PEDOIHAN E J A A N B A H A S A D A E R A H B A L I . J A W / l , DAN SUNDA YANG D I S E M P U R N A K A N
-------------------------------------------------------------------------------------,
H
A
D
I
A
H
PUSAT PEMBiNAAN B A * KM BEU BAKG a N BAHASA
j
V ^
c . /J p
PEDOMAN EJAAN BAHASA DAERAH BALI JAWA.DAN SUNDA YANG DISEMPURNAKAN
PUSAT PEMBINA AN DAN PENGENIBANGAN BAHASA D E P A R T E M E N PENDIDIKAN DAN K E B U D A Y A A N JAKARTA 1976
PERPUSTAKAAN f a k u l t a s -s a s t r a
u j
.
FaK.
Taaggal:
No.
S aSTRa
D A F T A R
ISI
H alam an I. II. III.
PRA K A TA
7
KEPUTUSAN M ENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK IN D O N ESIA
8
PEDOMAN EJA A N BAHASA DAERAH 1.
Pedom an Ejaan Bahasa Bali yang D isem pum akan ............
9
2.
Pedom an Ejaan Bahasa Jaw a yang D ise m p u m a k a n ............
11
3.
Pedom an Ejaan Bahasa Sunda yang D is e m p u m a k a n .........
43
P R A K
A T A
Bahasa daerah adalah salah satu unsur kebudayaan nasional yang dilindurigi negara, sesuai dengan bunyi Penjelasan Pasal 36, Bab XV, Undang-Undang Dasar 1945. Sejalan dengan itu bahasa daerah perlu dipelihara dan dikembangkan; dan salah satu usaha yang dapat dij^lankan ialah penataan kembali ejaan bahasa daerah-dalam hal ini bahasa Bali, Jawa, dan Sunda. Penyem pum aan ejaan bahasa Indonesia pada tahun 1972 telah mendorong m asyarakat untuk menyesuaikan ejaan bahasa Bali, Jawa, dan Sunda dengan ejaan bahasa Indonesia yang disem pum akan. Pada tanggal 2 0 -2 3 November 1972 di Bandung, Balai Pendidikan G um bekeija sama dengan Lembaga Bahasa Nasional mengadakan Loka Karya Ejaan Bahasa Sunda. Menyusul di Denpasar, pada tanggal 12-13 Januari, Lembaga Bahasa Nasional Cabang Singaraja bekeija sama dengan Fakultas Sastra Universitas Udayana mengadakan Loka Karya Penye-
suaian Ejaan Bahasa Bali dengan H uruf Latin ke da lam Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempumakan. Kemudian Lembaga Bahasa Nasional Cabang Y ogyakarta bekerja sama dengan Fakultas Sastra dan Kebudayaan Universitas Gajah Mada, F K SS-IK IP Y ogyakarta, dan Perwakilan D epartem en Pendidikan dan Kebudayaan menyelenggarakan Sarasehan Ejaan Bahasa Jawa. Akhirnya, Lembaga Bahasa Nasional (kini bem am a: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa) m em pertem ukan wakil-wakil peserta dari ketiga daerah -B ali, Jawa dan Sunda- dalam Loka Karya Ejaan Bahasa Daerah pada tanggal 22-23 Maret 1973 di Jakarta. Pertem uan tersebut menghasilkan naskah ”Pedoman Ejaan Bahasa Daerah Bali, Jawa dan Sunda Yang Di sem pum akan” , yang kemudian ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 070/U /1974 sebagai pedom an resmi yang berlaku u n tu k ketiga bahasa daerah itu. Semoga penerbitan Pedoman Ejaan Bahasa Daerah Bali, Jawa dan Sunda yang Disempumakan yang dibiayai Proyek Pengembangan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah ini berm anfaat bagi masyarakat.
PROYEK PENGEMBANGAN BAHASA DAN SASTRA IN D O N ESIA ^A N DAERAH
L9
KEPUTUSAN M ENTERIPENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA No. 070/U /1974 tentang Peresmian Beriakunya ’’Ejaan Bahasa Daerah Bali, Jawa, dan Sunda yang Disempumakan” MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan lebih lanjut ’’Ejaan Bahasa Indonesia yang Disem pum akan” maka perlu meresmikan beriakunya ’’Ejaan Bahasa Daerah Bali, Jawa, dan Sunda yang Disempuma kan” . Mengingat: Keputusan Presiden Republik Indonesia:
Mendengar:
1. 2. 3.
No. 52 tahun 1972; No. 9 tahun 1973; No. 6 /M tahun 1974.
1. 2.
Pertimbangan Menteri Dalam Negeri; Direktur Jenderal Kebudayan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. MEMUTUSKAN
Menetapkan: Pertam a : Meresmikan beriakunya ’’Ejaan Bahasa Daerah Bali, Jawa, dan Sunda yang Disem pum akan” sebagaimana tersebut dalam Lampiran Keputusan ini. Kedua
Pelaksanaan lebih lanjut dari pada Keputusan ini akan diatur oleh Direktur Jenderal Kebudayaan setelah berkonsultasi dengan D irektur Jenderal yang bersangkutan dalam lingkungan Depar temen Pendidikan dan Kebudayaan.
Ketiga
Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. D itetapkan di : Jakarta pada tanggal' : 18 Maret 1974 MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN ttd . I (Sjarif Thajeb)
1 PEDOMAN EJAAN BAHASA BALI YANG DISEMPURNAKAN
Abjad H uruf-huruf yang digunakan dalam bahasa Bali serta nama-namanya ialah: Huruf
Ucapan
H uruf
Ucapan
A a B b C c D d E e F f G g H h I i
a be ce de e ef ge ha i je ka el em
N n 0 o P p
en o pe ki er es te u fe we eks ye zet
J j K k L 1 M m
Q q R r S s T t U u V v W w X x Y y Z z
Vokal a.
Yang tidak berubah: adi emas ilut olas ulam
a e i 0
u b.
suba bibi m ako balu
Yang berubah:
Yang disempumakan
Lama e erang
e erang
sela
Catatan Tanda diakritik
sela
/ digunakan untuk kepentingan pengajaran dan per-
kamusan. Konsonan a.
abas sela idih m okoh taluh
Yang tidak berubah:
bani dui gugu Hyang kajang lepas mani nika nged paksa rame sira tampi wek
b d g h k 1
m n
ng P r s t w b.
babad didih begal sahasa ikuh aled jemak manis sanget sampat sirah pisang santer bawak
saab udud uug taluh getok punggel selem adan bang genep anyar pipis pragat
Y angberubah: Yang disempumakan
Lama dj j nj tj
djani paju manji tjaling
j
y ny c
jani payu manyi caling
Catatan Huruf-huruf f, kh, q, sy, v, x , dan z dipergunakan dalam bahasa Bali untuk menuliskan kata-kata asing yang belum terserap sepenuhnya.
