JSTFI Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Vol.I, No.1, Januari 2012
AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAN FRAKSI-FRAKSI DAUN ANDONG MERAH (Cordyline fruticosa L.A. Cheval) TERHADAP BAKTERI PENYEBAB DIARE Rizky Annisa*, Umi Yuniarti*, Clara Sunardi** *Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia, Bandung **Universitas Padjajaran Abstrak Daun andong merah (Cordyline Fructicosa L.A. Cheval) secara empiris telah digunakan sebagai obat diare. Pada penelitian ini telah dilakukan ekstraksi dengan cara maserasi dan fraksinasi menggunakan metode ekstraksi cair-cair. Ekstrak dan fraksi – fraksi yang diperoleh diuji aktivitas antibakterinya dengan metode sumur terhadap bakteri Escherichia coli (ATCC 8939), Shigella dysentriae, dan Salmonella typhimurium (ATCC 13311). Ekstrak yang memberikan aktivitas antibakteri selain ditentukan Konsentrasi Hambat Minimumnya (KHM), juga dilakukan penentuan golongan senyawa dominan dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun andong merah pada konsentrasi 10%, 20%, dan 30% memberikan aktivitas antibakteri terhadap ketiga bakteri uji dengan KHM untuk Esccherichia coli dan Shigella dysentriae sebesar 2,5% serta 5 % untuk Salmonella typhimurium. Ekstrak etanol daun andong merah memberikan hasil positif terhadap senyawa golongan fenolat yang berfluoresensi di bawah sinar UV 366 nm, dan memberikan warna hitam setelah disemprot penampak bercak FeCL3 dengan nilai Rf 0,57. Dari uji statistik ANOVA dengan taraf signifikansi α=0,05 dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan signifikan sebagai akibat pemberian konsentrasi ekstrak dan fraksi yang berbeda terhadap ketiga bakteri uji. Kata Kunci : Daun andong merah (Cordyline fruticosa L.A.Cheval), Diare, Antibakteri. Abstract Red andong leaves (Cordyline fruticosa L.A. Cheval) has been used as an antidiarrhea empirically. It has been extracted by maceration and fractionation using liquid-liquid extraction methods. Antibacterial activity of extracts and fractions were tested using a well method against Escherichia coli (ATCC 8939), Shigella dysentriae, and Salmonella typhimurium (ATCC 13311) bacteria. Antibacterial activity of extracts was measured using Minimum Inhibitory Concentration (MIC) and using Thin Layer Chromatography to determine the group of predominant compound in the extract. The results showed that the ethanolic extract of red andong leaves at a concentration of 10%, 20%, and 30% provided antibacterial activity against three bacterial test with the MIC 2.5% for Esccherichia coli and Shigella dysentriae and 5% for Salmonella typhimurium. The ethanolic extract of red andong leaves showed a positive result in group of phenolic compound under UV ray 366 nm, and showed black color spot after sprayed by 1% FeCl3 with Rf value of 0,57. Test of ANOVA at significance level α = 0,05 concluded that there were significant differences within of the different concentration of extracts and fractions on the three test bacteria. Keywords: Red andong leaves (Cordyline fruticosa L.A. Cheval), Diarrhea, Antibacterial.
