PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BIPA TINGKAT MENENGAH MELALUI E-BOOK INTERAKTIF DI PROGRAM INCOUNTRY UNIVERSITAS NEGERI MALANG TAHUN 2014 Citra Megawati Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia
Abstrak: Pada program yang akan dijadikan tempat penelitian, yaituProgram Incountry BIPA Universitas Negeri Malang (UM), pemanfaatan media pembelajaran dengan e-book belum ada. Media yang selama ini digunakan adalah melalui gambar, kartu kata, rekaman video, kaset, film atau menggunakan alatalat yang sesuai dengan pembelajaran yang sedang berlangsung. Pembelajaran BIPA pada lembaga tersebut juga sudah cukup maju, namun pada segi media pembelajaran elektronik, pengajar sendiri merasa kurang optimal. Dengan adanya penelitian ini, pengajar BIPA di Universitas Negeri Malang berharap agar media ini dapat digunakan untuk pebelajar asing tingkat menengah yang belajar di UM. Kata Kunci: media pembelajaran, BIPA tingkatmenengah, e-book Dalam perkembangan ilmu bahasa, kita mengenal ada istilah yang dinamakan dengan BIPA. BIPA merupakan Bahasa Indonesia Untuk Penutur Asing. Di Indonesia, bahasa resmi yang digunakan adalah Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia kemudian digunakan sebagai alat komunikasi oleh yang pertama adalah Penutur Indonesia sendiri (BIPI) dan yang kedua adalah oleh Penutur Asing (BIPA). Menurut Sugono (2007), penutur Indonesia ada yang menggunakan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pertama (BIMA) dan ada yang menggunakan sebagai Bahasa Kedua (BIDA). Dari situ tampak jelas bahwa yang harus mengalami proses pembelajaran
secara lebih jauh adalah BIDA dan BIPA. Masyarakat yang memiliki latar belakang BIDA tentu harus belajar Bahasa Indonesia agar dapat berkomunikasi dengan baik, sedangkan BIPA sendiri juga harus mengalami proses pembelajaran yang intensif. Walaupun keduanya sama-sama belajar, tetapi terdapat banyak perbedaan di dalamnya. BIDA sudah memiliki kurikulum yang jelas, pengajarnya adalah orang-orang yang punya spesialisasi bidang studi Bahasa Indonesia, bahan ajarnya sangat bervariasi, media pembelajarannya juga banyak dan beragam. Sedangkan BIPA belum memiliki kurikulum yang baku, pengajarnya bisa berasal dari
NOSI Volume 2, Nomor 1, Februari 2014___________________________________Halaman | 62
berbagai bidang yang memang menguasai Bahasa Indonesia, bahan ajar dan media pembelajarannya juga sangat terbatas. Media yang ada masih belum dikembangkan, bahkan untuk media yang menggunakan komputer sangatlah jarang digunakan. Dari kondisi tersebut maka diperlukan pengembangan dalam pembelajaran BIPA. Penelitian pengembangan adalah metode penelitian yang yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tertentu (Sugiyono, 2010: 407). Pengembangan tersebut akan dispesifikasikan lagi menjadi media pembelajaran untuk mahasiswa asing tingkat menengah. Adapun Remiszewski dalam Subana (2009: 289) memberi batasan tentang pengertian media, yaitu pembawa pesan (dapat berupa orang atau benda) kepada penerima pesan. Dalam proses belajar mengajar penerima pesan ialah siswa atau mahasiswa atau pebelajar lainnya. Melalui inderanya, siswa dirangsang oleh media untuk menggunakan kombinasi dari beberapa inderanya sehingga mampu menerima pesan secara lebih lengkap.. Pembelajaran adalah sebuah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar dan bahan ajar. Komunikasi tidak akan berjalan tanpa adanya bantuan sarana penyampai pesan atau media yang baik. Bentuk-bentuk stimulus bisa dipergunakan sebagai media, di antaranya adalah hubungan atau interaksi manusia, realita, gambar bergerak atau tidak, tulisan dan suara yang direkam. Kelima bentuk stimulus ini akan membantu pebelajar mempelajari bahasa asing.