4.
Nama diri Penulisan nama orang, badan hukum , sungai, gunung, jalan, dan sebagainya hendaknya disesuaikan dengan ejaan bahasa Bali yang disempumakan, kecuali bila ada pertimbangan-pertimbangan khusus dari segi hukum , tradisi, atau sejarah.
Kata dasar a.
Kata yang berupa kata dasar masing-masing ditulis sebagai kesatuan.
satu
Titiang mangkin jagi budal. Kantor pajeg punika ageng pisan. b. Bunyi /a / pada suku akhir kata dasar ditulis dengan a. bapa punika c.
bukan bukan
bape punike
Bunyi /a / pada suku awal kata dasar yang bersuku dua m aupun tiga, ditulis dengan e. (i)
dua suku meka kema sema sekar
00
d.
tiga suku Lama
Barn
sagara nagara sakala
segara negara sekala
Bunyi /h / pada awal dan tengah-tengah kata yang tidak terucapkan, tidak dituliskan.
0)
pada awal kata ujan utang itung anget
bukan bukan bukan bukan
hujan hutang hitung hanget
pada tengah-tengah kata siung tiing luu paa daa sekaa
bukan bukan bukan bukan bukan bukan
sihung tihing luhu paha daha sekaha
Bunyi /li/ yang masih terucapkan baik pada awal, tengah-tenijah m aupun akhir kata. dituliskan. (i)
pada awal kata Hyang Narada Harimurti
(ii)
(iii)
pada tengah-tengah kata sahasa rahayu maha pada akhir kata amah umah ger.ah
Konsonan rangkap dalam kata-kata bahasa asing dituliskan dengan satu huruf. cita yuda utam a ica .
.
bukan bukan bukan bukan
citta yuddha uttam a iccha
Bunyi /ny/ diikuti oleh bunyi /c/ dan /j/ditulishany a dengan nsaja. sanja pancing
bukan bukan
sanyja panycing
Kate jadian a.
Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata di.sarnya. kajagur majaguran sinander dumadi bapanne bapane Arinida
b.
Awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau m endahuluinya, kalau bentuk dasarnya berupa gabungan kata.
m atundun sambuk uyak cicinganga c.
Kalau bentuk dasar berupa gabungan kata dan sekaligus m endapat awalan dan akhiran, maka kata-kata itu ditulis serangkai. kajananuragan
d.
Kalau salah satu unsur gabungan kata khusus dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai. prakarya swakarya
Catatan Awalan ka,m a, maka, kuma, pra, dan lain sebagainya yang dalam aksara Bali ditulis dengan aksara legena, ditulis dengan mempergunakan a. katulis majalan paileh prajani
bukan bukan bukan bukan
ketulis mejalan peileh prejani
Tetapi kata-kala reduplikasi tidak ditulis dengan a, seperti: tetajen sesate
bukan bukan
tatajen sasate
Berhubung dengan pengueapan maka e pada sisipan el dan er dihilangkan. gigi + er = gerigi ditulis grigi tapak + el = telapak ditulis tla p a k ' Kata-kata yang niemang mengandung bunyi kluster adalah: mantra tidak boleh ditulis mantera caplok tidak boleh ditulis capelok
Kata ulang Kata ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung. putih-putih sasida-sidaan kitak-kituk rlengak-dengok aii-ali kupu-kupu
4.
Kata majemuk Bagian-bagian yang lazim disebut kata majemuk ditulis terpisah. kacang lindung jaja uli peteng dedet Kecuali dalam kata-kata yang sudah lazim ditulis serangkai seperti: jebugarum matanai nagasari
5.
Kata depan dan kata sandang Kata depan dan kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. (i)
kata depan ka carik ka Singaraja ka arep di uma di t)enpasar di subanne i tuni ri sedek ring Bedugul ba duur ba daja
(ii) kata sandang I Dart?. Ni Sari i bapa i punyan kayu i keker
Catatan Kata depan ka dan ba yang dalam huruf Bali ditulis dengan aksara legena ditulis dengan a. ’ 6.
Kata penegas
Kata penegas ditulis terpisah dari kata yang di depannya. Kija ia lakuna? Mai ja malu! Apa sih gaena di Bedugul? Ia ko ngelah pipis Apa ke ento? Kenken ke ene? Ida, ipun, nya, nyane, ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya bila m enyatakan kepunyaan. rainida tegesipun bagusnya bagusnyane
H uruf besar Hurui besar dipakai sebagai huruf pertama: a.
kata pertam a suatu kalimat. Bapa mara teka.
b.
suatu ku tip an langsung. Ida Pranda m ataken, ’’Pidan cening m ulih?”
c.
nama diri atau kata yang dipakai sebagai nama diri. (Bila nama diri disusun oleh lebih dari satu kata, maka tiap kata mulai dengan huruf besar.) Danghyang Nirarta Propesor Mantra Dewan Perwakilan Rakyat
d.
kata yang mengandung arti keagamaan Hindu ditulis m enurut aslinya. Om Swastyastu! Om Canti, £ a n ti? Qanti!
Huruf miring Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk: a. menuliskan nama buku, majalah dan surat kabar, yang dikutip dalam karangan. Lontar Negarakertagama kakawi oleh Prapanca. b. menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok Aksara pengawit ring kruna arit inggih punika a. c. ncnuliskan kata atau ungkapan asing yang belum terserap sepenuhnya dalam bahasa Bali. (Iivitl“ e l im p r r o W e lta m rh d m u u :
Catatan Dalam tulisan tangan atau ketikan. kata atau kata-kata yang akan dicetak miring diberi satu garis di bawahnya.
Tanda-tanda baca yang berikut dan h u ru f yang mengikutinya dipisahkan oleh satu spasi: . . .)
Tandu-tanda baca yang berikui dipisalikan satu spasi dari h u ruf atau tanda baca yang mendahuluinya: (. . .
”...