PENDAHULUAN Diare merupakan keadaan buangbuang air besar dengan banyak cairan dan merupakan gejala dari penyakitpenyakit tertentu atau gangguan lain. Kasus ini banyak terjadi di negara berkembang dengan standard hidup yang
rendah. Dehidrasi akibat diare merupakan salah satu penyebab kematian pada anakanak (Tjay dan Rahardja, 2007). Berdasarkan tinjauan patogenetik, dibedakan beberapa mekanisme penyebab yaitu, kurangnya absorpsi zat osmotik dari lumen usus (diare osmotik), meningkatnya 22
JSTFI Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Vol.I, No.1, Januari 2012
sekresi elektrolit dan air ke dalam lumen usus (diare sekretorik), naiknya permeabilitas mukosa usus, atau terganggunya motilitas usus (Mutschler,1999). Diare sekretorik seringkali disebabkan oleh toksin bakteri yang mengaktifkan adenilatsiklase dalam sel mukosa. Selain itu toksin kolera, toksin dari Salmonella dan Shigella, serta galur Coli patogen juga menyebabkan diare sekretorik. Sebagian besar diare musim panas dan diare perjalanan disebabkan oleh suatu toksin Escherichia coli (Mutschler,1999). Banyak tanaman obat yang digunakan secara empiris oleh masyarakat sebagai obat diare. Tanaman obat yang dapat digunakan untuk membantu mengatasi diare diantaranya mempunyai efek sebagai adstringen (pengelat), yaitu dapat mengkerutkan selaput lendir usus sehingga mengurangi pengeluaran cairan diare dan disentri, selain itu juga mempunyai efek sebagai adsorbensia, dan antibakteri (Tjay dan Rahardja.2007). Secara empiris, daun andong merah segar (60–100g) atau bunga andong kering (10-15g) digunakan dengan cara direbus dengan tiga gelas air sampai air rebusan tersisa satu gelas. Setelah dingin, disaring dan dibagi tiga sama banyak, digunakan sebagai obat diare dan disentri, diminum pada pagi, siang dan malam hari (Dalimarta, 2006). Berdasarkan latar belakang tersebut, pembuktian ilmiah untuk menentukan aktivitas antibakteri sangat penting dilakukan. Pada penelitian ini telah dilakukan berbagai kajian aktivitas antibakteri ekstrak etanol, fraksi n-heksana, fraksi etil asetat, fraksi air daun andong merah (Cordyline fruticosa L.A.Cheval) terhadap bakteri penyebab diare E.coli, Shigella dysentriae dan Salmonella typhimurium.
METODOLOGI Serbuk simplisia
Ekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol
Skrining Fitokimia dan karakterisasi simplisia
Residu
Ekstrak etanol
Uji aktivitas antibakteri, KHM, KLT
Fraksinasi (ECC nheksana:air) 1:1
Fraksi n-heksana
Sisa
(ECC dengan etil asetat:air) 1:1
Fraksi etil asetat
Fraksi air
Uji aktivitas antibakteri
Uji aktivitas antibakteri
Gambar 1. Skema Penelitian Alat Alat yang digunakan adalah maserator, peralatan destilasi, timbangan analitik (Ohaous), tanur (Therme), Oven (Memmert), blender (Miyako), inkubator (Jenaco), autoklaf, rotary evaporator (Buchi), vortex (barnstead Thermolyne), corong pisah, kawat ose, cawan petri, jangka sorong, labu erlenmeyer, perforator,
23
JSTFI Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Vol.I, No.1, Januari 2012
mikropipet, pelat Silika Gel, chamber, dan alat – alat lainnya.
dengan kromatografi lapis tipis (KLT). Skema penelitian tersaji pada Gambar 1.
