisaran harga Rp 18.000-Rp 18.500/kg dengan harga jual sebesar Rp 19.000/kg.
Tabel 4.6 Daftar Selisih Harga Cengkeh Kering di Tingkat Pedagang Kecil, Pedagang Menengah dan Pedagang Besar pada Bulan Juni 2008
No
Kategori pedagang
Harga beli/kg
Harga jual
1.
Pedagang kecil
Rp 45.000/kg
Rp 47.000
2.
Pedagang menengah
Rp 45.000-Rp 46.000
Rp 46.500-Rp 47.000
3.
Pedagang besar
Rp 47.000-Rp 47.500
Rp 48.000
Dari tabel 4.6 di atas dapat diketahui bahwa besarnya selisih antara harga beli dan harga jual cengkeh kering yang terjadi ditingkat pedagang kecil, pedagang menengah dan pedagang besar yaitu antara Rp 500-Rp 2.000/kg. Di tingkat pedagang kecil harga beli cnegkeh kering dari petani yaitu sebesar Rp 45.000/kg dengan harga jual sebesar Rp 47.000/kg maka pedagang kecil mendapatkan keuntngan sebesar Rp 2000/kg. Untuk pedagang menengah, mereka membeli cengkah dengan harga antara Rp 45.000-Rp 46.000/kg dan harga jualnya berada pada kisaran Rp 46.500-Rp 47.000/kg makan pedagang menengha ini mendapatkan keuntungan antara Rp 500-Rp 2000/kgnya, sedangkan di tingkat pedagang besar besarnya harga beli cengkeh yaitu sebesar Rp 47.000-47.500 dengan harga jual sebesar Rp 48.000. adapun keuntungan yang diperoleh pedagang besar yaitu antara Rp 500-Rp 1.000/kg.
B. Kegiatan dalam Distribusi Cengkeh 1. Proses Pengeringan Cengkeh Jenis cengkeh yang didagangkan di Desa Padarincang ada dua jenis yaitu jenis cengkeh basah dan jenis cengkeh kering. Untuk jenis cengkeh basah yang dibeli dalam keadaan basah, biasnya harga yang ditetapkan tidak semahal jenis cengkeh kering hal ini dikarenakan cengkeh yang dibeli dalam keadan basah masih harus dikeringkan terlebih dahulu dan selama proses pengeringannya membutuhkan biaya yang besar dan waktu yang cukup lama. Waktu yang dibutuhkan untuk mengeringkan cengkeh sampai benar – benar kering adalah antara 4 – 5 hari hal itu terjadi jika cuacanya panas terik, akan tetapi jika cuacanya tidak baus, maka waktu yang dibutuhkan untuk mengeringkan cengkeh adalah antara 7 – 10 hari. Adapun perbandingan antara cengkeh basah dengan cengkeh kering adalah 3 : 1 artinya bahwa 3 kg cengkeh basah jika dikeringkan akan menyusut dan setelah menjadi kering beratnya akan menjadi 1 kg. Selama proses pengeringan berlangsung, ada biaya – biaya yang harus dikeluarkan oleh para pedagang yaitu biaya untuk karyawan serta biaya untuk membeli terpal plastik yang digunakan untuk menjemur cengkeh. Sistem pemberian ongkos kepada karyawan selama proses pengeringan cengkeh adalah sebagai berikut: Misalkan cengkeh basah yang akan dikeringkan beratnya adalah 100 kilogram, proses pengeringan dilakukan oleh 3 orang. Maka setelah cengkeh
kering beratnya akan menjadi 30 kg. Ongkos yang pedagang tentukan untuk karyawan yang mengeringkan cengkeh adalah berdasarkan jumlah cengkeh kering. Dimana ongkos yang biasanya ditatapkan
kg
oleh para
pedagang adalah Rp.10.000/kg dari cengkeh yang telah dikeringkan. Jika cengkeh kering yang diperoleh karyawan adalah 30 kg dan ongkos yang disepakati adalah sebesar Rp. 10.000/kg cengkeh kering, maka uang yang diadapt oleh setiap karyawan adalah Rp. 10.000 x 30 kg = Rp. 300.000 : 5 orang = Rp. 60.000/ orang. Jadi uang yang diterima oleh masing – masing karyawan adalah Rp. 60. 000. ongkos ini adalah diluar upah mereka bekerja. Karena setiap hari para pedagang besar di Desa Padarincang memberikan upah karyawannya antara Rp. 20.000 – Rp. 25. 000/orang/hari. 2. Pengangkutan Cengkeh Cengkeh yang sudah dibeli oleh para pedagang biasanya dikirim ke pedagang yang lebih besar dengan menggunakan berbagai macam cara tergantung dari jumlah cengkeh yang akan dijualnya. Hal ini berlaku baik untuk pedagang kecil, pedagang menenngah, dan pedagang kecil. a) Untuk pedagang besar biasanya menggunakan mobil losbak dan truk untuk mengirimkan cengkehnya ke bandar cengkeh. Adapun biaya yang harus dikeluarkan oleh pedagang besar untuk satu kali mengirim cengkehnya yaitu antara Rp 100.000-Rp 150.000. biaya tersebut sudah termasuk ongkos untuk supir, untuk membeli bahan bakar, dan ongkos pedamping supir.
b) Untuk pedagang menengah dan kecil, mereka biasanya menggunakan sepeda motor untuk mengirim cengkeh ke Desa Padarincang. Adapun biaya yang dikeluarkan oleh pedagang menengah relatif lebih banyak karena jumlah cengkeh yang mereka kirim pun lebih banyak jika dibandingkan dengan pedagang kecil. Biaya yang harus dikeluarkan oleh pedagang menengah dalam satu kali mengirim cengkeh yaitu antara Rp 50.000-Rp 70.000. Sedangkan biaya yang dikeluarkan oleh pedagang kecil untuk satu kali mengirim cengkeh ke Desa Padarincang yaitu antara Rp 16.000-Rp 18.000/hari. 3. Penjualan Cengkeh Cengkeh-cengkeh yang dimiliki oleh pedagang biasanya dijual ke pedagang besar yang ada di daerah Desa Padarincang, Rangkas Bitung, Pandeglang, Labuan, Sirih, dan Carita. Pada waktu cengkeh dijual kembali ke pedagang cengkeh yang besar maka ada potongan ketika cengkeh ditimbang. Hal ini hany berlaku untuk cengkeh yang dikemas dalam karung plastik. Adapun pengurangan timbangannya yaitu sebesar 2 ons. 4. Pembelian Cengkeh Para bandar cengkeh yang berasal dari berbagai daerah ada yang membeli cengkeh langsung ke Desa Padarincang, dan mereka membeli tunai cengkeh yang dimiliki oleh setiap pedagang di desa ini. Selain itu, ada juga para bandar cengkeh yang meminta cengkeh yang sudah disepakati harganya untuk dikirimkan ke daerah para bandar cengkeh tersebut.
5. Penyimpanan Cengkeh Setiap
pedagang
cengkeh
mempunyai
tempat
sendiri
untuk
menyimpan cengkeh yang mereka peroleh dari para pelangganya.akan tetapi pedagang cengkeh dalam tingkatan kecil baisanya tidak mempunyai tempat yang khusus untuk menyimpan cengkeh, karena mereka langsung menjual kembali cengkeh yang mereka dapatkan setiap hari.jadi hanya pedagang menengah dan pedagang besar saja yang mempunyai tempat untuk menyimpan cengkeh. Adapun tempat yang mereka jadikan untuk menyimpan cengkeh adalah gudang dan toko tempat berdagang. 6. Pembakuan Standar Cengkeh Jenis cengkeh yang pedagang terima untuk dibeli dan dijual kembali adalah jenis cengkeh kering dan jenis cengkeh yang basah. Untuk jenis cengkeh yang kering standarnya adalah jenis cengkeh yang sangat kering, dan wangi cengkehnya bisa tercium. Jenis cengkeh yang seperti ini biasanya akan dibeli dengan harga yang tinggi karena kualitas yang dimiliki sangat bagus, akan tetapi jika cengkeh kering yang dijual tidak memenuhi standar biasanya para pedagang cengkeh yang ada di Desa Padarincang tetap membeli cengket tersebut akan tetapi harganya tidak sama dengan harga cengkeh kering yang kualitasnya bagus. 7. Penanggung Resiko dalam Pengiriman Cengkeh Setiap masalah yang terjadi selama kegiatan pengangkutan cengkeh merupakan tanggung jawab pihak yang akan menjual cengkeh, jadi pihak
yang akan membeli cengkeh tidak bertanggung jawab apapun jika terjadi masalah dalam kegiatan pengiriman cengkeh. 8. Pengemasan Cengkeh Setelah cengkeh kering maka masuklah pada proses pengemasan, dimana alat yang digunakan untuk mengemas cengke kering tersebut adalah berupa karung plastik. Setelah cengkeh dimasukkan ke dalam karung plastik maka para karyawan mejahit karung plastik tersebut dengan menggunakan jarum yang khusus digunakan untuk menjahit karung plastik. Kemudian sebelum cengkeh-cengkeh yang telah dikemas tersebut dikirim, maka terlebih dahulu ditimbang sendiri oleh pedagang supaya ketika cengkeh ditimbang di tempat bandar cengkeh berat cengkeh kering tetap sama. 9. Pemberian Informasi tentang Kualitas Cengkeh Setiap pedagang yang akan menjual cengkehnya, mereka terlebih dahulu memberikan informasi tentang kualitas dari cnegkeh yang akan mereka jual. Hal ini mereka lakukan supaya tidak ada pihak yang merasa dirugikan, selain itu supaya cengkeh yang akan dijual ke pedagang besar bisa dibeli dengan harga yang pantas.
C. Analisis SWOT terhadap pedagang cengkeh yang ada di Desa Padarincang 1. Analisis SWOT Pedagang Cengkeh Kategori Kecil yang ada di Desa Padarincang Streng (Kekuatan)
Weakness (kelemahan)
1. Mengetahui daerahdaerah terpencil untuk mendapatkan cengkeh
1. Kekurangan modal 2. Kurang mendapat informasi mengenai harga cengkeh
Internal
2. Bisa membeli cengkeh langsung dari petani cengkeh Eksternal
Opportunity
Strategi SO
Strategi WO
1. Keuntungan yang diperoleh lebih banyak karena cengkeh dibeli dengan menggunakan satuan liter
1. Lebih sering lagi mendatangi daerahdaerah yang lebih terpencil yang belum didatangi oleh pedagang-pedagang cengkeh yang lain supaya cengkeh yang diperoleh lebih banyak lagi.
1. Bekerja sama dengan koperasi atau pemilik modal yang lebih besar untuk menambah modal berdagang.
Threats
Strategi ST
Strategi WT
1. Banyak petani yang mulai menjual langsung cengkehnya ke pedagang besar
1. Membeli cengkeh dari petani dengan harga yang tidak jauh berbeda dengan yang harga pedagang besar, supaya sama-sama saling menguntungkan
1. Memberikan informasi yang jujur kepada petani tentang standar cengkeh yang berlaku di pedagang yang ada di Desa Padarincang
2. Mempunyai alat informasi supaya selalu mengetahui harga terbaru cengkeh
2.
Analisis SWOT Pedagang Cengkeh Kategori Menengah yang ada di Padarincang Internal
Streng (Kekuatan)
Weakness (kelemahan)
1. Modal yang relatif lebih besar jika dibandingkan dengan pedagang kecil
1. Tercampurnya antara modal untuk berdagang cengkeh dengan modal untuk toko sembako, sehingga keuntungan yang diperoleh tidak terlalu besar.
2. Mempunyai toko sembako, sehingga penjual cengkeh dapat langsung membeli kebutuhan pokok yang dibutuhkan.
Eksternal
3. Mempunyai cadangan modal yang berasal dari toko sembako yang dimiliki sendiri.
2. Jenis hasil perkebunan yang diperjualbelikan hanya dua jenis saja yaitu cengkeh dan biji melinjo
Opportunity
Strategi SO
Strategi WO
1. Mendapatkan cengkeh yang yang lebih banyak karena tempat berjualan dekat dengan pasar
1. Kebutuhan sehari-hari yang ada ditoko sembako yang dimiliki lebih lengkap supaya pelanggan dari penjual cengkeh lebih banyak lagi.
1. Modal untuk berdagang cengkeh dan modal untuk toko sembako sebaiknya dipisahkan supaya dapat diketahui dengan jelas berapa keuntungan yang diperoleh dari berdagang cengkeh dan toko sembako.
2. Harga cengkeh yang berlaku biasanya tidak jauh berbeda dengan pedagang
2. Harga kebutuhan sembako harus bisa terjangkau oleh para penjual cengkeh
besar
Threats 1.
Modal untuk berdagang cengkeh tidak bisa dipakai untuk menambah modal untuk berdagang cengkeh
Strategi ST
Strategi WT
1. Memiliki cadangan modal yang tidak tercampur antara modal untuk bedagang cengkeh dan modal untuk toko sembako.
1. Lebih banyak lagi jenis hasil perkebuanan yan didagangkan supaya pendapatan yang diperoleh dari berdagang pun menjadi lebih besar. 2. Bekerja sama dengan pedagang besar besar untuk memperoleh tambahan modal untuk berdagang
3. Analisis SWOT Pedagang Cengkeh Kategori Besar yang ada di Desa Padarincang Streng (Kekuatan)
Weakness
1. Modal berdagang kuat 2. Pengalaman berdagang yang dimiliki banyak 3. Relasi yang dimiliki dengan pihak lain lebih banyak
1. Tidak bisa menjangkau daerah-daerah terpencil utuk mendapatan cengkeh langsung dari petani.
Opportunity
Strategi SO
Strategi WO
1. Jumlah cengkeh yang
1. Menjaga hubungan baik yang selama
1. Bekerja sama dengan pedagang kecil supaya
Internal
Eksternal
2. Tidak Bisa memberikan informasi dengan cepat kepada para pelangganya jika ada perubahan mengenai harga cengkeh
diperoleh lebih banyak karena pelanggan yang dimiliki sangat banyak
2. Memberika pelayanan yang lebih baik lagi terhadap para pelanggan supaya mereka tetap setia menjual cengkehnya kepada pedagang besar.
cerngkeh yang diperoleh pedagang besar lebih banyak lagi. 2. Memberikan tambahan modal kepada para pedagang kecil supaya mereka bisa mendapatkan cengkeh yang lebih banyak dari petani. 3. memberikan informasi yang jujur tentang harga cengkeh yang sedang dan akan berlaku kepada pedagang cengkeh yang lain.