Titik ( . ) a.
mengakhiri kalimat yang bukan pertanyaan atau senjan. I bapa nongos di Bandung.
b.
dipakai di belakang singkatan nama orang. W. Gobiah Gd. Sura Pt. Tirta
c.
dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, dan daftar. (Lihat juga pemakaian tanda kurung.) Gending-punika wonten: A. B. C. D.
d.
Sekar Rare Sekar Alit Sekar Madia Sekar Ageng
dipakai di belakang singkatan nama gelar, pangkat, jabatan. instansi. dan sapaan. A. A. I. Gst.
I Dw. e.
dipakai di belakang singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum. msl. m iw ah sane lian-lianan
f.
dipakai dalam bilangan untu k memisahkan angka ribuan, jutaan, dan seterusnya, kecuali dalam angka taliun dan nomor (haiaman mobil, te lep o n dll.) . . D alam m e n y eb u tk a n w ak tu , tanda titik m em isahkan angka jam dari
angka m enitnya. 1.966 1.966.111.966 1.945 lembar jam 19.45 g.
tidak dipakai dalam singkatan yang ditulis dengan huruf besar. MPR PSSI SMP UUD ABRI
h.
i.
tidak dipakai dalam akronim. Deppen Hankam Reskrim Sekjen Tritura tidak dipakai dalam singkatan lambang kimia, takaran, timbangan, dan m ata uang.
satuan ukuran,
CU cm kg Rp
j.
tidak dipakai di belakang judul (buku, karangan, berita, dan bab.) Jayaprana Sampik Ingtai 1 Bawang teken 1 Kesuna
^
Tetapi: Tiang suba maca satua Pan Balang Tamak. k.
dalam surat-m enyurat tidak dipakai di belakang tanggal, nama, dan alam at yang tidak menjadi bagian kalimat.
Denpasar, 17 Mei 1973
K a tu r ring beli M d. Subaga Jalan C em paka 5 D enpasar T etap i: Beli M d. Subaga ring Jalan C em p ak a 5, D enpasar.
K om a (
, )
a.
dipakai di a'ntara u n su r-u n su r dalam su atu p em erin cian atau pem bilangan.
b.
m en ceraik an anak k alim at, b aik pen g h u b u n g m au p u n yang tid ak . Tiang je m e t, nanging belog. L am u n m ales, m usti belog.
c.
m enceraikan k u tip an langsung d ari bagian lain dalam kalim at.
Tiang ka p eken m eli siap, baas, te k e n lak ar basa. y ang
d iran gkaikan
oleh k a ta
I m em e ngom ong, ” A deng-adeng an ake m ajala n .” d.
dipakai di antara (i) nam a dan alam at. (ii) bagian-bagian alam at, (iii) tem p at dan tanggal, yang ditulis sebaris. G uru SPG N egeri, Jalan K am b o ja, D enpasar Singaraja, 2 Mei 1971
e.
m enceraikan bagian nam a yang dibalik susunannya dalam d a tta r p ustaka. T isna, A. A. P andji, I Sw asta setahun d i B edahulu, Ja k a rta . Balai P ustaka, 1938.
f.
dipakai di antara nam a tem p at p e n e rb ita n , nam a p e n e rb it, dan ta h u n te rb it. (L ihat c o n to h pada e.)
g.
dipakai di an tara nam a orang dan gelar akadem is yang m en g ik u tin y a, u n tu k m em b ed ak an n y a dari singkatan nam a keluarga atau m arga. Made A staw a, S.H. T etap i: Wayan Sim pen AB.
h.
dipakai di m u k a angka p ersep u lu h an d an di antara ru p iah dan sen dalam bilangan. 12.54 m Rp 12,50
3.
T itik koma ( ; ) Titik kom a memisahkan bagian-bagian kalimat, jika dalam bagian-bagian kalimat itu sudah ada koma. Hasil gumine ento magenepan luire: teh lan kopi; emas, perak, lan tembaga; celeng lan sampi.
4.
Titik dua ( : ) a.
dipakai sebagai pengantar suatu daftar, rangkaian, pemerincian, dan penunjukan. Ane perluang jani: kertas, tinta, lan pen. K etua sidang: Ny. A. Hendrato.
b.
dipakai di antara: (i) jilid, atau nom or dan halaman, (ii) bab dan ayat dalam kitab-kitab suci, atau (iii)judul dan anak judul suatu karangan. Tem po, I (1971), 3 4 :7 Bhagawad Cita: 9 Karangane, Sendratari Ramayana: Analisa Estetis, sampun katerbitang.
c.
dipakai di antara bagian yang menu.njukkan pembicara dan apa yang diucapkannya dalam percakapan. I Darta: ’’Jemakang bukune ento Dra!” I Madra: ”N e”
5.
T andahubungf - ) a.
m enyam bung suku-suku kata dasar yang terpisah pergantian baris. I Belog luas memancing ngaba bekel nasi.
b.
m enyam bung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris. I Belog maPancingmancing. ne mapales dawa.
c.
menyambung unsur-unsur kata ulang. dawa-dawa mlali-lali
d.
m enyam bung bagian-bagian tanggal. 4-7-1935
6.
Tanda pisah ( a.
)
membaiasi penyisipan kata, kelompok kata, atau anak kalimat yang
m em beri penjelasan khusus. Buku Bhagawad Gita p u n ik a—sam pun paean titiang w iakti becik pisan p a tu t kaanggen sesuluh u m at H indu.
7.
b.
m enegaskan adanya aposisi alau penjelasan lainnya. Pak Ngurah R ai—pejuang Bali p u n ik a—sam pun seda.
c.
dipakai di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti sampai dengan aiau di antara dua nam a kota yang berarti ke, sampai. 1 9 1 0 -1 9 4 5 D enpasar—Singaraja
Tanda elipsis ( . . . ) a.
menggam barkan kalim at yang terputus-putus. Yen keneh-kenehang . . . . beneh saja buka ajar an Budhane . . . . idupe ene sengsara.
b.
m enunjukkan baliwa dalam suatu petikan ada bagian yang diliilangkan. ’’Caranne ngilangang kasengsaran idupe en to ada a k u tu sliu n n e : m akeneh ane beneh . . . m sl.”
8.
Tanda tanya ( ? ) a.
m enunjukkan pertanyaan yang m engharapkan jaw aban atau yang bersifat retoris. Wau rauh?
b.
bila ditaruh dalam tanda kurung m enunjukkan ucapan yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya. Ia ibi meli sepeda (?)
9.
