Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
RINGKASAN ESEKUTIF 1.
Dalam rangka mewujudkan sasaran produksi tanaman pangan, telah ditetapkan strategi peningkatan produksi, yaitu peningkatan produktivitas, perluasan areal tanam, pengamanan produksi, dan pemberdayaan kelembagaan pertanian dan dukungan pembiayaan usahatani.
2.
Pengamanan produksi tanaman pangan terkait erat dengan perlindungan terhadap gangguan serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan Dampak Perubahan Iklim (DPI), dilaksanakan melalui berbagai kegiatan perlindungan tanaman pangan. Sesuai dengan sumberdaya yang tersedia, pada Tahun 2012 telah dilakukan kegiatan yang meliputi penyusunan naskah buku, penguatan SDM, penguatan kelembagaan, inovasi dan diseminasi teknologi perlindungan tanaman, dan penyediaan sarana pengendalian OPT. Berdasarkan evaluasi, luas banjir pada tanaman pangan utama (padi, jagung, kedelai, dan kacang tanah) Tahun 2012 mencapai 153.623 ha (puso: 33.192 ha), terluas terjadi pada tanaman padi seluas 140.125 ha (29.233 ha), kemudian diikuti oleh jagung (11.101 ha, puso : 2.601 ha), kedelai (2.340 ha, puso : 1.338 ha), dan kacang tanah (58 ha, puso : 21 ha). Kekeringan pada tanaman pangan utama (padi, jagung, kedelai, dan kacang tanah) selama Tahun 2012 seluas 292.612 ha (puso : 45.030 ha) terluas terjadi pada tanaman padi (269.273 ha, puso: 43.392 ha), kemudian diikuti oleh jagung (21.641 ha, puso : 1.508 ha), kedelai (1.546 ha, puso : 130 ha), dan kacang tanah (153 ha). Serangan OPT utama pada tanaman pangan utama (padi, jagung, kedelai, dan kacang tanah) Tahun 2012 seluas 457.492 ha (puso : 1.764 ha), terluas disebabkan oleh OPT utama padi (420.552 ha, puso: 1.689 ha), kemudian diikuti jagung (26.532 ha, puso: 53 ha), kedelai (5.221 ha, puso: 15 ha), dan kacang tanah (5.187 ha, puso : 7 ha).
3.
4.
5.
6.
Luas pertanaman padi yang mengalami puso akibat banjir, kekeringan, dan serangan OPT utama selama Tahun 2012 seluas 74.313 ha. Luas tersebut sebesar 0,55% dari realisasi luas tanam padi pada Tahun 2012 seluas 13.592.309 ha.
7.
Pada tanaman terserang telah dilakukan upaya pengendalian oleh petani secara swadaya maupun memanfaatkan bantuan sarana pengendalian dari pemerintah (kecamatan, kabupaten, provinsi, dan pusat/cadangan nasional). Pengendalian OPT utama pada tanaman pangan Tahun 2012 seluas 899.643 ha.
8.
Dalam penanganan OPT dan DPI, telah dilaksanakan kegiatan yang meliputi penguatan kualitas SDM melalui pelatihan petugas dalam pelaksanaan dan
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
pengembangan PHT dan penggunaan program SIM OPT versi 2.1 yang telah disempurnakan, pemberdayaan THL Tenaga Bantu POPT-PHP, penyediaan dan penyebarluasan teknologi perlindungan tanaman pangan, gerakan pengendalian OPT, pembinaan dan pengawalan pelaksanaan SLPHT dan SLI, penyediaan sarana pengendalian OPT, dan koordinasi dengan instansi terkait. 9.
Pelaksanaan SLPHT yang direncanakan di seluruh provinsi sejumlah 1.950 unit, selama Tahun 2012 telah direalisasikan sebanyak 1.937 unit (99,33%), sedangkan SLI yang direncanakan sejumlah 130 unit yang tersebar di 33 provinsi dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana (100%).
10. Disamping kegiatan yang telah dilakukan diatas, untuk penanganan banjir, kekeringan dan menekan luas dan intensitas serangan OPT utama, juga dilakukan berbagai kegiatan antara lain pengiriman informasi prakiraan iklim dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) kepada Gubernur, pengiriman surat kewaspadaan peningkatan serangan OPT, dan langkah operasional penanganannya kepada Gubernur, konsolidasi petugas, pembentukan POSKO Pengendalian OPT (tingkat Kabupaten, Kecamatan, dan desa), menurunkan tim pemantauan dan bimbingan teknis (provinsi, kabupaten, kecamatan), dan penyediaan bantuan pestisida cadangan nasional. 11. Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan perlindungan tanaman pangan yaitu beragamnya kelembagaan perlindungan tanaman di daerah, terbatasnya kualitas THL Tenaga Bantu POPT-PHP, ketergantungan pemerintah provinsi dan kabupaten/kota, kurang lancarnya arus informasi/pelaporan, belum optimalnya koordinasi penanganan OPT, perubahan iklim dan faktor lingkungan yang kurang mendukung, dan belum optimalnya pemberdayaan kelembagaan PHT di tingkat lapangan (LPHP, BPT, PPAH, dan alumni SLPHT). 12. Dukungan anggaran (APBN dan APBN-P) untuk pelaksanaan kegiatan pengamanan produksi pada Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2010 berjumlah Rp. 355.101.468.000,- (Tiga ratus lima puluh lima milyar seratus satu juta enam puluh delapan ribu). Sampai akhir Desember 2012, realisasi anggaran mencapai Rp. 341.265.762.113,- (96,10%). Berdasarkan alokasi anggaran, secara umum, kegiatan yang direncanakan pada Tahun 2012 dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan, sasaran dan waktu. Sedangkan sisa anggaran merupakan penghematan dari beberapa kegiatan pertemuan dan pemberian bantuan penanggulangan bencana.
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
KATA PENGANTAR Perlindungan Tanaman Pangan merupakan bagian integral dari sistem produksi yang berfungsi menjaga kuantitas, kualitas dan kontinuitas hasil. Sesuai dengan fungsi tersebut, pada Tahun 2012 telah dilaksanakan berbagai kegiatan yang telah direncanakan. Untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan, permasalahan dan capaian yang telah diperoleh, perlu disusun Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. Laporan ini juga menyajikan kegiatan ketatausahaan yang mendukung pelaksanaan program dan kegiatan, Koperasi Daya Guna, serta Ikatan Karyawati (Ikawati). Kami berharap laporan ini dapat memberikan informasi dan sebagai bahan pemantapan program pembangunan tanaman pangan, khususnya dalam upaya pengamanan produksi pada tahun – tahun mendatang. Kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan laporan ini, kami sampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih atas partisipasinya. Jakarta, April 2012 Direktur,
Ir. Erma Budiyanto, M.S. NIP. 195707011982031012
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
DAFTAR ISI Halaman
RINGKASAN EKSEKUTIF ..........................................................................................
i
KATA PENGANTAR ..................................................................................................
iii
DAFTAR ISI .………………………………………………………………...........................................
iv
DAFTAR TABEL…………………………………………………………….........................................
vi
DAFTAR GAMBAR ……………………..…………...……………...….......................................…
vii
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………..................................................
ix
I.
PENDAHULUAN ......…………………………………………................…….....................
1
II.
ORGANISASI DAN KETATAUSAHAAN ...........……………….................….............
3
A.
Organisasi….……………………………………………...………………...............…................
3
B.
Ketatausahaan …………………..………………………..................................................
9
C.
Rumah Tangga ................................................................................................
13
D.
Keuangan ........................................................................................................
17
III.
EVALUASI DAMPAK FENOMENA IKLIM (DPI) ........………..............…….………...
21
A.
Evaluasi Musim ……………………………….…………..……………..................................
21
B.
Evaluasi Kerusakan Akibat Banjir dan Kekeringan …………………................……
IV.
EVALUASI LUAS SERANGAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN .....
22 30
A.
Padi ………………………………....………………….....................………...........................
31
B.
Palawija ………………………………………….……....................................……...............
38
V.
EVALUASI LUAS PENGENDALIAN OPT …..……................................................
43
A.
Upaya Pengendalian .……………………....................................…………................
44
B.
Teknologi Pengendalian ..………………………………................................…............
46
C.
Luas Pengendalian …………………………………………................…...........................
47
D.
Kasus-Kasus Penggunaan Pestisida ................................................................
50
VI.
EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN TAHUN 2012 .....................................
51
A.
Bahan Rekomendasi Kebijakan Menteri Pertanian di Bidang Perlindungan Tanaman Pangan ...........................................................................................
51
B.
Pedoman Perlindungan Tanaman Pangan ....................................................
53
C.
Bahan Informasi Perlindungan Tanaman Pangan .........................................
55
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
D.
Pelatihan Teknis Perlindungan Tanaman Pangan .........................................
56
E.
Pengembangan Sistim Informasi Management (SIM) ..................................
62
F.
Rapat-Rapat Koordinasi ................................................................................
63
G.
Penguatan Kelembagaan ..............................................................................
78
H.
Penanggulangan Hama dan Penyakit Tanaman ............................................
I.
Pengembangan Jabatan Fungsional Pengendali – OPT .................................
82 84
J.
Bantuan Sarana Kerja Petugas Lapangan dan Petani Pengamat ..................
84
K.
Bantuan Sarana Pengamatan (Light Trap) dan Mobil Brigade Proteksi Tanaman Pangan ...........................................................................................
L.
Bantuan Bahan Pengendali OPT dan Sarana Lainnya ....................................
85
K.
Bantuan Penanggulangan Padi Puso (BP-3) .................................................
85
VII.
KEGIATAN LAIN .............................................................................................
87
A.
Komisi-Komisi ................................................................................................
87
B.
Kerjasama Luar Negeri ..................................................................................
87
C.
Koperasi Daya Guna ………….…………………..………………………..……....................
92
D.
Ikawati …………………………………..……….………………………...…..............................
93
VIII.PERMASALAHAN DAN UPAYA PEMECAHANNYA .............................................
95
PENUTUP ................................................................................................................
97
LAMPIRAN …………………………..……...……………………………..………................................
99
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
85
DAFTAR TABEL
Tabel
Hal
1. Daftar Pegawai yang Naik Pangkat pada Tahun 2012 …………………...............
11
2. Daftar Pegawai yang Naik Gaji Berkala pada Tahun 2012 …….……................
12
3. Daftar Barang Inventaris Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan...........
14
4. Daftar Inventaris Kendaraan Roda 2 dan Roda 4 Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan ..........................................................................................
15
5. Rekapitulasi Pembayaran Gaji Pegawai Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 …………………………………..…………….…
16
6. Jumlah Anggaran Keuangan per tolok ukur dan Persentase pada Kegiatan Perlindungan Tahun Anggaran 2012 …........……………………………..…………….…
18
7. Realisasi Anggaran Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012...............................................................................................................
19
8. Daftar Jumlah Dokumen Kegiatan Pengadaan Barang dan Jasa Direktorat Pelindungan Tanaman Pangan .....................................................................
20
9. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama Padi pada Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) ………….....................................................
31
10. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama Jagung pada Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010)……............................................................
38
11. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama Kedelai pada Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010)…................................................................
40
12. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama Kacang Tanah Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) .................................................…….
41
13. Luas Pengendalian OPT Utama Padi Tahun 2012 dan Tahun 2011…………....
48
14. Luas Pengendalian OPT Utama Palawija Tahun 2012 dan Tahun 2011 ........
48
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
DAFTAR GAMBAR Gambar
Hal
1.
Perkembangan Luas Kerusakan Akibat Banjir pada Tanaman Padi Tahun 23 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) ……........................................
2.
Perkembangan Luas Kerusakan Akibat Banjir pada Tanaman Jagung Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) ..................................
24
3.
Perkembangan Luas Kerusakan Akibat Banjir pada Tanaman Kedelai Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) ……............................
25
4.
Perkembangan Luas Kerusakan Akibat Banjir pada Tanaman Kacang 26 Tanah Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) .......................
5.
Perbandingan Luas Kerusakan Akibat Banjir pada Tanaman Pangan Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) .............................................
26
6.
Perkembangan Luas Kerusakan Akibat Kekeringan pada Tanaman Padi Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) ………….....................
27
7.
Perkembangan Luas Kerusakan Akibat Kekeringan pada Tanaman Jagung Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) ……………………………
28
8.
Perkembangan Luas Kerusakan Akibat Kekeringan pada Tanaman Kedelai Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) ……………………………....
29
9.
Perkembangan Luas Kerusakan Akibat Kekeringan pada Tanaman Kacang Tanah Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) …………….…
30
10. Perbandingan Kerusakan Akibat Kekeringan pada Tanaman Pangan Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) …........................................... 11. Perkembangan Luas Serangan Tikus pada Tanaman Padi Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010)….......................................……………
30
12. Perkembangan Luas Serangan Penggerek Batang pada Tanaman Padi Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) ................................
32
33
13. Perkembangan Luas Serangan WBC pada Tanaman Padi Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010)…...........................................……….
34
14. Perkembangan Luas Serangan Penyakit Blas pada Tanaman Padi Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) …….......................................
35
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
Gambar 15. Perkembangan Luas Serangan Penyakit BLB/kresek pada Tanaman Padi Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) ……………………………. 16. Perkembangan Luas Serangan Penyakit Tungro pada Tanaman Padi Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) ………………………………
Hal 36 37
17. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Jagung Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) ……………………….....................
39
18. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Kedelai Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) …………………………………………
40
19. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Kacang Tanah Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010)………………………………
42
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. 2.
Hal
Struktur Organisasi Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Berdasarkan Permentan No.61/Permentan/OT.140/10/2010 ..…....
100
Perbandingan Luas Banjir Pada Tanaman Padi Di Indonesia Tahun
101
2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) …............................... 3. 4.
Luas Banjir Pada Tanaman Padi Di Indonesia Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) …...................................................
101
Perbandingan Luas Banjir pada Tanaman Palawija Tahun 2012,
103
2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) .....….................................... 5.
Luas Banjir Pada Tanaman Jagung Di Indonesia Tahun 2012, 2011,
104
dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) …................................................... 6.
Luas Banjir Pada Tanaman Kedelai Di Indonesia Tahun 2012, 2011,
105
dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) …................................................... 7.
Luas Banjir Pada Tanaman Kacang Tanah Di Indonesia Tahun
106
2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) …............................... 8.
Perbandingan Luas Kekeringan pada Tanaman Padi Tahun 2012,
107
2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) ........……………………………..... 9.
Luas Kekeringan pada Tanaman Padi Di Indonesia Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) ..............…………….…….........
108
10. Perbandingan Luas Kekeringan pada Tanaman Palawija Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) .........................………
109
11. Luas Kekeringan Pada Tanaman Jagung Di Indonesia Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) ............................................
110
12. Luas Kekeringan Pada Tanaman Kedelai Di Indonesia Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) ...........................................
111
13. Luas Kekeringan Pada Tanaman Kacang Tanah Di Indonesia Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010)..................................
112
14. Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Padi Tahun 2012 …….....
113
15. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Padi Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) ....……............
114
16. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama Pada Tanaman Padi Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) ................... 17. Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Jagung Tahun 2012 ….... Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
118 120
Lampiran
Hal
18. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Jagung Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) ..............……...
121
19. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama Pada Tanaman Jagung Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) .................... 20. Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Kedelai Tahun 2012 …...
125 127
21. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Kedelai Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) .......................
128
22. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama Pada Tanaman Kedelai Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) ...................
132
23. Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Kacang Tanah Tahun 2012..................................................................................................
134
24. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Kacang Tanah Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) ............
135
25. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama Pada Tanaman Kacang Tanah Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) ............
139
26. Luas Pengendalian OPT Utama Pangan Tahun 2012 dan 2011 ........
140
27. Luas Pengendalian OPT Utama Padi Tahun 2012 dan 2011..............
141
28. Luas Pengendalian OPT Utama Jagung Tahun 2012 dan 2011..........
142
29. Luas Pengendalian OPT Utama Kedelai Tahun 2012 dan 2011 ........
143
30. Luas Pengendalian OPT Utama Kc Tanah Tahun 2012 dan 2011 .....
144
31. Rencana dan Realisasi SLPHT Tahun 2012 .......................................
145
32. Rencana dan Realisasi SLI Tahun 2012 .............................................
146
33. Alokasi Bantuan Sarana Pengendali OPT APBN-P Tahun 2012 ........
147
34. Alokasi Bantuan Sarana Pengendali OPT APBN-P Tahun 2012 Seed
148
Treatment ……………………………………………………………………………......... 35. Alokasi Bantuan Sarana Pengamatan dan Pengendalian Light Trap (LT) Tahun 2012 ...............................................................................
149
36. Alokasi Bantuan Penanggulangan Padi Puso (BP-3) Tahun 2012 .....
150
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
I.
PENDAHULUAN
Peranan sektor pertanian khususnya tanaman pangan dalam pembangunan nasional sangatlah penting. Upaya mewujudkan swasembada berkelanjutan padi dan jagung serta swasembada kedelai pada Tahun 2014, memerlukan strategi dan langkah operasional yang sinergis antara pusat dengan daerah. Strategi peningkatan produksi pangan diterapkan melalui perluasan areal tanam, peningkatan produktivitas, pengamanan produksi, dan pemberdayaan kelembagaan pertanian serta adanya dukungan pembiayaan usaha tani. Strategi pengamanan produksi diupayakan dalam kegiatan perlindungan tanaman pangan yang berperan penting dalam sistem produksi. Perlindungan tanaman pangan berperan dalam mengamankan kuantitas, kualitas dan kontinuitas tanaman pangan terutama dari gangguan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan Dampak Perubahan Iklim (DPI). Tantangan dan kendala yang dihadapi semakin beragam dan berat terutama dengan adanya faktor iklim yang ekstrim menyebabkan berbagai dampak seperti banjir, kekeringan, pergeseran waktu tanam, dan perubahan perilaku OPT. Dalam menangani hal tersebut diperlukan langkah-langkah strategis yang bersifat antisipatif, praktis, dan aplikatif. Upaya pengamanan OPT tetap berpedoman pada penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dan penanganan DPI melalui antisipasi dan mitigasi dampak yang akan terjadi. Berdasarkan rencana strategis tanaman pangan, telah ditetapkan program perlindungan tanaman meliputi a). Penanganan OPT, b). Antisipasi dan mitigasi DPI, c). Peningkatan mutu produk, dan d). Penguatan kelembagaan perlindungan tanaman. Sesuai dengan sumberdaya yang tersedia pada Tahun 2012, telah disusun program dan kegiatan perlindungan tanaman pangan yang terdiri dari peningkatan sumberdaya manusia, penguatan database dan pengembangan sistem informasi, inovasi dan diseminasi teknologi perlindungan tanaman, penguatan kelembagaan dan pembinaan secara berkelanjutan. Berdasarkan evaluasi kerusakan tanaman pangan utama (padi, jagung, kedelai, dan kacang tanah) selama Tahun 2012, terjadi kerusakan akibat banjir seluas 154.529 ha (puso: 33.318 ha) dan kekeringan seluas 292.613 ha (puso 45.030 ha) yang terjadi Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
1
hampir di seluruh provinsi. Luas banjir pada Tahun 2012 lebih tinggi apabila dibandingkan dengan Tahun 2011 (153.381 ha, puso : 29.834 ha), luas kerusakan Tahun 2012 menurun apabila dibandingan dengan rerata 5 Tahun (273.604 ha, puso : 91.221 ha). Luas kekeringan pada Tahun 2012 lebih tinggi apabila dibandingkan dengan Tahun 2011 (274.738 ha) sedangkan luas puso lebih rendah (54.751 ha), luas kerusakan Tahun 2012 menurun apabila dibandingan dengan rerata 5 Tahun (357.440 ha, puso : 63.461 ha). Luas kerusakan tanaman pangan yang disebabkan oleh serangan OPT utama selama Tahun 2012 mencapai luas 457.492 ha (puso: 1.764 ha). Serangan terluas disebabkan oleh OPT utama tanaman padi (penggerek batang, tikus, BLB/kresek, WBC, blas, dan tungro). Luas serangan OPT utama pada tanaman pangan tersebut lebih rendah apabila dibandingkan dengan Tahun 2011 (769.009 ha, puso: 40.774 ha) dan rerata 5 Tahun (489.755 ha, puso: 4.495 ha). Sesuai dengan sumberdaya yang tersedia, program dan kegiatan yang telah direncanakan secara umum dapat dilaksanakan, namun dalam pelaksanaannya ditemui beberapa kendala dan permasalahan. Kendala dan permasalahan tersebut meliputi dampak perubahan iklim global, sumber daya manusia yang terbatas, keragaman kelembagaan perlindungan tanaman, serta ketergantungan pemerintah daerah kepada pemerintah pusat merupakan hambatan yang dihadapi dalam upaya mengamankan produksi tanaman pangan. Dalam upaya mengatasi hambatanhambatan tersebut, perlu adanya peningkatan koordinasi Pemerintah Pusat dengan pemerintah provinsi, kabupaten/kota serta seluruh pihak yang berkepentingan, dan upaya–upaya melalui program dan kegiatan yang telah direncanakan.
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
2
II. O R G A N I S A S I & KETATAUSAHAAN A. Organisasi 1. Tugas dan Fungsi Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 61/Permentan/ OT.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, Direktorat Perlindungan anaman Pangan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perlindungan tanaman pangan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut : a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pengelolaan data organisme pengganggu tumbuhan, dampak perubahan iklim, teknologi pengendalian organisme pengganggu tumbuhan, dan pengelolaan pengendalian hama terpadu; b. Pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan data organisme pengganggu tumbuhan, dampak perubahan iklim, teknologi pengendalian organisme pengganggu tumbuhan, dan pengelolaan pengendalian hama terpadu; c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengelolaan data organisme pengganggu tumbuhan, dampak perubahan iklim, teknologi pengendalian organisme pengganggu tumbuhan, dan pengelolaan pengendalian hama terpadu; d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengelolaan data organisme pengganggu tumbuhan, dampak perubahan iklim, teknologi pengendalian organisme pengganggu tumbuhan, dan pengelolaan pengendalian hama terpadu; dan e. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
3
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/OT.140/ 10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, ditetapkan bahwa Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan terdiri dari: 1) Subdirektorat Pengelolaan Data Organisme Pengganggu Tumbuhan, 2) Subdirektorat Dampak Perubahan Iklim, 3) Subdirektorat Tumbuhan,
Teknologi
Pengendalian
Organisme
Pengganggu
4) Subdirektorat Pengelolaan Pengendalian Hama Terpadu, 5) Subbagian Tata Usaha, dan 6) Kelompok Jabatan Fungsional Adapun tugas masing-masing bagian organisasi adalah sebagai berikut : 1) Subdirektorat Pengelolaan Data Organisme Pengganggu Tumbuhan Subdirektorat Pengelolaan Data Organisme Pengganggu Tumbuhan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pengelolaan data organisme pengganggu tumbuhan. Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Subdirektorat Pengelolaan Data Organisme Pengganggu Tumbuhan menyelenggarakan fungsi : a. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang monitoring dan analisis data serta evaluasi dan pelaporan data organisme pengganggu tumbuhan; b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang monitoring dan analisis data serta evaluasi dan pelaporan data organisme pengganggu tumbuhan; c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang monitoring dan analisis data serta evaluasi dan pelaporan data organisme pengganggu tumbuhan; d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang monitoring dan analisis data serta evaluasi dan pelaporan data organisme pengganggu tumbuhan. 2) Subdirektorat Dampak Perubahan Iklim, Subdirektorat Dampak Perubahan Iklim mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
4
standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang dampak perubahan iklim. Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Subdirektorat Dampak Perubahan Iklim, menyelenggarakan fungsi : a. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang adaptasi dan mitigasi dampak perubahan iklim; b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang adaptasi dan mitigasi dampak perubahan iklim; c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang adaptasi dan mitigasi dampak perubahan iklim; d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang adaptasi dan mitigasi dampak perubahan iklim. 3) Subdirektorat Tumbuhan,
Teknologi
Pengendalian
Organisme
Pengganggu
Subdirektorat Teknologi Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan, mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang teknologi pengendalian organisme pengganggu tumbuhan. Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Subdirektorat Teknologi Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan, menyelenggarakan fungsi : a. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang identifikasi dan verifikasi teknologi pengendalian organisme pengganggu tumbuhan; b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang identifikasi dan verifikasi teknologi pengendalian organisme pengganggu tumbuhan; c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang identifikasi dan verifikasi teknologi pengendalian organisme pengganggu tumbuhan; d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang identifikasi dan verifikasi teknologi pengendalian organisme pengganggu tumbuhan.
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
5
4) Subdirektorat Pengelolaan Pengendalian Hama Terpadu, Subdirektorat Pengelolaan Pengendalian Hama Terpadu, mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pemasyarakatan dan kelembagaan pengendalian hama terpadu serta analisis dampak lingkungan. Dalam melaksanakan tugas dimaksud, Subdirektorat Pengelolaan Pengendalian Hama Terpadu, menyelenggarakan fungsi : a. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang pemasyarakatan dan kelembagaan pengendalian hama terpadu serta analisis dampak lingkungan; b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang pemasyarakatan dan kelembagaan pengendalian hama terpadu serta analisis dampak lingkungan; c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pemasyarakatan dan kelembagaan pengendalian hama terpadu serta analisis dampak lingkungan; d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pemasyarakatan dan kelembagaan pengendalian hama terpadu serta analisis dampak lingkungan. 5) Subbagian Tata Usaha, Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, perlengkapan, rumah tangga dan surat menyurat serta kearsipan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. 6) Kelompok Jabatan Fungsional. Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jenjang jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Di bidang peramalan OPT, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan didukung oleh 1 (satu) Unit Pelaksana Teknis (UPT) yaitu Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) yang berkedudukan di Jatisari, Karawang, Jawa Barat. Sedangkan untuk pengujian mutu dan residu pestisida serta pupuk, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan didukung oleh 1 (satu) unit UPT yaitu Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman (BPMPT) yang Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
6
berkedudukan di Jakarta. BBPOPT dan BPMPT secara teknis operasional dibina oleh Direktur Perlindungan Tanaman Pangan. Struktur organisasi Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan seperti tercantum dalam Bagan pada Lampiran 1. 2. Tata Hubungan Kerja Dalam upaya pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi perlindungan tanaman dalam hal peramalan dan rujukan proteksi organisme pengganggu tumbuhan di bidang tanaman pangan dan hortikultura, dilaksanakan oleh BBPOPT. Sedangkan pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi perlindungan tanaman di daerah, dilaksanakan oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah/Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura atau Bidang yang menangani perlindungan tanaman pangan di bawah Dinas Pertanian Provinsi. a. Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan adalah Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Tanaman Pangan. Secara teknis dibina oleh Direktur Perlindungan Tanaman Pangan dan Direktur Perlindungan Tanaman Hortikultura. BBPOPT mempunyai tugas melaksanakan dan mengembangkan peramalan OPT serta rujukan proteksi di bidang perlindungan tanaman pangan dan hortikultura. Dalam melaksanakan tugas dimaksud Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan menyelenggarakan fungsi : 1) Penyusunan program dan evaluasi peramalan, pengembangan peramalan OPT, dan rujukan proteksi tanaman pangan dan hortikultura. 2) Pelaksanaan analisis data dan informasi serangan OPT, dan faktor penentu perkembangan OPT. 3) Pelaksanaan pengkajian dan pengembangan teknologi peramalan, pengamatan, dan pengendalian OPT berdasarkan sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT). 4) Pelaksanaan perumusan peramalan, pengamatan, dan pengendalian OPT. 5) Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi penerapan peramalan, pengamatan, dan pengendalian OPT.
teknologi
6) Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi pengembangan sistem mutu dan standar Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit. Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
7
7) Pemberian pelayanan kegiatan peramalan, pengembangan peramalan OPT, serta rujukan Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura. 8) Pelaksanaan tata usaha dan rumah tangga BBPOPT. b. Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman (BPMPT) Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman adalah unit pelaksana teknis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Perlindungan Tanaman Pangan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian No. 393/Kpts/OT.130/6/2004 tanggal 9 Juni 2004, BPMPT mempunyai tugas melaksanakan pengujian mutu pestisida, pupuk dan produk tanaman, hortikultura dan perkebunan. Dalam melaksanakan tugasnya, Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman menyelenggarakan fungsi: 1) Pengelolaan sampel pestisida, pupuk dan produk tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan. 2) Pelaksanaan pemeriksaan dan pengujian mutu pestisida, pupuk dan produk tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan. 3) Pelaksanaan perumusan hasil pemeriksaan dan pengujian mutu pestisida, pupuk dan produk tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan. 4) Pelaksanaan pengembangan teknik dan metode pemeriksaan dan pengujian mutu pestisida, pupuk dan produk tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan. 5) Pelaksanaan pemantauan mutu pestisida dan pupuk yang beredar serta produk tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan. 6) Pemberian pelayanan teknik kegiatan pengujian mutu pestisida, pupuk dan produk tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan. 7) Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Balai Pengujian Mutu Produk Tanaman. c. Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPTD BPTPH) Upaya pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi perlindungan tanaman pangan di daerah dilaksanakan oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPTD BPTPH) dan Bidang Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
8
yang menangani perlindungan tanaman pangan. Dengan perangkat tersebut diharapkan segala permasalahan perlindungan tanaman yang timbul di daerah dapat diatasi secara cepat. B. Ketatausahaan 1. Administrasi Umum a. Surat menyurat Surat masuk dan surat keluar dibukukan dalam buku agenda dan diarsipkan menurut kodefikasi surat. Surat yang sifatnya penting dan mendesak, dikirim dengan faksimili, kilat khusus, dan kilat tercatat. Selama Tahun 2012 realisasi surat masuk sebanyak 1.180 pucuk surat, sedangkan surat keluar sebanyak 2.999 pucuk surat. b. Perpustakaan Perpustakaan yang diharapkan dapat memberi informasi melalui literatur, buku dan informasi lainnya masih belum berfungsi dengan baik. Hal ini dikarenakan kurang lengkapnya koleksi buku-buku atau literatur. Buku-buku yang masuk sebagian besar berupa laporan dari Direktorat Lingkup Tanaman Pangan. Sedangkan buku-buku yang berupa literatur, lembaran negara dan lain-lain masih sangat kurang karena kegiatan pengadaan tidak tersedia. Pada Tahun 2012 buku-buku yang masuk berupa laporan bulanan dan tahunan dari Direktorat Lingkup Tanaman Pangan, Buletin dan Majalah sebanyak 55 buah. Diharapkan tahun yang akan datang dana untuk pembelian literatur bisa disediakan dan direalisasikan. c. Informasi lain Dalam Tahun 2012, surat dan informasi yang diterima melalui faksimili sebanyak 468 kali, pengiriman faksimili sebanyak 1.319 kali, sedangkan pengiriman interlokal sebanyak 2.143 kali. 2. Kepegawaian a. Komposisi Pegawai Selama Tahun 2012 tercatat sejumlah 70 orang pegawai. Komposisi pegawai Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan sebagai berikut : 1) Pegawai Organik Pusat terdiri dari : - Golongan IV = 7 orang - Golongan III = 50 orang - Golongan II = 13 orang J u m l a h = 70 orang Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
9
b. Mutasi Pegawai yang bersifat mengurangi Bezetting Beberapa mutasi yang bersifat mengurangi bezetting pegawai selama Tahun 2012 adalah sebagai berikut: 1) Pelimpahan atau Pengalihan ke Instansi lain Pada Tahun 2012 Pegawai Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan yang melimpah ke instansi lain atau lingkup Departemen Pertanian yaitu Syahrul Rochman (NIP. 196606221997031002), Golongan Pengatur Tk. I (II/d) melimpah ke BKD Karawang. 2) Berhenti karena pensiun Pada Tahun 2012, 2 (dua) orang Pegawai Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan yang berhenti karena pensiun. 3) Berhenti atas permintaan sendiri Pada Tahun 2012, tidak ada pegawai Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan yang mengajukan permohonan pengunduran diri sebagai Pegawai Negeri Sipil. 4) Cuti diluar Tanggungan Negara Pada Tahun 2012, tidak ada pegawai yang cuti di luar tanggungan negara. c. Mutasi Pegawai Yang Bersifat Menambah Bezetting Mutasi pegawai limpahan dari instansi lain (intern Deptan) yaitu Purwanto, SH (NIP: 195701281990021001) dari Direktorat Kacang dan Umbi-umbian ke Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. d. Kenaikan Pangkat Pada Tahun 2012 periode April terealisasi kenaikan pangkat sebanyak 3 (tiga) orang telah terealisasi, sedangkan periode Oktober terealisasi kenaikan pangkat sebanyak 2 (dua) orang telah terealisasi, secara rinci seperti tabel berikut.
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
10
Tabel 1. Daftar Pegawai yang Naik Pangkat pada Tahun 2012. No.
Nama/NIP
Kenaikan Pangkat Dari Gol.
Ke Gol.
III/a
III/b
II/c
II/d
III/b
III/c
III/a
III/b
II/d
III/a
Periode April 1
Edi Eko Sasmito, SP Nip. 198603072008011001
2
Nasrul Sani Nip. 197006262000031001
3
Kusmanto, SP Nip. 197001302003121001
Periode Oktober 1
Rachmat Nip. 196301141992031001
2
Agus Djunaedi Nip. 195909221990031001
e. Pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil. Pada Tahun 2012 tidak ada pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil.
f. Kenaikan Gaji Berkala Dalam Tahun 2012 telah terealisasi kenaikan Gaji Berkala sebanyak 30 (tiga puluh) orang pegawai dengan perincian seperti pada tabel berikut.
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
11
Tabel 2. Daftar Pegawai yang Naik Gaji Berkala pada Tahun 2012. Bulan
Gol.
Masa Kerja
Ir. Benedicta Indriastuti K. W. Ana Caharana, SP
III/D III/B
22 8
Edi Eko Sasmito, SP
III/B
4
Suparni, SP
III/A
4
Ir. Mutiara Sinuraya Amsudin
IV/a III/b
22 22
Ir. Etty Purwanti
III/d
26
Drs. Ruswandi, MM
IV/b
30
Sri Indarti, S.TP
III/D
30
Ichsan, S.TP
III/D
14
Abriani Fensionita, SP, Msi
III/D
14
Puspitasari Ir. Gatot Ari Putranto, MM
III/A IV/B
12 22
Ni Wayan Srinadhy, SE Sigit Subali AgusDjunaedi
III/D III/B III/A
26 22 27
Nasrul Sani Dwi Astuti Yuniasih, SP
II/D III/B
19 6
Yunita Fauziah Rahim, SP Nur Rahmi Endah Utami, SP
III/B III/B
6 6
Siti Haryati, SP Triana
III/B III/A
6 23
Sri Hidayanti Ir. Rosdiana
II/C IIID
17 19
Deno
II/D
19
Agustus
Nurbayana, SP
III/A
17
Oktober
Ir. Gatut Sumbogodjati
IV/B
24
Andriarti .K, SP.MP
III/C
10
Eko Setiyoko, SP
III/A
9
Januari
Februari Maret
April
Mei
Juni
Desember
Nama
g. Kegiatan Kepegawaian Selama Tahun 2012, kegiatan kepegawaian meliputi : 1) Alih Tugas
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
12
Alih tugas pegawai Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan ke instansi lain intern Departemen Pertanian tidak ada, sedangkan yang masuk ke Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan hanya 1 (satu) orang. 2) Diklat Jabatan Struktural Diklat Jabatan Struktural tidak ada. 3) Latihan Pra Jabatan Pegawai Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan yang mengikuti Latihan Pra Jabatan tidak ada. 4) Cuti Pegawai Pegawai Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan yang mengambil cuti sebanyak 56 (lima puluh enam) orang pegawai. 5) Kartu Pegawai (KARPEG) Pembuatan Kartu Pegawai sebanyak 6 (enam) orang pegawai. 6) Kartu Asuransi Kesehatan (ASKES) Usulan pembuatan Kartu ASKES sebanyak 5 (lima) orang pegawai.
C. Rumah Tangga Urusan Rumah Tangga mempunyai tugas di bidang kerumahtanggaan, perlengkapan kantor serta keuangan rutin yang meliputi penyiapan perlengkapan kantor, gaji pegawai, keamanan dan kebersihan kantor, inventaris, pengadaan dan penghapusan barang-barang kantor dan penyiapan anggaran rutin. 1. Perlengkapan Pengadaan barang inventaris Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun Anggaran 2012 dilaksanakan melalui Anggaran Rutin Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Pengadaan barang-barang inventaris yang dilaksanakan melalui Anggaran Rutin Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Satuan Kerja seperti tercantum pada tabel berikut.
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
13
Tabel 3. Daftar Barang Inventaris Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan No.
Nama Barang
Jumlah
1 2
PC Komputer Printer
3
Laptop
9
4 5
Kamera Digital Wareless Router
3 2
6
Portable Proyektor
1
7
Eksternal Hardisk
4
8 9
UPS Kursi sofa/SIC
2 6
10
Handycam
1
11
Meja Kerja
8
12
Kursi Besi
8
13
AC Splite
1
14
Meja Kerja Biro
6
15
Meja Kerja ½ Biro
7
16
Kursi Putar
6
17
Kursi Kerja
7
18
AC I PK Splite
7
Keterangan
13 8
2. Pemeliharaan Pemeliharaan sarana dan prasarana kantor Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan meliputi : a. Pemeliharaan gedung/bangunan dan alat-alat kantor Pada Tahun 2012, Pemeliharaan penggantian/ rehabilitasi yang meliputi : 1) Pengecatan seluruh gedung kantor. 2) Perbaikan ruangan Direktur. 3) Perbaikan keramik lantai selasar 4) Perbaikan toilet 5) Perbaikan kantin 6) Perbaikan musholla 7) Pembuatan pilar-pilar luar 8) Pembuatan toilet satpam
gedung/bangunan
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
meliputi
14
9) Pemeliharaan peralatan kantor berupa jaringan listrik, instalasi air, barang inventaris, kantor (AC, komputer, printer, mesin tik, dan jaringan internet (local area network). b. Pemeliharaan kendaraan dinas roda 2 dan roda 4 Pada Tahun 2012, pemeliharaan kendaraan dinas roda 2 sebanyak 21 unit dan roda 4 sebanyak 7 unit dananya disediakan melalui anggaran rutin Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Tabel 4. Daftar Inventaris Kendaraan Roda 2 dan 4 Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan No
Jenis /Merk
No Polisi
Keterangan
Mobil 1
Minibus / Ford Escape
2
Sedan / Toyota Soluna
B. 2730 KQ
3
Minibus / KIA Carens
B. 2474 LQ
4
Minibus / Daihatsu Xenia
B. 1170 WQ
5
Minibus / Toyota Kijang
B. 1699 WQ
6
Dobel Kabin Isuzu D Max
B.2077 FQ
7
Dobel Kabin Isuzu D Max
B. 9266 WQ
8
Dobel Kabin Isuzu D Max
B. 9285 WQ
Motor 1
Sepeda Motor / Honda GL 100
B. 8483 XP
2
Sepeda Motor / Honda GL 100
B. 8477 XP
3
Sepeda Motor / Suzuki Thunder 125 Sport
B. 6166 SQK
4
Sepeda Motor / Suzuki Thunder 125 Sport
B. 6412 SQL
5
Sepeda Motor / Suzuki Thunder 125 Sport
B. 6415 SQL
6
Sepeda Motor / Suzuki Thunder 125 Sport
B. 6410 SQL
7
Sepeda Motor / Suzuki Thunder 125 Sport
B. 6121 SQK
8
Sepeda Motor / Suzuki Thunder 125 Sport
B. 6413 SQL
9
Sepeda Motor / Suzuki Arashi 125 Bebek
B. 6195 SQM
10
Sepeda Motor / Suzuki Arashi 125 Bebek
B. 6358 SQK
11
Sepeda Motor / Suzuki Arashi 125 Bebek
B. 6324 SQK
12
Sepeda Motor / Suzuki Arashi 125 Bebek
B. 6364 SQK
13
Sepeda Motor / Suzuki Arashi 125 Bebek
B. 6320 SQK
14
Sepeda Motor / Suzuki Shogun 125 Bebek
T. 3061 FF
Pinjam BBPOPT Jatisari
15
Sepeda Motor / Suzuki Shogun 125 Bebek
T. 3062 FF
SDA
16
Sepeda Motor / Suzuki Shogun 125 Bebek
T. 3063 FF
SDA
17
Sepeda Motor / Suzuki shogun 125 Bebek
T. 3064 FF
SDA
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
15
No
Jenis /Merk
No Polisi
Keterangan
18
Sepeda Motor / Suzuki Thunder 125 Sport
T. 3065 FF
SDA
19
Sepeda Motor / Suzuki Thunder 125 Sport
T. 3066 FF
SDA
20
Sepeda Motor / Suzuki Thunder 125 Sport
T. 3067 FF
SDA
21
Sepeda Motor / Suzuki Thunder 125 Sport
T. 3068 FF
SDA
3. Keamanan dan Kebersihan Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan keamanan dan kebersihan secara maksimal di lingkungan kantor Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. Tenaga keamanan berjumlah 8 orang yaitu 5 orang dari Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, 1 orang dari Direktorat Pasca Panen, 1 orang dari Sekretariat Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, dan 1 orang dari Direktorat Kacang dan Umbi-umbian. Pembagian tugas jaga yaitu 2 orang pagi dan 2 orang malam. Pemeliharaan kebersihan area kantor Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan dirasakan masih belum optimal. Keterbatasan jumlah tenaga kebersihan serta dukungan sarana kerja mempengaruhi kinerja pemeliharaan kebersihan. Tenaga kebersihan berjumlah 5 (lima) orang yang terdiri dari 5 orang khusus di bidang kebersihan. Luas areal kantor, taman, dan halaman Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan adalah 3.500 m2. 4. Pengurusan Gaji Pegawai Selama Tahun 2012, telah diselesaikan pengurusan gaji pegawai Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan periode Januari sampai dengan Desember 2012 sebesar Rp. 3.523.364.300,- (Tiga milyar lima ratus dua puluh tiga juta tiga ratus enam puluh empat ribu tiga ratus rupiah), dengan perincian pembayaran setiap bulan seperti pada tabel berikut. Tabel 5. Rekapitulasi Pembayaran Gaji Pegawai Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012. Jumlah Peg.(org)
Jml suami/ Isteri (org)
Jumlah Anak
Januari
98
67
83
298.474.109
266.987.700
Pebruari
100
68
85
305.138.975
272.882.500
Maret
100
68
85
305.768.637
273.428.600
April
93
63
88
331.007.306
295.208.500
Mei
99
69
89
331.456.425
295.624.600
Juni
98
70
89
329.183.155
293.590.700
Juli
98
70
91
330.030.085
294.331.600
Agustus
100
71
93
384.449.030
298.900.800
Bulan
Jumlah Gaji Kotor (Rp)
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
Jumlah Gaji Bersih (Rp)
16
Bulan
Jumlah Peg.(org)
Jml suami/ Isteri (org)
Jumlah Anak
September
100
72
95
339.629.625
303.137.900
Oktober
100
74
93
340.191.041
303.636.300
Nopember
101
74
97
345.137.976
308.044.800
Desember
105
76
100
355.175.777
317.587.300
3.995.642.141
3.523.364.300
Jumlah
Jumlah Gaji Kotor (Rp)
Jumlah Gaji Bersih (Rp)
D. Keuangan Program utama Pembangunan Pertanian Tahun 2012 yaitu Program Peningkatan Ketahanan Pangan dan Pengembangan Agribisnis di bidang pertanian khususnya tanaman pangan. Perlindungan Tanaman Pangan adalah untuk mendukung Operasional Kebijakan Pembangunan Tanaman Pangan yang berwawasan ketahanan pangan. Program peningkatan ketahanan pangan dan pengembangan agribisnis bertujuan untuk mendorong peningkatan produksi pangan dalam rangka mencapai kemandirian dan ketahanan pangan yang berwawasan agribisnis dan mampu menghasilkan produksi tanaman pangan yang berdaya saing tinggi. Usaha pertanian dengan kawasan bisnis yang mampu menghasilkan produksi pertanian dan industri petani primer yang berdaya saing, menghasilkan nilai tambah bagi peningkatan dan kesejahteraan para petani dan para produsen serta mendukung pertumbuhan pendapatan nasional. Adapun sasarannya adalah untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional. I.