Threats
Strategi ST
Strategi WT
1. Banyaknya pedagang baru yang bermunculan.
1. Bersaing secara sehat dengan pedagang cengkeh yang baru.
2. Para Bandar cengkeh tidak mau menjalin kerja sama dengan pedagang besar karena kulitas cengkeh yang didagangkan kurang bagus.
2. Menjaga kepercayaan yang selama ini sudah diberikan oleh para bandar cengkeh kepada pedagang besar.
1. Menjalin kerja sama dengan pedagang baru supaya jumlah pelanggan yang dimiliki menjadi bertambah. 2. Menjadikan para bandar cengkeh sebagai pihak yang memberikan keuntungan dalam berdagang cengkeh, sehingga pedagang besar pun selalau menjadi rekan bisnis yang menguntungkan untuk para bandar cengkeh.
2. Selalu mendapatkan informasi tentang harga terbaru cengkeh dari para bandar cengkeh
ini sudah terjalin dengan para bandar cengkeh.
3. Selalu menjaga kulitas cengkeh yang didagangkan supaya tidak mengecewakan permintaan cengkeh dari para bandar cengkeh
C. Analisis Hasil Penelitian Pedagang cengkeh di Desa Padarincang pada umunya dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu: Pedagang besar, Pedagang menengah, dan Pedagang Kecil. Pedagang-pedagang di Desa Padarincang dibedakan menjadi tiga macan berdasarkan karakteristik yang dimiliki oleh setiap pedagang. Adapun ciri karakteritik tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini: Tabel 4. 7 Karakteristik Pedagang Cengkeh di Desa Padarincang No
Karekatristik
Pedagang
Pedagang
Pedagang
Besar
Menengah
Kecil
1.
Pengalaman berdagang
30-50 tahun
10-30 tahun
10-20 tahun
2.
Modal untuk berdagang
Rp 100 juta-
Rp 30 juta-Rp
Rp 100 ribu-
Rp 500 juta
35 juta
Rp 1 juta
3-5 orang
1-2 orang
-
Kg
Kg
Liter dan
3.
Jumlah karyawan
4.
Satuan yang digunakan
gelas minum 5.
Jumlah cengkeh yang didapat
1-5 ton
100 kg-2 ton
< 50 kg
Pedagang-pedagang cengkeh ini mendapatkan cengkeh dari berbagai daerah seperti: Desa Padarincang, Desa Kadubeuruem, Ciomas, Barugbug, Sadatani, Cinangka, Cibawang, Wangun, dan daerah Ramea. Adapun daerah pengiriman cengkeh ke pedagang besar diantaranya ke daerah Desa Padarincang, Rangkas Bitung, Pandeglang, Labuan, Sirih dan Carita. Pedagang-pedagang di Desa Padarincang dibedakan menjadi tiga macan berdasarkan karakteristik yang dimiliki oleh setiap pedagang. Cengkeh diperjual-belikan di Desa Padarincang ada dua jenis yaitu jenis cengkeh basah dan jenis cengkeh kering. Untuk cengkeh kering standarnya yaitu cengkeh yang sangat kering dan wanginya bisa tercium. Selain itu untuk pedagang cengkeh kategori kecil menggunakan sistem barter dalam kegiatan dagangnya, hal ini terjadi karena kebanyakan masyarakat yang menjual ke pedagang kecil ini adalah warga masyarakat yang tinggalnya jauh dari keramaian dan cukup sulit untuk mendapatkan kebutuhan untuk memasak seperti bumbu masakan, dan sayur-sayuran. Adapun sistem barter yang dilakukan pedagang kecil yaitu dengan menukar cengkeh dengan sayur-mayur yang dibawa oleh pedagang kecil dan harga antara cengkeh yang ditukar dengan sayur-sayuran harganya sama, jadi tidak ada pihak yang dirugikan. Adapun pola distribusi perdagangan cengkeh di Desa Padarincang dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
Masyarakat Pedagang kecil
Pedagang menengah
Pedagang besar
Petani cengkeh Gambar 4.6 Pola Distribusi Perdagangan Cengkeh Model I
Pada gambar 4.6 ini kita dapat mengetahui pola distribusi cengkeh yang terjadi di Desa Padarincang. Pertama-tama cengkeh yang berasal dari masyarakat dan petani cengkeh baik cengkeh basah maupun cengkeh kering dijual ke pedagang kecil , kemudian oleh pedagang kecil dijual kembali ke pedagang menengah. Cengkeh yang dijual oleh pedagang menengah ke pedagang besar hanyalah cengkeh kering saja, jadi cengkeh yang dibeli oleh pedagang menengah dalam keadaan basah terlebih dahulu dikeringkan setelah itu baru dijual. Kemudian oleh pedagang menengah dijual kembali ke pedagang besar.
Masyarakat Memberikan cengkeh Petani Cengkeh
Memberikan sayur-mayur
Gambar 4.7 Pola Distribusi Perdagangan Cengkeh Model II
Pedagang Kecil
Pada gambar 4.7 di atas dapat diketahui bagaimana pola distribusi perdagangan cengkeh yang kedua. Pola distribusi semacam ini hanya berlaku pada pedagang tingkat pedagang kecil. Dimana pada pola ini terdapat sistem barter antara pedagang kecil dengan masyarakat dan petani cengkeh. Sistem barter yang digunakan yaitu masyarakat dan petani yang mempunyai cengkeh, baik cengkeh basah maupun cengkeh kering menukarnya dengan sayur-sayuran yang dijual oleh pedagang kecil. Harga antara barang yang ditukar harganya sama, jadi tidak ada pihak yang dirugikan. Selama proses pendistribusian cengkeh mulai dari petani dan masyarakat sampai ke pedagang ada beberapa hal yang sangat penting untuk dicermati dantaranya: standar harga cengkeh, timbangan, dan jumlah uang yang diperoleh dari hasil penjualan cengkeh. Untuk standar harga cengkeh sendiri ditentukan oleh pedagang besar yang ada di daerah Rangkas Bitung, Pandegalang, Labuan, Sirih, dan Carita. Pedagang-pedagang yanga ada di Desa Padarincang hanya mengikuti standar harga cengkeh yang delah ditentukan tersebut akan tetapi para bandar cengkeh yang berasal dari Rangkas Bitung, Pandegalang, Labuan, Sirih, dan Carita selalu memberikan informasi tentang standar harga cengkeh dan memberikan informasi tentang berapa besarnya keuntungan yang diambil oleh setiap bandar pedagang dalam tiap kilogram cengkeh yang dijual sehingga dengan adanya pemberian informasi harga dari bandar cengkeh memberikan kemudahan bagi pedagang-pedagang cengkeh yang ada di Desa Padarincang untuk menentukan besarnya harga cengkeh
yang akan diberlakukan dan pedagang cengkeh pun masih bisa untuk mendapatkan keuntngan dari cengkeh yang akan dijual ke pedagang lain. Selain itu untuk masalah penimbangan cengkeh yang akan dijual. Tidak ada pihak yang menyembunyikan berat sebenarnya dari cengkeh
yang akan dijual
tersebut. Ketika cengkeh akan dijual ke pedagang menegah besar dan pedagang besar, baik
penjual
maupun
pembeli
secara
bersama-sama
menyaksikan
proses
penimbangan cengkeh yang akan dijual, sehingga dapat dilihat dengan jelas berapa angka yang tertera dalam timbangan ketika cengkeh sedang ditimbang, hal ini menyebabkan baik penjual maupun pembeli tidak ada yang merasa tertipu. Dalam prose penimbangan ada pengurangan timbangan sebanyak 2 ons, akan tetapi pengurangan ini hanya berlaku untuk pedagang yang menjual cengkehnya dengan menggunakan karung plastik ukuran besar. Adapun alasan pengurangan timbangan ini karena berat dari karung platik ukuran besar jika tidakk dimasukkan cengkeh kedalamnya maka beratnya yaitu sebanyak 2 ons. Cengkeh yang dijual dengan menggunakan kantong plastik biasa tidak dikenakan pengurangan dalam proses penimbangan. Akan tetapi dalam pola distribusi cengkeh yang berlaku di Desa Padarincang ada perbedaan harga yang sangat besar antara harga cengkeh yang dibeli dari petani dan cengkeh yang dijual kembali oleh pedagang cengkeh. Selama proses distribusi petani hanya mengikuti standar harga yang ditetapkan oleh pedagang cengkeh, jadi mereka jarang sekali mengetahui secara pasti berapa besarnya harga cengkeh yang berlaku di Desa Padarincang, hak inilah yang membuat para petani cengkeh tidak
terlalu banyak mendapatkan keuntungan jika musim cengkeh telah tiba. Selain itu karena jarak antara lokasi tempat tinggal petani dengan pedagang yang ada di Desa Padarincang sangat jauh maka kebanyakan para petani cengkeh lebih suka untuk menjual cengkeh yang dimilikinya langsung ke pedagang yang suka berkeliling untuk membeli cengkeh dari petani meskipun harga yang ditetapkan pedagang keliling relatif lebih murah. Sebenranya petani cengkeh yang berasal dari daerah pedalama dan pegunungan bisa mendapatkan keuntungan yang lebih banyak lagi jika mereka langsung menjual sendiri cengkeh yang dimilikinya ke pedagang besar yang ada di Desa Padarincang.
BAB V PENUTUP
1. Kesimpulan Dari beberapa uraian di atas tadi mengenai pola distribusi perdagangn cengkeh yang ada di Desa Padarincang, maka penulis membuat beberapa kesimpulan diantaranya: a. Pola distribusi perdagangan cengkeh yang ada di Desa Padarincang dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu: 1)
Pola distribusi model I yaitu dengan cara cengkeh yang berasal dari masyarakat dan petani cengkeh dijual ke pedagang kecil kemudian oleh pedagang kecil dijual kembali ke pedagang menengah dan setelah itu oleh pedagang menengah dijual kembali ke pedagang yang besar yang ada di Desa Padarincang.
2)
Pola distribusi model II yaitu dengan menggunakan sistem barter. Pola distribusi semacam ini hanya berlaku untuk pedagang cengkeh kategori kecil. Sistem barter yang digunakan yaitu masyarakat dan petani cengkeh menukarkan cengkeh milik mereka ke pedagang kecil dengan sayur-sayuran yang dijual oleh pedagang kecil. Harga antara cengkeh yang dijual oleh masyarakat dan petani cengkeh harganya sama dengan harga sayur-sayuran yang dijual oleh pedagang kecil.
b. Pola Distribusi perdagangan cengkeh yang ada di Desa Padarincang tidak sesuia dengan keadilan distributif dalam Islam, Hal ini dikarenakan ada perbedaan harga yang cukup besar ketika cengkeh dijual dari petani sampi ke pedagang besar. Selama distribusi cenkeh ini setiap pedagang mempunyai kesempatan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya dari petani cengkeh yang dikarenakan ketikdktahuan petani cengkeh mengenai harga cengkeh yang berlaku. Selain itu
standar harga cengkeh yang akan
diberlakukan di desa ini masih ditentukan oleh pedagang besar. Jadi setiap pedagang cengkeh yang ada hanya menerima harga cengkehb yang sudah ditetapkan olehpara pedagang cengkeh dalam skala besar. Meskipun begitu setiap pedagang besar selalu memberikan informasi yang sebenarnya ke pedagang lain mengenai harga cengkeh sehingga pedagang cengkeh yang lain masih bisa untuk mendapatkan keuntungan dari kegiatan berdagang cengkeh.
2. Saran Adapun saran dari penulis untuk pedagang yang ada di Desa Padarincang terkait dengan pola distribusi perdagangan cenggkeh ini yaitu: a. Setiap pedagang harus selalu bersikap jujur tentang harga cengkeh yang berlaku di Desa Padarincangsehingga ke pedagang lain tidak ada yang merasa dirugikan karena kurangnya mendapat informasi tentang standar harag cengkeh.
b. Bekerja sama dengan koperasi untuk menambah modal berdagang cengkeh, sehingga bisa meningkatkan jumlah cengkeh yang didagangkan dan mengurangi pihak-pihak yang sengaja mengabil kenuntngan dari pedagang kecil dengan menggunakan bunga yang besar. c. Bekerja sama dengan pemerintah daerah yang ada di Kabupaten Serang supaya
mereka
memberikan
pelatihan-pelatihan
kepada
para
pedagangcengkeh yang ada di Desa Padarincang, supaya para pedagang lebih baik lagi dalam mengatur modal dan meningkatkan kemampuan untuk berdagang cengkeh.
DAFTAR PUSTAKA
AL-Quranul Karim Ahmad al-Haritsi, bin Jaribah. Fiqh Ekonomi Umar bin Khattab. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar Group, 2003. Amalia, Euis. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam dari Masa Klasik hingga Kontemporer . Jakarta: Pustaka Asatruss, 2005. Badan Pusat Statistik Kabupaten Serang.”Serang dalam Angka Tahun 2006”. Bungin, Burhan. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Persada, 2007.
Jakarta: PT Rajagrafindo
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung : PT. Syaamil Cipta Media, 2005. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1989. Edwin Nasution, Mustafa, dkk. Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam. Cetakan kedua. Jakarta: Prenada Media Group, 2007. Ensiklopedia Bebas Berbahasa Indonesia. “Kabupaten Serang”. Artikel diakses pada tanggal 2 November 2008 dari http://id.wikipedia.org/wiki/kabupatenserang Ensilkopedia Bebas Berbahasa Indonesia. ”Distribusi”. Artikel diakses pada tanggal 10 Juni 2008 dari http://id.wikipedia.org/wiki/distribusi. Hasil Observasi ke Tempat-tempat Berdagang para Pedagang Cengkeh Mendapatkan Cengkeh pada Tanggal 7-8 September 2008.
untuk
H Dochak latief. “Perdagangan yang Islami”. Artikel diakses pada tanggal 3 Maret 2008 dari http://suara merdeka-nasional.htm Hendrie Anto, M. B. Pengantar Ekonomi Mikro Islami. Yogyakarta: Ekonosia, 2003. Iqbal, Munawar. Distributive Justice and Need Fulfilment in an Islamic Economy. London: International Institute of Islamic Economis, 1986. Kasmir. Kewirausahaan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2006.