Namun, tidaklah mudah mendapatkan kelima bentuk itu dalam satu waktu atau tempat (Mubarak, 2009). Pada blog pendidikan yang ditulis oleh Mubarak tersebut dikatakan bahwa sampai saat ini media pembelajaran interaktif BIPA belum berkembang dengan optimal di Indonesia. Salah satu kendala pengembangan media pembelajaran interaktif adalah kurang dikuasainya teknologi pengembangan media interaktif oleh para pengajar dan pengelola BIPA di Indonesia. Teknologi komputer adalah sebuah penemuan yang memungkinkan menghadirkan beberapa atau semua bentuk stimulus di atas sehingga pembelajaran bahasa asing akan lebih optimal. Namun demikian, masalah yang timbul tidak semudah yang dibayangkan. Pengajar adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk merealisasikan kelima bentuk stimulus tersebut dalam bentuk pembelajaran. Namun, kebanyakan pengajar tidak mempunyai kemampuan untuk menghadirkan kelima stimulus itu dengan program komputer, sedangkan pemrogram komputer tidak menguasai pembelajaran bahasa. Jalan keluarnya adalah merealisasikan stimulus-stimulus itu dalam program komputer dengan menggunakan piranti lunak yang mudah dipelajari sehingga dengan demikian para pengajar akan dengan mudah untuk merealisasikan ide-ide pengajarannya. Pada program yang akan dijadikan tempat penelitian, yaituProgram Incountry BIPA Universitas Negeri Malang (UM),
NOSI Volume 2, Nomor 1, Februari 2014___________________________________Halaman | 63
pemanfaatan media pembelajaran dengan e-book belum ada. Pembelajaran BIPA pada lembaga tersebut juga sudah cukup baik, namun pada segi media pembelajaran elektronik, pengajar sendiri merasa kurang optimal. Dengan adanya penelitian ini, pengajar BIPA di Universitas Negeri Malang berharap agar media ini dapat digunakan untuk pebelajar asing yang belajar di UM. Media ini sangat dibutuhkan dalam sebuah lembaga BIPA, karena sebuah media dapat memberikan informasi yang tidak dapat dilakukan dengan cara konvensional, media dapat memberikan visualisasi yang baik, media dapat membantu mengembangkan konsep secara lebih nyata, media juga dapat meningkatkan akuisisi atau pemerolehan kompetensi berbahasa secara lebih baik dan juga mengatasi masalah keterbatasan waktu. Pemanfaatan e-book ini dimaksudkan agar pebelajar dapat lebih mudah dalam mempelajari bahasa Indonesia tetapi tetap memerhatikan perkembangan teknologi.Selainsilabus, hal yang tidak kalah penting adalah pemanfaatan media teknologi. Semua sumber-sumber informasi yang dapat diakses saat ini memberi peluang bagi guru yang kreatif untu kmenciptakan cara baru dalam menyajikan bahan pembelajaran (Suyitno, 2008: 14). Menurut Iskandarwassid & Sunendar (2008: 270), penyusunan materi yang didasarkan pada kebutuhan orang yang akan belajar bahasa tersebut adalah materi yang baik. Apakah mereka belajar bahasa Indonesia untuk keperluan akademik atau
profesional, misalnya akan belajar atau bekerja di Indonesia. Apakah mereka belajar bahasa Indonesia untuk keperluan kunjungan wisata ke Indonesia agar dapat lebih menghargai dan menikmati perjalanan wisatanya. Untuk itu perlu disusun bahan ajar yang sesuai dengan keperluan mereka mempelajari bahasa Indonesia.Materi yang dipilih untuk tingkat menengah dalam media pembelajaran ini adalah tentang Identitas Diri, Keluarga, Aktivitas Sehari-Hari, Lingkungan Sekitar, dan Negaraku Negaramu. Penelitian pengembangan ini mempunyai banyak tujuan yang ingin dicapai bagi pebelajar asing, bagi pengajar BIPA dan bagi lembaga BIPA. Bagi pebelajar asinge-book ini akan mempermudah pemahaman materi yang