Anggaran Kegiatan Perlindungan Tanaman Sesuai dengan Lembaran Surat Pengesahan DIPA Nomor 0325/018-03.1.01/00/2011 tanggal 20 Desember 2010, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun Anggaran 2012 mengelola anggaran sebesar Rp. 355.101.468.000,- (Tiga ratus lima puluh lima milyar seratus satu juta empat ratus enam puluh delapan ribu rupiah). Anggaran tersebut terdiri dari : 1. Anggaran murni Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan sebesar Rp. 4.100.000.000,- (Empat milyar seratus juta rupiah) 2. Anggaran tambahan dari Dana Penghematan (Revisi 6) untuk kegiatan Pengadaan Sarana Bahan Pengendalian OPT sebesar Rp. 140.000.000.000,3. Anggaran tambahan dari dana APBN-P (Revisi 7) untuk pengadaan sarana Bahan Pengendalian OPT (wereng batang coklat dan tikus) sebesar Rp. 100.000.000.000,- (Seratus milyar rupiah) 4. Anggaran limpahan dari Sekretariat Direktorat Jenderal Tanaman Pangan untuk penanggulangan bencana alam, serangan OPT dan DPI dalam rangka pengamanan produksi tanaman pangan sebesar Rp. 30.600.000.000,- (Tiga puluh milyar enam ratus juta rupiah). Dari jumlah anggaran tersebut terbagi dalam 4 (empat) kategori jenis belanja yaitu:
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
17
No.
Jenis Belanja
Jumlah (Rp).
1.
Belanja Pegawai
0
2.
Belanja Barang/Jasa
3.
Belanja Modal
4.
Belanja Bantuan Sosial
267.660.000.000
Jumlah
274.700.000.000
6.981.000.000 59.000.000
Sedangkan jumlah anggaran dan persentase kegiatan pertolok ukur, maka komposisi peruntukan dana tersebut dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Jumlah Anggaran Keuangan per Tolok Ukur dan Persentase pada Kegiatan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun Anggaran 2012 Mata Anggaran
Tolok Ukur
Dana (Rp)
Persentase (%)
04.1764.01
Rancangan Pengembangan Perlindungan Tanaman Pangan
158.176.000
0,04
04.1764.02
Pedoman Perlindungan Tanaman
348.700.000
0,10
04.1764.04
Data Base Perlindungan Tanaman Pangan
932.935.000
0,26
04.1764.05
Bahan Informasi Perlindungan Tanaman Pangan
753.712.000
0,21
04.1764.06
Visualisasi Kegiatan Perlindungan Tanaman Pangan
400.000.000
0,11
04.1764.07
Rumusan Paket Teknologi Pengendalian OPT Tanaman Pangan
100.445.000
0,03
04.1764.09
POPT-PHP, LPHP/LAH, Kelompok Tani Berprestasi
170.850.000
0,05
04.1764.12
Pelatihan Teknis Perlindungan tanaman Pangan
849.050.000
0,24
04.1764.17
Laporan Kegiatan Perlindungan Tanaman Pangan
3.349.488.000
0,94
04.1764.30
Sarana Penanggulangan OPT/DPI
342.877.587.000
96,56
04.1764.995
Kendaraan Bermotor
3.300.000.000
0,93
04.1764.996
Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi
1.690.525.000
0,48
04.1764.997
Peralatan dan Fasilitas Perkantoran
170.000.000
0,05
355.101.468.000
100
Jumlah
II. Realisasi Keuangan Dari anggaran yang tersedia pada kegiatan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun Anggaran 2012 sebesar Rp. 355.101.468.000,- (Tiga ratus lima puluh lima milyar seratus satu juta empat ratus enam puluh delapan ribu rupiah). telah direalisasikan sebesar Rp. 341.265.762.113,- (96,10 %). Realisasi tersebut disasarkan pada SPM
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
18
yang terbit selama pelaksanaan kegiatan sampai dengan tanggal 31 Desember 2012. Sisa dana sebesar Rp. 13.835.705.887,- (3,90%). Tabel 7. Realisasi Anggaran Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 Mata Anggaran
Tolok Ukur
Jumlah Dana (Rp)
Realisasi (Rp)
Persen (%)
Sisa Dana (Rp)
Persen (%)
04.1764.01
Rancangan Pengembangan Perlindungan Tanaman Pangan
158.176.000
135.554.500
85,70
22.621.500
14,30
04.1764.02
Pedoman Perlindungan Tanaman
348.700.000
334.784.900
96,01
13.915.100
3,99
04.1764.04
Data Base Perlindungan Tanaman Pangan
932.935.000
841.004.465
90,15
91.930.535
9,85
04.1764.05
Bahan Informasi Perlindungan Tanaman Pangan
753.712.000
710.178.730
94,22
43.533.270
5,78
04.1764.06
Visualisasi Kegiatan Perlindungan Tanaman Pangan
400.000.000
391.233.516
97,81
8.766.484
2,19
04.1764.07
Rumusan Paket Teknologi Pengendalian OPT Tanaman Pangan
100.445.000
99.843.295
99,40
601.705
0,60
04.1764.09
POPT-PHP, LPHP/LAH, Kelompok Tani Berprestasi
170.850.000
165.851.900
97,07
4.998.100
2,93
04.1764.12
Pelatihan Teknis Perlindungan tanaman Pangan
849.050.000
833.684.304
98,19
15.365.696
1,81
04.1764.17
Laporan Kegiatan Perlindungan Tanaman Pangan
3.349.488.000
2.991.658.310
89,32
357.829.690
10,68
04.1764.30
Sarana Penanggulangan OPT/DPI
342.877.587.000
329.752.964.146
96,17
13.124.622.854
3,83
04.1764.995
Kendaraan Bermotor
3.300.000.000
3.245.285.212
98,34
54.714.788
1,66
04.1764.996
Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi
1.690.525.000
1.596.048.835
94,41
94.476.165
5,59
04.1764.997
Peralatan dan Fasilitas Perkantoran
170.000.000
167.670.000
98,63
2.330.000
1,37
355.101.468.000
341.265.762.113
96,10
13.835.705.887
3,90
JUMLAH
III. Pelaksanaan Kegiatan Perlindungan Tanaman Pangan Dokumen-dokumen pengadaan barang/jasa Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun Anggaran 2011 yang telah diterbitkan meliputi Surat Keputusan, Surat Perintah Kerja, Surat Perintah Tugas (SPT), Berita Acara Penjelasan/Aanwizijing, Beritas Acara Serah Terima Pekerjaan, Berita Acara Serah Terima Barang, dan Surat Undangan Penawaran Harga ke Rekanan/Hotel.
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
19
Tabel 8. Daftar Jumlah Dokumen Kegiatan Pengadaan Barang/Jasa Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan No.
Jenis Dokumen
1.
Surat Keputusan
2.
Surat Perintah Kerja
3.
Surat Perjanjian/Kontrak
4.
Surat Perintah Tugas
5.
Surat Undangan Penawaran
6.
Berita Acara Serah Terima Pekerjaan
7.
Berita Acara Serah Terima Barang
8.
Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan
9.
Berita Acara Pemeriksaan Barang
10.
Berita Acara Penjelasan Aanwijzing
11.
Berita Acara Evaluasi
12.
Berita Acara Negoisasi
Jumlah
a. Pengadaan Peralatan Kantor dan Sarana Lapang Dalam mendukung program Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan telah terealisasi pengadaan peralatan kantor seperti pengadaan komputer PC 2 unit, laptop 3 unit dan printer 2 unit b. Pengadaan ATK, Bahan Komputer, Bahan Cetakan dan sejenisnya Alat tulis kantor, bahan komputer, bahan cetakan dan sejenisnya diperlukan dalam rangka mendukung kelancaran administrasi dalam kegiatan sehari-hari, baik kepentingan langsung administrasi maupun untuk mendukung kelancaran pekerjaan di eselon III lainnya. c. Kegiatan Konsiyasi, Pertemuan, Sosialisasi dan Pelatihan Untuk merumuskan berbagai kegiatan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan maka diperlukan kegiatan konsinyasi, pertemuan koordinasi, sosialisasi, rapat-rapat dan lain-lain.
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
20
III. E V A L U A S I DAMPAK PERUBAHAN IKLIM (D P I) Iklim dan cuaca merupakan sumber daya alam yang mempunyai peranan penting dalam proses budidaya tanaman sehingga tingkat produksi dan produktivitas sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim maupun cuaca yang terjadi. Oleh karena itu seyogyanya kegiatan budidaya tanaman harus mempertimbangkan kondisi iklim dan cuaca yang terjadi berdasarkan informasi prakiraan musim dan iklim yang dikeluarkan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sebagai salah satu sumber informasi iklim dan cuaca. Berdasarkan informasi prakiraan musim yang dikeluarkan oleh BMKG, evaluasi Musim Hujan (MH) dan Musim Kemarau (MK) sebagai berikut : A. Evaluasi Musim 1. Musim Hujan (MH) 2011/2012 Musim Hujan 2011/2012 dimulai secara bertahap, berawal pada bulan Agustus 2011 di sebagian wilayah Sumatera. Pada bulan September 2011 di sebagian wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Pada bulan Oktober-November 2011 seluruh wilayah Indonesia telah memasuki MH 2011/2012. Pada bulan Desember 2011 di sebagian wilayah Jawa, Bali, NTB, NTT, Sulawesi, Maluku dan Papua. Pada bulan Maret 2012 di sebagian wilayah Sulawesi. Pada bulan April 2012 di sebagian wilayah Sulawesi, Maluku dan Papua. Pada bulan Mei 2012 di sebagian wilayah Maluku dan Papua. Dibandingkan dengan rata-ratanya (1981-2010), Awal Musim Hujan 2011/2012 umumnya sama dengan rata-ratanya (62,28%), Mundur terhadap rata-ratanya (25,44%), dan Maju terhadap rata-ratanya (12,28%). Sifat Hujan Musim Hujan 2011/2012, Normal (78,07%) dan Atas Normal (11,7%), sedangkan Bawah Normal (10,23%).
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
21
2. Musim Kemarau (MK) 2012 Musim Kemarau (MK) 2012 pada umumnya dimulai secara bertahap, berawal pada bulan Februari - Oktober 2012. Awal MK mulai terjadi pada bulan Februari 2012 di sebagian wilayah Sumatera. Pada bulan Maret di sebagian wilayah Bali. Pada bulan April di sebagian wilayah Jawa, Bali, NTB, NTT, dan Sulawesi. Pada bulan Mei seluruh wilayah Indonesia telah memasuki MK 2012. Pada bulan Juni di sebagian wilayah Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua. Pada bulan Juli di sebagian wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua. Pada bulan Agustus di sebagian wilayah Sulawesi, Maluku dan Papua. Pada bulan September di sebagian wilayah Maluku dan Papua. Pada bulan Oktober di sebagian wilayah Sulawesi Perbandingan prakiraan awal MK 2012 pada umumnya sama dengan rataratanya (50,9%), mundur terhadap rata-ratanya (39,42%), dan 9,9% maju terhadap rata ratanya. Secara umum sifat hujan pada MK 2012 adalah Normal (56,7%), di Atas Normal (AN) sebanyak 34,8% dan yang di Bawah Normal (BN) sebanyak 8,5%. B. Evaluasi Kerusakan Akibat Banjir dan Kekeringan 1. BANJIR Luas kerusakan akibat banjir pada tanaman pangan strategis (padi, jagung, kedelai, dan kacang tanah) selama Tahun 2012 dan perbandingannya dengan Tahun 2011 dan rerata 5 tahun (2006 -2010), sebagai berikut: a. Padi Pertanaman padi yang mengalami kerusakan akibat banjir pada Tahun 2012 seluas 140.125 ha (puso: 29.232 ha), terluas terjadi pada bulan Januari. Banjir terluas terjadi di Provinsi Sulawesi Selatan (22.811 ha, puso: 7.449 ha), diikuti Banten, Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Kerusakan akibat banjir Tahun 2012, apabila dibandingkan dengan Tahun 2011 dan rerata 5 tahun mengalami penurunan seluas 29.339 ha (17,00%) dan 164.516 ha (97,00%). Perkembangan luas kerusakan akibat banjir pada tanaman padi setiap bulannya seperti terlihat pada Gambar
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
22
1 di bawah ini. Sedangkan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3. 100.000
Luas Banjir (Ha)
90.000 80.000 70.000 60.000 50.000 40.000 30.000 20.000 10.000 0 Jan
Feb
Mar
Th 2012
70.779 12.905 10.235
Th 2011
48.232
9.122
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
6.569
1.854
933
26.330
376
666
1.083
8.395
0
2.449
598
1.041
743
5.839
5.388
37.933
2.919
3.424
7.229
18.429 60.594
17.152 16.533 24.434
Rerata 5 th 86.682 50.856 19.109 14.248 10.485 19.035 11.631
Des
Gambar 1. Perkembangan Luas Kerusakan Akibat Banjir pada Tanaman Padi Tahun 2012, Tahun 2011 dan Rerata 5 Tahun (2006–2010) Perbandingan luas banjir pada tanaman padi Tahun 2012, 2011 dan rerata 5 tahun (2006—2010) dapat dilihat pada lampiran 2.
b. Jagung Pertanaman jagung yang mengalami kerusakan akibat banjir pada Tahun 2012 seluas 11.101 ha (puso: 2.601 ha), terluas terjadi pada bulan Juli. Kerusakan terluas di Provinsi Sulawesi Selatan (5.234 ha, puso: 977 ha) diikuti Nusa Tenggara Timur, Sumatera Utara, Lampung, dan Jawa Timur. Luas banjir pada Tahun 2012 apabila dibandingkan dengan Tahun 2011 dan rerata 5 tahun masing-masing mengalami penurunan seluas 5.361 ha (32,56%) dan 12.730 ha (53,41%). Perkembangan luas kerusakan akibat banjir pada tanaman jagung setiap bulannya seperti terlihat pada Gambar 2 di bawah ini. Sedangkan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5.
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
23
5.000 4.500
Luas Banjir (Ha)
4.000 3.500 3.000 2.500 2.000 1.500 1.000 500 0 Jan
Feb
Mar
Apr
Th 2012
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
813
117
2.285
Th 2011
1.168
567
2.137
Rerata 5 th
2.188
1.959
1.203
Okt
Nov
Des
1.348
153
1.248
4.634
10
20
0
473
0
1.615
2.059
1.584
194
0
18
48
3.869
3.203
2.172
1.686
3.293
1.383
215
2.815
1.045
1.859
4.013
Gambar 2. Perkembangan Luas Kerusakan Akibat Banjir pada Tanaman Jagung Tahun 2012, Tahun 2011 dan Rerata 5 Tahun (2006–2010)
c. Kedelai Pertanaman kedelai yang mengalami kerusakan akibat banjir pada Tahun 2012 mencapai 2.340 ha (puso: 1.338 ha), terluas terjadi pada bulan Juli. Kerusakan terluas di Provinsi Sulawesi Selatan (1.207 ha, puso: 815 ha), diikuti Pemerintah Aceh dan Nusa Tenggara Barat. Luas banjir pada Tahun 2012 apabila dibandingkan dengan Tahun 2011 dan rerata 5 tahun masing-masing mengalami penurunan seluas 5.335 ha (69,57%) dan seluas 7.208 ha (75,49%). Perkembangan luas kerusakan akibat banjir pada tanaman kedelai setiap bulannya seperti terlihat pada Gambar 3 di bawah ini. Sedangkan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6.
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
24
3.500
Luas Banjir (Ha)
3.000 2.500 2.000 1.500 1.000 500 0 Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Th 2012
36
16
50
327
590
112
1.079
0
0
130
0
Des 0
Th 2011
917
1.247
2.892
652
866
582
190
10
9
0
299
12
Rerata 5 th
764
612
711
346
229
139
829
368
1.912
386
2.030
1.220
Gambar 3. Perkembangan Luas Kerusakan Akibat Banjir pada Tanaman Kedelai Tahun 2012, Tahun 2011 dan Rerata 5 Tahun (2006–2011)
d. Kacang Tanah Luas banjir pada pertanaman kacang tanah Tahun 2012 seluas 58 ha (puso: 21 ha), terluas terjadi pada bulan November. Kerusakan terluas terjadi di Provinsi Sumatera Utara (27 ha, puso: 2 ha) diikuti Nusa Tenggara Barat dan Jambi. Kerusakan akibat banjir Tahun 2012, apabila dibandingkan dengan Tahun 2011 dan rerata 5 tahun mengalami penurunan seluas 905 ha (93,97 %) dan seluas 1.218 ha (95,45%). Perkembangan luas kerusakan akibat banjir pada tanaman kacang tanah setiap bulannya seperti terlihat pada Gambar 4 di bawah ini. Sedangkan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 7.
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
25
800
Luas Banjir (Ha)
700 600 500 400 300 200 100 0 Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Th 2012
6
4
0
5
7
0
4
0
2
0
30
Des 0
Th 2011
0
0
53
6
77
561
0
1
0
30
88
147
Rerata 5 th
53
35
85
51
19
97
18
7
121
7
696
88
Gambar 4. Perkembangan Luas Kerusakan Akibat Banjir pada Tanaman Kacang Tanah Tahun 2012, Tahun 2011 dan Rerata 5 Tahun (2006–2010)
Perbandingan luas kerusakan akibat banjir pada pertanaman pangan Tahun 2012, 2011 dan rerata 5 tahun (2006-2010) dapat dilihat pada Gambar 5 dibawah ini. 350.000
Luas Banjir (Ha)
300.000 250.000 200.000 150.000 100.000 50.000 0 Th 2012
Th 2011
Rerata 5 th
Padi
141.140
169.464
304.641
Jagung
11.177
16.462
23.831
Kedelai
2.350
7.674
9.547
60
963
1.276
Kacang Tanah
Gambar 5. Perbandingan luas kerusakan akibat banjir pada tanaman pangan Tahun 2012, 2011 dan rerata 5 tahun (2006-2010)
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
26
Data luas banjir pada tanaman palawija Tahun 2012 dapat dilihat pada Lampiran 4 dan perbandingan luas banjir pada tanaman palawija Tahun 2012, Tahun 2011 dan rerata (2006-2010) dapat dilihat pada Lampiran 5. 2. KEKERINGAN Luas kerusakan akibat akibat kekeringan pada tanaman pangan strategis (padi, jagung, kedelai, kacang tanah) Tahun 2012, Tahun 2011 dan rerata 5 tahun (2006-2010) sebagai berikut:
a. Padi Tanaman padi yang mengalami kerusakan akibat kekeringan Tahun 2012 seluas 269.273 ha (43.392 ha), terluas terjadi pada bulan Agustus. Provinsi terluas adalah Provinsi Jawa Barat (76.263 ha, puso: 3.642 ha), diikuti Jawa Tengah, Banten, Pemerintah Aceh dan Lampung. Kerusakan akibat kekeringan Tahun 2012 apabila dibandingkan dengan Tahun 2011, mengalami peningkatan seluas 18.437 ha (7,3%), tetapi dibandingkan rerata 5 tahun mengalami penurunan seluas 18.822 ha (6,53%). Perkembangan luas kerusakan akibat kekeringan pada tanaman padi setiap bulannya seperti terlihat pada Gambar 5 di bawah ini. Sedangkan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 9. 80.000
Luas Banjir (Ha)
70.000 60.000 50.000 40.000 30.000 20.000 10.000 0 Jan
Feb
Mar
Apr
Th 2012
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
7.490
6.164
1.205
5.708
13.143 50.795 69.770 75.955 36.023
2.996
25
0
Th 2011
8.958
8.696
1.816
3.819
1.294
27.948 49.950 63.495 73.550
8.320
2.532
458
Rerata 5 th 43.220 19.445 15.730
2.255
10.711 37.049 61.255 41.168 30.993
7.027
12.073
7.169
Gambar 6. Perkembangan Luas Kerusakan Akibat Kekeringan Pada Tanaman Padi Tahun 2012, Tahun 2011 dan Rerata 5 Tahun (2006–2010)
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
27
b. Jagung Kerusakan akibat kekeringan pada pertanaman jagung pada Tahun 2012 seluas 21.641 ha (puso: 1.508 ha), terluas terjadi pada bulan September. Kerusakan terluas di Provinsi Jawa Tengah (10.037 ha, puso: 119 ha), diikuti Lampung, Nusa Tenggara Barat dan Jawa Timur. Kerusakan akibat kekeringan Tahun 2012, apabila dibandingkan dengan Tahun 2011 dan rerata 5 tahun mengalami penurunan seluas 1.003 ha (4,4%) dan 48.728 ha (69,2%). Perkembangan luas kerusakan akibat kekeringan pada tanaman jagung setiap bulannya seperti terlihat pada Gambar 6 di bawah ini. Sedangkan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 11. 14.000
Luas Banjir (Ha)
12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 0 Jan
Feb
Mar
Apr
Th 2012
261
381
2.782
Th 2011
129
19
146
8.788
5.868
9.627
Rerata 5 th
Mei
Jun
Jul
Ags
559
914
525
1.016
1.515
5.507
Sep
Okt
Nov
1.735
822
2.734
2.749
5.571
7.545
Des
6.606
6.091
1.208
283
0
2.131
11.575
885
1
735
7.230
2.479
1.063
8.445
6.731
Gambar 7. Perkembangan Luas Kerusakan Akibat Kekeringan Pada Tanaman Jagung Tahun 2012, Tahun 2011 dan Rerata 5 Tahun (2006–2010)
b. Kedelai Pertanaman kedelai yang mengalami kerusakan akibat kekeringan pada Tahun 2012 seluas 1.546 ha (puso: 130 ha), terluas terjadi pada bulan Juni. Kerusakan terluas di Pemerintah Aceh (341 ha, puso: 40 ha), diikuti Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Selatan. Kerusakan akibat kekeringan Tahun 2012, apabila dibandingkan dengan Tahun 2011 dan rerata 5 tahun mengalami penurunan, masing-masing seluas 683 ha (30,6%) dan seluas 5.120 ha (76,8%). Perkembangan luas kerusakan akibat kekeringan pada tanaman kedelai setiap bulannya seperti terlihat pada Gambar 7 di bawah ini. Sedangkan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 12. Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
28
2.500
Luas Banjir (Ha)
2.000
1.500
1.000
500
0 Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
Th 2012
0
0
0
0
3
368
228
345
315
40
249
0
Th 2011
0
0
0
125
205
5
100
1.453
328
13
0
0
1.980
196
844
47
114
471
406
133
1.003
112
641
718
Rerata 5 th
Gambar 8.
Perkembangan Luas Kerusakan Akibat Kekeringan Pada Tanaman Kedelai Tahun 2012, Tahun 2011 dan Rerata 5 Tahun (2006–2010)
c. Kacang Tanah Pertanaman kacang tanah yang mengalami kerusakan akibat kekeringan pada Tahun 2012 seluas 153 ha, terluas terjadi pada bulan Agustus. Kerusakan terluas terjadi di Provinsi Jawa Tengah (87 ha) diikuti Pemerintah Aceh, Sumatera Selatan dan Nusa Tenggara Barat. Apabila dibandingkan dengan Tahun 2011 dan rerata 5 tahun, luas pertanaman yang terkena kekeringan pada Tahun 2012 lebih rendah 70 ha (31,41 %) dan 7.445 ha (97,99 %). Perkembangan luas kerusakan akibat kekeringan pada tanaman kacang tanah setiap bulannya seperti terlihat pada Gambar 9 di bawah ini. Sedangkan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 13.
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
29
2.000 1.800 1.600 Luas Banjir (Ha)
1.400 1.200 1.000 800 600 400 200 0 Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
Th 2012
0
0
0
0
0
13
22
58
46
14
8
0
Th 2011
35
0
0
0
12
23
0
0
16
136
0
0
1.804
731
291
0
394
702
657
109
267
301
1.675
668
Rerata 5 th
Gambar 9. Perkembangan Luas Kerusakan Akibat Kekeringan Pada Tanaman Kacang Tanah Tahun 2012, Tahun 2011 dan Rerata 5 Tahun (2006– 2010)
Perbandingan luas kerusakan akibat kekeringan pada pertanaman pangan Tahun 2012, 2011 dan rerata 5 tahun (2006-2011) dapat dilihat pada Gambar 10 dibawah ini. 350.000
Luas Banjir (Ha)
300.000 250.000 200.000 150.000 100.000 50.000 0 Th 2012
Th 2011
Rerata 5 th
Padi
271.104
250.836
288.095
Jagung
21.644
22.644
70.369
Kedelai
1.546
2.229
6.665
161
222
7.597
Kacang Tanah
Gambar 10.
Perbandingan luas kerusakan akibat kekeringan pada tanaman pangan Tahun 2012, 2011 dan rerata 5 tahun (2006-2010)
Perbandingan luas kekeringan pada tanaman palawija Tahun 2012, Tahun 2011 dan rerata (2006-2010) dapat dilihat pada Lampiran 9.
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
30
IV. EVALUASI LUAS SERANGAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (O P T) Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) merupakan faktor pembatas produksi dalam usaha budidaya tanaman pangan. Berdasarkan hasil pengamatan lapangan, luas serangan OPT utama pada tanaman pangan strategis (padi, jagung, kedelai, dan kacang tanah) dapat diuraikan sebagai berikut: A. Padi Luas serangan OPT utama padi (penggerek batang, Wereng Batang Coklat (WBC), Blas, Tikus, BLB/kresek, dan tungro) Tahun 2012 mencapai 420.552 ha (puso: 1.689 ha). Apabila dibandingkan dengan Tahun 2011 dan rerata 5 tahun (20062010), luas serangan mengalami penurunan masing-masing seluas 292.089 ha (40,99%) dan 41.970 ha (9,07%). Serangan pada Tahun 2012 terutama disebabkan oleh tikus kemudian berturut-turut diikuti oleh penggerek batang dan WBC. Perbandingan luas serangan OPT utama tersebut seperti tersaji pada tabel 8 berikut. Sedangkan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 15. Tabel 9. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama Padi Tahun 2012 dengan Tahun 2011 dan Rerata 5 Tahun (2006 - 2010) Tahun 2012 (ha) No
Jenis OPT
T
Rerata 5 Tahun(2006 -2010) (ha)
Tahun 2011 (ha)
P
T
P
T
P
1
PBP
134.415
102
146.394
391
150.251
331
2
WBC
28.808
242
223.606
36.064
54.760
1.379
3
Tikus
118.657
1.024
183.954
3.418
142.416
2.088
4
Blas
51.113
137
27.403
199
19.786
64
5
BLB/Kresek
81.119
33
115.257
62
85.070
30
6
Tungro
6.441
151
16.027
392
10.239
187
Jumlah
420.552
1.689
712.642
40.526
462.522
4.080
Ket.: T = Terkena, P = Puso
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
31
1. Penggerek batang padi Luas serangan OPT selama Tahun 2012 terutama disebabkan oleh penggerek batang padi (134.415 ha, puso 102 ha) dengan puncak serangan terjadi pada bulan Maret. Serangan penggerek batang padi terluas terjadi di Provinsi Jawa Barat (41.446 ha), diikuti Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan Banten. Luas serangan penggerek batang padi pada Tahun 2012 lebih rendah apabila dibandingkan dengan Tahun 2011 dan rerata 5 tahun. Penurunannya masingmasing seluas 11.979 ha (8,18%) dan 15.836 ha (10,54%). Perkembangan luas serangan penggerek batang padi setiap bulannya seperti terlihat pada Gambar 11 di bawah ini. Sedangkan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 16.
20.000
Luas Serangan (Ha)
18.000 16.000 14.000 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 0 Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
Th 2012
15.752
16.441
18.313
13.493
16.204
12.477
11.643
7.936
5.505
6.493
5.393
4.764
Th 2011
15.241
14.804
15.782
16.587
15.904
14.121
10.820
9.102
9.133
7.591
7.436
9.873
Rerata 5 th
13.668
16.004
17.935
15.857
17.534
17.233
13.145
8.716
9.148
6.005
6.384
8.623
Gambar 11. Perkembangan Luas Serangan Penggerek Batang Padi pada Tanaman Padi Tahun 2012, Tahun 2011 dan Rerata 5 Tahun (2006–2010)
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
32
2. Tikus Luas serangan tikus pada Tahun 2012 mencapai 118.657 ha (puso: 1.024 ha), dengan puncak serangan terjadi pada bulan Juli. Serangan terluas terjadi di Provinsi Jawa Tengah (27.654 ha, puso: 553 ha), diikuti Jawa Barat, Pemerintah Aceh, Sulawesi Selatan, dan Jawa Timur. Luas Serangan tikus pada Tahun 2012 lebih rendah apabila dibandingkan dengan Tahun 2011 dan rerata 5 tahun. Penurunannya masing-masing seluas 65.297 ha (35,50%) dan 2.394 ha (70,03%). Perkembangan luas serangan tikus setiap bulannya seperti terlihat pada Gambar 12 dibawah ini. Sedangkan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 16.
120.000
Luas Serangan (Ha)
100.000
80.000
60.000
40.000
20.000
0 Jan
Feb
Mar
1.825
5.819
2.677
428
1.112
24.428
17.904
6.738
5.974
26.801
6.337
6.488
2.945
2.217
7.978
Th 2012 Th 2011 Rerata 5 th
2.249
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
3.773
7.790
1.190
1.442
109.54
23.855
4.201
1.117
865
677
1.208
1.043
1.184
13.282
7.410
1.852
1.001
812
911
2.090
Gambar 12. Perkembangan Luas Serangan Tikus pada Tanaman Padi Tahun 2012, Tahun 2011 dan Rerata 5 Tahun (2006–2010)
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
33
3. Wereng Batang Coklat (WBC) Luas serangan WBC selama Tahun 2012 adalah 28.808 ha (puso: 242 ha), dengan puncak serangan terjadi pada bulan Juli. Serangan terluas terjadi di Provinsi Jawa Barat (13.186 ha, puso: 116 ha), diikuti oleh Jawa Timur, Jawa Barat, dan Sumatera Utara. Luas serangan wereng batang coklat Tahun 2012 mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan Tahun 2011 dan rerata 5 tahun yaitu seluas 194.799 ha (87,12%) dan seluas 35.822 ha (99,33%). Perkembangan luas serangan WBC setiap bulannya dapat dilihat pada Gambar 13. Sedangkan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 16. 120.000
Luas Serangan (Ha)
100.000
80.000
60.000
40.000
20.000
0 Jan
Feb
Mar
1.825
5.819
2.677
428
1.112
24.428
17.904
6.738
5.974
26.801
6.337
6.488
2.945
2.217
7.978
Th 2012 Th 2011 Rerata 5 th
2.249
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
3.773
7.790
1.190
1.442
109.54
23.855
4.201
1.117
865
677
1.208
1.043
1.184
13.282
7.410
1.852
1.001
812
911
2.090
Gambar 13. Perkembangan Luas Serangan WBC pada Tanaman Padi Tahun 2012, Tahun 2011 dan Rerata 5 Tahun (2006–2010)
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
34
4. Penyakit Blas Selama Tahun 2012 luas serangan penyakit blas adalah 51.113 ha (puso: 137 ha), puncak serangan terjadi pada bulan Februari. Serangan terluas terjadi di Provinsi Jawa Timur (15.791 ha, puso: 92 ha), diikuti Jawa Tengah, Jawa Barat, Lampung, dan Pemerintah Aceh. Luas serangan blas Tahun 2012 mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan Tahun 2011 seluas 23.710 ha (86,52%) dan rerata 5 tahun seluas 31.327 ha (158,33%). Perkembangan luas serangan blas setiap bulannya seperti terlihat pada Gambar 14 berikut. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 16.
14.000
Luas Serangan (Ha)
12.000
10.000
8.000
6.000
4.000
2.000
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Th 2012
12.16
11.95
6.499
2.836
3.627
3.632
4.567
2.246
1.336
632
993
Des 623
Th 2011
5.410
5.052
1.915
2.260
2.330
1.605
1.556
1.150
1.026
1.138
1.192
2.770
Rerata 5 th
2.603
3.932
3.109
1.705
1.170
1.788
1.468
844
625
474
832
1.237
Gambar 14. Perkembangan Luas Serangan Penyakit Blas pada Tanaman Padi Tahun 2012, Tahun 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006–2010)
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
35
5. Penyakit Hawar Daun Bakteri/Kresek Serangan penyakit Daun Bakteri/Kresek pada Tahun 2012 seluas 81.119 ha (puso: 33 ha) dengan puncak serangan terjadi pada bulan Februari. Serangan terluas terjadi di Provinsi Jawa Barat (40.404 ha), diikuti Jawa Tengah dan Jawa Timur. Apabila dibandingkan dengan Tahun 2011 dan rerata 5 tahun, luas serangan Tahun 2012 lebih rendah 34.138 ha (29,62%) dan 3.951 ha (4,64%). Perkembangan luas serangan penyakit Hawar Daun Bakteri/Kresek setiap bulannya disajikan pada Gambar 15. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 16.
Luas Serangan (Ha)
25.000
20.000
15.000
10.000
5.000
0 Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
Th 2012
14.679
19.504
12.072
6.930
5.635
6.267
6.080
3.098
2.223
1.047
1.746
1.837
Th 2011
21.267
23.542
14.600
11.339
12.368
8.618
6.094
4.820
3.772
2.587
2.526
3.725
Rerata 5 th
7.993
13.708
16.859
7.209
7.314
9.815
6.459
4.263
2.790
2.360
2.239
4.059
Gambar 15. Perkembangan Luas Serangan Penyakit Hawar Daun Bakteri/Kresek pada Tanaman Padi Tahun 2012, Tahun 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006–2010)
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
36
6. Penyakit Tungro Luas serangan penyakit tungro selama Tahun 2012 seluas 6.441 ha (puso: 151 ha) dengan puncak serangan terjadi pada bulan Januari. Serangan terutama terjadi di Provinsi Jawa Barat (1.633 ha), diikuti Nusa Tenggara Timur, Jawa Tengah, Sumatera Barat dan Bali. Apabila dibandingkan dengan Tahun 2011 dan rerata 5 tahun, luas serangan Tahun 2012 lebih rendah 9.586 ha (59,81%) dan 3.798 ha (37,09%). Perkembangan luas serangan penyakit tungro setiap bulannya seperti pada Gambar 16. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 16. Perbandingan luas serangan OPT utama tanaman padi Tahun 2012 dengan Tahun 2011 dan rerata 5 tahun dapat dilihat pada Lampiran 15. 3.000
Luas Serangan (Ha)
2.500
2.000
1.500
1.000
500
0 Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Th 2012
1.168
589
712
768
853
467
590
463
210
248
184
187
Th 2011
1.742
2.603
2.609
1.803
1.912
1.213
962
747
441
436
436
1.126
677
938
1.037
1.598
1.594
1.124
814
627
593
425
366
445
Rerata 5 th
Des
Gambar 16. Perkembangan Luas Serangan Penyakit Tungro pada Tanaman Padi Tahun 2012, Tahun 2011 dan Rerata 5 Tahun (2006–2010)
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
37
B. Palawija Beberapa komoditas palawija yang serangan OPT utamanya dilaporkan adalah jagung, kedelai, kacang tanah, dan kacang hijau. 1. Jagung Luas serangan OPT utama tanaman jagung (penggerek tongkol, penggerek batang, ulat grayak, lalat bibit, bulai dan tikus) selama Tahun 2012 mencapai 26.532 ha (puso: 53 ha) dengan puncak serangan terjadi pada bulan Februari. Serangan OPT utama terutama di Jawa Barat (3.506 ha), diikuti Nusa Tenggara Timur, Jawa Tengah, Gorontalo, dan Sulawesi Selatan. Luas serangan OPT utama Tahun 2012 lebih rendah apabila dibandingkan dengan Tahun 2011 seluas 12.320 ha (31,71%) tetapi lebih tinggi apabila dibandingkan dengan rerata 5 tahun seluas 9.522 ha (55,98%). Perbandingan luas serangan OPT utama jagung Tahun 2012, Tahun 2011 dan rerata 5 tahun dapat dilihat pada Tabel 9. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 18. Tabel 10. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama Jagung Pada Tahun 2012 dengan Tahun 2011 dan Rerata 5 Tahun
No
Jenis OPT
Tahun 2012 (ha)
Tahun 2011 (ha)
Rerata 5 Th (2006-2010) (ha)
T
P
T
P
T
P
1
P. Tongkol
4.837
27
6.490
4
2.758
0
2
P. Batang
8.200
-
6.309
-
3.268
2
3
Ulat Grayak
1.770
-
3.333
21
2.231
74
4
Lalat Bibit
2.082
-
4.058
-
1.509
-
5
Bulai
6.130
21
9.322
127
3.314
203
6
Tikus
3.513
5
9.340
84
3.930
87
38.852
236
17.010
366
Jumlah
26.532
53
Ket.: T = Terkena, P = Puso
Perkembangan serangan OPT Utama pada tanaman jagung setiap bulannya disajikan pada Gambar 17.
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
38
7.000
6.000
Luas Serangan (Ha)
5.000
4.000
3.000
2.000
1.000
0 Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Th 2012
4.229
6.126
1.782
1525,5
1852,1
3154,7
2.365
1.323
1821,3
960
786
Des 606
Th 2011
2.834
2766,3
2.477
2627,1
3780,6
3.811
3.858
2.952
2.546
2848,1
3.517
4.835
Rerata 5 th
2.566
1.814
1.493
953,14
1.264
1.533
1.188
1.263
990
962,17
1.493
1.491
Gambar 17. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Jagung Tahun 2012, Tahun 2011 dan Rerata 5 Tahun (2006–2010)
2. Kedelai Luas serangan OPT utama kedelai (ulat grayak, penggulung daun, lalat kacang, tikus, penggerek polong, dan ulat jengkal) pada Tahun 2012 adalah 5.221 ha (puso: 15 ha) dengan puncak serangan terjadi pada bulan Juli. Serangan OPT utama terluas terjadi di Pemerintah Aceh (1.394 ha), Jawa Tengah, Jawa Barat, NTB, , dan Jawa Timur. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 20. Luas serangan OPT utama Tahun 2012 mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan Tahun 2011 dan rerata 5 tahun. Penurunan masingmasing seluas 4.735 ha (47,56%) dan 845 ha (13,93%). Perbandingan luas serangan OPT utama Kedelai Tahun 2012, Tahun 2011 dan Rerata 5 Tahun (2006–2010) seperti tersaji pada Tabel 10 dan Lampiran 21.
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
39
Tabel 11. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama Kedelai Pada Tahun 2012 dengan Tahun 2011 dan Rerata 5 Tahun No
Tahun 2012 (ha)
Jenis OPT
T
P
Rerata 5 Th (2006-2010) (ha) T P
Tahun 2011 (ha)
P
T
1
Ulat Grayak
1.397
-
2.886
-
1.625
46
2
Penggulung Daun
1.404
-
2.648
-
1.611
-
3
Lalat Kacang
502
-
771
-
633
-
4
Tikus
557
15
1.029
-
447
-
5
Penggerek Polong
754
-
1.226
-
1.122
-
6
Ulat Jengkal
606
-
1.395
-
628
-
Jumlah
5.221
15
9.956
-
6.065
48
Ket. : T = Terkena, P = Puso
Perkembangan luas serangan OPT utama kedelai setiap bulannya seperti terlihat pada Gambar 18 di bawah ini.