Kios Banii Salim. “Distribusi”. Artikel diakses pada tanggal 25 Juni 2008 dari http://bamboomediaonnet.htm Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004. “Profile Kabupaten Serang”. Artikel diakses pada tanggal 10 November 2008 dari http://ciptakarya.pu.go.id/profil/profil/barat/banten/serang.pd Propinsi Banten, dalam Wikipedia Indonesia: Ensiklpedia Bebas berbahasa Indonesia, artikel diakses pada tanggal 10 Juni 2008 dari http://id.wikipedia.org/wiki/propinsi banten. Griffin W. Ricky dan Ronald J. Ebert. Bisnis. Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga, 2006. Sakti, Ali. Analisis Teoritis Ekonomi Islam Jawaban atas Kekacauan Ekonomi modern. Jakarta: Paradigma dan Aqsa Publishing, 2007. Shadily Hassan, dan John M. Echois. An English-Indonesian Dictionary. Jakarta: PT Gramedia, 1996. Shihab, M. Quraisy. Wawasan Al-Qur’an Tafsir Maudu’i atas Pelbagai Persoalan Umat. Jakarta: Mizan, 1994. Swastha, Basu. Konsep dan Strategi Analisis Kuantitatif Saluran Pemasaran. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 1988. Sistem Informasi Baseline Economic Survey. “Ringkasan Eksekutif KPUJ Proponsi Banten: Kondisi Perekonomian Wilayah”. Artikel diakses pada tanggl 10 Juni 2008 dari http://sipuk-bank sentral republik indonesia-mht. Sofyan KS, Muhammad. “Distribusi dalam Ekonomi Islam (Sebuah Kritik Terhadap Ekonomi Kapitalis)”. Artikel diakses pada tanggal 25 juni 2008 dari http://magister studi islam- universitas islam indonesia yogyakarta-htm Sukirno, Sadono. dkk. Pengantar Bisnis. Edisi Pertama. Jakarta: Prenada Media Group, 2006. Qardhawi,Yusuf. Norma dan Etika Ekonomi Islam. Jakarta: Gema Insani Press,1997.
Wawancara Pribadi dengan Hj. Eti Nurhayati di Desa Padarincang pada Tanggal 25 Agustus 2008. Wawancara Pribadi dengan H. Muslim di Desa Padarincang pada Tanggal 26 Agustus 2008. Wawancara Pribadi dengan Hj. Mumu di Desa Padarincang pada tanggal 27Agustus 2008. Wawancara Pribadi dengan H. Samitra di Desa Padarincang pada Tanggal 28 Agustus 2008. Wawancara Pribadi dengan Ibu Junah di Desa Padarincang pada Tanggal 3 September 2008. Wawancara Pribadi dengan Ibu Maryam di Desa Padarincang pada Tanggal September 2008.
4
Pedoman Wawancara
1. Darimana anda tahu tentang berdagang cengkeh? 2. Siapa yang menjual cengkehnya kepada anda? 3. Sejak kapan anda berdagang cengkeh? 4. Mengapa anda berdagang cengkeh? 5. Berapa kali musim cengkeh dalam setahun? 6. Apakah anda menggunakan perantara dalam berdagang cengkeh? 7. Berapakah jumlah cengkeh yang di dapat dalam satu kali transaksi? 8. Kapan anda mendapatkan cengkeh dalam jumlah banyak? 9. Berapakah biaya yang harus dikeluarkan untuk mengeringkan cengkeh? 10. Berapakah perbandingan susut antara cengkeh basah dan cengkeh kering? 11. Bagimanakah standar cengkeh yang anda terima? 12. Apa resiko yang didapat jika cengkeh tidak memenuhi standar? 13. Berapa jumlah pelanggan yang anda miliki? 14. Darimana saja asal pelanggan anda? 15. Berapakah jumlah cengkeh dari pelanggan anda yang dijual kepada anda? 16. Kemana saja anda mengirimkan cengkeh? 17. Siapakah pihak yang membeli cengkeh dari anda? 18. Apakah alat transportasi yang digunakan untuk mengirimkan cengkeh? 19. Mengapa anda menggunakan alat transportasi tersebut? 20. Bagaimanakan kepemilikan dari transportasi tersebut? 21. Apa saja kendala dalam berdagang cengkeh? 22. Bagaimanakah cara anda untuk menanggulangi kendala tersebut? 23. Berapa biasanya harga cengkeh dari daerah pusat yaitu daerah Rangkas Bitung, Pandeglang, Labuan, dan Carita ? 24. Kapan harga cengkeh ditetapkan?
25. Bagaimanakah cara penetapan harga cengkeh? 26. Siapa saja yang terlibat dalam penetapan harga cengkeh? 27. Apa saja yang bisa membuat perubahan harga cengkeh? 28. Berapa modal awal anda untuk berdagang cengkeh? 29. Adakah modal khusus untuk berdagang cengkeh? 30. Darimana anda biasanya mendapatkan pinjaman untuk tambahan modal? 31. Berapakah jumlah tambahan modal yang anda pinjam? 32. Apakah alasan anda meminjam tambahan modal? 33. Bagaimanakah sistem pengembalian dari tambahan modal yang anda pinjam? 34. Apakah anda pernah meminjam tambahan modal kepada koperasi atau bank? 35. Apakah alasan anda tidak meminjam tambahan modal kepada koperasi atau bank? 36. Berapakah pendapatan yang diperoleh dari berdagang cengkeh dalam satu bulan? 37. Berapakah keuntungan yang diperoleh dari berdagang cengkeh? 38. Apakah anda mempunyai kebun cengkeh? 39. Berapakah luas kebun cengkeh yang dimiliki? 40. Berapa kali kebun cengkeh bisa di panen? 41. Berapakah banyak cengkeh yang dihasilkan darin kebun cengkeh dalam satu kali panen? 42. Apakah anda mempunyai tempat untuk menyimpan cengkeh? 43. Mengapa tempat tersebut dijadikan tempat untuk menyimpan cengkeh? 44. Bagaimanakah kepemilikan dari tempat penyimpanan cengkeh tersebut? 45. Siapa yang menjaga tempat penyimpanan cengkeh tersebut? 46. Kapan cengkeh dimasukkan ke tempat penyimpanan? 47. Berapa jumlah karyawan yang anda miliki? 48. Siapa yang anda jadikan karyawan? 49. Bagaiamana cara anda merekrut karyawan? 50. Bagaiamana cara anda merekrut karyawan? 51. Apakah ada pemberian bonus kepada karyawan anda? 52. Mengapa para karyawan mendapatkan bonus?
53. Kapan para karyawan biasanya mendapatkan bonus? 54. Bagaimanakah cara pemberian bonus terhadap karyawan? 55. Apakah ada pemberian THR kepada karyawan? 56. Kapan para karyawan mendapatkan THR? 57. Apa bentuk THR yang diberikan kepada karyawan? 58. Dimana anda memberikan THR kepada para karyawan?
Nama
: Hj. Eti Nurhayati
Alamat
: Kp. Pasar Padarincang Desa. Kadubeureum Rt 03 Rw 05 Kel. Kadubeureum Kec. Padarincang Kab.Serang Prop. Banten
Kategori
: Pedagang besar
Hasil observasi 1. Barang yang didagangkan adalah hasil perkebunan, seperti cengkeh, kopi, kopra, biji melinjo, biji salak, dan gagala. 2. Hari untuk berdagang adalah setiap hari 3. Tempat berdagang adalah di pasar tradisional yang ada di Desa Padarincang 4. Jenis cengkeh yang biasa diperjual belikan adalah cengkeh cengkeh basah dan cengkeh kering. 5. Selisih antara harga jual dan harga beli yaitu antara Rp 500-Rp 1000/kg 6. Pedagang selalu memberikan informasi yang sebenarnya tentang kualitas cengkeh yang akan dijualnya. 7. Satuan yang digunakan oleh pedagang dalam berdagang cengkeh adalah kilogram. 8. Alat yang digunakan untuk mengeringkan cengkeh adalah terpal plastik. 9. Alasan menjadi pelanggan dari pedagang ini adalah karena pedagang besar ini selalu gampang untuk memberikan pinjaman kepada para pelanggannya dan cara pengembalian pinjamannya tidak menggunakan bunga. 10. Kelebihan yang dimiliki pedagang ini jika dibandingkan dengan pedagang lain adalah pedagang ini memiliki modal yang cukup besar, telah banyak pengalaman dalam bisnis hasil perkebunan, relasi bisnsi yang banyak, jumlah pelanggan yang sangat banyak, dan kepercayaan dari bandar cengkeh yang sangat baik. 11. Cengkeh yang sudah kering dimasukkan ke dalam karung plastik kemudian setelah karung terisi penuh dijahit dengan menggunakan tali plastik dan jarum yang khusus untuk karung. Setelah itu kemudian ditimbang dan disimpan di dalam gudang.
12. Alat yang digunakan untuk mengemas cengkeh adalah karung plastik ukuran besar. 13. Ada biaya keamanan di pasar Padarincang 2 kali dalam seminggu yaitu khusus untuk hari senin dan kamis, karena pada kedua hari itu adalah hari ramai pasar. Besarnya biaya keamanan yaitu Rp 1.000 14. Ada pengurangan dalam penimbangan cengkeh yaitu khusus untuk cengkeh yang dijual dengan menggunakan karung dari plastik. Pengurangannya yaitu sebanyak 2 ons, tetapi jika cengkeh yang dijual menggunakan kantong plastik maka tidak dikenai pengaurangan. 15. Alat transportasi yang digunakan pedagang ini untuk mengirim cengkeh ke bandar cengkeh yaitu dengan menggunakan mobil losbak atau mobil bak terbuka.
Nama
: H. Muslim
Alamat
: Kp. Pasar Padarincang Desa kadubuereum Rt 03 Rw 05 Kel. Kadubeureum Kec Padarincang Kab Serang Prop Banten
Kategori
: Pedagang besar
Hasil observasi 1. Barang yang didagangkan adalah hasil perkebunan seperti cengkeh, kapol, kopra, biji melinjo, biji kopi, dan gagala. 2. Hari untuk berdagang adalah setiap hari 3. Tempat untuk berdagang adalah di Pasar tradisosonal yang ada di Desa Padarincang. 4. Barang lain yang didagangkan selain hasil perkebunan adalah barang kebutuhan pokok sehari-hari. 5. Jenis cengkeh yang biasa didagangkan adalah jenis cengkeh basah dan cengkeh kering. 6. Pedagang ini memberikan informasi yang jelas dan transparan tentang kualitas cengkeh yang akan dijualnya kepada bandar cengkeh. 7. Satuan yang digunakan pedagang ini dalam berdagang cengkeh adalah kilogram 8. Alat yang digunakan untuk mengeringkan cengkeh adalah terpal plastik. 9. Alasan menjadi pelanggan dari pedagang ini diantaranya karena uang yang diperoleh dari hasil menjual cengkeh bisa langsung dapat digunakan untuk membeli kebutuhan sehari hari yang ada di toko sembako milik pedagang ini. 10. Kelebihan yang dimiliki pedagang ini diantaranya modalnya yang cukup banyak, pengalaman yang sudah lama di bidang bisnis cengkeh, tidak pelit dalam memberikan pinjaman kepada pelanggan. 11. Cengkeh yang sudah kering dimasukkan ke dalam karung plastik kemudian setelah karung terisi penuh dijahit dengan menggunakan tali plastik dan jarum yang khusus untuk karung. Setelah itu kemudian ditimbang dan disimpan di dalam gudang.
12. Alat yang digunakan untuk mengemas cengkeh adalah karung plastik ukuran besar. 13. Ada biaya keamanan di pasar Padarincang 2 kali dalam seminggu yaitu khusus untuk hari senin dan kamis, karena pada kedua hari itu adalah hari ramai pasar. Besarnya biaya keamanan yaitu Rp. 1.000 14. Ada pengurangan dalam penimbangan cengkeh yaitu khusus untuk cengkeh yang dijual dengan menggunakan karung dari plastik. Pengurangannya yaitu sebanyak 2 ons, tetapi jika cengkeh yang dijual menggunakan kantong plastik maka tidak dikenai pengurangan. 15. Alat transportasi yang digunakan pedagang ini ketika akan mengirim cengkeh ke bandar cengkeh taitu dengan menggunakan truk. 16. Pedagang ini tidak pernah meminjam tambahan modal ke bandar cengkeh, pedagang ini terbiasa mengambil tambahan modal dari hasil usaha toko sembako yang dimilikinya.
Nama
: Hj. Mumu
Alamat
: Kp. Pasar Sore Desa Citasuk Rt 04 Rw 05 Kelurahan Citasuk Kec. Padarincang Kab. Serang Banten Prop. Banten
Kategori
: Pedagang menengah
Hasil observasi 1. Barang yang didagangkan hanya 2 jenis saja hasil perkebunan yaitu cengkeh dan biji melinjo. 2. Hari untuk berdagang adalah setiap hari. 3. Tempat untuk berdagang di pasar tradisional di Desa Padarincang 4. Barang lain yang didagangkan selain hasil perkebunana yaitu berdagang kebutuhan pokok sehari-hari. 5. Jenis cengkeh yang biasa didagangkan adalah jenis cengkeh basah dan cengkeh kering. 6. Besarnya selisih antara harga jual dan harga beli yaitu Rp 500-Rp 1.000/kg. 7. Pedagang memberikan informasi kepada calon pembeli cengkeh tentang kualitas cengkeh yang akan dijualnya. 8. Satuan yang digunakan dalam berdagang cengkeh adalah kilogram. 9. Alat yang digunakan untuk mengeringkan cengkeh adalah terpal plastik. 10. Alasan menjadi pelanggan dari pedagang ini karena pedagang ini memberikan pelayanan yang baik kepada pelanggan, bersikap ramah dan suka memberikan utang kepada pelanggannya. 11. Kelebihan yang dimiliki pedagang ini jika dibandingkan dengan pelanmggan yang lain yaitu pedagang ini menjalankan dagangnya bersama dengan suaminya, jadi lebih banyak pelanggan yang bisa dilayanai, dan pedagang ini mempunyai toko sembako sehingga para pelanggan yang menjual cengkeh kepada pedagang ini bisa langsung membeli kebutuhan pokok sehari-hari di toko yang dimiliki pedagang ini.