Tanda seru ( ! ) Tanda seru m enunjukkan ungkapan seruan, p erin tah , dan yang m em inta perhatian khusus. Merdeka! Aduh panesne! Mulih!
10. Tanda kurung ( (.) a.
)
m engapit keterangan yang ditam bahkan pada kalim at atau bagianbagiannya. •>“2
Dugase ento, ada blabar gede di Tejakula (Buleleng). b.
m engapit angka atau h u ru f yang memerinci satu seri keterangan. Angka atau h u ru f itu dapat juga diikuti oleh hanya kurung tutup. Trim urti punika minakadi: (a) Brahma (b) Wisnu (c) I^wara Atau bisa pula ditulis: a) Brahma b) Wisnu c) l 9wara
11. Tanda kurung a.
siku ( [ ] )
mengapit huruf, kata atau kelom pok kata, yang ditam bahkan pada kalimat kutipan. I bapa nawang krananne ada paja[ ljja le ento.
b.
mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung. (Napi sane mawasta pancatjradha sampun katerangan [ring Bab II] ringajeng.)
12. Tanda Petik (” . . .” ) a.
i mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicara, naskah atau bahan tertulis lain. Kedua tanda petik itu ditulis sama tinggi di atas baris. ’’Titiang sampun,” sauripun. ’’Titiang durung,” m atur sane liamm.
b.
iuengapit judul puisi, karangan dan bab buku. Kekawin ’’Ram ayana” melah pesan. Akeh sane senang ring buku Jayaprana.
c.
mengapit istilah yang kurang dikenal atau kata yang diberi arti khusus. Lamun suba truna m usti apang bisa ’’berdikari” . Ngomong melahang, da ’’mabais bebek” .
Catatan Tanda petik tu tu p ( ___ ” ) didahului oleh titik, kom a, tanda tanya dan
tanda seru yang m enjadi bagian ku tip an . 13. T anda p etik tunggal ( ’. . . .’). T anda p etik tunggal m engapit k u tip an dalam kutipan lain. I D arta: ’"Lakar kija ’bojoge’ ene?” 14. Tanda p en y in g k at (A postrof) ( ’) Tanda a p o stro f m enun ju k k an penghilangan bagian k ata atau angka. 17-4-1973 17-4-’73 jegeg pisan jegeg ’san 15. Tanda ulang ( 2 ) Tanda ini terbatas pem akaiannya pada tulisan cepat, n o tu la, dan surat kabar. 16. T anda garis m iring ( / ) a.
dipakai dalam p enom oran surat. N o. 2 7 2 /S ek /II/6 6
b.
dipakai sebagai pengganti kata per dan atau. A jinne Rp 7 5 ,0 0 /m eter carik /u m a
2 PEDOMAN EJAAN BAHASA JAWA YAN6 DISEMPURNAKAN
Abjad ialah: H uruf
Nama
H uruf
Nama
a A B b C c D d E e F f G g H h I i
a be ce de e
J j K k L 1 E m
je ka el em
N n 0 o P p Q Q R r S s T t U u V v W w X x Y y Z z
en o pe ki er es te u fe we eks ye ze t
ef ge ha i
Vokal a.
Yang tidak berubah: a e i o u
b.
alon, m an, ora, apa, tam pa, dina em oh, kertas, puter ibu, limpa, pari, lir, malik om ah, gombak, m engko, o to t, bongkot udan, turi, lum pat, aku, kursi, tim un.
Yang berubah: Lam a
Yang disem pum akan
e enak, tem bok, sore
e enak, tem bok, sore
e em ber, aren
e em ber, aren
Catatan Tanda-tanda diakritik 1 dan v digunakan u n tu k kepentingan pengajaran dan perkamusan. Ejaan Bahasa Jawa
29
perpustakaan F A K U L T A S -S A S T R A UJ*
Konsonan a.
Yang tidak berubah: basa dara geger hawa kamar lom a mara nila ngaku pasa rosa saka tapa wani
b d g h k 1 m n ng P r s t w
aba padu sega saha siksa alun sami kuna angop apa piring wasuh atos saw ah
bab udud grobag luwih watak sikil alam aw an kakang surup nalar alus obat
Yang berubah : Yang disempumakan
Lama d dj j nj t tj
disik pada djogan podjok ju ta aju njata anjar tukul batuk tjara patjul
dh j y ny th c
dhisik padha jogan pojok y u ta ayu nyata anyar thukul bathuk cara pacul
Catatan Kata-kata pungut yang bertalian dengan h u ruf dh, penulisannya disesuaikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempumakan, yakm dengan huruf d. demokrasi, daftar, penduduk 4
.
Nama diri Penulisan nama orang, badan hukum , sungai, gunung, jalan, dan sebagainya hendaknva disesuaikan dengan ejaan Jawa yang lsem pum a kan. kecuali bila ada pertim bangan-pertimbangan khusus dar, segi ..
.1• • .
* -i-
i _i___ hukum , tradisi atau sejarah.
1.
Katg dasar Kata yang berupa kata dasar masing-masing ditulis sebagai satu kesatuan. Aku tu k u doro loro. Ibu lagi tindak pasar.
2.
Kata jadian a.
im buhan (awalan. sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya. nggawa KajupuK
tum indak nggawakake dibaleni '■b.
awalan atau akhiran ditulis serangkai' dengan kata yang langsung m engikuti atau m endahuluinya, kalau b en tu k dasarnya berupa gabungan kata. ngalap berkah m at a walangen
c.
kalau b entuk dasarnya berupa gabungan kata dan sekaligus mendapat awalan dan akhiran, m aka kata-kata itu ditulis serangkai. m bandakalani ditapakasm ani
3.
Kata u la n g ' Kata ulang ditulis dengan inenggunakan tanda hubung. mlaku-m laku nongas-nangis owah-owahan
4
.
Kata m ajem uk Bagian-bagian dari apa yang lazim disebut kata m ajem uk ditulis terpisah, misalnya: bap a biyung anak putu m ara tuwa
Kecuali dalam kata-kata seperti: nagasari parangrusak paribasan senapati
H uruf besar H uruf besar dipakai sebagai h u ru f pertam a: a.
kata pertam a suatu kalimat. Mangga sami kundur!
b.
suatu kutipan langsung. Rapingim pitaken, ’’Kados pundi kok lajeng b o te n kagem ?”
c.
nama diri atau kata yang dipakai sebagai nam a diri. (Bila nam a diri disusun oleh lebih dari satu kata, tiap kata m ulai dengan h u ru f besar). Prawata Edi Sunarta Raden Ajeng Kartini Martaatmaja Sala Tanah Jawa Museum Sanabudaya
Catatan: a.