2.000
Luas Serangan (Ha)
1.800 1.600 1.400 1.200 1.000 800 600 400 200 0 Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Th 2012
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
669
361
236
439
528
214
929
Th 2011
440
675
470
872
769
541
1.140
Rerata 5 th
508
452
409
405
643
554
655
852
Des
744
730
202
117
52
1.848
1.219
826
441
714
483
462
205
436
Gambar 18. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama Pada Tanaman Kedelai Tahun 2012, Tahun 2011 dan Rerata 5 Tahun (2006–2010)
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
40
3. Kacang Tanah Luas serangan OPT utama kacang tanah (ulat grayak, pelipat daun, bercak daun coklat, babi hutan, tikus dan karat daun) pada Tahun 2012 seluas 5.187 ha puncak serangan terjadi pada Bulan September 2011. Serangan OPT terluas terjadi di Provinsi Jawa Timur (1.427 ha), diikuti Jawa Barat, DI Yogyakarta, Pemerintah Aceh, dan Jawa Tengah. Luas serangan OPT utama pada tanaman kacang tanah dapat dilihat pada Lampiran 23. Luas serangan OPT utama Tahun 2012 mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan Tahun 2011 seluas 2.373 ha (31,39%) tetapi mengalami peningkatan seluas 1.029 ha (24,76%) apabila dibandingkan dengan rerata 5 tahun. Perbandingan luas serangan OPT utama kacang tanah Tahun 2012, Tahun 2011 dan Rerata 5 Tahun (2006–2010) seperti tersaji pada Tabel 11 dan Lampiran 24. Tabel 12. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama Kacang Tanah pada Tahun 2012 dengan Tahun 2011 dan Rerata 5 Tahun No
Jenis OPT
Tahun 2012 (ha) T
Rerata 5 Th (2006-2010) (ha)
Tahun 2011 (ha)
P
T
P
T
P
1
Ulat Grayak
262
-
587
0
253
-
2
Pelipat Daun
210
-
353
-
231
-
3
Bercak Daun Coklat
2.586
-
3.955
0
1.872
-
4
Babi Hutan
156
0
202
0
155
1
5
Tikus
532
-
739
12
648
0
6
Karat Daun
1.441
7
1.725
-
999
-
5.187
7
7.560
13
4.158
2
Jumlah Ket. : T = Terkena, P = Puso
Perkembangan luas serangan OPT utama kacang tanah setiap bulannya disajikan pada Gambar 19.
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
41
1.200
Luas Serangan (Ha)
1.000
800
600
400
200
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
Th 2012
599
671
474
618
362
192
434
331
885
251
201
169
Th 2011
512
691
722
719
612
753
661
1.078
591
394
358
470
Rerata 5 th
424
507
413
420
406
277
414
403
264
208
145
278
Gambar 19.
Perkembangan Luas Serangan OPT Utama Pada Tanaman Kacang Tanah Tahun 2012, Tahun 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006–2010)
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
42
V.EVALUASI LUAS PENGENDALIAN OPT Peningkatan produksi dipengaruhi oleh berbagai faktor baik secara langsung maupun tidak langsung. Salah satu masalah yang dihadapi dalam pengamanan produksi adalah serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) yang dapat menyebabkan penurunan kualitas, kuantitas, terganggunya kontinuitas produksi, bahkan puso. Kerusakan tanaman oleh OPT sangat berpengaruh terhadap hasil produksi dan kesejahteraan petani, serta berdampak lanjut pada penurunan kemandirian ketahanan pangan nasional. Oleh karena itu, upaya pengamanan produksi dari gangguan OPT dan dampak perubahan iklim perlu dilakukan mulai dari pratanam sampai panen. Untuk mendorong masyarakat petani dan masyarakat luas berpartisipasi langsung dalam pengamanan produksi padi secara serentak dalam areal yang luas dan terkoordinasi, Presiden RI memberikan arahan agar seluruh komponen masyarakat terkait melakukan “GERAKAN LAWAN HAMA”. Menindaklanjuti arahan tersebut, Kementerian Pertanian mengeluarkan kebijakan “SPOT STOP”, yaitu menghentikan titik awal serangan sehingga sumber serangan tidak menyebar ke daerah lain. SPOT STOP didahului oleh penerapan upaya Preemtif (budidaya tanaman sehat dan pengaturan pola tanam). Untuk dapat melakukan SPOT STOP harus dilakukan pengamatan dini dan pengendalian dini. Pelaksanaan pengendalian OPT merupakan tanggung jawab petani (perorangan) sebagai pengusaha di lahan usahataninya, kelompok dalam masyarakat, dan pemerintah khususnya apabila terjadi eksplosi yang tidak dapat ditanggulangi oleh petani. Eksplosi adalah serangan OPT yang sifatnya mendadak, populasinya berkembang cepat, dan menyebar luas dengan cepat. Penanganan eksplosi oleh Pemerintah dilakukan secara berjenjang dari tingkat kecamatan sampai dengan tingkat pusat. Pengendalian OPT oleh petani dilakukan menggunakan cara mekanikfisik/pemusnahan, aplikasi agens hayati dan pestisida nabati, pestisida kimiawi serta dengan cara lain yang spesifik lokasi. Sejalan dengan strategi yang mengutamakan pengendalian hayati, pengendalian spot/titik serangan di suatu hamparan diutamakan menggunakan agens hayati. Apabila dengan menggunakan agens hayati spot serangan terus berkembang, perlu dilakukan aplikasi pestisida secara 6 (enam) tepat. Aplikasi pestisida secara spot
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
43
treatment pada hamparan diharapkan tidak agroekosistem antara OPT dan musuh alaminya.
mengganggu
keseimbangan
Gangguan OPT yang berpengaruh terhadap luas panen dan produksi harus ditekan sejak sebelum tanam melalui tindakan preemtif dan apabila ternyata di pertanaman masih terjadi serangan OPT di atas ambang pengendalian, dilakukan tindakan responsif. A. Upaya Pengendalian Dalam rangka mengamankan produksi tanaman pangan dari gangguan OPT, telah dilakukan berbagai upaya sebagai berikut: 1. Pengamatan OPT secara intensif Pengamatan dilaksanakan secara intensif baik rutin maupun insidentil oleh petugas lapangan POPT-PHP, petugas teknis LPHP dan UPTD-BPTPH. Pengamatan rutin dilaksanakan pada petak tetap dan pengamatan keliling. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, POPT-PHP memberikan rekomendasi pengendalian berupa peringatan dini dan tindakan pengendalian yang harus dilakukan petani melalui KCD/Mantan/UPTD Kecamatan dan Penyuluh Lapangan. Data dan informasi hasil pengamatan dari daerah dilaporkan kepada pusat secara berjenjang dan berkala. Pengamatan dinamika serangan OPT khususnya terhadap perubahan iklim ekstrim dimaksudkan untuk mengetahui perubahan status OPT (OPT minor menjadi OPT major) sehingga perlu dibangun sistem peringatan dini (early warning system). Operasionalisasi sistem peringatan dini serangan OPT perlu didukung dengan kelembagaan yang tepat dan kuat, penelitian dan pengembangan tentang prediksi iklim. 2. Penyampaian informasi Informasi berupa laporan peringatan dini, laporan rutin periode setengah bulanan, dan prakiraan serangan disertai rekomendasi pengendalian yang sesuai disampaikan kepada jajaran Dinas Pertanian Tanaman Pangan. Informasi kewaspadaan terhadap serangan OPT dikirimkan kepada Gubernur dan Dinas Pertanian Provinsi. 3. Koordinasi Koordinasi Pemerintah Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota serta Kecamatan diperlukan untuk pengamanan produksi dari gangguan serangan OPT dan mensinergikan tindakan operasional pengendalian OPT di lapangan.
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
44
4. Pengembangan dan Penerapan Teknologi Pengendalian Pengembangan dan penerapan teknologi pengendalian OPT di arahkan pada pelaksanaan pertanian berkelanjutan dan lestari. Teknologi pengendalian yang dikembangkan saat ini adalah teknologi pengendalian spesifik lokasi dan ramah lingkungan yang dilaksanakan dengan mengoptimalkan pemanfaatan agens hayati dan pestisida nabati. Pengembangan dan pemasyarakatan penerapan teknologi pengendalian OPT dilakukan oleh LPHP/LAH. 5. Operasional Pengendalian OPT Operasional pengendalian OPT dilaksanakan dengan menerapkan sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT) oleh petani baik secara individu maupun secara massal. Empat prinsip dasar penerapan PHT adalah budidaya tanaman sehat, pengamatan rutin, pelestarian musuh alami, dan membina petani menjadi ahli di lahan usahataninya. Strategi operasional pengendalian berdasarkan prinsip PHT dilakukan dengan pendekatan preemtif dan responsif. Pendekatan preemtif mengkondisikan agroekosistem menjadi tahan terhadap cekaman lingkungan serta pemunculan dan perkembangan OPT pada fase tanam selanjutnya. Pendekatan preemtif mengutamakan penggunaan agens hayati yang berfungsi sebagai agens antagonis, varietas unggul yang tahan OPT, pupuk organik, dan waktu tanam yang tepat. Pengendalian responsif dilaksanakan sejak munculnya OPT dengan cara fisik/mekanik, pemanfaatan agens hayati, dan apabila serangan OPT melebihi Ambang Pengendalian maka dilakukan pengendalian kimiawi secara 6 (enam) tepat yaitu tepat cara, sasaran, dosis, jenis, waktu, dan tempat. Pengendalian dilaksanakan berdasarkan analisis POPT-PHP pada spot serangan OPT di suatu hamparan. Apabila dinilai membahayakan, dan petani dalam batas waktu dua hari tidak melaksanakan pengendalian spot serangan OPT, maka Brigade Proteksi Tanaman (BPT) digerakkan untuk mengendalikannya. 6. Bantuan bahan pengendali Pengawalan dan pengamanan produksi tanaman pangan dari serangan OPT, khususnya padi tidak selalu bertumpu pada penggunaan pestisida kimiawi, namun dapat dilakukan dengan memanfaatkan berbagai teknologi pengendalian OPT lainnya, seperti pemanfaatan agens hayati, pestisida nabati, dan teknologi spesifik lokasi lainnya yang ada di daerah. Khusus untuk pengendalian penyakit dan hama yang bersifat endemis perlu dilakukan Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
45
pengendalian kimiawi sebagai tindakan pencegahan seperti aplikasi seed treatment di daerah endemis penyakit blas. Dalam mendukung program “SPOT STOP” perlu dilakukan tindakan pengendalian terhadap titik-titik (spot) serangan OPT agar tidak meluas. Bantuan bahan pengendali OPT berupa pestisida kimia dari pemerintah yang berasal dari stok cadangan nasional merupakan pendukung upaya pelaksanaan program “SPOT STOP”. Pemerintah Daerah dapat memanfaatkan bantuan pestisida dari pusat dan potensi yang ada di daerah dengan mensinergikan pendanaan yang ada dengan sumber pendanaan lainnya seperti APBD propinsi dan APBD kabupaten/kota, serta menjalin kemitraan dengan stakeholder yang bergerak di bidang perlindungan tanaman pangan. Tahun 2012, Direktorat Perlindungan Tanaman pangan telah memberikan bantuan pestisida ke 26 (dua puluh enam) provinsi sebanyak 565.194 kg/ltr dan bahan asap sebanyak 213.325 boks, yang terdiri dari bahan seed treatment padi, jagung, kedelai, dan bahan pengendali OPT padi, jagung, kedelai, serta bahan pengasapan tikus.
B. Teknologi Pengendalian LPHP/LAH sebagai pusat pengembangan teknologi pengendalian secara terus menerus melakukan inovasi dengan mengembangkan teknologi pengendalian OPT spesifik lokasi dan ramah lingkungan. Pengembangan dan pemasyarakatan teknologi pengendalian tersebut antara lain pendayagunaan dan pemanfaatan agens hayati serta diseminasi teknologi pengendalian OPT. Pada Tahun 2012, teknologi pengendalian OPT telah tersebar di 32 provinsi, yang belum mengembangkan adalah Provinsi Kepulauan Riau. Salah satu kegiatan pengembangan teknologi pengendalian OPT spesifik lokasi dan ramah lingkungan, adalah pengembangan agens hayati. Selama Tahun 2012, agens hayati yang telah dikembangkan di LPHP/LAH antara lain : a) Jamur : Beauveria bassiana, Metarhizium sp., Trichoderma sp., Gliocladium sp., Verticillium sp., Spicaria sp., Nomuraeya rileyi, b) Bakteri
: Pseudomonas fluorescens, Pseudomonas Corynebacterium spp., bakteri merah, bakteri Penicillium spp., Paecylomyces spp.,
sp., putih,
c) Parasitoid : Trichogramma spp., Hemiptarsemus varicornis, d) Predator : Tyto Alba Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
46
e) Virus f)
: Sl-NPV, Se-NPV,
Dekomposer : Mikorumba (Mikro Organisme Rumpun Bambu)
g) Nematoda Steinernema sp. dan Heterorabditis sp. yang digunakan sebagai insektisida untuk mengendalikan ulat dan uret, h) PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) merupakan agens hayati yang mengandung bakteri Pseudomonas flourescens dan Bacillus ploymixa. PGPR merupakan koloni akar, yang habitat hidupnya di sekitar daerah perakaran tanaman. Secara umum PGPR berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan, kesehatan dan kebugaran tanaman. Kegiatan lainnya adalah eksplorasi dan pengembangan beberapa jenis pestisida nabati. Bahan pestisida nabati yang dikembangkan di beberapa LPHP/LAH antara lain ekstrak dari daun mimba, lengkuas, sereh, tembakau, kamalakian, daun sirsak, ampas parutan kelapa, akar terigi, rimpang empon-empon, biji bengkuang dan buah majapahit.
C. Luas Pengendalian Selama Tahun 2012, telah dilakukan upaya pengendalian OPT pada tanaman pangan (padi, jagung, kedelai dan kacang tanah) seluas 1.178.126 ha. Pengendalian OPT utama pada tanaman padi seluas 1.152.798 ha dan pengendalian OPT utama palawija (jagung, kedelai dan kacang tanah) seluas 25.328 ha. Pengendalian OPT dilakukan dengan berbagai cara, yaitu : secara mekanik fisik, aplikasi pestisida, dan dengan cara lain. Pestisida yang digunakan untuk mengendalikan OPT utama tanaman pangan, berasal dari swadaya petani dan pemerintah daerah (kecamatan, kabupaten/kota, provinsi), serta bantuan pengadaan pemerintah pusat maupun dari stok cadangan nasional yang dialokasikan ke provinsi. Luas pengendalian OPT utama pada tanaman pangan Tahun 2012 dapat dilihat pada Lampiran 26. Luas pengendalian OPT pada tanaman pangan utama, sebagai berikut : 1. Padi Berdasarkan laporan yang diterima dari daerah, pengendalian OPT utama pada tanaman padi (penggerek batang padi, tikus, WBC, blas, BLB, dan tungro) yang dilakukan oleh petani pada umumnya masih menggunakan
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
47
pestisida. Selama Tahun 2012, luas pengendalian OPT utama padi mencapai 1.152.798 ha. Luas pengendalian OPT utama pada tanaman padi tersebut lebih rendah 327.561 ha (22,13%) apabila dibandingkan dengan Tahun 2011 (1.480.359 ha), terutama pada pengendalian penggerek batang padi dan tikus. Luas pengendalian OPT utama pada tanaman padi Tahun 2012 dan Tahun 2011 seperti tercantum pada Tabel 1 dan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 27. Tabel 13. Luas Pengendalian OPT Utama Padi Tahun 2012 dan Tahun 2011 No.
OPT
Tahun 2012 (ha)
Tahun 2011 (ha)
1
Tikus
608.433
579.958
2
Penggerek batang padi
266.526
201.265
3
WBC
125.341
526.035
4
Hawar daun bakteri
72.169
115.974
5
Blas
69.016
27.932
6
Tungro
11.314
29.196
1.152.798
Jumlah
1.480.359
2. Palawija Secara umum, pengendalian OPT utama pada tanaman palawija (jagung, kedelai, dan kacang tanah) yang telah dilaksanakan selama Tahun 2012 seluas 25.328 ha. Pengendalian OPT pada tanaman palawija Tahun 2012 ini mengalami penurunan seluas 5.919 ha (18,94%) apabila dibandingkan dengan Tahun 2011 (31.247 ha). Secara lengkap luas pengendalian OPT palawija seperti tabel berikut : Tabel 14. Luas Pengendalian OPT Utama Palawija Tahun 2012 dan 2011 No.
Komoditas
I.
Jagung
OPT
Tahun 2012
Tahun 2011
1. Tikus
5.880
10.710
2. Bulai
4.639
4.803
3. Penggerek Batang
2.527
2.134
4. Penggerek Tongkol
1.976
1.342
5. Lalat Bibit
1.287
1.450
824
1.426
6. Ulat Grayak Jumlah
17.134
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
21.865
48
No.
Komoditas
II.
Kedelai
OPT 1. Ulat Grayak
Tahun 2011
1.023
3.972
854
1.238
3.271
572
4. Tikus
785
748
5. Penggerek Polong
371
420
6. Lalat Kacang
706
656
7.010
7.606
1. Ulat Grayak
113
114
2. Bercak Daun
510
774
3. Tikus
213
432
4. Karat Daun
258
182
5. Pelipat Daun
62
128
6. Babi Hutan
28
147
Jumlah
1.184
1.776
Jumlah Palawija
25.328
31.247
2. Penggulung Daun 3. Ulat Jengkal
Jumlah III.
Tahun 2012
Kacang Tanah
Secara rinci, pengendalian OPT pada tanaman palawija, sebagai berikut : a) Jagung Luas pengendalian OPT utama jagung (penggerek tongkol, penggerek batang, tikus, bulai, lalat bibit, dan ulat grayak) pada Tahun 2012 seluas 17.134 ha. Luas pengendalian pada Tahun 2012 ini lebih rendah 4.731 ha (21,64%) apabila dibandingkan dengan Tahun 2011 (21.865 ha). Pengendalian terluas dilakukan terhadap hama tikus seluas 5.880 ha, diikuti penyakit bulai seluas 4.639 ha dan penggerek tongkol seluas 1.976 ha. Secara rinci, luas pengendalian OPT utama pada jagung Tahun 2012 dapat dilihat pada Lampiran 28. b) Kedelai Luas pengendalian OPT utama kedelai (ulat grayak, penggulung daun, tikus, ulat jengkal, lalat kacang, dan penggerek polong) pada Tahun 2012 seluas 7.010 ha. Luas pengendalian Tahun 2012 ini lebih rendah 596 ha (7,84%) apabila dibandingkan dengan Tahun 2011 (7.606 ha). Pengendalian terluas dilakukan terhadap ulat jengkal seluas 3.271 ha, diikuti ulat grayak seluas 1.023 ha dan penggulung daun seluas 854 ha. Secara rinci, luas pengendalian OPT kedelai dapat dilihat pada Lampiran 29.
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
49
c)
Kacang Tanah Luas pengendalian OPT utama kacang tanah (ulat grayak, bercak daun, tikus, karat daun, pelipat daun, dan babi hutan) pada Tahun 2012 seluas 1.194 ha. Luas pengendalian Tahun 2012 ini lebih rendah 592 ha (33,33%) apabila dibandingkan dengan Tahun 2011 (1.776 ha). Pengendalian terluas dilakukan terhadap penyakit bercak daun seluas 510 ha, diikuti karat daun seluas 258 ha dan tikus seluas 213 ha. Secara rinci, luas pengendalian OPT utama kacang tanah Tahun 2012 dapat dilihat pada Lampiran 30.
D. Kasus-kasus Penggunaan Pestisida Penggunaan pestisida harus dilakukan sesuai prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dan merupakan langkah terakhir yang dilakukan berdasarkan hasil pengamatan di lahan/lapangan dan dipilih secara selektif, bijaksana, dan diawasi. Penggunaan pestisida tidak sesuai aturan dapat membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan. Sesuai konsep sistem PHT, penggunaan pestisida ditujukan bukan untuk memberantas atau membunuh hama, namun lebih diutamakan untuk mengendalikan OPT sedemikian rupa sehingga populasi/keberadaan OPT berada di bawah batas ambang ekonomi atau ambang pengendalian. Tahun 2012, beberapa provinsi telah melaporkan kasus-kasus penggunaan pestisida, provinsi tersebut antara lain Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Aceh, dan Papua. Kasus-kasus penggunaan pestisida yang dilaporkan adalah : a. Terbunuhnya organisme bukan sasaran, yaitu musuh alami (laba-laba) b. Keracunan pada manusia karena tidak memakai Alat Perlindungan Diri (APD) pada saat aplikasi c. Pestisida repacking (pengemasan ulang)
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
50
VI.EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN TAHUN 2012 A. Bahan Rekomendasi Kebijakan Menteri Pertanian di Bidang Perlindungan Tanaman Pangan Pertemuan Koordinasi Komisi Perlindungan Tanaman (KPT) Pertemuan Koordinasi Komisi Perlindungan Tanaman (KPT) bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan kebijakan dan membahas permasalahan aktual di bidang perlindungan tanaman sebagai bahan masukan kepada Menteri Pertanian dalam penetapan kebijakan yang stategis dan akomodatif. Pada Tahun 2012 telah dilaksanakan 1 (satu) kali Pertemuan Koordinasi KPT yang dilaksanakan pada tanggal 6 – 8 Juni 2012, di Semarang Jawa Tengah. Pertemuan dihadiri oleh Anggota KPT, Pejabat Eselon II, dan perwakilan dari Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, Direktorat Perlindungan Perkebunan, Direktorat Perlindungan Tanaman Hortikultura, dan Pusat Karantina Tumbuhan, narasumber dan undangan lainnya. Hasil penting dari pertemuan tersebut adalah sebagai berikut: a. Pelembagaan PHT Kawasan-kawasan PHT harus dibentuk untuk mengefektifkan pemasyarakatan dan penerapan PHT, minimal di tingkat kecamatan (Kecamatan PHT) yang berbasis komoditas unggulan di wilayah tersebut. Dengan terbentuknya Kecamatan PHT, permasalahan terkait penyebaran serangan OPT polifag subsektor (tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan) tidak akan lagi menjadi persoalan. b. SDM Perlindungan Jumlah sumber daya manusia (SDM) perlindungan tanaman (POPT) terutama di daerah semakin berkurang karena purna tugas, alih tugas, dan lain-lain, sehingga tidak sebanding dengan wilayah pengamatannya. Perekrutan SDM POPT oleh daerah sangat terbatas, untuk itu pusat (Pemerintah) agar mengupayakan dan memprioritaskan perekrutan tersebut.
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
51
c. Sekolah Lapangan Beberapa Sekolah Lapangan (SL) yang dilaksanakan pada saat ini tidak sesuai dengan prinsip SL, yaitu: a) belajar dari pengalaman; b) lahan sebagai tempat belajar; c) mengikuti fase-fase fenomena obyek belajar (fenologi) secara berkesinambungan; d) metode Pendidikan Orang Dewasa (POD); e) kontrak belajar sampai temu lapang; dan f) siklus belajar setiap pertemuan (mengamati, menganalisa, mendiskusikan, menyimpulkan, dan dinamika kelompok). Untuk itu, diperlukan Peraturan Menteri Pertanian tentang standardisasi SL. d. Organisasi dan Advokasi KPT Saat ini, tugas dan wewenang KPT masih sesuai dengan kebutuhan dan masalah yang ada, yaitu memberikan saran dan pertimbangan kepada Menteri Pertanian serta mengevaluasi kebijakan perlindungan tanaman. Komposisi keanggotaan KPT perlu diperluas sebagai tanggapan terhadap perkembangan kompleksitas dan dinamika masalah perlindungan tanaman. Sosialisasi dan advokasi implementasi saran serta pertimbangan yang dihasilkan oleh KPT harus dilakukan oleh para penyusun dan pelaksana kebijakan di pusat dan daerah. e. Kesehatan Benih Kesehatan benih merupakan komponen penting dalam menjamin keberhasilan pengendalian OPT tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan. Standar kesehatan benih hortikultura telah diatur dalam SNI dan SK Direktur Jenderal Hortikultura. Bagi benih yang belum ditetapkan SNI-nya, produsen wajib mencantumkan parameter kesehatan benih pada labelnya. Sedangkan standar kesehatan benih tanaman pangan dan perkebunan harus segera dikaji, ditetapkan, dan diwajibkan penerapannya melalui SK Direktur Jenderal teknis terkait. f. Agens Hayati Pesatnya perkembangan dan kebutuhan pemanfaatan agens hayati (mikroba berguna sebagai bahan pengendali OPT dan pemacu pertumbuhan tanaman) dan pestisida nabati di lapangan, menuntut ditetapkannya standar pengembangan, registrasi dan penjaminan mutu, baik di tingkat laboratorium maupun Pos Pelayanan Agens Hayati (PPAH). Persyaratan untuk pendaftaran agens hayati antara lain meliputi identifikasi yang tepat dan akurat, Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
52
keefektifan yang tinggi, informasi daya simpan, serta keamanan terhadap manusia dan lingkungan. Pengaturan pemanfaatan agens hayati harus dibedakan berdasarkan pada ruang lingkup tujuan pemanfaatannya (komersial atau penggunaan secara internal di kelompok tani). g. Perizinan, Pelembagaan, dan Pengawasan Pestisida (Policy Paper) Regulasi dan evaluasi yang lebih ketat dalam perizinan serta pengawasan pestisida diperlukan untuk menjamin kualitas pestisida yang beredar di lapangan. Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian sebagai berikut: a.
Standar pengujian efikasi pestisida untuk kepentingan registrasi harus ditelaah agar pestisida yang terdaftar dan beredar aman terhadap manusia serta lingkungan.
b. Jumlah formulasi pestisida dengan bahan aktif yang sama terhadap OPT sasaran yang sama harus dibatasi. c.
Perizinan suatu produk/merk dagang pestisida agar dicabut apabila berdasarkan pengawasan, produk tersebut tidak diproduksi atau diproduksi hanya berdasarkan permintaan/pesanan.
Perguruan tinggi dan lembaga yang berkompeten perlu didorong untuk mengkaji dampak negatif pestisida di lapangan pasca registrasi, termasuk menelaah berbagai bahan aktif pestisida yang saat ini telah dilarang di negara lain. Data hasil kajian akan digunakan sebagai komponen evaluasi pestisida dalam proses registrasi ulang. B. Pedoman Perlindungan Tanaman Pangan 1. Pedoman Operasional LPHP Dalam rangka mendukung optimalisasi kinerja Laboratorium Pengamatan Hama Penyakit (LPHP) diperlukan pedoman operasional yang akan menjadi acuan petugas/pengelola LPHP dalam pelaksanaan kegiatannya. Pedoman operasional ini dimaksudkan untuk mendukung terpenuhinya persyaratan dan terwujudnya jaminan mutu produk, jasa, proses, sistem, SDM/personel dan lainnya, sehingga dapat memberikan kepercayaan kepada pengguna dan pihak terkait. Selain itu, pedoman operasional tersebut diharapkan dapat mendukung upaya peningkatan produktivitas melalui kegiatan pengamanan produksi, daya guna dan hasil guna serta perlindungan terhadap konsumen,
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
53
tenaga kerja dan masyarakat dalam hal keselamatan, keamanan, kesehatan dan kelestarian lingkungan. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka pada Tahun 2012 telah dilakukan penyusunan buku Pedoman Operasional LPHP yang diharapkan dapat menjadi rujukan kegiatan untuk dapat memilih kegiatan sesuai skala prioritas di wilayahnya 2. Pedoman Penilaian POPT, LPHP, Petani dan Kelompok Tani Teladan Salah satu upaya untuk memotivasi kinerja POPT-PHP, POPT, LPHP, Petani, dan Kelompok Tani Pengembang Agens Hayati adalah melalui pemberian penghargaan kepada POPT, POPT-PHP, LPHP, petani, dan Kelompok Tani teladan. Berkaitan dengan hal tersebut dipandang perlu menyusun pedoman sebagai acuan Tim Penilai dalam melakukan penilaian terhadap POPT-PHP, POPT, LPHP, serta petani dan kelompok tani pengembang agens hayati teladan tingkat nasional. Berdasarkan hal tersebut di atas, pada Tahun 2012 telah dilakukan penyusunan pedoman sebagai berikut: a) Pedoman Penilaian POPT Teladan, sebagai acuan pelaksanaan kegiatan penilaian dalam rangka pemberian penghargaan POPT dan POPT-PHP Teladan Tingkat Nasional. b) Pedoman Penilaian LPHP Teladan, sebagai acuan pelaksanaan kegiatan penilaian dalam rangka pemberian penghargaan LPHP Teladan Tingkat Nasional. c) Pedoman Penilaian Petani dan Kelompok Tani Pengembang Agens Hayati Teladan, sebagai acuan pelaksanaan kegiatan penilaian dalam rangka pemberian penghargaan Petani Pengembang PHT dan Kelompok Tani Pengembang Agens Hayati Teladan Tingkat Nasional. 3. Pedoman Pelaksanaan SLPHT yang disempurnakan Pada tahun 2012 telah dialokasikan dana APBN untuk kegiatan SLPHT skala kelompok dan SLPHT Tindak Lanjut di seluruh provinsi kecuali Provinsi Kepulauan Riau. Penyempurnaan Pedoman Pelaksanaan SLPHT dilakukan untuk memperbaiki buku Pedoman Pelaksanaan SLPHT yang telah ada dengan dilengkapi Pedoman SLPHT Tindak Lanjut sebagai standar/acuan baku bagi petugas pemandu lapangan dalam pelaksanaan SLPHT di lapangan.
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
54
4. Pedoman Jabatan Fungsional POPT POPT wajib mengumpulkan dan menyusun hasil kegiatan yang telah dilakukan dalam bentuk dokumen berupa Data Usulan Penetapan Angka Kredit (DUPAK) setiap tahunnya. Tata cara penyusunan dan pengajuan DUPAK ditentukan berdasarkan pedoman yang berlaku. Selain melaksanakan tugas pokok, untuk meningkatkan profesionalismenya, POPT diharapkan dapat menyusun Karya Tulis Ilmiah (KTI) sesuai dengan Pedoman Penyusunan KTI (SK mentan No. 34/Permentan/OT.140/6/2011). Pada tahun 2012 ini telah disusun Pedoman Penyusunan dan Pengajuan DUPAK POPT dan perbanyakan Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI). Pedoman Penyusunan dan Pengajuan DUPAK POPT bertujuan untuk memberikan acuan kepada POPT dalam mengumpulkan angka kredit yang diajukan sebagai syarat kenaikan pangkat dan jenjang. Pedoman Penyusunan KTI dimaksudkan sebagai acuan dalam menyusun KTI sesuai kaidah ilmiah. C. Bahan Informasi Perlindungan Tanaman Pangan Dalam rangka penyediaan bahan informasi bagi petugas lapangan dan petani dalam memberikan rekomendasi pengendalian OPT (padi, jagung, kedelai, dan kacang tanah) dengan mengacu kepada prinsip PHT, selama Tahun 2012 telah disusun dan banner, buku dan buletin. 1. Banner Pengendalian OPT Tanaman Pangan dan Media Visualisasi Perlindungan Tanaman Pangan (Diorama) Banner dicetak dalam upaya penyebaran informasi kepada petugas lapangan maupun masyarakat untuk menambah wawasan tentang pengendalian OPT. Banner juga digunakan dalam mendukung pelaksanaan pertemuan MPTHI yang diselenggarakan di Palu, Sulawesi Tengah. Banner dicetak sebanyak 8 unit. Sebagai upaya melakukan sosialisasi kegiatan perlindungan tanaman pangan, telah dibuat media visualisasi berupa maket, diorama, media elektronik, dan media pamer lainnya, yang diletakkan di ruang pamer Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. 2. Buku Dalam mendukung pelaksanaan kegiatan perlindungan tanaman pangan baik di pusat maupun di daerah, diterbitkan beberapa buku pedoman/petunjuk yaitu Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
55
2012 (Kontingensi), Pedoman Teknis Petani Pengamat, Pedoman Pengamatan dan Pelaporan Perlindungan Tanaman Pangan, Komik “SPOTSTOP”. 3. Buletin Warta Perlindungan Tanaman Pangan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan merupakan lembaga publik yang mempunyai kewajiban untuk memberikan akses informasi yang terbuka kepada publik dalam rangka transparansi, akuntabilitas dan pengelolaan pemerintahan yang baik sesuai dengan UU. No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Informasi yang harus disampaikan oleh Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan tentunya berkaitan dengan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dalam rangka pengamanan produksi tanaman pangan. Oleh karena itu, perlu dibuat media informasi yang efektif untuk menyampaikan kebijakan-kebijakan tersebut kepada masyarakat terutama petugas lapangan dan stakeholder perlindungan tanaman pangan. Salah satu media yang dibutuhkan untuk kepentingan hal tersebut adalah Warta Perlindungan Tanaman Pangan. Selain memuat tentang kebijakan-kebijakan perlindungan tanaman pangan, media informasi tersebut juga memuat data dan informasi lain seperti data serangan OPT, DPI, Pemasyarakatan PHT dan Teknologi Pengendalian OPT. Selain itu Warta Perlindungan Tanaman Pangan dapat juga menjadi sarana pengembangan keprofesian bagi Pejabat Fungsional Pengendali OPT (POPT) yang ada di Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. Pada Tahun 2012 telah disusun buletin Warta Perlindungan Tanaman Pangan sebanyak 6 (enam) edisi. D. Pelatihan Teknis Perlindungan Tanaman Pangan Selama Tahun 2012, dalam rangka peningkatan kompetensi petugas telah dilakukan kegiatan: 1. Pelatihan Pemetaan Serangan OPT pada Tanaman Pangan Pemetaan merupakan langkah awal untuk mengetahui penyebaran OPT di suatu wilayah. Pemetaan OPT merupakan dasar dalam menentukan langkahlangkah pengendalian OPT yang timbul, sehingga dampak terhadap penurunan kualitas dan kuantitas produksi pangan pada masa yang akan datang dapat ditekan. Pelatihan Pemetaan Serangan OPT pada Tanaman Pangan telah dilaksanakan dan diikuti oleh staf teknis dan pejabat fungsional POPT lingkup Direktorat Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
56
Perlindungan Tanaman Pangan dan unsur Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Provinsi Jawa Barat, Banten, D.I. Yogyakarta, dan Maluku. Pemetaan disusun menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) atau “Geographical Information System = GIS”. SIG menyajikan informasi dan pengelolaan data, baik data spasial bergeoreferensi maupun data non-spasial (data numerik/alfanumerik/ atribut) yang cukup komplek secara terpadu. Praktek yang dilakukan pada pelatihan pemetaan sebaran daerah endemis serangan OPT meliputi praktek pengolahan dan analisis data serangan Penggerek Batang Padi (PBP) dan Wereng Batang Coklat (WBC) pada Musim Hujan (MH) dan Musim Kemarau (MK), praktek Penyusunan Peta Sebaran Daerah Endemis PBP Di Indonesia Pada MH, praktek Penyusunan Peta Sebaran Daerah Endemis PBP Di Indonesia Pada MK, praktek Penyusunan Peta Sebaran Daerah Endemis WBC Di Indonesia Pada MH, praktek Penyusunan Peta Sebaran Daerah Endemis WBC Di Indonesia Pada MK, dan praktek pembuatan batas wilayah Kabupaten/Kota baru berdasarkan hasil pemekaran wilayah. 2. Pelatihan Analisis Data Serangan OPT Tanaman Pangan Analisis serangan OPT merupakan kegiatan untuk menganalisa perkembangan populasi OPT serta penyebaran dan akibat yang ditimbulkan dalam ruang dan waktu tertentu. Informasi tersebut menjadi masukan bagi petugas lapangan dalam pengambilan kebijakan dan menyusun strategi serta teknik pengendalian OPT secara spesifik lokasi, sehingga produktivitas pertanian dapat dipertahankan pada taraf tinggi, kualitas dan kontinuitas terjamin, serta aman terhadap lingkungan. Pelatihan Analisis Data Serangan OPT Tanaman Pangan telah dilaksanakan dan diikuti oleh staf teknis perllindungan tanaman pangan dan fungsional POPT. Narasumber dan pemandu berasal dari Direktrorat Perlindungan Tanaman Pangan, Balai Besar Peramalan OPT, dan Universitas Gadjah Mada. Analisis data serangan OPT terbagi menjadi dua, yaitu 1) pengolahan dasar/sederhana (menghitung nilai rata-rata contoh, menghitung varian contoh, menghitung varian populasi, mengevaluasi kualitas data, mengevaluasi sebaran data, dan mentransformasi data); dan 2) pengolahan lanjutan/komprehensif (analisis anova, pengembangan sampling, pemetaan, dan peramalan).
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
57
Peramalan OPT bertujuan untuk menyusun model peramalan OPT sederhana, akurat dan aplikatif, menyusun saran tindak pengelolaan OPT sesuai dengan prinsip/strategi PHT, serta menekan populasi/serangan OPT, menjaga tingkat produktivitas tanaman dan keamanan lingkungan. Pengembangan peramalan OPT dilakukan menggunakan metode regresi linier, yaitu analisis statistika yang memodelkan hubungan beberapa variabel menurut bentuk hubungan persamaan linier eksplisit. Model peramalan penyakit BLB pada tanaman padi yang berhasil dikembangkan pada saat pelatihan berlangsung adalah model peramalan penyakit BLB pada Musim Kemarau 2012 dan Musim Hujan 2011/2012 di Indonesia. 3. Training of Trainer Sekolah Lapangan Iklim Training Of Trainer (TOT) Sekolah Lapangan Iklim (SLI) merupakan suatu proses pembelajaran bagi petugas lapangan dalam mengelola data dan informasi iklim yang pelaksanaannya mengacu kepada sistem SLPHT. Melalui TOT-SLI ini diharapkan petugas terutama yang wilayah kerjanya termasuk kategori daerah rawan banjir/kekeringan mampu melakukan analisis dan evaluasi data dan informasi faktor iklim/cuaca. Disamping itu diharapkan petugas perlindungan tanaman dapat menyampaikan informasi tersebut kepada petani melalui kegiatan SLI, sehingga informasi tersebut dapat dimanfaatkan dalam kegiatan budidaya tanaman. Pertemuan TOT SLI pada tahun 2012 telah dilaksanakan di Solo, Jawa Tengah. Pasca TOT SLI, beberapa hal yang ditindaklanjuti antara lain dengan membentuk ikatan petani alumni SLI dan memberikan mereka kegiatan sehingga tetap berkesinambungan seperti studi banding dan pertemuan antara alumni, serta diharapkan segera melaksanakan TOT di tingkat provinsi maupun kabupaten. 4. Pelatihan Pengenalan dan Aplikasi Pemanfaatan AWS Automatic Weather Station (AWS) atau Stasiun Cuaca Otomatis Telemetri Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan merupakan stasiun yang dikembangkan oleh Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi yang mampu merekam data cuaca terkini secara digital (diatur sesuai kebutuhan). AWS dapat merekam enam jenis unsur cuaca antara lain: curah hujan, suhu (minimum, maksimum dan rata-rata), kelembaban udara (minimum, maksimum dan rata-rata), radiasi matarahari, kecepatan angin, dan arah angin.
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
58
Sehubungan dengan hal tersebut, dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan AWS maka perlu dilakukan pengenalan dan aplikasi pemanfaatan AWS tersebut bagi semua pihak yang terkait. Pelatihan ini bertujuan meningkatkan pengetahuan petugas pengelola data di Pusat dan daerah agar mampu mengoptimalkan pemanfaatan AWS di lapangan. Pelatihan telah dilaksanakan dan diikuti oleh petugas pengelola data iklim di 9 Provinsi (Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Kalimantan Timur). Informasi-informasi iklim hasil pengamatan AWS tersebut akan dianalisis dan disebarluaskan kepada petani melalui petugas lapangan (POPT-PHP) sehingga luas lahan terkena serangan OPT dan DPI diharapkan dapat berkurang. 5. TOT PL 1 SLPHT Kemampuan dan penguasaan materi Pemandu Lapangan (PL) sebagai fasilitator kegiatan SLPHT memegang peran penting dalam pelaksanaan kegiatan secara optimal sesuai konsep dasar PHT. Saat ini, jumlah petugas POPT-PHP yang memiliki pengetahuan di bidang kepemanduan SLPHT masih terbatas sehingga perlu dilaksanakan Training of Trainer (TOT) PL I yang diharapkan dapat mengatasi terbatasnya jumlah tenaga pemandu SLPHT. Training of Trainer (TOT) PL I telah dilaksanakan di Malang, Jawa Timur. Salah satu materi penting TOT adalah pengamatan agroekosistem. Praktek pengamatan agroekosistem dilaksanakan di Desa Kasembon, Batu, Malang yang merupakan hamparan SLPHT tindak lanjut. Wilayah Desa Kasembon tersebut direncanakan menjadi pilot project Rintisan Desa PHT bekerjasama antara Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang dengan UPTD BPTPH Provinsi Jawa Timur. Kunjungan peserta ke Rintisan Desa PHT tersebut diharapkan dapat memotivasi peserta untuk mendorong pembentukan desa/kecamatan PHT di provinsi masing-masing. 6. Sosialisasi Pedoman Fungsional POPT Salah satu butir kegiatan jabatan fungsional POPT adalah pengembangan profesi yang merupakan kegiatan pengembangan diri POPT melalui peningkatan pengetahuan, teknologi, dan keterampilan untuk meningkatkan kualitas dan profesionalismenya serta pengamalannya kepada masyarakat luas. Salah satu kegiatan pengembangan profesi dimaksud adalah menyusun KTI. Penyusunan KTI berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 34/Permentan/OT.140/6/2011 tentang Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah bagi Pejabat Fungsional Rumpun Ilmu Hayat Lingkup Pertanian. Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
59
Pedoman tersebut disosialisasikan, khususnya kepada POPT untuk meningkatkan pemahaman dan persamaan persepsi tentang penyusunan KTI sesuai kaidah ilmiah. Untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan serta pemahaman POPT dalam menyusun DUPAK juga telah dilaksanakan Sosialisasi Draft Pedoman Penyusunan dan Pengajuan DUPAK. Mengingat beragamnya permasalahan dalam pemberdayaan dan pengembangan jabatan fungsional POPT di daerah, dipandang perlu menyepakati beberapa hal terkait dengan perolehan angka kredit pendidikan formal, persyaratan pendidikan POPT Ahli dan Alih Kelompok, pengukuhan POPT, penerapan peraturan terkait, batas waktu maksimal perolehan angka kredit untuk kenaikan pangkat/jabatan POPT, pembebasan sementara, dan penilaian KTI. 7. Seminar Sehari Perlindungan Tanaman Pangan Dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan wawasan pejabat fungsional POPT, telah dilaksanakan Seminar Sehari bertema “Pengaruh Dampak Perubahan Iklim terhadap Perkembangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Tanaman Pangan” di Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan pada tanggal 29 Agustus 2012. Peserta seminar adalah POPT perwakilan dari Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, Direktorat Perlindungan Hortikultura, Direktorat Perkebunan, Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) Jatisari, BPTPH (Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat) maupun staf teknis lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Seminar dilaksanakan dengan mengundang Narasumber terkait yang berasal dari IPB, BBSDLP, dan BBPOPT Jatisari . Beberapa hal yang dihasilkan : 1.
