PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN STRATEGI PEMASARAN BERBASIS ANALISIS SWOT (Pada Industri Kecil Genteng, Kayu Mebel, dan Bordir di Kabupaten Probolinggo) Abdul Haris Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Panca Marga Probolinggo Jl. Yos Sudarso 107, Dringu, Kabupaten Probolinggo (67271), Tilp (0335)422715
Abstract: Probolinggo has the potential to market the products of the flagship product in the form of small industries. To market the product needs a means of information so that the public knows for superior product performance results of small scale industries such as: tile factory, wood furniture handicraft, embroidery and others. The results of a small industrial flagship product is the author focuses on the tile industry marketing area around Probolinggo, wooden furniture Probolinggo marketing area, Bali, Susabaya and Malang. To Embroidery Probolinggo marketing area, Bali and exports to the Middle East Deemed necessary to hold a development product (Product Development), which aim to improve the competitiveness of small industries in the similar class. Eventually gained some important achievements include: (1) increased market demand, (2) the continuity of the product, (3) increased productivity, (4) Cost of goods can be suppressed, (5) Operating income increases. Keywords: small industrial product development based markingstrategy and analysis SWOT
Deputi Pemasaran Kementerian Koperasi dan UKM Sri Ernawati dalam harian Bisnis Indonesia (2006) mengatakan pemerintah berupaya menciptakan 70.000 koperasi yang berkualitas dan enam juta usaha kecil menengah (UKM) baru yang profesional. Menurut dia, koperasi dan UKM merupakan tulang punggung ekonomi nasional dan akan diupayakan menjadi pelaku dominan yang memiliki porsi terbesar dalam pembangunan ekonomi bangsa. Untuk itu, keberadaan lembaga ini sangat penting dan perlu terus diupayakan peningkatan kualitasnya. Pemerintah, menurut dia, akan terus memberi dorongan atau dukungan dalam bentuk bantuan permodalan, manajemen dan pemasaran. Perhatian pemerintah pada lembaga ekonomi ini cukup beralasan karena sektor
ekonomi ini paling besar menyerap tenaga kerja, di sisi lain koperasi dan UKM dianggap paling mampu mendorong sektor ekonomi riil. Kabupaten Probolinggo terletak dikaki Gunung Semeru, Gunung Argopuro dan Pegunungan Tengger dengan luas wilayah kurang lebih 1.696,17 kilometer persegi. Mata pencaharian penduduk bekerja di sektor pertanian sedangkan di daerah pantai seperti kecamatan Tongas, Sumberasih, Dringu, Gending, Pajarakan, Kraksaan dan Paiton sebagian penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan. Dari perkembangan penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian tersebut, semakin lama perannya cenderung menurun dan tergeser oleh sektor non pertanian
[1]
2|
JURNAL EcoBuss . Vol. 1, No 1 Maret 2013
seperti industri, perdagangan dan jasa yang cenderung meningkat. Menurut Nachrawi Ramli (2010), Prospek ekonomi Indonesia pada tahun-tahun mendatang memang diperkirakan terus membaik. Selain ditandai dengan stabilitas pertumbuhan ekonomi meningkat secara bertahap sekitar 6 persen hingga 6,5 persenJuga bukan mustahil Indonesia bisa mencetak pertumbuhan ekonomi hingga 7 persen tahun depan. Syaratnya, selain menggenjot pertumbuhan di sektor investasi, perdagangan internasional khususnya ekspor, dan bujet belanja negara, pemerintah juga harus fokus pada sirkulasi ekonomi yang menjadi jantung nadi rakyat, yaitu usaha kecil dan menengah (UKM). Terlebih, jika dilihat dari kontribusi sektoral di tahun depan, dominasi sektor UKM, seperti sektor industri kerajinan, sektor perdagangan, dan sektor pertanian mempunyai posisi signifikan dan strategis sebagai sektor utama pertumbuhan PDB. Di Kabupaten Probolinggo mempunyai potensi produk unggulan dan industri kecil produk unggulan beragam diantaranya : pabrik genteng, kerajinan mebel kayu, bordir dan lainlain.
masyarakat tahu untuk unjuk produk unggulan hasil industri kecil. Kegiatan industri kecil ini mempekerjakan kurang lebih 200 orang. Hasil observasi ke industri kecil tentang produk unggulan, kebanyakan pengusaha mempunyai kendala dalam hal permodalan, misalnya : industri genteng bantuan pemerintah yang diperoleh berupa peralatan, tidak disertai dengan modal keuangan berupa kredit lunak. Ada juga beberapa industri kecil yang tidak mendapat bantuan modal kerja tetapi cara mengelolanya sudah cukup baik. Dalam pengerjaan industri kecil bordir terbentuk sub-sub kelompok untuk mengerjakan order, masing-masing sub bekerjasama guna menyelesaikan pesanan. Karena kalau dikerjakan sendiri ada keterbatasan mesin bordir. Untuk kerajinan kayu/mebel dalam menyelesaikan pekerjaan melebihi kapasitas kemampuan produksi di subkan ke pengerajin kayu yang lain. Begitu juga pengusaha industri genteng berjumlah 10 buah yang terletak atau berkelompok di kecamatan Gending, kwalitas produknya tidak kalah dengan buatan genteng Karangpilang.
INDUSTRI KECIL
Berikut daerah pemasaran produk unggulan industri kecil di Kabupaten Probolinggo sebagai berikut :
Industri kecil yang ada di Kabupaten Probolinggo sebagai berikut :
Tabel 1 : Produk Unggulan Industri Kecil
Konveksi dan bordir, daerah pemasaran : Probolinggo, Bali, ekspor Timur Tengah. Kerajinan kayu/mebel, daerah pemasaran : Probolinggo, Bali, Surabaya, Malang. Genteng , daerah pemasaran : Probolinggo.
SRATEGI PEMASARAN Dari Tabel 1 Kabupaten Probolinggo mempunyai potensi untuk memasarkan produkproduk hasil masyarakat berupa produk unggulan industri kecil. Untuk memasarkan produk tersebut perlu sarana informasi agar
Menurut Umar (2008), manajemen strategis adalah seni dan ilmu untuk pembuatan (formulating), penerapan (implementing) dan evaluasi (evaluating) keputusan-keputusan antarfungsi yang memungkinkan sebuah organisasi mencapai di masa yang akan datang.
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
|3
Pengusaha secara umum mempunyai tujuan yang sama, tetapi strategi yang ditempuhnya berbeda-beda. Pada pokoknya, strategi ini ditempuh berdasarkan suatu tujuan.
Tujuan perusahaan (yang menganut konsep pemasaran masyarakat) adalah memberikan kepuasan kepada pembeli dan masyarakat yang lain dalam pertukarannya untuk mendapatkan sejumlah laba, atau perbandingan antara penghasilan dan biaya yang menguntungkan Strategi, adalah suatu rencana yang diutamakan untuk mencapai tujuan tersebut. Beberapa perusahaan mungkin mempunyai tujuan yang sama, tetapi strategi yang dipakai untuk mencapai tujuan tersebut dapat berbeda. Jadi, strategi ini dibuat berdasarkan suatu tujuan. Taktik, adalah tahap-tahap atau langkah-langkah tertentu yang dipakai untuk melaksanakan strategi. Jika manajemen sudah merumuskan tujuan dan strateginya, maka ia berada dalam posisi untuk menentukan taktik. Strategi pemasaran memerlukan keputusan-keputusan dari manajemen tentang elemen-elemen marketing mix perusahaan. Sedangkan taktik itu hanya merupakan program tertentu untuk jangka pendek saja. Kedua istilah strategi dan taktik tersebut sama-sama menghendaki keputusan-keputusan di bidang perencanaan barang, penetapan harga, distribusi, dan promosi. Hubungan-hubungan yang terjadi antara tujuan, strategi, dan taktik dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Tujuan, Strategi dan Taktik Pemasaran.
Strategi adalah suatu rencana yang diutamakan untuk mencapai tujuan, Dalam pemasaran, strategi yang ditempuh oleh pengusahaterdiri dari 3 (tiga) tahap, yaitu : (1) memilih konsumen, (2) mengidentifikasi keinginan pelanggan, (3) menentukan marketing mix.
Permintaan Pasar Alfred Marshall (1842-1924) dalam bukunya Principles of Economics, yang diterbitkan tahun 1890 menjelaskan bahwa permintaan dan penawaran secara simultan menentukan harga. Marshall percaya bahwa permintaan dan penawaran secara bersamasama menentukan harga dan kuantitas keseimbangan suatu barang. Evaluasi pasar dan kesempatan pemasaran, dimulai dengan melihat permintaan pasar. Kemudian, apa yang dimaksud dengan permintaan pasar yaitu “Permintaan pasar bagi suatu produk adalah volume total yang akan dibeli oleh kelompok pembeli tertentu di daerah geografis tertentu, pada saat tertentu, dalam lingkungan pemasaran tertentu, dan program pemasaran tertentu pula”. Permintaan pasar
4|
JURNAL EcoBuss . Vol. 1, No 1 Maret 2013
mempunyai 8 unsur harus dipenuhi oleh produsen : (1) produk, (2) volume, (3) jumlah pesanan, (4) kelompok pembeli, (5) geografis, (6) delivery time, (7) lingkungan pemasaran, (8) program pemasaran. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi permintaan pasar antara lain adalah : (1) harga produk, (2) kualitas produk, (3) harga produk lain, (4) penghasilan pembeli, (5) selera pembeli. Faktor-faktor tersebut, perlu ditambahkan adanya faktor penentu non-harga, seperti : (1) usaha periklanan, (2) usaha penjualan dengan salesman.
Pengembangan Produk dalam bukunya Marketing Management (2009) mengemukakan bahwa ada delapan proses pengembangan produk baru yaitu mencakup: pemunculan gagasan (idea generation), penyaringan gagasan (idea screening), pengembangan dan pengujian konsep (concept development and testing), pengembangan strategi pemasaran (marketing strategy development), analisis bisnis (business analysis), pengembangan produk (product development), pengujian pasar (market testing), dan komersialisasi (commercialization). Kotler
Jumlah produksi di tentukan oleh hasil survei pasar di analisis seberapa banyak jumlah barang yang akan di produksi. Semakin banyak kebutuhan pasar atau permintaan semakin sebanding produk yang di hasilkan. Seperti pada gambar di bawah ini menunjukkan faktor-faktor pengguna/pembeli barang yang berpengaruh terhadap pengembangan produk.
Gambar 2. Proses Pengembangan Produk.
Pada Gambar 2 bahan terdiri dari input proses produksi - output apabila hal tersebut terjadi dengan sempurna maka perlu dilakukan pengembangan produk (product development) dengan beberapa alasan dan pertimbangan bahwa kontinyuitas pesanan terjamin, kualitas sesuai dan daya beli terjangkau. Kontinyuitas hasil produk dipandang perlu diadakan suatu pengembangan produk (Product Development) yang tujuannya untuk meningkatkan daya saing di kelas industri kecil sejenis. Pada akhirnya diperoleh pencapaian beberapa hal penting diantaranya : (1) Permintaan pasar meningkat, (2) Kontinyuitas produk, (3) Produktivitas meningkat, (4) Harga pokok dapat ditekan, (5) Laba usaha bertambah.
KONSEPTUAL Berdasar tinjauan pustaka, nampak bahwa peranan strategi guna mencapai tujuan maka daya beli harus terjangkau, kualitas produk sesuai selera konsumen, tingkat pencapaian laba. Karena pasar merupakan pusat perhatian untuk semua keputusan yang menyangkut penjualan, maka dapat dikatakan bahwa produk itu sendiri dapat memberikan keputusankeputusan mengenai harga, promosi, dan distribusi. Tetapi faktor kendali yang dipengaruhi oleh geografis juga sangat berpengaruh terhadap kuantitas barang yang diproduksi, karena
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
masyarakat sebagai pembeli mempunyai fanatisme terhadap produk tertentu. Agar peranan perencanaan produksi dan pemasaran dapat seimbang diperlukan marketing mix, yaitu berdasarkan kebutuhan pasar yang dipakai sebagai dasar untuk menentukan macam produknya, demikian pula keadaan pasar terhadap berbagai macam alternatif harga, promosi, dan distribusi. Model yang dipakai untuk menganalisa faktor-faktor yang ada dalam sebuah elemen analisa tentang produk sebagai berikut : (1) aktivitas pengusaha, (2) kondisi, (3) bentuk model usaha, (4) cara mengembangkan jaringan. Dari keempat faktor tersebut diatas yang harus dipertimbangkan untuk menganalisa secara efektif tentang produk. Faktor-faktor tersebut merupakan bagian atau elemen yang ada dalam permasalahan untuk mengambil langkah-langkah dalam mengambil keputusan oleh pengusaha produk unggulan industri kecil sebagai berikut : 1. Aktivitas Pengambilan keputusan diawali dengan dengan mengalanisa pasarnya. Dengan analisa pasar ini memberikan kemungkinan pemilik usaha yang sekaligus pemasar untuk mengidentifikasikan kebutuhan dan keinginan para pembeli. Jadi, analisa pasar ini membuka kesempatan untuk memperkenalkan produk baru yang menguntungkan ataupun untuk mengubah, memperbaiki, melengkapi produk yang ada. 2. Kondisi para pelaku usaha Faktor lingkungan harus berusaha memanfaatkan secara penuh kesempatan yang ada. Faktor-faktor lingkungan ekstern seperti : demografi, kondisi perekonomian, sosial dan kebudayaan, politik dan hukum, teknologi, dan persaingan. 3. Bentuk-bentuk model usaha Secara umum bentuk-bentuk model dari masing-masing usaha ini dikaitkan
|5
dengan sub-faktor seperti berikut ini : pengembangan investasi, laba, market share. Tabel 2 : Form untuk Menganalisa Model Usaha
4. Cara mengembangkan jaringan pemasaran produk Setelah menetapkan tujuan produknya, maka pengembangan jaringan pemasaran harus tercapai. Dalam hal ini, produsen dihadapkan kepada tiga masalah yang harus dipertimbangkan, yaitu : a) Sub-faktor pemasaran manakah yang harus dikembangkan untuk produk/setiap produk yang ditawarkan? Apakah produk tersebut diiklankan atau tidak? Apakah produk tersebut harus disimpan dulu atau langsung dikirim? b) Dari dua pilihan tersebut diatas, Subfaktor manakah yang tepat untuk diambil ? Jika pada awal sudah diputuskan untuk mengiklankan produk tertentu, sekarang perlu menentukan media manakah yang akan digunakan : surat kabar, majalah, atau radio dan seterusnya. Jika tidak menggunakan iklan tidak masalah. c) Pertimbangan ketiga adalah mengembangkan usaha pemasaran keseluruhan untuk produk tersebut. Yang didasarkan pada elemen-elemen marketing mix secara individual seperti penyusunan anggaran periklanan, spesifikasi kegiatan personal selling, dan sebagainya.
6|
JURNAL EcoBuss . Vol. 1, No 1 Maret 2013
Strategi Pemasaran
Tabel 3 : Produsen Genteng
Industri kecil di Kabupaten Probolinggo beraneka ragam menjadi sebagai tolok ukur bahwa kreatifitas sumberdaya manusia. Strategi pemasaran hasil produk yang harus dilakukan : (1) promosi hasil produk, (2) menarik calon pembeli, (3) harga bersaing, (4) kualitas memenuhi selera pembeli, (5) penyalurannya tepat waktu, (6) pelayanan memuaskan. Ke lima hal tersebut merupakan syarat yang harus dipenuhi secara konsisten sesuai standard operating procedure (SOP).
Tabel 4 : Jenis Pengerajin Kayu dan Asal Pemesan
Gambar 3. Tempat Promosi salah satu Strategi Pemasaran.
\ Tabel 5 : Unit Usaha Bordir
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian ini kemudian di analisis berdasarkan proposal yang telah di buat, tetapi ada beberapa tool atau alat untuk menganalisis menggunakan sistim pembobotan analisis SWOT sebagai berikut :
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
METODE Setelah melakukan observasi dan evaluasi ke masing-masing industri kecil menggunakan Analisis SWOT.
|7
secara optimal kekuatan (strength) yang dimiliki dan peluang (opportunity) dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 : Penilaian Tingkat Kesiapan
Tabel 6 : Kalkulasi Biaya Produksi, Penjualan, Laba (per 1000 genteng)
Tabel 6 menunjukkan bahwa komponen biaya bahan baku, bahan bakar dan ongkos kerja sebesar Rp. 333.750,- (biaya tersebut tidak termasuk biaya penyusutan). Komponen biaya bahan bakar kayu untuk membakar genteng 37,45% (kayu), minyak solar 22,47% sebagai bahan bakar mesin press. Genteng yang sudah di bakar siap untuk di jual, sistim penjualan dilakukan sampai di tempat pembeli (franko), laba (profit) sebesar Rp. 116.250,-/1000 genteng. Rata-rata jumlah produk yang di hasilkan oleh masing-masing pabrik genteng berkisar antara 5.000 s/d 10.000 genteng per bulan.
Analisa SWOT menghasilkan nilai bobot dari faktor internal dan eksternal, kemudian menentukan posisi kuadrant sumber daya manusia pada saat ini di Departemen Pemasaran. Terdapat empat kuadrant dalam melaksanakan strategi dasar, yaitu : Kuadrant I : Pertumbuhan (Growth) Pada posisi ini perusahaan kesempatan untuk pengembangan usaha untuk mengatasi ancaman. Kebijakan awal bagi perusahaan adalah sebanyak mungkin merebut kesempatan pasar yang mencakup strategi pertumbuhan yang stabil (growth strategy), strategi pertumbuhan cepat (rapid growth strategy), strategi integrasi vertikal, dan sebagainya. Kuadrant II : Stabilisasi/Rasionalisasi (Strategy)
Analisis SWOT Hasil analisis SWOT secara keseluruhan dapat dilihat pada posisi sebagai suatu lembaga/unit usaha dari sisi : 1) Kekuatan (Strength) yang dimiliki, serta Kelemahan (Weakness) internal yang ada. 2) Peluang (Opportunity) yang ada serta Ancaman (Threats) yang dihadapi. Untuk mengatasi kelemahan dan ancaman yang dihadapi perlu memanfaatkan
Keadaan posisi ini secara keseluruhan kesempatan mengembangkan usaha guna mengatasi ancaman yang ada, secara internal perusahaan memiliki keselamatan yang jauh lebih besar dibandingkan dengan keunggulannya. Pola awal kebijakan terbaik adalah sebanyak mungkin merebut kesempatan pasar. Semua pola kebijakan yang memiliki atau memenuhi sifat tersebut mendorong pertumbuhan perusahaan yang disebut kluster pertumbuhan.
8|
JURNAL EcoBuss . Vol. 1, No 1 Maret 2013
Kuadrant III : Bertahan (Survival)
posisi strategis yang terjadi).
Keadaan posisi ini secara keseluruhan kesempatan untuk bertahan dan tidak mengembangkan usahanya guna mengatasi ancaman yang ada. Kuadrant IV : Deversifikasi (Deversification) Pada posisi ini secara keseluruhan kesempatan untuk mencari pola baru dengan jalan deversifikasi produk.Posisi dari keempat kuadran seperti pada Gambar 6.
Gambar Strategis
6.
Penentuan
posisi
Analisis SWOT Langkag selanjutnya menganalisis faktorfaktor internal dan eksternal terhadap produk unggulan industri kecil Genteng, Kayu/Mebel, dan Bordir dalam bentuk tabulasi : Tabel 9 : Analisis SWOT – Faktor Internal (Strength-Weakness) untuk Pengusaha Genteng
dasar
Sasaran Pokok Ada 3 kemungkinan sasaran yaitu : (1) meningkatkan laba, (2) meningkatkan pendapatan, (3) meningkatkan jumlah penjualan. Langkah-langkah sasaran pokok sebagai berikut : a) Membuat tabel penentuan skor kesiapan faktor pada Tabel 9 sampai Tabel 14, kriteria tertinggi skor 5 untuk kriteria terendah skor 0. b) Mengisi bobot dalam satuan prosen (%) terhadap Sub-sub fungsi terpilih, dan memberi rating sesuai situasi dan kondisi yang ada di masing-masing unit usaha. c) Menentukan posisi pada gambar absis dan ordinat pada masing-masing unit industri kecil yang ada (titik di kuadrant mana
Pada Tabel 9 diperoleh bahwa standard nilai jumlah nilai 50, bobot 5. Hasil observasi nilai realisasi faktor internal 24 dan bobot 2,6. Tabel 10 : Analisis SWOT - Faktor Eksternal
(Opportunity-Threat) untuk Pengusaha Genteng
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
Pada Tabel 10 diperoleh bahwa standard nilai jumlah nilai 50, bobot 5. Hasil observasi nilai realisasi faktor eksternal 36 dan bobot 4.
Tabel 11 : Analisis SWOT – Faktor Internal (Strength & Weakness) untuk Pengerajin Kayu Mebel
Pada Tabel 11 diperoleh bahwa standard nilai jumlah nilai 50, bobot 5. Hasil observasi nilai realisasi faktor internal 28,4 dan bobot 3,5. Tabel 12 : Analisis SWOT – Faktor Eksternal (Opportunity & Threats) untuk
Pengerajin Kayu Mebel
Pada Tabel 12 diperoleh bahwa standard nilai jumlah nilai 50, bobot 5. Hasil observasi
|9
nilai realisasi faktor eksternal 36 dan bobot 3,8.
Tabel 13 : Analisis SWOT – Faktor Internal (Strength-Weakness) untuk Pengusaha Bordir
Pada Tabel 13 diperoleh bahwa standard nilai jumlah nilai 50, bobot 5. Hasil observasi nilai realisasi faktor internal 33,5 dan bobot 1,9. Tabel 14 : Analisis SWOT - Faktor Eksternal (Strength-Weakness) untuk Pengusaha Bordir
10 |
JURNAL EcoBuss . Vol. 1, No 1 Maret 2013
Pada Tabel 14 diperoleh bahwa standard nilai jumlah nilai 50, bobot 5. Hasil observasi nilai realisasi faktor eksternalnal 30 dan bobot 3,3
Posisi Industri Analisis SWOT
Kecil
Berbasis
Dari Tabel 9 sampai dengan Tabel 14 di Kabupaten Probolinggo khusus ketiga jenis pengusaha industri kecil (Genteng, Pengerajin Kayu & Mebel, dan Bordir) dari hasil Analisis SWOT didapatkan hasil dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Posisi Industri Kecil (Genteng, Kayu dan Mebel, Bordir) Di Kabupaten Probolinggo. Gambar 7 menunjukkan potret dari industri kecil (Genteng, Kayu & Mebel, Bordir), selanjutnya dapat dianalisis sebagai berikut : Pengusaha industri kecil Genteng : faktor internal (Strength – Weakness), standard bobot 5 hasil analisis 2,6 dengan consumpiton figures realisasi terhadap standard 52%. Faktor eksternal (Opportunity – Threats) , standard bobot 5 hasil analisis 4 dengan consumpiton figures realisasi terhadap standard 8%. Posisi pada kuadrant II Agresife, pengusaga genteng berpeluang untuk pengembangan usaha untuk
mengatasi kelemahan. Kebijakan bagi pengusaha adalah sebanyak mungkin merebut kesempatan pasar (market strategy). Pengusaha industri kecil Kayu Mebel : faktor internal (Strength – Weakness), standard bobot 5 hasil analisis 3,3 dengan consumpiton figures realisasi terhadap standard 66%. Faktor eksternal (Opportunity – Threats) , standard bobot 5 hasil analisis 3,8 dengan consumpiton figures realisasi terhadap standard 76%. Posisi pada kuadrant I salable growt, pengusaga genteng berpeluang untuk pengembangan usaha untuk mengatasi ancaman. Kebijakan bagi pengusaha adalah sudah mulai dipikirkan menggunakan bahan baku kayu non-jati, dan penanaman pohon kayu keras serta sebanyak mungkin merebut kesempatan pasar sempurna (growth strategy). Pengusaha industri kecil Bordir : faktor internal (Strength – Weakness), standard bobot 5 hasil analisis 1,9 dengan consumpiton figures realisasi terhadap standard 38%. Faktor eksternal (Opportunity – Threats) , standard bobot 5 hasil analisis 3,3 dengan consumpiton figures realisasi terhadap standard 66%. Posisi pada kuadrant II selective maintenance, pengusaha berpeluang mengembangkan usaha guna mengatasi kelemahan yang ada, secara internal perusahaan mengkaji investasi karena mempunyai peluang pasar yang besar (large market opportunity).
Pengembangan Industri Dimasa Mendatang
Kecil
Dari hasil analisis terhadap industri kecil yang ada di Kabupaten Probolinggo, perlu pembinaan terhadap para pengrajin/pengusaha industri kecil. Pembinaan yang dimaksud adalah meningkatkan kwalitas hasil produksi, omzet penjualan, harga jual yang kompetitif, dan promosi. Oleh sebab itu perlu adanya perubahan sistim manajemen dan peningkatan kompetensi
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
sumberdaya manusia dari sistim tradisional menjadi professional. Jumlah peralatan kerja yang di miliki oleh masing-masing unit usaha perlu penambahan mesin (contoh : unit usaha bordir, job order lebih banyak di banding dengan realisasi produksi/penyelesaian). Karena industri kecil perlu pembinaan oleh pemerintah, maka perlu diidentifikasi halhal yang mempengaruhi efisiensi, efektif dan produktivitas kerja industri kecil. Setelah diidentifikasi selanjutnya dicarikan solusi/jalan keluarnya. Berikut ini gambar untuk meningkatkan industri kecil. Tabel 15 : Pengembangan Industri Kecil di Masa Mendatang Uraian Peserta/Kepada Pembinaan Pelatihan 1. Pekerja 2. Administratur Studi Banding Pengusaha Bantuan : Peralatan Kerja Pengusaha Modal Kerja Pengusaha
Materi
Implikasi
Cara pengerjaan secara teknis Meningkatkan kompetensi Biaya produksi, BEP Bisa mengevaluasi laba/rugi Ke unit usaha yang sukses Mempunyai wawasan
Menambah peralatan kerja Pinjam bunga ringan, bantuan cuma-Cuma Tempat Promosi Pengusaha Memberi tempat unjuk kerja di tepi jalan, web site Pemasaran Pengusaha Informasi kepada pengusaha mencarikan solusi pemasaran Evaluasi Para Pengusaha, Auditing dan para pekerja
Produktivitas meningkat Usaha berkembang Dikenal oleh calon konsumen lokal/manca negara Hasil produk bisa bersaing Performance/kinerja bisa teridentifikasi guna pembinaan Selanjutnya
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis, analisis dan pembahasan yang telah dipaparkan di bagian awal berdasarkan analisis SWOT, pada bagian ini akan ditutup dengan kesimpulan dan saran. Adapun yang bisa ditarik sebagai berikut : Unit usaha Genteng, pengelolaannya dipengaruhi oleh 18 sub-faktor. Rata-rata
| 11
produk genteng per bulan 5000-10.000 genteng/ unit, dengan tingkat laba Rp. 116.250,- per 1000 genteng. Unit usaha Pengrajin Kayu Mebel, dalam mengelola unit ini dipengaruhi oleh 17 sub-faktror. Produk-produk yang di kerjakan berdasar job order (kursi/meja belajar untuk sekolah, mebeler rumah tangga, kusen, daun pintu, lain-lain sesuai pesanan). Unit usaha Bordir, dalam mengelola unit dipengaruhi oleh 18 sub-faktor. Rata-rata kemampuan pengerjaan border 80 baju per bulan. Kemudian job order unit usaha bordir kelebihan order di bandingkan realisasi produksinya. Kondisi para pelaku usaha produk unggulan industri kecil yang ada : Unit usaha Genteng, kondisi Harga Pokok Produksi sebesar Rp. 333.750,- per 1.000 genteng dan laba usaha Rp. 116.250,- per 1.000 genteng. Unit usaha Pengrajin Kayu dan Mebel kondisinya cukup eksis terbukti dengan job order yang di kerjakan dari daerah Probolinggo, luar Probolinggo (Malang, Surabaya, Bali, dan Jakarta), dengan jenis barang yang di pesan berupa kursi/meja belajar untuk sekolah, mebeler rumah tangga, kusen, daun pintu. Unit usaha Bordir terdapat ± 8 unit, jumlah pesanan lokal dan ekspor selalu ada boleh dikatakan pengerjaan bordir berdasarkan job order. Kapasitas pesanan lebih banyak dibanding kapasitas mesin. Kalau mengerjakan tanpa job order di perlukan modal sendiri rata-rata per unit usaha Rp. 5 juta. Bentuk-bentuk model usaha : Unit usaha Genteng mempunyai keterbatasan modal kerja walaupun secara teknis kualitas dalam pembuatan genteng cukup menguasai, memproduksi genteng sejak tahun 1985 kualitas dapat bersaing dibanding produk genteng dari luar Probolinggo yang ada di toko-toko bangunan. Pengrajin Kayu dan Mebel bahwa bentuk model usaha ini memerlukan ketekunan dan keuletan. Bahan baku kayu jati semakin
12 |
JURNAL EcoBuss . Vol. 1, No 1 Maret 2013
tahun semakin langka, dan terus mengupayakan menggunakan kayu non jati yang ramah lingkungan misal kayu sengon yang mempunyai umur pendek sekitar 5 tahun. Pengusaha Bordir mempunyai modal kerja terbatas, memerlukan ketekunan dan keuletan. Karena sekarang kebanyakan mengerjakan bordir berdasarkan ongkos kerja saja, bahan/kain bordir dari pembeli. Dalam mengembangkan jaringan pemasaran produk-produk masing-masing : Unit usaha Genteng, bahan baku (pasir dan tanah liat) di press dan di cetak kemudian di keringkan. Setelah kering di jual ke pembeli sampai di tempat. Dalam pengembangkan jaringan pasar pemerintah telah memberi pengetahuan berupa studi banding ke Mojokerto agar kwalitas lebih baik dari produk sebelumnya. Unit usaha Pengrajin Kayu dan Mebel dalam pengembangan usahanya menerapkan kualitas sesuai pesanan. Harga dapat terjangkau oleh konsumen dengan pembayaran cash dan kredit. Pengusaha Bordir, untuk meningkatkan dan pengenalan Kabupaten Probolinggo terhadap produk unggulan produk kwalitas ekspor yang sangat diminati oleh pasar, sering ada tamu/pembeli dari luar negeri yang datang sendiri ke desa Selogudig karena hasil produk bordir berkualitas internasional.
Threat (external) pada posisi ini perusahaan berkesempatan untuk pengembangan usaha untuk mengatasi ancaman. Kebijakan awal bagi perusahaan adalah sebanyak mungkin merebut kesempatan pasar yang mencakup strategi pertumbuhan yang stabil (Growth Strategy). Usaha Bordir posisi Strategy, StrengthWeakness (internal) dan Opportunity-Threat (external) pada posisi ini perusahaan Keadaan posisi ini secara keseluruhan kesempatan mengembangkan usaha, secara internal perusahaan memiliki keselamatan yang jauh lebih besar dibandingkan dengan keunggulannya. Pola awal kebijakan terbaik adalah sebanyak mungkin merebut kesempatan pasar. Semua pola kebijakan yang dimiliki atau memenuhi sifat tersebut mendorong pertumbuhan perusahaan yang disebut kluster pertumbuhan. Sangat diperlukan peran pemerintah turut membina kepada unit usaha industri kecil yang ada di Kabupaten Probolinggo khususnya. Pembinaan yang di maksud memberi pelatihan, studi banding ke industri kecil yang maju, membantu peralatan kerja, membantu modal kerja, dan mengevaluasi kinerja dari masingmasing unit usaha tersebut.
Saran Dari hasil pembahasan analisis SWOT yang diperoleh, ada beberapa saran dapat penulis berikan sebagai berikut : Usaha Genteng dengan Strategy Agresife, pengusaga genteng berpeluang untuk pengembangan usaha untuk mengatasi kelemahan. Kebijakan bagi pengusaha adalah sebanyak mungkin merebut kesempatan pasar (market strategy). Usaha Kayu Mebel pada posisi Growth, Strength-Weakness (internal) dan Opportunity-
DAFTAR RUJUKAN Alfred Marshall (1842-1924), Principles of Economics. diterbitkan tahun 1890. Amstrong, Michael. 1988. A Hand Book of Human Resourse Management. Alex Media Komputindo. Gramedia. Jakarta. Anthony, William P., Pamela L. Perrewe dan K. Michele Kacmar. 1996. Strategic Human
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
| 13
Resource Management. Second Edition. The Dryden Press.
Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.
Bache, John A. 1999. Penilaian Kinerja : Marilah Kita Tinggalkan Penilaian dan Memulai Pengkajian. Elex Media Komputindo Jakarta.
Sri Ernawati, 2006. Peran UKM Dalam perekonomian Indonesia. Harian Bisnis Indonesia.
Basu Swastha. 1983. Manajemen Pemasaran Modern. Liberty, Yoyakarta. Bernardin H. John dan Russel Joice E. 1993. Human Resource Management, An Experimental Approach, McGraw Hill, International Edition. Byars, L.L. dan Rue, L.W. 1984. Human Resources Management. Richard D. Irwin Inc. Illionis. Certo, Samuel C. 1985. Management of Organization and Human Resources, Wi. C. Brown Publisers, Dubugue, Lowa. David, F R. 2004. Manajemen Strategi : Konsep-konsep. Edisi Sembilan. Indeks, Jakarta. Daranggi. 2009. Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah. Departemen Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah, Jakarta.
Gibson, 1996. Organisasi Perilaku Struktur dan Proses, Jilid Dua Edisi kedelapan, Binarupa Aksara Jakarta Hadisaroso Poernomosidi, Mengenali FungsiFungsi Baku Perusahaan, Edisi Revisi, Jakarta 1997. Kotler, P. 2002. Manajemen Pemasaran, Edisi Millenium. PT. Prehalindo, Jakarta. Kotler, 2003. Marketing Management, Analysis, Planning and Controle. Edisi kelima. Prentice-Hall, Inc. Englewood Cliffs, New Jersey. Kotler, P. Gary, A. 2008. Prinsip-prinsip Pemasaran. Erlangga. Jakarta. Nachrawi Ramli, 2010. Prospek Ekonomi Indonesia. Umar, H. 2008. Manajemen Stretegi in Action. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Dubrin, Andrew, J. 1989. Human Relation A Job Oriented Approach, Fourth Edition,
Korespondensi dengan Penulis: Prof. Dr. Ir. R. Abdul Haris, MM: HP. 081939700100 E-mail:
[email protected]
Pendidikan Ekonomi Masyarakat Melalui Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MPd) Oleh: Nanis Hairunisya Fakultas Ekonomi Universitas Panca Marga Probolinggo
[email protected]
Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri perdesaan (PNPM-MPd) ditinjau dari pendidikan ekonomi masyarakat. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan obyek penelitian pelaksanaan PNPM-MPd di Kabupaten Probolinggo pada tahun 2011 – 2012. . Dilihat dari pendidikan ekonomi masyarakat pelaksanaan PNPM-Md sudah cukup baik dalam arti bahwa pemerintah sudah cukup memberikan rangsangan pada masyarakat berupa pinjaman modal tanpa agunan agar masyarakat bisa berusaha secara mandiri mengembangkan usaha produktif ekonominya. Namun yang menjadi kendala masih banyak anggota masyarakat yang tidak punya kemampuan untuk berusaha secara mandiri atau berwirausaha. Kata Kunci: Pendidikan Ekonomi Masyarakat, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MPd).
