PENGEMBANGAN MODEL REVERSE LOGISTICS DENGAN PENDEKATAN GOAL PROGRAMMING PADA PRODUK ORIGINAL EQUIPMENT MANUFACTURERS (OEMs) Idris Asmuni1, I Nyoman Pujawan2, Udisubakti Ciptomulyono3 1). Jurusan Teknik Industri, STTN Lampung 2). Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri ITS Surabaya 3). Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri ITS Surabaya E-mail :
[email protected] ABSTRAK Penggunaan outlet retailer merupakan pilihan terbaik yang mengurangi biaya pengumpulan dan promosi untuk menyediakan produk terpakai yang diinginkan. Pengumpulan produk terpakai berdasarkan penelitian terdahulu menggunakan jasa outlet retailer. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan model reverse logistics yang terintegrasi dari tahapan pengumpulan dengan jasa outlet retailer, proses dissasembly sampai keuntungan maksimum yang dapat diperoleh dengan menggunakan Goal Programming untuk melengkapi ketiga penelitian utama sebelumnya, yaitu : Kanchan dan Chowdurry (2012), Vadde et al (2011) dan Shaligram et al (2009). Melakukan analisis terhadap beberapa keputusan trade off manajemen berkaitan dengan memaksimumkan pendapatan dari sistem pengumpulan produk terpakai reverse logistics melalui jasa Recovery Service Providers (RSP). Dengan adanya penelitian ini, maka manfaat yang dapat diperoleh bagi manajer persediaan adalah mengembangkan peramalan permintaan (demand forecasting) terhadap produk terpakai di masa mendatang, dimana para konsumen yang semakin banyak akan memberi potensi terhadap pengumpulan bahan baku. Percobaan numerik dilakukan untuk mengetahui karakteristik dan perilaku model yang diusulkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Model goal programming yang meliputi empat prioritas penting perusahaan manufaktur dapat diterapkan untuk produk OEMs dalam sistem reverse logistics, dimana retailer sebagai penyedia jasa pengumpulan. Analisis sensitivitas memberikan berbagai skenario yang mungkin perlu diperhatikan dalam mengoptimalkan biaya pengolahan untuk komponen remanufactured dan as-is reusable yang dihasilkan. Kata kunci : reverse logistics, recovery service providers, disassembly, collection, sort-test, processing, output, outcome, goal programming
1. Pendahuluan Sistem rantai pasokan tertutup (closed loop supply chain) mengintegrasikan semua sub sistem dalam sumber daya menjadi infromasi yang berharga melalui beberapa tahapan dari input sampai ke output melalui koordinasi pengendalian sistem. Perusahaan dapat memperoleh keuntungan dari setiap pengembalian produk dengan merancang rantai pasokan yang forward dan reverse. Pendekatan siklus hidup dapat memberi penekanan kepada perusahaan untuk menemukan cara yang lebih baik dalam rangka mengelola rantai pasokannya. Menurut Xanthopoulos dan Likovou (2009), tujuan reverse logistics adalah untuk mempromosikan pembangunan berkelanjutan melalui penanganan produk end-of-life yang efisien dan menguntungkan, sehingga selaras dengan aturan yang berkaitan dengan lingkungan. Sebuah pendekatan kolaboratif diajukan akan membuat tingkat pengumpulan untuk produk terpakai menjadi suatu potensi bagi para retailer. Savaskan et al. (2004) melakukan perbandingan logistik pihak ketiga (3P), outlet retail dan saluran sendiri pemanufaktur untuk mengumpulkan produk terpakai dan menyimpulkan bahwa pengumpulan melalui retailer merupakan pilihan terbaik. Banyak penelitian mengenai reverse logistics menggunakan objek kasus Original Equipment Manufacturers (OEMs), yaitu suatu perusahaan manufaktur yang dapat mendaurulang kembali produk aslinya dari produk terpakai melalui proses remanufactured. Karakayali et al (2007) mengembangkan model untuk menentukan harga akuisisi optimal dari produk end-of life dan harga penjualan dari bagian remanufactured baik secara sentralisasi maupun melalui saluran remanufacturer dan desentraliasi kolektor. Penelitian Karakayali et al (2007) membahas bagaimana saluran desentralisasi dapat dikoordinasikan untuk menjaga tingkat pengumpulan produk end-oflife yang dapat dicapai dalam saluran terpusat. Dari segi praktis, terlihat bahwa OEM lebih menyukai saluran collector-driven channel untuk meningkatkan tingkat pengumpulan pada saat
1
