SKRINING EFEKTIVITAS EKSTRAK DAN FRAKSI DAUN SEMBUNG RAMBAT (Mikania micrantha H.B.K.) TERHADAP BAKTERI DAN DERMATOFITA
ASFI ROYHANI LATIFAH
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Skrining Efektivitas Ekstrak dan Fraksi Daun Sembung Rambat (Mikania micrantha H.B.K.) terhadap Bakteri dan Dermatofita adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2014 Asfi Royhani Latifah B04100056
ABSTRAK ASFI ROYHANI LATIFAH. Skrining Efektivitas Ekstrak dan Fraksi Daun Sembung Rambat (Mikania micrantha H.B.K.) terhadap Bakteri dan Dermatofita. Dibimbing oleh SITI SA’DIAH dan USAMAH AFFIF. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektivitas ekstrak etanol daun sembung rambat (Mikania micrantha H.B.K.) dan fraksinya (fraksi n-heksan, kloroform, etil asetat, dan akuades) terhadap bakteri Gram positif, bakteri Gram negatif, dan dermatofita. Metode fraksinasi yang digunakan adalah fraksinasi caircair, sedangkan uji efektivitas secara in vitro dilakukan dengan metode agar well diffusion. Hasil uji menunjukkan bahwa fraksi kloroform daun sembung rambat memberikan hambatan pertumbuhan paling baik dibandingkan ekstrak kasar dan ketiga fraksi lainnya terhadap bakteri Gram positif dan sebagian besar bakteri Gram negatif yang diujikan, dengan diameter hambat 18.67 + 1.15 mm (S. aureus), 22.33 + 1.53 mm (S. epidermidis), 20.67 + 0.58 mm (B. cereus), 22 + 1 mm (Bacillus sp.), 16.67 + 0.58 mm (E. coli), 15 mm (S. enteridis), dan 9.67 + 2.52 mm (P. multocida). Daya hambat paling baik terhadap Microsporum canis (21.67 + 1.15 mm) dan Microsporum gypseum (23.33 + 0.58 mm) dihasilkan oleh fraksi kloroform, sedangkan hambatan paling baik pada Trichophyton mentagrophytes (11.67 + 2.08 mm) dihasilkan oleh fraksi etil asetat. Kata kunci: Antimikroba, bakteri, dermatofita, Mikania micrantha H.B.K.
ABSTRACT ASFI ROYHANI LATIFAH. Effectivity Screening of Sembung Rambat (Mikania micrantha H.B.K.) Leaves Extract and Fraction Against Bacteria and Dermatophytes. Supervised by SITI SA’DIAH and USAMAH AFFIF. The aim of this research was to compare the effectivity of crude ethanolic extract of sembung rambat (Mikania micrantha H.B.K.) leaves and its fractions (nhexan, chloroform, ethyl acetate, and aquades fraction) against positive-Gram bacteria, negative-Gram bacteria, and dermatophytes. The fractionation method used in this research was liquid-liquid fractionation and the method used for in vitro effectivity test was agar well diffusion method. The result turned that chloroform fraction of sembung rambat leaves showed the best growth inhibitory activity against positive-Gram and most of negative-Gram bacteria compared with crude ethanolic extract and the other fractions, with inhibitory zone: 18.67 + 1.15 mm (S. aureus), 22.33 + 1.53 mm (S. epidermidis), 20.67 + 0.58 mm (B. cereus), 22 + 1 mm (Bacillus sp.), 16.67 + 0.58 mm (E. coli), 15 mm (S. enteridis), and 9.67 + 2.52 mm (P. multocida). The best inhibitory zone against Microsporum canis (21.67 + 1.15 mm) and Microsporum gypseum (23.33 + 0.58 mm) were showed by chloroform fraction; while the best growth inhibitory activity for Tricophyton mentagrophytes (11.67 + 2.08 mm) was showed by ethyl acetate fraction. Key words: Antimicrobial, bacteria, dermatophyte, Mikania micrantha H.B.K.
SKRINING EFEKTIVITAS EKSTRAK DAN FRAKSI DAUN SEMBUNG RAMBAT (Mikania micrantha H.B.K.) TERHADAP BAKTERI DAN DERMATOFITA
ASFI ROYHANI LATIFAH
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Skrining Efektivitas Ekstrak dan Fraksi Daun Sembung Rambat (Mikania micrantha H.B.K.) terhadap Bakteri dan Dermatofita Nama : Asfi Royhani Latifah NIM : B04100056
Disetujui oleh
Siti Sa’diah S.Si, M.Si, Apt. Pembimbing I
Drh Usamah Afiff, M.Sc Pembimbing II
Diketahui oleh
Drh Agus Setiyono, MS, Ph.D, APVet. Wakil Dekan
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena hanya dengan ijin dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tugas akhir ini dengan lancar. Judul yang dipilih dalam skripsi ini adalah “Skrining Efektifitas Ekstrak dan Fraksi Daun Sembung Rambat (Mikania micrantha H.B.K.) terhadap Bakteri dan Dermatofita”. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis haturkan kepada: 1. Ayah yang telah memberikan inspirasi tema untuk tugas akhir ini, serta Ibu dan Adik-adik atas dukungan, doa, dan kasih sayangnya. 2. Siti Sa’diah S.Si, M.Si, Apt. dan Drh Usamah Afiff, M.Sc selaku dosen pembimbing skripsi atas bantuan, motivasi, koreksi, saran, arahan, dan bimbingan yang diberikan selama keseluruhan proses penelitian dan penyelesaian tugas akhir ini. 3. Dr. Drh Susi Soviana, M.Si selaku dosen pembimbing akademik penulis yang telah memberikan arahan dan dukungan selama penulis menyelesaikan pendidikan jenjang sarjana. 4. Staf laboratorium mikrobiologi dan laboratorium mikologi, Pak Ismet dan Ibu Esti, atas bantuan yang telah diberikan selama penulis melakukan penelitian. 5. Rekan satu penelitian penulis, R. H. Gumelar Yoga Tantra, atas bantuan, saran, dan kerjasama selama penelitian dan penulisan tugas akhir. Rekan-rekan satu laboratorium (Haryati Istiqomah, Rahmad Arsy, Andra Adi Esnawan, dan M. Fajar) atas bantuannya selama ini. 6. Serta kepada M. Mirzan Adi Wibowo, Rahmayani, Riris Prawesti, Agvinta Nilam, Puti Puspitasari, dan Rinasti Rida P. atas dukungan moril, materil, tenaga, waktu, inspirasi, dan semangat yang telah diberikan kepada penulis. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.
Bogor, Oktober 2014 Asfi Royhani Latifah
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
vii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
1
Ruang Lingkup Penelitian
1
TINJAUAN PUSTAKA
2
Sembung Rambat (Mikania micrantha H.B.K.)