PENDAHULUAN Program pemberdayaan masyarakat ini memusatkan kegiatan untuk masyarakat miskin di wilayah perdesaan Program ini menyediakan fasilitasi pemberdayaan masyarakat, kelembagaan lokal, pendampingan, pelatihan, serta dana Bantuan Langsung untuk Masyarakat (BLM) kepada masyarakat secara langsung. Besaran dana BLM yang dialokasikan tergantung jumlah penduduk . Seluruh anggota masyarakat diajak terlibat dalam setiap tahapan kegiatan secara partisipatif, mulai dari proses perencanaan, pengambilan keputusan dalam penggunaan dan pengelolaan dana sesuai kebutuhan prioritas di desanya, sampai pada pelaksanaan kegiatan dan pelestariannya. Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan berada di bawah binaan Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD), Kementerian Dalam Negeri. Program ini
didukung dengan pembiayaan yang berasal dari alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dana pinjaman/hibah luar negeri dari sejumlah lembaga pemberi bantuan dibawah koordinasi Bank Dunia. PNPM Mandiri Perdesaan dilaksanakan melalui upaya-upaya pemberdayaan dan partisipasi masyarakat di wilayah perdesaan melalui tahapan-tahapan kegiatan berikut: (a) Sosialisasi dan penyebaran informasi program. Baik secara langsung melalui fórum-forum pertemuan maupun dengan mengembangkan/ memanfaatkan media/ saluran informasi masyarakat di berbagai tingkat pemerintahan; (b) Proses Partisipatif Pemetaan Rumahtangga Miskin (RTM) dan Pemetaan Sosial. Masyarakat diajak untuk bersama-sama menentukan kriteria kurang mampu dan bersama-sama pula menentukan rumahtangga
[14]
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
yang termasuk kategori miskin/ sangat miskin (RTM). Masyarakat juga difasilitasi untuk membuat peta sosial desa dengan tujuan agar lebih mengenal kondisi/ situasi sesungguhnya desa mereka, yang berguna untuk mengagas masa depan desa, penggalian gagasan untuk menentukan kegiatan yang paling dibutuhkan, serta mendukung pelaksanaan kegiatan pembangunan dan pemantauannya; (c) Perencanaan Partisipatif di Tingkat Dusun, Desa dan Kecamatan. Masyarakat memilih Fasilitator Desa atau Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) - satu laki–laki, satu perempuan untuk mendampingi proses sosialisasi dan perencanaan. KPMD ini kemudian mendapat peningkatan kapasitas untuk menjalankan tugas dan fungsinya dalam mengatur pertemuan kelompok, termasuk pertemuan khusus perempuan, untuk melakukan penggalian Menggagas Masa Depan Desa. Masyarakat kemudian bersama sama membahas kebutuhan dan prioritas pembangunan di desa dan bermusyawarah untuk menentukan pilihan jenis kegiatan pembangunan yang prioritas untuk didanai. PNPM Mandiri Perdesaan sendiri menyediakan tenaga konsultan pemberdayaan dan teknis di tingkat kecamatan dan kabupaten untuk memfasilitasi/membantu upaya sosialisasi, perencanaan dan pelaksanaan kegiatan. Usulan/ gagasan dari masyarakat akan menjadi bahan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) (d) Seleksi/ Prioritas Kegiatan di Tingkat Desa dan Kecamatan. Masyarakat melakukan musyawarah di tingkat desa dan kecamatan untuk memutuskan usulan kegiatan prioritas yang akan didanai. Musyawarah ini terbuka bagi segenap anggota masyarakat untuk menghadiri dan memutuskan jenis kegiatan yang paling prioritas/ mendesak. Keputusan akhir mengenai kegiatan yang akan didanai,
| 15
diambil dalam forum musyawarah antar-desa (MAD) di tingkat kecamatan, yang dihadiri oleh wakil–wakil dari setiap desa dalam kecamatan yang bersangkutan. Pilihan kegiatan adalah open menu untuk semua investasi produktif, kecuali yang tercantum dalam daftar larangan (negative list). Dalam hal terdapat usulan masyarakat yang belum terdanai, maka usulan tersebut akan menjadi bahan kajian dalam Forum Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD); (e) Masyarakat Melaksanakan Kegiatan Mereka. Dalam forum musyawarah, masyarakat memilih anggotanya sendiri untuk menjadi Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) di setiap desa untuk mengelola kegiatan yang diusulkan desa yang bersangkutan dan mendapat prioritas pendanaan program. Fasilitator Teknis PNPM Mandiri Perdesaan akan mendampingi TPK dalam mendisain sarana/ prasarana (bila usulan yang didanai berupa pembangunan infrastruktur perdesaan), penganggaran kegiatan, verifikasi mutu dan supervisi. Para pekerja yang terlibat dalam pembangunan sarana/ prasarana tersebut berasal dari warga desa penerima manfaat; (f) Akuntabilitas dan Laporan Perkembangan. Selama pelaksanaan kegiatan, TPK harus memberikan laporan perkembangan kegiatan minimal dua kali dalam pertemuan terbuka desa, yakni sebelum program mencairkan dana tahap berikutnya dan pada pertemuan akhir, dimana TPK akan melakukan serah terima kegiatan kepada desa, serta badan operasional dan pemeliharaan kegiatan atau Tim Pengelola dan Pemelihara Prasarana (TP3). (Petunjuk Tehnis Operasional PNPM Mandiri Perdesaan ,Direktorat Jendral Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Departemen Dalam Negeri ; 2008) Berikut adalah Alur Tahapan PNPM Mandiri Perdesaan.
16 |
JURNAL EcoBuss . Vol. 1, No 1 Maret 2013
Gambar 1: Alur Tahapan PNPM –Perdesaan Sumber: Petunjuk Tehnis Operasional PNPM Mandiri Perdesaan (Direktorat Jendral Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Departemen Dalam NeGeri , 2008: 41) Penelitian ini akan mendeskripsikan pelaksanaan PNPM MPd di Kabupaten Probolinggo sesuai hasil monitoring yang dilaksanakan oleh Tim Fasilitator Kabupaten, perkembangan kegiatan masing-masing dan kendala-kendala yang dihadapi serta cara pemecahannya sehingga tahapan kegiatan PNPM MPd sesuai dengan mekanisme dan prosedur serta ketentuan yang berlaku . Selain itu penelitian ini juga akan mendeskripsikan partisipasi masyarakat dalam Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan baik pada tahap sosialisasi dan perencanaan maupun tahap pelaksanaan dan pengawasannya, sebagai catatan atau masukan untuk pendidikan ekonomi masyarakat pada masa yang akan datang.
METODE PENELITIAN Pada penelitian ini yang akan di deskripsikan adalah pelaksanaan PNPM MPd
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
di Kabupaten Probolinggo sesuai hasil monitoring ynag dilaksanakan oleh Tim Fasilitator Kabupaten dan partisipasi masyarakat dalam PNPM MPd baik pada tahap sosialisasi dan perencanaan maupun tahap pelaksanaan dan pengawasannya. Metode Pengumpulan Data yang digunakan (a) Wawancara secara mendalam (b) Dokumentasi (c) Observasi.(d) Triangulasi (e) diskusi kelompok terfokus (focus group discussion, atau FGD), Responden penelitian ini adalah masyarakat desa di 21 kecamatan yang menerima alokasi dana bantuan PNPM MPd di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Wawancara dilakukan secara acak pada masyarakat yang mengikuti berbagai kegiatan pelaksanaan PNPM MPD sebagai bahan triangulasi. Metode analisis data yang digunakan adalah (1) Analisis konstan komparatif. Metode ini peneliti gunakan untuk membandingkan antara pelaksanaan PNPM MPd dengan pedoman pelaksanaan yang telah ditetapkan di setiap desa dan kecamatan. (2) Analisis logis. (3) Analisis data model Miles dan Huberman yang digunakan meliputi : (a). Reduksi data. (data reduction), (b).Penyajian data (data display), (c). Verikasi data (conclusion drawing). Secara keseluruhan studi ini dilakukan pada Maret 2011– 2012. .
HASIL PENELITIAN. Informasi umum skala dan cakupan kegiatan Pelaksanaan Program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan Kabupaten Probolinggo untuk T.A. 2010 telah ditetapkan 21 Kecamatan dengan alokasi pembiayaan BLM sebesar Rp. 42.500.000.000. Dana tersebut bersumber dari APBN sebesar (80%) dan dari APBD sebagai pola DBUD (Dana Daerah Urusan Bersama) sebesar (20%). Adapun BLM untuk Dana Operasional Kegiatan (DOK) Pelatihan
| 17
Masyarakat sebesar Rp. 526.185.000. Untuk tahun 2011 alokasi dana untuk BLM yang berasal dari APBN sebesar 27.680.000.000 dan dari APBD (DDUB) sebesar Rp. 6.920.000.000. untuk DOK Perencanaan sebesar Rp. 1.103.500.000 dan untuk DOK Pelatihan sebesar Rp. 1.502.400.000 juga dianggarkan untuk kegiatan Ruang Belajar Masyarakat (RBM) sebesar Rp. 300.000.000. Dana tersebut dikelola tingkat Kabupaten untuk memfasilitasi kegiatan-kegiatan yang terkait dengan peningkatan kapasitas serta pelatihan bagi para pelaku serta berbagai pihak pemangku kepentingan dalam kegiatan PNPM-MPd integrasi. Pada tahun 2011 juga ada Daftar Ancar Lokasi dan Alokasi BLM PNPM Mandiri Perdesaan T.A. 2011 Tambahan Paska Krisis, dimana adanya percepatan penanganan pasca krisis untuk 5 kecamatan yang teralokasi dana tambahan paska krisis yaitu: Kuripan, Tiris, Krucil, Maron dan Gending. (Surat Kementerian Dalam Negeri Nomor 900/718/PMD tertanggal 10 Februari 2011. Informasi Umum Tentang Capaian Kinerja Kegiatan. (1) Capaian kinerja Tahapan Kegiatan. Pada Bulan maret 2012 tahapan kegiatan untuk PNPM-MPd T.A. 2011 masuk pada tahap pelaksanaan kegiatan sarana dan prasarana, dari progres perencanaan yang telah dilakukan maka progres tahapan dan jumlah kegiatan yang terdanai baik SPP maunpun non SPP seperti pendidikan, kesehatan, sarana prasarana/fisik adalah 191 desa yang terdanai, 21 kecamatan dengan 261 kegiatan dengan dana terserap 99,80% dan kegiatan fisik 99%. Untuk Musyawarah Desa dari 191 desa semua melaksanakan kegiatan musyawarah desa. (2) Capaian Kinerja pencairan dana. Progress Pencairan dana dari KPPN ke rekening BPMPN untuk kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan Tahun 2011 telah dilakukan di 21 Kecamatan di Kabupaten Probolinggo. Alokasi dan Realisasi Pencairan BLM mencapai kinerja 100%, artinya
18 |
JURNAL EcoBuss . Vol. 1, No 1 Maret 2013
semua BLM diberikan kepada masyarakat. Kinerja Pagu Dana dan Pencairan untuk jenis dana BLM (APBN dan APBD) didapat angka 100%, untuk BLM Pasca Krisis mencapai 53,9%, untuk DOK Perencanaan, DOK Pelatihan, DOK RBM masing-masing mencapai 100%. Sedang Kinerja Pencairan dan Penggunaan untuk BLM (APBN dan APBD) mencapai angka 99,65%, untuk BLM Pasca Krisis mencapai 91,64%, untuk DOK Perencanaan 99,69%, DOK Pelatihan mencapai 97,33%, DOK RBM mencapai 34,75%. (3) Capaian Kinerja Kegiatan Pelatihan. Pelatihan dilakukan di Tingkat Kabupaten dan Kecamatan menggunakan DOK Pelatihan Masyarakat. Pada tingkat Kecamatan pelatihan yang dilakukan adalah Pelatihan TP3 di kecamatan Tongas, Pelatihan Kader Teknis Tahap V di Kecamatan Kotaanyar, Paiton, Pakuniran, Wonomerto, Sukapura, Dringu, Gending, Kuripan, Sumber dan Bantaran. Pelatihan Penguatan Kelompok dilaksanakan di Kecamatan Sumberasih, Gading, Wonomerto dan Sukapura. Pada tingkat kabupaten pelatihan yang dilakukan adalah Pelatihan UPK, pelatihan BP-UPK dalam rangka pembahasan hasil audit dan persiapan pelaporan hasil pemeriksaan serta penyusunan rencana kerja, Pelatihan Kades dan BPD, Pelatihan KPMD Terbaik, dilaksanakan dalam rangka peningkatan kemampuan fasilitasi serta pemahaman terkait konsepsi dan jenis usulan kegiatan PNPM MP, Pelatiihan Kader Tehnis Terbaik bertujuan meningkatkan ketrampilan dan kemampuan tehnis khususnya dalam pembuatan beton dan pengendalian kualitas dan kuantitas kegiatan infrastruktur. (4) Capaian Kinerja Partisipasi dan Swadaya Masyarakat. Kegiatan PNPM di Kabupaten Probolinggo dapat berjalan dengan dukungan partisipasi masyarakat. Tingkat partisipasi masyarakat tergolong cukup aktif dimana jumlah partisipan tertinggi terjadi pada tahapan kegiatan “Penggalian Gagasan” dengan tingkat
kehadiran mencapai 37.098 orang (43,52%) . tingkat keterlibatan kaum perempuan rata-rata 18.090 (9,98%). Dalam Musyawarah Khusus Perempuan (MKP) serta Musyawarah Desa Perencanaan, partisipasi masyarakat mencapai 47,97%. Keterlibatan kaum miskin rata-rata 57,07% dari total partisipan atau sebesar 154.395 orang. Data pemantauan partisipasi masyarakat sejak dari tahap sosialisasi, penggalian gagasan, MKP, Musdes Perencanaan sampai dengan proses Musyawarah Antar Desa (MAD) Prioritas dan Penetapan Usulan tercatat tidak kurang dari 104.553 orang tersebar di 283 desa terlibat aktif dalam proses pengambilan keputusan, terdiri dari 52.119 laki-laki, 52.345 perempuan dan 43.197 RTM. Kualitas partisipasi secara umum termasuk dalam kategori rata-rata sampai aktif dimana masih diperlukan dukungan pendampingan yang kuat dan berkelanjutan atas partisipasi kelompok perempuan. Rincian Pelaksanaan Komponenkomponen Kegiatan. (1) Kegiatan Ekonomi (Simpan Pinjam Perempuan-UEP). PNPM- MPd Kabupaten Probolinggo tahun 2011 meliputi 21 Kecamatan. Dana BLM dari tahun anggaran 1998/1999 sampai dengan tahun anggaran 2011 sebesar Rp. 186.850.000.000,- , dimana hanya 11% teralokasikan ke kegiatan Ekonomi (UEP & SPP) dan sisanya teralokasikan ke kegiatan Sarana dan Prasarana. Jumlah lokasi yang semakin banyak akan menimbulkan dampak rentang pengendalian yang lebih luas. Sehubungan dengan hal tersebut strategi pengendalian program bidang microfinance yang tepat dan efektif menjadi penting untuk pengembangan microfinance, baik dalam hal pengendalian kegiatan maupun Technical Assistance. Pada pelaporan per 31 Maret 2012 sebanyak 21 kecamatan telah mengirimkan laporan keuangan (Total kecamatan, baik aktif maupun phase out di Kabupaten
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
Probolinggo sekitar 23 kecamatan) 2 kecamatan phase out (Besuk dan Kraksaan) belum mengirimkan laporan keuangan. Unit Pelaksana Kegiatan (UPK) yang mengelola dana bergulir sebanyak 23 UPK Kecamatan. Kinerja pengelolaan keuangan UPK di Tahun 2012 untuk tingkat Kabupaten menunjukkan rasio perkembangan pendapatan secara keseluruhan sebesar 34,295, ratio biaya 98,05%, surplus 42,61%, ratio surplus -6,29%, rasio biaya 30,14%. Pertumbuhan Asset Produktif. Berdasarkan pelaporan bulan Februari 2012, Kinerja UPK dalam pengelolaan Asset UEP dan SPP menunjukkan hasil-hasil sebagai berikut: untuk program UEP progres total asset mencapai 0,51%, kolektibilitas 0,51%, assets produktif 0,50% dan resiko pinjaman 0,57%. Untuk program SSP progres total assets mencapai 1,08%, kolektibilitas 2,77%, 0,73%, resiko pinjaman 4,34%. Perkembangan Pinjaman Dana Bergulir. Pengelolaan dana revolving fund (dana pengembalian SPP dan UEP) dalam kegiatan microfinance PNPM MPd Kabupaten Probolinggo telah mencapai tingkat pengembalian (repayment rate) untuk kegiatan SPP mencapai 87,2%. Sedangkan untuk kegiatan UEP mencapai 87,77%. K olekt if i li tas P injaman Dana B erguli r. Pengelolaan dana bergulir UPK masih di rasakan tingginya kolektibilitas (khususnya kolektibilitas V), dengan strategi/langkah-langkah penanganan yang sudah dilakukan, masih belum mampu menurunkan Kolektitibilitas (Khususnya Kolektibilitas V). Kolektibilitas dana UEP dan SPP m a s i h m e n g a l am i peningkatan dan perbandingan dengan bulan lalu maupun tahun lalu. Surplus dan Efisiensi. Kinerja pengelolaan keuangan UPK menunjukkan hasilhasil sebagai berikut; Total pendapatan sebesar Rp. 1.230.496.723,- Total biaya sebesar Rp.
| 19
276.531.481,- Sedangkan laba yang diperoleh sebesar Rp. 953.965.242,-. Dengan membandingkan total biaya dan laba terhadap jumlah pendapatan maka rasio surplus tahun 2011 adalah 70% dan tahun 2012 adalah 77,5%. Sedang rasio biaya untuk tahun 2011 sebesar 30% dan tahun 2012 sebesar 22,5%. Perkembangan Kelompok Pemanfaat. Hingga saat ini, warga desa yang tergabung dalam 2.929 kelompok (grup), telah memanfaatkan pinjaman bergulir tanpa agunan. Sebanyak 28.799 anggota masyarakat adalah kaum perempuan. Mereka tergabung dalam 2.492 kelompok Simpan Pinjam khusus Perempuan (SPP). Sedangkan anggota masyarakat lainnya tergabung dalam kelompok Usaha Ekonomi Produktif (UEP). Pelaporan dan Kelembagaan UPK. Kapasitas UPK di Kabupaten Probolinggo pada umumnya sudah cukup memadai dalam pengelolaan keuangan dan dana pinjaman, kapasitas UPK tersebut sudah semestinya diimbangi dengan komitmen yang penuh dari pengurus UPK serta sistem pengawasan internal yang memadai melalui BP-UPK yang kapasitasnya setara dengan UPK. Untuk itu peningkatan kapasitas BP-UPK perlu mendapat perhatian khususnya kemampuan dalam melakukan pemeriksaan kegiatan pengelolaan keuangan dan dana bergulir. Dari hasil pendampingan pencapaian yang diperoleh UPK tingkat Kabupaten dalam bidang administrasi dan laporan antara lain : (1) Semua administrasi dan pelaporan telah mencapai standar yang diharapkan oleh program, meliputi buku kas dan bank, neraca dan laporan operasional serta laporan perkembangan pinjaman dan laporan kolektibilitas pinjaman sebesar 91%. (2) Pemisahan laporan arus dana dan laporan keuangan microfinance (Neraca dan laporan laba rugi UPK) sebesar 91%. (3) UPK telah mempunyai lembaga perguliran dan aturan
20 |
JURNAL EcoBuss . Vol. 1, No 1 Maret 2013
perguliran yang sesuai dengan aturan program sebesar 91%. (4) Pembahasan dan Penetapan Standar Operasional dan Prosedur (SOP) UPK, Standar Operasional dan Prosedur (SOP) BP UPK dan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) BKAD melalui Musyawarah Antar Desa (MAD) sebesar 91 %. Untuk pengembangan kelembagaan melalui kerja sama dengan pihak luar, sudah dilakukan oleh sebagian UPK tetapi terbatas pad a kegiatan peningkatan kapasitas anggota kelompok pemanf aat UPK. Kerjasama program maupun pendanaan masih belum pernah dilakukan (0%) penilaian kesehatan UPK dalam bentuk Laporan Kesehatan UPK telah dilakukan di semua UPK di Kabupaten Probolinggo dan dilaksanakan tiap triwulan. (90%). Agenda Kegiatan Tahun Berjalan. (a). Agenda yang telah dilakukan. (1) Technical Assistance kepada FK dan UPK dalam aspek perencanaan keuangan TA 2012, pelaporan keuangan (Buku kas, buku Bank, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Perkembangan Pinjaman, dan Laporan Kolektibilitas Pinjaman, serta Rekonsiliasi Rekening) serta aspek pengelolaan keuangan dan pengelolaan pinjaman. (2) Technical Assistance kepada UPK dalam penyusunan Laporan Microfinance dan Laporan Dana Bergulir (Laporan pinjaman bermasalah, Laporan Kegiatan Usaha Kelompok, dan Laporan perkembangan Kelompok). (3) Penyusunan Standard Perencanaan Keuangan untuk Biaya Operasional (BOP) dan Sisa Hasil Usaha (SHU) UPK (4) Memberikan penguatan kepada FK dalam teknik pemeriksaan keuangan (auditing). (5) Pendampingan dalam proses identifikasi dan tindaklanjut penanganan masalah terkait dengan tunggakan maupun penyalahgunaan yang telah muncul dengan pola-pola penyelesaian yang telah diatur dalam aturan program. Hal ini dilakukan untuk
mengantisipasi berkembangnya masalah sehingga dapat diketahui akar permasalahan serta untuk perumusan metode penanganan yang akan dilakukan. (6) Memberikan penguatan kapasitas dalam tindak lanjut hasil identifikasi yaitu langkah-langkah lanjutan dalam menentukan pola-pola penyelesaian pinjaman bermasalah sehingga bisa mengkategorikan kelompok berdasarkan aspek kelembagaan dan aspek kemampuan sampai usulan dan penetapan pola penyelesaiannya (7) Memberikan peningkatan kapasitas Tim Verifikasi Perguliran dalam melaksanakan proses verifikasi yang seperti diatur dalam program sehingga hal-hal yang tidak diinginkan dalam pengelolaan dana bergulir bisa diminimalisasikan (8) Memberikan Peningkatan Kapasitas BP UPK dalam melaksanakan proses pemeriksaan kepada UPK yang seperti diatur dalam program sehingga hal-hal yang tidak diinginkan dalam pengelolaan dana bergulir bisa diminimalisasikan (9) Memberikan peningkatan Kapasitas UPK selaku pengelola kegiatan di PNPM-MPd khususnya dalam pengelolaan dana bergulir serta persiapan-persiapan dalam melaksanakan agenda kegiatan MAD Pertanggungjawaban BKAD. b. Agenda yang akan dilakukan (1) Penguatan kelembagaan asosiasi UPK di tingkat Kabupaten yang perlu diaktifkan kembali karena di 2011 begitu padatnya kegiatan sehingga kegiatan pertemuan asosiasi UPK sulit direalisasikan. (2) Pendampingan terhadap implementasi dari perencanaan keuangan yang telah dibuat. (3) Pendampingan dalam hal implementasi dalam proses identifikasi/konfirmasi dan penanganan masalah terkait tunggakan. (4) Review dokumen-dokumen /output yang disepakati dan ditetapkan di MAD Pertanggungjawaban UPK 2010 (5) Pendampingan dalam fasilitasi identifikasi pinjaman bermasalah sebagai proses penanganan pinjaman bermasalah (6) .
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
Pendampingan dalam memfasilitasi tindak lanjut penanganan masalah tunggakan maupun penyalahgunaan dengan pola-pola penyelesaian yang sesuai dengan aturan program. (7) Penguatan kepada FK dalam memfasilitasi BP-UPK dalam menjalankan tugasnya sehingga meminimalisasi hal-hal yang tidak diinginkan seperti yang terjadi di Kabupaten Probolinggo tidak terulang dimasa yang akan datang (8) Penguatan pada pelaku yaitu peningkatan kapasitas UPK dan BP-UPK (Lanjutan) yang dijadwalkan di bulan Maret 2012. Permasalahan yang dihadapi. (1) Masih rendahnya tingkat pemahaman pendamping kecamatan (FK/FT) dan UPK dalam pengelolaan dana bergulir. (2) sangat tingginya tunggakan dan penyalahgunaan Dana Bergulir dimasing-masing kecamatan.(3) Para fasilitator kecamatan dan pengurus UPK belum secara optimal melakukan pembinaan dan penguatan kelompok yang sudah ada dan memperbanyak kelompok-kelompok baru untuk mengakses dana bergulir UPK sehingga menyebabkan iddle money UPK sangat besar. (4) Belum berperannya pengurusUPK dan BKAD secara optimal, sehingga menyebabkan rendahnya tingkat perguliran dan tingkat penegmbalian.(5) masih ada ketakutan dari FK/FT serta UPK terhadap macetnya dana di kelompok (6) Adanya keputusan kepala desa yang tidak merekomendasikan beberapa kelompok peminjam yang berada di desanya. (7) masih lemahnya fasilitas penanganan tunggakan serta dukungan dari pelaku masyarakat maupun birokrasi (8) perspektif kelompok dalam pengembangan masih kurang. Permasalahan yang paling dominan adalah kegiatan Dana Bergulir yaitu adanya tunggakan yang jumlahnya sangat besar dan jadi penyebab adalah (1) Penyalahgunaan dana bergulir oleh para pelaku ditingkat kecamatan dan desa yang tersebar di 21 kecamatan. Modus penyalahgunaan sangat bervariasi mulai dari
| 21
pembentukan kelompok fiktif, penggunaan tabungan tanggung renteng, menggunakan angsuran kelompok dengan tidak menyetorkan ke UPK dan lain-lain. (2) Adanya tunggakkan macet dikelompok yang lebih dari 6 bulan tidak melakukan angsuran. Berdasarkan permasalahan tersebut diatas serta data laporan UPK, Tim Fasilitator Kabupaten melakukan analisa masalah tersebut dan melakukan beberapa langkah tahapan untuk penanganan yaitu: (1) Koordinasi dan konsolidasi kepada 'para pelaku kecamatan (Camat, FK,FT, PjOK, BKAD, BP-UPK, UPK) terhadap adanya tunggakan yang ada dimasing-masing kecamatan; (2) Seluruh Kecamatan membentuk Tim untuk melakukan proses identifikasi terhadap tunggakan yang terjadi dimasing-masing kecamatan; (3) Kegiatan identifikasi dilakukan juga sosialisasi kepada desa-desa terhadap jumlah tunggakan yang ada;(4) Mengkoordinasikan dan melibatkan seluruh kepala desa mulai dari proses identifikasi hingga dalam pola penanganan masalah yang ada; (5) Melakukan MAD Khusus terhadap hasil identifikasi dan menentukan pola-pola penyelesaian terhadap hasil yang didapat dari kegiatan identifikasi. Kegiatan identifikasi dilakukan sebagai dasar untuk mengetahui penyebab, jumlah dana dan para pelaku yang diindikasikan melakukan penyalahgunaan dana. Kegiatan identifikasi diawali dengan melakukan Inservice Training kepada FK dan FT yang diharapkan dapat memfasilitasi kegiatan identifikasi dilokasi kecamatan. Terkait dengan munculnya permasalahan tunggakan yang jumlahnya sangat besar, maka berdasarkan hasil data laporan UPK, Tim Fasilitator Kabupaten melakukan analisa masalah tersebut dan melakukan beberapa langkah untuk penanganan yaitu: (1) Fasilitator Kecamatan melakukan langkah-langkah koordinasi dengan melibatkan secara aktif pihak
22 |
JURNAL EcoBuss . Vol. 1, No 1 Maret 2013
kecamatan (Camat), BKAD, BP-UPK, UPK terhadap adanya tunggakan yang besar; (Bulan Juli 2011).(2) Seluruh fasilitator kecamatan membentuk Tim untuk melakukan proses identifikasi terhadap tunggakan yang terjadi dimasing-masing kecamatan di ikuti dengan IST kepada FK & FT secara cluster mulai tanggal 11 s/d 13 Agustus 2011 dalam hal penanganan tunggakan & Langkahlangkah Teknis dalam melakukan Identifikasi yang dilaksanakan serta ditindaklanjuti dengan OJT kepada Tim Identifikasi di kecamatan sebelum melaksanakan Identifikasi ke kelompok di desa-desa;. (3) Dalam proses identifikasi dilakukan sosialisasi kepada desa-desa terhadap jumlah tunggakan yang ada; (4) Melibatkan seluruh kepala desa mulai dari proses identifikasi hingga dalam pola penanganan masalah yang ada. (4) Melakukan MAD Khusus terhadap hasil identifikasi dan menetapkan pola-pola penyelesaian terhadap hasil yang didapat dari kegiatan identifikasi. (5) Langkah-langkah tersebut disampaikan dengan pola IST (11 s/d 13 Agustus 2011), dari tindaklanjut terhadap IST tersebut seluruh kecamatan melakukan koordinasi kepada pihak kecamatan (Camat, PjOK) BKAD, BP-UPK, UPK). Dari hasil identifikasi yang telah dilakukan berdasarkan data hasil rekapitulasi yang telah dilakukan dimasing-masing kecamatan, terdapat 21 kecamatan yang telah melaporkan, Rekapitulasi Hasil Identifikasi yang masuk kategori pinjaman bermasalah (Kolektibilitas I// – Kolektibilitas V). ditemukan hasil adanya penyalahgunaan dana oleh pengurus UPK , pengurus kelompok, Kepala Desa , KPMD, TPK, serta masyarakat lain, total penyalahgunaan dana sebesar Rp. 3.390.369.703. hanya kecamatan Dringu yang tidak terdapat penyalahgunaan dana. Dari hasil identifikasi yang dilakukan, maka FK dan FT memfasilitasi
kegiatan MAD Khusus guna menginfomasikan kepada masyarakat terkait dengan permasalahan yang muncul serta menentukan langkah langkah penanganan sesuai dengan yang direkomendasikan oleh program. Masingmasing kecamatan memutuskan pola penanganan masalah yang ada mulai dari proses penagihan, kompensasi, penjadwalan ulang, restrukturisasi, hingga masalah hukum. Total penyalahgunaan yang ditemukan Rp. 3.390.369.703,- sampai bulan ini terdapat pengembalian Rp. 1.155.581.250,- sehingga sisa dana yang masih disalahgunakan Rp. 2.234.88.453,-. Terkait dengan penanganan masalah nilai penyimpangan dana yang begitu besar tentu saja tidak dapat diselesaikan dalam waktu yang singkat, sehingga proses monitoring dan evaluasi terhadap perkembangan penanganan masalah terus dilakukan, kegiatan evaluasi memperhatikan terhadap pola penyelesaian serta target capaian yang didapat pada setiap minggunya. Kegiatan evaluasi juga dimaksudkan untuk mendapat alat ukur terhadap pola penyelesaian yang telah ditetapkan. Dari proses penanganan yang dilakukan dilapangan ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan yaitu: (1) Belum dipatuhinya oleh desa terkait dengan keputusan MAD yang telah disepakati terkait dengan tingkat pengembalian dana bergulir, serta keputusan terhadap pola-pola penanganan yang telah ditetapkan; (2) Peran kelembagaan BKAD, dalam hal ini BPUPK sebagai lembaga pengawas yang berbasis partisipasi masyarakat belum secara optimal menjadi lembaga yang dapat memberikan ruang kontrol masyarakat dalam penyelenggaraan program, serta komunikasi yang kurang efektif antara kelembagaan BKAD dengan Desa; (3) Lemahnya kompetensi serta kurang perdulinya pengurus UPK terhadap
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
permasalahan yang ada, sehingga permasalahan yang muncul diasumsikan sebagai masalah fasilitator, dan tugas fasilitator yang harus menangani dan menyelesaikan; (4) Kurang berfungsinya ranah pembinaan kelompok-kelompok SPP dan UEP oleh UPK, sehingga hubungan UPK dan kelompok "berhenti" pada hubungan peminjam dan yang meminjami dana (Hubungan Hutang Piutang), ikatanikatan yang membangun hubungan emosional yang sating memperkuat posisi dan peran UPK dan Kelompok tidak pernah dilakukan, sehingga permasalahan yang terjadi dikelompok sulit dipahami dan bahkan tidak diketahui oleh UPK, sehingga kontrol UPK terhadap perkembangan kelompok tidak ada;(5) Pengendalian dan pengawasan terhadap mekanisme pengelolaan dana oleh fasilitator masih sangat kurang, dan pembinaan terhadap UPK masih belum dijalankan dengan balk; (6) Perlunya mengkaji lebih dalam efektivitas pola penyelesaian yang ditetapkan dengan kondisi masalah dan karakter masyarakat, sehingga perlunya langkah- langkah alternatif yang dapat dipilih diluar pola penyelesaian yang dimandatkan oleh program; (7) Perlunya pendekatan-pendekatan khusus terhadap masalah penyimpangan dana yang dilakukan oleh kepala desa, karena dampak politiknya terhadap situasi yang dipilih apabila dalam pola penyelesaian kurang tepat dapat mempersulit penanganan masalah yang ada; Proses pemberdayaan merupakan proses pembelajaran secara terus menerus dan menjadi nilai yang sangat penting, dimana proses pembelajaran diharapkan memunculkan kesadaran barn akan pentingnya sebuah perubahan, penyadaran kepada masyarakat yang tidak pernah berhenti merupakan proses yang harus terus dilakukan, hal ini untuk memunculkan kesiapan masyarakat
| 23
ketika diberi r ua ng d a l a m p r o s e s p e m b a ngu na n, d i m a na k e t e r l i b a t a n a kt i f d a l a m p e mb a nguna n b uka nla h s e b ua h p ro s es ya ng s e d er ha na, a ka n t e t ap i membutuhkan prosedur, biaya dan waktu, sehingga program memang telah mengisyaratkan bahwa adanya sistem pembangunan yang berbasis masyarakat tentu saja tidak lepas dari problem -problem yang muncul dimasyarakat. Munculnya permasalahan dimasing-masing kecamatan terkait dengan lemahnya pel es tar i an ter hadap sel ur uh as set bai k s ar a na maupun dana bergul ir menunjukkan sistem pengawasan masih belum berfungsi dengan baik, dan hal tersebut harus disadari sebagai bagian dari proses pembelajaran bagi kita semua, khususnya bagi pelaku masyarakat dalam menjalankan fungsinya dalam pelestarian semua asset yang ada paska program, dimana pendamping/konsultan tidak ada, sehingga problem-problem tersebut harus diselesaikan oleh lembaga atau masyarakat. (2)Kegiatan sarana prasarana dasar. Untuk kegiatan di bidang prasarana/ sarana sendiri menghasilkan 437 usulan prasarana/sarana dasar perdesaan yang paling dibutuhkan masyarakat, seperti Jalan, Sarana air bersih, Jembatan, Irigasi dan Gedung sekolah. Di Kabupaten ini, usulan masyarakat di bidang Sarana – Prasarana Fisik mendominasi kegiatan PNPM Mandiri perdesaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada saat program ini berjalan, masyarakat masih sangat membutuhkan pengadaan. Dari usulan kegiatan tersebut diatas, terdapat 259 kegiatan sarpras dari 94 desa yang dapat terdanai. Progres kegiatan sarpras hingga akhir Maret 2012 untuk kemajuan pekerjaan fisik sudah mencapai 99,8%. (3) Kegiatan Peningkatan Pelatihan Kapasitas Masyarakat. Kegiatan yang terkait dengan peningkatan kapasitas masyarakat, yaitu Kecamatan Paiton yaitu
24 |
JURNAL EcoBuss . Vol. 1, No 1 Maret 2013
Pelatihan dan Penyuluhan sebanyak 6 usulan sedangkan Kecamatan Lumbang hanya 1 usulan kegiatan pelatihan. Kegiatan Bidang Kesehatan Masyarakat. Khusus bidang kesehatan terdapat 7 usulan kegiatan pemberian makanan tambahan untuk balita.Sampai akhir Pebruari 2012 sudah mulai dilaksanakan. Sedangkan untuk sarana prasarana kesehatan (air bersih dan gedung polindes) hingga akhir Maret 2011 baru mencapai 100 %. (4)Pelaksanaan Kegiatan Pendukung Program. Kelembagaan di Tingkat Kecamatan yang dibentuk di Forum MAD adalah BKAD dari 23 Kecamatan yang mendapat alokasi PNPM-MPd (Kecamatan . Kraksaan dan Kecamatan Besuk T.A 2009 Phase Out ) yang telah terbentu BKAD ada 22 Kecamatan kecuali Kecamatan Besuk yang belum terbentuk. UPK ada pads 23 Kec hanya 1 Kec.besuk yang pasif karena pendapatan tidak mencukupi untuk pembiayaan operasional mereka. BP UPK Kecamatan sudah ada pads 23 Kecamatan dan Tim Verifikasi perguliran. Keberadaan Kelembagaan BKAD dan BP UPK, belum semua mampu melaksanakan perannya,sehingga aktifitasnya masih pads fasilitasi pelaksanaan MAD. Kecamatan yang sudah aktif kelembagaannya baru yaitu Paiton, Pakuniran, Banyuanyar, Krucil, Maron, Sumber, Tiris, Tegalsiwalan, Krejengan. sedangkan untuk Kec.baru menjelang MAD pertanggungjawaban yang lalu yaitu Dringu, Gending Sukapura, Lumbang, Tongas, Leces, Kuripan. Sedangkan 3 kecamatan baru yang lain masih pasif. Untuk kegiatan kelembagaan belum nampak ada kemajuan yang signifikan. Kegiatan BKAD dan BPUPK masih pads kegiatan rutin berpartisipasi dalam MAD, sedangkan dalam hal pemeriksaan ke UPK dan peranan dalam penanganan masalah tunggakan belum
nampak. Pada bulan Juni 2010 di Kecamatan Wonomerto dan Kecamatan Sumber mulai dirintis penguat an fungsi kelembagaan, yaitu dengan melibatkan pengurus BKAD dan BP-UPK dalam tim identifikasi permasalahan tunggakan. Di Kecamatan Wonomerto membuahkan hasil yang cukup signifikan dengan capaian angsuran tunggakan sebesar 69% (Lebih kurang 170 juta). Sedangkan di Kecamatan Sumber BKAD bersama dengan Tim Penyelesaian Masalah (TPM) telah melakukan tindakan secara cepat dan koordinasi dengan lintas pelaku lainnya untuk melakukan identifikasi penyalahgunaan dana oleh mantan Bendahara dan Ketua UPK yang telah menyelewengkan dana sebesar Rp. 237.797.573,- dimana hingga saat ini dana sudah dikembalikan sebesar Rp. 211,438,800.