12. Cengkeh yang sudah kering dimasukkan ke dalam karung plastik kemudian setelah karung terisi penuh dijahit dengan menggunakan tali plastik dan jarum yang khusus untuk karung. Setelah itu kemudian ditimbang dan disimpam di dalam gudang. 13. Alat yang digunakan untuk mengemas cengkeh adalah karung plastik ukuran besar. 14. Ada biaya keamanan di pasar Padarincang 2 kali dalam seminggu yaitu khusus untuk hari senin dan kamis, karena pada kedua hari itu adalah hari ramai pasar. Besarnya biaya keamanan yaitu Rp. 1.000 15. Ada pengurangan dalam penimbangan cengkeh yaitu khusus untuk cengkeh yang dijual dengan menggunakan karung dari plastik. Pengurangannya yaitu sebanyak 2 ons, tetapi jika cengkeh yang dijual menggunakan kantong plastik maka tidak dikenai pengaurangan. 16. Pedagang ini tidak menggunakan alat transportasi untuk mengirim cengkeh ke bandar cengkeh, karena para bandar cengkeh biasanya langsung datang ke tempat dagangnya di pasar tradisional yang ada di Desa Padarincang untuk membeli cengkeh yang dimiliki oleh pedagang ini
Nama
: H. Samitra
Alamat
: Kp. Turalak Desa Ramea Kel. Ramea Rt 07 Rw 014 Kec. Mandalawangi Kab. Pandeglang Propinsi Banten
Kategori
: Pedagang menengah
Hasil observasi 1. Barang yang didagangkan oleh pedagang ini adalah hasil perkebunan seperti cengkeh, biji melinjo, dan kopra. 2. Pedagang ini berdagang setiap hari di rumahnya. 3. Tempat pedagang ini berdagang adalah di rumahnya yaitu di Daerah Turalak 4. Barang lain yang didagangkan selain cengkeh adalah kelapa, pete, dan jengkol. 5. Jenis cengkeh yang biasa didagangkan adalah jenis cengkeh kering dan cengkeh basah. 6. Besarnya selisih antara harga jual dan harga beli dari cengkeh yang dijual yaitu Rp. 500/kg. 7. Pedagang ini memberikan informasi yang sebenarnya tentang kualitas cengkeh yang akan dijualnya ke pedagang besar yang ada di Desa Padarincang. 8. Satuan yang digunakan ketika berdagang cengkeh adalah kilogram. 9. Alat yang digunakan untuk mengeringkan cengkeh adalah terpal plastik. 10. Kelebihan yang dimiliki oleh pedagang ini jika dibandingkan dengan pedagang yang lain yaitu diantaranya pedagang ini mempunyai modal yang besar, jumlah pelanggan yang banyak di daerahnya. 11. Cengkeh yang sudah kering dimasukkan ke dalam karung plastik kemudian setelah karung terisi penuh dijahit dengan menggunakan tali plastik dan jarum yang khusus untuk karung. Setelah itu kemudian ditimbang dan disimpam di dalam gudang yang ada di rumahnya. 12. Alat yang digunakan untuk mengemas cengkeh adalah karung plastik ukuran besar. 13. Di tempat pedagang ini berdagang tidak ada pungutan biaya untuk keamanan.
14. Ada pengurangan dalam penimbangan cengkeh yaitu khusus untuk cengkeh yang dijual dengan menggunakan karung dari plastik. Pengurangannya yaitu sebanyak 2 ons, tetapi jika cengkeh yang dijual menggunakan kantong plastik maka tidak dikenai pengurangan. 15. Alat transportasi yang digunakan pedagang ini untuk megirimkan cengkeh adalah sepeda motor.
Nama
: Ibu Maryam
Alamat
: Kp. Cibojong Desa Kadubuereum Rt 03 Rw 01 Kel. Kadubuereum Kec.Padarincang Kab. Serang Prop. Banten
Kategori
: Pedagang kecil
Hasil observasi 1. Barang hasil perkebunan yang didagangkan cengkeh dan biji melinjo. 2. Pedagang ini berdagang setiap hari 3. Tempat untuk berdagang dengan berkeliling di daerah Cidayun, Sadatani, Kadu tomo, dan Cinangka. 4. Barang lain yang didagangkan selain cengkeh dan biji melinjo adalah sayur mayur. 5. Besarnya selisih antara harga jual dan harga beli dari cengkeh yaitu Rp. 1.000/kg 6. Pedagang ini memberikan informasi yang sebenaranya tentang kualitas cengkeh yang dimilikinya yang akan dijual ke pedagang besar yang ada di Desa Padarincang. 7. Pedagang ini tidak pernah menjemur cengkeh basah yang dimilikinya, jadi pedagang ini hampir setiap hari langsung menjual cengkeh yang diperolehnya dari hasil berkeliling ke daerah-daerah tempat dagangnya, dan menjual cengkeh yang diperolehnya ke pedagang besar yang ada di Desa Padarincang. 8. Alasan menjadi pelanggan dari pedagang ini yaitu karena uang dari hasil menjual cengkeh bisa ditukar dengan sayur -mayur yang dijual oleh pedagang ini. 9. Alat tranpsortasi yang diguankan pedagang ini unutk mengirim cengkeh ke pedagang besar yang aad di Desa Padarincang yaitu dengan menggunakan sepeda motor.
Nama
: Ibu Junah
Alamat
: Kp. Cibojong Desa Kadubuereum Rt 03 Rw 01 Kel. Kadubeureum Kec.Padarincang Kab. Serang Prop. Banten
Kategori
: Pedagang kecil
Hasil observasi 1. Hasil perkebunan yang didagangkan adalah cengkeh, biji melinjo, dan cokleat. 2. Pedagang ini berdagang setiap hari. 3. Tempat berdagang pedagang ini yaitu dengan mengelilingi daerah-daerah seperti Cinangka, Cibawang. 4. Barang lain yang didagangkan selain cengkeh, biji melinjo, dan cokleat adalah sayur-mayur. 5. Jenis cengkeh yang biasa didagangkan adalah jensi cengkeh basah dan cengkeh kering. 6. Besarnya selisih antara harga jual dan harga beli dari berdagang cengkeh yaitu Rp. 1000/kg. 7. Pedagang ini memberikan informasi yang sebenarnya ke pedagang besar tentang kualitas cengkeh yang akan dijual. 8. Alasan menjadi pelanggan dari pedagang ini yaitu karena uang dari hasil menjual cengkeh bisa ditukar dengan sayur-mayur yang dijual oleh pedagang ini. 9. Alat tranpsortasi yang diguankan pedagang ini unutk mengirim cengkeh ke pedagang besar yang aad di Desa Padarincang yaitu dengan menggunakan sepeda motor.
Nama informan
: Hj. Eti Nurhayati
Alamat
: Kp. Pasar Padarincang Desa. Kadubuereum Rt 03 Rw 05 Kel. Kadubeureum Kec. Padarincang Kab.Serang Prop. Banten
Kategori
: Pedagang besar
Daftar Pertanyaan kepada informan di Desa Padarincang 59. Darimana anda tahu tentang berdagang cengkeh? Jawab: Dari masyarakat di Desa Padarincang 60. Siapa yang menjual cengkehnya kepada anda? Jawab: Masyarakat dari 3 daerah kecamatan yang meliputi daerah Padarincang, Sadatani, Cinangka, Cibawang, Cikoneng, Ciomas, Tonggoh, Turalak, dan sekitarnya 61. Sejak kapan anda berdagang cengkeh? Jawab: Sejak tahun 1980 62. Mengapa anda berdagang cengkeh? Jawab: Karena keuntungan dari berdagang cengkeh lumayan besar 63. Berapa kali musim cengkeh dalam setahun? Jawab: 1 kali 64. Apakah anda menggunakan perantara dalam berdagang cengkeh? Jawab: Saya tidak menggunakan perantara dalam berdagang cengkeh, cengkeh yang saya dapatkan saya langsung menjualnya kepada pedagang cengkeh yang lebih besar lagi. 65. Berapakah jumlah cengkeh yang di dapat dalam satu kali transaksi? Jawab: Jumlah cengkeh yang bisa didapat dalam satu kali transaksi jika musim cengkeh mencapai 5-10 ton cengkeh, tetapi jika tidak pada musimnya cengkeh yang di dapat yaitu antara 100 kwintal-1 ton.
66. Kapan anda mendapatkan cengkeh dalam jumlah banyak? Jawab: Saya mendapatkan cengkeh banyak khususnya ketika musim cengkeh yaitu pada hari Senin dan Kamis. 67. Berapakah biaya yang harus dikeluarkan untuk mengeringkan cengkeh? Jawab: Biaya yang dikeluarkan yaitu Rp. 20.000/kg cengkeh yang kering, biaya tersebut tidak termasuk upah harian karyawan dimana saya memberikan upah kepada karyawan antara Rp. 25. 000-Rp. 30.000/hari/orang 68. Berapakah perbandingan susut antara cengkeh basah dan cengkeh kering? Jawab: Perbandingan susut antara cengkeh basah dan cengkeh kering yaitu 3:1 artinya 3 kg cengkeh basah jika dikeringkan akan menjadi 1 kg cengkeh kering 69. Bagimanakah standar cengkeh yang anda terima? Jawab: Standar cengkeh yang diterima adalah cengkeh yang sangat kering dan tidak mengatum. 70. Apa resiko yang didapat jika cengkeh tidak memenuhi standar? Jawab: Resiko yang didapat jika cengkeh tidak memenuhi standar harganya menjadi lebih rendah jika dibandingkan dengan harga cengkeh yang bagus. 71. Berapa jumlah pelanggan yang anda miliki? Jawab: Pelanggan yang dimiliki sekitar 100 – 200 orang 72. Darimana saja asal pelanggan anda? Jawab: Pelanggan saya berasal dari 3 kecamatan yang meliputi daerah: Padarincang, Sadatani, Cibawang, Calung, Cikoneng, Carita, Labuan, Sirih, Anyer dan sekitarnya. 73. Berapakah jumlah cengkeh dari pelanggan anda yang dijual kepada anda? Jawab: Jumlah cengkeh yang dijual oleh pelanggan saya dari berbagai daerah rata-rata berkisar antara 10 – 100 kg persatu kali menjual. 74. Kemana saja anda mengirimkan cengkeh? Jawab: Daerah pengiriman cengkeh meliputi: Rangkas Bitung, Labuan, Pandeglang, Menes, Anyer, dan Cilegon.
75. Siapakah pihak yang membeli cengkeh dari anda? Jawab: Pedagang besar dari daerah Rangkas Bitung, Labuan, Pandeglang, Menes, Anyer, dan Cilegon. 76. Apakah alat transportasi yang digunakan untuk mengirimkan cengkeh? Jawab: Transportasi yang digunakan untuk mengangkut cengkeh ke pedagang cengkeh yang besar adalah mobil losbak 77. Mengapa anda menggunakan alat transportasi tersebut? Jawab: saya menggunakan alat transportasi tersebut karena cengkeh yang diangkut jumlahnya lebih banyak jika dibandingkan dengan mobil angkut yang lain. 78. Bagaimanakan kepemilikan dari transportasi tersebut? Jawab: Mobil untuk mengangkut cengkeh adalah milik pribadi. 79. Apa saja kendala dalam berdagang cengkeh? Jawab: Kendala dalam berdagang cengkeh yaitu kalau harga cengkeh sudah turun karena bisa mengalami kerugian dalam berdagang, dan ketika kekurangan modal untuk berdagang. 80. Bagaimanakah cara anda untuk menanggulangi kendala tersebut? Jawab: Biasanya saya memastikan terlebih dahulu harga standar dari cengkeh supaya tidak salah ketika membeli dan menjualnya kembali, untuk masalah tambahan modal atau pinjaman saya biasanya meminjam dari mitra bisnis saya yang modalnya lebih besar. 81. Berapa biasanya harga cengkeh dari daerah pusat yaitu daerah Rangkas Bitung, Pandeglang, Labuan, dan Carita ? Jawab: Harga dari setiap bandar cengkeh bervariasi, biasanya selisihnya antara Rp 500-Rp 1.000/kg. jika harga cengkeh kering dari pusat Rp 56.000/kg maka saya membeli dari pedagang lain antara Rp 55.000-Rp 55.500/kg. untuk cengkeh basah jika harga dari pusatnya Rp 19.000/kg maka saya membeli dari pedagang lain dengan harga antara Rp 17.000-Rp 18.000/kg.