H uruf besar pada h u ru f rangkap hanya h u ru f yang pertam a yang ditulis dengan h u ru f besar. Dhandhanggula Nyai Rara Kidul Ngayogykarta Jaka Thole
2.
Kata-kata berikut ditulis dengan h u ru f kecil. kumlanda-landa diinggrisake kejawen
H uruf miring H uruf miring dalam cetakan dipakai u n tu k : a.
menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan. K em bang K anthil karangane Senggono. Kala warti M ekar Sari m etu saben tanggal 1 Ian 15.
b.
'menegaskan atau m engkhususkan huruf, bagian kata, atau kelom pok kata.
Aksara kawitan tem bung abjad ya iku a. c.
m enuliskan kata atau ungkapan asing yang belum terserap sepenuhnya dalam bahasa Jawa. politik divide e t impera Weltanschauung
Catatan Dalam tulisan tangan atau ketikan, kata atau kata-kata yang dicetak miring diberi satu garis di bawahnya.
Tanda-tanda baca yan g b erik ut d a n h u r u f y a n g
m e n g i k u ti n y a dipisah-
kan oleh satu spasi.
■)
.2 Tanda-tanda baca berikut dipisahkan satu spasi dari h u ruf atau tanda baca yang mendahuluinya: (. ..
Titik ( . ) _ a.
mengakhiri kalimat .yang bukan pertanyaan atau scruan. Oto kalih pisan lajeng sami bidhal.
b.
dipakai di belakang singkatan nama orang. Bb. Sumantri Sn. Bonang Sucipta Sp.
c.
dipakai di belakang angka atau huru f dalam suatu bagan, ikhtisar, dan daftar. (Lihat juga pemakaian tanda kurung.) Kabupaten X: A. Kecamatan a B. Kecamatan b C. Kecamatan c
d.
dipakai di belakang singkatan nama gelar, pangkat, jabatan, instansi, dan sapaan. Prof. R.Ng. K.R.T. Rr.
e.
dipakai di belakang singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum. lsp. up. i-P-
f.
dipakai dalam bilangan u n tu k memisahkan angka ribuan, jutaan, dan seterusnya, kecuali dalam angka tahun dan nom or (halaman, m obil, telepon,' dll.). Dalam m enyebutkan waktu, tanda titik memisahkan angka jam dari angka m enitnya. 1.966 1.966.345.850 1.945 kaca jam 19.45 T etapi: k a c a 1945 tahun 1945 tilpun nom er 2137
g.
tid ak dipakai dalam singkatan yang ditulis dengan huruf besar. MPR
UUD A BRI
P dan K LBN
PSIM h.
tidak dipakai dalam akronim. Muspida Reskrim Sekjen dhelik dhekwur worsuh
i.
tidak dipakai dalam singkatan lambang kimia, satuan ukuran, takaran, timbangan, dan m ata uang. 0 om 1
kg Rp
f j.
tidak dipakai di belakang judul (buku, karangan, berita, dan bab).
Ngulandara Serat Riyanta Pengetan serangan umum 1 Maret ing Ngayogyakarta Sejarah Kesusastran Jawa
Tetapi: Aku m entas maca buku Babad Tanah Jawa. k.
dalam surat-m enyurat tidak dipakai di belakang tanggal, nam a, dan alamat yang tidak m enjadi bagian kalim at. N gayogyakarta, 17 Mei 1973 K atur Panjenenganipun Mas M artasubrata Jalan Slam et Riyadi 215 Sala Tetapi: Mas M artasubrata dedalem ing Jalan Slam et R iyadi 215, Sala.
Koma ( , ) a.
dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pem erincian atau pembilangan. A ku tuku bakal klam bi, sarung lan sandhal.
b.
m enceraikan anak kalim at, baik yang penghubung m aupun yang tidak.
dirangkaikan oleh kata
Lakune rem ben banget, jalaran dalane lunyu lan menggakmenggok. Sapa salali, seleh. c.
m enceraikan kutipan langsung dari bagian lain dalam kalim at. Raden Ajeng Tien gugup anggenipun m angsuli dhateng Rapingun, ”Ana apa, R ap?”
d.
dipakai di antara (i) nam a dan alam at, (ii) bagian-bagian alam at,(iii) tem pat dan tanggal, yang ditulis sebaris. Pemimpin Museum Sanabudaya, Jalan Pangurakan, Ngayogyakarta Sala, 10 Mei 1973
e.
m enceraikan bagian nam a yang dibalik pustaka.
s u s u n a n n y a ' dalam
daftar
Poerw adarm inta, W.J.S., Baoesastra Dfawa, J.R . W olters’ Uitgevers M aatschappij N.V. G roningen, Batavia, 1939 f.
dipakai di antara nam a tem pat penerbitan, nam a penerbit, dan tahun terbit. (Lihat contoh e .)
g.
dipakai di antara nama orang dan gelar akadem is yang m engikutinya, u n tu k m em bedakannva dari singkatan nam a keluarga atau marga.
D jokosutono, S.H. Tetapi: h.
Ismail Mz. dipakai di m uka angka persepuluhan dan di- antara rupiah dan sen dalam bilangan. 12,55 m R p 12,50
^ °
T itik kom a ( ; ) T itik kom a mem isahkan bagian-bagian kalim at, jika dalam bagianbagian kalimat itu sudah ada koma. Ingon-ingone pak Wangsa w am a-w arna; sapi lan kebo; pitik lan bebek.
^
T itik dua ( : ) ' a. dipakai sebagai pengantar suatu d aftar, rangkaian, pemerincian, dan penunjukan. K ebutuhane wong urip sing baku: om ah, sandhang,lan pangan. b.
dipakai (i) di antara jilid atau nom or dan halam an, (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab-kitab suci, atau (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan. K unthi, II (1971), 4:6 Surat Yasin: 9 Karangan Kawmih Basa: Unggah-ungguh Basa, wis dicap.
c.
dipakai di antara bagian yang m enunjukkan pembicaiaan dan apa yang diucapkannya dal&m percakapan. Jarot: ’’Badhe tindak pundi, Jeng? Sarwanti: ’’Mlampah-mlampah kemawon, kok.
5.