Bahan Simplisia yang digunakan berasal dari Manoko-Lembang, dan telah dilakukan determinasi tumbuhan di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, UNPAD. Bahan untuk karakterisasi, pembuatan ekstrak, dan fraksinasi adalah eter, kloroform, toluen, asam sulfat encer, amonia 21%, asam klorida 2 N, pereaksi Meyer, pereaksi Dragendorf, perekasi Liberman-Burchard (asam asetat anhidrat : asam sulfat pekat 20:1), larutan gelatin 1%, sebuk Mg atau Zn, FeCL3, amil alkohol, vanilin-asam sulfat, KOH, etanol 95%, air suling, n-heksana, etil asetat dan kertas saring bebas abu. Bahan untuk pengujian antibakteri antara lain: Nutrien Agar (NA), etanol 95% (bratachem), n-heksana (E.Merck), etil asetat (E.Merck), air suling steril, NaCl fisiologis, bakteri uji (Shigella dysentriae, Salmonella typhimurium ATCC (13311) diperoleh dari PT. Biofarma, Escherichia coli ATCC (8939). Kegiatan penelitian yang dilakukan meliputi penyiapan bahan, determinasi dan karakterisasi simplisia, skrining fitokimia, pembuatan ekstrak menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 95%, kemudian dilakukan fraksinasi dengan menggunakan metode ekstraksi cair-cair berturut-turut mengunakan pelarut tak campur dengan perbandingan n-heksana : air suling (1:1) sehingga diperoleh fraksi nheksana dan sisanya di ECC kembali dengan air suling : etil asetat (1:1) dan diperoleh fraksi etil asetat dan fraksi air. Uji aktivitas antibakteri dari ekstrak etanol daun andong merah (Cordyline fruticosa L.A. Cheval) dari fraksi n-heksana, fraksi etil asetat dan fraksi air kemudian dianalisis
Ekstrak etanol
Fraksi n-heksana
Fraksi etil asetat
Fraksi air
Dibuat dalam beberapa konsentrasi
10 %
20 %
30 %
Aktivitas antibakteri diuji dengan difusi agar menggunakan metode sumur, dan dinkubasi 18-24 jam
Escherichia coli
Salmonella typhimurium
Shigella dysentriae
Gambar 2. Skema Pengujian Aktivitas Antibakteri Ekstrak dan Fraksi (diadopsi dari Jawetz et al, 2004) Metode yang digunakan pada pengujian aktivitas antibakteri adalah metode difusi agar dengan sumur. Sebanyak 100µL masing-masing suspensi bakteri dituangkan ke dalam cawan-cawan petri, kemudian ditambahkan 20 ml media Nutrien Agar (NA) cair steril, dicampurkan hingga homogen, dibiarkan memadat, kemudian dibuat sumur dengan diameter ± 5 mm dengan menggunakan perforator. Kemudian 50µL masing-masing ekstrak dan fraksi-fraksi uji dalam berbagai konsentrasi dimasukkan ke dalam sumur. Dilakukan prainkubasi selama 30 menit pada suhu kamar, kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 18 – 24 jam di dalam inkubator. Diameter hambat setelah masa inkubasi diukur. Skema pengujian 24
JSTFI Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Vol.I, No.1, Januari 2012
aktivitas antibakteri masing-masing ekstrak dan fraksi tersaji pada Gambar 2. Ekstrak etanol
Dilakukan penurunan konsentrasi (%) untuk mengetahui nilai KHM
1%
2,5 %
5%
Aktivitas antibakteri diuji dengan difusi agar menggunakan metode sumur, dan dinkubasi 18-24 jam
kamar, kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 18 – 24 jam di dalam inkubator, kemudian pertumbuhan bakteri ujinya diamati (lihat Gambar 3). Ekstrak yang memiliki aktivitas antibakteri paling baik yaitu ekstrak etanol. Ekstrak ini kemudian dianalisis menggunakan KLT dengan fase diam pelat Silika Gel, pengembang metanol : kloroform (6:4) dan dideteksi dengan sinar UV 254 dan 366 mm, uap amoniak dan reagen FeCl3. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Analysis of Varians (ANOVA). HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Hasil Ekstraksi dan Fraksinasi Ekstrak / Fraksi
Escherichia coli
Salmonella typhimurium
Shigella dysentriae
Gambar 3. Skema Penetapan Konsentrasi Hambat Minimum dari Ekstrak yang Memiliki Aktivitas Antibakteri Paling Baik. Konsentrasi terendah dari zat antibakteri yang masih menghambat suspensi “bakteri indikator” pada lempeng medium pembiakan adalah KHM dari zat antibakteri tersebut terhadap “bakteri indikator” (Koes, 2006). Langkah awal yang dilakukan adalah menuangkan sebanyak 20 ml NA cair steril ke dalam cawan petri yang berisi bakteri uji sebanyak 100µL, kemudian dihomogenkan dan dibiarkan padat. Setelah memadat kemudian dibuat sumur dengan diameter ± 5 mm dengan menggunakan perforator. Sebanyak 50 µL dari ekstrak uji yang memiliki diameter hambat paling baik di prainkubasi selama 30 menit pada suhu
Berat (g)
Rendemen
Ekstrak etanol
200,72
22,30 %
Fraksi nheksana
10,11
20,21 %
Fraksi Etil Asetat
7,36
14,72 %
Fraksi Air
30,16
60,31 %
Berdasarkan hasil ekstraksi dari fraksinasi pada Tabel 1, diketahui bahwa nilai rendemen tertinggi terdapat pada fraksi air sebanyak 60,31%. Hal ini menunjukkan banyaknya senyawa polar yang terkandung dalam ekstrak etanol daun andong merah, diikuti senyawa non polar sebanyak 20,21%, senyawa yang memiliki sifat antara non-polar dan polar sebanyak 14,72 %.