PEMBAHASAN. Pendidikan ekonomi merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik/masyarakat secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan untuk memanfaatkan sumber daya produksi yang langka untuk menghasilkan barang atau jasa dan mendistribusikannya untuk kebutuhan konsumsi maupun produksi lebih lanjut. Konsep pendidikan ekonomi diatas mengandung makna adanya pemberdayaan masyarakat dibidang ekonomi agar masyarakat yang diberdayakan itu mempunyai kekuatan atau “daya” atau mempunyai kemampuan untuk hidup layak sama dengan temannya sesama manusia. Menurut Merriam Webster dan Oxford English Dictionary dalam Mardi Yatmo Hutomo (2000:1), kata empower mengandung dua
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
pengertian, yaitu (1) to give power atau authority to atau memberi kekuasaan, mengalihkan kekuatan atau mendelegasikan otoritas ke pihak lain; (2) to give ability to atau enable atau usaha untuk memberi kemampuan atau keperdayaan. Terdapat 4 konsep pemberdayaan ekonomi menurut Sumodiningrat (1999) seperti yang dikutip oleh Mardi Yatmo Hutomo (2000:6), secara ringkas dapat dikemukakan sebagai berikut: (1) Perekonomian rakyat adalah perekonomian yang diselenggarakan oleh rakyat. Perekonomian yang diselenggarakan oleh rakyat adalah perekonomian nasional yang berakar pada potensi dan kekuatan masyarakat secara luas untuk menjalankan roda perekonomian mereka sendiri; (2) Pemberdayaan ekonomi rakyat adalah usaha untuk menjadikan ekonomi yang kuat, besar, modern, dan berdaya saing tinggi dalam mekanisme pasar yang benar. Karena kendala pengembangan ekonomi rakyat adalah kendala struktural, maka pemberdayaan ekonomi rakyat harus dilakukan melalui perubahan struktural; (3) Perubahan struktural yang dimaksud adalah perubahan dari ekonomi tradisional ke ekonomi modern, dari ekonomi lemah ke ekonomi kuat, dari ekonomi subsisten ke ekonomi pasar, dari ketergantungan ke kemandirian. Langkahlangkah proses perubahan struktur, meliputi: (a) pengalokasian sumber pemberdayaan sumberdaya; (b) penguatan kelembagaan; (c) penguasaan teknologi; (d) pemberdayaan sumberdaya manusia. (4) Pemberdayaan ekonomi rakyat, tidak cukup hanya dengan peningkatan produktivitas, memberikan kesempatan berusaha yang sama, dan hanya memberikan suntikan modal sebagai stimulan, tetapi harus dijamin adanya kerjasama dan kemitraan yang erat antara yang telah maju dengan yang masih lemah dan belum berkembang; (5) Kebijakannya dalam pembedayaan ekonomi rakyat adalah: (a) pemberian peluang atau akses yang lebih besar
| 25
kepada aset produksi (khususnya modal); (b) memperkuat posisi transaksi dan kemitraan usaha ekonomi rakyat, agar pelaku ekonomi rakyat bukan sekadar price taker; (c) pelayanan pendidikan dan kesehatan; d)penguatan industri kecil; (e) mendorong munculnya wirausaha baru; dan (f) pemerataan spasial; (6) Kegiatan pemberdayaan masyarakat mencakup:a) peningkatan akses bantuan modal usaha; b) peningkatan akses pengembangan SDM; dan c) peningkatan akses ke sarana dan prasarana yang mendukung langsung sosial ekonomi masyarakat lokal. Menurut Ginandjar Kartasasmita (1996), pemberdayaan ekonomi rakyat adalah Upaya yang merupakan pengerahan sumber daya untuk mengembangkan potensi ekonomi rakyat untuk meningkatkan produktivitas rakyat sehingga, baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam di sekitar keberadaan rakyat, dapat ditingkatkan produktivitasnya. Dari berbagai pandangan mengenai konsep pemberdayaan, maka dapat disimpulkan, bahwa pemberdayaan ekonomi masyarakat adalah penguatan pemilikan faktor-faktor produksi, penguatan penguasaan distribusi dan pemasaran, penguatan masyarakat untuk mendapatkan gaji/upah yang memadai, dan penguatan masyarakat untuk memperoleh informasi, pengetahuan dan ketrampilan, yang harus dilakukan secara multi aspek, baik dari aspek masyarakatnya sendiri, maupun aspek kebijakannya. Berdasar pada konsep diatas maka pelaksanaan PNPM MPd di Kabupaten Probolinggo merupakan aplikasi dari pendidikan ekonomi masyarakat yang dilakukan bersama antara pemerintah dan masyarakat. Namun demikian masih banyak kendala seperti berikut ini. Pelaksanaan PNPM MPd. Sekitar 89 % dari desa meminta pembangunan infrastruktur untuk kategori program open menu (pilihan terbuka) dan 11% mengajukan usulan
26 |
JURNAL EcoBuss . Vol. 1, No 1 Maret 2013
kegiatan noninfrastruktur, yakni pelatihan pengembangan industri rumah tangga. Infrastruktur yang dibangun berupa jalan desa, jembatan desa, sistem irigasi, plengsengan, bangunan sekolah, dan posyandu. Alasan permintaan pembangunan infrastruktur ini disebabkan oleh (1) masih kurang atau belum ada ketersediaan infrastruktur di wilayah penelitian; (2) PNPM dianggap sebagai program untuk masyarakat umum; (3) warga ingin menetralisasi dampak negatif program bersasaran seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT), Beras untuk Rumah Tangga Miskin (Raskin), Program Keluarga Harapan (PKH), dan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas); dan (4) adanya bias kelompok elite dan nonmiskin dalam pengambilan keputusan. Program Simpan Pinjam Perempuan (SPP) dianggap memberikan manfaat yang besar dalam (1) mengembangkan usaha penerima, (2) menambah kapasitas keuangan keluarga, dan (3) menggeser keberadaan rentenir. Penerima program menggunakan dana SPP untuk mengembangkan usaha lama dan membina usaha baru. Pelaksana program memang mensyaratkan bahwa calon penerima harus sudah memiliki usaha terlebih dahulu. Sebagian kecil dana SPP digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga yang mendesak. SPP juga dianggap berperan mengurangi ketergantungan warga pada rentenir karena SPP menawarkan bunga yang kompetitif dan prosedur yang tidak berbelit-belit bagi calon peminjam yang sudah memiliki usaha. Akses rumah tangga miskin terhadap SPP dibatasi oleh pelaksana PNPM dengan cara menerapkan syarat yang berat karena pelaksana PNPM khawatir bahwa mereka tidak mampu mengembalikan pinjaman. Selain itu, terdapat kasus ”pencatutan” nama warga miskin oleh orang-orang tertentu untuk mencairkan dana pinjaman, yakni dengan memasukkan namanama penduduk miskin ke dalam daftar anggota
kelompok yang mengajukan proposal SPP. Namun, dana tersebut kemudian dimanfaatkan bukan oleh warga miskin, melainkan oleh warga lain yang justru tergolong tidak miskin. Penyaluran dana SPP dianggap oleh sebagian besar pelaksana program di desa dan aparat desa sebagai bagian dari syarat untuk mendapatkan program open menu. Oleh karena itu, masyarakat berusaha keras untuk merealisasikannya termasuk dengan cara memanipulasi pelaksanaannya. Misalnya, banyak kelompok usaha yang mengajukan pinjaman SPP merupakan kelompok usaha instan/fiktif yang dibentuk sekadar untuk mendapatkan pinjaman, penggunaan tabungan tanggung renteng, menggunakan angsuran kelompok dengan tidak menyetorkan ke UPK, nama penduduk miskin dipinjam untuk dimasukkan sebagai calon penerima SPP dan setelah dana turun, dana tersebut diberikan kepada warga nonmiskin. Keterlibatan masyarakat desa dalam pengambilan keputusan terkait program open menu maupun SPP secara umum masih sebatas instrumental, yaitu sebatas memenuhi persyaratan formal program. Meningkatnya kehadiran warga dalam pertemuan- pertemuan PNPM tidak sepenuhnya mampu mengubah dominasi elite desa dalam proses pengambilan keputusan. Masyarakat kelompok miskin pada khususnya, masih pasif dalam proses tersebut. Kondisi demikian terjadi akibat beberapa faktor seperti (1) hubungan kekerabatan, (2) hubungan patronase, (3) pihak elite desa belum sepenuhnya menerapkan asas demokrasi, dan (4) sikap elite desa yang masih menempatkan diri sebagai pihak yang lebih superior daripada masyarakat yang lain. Keseluruhan faktor ini mengakibatkan tidak adanya posisi kesetaraan antara elite desa dan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan. Meningkatnya partisipasi perempuan dalam proses perencanaan dan pelaksanaan PNPM belum bisa menghilangkan dominasi
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
laki-laki. Dominasi laki-laki hanya berkurang pada forum yang khusus dibuat untuk perempuan, yaitu musyawarah penggalian gagasan perempuan yang akan menghasilkan usulan SPP serta satu usulan lain untuk program open menu. Namun, dalam pertemuan khusus itu, bukan berarti dominasi laki-laki tidak ada. Keputusan final untuk usulan-usulan dari kelompok perempuan itu ditetapkan di tingkat desa, di forum ini yang mengambil keputusan adalah elite desa yang sebagian besarnya adalah laki-laki. Pada umumnya tidak ada konflik serius yang terkait dengan pelaksanaan PNPM. Namun demikian masih ada kejadian yang berpotensi konflik seperti konflik kepentingan antara pemerintah desa dan tim pelaksana kegiatan (TPK), antara TPK dan masyarakat, dan antara kelompok penduduk asli dan pendatang dari daerah lain, serta konflik terkait pengadaan barang dan jasa. Hal ini terjadi karena kurangnya pemahaman terhadap program, kurangnya sosialisasi, dan kurangnya koordinasi dengan atau pelibatan pihak yang relevan dalam pelaksanaan program. Fasilitator kecamatan beranggapan bahwa beban kerja yang diberikan kepada mereka tidak berimbang dengan sumber daya yang ada. Ada fasilitator yang memiliki wilayah kerja kurang dari 10 desa, tetapi ada juga fasilitator yang memiliki tanggung jawab memfasilitasi lebih dari 50 desa sebagaimana terjadi di salah satu kecamatan. Selain itu, fasilitator juga beranggapan bahwa beban kerja teknis dan administratif berupa penulisan laporan bulanan sangat memakan waktu sehingga tugas fasilitasi mereka tidak dapat dijalankan dengan maksimal. Fasilitator kecamatan juga menganggap perlu adanya fasilitator khusus bagi pemberdayaan peminjam SPP. Alasannya, selain karena beban kerja mereka yang sangat banyak, juga karena tidak semua fasilitator pemberdayaan di kecamatan memiliki keahlian
| 27
terkait pemberdayaan kredit mikro. Meskipun sudah ada fasilitator kredit mikro di tingkat kabupaten, peran mereka sebenarnya lebih dibutuhkan di tingkat kecamatan. Pemerintahan, Partisipasi, dan Representasi dalam Pembuatan Kebijakan. Pengambilan keputusan di tingkat desa umumnya hanya melibatkan elite desa, yakni perangkat desa dan tokoh-tokoh masyarakat. Elite desa dan sebagian besar masyarakat menilai mekanisme itu sudah mewakili masyarakat secara umum. Jika masyarakat umum hadir dalam proses tersebut, mereka pada umumnya hanya menjadi peserta pasif, yakni mendengarkan atau menyetujui keputusan elite desa. Sebagian warga, terutama kaum miskin, bahkan tidak mau hadir dalam pertemuan semacam itu karena merasa inferior. Selain itu, ketidakhadiran warga juga disebabkan oleh adanya sikap apatis, waktu pertemuan yang kurang sesuai dengan jadwal aktivitas warga, atau tidak mendapatkan undangan. Dalam pengambilan keputusan di tingkat desa, perempuan sering kali hanya diwakili oleh lembaga-lembaga formal yang dianggap mewakili perempuan. Akibatnya, proporsi keterwakilan perempuan selalu jauh lebih rendah dibandingkan laki-laki. Meskipun demikian, dibandingkan dengan kondisi tahuntahun sebelumnya, jumlah perempuan yang hadir dalam pengambilan keputusan desa secara umum mengalami peningkatan. Namun, peningkatan kehadiran perempuan tersebut tidak banyak berarti dalam mengubah dominasi lakilaki dalam proses pengambilan keputusan. Selain kalah secara jumlah, ada pandangan bahwa kepemimpinan adalah tanggung jawab lakilaki sehingga merekalah yang memutuskan, bukan perempuan. Sistem perwakilan tidak berfungsi dengan baik, terlihat dari tiadanya mekanisme di tingkat RT untuk menyerap aspirasi warga atau menyampaikan berbagai hasil pertemuan di tingkat desa. Tidak adanya pertemuan untuk
28 |
JURNAL EcoBuss . Vol. 1, No 1 Maret 2013
menyerap aspirasi warga terjadi karena para elite desa mengaku sudah mengetahui persoalan warga, bahkan mereka merasa jauh lebih tahu daripada warga sendiri sehingga pertemuan untuk menyerap aspirasi warga dianggap tidak perlu. Tidak adanya mekanisme untuk menyampaikan hasil pertemuan di tingkat desa kepada warga terjadi karena elite desa menganggap bahwa tidak semua keputusan dan informasi tersebut harus disampaikan kepada masyarakat, apalagi kalau hal itu menyangkut keuangan. Selain itu, penyebab lainnya adalah warga sendiri sangat jarang menanyakan informasi, keputusan, dan kegiatan di tingkat desa kepada aparat. Kalaupun ada informasi yang disampaikan kepada warga, biasanya hal itu dilakukan melalui pertemuan informal di desa seperti pada acara arisan, pengajian, dan halal bihalal. Warga desa pada umumnya bersikap pasif terhadap berbagai informasi tentang pembangunan, kecuali informasi menyangkut program bantuan langsung seperti Raskin dan BLT. Di tingkat desa atau dusun, informasi tentang pembangunan biasanya disampaikan secara lisan dan berjenjang, yakni dari kepala desa ke kepala dusun /RW/RT dan selanjutnya turun ke warga. Jenis informasi yang sampai kepada masyarakat umumnya adalah informasi tentang bentuk kegiatan dan pelaksanaannya, sementara informasi mengenai dana atau anggaran kegiatan suatu program jarang disampaikan kepada publik. Selain itu, informasi yang disampaikan pemerintah desa umumnya sering kali bersifat instruktif atau upaya memobilisasi warga, seperti pengumuman tentang pelaksanaan kerja bakti. Jika ada hal-hal yang dirasa kurang memuaskan atau bermasalah, pada umumnya masyarakat tidak mengungkapkan keluhan atau ketidakpuasannya kepada pemerintah desa. Mereka hanya membicarakannya dengan sesama warga atau tokoh masyarakat. Hanya sedikit masyarakat yang mau dan berani
menyampaikannya ke pemerintah desa. Kondisi ini dipengaruhi oleh beberapa hal seperti adanya perasaan segan/sungkan, takut kepada aparat desa, serta sikap apatis karena keluhan yang pernah disampaikan tidak pernah ditanggapi. Secara umum, model partisipasi yang diterapkan PNPM tidak berdampak signifikan terhadap pemerintahan (partisipasi, transparansi, akuntabilitas) di tingkat desa. Hal ini terlihat pada perbandingan antara desa yang telah menerima program PNPM sejak 2002, desa yang menerimanya pada 2007, dan desa yang baru menerimanya pada 2009. Hanya ada satu desa yang melaporkan adanya dampak PNPM terhadap kegiatan lain di luar PNPM. Di desadesa lain, partisipasi atau transparansi sebagaimana diterapkan PNPM dianggap sebagai kekhususan PNPM yang tidak harus serta-merta diterapkan dalam program lain. Tidak berdampaknya PNPM terhadap tata pemerintahan secara umum, antara lain, disebabkan oleh beberapa hal berikut: (1) besarnya dominasi elite serta kurangnya inisiatif warga sehingga membuat status quo selalu mapan; (2) tidak adanya jaminan (insentif) bagi aparat maupun warga bahwa jika mereka menduplikasi mekanisme yang dijalankan PNPM pada kegiatan atau program di desa, mereka akan mendapatkan sesuatu, seperti proyek; dan (3) ada indikasi kecenderungan warga dan aparat terhadap sikap normatif. Jika ketentuan program atau kegiatan tertentu tidak mensyaratkan partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas, mereka pun tidak akan menuntutnya. Faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam suatu program juga dapat berasal dari unsur luar/lingkungan. Kemiskinan dan Dinamikanya. Beberapa faktor yang menyebabkan penurunan kemiskinan adalah (1) adanya lapangan kerja baru atau perluasan kesempatan kerja (2) pemekaran daerah yang menciptakan pusatpusat pertumbuhan ekonomi baru; dan (3) pembukaan pabrik baru di lingkungan
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
komunitas. Faktor lain yang lebih umum adalah semakin membaiknya infrastruktur jalan perdesaan, meningkatnya produktivitas pertanian, serta kontribusi berbagai bantuan pemerintah. Dalam hal ini, peran PNPM sebagian besar bersifat tidak langsung, yaitu dengan menyediakan infrastruktur umum, seperti jalan dan jembatan, serta infrastuktur pertanian, seperti system irigasi dan jalan usaha tani. Penentu dinamika kemiskinan adalah faktor ekonomi, sosial, kelembagaan masyarakat dan pemerintahan, keberpihakan pemerintah, dan penetapan sasaran program. Faktor ekonomi seperti naik turunnya harga komoditas pertanian/perkebunan/ nelayan maupun harga kebutuhan pokok serta berbagai bantuan pemerintah memiliki peran terbesar dalam kasus sebagian rumah tangga miskin yang kondisi kesejahterannya naik turun dalam dua tahun terakhir. Keadaan tetap miskin kelompok masyarakat miskin secara umum disebabkan oleh tidak adanya kemampuan dan modal untuk meningkatkan taraf kehidupannya. Secara lebih spesifik, hal itu disebabkan oleh (1) keterbatasan lapangan kerja alternatif selain pekerjaan yang telah mereka geluti, yaitu bertani; (2) kualitas sumber daya manusia yang rata-rata di bawah SMP dan hanya memiliki keahlian tradisional (bertani, nelayan, atau bertukang); dan (3) kekurangan modal, terutama modal uang. Khusus untuk modal, meski sudah terdapat banyak bantuan pinjaman modal, bantuan yang dibutuhkan warga miskin adalah bantuan yang tidak harus dikembalikan, alias bantuan langsung tunai. Faktor lain yang juga penting menurut warga adalah sikap mental yang tidak berorientasi pada kemajuan tetapi merasa cukup dengan apa yang sudah ada, faktor usia yang sudah lanjut sehingga tidak bisa lagi produktif secara ekonomi, status janda yang tidak mandiri secara ekonomi (tidak memiliki pekerjaan sendiri), dan kenaikan biaya hidup.
| 29
PNPM dinilai cukup membantu karena ikut menyediakan tambahan dan/atau perbaikan terhadap berbagai sarana tersebut, termasuk perbaikan infrastruktur jalan. Selain itu, peningkatan infrastruktur jalan yang difasilitasi oleh PNPM juga dinilai membantu meningkatkan ekonomi masyarakat. Meskipun demikian, masih ada sebagian masyarakat yang masih mengalami kesulitan dalam mengakses fasilitas umum. Ini disebabkan, antara lain, oleh (1) ketersediaan sarana dan prasarana yang masih kurang, (2) tidak adanya transportasi umum untuk menjangkaunya, dan (3) tidak adanya layanan yang berkualitas serta memadai terutama dalam hal layanan kesehatan. Secara umum masyarakat menilai bahwa kualitas pelayanan umum masih kurang baik. Sebagai contoh di bidang kesehatan, warga pemegang kartu Jamkesmas merasa kurang diperhatikan dibandingkan dengan pasien umum. Di beberapa desa, pelayanan administrasi kependudukan, terutama KTP dan KK, dianggap semakin sulit karena harus mengeluarkan biaya pengurusan. Dinamika Kebutuhan dan Pemenuhannya. Kebutuhan utama warga miskin adalah lapangan kerja, bantuan modal, dan pelatihan keterampilan, pemasaran dan akses atau hubungan. Setelah itu menyusul kebutuhan beasiswa pendidikan, kesehatan gratis, dan infrastruktur penunjang mata pencaharian warga (seperti irigasi dan jalan usaha tani). Sebagian besar kebutuhan tersebut sudah pernah dicoba untuk dipenuhi, terutama oleh pemerintah dan juga kelompok masyarakat sendiri. Namun usaha tersebut belum bisa memenuhi kebutuhan masyarakat karena (1) program yang ada tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan warga; (2) ada kondisikondisi sosial-budaya di desa seperti kecemburuan sosial dan bias elite atau kelompok nonmiskin; dan (3) adanya penyimpangan atau kurangnya efektivitas
30 |
JURNAL EcoBuss . Vol. 1, No 1 Maret 2013
pelaksanaan program yang mengurangi dampak program dalam memenuhi kebutuhan desa. PNPM-Perdesaan jarang digunakan untuk memenuhi kebutuhan utama warga miskin. Program open menu PNPM lebih banyak diarahkan untuk pembangunan infrastruktur yang bersifat umum dan tidak bersentuhan dengan kepentingan utama warga miskin. Hal ini dikarenakan PNPM dipandang sebagai program pembangunan desa untuk kepentingan seluruh warga, bukan program untuk warga miskin. Program SPP bisa memenuhi sebagian kebutuhan modal, tetapi warga miskin kesulitan mengaksesnya karena ada syarat yang sulit dipenuhi warga miskin, yaitu syarat ”produktif” yang di tingkat desa diterjemahkan sebagai memiliki usaha, sementara kebanyakan rakyat miskin tidak mempunyai usaha apapun. PNPM belum berhasil memberdayakan masyarakat desa sepenuhnya. Hal ini disebabkan (1) struktur kekuasaan di desa yang sangat timpang karena adanya dominasi elite desa sehingga warga miskin menjadi sangat termarginalkan; (2) model pemberdayaan PNPM menjadi sangat mekanistik dalam pelaksanaannya: fasilitator hanya sekadar memastikan terlaksananya tahapan-tahapan program, tanpa ada usaha lebih jauh untuk “menyadarkan” dan “meningkatkan kapasitas” masyarakat terkait tujuan program untuk mendorong terciptanya tata pemerintahan yang baik (partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas) serta meningkatkan kemampuan ekonomi masyarakat dengan berbasiskan kemandirian; (3) adanya kasus ketidaksesuaian antara mekanisme program dan karakteristik budaya lokal: PNPM mendorong partisipasi individual dalam kegiatan program maupun dalam penyelenggaraan pemerintahan desa (4) kurang efektifnya kerja fasilitator karena terlalu banyaknya pekerjaan teknis dan administratif; dan (5) sebagian fasilitator tidak berkualitas dan tidak berpengalaman, serta sering terjadinya
rotasi wilayah bagi fasilitator dan tingginya pergantian fasilitator. Berdasar kenyataan diatas maka yang lebih penting lagi adalah memperbaiki budaya/kebiasaan perwakilan partisipatif oleh kaum elite desa. Budaya perwakilan dalam setiap kegiatan sangat merugikan keluarga miskin, karena seringkali hasil keputusan tidak mewakili kepentingan rakyat miskin. Upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat tidak terlepas dari perluasan kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat. Terkait dengan pemberdayaan masyarakat dalam memperluas kesempatan kerja, maka dipengaruhi salah satunya oleh kebijakan pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Pengembangan UMKM terutamaUsaha kecil Menengah (UKM) memiliki potensi yang strategis dalam rangka pemberdayaan masyarakat, mengingat pertumbuhan dan aktifnya sektor riil yang dijalankan oleh UKM mampu memberikan nilai tambah bagi masyarakat, yaitu tersedianya lapangan kerja dan meningkatnya pendapatan. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok UKM dapat menjadi penyeimbang pemerataan dan penyerapan tenaga kerja. Berkaitan dengan upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat, maka pelaksanaan PNPM MPd harus bekerjasama dengan berbagai Dinas terkait seperti Dinas Perdagangan dan Industri, Dinas Koperasi, Dinas Sosial, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Perikanan dan Kelautan, Dinas Kesehatan dan Dinas terkait yang lain. Kerjasama dan saling koordinasi dengan dinas terkait akan mempercepat proses pemberdayaan masyarakat karena tiap-tiap dinas mempunyai program yang hampir sama yang bisa mendukung pelaksanaan PNPM MPd. Sebagai contoh beberapa kegiatan pokok yang dilakukan Dinas Koperasi dan UKM terhadap UKM antara lain: (1) Program pengembangan sistem
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
pendukung usaha UKM. Kegiatan pokok yang akan dilaksanakan melalui program ini, yaitu: a) sumber pembiayaan, khususnya skim kredit investasi dan penyediaan skim pembiayaan ekspor melalui lembaga modal ventura dan lembaga non bank lainnya, terutama yang mendukung UKM; b) Penguatan jaringan pasar domestik produk-produk UKM melalui pengembangan lembaga pemasaran, jaringan/kemitraan usaha, dan sistem transaksi usaha yang bersifat on-line, terutama bagi komoditas unggulan berdaya saing tinggi; c)Penguatan infrastruktur pembiayaan bagi petani dan nelayan di perdesaan dan pengembangan skim-skim pembiayaan alternatif seperti sistem bagi hasil dana bergulir, sistem tanggung renteng atau jaminan tokoh masyarakat setempat sebagai pengganti agunan, penyuluhan perkoperasian kepada masyarakat luas; d) Fasilitasi pengembangan skim penjaminan kredit melalui kerjasama bank dan lembaga asuransi, dan fasilitasi bantuan teknis kepada BPR dan Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB) untuk meningkatkan penyaluran kredit bagi sektor pertanian; e)Penyediaan dukungan pengembangan usaha mikro tradisional dan pengrajin, melalui pendekatan pembinaan sentra-sentra produksi/klaster disertai dengan dukungan penyediaan infrastruktur perdesaan; f) Bantuan perkuatan untuk KSP/USP yang masih dapat melakukan kegiatan; g) Memfasilitasi UKM untuk dapat berdagang di pasar darurat yang disediakan Departemen Perdagangan. (2) Pemberdayaan usaha skala mikro. Kegiatan pokok yang akan dilaksanakan melalui program ini, yaitu: (a) Peningkatan kesempatan dalam berusaha dengan penyediaan kemudahan dan pembinaan teknis manajemen dalam memulai usaha, perlindungan usaha, tempat berusaha wirausaha baru, dan penyediaan skimskim pembiayaan alternatif untuk usaha; (b) Penyelenggaraan pelatihan budaya usaha dan perkoperasian serta fasilitasi pembentukan
| 31
wadah koperasi di daerah kantong-kantong kemiskinan; (c) Peningkatan kapasitas kelembagaan dan kualitas layanan LKM dan KSP di sektor pertanian dan perdesaaan antara lain melalui pembentukan sistem jaringan antar LKM dan antara LKM dan bank; (d) Pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah melalui pendekatan klaster di sektor agribisnis dan agroindustri disertai pemberian kemudahan dalam pengelolaan usaha, termasuk dengan cara meningkatkan kualitas koperasi sebagai wadah organisasi untuk meningkatkan skala ekonomi usaha dan efisiensi kolektif;(e) Memfasilitasi sarana usaha bagi usaha skala mikro, yang berlokasi di sekitar tenda-tenda penampungan, dan pasar darurat yang pelaksanaan dikoordinasikan oleh Departemen Perdagangan; (f) Peningkatan kredit skala mikro dan kecil serta peningkatan kapasitas dan jangkauan pelayanan KSP/USP; (g) Peningkatan pengetahuan dan kemampuan kewirausahaan pengusaha mikro dan kecil. (Eko; Sutoro,2004). Selain pelatihan ketrampilan kepada masyarakat miskin yang tak kalah pentingnya adalah melakukan penyuluhan dan pelatihan mengenai kebiasaan berusaha secara mandiri, melatih kebiasaan kreatif, tanggap pada alam, situasi dan kondisi sekitarnya, menimbulkan pola berfikir yakin pada kemampuan sendiri, tekun, ulet dan tidak mengenal putus asa.
KESIMPULAN Bisa disimpulkan bahwa hasil penelitian menunjukkan (1) Pencapaian kinerja program untuk pelaksanaan kegiatan PNPM-MPd Tahun 2012 mengalami keterlambatan bila dibandingkan dengan Rencana Kegiatan Tindak Lanjut (RTKL) yang telah ditetapkan di tingkat Kabupaten maupun Provinsi. (2) Kegiatan pencairan dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM), terkendala proses penanganan tunggakan dan penyalahgunaan dana. (3) Pelaksanaan kegiatan prasarana terkendala
32 |
JURNAL EcoBuss . Vol. 1, No 1 Maret 2013
cuaca yang sudah memasuki musim penghujan, terutama untuk daerah pegunungan (4) Keterlambatan di bidang perencanaan berdampak pada terlambatnya penyelesaian disain dan Rencana Anggaran Bulanan (RAB) serta Musyawarah Antar Desa (MAD) Penetapan, disamping terkendala tingkat pengembalian yang belum mencapai kesepakatan di forum MAD. Strategi pemberdayaan yang diperlukan adalah (1) strategi untuk menurunkan jumlah tunggakan baik Simpan Pinjam khusus Perempuan (SPP) maupun Usaha Ekonomi Produktif (UEP) yang terlalu besar dengan memberikan bimbingan tehnis kepada UPK dan FK untuk mengambil langkah-langkah penanganan/identifikasi terhadap tunggakan yang ada di masing-masing kelompok secara rutin (2) Perlu pemahaman ulang terhadap FK/FT tentang peran kelembagaan yang sudah terbentuk terutama terkait dengan peran dan fungsinya yang belum optimal dengan cara meningkatkan pendampingan terhadap kelembagaa yang ada. Terkait dengan pelaksanaan dana bergulir, perlu strategi untuk menurunkan jumlah tunggakan baik SPP maupun UEP yang terlalu besar dengan memberikan bimbingan teknis kepada UPK dan FK untuk mengambil langkah-langkah penanganan/identifikasi terhadap tunggakan yang ada masing-masing kelompok secara rutin. Hal ini untuk mengetahui apakah tunggakan tersebut murni tunggakan atau ada indikasi penyalahgunaan sehingga dapat diambil langkah-langkah penyelesaiannya.
DAFTAR RUJUKAN Anselm Strauss, Juliet Corbin; 1995, Basic of Qualitative Research, Techniques and Procedures for Developing Grounded Theory, Sage Publications, International
Educational and Profesional Publisher, London. Bogdan, Robert C; Biklen, Knopp Sari, 1982; Qualitative Research For Education; An Introduction to Theory and Methods; Allyn and Bacon; Boston;. BPS-RI. 2010. Berita Resmi Statistik: Profil Kemiskinan di Indonesia Maret 2010.(Online), (http://www.bps.go.id/brs_file/kemiskin an.pdf), diakses 29 Desember 2011. Departemen Dalam Negeri Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan desa. 2008. Jakarta: Departemen Dalam Negeri RI. Eko, Sutoro. 2004. Reformasi Politik Dan Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta: APMD Press. Sulistiono, Budi, Dkk. 2010. Towards Millenium Development Goals (MDGs) Sebentar Lagi: Sanggupkah Kita Menghapus Kemiskinan di Dunia?. Bandung: ITB. Sumodiningrat, Gunawan. 1998. Membangun Perekonomian Rakyat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Undang-Undang RI No.25 Tahun 2000 Tentang Pemberdayaan Masyarakat. Jaringan Dokumentasi Dan Informasi Kementrian RI, (Online), (http://www.kementrianri.go.id), diakses 20 Maret 2012. Tim
Koordinasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan. 2008. Petunjuk Teknis Operasional Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan. Jakarta: Departemen dalam Negeri Republik Indonesia.
http:www.pendidikanekonomi.com/2012/12/pe mberdayaan-ekonomimasyarakat.html3sthash.nZTdisxZ.dpuf
IDENTITAS PENULIS Nama Perguruan Tinggi: Alamat
: Dr. Nanis Hairunisya, M.M.( 085334503098) Universitas Panca Marga Probolinggo : Jl. Yos Sudarso Pabean Dringu Probolinggo 67271- Jl. Letjen Suprapto Gg.Merdeka Utara 8 Kraksaan
PERANAN GURU DAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DALAM MENUMBUHKAN MINAT BELAJAR SISWA DI SMA LAB UM MALANG
Dewi Endah Fajariana. Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Panca Marga Probolinggo Jl. Yos Sudarso 107, Dringu, Kabupaten Probolinggo (67271), Tilp (0335)422715
Abstrak: Perubahan kurikulum sempat menyebabkan kecemasan di dunia pendidikan, namun pada dasarmya kurikulum tersebut sama yaitu bertujuan untuk menghasilkan siswa yang memiliki daya pikir dan kemampuan yang positif, sehingga siswa dapat mengembangkan dirinya secara optimal. Hanya saja perbedaannya terletak pada sistem pengajaran di kelas. Pada paradigma lama proses pembelajaran berpusat pada guru diubah dengan paradigma baru, bahwa pembelajaran berpusat pada siswa. Oleh karena itu, guru harus melakukan inovasi dalam pembelajaran sehingga siswa senantiasa termotivasi dan berminat untuk belajar. Penelitian tindakan kelas ini, bertujuan untuk menjelaskan (1) seberapa besar peran guru dalam menumbuhkan minat belajar siswa di SMA LAB UM Malang (2) bagaimana prosedur penggunaan numbered heads together dalam menumbuhkan minat belajar siswa SMA LAB UM Malang Penelitian ini berupa kata-kata dan akan dipaparkan sesuai dengan kejadian yang terjadi dalam penelitian, dan analisis data dilakukan secara induktif. Selain itu kehadiran peneliti mutlak diperlukan maka pendekatan penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. PTK ini dilaksanakan pada 3-27 November 2009 di Kelas XI IPS 3 SMA Lab UM Malang yang berjumlah 43 siswa. Hasil penelitian dapat dipaparkan sebagai berikut: (1) peranan guru untuk meningkatkan minat belajar akuntansi kelas XI IPS 3 SMA Lab UM Malang sangat besar. (2) prosedur penggunaan numbered heads together dalam menumbuhkan minat belajar siswa SMA LAB UM Malang sangat berperan penting. Terkait dengan hasil penelitian maka disarankan agar (1) Sebaiknya SMA Lab UM Malang menggunakan rencana pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan KTSP sebelum mengajar. (2) Menggunakan alat peraga dalam mengajar di kelas agar dapat membangkitkan motivasi siswa dalam belajar. (3) Membentuk kelompok belajar siswa di luar sekolah dan mengontrol kegiatan tersebut minimal seminggu satu kali. Kata kunci: Guru, Numbered Heads Together dan Minat
PENDAHULUAN Penyelenggaraan pendidikan secara formal di sekolah bertujuan untuk mengatasi permasalahan yang timbul baik di lingkungan keluarga maupun di luar lingkungan keluarga. Pendidikan yang formal di sekolah pada
dasarnya bertujuan untuk menyiapkan dan menghasilkan siswa yang memiliki daya pikir dan kemampuan yang positif, sehingga siswa dapat mengembangkan dirinya secara optimal sebagai individu dan sebagai makhluk sosial. Keterbatasan kemampuan di sekolah sebagai lembaga kependidikan formal mendorong
[33]
34 |
JURNAL EcoBuss . Vol. 1, No 1 Maret 2013
dikembangkannya usaha memperbaiki kurikulum sekolah, penyeragaman buku yang dipergunakan, penyediaan tenaga pendidik yang kompeten dan usaha lain yang lebih khusus. Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan, merupakan kulminasi dari semua kegiatan sekolah yang menyangkut tentang pendidikan yang dilaksanakan baik di sekolah maupun diluar sekolah. Hal ini menuntut perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, dan koordinasi yang baik.
mata pelajaran akuntansi. Salah satu penyebab kurangnya minat siswa terhadap mata pelajaran tersebut. Minat yang ada dalam diri siswa, menurut pendapat Moh Surya (1998:241) adalah sebagai berikut:
Sasaran yang ingin dicapai dari pelaksanaan KTSP adalah lahirnya pribadi siswa yang memiliki seperangkat pengetahuan, keterampilan nilai dan sikap serta pola tingkah laku yang baik dan tepat menggunakannya di dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran baik di sekolah maupun di luar sekolah. KTSP dipergunakan pula dalam mata pelajaran akuntansi dengan tujuan untuk membekali lulusannya dengan berbagai pengetahuan dan pemahaman agar mereka menguasai dan mampu menerapkan konsep dasar prinsip, prosedur akuntansi yang benar baik untuk kepentingan melanjutkan pendidikan maupun kepentingan masyarakat sehingga dapat menumbuhkan minat belajar siswa. Namun, agar akuntansi menjadi pelajaran yang menarik dan diminati siswa, sangat diharapkan adanya peranan guru dan numbered heads together dalam upaya menumbuhkan minat belajar siswa terhadap materi pelajaran akuntansi dengan cara: Melibatkan siswa agar dapat belajar secara aktif, baik fisik, mental dan sosial dalam arti siswa dapat belajar mandiri ataupun bersamasama demi meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran akuntansi.
