Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014
PENGEMBANGAN MODEL OPERASIONAL REVERSE LOGISTICS PENGGUNAAN KEMBALI KEMASAN SEPEDA Nur Ali Gufron Yudi 1, *), Maria Anityasari2), dan Iwan Vanany 3) 1) Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya e-mail:
[email protected] 2) Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya ABSTRAK Dalam rangka menjawab isu seputar lingkungan mulai banyak industri manufaktur menerapkan konsep green-operation sebagai salah satu strategi bisnis. Kemasan merupakan elemen yang dapat dihemat oleh industri manufaktur sepeda sebagai bagian dari greenoperation tersebut. Rencana penghematan dilakukan terhadap kegiatan pengadaan kotak kardus kemasan sepeda dengan cara menerapkan salah satu elemen reverse logistics (RL) yaitu penggunaan kembali (reused) returned packaging. Namun sebelum rencana tersebut direalisasikan akan dilakukan analisis aspek ekonomis melalui pengembangan model matematis berbasis RL terhadap penggunaan kembali returned packaging dibandingkan dengan penggunaan disposable packaging. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan keputusan operasional terkait jumlah, ukuran dan kualitas returned packaging yang optimal. Keputusan operasional ini akan dijadikan acuan dalam rencana penerapan RL di masa mendatang. Penelitian yang dilakukan mempertimbangkan pemberian insentif kepada para retailer bergantung pada jumlah, ukuran dan kualitas returned packaging. Hasil pengujian model terhadap sejumlah parameter diperoleh nilai penghematan yang signifikan pada seluruh tipe dan ukuran kotak kardus. Nilai penghematan bervariasi (60% - 75%) untuk berbagai tipe dan ukuran kotak kardus sepeda. Biaya total RL returned packaging lebih rendah dibandingkan dengan biaya pengadaan disposable packaging dengan nilai penghematan mencapai 53,54%. Berdasar hasil pengujian diperoleh nilai insentif optimal untuk tiap tipe dan ukuran kotak kardus sepeda agar return ratio kemasan dapat dijaga semaksimal mungkin. Kata kunci: Reverse Logistics, Reused, Returned Packaging, Disposable Packaging.
PENDAHULUAN Perusahaan U1 dan U2 adalah perusahaan manufaktur sepeda terkemuka di Indonesia. Perusahaan U1 menyediakan berbagai macam pilihan produk sepeda dari anak-anak hingga dewasa, dari jenis BMX, City Bike hingga MTB. Perusahaan U2 hanya menyediakan produk sepeda jenis MTB kualitas Hi-end. Seluruh kegiatan manufaktur di perusahaan U1 dan U2 yang berkaitan dengan rencana produksi, pengadaan material, kontrol invetori dan jadwal distribusi ini dilaksanakan dengan rapi dan terstruktur demi menjaga kualitas dan tingkat ketersediaan barang di sisi retailer. Namun dikarenakan ketidakpastian jadwal produksi yang disebabkan oleh ketidaktersediaan komponen dan alat-alat produksi menjelang kegiatan assembling memicu timbulnya berbagai masalah antara lain: 1. Pembengkakan biaya pengadaan kotak kardus kemasan Biaya pengadaan kotak kardus kemasan yang semula telah terjadwal harus meningkat akibat permintaan yang harus segera dipenuhi. 2. Kekurangan kuantitas pengiriman kotak kardus kemasan
ISBN : 978-602-97491-9-9 A-14-1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014