25
JSTFI Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Vol.I, No.1, Januari 2012
Tabel
2.
Hasil Penapisan Simplisia
Golongan Senyawa
Fitokimia Deteksi
Alkaloid
+
Fenolat
+
Tannin
+
Flavonoid
+
Monoterpen dan seskuiterpen
+
Steroid dan Triterpenoid
+
Kuinon
-
Saponin
+
Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi menggunakan pelarut etanol 95% selama 3 x 24 jam. Metode ini dipilih untuk menjaga kandungan metabolit sekunder yang tidak stabil terhadap pemanasan. Fraksinasi dalam penelitian ini dilakukan untuk memisahkan kandungan metabolit sekunder berdasarkan sifat kepolaran. Metode fraksinasi yang digunakan adalah metade ekstraksi cair–cair satu komponen bahan atau lebih, dan didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua zat pelarut n-heksana yang bersifat nonpolar, pelarut semipolar dan pelarut air yang bersifat polar. Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui bahwa daun andong merah mengandung alkoloid, fenolat, tanin, flavonoid, monoterpen dan seskuiterpen, streroid dan triterpenoid, kuinon, dan saponin. Di samping itu, pada penelitian ini dilakukan uji penetapan karakteristik simplisia antara lain kadar abu total, kadar abu larut air, kadar abu tidak larut asam, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol, kadar air, dan susut pengeringan. Hasil
kadar abu diperoleh sebesar 6,075%. Penetapan kadar sari dilakukan untuk mengetahui jumlah kandungan senyawa dalam simplisia yang dapat tersari dalam pelarut tertentu. Penetapan kadar sari dilakukan dengan dua cara, yaitu kadar sari yang larut dalam air dan kadar sari yang larut dalam etanol. Kedua cara ini didasarkan pada kelarutan senyawa yang terkandung dalam simplisia. Simplisia daun andong merah banyak tersari dalam pelarut etanol yaitu sebesar 6,92%. Hasil karakteristik simplisia daun andong secara keseluruhan tersaji pada Tabel 3 dibawah ini. Tabel 3. Hasil Karakterisasi Simplisia Karakteristik Kadar abu total Kadar abu larut air Kadar abu tidak larut asam Kadar sari larut air Kadar sari larut etanol Kadar air Susut pengeringan
Hasil (%) 6,075 % 3,32 % 0,92 % 5,51 % 6,92 % 8,0 % 10,5 %
Dari hasil penelitian aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun andong merah (Cordyline fruticosa L. A. Cheval) terhadap bakteri penyebab diare diketahui bahwa ekstrak etanol daun andong merah memiliki aktivitas sebagai antibakteri terhadap Escherichia coli dengan diameter hambat rata-rata pada konsentrasi 30%, 20%, dan 10% adalah 13,1 mm; 11,67 mm; 11,1 mm. Diameter hambat rata-rata ekstrak etanol terhadap bakteri Salmonella typhimurium pada konsentrasi 30%, 20%, dan 10% adalah 12,66 mm; 11,55 mm; 11,1 mm, sedangkan diameter hambat rata-rata ekstrak etanol terhadap bakteri Shigella dysentriae pada konsentrasi 10 %, 20 %, dan 30 % adalah 11,78 mm; 12,43 mm; 13,53 mm. Fraksi n-heksana daun andong merah memiliki aktivitas sebagai 26