Tanda hubung ( — ) a. m enyam bung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.
b
wis suwe olehe teka m enyam bung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian bans. wis suwe diundang ibune
wis gelem nggawakake bukune
6.
c.
menyam bung unsur-unsur k ata ulang. bocah-bocah saoleh-olehe
d.
menyam bung bagian-bagian tanggal. 17-8-1945 __
Tanda pisah ( — ) a.
membatasi penyisipan kata, kelom pok kata, atau anak kalimat yang memberi penjelasan khusus. Karepku m o n o —Ian pancen iya wis mangsane—Sumi kae arep takom ah-omahake sasi Besar ngarep iki. Kabeh barang darbekm u—klasa, bantal, lan nanggango—gawanen.
b.
menegaskan adanya aposisi atau penjelasan lainnya. Meh saben wong ngerti karo jeneng B orobudur — araning candhi ing Jawa Tengah,
c.
di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti sampai dengan atau di antara dua nama kota yang berarti ke, sampai. 1 9 0 8 -1 9 4 5 Sala—Madiun
7.
Tanda elipsis ( . . . ) a.
menggambarkan kalimat yang terputus-putus. Nek ngono . . . . ya uwis, dijaluk bali wae dhuw ite.
b.
m enunjukkan bahwa dalam suatu petikan ada bagian yang dihilangkan. ’’Kalawarti Javva w iw it......... dikum pulake.”
8.
Tanda tanya ( ? ) a.
m enunjukkan pertanyaan yang m engharapkan jaw aban atau yang bersifat retoris. Dina apa tekane? Mesthine rak ora ngono ta? Tetapi: Aku ora weruh menyang ngendi parane.
b.
bila ditaruh dalam tanda kurung m enunjukkan ucapan yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya. Buku iki regane Rp 2.000,00 (?) Sudi m enyang Surabaya(?) golek gawean.
Tanda seru ( ! ) Tanda seru m enunjukkan ungkapan seruan, perintah, dan yang mem inta perhatian khusus. Banjir! A dhuh abote! Renea! . Tanda kurung ( ( ) a.
)
m engapit keterangan yang ditam bahkan pada kalimat atau bagianbagiannya. Udan es ing Wonosobo (Jawa Tengah) nuwuhake kerusakan gedhe. b. m engapit keterangan yang bukan bagian dari keseluruhan pokok pembicaraan. Kandhane (em buh nyatane) ragade ora ana.
c.
mengapit angka atau h u ru f yang memerinci satu seri keterangan. Angka atau huruf itu dapat juga diikuti hanya oleh kurung tutup. Ubarampene wong nginang warna- w am a, kaya ta: (a) sumh (b) enjet (c) gambir atau: a) surah b) enjet c) gambir
Tanda kurung siku ( a.
[ ]
)
mengapit huruf, kata atau kelom pok kata, yang ditam bah pada kalimat kutipan. Wong kuwi aja sok dhem en m e[r]d h u k u n.
b.
m engapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
(Bab menika ing ngajeng [kaca 27 J sam pun kasaruw e sawatawis). 12. Tan^a p etik (” . . .” ). a.
mengapit petikan langsung yang berasal dari pem bicara, dari naskah atau bahan tertulis lain. Kedua tanda p etik itu ditulis sama tinggi di atas baris. Saryana mangsuli: ’’Inggih sendika.” Bapak ngendika m aneh: ”Ya uwis, enggal m angkata!”
b.
m engapit judul puisi, karangan, dan bab buku. Kaya kang kasebut ing ’’T ripam a.” Apa kowe wis tau maca ’’Serat R iyanta?” Kula aturi m aos bab ’’Pejahipun p u tri Cina” ing serat M enak Cina jilid IV.
c.
m engapit istilah yang kurang dikenal atau kata yang diberi arti khusus. Tem bung ’’K ethek Ogleng” iku jenenging to n to n an . Aja nganti ’’tinggal glanggang colong p lay u .” C atatan T anda petik tu tu p (. . . .” ) didahului oleh titik, kom a, tanda tanya, dan tanda seru yang m enjadi bagian kutipan.
13. Tanda petik tunggal (’ ..........’) Tanda petik tunggal m engapit kutipan dalam kutipan lain. Ibu ndangu, ” Apa pakolehe nggonm u m elu ’pik n ik ’ m enyang Tawangm angu?” 14 . Tanda penyingkat (A postrof) ( ’ )
Tanda apostro f m enunjukkan penghilangan bagian kata atau angka. Septem ber ’73. 15. Tanda ulang ( 2 ) Tanda ini terbatas pem akaiannya pada tulisan cepat, notula, dan surat kabar. 16. Tanda garis m iring ( / ) a. b.
dipakai dalam penom oran kode surat, dipakai sebagai pengganti kata p er dan atau. No. 2 72/S ek/II/66 Regane Rp 76,00/kg. Bapak/Ibu
3 PEDOMAN EJAAN BAHASA SUNDA YANG DISEMPURNAKAN
1.
Abjad H uruf-huruf yang digunakan dalam bahasa Sunda serta nam a-nam anya ialah: H uruf
Ucapan
H uruf
Ucapan
Aa Bb Cc Dd Ee Ff Gg Hh Ii
a be ce de e
Nn 0 o
en o pe ki er es te u ve we eks ye zet
Jj
Kk LI Mm
2.
PP Qq
Rr Ss Tt Uu Vv Ww Xx Yy Zz
ef ge ha i je ka el em
^
Vokal a.
Yang tidak berubah: 1
a o u eu e b.
tang ari omong ulah euweuh ema
hiji aya poho m an tu sampeu
ping mana toko m ulung beuleum melang
Yang berubah:
Lam a e era t t mere
Yang disem pum akan era mere
Catatan Tanda diakritik perkam usan.
digunakan untu k kepentingan pengajaran dan
Konsonan a. b d g h k 1 m n ng p r s t w
Yang tidak berubah: bau dadu guru hayang kawas lilin m un naha ngan paku rea sayur tara wayang
ubar rada gagah dahar siki alit ama m aneh ngangun bapa urang asin tu tu r purwa
sabab bejad wareg waluh k atu k bijil anom isin soang hilap pasar awis n u ru t riceuw
b. Yang berubah
Lama
Yang disempumakan
dj j nj tj
j jadi y yakin nyiar cara
djadi jakin njiar tjara
Catatan H uruf-huruf f, kh, q, sy, v, x , dan z dipergunakan dalam bahasa Sunda un tu k menuliskan kata-kata asing yang belum terserap sepenuhnya. Nama diri Penulisan nam a orang, badan hukum , sungai, gunung, jalan, dan sebagainya hendaknya disesuaikan dengan ejaan bahasa Sunda yang disem pum akan, kecuali bila ada pertim bangan-pertimbangan khusus dari segi hukum , tradisi, atau sejarah.