Jumlah yang dapat dipenuhi supplier kotak kardus kemasan seringkali tidak sesuai dengan yang dipesan untuk kegiatan produksi, sehingga sepeda yang telah di-assembling ini sering kali terjadi kerusakan akibat penggunaan kotak kardus kemasan yang tidak sesuai. Sebagai upaya mengatasi permasalahaan-permasalahan tersebut, peneliti mengajukan sebuah ide berbasis reverse logistics berupa penggunaan kembali (reuse) kotak kardus kemasan sepeda. Rencana ini dilakukan tidak hanya sebagai sebagai back-up plan akibat ketidakpastian jadwal produksi di lapangan namun juga digunakan sebagai upaya penghematan perusahaan. Penerapan strategi RL ini akan mengoptimalkan jaringan antara perusahaan sepeda, para retailer dan para supplier kotak kardus demi tercapainya tujuan perusahaan. Banyaknya perkiraan kendala yang timbul dalam rencana penggunaan kembali (reuse) kotak kardus bekas kemasan sepeda ini mengakibatkan tidak adanya penelitian di sana. Kendala-kendala tersebut antara lain, proses material handling dari dan kembali ke perusahaan, jalur distribusi dari para retailer kembali ke perusahaan, proses inspeksi, sortir dan kegiatan recovery, serta penyediaan space ekstra untuk inventori kotak kardus sebelum digunakan kembali. Padahal apabila kendala-kendala tersebut dapat diminimalisir maka trade-off yang akan diperoleh berupa penghematan dan nilai tambah dari kotak kardus bekas sepeda. Penghematan diperkirakan dapat diperoleh dari biaya pembelian dan pengadaan, selain itu dapat meminimalisir material, minimalisir waktu tunggu dari supplier kotak kardus akibat uncertainty condition, menutup kekurangan saat pengiriman dari supplier, serta meminimalisir limbah akibat penggunaan kotak kardus kemasan sekali pakai. Penelitian terkait alternative packaging pengganti disposable packaging dengan mempertimbangkan analisa biaya dan lingkungan telah dilakukan sebelumnya oleh Lai et al. (2008) dan Silva et al. (2012). Namun penelitian yang dilakukan tidak mempertimbangkan secara detil biaya-biaya kegiatan RL packaging (inspection, reprocessing, disposal, recovery), dan pemberian nilai insentif untuk memicu return ratio pemilik kemasan. Guide et al. (2003), Aras et al. (2008) dan Mutha dan Pokharel (2009) melakukan penelitian tentang RL returned product dari para konsumen. Model yang diajukan sebagai upaya memperoleh kembali nilai dari produk bekas pakai untuk proses remanufaktur dan sebagai upaya penghematan produksi. Namun model ini hanya terbatas pada produk saja tanpa mempertimbangkan kemasan yang juga memiliki potensi sebagai limbah dan masih memiliki nilai ekonomis untuk digunakan kembali. Penelitian yang dilakukan Guide et al. (2003) dan Aras et al. (2008) bertujuan memaksimalkan profit namun hanya menganalisa vehicle operating cost dan cost per unit distance traveled dengan mempertimbangkan pemberian insentif. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Mutha dan Pokharel (2009), walaupun model yang diajukan tidak mempertimbangkan pemberian insentif, namun telah memberikan gambaran yang detil tentang analisa biaya terkait kegiatan RL. Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan model matematis berbasis reverse logistics untuk membandingkan penggunaan kotak kardus sekali pakai (disposable) dan kotak kardus yang dapat dipakai ulang (reusable) dengan mempertimbangkan analisa ekonomis. Model yang diajukan dapat membantu perusahaan dalam pengambilan keputusan operasional terkait jumlah, ukuran dan kualitas kotak kardus kemasan yang paling optimal. Keputusan operasional ini nantinya akan dijadikan acuan bagi pimpinan perusahaan dalam mengambil keputusan strategis terkait rencana penerapan RL di masa mendatang.