2
Ekstraksi dan Fraksinasi
2
Bakteri Gram Positif
3
Bakteri Gram Negatif
4
Dermatofita
4
METODOLOGI PENELITIAN
5
Tempat dan Waktu Penelitian
5
Alat dan Bahan
6
Prosedur Penelitian
6
HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Efektifitas terhadap Bakteri Gram Positif dan Negatif Uji Efektifitas terhadap Dermatofita
9 9 13
SIMPULAN DAN SARAN
14
DAFTAR PUSTAKA
14
LAMPIRAN
17
DAFTAR TABEL 1 Rata-rata diameter hambat ekstrak dan fraksi daun sembung rambat terhadap bakteri Gram positif (mm) 2 Rata-rata diameter hambat ekstrak dan fraksi daun sembung rambat terhadap bakteri Gram negatif 3 Perbandingan rata-rata diameter hambat fraksi kloroform 4 Rata-rata diameter hambat ekstrak dan fraksi daun sembung rambat terhadap dermatofita
9 10 12 13
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4
Daun sembung rambat (kiri) dan tanaman sembung rambat (kanan) 2 Uji identifikasi bakteri gram positif 7 Uji identifikasi bakteri gram negatif 8 Zona hambat ekstrak dan fraksi daun sembung rambat terhadap S. epidermidis (a), B. cereus (b), dan Bacillus sp. (c), serta pengujian penisilin terhadap S. aureus (d), S. epidermidis (e), dan Bacillus sp (f) 10 5 Zona hambat ekstrak dan fraksi daun sembung rambat terhadap E.coli (a), S. enteridis (b), P. aeruginosa (c), dan P.multocida (d), serta pengujian streptomisin terhadap E. coli (e), S. enteridis (f), P. aeruginosa (g), dan P. multocida (h) 11 6 Zona hambat ekstrak dan fraksi daun sembung rambat terhadap M. canis (a) dan M. gypseum (b), serta pengujian miconazole terhadap M. canis (c) dan M. gypseum (d) 13 7 Zona hambat ekstrak dan fraksi daun sembung (a) serta pengujian miconazole terhadap T. mentagrophytes (b) 14
DAFTAR LAMPIRAN 1 Zona hambat pertumbuhan bakteri dan dermatofita 17 2 Hasil uji One Way Anova dan Duncan terhadap Staphylococcus aureus 18 3 Hasil uji One Way Anova dan Duncan terhadap Staphylococcus epidermidis 19 4 Hasil uji One Way Anova dan Duncan terhadap Bacillus cereus 20 5 Hasil uji One Way Anova dan Duncan terhadap Bacillus sp. 21 6 Hasil uji One Way Anova dan Duncan terhadap Escherichia coli 22 7 Hasil uji One Way Anova dan Duncan terhadap Salmonella enteridis 23 8 Hasil uji One Way Anova dan Duncan terhadap Pseudomonas aeruginosa 24 9 Hasil uji One Way Anova dan Duncan terhadap Pasteurella multocida 25 10 Hasil uji One Way Anova dan Duncan antarbakteri 26 27 11 Hasil uji One Way Anova dan Duncan terhadap Microsporum canis 12 Hasil uji One Way Anova dan Duncan terhadap Microsporum gypseum 28 13 Hasil uji One Way Anova dan Duncan terhadap Trichophyton mentagrophytes 29
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Sembung rambat (Mikania micrantha H.B.K.) merupakan tanaman asli daerah Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Tanaman ini adalah gulma dalam bentuk herba yang tumbuh merambat (Sankaran 2013). Menurut Tripathi et al. (2012), sembung rambat termasuk ke dalam 100 tanaman alien spesies paling merugikan dan 10 besar tanaman eksotik paling merugikan di Asia Selatan dan Asia Tenggara karena memiliki sifat invasif yang sangat parah. Meskipun demikian, sembung rambat diketahui memiliki potensi sebagai antimikroba. Tanaman ini secara tradisional digunakan sebagai obat luka dan pencegah peradangan luka pada kulit (Sankaran 2013). Beberapa penelitian juga telah dilakukan untuk mengkaji tanaman herba ini. Sembung rambat diketahui memiliki aktivitas antibakteri (Hajra et al. 2010) serta memiliki khasiat antifungi, antispasmodik, dan antiparasit (Colares et al. 2009). Berdasarkan penelitian pendahuluan Haisya et al. (2013), ekstrak etanol daun sembung rambat dapat memberikan daya hambat pertumbuhan yang baik terhadap bakteri Gram positif. Suatu tanaman memiliki banyak komponen senyawa kimia, demikian pula dengan ekstrak yang dihasilkan dari tanaman tersebut. Senyawa-senyawa kimia tersebut dapat dipisahkan salah satunya dengan metode fraksinasi. Metode fraksinasi memiliki prinsip memisahkan komponen kimiawi berdasarkan sifat polaritasnya. Dengan dilakukan fraksinasi, dapat diketahui golongan senyawa kimia yang memiliki pengaruh besar terhadap aktivitas antimikroba dari tanaman sembung rambat. Dalam penelitian ini dilakukan skrining pengujian ekstrak dan fraksi daun sembung rambat terhadap bakteri dan dermatofita karena mikroorganisme tersebut dinilai memiliki peranan besar terhadap kejadian penyakit infeksius dan zoonosis pada hewan dan manusia. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektivitas ekstrak etanol daun sembung rambat dan fraksinya dalam menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif, bakteri Gram negatif, serta dermatofita. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah mengetahui fraksi daun sembung rambat yang memiliki sifat antimikroba tinggi sehingga dapat digunakan sebagai acuan pemanfaatan produk antimikroba lanjutan dari tanaman sembung rambat. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini membahas mengenai efektivitas antimikroba ekstrak etanol dan fraksi daun sembung rambat yang difraksinasi dengan pelarut n-heksan, kloroform, etil asetat, dan akuades terhadap bakteri Gram positif, bakteri Gram negatif, serta dermatofita.
2
TINJAUAN PUSTAKA Sembung Rambat (Mikania micrantha, H.B.K.) Sembung rambat (Mikania micrantha H.B.K.) termasuk dalam famili Asteraceae. Sesuai dengan namanya, tanaman ini tumbuh merambat dengan daun tumbuh berpasangan, berbentuk segitiga dengan ujung runcing dan tepian bergerigi. Panjang daun pada umumnya berukuran 4-13 cm (Tripathi et al. 2012).