JSTFI Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Vol.I, No.1, Januari 2012
Fraksi air, daun andong merah memiliki aktivitas sebagai antibakteri terhadap Escherichia coli pada semua diameter hambat rata-rata pada konsentrasi 30%, 20%, dan 10%, sedangkan pada bakteri Shigella dysenteriae dan Salmonella typhimurium hanya pada konsentrasi 30% dan 20% yang memperlihatkan aktivitas antibakteri. Hasil pengujian rata-rata aktivitas antibakteri tersaji pada Tabel 4. Dari hasil pengujian rata-rata untuk aktivitas anti bakteri Escherichia coli diketahui bahwa aktivitas paling tinggi ditunjukkan pada esktrak etanol, dengan diameter hambat 13,1 mm pada dosis tertinggi (30%). Aktivitas paling tinggi untuk dosis menengah (20%) juga ditunjukkan oleh ekstrak etanol dengan diameter 11,67 mm, dan aktivitas paling tinggi untuk dosis terendah (10%) ditunjukkan pula oleh ekstrak etanol dengan diameter hambat 11,1 mm. Fraksi etil asetat tidak memiliki aktivitas terhadap bakteri Escherichia coli (lihat Gambar 4).
Tabel
4.
Bakteri uji
Escherichia coli
Hasil Pengujian Rata-rata Aktivitas Antibakteri Larutan uji Ekstrak etanol Fraksi nheksana Fraksi etil asetat Fraksi air Ekstrak etanol Fraksi nheksana Fraksi etil asetat Fraksi air
Shigella dysentriae
Salmonella typhimurium
Ekstrak etanol Fraksi nheksana Fraksi etil asetat Fraksi air
Diameter hambat rata-rata (mm) pada konsentrasi (%) 10 % 20 % 30 % Blanko 11,1
11,67
13,1
9,05
9,90
10,73
9
9
9,81
10,83
12,06
11,78
12,43
13,53
9
9
9
9
9
9
9
9,30
9,73
11,1
11,55
12,66
9,43
9,90
12,05
10,93
12,33
13,63
9,63
11,85
9
9
9
9
9
Keterangan : pengujian dilakukan sebanyak 3 kali, menggunakan perforator berdiameter 9 mm. Blanko menggunakan pelarut masing-masing ekstrak dan fraksi
Diameter hambat (mm)
antibakteri terhadap Escherichia coli dan Salmonella typhimurium, sedangkan terhadap bakteri Shigella dysenteriae tidak memperlihatkan aktivitas antibakteri. Fraksi etil asetat daun andong merah tidak memperlihatkan adanya aktivitas antibakteri terhadap Escherichia coli dan Shigella dysentriae, dan hanya memperlihatkan aktivitas antibakteri terhadap bakteri Salmonella typhimurium dengan diameter hambat rata-rata pada konsentrasi 10 %, 20 %, dan 30 % adalah 10,93 mm; 12,33 mm; 13,63 mm. Hal ini menandakan bahwa fraksi etil asetat selektif terhadap bakteri Salmonella typhimurium.
14 12 10 8 6 4 2 0
Dosis 10 % Dosis 20 % Dosis 30 %
Keterangan : diameter perforator yang digunakan 9mm
Gambar
4. Diagram Batang Hasil Aktivitas Antibakteri Ekstrak dan Fraksi-Fraksi terhadap Bakteri Eschrerichia Coli
27
etanol, dengan diameter hambat masingmasing 13,53 mm; 12,43 mm; dan 11,78 mm, sedangkan fraksi air pada dosis terendah tidak memperlihatkan aktivitas.