82. Kapan harga cengkeh ditetapkan? Jawab: Harga cengkeh ditetapkan ketika cengkeh akan dikirim ke bandar cengkeh yang ada di daerah Rangkas Bitung, Pandeglang, Labuan, Sirih, dan carita. 83. Bagaimanakah cara penetapan harga cengkeh? Jawab: Harga cengkeh ditetapkan ketika utusan bandar cengkeh melihat kualitas dari cengkeh yang kita miliki, kemudian jika kualitasnya bagus maka harga cengkeh biasanya tinggi. 84. Siapa saja yang terlibat dalam penetapan harga cengkeh? Jawab: Tidak ada pedagang dari desa Padarincang yang secara langsung ikut terlibat dalam penetapan harga cengkeh, para pedagang hanya mengikuti standar cengkeh yang telah disepakati bersama antara pedagang cengkeh dengan bandar cengkeh. 85. Apa saja yang bisa membuat perubahan harga cengkeh? Jawab: Hal-hal yang biasanya membuat perubahan harga cengkeh diantaranya berkurangnya permintaan cengkeh dari bandar cengkeh, kualitas dari cengkeh yang kurang bagus, serta ketika musim cengkeh selesai. 86. Berapa modal awal anda untuk berdagang cengkeh? Jawa: Modal untuk berdagang hasil perkebunan termasuk juga cengkeh yaitu sekitar Rp 100.000.000-Rp 500.000.000. 87. Adakah modal khusus untuk berdagang cengkeh? Jawab: Tidak ada modal khusus untuk berdagang cengkeh karena modal untuk hasil perkebunan dijadikan menjadi satu modal. 88. Darimana anda biasanya mendapatkan pinjaman untuk tambahan modal? Jawab: Saya mendapatkan pinjaman modal dari mitra bisnis saya yang berasal dari Rangkas Bitung, Pandeglang, Labuan, Sirih, dan Carita. 89. Berapakah jumlah tambahan modal yang anda pinjam? Jawab: Jumlah modal tambahan yang biasanya saya pinjam dari para bandar cengkeh yaitu antara Rp. 50.000.000 – Rp. 60.000.000
90. Apakah alasan anda meminjam tambahan modal? Jawab: Alasan saya meimjam modal karena kekurangan modal untuk berdagang hasil perkebunan. 91. Bagaimanakah sistem pengembalian dari tambahan modal yang anda pinjam? Jawab:Aadapun sistem pengembalian dari tambahan modal tersebut yait saya dikenakan bunga oleh para bandar cengkeh sebesar 2 %/ bulan 92. Apakah anda pernah meminjam tambahan modal kepada koperasi atau bank? Jawab: Saya tidak pernah meminjam ke bank atau koperasi 93. Apakah alasan anda tidak meminjam tambahan modal kepada koperasi atau bank? Jawab: Karena kalau meminjam modal ke bank ribet dan banyak persyaratannya 94. Berapakah pendapatan yang diperoleh dari berdagang cengkeh dalam satu bulan? Jawab: Sekitar Rp 500.000.000/bulan jika jumlah cengkeh sedang banyak dan lagi musimnya. 95. Berapakah keuntungan yang diperoleh dari berdagang cengkeh? Jawab: Biasanya saya mengambil untung dari berdagang cengkeh Rp 1000/kg jadi jika cengkeh yang saya dapat adalah 5 ton maka keuntungan yang saya peroleh 5000 kg x Rp 1.000 = Rp 5.000.000 96. Apakah anda mempunyai kebun cengkeh? Jawab: Ya, saya mempunyai kebun cengkeh di daerah Pasir Purut. 97. Berapakah luas kebun cengkeh yang dimiliki? Jawab : Luas kebun yang saya miliki yaitu 10 ha 98. Berapa kali kebun cengkeh bisa di panen? Jawab: Panen kebun cengkeh 1 kali dalam setahun. 99. Berapakah banyak cengkeh yang dihasilkan darin kebun cengkeh dalam satu kali panen? Jawab: Jumlah cengkeh yang biasanya dihasilkan dari kebun cengkeh yang saya miliki yaitu antara 3 -4 ton/tahun
100.
Apakah anda mempunyai tempat untuk menyimpan cengkeh?
Jawab: Ya, saya mempunyai tempat untuk menyimpan cengkeh yaitu di rumah saya. 101.
Mengapa tempat tersebut dijadikan tempat untuk menyimpan cengkeh?
Jawab: Saya menjadikan rumah sebagai tempat untuk menyimpan cengkeh supaya aman. 102.
Bagaimanakah kepemilikan dari tempat penyimpanan cengkeh tersebut?
Jawab: Tempat untuk menyimpan cengkeh tersebut adalah milik saya pribadi. 103.
Siapa yang menjaga tempat penyimpanan cengkeh tersebut?
Jawab: Yang menjaga tempat penyimpana cengkeh tersebut adalah anggota keluarga di rumah. 104.
Kapan cengkeh dimasukkan ke tempat penyimpanan?
Jawab: Cengkeh dimasukkan ke dalam rumah jika cengkeh telah kering dan sudah di kemas. 105.
Berapa jumlah karyawan yanga anda miliki?
Jawb: Jumlah karyawan yang saya miliki 3 orang 106.
Siapa yang anda jadikan karyawan?
Jawab: Yang saya jadikan sebagai karyawan adalah warga yang berasal dari Desa Padarincang, Desa Curugdahu, Desa Cibojong. 107.
Bagaiamana cara anda merekrut karyawan?
Jawab: Saya meminta bantuan saudara saya untuk mencarikan warga yang mau jadi karyawan saya. 108.
Bagaiamana cara anda merekrut karyawan?
Jawab: Tidak ada persyaratan khusus yang penting orang tersebut rajin masuk kerja dan sanggup mengangkat beban karung yang berat. . 109.
Apakah ada pemberian bonus kepada karyawan anda?
Jawab: Ya, biasanya ada pemberian bonus kepada karyawan.
110.
Mengapa para karyawan mendapatkan bonus?
Jawab: Alasan saya memberikan bonus kepada karyawan supaya karyawan saya lebih rajin lagi bekerja dan sebagi ucapan terima kasih saya atas kerja sama mereka selama ini dengan saya. 111.
Kapan para karyawan biasanya mendapatkan bonus?
Jawab: Saya memberikan bonus kepada karyawan ketika mendapatkan keuntungan dari penjualan cengkeh dan sawah yang saya miliki sudah panen. 112.
Bagaimanakah cara pemberian bonus terhadap karyawan?
Jawab: Saya biasanya memberika uang tunai antara Rp 25. 000–Rp 30.000/orang 113.
Apakah ada pemberian THR kepada karyawan?
Jawab: Ya, saya biasa memberikan THR kepada karyawan 114.
Kapan para karyawan mendapatkan THR?
Jawab: Para karyawan mendapatkan THR ketika 1 minggu menjelang lebaran 115.
Apa bentuk THR yang diberikan kepada karyawan?
Jawab: THR yang diberikan kepada karyawan berupa kaos, baju koko, sarung, uang, dan makanan pokok. 116.
Dimana anda memberikan THR kepada para karyawan?
Jawab: Saya memberian THR di gudang tempat saya berdagang.
Nama informan
: Hj. Muslim
Alamat
: Kp. Pasar Padarincang Desa kadubeureum Rt 03 Rw 05 Kel. Kadubeureum Kec.Padarincang Kab. Serang Prop. Banten
Ketegori
: Pedagang besar
Daftar Pertanyaan kepada informan di Desa Padarincang 1. Darimana anda tahu tentang berdagang cengkeh? Jawab: Saya mengetahui tentang berdagang cengkeh dari keluarga saya 2. Siapa yang menjual cengkehnya kepada anda? Jawab: Yang menjual cengkehnya kepada saya adalah warga yang bersal dari berbadai daerah seperti Desa Padaricang, Calung, kampung Wangun, Cidane, dan Cikotak. 3. Sejak kapan anda berdagang cengkeh? Jawab: Saya berdagang sejak tahun 1968, jadi saya sudah berdagang cengkeh sekitar 40 tahun 4. Mengapa anda berdagang cengkeh? Jawab: Alasan saya berdagang cengkeh karena untungnya yang lumayan. 5. Berapa kali musim cengkeh dalam setahun? Jawab: Musim cengkeh hanya 1 kali dalam setahun 6. Apakah anda menggunakan perantara dalam berdagang cengkeh? Jawab: Saya tidak menggunakan perantara dalam berdagang cengkeh, saya biasanya menjual sendiri cengkeh yang saya dapatkan, atau bandar cengkeh sendiri yang langsung datang ke tempat saya untuk membeli cengkeh dari saya. 7. Berapakah jumlah cengkeh yang di dapat dalam satu kali transaksi? Jawab: Jika sedang musim cengkeh, banyaknya cengkeh yang biasanya saya dapatkan dalam satu kali transaksi yaitu antara 3 – 4 ton
8. Kapan anda mendapatkan cengkeh dalam jumlah banyak? Jawab: Saya mendapatkan cengkeh dalam jumlah banyak ketika musim cengkeh terutama hari senin dan hari kamis. 9. Berapakah biaya yang harus dikeluarkan untuk mengeringkan cengkeh? Jawab: Biaya yang saya kelurakan untuk mengeringkan cengkeh yaitu saya memberikan upah kepada karyawan yaitu 20.000/kg cengkeh yang kering. Upah tersebut diluar upah karyawan setriap hari karena saya memberikan upah kepada karyawan yaitu antara Rp 20.000-Rp 25.000/orang/hari 10. Berapakah perbandingan susut antara cengkeh basah dan cengkeh kering? Jawab: Perbandingan susut antara cengkeh basah dan cengkeh kering adalah 3 : 1 artinya bahwa 3 kg cengkeh basah jika dikeringkan maka akan susut dan beratnya menjadi 1 kg 11. Bagaimanakah standar cengkeh yang anda terima? Jawab: Standar cengkeh yang diterima adalah cengkek yang sangat kering 12. Apa Resiko yang didapat jika cengkeh tidak memenuhi standar? Jawab: Resiko yang diteriam jika cengkeh tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan maka harga cengkeh tersebut menjadi murah. 13. Berapa jumlah pelanggan yang anda miliki? Jawab: Pelanggan yang saya miliki sekitar 150 orang 14. Darimana saja asal pelanggan anda? Jawab: Pelanggan saya berasal dari berbagai daerah seperti Desa Padarincang, Calung, kampung Wangun, Cisadane, dan Cikotak. 15. Berapakah jumlah cengkeh dari pelanggan anda yang dijual kepada anda? Jawab: Jumlah cengkeh yang berasal dari pelanggan saya jika sedang musim cengkeh yaitu antara 20 kg-100 kg/hari 16. Kemana saja anda mengirimkan cengkeh? Jawab: Tempat-tempat untuk mengirim cengkeh adalah Rangkas Bitung, Labuan, dan Sirih.
17. Siapakah pihak yang membeli cengkeh dari anda? Jawab: Pihak-pihak yang membeli cengkeh dari saya adalah para bandar cengkeh yang berasal dari Rangkas Bitung, Labuan, dan Sirih. 18. Apakah alat transportasi yang digunakan untuk mengirimkan cengkeh? Jawab: Alat yang saya gunakan untuk mengirimkan cengkeh adalah truk 19. Mengapa anda menggunakan alat transportasi tersebut? Jawab: Alasan saya menggunakan alat transportasi tersebut karena jumlah cengkeh yang bisa diangkut lebih banyak jika dibandingkan dengan alat transportsi yang lain. 20. Bagaimanakah kepemilikan dari transportasi tersebut? Jawab: Alat transportasi yang saya pergunakan adalah milik pribadi. 21. Apa saja kendala dalam berdagang cengkeh? Jawab: Kendala dalam berdagang cenkeh diantaranya jika musim cengkeh sudah selesai karena jumlah cengkeh yang didapat semakin sedikit, kekurangan modal, dan jika harga cengkeh sedang turun. 22. Bagaimanakah cara anda untuk menanggulangi kendala tersebut? Jawab : Jika saya kekurangan modal untuk berdagang maka saya menabil sebagin tambahan modal dari hasil berdagang kebutuhan pokok sehari-hari karena selain saya juga berdagang sembako, jika harga cengkeh sedang turun maka cengkeh yang saya dapat biasnya saya simpan dulu dan dijual ketika harganya sudah naik. 23. Berapa biasanya harga cengkeh dari bandar cengkeh? Jawab: Pada bulan Juni harga cengkeh kering sekitar Rp 50. 000/kg dan saya membelinya dari pedagang yang lain yaitu Rp 48.000/kg, dan untuk harga cengkeh basah dari bandar cengkeh Rp 19.000/kg maka saya membeli dari pedagang yaitu Rp 18.000-Rp 18.500/kg 24. Siapakah yang menetapkan harga cengkeh? Jawab: Yang menetapkan harga cengkeh adalah para bandar cengkeh yang berasal dari Rangkas Bitung, Labuan, dan sirih.
25. Kapan harga cengkeh ditetapkan? Jawab: Harga cengkeh ditetapkan ketika cengkeh akan dikirim ke bandar cengkeh. 26. Bagaimanakah cara penetapan harga cengkeh? Jawb: Harga cengkeh ditetapkan ketika para bandar cengkeh datang ke Desa Padarincang untuk membeli cengkeh. Jika kualitasnya bagus maka cengkeh akan dibeli dengan harga yang tinggi. 27. Siapa saja yang terlibat dalam penetapan harga cengkeh? Jawab: Yang terlibat dalam penetapan harga cengkeh yang akan dibeli dari saya adalah saya pribadi sebagai pemilik cengkeh dengan bandar cengkeh. 28. Apa saja yang bisa membuat perubahan harga cengkeh? Jawab: Yang bisa membuat perubahan terhadap harag cengkeh diantaranya jumlah cengkeh yang sudak berkurang karena sudah tidak musim lagi, kualitas cengkeh yang tidak bagus. 29. Berapa modal awal anda untuk berdagang cengkeh? Jawab: Modalnya antara Rp 150.000.000-Rp. 200.000.000 30. Adakah modal khusus untuk berdagang cengkeh? Jawab: Tidak, saya tidak mempunyai modal khusus untuk berdagang cengkeh. 31. Darimana anda biasanya mendapatkan pinjaman untuk tambahan modal? Jawab: Saya tidak pernah meminjam modal kepada pedagang lain. 32. Apakah anda pernah meminkam tambahan modal kepada koperasi atau bank? Jawab: Saya tidak pernah meminjam ke bank atau koperasi 33. Apakah alasan anda tidak meminjam tambahan modal kepada koperasi atau bank? Jawab: Alasan saya tidak meminjam modal dari bank karena saya biasanya mempergunakan modal dari toko sembako yang saya miliki. 34. Berapakah pendapatan yang diperoleh dari berdagang cengkeh dalam satu bulan? Jawab: Pendapatan yang saya peroleh dari berdagang cengkeh yaitu antara Rp. 200.000.000 – Rp 300.000.000/ bulan jika sedang musim cengkeh
35. Berapakah keuntungan yang diperoleh dari berdagang cengkeh? Jawab: Saya mengambil keuntungan dari berdagang yaitu Rp 500/kg jadi jika cengkeh yang saya dapatkan misalkan 3 ton maka keuntungan yang saya peroleh adalah 3000 kg x Rp. 500 = Rp. 1.500.000 36. Apakah anda mempunyai kebun cengkeh? Jawab: Tidak, saya tidak mempunyai kebun cengkeh 37. Apakah anda mempunyai tempat untuk menyimpan cengkeh? Jawab: Ya, saya mempunyai tempat untuk menyimpan cengkeh yaitu di gudang tempat saya berdagang. 38. Mengapa tempat tersebut dijadikan tempat untuk menyimpan cengkeh? Jawab: tempat tersebut dijadikan sebagai tempat untuk menyimpan cengkeh supaya keamanannya terjaga. 39. Bagaimanakah kepemilikan dari tempat penyimpanan cengkeh tersebut? Jawab: Gudang tersebut milik saya pribadi. 40. Siapa yang menjaga tempat penyimpanan cengkeh tersebut? Jawab: Yang menjaga gudang tersebut adalah karyawan yang tinggal di rumahnya saya. 41. Kapan cengkeh dimasukkan ke tempat penyimpanan? Jawab: Cengkeh dimasukkan ke tempat penyimpanan jika cengkeh sudah selesai di kemas. 42. Berapa jumlah karyawan yanga anda miliki? Jawab: Karyawan yang saya miliki sekitar 5 orang 43. Siapa yang anda jadikan karyawan? Jawab: Yang saya jadikan sebagai karyawan adlah warga yang berasal dari Desa Padarincang, dan Desa Citasuk 44. Bagaiaman cara anda merekrut karyawan? Jawab: Saya mengambil para karyawan dari daerah tempat saya tinggal.