Dokumentasi pribadi
Gambar 1 Daun sembung rambat (kiri) dan tanaman sembung rambat (kanan) Tanaman sembung rambat banyak tumbuh di tempat lembab seperti daerah tropis dan subtropis, serta daerah timur laut India. Tanaman ini sering dijumpai di daerah Asia, terutama Asia Tenggara pada lahan-lahan pertanian dan perkebunan seperti teh, karet, dan kelapa sawit. Selain itu tanaman ini juga dapat ditemukan di daerah hutan dan dapat menutupi kanopi pepohonan dengan tinggi lebih dari 20 m. Sembung rambat tumbuh dengan baik pada daerah dengan paparan sinar matahari yang tinggi. Namun demikian tanaman ini juga dapat tumbuh pada daerah yang teduh. Sembung rambat dapat tumbuh pada tanah dengan pH 4,158,35 baik tanah tersebut kaya maupun miskin unsur hara. Suhu paling baik untuk pertumbuhan sembung rambat adalah >21 °C dengan kelembaban tanah >15% (Tripathi et al. 2012). Sembung rambat memiliki zat aktif khas bernama mikanolide dan dihidromikanolide. Zat tersebut termasuk ke dalam golongan sesquiterpene yang banyak dijumpai pada tanaman famili Asteraceae. Mikanolide dan dihidromikanolide diketahui memiliki aktivitas antibakteri dan antimikroba (Tripathi et al. 2012). Berdasarkan uji fitokimia (Haisya et al. 2013), daun sembung rambat memiliki kandungan alkaloid, flavonoid, tannin, dan steroid. Selain itu kandungan volatil daun sembung rambat menurut Perez-Amador (2010) antara lain α-pinene, camphene, β-pinene, α-felandrene, β-ocimene, linalool, geranyl acetate, terpenol, geraniol, dan thymol. Ekstraksi dan Fraksinasi Ekstraksi adalah proses pemisahan kandungan senyawa kimia tumbuhan atau hewan dengan pelarut tertentu. Hasil dari proses ekstraksi ini adalah ekstrak pekat berisi zat aktif dari simplisia tanaman atau hewan. Esktraksi dapat dilakukan dengan cara dingin (maserasi atau perkolasi) maupun cara panas (refluks, digesti,
3
infus, dekok, atau sokhlet). Pelarut yang biasa digunakan dalam proses ekstraksi adalah metanol atau etanol dengan konsentrasi bervariasi, mulai dari 70%, 75%, hingga 96% (Simanjuntak 2008). Fraksinasi merupakan pemisahan senyawa terkandung berdasarkan distribusi diferensial di antara dua fase. Proses ini merupakan kelanjutan dari ekstraksi. Beberapa pelarut digunakan dalam fraksinasi berdasarkan tingkat kepolarannya untuk menarik golongan senyawa kimia tertentu dengan maksimal. Fraksinasi dapat berupa fraksinasi padat-cair, padat-gas, cair-cair, dan gas-cair (Sianturi 2001). Pelarut yang biasa digunakan untuk metode fraksinasi cair-cair adalah n-heksan, kloroform, etil asetat, akuades, dan metanol. Pelarut-pelarut tersebut digunakan secara berurutan berdasarkan polaritasnya, mulai dari pelarut yang paling non-polar (n-heksan), pelarut semipolar (kloroform, etil asetat), hingga pelarut yang paling polar (akuades, metanol) (Salni et al. 2011). Bakteri Gram Positif Staphylococcus aureus Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri nonmotil yang dapat menyebabkan infeksi berbahaya bagi manusia. S. aureus dapat ditemukan pada kulit dan membran mukosa hewan berdarah panas (manusia adalah salah satu karier utama). Sebanyak 10-40% manusia dewasa dalam keadaan sehat diketahui memiliki koloni S. aureus dalam rongga hidungnya. S. aureus merupakan bakteri yang paling sering menyerang kulit dan jaringan lunak lain Timbulnya perlukaan atau proses operasi yang kurang aseptis dapat memberi kesempatan bakteri ini untuk masuk ke dalam kulit (Freeman-Cook dan Freeman-Cook 2006). S. aureus tumbuh pada suhu 15-45 °C. Bentuk mikroskopis bakteri ini adalah kokus bergerombol, sedangkan bentuk koloni makroskopisnya tidak berpigmen, permukaan halus dan sedikit konveks. Genus Staphylococcus memberikan hasil yang positif terhadap uji katalase (Engelkirk dan Engelkirk 2008). Staphylococcus epidermidis Staphylococcus epidermidis merupakan salah satu anggota genus Staphylococcus yang memiliki sifat koagulase negatif dan merupakan agen patogen oportunistik. Secara umum bakteri ini ditemukan sebagai mikroflora pada permukaan kulit. Namun S. epidermidis juga dapat berasosiasi dengan agen penyebab infeksi nosokomial dan menyebabkan bakteremia, endokarditis, infeksi pascaoperasi, serta infeksi akibat penggunaan kateter intravaskular. Banyak strain dari S. epidermidis yang diketahui bersifat resisten, terutama terhadap metisilin dan penisilin. Bentuk koloni bakteri ini secara makroskopis mirip dengan S. aureus, namun koloni S. epidermidis cenderung lebih kecil dan beberapa strain memiliki kemampuan hemolisis (Engelkirk dan Engelkirk 2008). Bacillus sp. Spora Bacillus sp. pertama kali ditemukan oleh Lubenau pada tahun 1906. Genus Bacillus terutama Bacillus cereus terkait dengan kejadian penyakit foodborne disease. Gejala umum yang disebabkan oleh bakteri ini adalah diare, muntah, dan keram perut. Namun kejadian penyakit karena Bacillus cereus masih
4
lebih rendah dari penyakit yang disebabkan oleh Salmonella (Adams dan Moss 2008). Bacillus cereus diketahui memiliki patogenitas lebih tinggi dibandingkan spesies Bacillus yang lain. Selain infeksi saluran pencernaan, Bacillus cereus juga dapat menyebabkan infeksi pada mata dan sepsis pada kateter intravena (Price dan Frey 2003). Bakteri Gram Negatif Escherichia coli Escherichia coli adalah bakteri Gram negatif yang termasuk ke dalam famili Enterobacteriaceae. Beberapa strain E. coli dapat menginfeksi saluran urinaria (Seckbach dan Oren 2010). E. coli merupakan bakteri koliform utama, sama dengan Enterobacter aerogenes. Bakteri ini ditemukan pada saluran pencernaan manusia dan hewan dalam keadaan normal. E. coli juga dapat menjadi salah satu agen pencemar air yang terkontaminasi feses (Hayes 1995). Salmonella sp. Bakteri ini merupakan salah satu agen yang dapat menyebabkan keracunan makanan (foodborne disease). Genus Salmonella hanya memiliki dua spesies, yaitu S. enterica dan S. bongori. Serovar Typhimurium dari S. enterica diketahui merupakan salah satu serovar yang sering menyerang manusia dan menyebabkan penyakit tifus. Habitat utama bakteri ini adalah saluran pecernaan burung, reptil, hewan ternak, manusia, dan beberapa serangga (Jay et al. 2005). Pseudomonas aeruginosa Pseudomonas aeruginosa adalah bakteri gram negatif yang bersifat motil. Bakteri ini merupakan agen patogen oportunistik yang resisten terhadap banyak perlakuan antibiotik. P. aeruginosa adalah penyebab utama infeksi kronis pada paru-paru dan memiliki kemungkinan tingkat mortalitas tinggi pada pasien (Seckbach dan Oren 2010). Pasteurella multocida Anggota genus Pasteurella pada umumnya menyerang mamalia, burung, dan hewan domestik. Oleh karena itu genus ini dapat menimbulkan penyakit zoonotik. Agen patogen utama yang menyerang manusia adalah Pasteurella multocida. P. multocida adalah bakteri Gram negatif berbentuk batang pendek yang dapat menyebabkan penyakit baik secara klinis maupun asimptomatis. Penyakit yang sering disebabkan oleh bakteri ini adalah infeksi jaringan lunak yang didahului oleh cakaran atau gigitan binatang. Infeksi P. multocida menimbulkan selulitis dalam waktu 24 jam (Harvey et al. 2007). Dermatofita Dermatofitosis yang dikenal juga dengan sebutan tinea atau ringworm adalah penyakit yang disebabkan oleh dermatofita. Dermatofita menyerang jaringan dengan kandungan keratin tinggi seperti kulit (stratum korneum), rambut,
5
dan kuku. Gejala klinis umum pada dermatofitosis adalah alopesia, erithema, crusting (pengerasan permukaan kulit), dan pruritus (Patel dan Forsythe 2008). Dermatofita terdiri dari tiga genus, yaitu Microsporum, Trichophyton, dan Epidermophyton. Menurut Patel dan Forsythe (2008), spesies dermatofita yang paling sering menyebabkan dermatofitosis pada hewan peliharaan adalah Microsporum canis, Microsporum gypseum, dan Trichophyton mentagrophytes. Microsporum canis Microsporum canis adalah dermatofita yang bersifat zoofilik, namun banyak ditemukan menginfeksi manusia. Infeksi yang dialami manusia rata-rata disebabkan oleh kontak dengan hewan yang terinfeksi dermatofita. M. canis sering menyebabkan alopesia terutama pada daerah hidung, mata, telinga, kemudian menyebar ke bagian tubuh yang lain. Dermatofita ini memunculkan warna hijau pada rambut dengan uji fluorescence (Carter dan Cole 1990). Secara makroskopis M. canis memiliki koloni dengan permukaan yang bersifat wooly dan memiliki pola pertumbuhan radial. Warna koloni dermatofita ini adalah kuning pucat pada permukaan atas dan cenderung lebih jingga pada permukaan bawah. Secara mikroskopis makrokonidia M. canis memiliki struktur meruncing di kedua ujungnya. Makrokonidia dipisahkan oleh 6-15 septa yang tipis. Mikrokonida jarang namun dapat ditemukan secara mikroskopis (Reiss et al. 2012). Microsporum gypseum Permukaan koloni Microsporum gypseum bersifat floccose hingga powdery dan dapat bersifat pleomorfik. Permukaan atas koloni berwarna kecokelatan sedangkan permukaan bawah dapat tidak berwarna hingga cokelat mahogani (Reiss et al. 2012). M. gypseum sangat jarang memberikan hasil positif terhadap uji fluorescence. Artrospora pada spesies ini lebih besar daripada M. canis. Berbeda dengan M. canis, makrokonidia M. gypseum tidak meruncing di bagian ujungnya serta mikrokonidia dapat terdiri dari satu sel (Miller et al. 2013). Tricophyton mentagrophytes Tricophyton mentagrophytes adalah dermatofita yang bersifat zoofilik dan dapat menyerang manusia, serta bersifat saprofit pada tanah. Infeksi yang disebabkan oleh dermatofita ini bersifat luas meliputi hewan-hewan liar dan domestikasi (Carter dan Cole 1990). Bentuk koloni makroskopis T. mentagrophytes cenderung rata dengan permukaan granular atau powdery. Warna permukaan atas dermatofita ini adalah krem sedangkan warna permukaan bawah adalah cokelat. Makrokonidia T. mentagrophytes berbentuk runcing seperti pensil dan jarang terlihat secara mikroskopis. Mikrokonidia membentuk kelompok seperti anggur atau berada di sepanjang hifa (Reiss et al. 2012).