ISBN : 978-602-97491-9-9 A-14-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014
METODE Penelitian ini terdiri atas tiga tahap, yaitu pengembangan model, penentuan nilai parameter model, dan pengujian model. Pada tahap pertama ini dilakukan pengembangan model matematis optimasi perbandingan kegiatan forward dan reverse logistics menjadi enam eselon menggabungkan warehouse dan reprocessing centre tanpa disposal site dan distribution centre. Model yang dikembangkan juga mempertimbangkan pemberian insentif kepada retailer. Aliran kegiatan RL kotak kardus kemasan sepeda ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Distribusi Aliran Kemasan Sepeda RL
Kegiatan inspeksi dan sortir yang dilakukan di warehouse ini untuk menentukan ukuran, jumlah dan kualitas. Hasil keluaran dari proses ini berupa rekomendasi arah selanjutnya kotak kardus kemasan dikirim dan diterima oleh unit-unit centre terkait untuk proses selanjutnya. Pada kualitas 1 ( ) kotak kardus dapat segera digunakan untuk proses pengemasan sepeda di lantai assembling. Pada kualitas 2 ( ) kotak kardus perlu dilakukan perbaikan di refurbishing centre, agar dapat digunakan kembali untuk mengemas sepeda di lantai assembling. Pada kualitas 3 ( ) kotak kardus akan dijual ke scavenger karena kondisi dan kulitas kotak kardus yang tidak memenuhi standar pengemasan sepeda. Apabila jumlah kotak kardus tersedia kurang dari demand maka dilakukan pemesanan ulang kepada supplier. Hasil perhitungan jumlah unit kemasan berdasar kualitas-kualitas tersebut juga digunakan sebagai acuan dalam pemberian nilai insentif yang optimal kepada pihak retailer. Nilai insentif yang diberikan pada penelitian ini akan berada pada nilai tengah antara nilai yang diberikan oleh para scavengers dan nilai insentif awal maksimum akibat penghematan penggunaan kembali kotak kardus setelah dikurangi saving yang diharapkan perusahaan. Nilai penghematan yang diharapkan diperoleh perusahaan akibat penghematan biaya pengadaan untuk tiap unit kotak kardus p ukuran n yang di-reuse ditambah pemasukan dari penjualan kotak kardus kategori 3 ke scavenger dan dikurangi dengan biayabiaya akibat reuse terhadap returned packaging. Persamaannya dapat ditulis menjadi :
ISBN : 978-602-97491-9-9 A-14-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014
Dimana: Qp’
∑
∑
∑
= ∑ ∈ ∑ ∈ −∑ ∈ ∑
∑
∑
∈
+∑ ∈ −∑ ∈ ∑ ∑
∑ ∑
− −
(1)
: gross savings by reusing returned pakaging p size n : optimal quantity of returned packaging p by potensial retailer : nett quantity of returned packaging p sent from warehouse w to assembling department in factory u : nett quantity of returned packaging p sent from warehouse w to refurbising centre x : nett quantity of returned packaging p sent from warehouse w to scavenger sc : nett quantity of packaging p size n to be ordered to supplier z : unit cost of procuring packaging p size n from supplier z : fees per unit of retuned pakaging p size n from scavenger sc : transportation cost per unit returned pakaging p from retailer r to warehouse w : inventory cost/packaging/period at warehouse w in factory u : unit cost of reprocessing and repairing packaging p size n at refurbising centre x
Nilai insentif awal maksimum kotak kardus p ukuran n yang diberikan kepada retailer merupakan pengurangan nilai gross saving terhadap rasio expected saving perusahaan akibat penggunaan kembali kotak kardus kemasan. Persamaannya dapat ditulis menjadi : =
1−
(2)
Sehingga nett saving Π yang diharapkan dari kegiatan pengembalian sejumlah Q kotak kardus p bekas kemasan sepeda ukuran n dapat dituliskan sebagai berikut: 0, 0≤a ≤f * S -a f
a S -a , Dimana: Π : nett savings by reusing returned pakaging p size n ∗ : gross savings by reusing returned pakaging p size n based on range incentive 2 : gross savings by reusing returned pakaging p size n based on range incentive 3 : ratio of saving expectation from saving of returned packaging : maximum incentive amount of retuned pakaging p size n offered : incentive of returned packaging p size n quality 1 Sehingga fungsi tujuan dapat ditulis kembali: Max nett saving Π :
ISBN : 978-602-97491-9-9 A-14-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014