45. Apa saja hal-hal yang perlu dipenuhi untuk menjadi karyawan anda? Jawab: Tidak ada persyaratan khusus untuk menjadi karyawan saya yang terpenting orangnya mau bekerja setiap hari, bersikap jujur dalam menimbang cengkeh, dan fisiknya kuat. 46. Apakah ada pemberian bonus kepada karyawan anda? Jawab: Ya, ada pemberian bonus kepada karyawan. 47. Mengapa para karyawan mendapatkan bonus? Jawab: Alasan saya memberikan bonus kepada karyawan yaitu karena harga cengkeh sedang naik dan jika cengkeh yang dijual menghasilkan keuntungan yang besar. 48. Kapan para karyawan biasanya mendapatkan bonus? Jawab: Ketika hasil penjualan cengkeh mendapatkan keuntungan. 49. Bagaimanakah cara pemberian bonus terhadap karyawan? Jawab: Saya memberikan bonus kepada karyawan di tempat saya berdagang. Adapun bonus yang biasanya saya berikan adalah antara Rp 30.000-Rp 40.000/orang. 50. Apakah ada pemberian THR kepada karyawan? Jawab: Ya, ada tradisi pemberian THR kepada karyawan 51. Kapan para karyawan mendapatkan THR? Jawab: THR diberikan kepada karyawan yaitu sekitar 5 hari mau lebaran 52. Apa bentuk THR yang diberikan kepada karyawan? Jawab: Bentuk THR yang diberikan adalah uang, sarung, dan kebutuhan pokok sehari-hari. 53. Dimana anda memberikan THR kepada para karyawan? Jawab: Saya memberikan THR kepada karyawan di tempat saya berdagang.
Nama informan
: H. Mumu
Alamat
: Kp. Pasar Sore Desa Citasuk Rt/Rw 04/05 Kel. Citasuk Kec. Padarincang Kab. Serang Banten Prop. Banten
Kategori
: Pedagang menengah
Daftar Pertanyaan kepada informan di Desa Padarincang 1. Darimana anda tahu tentang berdagang cengkeh? Jawab: Dari keluarga saya, jadi bisa dikatakan usaha dagang cengkeh ini sudah turun temurun, karena orang tua saya juga berdagang cengkeh. 2. Siapa yang menjual cengkehnya kepada aada? Jawab: Warga masyarakat yang berasal dari Gunung Pasir Purut, Kampung Bare, dan Karenceng. 3. Sejak kapan anda berdagang cengkeh? Jawab: Saya berdagang sejak tahun 1988, dan lama berdagang sudah hampir 20 tahun. 4. Mengapa anda berdagang cengkeh? Jawab: Alasan saya berdagang cengkeh keran keuntungan yang diperoleh dari berdagang cengkeh cukup besar. 5. Berapa kali musim cengkeh dalam setahun? Jawab: Dalam setahun musim cengkeh hanya 1 kali. 6. Apakah anda menggunakan perantara dalam berdagang cengkeh? Jawab: Saya tidak menggunakan perantara dalam menjual cengkeh, biasanya saya menjual sendiri cengkeh yang saya peroleh. 7. Berapakah jumlah cengkeh yang di dapat dalam satu kali transaksi? Jawab: Jumlah cengkeh yang saya dapatkan dalam satu kali transaksi ketika musim cengkeh yaitu antara 1-2 ton.
8. Kapan anda mendapatkan cengkeh dalam jumlah banyak? Jawab: Saya mendapatka cengkeh dalam jumlah yang banyak ketika musim cengkeh, khususnya pada hari senis dan kamis. 9. Berapakah biaya yang harus dikeluarkan untuk mengeringkan cengkeh? Jawab: Biaya yang biasanya saya keluarkan untuk mengeringkan cengkeh adalah anatar Rp 15.000-Rp 20.000/orang /kg cengkeh yang kering. 10. Berapakah perbandingan susut antara cengkeh basah dan cengkeh kering? Jawab: Perbandingan susut anatar cengkeh yang basah dengan cengkeh yang kering yaitu 3 : 1 artinya 3 kg cengkeh basah jika dikeringkan akan menjadi cengkeh kering yang beratnya 1 kg. 11. Bagimanakah standar cengkeh yang anda terima? Jawab: Standar cengkeh yang saya terima adalah cengkeh yang benar-benar kering. 12. Apa Resiko yang didapat jika cengkeh tidak memenuhi standar? Jawab: Adapun resiko yang didapat jika cengkeh tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan, maka harga cengkehnya menjadi turun. 13. Berapa jumlah pelanggan yang anda miliki? Jawab: Jumlah pelanggan yang saya miliki sekitar 100 orang. 14. Darimana saja asal pelanggan anda? Jawab: Pelanggan saya berasal dari berbagai daerah diantaranya berasal dari pengunungan Pasir Purut, Kampung Baru, dan daerah Karenceng. 15. Berapakah jumlah cengkeh dari pelanggan anda yang dijual kepada anda? Jawab: Jumlah cengkeh yang berasal dari pelanggan saya yaitu antara 50-100 kg/hari 16. Kemana saja anda mengirimkan cengkeh? Jawab: Daerah yang dijadikan tempat untuk mengirimkan cengkeh diantaranya Rangkas Bitung dan Labuan.
17. Siapakah pihak yang membeli cengkeh dari anda? Jawab: Pihak yang membeli cengkeh dari saya adalah para bandar cengkeh yang berasal dari Rangkas Bitung dan Labuan. 18. Apakah alat transportasi yang digunakan untuk mengirimkan cengkeh? Jawab: Saya tidak pernah mempergunakan alat transportasi untuk mengirimkan cengkeh ke daerah Rangkas Bitung dan Labuan, karena mereka biasanya datang sendiri ke Desa Padarincang setiap hari senin dan kamis untuk membeli langsung cengkeh yang saya miliki. 19. Apa saja kendala dalam berdagang cengkeh? Jawab: Kendala dalam berdagang cengkeh yaitu jika harganya murah karena keuntungan yang nantinya didapat akan sedikit. 20. Bagaimanakah cara anda untuk menanggulangi kendala tersebut? Jawab: Cara saya menanggulangi kendala dalam berdagang cengkeh adalah dengan selalu menjaga kulitas cengkeh agar selalu sesuai standar yang telah ditentukan supaya harganya tidak murah. 21. Berapa biasanya harga cengkeh dari bandar cengkeh? Jawab: Harga cengkeh yang biasanya ditetapkan oleh bandar cengkeh untuk cengkeh kering adalag Rp 57.000/kg dan untuk cengkeh basah antara Rp 19.000/kg 22. Berapa harga awal anda membeli cengkeh dari petani? Jawab: Harga awal saya membeli cengkeh kering dari petani yaitu antara Rp 55.000-Rp 56.000/kg dan untuk cengkeh basah antara Rp 18.000-Rp 18.500/kg. 23. Siapakah yang menetapkan harga cengkeh? Jawab: Yang menetapkan ahrga cengkeh adalah para bandar cengkeh yang berasal dari Rangkas Bitung dan Labuan. 24. Kapan harga cengkeh ditetapkan? Jawab: Harga cengkeh ditetapkan ketika akan membeli cengkeh langsung dari pedagang dan jika harga cengkeh disepakati maka cengkeh boleh dibeli.
25. Bagaimanakah cara penetapan harga cengkeh? Jawab: Harga cengkeh ditetapkan jika ada permintaan dari para bandar yang ada di daerah Rangkas Bitung dan Labuan, dan setelah mereka melihat sendiri kualitas dari cengkeh yang akan dinbeli daro pedagang. 26. Siapa saja yang terlibat dalam penetapan harga cengkeh? Jawab: Pihak yang terlibat dalam penetapan harga cengkeh yang akan dibeli yaitu antara saya sebagai pemilik dari cengkeh dengan para bandar cengkeh, dan baik saya maupun pedagang terlebih dahulu mendapat informasi tentang stndar harga cengkeh yang berasal dari daerah jawa. 27. Apa saja yang bisa membuat perubahan harga cengkeh? Jawab: Yang bisa membuat perubahan dari harga cengkeh diantaranya yaitu permintaan cengkeh dari para bandar cengkeh, dan kualitas dari cengkeh yang dijual. 28. Berapa modal awal anda untuk berdagang cengkeh? Jawab: Modal awal saya untuk berdagang cengkeh yaitu antara Rp 30.000.000Rp 35.000.000 29. Adakah modal khusus untuk berdagang cengkeh? Jawab: Tidak, saya tidak mempunyai modal khusus untuk berdagang. 30. Darimana anda biasanya mendapatkan tambahan modal untuk berdagang ? Jawab: Saya mendapatkan tambahan modal untuk berdagang dengan mengambil sebagian modal dari hasil berdagang kebutuhan pokok sehari-hari karena saya mempunyai toko sembako. 31. Berapakah jumlah tambahan modal yang anda ambil dari toko sembako? Jawab: Tambahan modal yang saya ambil dari hasil dagang sembako yaitu antara Rp 15.000.000-Rp 20.000.000 32. Apakah alasan anda mengambil tambahan modal dari toko sembako yang anda miliki? Jawab: Alasannya karena saya kekurangan modal ketika berdagang cengkeh.
33. Apakah anda pernah meminjam tambahan modal kepada koperasi atau bank? Jawab: tidak pernah. 34. Apakah alasan anda tidak meminjam tambahan modal kepada koperasi atau bank? Jawab: Karena saya tidak mau. 35. Berapakah pendapatan yang diperoleh dari berdagang cengkeh dalam satu bulan? Jawab: Pendapatan yang saya peroleh dari berdagang cengkeh dalam sebulan yaitu antara Rp 25.000.000 – Rp 30.000.000 36. Berapakah keuntungan yang diperoleh dari berdagang cengkeh? Jawab: Saya mengambil keuntungan dari berdagang cengkeh yaitu antara Rp 500Rp. 1000/kg, jadi jika cengkeh yang saya jual jumlahnya 1 ton maka keuntungan yang saya dapatkan adalah 1000 kg x Rp 1000 = Rp. 1.000.000/satu kali transaksi 37. Apakah anda mempunyai tempat untuk menyimpan cengkeh? Jawab: Ya, saya mempunyai tempat untuk menyimpan cengkeh yaitu gudang yang ada di Desa Padarincang.. 38. Mengapa tempat tersebut dijadikan tempat untuk menyimpan cengkeh? Jawab: Tempat tersebut dijadikan sebagai tempat penyimpanan cengkeh supaya tidak perlu repot -repot di bawa ke rumah. 39. Bagaimanakah kepemilikan dari tempat penyimpanan cengkeh tersebut? Jawab: Gudang tersebut milik saya pribadi. 40. Siapa yang menjaga tempat penyimpanan cengkeh tersebut? Jawb: Tempat tersebut di jaga oleh petugas keamanan yang ada di Desa Padarincang 41. Kapan cengkeh dimasukkan ke tempat penyimpanan? Jawab: Cengkeh dimasukkan ke gudang ketika dalamkeadaan kering dan sudah dikemas dengan karung plastik. 42. Berapa jumlah karyawan yanga anda miliki? Jawab: Karyawan yang saya miliki adalah 2 orang.
43. Siapa yang anda jadikan karyawan? Jawab: Yang saya jadikan sebagai karyawan adalah saudara saya yang berasal dari Desa Citasuk 44. Bagaiaman cara anda merekrut karyawan? Jawab: Saya yang mengambil sendiri karyawan dari daerah Desa Citasuk. 45. Apa saja hal-hal yang perlu dipenuhi untuk menjadi karyawan anda? Jawab: Tidak ada syarat khusus untuk mejadinkaryawn saya, yang terpenting orang tersebut rajin bekerja dan fisiknya kuat. 46. Apakah ada pemberian bonus kepada karyawan anda? Jawab: Ada pemberian bonus kepada karyawan. 47. Mengapa para karyawan mendapatkan bonus? Jawab: Supaya dengan saya memberikan bonus kepada mereka, maka mereka lebih giat lagi dalam bekerja. 48. Kapan para karyawan biasanya mendapatkan bonus? Jawab: Jika ada keuntungan dari hasil penjualan cengkeh dan ada keuntungan dari toko sembako yang saya miliki. 49. Bagaimanakah cara pemberian bonus terhadap karyawan? Jawab: Saya biasanya memberikan uang tunai kepada karyawan di tempat saya berdagang yaitu antara Rp 10.000-Rp 15.000/orang. Uang tersebut diluar upah harian yang diberiak kepada para karyawan setiap harinya dimana upah yang saya berikan yaitu antara Rp 20.000-Rp 25.000/orang/hari. 50. Apakah ada pemberian THR kepada karyawan? Jawab: Ya, ada pemberian THR kepada para karyawan. 51. Kapan para karyawan mendapatkan THR? Jawab: Para karyawan mendapatkan THR ketika seminggu lagi mau lebaran. 52. Apa bentuk THR yang diberikan kepada karyawan? Jawab: Bentuk THR yang diberikan adalah berupa uang, sarung, dan baju koko.