Dampak Perubahan Iklim berakibat pada : Meningkatnya suhu udara sebesar 0,74o C dalam kurun waktu 100 tahun (1906-2005) Naiknya permukaan laut sebesar 0,7 mm/ tahun (1961-2003), dalam kurun waktu 100 tahun lagi (tahun 2061), akan menjadi 70 mm Terjadinya perubahan spesies flora dan fauna Menurunnya frekuensi dan volume hujan pada musim hujan, dan meningkat pada musim kemarau Terjadinya perubahan pola dan musim tanam Berubahnya siklus hidup organisme sehingga dalam setahun dapat menyelesaikan beberapa generasi
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
60
2.
Meningkatnya frekwensi timbulnya hama atau penyakit manusia, hewan dan tumbuhan Di Indonesia telah dilakukan beberapa kajian terkait perubahan iklim, kegiatan yang telah berlangsung selama 3 tahun, adalah sebagai berikut : Pengembangan galur padi dan kedelai tahan salinitas dan tahan kering Pengembangan alat-alat pertanian prsesisi Prediksi Iklim Pengembangan kalender tanam dinamik Survey pengaruh perubahan iklim pada pergeseran HPT Padi, pengembangan basis data HPT dan pengembangan pengendalian hama terpadu Produksi dan pengembangan teknologi pupuk organic dan biofertilizer Pengembangan sistem irigasi
3.
Diseminasi dan adaptasi teknologi UKM Dampak perubahan iklim, juga berdampak pada perubahan iklim mikro. Perubahan iklim mikro terhadap serangga hama mempengaruhi : Proses biologi OPT (keperidian, siklus hidup, ukuran tubuh, maupun kemampuan makan) Kondisi Inang (Morfologi, ketahanan)
4.
Lingkungan (faktor biologi, musuh alami, keefektifan) Dampak perubahan iklim, juga berdampak pada perubahan iklim mikro. Perubahan iklim mikro terhadap penyakit mempengaruhi : Patogen (reproduksi, patogenesitas, penularan, bertahan hidup) Inang (ketahanan/morfofisiologi, ekspresi gejala)
5.
Lingkungan (sifat fisiokimia tanah, perkembangan dan dominasi mikroba tanah, filosfer, dn simbion) Contoh kejadian perubahan iklim adalah eksplosi hama wereng batang coklat. Perubahan iklim yang terjadi menyebabkan curah hujan dan suhu meningkat. Kemungkinan yang terjadi adalah keperidian wereng menjadi tinggi, tanaman menjadi stress sehingga fotosisntesis berada dalam keadaan sub-optimal, lingkungan pada tanaman padi terutama bagian pangkal batang menjadi gelap, suasana anearob, pelapukan bahan organik menjadi lambat, dan keragaman serangga rendah. Dengan kondisi tersebut, ekosistem sawah menjadi lemah, kandungan bahan organik rendah, jaringan padi miskin simbion (endofit), ditambah lagi dengan perilaku petani yang menyemprotkan pestisida dengan tidak
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
61
bijaksana yang menyebabkan matinya musuh alami, maka kondisi tersebut akan menyebabkan terjadinya ledakan hama wereng. 6.
Tindak lanjut dalam meminimalisir kerugian yang disebabkan oleh pemgaruh perubahan iklim terhadap perkembangan OPT yaitu : Mulai mengamati unsur iklim sebagai penciri serangan hama-penyakit Mencari model hubungan antara luas/populasi OPT dengan faktor pemicu serangan/iklim yang spesifik lokasi karena serangan OPT umumnya spesifik lokasi Penyediaan capacity building : peralatan AWS/stasiun iklim, terutama di sentra-sentra produksi tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan, dan kemampuan analisis SDM Menyusun peringatan dini luas serangan OPT
E.
Pengembangan Sistem Informasi Manajemen ( SIM ) 1. Evaluasi Penerapan SIM OPT Sejalan dengan perkembangan program SIM OPT dari versi 1.1 menjadi 2.1, maka pelaporan OPT dan DPI secara berjenjang sampai ke tingkat pusat (Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan) diharapkan semakin lancar, cepat, dan akurat. Kegiatan ini bertujuan untuk memantau dan menginventarisasi informasi terkait penerapan SIM OPT di beberapa daerah, terutama yang mengalami kendala dalam penerapan program tersebut. Dengan kegiatan ini, dapat ditemukan solusi yang tepat terhadap permasalahan yang dihadapi oleh petugas pengelola data OPT/DPI sehingga program SIM OPT versi 2.1 dapat diterapkan secara optimal. Evaluasi dalam rangka penerapan SIM OPT telah dilaksanakan di beberapa provinsi terutama yang mengalami kendala, yaitu Provinsi Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat, Sumatera Selatan, Jawa Timur, Jambi, Kalimantan Tengah dan Jawa Tengah. Berdasarkan hasil Evaluasi Penerapan SIM OPT ke beberapa provinsi diketahui beberapa permasalahan antara lain: - Sistem Aplikasi Data OPT dan DPI di daerah belum sepenuhnya dapat diterapkan karena petugas pengelola sering berganti, sarana yang belum memadai, dan keterbatasan kemampuan teknis petugas pengelola. - Beberapa daerah belum memanfaatkan sistem pengiriman data OPT dan DPI melalui SIM OPT, karena belum mengikuti prosedur yang sesuai dengan petunjuk (manual) dan proses upload data ke server (Pusat Data
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
62
dan Informasi Kementerian Pertanian) masih mengalami kendala. Pengiriman data dilakukan melalui e-mail, faksimili, dan jasa pos. 2. Pemutakhiran Data dan Informasi Situs Web Sistem Informasi Manajemen (SIM) data OPT yang telah dikembangkan oleh Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan adalah situs web. Situs web tersebut berisikan data dan informasi serangan OPT, DPI, maupun informasi yang terkait dengan perlindungan tanaman sesuai kondisi terkini, serta dapat menyajikan tulisan ilmiah/populer. Data dan informasi tersebut sangat dibutuhkan baik bagi penentu kebijakan maupun petugas perlindungan di pusat maupun di daerah. Secara umum, situs web yang telah ada belum dapat memenuhi kebutuhan akan informasi yang diperlukan karena adanya hambatan dalam pengumpulan data pendukung updating situs web, belum memadainya sarana pendukung updating, dan belum optimalnya pemanfaatan server. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu diupayakan pengembangan dan penyempurnaan sehingga dapat memenuhi kebutuhan data dan informasi baik pusat maupun daerah. Dalam rangka pengembangan sistem informasi situs web, telah dilaksanakan penyusunan bahan updating/pemutakhiran data dan informasi yang ada pada situs web Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan sehingga situs web tersebut dapat dimanfaatkan dengan baik. F.
Rapat-Rapat Koordinasi 1. Regional IV Pertemuan Regional IV dilaksanakan dalam rangka koordinasi dan sinkronisasi kegiatan Tahun 2012 dan evaluasi Tahun 2011 untuk seluruh pelaksanaan kegiatan peningkatan produksi tanaman pangan antara pemerintah pusat dan daerah, sehingga terhimpun data/informasi sementara luas tanam, luas panen, produksi, dan produktivitas tanaman pangan di wilayah Sulawesi (Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara) serta mengiventarisasi permasalahan dan merumuskan alternatif pemecahannya. Beberapa hal yang dapat disimpulkan adalah Sasaran nasional produksi padi tahun 2012 sebesar 72.026.235 ton. Wilayah regional IV (Sulawesi) awalnya ditargetkan dapat berkontribusi sebesar 7.893.115 Ton terhadap sasaran produksi nasional sesuai dengan kesepakatan yang telah dilakukan oleh
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
63
masing-masing provinsi dengan Dirjen Tanaman Pangan, namun hasil workshop lebih kecil, yaitu mencapai sebesar 7.880.185 ton (99,83 %) terdiri dari provinsi Sulawesi Selatan sebesar 4.813.500 ton atau 97,96 % dari sasaran nasional (4.913.600 ton); Provinsi Sulawesi Utara sebesar 633.180 ton (98,72%) dari sasaran nasional (641.385 ton); Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 603.246 ton (118,46 %) dari sasaran nasional (509.250 ton); Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 1.116.027 ton atau 102,90 % dari sasaran nasional 1.084.570 ton; Provinsi Sulawesi Barat sebesar 413.209 ton atau 101,14 % dari sasaran nasional (408.550 ton); Gorontalo sebesar 301.023 ton (89,65 %) dari sasaran nasional (335.760 ton). Sedangkan sasaran nasional produksi Jagung tahun 2012 sebesar 24.000.000 ton. Wilayah regional IV (enam provinsi) ditargetkan dapat berkontribusi sebesar 4.104.706 Ton dari total sasaran nasional sesuai dengan kesepakatan yang telah dilakukan oleh masing-masing provinsi dengan Dirjen Tanaman Pangan, namun hasil workshop lebih kecil menjadi sebesar 3.627.717 ton (88,37 %) terdiri dari Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 1.850.500 ton (97,39 %) dari sasaran nasional (1.900.000 ton); Provinsi Sulawesi Utara sebesar 536.377 ton (84,48 %) dari sasaran nasional (634.921 ton); Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 216.293 ton (100,04 %) dari sasaran nasional (216.201 ton); Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 182.586 ton (109,54 %) dari sasaran nasional (166.684 ton); Provinsi Sulawesi Barat sebesar 144.080 ton (130,98 %) dari sasaran nasional (110.000 ton); dan Gorontalo sebesar 697.881 ton (64,80 %) dari sasaran nasional (1.076.900 ton). Sasaran nasional produksi kedelai tahun 2012 sebesar 1.900.000 ton. Wilayah regional IV (enam provinsi) ini dapat berkontribusi sebesar 174.700 ton sesuai dengan kesepakatan yang telah dilakukan oleh masing-masing provinsi dengan Dirjen Tanaman Pangan, sedangkan hasil workshop lebih kecil yaitu sebesar 136.137 ha (77,92 %) terdiri dari Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 92.600 ton (98,09 %) dari sasaran nasional (94.400 ton); Provinsi Sulawesi Utara sebesar 4.522 ton (25,40 %) dari sasaran nasional (17.800 ton); Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 10.996 ton atau 75,83 % dari sasaran nasional (14.500 ton); Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 13.208 ton atau 72,97 % dari sasaran nasional (18.100 ton); Provinsi Sulawesi Barat sebesar 8.798 ton atau 44,66 % dari sasaran nasional (19.700 ha); dan Gorontalo sebesar 6.013 ton atau 58,95 % dari sasaran nasional ( 10.200 ton). Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
64
2. Koordinasi Teknis Pelaksanaan Kegiatan Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012 Pertemuan Koordinasi Teknis Pelaksanaan Kegiatan Perlindungan Tanaman Pangan antara pusat dan daerah dilaksanakan untuk membahas kebijakan, strategi, program dan kegiatan serta langkah-langkah operasional dalam rangka mengamankan sasaran produksi tanaman pangan Tahun 2012. Dengan pertemuan tersebut diharapkan dapat meningkatkan koordinasi dan sinergitas pelaksanaan kegiatan perlindungan tanaman pangan antara pusat dan daerah (Diperta Provinsi dan BPTPH) dalam upaya peningkatan ketahanan pangan serta merencanakan kegiatan perlindungan tanaman pangan Tahun 2012 untuk pusat dan daerah. Berdasarkan diskusi dihasilkan rumusan sebagai berikut : a. Kegiatan perlindungan tanaman yang perlu ditingkatkan pada Tahun 2012 adalah mengaktifkan dan menguatkan kegiatan-kegiatan perlindungan tanaman. Kegiatan tersebut meliputi surveillance, rapat koordinasi tingkat wilayah kerja LPHP sebagai tindak lanjut hasil surveillance, taksasi kehilangan hasil, rice garden/observasi reaksi varietas, klinik tanaman, kajian teknologi spesifik lokasi, pemetaan, pengamatan lampu perangkap (light trap), dan pengamatan penakar curah hujan/stasiun meteorologi pertanian khusus (SMPK). b. SLPHT tindak lanjut diharapkan mampu mencetak petani mandiri dan ahli PHT. Setiap unit SLPHT minimal dapat menghasilkan 2 (dua) petani pengamat dan 1 (satu) petani pemandu untuk membantu tugas POPTPHP. SLPHT tindak lanjut merupakan program pemberdayaan dan pendayagunaan alumni SLPHT dalam upaya memperkuat dan memasyarakatkan PHT. Penerapan PHT dalam skala luas diharapkan dapat mendorong pengamanan produksi dan peningkatan produksi. c. Brigade Proteksi Tanaman (BPT) merupakan unit pelaksana pengendalian yang mempunyai tugas pokok membantu petani dalam pengendalian OPT di daerah sumber serangan dan daerah yang mengalami eksplosi. Pada umumnya kondisi BPT kurang memadai, sehingga tidak optimal menunjang pelaksanaan tugasnya. Oleh karena itu perlu dilakukan revitalisasi baik SDM maupun sarana dan prasarana lainnya. Sebaran BPT diupayakan pada setiap wilayah agroklimat/LPHP di bawah komando BPTPH.
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
65
d. Upaya pengamanan yang harus dilakukan dalam mengantisipasi peningkatan OPT antara lain pengawalan pertanaman secara ketat, pemberdayaan petugas, koordinasi dengan instansi terkait, monitoring, gerakan pengendalian, peningkatan kewaspadaan, serta penyiapan sarana dan prasarana. e. Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) dalam penyiapan sarana pengendalian OPT agar mengutamakan peralatan seperti light trap, bendera spot stop, hand sprayer dan mistblower. Sedangkan untuk fasilitasi Pos Pengembang Agens Hayati (PPAH) agar mengutamakan peralatan dan perlengkapan laboratorium seperti refrigerator, kompor gas, tabung gas 3 kg, panci besar, blender, incase sederhana dan dandang. f. Jumlah POPT-PHP PNS saat ini semakin berkurang, demikian juga pengangkatan THL belum dapat diupayakan dalam waktu dekat. Untuk itu beberapa upaya yang dapat ditempuh antara lain : Pemberdayaan petani alumni SLPHT sebagai petani pengamat dan PPL untuk membantu tugas POPT-PHP. g.
h.
i.
j.
Pendampingan TNI/Polri dalam operasional pengamanan produksi Berdasarkan data lima tahun terakhir (2007-2011)Serangan penyakit blas dan BLB/kresek mengalami peningkatan di beberapa sentra produksi padi. Oleh karena itu perlu disusun strategi dan taktik operasional pengendalian secara terpadu, baik bersifat jangka pendek maupun jangka panjang. Meningkatnya luas serangan penyakit blas dan BLB/kresek disebabkan karena penggunaan varietas tahan WBC tapi peka/rentan terhadap blas dan BLB/kresek, pengaruh iklim dan pemupukan N berlebihan. Penyakit blas merupakan penyakit penting pada tanaman padi gogo, namun karena struktur populasi ras antar daerah berbeda dan penyakit ini terbawa benih (seed born pathogen), maka sebaran penyakit bergeser ke padi sawah. Penyakit BLB/kresek tersebar di seluruh pertanaman padi, baik pada saat musim hujan maupun musim kemarau. Perkembangan penyakit tergantung cuaca dan ketahanan tanaman. Operasionalisasi Pengendalian “Spot Stop” jangka pendek dapat dilakukan dengan strategi menghindar (escape) dari infeksi dan memperkuat faktor pengendalian alamiah, antara lain: 1) Pengelolaan varietas (variabilitas varietas, tanam varietas peka pada musim kemarau); 2) Benih/bibit sehat dan bersertifikat dari varietas yang tahan;
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
66
3) Seed treatment; 4)Pengolahan tanah sempurna, persemaian dibuat setelah pengolahan tanah sempurna; 5) Pengaturan air; 6) Jajar legowo; 7) Interplanting; 8) Pemupukan yang rasional (PHSL)/pemberian pupuk silikat; 9) Pengamatan serangan (spot), apabila perkembangan serangan dinilai mengkhawatirkan maka dilakukan pengendalian (stop serangan). k. Operasionalisasi pengendalian “Spot Stop” jangka menengah-panjang dapat dilakukan dengan strategi peningkatan diversitas genetik dan penggunaan benih sehat menuju pertanian berkelanjutan, antara lain: 1) Perakitan varietas tahan dengan sumber ketahanan berbeda tetapi sesuai preferensi konsumen (gene pyramiding, sequential release); 2) Peningkatan kemampuan jajaran perlindungan tanaman mengidentifikasi strain/patotipe (pemetaan); 3) Inter-planting; 4) Intercropping; 5) Multilines; 6) Perbaikan sistem perbenihan mendukung pergiliran varietas (genetik); 7) Revisi metode sertifikasi benih. Pengujian mutu benih mempertimbangkan kesehatan benih (kontaminasi patogen); 8) Pemasangan bola kaca. 3. Pertemuan Masyarakat Perlindungan Tumbuhan dan Hewan (MPTHI) Kebijakan Pemerintah di bidang perlindungan tanaman dilaksanakan dengan sistem pengendalian hama terpadu (PHT) yaitu sistem pengendalian yang tidak hanya memanfaatkan satu cara pengendalian, namun pengendalian yang lebih menekankan kepada pengelolaan agroekosistem sejalan dengan Good Agriculture Practices (GAP) dan sistem pertanian berkelanjutan. Untuk membangun komitmen dalam meningkatkan pelaksanaan dan pengembangan PHT diperlukan keterlibatan secara aktif seluruh stakeholders di bidang perlindungan tanaman (petani, petugas lapangan, pemerintah daerah dan pusat, pihak pengusaha/swasta, pakar, lembaga penelitian/perguruan tinggi) dan instansi terkait lainnya. Peran aktif seluruh stakeholder dapat disinergikan secara optimal melalui wadah/forum yang sesuai. Wadah/forum komunikasi yang telah aktif pada saat ini dan perlu terus diberdayakan adalah Masyarakat Perlindungan Tumbuhan dan Hewan Indonesia (MPTHI). Melalui MPTHI diharapkan dapat dibangun koordinasi dan sinergitas secara berkesinambungan dalam kegiatan perlindungan tumbuhan dan hewan untuk mewujudkan visi dan misi bersama menuju sistem pertanian berkelanjutan. Pertanian berkelanjutan yang tangguh merupakan Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
67
komponen penting dalam mendukung pencapaian tujuan bersama yaitu ketahanan pangan nasional. Selain menguatkan peran serta seluruh stakeholders di bidang perlindungan tanaman dan hewan Indonesia, juga dilakukan ekspose berbagai teknologi dan sarana perlindungan tanaman dan hewan, baik yang dikembangkan oleh pemerintah, swasta, maupun petani, dan mensosialisasikan peran MPTHI dalam mendukung peningkatan agribisnis untuk penguatan pasar dalam negeri. Pertemuan MPTHI ke-10 (sepuluh) telah dilaksanakan di Palu, Sulawesi Tengah, diawali dengan pembukaan oleh Wakil Gubernur dan pengarahan oleh Direktur Jenderal Tanaman Pangan. Peserta yang hadir berasal dari Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, Direktorat Perlindungan Hortikultura, Direktorat Perlindungan Perkebunan, Dinas Pertanian Provinsi, Dinas Perkebunan Provinsi, Dinas Peternakan Provinsi, Balai Karantina Pertanian, BPTPH se-Indonesia, Akademisi dan Mahasiswa Universitas Tadulako, Kelompok Tani, dan Petani Teladan. Berbagai kegiatan yang dilaksanakan meliputi, seminar, diskusi panel, pelatihan, dan pameran yang diikuti oleh 30 stand pameran yang terdiri dari 20 stand BPTPH/daerah, 3 stand Kementerian Pertanian (Badan Karantina Pertanian, Direktorat Jenderal Perkebunan, dan BBPOPT Jatisari) serta 7 stand dari stakeholder. 4. Temu Teknologi Pengendalian OPT Ramah Lingkungan Temu Teknologi Pengendalian OPT Ramah Lingkungan dilaksanakan untuk mengevaluasi penerapan teknologi pengendalian OPT ramah lingkungan di tingkat petani. Teknologi pengendalian OPT yang dimaksud merupakan teknologi hasil-hasil penelitian, kajian Perguruan Tinggi, teknologi yang telah dikembangkan/diterapkan oleh BPTPH dan LPHP di tingkat lapangan, ataupun teknologi lainnya yang merupakan rekayasa berbagai komponen teknologi termasuk yang telah dihasilkan oleh LPHP. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengendalian serta membatasi pencemaran lingkungan, kebijakan pengendalian perlu memperhatikan kelestarian lingkungan dengan mengutamakan teknologi pengendalian OPT ramah lingkungan dan spesifik lokasi berdasarkan prinsip PHT. Pengendalian OPT ramah lingkungan dan pengembangan teknologi pengendalian OPT spesifik lokasi bertujuan untuk membatasi penggunaan
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
68
pestisida kimiawi seminimal mungkin tetapi sasaran kualitas dan kuantitas produksi tanaman pangan masih dapat dicapai. LPHP diharapkan berperan sebagai pusat pembinaan dan Kelompok Tani Pengembang Agens Hayati dalam penyiapan isolat spesifik lokasi. Disamping itu, LPHP sebagai wadah berkumpulnya pengguna, pengembang dan peneliti (perguruan tinggi, litbang) untuk saling bertukar informasi/pengetahuan sehingga tercipta teknologi pengendalian OPT spesifik lokasi, sebagai acuan perlindungan tanaman di wilayahnya. Pada umumnya, LPHP belum mampu mengeksplorasi agens hayati sebagai sumber isolat agens hayati spesifik lokasi. Identifikasi isolat belum terlaksana dengan baik dan pemeliharaan isolat murni yang tersedia kurang terjaga dikarenakan keterbatasan jumlah dan kompetensi sumber daya manusia (SDM). 5. Evaluasi Pengembangan dan Penerapan Teknologi Pengendalian OPT Ramah Lingkungan Informasi teknologi pengendalian OPT ramah lingkungan yang telah dikembangkan dan diterapkan di berbagai tempat dan mampu mengendalikan OPT secara efektif masih terbatas dan belum tersebar luas. Untuk itu perlu dilakukan monitoring, evaluasi dan penelaahaan terkait dengan efektivitas dan efisiensi penerapannya. Hasil monitoring dan evaluasi tersebut kemudian disusun dan disebarluaskan ke petugas lapang dan masyarakat pertanian. 6. Forum Sekolah Lapangan Iklim Forum Sekolah Lapangan Iklim (SLI) telah dilaksanakan untuk menyediakan suatu wadah dalam upaya memberdayakan petugas pemandu lapangan SLI dan saran tukar menukar informasi iklim serta teknologi budidaya. Pada tahun 2012 kegiatan pertemuan forum SLI telah diadakan sebanyak 2 (dua) kali. Forum SLI dihadiri oleh Kepala UPTD BPTPH dan Pemandu Lapangan SLI dari 13 Provinsi (Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Maluku), dan perwakilan Ikatan Petani PHT di Indonesia (IPPHTI), beberapa nara sumber dari instansi tekait dan undangan lainnya.
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
69
Beberapa hal yang dapat diidentifikasi dari Forum SLI yaitu beberapa permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan SLI di lapangan antara lain; kurangnya tingkat antusiasme peserta terhadap pelaksaan SLI, kurangnya kemampuan Pemandu Lapangan 1 (PL1) dalam memahami materi dan metode penyampaian materi, kurang memadainya sarana dan prasarana alat peraga dalam kegiatan SLI, kurang terkoordininya dan sinergitas program SLI yang diadakan Pusat dengan SLI yang diadakan oleh instansi lainnya, dan kurangnya modul mengenai materi-materi yang bersifat spesifik lokasi. Oleh karena itu, dipandang perlu adanya pengembangan modul SLI baik dari segi teknologi yang diterapkan maupun materi-materi yang diajarkan, perlu dilakukannya verifikasi CPCL sebagai salah satu bagian dari kegiatan Pra SLI yang akan menentukan optimalisasi dan keberhasilan pelaksanaan kegiatan SLI, modul SLI (Modul SLI bagi Pemandu Lapangan dan Tenaga Teknis dan Modul Pelaksanaan SLI) yang tepat sangat dibutuhkan dan menentukan keberhasilan pelaksanaan SLI di Lapangan. Pelaksanaan SLI akan berlanjut menuju SLI Pengembangan (SLI-P) dan Tindak Lanjut (SLI-TL) yang diharapkan dapat membangun kemampuan petani dalam menerapkan sistem pertanian yang Climate Smart (sistem usahatani yang cerdas iklim). Sistem pertanian yang Climate Smart adalah mensinergikan kegiatan adaptasi dan mitigasi dalam usahatani yang akan meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani. Penerapan sistem pertanian yang Climate Smart secara langsung maupun tidak langsung akan meminimalisir luas areal pertanaman yang terkena dampak perubahan iklim (banjir/kekeringan). 7. Evaluasi Pelaksanaan dan Kepemanduan SLPHT Salah satu model pemasyarakatan penerapan PHT yang dinilai cukup berhasil mewujudkan petani sebagai ahli PHT adalah Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT). Pelaksanaan SLPHT telah berkembang, yang semula hanya pada komoditas padi, saat ini meluas ke komoditas palawija. Salah satu faktor keberhasilan pelaksanaan SLPHT adalah peran Pemandu Lapangan (PL) sebagai fasilitator SLPHT. Untuk mengindikasikan keberhasilan SLPHT perlu dilakukan evaluasi menyeluruh terhadap perbaikan pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), tindakan (psikomotorik) petani dan kepemanduan SLPHT. Untuk mengetahui efektivitas, dampak dan permasalahan-permasalahan yang muncul dalam Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
70
pelaksanaan SLPHT, dipandang perlu melakukan evaluasi pelaksanaan dan kepemanduan SLPHT. Evaluasi Pelaksanaan dan Kepemanduan SLPHT telah dilaksanakan di Bogor, Jawa Barat dan diikuti oleh penanggung jawab dan Pemandu Lapangan kegiatan SLPHT dari 32 provinsi. Pertemuan Evaluasi juga mengundang Narasumber Dr. Gatot Mudjiono, Dr. Suryo Wiyono, dan Prof. M.A. Yunita T. Winarto. Beberapa hal yang dihasilkan sebagai berikut; 1.
Kegiatan SLPHT merupakan sarana dan proses pembelajaran bagi petani untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam pengelolaan agroekosistem secara mandiri dan berkelanjutan sehingga produktivitas lahan yang dikelolanya pada taraf tinggi, OPT terkendali, keuntungan optimal dan lingkungan relatif aman.
2.
Jumlah unit SLPHT yang dibiayai oleh APBN sejak tahun 2007 sampai dengan 2011 mengalami penurunan, yaitu dari 1.025 unit pada tahun 2007 menjadi 502 unit pada tahun 2011. Namun pada tahun 2012, jumlah SLPHT meningkat menjadi 1.950 unit, dan pada tahun 2013 direncanakan 2.450 unit yang tersebar di 32 provinsi.
3.
Beberapa kendala pelaksanaan SLPHT yang ditemukan di lapangan antara lain: a. Masih kurangnya pemandu lapangan sehingga pelaksanaan SLPHT kurang optimal. b. Kesulitan penentuan Calon Petani Calon Lokasi (CP/CL) secara tepat antara lain terkait kepemilikan lahan, usia produktif, dan komposisi gender. c. Pencairan dana pelaksanaan SLPHT yang seharusnya dimulai pada awal musim tanam sering kali terlambat sehingga menghambat pelaksanaan SLPHT. d. Tugas Pemandu Lapangan semakin berat dengan semakin banyaknya tugas-tugas lain di luar bidang perlindungan tanaman dan tugas-tugas administratif terkait pelaksanaan kegiatan e. Masih terbatasnya pembinaan dan pemberdayaan alumni SLPHT f. Pelaksanaan SLPHT masih mempertimbangkan pemerataan/ penyebarluasan sehingga penguasaan/pendalaman petani dalam penerapan PHT masih terbatas. g. Terjadi kecenderungan bahwa SLPHT tidak diarahkan kepada penggalian potensi dan strategi dalam pengelolaan agroekosistem,
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
71
tetapi lebih diarahkan kepada pengenalan dan penerapan teknologi baru. h. Peningkatan jumlah formulasi dan promosi pestisida sehingga semakin banyak petani yang cenderung kembali menggunakan bahan-bahan kimia 4.
Untuk meminimalkan kendala pelaksanaan SLPHT di lapangan, persiapan pelaksanaan (H-Min) perlu mendapat perhatian. Oleh karena itu, pertemuan persiapan SLPHT harus dilaksanakan seoptimal mungkin yang meliputi kegiatan sebagai berikut : a. Analisis peran (siapa mengerjakan apa) b. Penelusuran budidaya petani (pemetaan kebiasaan petani) c. Penentuan calon lokasi dan petani calon peserta yang tepat d. Penentuan studi kasus/studi petani disesuaikan dengan kebutuhan daerah/lahan pertanaman dan keadaan OPT e. Penetapan kontrak belajar yang kondusif
5.
Hasil evaluasi terhadap 5 (lima) indikator utama pelaksanaan SLPHT padi pada tahun 2011 sebanyak 366 unit yang tersebar di 31 provinsi, sebagai berikut : a. Rata-rata pengetahuan dan kemampuan peserta terhadap teknologi PHT mengalami peningkatan (74,83 %), dan nilai pre test rata-rata 43,51 menjadi nilai post test 76,07 b. Rata-rata intensitas serangan OPT utama pada petak PHT adalah 6,29 % lebih rendah dibandingkan dengan pada petak non PHT (10,18 %). c. Rata-rata frekuensi aplikasi pestisida kimia pada petak PHT adalah 0,98 kali, lebih rendah dibandingkan dengan petak non PHT (3,52 kali) d. Rata-rata produktivitas pada petak PHT adalah 60,71 ku/ha, lebih tinggi (17,02%) dibandingkan dengan pada petak non PHT (51,88 ku/Ha) e. Rasio keuntungan dan biaya usahatani (B/C Ratio) pada petak PHT sebesar 2,27, lebih tinggi (21,39 %) dibandingkan dengan pada petak non PHT (1,87).
6.
Pemasyarakatan PHT dapat dikembangkan melalui tahapan pengenalan, implementasi, dan penguatan PHT sehingga selain tercapai jumlah dan peningkatan kemampuan peserta, diharapkan dapat
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
72
meningkatkan penerapan PHT dan terbangunnya sistem PHT dalam skala lebih luas. 7.
Dampak SLPHT terhadap perubahan kebiasaan petani dapat lebih optimal apabila kegiatan SLPHT dilakukan minimal 3 kali secara berurut-turut pada kelompok tani yang sama. Berdasarkan penelitian selama 20 tahun oleh Prof. M.A. Yunita T. Winarto Antropolog dari Universitas Indonesia, SLPHT yang hanya dilaksanakan satu kali pada satu kelompok belum menunjukkan hasil yang signifikan dalam peningkatan penerapan PHT. Untuk itu keberlanjutan pelaksanaan SLPHT bagi alumni SLPHT perlu diupayakan, antara lain melalui SLPHT Tindak Lanjut yang pada tahun ini mulai dilaksanakan serta mendorong pelaksanaan SLPHT swadaya (terutama dari petani ke petani).
8.
Untuk dapat memasyarakatkan PHT secara luas, masif dan berkelanjutan perlu dibentuk kelembagaan PHT di tingkat kecamatan yang didukung tokoh-tokoh masyarakat, petugas pertanian dan pimpinan daerah.
9.
Kecamatan PHT merupakan kecamatan yang telah menerapkan kaidahkaidah PHT dalam budidaya tanaman dan melembaga di masyarakat sehingga serangan OPT terkendali, produksi aman konsumsi dan lingkungan lestari. Kecamatan PHT diperlukan sebagai mercusuar atau indikator keberadaan program PHT. Kecamatan PHT antara lain dicirikan dengan: a. Adanya penerapan dan keberlanjutan penerapan PHT b. Adanya indikasi terjadinya penurunan luas serangan OPT c. Adanya dukungan SDM petani, petugas jajaran pertanian, pelayan masyarakat, dan tokoh masyarakat yang bahu membahu dalam menerapkan dan memasyarakatkan PHT. d. Adanya penguatan Kelembagaan PHT dengan terbentuk dan berfungsinya jejaring petani seperti adanya jejaring petani/kelompok tani alumni SPHT yang dapat berperan sebagai penyedia komponen sarana produksi pertanian (benih, pupuk organik, agens hayati, dll).
10. Keberhasilan SLPHT ditentukan oleh peran Pemandu Lapangan (PL) yang memiliki kompetensi di bidang kepemanduan SLPHT. Saat ini jumlah PL terbatas, dan sebagian besar dalam waktu dekat akan memasuki purna tugas. Upaya yang dilakukan adalah meningkatkan Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
73
kuantitas dan kualitas PL melalui Training of Trainers (TOT) PL-SLPHT, baik TOT PL I di tingkat Pusat maupun TOT PL II di tingkat provinsi. 11. Kegiatan prioritas yang diperlukan untuk pengembangan SLPHT Tahun 2013 dan 2014 antara lain sebagai berikut: a. TOT PL I dan TOT PL II b. Pertemuan koordinasi PL I dan PL II sebelum pelaksanaan kegiatan; c. Lokakarya PL I dan PL II di tingkat provinsi d. Pelatihan teknis bagi calon Petani Pengamat dan Petani Pemandu e. Apresiasi bagi petugas Pemandu Lapangan, Petani Pengamat, dan Petani Pemandu f. Magang pengembangan agens hayati bagi petani alumni SLPHT g. Studi banding ke lokasi SLPHT yang sudah maju bagi petani alumni SLPHT h. Sosialisasi PHT kepada seluruh lapisan masyarakat, misalnya kepada murid sekolah, tokoh masyarakat, dan aparat setempat. 8. Apresiasi Pengelolaan Brigade Proteksi Tanaman Pangan Brigade Proteksi Tanaman (BPT) merupakan suatu unit pelaksana pengendalian yang mempunyai tugas utama membantu petani dalam mengendalikan OPT di daerah sumber serangan dan daerah yang mengalami eksplosi serangan OPT. Peran BPT di lapangan sangat penting dalam menentukan langkah operasional pengendalian untuk mengatasi kondisi tertentu, terutama pada daerah yang belum dapat mengatasi permasalahan OPT nya. Petugas BPT harus memiliki kemampuan dan wawasan yang mencukupi untuk mengambil keputusan yang cepat dan tepat sehingga gerakan pengendalian yang direkomendasikan dan dilaksanakan memiliki efektivitas yang tinggi dan memberikan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan. Dalam rangka meningkatkan efektivitas pengendalian dan kemampuan petugas BPT, maka perlu adanya peningkatan kemampuan petugas melalui kegitan apresiasi pengelolaan Brigade Proteksi Tanaman. Tujuan dari pertemuan ini yaitu untuk meningkatkan kemampuan petugas Brigade Proteksi Tanaman Pangan sehingga petugas lebih terampil dan tanggap dalam pengendalian OPT di daerah sumber serangan secara aman dan bijaksana. Apresiasi Pengelolaan Brigade Proteksi Tanaman Pangan dilaksanakan pada tanggal 26 – 29 Juni 2012 di Galeri Ciumbuleuit Hotel, Jl. Ciumbuleuit No. 42A Bandung, Jawa Barat. Peserta pertemuan sebanyak 78 orang terdiri dari Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, petugas Brigade Proteksi Tanaman, Staf UPTD-BPTPH dan Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
74
Dinas Pertanian dari 29 provinsi, serta narasumber. Beberapa hal yang dapat dilaporkan sebagai berikut : a.
Brigade Proteksi Tanaman (BPT) merupakan suatu unit pelaksana pengamanan produksi yang mempunyai tugas utama membantu petani dalam mengendalikan OPT di daerah sumber serangan atau pada saat terjadi eksplosi serangan OPT. Peran BPT sangat penting dalam mendukung pelaksanaan Gerakan Spot Stop OPT, dimana Spot Stop diutamakan dengan sistem PHT. Pengendalian oleh BPT tidak bertumpu menggunakan pestisida kimiawi, tapi juga dengan memanfaatkan berbagai teknologi pengendalian lainnya seperti menggunakan agens hayati, pestisida nabati, serta teknologi spesifik lokasi yang ada di daerah.
b. BPT merupakan satu kesatuan tripartit dari POPT-PHP/BPT, KCD, dan PPL dalam pelaksanaan Spot Stop, oleh sebab itu BPT hendaknya senantiasa berkoordinasi dengan baik dan lebih diperkuat. Dalam rangka pemberdayaan kelembagaan BPT di Kabupaten, di kabupaten terbuka kesempatan untuk membentuk BPT. Namun dalam operasionalnya, BPT Kabupaten tetap dalam kesatuan BPT di wilayah. c.
Untuk mendukung peran BPT, tahun 2012 ada beberapa kegiatan antara lain :
Pelaksanaan gerakan pengendalian OPT daerah sumber serangan dan eksplosi Pelatihan alumni SLPHT untuk penguatan regu pengendali hama (RPH) Penyediaan alat dan bahan pengendali OPT Renovasi gudang BPT Pengadaan kendaraan operasional Operasional BPT
d. Rata-rata pengetahuan dan kemampuan peserta terhadap perubahan paradigma dari pemadam eksplosi menjadi pengendali sumber serangan, BPT perlu terus meningkatkan, utamanya pengetahuan PHT untuk penerapan preemptif (agens hayati). BPT agar mendukung pelaksanaan penagamatan dini dan pengendalian dini. e.
Untuk menertibkan peredaran penggunaan dan penyimpanan, serta pengawasan pestisida oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) bidang pupuk dan pestisida, dan jajaran BPTPH perlu didukung dana operasional yang memadai. Sosialisasi penggunaan pestisida secara aman perlu terus menerus ditingkatkan, untuk itu BPT agar berpartisipasi dalam penyuluhan tersebut.
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
75
f.
Untuk meningkatkan kemampuan SDM BPT dalam penggunaan pestisida, BPTPH agar merancang pelatihan penggunaan pestisida secara rasional/aman, secara berjenjang mulai petugas BPT/perlintan dan petani RPH.
g.
BPT merupakan pertahanan terakhir dalam melaksanakan Spot Stop sehingga penyebaran Spot dapat dihentikan. Oleh sebab itu BPT (SDM dan sarananya) senantiasa siap mengantisipasi serangan OPT.
h. Jenis perizinan pestisida ada 3 macam, yaitu izin percobaan, izin sementara, dan izin tetap. Jenis bahan aktif yang dilarang untuk semua bidang pertanian sebanyak 42 jenis bahan aktif. Untuk mengindari peredaran pestisida yang dilarang, diharapkan peran PPNS di daerah/petugas lapangan ikut mengawal peredaran pestisida yang dilarang. PPNS/petugas lapang merupakan ujung tombak dalam pengawasan pestisida, untuk mendukung tugas tersebut telah dialokasikan dana stimulus ke Kabupaten sebesar 30 juta dan ke provinsi sebesar 40 juta dari Direktorat Jenderal Sarana dan Prasarana. i.
Keselamatan kerja dalam aplikasi pestisida harus diperhatikan untuk meminimalisir kecelakaan kerja. Pencegahan kecelakaan kerja dapat dilakukan dengan pendekatan umum dengan memenuhi syarat-syarat keselamatan kerja (K3), manajemen K3, dan penerapan budaya ber-K3. Selain itu dalam aplikasi harus dihindarkan dari anak-anak, dan binatang peliharaan.
j.
Untuk menghindari penyalahgunaan pestisida setiap pemakai pestisida harus memahami label pada kemasan. Pencegahan keracunan dalam penggunaan pestisida dapat dilakukan dengan : pakaian pelindung (saat pencampuran dan penyemprotan), tindakan pencegahan yang harus diikuti, cara penyimpanan produk secara aman, mengetahui bahaya terhadap lingkungan, rekomendasi pemusnahan, prosedur pertolongan pertama/tindakan medis, dan petunjuk perawatan dokter tentang pemakaian antidot.
k.
Pestisida yang sudah lewat nomor pendaftarannya harus dilakukan pendaftaran ulang untuk diuji mutunya masih layak atau tidak. Tetapi pestisida yang sudah lewat masa pendaftarannya masih bisa dipakai untuk waktu 2 tahun selama kemasan masih bagus dan penyimpanan dilakukan dengan benar.
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
76
l.