end-of life products adalah homogen. Penelitian Kanchan dan Chowdhurry (2012) membuktikan bahwa produk terpakai dapat dioutsourcingkan melalui jasa pihak tertentu terutama yang berkaitan langsung dengan pihak retailer, melalui suatu sistem yang disebut Recovey Service Providers (RSPs) dan sistem ini dapat digunakan untuk multi produk. Tetapi, penelitian ini belum membahas kegiatan proses disassembly dalam reverse logistics untuk menentukan fasilitas pengolahan sistem yang dibutuhkan. Penelitian Vadde et al (2011) membahas mengenai jenis produk terpakai melalui proses disassembly pada sistem Product Recovery Facilities (PRFs). Sistem PRFs yang dibuat dan dijalankan oleh perusahaan dapat membantu perencanaan akuisisi proaktif dari pelanggan atau retailer. Kongar dan Gupta, (2006) mengembangkan model optimasi multi kriteria untuk sistem Disassembly-To-Order (DTO) berdasarkan ketidakpastian (uncertainty) dalam rangka menentukan tipe produk terbaik untuk diolah kembali dari pemakai akhir. Dari paparan singkat mengenai kegiatan penelitian di atas, penelitian ini dapat mengintegrasikan suatu konsep baru yang memodelkan tahapan sebelumnya mengenai reverse logistics untuk pengambilan keputusan pada produk OEMs. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat membantu manajer manufacturer dalam menentukan pilihan pendapatan yang memungkinkan dengan kegiatan memberikan penilaian atas opsi konfigurasi suatu produk yang mengoptimalkan penjualan melalui tahapan sistematis dari integrasi model yang dilakukan oleh penelitian sebelumnya khususnya berkaitan dengan produk terpakai yang reusable. 1.1 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana mengembangkan suatu model reverse logistics yang mempertimbangkan sejumlah tujuan untuk keputusan strategis perusahaan dengan cara mengintegrasikan kegiatan dari tahap pengumpulan sampai penjualan. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk : 1). Mengembangkan model reverse logistics yang terintegrasi dari tahapan pengumpulan yang dilakukan oleh retailer sebagai penyedia jasa dan proses dissasembly melalui Product Recovery Facilities dengan pendekatan Goal Programming. 2). Melakukan analisis terhadap beberapa keputusan trade off manajemen berkaitan dengan memaksimumkan pendapatan, kuantitas produk terpakai, meminimalkan produk terpakai yang tidak berkualitas untuk diproses, dan memimalkan biaya selama pengolahan melalui sistem tersebut. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dibatasi pada permasalahan sebagai berikut : 1). Komponen produk bersifat modular.2). Pengumpulan produk terpakai secara desentralisasi , dimana perusahaan melakukan fungsi remanufacturing yang kegiatan pengumpulannnya dibantu oleh penyedia jasa pengumpulan, yaitu retailer. 3). Produk terpakai yang dikumpulkan bersifat reusable component. 4). Model yang digunakan single period. 5). Proses disassembly menghasilkan produk yang remanufactured dan as-is reusable.
2. Landasan Teori 2.1. Konsep Dasar Closed Loop Supply Chain Menurut definisi umum seperti yang dikemukakan oleh Blumberg (2003), suatu kerangka Closed Loop Supply Chain yang lengkap meliputi 3 hal berikut : 1). 1.Logistik Maju (Forward logistics) dan manajemen rantai pasokan langsung : Ini memasukkan manajemen dan koordinasi serta pengendalian dari saluran jasa penuh langsung secara keseluruhan. 2). Logistik Berkebalikan (Reverse logistics) : Fungsi ini memasukkan koordinasi penuh dan pengendalian, penjemputan dan pengantaran material secara fisik, suku cadang, dan produk dari lapangan ke pemrosesan dan daur ulang atau disposition, dan pengembalian subsequent kembali ke lapangan yang sesuai. 3). Perbaikan depot, pengolahan, diagnosis dan pembuangan. Hal ini memasukkan jasa berkaitan dengan penerimaan produk kembali dari lapangan melalui proses reverse logistics dan kemudian proses dibutuhkan untuk mendiagnosis, mengevaluasi, memperbaiki dan/atau membuang unit
2
pengembalian, produk, suku cadang, sub rakitan dan material baik langsung ke rantai pasokan maju atau pasar secondary atau pembuangan penuh. 2.2. Pola Hubungan dalam Closed Loop Supply Chain Ostlin et al (2008) telah melakukan penelitian mengenai pola tipe hubungan struktural dalam Closed Loop Supply Chain yang dijabarkan sebagai berikut : 1). Hubungan Berbasis Kepemilikan (Ownership-based relationship). 2). Hubungan Kontrak Jasa (Service-contract relationship). 3). Hubungan Pesanan Langsung (Direct-order relationship) 4). Hubungan Berbasis Penyimpanan (Deposit-based relationship). 5). Hubungan Berbasis Kredit (Credit-based relationship) 6). Hubungan Beli Kembali (Buy-back relationships). 7). Hubungan Berbasis Volunter (Voluntary-based relationships) 2.3. Daur Ulang Produk Beberapa definisi dari tipe produk terpakai (http://technorati.com/business/article/whatsthe-difference-between-recycled-remanufactured/#ixzz1gEyygMvj),antara lain : 1). Recycled mengacu pada semua penggunaan produk yang diselamatkan dari buangan limbah padat dan dibawa kembali ke pasar, tanpa perbaikan. 2). Remanufactured mengacu pada daur ulang produk dengan nilai tambah. 3). Reused atau disebut juga produk “as-is” (dipakai apa adanya) mengacu pada produk recycled yang mengembalikan siklus penjualan, tanpa perbaikan apapun.