14 12 10 8 6 4 2 0
Dosis 10 % Dosis 20 %
F. Air
F. Etil Asetat
F. n-heksana
Dosis 30 % E. Etanol
Diameter hambat (mm)
JSTFI Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Vol.I, No.1, Januari 2012
Keterangan : diameter perforator yang digunakan 9mm
Gambar 5. Diagram batang Hasil Aktivitas Antibakteri Ekstrak dan Fraksi Fraksi Terhadap Bakteri Shigella dysentriae
) 14 m 12 m ( t 10 ab 8 m a 6 h r 4 e t 2 e 0 m ai D
Dosis 10 % Dosis 20 % l o n at E. E
a n as ke h -n .F
ta t es A li t E .F
ri A . F
Dosis 30 %
Keterangan : diameter perforator yang digunakan 9mm
Gambar 6. Diagram Batang Hasil Aktivitas Antibakteri Ekstrak dan FraksiFraksi Terhadap Bakteri Salmonella typhymrium Berdasarkan Gambar 5 di atas, untuk bakteri Shigella dysentria, fraksi nheksana dan fraksi etil asetat tidak memiliki aktivitas antibakteri. Aktivitas paling tinggi untuk dosis tertinggi, dosis menengah serta dosis terendah ditunjukkan oleh ekstrak
Berdasarkan Gambar 6 di atas untuk bakteri Salmonella typhimurium, aktivitas paling tinggi untuk dosis tertinggi (30%) ditunjukkan oleh fraksi etil asetat dengan diameter hambat 13,63 mm. Aktivitas untuk dosis menengah (20%) ditunjukkan pula oleh fraksi etil asetat dengan diameter hambat 12,33 mm, sedangkan untuk dosis terendah (10%) yang memiliki aktivitas paling tinggi adalah ekstrak etanol dengan diameter hambat 11,1 mm. Dari hasil, diketahui juga bahwa fraksi etil asetat merupakan fraksi yang paling selektif terhadap bakteri Salmonella typimurium, sedangkan ekstrak etanol merupakan ekstrak yang memiliki aktivitas terhadap ketiga bakteri uji pada setiap variasi konsentrasi. Pada penelitian ini, penetapan KHM dilakukan menggunakan difusi agar dengan metode sumur. Hasil penetapan KHM dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil Penetapan KHM Ekstrak terhadap Bakteri Uji Diameter hambat (mm) pada konsentrasi (%) 1% 2,5 % 5% Blanko
Bakteri
1
-
+
+
-
2
-
+
+
-
1
-
+
+
-
2
-
+
+
-
Salmonella 1 typhimurium
-
-
+
-
Escherichia coli
Shigella dysentriae
2 Keterangan :
+ (+) terdapat zona hambat, (-) tidak terdapat zona hambat
28
JSTFI Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Vol.I, No.1, Januari 2012
Dari hasil pada Tabel 5, dapat dilihat bahwa nilai KHM untuk ekstrak etanol terhadap bakteri Escherichia coli dan Shigella dysentriae adalah sama, yaitu sebesar 2,5%. Dapat dilihat bahwa ekstrak etanol memiliki aktivitas yang sama terhadap Escherichia coli dan Shigella dysentriae, sedangkan nilai KHM untuk ekstrak etanol terhadap bakteri Salmonella typhimurium yaitu 5%. Analisis KLT dilakukan terhadap ekstrak etanol karena ekstrak ini memiliki aktivitas terhadap ketiga bakteri uji. Dari hasil uji KLT ini diharapkan dapat diketahui senyawa atau metabolit sekunder yang terdapat pada daun andong merah yang paling berpengaruh terhadap aktivitas antibakteri. Pengembang yang digunakan dalam proses KLT dalam penelitian ini adalah metanol : kloroform (6 : 4) (hasil tersaji pada Gambar 7 dan Gambar 8).
bercak 3
bercak 2
bercak 4 bercak 1
Gambar 8. Hasil KLT di bawah Sinar UV 254 nm Keterangan: • bercak 1, dibawah sinar UV 254 nm menunjukkan adanya bercak dengan nilai Rf = 0,1 • bercak 4, dibawah sinar UV 254 nm menunjukkan adanya bercak dengan nilai Rf = 0,95
Hasil KLT yang diperoleh dengan menggunakan pengembang metanol koloroform 6:4 secara kasat mata menghasilkan 2 bercak yaitu bercak 2 yang berwarna kuning dan bercak 3 yang berwarna hijau, sedangkan di bawah sinar UV 254 nm terlihat adanya bercak 1 dan bercak 4 (lihat Gambar 7 dan Gambar 8).