Aplikasi pestisida yang tepat merupakan keharusan untuk memperoleh hasil terbaik karena produk yang bagus hanya diperoleh jika aplikasinya juga bagus. Kualitas pengendalian dipengaruhi oleh : kualitas produk, alat dan kalibrasi, waktu aplikasi dan nozzle. Tidak disarankan melakukan pencampuran pestisida kecuali ada serangan OPT lain yang cara pengendalian berbeda (kontak dan sistemik). Selain itu juga perlu diperhatikan efek dari pencampuran pestisida tersebut, jangan sampai menimbulkan efek antagonis satu sama lain. Selain itu, faktor penting dalam kualitas aplikasi pestisida juga harus memperhatikan waktu, cara kerja, dosis, jenis tanaman dan stadia tumbuh, alat aplikasi, teknik aplikasi, dan cuaca.
m. Sebelum melakukan penyemprotan, perlu dilakukan kalibrasi terlebih dahulu untuk mengukur kecepatan jalan dalam penyemprotan dan volume semprot yang dibutuhkan. Kalibrasi bertujuan untuk mendapatkan ketepatan dosis aplikasi sesuai dengan rekomendasi secara efektif, mencegah kelebihan dan kontaminasi lingkungan. n. Pemeliharaan alat semprot sangat penting untuk kualitas hasil semprot dan kualitas alatnya. Keuntungan dari pemeliharaan alat semprot secara teratur antara lain : mengurangi biaya aplikasi (dengan pemeliharaan yang baik akan mengurangi biaya dan alat lebih awet), aplikasi lebih efisien, pencegahan kebocoran untuk menjaga keselamatan, dan hemat waktu. o. Penyimpanan pestisida sangat penting karena berbahaya bagi manusia dan ternak, untuk mempertahankan mutunya, mencegah pencemaran dari limbah, dan menghindarkan keracunan akibat kecelakan (atau disengaja). Pemusnahan limbah yang benar berpengaruh terhadap kelestarian lingkungan. Pemusnahan limbah pestisida dapat dikubur atau dibakar. p. Untuk memenuhi arahan Bapak Direktur Jenderal, telah dirumuskan slogan BPT, yaitu “Brigade Tanggap OPT, Spot Stop Oke…. Lingkungan Lestari, Petani Berseri….” agar disosialisasikan guna suksesnya pelaksanaan Spot Stop. q. Untuk optimalnya peran BPT dalam pelaksanaan Spot Stop pada Tahun 2013 diusulkan : Pengadaan mobil Brigade yang dilengkapi dengan alat pengendalian Pengadaan alat pelindung diri (APD) Biaya operasional BPT Lainnya (antara lain penguat daya tahan tubuh).
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
77
Rata-rata pengetahuan dan kemampuan petugas terhadap pestisida, keamanan, keselamatan, legalitas, aplikasi dan penanganannya pada pretest adalah 6,69. Rata-rata pengetahuan dan kemampuan petugas pada post-test adalah 7,42. Terjadi kenaikan pengetahuan sebesar 0,73 (10,91 %). Dengan adanya pelatihan Apresiasi Pengeloaan Brigade Proteksi Tanaman Pangan telah meningkatkan pengetahuan dan kemampuan petugas. Diharapkan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dapat disosialisasikan di tingkat petani, sehingga tidak terjadi penyalahgunaan pestisida dan lebih efektif dalam aplikasi pestisida. G. Penguatan Kelembagaan 1. Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Pangan dan Hortikultura (UPTD-BPTPH)
Proteksi/Perlindungan Tanaman
Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Proteksi/Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPTD-BPTH) merupakan pelaksana dan penanggungjawab pelaksanaan kegiatan perlindungan tanaman pangan di provinsi yang bertanggung jawab langsung kepada Kepala Dinas Pertanian Provinsi. Umumnya keberadaan UPTD-BPTPH di daerah telah menjalankan tugas pokok dan fungsinya dengan baik. Sejak diberlakukannya otonomi daerah pada tahun 2001 telah terbentuk 28 UPTD-BPTPH yang tersebar di 28 provinsi dari 30 provinsi yang ada pada saat itu. Dalam perkembangannya, sampai tahun 2012 sesuai dengan pemekaran provinsi telah terbentuk 32 UPTD-BPTPH dari 33 provinsi yang ada saat ini (Provinsi Kepulauan Riau belum membentuk UPTD-BPTPH). UPTD-BPTPH sebagai pelaksana kegiatan perlindungan tanaman pangan di tingkat provinsi, bertugas mengumpulkan dan mengolah laporan tengah bulanan keadaan OPT dan antisipasi DPI, melaksanakan kegiatan pengembangan teknologi di Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit/Laboratorium Agens Hayati (LPHP/LAH), Sekolah Lapangan (SLPHT dan SLI), pengembangan SDM, dan kegiatan perlindungan tanaman lainnya. 2. Brigade Proteksi Tanaman (BPT) Brigade Proteksi Tanaman (BPT) merupakan unit penanganan upaya pengendalian responsif dan eksplosi OPT yang dalam pelaksanaannya berkoordinasi dengan LPHP dan POPT-PHP, serta dibantu oleh Regu Pengendali Hama (RPH)/petani setempat. Pada awal terbentuknya, Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
78
kedudukan BPT berada di bawah pengelolaan Dinas Pertanian Provinsi, seiring dengan berjalannya waktu keberadaan BPT pada beberapa provinsi (32 provinsi) telah diserahkan kepada UPTD BPTPH. Saat ini terdapat 86 unit BPT yang tersebar di seluruh Indonesia kecuali Provinsi Kepulauan Riau. 3. Laboratorium Pengamatan Hama Penyakit/Laboratorium Agens Hayati (LPHP/LAH) Laboratorium Pengamatan Hama Penyakit/Laboratorium Agens Hayati (LPHP/LAH) merupakan institusi terdepan dalam penerapan dan pengembangan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) di lapangan. LPHP/LAH berperan sebagai klinik tanaman dan rujukan dalam pengembangan dan diseminasi teknologi perlindungan tanaman. Pada Tahun 2012, LPHP/LAH berjumlah 95 unit dan tersebar di seluruh provinsi kecuali Provinsi Kepulauan Riau. Sebagai pusat pengembangan teknologi perlindungan tanaman, kegiatan yang dilaksanakan antara lain eksplorasi, perbanyakan, pengembangan, dan pemasyarakatan agens hayati/pestisida nabati. Beberapa agens hayati dan pestida nabati yang telah dikembangkan hingga saat ini yaitu: a. Jamur
b. Bakteri
c. Parasitoid d. Predator e. Virus
: Beauveria bassiana, Metarhizium sp., Trichoderma sp., Gliocladium sp., Verticillium sp., Spicaria sp, Nomuraeya rileyi, : Pseudomonas fluorencens, Pseudomonas sp., Corynebacterium, bakteri merah, bakteri putih, Penicillium, Paecylomyces, : Trichogramma spp., Hemiptarsemus varicornis, : Tyto Alba, : Sl-NPV, Se-NPV,
f. Dekomposer : Mikorumba (Mikro Organisme Rumpun Bambu), g. Nematoda Steinernema dan Heterorabditis yang di gunakan sebagai inekktisida untuk mengendalikan ulat dan uret, h. PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) merupakan agens hayati yang mengandung bakteri Pseudomonas flourescence dan Basilus ploymixa. PGPR merupakan koloni akar, yang habitat hidupnya di sekitar daerah perakaran tanaman. Secara umum PGPR berfungsi untuk meningkatkan pertumbuah, kesehatan dan kebugaran tanaman.
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
79
4. Pejabat Fungsional Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan – Pengamat Hama Penyakit Tumbuhan (POPT-PHP) dan Tenaga Harian Lepas – Tenaga Bantu POPT-PHP (THL- TB POPT-PHP) Dalam sistem perlindungan tanaman, keberhasilan perlindungan tanaman terletak pada kinerja POPT-PHP, yang dalam tugasnya mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk melaporkan hasil pengamatan perkembangan OPT dan DPI, memberi rekomendasi pengendalian OPT dan penanganan DPI pada lingkup wilayah pengamatannya, melakukan pengawasan peredaran dan penggunaan bahan pengendali OPT serta pupuk bersubsidi. Jumlah POPT – PHP saat ini berjumlah 2.746 orang yang tersebar di seluruh Indonesia kecuali Provinsi Kepulauan Riau dan Bangka Belitung, dan tersebar di 497 kabupaten/kota. Seiring dengan pemekaran wilayah di era otonomi daerah, jumlah POPT – PHP saat ini belum mencapai kondisi ideal yang diharapkan, yaitu 1 (satu) orang POPT-PHP di tiap wilayah kerja pengamatan (kecamatan) yang berjumlah 6.543 kecamatan. Kurang memadainya jumlah POPT-PHP dapat mengakibatkan kurang akuratnya data dan informasi hasil pengamatan, sehingga kegiatan operasional pengendalian/penanganan serta perencanaan pengendalian OPT dan antisipasi DPI dalam rangka pengamanan produksi kurang optimal. Pada tahun 2007 telah direkrut petugas THL–TB POPT-PHP untuk membantu POPT-PHP dalam menunjang kegiatan pengamanan produksi melalui kegiatan pengamatan OPT, DPI, serta pengawasan penggunaan pupuk bersubsidi dan bahan pengendali OPT. Pada awalnya, petugas THL–TB POPT– PHP berjumlah 1.288 orang yang tersebar di 32 provinsi. Pada Tahun 2010 berkurang menjadi 1.249 orang, pada Tahun 2011 menjadi 1.168 orang, dan pada Tahun 2012 menjadi 1.142 orang. Hal ini dikarenakan adanya petugas yang mengundurkan diri, meninggal dunia, dan lulus seleksi CPNS (Pusat maupun daerah). 5. Pos Pengembangan Agens Hayati (PPAH) Pos Pengembangan Agens Hayati (PPAH) adalah kelembagaan perlindungan tanaman di tingkat petani dan merupakan kelompok tani binaan dari BPTPH/LPHP/LAH. PPAH memiliki peran yang besar dalam pemasyarakatan penerapan PHT dengan kegiatan perbanyakan dan pemanfaatan agens hayati
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
80
serta pestisida nabati, baik untuk memenuhi kebutuhan di lahan usahataninya maupun kelompok tani lainnya. Keberadaan PPAH mengalami fluktuasi dengan kecenderungan meningkat, yaitu sebanyak 704 unit PPAH pada Tahun 2010, meningkat menjadi 855 unit di Tahun 2011, dan pada Tahun 2012 meningkat menjadi 877 unit PPAH, tersebar di 29 provinsi. Provinsi yang belum melaporkan keberadaan PPAH adalah Provinsi Kepulauan Riau, Kalimantan Tengah, Papua, dan Papua Barat. Melalui dana APBN, Pada tahun 2012 telah dialokasikan anggaran sebanyak 344 unit untuk kegiatan fasilitasi PPAH di daerah. 6. Penilaian POPT, LPHP, Petani dan Kelompok Tani Pengembang Agens Hayati Teladan Untuk meningkatkan motivasi, kinerja, dan profesionalisme POPT-PHP, POPT, LPHP/LAH, dan meningkatkan peran Petani/Kelompok Tani Pengembang Agens Hayati, serta memberikan apresiasi atas prestasi kerjanya, perlu diberikan penghargaan kepada POPT-PHP, POPT, LPHP/LAH dan Petani/Kelompok Tani Pengembang Agens Hayati tersebut. Pada Tahun 2012, dilaksanakan kegiatan pemberian penghargaan kepada POPT-PHP, POPT, LPHP/LAH dan Petani/Kelompok Tani Pengembang Agens Hayati Teladan Tingkat Nasional. Kegiatan penilaian dalam rangka pemberian penghargaan tersebut dilaksanakan pada Bulan Maret – November 2012. Tim Penilai adalah jajaran perlindungan tanaman pangan yang ditetapkan oleh Direktur Perlindungan Tanaman Pangan melalui Surat Penugasan Nomor 43/KP.340/C.5/03/4/2012 tanggal 12 April 2012. Mekanisme Penilaian mengacu pada Pedoman Penilaian yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Direktur Perlindungan Tanaman Pangan. Pedoman penilaian tersebut meliputi: 1) Pedoman Penilaian POPT Teladan; 2) Pedoman Penilaian Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit Teladan; dan 3) Pedoman Penilaian Petani Pengembang PHT dan Kelompok Tani Pengembang Agens Hayati Teladan. Pada Tahun 2012, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan menerima usulan calon penerima penghargaan teladan dari 30 provinsi, sedangkan Provinsi Sulawesi Barat, Bangka Belitung, dan Kepulauan Riau, tidak mengirimkan calon. Usulan calon dengan rincian sebagai berikut: 30 calon POPT-PHP Teladan, 15 calon POPT Teladan, 6 calon LPHP Teladan, 6 calon
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
81
Petani Pengembang PHT Teladan, dan 14 calon Kelompok Tani Pengembang Agens Hayati Teladan. Berdasarkan hasil penilaian, dengan menggabungkan seluruh komponen penilaian dan hasil verifikasi, ditetapkan 1 (satu) orang POPT, 1 (satu) orang POPT-PHP, 3 (tiga) unit LPHP, 3 (tiga) Kelompok Tani PAH , dan 3 (tiga) Petani Pengembang PHT Teladan Tingkat Nasional yang memperoleh penghargaan dari Menteri Pertanian. Sedangkan 14 orang POPT dan 29 orang POPT-PHP Berprestasi memperoleh penghargaan dari Direktur Jenderal Tanaman Pangan. Untuk lebih meningkatkan motivasi Kelompok Tani PAH dan Petani Pengembang PHT, yang belum menerima penghargaan dari Menteri Pertanian maupun Direktur Jenderal Tanaman Pangan, diberikan apresiasi berupa Piagam Penghargaan Direktur Perlindungan Tanaman Pangan kepada 11 Kelompok Tani PAH dan 3 Petani Pengembang PHT. Penghargaan tersebut diberikan pada saat acara MPTHI Tahun 2012 di Palu, Sulawesi Tengah pada tanggal 6-8 November 2012. Sedangkan pemberian penghargaan kepada POPT dan POPT-PHP Teladan Tingkat Nasional disampaikan pada saat penerimaan penghargaan Adhi Karya Pangan Nusantara yang dilaksanakan di Jakarta. H. Penanggulangan Hama dan Penyakit Tanaman 1. Rencana Tindak Lanjut (RTL) Gerakan Pengendalian OPT di Sentra Produksi Tanaman Pangan Tujuan Rencana Tindak Lanjut (RTL) adalah (1) mempersiapkan sumberdaya dan gugus tugas pengendalian, (2) mengendalikan sumber serangan dan existing daerah serangan. Tahapan RTL yaitu: (1) pemetaan sumber serangan, (2) pemetaan tanaman menurut umur dan varietas, (3) inventarisasi sarana pengendalian (bahan dan alat), (4) membentuk gugus tugas pengendalian (POPT, BPPT, Penyuluh Lapangan dan KCD), (5) pembagian area pengendalian, (6) evaluasi dan laporan pengendalian. Rencana Tindak Lanjut (RTL) adalah penentuan tindakan yang perlu dilakukan untuk pengamanan areal tanam berdasarkan evaluasi serangan OPT dan fase pertanaman. Tindak lanjut meliputi menata ulang pertanaman existing, penentuan pola tanam, tanam serempak, dan pengendalian/ eradikasi dengan pendampingan dari semua unsur terkait baik pemerintah maupun swasta. Koordinasi dan sinergisme penyusunan RTL melibatkan beberapa
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
82
instansi terkait, yaitu; BB Padi, BBPOPT, Dinas Pertanian Prov./Kab./Kota, Bakorluh, BPTP, BPTPH, LPHP, serta partisipasi aktif dari petani. Evaluasi hasil RTL dilakukan setiap bulan hingga menjelang panen. Bila dalam pelaksanaan RTL ditemui adanya kekeliruan dalam pelaksanaan, maka perlu dilakukan pembaharuan RTL. Field day dilakukan saat menjelang panen di tiap kabupaten. Pada Tahun 2012, RTL dilaksanakan di Provinsi Sulawesi Utara, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Lampung. 2. Pendampingan Gerakan “Spot Stop” Pengendalian OPT Tanaman Pangan Terkait dengan perkembangan kondisi iklim dan OPT sepanjang Tahun 2012, Kementerian Pertanian RI melalui Direktorat Jenderal Tanaman Pangan telah merumuskan langkah-langkah teknis antisipasi ancaman dampak perubahan iklim dan serangan OPT untuk dilaksanakan seluruh pihak terkait dan pemangku kepentingan di daerah. Pendampingan gerakan pengendalian dilaksanakan untuk merumuskan rekomendasi dan mengevaluasi tindakan pengendalian OPT di daerah sentra produksi. Pendampingan gerakan “Spot Stop” dilaksanakan di Provinsi Jawa Barat, D.I. Yogyakarta, Jawa Tengah, Banten, Jawa Timur, Lampung, Sulawesi Selatan, Gorontalo, dan Maluku Utara. 3. Apresiasi Pengelolaan Brigade Proteksi Tanaman Pangan Brigade Proteksi Tanaman (BPT) merupakan unit pelaksana pengendalian yang mempunyai tugas utama membantu petani dalam mengendalikan OPT di daerah sumber serangan dan daerah yang mengalami eksplosi serangan OPT. Peran BPT di lapangan sangat penting dalam menentukan langkah operasional pengendalian untuk mengatasi kondisi tertentu, terutama pada daerah yang belum dapat mengatasi permasalahan OPT. Dalam rangka meningkatkan kinerja, peran, dan fungsi serta kemampuan/keterampilan petugas BPT untuk mendukung pengamanan produksi serta meningkatkan efektivitas pengendalian OPT, telah dilaksanakan kegiatan Apresiasi Pengelolaan Brigade Proteksi Tanaman. Apresiasi dilaksanakan pada tanggal 26 – 29 Juni 2012 di Bandung, Jawa Barat. Peserta pertemuan apresiasi adalah petugas BPT dari UPTD-BPTPH dan Dinas Pertanian sebanyak 78 orang dari 29 provinsi.
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
83
I. Pengembangan Jabatan Fungsional Pengendali-OPT Peningkatan profesionalisme dan pembinaan karir Pengendali-OPT sebagaimana telah ditetapkan melalui peraturan tentang Jabatan Fungsional POPT dan Angka Kreditnya, secara berkelanjutan terus diupayakan. Kegiatan pengembangan yang telah dilakukan meliputi penilaian Data Usulan Penetapan Angka Kredit (DUPAK), Pelatihan Dasar, sosialisasi pedoman jabatan fungsional, dan pembinaan. Pada Tahun 2012 telah dilakukan penilaian DUPAK POPT dari Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Direktorat Jenderal Hortikultura dan Direktorat Jenderal Perkebunan untuk kenaikan pangkat periode April dan Oktober 2012. Jumlah DUPAK yang telah dinilai oleh Tim Penilai Kementerian sebanyak 127 berkas dengan hasil penilaian berupa PAK sebanyak 43 berkas dan HAPAK sebanyak 84 berkas. Jumlah ini lebih tinggi apabila dibandingkan dengan Tahun 2011 (112 berkas DUPAK). Jumlah DUPAK yang dinilai oleh Tim Penilai Pusat sebanyak 17 berkas dengan hasil penilaian berupa PAK sebanyak 13 berkas dan HAPAK sebanyak 4 berkas. Jumlah tersebut lebih tinggi apabila dibandingkan dengan Tahun 2011 (6 berkas DUPAK). Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 9. Jumlah PAK/HAPAK Pejabat Fungsional POPT Tahun 2010-2012 Tahun
Tim Penilai Departemen
Tim Penilai Pusat
PAK
HAPAK
Jumlah
PAK
HAPAK
Jumlah
2010
151
286
437
5
26
31
2011
40
72
112
4
2
6
2012
41
83
127
13
4
17
Penetapan PAK merupakan syarat dipertimbangkannya kenaikan pangkat/jenjang POPT atau diangkatnya calon POPT menjadi POPT. J. Bantuan Sarana Kerja Petugas Lapangan dan Petani Pengamat Tahun 2012 Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan mengalokasikan bantuan sarana kerja bagi petugas lapangan (POPT-PHP) sejumlah 3.360 unit dan 2.830 unit bagi petani pengamat. Bantuan tersebut berupa topi, jas hujan, sepatu boot, tas kerja, handcounter, tool kit, loupe,leaflet, brosur, agenda kerja, alat tulis.
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
84
K. Bantuan Sarana Pengamatan (Light Trap) dan Mobil Brigade Proteksi Tanaman Light trap/lampu perangkap serangga sebanyak 7.000 unit juga didistribusikan ke 26 provinsi sebagai sarana pengamatan petugas lapangan (POPT-PHP) terutama di daerah rawan serangan OPT. Sarana ini dimaksudkan untuk membantu POPTPHP mengetahui dinamika populasi serangga hama maupun musuh alami di wilayahnya masing-masing. Alokasi light trap tersebut disajikan dalam Lampiran 32. Sebanyak 10 unit mobil operasional Brigade Proteksi Tanaman telah didistribusikan/dialokasikan ke 10 BPT di 10 provinsi guna mendukung gerakan pengendalian secara “SPOT STOP”. Provinsi yang menerima mobil operasional ini adalah Provinsi Sumutera Utara, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, NTB, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan. L. Bantuan Bahan Pengendali OPT dan sarana lainnya Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan juga telah mengalokasikan sejumlah anggaran di masing-masing provinsi (BPTPH) untuk pengadaan bahan pengendali OPT berupa agens hayati dan bahan pengendali organik lainnya. Disamping itu, juga untuk pengadaan sarana pengendalian OPT sesuai dengan kebutuhan spesifik masing-masing provinsi misalnya burung hantu beserta rumahnya/kandang. M. Bantuan Penanggulangan Padi Puso (BP-3) Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 36/Permentan/OT.140/7/2011 telah ditetapkan Pedoman Bantuan Penanggulangan Padi Puso. Maksud pemberian bantuan penanggulangan padi puso (BP-3) yaitu sebagai bentuk upaya mempertahankan produksi beras dalam mendukung ketahanan pangan. BP-3 diberikan dalam bentuk tunai, untuk mempercepat penanaman kembali padi sawah yang mengalami puso, dalam bentuk bantuan dan bukan ganti rugi. Tujuan pemberian BP-3 yaitu memberikan bantuan kepada petani padi yang mengalami puso; meningkatkan atau minimal mempertahankan produksi padi secara berkelanjutan; mewujudkan ketahanan pangan nasional. Sedangkan pelaksanaan BP-3 yaitu terwujudnya produksi padi/beras secara berkelanjutan; terpenuhinya stok beras secara nasional. Tahun 2012, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan telah melakukan identifikasi dan verifikasi luas areal padi terkena puso akibat Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan Dampak Perubahan Iklim (DPI) calon penerima BP3 dan Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
85
menetapkan areal padi puso seluas 28.281,55 ha dari 18 provinsi yang layak mendapatkan Bantuan Penanggulangan Padi Puso (BP3) dari Direktorat Jenderal Prasarana Dan Sarana Pertanian. Alokasi bantuan penanggulangan padi puso (BP3) tersebut disajikan dalam Lampiran 34
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
86
VII.KEGIATAN LAIN A. Komisi-Komisi Sesuai dengan tugas dan fungsi Perlindungan Tanaman Pangan, Direktur Perlindungan Tanaman Pangan menjadi anggota dalam berbagai komisi/kelembagaan antara lain: 1. Anggota Komisi Pestisida Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 7 Tahun Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida, bahwa digunakan harus mendapat izin dari Menteri Pertanian. pendaftaran pestisida yang telah terdaftar, pendaftaran perpanjangan izin, perlu dilakukan evaluasi.
1973 tentang pestisida yang Dalam rangka baru maupun
2. Anggota National Plant Protection Organization (NPPO) Dalam rangka mendukung tugas Organisasi Perlindungan Tanaman Nasional (National Plant Protection Organization), dibentuk Komisi Ahli Karantina Tumbuhan yang mempunyai tugas memberikan saran dan solusi pemecahan terhadap permasalahan di dalam pelaksanaan tugas, serta melakukan kajian dan analisis terhadap perkembangan perlindungan dan perkarantinaan tumbuhan secara reguler atau insidentil. Anggota komisi terdiri dari perguruan tinggi, lembaga penelitian, dan praktisi perlindungan. B. Kerjasama Luar Negeri 1. Mengikuti CPM ke-7 Pada Tahun 2012, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan ikut berpartisipasi dalam menghadiri sidang Commission of Phytosanitary Measures (CPM) – 7 pada tanggal 19-23 Maret 2012 di Roma, italia. Sidang CPM-7 IPPC ini dihadiri oleh para wakil pejabat tinggi dari negara-negara anggota berjumlah 177 negara. Pembahasan umum materi sidang terkait kebijakan internasional system perlindungan tumbuhan dan penetapan standard internasional dengan ruang lingkup pertanian, kehutanan, lingkungan hidup dan tumbuhan yang hidup di air dalam mewujudkan ketahanan pangan dan harmonisasi perdagangan global selaras dalam WTOSPS. Delegasi Indonesia pada sidang CPM-7 dihadiri oleh Ketua delegasi Ir. Banun Harpini, MSc, Kepala Badan Karantina Pertanian dengan anggota Dr. Ir. Arifin Tasrif, MSc, Kepala Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
87
Nabati, Ir. Erma Budiyanto, M.Si., Direktur Perlindungan Tanaman Pangan, Ditjen Tanaman Pangan, Dr. Ir. Antarjo Dikin, Wakil Asia Anggota Standard Committee IPPC dari Badan Karantina Pertanian, Yadi Rusyadi, Kepala Subdit Teknologi Pengendalian OPT. Agenda sidang CPM-7 yang disepakati membahas butir-butir penting yang perlu menjadi perhatian dan tindak lanjut : Laporan kerja Standard Committee selama tahun 2011 telah membuat konsep standard atas usulan dari Sidang CPM dalam pertemuan Standard Committee 25 negara secara rutin dan pemanfaatan virtual elektronik, namun masih lambat penyelesaian draft, serta kompleksitas permalahan untuk penerapan kebijakan internasional tersebut dalam perdagangan global antara lain : konsep standard pemeriksaan kontainer kosong (empty sea container) dari mobiltas antar negara dalam pencegahan kontaminasi quarantine pests, perlakuan dielectric treatment (microwave) hanya terbatas pada komodtas kayu bukan untuk kemasan kayu. Diterimanya pada pleno CPM terhadap revisi terminologi dari istilah Official Control dan Not Widely Distributed yang masih selas definisi dalam PP No. 14 tahun 2002 tentang karantina tumbuhan. Diterimanya dalam pleno terdapat Annex ISPM 27 Diagnostic Protocol untuk Trogoderma granarium Everts dan Plum Pox Virus sedangkan untuk perlakuan Cold treatment diserahkan kembali kepada Standard Committee (SC) untuk dilakukan kaji ulang pada pertemuan SC mendatang. Cold treatment terhadap buah untuk perlakuan lalat buah dibatalkan diterima untuk CPM, tentunya ini akan diteruskan ke SC untuk pembahasanl ebihlanjut. Beberapa hal disampaikan pembahasan terkait untuk upaya peningkatan percepatan proses dan kualitas pembuatan standard IPPC dengan 30 rekomendasi yang disampaikan dari Focus Group antara lain : selama masa 14 hari sebelum sidang CPM, masing-masing negara hanya diperkenankan mengajukan koreksi bersifat substansi dengan alasan teknis yang dapat dipertanggung jawabkan, Sekretariat akan memperhatikan usulan NPPO bila adanya surat resmi keberatan terhadap akan ditetapkan standard dan setiap standard harus memuat kajian dampak terhadap biodiversity. NPPO perlu memperhatikan usulan revisi dari proces pengembangan standard dari IPPC yang akan disyahkan dalam CPM meliputi tahapan umum :
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
88
Pengembangan program kerja IPPC berupa pembuatan daftar topik standard yang akan dibuat; drafting; member consultation dan adopsi serta publikasi. Dalam pleno disampaikan review terhadap kelangsungan pelaksanaan IPPC meliputi : Strategic Framework tahun 2012-2019; Financial report 2011; Budget and operational plan 2012; the IPPC resource mobilization strategy. Sekretariat IPPC melakukan kajian ulang terhadap daftar standard yang akan diselesaikan oleh SC berdasarkan urutan prioritas kebutuhan serta sekretariat menghapus terhadap usulan CPM sebelumnya untuk dikerjakan SC. Indonesia keberatan akan dihapuskannya standard IPPC tentang Appropriate Level of Protection (ALOP). Standard ini perlu dibuat oleh sekretariat mengingat setiap negara menetapkan batasan ALOP beragam yang tidak diketahui parameter yang digunakan, diharapkan bila ada standard untuk penetapan ALOP maka akan lebih transparan suatu negara dan dapat meminimalkan hambatan import terutama dari negara maju. STDF dari WTO Geneva akan menyelenggarakan seminar internasional Invasive Aliens Species, IAS pada tanggal 12-13 July 2012 sebelum sidang WTO-SPS. Tujuan dari seminar untuk memberikan pemahaman tentang IAS dan hubungan yang penting antara SPS, lingkungan pada perdagangan. Diharapkan negara anggota dapat menghadiri seminar dengan pendaftaran 16 April 2012 secara online. Selaras dengan pengembangan layanan single window dalam upaya percepatan arus barang dalam perdagangan, STDF WTO akan membentuk working group untuk mewujudkan harmonisasi perdangan dan peningkatan pengelolaan SPS pada perbatasan negara. Topik bahasan merupakan kerjasama antara Karantina, Badan POM dan instansi Bea Cukai. Terbentuknya organisasi perlindungan tumbuhan regional untuk kelompok negara Near East (NEPPO) merupakan bagian dari IPPC, semoga NEPPO dapat berkontribusi dan kerjasama dengan APPPC. e-Phyto yang telah dibahas dalam workshop diselenggarakan di Korea merupakan bentuk sertifikat elektronik dari ISPM 12 diharapkan secara voluntari negara anggota dapat mengembangkannya dengan negara mitra dalam perdagangan. Usulan dari CPM agar untuk dapat operasionalnya ephyto akan dibentuk sterring committee atas nama CPM forum. Indonesia menyampaikan dalam sidang CPM bahwa telah siap aplikasi e-phyto untuk bermitra dari aplikasi yang telah dikembangkan Badan Karantina Pertanian.
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
89
Penggunaan logo ISPM 15 pada kemasan kayu sebagai pengganti sertifikat kesehatan (Phytosanitary Certificate,PC) yang dikeluarkan oleh NPPO masingmasing negara sebagai mandat penggunaan logo ISPM 15 dikeluarkan oleh FAO perlu dilindungi secara hukum agar tidak terjadi penyalahgunaan. PC merupakan dokumen resmi negara yang dikeluarkan NPPO, Badan Karantina Pertanian, Kementerian Pertanian. Badan Karantina Pertanian wajib mengendalikan penggunaan mark logo ISPM 15 pada kemasan kayu dalam perdagangan internasional. Logo ISPM 15 yang dikeluarkan oleh NPPO wajib dipatenkan dari lembaga paten Indonesia, selanjutnya secara resmi disampaikan kepada FAO untuk pengawasan penyalah gunaan tingkat internasional, ditetapkan persyaratan penggunaan logo dapat diterima internasional oleh NPPO. Selanjutnya NPPO wajib berkontribusi kepada FAO terkait untuk jaminan perlindungan terhadap logo secara internasional untuk biaya perpanjangan registrasi sebesar US $ 27,000.00. Adanya MoU IPPC dan Ozone secretariat agar menjadi perhatian Negara anggota IPPC sebagai tindak lanjut pertemuan Montereal Protocol di Bali 2125 Nopember 2011, maka penggunaan fumigan methyl bromide (MB) hanya untuk aplikasi karantina dan pra-pengapalan. Terkait perlakuan karantina hanya untuk eradikasi quarantine pests saja dan dilarang untuk penggunaan karantina terhadap non-quarantine pests. Upaya yang perlu dilakukan untuk pengurangan/pengganti penggunaan methyl bromide oleh setiap negara yaitu: penggunaan alternative MB, mengurangi penggunaan MB, mengurangi secara fisik dari emisi MB, dan mencatat penggunaan MB secara kuantitas, jenis OPTK yang diberikan treatment, komoditas yang diberikan perlakuan, untuk tujuan impor atau export pada tindakan karantina. Penggunaan MB selama ini agar dilaporkan kepada sekretariat ozone, the United Nation of Environmental Program, Nairobi, Kenya sebelum 13 Maret 2013. Pembahasan rules dan procedures terkait pemilihan ketua dan wakil ketua dari CPM masih memerlukan perhatian untuk disepakati serta pertimbangan pemberlakuan urutan 7 regional IPPC, serta pengusulan ketua mendatang sidang CPM-8 akan dipimpin oleh wakil regional Asia. Indonesia untuk pemilihan ketua CPM-8 mendatang mendukung Korea selaku wakil Regional Asia, namun dari hasil voting dari 128 negara dihasil sbb: 2 abstaint, 1 rusak, 63 untuk UK dan 62 untuk Korea (Asia). Simposium dilakukan disela-sela CPM dan materi penting yang perlu menjadi perhatian terhadap perdagangan tumbuhan melalui internet global sebagai pathway, dari hasil observasi bahwa umumnya tidak dilengkapi persyaratan Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
90
kesehatan dan sungguh berisiko bagi negara. Selain itu terhadap perhatian mobilitas tumbuhan aquatik diperdagangkan yang belum diketahui status tanaman dapat bermanfaat atau sebagai pests (gulma). 2. Mengikuti Pertemuan “The 1
st
Meeting Of Asean-China SPS Cooperation-
Technical Working Group Meeting on Food Safety, Animal Inspection and Quarantine, and Plant Inspection and Quarantine ”
Pada Tahun 2012, Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan ikut berpartisipasi dalam Pertemuan The 1 st Meeting Of Asean-China SPS Cooperation-Technical Working Group Meeting on Food Safety, Animal Inspection and Quarantine, and Plant Inspection and Quarantine pada tanggal 4-6 Juni 2012
di Lombok, Indonesia. Pertemuan dihadiri oleh peserta delegasi dari Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, Vietnam, Sekretariat ASEAN dan Asisten Pembangunan Ekonomi Nusa Tenggara Barat (NTB).
Hasil dari pertemuan ini adalah: a. Diprioritaskan pertukaran informasi tentang Inspeksi dan persyaratan karantina, peringatan pada makanan, status hama dan penyakit tumbuhan dan pembaharuan otoritas kompetensi b. Semua pemberitahuan maupun pertukaran informasi antar negara anggota disampaikan melalui portal webside dan e-mail c. Sekretariat ASEAN akan menjadwalkan secara bergantian mengadakan pertemuan pembahasan masing-masing kelompok kerja teknis (TWG) yang akan diajukan pada bulan Juli 2012. Hal tersebut disebabkan karena adanya perbedaan pelaksanaan prosedur dan peraturan karantina, serta kesulitan dalam analisis risiko juga standar yang berbeda dan kesenjangan dalam mekanisme peraturan SPS. d. Dalam rangka memperkecil kesenjangan dan permasalahan disepakati adanya pelatihan, seminar dan pertukaran personil /tenaga ahli, yang juga termasuk melakukan kerjasama kursus singkat di masing-masing wilayah, rencana kerja 2012-2014 diusulkan oleh masing-masing TWGs e. Untuk memiliki pemahaman yang lebih baik dalam persyaratan SPS, diprioritaskan membahas kesenjangan dan pengakuan terhadap kerjasama SPS ASEAN-Cina, disepakati untuk diadakan konferensi Plant Inspection and Quarantine dan Animal Inspection and Quarantine pada tahun 2014, di mana tanggal dan tempat akan ditentukan lebih lanjut, sedangkan untuk pelaksanaan konferensi Food Safety dijadwalkan pada Mei-Juni 2013. f. Memperhatikan isu-isu terkait kegiatan SPS yang melibatkan pemangku kepentingan dalam melaksanakan kegiatan, bahwa koordinasi antar lembaga diperlukan untuk memfasilitasi perdagangan yang efektif dan sinergi serta mempersatukan perbedaan atau kesamaan dari inisiatif dalam kaitannya dengan pelaksanaan kegiatan SPS. Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
91
g. China berinisiatif melakukan "Workshop Pencegahan Penyebaran Hama Exotic lintas perbatasan antara China-ASEAN", yang akan diselenggarakan pada 23-27 Juli 2012 di Beijing, Cina. Dalam konteks ini, diharapkan TWGs untuk berkoordinasi dengan Kontak Poin ASEAN-China SPS dari negara masing-masing untuk membahas kemungkinan untuk berpartisipasi dalam lokakarya. h. Untuk memajukan harmonisasi dan mempersempit kesenjangan, China diminta untuk mendukung negara-negara, khususnya Kamboja, Laos dan Myanmar, dalam terjemahan dokumen SPS dalam bahasa inggris. Pertemuan rutin TWG akan diselenggarakan secara bergiliran antar negara anggota ASEAN dan China, Sekretariat ASEAN diminta berkonsultasi dengan Cina untuk mengkonfirmasi tuan rumah pertemuan berikutnya serta kepastian tanggal dan tempatnya
2. Mengikuti Pertemuan EWG-MRLs of Pesticides among ASEAN Countries Ke – 16 Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan ikut berpartisipasi dalam Pertemuan Sidang ke-16 EWG-MRLs of Pesticides among ASEAN Countries pada tanggal 18 – 20 Januari 2012 di Vientiane, Laos. Pertemuan dihadiri oleh delegasi dari Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, perwakilan dari Sekretariat ASEAN. Berdasarkan hasil sidang disepakati batas maksimum residu sebagai berikut : a). beta-cyfluthrin pada kubis 0,04 mg/kg (Indonesia) b). triazophos pada soybean immature (whole pods) 1 mg/kg (Thailand) c). triazophos pada soybean immature (seeds) 0,5 mg/kg (Thailand) d). triazophos pada yard long bean 0,4 mg/kg (Thailand) e). lambda-cyhalothrin pada okra 0,03 mg/kg (Thailand dan Malaysia) f). imidacloprid pada okra 0,1 mg/kg (Thailand) g). profenofos pada pummelo 2 mg/kg (Thailand) h). cypermethrin pada carambola 0,2 mg/kg (Malaysia) i). chlorpyrifos pada chilli 3 mg/kg (Thailand) j). metalaxyl pada pineapple 0,1 mg/kg (Thailand) k). lambda-cyhalothrin pada citrus 0,2 mg/kg (Indonesia) l). thiamethoxam pada orange 0,5 mg/kg (Indonesia)
C. Koperasi Daya Guna Koperasi Daya Guna (KDG) dengan Badan Hukum nomor: 1087/B.H/I merupakan koperasi karyawan/karyawati Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan dan Direktorat Perlindungan Hortikultura yang berfungsi memberikan pelayanan kesejahteraan kepada anggota. KDG berupaya memberikan pelayanan maksimal
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
92
untuk mencapai kesejahteraan anggota, oleh karena itu manajemen Koperasi Daya Guna senantiasa berusaha menjalin hubungan yang sebaik-baiknya dengan pejabat dan pimpinan Direktorat. 1. Keanggotaan Keanggotaan Koperasi mencakup dua Direktorat, yaitu Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, Ditjen Tanaman Pangan dan Direktorat Perlindungan Hortikultura, Ditjen Tanaman Hortikultura. Jumlah anggota pada Tahun 2012 sebanyak 125 orang yang terdiri dari : a. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan : 90 orang b. Direktorat Perlindungan Hortikultura : 26 orang c. Anggota luar biasa : 5 orang d. Anggota tidak aktif : 4 orang 2. Usaha Kegiatan koperasi adalah simpan pinjam, toko dan aneka usaha. 3. Pelayanan Koperasi Daya Guna secara konsisten melaksanakan fungsi sosialnya melalui berbagai kegiatan antara lain santunan-santunan (kelahiran, kematian dan lain-lain), pasar murah bersubsidi dalam rangka Idul Fitri dan sebagainya. D. Ikawati Kepengurusan Ikatan Karyawati (Ikawati) Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan periode 2011--2013 dengan susunan sebagai berikut: Pembina : Direktur Perlindungan Tanaman Pangan Ketua Wakil Ketua SekretarisI
: : :
Bendahara Seksi Pendidikan
: :
Seksi Umum
:
Seksi Usaha
:
Trias Retno Wardhani Abriani Fensionita Syanti Asviatuti Nurbayana Andriarti Kusumawardhani Maunah Ambarwati Hastari Kusumawardhani Fitria Yulianti Rhonda Hesti E Eka Widiyastuti Marwanti Ade Ratna Yulinar Yoyoh Rokayah Sri Hidayanti Puspitasari Indah Nur Rokhmah Teguh Puji Sri Lestari
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
93
Selama Tahun 2012, berbagai kegiatan yang telah dilaksanakan Ikawati adalah sebagai berikut : 1. Mengadakan pertemuan rutin setiap empat bulan diantaranya arisan,
berbagi pengetahuan dan pengalaman serta keterampilan dari karyawati untuk karyawati. 2. Menghadiri dan mengikuti berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh
Ikawati Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Dharma Wanita Sub Unit Direktorat Jenderal Tanaman Pangan serta Kementerian Pertanian 3. Melaksanakan kegiatan pengajian dan ceramah agama pada bulan
Ramadhan untuk lebih meningkatkan kecerdasan spiritual karyawati. 4. Dalam rangka menghimpun dana untuk menambah modal usaha, Seksi
Usaha melaksanakan kegiatan antara lain pengadaan barang dengan angsuran.