6
METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Juli 2014 di Laboratorium Riset Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB (FKH IPB), Laboratorium Mikologi FKH IPB, Laboratorium PAU SEAFAST IPB, Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka IPB, dan Laboratorium Olah Tanah Konservasi SEAMEO BIOTROP. Alat dan Bahan Bahan yang digunakan adalah daun sembung rambat segar, bakteri Gram positif, bakteri Gram negatif, dermatofita, penisilin G, streptomisin, miconazole 2%, satu set zat pewarnaan Gram, alkohol, etanol 75%, etanol 70%, larutan brain heart infussion (BHI), akuades steril, dan NaCl fisiologis steril. Media tumbuh dan media uji yang digunakan adalah Blood agar (BA), MacConkey Agar (MCA), Tyrpticase Soy Agar (TSA), Muller Hinton Agar (MHA), Manitol Salt Agar (MSA), dan Dermatophyte Selective Agar (DSA). Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain gunting, trashbag, plastik sampel (dengan penutup yang rapat), cotton bud steril, kaca objek, kaca penutup, ose, corong, peralatan gelas kimia, kertas saring, ayakan, grinder, timbangan analitik, vacuum evaporator, sentrifuse, mikroskop Olympus CH30®, oven Memmert®, inkubator Memmert®, orbital shaking incubator Firstek OSI-50ID®, corong pisah Pyrex®, dan forteks Thermolyne®. Prosedur Penelitian Preparasi Daun Sembung Rambat Pengambilan daun sembung rambat dilakukan di sekitar kampus Institut Pertanian Bogor. Bagian tanaman yang diambil hanya daun tanpa tangkai, bunga, dan akar. Kriteria tanaman yang digunakan adalah memiliki daun yang bagus, utuh, tidak terlalu muda, dan tidak terserang penyakit, serta tumbuh di tempat yang terkena cukup sinar matahari. Daun yang telah dipetik kemudian dicuci dan diangin-anginkan selama kurang lebih 2 hari. Daun kemudian dikeringkan menggunakan oven pada suhu 50 °C selama 72 jam. Setelah kering, daun dihaluskan menggunakan grinder hingga menjadi serbuk (simplisia) lalu diayak. Maserasi daun sembung rambat menggunakan pelarut etanol 75% dengan perbandingan simplisia dan pelarut 1:10. Proses maserasi dilakukan selama 72 jam menggunakan orbital shaker incubator dengan suhu 25 °C dan kecepatan putaran 125 rpm. Hasil maserasi tersebut disaring dengan kertas saring lalu dievaporasi. Hasil evaporasi berupa ekstrak kasar (C) dalam bentuk serbuk. Fraksinasi yang dilakukan adalah jenis fraksinasi cair-cair menggunakan corong pisah. Pelarut yang digunakan adalah n-hexan, kloroform, etil asetat, dan akuades. Sebanyak 10 gram ekstrak kasar ditambahkan ke dalam corong pisah yang berisi 100 ml n-heksan dan 100 ml akuades. Corong kemudian dikocok selama 30 menit dan didiamkan hingga terbentuk dua lapisan fraksi. Fraksi n-
7
heksan dipisahkan dan fraksi akuades ditambahkan dengan 100 ml kloroform lalu dikocok selama 30 menit. Fraksi kloroform yang terbentuk dipisahkan dan fraksi akuades ditambahkan dengan 100 ml etil asetat kemudian dikocok selama 30 menit. Fraksi etil asetat dan akuades lalu dipisahkan. Selanjutnya keempat fraksi cair tersebut dievaporasi sehingga diperoleh empat fraksi kering, yaitu fraksi nheksan (F1), fraksi kloroform (F2), fraksi etil asetat (F3), dan akuades (F4). Isolasi Bakteri dan Dermatofita Sampel dermatofita diperoleh dari Laboratorium Mikologi FKH IPB. Sampel bakteri E. coli, P. aeruginosa, dan S. enteridis diperoleh dari Laboratorium Riset Mikrobiologi FKH IPB. Sampel bakteri lainnya dikoleksi dari susu, swab kulit manusia, dan swab mulut kucing. Teknik swab menggunakan cotton bud steril dan dimasukkan ke dalam media transpor BHI. Hasil tersebut kemudian dibiakkan di media BA dan MCA. Koloni yang terpisah ditumbuhkan kembali untuk kemudian dilakukan pengamatan mikroskopis (pewarnaan Gram) sehingga diketahui koloni tersebut termasuk ke dalam bakteri Gram positif atau bakteri Gram negatif. Proses uji identifikasi bakteri yang dilakukan selanjutnya dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3. Bakteri Gram Positif
Batang
Kokus
Pengamatan mikroskopis
Uji Katalase
+ Spora (Bacillus sp.)
- Spora (Non-Bacillus sp.) POSITIF
NEGATIF
Uji Glukosa Mikroaerofilik
Micrococcus sp.
