Protobiont 2014 Vol 3 (2) : 87 - 92
Pengendalian Rayap Tanah Coptotermes curvignathus Holmgren Menggunakan Ekstrak Daun Gulma Sembung Rambat (Mikania micrantha Kunth) Devi Mulia Salam1, Mukarlina1, Farah Diba2 1
Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, 2 Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Tanjungpura, Jl. Daya Nasional, Pontianak, email korespondensi:
[email protected]
Abstract Mile-a-minute weeds (Mikania micrantha Kunth) contain secondary metabolite compounds such as tannins, alkaloids, saponins, steroids and terpenoids that can be used as insecticides. Those compounds can be used to regulate subterranean termites Coptotermes curvignathus Holmgren. This study aims to find Lethal Concentration (LC)50 extract of M. micrantha on C. curvignathus and extract concentration of M. micrantha which caused least weight loss percentage of paper disc. The research was conducted in 3 months at the laboratory of Biotechnology in Faculty of Mathematics and Science of Tanjungpura University and laboratory of Forest Product Technology in Faculty of Forestry of Tanjungpura University. Extract of M. micrantha was obtained through maseration method using methanol. The no-choice bioassay test was carried-out by treating paper discs with extracts at the concentration of 6%, 8%, 10% w/v (g/ml), DMSO 10% as control solvent and termiticide (has active compounds fipronil 50 g/l) was made at the concentration of 5% v/v (ml/ml) as positive control. LC50 determined by probit analysis. The bioassay test showed that LC50 extract of M. micrantha has an effect to C. curvignathus in 8,07%, and caused least weight loss percentage of paper disc (27,26%) in 10%. Key words : Mikania micrantha, subterranean termite, mortality, weeds
PENDAHULUAN Rayap merupakan serangga yang memiliki sebaran luas dan telah menyebabkan kerugian ekonomis yang sangat besar. Rayap yang paling banyak menyebabkan kerusakan pada tanaman kehutanan, perkebunan dan pertanian adalah rayap tanah dari jenis Coptotermes curvignathus (Prasetyo dan Yusuf, 2005 dalam Siregar dan Batubara, 2007). Berbagai tumbuhan termasuk gulma memiliki senyawa metabolit sekunder yang dapat digunakan untuk pertahanan diri terhadap hama dan penyakit. Sembung rambat (Mikania micrantha) adalah salah satu gulma yang berpotensi sebagai insektisida karena mengandung metabolit sekunder seperti tanin, alkaloid, saponin, steroid dan terpenoid. Metabolit sekunder yang terkandung dalam M. micrantha memiliki mekanisme penolak makan dan mencegah
oviposisi bagi hama ulat daun kubis (Plutella xylostella) (Zhang et al., 2003), aktivitas antibakteri (Hajra et al., 2010) dan anti-protozoa (Laurella et al., 2012). Gulma M. micrantha merupakan gulma invasif yang sulit dikendalikan dan banyak merusak tanaman perkebunan (Teoh et al., 1985). Pengendalian gulma dengan bahan kimia sintetik dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Gulma M. micrantha perlu dimanfaatkan sebagai salah satu upaya pengendalian. Salah satunya adalah sebagai pengendali rayap tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui LC50 ekstrak M. micrantha pada C. curvignathus dan konsentrasi ekstrak M. micrantha yang menyebabkan persentase kehilangan berat kertas uji terendah.