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
94
VIII.PERMASALAHAN DAN UPAYA PEMECAHANNYA Dalam pelaksanaan program dan kegiatan perlindungan tanaman pangan, selama Tahun 2012, beberapa permasalahan yang muncul dan upaya pemecahannya sebagai berikut : 1. Beragamnya kelembagaan Perlindungan Tanaman di daerah Implementasi dari PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, menyebabkan kelembagaan perlindungan tanaman di daerah cukup bervariasi sehingga perhatian, eksistensi, dan peran serta fungsinya cenderung menurun. Lembaga perlindungan di daerah diantaranya LPHP/LAH sebagai pusat pengembangan teknologi perlindungan tanaman masih bervariasi antar daerah, baik sarana dan prasarana, SDM, maupun kegiatannya sehingga belum berfungsi secara optimal. Untuk itu, diperlukan advokasi kepada pemerintah Provinsi agar dapat ditingkatkan koordinasi dan sinergi dengan instansi terkait di daerah. 2. Belum optimalnya pemberdayaan kelembagaan PHT di tingkat lapangan Alumni SLPHT berperan penting dalam penerapan, pengembangan, dan pemasyarakatan PHT, namun kelembagaan tersebut belum diberdayakan secara optimal. Pos Pengembang Agens Hayati (PPAH) yang sudah dibangun dan dibentuk oleh alumni SLPHT, aktivitasnya belum optimal karena terbatasnya dukungan sarana dan prasarana, teknologi dan pendanaan yang dialokasikan oleh daerah. Petani alumni SLPHT di beberapa daerah tidak berperan optimal dalam memperbanyak unit-unit SLPHT swadana, sehingga masih diperlukan dukungan dana melalui APBD provinsi dan APBD kabupaten/kota untuk pengembangan unit-unit SLPHT. Dalam pengembangan PPAH diperlukan pendataan kelompok, penyediaan sarana, pendampingan dan pembinaan, serta pemberian dukungan yang memadai dilakukan secara terus menerus sehingga dapat terwujud kemandirian kelompok PPAH/petani untuk penerapan PHT. 3. Ketergantungan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota Sesuai dengan Otonomi Daerah, dalam memenuhi kebutuhan SDM dan sarana serta prasarana perlindungan tanaman adalah tanggungjawab pemerintah daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota). Sampai saat ini kebutuhan SDM, sarana Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
95
dan prasarana perlindungan tanaman di provinsi maupun di kabupaten/kota masih tergantung kepada pusat. Untuk itu, perlu dilakukan advokasi kepada Gubernur, Bupati/Walikota, dan lembaga legislatif serta pemangku kepentingan perlindungan tanaman di daerah. 5. Perubahan iklim dan faktor lingkungan yang kurang mendukung. Perubahan iklim sudah dirasakan dan berpengaruh sangat nyata, antara lain curah hujan di atas rata-rata, pergeseran musim hujan dan musim kemarau, rusaknya daerah tangkapan air, dan rusaknya sarana irigasi. Kondisi ini menyebabkan meningkatnya luas, frekuensi dan durasi DPI berupa banjir dan kekeringan serta berpengaruh terhadap dinamika populasi OPT, peningkatan patogenitas penyakit dan pola distribusi serangannya. Oleh karena itu, upaya antisipasi, mitigasi, serta penanganan OPT/DPI perlu mendapat perhatian terkait dengan kelembagaan, penelitian, pengembangan, dan penanganannya. Upaya-upaya tersebut ditingkatkan melalui peningkatan diseminasi prakiraan serangan OPT/DPI, pemanfaatan informasi prakiraan iklim di tingkat lapangan, penyebarluasan rekomendasi penyesuaian pola tanam dan kalender tanam, rehabilitasi dan pemeliharaan jaringan irigasi, penanganan secara spesifik lokasi, serta pemberdayaan petani melalui SLI dan SLPHT. 6. SLI tidak dapat dilakukan secara spesifik komoditas Hal ini disebabkan lahan yang digunakan untuk SLI merupakan lahan yang sudah mempunyai pola tanam padi-palawija. Selain itu modul yang disampaikan dalam SLI mencakup teknologi budidaya khususnya teknologi yang digunakan dalam menyikapi perubahan iklim di wilayah setempat. 7. Belum optimalnya koordinasi penanganan OPT Penanganan OPT, terutama pada daerah sumber serangan dan sumber infeksi di daerah perbatasan antar provinsi/kabupaten/kota belum dilaksanakan secara optimal. Hal ini disebabkan karena kurangnya koordinasi dan sinkronisasi antar wilayah sejak diberlakukan otonomi daerah. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu diupayakan koordinasi dan sinkronisasi secara vertikal dan horizontal.
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
96
IX.P E N U T U P 1.
2.
3.
Pengamanan produksi tanaman pangan terkait erat dengan perlindungan terhadap gangguan serangan OPT dan DPI, dilaksanakan melalui berbagai kegiatan perlindungan tanaman pangan. Sesuai dengan sumberdaya yang tersedia, pada Tahun 2012 telah dilakukan kegiatan yang meliputi penguatan SDM, penguatan kelembagaan, inovasi dan diseminasi teknologi perlindungan tanaman, dan penyediaan sarana pengendalian OPT. Berdasarkan evaluasi, luas banjir pada tanaman pangan utama (padi, jagung, kedelai, dan kacang tanah) Tahun 2012 mencapai 153.623 ha (puso: 33.192 ha), terluas terjadi pada tanaman padi seluas 140.125 ha (29.233 ha), kemudian diikuti oleh jagung (11.101 ha, puso : 2.601 ha), kedelai (2.340 ha, puso : 1.338 ha), dan kacang tanah (58 ha, puso : 21 ha). Kekeringan pada tanaman pangan utama (padi, jagung, kedelai, dan kacang tanah) selama Tahun 2012 seluas 292.612 ha (puso : 45.030 ha) terluas terjadi pada tanaman padi (269.273 ha, puso: 43.392 ha), kemudian diikuti oleh jagung (21.641 ha, puso : 1.508 ha), kedelai (1.546 ha, puso : 130 ha), dan kacang tanah (153 ha).
4.
Serangan OPT utama pada tanaman pangan utama (padi, jagung, kedelai, dan kacang tanah) Tahun 2012 seluas 457.492 ha (puso : 1.764 ha), terluas disebabkan oleh OPT utama padi (420.552 ha, puso: 1.689 ha), kemudian diikuti jagung (26.532 ha, puso: 53 ha), kedelai (5.221 ha, puso: 15 ha), dan kacang tanah (5.187 ha, puso : 7 ha).
5.
Luas pertanaman padi yang mengalami puso akibat banjir, kekeringan, dan serangan OPT utama selama Tahun 2012 seluas 74.313 ha. Luas tersebut sebesar 0,55% dari realisasi luas tanam padi pada Tahun 2012 seluas 13.592.309 ha. Pada tanaman terserang telah dilakukan upaya pengendalian oleh petani secara swadaya maupun memanfaatkan bantuan sarana pengendalian dari pemerintah (kecamatan, kabupaten, provinsi, dan pusat/cadangan nasional). Pengendalian OPT utama pada tanaman pangan Tahun 2012 seluas 899.643 ha.
6.
7.
Dalam penanganan OPT dan DPI, telah dilaksanakan kegiatan yang meliputi penguatan kualitas SDM melalui pelatihan petugas dalam pelaksanaan dan pengembangan PHT dan penggunaan program SIM OPT versi 2.1 yang telah disempurnakan, pemberdayaan THL Tenaga Bantu POPT-PHP, penyediaan dan penyebarluasan teknologi perlindungan tanaman pangan, gerakan pengendalian OPT, pembinaan dan pengawalan pelaksanaan SLPHT dan SLI, penyediaan sarana pengendalian OPT, dan koordinasi dengan instansi terkait.
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
97
8.
Pelaksanaan SLPHT yang direncanakan di seluruh provinsi sejumlah 1.950 unit, selama Tahun 2012 telah direalisasikan sebanyak 1.937 unit (99,33%), sedangkan SLI yang direncanakan sejumlah 130 unit yang tersebar di 33 provinsi dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana (100%).
9.
Disamping kegiatan yang telah dilakukan diatas, untuk penanganan banjir, kekeringan dan menekan luas dan intensitas serangan OPT utama, juga dilakukan berbagai kegiatan antara lain pengiriman informasi prakiraan iklim dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) kepada Gubernur, pengiriman surat kewaspadaan peningkatan serangan OPT, dan langkah operasional penanganannya kepada Gubernur, konsolidasi petugas, pembentukan POSKO Pengendalian OPT (tingkat Kabupaten, Kecamatan, dan desa), menurunkan tim pemantauan dan bimbingan teknis (provinsi, kabupaten, kecamatan), dan penyediaan bantuan pestisida cadangan nasional.
10. Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan perlindungan tanaman pangan yaitu beragamnya kelembagaan perlindungan tanaman di daerah, terbatasnya kualitas THL Tenaga Bantu POPT-PHP, ketergantungan pemerintah provinsi dan kabupaten/kota, kurang lancarnya arus informasi/pelaporan, belum optimalnya koordinasi penanganan OPT, perubahan iklim dan faktor lingkungan yang kurang mendukung, dan belum optimalnya pemberdayaan kelembagaan PHT di tingkat lapangan (LPHP, BPT, PPAH, dan alumni SLPHT). 11. Dukungan anggaran (APBN dan APBN-P) untuk pelaksanaan kegiatan pengamanan produksi pada Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2010 berjumlah Rp. 355.101.468.000,- (Tiga ratus lima puluh lima milyar seratus satu juta enam puluh delapan ribu). Sampai akhir Desember 2012, realisasi anggaran mencapai Rp. 341.265.762.113,- (96,10%). Berdasarkan alokasi anggaran, secara umum, kegiatan yang direncanakan pada Tahun 2012 dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan, sasaran dan waktu. Sedangkan sisa anggaran merupakan penghematan dari beberapa kegiatan pertemuan dan pemberian bantuan penanggulangan bencana. 12. Untuk mendukung pelaksanaan kebijakan perlindungan tanaman ke depan, diperlukan penguatan SDM dan kelembagaan perlindungan baik di pusat maupun di daerah, database yang akurat dan mekanisme pelaporan yang sistematis. 13. Agar pelaksanaan kegiatan perlindungan tanaman dapat diimplementasikan dengan baik, sangat diperlukan sinkronisasi dan koordinasi yang baik antara pusat dengan daerah maupun instansi terkait lintas sektor.
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
98
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
99
Lampiran 1. Struktur Organisasi Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Berdasarkan Permentan No.61/Permentan/OT.140/10/2010
DIREKTUR PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN
SUB BAGIAN TATA USAHA
SUBDIT PENGELOLAAN DATA OPT
SUBDIT DAMPAK PERUBAHAN IKLIM
SUBDIT TEKNOLOGI PENGENDALIAN OPT
SUBDIT PENGELOLAAN PHT
SEKSI MONITORING DAN ANALISIS DATA
SEKSI ADAPTASI
SEKSI IDENTIFIKASI
SEKSI PEMASYARAKATAN
SEKSI EVALUASI DAN PELAPORAN
SEKSI MITIGASI
SEKSI VERIFIKASI
SEKSI KELEMBAGAAN
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
100
Lampiran 2. Perbandingan Luas Banjir Pada Tanaman Padi Di Indonesia Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010)
Banjir No
Propinsi
2012
2011
Rerata
T
P
T
P
T
P
1
Pemerintah Aceh
10.304
4.108
16.172
5.343
28.920
10.888
2
Sumatera Utara
9.793
1.287
8.638
618
16.440
3.528
3
Sumatera Barat
1.126
376
2.079
568
2.757
744
4
Riau
154
-
6.498
1.454
4.746
1.344
5
Jambi
4.267
40
1.828
404
4.736
1.816
6
Sumatera Selatan
3.658
761
7.601
1.013
9.351
3.929
7
Bengkulu
61
30
72
28
352
78
8
Lampung
1.120
214
1.852
284
14.022
5.482
9
Kepulauan Bangka Belitung
-
-
-
-
-
-
10
Kepulauan Riau
-
-
-
-
-
-
11
DKI. Jakarta
-
-
-
-
33
16
12
Jawa Barat
15.202
602
15.614
1.217
56.540
19.425
13
Jawa Tengah
12.114
1.033
27.250
7.505
38.732
14.825
14
DI. Yogyakarta
996
114
2.248
139
438
47
15
Jawa Timur
17.558
5.086
24.029
5.832
33.950
12.255
16
Banten
18.168
2.628
10.599
409
14.021
2.745
17
Bali
107
19
19
16
1
-
18
Nusa Tenggara Barat
9.115
1.975
1.771
761
1.626
397
19
Nusa Tenggara Timur
634
9
1.060
480
297
7
20
Kalimantan Barat
2.293
1.154
11.443
813
22.844
1.870
21
Kalimantan Tengah
316
174
74
62
1.991
901
22
Kalimantan Selatan
5.287
239
8.149
907
17.498
4.607
23
Kalimantan Timur
1.205
388
1.694
277
1.872
229
24
Sulawesi Utara
-
-
159
14
822
116
25
Sulawesi Tengah
245
215
1.104
33
2.797
917
26
Sulawesi Selatan
22.811
7.449
18.733
815
25.684
11.131
27
Sulawesi Tenggara
2.063
756
165
49
543
55
28
Gorontalo
268
198
613
342
2.037
874
29
Sulawesi Barat
658
294
-
-
1.457
611
30
Maluku
602
84
-
-
134
118
31
Maluku Utara
-
-
-
-
-
-
32
Papua Barat
-
-
-
-
-
-
33
Papua
-
-
-
-
-
-
Jumlah
140.125
29.233
169.464
29.383
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
304.641
98.953
101
Lampiran 3. Luas Banjir Pada Tanaman Padi Di Indonesia Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010)
Bulan
2012 T
2011 P
T
Rerata P
T
P
Januari
70.779
12.460
48.232
6.456
86.682
28.806
Februari
12.905
2.917
9.122
2.424
50.856
17.876
Maret
10.235
1.888
17.152
2.455
19.109
4.522
April
6.569
1.113
16.533
1.814
14.248
4.271
Mei
1.854
371
24.434
4.101
10.485
2.448
Juni
933
218
2.449
151
19.035
9.762
Juli
26.330
8.556
598
50
11.631
4.512
Agustus
376
348
1.041
39
2.919
1.292
September
666
1
743
108
3.424
1.249
Oktober
1.083
113
5.839
550
7.229
2.046
November
8.395
1.248
5.388
1.464
18.429
2.561
Desember
-
-
37.933
9.771
60.594
19.608
140.125
29.233
169.464
29.383
304.641
98.953
Jumlah
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
102
Lampiran 4. Perbandingan Luas Banjir pada Tanaman Palawija Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010)
Jagung No
Propinsi
1 Pemerintah Aceh 2 Sumatera Utara 3 Sumatera Barat
2012
2011
T
P
T
267
177
998
1.373 1.087 157
Kedelai
54
Rerata P
T
2012
Kacang Tanah
2011
P
T
P
T
Rerata P
1.513
T
2012 P
44
1.091
481
936
405
379 1.049
2.173 1.443
3.205
846
47
12
2.421 1.782
591
329
0
0
9
9
20
5.025 3.001 1.927
T
289
2011
P
Rerata
T
P
T
P
-
-
85
35
84
28
476 27
2
9
1
5
2
9 4
4
81
65
45
16
4 Riau
-
-
234
174
1.152
512
-
-
223
159
375
210
-
-
17
1
54
33
5 Jambi
17
10
286
73
1.158
887
16
11
11
11
174
128 6
2
1
-
28
14
6 Sumatera Selatan
-
-
3
-
175
59
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
7 Bengkulu
-
-
-
-
12
5
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
0
8 Lampung
1.274
62
50
50
1.701
729
-
-
-
-
20
17
-
-
-
-
4
4
9 Kep. Bangka Belitung
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
10 Kepulauan Riau
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
11 DKI. Jakarta
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
12 Jawa Barat
2
1
38
20
62
8
-
-
15
3
118
50 5
5
5
5
6
4
451
21
1.066
151
2.987
730
21
2
158
1 590
8
862
66
-
-
6
6
316
93
-
-
-
495
107
4.118 2.104
-
-
271
16 Banten
-
-
-
-
6
-
-
-
-
-
17 Bali
-
-
735
-
-
-
-
-
-
-
18 Nusa Tenggara Barat
110
47
-
-
109
84
96
93
60
60
293
19 Nusa Tenggara Timur
1.665
39
63
62
39
14
-
-
125
15
-
-
3
-
75
33
-
-
-
21 Kalimantan Tengah
13
12
-
-
16
11
-
-
22 Kalimantan Selatan
35
3
41
5
964
27
2
23 Kalimantan Timur
-
-
-
-
99
56
24 Sulawesi Utara
-
-
-
-
220
5
25 Sulawesi Tengah
-
-
-
-
99
25
26 Sulawesi Selatan
5.234
977
27 Sulawesi Tenggara
6
2
-
-
43
4
28 Gorontalo
-
-
1.262
858
1.069
29 Sulawesi Barat
-
-
5
-
30 Maluku
3
2
-
-
31 Maluku Utara
-
-
-
32 Papua Barat
-
-
33 Papua
-
-
13 Jawa Tengah 14 DI. Yogyakarta 15 Jawa Timur
20 Kalimantan Barat
Jumlah
32 3.620 2.327 5 132
112
-
-
3
3
11
8
15 1.421
812
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
119 7
7
35
17
74
17
-
-
-
-
-
-
-
-
-
35
21
-
-
3
-
1
1
-
-
5
5
-
-
-
-
-
-
-
1
1
10
2 3
-
1
1
69
1
-
-
-
-
1
1
-
-
-
-
0
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
11
1
-
-
-
-
14
4
-
-
-
-
3
2
4.316 1.484 1.207
815
238
41
239
134
-
- 133
10
2
-
-
-
-
-
58
15
-
-
-
-
-
-
569
-
-
-
-
21
12
-
-
-
-
11
2
190
110
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
6
6
-
-
-
-
13
13
-
-
-
-
5
4
-
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
11
1
15
-
26
26
2
0
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1.359 1.098
5.719 2.279
-
11.101 2.601 16.462 8.045 23.831 9.208 2.340 1.338 7.674 3.751 9.547 4.756 58 21 963 146 1.276 203
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
103
Lampiran 5. Luas Banjir Pada Tanaman Jagung Di Indonesia Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010)
Bulan
2012 T
2011 P
T
Rerata P
T
P
Januari
813
131
1.168
591
2.188
943
Februari
117
11
567
135
1.959
600
Maret
2.285
187
2.137
1.388
1.203
359
April
1.348
1.048
1.615
991
2.172
1.098
Mei
153
32
2.059
577
1.686
348
Juni
1.248
5
1.584
153
3.293
1.191
Juli
4.634
867
194
-
1.383
535
Agustus
10
3
-
-
215
61
September
20
3
18
15
2.815
1.255
-
-
48
31
1.045
460
November
473
314
3.869
2.312
1.859
718
Desember
-
-
3.203
1.852
4.013
1.640
11.101
2.601
16.462
8.045
23.831
9.208
Oktober
Jumlah
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
104
Lampiran 6. Luas Banjir Pada Tanaman Kedelai Di Indonesia Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010)
Bulan
2012 T
2011 P
T
Rerata P
T
P
Januari
36
3
917
478
764
281
Februari
16
-
1.247
704
612
116
Maret
50
-
2.892
1.749
711
175
April
327
118
652
70
346
89
Mei
590
315
866
238
229
148
Juni
112
87
582
141
139
77
Juli
1.079
702
190
190
829
336
Agustus
-
-
10
4
368
166
September
-
-
9
1
1.912
1.720
130
113
-
-
386
89
November
-
-
299
172
2.030
928
Desember
-
-
12
6
1.220
632
2.340
1.338
7.674
3.751
9.547
4.756
Oktober
Jumlah
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
105
Lampiran 7. Luas Banjir Pada Tanaman Kacang Tanah Di Indonesia Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010)
Bulan
2012 T
2011 P
T
Rerata P
T
P
Januari
6
2
-
-
53
16
Februari
4
4
-
-
35
4
Maret
-
-
53
15
85
36
April
5
5
6
-
51
15
Mei
7
7
77
33
19
13
Juni
-
-
561
-
97
30
Juli
4
0
-
-
18
8
Agustus
-
-
1
1
7
-
September
2
-
-
-
121
19
Oktober
-
-
30
20
7
4
November
30
3
88
68
696
1
Desember
-
-
147
9
88
57
58
21
963
146
1.276
203
Jumlah
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
106
Lampiran 8. Perbandingan Luas Kekeringan pada Tanaman Padi Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) Kekeringan No
Propinsi
2012 T
2011 P
T
Rerata P
T
P
1
Pemerintah Aceh
22.987
4.229
17.342
1.890
12.031
908
2
Sumatera Utara
6.631
395
1.458
122
5.464
45
3
Sumatera Barat
260
7
4.112
735
1.975
84
4
Riau
1.046
659
4.932
1.579
465
78
5
Jambi
7.438
1.167
9.226
1.234
1.582
106
6
Sumatera Selatan
6.852
463
20.913
1.673
3.169
201
7
Bengkulu
266
15
1.546
28
290
1
8
Lampung
20.926
6.639
25.090
8.469
7.254
736
9
Kepulauan Bangka Belitung
-
-
-
-
9
-
10
Kepulauan Riau
-
-
-
-
-
-
11
DKI. Jakarta
-
-
-
-
60
-
12
Jawa Barat
76.263
3.642
51.934
14.855
78.470
30.836
13
Jawa Tengah
44.417
11.595
10.296
811
44.033
5.480
14
DI. Yogyakarta
279
31
562
73
13.886
978
15
Jawa Timur
16.783
1.551
9.078
1.372
22.741
1.231
16
Banten
38.561
10.899
3.436
722
24.630
4.576
17
Bali
662
158
111
-
318
2
18
Nusa Tenggara Barat
3.289
135
1.093
212
21.861
3.032
19
Nusa Tenggara Timur
54
36
315
289
4.163
1.590
20
Kalimantan Barat
129
-
2.544
12
2.672
172
21
Kalimantan Tengah
80
-
1.310
212
653
30
22
Kalimantan Selatan
5.018
40
5.180
305
3.761
244
23
Kalimantan Timur
1.332
166
1.317
365
349
5
24
Sulawesi Utara
-
-
-
-
636
37
25
Sulawesi Tengah
-
-
-
-
461
161
26
Sulawesi Selatan
13.951
897
70.842
16.036
34.159
3.583
27
Sulawesi Tenggara
1.252
395
6.687
1.501
1.583
437
28
Gorontalo
3
-
-
-
1.393
514
29
Sulawesi Barat
746
269
1.512
632
22
-
30
Maluku
49
4
-
-
4
1
31
Maluku Utara
-
-
-
-
0
-
32
Papua Barat
-
-
-
-
-
-
33
Papua
-
-
-
-
-
-
250.836
53.127
288.095
55.068
Jumlah
269.273
43.392
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
107
Lampiran 9. Luas Kekeringan pada Tanaman Padi Di Indonesia Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010)
Bulan
2012 T
2011 P
T
Rerata P
T
P
Januari
7.490
-
8.958
-
43.220
2.239
Februari
6.164
20
8.696
1.299
19.445
1.576
Maret
1.205
191
1.816
41
15.730
3.639
April
5.708
10
3.819
11
2.255
605
Mei
13.143
965
1.294
7
10.711
974
Juni
50.795
1.678
27.948
576
37.049
6.755
Juli
69.770
10.574
49.950
7.077
61.255
20.391
Agustus
75.955
17.257
63.495
16.207
41.168
10.639
September
36.023
12.067
73.550
24.350
30.993
6.030
Oktober
2.996
630
8.320
3.549
7.027
853
November
25
-
2.532
10
12.073
633
Desember
-
-
458
-
7.169
734
269.273
43.392
250.836
53.127
288.095
55.068
Jumlah
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
108
Lampiran 10. Perbandingan Luas Kekeringan pada Tanaman Palawija Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010)
No
Propinsi
Jagung 2011
2012 T
T
P
T
Kedelai 2011 T P
2012 P
Rerata T P
Kacang Tanah 2011 Rerata T P T P
2012 T P
T
P
1 Pemerintah Aceh
192
35
19
1
7
2
341
40
116
5
470
221
44
-
-
-
7
-
2 Sumatera Utara
88
5
2.286
12
7.751
2.043
-
-
-
-
20
-
-
-
-
-
1
0
3 Sumatera Barat
102
27
79
13
139
50
-
-
-
-
165
-
-
-
-
-
7
1
4 Riau
-
-
10
3
56
2
94
-
-
-
8
1
-
-
10
-
3
1
5 Jambi
32
17
1
-
17
4
25
2
15
-
3
1
-
-
-
-
0
-
6 Sumatera Selatan
P
Rerata
861
97
13
5
78
8
74
-
-
-
18
-
15
-
-
-
-
-
7 Bengkulu
-
-
758
346
8
0
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
8 Lampung
4.820
511
6.571
273
6.617
140
46
-
-
-
21
-
-
-
-
-
-
-
9 Kepulauan Bangka Belitung 10 Kepulauan Riau
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
11 DKI. Jakarta
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
12 Jawa Barat
8
-
247
2
494
282
-
-
1.383
3
409
71
-
-
9
-
0
-
10.037
119
6.715
213
17.956
725
299
-
150
10
1.016
104
87
-
14
-
1.938
7
-
-
108
-
8.917
329
8
-
91
11
1.275
83
-
-
35
-
3.528
47
1.014
107
3.527
385
6.134
459
129
-
88
28
181
7
-
-
-
-
0
-
-
-
-
-
83
-
-
-
-
-
274
0
-
-
-
-
159
-
519
-
765
-
1.700
170
-
-
-
-
20
-
-
-
-
-
245
-
18 Nusa Tenggara Barat
2.805
390
29
-
7.024
1.995
272
88
266
60
2.701
151
7
- 129
28
913 203
19 Nusa Tenggara Timur
140
-
34
-
8.608
1.161
-
-
-
-
60
14
-
-
-
-
776 212
-
-
20
-
30
-
-
-
44
30
5
-
-
-
24
-
3
-
21 Kalimantan Tengah
24
-
34
-
1
-
-
-
0
-
6
6
-
-
-
-
-
-
22 Kalimantan Selatan
54
-
549
-
739
3
9
-
50
7
5
1
-
-
1
1
11
-
23 Kalimantan Timur
36
-
20
-
5
0
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
24 Sulawesi Utara
-
-
-
-
22
1
-
-
-
-
1
-
-
-
-
-
-
-
25 Sulawesi Tengah
-
-
-
-
22
20
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
26 Sulawesi Selatan
897
200
811
188
2.270
418
249
-
11
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
-
15
6
-
-
15
-
8
2
-
-
-
-
-
-
13
-
43
-
1.667
593
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
3
2
29 Sulawesi Barat
-
-
5
-
8
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
30 Maluku
-
-
-
-
0
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
31 Maluku Utara
-
-
-
-
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
-
32 Papua Barat
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
0
0
-
-
-
-
-
-
33 Papua
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
130
2.229
154
6.665
661
153
-
13 Jawa Tengah 14 DI. Yogyakarta 15 Jawa Timur 16 Banten 17 Bali
20 Kalimantan Barat
27 Sulawesi Tenggara 28 Gorontalo
Jumlah
21.641
1.508
22.644
1.441
70.369
8.412
1.546
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
222 29
7.597
109
472
Lampiran 11. Luas Kekeringan Pada Tanaman Jagung Di Indonesia Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010)
Bulan
2012 T
2011 P
T
Rerata P
T
P
Januari
261
-
129
-
8.788
755
Februari
381
-
19
-
5.868
944
2.782
415
146
3
9.627
2.804
April
559
-
525
-
1.515
263
Mei
914
-
1.016
-
5.507
1.459
Juni
1.735
20
2.734
50
5.571
597
Juli
822
21
2.749
111
7.545
318
Agustus
6.606
347
2.131
88
7.230
166
September
6.091
446
11.575
1.090
2.479
695
Oktober
1.208
257
885
99
1.063
28
November
283
2
1
-
8.445
53
Desember
-
-
735
-
6.731
331
21.641
1.508
22.644
1.441
70.369
8.412
Maret
Jumlah
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
110
Lampiran 12. Luas Kekeringan Pada Tanaman Kedelai Di Indonesia Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010)
Bulan
2012 T
2011 P
T
Rerata P
T
P
Januari
-
-
-
-
1.980
12
Februari
-
-
-
-
196
-
Maret
-
-
-
-
844
109
April
-
-
125
65
47
-
Mei
3
-
205
-
114
1
Juni
368
-
5
-
471
29
Juli
228
68
100
30
406
126
Agustus
345
62
1.453
21
133
11
September
315
-
328
36
1.003
273
Oktober
40
-
13
2
112
18
November
249
-
-
-
641
10
Desember
-
-
-
-
718
73
1.546
130
2.229
154
6.665
661
Jumlah
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
111
Lampiran 13. Luas Kekeringan Pada Tanaman Kacang Tanah Di Indonesia Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010)
Bulan
2012 T
2011 P
T
Rerata P
T
P
Januari
-
-
35
-
1.804
197
Februari
-
-
-
-
731
25
Maret
-
-
-
-
291
198
April
-
-
-
-
-
-
Mei
-
-
12
1
394
0
Juni
13
-
23
-
702
-
Juli
22
-
-
-
657
5
Agustus
58
-
0
-
109
2
September
46
-
16
-
267
17
Oktober
14
-
136
28
301
5
November
-
-
-
-
1.675
8
Desember
-
-
-
-
668
15
153
-
222
29
7.597
472
Jumlah
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
112
Lampiran 14. Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Padi Tahun 2012
No.
Provinsi
1 Pemerintah Aceh
Penggerek batang padi T P
Wereng batang coklat T P
Tikus T
Blas P
T
BLB/Kresek P
T
P
Tungro T
OPT Utama P
T
P
2.760
-
29
-
12.606
1
2.042
-
628
-
49
-
18.114
1
2 Sumatera Utara
975
-
1.112
-
1.402
37
1.322
4
2.775
-
80
-
7.666
41
3 Sumatera Barat
79
-
339
38
685
72
793
17
59
-
593
50
2.548
176
4 Riau
542
0
89
-
886
34
251
-
189
-
0
-
1.958
34
5 Jambi
271
1
96
5
210
2
92
0
52
-
1
0
721
8
2.348
-
615
7
2.851
81
949
-
800
1
46
1
7.608
90
7 Bengkulu
395
-
29
-
984
1
317
-
107
-
167
-
1.999
1
8 Lampung
3.494
-
329
1
3.643
5
3.389
1
1.474
-
34
-
12.364
7
44
-
162
-
329
-
159
-
25
-
-
-
719
-
6 Sumatera Selatan
9 Kep. Bangka Belitung 10 Kep. Riau
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
11 DKI Jakarta
202
-
10
-
9
-
-
-
67
-
-
-
288
-
12 Jawa Barat
41.446
-
3.643
-
21.401
7
7.977
-
27.669
-
1.633
-
103.769
7
13 Jawa Tengah
25.690
11
13.186
116
27.654
553
9.450
3
18.237
4
656
13
94.873
700
14 DI Yogyakarta
3.971
56
402
3
1.765
3
618
-
1.472
-
15
-
8.242
62
15 Jawa Timur
8.922
10
5.694
37
10.582
107
15.791
92
19.177
-
373
1
60.539
246
16 Banten
6.529
-
880
-
2.073
-
60
-
2.120
-
240
-
11.902
-
572
-
213
-
1.301
-
927
-
736
-
580
-
4.329
-
18 Nusa Tenggara Barat
1.448
-
208
-
170
-
1.897
-
1.973
-
349
-
6.046
-
19 Nusa Tenggara Timur
5.393
5
471
29
868
18
74
-
412
27
946
80
8.164
158
20 Kalimantan Barat
1.069
-
65
6
1.224
5
459
10
-
-
31
0
2.848
20
21 Kalimantan Tengah
1.087
15
220
-
1.782
7
332
11
15
-
146
2
3.583
35
22 Kalimantan Selatan
100
-
247
-
456
1
161
-
1
-
44
-
1.010
1
23 Kalimantan Timur
283
-
-
-
448
15
122
-
26
-
5
-
884
15
24 Sulawesi Utara
1.871
-
0
-
577
5
97
-
346
1
257
3
3.148
9
25 Sulawesi Tengah
3.110
5
293
-
1.166
-
4
-
231
-
36
-
4.840
5
26 Sulawesi Selatan
6.687
-
126
-
10.879
72
1.380
-
1.139
-
13
-
20.224
72
27 Sulawesi Tenggara
6.261
-
134
-
7.842
-
1.745
-
167
-
33
-
16.181
-
28 Gorontalo
1.225
-
-
-
173
-
-
-
409
-
-
-
1.806
-
29 Sulawesi Barat
6.537
-
52
-
4.468
-
106
-
759
-
33
-
11.955
-
479
-
156
-
40
-
182
-
22
-
50
-
928
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
32 Papua Barat
258
-
4
-
122
-
-
-
2
-
16
-
402
-
33 Papua
365
-
3
-
62
-
418
-
31
-
16
2
894
2
134.415
102
28.808
242
118.657
1.024
51.113
137
81.119
33
6.441
151
420.552
1.689
17 B a l i
30 M a l u k u 31 Maluku Utara
Jumlah
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
113
Lampiran 15.
Perbandingan Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Padi Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) Penggerek batang padi No
Provinsi
2012 T
1
Pemerintah Aceh
2 3 4
Riau
5
Jambi
6
Sumatera Selatan
7
2011 P
Wereng batang coklat
Rerata 5 Thn
T
P
T
2012
P
T
2011 P
2.760
-
9.791
12
3.963
2
29
Sumatera Utara
975
-
693
-
873
0
Sumatera Barat
79
-
39
-
112
1
542
0
632
-
461
-
T
Rerata 5 Thn P
-
464
1.112
-
339
38
89
-
T
P
-
390
0
135
-
792
-
180
2
52
0
37
-
60
2
271
1
391
2
486
7
96
5
56
3
71
0
2.348
-
3.192
-
2.752
-
615
7
141
-
145
8
Bengkulu
395
-
424
-
378
-
29
-
25
-
39
-
8
Lampung
3.494
-
6.412
-
5.276
-
329
1
199
2
560
2
44
-
1
-
17
-
162
-
5
-
20
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
202
-
130
-
439
2
10
-
7
-
42
0
9
Kep. Bangka Belitung
10
Kepulauan Riau
11
DKI. Jakarta
12
Jawa Barat
41.446
-
39.477
3
40.019
70
3.643
-
6.432
-
22.045
255
13
Jawa Tengah
25.690
11
26.672
278
29.678
174
13.186
116
50.374
2.147
15.749
776
14
DI. Yogyakarta
3.971
56
2.504
18
2.581
-
402
3
7.430
2.091
192
-
15
Jawa Timur
8.922
10
9.147
6
11.920
19
5.694
37
146.548
30.879
8.304
207
16
Banten
6.529
-
6.969
-
7.044
2
880
-
7.683
839
3.686
70
17
Bali
572
-
764
-
1.424
-
213
-
2.921
98
272
4
18
Nusa Tenggara Barat
1.448
-
2.160
-
1.633
-
208
-
151
-
227
5
19
Nusa Tenggara Timur
5.393
5
3.491
2
3.361
-
471
29
330
-
183
-
20
Kalimantan Barat
1.069
-
1.966
0
2.625
5
65
6
98
-
263
18
21
Kalimantan Tengah
1.087
15
1.417
17
1.361
0
220
-
11
-
150
9
22
Kalimantan Selatan
100
-
118
-
184
2
247
-
31
-
870
20
23
Kalimantan Timur
283
-
817
-
1.504
-
-
-
2
-
167
0
24
Sulawesi Utara
1.871
-
1.367
0
1.663
3
0
-
-
-
0
-
25
Sulawesi Tengah
3.110
5
4.677
13
4.143
4
293
-
13
-
44
-
26
Sulawesi Selatan
6.687
-
11.629
7
17.023
22
126
-
95
1
309
0
27
Sulawesi Tenggara
6.261
-
5.380
-
4.841
3
134
-
1
-
2
-
28
Gorontalo
1.225
-
778
1
822
2
-
-
-
-
45
0
29
Sulawesi Barat
6.537
-
2.955
-
1.621
5
52
-
63
-
14
-
30
Maluku
479
-
964
-
715
5
156
-
93
-
20
-
31
Maluku Utara
-
-
615
32
323
1
-
-
2
-
0
-
32
Papua Barat
258
-
572
2
388
2
4
-
37
1
40
-
33
Papua
365
-
253
-
620
0
3
-
43
1
5
-
134.415
102
146.394
391
150.251
331
28.808
242
223.606
36.064
54.760
1.379
Indonesia
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
114
Lanjutan...
Tikus No
Provinsi
2012 T
Blas
2011 P
T
Rerata 5 Thn P
T
2012
P
T
2011 P
Rerata 5 Thn
T
P
T
P
1
Pemerintah Aceh
12.606
1
23.456
163
10.708
19
2.042
-
2.763
12
245
3
2
Sumatera Utara
1.402
37
1.658
87
2.208
18
1.322
4
1.272
-
845
-
3
Sumatera Barat
685
72
1.337
129
1.372
57
793
17
198
0
112
0
4
Riau
886
34
790
2
537
18
251
-
331
-
364
2
5
Jambi
210
2
375
7
611
19
92
0
61
2
48
0
6
Sumatera Selatan
2.851
81
3.900
14
2.482
17
949
-
952
1
600
-
7
Bengkulu
984
1
904
88
1.216
33
317
-
79
-
146
1
8
Lampung
3.643
5
7.999
33
5.676
41
3.389
1
2.594
-
1.954
2
9
Kep. Bangka Belitung
329
-
6
-
22
-
159
-
8
-
58
-
10 Kepulauan Riau
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
11 DKI. Jakarta
9
-
8
-
136
0
-
-
-
-
11
-
12 Jawa Barat
21.401
7
43.733
4
35.369
236
7.977
-
4.017
-
3.668
3
13 Jawa Tengah
27.654
553
28.112
1.178
24.712
338
9.450
3
1.881
-
1.959
1
14 DI. Yogyakarta
1.765
3
2.621
436
1.457
2
618
-
67
-
38
-
10.582
107
14.670
576
10.392
197
15.791
92
5.309
25
2.903
6
16 Banten
2.073
-
2.856
23
2.143
14
60
-
314
-
286
-
17 Bali
1.301
-
1.951
2
2.050
10
927
-
1.200
1
183
0
18 Nusa Tenggara Barat
170
-
744
-
503
-
1.897
-
1.649
-
1.268
4
19 Nusa Tenggara Timur
868
18
1.380
16
1.326
18
74
-
230
-
318
2
20 Kalimantan Barat
1.224
5
2.490
79
2.590
32
459
10
347
40
417
1
21 Kalimantan Tengah
1.782
7
1.748
58
824
1
332
11
74
10
312
14
22 Kalimantan Selatan
456
1
371
-
578
15
161
-
54
-
165
20
23 Kalimantan Timur
448
15
920
7
894
3
122
-
572
-
173
-
24 Sulawesi Utara
577
5
564
10
633
12
97
-
46
-
51
3
25 Sulawesi Tengah
1.166
-
3.124
38
3.369
83
4
-
32
-
24
-
26 Sulawesi Selatan
10.879
72
24.796
398
20.004
741
1.380
-
1.394
55
2.185
2
7.842
-
9.579
68
8.263
152
1.745
-
1.454
53
809
1
173
-
324
-
354
0
-
-
-
-
31
0
4.468
-
2.633
3
1.433
9
106
-
13
-
36
-
40
-
163
-
63
4
182
-
306
-
53
-
-
-
110
-
97
-
-
-
2
-
10
-
122
-
452
1
233
0
-
-
6
-
5
-
62
-
184
-
162
-
418
-
177
-
507
0
118.657
1.024
183.954
3.418
142.416
2.088
27.403 199
19.786
64
15 Jawa Timur
27 Sulawesi Tenggara 28 Gorontalo 29 Sulawesi Barat 30 Maluku 31 Maluku Utara 32 Papua Barat 33 Papua Indonesia
51.113 137
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
115
Lanjutan...
BLB/Kresek No
Provinsi
2012 T
1
Pemerintah Aceh
2
Tungro
2011 P
Rerata 5 Thn
T
P
T
2012
P
T
2011 P
T
Rerata 5 Thn P
T
P
628
-
1.447
10
434
-
49
-
73
1
-
-
Sumatera Utara
2.775
-
1.224
-
1.750
6
80
-
61
-
128
0
3
Sumatera Barat
59
-
25
-
53
1
593
50
298
23
450
22
4
Riau
189
-
443
-
94
2
0
-
-
-
1
-
5
Jambi
52
-
16
0
13
0
1
0
-
-
4
-
6
Sumatera Selatan
800
1
834
-
629
-
46
1
81
4
150
18
7
Bengkulu
107
-
107
-
123
0
167
-
421
-
444
12
8
Lampung
1.474
-
2.445
-
902
-
34
-
119
-
227
-
9
Kep. Bangka Belitung
25
-
-
-
-
-
-
-
-
-
4
-
10
Kepulauan Riau
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
11
DKI. Jakarta
67
-
86
-
161
1
-
-
2
-
-
-
12
Jawa Barat
27.669
-
40.967
-
33.370
7
1.633
-
3.116
-
2.225
7
13
Jawa Tengah
18.237
4
23.681
-
19.321
4
656
13
1.248
1
1.027
9
14
DI. Yogyakarta
1.472
-
2.682
13
1.459
-
15
-
230
12
89
-
15
Jawa Timur
19.177
-
25.560
31
18.540
5
373
1
2.025
26
1.039
9
16
Banten
2.120
-
5.835
7
2.206
4
240
-
392
2
447
13
17
Bali
736
-
543
-
354
-
580
-
2.166
51
1.469
-
18
Nusa Tenggara Barat
1.973
-
2.667
-
1.304
0
349
-
2.431
1
459
1
19
Nusa Tenggara Timur
412
27
1.732
1
22
-
946
80
859
-
284
18
20
Kalimantan Barat
-
-
1
-
33
-
31
0
11
-
112
2
21
Kalimantan Tengah
15
-
42
-
7
-
146
2
12
1
21
-
22
Kalimantan Selatan
1
-
5
-
-
-
44
-
311
-
62
-
23
Kalimantan Timur
26
-
140
-
29
-
5
-
23
-
17
-
24
Sulawesi Utara
346
1
191
-
35
-
257
3
157
-
292
1
25
Sulawesi Tengah
231
-
575
-
386
-
36
-
256
36
208
0
26
Sulawesi Selatan
1.139
-
2.711
-
3.189
-
13
-
248
-
378
2
27
Sulawesi Tenggara
167
-
219
-
53
-
33
-
311
-
86
-
28
Gorontalo
409
-
262
-
273
-
-
-
-
-
1
-
29
Sulawesi Barat
759
-
523
-
174
1
33
-
136
2
60
12
30
Maluku
22
-
218
-
88
-
50
-
-
-
23
0
31
Maluku Utara
-
-
-
-
43
-
-
-
115
-
22
-
32
Papua Barat
2
-
1
-
1
-
16
-
88
-
17
-
33
Papua
31
-
74
-
22
0
16
2
839
232
493
61
81.119
33
115.257
62
85.070
30
6.441
151
16.027
392
10.239
187
Indonesia
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
116
Lanjutan...