POSITIF
NEGATIF Staphylococcus sp. Streptococcaceae
Uji CAMP (BA) MSA
Gambar 2 Uji identifikasi bakteri Gram positif
BA
Uji Koagulase
8
Bakteri Gram Negatif
Uji Media Selektif (MCA, BA)
Uji TSIA
Uji Indol
Uji Urea
Uji Sitrat
Uji Fermentasi Glukosa
Gambar 3 Uji identifikasi bakteri Gram negatif Pengujian terhadap Bakteri Ekstrak kasar dan keempat fraksi daun sembung rambat masing-masing diujikan terhadap bakteri Gram positif dan negatif. Konsentrasi yang digunakan adalah 75% (dengan pelarut etanol 70%). Kontrol positif yang digunakan adalah penisilin 150 IU untuk bakteri Gram positif dan streptomisin 150 mg/ml untuk bakteri Gram negatif. Kontrol negatif yang digunakan adalah etanol 70%. Metode yang digunakan adalah metode sumuran (agar well difusion method) dan media yang digunakan adalah MHA. Koloni bakteri yang digunakan adalah 3x108 atau kejenuhannya setara dengan larutan McFarland I. Sebanyak 1 ml suspensi bakteri dituang secara merata di MHA kemudian dibentuk sumuran menggunakan tip steril dengan diameter 6 mm. Sebanyak 25 µL sampel ekstrak kasar dan keempat fraksi ditambahkan ke dalam sumuran. Biakan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37 °C dan diamati zona hambatnya. Pengujian terhadap Dermatofita Media yang digunakan dalam penumbuhan dan pengujian dermatofita adalah DSA. Metode yang digunakan dalam pengujian dermatofita adalah metode agar well difusion. Dermatofita yang telah ditumbuhkan selama 1 minggu pada media DSA ukuran kecil (diameter 5 cm) dilarutkan ke dalam 10 ml akuades. Suspensi tersebut kemudian disentrifuse dengan kecepatan 2500 rpm selama 15 menit. Setelah itu supernatan dipisahkan dari endapan. Sebanyak 1 ml endapan dilarutkan ke dalam 9 ml akuades (pengenceran 10 kali), kemudian 1 ml suspensi pengenceran 10 kali tersebut dilarutkan dalam 9 ml akuades (pengenceran 100 kali). Sebanyak 1 ml hasil pengenceran 100 kali dituangkan ke media DSA ukuran besar (diameter 15 cm) hingga rata, kemudian sumuran dibentuk. Ekstrak kasar dan keempat fraksi ditambahkan ke masing-masing sumuran dengan konsentrasi 75% (pelarut etanol 70%) dan volume 25 µL. Biakan dermatofita diinkubasi pada suhu ruang dan diamati zona hambatnya pada hari ke-3, ke-6, ke-
9
9, dan ke-10. Kontrol positif yang digunakan adalah Miconazole 2% dan kontrol negatif yang digunakan adalah etanol 70%. Analisis Data Data diperoleh dengan melakukan pengukuran diameter hambat pertumbuhan bakteri Gram positif, bakteri Gram negatif, dan dermatofita yang dihasilkan oleh ekstrak kasar dan fraksi daun sembung rambat. Data tersebut kemudian dianalisis secara kuantitatif menggunakan metode uji statistik One-Way Anova dan Duncan (Petrie dan Watson 2006). HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Efektivitas terhadap Bakteri Gram Positif dan Negatif Hasil pengujian ekstrak dan fraksi daun sembung rambat, seperti tampak pada Tabel 1 menunjukkan adanya perbedaan efektivitas yang nyata antara kontrol positif penisilin, ekstrak kasar, fraksi n-heksan, dan fraksi kloroform yang diujikan kepada bakteri S. aureus. Diameter hambat yang ditimbulkan oleh penisilin pada bakteri S. aureus adalah 31 + 1 mm, yang menunjukkan bahwa bakteri tersebut masih bersifat sensitif terhadap penisilin. Dari keempat fraksi daun sembung rambat dan ekstrak kasar yang diujikan terhadap S. aureus, fraksi kloroform memberikan diameter hambat terbesar, yaitu 18.67 + 1.15 mm. Tabel 1 Rata-rata diameter hambat ekstrak dan fraksi daun sembung rambat terhadap bakteri Gram positif (mm) Staphylococcus Staphylococcus Bacillus cereus Bacillus sp. aureus epidermidis F1 7.00 + 1.73a 13.67 + 1.15b 14.00 + 0.00c 15.67 + 2.08c d d f F2 18.67 + 1.15 22.33 + 1.53 20.67 + 0.58 22.00 + 1.00e bc c e F3 12.00 + 1.00 17.67 + 1.53 17.33 + 1.15 18.00 + 1.00cd ab a b F4 8.67 + 2.30 7.00 + 1.73 10.67 + 1.53 12.00 + 1.00b c c d C 14.67 + 3.79 17.00 + 3.00 15.67 + 0.58 19.00 + 2.65d e bc a P 31.00 + 1.00 15.67 + 0.58 6.00 + 0.00 6.00 + 0.00a a a a E 6.00 + 0.00 6.00 + 0.00 6.00 + 0.00 6.00 + 0.00a Keterangan : F1=Fraksi n-heksan; F2=Fraksi kloroform; F3=Fraksi etil asetat; F4=Fraksi akuades; C=ekstrak kasar; P=Penisilin, E=Etanol 70%. Huruf superskrip yang berbeda dalam satu kolom menunjukkan perbedaan yang signifikan.
Penisilin yang diujikan terhadap S. epidermidis memberikan zona hambat sebesar 15.67 + 0.58 mm. Nilai tersebut lebih kecil dibandingkan diameter hambat ekstrak kasar, fraksi etil asetat, dan fraksi kloroform. Diameter hambat terhadap bakteri ini dihasilkan oleh fraksi kloroform (22.33 + 1.53 mm). Hasil tersebut menunjukkan bahwa sensitifitas S. epidermidis yang diuji dengan penisilin lebih rendah daripada fraksi kloroform dan fraksi kloroform lebih efektif dibandingkan dengan penisilin. Pada pengujian yang dilakukan terhadap B. cereus dan Bacillus sp., diameter hambat ekstrak kasar dan keempat fraksi lebih besar dari pada penisilin. Menurut Luna et al. (2007), bakteri genus Bacillus terutama B. cereus memiliki sifat resisten terhadap antibiotik penisilin. Zona hambat pertumbuhan bakteri Gram positif dapat dilihat pada Gambar 4.
10
(a) (b) (c) Gambar 4 Zona hambat ekstrak dan fraksi daun sembung rambat terhadap S. epidermidis (a), B. cereus (b), dan Bacillus sp. (c) Keterangan: F1=Fraksi n-heksan; F2=Fraksi kloroform; F3=Fraksi etil asetat; F4=Fraksi akuades; C=ekstrak kasar
Hasil pengujian terhadap bakteri Gram positif menunjukkan bahwa ekstrak dan fraksi daun sembung rambat berpotensi untuk dijadikan alternatif antimikroba. Bakteri Gram positif genus Staphylococcus dapat menyebabkan infeksi luka terbuka pada kulit, bumble foot, dan stafilokokosis ayam (Tabbu 2000). Bakteri lain seperti B. cereus menurut WHO (2000) diketahui dapat menyebabkan gastroenteritis. Tabel 2 Rata-rata diameter hambat ekstrak dan fraksi daun sembung rambat terhadap bakteri Gram negatif (mm) Escherichia coli
Salmonella enteridis
Pseudomonas Pasteurella multocida aeruginosa F1 10.00 + 2.00b 6.00 + 0.00a 7.00 + 1.73a 6.67 + 1.15a d b a F2 16.67 + 0.58 15.00 + 0.00 8.00 + 3.46 9.67 + 2.52a c a a F3 14.00 + 2.65 9.67 + 3.22 9.00 + 3.46 8.67 + 2.52a ab a a F4 6.67 + 0.58 9.00 + 2.65 8.33 + 4.04 8.00 + 3.46a c a a C 13.00 + 1.00 9.67 + 3.22 7.33 + 2.31 7.67 + 2.08a a a a S 8.00 + 0.00 6.00 + 0.00 11.00 + 0.00 20.00 + 0.00b a a a E 6.00 + 0.00 6.00 + 0.00 6.00 + 0.00 6.00 + 0.00a Keterangan : F1=Fraksi n-heksan; F2=Fraksi kloroform; F3=Fraksi etil asetat; F4=Fraksi akuades; C=ekstrak kasar; S=Streptomisin, E=Etanol 70%. Huruf superskrip yang berbeda dalam satu kolom menunjukkan perbedaan yang signifikan.