53. Dimana anda memberikan THR kepada para karyawan? Jawab: Saya memberikan THR kepada karyawan di tempat saya berdagang yaitu di Desa Padarincang
Nama informan
: H. Samitra
Alamat
: Kp. Turalak Desa Ramea Kel. Ramea Rt 07 Rw 014 Kec. Mandalawangi Kab. Pandeglang Propinsi Banten
Kategori
: Pedagang menengah
Daftar Pertanyaan kepada informan di Desa Padarincang 1. Darimana anda tahu tentang berdagang cengkeh? Jawab: Saya tahu tentang berdagang dari pedagang cengkeh di Desa Padarincang yang bernama H. Mahfudz 2. Siapa yang menjual cengkehnya kepada anda? Jawab: Yang menjual cengkehnya kepada saya adala warga masyarakat tang ada di daerah Mandalawangi, Turalak, Kadujangkung, Cikupa, dan Kadu Pedang. 3. Sejak kapan anda berdagang cengkeh? Jawab: Sejak tahun 1979, jadi lamanya saya berdagang cengkeh sekitar 29 tahun 4. Mengapa anda berdagang cengkeh? Jawab: Alasan saya berdagang cnegkeh karena keuntungan yang diperoleh dari berdagang cengkeh lumayan besar. 5. Berapa kali musim cengkeh dalam setahun? Jawab: Dalam setahun musim cengkeh hanya 1 kali. 6. Apakah anda menggunakan perantara dalam berdagang cengkeh? Jawab: Saya tidak menggunakan perantara dalam berdagang cengkeh, saya biasanya menjual cengkeh yang saya peroleh ke ppedagang besar yang ada di Desa Padarincang. 7. Berapakah jumlah cengkeh yang di dapat dalam satu kali transaksi? Jawab: Jumlah cengkeh yang di dapat jika sedang musim cengkeh yaitu 1 ton, dan jika tidak pada musimnya cengkeh yang didapat antara 1-2 kwintal. 8. Kapan anda mendapatkan cengkeh dalam jumlah banyak? Jawab: Saya mendapatkan cengkeh dalam jumlah jiak sedang tiba musim cengkeh.
9. Berapakah biaya yang harus dikeluarkan untuk mengeringkan cengkeh? Jawab: Biaya yang saya keluarkan untuk mengeringkan cengkeh yaitu Rp. 10.000/kg cengkeh yang kering 10. Berapakah perbandingan susut antara cengkeh basah dan cengkeh kering? Jawab: Perbandingan susut antara cengkeh yang basah dan cengkeh yang kering adalah 3 : 1 artinya 3 kg cengkeh basah jika dikeringkan akan menjadi susut dan beratnya menjadi 1 kg. 11. Bagimanakah standar cengkeh yang anda terima? Jawab: Standar cengkeh yang ditreima dalah jensi cengkeh yang sangat kering. 12. Apa Resiko yang didapat jika cengkeh tidak memenuhi standar? Jawab: Resiko yang didapat jika cengkeh yang dijual tidak memenuhi standar maka harga cengkeh menjadi murah. 13. Berapa jumlah pelanggan yang anda miliki? Jawab: Jumlah pelanggan yang saya miliki sekitar 100 orang. 14. Darimana saja asal pelanggan anda? Jawab: pelanggan saya berasal dari berbagai daerah seperti Mandalawangi, Turalak, Kadu Jangkung, Cikupa, dan Kadu Pedang. 15. Berapakah jumlah cengkeh dari pelanggan anda yang dijual kepada anda? Jawab: Jumlah cengkeh yang berasal dari pelanggan saya yaitu antara 1-100 kg/hari. 16. Kemana saja anda mengirimkan cengkeh? Jawab: Saya mengirim cengkeh ke Desa Padarincang. 17. Siapakah pihak yang membeli cengkeh dari anda? Jawab: Pihak yang membeli cengkeh dari saya adalah pedagang besar yang ada di Desa Padarincang. 18. Apakah alat transportasi yang digunakan untuk mengirimkan cengkeh? Jawab: Alat transportasi yang saya gunakan untuk mengirimkan cengkeh adalah motor.
19. Mengapa anda menggunakan alat tarnsportasi tersebut? Jawab: Alasan saya mempergunakan alat tersebut karena supaya lebih mudah dan biayanya tidak mahal. 20. Bagaimanakan kepemilikan dari transportasi tersebut? Jawab: Alat transportasi tersebut milik saya pribadi. 21. Apa saja kendala dalam berdagang cengkeh? Jawab: Kendala dalam berdagang cengkeh adalah jika tiba musi hujan, karena proses pengeringan cengkeh menjadi lama. 22. Bagaimanakah cara anda untuk menanggulangi kendala tersebut? Jawab: Cara saya menanggulangi kendala tersebut yaitu jika mudim hujan tiba saya biasanya hanya membeli cengkeh dari warga berupa cengkeh yang kering saja. 23. Berapa biasanya harga cengkeh dari Desa Padarincang? Jawab: Harga cengkeh dari pedagang besar di Desa Padarincang untuk jenis cengkeh kering yaitu Rp. 58.000/kg, sedangkan untuk jenis cengkeh basah harganya yaitu Rp 18.500/kg. 24. Berapa harga awal anda membeli cengkeh dari petani? Jawab: Untuk jenis cengkeh kering saya membelinya dengan harga Rp 57.000/kg dan untuk jenis cengkeh basah harganya Rp. 18.000/kg 25. Siapakah yang menetapkan harga cengkeh? Jawab: Yang menetapkan harga cengkeh adalah pedagang besar yang ada di Desa Padarincang. 26. Kapan harga cengkeh ditetapkan? Jawab: Harga cengkeh ditetapkan ketika ada permintaan cengkeh dari pedagang besar di Desa Padarincang. 27. Bagaimanakah cara penetapan harga cengkeh? Jawab: Harga cengkeh ditetapkan ketika cengkeh dibawa ke pedagang besar yang ada di Desa Padarincang, jika kualitasnya bagus maka harga cengkehnya akan tinggi akan tetapi jika kualitasnya tidak bagus maka harganya akan turun.
28. Siapa saja yang terlibat dalam penetapan harga cengkeh? Jawab: yang terlibat dalam penetapan harga adalah pedagang besar dan bandar cengkeh 29. Apa saja yang bisa membuat perubahan harga cengkeh? Jawab: Yang membuat perubahan harga cengkeh biasanya kalau musim cengkeh sudah akan selesai maka harganya juga tidak semahal waktu musim cengkeh, kualitas cengkeh juga mempengaruhi harga cengkeh yang akan dijual. 30. Berapa modal awal anda untuk berdagang cengkeh? Jawab: Modal awal saya untuk berdagang yaitu Rp 50.000.000 31. Adakah modal khusus untuk berdagang cengkeh? Jawab: Saya tidak mempunyai modal khusus untuk berdagang. 32. Darimana anda biasanya mendapatkan pinjaman untuk tambahan modal? Jawab: Saya mendapatkan pinjaman untuk tambahan modal berdagang dari pedagang besar yang ada di Desa Padarincang yang selama ini menjadi mitra bisnis saya. 33. Berapakah jumlah tambahan modal yang anda pinjam? Jawab: Jumlah tambahan modal yang biasanya saya pinjam besarnya yaitu antara Rp 10.000.000-Rp 20.000.000 34. Apakah alasan anda meminjam tambahan modal? Jawab: Alasan saya meminjam karena kekurangan modal untuk berdagang hasil perkebunan 35. Bagaimanakah sistem pengembalian dari tambahan modal yang anda pinjam? Jawab: Sistem pengembalain pinjaman dari tambahan modal yang saya pinjam tidak ada penambahan pinjaman yang saya harus berikan dan tidak dikenakan bunga. 36. Apakah anda pernah meminjam tambahan modal kepada koperasi atau bank? Jawab: Tidak pernah. 37. Apakah alasan anda tidak meminjam tambahan modal kepada koperasi atau bank?
Jawab: Alasan saya karena kalau meminjam dari bank banyak persyaratannya dan selama ini saya selalu meminjam tambahan modal dari bos saya. 38. Berapakah pendapatan yang diperoleh dari berdagang cengkeh dalam satu bulan? Jawab: Pendapatan yang diperoleh dari hasil berdagang cengkeh dalam satu bulan yaitu antara Rp 30.000.000-Rp. 33.000.000 39. Berapakah keuntungan yang diperoleh dari berdagang cengkeh? Jawab: Saya mengabil keuntungan dari berdagang cengkeh yaitu Rp. 500/kg. jadi jika cengkeh yang saya jual misalkan berjumlah 5 ton maka keuntungan yang saya peroleh 5 ton x Rp. 500 = Rp. 500.000 40. Apakah anda mempunyai kebun cengkeh? Jawab: Ya, saya mempunyai kebun cengkeh. Selain itu saya juga mempunyai kebun kelapa, melinjo, pete dan jengkol. 41. Berapakah luas kebun cengkeh yang dimiliki? Jawab: Luas kebun cengkeh 3 ha, kebun kelapa 2 ha, kebun melinjo, pete dan jengkol luasnya 3 ha. 42. Berapa kali kebun cengkeh bisa di panen? Jawab: Untuk kebun cengkeh biasa panen satu tahun sekali, untuk kebun kelapa, melinjo, pete dan jengkol bisa setiap bulan. 43. Berapakah banyak cengkeh yang dihasilkan dari kebun cengkeh dalam satu kali panen? Jawab: Jumlah cengkeh yang dapat dihasilkan dari kebun cengkeh dalam satu kali panen sekitar 5 kwintal. 44. Apakah anda mempunyai tempat untuk menyimpan cengkeh? Jawab: Ya, saya menyimpan cengkeh di gudang. 45. Mengapa tempat tersebut dijadikan tempat untuk menyimpan cengkeh? Jawab: Tempat tersebut dijadikan tempat untuk menyimpan cengkeh supaya aman, dan lebih gampang untuk diambil jika akan dijual. 46. Bagaimanakah kepemilikan dari tempat penyimpanan cengkeh tersebut? Jawab: Gudang tersebut milik saya pribadi.
47. Siapa yang menjaga tempat penyimpanan cengkeh tersebut? Jawab: Yang menjaga gudang tersbut adalah karyawan saya. 48. Kapan cengkeh dimasukkan ke tempat penyimpanan? Jawab: Cengkeh dimasukkan ke dalam gudang jika sudah kering, dan dikemas dalam karung plastik ukuran besar, setelah itu ditimbang untuk mengetahui susutnya. 49. Berapa jumlah karyawan yanga anda miliki? Jawab: Jumlah karyawan yang saya miliki yaitu 5 orang. 50. Siapa yang anda jadikan karyawan? Jawab: Yang saya jadikan sebagai karyawan adalah warga yang berasal dari daerah Turalak dan sekitarnya. 51. Bagaimana cara anda merekrut karyawan? Jawab: Yang melakukan perekrutan biasanya saya sendiri, jadi saya memanggil langsung orang yang saya akan jjadikan sebagai karyawan berdasarkan rekomendasi dan masukkan dari anggota keluarga saya. 52. Apa saja hal-hal yang perlu dipenuhi untuk menjadi karyawan anda? Jawab: Hal-hal yang harus dipenuhi untuk mejadi karywan saya yaitu orangnya harus jujur dan rajin. 53. Apakah ada pemberian bonus jkepada karyawan anda? Jawab: Ada, yaitu berupa uang tunai sebesar Rp. 50.000/orang 54. Mengapa para karyawan mendapatkan bonus? Jawab: Para karyawan mendapatkan bunus supaya lebih semangat lagi dalam bekerja. 55. Kapan para karyawan biasanya mendapatkan bonus? Jawab: Para karyawan mendapatkan bonus yaitu setelah panen cengkeh. 56. Bagaimanakah cara pemberian bonus terhadap karyawan? Jawab: Saya memberikan bonus kepada karyawan digudang dengan memberikan langsung uang tunai kepada setiap karyawan.
57. Apakah ada pemberian THR kepada karyawan? Jawab: Ada pemberian THR kepada karyawan saya. 58. Kapan para karyawan mendapatkan THR? Jawab: Para karyawan mendapatkan THR ketika akan menjelang lebaran. 59. Apa bentuk THR yang diberikan kepada karyawan? Jawab: Bentuk THR yang diberikan berupa baju, kaos dan uang tunai. 60. Dimana anda memberikan THR kepada para karyawan? Jawab: Saya memberikan THR kepada karyawan di tempat saya berdagang.
Nama informan
: Ibu Junah
Alamat
: Kp. Cibojong Desa Kadubuereum Rt 03 Rw 01 Kel. Kadubuereum Kec.Padarincang Kab. Serang Prop. Banten
Kategori
: Pedagang kecil
Daftar Pertanyaan kepada informan di Desa Padarincang 1. Darimana anda tahu tentang berdagang cengkeh? Jawab: Saya mengetahui dagang cengkeh dari saudara saya di rumah 2. Siapa yang menjual cengkehnya kepada anda? Jawab: Yang menjual cengkenya kepada saya adalah masyarakat pedalaman di daerah Cinangka, Cibawang, dan Sadatani. 3. Sejak kapan anda berdagang cengkeh? Jawab: Saya berdagang cengkeh sejak tahun 1988, jadi saya sudah berdagang cengkeh sekitar 20 tahun. 4. Mengapa anda berdagang cengkeh? Jawab: Alasan saya berdagang cengkeh karena untungnya yang lumayan dan kalau ketika datang musim cengkeh maka akan cepat untuk bisa djual kembali ke pedagang lain. 5. Berapa kali musim cengkeh dalam setahun? Jawab: Musim cengkeh dalam setahun hanya 1 kali. 6. Apakah anda menggunakan perantara dalam berdagang cengkeh? Jawab: Saya biasanya langsung menjual sendiri cengkeh yang saya dapat ke pedagang yang ada di Desa Padarincang. 7. Berapakah jumlah cengkeh yang di dapat dalam satu kali transaksi? Jawab: Jumlah cengkeh yang biasanya saya dapatkan untuk jenis cengkeh basah 5 kg dan untuk jensi cengkeh kering biasanya 3-4 kg.