OPT Utama No
Provinsi
2012 T
2011 P
T
Rerata 5 Thn P
T
P
1
Pemerintah Aceh
18.114
1
37.994
198
15.740
24
2
Sumatera Utara
7.666
41
5.043
87
6.597
24
3
Sumatera Barat
2.548
176
2.078
154
2.150
81
4
Riau
1.958
34
2.234
2
1.516
24
5
Jambi
721
8
899
14
1.233
26
6
Sumatera Selatan
7.608
90
9.100
19
6.757
43
7
Bengkulu
1.999
1
1.960
88
2.346
46
8
Lampung
12.364
7
19.768
35
14.595
44
9
Kep. Bangka Belitung
719
-
19
-
121
-
10
Kepulauan Riau
-
-
-
-
-
-
11
DKI. Jakarta
288
-
233
-
789
4
12
Jawa Barat
103.769
7
137.742
7
136.697
577
13
Jawa Tengah
94.873
700
131.969
3.604
92.446
1.302
14
DI. Yogyakarta
8.242
62
15.535
2.570
5.816
2
15
Jawa Timur
60.539
246
203.258
31.543
53.098
443
16
Banten
11.902
-
24.048
871
15.813
103
17
Bali
4.329
-
9.545
152
5.752
15
18
Nusa Tenggara Barat
6.046
-
9.801
1
5.394
11
19
Nusa Tenggara Timur
8.164
158
8.022
18
5.495
38
20
Kalimantan Barat
2.848
20
4.913
119
6.041
57
21
Kalimantan Tengah
3.583
35
3.304
85
2.675
24
22
Kalimantan Selatan
1.010
1
891
-
1.860
57
23
Kalimantan Timur
884
15
2.474
7
2.784
3
24
Sulawesi Utara
3.148
9
2.324
10
2.674
20
25
Sulawesi Tengah
4.840
5
8.677
87
8.174
87
26
Sulawesi Selatan
20.224
72
40.872
461
43.089
767
27
Sulawesi Tenggara
16.181
-
16.943
121
14.054
156
28
Gorontalo
1.806
-
1.365
1
1.528
3
29
Sulawesi Barat
11.955
-
6.322
5
3.338
26
30
Maluku
928
-
1.743
-
961
9
31
Maluku Utara
-
-
844
32
494
1
32
Papua Barat
402
-
1.156
3
685
2
33
Papua
894
2
1.569
233
1.809
61
420.552
1.689
712.642
40.526
462.522
4.080
Indonesia
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
117
Lampiran 16. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama Pada Tanaman Padi Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
OPT Utama T
P
T
P
T
P
T
P
T
P
T
P
Pgr batang padi 2012
15.752
71
16.441
16
18.313
0
13.493
5
16.204
5
12.477
0
2011
15.241
3
14.804
3
15.782
48
16.587
10
15.904
6
14.121
5
Rerata
13.668
13
16.004
5
17.935
97
15.857
28
17.534
61
17.233
34
2012
1.825
32
5.819
17
2.677
3
428
3
1.112
20
3.773
5
2011
24.428
519
17.904
686
6.738 193
5.974 148
26.801
2.212
109.549
25.224
2.249
7
6.488
92
2.945 206
2.217
198
7.978
395
2012
15.842
140
13.525
276
10.645
59
9.835
37
10.557
33
12.970
36
2011
27.601
137
21.798
85
15.562
358
15.645
202
17.431
215
20.643
884
Rerata
14.763
154
16.484
169
11.588
105
8.823 125
12.343
58
17.759
171
2012
12.169
13
11.951
86
6.499
19
2.836
-
3.627
-
3.632
6
2011
5.410
12
5.052
0
1.915
1
2.260
0
2.330
25
1.605
0
Rerata
2.603
19
3.932
19
3.109
4
1.705
5
1.170
3
1.788
2
2012
14.679
27
19.504
-
12.072
-
6.930
3
5.635
-
6.267
-
2011
21.267
-
23.542
5
14.600
13
11.339
1
12.368
18
8.618
1
7.993
-
13.708
6
16.859
7
7.209
5
7.314
0
9.815
5
2012
1.168
80
589
13
712
37
768
9
853
1
468
3
2011
1.742
27
2.603 191
2.609
19
1.803
13
1.912
4
1.213
54
Rerata
677
1
938
2
1.037
13
1.598
40
1.594
86
1.124
30
2012
61.435
363
67.830
407
50.918
118
34.290
56
37.988
59
39.587
49
2011
95.688
697
85.702
970
57.206
631
53.608
374
76.746
2.479
155.749
26.167
Rerata
41.953
195
57.402
350
57.018
320
38.136
408
42.173
407
55.696
638
Wereng batang coklat
Rerata
6.337 149
Tikus
Blas
BLB/Kresek
Rerata Tungro
OPT Utama
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
118
Lanjutan.....
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Total
OPT Utama T
P
T
P
T
P
T
P
T
P
T
P
T
P
Pgr batang padi 2012
11.643
0
7.936
-
2011
10.820
5
9.102
19
Rerata
13.145
67
8.716
2012
7.790
139
2011
23.855
Rerata
13.282
2012
5.505
0
6.493
-
5.393
5
4.764
-
134.415
102
9.133 262
7.591
7
7.436
2
9.873
23
146.394
391
2
9.148
8
6.005
1
6.384
9
8.623
5
150.251
331
1.190
8
1.442
14
865
-
677
1
1.208
1
28.808
242
5.815
4.201
1.127
1.117
94
1.043
42
1.184
2
812
2
223.606
36.064
198
7.410
95
1.852
11
1.001
11
911
4
2.090
11
54.760
1.379
12.997
234
9.705
53
6.331 115
5.823
20
4.366
-
6.061
23
118.657
1.024
2011
18.362
420
13.105
334
9.890 301
7.141 140
7.901 225
8.874 117
Rerata
16.929
163
11.023
96
7.786 128
6.374 130
8.054 679
Wereng batang coklat
Tikus
10.489
183.954
3.418
110
142.416
2.088
Blas 2012
4.567
5
2.246
9
1.336
0
632
-
993
0
623
-
51.113
137
2011
1.556
54
1.150
-
1.026
3
1.138
15
1.192
78
2.770
10
27.403
199
Rerata
1.468
7
844
0
625
3
474
-
832
0
1.237
0
19.786
64
BLB/Kresek 2012
6.080
2
3.098
-
2.223
1
1.047
-
1.746
-
1.837
-
81.119
33
2011
6.094
12
4.820
1
3.772
-
2.587
-
2.526
7
3.725
5
115.257
62
Rerata
6.459
-
4.263
0
2.790
0
2.360
4
2.239
2
4.059
2
85.070
30
2012
590
3
463
2
210
4
248
-
184
-
187
-
6.441
151
2011
962
23
747
13
441
4
436
23
436
24
1.126
-
16.027
392
Rerata
814
7
627
2
593
3
425
2
366
1
445
0
10.239
187
2012
43.668
382
24.639
71
17.048
134
15.108
20
13.360
6
14.679
24
420.552
1.689
2011
61.649
6.329
33.125
1.493
25.380
664
19.936
228
20.675
337
27.179
157
712.642
40.526
Rerata
52.097
442
32.884
196
22.794
154
16.640
148
18.786
695
26.943
128
462.522
4.080
Tungro
OPT Utama
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
119
Lampiran 17. Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Jagung Tahun 2012
No
Provinsi
Penggerek tongkol T
Penggerek batang
P
T
Ulat grayak
P
T
Lalat bibit
P
T
Bulai
P
T
Tikus P
T
OPT Utama P
T
P
1
Pemerintah Aceh
261
-
184
-
129
-
-
-
-
-
17
-
591
-
2
Sumatera Utara
9
-
31
-
110
-
20
-
132
-
283
-
585
-
3
Sumatera Barat
5
-
3
-
1
-
-
-
45
-
1
-
55
-
4
Riau
66
-
26
-
17
-
8
-
43
-
7
-
168
-
5
Jambi
26
-
7
-
12
-
4
-
6
0
1
-
55
0
6
Sumatera Selatan
62
-
34
-
19
-
21
-
12
-
26
-
175
-
7
Bengkulu
28
-
16
-
11
-
6
-
2
-
-
-
62
-
8
Lampung
387
-
435
-
348
-
196
-
200
-
165
-
1.731
-
9
Kep. Bangka Belitung
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
10 Kep. Riau
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
11 DKI Jakarta
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
12 Jawa Barat
1.092
-
525
-
190
-
536
-
1.149
-
16
-
3.508
-
13 Jawa Tengah
79
-
572
-
6
-
60
-
2.184
2
515
5
3.415
7
14 DI Yogyakarta
50
-
115
-
11
-
8
-
62
-
17
-
262
-
212
-
158
-
137
-
226
0
1.283
19
217
-
2.234
19
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
15 Jawa Timur 16 Banten 17 B a l i
-
-
-
-
-
-
2
-
-
-
-
-
2
-
18 Nusa Tenggara Barat
169
-
209
-
113
-
8
-
70
-
-
-
568
-
19 Nusa Tenggara Timur
74
27
3.200
-
3
-
1
-
136
-
48
-
3.461
27
20 Kalimantan Barat
41
-
33
-
1
-
46
-
55
-
67
-
241
-
21 Kalimantan Tengah
23
-
20
-
3
-
3
-
0
-
-
-
49
-
22 Kalimantan Selatan
-
-
-
-
-
-
-
-
7
-
27
-
34
-
44
-
30
-
2
-
26
-
27
-
2
-
130
-
192
-
191
-
13
-
63
-
68
-
447
-
973
-
25 Sulawesi Tengah
38
-
81
-
11
-
12
-
21
-
21
-
184
-
26 Sulawesi Selatan
344
-
320
-
213
-
455
-
549
-
984
-
2.865
-
23 Kalimantan Timur 24 Sulawesi Utara
27 Sulawesi Tenggara 28 Gorontalo 29 Sulawesi Barat 30 M a l u k u 31 Maluku Utara 32 Papua Barat 33 Papua Jumlah
203
-
153
-
152
-
-
-
-
-
100
-
608
-
1.160
-
1.125
-
193
-
363
-
32
-
160
-
3.033
-
215
-
360
-
50
-
12
-
49
-
389
-
1.074
-
32
-
35
-
9
-
-
-
0
-
1
-
76
-
2
-
4
-
-
-
2
-
0
-
0
-
9
-
1
-
4
-
7
-
6
-
-
-
3
-
21
-
22
-
330
-
12
-
-
-
-
-
-
-
364
-
4.837
27
8.200
-
1.770
-
2.082
0
6.130
21
3.513
5
26.532
53
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
120
Lampiran 18. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Jagung Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010)
Penggerek tongkol No
Provinsi
1
Pemerintah Aceh
2
Sumatera Utara
3
Sumatera Barat
4
Riau
5
Jambi
6
2012 T
2011 P
T
Penggerek batang Rerata 5 Thn
P
T
2012
P
T
2011 P
T
Rerata 5 Thn P
T
P
261
-
314
3
394
-
184
-
131
-
244
0
9
-
23
-
56
-
31
-
16
-
50
-
5
-
6
0
4
-
3
-
2
-
1
-
66
-
92
-
48
-
26
-
60
-
25
-
26
-
47
0
18
0
7
-
16
-
13
-
Sumatera Selatan
62
-
64
-
49
-
34
-
62
-
37
-
7
Bengkulu
28
-
11
-
18
-
16
-
21
-
13
-
8
Lampung
387
-
566
-
270
-
435
-
458
-
173
-
9
Kep. Bangka Belitung
-
-
-
-
0
-
-
-
-
-
0
-
10 Kepulauan Riau
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
11 DKI. Jakarta
-
-
-
-
0
-
-
-
-
-
-
-
12 Jawa Barat
1.092
-
948
-
291
-
525
-
575
-
163
-
13 Jawa Tengah
79
-
114
-
118
-
572
-
678
-
271
-
14 DI. Yogyakarta
50
-
73
-
104
-
115
-
59
-
119
-
212
-
425
-
92
-
158
-
357
-
145
-
-
-
-
-
15
-
-
-
-
-
14
-
15 Jawa Timur 16 Banten 17 Bali
-
-
-
-
2
-
-
-
-
-
1
-
18 Nusa Tenggara Barat
169
-
350
-
97
-
209
-
46
-
30
-
19 Nusa Tenggara Timur
74
27
82
-
189
-
3.200
-
118
-
272
-
20 Kalimantan Barat
41
-
82
-
66
-
33
-
103
-
84
-
21 Kalimantan Tengah
23
-
67
-
27
-
20
-
47
-
32
-
22 Kalimantan Selatan
-
-
-
-
2
-
-
-
-
-
1
-
44
-
54
-
30
-
30
-
53
-
47
-
192
-
339
-
251
-
191
-
210
-
256
-
25 Sulawesi Tengah
38
-
241
-
96
-
81
-
231
-
130
-
26 Sulawesi Selatan
344
-
1.332
-
243
-
320
-
1.347
-
471
-
27 Sulawesi Tenggara
203
-
342
-
82
-
153
-
130
-
173
-
1.160
-
567
-
76
-
1.125
-
587
-
108
-
215
-
242
-
71
-
360
-
507
-
59
-
32
-
27
-
18
-
35
-
36
-
71
-
31 Maluku Utara
2
-
57
-
14
0
4
-
91
-
29
1
32 Papua Barat
1
-
1
-
-
-
4
-
6
-
30
0
22
-
26
-
19
-
330
-
362
-
206
-
4.837
27
6.490
4
2.758
0
8.200
-
6.309
-
3.268
2
23 Kalimantan Timur 24 Sulawesi Utara
28 Gorontalo 29 Sulawesi Barat 30 Maluku
33 Papua Indonesia
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
121
Lanjutan...
Ulat grayak No
Provinsi
2012 T
Lalat bibit
2011 P
T
Rerata 5 Thn P
T
2012
P
T
2011 P
T
Rerata 5 Thn P
T
P
1 Pemerintah Aceh
129
-
384
-
363
0
-
-
5
-
37
-
2 Sumatera Utara
110
-
23
-
37
-
20
-
7
-
48
-
3 Sumatera Barat
1
-
3
1
1
-
-
-
0
-
-
-
4 Riau
17
-
16
-
4
-
8
-
2
-
4
-
5 Jambi
12
-
6
-
81
71
4
-
7
-
7
-
6 Sumatera Selatan
19
-
20
-
7
-
21
-
12
-
13
-
7 Bengkulu
11
-
11
-
18
0
6
-
4
-
25
-
8 Lampung
348
-
697
-
143
-
196
-
413
-
129
-
9 Kep. Bangka Belitung
-
-
-
-
0
-
-
-
0
-
-
-
10 Kepulauan Riau
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
11 DKI. Jakarta
-
-
-
-
0
-
-
-
-
-
0
-
12 Jawa Barat
190
-
136
-
90
-
536
-
459
-
241
-
13 Jawa Tengah
6
-
86
-
48
-
60
-
240
-
88
-
14 DI. Yogyakarta
11
-
92
-
63
-
8
-
36
-
27
-
137
-
472
20
104
1
226
0
985
-
250
-
16 Banten
-
-
-
-
5
-
-
-
-
-
1
-
17 Bali
-
-
-
-
9
-
2
-
-
-
1
-
18 Nusa Tenggara Barat
113
-
133
-
114
-
8
-
42
-
14
-
19 Nusa Tenggara Timur
3
-
9
-
262
-
1
-
17
-
62
-
20 Kalimantan Barat
1
-
3
-
32
-
46
-
131
-
110
-
21 Kalimantan Tengah
3
-
7
-
6
-
3
-
7
-
13
-
22 Kalimantan Selatan
-
-
-
-
3
0
-
-
-
-
0
-
23 Kalimantan Timur
2
-
11
-
2
-
26
-
25
-
13
-
24 Sulawesi Utara
13
-
22
-
28
-
63
-
69
-
144
-
25 Sulawesi Tengah
11
-
16
-
11
-
12
-
40
-
14
-
26 Sulawesi Selatan
213
-
598
-
507
-
455
-
1.246
-
142
-
27 Sulawesi Tenggara
152
-
350
-
123
-
-
-
1
-
2
-
28 Gorontalo
193
-
198
-
139
1
363
-
256
-
100
-
50
-
-
-
8
-
12
-
22
-
8
-
30 Maluku
9
-
5
-
4
-
-
-
0
-
5
-
31 Maluku Utara
-
-
2
-
2
-
2
-
30
-
7
-
32 Papua Barat
7
-
18
-
1
-
6
-
2
-
1
-
12
-
17
-
15
-
-
-
-
-
1
-
1.770
-
3.333
21
2.231
74
2.082
0
4.058
-
1.509
-
15 Jawa Timur
29 Sulawesi Barat
33 Papua Indonesia
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
122
Lanjutan...
Bulai No
Provinsi
2012 T
1 Pemerintah Aceh
Tikus
2011 P
T
Rerata 5 Thn P
T
2012
P
T
2011 P
T
Rerata 5 Thn P
T
P
-
-
45
-
31
-
17
-
60
-
22
-
2 Sumatera Utara
132
-
101
-
107
0
283
-
196
-
345
-
3 Sumatera Barat
45
-
61
0
19
-
1
-
4
-
2
0
4 Riau
43
-
88
-
49
0
7
-
3
-
5
-
5 Jambi
6
0
13
-
6
0
1
-
0
-
1
-
12
-
19
-
20
-
26
-
11
-
39
-
7 Bengkulu
2
-
11
-
28
-
-
-
3
-
6
-
8 Lampung
200
-
470
-
182
9
165
-
708
24
182
-
9 Kep. Bangka Belitung
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
10 Kepulauan Riau
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
11 DKI. Jakarta
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
12 Jawa Barat
1.149
-
1.101
-
395
-
16
-
86
-
140
8
13 Jawa Tengah
2.184
2
1.186
-
189
0
515
5
1.237
7
345
1
62
-
383
-
179
1
17
-
24
-
34
-
1.283
19
2.729
120
1.211
91
217
-
863
39
249
2
16 Banten
-
-
2
-
5
-
-
-
-
-
2
-
17 Bali
-
-
-
-
0
-
-
-
6
-
29
-
18 Nusa Tenggara Barat
70
-
28
-
7
-
-
-
367
-
13
-
19 Nusa Tenggara Timur
136
-
382
-
267
95
48
-
336
-
395
40
55
-
178
-
137
-
67
-
91
1
110
0
21 Kalimantan Tengah
0
-
4
-
7
0
-
-
0
-
1
-
22 Kalimantan Selatan
7
-
0
-
47
1
27
-
4
-
15
1
23 Kalimantan Timur
27
-
68
-
22
2
2
-
1
-
9
-
24 Sulawesi Utara
68
-
102
-
134
-
447
-
619
-
878
31
25 Sulawesi Tengah
21
-
69
-
41
1
21
-
203
1
43
-
26 Sulawesi Selatan
549
-
1.949
7
160
-
984
-
3.087
2
781
2
-
-
65
-
3
-
100
-
464
10
18
-
28 Gorontalo
32
-
189
-
62
4
160
-
375
-
136
0
29 Sulawesi Barat
49
-
66
-
5
-
389
-
546
-
99
1
30 Maluku
0
-
-
-
0
-
1
-
2
-
4
-
31 Maluku Utara
0
-
14
-
2
-
0
-
22
-
22
0
32 Papua Barat
-
-
-
-
0
-
3
-
17
-
1
-
33 Papua
-
-
-
-
1
-
-
-
8
-
3
-
6.130
21
9.322
127
3.314
203
3.513
5
9.340
84
3.930
87
6 Sumatera Selatan
14 DI. Yogyakarta 15 Jawa Timur
20 Kalimantan Barat
27 Sulawesi Tenggara
Indonesia
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
123
Lanjutan...
OPT Utama No
Provinsi
2012 T
2011 P
T
Rerata 5 Thn P
T
P
1
Pemerintah Aceh
591
-
939
3
1.091
1
2
Sumatera Utara
585
-
366
-
642
0
3
Sumatera Barat
55
-
75
2
27
0
4
Riau
168
-
261
-
135
0
5
Jambi
55
0
89
0
126
71
6
Sumatera Selatan
175
-
187
-
164
-
7
Bengkulu
62
-
60
-
109
0
8
Lampung
1.731
-
3.312
24
1.079
9
9
Kep. Bangka Belitung
-
-
0
-
1
-
10 Kepulauan Riau
-
-
-
-
-
-
11 DKI. Jakarta
-
-
-
-
1
-
12 Jawa Barat
3.508
-
3.305
-
1.319
8
13 Jawa Tengah
3.415
7
3.541
7
1.059
1
262
-
668
-
525
1
2.234
19
5.831
179
2.052
94
16 Banten
-
-
2
-
42
-
17 Bali
2
-
6
-
43
-
18 Nusa Tenggara Barat
568
-
965
-
274
-
19 Nusa Tenggara Timur
3.461
27
942
-
1.446
135
241
-
587
1
540
0
21 Kalimantan Tengah
49
-
132
-
86
0
22 Kalimantan Selatan
34
-
4
-
69
2
23 Kalimantan Timur
130
-
212
-
123
2
24 Sulawesi Utara
973
-
1.361
-
1.690
31
25 Sulawesi Tengah
184
-
800
1
335
1
26 Sulawesi Selatan
2.865
-
9.558
9
2.304
2
608
-
1.351
10
401
-
28 Gorontalo
3.033
-
2.171
-
622
5
29 Sulawesi Barat
1.074
-
1.383
-
250
1
76
-
70
-
102
-
9
-
216
-
75
1
21
-
44
-
32
0
364
-
412
-
245
-
26.532
53
38.852
236
17.010
366
14 DI. Yogyakarta 15 Jawa Timur
20 Kalimantan Barat
27 Sulawesi Tenggara
30 Maluku 31 Maluku Utara 32 Papua Barat 33 Papua Indonesia
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
124
Lampiran 19. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama Pada Tanaman Jagung Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) Januari T P
Februari T P
April T P
T
2012
975
27
655
-
381
-
332
-
301
-
369
-
2011
468
-
470
-
379
-
493
-
482
0
520
0
Rerata
318
0
316
-
375
-
171
-
217
-
236
-
2012
868
-
3.729
-
549
-
307
-
385
-
621
-
2011
357
-
339
-
336
-
384
-
729
-
473
-
Rerata
434
-
337
2
268
-
220
-
270
-
295
-
2012
321
-
230
-
194
-
109
-
157
-
129
-
2011
305
-
248
-
198
-
183
-
276
-
326
-
Rerata
542
0
241
0
174
-
97
-
105
-
228
71
2012
413
-
304
-
143
-
213
0
148
-
138
-
2011
168
-
247
-
467
-
309
-
384
-
270
-
Rerata
212
-
110
-
126
-
129
-
129
-
96
-
2012
992
-
642
6
271
-
438
0
667
2
1.772
13
2011
593
-
689
-
637
7
695
3
1.029
32
901
19
Rerata
718
22
249
76
210
-
158
3
289
42
405
40
2012
660
5
566
-
244
-
127
-
194
-
126
-
2011
943
2
773
-
459
1
564
-
881
1
1.321
-
Rerata
342
-
562
37
342
36
177
-
253
-
273
-
2012
4.229
32
6.126
6
1.782
-
1.526
0
1.852
2
3.155
13
2011
2.834
2
2.766
-
2.477
8
2.627
3
3.781
33
3.811
19
Rerata
2.566
22
1.814
115
1.493
36
953
3
1.264
42
1.533
111
OPT Utama
Maret T P
Mei
Juni P
T
P
Penggerek tongkol
Penggerek batang
Ulat grayak
Lalat bibit
Bulai
Tikus
OPT Utama
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
125
Lanjutan...
OPT Utama
Juli T
Agustus T P
P
September T P
Oktober T P
November T P
Desember T P
Total T
P
Penggerek tongkol 2012
466
-
295
-
459
-
311
-
222
-
71
-
4.837
27
2011
578
0
500
-
633
-
566
0
551
0
850
3
6.490
4
Rerata
233
-
176
-
177
-
173
-
174
0
191
0
2.758
0
2012
495
-
324
-
323
-
270
-
211
-
118
-
8.200
-
2011
637
-
496
-
459
-
616
-
688
-
796
-
6.309
-
Rerata
254
-
277
-
246
0
199
-
219
-
249
-
3.268
2
2012
159
-
199
-
128
-
84
-
27
-
33
-
1.770
-
2011
346
20
207
-
188
-
125
-
433
-
497
1
3.333
21
Rerata
135
0
94
-
107
1
140
-
164
1
205
-
2.231
74
2012
115
-
56
-
187
-
61
-
148
-
156
-
2.082
0
2011
321
-
249
-
119
-
424
-
571
-
530
-
4.058
-
Rerata
82
-
61
-
84
-
90
-
245
-
145
-
1.509
-
2012
530
0
66
-
445
-
124
-
81
-
102
-
6.130
21
2011
823
20
611
9
497
19
417
16
786
1
1.643
1
9.322
127
Rerata
158
4
239
1
110
1
170
8
290
3
318
3
3.314
203
2012
599
-
384
-
279
-
110
-
98
-
127
-
3.513
5
2011
1.152
39
889
24
650
-
701
-
487
12
520
5
9.340
84
325
-
416
1
266
1
191
0
401
2
383
9
3.930
87
2012
2.365
0
1.323
-
1.821
-
960
-
786
-
606
-
26.532
53
2011
3.858
80
2.952
33
2.546
19
2.848
16
3.517
13
4.835
10
38.852
236
Rerata
1.188
4
1.263
3
990
4
962
8
1.493
6
1.491
12
17.010
366
Penggerek batang
Ulat grayak
Lalat bibit
Bulai
Tikus
Rerata OPT Utama
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
126
Lampiran 20. Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Kedelai Tahun 2012 No
Provinsi
Ulat grayak T
P
Lalat kacang
Pgl daun T
P
T
Penggerek Ulat jengkal OPT Utama polong
Tikus
P
T
P
T
P
T
P
T
P
1
Pemerintah Aceh
421
-
541
-
12
-
88
-
290
-
42
-
1.394
-
2
Sumatera Utara
143
-
88
-
-
-
32
-
34
-
-
-
297
-
3
Sumatera Barat
1
-
-
-
-
-
-
-
2
-
-
-
2
-
4
Riau
3
-
6
-
8
-
5
-
2
-
2
-
26
-
5
Jambi
4
-
4
-
0
-
-
-
2
-
0
-
11
-
6
Sumatera Selatan
2
-
-
-
5
-
-
-
2
-
1
-
10
-
7
Bengkulu
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
8
Lampung
32
-
42
-
5
-
3
-
10
-
-
-
92
-
9
Kep. Bangka Belitung
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
10
Kep. Riau
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
11
DKI Jakarta
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
12
Jawa Barat
133
-
124
-
206
-
29
-
132
-
81
-
705
-
13
Jawa Tengah
196
-
113
-
62
-
238
15
78
-
207
-
894
15
14
DI Yogyakarta
30
-
59
-
44
-
8
-
20
-
41
-
201
-
15
Jawa Timur
183
-
67
-
47
-
105
-
14
-
46
-
462
-
16
Banten
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
17
Bali
32
-
3
-
4
-
8
-
4
-
-
-
51
-
18
Nusa Tenggara Barat
56
-
131
-
102
-
4
-
72
-
133
-
497
-
19
Nusa Tenggara Timur
-
-
2
-
-
-
-
-
-
-
-
-
2
-
20
Kalimantan Barat
4
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
4
-
21
Kalimantan Tengah
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
22
Kalimantan Selatan
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
23
Kalimantan Timur
-
-
1
-
-
-
-
-
3
-
-
-
4
-
24
Sulawesi Utara
-
-
2
-
-
-
-
-
-
-
2
-
4
-
25
Sulawesi Tengah
28
-
40
-
2
-
-
-
43
-
17
-
130
-
26
Sulawesi Selatan
7
-
18
-
1
-
34
-
19
-
3
-
82
-
27
Sulawesi Tenggara
63
-
27
-
-
-
2
-
4
-
-
-
95
-
28
Gorontalo
5
-
6
-
-
-
-
-
3
-
-
-
14
-
29
Sulawesi Barat
6
-
-
-
-
-
1
-
17
-
-
-
24
-
30
Maluku
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
31
Maluku Utara
-
-
-
-
0
-
-
-
-
-
-
-
0
-
32
Papua Barat
19
-
109
-
-
-
-
-
-
-
-
-
128
-
33
Papua
30
-
23
-
4
-
2
-
7
-
30
-
95
-
1.397
-
1.404
-
502
-
557
15
754
-
606
-
5.221
15
Jumlah
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
127
Lampiran 21. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Kedelai Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) Ulat grayak No
Provinsi
2012 T
Penggulung daun
2011 P
T
Rerata 5 Thn P
T
P
2012 T
2011 P
T
Rerata 5 Thn P
T
P
1
Pemerintah Aceh
421
-
457
-
586
-
541
-
847
-
768
-
2
Sumatera Utara
143
-
48
-
57
-
88
-
4
-
17
-
3
Sumatera Barat
1
-
0
-
0
-
-
-
-
-
3
-
4
Riau
3
-
29
-
3
-
6
-
30
-
10
-
5
Jambi
4
-
4
-
40
-
4
-
28
-
12
0
6
Sumatera Selatan
2
-
8
-
3
-
-
-
8
-
11
-
7
Bengkulu
-
-
-
-
4
-
-
-
-
-
4
-
8
Lampung
32
-
18
-
13
-
42
-
26
-
11
-
9
Kep. Bangka Belitung
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
10 Kepulauan Riau
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
11 DKI. Jakarta
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
9
-
12 Jawa Barat
133
-
333
-
77
-
124
-
310
-
93
-
13 Jawa Tengah
196
-
266
-
163
-
113
-
258
-
86
-
30
-
220
-
35
-
59
-
39
-
59
-
183
-
773
-
199
-
67
-
543
-
143
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1
-
17 Bali
32
-
47
-
14
-
3
-
1
-
22
-
18 Nusa Tenggara Barat
56
-
105
-
197
28
131
-
109
-
235
-
19 Nusa Tenggara Timur
-
-
6
-
24
-
2
-
1
-
4
-
20 Kalimantan Barat
4
-
-
-
13
-
-
-
26
-
12
-
21 Kalimantan Tengah
-
-
-
-
3
-
-
-
6
-
2
-
22 Kalimantan Selatan
-
-
0
-
7
-
-
-
-
-
2
-
23 Kalimantan Timur
-
-
-
-
1
-
1
-
1
-
2
-
24 Sulawesi Utara
-
-
1
-
3
-
2
-
1
-
5
-
25 Sulawesi Tengah
28
-
29
-
44
18
40
-
117
-
42
-
26 Sulawesi Selatan
7
-
303
-
40
-
18
-
121
-
22
-
63
-
143
-
52
-
27
-
43
-
6
-
28 Gorontalo
5
-
1
-
5
-
6
-
2
-
1
-
29 Sulawesi Barat
6
-
2
-
-
-
-
-
3
-
1
-
30 Maluku
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
2
-
31 Maluku Utara
-
-
8
-
6
-
-
-
61
-
2
-
32 Papua Barat
19
-
40
-
15
-
109
-
43
-
16
-
33 Papua
30
-
46
-
23
-
23
-
21
-
7
-
1.397
-
2.886
-
1.625
46
1.404
-
2.648
-
1.611
0
14 DI. Yogyakarta 15 Jawa Timur 16 Banten
27 Sulawesi Tenggara
Indonesia
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
128
Lanjutan... Lalat kacang No
Provinsi
2012 T
1
Pemerintah Aceh
2
Tikus
2011 P
T
Rerata 5 Thn P
T
2012
P
T
2011 P
T
Rerata 5 Thn P
T
P
12
-
28
-
188
-
88
-
38
-
77
-
Sumatera Utara
-
-
8
-
1
-
32
-
-
-
1
-
3
Sumatera Barat
-
-
0
-
0
-
-
-
-
-
0
-
4
Riau
8
-
20
-
1
-
5
-
-
-
-
-
5
Jambi
0
-
1
-
3
-
-
-
-
-
0
-
6
Sumatera Selatan
5
-
2
-
15
-
-
-
-
-
5
-
7
Bengkulu
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
8
Lampung
5
-
9
-
3
-
3
-
-
-
1
-
9
Kep. Bangka Belitung
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
10 Kepulauan Riau
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
11 DKI. Jakarta
-
-
-
-
21
-
-
-
-
-
-
-
206
-
246
-
61
-
29
-
93
-
55
-
13 Jawa Tengah
62
-
137
-
35
-
238
15
144
-
43
-
14 DI. Yogyakarta
44
-
50
-
69
-
8
-
4
-
17
-
15 Jawa Timur
47
-
107
-
34
-
105
-
529
-
108
-
16 Banten
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
17 Bali
4
-
24
-
10
-
8
-
18
-
13
-
18 Nusa Tenggara Barat
102
-
76
-
153
-
4
-
77
-
62
-
19 Nusa Tenggara Timur
-
-
1
-
6
-
-
-
-
-
1
-
20 Kalimantan Barat
-
-
-
-
1
-
-
-
-
-
1
-
21 Kalimantan Tengah
-
-
-
-
0
-
-
-
-
-
1
-
22 Kalimantan Selatan
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
2
-
23 Kalimantan Timur
-
-
-
-
2
-
-
-
-
-
-
-
24 Sulawesi Utara
-
-
3
-
3
-
-
-
6
-
1
-
25 Sulawesi Tengah
2
-
18
-
6
-
-
-
2
-
5
-
26 Sulawesi Selatan
1
-
14
-
9
-
34
-
99
-
42
-
27 Sulawesi Tenggara
-
-
-
-
1
-
2
-
17
-
3
-
28 Gorontalo
-
-
-
-
3
-
-
-
-
-
0
-
29 Sulawesi Barat
-
-
-
-
0
-
1
-
-
-
7
-
30 Maluku
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
31 Maluku Utara
0
-
25
-
4
-
-
-
-
-
-
-
32 Papua Barat
-
-
-
-
2
-
-
-
3
-
2
-
33 Papua
4
-
2
-
2
-
2
-
1
-
2
-
502
-
771
-
633
-
557
15
1.029
-
447
-
12 Jawa Barat
Indonesia
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
129
Lanjutan... Penggerek polong No
Provinsi
2012 T
1
Pemerintah Aceh
2
2011 P
T
Ulat jengkal Rerata 5 Thn
P
T
P
2012 T
2011 P
T
Rerata 5 Thn P
T
P
290
-
203
-
427
-
42
-
185
-
152
-
Sumatera Utara
34
-
27
-
8
-
-
-
-
-
0
-
3
Sumatera Barat
2
-
2
-
1
-
-
-
-
-
-
-
4
Riau
2
-
32
-
11
-
2
-
0
-
3
-
5
Jambi
2
-
20
-
7
0
0
-
0
-
2
-
6
Sumatera Selatan
2
-
52
-
13
-
1
-
3
-
3
-
7
Bengkulu
-
-
-
-
1
-
-
-
-
-
-
-
8
Lampung
10
-
8
-
11
-
-
-
5
-
5
-
9
Kep. Bangka Belitung
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
10 Kepulauan Riau
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
11 DKI. Jakarta
-
-
-
-
1
-
-
-
-
-
-
-
132
-
193
-
115
-
81
-
101
-
27
-
13 Jawa Tengah
78
-
105
-
113
-
207
-
270
-
111
-
14 DI. Yogyakarta
20
-
47
-
41
-
41
-
272
-
92
-
15 Jawa Timur
14
-
123
-
34
-
46
-
223
-
87
-
16 Banten
-
-
-
-
5
-
-
-
-
-
-
-
17 Bali
4
-
3
-
9
-
-
-
-
-
4
-
18 Nusa Tenggara Barat
72
-
173
-
64
-
133
-
290
-
102
-
19 Nusa Tenggara Timur
-
-
0
-
11
-
-
-
-
-
6
-
20 Kalimantan Barat
-
-
-
-
2
-
-
-
-
-
1
-
21 Kalimantan Tengah
-
-
0
-
3
-
-
-
-
-
-
-
22 Kalimantan Selatan
-
-
1
-
0
-
-
-
-
-
-
-
23 Kalimantan Timur
3
-
8
-
1
-
-
-
-
-
-
-
24 Sulawesi Utara
-
-
3
-
29
-
2
-
-
-
3
-
25 Sulawesi Tengah
43
-
25
-
39
-
17
-
22
-
6
-
26 Sulawesi Selatan
19
-
133
-
63
-
3
-
-
-
2
-
27 Sulawesi Tenggara
4
-
17
-
80
-
-
-
-
-
3
2
28 Gorontalo
3
-
0
-
18
-
-
-
-
-
1
-
17
-
8
-
0
-
-
-
-
-
-
-
30 Maluku
-
-
0
-
0
-
-
-
-
-
-
-
31 Maluku Utara
-
-
12
-
2
-
-
-
2
-
1
-
32 Papua Barat
-
-
-
-
3
-
-
-
14
-
1
-
33 Papua
7
-
33
-
8
-
30
-
10
-
17
-
754
-
1.226
-
1.122
0
606
-
1.395
-
628
2
12 Jawa Barat
29 Sulawesi Barat
Indonesia
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
130
Lanjutan...