Kata dasar K ata yang berupa kata dasar ditulis masing-masing sebagai satu kesatuan. Saha anu dahar nangka teh? Kuring boga buku anyar. Kata jadian a.
Im buhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya. piw uruk
b.
ginanjar
bu n tu tan bawaeun
Kalau ben tu k dasar berupa gabungan kata dan sekaligus m endapat im buhan d i - . . . -keun, ditulis sebagai berikut: di-ka Bandung W etan-keun di-Gestapu-keun
K ata ulang Kata ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung. buku-buku dialung-alungkeun plak-plik-pluk Kata m ajem uk Bagian-bagian dari apa yang lazim disebut k ata m ajem uk ditulis terpisah, misalnya: meja m akan rum ah sakit Kata depan Kata depan: di, ka, ti, ku , dina, kana, tina, ditulis terpisah dari kata yang m engikutinya. di mana ka kota ti ditu ku sabab dina meja
kana b atu tina emas dan:
'
di nu iuh ka nu bala ti n u p oek ku nu anyar Mah, teh , p o n , nya, dan sebagainya ditulis terpisah dari kata yang m endahuluinya. kuring m ah buku teh pon kitu nya eta
H uruf besar H uruf besar dipakai sebagai h u ru f pertam a: a. kata pertam a suatu kalimat. Teu kedah salempang sakedap deui oge wangsul. b.
suatu kutipan langsung. Manehna nanya: ” Ku naon budak teh ceurik?”
c.
nam a diri atau kata yang dipakai sebagai nam a diri. (Bila nam a diri disusun oleh lebih dari satu kata, tiap kata m ulai dengan h u ru f besar.) Allah Ahad Indonesia Nataprawira Purnam a Alam
H uruf miring H uruf miring dalam cetakan dipakai u n tu k : a.
m enuliskan nam a buku, m ajalah dan surat kabar, yang dikutip dalam karangan. Misalnya: Lain E ta karangan Moh. Ambri. Dina majalah Warga aya rohangan agama.
b.
menegaskan atau mengkhususkan h u ru f, bagian kata, atau kelom pok kata. Aksara mimiti tina abjad nya eta a. Garapan kamus teh dina d keneh.
c.
m enuliskan kata atau ungkapan asing yang belum terserap sepenuhnya dalam bahasa Sunda. divide e t impera Weltanschauung
Tanda-tanda baca yang berikut dan h u ru f yang mengikutinya dipisahkan oleh satu spasi:
? I Tanda-tanda baca yang berikut dipisahkan satu spasi dari h u ru f atau tanda baca yang m endahuluinya: (... [... 1.
T itik ( . ) a.
mengakhiri kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. Pun bapa u d u r repot.
b.
c.
dipakai di belakang singkatan nama orang. Moh. Ambri Eti Setiati Wk. dipakai di belakang angka atau h u ru f dalam suatu began, ikhtisar dan daftar. (Lihat juga pem akaian tanda kurung.) Departemen X: A. D irektorat Jenderal a B. Direktorat Jenderal b C. D irektorat Jenderal c
d.
dipakai di belakang singkatan nama gelar, pangkat, jabatan, instansi, dan sapaan. R. Ir. Kol. Rd.
e.
dipakai di belakang singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum. sst. jbs.
f-
dipakai dalam bilangan u ntuk memisahkan angka ribuan, jutaan dan
seterusnya, kecuali dalam angka tahun dan nom or, (halam an, m obil, telepon, dll.) Dalam m enyebutkan w aktu, tanda titik m em isahkan angka jam dari m enitnya.
1.000 1.567.485 Jam 19.45 Tetapi: kaca 1212 taun 1973 tel.no. 51530 g.
tid ak dipakai dalam singkatan yang tertulis dengan h u ru f besar. m pr
LBSS UUD ABRI SMP P dan K h.
tidak dipakai dalam akronim : Deppen Sekjen Tritura
i.
tidak dipakai dalam singkatan lam bang kim ia, satuan ukuran, takaran, tim bangan, dan m ata uang. cm Rp dal $
Kg N aC l j.
tidak dipakai di belakang judul (buku, karangan, berita, dan bab). Dongeng Enteng Miara Lauk Karatagan Pahlawan Urag di Ciburuy Kaanggotaan Tetapi: Piraku teu arapal lagu "Karatagan Pahlaw an.”
k.
tidak dipakai di belakang tanggal, nama dan alamat, dalam suratm enyurat yang tidak m enjadi kalimat. Bandung, 22 April 1973 K ahatur Sdrk. Santika Jalan K ancana 47 Bandung Tetapi: Imah Saderek Santika m ah di Jalan Kancana 47, Bandung.
Kom a ( , ) a. dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan. Perabot tani m ah kayaning pacul, parang, arit, jeung gacok, ula b.
diteundeun di goah atuh. m enceraikan anak kalim at, baik yang dirangkaikan oleh kata penghubung m aupun yang tidak. Adina jangkung, tapi ari lanceukna pendek. Dikilitik ti leuleutik, dipiara ti bubudak.
c.
m enceraikan kutipan langsung dari bagian lain dalam kalimat. Barudak gegelendeng, ’’R ajeun teh mere, pasesaan.”
d.
dipakai di antara (i) nam a dan alam at, (ii) bagian-bagian alamat, (in) tem pat dan tanggal, yang ditulis sebaris. Dekan Fakultas Sastra, Universitas Indnesia, Jakarta Bandung, 23 April 1973
e.
m enceraikan bagian nam a yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka. Salmun, M.A.. Padalangan d i Pasundan, Jakarta, Bale Pustaka, 1948
f.
dipakai di antara nama tem pat penerbitan, nama nenerbit, dan taliun terbit. (Lihat contoh c).
g.
dipakai di antara nam a orang dan gelar akademis yang m engikutinya, u n tu k m em bedakannya dari singkatan nama keluarga atau marga. Prof. Iwa Kusuma Sum antri, S.H. Tetapi: Ismail Mz.
h.
dipakai di m uka angka persepuluhan dan di antara rupiah dengan sen dalam bilangan. 13,56 m Rp 12,50
T itik kom a ( ; ) T itik kom a mem isahkan bagian-bagian kalim at, jika dalam bagian-bagian kalim at itu sudah ada koma. A tuh ngan bati uruy bae bango teh, nenjo lauk anu sakitu arey-areyanana; gawena kutap-ketap, neureuyan ciduh, bari ngawas-ngawas ti kajauhan. I T itik dua (: ) a.
dipakai sebagai pengantar suatu daftar, rangkaian, perincian, dan penunjukkan.