Adalah minat yang timbul dari dalam diri siswa dengan pengaruh suatu situasi yang diciptakan oleh pengajar.
Pada dasarnya mata pelajaran akuntansi bersifat membina keterampilan, ketekunan, kecerdasan dan ketelitian. Untuk itu diperlukan minat yang kuat dari siswa terhadap mata pelajaran akuntansi. Kenyataan yang dihadapi banyak keluhan dari siswa dalam mengikuti
1) Minat Volinter Adalah minat yang timbul secara sukarela dari pihak siswa tanpa ada pengaruh yang sengaja ditimbulkan dari luar. 2) Minat Involinter
3) Minat Non Volinter Adalah minat yang ditimbulkan secara disengaja. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka seorang guru dan numbered heads together harus dapat menumbuhkan minat belajar siswa. Penelitian tindakan kelas ini, bertujuan untuk menjelaskan (1) seberapa besar peran guru dalam menumbuhkan minat belajar siswa di SMA LAB UM Malang (2) bagaimana prosedur penggunaan numbered heads together dalam menumbuhkan minat belajar siswa SMA LAB UM Malang METODE Dalam penelitian ini, peneliti ingin memperoleh data yang mendalam secara alami tentang proses pembelajaran yang terjadi di lapangan. Penelitian ini lebih menekankan pada proses pembelajaran daripada hasil akhir pembelajaran. Pembelajaran akan berlangsung dalam keadaan yang alami. Data hasil penelitian berupa kata-kata dan akan dipaparkan sesuai dengan kejadian yang terjadi dalam penelitian, dan analisis data dilakukan secara induktif. Selain itu kehadiran peneliti mutlak diperlukan. Sesuai dengan karakteristik yang dikemukakan di atas maka pendekatan penelitian ini adalah
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
pendekatan kualitatif. Hal ini sesuai dengan ciriciri penelitian kualitatif yang dikemukakan oleh Moleong (2002), yaitu: (1) peneliti bertindak sebagai instrumen utama, karena disamping pengumpul data dan penganalisis data, peneliti juga terlibat langsung dalam proses penelitian, (2) mempunyai latar alami, (natural setting), data yang diteliti dan dihasilkan akan dipaparkan sesuai dengan yang terjadi dilapangan, (3) hasil penelitian bersifat deskriptif, karena data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka melainkan berupa katakata, (4) lebih mementingkan proses daripada hasil, (5) adanya batas permasalahan yang ditentukan dalam fokus penelitian, dan (6) analisis data cenderung bersifat induktif. Ditinjau dari bagaimana penelitian dilakukan, maka penelitian ini termasuk ke dalam penelitian tindakan kelas (PTK). Hal ini sesuai pendapat yang dikemukakan oleh Arikunto (2002) bahwa bila penelitian tindakan yang berkaitan dengan bidang pendidikan dan dilaksanakan dalam kawasan suatu kelas, maka penelitian ini dinamakan penelitian tindakan kelas. Pemilihan jenis PTK karena permasalahan yang diteliti berawal dari permasalahan yang terjadi di kelas. Selain itu peneliti terlibat langsung dan sudah merupakan tugas peneliti sebagai pendidik yang harus selalu berusaha meningkatkan mutu pendidikan. PTK merupakan kajian tentang situasi sosial dan pandangan untuk meningkatkan mutu tindakan yang ada di dalamnya (Elliott dalam Wiriaatmadja, 2006). Tahap-tahap dalam penelitian ini dikembangkan berdasarkan model spiral dari Kemmis dan Taggart (1988) yang terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi (Wiriaatmadja, 2006). PTK ini dilaksanakan pada 3-27 November 2009 di Kelas XI IPS 3 SMA Lab UM Malang yang berjumlah 43 siswa dan mata pelajaran yang diajarkan pada saat itu adalah Akuntansi
| 35
dengan materi pelajaran melakukan posting dari jurnal umum ke buku besar. Paparan Data Dan Hasil Penelitian Situasi dan kondisi pada saat proses belajar mengajar berlangsung Guru menjelaskan tentang buku besar, bentuk-bentuk buku besar dan cara memposting dari jurnal ke buku besar. Penjelasan ini disertai dengan contoh-contoh transaksi akuntansinya. Setelah penjelasan materi tentang buku besar dan memposting jurnal ke buku besar selesai, guru memberikan waktu bagi siswa yang ingin bertanya tentang materi yang belum jelas. Untuk mengetahui daya serap siswa. Guru meminta siswa untuk membuat kelompok. Setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor (satu kelompok ada 4 nomor). Guru memberikan tugas pada setiap kelompok untuk mengerjakan posting buku besar dari jurnal umum yang telah tersedia. Setiap kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/ mengetahui jawabannya. Setelah selesai diskusi dalam kelompok, guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka. Setelah ada anggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjukkan nomor yang lain maksimal 10 nomor siswa dan tindakan terakhir adalah guru membantu siswa dalam menyimpulkan materi yang dibahas. Rangkuman hasil penelitian menjabarkan tentang hasil penelitian meliputi hasil pembelajaran baik pada saat pra tindakan, tindakan, observasi dan refleksi di tunjukkan pada tabel rekapitulasi sebagai berikut:
36 |
JURNAL EcoBuss . Vol. 1, No 1 Maret 2013
1.1. Tabel penilaian afektif siswa dalam kelompok: Aspek yang dinilai
1
2
pendapat
√
4. Tenggang rasa 5. Komunikasi teman
dengan
Keterangan: Beri tanda centang (√) pada kolom yang dipilih : Skor 1 : Kurang 2 : Cukup 3 : Baik 4 : Baik sekali 1.2. Tabel rekapitulasi hasil pembelajaran: Deskriptor Aktivitas
Inovasi Kreativitas Efektif Menyenangkan Peran guru Nilai-nilai rata
Pra tindakan Tidak memiliki motivasi Tidak ada Sedikit Tidak Tidak
Sedikit rata- Sedang
4
√ √
1. Kerjasama 2. Inisiatif mengemukakan pendapat 3. Menghargai teman
3
Siklus I Memiliki motivasi Ada Banyak Ya Sangat menyenangkan Sangat berperan Tinggi
PEMBAHASAN 1. Peranan guru untuk meningkatkan minat belajar akuntansi kelas XI IPS 3 SMA Lab UM Malang. Minat yang ada dalam diri siswa, menurut pendapat Moh Surya (1998:241) adalah sebagai berikut: (a) Minat Volinter Adalah minat yang timbul secara sukarela dari pihak siswa tanpa ada pengaruh yang sengaja ditimbulkan dari luar. (b) Minat Involinter
√ √
Adalah minat yang timbul dari dalam diri siswa dengan pengaruh suatu situasi yang diciptakan oleh pengajar. (c) Minat Non Volinter Adalah minat yang ditimbulkan secara disengaja. Berdasar pada minat involinter tersebut, peranan guru untuk meningkatkan minat siswa belajar akuntansi kelas XI IPS 3 SMA Lab UM Malang sangat besar yaitu sebagai berikut: a. Memberikan materi pelajaran akuntansi dengan menggunakan metode mengajar yang sesuai dengan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran. b. Menggunakan alat peraga yang jelas dan dapat dipahami oleh siswa. c. Memberikan latihan akuntansi setelah materi selesai diterangkan. d. Memberikan tugas pada siswa. e. Memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa latihan dan tugas yang telah diberikan. f. Memberikan contoh tauladan yang baik kepada siswa. g. Memperhatikan situasi dan kondisi lingkungan sekolah. h. Situasi dan kondisi yang perlu diperhatikan oleh seorang guru adalah:Menciptakan suasana kelas yang menyenangkan, Penataan meja dan kursi yang baik dan Peningkatan lingkungan sekolah yang segar, yaitu dengan melaksanakan penghijauan. i. Metode mengajar yang dapat dilakukan oleh guru, menurut pendapat E. Kusmana P. (1995:166), terdiri dari:Metode ceramah, Metode diskusi, Metode tanya jawab, Metode pemberian tugas, Metode demonstrasi, Metode pemecahan masalah, Metode sosiodrama, Metode eksperimen, Metode pembagian kelompok, Metode karya wisata, Metode berprogram, Metode unit dan Metode
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
teori teaching. Sedangkan metode yang dianggap efektif untuk diterapkan dalam pelaksanaan pengajaran akuntansi adalah Metode ceramah, Metode tanya jawab, Metode pemecahan masalah, Metode pemberian tugas 2. Penggunaan model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together untuk meningkatkan minat siswa belajar akuntansi kelas XI IPS 3 SMA Lab UM Malang Johnson and Johnson (dalam Nurhadi, 2004) menunjukkan adanya berbagai keunggulan pembelajaran kooperatif, diantaranya sebagaimana diuraikan berikut ini: (a) Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial, (b) Mengembangkan kegembiraan belajar yang sejati. (c) Memungkinkan para siswa belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi, perilaku sosial dan pandangan. (d) Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen. (e) Meningkatkan keterampilan metakognitif. (f) Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois dan egosentris. (g) Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial. (h) Menghilangkan siswa dari penderitaan akibat kesendirian atau keterasingan. (i) Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa. (j) Mencegah timbulnya gangguan jiwa, menimbulkan perilaku rasional di masa remaja. (k) Berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan. (l) Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia. (m) Meningkatkan keyakinan terhadap idea tau gagasan sendiri dan (n) Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasa lebih baik. Model pembelajaran kooperatif banyak macamnya, namun yang perlu diperhatikan dengan menggunakan model pembelajaran
| 37
ini adalah cara belajar siswa menjadi lebih mudah. Fathurrohman & Pupuh (2007) dalam menetapkan metode mengajar, bukan tujuan yang menyesuaikan dengan metode atau karakter anak, tetapi metode hendaklah menjadi variable dependen yang dapat berubah dan berkembang sesuai dengan kebutuhan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode adalah: (a) tujuan yang hendak dicapai, (b) materi pelajaran, (c) situasi, (d) fasilitas dan, (e) guru (Faturrohman & Pupuh, 2007). Metode pembelajaran yang digunakan diharapkan untuk menghindari kebosanan dan menimbulkan minat siswa dalam belajar, untuk itu guru sebaiknya mengadakan variasi dalam pembelajarannya. Model pembelajaran Numbered Heads Together sangat sesuai dengan standar dalam kurikulum satuan pendidikan. Metode pembelajaran kooperatif merupakan salah satu metode pembelajaran yang mampu meningkatkan minat dan keterampilan siswa dalam bersosialisasi dengan siswa lainnya. Ada beberapa model pembelajaran inovatif lainnya, namun guru harus mampu memilih secara tepat dengan berbagai pertimbangan. Dengan diterapkan model pembelajaran di dalam kelas, diharapkan mampu meningkatkan minat dan hasil belajar siswa. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Keterbatasan kemampuan di sekolah sebagai lembaga kependidikan formal mendorong dikembangkannya usaha memperbaiki kurikulum sekolah, penyerapan buku yang dipergunakan, penyediaan tenaga pendidik yang kompeten dan usaha lain. Dari hal di atas diperlukan penggunaan kurikulum tingkat satuan pendidikan. KTSP dipergunakan pula dalam mata pelajaran akuntansi dengan tujuan untuk
38 |
JURNAL EcoBuss . Vol. 1, No 1 Maret 2013
membekali lulusannya dengan berbagai pengetahuan dan pemahaman terhadap materi pelajaran yang telah dijelaskan. Sesuai dengan uraian tersebut di atas, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Guru sebagai tenaga pendidik diharapkan menjadi tenaga pendidik yang sanggup memberikan semangat dan keinginan belajar pada siswa. Keberhasilan guru dapat dilihat dari hasil kegiatan belajar mengajar yang dapat dicapai oleh siswa didiknya. 2. Guru sebagai motivator dalam menumbuhkan minat belajar siswa SMA Lab UM Malang adalah sebagai berikut: a. Memberikan materi pelajaran yang disesuaikan dengan Garis Besar Program Pengajaran dan dengan model pembelajaran inovatif b. Menggunakan alat peraga yang dapat dimengerti oleh siswa. c. Memberikan latihan. d. Memberikan tugas. e. Memberikan pengarahan dan bimbingan pada siswa. f. Memberikan contoh tauladan. g. Memperhatikan situasi dan kondisi sekolah. h. Membentuk kelompok belajar di luar sekolah 3. Adanya kebaikan guru sebagai motivator yang diterapkan di SMA Lab UM Malang dalam mengarahkan siswa dan organisasi sekolah agar mau belajar secara berhasil, sehingga tercapai keinginan para siswa untuk mencapai tujuan dengan disertai minat belajar yang kuat dalam diri siswa. Sedangkan kelemahan disini, tidak ditemukan.
Saran Pada bagian ini penulis akan mengemukakan saran-saran yang sekiranya dapat bermanfaat bagi SMA Lab UM Malang dan akan membawa kemajuan serta kebaikan bagi siswa SMA Lab UM Malang yaitu: 1 Sebaiknya SMA Lab UM Malang menggunakan rencana pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan KTSP sebelum mengajar. 2 Menggunakan alat peraga dalam mengajar di kelas agar dapat membangkitkan motivasi siswa dalam belajar. 3 Membentuk kelompok belajar siswa di luar sekolah dan mengontrol kegiatan tersebut minimal seminggu satu kali.
DAFTAR RUJUKAN Dimyati, 1999. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta, penerbit PT. Rineka Cipta. E. Kusmana P, 1995. Proses Belajar Mengajar. Penerbit IKIP Bandung. Faturrohman, P & Sutikno, S. 2007. Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami. Bandung, penerbit PT. Refika Aditama. Moh. Uzer Usman, 1997. Menjadi Guru Profesional. Bandung, Penerbit Rosakarya. Moh. Surya, 1998. Psikologi Kependidikan. Penerbit IKIP Bandung. Ngalim Purwanto, 1996. Psikologi Pendidikan. Bandung, penerbit Remaja Rosdakarya. Rooijakkers, 1996. Mengajar Dengan Sukses. Jakarta, penerbit PT. Grasindo. Sharan, S. 2009. Cooperative Learning: Inovasi Pengajaran dan Pembelajaran untuk Memacu Keberhasilan Siswa di kelas. Yogyakarta, penerbit Imperium.
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
S. Nasution, 2000. Pengajaran Akuntansi. Jakarta, Penerbit Yudistira.
Moleong, Lexy. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.
Sugiyono, 2001. Metode Penelitian Administrasi. Bandung, Penerbit Cv. Alfabeta. Sedarmayanti, 2002. Metode Penelitian. Bandung, Penerbit Cv. Mandar Maju. Winarno Surachmad, 1997. Metodologi Pengajaran Nasional. Bandung, Penerbit Janners.
IDENTITAS PENULIS Nama Perguruan Tinggi Alamat Telp./Faks.
: : : :
| 39
Dewi Endah Fajariana.,S.Pd.,M.Pd. Universitas Panca Marga Probolinggo Jl. Yos Sudarso Pabean Dringu Probolinggo 67271 (0335) 422715 / (0335) 427923
HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA GURU Oleh: A. Zainudin Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Panca Marga Probolinggo Jl. Yos Sudarso 107, Dringu, Kabupaten Probolinggo (67271), Tilp (0335)422715
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji signifikansi hubungan antara pemberian motivasi dengan produktivitas kerja guru. Penelitian dirancang dalam bentuk studi korelasi. Sampel penelitian terdiri dari semua guru yang ada di SMA Negeri 2 Probolinggo. Data dikumpulkan dengan teknik questionary dan wawancara. Instrumen penelitian telah diuji validitas dan uji reliabilitas. Data dianalisis dengan statistik inferial menggunakan korelasi product moment dan uji “t” serta konsultasi dengan tabel kritik koefisien korelasi product moment. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan di antara pemberian motivasi dengan produktivitas kerja guru. Abstract: This study aims to examine the significance of the relationship between work motivation and productivity of teachers. The research is designed in the form of correlation studies. The study sample consisted of all teachers in the SMA Negeri 2 Probolinggo. Data collected by questionary and interview techniques. The research instrument was tested for validity and reliability testing. Data were analyzed using the Statistical inferial product moment correlation test and "t" as well as consulting with tables criticism product moment correlation coefficient. The results showed a significant positive correlation between the provision of teachers' work motivation and productivity. Kata Kunci: motivasi, produktivitas kerja
PENDAHULUAN Lembaga sekolah dan sumber daya manusia dalam hal ini guru merupakan dua unsur yang saling mendukung dan mempunyai keterkaitan satu sama lain. Oleh karena itu diperlukan kerja sama yang saling menguntungkan antara kedua unsur tersebut. Faktor tingginya mutu sumber daya manusia merupakan unsur terpenting dan paling menentukan bagi kelancaran administrasi dan manajemen serta keberhasilan suatu organisasi. Untuk mencapai keadaan tersebut diperlukan pengembangan sumber daya manusia dalam penguasaan materi kerja maupun informasi terbaru yang diterima sebagai bagian dari perkembangan global yang terus berjalan. Permasalahan guru dan tenaga kerja pada
umumnya merupakan hal yang rumit dan kompleks yang perlu dipecahkan. Hal ini berkaitan dengan segala aspek kehidupannya yang dinamis dan selalu berubah setiap saat. Untuk memaksimalkan kegunaan dari semua sarana yang ada, serta dalam usaha menggerakkan dan mengarahkan daya potensi manusia sebagai tenaga pendidik dan sebagai tenaga kerja ke arah pemanfaatan yang optimal, maka konsepsi motivasi merupakan bagian penting untuk mendorong terwujudnya hal tersebut. Sehubungan dengan itu dalam rangka meningkatkan potensi dan daya kreasinya perlu adanya daya penggerak. Daya pengerak tersebut dapat berupa motivasi, pembinaan dan dorongan untuk meningkatkan produktivitas kerja. Pada dasarnya manusia akan bersedia melakukan kegiatan, apabila didorong oleh
[40]
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
keinginan yang muncul dari dalam dirinya demi pencapaian kebutuhannya. Menurut Kartono (1991:61) salah satu peran dan fungsi pimpinan adalah “memberi atau membangun motivasi kerja, … dan membawa para pengikutnya kepada sasaran yang sesuai dengan ketentuan waktu dan perencanaan”. Menurut Handoko (1996: 215) Salah satu metode yang dapat digunakan “untuk meningkatkan produktivitas adalah metode-metode motivasi”. Banyak istilah yang digunakan untuk menyebut motivasi (motivation) atau motif, antara lain kebutuhan (need), desakan (urge), keinginan (wish), dan dorongan (drive). Dalam penulisan ini akan digunakan istilah motivasi yang diartikan sebagai “keadaan dalam pribadi sesorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan”. Menurut Nawawi (1998:352) “Motivasi merupakan suatu kondisi yang mendorong atau yang menjadi sebab seseorang melakukan suatu perbuatan atau kegiatan yang berlangsung secara sadar”. Robbins (1996:128) “Motivasi adalah kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi ke arah tujuan organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi suatu kebutuhan individual”. Menurut Sinungan (1995:140) “Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi adalah pencapaian penyelesaian tugas, penghargaan, pekerjaan yang menarik dan memberi harapan, kemajuan, supervisi, hubungan antar personal, kondisi kerja, gaji, status, keamanan kerja, kepemimpinan, tanggungjawab, dan kebijakan pemerintah”. Produktivitas diukur antara masukan dan keluaran ekonomi, tetapi masukan manusia dan sosial juga merupakan hal yang penting. Jika hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka produktivitas naik. Bila lebih banyak keluaran dengan jumlah masukan sama, produktivitas naik. Begitu pula, bila lebih sedikit masukan digunakan untuk sejumlah keluaran sama, produktivitas naik. Menurut Purwanto (2001:10)
| 41
manfaat pengukuran produktivitas adalah “sebagai evaluasi hasil yang telah dicapai dari suatu aktivitas, dan sebagai struktur dan sebab terjadinya fluktuasi produktivitas serta sebagai perencanaan dan peramalan aktivitas yang akan datang”. Produktivitas memiliki dua dimensi. Dimensi pertama adalah efektivitas yang mengarah kepada pencapaian unjuk kerja yang maksimal yaitu pencapaian tarjet yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu. Dimensi yang kedua berkaitan dengan upaya membandingkan input dengan realisasi penggunaannya atau bagian pekerjaan tersebut dilaksanakan. Menurut Sinungan (1995:12) Produktivitas merupakan “Interaksi terpadu secara serasi dari tiga faktor esensial yaitu: investasi termasuk penggunaan pengetahuan dan teknologi serta research manajemen dan tenaga kerja”. Meningkatkan dan mencapai produktivitas yang tinggi memerlukan individu-individu yang produktif. Gilmore (dalam Umar, 1998:11) menyatakan bahwa individu yang produktif adalah individu yang tindakannya konstruktif, percaya diri, memiliki rasa tanggung jawab, cinta terhadap pekerjaannya, memiliki pandangan ke depan, mampu menyelesaikan persoalan, dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang berubah, mempunyai kontribusi positif terhadap lingkungannya, dan mempunyai kekuatan untuk mewujudkan potensi Peningkatan produktivitas merupakan pembaharuan pandangan hidup dan kultural dengan sikap mental memuliakan kerja atau perluasan upaya memperbaiki kehidupan soaial ekonomi. Dalam konteks persekolahan, untuk mencapai produktivitas kerja yang maksimum, lembaga sekolah harus menjamin terpilihnya orang yang tepat dan berkelayakan dengan pekerjaan yang tepat dalam arti sesuai dengan
42 |
JURNAL EcoBuss . Vol. 1, No 1 Maret 2013
bidangnya, serta beban jam bekerja dan kondisi yang memungkinkan mereka bekerja optimal. Berdasarkan paparan tersebut, maka rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah: “Adakah hubungan yang signifikan antara pemberian motivasi dengan produktivitas guru?”. Variabel motivasi bertindak sebagai variabel bebas. Sedangkan variabel produktivitas kerja sebagai variabel terikat. Hubungan kedua variabel tersebut diukur dengan rumus koefisien korelasi product moment (product moment co-efficient of correlation). Pada hakekatnya, nilai r dapat berfariasi dari –1 melalui 0 hingga +1. Bila r = 0 atau mendekati 0, maka hubungan antara kedua variabel sangat lemah. Jika r = +1 atau mendekati 1, maka korelasi antara 2 variabel dikatakan positif dan sangat kuat. Penelitian ini bertujuan untuk menguji signifikansi hubungan antara pemberian motivasi dengan produktivitas kerja guru. Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan informasi, sebagai bahan pertimbangan dan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan bagi manajer sekolah untuk meningkatkan produktivitas kerja para guru melalui pemberian motivasi kerja yang tepat dan benar. METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan studi korelasi. Cara yang dipilih untuk mengumpulkan data dengan teknik questionary dan interview secara langsung kepada responden. Subyek penelitian ini adalah seluruh tenaga pendidik atau guru yang ada di SMA Negeri 2 Probolinggo. Tenaga pendidik yang ada sejumlah 37 orang. Untuk memecahkan permasalahan dalam penelitian ini, data yang diperoleh melalui pemberian angket kepada para Guru Tetap (GT) maupun Guru Tidak Tetap (GTT), masing-masing variabel diukur dengan skala likert. Alternatif pilihan jawaban dalam
instrumen penelitian terdiri dari alternatif jawaban a, b, c, d, dan e, berturut-turut diberi scor 5, 4, 3, 2, dan 1. Hasil angket kemudian ditabulasi, mengubah skala ordinal menjadi skala interval. Skala interval ini representatif untuk korelasi produc moment. Instrumen penelitian untuk memperoleh data menggunakan kuisioner atau angket dan pedoman wawancara sebagai sarana penunjang kuisioner. Kuisioner dikembangkan oleh peneliti dengan mengacu pada permasalahan yang akan dicari jawabannya. Instrumen kuisioner terdiri dari 17 item untuk variabel motivasi dan 14 item untuk variabel produktivitas dengan menggunakan skala likert. Jawaban tiap item diberi skor maksimum 5 (lima) dan skor minimum 1 (satu). Dari hasil pensekoran ini kemudian diolah dari data ordinal menjadi data interval, sehingga sesuai atau memenuhi syarat untuk diolah menggunakan korelasi product moment. Pedoman wawancara memuat hal-hal untuk menggali informasi latar belakang responden seperti identitas, tingkat pendidikan, status. Namun demikian latar belakang responden ini tidak dimasukkan dalam penskoran instrumen, sehingga tidak termasuk dalam variabel yang diteliti. Benar tidaknya data sangat menentukan bermutu tidaknya hasil penelitian. Sedangkan benar tidaknya data, tergantung dari baik tidaknya instrumen pengumpul data. Untuk mengetahui keampuhan instrumen dilakukan pengujian item-item dan faktor-faktor yang ada dengan uji validitas dan uji reliabilitas. Uji validitas dilakukan dengan analisis faktor dan analisis butir. Analisis faktor dilakukan dengan cara membandingkan koefisien korelasi masingmasing faktor dengan nilai kritiknya. Analisis butir dilakukan dengan cara membandingkan koefisien korelasi masing-masing item dengan total peubah dibandingkan dengan nilai kritiknya. Jika koefisien korelasinya lebih besar
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
dari nilai kritiknya, maka pertanyaan-pertanyaan yang diajukan ke responden dinyatakan valid. Uji reliabilitas dilakukan dengan membandingkan koefisien alpha dengan kriteria reliabilitas instrumen. Jika koefisien alpha lebih kecil dari 0.6 maka dinyatakan tidak reliabel dan sebaliknya jika koefisien alpha lebih besar dari 0.6 maka dinyatakan reliabel. Hasil akhir penelitian ini sangat tergantung pada keandalan instrumennya. Untuk tujuan keandalan instrumen dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas. Uji validitas dilakukan dengan analisis faktor dan analisis butir. Hasil analisis faktor motivasi terhadap total skor adalah 0.90 dan analisis faktor produktivitas terhadap skor totalnya adalah 0.88. Hasil analisis setiap butir, dilakukan dengan mengkorelasikan skor-skor yang ada pada butir yang dimaksud dengan skor total. Hasil analisis dari butir 1 sampai dengan butir 31 berturut-turut 0.437, 0.443, 0.442, 0.552, 0.484, 0.47, 0.488, 0.478, 0.352, 0.365, 0.387, 0.54, 0.406, 0.429, 0.627, 0.379, 0.403, 0.446, 0.437, 0.487, 0.534, 0.432, 0.507, 0.487, 0.572, 0.367, 0.478, 0.482, 0.532, 0.44, dan 0.415. Berdasarkan hasil ananlisis butir tersebut berarti semua butir dinyatakan valid (di atas batas r kritik 0.339). Penelitian ini uji reliabilitas menggunakan rumus alpha. Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan reliabilitas instrumen motivasi dan produktivitas kerja dengan 31 soal diketahui jumlah varians butir sebesar 25.24 sedangkan varians total sebesar 157.7 sehingga koefisien alpha sebesar 0.87 maka instrumen yang ada dikategorikan atau termasuk dalam kriteria sangat reliabel. Instrumen yang dipakai dalam penelitian valid dan reliable, berarti data yang diperoleh dalam penelitian ini juga valid dan reliabel. Setelah diklasifikasi, diberi kode dan ditabulasi, maka data yang terkumpul di analisis secara kuantitatif. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis kuantitatif korelatif, kemudian
| 43
dilakukan pengujian data statistik inferial uji “t” serta konsultasi tabel harga kritik koefisien korelasi (r) product moment untuk mengetahui signifikansi hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Taraf signifikansi sebesar 95%. Jika hasil thitung lebih besar dari ttabel dan koefisien korelasi lebih besar dari tabel harga kritik r product moment, berarti terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi dengan produktivitas kerja HASIL DAN PEMBAHASAN Kuisioner untuk peneitian ini diberikan kepada seluruh guru yang ada di SMA negeri 2 Probolinggo. Jumlah guru yang ada sebanyak 37 orang dan yang mengembalikan kuisioner sebanyak 34 orang. Dari 34 kuisioner ini kemudian dilakukan pengolahan data. Untuk memudahkan memberikan penilaian kuantitatif dari indikator yang dibutuhkan dalam perhitungan korelasi, maka data-data yang telah diberi skala pengukuran dengan memberikan lambang angka, masing-masing diberikan simbol. Dari tujuh belas instrumen variabel motivasi, responden yang menjawab “a” (skala sangat setuju diberi skor 5) jumlah jawaban sebanyak 18.86%, Responden yang menjawab “b” (skala setuju diberi skor 4) jumlah jawaban sebanyak 52.08%. Responden yang menjawab “c” (skala kurang setuju diberi skor 3) jumlah jawaban sebanyak 14.71%. Responden yang menjawab “d” (skala tidak setuju diberi skor 2) jumlah jawaban sebanyak 9.69%. Responden yang menjawab “e” (skala sangat tidak setuju diberi skor 1) dijawab sebanyak 1.73%, dan yang tidak menjawab item soal sebanyak 0.87%. Hasil skoring motivasi dari 34 responden, yang mendapat nilai skor tinggi di atas 80% adalah: 1) meskipun cuti masih mendapat gaji 84.71%, 2) diberi bimbingan saat mengalami kesulitan 84.12% 3) adanya suasana kekeluargaan 83.53%, 4) pimpinan selalu
44 |
JURNAL EcoBuss . Vol. 1, No 1 Maret 2013
memperhatikan hasil kerja 81.18%. Skor terendan di bawah 70% adalah: 1) pemberian tugas di luar jam kerja 54.35%, 2) kepuasan atas gaji yang diterima 64.13%, 3) tunjangan yang diberikan sekolah 67.65 %, dan 4) pimpinan selalu memberi pujian 69.41%. Dengan demikian empat hal terakhir inilah yang perlu mendapat perhatian pihak pengambil keputusan. Seperti yang telah disebutkan di muka bahwa tujuan penelitian ini adalah untuk menguji signifikansi hubungan antara pemberian motivasi dengan produktivitas kerja guru. Uji signifikansi dilakukan dengan membandingkan antara thitung dengan ttabel dengan level of significans () 0.05 pada derajat kebebasan atau degree of freedom n – 2 atau d.f. = 32 diperoleh ttabel 2.03. Selain uji t dalam penelitian ini juga membandingkan koefisien korelasi dengan tabel r kritik product moment pada n = 34 pada interval kepercayaan 95% diperoleh 0.349. Kuat tidaknya hubungan antara variabel motivasi dengan variabel produktivitas kerja, diperlukan tolok ukur yang dapat dipergunakan untuk menghubungkan keduanya dapat diuji dengan menggunakan koefisien korelasi product moment. Hasil analisis data dipeoleh total variabel bebas motivasi (X) adalah 2168. Total variabel terikat produktivitas kerja guru sebesar 3892. X2 = 140134, Y2 = 88932, dan XY = 8437856. Hasil perhitungan diperoleh koefisien korelasi (rXY) sebesar 0.577. Hasil ini membuktikan bahwa terdapat hubungan yang positif antara motivasi dan produktivitas kerja guru, dalam kategori memiliki keeratan yang moderat. Hasil perhitungan diperoleh nilai thitung 4.89. Sedangkan ttabel pada taraf kepercayaan 95% d.f. 32 diperoleh 2.03. Harga kritik r product moment dengan interval kepercayaan 95% pada n = 34 memiliki batas kritik 0.349. Koefisien korelasi 0.577 lebih besar dari 0.349. Sehingga dapat diambil kesimpulan, ada
hubungan yang signifikan antara motivasi dengan produktivitas kerja guru.
SIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian mengenai hubungan antara motivasi dengan produktivitas kerja guru dan dengan didasarkan pada uraian serta analisis data dapat disimpulkan pelaksanaan motivasi yang dilaksanakan dan produktivitas kerja guru secara umum dapat dikatakan sudah baik 54.09 % jawaban responden menyatakan setuju. Hasil perhitungan dengan menggunakan analisis korelasi product moment diperoleh koefisien 0.577. Hasil perhitungan diperoleh nilai thitung lebih besar dari ttabel. Koefisien korelasi lebih besar dari tabel r kritik product moment pada n = 34 pada interval kepercayaan 95%. Hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi memiliki hubungan yang cukup erat dan signifikan dengan produktivitas kerja guru. Oleh karena motivasi memiliki hubungan dengan produktivitas kerja, maka disarankan kepada pengambil kebijakan dan keputusan untuk memperhatikan dan meningkatkan motivasinya terhadap para guru. Usaha meningkatkan motivasi terutama dalam hal kompensasi pemberian tugas di luar jam kerja, pemberian gaji, dan tali asih kepada guru yang mutasi atau purna tugas, serta reward kepada guru yang telah menyelesaikan tugas. Jika hal ini dilakukan diharapkan produktivitas kerja para guru dapat lebih meningkat lagi. Penelitian ini hanya terbatas pada mencari hubungan antara motivasi dengan produktivitas kerja guru. Disaranakan untuk peneliti selanjutnya meneliti pengaruh faktor-faktor motivasi serta meneliti faktor mana yang paling dominan terhadap produktivitas kerja guru. Sehingga dengan penelitian ini dapat dipakai sebagai dasar pijakan untuk pengambilan keputusan pihak pimpinan sekolah dengan tepat.
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi. 1999. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi IV. Jakarta: Rineka Cipta. Handoko, T.H. 1996. Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Yogyakarta: BPFE. Kartono, K. 1991. Teori Kepribadian. Bandung: CV Mandar Maju. Nawawi, Hadari. 1998. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Bisnis yang Kompetitif. Yogyakarta: Gajah Mada Univercity Press.
| 45
Purwanto, Wahyu. 2001. Manajemen produksi. Yogyakarta: STIE Mitra Indonesia. Robbins, Stephen.1996. Perilaku Organisasi Konsep Kontroversi Aplikasi, Edisi Bahasa Indonesia.Jakarta: PT Prenhalindo. Sinungan, Muchdarsyah. 1995. Produktivitas, Apa dan Bagaimana, Edisi 2. Jakarta: Bumi Aksara. Umar, Husein. 1998. Riset Sumber daya Manusia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum.
IDENTITAS PENULIS Nama : A. Zainudin, M.M. Perguruan Tinggi: Universitas Panca Marga Probolinggo Alamat : Jl. Yos Sudarso Pabean Dringu Probolinggo 67271 Telp./Faks. : (0335) 422715 / (0335) 427923
46 |
JURNAL EcoBuss . Vol. 1, No 1 Maret 2013
Lampiran-lampiran: Hasil Angket Motivasi Item 1
RES.
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17 X
1 3
5
4
5
4
4
5
5
5
5
5
4
4
4
5
4
5
76
2 2
4
4
4
3
4
5
5
5
5
4
3
4
4
5
5
4
70
3 1
2
3
4
3
4
4
3
4
4
4
3
5
4
4
4
3
59
4 2
4
4
3
2
2
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
61
5 3
5
4
5
4
5
5
5
5
4
4
3
5
4
5
4
5
75
6 3
2
4
4
3
4
4
4
5
5
2
2
5
4
4
5
5
65
7 2
4
4
4
3
4
4
5
5
5
4
4
4
5
5
4
4
70
8 2
5
4
5
4
4
5
5
5
5
4
4
5
3
4
4
4
72
9 1
2
3
3
3
2
5
5
3
5
3
3
4
3
4
5
4
58
10 2
4
1
2
2
0
4
2
3
4
2
4
5
4
5
5
3
52
11 2
5
2
2
2
4
4
2
5
5
2
2
4
0
4
4
5
54
12 2
3
2
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
63
13 2
3
4
4
4
4
4
2
4
4
4
4
4
3
4
3
4
61
14 1
2
2
5
3
5
5
4
5
4
4
4
3
4
4
4
4
63
15 2
2
2
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
63
16 4
4
5
4
3
4
5
5
5
5
5
3
5
4
4
4
4
73
17 3
3
2
4
3
4
4
4
4
3
4
3
4
3
4
4
4
60
18 2
3
2
4
4
4
4
4
3
4
4
4
5
4
4
4
4
63
19 4
4
3
4
5
5
4
5
4
3
4
4
5
3
4
5
4
70
20 4
5
3
4
4
5
5
4
4
5
4
5
5
3
5
5
4
74
21 4
5
3
4
4
5
5
4
4
5
4
5
5
3
5
5
4
74
22 4
4
2
4
4
2
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
64
23 2
4
4
4
5
4
4
5
4
2
4
4
4
2
3
4
2
61
24 2
4
4
4
4
5
4
4
3
4
3
3
4
2
4
4
2
60
25 4
4
5
4
4
5
5
4
4
4
3
4
4
4
4
5
5
72
26 1
4
3
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
3
4
4
4
62
27 3
4
4
4
4
2
2
4
4
4
4
2
3
3
3
4
5
59
28 3
3
2
2
3
4
4
3
0
3
3
3
4
4
3
3
4
51
29 3
4
4
4
3
4
4
3
3
1
1
5
5
4
5
4
4
61
30 2
2
3
3
2
4
4
5
4
3
1
2
1
3
2
4
2
47
31 3
4
3
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
65
32 3
3
2
5
3
1
4
1
4
2
5
3
4
3
3
4
3
53
33 4
4
4
4
0
4
3
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
62
34 4
4
4
5
5
5
5
4
4
5
5
4
4
4
4
5
4
75
Jumlah
89 124 109 134 115 129 144 134 135 136 124 121 142 118 138 143 133
kuadrat
265 484 383 550 423 537 624 562 567 576 486 453 614 436 576 611 541
var. =
0.94 0.93 0.99 0.64 1.00 1.4 0.42 1.00 0.91 0.94 0.99 0.66 0.62 0.78 0.47 0.28 0.61
VT =
158
Alpha = 0.87
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
Res.