Tabel 2 menyajikan data hasil pengujian ekstrak dan keempat fraksi terhadap bakteri Gram negatif. Aktivitas antimikroba terbaik untuk E. coli dihasilkan oleh fraksi kloroform (16.67 + 0.58 mm). Hasil yang sama diperoleh pada pengujian terhadap S. enteridis. Fraksi kloroform memberikan daya hambat pertumbuhan terbaik untuk bakteri tersebut dengan diameter hambat 15 mm dan memiliki aktivitas antimikroba yang berbeda nyata dengan semua perlakuan lainnya. Sementara itu streptomisin yang diujikan terhadap E. coli memberikan daya hambat 8 mm dan 6 mm untuk S. enteridis. Ekstrak kasar dan keempat fraksi daun sembung rambat yang diujikan terhadap P. aeruginosa tidak menunjukkan efektivitas yang berbeda nyata dengan kontrol positif streptomisin. Sementara streptomisin yang diujikan terhadap P. multocida memberikan daya hambat sebesar 20 mm. Nilai tersebut menunjukkan perbedaan yang signifikan dibandingkan ekstrak kasar dan keempat fraksinya. Gambar 5 menunjukkan zona hambat pertumbuhan bakteri Gram negatif.
11
(a) (b) (c) (d) Gambar 5 Zona hambat ekstrak dan fraksi daun sembung rambat terhadap E.coli (a), S. enteridis (b), P. aeruginosa (c), dan P.multocida (d) Keterangan: F1=Fraksi n-heksan; F2=Fraksi kloroform; F3=Fraksi etil asetat; F4=Fraksi akuades; C=ekstrak kasar
Secara keseluruhan, fraksi kloroform memberikan daya hambat pertumbuhan terbaik terhadap bakteri dibandingkan dengan ekstrak dan fraksi lainnya. Hal tersebut berarti senyawa yang terkandung dalam fraksi kloroform daun sembung rambat memiliki sifat antibakteri yang tinggi, baik terhadap bakteri Gram positif maupun Gram negatif. Menurut Simanjuntak (2008), kloroform menarik senyawa yang bersifat semipolar. Senyawa kimia yang dapat ditarik oleh pelarut tersebut adalah golongan fenol (seperti flavonoid), alkaloid, dan terpenoid (Rahminiwati et al. 2011). Flavonoid merupakan salah satu metabolit sekunder turunan fenol yang dihasilkan oleh tanaman dan dapat dijumpai pada bagian daun, akar, kayu, kulit, serbuk sari, bunga, dan biji (Dewick 2001). Menurut Rahminiwati et al. (2011), senyawa golongan fenol dalam konsentrasi rendah dapat merusak membran sitoplasma dan menyebabkan kebocoran sel bakteri, sedangkan dalam konsentrasi tinggi akan menyebabkan koagulasi protein dan lisis membran sel. Selain sebagai antibakteri, flavonoid juga diketahui memiliki daya antioksidan, antiinflamasi, dan antialergi. Bentuk polifenolnya memungkinkan flavonoid untuk mempercepat penyembuhan luka (Dewick 2001, Rachmawati et al. 2011). Senyawa lain yang dapat ditarik oleh pelarut kloroform adalah alkaloid dan terpenoid. Alkaloid merupakan metabolit sekunder berupa nitrogen organik yang sering sekali ditemukan di tanaman (Dewick 2001). Terpenoid memiliki beberapa unit isoprene sebagai substitusi alkil. Sebagai antimikroba, terpenoid bekerja dengan cara bereaksi dengan protein transmembran di luar dinding sel, membuat ikatan polimer yang kuat dan merusak protein membran (Cowan 1999). Sesuai dengan penuturan Tripathi et al. (2012), mikanolide dan dihidromikanolide yang merupakan senyawa aktif khas tanaman sembung rambat termasuk ke dalam kelompok terpenoid (sesquiterpene). Data pada Tabel 3 menunjukkan perbandingan nilai rata-rata diameter hambat kelompok fraksi kloroform yang diujikan pada bakteri Gram positif dan negatif. Daya hambat fraksi kloroform terhadap bakteri Gram positif berbeda nyata dengan daya hambat terhadap bakteri Gram negatif. Diameter hambat yang dihasilkan pada bakteri Gram negatif secara keseluruhan lebih kecil daripada diameter hambat pada bakteri Gram positif. Keadaan tersebut sesuai dengan hasil penelitian Hajra et al. (2010) bahwa bakteri Gram positif lebih sensitif terhadap ekstrak daun sembung rambat daripada bakteri Gram negatif. Selain itu dinding sel bakteri Gram positif lebih sederhana dan tersusun dari peptidoglikan sedangkan dinding sel bakteri Gram negatif tersusun dari lipopolisakarida dan
12
memiliki membran yang menyebabkan antibiotik sulit untuk masuk (Campbell dan Reece 2003). Tabel 3 Perbandingan rata-rata diameter hambat fraksi kloroform Bakteri Rata-rata Zona Hambat Fraksi Kloroform (mm) Staphylococcus aureus 18.67 + 1.15cd Staphylococcus epidermidis 22.33 + 1.53d Bacillus cereus 20.67 + 0.58d Bacillus sp. 22.00 + 1.00d Escherichia coli 16.67 + 0.58bc Salmonella enteridis 15.00 + 0.00b Pseudomonas aeruginosa 8.00 + 3.46a Pasteurella multocida 9.67 + 2.52a Keterangan : Huruf superskrip yang berbeda dalam satu kolom menunjukkan perbedaan yang signifikan
Pelarut lain yang digunakan dalam fraksinasi cair-cair adalah n-heksan, etil asetat, dan akuades. N-heksan merupakan pelarut nonpolar yang dapat menarik senyawa kelompok steroid atau triterpenoid. Steroid merupakan molekul lipid besar yang ditandai dengan empat cincin yang menyatu. Kumpulan cincin tersebut mempengaruhi variasi gugus fungsional steroid (Campbell dan Reece 2003). Etil asetat memiliki polaritas yang lebih rendah daripada akuades. Berdasarkan hasil pengujian, fraksi etil asetat merupakan fraksi dengan efektivitas terbaik kedua setelah fraksi kloroform. Pelarut dengan polaritas paling tinggi yang digunakan adalah akuades. Akuades memiliki sifat yang berlawanan dengan n-heksan. Akuades dapat melarutkan alkohol, aldehida, keton, dan senyawa kimia organik lain yang mengandung oksigen dan nitrogen. Aldehida memiliki gugus fungsi karbon dan hidrogen dan dapat dideskripsikan sebagai hasil dehidrogenasi alkohol primer (Oxtoby et al. 2003). Dalam penelitian ini senyawa yang terdapat pada fraksi nheksan dan akuades diketahui kurang memberikan aktivitas daya hambat pertumbuhan terhadap bakteri Gram positif dan Gram negatif. Uji Efektivitas terhadap Dermatofita Tabel 4 Rata-rata diameter hambat ekstrak dan fraksi daun sembung rambat terhadap dermatofita Microsporum canis Microsporum gypseum Trichophyton mentagrophytes F1 17.33 + 1.15c 14.67 + 0.58c 6.00 + 0.00a d d F2 21.67 + 1.15 23.33 + 0.58 6.00 + 0.00a bc c F3 16.67 + 1.53 15.33 + 3.51 11.67 + 2.08b a a F4 6.00 + 0.00 6.00 + 0.00 6.00 + 0.00a b b C 15.33 + 0.58 11.67 + 0.58 6.00 + 0.00a c c M 17.67 + 0.58 15.67 + 0.58 6.00 + 0.00a a a E 6.00 + 0.00 6.00 + 0.00 6.00 + 0.00a Keterangan : F1=Fraksi n-heksan; F2=Fraksi kloroform; F3=Fraksi etil asetat; F4=Fraksi akuades; C=ekstrak kasar; M=Miconazole, E=Etanol 70%. Huruf superskrip yang berbeda dalam satu kolom menunjukkan perbedaan yang signifikan.