87
Protobiont 2014 Vol 3 (2) : 87 - 92
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Agustus hingga bulan Oktober 2013. Proses ekstraksi dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tanjungpura Pontianak. Pengujian rayap dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura Pontianak. Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan adalah rayap pekerja dan rayap prajurit C. curvignathus yang diambil dari kawasan Arboretum Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura Pontianak, gulma M. micrantha yang diambil dari perkebunan kelapa sawit milik PT. Bumi Pratama Khatulistiwa yang terletak di Desa Mega Timur Kecamatan Sungai Ambawang Kabupaten Kubu Raya, DMSO (dimethylsulfoxide) 10%, metanol p.a. (pro analysis), akuades, kertas saring Whatman No. 41 sebagai kertas uji, termitisida berbahan aktif fipronil, kapas dan pasir. Rancangan Percobaan Metode yang digunakan adalah metode eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Konsentrasi ekstrak M. micrantha yang digunakan yaitu 6%, 8%, 10% b/v (g/ml). Kontrol pelarut menggunakan DMSO 10% tanpa ekstrak dan kontrol positif menggunakan termitisida berbahan aktif fipronil dengan konsentrasi 50 g/l. Kontrol positif dibuat pada konsentrasi 0,5% v/v (ml/ml). Prosedur Kerja Pembuatan Ekstrak Uji Daun M. micrantha sebanyak 5 kg dikeringkan pada tempat yang tidak terkena sinar matahari secara langsung, kemudian diblender dan disaring dengan ukuran lolos 40 mesh dan tertahan 60 mesh. Sebanyak 200 g serbuk direndam dalam 1000 ml metanol selama 6 x 24 jam. Setiap 3 x 24 jam larutan ekstrak disaring dengan kertas saring dan dilakukan pergantian pelarut menggunakan 1000 ml metanol. Larutan ekstrak yang telah disaring kemudian dievaporasi menggunakan rotary evaporator dengan kecepatan 60 rpm pada suhu 45oC. Ekstrak kental kemudian disimpan di dalam desikator (Hajra et al., 2010). Pembuatan Larutan Uji Ekstrak M. micrantha Ekstrak metanol daun M. micrantha dibuat dalam konsentrasi 6%, 8% dan 10% b/v (g/ml).
Konsentrasi tersebut dibuat dengan menimbang ekstrak masing-masing 0,6 g, 0,8 g dan 1 g, kemudian masing-masing dilarutkan dengan DMSO 10% sebanyak 10 ml. Uji Toksisitas Ekstrak Uji toksisitas menggunakan metode umpan paksa (forced feeding test) yang telah dilakukan Ohmura et al. (1997) dalam Ratnaningsih (2001). Kertas uji (Whatman No. 41) dengan diameter 4 cm direndam dalam larutan ekstrak sesuai konsentrasi masing-masing selama 1 jam, kemudian dikeringudarakan selama 24 jam hingga mencapai kering udara. Setelah itu kertas uji ditimbang untuk mengetahui berat kertas uji sebelum pengumpanan. Sebanyak 10 g pasir dimasukkan ke dalam gelas plastik (tempat pengumpanan) dan ditetesi dengan 2 ml air secara merata. Kawat kasa berbentuk lingkaran (modifikasi) dengan diameter 4 cm diletakkan di atas pasir dan di atas kawat kasa tersebut diletakkan kertas uji yang telah diberi perlakuan. Gelas plastik diletakkan di dalam sebuah wadah plastik berbentuk kotak yang bagian dasarnya telah diberi kapas basah. Sebanyak 50 ekor rayap aktif yang terdiri atas 45 ekor rayap pekerja dan 5 ekor rayap prajurit dimasukkan ke dalam masingmasing gelas plastik. Wadah lalu ditutup dengan kain hitam dan diletakkan di tempat yang terlindung dari cahaya selama 21 hari. Parameter Pengamatan Mortalitas Rayap Pengamatan mortalitas dilakukan setiap 3 hari sekali hingga hari ke-21 pada masing-masing unit perlakuan dan dihitung jumlah akumulatifnya. Persen mortalitas per unit perlakuan dihitung menggunakan rumus Sornnuwat et al. (1995) dalam Brata et al. (1999): N2 M % = x100% N1 Keterangan: M=persentase mortalitas rayap (%) N1=jumlah rayap mula-mula N2= jumlah rayap yang mati setelah pengumpanan Kehilangan Berat Kehilangan berat kertas uji dihitung menggunakan rumus Sornnuwat et al. (1995) dalam Brata et al. (1999): W1 − W2 Kehilangan berat % = x 100% W1 Keterangan: W1 = Berat kertas uji sebelum pengumpanan (g) W2 = Berat kertas uji setelah pengumpanan (g) 88
Protobiont 2014 Vol 3 (2) : 87 - 92
Analisis Data Data persentase mortalitas dan persentase kehilangan berat yang diperoleh dianalisis dengan Analisis Varians (ANAVA) pada taraf kepercayaan 95% dan didapatkan hasil yang berbeda nyata sehingga dilanjutkan dengan uji Duncan (Gaspersz, 1995). Nilai dugaan kematian 50% (LC50 dalam unit waktu) ditentukan dengan menggunakan persamaan garis regresi antara log konsentrasi dan probit kematian (analisis probit).
nyata dengan perlakuan konsentrasi ekstrak 6%, 8% dan 10% dan pemberian ekstrak 6%, 8% dan 10% berbeda nyata dengan kontrol positif (termitisida). Persentase kehilangan berat kertas terbesar terdapat pada perlakuan kontrol pelarut (DMSO 10%) sebesar 84,97% sedangkan persentase kehilangan berat kertas uji terkecil terdapat pada perlakuan kontrol positif (termitisida) sebesar 5,77%. Konsentrasi ekstrak M. micrantha yang menyebabkan kehilangan berat kertas uji terkecil adalah 10% yaitu sebesar 27,26% (Tabel 1).