(4) Tahap Penentuan Nilai Parameter Model Penentuan nilai-nilai parameter yang digunakan untuk pengujian model ini dibagi menjadi dua yaitu secara deterministik dan stokastik. Nilai-nilai parameter secara deterministik diperoleh dari pengamatan langsung kegiatan di lapangan, dan wawancara secara mendalam terhadap pihak-pihak terkait. Nilai-nilai parameter stokastik diperoleh dengan cara perhitungan dan modifikasi agar dapat menggambarkan keadaan di lapangan yang tidak stabil. Nilai-nilai parameter bersifat deterministik antara lain: biaya-biaya penerapan reverse logistics ( , , ) , nilai insentif dari scavenger ( ) dan demand , pengadaan kotak kardus untuk kebutuhan produksi ( ). Nilai-nilai parameter yang bersifat stokastik antara lain: saving expectation ( ) berada pada rasio 40% hingga 50%, rasio jumlah ketidakpastian kualitas ( , , )returned packaging. Pada penelitian ini akan terdapat 10 skenario kualitas returned packaging. Nilai rasio kualitas 1 ( ) akan berkisar antara 55% - 75%, nilai rasio kualitas 2 ( ) akan berkisar antara 15% - 25%, dan nilai rasio kualitas 3 ( ) akan berkisar antara 10% - 20%. Sehingga jumlah ketidakpastian kualitas returned packaging + + = 100%. Tahap Pengujian Model
Pada tahap ini akan dilakukan pengujian model terhadap sejumlah parameter yang ada untuk mengetahui pengaruhnya terhadap rencana penghematan yang akan dilakukan perusahaan. Pada pengujian ini return ratio returned packaging berdasar asumsi di awal kegiatan sebesar 100% dari demand bulan Januari untuk memenuhi demand bulan Februari. Setiap tipe dan ukuran returned packaging akan mengalami 10 skenario ketidakpastian jumlah kualitas, untuk mengetahui skenario ketidakpastian jumlah kualitas paling optimal. Sehingga pada akhirnya diperoleh jumlah, nilai penghematan dan nilai insentif paling optimal terhadap permasalahan yang diangkat, dibandingkan dengan menerapkan kegiatan FL kemasan. HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN Berdasar data jumlah yang dipaparkan pada Tabel 1 berikut maka dapat diketahui jumlah returned packaging (Qp), jumlah kotak kardus berkualitas 1 ( ), 2 ( ), 3 ( ) dan jumlah kotak kardus yang harus dibeli ( ) untuk demand Februari. Berdasar data yang dipaparkan diketahui arah penanganan selanjutnya dan biaya-biaya yang menyertainya.
ISBN : 978-602-97491-9-9 A-14-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014
Ukuran dan Jenis Sepeda
Tabel 1. Variabel Keputusan Jumlah Returned Packaging Januari untuk Demand Februari
12 BMX 12 Mini 16 BMX 16 Mini 18 BMX/Mini 20 BMX 20 MTB 24 BMX/Mini 26 MTB 26 Agent 26 Spc Case
Skenario
Qp (unit)
6 6 6 4 4 6 6 6 4 4 4
8000 4000 15000 4000 9500 20125 11000 8750 12360 460 650
(unit) 5415 2708 10154 2467 5859 13623 7446 5923 7622 284 401
(unit) 1323 662 2481 911 2163 3329 1819 1447 2814 105 148
(unit) 1262 631 2366 622 1478 3174 1735 1380 1923 72 101
(unit) 3262 +1378 +3135 1122 1978 +4651 +5265 +3120 +2437 12 1
Sejumlah Qp returned packaging akan timbul biaya transportasi ( ) akibat pengangkutan dari retailer-retailer menuju ke warehouse. Sejumlah returned packaging akan langsung digunakan untuk pengemasan sehingga hanya timbul biaya inventori ( ). Sejumlah returned packaging akan mengalami serangkaian reparasi dan rekondisi di refurbishing centre sebelum digunakan untuk mengemas sepeda sehingga pada kualitas ini akan timbul biaya reparasi ( ) dan biaya inventori ( ). Pada kolom bernilai M dan +M (positif M). Nilai M menunjukkan jumlah yang harus dibeli untuk memenuhi demand Februari sehingga timbul biaya pengadaan ( ), sedangkan Nilai +M menunjukkan bahwa jumlah kotak kardus tersedia telah cukup dan melebihi demand Februari. Berdasar Tabel 1 diketahui pula nilai penghematan yang diperoleh akibat reuse sejumlah Sejumlah dan returned packaging dari total Qp returned packaging. Selain itu sejumlah akan dijual kepada scavenger karena kondisi yang tidak laik untuk pengemasan. Menjual kepada scavenger ini akan memperoleh sejumlah fee ( ). Berdasar Tabel 2 diperoleh nilai penghematan bersih (Π ) bervariasi mengacu pada ukuran dan jumlah kotak kardus tersedia untuk memenuhi demand bulan Februari. Penghematan terbesar diperoleh dari kotak kardus 20” BMX sebesar Rp. 201.916.129. Hal ini dikarenakan jumlah returned packaging bulan Januari sebanyak 20125 unit dan demand bulan Februari terpenuhi seluruhnya (12300 unit) dan sisanya disimpan untuk demand bulan berikutnya. Penghematan terkecil berasal dari kotak kardus 26” Agent sebesar Rp. 8.035.228. Returned packaging 26” Agent bulan Januari terpakai seluruhnya untuk memenuhi demand bulan Februari, namun masih kurang sebanyak 12 unit. Sehingga timbul biaya pengadaan kotak kardus untuk menutup kekurangan bulan Januari.