Produktivitas Item
Y
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
1
4
3
4
5
4
5
5
4
3
4
3
5
5
5
59
2
4
5
4
3
3
4
4
3
3
4
3
4
4
4
52
3
2
4
4
3
2
4
4
4
3
3
5
3
4
3
48
4
2
1
4
2
1
4
4
2
2
4
2
4
3
4
39
5
3
3
4
5
3
5
5
3
1
3
4
4
5
4
52
6
4
4
5
4
2
5
4
3
1
1
3
4
3
4
47
7
5
4
5
5
4
5
5
4
4
4
4
5
4
4
62
8
2
4
4
4
2
5
4
4
4
5
4
4
4
4
54
9
1
4
3
4
4
4
4
4
3
4
3
4
3
4
49
10
2
3
5
5
5
5
4
2
1
2
4
4
4
5
51
11
2
1
4
2
1
4
2
2
2
4
2
0
4
4
34
12
4
4
4
4
4
4
4
3
3
4
3
3
4
4
52
13
2
3
4
4
4
5
5
3
3
4
4
4
4
4
53
14
2
4
4
4
4
4
4
3
3
4
4
4
4
4
52
15
2
1
4
2
2
4
4
3
2
3
4
3
4
4
42
16
2
3
4
4
5
4
4
4
4
4
3
4
4
3
52
17
3
3
4
4
3
4
4
3
3
4
3
4
4
4
50
18
2
4
5
5
4
5
5
3
2
4
3
4
4
5
55
19
4
3
5
4
3
5
4
4
4
5
4
5
5
5
60
20
1
2
5
4
3
5
4
4
4
5
5
5
0
5
52
21
5
4
5
4
4
5
4
4
4
5
5
5
5
5
64
22
2
4
4
4
0
4
4
4
4
4
4
4
4
4
50
23
2
3
3
2
1
4
4
2
3
2
2
4
3
4
39
24
4
4
4
3
3
4
4
4
3
3
4
0
3
4
47
25
2
3
5
4
5
5
5
4
3
4
4
3
4
4
55
26
3
3
4
4
3
4
4
4
4
4
2
4
3
3
49
27
4
3
5
1
2
5
5
5
4
5
3
4
3
4
53
28
3
2
4
3
3
3
4
3
3
3
3
4
3
4
45
29
5
4
5
4
4
5
5
3
3
5
5
4
5
5
62
30
2
4
4
4
3
4
4
3
3
3
3
4
3
4
48
31
2
3
4
4
5
4
4
3
4
4
4
4
4
4
53
32
2
2
4
4
3
5
5
2
3
4
4
3
0
2
43
33
2
3
3
4
4
3
4
4
3
3
3
4
1
3
44
34
3
4
5
5
4
4
5
4
3
4
4
4
4
4
57
Jumlah 94
109
144
127
107
149
144
114
102
128
120
128
121
137
3.892
Kuadrat 302
381
622
507
389
665
622
402
332
510
448
522
479
567
15.436
varian 1.24
0.93 0.36
0.96 1.54
0.35 0.3564 0.58
0.76
0.83
0.72 1.18
1.42
0.44
Validitas 0.45
0.44 0.49
0.53 0.43
0.51
0.37
0.48
0.48 0.53
0.44
0.42
r kritik, n = 34 r th tt
= = = =
0.339 0.577 4.89 2.576
0.49 0.57
25.24
| 47
PENGARUH CITRA DAN KEPERCAYAAN MEREK PADA PEMBELIAN DENGAN KETERLIBATAN PRODUK SEBAGAI PEMODERASI DAN NIAT PEMBELIAN SERTA TAMBAHAN MEREK SEBAGAI PEMEDIASI (Studi Pada Produk Kue Kering Zaha Barokah Di Ponpes Zainul Hasan Genggong Pajarakan Probolinggo, Jawa Timur) Muhammad Syarif Hidayatullah Elmas
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Panca Marga Probolinggo Jl. Yos Sudarso 107, Dringu, Kabupaten Probolinggo (67271), Tilp (0335)422715 Abstraks: Penelitian ini bertujuan (1) Untuk mengetahui citra merek berpengaruh terhadap niat membeli konsumen. (2) Untuk mengetahui keterlibatan produk sebagai variabel moderator mempengaruhi citra merek terhadap membeli konsumen. (3) Untuk mengetahui citra merek berpengaruh terhadap kepercayaan merek. (4) Untuk mengetahui kepercayaan merek berpengaruh terhadap tambahan merek. (5) Untuk mengetahui tambahan merek berpengaruh terhadap pembelian sekarang. (6) Untuk mengetahui tambahan merek berpengaruh terhadap pembelian yang akan datang. (7) Untuk mengetahui niat membeli berpengaruh terhadap pembelian sekarang. (8) Untuk mengetahui pembelian sekarang berpengaruh terhadap pembelian yang akan datang. Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen Produk Kue Kering Zaha Barokah Di Ponpes Zainul Hasan Genggong Pajarakan Probolinggo, Jawa Timur. Responden penelitian ini seluruhnya berjumlah 350 orang konsumen produk kue kering Zaha Barokah. Besarnya ukuran sampel memiliki peranan penting dalam estimasi dan interpretasi hasil SEM. Ukuran sampel memberikan dasar untuk mengestimasi sampling error. Model estimasi menggunakan generalized least square (GLS) menetapkan jumlah minimum sampel yang diperlukan adalah 200-500. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah sebesar 350 konsumen, sehingga ukuran sampelnya telah sesuai dengan syarat minimum yang direkomendasikan dalam metode GLS. Hasil analisis H1 mengindikasi terdapat hubungan yang signifikan antara citra merek dan niat membeli dan setelah kehadiran keterlibatan produk sebagai pemoderasi mengindikasikan citra merek tidak dapat mempengaruhi niat membeli. H2 mengindikasi tidak terdapat hubungan yang signifikan. H3 mengindikasi terdapat hubungan yang signifikan antara citra merek dan kepercayaan merek dan setelah kehadiran keterlibatan produk sebagai pemoderasi mengindikasikan citra merek tidak dapat mempengaruhi kepercayaan merek. H4 mengindikasi terdapat hubungan yang signifikan antara kepercayaan merek dan tambahan merek dan hasil analisis setelah kehadiran keterlibatan produk sebagai pemoderasi mengindikasikan kepercayaan merek dapat mempengaruhi tambahan merek. H5 mengindikasikan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tambahan merek dan pembelian sekarang dan hasil analisis setelah kehadiran keterlibatan produk sebagai pemoderasi mengindikasikan tambahan merek tidak dapat mempengaruhi pembelian sekarang. H6 juga mengindikasi tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tambahan merek dan pembelian yang akan datang dan hasil analisis setelah kehadiran keterlibatan produk sebagai pemoderasi mengindikasikan hubungan tambahan merek tidak dapat mempengaruhi pembelian yang akan datang. H7 mengindikasi terdapat hubungan yang signifikan antara niat membeli dan pembelian sekarang dan setelah kehadiran keterlibatan produk sebagai pemoderasi mengindikasikan niat membeli dapat mempengaruhi pembelian sekarang. H8 mengindikasi terdapat hubungan yang signifikan antara pembelian sekarang dan pembelian yang akan datang dan hasil analisis setelah kehadiran keterlibatan produk sebagai pemoderasi mengindikasikan pembelian sekarang tidak dapat mempengaruhi pembelian yang akan datang.
[48]
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
| 49
Kata kunci : Citra Merek, Kepercayaan Merek, Tambahan Merek, Keterlibatan Produk, Niat Membeli, Pembelian Sekarang, Pembelian Yang Akan Datang.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebuah komunikasi yang dilakukan dalam pemasaran merupakan suatu penyampaian pesan yang digunakan sebagai salah satu cara untuk menginformasikan mengenai sebuah produk. Tujuannya agar sasaran konsumen yang menjadi target dapat memahami mengenai produk tersebut. Sehingga konsumen mulai melakukan suatu pengorganisasian pesan didalam otak sehingga diinterpretasikan menjadi sebuah pemaknaan persepsi. Karena persepsi konsumen mengenai sebuah produk itu sangat penting. Oleh karena itu, pemberian merek atau brand pada sebuah produk sangatlah penting karena dengan adanya merek, suatu produk dapat dikenal dan ketahui dengan mudah oleh konsumen. Tidak hanya oleh kosumen tapi juga oleh penjual atau agen distributor. Dalam merek itu terdapat citra terhadap merek itu sendiri. Menurut Keller (dalam Ferrinadewi, 2008:165) citra merek atau dalam bahasa Inggrisnya brand image adalah persepsi tentang merek yang merupakan refleksi memori konsumen akan asosiasinya pada merek tersebut. Persepsi yang dimunculkan oleh konsumen tidak hanya citra terhadap merek saja namun juga pada produsennya. Seperti apa produsennya atau perusahaannya dan bagaimana kepopuleran nama perusahaannya. Apabila kesan dari perusahaan tersebut adalah positif maka dalam artian perusahaan tersebut mempunyai kredibilitas yang tinggi sebagai perusahaan yang sudah terkenal. Zaha Barokah yang merupakan merek produk kue kering juga akan dipersepsikan oleh konsumen.
Zaha Barokah merupakan merek produk kue kering yang cukup dikenal dikalangan santri dan alumni Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong Pajarakan Probolinggo, produk ini juga dijalankan oleh seorang alumni Pondok Pesantren tersebut sehingga merek Kue Kering Zaha Barokah memiliki pangsa pasar yang cukup luas dibeberapa kota dijawa timur bagian timur, seperti: Probolinggo, Situbondo, Bondowoso, dan kota-kota lainnya terkait dengan alumni Pondok Pesantren tersebut dan santri Pondok Pesantren tersebut juga. Merek produk ini mengadopsi nama dari Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong itu sendiri menjadi Zaha Barokah. Produk ini juga bertujuan untuk bisa bertahan lama dipasaran dan menhasilkan pendapatan yang diharapkan oleh produsen baik dalam jangka waktu dekat maupun dalam jangka panjang. Menurut Aaker, 1991, 1996, Kapferer, 2004, dan Keller, 2003. Membangun merek yang kuat merupakan salah satu tujuan paling penting dari produk dan manajemen merek. Merek yang kuat menghasilkan aliran pendapatan yang lebih tinggi, baik jangka pendek dan jangka panjang. Oleh karena itu, tujuan yang dinyatakan oleh manajemen merek strategis adalah untuk membangun merek yang berlangsung selama puluhan tahun dan dapat memanfaatkan dalam kategori produk yang berbeda dan pasar (Aaker, 1996). Sebuah brand image yang baik harus dikomunikasikan untuk membantu menetapkan posisi merek, melindungi merek dari kompetisi, meningkatkan kinerja pasar merek, dan karena itu memainkan peran integral dalam membangun ekuitas merek jangka panjang (Aaker dan Keller, 1990; Keller, 1993; Park et al, 1991;. Feldwick, 1996; Park dan Srinivasan, 1994). Citra merek penting karena berkontribusi
50 |
JURNAL EcoBuss . Vol. 1, No 1 Maret 2013
pada konsumen memutuskan itu baik atau tidak dari merek itu sendiri (Dolich, 1969) dan hal itu mempengaruhi perilaku pembelian konsumen berikutnya (Johnson dan Puto, 1987; Fishbein, 1967). Penelitian ini juga terdapat tes untuk pengaruh variabel moderasi keterlibatan produk. Hubungan dimoderasi terjadi ketika hubungan ditemukan untuk menahan dari beberapa kategori sampel bukan yang lainnya (Bryman dan Cramer, 1999). Pencarian untuk hubungan moderasi adalah penting sebagai alat bantu peneliti untuk menhindari pendugaan bahwa suatu pengaturan yang berkaitan dengan temuan pada sampel keseluruhan, padahal sebenarnya hanya menggunakan sebagian dari sampel (Bryman dan Cramer, 1999; Baron dan Kenny, 1986). Dan juga terdapat variabel mediasi dimana hal ini terjadi ketika sebuah variabel independen mempengaruhi variabel dependen, yaitu : niat pembelian dan tambahan merek. Niat pembelian memoderasi citra merek dengan pembelian sekarang dan Tambahan merek, yaitu perjanjian, koneksi, dan identifikasi dengan merek sangat memprediksi seberapa sering merek dibeli di masa lalu dan akan dibeli di masa depan (McAlexander et al., 2003;. Thomson et al, 2005 dalam Franz-Rudolf Esch & Tobias Langner et al., 2006). Dalam memutuskan apa yang harus dibeli, konsumen menggunakan persepsi atribut produk, kinerja/manfaat, dan informasi kepribadian merek lebih tinggi dalam situasi keterlibatan produk dibandingkan dalam situasi produk keterlibatan rendah. Artinya, cara-cara di mana konsumen menerapkan pengaruh citra merek yang dirasakan oleh mereka untuk niat membeli mereka akan tergantung pada tingkat konsumen keterlibatan produk. Hubungan citra merek dan niat untuk membeli suatu produk terkait dengan produk kue kering Zaha Barokah juga dipengaruhi oleh kepercaan dan tambahan merek itu sendiri.
Dalam penelitian Franz-Rudolf Esch & Tobias Langner, et al., (2006). Menjelaskan bahwa terdapat aspek komunal dari suatu hubungan melibatkan perasaan seseorang tentang orang lainnya, mereka melampaui kepentingan pribadi. Kepercayaan merupakan hasil penting dari hubungan tersebut. Telah terbukti menjadi landasan dari hubungan erat tersebut, baik dalam psikologi dan pemasaran (DelgadoBallester, 2004; Garbarino dan Johnson, 1999; Morgan dan Hunt, 1994). Kepercayaan merek adalah pengaruh yang mendasar, mengacu pada perasaan yang merupakan hasil hubungan komunal dengan merek. Selain itu, mengenai hubungan antara konstruksi hubungan, peneliti berharap kepercayaan merek merupakan hasil dari perubahan hubungan komunal dan menganggap tambahan merek sebagai refleksi dari hubungan merek dari waktu ke waktu. Selain itu tambahan merek, yaitu perjanjian, koneksi, dan identifikasi dengan merek diprediksi sangat kuat bagaimana seberapa sering merek dibeli di masa lalu dan akan dibeli di masa depan (McAlexander et al., 2003;. Thomson et al, 2005). Peneliti juga memprediksi bahwa terdapat hubungan dari variabel pembelian sekarang dan pembelian yang akan datang (Franz-Rudolf Esch & Tobias Langner et al., 2006). Dan penelitian ini merupakan penggabungan dari beberapa variabel dari beberapa jurnal diatas. Berdasarkan pada alasan di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dan memodifikasi beberapa variabel dari jurnal diatas dengan judul “Pengaruh Citra Dan Kepercayaan Merek Pada Pembelian Dengan Keterlibatan Produk Sebagai Pemoderasi Dan Niat Pembelian Serta Tambahan Merek Sebagai Pemediasi (Studi Pada Produk Kue Kering Zaha Barokah Di Ponpes Zainul Hasan Genggong Pajarakan Probolinggo, Jawa Timur)”
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
Hubungan Pembelian.
Citra
Merek
dan
| 51
Niat
Citra merek merupakan bagian dari merek itu sendiri. Citra merek (brand image) menurut Kotler (2002:629) adalah seperangkat keyakinan, ide, dan kesan yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu obyek. Kotler dan Fox (dalam Sutisna dan Pawitra (2001: 83) mendefinisikan brand image sebagai sejumlah gambaran-gambaran, kesan-kesan dan keyakinan-keyakinan yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu obyek. Dan menurut Tjiptono (2005: 49), citra merek yaitu deskripsi tentang asosiasi dan keyakinan konsumen terhadap merek tertentu. Sedangkan menurut Rangkuti (2004: 244), citra merek adalah sekumpulan asosiasi merek yang terbentuk dan melekat di benak konsumen. Citra merek (brand image) dapat dianggap sebagai jenis asosiasi yang muncul di benak konsumen ketika mengingat sebush merek tertentu. Asosiasi tersebut secara sederhana dapat muncul dalam bentuk pemikiran atau citra tertentu yang dikaitkan kepada suatu merek, sama halnya ketika kita berpikir mengenai orang lain (Shimp, 2000: 12). Citra merek penting karena berkontribusi pada konsumen memutuskan itu baik atau tidak merek adalah satu untuk dirinya (Dolich, 1969) dan hal itu mempengaruhi perilaku pembelian konsumen berikutnya (Johnson dan Puto, 1987; Fishbein, 1967), kemudian merek ekuitas (Biel, 1992). Sebuah brand image baik dikomunikasikan harus membantu untuk menetapkan posisi merek, melindungi merek dari kompetisi, meningkatkan kinerja pasar merek, dan karena itu memainkan peran integral dalam membangun ekuitas merek jangka panjang (Aaker dan Keller, 1990; Keller, 1993; Park et al, 1991;. Feldwick, 1996; Park dan Srinivasan, 1994). H1 : Citra Merek berpengaruh terhadap Niat Membeli konsumen.
Keterlibatan Produk. Keterlibatan membangun berasal dari aspek psikologi manusia. Dipelopori oleh Sheriff dan Cantril (1947), keterlibatan digambarkan sebagai keadaan organisme ketika dihadapkan dengan stimulus pada ego-pusat, atau ketika stimulus apapun baik secara sadar atau tidak sadar berhubungan dengan ego. Dalam pemasaran, konsep ini tampaknya lebih kompleks, Cohen (1983, hal 325) menyatakan bahwa mungkin ada “1.000 ide-ide besar” pada konsep keterlibatan. Keterlibatan produk umumnya didefinisikan sebagai persepsi konsumen abadi tentang pentingnya kategori produk berdasarkan kebutuhan yang melekat pada konsumen, nilai, dan kepentingan (misalnya de Wulf et al., 2001;. Mittal, 1995; Zaichkowsky, 1985). Keterlibatan Produk telah banyak digunakan sebagai variabel penjelas dalam perilaku konsumen (Dholakia, 1998, 1997). Telah ditetapkan bahwa tingkat keterlibatan menentukan kedalaman, kompleksitas dan keluasan dari proses kognitif dan perilaku selama proses pilihan konsumen (misalnya Chakravarti dan Janiszewski, 2003; Kokkinaki, 1999; Kleiser dan Wagner, 1999; Laurent dan Kapferer, 1985; Houston dan Rothschild, 1978). Oleh karena itu, keterlibatan produk adalah kerangka pusat, penting untuk memahami pengambilan keputusan konsumen yang terkait dalam perilaku dan komunikasi (Chakravarti dan Janiszewski, 2003; Fill, 1999). Penelitian ini juga terdapat tes untuk pengaruh variabel moderasi keterlibatan produk. Hubungan dimoderasi terjadi ketika hubungan ditemukan untuk menahan dari beberapa kategori sampel bukan yang lainnya (Bryman dan Cramer, 1999). Pencarian untuk hubungan moderasi adalah penting sebagai alat bantu peneliti untuk menhindari pendugaan bahwa suatu pengaturan yang berkaitan dengan temuan pada sampel keseluruhan, padahal sebenarnya
52 |
JURNAL EcoBuss . Vol. 1, No 1 Maret 2013
hanya menggunakan sebagian dari sampel (Bryman dan Cramer, 1999; Baron dan Kenny, 1986). Dalam memutuskan apa yang harus dibeli, konsumen menggunakan persepsi atribut produk, kinerja/manfaat, dan informasi kepribadian merek lebih tinggi dalam situasi keterlibatan produk dibandingkan dalam situasi produk keterlibatan rendah. Artinya, cara-cara di mana konsumen menerapkan pengaruh citra merek yang dirasakan oleh mereka untuk niat membeli mereka akan tergantung pada tingkat konsumen keterlibatan produk : H2
: Keterlibatan Produk Memoderasi Pengaruh Citra Merek Terhadap Niat Pembelian
Hubungan Citra Kepercayaan Merek.
Merek
dan
Kepercayaan merupakan suatu hal yang penting bagi sebuah komitmen atau janji, dan komitmen hanya dapat direalisasikan jika suatu saat berarti. Keyakinan atau kepercayaan merupakan faktor penting yang dapat mengatasi krisis dan kesulitan antara rekan bisnis selain itu juga merupakan aset penting dalam mengembangkan hubungan hubungan yang panjang antar organisasi. Suatu organisasi harus mampu mengenali faktor-faktor yang dapat membentuk kepercayaan tersebut agar dapat menciptakan, mengatur, memelihara, menyokong dan mempertinggi tingkat hubungan dengan pelanggan (Zeithaml, et al., 1997; Zeithaml, 1998). Lau dan lee (1999) mendefinisikan kepercayaan sebagai kesediaan (willingness) seseorang untuk menggantungkan dirinya pada pihak lain dengan resiko tertentu. Kepercayaan terhada merek terbentuk dari pengalaman masa lalu dan interaksi sebelumnya (Garbarino dan Johnson, 1999). Anderson dan Narus dalam Aydin dan Ozer (2005) menekankan bahwa trust terjadi ketika suatu kelompok percaya bahwa tindakan kelompok yang lain akan
memberikan hasil yang positif baginya. Doney dan Cannon dalam Aydin dan Ozer (2005) menyatakan bahwa kepercayaan merupakan suatu proses menghitung (calculative process) antara biaya yang dikeluarkan dengan hasil yang diperoleh. Ada hubungan empiris yang pada harapan peneliti dari tiga perbedaan hubungan konstruksi antara - merek kepuasan, kepercayaan dan tambahan merek. Dalam penelitian sebelumnya berharap kesadaran merek dan citra merek menjadi anteseden untuk kepuasan merek dan kepercayaan merek. Artinya, baik kepercayaan dan kepuasan merek membutuhkan pengetahuan merek, kecuali konsumen memiliki representasi dari merek dalam memorinya termasuk kesadaran dan citra yang positif, konsumen tidak dapat puas dengan merek atau kepercayaan merek itu sendiri. H3 : Citra Merek berpengaruh terhadap Kepercayaan Merek.
Hubungan Kepercayaan Merek dan Tamba-han Merek Hipotesis tentang hubungan antara kepercayaan (trust) dan tambahan (attachment) (dalam Didier Louis and Cindy Lombart; Volume 19:2010:114–130) pada merek disarankan baik oleh Gouteron (2006, 2008) dan Lacoeuilhe dan Belaid (2007). Dalam usaha untuk membedakan kepercayaan dan tambahan, Lacoeuilhe dan Belaid (2007) melihat bahwa integritas dan kebajikan - dua dimensi kepercayaan - yang dekat dengan tambahan dan bahkan mungkin mempengaruhi variabel ini. Selain hubungan ini hipotesis antara kepercayaan dan tambahan sesuai dengan akhir rantai relasional dikemukakan oleh Aurier et al. (2001), yang mengasumsikan adanya hubungan positif antara variabel-variabel berikut, kualitas masing-masing dirasakan, nilai yang dirasakan, kepuasan, kepercayaan, dan lampiran. Sebagai hasilnya, saya menyarankan hipotesis berikut:
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
H4
: Kepercayaan Merek berpengaruh terhadap Tambahan Merek.
Hubungan Tambahan Merek, Pembelian Sekarang dan Pembelian Yang Akan Datang. Pemasar yang sukses dapat meningkatkan niat beli konsumen terhadap merek dan preferensi langsung atau tidak langsung. Pemasar dengan sumber kredibilitas yang kuat utama faktor-faktor (seperti keahlian, kepercayaan, dan tarik) secara signifikan dapat mempengaruhi niat pembelian konsumen (Ohanian,1991). Oleh karena itu, Pemasar tidak hanya menggunakan cara yang umum dan mudah untuk menjangkau konsumen, tetapi juga pengaturan dasar dan pemasaran efektif (Aaker, 1996). Di antara berbagai pemasar, dukungan atlet terkenal, bahkan relatif spesifik dan efektif (Kotler, 1997) (dalam Matthew Tingchi Liu, Yu-Ying Huang, dan Jiang Minghua: 2007). Selain itu, tambahan merek, yaitu perjanjian, koneksi, dan identifikasi dengan merek sangat memprediksi seberapa sering merek dibeli di masa lalu dan akan dibeli di masa depan (McAlexander et al., 2003;. Thomson et al, 2005). Sebagai hasilnya, saya menyarankan hipotesis berikut: H5. Tambahan Merek berpengaruh terhadap Pembelian Sekarang. H6. Tambahan Merek berpengaruh terhadap Pembelian Yang Akan Datang.
Hubungan Niat Membeli, Pebelian Sekarang, dan Pembelian Yang Akan Datang. Konsumen dalam mengambil keputusan untuk membeli suatu produk merupakan bagian dari perilaku konsumen itu sendiri. Perilaku konsumen adalah mempelajari dari proses yang melibatkan individu atau kelompok dalam memilih, membeli, menggunakan, dan pasca penggunaan produk, jasa, gagasan, atau
| 53
pengalaman untuk mencukupi kebutuhan dan keinginan (Solomon, 2002: 5). Dapat juga dikatakan bahwa perilaku konsumen merupakan studi tentang bagaimana pembuat keputusan (decision units), baik individu, kelompok, ataupun organisasi, membuat keputusankeputusan beli atau melakukan transaksi pembelian suatu produk dan mengkonsumsinya (Prasetijo dan Ihalauw, 2005: 9). Merujuk pada pendapat Hawkins, et al (dalam Suryani, 2008: 6) berarti perilaku konsumen merupakan studi tentang bagaimana individu, kelompok dan organisasi dan proses yang dilakukan untuk memilih, mengamankan, menggunakan dan menghentikan produk, jasa, pengalaman atau ide untuk memuaskan kebutuhannya dan dampaknya terhadap konsumen dan masyarakat. Dengan demikian studi perilaku konsumen itu mencakup bidang yang lebih luas, karena termasuk di dalamnya juga mempelajari dampak dan proses dan aktivitas yang dilakukan konsumen ke konsumen lain maupun masyarakat. Dengan demikian peneliti merumuskan hipotesis; H7. Niat Membeli berpengaruh terhadap Pembelian Sekarang. Kepuasan dan ketidakpuasan terhadap produk akan mempengaruhi perilaku komsumen selanjutnya. Jika konsumen tersebut puas, konsumen akan menunjukkan kemungkinan yang lebih tinggi untuk membeli kembali paroduk tersebut (Kotler, 2005). Dan Peneliti juga memprediksi pada hubungan terakhir dari variabel pembelian sekarang dan pembelian yang akan datang, dan berharap variabel pembelian sekarang mempengaruhi pembelian yang akan datang. H8 .
Pembelian Sekarang berpengaruh terhadap Pembelian Yang Akan Datang.
Kerangka Berfikir Dalam penelitian ini dimulai dengan diskusi tentang pengaruh variabel citra merek
JURNAL EcoBuss . Vol. 1, No 1 Maret 2013
54 |
dan kepercayaan merek terhadap variabel pembelian sekarang dan pembelian yang akan datang. Dan juga mencoba untuk menunjukkan bahwa keterlibatan produk berfungsi sebagai pemoderasi antara citra merek dan niat pembelian serta niat pembelian dan tambahan merek berfungsi sebagai pemediasi dari pembelian sekarang dan pembelian yang akan datang. Untuk meringkas hipotesis diatas agar lebih mudah dipahami akan disajikan pada gambar dibawah ini : Gambar 1 : Kerangka Berfikir KETERLIBATAN PRODUK (Product Involvement)
diadakan untuk menjelaskan hubungan antar variabel, variabel yang satu menyebabkan atau menetukan nilai variabel yang lain (Cooper Schindler, 2006: 154). Penelitian ini dilakukan terhadap pelanggan produk Kue Kering Zaha Barokah, menggunakan survei dalam pencarian data, dan data tersebut dapat digunakan sebagai alat untuk pengambilan data primer. Survei ini berupa kuesioner yang akan diberikan kepada konsumen yaitu santri, santriwati, dan alumni Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong Pajarakan Probolinggo, baik yang berada di Kabupaten Probolinggo, Lumajang, dan daerah sekitarnya.
H2 CITRA MEREK (Brand Image)
H1
NIAT PEMBELI (Purchase Intention)
H3
PEMBELIAN YANG AKAN DATANG (Future Purchase)
Data dan Sumber Data
H7
PEMBELIAN SEKARANG (Current Purchase)
H5
H4
TAMBAHAN MEREK (Brend Attachment)
H8
H6
Data dan sumber data dalam penelitian ini menggunakan data primer (kuisioner), sedangkan data sekundernya adalah internet, penelusuran dokumen, dan publikasi informasi.
KEPERCAYAAN MEREK (Brand Trust)
Populasi, Sampel, dan Teknik Pengumpulan Sampel
METODE PENELITIAN Desain Penelitian Ditinjau dari tujuannya, penelitian ini dikategorikan kedalam penelitian pengujian hipotesis. Desain penelitian ini menggunakan desain descriptive dan explanatory research. Menurut Jogiyanto (2004), descriptive research merupakan riset yang bertujuan untuk menggambarkan suatu peristiwa, siapa yang terlibat, apa yang dilakukan, kapan dilakukan, dimana dan bagaimana melakukannya. Sedangkan explanatory research merupakan riset yang mencoba untuk menjelaskan fenomena yang ada. Dilihat dari hubungan antar variabel, penelitian ini merupakan penelitian kausal atau sebab akibat, yaitu penelitian yang
Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen produk Kue Kering Zaha Barokah yang pernah membeli produk ini minimal 3 kali di Pondok Pesantren Zainul Hasan Probolinggo dan sekitarnya. Dan responden penelitian ini seluruhnya berjumlah 350 orang konsumen produk kue kering Zaha Barokah Di Ponpes Zainul Hasan Genggong Pajarakan Probolinggo, Jawa Timur. Besarnya ukuran sampel memiliki peranan penting dalam estimasi dan interpretasi hasil SEM. Ukuran sampel memberikan dasar untuk mengestimasi sampling error. Model estimasi menggunakan generalized least square (GLS) menetapkan jumlah minimum sampel yang diperlukan adalah 200-500. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode non probability sampling
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
yaitu tidak semua elemen populasi mempunyai kesempatan untuk dipilih menjadi sampel dan pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling.
Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner yang disebarkan kepada para responden yang telah dipilih. Instrument penelitian ini menggunakan kuesioner dengan pengukuran skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah itimized rating scale dengan rentang skala 4 untuk jawaban “Setuju (S)”, skala 3 untuk jawaban “Cukup Setuju (CS)”, skala 2 untuk jawaban “Kurang Setuju (KS)”, dan skala 1 untuk jawaban “Tidak Setuju (TS)”. Pengolahan datanya menggunakan metode SEM dengan software LISREL atau AMOS.
Model Analisis Data Uji Validitas Konstruk (CFA) Uji validitas bertujuan untuk mengetahui ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Sekaran, 2006). Dalam penelitian ini akan digunakan uji validitas dengan Confirmatory Factor Analysis (CFA) dengan bantuan software SPSS for windows versi 15, dimana setiap item pertanyaan harus mempunyai factor loading > 0,50. Uji validitas menggunakan uji confirmatory factor analysis (CFA). Menurut Ghozali (2006:49), CFA harus dilakukan pada analisis model yang menggunakan SEM, dimana setiap item pertanyaan harus mempunyai factor loading diatas 0,5. Dalam Ferdinand (2006: 352) dijelaskan bahwa analisis konfirmatori dalam SEM digunakan
| 55
untuk mengukur faktor-faktor yang paling dominan dalam satu kelompok variabel. Teknik yang digunakan adalah dengan melihat output dari rotated component matrix yang harus diekstrak secara sempurna. Peneliti melakukan penyebaran untuk pre-test kepada 40 responden.
Uji Reliabilitas Reliabilitas merupakan prosedur pengujian statistik yang dianggap relevan untuk mengukur sejauh mana kehandalan atau konsistensi internal dari suatu instrumen penelitian. Untuk menguji reliabilitas digunakan Cronbach Alpha dengan bantuan SPSS for windows 15. Sekaran (2006) mengatakan bahwa nilai Cronbach Alpha dapat dikatakan reliabel apabila nilainya > 0,60. Selanjutnya, tingkatan reliabilitas dibagi menjadi tiga kriteria sebagai berikut : jika alpha atau r hitung (1) 0,8-1,0 = Reliabillitas baik, (2) 0,60-0,79 = Reliabilitas diterima, (3) Kurang dari 0,60 = Reliabilitas kurang baik. Dengan demikian, prosedur pengujian ini dapat memberikan jaminan bahwa datanya memenuhi kriteria kelayakan untuk dianalisis dengan menggunakan metode-metode statistik yang lain.
Pengujian Hipotesis Analisis hasil pengolahan data pada tahap full model SEM dilakukan dengan melakukan uji kesesuaian dan uji statistik. Suatu model dasar persamaan merupakan model yang baik jika hasil uji persamaan struktural untuk model tingkat individu menunjukkan bahwa dilihat dari ukuran-ukuran nilai (cut off), seperti terlihat dalam tabel indeks pengujian kelayakan Structural Equation Modelling (SEM) menurut Ferdinand (2006:320) :
56 |
JURNAL EcoBuss . Vol. 1, No 1 Maret 2013
Tabel 1 : Indeks Pengujian Kelayakan Structural Equation Modelling (SEM) Cut off Value > α 0,05 0,05
Goodness of Fit Indeks X2, chi square Significant Probability RMSEA ( Root mean square error of approximation)
0,08
GFI (The goodness of fit index)
0,90
AGFI (adjusted goodness of fit index)
0,90
CMIN/DF TLI
2,00 0,95
CFI (Comparative fit index)
0,95
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Analisis Statistik Deskriptif Ada lima variabel demografi yang digunakan untuk menjelaskan profil responden, yaitu jenis kelamin (gender), umur, pendidikan, dan pekerjaan. Hasil analisis statistik deskriptif dijelaskan pada tabel dibawah ini : Tabel 2 : Statistik Deskriptif
Jenis Kelamin Umur
Freku % ensi 86 24,6% 264 75,4 14 tahun sampai 28 tahun
Pendidikan Terakhir
162 125 16 47
46,3% 35,7% 4,6% 13,4%
Pekerjaan
21 60 122 147
6,0% 17,1% 34,9% 42,0%
Ukuran 1 = Pria 2 = Wanita Dalam Tahun 1 = SLTP 2 = SLTA 3 = D2/D3 4 = S1 1 = PNS 2 = P. Swasta 3 = Wiraswasta 4 = Mahasiswa/ Pelajar
Sumber: data primer diolah, 2012
Berdasarkan perhitungan statistik deskriptif pada Tabel 2, dapat dijelaskan bahwa jumlah responden wanita berada pada proporsi yang lebih besar dengan jumlah 264 atau sebesar 75,4%. Sedangkan jumlah responden pria sebesar 24,6% atau 86 responden. Dengan demikian, pihak produsen Kue Kering Zaha
Barokah Di Ponpes Zainul Hasan Genggong Pajarakan Probolinggo, Jawa Timur disarankan untuk mencermati perilaku konsumen/pelanggan yang dikarenakan perbedaan gender. Hal tersebut dikarenakan kecenderungan wanita memiliki kebiasaan untuk mengemil makanan ringan dibandingkan pria. Tabel 2 mengindikasi bahwa usia rata- rata responden dalam penelitian ini adalah 14 tahun sampai 28 tahun. Berdasarkan tabel tersebut, juga dapat diindikasi bahwa usia responden terendah adalah 12 tahun, sedangkan usai responden tertinggi adalah 58 tahun. Hal ini memberikan pemahaman bagi produsen untuk mencermati perilaku pelanggan berdasarkan perbedaan usia. Berdasarkan hasil analisis statistik deskripstif yang diperoleh, dapat diketahui diketahui bahwa tingkat pendidikan responden yang mendominasi dalam penelitian ini adalah pelajar SLTP sebanyak 162 orang atau sebesar 46,3% dan SLTA sebanyak 125 orang atau sebesar 35,7% diikuti oleh D2/D3 dan S1 masing-masing sebesar 4,6% dan 13,4%. Hal ini mensyaratkan pihak produsen untuk dapat mencermati efek dari perbedaan tingkat pendidikan terhadap perilaku konsumen/pelanggan, karena konsumen terbanyak adalah pelajar/mahasiswa. Tabel 2 juga menunjukkan bahwa responden yang bekerja sebagai pelajar/mahasiswa/i adalah yang mendominasi penelitian ini dengan jumlah 147 orang atau sebesar 42,0%. Dengan demikian, pihak produsen disarankan untuk mencermati keragaman pekerjaan responden terhadap perilaku konsumen/pelanggan.