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian ekstrak M. micrantha untuk pengendalian rayap dilakukan dengan menghitung persentase mortalitas rayap dan kehilangan berat kertas uji. Hasil pengujian menunjukkan persentase mortalitas dan kehilangan berat yang beragam pada berbagai perlakuan (Tabel 1). Tabel 1 Rerata Persentase Mortalitas Rayap C. curvignathus (%), Kehilangan Berat Kertas Uji yang Telah Diberi Ekstrak M. micrantha (%) Setelah 21 Hari Pengumpanan dan LC50-9 hari Kehilangan Berat Kertas LC50-9 hari Uji (%) Kontrol Pelarut 15,50a 84,97d 6% 100,00b 42,53c b 8% 100,00 41,58c 8,07% 10% 100,00b 27,26b Termitisida 0,5% 100,00b 5,77a Keterangan: angka yang ditandai dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang sama atau nilai yang tidak berbeda nyata pada taraf kepercayaan 95% Perlakuan
Mortalitas (%)
Hasil uji ANAVA menunjukkan bahwa pemberian ekstrak M. micrantha pada kertas uji berpengaruh nyata terhadap mortalitas rayap (F4,15 = 5,86, p = 0,001). Mortalitas rayap perlakuan kontrol pelarut (DMSO 10% tanpa ekstrak) berbeda nyata dengan perlakuan konsentrasi ekstrak 6%, 8% dan 10%, sedangkan perlakuan konsentrasi ekstrak 6%, 8% dan 10% tidak berbeda nyata dengan kontrol positif (termitisida). Mortalitas pada perlakuan kontrol pelarut sebesar 15,50% sedangkan pemberian ekstrak M. micrantha dengan konsentrasi 6%, 8%, 10% dan pemberian termitisida menunjukkan mortalitas sebesar 100% (Tabel 1). Hasil uji ANAVA untuk kehilangan berat kertas uji menunjukkan adanya pengaruh yang nyata dari pemberian ekstrak M. micrantha (F4,15 = 5,86, p = 0,001). Perlakuan kontrol pelarut berbeda
Analisis regresi antara konsentrasi ekstrak M. micrantha dengan mortalitas rayap C. curvignathus menunjukkan nilai LC50 sebesar 8,07% (Tabel 1). Nilai LC50 diperoleh pada hari ke-9 dari 21 hari pengujian. Hal ini menunjukkan bahwa pada perlakuan konsentrasi 8,07% ekstrak M. micrantha dapat menyebabkan mortalitas rayap hingga 50%. Pembahasan Nilai rata-rata persentase mortalitas rayap C. curvignathus selama 21 hari pengamatan pada kontrol pelarut lebih rendah dibandingkan perlakuan pemberian ekstrak M. micrantha dan termitisida yang mencapai 100% (Tabel 1). Nilai LC50 didapat pada konsentrasi 8,07% (Tabel 1). Persentase kehilangan berat kertas uji pada kontrol pelarut lebih tinggi daripada pemberian ekstrak M. micrantha. Kehilangan berat kertas uji terkecil terdapat pada perlakuan pemberian ekstrak M. micrantha konsentrasi 10% yaitu sebesar 27,26% (Tabel 1). Kondisi ini karena adanya kandungan senyawa metabolit sekunder dalam M. micrantha seperti alkaloid, tanin, saponin, steroid dan terpenoid. Menurut Harborne (1987) metabolit sekunder seperti golongan fenol, terpenoid, alkaloid dan steroid dapat berperan sebagai insektisida. Hasil penelitian Hadi (2008) dan Sudrajat (2012) menunjukkan bahwa senyawa tanin, saponin, alkaloid, steroid dan terpenoid dapat menyebabkan kematian pada rayap. Penelitian Amador et al. (2010) menunjukkan kandungan senyawa α-pinene dan β-pinene dari golongan terpenoid dalam M. micrantha dapat digunakan sebagai insektisida alami (Silva et al., 2012). Penelitian Pandey et al. (2012) dan Siramon et al. (2009) memperlihatkan senyawa α-pinene memiliki aktivitas anti rayap. Barakat (2011) menyatakan bahwa senyawa α-pinene dapat menghambat enzim asetilkolinesterase, yang memecah asetilkolin (zat kimia penghantar 89
Protobiont 2014 Vol 3 (2) : 87 - 92