berkaitan dengan topik yang dibahas. Melalui e-book ini pebelajar asing dapat belajar bahasa Indonesia di mana saja. Materi dan latihan yang ada dalam e-book tersebut juga interaktif.Bagi pengajar BIPA, penelitian ini akan menambah referensi bagi pengajar BIPA tentang pembelajaran yang menggunakan ebook interaktif. Pengajar BIPA juga akan menjadi lebih kreatif untuk menciptakan media-media baru yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Selain kedua hal tersebut, yang paling penting adalah melalui e-book ini pengajar menjadi lebih mudah dalam menyampaikan sebuah materi. Pengajar dapat menyampaikan materi yang sulit dengan e-book yang interaktif dalam hal penampilan dan materi. Selain itu, bagi lembaga BIPA, penelitian ini membuat pembelajaran BIPA semakin inovatif dan tidak tertinggal
NOSI Volume 2, Nomor 1, Februari 2014___________________________________Halaman | 64
dari teknologi. Penelitian ini juga akan membuat lembaga BIPA makin kompeten dan terus berkembang. METODE Dalam penelitian pengembangan ini, model pengembangan yang digunakan adalah model yang dikembangkan oleh S. Thagarajan, Dorothy S. Semmel, dan Melvyn I. Semmel, yaitu model 4D. Model ini terdiri dari empat tahap utama, yaitu define (pembatasan), design (perancangan), develope (pengembangan), dan disseminate (penyebaran). Prosedur Pengembangan Tahap Pendefinisian Kegiatan pada tahap ini dilakukan untuk menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pengembangan. Dalam model lain, tahap ini sering dinamakan analisis kebutuhan. Tiap-tiap produk tentu membutuhkan analisis yang berbedabeda. Secara umum, dalam pendefinisian ini dilakukan kegiatan analisis kebutuhan pengembangan, syarat-syarat pengembangan produk yang sesuai dengan kebutuhan pengguna serta model penelitian dan pengembangan (model R & D) yang cocok digunakan untuk mengembangkan produk. Analisis bisa dilakukan melalui studi literature atau penelitian pendahuluan. Thiagarajan menganalisis 5 kegiatan yang dilakukan pada tahap define, yaitu analisis ujung depan (front-end analysis), analisis siswa (learner analysis), analisis tugas (task analysis), analisis konsep (concept analysis) dan perumusan tujuan
pembelajaran (specifying instructional objectives). Tahap Perancangan Tahap perancangan bertujuan untuk merancang perangkat pembelajaran. Thiagarajan membagi perancangan menjadi empat langkah yang harus dilakukan pada tahap ini, yaitu: (1) penyusunan standar tes (criterion-test construction), (2) pemilihan media (media selection) yang sesuai dengan karakteristik materi dan tujuan pembelajaran, (3) pemilihan format (format selection), yakni mengkaji format-format bahan ajar yang ada dan menetapkan format bahan ajar yang akan dikembangkan, (4) membuat rancangan awal (initial design) sesuai format yang dipilih. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut. Dalam tahap perancangan, peneliti sudah membuat produk awal (prototype) atau rancangan produk. Pada konteks pengembangan bahan ajar, tahap ini dilakukan untuk membuat modul atau buku ajar sesuai dengan kerangka isi hasil analisis kurikulum dan materi. Dalam konteks pengembangan model pembelajaran, tahap ini diisi dengan kegiatan menyiapkan kerangka konseptual model dan perangkat pembelajaran (materi, media, alat evaluasi) dan mensimulasikan penggunaan model dan perangkat pembelajaran tersebut dalam lingkup kecil. Sebelum rancangan (design) produk dilanjutkan ke tahap berikutnya, maka rancangan produk (model, buku ajar, dsb) tersebut perlu divalidasi. Validasi rancangan produk dilakukan oleh teman sejawat seperti dosen atau guru dari bidang