Pengembangan Model Langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan penelitian. Mengembangkan MODEL Reverse Logistics
Mengembangkan dalam ModelModel Konseptual Menyempurnakan Tahapan-tahapan Sistem Reverse Logistics dengan Mengintegrasikan Tahapan Sistem Menyempurnakan Tahapan-tahapan dalam Model Sistem Reverse Logistics dengan Mengintegrasikan Tahapan Sistem Kanchan dan Chowdurry (2012) – Tahap Collection
Vadde et al (2011) – Tahap Sort Test dan Processing
Pokharel dan Mutha (2009) – Tahap Outcome
Memformulasikan Model Dengan Goal Programming 1. 2. 3. 4. 5.
Definisi Indeks Definisi Parameter Definisi Variabel Fungsi Tujuan Fungsi Kendala
Gambar 1. : Kerangka Metodologi dan Pengembangan Model Dalam Penelitian ini
Kerangka konseptual sistem yang diajukan dalam penelitian ini mengintegrasikan tiga penelitian sebelumnya.
3
Model Konseptual Dalam Penelitian Ini Supplier Customer
RSPs
Dikembangkan dari Kanchan & Chowdhurry (2012)
Manufacturer
Retailers
Distributors Remanu facturer
Used Products Collected
Tahap Collection
Sorting Process
Tahap Sorting
Good Quality Products
Poor Quality Products Disposal
Processing Dissasembly
Tahap Processing
Dikembang kan dari Vadde et al (2011)
Poor Quality Reusable
Good Reusable Components
Tahap Output
Direview Dari Shaligram et al (2009)
Remanufacturing Processing
As-Is Reusable Processing
Remanufactured Component Inventory
As-Is Reusable Component Inventory
Price of Remanufactured
Price of As-Is Reusable
Tahap Outcome
PRFs
Secondary Market
Gambar 2. : Model Konseptual Dalam Penelitian ini
4. Percobaan Numerik dan Interpretasi Hasil 4.1. Spesifikasi Produk Dalam penelitian ini, penulis mengambil sampel komputer portabel sebagai objek penelitian. Dalam studi kasus ini, penulis mengembangkan objek kasus dari contoh kasus yang ditulis oleh Kongar dan Gupta (2006) yang disesuaikan dengan perkembangan teknologi informasi saat ini. 4.2. Perhitungan dalam setiap tahapan a. Tahapan Collection Total Collection Cost (TCC) = RP + TRR ……………… (1) RP = ∑ ∑ ∑CC jc B jcr + ∑FC c e c ………………………………...........(2) j
c
r
TRR = ∑ ∑ ∑ B jcr TC jcr …………………………………………………..(3) j
c
r
b.Tahapan Sorting Total Sorting Cost (CS) diadaptasi dari Vadde et al (2011) adalah CS = ∑ ∑ ∑CS j B jcr ……………………………………………………(4) j
c
r
Total Cost Disposal After Sorting (CDS) diadaptasi dari Vadde et al (2011) adalah : CDS = ∑CDP j J j ……………………………………………………………………………………….. (5) j
c.Tahapan Processing Total Cost Processing adalah sebagai berikut : CP = CA + CH + CR + CD ….............................................................(6) Biaya total disassembly diadaptasi dari Vadde et al (2011) adalah : CA = ∑ ∑ ∑CR j (BG j B jcr ) …………………………………………..(7) j c
r
4
Biaya total penyimpanan diadaptasi dari Vadde et al (2011) adalah CH = ∑Ch i (LR i + LAR i ) …………………………………….(8) i
Biaya total persiapan diadaptasi dari Vadde et al (2011) adalah : CR = ∑ ∑ ∑ ∑CP i y ij θR ij γR ij MR ij (BG j B jcr ) i
j
c
r
i
j
c
+ ∑ ∑ ∑ ∑CA i y ij (1 – θR ij ) γR ij MR ij (BG j B jcr ) ……...................(9) r
Biaya total pembuangan dihitung sebagai berikut : CD = ∑CD i GR i ………………………………………………………..(10) i
d. Tahapan Penjualan Total penjualan seperti diadaptasi dari Vadde et al (2011) adalah : TR = ∑pr i QR i + ∑pa i Ari ..............................................................(11) i i
4.3.