1
Anu disebut panca usaha tani teh: ngagarap tanah, ngatur cai, ngagemukan, milih b ibit, jeung ngabasm i hama. Sesepuh gem pungan: Sdrk! A hm ad.
b.
dipakai di antara: (i) jilid atau nom or dan halam an, (ii) bab dan ayat dalam kitab suci, (iii)ju d u l dan anak judul suatu karangan. Parahiangan, V (1930), 232 : 9 Surah Yasin: 9 Karanganana, Sendratari Ram ayana: Analisa Estetis, tereh m e dal.
c.
dipakai di antara bagian yang m enunjukkan pem bicara dan apa yang diucapkannya dalam percakapan. Ioh: ’’Duka atuh, da oa nu kapendak ku abdi mah panjang b u n tu tn a .” Mimi: ” Oa mahiwal m eureun!”
Tanda hubung ( - ) a.
m enyam bung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris: Ari duit lebaran tea mana?
b.
m enyam bung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian bans.
budak pangdipikanyaahna karek lalamunan ieu mah c.
m enyam bung unsur-unsur kata ulang. tu^ang-taleng paheula-heula
d.
m enyam bung bagian-bagian tanggal. 24-1-1973
Tanda pisah ( — ) a.
m em batasi penyisipan kata, kelom pok kata, atau anak kalimat yang m em beri penjelasan khusus. Di tem pat-tem pat anu kacida luhurna—kawas di puncak gunung Himalaya—didinya aya salju abadi.
b.
menegaskan adanya aposisi atau penjelasan lainnya. Sakur nu resep kana wayang m ah, moal bireuk deui ka si C e p o t-a n a k Semar ti K arangtum aritis tea.
c.
dipakai di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti sampai
dengan , atau di antara dua k ota yang berarti ke, sampai. 1 9 4 5 -1 9 7 3 A nyer-B anyuw angi Tanda elipsis ( . . . ) a.
menggambarkan kalim at yang terputus-putus. Trek, treung-treung, trek, treung-treung. . puguh wae, tinggaleun ku jruk-jrekna mesin tinun anu dijalankeun ku listrik mah.
b.
m enunjukkan bahwa dalam satu petikan ada bagian yang dihilangkan. ”E ta p o tret teh pamere . . . basa bareng balik ti Jakarta.”
Tanda tanya ( ? ) a.
m enunjukkan pertanyaan yang mengharapkan jawaban atau yang bersifat retoris. ” Bi Sarmi, Si Dirun teh geus datang?” "Maneh ge kungsi ke Bandung, lain?”
b.
9.
bila ditaruh dalam tanda kurung m enunjukkan u capan yang disangsikan atau yang kurang tep at d ib u k tik an kebenarannya. PJKA rugi Iantaran loba penum pang nu hen teu m ayar(?)
Tanda seru ( ! ) Dipakai u n tu k m enunjukkan ungkapan seruan, p erin tah , dan yang m em inta p erhatian khusus. Tulung! Tulung! A ya m unding ngam uk! Punten!
10. Tanda kurung ( ( ) ) a.
m engapit keterangan yang d itam b ah k an p ada kalim at atau bagianbagiannya.
Lini di Skopye (Yugoslavia) loba pisan korbanna. b.
m engapit keterangan yang b u k an bagian dari keseluruhan p o k o k pem bicaraan. Caritan mah can kungsi maca (sic) karangan e ta teh .
c.
m engapit angka atau h u ru f yang m em perinci satu seri keterangan. Angka atau h u ru f itu dap at juga d iik u ti h a n y a oleh kurung tu tu p . Ejahan teh ngaw engku: (A ) aksara (B) nuliskeun kecap (C) nuliskeun aksara (D ) tanda-tanda bacaan
atau A ) aksara B) nuliskeun kecap C) n uliskeun aksara D) tan d a-tan d a bacaan
11. Kurung siku ( [ ] ) a.
m engapit h u ru f, kata atau k elo m p o k kata, yang ditam bahkan pada kalim at kutipan,. Lawa[ s ] na ra tu dua p u lu h taun.
b.
m engapit keterangan dalam k alim at penjelasan yang sudah bertanda kurung.
(Fonem-fonem naon nu aya dina basa Sunda [ilikan Bab I] di dieu moal dipedar deui.) 12. Tanda petik (” . . . ”) a.
m engapit p e tik a n Iangsung yang berasal dari pem bicara, naskah atau b ah an tertu lis lain, K edua tan d a p e tik itu ditulis safna tinggi di atas baris.
b.
”Tah duduk ieu mah kuda teh !” ceuk Nata. Wira: ” Har ari Nata, kuda ajaran keneh disebut duduk.” mengapit judul puisi, karangan dan bab buku. Piraku can apal guguritan ”L aut K idul.”
c.
m engapit istilah yang kurang dikenal atau kata yang diberi arti khusus. Ari nu dim aksud ku kecap ’’palisan” nyaeta jelema-jelema anu dipaksa lakon gawe, tina kecap ’’paleis” basa Walanda.
Catatan Tanda petik tutup ( . . . ” ) didahului oleh titik, koma, tanda tanya, tanda seru yang menjadi bagian kutipan. 13. Tanda petik tunggal (’. . . .’) Tanda petik tunggal m engapit kutipan dalam kutipan lain. Udi: ”Saur ema oge ’ulah sok jaram bah’ apan.” 14. Tanda penyingkat (A postrof)
( ’)
Tanda apostrof m enunjukkan penghilangan bagian kata atau angka. dina ’na 23-4-1973 23-4-’73 15. Tanda ulang ( 2 ) Tanda ini terbatas pem akaiannya pada tulisan cepat, notula, dan surat kabar. gunung 2 m urid 2 16 .VTanda garis miring ( / ) dipakai dalam penulisan nom or kode surat. No. 4 l/A .V /16/73 b.
dipakai sebagai pengganti kata per dan atau Hargana Rp 97,50/m eter. Pangjajap/Bubuka
PERPUSTAKAA*' 'c o l t a s s a s h :.,
u j