NOSI Volume 2, Nomor 1, Februari 2014___________________________________Halaman | 65
studi/bidang keahlian yang sama. Berdasarkan hasil validasi teman sejawat tersebut, ada kemungkinan rancangan produk masih perlu diperbaiki sesuai dengan saran validator. Tahap Pengembangan Thiagarajan membagi tahap pengembangan dalam dua kegiatan, yaitu expert appraisal dan developmental testing. Expert appraisal merupakan teknik untuk memvalidasi atau menilai kelayakan rancangan produk. Dalam kegiatan ini dilakukan evaluasi oleh ahli dalam bidangnya. Saran-saran yang diberikan digunakan untuk memperbaiki materi dan rancangan pembelajaran yang telah disusun. Developmental testing merupakan kegiatan uji coba rancangan produk pada sasaran subjek yang sesungguhnya. Pada saat uji coba ini dicari data respon, reaksi atau komentar dari sasaran pengguna model. Hasil uji coba digunakan untuk memperbaiki produk. Setelah produk diperbaiki kemudian diujikan kembali sampai memperoleh hasil yang efektif. Dalam konteks pengembangan bahan ajar (buku atau modul), tahap pengembangan dilakukan dengan cara menguji isi dan keterbacaan modul atau buku ajar tersebut kepada pakar yang terlibat pada saat validasi rancangan dan peserta didik yang akan menggunakan modul atau buku ajar tersebut. Hasil pengujian kemudian digunakan untuk revisi sehingga modul atau buku ajar tersebut benar-benar telah memenuhi kebutuhan pengguna. Untuk mengetahui efektivitas modul atau buku ajar tersebut dalam
meningkatkan hasil belajar, kegiatan dilanjutkan dengan memberi soalsoal latihan yang materinya diambil dari modul atau buku ajar yang dikembangkan. Tahap Penyebarluasan Tahap dissemination dibagi dalam tiga kegiatan, yaitu validation testing, packaging, diffusion and adoption. Pada tahap validation testing, produk yang sudah direvisi pada tahap pengembangan kemudian diimplementasikan pada sasaran yang sesungguhnya. Pada saat implementasi dilakukan pengukuran ketercapaian tujuan. Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas produk yang dikembangkan. Setelah produk diimplementasikan, pengembang perlu melihat hasil pencapaian tujuan. Tujuan yang belum dapat tercapai perlu dijelaskan solusinya sehingga tidak terulang kesalahan yang sama setelah produk disebarluaskan. Kegiatan terakhir dari tahap pengembangan adalah melakukan packaging (pengemasan), diffusion and adoption. Tahap ini dilakukan supaya produk dapat dimanfaatkan oleh orang lain. Pengemasan model pembelajaran dapat dilakukan dengan mencetak buku panduan penerapan model pembelajaran. Setelah buku dicetak, buku tersebut disebarluaskan supaya dapat diserap (diffusi) atau dipahami orang lain dan digunakan (diadopsi) pada kelas mereka. Pada konteks pengembangan bahan ajar, tahap dissemination dilakukan dengan cara sosialisasi bahan ajar melalui pendistribusian dalam jumlah terbatas kepada guru dan peserta didik. Pendistribusian ini
NOSI Volume 2, Nomor 1, Februari 2014___________________________________Halaman | 66