Hasil uji terhadap dermatofita M. canis (Tabel 4) juga menunjukkan bahwa fraksi kloroform menghasilkan diameter hambat terbesar dibandingkan ekstrak kasar dan tiga fraksi lain, yaitu 21.67 + 1.15 mm. Kultur M. canis yang diuji
13
menunjukkan sensitifitas yang lebih tinggi terhadap fraksi kloroform daripada miconazole, yang menghasilkan diameter hambat 17.67 + 0.58 mm. Hasil yang serupa ditunjukkan oleh M. gypseum. Diameter hambat terbesar pada M. gypseum dihasilkan oleh fraksi kloroform (23.33 + 0.58 mm). Diameter tersebut lebih besar daripada miconazole (15.67 + 0.38 mm). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedua spesies Microsporum tersebut memiliki sensitifitas yang tinggi terhadap senyawa yang terkandung dalam fraksi kloroform, seperti kelompok flavonoid, alkaloid, atau terpenoid. Gambar 6 menunjukkan diameter hambat yang terbentuk pada koloni Microsporum.
(a) (b) Gambar 6 Zona hambat ekstrak dan fraksi daun sembung rambat terhadap M. canis (a) dan M. gypseum (b) Keterangan: F1=Fraksi n-heksan; F2=Fraksi kloroform; F3=Fraksi etil asetat; F4=Fraksi akuades; C=ekstrak kasar
Berbeda dengan kedua genus Micropsorum yang diuji, Trichophyton mentagrophytes cenderung lebih sensitif terhadap senyawa yang terkandung dalam fraksi etil asetat, dengan zona hambat terbesar yang dihasilkan adalah 11.67 + 2.08 mm. Fraksi etil asetat yang diujikan terhadap T. mentagrophytes menunjukkan efektivitas yang berbeda nyata dibandingkan kelima perlakuan lainnya. Zona hambat yang terbentuk pada koloni Trichophyton mentagrophytes dapat dilihat pada F2 Gambar 7.
Gambar 7 Zona hambat ekstrak dan fraksi daun sembung rambat terhadap T. mentagrophytes Keterangan: F1=Fraksi n-heksan; F2=Fraksi kloroform; F3=Fraksi etil asetat; F4=Fraksi akuades; C=ekstrak kasar
14
Miconazole dalam penelitian ini memberikan diameter hambat terkecil terhadap pertumbuhan Trichophyton mentagrophytes (6 mm). Keadaan tersebut sesuai dengan hasil penelitian Perrins et al. (2005) yang menunjukkan bahwa Trichophyton mentagrophytes kurang sensitif terhadap miconazole jika dibandingkan dengan spesies Trichophyton lain dan genus Microsporum. Pelarut etil asetat mampu menarik senyawa yang bersifat lebih polar daripada senyawa yang ditarik oleh pelarut kloroform. Senyawa kimia tersebut di antaranya adalah saponin, tanin, dan glikosida (Simanjuntak 2008). Tanin merupakan salah satu metabolit alami yang terdapat pada banyak jenis tanaman dan dapat digunakan untuk pengobatan diare serta luka kulit karena memiliki sifat astringensia. Selain itu tanin diketahui memiliki potensi untuk mencegah infeksi mikroorganisme (Sandberg dan Corrigan 2001). SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Fraksi kloroform daun sembung rambat memberikan efektivitas hambatan pertumbuhan paling baik dibandingkan dengan ekstrak kasar dan ketiga fraksi lainnya terhadap bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif serta dermatofita genus Microsporum. Sementara fraksi etil asetat daun sembung rambat memberikan efektivitas hambatan pertumbuhan paling baik terhadap Trichophyton mentagrophytes. Saran Perlu dilakukan pengujian kromatografi lanjutan untuk mengetahui dengan pasti kandungan senyawa kimia dalam setiap fraksi daun sembung rambat. Selain itu perlu juga dilakukan pengujian lebih lanjut terkait toksisitas daun sembung rambat (uji dosis letal) sehingga diketahui fraksi atau komponen senyawa yang berpotensi menimbulkan dosis letal paling kecil (berbahaya).
DAFTAR PUSTAKA Adams MR, Moss MO. 2008. Food Microbiology. Cambridge (UK): The Royal Society of Chemistry. hlm. 185. Campbell NA, Reece JB. 2003. Biologi Edisi Kelima. Manalu W, penerjemah. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. Terjemahan dari: Biology Fifth Edition. Carter GR dan Cole JR. 1990. Diagnostic Procedures in Veterinary Bacteriology and Mycology Fifth Edition. London (UK): Academic Press Limited. hlm. 394-399. Colares M, Muguerza A, Debenedetti S, Spegazzini E, Rosella M, Consolini AE. 2009. Gastrointestinal Effects of Mikania micrantha Kunth and Mikania cordifolia (L. F.) Wild (Asteraceae) on Isolated Rat Ileum. Cowan M. 1999. Plant Product as Antimicrobial Agent. Clin. Microbiol. Rev. 12 (4): 564-582.
15
Dewick PM. 2001. Medicinal Natural Products: A Biosyntetich Approach, Second Edition. West Sussex (UK): John Wiley & Sons Ltd. Engelkirk PG, Engelkirk JD. 2008. Laboratory Diagnosis of Infectious Diseases: Essentials of Diagnostic Microbiology. Philadelphia (US): Lippincott Williams & Wilkins. hlm. 217-223. Freeman-Cook L, Freeman-Cook K. Deadly Diseases and Epidemics: Staphylococcus aureus Infection. 2006. Philadelphia (US): Chelsea House Publishers. hlm. 26-28. Haisya NBS, Latifah AR, Suratno RP, Sa’diah S, Affif U. 2013. Sembung Rambat (Mikania micrantha H.B.K.) as Natural Alternative Antibacterial and Its Study Against Bacterial Common as Causative Agent in Cattle Mastitis in Indonesia. Prosiding. The Sixth Conference of Indonesian Students at Korea. Daejeon, South Korea. July 7th, 2013. Hajra S, Mehta A, Pandey P, John J, Mehta P. 2010. Antibacterial property of crude ethanolic extract of Mikania micrantha. Asian J. Exp. Biol. Sci. Spl. 2010: 158-160. Harvey RA, Champe PC, Fisher BD. 2007. Microbiology 2nd Edition. Philadelphia (US): Lippincott William & Wilkins. hlm. 147. Hayes PR. 1995. Food Microbiology and Hygiene. London (UK): Elsevier. Jay JM, Loessner MJ, Golden DA. 2005. Modern Food Microbiology Seventh Edition. New York (US): Springer Science & Business. hlm. 619-620. Luna VA, King DS, Gulledge J, Cannons AC, Amuso PT, Cattani J. 2007. Susceptibility of Bacillus anthracis, Bacillus cereus, Bacillus mycoides, Bacillus pseudomycoides and Bacillus thuringiensis to 24 antimicrobials using Sensititre® automated microbroth dilution and Etest® agar gradient diffusion methods. J. Antimicrob. Chemother. 60 (3): 555-567. Oxtoby, Gillis, Nachtrieb. 2003. Prinsip-prinsip Kimia Modern. Achmadi SS, penerjemah. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. Terjemahan dari: Principles of Modern Chemistry. Miller WH, Griffin CE, Campbell KL. 2013. Muller and Kirk’s Small Animal Dermatology Seventh Edition. Missouri (US): Elsevier. hlm. 91. Patel A, Forsythe P. 2008. Small Animal Dermatology. London (UK): Elsevier. hlm. 54, 183. Perez-Amador MC, Ocotero VM, Balcazar RI, Jimenez FG. 2010. Phytochemical and pharmacological studies on Mikania micrantha H.B.K. (Asteraceae). Int. J. Exp. Botany. 79: 77-80. Perrins N, Howell SA, Moore M, Bond R. 2005. Inhibition of the growth in vitro of Trichophyton mentagrophytes, Trichophyton erinacei and Microsporum persicolor by miconazole and chlorhexidine. Vet. Dermatol. 16 (5): 330333. Petrie A, Watson P. 2006. Statistics for Veterinary and Animal Science. Iowa (US): Blackwell Publishing. hlm. 100-106. Price P, Frey KB. 2003. Microbiology for Surgical Technologists. New York (US): Thomas Delmar Learning. Rachmawati F, Nuria MC, Sumantri. 2011. Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi Kloroform Ekstrak Etanol Pegagan (Centella asiatica (L) Urb) serta Identifikasi Senyawa Aktifnya. Prosiding. Seminar Nasional Peranan dan Kontribusi Herbal dalam Terapi Penyakit Degeneratif. Semarang.