rangsangan syaraf). Terganggunya fungsi enzim asetilkolinesterase menyebabkan asetilkolin terakumulasi sehingga terjadi inkoordinasi, paralisis dan kematian sel (Siramon et al., 2009). Penurunan persentase kehilangan berat kertas uji yang diberi ekstrak M. micrantha menunjukkan bahwa ekstrak M. micrantha mengurangi aktivitas makan rayap. Penurunan aktivitas makan rayap dapat disebabkan adanya kandungan terpenoid, saponin dan tanin dalam M. micrantha. Penelitian Bahri dan Rinawati (2005) menunjukkan bahwa senyawa terpenoid yang terdapat dalam daun Piper nigrum dapat mengurangi aktivitas makan hama Callosobruncus chinensis. Kandungan saponin berfungsi melindungi tumbuhan dari serangan hama (Suparjo, 2008 dalam Sudrajat, 2012). Senyawa tanin berperan sebagai penolak makan bagi serangga karena memiliki rasa yang pahit dan dapat menghambat proses pencernaan hewan dengan menghambat enzim α-amylase (Robinson, 1995; Firdausi et al., 2013). Semua kertas uji yang diberi ekstrak pada ketiga konsentrasi (6%, 8% dan 10%) dimakan oleh rayap (Tabel 1). Mekanisme peracunan rayap dapat terjadi di dalam pencernaan rayap dengan cara merusak organ atau mengganggu aktivitas simbion dalam usus rayap berupa bakteri dan protozoa. Akhtar et al. (2008) menyatakan bahwa senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan tumbuhan dapat merusak usus atau organ lain dari hewan uji. Kandungan senyawa metabolit sekunder dalam M. micrantha seperti saponin, alkaloid, terpenoid dan tanin memiliki aktivitas anti-protozoa dan antibakteri (Laurella et al., 2012; Amador et al., 2010; Hajra et al., 2010). Saponin menyebabkan pembentukan kompleks saponin dengan senyawa sterol pada membran sel protozoa, sehingga membran sel protozoa hancur dan terjadi lisis (Cheeke, 2000). Alkaloid dan terpenoid dapat mengikat protein, lipid dan karbohidrat pada membran sel bakteri sehingga menyebabkan lisis (Harborne, 1987). Hal ini diperkuat dengan penelitian Maliana et al. (2013) yang menunjukkan bahwa senyawa flavonoid, alkaloid, terpenoid, polifenol dan tanin yang terkandung dalam kulit buah manggis (Garcinia mangostana) dapat membunuh bakteri Flavobacterium dan Enterobacter. Kedua bakteri ini merupakan simbion dalam usus rayap C. curvignathus (Nandika et al., 2003). Kematian rayap juga diduga karena terganggunya aktivitas enzim yang digunakan dalam mencerna
selulosa, baik yang dihasilkan oleh rayap maupun bakteri dan protozoa yang ada di dalam usus rayap. Beberapa senyawa metabolit sekunder, seperti tanin dan fenol, dilaporkan dapat menghambat kerja enzim seperti β-glucosidase. Senyawa tanin dan fenol dapat menghambat aktivitas β-glucosidase yang merupakan salah satu enzim yang terdapat pada rayap (Bryde et al., 1960 dalam Rehman et al., 2009; Ximenes et al., 2010; Azuma et al., 1984). Persentase mortalitas rayap yang mencapai 100% pada perlakuan pemberian termitisida (Tabel 1) dikarenakan kandungan fipronil yang terdapat di dalam termitisida. Fipronil dapat masuk ke dalam tubuh rayap melalui kontak atau melalui pencernaan. Menurut Tingle et al. (2000) dalam Hoi (2007) fipronil bekerja dengan cara memblokir GABA (Gamma - Amino Butyric Acid) sehingga mengganggu sistem syaraf pusat. Cara kerja fipronil dimiliki oleh senyawa linalool, terpineol dan geraniol yang terdapat dalam ekstrak M. micrantha (Amador et al., 2010). Linalool, terpineol dan geraniol termasuk golongan terpenoid yang mengandung gugus –OH yang dapat berikatan dengan GABA dan mengganggu kerja syaraf (Hossain et al., 2002). Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa ekstrak M. micrantha berpotensi sebagai insektisida rayap tanah C. curvignathus. Konsentrasi 8,07% merupakan LC50 ekstrak M. micrantha pada C. curvignathus. Konsentrasi 10% merupakan konsentrasi yang menyebabkan persentase kehilangan berat kertas uji terendah yaitu sebesar 27,26%.
UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih kami berikan kepada Pak Malik selaku laboran Laboratorium Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura atas bantuan yang telah diberikan.
DAFTAR PUSTAKA Akhtar, Y, Yeoung, YR & Isman, MB, 2008, ‘Comparative Bioactivity of Selected Extracts from Meliaceae and Some Commercial Botanical Insecticides Against Two Noctuid Caterpillars, Trichoplusia ni and Pseudaletia unipuncta’, Phytochem, vol. 7, hal. 77-88 Amador, P, Ocotero, VM, Balcazar, RI & Jimenez, FG, 2010, ‘Phytochemical and Pharmacological 90
Protobiont 2014 Vol 3 (2) : 87 - 92 Studies on Mikania micrantha H.B.K. (Asteraceae)’, Fyton, vol. 79, hal. 77-80 Azuma, J & Nishimoto, K, 1984, ‘Studies on Digestive System of Termites, Properties of Carbohydrolases of Termite Coptotermes formosanus Shiraki’, Wood Research, vol. 70, hal. 1-16 Barakat, DA, 2011, ‘Insecticidal and Antifeedant Activities and Chemical Composition of Casimiroa Edulis La Llave & Lex (Rutaceae) Leaf Extract and its Fractions Against Spodoptera littoralis Larvae’, Australian Journal of Basic and Applied Sciences, vol. 5, hal. 693-703 Brata, T, Syafii, W & Nandika, D, 1999, ‘Efek Termitisida Ekstraktif Kayu Pterocarpus indicus Wild dan Palaquium gutta Baill Terhadap Rayap Tanah Coptotermes curvignathus Holmgren (Isoptera: Rhinotermitidae)’, Prosiding Seminar HasilHasil Penelitian Bidang Ilmu Hayat, Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat IPB, Bogor, hal. 61-66 Bahri, S & Rinawati, 2005, ‘Senyawa Terpenoid Hasil Isolasi dari Daun Lada (Piper nigrum, Linn) dan Uji Bioaktivitasnya Terhadap Hama Callosobruncus chinensis’, J. Sains Tek., vol. 11, no. 3, hal. 158-166 Cheeke, PR, 2000, ‘Actual and potential applications of Yucca schidigera and Quillaja saponaria saponins in human and animal nutrition’, J. Anim Sci, vol. 77, hal. 1-10 Firdausi, A, Siswoyo, TA & Wiryadiputra, A, 2013, ‘Identifikasi Tanaman Potensial Penghasil Tanin-Protein Kompleks untuk Penghambatan Aktivitas α-amylase Kaitannya Sebagai Pestisida Nabati’, Pelita Perkebunan, vol. 29, no. 31-43 Gaspersz, V, 1995, Teknik Analisis dalam Penelitian Percobaan, Tarsito, Bandung Hadi, M, 2008, ‘Pembuatan Kertas Anti Rayap Ramah Lingkungan dengan Memanfaatkan Ekstrak Daun Kirinyuh (Eupatorium odoratum)’, Bioma, vol. 6, no. 2, hal. 12-18 Hajra, S, Mehta, A, Pandey, P, John, J & Mehta, P, 2010, ‘Antibacterical Property of Crude Ethanolic Extract of Mikania micrantha’ Asian J.Exp.Biol.Sci.Spl, vol. 2010, hal. 158160 Harborne, JB, 1987, Metode Fitokimia, Penerbit ITB, Bandung Hoi, YB, 2007, Tunneling Behaviour and Barrier Penetration of Subterranean Termites with Special Reference to Coptotermes gestroi (Wasmann) (Isoptera: Rhinotermitidae), Skripsi, Universitas Sains Malaysia, Malaysia Hossain SJ, Hamamoto, K, Aoshima, H & Hara, Y, 2002, ‘Effects of Tea Components on The Response of GABAA Receptors Expressed in Xenopus oocytes’. J Agric Food Chem, vol. 50, no. 14, hal. 3954- 3960