dimaksudkan untuk memperoleh respons, umpan balik terhadap bahan ajar yang telah dikembangkan. Apabila respon sasaran pengguna bahan ajar sudah baik maka baru dilakukan pencetakan dalam jumlah banyak dan pemasaran supaya bahan ajar itu digunakan oleh sasaran yang lebih luas. Uji Ketepatan Uji ketepatan dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang tingkat ketepatan e-book yang dihasilkan. Selain itu, uji ketepatan juga dilakukan untuk melakukan evaluasi awal terhadap produk yang dihasilkan. Hasil dari uji ketepatan ini akan digunakan sebagai acuan untuk merevisi atau memperbaiki produk, agar produk memiliki kualitas yang baik. Media pembelajaran ini menitikberatkan pada penilaian ahli perancang pembelajaran, ahli isi/ ahli BIPA, ahli perancang pembelajaran, dan praktisi. Desain Uji Ketepatan Desain uji ketepatan yang terdapat pada penelitian ini direncanakan dengan penilaian yang dilakukan kepada ahli perancang pembelajaran, ahli isi/ ahli BIPA, ahli multimedia, dan praktisi. Setiap validator mengisi angket penilaian yang memuat aspek-aspek penilaian e-book BIPA yang akan diujicobakan tersebut. Dari hasil tersebut akan dihasilkan sebuah kritik, saran, masukan serta penilaian yang objektif untuk melakukan sebuah proses revisi terhadap media tersebut. Subjek Uji Kelayakan
Subjek uji kelayakan pada penelitian ini adalah (1) pebelajar asing BIPA asal Thailand yang sedang belajar di Program Incountry BIPA Universitas Negeri Malang pada level intermediate mid, (2) ahli BIPA (ahli BIPA adalah orang yang memang sudah lama mempelajari BIPA, mengajar BIPA dan mendedikasikan dirinya untuk pembelajaran BIPA. Ahli BIPA harus berlatar belakang dosen BIPA ataupun orang-orang yang berpengalaman dalam hal pembelajaran BIPA). Ahli BIPA adalah dosen BIPA Universitas Negeri Malang. Ahli BIPA tersebut adalah Dr. Widodo Hs, M.Pd. dan (3) ahli media (syarat ahli media adalah orang yang mengetahui tentang pembuatan media yang baik untuk digunakan pada proses pembelajaran). Ahli media kan mengisi angket penilaian selama media tersebut diuji cobakan. Ahli media pada uji kelayakan multimedia ini adalah Dimas Rifqi Novica, S.Sn, M. Ds (Dosen Desain Komunikasi Visual FS UM). Sementara itu ada juga praktisi yang memang mengajar di BIPA UM untuk Program Incountry dan program lainnya, yaitu Thoriq S.Pd dan ahli perancang pembelajaran adalah Drs. Harry Poerwanto, M.pd. Beliau adalah pengajar media pembelajaran dari tahun 1990-sekarang. Jenis Data Jenis Data Pengembangan Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Peneliti mendeskripsikan tentang pembelajaran BIPA melalui sebuah e-book pada tingkat menengah. Data
NOSI Volume 2, Nomor 1, Februari 2014___________________________________Halaman | 67
dalam pengembangan media pembelajaran ini adalah kurikulum BIPA, kompentensi dalam kurikulum BIPA, indikator, buku BIPA, timetable. Data yang terkumpul secara deskriptif tersebut kemudian diolah dengan skala angka dan dihitung secara statistik sehingga dapat terkumpul penilaian yang relevan dengan deskripsinya. Jenis Data Uji Coba Media Data dalam penelitian ini berupa skor angket berkaitan dengan aspekaspek yang dinilai pada angket tersebut dan hasil pra-post test design. Selain itu ada juga data berupa hasil wawancara, observasi dan masukan serta kritik bagi pengembangan media ini. Instrumen Pengumpulan Data Instrumen yang dipilih pada penelitian ini adalah dengan angket atau hasil pra-post test design. Hal ini dimaksudkan agar penilai dapat dengan mudah memberi penilaian yang objektif dan lebih matang selama media diujicobakan. Instrumen Data Pengembangan Media Dalam penelitian ini peneliti sebagai human instrumen. Pada prapengembangan peneliti melakukan kegiatan wawancara dengan Dosen BIPA baik di dalam UM maupun di luar UM dan juga pengamatan terhadap pebelajar asing di UM dan ABM. Selain hal tersebut, peneliti melakukan tinjauan terhadap kurikulum BIPA, kompetensinya, indikator pembelajaran, materi dan menelaah ACTFL. Berdasar semua sumber tersebut, disusun timetable yang sesuai dengan materi dalam media yang akan dibuat.