Pengujian Kualitas Instrumen Penelitian Tahap Pra-Analisis Uji Validitas Konstruk (CFA)
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
Uji validitas bertujuan untuk mengetahui ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Sekaran, 2006). Dalam penelitian ini akan digunakan uji validitas dengan Confirmatory Factor Analysis (CFA) dengan bantuan software SPSS for windows versi 15, dimana setiap item pertanyaan harus mempunyai factor loading > 0,50.
tm4
Teknik yang digunakan adalah dengan melihat output dari rotated component matrix yang harus diekstrak secara sempurna. Peneliti melakukan penyebaran untuk pre-test kepada 40 responden, adapun hasilnya adalah sebagai berikut:
pa6
| 57
.696
ps1
.831
ps2
.852
ps3
.869
ps4
.732
pa1
.769
pa2
.792
pa3
.717
pa4
.560
pa5
.668 .555
Sumber : data primer yang diolah, 2012
Berdasarkan hasil uji validitas pada tabel 3, hasil validitas tersebut dinyatakan valid karena setiap item pertanyaan yang menjadi indikator masing-masing variabel telah terekstrak secara sempurna dan memiliki factor loading ≥ 0,50.
Tabel 3 : Hasil Uji Validitas Konstruk Item
Component 1
2
3
4
5
6
7
c1 c2
.653
c3
.837
c4
.875
kp1
.725
kp2
.625
kp3
.672
kp4
.784
kp5
.852
kp6
.650
pi1
.798
pi2
.789
pi3
.815
pi4
.742
km1
.933
km2
.515
km3
.928
km4
.615
km5
.521
km6
.824
km7
.663
km8
.848
km9
.836
Uji Reliabilitas Reliabilitas merupakan prosedur pengujian statistik yang dianggap relevan untuk mengukur sejauh mana kehandalan atau konsistensi internal dari suatu instrumen penelitian. Untuk menguji reliabilitas digunakan Cronbach Alpha dengan bantuan SPSS for windows 15. Sekaran (2006) mengatakan bahwa nilai Cronbach Alpha dapat dikatakan reliabel apabila nilainya > 0,60. Selanjutnya, tingkatan reliabilitas dibagi menjadi tiga kriteria sebagai berikut : jika alpha atau r hitung (1) 0,8-1,0 = Reliabillitas baik, (2) 0,60-0,79 = Reliabilitas diterima, (3) Kurang dari 0,60 = Reliabilitas kurang baik. Dengan demikian, prosedur pengujian ini dapat memberikan jaminan bahwa datanya memenuhi kriteria kelayakan untuk dianalisis dengan menggunakan metode-metode statistik yang lain. Berikut ini adalah hasil uji reliabilitas:
tm1 tm2
.748
tm3
.652
58 |
JURNAL EcoBuss . Vol. 1, No 1 Maret 2013
variabel menggunakan komputer Amos 18.
Tabel 4 : Hasil Uji Reliabilitas Variabel Citra Merek (CM)
Cronbach’s Alpha 0,754
Keterangan
bantuan
program
Citra Merek
Reliabel
Keterlibatan Produk (KP) Niat Membeli (PI)
0,829
Reliabel
0,860
Reliabel
Kepercayaan Merek (KM) Tambahan Merek (TM)
0,904
Reliabel
0,649
Reliabel
Pembelian Sekarang 0,882 Reliabel (PS) Pembelian Yang Akan 0,813 Reliabel Datang (PAD) Sumber : data primer yang diolah, 2012
Berdasarkan hasil uji reliabilitas seperti yang terlihat pada tabel 4, dapat disimpulkan bahwa indikator/instrumen dari ketujuh variabel laten yang diteliti dalam penelitian ini dinyatakan reliabel semua. Pengujian Instrumen Penelitian Uji Validitas Uji validitas dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu convergent validity dan discriminant validity. Penelitian ini lebih cocok menggunakan convergent validity atau validitas konvergen. Validitas konvergen dinilai dari measurement model yang dikembangkan dengan menentukan apakah setiap indikator yang diestimasikan secara valid mengukur dimensi dari konsep yang diujinya. Indikator dimensi menunjukkan validitas konvergen yang signifikan apabila koefisien variabel indikator itu lebih besar dari dua kali standar errornya (Anderson & Gerbing, 1988 dalam Ferdinand, 2005: 187). Bila setiap indikator memiliki critical ratio (C.R.) yang lebih besar dari dua kali standar errornya, hal ini menunjukkan bahwa indikator itu secara valid mengukur apa yang seharusnya diukur dalam model yang disajikan. Berikut ini adalah hasil pengujian validitas konvergen untuk masing-masing
Uji validitas konvergen untuk variabel citra merek diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 5 : Hasil Uji Validitas Variabel Citra Merek Estimat S.E. C.R. e c4 <--1.000 c3 <--Citra .852 .160 5.322 c2 <--Merek .806 .149 5.418 c1 <---.264 .153 -1.724 Sumber: data primer diolah, 2012 Catatan: *** adalah menunjukkan angka 0,000 Konstruk
P *** *** .085
Tabel 5 menunjukkan bahwa semua indikator tentang citra merek menghasilkan nilai estimasi dengan C.R. lebih besar dari dua kali standar errornya, kecuali indikator c1 yang memiliki nilai lebih kecil. Maka dapat disimpulkan bahwa indikator variabel citra merek yang digunakan adalah valid semua kecuali item c1 yang tidak valid dan harus direduksi (tidak layak digunakan dalam penelitian ini). Keterlibatan Produk Uji validitas konvergen untuk variabel keterlibatan produk diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 6 : Hasil Uji Validitas Variabel Keterlibatan Produk Estimat S.E. C.R. P e <--1.000 <--.051 .105 .482 .630 <--- Keterlibatan .703 .107 6.589 *** <--Produk .670 .104 6.446 *** <--.679 .105 6.486 *** <---.022 .109 -.206 .837 Sumber: data primer diolah, 2012 Catatan: *** adalah menunjukkan angka 0,000 Konstruk
kp1 kp2 kp3 kp4 kp5 kp6
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
Tabel 6 menunjukkan bahwa semua indikator tentangketerlibatan produk menghasilkan nilai estimasi dengan C.R. lebih besar dari dua kali standar errornya, kecuali indikator kp2 dan kp6 yang memiliki nilai lebih kecil. Maka dapat disimpulkan bahwa indikator variabel keterlibatan produk yang digunakan adalah valid semua kecuali item kp2 dan kp6 yang tidak valid dan harus direduksi (tidak layak digunakan dalam penelitian ini). Niat Membeli Uji validitas konvergen untuk variabel niat membeli diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 7 : Hasil Pengujian Validitas Variabel Niat Membeli Estimat S.E. C.R. e pi1 <--1.000 pi2 <--Niat .683 .128 5.334 pi3 <--Membeli .740 .143 5.190 pi4 -.024 .100 -.242 Sumber: data primer diolah, 2012 Catatan: *** adalah menunjukkan angka 0,000 Konstruk
P *** *** .809
Tabel 7 menunjukkan bahwa semua indikator tentang niat membeli menghasilkan nilai estimasi dengan C.R. yang lebih besar dari dua kali standar errornya, kecuali indikator p4 yang memiliki nilai lebih kecil. Maka dapat disimpulkan bahwa indikator variabel niat membeli yang digunakan adalah valid, kecuali item p4 yang tidak valid dan harus direduksi (tidak layak digunakan dalam penelitian ini). Kepercayaan Merek Uji validitas konvergen untuk variabel kepercayaan merek diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 8 : Hasil Pengujian Validitas Variabel Kepercayaan Merek Konstruk km9 km8 km7
<--<--<---
Kepercaya an Merek
Estimate S.E. 1.000 .744 .177
.184 .097 .094
C.R.
P
7.374 7.655 1.886
*** *** .059
Konstruk km6 km5 km4 km3 km2 km1
Estimate S.E.
C.R.
| 59
P
<--.656 .099 6.642 *** <--.647 .102 6.314 *** <--.149 .087 1.709 .087 <--.894 .103 8.721 *** <--.108 .094 1.148 .251 <--.793 .094 8.423 *** Sumber: data primer diolah, 2012 Catatan: *** adalah menunjukkan angka 0,000
Tabel 8 menunjukkan bahwa semua indikator tentang kepercayaan merek menghasilkan nilai estimasi dengan C.R. lebih besar dari dua kali standar errornya, kecuali indikator km7, km4, dan km2 yang memiliki nilai lebih kecil. Maka dapat disimpulkan bahwa indikator variabel kepercayaan merek yang digunakan adalah valid semua kecuali item km7, km4, dan km2 yang tidak valid dan harus direduksi (tidak layak digunakan dalam penelitian ini). Tambahan Merek Uji validitas konvergen untuk variabel tambahan merek diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 9 : Hasil Pengujian Validitas Variabel Tambahan Merek tm4 tm3 tm2 tm1
Estimat Konstruk e S.E. C.R. <--1.000 <--- Tambahan 1.015 .198 5.125 <--Merek 1.865 .365 5.111 <--.852 .174 4.903 Sumber: data primer diolah, 2012 Catatan: *** adalah menunjukkan angka 0,000
P *** *** ***
Tabel 9 menunjukkan bahwa semua indikator tentang tambahan merek menghasilkan nilai estimasi dengan C.R. yang lebih besar dari dua kali standar errornya. Maka dapat disimpulkan bahwa semua indikator variabel tambahan merek yang digunakan adalah valid dan layak digunakan dalam penelitian ini. Pembelian Sekarang Uji validitas konvergen untuk variabel pembelian sekarang diperoleh hasil sebagai berikut :
60 |
JURNAL EcoBuss . Vol. 1, No 1 Maret 2013
Tabel 10 : Hasil Pengujian Validitas Variabel Pembelian Sekarang Estimat S.E. C.R. P e <--1.000 Pembelia <--.585 .093 6.260 *** n <--.635 .092 6.931 *** Sekarang <--.014 .073 .194 .846 Sumber: data primer diolah, 2012 Catatan: *** adalah menunjukkan angka 0,000
Konstruk ps1 ps2 ps3 ps4
Tabel 10 menunjukkan bahwa semua indikator tentang pembelian sekarang menghasilkan nilai estimasi dengan C.R. yang lebih besar dari dua kali standar errornya, kecuali indikator ps4 yang memiliki nilai lebih kecil. Maka dapat disimpulkan bahwa semua indikator variabel pembelian sekarang yang digunakan adalah valid kecuali item ps4 yang tidak valid dan harus direduksi (tidak layak digunakan dalam penelitian ini).
Pembelian yang akan Datang Uji validitas konvergen untuk variabel pembelian yang akan datang diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 11 : Hasil Pengujian Validitas Variabel Pembelian yang Akan Datang Estima Konstruk S.E. C.R. te pad1 <--1.000 pad2 <--- Pembelian .792 .122 6.497 pad3 <--Yang .913 .139 6.550 pad4 <--Akan .807 .129 6.271 pad5 <--Datang .787 .124 6.335 pad6 <--.084 .130 .643 Sumber: data primer diolah, 2012 Catatan: *** adalah menunjukkan angka 0,000
dapat disimpulkan bahwa indikator variabel pembelian yang akan datang valid semua kecuali pad6 yang tidak valid dan harus direduksi (tidak layak digunakan dalam penelitian ini). Reliabilitas Konstruk Reliabilitas konstruk dinilai dengan menghitung indeks reliabilitas instrumen yang digunakan (composite reliability) dari model SEM yang dianalisis. Nilai batas yang digunakan untuk menilai sebuah tingkat reliabilitas yang dapat diterima adalah 0.70 walaupun angka itu bukanlah sebuah ukuran yang “mati”. Artinya bila penelitian yang dilakukan bersifat eksploratori, maka nilai dibawah 0.70 pun masih dapat diterima sepanjang disertai dengan alasan-alasan empirik yang terlihat dalam proses eksplorasi. Nunally dan Bernstein, (1994) dalam Ferdinand, (2005: 193) memberikan pedoman yang baik untuk menginterpretasikan indeks reliabilitas. Mereka menyatakan bahwa dalam penelitian eksploratori, reliabilitas yang sedang antara 0.5 – 0.6 sudah cukup untuk menjustifikasi sebuah hasil penelitian. Adapun rumus reliabilitas konstruk adalah sebagai berikut: 2
Reliabilitas
P *** *** *** *** .520
Tabel 11 menunjukkan bahwa semua indikator tentang pembelian yang akan datang terdapat satu item tidak valid karena memiliki nilai estimasi lebih kecil dari dua kali standar errornya. Maka
Std . Loading = Std . Loading 2
j
Berikut ini adalah hasil pengujian reliabilitas konstruk pada masing-masing variabel dengan menggunakan bantuan program komputer Amos 18: Variable
Min
Max
skew
c.r.
Kurtosis
c.r.
pa6
1.000
4.000
-.754
-5.760
.131
.500
pa5
2.000
4.000
-.382
-2.916
-.915
-3.495
pa4
2.000
4.000
-.289
-2.211
-.914
-3.490
pa3
1.000
4.000
-.599
-4.575
-.131
-.499
pa2
2.000
4.000
-.014
-.110
-.760
-2.903
pa1
2.000
4.000
-.388
-2.963
-.956
-3.651
ps4
2.000
4.000
-.661
-5.052
-.721
-2.752
ps3
2.000
4.000
-.393
-3.001
-1.667
-6.368
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
Variable
Min
Max
skew
c.r.
Kurtosis
c.r.
ps2
2.000
4.000
-.149
-1.142
-1.240
-4.736
ps1
2.000
4.000
-.466
-3.560
-1.600
-6.112
tm1
2.000
4.000
.036
.278
-1.828
-6.980
tm2
2.000
4.000
.040
.306
-1.544
-5.894
tm3
2.000
4.000
-.278
-2.124
-1.480
-5.653
tm4
2.000
4.000
-.282
-2.153
-1.065
-4.066
km1
2.000
4.000
-.494
-3.773
-1.423
-5.433
km2
1.000
4.000
-.206
-1.570
.604
2.305
km3
2.000
4.000
-.374
-2.853
-1.143
-4.364
km4
2.000
4.000
-.071
-.544
-1.678
-6.408
km5
2.000
4.000
-.396
-3.028
-1.518
-5.796
km6
2.000
4.000
-.084
-.638
-.806
-3.078
km7
2.000
4.000
-.550
-4.202
-1.047
-3.997
km8
2.000
4.000
-.161
-1.231
-1.422
-5.430
km9
2.000
4.000
-.541
-4.133
-1.520
-5.803
pi4
2.000
4.000
-.049
-.375
-1.436
-5.482
pi3
2.000
4.000
-.255
-1.946
-1.617
-6.176
pi2
2.000
4.000
-.040
-.304
-1.239
-4.731
pi1
3.000
4.000
-.253
-1.936
-1.936
-7.392
kp6
1.000
4.000
-.618
-4.718
-.107
-.407
kp5
2.000
4.000
-.598
-4.564
-1.072
-4.094
kp4
2.000
4.000
-.442
-3.373
-1.624
-6.203
kp3
2.000
4.000
-.456
-3.479
-1.340
-5.117
kp2
1.000
4.000
-.240
-1.830
-.107
-.410
kp1
3.000
4.000
-.396
-3.025
-1.843
-7.038
c1
1.000
4.000
-1.484
-11.331
2.625
10.025
c2
2.000
4.000
-.227
-1.737
-1.777
-6.784
c3
2.000
4.000
-.482
-3.678
-1.436
-5.484
c4
3.000
4.000
-.507
-3.872
-1.743
-6.656
27.684
4.820
Multi variate
Tabel 12 : Hasil Pengujian Reliabilitas Konstruk Variabel
Σ of λ
Σ of ε
Alpha
Kesimpulan
1.
CM
2.
KP
1.769
1.95
0,62
Reliabel
2.365
2.549
0,69
3.
Reliabel
PI
1.759
1.93
0,62
Reliabel
4.
KM
3.556
3.84
0,77
Reliabel
5.
TM
2.216
2.66
0,65
Reliabel
6.
PS
2.054
1.48
0,74
Reliabel
7.
PAD
2.832
3.38
0,70
Reliabel
No
Sumber: data primer diolah, 2012
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa besar construct reliability lebih besar dari batas yang digunakan untuk menilai sebuah tingkat reliabilitas sedang yaitu 0.5 – 0.6 sehingga itemitem pertanyaan yang ada dianggap reliabel atau
| 61
handal untuk mengukur variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian ini. Dengan demikian seluruh uji instrumen yang terdiri dari validitas dan reliabilitas telah memenuhi persyaratan untuk dipakai dalam pengambilan keputusan penelitian. Pengujian Asumsi-Asumsi SEM Evaluasi terpenuhinya asumsi-asumsi SEM dilakukan pada saat operasi Amos berjalan. Berikut ini evaluasi asumsi-asumsi pada SEM: Asumsi Kecukupan Sampel Responden penelitian ini seluruhnya berjumlah 350 orang konsumen produk kue kering Zaha Barokah Di Ponpes Zainul Hasan Genggong Pajarakan Probolinggo, Jawa Timur. Besarnya ukuran sampel memiliki peranan penting dalam estimasi dan interpretasi hasil SEM. Ukuran sampel memberikan dasar untuk mengestimasi sampling error. Model estimasi menggunakan generalized least square (GLS) menetapkan jumlah minimum sampel yang diperlukan adalah 200-500. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah sebesar 350 konsumen, sehingga ukuran sampelnya telah sesuai dengan syarat minimum yang direkomendasikan dalam metode GLS. Evaluasi atas dipenuhinya asumsi normalitas dalam data SEM bila diestimasikan dengan menggunakan maximum likelihood estimation technique, mensyaratkan dipenuhinya asumsi normalitas. Uji-uji statistik dapat digunakan untuk uji normalitas data dalam analisis penelitian. Uji yang paling mudah dengan mengamati skewness value dan kurtosis value data yang digunakan, yang biasanya disajikan dalam statistik deskriptif dari hampir semua program statistik. Dengan menggunakan tingkat kepercayaan 0,01 (1%) apabila nilai yang dihitung lebih besar dari + 2,58 berarti dapat menolak asumsi mengenai normalitas dari
62 |
JURNAL EcoBuss . Vol. 1, No 1 Maret 2013
distribusi, adapun* dengan tingkat kepercayaan 0,05 asumsi normal ditolak apabila nilai yang dihitung lebih besar dari + 1,96. Tabel 13 : Hasil Uji Normalitas Variable
Min
Max
skew
c.r.
Kurtosis
c.r.
pa6
1.000
4.000
-.754
-5.760
.131
.500
pa5
2.000
4.000
-.382
-2.916
-.915
-3.495
pa4
2.000
4.000
-.289
-2.211
-.914
-3.490
pa3
1.000
4.000
-.599
-4.575
-.131
-.499
pa2
2.000
4.000
-.014
-.110
-.760
-2.903
pa1
2.000
4.000
-.388
-2.963
-.956
-3.651
ps4
2.000
4.000
-.661
-5.052
-.721
-2.752
ps3
2.000
4.000
-.393
-3.001
-1.667
-6.368
ps2
2.000
4.000
-.149
-1.142
-1.240
-4.736
ps1
2.000
4.000
-.466
-3.560
-1.600
-6.112
tm1
2.000
4.000
.036
.278
-1.828
-6.980
tm2
2.000
4.000
.040
.306
-1.544
-5.894
tm3
2.000
4.000
-.278
-2.124
-1.480
-5.653
tm4
2.000
4.000
-.282
-2.153
-1.065
-4.066
km1
2.000
4.000
-.494
-3.773
-1.423
-5.433
km2
1.000
4.000
-.206
-1.570
.604
2.305
km3
2.000
4.000
-.374
-2.853
-1.143
-4.364
km4
2.000
4.000
-.071
-.544
-1.678
-6.408
km5
2.000
4.000
-.396
-3.028
-1.518
-5.796
km6
2.000
4.000
-.084
-.638
-.806
-3.078
km7
2.000
4.000
-.550
-4.202
-1.047
-3.997
km8
2.000
4.000
-.161
-1.231
-1.422
-5.430
km9
2.000
4.000
-.541
-4.133
-1.520
-5.803
pi4
2.000
4.000
-.049
-.375
-1.436
-5.482
pi3
2.000
4.000
-.255
-1.946
-1.617
-6.176
pi2
2.000
4.000
-.040
-.304
-1.239
-4.731
pi1
3.000
4.000
-.253
-1.936
-1.936
-7.392
kp6
1.000
4.000
-.618
-4.718
-.107
-.407
kp5
2.000
4.000
-.598
-4.564
-1.072
-4.094
kp4
2.000
4.000
-.442
-3.373
-1.624
-6.203
kp3
2.000
4.000
-.456
-3.479
-1.340
-5.117
kp2
1.000
4.000
-.240
-1.830
-.107
-.410
kp1
3.000
4.000
-.396
-3.025
-1.843
-7.038
c1
1.000
4.000
-1.484
-11.331
2.625
10.025
c2
2.000
4.000
-.227
-1.737
-1.777
-6.784
c3
2.000
4.000
-.482
-3.678
-1.436
-5.484
c4
3.000
4.000
-.507
-3.872
-1.743
-6.656
27.684
4.820
Multi variate
Sumber: data primer diolah, 2012
Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel 13 diperoleh hasil bahwa secara univariate terdapat beberapa item yang
mengindikasikan tidak terdistribusi normal karena memiliki nilai C.R > ± 2,58. Pengujian normalitas secara multivariate sebesar 4,820 > 2,58 yang menandakan bahwa data dalam penelitian ini tidak terdistribusi normal secara multivariate. Dikarenakan data tidak terdistribusikan normal, maka pengujian outlier sangat perlu dilakukan. Adapun hasil pengujian outlier akan dibahas selanjutnya.
Evaluasi outliers Outliers adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim baik untuk sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi (Hair et al, 1995). Perlakuan terhadap outliers tergantung pada bagaimana outliers itu muncul. Analisis outliers dapat dievaluasi dengan dua cara, yaitu analisis terhadap univariate outliers dan analisis terhadap multivariate outliers. Analisis outliers dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan evaluasi multivariate outliers karena walaupun data yang dianalisis menunjukkan tidak ada outliers pada tingkat univariate, tetapi observasi-observasi itu dapat menjadi outliers bila sudah saling dikombinasikan. Uji outliers multivariate dilakukan dengan menggunakan kriteria jarak Mahalanobis pada tingkat p<0,001. Jarak Mahalanobis itu dievaluasi dengan menggunakan χ2 pada derajat bebas sebesar jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan 3 variabel, oleh karena itu semua kasus yang mempunyai mahalanobis distance yang lebih besar dari χ2 (245, 0,001) = 319,138 adalah outlier multivariate. Hasil perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan bantuan program komputer Amos 18 diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 14 : Hasil Pengujian Outlier
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
Observation Mahalanobis number d-squared 78 75.051 167 72.230 117 66.185 76 66.118 90 61.679 96 58.933 95 57.109 151 56.374 237 55.787 102 55.690 67 55.281 79 54.919 124 54.291 111 54.081 261 54.070 254 53.003 248 52.997 158 52.958 287 52.770 132 52.492 245 52.411 293 52.356 262 52.163 118 51.646 . . Sumber: data primer diolah, 2012
p1
p2
.000 .000 .002 .002 .007 .012 .018 .022 .024 .025 .027 .029 .033 .035 .035 .043 .043 .043 .045 .047 .048 .048 .050 .055 .
.073 .012 .045 .009 .086 .269 .467 .483 .483 .374 .351 .326 .377 .327 .236 .428 .332 .256 .226 .221 .174 .131 .118 .168 .
Berdasarkan tabel 14 dapat diketahui terdapat indikasi 23 nilai observasi yang mengalami outlier karena memiliki nilai probabilitas < 0,05. Adapun syarat ketentuan dinyatakan nomor observasi mengalami outlier adalah apabila nomor observasi tersebut memiliki nilai probabilitas baik p1 dan p2 < 0,05. Sedangkan apabila nomor observasi hanya memiliki salah satu saja dari probabilitasnya < 0,05 (probabilitas satunya tidak < 0,05) maka indikasi outlier masih dapat diterima. Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 14 diketahui semua nomor observasi tidak ada yang mengalami masalah outlier (tidak memiliki nilai probabilitas p1 dan p2 dibawah 0,05). Sehingga dapat dikatakan dalam penelitian ini tidak ada observasi yang mengalami masalah outlier.
Menilai model fit adalah sesuatu yang kompleks dan memerlukan perhatian yang besar. Suatu indeks yang menunjukkan bahwa model adalah fit tidak memberikan jaminan bahwa model memang benar-benar fit. Sebaliknya, suatu indeks fit yang menyimpulkan bahwa model adalah sangat buruk, tidak memberikan jaminan bahwa model tersebut benar-benar tidak fit. Dalam SEM, peneliti tidak boleh hanya tergantung pada satu indeks atau beberapa indeks fit, tetapi sebaiknya pertimbangan seluruh indeks fit. Dalam analisis SEM tidak ada alat uji statistik tunggal untuk mengukur atau menguji hipotesis mengenai model (Hair et al., 1995; Joreskog & Sorbom, 1989; Long, 1983; Tabachnick & Fidell, 1996 dalam Ferdinand, 2005). Umumnya terhadap berbagai jenis fit index yang digunakan untuk mengukur derajat kesesuaian antara model yang dihipotesiskan dengan data yang disajikan. Peneliti diharapkan untuk melakukan pengujian dengan menggunakan beberapa fit index untuk mengukur kebenaran model yang diajukannya. Berikut ini adalah hasil pengujian indeks kesesuaian dan cut-off valuenya untuk digunakan dalam menguji apakah sebuah model dapat diterima atau ditolak. Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan program AMOS 18 diperoleh hasil goodness of fit sebagai berikut: Tabel 15 : Evaluasi Goodness-of-fit Indices Indeks Model goodness of fit Chi Square Probabilitas Chi Square (p) CMIN/DF Adjusted goodness of fit index (AGFI)
Penilaian Model Fit
| 63
Cut-off Value Diharapkan kecil
Hasil Model Awal 396,277
Kesimpul an Tidak Fit
> 0,05
0,000
Tidak Fit
< 2,00-3,00
1,617
Fit
> 0,90
0,884
Tidak Fit
64 |
JURNAL EcoBuss . Vol. 1, No 1 Maret 2013
Goodness of Fit Index (GFI)
> 0,90
0,905
Fit
Comparative (CFI)
index
> 0,95
0,711
Tidak Fit
Index
> 0,95
0,674
Tidak Fit
Root mean square error approximation (RMSEA)
< 0,08
0,042
Fit
Tucker-Lewis (TLI)
fit
Sumber: data primer diolah, 2012
Adjusted goodness of fit index (AGFI) Goodness of Fit Index (GFI) Comparative fit index (CFI) Tucker-Lewis Index (TLI) Root mean square error approximation (RMSEA)
> 0,90
0,920
Fit
> 0,90
0,945
Fit
> 0,95
0,954
Fit
> 0,95
0,939
Marjinal
< 0,08
0,018
Fit
Sumber: data primer diolah, 2012
Tabel 15 menunjukkan ringkasan hasil yang diperoleh dalam kajian dan nilai yang direkomendasikan untuk mengukur fit-nya model. Seperti yang ditunjukkan dalam tabel di atas, nilai probabilitas chi-square sebesar 0,000 < 0,05, nilai CMIN/DF sebesar 1,617 < 2,003,00, nilai Adjusted goodness of fit index (AGFI) sebesar 0,884 < 0,90, Goodness of Fit Index (GFI) sebesar 0,905 > 0,90, nilai Comparative fit index (CFI) sebesar 0,711 < 0,95, nilai Tucker-Lewis Index (TLI) sebesar 0,674 < 0,95, dan nilai Root mean square error approximation (RMSEA) sebesar 0,042 < 0,08. Sebagai syarat utama model ML (maximum likelihood) adalah nilai chi-square diharapkan kecil atau nilai probabilitas chi-square > 0,05, apabila tidak fit atau tidak terpenuhi maka langkah selanjutnya model harus dimodifikasi untuk memperoleh hasil goodness of fit menjadi lebih baik atau terpenuhi. Modifikasi Model Struktural Dikarenakan sebelumnya model dinyatakan tidak fit maka modifikasi model harus dilakukan dengan cara mengkorelasikan nilai measurement error indikator melalui “modification indices”nya. Hasil selengkapnya dari modifikasi model struktural pada gambar di atas akan diuraikan pada tabel sebagai berikut: Tabel 16 : Evaluasi Goodness-of-Fit Indices Setelah Modifikasi Indeks Model goodness of fit Chi Square Probabilitas Square (p) CMIN/DF
Chi
Cut-off Value
Model Setelah Modifikasi
Kesimpul an
Diharapka n kecil
232,111
Fit
> 0,05
0,121
Fit
< 2,003,00
1,116
Fit
Tabel 16 menunjukkan ringkasan hasil yang diperoleh dalam kajian dan nilai yang direkomendasikan untuk mengukur fit-nya model. Seperti yang ditunjukkan dalam tabel di atas, nilai probabilitas chi-square sebesar 0,121 > 0,05, nilai CMIN/DF sebesar 1,116 < 2,003,00, nilai Adjusted goodness of fit index (AGFI) sebesar 0,920 > 0,90, Goodness of Fit Index (GFI) sebesar 0,945 > 0,90, nilai Comparative fit index (CFI) sebesar 0,954 > 0,95, nilai Tucker-Lewis Index (TLI) sebesar 0,939 < 0,95, dan nilai Root mean square error approximation (RMSEA) sebesar 0,018 < 0,08. Secara overall atau keseluruhan dari delapan pengukuran goodness of fit model dinyatakan fit. Uji Hipotesis Model Struktural Analisis kausalitas dilakukan guna mengetahui hubungan antar variabel. Pada penelitian ini diharapkan dengan adanya pengujian kausalitas dapat mengetahui pengaruh yang terjadi antara variabel eksogen dengan variabel endogen. Adapun hasil selengkapnya dari tiap hubungan akan diuraikan pada tabel sebagai berikut: Tabel 17 : Hasil Pengujian Hipotesis Tanpa Moderasi
Setelah Moderasi Hipo
Hubungan Variabel
tesis Estimate C.R.
KM PI PI PI TM PS PS PAD PAD
<--CM <--CM <--KP <--- MODERASI <--KM <--PI <--TM <--TM <--PS
P
1.086 2.597 .009 1.064 2.481 .013
.274 3.929 *** .621 4.282 *** .093 .794 .427 .092 .811 .417 .260 2.852 .004
Sumber: data primer diolah, 2012
Estimate -.384 -.557 -31.885 -8.596 .124 .456 -.095 -.145 .065
C.R.
P
-.902 -1.030 -.467 -.581 2.108 3.792 -.749 -1.388 1.145
.367 .303 .640 .561 .035 *** .454 .165 .252
H3 H1 H2 H4 H7 H5 H6 H8
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
Dari tabel 17 dapat dijelaskan bahwa H1 mengindikasi terdapat hubungan yang signifikan antara citra merek dan niat membeli (β = 1,064; C.R. = 2,481; p = 0,013). Hasil analisis setelah kehadiran keterlibatan produk sebagai moderasi mengindikasikan hubungan citra merek dan niat membeli (β = -0,557; C.R. = -1,030; p = 0,303), yang berarti bahwa citra merek tidak dapat mempengaruhi niat membeli setelah hadirnya keterlibatan produk sebagai variabel moderasi. H2 mengindikasi tidak terdapat hubungan yang signifikan antara keterlibatan produk dalam memoderasi hubungan citra merek dan niat membeli (β = -8,596; C.R. = -0,581; p = 0,561). H3 mengindikasi terdapat hubungan yang signifikan antara citra merek dan kepercayaan merek (β = 1,086; C.R. = 2,597; p = 0,009). Dan setelah kehadiran keterlibatan produk sebagai moderasi mengindikasikan hubungan citra merek dan kepercayaan merek (β = -0,384; C.R. = -0,902; p = 0,367), yang berarti bahwa citra merek tidak dapat mempengaruhi kepercayaan merek setelah hadirnya keterlibatan produk sebagai variabel moderasi. H4 mengindikasi terdapat hubungan yang signifikan antara kepercayaan merek dan tambahan merek (β = 0,274; C.R. = 3,929; p = 0,000). Dan hasil analisis setelah kehadiran keterlibatan produk sebagai moderasi mengindikasikan hubungan kepercayaan merek dan tambahan merek (β = 0,124; C.R. = 2,108; p = 0,035), yang berarti bahwa kepercayaan merek dapat mempengaruhi tambahan merek setelah hadirnya keterlibatan produk sebagai variabel moderasi. H5 mengindikasikan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tambahan merek dan pembelian sekarang (β = 0,093; C.R. = 0,794; p = 0,427). Dana hasil analisis setelah kehadiran keterlibatan produk sebagai moderasi mengindikasikan hubungan tambahan merek
| 65
dan pembelian sekarang (β = -0,095; C.R. = 0,749; p = 0,454), yang berarti bahwa tambahan merek tidak dapat mempengaruhi pembelian sekarang setelah hadirnya keterlibatan produk sebagai variabel moderasi. Sedangkan H6 juga mengindikasi tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tambahan merek dan pembelian yang akan datang (β = 0,092; C.R. = 0,811; p = 0,417). Dan hasil analisis setelah kehadiran keterlibatan produk sebagai moderasi mengindikasikan hubungan tambahan merek dan pembelian yang akan datang (β = -0,145; C.R. = -1,388; p = 0,165), yang berarti bahwa tambahan merek tidak dapat mempengaruhi pembelian yang akan datang setelah hadirnya keterlibatan produk sebagai variabel moderasi. H7 mengindikasi terdapat hubungan yang signifikan antara niat membeli dan pembelian sekarang (β = 0,621; C.R. = 4,282; p = 0,000). Hasil analisis setelah kehadiran keterlibatan produk sebagai moderasi mengindikasikan hubungan niat membeli dan pembelian sekarang (β = 0,456; C.R. = 3,792; p = 0,000), yang berarti bahwa niat membeli dapat mempengaruhi pembelian sekarang setelah hadirnya keterlibatan produk sebagai variabel moderasi. H8 mengindikasi terdapat hubungan yang signifikan antara pembelian sekarang dan pembelian yang akan datang (β = 0,260; C.R. = 2,852; p = 0,004). Dan hasil analisis setelah kehadiran keterlibatan produk sebagai moderasi mengindikasikan hubungan pembelian sekarang dan pembelian yang akan datang (β = 0,065; C.R. = 1,145; p = 0,252), yang berarti bahwa pembelian sekarang tidak dapat mempengaruhi pembelian yang akan datang setelah hadirnya keterlibatan produk sebagai variabel moderasi. Analisis Direct Effect, Indirect Effect, dan Total Effect Analisis ini digunakan untuk mengetahui kekuatan pengaruh antara konstruk baik langsung, tidak langsung, maupun pengaruh
JURNAL EcoBuss . Vol. 1, No 1 Maret 2013
66 |
totalnya. Efek langsung (direct effect) tidak lain adalah koefisien dari semua garis koefisien dengan anak panah satu ujung. Efek tidak langsung adalah efek yang muncul melalui sebuah variabel antara. Efek total adalah efek dari berbagai hubungan, yaitu efek total dari efek langsung dan efek tidak langsung. Hasil pengujian model di atas menunjukkan efek langsung, efek tidak langsung dan efek total sebagai yang dinyatakan dalam tabel berikut ini:
PEMBAHASAN
Tabel 18 : Hasil Pengujian Direct Effect, Indirect Effect, dan Total Effect Hubungan Variabel Dependen
Independen
Pengaruh (λ atau β) Langsu ng
Tidak Langs ung
Tot al 1.086
KM
<--
1.086
.000
TM
<--
.000
.297
.297
1.064
.000
1.064
PI PS
Citra Merek (CM)
.000
.689
.689
PAD
<--
.000
.207
.207
KM
<--
.000
.000
.000
TM
<--
.274
.000
.274
.000
.000
.000
.000
.025
.025
.000
.032
.032
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.093
.000
.093
.092
.024
.116
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.621
.000
.621
.000
.162
.162
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.260
.000
.260
PI PS PAD
Kepercayaa n Merek (KM)
<--
KM TM
Tambahan Merek (TM)
PI PS PAD KM TM
Niat Membeli (PI)
PI PS PAD KM
<--
TM
<--
PI PS PAD
Pembelian Sekarang (PS)
<--
Dalam penelitian ini ditemukan 7 pengaruh langsung dan 7 pengaruh tidak langsung. Dimana pengaruh langsung yang terbesar terjadi pada Citra Merek terhadap Kepercayaan Merek sebesar 1.086 dan pengaruh tidak langsung yang terbesar terjadi pada Citra Merek terhadap Pembelian Sekarang yang dimediasi oleh Niat Pembelian sebesar 0.689.