8. Kapan anda mendapatkan cengkeh dalam jumlah banyak? Jawab: Saya mendapatkan cengkeh dalam jumlah yang banyak ketika musim cengkeh tiba. 9. Bagimanakah standar cengkeh yang anda terima? Jawab: Standar cengkeh yang diterima adalah cengkeh yang sangat kering dan wangi cengkehnya bisa tercium. 10. Apa Resiko yang didapat jika cengkeh tidak memenuhi standar? Jawa: Jika cengkeh yang saya beli dari petani cengkeh tidak memenuhi standar, maka harga jual ke pedagang besar menjadi lebih murah karena kulitasnya kurang bagus. 11. Berapa jumlah pelanggan yang anda miliki? Jawab: Jumlah pelanggan saya sekitar 30-50 orang. 12. Darimana saja asal pelanggan anda? Jawab: Pelanggan saya berasal dari daerah pedalaman di Cinangka, Cibawang, dan Sadatani. 13. Berapakah jumlah cengkeh dari pelanggan anda yang dijual kepada anda? Jawab: Cengkeh yang saya beli dari masyarakat pedalam di daerah Cinangka, Cibawang, dan Sadatani ada dua macam. Yang pertama jenis cengkeh kering yang saya beli dengan menggunakan ukuran gelas minum, dan yang ke dua jenis cengkeh basah yang saya beli dengan menggunakan ukuran liter. 14. Kemana saja anda mengirimkan cengkeh? Jawab: Saya mengirimkan cengkeh ke desa Padarincang 15. Siapakah pihak yang membeli cengkeh dari anda? Jawab: Pedagang besar yanga da di Desa Padarincang 16. Apakah alat transportasi yang digunakan untuk mengirimkan cengkeh? Jawab: Alat transportasi yang digunakan untuk mengirim cengkeh adalah ojeg, dimana biaya ojeg untuk pulang-pergi yaitu Rp 16.000-Rp 17.000/hari
17. Mengapa anda menggunakan alat transportasi tersebut? Jawab: Saya menggunakan alat transportasi tersebut karena sudah dari dulu menggunakan jasa ojeg. 18. Apa saja kendala dalam berdagang cengkeh? Jawab: Kendala saya berdagang cengkeh yaitu masih sering kekurangan modal untuk berdagang 19. Bagaimanakah cara anda untuk menanggulangi kendala tersebut? Jawab: Cara saya menaggulangi kendala tersebut yaitu dengan meminjam tambahan modal ke pedagang besar yang ada di Desa Padarincang 20. Berapa biasanya harga cengkeh dari Pedagang Besar Di desa Padarincang? Jawab: Untuk jenis cengkeh kering harga dari pedagang besar yaitu Rp. 53.000/kg dan untuk cengkeh basah harganya Rp. 16.000/kg. 21. Berapa harga awal anda membeli cengkeh dari petani? Jawab: Saya membeli cengkeh dari petani menggunakan ukuran gelas minum dan liter. Untuk jenis cengkeh basah saya beli dalan ukuran gelas minum dengan harga Rp. 3000/gelas dan untuk jenis cengkeh basah, saya menggunakan ukuran liter dimana saya membeli dari petani dengan harga Rp. 10.000/liter. 22. Siapakah yang menetapkan harga cengkeh? Jawab: Yang menetapkan harga cengkeh ketika saya membeli cengkeh dari petani adalah petani dan saya sendiri, sehingga baik saya maupun petani sama-sama mendapatkan keuntungan. 23. Kapan harga cengkeh ditetapkan? Jawab: Harga cengkeh ditetapkan ketika akan dijual kepada saya. 24. Bagaimanakah cara penetapan harga cengkeh? Jawab: Terlebih dahulu saya melihat kualitas cengkeh yang akan dijual oleh petani, jika kualitasnya bagus saya kan beli dengan harga yang tinggi akan tetapi jika kualitasnya kurang bagus maka harga cengkehnya pun menajdi turun.
25. Siapa saja yang terlibat dalam penetapan harga cengkeh? Jawab: Pihak yang terlibat dalam penetapan harga cengekh adalah saya sebagai pedagang dan petani cengkeh. 26. Apa saja yang bisa membuat perubahan harga cengkeh? Jawab: Yang membuat perubahan dari harga cengkeh diantaranya permintaan dari pedagang besar yang ada di Desa Padarincang, musim cengkeh juga berpengaruh terhadap harga cengkeh. Jika sedang datang muism cengkeh maka harganya naik akan tetapi jika sudah berlalu muism cengkeh maka harganya biasnya menajdi turun. 27. Berapa modal awal anda untuk berdagang cengkeh? Jawab: Modal awal saya untuk berdagang yaitu Rp. 250.000. modal tersebut termasuk modal untuk berjualan sayur mayur. 28. Adakah modal khusus untuk berdagang cengkeh? Jawab: Saya tidak mempunyai modal khusus untuk berdagang cengkeh. 29. Darimana anda biasanya mendapatkan pinjaman untuk tambahan modal? Jawab: Saya mendapatkan pinjaman modal dari pedagang besar yang ada di Desa Padarincang. 30. Berapakah jumlah tambahan modal yang anda pinjam? Jawab: Jumlah tambahan modal yang saya pinjam Rp. 100.000 31. Apakah alasan anda meminjam tambahan modal? Jawab: Alasan saya meminjam karena kekurangan modal untuk berdagang. 32. Bagaimanakah sistem pengembalian dari tambahan modal yang anda pinjam? Jawab: Sistem pengembalin pinjamannya tidak dikenakan bunga, setiap hari saya menyetor uang ke pedagang besar Rp. 10.000/hari. 33. Apakah anda pernah meminjam tambahan modal kepada koperasi atau bank? Jawab: Ya, saya pernah meminjam uang dari Bank BRI , tapi bukan untuk modal usaha. Jumlah pinjaman saya pinjam dari bank yaitu Rp. 5.000.000
34. Apakah alasan anda meminjam tambahan modal kepada koperasi atau bank? Jawab: Alasan saya meminjam uang ke bank untuk membantu biaya pendidikan anak-anak saya. 35. Bagaiamana sistem pengembalian pinjaman dari uang yang anda pinjam dari Bank? Jawab: Sistem pengembalian pinjaman menggunakan sistem bunga, dan saya harus membayar cicilan pinjaman sebesar Rp. 350.000/bulan selama 1,5 tahun. 36. Berapakah pendapatan yang diperoleh dari berdagang cengkeh dalam satu bulan? Jawab: Pendapatan yang saya peroleh setiap bulan dari hasil berdagang yaitu antara Rp 400.000-Rp 500.000/bulan 37. Berapakah keuntungan yang diperoleh dari berdagang cengkeh? Jawab: Keuntungan yang saya peroleh dari berdagang yaitu antara Rp 50.000- Rp 60.000/hari.
Nama Informan
: Ibu Maryam
Alamat
: Kp. Cibojong Desa Kadubuereum Rt 03 Rw 01 Kel. Kadubuereum Kec Padarincang Kab. Serang Prop. Banten
Kategori
: Pedagang kecil
Daftar Pertanyaan kepada informan di Desa Padarincan 1. Darimana anda tahu tentang berdagang cengkeh? Jawab: Dari masyarakat yang ada di Desa Padarincang. 2. Siapa yang menjual cengkehnya kepada anda? Jawab: Yang menjual cengkehnya kepada saya adalah warga mayarakat yang berasal dari Cidayun, Kado Tomo, dan Sadatani. 3. Sejak kapan anda berdagang cengkeh? Jawab: Saya berdagang sejak tahun 2001. 4. Mengapa anda berdagang cengkeh? Jawab: Alasan saya berdagang yaitu untuk memenuhi kebutuhan keluarga saya sehari-hari, karena keuntungan dari berdagang cengkeh lumayan besar. 5. Berapa kali musim cengkeh dalam setahun? Jawab: musim cengkeh hanya 1 kali dalam sehaun. 6. Apakah anda menggunakan perantara dalam berdagang cengkeh? Jawab: Saya tidak menggunakan perantara dalam berdagang cengkeh, saya menjual langsung cengkeh yang saya dapatkan setiap hari ke pedagang besar yang ada di Desa Padarincang. 7. Berapakah jumlah cengkeh yang di dapat dalam satu kali transaksi? Jawab: Jumlah cengkeh yang biasanya saya dapat dalam satu kali transaksi untuk jenis cengkeh basah yaitu 20-50 kg/hari dan untuk jenis cengkeh kering yaitu antara 1-11 kg/hari.
8. Kapan anda mendapatkan cengkeh dalam jumlah banyak? Jawab: Saya mendapatkan cengkeh dalam jumlah banyak ketika datang musim cengkeh, dan pailng banyak yaitu setiap hari sabtu. 9. Bagimanakah standar cengkeh yang anda terima? Jawab: Standar cengkeh yang saya tetapkan untuk jenis cengkeh kering adalah cengkeh yang benar-benar kering dan wanginya samapi tercuim, dan untuk cen gkeh basah tidak ada standar yang saya tetapkan. 10. Apa resiko yang didapat jika cengkeh tidak memenuhi standar? Jawab: Resiko yang didapat jika cengkeh tidak memenuhi standar, maka harga cengkenya menjadi turun. 11. Berapa jumlah pelanggan yang anda miliki? Jawab: Jumlah pelanggan yang saya miliki sekitar 100 orang. 12. Darimana saja asal pelanggan anda? Jawab: Pelanggan saya berasal dari Cidayun, Kadu Tomo dan Sadatani. 13. Berapakah jumlah cengkeh dari pelanggan anda yang dijual kepada anda? Jawab: Jumlah cengkeh yang berasal dari pelanggan biasanya antara 1-5 kg/orang untuk jenis cengkeh basah dan cengkeh kering. 14. Kemana saja anda mengirimkan cengkeh? Jawab: Saya mengirimkan cengkeh ke pedagang besar yang ada di Desa Padarincang 15. Siapakah pihak yang membeli cengkeh dari anda? Jawab: Pihak yang membeli cengkeh dari saya adalah pedagang besar besar yang ada di Desa Padarincang. 16. Apakah alat transportasi yang digunakan untuk mengirimkan cengkeh? Jawab: Alat transportasi yang saya gunakan untuk mengirim cnegkeh ke Desa Padarincang adalah ojeg motor. 17. Mengapa anda menggunakan alat transportasi tersebut?
Jawab: Saya menggunakan ojeg motor karena lebih gampang dan biaya yang dikeluarkan juga tidak mahal, dan daerah daerah yang saya datangi untuk mendapatkan cengkeh hanya bisa dilalui oleh motor. Besarnya biaya untuk menuju daerah – daerah tersebut yaitu antara Rp. 16.000 – Rp. 18.000/hari. 18. Bagaimanakan kepemilikan dari transportasi tersebut? Jawab: Sepeda motor tersebut bukan milik saya, tapi saya hanya menyewanya. 19. Apa saja kendala dalam berdagang cengkeh? Jawab: Kendala saya berdagang cengkeh yaitu susahnya alat tarnsportasi untuk menuju daerah – daerah tepat saya berdagang, karena tempatnya masuk ke pedalaman dan daerah pegunungan 20. Bagaimanakah cara anda untuk menanggulangi kendala tersebut? Jawab: Cara saya menaggulangi kendala tersebut yaitu dengan menggunakan jasa ojeg tetap yang selalu saya pakai tiap hari untuk menuju tempat-tempat saya biasa berdagang. 21. Berapa biasanya harga cengkeh dari Pedagang besar di Desa Padarincang? Jawab: Untuk jenis cengkeh kering harga dari pedagang besar yaitu Rp 53.000/kg dan untuk cengkeh basah harganya Rp 16.000/kg. 22. Berapa harga awal anda memebli cengkeh dari petani? Jawab: Saya membeli cengkeh dari petani menggunakan ukuran gelas minum dan liter. Untuk jenis cengkeh basah saya beli dalan ukuran gelas minum dengan harga Rp 3000/gelas dan untuk jenis cengkeh basah, saya menggunakan ukuran liter diaman saya membeli dari petani dengan harga Rp 7.000/liter. 23. Siapakah yang menetapkan harga cengkeh? Jawab: Yang menetapkan harga cengkeh ketika saya membeli cengkeh dari petani adalah petani dan saya sendiri, sehingga baik saya maupun petani sama – sama mendapatkan keuntungan. 24. Kapan harga cengkeh ditetapkan? Jawab: harga cengkeh ditetapkan ketika cengkeh akan dijual
25. Bagaimanakah cara penetapan harga cengkeh? Jawab: Terlebih dahulu saya melihat kualitas cengkeh yang akan dijual oleh petani, jika kualitasnya bagus saya kan beli dengan harga yang tinggi akan tetapi jika kualitasnya kurang bagus maka harga cengkehnya pun menjadi turun. 26. Siapa saja yang terlibat dalam penetapan harga cengkeh? Jawab: Yang terlibat dalam penetapan harga cengkeh adalah petani dan saya sebagai pedagang. 27. Apa saja yang bisa membuat perubahan harga cengkeh? Jawab: Yang membuat perubahan dari harga cengkeh diantaranya permintaan dari pedagang besar yang ada di Desa Padarincang, musim cengkeh juga berpengaruh terhadap harga cengkeh. Jika sedang datang muism cengkeh maka harganya naik akan tetapi jika sudah berlalu muism cengkeh maka harganya biasnya menjadi turun. 28. Berapa modal awal anda untuk berdagang cengkeh? Jawab: Modal awal untuk berdagang adalah Rp. 1.000.000 29. Adakah modal khusus untuk berdagang cengkeh? Jawab: Tidak ada modal khusus untuk berdagang cengkeh. 30. Darimana anda biasanya mendapatkan pinjaman untuk tambahan modal? Jawab: Saya mendapatkan pinjaman untuk tambahan modal dari Pedagang besar yang menjadi mitra bisnis saya dalam berdagang. 31. Berapakah jumlah tambahan modal yang anda pinjam? Jawab: Besarnya tambahan modal yang saya pinjam yaitu Rp. 500.000 32. Apakah alasan anda meminjam tambahan modal? Jawab: Alasan saya meminjam karena kekurangan modal. 33. Bagaimanakah sistem pengembalian dari tambahan modal yang anda pinjam?
Jawab: Sistem pengembalian dari tambahan modal yang saya pinjam tidak dikenakan bunga. Cara pengembaliannya yaitu dengan cara dicicil setiap hari sebesar Rp 20.000/hari
34. Apakah anda pernah meminkam tambahan modal kepada koperasi atau bank? Jawab: Tidak pernah 35. Apakah alasan anda tidak meminjam tambahan modal kepada koperasi atau bank? Jawab: karena jika meminjam tambahan modal ke bank banyak sekali oersyaratan yang harus saya penuhi. 36. Berapakah pendapatan yang diperoleh dari berdagang cengkeh dalam satu bulan? Jawab: besarnya pendapatan yang saya peroleh setiap bulan sekitar antara Rp. 2.000.000- Rp. 3.000.000 37. Berapakah keuntungan yang diperoleh dari berdagang cengkeh? Jawab: keuntungan yang saya peroleh dari berdagang cengkeh yaitu Rp. 30.000/hari