Instrumen Data Uji Coba Instrumen penelitian berfungsi untuk mengumpulkan data uji coba produk berupa angket dan jawaban tes. Angket digunakan untuk menghimpun data dari Dosen BIPA (sebagai ahli materi), Dosen Desain Komunikasi Visual (sebagai ahli media), Pengajar BIPA (sebagai praktisi), Dosen media pembelajaran (sebagai ahli perancang pembelajaran) dan mahasiswa asing sendiri sebagai subjek pembelajaran. Data yang diperoleh adalah data verbal berupa hasil tes, catatan, komentar, koreksi dan saran yang dituliskan pada angket. Saran tersebut juga tidak hanya data verbal saja, tetapi juga melalui komentar yang disampaikan secara lisan saat pengembalian angket berlangsung. Media pembelajaran ini menitikberatkan pada hasil pra-post test mahasiswa asing sebagai pebelajar tingkat menengah dan juga hasil uji ahli dalam hal ketepatan materi dan keefektifan penyajian atau tampilan. Instrumen berupa angket yang digunakan menggunakan skala Likert. Skala Likert digunakan untuk pengumpulan data ordinal melalui kuesioner. Pada dasarnya skala jenis ini memberikan pilihan dengan rentangan yang berlawanan arah, misalnya dari sangat setuju hingga sangat tidak setuju atau sangat sering hingga tidak pernah (Setiyadi, 2006:58). HASIL PENELIAN DAN BAHASAN Model Media Pembelajaran yang Dihasilkan
NOSI Volume 2, Nomor 1, Februari 2014___________________________________Halaman | 68
Model media pembelajaran yang dihasilkan menggunakan model 4D.Model pengembangan perangkat 4D disarankan oleh Sivasailam Thiagarajan, Dorothy S. Semmel, dan Melvyn I. Semmel (1974). Model ini terdiri dari 4 tahap pengembangan yaitu define, design, develop, dan disseminate atau diadaptasikan menjadi model 4-D, yaitu pendefinisian, perancangan, pengembangan, dan penyebaran. Produk model pembelajaran ebook ini terdiri atas dua bab dan merupakan model yang dipilih untuk pembelajaran di BIPA tingkat menengah. Tema-tema utama, yaitu Diri Sendiri, Keluarga, dan Lingkungan Sekitar (meliputi subtema: Identitas Diri dan Teman Baru, Keluarga dan Tokoh Idola, Aktivitas Sehari-Hari dan Berbelanja, dan Lingkungan Sekitar) dan Negaramu Negaraku (meliputi: Cerita Masa Kecil, Presidenku, dan Hari Kemerdekaan). Setiap pelajaran terdiri atas teks atau bacaan, dialog, latihan soal yang bisa berwujud membaca, menulis, berbicara atau menyimak. Selain itu ada juga menu tata bahasa dan latihan soal tata bahasa. Semua bagian tersebut dirancang dalam sebuah e-book yang menggabungkan audio, visual dan kinetik. Ketiga aspek tersebut merupakan faktor penting dalam sebuah pembelajaran dengan menggunakan e-book. Produk pembelajaran ini merupakan pelengkap dan bagian penting dalam sebuah pembelajaran BIPA pada tingkat menengah. Produk multimedia ini juga diberi cover atau halaman muka, pendahuluan, petunjuk penggunaan tomboltombol, cover Pelajaran 1, 1A, 1B,