Laurella, LC, Frank, FM, Sarquiz, A, Alonso MR, Giberti, G, Cavallaro, L, Catalan, CA, Cazorla, SI, Malchiodi, I, Martino, VS & Sulsen, VP, 2012, ‘In Vitro Evaluation of Antiprotozoal and Antiviral Activities of Extracts from Argentinean Mikania Species’, The Scientific World Journal, vol. 2012, hal. 1-6 Maliana, Y, Khotimah, S & Diba, F, 2013, ‘Aktivitas Antibakteri Kulit Garcinia mangostana Linn. Terhadap Pertumbuhan Flavobacterium dan Enterobacter dari Coptotermes curvignathus Holmgren’, Protobiont, vol. 2, no. 1, hal. 711, diakses tanggal 7 Maret 2013,
Nandika, D, Rismayadi, DY, & Diba, F, 2003, Rayap, Biologi dan Pengendalian, Muhammadiyah University Press, Surakarta Pandey, A, Chattopadhyay, P, Banerjee, S, Pakshirajan, K, & Sing, L, 2012, ‘Antitermitic Activity of Plant Essential Oils and Their Major Constituents Against Termite Odontotermes assamensis Holmgren (Isoptera: Termitidae) Of North East India’, International Biodeterioration & Biodegradation, vol. 75, hal. 63-67 Ratnaningsih, AT, 2001, Daya Racun Zat Ekstraktif Kayu Akasia (Acacia mangium Willd) pada Berbagai Umur Terhadap Rayap Coptotrmes curvignathus, Skripsi, Institut Pertanian Bogor, Bogor Rehman, MF, Tariq, MI, Aslam, M, Khadija, G & Iram, A, 2009, ‘Inhibition Studies of Cellulolytic Activities Isolated from Planococcus citri’, The Open Enzyme Inhibition Journal, vol. 2, hal. 8-11 Robinson, T, 1995, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, Penerbit ITB, Bandung Silva, ACR, Lopes, PM, Azevedo, MMB, Costa, DCM, Alviano, CS & Alviano, DS, 2012, ‘Biological Activities of α-Pinene and β-Pinene Enantiomers’, Molecules, vol. 17, hal. 63056315 Siramon, P, Ohtani, Y, & Ichiura, H, 2009, ‘Biological Performance of Eucalyptus camaldulensis Leaf Oils From Thailand Against The Subterranean Termite Coptotermes formosanus Shiraki, J Wood Sci, vo. 55, hal. 41–46 Siregar, AZ & Batubara R, 2007, ‘Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap pada Bangunan Rumah Masyarakat di Dua Kecamatan (Medan Denai Dan Medan Labuhan)’, J. Biologi Sumatera, vol. 2, no. 2, hal. 23 – 27 Sudrajat, 2012, ‘Toksisitas Ekstrak Batang Kayu Bawang (Scorodocarpus borneensis Becc.) Fraksi Etanol-Air Terhadap Rayap Coptotermes sp (Isoptera : Rhinotermitidae)’, Mulawarman Scientifie, vol. 11, no. 1, hal. 2940 91
Protobiont 2014 Vol 3 (2) : 87 - 92 Teoh, CH, Chung, GF, Liau, SS, Ibrahim, G, Tan, AM, Lee, SA & Mariati, M, 1985, ‘Prospects for Biological Control of Mikania micrantha H.B.K in Malaysia’, Planter, vol. 61, no. 716, hal. 515-530 Ximenes, E, Kim, Y, Mosier, N, Dien, B & Ladisch, M, 2010, ‘Inhibition of Cellulases by Phenols’, Enzyme and Microbial Technology, vol. 46, hal. 170–176 Zhang, MX, Ling, B, Khong C, Liang, GW & Pang, XF, 2003, ‘Chemical Components of Volatile Oil from Mikania micrantha and Its Biological Activity on Insects’, Chinese Journal of Applied Ecology, vol. 1, hal. 93-96
92