OPT Utama No
Provinsi
2012 T
1
Pemerintah Aceh
2
2011 P
T
Rerata 5 Thn P
T
P
1.394
-
1.758
-
2.198
-
Sumatera Utara
297
-
87
-
84
-
3
Sumatera Barat
2
-
2
-
5
-
4
Riau
26
-
110
-
27
-
5
Jambi
11
-
52
-
64
0
6
Sumatera Selatan
10
-
73
-
50
-
7
Bengkulu
-
-
-
-
10
-
8
Lampung
92
-
66
-
44
-
9
Kep. Bangka Belitung
-
-
-
-
-
-
10
Kepulauan Riau
-
-
-
-
-
-
11
DKI. Jakarta
-
-
-
-
31
-
12
Jawa Barat
705
-
1.276
-
429
-
13
Jawa Tengah
894
15
1.179
-
551
-
14
DI. Yogyakarta
201
-
631
-
312
-
15
Jawa Timur
462
-
2.297
-
605
-
16
Banten
-
-
-
-
6
-
17
Bali
51
-
93
-
71
-
18
Nusa Tenggara Barat
497
-
831
-
813
28
19
Nusa Tenggara Timur
2
-
8
-
53
-
20
Kalimantan Barat
4
-
26
-
29
-
21
Kalimantan Tengah
-
-
7
-
9
-
22
Kalimantan Selatan
-
-
1
-
12
-
23
Kalimantan Timur
4
-
9
-
5
-
24
Sulawesi Utara
4
-
13
-
43
-
25
Sulawesi Tengah
130
-
213
-
142
18
26
Sulawesi Selatan
82
-
670
-
178
-
27
Sulawesi Tenggara
95
-
221
-
144
2
28
Gorontalo
14
-
3
-
27
-
29
Sulawesi Barat
24
-
12
-
8
-
30
Maluku
-
-
0
-
2
-
31
Maluku Utara
0
-
107
-
16
-
32
Papua Barat
128
-
100
-
39
-
33
Papua
95
-
113
-
59
-
5.221
15
9.956
-
6.065
48
Indonesia
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
131
Lampiran 22. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Kedelai Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010)
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
OPT Utama T
P
T
P
T
P
T
P
T
P
T
P
Ulat grayak 2012
190
-
157
-
83
-
91
-
231
-
65
-
2011
212
-
325
-
127
-
107
-
102
-
142
-
Rerata
110
2
190
28
85
-
111
0
225
-
106
-
2012
153
-
97
-
85
-
217
-
71
-
36
-
2011
71
-
69
-
167
-
418
-
328
-
172
-
Rerata
185
-
75
-
93
-
116
-
173
-
220
0
2012
14
-
11
-
26
-
56
-
51
-
27
-
2011
38
-
77
-
46
-
69
-
24
-
64
-
Rerata
25
-
17
-
47
-
74
-
81
-
55
-
2012
36
-
9
-
7
-
11
-
37
-
48
15
2011
-
-
15
-
2
-
9
-
176
-
64
-
35
-
5
-
75
-
16
-
11
-
20
-
2012
129
-
65
-
10
-
4
-
24
-
29
-
2011
56
-
159
-
90
-
70
-
98
-
62
-
Rerata
88
-
116
-
93
-
49
-
113
-
97
0
2012
147
-
22
-
26
-
60
-
115
-
9
-
2011
62
-
30
-
39
-
199
-
41
-
36
-
Rerata
66
-
49
2
16
-
39
-
39
-
56
-
2012
669
-
361
-
236
-
439
-
528
-
214
15
2011
440
-
675
-
470
-
872
-
769
-
541
-
Rerata
508
2
452
30
409
-
405
0
643
-
554
0
Penggulung daun
Lalat kacang
Tikus
Rerata Penggerek polong
Ulat jengkal
OPT Utama
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
132
Lanjutan..... Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Total
T
T
T
OPT Utama T
P
T
P
T
P
T
P
P
P
P
Ulat grayak 2012
209
-
97
-
208
-
24
-
36
-
7
-
1.397
2011
395
-
696
-
387
-
223
-
45
-
124
-
2.886
-
Rerata
139
2
274
4
141
2
118
-
46
4
81
4
1.625
46
2012
302
-
262
-
117
-
32
-
22
-
11
-
1.404
-
2011
282
-
503
-
266
-
65
-
161
-
145
-
2.648
-
Rerata
191
-
224
-
86
-
58
0
70
-
121
-
1.611
0
2012
103
-
78
-
116
-
-
-
5
-
17
-
502
-
2011
180
-
90
-
21
-
33
-
101
-
26
-
771
-
Rerata
112
-
90
-
17
-
42
-
23
-
50
-
633
-
2012
178
-
70
-
122
-
40
-
0
-
-
-
557
15
2011
127
-
135
-
102
-
260
-
86
-
55
-
1.029
-
Rerata
65
-
68
-
69
-
42
-
10
-
32
-
447
-
2012
99
-
153
-
100
-
81
-
55
-
4
-
754
-
2011
80
-
149
-
241
-
171
-
33
-
15
-
1.226
-
Rerata
105
-
101
-
121
-
116
-
51
-
70
-
1.122
0
2012
39
-
84
-
66
-
25
-
-
-
14
-
606
-
2011
75
-
275
-
202
-
74
-
14
-
350
-
1.395
-
Rerata
43
-
95
-
49
-
88
-
5
-
83
-
628
2
2012
929
-
744
-
730
-
202
-
117
-
52
-
5.221
15
2011
1.140
-
1.848
-
1.219
-
826
-
441
-
714
-
9.956
-
655
2
852
4
483
2
462
0
205
4
436
4
6.065
48
Penggulung daun
Lalat kacang
Tikus
Penggerek polong
Ulat jengkal
OPT Utama
Rerata
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
133
Lampiran 23. Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Kacang Tanah Tahun 2012
No
Provinsi
Ulat grayak T
Bercak daun coklat T P
Pelipat daun
P
T
P
Babi hutan T
Tikus
P
T
Karat daun P
T
OPT Utama
P
T
P
1
Pemerintah Aceh
16
-
-
-
29
-
14
-
54
-
222
-
335
-
2
Sumatera Utara
10
-
-
-
24
-
-
-
26
-
19
-
80
-
3
Sumatera Barat
-
-
1
-
33
-
-
-
0
-
12
-
46
-
4
Riau
4
-
15
-
29
-
8
-
3
-
6
-
64
-
5
Jambi
2
-
1
-
8
-
4
0
1
-
2
-
19
0
6
Sumatera Selatan
0
-
12
-
8
-
-
-
4
-
10
-
34
-
7
Bengkulu
0
-
-
-
1
-
1
-
-
-
3
-
4
-
8
Lampung
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
9
Kep. Bangka Belitung
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
11 DKI Jakarta
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
12 Jawa Barat
114
-
14
-
555
-
8
-
122
-
592
-
1.405
-
13 Jawa Tengah
2
-
92
-
140
-
-
-
25
-
47
7
306
7
14 DI Yogyakarta
17
-
-
-
290
-
-
-
37
-
82
-
426
-
15 Jawa Timur
21
-
0
-
1.262
-
-
-
6
-
137
-
1.427
-
16 Banten
-
-
-
-
4
-
-
-
-
-
-
-
4
-
17 B a l i
-
-
-
-
2
-
-
-
35
-
-
-
37
-
18 Nusa Tenggara Barat
10
-
64
-
18
-
-
-
15
-
266
-
373
-
19 Nusa Tenggara Timur
0
-
6
-
78
-
-
-
-
-
3
-
87
-
20 Kalimantan Barat
-
-
-
-
4
-
-
-
1
-
-
-
5
-
21 Kalimantan Tengah
-
-
-
-
3
-
0
-
-
-
-
-
3
-
22 Kalimantan Selatan
-
-
-
-
3
-
-
-
-
-
-
-
3
-
10 Kep. Riau
23 Kalimantan Timur 24 Sulawesi Utara 25 Sulawesi Tengah 26 Sulawesi Selatan 27 Sulawesi Tenggara 28 Gorontalo
-
-
-
-
18
-
-
-
7
-
16
-
40
-
23
-
6
-
20
-
3
-
50
-
8
-
109
-
-
-
-
-
5
-
3
-
6
-
4
-
18
-
4
-
-
-
5
-
11
-
37
-
-
-
57
-
15
-
-
-
5
-
100
-
83
-
-
-
202
-
3
-
-
-
9
-
-
-
-
-
3
-
14
-
12
-
-
-
25
-
5
-
10
-
4
-
56
-
30 M a l u k u
3
-
-
-
2
-
-
-
6
-
1
-
12
-
31 Maluku Utara
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
32 Papua Barat
-
-
-
-
-
-
-
-
3
-
1
-
4
-
6
-
-
-
8
-
1
-
1
-
4
-
20
-
262
-
210
-
2.586
-
156
0
532
-
1.441
7
5.187
7
29 Sulawesi Barat
33 Papua Jumlah
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
134
Lampiran 24. Perbandingan Luas Serangan OPT Utama pada Tanaman Kacang Tanah Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) Penggerek tongkol No
Provinsi
2012 T
2011 P
T
Penggerek batang Rerata 5 Thn
P
T
P
2012 T
2011 P
T
Rerata 5 Thn P
T
P
1 Pemerintah Aceh
16
-
16
-
21
-
-
-
21
-
90
-
2 Sumatera Utara
10
-
12
-
8
-
-
-
-
-
2
-
3 Sumatera Barat
-
-
-
-
-
-
1
-
1
-
1
-
4 Riau
4
-
11
-
1
-
15
-
14
-
5
-
5 Jambi
2
-
2
-
1
-
1
-
1
-
1
-
6 Sumatera Selatan
0
-
1
-
1
-
12
-
16
-
4
-
7 Bengkulu
0
-
1
-
0
-
-
-
-
-
0
-
8 Lampung
-
-
-
-
1
-
-
-
-
-
-
-
9 Kep.Bangka Belitung
-
-
-
-
0
-
-
-
-
-
-
-
10 Kepulauan Riau
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
11 DKI. Jakarta
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
114
-
35
-
16
-
14
-
23
-
32
-
2
-
50
-
20
-
92
-
140
-
14
-
14 DI. Yogyakarta
17
-
60
-
30
-
-
-
18
-
18
-
15 Jawa Timur
21
-
126
-
17
-
0
-
3
-
5
-
16 Banten
-
-
-
-
24
-
-
-
-
-
18
-
17 Bali
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
18 Nusa Tenggara Barat
10
-
58
-
46
-
64
-
54
-
17
-
19 Nusa Tenggara Timur
0
-
-
-
8
-
6
-
-
-
16
-
20 Kalimantan Barat
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
21 Kalimantan Tengah
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
22 Kalimantan Selatan
-
-
1
-
13
-
-
-
-
-
-
-
23 Kalimantan Timur
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
0
-
23
-
37
0
17
-
6
-
35
-
0
-
25 Sulawesi Tengah
-
-
-
-
0
-
-
-
-
-
3
-
26 Sulawesi Selatan
4
-
106
-
5
-
-
-
-
-
5
-
15
-
57
-
11
-
-
-
-
-
-
-
3
-
2
-
5
-
-
-
-
-
-
-
12
-
-
-
-
-
-
-
22
-
0
-
30 Maluku
3
-
1
-
3
-
-
-
-
-
-
-
31 Maluku Utara
-
-
3
-
1
-
-
-
-
-
-
-
32 Papua Barat
-
-
1
-
-
-
-
-
-
-
-
-
33 Papua
6
-
8
-
3
-
-
-
4
-
1
-
262
-
587
0
253
-
210
-
353
-
231
-
12 Jawa Barat 13 Jawa Tengah
24 Sulawesi Utara
27 Sulawesi Tenggara 28 Gorontalo 29 Sulawesi Barat
Indonesia
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
135
Lanjutan...
Ulat grayak No
Provinsi
2012 T
Lalat bibit
2011 P
T
Rerata 5 Thn P
T
2012
P
T
2011 P
T
Rerata 5 Thn P
T
P
1 Pemerintah Aceh
29
-
20
-
13
-
14
-
43
-
31
-
2 Sumatera Utara
24
-
36
-
29
-
-
-
-
-
1
-
3 Sumatera Barat
33
-
35
-
15
-
-
-
1
-
2
0
4 Riau
29
-
63
-
37
-
8
-
7
-
3
-
5 Jambi
8
-
12
0
18
-
4
0
4
0
5
1
6 Sumatera Selatan
8
-
23
-
27
-
-
-
-
-
1
-
7 Bengkulu
1
-
1
-
5
-
1
-
1
-
1
-
8 Lampung
-
-
3
-
6
-
-
-
-
-
1
-
9 Kep.Bangka Belitung
-
-
-
-
1
-
-
-
-
-
-
-
10 Kepulauan Riau
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
11 DKI. Jakarta
-
-
-
-
0
-
-
-
-
-
-
-
12 Jawa Barat
555
-
405
-
262
-
8
-
-
-
0
-
13 Jawa Tengah
140
-
79
-
198
-
-
-
-
-
1
-
14 DI. Yogyakarta
290
-
265
-
304
-
-
-
-
-
-
-
1.262
-
2.510
-
683
-
-
-
2
-
1
-
16 Banten
4
-
68
-
45
-
-
-
-
-
-
-
17 Bali
2
-
53
-
18
-
-
-
-
-
-
-
18 Nusa Tenggara Barat
18
-
102
-
73
-
-
-
30
-
4
-
19 Nusa Tenggara Timur
78
-
38
-
0
-
-
-
-
-
2
-
20 Kalimantan Barat
4
-
51
-
2
-
-
-
-
-
-
-
21 Kalimantan Tengah
3
-
6
-
4
-
0
-
4
-
5
-
22 Kalimantan Selatan
3
-
1
-
3
-
-
-
-
-
2
-
23 Kalimantan Timur
18
-
16
-
8
-
-
-
-
-
1
-
24 Sulawesi Utara
20
-
58
-
36
-
3
-
1
-
1
-
25 Sulawesi Tengah
5
-
20
-
17
-
3
-
-
-
6
-
26 Sulawesi Selatan
5
-
10
-
12
-
11
-
5
-
2
-
27 Sulawesi Tenggara
5
-
47
-
9
-
100
-
96
-
73
-
28 Gorontalo
9
-
-
-
4
-
-
-
-
-
1
-
25
-
9
-
1
-
5
-
2
-
1
-
30 Maluku
2
-
6
-
10
-
-
-
-
-
0
-
31 Maluku Utara
-
-
14
-
11
-
-
-
-
-
2
0
32 Papua Barat
-
-
0
-
-
-
-
-
-
-
0
-
33 Papua
8
-
6
-
19
-
1
-
9
-
9
0
2.586
-
3.955
0
1.872
-
156
0
202
0
155
1
15 Jawa Timur
29 Sulawesi Barat
Indonesia
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
136
Lanjutan...
Bulai No
Provinsi
2012 T
Tikus
2011 P
T
Rerata 5 Thn P
T
P
2012 T
2011 P
T
Rerata 5 Thn P
T
P
1 Pemerintah Aceh
54
-
67
-
88
-
222
-
568
-
292
-
2 Sumatera Utara
26
-
4
-
9
-
19
-
19
-
26
-
3 Sumatera Barat
0
-
1
-
1
-
12
-
0
-
0
-
4 Riau
3
-
1
-
4
-
6
-
5
-
3
-
5 Jambi
1
-
0
-
0
-
2
-
6
-
4
-
6 Sumatera Selatan
4
-
6
-
1
-
10
-
26
-
4
-
7 Bengkulu
-
-
-
-
0
-
3
-
8
-
12
-
8 Lampung
-
-
2
-
4
-
-
-
3
-
1
-
9 Kep.Bangka Belitung
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
0
-
10 Kepulauan Riau
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
11 DKI. Jakarta
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
122
-
73
-
21
-
592
-
404
-
181
-
13 Jawa Tengah
25
-
85
12
19
-
47
7
79
-
30
-
14 DI. Yogyakarta
37
-
92
-
146
-
82
-
41
-
143
-
15 Jawa Timur
6
-
4
-
1
-
137
-
222
-
62
-
16 Banten
-
-
-
-
-
-
-
-
10
-
20
-
17 Bali
35
-
23
-
3
-
-
-
-
-
-
-
18 Nusa Tenggara Barat
15
-
59
-
39
-
266
-
184
-
55
-
19 Nusa Tenggara Timur
-
-
17
-
31
-
3
-
30
-
15
-
20 Kalimantan Barat
1
-
8
-
1
0
-
-
-
-
-
-
21 Kalimantan Tengah
-
-
1
-
5
-
-
-
-
-
6
-
22 Kalimantan Selatan
-
-
1
-
6
-
-
-
0
-
4
-
23 Kalimantan Timur
7
-
7
-
1
-
16
-
13
-
4
-
50
-
94
-
107
-
8
-
13
-
18
-
25 Sulawesi Tengah
6
-
24
-
75
-
4
-
61
-
50
-
26 Sulawesi Selatan
37
-
71
0
28
-
-
-
10
-
40
-
27 Sulawesi Tenggara
83
-
43
-
31
-
-
-
8
-
10
-
-
-
1
-
11
0
3
-
1
-
4
-
10
-
30
-
6
-
4
-
0
-
0
-
30 Maluku
6
-
-
-
2
-
1
-
5
-
8
-
31 Maluku Utara
-
-
15
-
2
-
-
-
8
-
2
-
32 Papua Barat
3
-
1
-
0
-
1
-
-
-
0
-
33 Papua
1
-
8
-
4
0
4
-
1
-
4
-
532
-
739
12
648
0
1.441
7
1.725
-
999
-
12 Jawa Barat
24 Sulawesi Utara
28 Gorontalo 29 Sulawesi Barat
Indonesia
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
137
Lanjutan...
OPT Utama No
Provinsi
2012 T
1
Pemerintah Aceh
2
2011 P
T
Rerata 5 Thn P
T
P
335
-
735
-
535
-
Sumatera Utara
80
-
70
-
74
-
3
Sumatera Barat
46
-
39
-
19
0
4
Riau
64
-
100
-
53
-
5
Jambi
19
0
26
0
28
1
6
Sumatera Selatan
34
-
72
-
38
-
7
Bengkulu
4
-
10
-
19
-
8
Lampung
-
-
8
-
13
-
9
Kep.Bangka Belitung
-
-
-
-
1
-
10 Kepulauan Riau
-
-
-
-
-
-
11 DKI. Jakarta
-
-
-
-
0
-
1.405
-
940
-
512
-
13 Jawa Tengah
306
7
433
12
282
-
14 DI. Yogyakarta
426
-
476
-
640
-
1.427
-
2.867
-
770
-
4
-
78
-
108
-
37
-
76
-
21
-
18 Nusa Tenggara Barat
373
-
487
-
234
-
19 Nusa Tenggara Timur
87
-
85
-
72
-
20 Kalimantan Barat
5
-
59
-
3
0
21 Kalimantan Tengah
3
-
10
-
20
-
22 Kalimantan Selatan
3
-
3
-
28
-
40
-
36
-
14
-
109
-
237
0
179
-
25 Sulawesi Tengah
18
-
105
-
151
-
26 Sulawesi Selatan
57
-
202
0
93
-
202
-
250
-
133
-
28 Gorontalo
14
-
4
-
25
0
29 Sulawesi Barat
56
-
64
-
8
-
30 Maluku
12
-
11
-
24
-
31 Maluku Utara
-
-
41
-
18
0
32 Papua Barat
4
-
2
-
1
-
20
-
36
-
40
0
5.187
7
7.560
13
4.158
2
12 Jawa Barat
15 Jawa Timur 16 Banten 17 Bali
23 Kalimantan Timur 24 Sulawesi Utara
27 Sulawesi Tenggara
33 Papua Indonesia
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
138
Lampiran 26. Perkembangan Luas Serangan OPT Utama Pada Tanaman Kacang Tanah Tahun 2012, 2011, dan Rerata 5 Tahun (2006-2010) Januari
Februari
Maret
April
T
T
Mei
Juni
Juli
Agustus
September Oktober November Desember
Total
OPT Utama T
P
T
P
P
P
T
P
T
P
T
P
T
P
T
P
T
P
T
P
T
P
T
P
Ulat grayak 2012
32
-
8
-
22
-
45
-
12
-
5
-
13
-
3
-
83
-
13
-
15
-
11
-
262
-
2011
14
-
46
-
48
-
48
-
8
-
29
-
62
-
189
0
39
-
39
-
18
-
47
-
587
0
Rerata
16
-
43
-
8
-
13
-
6
-
23
-
26
-
22
-
32
-
27
-
10
-
27
-
253
-
2012
20
-
5
-
22
-
7
-
12
-
7
-
78
-
41
-
8
-
3
-
6
-
1
-
210
-
2011
-
-
54
-
17
-
8
-
20
-
78
-
7
-
47
-
71
-
4
-
11
-
35
-
353
-
27
-
36
-
23
-
10
-
9
-
23
-
19
-
28
-
22
-
3
-
9
-
22
-
231
-
2012
289
-
377
-
296
-
281
-
186
-
114
-
226
-
144
-
342
-
125
-
101
-
107
-
2.586
-
2011
394
-
313
-
436
-
403
-
337
-
350
0
308
-
523
-
257
-
170
-
234
-
231
-
3.955
0
Rerata
213
-
227
-
153
-
215
-
250
-
101
-
204
-
180
-
90
-
68
-
54
-
117
-
1.872
-
2012
32
0
24
0
17
-
3
-
11
0
25
0
32
0
5
-
4
-
1
-
1
-
1
-
156
0
2011
6
-
28
-
36
-
24
0
11
0
38
0
23
0
9
0
11
0
0
0
9
-
7
-
202
0
Rerata
19
0
43
1
39
-
13
0
8
0
7
-
13
0
5
0
2
0
2
0
1
0
3
0
155
1
2012
86
-
65
-
26
-
65
-
34
-
24
-
32
-
60
-
76
-
28
-
19
-
18
-
532
-
2011
46
-
53
0
64
-
60
-
60
-
75
-
106
12
135
-
29
-
39
-
29
-
43
-
739
12
Rerata
61
-
60
-
86
-
114
-
59
-
43
0
49
0
89
-
28
-
21
0
12
-
26
-
648
0
2012
139
-
191
-
93
-
218
-
108
7
18
-
53
-
78
-
372
-
81
-
60
-
31
-
1.441
7
2011
52
-
196
-
121
-
176
-
175
-
182
-
157
-
174
-
184
-
141
-
58
-
107
-
1.725
-
Rerata
88
-
98
-
104
-
55
-
74
-
80
-
103
-
78
-
89
-
88
-
59
-
84
-
999
-
2012
599
0
671
0
474
-
618
-
362
7
192
0
434
0
331
-
885
-
251
-
201
-
169
-
5.187
7
2011
512
-
691
0
722
-
719
0
612
0
753
0
661
12
1.078
0
591
0
394
0
358
-
470
-
7.560
13
Rerata
424
0
507
1
413
-
420
0
406
0
277
0
414
0
403
0
264
0
208
0
145
0
278
0
4.158
2
Pelipat daun
Rerata Bercak daun coklat
Babi hutan
Tikus
Karat daun
OPT Utama
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
139
Lampiran 26. Luas Pengendalian OPT Utama Pangan Tahun 2012 dan 2011
Padi
Jagung
Kedelai
Kacang Tanah
No.
Tahun
1
2011
1.480.359
21.865
7.606
1.776
1.511.606
2
2012
1.152.798
17.134
7.010
1.184
1.178.126
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
Jumlah
140
Lampiran 27. Luas Pengendalian OPT Utama Padi Tahun 2012 dan 2011 Luas Pengendalian No.
Provinsi
Tahun 2011 PM
Tahun 2012
Pest
CL
Jumlah
248
17.203
8.013
25.464
Jumlah 13.647
1
Pemerintah Aceh
2
Sumatera Utara
-
44.560
11.019
55.578
69.361
3
Sumatera Barat
2.758
5.232
402
8.392
13.124
4
Riau
130
3.248
1.310
4.688
5.226
5
Jambi
6
Sumatera Selatan
7
Bengkulu
419
1.924
905
3.247
3.247
8
Lampung
320
16.169
5.039
21.528
23.840
100
311
69
479
847
3.295
8.245
3.598
15.138
7.932
9
Kep. Bangka Belitung
1
113
6
120
381
10
Kep. Riau
-
-
-
-
-
11
DKI Jakarta
-
262
45
307
311
12
Jawa Barat
114
200.795
255.343
456.252
424.739
13
Jawa Tengah
6.493
309.133
103.826
419.452
380.720
14
DI Yogyakarta
15
Jawa Timur
16
Banten
17
Bali
18
Nusa Tenggara Barat
19
Nusa Tenggara Timur
20
Kalimantan Barat
21
Kalimantan Tengah
22
Kalimantan Selatan
23 24 25
Sulawesi Tengah
4
3.578
26
Sulawesi Selatan
99
33.470
27
Sulawesi Tenggara
1
4.607
28
Gorontalo
-
526
29
Sulawesi Barat
-
30
Maluku
31
Maluku Utara
32 33
1.097
24.397
12.454
37.948
14.841
18.962
266.669
41.980
327.611
143.587
10
6.060
156
6.226
789
153
9.452
341
9.946
5.444
130
8.189
1.146
9.465
6.207
92
2.036
980
3.108
1.292
120
1.804
642
2.565
1.865
-
1.383
703
2.086
3.416
337
5.211
1.889
7.438
7.807
Kalimantan Timur
-
2.489
71
2.559
844
Sulawesi Utara
8
472
46
526
912
408
3.990
1.357
12.779
46.348
6.638
733
5.341
5.454
47
573
1.992
1.894
610
2.505
4.233
5
398
19
422
700
5
300
28
332
268
Papua Barat
-
555
-
555
856
Papua
-
171
-
171
922
34.899
980.855
464.604
1.480.359
1.152.798
Indonesia
Keterangan: PM : Pengendalian secara fisik mekanik Pest : Pengendalian dengan menggunakan pestisida CL : Pengendalian dengan menggunakan cara lain * : Data sementara sampai Bulan Desember 2012 tidak dibedakan menurut cara pengendaliannya (PM, Pest dan CL)
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
141
Lampiran 28. Luas Pengendalian OPT Utama Jagung Tahun 2012 dan 2011 Luas Pengendalian No.
Provinsi
Tahun 2011 PM
Pest
Tahun 2012
CL
Jumlah
Jumlah
1
Pemerintah Aceh
-
116
29
145
77
2
Sumatera Utara
-
774
1.656
2.431
2.106
3
Sumatera Barat
15
6
-
21
52
4
Riau
5
65
3
73
167
5
Jambi
29
10
3
42
57
6
Sumatera Selatan
4
31
2
37
42
7
Bengkulu
-
56
8
64
104
8
Lampung
40
822
391
1.253
2.358
9
Kep. Bangka Belitung
-
3
0
3
5
10
Kep. Riau
-
-
-
-
-
11
DKI Jakarta
-
-
-
-
-
12
Jawa Barat
13
Jawa Tengah
14
DI Yogyakarta
15
Jawa Timur
16
Banten
17
Bali
-
-
-
-
-
18
Nusa Tenggara Barat
5
317
35
357
205
19
Nusa Tenggara Timur
-
63
82
145
4
20
Kalimantan Barat
-
85
5
90
142
21
Kalimantan Tengah
-
31
2
32
41
22
Kalimantan Selatan
-
-
-
-
-
23
Kalimantan Timur
-
-
-
-
359
24
Sulawesi Utara
-
-
-
-
190
25
Sulawesi Tengah
-
67
12
79
30
26
Sulawesi Selatan
94
2.768
626
3.488
863
27
Sulawesi Tenggara
12
447
257
716
132
28
Gorontalo
1
322
54
376
1.983
29
Sulawesi Barat
-
101
27
129
180
30
Maluku
0
21
0
21
34
31
Maluku Utara
-
11
9
21
-
32
Papua Barat
-
6
-
6
9
33
Papua
-
11
-
11
90
718
14.046
7.101
21.865
17.134
Indonesia
-
1.867
1.182
3.049
1.396
93
3.244
1.157
4.493
4.740
-
32
88
120
146
421
2.771
1.472
4.663
1.624
-
-
-
-
-
Keterangan: PM : Pengendalian secara fisik mekanik Pest : Pengendalian dengan menggunakan pestisida CL : Pengendalian dengan menggunakan cara lain * : Data sementara sampai Bulan Desember 2012 tidak dibedakan menurut cara pengendaliannya (PM, Pest dan CL)
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
142
Lampiran 29. Luas Pengendalian OPT Utama Kedelai Tahun 2012 dan 2011 Luas Pengendalian No.
Provinsi
Tahun 2011 PM
1
Pemerintah Aceh
2 3 4 5
Pest
Tahun 2012
CL
Jumlah
Jumlah
22
717
23
762
547
Sumatera Utara
-
1.121
58
1.179
172
Sumatera Barat
4
1
-
5
3
Riau
-
100
1
102
36
Jambi
5
16
1
22
10
6
Sumatera Selatan
-
13
-
13
3
7
Bengkulu
-
-
-
-
-
8
Lampung
-
28
-
28
64
9
Kep. Bangka Belitung
-
-
-
-
-
10
Kep. Riau
-
-
-
-
-
11
DKI Jakarta
-
-
-
-
-
12
Jawa Barat
13
Jawa Tengah
14 15
1
458
175
634
260
12
3.313
94
3.420
4.893
DI Yogyakarta
-
141
15
156
176
Jawa Timur
-
603
382
985
214
16
Banten
-
-
-
-
-
17
Bali
-
90
-
90
4
18
Nusa Tenggara Barat
-
93
-
93
302
19
Nusa Tenggara Timur
-
-
-
-
-
20
Kalimantan Barat
-
3
-
3
17
21
Kalimantan Tengah
-
-
-
-
-
22
Kalimantan Selatan
-
-
-
-
-
23
Kalimantan Timur
-
-
-
-
-
24
Sulawesi Utara
-
-
-
-
-
25
Sulawesi Tengah
-
4
-
4
74
26
Sulawesi Selatan
-
36
-
36
54
27
Sulawesi Tenggara
-
13
6
19
17
28
Gorontalo
-
-
-
-
7
29
Sulawesi Barat
-
0
-
0
3
30
Maluku
-
-
-
-
-
31
Maluku Utara
-
20
-
20
-
32
Papua Barat
-
20
-
20
113
33
Papua Indonesia
-
17
-
17
43
44
6.807
755
7.606
7.010
Keterangan: PM : Pengendalian secara fisik mekanik Pest : Pengendalian dengan menggunakan pestisida CL : Pengendalian dengan menggunakan cara lain * : Data sementara sampai Bulan Desember 2012 tidak dibedakan menurut cara pengendaliannya (PM, Pest dan CL)
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
143
Lampiran 30. Luas Pengendalian OPT Utama Kacang Tanah Tahun 2012 dan 2011 Luas Pengendalian No.
Provinsi
Tahun 2011 PM
Pest
Tahun 2012
CL
Jumlah
Jumlah
1
Pemerintah Aceh
-
10
160
170
6
2
Sumatera Utara
-
32
58
91
50
3
Sumatera Barat
3
8
1
12
45
4
Riau
-
26
2
28
41
5
Jambi
6
3
2
11
9
6
Sumatera Selatan
-
3
-
3
2
7
Bengkulu
-
2
1
3
2
8
Lampung
-
2
-
2
-
9
Kep. Bangka Belitung
-
0
-
0
5
10
Kep. Riau
-
-
-
-
-
11
DKI Jakarta
-
-
-
-
-
12
Jawa Barat
-
265
198
463
307
13
Jawa Tengah
-
168
30
198
60
14
DI Yogyakarta
-
106
133
239
227
15
Jawa Timur
332
62
44
438
222
16
Banten
-
10
-
10
1
17
Bali
-
-
-
-
1
18
Nusa Tenggara Barat
-
36
8
44
115
19
Nusa Tenggara Timur
-
18
-
18
4
20
Kalimantan Barat
-
-
-
-
11
21
Kalimantan Tengah
-
-
-
-
-
22
Kalimantan Selatan
-
-
-
-
-
23
Kalimantan Timur
-
-
-
-
17
24
Sulawesi Utara
-
-
-
-
11
25
Sulawesi Tengah
-
-
2
2
1
26
Sulawesi Selatan
-
15
4
19
30
27
Sulawesi Tenggara
-
10
10
20
3
28
Gorontalo
-
-
-
-
9
29
Sulawesi Barat
-
5
1
6
-
30
Maluku
-
-
-
-
-
31
Maluku Utara
-
-
-
-
-
32
Papua Barat
-
-
-
-
1
33
Papua
-
0
-
0
6
341
782
653
1.776
1.184
Indonesia
Keterangan: PM : Pengendalian secara fisik mekanik Pest : Pengendalian dengan menggunakan pestisida CL : Pengendalian dengan menggunakan cara lain * : Data sementara sampai Bulan Desember 2012 tidak dibedakan menurut cara pengendaliannya (PM, Pest dan CL)
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
144
Lampiran 31.
Rencana dan Realisasi SLPHT Tahun 2012
SLPHT Kelompok (Unit) No
Propinsi
Target
Realisasi
SLPHT Tindak Lanjut (Unit)
%
Target
Realisasi
%
Total Jumlah SLPHT(Unit) Target
%
1 Pemerintah Aceh
82
82
100
-
-
82
82
100,00
2 Sumatera Utara
88
88
100
22
22
100
110
110
100,00
3 Sumatera Barat
61
61
100
15
15
100
76
76
100,00
4 Riau
24
15
63
6
4
67
30
19
63,33
5 Jambi
36
35
97
8
8
100
44
43
97,73
6 Sumatera Selatan
52
52
100
13
13
100
65
65
100,00
7 Bengkulu
24
24
100
5
5
100
29
29
100,00
8 Lampung
52
52
100
13
13
100
65
65
100,00
9 Kep. Bangka Belitung
12
12
100
3
3
100
15
15
100,00
10 Kep. Riau
-
-
-
-
-
-
-
-
11 DKI Jakarta
3
3
100
-
-
-
3
3
100,00
12 Jawa Barat
144
144
100
35
35
100
179
179
100,00
13 Jawa Tengah
139
139
100
34
34
100
173
173
100,00
31
31
100
7
7
100
38
38
100,00
15 Jawa Timur
152
152
100
38
38
100
190
190
100,00
16 B a n t e n
44
44
100
11
11
100
55
55
100,00
17 B a l i
46
46
100
11
11
100
57
57
100,00
18 Nusa Tenggara Barat
42
42
100
10
10
100
52
52
100,00
19 Nusa Tenggara Timur
44
44
100
10
10
100
54
54
100,00
20 Kalimantan Barat
55
55
100
-
-
-
55
55
100,00
21 Kalimantan Tengah
24
24
100
6
6
100
30
30
100,00
22 Kalimantan Selatan
61
61
100
15
15
100
76
76
100,00
23 Kalimantan Timur
32
32
100
7
7
100
39
39
100,00
24 Sulawesi Utara
39
39
100
9
9
100
48
48
100,00
25 Sulawesi Tengah
56
56
100
-
-
-
56
56
100,00
26 Sulawesi Selatan
84
84
100
20
20
100
104
104
100,00
27 Sulawesi Tenggara
40
40
100
10
10
100
50
50
100,00
28 Gorontalo
34
34
100
8
8
100
42
42
100,00
29 Sulawesi Barat
28
25
89
5
8
160
33
33
100,00
30 Maluku
21
25
119
5
1
20
26
26
100,00
31 Maluku Utara
20
20
100
5
5
100
25
25
100,00
32 Papua
29
28
97
-
-
-
29
28
96,55
33 Papua Barat
16
16
100
4
4
100
20
20
100,00
1.615
1.605
99,38
335
332
99,10
1.950
1.937
99,33
14 DI. Yogyakarta
Jumlah
-
Realisasi
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
-
145
Lampiran 32. Rencana dan Realisasi SLI Tahun 2012 No.
Provinsi
Rencana (unit)
Realisasi (unit)
% Capaian
1
Pemerintah Aceh
6
6
100
2
Sumatera Utara
7
7
100
3
Sumatera Barat
4
4
100
4
Riau
2
2
100
5
Jambi
2
2
100
6
Sumatera Selatan
4
4
100
7
Bengkulu
2
2
100
8
Lampung
3
3
100
9
Bangka Belitung
0
0
0
10
Kepulauan Riau
0
0
0
11
DKI Jakarta
0
0
0
12
Jawa Barat
14
14
100
13
Jawa Tengah
18
18
100
14
D.I. Yogyakarta
3
3
100
15
Jawa Timur
16
16
100
16
Banten
3
3
100
17
Bali
1
1
100
18
Nusa Tenggara Barat
5
5
100
19
Nusa Tenggara Timur
3
3
100
20
Kalimantan Barat
3
3
100
21
Kalimantan Tengah
3
3
100
22
Kalimantan Timur
2
2
100
23
Kalimantan Selatan
7
7
100
24
Sulawesi Utara
2
2
100
25
Sulawesi Tengah
2
2
100
26
Sulawesi Selatan
9
9
100
27
Sulawesi Tenggara
2
2
100
28
Gorontalo
2
2
100
29
Sulawesi Barat
1
1
0
30
Maluku
1
1
100
31
Maluku Utara
1
1
100
32
Papua
1
1
100
33
Papua Barat
1
1
100
130
130
100
Jumlah
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
146
Lampiran 33. Alokasi Bantuan Sarana Pengendali OPT APBN-P Tahun 2012 PADAT No
PROVINSI
PADI Satuan Vol
CAIR
JAGUNG Satuan Ukur
Vol
Satuan
Ukur
Satuan
Ukur
Vol
KEDELAI
Satuan
Ukur
Kg
Vol 3.040
Satuan Ukur
Ukur
Sumatera Utara
2.360
Kg
3
Sumatera Barat
500
Kg
500 Kg/ltr
4
Riau
3.000
Kg
3.000 Kg/ltr
5
Jambi
3.000
Kg
6
Sumatera Selatan
2.060
Kg
7
Bengkulu
3.000
Kg
8
Lampung
3.920
Kg
4.194
Kg
444
Kg
2.900
Ltr
18.159
Ltr
380
Ltr
29.997 Kg/ltr
9
Jawa Barat
56.213
Kg
4.100
Kg
4.854
Kg
17.025
Ltr
8.520
Ltr
3.463
Ltr
94.175 Kg/ltr
10
Jawa Tengah
33.720
Kg
7.300
Kg
9.050
Kg
8.400
Ltr
14.005
Ltr
11.279
Ltr
83.754 Kg/ltr
11
DI Yogyakarta
700
Kg
2.521
Kg
907
Ltr
4.128 Kg/ltr
12
Jawa Timur
27.753
Kg
15.391
Kg
15.750
Ltr
127.608 Kg/ltr
13
Banten
1.420
Kg
14
Bali
300
Kg
15
Nusa Tenggara Barat
1.260
Kg
16
Nusa Tenggara Timur
17
Kalimantan Barat
800
Kg
18
Kalimantan Tengah
160
Kg
360
Ltr
520 Kg/ltr
19
Kalimantan Selatan
1.380
Kg
360
Ltr
1.740 Kg/ltr
20
Sulawesi Utara
21
Sulawesi Selatan
12.480
Kg
22
Sulawesi Tengah
140
Kg
23
Sulawesi Tenggara
260
Kg
24
Gorontalo
25
Sulawesi Barat
Ltr
Kg
57.799 Kg/ltr 3.960 Kg/ltr
265 1.200
Ltr
Vol
2
140
24.540
Satuan
Ukur
Kg
1.600
Ltr
Vol
JUMLAH
2.260
Kg
27.180
JAGUNG
Pemerintah Aceh
156.686
Kg
Vol
PADI
1
Jumlah
779
KEDELAI
Ltr
3.405 Kg/ltr
Ltr
3.260 Kg/ltr 3.000 Kg/ltr
21.000
Kg
13.800
Ltr
500
Ltr
33.914
Ltr
1.920 Kg/ltr 300 Kg/ltr
1.100
Kg
4.900 450
2.280
Ltr
Kg
19.158
Ltr
24.058 Kg/ltr
Kg
3.903
Ltr
5.153 Kg/ltr
1.850
Kg
7.100
Kg
20.400
Kg
420
Kg
1.072
Kg
1.400
4.800
400
Ltr
Ltr
4.260
Ltr
19.540
Ltr
8.310
Ltr
34.750 Kg/ltr
6.110 Kg/ltr 1.020
Ltr
45.360 Kg/ltr
660
Ltr
1.872 Kg/ltr
Ltr
660 Kg/ltr
1.400
Kg
2.980
Ltr
4.380 Kg/ltr
140
Kg
380
Ltr
520 Kg/ltr
54.453
Kg
130.404
Ltr
81.332
Kg
52.745
Ltr
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
66.309
Ltr
541.929 Kg/ltr
147
Lampiran 34. Alokasi Bantuan Sarana Pengendali OPT APBN-P Tahun 2012 (Seed Treatment)
No
Provinsi
Padi
Jagung
Kedelai
Jumlah
Satuan
Satuan
Satuan
Satuan
Volume Ukur Volume Ukur Volume Ukur Volume Ukur 1
Pemerintah Aceh
40
Kg
2
Sumatera Utara
180
3
Sumatera Selatan
4
Lampung
5
1.560
Kg
Kg
180
Kg
100
Kg
100
Kg
180
Kg
2.100
Kg
20
Kg
2.300
Kg
Jawa Barat
6.787
Kg
8.880
Kg
360
Kg
16.027
Kg
6
Jawa Tengah
3.400
Kg
1.760
Kg
500
Kg
5.660
Kg
7
DI Yogyakarta
40
Kg
246
Kg
286
Kg
8
Jawa Timur
3.900
Kg
800
Kg
34.400
Kg
9
Banten
100
Kg
100
Kg
120
Kg
1.620
Kg
10 Nusa Tenggara Barat
220
29.700
Kg
Kg
1.300
1.500
Kg
Kg
11 Nusa Tenggara Timur
1.700
Kg
1.700
Kg
12 Kalimantan Barat
1.420
Kg
1.420
Kg
13 Kalimantan Tengah
20
Kg
20
Kg
14 Kalimantan Selatan
50
Kg
50
Kg
1.840
Kg
15 Sulawesi Utara
1.840
16 Sulawesi Tengah
20
Kg
17 Sulawesi Selatan
500
Kg
40
Kg
18 Sulawesi Tenggara 19 Gorontalo Jumlah
15.477
Kg
2.240
Kg
Kg
620
Kg
50.480
Kg
40
Kg
60
Kg
60
Kg
2.800
Kg
40
Kg
620
Kg
70.783
Kg
4.826
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
Kg
148
Lampiran 35. Alokasi Bantuan Sarana Pengamatan dan Pengendalian Light Trap (LT) Tahun 2012 No
Provinsi
Jumlah (Unit)
1
Pemerintah Aceh
160
2
Sumatera Utara
38
3
Sumatera Barat
18
4
Riau
17
5
Jambi
16
6
Sumatera Selatan
88
7
Bengkulu
24
8
Lampung
169
9
Kep. Bangka Belitung
0
10
Kep. Riau
0
11
DKI Jakarta
0
12
Jawa Barat
1716
13
Jawa Tengah
1464
14
DI Yogyakarta
118
15
Jawa Timur
1338
16
Banten
349
17
Bali
102
18
Nusa Tenggara Barat
77
19
Nusa Tenggara Timur
121
20
Kalimantan Barat
119
21
Kalimantan Tengah
62
22
Kalimantan Selatan
41
23
Kalimantan Timur
57
24
Sulawesi Utara
52
25
Sulawesi Tengah
131
26
Sulawesi Selatan
496
27
Sulawesi Tenggara
140
28
Gorontalo
25
29
Sulawesi Barat
62
30
Maluku
0
31
Maluku Utara
0
32
Papua Barat
0
33
Papua
0 Jumlah
7000
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
149
Lampiran 36. ALOKASI BANTUAN PENANGGULANGAN PADI PUSO (BP-3) TAHUN 2012 (berdasarkan Luas Puso)
No 1
Provinsi Pemerintah Aceh
Kab/Kodya
Luas Padi Puso (Ha)
Aceh Besar
2.152,00
Subulussalam
217,00
Pidie
1.175,00
Bireuen
850,00
Aceh Timur
1.790,00
Aceh Besar
335,00 Jumlah
2
Sumatera Utara
Tapanuli Utara
161,50
Padang Lawas Utara
395,00
Jumlah 3
Sumatera Barat
28,25
Pasaman Barat
14,50 9,00
Pesisir Selatan
37,30
Padang Pariaman
6,00
Sijunjung
50,25 Jumlah
Riau
556,50
Padang
Tn Datar
4
6.519,00
Siak
145,30 130,00
Jumlah
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
130,00
150
Lanjutan.....
No 5
Provinsi Jambi
Kab/Kodya
Luas Padi Puso (Ha)
Tanjung Jabung Timur
329,50
Kerinci
198,95
Kerinci
37,25
Sungai Penuh
149,79
Batanghari
226,00
Jambi
1,00 Jumlah
6
Lampung
Pesawaran
570,25
Lampung Barat
786,50 Jumlah
7
Banten
942,49
1.356,75
Kota Serang
1.121,48
Padeglang
3.960,00
Lebak
2.477,79
Tangerang
954,76
Serang
1.865,50 Jumlah
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
10.379,53
151
Lanjutan.....
No 8
Provinsi Jawa Tengah
Kab/Kodya
Luas Padi Puso (Ha)
Tegal
601,00
Purbalingga
229,00
Pemalang
1.083,00
Brebes
69,00
Sragen
215,00
Sukoharjo
153,00 Jumlah
9
DIY
Kulonprogo
121,00
Gunung Kidul
49,40
Bantul
60,00 Jumlah
10
Bali
2.350,00
230,40
Buleleng
19,00
Jembrana
17,00
Klungkung
83,00
Tabanan
30,13
Badung
7,51 Jumlah
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
156,64
152
Lanjutan.....
No 11
Provinsi Nusa Tenggara Barat
Kab/Kodya
Luas Padi Puso (Ha)
Sumbawa
262,00
Bima
479,00
Sumbawa Barat
31,65 Jumlah
12
Kalimantan Tengah
Barito Selatan
51,00 Jumlah
13
Kalimantan Selatan
Banjar
Kalimantan Timur
Paser
147,70
Palaran
26,50 Jumlah
Sulawesi Tengah
Parigi mauotong
Sulawesi Selatan
190,70 215,00
Jumlah 16
155,50 16,50
Samarina
15
51,00 155,50
Jumlah 14
772,65
215,00
Soppeng
585,00
Enrekang
29,72
Jeneponto
85,00
Sidrap
1.716,52
Luwu
90,00 Jumlah
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
2.506,24
153
Lanjutan.....
Laporan Tahunan Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Tahun 2012
154
155