1C, dan 1D, cover Pelajaran 2, 2A, 2B, 2C, danmenu tata bahasa serta latihan tata bahasa. Ketepatan Model Media Pembelajaran yang Dihasilkan E-book ini jika dilihat dari aspek ketepatan sudah memenuhi. Aspek ketepatan terdiri atas hasil uji ahli perancang pembelajaran 89%, hasil uji ahli BIPA 80%, hasil uji praktisi 89%, dan hasil uji ahli media 83%. Hal tersebut menunjukkan bahwa ebook ini memenuhi unsur ketepatan dengan mencapai skor lebih dari 50% dari skala penilaian. Penilaian tersebut masih dilanjutkan dengan revisi I dan II yang dilakukan untuk perbaikan. Efektivitas Model Media Pembelajaran yang Dihasilkan Aspek keefektifan dalam e-book ini juga terpenuhi, terbukti dengan skor yang diperoleh melalui pra-post test desain terhadap mahasiswa Thailand. Hasilnya ditunjukkan dengan pernyataan ”karena harga tstatistik = 3,17 > t tabel = 2,776, maka terdapat perbedaan yang signifikan antara X1 dan X2”. Selain itu, hasil angket mahasiswa menunjukkan persentase 73,5%. Persentase tersebut dianalisis dengan pra-post desain yang menunjukkan angka signifikan. Berdasar kedua data tersebut dapat disimpulkan bahwa e-book ini efektif untuk meningkatkan pembelajaran pebelajar asing. SIMPULAN E-book pembelajaran ini digunakan untuk melatih kompetensi membaca, menulis, berbicara, dan menyimak pada mahasiswa BIPA
NOSI Volume 2, Nomor 1, Februari 2014___________________________________Halaman | 69
tingkat menengah. E-book ini sangat berguna karena dapat memberikan informasi yang tidak dapat dilakukan dengan cara konvensional, memberikan visualisasi yang baik, membantu mengembangkan konsep secara lebih nyata, meningkatkan akuisisi atau pemerolehan kompetensi berbahasa secara lebih baik, dan juga mengatasi masalah keterbatasan waktu. Multimedia ini juga dapat digunakan untuk pembelajaran dimanapun dan kapanpun. Multimedia ini dilengkapi dengan materi dan penyajian yang akan sangat membantu dalam pembelajaran bagi mahasiswa asing. Saran Pemanfaatan e-book ini sangat disarankan karena pembelajaran dalam BIPA jarang yang menggunakan e-book interaktif. Pengajar akan sangat terbantu dan pebelajar lebih mudah memahami materi walaupun tidak dalam proses belajar di kelas. Bagi lembaga BIPA, pemanfaatan e-book ini akan dapat dirasakan manfaatnya baik di Indonesia maupun di luar negeri. Sebagai e-book yang interaktaktif, media pembelajaran ini dapat disebarluaskan oleh pengajar melalui tahapan terdahulu, yaitu validation testing, packaging diffusion and adoption agar sesuai dengan kebutuhan pebelajar. Tahapan itu dapat membuat penyebarluasan e-book ini menjadi lebih valid. Setelah melalui tahapan tersebut, pengajar dan pengembang dapat menggunakan dalam pembelajaran bagi pebelajar. Melalui proses tersebut media pembelajaran BIPA akan semakin dikenal dan
dapat mempermudah pembelajaran dimanapun dan kapanpun. DAFTAR RUJUKAN Iskandarwassid & Sunendar. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Mubarak, Husni. Tanpatahun. Membuat Media Pembelajaran Interaktif denganPiranti Lunak Presentasi, (Online), (Blog Pendidikan_ Membuat Media Pembelajaran.mht, diakses 11 Juni 2009. Subana & Sunarti. 2009. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Setia Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta. Sugono, Dendy. 2007. Pengembangan Pengajaran Bahasa Indonesia UntukPenuturAsing. Jakarta. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Suyitno, Imam. 2008. Pembelajaran BIPA: Isu Strategis Implikasinya dalam Pembelajaran BIPA. Universitas Negeri Malang.
NOSI Volume 2, Nomor 1, Februari 2014___________________________________Halaman | 70