Sumber: data primer diolah, 2012
Dari tabel direct effect, indirect effect dan total effect diatas dijelaskan bahwa dari satu variabel terhadap variabel lainnya menunjukkan nilai koefisien standardized beta pengaruh langsung maupun tidak langsung antar variabel.
H1 : Citra Merek berpengaruh terhadap Niat Membeli konsumen. Berdasarkan hasil pengujian yang diperoleh, mengindikasi terdapat hubungan yang signifikan antara citra merek dan niat membeli (β = 1,064; C.R. = 2,481; p = 0,013). Hal ini berarti bahwa citra merek merupakan variabel yang dipertimbangkan penting oleh konsumen/pelanggan untuk membentuk niat membeli produk kue kering Zaha Barokah Di Ponpes Zainul Hasan Genggong Pajarakan Probolinggo sebelum dimoderasi oleh keterlibatan produk. Hasil analisis setelah kehadiran keterlibatan produk sebagai moderasi mengindikasikan hubungan citra merek dan niat membeli (β = -0,557; C.R. = -1,030; p = 0,303), yang berarti bahwa citra merek tidak dapat mempengaruhi niat membeli setelah hadirnya keterlibatan produk sebagai variabel moderasi. Temuan awal dalam penelitian ini sejalan dengan pendapat Dolich (1969) bahwa citra merek penting karena berkontribusi pada konsumen memutuskan itu baik atau tidak merek adalah satu untuk dirinya dan hal itu mempengaruhi perilaku pembelian konsumen berikutnya (Johnson dan Puto, 1987; Fishbein, 1967), kemudian merek ekuitas (Biel, 1992). Sebuah brand image baik dikomunikasikan harus membantu untuk menetapkan posisi merek, melindungi merek dari kompetisi,
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
meningkatkan kinerja pasar merek, dan karena itu memainkan peran integral dalam membangun ekuitas merek jangka panjang (Aaker dan Keller, 1990; Keller, 1993; Park et al, 1991;. Feldwick, 1996; Park dan Srinivasan, 1994). Produk atribut, manfaat/ konsekuensi dari menggunakan merek, dan kepribadian merek adalah tiga komponen kunci dari citra merek (Plummer, 2000, 1985). H2 : Keterlibatan Produk Memoderasi Pengaruh Citra Merek terhadap Membeli Konsumen. Berdasarkan hasil pengujian yang diperoleh, mengindikasi tidak terdapat hubungan yang signifikan antara keterlibatan produk dalam memoderasi hubungan citra merek dan niat membeli (β = -8,596; C.R. = 0,581; p = 0,561). Hal ini berarti bahwa keterlibatan produk melemahkan hubungan citra merek untuk membentuk niat membeli produk kue kering Zaha Barokah Di Ponpes Zainul Hasan Genggong Pajarakan Probolinggo. Temuan penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Dholakia, (1998, 1997), bahwa Keterlibatan Produk telah banyak digunakan sebagai variabel penjelas dalam perilaku konsumen. Telah ditetapkan bahwa tingkat keterlibatan menentukan kedalaman, kompleksitas dan keluasan dari proses kognitif dan perilaku selama proses pilihan konsumen (misalnya Chakravarti dan Janiszewski, 2003; Kokkinaki, 1999; Kleiser dan Wagner, 1999; Laurent dan Kapferer, 1985; Houston dan Rothschild, 1978). Oleh karena itu, keterlibatan produk adalah kerangka pusat, penting untuk memahami pengambilan keputusan konsumen yang terkait dalam perilaku dan komunikasi (Chakravarti dan Janiszewski, 2003; Fill, 1999). Ketika terjadi keterlibatan produk tinggi, proses pengambilan keputusan pembeli diperkirakan berlanjut melalui pengambilan keputusan yang diperpanjang, serangkaian tahapan berurutan melibatkan pencarian informasi dan evaluasi
| 67
kriteria (Browne dan Kaldenberg, 1997; Celsi dan Olson, 1988); konsumen saling berharap mampu mengerahkan banyak upaya untuk memproses informasi dalam situasi keterlibatan rendah (Chung dan Zhao, 2003). Jadi keterlibatan produk bisa mempengaruhi konsumen untuk membeli suatu produk, dalam hal ini produk Kue Kering Zaha Barokah. H3 : Citra Merek berpengaruh terhadap Kepercayaan Merek. Berdasarkan hasil pengujian yang diperoleh, mengindikasi terdapat hubungan yang signifikan antara citra merek dan kepercayaan merek (β = 1,086; C.R. = 2,597; p = 0,009). Hal ini berarti bahwa citra merek merupakan variabel yang dipertimbangkan penting oleh konsumen/pelanggan untuk membentuk kepercayaan merek pada produk kue kering Zaha Barokah Di Ponpes Zainul Hasan Genggong Pajarakan Probolinggo sebelum dimoderasi oleh keterlibatan produk. Hasil analisis setelah kehadiran keterlibatan produk sebagai moderasi mengindikasikan hubungan citra merek dan kepercayaan merek (β = -0,384; C.R. = -0,902; p = 0,367), yang berarti bahwa citra merek tidak dapat mempengaruhi kepercayaan merek setelah hadirnya keterlibatan produk sebagai variabel moderasi. Temuan awal dalam penelitian ini sejalan dengan pendapat Doney dan Cannon dalam Aydin dan Ozer (2005) menyatakan bahwa kepercayaan merupakan suatu proses menghitung (calculative process) antara biaya yang dikeluarkan dengan hasil yang diperoleh. Ada hubungan empiris yang pada harapan peneliti dari tiga perbedaan hubungan konstruksi antara merek kepuasan, kepercayaan dan tambahan merek. Dalam penelitian sebelumnya berharap kesadaran merek dan citra merek menjadi anteseden untuk kepuasan merek dan kepercayaan merek.
68 |
H4
JURNAL EcoBuss . Vol. 1, No 1 Maret 2013
: Kepercayaan Merek berpengaruh terhadap Tambahan Merek.
Berdasarkan hasil pengujian yang diperoleh, mengindikasi terdapat hubungan yang signifikan antara kepercayaan merek dan tambahan merek (β = 0,274; C.R. = 3,929; p = 0,000). Hal ini berarti bahwa kepercayaan merek merupakan variabel yang dipertimbangkan penting oleh konsumen/pelanggan untuk membentuk tambahan merek pada produk kue kering Zaha Barokah Di Ponpes Zainul Hasan Genggong Pajarakan Probolinggo sebelum dimoderasi oleh keterlibatan produk. Hasil analisis setelah kehadiran keterlibatan produk sebagai moderasi mengindikasikan hubungan kepercayaan merek dan tambahan merek (β = 0,124; C.R. = 2,108; p = 0,035), yang berarti bahwa kepercayaan merek dapat mempengaruhi tambahan merek setelah hadirnya keterlibatan produk sebagai variabel moderasi. Temuan awal dalam penelitian ini sejalan dengan pendapat Lacoeuilhe dan Belaid (2007) melihat bahwa integritas dan kebajikan – dua dimensi kepercayaan – yang dekat dengan tambahan dan bahkan mungkin mempengaruhi variabel ini. Selain hubungan ini hipotesis antara kepercayaan dan tambahan sesuai dengan akhir rantai relasional dikemukakan oleh Aurier et al. (2001), yang mengasumsikan adanya hubungan positif antara variabel-variabel berikut, kualitas masing-masing dirasakan, nilai yang dirasakan, kepuasan, kepercayaan, dan lampiran. H5. Tambahan Merek berpengaruh terhadap Pembelian Sekarang. H6. Tambahan Merek berpengaruh terhadap Pembelian Yang Akan Datang. Berdasarkan hasil pengujian yang diperoleh, mengindikasi tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tambahan merek dan pembelian sekarang (β = 0,093; C.R.
= 0,794; p = 0,427). Hal ini berarti bahwa tambahan merek bukan merupakan variabel yang dipertimbangkan penting oleh konsumen/pelanggan untuk membentuk variabel pembelian sekarang pada produk kue kering Zaha Barokah Di Ponpes Zainul Hasan Genggong Pajarakan Probolinggo sebelum dimoderasi oleh keterlibatan produk. Hasil analisis setelah kehadiran keterlibatan produk sebagai moderasi mengindikasikan hubungan tambahan merek dan pembelian sekarang (β = 0,095; C.R. = -0,749; p = 0,454), yang berarti bahwa tambahan merek tidak dapat mempengaruhi pembelian sekarang setelah hadirnya keterlibatan produk sebagai variabel moderasi. Berdasarkan hasil pengujian yang diperoleh, mengindikasi tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tambahan merek dan pembelian yang akan datang (β = 0,092; C.R. = 0,811; p = 0,417). Hal ini berarti bahwa tambahan merek bukan merupakan variabel yang dipertimbangkan penting oleh konsumen/pelanggan untuk membentuk variabel pembelian yang akan datang pada produk kue kering Zaha Barokah Di Ponpes Zainul Hasan Genggong Pajarakan Probolinggo sebelum dimoderasi oleh keterlibatan produk. Hasil analisis setelah kehadiran keterlibatan produk sebagai moderasi mengindikasikan hubungan tambahan merek dan pembelian yang akan datang (β = -0,145; C.R. = -1,388; p = 0,165), yang berarti bahwa tambahan merek tidak dapat mempengaruhi pembelian yang akan datang setelah hadirnya keterlibatan produk sebagai variabel moderasi. Temuan awal dalam penelitian ini sejalan dengan pendapat Ohanian (1991), Pemasar yang sukses dapat meningkatkan niat beli konsumen terhadap merek dan preferensi langsung atau tidak langsung. Pemasar dengan sumber kredibilitas yang kuat utama faktor-faktor (seperti keahlian, kepercayaan, dan tarik) secara
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
signifikan dapat mempengaruhi niat pembelian konsumen. Oleh karena itu, Pemasar tidak hanya menggunakan cara yang umum dan mudah untuk menjangkau konsumen, tetapi juga pengaturan dasar dan pemasaran efektif (Aaker, 1996). Di antara berbagai pemasar, dukungan atlet terkenal, bahkan relatif spesifik dan efektif (Kotler, 1997) (dalam Matthew Tingchi Liu, Yu-Ying Huang, dan Jiang Minghua: 2007). Selain itu, tambahan merek, yaitu perjanjian, koneksi, dan identifikasi dengan merek sangat memprediksi seberapa sering merek dibeli di masa lalu dan akan dibeli di masa depan (McAlexander et al., 2003;. Thomson et al, 2005). H7. Niat Membeli berpengaruh terhadap Pembelian Sekarang. Berdasarkan hasil pengujian yang diperoleh, mengindikasi terdapat hubungan yang signifikan antara niat membeli dan pembelian sekarang (β = 0,621; C.R. = 4,282; p = 0,000). Hal ini berarti bahwa niat membeli merupakan variabel yang dipertimbangkan penting oleh konsumen/pelanggan untuk membentuk pembelian sekarang pada produk kue kering Zaha Barokah Di Ponpes Zainul Hasan Genggong Pajarakan Probolinggo sebelum dimoderasi oleh keterlibatan produk. Hasil analisis setelah kehadiran keterlibatan produk sebagai moderasi mengindikasikan hubungan niat membeli dan pembelian sekarang (β = 0,456; C.R. = 3,792; p = 0,000), yang berarti bahwa niat membeli dapat mempengaruhi pembelian sekarang setelah hadirnya keterlibatan produk sebagai variabel moderasi. Hasil dalam penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan Konsumen dalam mengambil keputusan untuk membeli suatu produk merupakan bagian dari perilaku konsumen itu sendiri. Perilaku konsumen adalah mempelajari dari proses yang melibatkan individu atau kelompok dalam
| 69
memilih, membeli, menggunakan, dan pasca penggunaan produk, jasa, gagasan, atau pengalaman untuk mencukupi kebutuhan dan keinginan (Solomon, 2002: 5). Dapat juga dikatakan bahwa perilaku konsumen merupakan studi tentang bagaimana pembuat keputusan (decision units), baik individu, kelompok, ataupun organisasi, membuat keputusankeputusan beli atau melakukan transaksi pembelian suatu produk dan mengkonsumsinya (Prasetijo dan Ihalauw, 2005: 9). H8 .
Pembelian Sekarang berpengaruh terhadap Pembelian Yang Akan Datang.
Berdasarkan hasil pengujian yang diperoleh, mengindikasi terdapat hubungan yang signifikan antara pembelian sekarang dan pembelian yang akan datang (β = 0,260; C.R. = 2,852; p = 0,004). Hal ini berarti bahwa pembelian sekarang bukan merupakan variabel yang dipertimbangkan penting oleh konsumen/pelanggan untuk membentuk variabel pembelian yang akan datang pada produk kue kering Zaha Barokah Di Ponpes Zainul Hasan Genggong Pajarakan Probolinggo sebelum dimoderasi oleh keterlibatan produk. Hasil analisis setelah kehadiran keterlibatan produk sebagai moderasi mengindikasikan hubungan pembelian sekarang dan pembelian yang akan datang (β = 0,065; C.R. = 1,145; p = 0,252), yang berarti bahwa pembelian sekarang tidak dapat mempengaruhi pembelian yang akan datang setelah hadirnya keterlibatan produk sebagai variabel moderasi. Hasil penelitian sejalan dengan penelitian sebelumnya bahwa Kepuasan dan ketidakpuasan terhadap produk akan mempengaruhi perilaku komsumen selanjutnya. Jika konsumen tersebut puas, konsumen akan menunjukkan kemungkinan yang lebih tinggi untuk membeli kembali paroduk tersebut (Kotler, 2005). Dan Peneliti juga memprediksi pada hubungan terakhir dari variabel pembelian
70 |
JURNAL EcoBuss . Vol. 1, No 1 Maret 2013
sekarang dan pembelian yang akan datang, dan berharap variabel pembelian sekarang mempengaruhi pembelian yang akan datang. 5.
KESIMPULAN DAN SARAN Simpulan Simpulan penelitian dimaksudkan untuk mempermudah pemahaman mengenai hasil dari penelitian ini. Dalam sub bab ini akan dipaparkan secara singkat mengenai hasil penelitian. 1. H1 mengindikasi terdapat hubungan yang signifikan antara citra merek dan niat membeli (β = 1,064; C.R. = 2,481; p = 0,013). Hasil analisis setelah kehadiran keterlibatan produk sebagai moderasi mengindikasikan hubungan citra merek dan niat membeli (β = -0,557; C.R. = -1,030; p = 0,303), yang berarti bahwa citra merek tidak dapat mempengaruhi niat membeli setelah hadirnya keterlibatan produk sebagai variabel moderasi. 2. H2 mengindikasi tidak terdapat hubungan yang signifikan antara keterlibatan produk dalam memoderasi hubungan citra merek dan niat membeli (β = -8,596; C.R. = 0,581; p = 0,561). 3. H3 mengindikasi terdapat hubungan yang signifikan antara citra merek dan kepercayaan merek (β = 1,086; C.R. = 2,597; p = 0,009). Dan setelah kehadiran keterlibatan produk sebagai moderasi mengindikasikan hubungan citra merek dan kepercayaan merek (β = -0,384; C.R. = 0,902; p = 0,367), yang berarti bahwa citra merek tidak dapat mempengaruhi kepercayaan merek setelah hadirnya keterlibatan produk sebagai variabel moderasi. 4. H4 mengindikasi terdapat hubungan yang signifikan antara kepercayaan merek dan tambahan merek (β = 0,274; C.R. = 3,929; p = 0,000). Dan hasil analisis setelah kehadiran keterlibatan produk sebagai moderasi mengindikasikan hubungan kepercayaan merek dan tambahan merek (β
6.
7.
8.
= 0,124; C.R. = 2,108; p = 0,035), yang berarti bahwa kepercayaan merek dapat mempengaruhi tambahan merek setelah hadirnya keterlibatan produk sebagai variabel moderasi. H5 mengindikasikan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tambahan merek dan pembelian sekarang (β = 0,093; C.R. = 0,794; p = 0,427). Dana hasil analisis setelah kehadiran keterlibatan produk sebagai moderasi mengindikasikan hubungan tambahan merek dan pembelian sekarang (β = -0,095; C.R. = -0,749; p = 0,454), yang berarti bahwa tambahan merek tidak dapat mempengaruhi pembelian sekarang setelah hadirnya keterlibatan produk sebagai variabel moderasi. H6 juga mengindikasi tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tambahan merek dan pembelian yang akan datang (β = 0,092; C.R. = 0,811; p = 0,417). Dan hasil analisis setelah kehadiran keterlibatan produk sebagai moderasi mengindikasikan hubungan tambahan merek dan pembelian yang akan datang (β = -0,145; C.R. = 1,388; p = 0,165), yang berarti bahwa tambahan merek tidak dapat mempengaruhi pembelian yang akan datang setelah hadirnya keterlibatan produk sebagai variabel moderasi. H7 mengindikasi terdapat hubungan yang signifikan antara niat membeli dan pembelian sekarang (β = 0,621; C.R. = 4,282; p = 0,000). Hasil analisis setelah kehadiran keterlibatan produk sebagai moderasi mengindikasikan hubungan niat membeli dan pembelian sekarang (β = 0,456; C.R. = 3,792; p = 0,000), yang berarti bahwa niat membeli dapat mempengaruhi pembelian sekarang setelah hadirnya keterlibatan produk sebagai variabel moderasi. H8 mengindikasi terdapat hubungan yang signifikan antara pembelian sekarang dan pembelian yang akan datang (β = 0,260; C.R. = 2,852; p = 0,004). Dan hasil analisis setelah kehadiran keterlibatan produk sebagai moderasi mengindikasikan hubungan pembelian sekarang dan pembelian yang akan datang (β = 0,065;
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
C.R. = 1,145; p = 0,252), yang berarti bahwa pembelian sekarang tidak dapat mempengaruhi pembelian yang akan datang setelah hadirnya keterlibatan produk sebagai variabel moderasi. Keterbatasan Studi ini memiliki obyek amatan yang terfokus pada produk kue kering Zaha Barokah Di Ponpes Zainul Hasan Genggong Pajarakan Probolinggo sehingga berdampak pada terbatasnya generalisasi studi. Dengan demikian untuk mengaplikasikan studi ini pada konteks yang berbeda, diperlukan kehati – hatian dalam mencermati karakteristik yang melekat pada obyek amatan studi. Hal ini penting untuk dicermati, agar tidak terjadi bias dalam hasil pengujian yang dapat berdampak pada kekeliruan dalam pemahaman implikasi penelitian dan perumusan kebijakan yang diambil. Meskipun terdapat keterbatasan dalam studi ini yang menyebabkan ketidakmampuan model untuk digeneralisasi pada segala situasi, namun dengan prosedur pengujian yang terstruktur diharapkan tidak mengurangi derajad keyakinan terhadap akurasi model prediksi yang diharapkan.
Implikasi
| 71
konsep perilaku pembelian konsumen melalui implementasi citra merek. Hal ini perlu dicermati sebab pendesainan produk secara berkala dapat berdampak pada strategi pemasaran dan promosi yang dikembangkan oleh produsen keu kering zaha barokah tersebut. 3. Implikasi Metodologis Penelitian ini dilakukan dengan metode yang terstruktur. Metode penelitian yang meliputi alat pengukuran dan pengujian statistik telah teruji melalui prosedur yang rigid. Dengan demikian sumber dan kebenarannya dapat ditelusuri secara ilmiah. Hal ini diharapkan memberi pemahaman kepada peneliti untuk memanfaatkannya sebagai pertimbangan dalam mendesain metode riset yang digunakan untuk pengujian model yang ingin diteliti. 4. Implikasi bagi Studi Lanjutan Obyek amatan pada studi ini difokuskan pada produk kue kering, sehingga berdampak pada generalisasi studi yang bersifat terbatas. Hal ini memberikan peluang bagi studi lanjutan untuk mengembangkan model pada konteks yang lebih luas. Namun demikian, diperlukan kehati – hatian dalam mencermati karakteristik yang melekat pada obyek amatan studi.
1. Implikasi Teoritis Studi ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman bagi para akademisi terkait dengan konsep perilaku pembelian konsumen. Hal tersebut didasarkan pada keragaman yang terdapat dalam penelitian ini yang memberikan perspektif yang berbeda dari studi terdahulu. 2. Implikasi Praktis Studi ini diharapkan mampu memberikan menambah kualitas, rasa, bentuk-bentuk kemasan yang lebih menarik dari produk tersebut terhadap pemasar terkait dengan
DAFTAR PUSTAKA Aaker, D.A. (1991), Managing Brand Equity, Free Press, New York, NY. Aaker, D.A. (1996), Building Strong Brands, Free Press, New York, NY. Aaker, D.A. and Keller, K.L. (1990), “Consumer evaluation of brand extension”, Journal of Marketing, Vol. 54, January, pp. 27-41.
72 |
JURNAL EcoBuss . Vol. 1, No 1 Maret 2013
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Penerbit PT Rineka Cipta, Jakarta. Donald R. Cooper dan Pamela S Sehindler. 2006. Metode Riset Bisnis. Jakarta: PT Media Global Edukasi. Ferdinand, Augusty. 2006. Metode Penelitian Manajemen. AGF Books. Jakarta. Ferrinadewi, Erna. 2008. Merek dan Psikologi Konsumen. Yogyakarta: Graha Ilmu. Ghozali, Imam, dan Fuad. 2005. Structural Equation Modelling, Teori, Konsep dan Aplikasi dengan program Lisrel 8.54. Badan penerbit Universitas Diponegoro.
Managing Brand Equity, 2nd ed., Prentice Hall, Upper Saddle River, NJ. Kotler, Philip dan Amstrong, Gery. 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Edisi 12. Jakarta. Erlangga. Kotler, Philip. 2002. Manajemen Pemasaran. Edisi Milenium. Jilid 2. Jakarta: Prenhallindo. Kotler, Philip. 2005. Manajemen Pemasaran. Edisi Milenium. Jilid 1. Jakarta: Prenhallindo. Rangkuti, Freddy. 2004. The Power of Brand. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Jogiyanto. 2004. Metodologi Penelitian Bisnis. Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Sekaran, uma. 2006. Research methods for business; metodologi penelitian untuk bisnis. Edisi bahasa Indonesia. penerbit salemba empat, Jakarta.
Kapferer, J.-N. (2004), The New Strategic Brand Management: Creating and Sustaining Brand Equity Long Term, Kogan Page, London.
Shimp, Terence A. 2003. Periklanan Promosi. Aspek Tambahan. Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jilid 1. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Keller, K.L. (1993), “Conceptualizing, measuring, and managing consumerbased brand equity”, Journal of Marketing, Vol. 57 No. 1, January, pp. 122.
Sutisna. 2001. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. Bandung: Rosdakarya Remaja. Tjiptono, Fandy. 2003. Pemasaran Malang: Bayumedia Publishing.
Keller, K.L. (2003), Strategic Brand Management: Building, Measuring, and
IDENTITAS PENULIS Nama : Muhammad Syarif Hidayatullah Elmas. Perguruan Tinggi : Universitas Panca Marga Probolinggo Alamat : Jl. Yos Sudarso Pabean Dringu Probolinggo 67271 Telp./Faks. : (0335) 422715 / (0335) 427923
Jasa.
ANALISIS PENGARUH VARIABEL – VARIABEL MOTIVASI TERHADAP PRESTASI KERJA DOSEN DI UNIVERSITAS PANCA MARGA PROBOLINGGO H M. SYAIFUL BAHRI. SE;MM Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Panca Marga Probolinggo Jl. Yos Sudarso 107, Dringu, Kabupaten Probolinggo (67271), Tilp (0335)422715
ABSTRACTION: The research which was done in Panca Marga University Probolinggo on 2012 aim to know whether motivation, in this case are physiological needs, safety and security needs, social needs, esteem needs and self actualization needs have influences together towards working performance of lecturer. The writers also wants to know the motivation which have influence towards their working performance. The sample took from the lecturer who has work experience minimum 3 years and that period they work constanly in the Panca Marga University Probolinggo, and number of the respondents are 40 lecturer. The analyzed used in this research is regression analyze and correlation both simple and multiple, in order that the writer could know free variabel influences towards depending variabel, by using SPSS program for windows 7.5 version. The result of the analyzes indicate that motivation variabel i.e. physiological needs, safety and security needs, social needs esteem needs and actualization needs influences significantly towards working performance and also indicate that safety and security needs have most influence towards their working performance. In order to increase the working performance of the lecturer in Panca Marga University, the writer concludes and suggest that it needs more attension and efforts to realize the motivation variabels above Keywords : Phisiological needs, Safety and security needs, Social needs, Esteem needs, Actualization needs, Job Performance
PENDAHULUAN
Sumber daya manusia mempunyai peranan yang sangat penting, dalam interaksinya dengan factor modal, material, metode dan mesin. Kompleksitas yang ada dapat menentukan kualitas produk yang dihasilkan, oleh karena itu mengharuskan kita untuk selalu berhati–hati dan memperhatikan setiap aspeknya. Snyder (1980:431) mengemukakan bahwa manusia merupakan
sumber daya yang paling bernilai, dan ilmu perilaku menyiapkan banyak teknik dan program yang dapat menuntun pemanfaatan sumber daya manusia secara lebih efektif “ Dalam lingkungan perguruan tinggi secara fungsional terdapat dua kelompok pegawai yang mana satu sama lainnya saling membantu, saling menunjang dan salaing bekerja sama untuk mencapai tujuan organisasi, yaitu pegawai administrative yang tugasnya mengatur bidang administrative dan yang kelompok yang kedua adalah pegawai yang
[73]
74 |
JURNAL EcoBuss . Vol. 1, No 1 Maret 2013
fungsi pokoknya adalah melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi yakni pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat disebut pegawai “ Educatif atau Dosen “ Sebagaimana dalam surat edaran bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomer : 61395/MPK/1987, Nomar : 21/SE/1987 tentang angka kredit bagi jabatan tenaga pengajar perguruan tinggi dijelaskan bahwa tenaga pengajar perguruan tinggi adalah tenaga pengajar dengan tugas pokok, wewenang dan tanggung jawab dibidang pendidikan dan pengajran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat (Tridharma Perguruan Tinggi). Dari tugas utama inilah seorang dosen dapat dilihat prestasi kerjanya, dengan prestasi kerja yang baik tidak hanya tidak hanya individunya saja yang beruntung tetapi organisasi juga mendapat keuntungan. Hasil karya individu merupakan dasar hasil karya organisasi (Gibson, 1992 : 38 ). Prestasi merupakan kebutuhan bagi setiap karyawan, hal ini sebagaimana pendapat David C Mc Clelland (1961 : 99) menunjukkan bahwa motif yang kuat untuk berprestasi, keinginan untuk berhasil dan unggul dalam situasi persaingan berhubungan dengan sejauh mana individu dimotivasi untuk menjalankan tugas – tugasnya. Sejalan dengan itu Atkinson (1978 : 346) menjelaskan bahwa “semua orang dewasa yang sehat mempunyai cadangan energy potensial” Bagaimana energy itu dilepas dan digunakan tergantung pada 1) kekuatan kebutuhan atau motif dasar yang bersangkutan, 2) harapannya akan berhasil 3) nilai rangsangan yang melekat pada tujuan. Model Atkinson ini menghubungkan antara perilaku dengan kinerja dan tiga dorongan yang berbeda diantara para individu. Dengan demikian untuk mencapai prestasi kerja yang tinggi tidaklah mudah, karena diperlukan
adanya motivasi atau dorongan – dorongan walaupun setiap manusia pada hakekatnya mempunyai kecakapan dan potensi untuk melaksanakan aktifitas sebagai seorang pegawai. Dan setiap orang mempunyai kebutuhan dengan kadar tertentu dan tidak ada seorangpun memiliki kebutuhan dalam proporsi yang sama. Menurut Mc Amstrong( 1988 : 75 ) “ hubungan antara motivasi dan prestasi kerja adalah sesuatu yang positif “. Jadi meningkatnya motivasi akan mengasilkan lebih banyak usaha dan prestasi kerja dapat lebih baik tetapi sebaliknya dengan menurunnya motivasi akan menurunkan gairah kerja dan prestasi kerja. Menurut Maslow motivasi manusia ada lima tingkatan yaitu a) kebutuhan fisologis, kebutuhan keselamatan kerja, kebutuhan social, kebutuhan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri.
KAJIAN TEORI Carl Heyel dalam The Encyclopedia of management (Martoyo, 1996:154) memberikan definisi motivasi adalah kesiapan sistematis yang mampu mendorong seseorang melakukan suatu kegiatan guna meraih tujuan yang diinginkan dan secara tidak langsung mengarah pada pencapaian kebutuhan yang member tingkat kepuasan tertentu. Sedangkan Manullang (1988 : 150) mendefinisikan motivasi adalah “ sebagai daya perangsang atau daya pendorong terhadap pegawai untuk mau bekerja dengan segiat-giatnya, yang berbeda antara pegawai yang satu dengan pegawai yang lain “ Proses motivasi dimulai oleh seorang yang mengenali secara sadar atau tidak, suatu kebutuhan yang tidak terpenuhi, kemudian sasaran yang dibuat diperkirakan akan memenuhi kebutuhan tersebut. Serangkaian tindakan yang ditentukan akan mengarah ke
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
| 75
pencapaian sasaran, dengan dicapainya sasaran, maka kebutuhan dapat terpenuhi
ada hubungan yang komplek antara motivasi dan prestasi kerja.
Gambaran lain tentang proses motivasi adalah seseorang bersedia menjadi anggota organisasi karena mereka percaya dengan melaksanakan kegiatan – kegiatan dalam organisasi, maka tujuan pribadi ( fisik dan non fisik ) mereka akan terpenuhi atau uang yang diperoleh dari organisasi dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhannya. Gambar1 :Proses Motivasi Mc Amstrong (1988:67)
Model motivasi Ranupandoyo dan Husnan (1997: 201) membagi model motivasi menjadi tiga model, sedangkan Mc Amstrong membagi model motivasi menjadi empat model, tetapi dari model tersebut terdapat kesamaan. Adapun model – model motivasi tersebut adalah sebagai berikut :
Menentukan Sasaran
Kebutuhan
Tindakan Mencapai Sasaran
Gambar 2 :Proses Motivasi Ranupandoyo dan Husnan Kebutuhan
Dorongan
Tindakan
Kepuasan
Pemberian motivasii dapat efektif menurut Mc Amstrong (1994 : 66) perlu memperhatikan hal – hal berikut : 1) Memahami proses dasar motivasi model kebutuhan, sasaran, tindakan serta pengaruh pengalaman dan harapan. 2). Mengetahui factor – factor yang mempengaruhi motivasi, pola kebutuhan yang mendorong kearah sasaran dan keadaan dimana kebutuhan terpenuhi atau tidak. 3). Mengetahui bahwa motivasi bukanlah hanya masalah memberikan banyak uang. 4). Mengetahui bahwa motivasi tidak bisa dicapai hanya dengan menciptakan perasaan puas, terlalu banyak perasaan puas dapat menimbulkan perasaan puas diri dan kelambanan. 5) Memahami bahwa
1) Model tradisional (Model Manusia Rasional ) Menurut model ini bahwa pegawai itu pada dasarnya pemalas atau kurang bergairah dalam bekerja, agar karyawan dapat bekerja dan berprestasi, maka perlu adanya dorongan berupa insentif atau imbalan semakin tinggi prestasinya semakin tinggi insentif yang diterima. Mc Amstrong ( 1994 : 74 ) menyatakan orang akan termotivasi oleh gabungan penghargaan dengan uang dan hukuman. Ranupandoyo dan Husnan (1997 : 201) menyatakan untuk memberikan dorongan agar karyawan dapat melaksanakan pekerjaannya dengan berhasil, maka para pemimpin harus menggunakan system upah insentif, dalam arti semakin aktif dan berprestasi karyawan akan semakin besar penghasilannya. Gambar 3 :Model Motivasi Rasional Mc Amstrong PENGHARGAAN
PERBAIKAN PRESTASI KERJA
HUKUMAN
2) Model Hubungan Manusia (Human Ralation Model) Menurut model ini karyawan akan termotivasi bila mereka dibuat merasa penting dan berguna serta diakui kebutuhan sosialnya. Sesuai dengan model ini karyawan harus diberi kebebasan dalam mengambil keputusan untuk menjalankan tugas – tugas mereka, sehingga mereka merasa puas dalam melaksanakan
76 |
JURNAL EcoBuss . Vol. 1, No 1 Maret 2013
tugasnya. Oleh karena itu model ini menekankan pimpinan harus memperlakukan dengan penuh tenggang rasa dan penuh perhatian, sehingga kebutuhan social karyawan benar – benar dihargai dan dijunjung tinggi sehingga pada akhirnya kepuasan karyawan terpenuhi. Gambar:4 Model Motivasi Hubungan Manusia Mc Amstrong (1994 : 74)
3) Model Sumber Daya Manusia (Human Resources Model) Tokoh–tokoh dalam model ini adalah Mc Gregor, Maslow, Argyris. Model sumber daya manusia berpendapat bahwa karyawan termotivasi kerjanya bukan karena factor upah atau kepuasan kerja belaka, melainkan yang membuat karyawan termotivasi kerjanya bersifat komplek, artinya setiap orang mempunyai dorongan untuk menjalankan tugas dengan baik dan penuh tanggung jawab, sehingga para karyawan akan memperoleh kepuasan karena prestasinya yang tinggi. Berdasarkan pada asumsi tersebut, maka karyawan harus diberi tugas, tanggung jawab serta kewenangan yang lebih luas mengingat setiap orang pada dasarnya mempunyai dorongan untuk bekerja dengan tekun, rajin dan baik sehingga mereka dapat mencapai tujuan dan sasaran sesuai dengan cara mereka sendiri.