bercak 3 bercak 2
Gambar 7. Foto Hasil KLT secara Kasat Mata Keterangan: • bercak 2, secara kasat mata terlihat bercak berwarna kuning dengan nilai Rf = 0,57 • bercak 3, secara kasat mata terlihat bercak berwarna hijau dengan nilai Rf = 0,8
Gambar 9. Foto Hasil KLT di Bawah Sinar UV 366 nm
29
JSTFI Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Vol.I, No.1, Januari 2012
Hasil KLT yang dideteksi dengan sinar UV 366 nm, pada bercak 2 terjadi fluoresensi berwarna hijau, dan pada bercak 3 terjadi fluoresensi berwarna merah jambu (lihat Gambar 9). Hasil KLT yang dideteksi menggunakan reagen semprot FeCL3 hanya pada bercak 2 menghasilkan warna kehitaman dengan Rf 0,57 pada bercak 2 (lihat Gambar 10).
Bercak 2
Gambar 10. Foto Hasil KLT setelah Dideteksi Menggunakan Reagen FeCl3 Berdasarkan hasil penapisan fitokimia, dan ditunjang dengan hasil KLT yang dideteksi menggunakan pereaksi FeCL3, dapat disimpulkan bahwa kemungkinan senyawa fenolat terdapat dalam ekstrak etanol dengan Rf 0,57 (bercak 2), sedangkan bercak 3 diduga adalah seyawa klorofil yang secara kasat berwana hijau dan apabila dideteksi dengan sinar UV 366 nm menghasilkan fluoresensi berwarna merah jambu dengan Rf 0,8 (Harbone, 1996). Untuk mengetahui ada atau tidak adanya pengaruh aktivitas antibakteri yang bermakna, dari setiap konsentrasi ekstrak dan fraksi terhadap bakteri uji, maka digunakan perhitungan Analysis of Varians (ANOVA) dengan rancangan percobaan desain acak sempurna. Berdasarkan
perhitungan, diketahui nilai Fhitung untuk ekstrak etanol terhadap bakteri Escherichia coli, Shigella dysentriae, dan Salmonella typhimurium adalah 248,95; 42,07; 69,64, dengan nilai Ftabel pada taraf signifikansi 5% adalah 5,14. Nilai Fhitung lebih besar dari Ftabel, maka Ho ditolak yang berarti terdapat perbedaaan yang signifikan sebagai akibat pemberian konsentrasi yang berbeda dari ekstrak etanol terhadap bakteri Escherichia coli, Shigella dysentriae, dan Salmonella typhimurium. Nilai Fhitung untuk fraksi n-heksana terhadap bakteri Escherichia coli dan Salmonella typhimurium adalah 51,79 dan 61,53 dengan nilai Ftabel pada taraf signifikansi 5% adalah 5,14. Nilai Fhitung lebih besar dari Ftabel, maka Ho ditolak. yang berarti terdapat perbedaaan yang signifikan sebagai akibat pemberian konsentrasi yang berbeda dari fraksi nheksana terhadap bakteri Escherichia coli dan Salmonella typhimurium. Nilai Fhitung untuk fraksi etil asetat terhadap bakteri Salmonella typhimurium adalah 26,04 dengan nilai Ftabel pada taraf signifikansi 5% adalah 5,14. Nilai Fhitung lebih besar dari Ftabel, maka Ho ditolak yang berarti terdapat perbedaaan yang signifikan sebagai akibat pemberian konsentrasi yang berbeda dari fraksi etil asetat terhadap bakteri Salmonella typhimurium. Nilai Fhitung untuk fraksi air terhadap bakteri Escherichia coli, Shigella dysentriae, dan Salmonella typhimurium adalah 65,69; 8,61; 1472, dengan nilai Ftabel pada taraf signifikansi 5% adalah 5,14 untuk fraksi air terhadap bakteri Escherichia coli, sedangkan terhadap bakteri Shigella dysentriae, dan Salmonella typhimurium nilai Ftabel pada taraf signifikansi 5% adalah 7,71 . Nilai Fhitung lebih besar dari Ftabel, maka Ho ditolak yang berarti terdapat perbedaaan yang signifikan sebagai akibat pemberian konsentrasi yang 30