16
Rahminiwati M, Mustika AA, Sa’diah S, Andriyanto, Soeripto, Unang. 2010. Bioprospeksi ekstrak jahe gajah sebagai anti-CRD: kajian aktivitas antibakteri terhadap Mycoplasma gallisepticum dan E. coli in vitro. J. Pertanian Indonesia. 15 (1): 7-13. Reiss E, Shadomy HJ, Lyon GM. Fudamental Medical Mycology. New Jersey (US): John Wiley & Sons, Inc. hlm. 556-559. Salni, Marisa H, Mukti RW. 2011. Isolasi senyawa antibakteri dari daun jengkol (Phitecolobium lobatum Benth) dan penentuan nilai KHM-nya. J. Penelitian Sains. 14 (1): 38-41. Sandberg F, Corrigan D. 2001. Natural Remedies: Their Origins and Uses. New York (US): Taylor & Francis. Sankaran KV. 2013. Mikania micrantha: Mile A Minute Weed. Asia-Pacific Forest Invasive Species Network, Invasive Pest Fact Sheet. Seckbach J, Oren A. 2010. Microbial Mats: Modern and Ancient Microorgnisms in Stratified Systems. London (UK): Springer Science & Business Media. hlm. 371, 374. Sianturi AHM. 2001. Isolasi dan Fraksinasi Senyawa Bioaktif Biji Mahoni. Skripsi. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Simanjuntak MR. 2008. Ekstraksi dan Fraksinasi Komponen Ekstrak Daun Tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum L) serta Pengujian Efek Sediaan Krim terhadap Penyembuhan Luka Bakar. Skripsi. Medan: Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Tabbu CR. 2000. Penyakit Ayam dan Penanggulangannya. Yogyakarta (ID): Penerbit Kanisius. Tripathi RS, Khan ML, Yadav AS. 2012. Biology of Mikania micrantha H.B.K.: A Review. Invasive Alien Plants: An Ecological Appraisal for The Indian Subcontinent. [WHO] World Health Organization. 2002. Penyakit Bawaan Makanan: Fokus Pendidikan Kesehatan. Hartono A, penerjemah. Jakarta (ID): Penerbit Buku Kedokteran EGC. Terjemahan dari: Foodborne Disease: A Focus for Health Education.
17
LAMPIRAN Lampiran 1 Zona Hambat Pertumbuhan Bakteri dan Dermatofita Hambatan / Perlakuan (mm) Bakteri Gram Positif
P
C
F1
F2
F3
F4
Staphylococcus aureus
30
19
6
20
11
10
31
13
6
18
13
10
32
12
9
18
12
6
15
17
13
22
16
6
16
20
15
24
19
6
16
14
13
21
18
9
6
15
14
20
16
11
6
16
14
21
18
12
6
16
14
21
18
9
6
16
15
21
17
11
6
21
18
23
18
13
6
20
14
22
19
12
Bakteri Gram Negatif
S
C
F1
F2
F3
F4
Escherichia coli
8
12
8
16
12
6
8
14
12
17
13
7
8
13
10
17
17
7
6
6
6
15
6
6
6
11
6
15
11
10
6
12
6
15
12
11
11
6
6
6
7
6
11
6
6
6
7
6
11
10
9
12
13
13
20
6
6
7
6
6
20
10
8
12
9
6
20
7
6
10
11
12
Dermatofita
M
C
F1
F2
F3
F4
Microsporum canis
18
15
18
23
17
6
17
15
16
21
15
6
18
16
18
21
18
6
16
11
15
23
19
6
16
12
15
23
12
6
15
12
14
24
15
6
6
6
6
6
14
6
6
6
6
6
10
6
6
6
6
6
11
6
Staphylococcus epidermidis Bacillus cereus
Bacillus sp.
Salmonella enteridis
Pseudomonas aeruginosa Pasteurella multocida
Micrsporum gypseum
Tricophyton mentagrophytes
18
Lampiran 2 Hasil Uji One Way Anova dan Duncan terhadap Staphylococcus aureus
19
Lampiran 3 Hasil Uji One Way Anova dan Duncan terhadap Staphylococcus epidermidis
20
Lampiran 4 Hasil Uji One Way Anova dan Duncan terhadap Bacillus cereus
21
Lampiran 5 Hasil Uji One Way Anova dan Duncan terhadap Bacillus sp.
22
Lampiran 6 Hasil Uji One Way Anova dan Duncan terhadap Escherichia coli
23
Lampiran 7 Hasil Uji One Way Anova dan Duncan terhadap Salmonella enteridis
24
Lampiran 8 Hasil Uji One Way Anova dan Duncan terhadap Pseudomonas aeruginosa
25
Lampiran 9 Hasil Uji One Way Anova dan Duncan terhadap Pasteurella multocida
26
Lampiran 10 Hasil Uji One Way Anova dan Duncan Antarbakteri
27
Lampiran 11 Hasil Uji One Way Anova dan Duncan terhadap Microsporum canis
28
Lampiran 12 Hasil Uji One Way Anova dan Duncan terhadap Microsporum gypseum
29
Lampiran 13 Hasil Uji One Way Anova dan Duncan terhadap Trichophyton mentagrophytes
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Temanggung pada tanggal 5 November 1991 dari ayah Imam Mawardi dan ibu Purwati (alm). Penulis adalah putri pertama dari tiga bersaudara, dengan adik-adik Muhammad Salman Hakim dan Athiya Nur’aini Hanifah. Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Bogor dan diterima di Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (FKH IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama menjalani pendidikan jenjang sarjana, penulis menjadi asisten praktikum mata kuliah Histologi Veteriner II (tahun ajaran 2012/2013), Ilmu Bedah Khusus Veteriner I (tahun ajaran 2013/2014), dan Patologi Sistemik II (tahun ajaran 2014/2015). Penulis juga pernah aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa Uni Konservasi Fauna IPB sebagai Sekretaris Divisi Sosial Lingkungan dan Ketua Divisi Konservasi Eksitu. Selain itu penulis juga pernah aktif di Himpunan Minat dan Profesi Satwaliar FKH IPB sebagai anggota Cluster Wild Carnivore dan Divisi Infokom. Penulis berkesempatan melakukan presentasi poster pada konferensi ilmiah th The 6 Conference of Indonesian Student at Korea (2013) yang diselenggarakan di kampus Korean Advanced Institute of Science and Technology (KAIST), Daejeon, Korea Selatan. Judul karya ilmiah yang dipresentasikan adalah “Sembung Rambat (Mikania micrantha H.B.K.) as Natural Alternative Antibacterial and Its Study Against Bacterial Common as Causative Agent in Cattle Mastitis in Indonesia”. Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir, penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi yang berjudul “Skrining Efektivitas Ekstrak dan Fraksi Daun Sembung Rambat (Mikania micrantha H.B.K.) terhadap Bakteri dan Dermatofita”.