ISBN : 978-602-97491-9-9 A-14-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014
Ukuran dan Jenis Sepeda (n)
Tabel 2. Nilai Gross Saving, Nett Saving, Jumlah Insentif dan Saving Margin Bulan Januari
12 Mini 16 BMX 16 Mini 18 BMX/Mini 20 BMX 20 MTB 24 BMX/Mini 26 MTB 26 Agent 26 Spc Case
Gross Saving ( ) Rp 30.880.125 Rp 34.571.840 Rp 144.942.715 Rp 31.444.085 Rp 85.502.727 Rp 287.724.014 Rp 98.615.525 Rp 158.577.859 Rp 254.556.239 Rp 11.468.181 Rp 14.769.887
Jumlah Insentif ( ) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
18.652.103 10.225.653 42.922.184 14.189.084 34.240.053 5.807.885 49.448.591 39.398.307 63.292.089 3.432.953 4.371.651
Nett Saving
(Π
)
Margin
Rp 12.228.021 Rp 24.346.187 Rp 102.020.531 Rp 17.255.000 Rp 51.262.674 Rp 201.916.129 Rp 149.166.933 Rp 119.179.552 Rp 191.264.150 Rp 8.035.228 Rp 10.398.237
40% 70% 70% 55% 60% 70% 75% 75% 75% 70% 70%
Jumlah insentif maksimum ( ) bervariasi mengacu pada ukuran dan hasil perhitungan saving expectation perusahaan. Berdasar rencana awal nilai saving expectation diharapkan sebesar 40% hingga 50%, namun pada perhitungan dan simulasi kegiatan returned dan reused packaging bulan Januari ini beberapa kotak kardus mencapai hingga 75%. Tabel 3. Perbandingan Total Cost dan Insentif RL Kemasan Januari terhadap Biaya Pengadaan Februari
TC+insentif RL Januari Pengadaan Februari Penghematan
Ukuran dan Jenis Sepeda 16 BMX 16 Mini
12 BMX
12 Mini
18 BMX/Mini
20 BMX
Rp 51.342.041
Rp 11.730.782
Rp 48.566.420
Rp 31.500.156
Rp 66.165.128
Rp
Rp 90.997.299
Rp 20.656.936
Rp 109.215.815
Rp 62.690.285
Rp 141.277.985
Rp 206.677.718
56,42%
56,79%
44,47%
50,25%
46,83%
45,18%
93.380.568
Tabel 4. Perbandingan Total Cost dan Insentif RL Kemasan Januari terhadap Biaya Pengadaan Februari 20 MTB TC+insentif RL Januari Pengadaan Februari Penghematan
Ukuran dan Jenis Sepeda 24 BMX/Mini 26 MTB 26 Agent
Rp 53.587.698
Rp 42.690.778
Rp 68.466.979
Rp
Rp 84.431.389
Rp 90.054.853
Rp 192.142.168
Rp 11.932.496
63,47%
47,41%
35,63%
3.970.873
33,28%
26 Special Case Rp
4.674.006
Rp 14.576.538 32,07%
Total Rp476.075.428 Rp1.024.653.482 53,54%
Berdasar Tabel 3 dan 4 terlihat biaya total akibat kegiatan RL (returned dan reuse) kemasan sepeda lebih kecil apabila dibandingkan dengan kegiatan pengadaan virgin packaging pada FL. Nilai ini bervariasi tergantung pada ukuran dan tipe kemasan sepeda. Pada biaya total pengadaan seluruh kemasan untuk kegiatan FL bulan Februari terlihat mencapai Rp. 1.024.653.482, sedangkan pada kegiatan RL bulan Januari untuk memenuhi demand Februari biaya total hanya mencapai Rp. 476.075.428. Nilai penghematan akibat RL
ISBN : 978-602-97491-9-9 A-14-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014
ini mencapai 53,54%. Nilai penghematan ini dapat dijadikan pertimbangan bagi perusahaan agar dapat menerapkan kegiatan RL kemasan sepeda. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pada penelitian ini diperoleh model matematis berbasis reverse logistics penerapan kegiatan returned dan reused packaging sepeda. Model matematis yang diajukan menganalisa sisi ekonomis dari kegiatan returned dan reused packaging sepeda, antara lain: analisa biaya total terkait rencana penerapan elemen reverse logistics dan nilai penghematan akibat reused packaging sepeda. 2. Nilai penghematan bersih bervariasi mengacu pada ukuran dan jumlah kotak kardus tersedia untuk memenuhi demand bulan Februari. Penghematan terbesar diperoleh dari kotak kardus 20” BMX sebesar Rp. 201.916.129. Penghematan terkecil berasal dari kotak kardus 26” Agent sebesar Rp. 8.035.228.