JSTFI Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Vol.I, No.1, Januari 2012
berbeda dari fraksi air terhadap bakteri Escherichia coli, Shigella dysentriae, dan Salmonella typhimurium. KESIMPULAN Dari hasil penelitian, aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun andong merah (Cordyline fruticosa L. A. Cheval) terhadap bakteri penyebab diare, diketahui bahwa ekstrak etanol daun andong merah memiliki aktivitas sebagai antibakteri terhadap Escherichia coli, Salmonella typhimurium, dan Shigella dysentriae dengan nilai Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) sebesar 2,5 % terhadap bakteri Escherichia coli dan Shigella dysentriae, sedangkan terhadap bakteri Salmonella typhimurium dengan nilai KHM sebesar 5 %. Fraksi n-heksana daun andong merah memiliki aktivitas sebagai antibakteri terhadap Escherichia coli dan Salmonella typhimurium, sedangkan terhadap bakteri Shigella dysenteriae fraksi ini tidak memperlihatkan aktivitas antibakteri dari berbagai perlakuan konsetrasi. Di samping itu, fraksi etil asetat daun andong merah tidak memperlihatkan adanya aktivitas antibakteri terhadap Escherichia coli dan Shigella dysentriae, dan hanya memperlihatkan aktivitas antibakteri terhadap bakteri Salmonella typhimurium. Hal ini menandakan bahwa fraksi etil asetat selektif terhadap bakteri Salmonella typhimurium. Pada fraksi air, daun andong merah memiliki aktivitas sebagai antibakteri Escherichia coli pada semua perlakuan konsentrasi, sedangkan terhadap bakteri Shigella dysenteriae dan Salmonella typhimurium masing-masing pada konsentrasi 30% dan 20%, sedangkan pada konsentrasi 10% fraksi air tidak memperlihatkan adanya aktivitas
antibakteri terhadap bakteri Shigella dysentriae dan Salmonella typhimurium. Hasil kromatografi lapis tipis ekstrak etanol / fraksi yang memiliki aktivitas terhadap ketiga bakteri, menunjukkan bahwa kemungkinan senyawa yang terdapat dalam ekstrak etanol adalah senyawa fenolat. Dari hasil perhitungan ANOVA terhadap masing- masing ekstrak dan fraksi terhadap ketiga bakteri uji, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan sebagai akibat pemberian konsentrasi ekstrak dan fraksi yang berbeda terhadap ketiga bakteri uji. DAFTAR PUSTAKA Dalimartha, S., 2006, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid IV, Jakarta, Penerbit Puspa Swara, hlm 4 – 6. Harborne, J.B. 1987, Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan, Alih Bahasa : Kosasih Padmawinata dan Iwang Sudiro, Bandung, Penerbit ITB, hlm 53-62, 259. Jawetz, E., Melnick, J. L., dan Adelberg, E. A., 2004, Medical Microbiology, International Edition, MC Graw Hill, hlm 166-168, 252-260. Koes, Irianto, 2006, Mikrobiologi ”Menguak Dunia Mikroorganisme”. Jilid 1, Bandung, CV Yrama Widya, hlm 92. Mutschler, Ernst., 1999, Dinamika Obat, Alih Bahasa : Mathilda B. Widianto dan Anna Setiadi Rianti. Edisi kelima, Bandung, Penerbit ITB, hlm 542. Tjay, H. T & Rahardja, Kirana., 2007, Obat-obat penting, Edisi keenam, Jakarta, PT. Gramedia, hlm 288-298.
31