Mengujikan Model
1. Memaksimumkan kuantitas pengumpulan produk terpakai : Tujuan ini meminimumkan deviasi negatif dari pengumpulan produk terpakai yang diinginkan. 2. Meminimalkan total kuantitas produk terpakai berkualitas buruk : Tujuan ini meminimumkan deviasi positif dari target batasan kapasitas maksimum. 3. Meminimalkan biaya selama pengolahan : Tujuan ini meminimumkan deviasi positif dari alokasi anggaran biaya dalam pemrosesan produk terpakai. 4.Memaksimalkan pendapatan dari penjualan produk terpakai : Tujuan ini adalah
meminimumkan deviasi negatif dari target pendapatan kegiatan Reverse Logistics. 4.4. Analisis Sensitivitas Data dari hasil komputasi rumusan di atas dengan menggunakan LINDO dapat ditunjukkan dalam diagram di bawah ini, dimana dapat diketahui bahwa target laba dapat dicapai melalui pengelolaan sumber daya yang ada pada tujuan sebelumnya. Oleh karena itu, perusahaan perlu meningkatkan tingkat pengumpulan produk terpakai agar produk buruk setelah sorting dapat diminimalkan sesuai target. Lebih jelasnya, ditunjukkan dalam diagram di bawah ini :
Hasil Komputasi Variabel
Gambar 3. Kondisi awal hasil komputasi variabel keputusan
Jika prosentase perubahan untuk produk sorting baik remanufaktur targetnya diturunkan sebesar 5%, sedangkan target untuk as-is resuable ditingkatkan sebesar 5%. Hasil di atas menunjukkan bahwa produk terpakai berkualitas baik akan mengalami defisit sebesar 26.20 unit, sedangkan biaya pengolahan turun menjadi $ 54.20 dan produk berkualitas buruk juga mengalami defisit sebesar 9.15 unit. Sedangkan, jika prosentase perubahan untuk produk sorting baik remanufaktur menurun 9%, sedangkan untuk as-is resuable meningkat 9%,
5
Hasil Komputasi Variabel
Gambar 4. Perubahan target disassembly produk menjadi komponen sebesar 9%
5. Penutup 5.1. Simpulan 1. Model goal programming yang meliputi empat prioritas penting perusahaan manufaktur diajukan dalam makalah ini, dapat diterapkan untuk produk OEMs dalam sistem reverse logistics, dimana retailer sebagai penyedia jasa pengumpulan. 2. Perubahan prosentase pada disassembly produk menjadi komponen remanufaktur yang semakin kecil akan menyebabkan target pengumpulan produk terpakai semakin defisit sehingga hal ini menyebabkan biaya pengolahan akan semakin mencapai target. 5.2. Saran Saran untuk penelitian selanjutnya yaitu penelitian ini dapat dikembangkan tidak hanya untuk aktivitas reusable tapi juga aktivitas recyclable (produk daur ulang), dalam rangka mengurangi biaya pembuangan dan perhatian terhadap produk yang ramah lingkungan. Daftar Pustaka Blumberg, F.D. (2005). Introduction to Management of Reverse logistics and Closed Loop Supply Chain Process. Taylor and Francis e-Library. Gupta, S.M, (2004). Multi-criteria decision making for disassembly-to order system under stochastic yields. Environmentally Conscious Manufacturing IV, Proceedings of SPIE Vol. 5583 (SPIE, Bellingham, WA, 2004) 0277-786X/04/$15 · doi: 10.1117/12.572060 Kanchan Das, Chowdhurry A.H. (2012). Designing a reverse logistics network for optimal collection, recovery and quality-based product-mix planning. International Journal Production Economics 135 : 209 – 221. Karakayali, I. Emir Farinas, H. Akcali, E. (2007). An analysis of decentralized collection and processing of end-of-life products. Journal of Operations Management 25 : 1161 – 1183. Kongar E, Gupta S.M. (2006). Disassembly to order system under uncertainty. OmegaInternational Journal of Management Science, 34, 550-561. Ostlin K, Sundin E, Bjorkman M. (2008). Importance of closed loop supply chain relationships for product remanufacturing. International Journal Production Economics 115 ; 336-348. Pokharel S, Mutha A. (2009). Perspectives in reverse logistics : A review. Resources, Conservation and Recycling 53 : 175-182. Vadde S, Zeid A, Kamarthi S.V. (2011). Pricing decisions in a multi-criteria setting for product recovery facilities. Omega 39 : 186-193. technorati.com/business/article/whats-the-difference-between-recycledremanufactured/#ixzz1gEyygMvj. Diakses pada tanggal 20 Desember 2011. Xanthopoulos A, Likovou E, (2009). On the optimal design of the disassembly and recovery processes. Waste Management 29 : 1702–1711
6