Gambar 5 :Motivasi Komplek NILAI PENGHARGAAN
KEMAMPUAN
PRESTASI KERJA
USAHA
HARAPAN KEMUNGKINAN USAHA AKAN MENGHASILKAN PENGHARGAAN
PERSEPSI PERANAN
Teori Motivasi Abraham Maslow Tingkah laku manusia selalu timbul oleh adanya kebutuhan yang mendorong perbuatan kearah suatu tujuan tertentu. Kebutuhan yang mendorong kearah suatu tujuan itulah yang disebut motivasi. Salah satu teori motivasi yang banyak digunakan secara luas adalah teori motivasi yang berdasarkan pada hierarki kebutuhan secara individu yang dikemukakan oleh Maslow et al ( 1991 : 167 ) atau yang dikenal dengan teori Hirarkies of needs. Teori ini mengklasifikasikan kebutuhan manusia yang komplek kedalam lima golongan mulai dari kebutuhan yang paling dasar sampai dengan kebutuhan yang paling tinggi. Adapun penggolongan kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Phisiological needs Phisiological needs adalah kebutuhan paling dasar antara lain makan, minum, pakaian perumahan, sex dll. 2. Safety and security needs Adalah kebutuhan akan rasa aman, ancaman lingkungan, ancaman kehilangan pekerjaan atau pengasilan atau keamanan dihari tua. 3. Social needs Merupakan kebutuhan akan rasa cinta, kebutuhan akan komunikasi antar karyawan ataupun dengan atasan atau kebutuhan untuk bisa diterima dilingkungan pekerjaan 4. Esteem needs
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
Esteem needs merupakan kebutuhan penghargaan diri dari orang lain atau dari organisasi 5. Self actualization needs Kebutuhan akan perwujudan diri, kebutuhan untuk memenuhi diri sendiri dengan memaksimumkan penggunaan kemampuan, keahlian dan potensi diri
Gambar 6 :Hierarchy of needs AH. Maslow Martoyo ( 1996 : 149 )
| 77
tingkat paling bawah sampai tingkat paling atas 3. Sesuai dengan kondisi obyektif dilapangan atau obyek penelitian, dimana karyawan/pegawai / dosen mempunyai kebutuhan yang bertingkat. Dengan pertimbangan – pertimbangan diatas, maka unsure – unsure motivasi yang dikemukakan oleh AH Maslow tersebut dituangkan kedalam penelitian para dosen di Universitas Panca Marga Probolinggo . Adapun unsure – unsure atau kelima variabel motivasi tersebut secara terperinci dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Kebutuhan fisiologis ( Phisiological Needs )
Variabel – variabel motivasi Berdasarkan uraian teori – teori motivasi diatas, maka teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori motivasi yang dikemukakan oleh AH. Maslow yang dikenal dengan hierarchies of needs atau toeri tingkat kebutuhan. Ada beberapa pertimbangan tentang penggunaan teori Maslow ini, antara lain : 1. Teori Maslow merupakan salah satu teori yang berbentuk hierarki kebutuhan secara individu, sehingga hal ini tepat untuk dijadikan teori dalam penelitian yang sampelnya secara individu pula. 2. Bersifat aplikatif yaitu bisa diterapkan kepada semua karyawan / pegawai mulai
Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan pokok manusia yang bersifat mendasar atau bersifat primer seperti makanan, minuman, pakaian, perumahan, sex, kesejahtraan individu. Seorang karyawan atau dosen bersedia bekerja karena dia berharap kebutuhan dasarnya dapat dipenuhi melalui penghasilan, gaji, bonus ataupun insentif yang diterima. Gaji yang diterima selain berfungsi sebagai pemenuhan kebutuhan pokok , juga berfungsi sebagai daya dorong agar karyawan atau dosen dapat bekerja dengan baik dan penuh semangat. Meir ( As’ad : 92 ) menyatakan bahwa pendistribusian gaji didasarkan pada produksi, lamanya kerja, lamanya dinas dan berdasarkan kebutuhan hidup 2. Kebutuhan keselamatan kerja ( Safety and security needs ) Keselamatan dan keamanan kerja merupakan kebutuhan fundamental bagi manusia bahkan kadang – kadang lebih penting dari pada gaji ataupun kesempatan untuk maju. Keselamatan dan keamanan kerja ini menurut Wexly dan Yuki ( 1988 :
78 |
JURNAL EcoBuss . Vol. 1, No 1 Maret 2013
99 ) berisikan perlindungan dari ancaman bahaya fisik atau berkurangnya pendapatan. Kebutuhan inii bisa dipenuhi dengan menghilangkan kondisi – kondisi kerja yang membahayakan dan dengan pengamanan yang melindungi bencana ekonomi pribadi. Pengamanan ini meliputi jaminan kesehatan, jaminan cacat, jaminan pengangguran, masa kerja atau kontrak kerja jangka panjang, serta peraturan atau prosedur – prosedur mengemukakan tuntutan yang melindungi pekerja terhadap kecurigaan – kecurigaan yang memusuhi, pemberantasan sementara atau pemecatan. 3. Kebutuhan social ( Social needs ) Manusia pada dasarnya merupakan makhluk social yang tidak akan terlepas dari kebutuhan – kebutuhan social. Agar karyawan atau dosen dapat bekerja dengan sebaik – baiknya, maka perlu diciptakan iklim atau suasana kerja yang harmonis dan kondusif yaitu terciptanya hubungan yang akrab dan penuh kekeluargaan, baik antara bawahan dengan bawahan atau bawahan dengan atasan atau atasan dengan atasan (Horisontal dan vertical). Meginson (Handoko,1986:258) mengatakan bahwa kebutuhan social secara teoritis adalah kebutuhan akan ciinta, persahabatan, perasaan memiliki, diterima oleh kelompok, keluarga dan asosiasi. 4. Kebutuhan penghargaan ( Esteem needs ) Semua manusia dalam masyarakat mempunyai kebutuhn dan keinginan akan penilaian yang baik, dan punya kebutuhan akan rasa hormat atau harga diri serta mengharapkan penghargaan dari orang lain, baik berupa pujian maupun berupa materi. Nitisemito ( 1980 : 229 ) mengatakan hendaknya setiap perusahaan atau instansi memberikan kesempatan kepada para karyawan/ pegawai / dosen yang berprestasi untuk memperoleh penghargaan.
Penghargaan tersebut dapat berupa pengakuan yang disertai hadiah kenaikan gaji, kenaikan pangkat, pemindahan keposisi yang lebih baik dan disukai dsb. Soepriyantoo ( 1988 : 35 ) berpendapat tentang penghargaan sbb : “ Kebutuhan akan harga diri / penghormatan lebih bersifat individual atau pribadi, ingin dirinya dihargai atau dihormati sesuai dengan kapasistasnya ( kedudukannya ), sebaliknya setiap individu tindak ingin dirinya dianggap lebih rendah dari yang lain. Mungkin secara jabatan lebih rendah tetapi secara manusiawi setiap individu ( pria dan wanita ) tidak ingin direndahkan. 5. Kebutuhan aktualisasi diri ( Actualization needs ) Kurt Golstein (Maslow : 57 ) mengatakan bahwa keinginan orang akan perwujudan diri yakni pada kencenderunganuntuk mewujudkan dirinya sesuai dengan kemampuannya. Kecenderungan ini dapat diungkapkan sebagai keinginan untuk makin lama makin istimewa, untuk menjadi apa saja menurut kemampuannya. Sukanto Reksohadiprojo dan T Hani Handoko ( 1986 : 265 ) menyatkan bahwa kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan pemenuhan diri untuk mempergunakan potensi diri, pengembangan diri serta menyelesaikan pekerjaan sendiri.
Pengertian Prestasi Kerja Istilah prestasi kerja mempunyai pengertian yang bermacam – macam, untuk menghindari adanya kerancuan terhadap pengertian prestasi kerja ( job performance ), menurut As’ad ( 1998 : 47 ) yang mengutip dari dua orang ahli yaitu pertama Meir ( 1965 ) memberikan pengertian prestasi kerja sebagai kesuksesan seseorang didalam melaksanakan pekerjaannya. Kedua Low Ler dan Porter ( 1967 ) menyetakan bahwa job performance adalah
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
“succesfull role achievement “ yang diperoleh seseorang dari perbuatan – perbuatannya. As’ad menyimpulkan pendapat kedua ahli tersebut bahwa prestasi kerja adalah hasil yang dicapai seseorang menurut ukuran yang berlaku terhadap pekerjaan yang bersangkutan. Sedangkan Soepriyanto ( 1988 : 7 ) menyatakan bahwa prestasi kerja adalah hasil kerja seseorang selama periode tertentu dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, misalnya standard, target atau sasaran yang sudah disepakati bersama. Menurut As’ad ( 1998 : 63 ) yang mengutip pendapat dari Meir ( 1965 ) bahwa yang paling umum dianggap sebagai criteria prestasi kerja adalah kualitas, kuantitas, waktu yang dipakai, jabatan yang dipegang, absensi dan keselamatan dalam menjalankan pekerjaan.
Hubungan Motivasi Dengan Prestasi Kerja Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan, maka motivasi pada dasarnya menjadi daya dorong untuk bekerja lebih giat, sehingga mampu meningkatkan prestasi kerjanya dibanding hari – hari sebelumnya. Sampai dengan saat menganalisis hubungan antara motivasi dengan prestasi kerja masih ditemukan kelemahan – kelemahan, dan hubungan keduanya belum dapat dinyatakan secara eksak. Maksudnya suatu sebab akan memberikan suatu akibat, dan tidak selalu terjadi bahwa sebab yang sama akan menghasilkan akibat yang sama pula. Kenyataannya perilaku manusia itu berubah – ubah karena perubahan pribadi masing – masing, dimana perubahan tersebut dipengaruhi oleh sifat individu dan lingkungan yang mengitarinya. Goal Theory (Supriyanto : 1988 : 224) menyatakan bahwa produktifitas atau prestasi kerja seseorang tergantung pada motivasi orang tersebut terhadap pekerjaan yang dilakukakan. Semakin tinggi motivasi seseorang
| 79
untuk melakukan pekerjaan tersebut semakin tinggi pula tingkat produktifitasnya demikian pula sebaliknya semakin rendah motivasi seseorang untuk melakukan pekerjaan tersebut semakin rendah pula prestasi kerjanya. Dalam teori Atribusi (As’ad, 1998 :5759) bahwa performance kerja menurut model Vroomian dirumuskan sebagai berikut : P=F(MxK) Keterangan P = Performance
:
M = Motivation A = Ability Sesuai dengan teori tersebut, maka performance kerja ( P ) merupakan fungsi dari perkalian antara factor motivasi ( M ) dengan ability ( A ). Sehingga bisa disimpulkan bahwa jika seseorang karyawan atau pegawai atau dosen rendah dalam salah satu komponennya, maka prestasinya akan rendah pula.
Kerangka Penelitian
Konseptual
dan
Hipotesis
Berdasarkan pada teori yang telah dikemukakan, maka dapat diterik kesimpulan hubungan antara konsep yang berhubungan dengan prestasi kerja karyawan / atau dosen dapat terlihat pada gambar berikut : Gambar 7 : Kerangka konseptual dan model hipotesis penelitian ( X5 ) ACTUALIZATION NEEDS
( X4) ESTEEM NEEDS
(X3 ) SOCIAL NEEDS
( X2 ) SAFETY AND SECURITY NEEDS
(X1 ) PHISIOLOGICAL NEEDS
( Y ) PRESTASI KERJA DOSEN UNIV. PANCA MARGA PROBOLINGGO
80 |
JURNAL EcoBuss . Vol. 1, No 1 Maret 2013
7
Metode Penelitian Penelitian ini dalam katagori survey explanatory ( penelitian penjelasan ) yaitu penelitian yang berusaha menjelaskan hubungan kausal dan menguji keterkaitan yang terjadi antara variabel – variabel motivasi terhadap prestasi kerja para dosen. Survey dimaksudkan adalah terbatas pada pengertian survey sampel, dimana informasi yang dikumpulkan dari sebagian populasi yang sesuai dengan kriteria tertentu untuk mewakili seluruh populasi. Informasi primer tentang data dikumpulkan dari responden yang berhubungan dengan variabel penelitian dengan menggunakan kuetioner ( Singarimbun dan Effendi 1986 : 3-6 ) Populasi dan Sampel Yang dimaksud populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang cirri – cirinya akan diduga ( Singarimbun, 1987 : 220 ). Selanjutnya Nawawi ( 1985 : 14 ) memberikan pengertian Populasi adalah “ keseluruhan obyek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, benda – benda, gejala – gejala, nilai test, atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian “. Mengacu pada definisi populasi diatas, maka populasi penelitian ini adalah seluruh dosen yang ada di Universitas Panca Marga probolinggo baik yang bersetatus dosen tetap maupun tidak tetap, dengan masa kerja diatas 3 tahun dan aktif bekerja sebagai seorang dosen. Tabel 1
NO 1 2 3 4 5 6
FAKULTAS Pertanian Hukum Sospol Kip Teknik Ekonomi
3 5 2 4 3 3
JML DOSEN TDK TETAP 8 9 10 9 17 9
6 68
8 90
Untuk penetapan sampel singarimbun memberikan pendapat ( 1986 : 105-106 ) besarnya sampel tidak boleh kurang dari 10% dan ada pula penelitian yang mengatakan bahwa besarnya sampel minimum 5% dari jumlah populasi. Berpijak pada pendapat tersebut peneliti menetapkan jumlah sampel untuk seluruhnya adalah 40 orang dosen baik yang berstatus dosen tetap maupun dosen tidak tetap. Untuk lebih representative pengambilan sampel dosen tidak tetap, maka peneliti mempergunakan proporsional sampel yakni dengan mengambil. sampel dari tiap–tiap sub populasi dengan memperhitungkan besarnya sub populasi tersebut. Hadi ( 1986 : 82 ) mendifinisikan proporsional sampel adalah sampel yang terdiri dari sub – sub sampel yang perimbangannya mengikuti perimbangan sub – sub populasi. Untuk mengambil sampel sebagaimana yang dikemukakan dapat menggunakan rumus sbb :
ni = ( Ni : N ) x n ( Nasir, 1985 : 365 ) Dimana : ni = besarnya sampel pada stratum ke i Ni = besarnya populasi pada stratum ke i N = besarnya populasi secara keseluruhan n = besarnya sampel secara keseluruhan Dengan demikian jumlah sampel pada masing–masing fakultas adalah sebagai berikut : Tabel 2 JUMLAH SAMPEL PADA MASING – MASING FAKULTAS DI UNIVERSITAS PANCA MARGA
JUMLAH POPULASI 11 14 12 13 20 12
2 22
Sumber : Data sekunder diolah
KOMPOSISI DOSEN DI 7 FAKULTAS UNIVERSITAS PANCA MARGA JML. DOSEN TETAP
Sastra JUMLAH
NO
FAKULTAS
PERHITUNGAN
JUMLAH SAMPEL DOSEN TDK TETAP
1
Pertanian
( 8 : 68 ) X 18
2
2
Hukum
( 9 : 68 ) X 18
2
3
Sospol
( 10 : 68 ) X 18
3
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
4
Kip
( 9: 68 ) X 18
2
5
Teknik
( 17 : 68 ) X 18
5
6
Ekonomi
( 9 : 68 ) X 18
2
7
Sastra
( 6 : 68 ) X 18
2
JUMLAH
Operasional Variabel Berpijak pada kerangka dasar teori yang telah dijelaskan definisi operasional sebagai berikut :
18
1).Variabel Dependent. ( Y )
Sumber : Data sekunder diolah Sedangkan jumlah responden penelitin secara keseluruhan adalah sebagai berikut : Tabel 3 JUMLAH RESPONDEN PENELITIAN UNIVERSITAS PANCA MARGA FAKULTA S
JUMLAH RESPONDEN DOSEN TETAP
JML SAMPEL DOSEN TDK TETAP
JUMLAH RESPOND EN PENELITI AN
1
Pertanian
3
2
5
2
Hukum
5
2
7
3
Sospol
2
3
5
4
Kip
4
2
6
5
Teknik
3
5
8
6
Ekonomi
3
2
5
7
Sastra
2
2
4
JUMLAH
22
18
40
NO
| 81
Sumber : Data sekunder diolah Teknik Tengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian menggunakan kuesioner, dimana kuesioner ini berisikan sejumlah pertanyaan – pertanyaan terkait dengan variabel motivasi dan variabel prestasi kerja dosen yang mengacu pada Tri Dharma Perguruan Tinggi yang merupakan tugas pokok seorang dosen. Jawaban pertanyaan tersebut untuk masing – masing mempunyai gradasi mulai yang paling positif sampai dengan paling negative, dengan skor sebagai berikut : 1. Sangat puas skor = 5 2. Puas skor = 4 3. Cukup puas skor = 3 4. Kurang puas skor = 2 5. Sangat kurang puas skor = 1
Prestasi kerja adalah hasil kerja atau out put dari masing – masing dosen dengan indicator Tri Dharma Perguruan Tinggi yang terdiri dari: a) Pendidikan dan Pengajaran b). Penelitian c). Pengabdian pada masyarakat. 2) Variabel Independent ( X ) Variabel bebas merupakan variabel motivasi yang terdiri dari beberapa variabel dengan notasi “X” antara lain: a) Kebutuhan Fisiologis (X1) b) Kebutuhan Keselamatan Kerja(X2) c) Kebutuhan Sosial (X3) d) Kebutuhan Penghargaan (X4) e) Kebutuhan Aktualisasi Diri (X5)
Uji Validitas dan Reliabilitas 1). Uji Validitas Sebuah instrument kuesioner dikatakan valid, jika mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secaratepat. Untuk menguji validitas dilakukan dengan mengkorelasikan setiap item dengan total score variabelnya (Construct validity), dengan menggunakan rumus korelasi product moment 2). Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan ( Singarimbun dan Efendy, 1989 ). Untuk mengetahui alat ukur itu reliable atau tidak, diperlukan uji dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach. Untuk koefisien diatas 0.6 dianggap reliable. Hasil analisis terhadap uji
82 |
JURNAL EcoBuss . Vol. 1, No 1 Maret 2013
reliabilitas menunjukkan nilai alpha sebesar 0.8330, dengan demikian dapat disimpulkan alat ukur tersebut reliable.
Seperti dikatakan Rietvelt dan Lasmono ( 1994 : 52 ) adanya autokorelasi bertentangan dengan asumsi dasar regresi berganda, yaitu tidak ada korelasi diantara galat acaknya atau munculnya suatu data dipengaruhi data sebelumnya, kalau hal ini terjadi berarti secara intusi dapat dikatakan koefisien korelasi yang diperoleh kurang akurat. Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi digunakan uji Durbin Watson.
Gujarati ( 1993 : 157 – 201 ) menyatakan bahwa ada 3 penyimpangan asumsi klasik yang dapat terjadi dalam penggunaan model regresi linier berganda yaitu Multikolinieriitas, Heteroskedastisitas dan autokorelasi. Untuk menghindari adanya penyimpangan tersebut perlu diuji atau dideteksi terhadap ketiga penyimpangan tersebut.
Analisis Data 1. Multikolinieritas Multikolinieritas berarti adanya korelasi linier diantara satu atau lebih variabel bebas. Menurut Piet Rietvelt dan Lasmono Tri Sunaryono (1994 : 54) akibat multikolinieritas ini akan sulit untuk memisahkan pengaruh masing – masing variabel bebas terhadap variabel tidak bebas. Untuk mendeteksi keberadaan ini dilakukan analisa korelasi person diantara variabel bebas, jika tidak terjadi korelasi yang bermakna berarti tidak terjadi multikolinieritas. Atau membandingkan probabilitas masing – masing variabel bebas dengan alpha 0.05, jika nilai probabilitasnya lebih kecil dari nilai alpha, maka diktakan terjadi multikolinieritas.
2. Heteroskedastik Rietvelt dan Lasmono ( 1994 : 52 ) menyatakan bahwa variasi residual tidak sama untuk semua pengamatan. Cara yang digunakan untuk mendeteksi terjadinya Heteroskedastik digunakan uji Gletser dengan cara meregresikan variabel – variabel bebas dengan variabel gangguan ( residual absolud ), apabila r hitung lebih kecil dari nilai kritis berarti tidak terjadi penyimpangan asumsi klasik.
Analisis data dalam penelitian ini mengunakan analisis korelasi dan regresi baik yang sederhana maupun berganda. Keseluruhan rangkaian analisis menggunakan alat bantu program computer SPSS for windows versi 7.5.
Analisis Hasil Penelitian Analisis Hipotesis Pertama Dengan menggunakan bantuan program SPSS for windows, maka hasil analisi kuantitatif untuk membuktikan pengaruh variabel – variabel motivasi terhadap prestasi kerja dosen dapat dilihat pada table berikut : Tabel 4 RINGKASAN ANALISIS PENGARUH VARIABEL MOTIVASI TERHADAP PRESTASI KERJA DOSEN No 1
X1 (Kebutuhan Fisiologis)
0.392
2
X2 (Kebutuhan Keselamatan kerja)
0.717
3
X3 (Kebutuhan Sosial)
4
X4 (Kebutuhan Penghargaan)
5
X5 (Kebutuhan Aktualisasi Diri)
–0.143 –0.00031 0.239
Multiple R
= 0.577
F
= 3.392
R Square
= 0.333
Sig F
= 0.014
Konstanta
= 15.181
DW
= 1.554
Sumber : Data diolah dari spss
3. Autokorelasi
KOEFISIEN REGRESI
VARIABEL – VARIABEL MOTIVASI
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
Dari table 4 diatas dapat menghasilkan persamaan regressi sebagai berikut : Y = 15.181 + 0.392 X1 + 0.717X2 –0.141X3 – 0.00031X4) + 0.239X5 + e Dari persamaan regresi tersebut dapat diartikan bahwa jika kebutuhan fisiologis (X 1), kebutuhan keselamatan kerja (X2), kebutuhan aktualisasi diri (X5) ditingkat kan, maka akan berdampak meningkatkan prestasi kerja (Y), sedangkan untuk kebutuhan social (X3) dan kebutuhan penghargaan (X1) dengan koefisien yang bertanda negative artinya meskipun kebutuhan social dan kebutuhan penghargaan dinaikkan atau ditingkatkan untuk kondisi tertentu belum dapat meningkatkan prestasi kerja. Dari table tersebut nampak bahwa variabel – variabel motivasi (X1, X2, X3, X4 dan X5) secara serempak berkontribusi sebesar 33,3% hal ini terlihat dari angka R Square sebesar 0.333 atau model regresi linier berganda untuk variabel – variabel bebasnya secara bersama – sama mampu memberikan kontribusi sebesar 33.3% sedangkan 66.7% dipengaruhi dari luar model. Sedangkan angka Multiple R nya adalah 0.577 hal ini menunjukkan adanya hubungan positif yang cukup kuat antara variabel–variabel bebas dengan variabel tidak bebas dengan tingkat signifikansi F sebesar 0.014 atau lebih kecil dari nilai alpha 0.05. Berdasarkan uji serempak ( F ) seperti Nampak pada table 10 menunjukkan angka F hitung sebesar 3.392 sedangkan besarnya F table adalah 2.49 dengan alpha 5%, ini berarti bahwa F hitung > F table dengan probabilitas 0.014 < 0.05, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis pertama yang menyatakan diduga variabel – variabel motivasi kebutuhan fisiologis (X1), kebutuhan keselamatan kerja (X2), kebutuhan social (X 3), kebutuhan penghargaan (X4) dan kebutuhan aktualisasi diri (X5) secara bersama – sama mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap
| 83
prestasi kerja dosen Universitas Panca Marga Probolinggo telah terbukti atau hipotesis alternative (Ha) diterima. Analisis Hipotesis kedua Untuk membuktikan dugaan bahwa dari lima variabel motivasi yaitu (X1, X2, X3, X4 dan X5) bahwa kebutuhan fisiologi (X1) mempunyai pengaruh dominan terhadap prestasi kerja dosen dapat dilihat table berikut : Tabel 5 SIGNIFIKANSI PENGARUH VARIABEL – VARIABEL MOTIVASI TERHADAP PRESTASI KERJA DOSEN Variabel
B
X1 X2 X3 X4 X5 Constanta
0.392 0.717 –0.143 –0.00031 0.239 15.181
T Hitung T Tabel Sig, T 1.607 2.730 –0.818 –0.001 1.175 5.581
2.04 2.04 2.04 2.04 2.04
0.117 0.010 0.419 0.999 0.248 0.000
Sumber : Data diolah Dari table tersebut dapat diketahui bahwa T hitung yang mempunyai nilai lebih besar dari T Tabel adalah Variabel X 2 yaitu variabel kebutuhan keselamatan kerja dengan T hitung 2.730 > T Tabel 2.04 dan koefisien regresi paling besar dan positif yaitu 0.717 dengan tingkat signifikansi lebih kecil dari nilai alpha yaitu 0.010 < 0.05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh variabel keselamatan kerja ( X2 ) mempunyai pengaruh paling dominan dibanding dengan variabel yang lain. Sedangkan variabel kebutuhan fisiologis ( X1 ) mempunyai T hitung 1.607 < T Tabel 2.04, dengan tingkat signifikansi lebih besar yaitu 1.117 > 0,05. Dengan demikian hipotesis kedua yang diduga bahwa variabel motivasi kebutuhan fisiologis ( X1 ) mempunyai pengaruh paling dominan terhadap prestasi kerja dosen ( Y ) tidak terbukti atau hipotesis alternative ( Ha )
84 |
JURNAL EcoBuss . Vol. 1, No 1 Maret 2013
ditolak atau dugaan bahwa kebutuhan fisiologis
-1.195 (X3)
0.24156
2.042
0.05
( X1 ) mempunyai pengaruh dominan terhadap prestasi kerja dosen di Universitas Panca Marga Probolinggo tidak terbukti.
2.096 (X4)
0.04364
2.042
0.05
-0.712 (X5)
0.48149
2.042
0.05
Sumber : Data diolah
Analisis Ekonometrik Agar supaya model regresi linier berganda juga diterima secara ekonometrika dan estimator – estimator yang diperoleh sudah memenuhi syarat Best Linier Unbiased Estimation (BLUE), maka diperlukan analisis sebagai berikut : 1. Analisis Multikolinieritas Model linier klasik mengasumsikan tidak akan terjadi atau tidak ada multikolinieritas diantara variabel bebas yang ada dalam model atau tidak terjadi hubungan linier yang sempurna apabila koefisien korelasi diantara variabel bebasnya lebih kecil sama dengan 0,80 atau multikolinieritas tidak menjadi masalah yang serius apabila multikol masih berada pada batas toleransi yaitu 0,80 ( Emory, 1980 : 448 ). Dari hasil analisis korelasi antara variabel bebas dengan alat bantu SPSS ternyata menghasilkan angka probabilitas < 0,05 sehingga bisa dikatakan terjadi multikolinieritas antara variabel bebasnya, namun jika memperhatikan pendapat Emory diatas, korelas antara variabel bebas masih berada dibawah batas toleransi yaitu 0,80, sehingga multikolinieritas dianggap tidak menjadi masalah. 2. Analisis Heteroskedastik Tabel 6 RINGKASAN HASIL UJI GLETSER TERHADAP HETEROSKEDASTIK T (DF = 34)
Prob ( p )
T Tabel
Alpha
-0.092 (X1)
0.92721
2.042
0.05
0.865 (X2)
0.39334
2.042
0.05
Memperhatikan table diatas variabel X 4 terjadi heteroskedastik yang diperkuat dengan nilai probabilitasnya 0.04364 lebih kecil dibanding dengan nilai alpha 0.05 sedangkan untuk variabel – variabel yang lain tidak terjadi heteroskedastik karena nilai probabilitasnya lebih besar disbanding dengan nilai alpha. 3. Analisis Autokorelasi Gujarati ( 1993 : 217 ) menyatakan bahwa untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi dapat diketahui melalui nilai ( d ) yang diperoleh dari hasil perhitungan Durbin Watson, jika nilai ( d ) yang diperoleh sebesar 2 atau mendekati nilai 2, maka diasumsikan tidak terjadi autokorelasi baik positif aupun negative, apabila nilai ( d ) semakin mendekati nilai nol ( 0 ), maka semakin besar bukti terjadinya autokorelasi positif, dan jika nilai ( d ) semakin mendekati nilai 4, maka semakin besar adanya serial korelasi negative. Algifari (1997 : 79) memberikan criteria ada tidaknya autokorelasi sebagai berikut : Tabel 7 KRITERIA ADA TIDAKNYA AUTOKORELASI DW
KESIMPULAN
Kurang dari 1.0 1.10 – 1.54 1.55 – 2.46 2.47 – 2.90 Lebih dari 2.91
Ada autokorelasi Tanpa kesimpulan Tidak ada autokorelasi Tanpa kesimpulan Ada autokorelasi
Sumber : Algifari ( 1997 : 79 ) Dari hasil analisis Durbin Watson ( DW ) ternyata nilai ( d ) yang diperoleh sebesar 1.554 sehingga bisa disimpulkan tidak terjadi autokorelasi diantara galat acaknya.
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
KESIMPULAN 1. Variabel–variabel motivasi yang terdiri dari kebutuhan fisiologis (X1), kebutuhan keamanan dan keselamatan kerja (X2), kebutuhan social (X3), kebutuhan penghargaan (X4) dan kebutuhan aktualisasi diri (X5) mempunyai hubungan yang cukup kuat terhadap prestasi kerja dosen (Y) hal ini dibuktikan dari nilai koefisien multiple R (korelasi), sebesar 0.58069, sedangkan koefisien determinasi R (RSquare) adalah 0.33720 ini berarti variabel–variabel bebasnya secara bersama–sama mampu memberikan kontribusi pada variabel tidak bebasnya sebsar 33,720%. Dilihat dari F hitung = 3,45940 > F table = 2,49 pada alpha 0,05 ( DF=34 ) ini membuktikan hipotesis pertama dalam penelitian ini diterima 2. Dari variabel – variabel motivasi yang terdiri dari kebutuhan fisiologis (X1), kebutuhan keamanan dan keselematan kerja (X2), kebutuhan social (X3), kebutuhan penghargaan (X4) dan kebutuhan aktualisasi diri (X5), ternyata yang mempunyai pengaruh paling dominan adalah variabel kebutuhan keamanan dan keselamatan kerja (X2) dengan koefisien regresi sebesar 0,717.
| 85
baik melalui menambah jumlah matakuliah, menambah jam mengajar atau menambah biaya per SKS atau menambah gaji pokok dan tunjangan–tunjangan bagi yang berstatus dosen tetap sehingga gairah dan semangat kerjanya bisa ditingkatkan 2. Mengingat keamanan dan keselamatan kerja (X2) mempunyai pengaruh paling besar terhadap prestasi kerja dosen, maka diharapkan kepada pihak pengelola menambah atau meningkatkan jaminan keamanan dan keselamatan kerja bagi dosen. 3. Agar para dosen lebih termotivasi lagi hendaknya kebutuhan aktualisasi diri dalam hal ini menduduki jabatan yang lebih tinggi, baik struktural maupun non struktural hendaknya dilakukan dengan kriteria, mekanisme jelas, transparan dan lebih adil 4. Penelitian ini hanya meneliti para dosen, maka sangat perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan obyek yang lebih luas dengan toeri – teori baru sehingga hasilnya bisa diperbandingkan, mengingat penelitian variabel – variabel motivasi terhadap prestasi kerja dosen hanya memberikan pengaruh 33,72%, sedangkan yang 66,28% dipengaruhi oleh variabel yang lain diluar model.
SARAN Berdasarkan pada hasil pembahasan dan kesimpulan, maka peneliti memberikan saran – saran sebagai berikut : 1. Mengingat tanggapan responden terhadap jumlah gaji atau honor yang diterima mayoritas menyatakan kurang puas yaitu 50% responden sekaligus melihat perkembangan jumlah mahasiswa yang semakin bertambah banyak, maka diharapkan kepada pihak pengelola baik itu Yayasan maupun pihak rektorat hendaknya lebih mengupayakan tambahan penghasilan
DAFTAR PUSTAKA Anto Dayan, 1986.Pengantar Metode statistic Jilid II Penerbit LP3ES Jakarta Arikunto Suharsimi, 1993, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek Penerbit Rineka Cipta Jakarta Algifari, 1997, Analisis Regresi, Edisi Pertama, Teori Kasus dan Solusi, Penerbit BPFE. Jogyakarta
86 |
JURNAL EcoBuss . Vol. 1, No 1 Maret 2013
Atkinson, Introduction to motivation , New York Venestra Reinhole Ali A Hasimi, 1996, Intisari Manajemen, Bina Aksara Jakarta
Manullang M, 1988, Dasar–dasar Manajemen, Cetakan ketigabelas, Ghalia Indonesia, Jakarta. Nasir Moh, 1985, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia Jakarta
Effendy, Onong U, 1986, Human Ralation dan Publik Ralation dalam Manajemen, Alumni Bandung
Niti
Emory, C William, 1980, Bussines Research Methode, Revised Edition, Richard D Irwin, INC Home Lilinois 64030
Ritvelt, Piet dan Lasmono Tri Sunaryono, 1993, Masalah Pokok Dalam Regresi Berganda, Andi Obset, Jogyakarta.
Gujarati, Damodar 1993 Ekonometrika Dasar, Terjemahan Erlangga, Jakarta
Ranupandoyo, Heijrachman dan Suad Husnan, 1997, Manajemen Personalia Edisi IV, BPFE, Yogyakarta.
Gibson, Jame L, John I Vancevich and H Donelly, 1985, Organization, Behaviour Structure Processes, 5 th, ed Bussines Publication Inc, Texas Hadi, Sutrisno, 1997, Metodologi Research, Jilid I, Cetakan kedua puluh Sembilan, Penerbit Andi Jogyakarta Mc. Amstrong, 1988, Manajemen Sumber Daya Manusia, Terjemahan PT Alex Media Komputindo. Jakarta Maslow Abraham H, 1994. Motivasi dan Kepribadian Teori- Motivasi dengan pendekatan Hirarkies Kebutuhan Manusia LPPM Jakarta Makridarkis, Spyros dkk, 1995, Metode Aplikasi Peramalan, Terjemahan, Cetakan Kelima, Erlangga Jakarta
Semito, Alexs, 1980, Manajemen Personalia, Cetakan II, Sasmita Bross
Resohadi Projo, Sukanto dan T Hani Handoko, 1986, Organisasi Perusahaan, BPFE, Yogyakarta Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendy, 1986, Metode Penelitian Survey LP3ES Jakarta Sumodiningrat, Gunawan, 1994, Ekonometrika Pengantar, BPFE Yogyakarta Siagian Sondang P, 1997, Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan keenam, Bumi Aksara Jakarta Sujana, 1993, Statistik Edisi Kedua, Tarsito Bandung Thoha, Miftah, 1983, Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya CV Rajawali , Jakarta
Martoyo Susilo, 1996. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi III, BPFE Jogyakarta
IDENTITAS PENULIS Nama : H.M. Syaiful Bahri, S.E., M.M. Perguruan Tinggi : Universitas Panca Marga Probolinggo Alamat : Jl. Yos Sudarso Pabean Dringu Probolinggo 67271 Telp./Faks. : (0335) 422715 / (0335) 427923
JURNAL ECONOMI AND BUSINESS ISSN 2337-9340
DEWAN REDAKSI JURNAL ECOBUSS FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PANCA MARGA PROBOLINGGO PENANGGUNG JAWAB : PIMPINAN REDAKSI : SEKRETARIS REDAKSI : PENYUNTING AHLI :
H.M. SYAIFUL BAHRI, SE.,MM. Dr. NANIS HAIRUNISYA, MM. MOH. ISKAK ELLY, SE.,MM. PROF. Dr. ABD. HARIS Dr.YUDI SUHARSONO KHUSNIK HUDZAFIDAH, SE., M.Si. Drs. SYAMSUL ICHWANTO A.ZAINUDIN, S.Pd.,MM. PENYUNTING PELAKSANA:ELOK DWI VIDIASTUTIK, SE., MSi SEGER PRIHANTONO, SE., MSi MOH. SYARIF HIDAYATULLAH, SE., MM DEWI ENDAH FAJARINA, SE.,M.Pd. SISTRIBUSI : ALIMUL HAKIM, SE., MM. ALBERT STEINADO, SE.,MM. ERLAN SANTOSO, SE., MM ALAMAT REDAKSI : JLN. YOS SUDARSO 107 PABEAN DRINGU PROBOLINGGO. 67271 TELP. (0335) 422715 – 427923. Home page:http://www.upmekonomi.blgspot.com. e-mail:
[email protected] JURNAL EcoBuss diterbitkan Maret 2013 Oleh Fakultas Ekonomi Universitas Pancamarga Probolinggo. Terbit dua kali setahun bulan Maret dan September. Berisi tulisan-tulisan yang diangkat dari hasil penelitian di bidang Economic & Business (EcoBuss), Artikel Telaah (review Article) dimuat atas undangan. ISSN 2337-9340. Penyunting menerima sumbangan tulisan yang belum pernah diterbitkan dalam media lain. Naskah diketik atas kertas HVS A4 spasi 1,5. Naskah yang masuk dievaluasi dan disunting untuk keseragaman format, istilah dan cara lainnya.
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
|i
ii | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................................................
i
1. Pengembangan Produk Unggulan Industri Kecil Dan Strategi Pemasaran Berbasis Analisis Swot Abdul Haris, Prof. Dr.............................................................................................................
1
2. Pendidikan Ekonomi Masyarakat Melalui Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MPd) Nanis Hairunisya, Dr .............................................................................................................
14
3. Peranan Guru Dan Numbered Heads Together (Nht) Dalam Menumbuhkan Minat Belajar Siswa Di SMA Lab UM Malang Dewi Endah Fajariana, S.Pd.,M.Pd .......................................................................................
33
4. Hubungan Motivasi Dengan Produktivitas Kerja Guru A. Zainudin, S.Pd. M.M. .........................................................................................................
40
5. Pengaruh Citra Dan Kepercayaan Merek Pada Pembelian Dengan Keterlibatan Produk Sebagai Pemoderasi Dan Niat Pembelian Serta Tambahan Merek Sebagai Pemediasi Muhammad Syarif Hidayatullah Elmas, SE,. M.M. ................................................................
48
6. Pengaruh Variabel – Variabel Motivasi Terhadap Prestasi Kerja Dosen Di Universitas Panca Marga Probolinggo H M. Syaiful Bahri. SE;MM ...................................................................................................
73
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
| iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa yang telah memberi kekeuatan kepada Tim Redaksi sehingga Jurnal EcoBuss Volume 1 Nomor Edisi Maret 2013 bisa diterbitkan. Jurnal EcoBuss merupakan jurnal ilmiah ilmu ekonomi baik ilmu akuntansi, mangemen, bisnis/kewirausahaan, studi pembangunan maupun pendidikan ekonomi yang diterbitkan oleh Fakultas Ekonomi Universitas Panca Marga Probolinggo. Jurnal ini adalah edisi pertama pada tahun pertama dan akan terbit secara berkala setiap dua kali dalam satu tahun. Jurnal EcoBuss merupakan media informasi dan komunikasi dari berbagai hasil penelitian dosen, mahasiswa, praktisi, dan akademisi yang berkecimpung dan menaruh minat serta perhatian pada perkembangan ilmu ekonomi. Terimakasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi pada penerbitan jurnal EcoBuss ini dan semoga jurnal ini bisa bermanfaat bagi semua pihak.
Probolinggo, Maret 2013 Tim Redaksi
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013.
iii