3. Berdasar hasil uji dan analisa biaya total kegiatan reverse logistic diperoleh bahwa kegiatan returned dan reused packaging lebih hemat dibandingkan apabila melakukan forward logistic packaging. Nilai penghematan dapat mencapai hingga 54%. Selain memberikan nilai tambah terhadap kotak kardus bekas, kegiatan RL kemasan sepeda ini dapat mengurangi limbah akibat penggunaan kemasan sekali pakai. 4. Nilai insentif yang diberikan kepada retailer bervariasi tergantung pada tipe, ukuran, dan jumlah kualitas yang diterima perusahaan. Besar nilai insentif berada pada titik tengah antara penghematan dan harga jual kotak kardus bekas kepada scavenger. Untuk memperbaiki hasil penelitian ini, maka sarannya adalah: 1. Pada penelitian selanjutnya model yang diajukan dapat ditambahkan analisa ekologis (LCA dan ECA) pada kemasan sepeda. Analisa ekologis dapat dilakukan pada sisi material penyusun, proses produksi dan proses transportasi. 2. Pada penelitian selanjutnya dapat dilakukan simulasi perpindahan skenario satu ke skenario lain pada periode yang berbeda agar menggambarkan ketidakpastian riil di lapangan. 3. Pada kegiatan repair dan rekondisi kemasan di refurbishing centre tidak jarang terjadi masa dimana peralatan repair mengalami breakdown sehingga perlu dilakukan perawatan berkala. Pada penelitian ini tidak dilakukan analisa mendalam terkait kejadian tersebut yang dapat berakibat pada jumlah kotak kardus tersedia. DAFTAR PUSTAKA Aras, N., Aksen, D., dan Tanugur, A. G., 2008, “Locating Collection Centers for Incentivedependent Returns Under a Pick-up Policy with Capacitated Vehicles”, European Journal of Operational Research, Vol. 191, hal. 1223-1240. Guide, V. D. R., Teunter, R., dan van Wassenhove, L. N., 2003, “Matching Demand and Supply to maximize Profits from Remanufacturing”, Manufacturing and Service Operation Management, Vol. 5, hal. 303-316. Mutha, A., dan Pokharel, S., 2009, “Strategic Network Design for Reverse Logistics and Remanufacturing Using New and Old Product Modules”. Computers and Industrial Engineering, Vol. 56, hal. 334-346.
ISBN : 978-602-97491-9-9 A-14-8
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Februari 2014
Lai, J., Harjati, Al, McGinnis, L., Zhou C., dan Guldberg, T., 2008, “An Economic and Environmental Framework for Analysing Globally Sourced Auto Parts Packaging System”. Journal of Cleaner Production, Vol. 16, hal. 1632-1646. Silva, D. A. L, Renό, G. W. S., Sevegnani, G., Sevegnani, T. B., dan Truzzi, O. M. S, 2012, “Comparison of Disposable and returnable Packaging: A Case Study of Reverse Logistics in Brazil”. Journal of Cleaner Production Vol.3, hal. 1-11.
ISBN : 978-602-97491-9-9 A-14-9